Post on 16-May-2021
LAPORAN KINERJA
BALAI PENGKAJIAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
NUSA TENGGARA BARAT
2017
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NTB
BADAN LITBANG PERTANIAN
2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
i
KATA PENGANTAR
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No.19/Permentan/OT.020/5/2017 tanggal 22 Mei 2017, BPTP
mempunyai tugas pokok melaksanakan pengkajian, perakitan,
pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
Instruksi Presiden RI No. 7 Tahun 1999 mengingatkan bahwa setiap
instansi pemerintah dalam melaksanakan Akuntabilitas Kinerja sebagai wujud
pertanggungjawaban terhadap pencapaian misi dan tujuan organisasi,
diwajibkan menyusun laporan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP).Penyusunan laporan ini berpedoman padaSistim
Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
135/Permentan/OT.140/12/2013. BPTP NTB menyusun Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini yang memuat kinerja BPTP NTB pada TA.
2017, dan merupakandokumen pelaporan yang memberikan informasi mengenai
capaiankinerja yang diperhitungkan atas dasar rencana kerja yang telah disusun
sebelumnya.
Ucapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian LAKIP ini. Disadari bahwa
LAKIP ini masih memerlukan penyempurnaan, oleh sebab itu saran dan kritikan
untuk penyempurnaan sangat diharapkanuntuk perbaikan dimasa mendatang.
Namun demikian,diharapkan semoga LAKIP iniberguna bagi semua pihak yang
membutuhkan dan memberi manfaat bagi penyelenggara kinerja BPTP NTB pada
masa yang akan datang.
Mataram, Januari 2018 Kepala Balai,
Dr. Ir. M. Saleh Mokhtar, MP
NIP. 19660707 199103 1 001
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Berdasarkansurat keputusan Menteri Pertanian Nomor:
350/Kpts/OT.210/6/2001,Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)diberi
tugas untuk melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP sebagai ujung tombak Badan Litbang Pertanian di daerah secara umum melaksanakan
penelitian/pengkajian komoditas pertanian, dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Berdasarkan Visi dan Misi, tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan Balai, terdapat 9 strategi utama yang ditempuh oleh BPTP untuk
melaksanakan tupoksinya. Sedangkan pengukuran tingkat capaian kinerja BPTP NTB Tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator
kinerja sasaran dengan realisasinya. Tahun 2017 merupakan tahun kedua pelaksanaanRencana Operasional
Kegiatan BPTP NTB 2015-2019.Secara umum tingkat capaian kinerja BPTP NTB
tahun 2017 menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan relatif telah tercapai walaupun masih terdapat kegiatan yang belum sepenuhnya terealisasi sesuai target. Dalam pencapaian sasaran tersebut, masih dijumpai beberapa kendala
yang secara aktif telah diupayakan untuk diperbaiki oleh seluruh jajaran BPTP NTB dengan mengoptimalkan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi serta sosialisasi peningkatan kapabilitas dan pembinaan program.
Dari kegiatan pengkajian dan diseminasi, sebagian besar terealisasi, kecuali untuk produksi benih yang akan terrealisasi menyebrang tahun, karena masih dalam pertanaman. Selain realisasi kegiatan Litkaji dan diseminasi,
capaian kinerja balai juga terlihat dari capaian realisasi belanja sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL), dimana untuk TA. 2017 relatif telah terpenuhi.Hingga akhir tahun 2017,
realisasi keuangan satker BPTP NTBmencapai Rp. 19.984.620.745 (73,16%) dari total pagu anggaran yang dialokasikan dalam DIPA TA. 2017 yaitu sebesar
Rp 27.316.064.000.Dari masing-masing jumlah belanja, realisasi anggaran belanja yang paling besar serapannya adalah belanja non operasional sebesar Rp.8.864.785.647, kemudian anggaran belanja pegawaisebesar Rp.
7.538.285.216, belanja modal Rp 2.229.421.154 dan anggaran belanja operasionalsebesar Rp.1.352.128.728.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
IKHTISAR EKSEKUTIF .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. v
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................... 1
1.2. Kedudukan Tugas dan Fungsi .............................................. 3
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja ...................................... 4
1.4. Sumberdaya Manusia .......................................................... 7
1.5. Dukungan Anggaran ........................................................... 11
II. PERENCANAAN KINERJA ................................................................. 12
2.1. Renstra Balai ..................................................................... 12
2.2. Kebijakan, Program dan Kegiatan BPTP NTB Tahun 2017 ...... 13
2.3. Rencana Kinerja Tahun 2017 .............................................. 17
2.3. Penetapan Kinerja Tahun 2017 ............................................ 18
III. AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................... 22
3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan ............................................... 22
3.2. Pencapaian Kinerja Keseluruhan .......................................... 23
3.3. Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Sasaran Kegiatan .................... 25
IV. PENUTUP ....................................................................................... 82
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
iv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1 Perkembangan Tenaga PNS BPTP NTB tahun 2013 – 2016 ...... 8
2 Perkembangan jabatan fungsional pada BPTP NTB dari tahun 2013-2017 ...........................................................................
9
3 Rencana Kinerja BPTP NTB 2017 …………………………......…………. 17
4 Penetapan Kinerja BPTP NTB Tahun 2017 .............................. 18
5 Alokasi Anggaran Berdasarkan Rencana Kinerja Tahun 2017..... 20
6 Tingkat Capaian Kinerja BPTP NTB Tahun 2017 ........................ 23
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
v
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1 Rencana Operasional Kegiatan Tahun 2015 s/d 2019 ............. 85
2 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 ........................................ 90
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintahan yang baik (good govermance) merupakan prasyarat bagi
setiap pemerintahan untuk mewujudkan tujuan serta cita-cita bangsa dan
negara. Dengan demikian diperlukan pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban yang jelas, terukur, transparan dan akuntabel untuk
lancarnyapenyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang sesuai
perundangan-undangan.
Upaya tersebut sejalan dengan Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998
tentang penyelenggaraan negara, dan telah ditindaklanjuti dengan Instruksi
Presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP). Terbitnya Inpres tersebut dimaksudkan untuk melaksanakan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban
instansi pemerintah dalam mencapai misi dan tujuan organisasi.
Badan litbang sebagai salah satu organisasi yang berada dalam lingkup
Kementerian Pertanian, dalam era globalisasi pembangunan pertanian yang
dinamis membutuhkan adanya inovasi. Sebagai lembaga penelitian dan
pengkajian teknologi pertanian, Badan LitbangPertanian mencoba memecahkan
permasalahan strategis tersebut melalui penelitian dan pengembangan inovasi
tepat guna spesifik lokasi.
BPTP sebagai ujung tombak Badan Litbang di daerah dalam
melaksanakan tugasnya, secara umum melaksanakan penelitian komoditas,
pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Secara khusus,
tujuan dibentuknya BPTP adalah: (1) Mengeksplorasi, mengidentifikasi,
meningkatkan manfaat sumber daya alam, sosial, dan potensi sumber daya
genetik spesifik lokasi; (2) Menghasilkan model pengembangan agribisnis
berbasis komoditas unggulan daerah, agroekosistem, dan atau wilayah didukung
inovasi teknologi tepat guna spesifik lokasi; (3) Menghasilkan dan
mendiseminasikan inovasi teknologi tepat guna spesifik lokasi untuk
meningkatkan efisiensi usaha dan daya saing produk pertanian unggulan daerah;
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
2
(4) Menghasilkan rekomendasi kebijakan sosial, ekonomi, dan rekayasa
kelembagaan dalam rangka mengembangkan usaha dan sistem agribisnis
unggulan daerah; (5) Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme sumberdaya
manusia BPTP NTB, dan ketersediaan sarana/prasarana serta budaya ethos kerja
tinggi, berhatinurani, berintegritas dan bermoral.
Program penelitian dan pengkajian pada dasarnya adalah program-
program penelitian terapan yang bersifat adaptif sampai kepada pengkajian SUT
dan agribisnis. Sebagian besar kegiatan tersebut dilaksanakan secara langsung
oleh petani di bawah bimbingan peneliti dan penyuluh pertanian. Dengan
demikian, program-program penelitian tersebut harus disesuaikan dan mudah
dikerjakan petani. Program penelitian ini bisa berupa introduksi teknologi baru,
modifikasi atau perbaikan dari teknologi yang sudah biasa dikerjakan oleh petani.
Strategi penyusunan program penelitian BPTP NTB bisa dikaji dari
aspek sumber teknologi yang akan diolah untuk keperluan petani atau pengguna
teknologi. Sumber yang bersifat “top-down” dihasilkan dari institusi penelitian
dan sumber-sumber teknologi lainnya. Sumber teknologi “bottom-up” merupakan
teknologi yang berasal dari petani berupa teknologi-teknologi konvensional,
tradisional, berupa “indigeneous technology”. Kedua sumber teknologi ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan demikian perlu
strategi khusus dalam meramu dan merakit teknologi dari kedua sumber
tersebut secara lebih tepat. Pada dasarnya teknik perakitan teknologi, uji-coba
dan pengkajian serta penyebar-luasan teknologi dalam bentuk yang sesuai
dengan kondisi petani merupakan kunci kesuksesan alih teknologi.
Untuk merealisasikan apa yang menjadi tugas dan fungsi tersebut di atas
perlu mengakomodir kebutuhan daerah yang merupakan mitra kerja utama dari
BPTP NTB, yang tercermin dalam Rencana Strategis Pemerintah Propinsi NTB,
dalam hal ini melalui Dinas Teknis terkait (pertanian, peternakan, perkebunan,
ketahananan pangan dan penyuluhan), juga harus mempertimbangkan Rencana
Strategis instansi vertikalnya (Badan Litbang Pertanian dan Rencana Aksi Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian) serta Rencana
Operasional BPTP NTBsendiri.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
3
Dalam mewujudkan tugas dan fungsinya, BPTP NTB dilengkapi dengan
perangkat organisasi yang dikukuhkan dengan Surat Keputusan Kepala Balai
Nomor 02/OT.10/I.12.17/01/2015 tanggal 02 Januari 2015 (Gambar 1). Dengan
perangkat organisasi ini diharapkan BPTP NTB dapat menjalankan tugas dan
fungsinya dengan baik yang tertuang dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja.
1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTB merupakan salah satu
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
yang berada di daerah. Secara administratif berada dalam koordinasi Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Berdasarkan surat keputusan
Menteri Pertanian Nomor : 350/Kpts/OT.210/6/2001, tanggal 14 Juni 2001, BPTP
mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi bagi semua komoditas pertanian, baik tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dengan teknologi yang
bersifatterapan (siap pakai) dengan mempertimbangkan optimasi produksi serta
pendapatan petani.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No.19/Permentan/OT.020/5/2017 tanggal 22 Mei 2017, BPTP mempunyai tugas
pokok melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugas pokok
tersebut, BPTP menyelenggarakan fungsi:a.)melaksanakan penyusunan program,
rencana kerja, anggaran, evaluasi dan laporan pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, b.)melaksanakan
inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi, c.)melaksanakan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi, d.)melaksanakan pengembangan teknologi pertanian
tepat guna spesifik lokasi, e.) Perakitan materi penyuluhan dan diseminasi hasil
pengkajian teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, f). Pelaksanaan
bimbingan teknis materi penyuluhan, dan diseminasi hasil pengkajian teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi, g) Penyiapan kerjasama, informasi,
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
4
dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian,
perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, h).
Pemberian pelayanan teknik pengkajian , perakitan dan pemgembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. i). Pelaksanaan urusan
kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BPTP
1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian 20/Permentan/OT.140/3/
2013tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,
BPTP dipimpin oleh seorang Kepala Balai setingkat Eselon IIIA, dibantu oleh 2
unit struktural setingkat Eselon IVA, yaitu Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi
Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian serta dilengkapi dengan Kelompok Jabatan
Fungsional.
Unit kerja Balai Pengkajian Pertanian (BPTP) NTB yang terkait secara
langsung atau berada di bawah pimpinan Kepala BPTP sesuai Peraturan
Menteri Pertanian No.19/Permentan/OT.020/5/2017 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, BPTP dipimpin oleh
seorang Kepala Balai setingkat Eselon IIIA, dibantu oleh 2 unit struktural
setingkat Eselon IVA, yaitu Sub Bagian Tata Usaha dan Seksi Kerjasama
dan Pelayanan Pengkajian serta dilengkapi dengan Kelompok Jabatan
Fungsional, dengan Struktur Organisasi seperti terlihat pada Gambar 1.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan balai juga dibantu oleh bagian Program
dan Evaluasi yang dipimpin oleh seorang koordinator yang memiliki
jabatan fungsional tertentu (peneliti/penyuluh).
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
5
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BPTP NTB
berdasarkan Permentan No.19/Permentan/OT.020/5/2017
Untuk mengakomodasikan berbagai kegiatan strategis, maka dibentuk
unit organisasi internal BPTP NTB mengacu pada SK Kepala Badan Litbang
Pertanian No.OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003, tentang Pembentukan
Kelembagaan Internal pada UK/UPT di Lingkungan Badan Litbang Pertanian.
Pembentukan unit kelembagaan internal BPTP NTB bertujuan menjabarkan
pembagian tugas dan tanggung jawab secara proporsional. Dalam rangka
mengoptimalkan tugas dan fungsi BPTP NTB maka ditetapkan Struktur
Organisasi, Personalia serta Uraian Tugas dan Tanggungjawab Personalia Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian NTB TA. 2018 sesuai dengan SK Kepala Balai
Nomor 02/OT.10/I.12.17/01/2015 tanggal 02 Januari 2017. Dalam SK tersebut
dibentuk Unit Program dan Evaluasi dan Kerjasama IPTEK untuk mengakomodasi
dan memfasilitasi penyusunan rencana kerja BPTP dan kerjasama IPTEK baik
dalam maupun luar negeri. Unit-unit kerja ini dijabarkan lebih lanjut menjadi sub
unit yang lebih kecil sesuai dengan bidang/urusan yang ditangani, seperti terlihat
pada Gambar 1.
KEPALA
SEKSI KERJASAMA DANPELAYANAN
PENGKAJIAN
SUBBAGIAN TATA USAHA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
6
KEPALA BALAI/KPA, MS
Ka. SUB BAG TU / P4
Ir. Moh. Sofyan Souri
KEPALA SEKSI KERJASAMA DAN
PELAYANAN PENGKAJIAN Dr. Ir. Sasongko W.R, M.Sc
KELJI SUMBERDAYA PERTANIAN
Dr. Ir. H.Ahmad Suriadi.M.Agr.Sc
KELJI BUDIDAYA PERTANIAN dan PETERNAKAN
Bq. Nurul Hidayah, SP, MP
KELJI PASCA PANEN dan
MEKANISASI
PERTANIAN Dr. Ulyatu
Fitrotin, SP.,MP
KELJI SOSIAL
EKONOMI PERTANIAN Dr.Ir.Yohanes
G.Bulu,M.Si
URUSAN
KEPEGAWAIAN
Rayunah, S.Pi
URUSAN
KEUANGAN
Dra.Sri Ruspandari
URUSAN UMUM I Pt. Cakra P.A,
SP.,MMA
KERJASAMA IPTEK
Drh. Luh Gde Sri Astiti
KEBUN PERCOBAAN
M Yahmin
UNIT PENGELOLA BENIH SUMBER
Sabar Untung, SP
LAB. DISEMINASI, VISITOR PLOT& PUSTAKA
Ir. Kaharudin
KOORDINATOR
PROGRAM& EVALUASI
Dr. Ir. Moh. Nazam, MSi
LABORATORIUM PENGUJIAN
Titin Sugianti, SP
Gambar 1. Bagan Struktur Organisasi BPTP NTB berdasarkan SK Kepala Balai No.
02/OT.10/I.12.17/01/2015 tanggal 02 Januari 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
7
1.4. Sumberdaya Manusia
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih,
Badan Litbang Pertanian khususnya BPTP NTB berkewajiban melaksanakan
kebijakan reformasi birokrasi yang telah diimplementasikan secara nasional baik
di lembaga-lembaga pemerintah maupun instansi pemerintah secara
berkelanjutan. Pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan
(organisasi), ketatalaksanaan (business process) dan sumberdaya manusia.
Untuk mendukung reformasi birokrasi tersebut, BPTP NTB telah
menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 mulai tanggal 27
September 2010 dan terakhir diperbaharui sesuai standar ISO 9001:2015 pada
September 2017. Sesuai dengan semangat reformasi dan perubahan birokrasi
setiap UK/UPT dituntut untuk memiliki standard performance sesuai standar
mutu dalam pelayanan terhadap masyarakat, konsisten dan komitmen terhadap
mutu pelayanan dan melaksanakan tugas dan fungsi organisasi dengan baik.
Dalam memenuhi hal tersebut, BPTP NTB memerlukan sistem manajemen mutu
dalam bidang pelayanan publik untuk memberikan pelayanan yang optimal
kepadastakeholders.
Reformasi birokrasi menuntut adanya perubahan kultur dalam bekerja,
salah satunya berupa disiplin kehadiran dengan mantaati jam kerja. Pelaksanaan
disiplin bagi pegawai negeri sipil mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 Pasal 3 butir 11 yang menyatakan bahwa setiap Pegawai Negeri
Sipil (PNS) wajib masuk kerja dan mentaati jam kerja.
Secara rinci komitmen Kementerian Pertanian terhadap reformasi dan
komitmen terhadap PP 53 tahun 2010 lebih detail disusun dalam Peraturan
Menteri Pertanian No. 06/PERMENTAN/OT.140/1/2010 tanggal 22 Januari 2010
tentang pedoman peningkatan disiplin pegawai. Pada intinya PNS sebagai abdi
Negara diharapkan dapat memiliki sikap, tindakan, dan perilaku yang dapat
menginisiasi terciptanya budaya kerja yang efisien, hemat, disiplin tinggi dan anti
KKN. Dengan budaya kerja yang tinggi dan lingkungan kerja yang kondusif serta
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
8
sumber daya PNS yang kompeten maka diharapkan dapat memberikan korelasi
positif terhadap pelayanan publik yang bersifat acceptable, applicable, dan
accountable yang pada akhirnya dapat menciptakan good and clean governance
sebagai tujuan akhir dari reformasi birokrasi. Selain hal tersebut prinsip
pengawasan dan pengendalian pelaksanaan dalam Permentan No.
