Post on 06-Apr-2021
i
LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2020
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN ANGGARAN 2021
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
i
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja merupakan wujud akuntabilitas instansi
Pemerintah dalam menjalankan kinerja pemerintahan selama
satu tahun. Penyusunan laporan kinerja didasarkan pada
perencanaan kinerja yang telah disusun pada tahun
sebelumnya dan dituangkan pada perjanjian kinerja.
Sekretariat Jenderal sebagai salah satu unit eselon I di
Kementerian Kesehatan memiliki kewajiban untuk
melaksanakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) yang digambarkan dalam Laporan
Kinerja. Laporan ini juga merupakan bagian dari pelaksanaan
transparansi dan akuntabilitas kinerja dalam rangka good governance.
Alhamdulilah, Laporan Kinerja Entitas Eselon 1 Sekretariat Jenderal telah selesai
disusun tepat waktu berdasarkan hasil evaluasi Indikator Kinerja Program (IKP) maupun
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Laporan kinerja berisi capaian kinerja dan capaian
anggaran, analisis kegagalan/keberhasilan, kendala dalam pencapaian target serta upaya
tindak lanjut.
Semoga laporan kinerja Sekretariat Jenderal ini bermanfaat baik sebagai bahan
evaluasi guna peningkatan kualitas kinerja Sekretariat Jenderal dalam mendukung
pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia yang lebih sehat dan kuat, maupun menjadi umpan balik bagi satuan kerja di
bawah Sekretariat Jenderal untuk mendorong peningkatan kinerja yang lebih baik dan
memberikan manfaat dalam perencanaan kedepan bagi para pelaksana program kegiatan.
Kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam penyusunan Laporan Kinerja
Sekretariat Jenderal tahun 2020 maupun pihak/satker yang telah bekerja keras dalam
meraih capaian kinerja maupun anggaran, kami sampaikan ucapan terima kasih.
Jakarta, Februari 2021
Sekretaris Jenderal,
drg Oscar Primadi, MPH
NIP.196110201988031013
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iii
IKHTISAR EKSEKUTIF ..........................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Sekretariat Jenderal ................................... 1
C. Struktur Organisasi ............................................................................ 2
D. Sistematika Laporan .......................................................................... 9
BAB II PERENCANAAN KINERJA ...................................................................... 10
A. Rencana Strategis .......................................................................... 10
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian Kesehatan................................................... 14
2. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) ................................................ 15
B. Penetapan Kinerja Sekretariat Jenderal ............................................. 16
C. Definisi Operasional Indikator Kinerja Program .................................. 18
D. Matriks Realisasi Indikator Sasaran Program dan Indikator Sasaran
Kegiatan Tahun 2020 ....................................................................... 21
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................................... 25
A. Capaian Kinerja Organisasi .............................................................. 25
B. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Kesehatan ...................... Error! Bookmark not defined.
C. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu Indonesia Sehat(KIS) ........ Error! Bookmark not defined.
BAB IV KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT ................................................. 147
A. Kesimpulan ................................................................................... 147
B. Tindak Lanjut ................................................................................ 148
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 ………………………………………………………….7
Tabel 1.2 ………………………………………………………….8
Tabel 2.1 ………………………………………………………….10
Tabel 2.2 ………………………………………………………….12
Tabel 2.3 ………………………………………………………….14
Tabel 2.4 ………………………………………………………….15
Tabel 2.5 ………………………………………………………….17
Tabel 2.6 ………………………………………………………….18
Tabel 2.7 ………………………………………………………….20
Tabel 2.8 ………………………………………………………….21
Tabel 3.a ………………………………………………………….25
Tabel 3.b ………………………………………………………….26
Tabel 3.c ………………………………………………………….31
Tabel 3.1.1 ……………………………………………………… 32
Tabel 3.1.2 ……………………………………………………… 35
Tabel 3.2.1 ……………………………………………………… 50
Tabel 3.2.2 ……………………………………………………… 51
Tabel 3.3.1 ……………………………………………………… 55
Tabel 3.3.2 ……………………………………………………… 56
Tabel 3.4.1 ……………………………………………………… 63
Tabel 3.4.2 ……………………………………………………… 64
Tabel 3.5.1 ……………………………………………………… 70
Tabel 3.5.2 ……………………………………………………… 73
Tabel 3.6.1 ……………………………………………………….. 82
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
iv
Tabel 3.6.2 ……………………………………………………….. 83
Tabel 3.7.1 ……………………………………………………….. 85
Tabel 3.7.2 ……………………………………………………….. 86
Tabel 3.8.1 ……………………………………………………….. 89
Tabel 3.8.2 ……………………………………………………….. 89
Tabel 3.9.1 ……………………………………………………….. 91
Tabel 3.9.2 ……………………………………………………….. 92
Tabel 3.10.1 ………………………………………………………..95
Tabel 3.10.2 ……………………………………………………… 95
Tabel 3.11.1 ……………………………………………………… 97
Tabel 3.11.2 ……………………………………………………… 97
Tabel 3.12.1 ……………………………………………………… 102
Tabel 3.13.1 ……………………………………………………… 107
Tabel 3.13.2 ……………………………………………………… 108
Tabel 3.d ………………………………………………………….. 106
Tabel 3.e ….……………………………………………………… 114
Tabel 3.f …….……………………………………………………. 115
Tabel 3.g …...…………………………………………………….. 116
Tabel 3.h …………………………………………………………. 129
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
v
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020 merupakan gambaran
tentang capaian kinerja selama satu tahun. Laporan Kinerja ini disusun mengacu
pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, Rencana Aksi
Program Sekretariat Jenderal Tahun 2020-2024 dan Perjanjian Kinerja (PK)
Sekretariat Jenderal Tahun 2020. PK Sekretariat Jenderal Tahun 2020 disusun
berdasarkan RKA KL. Namun, terdapat perbedaan nomenklatur program, kegiatan
dan indikator kinerja antara RKA KL dengan Renstra. Hal ini dikarenakan tahun
2020 merupakan tahun pertama Renstra Kemenkes 2020-2024. Renstra tersebut
ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2020 berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 21 tahun 2020, sedangkan perencanaan anggaran tahun 2020
sudah dimulai pada tahun 2019.
Terkait dengan hal tersebut di atas, Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal
tahun 2020 disusun berdasarkan Perjanjian Kinerja. Dalam Perjanjian Kinerja,
Sekretariat Jenderal mempunyai dua program yaitu:
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Kesehatan, dengan sasaran program Meningkatnya koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen
Kementerian Kesehatan. Terdapat 4 indikator untuk menilai kinerja program
yaitu :
a. Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes
b. Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan
c. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam
penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
d. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD
yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan
2. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu
Indonesia Sehat (KIS), dengan sasaran program Terselenggaranya
Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Terdapat 2 indikator untuk menilai kinerja program yaitu :
a. Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan luran (PBI)
rnelalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS).
b. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan
jaminan kesehatan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
vi
Pada tahun 2020, capaian indikator program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan adalah sebagai
berikut:
a. Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes sebesar 78,93 dari target 78,06,
b. Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan sebanyak 2
dari target 2,
c. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan
SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota sebesar 20% dari target
20%,
d. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang
sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan sebesar 20% dari target
20%.
Capaian indikator program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) adalah sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk yang menjadi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI)
melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
sebanyak 96,18 juta jiwa dari target 96,80 juta jiwa
b. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan
jaminan Kesehatan sebanyak 2 dari target 2.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
vii
Penghargaan Sekretariat Jenderal
Dalam pelaksanaan program tahun 2020, Sekretariat Jenderal mendapatkan
penghargaan antara lain :
1. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
Kementerian Kesehatan melalui Biro Komunikasi dan Pelayanan
Masyarakat sebagai redaksi majalah MediaKom mendapatkan Gold Winner
sebagai The Best of Government Indonesia Inhouse Magazine Award yang
diadakan oleh Serikat Perusahaan Pers Indonesia (SPS) di Banjarmasin, 7
Februari 2020.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
viii
MediaKom juga mendapatkan 2nd Winner untuk kategori The Best Inhouse
Magazine yang diadakan oleh Indonesia Content Marketing Forum (ICMF) di
Jakarta, 11 September 2020.
Selain MediaKom, akun sosial media Kementerian Kesehatan berhasil
meraih 4 penghargaan di seluruh kategori yang dinominasikan dalam ajang
Government Social Media Summit (GSMS) tahun 2020 yang dilaksanakan secara
daring pada 27-29 November 2020.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
ix
2. Biro Umum
Melalui Biro Umum, Kementerian Kesehatan mendapatkan penghargaan
Peringkat 1 “Sangat Memuaskan” pada Kategori Kementerian hasil Pengawasan
Kearsipan yang diberikan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
x
Biro Umum mendapatkan penghargaan Satker Berkinerja Terbaik dan
mendapatkan reward yaitu kartu prioritas dari KPPN diberikan di Jakarta, 3 Januari
2020
Biro umum mendapatkan Juara 1 Kantor Berhias (Berbudaya Hijau dan
Sehat) pada bulan Maret 2020.
3. Biro Keuangan dan Barang Milik Negara
Kementerian Kesehatan melalui Biro Keuangan dan Barang Milik Negara
mendapatkan Juara Kedua atas kinerja yang baik di bidang pengelolaan BMN
kategori Peningkatan Tata Kelola Berkelanjutan dari Kementerian Keuangan.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
xi
4. Biro Hukum dan Organisasi
Kementerian Kesehatan mendapatkan penghargaan sebagai anggota
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum yang telah terintegrasi dengan
system JDIHN(jdihn.go.id) diberikan oleh Menteri Hukum dan HAM kepada Biro
Hukum dan Organisasi sebagai penanggung jawabnya.
Penghargaan dari Menteri Kesehatan kepada Biro Hukum dan Organisasi
sebagai Satuan Kerja Kantor Pusat yang telah mengimplementasikan Aplikasi E-
Monev pada Pelaksanaan Program dan Kegiatan di Kementerian Kesehatan.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
xii
5. Pusat Kesehatan Haji
Pusat Kesehatan Haji mendapatkan Peringkat Pertama Penilaian Indikator
Kinerja Pelaksanaan Anggaran Triwulan III Tahun Anggaran 2020 dari Menteri
Kesehatan
6. Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
xiii
Sekretariat KKI mendapatkan Piagam WBK sebagai Unit Kerja di
lingkungan Kementerian Kesehatan yang memenuhi persyaratan menuju Wilayah
Bebas dari Korupsi selama 3 (tiga) tahun berturut-turut dari Menteri Kesehatan.
Sekretariat KKI mendapatkan Juara 2 Penilaian Internal Gerakan Kantor
BERHIAS.
7. Pusat Krisis Kesehatan
Pusat Krisis Kesehatan mendapatkan penghargaan dari Menteri Kesehatan
sebagai Satuan Kerja Kantor Pusat yang telah mengimplementasikan Aplikasi
Electronic Monitoring and Evaluation (E-Monev) pada Pelaksanaan Program dan
Kegiatan di Kementerian Kesehatan Tahun Anggaran 2020.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap instansi pemerintah wajib
mempertanggungjawabkan tugas pokok dan fungsi yang dilaksanakan dalam
bentuk Laporan Kinerja (LKj). Dimana Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan
kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah
diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi
secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan
kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. Hal ini sejalan dengan
upaya reformasi birokrasi yang sedang dilakukan oleh seluruh Kementerian dan
Lembaga, yaitu mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan berwibawa
serta memiliki kinerja yang balk (Good Governance). Salah satu wujud perubahan
dalam program reformasi birokrasi, Sekretariat Jenderal berupaya mendukung
pembangunan Kesehatan secara sistematis, berdayaguna, berhasil guna, bersih
dan bertanggungjawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme sehingga
tercipta Good Governance.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Sekretariat Jenderal setiap tahun
wajib menyampaikan Laporan Kinerja kepada Menteri Kesehatan. Penyusunan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2020 merujuk pada Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, Rencana Aksi Program Sekretariat
Jenderal Tahun 2020-2024 dan Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun
2020.
B. Tugas, Fungsi dan Struktur Sekretariat Jenderal
Memperhatikan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2015 tentang Kementerian Kesehatan serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, Sekretariat Jenderal berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri Kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
1. Koordinasi kegiatan Kementerian Kesehatan;
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
2
2. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran Kementerian
Kesehatan;
3. Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, kerjasama. Hubungan masyarakat,
arsip dan dokumentasi Kementerian Kesehatan;
4. Pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
5. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangangan serta
pelaksanaan advokasi hukum;
6. Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan
pengadaan barang/jasa;
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Sekretariat Jenderal mengacu/
berpedoman kepada Rencana Aksi Program (RAP) Tahun 2020-2024 dan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024.
C. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, maka struktur organisasi
Sekretariat Jenderal adalah sebagai berikut :
Gambar 1. 1 Struktur Organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
3
Sekretariat Jenderal terdiri dari 7 Biro dan 5 Pusat. Adapun 7 Biro tersebut adalah
Biro Perencanaan dan Anggaran, Biro Keuangan dan Barang Milik Negara, Biro
Hukum dan Organisasi, Biro Kepegawaian, Biro Kerja Sama Luar Negeri, Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat; dan Biro Umum. Sedangkan 5 pusat
adalah Pusat Data dan Informasi, Pusat Analisis Determinan Kesehatan, Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Pusat Krisis Kesehatan dan Pusat
Kesehatan Haji.
a. Biro Perencanaan dan Anggaran
Biro Perencanaan dan Anggaran mempunyai tugas melaksanakan koordinasi
dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian. Dalam
melaksanakan tugasnya, Biro Perencanaan dan Anggaran menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyiapan koordinasi dan penyusunan rencana strategis dan program
transfer daerah;
2. Penyiapan koordinasi dan penyusunan dan evaluasi rencana, program,
dan anggaran pendapatan dan belanja negara;
3. Penyiapan koordinasi dan penyusunan, pemantauan, dan evaluasi
pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan standar
pelayanan minimal bidang kesehatan;
4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
b. Biro Keuangan dan Barang Milik Negara
Biro Keuangan dan Barang Milik Negara mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan keuangan, barang milik negara, dan layanan pengadaan
barang/jasa di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro
Keuangan dan Barang Milik Negara menyelenggarakan fungsi:
1. Koordinasi dan pengelolaan tata laksana keuangan dan urusan
perbendaharaan;
2. Koordinasi dan pengelolaan akuntansi dan pelaporan keuangan;
3. Koordinasi dan pengelolaan layanan pengadaan barang/jasa;
4. Koordinasi dan pengelolaan barang milik negara; dan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
c. Biro Hukum dan Organisasi
Biro Hukum dan Organisasi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan
penyusunan peraturan perundang-undangan, advokasi hukum, dan penataan
organisasi dan tata laksana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
4
undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro Hukum dan Organisasi
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan;
2. Pelaksanaan advokasi hukum;
3. Penataan organisasi dan tata laksana;
4. Fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi;
5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
d. Biro Kepegawaian
Biro Kepegawaian mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan urusan
kepegawaian di lingkungan Kementerian Kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan. Dalam melaksanakan tugas, Biro
Kepegawaian menyelenggarakan fungsi:
1. Pengelolaan urusan pengadaan pegawai;
2. Pengelolaan urusan mutasi dan penilaian kinerja pegawai;
3. Pengelolaan urusan pengembangan pegawai;
4. Penyiapan pelaksanaan urusan disiplin dan kesejahteraan pegawai; dan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro
e. Biro Kerja Sama Luar Negeri
Biro Kerja Sama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan
pemberian dukungan administrasi kerja sama kesehatan luar negeri sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan
tugasnya, Biro Kerja Sama Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan koordinasi pelaksanaan kerja sama luar negeri bilateral, regional,
dan multilateral di bidang kesehatan;
2. Penyiapan koordinasi dan fasilitasi hubungan luar negeri bilateral, regional,
dan multilateral di bidang kesehatan; dan
3. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
f. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat mempunyai tugas melaksanakan
pengelolaan komunikasi dan pelayanan masyarakat serta dokumentasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan
tugasnya, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat menyelenggarakan
fungsi:
1. Pengelolaan opini publik, produksi komunikasi, dan peliputan;
2. Pelaksanaan hubungan media dan lembaga;
3. Pelaksanaan urusan pelayanan masyarakat; dan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
5
4. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
g. Biro Umum
Biro Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan ketatausahaan,
kerumahtanggaan, arsip dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Biro Umum
menyelenggarakan fungsi:
1. Pelaksanaan urusan tata usaha pimpinan dan protocol;
2. Pelaksanaan urusan kerumahtanggaan;
3. Pelaksanaan urusan arsip dan dokumentasi;
4. Pengelolaan urusan gaji; dan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
h. Pusat Data dan Informasi
Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang pengelolaan data dan informasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan. Dalam melaksanakan tugas, Pusat Data dan Informasi
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pengembangan sistem informasi,
pengelolaan teknologi informasi, dan pengelolaan data dan informasi;
2. Pelaksanaan di bidang pengembangan sistem informasi, pengelolaan
teknologi informasi, dan pengelolaan data dan informasi;
3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan sistem
informasi, pengelolaan teknologi informasi, dan pengelolaan data dan
informasi;
4. Pelaksanaan administrasi Pusat.
i. Pusat Analisis Determinan Kesehatan
Pusat Analisis Determinan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang analisis determinan kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugasnya, Pusat
Analisis Determinan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang analisis lingkungan strategis,
analisis perilaku, dan kesehatan inteligensia;
2. Pelaksanaan di bidang analisis lingkungan strategis, analisis perilaku, dan
kesehatan inteligensia;
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
6
3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis lingkungan
strategis, analisis perilaku, dan kesehatan inteligensia; dan
4. Pelaksanaan administrasi Pusat.
j. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang analisis pembiayaan dan jaminan kesehatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam melaksanakan
tugasnya, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan
serta evaluasi ekonomi pembiayaan kesehatan;
2. Pelaksanaan di bidang pembiayaan dan jaminan kesehatan serta evaluasi
ekonomi pembiayaan kesehatan;
3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembiayaan dan jaminan
kesehatan serta evaluasi ekonomi pembiayaan kesehatan; dan
4. Pelaksanaan administrasi Pusat.
k. Pusat Krisis Kesehatan
Pusat Krisis Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
kebijakan teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang penanggulangan krisis kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas Pusat Krisis Kesehatan
menyelenggarakan fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pencegahan, mitigasi, dan
kesiapsiagaan, fasilitasi penanggulangan krisis kesehatan, serta evaluasi
dan informasi krisis kesehatan;
2. Pelaksanaan di bidang pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan, fasilitasi
penanggulangan krisis kesehatan, serta evaluasi dan informasi krisis
kesehatan;
3. Pemantauan, pengelolaan informasi, evaluasi, dan pelaporan di bidang
pencegahan, mitigasi, dan kesiapsiagaan, serta fasilitasi penanggulangan
krisis kesehatan; dan
4. Pelaksanaan administrasi Pusat.
l. Pusat Kesehatan Haji
Pusat Kesehatan Haji mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan
teknis, pelaksanaan, dan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
7
pelayanan kesehatan haji sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam melaksanakan tugasnya Pusat Haji menyelenggarakan
fungsi:
1. Penyusunan kebijakan teknis di bidang pembimbingan dan pengendalian
faktor risiko, pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi pelayanan
kesehatan haji;
2. Pelaksanaan di bidang pembimbingan dan pengendalian faktor risiko,
pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi pelayanan kesehatan haji;
3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pembimbingan dan
pengendalian faktor risiko, pendayagunaan sumber daya, dan fasilitasi
pelayanan kesehatan haji; dan
4. Pelaksanaan administrasi pusat.
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan,
pelaksanaan kegiatan Sekretariat Jenderal didukung oleh sumber daya manusia
sebanyak 994 pegawai dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Pegawai Sekretariat Jenderal
Kementerian KesehatanTahun 2020
No Unit Kerja JumlahPegawai
1 Biro Perencanaan dan Anggaran 75
2 Biro Keuangan dan BMN 96
3 Biro Hukum dan Organisasi 63
4 Biro Kepegawaian 120
5 Biro Kerjasama Luar Negeri 42
6 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat 58
7 Biro Umum 191
8 Pusat Data dan Informasi 74
9 Pusat Analisis Determinan Kesehatan 49
10 Pusat Pembiayaan dan JaminanKesehatan 62
11 Pusat Krisis Kesehatan 50
12 Pusat Kesehatan Haji 62
13 Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia 52
Total 994
Sumber; : Data SIMKA per Desember 2020
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
8
Sekretariat Jenderal sebagai penggerak utama (prime mover) tentu
memerlukan SDM dengan kompetensi tinggi yang tercermin dari jenjang
pendidikan. Distribusi pegawai Sekretariat Jenderal berdasarkan dengan jenjang
pendidikan sebagai berikut :Jumlah S3: 9 orang, S2: 322 orang, S1: 386 orang,
DIV: 1 orang, DIII: 140 orang, SMA: 124 orang, SMP: 9 orang, SD: 3 orang, total
seluruh pegawai 994 orang.
Tabel 1.2
Jumlah Pegawai Sekretariat Jenderal Tahun 2020
Berdasarkan Pendidikan
No Unit Kerja
Pendidikan
S3 S2 S1/DI
V DIII SMA SMP SD JML
1 Biro Perencanaan dan Anggaran
0 35 27 10 3 0 0 75
2 Biro Keuangan dan BMN 0 22 46 8 20 0 0 96
3 Biro Hukum dan Organisasi 0 15 31 15 2 0 0 63
4 Biro Kepegawaian 0 23 50 40 7 0 0 120
5 Biro Kerjasama Luar Negeri
0 23 14 4 1 0 0 42
6 Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
0 12 31 11 4 0 0 58
7 Biro Umum 1 27 58 23 70 9 3 191
8 Pusat Data dan Informasi 0 37 25 8 4 0 0 74
9 Pusat Analisis Determinan Kesehatan
4 20 23 1 1 0 0 49
10 Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
0 35 17 7 3 0 1 62
11 Pusat Krisis Kesehatan 1 20 23 5 1 0 0 50
12 Pusat Kesehatan Haji 3 35 19 5 0 0 0 62
13 Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia
0 18 23 3 8 0 0 52
Total 9 322 387 140 124 9 3 994
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
9
D. Sistematika Laporan
Laporan Kinerja ini disusun dengan menggunakan sistematika sebagai
berikut:
IKHTISAR EKSEKUTIF
Bagian ini berisi ringkasan Laporan Kinerja Setjen yang menyajikan tujuan dan
sasaran strategis program berdasarkan Renstra Kemenkes Tahun 2020 – 2024,
pencapaian outcome, permasalahan/kendala yang dihadapi serta terobosan yang
telah dilaksanakan untuk mencapai sasaran indikator program
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini disajikan latar belakang, maksud dan tujuan, penjelasan umum
organisasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan (tugas pokok dan fungsi)
dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama
(strategic issued) yang sedang dihadapi organisasi.
BAB II : Perencanaan Kinerja
Bab ini menyajikan perencanaan, arah kebijakan dan strategis serta perjanjian
kinerja (dokumen penetapan kinerja).
BAB III : Akuntabilitas Kinerja
Bab ini memuat tentang capaian kinerja dan analisis pencapaian kinerja serta
realisasi akuntabilitas keuangan.
BAB IV : Penutup
Bab ini berisi kesimpulan atas pencapaian kinerja dan tindaklanjut kedepan.
Lampiran
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
10
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis
Perencanaan strategis merupakan serangkaian rencana tindakan dan
kegiatan yang bersifat mendasar dan dibuat secara integral, efisien dan koordinatif
dalam kurun waktu tertentu dengan berorientasi kepada hasil yang akan dicapai
selama 5 (lima) tahun dan memperhitungkan potensi, peluang, serta kendala yang
ada maupun tantangan yang mungkin terjadi. Perencanaan strategis ini
dipergunakan untuk menentukan arah dan strategi untuk mencapai tujuan
organisasi. Berdasarkan Peraturan Menteri PPN/Bappenas Nomor 5 Tahun 2019,
setiap K/L wajib menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL).
Renstra-KL adalah dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun)
Kementerian/Lembaga yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan program
dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga yang disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN). Kementerian Kesehatan telah menetapkan
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 yang tertuang
pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2020.
Pada Renstra Kementerian Kesehatan tercantum 5 (lima) tujuan strategis,
yakni :
a. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup;
b. Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan;
c. Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan
kedaruratan kesehatan masyarakat;
d. Penigkatan sumber daya kesehatan; dan
e. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif
Dalam rangka mencapai 5 (lima) tujuan strategis Kementerian Kesehatan tersebut
di atas, ditetapkan 8 (delapan) Sasaran Strategis sebagai berikut :
Tabel 2.1.
Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan
No Tujuan Strategis No Sasaran Strategis
1 Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup
1 Meningkatnya kesehatan ibu, anak dan gizi masyarakat
2 Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
2 Meningkatnya ketersediaan dan mutu fasyankes dasar dan rujukan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
11
No Tujuan Strategis No Sasaran Strategis
3 Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat
3 Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit serta pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat
4 Peningkatan sumber daya kesehatan
4 Meningkatnya akses, kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan
5 Meningkatnya pemenuhan SDM Kesehatan dan kompetensi sesuai standar
6 Terjaminnya pembiayaan kesehatan
5 Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif
7 Meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
8 Meningkatnya efektivitas pengelolaan litbangkes dan sistem informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan
Dari 8 sasaran strategis Kementerian Kesehatan, Sekretariat Jenderal
mendukung 3 sasaran strategis dari Kementerian yaitu “terjaminnya pembiayaan
kesehatan”, “meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta meningkatnya tata
kelola pemerintahan yang baik dan bersih” dan “meningkatnya efektivitas
pengelolaan litbangkes dan sistem informasi kesehatan untuk pengambilan
keputusan”. Untuk dapat mencapai sasaran strategis tersebut, Sekretariat Jenderal
mempunyai dua program yaitu Program Dukungan Manajemen dan Program
Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Masing-masing
program mempunyai sasaran, indikator dan target yang telah ditetapkan dalam
Renstra Kementerian Kesehatan.
Tahun 2020 merupakan tahun pertama Renstra Kemenkes 2020-2024. Renstra
tersebut ditetapkan pada tanggal 10 Agustus 2020 berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 21 tahun 2020 sedangkan perencanaan anggaran tahun 2020
sudah dimulai pada tahun 2019. Oleh karena itu terdapat perbedaan nomenklatur
program dan kegiatan antara dokumen anggaran (DIPA dan/atau RKA KL) dengan
Renstra. Berikut adalah sandingan indikator kinerja program pada Renstra 2020-
2024, Renja 2020 dan DIPA 2020.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
12
Tabel 2.2
Sandingan Renstra, Renja, dan DIPA/PK 2020
RENSTRA 2020-2024 RENJA 2020 DIPA/PK 2020
PROGRAM IKP TARGET PROGRAM IKP TARGET PROGRAM IKP TARGET
Dukungan Manajemen
Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes
78,06 Poin Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
1. Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes
78,06 Poin Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes
78,06 Poin
Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan
2 2. Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan
2 Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan
2
Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
20 3. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
20 Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
20
Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan
20 4. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan
20 Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan
20
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
13
RENSTRA 2020-2024 RENJA 2020 DIPA/PK 2020
PROGRAM IKP TARGET PROGRAM IKP TARGET PROGRAM IKP TARGET
Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
2
Pelayanan Kesehatan dan JKN
Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
96,8 Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
1. Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
96,8 Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
1. Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
96,8
2. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
2
2. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
2
Laporan Kinera Sekretariat Jenderal 2020
14
Berdasarkan tabel tersebut di atas, dikarenakan PK disusun berdasarkan
DIPA, untuk selanjutnya yang akan dipergunakan dalam laporan kinerja adalah
nomenklatur yang sesuai dengan pada DIPA 2020. Sekretariat Jenderal pada tahun
2020 mempunyai 2 Program yaitu Program Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan dan Program
Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat
(KIS).
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
Sasaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian Kesehatan adalah meningkatnya koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan,
memiliki 4 Indikator Kinerja Program (IKP) dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 2.3
Indikator Kinerja Program
No Program Sasaran Indikator Target
1
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan
Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes
78,06 Poin
Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan
2
Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
20
Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan
20
Dalam rangka mencapai sasaran dan indikator tersebut, maka Sekretariat Jenderal
melakukan 12 kegiatan, yaitu:
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
15
1. Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan;
2. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara;
3. Perumusan Produk Hukum dan Organisasi;
4. Pembinaan Administrasi Kepegawaian;
5. Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri;
6. Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pelayanan Masyarakat;
7. Pengelolaan Ketatausahaan Kementerian;
8. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan;
9. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan;
10. Pengelolaan Krisis Kesehatan;
11. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji;
12. Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia;
Total anggaran yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan tersebut sebesar
Rp.2.371.745.771.000,-.
2. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Sasaran Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional adalah
terselenggaranya penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia
Sehat (KIS) dengan 1 IKP yaitu Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima
Bantuan luran (PBI) rnelalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia
Sehat (KIS) (dalam juta). Kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mencapai
sasaran dan indikator program adalah Pengembangan Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan. Alokasi anggaran untuk pelaksanaan kegiatan tersebut sebesar
Rp.48.799.597.561.000,-.
Tabel 2.4
Program, Sasaran, Indikator, dan Target Sekretariat Jenderal Tahun 2020
No Program Sasaran Indikator Target
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
16
No Program Sasaran Indikator Target
2 Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
Terselenggaranya Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan luran (PBI) rnelalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS) (dalam juta)
96,8 Juta Jiwa
Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
2 Dokumen
Total anggaran untuk pelaksanaan program dan kegiatan di Sekretariat Jenderal
adalah sebesar Rp 51.171.343.332.000,-. Alokasi anggaran tersebut sesuai dengan
yang tercantum dalam Perjanjian Kinerja.
B. Penetapan Kinerja Sekretariat Jenderal
Visi dan misi dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-
2024 mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu "Terwujudnya
Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong royong". Sebagai penjabaran visi dan misi Presiden tersebut, maka
dirumuskan berbagai kebijakan sebagai arah tindakan untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang diharapkan dan tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024.
Sasaran strategis yang akan dicapai Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan pada tahun 2020 ini merupakan turunan dari sasaran strategis
Kementerian Kesehatan yang telah tercantum dalam Rencana Strategis Tahun
2020-2024. Sasaran strategis Sekretariat Jenderal tersebut telah diterjemahkan
dalam sasaran Indikator Kinerja Program (IKP) yang tertuang dalam Perjanjian
Kinerja (PK) tahun 2020.
Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan
dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah
untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.
Perjanjian kinerja merupakan wujud komitmen penerima amanah dan kesepakatan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
17
antara penerima dan pemberi amanah atas kinerja tertentu yang terukur
berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang tersedia. Target
kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari kegiatan
tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja setiap tahun.
Tabel 2.5
Program, Indikator dan Target
Sekretariat Jenderal Dalam Renstra 2020-2024
No
Program
Indikator Kinerja Utama
Target
2020 2021 2022 2023 2024
1. Dukungan Manajemen
1. Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan
2. Dukungan Pusat dalam penguatan manajemen kesehatan
3. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
4. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan
5. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
78,06 poin
2
20
20 2
78,96 Poin
2
40
40
2
79,32 Poin
2
60
60
2
79,95 Poin
2
80
80 2
80,58 Poin
2
100
100 2
2. Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
1. Jumlah Penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia
96,8 juta jiwa
108,6 juta jiwa
110 juta jiwa
111,4 juta jiwa
112,9 juta jiwa
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
18
No
Program
Indikator Kinerja Utama
Target
2020 2021 2022 2023 2024
Sehat (KIS) Catatan:
Pada tahun 2020, pencantuman dalam DIPA/PK 2020 adalah sebagai berikut:
a. Program Dukungan Manajemen adalah Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Kesehatan
b. Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah Penguatan Pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional
c. Indikator Kinerja Utama “Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan
Kesehatan” dalam Renstra merupakan Indikator Kinerja Program (IKP) Program Dukungan Manajemen, tetapi
dalam DIPA/PK merupakan IKP Projugram Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
Dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2020 yang ditandatangani oleh Sekretaris
Jenderal dengan Menteri Kesehatan sebagai berikut:
No Program Indikator Kinerja Program Target
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
1. Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan
2. Dukungan Pusat dalam penguatan manajemen Kesehatan
3. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
4. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan
78,06 poin
2
20
20
2. Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
1. Jumlah Penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
96,8 juta jiwa
2. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
2
C. Definisi Operasional Indikator Kinerja Program
1) Program Dukungan Manajemen.
Sasaran Program Dukungan Manajemen adalah meningkatnya koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian
Kesehatan dengan 5 Indikator Kinerja Program (IKP). Definisi operasional dan cara
perhitungan IKP tersebut sebagai berikut :
Tabel 2.6
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
19
Definisi Operasional Indikator Kinerja Program Sesuai Renstra Kementerian
Kesehatan
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
1. Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan
Hasil penilaian dari Kementerian PAN dan RB terkait pelaksanaan 8 area perubahan pada Reformasi Birokrasi di Kementerian Kesehatan
Menggunakan hasil penilaian dari Kementerian PAN dan RB
2 Dukungan pusat dalam penguatan manajemen kesehatan
Jumlah dukungan Pusat dalam bentuk norma, standar, prosedur dan kriteria (NSPK) yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal atau Menteri Kesehatan
Menghitung jumlah absolut NSPK yang ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal atau Menteri Kesehatan
3 Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
1.
2.
3.
Jumlah Provinsi yang mendapatkan pendampingan, pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan penerapan SPM Bidang Kesehatan Provinsi. Penguatan terwujud dalam bentuk provinsi mampu melakukan perencanaan kegiatan dalam rangka pelaksanaan penerapan SPM Provinsi (2 jenis layanan) yang terintegrasi dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah Provinsi (RPJMD, RKPD, Renstra, Renja, RKA Dinas Kesehatan Provinsi (pembiayaan APBD Provinsi). Provinsi melaporkan pelaksanaan penerapan standar pelayanan minimal Provinsi paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir (berupa hasil, kendala dan ketersediaan anggaran). Provinsi melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan penerapan SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota
1. Jumlah Provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan Provinsi dibagi 34 Provinsi dikalikan 100%
2. Jumlah Provinsi yang telah melaksanakan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota dibagi 34 Provinsi dikalikan 100%
4 Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan
1.
2.
Provinsi mengalokasikan anggaran APBD (Murni-DAK) untuk mendukung Program Prioritas Nasional pada masing-masing Kegiatan Prioritas yang ditetapkan setiap tahunnya dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan APBD Provinsi Kab/Kota dalam wilayah Provinsi yang mengalokasikan anggaran
1. Jumlah Provinsi yang mengalokasikan anggaran APBD (Murni-DAK) untuk mendukung progran nasional 20% dari jumlah jenis kegiatan prioritas dibagi 34 Provinsi dikali
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
20
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
APBD (Murni-DAK) untuk mendukung Program Prioritas Nasional pada masing-masing Kegiatan Prioritas yang ditetapkan setiap tahunnya dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan APBD Kab/Kota
100% 2. Jumlah Kab/Kota
dalam wilayah Provinsi yang mengalokasikan anggaran APBD (Murni-DAK) untuk mendukung program nasional 20% dari jumlah jenis kegiatan prioritas dibagi 34 Provinsi dikali 100%
5 Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
Bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan adalah hasil penelaahan data/ hasil kajian/
Jumlah dokumen hasil penelaahan data/ hasil kajian/ rancangan regulasi/ regulasi yang dihasilkan dalam rangka pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan yang dihasilkan setiap tahunnya
2) Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional.
Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional
adalah terselenggaranya penguatan Jaminan Kesehatan Nasional dengan IKP
Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui
Jaminan Kesehatan Nasional. Definisi operasional dan cara perhitungan IKP
sebagai berikut :
Tabel 2.7
Definisi Operasional dan Cara Perhitungan
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
1 Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah masyarakat miskin dan tidak mampu yang iurannya dibiayai oleh Pemerintah Pusat melalui APBN untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan. Peserta PBI
Jumlah PBI yang terdaftar dan yang dibayarkan kapitasinya oleh BPJS Kesehatan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
21
ditetapkan oleh Kementerian Sosial serta diatur melalui regulasi yang berlaku
Definisi operasional dan cara perhitungan indikator kinerja program dalam dokumen
PK Sekretariat Jenderal tahun 2020 mengacu pada dokumen Renstra Kementerian
Kesehatan.
D. Matriks Realisasi Indikator Sasaran Program dan Indikator Sasaran Kegiatan Tahun 2020
Realisasi Sekretariat Jenderal tahun 2020 ditampilkan berdasarkan
dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2020.
Tabel 2.8
Matriks Realisasi Indikator Sasaran Program dan Indikator Sasaran Kegiatan
Tahun 2020 Berdasarkan Dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2020
No. Program/ Kegiatan
SasaranSasaran Program/ Kegiatan
Indikator Target
Reali-sasi
I. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan
1 2 3 4
Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan Dukungan Pusat dalam penguatan manajemen kesehatan Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan
78,06
2
20
20
78,93 2
20
20
1. Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan
Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran program pembangunan kesehatan
1 1
Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan
85 90,38
2 Persentase provinsi yang mendapatkan penguata dalam penyelenggaraan SPM Bidang Keseatan provinsi dan Kabupaten/Kota
20 20
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
22
No. Program/ Kegiatan
SasaranSasaran Program/ Kegiatan
Indikator Target
Reali-sasi
3 Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional bidang kesehatan
20 20
2. Pembinaan Administrasi Kepegawaian
Terwujudnya penataan ASN Kemenkes sesuai kompetensi jabatan
1 Persentase pejabat pimpinan tinggi, pejabat administrator dan pejabat pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi jabatan
75 81,25
2 Persentase PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menduduki jabatan fungsional sesuai dengan kompetensinya
60 63,91
3 Tingkat kepuasan terhadap layanan kepegawaian
4.0 3,76
3 Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara
Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara (BMN) serta Pengadaan barang/jasa Kementerian Kesehatan secara efektif, efisien dan dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan
1 Persentase ketepatan waktu penyampaian rekonsiliasi laporan keuangan satuan kerja
100 100
2 Persentase capaian realisasi pelaksanaan pengadaan barang/Jasa
65 71,03
3 Persentase jumlah satker kantor pusat dan kantor daerah dengan nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) >= 80
60 89,81
4 Persentase nilai Barang Milik Negara (BMN) yang telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP) sesuai ketentuan
30 35,77
4. Perumusan Produk Hukum dan Organisasi
Meningkatnya Layanan Hukum dan Organisasi
1
Jumlah peraturan perundang-undangan dan produk hukum lain bidang kesehatan yang disusun
125 245
2 Jumlah produk penataan organisasi dan tatalaksana serta fasilitasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan
18 24
3 Jumlah permasalahan dan kasus hukum yang tertangani serta fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan
206 227
4 Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Sekretariat Jenderal
80 92,44
5. Pengelolaan Ketatausahaan Kementerian
Meningkatnya pelayanan dan pengelolaan ketatausahaan Kementerian dalam mendukung terciptanya Good
1 Persentase kepuasan pelanggan terhadap layanan TU pimpinan dan protokol
80 86,69
2 Jumlah satker yang telah melaksanakan self assessment gerakan kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS)
44 52
3 Jumlah satker yang 88 88
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
23
No. Program/ Kegiatan
SasaranSasaran Program/ Kegiatan
Indikator Target
Reali-sasi
Governance melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA)
4 Jumlah satker yang menggunakan aplikasi E-Monev Belanja Pegawai Kementerian Kesehatan
45 46
6. Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan
Meningkatnya pengelolaan data dan informasi kesehatan
1
Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang terintegrasi dalam Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK)
10 10
2 Persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data rutin
4 4
7. Penanggulangan Krisis Kesehatan
Meningkatnya upaya Kesehatan pengelolaan krisis kesehatan di daerah
1
Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang ditingkatkan kapasitasnya dalam upaya pengurangan risiko krisis kesehatan
10 10
2 Jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis Kesehatan
20 20
8. Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pelayanan Masyarakat
Meningkatnya pengelolaan komunikasi dan pelayanan masyarakat
1 Jumlah publikasi program pembangunan kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat melalui berbagai media
69.000 16.645
2 Jumlah layanan informasi publik (permohonan informasi dan pengaduan masyarakat) yang diselesaikan
19.690 45.764
3 Jumlah UPT Kemenkes dengan kategori baik dalam pelaksanaan standar interaksi pelayanan
30 30
9. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan
Kebijakan pembangunan kesehatan berdasarkan analisis determinan Kesehatan
1 Jumlah rancangan kebijakan analisis determinan kesehatan yang diusulkan menjadi kebijakan pembangunan kesehatan
4 4
10. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji
Meningkatnya pembinaan kesehatan jemah haji mencapai istithaah (kemampuan)
1 Indeks kepuasan jemaah haji terhadap pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi minimal baik (pada saat operasional haji)
Baik Baik
2 Seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan kesehatan
221.000 211.276
3 Persentase jemaah haji memperoleh pengukuran kebugaran jasmani sebelum keberangkatan
80 63,5
4 Persentase jemaah haji memperoleh perlindungan atau proteksi terhadap penyakit meningitis meningokokus
100 81,4
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
24
No. Program/ Kegiatan
SasaranSasaran Program/ Kegiatan
Indikator Target
Reali-sasi
sebelum keberangkatan
11. Peningkatan Kerja sama Luar Negeri
Meningkatkan peran aktif kerja sama luar negeri bidang kesehatan
1 Jumlah perjanjian kerja sama bilateral bidang kesehatan yang ditandatangani
3 3
2 Jumlah prakarsa Indonesia yang menjadi hasil pertemuan regional dan multilateral bidang kesehatan
5 5
12. Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia
Meningkatnya pelayanan registrasi dan penyelenggaraan standarisasi pendidikan profesi, pembinaan serta penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi
1 Jumlah penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang terselesaikan
28 28
2 Jumlah Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan dokter gigi yang teregistrasi dan terselesaikan tepat waktu
40.000 51.275
3 Jumlah Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Dokter Gigi
5 7
II.
Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
Terselenggaranya Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional
1 2
Jumlah Penduduk yang menjadi Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (dalam Juta Jiwa) Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
96,80
2
96,18
2
Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Dihasilkannya bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN
1 Jumlah kajian penilaian teknologi kesehatan yang dihasilkan
1 1
2 Jumlah kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan
1 1
3 Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
2 3
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
25
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk
menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program,
kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan
misi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan
antara realisasi kinerja dengan target kinerja dari masing-masing indikator kinerja
yang telah ditetapkan dalam perencanaan kinerja. Pengukuran kinerja
menggambarkan pencapaian masing-masing indikator sehingga dapat
ditindaklanjuti dalam perencanaan kegiatan di masa yang akan datang agar setiap
kegiatan yang direncanakan dapat lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Indikator kinerja Kementerian Kesehatan telah tercantum dalam Renstra
yang mencakup ISS, IKP dan IKK. Indikator Kinerja harus memenuhi kriteria
SMART yaitu Spesific, Measurable, Achivable, Relevant dan Time Bound. Indikator
Program pada tahun 2020-2024 sudah lebih baik dalam hal pemenuhan kriteria
SMART bila dibandingkan dengan tahun 2015-2019.
Berikut ini adalah capaian Indikator Kinerja Program Dukungan Manajemen
dan Penguatan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan pada
tahun 2015-2019.
Tabel 3.a
Matriks Capaian Indikator Kinerja Program tahun 2015-2019
No IKP 2015 2016 2017 2018 2019
T C % T C % T C % T C % T C %
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
26
No IKP 2015 2016 2017 2018 2019
T C % T C % T C % T C % T C %
1 Jumlah kebijakan publik berwawasan Kesehatan
3 4 133.33 3 3 100 3 4 133.33 3 3 100 3 4 133.3
2 Persentase harmonisasi dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya
90 220.5 245 92 105.3 132.6 94 124.65 132.6 96 124.5 127.92 98 119.09 121.52
Hasil pengukuran kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020 adalah sebagai
berikut:
Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan
Dari 8 sasaran strategis Kementerian Kesehatan, Sekretariat Jenderal
mendukung 3 sasaran strategis yaitu “Terjaminnya Pembiayaan Kesehatan”,
“Meningkatnya Sinergisme Pusat Dan Daerah Serta Meningkatnya Tata Kelola
Pemerintahan Yang Baik Dan Bersih” dan “Meningkatnya Efektivitas Pengelolaan
Litbangkes Dan Sistem Informasi Kesehatan Untuk Pengambilan Keputusan”. Pada
tahun 2020 capaian indikator keberhasilan sasaran strategis tersebut adalah:
Tabel 3.b
Capaian Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan
No Sasaran Strategis
Kementerian Indikator Sasaran
Strategis Target Realisasi %
1 Terjaminnya pembiayaan kesehatan
Persentase anggaran Kesehatan terhadap APBN
5 5,2 104
2 Meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih
1
Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
20 20 100
2 Persentase Provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan
20 20 100
3 Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan
78,06 78,93 101,12
4 Nilai kinerja 85 90,38 106,33
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
27
No Sasaran Strategis
Kementerian Indikator Sasaran
Strategis Target Realisasi %
penganggaran Kementerian Kesehatan
3 Meningkatnya efektivitas pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan dan Sistem Informasi Kesehatan untuk pengambilan keputusan
Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang terintegrasi dalam aplikasi satu data kesehatan
10 10 100
Hasil pengukuran Indikator Sasaran Strategis (ISS) dan analisis dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Persentase anggaran kesehatan terhadap APBN. Capaian pada tahun 2020
sebesar 104% dari target 5% tercapai 5,2%. Anggaran Kesehatan tahun 2020
sebesar Rp.132,2 Triliun dari total APBN sebesar Rp.2.540,4 Triliun.
Anggaran ini termasuk belanja pegawai. Alokasi belanja pegawai Kementerian
Kesehatan sebesar Rp.5,27 Triliun. Apabila tanpa belanja pegawai, alokasi
anggaran kesehatan sebesar Rp.126,93 Triliun atau 5% dari APBN. Besaran
anggaran Kesehatan ini sudah sesuai dengan pasal 171 UU Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
Anggaran kesehatan adalah anggaran yang dimaksudkan untuk meningkatkan
derajat kesehatan, yang meliputi anggaran internal Kementerian Kesehatan
anggaran kantor pusat, kantor daerah; dan dekonsentrasi), anggaran di lintas
sector terkait (BKKBN, BPOM, dll) serta anggaran TKDD, baik DAK
Kesehatan Fisik dan Nonfisik maupun otonomi khusus. Berikut adalah
distribusi anggaran kesehatan tahun 2020:
Komponen Anggaran Kesehatan Anggaran
1. Anggaran Kesehatan melalui Belanja Pemerintah Pusat 97,249,2
A. Melalui Kementerian Negara/Lembaga 66.243,7 1. Kementerian Kesehatan 57.400,0
2. Badan POM 1.916,7
3. BKKBN 3.581,6
4. Kementerian Negara/Lembaga Lainnya 3.345,5
i. Kementerian Pertahanan 1.302,9
ii. Kepolisian Negara Republik Indonesia 2.042,6
5. Penyesuaian Anggaran Kesehatan -
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
28
B. Melalui Belanja Non K/L 31.005,5
1. Jaminan Pelayanan Kesehatan oleh Pemerintah 5.902,5
2. Cadangan Program Jaminan Kesehatan Nasional 1.650,0
3. Cadangan Anggaran Kesehatan 22.070,0
4. Defisit Keuangan DJS-BPJS 1.383,0
2. Anggaran Kesehatan melalui Transfer ke daerah dan Dana Desa 34.930,3
A. DAK Kesehatan dan Keluarga Berencana 20.781,2
B. BOK dan BOKB 11.676,0
B. Perkiraan Anggaran Kesehatan dari Dana Otsus Papua 2.473,1
3. Anggaran Kesehatan melalui Pembiayaan -
Penyertaan Modal Negara kepada BPJS Kesehatan untuk Program Dana Jamsos Kesehatan
-
4. Anggaran Kesehatan (1+2+3) 132.179,5
5. Total Belanja Negara 2.540.422,5
RASIO ANGGARAN KESEHATAN (4:5) x 100% (%) 5,2
(Sumber data : https://www.kemenkeu.go.id):
Dalam upaya untuk memenuhi anggaran kesehatan minimal 5% dari APBN
di luar gaji, Kementerian Kesehatan telah melakukan advokasi kepada lintas
sektor, antara lain Kementerian Keuangan, DPR, Kementerian Desa,
Bappenas, BPOM, BKKBN, Kemen PU-PR, dan Kementerian Dalam Negeri.
Di lingkup internal Kementerian Kesehatan, Sekretariat Jenderal melakukan
koordinasi dengan unit utama untuk menyusun rencana kerja (renja) dan RKA-
K/L secara efektif, efisien dan terintegrasi sehingga anggaran dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mencapai target pembangunan
kesehatan.
2. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan
SPM bidang Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dari target 20% sudah
tercapai seluruhnya yaitu 20% (7 provinsi), sesuai dengan 2 (dua) cara
perhitungan capaian indikator yang dilakukan melalui verifikasi dokumen
perencanaan dan penganggaran provinsi dalam penerapan SPM Kesehatan
Provinsi (2 layanan), dan identifikasi kegiatan pembinaan dan pengawasan
penerapan SPM Kesehatan Kab/kota berdasarkan laporan pelaksanaan
kegiatan DAK Non Fisik Tahun 2020, dengan kriteria minimal 1 (satu) kali
kegiatan. Kedua cara perhitungan tersebut memiliki bobot masing-masing
50% sehingga terformulasi sebagai capaian target indikator.
Terkait dengan pelaporan pelaksanaan SPM kesehatan provinsi yang harus
dilakukan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir
merupakan aturan normatif yang tercantum dalam Permendagri 100 Tahun
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
29
2018 Tentang Penerapan SPM. Pemerintah Daerah diwajibkan melaporkan
pelaksanaan SPM karena akan dijadikan dasar bagi penetapan insentif dan
disinsentif daerah.
Pencapaian indikator ini memiliki turunan kegiatan berupa pembinaan,
pengawasan, pendampingan penguatan provinsi, pembentukan sekretariat
bersama SPM bidang kesehatan, dan turut serta secara aktif dalam rapat
koordinasi Tim Sekretariat Bersama SPM pemerintah pusat (Kemendagri).
Selain itu, pencapaian juga didukung oleh unit terkait yang secara rutin
melakukan kegiatan penguatan SPM kepada daerah sehingga Biro
Perencanaan dan Anggaran dapat turut serta berperan aktif dalam kegiatan
tersebut.
3. Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang
sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan. Target tahun 2020
sebesar 20% dan sudah tercapai seluruhnya atau sudah ada 7 provinsi
dengan anggaran Kesehatan daerah dalam APBD Murni yang sesuai dengan
prioritas nasional di bidang Kesehatan yaitu DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa
Tenggara Barat, Lampung, Aceh, Sumatera Selatan dan Jawa Barat.
Anggaran APBD Murni yang dimaksud adalah anggaran yang bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil
(DBH) dan pendapatan lain yang sah. Anggaran APBD murni tidak
memperhitungkan anggaran anggaran DAK Fisik dan DAK Non Fisik.
Kegiatan yang dilakukan untuk menunjang pencapaian target antara lain a)
Pembahasan/desk usulan kegiatan program prioritas yang akan dimintakan
dukungan ke daerah dengan unit utama, b) Mengikuti dan berperan aktif
dalam dalam Rakortekrenbang Kemendagri setiap awal tahun, c) Evaluasi dan
umpan balik keselarasan program ABPD dengan program Prioritas Nasional,
d) Pembinaan/pendampingan penguatan Provinsi dalam penyusunan
perencanaan anggaran kesehatan daerah, e) Mengikuti pelaksanaan Evaluasi
Rancangan APBD Provinsi di Kementerian Dalam Negeri.
Sesuai dengan nomenklatur indikator “Persentase provinsi dengan anggaran
kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di
bidang Kesehatan”, saat ini yang dilakukan penilaian anggaran APBD yang
mendukung prioritas nasional bidang kesehatan baru di tingkat provinsi
dikarenakan dalam Musrenbangnas dan Rakortekbang baru mengakomodir
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
30
pembahasan perencanaan anggaran tingkat provinsi, belum membahas
perencanaan anggaran kabupaten/kota.
4. Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan. Pada Tahun 2020 target
nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan yang ditetapkan sebesar
78,06%. Penilaian dilakukan oleh KemenPAN-RB pada bulan September
2020, namun hasil penilaian RB Kemenkes belum diterima Kemenkes sampai
dengan akhir bulan Desember 2020. Proses penilaian RB Kemenkes oleh Tim
RB Nasional (c.q. Kementerian PAN dan RB) telah selesai dilakukan pada
bulan Oktober 2020, namun demikian di internal Kementerian PAN dan RB
masih dilakukan panel untuk membandingkan hasil penilaian dari seluruh
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, sehingga sampai saat ini nilai
untuk masing-masing Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah belum ada.
Oleh karena itu, nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan belum dapat
dicantumkan dalam dokumen laporan kinerja. Namun demikian jika
menggunakan hasil penilaian Tahun 2019 yang disampaikan ke Kemenkes
pada bulan Maret 2020, maka nilai Reformasi Birokrasi Kementerian
Kesehatan adalah 78,94 dengan kategori BB. Nilai RB tahun 2019 ini belum
dilaporkan pada LKj tahun 2019.
Apabila berdasarkan hasil Monev Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi (PMPRB) Kemenkes yang telah disampaikan ke Kementerian PAN
dan RB pada tanggal 30 Juni 2020, nilai pelaksanaan RB di Kementerian
Kesehatan sebesar sebesar 90,41 dengan prosentase sebesar 115,82% dari
target yang telah ditentukan.
5. Nilai Kinerja Penganggaran Kementerian Kesehatan. Pada tahun 2020 target
nilai kinerja anggaran Kementerian Kesehatan sebesar 85. Nilai kinerja
penganggaran Kementerian Kesehatan dilihat dari hasil perhitungan dengan
menggunakan aplikasi SMART-DJA Kementerian Keuangan. Capaian nilai
kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan per tanggal 4 Februari 2021
sebesar 90,38 atau sudah melebihi target yang ditetapkan. Namun nilai ini
masih akan terus meningkat karena belum seluruh data capaian kinerja
penganggaran per Eselon I Kementerian Kesehatan selesai diinput ke dalam
SMART-DJA. Hal ini dikarenakan masih ada indikator kinerja yang belum
sesuai antara aplikasi satu.dja dan SMART DJA. Saat ini masih dalam proses
koordinasi dan pengintegrasian data antara 2 (dua) aplikasi tersebut.
Kementerian Keuangan memberikan waktu untuk melakukan input data pada
aplikasi SMART DJA sampai dengan tanggal 25 Februari 2021.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
31
6. Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang terintegrasi dalam aplikasi satu data
Kesehatan. Target indikator ini di tahun 2020 yaitu sejumlah 10 (sepuluh)
aplikasi yang terintegrasi dalam ASDK, dan sudah terealisasi 100% atau 10
(sepuluh) aplikasi yang diidentifikasi terdapat pada ASDK melalui proses
integrasi dan data yang disajikan cukup baik sesuai periode data, adalah
Aplikasi SPM, Komdat, Sistem Informasi (SI) HIV/AIDS, PWS Imunisasi, SI
Gizi, SI SDMK, SI Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan
Kesehatan, SI Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan da Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga, SI Direktorat Penilaian Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan SI Direktorat Produksi dan
Distribusi Kefarmasian.
Indikator Kinerja Program dan Indikator Kinerja Kegiatan
I. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Kesehatan
Capaian IKP Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.c Capaian Indikator Kinerja Program
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
No Program Sasaran Indikator Target Capaian %
1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
Meningkatnya koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan manajemen Kementerian Kesehatan
Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes
78,06 Poin
78,93 101,12
Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang Kesehatan
2 2 100
Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
20 20 100
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
32
No Program Sasaran Indikator Target Capaian %
Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan
20
20
100
Untuk mencapai Indikator Kinerja Program, Sekretariat Jenderal mempunyai
12 (dua belas) kegiatan yang dilengkapi dengan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)
pada masing-masing kegiatan. Penjelasan lebih detil untuk target dan capaian
indikator pada masing-masing kegiatan sebagai berikut:
a. Kegiatan Perencanaan Dan Penganggaran Program Pembangunan
Kesehatan.
