Post on 02-Mar-2019
BADAN KETAHANAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2016
LAPORAN KINERJA
BADAN KETAHANAN PANGAN
TAHUN 2015
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas izinNya
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 selesai disusun sesuai yang
direncanakan. Laporan Kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Kepala
Badan Ketahanan Pangan kepada Menteri Pertanian atas pelaksanaan program,
kegiatan dan anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan alat penilai kinerja secara
kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi unit organisasi dan
transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat. Selain itu, laporan kinerja
ini merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi.
Semua indikator sasaran yang ditargetkan dapat dicapai bahkan melebihi target yang
ditetapkan, kecuali jumlah petugas pengawas keamanan pangan hanya mencapai 97,65
persen. Capaian kinerja tersebut merupakan dampak dari pelaksanaan program dan
kegiatan tahun 2015 yang telah dilaksanakan Badan Ketahanan Pangan Pusat dan
daerah, serta pemangku kepentingan mulai dari pusat hingga ke tingkat lapang, baik
institusi Pemerintah, Swasta, maupun Petani.
Dalam penyusunan laporan ini tentunya masih banyak kekurangan maupun
kesalahan, sehingga kami berharap adanya saran, kritik dan masukan yang konstruktif
guna menyempurnakan penyusunan laporan di waktu mendatang. Terima kasih kami
sampaikan kepada berbagai pihak atas bantuannya sehingga laporan ini dapat
terselesaikan. Semoga laporan ini bermanfaat.
Jakarta, Februari 2016
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dan kinerja yang dicapai oleh Badan Ketahanan Pangan selama tahun 2015. Dalam mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Pertanian, Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian melaksanakan tugas pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang ketahanan pangan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Berdasarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), BKP juga ditetapkan secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP yang diketuai oleh Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian. DKP yang dibentuk diarahkan untuk memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu.
Berdasarkan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan 2015 – 2019, Visi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian : ” Terwujudnya ketahanan pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal berlandaskan kedaulatan pangan dan kemandirian pangan”. Untuk mencapai visi tersebut, maka disusun misi Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian: (1) Meningkatkan ketersediaan pangan yang beragam berbasis sumber daya local; (2) Memantapkan penanganan kerawanan pangan; (3) Meningkatkan keterjangkauan pangan masyarakat untuk pangan pokok (4) Mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat berbasis sumber daya, kelembagaan dan budaya local; (5) Mewujudkan keamanan pangan segar.
Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015 sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan dicapai pada tahun 2015 sebagai berikut : (1) Skor PPH Ketersediaan sebesar 87,52; (2) Penurunan jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1 persen; (3) Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen sebesar diatas atau sama dengan HPP; (4) Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen sebesar dibawah 5 persen; (5) Konsumsi Energi sebesar 2.004 Kkal/Kap/hr; (6) Konsumsi protein sebesar 56,1 gram/kap/hr; (7) Skor PPH Konsumsi sebesar 56,1 gram/kap/hr; (8) Jumlah pengawas keamanan pangan segar yang tersertifikasi sebesar 81 org/thn.
Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya, serta dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan capaian indikator kinerja, keberhasilan yang telah dicapai sesuai dengan target bahkan melebihi target atau diatas 100 persen (sangat berhasil), kecuali jumlah petugas keamanan pangan yang tersertifikasi sebesar 97,65 persen (berhasil). Belum tercapainya target tersebut karena petugas keamanan pangan yang dilatih banyak yang tidak lulus.
Dalam rangka mewujudkan diversifikasi pangan terkait erat dengan perilaku masyarakat/manusia. Hambatan dan kendala yang dihadapi dalam mewujudkan diversifikasi pangan pada tahun 2015 adalah : (1) pendapatan masyarakat masih
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian iii
rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum, sehingga menurunnya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga pangan daripada masalah ketersediaan; (2) konsumsi beras per kapita cenderung turun, tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat; (3) teknologi pengolahan pangan lokal masih rendah; (4) kampanye dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (5) beras sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah; (6) kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih didominasi pangan sumber karbohidrat; (7) terdapatnya konsep makan “belum makan kalau belum makan nasi” yang salah dalam masyarakat; (8) pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu masih rendah; dan (9) bencana alam dan perubahan iklim yang sangat ekstrim.
Terkait dengan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam kinerja pembangunan ketahanan pangan tahun 2015, maka dalam upaya peningkatan kinerja Badan Ketahanan Pangan ke depan diperlukan berbagai perbaikan dan inovasi antara lain: 1) Meningkatkan dukungan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan dalam upaya perwujudan ketahanan pangan; 2) Meningkatkan peranan eksekutif dan legislatif dalam penentuan kebijakan ketahanan pangan wilayah, serta peningkatan pemahaman daerah dalam pembangunan ketahanan pangan; 3) Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM Aparat khususnya dalam pengembangan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan; 4) Mensinkronkan kebijakan pembangunan ketahanan pangan pusat dan daerah melalui berbagai upaya pemberdayaan masyarakat; 5) Mengembangkan sistem kordinasi dan pembinaan dalam pemupukan cadangan pangan pemerintah dan cadangan pangan masyarakat yang bersifat pokok sesuai pola pangan setempat, guna mengantisipasi terjadinya kasus rawan pangan kronis dan transien, serta mendukung stabilisasi harga pangan pokok; 6) Meningkatkan sosialisasi, advokasi, dan pembinaan bagi daerah dalam mengimplementasikan berbagai peraturan dan pedoman ketahanan pangan yang disusun di pusat.