06/PERMENTAN/OT.140/1/2010 menjelaskan tentang sistem pengawasan dan
pengendalian internal (obyektif, transparan, institusional), partisipatif
(melibatkan berbagai pihak terkait), berorientasi pembinaan (perbaikan sistem,
metode, perilaku), mengutamakan pendekatan reward dan punishment yang
bersifat edukatif.
Sampai dengan akhir Desember 2017, Pegawai Negeri Sipil (PNS) BPTP
NTB sebanyak 107 orang.Jumlah pegawai pada tahun 2017 berkurang 6orang
dibandingkan jumlah pegawai pada akhir tahun 2016 sebanyak 113 orang, hal
inikarena5 orang memasuki masa pensiun yaitu: Bapak Bahri, L. Rahup, Abdul
Gani, M Zairin (pensiun karena meninggal dunia) dan Ibu Siti Marlinda, dan 1
orang atas nama Dr.Ir.Awaludin Hippi, M,Si mendapat promosi sebagai Kelapa
BPTP Gorontalo terhitung sejak Agustus 2017.
Jumlah dan perkembangan PNS BPTP NTB berdasarkan tingkat
pendidikan, dan jumlah PNS berdasarkan pangkat, golongan dan jabatan
disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Perkembangan Tenaga PNS BPTP NTB tahun 2013 – 2016
No Tahun Pendidikan Jumlah
S3 S2 S1 S0 SLTA SLTP SD
1 2013 7 14 44 4 42 5 2 118
2 2014 8 15 42 5 39 5 2 116
3 2015 6 16 42 4 38 5 2 113
4 2016 9 15 44 4 32 6 2 113
5 2017 8 16 40 4 33 5 1 107
Sumber : Data Simprog BPTP NTB
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
9
Gambar 3. Keragaan Pegawai BPTP NTB
Berdasarkan Tingkat Pendidikan, 2017 Proporsi tenaga fungsional tertentu dan fungsional umum relatifsama.
Dari jumlah pegawai 107 orang, 3 orang merupakan pejabat struktural (Kepala
Balai, Kepala Sub Bagian Tata Usaha dan Kasie Kerjasama dan Pelayanan
Pengkajian). Pejabat fungsional 53 orang, terdiri atas 29 orang Peneliti, 20 orang
Penyuluh, 1 orang Pustakawan, 2 orang Arsiparis dan 1 orang Litkayasa.
Fungsional umum sebanyak 54 orang. Jumlah pejabat fungsional tertentu
berkurang sebanyak 2 orang, disebabkan karena meninggal dunia (Ir. M Zairin,
M.Si) dan mutasi sebagai Kepala BPTP Gorontalo (Dr.Ir. Awaludin Hippi, M.Si.).
Tabel 2. Perkembangan jabatan fungsional pada BPTP NTB dari tahun
2013-2017
No Jabatan Fungsional Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
1 Peneliti*) 30 23 27 31 29
2 Penyuluh**) 26 20 19 20 20
3 Pustakawan 2 2 2 1 1
4 Arsiparis 1 2 2 2 2
5 Litkayasa 1 1 1 1 1
Total 60 48 51 55 53
Sumber : Data Simprog BPTP NTB
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
10
Gambar 4. Keragaan Pegawai BPTP NTB Berdasarkan jabatan fungsional
dari tahun 2012 sampai dengan 2016
Berdasarkan jenjang jabatannya, jumlah pemangku jabatan untuk
masing jenjang jabatan di BPTP Nusa Tenggara Barat pada tahun 2017, adalah:
Peneliti Madya ( 5 orang), Peneliti Muda (10 orang), dan Peneliti Pertama (14
orang). Penyuluh Pertanian Madya (2 orang), Penyuluh Pertanian Muda (6
orang), dan Penyuluh Pertanian Pertama (12 orang), Pustakawan Penyelia (1
orang), Arsiparis Ahli Pertama (2 orang) serta Litkayasa Penyelia (1 orang).
Dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kompetensi pegawai BPTP
agar tetap selaras dengan kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sejumlah pegawai diikutsertakan dalam
berbagai kegiatan pendidikan, pelatihan maupun magang, yang biayanya
bersumber dari DIPA BPTP NTB, Program SMARTD, DIPA Badan Litbang
Pertanian, maupun kerjasama dengan pihak lain seperti ACIAR.
Sampai dengan akhir Desember 2017jumlah PNS yang sedang
melaksanakan tugas belajar sebanyak 3 orang, yang terdiri atas: pendidikan S3
di Australia (ACIAR) sebanyak 1 orang (Baiq Nurul Hidayah, SP.,M.Sc),
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
11
pendidikan S3 di Universitas Brawijaya Malang 1 orang (Awaludin, SP., M.Si), dan
pendidikan S2 di Universitas Gajah Mada 1 orang (Yurista Sulistiawati, SP.).
Selain itu terdapat 3 orang pegawai yang mengikuti pendidikan S2 atas biaya
sendiri di Universitas Mataram.
1.5. Dukungan Anggaran
Pagu awal BPTP NTB pada TA. 2017 adalah senilai Rp. 25.214.879.000.
Dalam perjalanan kegiatan di tahun anggaran 2017, terjadi 6 (enam) kali revisi
anggaran yaitu: 1) Penghematan anggaranpada akun perjalanan pada semua
kegiatan sebesar Rp.643,682,000,- sehingga pagu anggaran menjadi Rp.
24,571,197,000; 2) bloking pada kegiatan TTP sebesar Rp 624.823.000; 3) Buka
blokir kegiatan TTP sehingga pagu anggaran berkurang menjadi
Rp.23.946.374.000;4) Penambahan anggaran untuk alokasi perencanaan gedung
sebesar Rp. 215.000.000;5) bloking anggaran sebesar Rp. 1.346.177.000 pada
akun belanja barang dan perjalanan namun tidak mengubah pagu anggaran; 6)
revisi hibah luar negeri langsung senilai Rp 75.231.000. Dengan adanya 6
(enam) kali revisi tersebut, pagu anggaran BPTP NTB hingga akhirTA. 2017 yaitu
sebesar Rp. 24.236.605.000. Rincian pagu dan realisasi anggaran TA 2017 dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
12
II. PERENCANAAN KINERJA
2.1. Renstra Balai
Visi dan Misi
Dalam melaksanakan program-program yang diformulasikan dalam
Rencana Operasional Balai tahun 2015-2019 ini, maka visi BPTP NTB kedepan
adalah : Menjadi lembaga pengkajian pertanian terdepan di Nusa Tenggara Barat
untuk mewujudkan pertanian industrial berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal
dan berdaya saing tepat guna spesifik lokasi sesuai dinamika kebutuhan
masyarakat pertanian.
Sedangkan misi program penelitian/pengkajian BPTP NTB untuk
mewujudkan visi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Merancang, menghasilkan, dan mengembangkan inovasi pertanian spesifik
lokasi, serta rekomendasi opsi-opsi kebijakan pembangunan pertanian di
Provinsi Nusa Tenggara Barat sesuai dinamika kebutuhan masyarakat
pertanian.
2. Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan percepatan diseminasi inovasi
pertanian kepada para pengguna serta meningkatkan penjaringan umpan
balik inovasi pertanian.
3. Mengembangkan jaringan kerjasama local, nasional dan internasional dalam
rangka penguasaan IPTEK, pengembangan pusat data agribisnis pertanian di
daerah dan peningkatan peran BPTP NTB dalam pengembangan usaha dan
sistim agribisnis, ketahanan pangan serta kesejahteraan petani.
4. Mengembangkan kapasitas dan akuntabilitas BPTP NTB untuk menghasilkan
inovasi pertanian bermutu, memberikan pelayanan-pelayanan prima kepada
pengguna.
Tujuan dan Sasaran
Berdasarkan visi, misi balai pada program penelitian/pengkajian yang
tertuang dalam Rencana Operasional BPTP NTB, bertujuan untuk:
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
13
1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian unggulan spesifik
agroekosistem berdaya saing mendukung pertanian bio-industri sesuai
dinamika dan kebutuhan masyarakat pertanian.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian unggulan spesifik
agroekosistem untuk mendukung pengembangan iptek dan pembangunan
pertanian nasional.
3. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi BPTP NTB sebagai lembaga
pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik agroekosistem.
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari implementasi program-
program penelitian/pengkajian yang tertuang dalam Rencana Operasional BPTP
NTBadalah sebagai berikut:
1. Tersedianya VUB yang adaptif dan berdaya saing.
2. Tersedianya inovasi teknologi spesifik lokasi.
3. Tersedianya data dan informasi sumberdayapertanian (lahan, air, iklim dan
sumberdaya genetik).
4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian, kelembagaan dan
rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian.
5. Tersedia dan terdistribusinya produk inovasi pertanian (benih/bibit, peta,
data, dan informasi) dan materi transfer teknologi.
6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga
litbang pertanian yang handal dan terkemuka.
2.2. Kebijakan, Program dan Kegiatan BPTP NTB Tahun 2017
Sebagai UPT Badan Litbang Pertanian di daerah, BPTP NTB banyak
dipengaruhi oleh lingkungan di sekitar, baik lokal, regional, maupun nasional,
dan bahkan internasional, mengingat makin canggihnya komunikasi dan
transportasi di era globalisasi seperti sekarang ini. Beberapa isu strategis yang
terkait dengan tupoksi dan mandat BPTP NTB antara lain adalah sebagai berikut:
1. Produktivitas dan nilai tambah komoditas unggulan nasional dan daerah,
percepatan dan perluasan adopsi, kemasan hasil pengkajian untuk
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
14
penyusunan kebijakan, biaya input relatif mahal, akses benih, perubahan
iklim, ketahanan pangan di lahan marginal
2. Diseminasi hasil litkaji pertanian yang belum efektif, rendahnya nilai tukar
petani. tercapainya MDG’s untuk pengentasan kemiskinan
3. Era otonomi daerah memberikan peluang kabupaten/kota menentukan
sendiri program prioritas dan kebijakan-kebijakan, termasuk di sektor
pertanian, memerlukan sinergi program yang lebih baik.
4. Dinamika masyarakat di daerah dan makin canggihnya komunikasi dan arus
informasi membuka peluang makin berkembangnya kebutuhan masyarakat
akan teknologi pertanian.
Isu-isu strategis di atas membuka peluang, tantangan, dan bahkan
mungkin juga ancaman untuk pelaksanaan kegiatan pengkajian, perakitan
teknologi dan diseminasi yang menjadi mandat BPTP. Peluang, tantangan dan
ancaman tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Koordinasi dan komunikasi menjadi hal yang amat penting bagi BPTP dengan
stakeholder, terutama Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota. Hal ini menjadi
wahana kerjasama dan integrasi program pembangunan pertanian supaya
lebih efisien, efektif, dan terarah.
2. Kebutuhan teknologi di wilayah kerja BPTP NTB harus didasarkan atas
kebijakan nasional, daerah, dan kebutuhan pengguna teknologi (petani,
dunia usaha, dan masyarakat luas).
3. Dinamika global, regional, dan lokal menuntut penyediaan teknologi yang
lebih tepat.
4. Kerjasama dengan swasta dan luar negeri menjadi penting untuk memenuhi
kebutuhan teknologi dengan pendanaan APBN yang terbatas, alternatifnya
dengan sharing budget.
Berdasarkan Visi dan Misi, tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di
atas, strategi utama yang ditempuh oleh BPTP untuk melaksanakan tupoksinya
adalah :
1. Meningkatkan kapasitas SDM, sarana prasarana pengkajian dan diseminasi.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
15
2. Mengembangkan iklim dan budaya organisasi yang kondusif untuk
menghasilkan inovasi pertanian yang bermutu dan berdaya saing.
3. Mengembangkan sistem pengkajian yang berorientasi pada dampak untuk
pembangunan pertanian (Managing research’s impacts for Agricultural
Development).
4. Mengidentifikasi dan mengembangkan core businesses (Keunggulan) BPTP
NTB.
5. Membangun dan meningkatkan efektivitas kerjasama dengan Pemda
Provinsi dan Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, Swasta, Luar Negeri,
maupun fihak lain dalam rangka menggalang pendanaan.
6. Meningkatkan peran serta stakeholder dalam kegiatan pengkajian dan
diseminasi.
7. Meningkatkan efektivitas kerjasama dengan Puslitbang/BB/Balit nasional.
8. Menajamkan prioritas kegiatan dalam rangka efisiensi, efektifitas, namun
tetap dalam kerangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah digariskan.
9. Membangun dan mengembangkan sistem kompetisi dalam penetapan
proposal pengkajian dan diseminasi hasil-hasil pengkajian.
Mengacu pada kebijakan umum penelitian dan pengembangan pertanian
yang telah dirumuskan dalam Renstra Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian 2015 – 2019, maka BPTP menetapkan
kebijakan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian sebagai berikut:
1. Peningkatan fokus kegiatan dan capaian hasil pengkajian dan
pengembangan berorientasi pasar/ referensi konsumen berdasarkan pada
potensi sumberdaya wilayah
2. Peningkatan kuantitas/ kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi
inovasi pertanian
3. Penguatan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan pengkajian dan
pengembangan inovasi pertanian
4. Peningkatan efektivitas manajemen institusi
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
16
5. Peningkatan kapabilitas manajemen pengkajian dan diseminasi untuk
memperluas jejaring kerjasama.
Indikator Keberhasilan Capaian Kinerja
Indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan capaian kinerja
kegiatan yang dilakukan BPTP NTB adalah: masukan, keluaran, hasil, manfaat,
dan dampak. Indikator pencapaian tujuan adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif
yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan dengan memperhitungkan indikator masukan (input), keluaran
(output) dan hasil (outcome).
a. Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan
kegiatan dan program dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran
(output). Inputyang digunakan oleh BPTP NTB meliputi antara lain dana,
sumberdaya manusia (SDM) atau peneliti/penyuluh yang melaksanakan
kegiatan serta inovasi teknologi yang digunakan dalam pelaksanaan
pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian.
b. Keluaran(output)adalah produk yang merupakan hasil langsung dari
pelaksanaan suatu kegiatan atau program. Keluaran yang dihasilkan oleh
BPTP NTB umumnya berupa program/rencana, informasi/bahan diseminasi,
database, paket teknologi, maupun rekomendasi kebijakan yang akan
disampaikan pada stakeholder (Badan Litbang Pertanian, BBP2TP,
Lembaga/Instansi terkait dan petani).
c. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran kegiatan pada jangka menengah.Hasil yang diharapkan dari
masing-masing dari masing-masing kegiatan BPTP bergantung pada tujuan
yang ingin dicapai oleh masing-masing kegiatan tersebut.Hasil kegiatan dan
pengkajian serta diseminasi yang dihasilkan oleh BPTP NTB umumnya
dirasakan langsung oleh pengambil kebijakan maupun stakeholder lainnya.
d. Manfaat adalah kegunaan dari suatu keluaran yang dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat pengguna.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
17
e. Dampak adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau
kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap
indikator dalam suatu kegiatan.
2.3. Rencana Kinerja Tahun 2017
Sebagai lembaga pengkajian teknologi pertanian, pada tahun anggaran
2017 BPTP NTB telah mengusulkan beberapa kegiatan pengkajian dan
Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian. Perencanaan kegiatan Tahun 2017
tersebut mengacu pada RENSTRA Badan Litbang Pertanian dan BBP2TP, serta
Rencana Operasional BPTP NTB Tahun 2015-2019 (Lampiran 3) yaitu
berdasarkan8 (delapan) capaian sasaran strategis dan beberapa indikator
kinerjanya (Tabel 3).
Tabel 3. Rencana Kinerja BPTP NTB Tahun 2017
Sasaran Strategis IndikatorKinerja Target
(1) (2) (3)
1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas strategis
3 teknologi
Jumlah teknologi spesifik lokasi
komoditas lainnya
2. Tersedianya
ModelPengembangan lnovasiTeknologi
Pertanian Bioindustri
Jumlah Model Pengembangan
lnovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi
2 model
3. Terdiseminasikannya
inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi komoditas
strategis yang terdiseminasi ke pengguna
3 teknologi
Jumlah teknologi komoditas lainnya yang terdiseminasi ke
pengguna
4. Tersedianya benih sumbermendukung sistemperbenihan
Jumlah Produksi Benih Sumber : Padi Jagung
Kedelai Bawang Merah
64,45 ton 35,45 ton 18 ton
11 ton 50 kg
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
18
5. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan pembangunan
pertanian
Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
1 rekomendasi
6. Tersedianya Taman Teknologi Pertanian
Jumlah kabupaten lokasi TTP 1 kabupaten
7. Dihasilkannya sinergilayanan internal
pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul
spesifik lokasi
Jumlah layanan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi
teknologi pertanian
6 Layanan 12 bulan
8. Tersedianya
sumberdaya genetik yang terkonservasi dan
terdokumentasi
Jumlah aksesi sumberdaya
genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi
5aksesi
Perencanaan kegiatan tersebut kemudian akan dicapai melalui beberapa
judul kegiatan pengkajian dan kegiatan diseminasi serta manajemen yang terdiri
dari 8 RPTP, 16 RDHP, serta 2 RKTM. Lokasi kegiatan tersebut tersebar di 10
(sepuluh) kabupaten/kota di NTB.
