Post on 19-Jan-2020
SANI(SI PIDANA EAGT Pf,LATU TNDAX PIDANA PENC1AIAN Df,NGAN
PEMSERATAN
{Afl li!! Putu.i P.trg.dit.tr NoDor: 23?/Piiui20l?/pN JKT.ERT)
SKR]?SI
Diafute kcpad. rahlas Sydirh dli HoluUDlut M.'@!uhi Salal Satu SFrar
I,Goloolch CEld sdjtu [utnft (S.H.)
Dilkr lp.I Llf,nl 111116
NlM, liL0a,00l,l,02r
l\[P: 1r760!06r0lall 1002
PROGRAM STTIDI EUKUM PIDA,\A ISLAM
FAKULTAS SYIRIATI DAN HUKUM
(NIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARTF HTDAYATULLAII
PtrNGESAIIAN PANITIA UJIAN SXRIPSI
Skipsi bajudul SAN(SI TTNDAK PIIIANA PENCURIAN DENGAN
PEMBDRATAN (Anllis Ptrrtrsm Nomor: 237lPid.lt/r017PN.JXT.BRT)
telalr diujikan dalm Sidus Mun.qasyal Fahrlrrs Sydiah dm HulanUniverit6 Islm Neg*i (UIN) Syarif Hidayatulhn Jakanr P3Ja 2l Oldober 20 19.
Shipsi ini tehn dneiim, sebagai salab satu syarar mcDperdleh geld Ssrjea
HDkufr (S.H) pada Progrm StudiH!(un Pidua Islam.
Jalaria. 2r okober 2019
PAMTTA UJlrN Iltrl]aQA51'Au
NIP: 19690629200801 1016
Mohsmad Mujibur RohnM, I,I.A
NIP: 19760408200710i001
NIP] I 976050620141 I 1002
Dr. Buhmnddin. SH, M.Hunr
NI?: 195903t91979121001
Sd Hidalaii. M.Ag
NIP: 197102151997032002
ffif Fekultas Slari.h dan Hukun
Dra4rqBa Ttotabi (htrlie,
/,K,rL^,-It
,/,1)r4Y
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya nenya$ean bahwa:
l SkJipsi ini tuerupakan keyo asLi saya yans diatukan untuk inenrenuhi salah
saru peEyamlan nempdoleh sel& sr.J$ 1 (sa(u) di univcBilas Islan Neeeri
(UlN) SyrnlHidryalullah Jakarta.
Scnua sunber y$g saya gmakm dalah pcnulisan ini telah sayr canlunkan
sosuai dengm kclcnluan rma bcn0ku di UniveNilos Islam NeEeri (UlN)
St&lHldayatuuah Jakado
Jika di kenudim hd l$buki bahw. k0rya ini bukm karla asli sara atau
neopalm hasil jiplalan ddi karya oran8 lain, inika saya besedia neneinra
smksi yms benaku di Unive6il$ hlaD Ncseri (UIN) Slarif Hidayatullab
iii
ABSTRAK
Dhika Amal Fathul Hakiem (11150450000021) “Sanksi Pidana Bagi
Pelaku Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan (Analisis Putusan
Pengadilan Nomor. 237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT)”. Program Studi Hukum Pidana
Islam (Jinayah), Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Tahun 2S019 M/1440. 63 halaman + lampiran.
Skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan secara merinci mengenai sanksi
tindak pidana pencurian dengan pemberatan, pertimbangan hakim dan menganalisa
putusan pengadilan nomor 237/Pid.B/2017/PN.JKT.BRT
Permasalahan utama dalam skripsi ini mengenai tindak pidana pencurian
dengan pemberatan, yang dilakukan oleh RS yang terdapat di dalam putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT, memvonis
Ronny Sulaiman dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan dan mengetahui
penjatuhan hukuman tindak pidana bagi pelaku tindak pidana pencurian dengan
pemberatan.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian library research dengan
melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, dan dan
sumber lain yang berkaitan dengan objek kajian. Setelah data diperoleh, penulis
menganalisis secara kualitatif dari data yang diperoleh terhadap objek kajian (Putusan
Nomor 237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT).
Metode penelitian dalam penelitian ini secara spesifik lebih bersifat normatif-
doktriner dan empiris yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan
dapat memberikan data seteliti mungkin dari objek yang diteliti, dalam hal ini
menggambarkan penerapan hukuman tindak pidana pencurian berdasarkan KUHP
dan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)
Hasil dari penelitian ini adalah menjawab mengenai putusan tindak pidana
pencurian dengan pemberatan melalui KUHP, Peraturan Mahkamah Agung, dan
analisa penulis kasus tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan nomor
237/Pid.b/2017/PN.JKT.BRT
Kata Kunci : Sanksi Pidana, Pencurian, Tindak Pidana Ringan.
Pembimbing : Ali Mansur, M.A
Daftar Pustaka : 1984 s/d 2016
iv
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيمAssalamualaikum Wr.Wb
Segala Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa risalah kebenaran untuk semua umat
khususnya kepada umat Islam.
Skripsi ini berjudul “SANKSI PIDANA BAGI PELAKU TINDAK
PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN” (Analisis Putusan
Pengadilan No. 237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT) disusun sebagai salah satu syarat
akademis untuk menyelesaikan program strata satu di Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Saya berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat keilmuan khususnya di Fakultas Syari’ah dan Hukum Program
Studi Hukum Pidana Islam (Jinayah).Saya sangat meyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan karenaketerbatasan yang saya miliki, tapi karena dukungan
dan bimbingan serta doa dariorang-orang sekeliling saya akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi ini
Dalam kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya atas bimbingan, masukan, saran dan dukungannya baik moril
maupun materiil kepada yang terhormat:
1. Kedua orang tua penulis Bapak Dr. Ilham Nur M.H dan Ibu
Ramadhaniarty yang selalu berjuang keras dalam memberikan support
baik moril maupun materiil, memberikan semangat serta yang selalu
mendoakan penulis dalam setiap shalatnya agar penulis mampu
menyelesaikan kuliah Strata satu ini. Semoga diberikan umur panjang,
v
murah rezeki dan diberikan kesehatan oleh Allah SWT serta kebahagiaan
dunia dan akhirat.
2. Kepada Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bapak Dr H. Ahmad
Tholabie Kharlie, S.Ag, S.H, M.H, M.A
3. Kepada Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam yaitu Bapak H. Qosim
Arsadani, M.A yang telah banyak memberikan petunjuk, nasehat yang
bermanfaat kepada penulis selama perkuliahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi Strata I dengan sebaik-baiknya.
4. Kepada Sekretaris Program Studi Hukum Pidana Islam Bapak M. Mujibur
Rohman M.A yang telah banyak membantu penulis untuk melengkapi
berbagai macam keperluan, dan berkas-berkas persyaratan untuk
menggapai studi Strata I dengan sebaik-baiknya.
5. Kepada Dosen Pembimbing Bapak Ali Mansur M.A yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat dan waktunya untuk penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang
telah ikhlas memberikan ilmu-ilmunya dan motivasi dalam menyelesaikan
studi di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepada adik-adik saya Alfie Hadi Karamai, Mohammad Irfan Nugraha,
dan Nayla Diyassamawaite yang telah memberikan semangat serta doa
kepada penulis.
8. Kepada kakanda Riza Priyadi S.H dan Ahmad Mansyur S.H yang telah
menjadi teman diskusi dan teman bertukar pikiran dalam menyelesaikan
skripsi ini.
9. Kepada teman teman seperjuangan di Ruang Dospem seperti : Harist
Rizwan S.H, Fahmi Aziz S.H dan Andi Apriyanto yang telah memberikan
tempat dan menemani penulis selama mengerjakan skripsi ini.
10. Kepada abang-abang dan rekan-rekan seperjuangan sehimpun secinta
LKBHMI HMI Cabang Ciputat, seperti : Abangda Ahmad Imam Santoso,
vi
Abangda Abdul Qodir Batubara S.H, Abangda Rahmat Ramdhani,
Kakanda Enday Hidayat, Kakanda Rasyid Rahmat serta Direktur
Eksekutif LKBHMI Ciputat 2019 Kakanda Onggi Sigma Utara dan lain
lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa cinta
kepada kalian yang telah memberikan dukungan serta doa dalam
kelancaran mengerjakan skripsi ini serta yang telah menemani penulis
berproses dan pengalaman dalam organisasi selama ini.
11. Kepada kader HMI Komisariat Fakultas Syariah dan Hukum (Komfaksy)
yang telah menjadi kampus kedua saya untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang mencerahkan cara berfikir para kadernya.
12. Kepada seluruh Kiyay dan Atu Himpunan Mahasiswa Lampung
Tangerang Selatan yang telah menjadi rumah kedua penulis ketika dalam
perantauan selama ini.
13. Kepada teman-teman Kontrakan Semanggi 90, Ahmad Sujud Murtadlo
dan Syahril Hamdi yang telah menemani penulis dalam mencurahkan
segala sesuatu selama ini.
14. Kepada teman-teman khususnya jurusan Hukum Pidana Islam angkatan
2015, terimakasih atas bantuan, doa serta dukungan untuk penulis,
terimakasih atas kebersamaan dan waktu yang telah kita alami bersama,
semoga kita semua menjadi orang yang sukses dan berhasil di masa yang
akan datang.
15. Kepada seluruh pihak-pihak yang turut membantu dalam kelancaran
penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan, keselamatan, serta
membalas dengan pahala yang berlipat ganda. Amin Y.R.A
Penulis menyadari ketidak sempurnaan dalam penyusunan skripsi ini,
maka dari itu kritik dan saran yang membangun diperlukan dalam
vii
penyempurnaan penulisan skripsi ini, dan semoga ini mampu
menginspirasi dan memberikan manfaat kepada pembaca sekalian.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, 7 Agustus 2019
Dhika Amal Fathul Hakiem
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 8
D. Rumusan Masalah ............................................................................. 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 8
F. Review Studi Terdahulu ................................................................... 9
G. Metode Penelitian.............................................................................. 10
H. Sistematika Penulisan ...................................................................... 13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN
A. Tindak Pidana................................................................................... 14
1. Pengertian Tindak Pidana ............................................................ 14
2. Sanksi Pidana .............................................................................. 16
ix
3. Tujuan Pemidanaan ..................................................................... 17
4. Klasifikasi Tindak Pidana ........................................................... 19
B. Pencurian Dalam Hukum Pidana ..................................................... 21
1. Pengertian Pencurian ................................................................... 21
2. Dasar Hukum Pencurian dan Sanksi Bagi Pelakunya ................. 22
C. Pengertian Pencurian Dengan Pemberatan Dalam Hukum Pidana
Islam. ................................................................................................ 29
1. Pengertian Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam .................... 29
D. Dasar Hukum Pencurian dan Sanksi Bagi Pelakunya Dalam Hukum
Pidana Islam ..................................................................................... 31
1. Pencurian ..................................................................................... 32
BAB III SANKSI DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DAN
TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN
A. Sanksi Tindak Pidana Pencurian Ringan .............................................. 35
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ............................. 35
2. Perma No 2 Tahun 2012 (Tindak Pidana Ringan) ........................... 35
B. Sanksi Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Dalam
Islam ..................................................................................................... 38
BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NOMOR
237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT
A. Kontruksi Hukuman Tindak Pidana Bagi Pelaku Tindak Pidana dengan
Pemberatan dalam Hukum Pidana Islam ............................................ 45
x
1. Taklif (Cakap Hukum)........................ ........................................ 45
2. Kehendak Sendiri ........................................................................ 45
3. Sesuatu Yang Dicuri Itu Bukan Syubhat ..................................... 46
B. Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perkara Nomor
237/Pid.B/2017/PN.JKT.BRT ............................................................. 46
1. Kronologi Kasus ............................................................................ 46
2. Dakwaan Dan Tuntutan Jaksa ....................................................... 47
3. Pertimbangan Hakim ..................................................................... 50
4. Amar Putusan ................................................................................ 52
5. Analisis Putusan Pengadilan
Nomor 237/Pid.B/2017/PN.JKT.BRT ........................................... 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... ..... 57
B. Saran…......................................................................................... ..... 58
DAFTAR PUSTAKA. ............................................................................................... 59
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak pidana pencurian merupakan tindakan yang masuk dalam kategori
kejahatan terhadap kekayaan atau harta. Dalam proses terjadinya tindak
pidana pencurian dilakukan dengan tindakan secara terang-terangan maupun
secara sembunyi-sembunyi. Pada perkembangannya tindak pidana pencurian
memiliki banyak bentuk modus operandi. Para pelaku selalu mempunyai
modus dalam melaksanakan tindakannya. Sehingga terkadang untuk
mencegah untuk tidak adanya tindak pidana terulang kembali akan
sulit,karena modus mereka yang silih berganti pada setiap tindakan.
Seperti yang terjadi di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku,
agama, ras dan golongan, apabila diperhatikan maka akan nampak suatu
masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berhubungan satu
sama lain, dalam kaitannya dengan alam yang tidak nampak, terhadap dunia
luar dan terhadap alam kebendaan, sehingga mereka bertingkah laku
sedemikian rupa, yang mana kelompok-kelompok ini disebutkan sebagai
masyarakat. (Rechtsgemeen schappen). Interaksi yang mereka lakukan adalah
bentuk kebutuhan mereka terhadap individu lainnya sehingga apa yang
dikatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan
satu sama lain. Dari banyaknya interaksi yang terjadi pada masyarakat itulah
muncul perbedaan interaksi ekonomi yang terjadi di Indonesia. Sebagian
mereka yang tidak dapat mengikuti interaksi perekonomian secara baik,
banyak dari mereka memilih jalur pencurian sebagai jalan pintas mereka untuk
mendapatkan uang.
Tidak hanya itu saja, Interaksi yang dilakukan oleh individu dalam
kelompoknya tentu akan menimbulkan suatu simbiosis, dalam pelaksanaan
simbiosis ini akan banyak ditemukan sebuah konflik kepentingan. Hal ini
terjadi disebabkan karena setiap individu mempuyai kebutuhan dan
kepentingan tertentu yang bisa saja kepentingan itu bertentangan dengan
2
kepentingan individu lainnya. Maka untuk mengatasi hal tersebut manusia
akan menciptakan sebuah norma yang harus ditaati oleh anggotanya sehingga
konflik antar individu dapat dihindari. Jikapun terjadi konflik dalam
masyarakat maka dengan sendirinya norma yang telah dibuat akan berfungsi
turut menyelesaikan konflik tersebut. Konflik yang muncul dalam masyarakat
pun beragam, sepertihalnya dalam hal pencurian yang notabene seringkali
dilakukan oleh mereka yang mempunyai kelas ekonomi bawah. Seringkali
alasan mereka yang melakukan tindak pidana pencurian adalah karena unsur
tuna ekonomi. Atinya mereka melakukan pencuria dengan alasan untuk
memenuhi kebutuhan perekonomian mereka.
Sehingga untuk menciptakan ketertiban dan keamaannan terhadap
tindakkan pencurian oleh oknum masyarakat inilah muncul peraturan untuk
mengawasi dan mengatur tindakan seseorang supaya tidak melakukan
pencruian. Menurut Satjipto Rahardjo bahwa, “Pengorganisasian,
kepentingan-kepentingan ini dilakukan dengan membatasi dan melindungi
kepentingan-kepentingan tersebut. Dalam lalu lintas, perlindungan terhadap
kepentingan-kepentingan tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara
membatasi kepentingan di lain pihak”1
Aturan, norma atau hukum yang diciptakan oleh masyarakat dalam
menjalankan roda kehidupan bersosialnya, aturan itu menurut Prof. Mr. Dr.
L.J Van Apeldoorn dalam bukunya berjudul “Inleiding tot de studie van het
Nederlandse Recht” adalah tidak mungkin memberikan suatu definisi tentang
apakah yang disebut hukum itu. Hampir semua sarjana hukum memberikan
pembatasan mengenai hukum yang berlainan. Sementara dalam buku
Pengantar Ilmu Hukum, CST Kansil mengutip beberapa ahli seperti
Aristoteles, Grotius, Hobbes, Philip S. James, Immanuel Kant, dan Van
Vollenhoven yang masing-masing memberikan definisi hukum yang berbeda-
beda. Misalnya menurut Immanuel Kant bahwa hukum adalah keseluruhan
1 Satjipto Rahardjo, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada
1991) H.53
3
syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari orang lain, menuruti
peraturan hukum tentang kemerdekaan.2
Hukum yang dirancang oleh masyarakat terkait pencuri yang merugikan
masyarakat dalam masa sebelum adanya kodifikasi dan universalisasi hukum
pidana di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda, berbeda beda. Masing
masing daerah yang dipimpin dalam sebuah kerajaan memiliki peraturan
masing-masing. Ada yang menerapkan hukuman potong bagi pelaku
pencurian hingga ada yang menerapkan hukum pasung terhadap anggota
masyarakatnya yang melakukan tindak pencurian.
Apanbila kita melihat bentuk penghukuman terhadap pelaku tindak pidana
pencurian terkesan hukuman tersebut tidak manusiawi dan melanggar hak
manusia untuk hidup, padahal tindakan yang ia lakukan hanya mengambil
harta seseorang bukan mengambil nyawa seseorang. Hukuman tersebut tentu
tidak sebanding dengan apa yang telah ia lakukan. Kemudian hukuman
terhadap pelaku terkesan bahwa tidak ada unsur untuk membentuk sikap
taubat. Artinya tujuan kesempatan untuk kemudian pelaku melakukan
perubahan sikap untuk berbuat baik tidak dimunculkan. Pemberian hukum
hanya melihat aspek pembalasan mengenai apa yang telah ia lakukan.