Dalam mencapai target capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan perlu dukungan dari instansi lain baik lintas sektor maupun lingkup Kementerian Pertanian. Dukungan tersebut adalah : (1) peningkatan produksi tanaman khusus tanaman pangan selain padi; (2) peningkatan produksi dan budidaya hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan; (3) pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras dan terigu; (4) pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan; (5) teknologi tepat guna dalam optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan; serta (6) penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan hortikultura.
Jakarta, Februari 2016
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Ringkasan Eksekutif ............................................................................................... ii
Daftar Isi ................................................................................................................ v
Daftar Tabel............................................................................................................ vi
Daftar Grafik............................................................................................................ viii
Daftar Lampiran........................................................................................................ ix
Daftar Gambar........................................................................................................ x
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Maksud dan Tujuan...................................................................... 4
C. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi......................................... 5
BAB II : PERENCANAAN KINERJA………………………................................. 7
A. Rencana Strategis…................................................................... 7
B. Perjanjian Kinerja…..................................................................... 12
BAB III : AKUNTABILITAS KINERJA................................................................. 16
A. Capaian Kinerja Organisasi……………….................................... 16
B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran.......................... 18
C. Realisasi Anggaran……............................................................... 66
D. Dukungan Instansi Lain…............................................................ 70
BAB IV : PENUTUP............................................................................................. 71
A. Simpulan Umum............................................................................ 71
B. Hambatan, Kendala dan Upaya dan Tindak Lanjut....................... 72
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran BKP pada Renstra BKP
2015 – 2017..................................................................................... 7
Tabel 2 Target Indikator Kinerja P5rogram (IKP) BKP 2015 - 2019 ............ 9
Tabel 3. Pendanaan APBN Kegiatan BKP Tahun 2015 - 2019 ................. 10
Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Awal ................................................................................................. 12
Tabel 5. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Sebelum Refocussing ...................................................................... 13
Tabel 6. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Sesudah Refocusing......................................................................... 14
Tabel 7. Keselarasan Indikator Kinerja Renstra dengan Penetapan Kinerja.. 15
Tabel 8. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 ....... 17
Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein Serta Skor PPH.. 19
Tabel 10. Angka Rawan Pangan Tahun 2011 – 2015 ..................................... 22
Tabel 11. Angka Rawan Pangan Tahun 2011 Triwulan I 2015......................... 23
Tabel 12. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Desa/Kawasan
Mandiri Pangan Tahun 2011 – 2015 ................................................ 26
Tabel 13. Perkembangan Harga GKP Tingkat Petani Tahun 2014 – 2015 ..... 27
Tabel 14. Harga Gabah di Tingkat Produsen Tahun 2011 – 2015 .......... ...... 28
Tabel 15. Perkembangan Harga Beras Dalam Negeri Tingkat Grosis
2014 – 2015 .................................................................................... 29
Tabel 16. Perkembangan Harga Beras Kualitas IR di PIBC Tahun
2014 – 2015 .................................................................................... 30
Tabel 17. Perkembangan Harga Pangan Strategis Periode Oktober 2014 -
Oktober 2015 ...…………....................................................... 31
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
vii
Tabel 18. Perkembangan Sasaran Penguatan LDPM Tahun 2014 – 2015 ... 34
Tabel 19. Perkembangan Sasaran Penguatan LDPM Periode 2010 – 2015... 34
Tabel 20. Perkembangan Bansos LDPM Tahap Penumbuhan, Perkembangan,
Kemandirian, dan Pasca Mandiri Tahun 2010 – 2015.................... 35
Tabel 21. Perbandingan Tingkat Harga dan Fluktuasi Harga GKP Tahun 2012.