2.4. Penetapan Kinerja Tahun 2017
Berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari BPTP NTB dan anggaran yang
telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja Anggaran Kementrian dan Lembaga
(RKA-KL) pada tahun 2017,BPTP NTB telah mengimplementasikan program
pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian
melaluibeberapa kegiatan utama. Kegiatan utama tersebut dicapai melalui
beberapa kegiatan seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Penetapan Kinerja BPTP NTB Tahun 2017
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
(1) (2) (3)
1. Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas strategis
3 teknologi
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
19
Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas lainnya
2. Tersedianya Model Pengembangan lnovasi
Teknologi Pertanian Bioindustri
Jumlah Model Pengembangan lnovasi Pertanian Bioindustri
Spesifik Lokasi
2 model
3. Terdiseminasikannya inovasi teknologi
pertanian spesifik lokasi
Jumlah teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke
pengguna
3 teknologi
Jumlah teknologi komoditas lainnya yang terdiseminasi ke pengguna
4. Tersedianya benih sumber mendukung
sistem perbenihan
Jumlah Produksi Benih Sumber : Padi
Jagung Kedelai Bawang Merah
64,45 ton 35,45 ton
18 ton 11 ton 50 kg
5. Dihasilkannya rumusan
rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian
Jumlah rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian
1 rekomendasi
6. Tersedianya Taman Teknologi Pertanian
Jumlah kabupaten lokasi TTP 1 kabupaten
7. Dihasilkannya sinergi layanan internal
pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul
spesifik lokasi
Jumlah layanan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi
teknologi pertanian
6 Layanan 12 bulan
8. Tersedianya sumberdaya genetik yang terkonservasi dan
terdokumentasi
Jumlah aksesi sumberdaya genetik yang terkonservasi dan terdokumentasi
5 aksesi
Selanjutnya masing-masing kegiatan utama tersebut dicapai melalui
beberapa judul kegiatan.Adapun masing-masing judul kegiatan dan alokasi
anggarannya untuk rencana kinerja tahun 2017.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
20
Tabel 5. Alokasi Anggaran Berdasarkan Rencana Kinerja Tahun2017
No Kegiatan Utama
Judul Kegiatan Anggaran (Rp.000)
(1) (2) (3) (4)
1. Pengkajian
teknologi spesifik lokasi
1. Kajian Sistem Usaha Pertanian
Integrasi Tebu dan Ternak Sapi Mendukung Kawasan Perkebunan Tebu di Kabupaten Dompu
192.250
2. Model Penyediaan Pakan Ternak Ruminansia Mendukung Pengembangan Kawasan
Peternakan di NTB
176.750
3. Model Peningkatan
Produktivitas Padi dan Kedelei Melalui Konservasi Air dan Manajemen Pemupukan di
Pulau Lombok
120.500
Teknologi
Spesifik Lokasi Komoditas Lainnya
2. Model Pengembangan Inovasi
Pertanian Bioindustri
Spesifik Lokasi
1. Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis Kawasan Integrasi Tanaman Ternak Di Provinsi NTB
196.000
3. Teknologi komoditas
strategis yang terdiseminasi ke pengguna
1. Peningkatan Komunikasi, Koordinasi, Dan Diseminasi Inovasi
Pertanian Di Nusa Tenggara Barat
243.500
2. Diseminasi/Advokasi Inovasi
Pertanian 900.521
3. Pengembangan Taman Agroinovasi Dan Agrimart Di NTB
97.000
4. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan
270.714
5. Pendampingan Dan Dukungan
Teknologi Upsus Komoditas Strategis Kementan
529.000
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
21
6. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Hortikultura Komoditas Cabai,
Bawang Merah
98.786
7. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan
182.280
8. Dukungan Inovasi Pertanian untuk
Peningkatan IP Padi, Jagung & kedele
333.000
9. Pendampingan Pola Tanaman Tanaman Pangan Di NTB
72.000
4. Produksi Benih Sumber
Perbenihan Padi,Jagung,dan Kedelai
1.213.800
5. Taman Teknologi
Pertanian (TTP)
Taman Teknologi Pertanian Lahan kering Iklim Kering Poto Tano KSB
1.678.100
6. Rekomendasi
Kebijakan Pembangunan Pertanian
Wilayah
Analisis Kebijakan 60.000
7. Dukungan Manajemen Pengkajian
dan Percepatan Diseminasi
Inovasi Teknologi
Pertanian
1. Pendayagunaan Hasil Litkaji dan Pengelolaan Instalasi Pengkajian
209.000
1. Pengelolaan Manajemen Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat
10.827.701
8. Aksesi sumberdaya
genetik yang terkonservasi dan
terdokumentasi
1. Pengelolaan SDG Tanaman Pisang dan Padi local di Pulau Lombok
72.000
kebutuhan daerah, Renstra Badan Litbang
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
22
III. AKUNTABILITAS KINERJA
Berdasarkan Rencana Operasional Kegiatan Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian NTB Tahun 2015 – 2019, BPTP NTB pada tahun 2017 telah ditetapkan
8 (delapan) sasaran utama yang akan dicapai. Pencapaian kinerja yang terlihat
dari realisasi hingga akhir tahun 2017 menunjukkan bahwa sebagian besar
kegiatan telah tercapai dengan baik.
3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan
Perjanjian Kinerja merupakan salah satu acuan standar kinerja Balai dalam
menyelenggarakan fungsi dan tugas pokoknya. Dengan demikian hasil
pengukuran kinerja sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan
mampu memberi gambaran kinerja penyelenggaraan kegiatan BPTP NTB di
Tahun 2017. Pengukuran tingkat capaian kinerja Balai PengkajianTeknologi
Pertanian (BPTP) NTB Tahun 2017 dilakukan dengan cara membandingkan
antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya. Untuk mengukur
tingkat capaian kinerja Tahun 2017, maka digunakan scoring yang
mengelompokkan capaian kinerja ke dalam 4 (empat) kategori kinerja, yaitu: 1)
sangat berhasil (capaian kinerja >100%);2) berhasil (capaian kinerja 80% -
100%);3)cukup berhasil (capaian kinerja 60% - <80%); dan 4) kurang berhasil
(capaian kinerja <60%) terhadap sasaran yang telah ditetapkan Balai.
Indikator kinerja yang diukur untuk melihat capaian kinerja bersumber dari
dua jenis indikator yaitu indikator proses/aktivitas (lead indicator) dan indikator
output/outcome (lag indicator). Indikator proses/aktivitas (lead indicator),
merupakan indikator yang pencapaiannya ada dibawah kendali organisasi/Balai.
Sedangkan indikator output/outcome (lag indicator) merupakan indikator yang
pencapaiannya diluar kendali organisasi/Balai. Berdasarkan ketentuan pada
Peraturan Menteri Keuangan nomor 196/PMK.02/2015 tentang perubahan atas
peraturan mentri keuangan nomor 143/PMK.02/2015 tentang petunjuk
penyusunan dan penelaahan rencana kerja dan anggaran kementerian
negara/lembaga dan pengesahan daftar isian pelaksanaan anggaran, dimana
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
23
pada jenjang eselon I dan eselon II menggunakan jenis indikator
output/outcome. Berdasarkan penjabaran tersebut, maka indikator kinerja yang
diukur untuk melihat capaian kinerja BPTP menggunakan lag indicator.
3.2. Pencapaian Kinerja Keseluruhan
BPTP NTB mengacu pada renstra badan litbang pertanian dan BBP2TP
tahun 2015 – 2019, menetapkan standar kinerja pada awal tahun 2017. Standar
kinerja tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kinerja (PK) BPTP
NTB yang telah ditandatangani oleh Kepala BBP2TP. Sejalan dengan perjalanan
waktu, terdapat revisi Perjanjian Kinerja (PK) BPTP NTB terkait dengan anggaran
kegiatan. Perjanjian Kinerja tersebut berisikan sasaran strategis, Indikator
Kinerja Sasaran Strategis (IKSS), serta target kinerja yang akan dicapai dalam
Tahun 2017.
Penilaian evaluasi kinerja tidak hanya menganalisis perbandingan antara
target dengan realisasi kinerja, selain itu juga akan mencari permasalahan atas
pencapaian kinerja yang belum memenuhi standar yang telah ditargetkan Balai.
Mempelajari capaian kinerja tahun sebelumnya dengan tahun 2017 dilakukan
sebagai salah satu upaya dalam memperbaiki kinerja Balai, dengan harapan
terjadi peningkatan kinerja yang berkesinambungan. Rincian tingkat pencapaian
kinerja BPTP NTB Tahun 2017dari masing-masing indikator sasaran tersebut
disajikan dalam table 6.
Tabel 6. Tingkat Capaian Kinerja BPTP NTB Tahun 2017
No Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target 2017 Capaian 2017 %
Capaian Kategori
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Tersedianya teknologi pertanian
spesifik lokasi
Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas
strategis
3 Teknologi 3 teknologi 100 Berhasil
Jumlah teknologi
spesifik lokasi komoditas lainnya
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
24
2. Tersedianya Model Pengembang
an lnovasi Teknologi Pertanian Bioindustri
Jumlah Model Pengembangan lnovasi Pertanian
Bioindustri Spesifik Lokasi
2 Model
2 Model
100 Berhasil
3. Terdiseminasi
kannya inovasi teknologi pertanian
spesifik lokasi
Jumlah teknologi
komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna
3 Teknologi 6 teknologi 167 Sangat
Berhasil
Jumlah teknologi komoditas
lainnya yang terdiseminasi ke pengguna
1 teknologi 100 Berhasil
4. Tersedianya benih sumber
mendukung system perbenihan
Jumlah Produksi Benih Sumber :
Padi Jagung Kedelai Bawang Merah
(TSS)
64,45 ton
35,45 ton 18 ton 11 ton 50 kg
2 9,13Ton
22,64 ton 15,5 ton
5 ton 7,2 kg
45,16 Cukup Berhasil
5. Tersedianya Taman Teknologi Pertanian
Jumlah Kabupaten lokasi TTP
1 Kabupaten 1 Kabupaten 100 Berhasil
6. Dihasilkannya rurnusan rekomendasi
kebijakan mendukung desentralisasi rencana aksi
(Decentralized Action Plan/DAP)
Jumlah rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian wilayah
1 Rekomendasi 1 Rekomendasi 100 Berhasil
7. Dihasilkannya sinergi
operasional serta terciptanya manajemen
pengkajian dan pengem-bangan
inovasi pertanian unggul spesifi k lokasi
Jumlah layanan pengkajian dan
percepatan diseminasi inovasi teknologi pertanian
12 Bulan 12 Bulan 100 Berhasil
8. Dihasilkannya
Sekolah Lapang Kedaulatan Pangan
Mendukung
Jumlah Sekolah
Lapang Kedaulatan Pangan Mendukung
Swasembada
1 Provinsi 1 Provinsi 100 Berhasil
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
25
Swasembada Pangan Terintegrasi
Desa Mandiri Benih
Pangan
Berdasarkan pengukuran kinerja yang dilakukan, pencapaian kinerja
BPTP NTB Tahun 2017 masuk dalam kategori berhasil. Secara umum tingkat
capaian kinerja BPTP NTB TA. 2017 menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan
balai sebagian besar telah tercapai bahkan tingkat capaian beberapa kegiatan
melebihi target yang sudah ditentukan dalam tahun berjalan. Namun demikian,
masih terdapatcapaian beberapa kegiatan yang masih tergolong rendah.
Kegiatan dimaksud antara lain adalah kegiatan produksi benih sumber
diantaranya produksi benih sumber padi, jagung, kedelai, dan bawang putih.
Apabila dibandingkan tingkat capaian kinerja antara capaian kinerja kegiatan
tahun 2017 dengan tahun sebelumnya, secara umum mengalami perbaikan,
namun terdapat beberapa kegiatan yang outputnya berbeda dengan tahun
sebelumnya, dan terdapat kegiatan/output baru pada tahun 2017.
3.3. Evaluasi Kinerja Untuk Setiap Sasaran Kegiatan
Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2017Balai Pengkajian
Teknologi PertanianNTB dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sasaran 1 : Tersedianya teknologi pertanian spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan dua indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah inovasi teknologi spesifik lokasi komoditass strategis (teknologi)
3 3 100
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
26
Indikator kinerja sasaran 1 dicapai melalui 1 indikator kinerja yaitujumlah
teknologi spesifik lokasi dengan target 3teknologi. Target inidapat terealisasi
sebanyak 3 teknologi atau sebesar 100%. Kegiatan tersebut berasal dari
kegiatan pengkajian dalam DIPA 2017. Adapun output dari kegiatan DIPA
tersebut adalah :
1). Teknologi Budidaya Tebu Sistem Tanam Juring tunggal dan ganda.
Teknologi ini dihasilkan dari Kajian sistem usaha pertanian integrasi tebu
dan ternak sapi mendukung kawasan perkebunan tebu di Kabupaten
Dompu.Kegiatan ini dilakukan pada agroekosistem lahan kering dataran
rendah berbasis tanaman perkebunan (tebu) di Kecamatan Pekat
Kabupaten Dompu.
Pelaksanaan kegiata pada luasan 5 ha (rawat ratoon) dan terintegrasi
dengan demplot untuk kelompok peternak penggemukan sapi.
Paket teknologinya sebagai berikut :
1). Penerapan sistem tanam juring ganda bibit tunggal PKP 130/70 cm
menggunakan pupuk 840 kg NPK phonska + 560 kg ZA + 5 ton kompos
per ha, mampu meningkatkan populasi 30%.
2). Penerapan sistem tanam juring ganda bibit ganda PK 170/70 cm
menggunakan pupuk 1.416 kg NPK phonska + 1.180 kg ZA +5 ton
kompos per ha, mampu meningkatkan populasi 116% dari sistem juring
tunggal. Brik tebu 19,6% -19,8% (rendemen 8,8% - 8,9%) dengan
potensi provitas juring ganda 120 ton -130 ton per ha lebih tinggi
dibandingkan juring tunggal 90 ton per ha.
Selain 1 paket teknologi tersebut, juga menghasilkan 2 model integrasi
yaitu 1). Model integrasi tebu sistem tanam juring tunggal dengan ternak
sapi pembiakan pada kandang individu; 2). Model integrasi tebu sistem
tanam juring ganda bibit tunggal dengan ternak sapi pembiakan pada
kandang individu.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
27
Pertanaman Tebu dan
kegiatan panen bersama stakeholder
Kegiatan integrasi tebu dan sapi serta olahannya
Media Informasi Model Integrasi Tebu dan Ternak Sapi
2). Teknologi Penyediaan Pakan Ternak Ruminansia
Teknologi ini dihasilkan dari Kajian Model Penyediaan Pakan Ternak
Ruminansia Mendukung Kawasan Peternakan Di NTB.Kegiatan
pengkajian ini dilaksanakan di Kabupaten Lombok Utara seluas 1 ha,
Kabupaten Lombok Barat 1 ha, dan Kabupaten Sumbawa Barat 2 ha.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini juga merancang model
pengembangan integrasi dan atau tumpangsari tanaman pakan dengan
tanaman pangan di lahan sawah dan lahan kering untuk meningkatkan
jumlah dan mutu pakan dan merancang model penyediaan pakan kering
untuk memperpanjang waktu ketersediaan pakan berkualitas sepanjang
tahun.
Dari hasil kegiatan tersebut, model integrasi hijauan tanaman pakan
pada lahan sawah dan lahan kering dapat meningkatkan produksi dan
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
28
kualitas biomas per satuan unit lahan selanjutnya meningkatkan kualitas
dan atau jumlah ternak yang dapat dipelihara per satuan unit lahan.
Sedangkan pemberian pakan kering pada sapi, terbukti tidak
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ternak.
Hijauan pakan ternak pada tanaman palawija
sebagai pakan ternak sapi Pemberian pakan pada sapi
di kandang intensif
3).Teknologi Peningkatan Produktivitas Padi dan Kedelai Melalui Konservasi Air
dan Manajemen Pemupukan di Pulau Lombok.
Kegiatan pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Lombok Tengah, Pulau
Lombok yaitu padasalah satu DAS Jangkok DI Jurang sate hulu bagian
hilir.
Peningkatan produktivitas padi pada berbagai metode olah tanah
mendukung konservasi air, menggunakan 3 (tiga) perlakuan yaitu Tanpa
Olah Tanah (TOT), Olah Tanah Minimum (OTM), dan Olah Tanah
Sempurna (OTS). Sedangkan untuk peningkatan produktivitas kedelai
menggunakan paket teknoloogi :
Benih bermutu varietas Anjasmoro sebanyak 50 kg/ha
TOT (Tanpa Olah Tanah)
Benih ditugal (2/3 biji/lubang), yaitu ditanam 2 hari setalah panen
padi dengan jarak tanam 40 cm antar baris dan 15 cm dalam barisan
Pemberian Biourin/pupuk organic cair
Pemupukan dan Pengendalian OPT terpadudilakukan sesuai
kebutuhan tanaman
Pengairan sesuai kebutuhan
Panen tepat waktu dan segera dikeringkan
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
29
Kegiatan peningkatan
produktivitas kedelai di lapangan
Media Informasi salah satunya berupa leaflet
Sasaran 2 : Tersedianya Model Pengembangan lnovasi Teknologi
Pertanian Bioindustri
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satuindikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah Model Pengembangan lnovasi Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi
2 model 2 model 100
Indikator kinerja”jumlah model pengembangan inovasi pertanian
Bioindustri Spesifik lokasi” menghasilkan output berupa dua model yang dicapai
melalui 1 (satu) kegiatan pada 2 (dua) lokasi. Adapun output dari kegiatan DIPA
tersebut adalah :
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
30
1. Model sistem pertanian bioindustri berkelanjutan lahan kering beriklim kering
di kabupaten Sumbawa dihasilkan dari kegiatan ModelPertanian-Bioindustri
Berbasis Kawasan Integrasi Tanaman Ternak pada Pertanian Lahan Kering
Beriklim Kering di NTB.
Kegiatan dilaksanakan di Desa Labangka Kabupaten Sumbawa, dengan
melibatkan 2 kelompok tani (jumlah anggota sebanyak 58 orang) dan
total luas areal lahan usahatani jagungseluas100 ha, serta Jumlah ternak
sapi sebanyak 152 ekor.
Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya perbaikan teknologi budidaya
jagung yang di relay dengan tanaman kacang-kacangan (kacang hijau
dan kacang tanah), pemeliharaan ternak sapi secara intensif
dikandangkan dan pemberian pakan legume pohon serta sisa tanaman
pangan, pemeliharaan ayam KUB, pengelolaan limbah ternak sapi
menjadi pupuk cair bio-urin serta mengaplikasikannya pada tanaman
kacang-kacangan dan sayuran.