Sedangkan menurut M.H Tirtaatmadjaja, S.H. dalam bukunya “Pokok-pokok
Hukum Perniagaan” bahwa:
Hukum adalah semua aturan (norma) yang harus diturut dalam tingkah
laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti
mengganti kerugian, jika melanggar aturan-aturan itu, akan merugikan diri
sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya,
didenda dan sebagainya.3
Sedangkan tujuan hukum adalah ketertiban masyarakat. Hukum
diperlakukan untuk penghidupan di dalam masyarakat demi kebaikan dan
2 Mujar Ibnu Syarif, Kamarusdiana, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009) H.1
3Mujar Ibnu Syarif, Kamarusdiana, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, 2009) H.2
4
ketentraman bersama. Hukum mengutamakan masyarakat bukan perseorangan
atau golongan. Hukum pun menjaga dan melindungi hak-hak serta menentukan
kewajiban-kewajiban anggota masyarakat, agar tercipta suatu kehidupan
masyarakat yang teratur, damai, adil dan makmur.
Berkenaan dengan tujuan hukum, penulis akan memaparkan tiga teori yang
relevan, yaitu :4
a. Etchise Theori: Menurut teori ini tujuan hukum hanya ditempatkan pada
perwujudan keadilan yang semaksimal mungkin dalam tata tertib
masyarakat. Pendapat demikian sudah dikenal sejak zaman Aristoteles
yang mengajarkan bahwa yang dimaksud dengan keadilan bukanlah
keadilan yang mutlak. Keadilan tidak sama dengan persamaan, tetapi
berarti keseimbangan, artinya tiap orang dapat terjamin untuk memperoleh
bagiannya dengan jasanya, dan inilah yang dinamakan keadilan distributif.
b. Utilities Theori: Menurut teori ini tujuan hukum ialah kemanfaatan atau
kebahagiaan masyarakat atau manusia semata-mata. Para penggantinya J
Bentham, J Austhin, dan JS Mills bersemboyan; ”The greatest happines
for the greatest number”.
c. Gemende Theori (Teori gabungan); menurut teori ini, tujuan hukum adalah
bukan hanya untuk keadilan, tetapi juga kemanfaatan, (Justice et utilities).
Penganut aliran ini diantaranya J Schraseet, berpendapat bahwa bilamana
unsur keadilan saja yang diperhatikan, maka hasilnya hanyalah ketentuan-
ketentuan yang memenuhi keadilan mutlak (Absolute Justice), tetapi tidak
memenuhi tuntutan-tuntutan dalam pergaulan sehari-hari.
Dengan ketidaksetaraan sosial yang ada di dalam masyarakat tadi,
ditambah lagi dengan hasrat manusia untuk memuaskan keinginannya
sendiri, ini menciptakan keadaan yang rentan. Tiap-tiap individu selalu
berlomba-lomba untuk menguasai sumber daya dan juga menguasai orang
lain, agar apa yang menjadi hasratnya akan hal yang dianggap “baik”, itu
dapat terpenuhi.
4 Mujar Ibnu Syarif, Kamarusdiana, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Lembaga
Penelitian UIN Jakarta, 2009) H.11-12
5
Menurut Hobbes: ‟‟keadaan hidup manusia yang demikian itu akan
dapat dijaga jika diadakan kontrak sosial yang bisa memelihara the state of
nature’’ (keadaan alamiah).5
Melihat apa yang dikatakan oleh hobbes bahwa manusia adalah
harimau bagi manusia lainnya, maka akan terbesit tentang sebuah
kejahatan terhadap kekayaan. Dimana kejahatan ini adalah bentuk upaya
pengusaaan seseorang terhadap kepemilikan orang lain.
Tindak pidana pencurian merupakan bagian dari sejarah manusia. Hal
ini biasa terjadi kapan saja dan dimana saja. Pada saat apapun manusia
bisa bertindak lebih untuk melampiaskan nafsunya untuk meraih apa yang
dia inginkan dari orang lain, hal ini tidak terlepas dari peluang dan
kesempatan yang dimilikinya.6
Dalam hukum positif di Indonesia yang tertuang dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHP) ketentuan tentang pencurian diatur dalam
pasal 362-367 dimana ketentuan dalam pasal tersebut menghukum pelaku
pencurian dengan maksiamal pidana penjara 5 tahun.
Dalam peraturan mengenai tindak pidana pencurian terdapat dalam
pasal 362 KUHP, dalam pasal tersebut menyebutkan :
„‟Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara
melawan hukum, dengan pidana pencurian, dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau denda paling banyak sembilan ratus rupiah.‟‟
Sedangkan dalam tindak pidana pencurian dalam kategori pemberatan
diatur dalam pasal 363, dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa:
„‟Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki secara
5E. Fernando M. Manullang, Legisme, Legalitas, Dan Kepastian Hukum, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2009) H.63
6 Ulil Absar, Tindak Pidana Pencurian, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang, 2009, H.1
6
melawan hukum, dengan pidana pencurian, dengan pidana penjara paling
lama lima tahun atau dengan denda paling banyak enam puluh rupiah.‟‟
Indikasi terjadinya sebuah tindak pidana adalah pemenuhan terhadap
kebutuhan hidup. Seseorang dengan beban perekonomian yang dimiliki
dan dengan kondisi dimana sulitnya untuk memenuhi kebutuhanya itu
maka ia akan berfikir untuk memenuhi kebutuhan itu dengan mudah. Salah
satu jalan yang ditawarkan adalah dengan melakukan tindakan kejahatan
pencurian. Di beberapa negara berkembang yang mempunyai
permasalahan pada kesejahteraan perkonomian, tingkat jumlah
kenaikannya sangat siginifikan. Di negara Indonesia sendiri kejahatan
pencurian hampir setiap jam terjadi. Bahkan tak kenal siapa, dimana, dan
kapan, kejahatan pencurian bisa saja terjadi ditempat yang di muliakan
seperti tempat ibadah sekalipun. Tempat yang secara naluriah manusia
tidak mungkin dijadikan tempat untuk melakuakan kejahatan.
Dengan jumlah kasus tindak pidana pencurian yang semakin
bertambah, menjadikan negara dalam hal ini Mahkamah Agung
memberikan sebuah ketentuan dimana ketentuan jumlah minimal nilai
harga dari objek yang di curi. Ketentuan ini diambil untuk meminimalisir
kejahatan pencurian yang di proses di peradilan. Dalam menangani kasus
pencurian, dipengadilan saja hanya dilakukan oleh hakim tunggal tentu itu
dimaksudkan untuk mempercepat proses peradilan dengan pertimbangan
biaya waktu dan proses yang cepat.
Dengan jumlah kejahatan pencurian dan pada pemberian hukuman
terhadap pelaku yang makin menuju angka yang signifikan maka penulis
berfikir bahwa sebenarnya bagaimana efektifitas hukum yang diterapkan
sehingga jika melihat standar dari sebuah keefektifan hukuman adalah
berkurangnya jumlah sebab kejahatan yang terjadi maka apakah hukum
ataupun hukuman yang diberikan hukum terhadap pelaku sudah
memberikan bahwa apa yang telah dilakukan merupakan hal yang efektif.
Efektifitas hukum adalah kesesuaian antara apa yang diatur dalam
hukum dengan pelaksanaanya. Ketika ingin mengetahui sejauh mana
7
keefektifitasan dari hukum, maka kita harus pertama kali mengukurnya,
Sejauh mana hukum itu ditaati dan tidak ditaati.7
Bisa juga karena kepatuhan masyarakat kepada hukum karena adanya
unsur memaksa dari hukum. Hukum yang dibuat oleh otoritas berwenang
ada kalanya bukan abstraksi nilai dalam masyarakat. Jika demikian,
hukum menjadi tidak efektif, tidak bisa dijalankan (Unworkable), atau
bahkan atas hal sesuatu tertentu yang menyebabkan pembangkangan.
Dalam berbagai hal, hukum memiliki pengaruh yang langsung maupun
tidak langsung terhadap lembaga-lembaga kemasyarakatan. Artinya
hukum memiliki peran dalam perubahan sosial masyarakat. Cara-cara
untuk mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan
direncanakan terlebih dahulu, menurut Soerjono Soekanto dinamakan
Social Engineering atau Social Planning.8
Berdasarkan uraian diatas dengan permasalahan sanksi hukum yang
diberlakukan maka penulis akan meneliti hal tersebut dalam objek
Pengadilan Negeri di Jakarta Barat dengan objek kasus pencurian dengan
judul, “SANKSI PIDANA BAGI PELAKU TINDAK PIDANA
PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Analisis Putusan
Pengadilan Nomor 237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT”.
B. Identifikasi Masalah
Dalam hal ini penulis mengidentifikasi masalah pembahasan latar
belakang masalah yang paling tidak dapat diidentifikasi ke beberapa
masalah dalam bentuk pernyataan, antara lain :
1. Penerapan hukum pada kasus tindak pidana pencurian seringkali
tidak terfokus pada besaran barang yang diberikan akan tetapi locust
delicti saja yang diperhatikan.
7 Ahmad Ali, Menguak Teori Hukum Dan Teori Peradilan, (Jakarta: Prenada Media
Group 2009) H.375
8 Soerjono Soekanto, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada
2006) H.122
8
2. Penerapan Perma No. 2 Tahun 2012 (Tindak Pidana Ringan) tidak
optimal.
3. Penegak hukum kurang memperhatikan batas minimal pencurian
sebagai acuan dalam menentukan hukuman.
C. Pembatasan Masalah
Pembahasan pada penelitian ini penulis akan membatasi hanya pada
tingkat putusan pengadilan, faktor-faktor pendukung dan penghambat,
pemberian sanksi bagi pelaku tindak pidana pencurian di lingkungan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah konstruksi penjatuhan hukuman tindak pidana bagi
pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan dalam hukum
pidana Islam ?
2. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam putusan nomor
237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui putusan hakim dalam kasus penerapan hukuman tindak
pidana pencurian di Pengadilan Negeri Jakarta Barat
b. Mengetahui alasan pertimbangan hakim dalam putusan nomor
237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT
c. Mengetahui pertimbangan hakim dalam tindak pidana pencurian
dengan pemberatan dalam hukum Islam
2. Manfaat Penelitian
Untuk memberikan hasil penelitian yang berguna, serta diharapkan
mampu menjadi dasar secara keseluruhan dan dijadikan pedoman bagi
pelaksanaan secara teoritis maupun praktis, maka penelitian ini sekiranya
bermanfaat diantaranya:
9
a. Bagi ilmu pengetahuan
Dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap
kemajuan perkembangan ilmu hukum yang menyangkut proses
putusan pidana dan penerapannya dalam sistem peradilan pidana.
b. Bagi masyarakat
Untuk memberikan wawasan dan pemahaman kepada
masyarakat luas mengenai pengintegrasian proses peradilan dalam
sistem peradilan pidana dan penyelesaiannya di Pengadilan Negeri
Jakarta Barat
c. Bagi penulis
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola
berpikir kritis serta pemenuhan prasyarat dalam penyelesaian studi
di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Review Studi Terdahulu
Dalam melakukan penulisan skripsi ini, penulis telah menemukan
beberapa skripsi yang membahas tentang pencurian. Berikut adalah skripsi
yang penulis temukan:
1. Arif Setiawan Onira, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi : ”Pencurian Pada Saat Bencana Alam
Persfektif Hukum Islam Dan Positif” (2016). Dalam skripsi ini
menjelaskan tentang pencurian pada saat terjadi bencana alam, dimana
objek kajian pemberatan terhadap tindak pidana pencuriannya adalah
dilakukan dalam kondisi bencana alam. Berbeda dengan apa yang diteliti
dalam skripsi penulis dimana dalam skripsi ini penulis mengkaji mengenai
pemberatan, yang dimana pelaku melakukan tindak pidan pencurian dalam
ruang terbuka dan tindakan tersebut dilakukan secara berulang kali.
2. Keken Rizka Fitri Assholihati, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Judul Skripsi : “Pengulangan Tindak Pidana
Pencurian” (2017) Menjelaskan tentang pengulangan tindak pidana
pencurain dengan objek seseorang. Dalam skripsi ini hanya membahas
mengenai pemberatan residivis dalam pencurian. Artinya pelaku sudah
10
pernah dijatuhi hukuman karena kasus yang sama. Kemudian dalam
peristiwa lain dia melakukan tindakan yang sama yaitu pencurian. Berbeda
dengan penelitian Penulis, dimana dalam penelitian ini penulis
menjelaskan tentang putusan kasus tindak pidana pencurian dengan
pemberatan berupa pengulangan akan tetapi bukan seorang residivis dalam
kasus pencurian. Artinya ia belum pernah dihukum karena telah
melakukan tindak pidana pencurian.
3. Nopia Haryanti, Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Judul Skripsi : ”Sanksi Pidana Pencurian Disertai Dengan
Pemberatan Ditinjau Dari Pasal 363 KUHP Dan Hukum Pidana Islam”
(2018) Menjelaskan tentang pencurian disertai dengan pemberatan
mengacu pada kitab undang undang hukum pidana pasal 363 dan hukum
pidana Islam. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan penulis, dalam
penelitian ini menjelaskan mengenai sanksi pidana pencurian dengan
pemberatan melalui aspek tinjau pasal 363 dan perma nomor 2 tahun 2012
tentang batas minimal jumlah kerugian dalam tindak pidana pencurian
ringan, melalui analisis putusan nomor 237/Pid.b/2017/PN JKT.BRT.
G. Metode Penelitian
Dalam pengumpulan bahan/data penyusunan skripsi ini agar
mengandung suatu kebenaran yang objektif, penulis menggunakan metode
penelitian ilmiah sebagai berikut:
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan dalam penelitian ini secara spesifik lebih
bersifat normatif-doktriner-dan empiris. Metode ini dimaksudkan
untuk memperoleh gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan
data seteliti mungkin tentang obyek yang diteliti, dalam hal ini untuk
menggambarkan pengaturan penerapan hukuman tindak pidana
pencurian berdasarkan pasal 362-367 KUHP.
11
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini akan dilakukan dengan jenis penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
menekankan pada aspek suatu pemahaman secara mendalam terhadap
masalah yang diteliti.9 Dalam penelitian ini yang akan dicari perihal
pelaksanaan penerapan hukuman tindak pidana pencurian di
pengadilan negeri dengan berpedoman pada aturan hukum yang
berlaku, serta terkait pada pola-pola perilaku sosial dan masyarakat
(pelaku sosial), sehingga dapat diperoleh kejelasannya di persidangan
pengadilan.
3. Data Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan merupakan metode penelitian yang
dimaksudkan untuk mendapatkan dasar teori dalam memecahkan
suatu masalah yang timbul dengan menggunakan bahan-bahan:
1) Bahan Hukum Primer
Merupakan bahan utama yang dijadikan pedoman dalam
penelitian dari:
a) Putusan Pengadilan Nomor 237/Pid. b/2017/Pn. Jkt.Brt
b) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
2) Bahan Hukum Sekunder
Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer, yang terdiri dari:
a) Buku-buku
b) Majalah Hukum
c) Artikel Ilmiah
d) Arsip-arsip yang mendukung
e) Publikasi dari Lembaga terkait
9 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta, Kencana Prenada Group, 2008)
H.23
12
3) Bahan Hukum Tersier
Bahan-bahan yang memberikan informasi tentang hukum
primer dan sekunder, meliputi:
a) Bibliografi
b) Ensiklopedia
c) Kamus Hukum
4) Penelitian Lapangan (Field Research)
Dilakukan dengan cara melakukan proses terjun
langsung secara aktif ke lapangan untuk meneliti obyek
penelitian tersebut.
a) Lokasi Penelitian
Mengenai lokasi penelitian ini dilakukan di Pengadilan
Negeri Jakarta Barat, disebabkan perihal yang berkaitan dengan
permasalahan yang diangkat menjadi skripsi ini terdapat di
tempat tersebut. Dalam hal ini mengenai pelaksanaan
penerapan hukuman tindak pidana pencurian dilokasi tersebut.
b) Subyek Penelitian
Untuk mencari kebenaran data dan penjelasan yang mampu
dipertanggungjawabkan, maka yang tepat untuk dijadikan
rujukan adalah data yang diberikan oleh Pengadilan Negeri
Jakarta Barat dalam hal kasus menangani perkara pencurian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan:
a. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dengan mencari
konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat atau penemuan yang
berhubungan erat dengan pokok permasalahan. Kepustakaan
berupa peraturan perundang-perundangan, karya ilmiah para
sarjana, laporan lembaga, dan sumber lain-lain.10
10
Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum (Surakarta: UMS
Press, 2004) H.4
13
5. Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan
menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah
suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu
apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis serta lisan dan juga
perilaku yang nyata diteliti sebagai sesuatu yang utuh.11
H. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan terdiri dari 5 (lima) bab yang terdiri dari
sub-sub yang dirinci sebagai berikut:
Bab Pertama, merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar
belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
pemanfaatan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab Kedua, adalah tinjauan umum yang memaparkan bagaimana
tinjauan umum tentang pencurian. Bab ini membahas mengenai tentang
pencurian sampai kebijakan atau aturan yang mengaturnya, menjelaskan
tentang pengertian pencurian, dasar hukum, sanksi pencurian seta jenis-
jenis pencurian baik dalam hukum pidana positif dan hukum pidana islam
dan review studi terdahulu
Bab Ketiga, adalah data yang menjelaskan tentang sanksi tindak pidana
pencurian dengan pemberatan berdasarkan KUHP, Perma No. 2 Tahun
2012 (Tindak Pidana Ringan) dan Hukum Islam
Bab Keempat, adalah analisis putusan pengadilan nomor 237/Pid.