Tingkat Gapoktan LDPM .................................................................. 36
Tabel 22. Data Perkembangan Cadangan Pangan Masyarakat Tahun 2015.. 39
Tabel 23. Realisasi dan Sisa Stok CBPD Tahun 2015.................................... 42
Tabel 24. Sasaran TTI tahun 2015 – 2019...................................................... 46
Tabel 25. Progres Kegiatan Toko Tani Indonesia........................................... 46
Tabel 26. Perkembangan Target Konsumsi Energi tahun 2011 - 2015........... 47
Tabel 27. Perkembangan Target Konsumsi Protein tahun 2011 – 2015......... 49
Tabel 28. Perkembangan Skor PPH 2011 – 2015........................................... 50
Tabel 29. Perkembangan Pegawai Negeri Sipil Badan Ketahanan Pangan
Tahun 2014–2015........................................................................... 62
Tabel 30. Komponen Indeks Penerapan Nilai-nilai Budaya Kkerja
(IPNBK).................................................................................. 63
Tabel 31. Alokasi Anggaran Per Kegiatan Tahun 2015................................... 66
Tabel 32. Alokasi Realisasi Anggaran Lingkup BKP pada TA. 2014
Setelah Refocusing........................................................................... 67
Tabel 33. Realisasi Penyerapan Anggaran BKP Pusat dan Daerah per Jenis
Belanja pada TA. 2015.................................................................... 67
Tabel 34. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011 – 2015.. 68
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Kerawanan Pangan Berdasarkan Nilai Angka Kecukupan Gizi (AKG)
Tahun 2010-2014................................................................................ 21
Grafik 2. Jumlah Realisasi dan Sisa Stok Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi
sampai bulan Oktober 2014................................................................. 36
Grafik 3. Data Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi
Tahun 2014........................................................................................... 37
Grafik 4. Perbandingan Anggaran Kurang Efektif per Tahun dan per Kegiatan. 39
Grafik 5. Perbandingan Anggaran Kurang Efektif pada Kegiatan BKP……….... 40
Grafik 6. Perbandingan Anggaran Kurang Efisien per Tahun dan per Kegiatan. 40
Grafik 7. Perbandingan Anggaran Kurang Efisien per Kegiatan 2010 – 2014.... 41
Grafik 8. Perbandingan Anggaran Kurang Tertib per Tahun dan per Kegiatan.. 41
Grafik 9. Perbandingan Anggaran Kurang Tertib per Kegiatan 2010 – 2014….. 42
Grafik 10. Perbandingan Tuntutan Ganti Rugi per Tahun dan per Kegiatan…..... 42
Grafik 11. Perbandingan Tuntutan Ganti Rugi per Kegiatan 2010 – 2014……..... 43
Grafik 12. Hasil Pengujian Pangan segar yang TMS dari Residu Pestisida…...... 48
Grafik 13. Realisasi Anggaran Dibandingkan dengan Renstra dan Pagu
Anggaran Tahunan BKPTahun 2010 – 2014…….……………….…..... 53
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sruktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan ………………………... 61
Lampiran 2. Indikator Sasaran Program Renstra Tahun 2010 – 2014 Awal……..... 62
Lampiran 3. Indikator Sasaran Program Renstra Tahun 2010 – 2014 Revisi.…..... 63
Lampiran 4. Perkembangan Konsumsi Per Kelompok Pangan 2009 - 2014........... 64
Lampiran 5. Perkembangan Konsumsi Per Komoditas Tingkat Nasional
Tahun 2010 - 2014…………………………………………………….….. 65
Lampiran 6. Perkembangan Lumbung Pangan Masyarakat Per Provinsi….….….. 66
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kriteria Penerima Gapoktan..............................………………………... 44
Gambar 2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Toko Tani Indonesia...................……..... 45
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu program Kementerian Pertanian yang sedang digalakkan adalah
mewujudkan kedaulatan pangan, melalui program utama yaitu Swasembada
Pangan yang didukung oleh program lainnya. Untuk menuju kedaulatan pangan,
ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan
bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia.Selain
itu, ketahanan pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu
bangsa, dan menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkait dengan hal
tersebut, ketahanan pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan
satu komponen bangsa, tapi harus melibatkan seluruh komponen bangsa, baik
pemerintah maupun masyarakat, harus bersama-sama membangun ketahanan
pangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian dijabarkan dalam Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang merumuskan ketahanan
pangan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, halal,
merata, dan terjangkau” dan ketahanan pangan merupakan tanggungjawab
bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang Pangan
tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk
diimplementasikan dalam keputusan Pimpinan Pemerintah.
Sejalan dengan amanat Undang-Undang Pangan tersebut, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 memprioritaskan
peningkatan kedaulatan pangan sebagai salah satu sub agenda prioritas untuk
mewujudkan agenda pembangunan nasional yakni kemandirian ekonomi dengan
menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Dalam rangka
meningkatkan dan memperkuat kedaulatan pangan tersebut, maka kebijakan
umum dalam RPJMN 2015-2019 diarahkan pada: (1) pemantapan ketahanan
pangan menuju kemandirian pangan dengan peningkatan produksi pangan pokok;
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 2
(2) stabilisasi harga pangan; (3) perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi
masyarakat; (4) mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan; dan (5)
peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan.
Dalam rangka pemantapan ketahanan pangan, pada tahun 2015-2019
Kementerian Pertanian fokus pada peningkatan produksi pangan pokok strategis
yaitu: padi, jagung, kedelai, gula (tebu) dan daging sapi-kerbau serta komoditas
pertanian lainnya, untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri.
Pemantapan ketahanan pangan tersebut, berlandaskan kemandirian dan
kedaulatan pangan yang didukung oleh subsistem ketersediaan, distribusi dan
konsumsi pangan yang terintegrasi.
Dalam rangka mencapai ketahanan pangan yang mantap dan berkesinambungan,
ada 3 (tiga) komponen pokok yang harus diperhatikan: (1) Ketersediaan pangan
yang cukup dan merata; (2) Keterjangkauan pangan yang efektif dan efisien; serta
(3) Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan halal.Ketiga
komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga, dengan: (1)
Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untuk peningkatan
ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan; (2)
Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsi pangan yang
beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan; (3) Mengembangkan
perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehingga menjamin pasokan
pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI); (4) Memanfaatkan pasar pangan
internasional secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam; serta
(5) Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaan
dalam mengakses pangan yang bersifat pokok.