Hasil pupuk cair biourine, sementara ini belum dikomersialkan oleh
petanidikarenakan akan digunakan oleh anggota di 2 kelompok untuk
meminimalisir penggunaan pupuk anorganik, dan memperkenalkan pada
kelompok lainnya di sekitar lokasi kegiatan.
Model Sistem Pertanian Bioindustri Berkelanjutan Berbasis Usahatani
Jagung Pada Lahan Kering Beriklim Kering Di Nusa Tenggara
Baratdilahan kering adalah sebagai berikut:
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
31
Salah satu produk olahan dari system integrasi tanaman ternak
PRODUK PUPUK ORGANIK CAIR BIO URINE
PENAMPUNGAN URIN SAPI
PROSES PERMENTASI
TANAMAN PANGAN: (Jagung, Kac. Tanah,
dan Kac. Hijau
KON SUMEN
BIOMASSA TANAMAN PANGAN
TEKNOLOGI POLA
TANAM TANAMAN PANGAN
TERNAK SAPI (Penggemukan
dan Pembiakan)
PAKAN OLAHAN
LIMBAH TERNAK (Kotoran, Urine, dan Sisa Pakan
INPUT DAN
ENERGI
PUPUK KOMPOS BIOURINE
BIOGASS
PENGOLAHAN HASIL
PAKAN AYAM
PRODUK MAKANAN OLAHAN
PENDAPATAN
MENINGKAT
PERTANIAN BIOINDUSTRI BERKELANJUTAN
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
32
2. Model Bioindustri Berbasis Kawasan Integrasi Tanaman Ternak Di Lombok,
NTB, dihasilkandari kegiatan Model Pertanian-Bioindustri Berbasis Kawasan
Integrasi Tanaman Ternak.
Kegiatan dilaksanakan di Desa Setanggor dan Tanak Rarang, Kecamatan
Praya Barat, Lombok Tengah. Luas lahan kegiatan untuk lahan sawah
sebesar 699 ha terdiri atas : Irigasi Teknis 224 ha, Setengah Teknis 210
ha, dan Tadah Hujan 265 ha,serta ternak sapi 1.515 ekor).
Indikator model pada model pengembangan pertanian bioindustri
berbasis kawasan integrasi tanaman-ternak adalah:
Pada subsistem hulu: sinergisme kelembagaan sistem perbenihan
padi dan ternak, kios saprodi, kelembagaan jasa alsintan dan
kelompoktani dalam penyediaan sarana produksi pertanian, tenaga kerja
dan jasa alsintan.
Pada subsistem usahatani(on farm): penerapan teknologi unggulan
pada usahatani padi dan ternak, meliputi: (a) perluasan adopsi sistem
tanam jajar legowo 2:1, (b) perluasan adopsi penggunaan benih varietas
unggul baru Balitbangtan antara lain: Inpari-3, Inpari-22, Inpari-30,
Inpari-31, Inpari-32 dan Inpari 33; (c) perluasan adopsi aplikasi
penggunaan kompos dan biourine pada tanaman dan tanaman
Komoditas yang didiseminasikan : a). Jagung c).Ternak Sapi b). Kacang hijau d).Hijauhan pakan ternak e). Kacang tanah
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
33
pekarangan; (d) peningkatan indeks pertanaman pada lahan sawah
tadah hujan dari 100 menjadi 200-300 melalui optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya air dengan sistem pompanisasi; (e) mengembangkan sistem
kandang ternak sapi terintegrasi dengan pengelolaan limbah, (f)
pengawalan pemanfaatan instalasi biogas skala rumah tangga.
Pada sub sistem hilir: sinergitas antara petani, kelompoktani,
gapoktan, pedagang antara dan RMU yang berimplikasi pada: (a)
peningkatan harga jual produk utama, (b) peningkatan kualitas beras,
(c) berkembangnya pengolahan pangan berbahan lokal sebagai sumber
pendapatan masyarakat; (d) berkembangnya sistem pengolahan limbah
ternak; (e) terbangunnya sinergitas antara kelompoktani, instansi
pemerintah dan swasta dalam pemanfaatan dan pemasaran produk
utama dan produk olahan limbah pertanian.
Integrasi tanaman ternak: (a) penerapan inovasi pemanfaatan
limbah tanaman sebagai pakan ternak, (b) aplikasi kompos pada
tanaman padi sebanyak 2 t ha-1, (c) aplikasi biourine pada tanaman padi
90 lt ha-1, dan (d) optimalisasi pemanfaatan pematang sawah sebagai
sumber pakan ternak dengan penanaman rumput unggul dan tanaman
turi; (e) aplikasi kompos dan biourine pada tanaman pekarangan, (c)
aplikasi kompos dan biourine pada tanaman jagung;
Model bioindustri alternatif untuk dikembangkan di lokasi kajian:
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
34
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
35
Sasaran 3 : Terdiseminasikannya inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 1 (satu)indikator
kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah teknologi komoditas
strategis yang terdiseminasi ke pengguna
3 teknologi 6 teknologi 200
Jumlah teknologi komoditas lainnya yang
terdiseminasi ke pengguna
1 teknologi 100
Sasaran ketiga yang ditargetkan dalam Tahun 2017 yaitu jumlah
teknologi komoditas strategis yang terdiseminasi ke pengguna dicapai melalui 2
indikator kinerja, yaitu 1) Jumlah teknologi komoditas strategis yang
terdiseminasi ke pengguna; 2) Jumlah teknologi komoditas lainnya yang
terdiseminasi ke pengguna.
Capaian indikator kinerja yang pertama telahmendiseminasikan 6
teknologi komoditas strategis ke penggunamelalui 12kegiatan pendampingan
dan diseminasi. Adapun output tersebut sebagai berikut:
1). Teknologi budidaya padi dengan pendekatan PTT
Teknologi yang didiseminasikan yaitu 1) Interval waktu olah tanah >7 hari;
2) Varietas anjuran; 3) Benih bermutu; 4) Bibit muda <21 hari; 5) Bibit per
rumpun 1-3 batang; 6) Tanam dengan Jajar Legowo; 7) Penggunaan bahan
organic; 8) Pemupukan rekomendasi BPTP; 9) Kesesuaian hama dengan
pestisida; 10) Kesesuaian penyakit dengan pest; 11) Pengelolaan air secara
efisien; 12) Panen tepat waktu.
Teknologi ini didiseminasikan melalui beberapa kegiatan pendampingan padi
spesifik lokasi, diantaranya yaitu pada kegiatan pendampingan kawasan
padi, denfarm padi pada kegiatan UPSUS Pajale, peningkatan IP padi, visitor
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
36
plot usahatani lahan sempit kebun BPTP, pengembangan pola tanam
tanaman pangan, sekolah lapang mandiri benih padi.
Pendampingan Kawasan Padi di NTB
Kegiatan diseminasi teknologi ini meliputi 10 Kabupaten/Kota di NTB,
Diseminasi teknologi ini bertujuan untuk memberikan contoh nyata
penerapan teknologi PTT padi pada petani.
Kegiatan pendampingan cukup efektif meningkatkan adopsi komponen
teknologi PTT yang tercermin pada hasil panen. Hal ini nampak dari
adopsi komponen teknologi setelah pendampingan mencapai 75,21%
dengan hasil rata-rata padi sebesar 6,73ton/ha, sedangkan adopsi
komponen teknologi sebelum pendampingan sebesar 56,26 % hasil padi
rata-rata hanya mencapai 5,95ton/ha atau terjadi kenaikan hasil sebesar
0,78 % dan peningkatan komponen teknologi sebesar 18,95% dibanding
petani non kawasan pada musim yang sama.
Adopsi 12 komponen teknologi PTT sebagai indikator keberhasilan
pendampingan meningkat dari 56,26% sebelum pelaksanaan kegiatan
pendampingan, menjadi 75,21% setelah pendampingan (meningkat
18,95%). Hal ini menunjukkan bahwa pendampingan telah berhasil
meningkatkan adopsi komponen teknologi.
Dari 12 komponen teknologi tersebut, terdapat 6 komponen teknologi
PTT padi yang diadopsi petani secara meluas sebagai hasil
pendampingan yaitu : pengolahan tanah > 7 hari; penggunaan benih
bermutu; penanaman bibit 1-3 batang/rumpun, penataan tanaman
dengan jajar legowo; pengendalian hama sesuai anjuran; dan panen
tepat waktu
Tercatat 4 komponen teknologi PTT yang perlu menjadi prioritas sebagai
materi penyuluhan pada pendampingan pengembangan kawasan padi
selanjutnya karena tingkat adopsi yang masih rendah tetapi sangat
berpengaruh terhadap hasil padi yaitu penggunaan pupuk organik;
penggunaan varietas anjuran, pemupukan berdasarkan rekomendasi,
dan pengelolaan air.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
37
Metode diseminasi teknologi yaitu dengan cara mendistribusikan buku
"Jajar Legowo Super" sebanyak 500 eksemplar.
Pendampingan dan Dukungan Teknologi UPSUS Komoditas
Strategis Kementan.
Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi budidaya padi,
jagung, kedelai dengan pendekatan PTT.
Kegiatan dilakukan di 10 Kabupaten/Kota di NTB.
Kegiatan Demfarm dan Demplot Varietas Unggul Baru (VUB) Padi,
Jagung dan Kedelai dilaksanakan di 4 (empat) Kabupaten/Kota di NTB
yakni Lombok Barat, Sumbawa, Dompu, dan Kota Bima.
Kegiatan Demplot PTT Padi di Kabupaten Lombok Barat dilaksanakan di
Kelompok Tani Sumber Makmur, Desa Rumak, Kecamatan Kediri,
Kabupaten Lombok Barat. Total luas lahan untuk demfarm PTT Padi
adalah 5 ha. Varietas dan rata-rata provitas yang ditanam adalah Inpari-
7 (7,1 t/ha), Inpari-30 Ciherang Sub-1 (5,1 t/ha), Inpari-31 (?), Inpari-32
(7,7 t/ha) dan Inpari 33 (6,2 t/ha).
Kegiatan Demfarm dan Demplot Jagung Varietas Bima 20 URI
dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa dan Dompu denganluasan 30 ha
pada 4 kelompok tani dengan rata-rata provitas masing-masing, yakni:
Kelompok Tani Ni Hayil Desa Labuan Kuris Kecamatan Lape (8,4 t/ha),
Kelompok Tani Teming Tebak Desa Baru Tahan Kecamatan Moyo Utara
(8.7 t/ha), Kelompok Tani Malayam Desa Berora Kecamatan Lopok Kab.
Sumbawa (? t/ha), Kelompok Tani Mada Ntonggu Desa Bara Kecamatan
Woja (8,5 t/ha).
Teknologi budidaya jagung yang digunakan pada lokasi demfarm dan
demplot jagung antara lain : (a) Benih bermutu dari varietas unggul baru
dengan kebutuhan benih sebanyak 20 kg/ha; (b) Penyiapan lahan tanpa
olah tanah, menggunakan herbisida sistemik; (c) Penanaman dilakukan
dengan cara ditugal dengan kedalaman 5 cm, jarak tanam 100 – 75 cm x
40 cm (1 biji perlubang); (d) Pemupukan; (e) Penyiangan; (f) Pengairan;
(g) Panen dan pasca panen
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
38
Kegiatan Demplot Kedelai dilaksanakan di Kelompok Tani Ntuwu Lamba,
Kelurahan Sambinae, Kecamatan Mpunda, Kota Bima seluas 3
hamenggunakanVUB Anjasmoro dengan rata-rata provitas 2,72-2,82
t/ha.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain Demfarm dan Display VUB
mendukung pendampingan teknologi PTT pada komoditas padi, jagung,
dan kedelai.
Kegiatan pendampingan yang dilakukan di seluruh lokasi melibatkan
babinsa dan keterlibatan penyuluh terkait dengan penyebaran inovasi
teknologi.
Rapat Koordinasi Dan Sinkronisasi Data Luas Tambah Tanam (LTT) Padi
di Kabupaten Lombok Timur
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
39
Panen dan temu lapang di lokasi demfarm PTT padi mendukung UPSUS PJK
Peningkatan IP padi
Identifikasi sumber daya air mendukung peningkatan IP dilaksanakan di
Kab. Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara,
Sumbawa, dan Bima dengan potensi luas layanan air yang telah
teridentifikasi seluas 21.626 hektar.
Kegiatan demfarmdilaksanakan di kabupaten Lombok Tengah dan
Kabupaten Sumbawa masing – masing seluas 7 dan 15 hektar.
Lahan sawah tadah hujan yang digunakan untuk kegiatan demfarm di
dusun Tenandon, desa Penujak kecamatan Praya Barat kabupaten
Lombok Tengah seluas 7 hektar dengan jumlah petani pelaksana
sebanyak 15 orang
Inovasi pertanian yang dikembangkan untuk peningkatan IP Pajale yaitu:
(a) Sistem irigasi permukaan dengan menaikkan air dari sungai
menggunakan mesin pompa dan pipanisasi; (b) Komponen teknologi
budidaya padi yang diterapkan berbasis jajar legowo dan penggunaan
VUB umur genjah (inpari 19 umur dan inpari 30 ciherang sub); (c)
Penanaman dilakukan pada tanggal 13 April 2017 dan panen raya
dilaksanakan tanggal 5 Juli 2017 sehingga peningkatan IP Padi 100
meningkat menjadi IP 200; (d) Pada MT II telah dilakukan peningkatan
IP Pajale dengan penanaman jagung hibrida 20 URI pada tanggal 19 Juli
2017 dengan menggunakan teknologi PTT jagung sehingga terjadi
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
40
peningkatan IP 200 menjadi IP 300; (e) Sistem pemberdayaan petani
terhadap teknologi yang diterapkan melalui bimbingan teknis.
Kegiatan temu lapang dan penanaman perdana jagung Balitbangtan di
Kab. Lombok tengah dihadiri oleh 237 orang peserta yang terdiri dari
unsur LITKAJIBANGDIKLATLUHRAB.
Berdasarkan data ubinan produktivitas padi varietas inpari 19 yang
dipanen sebesar 6,80 ton/ha GKP dan Inpari 30 Ciherang sub 1 sebesar
5,7 ton/ha GKP lebih tinggi dari hasil panen sebelumnya yang pernah
dicapai (< 5 t/ha GKP)
Kegiatan Peningkatan Komunikasi, Koordinasi, dan Diseminasi Inovasi
Pertanian di Nusa Tenggara Barat
Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi diseminasi
melalui media cetak mendukung peningkatan provitas pada 7 komoditas
Strategis.
Kegiatan dilakukan di 3 kabupaten yaitu Lombok Timur, Lombok Barat
dan Lombok Utara, dengan total luas areal yaitu 4,5 ha.
Kegiatan Gelar teknologi peningkatan produksi padi dengan sistem
tabela jarwo khusus pd lahan irigasi terbatas. Hasilnya sangat direspon
petani kooperator dengan provitas 4-7,2 ton GKP/ha (provitas
sebelumnya 2,5-3,5 ton/ha).
Pemberdayaan BPP pada 2 lokasi yaitu BPP Gerung dan BPP Seteluk
serta pembinaan POS Penyuluhan Desa (POSLUHDES) di Desa Gapuk
Gerung Dan Desa Seteluk Atas Kecamatan Sateluk KSB. Pada lokasi BPP
dilakukan Display 7 varietas padi dan Demplot ayam KUB (BPP Gerung),
serta Demplot pemanfaatan lahan pekarangan dan ayam KUB (BPP
Seteluk).
Kegiatan Open house menampilkan 7 komoditas strategis nasional
dihadiri sekitar 1.700 pengunjung. Mendukung kegiatan tersebut telah
diterbitkan 7 judul leaflet (Peningkatan provitas Padi melalui sistem
Tabela-Jarwo, PTT Jagung dan Kedelai, Hama Penyakit Padi, Penyakit
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
41
Cacing pada sapi, Biochar pada Tanaman Bawang Merah, dan Budidaya
Ayam KUB).
Kegiatan pertemuan tingkat provinsi dan kabupaten dilaksanakan di 10
Kab./kota dengan peserta masing-masing 75 orang terdiri dari unsur
LITKAJIBANGDIKLATLUHRAB. Kegiatan workshop koordinasi/diseminasi
dilaksanakan 2 kali.
Mendukung kegiatan diseminasi teknologi yang dihasilkan Badan Litbang
Pertanian, telah dilakukan siaran TV sebanyak 4 kali dengan topik ayam
KUB, Open house, temu lapang dan panen padi kegiatan UPSUS di Desa
Sermong Taliwang, serta temu lapang padi Jarwo Super di Desa Dete
Lape Sumbawa. Selain itu, juga dilakukan publikasi melalui koran lokal
sebanyak 3 judul.
Koordinasi UPSUS dan Workshop Diseminasi Hasil Pengkajian BPTP NTB di Kabupaten/Kota
Kegiatan Open House BPTP NTB
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
42
Sekolah Lapang Mandiri Benih Padi
Kegiatan SL mandiri benih padi dilaksanakan di Desa Selat, Kecamatan
Narmada, Kabupaten Lombok Barat, yaitu pada produsen benih
Kelompok Tani Tekad Bersama.
Laboratorium lapang sebagai tempat belajar produksi benih padi
dilaksanakan pada lahan petani seluas 2 ha dengan varietas yang
digunakan yaitu sebanyak 3VUB, dengan masing-masing produksinya
adalah sebagai berikut: Inpari 10(1.200 kg), Inpari 22 (800 kg), dan
Inpari 32 HDB (1.300 kg), dengan total benih yang dihasilkan sebanyak
3.300 kg. Selain itu, pada lokasi desa mandiri benih padi telah dihasilkan
……. kg benih padi. Produksi benih pada produsen yang dibina telah
dapat memenuhi kebutuhan benih padi untuk di desa, bahkan ke
kecamatan dan kabupaten lain.
Informasi teknologi perbenihan disampaikan melalui kunjungan lapang
dan pelaksanaan kegiatan pelatihan produsen benih, petani dan petugas
di lokasi kegiatan.