B/2017/PN JKT.
Bab Kelima, adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.
11
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1984) H.13
14
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN
A. Tindak Pidana
1. Pengertian Tindak Pidana
Perkembangan hukum pidana mulai dari masyarakat sederhana sampai
pada masyarakat modern sekarang ini tidaklah mengubah hakikat hukum
pidana, melainkan hanya makin menegaskan sifat dan luas bidang hukum
pidana. Oleh karenanya, baik untuk masyarakat terdahulu maupun sekarang,
hukum pidana dapat didefinisikan sebagai keseluruhan peraturan hukum yang
menentukan perbuatan-perbuatan yang pelaku-pelakunya seharusnya dipidana
dan pidana-pidana yang seharusnya dikenakan. Definisi ini mencakup empat
pokok yang terkait erat satu dengan yang lain, yaitu peraturan, perbuatan,
pelaku dan pidana.1
Menurut Suharto RM Tindak pidana ialah perbuatan yang melanggar
larangan yang diatur oleh aturan hukum yang diancam dengan sanksi pidana.
Dalam rumusan tersebut bahwa yang tidak boleh dilakukan adalah perbuatan
yang menimbulkan akibat yang dilarang dan yang diancam sanksi pidana bagi
orang yang melakukan perbuatan tersebut.2
Istilah ini (tindak pidana), tumbuhnya dari pihak Kementerian
Kehakiman, sering dipakai dalam perundang-undangan. Meskipun kata
”tindak” lebih pendek daripada “perbuatan” tapi “tindak” tidak menunjuk
kepada hal yang abstrak seperti perbuatan, tapi hanya menyatakan keadaan
kongkrit, sebagaimana halnya dengan peristiwa dengan perbedaan bahwa
tindak adalah kelakuan, tingkah laku, gerak-gerik atau sikap jasmani
1 Maramis Frans, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers,
2012) H.1
2 Suharto RM, Hukum Pidana Materiil, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002, Cet.2) H.28
15
seseorang, hal mana lebih dikenal dalam tindak-tanduk, tindakan dan
bertindak dan belakangan juga sering dipakai “ditindak”. Oleh karena tindak
sebagai kata tidak begitu dikenal, maka dalam perundang-undangan yang
menggunakan istilah tindak pidana baik dalam pasal-pasalnya sendiri,
maupun dalam penjelasannya hampir selalu dipakai pula kata perbuatan.3
Moeljatno tidak menggunakan istilah tindak pidana rumusan diatas, tetapi
menggunakan kata “perbuatan pidana”. Kata perbuatan dalam perbuatan
pidana mempunyai arti yang abstrak yaitu suatu pengertian yang menunjuk
pada 2 kejadian yang kongkret yaitu:4
a. Adanya kejadian yang tertentu yang menimbulkan akibat yang
dilarang.
b. Adanya orang yang berbuat yang menimbulkan kejadian itu.
Rumusan tindak pidana tersebut dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah “Criminal Act”. Dalam hal ini meskipun orang telah melakukan suatu
perbuatan yang dilarang disitu belum berarti mesti dipidana, ia harus
mempertanggungjawabkan atas perbuatannya yang telah dilakukannya untuk
menentukan kesalahannya, yang dikenal dengan istilah (Criminal
responsibility). Bahwa orang dapat dipidana selain telah melakukan tindak
pidana masih diperlukan kesalahan. Akan dirasakan sebagai hal yang
bertentangan dengan rasa keadilan, jika orang yang tidak bersalah dijatuhi
pidana.
Dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa antara kesalahan dan
tindak pidana ada hubungan erat, dimana kesalahan tidak dapat difahami
tanpa adanya perbuatan yang bersifat melawan hukum. Dengan kata lain,
orang dapat melakukan tindak pidana tanpa mempunyai kesalahan, tetapi
3 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002) H.55
4 Suharto RM, Hukum Pidana Materiil, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002, Cet.2) H.29
16
sebaliknya orang tidak mungkin mempunyai kesalahan apabila tidak
melakukan perbuatan yang bersifat melawan hukum.
Oleh karena itu, setelah melihat berbagai definisi diatas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa yang disebut dengan tindak pidana adalah
perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan pidana,
dimana pengertian perbuatan disini selain perbuatan yang bersifat aktif
(melakukan sesuatu yang sebenarnya dilarang oleh hukum) juga perbuatan
yang bersifat pasif (tidak berbuat sesuatu yang sebenarnya diharuskan oleh
hukum).5
2. Sanksi Pidana
Sanksi (Sanctie) adalah akibat hukum bagi pelanggar ketentuan undang-
undang. Sanksi pidana (Strafsanctie) merupakan akibat hukum terhadap
pelanggaran ketentuan pidana yang berupa pidana dan/atau tindakan.6
Pengertian sanksi dapat penulis artikan sama dengan pidana atau
hukuman yang pengertiannya adalah suatu reaksi atas delik yang berwujud
suatu nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik.7
Jadi dalam sistem hukum yang menganut asas praduga tak bersalah
(Presumption of innocent), pidana sebagai reaksi atas delik yang dijatuhkan
harus berdasarkan pada vonis hakim melalui siding peradilan atas terbuktinya
perbuatan pidana yang dilakukan.8
Dalam Pasal 10 KUHP termaktub jenis-jenis sanksi pidana itu sendiri
yaitu berupa pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok meliputi:
a. Pidana mati
5 Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta:Rajawali Pers, 2011, Cet.2) H.50
6 Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009) H.138
7 Roelan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, (Yogyakarta: Gajah Mada, 1974) H.30
8 Bambang Waluyo, Pidana Dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008) H.9
17
b. Pidana penjara
c. Pidana kurungan dan
d. Pidana denda
Pidana tambahan terdiri dari :
a. Pidana pencabutan hak-hak tertentu
b. Pidana perampasan barang-barang tertentu
c. Pidana pengumuman keputusan hakim
Jenis pidana ini juga berlaku bagi delik-delik diluar kodifikasi atau
diluar KUHP kecuali undang-undang lain yang ditentukan berdasarkan pasal
103 KUHP.
Sedangkan pidana tambahan meliputi pencabutan beberapa hak-hak
tertentu, perampasan barang-barang tertentu, dan pengumuman putusan
hakim. Namun menurut naskah rancangan KUHP baru (Tim pengkajian
bidang hukum pidana tahun 1982/1983) dirumuskan pembagian jenis pidana
yaitu pidana pokok, pidana tambahan, dan pidana mati. Pidana pokok terdiri
atas pidana penjara, pidana tertutup, pidana pengawasan, pidana denda, pidana
kerja sosial. Pidana tambahan terdiri atas pencabutan hak-hak tertentu,
perampasan barang-barang tertentu dan/atau tagihan, pengumuman putusan
hakim, pembayaran ganti kerugian, dan pemenuhan kewajiban adat.
Sedangkan pidana mati merupakan pidana yang bersifat khusus.
3. Tujuan Pemidanaan
Menurut Bismar Siregar, maksud tujuan pemidanaan ialah:9
a. Untuk mencegah dilakukannya tindak pidana demi pengayoman
negara, masyarakat dan penduduk.
b. Untuk menghilangkan noda-noda yang diakibatkan oleh tindak pidana.
9 Bismar Siregar, Tentang Pemberian Pidana, Simposium Pembaharuan Hukum Pidana
Naional, BPHN Dep. Kehakiman, 1980
18
c. Untuk membimbing agar terpidana insyaf dan menjadi anggota
masyarakat yang berbudi dan berguna.
Untuk mencapai tujuan pemidanaan dikenal tiga teori, yaitu:10
a. Teori pembalasan atau absolut, diadakannya pidana adalah untuk
pembalasan. Teori ini dikenal pada akhir abad ke-18 dengan pengikut
Immanuel Kant, Hegel, Herbert, dan Stahl. Immanuel Kant
memandang pidana sebagai “Kategorische Imperatieft” yakni:
seseorang harus dipidana oleh hakim karena ia telah melakukan
kejahatan. Pidana merupakan suatu alat untuk mencapai suatu tujuan,
melainkan mencerminkan keadilan (Uidrukking van de
gerechtigheid).11
Salah seorang tokoh lain dari penganut teori absolut
yang terkenal ialah Hegel yang berpendapat bahwa pidana merupakan
keharusan logis sebagai konsekuensi dari adanya kejahatan. Karena
kejahatan adalah pengingkaran terhadap keteriban hukum negara yang
merupakan “Negation der Negation” (peniadaan atau pengingkaran
terhadap pengingkaran).12
b. Teori tujuan atau relatif, jika teori absolut melihat kepada kesalahan
yang sudah dilakukan, sebaliknya teori-teori relatif ataupun tujuan
berusaha untuk mencegah kesalahan pada masa mendatang, dengan
perkataan lain pidana merupakan sarana untuk mencegah kejahatan,
oleh karena itu juga sering disebut teori previsi, yang dapat kita tinjau
dari dua segi, yaitu previsi umum dan previsi khusus. Dengan
10
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet.2) H.15
11
Muladi dan Nawawi Arief, Barda, Teori-teori Dan Kebijakan Pidana,(Bandung: PT.
Alumni, 2005, Cet.3) H.11
12
Muladi dan Nawawi Arief, Barda, Teori-teori Dan Kebijakan Pidana,(Bandung: PT.
Alumni, 2005, Cet.3) H.12
19
dijatuhkannya sanksi pidana diharapkan penjahat potensial
mengurungkan niatnya, karena adanya perasaan takut akan akibat yang
dilihatnya, jadi ditujukan kepada masyarakat pada umumnya.
Sedangkan previsi khusus ditujukan kepada pelaku agar tidak
mengulangi perbuatan jahatnya.
c. Teori gabungan, gabungan dari dua teori diatas. Pidana merupakan
keharusan logis sebagai konsekuensi dari adanya kejahatan serta
berusaha untuk mencegah kesalahan pada masa mendatang, dengan
perkataan lain pidana merupakan sarana untuk mencegah kejahatan.
Dengan ini pidana memiliki dua maksud yang saling
berkesinambungan yaitu mencapai tujuan keadilan dan kemanfaatan.
4. Klasifikasi Tindak Pidana
Tindak pidana dapat dibedakan atas dasar-dasar tertentu, yaitu :13
a. Menurut sistem KUHP, dibedakan antara kejahatan (Misdriven)
dimuat dalam buku II dan pelanggaran (Overtredingen) dimuat dalam
buku III. Dicoba membedakan bahwa kejahatan merupakan
Rechtsdelicht atau delik hukum dan pelanggaran merupakan
Wetsledict atau delik undang-undang. Delik hukum ini adalah
pelanggaran hukum yang dirasakan melanggar rasa keadilan, misalnya
seperti: pembunuhan, melukai orang lain, mencuri, dan sebagainya.
Sedangkan delik undang-undang melanggar apa yang telah ditentukan
oleh undang-undang, misalnya saja keharusan untuk mempunyai SIM
bagi pengendara bermotor.
b. Menurut cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana formil
(Formeel delicten) dan tindak pidana materil (Materiel delicten) .
13
Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, (Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada,
2002, Cet.1) H.117-119
20
c. Berdasarkan bentu kesalahan, dibedakan antara tindak pidana sengaja
(Doleus delicten) dan tindak pidana tidak dengan sengaja (Culpose
delicten)
d. Berdasarkan macam perbuatannya, dapat dibedakan antara tindak
pidana aktif/positif dapat juga disebut tindak pidana komisi (Delicta
commissions) dan tindak pasif/negatif, disebut dengan tindak pidana
omisi (Delicta omissions)
e. Berdasarkan saat dan jangka waktu terjadinya, maka dapat dibedakan
antara tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana terjadi dalam
waktu lama atau berlangsung lama/berlangsung terus.
f. Berdasarkan sumbernya, dapat dibedakan antara tindak pidana umum
dan tindak pidana khusus.
g. Dilihat dari sudut subjeknya, dapat dibedakan antara tindak pidana
Communia (Delicta communia, yang dapat dilakukan oleh siapa saja),
dan tindak pidana Proporia (dapat dilakukan hanya oleh orang
memiliki kualitas pribadi tertentu.
h. Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan, maka
dibedakan antara tindak pidana biasa (Gewone delicten) dan tindak
pidana aduan (Klacht delicten)
i. Berdasarkan berat ringannya pidana yang diancamkan, maka dapat
dibedakan antara tindak pidana bentuk pokok (Eenvoudige delicteni),
tindak pidana yang diperberat (Gequalificcerde delicten) dan tindak
pidana yang diperingan (Gepriviligeerde delicten)
j. Berdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi, maka tindak pidana
tidak terbatas macamnya bergantung dari kepentingan hukum yang
dilindungi, seperti tindak terhadap nyawa dan tubuh, terhadap harta
benda, tindak pidana pemalsuan, tindak pidana terhadap nama baik,
terhadap kesusilaan dan lain sebagainya.
21
k. Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan,
dibedakan antara tindak pidana tunggal (Enkelvoudige delicten) dan
tindak pidana berangkai (Samengestelde delicten).
B. Pencurian Dalam Hukum Pidana
1. Pengertian Pencurian
Tindak pidana pencurian sebagaimana telah diatur dalam Bab XXII,
Pasal 362 KUHP merupakan pencurian dalam bentuk pokok. Adapun
unsur-unsurnya, yaitu unsur “Objektif” Adapun perbuatan mengambil,
yang diambil sesuatu barang, barang tersebut seluruhnya atau sebagian
kepunyaan orang lain. Ada perbuatan dilarang oleh undang-undang,
apabila dilanggar mendapatkan sanksi pidana berupa penjara. Sedangkan
unsur subjektif yaitu, dengan maksud, untuk memiliki secara melawan
hukum. Misalnya, A kehilangan motor disuatu pertokoan, B menemukan
motor tersebut. B kemudian meminggirkan motor tersebut guna untuk
diparkirkan, Apabila pencaharian A sudah dihentikan maka perbuatan
mengambil sudah dimulai pada saat seseorang berusaha melepaskan
kekuasaan atas benda dari pemiliknya. Dalam contoh tersebut, pada
umumnya perbuatan mengambil dianggap selesai, terlaksana apabila
benda itu sudah berpindah dari tempat asalnya, tetapi dalam praktiknya
ditafsirkan secara luas, hingga tidak sesuai lagi dalam pengertian bahasa.
Beberapa contohnya adalah sebagai berikut14
:
a. Pada suatu hari di pasar ternak sewaktu A berdiri datang mendekatinya
seekor sapi yang terlepas dari ikatannya, sapi mana ditinggalkan oleh
pemiliknya yang sedang pergi makan. Kemudian B mendatangi A,
berhubung A diduga sebagai pemiliknya karena berdiri disamping sapi
itu, dan menawar sapi itu. Setelah ada kecocokan harga B memberikan
uang harga sapi kepada A yang menerimanya setelah B hendak
14
Ismu Gunadi & Jonaedi Efendi, Cepat & Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta,
Kencana (Prenemedia Grup) Cetakan 2014) Hlm. 127-128
22
membawa sapi tersebut keluar pasar, B kepergok oleh pemilik sapi
yang menuduh B mencuri. A kemudian ditangkap dan dijatuhi
hukuman atas pencurian sapi dengan demikian pengadilan
menganggap, bahwa berdiri di dekat sapi saja sudah merupakan
perbuatan mengambil.
b. Menampung minyak yang mengalir dari drum minyak yang bocor
kedalam kaleng merupakan perbuatan mengambil minyak
c. Mengalirkan arus listrik sebelum alat pengukur meteran melalui kawat
dianggap perbuatan mengambil.