Upaya memantapkan ketahanan pangan yang dilandasi kemandirian pangan,
masih menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan baik yang berasal dari
dalam negeri maupun luar negeri.Permasalahan tersebut antara lain: (1)
Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan
secara umum, sehingga menurunnya daya beli masyarakat; (2) Konsumsi beras
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 3
per kapita cenderung turun, tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung
meningkat; (3) Teknologi pengolahan pangan lokal masih kurang; (4) Kampanye
dan promosi penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (5) Beras
sebagai komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang
murah; (6)Kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih
didominasi pangan sumber karbohidrat, serta masih rendahnya konsumsi protein
hewani, umbi-umbian, aneka kacang, serta sayur dan buah; (7) Masih
berkembangnya konsep makan“belum makan kalau belum makan nasi”; (8)
Pemanfaatan dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi,
jagung, dan sagu masih rendah; dan (9) Bencana alam dan perubahan iklim yang
sangat ekstrim.(10) Konversi lahan pertanian yang terus berlanjut; (11) Perluasan
lahan pertanian di luar Jawa masih terkendala kualitas tanah maupun kepemilikan
lahan di luar jawa; (12) Perubahan iklim dan cuaca yang mempengaruhi produksi
pangan; serta (13) Agribisnis pangan yang belum optimal sangat mempengaruhi
tingkat kesejahteraan petani. Sementara itu, situasi ekonomi dan perdagangan
bebas di dunia internasional, berpengaruh cukup kuat terhadap ketahanan
pangan di dalam negeri, terutama harga dan pasokan pangan yang begitu
dinamis mempengaruhi ketersediaan pangan di dalam negeri.
Untuk mengatasi permasalahan dan mewujudkan ketahanan pangan tersebut,
Badan Ketahanan Pangan (BKP) sebagai salah satu unit kerja Eselon I yang
memiliki tugas yaitu: "Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi
di bidang pemantapan ketahanan pangan",telah menjabarkan berbagai program
dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan.
Guna mengetahui kinerja pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan
ketahanan pangan tersebut selama tahun 2015, disusunlah Laporan Kinerja
Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015.Penyusunan Laporan Kinerja tersebut
didasarkan pada : (1) UU no 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara; (2)
Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah; (3)Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999;(4) Peraturan
Pemerintah No. 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 4
Pemerintah;(5) Peraturan Pemerintah No 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan; (5) Peraturan
Menteri Pertanian nomor 135 tahun 2013 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Pertanian Tahun 2013; dan (6)
Permenpan Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
B. Maksud dan Tujuan
Laporan Kinerja tahun 2015 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian kepada Menteri Pertanian
selaku pimpinan tertinggi Kementerian Pertanian.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk : (1) Mengetahui sejauhmana kinerja
Badan Ketahanan Pangan tahun 2015; (2) Memenuhi kewajiban Badan Ketahanan
Pangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2015; dan (3)
Sebagai salah satu bahan penyusunan laporan kinerja Kementerian Pertanian.
C. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi
Tugas BKP berdasarkan Permentan Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 yaitu:
"Melaksanakan pengkajian, pengembangan, dan koordinasi di bidang pemantapan
ketahanan pangan".Dalam melaksanakan tugasnya, BKP menyelenggarakan
fungsi:
1. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan,
dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan
penanggulangan kerawanan pangan;
2. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan,
dan pemantapan distribusi pangan dan cadangan pangan;
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 5
3. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan,
dan pemantapan pola konsumsi dan penganekaragaman pangan;
4. Pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan,
dan pengawasan keamanan pangan segar; serta
5. Pelaksanaan administrasi Badan Ketahanan Pangan.
Tugas BKP meliputi kegiatan di bidang: penyediaan pangan, distribusi pangan,
cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta pencegahan dan
penanggulangan masalah pangan dan gizi. Dalam melaksanakan tugas sehari-
hari, BKP didukung oleh empat Eselon II dengan struktur organisasi, yaitu:
1. Sekretariat Badan, mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan
administratif kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Badan Ketahanan
Pangan.
2. Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, mempunyai tugas
melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan,
pemantauan, dan pemantapan ketersediaan pangan, serta pencegahan dan
penanggulangan kerawanan pangan.
3. Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan, mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan, pengembangan, pemantauan,
dan pemantapan distribusi pangan.
4. Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, mempunyai
tugas melaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan,
pengembangan, pemantauan, dan pemantapan konsumsi dan keamanan
pangan.
Bagan struktur organisasi BKP berdasarkan Permentan Nomor
61/Permentan/OT.140/10/2010 sebagaimana pada Lampiran 1.
Mengingat luasnya substansi dan banyaknya pelaku yang berperan dalam
pembangunan ketahanan pangan, maka sangat diperlukan kerjasama yang
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 6
sinergis dan terarah antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi
program dan kegiatan berbagai subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi
dan harmonisasi kebijakan dan program, serta memperkuat koordinasi
peningkatan ketahanan pangan antar sektor, antar wilayah, dan antar waktu,
dibentuk Dewan Ketahanan Pangan (DKP) yang bertugas merumuskan kebijakan
serta melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam mewujudkan ketahanan
pangan nasional melalui Keppres Nomor 132 Tahun 2001 yang disempurnakan
dengan Perpres Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP),
menetapkan BKP secara ex-officio sebagai Sekretariat DKP yang diketuai oleh
Presiden dan Ketua Harian oleh Menteri Pertanian.
BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Menteri Pertanian
selaku Ketua Harian DKP dalam membantu Presiden RI untuk: (1) Merumuskan
kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; dan (2)
Melaksanakan evaluasi dan pengendalian dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan nasional.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Rencana Strategis
Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 adalah
Renstra Badan Ketahanan Pangan (BKP) Tahun 2015 – 2019 yang memuat visi,
misi, tujuan, sasaran serta program BKP. Visi, misi, tujuan, dan sasaran tersebut
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran BKP pada Renstra BKP 2015 - 2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN
Terwujudnya
ketahanan
pangan melalui
penganekaragam
an pangan
berbasis sumber
daya lokal
berlandaskan
kedaulatan
pangan dan
kemandirian
pangan
1. Meningkatkan
ketersediaan pangan
yang beragam berbasis
sumber daya local
1. Memperkuat penyediaan
pangan yang beragam
berbasis sumber daya
local
1. Meningkatnya
ketersediaan pangan
yang beragam
2. Memantapkan
penanganan kerawanan
pangan
2. Menurunkan jumlah
penduduk rawan pangan
2. Menurunnya jumlah
penduduk rawan
pangan
3. Meningkatkan
keterjangkauan pangan
masyarakat untuk
pangan pokok
3. Memperkuat sistem
distribusi dan stabilisasi
harga pangan pokok
3. Stabilnya harga pangan
pokok di tingkat
produsen dan
konsumen
4. Mewujudkan
penganekaragaman
konsumsi pangan
masyarakat berbasis
sumber daya,
kelembagaan dan
budaya local
4. Meningkatkan konsumsi
pangan yang beragam,
bergizi seimbang dan
aman melalui penguatan
pengetahuan dan
kesadaran masyarakat
4. Meningkatnya
keragaman konsumsi
pangan yang sehat dan
aman
5. Meningkatkan konsumsi
pangan masyarakat
untuk memenuhi
kecukupan gizi yang
bersumber dari pangan
lokal
5. Meningkatnya konsumsi
pangan masyarakat
sesuai angka
kecukupan gizi (AKG)
5. Mewujudkan keamanan
pangan segar
6. Meningkatkan keamanan
pangan segar
6. Tercapainya keamanan
pangan segar
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 8
Untuk pencapaian sasaran strategis di atas, BKP melaksanakan “Program
Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat” dengan
indikator kinerja program adalah sebagai berikut:
1. Tercapainya kualitas ketersediaan pangan dengan indicator skor Pola
Pangan Harapan (PPH) ketersediaan;
2. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan setiap tahun;
3. Stabilnya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)
diatas atau sama dengan HPP;
4. Stabilnya harga pangan pokok (beras) di tingkat konsumen dengan
Coefficient of Variation;
5. Meningkatnya keragaman konsumsi pangan masyarakat sesuai angka
kecukupan gizi (AKG);
6. Meningkatnya pemanfaatan pangan atau konsumsi pangan dan gizi untuk
hidup sehat, aktif dan produktif dengan terpenuhinya konsumsi sesuai AKG;
7. Meningkatnya konsumsi pangan yang sehat dan aman dengan indikator skor
Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi;
8. Tercapainya keamanan pangan segar dengan indicator jumlah pengawas
keamanan pangan yang tersertifikasi.
Target kinerja “Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Masyarakat” Badan Ketahanan Pangan tahun 2015-2019,adalah:
1. Tercapainya kualitas ketersediaan pangan sehingga mencapai skor Pola
Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar 96,32 pada tahun 2019;
2. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan sebesar 1% setiap tahun;
3. Stabilnya harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)
diatas atau sama dengan HPP;
4. Stabilnya harga pangan pokok (beras) di tingkat konsumen dengan
Coefficient of Variation maksimum 5%;
5. Meningkatnya keragaman konsumsi pangan masyarakat sesuai angka
kecukupan gizi (AKG);
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 9
6. Meningkatnya pemanfaatan pangan atau konsumsi pangan dan gizi untuk
hidup sehat, aktif dan produktif dengan terpenuhinya konsumsi sesuai AKG;
7. Meningkatnya konsumsi pangan yang sehat dan aman sehingga mencapai
skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 92,5 pada tahun 2019;
8. Tercapainya keamanan pangan segar dengan kandungan cemaran biologis,
kimia, dan fisik pada pangan segar (dibawah ambang batas).
Tabel 2. Target Indikator Kinerja Program (IKP) BKP Tahun 2015 – 2019
No. Rincian IKP 2015 2016 2017 2018 2019
1. Skor PPH Ketersediaan 87,52 89,71 92,04 94,25 96,32
2. Menurunnya jumlah
penduduk rawan pangan
(%)
1 1 1 1 1
3. Stabilnya harga pangan
(Gabah/Beras) ditingkat
produsen
≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP
4. Stabilnya harga pangan
(Beras) di tingkat konsumen
CV<5% CV<5% CV<5% CV<5% CV<5%
5. Konsumsi
Energi(kkal/kap/hr)
2.004 2.040 2.077 2.113 2.150
6. Konsumsi
Protein(gram/kap/hr)
56,1 56,4 56,6 56,8 57,0
7 Skor PPH Konsumsi 84,1 86,2 88,4 90,5 92,5
8 Keamanan Pangan Segar
(Uji Lab) *)
Dibawah
ambang
batas
Dibawah
ambang
batas
Dibawah
ambang
batas
Dibawah
ambang
batas
Dibawah
ambang
batas
Keterangan : *) Keamanan pangan dilihat dari kandungan cemaran biologis, kimia dan fisik Sumber : Badan Ketahanan Pangan
Target kinerja kegiatan adalah tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai
oleh Badan Ketahanan Pangan dalam periode 2015-2019 yang berupa output.