2). Teknologi budidaya jagung dengan pendekatan PTT
Teknologi yang didiseminasikan yaitu 1) Interval waktu olah tanah >7 hari;
2) Varietas anjuran; 3) Benih bermutu; 4) Bibit muda <21 hari; 5) Bibit per
rumpun 1-3 batang; 6) Tanam dengan Jajar Legowo; 7) Penggunaan bahan
organic; 8) Pemupukan rekomendasi BPTP; 9) Kesesuaian hama dengan
pestisida; 10) Kesesuaian penyakit dengan pest; 11) Pengelolaan air secara
efisien; 12) Panen tepat waktu.
Workshop/pelatihanprodusen benih padi, petani dan petugas lapang
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
43
Teknologi ini didiseminasikan melalui beberapa kegiatan pendampingan padi
spesifik lokasi, diantaranya yaitu pada kegiatan pendampingan kawasan
padi, denfarm padi pada kegiatan UPSUS Pajale, peningkatan IP padi, visitor
plot usahatani lahan sempit kebun BPTP, pengembangan pola tanam
tanaman pangan, sekolah lapang mandiri benih padi.
Pendampingan Kawasan Padi di NTB
Kegiatan diseminasi teknologi ini meliputi 10 Kabupaten/Kota di NTB.
Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi spesifik lokasi
budidaya jagung dengan pendekatan PTT.
Kegiatan dilakukan di Kecamatan Empang Kabupaten Sumbawa.
Kegiatan yang dilaksanakan yaitu Demfarm jagung seluas 10 ha, dan
Display VUB jagung seluas 5 ha. Kegiatan Display VUB memperkenalkan
varietas Bima-19 dan Bima-20 URI.
Kegiatan diseminasi teknologi dilakukan melalui pelatihan pada setiap
tahapan pendampingan teknologi, temu lapang, dan narasumber pada
pertemuan tingkat Provinsi dan Kabupaten. Selain itu dilakukan pula
melalui penyebaran informasi media cetak sebanyak 2 judul.
Keberhasilan yang dicapai yaitu respon yang baik dari petani mengenai
Teknologi budidaya jagung dengan pendekatan PTT. Selain itu, VUB
jagung varietas Bima-19 dan Bima-20 cukup diminati petani di lokasi
kegiatan dan sekitarnya. Ini terlihat dengan adanya komitmen dari
petani di Kecamatan Empang untuk melakukan penanaman jagung
varietas Bima-19 dan Bima-20 URI pada MH 2016/2017.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
44
Pendampingan Kawasan Jagung dan Temu Lapang
Jagung
Kegiatan SL mandiri benih jagung dilaksanakan di Kecamatan Utan
Kabupaten Sumbawa, yaitu pada produsen benih PB. Tiga Dara dan UD.
Sinar Tani.
Varietas yang diproduksi yaitu Bima-20 URI dengan produksi benih sebesar
3.100 kg. Penggunaan benih untuk memenuhi kebutuhan di Desa dan
sekitarnya.
Teknologi perbenihan disampaikan melalui workshop, kunjungan lapang,
dan pelaksanaan kegiatan pelatihan produsen benih, petani dan petugas
bersama Tim Balitsereal, serta kegiatan temu lapang di lokasi kegiatan.
3). Teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT
Teknologi yang didiseminasikan yaitu 1) Interval waktu olah tanah >7
hari; 2) Varietas anjuran; 3) Benih bermutu; 4) Bibit muda <21 hari; 5)
Kegiatan pembinaan penangkar baru,
dan kemampuan penangkar memproduksi benih
jagung
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
45
Bibit per rumpun 1-3 batang; 6) Tanam dengan Jajar Legowo; 7)
Penggunaan bahan organic; 8) Pemupukan rekomendasi BPTP; 9)
Kesesuaian hama dengan pestisida; 10) Kesesuaian penyakit dengan
pest; 11) Pengelolaan air secara efisien; 12) Panen tepat waktu.
Teknologi ini didiseminasikan melalui beberapa kegiatan pendampingan
padi spesifik lokasi, diantaranya yaitu pada kegiatan pendampingan
kawasan padi, denfarm padi pada kegiatan UPSUS Pajale, peningkatan
IP padi, visitor plot usahatani lahan sempit kebun BPTP, pengembangan
pola tanam tanaman pangan, sekolah lapang mandiri benih padi.
Pendampingan Kawasan Padi di NTB
Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi spesifik lokasi
budidaya kedelai dengan pendekatan PTT.
Kegiatan dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Bima, Kabupaten
Dompu, dan Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatan yang dilaksanakan
yaitu Demfarm di Kabupaten Dompu (8,9 ha), dan Kabupaten Lombok
Tengah (3,5 ha), serta kegiatan Display VUB yang dilaksanakan di
Kabupaten Bima (2,2 ha).
Kegiatan Demfarm menggunakan varietas Anjasmoro dengan rata-rata
produktivitas sebesar 1,84 t/ha. Sedangkan kegiatan Dispaly VUB
menggunakan varietas DEGA (2,26 t/ha), Burangrang (2,42 t/ha),
Anjasmoro (1,83 t/ha), dan Dena-1 (1,81 t/ha).
Adopsi teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT diadopsi
sebanyak 59 % oleh petani kawasan, dan 39,9% oleh petani non
kawasan.
Informasi teknologi disampaikan melalui pelatihan petani dan petugas,
kegiatan temu lapang, sebagai narasumber di tingkat Provinsi dan
Kabupaten, serta melalui media informasi berupa leaflet sebanyak 2.000
eksemplar.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
46
Kegiatan pendampingan di kawasan Kedelai
Kedelai
Kegiatan SL mandiri benih kedelai dilaksanakan di Kabupaten Bima, yaitu
pada produsen benih PB. Muncul Baru.
Produksi benih yang dihasilkan yaitu Anjasmoro 3.350 kg, dan Burangrang
sebesar 2.350 kg. Produksi benih pada kawasan perbenihan yang
dihasilkan oleh produsen benih sebanyak 9.000 kg. Distribusi benih untuk
memenuhi kebutuhan benih di Desa, dan pada kawasan/wilayah
pengembangan.
Teknologi perbenihan disampaikan melalui kunjungan lapang, dan
pelaksanaan kegiatan pelatihan bersama Tim Balitkabi Malang untuk
produsen benih, petani dan petugas, serta kegiatan temu lapang di lokasi
kegiatan.
Kegiatan roguing dan temu lapang kedelai
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
47
4). Teknologi Perbenihan Bawang Merah (Bawang Merah PKAH bukan TSS)
Teknologi yang didiseminasikan yaitu 1) Interval waktu olah tanah >7 hari;
2) Varietas anjuran; 3) Benih bermutu; 4) Bibit muda <21 hari; 5) Bibit per
rumpun 1-3 batang; 6) Tanam dengan Jajar Legowo; 7) Penggunaan bahan
organic; 8) Pemupukan rekomendasi BPTP; 9) Kesesuaian hama dengan
pestisida; 10) Kesesuaian penyakit dengan pest; 11) Pengelolaan air secara
efisien; 12) Panen tepat waktu.
Teknologi ini didiseminasikan melalui beberapa kegiatan pendampingan padi
spesifik lokasi, diantaranya yaitu pada kegiatan pendampingan kawasan
padi, denfarm padi pada kegiatan UPSUS Pajale, peningkatan IP padi, visitor
plot usahatani lahan sempit kebun BPTP, pengembangan pola tanam
tanaman pangan, sekolah lapang mandiri benih padi.
5). Teknologi Budidaya Perbenian Tanaman Sayuran
Teknologi yang didiseminasikan yaitu 1) Interval waktu olah tanah >7
hari; 2) Varietas anjuran; 3) Benih bermutu; 4) Bibit muda <21 hari; 5)
Bibit per rumpun 1-3 batang; 6) Tanam dengan Jajar Legowo; 7)
Penggunaan bahan organic; 8) Pemupukan rekomendasi BPTP; 9)
Kesesuaian hama dengan pestisida; 10) Kesesuaian penyakit dengan
pest; 11) Pengelolaan air secara efisien; 12) Panen tepat waktu.
Teknologi ini didiseminasikan melalui beberapa kegiatan pendampingan
padi spesifik lokasi, diantaranya yaitu pada kegiatan pendampingan
kawasan padi, denfarm padi pada kegiatan UPSUS Pajale, peningkatan
IP padi, visitor plot usahatani lahan sempit kebun BPTP, pengembangan
pola tanam tanaman pangan, sekolah lapang mandiri benih padi.
Pengembangan Taman Agro Inovasi dan Agri Mart di NTB.
Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi spesifik lokasi
pemanfaatan lahan pekarangan.
Taman Agro Inovasi berada di Kebun Narmada, dan AgriMart berada di
halaman Kantor BPTP NTB. Taman Agroinovasi menampilkan teknologi
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
48
dengan konsep pemanfaatan pekarangan yang didisain dalam bentuk
taman, dengan berbagai tanaman sayuran.
Taman Agroinovasi sudah berjalan cukup baik sebagai tempat belajar
dan konsultasi. Dari sekitar 1.500 orang pengunjung, sekitar 150 orang
diantaranya datang untuk belajar/konsultasi dan latihan di taman agro.
Pengunjung berasal dari siswa SD, SLTP, SLTA, Mahasiswa (dalam dan
luar daerah NTB), penyuluh lapangan (PPL) se NTB, TNI dan POLRI,
swasta, dan petani.
Untuk Agri Mart, sekitar 10 - 15 macam produk olahan yang didisplay,
termasuk produk sayuran segar yang dihasilkan di Taman Agro Inovasi.
Produk olahan yang didisplay berasal dari Kelompok tani Binaan BPTP,
atau dari hasil Litkaji yang sedang berlangsung. Jumlah pengunjung
yang datang ke Agri Mart sekitar 5 - 10 orang/hari.
6). Teknologi terpadu pembiakan dan penggemukan sapi potong.
Teknologi ini didiseminasikan melalui beberapa kegiatan pendampingan
padi, diantaranya yaitu pada kegiatan pendampingan kawasan
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
49
peternakan sapi. Kegiatan ini dilakukan di 4 kabupaten yaitu kabupaten
Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa dan Dompu.
Teknologi ini terdiri atas teknologi pembiakan dan penggemukan ternak
sapi.
Paketteknologi pembiakan yang didiseminasikan yaitu : 1) Penerapan
perbaikan manajemen pakan dan pengendalian parasit pada induk; 2)
Penerapan perbaikan manajemen penyapihan dengan target penyapihan
dilakukan pada pedet umur 5-6 bulan; 3) Penerapan perbaikan
manajemen pemberian pakan tambahan untuk pedet prasapih; 4)
Penerapan perbaikan manajemen penyediaan pakan hijauan berkualitas
tinggi dengan menanam hijauan pakan legume pohon; 5) Melakukan
monitoring hasil pelaksanaan manajemen pembiakan meliputi
penimbangan berat lahir, penimbangan perkembangan dan
pertumbuhan pedet setiap bulan, penimbangan dan penilaian kondisi
tubuh induk setiap bulan; 6) Pencatatan birahi kembali setelah beranak
dan pencatatan perkawinan (alam dan IB) setiap hari.
Paket Teknologi Penggemukan Sapiyang didiseminasikan yaitu : 1)
Penerapan paket teknologi terpadu penggemukan terhadap sapi jantan
yang dipelihara; 2) Pemberian pakan yang baik dengan memberikan
lamtoro ditambah legume pohon lainnya >60% dari total pakan; 3)
Pengandangan ternak yang digemukkan pada kandang yang layak dan
memenuhi kenyamanan ternak; 4) Penerapan praktek pengendalian
parasit yang baik dengan memberikan obat cacing pada awal
penggemukan; 5) Penerapan praktek pemeliharaan yang baik dengan
membersihkan kandang secara teratur, menempatkan limbah kotoran
dan pakan pada satu tempat dan menyediakan air minum yang cukup
selama proses penggemukan; 6) Penerapan praktek penyediaan pakan
hijauan dengan kualitas tinggi dengan menanam legume pohon lamtoro;
7) Melakukan monitoring hasil pelaksanaan manajemen penggemukan
meliputi penimbangan ternak sebelum digemukkan, harga beli bakalan,
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
50
penimbangan perkembangan dan pertumbuhan ternak setiap bulan dan
penimbangan berat akhir dan harga jual.
Dukungan media informasi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan
efektivitas pendampingan serta penyebarluasan informasi teknologi dan
peningkatan pengetahuan.
Pertemuan Kelompok Peternak di Desa Labangka 4 Kec. Labangka, Kab. Sumbawa tentang Mempelajari sistem
pemeliharaan sapi dan pola pengandangan dan pengembalaannya
Bentuk Media Diseminasi
Penanaman 6 varietas rumput unggul dari Visitor Plot Kebun Percontohan
BPTP NTB
Kandang kumpul yang dibangun secara swadaya
dan Kandang jepit di Kelompok “Sambuk Manis”
Lombok Timur
Selain itu BPTP mengikuti sejumlah pameran pembanguan pertanian
yang diselenggarakan baik tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota. Beberapa pameran yang diikuti: Pameran Kementerian
pertanian di Denpasar, Pameran Gebyar Perbenihan di Puyung Lombok
Tengah, Pameran Kementerian Pertanian di Mataram, Pameran Open
House BPTP NTB, Pameran Temu lapang, Pameran Dies Natalis Unram di
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
51
Mataram, Pameran Pekan Daerah, Pameran Hari Pangan Sedunia di
Kabupaten Sumbawa Barat, pameran HPS Nasional di Boyolali.
Capaian Indikator kinerja yang kedua yaitu teknologi komoditas
unggulan lainnya yang terdiseminasi ke pengguna, mampu dicapai melalui 1
teknologiyaitusebagai berikut :
1. Teknologi Budidaya Ayam KUB
Teknologi yang didiseminasikan yaitu 1) Interval waktu olah tanah >7 hari;
2) Varietas anjuran; 3) Benih bermutu; 4) Bibit muda <21 hari; 5) Bibit per
rumpun 1-3 batang; 6) Tanam dengan Jajar Legowo; 7) Penggunaan bahan
organic; 8) Pemupukan rekomendasi BPTP; 9) Kesesuaian hama dengan
pestisida; 10) Kesesuaian penyakit dengan pest; 11) Pengelolaan air secara
efisien; 12) Panen tepat waktu.
Kegiatan diseminasi teknologi ini meliputi 10 Kabupaten/Kota di NTB,
Pengembangan Sistem Usahatani Ayam Kampung Unggul Badan Litbang (
KUB) Mendukung Swasembada Daging Di NTB.
Introduksi ayam KUB sebanyak 325 ekor pada 2 kelompok (Tuijati dan
Muamalat) telah menghasilkan :
Telur Bibit : 2100 telur bibit ; Telur konsumsi 1318 butir
anak ayam sebanyak 1500 ekor yang telah disebarkan pada 6 orang
anggota.
Berat rata-rata umur 45 hari 800 gr/ek; Harga Rp.20.000-Rp.25.000/ek;
Induk mulai bertelur umur 22 mgg; produksi telur mencapai 65% pada umur
7 bulan; Fertilitas telur 91%; Daya Tetas 75%; Pemasaran dilakukan melalui
kelompok.
Kegiatan sosialisasi, pelatihan, dan demplot kegiatan KUB
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
52
Kelompok telah membangun kandang semi permanen untuk mendukung
pengembangan usaha ayam KUB.
Respon positif Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Lombok Tengah
dengan memberi Mesin Tetas Automatis guna mendukung pengembangan
usaha ayam.
Pendampingan Kalender Tanam (Katam) Terpadu Di NTB.
Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna yaitu teknologi penentuan
waktu tanam menggunakan KATAM terpadu.
Kegiatan sosialisasi telah dilaksanakan hampir di seluruh
Kabupaten/Kota. Kegiatan ini melibatkan penyuluh, Dinas pertanian,
petani, serta lembaga lainnya lingkup pertanian.
Kegiatan masih di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa meliputi lahan
sawah irigasi teknis, sedangkan lahan kering belum dapat diaplikasikan
dalam Katam.
Verifikasi kesesuaian jadwal tanam real (berdasarkan data UPSUS)
dibandingkan dengan rekomendasi jadwal tanam KATAM MH 2016/2017
sampai level kecamatan diperoleh kesesuaian tanam seluas 11.620 Ha.
Rata-rata 6% per kecamatan, tertinggi di Kec. Tanjung 69.2 % dan Kec.
Selaparang 52.9%. Terendah di 39 kecamatan (0%).
Sosialisasi KATAM melalui pertemuan, maupun melalui siaran TV lokal.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
53
Sasaran 4 : Tersedianya benih sumber mendukung sistem perbenihan
Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan 2 (dua) indikator
kinerja. Adapun pencapaian target dari masing-masing indikator kinerja dapat
digambarkan sebagai berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah Produksi Benih
Sumber (APBN)
64,45 ton 29,13 ton 45,16
Indikator kinerja sasaran empat yang ditargetkan dalam Tahun
2017dapat tercapai sesuai target. Sasaran inidicapai melalui 1 (satu)indikator
kinerja, yaitu: Jumlah Produksi Benih Sumber. Kegiatan ini merupakan kegiatan
APBN dari kegiatan Produksi Benih Sumber Padi, Jagung, dan Kedelai.
Outputyang dihasilkan berupa produksi benih sumber padi, jagung, kedelai dan
Bawang Merah (TSS)yang ditargetkan sebanyak 64,5 ton.
Produksi Benih Sumber Padi
Kegiatan produksi benih sumber padi ditargetkan sebesar 35,45 ton yang
terdiri dari kelas FS 2 ton, SS sebanyak 5 ton, dan kelas ES 28,45 ton.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
54
Hingga bulan Desember, produksi benih padi kelas FS sebesar 13,57ton,
kelas SS sebesar 7,49tondan ES 1,54 ton. Sehingga total realisasi baru
mencapai 22,64 ton atau sebesar 63,86% dari target.