2. Dasar Hukum Pencurian Dan Sanksi Bagi Pelakunya
Tindak pidana pencurian pada dasarnya adalah diatur dalam pasal 362-
367 KUHP yang mana jelas didalamnya diatur bagaimana dasar
hukumnya dan pembahasannya.
a. Tindak Pidana Pencurian Dalam Bentuk Pokok
Tindak pidana dalam bentuk pokok ini diatur dalam pasal 362
KUHP, yang rumusan aslinya didalam bahasa belanda berbunyi
sebagai berikut:
”Hij die eenig goed dat geheel of ten deele aan ander toebehoort
wegneemt, met het oogmerk om het zitch wederrechtelijk toe te
eigenen,wordt,ais schuldig aan diefstal, gestraft met gevangenisstraft van
ten hoogste vijf jaren of geldboete van ten hoogste negen honden gulden”
Artinya : Barangsiapa mengambil sesuatu benda yang sebagian atau
seluruhnya merupakan kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk
menguasai benda tersebut secara melawan hukum, karena bersalah
melakukan pencurian, dipidana dengan penjara selama-lamanya lima
23
tahun atau dengan pidana denda setinggi-tingginya sembilan ratus
rupiah.15
b. Tindak Pidana Pencurian Dengan Unsur-unsur Yang Memberatkan
Tindak pidana pencurian dengan unsur-unsur yang memberatkan
ataupun yang didalam doktrin juga sering disebut gequalificeerde distal
atau pencurian dengan kualifikasi itu oleh pembentuk undang-undang
telah diatur dalam pasal 363 KUHP yang rumusan aslinya didalam bahasa
belanda berbunyi sebagai berikut:
“Met gevangenisstraf van ten hoogste zeven jaren wordt gestraft :
1) Diefstal van tee
2) Diefstal bij gelegenheid van brand, ontploffing, watersnood,
,aard of zeebeving,vulkanishe uitbarsting, schipbereuk,
stranding, spoorwegongeval, oproer, muiterij of oorlogsnood
3) Diefstal bij nacht in eene woning of op een besioten ert
waarop eene woning staat, door lemand die zich aidaar
buiten weten of tegen den will van den rechthebbende bevindt
4) Diefstal door twee of meer verenigde personen
5) Diefstal waarbij de schuldige zich de toegang tot de plaats
desmisdrifs heft veerschaft of het weg te nemen goed ender
zijn bereikheeft gebracht door middel van braak, verbreking
of inklimming, van valse sleutels, van een valse order, of van
een vals kostuum
Artinya :
a) Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun
15
P.A.F Lamintang, Delik Delik Khusus Kejahatan Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,
(Bandung, Sinar Baru Offset, Cetakan Pertama) Hlm 1
24
b) Pencurian yang dilakukan pada waktu terjadi kebakaran, ledakan,
bahaya banjir, gempa bumi atau gempa laut, letusan gunung
berapi, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api,
pemberontakan, huru-hara atau bahaya perang
c) Pencurian pada malam hari dalam suatu tempat kediaman atau
diatas sebuah pekarangan tertutup yang diatasnya terdapat sebuah
tempat kediaman, yang dilakukan oleh seseorang yang berada
disana tanpa sepengetahuan atau bertentangan dengan keinginan
orang berhak
d) Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama
e) Pencurian dimana orang yang bersalah dalam mengusahakan jalan
masuk ke tempat kejahatan atau untuk mencapai benda yang
hendak diambilnya telah melakukan pembongkaran, perusakan
atau pemanjatan atau memakai kunci palsu, suatu perintah palsu
atau seragam palsu16
.
c. Tindak Pidana Pencurian Ringan
Yang oleh Undang-undang telah diberikan kualifikasi sebagai
pencurian ringan atau liche diefstal itu, oleh pembentuk undang-undang
telah diatur dalam pasal 364 KUHP, Yang rumusan aslinya didalam
bahasa belanda sebagai berikut:
“De feiten omschreven in art 362 en art 363no 4, zoomed die
omschreven in art 363 no 5, mitz deze niet gepleegd zijn in een
woning of op een besloten erf waarop eene woning staat worden,
indien de waarde van het ontvreemde niet meer bedraagt dan twee
honderd en vijftig gulden, als lichte diefstal, gestraft met
16
P.A.F Lamintang, Delik Delik Khusus Kejahatan Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,
(Bandung, Sinar Baru Offset, Cetakan Pertama) Hlm 32-33
25
gevangenisstraf van ten hoogste drie maanden of geldboete van ten
hoogste negen honderd gulden”
Artinya : Tindak pidana-tindak pidana yang dirumuskan dalam pasal
362 dan pasal 363 angka 4, demikian halnya yang dirumuskan
dalam pasal 363 angka 5, jika tidak dilakukan didalam suatu tempat
kediaman atau diatas sebuah pekarangan tertutup yang diatasnya
terdapat sebuah tempat kediaman, jika nilai dari benda yang dicuri
itu tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah, sebagai pencurian
ringan dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tiga bulan
atau dengan pidana denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah17
d. Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan
Tindak pidana pencurian dengan kekerasan itu oleh pembentuk
undang-undang telah diatur dalam pasal 365 KUHP yang rumusan aslinya
dalam bahasa belanda adalah sebagai berikut :
1) Met gevangenisstraft van ten hoogste negen jaren wordt gestraft
diefstal, voorafgegaan, vergezeld of gevolgd van geweld,
bedreiging met geweld tegen personen, gepleegd met het
oogmerk om dien diefstal voor te bereiden of gemakkelijk te
maken, of om, bij betrapping op heterdaad, aan zich zelven of
andere deelnemers aan het misdrijf, hetzij de vlucht mogelijk te
maken, hetzij het bezit van het gestolene te verzekeran
2) Gevangenisstraft van ten hoogste twaalf jaren wordt
opgelegd :
a) Indien het feit wordt gepleegd hetzij bij nacht in eene
woning of op en besloten erf waarop eene woning staat,
hetzij op den openbaren weg hetzij in een spoortrein of
tram die in beweging is
17
P.A.F Lamintang, Delik Delik Khusus Kejahatan Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,
(Bandung, Sinar Baru Offset, Cetakan Pertama) Hlm 50
26
b) Indien het feit wordt gepleegd dooe twee of meer
verenigde personen
c) Indien de schuldige zich de toegang tot de plaats des
misdrijfs heft verschaft door middel van braak of
inklimming, van valse sleutels, van een valse order of een
vals kostuum
d) Indien het feit zwaar lichamelijk letsel ten gevolge heft
3) Gevangenisstraf van ten hoogste vijftien jaren wordt
opgelegd, indien het feit den dood ten gevolge heft
4) De doodstraf of levenslange gevangenisstraf of tijdelijke van
ten hoogste twentig jaren wordt opgelegd, indien het feit
zwaar lichamelijk letsel of den dood ten gevolge heft, door
twee of meer verenigde personen wordt gepleegd en
daarenboven van een der in no 1 en no 3 vermelde
omstandigheden vergezeld gaat”
Artinya :
(1) Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan
tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan
kekerasan atau dengan ancaman kekerasan terhadap orang-
orang, yang dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan
atau untuk memudahkan pencurian tersebut, atau untuk
memungkinkan dirinya sendiri atau orang lain dalam
kejahatan dapat melarikan diri jika diketahui pada waktu itu
juga, ataupun untuk menjamin penguasaan atas benda yang
telah dicuri
(2) Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun :
(a) Jika tindak pidana itu dilakukan pada malam hari
didalam sebuah tempat kediaman atau diatas sebuah
pekarangan tertutup yang diatasnya terdapat sebuah
27
kediaman, atau diatas jalan umum, atau diatas kereta api
yang bergerak atau trem yang bergerak
(b) Jika tindak pidana itu dilakukan oleh dua orang atau
lebih secara bersama-sama
(c) Jika untuk mendapat jalan masuk ke tempat kejahatan,
orang yang bersalah telah melakukan pembongkaran atau
pemanjatan atau telah memakai kunci-kunci palsu, suatu
perintah palsu atau suatu seragam palsu
(d) Jika tindak pidana itu telah mengakibatkan luka berat
pada tubuh
(3) Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun,
jika tindak pidana itu telah mengakibatkan matinya orang
(4) Dijatuhkan pidana mati atau pidana seumur hidup atau
pidana penjara selama-lamanya dua puluh tahun, jika tindak
pidana itu mengakibatkan luka berat pada tubuh atau
matinya orang, yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
secara bersama-sama dan disertai dengan salah satu keadaan
yang disebutkan dalam angka 1 dan angka 5.18
e. Tindak Pidana Pencurian Dalam Berkeluarga
Yang dimaksudkan dengan tindak pidana pencurian dalam
keluarga walaupun undang- undang sendiri sebenarnya tidak memberikan
sesuatu sebutan bagi tindak pidana pencurian yang akan dibicarakan ini,
oleh pembentuk undang-undang diatur dalam pasal 367 KUHP yang
rumusan aslinya dalam bahasa belanda sebagai berikut :
1) Indien de dader of medeplichtige aan een der in dezen titel
omschreven misdrijven de niet van tafel en bed of van goederen
gescheiden echtgenoot is van hem tegen wien het misdrijf is
18
P.A.F Lamintang, Delik Delik Khusus Kejahatan Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,
(Bandung, Sinar Baru Offset, Cetakan Pertama) H. 51-52
28
gepleegd, is de strafvervolging tegen dien dader of dien
medeplichtige uitgesloten
2) Indien hij zijn van tafel en bed of van goederen gescheiden
echtgenoot is of zijn bloed of aanverwant, hetzij in de rechte
linie, hetzij in den tweeden gradd der zijlinie, heft de
vervologing, voor zoover hem betreft, alleen plaats op eene
tegen hem gerichte klachte van dengene tegen wien het misdrijf
is gepleegd
3) Indien krachtens matriarchale instellingen de vaderlijke macht
door een ander dan den vader wordt uitgeoefend, is de bepaling
van het voorgaande lid mede op dezen van toepassing
Artinya :
a) Jika pelaku atau orang yang membantu melakukan salah satu
kejahatan-kejahatan yang diatur dalam bab ini ialah seorang
suami atau istri yang tidak bercerai meja makan dan tempat
tidur atau bercerai harta kekayaan dengan orang, terhadap
siapa kejahatan itu telah dilakukan, maka tidak dapat
dilakukan penuntutan pidana terhadap pelaku atau orang
yang membantu melakukan kejahatan tersebut
b) Jika mereka itu merupakan suami atau istri yang bercerai
meja makan dan tempat tidur atau bercerai harta kekayaan,
atau merupakan saudara sedarah atau karena perkawinan
baik dalam garis lurus maupun dalam garis menyamping
sampai derajat kedua dari orang, terhadap siapa kejahatan itu
telah dilakukan, maka penuntutan terhadap mereka hanya
dapat dilakukan, jika ada pengaduan terhadap mereka dari
orang, terhadap siapa telah dilakukan kejahatan
c) Jika berdasarkan lembaga-lembaga keibuan, kekuasaan
bapak itu dilakukan oleh orang lain daripada seorang ayah,
29
maka ketentuan dalam ayat yang terdahulu itu juga berlaku
bagi orang lain tersebut 19
.
C. Pengertian Pencurian Dengan Pemberatan Dalam Hukum Pidana Islam
Dalam hukum islam, tindak pidana (delik, jarimah) diartikan sebagai
perbuatan-perbuatan yang dilarang Syar’a yang diancam oleh Allah SWT dengan
hukuman hudud, qishash, diyat, atau ta’zir. Larangan-larangan Syar’a tersebut ada
kalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan
perbuatan yang diperintahkan. Adapun para fuqaha sering kali menggunakan
pidana dengan kata jinayah dengan maksud jarimah. Kata jinayah merupakan
bentuk verbal (masdar) dari kata jana.
Ditinjau dari unsur-unsur jarimah atau tindak pidana, objek utama kajian fiqh
jinayah dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu 1) al-rukn al-syar’i atau usnur
formil 2) al-rukn al-madi atau unsur materiil, dan 3) al-rukun al-adabi atau unsur
moril20
.
1. Pengertian pencurian dalam hukum pidana Islam
Sariqah adalah bentuk masdar dari kata سرقا-يسرق-سرق dan secara
etimologis berarti مالة خفية وحيلة اخذ mengambil harta milik seseorang
secara sembunyi-sembunyi dan dengan tipu daya. Sementara itu, secara
terminologis definisi sariqah dikemukakan oleh :
a. Ali bin Muhammad al-jurjani:
السرقة هي أخذ المال المتقو ملك للغير في حرز مثله خفية
Artinya : Pencurian ringan adalah mengambil harta orang lain yang
bernilai secara diam-diam dan tempatnya yang tersimpan
19
P.A.F Lamintang, Delik Delik Khusus Kejahatan Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan,
(Bandung, Sinar Baru Offset, Cetakan Pertama) H. 58-59
20
Nurul Irfan & Mayrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, Cetakan Pertama 2013) H. 2
30
السرقة هي أخذ المكلف خفية قدر عشرة دراهم فضروبة محرزة او
خافظ بال شبهة
Artinya : Pencurian berat adalah mengambil harta orang lain yang oleh
mukallaf secara sembunyi-sembunyi dengan nisab sepuluh dirham
yang dicetak, disimpan pada tempat penyimpanan yang biasa
digunakan atau dijaga oleh seorang penjaga dan tidak ada syubhat21
.
b. Abdul Qadir Audah
مال الغير خفية اي عل سبيل اال ستخفاء ذالسريقة الصغيرة هي اخ
Artinya : Pencurian ringan adalah mengambil harta orang lain secara
sembunyi-sembunyi.
المغالبة سبيال لغير السرقة الكبرى فهي أخذ مال على اما
Artinya : Pencurian berat adalah mengambil harta milik orang lain
dengan kekerasan.
c. Sayid Sabiq
وهي التي يجب فيها قطع اليدالسريقة الصغيرة
Artinya : Pencurian ringan adalah pencurian yang wajib divonis
dengan potong tangan22
.
21
Nurul Irfan & Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, Cetakan Pertama 2013) H. 99
22
Mardani, Kejahatan Pencurian Daam Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Cv Indhiil, Cetakan
Pertama 2008) H. 91-92
31
ويسمى الحرابة , المغالبة سبيل وهي أخذ المال على
Artinya : Pencurian berat adalah mengambil harta orang lain dengan
kekerasan dan ini juga disebut merampok atau begal.
Melengkapi definisi diatas, Abdul Qadir Audah memberikan
penjelasan sebagai berikut : Perbedaan antara pencurian ringan dan
pencurian besar, pencurian ringan adalah pengambilan harta kekayaan
yang tidak disadari oleh korban dan dilakukan tanpa izin. Pencurian
ringan ini harus memenuhi dua unsur secara bersamaan. Kalau salah satu
dari dua unsur tersebut tidak ada maka tidak dapat dikatakan pencurian
ringan. Misalnya, jika seseorang yang mencuri harta benda dari sebuah
rumah dengan disaksikan si pemilik dan pencuri tidak menggunakan
kekuatan fisik dan kekerasan, maka kasus ini bukanlah pencurian kecil
tetapi penjarahan. Meskipun demikian, jarimah itu tidak dikenakan
hukuman had tetapi adalah hukuman ta’zir.
Adapun pencurian besar adalah, dilakukan dengan sepengetahuan
korban tetapi ia tidak mengizinkan hal itu terjadi sehingga terjadi
kekerasan. Jika didalamnya tidak ada kekerasan maka disebutlah sebagai
penjarahan, penjambretan, atau perampasan dimana unsur kerelaan
pemilik harta tidak terpenuhi23
.
D. Dasar Hukum Pencurian dan Sanksi Bagi Pelakunya Dalam Hukum Pidana
Islam
Dalam hukum Islam, tindak pidana (delik, jarimah) diartikan sebagai
perbuatan-perbuatan yang dilarang Syar’a yang diancam oleh Allah SWT dengan
hukuman hudud, qishash, diyat, atau ta’zir. Larangan-larangan Syar’a tersebut ada
kalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan
23
Nurul Irfan & Masyrofah, Fiqh Jinayah, (Jakarta, Amzah, Cetakan Pertama 2013) H.102
32
perbuatan yang diperintahkan. Adapun para fuqaha sering kali menggunakan
pidana dengan kata jinayah dengan maksud jarimah. Kata jinayah merupakan
bentuk verbal (masdar) dari kata jana.
Dalam tindak pidana pencurian, para ulama mempermasalahkan ganti rugi
dan sanksi. Menurut Imam Abu Hanifah,ganti rugi dan sanksi itu tidak dapat
digabungkan, artinya bila pencuri sudah dikenal sanksi hukuman had, maka
baginya tidak ada keharusan untuk membayar ganti rugi. Alasannya, alquran
hanya menyebutkan masalah sanksi saja, sebagaimana disebutkan diatas, selain
itu jika pencuri harus membayar ganti rugi, maka seakan-akan harta itu adalah
miliknya.
Menurut Imam Syafi’I dan Imam Ahmad, sanksi dan ganti rugi itu dapat
digabungkan. Alasannya, pencuri melanggar dua hak dalam hal ini hak allah
berupa keharaman mencuri dan hak hamba berupa pengambilan atas harta orang
lain. Oleh karena itu, pencuri harus mempertanggungjawabkan akibat dua hak ini,
jadi pencuri itu harus mengembalikan harta yang dicurinya bila masih ada dan
harus membayar ganti rugi bila hartanya sudah tidak ada. Selain itu, ia harus
menanggung sanksi atas perbuatannya. Inilah yang disebut dengan prinsip
dhaman dikalangan ulama24
.
Dengan demikian, sesungguhnya para ulama sepakat bahwa bila harta yang
dicuri itu masih ada ditangan pencuri, maka ia harus mengembalikannya. Hanya
mereka berbeda pendapat bila harta yang dicuri itu telah tidak ada ditangan
pencuri. Apakah pencuri itu hanya dikenakan had saja, ataupun disertai dengan
kewajiban membayar ganti rugi ?
Menurut Al Qur’an dijelaskan bahwa sanksi hukuman tindak pidana
pencurian adalah potong tangan. Hal ini berdasarkan Q.S Al-Maidah (5): 38:
24
Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam, (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, Cetakan Kedua 1997) H. 80-81
33
والسارقه والسارقةه فاقطعهوا أيديههما جزاء بما كسبا نكاال من للا وللاه عزيز
حكيم
Artinya : “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan
sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”
Dalam ayat ini allah menyatakan bahwa laki-laki pencuri dan perempuan
pencuri harus potong tangan keduanya. Ulama berbeda pendapat tentang
persyaratan tentang yang membuat seorang pencuri bias dihukum potong
tangan, bagian tangan yang harus dipotong, dan batas minimal barang curian.