Sasaran kegiatan perencanaan dan penganggaran program pembangunan
kesehatan adalah meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran
program pembangunan Kesehatan dengan indikator, definisi operasional dam
cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1.1
Definisi Operasional dan Cara Perhitungan IKK
SASARAN INDIKATOR DEFINISI
OPERASIONAL
CARA
PERHITUNGAN
Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran program pembangunan kesehatan
Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan
Besarnya nilai kinerja penganggaran yang diperoleh melalui perhitungan kinerja menggunakan aplikasi SMART Kementerian Keuangan yang diformulasikan dari :
1. Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi Anggaran, konsistensi antara
Nilai agregat dari nilai aspek implementasi (terdiri nilai realisasi, konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan kesesuaian RPK-RPD), aspek manfaat dan aspek konteks menggunakan aplikasi SMART Kemenkeu.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
33
SASARAN INDIKATOR DEFINISI
OPERASIONAL CARA
PERHITUNGAN
RPD dan RPK, Efisiensi dan capaian keluaran yang ditargetkan di dalam RKA KL secara tahunan
2. Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran Program/Indikator Kinerja Program (IKP) dan Indikator Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam RENJA K/L dan RENSTRA K/L secara tahunan.
3. Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi, kejelasan, keterukuran informasi kinerja dengan dinamika masalah yang coba dipecahkan melalui intervensi program
Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM bidang Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
1. Jumlah Provinsi yang mendapatkan pendampingan, pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan penerapan SPM Bidang Kesehatan Provinsi. Penguatan terwujud dalam bentuk provinsi mampu melakukan
1. Jumlah Provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan Provinsi dibagi 34 Provinsi dikalikan 100%
2. Jumlah Provinsi yang telah melaksanakan pembinaan dan pengawasan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
34
SASARAN INDIKATOR DEFINISI
OPERASIONAL CARA
PERHITUNGAN
perencanaan kegiatan dalam rangka pelaskanaan penerapan SPM Provinsi (2 jenis layanan) yang terintegrasi dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah Provinsi (RPJMD, RKPD, Renstra, Renja, RKA Dinas Kesehatan Provinsi (pembiayaan APBD Provinsi).
2. Provinsi melaporkan pelaksanaan penerapan SPM Provinsi paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir (berupa hasil, kendala dan ketersediaan anggaran).
3. Provinsi melaksanakan pembinaan dan pengawasan pelaksanan penerapan SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota
penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan Kab/Kota dibagi 34 Provinsi dikalikan 100%
Persentase Provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan
1. Provinsi mengalokasikan anggaran APBD (Murni-DAK) untuk mendukung Program Prioritas Nasional pada
1. Jumlah Provinsi yang mengalokasikan anggaran APBD (Murni-DAK) untuk mendukung
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
35
SASARAN INDIKATOR DEFINISI
OPERASIONAL CARA
PERHITUNGAN
prioritas nasional di bidang kesehatan
masing-masing Kegiatan Prioritas yang ditetapkan setiap tahunnya dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan APBD Provinsi
2. Kab/Kota dalam wilayah Provinsi yang mengalokasikan anggaran APBD (Murni-DAK) untuk mendukung Program Prioritas Nasional pada masing-masing Kegiatan Prioritas yang ditetapkan setiap tahunnya dalam RKPD dan APBD Kab/Kota
program nasional 20% dari jumlah jenis kegiatan prioritas dibagi 34 Provinsi dikali 100%
2. Jumlah Kab/Kota dalam wilayah Provinsi yang mengalokasikan anggaran APBD (Murni-DAK) untuk mendukung program nasional 20% dari jumlah jenis kegiatan prioritas dibagi 34 Provinsi dikali 100%
Berikut adalah capaian indikator kinerja kegiatan perencanaan dan penganggaran
program pembangunan Kesehatan.
Tabel 3.1.2
Capaian IKK Tahun 2020
No. Sasaran Sasaran Program/Kegiatan
Indikator Target Realisasi
1. Meningkatnya kualitas perencanaan dan penganggaran program pembangunan kesehatan
Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan
85 90.38
Persentase provinsi yang mendapatkan penguata dalam penyelenggaraan SPM Bidang Keseatan provinsi dan Kabupaten/Kota
20 20
Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional bidang kesehatan
20 20
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
36
Hasil pengukuran dan analisis pencapaian kinerja Biro Perencanaan dan Anggaran
selama tahun 2020 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan
a) Faktor Keberhasilan
- Aspek Implementasi yang memperhitungkan realisasi Anggaran,
konsistensi antara RPD dan RPK, efisiensi dan capaian keluaran yang
ditargetkan di dalam RKA KL secara tahunan.
- Aspek Manfaat yang memperhitungkan pencapaian Indikator Kinerja
Kegiatan (IKK), Indikator Sasaran Program/Indikator Kinerja Program
(IKP) dan Indikator Sasaran Strategis (ISS) yang ditarget di dalam Renja
K/L dan Renstra K/L secara tahunan.
- Aspek Konteks yang memperhitungkan relevansi, kejelasan, keterukuran
informasi kinerja dengan dinamika masalah yang coba dipecahkan
melalui intervensi program. Nilai agregat dari nilai aspek implementasi
(terdiri nilai realisasi, konsistensi, efisiensi, pencapaian keluaran dan
kesesuaian RPK-RPD), aspek manfaat dan aspek konteks
menggunakan aplikasi SMART Kementerian Keuangan.
Pada tahun 2020 target indikator Nilai kinerja penganggaran Kemenkes
adalah sebesar 85. Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan
dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan aplikasi SMART-DJA
Kementerian Keuangan. Capaian nilai kinerja penganggaran
Kementerian Kesehatan per tanggal 4 Februari 2021 sebesar 90,38 atau
sudah melebihi target yang ditetapkan. Namun ada kemungkinan
capaian ini meningkat karena Kementerian Keuangan masih
memberikan waktu untuk input data sampai tanggal 25 Februari 2021.
b) Permasalahan
Permasalahan yang muncul pada :
- Kegiatan penyusunan rencana kerja Kementerian Kesehatan yaitu pada
saat penyusunan Renja 2020, sasaran strategis, indikator sasaran
strategis, indikator kinerja program (IKP), indikator output program (IOP),
indikator kinerja kegiatan (IKK) masih mengacu Renstra 2015-2019
sehingga evaluasi di tahun berjalan tidak inline dengan Renstra 2020-
2024 serta adanya pendemi Covid-19 pada tahun 2020. Pandemi
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
37
COVID-19 menyebabkan efisiensi dan realokasi/refocusing anggaran
sehingga berpengaruh terhadap penyesuaian target-target indikator di
satker Kemenkes.
- Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Kesehatan
adalah 1) Adanya Pandemi COVID-19 yang membuat penelitian RKAKL
tidak dapat dilakukan secara tatap muka, 2) Implementasi aplikasi baru
(SAKTI) Kemenkeu yang sosialisasinya sangat singkat, banyak fitur baru
yang belum dipahami oleh Satker dan 3) Waktu penelitian RKAKL yang
sangat singkat.
- Kegiatan monitoring dan evaluasi secara periodik pelaksanaan
perencanaan program dan anggaran Kementerian Kesehatan adalah 1)
terdapat kendala informasi kinerja yang meliputi perbedaan nomenklatur,
target dan satuan pada sistem yang tidak sesuai dengan dokumen
Renstra 2020-2024 sehingga sulit dilakukan penginputan hasil capaian;
2) Pandemi COVID-19 menyebabkan terlambatnya pelaksanaan
kegiatan, dan 3) terlambatnya pelaksanaan kegiatan menyebabkan
rendahnya capaian kinerja anggaran Kemenkes pada triwulan I - III
sampai akhir tahun 2020 (masih berproses)
- Informasi kinerja pada Sasaran Strategis 2020 tidak sesuai dengan
Renstra dan hasil Revisi KRISNA 2020 dan terdapat double input
informasi yang sama dengan aplikasi SMART DJA. Kesulitan identifikasi
indikator proyek nasional di unit utama di Kemenkes atau Kementerian
Lain Permasalahan selanjutnya adalah batas waktu input laporan di
Sistem Informasi Monev KSP sangat pendek dengan kegiatan yang
banyak menyebabkan unit utama dan satuan kerja memperoleh data
yang tidak maksimal serta kurangnya kontrol hasil penginputan dan ada
sebagian besar unit utama dan satuan kerja melaporkan capaian janji
Presiden tidak tepat waktu dan mendekati batas waktu penutupan (close
date) Sismonev.
- Kegiatan Pengendalian Tata Kelola Organisasi, Manajemen Risiko dan
Intern, adalah 1) Agen perubahan pada unit kerja masih sebatas
melakukan perubahan dalam bentuk proyek perubahan dan belum
berperan sebagai agen yang mampu membangun social control diantara
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
38
rekan kerja dalam upaya penguatan integritas serta monitoring dan
evaluasi atas kinerja para agen perubahan belum optimal, 2) Evaluasi
terhadap pengendalian penyusunan peraturan perundang-undangan
yang telah dilakukan belum seluruhnya mengukur efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan pengendalian penyusunan peraturan perundang-
undangan, 3) Telah dilakukan evaluasi kelembagaan yang mengarah
kepada organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran, namun belum
sepenuhnya berfokus kepada kinerja yang akan dihasilkan, 4)
Implementasi e-government terkait pelayanan dan proses internal belum
seluruhnya terintegrasi, 5) Ukuran kinerja individu belum mengacu pada
kinerja organisasi dan belum menjadi dasar pemberian tunjangan kinerja
sehingga mengakibatkan kinerja pegawai pada setiap level tidak
sepenuhnya selaras dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi, 6)
Pelaksanaan assesment belum dilakukan secara menyeluruh, 7) Monev
atas implementasi pada area pengawasan belum mengukur tingkat
efektivitas penanganan gratifikasi, penerapan SPIP, pengaduan
masyarakat, whistle blowing system dan benturan kepentingan, 8)
Implementasi sistem reward and punishment dalam pelayanan pada
sebagian unit layanan belum berjalan dengan baik, 9) Adalah Survey
kualitas pelayanan dan persepsi korupsi terhadap stakeholders dari
Kementerian Kesehatan belum dilakukan terhadap seluruh unit layanan
dan hasil survey belum sepenuhnya ditindaklanjuti.
- Kegiatan Pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja Kementerian : 1)
Perjanjian Kinerja (PK) kementerian tahun 2020 belum menyajikan
kondisi yang akan dicapai pada jangka menengah beserta indikatornya
seperti meningkatnya status kesehatan masyarakat dan meningkatnya
daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap
risiko sosial dan finansial dibidang Kesehatan, 2) Renstra unit organisasi
belum dilengkapi dengan indikator tujuan untuk mengukur capaian
kinerja jangka menengah dan kualitas indikator kinerja sasaran pada
beberapa unit organisasi yang terdapat dalam dokumen perencanaan
masih belum memenuhi kriteria SMART terkait dengan relevansi,
formulasi pengukuran dan kecukupan indikator, 3) Penjabaran kinerja
organisasi ke kinerja individu pegawai belum dilakukan dengan baik
yang berpotensi pada pemberian reward dan punishment pada individu
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
39
pegawai yang kurang berorientasi pada kinerja, 4) Laporan kinerja belum
dimanfaatkan secara optimal oleh pimpinan unit organisasi sebagai
umpan balik dalam perbaikan perencanaan dan peningkatan kinerja
secara berkelanjutan, 5) Evaluasi internal dan implementasi unit
organisasi yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian
Kesehatan telah dilakukan terhadap seluruh unit organisasi namun
kualitas hasil evaluasi masih perlu ditingkatkan. Beberapa rekomendasi
hasil evaluasi akuntabilitas kinerja belum ditindaklanjuti oleh sebagian
unit organisasi secara optimal untuk peningkatan budaya kinerja tinggi di
tingkat unit organisasi, dan 6) Evaluasi program yang dilakukan masih
berfokus pada capaian output untuk penyerapan anggaran dan belum
fokus pada analisis pada keterkaitan kausalitas antara kegiatan-kegiatan
dengan sasaran strategis kementerian dan sasaran program yang akan
dicapai oleh organisasi.
c) Pemecahan Masalah
- Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Kesehata adalah
Mengajukan usulan Revisi Renja Tahun 2020 untuk melakukan
perbaikan dan penyesuaian anggaran dan target-target capaian
indikator.
- Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian
Kesehatan yaitu 1) Penelitian RKAKL dilakukan secara online dengan
menggunakan aplikasi SIAP Rorenggar, 2) Melakukan koordinasi
dengan DJA Kemenkeu terkait teknis penggunaan aplikasi SAKTI, 3)
Koordinasi dan kerjasama dengan Unit Utama dan Satker dalam
melaksanakan penelitian online.
- Kegiatan Monitoring dan evaluasi secara periodik pelaksanaan
perencanaan program dan anggaran Kementerian Kesehatan 1) Telah
dilakukan revisi informasi kinerja pada aplikasi KRISNA dan SATU-DJA
yang telah disesuaikan dengan Renstra Kemenkes 2020-2024, 2)
Kegiatan tetap dilaksanakan dengan mematuhi protokol Kesehatan, 3)
Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan unit utama, satuan kerja
pusat, UPT vertikal dan dekonsentrasi untuk memaksimalkan capaian
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
40
kinerja anggaran dengan mengisi capaian keluaran, indikator keluaran,
capaian sasaran strategis pada aplikasi monev serta dilakukan
percepatan pelaksanaan kegiatan di triwulan IV tahun 2020, 4)
Melakukan berkoordinasi dengan PJ e-Monev Bappenas untuk
dilakukan update informasi kinerja serta Tetap melakukan penginputan
hasil capaian sesuai aplikasi, 5) Mengoptimalkan jadwal dan batas
waktu penginputan capaian janji Presiden serta tetap melakukan kontrol
hasil input untuk meng-crosscheck data capaian di Sismonev, 6)
melakukan Koordinasi dan komunikasi dengan unit utama dan satuan
kerja di pusat dan daerah agar tetap melaporkan capaian kegiatan tepat
waktu serta data yang akurat dan 7) Berusaha memahami dan
mempelajari aplikasi Sismonev serta memberikan masukan kepada
tenaga teknologi informasi di KSP.
- Kegiatan Pengendalian Tata Kelola Organisasi, Manajemen Risiko dan
Intern 1) Dukungan dan komitmen pimpinan yang tinggi untuk
melakukan berbagai perubahan ke arah perbaikan di tingkat pusat dan
unit kerja telah berjalan dengan baik, 2) Tim reformasi birokrasi
hendaknya berjalan cukup baik di tingkat pusat dan unit kerja
khususnya dalam penerpan zona integritas sebagai miniatur RB di
Kementerian Kesehatan, 3) Dengan melakukan identifikasi/analisis
terhadap peraturan perundangan yang tidak harmonis di lingkungan
Kementerian Kesehatan, 4) dengan melakukan evaluasi kelembagaan
dalam rangka klasifikasi dan penataan UPT di unit eselon I di
lingkungan Kementerian Kesehatan dan 5) Sistem manajemen SDM
didukung dengan sistem informasi manajemen berupa aplikasi
manajemen talenta untuk hasil assesment, aplikasi pengukuran kinerja
pegawai dengan SKP, aplikasi informasi kebutuhan diklat untuk
pengembangan kompetensi, dan aplikasi hukuman disiplin untuk
pencatatan hukuman disiplin yang pernah dijatuhkan.
- Kegiatan Pengelolaan sistem akuntabilitas kinerja Kementerian 1)
Meningkatkan kualitas perencanaan kinerja dalam dokumen Renstra
Kementerian Kesehatan dan unit organisasi tahun 2020-2024 dengan
menyajikan tujuan dan sasaran strategis yang berorientasi hasil beserta
indikator kinerja yang memenuhi kriteria SMART dan cukup untuk
mengukur tujuan dan sasaran strategis, 2) Mengintegrasikan aplikasi
perencanaan (e-planning), penganggaran (e-budgeting), dan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
41
manajemen kinerja (e-kinerja) sehingga dapat mengoptimalkan
penerapan performance based budgeting secara konsisten, 3)
Menetapkan ukuran kinerja individu yang selaras dengan kinerja
organisasi dan mengembangkan aplikasi kinerja individu dan organisasi
secara berjenjang dan berkala serta dijadikan sebagai dasar pemberian
reward and punishment, 4) Memanfaatkan laporan kinerja sebagai
umpan balik dalam perbaikan perencanaan dan peningkatan kinerja
secara berkelanjutan, 5) Dengan meningkatkan kualitas evaluasi
internal terhadap implementasi SAKIP di unit organisasi serta
mendorong unit organisasi agar menindaklanjuti rekomendasi hasil
evaluasi akuntabilitas kinerja sehingga dapat meningkatkan budaya
kinerja tinggi di tingkat unit organisasi dan 6) Meningkatkan kualitas
evaluasi program yang berfokus pada analisis terkait kausalitas antara
kegiatan-kegiatan dengan sasaran strategis kementerian dan sasaran
program yang akan dicapai oleh organisasi.
d) Rencana Tindak Lanjut
- Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Kesehatan
Berdasarkan usulan Revisi Renja Kementerian Kesehatan Tahun 2020
ke Bappenas, telah di tindak lanjuti dengan pertemuan tiga pihak antara
Bappenas, Kemenkeu dan Kemenkes yang kemudian dilakukan
pembukaan aplikasi KRISNA Renja 2020 oleh Bappenas serta Unit
utama dan Satker melakukan perbaikan penyesuaian mengacu usulan
Revisi Renja yang telah dibahas dalam pertemuan tiga pihak.
- Kegiatan Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian
Kesehatan 1) Melakukan Pengembangan dan penyempurnaan fitur
aplikasi SIAP Rorenggar untuk mempermudah penelitian online, 2)
Meningkatkan koordinasi dengan DJA Kemenkeu terkait teknis
penggunaan aplikasi SAKTI. Sosialisasi & Pembelajaran terkait aplikasi
SAKTI Kemenkeu, dan 3) Meningkatkan partisipasi Unit Utama dan
Satker dalam melaksanakan penelitian online menggunakan aplikasi
SIAP Rorenggar.
- Kegiatan Monitoring dan evaluasi secara periodik pelaksanaan
perencanaan program dan anggaran Kementerian Kesehatan 1)
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
42
Penginputan informasi kinerja pada aplikai perencanaan (KRISNA) dan
anggaran (SATUDJA) baik nomenklatur target, satuan target informasi
kinerja, agar dapat dievaluasi melalui aplikasi monev (SMART) sesuai
dengan yang telah direncanakan, 2) Pelaksanaan program dan kegiatan
agar direncanakan sesuai dengan protokol Kesehatan, 3) Melakukan
update data penginputan data hasil capaian sampai batas waktu/closing
date ditentukan agar nilai kinerja dapat dicapai maksimal, 4) Memonitor
hasil updating informasi kinerja oleh Bappenas serta berkomunikasi
dengan Bappenas terkait double input hasil capaian yang sama pada
aplikasi yang berbeda, 5) Mengusulkan perpanjangan batas waktu
penginputan karena sistem pelaporan data kesehatan yang berjenjang
dari daerah sampai ke pusat agar data lebih lengkap serta dapat
dipertanggung jawabkan dan 6) Melakukan koordinasi dan komunikasi
dengan unit utama dan satuan kerja agar tetap melaporkan capaian
kegiatan secara tepat waktu dan akurat. Serta Memberikan masukan-
masukan untuk perbaikan Sistem Informasi kepada KSP.
- Kegiatan Pengendalian Tata Kelola Organisasi, Manajemen Risiko dan
Intern 1) Penyusunan road map RB Kemenkes tahun 2020-2025 agar
diselaraskan dengan Renstra Kemenkes 2020-2024, 2) Memperkuat
peran agen perubahan dengan membangun sosial kontrol diantara
rekan kerja dalam upaya penguatan integritas serta mengoptimalkan
monev atas kinerja agen perubahan, 3) Evaluasi terhadap pengendalian
penyusunan peraturan perundang-undangan agar mengukur efektivitas
dan efisiensi pelaksanaan pengendalian penyusunan peraturan
perundang-undangan, 4) Melakukan Reviu atas struktur organisasi
hendaknya lebih fokus kepada kesesuaian antara struktur organisasi
dengan kinerja yang ingin dihasilkan oleh Mandat Kemenkes, 5)
Melakukan pengembangan dan implementasi e-governmnet
terintegrasi, 6) Meningkatkan implementasi sistem manajemen SDM
untuk mendorong terwujudnya sistem merit di Kemenkes, 7) Melakukan
evaluasi atas efektivitas whistle-blowing system, dan benturan
kepentingan serta meningkatkan pembangunan ZI secara kualitas dan
kuantitas pada seluruh unit layanan, 8) Meningkatkan kepatuhan
terhadap LHKASN sebagai wujud transparansi dan penegakan
integritas pegawai, 9) Meningkatkan implementasi sistem reward dan
punishment dalam pelayanan pada seluruh unit layanan, dan 10)
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
43
Melakukan survey mandiri terhadap kualitas pelayanan dan persepsi
korupsi terhadap stakeholder secara berkala di seluruh unit layanan,
sehingga terdapat peningkatan kualitas pelayanan dan integritas secara
berkelanjutan, Selain itu, hasil survey agar diinformasikan secara
terbuka.
- Kegiatan Pengelolaan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian, untuk
pemecahan masalah yaitu :
a. Perjanjian Kinerja (PK) kementerian tahun 2020 belum menyajikan
kondisi yang akan dicapai pada jangka menengah beserta
indikatornya
i. Menyusun peta Strategis Rencana Kemenkes 2020-2024 untuk
menggambarkan orientasi sasaran strategis menuju pada tujuan
dan visi misi Kemenkes
ii. Memastikan cascading kinerja selaras mulai dari tujuan-sasaran
strategis-sasaran program dan sasaran kegiatan
iii. Melibatkan unit utama dalam penyusunan Renstra Kemenkes
2020-2024
iv. Melibatkan pimpinan dalam penyusunan Renstra Kemenkes
2020-2024
v. Mempertimbangkan masukan para pakar dalam penyusunan
Renstra 2020-2024
vi. Mempertimbangkan keterukuran, ketercapaian, keberlanjutan,
pelaksanaan kinerja yang berorientasi outcome dan indikator
kinerja sesuai tujuan dan sasaran strategis Kementerian
Kesehatan agar memenuhi kriteria SMART
vii. Unit utama menyusun RAP selaras dengan Renstra Kementerian
Kesehatan
viii. Membuat logframe program di unit utama mulai input, proses,
output,outcome, impact
ix. Penetapan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2020-2024
b. Renstra unit organisasi belum dilengkapi dengan indikator tujuan
untuk mengukur capaian kinerja jangka menengah dan kualitas
indikator kinerja sasaran (dokumen perencanaan masih belum
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
44
memenuhi kriteria SMART terkait dengan relevansi, formulasi
pengukuran dan kecukupan indikator).
i. Menyelenggarakan revitalisasi digitalisasi sistem perencanaan
dan penganggaran yang terintegrasi dengan hasil monitoring dan
evaluasi dengan basis data yang berasal dari aplikasi Krisna,
RKA-KL, SAKTI dan SMART DJA. Pada tahun 2020 dimulai dari
modul penganggaran.
ii. Menyusun grand design sinkronisasi dan integrasi aplikasi
perencanaan, penganggaran dan monitoring evaluasi yang akan
dilakukan secara bertahap.
iii. Menggunakan aplikasi dan implementasi formula penilaian usulan
kegiatan prioritas yang telah memperhitungkan aspek kinerja
untuk perencanaan dan anggaran.
iv. Koordinasi dengan unit utama untuk mengintegrasikan semua
aplikasi perencanaan menjadi satu perencanaan Kementerian
Kesehatan/Plan Kemkes.
c. Penjabaran kinerja organisasi ke kinerja individu pegawai belum
dilakukan dengan baik yang berpotensi pada pemberian reward dan
punishment pada individu pegawai yang kurang berorientasi pada
kinerja
i. Seluruh unit utama menyusun Sasaran Kinerja Pegawai yang
selaras dengan kinerja unit organisasi
ii. Berkoordinasi dengan Biro Kepegawaian untuk mengintegrasikan
aplikasi e-performance dengan aplikasi kinerja pegawai oleh Biro
kepegawaian
iii. Mengintegrasikan e-performance dengan aplikasi e-SKP
(SIPEKA) oleh Biro Kepegawaian
iv. Pemberian Reward dan Punishment.
v. membuat aplikasi terintegrasi untuk pemberian reward dan
punismant individu dalam pemanfaatan anggaran berdasarkan
variable kinerja individu dan variable absensi (pada permenkes
tukin) direncanakan merekrut konsultan SDM
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
45
vi. Biro Kepegawaian melakukan bridging e-performance dan e-
SKP, pemanfaatan penilaian kinerja individu dalam pemberian
tukin ASN
d. Laporan kinerja belum dimanfaatkan secara optimal oleh pimpinan
unit organisasi sebagai umpan balik dalam perbaikan perencanaan
dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan
i. Menyusun laporan kinerja entitas Kementerian Kesehatan, entitas
Unit Organisasi dan entitas Satuan Kerja
ii. Melakukan reviu Laporan Kinerja
iii. Memberikan feedback hasil Lakip ke stakeholder khususnya para
Perencana Program
iv. Memanfaatkan hasil evaluasi pada Laporan Kinerja sebagai
umpan balik penyusunan Renja implementasi dari Permenkes 48
melalui pemanfaatan instrumennya, software dan analisisnya
e. Evaluasi internal dan implementasi unit organisasi yang dilakukan
oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan telah dilakukan
terhadap seluruh unit organisasi namun kualitas hasil evaluasi masih
perlu ditingkatkan
i. Melakukan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah secara online.
ii. Berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal untuk meningkatkan
kualitas evaluasi internal.
iii. Mendorong seluruh entitas untuk menindaklanjuti rekomendasi
SAKIP oleh APIP Inspektorat Jenderal.
iv. Unit utama membuat rencana aksi dalam rangka tindaklanjut atas
rekomendasi SAKIP dari APIP dan SAKIP KemenPAN/RB dibuat
deadline, dan menyiapkan data dukungnya serta dipantau secara
periodik.
f. Evaluasi program yang dilakukan masih berfokus pada capaian
output untuk penyerapan anggaran dan belum fokus pada analisis
pada keterkaitan kausalitas antara kegiatan-kegiatan dengan
sasaran strategis kementerian dan sasaran program yang akan
dicapai oleh organisasi
i. Melakukan analisa aspek konteks dan manfaat untuk mengkaji
relevansi aspek input dengan outcome program melalui aplikasi
SMART DJA.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
46
ii. Badan Litbangkes melakukan evaluasi tematik program sesuai
ampuan masing-masing pusat.
iii. Melaksanakan evaluasi Tematik yang mengikutsertakan para
pakar.
iv. Unit eselon 1 melakukan evaluasi masing2 program PN.
v. Evaluasi Dekonsentrasi
vi. Evaluasi AKI/AKB
vii. Evaluasi Germas
viii. Evaluasi Stunting
Unit utama Menyusun logical framework program dalam
penyusunan RENSTRA 2020-2020
2. Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam
penyelenggaraan SPM bidang Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
a) Faktor Keberhasilan
Terdapat unit lain yang secara rutin melakukan kegiatan penguatan
SPM sehingga Biro Perencanaan dan Anggaran dapat turut serta berperan
aktif dalam kegiatan tersebut
b) Permasalahan
- Pemahaman daerah dalam mensinkronkan antara standar mutu
pelayanan SPM dengan kegiatan yang akan direncanakan masih
beragam.
- Daerah belum seluruhnya memahami sumber anggaran yang beragam
yang dapat digunakan untuk penerapan SPM.
- Indikator baru yang disepakati tahun 2020, sehingga belum dianggarkan
kegiatan untuk pelaksanaan penguatan.
- Integrasi monev SPM bidang kesehatan masih mengalami kendala
karena adanya kebutuhan data dari setiap unit dengan kepentingan yang
berbeda, serta sudah adanya tools monev di Kemendagri.
c) Pemecahan Masalah
- Sosialisasi kepada daerah terkait Pemahaman daerah dalam
mensinkronkan antara standar mutu pelayanan SPM dengan kegiatan
yang akan direncanakan.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
47
- Sosialisasi kepada daerah terkait pemahaman sumber anggaran yang
beragam yang dapat digunakan untuk penerapan SPM.
- Terlibat aktif dalam acara penguatan daerah untuk penerapan SPM yang
dilaksanakan oleh unit lain.
- Rapat koordinasi antar unit untuk integrasi monev SPM bidang
Kesehatan.
d) Rencana Tindak Lanjut
- Melakukan Bimbingan Teknis Kepada daerah yang menjadi fokus pada
tahun anggaran 2021 terkait pemahaman dan konsep daerah dalam
mensinkronkan antara standar mutu pelayanan SPM dengan kegiatan
yang akan direncanakan.