Varietas yang diproduksi diantaranya : Inpari-3, Inpari-7, Inpari-10, Inpari-
16, Inpari-22, Inpari-24, Inpari-30, Inpari-31, Inpari-32, Inpari-33, Inpari
HDB, Mekongga, dan Ketonggo.
Saat ini Inpari 32 merupakan varietas unggul baru yang paling diminati
petani di Provinsi NTB. UPBS mampu memproduksi varietas Inpari 32
sebanyak 9.028 kg, dan terdistribusi 8.928 kg. Berdasarkan laporan BPSB
Provinsi NTB Tahun 2017, bahwa penangkaran Inpari 32 yang benih
sumbernya berasal dari UPBS BPTP NTB sebanyak 4.197 kg atau setara
dengan luas penangkaran 167,88 ha.
Distribusi benih padi dari UPBS BPTP NTB ke pengguna dilakukan dengan 3
(tiga) model yaitu komersial (76,6%), hibah/bantuan (27%), dan program
kegiatan (04%).
Distribusi benih secara komersial harus sesuai dengan ketentuan PP tarif.
Dan sampai dengan bulan November PNBP yang bersumber dari penjualan
benih padi sebesar Rp.113.496.000. Sementara distribusi benih untuk
program di lakukan sesuai dengan kondisi kegiatan masing-masing.
Kemudian untuk distribusi benih hibah telah ditetapkan beberapa prosedur
yang harus dipenuhi.
Target produksi benih padi 35,450 ton belum bisa tercapai, tetapi untuk
benih sumber kelas FS dari target 2 ton terealisasi 13,495 ton, dan benih
kelas SS dari target 5 ton terealisasi 7, 156 ton. Sedangkan benih sebar dari
28,450 ton baru teralisasi 2,003 ton, sisanya akan dipenuhi pada hasil
produksi MH. 2017/2018. Hal ini dikarenakan calon benih tersebut masihdi
pertanaman dengan estimasi calon benih sekitar 4,6 ton, dan benih lainnya
masih dalam prosesing penjemuran dan uji benih.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
55
Salah satu varietas padi yang dikembangkan yaitu Inpari 22
dan 32 Prosesing Penjemuran
Produksi Benih Sumber Jagung
Kegiatan produksi benih sumber jagung dilakukan di Kabupaten Lombok
Timur dan Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan ini pada tahun 2017
ditargetkan sebesar 18 ton. Hingga bulan Desember, produksi benih jagung
baru mencapai 15,5 ton atau sebesar 86,11% dari target.
Varietas yang diproduksi adalah Hibrida Bima-20 URI dengan sumber
tetuanya berasal dari Balitsereal Maros.
Distribusi benih padi dari UPBS BPTP NTB ke pengguna dilakukan dengan 3
(tiga) model yaitu komersial (76,6%), hibah/bantuan (27%), dan program
kegiatan (04%).
Distribusi benih secara komersial harus sesuai dengan ketentuan PP tarif.
Dan sampai dengan bulan November PNBP yang bersumber dari penjualan
benih padi sebesar Rp.113.496.000. Sementara distribusi benih untuk
program di lakukan sesuai dengan kondisi kegiatan masing-masing.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
56
Kemudian untuk distribusi benih hibah telah ditetapkan beberapa prosedur
yang harus dipenuhi.
Target produksi benih padi 35,450 ton belum bisa tercapai, tetapi untuk
benih sumber kelas FS dari target 2 ton terealisasi 13,495 ton, dan benih
kelas SS dari target 5 ton terealisasi 7, 156 ton. Sedangkan benih sebar dari
28,450 ton baru teralisasi 2,003 ton, sisanya akan dipenuhi pada hasil
produksi MH. 2017/2018. Hal ini dikarenakan calon benih tersebut masihdi
pertanaman dengan estimasi calon benih sekitar 4,6 ton, dan benih lainnya
masih dalam prosesing penjemuran dan uji benih.
PENAMPILAN TANAMAN JAGUNG BIMA-20 URI DI KP.SANDUBAYA
Penanaman Tanaman Jantan dan Betina
Kegiatan Detaseling Penampilan tongkol jagung
varietas Hibrida Bima 20 URI
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
57
PROSES PRODUKSI BENIH JAGUNG HIBRIDA BIMA-20
a. Produksi Benih Sumber Kedelai
Target produksi benih kedelai UPBS BPTP NTB tahun 2017 sebanyak 11
ton yang terdiri dari benih kelas SS 3 ton dan benih kelas ES sebanyak 8
ton.
Lokasi kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Bima dan Kabupaten
Lombok Tengah. Kegiatan produksi benih kedelai dilaksanakan pada
musim hujan (MH 2017) dan musim kemarau (MK-1 dan MK-2 tahun
2017)
Varietas yang dikembangkan yaitu anjasmoro
Sampai dengan bulan Desember 2017 realisasi produksi benih sumber
kedelai kelas baru mencapai 9.500 kg kelas SS, sedangkan untuk
produksi ES masih kurang dari target.
Produksi hasil kerja sama perbenihan benih sumber, varietas anjasmoro
dari kelas BS menjadi FS pada lahan kering (tegalan) MH 2016/2017
mendapatkan keterangan kelulusan atau stok benih sebanyak 1,050 kg
dan pada MK I 2017 mengasilkan benih varietas anjasmoro dari kelas
SS menjadi ES sebanyak 2,125 kg.
Produksi perbenihan benih sumber kedelai pada sawah MK II tahun
2017 melalui sistim pola kerja sama, menghasilkan benih kedelai
varietas anjasmoro kelas SS 2,550 kg ES1 1,500 kg dan di lahan sewa
menghasilkan benih kedelai varietas anjasmoro kelas SS 1,350 kg.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
58
Hasil produksi benih sember telah distribusikan ke Lima
Kabupaten/kota. diantaranya: kota Mataram, kabupaten Lombok Barat,
Lombok Tengah, Lombok Timur dan Bima
Permasalahan yang dihadapi selama kegiatan perbenihan kedelai
adalah : 1) Terbatasnya areal tanam pada MK I. Kelompok tani yang
memiliki lahan sawah irigasi tehnis kurang berminat budidaya kedelai,
petani beralasan kerana cuaca setiap musim sulit di prediksi dan harga
kedelai saat panen tidak stabilt, cendrung turun. Sehingga sebagian
besar petani beralih budidaya jagung; 2) Produksi benih yang dilakukan
dilahan sawah tadah hujan pada musim MK I cendrung terjadi
kekurangan air atau hujan tidak turun disaat tanaman membutuhkan
air diselah vase pengiasian polong; 3) Proses penjemuran hasil produksi
MK II dan MH selalu bertepatan dengan turun hujan. Hal ini dapat
menyebakan kerusakan calon benih akibat, terkena air hujan,
kelembaban dan waktu penjemuran jadi lama antara 4-5 hari dalam
satu kali jemur; 4) Serangan OPT yang dominan adalah hama lalat
pucuk, penggulung daun, pemakan daun, keping polong dan pengerek
polong.
Kegiatan pemantauan
lapangan oleh BPSB Prov. NTB,
dan kegiatan pemeliharaan
tanaman
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
59
b. Produksi Benih Sumber Bawang Merah (TSS)
Target produksi benih bawang merah tahun 2017 sebanyak 50
kg.Kegiatan dilaksanakan di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok
Timur, Nusa Tenggara Barat yaitu pada ketinggian 1.200 m dpl.
Varietas yang digunakan yaitu Varietas Trisula 3500 m2 di lahan milik
Aq. Sindi (Sembalun Lawang) dan H. Excel (Sembalun Lawang), serta
varietas Bima Brebes 1500 m2, di lahan milik Bp. Sukirno, di Ds.
Sembalun Bumbung, Kec. Sembalun
Paket teknologi yang didiseminasikan adalah : 1) Pemilihan lokasi pada
ketinggian >1000 m dpl; 2) Vernalisasi pada umbi yang memiliki umur
simpan 2 bln, vernalisasi dilakukan selama 4 Minggu; 3) Pemberian
hormon BAP : 375 ppm dan benih yang sudah divernalisasi direndam 30
menit lalu ditiriskan semalam dan ditaburi fungisida; 4) Penyiapan lahan
dengan pengolahan tanah sempurna dan pemberian pupuk dasar dan
pemulsaan; 5) Perawatan tanaman (pengendalian OPT dan pengairan);
6) Pemupukan 10 kali dari dosis NPK 600 kg/ha NPK 16:16:16; 7)
Pemberian pupuk Boron 3kg/ha diberikan pada umur 3,5,7 MST; 8)
Pemberian pupuk white KCl 2 kg/ha pada umur saat mulai keluar calon
bunga (2 kali); 9) Pemberian naungan diatas bedengan menjelang
waktu berbunga; 10) Panen dan pasca panen.
Kegiatan pengendalian
OPT dan prosesing benih
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
60
Sampai dengan bulan Desember 2017 realisasi produksi benih sumber
bawang merah sebanyak 6,2 kg. Target produksi tidak tercapat
dikarenakan beberapa masalah yaitu : ……………………………………………
Selain indikator jumlah produksi benih sumber (kegiatan APBN) diatas,
sasaran ke empat inidicapai juga melalui 1 (satu) indikator kinerja tambahan
yaitu: Jumlah Produksi Benih Sebar (APBNP). Indikator ini menghasilkan output
berupa produksi benih sumber mangga, bawang putih, jambu mete, dan kelapa
dalam seperti table berikut.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah produksi benih sumber
(APBNP) : Mangga Bawang Putih
Jambu Mete
Kelapa Dalam
30.000 btg bwh 100 ton
10.000 pohon 5.780 pohon
37.800 btg bwh
0
10.000 pohon 5.780 pohon
126
0
100 100
Total 81,5%
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
61
a) Produksi Benih Sebar Mangga 30.000 batang bawah
Kegiatan ini dilakukan di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat,
dengan tujuan yaitu menyediakan batang bawah mangga sebanyak
30.000 batang, dan menyediakan paket teknologi produksi batang
bawah mangga speklok.
Koordinasi dengan BBI dan pemilik koleksi kebun di Pulau Lombok serta
Balai Penelitian Buah mangga di Solok, maka telah tersedia entres dari
varietas Arumanis 143, Darekande, Gedong Gincu, Mentaram,
Agrigardina dan Gadung 21.
Koordinasi dengan BPSB Provinsi NTB, telah resmi terdaftar UPBS BPTP
NTB sebagai lembaga penangkaran benih hortikultura, proses sertifikasi
40.000 batang bawah sedang berjalan oleh tim BPSB.
Koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi NTB, telah
mengeluarkan daftar calon petani dan calon lokasi (CPCL) penerima
benih mangga untuk Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Sumbawa
dan Kabupaten Bima, sedangkan untuk kabupaten lainnya CPCL
menyusul.
Paket Teknologi Produksi Batang Bawah Mangga : 1) Memilih varietas
mangga dengan morfologi yang kokoh, perakaran kuat dan tahan
terhadap serangan penyakit. Sehingga batang bawah yang digunakan
adalah dari varietas local Amplemsari; 2) Buah yang digunakan adalah
buah yang sudah tua minimal sudah masak fisiologi; 3) Buah yang
sudah dipetik, segera dikupas kulit dan daging buahnya serta disisakan
bijinya (pelok); 4) Biji (pelok) segera dijemur dibawah sinar matahari
selama sehari, agar sisa cairan buah mangga hilang/terasa keset
sehingga mempermudah untuk membuka tempurung biji (pelok); 5)
Setelah biji dikeringkan sehari, tempurung biji (pelok) dibuka dan diambil
endospermnya kemudian endosperm direndam dalam larutan Fungisida
dengan dosis 10 gram/1000 endosperm selama 1 jam agar tidak
terinfeksi phatogen dan endosperm ditiriskan; 6) Endosperm disemai
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
62
dalam media bentuk bedengan. Media semai terdiri dari
tanah:pasir:biochar dengan takaran 1:1:1. Cara menyemaikan adalah
membenamkan endosperm dalam tanah dengan posisi bagian punggung
berada pada posisi atas.Bedengan ditutup campuran media tipis-tipis
kemudian ditutup dengan daun kelapa/daun kering lainnya untuk
menjaga kelembaban; 7) Setelah berkecambah segera penutup
bedengan dibuka dan bedengan diberi naungan paranet untuk menaungi
benih mangga yang baru tumbuh dari sinar matahari langsung; 8) Benih
mangga yang berumur 1 Bulan diseleksi yang kondisinya sehat
dipindahkan dari persemaian ke wadah polibag berukuran 18x25 cm
yang berisi media tanah:pukan:biochar:pasir dengan komposisi
1:1/2:1/2:1; 9) Benih dipelihara dengan cara pemberian penyiraman,
pupuk NPK 3 gr/10/tanaman/hari dan dijaga dari gangguan hama
penyakit agar pertumbuhan benih cepat besar dan siap dilakukan
penempelan (okulasi) maupun penyambungan (grafting).
Dari kegiatan tersebut, jumlah batang bawah yang dihasilkan telah
terlampaui yaitu 37.800 batang bawah. Penggunaan komponen teknologi
biochar mampu meningkatkan pertumbuhan benih dibandingkan tanpa
biochar. Begitu pula dengan penampilan batang bawah, cukup bagus
dengan indikator rata-rata flush sudah 2 kali dan 12% sudah layak
dilakukan okulasi.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
63
b) Produksi Benih Sebar Bawang Putih 100.000 kg
Salah satu kendala dalam budidaya bawang putih adalah ketersediaan
benih bersertifikat yang sangat langka,sehingga diperlukan dukungan
dan upaya khusus untuk menyediakan benih sebar bawang putih
bersertifikat. BPTP Balitbangtan NTB melaksanakan kegiatan dukungan
perbenihan benih sebar bawang putih untuk menghasilkan benih sebar
bersertifikat yang siap dibagikan kepada petani pada musim tanam
tahun 2018.
Tahapan kegiatan yang telah dilakukan oleh Tim Perbenihan Bawang
Putih dari bulan Agustus sampai Desember 2017 meliputi: 1) Koordinasi
dan Sinkronisasi dengan stakeholders, 2) Identifikasi calon lokasi
kegiatan, 3) Pendampingan oleh Tim Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanian, 4) Lelang benih online LPSE, 5) Pencarian benih untuk
Penunjukan Langsung, 6) Pendampingan oleh Tim Monev BPTP
Balitbangtan NTB, 7) Pemeriksaan calon benih dan sertifikasi oleh BPSP-
P Provinsi NTB, 8) Pengambilan sampel tanah dan penyelesaian
administrasi sewa lahan, 9) Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group
Discussion), dan 10) Penanaman dan pemeliharaan tanaman.
Melalui dukungan perbenihan benih sebar bawang putih APBN-P 2017,
BPTP NTB pada tanggal 28 Desember 2017 telah melakukan tanam
perdana varietas Sangga Sembalun. Penanamanbawang putih pada
luasan 4 hektar di 3 lokasi di Desa Sembalun Lawang dan 1 lokasi di
Desa Sajang, Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
64
Paket Teknologi yang diaplikasikan adalah pemberian dolomit 750 kg/ha,
pupuk kandang sebanyak 10 ton/ha, NPK 16:16:16 sebanyak 350 kg/ha,
SP-36 sebanyak 200 kg/ha, ZA sebanyak 200 kg/ha, dan KCl sebanyak
250 kg/ha serta pengendalian hama penyakit secara terpadu. Kegiatan
perbenihan bawang putih ini diperkirakan panen pada awal bulan April
2018 dengan target menghasilkan 20-25 ton benih sebar bersertifikat
yang siap dibagikan kepada petani pada pertengahan tahun 2018.
Koordinasi dan Sinkronisasi
dengan stakeholder terkait
Pemeriksaan calon benih bersama BPSB-P Prov. NTB Kegiatan pengolahan tanah
Kegiatan tanam perdana di lokasi 3 dan penanaman bawang putih di lokasi lainnya
c) Produksi Benih Sebar Jambu Mete 10.000 pohon
Kegiatan produksi bibit jambu mete dilakukan di KP Sandubaya
kecamatan Pringgabaya kabupaten Lombok Timur. Kegiatan pengkajian
ini dilaksanakan mulai bulan September 2017 sampai dengan Desember
2017.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghasilkan bibit jambu mete
bersertifikat sebanyak 10.000 pohon. Menggunakan varietas Mete
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
65
Populasi Flores Timur-1/MPF-1 (Flotim-1), benih diperoleh dari Kebun
Blok Penghasil Tinggi yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI
Nomor : 1398/ KB.020/E.11/11/2016, tanggal 7 Nopember 2016 tentang
penetapan Kebun Blok Penghasil Tinggi (BPT) dan Pohon Induk Terpilih
(PIT) jambu mete Mete Populasi Flores/MPF-1 (Flotim-1) dan Mete
Populasi Ende/MPE-1 (Ende-1).
Data agronomi yang telah diamati pada bibit setelah berumur 3 bulan
adalah prosentase tumbuh mencapai 95 %, tinggi tanaman : 42,98 cm,
diameter batang : 0,79 mm, dan jumlah daun 13,95 helai. Selain itu
CP/CL yang sudah disyahkan oleh dinas terkait juga siap menerima hibah
untuk mengembangkan bibit tersebut. Sebanyak 5 (lima) kelompok tani
yang beralamatkan di kecamatan Sambelia kabupaten Lombok Timur
yaitu kelompok tani Dara Kunci (2.000 bibit), Otorita (1.500 bibit), Mele
Pacu (3.000 bibit), Tunas Urip (1.500 bibit) dan kelompok tani Lendang
Pengilen (2.000 bibit).
Bibit jambu mete di lokasi
pembibitan KP Sandubaya Kabupaten Lombok Timur
Label sertifikasi
bibit jambu mete
Distribusi bibit jambu mete dari
BPTP NTB kepada kelompok tani mele pacu Desa Belanting
Kecamatan Sambelia
Kabupaten Lombok Timur
d) Produksi Benih Sebar Kelapa Dalam Varietas Mastutin 5.780 pohon
Kegiatan produksi bibit kelapa dalam varietas mastutin dilakukan di KP
Sandubaya Kabupaten Lombok Timur.