Al Qurthubi berkata bahwa sejak zaman jahiliyah seorang pencuri telah
diancam dengan hukuman potong tangan. Orang pertama yang memberi
keputusan hukuman ini adalah Al Walid bin Al Mughirah, kemudian Allah
memerintahkan untuk memberlakukan hukuman potong tangan ini dalam
Islam. Laki-laki pencuri pertama yang dipotong tangannya oleh Rasulullah
SAW adalah Al-Khiyar bin Adi bin Naufal bin Abdi Manaf, sedangkan
perempuan pencuri pertama yang dipotong tangan adalah Murrah Binti
Sufyan bin Abdil Asad dari bani Mahzum. Abu bakar juga pernah memotong
tangan kanan seorang pencuri kalung dan Umar menghukum potong tangan
atas Ibnu samurah, saudara Abdurrahman bin samurah. Sepintas ayat ini
bersifat umum karena setiap pencuri harus dipotong tangan. Akan tetapi,
ternyata tidak demikian sebab Rasulullah SAW bersabda, “Tangan pencuri
tidak dipotong kecuali mencuri seharga seperempat dinar atau lebih”. (HR.
Muttafaq Alaih). Dengan demikian, jelaslah bahwa hukuman ini hanya
berlaku pada pencuri yang mencuri seperempat dinar atau lebih. Inilah
pendapat Khulafaur Rasyidin, Imam Malik, Umar bin Abdul Aziz, Al-Laits,
Abu Tsaur, dan Al-Syafi;i. Imam malik berkata, ”Tangan pencuri juga
dipotong karena mencuri seperempat dinar atau atau tiga dirham”. Namun,
34
kalau pelaku mencuri dua dirham yang karena selisih nilai tukar menjadi
setara dengan seperempat dinar tidak boleh dipotong”. Disini terdapat
konsep ketegasan dan kemanatapan. Hal itu karena dalam hukum pidana
(hudud) tidak boleh ada unsur syubhat.25
25
Nurul Irfan, Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Amzah, Cetakan Pertama 2016) H. 80-81
35
BAB III
SANKSI DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN RINGAN DAN TINDAK
PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN
A. Sanksi Tindak Pidana Pencurian Ringan
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Dalam hukum positif pencurian adalah mengambil harta orang lain
secara sembunyi-sembunyi dengan pengertian bahwa mengambil tanpa
sepengetahuan dan ketahuan pemiliknya dan ditelah disimpan pada tempat
yang semestinya.
Berdasarkan pasal 364 KUHP yang berbunyi : “Perbuatan yang
diterangkan pada pasal 362 dan pasal 363 butir (5) apabila tidak dilakukan
didalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada dirumahnya,
jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah,
diancam dengan pencurian ringan dengan pidana paling lama tiga bulan
penjara atau pidana denda dua ratus lima puluh rupiah”. Dari rumusan
ketentuan pidana diatas dapat diketahui,bahwa yang dimaksud pencurian
ringan adalah :
a. Tindak pidana pencurian dalam pencurian pokok
b. Tindak pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara
bersama-sama
c. Tindak pidana pencurian, yang untuk mengusahakan jalan masuk
ke tempat kejahatan atau untuk mencapai benda yang hendak
diambilnya, orang yang bersalah tidak melakukan pembongkaran,
perusakan, pemanjatan atau memakai kunci-kunci palsu atau
serangan palsu.
2. PERMA No 2 Tahun 2012 (Tindak Pidana Ringan)
Tindak Pidana Ringan (Tipiring) adalah tindak pidana yang bersifat
ringan atau tidak berbahaya, tindak pidana ringan ini tidak hanya berupa
36
pelanggaran tapi juga mencakup kejahatan-kejahatan ringan yang tertulis
dalam buku II KUHP yang terdiri dari, penganiayaan hewan ringan,
penganiayaan ringan, pencurian ringan, penggelapan ringan, penipuan
ringan, perusakan ringan, dan penadahan ringan.
Hal inilah yang menjadi keistimewaan KUHP Indonesia yang
merupakan warisan KUHP Hindia Belanda. Sekalipun KUHP Hindia-
Belanda didasari oleh KUHP Belanda namun pembagian bentuk kejahatan
biasa dan ringan berasal dari Hindia-Belanda sendiri yang kemudian
diadopsi kedalam KUHP Indonesia.
Kejahatan dan pelanggaran sendiri memiliki beberapa perbedaan,
pengaturan mengenai kejahatan dan pelanggaran diletakkan di tempat
yang berbeda dalam KUHP. Pada dasarnya, KUHP terdiri atas 569 pasal
yang dibagi dalam tiga buku.
Tiga buku itu adalah :1
a. Ketentuan-ketentuan umum (juga disebut Bagian umum, Algemeen
deel), pasal 1-103
b. Kejahatan, pasal 104-448
c. Pelanggaran, pasal 449-569
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, KUHP Hindia-Belanda
yang diadopsi kedalam KUHP Indonesia mengenal tindak pidana ringan
sedangkan Belanda tidak mengenal lembaga tersebut. Akan tetapi, seiring
perkembangan zaman lembaga tindak pidana ringan semakin
dipertanyakan keberadaannya. Utrecht dalam bukunya Hukum pidana,
menggunakan istilah kejahatan enteng sebagai padanan kata Lichte
misdrijven dalam bahasa Belanda atau kejahatan ringan atau yang dalam
tulisan ini menggunakan istilah Tindak Pidana Ringan.
1 E Utrecht, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I, H.80
37
Definisi mengenai tindak pidana ringan akan sulit ditemukan dalam
KUHP, definisi tindak pidana ringan yang cukup dapat dipahami justru
dapat ditemukan dalam KUHAP sebagai ketentuan hukum pidana formal
dari KUHP. Pasal 205 ayat (1) KUHAP yang mengatur mengenai
ketentuan pemeriksaan acara cepat menyatakan bahwa :
“Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan Tindak Pidana Ringan ialah
perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama
tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus
rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang ditentukan dalam paragraf 2
bagian ini”2
Dari bunyi pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi
tindak pidana ringan, yaitu sebuah perkara yang ancaman hukuman
penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau benda paling
banyak tujuh ribu lima ratus rupiah.
Apabila ditelusuri lebih jauh bunyi pasal-pasal yang terdapat dalam
KUHP maka setidaknya terdapat sembilan pasal yang tergolong bentuk
tindak pidana ringan, yaitu pasal 302 (1) ,315, 352 (1), 364, 373, 379, 384,
407 (1), dan 482 KUHP. Dalam hal ini penulis akan sedikit menjelaskan
tindak pidana pencurian ringan dalam Perma No.2 Tahun 2012.
Tindak pidana pencurian telah diatur dalam pasal 362-367 KUHP,
dimana setiap pasal tersebut memiliki unsur-unsur dan sanksi hukuman
yang berbeda-beda. Sedangkan jika mengacu pada Perma No.2 Tahun
2012 maka terdapat satu pasal yang dikategorikan sebagai tindak pidana
ringan, Yaitu pasal 364 KUHP yang berbunyi: Perbuatan yang
diterangkan dalam pasal 362 dan pasal 363 butir 4, begitu pun perbuatan
yang diterangkan dalam pasal 363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam
sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga
2 Andi Hamzah, Kuhp&Kuhap, Rineka Cipta 2016 H.316
38
barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah, diancam
karena pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan
atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. Dalam Perma
tersebut dijelaskan dalam pasal 1 yang berbunyi: Kata-kata “dua ratus
lima puluh rupiah” dalam pasal 364, 373, 379, 384, 407, dan pasal 482
KUHP dibaca menjadi “dua juta lima ratus rupiah”. Karena tidak
sangatlah tepat jika pengadilan memberi sanksi terhadap pencuri dengan
kerugian sejumlah dua ratus lima puluh rupiah tersebut dengan hukuman
tindak pidana pencurian yang hukumannya adalah lima tahun penjara,
melainkan dengan melakukan hukum acara pemeriksaan cepat yang
mekanismenya telah diatur dalam KUHAP dan Perma No. 2 Tahun 2012
dijelaskan dalam Pasal 2 butir 2 yang berbunyi: Apabila nilai barang atau
tersebut bernilai tidak lebih dari Rp.2.500.000,00 (dua juta lima ratus
rupiah) Ketua Pengadilan segera menetapkan Hakim tunggal untuk
memeriksa, mengadili dan memutus perkara tersebut dengan Hukum
Acara Pemeriksaan Cepat yang diatur dalam pasal 205-210 KUHAP.3
B. Sanksi Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Dalam Islam
Klasifikasi kejahatan dalam hukum pidana Islam yang paling penting dan
paling banyak dibahas para ahli hukum adalah Hudud, Qishash, dan Ta’zir.
Kategori pertama adalah Hudud. Kejahatan Hudud adalah kejahatan yang
paling serius dan berat dalam hukum pidana Islam. Kejahatan Hudud
merupakan kejahatan public yang berkaitan dengan hak Allah. Hudud
merupakan kejahatan yang diancam dengan hukuman Had yaitu hukuman
yang ditentukan sebagai hak Allah. Kejahatan hudud terdiri dari :
1. Riddah (murtad)
2. Al Baghyu (pemberontak)
3. Zina
3 Perma No.2 Tahun 2012 Tentang Tindak Pidana Ringan
39
4. Qadzhaf (Pembohong)
5. Sariqah (Pencurian)
6. Hirabah (Perampokan)
7. Shurb Al-Khamr (minuman keras)
Kategori kedua adalah Qishash. Sasaran dari kejahatan ini adalah inti
tubuh manusia, sengaja atau tidak sengaja. Qishash dikenal dengan kejahatan
terhadap manusia atau Crimes against person, seperti :
a. Qathlul Amdi (pembunuhan dengan sengaja)
b. Qathlul Shibh Amdi (pembunuhan dengan mirip sengaja)
c. Qathlul Al khata (Pembunuhan karena kealpaan)
d. Penganiayaan dan menimbulkan luka serta sakit akibat kealpaan
Kategori terakhir adalah Ta’zir. Landasan dan penentuan hukumnya
didasarkan pada ijma atau (konsensus) untuk menghukum semua perbuatan
yang tidak pantas yang menyebabkan kerugian fisik, sosial, politik, financial,
atau moral bagi individu atau masyarakat.4
Ta’zir dalam pengertian hukum Islam adalah hukuman yang bersifat
mendidik yang tidak mengharuskan pelakunya dikenakan sanksi Had dan
tidak pula membayar kaffarah atau diyat. Dalam hukum Islam jenis hukuman
yang berkaitan dengan hukuman ta’zir diserahkan kepada kesepakatan
manusia.5
Jika sifat jarimah dikaji lebih mendalam hanya jarimah ta’zir yang dapat
dianggap sepadan dengan delik dalam hukum pidana. Karakter hudud dan
qishash lebih dogmatis dan menjadi hak Allah yang tidak mungkin diubah
4 Muhammad Amin Suma, Pidana Islam di Indonesia Peluang Prospek dan Tantangan
(Jakarta:Pustaka Firdaus, 2001). H.22-23
5 Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta, Sinar Grafika, 2009) H.10
40
atau dikurangi oleh kekuasaan manusia. Karakter hudud dan qishash berbeda
dengan perkembangan masyarakat.6
Dalam pelaksanaan hukuman ta’zir, Imam malik, Imam Abu hanifah, dan
Imam ahmad berpendapat jika ta’zir berhubungan dengan hak-hak Allah,
Hakim/imam tidak dilaksanakannya hukuman membawa maslahah. Jika ta’zir
berhubungan dengan hak-hak adami maka tidak wajib untuk dilaksanakan
hukuman tersebut apabila korban mau berdamai dan member maaf.7
Hukuman ta’zir suatu ketika bisa dibatalkan, meskipun kita telah
mewajibkannya. Hal tersebut terjadi apabila si pelanggar adalah seorang anak
kecil atau seorang yang sudah dewasa tetapi dia melakukan pelanggaran kecil,
maka tidak wajib baginya dikenakan hukuman ta’zir. Hal ini dikarenakan
tidak adanya hukuman ringan yang bisa mencegah dan tidak diwajibkan
atasnya hukuman yang berat.8
Ta’zir berasal dari bahasa arab yang berarti mencegah atau menolak dan
mendidik. Disebut mencegah dan menolak karena ta’zir dapat mencegah atau
menolak pelaku kejahatan untuk tidak mengulangi lagi kejahatannya yang
dapat menyakiti dan merusak harta benda orang lain. Disebut mendidik karena
mendidik pelaku kejahatan supaya dapat menyadari dan merubah sikap dan
perilaku buruknya seseorang sehinnga tidak mengulanginya lagi.9
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ta’zir adalah hukuman yang
dijatuhkan atas dasar kebijaksanaan hakim karena tidak terdapat didalam al-
qur’an dan hadis. Tujuan diberikannya hak dalam menentukan hukuman ta’zir
kepada penguasa atau aparat penegak hukum adalah agar mereka dapat
6 Muhammad Amin Suma, Pidana Islam Di Indonesia, Jakarta H.16
7 Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami Wa Adilatuhu, Juz 7. H.5283
8Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami Wa Adilatuhu, Juz 7. H.5284
9 Relevansi Hukuman Takzir Dalam Fikih Dengan Hukuman Sebagai Alat Pendidikan, Jurnal
Lentera Pendidikan Vol. 11, 2008, H.209
41
mengatur masyarakat dan memelihara kepentingan-kepentingannya serta
dapat menghadapi dengan sebaik-baiknya setiap keadaan yang bersifat
mendadak.10
Menurut Muhammad Abdullah al jardani, ta’zir adalah pendidikan
hukum (tadhib) atas dosa yang tidak ada had padanya dan tidak pula
kaffarah. Burhan abi Ar rifai menyatakan bahwa ta’zir adalah pendidikan
hukum (tadhib), perbaikan (ishlah) dan pencegahan (zajr) atas dosa-dosa yang
tidak diisyaratkan untuk diberlakukan hudud dan tidak pula kaffarah.11
Menurut Wahbah Zuhaili ta’zir adalah pertolongan, karena melarang si
pelaku untuk mendapat hukuman berat, kemudian terkenal dengan istilah
bahwa ta’zir merupakan hukuman yang berupa pendidikan. Hukuman ta’zir
merupakan hukuman yang tidak ditetapkan oleh syari’at dan keputusan
hukumannya diserahkan kepada negara (aparat hukum) sesuai dengan berat
dan ringannya perbuatan tindak pidana tersebut.12
Diwajibkan atas seseorang dikenai hukuman ta’zir apabila tidak
melakukan kejahatan yang mewajibkan atasnya hukuman had dan qishash.13
Meskipun tujuan ta’zir adalah mencegah atau menolak pelaku kejahatan
untuk tidak mengulangi kejahatannya dengan perbaikan dan pendidikan tetapi
syari’ah Islam menghidari hukuman untuk tujuan penyiksaan dan kesia-siaan
sehingga dapat merugikan si pelaku.
Dari beberapa uraian diatas terdapat perbedaan antara hudud, qishash
dan ta’zir, yaitu :
10
Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah, (Jakarta,
Sinar Grafika, 2006) H.20
11
Muhammad Abdullah al jardani, Fath Al allam Bi Sharh Musyid Al Anam, Juz 4, H.543
12
Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami Wa Adilatuhu, Juz 7. H.5591
13
Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami Wa Adilatuhu, Juz 7. H.5592
42
1) Ketetapan (taqdir) : hukuman hudud dan qishash ditetapkan oleh
ketentuan syari’at yang wajib dilaksanakan, sedangkan hukuman
ta’zir diserahkan semuanya kepada keputusan hakim atau penguasa
untuk memberikan hukuman yang pantas dan sesuai kepada pelaku.
2) Hukuman : hukuman hudud dan qishash adalah ketetapan yang ada di
dalam al-qur’an dan merupakan ketetapan dari Allah SWT. Adapun
hukuman ta’zir dapat dirubah oleh hakim atau penguasa dengan
melihat situasi dan kondisi serta membawa maslahah (kebaikan) bagi
pelaku dan korban.
3) Kewajiban dilaksanakannya hukuman : hukuman hudud dan qishash
wajib dilaksanakan sesuai ketetapan syari’at dan tidak boleh
ditangguhkan serta tidak ada maaf, pengampunan dan pembatalan
dalam pelaksanaanya oleh hakim, sedangkan hukuman ta’zir boleh
adanya maaf, pengampunan dan peringanan hukuman dari hakim jika
dilihat bahwa maaf dan pengampunan dapat membawa maslahah
(kebaikan) terhadap pelaku dan juga korban.14
Kekuasaan untuk menjatuhkan hukuman pidana harus disandarkan pada
masyarakat secara luas. Dalam hal ini konsep ta’zir lebih siap untuk
dibicarakan dan disepakati dalam konsep hudud dan qishash. Umat Islam
secara umum lebih tidak terikat oleh ajaran yang fundamental untuk
mempidanakan tindakan tertentu atau membebankan satu bentuk hukuman
yang terdapat dalam kasus-kasus hudud dan qishash.
Sanksi pidana bukanlah satu-satunya mekanisme untuk menegakkan
moralitas dan kemaslahatan umum. Dalam menentukan ruang lingkup pidana,
suatu tingkat toleransi dan niat baik harus ada dalam perdebatan tersebut jika
ingin menghasilkan kebijaksanaan dan penerapan keadilan yang diterima
secara luas.
14
Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islami Wa Adilatuhu, Juz 7. H.5283
43
Tujuan dari hukuman dari hukuman ta’zir, adalah :
(1) Mencegah seseorang berbuat maksiat
(2) Memberikan hukuman terhadap pelaku tidak dimaksudkan untuk
balas dendam melainkan untuk kemaslahatan
(3) Menjadikan hukuman berat adalah upaya terakhir dalam menjaga
seseorang agar tidak jatuh kedalam maksiat.
Diantara hal-hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan hakim
adalah besar kecilnya pelanggaran, adanya unsur sengaja atau kelalaian, baru
pertama kali dilakukan atau sudah berkali-kali dan sebagainya.
