Post on 07-Aug-2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Asal-usul padi budidaya diperkirakan berasal dari daerah lembah Sungai Gangga dan
Sungai Brahmaputra dan dari lembah Sungai Yangtse. Di Afrika, padi Oryza glaberrima
ditanam di daerah Afrika barat tropika.
Air merupakan kebutuhan dasar tanaman untuk dapat tumbuh, berkembang, serta
berproduksi dengan baik (De Datta, 1981).
Total kebutuhan air untuk tanaman padi pada lahan yang tergenang termasuk persiapan
lahan berkisar antara 1300-1900 mm (Bouman et al., 2005). Pengelolaan air irigasi padi
sawah sangat penting untuk memaksimumkan pengembangan teknologi budidaya padi
terutama untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air.
Ketersediaan air yang cukup merupakan salah satu faktor utama dalam produksi padi
sawah. Di sebagian besar daerah Asia, tanaman padi tumbuh kurang optimum akibat
kelebihan air atau kekurangan air karena curah hujan yang tidak menentu dan pola lanskap
yang tidak teratur. Pada umumnya, alasan utama penggenangan pada budidaya padi sawah
yaitukarena sebagian besar varietas padi sawah tumbuh lebih baik dan
menghasilkanproduktivitas yang lebih tinggi ketika tumbuh pada tanah tergenang
dibandingkan dengan tanah yang tidak tergenang. Air mempengaruhi karakter tanaman,
unsur hara dan keadaan fisik tanah, dan pertumbuhan gulma (De Datta, 1981). Kebutuhan air
tanaman padi ditentukan oleh beberapa faktor seperti jenis tanah, kesuburan tanah, iklim
(basah atau kering), umur tanaman, dan varietas padi yang ditanam,dan sebagainya.
Kebutuhan air terbanyak untuk tanaman padi pada saat penyiapan lahan sampai tanam dan
memasuki fase bunting sampai pengisian bulir (Juliardi dan Ruskandar, 2006).
1.2 Landasa Teori
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno
berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah
memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun
SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800
Nuri_ok@yahoo.com Page 1
SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma,
Thailand, Laos, Vietnam.( Arafah. 2008).
Genus Oryza termasuk dalam rumpun Oryzeae dalam famili Gramineae (rumput-
rumputan). Sekitar 20 spesies tersebar di dunia terutama di daerah tropis basah Afrika, Asia
Selatan dan asia Tenggara, Cina Selatan, Amerika Selatan dan Tengah, dan Australia. Padi
yang dibudidayakan saat ini termasuk dalam genus.Oryza dengan spesies utama yaitu Oryza
sativa. Oryza glaberrima yang tumbuh secara sporadis di beberapa wilayah negara-negara
Afrika Barat, secara bertahap mulai tergantikan oleh Oryza sativa (De Datta, 1981).
Kultivar padi yang ada saat ini digolongkan berdasarkan bentuk morfologinya ke
dalam tiga tipe, yaitu Indica, Japonica, dan Javanica. Padi Japonica memiliki karakteristik
bentuk biji yang pendek dan bulat, warna daunnya hijau tua, jumlah anakan banyak, jumlah
gabah per malai banyak, dan bobot gabahnyaberat, tersebar di Jepang, Korea, dan Penin. Padi
Indica memiliki karakteristik bentuk biji yang ramping dan panjang, warna daun hijau muda,
jumlah anakan banyak, jumlah gabah per malai banyak, tetapi bobot gabahnya ringan,
tersebar di Cina Selatan, Taiwan, India, dan Sri Lanka. Sedangkan padi Javanica memiliki
karakteristik bentuk biji oval, warna daun hijau muda, jumlah anakan sedikit, jumlah gabah
per malai sedikit, dan bobot gabah berat, tersebar diJawa dan Bali (Katayama, 1993).
Batang padi berbuku dan berongga. Dari buku batang ini tumbuh anakan dan daun. Bunga
atau malai muncul dari buku terakhir pada setiap anakan. Akar padi merupakan akar serabut
yang sangat efektifdalam penyerapan hara, tetapi peka terhadap kekeringan. Akar padi
terkonsentrasi pada kedalaman antara 10-20 cm (Siregar, 1981).
1.3 Permasalahan
Manakah hasil yang lebih tinggi aerobik atau an-aerobik?