Koordinasi dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Perkebunan Propinsi NTB di Puyung. BPSB-Bun Propinsi NTB
merekomendasikan untuk mengadakan benih kelapa dalam varietas
Mastutin pada kebun induk yang berada di kecamatan Alas Barat dan
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
66
Labuhan Badas Kabupaten Sumbawa. Varietas Mastutin merupakan
varietas unggul hasil seleksi yang sudah diliris sejak tahun 2015
berdasarkan SK menteri Pertanian Republik Indonesia No.
434/Kpts/KB.120/7/2015, tanggal 6 Juli 2015. Kelapa Dalam Mastutin ini
terdapat di Desa Labuhan Mapin Kecamatan Alas Barat Kabupaten
Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah benih yang disemaikan
sebanyak 6.000 butir, dari jumlah yang disemaikan tersebut dapat
mencapai output yang telah direncanakan sebanyak 5.780 pohon bibit
yang telah disertifikasi. BPSB Bun telah melakukan pemeriksaan mulai
dari awal persemaian sampai dengan perkecambahan benih kelapa guna
proses sertifikasi bibit.
Benih kelapa yang diproduksi akan didistribusikan ke Desa Pijot
Kecamatan Keruak Kabupaten Lombok Timur sesuai SK CP/CL yang telah
ditetapkan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunana Kabupaten Lombok
Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. CP/CL untuk bibit kelapa telah
dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan seluas 50 ha. Bibit
Kelapa varietas Mastutin direncanakan akan mulai didistribusikan pada
Bulan Pebruari tahun 2018.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
67
Kondisi Bibit Kelapa Dalam Varietas Mastutin di KP Sandubaya
Sasaran 5 : Dihasilkannya Rekomendasi Kebijakan Pembangunan
Pertanian Wilayah
Pencapaian sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja yaitu
jumlah rekomendasi analisis kebijakan. Adapun pencapaian target dari indikator
kinerja tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian wilayah
1
rekomendasi
2
rekomendasi
200
Indikator kinerja sasaran kelima yang ditargetkan dalam Tahun 2017
adalahjumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah. Indikator
tersebut telah dicapai melalui 1 kegiatan yaitu analisis kebijakan kinerja UPSUS
padi dalam peningkatan produksi padi di Provinsi NTB, dengan output berupa 2
rekomendasikebijakan yaitu : 1) Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian dan
Babinsa dalam mendukung UPSUS Padi di Provinsi NTB; 2) Peningkatan
Efektifitas Pemanfaatan Alsintan (Alat Tanam, Mesin Panen Terpadu) UPSUS Padi
di Provinsi NTB.
Kegiatan ini dilakukan untukmenganalisis isu aktual yang diduga
mempengaruhi capaian kinerja pembangunan pertaniandi wilayah Provinsi
NTB.
Strategi untuk Peningkatan Efektifitas Pendampingan UPSUS Padi Oleh
Penyuluh Dan Babinsa Di NTB, sebagai berikut :
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
68
Meningkatkan pendampingan oleh penyuluh terhadap pemanfaatan
Alsintan agar kelompok tanidapat membawa manfaat tidak hanya bagi
pengurus tetapi juga bagi anggota kelompok tani melalui pembinaan
kelembagaan tani,
Melalui pendampingan penyuluh dan babinsa teknologi jarwo padi perlu
diterapkan secara konsisten dan berkelanjutan untuk meningkat
provitas padi,
Penyuluh tetap menjaga komitmen dalam pelaporan kegiatan dalam
bentuk LTT harian UPSUS walaupun masih dalam transisi
penggabungan badan penyuluh dengan dinas pertanian. Serta
mensinkronisasi laporan LTT penyuluh dengan Babinsa dimulai dengan
data base lahan petani yang benar dan disepakati bersama, sehingga
data LTT harian padi mencerminkan kondisi lapangan.
Penyuluh mengembangkan jejaring dan kemitraan petani dengan pelaku
usaha.
Dalam penentuan CPCL penerima bantuan perlu adanya koordinasi yang
baik antara penyuluh dan babinsa sehingga bantuan saprodi & alsintan
mencapai 5 tepat (sasaran, jumlah, kualitas, waktu, nilai)
Untuk menghindari kelangkaan pupuk maka pengadaaan dan
pengambilan pupuk sesuai RDKK serta melibatkan babinsa dalam
pengawasan distribusi pupuk.
Babinsa melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan fisik
pemeliharaan jaringan irigasi di Poktan/Gapoktan/P3A sehingga
mengurangi penyimpangan di lapangan
Strategi Untuk Peningkatan efektifitas Pemanfaatan Alsintan (Alat Tanam,
Mesin Panen Terpadu) UPSUS PAJALE di Propinsi NTB, sebagai berikut :
Alsintan yang tidak cocok (teknis , sosial budaya) pada suatu daerah
akan dialokasikan ke daerah lain. Bagi daerah yang membutuhkan,
silahkan untuk bersurat ke Dinas Pertanian dan Perkebunan Propinsi
NTB,
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
69
Perlu dilakukan pelatihan operasional dan pemeliharaan alsintan selain
budidaya kepada petani penyuluh dan babinsa,
Penyuluh melakukan pembinaan kepada kelompok tani penerima
bantuan agar memiliki komitmen utuk menyiapkan dana untuk
perawatan dan suku cadang sehingga alat bisa dimanfaatkan untuk
waktu yang cukup lama,
Untuk kegiatan berikutnya diharapkan untuk pengalokasian alsintan
sesuai dengan permintaan dari Kab/Kota, tidak berdasarkan pembagian
dari pusat agar tepat sasaran,
Menjamin ketersediaan suku cadang alsintan sehingga dalam
penggadaaan alsintan harus mempertimbangkan ketersediaan suku
cadang di daerah,
Untuk mengantisipasi adanya dana Aspirasi, harus tetap mengikuti
aturan yang berlaku terutama menjelang pilkada. Oleh karena itu TNI
dilibatkan dalam penentuan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL).
Kegiatan Koordinasi dan Kegiatan FGD bersama stakeholder
terkait efektifitas pendampingan UPSUS
lingkup Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten dan Babinsa di NTB
Efektivitas bantuan Transplater, Tresher, dan Combine harvester di NTB
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
70
Sasaran 6 : Tersedianya Taman Teknologi Pertanian (TTP)
Pencapaian sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah Kabupaten lokasi TTP 1 Kabupaten 1 Kabupaten 100
Indikator kinerja sasaran ke enam yang ditargetkan dalam Tahun
2017telah tercapaimelalui 1 (satu) indikator kinerja yaitu pembangunan Taman
Teknologi Pertanian yang berlokasi di Desa Kokarlian Kecamatan Pototano
Kabupaten Sumbawa Barat. Penciri TTP ini adalah input teknologi untuk
pengembangan lahan kering iklim kering.
Pembangunan sarana dan prasarana fisik di TTP center berupa a)
pembangunan Saung Serbaguna (lanjutan), dan bangsal pengolahan hasil;
b) pembangunan gudang pengolahan dan penyimpanan pakan (lanjutan); c)
pembangunan jaringan dan penyambungan daya listrik dan jaringan irigasi;
d) pembangunan pagar depan dan samping TTP center.
Pengelolaan TTP center, meliputi: a) pemeliharaan gedung dan bangunan;
b) pemeliharaan tanaman tahunan; c) produksi benih jagung hibrida Bima 20
URI bersertifikat sebanyak 800 kg; d) pemeliharaan tanaman pakan ternak
seluas 2,5 ha, terdiri atas lamtoro taramba, rumput Mott dan sorghum; e)
pelatihan calon tenant sebanyak 2 paket yaitu pelatihan perbenihan jagung
hibrida dan pelatihan pengolahan pangan berbasis jagung, seperti cake,
pudding, marning, emping, rainbow cake, stake jagung, dll; f) peresmian
penggunaan bangunan/peralatan dan lounching penggemukan sapi potong
di TTP Center oleh Bupati Sumbawa Barat 18 Desember 2017; g)
penggemukan sapi potong sebanyak 48 ekor bersama Kelompok Ternak
Lawang Desa.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
71
Pendampingan dan pengawalan teknologi di kawasan Sumbawa Barat,
meliputi: a) Demfarm produksi jagung hibrida BIMA 20 URI seluas 255 ha
tersebar di 6 (enam) desa dan 3 (tiga) kecamatan se KSB, melibatkan 225
petani; b) Demfarm produksi jagung NASA 29 seluas 8 ha, tersebar di 3
(tiga) desa di Kecamatan Poto Tano, melibatkan 5 orang petani
meningkatkan produktivitas jagung dari 6,7 t/ha menjadi 8,0 t/ha; c) Temu
lapang dan panen jagung hibrida Bima 20 URI dan Nasa 29 bersama Bupati
Sumbawa Barat, Pejabat Dinas/Instansi terkait Provinsi dan Kabupaten,
Puslit/BB/Balit terkait (BB Biogen, Balit Serealia, Lolit Sapi Potong), Dosen
Universitas Mataram dan Cordoba, Swasta (PT. Pertani, Perbankan), dan
petani dengan jumlah 370 orang d) Pengawalan perbenihan jagung hibrida
Bima 20 URI seluas 0,75 ha Desa Telonang, Kecamatan Sekongkang dengan
produksi benih beraertifikat sebanyak 1.800 kg dan sudah ditanam petani di
Sekongkang seluas 90 ha; e) melaksanakan koordinasi dan sinkronisasi
dengan Bupati, dinas/instansi dan stakeholder terkait di Sumbawa Barat.
Kondisi TTP Center dan
Display Kegiatan
Panen denfarm jagung hibrida Bima 20 URI dan Nasa 29 bersama Bupati
KSB (24/03/2017)
Panen perbenihan jagung hibrida Bima 20 URI di TTP
Center bersama Kadis Pertanian, Perkebunan dan Pertanian KSB (24/05/2017)
Penggemukan sapi potong sebanyak 48 ekor milik
masyarakat di TTP Center
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
72
Sasaran 7 : Dihasilkannya sinergi operasional serta terciptanya
manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian unggul spesifik lokasi
Untuk mencapai sasaran tersebutdiukur dengan satuindikator kinerja.
Adapun pencapaian target dari indikator kinerja dapat digambarkan sebagai
berikut:
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah dukungan layanan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi
teknologi pertanian
6 Layanan
12 bulan
6 Layanan
12 bulan
100
Kegiatan Manajemen BPTP NTB yang dilaksanakan rutin selama 1 tahun
anggaran dari Bulan Januari hingga Bulan Desember 2017 terselenggara dengan
baik. Indikator dukungan pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi
teknologi pertanian meliputi kegiatan layanan perkantoran (pembayaran gaji
dan tunjangan), operasional dan pemeliharaan kantor, serta belanja modal.
Selain kegiatan rutin diatas, terdapat beberapa kegiatan balai lainnya
yang mendukung manajemen dan percepatan diseminasi inovasi teknologi
pertanian yang diselenggarakan tiap tahun. Kegiatan ini masuk dalam kegiatan
pengelolaan manajemen Balai, serta kegiatan pendayagunaan hasil litkaji dan
pengelolaan instalasi pengkajian. Kegiatan tersebut diantaranya adalah: (1)
pengelolaan manajemen satker; (2) penyusunan rencana kegiatan dan
anggaran; (3) Monitoring dan evaluasi pelaporan; (4) Laporan keuangan SAI
pada sekretariat UAPPA/B-W; (5) Kerjasama; (6) Koordinasi dan Sinkronisasi
Pelaksanaan Kegiatan; (7) pengelolaan instalasi pengkajian;(8) Pengelolaan
webbsite, database, dan kepustakaan; dan (9) Sistem Pengendalian Inten.
Kegiatan pengelolaan manajemen satker meliputi pengelolaan keuangan,
ketatausahaan, dan kepegawaian, serta peningkatan kapasitas SDM, dan
pemeliharaan akreditasi manajemen satker. Dari kegiatan tersebut, diperoleh
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
73
output berupa dokumen laporan pengelolaan administrasi keuangan,
perlengkapan dan kepegawaian.
Kegiatan ketatausahaan, selain pelayanan tatausaha terhadap pegawai
BPTP, juga digunakan untuk peningkatan kapasitas pengelola tatausaha.
Beberapa pelatihan dan workshop yang diikuti: apresiasi petugas ketata
usahaan,sosialisasi pengawasan kearsipan,sosialisasi pengawasan kearsipan,
penyusunan laporan keuangan semester I Es I, penyusunan laporan keuangan
semester I Es I,forum fungsional arsiparis,workshop penajaman program dan
manajemen BPTP 2019,dan Bimtek PP 53 Tahun 2010.
Kegiatan pengelolaan kepegawaian yang telah dilakukan adalah
pengangkatan dalam jabatan fungsional penyuluh 1 orang, pengangkatan dalam
jabatan peneliti 3 orang. Untuk kenaikan jenjang kepangkatan, 4 orang peneliti,
3 orang penyuluh, 2 orang administrasi umum, 3 orang pengemudi, dan 2 orang
pekarya kebun. Selain pelayanan terhadap pegawai BPTP, juga untuk
peningkatan kapasitas 6 orang personal di kepegawaian dengan mengikuti 14
kegiatan pelatihan/workshop. Beberapa pelatihan/workshop yang diikuti
adalahValidasi data SIM ASN, konsultasi ke BKN Regional Denpasar, Forum
koordinasi UPT, Penyelenggaraan analisis jabatan dan analisis beban
kerja,training aplikasi SIM ASN, Analisis jabatan, analisis beban kerja, dan peta
jabatan. Selain peningkatan kapasitas personal kepegawaian, juga peningkatan
kapasitas fungsional di BPTP baik itu mengikuti seminar nasional, training of
trainer, temu teknis, maupun workshop yang diselenggarakan di luar satker.
Untuk peningkatan kapasitas SDM BPTP, telah diikuti sejumlah
pelatihan/workshop dll sebagai berikut: Workshop penggunaan aplikasi
pelayanan, Diklat fungsional peneliti tingkat I kelas IPA 2016, Lokakarya
Nasional SDM Pertanian, Magang perbenihan sayuran, Diklat fungsional peneliti
tingkat lanjut, Workshop optimalisasi pengelola sample uji lab,seleksi Calon
Petugas Belajar, Workshop koordinasidan pendampingan manajemen keuangan,
Bimtek penyelenggaraan Standar kompentensi manajemen PNS, Sosialisasi
standar ISO 9001 versi 2015, Diklat dasar penyuluh perta. ahli th 2016, Ujian
dinas Tk I dan kenaikan pangkat, dan sosialisasi Pengelola Anggaran.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
74
Pemeliharan manajemen satker, dicapai melalui 2 (dua) kegiatan yaitu
pemeliharaan akreditasi manajemen dan pemeliharaan akreditasi laboratorium,
dengan outputnya berupa : dokumen pemeliharaan akreditasi manajemen
satker berdasarkan ISO 9001:2008 di BPTP NTB, dan dokumen pemeliharaan
akreditasi laboratorium BPTP NTB berdasarkan ISO/IEC 17025:2005.
Pemeliharaan akreditasi manajemen Balai dilaksanakan oleh surveilence dari
lembaga sertifikasi ISO 9001:2008. Sementara itu pemeliharaan akreditasi
laboratorium berupa reassesment akreditasi berdasarkan ISO 17025:2005 oleh
lembaga akreditasi KAN (Komite Akreditasi Nasional) yaitu dengan ruang lingkup
kegiatan yaituuji tanaman, uji pupuk an-organik, dan uji pupuk organik.
Perencana Kegiatan dan Anggaran yang telah dilaksanakan meliputi
penyusunan program TA.2017 yaitu perbaikan proposal kegiatan (RPTP, RDHP,
RKTM beserta dengan ROPP, RODHP, ROKTM) sebagai tindak lanjut seminar
proposal kegiatan yang dilaksanakan pada bulan Maret 2017. Pagu awal TA.
2017 sebesar Rp 25,214,879,000 telah dilakukan 5 kali revisi yaitu refocusing
anggaran dan blocking untuk penghematan anggaran sebesar Rp 1,346,177,000.
Pagu revisi 5 sebesar Rp 24,161,374,000 dan sedang diusulkan revisi 6 terkait
hibah. Pagu definitif TA. 2017 adalah Rp 16,126,126,000. Kegiatan dan
anggaran 2017 maupun 2018 terupdate dalam aplikasi i-Program (update data
terbaru yaitu pada Tanggal 8-11 November 2017).Output dari kegiatan tersebut
adalah tersusunnya 1 dokumen laporan perencanaan anggaran dan kegiatan
pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian (matrik program, DIPA/RKA-KL,
dan POK).
Kegiatan seminar proposal dan perencanaan anggaran
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
75
Kegiatan monitoring dan evaluasi pelaporan yang telah dilaksanakan
adalah monev Ex-Ante, On-Going, dan Ex-Pose. Dalam pelaksanaannya, kegiatan
melibatkan ketua kelji yang ada di BPTP NTB (Budidaya, Peternakan, Sosek, dan
Sumberdaya). Kegiatan monev Ex-Ante dilaksanakan pada saat seminar dan
perbaikan proposal. Perbaikan yang disarankan berupa metode pelaksanaan
dilapangan termasuk rancangan pengkajian. Pada pelaksanaan monev On-going
yaitu pada bulan Juli 2017, disarankan perbaikan dalam pelaksanaan dilapang
yang disesuaikan dengan ROPP dan RODHP yang telah disusun. Pelaksanaan
monev Ex-pose dilaksanakan pada awal Bulan Desember 2017,beberapa
kegiatan perlu perhatian, terutama pada kegiatan multi years. Selanjutnya dari
saran dan masukan yang diberikan oleh tim monev, capaian kegiatan yang
dihasilkan dipantau kembali pada kegiatan seminar hasil sebagai masukan dan
perbaikan laporan akhir kegiatan. Selain itu, perkembangan dari masing-masing
kegiatan juga dilaporkan rutin tiap bulannya oleh masing-masing penanggung
jawab kegiatan. Progres kegiatan dilaporkan melalui aplikasi i-Monev dan PMK
249. Output dari kegiatan tersebut adalah tersusunnya 1 dokumen laporan
monitoring dan evaluasi pelaporan.