Indikator kinerja kegiatan (IKK) tersebut dapat diperhatikan pada lampiran 2.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 10
Dalam pelaksanaan implementasi kebijakan-kebijakan tersebut, diperlukan
dukungan kebijakan, antara lain : (i) Peningkatan dukungan penelitian dan
pengembangan pangan; (ii) Peningkatan kerjasama internasional; (iii) Peningkatan
pemberdayaan dan peranserta masyarakat; (iv) Penguatan kelembagaan dan
koordinasi ketahanan pangan; serta (v) Dorongan terciptanya kebijakan makro
ekonomi dan perdagangan yang kondusif bagi ketahanan pangan.
Program dan kegiatan pemantapan ketahanan pangan lingkup Badan Ketahanan
Pangan 2015-2019 yang dibiayai APBN, adalah kegiatan prioritas nasional.
Kebutuhan anggaran Badan Ketahanan Pangan tahun 2015 adalah sebesar Rp
632,39 milyar sedangkan kebutuhan anggaran tahun 2019 sebesar Rp 713,71
milyar. Kebutuhan anggaran tersebut untuk membiayai kegiatan kajian, analisis
dan perumusan kebijakan ketahanan pangan serta model pengembangan
pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat dalam rangka meningkatkan
ketahanan pangan masyarakat terutama di lokasi rentan ketahanan pangan.
Rencana pendanaan tahunan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3. Pendanaan APBN Kegiatan BKPTahun 2015-2019
Sumber: BKP, Kementan
Program yang dilaksanakan adalah Program Peningkatan Diversifikasi dan
Ketahanan Pangan Masyarakat. Sasaran (outcome) yang hendak dicapai dalam
program tersebut adalah meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan
No Kegiatan ALOKASI (Milyar Rupiah)
2015 2016 2017 2018 2019
1814 Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas
Harga Pangan
105,04 92,38 95,81 117,86 121,08
1815 Pengembangan ketersediaan dan penanganan
rawan pangan
111,61 73,82 110,80 108,04 109,13
1816 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan
Keamanan Pangan
130,04 154,72 258,22 254,55 269,10
1817 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan
Ketahanan Pangan
285,70 310,36 334,78 351,52 214.39
TOTAL 632,39 631,28 799,61 831,97 713,71
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 11
ketersediaan, distribusi, konsumsi, dan keamanan pangan segar serta
terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan. Program tersebut dilaksanakan
melalui 4 (empat) kegiatan utama yaitu :
1. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan, sasaran
yang hendak dicapai yaitu meningkatnya kemampuan kelembagaan
distribusi dan cadangan pangan serta stabilitas harga pangan.
2. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan, sasaran
yang hendak dicapai yaitu meningkatnya kualitas analisis ketersediaan dan
akses pangan, serta penanganan rawan pangan.
3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi Pangan dan Peningkatan
Keamanan Pangan Segar, sasaran yang hendak dicapai yaitu meningkatnya
penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan segar.
4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan Pangan,
dengansasaran yang ingin dicapai adalahterwujudnya pelayanan
administrasi dan manajemen terhadap penyelenggaran ketahanan pangan.
Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: (a) Pengelolaan gaji, honorarium, dan
tunjangan, untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam melaksanakan
berbagai kegiatan; (b) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan
Perkantoran, untuk menunjang pelaksanaan kegiatan ketahanan pangan;
dan (c) Pelayanan Publik atau Birokrasi, yang diarahkan untuk mendukung
perencanaan, pemantauan, evaluasi, dan kerjasama dalam
penyelenggaraan ketahanan pangan. Namun demikian, kegiatan ini tidak
dicantumkan dalam laporan ini karena kegiatan tersebut merupakan
kegiatan rutin yang dilakukan oleh setiap instansi, sehingga dianggap tidak
dapat mewakili kinerja Badan Ketahanan Pangan.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 12
B. Perjanjian Kinerja
Sebagai tindaklanjut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Perjanjian
Kinerja dan Pelaporan dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah, Badan Ketahanan Pangan telah menyusun Perjanjian Kinerja (PK)
Tahun 2015 sebagai acuan tolok ukur evaluasi akuntabilitas kinerja yang akan
dicapai pada tahun 2015, sebagai berikut :
Tabel 4. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015Badan Ketahanan Pangan Awal
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET
1. Meningkatnya ketahanan
pangan melalui
ketersediaan, distribusi,
konsumsi, dan keamanan
pangan segar di tingkat
masyarakat serta
terkoordinasinya kebijakan
ketahanan pangan
1. Penurunan jumlah penduduk rawan
pangan
1%
2. Harga gabah kering panen (GKP) di
tingkat produsen (Rp/Kg)
≥ HPP
3. Koefisien variasi pangan (beras) di
tingkat konsumen (CV)
< 5%
4. Konsumsi Energi (Kkal/Kap/Th) 2.004
5. Konsumsi protein (Gram/kap/hr ) 56,1
6. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Konsumsi
84,1
Kegiatan Anggaran
1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan Rawan Pangan
Rp 101.609.250.000,-
2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas Harga Pangan Rp 102.113.810.000,-
3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan
Rp 112.321.030.000,-
4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada Badan Ketahanan Pangan.