- Melakukan Bimbingan Teknis Kepada daerah yang menjadi fokus pada
tahun anggaran 2021 terkait pemahaman sumber anggaran yang
beragam yang dapat digunakan untuk penerapan SPM.
- Menganggarkan kegiatan penguatan provinsi untuk penerapan SPM pada
tahun 2021.
- Pembahasan lebih lanjut terkait integrasi monev SPM dan meminta akses
tarik data dari aplikasi e-monev Kemendagri.
3. Persentase Provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD
yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang kesehatan
a) Faktor Keberhasilan
- Pembahasan/Desk usulan kegiatan program prioritas yang akan
dimintakan dukungan ke daerah dengan unit utama.
- Mengikuti dan berperan aktif dalam dalam Rakortekrenbang Kemendagri
setiap awal tahun.
- Evaluasi dan umpan balik keselarasan program ABPD dengan Program
Prioritas Nasional.
- Pembinaan/pendampingan penguatan Provinsi dalam penyusunan
perencanaan anggaran kesehatan daerah.
- Mengikuti pelaksanaan Evaluasi Rancangan APBD Provinsi di
Kementerian Dalam Negeri.
b) Permasalahan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
48
- Usulan Pemerintah Daerah melalui Sistem Informasi Krisna Selaras yang
diusulkan pada pelaksanaan Rakortekrenbang untuk dibahas dalam Desk
Musrenbangnas Tahun 2019 cukup banyak.
- Keterbatasan waktu desk, sehingga pembahasan difokuskan pada usulan
provinsi yang terkait dengan proyek prioritas pilihan dan sebagian usulan
kabupaten/kota tidak dapat terbahas.
- Pendeknya tenggat waktu sosialisasi dan penginputan usulan melalui
aplikasi KRISNA-SELARAS
- Belum semua daerah memasukkan usulan APBD urusan kesehatan yang
mendukung Program Prioritas Nasional di aplikasi Krisna Selaras
sehingga perencanaan antara yang di biaya APBN dan APBD belum
terpetakan
- Pusat belum menetapkan target indikator untuk provinsi / kabupaten /kota
yang mendukung program Kementerian Kesehatan
- Usulan daerah lebih banyak bersumber DAK Fisik
- Usulan daerah masih belum selaras dengan program pusat, dikarenakan
belum ada sosialisasi atau penetapan menu program/kegiatan
dekonsentrasi yang diusulkan menggunakan menu tahun sebelumnya.
- Kualitas Renja Dinas Kesehatan Kab/kota belum baik dalam hal
Sistematika, Kelengkapan data, Penetapan prioritas masalah, Penetapan
prioritas kegiatan dan Penetapan kebutuhan anggaran.
- Terdapat daerah dalam penyusunan RKPD dan APBD belum optimal
mengakomodasi atau berkontribusi terhadap pencapaian program
prioritas.
c) Pemecahan Masalah
- Pembahasan difokuskan pada usulan provinsi yang terkait dengan Proyek
Prioritas Pilihan
- Dilakukan pilot project diskusi online melalui Sistem Informasi KRISNA-
SELARAS untuk beberapa proyek prioritas dan beberapa provinsi pilihan
- Pembahasan difokuskan pada usulan Dekonsentrasi yang mendukung
prioritas Nasional yang dilaksanakan oleh pemerintah Pusat.
- Usulan yang belum diinput pada aplikasi KRISNA-SELARAS di usulkan
melalui proses Desk.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
49
- Menyepakati penetapan target indikator sesuai kesanggupan pencapaian
daerah.
- Usulan DAK tidak dibahas, disarankan untuk di proses dalam mekanisme
usulan DAK.
- Penyelarasan program/kegiatan dilakukan pada saat penelitian RKAKL,
dengan menyandingkan usulan daerah dengan menu program/kegiatan
dekonsentrasi pusat.
- Pendampingan tata kelola program kesehatan ke kab/kota.
- Peningkatan kapasitas perencana daerah.
- Perlunya melakukan monitoring dan evaluasi rancangan RKPD dan
APBD untuk mengetahui sejauhmana program prioritas RKP masuk
dalam dokren RKPD dan APBD sesuai dengan karakteristik dan
kekhasan permasalahan kesehatan daerah dan secara aktif terlibat dalam
forum Kemendagri yang mengevaluasi rancangan RKPD dan APBD,
untuk memastikan program prioritas masuk dalam dokumen rencana
RKPD dan APBD.
d) Rencana Tindak Lanjut
- Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan proporsi pembahasan daerah
dalam rangka mengoptimalkan aspirasi daerah.
- Kedepan diskusi online melalui Sistem Informasi KRISNA-SELARAS
dapat diterapkan untuk semua provinsi sebelum pelaksanaan forum
Musrenbangnas dengan memberikan tenggat waktu yang cukup
- Kedepannya usulan APBD mengacu kepada Prokegda (Permendagri No
90 Tahun 2019)
- Perlu dipertimbangkan lagi mekanisme desk agar lebih fokus
pembahasanya dan dengan tenggat waktu yang cukup.
- Pusat perlu membuat target capaian indikator kepada daerah guna
mendukung capaian indikator program pusat.
- Penyusunan Menu kegiatan dekonsentrasi diharapkan disusun lebih awal
dari jadwal penelitian RKAKL.
- Perlu sosialisasi terhadap menu-menu kegiatan pusat yang akan
didukung pelaksanaanya oleh daerah,
- Penilaian Renja Dinas Kesehatan Kab/Kota sebelum dan sesudah
dilakukan pendampingan dan peningkatan kapasitas perencana daerah.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
50
- Melakukan evaluasi RKPD dan APBD Provinsi dan mengkonsolidasikan
hasil evaluasi kepada Provinsi
- Melakukan sosialiasi program prioritas RKP kepada Provinsi.
- Melakukan pembinaan dan peningkatan kapasitas Provinsi dalam
penyusunan dokren RKPD dan APBD yang memperhtaikan program
prioritas RKP.
b. Kegiatan Pembinaan Administrasi Kepegawaian
Sasaran kegiatan pembinaan administrasi kepegawaian adalah terwujudnya
penataan ASN Kemenkes sesuai kompetensi jabatan dengan indikator, definisi
operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2.1
Definisi Operasional Dan Cara Hitung
SASARAN INDIKATOR DEFINISI
OPERASIONAL CARA
PERHITUNGAN
Terwujudnya penataan ASN Kemenkes sesuai kompetensi jabatan
Persentase Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar
kompetensi jabatan
Persentase Pejabat Pimpinan Tinggi dan Pejabat Administator dan Pengawasa di lingkungan Kemenkes yang sedang menduduki jabatan dan telah mengikuti uji kompetensi dalam 3 (tiga) tahun terakhir dengan hasil nilai kompetensi minimal 80% dari standar
kompetensi jabatan
Jumlah Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang sedang menduduki jabatan dan telah mengikuti uji kompetensi dalam 3 (tiga) tahun terakhir dengan hasil nilai kompetensi minimal 80% dari standar kompetensi jabatan dibagi dengan Jumlah Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang sedang menduduki
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
51
SASARAN INDIKATOR DEFINISI
OPERASIONAL CARA
PERHITUNGAN
jabatan dan telah mengikuti uji kompetensi dalam 3 (tiga) tahun terakhir dikali 100%
Persentase PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menduduki Jabatan Fungsional
Persentase PNS dilingkungan Kementerian Kesehatan yang diangkat (inpassing, alih jabatan dan pengangkatan pertama) dalam jabatan fungsionalkesehatan dan non kesehatan sesuai dengan kompetensinya
Jumlah pemangku jabatan fungsional kesehatan dan non kesehatan dibagi dengan jumlah pejabat pelaksana dan pejabat fungsional kesehatan dan non kesehatan dilingkungan Kementerian Kesehatan dikali 100%
Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Kepegawaian
Tingkat kepuasan penerima layanan kepegawaian, meliputu pimpinan satker, pengelola kepegawaian, dan jabatan fungsional Anpeg terhadap layanan kepegawaian di lingkungan Kementerian Kesehatan
Penilaian Kepuasan Layanan Kepegawaian menggunakan skala likert (1 sd 5). Cara perhitungan adalah jumlah nilai terbobot seluruh responden dibagi dengan total jumlah responden
Tabel 3.2.2 Capaian Indikator Tahun 2020
Sasaran Indikator Target Realisasi
Terwujudnya penataan ASN Kemenkes sesuai kompetensi jabatan
Persentase Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi jabatan
75% 81,25%
Persentase PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menduduki Jabatan Fungsional
60% 63,91%
Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Kepegawaian
4 3,76
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
52
Analisis pencapaian atas masing-masing indikator adalah sebagai berikut:
1. Persentase Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat
Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi jabatan
a) Pendukung keberhasilan tersebut, yaitu:
- Melaksanakan proses pelaksanaan penilaian Badan Pertimbangan
Jabatan dan Kepangkatan atau BAPERJAKAT.
- Melaksanakan pengisian jabatan eselon I dan II yang dilaksanakan oleh
Panitia Seleksi Terbuka (PANSEL) yang dalam penentuan mutasi dan
promosi jabatan eselon I dan II juga memperhatikan kompetensi pejabat
yang akan menduduki jabatan.
- Melakukan pemanggilan pejabat yang belum mengikuti Pendidikan dan
Pelatihan Kepemimpinan (DIKLATPIM).
- Melakukan Uji Kompetensi (Assessment) kepada seluruh pejabat
struktural di lingkungan Kementerian Kesehatan secara bertahap tiap
tahunnya
b) Permasalahan
- Belum seluruh Pegawai telah dilakukan penilaian kompetensi dikarenakan
keterbatasan anggaran.
- Pelaksanaan pelatihan peningkatan kompetensi yang belum terencana
dengan baik.
- Belum dilakukan evaluasi pelaksanaan keseluruhan dari setiap proses
yang dilakukan dalam seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
- Terbitnya peraturan yang baru sehingga peraturan yang sudah ditetapkan
atau konsep peraturan yang sedang direvisi dan telah disusun harus
disesuaikan dengan peraturan tersebut.
c) Rencana Tindak Lanjut
- Perlu ditetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Pelaksanaan Uji Kompetensi sebagai dasar pembagian kewenangan
pelaksanaan uji kompetensi;
- Perlu peta perencanaan pengembangan kompetensi (pendidikan dan
pelatihan) baik untuk kebutuhan individu ataupun organisasi;
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
53
- Perlu dibangun unit assessment center untuk penetapan kompetensi
berbasis teknologi informasi Aparatur Sipil Negara Kementerian
Kesehatan;
- Pengembangan infrastruktur manajemen talenta (Tim Manajemen Talenta,
IT, Pedoman, Penetapan Pool Mentor);
- Pilot Project pengisian JPT Pratama/Koordinator/Subkoordinator melalui
manajemen talenta (Jab Target, Calon Talent, Talent pool,
pengembangan);
- Penerapan Sistem Merit dengan kategori sangat baik (Tim Merit,
Roadmap, evaluasi);
- Penyusunan Pola Karir Kementerian Kesehatan.
2. Persentase PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menduduki
Jabatan Fungsional
a) Pendukung keberhasilan tersebut, yaitu:
- Pemetaan Jabatan Fungsional;
- Peningkatan Kapasitas Analis Kepegawaian dan Tim Penilai Analis
Kepegawaian Kementerian Kesehatan;
- Penyusunan pedoman tata laksana analis kepegawaian di lingkungan
kemenkes;
- Percepatan Penyelesaian Administrasi Jabatan Fungsional, Jabatan
Pelaksana (JFU) dan Inpassing Nasional;
- Pengembangan SILK Jabfung dan SILK Usul sesuai dengan
perkembangan peraturan kepegawaian;
- Pembuatan aplikasi online untuk usul ralat SK dan TBR (Tenaga Bahaya
Radiasi);
- Pelaksanaan paper-less aplikasi SILK Jabfung dan SILK arsip;
- Pelantikan Jabatan Fungsional.
b) Permasalahan
- Banyaknya Pegawai yang tidak lulus Uji Kompetensi Inpassing Jabatan
Fungsional.
- Adanya ketentuan untuk beberapa Jabatan Fungsional tertentu yang
mewajibkan lulus Diklat Fungsional.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
54
- Masih banyak komposisi jabatan pelaksana yang menjadi jabatan
fungsional. Saat ini sudah ada Permen PANRB Nomor 41 tahun 2018
yang dapat dijadikan acuan dalam penetapan jabatan pelaksana di
Kementerian Kesehatan. Penataan pegawai (distribusi, mutasi, rotasi) saat
ini belum seluruhnya menyesuaikan dengan peta jabatan
- Belum ditetapkan kebijakan internal tentang pengembangan kompetensi
jabatan fungsional Kesehatan.
c) Rencana Tindak Lanjut
- Melaksanakan penilaian Uji Kompetensi Jabfung secara berjenjang;
- Menyusun standar kompetensi teknis;
- Melakukan pembinaan terhadap tim penilai angka kredit;
- Melaksanaan sertifikasi bagi tim penilai UKOM dan PAK besama Puskat
Mutu.
3. Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Kepegawaian
a) Permasalahan
- Hasil survei tahun 2018 digunakan sebagai garis dasar penentuan target
RENSTRA Biro Kepegawaian untuk tahun 2020, yaitu indeks nilai 4.
- Pelaksanaan penilaian survei pada tahun 2019 menggunakan dua produk
kepegawaian,, yaitu Kenaikan Pangkat dan Kenaikan Jenjang Jabatan
Fungsional serta menggunakan pihak ketiga, sedangkan pada tahun ini
menggunakan seluruh produk kepegawaian di lingkungan Biro
Kepegawaian.
- Penilaian dilakukan secara mandiri karena keterbatasan anggaran yang
disebabkan efisiensi untuk penanganan COVID-19.
- Tidak semua responden mengetahui dan melakukan proses dari seluruh
layanan kepegawaian.
- Jumlah responden yang tidak representative.
b) Rencana Tindak Lanjut
- Pelaksanaan menggunakan pihak ketiga, yaitu lembaga yang memiliki
kredibilitas dan reputasi di bidang penelitian dan survei.
- Pengelompokan pertanyaan berdasarkan responden.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
55
- Penentuan jumlah responden berdasarkan teknik penentuan sample
sesuai dengan kaidah statistik.
c. Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan Dan Barang Milik Negara.
Sasaran kegiatan pembinaan pengelolaan administrasi keuangan dan barang
milik negara adalah meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan barang
milik negara (BMN) serta pelaksanaan pengadaan barang/jasa kementerian
kesehatan secara efektif, efisien dan dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan
dengan indikator, definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 3.3.1
Definisi Operasional Dan Cara Hitung
NO SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA
PERHITUNGAN
1 Meningkatnya Kualitas Pengelolaan Keuangan dan Barang Milik Negara (BMN) serta pelaksanaan Pengadaan Barang/jasa Kementerian Kesehatan secara Efektif, Efisien dan Dipertanggungjawabkan Sesuai Ketentuan
Persentase ketepatan waktu penyampaian Rekonsiliasi Laporan Keuangan Satuan Kerja
Persentase Ketepatan seluruh satuan kerja menyampaikan Laporan Keuangan kedalam aplikasi e-Rekon&LK setiap bulannya dalam rangka proses rekonsiliasi data transaksi keuangan dan penyusunan Laporan Keuangan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan Kementerian Keuangan
Jumlah Satuan Kerja Aktif (Penerima DIPA Kemenkes Tahun Berjalan) yang melakukan upload data keuangan dalam aplikasi E-Rekon&LK secara tepat waktu : Jumlah satuan Kerja di Kemenkes RI dikali 100
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
56
NO SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN Persentase
Capaian Realisasi Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Persentase Capaian Realisasi Paket Pengadaan Barang/jasa keseluruhan (Tender, e-Purchasing dan Penunjukan Langsung) yang sedang diproses, dalam pelaksanaan dan yang telah kontrak
Jumlah realisasi paket pengadaan barang/jasa Satker dibagi Total Paket Pengadaan Barang/Jasa yang ada dalam SIRUP dikali 100
Persentase jumlah satker kantor Pusat dan Kantor Daerah dengan Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) >= 80
persentase satker kantor pusat dan kantor daerah diluar Badan Layanan Umum dengan nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) >=80
Jumlah satker kantor pusat dan kantor daerah dengan nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) >= 80 dibagi jumlah satker Kantor Pusat dan Kantor Daerah dikali 100
Persentase nilai Barang Milik Negara (BMN) yang telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP) sesuai ketentuan
Persentase nilai Barang Milik Negara (BMN) Kementerian Kesehatan yang telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP), sebagaimana tercatat dalam Sistem Informasi Manajemen Aset Negara (SIMAN) dan diperoleh pada 1 (Satu) tahun sebelum tahun berjalan
Total Nilai Barang Milik Negara (BMN) pada 1 (satu) tahun sebelumnya yang telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP) dibagi total Nilai Barang milik negara (BMN) pada 1 (satu) tahun sebelumnya dikali 100
Tabel 3.3.2
Capaian Indikator 2020
Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
57
Meningkatnya kualitas pengelolaan
keuangan dan Barang Milik Negara
(BMN) serta Pengadaan barang/jasa
Kementerian Kesehatan secara efektif,
efisien dan dipertanggungjawabkan
sesuai ketentuan
1 Persentase ketepatan
waktu penyampaian
rekonsiliasi laporan
keuangan satuan kerja
100 100
2 Persentase capaian
realisasi pelaksanaan
pengadaan barang/Jasa
65 71,03
3 Persentase jumlah satker
kantor pusat dan kantor
daerah dengan nilai
Indikator Kinerja
Pelaksanaan Anggaran
(IKPA) >= 80
60 89,81
4 Persentase nilai Barang
Milik Negara (BMN) yang
telah mendapatkan Surat
Keputusan Penetapan
Status Penggunaan (SK
PSP) sesuai ketentuan
30 35,77
Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
1. Persentase ketepatan waktu penyampaian rekonsiliasi laporan keuangan
satuan kerja
a) Faktor keberhasilan
- Adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
104/PMK.05/2017 Tentang Pedoman Rekonsiliasi Dalam Penyusunan
Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum Negara Dan Kementerian
Negara/Lembaga yang menyatakan bahwa apabila satuan kerja tidak
menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu dan berkualitas
akan dikenakan sanksi berupa Surat Pemberitahuan Pengenaan Sanksi
yang selanjutnya disingkat SP2S adalah surat pemberitahuan tentang
pengenaan sanksi yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara selaku Kuasa BUN kepada Unit Akuntansi
Kuasa Pengguna Anggaran yang tidak melakukan Rekonsiliasi sampai
batas waktu yang ditentukan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
58
- Komitmen seluruh jajaran Kementerian Kesehatan dalam melaporkan dan
menyajikan laporan keuangan yang berkualitas dalam rangka mendukung
perolehan opini WTP atas LK yang berkelanjutan.
- Pengoptimalan aplikasi erekon sehingga dapat mengidentifikasi
ketidaksesuaian lebih dini.
b) Permasalahan
- Adanya pembatasan kegiatan tatap muka, sehingga penelusuran
dokumen/konfirmasi terkait penyajian data dan informasi pada Laporan
Keuangan mengalami beberapa kendala apabila ditemukan
permasalahan.
- Masih ditemukan permasalahan Kualitas penyajiian data dalam LK yang
di rekonsiliasi kedalam e-Rekon & LK misalnya kesalahan Penggunaan
akun dalam perencanaan dan pelaksanaan anggaran.
c) Pemecahan Masalah
- Pengoptimalan penggunaan media online dalam proses pencapaian
kinerja dan penyajiian Laporan Keuangan yang berkualitas antara lain
pengungkapan dampak dan penanganan pandemi COVID-19 setiap
entitas akuntansi dan entitas pelaporan secara memadai
- Mengoptimalkan monitoring dan evaluasi serta analisis kualitas LK dalam
e-Rekon & LK
- Melakukan koordinasi dengan satker dan eselon 1 terkait apabila
ditemukan permasalahan hasil Monev dan analisisi LK untuk segera
dituntaskan atau koreksi
- Melakukan koordinasi dengan Kemenkeu selaku pembina Kemenkes
apabila permasalahan yang ditemukan penuntasan perlu dilaksanakan
oleh Kemenkeu
d) Rencana Tindak Lanjut
- Peningkatan koordinasi dengan satker dan eselon 1 serta kementerian
keuangan dalam rangka pelaksanaan rekonsiliasi secara tepat waktu dan
penyajiian LK yang lebih berkualitas
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
59
- Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi ketepatan pelaksanaan rekonsiliasi
LK dan analisis serta pelaksaaan telaahan LK secara berjenjang
dilakssanakan secara konsisten setiap bulannya
- Peningkatan Kapasitas SDM penyusun LK melalui pelatihan, seminar dan
Workshop
2. Persentase Capaian Realisasi Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
a) Faktor keberhasilan
- Kepatuhan satker dalam pengisian RUP pada aplikasi SIRUP yang cukup
baik
- Perubahan Kebijakan Pemanfaatan anggaran di lingkungan Kemenkes
- terdapat paket pengadaan bagi kantor daerah/dekonsentrasi dengan
nominal yg besar namun karena pengadaannya dilaksanakan dipusat
sehingga memakan waktu lama bagi kebutuhan tersebut sampai di kantor
daerah/dekonsentrasi
- Koordinasi yang intensif dan optimal dengan Unit Utama dan LKPP
b) Permasalahan
- Terdapat perubahan jadwal pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
dikarenakan kebijakan Work From Home (WFH) guna penanganan
masalah penyebaran Covid19.
- Adanya kebijakan efisiensi anggaran berdampak pada terjadinya lelang
ulang dan tidak terlaksana
- Terlambatnya pelaksanaan PBJ yang disebabkan oleh terlambatnya
penyiapan dokumen PBJ dan kualitas dokumen PBJ
- Perencanaan dan pelaksanaan PBJ Pra DIPA masih belum optimal
- Pembahasan e catalogue bidang kesehatan di LKPP memakan waktu
yang cukup lama dikarenakan LKPP memerlukan bantuan teknis dari
kementerian terkait.
- Banyak pelaksanaan paket PBJ di lingkungan Kementerian Kesehatan
dilakukan melalui mekanisme PBJ dengan kondisi darurat, sehingga
banyak realisasi PBJ tidak terekam melalui sistem.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
60
c) Pemecahan Masalah
- Berkoordinasi dengan LKPP terkait kebijakan updating aplikasi agar tidak
menghambat proses pelaksanaan PBJ.
- Optimalisasi pelaksanaan pengadaan barang/jasa Pra DIPA tahun 2020.
- Peningkatan kualitas SDM terkait pemahaman dan penyusunan dokumen
PBJ
- Membuat rancangan pembuatan aplikasi PBJ dengan melibatkan tenaga
IT di lingkungan Biro Keuangan dan BMN dan Narasumber dari LKPP.
- Sosialisasi dan koordinasi dengan para pelaku PBJ di lingkungan
Kemenkes untuk mengurangi lelang ulang dan proses gagal lelang.
- Penyusunan ecatalogue sektoral di delegasikan ke Kementerian terkait
(Kemnterian Kesehatan) sehingga tidak perlu menunggu dari LKPP
- Melakukan advokasi kepada pimpinan untuk mendorong pengelola PBJ
melakukan inovasi dalam proses PBJ seperti kontrak payung, pengadaan
melalui e catalogue dan/atau e purchasing Rencana Tindak Lanjut
- LKPP sudah menyiapkan aplikasi untuk pencatatan sesuai dengan Surat
Edaran Kepala LKPP Nomor 20 Tahun 2020 tentang pelaksanaan
pencatatan pengadaan darurat pada SPSE.
- Membuat Surat Edaran Sekretaris Jenderal, agar satuan kerja yang
melaksanakan pengadaan darurat untuk peanganan COVID-19 untuk
melakukan pencatatan pada aplikasi SPSE Terpusat.
3. Persentase Jumlah Satker Kantor Pusat Dan Kantor Daerah Dengan Nilai
Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)
a) Faktor keberhasilan
- Penyesuaian kebijakan pelaksanaan anggaran belanja K/L akibat kondisi
kahar (force majeure) yang disebabkan oleh risiko penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19), serta memperhatikan pengaturan
mengenai penilaian IKPA belanja K/L sesuai dengan Perdirjen
Perbendaharaan Nomor PER-4/PB/2020 tentang Petunjuk Teknis
Penilaian IKPA K/L dan ditindaklanjuti dengan Surat Kepala Biro
Keuangan a.n. Sekretaris Jenderal Nomor KU.03.01/1/858/2020 Hal
Kebijakan Relaksasi Penilaian IKPA Tahun 2020 pada Aplikasi OM SPAN
Tanggal 23 Maret 2020
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
61
- Penerapan Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : S-
614/PB/2020 tanggal 17 Juli 2020 bahwa, dalam rangka memasuki
tatanan normal baru(new normal), menjaga tata kelola (govermance)
pelaksanaan anggaran, serta mendorong akselerasi belanja pemerintah
untuk penanganan covid -19 dan pemulihanan nasional, maka Kebijakan
penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) tahun 2020
yang sebelumnya 'tidak dilakukan penilaian", sebagaimana diatur dalam
surat Dirjen Perbendaharaan Nomor S-258/PB/2020 tanggal 23 Maret
2020 tentang kebijakan Realisasi Penilian Indikator Kinerja Pelaksanaan
Anggaran (IKPA) Tahun 2020 dinyatakan akan "dilakukan penilaian
kembali" mulai Triwulan III tahun 2020.
- Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor : S-682/PB/2020 tanggal
14 Agustus 2020 hal Langkah-langkah Percepatan Penyerapan Anggaran
Belanja dan Program Pemulihan Ekonomi Nasional, disampaikan
Pimpinan Satuan Kerja agar memastikan percepatan penggunaan
anggaran pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan pencairan
dana dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi nasional
- Outstanding kontrak juga terealisasi pada triwulan IV dengan jumlah yang
cukup signifikan terhadap pagu, menyebabkan kenaikan angka capaian
IKPA khususnya pada indikator "Penyerapan Anggaran" dan "Halaman III
DIPA”
b) Permasalahan
- Kebijakan GUP dan SPM pada saat pandemi covid19 yang belum
diantisipasi oleh satker-satker serta keterlambatan pengelolaan anggaran
dikarenakan menunggu proses refocussing anggaran.