Kegiatan Laporan keuangan SAI pada sekretariat UAPPA/B-W rutin
dilaksanakan pada 30 satker se Nusa Tenggara Barat. Kegiatan yang dilakukan
mencakup kegiatan sosialisasi dan workshop UAPTBW pada seluruh satker yang
se-NTB. Selain itu, dilaksanakan pula penyusunan laporan triwulan, dan
kegiatan monitoring data pra-workshop semester 2 akan dialihkan untuk
kegiatan Bimtek Persediaan, dan Rakor penyusunan LK.Output dari kegiatan
Kegiatan Monev On-Going (Juli)
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
76
tersebut adalah tersusunnya 1 dokumen laporan keuangan SAI pada Sekretariat
UAPP/B-W.
Workshop Konsolidasi Laporan Keuangan Kementerian Pertanian di NTB
Kegiatan pengelolaan kerjasama dengan stakeholder pada tahun 2017
bertujuan untuk mempromosikan hasil-hasil pengkajian BPTP NTB kepada
seluruh stakeholderterkait. Selain itu juga mencoba memfasilitasi dan
menginisiasi kerjasama dengan berbagai pihak dalam pengkajian dan
pengembangan teknologi pertanian di daerah. Fasilitasi kegiatan kerjasama
yang telah dilakukan antara lain :
Fasilitasi pelaporan list kegiatan kerjasama dalam negeri dan luar negeri yang
meliputi : 1) Perakitan dan Pengembangan Paket teknologi Hemat Air dan
Ramah Lingkungan Budidaya Bawang Merah di Lahan Kering NTB; 2)
Penambahan Biochar dan Trichoderma sp Dalam Upaya Mendapatkan Paket
Teknologi Input Rendah pada Usaha Produksi Bawang Merah pada Lahan
Kering di Kabupaten Lombok Timur; 3) Percepatan Perbanyakan Benih
melalui Implementasi Teknologi Budidaya Padi Jajar Legowo; 4) Profitable
feeding strategies for smallholder cattle in Indonesia; 5) Climate Change
Adaptation through Development of a Decision Support Tool Guide Rainfed
Rice Production (CCADS-RR); 6) Profitable feeding strategies for smallholder
cattle in Indonesia (LPS 021).
Fasilitasi kegiatan magang SMK Kuripan dan SMK Batukliang Utara
Fasilitasi Bimbingan Teknis Teknologi Cabai, Sayuran dan Ayam KUB untuk
muslimat NU
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
77
Implementasi kerjasama BPTP NTB dengan PKK Prov NTB, BKOW Prov NTB,
IWAPI NTB, KPPI NTB dan Muslimat NU dalam rangka gerakan tanam cabe di
pekarangan dengan penyediaan bibit cabe siap tanam
Implementasi kerjasama BPTP NTB dengan IPDN Kampus NTB dalam
perkuliahan dengan tema Peningkatan Ekonomi Terpadu bidang Pertanian
dan Peternakan
Penandatangan MoU dengan Institut Pemerintahan Dalam Negeri tentang
Pemanfaatan Inovasi Teknologi Hasil Pertanian Bagi Praja IPDN Kampus Nusa
Tenggara Barat tanggal 28 Agustus 2017
Penandatanganan MoU dengan organisasi wanita diantaranya adalah : 1) Tim
penggerak PKK Provinsi Nusa Tenggara Barat (PKK) tentang Pendampingan
Teknologi Pertanian di Provinsi NTB tanggal 25 Januari 2017; 2) Badan
Koordinasi Organisasi Wanita Provinsi Nusa Tenggara Barat (BKOW) tentang
Pengawalan Teknologi Pertanian pada Kawasan Rumah Pangan
Lestari/Gerakan menanam cabai, kelor dana yam unggul Balitbangtan (KUB)
di Provinsi NTB tanggal 14 Maret 2017; 3) Ikatan Wanita Pengusaha
Indonesia cabang Provinsi Nusa Tenggara Barat (IWAPI) tentang
Pendampingan Teknologi Pertanian di Provinsi NTB tanggal 14 Maret 2017;
4) Organisasi Muslimat Nahdatul Wathan Provinsi Nusa Tenggara Barat
tentang Pendampingan dan Pengawalan Teknologi Pertanian pada Kawasan
Rumah Pangan Lestari/Gerakan menanam cabai, kelor dana yam unggul
Balitbangtan (KUB) di Provinsi NTB tanggal 20 April 2017; 5) Kaukus
Perempuan Politik Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat (KPPI) tentang
Peningkatan Ketahanan Pangan di Provinsi NTB tanggal 14 Maret 2017.
Penandatangan addendum kerjasama dengan Bank Indonesia yang dilakukan
pada tenggal 14 Nopember 2017 tentang Pengembangan Kluster Ternak Sapi
Bali di Desa Karang Kendal Kabupaten Lombok Utara
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
78
Penandatangan MoU dengan PKK Provinsi NTB (kiri), IPDN (tengah) dan Bank Indonesia (kiri)
Penyerahan Bibit Cabe kepada kader dasawisma PKK Kabupaten Sumbawa (kanan) dan Penyerahan
Bibit Cabe kepada organisasi IWAPI provinsi
NTB (kiri)
Pembinaan anggota PKK Kabupaten Bima (kanan) dan Pelatihan Praja IPDN Kampus NTB (kiri)
Kegiatan pengelolaan instalasi pengkajian dilakukan melalui
pendayagunaan dan operasional Laboratorium berjalan optimal, dengan indikator
sebagai berikut :
Prasarana dan Sarana laboratorium dapat berfungsi secara normal, masalah
yang sering terjadi adalah ganguan tekanan suply air tower yang berkurang
karena selain adanya kebocoran pipa distribusi juga dikarenakan semakin
banyak pengguan selain lab yaitu UPBS, Kegiatan Peternakan, KBI dan Mes,
sehingga menggangu proses penyelesaian pengujian N dan penyulingan
aquadest sebagai pelarut bahan pereaksi.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
79
Dinamika pengguna jasa analisa laboratorium dari tahun ketahun bervariasi
tergantung kepentinganya. Sebagai gambaran jumlah contoh yang masuk
kelaboratorium berturut-turut pada, 2011 :1170; 2012 : 591; 2013 :832;
2014 : 639; 2015: 1.427 contoh; 2016 : 1.199 contoh. Adapun tahun 2017
jumlah contoh yang masuk adalah berturut-turut yaitu : (1) Contoh Tanah
460, (2) Tanaman : 248 dan (3) Pupuk : 112, sehingga jumlah total contoh
yang masuk sampai akhir tahun ini sebanyak 820 contoh. Dari pengelolaan
instalasi pengkajian ini mampu menghasilkan setoran PNBP sebesar Rp
141.132.000, sementara target setoran PNBP dari laboratorium tahun ini
adalah Rp 65.000.000, sehingga sudah melewati pencapaian target tersebut
sebesar 117,13 %.
Secara umum analisa survey kepuasan tengah tahun semester I tahun 2017
terhadap pelayanan LP BPTP NTB yang dirasakan pelanggan memuaskan
dengan skor rata-rata 3,47. Pelayanan terhadap pelanggan akan
dipertahankan dan ditingkatkan agar moto mengutamakan mutu pengujian
dan kepuasan pelanggan dapat dipertahankan dan janji pelayanan
memberikan pelayanan yang tepat, cepat dan jaminan mutu hasil pengujian
sesuai ISO 17025-2008 dapat terpenuhi
Jumlah analisa contoh pada unit pengelolaan instalasi
pengkajian BPTP NTB Tahun 2011 s.d 2017
Perbandingan pengguna jasa Internal/External
Laboratorium BPTP NTB per-tengah Tahun 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
80
Jumlah Setoran PNBP LP pada unit pengelolaan
instalasi pengkajian BPTP NTB Tahun 2011 s.d 2017
Sasaran 8 : Tersedianya Sumberdaya Genetik Yang Terkonsentrasi dan
Terdokumentasi
Untuk mencapai sasaran tersebut dapat diukur dengan satu indikator
kinerja. Adapun pencapaian target dari indikator kinerja tersebut adalah sebagai
berikut.
Indikator Kinerja Target Realisasi %
Jumlah aksesi sumberdaya genetik yang terkonsentrasi dan terdokumentasi
5Aksesi 5 Aksesi 100
Indikator kinerja sasaran ke delapan yang ditargetkan dalam Tahun
2017telah tercapaimelalui 1 (satu) indikator kinerja yaitu: Jumlah aksesi
sumberdaya genetik yang terkonsentrasi dan terdokumentasi yang dilaksanakan
melalui kegiatan Pengelolaan Sumberdaya Genetik (SDG) Tanaman Pisang dan
Padi lokal Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat.
Syarat utama untuk tercatatnya suatu varietas tanaman sebagai varietas
adalah dengan mendaftarkan varietas lokal yang ditanda tangani oleh Kepala
Daerah setempat, pengisian form deskripsi serta melengkapinya dengan
dokumen foto sesuai karakter yang tertera dalam deskripsi.
Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten
Lombok Utara.
Kabupaten Lombok Utara tepatnya di Desa Gumantar Kec Kayangan
merupakan salah satu sentra budidaya padi lokal yang masih tetap
dipertahaankan secara turun temurun. Dari luasan 25 ha ditanamai 7
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
81
varietas padi lokal diantaranya yaitu pare anyar, reket nanas, pare jarak,
reket kondo, pare putek (putih), reket bireng, dan pare agel. Penelusuran
padi local di Kabupaten Lombok Tengah juga dikembangkan warga beberapa
varietas yaitu reket lomak, pare jarak, dan pare sentul. Namun dari sekian
varietas padi lokal yang ada, pada tahun 2017 ditetapkan 3 varietas yang
didaftarkan sebagai varietas lokal untuk Kabupaten Lombok Utara yaitu pare
jarak, pare putek, dan pare nanas.
Berdasarkan konsultasi dan koordinasi antara Pemda dan Dinas Pertanian
Kabupaten/Provinsi, BPSB TPH, pemulia Balai Penelitian Tanaman Buah
(Balitbu) Solok dan Balai Besar Bioteknologi Sumberdaya Genetika Pertanian
(BB Biogen), serta konsultasi dengan Pusat PVTPP, maka 2 varietas pisang
lokal yaitu pisang haji dan pisang kayu telah terdaftar sebagai varietas
pisang lokal Kabupaten Lombok Timur.
Tanda daftar 2 varietas pisang lokal di Kabupaten Lombok Timur (pisang haji, pisang
kayu), dan 3 varietas padi lokal di Kabupaten Lombok Utara
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
82
IV. PENUTUP
Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan pencapaian kinerjanya
menunjukkan bahwa kinerja BPTP NTB Tahun 2017telah tercapai walaupun
masih terdapat capaian kegiatan yang belum memenuhi target yang
direncanakan. Sejalan dengan hal tersebut, BPTP NTB diharapkan terus
melakukan kerjasama dan menjalin koordinasi yang baik dengan pemerintah
daerah dan instansi pemerintah propinsi/kabupaten dalam setiap
kegiatannya.Tingkat kepercayaan terhadap inovasi teknologi Badan Litbang
Pertanian yang disampaikan oleh BPTP perlu ditingkatkan, baik sebagai nara
sumber, maupun dalam pendampingan langsung teknologi pertanian pada
pengguna.
Realisasi keuangan satker BPTP NTB sampai dengan akhir TA. 2017
mencapai Rp. 19.984.620.745 (73.16%) dari total anggaran yang dialokasikan
dalam DIPA TA. 2017yaitu sebesar Rp 27.316.064.000.Dari masing-masing
jumlah belanja, realisasi anggaran belanja yang paling besar serapannya adalah
belanja non operasional sebesar Rp. 8.864.785.647, kemudian anggaran belanja
pegawaisebesar Rp. 7.538.285.216, belanja modal Rp 2.229.421.154 dan
anggaran belanja operasionalsebesar Rp. 1.352.128.728.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam penyusunan laporan
SAKIP untuk mendukung dan memperbaiki kinerja balai pada masa yang akan
datang, antara lain:
1) Pengkajian BPTP NTB banyak ditujukan untuk mengatasi masalah pada
agroekosistem lahan kering. Olehnya perlu perencanaan kegiatan dan
anggaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pengkajian dan diseminasi
terutama pada penetapan target capaian dan pelaksanaan kegiatan yang
banyak dilakukan pada musim hujan.
2) Kegiatan pengkajian dan diseminasi BPTP NTB keluarannya tidak hanya pada
capaian output, namun lebih difokuskan pada capaian outcome dan impact.
Dengan demikian, perlu dibuatkan suatu kegiatan yang dapat mewadahi dan
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
83
menjawab kebutuhan SAKIP terutama untuk indikator manfaat dan dampak
tenologi yang dihasilkan.
3) Hasil monitoring dan evaluasi tahun sebelumnya dapat ditindaklanjuti oleh
Balai dan dijadikan acuan untuk perencanaan kegiatan lanjutan di tahun
berikutnya.
4) Untuk mendukung capaian kegiatan Balai, perlu terus dilakukan pembinaan
secara sistematis terhadap SDM peneliti dan penyuluh untuk lebih
meningkatkan kompetensi baik melalui jalur formal maupun informal.
5) Pedoman penyusunan SAKIP perlu disosialisasikan pada peneliti dan
penyuluh, agar dalam pengisian dan penentuan indikator kinerja benar-benar
akurat dan dapat terukur.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
84
LAMPIRAN
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
85
Lampiran 1. Rencana Operasional
RENCANA OPERASIONAL KEGIATAN TAHUN 2015 s/d 2019
Instansi : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat (BPTP NTB)
Visi : Menjadi lembaga pengkajian pertanian terdepan di Nusa Tenggara Barat untuk mewujudkan pertanian
bio-industri berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal dan berdaya saing.
Misi : 1) Merancang, menghasilkan, dan mengembangkan inovasi pertanian spesifik lokasi, serta rekomendasi opsi-opsi
kebijakan pembangunan pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Barat sesuai dinamika kebutuhan masyarakat
pertanian.
2) Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan percepatan diseminasi inovasi pertanian kepada para pengguna serta
meningkatkan penjaringan umpan balik inovasi pertanian.
3) Mengembangkan jaringan kerjasama lokal, nasional dan internasional dalam rangka penguasaan IPTEK,
pengembangan pusat data agribisnis pertanian di daerah dan peningkatan peran BPTP NTB dalam
pengembangan usaha dan sistim agribisnis, ketahanan pangan serta kesejahteraan petani.
4) Mengembangkan kapasitas dan akuntabilitas BPTP NTB untuk menghasilkan inovasi pertanian bermutu,
memberikan pelayanan-pelayanan prima kepada pengguna.
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
86
Program/Kegiatan Sasaran Uraian IKK Satuan
Target Alokasi (Juta Rupiah)
Total 2015
Prakiraan Maju
2015
Prakiraan Maju
2016 2017 2018 2019 2016 2017 2018 2019
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Penciptaan teknologi dan inovasi pertanian bioindustri
berkelanjutan
Pengkajian dan
Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi
Pertanian
1. Pengkajian
dan Perakitan Teknologi Spesifik Lokasi
1) Tersedianya
teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen dan prototype alsintan berbasis bioscience
dan bioenjinering dengan memanfaatkan advanced technology,
seperti teknologi nano, bioteknologi, radiasi, bioinformatika dan bioprosesing yang
adaptif.
1) Jumlah
inovasi teknologi spesifik lokasi
Teknol
ogi
2 3 3 3 2 1000 1650 1800 1950 1400 7800
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
87
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
2) Tersedianya
varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing dengan memanfaatkan
advanced technology dan biscience
2) Jumlah
varietas VUB yang adaptif
Variet
as
3 1 1 1 1 400 450 500 550 600 2500
3) Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian
(lahan, air, iklim dan sumberdaya genetik)n IT
3) Jumlah Peta, Informasi sumberdaya
pertanian
Peta / 1 1 1 1 1 500 550 600 650 700 3000
Paket Informasi
1 1 1 1 1
2. Diseminasi dan Intermediasi
Hasil-Hasil Pengkajian
1). Tersedianya model pengembangan pertanian,
kelembagaan, dan rekomendasi kebijakan pembangunan
pertanian
Jumlah rekomendasi
Rekomendasi
1 1 1 1 1 300 350 400 450 500 2000
Jumlah model pengembangan
inovasi pertanian
Model 2 2 2 2 2 1200 1300 1400 1500 1600 7000
2). Tersedia dan terdistribusinya produk
inovasi pertanian (benih sumber, prototype, peta, data
dan informasi) dan materi transfer teknologi
Jumlah inovasi teknologi
diseminasi
Teknlogi
7 3 3 3 3 1200 1350 1500 1650 1800 7500
Jumlah produksi benih sumber
ton 207.29
50 50 50 50 500 550 600 650 700 3000
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
88
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
3). Penguatan dan
perluasan jejaring kerja mendukung terujudnya lembaga litbang pertanian yang
handal dan terkemuka serta meningkatkan HKI
Jumlah
kerjasama
MOU 1 1 1 1 1 100 125 150 175 200 750
Jumlah Publikasi Buletin/ 2 3 3 3 2 200 375 450 525 400 1950
KTI
jurnal, dan prosiding
2
3. Manajemen Satke
Meningkatnya manajemen
pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian
Jumlahdokumen perencanaan dan
evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan,
kepegawaian dan sarana prasarana
dokumen
8 8 8 8 8
Jumlah dokumen peningkatan
mutu manajemen satker
dokumen
2 2 2 2 2
Jumlah SDM yang meningkat
kompetensinya
orang 15 15 15 15 15
Jumlah
laboratorium yang terfungsikan secara baik
unit 1 1 1 1 1
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
89
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Jumlah kebun
percobaan yang terfungsikan secara baik
unit 1 1 1 1 1
Jumlah website dan database yang ter-update
secara berkelanjutan
bulan 12 12 12 12 12
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
90
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
91
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
92
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
93
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
Laporan Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2017
94