Dalam hukuman ta’zir ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan
hapusnya hukuman ta’zir diantaranya pelaku meninggal dunia, korban
memberikan maaf kepada pelaku, dan pelaku melakukan taubat.
Meninggalnya pelaku merupakan salah satu sebab hapusnya sanksi ta’zir. Hal
ini berlaku bila sanksi ta’zir yang harus dijalani adalah berupa sanksi badan
atau sanksi yang berkaitan dengan diri pelaku. Apabila sanksi ta’zir berupa
denda, maka kematian tidak menyebabkan hapusnya ta’zir dan menjadi utang
si pelaku yang berkaitan dengan harta yang ditinggalkannya.15
Adapun sebab lain terhapusnya sanksi ta’zir adalah pihak korban
memaafkan pelaku. Hal penting dalam penerapan ta’zir adalah harus sesuai
dengan kaidah Al ta’zir yadurru ma al-maslahah (tazir itu tergantung pada
maslahat). Apabila ta’zir berkaitan dengan hak adami maka hanya dapat
dimaafkan oleh pihak korban dan tidak dapat dimaafkan oleh Ulil ‘Amr.
Sanksi ta’zir berkaitan dengan hak Allah dapat dihapuskan dengan taubat.
Taubat dapat dilihat dengan adanya rasa menyesal pelaku terhadap perbuatan
yang telah dilakukannya, menjauhkan diri dari perbuatan itu, dan
memantapkan niatnya untuk tidak melakukannya kembali. Apabila ta’zir
15
M. Shabir U, Relevansi Hukuman Takzir Dalam Fikih Dengan Hukuman Sebagai Alat
Pendidikan, Jurnal Lentera Pendidikan Vol. 11, 2008, H.211
44
berhubungan dengan adami maka indikator taubat harus ditambah dengan
meminta maaf kepada korban secara langsung.16
Adakalanya anak-anak melakukan perbuatan jarimah dan tidak menutup
kemungkinan kejahatan itu disengaja atau tidak disengaja. Dasar penerapan
ta’zir bagi anak berdasarkan makna yang dikandung dari hadis Rasulullah
SAW.
Dalam memberikan hukuman ta’zir bagi anak, sanksi yang diberikan
siftatnya harus mendidik dapat diberikan melalui putusan hakim atau dari
orang tua mereka. Pemberian hukuman ta’dib dilakukan terhadap perbuatan
buruk yang telah dilakukan. Orang tua dibenarkan memukul anaknya dengan
tidak melukai, tidak memukul bagian rawan yang sensitif dan pemberian
ta’dib tidak boleh berlebihan.17
Rasulullah juga melarang untuk memanjakan anak dan menuruti semua
kemauannya. Ibnu abbas meriwayatkan dalam kitab manhaj al fil yang
berbunyi : Gantunglah cambuk (alat pemukul) ditempat yang terlihat oleh
penghuni rumah, karena itu merupakan pendidikan bagi mereka. Dibalik
kecintaan dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya, Rasulullah tidak
menginginkan adanya sikap memanjakan secara berlebihan. Hal ini
dimaksudkan agar mereka meninggalkan perbuatan yang buruk dan tercela.
Sikap memanjakan dan memberikan kasih sayang yang berlebihan
mengakibatkan anak tidak pernah dibiasakan taat kepada Allah dan syari’at-
syari’at hukum nya.
16
Nur Rohman, Hukum Pidana Islam, (Bandung, Al Kasyaf, 2007) H.103-105
17
Abdul Qadir Al Audah, At Tashri Al Jina’I al Islami, H.516
45
BAB IV
ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NOMOR
237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT
A. Kontruksi Penjatuhan Hukuman Tindak Pidana Bagi Pelaku Tindak
Pidana Pencurian dengan Pemberatan dalam hukum pidana Islam
Menurut Al Sayid Sabiq, bahwa syarat-syarat pencuri yang divonis
dengan hukuman potong tangan adalah sebagai berikut1 :
1. Taklif (cakap hukum)
هجىى وال صغيش إرا على: بأى يكىى الساسق بالغا عاقال, فال حذ يفتكلا
هوا غيش هلكفيي ولكي يؤدب الصغيش إرا سشق وال يشتش ط في سشاقا أل
الوسلن إر سشقاإلسالم فارا سشق الزهي أوالوشتذ كوا أى
Artinya : Taklif : yaitu pencuri tersebut sudah baligh dan berakal maka tidak
divonis potong tangan pencuri gila, anak kecil, karena keduanya tidak
mukalaf, tapi anak kecil yang mencuri dapat hukuman yang bersifat mendidik
(ta’zir).
Dan Islam tidak menjadi syarat bagi pencuri karena apabila kafir zimi
atau orang murtad mencuri, maka divonis potong tangan begitu sebaliknya.
2. Kehendak Sendiri
هختاسا في سشقت, فلى اكش علي السشقة اال ختياس : بأى يكىى السا سق
فال يعذ سا س قا, ألى االكشا
1 Mardani, Kejahatan Pencurian Daam Hukum Pidana Islam, (Jakarta, Cv Indhiil, Cetakan
Pertama 2008) H 93-94
46
Artinya : Ikhtiar yaitu bahwa pencuri tersebut mempunyai kehendak sendiri,
Seandainya ia terpaksa untuk mencuri, maka tidak dianggap sebagai pencuri,
karena paksaan meniadakan ikhtiar tidak adanya ikhtiar menggugurkan taklif
3. Sesuatu yang dicuri itu bukan syubhat
للسا سق في الشييء الوسشوق شبهة فئى كات ل في شبهة فئ أال يكىى
ب وال األم بسشقة هال ابهوا لقىل الشسىل اليقطع, ولهزا اليقطع األ
صلي هللا علي وسلن أت وهالك ألبيك
Artinya : Sesuatu yang dicuri itu bukan barang syubhat, jika barang tersebut
syubhat, maka pencuri itu tidak divonis dengan potong tangan, oleh karena itu
orang tua yang mencuri harta anaknya, tidak divonis potong tangan,
berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW : kamu dan hartamu milik bapakmu.
B. Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perkara Nomor 237/
Pid.B/2017/Pn Jkt.Brt
1. Kronologi Kasus
Bahwa berawal pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2017 sekitar jam
14.30 WIB terdakwa RS dari rumah sambil membawa tas menuju kota Jl.
Mangga Besar Raya, kemudian terdakwa masuk kedalam Indomaret dan
mengambil 4 (empat) pcs susu bayi merk Lactogrow, kemudian terdakwa
pindah lagi masuk kedalam Indomaret Kartini dan mengambil 8 (delapan) pcs
susu bayi merk Lactogrow, selanjutnya terdakwa kembali lagi kearah
Cempaka Putih dan menjual susu bayi tersebut kepada Chi Heni dari 8
(delapan) pcs susu bayi tersebut telah laku terjual seharga Rp. 400.000 (empat
ratus ribu rupiah). Setelah terdakwa mendapatkan uang, terdakwa kembali lagi
ke Kota dan turun didekat Lokasari kemudian kearah RS Husada dan Jl.
Mangga Besar Raya No.93 B ada di Alfamart, terdakwa langsung masuk dan
berpura-pura belanja, disaat karyawan toko Alfamart lengah, terdakwa
47
mengambil 4 (empat) pcs susu bayi merk Lactogrow dan langsung terdakwa
masukkan kedalam tas milik terdkawa, kemudian terdakwa pindah lagi ke
Indomaret yang tepat berada disebelahnya dan mengambil 1 (satu) pcs susu
bayi terdakwa masukkan ke dalam tas milik terdakwa, ketika terdakwa keluar
dari Indomaret baru beberapa langkah meninggalkan pintu Indomaret tiba-tiba
terdakwa dipanggil oleh salah satu karyawan Indomaret dan dilakukan
pengecekan body serta barang bawaannya, yang akhirnya didalam tas
gendong milik terdakwa ditemukan 4 (empat) pcs susu bayi merk Lactogrow
dan 1 (satu) pcs susu bayi merk Lactogrow.2
2. Dakwaan dan Tuntutan Jaksa
Bahwa terdakwa RS oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan karena
terbukti melanggar pasal 363 (1) ke-3 KUHP. Dalam hal ini Jaksa Penuntut
Umum memberikan tuntutan kepada terdakwa RS sebagaimana berikut ini :
a. Menyatakan terdakwa RS telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “pencurian dengan pemberatan”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 363 (1) ke-3 KUHP,
seperti tersebut dalam Dakwaan Tunggal.
b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa RS dengan pidana selama 10
(sepuluh) bulan penjara dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan,
dengan perintah supaya terdakwa tetap ditahan.
c. Menyatakan barang bukti berupa :
a. 1 (satu) buah tas gendong warna coklat dirampas untuk dimusnahkan
b. Uang tunai sebesar Rp. 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
dan 5 (lima) pcs susu merk Lactogrow dikembalikan kepada toko
Indomaret
2 Putusan Pengadilan Nomor:237/Pid.B/2017/PN. JKT.BRT, H.3
48
d. Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2000
(dua ribu rupiah).3
3. Pertimbangan Hakim
Bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah berdasarkan
fakta-fakta hukum tersebut diatas, Terdakwa dapat dinyatakan telah
melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya :
Menimbang, bahwa terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan
Dakwaan Tunggal, maka Majelis Hakim terlebih dahulu mempertimbangkan
dakwaan Pasal 363 (1) Ke-3 KUHP, sehingga dakwaan tersebut haruslah
dibuktikan salah satu saja yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :
1. Barang siapa
2. Mengambil suatu barang
3. Seluruhnya atau sebagian milik orang lain
4. Dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan hak/hukum
5. Di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang
ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada disitu tidak
diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak.
a. Unsur ”barang siapa”
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan barang siapa
adalah orang yang dipandang dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani sebagai pelaku atau subyek hukum pidana yang dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatan pidana yang dilakukan.
Menimbang, bahwa terdakwa RS setelah dicocokkan
identitasnya dalam surat dakwaan dan pengakuan terdakwa serta
berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di persidangan
sebagaimana yang diuraikan dalam Analisa Fakta, terdakwa adalah
pelaku tindak pidana yang didakwakan dan dalam pemeriksaan di
3 Putusan Pengadilan Nomor:237/Pid.B/2017/PN. JKT.BRT, H.2
49
persidangan tidak ditemukan hal-hal yang dapat menghapuskan
perbuatan pidananya, sehingga karena itu terdakwa dapat
dipertanggungjawabkan atas perbuatan pidana yang telah
dilakukannya.
Menimbang, bahwa telah terpenuhi dan terbukti secara sah
menurut hukum.
b. Mengambil sesuatu barang
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi dan pengakuan
terdakwa serta barang bukti yang diajukan, maka diperoleh fakta
hukum bahwa, terdakwa masuk kedalam Indomaret dan
mengambil 4 (empat) pcs susu bayi merk Lactogrow, kemudian
terdakwa pindah lagi masuk kedalam Indomaret Kartini dan
mengambil 8 (delapan) pcs susu bayi merk Lactogrow, selanjutnya
terdakwa kembali lagi kearah Cempaka Putihdan menjual susu
bayi tersebut kepada Chi Heni dari 8 (delapan) pcs susu bayi
tersebut telah laku terjual seharga Rp. 400.000 (empat ratus ribu
rupiah). Setelah terdakwa mendapatkan uang, terdakwa kembali
lagi ke kota dan turun didekat Lokasari kemudian kea rah RS
Husada dan Jl. Mangga Besar Raya No. 93 B ada Alfamart,
terdakwa langsung masuk dan berpura-pura belanja, disaat
karyawan toko Alfamart lengah, terdakwa mengambil 4 (empat)
pcs susu bayi merk Lactogrow dan langsung terdakwa pindah lagi
ke Indomaret yang berada disebelahnya dan mengambil 1 (satu)
pcs susu bayi terdakwa masukan kedalam tas milik terdakwa.
Menimbang, bahwa telah terpenuhi dan terbukti secara sah
menurut hukum.
c. Unsur “seluruhnya atau sebagian milik orang lain”
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi dan pengakuan
terdakwa serta barang bukti yang diajukan, maka diperoleh fakta
50
hukum bahwa 1 (satu) unit HandPhone merk Lenovo type K4 Note
warna hitam dan 1 (satu) buah jam tangan merk D-Force warna
hitam.
Menimbang, bahwa unsur ini telah terpenuhi dan terbukti
secara sah menurut hukum.
d. Unsur “dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan
hak/hukum”
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi dan pengakuan
terdakwa serta barang bukti yang diajukan,maka diperoleh fakta
hukum bahwa 5 (lima) pcs susu merk Lactogrow yang terdakwa
ambil tersebut adalah untuk terdakwa milik tanpa ijin pemiliknya.
Menimbang, bahwa unsur ini telah terpenuhi dan terbukti
secara sah menurut hukum.
e. Unsur “di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada
disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak”
Menimbang, bahwa oleh orang yang ada disitu tidak diketahui
atau tidak dikehendaki oleh yang berhak bahwa dengan memakai
kata “atau” dan tanda “koma” pada perumusan delik tersebut
berarti unsur ini dirumuskan secara alternatif yaitu apabila salah
satu saja terpenuhi oleh perbuatan terdakwa maka terdakwa
dianggap telah terbukti melakukan delik dimaksud.
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh
dalam persidangan berupa keterangan saksi-saksi, pengakuan
terdakwa dan barang bukti yang diajukan, maka diperoleh fakta
hukum sebagai berikut : Bahwa pada hari sabtu tanggal 27 Oktober
2017, terdakwa masuk kedalam Indomaret dan mengambil 4
(empat) pcs susu bayi merk Lactogrow, kemudian terdakwa pindah
lagi masuk kedalam Indomaret Kartini dan mengambil 8 (delapan)
51
pcs susu bayi merk Lactogrow, selanjutnya terdakwa kembali lagi
kearah Cempaka Putihdan menjual susu bayi tersebut kepada Chi
Heni dari 8 (delapan) pcs susu bayi tersebut telah laku terjual
seharga Rp. 400.000 (empat ratus ribu rupiah). Setelah terdakwa
mendapatkan uang, terdakwa kembali lagi ke kota dan turun
didekat Lokasari kemudian kea rah RS Husada dan Jl. Mangga
Besar Raya No. 93 B ada Alfamart, terdakwa langsung masuk dan
berpura-pura belanja, disaat karyawan toko Alfamart lengah,
terdakwa mengambil 4 (empat) pcs susu bayi merk Lactogrow dan
langsung terdakwa pindah lagi ke Indomaret yang berada
disebelahnya dan mengambil 1 (satu) pcs susu bayi terdakwa
masukan kedalam tas milik terdakwa.
Menimbang, bahwa unsur ini telah terpenuhi dan terbukti
secara sah menurut hukum.
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari pasal 363 (1)
ke-3 KUHP, telah terpenuhi. Maka terdakwa haruslah dinyatakan
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana “pencurian dengan pemberatan”.
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap terdakwa telah
dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa
penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa ditahan dan
penahanan terhadap terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka
perlu ditetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan.
Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan
yang memberatkan dan yang meringatkan terdakwa.
52
Hal-hal yang memberatkan :
1) Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat
Hal-hal yang meringankan :
1) Terdakwa menyesal, mengakui perbuatannya
2) Terdakwa belum pernah dihukum
Menimbang, bahwa oleh karena terdakwa dijatuhi pidana maka
haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara
Memperhatikan, pasal 363 (1) ke-3 KUHP dan Undang-undang
Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan
perundang-undangan lain yang bersangkutan.4
4. Amar Putusan
Dalam putusan nomor 237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT mengenai kasus
tindak pidana pencurian terdapat amar putusan yang berbunyi “Mengadili”
sebagai berikut :
1. Menyatakan terdakwa RS telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dalam
keadaan pemberatan” sebagaimana diatur dan diancam dalam
Dakwaan Tunggal
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa RS tersebut oleh karena itu
dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan
3. Menetapkan, bahwa masa penangkapan dan penahanan yang telah
dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan
4. Menetapkan agar terdakwa tetap berada didalam tahanan
5. Menetapkan agar barang bukti berupa :
4 Putusan Pengadilan Nomor:237/Pid.B/2017/PN.BRT, H.6-9
53
a. 1 (satu) buah tas gendong warna coklat
Dirampas untuk dimusnahkan
b. Uang tunai sebesar Rp 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah)
c. 5 (lima) pcs susu merk Lactogrow
d. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya
perkara sebesar Rp. 2000 (dua ribu rupiah)5
5. Analisis Putusan Pengadilan Nomor 237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT
Sebagaimana pertimbangan hakim dalam amar putusan pengadilan nomor
237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT bahwa:
1. Menyatakan terdakwa RS telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dalam keadaan
pemberatan” sebagaimana diatur dan diancam dalam Dakwaan
Tunggal
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa RS tersebut oleh karena itu
dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan
3. Menetapkan, bahwa masa penangkapan dan penahanan yang telah
dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan
4. Menetapkan agar terdakwa tetap berada didalam tahanan
5. Menetapkan agar barang bukti berupa :
a. 1 (satu) buah tas gendong warna coklat
Dirampas untuk dimusnahkan
b. Uang tunai sebesar Rp 750.000 (tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah)
c. 5 (lima) pcs susu merk Lactogrow
5 Putusan Pengadilan Nomor:237/Pid.B/2017/PN.BRT, H.9-10
54
d. Membebankan kepada terdakwa untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 2000 (dua ribu rupiah)6
Menurut penulis yang dilakukan oleh majelis hakim dengan menjatuhkan
pidana kepada RS dengan pidana selama 7 bulan kurang tepat. Apalagi
kemudian dasar hukum yang dikenakan kepada terdakwa dalam menjeratnya
adalah pasal pencurian dangan pemberatan. Padahal hal tersebut jika merunut
pada kronologi cukup hanya dengan pasal pencurian riangan biasa.