- Mengutamakan penggunaan alokasi anggaran yang telah ada untuk
kegiatan-kegiatan yang bersifat mendukung percepatan penanganan
COVlD-19 dengan melakukan refocussing kegiatan dan realokasi
anggaran melalui mekanisme revisi anggaran yang cepat, sederhana, dan
akuntabel.
c) Pemecahan Masalah
- Optimalisasi Penerapan kebijakan langkah-langkah akhir tahun anggaran
2020
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
62
- Meningkatkan koordinasi dan konsultasi yang intensif dengan satker, unit
utama serta Ditjen Perbendaharaan dan KPPN
- Redefinisi dan perubahan pembobotan IKPA
d) Rencana Tindak Lanjut
- Meningkatkan koordinasi dan konsultasi yang berkelanjutan dengan
KPPN dan Ditjen Perbendaharaan;
- Meningkatkan pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan teknis bagi petugas
pengelola anggaran satker
4. Persentase nilai Barang Milik Negara (BMN) yang telah mendapatkan Surat
Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP) sesuai ketentuan
a) Faktor keberhasilan
- Komitmen pimpinan dalam mendorong peningkatan tata Kelola BMN,
terutama dalam penetapan status penggunaan BMN
- Koordinasi yang baik antara satker dan KPKNL terkait penerbitan SK PSP
BMN.
b) Permasalahan
- Terjadinya wabah COVID-19 sehingga membatalkan Pertemuan yang
semula direncanakan untuk Updating data PSP BMN
- Proses PSP satker pada KPKNL setempat kurang optimal akibat dari
pandemi COVID-19
- Adanya rotasi Pengelola BMN di satker sehingga proses penyiapan data
dukung PSP menjadi terhambat karena kurangnya pengetahuan
c) Pemecahan Masalah
- Mengoptimalkan Pengunaan Aplikasi e-BMN
- Koordinasi secara intens dengan satker dan KPKNL melalui media online
terkait PSP
d) Rencana Tindak Lanjut
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
63
- Mewajibkan pengunaan aplikasi e-BMN untuk menginput data usulan
PSP agar termonitor secara intensif
- Melakukan pembinaan kepada satker yang belum bisa/kurang
memahami apliksi E-BMN
- Diusulkan agar adanya sanksi kepada satker yang tidak melakukan PSP
berupa penolakan RKBMN terhadap BMN yang belum di PSP kan.
d. Perumusan Peraturan Perundang-Undangan Dan Pembinaan Organisasi
Sasaran kegiatan perumusan peraturan perundang-undangan dan pembinaan
organisasi adalah meningkatnya bidang layanan dan hukum dengan Indikator
kinerja kegiatan Perumusan peraturan perundang-undangan dan pembinaan
organisasi dengan indikator, definisi operasional dam cara perhitungan IKK
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.4.1
Definisi Operasional Dan Cara Hitung
SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL
CARA PERHITUNGAN
Meningkatnya bidang layanan dan hukum dengan Indikator kinerja kegiatan Perumusan peraturan perundang-undangan dan pembinaan organisasi
Jumlah peraturan perundang-undangan dan produk hukum lain bidang kesehatan yang disusun
Jumlah RUU, RPP, R.Perpres/R.Inpres yang telah diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM untuk dilakukan harmonisasi, Permenkes dan Kepmenkes strategis mendukung prioritas nasional yang telah diundangkan atau ditetapkan, MoU dan PKS yang ditangani
Jumlah RUU, RPP, Perpres/ R.Inpres yang telah diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM untuk dilakukan harmonisasi dalam satu tahun anggaran dan/atau telah selesai menjadi UU, PP, Perpres/Inpres pada tahun-tahun berikutnya + Jumlah Permenkes + Kepmenkes strategis mendukung prioritas nasional (Kepmenkes yang memiliki
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
64
SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL
CARA PERHITUNGAN
substansi pengaturan dan tidak termasuk Kepmenkes yang bersifat individual konkrit seperti Kepmenkes mengenai pembentukan tim/panitia/kelompok kerja/komite/dewan pengawas) yang telah diundangkan atau ditetapkan dalam satu tahun anggaran + MoU dan PKS yang ditangani dalam satu tahun anggaran.
Jumlah produk penataan organisasi dan tatalaksana serta fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan
Jumlah usulan penataan organisasi, tatalaksana, dan analisis jabatan, serta fasilitasi pelaksanaan atau evaluasi reformasi birokrasi Kemenkes
Jumlah usulan penataan organisasi ke lintas sektor terkait + produk ketatalaksanaan dan analisis jabatan yang diusulkan untuk ditetapkan + fasilitasi pelaksanaan atau evaluasi reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan
Jumlah permasalahan dan kasus hukum yang tertangani serta fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan
Jumlah penanganan kasus hukum di pengadilan, penanganan permasalahan hukum di luar pengadilan, penanganan pengurusan penyelesaian proses Kekayaan Intelektual, dan fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang Kesehatan
Jumlah kasus hukum yang tertangani dari tingkat pertama sampai dengan pelaksanaan eksekusi + penanganan permasalahan di luar pengadilan + penanganan pengurusan penyelesaian proses Kekayaan Intelektual + laporan fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan
Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Sekretariat Jenderal
Hasil penilaian reformasi birokrasi di lingkup Sekretariat Jenderal pada tahun berjalan
Nilai reformasi birokrasi Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan dibagi standar nilai dikalikan seratus persen
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
65
Tabel 3.4.2
Capaian Indikator Tahun 2020
Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi
Meningkatnya bidang layanan
dan hukum dengan Indikator
kinerja kegiatan Perumusan
peraturan perundang-undangan
dan pembinaan organisasi
1 Jumlah peraturan
perundang-undangan dan
produk hukum lain bidang
kesehatan yang disusun
125 245
2 Jumlah produk penataan
organisasi dan tatalaksana
serta fasilitasi pelaksanaan
reformasi birokrasi
Kementerian Kesehatan
18 24
3 Jumlah permasalahan dan
kasus hukum yang
tertangani serta fasilitasi
pengawasan dan
penyidikan bidang
kesehatan
206 227
4 Nilai Reformasi Birokrasi di
lingkup Sekretariat Jenderal
80 92,44
Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
1. Jumlah peraturan perundang-undangan dan produk hukum lain bidang
kesehatan yang disusun.
a) Permasalahan
- Kehadiran dan masukan perwakilan kementerian/lembaga terkait masih
menjadi kendala dalam pembahasan penyusunan RUU, RPP dan R
Perpres. Ketidakhadiran perwakilan menjadi salah satu faktor
penghambat karena terdapat beberapa materi yang harus mendapatkan
klarifikasi dari kementerian yang menjadi penanggungjawabnya;
- Masih terdapat rancangan produk hukum dalam bentuk Permenkes dan
atau Kepmenkes dari unit teknis yang masuk ke Biro Hukum dan
Organisasi belum jelas secara substansi sehingga harus lakukan gelar
substansi kembali. Hal ini tentunya membutuhkan waktu yang lebih lama
dalam penyelesaiannya;
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
66
- Khusus pada produk keputusan dan peraturan menteri, jumlahnya
melebihi target karena banyaknya permintaan dari unit teknis, dan
banyak draf yang diajukan secara cito;
- Belum adanya konsistensi antara perencanaan yang telah diusulkan
dalam program legislasi kesehatan dengan realisasi usulan yang masuk.
b) Pemecahan Masalah
- Dalam menyusun usulan perencanaan program legislasi kesehatan,
sebaiknya unit teknis perlu kematangan konsep sehingga pada saat
pelaksanaan usulan yang masuk ke Biro Hukum dan Organisasi tidak
jauh berbeda dengan apa yang telah direncanakan demikian pula perlu
dilakukan penyaringan yang lebih ketat terhadap usuluna regulasi;
- Melaksanakan uji kelayakan pembentukan peraturan untuk menyaring
peraturan yang akan ditetapkan
- Ditetapkannya kesepakatan agar pejabat yang mewakili dibekali dengan
masukan materi yang akan dibahas.
- Pertemuan koordinasi sinkronisasi dengan unit organisasi eselon I untuk
peningkatan pemahaman konten hukum dan kepatuhan terhadap SOP;
- Melakukan pembahasan secara intensif misalnya dengan pendampingan
penyusunan rancangan awal produk peraturan.
c) Rencana Tindak Lanjut
Rencana tindak lanjut dalam penyusunan produk hukum adalah
memperbaiki atau menyempurnakan program kerangka regulasi legislasi
kesehatan n-1 (untuk tahun berikutnya) dengan menambahkan persyaratan
urgensi dan kesiapan rancangan peraturan.
2. Jumlah produk penataan organisasi dan tatalaksana serta fasilitasi
pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan
a) Permasalahan
- Kebijakan pimpinan yang berubah-ubah menyebabkan kesulitan dalam
memutuskan penetapan OTK UPT
- Kesulitan dalam pengumpulan data hasil kinerja UPT yang akan menjadi
kriteria penilaian dalam penataan UPT
- Penempatan SDM dalam jabatan administrasi yang belum seluruhnya
sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi menyebabkan kesulitan dalam
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
67
proses pemetaan penyetaraan jabatan administrasi menjadi jabatan
fungsional.
- Pelaksanaan RB di level eselon I terlambat dilakukan, karena adanya
perubahan kebijakan KemenPANRBusulan/masukan substansi dan tindak
lanjut dari unit sangat lama, tidak komprehensif dan sering berubah-
ubah/tidak sesuai substansi;
- Tindak lanjut dari unit pembina untuk materi substansi teknis tidak
komprehensif dan sering terlambat, yang menyebabkan perlu turun langsung
ke satuan kerja yang dituju untuk mendapatkan masukan/konfiirmasi.
- Konsep proses bisnis yang disusun masih berubah-ubah mengikuti
perubahan penyusunan RPJMN dan Renstra Kemenkes 2020-2024.
- Terdapat kesulitan dalam mendapatkan masukan unit teknis dalam
penyusunan Proses Bisnis UPT, sehingga perlu konfirmasi masukan
langsung dari UPT terkait untuk penyusunan SOP UPT.
- Perubahan kebijakan menyebabkan pengelolaan organisasi dan tatalaksana
serta penataan jabatan menjadi terhambat
- Usulan satuan kerja terhadap peta jabatan hanya memperhitungkan
keberadaan SDM yang ada, bukan berdasarkan beban kerja dan kebutuhan
organisasi.
b) Pemecahan Masalah
- Penguatan koordinasi dengan lintas sektor terkait seperti Kementerian PAN
dan RB, Kementerian Dalam Negeri, BKN, dan intansi pembina JF untuk
menyamakan persepsi kegiatan organisasi dan tata laksana;
- penguatan dan pembagian peran yang jelas dengan Sekretariat Unit Eselon
I dalam penyelesaian permasalahan kegiatan;
- menstandarkan output/produk/tahapan kegiatan untuk satuan kerja yang
sejenis;
- membangun aplikasi SOP AP untuk memudahlan pengumpulan data dari
unit dan untuk menjadi data base untuk evaluasi SOP AP Kementerian
Kesehatan;
- penguatan kompetensi sumber daya manusia dalam perencanaan dan
implementasi konsep organisasi dan tatalaksana.
c) Rencana Tindak Lanjut
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
68
- Melakukan pembahasan penyederhanaan birokrasi dengan Kementerian
PANRB
- Menguraikan Konsep proses Bisnis yang telah disetujui Pimpinan menjadi
sub-sub proses hingga ke level (n)
- Pembahasan di tingkat Pimpinan untuk menentukan stuktur organisasi
Kemenkes untuk segera diusulkan ke KemenPANRB
- Melakukan pertemuan rutin dan berkala dengan Tim POKJA RB Kemenkes
dan Tingkat Eselon I.
- Memproses Penetapan Rancangan Peta Proses Bisnis UPT.
- Memfasilitasi penyusunan SOP yang terstandard.
- Mendorong unit pembina JF segera menetapkan formasi JF
- Memproses penetapan peta jabatan kantor pusat dan UPT di lingkungan
Kementerian Kesehatan.
- Jumlah permasalahan dan kasus hukum yang tertangani serta fasilitasi
pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan
3.Jumlah permasalahan dan kasus hukum yang tertangani serta fasilitasi
pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan
a) Permasalahan
- Kebijakan pimpinan yang berubah-ubah menyebabkan kesulitan dalam
memutuskan penetapan OTK UPT
- Kesulitan dalam pengumpulan data hasil kinerja UPT yang akan menja di
kriteria penilaian dalam penataan UPT
- Penempatan SDM dalam jabatan administrasi yang belum seluruhnya
sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi menyebabkan kesulitan dalam
proses pemetaan penyetaraan jabatan administrasi menjadi jabatan
fungsional.
- Pelaksanaan RB di level eselon I terlambat dilakukan, karena adanya
perubahan kebijakan KemenPANRBusulan/masukan substansi dan tindak
lanjut dari unit sangat lama, tidak komprehensif dan sering berubah-
ubah/tidak sesuai substansi;
- Tindak lanjut dari unit pembina untuk materi substansi teknis tidak
komprehensif dan sering terlambat, yang menyebabkan perlu turun langsung
ke satuan kerja yang dituju untuk mendapatkan masukan/konfiirmasi.
- Konsep proses bisnis yang disusun masih berubah-ubah mengikuti
perubahan penyusunan RPJMN dan Renstra Kemenkes 2020-2024.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
69
- Terdapat kesulitan dalam mendapatkan masukan unit teknis dalam
penyusunan Proses Bisnis UPT, sehingga perlu konfirmasi masukan
langsung dari UPT terkait untuk penyusunan SOP UPT.
- Perubahan kebijakan menyebabkan pengelolaan organisasi dan tatalaksana
serta penataan jabatan menjadi terhambat
- Usulan satuan kerja terhadap peta jabatan hanya memperhitungkan
keberadaan SDM yang ada, bukan berdasarkan beban kerja dan kebutuhan
organisasi.
b) Pemecahan Masalah
- Mengadakan rapat koordinasi di awal tahun mengenai rencana tindak lanjut
penyelesaian kasus dan permasalahan di lingkungan kementerian
kesehatan dengan unit terkait.
- Melakukan advokasi kepada upt agar dapat mengidentifikasi hal-hal yg
berpotensi menjadi permasalahan kasus hukum.
- Memperbaiki sistem pendokumentasian arsip, khususnya yang terkait
dengan aset BMN.
- Meminimalisir permasalahan agar tidak sampai ke ranah peradilan.
- Tetap memantau penyelesaian kasus yang prosesnya sudah di luar
Kemenkes dengan berkordinasi secara intensif dengan K/L terkait dan
Kementerian Kesehatan akan melakukan upaya hukum di jalur litigasi
sehingga ada progres yang konkrit terhadap penanganannya
c) Rencana Tindak Lanjut
- Mendorong Hukormas untuk berperan aktif dalam penanganan kasus dan
masalah di lingkungan Kementerian kesehatan melalui rapat-rapat
koordinasi
- Memperbaiki sistem pendokumentasian arsip, khususnya yang terkait
dengan aset BMN
- Meminimalisir permasalahan agar tidak sampai ke ranah peradilan
- Membuat matrik prioritas penyelesaian dan penanganan kasus hukum dan
aset. Terdapat 4 prioritas kasus dan masalah yang harus diselesaikan tahun
2020 yaitu; persiapan gugatan kepada ahli waris dr. Anantyo Muchtar
dengan objek gugatan rumah negara di Jl. Karang Anyar Gunung,
Semarang, Persiapan gugatan kepada penghuni rumah negara Jl. Tjik Di
Tiro No. 3 dan 7 Jakarta Pusat, Persiapan gugatan kepada penghuni rumah
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
70
negara milik Poltekkes Bandung, Persiapan gugatan kepada penghuni
rumah negara milik Poltekkes Semarang.
4.Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Sekretariat Jenderal
Tidak ada uraian khusus terkait IKK Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup
Sekretariat Jenderal karena sudah dijelaskan di tiga IKK sebelumnya.
e. Kegiatan Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga,
Keuangan Dan Gaji
Sasaran kegiatan pengelolaan urusan tata usaha, keprotokolan, rumah tangga,
keuangan dan gaji adalah pelayanan dan pengelolaan ketatausahaan
Kementerian dalam mendukung terciptanya Good Governance dengan
indikator, definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.5.1
Definisi Operasional dan Cara Perhitungan IKK
SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN
Meningkatnya pelayanan dan pengelolaan ketatausahaan Kementerian dalam mendukung terciptanya Good Governance
Persentase Kepuasan Pelanggan terhadap Layanan TU Pimpinan dan Protokol
1. Definisi pelanggan adalah pimpinan dan satuan kerja di unit utama Kementerian Kesehatan yang menerima pelayanan TU Pimpinan dan Protokol serta stakeholder lain yang mempunyai kepentingan dengan pimpinan
2. Definisi pimpinan mencakup: Para Pimpinan Tinggi Madya dan Staf Khusus Menteri (SKM)
3. Definisi angket adalah sejumlah pertanyaan yang menggambarkan
Rata-rata persentase dan angket berskala likert yang diisi oleh pelanggan
Rumus: nilai yang didapat dari angket dibagi dengan nilai maksimum dikali 100%
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
71
SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan TU Pimpinan dan Protokol yang didistribusikan kepada para pelanggan setiap bulannya
4. Definisi Pelayanan pimpinan adalah pelayanan mengenai persuratan (surat masuk, surat keluar) dan Keprotokolan
Jumlah Satker yang telah melaksanakan Self Assessment Gerakan Kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS)
1. Gerakan Kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS) adalah sebuah upaya sistematis untuk mewujudkan kantor hijau dan sehat di lingkungan Kementerian Kesehatan melalui pendekatan aspek kantor ramah lingkungan, efisiensi energi dan air, 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, dan rajin), keselatan dan kesehatan kerja perkantoran, dan pengelolaan kearsipan.
2. Satker yang dimaksud adalah Satker Pusat dan UPT di lingkungan kementerian Kesehatan
3. Self-assessment/penilaian mandiri adalah sebuah teknik penilaian penyelenggaraan gerakan kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS) menggunakan instrument penilaian sebagaimana tertuang pada juknis yang dilakukan oleh satker Pusat/UPT yang bersangkutan
Jumlah hasil penilaian self-assessment Gerakan Kantor Berbydaya Hijau dan Sehat (BERHIAS) oleh seluruh Satker dengan nilai rata-rata lebih besar atau sama dengan 75 (kumulatif dari tahun sebelumnya)
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
72
SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN
Jumlah Satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA)
1. GNSTA yang dimaksud adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran Satker dalam mewujudkan tujuan penyelenggaraan kearsipan melalui aspek kebijakan, organisasi, SDM kearsipan , prasarana dan sarana, pengelolaan arsip serta pendanaan kearsipan.
2. Sembilan langkah GNSTA meliputi 1) Penciptaan naskah dinas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, 2) Penggunaan aplikasi Electronic Filling System (EFS), 3) Pemberkasan Arsip Aktif yang dilakukan pada central file serta melaporkan daftar arsip aktif setiap 6 (enam) bulan, 4) Pelaksanaan program arsip vital dan arsip terjaga, 5) Mengusulkan ASN yang akan menjadi jabatan fungsional, 6) Melakukan pemindahan arsip inaktif secara berkala, 7) Melakukan pemusnahan arsip yang telah habis masa retensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 8) Melakukan penyerahan arsip statis dan 9) Melakukan pengawasan terhadap kearsipan
3. Satker yang dimaksud adalah Satker Pusat dan UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan.
Jumlah satker yang melaksanakan Gerakan Nasonal Sadar Tertib Arsip (GNSTA) kumulatif dari tahun sebelumnya
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
73
SASARAN INDIKATOR DEFINISI OPERASIONAL CARA PERHITUNGAN
4. Satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip. adalah Satker Pusat dan UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memenuhi minimal 5 (lima) langkah dari 9 (sembilan) langkah GNSTA
Jumlah Satker yang menggunakan aplikasi E-Monev Belanja Pegawai Kementerian Kesehatan
1. Satker yang dimaksud adalah Satker Pusat dan UPT di lingkungan Kementerian Kesehatan
2. Aplikasi E Monev Belanja Pegawai Kementerian Kesehatan adalah aplikasi yang memberikan layanan penggajian berupa daftar gaji, perincian gaji, dan bukti potong pajak serta layanan lainnya yang dapat diakses secara mandiri
3. Jumlah Satker yang menggunakan aplikasi E Monev adalah Satker yang telah mengakses data layanan penggajian pada aplikasi tersebut
Jumlah Satker di Lingkungan Kementerian Kesehatan yang menggunakan aplikasi E-Monev belanja pegawai Kementerian Kesehatan selama 1 tahun
Tabel 3.5.2
Capaian Indikator Tahun 2020
SASARAN INDIKATOR TARGET CAPAIAN
Meningkatnya pelayanan dan pengelolaan ketatausahaan Kementerian dalam mendukung terciptanya Good Governance
Persentase Kepuasan Pelanggan terhadap Layanan TU Pimpinan dan Protokol
80 % 86,69%
Jumlah Satker yang telah melaksanakan Self Assessment Gerakan Kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS)
44 satker 52 satker
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
74
Jumlah Satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA)
88 satker 88 satker
Jumlah Satker yang menggunakan aplikasi E-Monev Belanja Pegawai Kementerian Kesehatan
45 satker 46 satker
Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
1. Persentase Kepuasan Pelanggan terhadap Layanan TU Pimpinan dan
Protokol
a) Faktor Keberhasilan
- Komitmen dari Pimpinan maupun Pelaksana dalam menjalankan setiap
tugas untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
- Kualitas dan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam
menjalankan tugas sehari hari.
- Tersedianya anggaran dan sarana prasarana yang cukup untuk
menunjang setiap kegiatan pelayanan TU Pimpinan dan Protokol.
- Terjalinnya komunikasi yang baik dan perbaikan terus menerus baik
internal maupun eksternal.
- Tersedianya database yang baik untuk menunjang pekerjaan rutin sehari
hari. Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada di Bagian TU
Pimpinan dan Protokol telah dilaksanakan dengan baik
b) Permasalahan
- Bahan untuk acara yang mendadak sifatnya akan bersifat kurang
maksimal karena waktu penyiapan yang sangat singkat.
- Proses penyiapan bahan Pimpinan melalui tahapan/rantai birokrasi yang
terlalu lama yang berdampak waktu penyelesaian dan penyampaian
bahan kepada Bagian TU Pimpinan dan Protokol.
- Aplikasi Tata Naskah Dinas Elektronik (TNDE) yang terkadang
mengalami kendala teknis.
- Peningkatan beban kerja Pegawai yang disebabkan karena adanya
perubahan kebijakan dalam hal manajemen kepegawaian PNS di
Kementerian Kesehatan sehingga terjadi penumpukan verbal-verbal
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
75
yang perlu ditandatangani dan atau diparaf oleh Pimpinan (Menteri
Kesehatan dan Sekretaris Jenderal).
- Pengurangan jumlah pegawai yang bertugas setiap harinya dikarenakan
adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta
kebijakan Work From Home (WFH) di masa pandemi COVID-19 yang
mewajibkan pembagian jadwal piket pegawai.
- Kegiatan Pimpinan yang dinamis dan membutuhkan respon cepat
terutama terkait upaya penganggulangan pandemi COVID-19 sehingga
perlu dilakukan revisi acara harian yang sudah tersusun dan koordinasi
dengan pihak-pihak terkait.
- Pelayanan keprotokolan menjadi terbatas terutama pada kegiatan
Pimpinan yang berupa inspeksi mendadak, hal ini dikarenakan Pimpinan
ingin mengetahui kondisi terkini di lapangan.
- Adanya Pegawai yang terkait pelayanan TU Pimpinan dan Protokol
terinfeksi COVID-19.
c) Pemecahan Masalah
- Pembagian piket yang proposional sehingga pegawai dapat bekerja lebih
optimal.
- Perbaikan aplikasi TNDE.
- Peningkatkan kapasitas SDM terhadap teknologi informasi yang
diperlukan di masa pandemi.
- Peningkatan koordinasi dan komunikasi dengan Pihak-Pihak terkait
pelayanan TU Pimpinan dan Protokol.
- Bimbingan Teknis (Bimtek) Keprotokolan ke daerah daerah untuk
sosialisasi mengenai keprotokolan di kalangan internal Kementerian
Kesehatan agar dapat membantu tugas protokol di daerah.
d) Rencana Tindak Lanjut
- Mengadakan rapat koordinasi penyiapan bahan yang melibatkan Pihak-
Pihak khususnya Satker yang menangani bahan-bahan pimpinan.
- Perlu dilakukan manajemen piket untuk hotline tersendiri terkait dengan
acara Pimpinan sehingga lebih mudah untuk berkoordinasi.
- Penunjukan dalam penugasan harus lebih efektif dan efisien dengan
tetap mempertimbangkan protokol kesehatan sehingga semua kegiatan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
76
bisa terakomodir dengan baik sesuai dengan jenis acara dan jumlah titik
lokasi yang dikunjungi oleh Pimpinan.
- Diperlukan pemeriksaan rutin terhadap Pegawai terkait pelayanan TU
Pimpinan dan Protokol.
- Pembagian piket khusus untuk Pelaksana yang berada di sekitar
pimpinan.
2. Jumlah Satker yang telah melaksanakan Self Assessment Gerakan Kantor
Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS)
a) Faktor keberhasilan
- Dengan adanya pandemi COVID-19 tingkat kepedulian pegawai
terhadap lingkungan kerja lebih meningkat dan berupaya melakukan
adaptasi kebiasaan baru.
- Sistem pemberlakukan jam kerja pegawai WFH/WFO mengakibatkan
tingkat okupansi pegawai yang masuk kantor menjadi lebih sedikit
menyesuaikan jadwal WFH/WFO, sehingga berdampak pada efisiensi
energi.
b) Permasalahan
- Budaya pegawai untuk beradaptasi kebiasaan baru.
- Pandemi COVID-19 menyebabkan ketidaksesuaian perencanaan awal
dengan pelaksanaan pada tahun berjalan dikarenakan adanya
kebutuhan yang mendesak khususnya anggaran untuk dukungan sarana
dan prasarana dalam upaya Pencegahan dan Penularan
- Efisiensi anggaran terhadap kegiatan Pertemuan Monev BERHIAS,
berdampak terhadap kurang maksimalnya pelaksanaan monev terhadap
permasalahan yang terjadi pada Satker/UPT di lingkungan kantor
Kemenkes.
- Adanya penambahan instrumen penilaian terkait Pencegahan dan
Penularan COVID-19 yang mengakibatkan Satuan Kerja/UPT perlu
adaptasi terhadap instrumen penilaian yang baru, termasuk penyesuaian
anggaran untuk dukungan sarana dan prasarana.
c) Pemecahan Masalah
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
77
- Melakukan koordinasi secara tatap muka maupun pertemuan online
guna memonitor penyelenggaraan Kantor BERHIAS di lingkungan
kantor Kemenkes, serta memanfaatkan dukungan komunikasi melalui
pengiriman surat secara berkala terkait Satker/UPT yang telah
melakukan self assessment BERHIAS.
- Melakukan reviu kegiatan yang terdapat dalam DIPA dan
menyesuaikan kembali perencanaan sesuai kebutuhan yang bersifat
mendesak untuk operasional perkantoran agar target capaian indikator
kinerja tetap tercapai.
d) Rencana Tindak Lanjut
- Membangun budaya kerja pegawai melalui infografis, media KIE terkait
adaptasi kebiasaan baru.
- Monitor dan evaluasi secara berkala agar kegiatan berjalan sesuai
dengan target yang telah direncanakan secara tepat sasaran.
3. Jumlah Satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip
(GNSTA)
a) Faktor pendukung
- Menteri Kesehatan telah mencanangkan Gerakan Nasional Sadar Tertib
Arsip (GNSTA) dengan penandatangan pakta integritas antara Menteri
Kesehatan dengan semua Pimpinan Tinggi Madya kemudian
ditindaklanjuti dengan penandatangan antara Pimpinan Tinggi Madya
dengan seluruh Pimpinan Satuan Kerja dan Unit Pelaksana Teknis
- ditetapkannya Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.01/Menkes/231/2017 tentang Pengelolaan Arsip pada Satuan
Kerja dan Unit Pelaksana Teknis Pusat di lingkungan Kementerian
Kesehatan
- Unit Utama telah mempunyai records center untuk penyimpanan Arsip
inaktif dan anggaran dukungan perngolaan sarpras kearsipan
- Inpassing Nasional dan deeselonisasi Jabatan Pengawas dan
Administrator
- Koordinasi yang baik antara Biro Umum dengan Sekretariat Unit Utama
dalam pendampingan pengelolaan kearsipan
- Komunikasi dan kerjasama yang baik antara Kementerian Kesehatan
dengan Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Balai Sertifikasi
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
78
Elektronik (BSRE), Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI) dan Badan/
Lembaga lainnya
- Ditetapkannya Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor
HK.02.02/III/2367/2020 tentang road map Kearsipan di Lingkungan
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024
b) Permasalahan
- Pelaksanan 9 (sembilan) langkah GNSTA belum optimal dilaksanakan
oleh Satuan Kerja dan UPT terutama pada langkah penyerahan arsip
statis, pemusnahan arsip, program arsip vital dan arsip terjaga serta
pemindahan arsip inaktif
- Sebaran Arsiparis belum merata di setiap Satuan Kerja dan UPT
- Pengetahuan, keterampilan dan kompetensi Fungsional Arsiparis yang
diangkat melalui inpassing belum komprehensif
c) Pemecahan Masalah
- Penguatan pengelolaan arsip di Unit Utama dengan melakukan
koordinasi dan pendampingan pengelolaan arsip di Unit Utama, dan
diharapkan dapat diterapkan di satker dan UPT di Unit Utama masing-
masing
- Melakukan mapping sebaran serta menghitung beban kerja Fungsional
Arsiparis pada satuan kerja dan UPT, untuk Satuan Kerja atau UPT yang
belum atau masih kekurangan Fungsional Arsiparis dapat diberi
rekomendasi untuk alih jabatan atau pengadaan CPNS.