Rp 266.340.810.000,-
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 13
Tabel 5. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan
Sebelum Refocusing
Kegiatan Anggaran
1. Pengembangan Ketersediaan dan Penanganan
Rawan Pangan
Rp 101.609.250.000,-
2. Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilitas
Harga Pangan
Rp 102.113.810.000,-
3. Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi
dan Keamanan Pangan
Rp 112.321.030.000,-
4. Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya pada
Badan Ketahanan Pangan.
Rp 266.340.810.000,-
Dengan adanya APBN Perubahan Tahun 2015 dan Refocusing Kegiatan Tahun
2015 pada bulan Maret 2015, maka Perjanjian Kinerja (PK) BKP Tahun 2015
direvisi dengan adanya tambahan anggaran Rp. 52,87 milyar dan tambahan
indikator kinerja program berkaitan dengan perbaikan dan penyempurnaan
Renstra BKP Tahun 2015-2019. Revisi PK BKP Tahun 2015 adalah sebagai
berikut:
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET
1. Terwujudnya pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan
1. Skor PPH Ketersediaan 87,52 2. Penurunan jumlah penduduk
rawan pangan 1%
3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)
≥ HPP
4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (Cv)
< 5%
5. Konsumsi Energi 2.004 Kkal/Kap/hr 6. Konsumsi protein 56,1 gram/kap/hr 7. Skor PPH Konsumsi 84,1 8 Jumlah pengawas keamanan
pangan segar yang tersertifikasi
81 org/thn
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 14
Tabel 6. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan
Setelah Refocusing
Kegiatan Anggaran
1. Pengembangan Ketersediaan dan
Penanganan Rawan Pangan
Rp 111.609.248.000,-
2. Pengembangan Sistem Distribusi dan
Stabilitas Harga Pangan
Rp 107.265.009.000,-
3. Pengembangan Penganekaragaman
Konsumsi dan Keamanan Pangan
Rp 132.894.730.000,-
4. Dukungan Manajemen dan Teknis
Lainnya pada Badan Ketahanan
Pangan.
Rp 283.489.614.000,-
Penetapan Kinerja sudah selaras dengan Renstra Badan Ketahanan Pangan
Tahun 2015 – 2019, seperti pada tabel 7 berikut ini :
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET
1. Terwujudnya pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan
1. Skor PPH Ketersediaan 87,52 2. Penurunan jumlah
penduduk rawan pangan 1%
3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)
≥ HPP
4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (Cv)
< 5%
5. Konsumsi Energi 2.004 Kkal/Kap/hr 6. Konsumsi protein 56,1 gram/kap/hr 7. Skor PPH Konsumsi 84,1 8 Jumlah pengawas
keamanan pangan segar yang tersertifikasi
81 org/thn
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 15
Tabel 7. Keselarasan Indikator Kinerja Renstra dengan Penetapan Kinerja.
Sasaran
Indikator Renstra Target
Indikator
Penetapan
Kinerja
Target
Meningkatnya ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan
1. Skor PPH
Ketersediaan 87,52
Skor PPH Ketersediaan
87,52
2. Menurunnya jumlah
penduduk rawan
pangan (%)
1 Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
1
3. Stabilnya harga
pangan
(Gabah/Beras)
ditingkat produsen
≥ HPP Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)
≥ HPP
4. Stabilnya harga
pangan (Beras) di
tingkat konsumen
CV<5% Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (Cv)
< 5%
5. Konsumsi
Energi(kkal/kap/hr)
2.004 Konsumsi Energi
2.004
6. Konsumsi
Protein(gram/kap/hr)
56,1 Konsumsi protein
56,1
7 Skor PPH Konsumsi 84,1 Skor PPH Konsumsi
84,1
8 Keamanan Pangan
Segar (Uji Lab) *)
Dibawah
ambang
batas
Jumlah pengawas keamanan pangan segar yang tersertifikasi
81 org/thn
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 16
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Kriteria keberhasilan pencapaian kinerja dalam akuntabilitas kinerja dalam laporan
ini diindikasikan dengan nilai pencapaian sebagai berikut:
1. Sangat berhasil : jika capaian kinerja>100%
2. Berhasil : 80-100%
3. Cukup Berhasil : 60-79%
4. Tidak Berhasil : <60%
Berdasarkan Indikator Kinerja Utama Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian pada tahun 2015, sasaran Program Peningkatan Diversifikasi dan
Ketahanan Pangan Masyarakat BKP, yaitu meningkatnya ketahanan
panganmelalui pengembangan ketersediaan, distribusi,konsumsi dan keamanan
pangan,dengan sasaran kegiatan utama yaitu: (1) Meningkatnya pemantapan
penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan; (2) Meningkatnya
pemantapan distribusi dan harga pangan; (3) Meningkatnya pemantapan
ketersediaan pangan dan penanganan rawan pangan; (4) Meningkatnya
manajemen dan pelayanan administrasi dan keuangan secara efektif dan efisien
dalam mendukung pengembangan dan koordinasi kebijakan ketahanan pangan.