Penggunaan pasal pencurian dengan pemberatan menurut penulis kiranya
perlu diteliti kembali dalam kasus ini. Dimana dalam kasus ini memang
terdakwa secara sah dan meyakinkan telah mencuri barang seperti yang telah
ditegaskan dalam kronologi putusan. Tetapi apakah hanya dengan melihat
bahwa pelaku melakukan tindakan tersebut di dalam ruang tertentu kemudian
dia dikenakan pasal pemberatan? Tentu hal ini bukan hal mutlak yang menjadi
pertimbangan. Pasal 363 seringkali dikenakan hanya untuk memberikan aspek
pemberat pada pelaku tindak pencurian biasa.
Padahal jika kita melihat berdasarkan pada pasal 364 KUHP yang
berbunyi : “Perbuatan yang diterangkan pada pasal 362 dan pasal 363 butir (5)
apabila tidak dilakukan didalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang
ada dirumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima
rupiah, diancam dengan pencurian ringan dengan pidana paling lama tiga
bulan penjara atau pidana denda dua ratus lima puluh rupiah”. Maka cukup
untuk menjerat terdakwa tanpa harus menjerat dengan pasal pemberatan jika
aspek yang dilihat adalah kerugian yang dialami. Walaupun kemudian
penggunaan pasal dengan pemberatan terbukti akan tetapi tidak melihat aspek
seberapa besar kerugian yang dialami oleh korban. Dampak dari penggunaan
pasal pemberatan pasti akan berujung pada tidak diperggunakaanya PERMA
Nomor 2 Tahun 2012 tentang batas minimal dalam pencurian ringan dalam
6 Putusan Pengadilan Nomor:237/Pid.B/2017/PN.BRT, H.9-10
55
kasus ini. Batas minimal yang ada pada ketentuan PERMA ini adalah
kerugian Rp 2.500.000,00 maka jika dikorelasikan dengan kasus yang terjadi
pada putusan ini terdakwa tidak perlu untuk diberikan pemidanaan. Hanya
saja kemudian pelaku harus dihukum denda untuk mengembalikan kerugian
pada pihak korban.
Maka dalam penelitian penulis memberikan pandangan bahwa dalam
kasus pencurian kiranya aparatur penegak hukum melihat sapek kerugian dari
korban terlebih dahulu baru kemudian berbicara tentang pasal penjerat. Hal ini
penting dilakukan demi terwujudnya cita-cita pada PERMA No.2 Tahun 2012
dimana proses peradilan yang cepat dan terintegrasi serta berkeadilan harus
ditegakkan. Penulis melihat bahwa semangat yang ada pada PERMA ini sama
seperti yang ada pada ketentuan hukum Islam tentang batas minimal kerugian
dalam kasus pencurian. Seperti halnya yang di riwayatkan oleh Imam
Bukhari, Rasulullah bersabda;
قال : التقطع يذ الساسق عائشة عي البي صلي هللا علي وسلن عي
فيوا دوى ثوي الوجي قيل لعا ئشة ها ثوي الوجي؟ قالت سبع دياس فصا ئذا
)سوا البخاسي(7
Artinya:”dari nabi saw bersabda: “tidak dikenakan hukuman potong tangan
pencuri, pada pencurian yang kurang seharga perisai, lalu aisyah bertanya
berapa harga perisai? Lalu beliau menjawab seper empat dinar atau lebih.
(H.R Al-Bukhari)
Dari hadist diatas semua Imam al arbaah (Maliki, Hanafi, Hambali,
dan Syafii) sepakat bahwa dalam pencurian ada batas nisabnya, akan tetapi
dalam menentukan atas nishab ini para imam mempunyai pendapatnya
masing-masing. Namun penulis tidak berbicara tentang pendapat mereka
tentang batas minimal nisab kerugian, yang digaris bawahi dalam hal ini
7Imam Bukhari, Shoheh Bukhari (Beirut : Al-syu’ub), Juz 8, Jilid 6, H.74
56
adalah bahwa dalam memutuskan perkara pencurian yang perlu diperhatikan
lebih mendalam adalah seberapa besar harta yang diambil oleh pelaku.
Sehingga pemberian hukuman akan lebih tepat. Walaupun jika berbicara
tentang ketentunan pada pasal 363 yang mensyaratkan tempat atau wilayah
dimana pelaku melakukan perbuatan pencurian dalam hukum Islam pun hal
tersebut juga diatur, sebagaiman kita ketahui tetang konsep Hriz bi al Makan
yaitu tempat penyimpanan yang berbentuk penyimpanan harta (konstruksi
bangunan) seperti halnya berbentuk rumah toko, kandang bagi hewan
peliharaan atau yang lainya. Akan tetapi hal tersebut akan dipertimbangkan
melalui nisab barang curian yang diambil oleh pelaku dalam penentuan
pemberian hukumannya.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam hukum Islam terkait ketentuan terhadap pelaku pencurian
diantaranya ada syarat yang harus terpenuhi dalam menentukan
seseorang telah melakukan tindak pidana pencurian. Syarat yang
dimaksud adalah terpenuhunya unsur Taklif dan unsur Ikhtiar. Dan
ketentuan selanjutnya adalah sesuatu yang dicuri itu bukan barang
syubhat, jika barang tersebut syubhat, maka pencuri itu tidak divonis
dengan potong tangan, oleh karena itu orang tua yang mencuri harta
anaknya, tidak divonis potong tangan, berdasarkan hadis Nabi
Muhammad SAW : “kamu dan hartamu milik bapakmu. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan hukuman bagi pelaku
pun harus melihat ketentuan yang mengikatnya”.
2. Adapun pertimbangan hakim yang dilakukan dalam memutus perkara
Nomor 237/Pid.B/2017/PN JKT.BRT memiliki dimensi pertimbangan
yuridis sesuai dengan tuntutan yang dilakukan oleh jaksa penuntut
umum. Dalam tuntutanya jaksa penuntut umum mendakwa dengan
pasal 363 (1) Ke-3 KUHP. Dalam pertimbangan putusan, majelis
hakim mempertimbangkan mempertimbangkan fakta dan bukti-bukti
yang dihadirkan dalam persidsangan kemudian hakim juga
mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan meringankan
terhadap terdakwa. Sehingga kemudian dalam putusan mejelis hakim
Ronny Sulaiman memutuskan bahwa terdakwa terbukti secara sah dan
meyakinkan telah melakukan tindak pencurian oleh karena itu majelis
hakim memutus sankis hukuman kepada terdakwa berupa pidana
penjara 7 (tujuh) bulan.
58
B. Saran
Dari penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis memberikan
saran terhadap beberapa pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Terhadap lembaga pengadilan, dalam hal ini penulis memberikan saran
bahwa dalam pemeriksaan dalam kasus pencurian, yang mana akan
menjadi rujukan pertimbangan, majelis hakim harus memperhatikan
unsur kesejahteraan dari pelaku tindak pidana pencurian tersebut.
Majelis hakim kiranya bukan sebuah corong undang-undang, ia harus
menggali terhadap keadilan yang diharapkan oleh masyarakat.
Sehingga dalam memutus perkara ia tidak hanya melihat secara
kontruksi hukum saja. Pemberian hukuman pemidanaan terhadap
kasus pencurian dengan latar belakang perekonomian rendah, tentu
hanya akan menimbulkan permasalahan baru. Tentu baik dari pihak
pelaku yang tidak dapat melakukan aktifitas perekonomian, dari pihak
korban tidak mendapat ganti kerugian dan bagi negara hanya akan
menambah beban karena harus membiayai ia dalam penjara.
2. Terhadap akademisi, bahwa pendalaman untuk mencari formula
hukum yang berkeadilan sangatlah penting. Oleh karenanya saran dari
penulis adalah pengkajian terhadap undang-undang yang tidak
mencerminkan keadilan harus terus dilakukan. Sehingga dapat menjadi
kritik dan saran dalam memajukan hukum yang berkeadilan di negara
Indonesia.
3. Terhadap masyarakat, bahwa tindak pidana pencurian tentu kerugian
yang dialami korban bersifat materil. Sehingga jalur penyelesaian
secara perdamaian dengan pengembalian kerugian dan menghilangkan
penuntutan secara hukum tentu akan lebih bermanfaat. Oleh kerenanya
penulis mengajak masyarakat untuk selalu mendahulukan penyelesaian
secara perdamaian dan musyawarah.
59
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quranul Kariim
Abdul Qadir Al Audah, At Tashri Al Jina’I al Islami,
Abdullah al jardani Muhammad, Fath Al allam Bi Sharh Musyid Al Anam, Juz 4,
Absar Ulil, TindakPidanaPencurian, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang, 2009,
Ali Ahmad, Menguak Teori Hukum Dan Teori Peradilan, Jakarta: Prenada Media
Group 2009
Ali Zainuddin, Hukum Pidana Islam Jakarta, SinarGrafika, 2009
Bukhari Imam, Shoheh Bukhari Beirut : Al-syu’ub, Juz 8,Jilid 6
Chazawi Adam, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Jakarta: PT, Raja Grafindo
Persada, 2002, Cet.1
Dimyati Khudzaifah dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum,Surakarta:
UMS Press, 2004
Djazuli, Fiqh Jinayah Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam,
Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, CetakanKedua 1997
E Utrecht, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I,
60
E. Fernando M. Manullang, Legisme, Legalitas, Dan Kepastian Hukum,
Jakarta: Prenadamedia Group, 2009
Frans Maramis, Hukum Pidana Umum Dan Tertulis Di Indonesia, Jakarta:
Rajawali Pers, 2012
Gunadi Ismu&Efendi Jonaedi, Cepat&Mudah Memahami Hukum Pidana, Jakarta,
Kencana (PrenemediaGrup) Cetakan 2014
Hamzah Andi, Kuhp&Kuhap, RinekaCipta 2016
Hamzah Andi, Terminologi Hukum Pidana, Jakarta: SinarGrafika, 2009
Irfan Nurul&Mayrofah, Fiqh Jinayah, Jakarta, Amzah, CetakanPertama 2013
M. Shabir U, Relevansi Hukuman Takzir Dalam Fikih Dengan Hukuman Sebagai
Alat Pendidikan, Jurnal Lentera PendidikanVol. 11, 2008,
Mardani, Kejahatan Pencurian Dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta, Cv Indhiil,
Cetakan Pertama 2008
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002
Muladi dan Nawawi Arief, Barda, Teori-teori Dan Kebijakan Pidana,Bandung:
PT. Alumni, 2005, Cet.3
Muslich Murdi Ahmad, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam Fikih Jinayah,
Jakarta, Sinar Grafika, 2006
Irfan Nurul, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Amzah, Cetakan Pertama 2016
61
P.A.F Lamintang, Delik Delik Khusus Kejahatan Kejahatan Terhadap Harta
Kekayaan, Bandung, Sinar Baru Offset, Cetakan Pertama
Perma No.2 Tahun 2012 Tentang Tindak Pidana Ringan
Prasetyo Teguh, Hukum Pidana, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, Cet.2
Putusan Pengadilan Nomor:237/Pid.B/2017/PN. JKT.BRT,
Rahardjo Satjipto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Persada 1991
RM Suharto, Hukum Pidana Materiil, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, Cet.2
Rohman Nur, Hukum Pidana Islam, Bandung, Al Kasyaf, 2007
Romy H Soemitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990
Saleh Roelan, Stelsel Pidana Indonesia,Yogyakarta: Gajah Mada, 1974
Sabiq Sayid, Al Fiqhu As Sunnah, Juz 2
Siregar Bismar, Tentang Pemberian Pidana, Simposium Pembaharuan Hukum,
2011
Soekanto Soerjono, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat Jakarta:
Raja Grafindo, 2011
62
Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta: UI Press, 1984
Soekanto Soerjono, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Persada 2006
Suma Amin Muhammad, Pidana Islam di Indonesia Peluang Prospek dan
Tantangan Jakarta:Pustaka Firdaus, 2001
Suma Amin Muhammad, Pidana Islam Di Indonesia, Jakarta
Syarif Ibnu Majar, Kamarusdiana, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta,
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009
Waluyo Bambang, Pidana Dan Pemidanaan, Jakarta: SinarGrafika, 2008
Zuhaili Wahbah, Al Fiqh Al Islami Wa Adilatuhu, Juz 7.
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
P U T U S A NNomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESAPengadilan Negeri Jakarta Barat yang mengadili perkara pidana dengan
acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai
berikut dalam perkara Terdakwa :
Nama lengkap : RONNY SULAIMAN
Tempat lahir : Jakarta
Umur/Tanggal lahir : 23 Tahun / 23 Juni 1994
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Tempat tinggal : Jalan Pulau Penyengat Raya Nomor 16,
RT.002/RW.03, Kelurahan Kelapa Gading Barat,
Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara
Agama : Kristen
Pekerjaan : Tidak Kerja
Pendidikan : SMA
Terdakwa ditahan berdasarkan Surat Perintah Penetapan Penahanan :
1. Penyidik sejak tanggal 29 Oktober 2017 sampai dengan tanggal 17
Nopember 2017;
2. Penyidik Perpanjangan oleh Penuntut Umum sejak tanggal 18
Nopember 2017 sampai dengan tanggal 27 Desember 2017;
3. Penuntut Umum sejak tanggal 12 Desember 2017 sampai dengan
tanggal 31 Desember 2017;
4. Hakim sejak tanggal 15 Desember 2017 sampai dengan tanggal 13
Januari 2018;
Terdakwa tidak didampingi Penasihat Hukum, meskipun telah
diberitahukan hak-haknya untuk didampingi penasehat hukum, tetapi secara
tegas terdakwa menolak didampingi penasehat hukum ; Pengadilan Negeri tersebut;Setelah membaca:
- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt tanggal 15 Desember 2017 tentang penunjukan
Majelis Hakim;- Penetapan Majelis Hakim Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt tanggal 19
Desember 2017 tentang penetapan hari sidang;
Halaman 1 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;
Telah memperhatikan barang bukti yang diajukan Penuntut Umum
dipersidangan; Setelah mendengar Tuntutan pidana dari Penuntut Umum tertanggal
Selasa 23 Januari 2018 yang pada pokoknya menuntut agar Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang memeriksa dan mengadili perkara ini,
memutuskan sebagai berikut :
1. Menyatakan terdakwa RONNY SULAIMAN telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pencurian dengan
pemberatan” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 363 ayat
(1) ke-3 KUHP, seperti tersebut dalam Dakwaan Tunggal.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa RONNY SULAIMAN dengan
pidana selama 10 (sepuluh) bulan penjara dikurangi selama terdakwa
berada dalam tahanan, dengan perintah supaya terdakwa tetap ditahan ;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
- 1 (satu) buah tas gendong warna coklat dirampas untuk
dimusnahkan
- Uang tunai sebesar Rp.750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah) dan 5 (lima) pcs Susu merk Lactogrow dikembalikan kepada
toko Indomaret melalui saksi Naswar
4. Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.
2.000,- (dua ribu rupiah).
Setelah mendengar Pembelaan/Pledoi dari Terdakwa yang disampaikan
dipersidangan secara lisan yang pada pokoknya, agar Majelis Hakim
memberikan keringanan hukuman yang seringan-ringannya dan Terdakwa
berjanji tidak akan mengulanginya lagi serta menyesali atas perbuatannya ;Setelah mendengar Replik dari Penuntut Umum dan Duplik Terdakwa
masing-masing disampaikan secara lisan dipersidangan pada, yang pada
pokoknya tetap pada pendiriannya ;Menimbang, bahwa Terdakwa oleh Penuntut telah didakwa dengan
dakwaan No. Reg. Perk : PDM - 575/ JKTBR / 12 / 2017, tertanggal 12
Desember 2017, sebagai berikut :Bahwa terdakwa RONNY SULAIMAN pada hari Sabtu tanggal 28 Oktober 2017
sekira jam 01.30 Wib atau pada waktu lain dalam bulan Oktober 2017 atau
setidak tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2017 bertempat di Indomaret Jl.
Mangga Besar Raya No.93A Kel. Tangki Kec. Tamansari Jakarta Barat, atau
setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daerah hukum
Pengadilan Negeri Jakarta Barat, mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya
Halaman 2 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak
diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak, perbuatan tersebut
dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut :- Bahwa berawal pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2017 sekira jam
14.30 Wib terdakwa RONNY SULAIMAN dari rumah sambil membawa
tas menuju Kota Jl. Mangga Besar Raya, kemudian terdakwa masuk
kedalam Indomaret dan mengambil 4 (empat) pcs susu bayi merk
Lactogrow, kemudian terdakwa pindah lagi masuk kedalam Indonaret
Kartini dan mengambil 8 (delapan) pcs susu bayi merk Lactogrow,
selanjutnya terdakwa kembali lagi kea rah Cempaka Putih dan menjual
susu bayi tersebut kepada CHI HENI dari 8 (delapan) pcs susu bayi
tersebut telah laku terjual seharga Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah).