- Memfasilitasi Fungsional Arsiparis yang ada di Satuan Kerja dan UPT
untuk mengikuti kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan kompetensi
-
d) Rencana Tindak Lanjut
- Pendampingan 9 (sembilan) langkah GNSTA meliputi penciptaan naskah
dinas, penggunaan aplikasi TNDE, pemberkasan arsip aktif, program
arsip vital dan arsip terjaga, pemindahan arsip inaktif, pemusnahan arsip,
penyerahan arsip statis dan pengawasan arsip dengan metode on job
training
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
79
- Berkoordinasi dengan ANRI terkait pengangkatan Fungsional Arsiparis
melalui alih jabatan, dan Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan
terkait pengadaan CPNS Arsiparis tahun 2021
- Berkerjasama dengan ANRI, Lembaga Pelatihan Kearsipan maupun
Asosiasi Arsiparis Indonesia untuk kegiatan sertifikasi kearsipan,
pelatihan, workshop, dan lain-lain
4. Jumlah Satker yang menggunakan aplikasi E-Monev Belanja Pegawai
Kementerian Kesehatan
a) Faktor keberhasilan
- Telah dilakukan uji coba pengimplementasian aplikasi selama tahun
anggaran 2019 kepada 13 (tiga belas) Satker di Lingkungan Sekretariat
Jenderal dan penggunaan secara resmi dilaksanakan pada tahun
anggaran 2020.
- Komitmen dan peran serta Pimpinan dalam menindaklanjuti dan
mengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018
tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
- Ditetapkannya Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
Nomor HK.02.02/III/1299/2020 tentang Penambahan Menu E-Monev
Belanja Pegawai pada E-Office di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
- Telah diterbitkan Surat Edaran Kepala Biro Umum Nomor
UM.03.02/4/1256/2020 tanggal 15 Mei 2020 tentang Penggunaan
Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai.
- Telah dilaksanakan Sosialisasi Virtual Penggunaan Aplikasi E-Monev
pada tanggal 8 Juli 2020 dengan peserta sebanyak 32 Satker yang
merupakan target capaian tahun 2020 sesuai Surat Kepala Biro Umum
Nomor KU.02.01/4/1460/2020 tanggal 6 Juli 2020 dengan fokus
pertemuan adalah sosialisasi awal terkait aplikasi E-Monev Belanja
Pegawai.
- Telah dilaksanakan Workshop dan Monitoring E-Monev Belanja Pegawai
pada tanggal 21 s.d. 23 Oktober 2020 dengan peserta 28 Satker sesuai
Surat Plt. Kepala Biro Umum Nomor IR.02.01/4/2309/2020 tanggal 12
Oktober 2020 dengan fokus pertemuan adalah pendalaman substansi
dan tata cara penggunaan aplikasi,
- Telah dilaksanakan Rapat Evaluasi E-Monev Belanja Pegawai pada
tanggal 5 dan 6 November 2020 dengan peserta 14 Satker sebagai
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
80
tindak lanjut pertemuan sebelumnya sesuai Surat Plt. Kepala Biro Umum
Nomor UM.03.01/4/2469/2020 tanggal 27 Oktober 2020.
- Telah dilakukan bimbingan teknis dan pendampingan secara
langsung/tatap muka di beberapa Satuan Kerja target. Satker di
Lingkungan Sekretariat Jenderal dan penggunaan secara resmi
dilaksanakan pada tahun anggaran 2020.
- Komitmen dan peran serta Pimpinan dalam menindaklanjuti dan
mengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2018
tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
- Ditetapkannya Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
Nomor HK.02.02/III/1299/2020 tentang Penambahan Menu E-Monev
Belanja Pegawai pada E-Office di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
- Telah diterbitkan Surat Edaran Kepala Biro Umum Nomor
UM.03.02/4/1256/2020 tanggal 15 Mei 2020 tentang Penggunaan
Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai.
- Telah dilaksanakan Sosialisasi Virtual Penggunaan Aplikasi E-Monev
pada tanggal 8 Juli 2020 dengan peserta sebanyak 32 Satker yang
merupakan target capaian tahun 2020 sesuai Surat Kepala Biro Umum
Nomor KU.02.01/4/1460/2020 tanggal 6 Juli 2020 dengan fokus
pertemuan adalah sosialisasi awal terkait aplikasi E-Monev Belanja
Pegawai.
- Telah dilaksanakan Workshop dan Monitoring E-Monev Belanja Pegawai
pada tanggal 21 s.d. 23 Oktober 2020 dengan peserta 28 Satker sesuai
Surat Plt. Kepala Biro Umum Nomor IR.02.01/4/2309/2020 tanggal 12
Oktober 2020 dengan fokus pertemuan adalah pendalaman substansi
dan tata cara penggunaan aplikasi,
- Telah dilaksanakan Rapat Evaluasi E-Monev Belanja Pegawai pada
tanggal 5 dan 6 November 2020 dengan peserta 14 Satker sebagai
tindak lanjut pertemuan sebelumnya sesuai Surat Plt. Kepala Biro Umum
Nomor UM.03.01/4/2469/2020 tanggal 27 Oktober 2020.
b) Permasalahan
- Belum terdapat aturan yang mewajibkan Satker untuk menggunakan
Aplikasi E-monev Belanja Pegawai khususnya Satker yang tidak memiliki
CPNS yang mengusulkan pembayaran uang makan CPNSnya kepada
Biro Umum;
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
81
- Belum adanya surat balasan dari Biro Umum kepada Satker terkait
permintaan user Satker sebagai bukti pengaktifan admin approval
maupun admin pengelola pada Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai.
- Data kehadiran pada menu pengusulan uang makan di Aplikasi E-Monev
Belanja Pegawai terintegrasi dengan Aplikasi E-Office, sedangkan masih
terdapat Satker di lingkungan Kementerian Kesehatan baik Kantor Pusat
maupun Kantor Daerah/UPT yang belum menggunakan aplikasi E-Office
sebagai pengelolaan kehadiran/absensi sehingga penginputan data
kehadiran/absensi harus dilakukan secara manual.
- Belum dilakukan sinkronisasi secara berkala data pegawai pada aplikasi
E-Office dengan data pegawai pada aplikasi SIMKA Biro Kepegawaian,
sehingga berdampak pada data Aplikasi E-Monev (contohnya: masih
terdapat data pegawai pensiun yang masih aktif di Aplikasi E-Monev
Belanja Pegawai).
- Belum terdapat menu pada Aplikasi E-Monev yang dapat mengakomodir
penghasilan pegawai selain gaji dan tukin/remunerasi (misalnya pada
Satker Rumah Sakit) dan potongan gaji lainnya (misalnya pinjaman
bank).
- Pengaturan tanggal pada menu usulan uang makan belum menampilkan
hari libur nasional atau cuti bersama, sehingga Pengelola Satker
kesulitan melakukan input manual apabila terdapat libur nasional atau
cuti bersama.
- Masih terdapat Satker yang belum terinfo secara jelas mengenai
penggunaan Aplikasi E-monev Belanja Pegawai bagi internal Satker.
- Apabila terjadi pergantian Pejabat/Pengelola Aplikasi E-Monev Belanja
Pegawai pada Satker, Pengelola sebelumnnya tidak melakukan transfer
knowledge terlebih dahulu dengan Pengelola baru.
- Jumlah SDM Biro Umum yang mampu mengelola Aplikasi E-Monev
masih terbatas.
- Admin satker memerlukan waktu lebih untuk memahami masing-masing
alur dan fungsi yang terdapat pada Aplikasi E-monev Belanja Pegawai
c) Pemecahan Masalah
Pengembangan aplikasi khususnya pada menu pengusulan dimana
terdapat 2 alternatif pengusulan yang memudahkan Satker yaitu:
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
82
- Menarik data dari E-Kehadiran yang sudah terintegrasi dengan Aplikasi
E-Office Kemenkes
- Menginput manual menggunakan menu set default dimana menu
tersebut memudahkan Satker untuk mengisi usulan tiap pegawai
menjadi kategori M (masuk)
- Menyusun dan mensosialisasikan Surat Edaran Sekretaris Jenderal
terkait penggunaan Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai untuk
Pengelolaan Pembayaran Gaji CPNS Kemenkes.
2. d) Rencana Tindak Lanjut
- Mensosialisasikan E-Monev Belanja Pegawai melalui media Komunikasi
Informasi Elektronik (KIE)
- Melakukan sinkronisasi data pegawai secara berkala
- Menyusun surat balasan usulan permintaan user Satker yang berisikan
username dan password sebagai bukti pengaktifan admin approval
maupun admin pengelola pada Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai
- Menetapkan nomor call center Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai
- Menyusun dan mensosialisasikan Surat Edaran Kepala Biro Umum
terkait tata cara unduhan pada aplikasi E-Monev Belanja Pegawai
seperti rincian gaji, daftar gaji, bukti potong pajak, dan lain-lain
- Melakukan peningkatan kapasitas, kompetensi, dan komitmen Tim
Pengelola Aplikasi E-monev Belanja Pegawai Biro Umum
- Melakukan penyempurnaan Aplikasi E-Monev Belanja Pegawai secara
bertahap, termasuk salah satunya yaitu simplifikasi alur dan tahapan
pengajuan usulan uang makan CPNS Kemenkes
- Sosialisasi/Bimbingan Teknis baik secara virtual maupun tatap muka
secara kontinyu serta melakukan pendekatan baik formal maupun
informal untuk Satker yang belum menggunakan Aplikasi E-Monev
Belanja Pegawai
f. Pengelolaan Data Dan Informasi
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
83
Sasaran kegiatan pengelolaan data dan informasi adalah meningkatnya pengelolaan
data dan informasi kesehatan dengan indikator, definisi operasional dam cara
perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.6.1
Definisi Operasional dan Cara Perhitungan IKK
Sasaran Indikator Definisi Operasional
Cara Perhitungan
Meningkatnya pengelolaan data dan informasi kesehatan
Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang Terintegrasi dalam Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK)
Suatu sistem informasi dinyatakan telah terintegrasi dalam ASDK bila data yang bersumber dari aplikasi sistem informasi tersebut telah disepakati dan terdapat pada ASDK. Target pada tahun 2020 yaitu 10 aplikasi.
Tahapan dalam mengintegrasikan sistem informasi yaitu menetapkan data, variabel serta indikator yang dilengkapi atribut data; membuat Application Programming Interface (API), memastikan data yang masuk dalam sistem informasi unit sama dengan data di database ASDK serta memastikan data terkumpul dan tersaji/tersedia sesuai periode data.
Persentase Indikator Pembangunan Kesehatan yang Diukur dengan Data Rutin
Indikator pembangunan kesehatan yang berasal dari data rutin dengan kualitas data baik yang merupakan sumber data bagi program dalam memantau capaian kinerja
jumlah indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data rutin dan berkualitas baik (numerator) dibagi jumlah seluruh indikator pembangunan kesehatan yang diusulkan diukur dengan data rutin (denominator) dikali 100%
Tabel 3.6.2
Capaian Indikator Tahun 2020
Sasaran Sasaran
Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi
Meningkatnya
pengelolaan data dan
informasi kesehatan
Jumlah Sistem Informasi
Kesehatan yang terintegrasi
dalam Aplikasi Satu Data
Kesehatan (ASDK)
10 10
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
84
Persentase indikator
pembangunan kesehatan yang
diukur dengan data rutin
4 4
Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
1. Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang Terintegrasi dalam Aplikasi Satu
Data Kesehatan (ASDK)
a) Faktor Keberhasilan
Koordinasi dan komunikasi antara unit/satker/fasilitas pelayanan kesehatan
dengan Pusat Data dan Informasi; kelengkapan atribut data; ketersediaan
standar pertukaran data atau Application Programming Interface (API); dan
kepatuhan sumber data dalam melaporkan datanya.
b) Permasalahan
- Dengan adanya kondisi pandemi COVID-19 menyebabkan beberapa
kegiatan pengintegrasian mundur dari waktu yang sudah ditetapkan.
- Anggaran kegiatan pengintegrasian mengalami refocusing atau
pengalihan anggaran untuk penanganan COVID-19.
- Umumnya pengembangan aplikasi atau sistem informasi di unit/satker
menggunakan jasa pihak ketiga dan tidak dilengkapi dengan API
sehingga memerlukan waktu dalam penyusunan API
- Masih terdapat ego program/ego sektoral terhadap suatu data yang sama
yang dikumpulkan oleh unit/satker yang berbeda.
c) Rencana Tindak Lanjut
- Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan unit/satker yang
mengembangkan aplikasi/sistem informasi
- Membuat forum data yang membahas data hasil integrasi aplikasi/sistem
informasi agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan.
2. Persentase Indikator Pembangunan Kesehatan yang Diukur dengan Data
Rutin
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
85
a) Faktor Keberhasilan
Indikator ini bergantung pada unit pelapor indikator pembangunan kesehatan
dalam hal ini provinsi dan kabupaten/kota. Berbeda dengan data survei, data
rutin memerlukan komitmen dan keaktifan unit pelapor untuk menyampaikan
cakupan indikator pembangunan data rutin. Kegiatan pengelolaan data rutin
juga mempengaruhi kualitas data. Kegiatan pengumpulan, pengisian dan
pelaporan data rutin perlu memperhatikan periodisasi pelaporan data, yang
terdiri atas bulanan, triwulanan dan tahunan.
Media pencatatan dan pelaporan juga mempengaruhi kualitas data pada
akhirnya, diupayakan data didapatkan, dicatat dan dilaporkan secara
elektronik untuk menjamin ketepatan waktu dan terjamin ketersediaannya.
Untuk melaksanakan seluruh tahapan tersebut sangat diperlukan koordinasi
dari berbagai pihak penyedia data rutin yaitu pengelola data dan informasi
dari berbagai program dan lintas sektor serta daerah (provinsi dan
kabupaten/kota).
b) Permasalahan
- Belum semua indikator pembangunan kesehatan dapat dipantau
langsung pada sistem atau database Pusat Data dan Informasi.
- Terdapat indikator pembangunan kesehatan (RPJMN) yang memerlukan
penguatan dalam pengumpulan datanya karena merupakan indikator baru
dan definisi operasional indikator yang masih perlu disosialisasikan pada
pengelola program dan pengelola data.
- Masih terdapat fasilitas pelayanan kesehatan yang belum menerapkan
sistem pencatatan dan pelaporan secara elektornik sehingga kecepatan
dan ketepatan waktu masih belum terpenuhi.
c) Rencana Tindak Lanjut
- Unit program perlu meningkatkan sosialisasi indikator pembangunan
kesehatan yang menjadi ampuannya kepada unit pelapor (provinsi,
kabupaten/kota, fasilitas pelayanan kesehatan).
- Meningkatkan anggaran DAK fisik dan non fisik untuk menjamin
tersedianya fasilitas pencatatan dan pelaporan elektronik, juga internet
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
86
sebagai media yang mempercepat laporan disampaikan kepada unit di
atasnya hingga Kementerian Kesehatan.
- Meningkatkan koordinasi pengintegrasian sistem pelaporan yang ada ke
dalam database Kementerian Kesehatan sehingga dapat dimanfaatkan
dalam pengambilan keputusan.
g. Penanggulangan Krisis Kesehatan
Sasaran kegiatan penanggulangan krisis kesehatan adalah meningkatnya upaya
Kesehatan pengelolaan krisis Kesehatan di daerah dengan indikator, definisi
operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.7.1
Definisi Operasional dan Cara Perhitungan
Sasaran Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
Meningkatnya upaya Kesehatan pengelolaan krisis kesehatan di daerah
Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang ditingkatkan kapasitasnya dalam upaya pengurangan risiko krisis kesehatan
Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang telah mendapatkan advokasi, sosialisasi dan pendampingan melalui kegiatan:
- Assesment Kapasitas Daerah Dalam Penerapan Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan
- Penyusunan Peta Respon
- Penyusunan Rencana Kontijensi
- Penyelenggaraan Gladi/Simulasi Penanggulangan Krisis Kesehatan
Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang ditingkatkan kapasitasnya dalam upaya pengurangan risiko krisis kesehatan
Jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis Kesehatan
Jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan.
Jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
87
Tabel 3.7.2
Capaian IKK Tahun 2020
Sasaran Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi
Meningkatnya upaya Kesehatan pengelolaan krisis kesehatan di daerah
Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang ditingkatkan kapasitasnya dalam upaya pengurangan risiko krisis kesehatan
10 10
Jumlah kabupaten/kota yang mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis Kesehatan
20 20
Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
1. Jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang ditingkatkan kapasitasnya
dalam upaya pengurangan risiko krisis Kesehatan. a) Faktor
keberhasilan
- Terlaksananya kegiatan pendukung yaitu Assesment Kapasitas Daerah
dalam pemerapan manajemen penanggulangan krisis kesehatan 15
lokasi.
b) Permasalahan
- Sejak kasus pandemi COVID-19 melanda Indonesia terjadi pembatasan
pergerakan orang sehingga tidak dapat dilakukan wawancara ke daerah
sasaran.
- Refocusing anggaran karena anggaran dialokasikan pada
penanggulangan pandemi COVID-19
c) Pemecahan Masalah
- Merencanakan pelaksanaan kegiatan lebih awal dan menginformasikan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi, kabupaten/kota untuk menyiapkan
data dukung/dokumen yang diperlukan untuk melengkapi kegiatan
assessment untuk penginputan dan pengolahan data dengan
menggunakan aplikasi sehingga lebih mudah dan lebih cepat dalam
menghasilkan informasi yang dibutuhkan;
- Menunda pelaksanaan kegiatan sampai kondisi lebih kondusif dan
mendapatkan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan.
d) Rencana Tindak Lanjut
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
88
- Komunikasi yang intensif dengan Provinsi, Kabupaten/Kota agar
kebutuhan data dan informasi dibutuhkan dapat dihimpun untuk
memudahkan penginputan data;
- Membuat komitmen bersama seluruh pejabat dan staf pusat krisis
kesehatan terkait pelaksanaan kegiatan di masa yang akan datang.
Memasukkan target 2020 ke dalam perencanaan anggaran 2021, dengan
mengkombinasikan metode daring dan luring.
2. Jumlah dukungan yang diberikan untuk penguatan provinsi dan
kab/kota dalam penanggulangan krisis kesehatan.
a) Faktor Keberhasilan
- Koordinasi Klaster Kesehatan Nasional berjalan dengan baik,
sehingga pelaksanaan mobilisasi tenaga bantuan kesehatan pusat,
organisasi Profesi dan LSM dapat dilakukan secara cepat dan tepat
untuk upaya penanggulangan krisis kesehatan di wilayah terdampak
bencana;
- Komitmen untuk dukungan bantuan kesehatan melalui mekanisme
Klaster Kesehatan Nasional sangat baik.
b) Permasalahan
- Petugas yang sudah dilatih manajemen penanggulangan krisis
kesehatan, karena kebijakan pemerintah daerah sudah di
rotasi/mutasi ke program lain, sementara petugas pengelola program
krisis kesehatan pengganti belum memperoleh transfer ilmu
pengetahunan manajemen krisis kesehatan;
- Petugas kesehatan yang dibutuhkan untuk upaya penanggulangan
krisis kesehatan di Dinas Kesehatan kabupaten/Kota dan fasilitas
kesehatan ikut terdampak bencana sehingga pelayanan kesehatan
mengalami kelumpuhan;
- Kecepatan respon Klaster Kesehatan Nasional terhambat karena
sulitnya sarana transportasi dan jalan ke lokasi bencana akibat
terkena dampak bencana.
c) Pemecahan Masalah
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
89
- Melaksanakan kegiatan pendampingan ke dinas kesehatan provinsi,
kab/kota untuk memperkuat manajemen penanggulangan krisis
kesehatan;
- Melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota
terdekat dan lintas sektor terkait, serta organisasi profesi dan LSM
untuk mobilisasi sumber daya kesehatan;
- Melakukan evaluasi pasca penanggulangan krisis kesehatan untuk
pembelajaran atas upaya yang dilakukan untuk perbaikan dimasa
yang akan datang.
- Penyegaran pengetahuan sumber daya manusia dalam manajemen
penanggulangan krisis kesehatan
d) Rencana Tindak Lanjut
- Koordinasi yang lebih baik antara Pusat Krisis Kesehatan dengan
dinas kesehatan kab/kota dan dinas kesehatan kab/kota dengan lintas
sektor terkait di wilayah masing-masing untuk manajemen
penanggulangan krisis kesehatan;
- Merencanakan kegiatan peningkatan kapasitas manajemen
penanggulangan bencana bagi sumber daya manusia Dinas Provinsi,
Kab/Kota.
h. Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri
Sasaran kegiatan peningkatan kerja sama luar negeri adalah meningkatkan peran
aktif Indonesia dalam kerja sama luar negeri bidang kesehatan dengan indikator,
definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.8.1
Definisi Operasional dan Cara Perhitungan
Sasaran Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
Meningkatkan peran aktif Indonesia dalam kerja sama luar negeri bidang kesehatan
Jumlah perjanjian kerja sama bilateral bidang kesehatan yang ditandatangani
Perjanjian Kerja Sama Bilateral Bidang Kesehatan adalah Perjanjian Kerja Sama Teknis Bidang Kesehatan atau hibah luar negeri antara Kementerian Kesehatan RI dengan Kementerian
Jumlah Dokumen Perjanjian Kerja sama Bilateral Bidang Kesehatan yang ditandatangani dalam satu tahun
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
90
Sasaran Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
Kesehatan Negara Mitra, Organisasi Internasional atau Organisasi Non Pemerintah Asing lainnya
Jumlah prakarsa Indonesia yang menjadi hasil pertemuan regional dan multilateral bidang kesehatan
Prakarsa Indonesia adalah gagasan/inisiatif yang disampaikan dan diterima, baik sebagian atau keseluruhannya, dalam dokumen akhir Pertemuan Regional dan Multilateral Bidang Kesehatan
Jumlah Dokumen akhir pertemuan Regional dan Multilateral yang memuat prakarsa Indonesia diantaranya dalam bentuk resolusi, keputusan, deklarasi, kesimpulan, rekomendasi, concept note, atau kerangka acuan dalam satu tahun
Tabel 3.8.2
Capaian Indikator Tahun 2020
SasaranSasaran Program/Kegiatan
Indikator Target Realisasi
Meningkatkan peran aktif Indonesia dalam kerja sama luar negeri bidang kesehatan
Jumlah perjanjian kerja sama bilateral bidang kesehatan yang ditandatangani
3 3
Jumlah prakarsa Indonesia yang menjadi hasil pertemuan regional dan multilateral bidang kesehatan
5 5
Hal hal yang mempengaruhi pencapaian target
a) Faktor Keberhasilan
Pencapaian kinerja tersebut di atas, terkait langsung dengan sumber daya yang
tersedia di Biro Kerja Sama Luar Negeri, khususnya pembiayaan pelaksanaan
kegiatan.
Seperti diuraikan sebelumnya, dibalik terpenuhinya target jumlah kesepakatan
kerja sama luar negeri di bidang kesehatan yang diimplementasikan pada tahun
2020, terdapat sejumlah kegiatan atau upaya yang telah dilakukan sebagai
pendukung keberhasilan tersebut, yaitu :
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
91
1) Keberhasilan Indonesia atau Kementerian Kesehatan menyelenggarakan
pertemuan internasional.
2) Komitmen pimpinan nasional dan Kementerian Kesehatan untuk mengikuti
perkembangan isu-isu internasional, terutama terkait bidang kesehatan.
3) Komitmen Indonesia untuk menjadi chair/Ketua pada forum-forum
internasional
4) Tersedianya dukungan pembiayaan yang cukup.
b) Permasalahan
Meskipun hasilnya cukup baik, sejumlah tantangan/permasalahan masih perlu
menjadi perhatian Biro Kerja Sama Luar Negeri. Tantangan tersebut adalah:
1) Terjadinya pandemi COVID-19 di seluruh dunia sehingga menyebabkan
banyak sekali kegiatan-kegiatan baik Nasional maupun internasional yang
batal diselenggarakan secara tatap muka
2) Banyak kegiatan-kegiatan yang ditunda pelaksanaannya dan dijadwalkan
ulang sehingga tidak sesuai dengan rencana awal pelaksanaan kegiatan
3) Pembatasan Sosial Berskala Besar yang diterapkan di wilayah Jakarta dan
sekitarnya dan mekanisme masuk kerja dengan Work From Home dan Work
From Office menyebabkan terkendalanya koordinasi secara langsung
4) Perubahan mekanisme pencairan anggaran dengan sistem online
menyulitkan koordinasi dengan pihak KPPN karena tidak bisa dilakukan
koordinasi secara langsung/tatap muka dan kesulitan dalam koordinasi
secara daring
c) Pemecahan Masalah dan Tindak Lanjut
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Biro Kerja Sama Luar Negeri telah
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Karena kegiatan tidak dapat dilakukan secara tatap muka sehingga
dilakukan secara virtual
2) Revisi anggaran dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan secara
virtual
3) Melakukan koordinasi dan rapat rutin antara pimpinan dan staf melalui
aplikasi meeting virtual
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
92
4) Terus melakukan koordinasi secara intensif dengan KPPN mitra terkait
pencairan anggaran.
i. Pengelolaan Komunikasi Publik Dan Pelayanan Masyarakat
Sasaran kegiatan pengelolaan komunikasi public dan pelayanan masyarakat
adalah meningkatnya pengelolaan komunikasi publik dengan indikator, definisi
operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.9.1
Definisi Operasional dan Cara Perhitungan
Sasaran Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
Meningkatnya pengelolaan komunikasi
publik
Jumlah publikasi kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat melalui berbagai media
Informasi program pembangunan kesehatan yang dipublikasikan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat kepada masyarakat melalui media cetak, elektronik, media sosial (facebook, twitter, youtube, website) rilis penerbitan, dan media tatap muka (sosialisasi/pertemuan)
Menjumlahkan total publikasi yang disebarkan ke masyarakat oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarkat melalui media cetak dan elektronik, rilis, media sosial yaitu : facebook, twitter, youtube, website, penerbitan dan , media tatap muka (sosialisasi/pertemuan)
Jumlah layanan informasi publik (permohonan dan pengaduan masyarakat) yang diselesaikan
Layanan informasi publik adalah berupa permohonan informasi dan pengaduan masyarakat yang masuk ke Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat melalui aplikasi Saluran Informasi Aspirasi dan Pengaduan ( Halokemenkes, email,
Menjumlahkan total permohonan informasi dan pengaduan masyarakat yang masuk melalui aplikasi Saluran Informasi Aspirasi dan Pengaduan ( Halokemenkes, email, pojok info,, PPID, LAPOR, SMS, Surat, Whatsapp) dengan status telah
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
93
Sasaran Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
pojok info,, PPID, LAPOR, SMS, Surat, Whatsapp)
terselesaikan
Jumlah UPT Kemenkes dengan kategori baik dalam pelaksanaan standar interaksi pelayanan
Kategori Baik adalah jumlah UPT Kemenkes yang telah menerapkan interaksi pelayanan publik sesuai Permenkes No. 33 Tahun 2019 tentang Panduan Perilaku Interaksi pelayanan publik di lingkungan Kementerian Kesehatan dan memperoleh angka penilaian diatas 70.
Melakukan penilaian melalui survei dengan angka sange standar penilaian sebagai berikut : 91-100 Prima; 81-90 sangat baik; 71-80 Baik; 61-70 Cukup; 51-60 Kurang; 0-50 Buruk.
Tabel 3.9.2
Capaian Indikator Tahun 2020
Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
1.Jumlah publikasi program pembangunan kesehatan yang disebarluaskan
kepada masyarakat
a) Faktor Keberhasilan
- Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia pada Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
sudah sesuai dengan analisa kebutuhan dan sesuai dengan peta jabatan
yang telah ditetapkan oleh Kemenpan RB, namun demikian perlu
Sasaran Program/Kegiatan
Indikator Target Realisasi
Meningkanya pengelolaan komunikasi dan pelayanan masyarakat
Jumlah publikasi program pembangunan kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat
69.000 16.645
Jumlah layanan informasi public (permohonan informasi dan pengaduan masyarakat) yang diselesaikan
19.690 45.764
Jumlah UPT Kemenkes dengan kategori baik dalam pelaksanaaan standar interaksi pelayanan
30 30
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
94
dikembangkan dan ditingkatkan kompetensinya dalam bidang
Kehumasan.