1.4 Tujuan
Mahasiswa mampu menganalisis respon pertumbuhan tanaman padi terhadap pengaruh perbedaan aerobik lahan tanam.
Nuri_ok@yahoo.com Page 2
BAB II
METODOLOGI
2.1 Rancangan percobaan
Praktikum ini di laksanakan di lahan percobaan universitas bengkulu, percobaan yang
digunakan rancangan acak lengkap. Perlakuan pada praktikum ini adalah A1, yitu polibeg
berisi tanah yang selalu tergenang oleh air irigasi (an aerob); A2, yaitu polibeg yang berisi
tanah selalu lembab. Bahan yang di gunakan adalah polybag, tanah lumpur, air untuk irigasi,
bibit padi, pupuk urea, pupuk sp36, pupuk KCL, pestisida. Alat yang digunakan meliputi
cangkul, tali plastik, timbangan, sabit, ember plastik dan alat semprot.
2.2 Prosedur pelaksanaan kerja
a. Menyiapkan benih padi sekitar 500g, melakukan sortasi denga cara merendam benih
dalam air selama 15 menit,
b. Mengambil benih yang tenggelam dalam air sebagai benih terpakai untuk praktikum ban
benih yang terapung di buang.
c. Benih yang terpakai di rendam dalam air selama 24 jam.
d. Menyiapkan wadah persemaian dan tanah gembur untuk persemaian benih.
e. Menyemaikan benih yang sudah direndam selama 24 jam, pada media yang sudah
disiapkan, lama penyemaian benih selama 7 dan 21 hari
f. Menyiapkan 10 polibag perkelompok untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman padi
yang di isi dengan tanah berlumpur hingga 5cm di babah bibir polybag.
g. Bibit yang berumur 7 hari di tanam untuk untuk 6 polibeg dan yang 4 polibag ditanami
bibit yang berumur 21 hari.
h. Memastikan polibeg selalu lelmbab dan selalu tergenang
i. Pemupukan yang dilakukan yaitu pemberian pupu Urea, SP36, dan KCL dilakukan pada
hari 21 dan hari 35 setelah tanam. Dosis pupk pada hari ke 21 adalah 0,91 g urea/pot;
0,68g SP36/pot; dan 0,68g KCL/pot. Dosis yang sama diberikan pada hari yang ke 35.
Dengan demikian dosis pupuk untuk satu musim tanam adalah 1,82g Urea/POT, 1,36G
sp36/pot, dan 1,36G KCL/pot.
j. Penyemprotan pestisidan apabila hama/penyait sudah melewati ambang ekonomis
k. Pemanenan dilakukan pada hari muncunculnya inisiasi bunga.
3 Pengamatan
Nuri_ok@yahoo.com Page 3
Variabel pengamatan meliputi : kecepatan tumbuh tanaman (plant growth rate),
jumlah anakan perumpun, kecepatan pertumbuhan akar, rasio shoot/root.
4 Analisis data
BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis varian menunjukkan bahwa pengaruh aerobik lahan terhadap
pertumbuahan padi menunjukkan sangat berpengaruh nyata terhadap variabel yang di amati
seperti tinggi tanaman, jumlah anakan, panjang akar, jumlah malai dan bobot kering akar.
Sehingga sangat terjadi interaksi antara perlakuan aerobik dan an-aerobik.
GAMBAR 1
Gambar 1. Menunjukakan bahawa perlakuan aerobik dan an-aerobik sangat berpengaruh
yang sangat nyata terhadap semua variabel yang diamati. Pada gambar terlihat bahwa
perlakuan aerobik lebih rentan terserang pengayakit dan pertumbuhannya lambat. Pada
gambar tersebut juga terlihat bahwa yang mempunyai perlakuan tergenang lebih rentan
terserang penyakit.
Nuri_ok@yahoo.com Page 4
aerobikAn-aerobik
Grafik 1. Tinggi tanaman
Tinggi lembab
r2 = 0,963
r = √r2=√0,963= 0,981
t hit
=
= = 156,2
Tinggi tergenang
r2 = 0,751
r = 0,886
t hit
Nuri_ok@yahoo.com Page 5
=
= = 18,1
Pada tinggi tanaman pada kondisi tanah yang lembab dapat disimpulkan
Karena f hitung ( 156,2) > f table ( 2,446) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data
tersebut terdapat perbedaan sangat nyata antar variable yang di amati. Sedangkan pada
tinggi tanaman pada kondisi tanah yang tergenang adalah Karena f hitung ( 18,1) > f
table ( 2,446) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data tersebut terdapat perbedaan nyata
antar variable yang di amati.