Setelah terdakwa mendapatkan uang, terdakwa kembali lagi ke Kota dan
turun di dekat Lokasari kemudian kearah RS Husada dan di Jl. Mangga
Besar Raya No.93B ada Alfamaret, terdakwa langsung masuk dan
berpura-pura belanja, disaat karyawan toko Alfamaret lengah, terdakwa
mengambil 4 (empat) pcs sus bayi merk Lactogrow dan langsung
terdakwa masukan kedalam tas milik terdakwa, kemudian terdakwa
pindah lagi ke Indomaret yang berada di sebelahnya dan mengambil 1
(satu) pcs susu bayi terdakwa masukan kedalam tas milik terdakwa,
ketika terdakwa keluar dari Indomaret baru beberapa langka
meninggalkan pitnu Indomaret tiba-tiba terdakwa dipanggil oleh salah
satu karyawan Indomaret dan dilakukan pengecekan body serta barang
bawaanya, yang akhirnya didlam tas gendong milik terdakwa ditemukan
4 (empat) pcs sus bayi merk Lactogrow dan 1 (satu) pcs susu bayi merk
Lactogrow;- Bahwa akibat perbuatan terdakwa tersebut, toko Indomaret mengalami
kerugian sebesar Rp.595.000,- (lima ratus sembilan puluh ribu rupiah)
atau setidak-tidak sekitar jumlah tersebut;Perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana
dalam Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP.Menimbang, bahwa terhadap dakwaan tersebut Terdakwa menyatakan
telah mengerti dan tidak mengajukan eksepsi/keberatannya ;Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum
telah mengajukan Saksi-saksi sebagai berikut:
1. Saksi NASWAR dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:
-Bahwa sewaktu diperiksa saksi sehat jasmani dan rohani;
Halaman 3 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
-Bahwa saksi tidak kenal dan tidak ada hubungan keluarga dengan
terdakwa Bahwa kejadian adalah pada hari Sabtu tanggal 28 Oktober
2017 sekira jam 01.30 Wib bertempat di Indomaret Jl. Mangga Besar
Raya No.93A Kel. Tangki Kec. Tamansari Jakarta Barat,
-Bahwa saksi berada didalam Indomaret di tempat kasir sedang
melayani pembeli, saksi melihat terdakwa menggendeong sebuat tas
gendong warns coklat manuju Rak Sucu Lactagrow dan mengambii satu
pcs Susu Lactagrow dimasukkan kedalam tas gendong warna coklat
Bahwa saksi melihat terdakwa langsung keluar tanpa membayar di kasir
lalu saksi ikuti dari belakang dan saksi tanya “maaf mas .. cek body dulu”
terdakwa berhenti, lalu saksi membawa terdakwa masuk kesalam
Indomaret untuk diperiksa ;
-Bahwa saksi menemukan 5 (lima) pcs Susu Lactagrow didalam tas
warna coklat yang digendong terdakwa;
-Bahwa dari rekaman CC V jelas terlihat gambar terdakwa melakukan
pencurian di Indomaret yang lain;
Menimbang,bahwa atas keterangan saksi, Terdakwa menyatakan tidak
keberatan dan benar;
2. Saksi DENDA ARIF HIDAYAT dibawah sumpah pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
-Bahwa saksi sehat jasmani dan rohani;
-Bahwa saksi tidak kenal dan tidak ada hubungan keluarga dengan
terdakwa Bahwa kejadian adalah pada hari Sabtu tanggal 28 Oktober
2017 sekira jam 01.30 Wib bertempat di Indomaret Jl. Mangga Besar
Raya No.93A Kel. Tangki Kec. Tamansari Jakarta Barat,
-Bahwa saksi bekeria di Toko Allamart sedang mengecek stock barang di
lantai 2 ;
-Bahwa saksi turun kebawah dan melihat Sdr. Naswar mengamankan
terdakwa ;
-Bahwa 5 (lima) pcs Susu Lactagrow ada didalam tas warna coklat yang
digendong terdakwa;
Menimbang,bahwa atas keterangan saksi, Terdakwa menyatakan
tidak keberatan dan benar;
3. Saksi YUSUF SUPRIYATNA dibawah sumpah pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
-Bahwa saksi sehat jasmani dan rohani;
-Bahwa saksi tidak kenal dan tidak ada hubungan keluarga dengan
terdakwa Bahwa kejadian adalah pada hari Sabtu tanggal 28 Oktober
Halaman 4 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2017 sekira jam 01.30 Wib bertempat di Indomaret Jl. Mangga Besar
Raya No.93A Kel. Tangki Kec. Tamansari Jakarta Barat;
-Bahwa saat kejadian, saksi sedang berada di WC tiba-tiba ditelepon
oleh Sdr. Naswar agar saksi turun kdbswdh
-Bahwa saksi turun kebawah dan melihat Sdr. Naswar sedang
menginterogasi terdakwa perisinya di depan kasir; . . ,
-Banwa 5 (lima) pcs Susu Lactagrow ada didalam tas warna coklat yang
digendong terdakwa;
-Bahwa saksi mendapat iformasi dari Indomaret cabang lain bahwa ada
pencuri susu di toko-toko Alfamaret dan Indomaret lengkap berikut foto
pelakunya ;
Menimbang,bahwa atas keterangan saksi, Terdakwa menyatakan
tidak keberatan dan benar;
Menimbang, bahwa selanjutnya dalam persidangan ini, Terdakwa
telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut :
-Bahwa sewaktu diperiksa terdakwa sehat jasmani dan rohani.
-Bahwa terdakwa membenarkan Dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
-Bahwa kejadian adalah pada hari Sabtu tanggal 28 Oktober 2017 sekira
jam 01.30 Wib bertempat di Indomaret Jl. Mangga Besar Raya No.93A
KeT. Tangki Kec. Tamansari Jakarta Barat;
-Bahwa terdakwa masuk kedalam Indomaret dengan menggendong tas
warna coklat dan mengambil 4 (empat) Pcs susu bayi merk Lactogrow,
-Bahwa terdakwa pindah lagi masuk kedalam Indomaret Kartini dan
mengambil 8 (delapan) pcs susu bayi merk Lactogrow,
-Bahwa terdakwa kearah Cempaka Putih dan menjual susu bayi tersebut
kepada CHI HENI dari 8 (delapan) pcs susu bayi tersebut telah laku
terjual seharga Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah).
-Bahwa terdakwa ke Kota dan turun di dekat Lokasari kemudian kearah
RS Husada dan di Jl. Mangga Besar Raya No.93B ada Alfamaret,
terdakwa langsung masuk dan berpura-pura belanja, disaat karyawan
toko Alfamaret lengah, terdakwa mengambil 4 (empat) pcs sus bayi merk
Lactogrow dan langsung terdakwa masukan kedalam tas milik terdakwa
-Bahwa terdakwa pindah lagi ke Indomaret yang berada di sebelahnya
dan mengambil 1 (satu) pcs susu bayi terdakwa masukan kedalam tas
milik terdakwa,
Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai
berikut:
- 1 (satu) buah tas gendong warna coklat
Halaman 5 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
-Uang tunai sebesar Rp.7o0.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
- 5 (lima) pcs Susu merk Lactogrow
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang
diajukan diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut:
-Bahwa pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2017 sekira jam 14.30 Wib
terdakwa RONNY SULAIMAN dari rumah sambil membawa tas menuju
Kota Jl. Mangga Besar Raya, kemudian terdakwa masuk kedalam
Indomaret dan mengambil 4 (empat) pcs susu bayi merk Lactogrow,
kemudian terdakwa pindah lagi masuk kedalam Indonaret Kartini dan
mengambil 8 (delapan) pcs susu bayi merk Lactogrow, selanjutnya
terdakwa kembaii lagi kea rah Cempaka Putih dan menjual susu bayi
tersebut kepada CHI HENI dari 8 (delapan) pcs susu bayi tersebut telah
laku terjual seharga Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah). Setelah
terdakwa mendapatkan uang, terdakwa kembaii lagi ke Kota dan Turun di
dekat Lokasari kemudian kearah RS Husada dan di Jl. Mangga Besar
Raya No.93B ada Alfamaret, terdakwa langsung masuk dan berpura-pura
belanja, disaat karyawan toko Alfamaret lengah, terdakwa mengambil 4
(empat) pcs sus bayi merk Lactogrow dan langsung terdakwa masukan
kedalam tas milik terdakwa, kemudian terdakwa pindan lagi ke Indomaret
yang Berada di sebelahnya dan mengambil 1 (satu) pcs susu bayi
terdakwa masukan kedalam tas milik terdakwa, ketika terdakwa keluar
dari Indomaret baru beberapa langka meninggalkan pitnu Indomaret tiba-
tiba terdakwa dipanggil oleh salah satu karyawan Indomaret dan
dilakukan pengecekan body serta barang bawaanya, yang akhimya
didlam tas gendong milik terdakwa ditemukan 4 (empat) pcs sus bayi
merk Lactogrow dan 1 (satu) pcs susu bayi merk Lactogrow;
-Bahwa akibat perbuatan terdakwa tersebut, toko Indomaret mengalami
kerugian sebesar Rp.595.000,- (lima ratus sembilan puluh ribu rupiah)
atau setidak-tidak sekitar jumlah tersebut;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas,
Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya;Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum
dengan Dakwaan Tunggal, maka Majelis Hakim terlebih dahulu
mempertimbangkan dakwaan Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP, sehingga dakwaan
tersebut haruslah dibuktikan salah satu saja yang unsur-unsurnya adalah
sebagai berikut:
Halaman 6 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
1 barang siapa.
2 mengambil sesuatu barang.
3 seluruhnya atau sebagian milik orang lain.
4 dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan hak/hukum.
5 di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang
ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui
atau tidak dikehendaki oleh yang berhak
1. Unsur “barang siapa”Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan barang siapa adalah orang
yang dipandang dalam keadaan sehat jasmani dan rohani sebagai pelaku atau
subyek hukum pidana yang dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatan
pidana yang dilakukan.Menimbang, bahwa terdakwa RONNY SULAIMAN setelah dicocokkan
identitasnya dalam Surat Dakwaan dan pengakuan terdakwa serta berdasarkan
fakta-fakta yang diperoleh di persidangan sebagaimana yang diuraikan dalam
Analisa Fakta, terdakwa adalah pelaku tindak pidana yang didakwakan dan
dalam pemeriksaan di persidangan tidak ditemukan hal-hal yang dapat
menghapuskan perbuatan pidananya, sehingga karena itu terdakwa dapat
dipertanggung jawabkan atas perbuatan pidana yang telah dilakukannya.Menimbang, bahwa telah terpenuhi dan terbukti secara sah menuru
hukum.
2. mengambil sesuatu barang.
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi dan pengakuan
terdakwa serta barang bukti yang diajukan, maka diperoleh fakta hukum bahwa,
terdakwa masuk kedalam Indomaret dan mengambil 4 (empat) pcs susu bayi
merk Lactogrow, kemudian terdakwa pindah lagi masuk kedalam Indonaret
Kartini dan mengambil 8 (delapan) pcs susu bayi merk Lactogrow, selanjutnya
terdakwa kembali lagi kea rah Cempaka Putih dan menjual susu bayi tersebut
kepada CHI HENI dari 8 (delapan) pcs susu bayi tersebut telah laku terjual
seharga Rp.400.000,- (empat ratus ribu rupiah). Setelah terdakwa mendapatkan
uang, terdakwa kembali lagi ke Kota dan turun di dekat Lokasari kemudian
kearah RS Husada dan di Jl. Mangga Besar Raya No.93B ada Alfamaret,
terdakwa langsung masuk dan berpura- pura belanja, disaat karyawan toko
Alfamaret lengah, terdakwa mengambil 4 (empat) pcs sus bayi merk Lactogrow
dan langsung terdakwa masukan kedalam tas milik terdakwa, kemudian
terdakwa pindah lagi ke Indomaret yang berada di sebelahnya dan mengambil 1
(satu) pcs susu bayi terdakwa masukan kedalam tas milik terdakwa ;
Halaman 7 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa telah terpenuhi dan terbukti secara sah menuru
hukum.
3. Unsur “seluruhnya atau sebagian milik orang lain”;
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi dan pengakuan
terdakwa serta barang bukti yang diajukan, maka diperoleh fakta hukum bahwa
1 (satu) unit HandPhone merk Lenovo type K4 Note warna hitam dan 1 (satu)
buah jam tangan merk D-Force warna hitam yang diambil terdakwa tersebut
adalah milik saksi Sutrisno.Menimbang, bahwa unsur ini telah terpenuhi dan terbukti secara sah
menurut hukum.
4. Unsur “dengan maksud untuk dimiliki dengan melawan
hak/hukum”;
Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi dan pengakuan
terdakwa serta barang bukti yang diajukan, maka diperoleh fakta hukum bahwa
5 (lima) pcs Susu merk Lactogrow yang terdakwa ambil tersebut adalah untuk
terdakwa miliki tanpa ijin pemiliknya ;Menimbang, bahwa unsur ini telah terpenuhi dan terbukti secara sah
menurut hukum.
5. Unsur “di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan
tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di
situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak”;
Menimbang, bahwa oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau
tidak dikehendaki oleh yang berhak Bahwa dengan memakai kata “atau” dan
tanda “koma” pada perumusan delik tersebut berarti unsur ini dirumuskan
secara alternatif yaitu apabila salah satu saja telah terpenuhi oleh perbuatan
terdakwa maka terdakwa dianggap telah terbukti melakukan delik dimaksud.Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh dalam
persidangan berupa keterangan saksi-saksi, pengakuan terdakwa dan barang
bukti yang diajukan, maka diperoleh fakta hukum sebagai berikut:- bahwa pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2017 sekira jam
14.30 Wib terdakwa RONNY SULAIMAN dari rumah sambil membawa
tas menuju Kota Jl. Mangga Besar Raya, kemudian terdakwa masuk
kedalam Indomaret dan mengambil 4 (empat) pcs susu bayi merk
Lactogrow, kemudian terdakwa pindah lagi masuk kedalam Indonaret
Kartini dan mengambil 8 (delapan) pcs susu bayi merk Lactogrow,
selanjutnya terdakwa kembali lagi kea rah Cempaka Putih dan menjual
susu bayi tersebut kepada CHI HtNI dari 8 (delapan) pcs susu bayi
Halaman 8 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
tersebut telah laku terjual seharga Rp.400.000,- (empat ratus ribu
rupiah). Setelah terdakwa mendapatkan uang, terdakwa kembali lagi ke
Kota dan turun di dekat Lokasari kemudian kearah RS Husada dan di Jl.
Mangga Besar Raya No.93B ada Alfamaret, terdakwa langsung masuk
dan berpura-pura belanja, disaat karyawan toko Alfamaret lengah,
terdakwa mengambil 4 (empat) pcs sus bayi merk Lactogrow dan
langsung terdakwa masukan kedalam tas milik terdakwa, kemudian
terdakwa pindah lagi ke Indomaret yang berada di sebelahnya dan
mengambil 1 (satu) pcs susu bayi terdakwa masukan kedalam tas milik
terdakwa;Menimbang, bahwa unsur ini telah terpenuhi dan terbukti secara sah
menurut hukum.
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 363 ayat (1)
ke-3 KUHP. telah terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pencurian
dengan pemberatan”. Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah
dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan
dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan; Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan
terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar
Terdakwa tetap berada dalam tahanan;Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa,
maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan
yang meringankan Terdakwa;
Hal-hal yang memberatkan :
Perbuatan Terdakwa meresahkan masyarakat.
Hal-hal yang meringankan :
Terdakwa menyesal, mengakui perbuatannya.
Terdakwa belum pernah dihukum.
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka
haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara; Memperhatikan, Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP dan Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI :
Halaman 9 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
1. Menyatakan Terdakwa RONNY SULAIMAN telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pencurian dalam
keadaan pemberatan“ sebagaimana diatur dan diancam dalam dakwaan
Tunggal;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa RONNY SULAIMAN tersebut
oleh karena itu dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) Bulan;
3. Menetapkan, bahwa masa penangkapan dan penahanan yang telah
dijalani oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Menetapkan agar Terdakwa tetap berada didalam tahanan;
5. Menetapkan agar barang bukti berupa :
– 1 (satu) buah tas gendong warna coklat;
Dirampas untuk dimusnahkan;
– Uang tunai sebesar Rp 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah);
– 5 (lima) pcs Susu merk Lactogrow;
Dikembalikan kepada Toko Indomaret melalui saksi NASWAR;
6. Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp 2.000,- (dua ribu rupiah) ;
Demikianlah diputus dalam rapat musyawarah Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Barat, pada hari SELASA, tanggal 23 JANUARI
2018, dengan susunan Majelis terdari dari DR. HANRY HENGKY SUATAN,
SH.,MH selaku Hakim Ketua Majelis PURWANTO, SH dan BESTMAN
SIMARMATA, SH masing–masing selaku Hakim–Hakim Anggota Majelis,
putusan tersebut diucapkan pada hari itu juga dalam sidang terbuka untuk
umum oleh Hakim Ketua Majelis bersama–sama dengan Hakim–Hakim Anggota
tersebut serta didampingi oleh HERLIN SETIANI, SH. selaku Panitera
Pengganti pada Pengadilan Negeri tersebut dengan dihadiri oleh YULIANTO
ARIBOWO, SH selaku Jaksa pada Kejaksaan Negeri Jakarta Barat selaku
Penuntut Umum dan dihadapan Terdakwa;
Hakim–Hakim Anggota Hakim Ketua
1. P U R W A N T O, S.H DR. HANRY HENGKY SUATAN, S.H.,M.H
Halaman 10 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
2. BESTMAN SIMARMATA, S.H
Panitera Pengganti
HERLIN SETIANI, S.H
Halaman 11 dari 11 Putusan Nomor 2371/Pid.B/2017/PN Jkt.Brt
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.idTelp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11