- Time Schedule, Semua pekerjaan memiliki deadline waktu
- Dukungan anggaran yang memadai
- Dukungan pimpinan terhadap kegiatan yang direncakan oleh Biro
Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat
b) Permasalahan
- Adanya pandemi COVID-19 yang mengakibatkan hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan dan terjadinya refocusing anggaran untuk
penanganan pandemi COVID-19
- Mediakom yang terbit 12 edisi setiap tahun (Terbit setiap Bulan) belum
bisa terbit tepat waktu
- Digitalisasi Mediakom sudah selesai dilaksanakan, namun belum optimal
beroperasi dan akan dioptimalkan secara penuh di tahun 2021
- Kegiatan publikasi melalui media televisi dan radio, di tahun 2020
bentuknya masih berupa talkshow dan beberapa media cetak dan online.
c) Pemecahan Masalah
- Menjadwalkan ulang kegiatan dan alokasi anggaran terkait dengan
penanganan pandemi COVID-19
- Dilaksanakan Pelatihan Mediakom untuk menjaring kontributor baru dan
membantu menyelesaikan satu edisi Mediakom
- Diperlukan metode lain untuk publikasi program kesehatan melalui TV
dan Radio, apakah bentuk sinetron atau drama kesehatan lainnya.
Namun tantangannya adalah membutuhkan dana besar.
- Pemecahan masalah dari SDM adalah meningkatkan kapasitas petugas/
staf.
d) Rencana Tindak Lanjut
- Tahun 20210 akan diatasi dengan dibuatkan PJ untuk setiap rubrik, Dari
20 Rubrik yang saat ini ada, dikelompokkan kedalam empat rubric besar,
dan setiap rubriknya akan dipasang satu orang pranata humas sebagai
Penanggung Jawab
- Proses Digitalisasi Mediacom akan running di tahun 2021.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
95
- Diperlukan penambahan metode lain untuk publikasi program kesehatan
melalui tv dan radio, apakah bentuk sinetron atau drama kesehatan
lainnya. Namun tantangannya adalah membutuhkan dana besar.
- Dilakukan pelatihan singkat untuk staf di internal Birokom Yanmas dan
unit utama lain serta Dinas Kesehatan yang berkontribusi kuat terhadap
capaian indikator Rokomyanmas
2. Jumlah Layanan Informasi (Permohonan Informasi dan Pengaduan
Masyarakat) yang diselesaikan
a) Permasalahan
Dalam Indikator ke 2 ini dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
agar puas sering kali kesulitan saat harus berhubungan dengan Unit Satker
lain. Dimana hal tersebut membutuhkan waktu yang panjang. Sehingga akan
menimbulkan kekurangpuasan masyarakat.
b) Pemecahan Masalah
Koordinasi dengan unit-unit teknis lainnya dengan melakukan pertemuan
untuk membahas semua permasalahan yang dihadapi selama pelayanan.
c) Rencana Tindak Lanjut
Sebagai realisasi UU Keterbukaan Informasi Publik, PPID akan melakukan
internalisasi Permenkes No 37 tahun 2019 tentang Pedomman Permohonan
Informasi Publik di lingkungan Kemenkes. Untuk menciptakan pelayanan
pemerintah yang mudah diakses masyarakat. ULT akan memberikan
pelayanan perizinan dan non perizinan yang cepat dan tidak berbelit,
mempercepat respon terhadap masyarakat, seperti halnya mengacu pada
penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang memiliki tugas untuk
melayani perizinan dan non perizinan dengan sistem satu pintutetapi di
lingkup kerja Kementerian Kesehatan.
j. Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan
Sasaran kegiatan peningkatan analisis determinan kesehatan adalah kebijakan
pembangunan Kesehatan berdasarkan analisis determinan kesehatan dengan
indikator, definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada
tabel berikut :
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
96
Tabel 3.10.1
Definisi Operasional dan Cara perhitungan
Sasaran Indikator Definisi
Operasional Cara Perhitungan
Kebijakan pembangunan kesehatan berdasarkan analisis determinan kesehatan
Jumlah rancangan kebijakan analisis determinan kesehatan yang diusulkan menjadi kebijakan pembangunan kesehatan
Jumlah rancangan kebijakan pembangunan kesehatan yang disusun berdasarkan analisis kebijakan determinan kesehatan
Jumlah dokumen hasil analisis kebijakan determinan kesehatan yang digunakan sebagai bahan penyusunan rancangan kebijakan pembangunan kesehatan
Tabel 3.10.2
Capaian Indikator Tahun 2020
Hal-hal yang mempengaruhi pencapaian target
1. Jumlah rancangan kebijakan analisis determinan kesehatan yang
diusulkan menjadi kebijakan pembangunan kesehatan
a) Faktor Keberhasilan
- Adanya tugas lain yang mendesak diluar output PADK sesuai arahan
dari pimpinan.
- Penyerapan kegiatan paket meeting yang tidak sesuai
dengan perencanaan (undangan peserta dll), penyerapan belanja
modal tidak maksimal karena gagal lelang, revisi anggaran yang
menyesuaikan dengan situasi yang ada
b) Permasalahan
- Ketidaksesuaian antara jadwal dengan RPK/RPD
Sasaran Program/Kegiatan
Indikator Target Realisasi
Kebijakan pembangunan kesehatan berdasarkan analisis determinan kesehatan
Jumlah rancangan kebijakan analisis determinan kesehatan yang diusulkan menjadi kebijakan pembangunan kesehatan
4 4
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
97
- Kurang dukungan Lintas Sektor/Program
c)Pemecahan Masalah
- Fokus dalam mengerjakan output
- Kerjasama antar lintas program/sektor yang mendukung pelaksanaan
penyerapan anggaran
- Arahan pimpinan yang mendukung penyerapan belanja barang sesuai
dengan ouput dan kegiatan PADK. Kerjasama antar lintas
program/sektor yang mendukung pelaksanaan penyerapan anggaran
- Fleksibilitas regulasi dalam pencapaian kinerja terkait anggaran
d) Rencana Tindak Lanjut
Menyesuaikan jadwal dengan RPK/RPD
k. Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji
Sasaran peningkatan kesehatan jemaah haji adalah jemaah haji yang
mendapatkan pelayanan Kesehatan haji denagn indeks kepuasan minimal baik
dengan indikator, definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat
pada tabel berikut :
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
98
Tabel 3.11.1
Definisi Operasional Dan Cara Perhitungan
Sasaran Indikator Definisi
Operasional Cara Perhitungan
Jemaah haji yang mendapatkan pelayanan kesehatan haji dengan indeks kepuasan minimal baik
Indeks kepuasan jemaah haji terhadap pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi minimal baik (pada saat operasional haji)
Nilai kepuasan Jemaah Haji terhadap pelayanan kesehatan haji saat operasional di Arab Saudi baik
Nilai kepuasan Jemaah haji yang menyatakan baik (dengan metode survey)
Seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan kesehatan
Jemaah haji yang mendapatkan pembinaan, pemeriksaan kesehatan, vaksinasi sesuai dengan kuota yang ditetapkan pada tahun berjalan.
Jumlah Jemaah haji yang mendapatkan pembinaan, pemeriksaan kesehatan, vaksinasi serta memiliki Kartu Kesehatan Jemaah Haji (KKJH) .
Persentase jemaah haji memperoleh pengukuran kebugaran jasmani sebelum keberangkatan
Pengukuran kebugaran jemaah haji dilaksanakan sebelum masuk Embarkasi dengan menggunakan metode Rockport atau Six Minutes Walk Test
Jumlah Jemaah haji yang dilakukan pengukuran kebugaran pada tahun berjalan dibagi Jumlah Total Jemaah haji yang akan berangkat pada tahun yang sama dikali 100% .
Persentase jemaah haji memperoleh perlindungan atau proteksi terhadap penyakit meningitis meningokokus sebelum keberangkatan
Jemaah Haji yang memperoleh vaksinasi atau profilaksis terhadap penyakit Meningitis meningokokus setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan.
Jumlah Jemaah haji yang diberikan vaksin meningitis atau profilaksis lainnya dibagi Jumlah Total Jemaah haji yang akan berangkat pada tahun yang sama dikali 100%
Tabel 3.11.2
Capaian Indikator Tahun 2020
Sasaran Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
99
Sasaran Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi
Meningkatnya pembinaan kesehatan jemah haji mencapai istithaah (kemampuan)
Indeks kepuasan jemaah haji terhadap pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi minimal baik (pada saat operasional haji)
Baik Baik
Seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan kesehatan
221.000 211.276
Persentase jemaah haji memperoleh pengukuran kebugaran jasmani sebelum keberangkatan
80 63,5
Persentase jemaah haji memperoleh perlindungan atau proteksi terhadap penyakit meningitis meningokokus sebelum keberangkatan
100 81,4
Hal-hal yang mempengaruhi Pencapaian Target
Capaian untuk 3 IKK yaitu Seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan
kesehatan, Persentase jemaah haji memperoleh pengukuran kebugaran
jasmani sebelum keberangkatan, Persentase jemaah haji memperoleh
perlindungan atau proteksi terhadap penyakit meningitis meningokokus
sebelum keberangkatan, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.Faktor Keberhasilan
- Adanya Undang-undang Nomor 8 Tahun 2019 yang menetapkan bahwa
jemaah haji dapat diberangkatkan ke Tanah Suci bila memenuhi persyaratan
kesehatan, sehingga semua jemaah haji harus mendapatkan pembinaan,
pelayanan dan perlindungan kesehatan.
- Adanya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 Tahun 2016 tentang
Isithaah Kesehatan Jemaah Haji.
- Adanya Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.01/Menkes/33/2020
tentang Kategori Sakit Permanen Dalam Penyelenggaraan Kesehatan Haji.
Adanya Surat Edaran Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian
Agama RI Nomor 4001 Tahun 2018 tentang Persiapan Operasional
Penyelenggaraan Ibadah Haji Dalam Negeri Tahun 1439H/2018M, yang
mewajibkan jemaah dapat melunasi BPIH bila sudah diperiksa kesehatannya
dan ditetapkan statusnya Memenuhi Syarat Istithaah Kesehatan. Selain itu
proses pembuatan visa dapat dilakukan bila jemaah haji sudah menerima
vaksinasi meningitis meningokokus.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
100
2. Permasalahan
- Adanya pandemi COVID-19 sehingga jemaah haji tidak dapat melakukan
pemeriksaan kesehatan, pembinaan kesehatan dan pemberian vaksinasi. Hal ini
disebabkan karena jemaah khawatir tertular COVID-19 bila melakukan aktifitas
di luar rumah. Selain itu juga beberapa sarana kesehatan difokuskan untuk
melayani dan melakukan upaya promotif preventif terkait penyebaran COVID-
19.
- Dibatalkannya keberangkatan jemaah haji tahun 2020, sesuai Keputusan
Menteri Agama no. 494 tahun 2020 tentang Pembatalan Keberangkatan
Jemaah Haji pada Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1441H/2020M.
- Hal ini berimbas pada jemaah haji yang belum melakukan pemeriksaan
kesehatan, maka jemaah tersebut tidak akan melakukan pemeriksaan
kesehatan lagi karena tidak harus melunasi Bipih.
- Jemaah haji yang belum dilakukan penyuntikan vaksin meningitis juga tidak
melanjutkan upaya penyuntikan, karena tidak akan diproses pembuatan visanya
tahun ini.
3. Pemecahan Masalah
- Dibuat Surat Edaran Kepala Pusat Kesehatan Haji Nomor HK.02.03/3/954/2020
kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Kepala
Kantor Kesehatan Pelabuhan Embarkasi se-Indonesia agar tetap melakukan
kegiatan penyelenggaraan kesehatan haji di daerahnya, baik pemeriksaan
kesehatan, pembinaan kesehatan dan perlindungan kesehatan (Surat Edaran
terlampir)
- Pemeriksaan kesehatan jemaah haji dilakukan bersamaan dengan pemberian
vaksinasi, dengan menggunakan protokol kesehatan, sehingga jemaah haji
tidak datang serempak pada waktu bersamaan.
- Pembinaan kesehatan jemaah haji tetap dilaksanakan dengan memperhatikan
protokol kesehatan, salah satunya dengan menggunakan metode online.
- Membuat vlog haji sehat dan disebarluaskan melalui berbagai saluran media
guna meningkatkan pengetahuan dan perilaku jemaah agar tetap
mempraktekkan hidup sehat
- Tetap dilakukan koordinasi dan peningkatan kapasitas petugas kesehatan
menggunakan metode online (webinar).
- Pelatihan pengelola kesehatan haji kabupaten/kota secara online (e-learning).
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
101
- Pengerahan petugas kesehatan ke daerah masing-masing (Petugas kesehatan
melakukan pembinaan kesehatan haji di wilayah masing-masing, dengan dana
diserahkan kepada Dinas Kesehatan masing-masing).
- Koordinasi petugas kesehatan baik yang akan berangkat ke Arab Saudi maupun
ke pengelola program dilakukan melalui webinar
4. Rencana Tindak Lanjut
- Penguatan promotif dan preventif kepada jemaah haji Indonesia;
- Pelaksanaan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan haji dalam
kondisi new era dengan penerapan kebiasaan protokol kesehatan;
- Petugas kesehatan haji yang telah direkrut tahun 2020 dan batal berangkat,
akan menjadi petugas kesehatan haji tahun 2021
- Penguatan tatanan manajemen kesehatan haji.
- Penguatan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji di kabupaten/kota.
- Penguatan penyuluhan/dakwah kesehatan haji.
- Pengerahan calon petugas dalam memperkuat pembinaan kesehatan haji di
wilayahnya masing-masing.
- Penguatan komunikasi dan advokasi dengan stakeholders terkait dengan
penyelenggaraan kesehatan haji.
- Penguatan kemitraan kesehatan haji.
- Penguatan pemberdayaan masyarakat.
- Rencana pemberian vaksin COVID-19 pada jemaah haji.
Indeks Kepuasan Jemaah haji terhadap pelayanan kesehatan Haji di Arab
Saudi minimal baik pada saat operasional haji.
Untuk Indikator “Indeks Kepuasan Jemaah haji terhadap pelayanan
kesehatan Haji di Arab Saudi minimal baik pada saat operasional haji”, tidak dapat
dilaksanakan karena adanya pembatalan keberangkatan jemaah haji, sehingga
survey dilaksnakan kepada jemaah haji di Indonesia.
Keputusan Pemerintah untuk membatalkan keberangkatan jemaah haji
Indonesia bukan berarti kegiatan pembinaan, pelayanan dan perlindungan
kesehatan pada jemaah haji tidak diselenggarakan. Sebagai upaya menilai
kepuasan jemaah terhadap pelayanan kesehatan haji, maka Pusat Kesehatan Haji
melaksanakan survey kepuasan jemaah terhadap pelayanan kesehatan di Tanah
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
102
Air, karena penilaian Indikator Indeks kepuasan jemaah haji tetap harus dipenuhi
(format kuesioner survey terlampir).
Dalam mewujudkan tercapainya indikator tersebut Pengukuran Indeks
kepuasan pada jemaah haji di Tanah Air diharapkan memberikan dampak yang baik
terhadap pelayanan kesehatan haji dan kepercayaan jemaah. Hal ini merupakan
satu upaya yang harus dilakukan dalam perbaikan pelayanan kesehatan Haji. Hasil
Indeks Kepuasan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Pengukuran Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia yang dilaksanakan
berdasarkan 5 (lima) dimensi Kinerja Jasa, yang terdiri dari unsur Tangible,
Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty. Kegiatan ini dilaksnakan di
28 provinsi, dengan jumlah responden 16.164 jemaah. Penilaian dilakukan
berdasarkan Tabel Indeks Kepuasan terlampir.
2) Hasil Indeks Kepuasan Jemaah Haji Indonesia terhadap Pelayanan pemeriksaan
Kesehatan, Pembinaan dan Perlindungan Kesehatan Jemaah Haji didapatkan :
- Indeks rata rata Pemeriksaan kesehatan (77,79)
- Indeks rata rata Pembinaan kesehatan haji (76,44)
- Indeks rata rata Perlindungan kesehatan jemaah haji (77,08)
Berdasarkan ketiga hasil rata-rata indeks diatas, didapatkan hasil Indeks
terhadap Pemeriksaan, Pembinaan dan perlindungan kesehatan jemaah haji 77,10
dengan mutu pelayanan bernilai BAIK, yang berarti kinerja jasa terhadap
Pemeriksaan, Pembinaan dan perlindungan kesehatan jemaah haji dinilai baik oleh
masyarakat.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
103
l.Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia
Sasaran kegiatan pengelolaan konsil kedokteran Indonesia dengan indikator,
definisi operasional dam cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.12.1
Analisis Capaian Kinerja 2020
No. Program/ Kegiatan
Sasaran Sasaran Program/Kegiatan Indikator Target Realisasi
1. Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia
Meningkatnya pelayanan registrasi dan penyelenggaraan standarisasi pendidikan profesi, pembinaan serta penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi
Jumlah penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang terselesaikan
28 28
Jumlah Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan dokter gigi yang teregistrasi dan terselesaikan tepat waktu
40.000 51.275
Jumlah Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Dokter Gigi
5 7
Hasil pengukuran dan analisis pencapaian kinerja Sekretariat KKI selama tahun
2020 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Jumlah Penanganan kasus pelanggaran disiplin profesi dokter dan dokter
gigi yang terselesaikan
a) Permasalahan:
- Diperlukan kesamaan konsep dan pemahaman pada saat penyusunan
peraturan perundang-undangan, terutama pada saat harmonisasi
sebagaimana amanah Permenkumham no 23 tahun 2018 tentang
Pengharmonisasian Rancangan Peraturan Menteri, Rancangan
Peraturan Lembaga Pemerintah Nonkementerian, Atau Rancangan
Peraturan Dari Lembaga Nonstruktural Oleh Perancang Peraturan
Perundang-Undangan;
- Dalam menyusun Peraturan Perundang-undangan, masih ditemukan
resistensi dari pemangku kepentingan terhadap materi muatan regulasi
yang sedang disusun;
- Karena adanya Pandemi COVID-19 mengakibatkan keterbatasan
mobilitas persidangan dan Verifikasi.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
104
- Karena Mayoritas Majelis berusia diatas 60 tahun dimana termasuk ke
dalam usia resiko tinggi.
- Adanya perubahan anggaran yang berdampak terhadap keterbatasan
pelaksanaan sidang.
- Kurangnya kuantitas SDM sebagai Panitera/Analis Materi Sidang
b) Pemecahan Masalah:
- Diperlukan peningkatan koordinasi dengan Kementerian Hukum dan
HAM serta Kementerian/Lembaga lainnya yang menerbitkan Peraturan
Perundang-undangan terkait.
- Diperlukan optimalisasi diseminasi dan sosialisasi serta advokasi
peraturan dan undang-undang bidang praktik kedokteran.
- Diperlukan peningkatan Kuantitas dan kualitas SDM.
c) Rencana Tindak Lanjut:
- Advokasi Pemangku Kepentingan dengan meningkatkan kerjasama dan
koordinasi dengan pemangku kepentingan berkenaan dengan
pelaksanaan tugas dan fungsi dalam hal melakukan regulasi terutama
yang terkait dengan registrasi, fungsi pengesahan standar pendidikan
profesi dan fungsi pembinaan praktik kedokteran;
- Meningkatkan optimalisasi dalam harmonisasi peraturan perundang-
undangan baik secara vertikal atau horisontal yaitu antara UUPK dengan
UU Sistem Pendidikan Nasional, UU Pendidikan Kedokteran, UU
Pendidikan Tinggi untuk peningkatan kualitas pendidikan profesi
kedokteran dan juga peraturan perundang-undangan lainnya yang
terkait;
- Diseminasi dan sosialisasi serta advokasi peraturan dan undang-undang
bidang praktik kedokteran perlu ditingkatkan;
- Melakukan peningkatan Kuantitas Panitera/Analis Materi Sidang.
2. Jumlah Surat Tanda Registrasi (STR) Dokter dan Dokter Gigi yang
teregistrasi dan terselesaikan tepat waktu
a) Faktor Keberhasilan
1) Analisa Manajemen
- Meningkatnya kesadaran dokter dan dokter gigi terhadap pentingnya
registrasi.
- Penyempurnaan sistem registrasi online.
- Responsif melalui Sistem Komunikasi Cepat (SMS gateway).
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
105
- Melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan semua pemangku
kepentingan yang terkait dengan penjagaan mutu pendidikan profesi
dan pembinaan praktik kedokteran.
- Reviu regulasi tentang registrasi agar sesuai dengan kebutuhan
pelayanan.
- Melakukan harmonisasi regulasi dibidang pendidikan, registrasi dan
pembinaan.
- Menjaga mutu pelayanan registrasi untuk mempertahankan ISO
9001:2008.
2) Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam pencapaian
kinerja adalah sebagai berikut
- Adanya kesepakatan interoperabilitas data Registrasi dengan
Organisasi Profesi.
- Pemutakhiran dan pengembangan Sistem Informasi Registrasi dan
Website KKI.
- Paper less system yang sudah dijalankan sejak Juli tahun 2019
- Pelayanan satu pintu (mencakup semua kegiatan divisi)
- Keterpaduan pelaksanaan program KKI dan MKDKI.
3) Analisis program/kegiatan penunjang keberhasilan pencapaian
target kinerja yaitu:
- Peningkatan kapasitas SDM.
- Mempertahankan mutu SOP.
- Pemutakhiran dan pengembangan sistem interoperabilitas registrasi
online yang terintegrasi dengan sistem ijazah dan sertifikat
kompetensi.
- Harmonisasi dalam penyusunan regulasi antara KKI dengan
pemangku kepentingan.
- Penyampaian produk KKI kepada masyarakat dan para stakeholder
melalui pertemuan koordinasi, website, Buletin KKI, dan media
lainnya.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
106
3. Jumlah Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Dokter Gigi
a) Faktor Keberhasilan
1) Analisa Manajemen
- Meningkatkan koordinasi dengan stakeholders terkait penyelesaian
shared competency dan pengusulan pengesahan standar pendidikan
profesi kedokteran dan kedokteran gigi.
- Penyempurnaan sistem Alihiptekdok online.
- Review regulasi program Divisi Standar Pendidikan (Adaptasi,
Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran dan Kedokteran
Gigi).
- Melakukan harmonisasi regulasi dibidang pendidikan profesi
kedokteran dan kedokteran gigi.
2) Analisa atas efisiensi penggunaan sumber daya dalam pencapaian
kinerja adalah sebagai berikut:
Pemutakhiran dan pengembangan sistem ALIHIPTEKDOK online yang
sudah dijalankan sejak Desember tahun 2016. Pelayanan satu pintu
(mencakup semua kegiatan divisi; Adaptasi dokter/dokter gigi/dokter
spesialis/dokter gigi spesialis) danKeterpaduan pelaksanaan program KKI
dan stakeholders terkait.
3) Analisa program/kegiatan penunjang keberhasilan pencapaian target
kinerja yaitu:
- Peningkatan kapasitas SDM.
- Mempertahankan mutu SOP.
- Pembuatan panduan pengusulan pengesahan Standar Pendidikan
Profesi Kedokteran dan Kedokteran Gigi.
- Pemutakhiran dan pengembangan sistem ALIHIPTEKDOK online.
- Koordinasi dalam penyusunan regulasi antara KKI dengan
stakeholders.
- Penyampaian produk KKI khususnya Divisi Standar Pendidikan
Profesi kepada masyarakat dan para stakeholders melalui pertemuan
koordinasi, laman www.kki.go.id, Buletin KKI, dan media lainnya.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
107
II. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu
Indonesia Sehat (KIS)
Capaian IKP Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.d Capaian Indikator Kinerja Program
Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat(KIS)
No Program Sasaran Indikator Target Capaian Realisasi
1 Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
Terselenggaranya Penguatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS)
1. Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan luran (PBI) rnelalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia Sehat (KIS) (dalam juta)
96,8 Juta Jiwa
96,18 Juta Jiwa
99,36
2. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
2 Dokumen
2 Dokumen
100
Sasaran Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu Indonesia Sehat(KIS) dengan indikator, definisi operasional dan
cara perhitungan IKK dapat dilihat pada tabel berikut :
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
108
Tabel 3.13.1
Definisi Operasional dan Cara Perhitungan IKK
SASARAN INDIKATOR DEFINISI
OPERASIONAL CARA
PERHITUNGAN
Dihasilkannya bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN
Jumlah kajian Penilaian Teknologi Kesehatan yang
dihasilkan
Rangkaian kegiatan analisis yang dilakukan secara sistematis dengan pendekatan multidisiplin untuk menilai dampak penggunaan teknologi kesehatan dalam program JKN
Jumlah dokumen analisis/kajian penilaian teknologi kesehatan yang dihasilkan dalam kurun 5 tahun dan dijabarkan pada tiap tahunnya
Jumlah kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan
Rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan komprehensif untuk menghasilkan potret aliran dana dalam sistem kesehatan dalam
periode satu tahun
Jumlah dokumen kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan dalam kurun 5 tahun dan dijabarkan pada tiap tahunnya
Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan
kesehatan
Hasil penelaahan data/hasil kajian/ rancangan regulasi/ regulasi pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan yang dihasilkan
Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan yang dihasilkan dalam kurun 5 tahun dan dijabarkan pada tiap tahunnya
Indikator Kinerja Kegiatan Untuk mencapai Indikator Kinerja Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat(KIS) mempunyai 5 (lima)
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK). Penjelasan lebih detil untuk target dan capaian
indikator pada masing-masing kegiatan sebagai berikut:
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
109
Tabel 3.13.2
Capaian Indikator Kinerja Kegiatan tahun 2020
No. Program/ Kegiatan
Sasaran Sasaran Program/Kegiatan
Indikator Target Realisasi
1. Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Dihasilkannya bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN
1. Jumlah kajian penilaian teknologi kesehatan yang dihasilkan
1 1
2. Jumlah kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan
1 1
3. Jumlah kajian kebijakan teknis pembiayaan kesehatan termasuk sumber pembiayaan yang baru
0
0
4. Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
2 3
5. Jumlah advokasi dan sosialisasi pembiayaan kesehatan
0 0
Hasil pengukuran dan analisis pencapaian kinerja Pusat Pembiayaan dan Jaminan
Kesehatan selama tahun 2020 dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Jumlah kajian Penilaian Teknologi Kesehatan yang dihasilkan
a)Faktor Keberhasilan
- Target HTA dalam Rencana Strategis Kemenkes RI tahun 2020-2024.
- Koordinasi dengan Komite PTK, organisasi profesi terkait studi PTK, akademisi,
unit-unit terkait di Kemenkes (Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Direktorat
Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes), BPJS Kesehatan, tim pelaksana
studi PTK.
- Koordinasi dan penerimaan RS sebagai tempat pengumpulan data primer studi
PTK
- Panduan pelaksanaan Penilaian Teknologi Kesehatan (PTK)/HTA
- Kapasitas SDM pelaksana PTK dan Regulasi/ kebijakan Rumah Sakit.
b) Permasalahan
- Kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan kurang optimalnya proses
Koordinasi dengan Komite PTK, organisasi profesi terkait studi PTK, akademisi,
unit-unit terkait di Kemenkes (Direktorat Pelayanan Kefarmasian, Direktorat
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
110
Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes), BPJS Kesehatan, tim pelaksana
studi PTK dan
- Kurang optimalnya pengambilan data ke Rumah Sakit akibat dari pandemi
COVID-19
- Waktu yang cukup lama dalam mendapatkan persetujuan etika penelitian dan
ijin penelitian RS sebagai syarat sebelum dilakukan pengumpulan data di RS
tersebut, sehingga untuk menghasilkan 1 dokumen studi PTK/HTA memerlukan
waktu yang panjang.
- Validitas data RS (tidak lengkapnya data yang dibutuhkan dalam proses
penyusunan HTA.
- Terbatasnya SDM pelaksana PTK.
c) Pemecahan Masalah dan Tindak Lanjut
- Meningkatkan koordinasi melalui media daring/online dengan unit-unit terkait
PTK.
- Menyusun time schedule yang dapat disepakati bersama oleh para pelaksana
PTK.
- Optimalisasi pengumpulan dan analisis data studi HTA ditengah pandemi
COVID-19.
- Pelaksanaan hasil studi HTA dilakukan appraisal oleh Komite PTK.
- Meningkatkan kapasitas SDM PTK termasuk mengirim tenaga SDM PTK untuk
pelatihan yang berhubungan dengan HTA di dalam negeri maupun luar negeri
- Menetapkan topik prioritas PTK dengan melibatkan institusi dan ahli terkait.
- Pelaksanaan appraisal oleh Komite PTK dan melaksanakan diseminasi hasil
PTK kepada para pemaku kepentingan.
-
2. Jumlah kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan
a) Faktor keberhasilan
- Ketersediaan data belanja kesehatan publik di bulan Juli setelah keluar LRA
audit.