Pada peubah pertumbuhan seperti tinggi tanaman sangat berbeda antara perlakuan arobik
(tergenang) dan an-aerobik (lembab). Hal ini dikarenakan pada perlakuan aerobik udara yang
di dapat tanaman padi sedikit sehingga pertumbuhan padi tergangganggu, selain itu tanaman
padi yang tergenang lebih rentan terserang penyakit. Sedangkan untuk tanamn padi yang an-
aerob atau lembab prtumbuhan tinggi tanaman sangat cepat tanpa ada gangguan.
Grafik 2. Jumlah anakan
Jumlah anakan lembab
r2 = 0,858
r = √r2=√0,858= 0,926
Nuri_ok@yahoo.com Page 6
t hit
=
= = 36,25
Jumlah anakan Tergenang
r 2 = 0,925
r = √r2 =√0,925 = 0,961
t.hit =
=
= = 74
Pada jumlah anakan pada kondisi tanah yang lembab dapat disimpulkan Karena f
hitung (36,25 ) > f table ( 2,446) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data tersebut terdapat
perbedaan sangat nyata antar variable yang di amati. Sedangkan pada jumlah anakan pada
kondisi tanah yang tergenang adalah Karena f hitung (74) > f table ( 2,446) sehingga H0 : P1
= 0 ditolak, maka data tersebut terdapat perbedaan nyata antar variable yang di amati.
Pada grafik jumlah anakan perlakuan aerobik dan an-aerobik sangat berbeda nyata, untuk
yang tergenang jumlah anakan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah anakan yang
tergenang, hal ini di duga karena perlaakuan an-aerobik jumlah udara yang didapat pada
Nuri_ok@yahoo.com Page 7
pori-pori tanah sangat maksimal sehingga anakan pada tanaman padi yang lembab cepat
sekali tumbuhnya.
Gambar 2
Gambar 3. Hubungan antara panjang akar pada polibag yang lembab dan pada polibag
yang tergenang
Panjang akar lembab
r 2 = 0,901
r = √r2 =√0,901 = 949
t.hit =
Nuri_ok@yahoo.com Page 8
aerobik An-aerobik
=
= = 9,101
Panjang akar tergenang
r 2 = 0,974
r = √r2 =√0,974 = 0,986
t.hit =
=
= = 37,46
Pada panjang akar pada kondisi tanah yang lembab dapat disimpulkan Karena
f hitung (9.101) > f table ( 12,706) sehingga H0 : P1 = 0 diterima, maka data tersebut
tidak terdapat perbedaan sangat nyata antar variable yang di amati. Sedangkan pada
panjang akar pada kondisi tanah yang tergenang adalah Karena f hitung (74) > f table
(12,706) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data tersebut terdapat perbedaan nyata antar
variable yang di amati.
Panjang akar tanaman pada tanaman yang di tanam pada kondisi yang lembab
dan tanaman padi yang di tanam pada kondisi yang tergenang sangat Nampak
perbedaanya, pada tanaman padi yang ditanam pada kondisi yang lembab bentuk akarnya
panjang, banyak dan besar sehingga akar dapat memperoleh kebutuhan hara yang jauh
lebih banyak sehingga menjamin untuk pertumbuhan tanaman, sedangkan pada tanaman
padi yang di tanam pada kondisi tanah yang tergenang bentuk akarnya pendek, sedikit
Nuri_ok@yahoo.com Page 9
dan kecil sehiongga hara yang di serap tidak optimum untuk pertumbuhan tanaman
sehingga pertumbuhan tanaman menjadi kuru-kurus dan kerdil.
berat basah tanaman
Gambar 4. Hubungan antara berat basah tanaman pada polibag yang tergenang dan pada
polibag yang lembab
Berat basah tanaman
r 2 = 0,852
r = √r2 =√0,852= 0,923
t.hit =
=
= = 11,51
Pada berat bsah tanaman dapat disimpulkan Karena f hitung (11.51) > f table
(4,302) sehingga H0 : P1 = 0 ditolak, maka data tersebut terdapat perbedaan sangat nyata
antar variable yang di amati
Nuri_ok@yahoo.com Page 10
Pada berat basah tanaman tersebut tampak bahwa pada tanaman padi yang
ditanam di daerah yang lembab berat tanamannya jauh lebih berat dari tanaman padi
yang di tanaman pada daerah yang tergenang karena bentuk tanamannya jauh lebih besar
dan berisi.
jumlah bulir
Jumlah bulir
r2 = 1
r = 1
t hit
= = = 0
Pada jumlah bulir tanaman dapat disimpulkan Karena f hitung (0) > f table (0)
sehingga H0 : P1 = 0 diterima , maka data tersebut tidak terdapat perbedaan sangat nyata
antar variable yang di amati.