- Ketersediaan data belanja kesehatan non publik (BPS) setelah Oktober.
- Ketersediaan data DHA/PHA sebagai dasar pemecah belanja kesehatan tingkat
subnasional.
- Perjanjian kerja sama (PKS) dengan BPS pada penyusunan dokumen NHA.
- Perubahan situasi di K/L lain, seperti: Perubahan situasi di K/L lain, seperti:
perubahan kuesioner Susenas MKP oleh BPS.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
111
b) Permasalahan
- Kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan kurang optimalnya proses
Koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan NHA.
- Data terfragmentasi dan tidak tersedia secara detil sebagaimana yang
dibutuhkan untuk klasifikasi SHA.
- Pemahaman pelaksana di daerah terhadap akun DHA/PHA perlu disamakan
melalui Pelatihan namun tidak tersedia dukungan dana.
c) Pemecahan masalah dan tindak lanjut
- Meningkatkan koordinasi melalui media daring/online dengan unit-unit terkait
penyusunan NHA.
- Pemutakhiran data belanja kesehatan melalui pertemuan rutin tim dan
dukungan studi tambahan.
- Update data terbaru dan juga sumber potensial data untuk memperbaiki kualitas
data sebagaimana dibutuhkan klasifikasi SHA.
- Peningkatan kapasitas pelaksana DHA/PHA dan menambah kab/kota yang
membuat DHA/PHA.
3.Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
a) Faktor Keberhasilan
- Koordinasi antara Lintas Sektor/Lintas Program, profesi, pakar/akademisi terkait
penyusunan bahan dukungan pembiayaan dan JKN.
- Arah kebijakan dalam penetapan tariff INA CBG dan komitmen organisasi
profesi kedokteran yang terlibat dalam penyusunan reklasifikasi INA CBG
- Tenaga/ kapasitas tim teknis pelaksanaan kegiatan terkait capaian indikator
kinerja.
- Koordinasi pihak terkait untuk kebutuhan data baik kuantitatif maupun kualitatif,
serta data kuantitatif dan kualitatif yang lengkap dan valid pada pelaksanaan
kegiatan Analisis Dampak DAK Fisik Afirmasi Bidang Kesehatan Terhadap
Akses Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
- Koordinasi antara Lintas Sektor/Lintas Program, profesi, pakar/akademisi terkait
penyusunan kebijakan pengembangan pembiayaan dan JKN.
b) Permasalahan
- Kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan kurang optimalnya proses
koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan penyusunan bahan
dukungan pembiayaan dan JKN.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
112
- Koordinasi dengan Organisasi Profesi Kedokteran membutuhkan waktu yang
cukup lama dalam melakukan pengelompokkan diagnosis dan prosedur serta
membuat algoritma grouper dan pengumpulan data billing RS belum sesuai
sehingga dapat menghambat pelaksanaan kegiatan Reklasifikasi INA-CBG.
- Recall bias pada saat pengumpulan data kualitatif analisis DAK Non Fisik
Bidang Kesehatan: Dana Jampersal.
- Terbatasnya tenaga/ Narasumber yang menguasai analisis efektivitas dan
efisiensi pembiayaan kesehatan.
- Belum fokusnya metodelogi yang digunakan dalam pelaksanaan studi-studi
khusus.
c)Pemecahan Masalah dan Tindak Lanjut
- Meningkatkan koordinasi melalui media daring/online dengan unit-unit terkait
penyusunan bahan dukungan pembiayaan dan JKN.
- Melibatkan asosiasi fasilitas kesehatan untuk pengumpulan data untuk kegiatan
INA CBG’s dan Melakukan koordinasi dengan BPJS Kesehatan terkait data
individual peserta JKN
- Melakukan uji coba grouper INA CBG, membuat manual coding serta
melakukan sosialisasi grouper.
- Dukungan kegiatan dari pusat untuk fasilitasi penyusunan DHA/PHA, perbaikan
modul dan juknis DHA/PHA, peningkatan kapasitas pelaksana DHA/PHA dan
menambah kab/kota yang membuat DHA/PHA.
- Memperluas Diseminasi kepada para pemangku kepentingan agar dapat
menjadi umpan balik peningkatan kualitas produksi dokumen NHA.
- Mencari alternatif data dari sumber lain di luar Kemkes RI.
- Membuat susunan tim penyusun kegiatan agar diperoleh suatu keterikatan kerja
sama dalam mencapai output kegiatan. Pembuatan tim ini juga sebagai untuk
mengatasi agar peserta atau pembahas pada kegiatan tersebut tetap orang
yang sama dan sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan sehingga capaian
outputnya dapat optimal.
- Penajaman metodologi membutuhkan pelaksanaan studi-studi khusus yang
perlu didukung dengan kecukupan anggaran di tahun selanjutnya.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
113
B. SUMBER DAYA/REALISASI ANGGARAN
Di tahun 2020, anggaran Sekretariat Jenderal mengalami perubahan
dibandingkan dengan DIPA awal. Berdasarkan DIPA Induk tahun 2020 yang terbit
pada tanggal 12 November tahun 2019, eselon 1 Sekretariat Jenderal mendapatkan
alokasi anggaran sebesar Rp28.728.715.426.000,- dengan rincian untuk Program
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Kesehatan adalah sebesar Rp1.950.005.652.000,- dan untuk Program Penguatan
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS)
sebesar Rp26.778.709.774.000,-. Dalam pelaksanaan program dan kegiatan di
2020, terdapat efisiensi penyesuaian belanja K/L untuk Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) dan penanganan Pandemi COVID-19, dengan rincian sebagai
berikut:
1. Perubahan Postur dan Rincian APBN TA 2020.
Menindaklanjuti Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2020 tentang Perubahan
Postur dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2020 dan surat
Menteri Keuangan Nomor S-302/MK.02/2020 hal Langkah-langkah Penyesuaian
Belanja K/L 2020. Pagu Sekretariat Jenderal mengalami penambahan sebesar
Rp21.713.878.842.000.- yang terdiri dari:
a. Anggaran Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya Kementerian Kesehatan dilakukan penghematan sebesar
Rp323.121.158.000.- dan tambahan anggaran terkait insentif kinerja
sebesar Rp15.000.000.000.- sehingga pagu menjadi Rp.
1.641.884.494.000,-.
b. Anggaran Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) dilakukan penghematan sebesar
Rp48.000.000.000.- dan tambahan anggaran PBI sebesar
Rp22.070.000.000.000.- sehingga pagu anggaran menjadi
48.800.709.774.000,-.
2. Realokasi anggaran antar program dan kegiatan.
Menindaklanjuti Keputusan Menteri Agama nomor 494 Tahun 2020 mengenai
pembatalan keberangkatan Jemaah haji pada penyelenggaraan ibadah haji
tahun 1441 H/2020 M, terjadi pergeseran/realokasi anggaran antar program dan
kegiatan. Realokasi anggaran antar program sebesar Rp 35.796.954.000,-
digunakan untuk sosialisasi adaptasi kebiasaan baru pada program Pembinaan
Pelayanan Kesehatan, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Realokasi antar kegiatan pada Program
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
114
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Kesehatan sebesar Rp 137.379.652.000,- digunakan untuk mendukung
pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Krisis Kesehatan, Pengelolaan Data dan
Informasi Kesehatan, Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan
Barang Milik Negara, Pengelolaan Ketatausahaan Kementerian dan
Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan.
3. Realokasi antar program untuk penanganan COVID-19.
Pagu Sekretariat Jenderal berkurang sebesar Rp. 89.707.416.000,- dengan
rincian:
a. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis lainnya
Kementerian Kesehatan berkurang sebesar Rp. 88.595.202.000 di satuan
kerja Biro Perencanaan dan Anggaran, Biro Umum dan Pusat Analisis
Determinan Kesehatan.
b. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu
Indonesia Sehat (KIS) berkurang sebesar Rp. 1.112.214.000 di satuan kerja
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan.
Anggaran tersebut dialihkan ke Badan Pengembangan dan Pemberdayaan
SDM Kesehatan untuk pembayaran insentif tenaga kesehatan.
Berdasarkan berubahan pagu diatas maka pagu akhir eselon 1 Sekretariat Jenderal
menjadi Rp. 51.171.377.446.000.- dengan rincian:
1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Kesehatan sebesar Rp. 2.371.779.885.000
2. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu
Indonesia Sehat (KIS) sebesar Rp. 48.799.597.561.000
Berdasarkan data Omspan tanggal 2 Februari 2021. realisasi anggaran Sekretariat
Jenderal adalah sebesar 98.18% yaitu sebesar Rp. 50.240.067.587.738,- dari total
pagu Rp 51.171.377.446.000,- dengan rincian per kegiatannya adalah sebagai
berikut:
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
115
Tabel 3.e
Realisasi Anggaran per Kegiatan
NO KEGIATAN PAGU REALISASI %
1 Perumusan Peraturan Perundang-Undangan dan Organisasi
7.366.235.000 6.974.699.013 94,68
2 Pembinaan Administrasi Kepegawaian
24.177.734.000 23.655.358.889 97,84
3 Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara
11.512.773.000 11.278.256.913 97,96
4 Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan
85.054.278.000 77.153.266.959 90,71
5 Pengelolaan Urusan Tata Usaha. Keprotokolan. Rumah Tangga. Keuangan. dan Gaji
1.062.205.911.000 1.033.702.464.524 97,32
6 Pengelolaan Data dan Informasi
56.753.856.000 54.066.220.805 95,26
7 Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri
7.604.733.000 7.246.410.898 95,28
8 Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji
74.009.573.000 61.763.421.254 83,45
9 Pengelolaan Komunikasi Publik
23.044.522.000 22.001.764.629 95,48
10 Penanggulangan Krisis Kesehatan
988.189.359.000 275.345.397.571 27,86
11 Peningkatan Manajemen Konsil Kedokteran Indonesia
27.178.942.000 25.153.321.850 92,55
12 Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan
4.681.969.000 4.487.122.500 95,84
13 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dan JKN/KIS
48.799.597.561.000 48.637.239.881.933 99,67
Total 51.171.377.446.000 50.240.067.587.738 98,18
Sumber: Omspan 2 Februari 2021
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
116
Dalam mencapai sasaran Sekretariat Jenderal melakukan kegiatan Dekonsentrasi.
terdapat 5 kegiatan di Sekretariat Jenderal yang dilimpahkan kewenangan kepada
daerah. Berikut adalah alokasi 5 kegiatan Dekonsentrasi Sekretariat Jenderal
beserta realisasinya di tahun 2020.
Tabel 3.f
Realisasi Anggaran Dekonsentrasi per Kegiatan
NO KEGIATAN ALOKASI REALISASI PERSENTASE
1 Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji
22.477.414.000 12.693.473.624 56,47%
2 Pengembangan Pembiayaan Kesehatan
3.261.682.000 3.222.828.630 98.81%
3 Perencanaan dan Penganggaran kesehatan
12.495.876.000 10.374.575.726 83,02%
4 Pembinaaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan
BMN
700.012.000 611.213.125 87,31%
5 Pengelolaan Data dan Informasi
4.765.182.000 3.561.138.674 74,73%
Total 43.700.166.000 30.463.229.779 69,71%
Sumber: Omspan 2 Februari 2021
Pada tabel di atas dapat dilihat, realisasi anggaran dekonsentrasi tertinggi
ada pada kegiatan Pengembangan Pembiayaan Kesehatan dengan persentase
realisasi sebesar 98,31% dan realisasi anggaran dekonsentrasi terendah ada pada
kegiatan Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji sebesar 56,47%. Total realisasi dari
keseluruhan anggaran dekonsentrasi adalah sebesar 69,71%.
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
117
Rincian alokasi dan realisasi dana dekonsentrasi per provinsi adalah sebagai
berikut:
Table 3.g
Realisasi Anggaran Dekonsentrasi per Provinsi
No Satker Alokasi Realisasi Persentase
1 Dinas Kesehatan Prov DKI Jakarta
2.392.261.000 713.786.000 29.84
2 Dinas Kesehatan Prov Jawa Barat
3.494.504.000 1.225.908.088 35.08
3 Dinas Kesehatan Prov Jawa Tengah
3.841.477.000 2.406.183.645 62.64
4 Dinas Kesehatan Prov D.I.Y
579.035.000 390.539.575 67.45
5 Dinas Kesehatan Prov Jawa Timur
4.258.794.000 3.717.002.010 87.28
6 Dinas Kesehatan Prov NAD
1.444.006.000 901.796.930 62.45
7 Dinas Kesehatan Prov Sumatera Utara
2.372.590.000 2.068.322.500 87.18
8 Dinas Kesehatan Prov Sumatera Barat
1.640.565.000 1.027.102.505 62.61
9 Dinas Kesehatan Prov Riau
592.251.000 571.385.400 96.48
10 Dinas Kesehatan Prov Jambi
653.612.000 554.504.069 84.84
11 Dinas Kesehatan Prov Sumatera Selatan
1.370.570.000 1.259.338.400 91.88
12 Dinas Kesehatan Prov Lampung
725.044.000 548.322.700 75.63
13 Dinas Kesehatan Prov Kalimantan Barat
720.109.000 474.079.027 65.83
14 Dinas Kesehatan Prov Kalimantan Tengah
547.865.000 443.900.071 81.02
15 Dinas Kesehatan Prov Kalimantan Selatan
1.238.863.000 1.068.814.301 86.27
16 Dinas Kesehatan Prov Kalimantan Timur
1.359.059.000 999.157.330 73.52
17 Dinas Kesehatan Prov Sulawesi Utara
1.029.922.000 856.782.700 83.19
18 Dinas Kesehatan Prov Sulawesi Tengah
903.590.000 849.189.000 93.98
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
118
No Satker Alokasi Realisasi Persentase
19 Dinas Kesehatan Prov Sulawesi Selatan
2.274.650.000 1.736.913.600 76.36
20 Dinas Kesehatan Prov Sulawesi Tenggara
785.824.000 766.478.850 97.54
21 Dinas Kesehatan Prov Maluku
881.224.000 599.947.003 68.08
22 Dinas Kesehatan Prov Bali
563.737.000 480.993.000 85.32
23 Dinas Kesehatan Prov Nusa Tenggara Barat
992.990.000 902.766.231 90.91
24 Dinas Kesehatan Prov Nusa Tenggara Timur
1.077.668.000 1.070.196.890 99.31
25 Dinas Kesehatan Prov Papua
1.495.323.000 394.326.960 26.37
26 Dinas Kesehatan Prov Bengkulu
584.713.000 554.737.754 94.87
27 Dinas Kesehatan Prov Maluku Utara
681.326.000 644.283.025 94.56
28 Dinas Kesehatan Prov Banten
609.265.000 420.618.700 69.04
29 Dinas Kesehatan Prov Bangka Belitung
496.499.000 439.356.700 88.49
30 Dinas Kesehatan Prov Gorontalo
593.480.000 497.611.870 83.85
31 Dinas Kesehatan Prov Kepulauan Riau
1.534.068.000 568.102.400 37.03
32 Dinas Kesehatan Prov Papua Barat
881.498.000 462.648.492 52.48
33 Dinas Kesehatan Prov Sulawesi Barat
474.239.000 356.351.793 75.14
34 Dinas Kesehatan Prov Kalimantan Utara
609.545.000 491.782.260 80.68
Total 43.700.166.000 30.463.229.779 69.71
Sumber: Omspan 2 Februari 2021
Realisasi anggaran dekonsentrasi per provinsi terendah ada pada provinsi Papua
yaitu sebesar 26,37% dan tertinggi ada pada provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu
sebesar 99,31%. Total realisasi adalah sebesar 69,71%.
Laporan Kinera Sekretariat Jenderal 2020
129
ANALISA ATAS EFISIENSI PENGGUNAAN SUMBER DAYA
Tabel 3.h
Realisasi Indikator Kegiatan dan Anggaran
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan
A Perencanaan dan Penganggaran Program Pembangunan Kesehatan
85,054,278 78,437,253 92
1
Nilai kinerja penganggaran Kementerian Kesehatan
85 90,38 106.33
2
Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam penyelenggaraan SPM bidang Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
20% 20% 100
3
Persentase Provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam APBD yang sesuai dengan prioritas nasional bidang kesehatan
20% 20% 100
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
130
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
B Pembinaan Administrasi Kepegawaian
24,177,734 23,655,359 97.84
4
Persentase Pejabat Pimpinan Tinggi, Pejabat Administrator dan Pejabat Pengawas di lingkungan Kementerian Kesehatan yang memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi jabatan
75% 81,25% 108,3
5
Persentase PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan yang menduduki Jabatan Fungsional
60% 63,91% 106,52
6
Tingkat Kepuasan terhadap Layanan Kepegawaian
4% 3,76 94
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
131
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
C Perumusan Produk Hukum dan Organisasi
7,366,235 6,974,699 94,68
7
Jumlah peraturan perundang-undangan dan produk hukum lain bidang kesehatan yang disusun
125 245 196
8
Jumlah produk penataan organisasi dan tatalaksana serta fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi Kementerian Kesehatan
18 24 133,33
9
Jumlah permasalahan dan kasus hukum yang tertangani serta fasilitasi pengawasan dan penyidikan bidang kesehatan
206 227 110,19
10
Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Sekretariat Jenderal
80 92,44 115,55
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
132
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
D Pembinaan Pengelolaan Administrasi Keuangan dan Barang Milik Negara
10,812,761 10,770,607 99.61
11
Persentase ketepatan waktu penyampaian Rekonsiliasi Laporan Keuangan Satuan Kerja
100 100 100
12
Persentase Capaian Realisasi Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
65 71,02 109,23
13
Persentase jumlah satker kantor Pusat dan Kantor Daerah dengan Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) lebih dari atau sama dengan 80
60 89,81 150
14
Persentase nilai Barang Milik Negara (BMN) yang telah mendapatkan Surat Keputusan Penetapan Status Penggunaan (SK PSP) sesuai ketentuan
30 35,77 119,23
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
133
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
E Pengelolaan Ketatausahaan Kementerian
1,062,205,911 1,034,233,474 97,37
15
Persentase Kepuasan Pelanggan terhadap Layanan TU Pimpinan dan Protokol
80 86,69 108,36
16
Jumlah Satker yang telah melaksanakan Self Assessment Gerakan Kantor Berbudaya Hijau dan Sehat (BERHIAS)
44 52 118,18
17
Jumlah Satker yang melaksanakan Gerakan Nasional Sadar Tertib Arsip (GNSTA)
88 88 100
18
Jumlah Satker yang menggunakan aplikasi E-Monev Belanja Pegawai Kementerian Kesehatan
45 46 102,22
F Pengelolaan Data dan Informasi Kesehatan
56,753,856 54,022,358 95.19
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
134
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
19
Jumlah Sistem Informasi Kesehatan yang terintegrasi dalam Aplikasi Satu Data Kesehatan (ASDK)
10 10 100
20
Persentase indikator pembangunan kesehatan yang diukur dengan data rutin
4 4 100
G Peningkatan Kerja Sama Luar Negeri
7,604,733 7,246,411 95,29
21
Jumlah Perjanjian Kerja Sama Bilateral Bidang Kesehatan yang ditandatangani
3 3 100
22
Jumlah Prakarsa Indonesia yang menjadi hasil Pertemuan Regional dan Multilateral Bidang Kesehatan
5 5 100
H Peningkatan Kesehatan Jemaah Haji
51,498,045 49,034,548 95,22
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
135
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
23
Persentase jemaah haji memperoleh pengukuran kebugaran jasmani sebelum keberangkatan
80 63,5 79,37
24
Persentase jemaah haji memperoleh perlindungan atau proteksi terhadap penyakit meningitis meningokokus
100 81,4 81,4
25
Indeks kepuasaan jemaah haji terhadap pelayanan kesehatan haji minimal baik (pada saat operasional haji)
Baik Baik 100
26
Seluruh jemaah haji mendapatkan pelayanan Kesehatan
221000 211276 95,6
I Pengelolaan Krisis Kesehatan 988,189,359 275,704,006 27,9
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
136
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
27
Jumlah provinsi dan kab/kota yang ditingkatkan kapasitasnya dalam upaya pengurangan risiko krisis kesehatan
10 10 100
28
Jumlah Kabupaten/Kota yang mendapatkan dukungan tim dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan
20 20 100
J Pengelolaan Konsil Kedokteran Indonesia
27,178,942 25,153,322 92,55
29
Jumlah penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang terselesaikan
28 28 100
30
Jumlah Surat Tanda Registrasi (STR) dokter dan dokter gigi yang teregistrasi dan terselesaikan tepat waktu
40000 51275 128,18
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
137
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
31
Jumlah Pengesahan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Dokter Gigi
5 7 140
K Peningkatan Analisis Determinan Kesehatan
4,681,969 4,487,123 95,84
32
Jumlah rancangan kebijakan analisis determinan kesehatan yang diusulkan menjadi kebijakan pembangunan kesehatan
4 4 100
L Pengelolaan Komunikasi Publik dan Pelayanan Masyarakat
23.044.522 22.001.765 95,48
Jumlah Publikasi Program Pembangunan Kesehatan yang disebarluaskan kepada masyarakat melalui berbagai media
69000 16645 24,12
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
138
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
Jumlah Layanan Informasi Publik (permohonan informasi dan pengaduan masyarakat) yang diselesaikan
19690 45764 232,42
Jumlah UPT Kemenkes dengan kategori baik dalam pelaksanaan standar interaksi pelayanan
30 30 100
Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
Terlaksananya pembayaran iuran PBI JKN
48,796,335,879 48,634,017,053 99,67
32
Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) (juta jiwa)
96.8 96.18 99.36
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020
139
No Kegiatan
PK/DIPA RKAKL
INDIKATOR TARGET REALISASI % Anggaran 2020 (Ribuan Rupiah)
Alokasi Realisasi %
33
Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
2 2 100
Dihasilkannya bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan dan JKN
34
Jumlah Dokumen pembayaran iuran PBI JKN
1 1 100
35
Jumlah dokumen studi Penilaian Teknologi Kesehatan yang dihasilkan
1 1 100
36
Jumlah kajian National Health Account (NHA) yang dihasilkan
1 1 100
37
Jumlah bahan dukungan teknis pembiayaan kesehatan dan jaminan kesehatan
2 3 150
TOTAL 51,121,859,702 50,203,001,460 98.11
Laporan Kinera Sekretariat Jenderal Tahun 2020
146
Dalam penggunaan sumber daya anggaran, dari tabel di atas terlihat semua
kegiatan sangat baik dalam hal pencapaian hasil dan serapan. Dari total anggaran
sebesar Rp 51.171.343.332,- terealisasi sebesar Rp 50.203.001.460,- (98,11%).
Efisiensi sebesar Rp 968.341.872, dalam kondisi pandemi COVID-19 dimana banyak
kesulitan dalam merealisasikan target indikator kinerja serta anggaran, Sekretariat
Jenderal selalu berupaya optimal agar target yang telah ditetapkan dapat tercapai
walaupun masih ada target yang harus dilakukan penyesuaian.
Selain itu dengan anggaran yang tersedia membuat para stakeholder
pengelola anggaran di Sekretariat Jenderal mengoptimalkan penyerapan anggaran
tersebut ke kegiatan-kegiatan prioritas yang mendukung peningkatan indikator kinerja
satker. Pada tahun-tahun mendatang perlu adanya evaluasi efektifitas perencanaan
anggaran tiap-tiap program yang mendukung indikator kinerja sehingga penggunaan
anggaran dan kualitas pencapaian kinerja lebih meningkat.
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan anggaran tahun 2020 berjalan dengan
sangat efektif untuk mendukung pencapaian kinerja, terbukti dengan capaian kinerja
dapat memenuhi/ melebihi target dengan penggunaan dana/anggaran yang ada.
Laporan Kinera Sekretariat Jenderal Tahun 2020
147
BAB IV
KESIMPULAN DAN TINDAK LANJUT
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2020 merupakan wujud
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Sekretariat Jenderal dalam
mencapai sasaran, indikator dan target kinerja yang tercantum pada Perjanjian Kinerja
Sekretariat Jenderal Tahun 2020. Laporan kinerja ini juga sebagai bahan evaluasi atas
pencapaian kinerja selama 1 (satu) tahun anggaran serta sebagai bahan informasi
untuk perbaikan dan peningkatan kinerja ke depannya.
1. KESIMPULAN
1. Hasil capaian Indikator Sekretariat Jenderal tahun 2020 menunjukkan, bahwa
Indikator Kinerja Sekretariat Jenderal dapat tercapai 96,34%, yaitu :
A. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Kesehatan
a. Indikator Nilai Reformasi Birokrasi Kemenkes Capaian 101,12%
b. Indikator Dukungan Pusat dalam Penguatan Manajemen Bidang
Kesehatan capaian 100%
c. Indikator Persentase provinsi yang mendapatkan penguatan dalam
penyelenggaraan SPM Bidang Kesehatan provinsi dan kabupaten/kota
capaian 100%
d. Indikator Persentase provinsi dengan anggaran kesehatan daerah dalam
APBD yang sesuai dengan prioritas nasional di bidang Kesehatan
capaian 100%
B. Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional(JKN)/Kartu
Indonesia Sehat (KIS)
a. Indikator Jumlah penduduk yang menjadi peserta Penerima Bantuan
luran (PBI) rnelalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/ Kartu Indonesia
Sehat (KIS) capaian 99,36%
b. Jumlah bahan kebijakan teknis pengembangan pembiayaan kesehatan
dan jaminan kesehatan capaian 100%
2. Realisasi Anggaran sebesar 98,11%, tidak terserap sebesar Rp 968,341,872
ada beberapa kegiatan yang tidak bisa direalisasikan dikarenakan penambahan
anggaran terjadi di akhir tahun dan adanya pandemi COVID-19 sehingga
kegiatan sulit terlaksana.
Laporan Kinera Sekretariat Jenderal Tahun 2020
148
3. Faktor Keberhasilan dan Permasalahan
Pada analisis atas capaian kinerja, faktor keberhasilan dan permasalahan yang
teridentifikasi adalah sebagai berikut:
Faktor keberhasilan
a) Kebijakan Langkah-Langkah Akhir Tahun Anggaran 2020
b) Arahan pimpinan yang jelas untuk proses pelaksanaan kegiatan.
c) Koordinasi yang baik antara unit satuan di lingkungan Setjen, Kemenkes
dan lintas sektor. Sebagai contoh bentuk koordinasi yang telah dilakukan,
di antaranya dalam bentuk rapat koordinasi.
d) Perencanaan kegiatan yang sudah terorganisir dengan baik, yaitu dengan
membuat time line kegiatan per bulannya untuk setiap kegiatan.
e) Komitmen pegawai di lingkungan Sekretariat Jenderal untuk pencapaian
kinerja tahun 2020.
f) Pengoptimalisasian sumber daya dalam penggunaan teknologi komunikasi.
Faktor penghambat /permasalahan
a) Kondisi pandemi COVID-19 yang menyebabkan kurang optimalnya proses
koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait.
b) Adanya pandemi COVID-19 yang menuntut perubahan pola penyelesaian
pekerjaan dengan fleksibilitas tempat dan metode penyelesaian pekerjaan
secara online/ daring.
c) Kegiatan Pimpinan yang dinamis dan membutuhkan respon cepat
terutama terkait upaya penanggulangan pandemi COVID-19 sehingga
perlu dilakukan revisi acara harian yang sudah tersusun dan koordinasi
dengan pihak-pihak terkait.
d) Pengurangan jumlah pegawai yang bertugas setiap harinya dikarenakan
adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta
kebijakan Work From Home (WFH) di masa pandemi COVID-19 yang
mewajibkan pembagian jadwal piket pegawai
2. TINDAK LANJUT
Dalam rangka perbaikan serta peningkatan kinerja pada tahun yang akan
datang, Sekretariat Jenderal akan:
1. Meningkatkan koordinasi internal lingkup Setjen/Kesehatan, lintas K/L/Sektor
dan pihak terkait lainnya dalam pencapaian target indikator kinerja.
2. Meningkatkan kompetensi SDM dan terus memotivasi seluruh pegawai agar
dapat bekerja lebih baik, lebih terarah dan lebih disiplin sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
Laporan Kinera Sekretariat Jenderal Tahun 2020
149
3. Melakukan monitoring secara berkala terkait progres pencapaian target
indikator kinerja beserta anggarannya, serta pembahasan
kendala/permasalahan dan solusi penyelesaiannya.