Jumlah bulir pada tanaman padi sangat banyak tetapi jumlah bulir tersebut hanya berasal
dari tanaman yang ditanam pada kondisi lembab saja karena pada tanaman yang ditanam
pada kondisi lembab tersebut anakan yang di hasilkan adalah anakan yang produktif
Nuri_ok@yahoo.com Page 11
disini tampak perbedaan yang sangat nyata antara tanaman padi di daerah lembab dan
tanaman padi di daerah yang tergenang.
berat basah akar
Gambar 5. Hubungan antara berat basah akar pada polibag yang tergenang dan berat
basah akar pada polibag yang lembab.
Berat basah akar
r 2 = 0,454
r = √r2 =√0,454 = 0,673
t.hit =
=
= = 1,663
Pada berat basah akar tanaman dapat disimpulkan Karena f hitung (1.663) > f
table (4,302) sehingga H0 : P1 = 0 diterima , maka data tersebut tidak terdapat perbedaan
sangat nyata antar variable yang di amati.
Nuri_ok@yahoo.com Page 12
Dari grafik di atas tampak bahwa berat basah pada tanaman padi yang
kondisinya lembab jauh lebih berat di bandingkan dengan berat basah akar pada tanaman
padi yang kondisinya tergenang, karena akar tanaman padi pada kondisi yang lembab
akarnya panjang, banyak dan besar sehingga beratnyapun menjadi maksimal dan
kemampuan akarpun akan semakin baik sedangkan berat basah akar pada tanaman yang
tergenang sangat ringan karena pada kondisi tersebut akar tanamannya sangan pendek
dan sedikit.
Berat basah daun
Gambar 6. Hubungan berat basah daun pada polibag yang tergenang dan pada polibag
yang lembab
Berat basah daun
r 2 = 0,5
r = √r2 =√0,5 = 0,707
t.hit =
= = = 2
Nuri_ok@yahoo.com Page 13
Pada berat basah daun tanaman dapat disimpulkan Karena f hitung (2) > f
table (4,302) sehingga H0 : P1 = 0 diterima , maka data tersebut tidak terdapat perbedaan
sangat nyata antar variable yang di amati.
BAB IV
KESIMPULAN
Perlakuan aerobik pada tanaman padi memberikan perbedaan yang nyata pada peubah
yang diamati seperti tinggi tanaman, jumlah anakan dan panjang akar. Demikian juga
interaksi antara perlakuan aerobik (tergenang) dan an-aerobik (lembab) sangat menunjukkan
perbedaan. Sehingga dari hasil analisis menyimpulkan bahwa perlakuan pada tanaman padi
lebih bagus apa bila tidak di genangi atau dalam keadaan lembab. Karena pada pengamatan
yang telah di praktekkan bahwa perlakuan lembablah yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
Arafah. 2008. Kajian berbagai sistim tanam pada dua varietas unggul baru padi terhadap
pertumbuhan dan hasil padi sawah. Jurnal Agrivigor 6:18 – 25
De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John Wiley & Sons, Inc.
Canada. 618 p.
Bouman, B.A.M., R.M. Lampayan, and T.P. Tuong. 2007. Water management in irrigated rice, coping with water scarcity. International Rice Research Institute. http://www.irri.org. [diakses 25 desember 2012].
Juliardi, Iwan, dan A. Ruskandar. 2006. Teknik mengairi padi: kalau macak-macak cukup, mengapa harus digenang. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3213024.pdf. [25desember 2012].
Katayama, T. C. 1993. Morphological and taxonomical characters of cultivated rice (Oryza sativa L.), p. 41-49. In M. Takane and K. Hoshikawa (Eds). Science of the Rice Plant Vol.1: Morphology. Food and Agriculture Policy Research Center. Tokyo.
Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. PT Sastra Hudaya. Jakarta. 319 hal.
Nuri_ok@yahoo.com Page 14