Masing-masing sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan menggunakan
indikator kinerja.Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan
Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja
sasaran dengan realisasinya.
Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan dalam menjalankan Program Peningkatan
Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur berdasarkan pencapaian
outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome merupakan hasil
dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan unit kerja Eselon II yaitu Pusat
Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan,
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 17
Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan, serta Sekretariat
Badan Ketahanan Pangan. Pengukuran capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan
tersebut dilaksanakan secara triwulanan dan tahunan, sedangkan pengukuran
realisasi keuangan dan fisik output kegiatan dipantau secara bulanan dan
triwulanan melalui Laporan Sistem Monitoring Evaluasi (Simonev) dan PMK
249/2011 secara online, Laporan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
(SPAN), Laporan Kegiatan Utama dan Strategis, serta Laporan Penetapan Kinerja
(PK) dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Badan Ketahanan Pangan.
Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar
mampu menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliabel sebagai
bahan pertimbangan perencanaan selanjutnya. Hasil pengukuran menjadi dasar
untuk menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka
mencapai target kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk
mencapai tujuan dan sasaran
Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sasaran tersebut dapat
dilihat dalam tabel 8 berikut ini :
Tabel 8. Pencapaian Sasaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Sumber data : Data Susenas yang diolah BKP Kementerian Pertanian.
NO SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET
REALISASI
% CAPAIAN
1. Terwujudnya pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan
1. Skor PPH Ketersediaan 87,52 89,69 Sangat Berhasil = 102,48 %
2. Penurunan jumlah penduduk rawan pangan
1% - 5 % Turun 5 % (Sangat Berhasil 500 %)
3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)
≥ HPP 4.563 HPP : Rp. 3.700 (Sangat Berhasil =
123 %)
4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen (Cv)
< 5% 2,40 Sudah dibawah target (Sangat Berhasil = 208 %)
5. Konsumsi Energi (Kkal/Kap/Hr)
2.004 2.098,5 Sangat Berhasil : 104,71 persen
6. Konsumsi protein (gram/Kap/Hr)
56,1 58,6 Sangat Berhasil : 104,46 persen
7. Skor PPH Konsumsi 84,1 85,2 Sangat Berhasil : 101,30 persen
8 Jumlah pengawas keamanan pangan segar yang tersertifikasi(Org/Th)
81 79 Berhasil : 97,53 persen
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 18
Dari tabel diatas dapat diketahui, bahwa capaian kinerja Perjanjian Kinerja Tahun
2015 adalah : dari 8 indikator, yang mencapai nilai pencapaian diatas 100 persen
(Sangat Berhasil)sebanyak 7 indikator, sedangkannilai pencapaian 80 – 100
persen (Berhasil) sebanyak 1 indikator yaitu jumlah pengawas keamanan pangan
segar yang tersertifikasi, yaitu sebesar 97,53 persen.
B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Sasaran.
Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja
kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran. Beberapa sasaran dapat
dilaksanakan melalui beberapa kegiatan yang saling terkait untuk mencapai
sasaran tersebut. Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2015 Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Skor PPH Ketersediaan
Ketersediaan pangan merupakan aspek penting dalam mewujudkan
ketahanan pangan. Penyediaan pangan diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan pangan bagi masyarakat, rumah tangga, dan perseorangan secara
berkelanjutan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan
meningkatkan kuantitas serta kualitas konsumsi pangan, diperlukan target
pencapaian angka ketersediaan pangan per kapita per tahun sesuai dengan
angka kecukupan gizinya. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG)
VIII tahun 2004 merekomendasikan kriteria ketersediaan pangan ditetapkan
minimal 2200 kkal/kapita/hari untuk energi dan minimal 57 gram/kapita/hari
untuk protein.
Ketersediaan energi selama kurun waktu 2011-2015 sudah jauh di atas
rekomendasi WNPG VIII dengan rata–rata 3.808 kkal/kapita/hari.
Ketersediaan energi tersebut mengalami peningkatan rata-rata 1,09 persen
per tahun. Kecenderungan peningkatan ketersediaan energi selama periode
ini disebabkan terjadinya peningkatan ketersediaan energi yang cukup besar
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 19
pada periode 2011-2012 karena adanya peningkatan produksi beberapa
komoditas pangan.
Seperti halnya ketersediaan energi, tingkat ketersediaan protein pada periode
2011-2015 juga sudah melebihi rekomendasi angka kecukupan gizi WNPG
VIII dengan ketersediaan protein rata-rata 91,50 gram/kapita/hari.
Ketersediaan protein tersebut mengalami peningkatan rata-rata 0,31 persen
per tahun. Kecenderungan peningkatan ketersediaan protein selama periode
ini disebabkan peningkatan ketersediaan protein yang cukup besar pada
periode 2012-2014 karena adanya peningkatan produksi beberapa komoditas
pangan sumber protein.
Kondisi tersebut di atas menunjukkan bahwa ketersediaan energi dan protein
secara umum sudah cukup baik. Kelebihan ketersediaan pangan tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai stok atau cadangan maupun untuk diekspor. Jika
dilihat dari sumbangan energi dan proteinnya, kelompok pangan nabati
memberikan porsi sumbangan dengan jumlah yang jauh lebih besar
dibandingkan kelompok pangan hewani. Secara nasional, ketersediaan energi
dan protein per kapita per tahun dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9. Perkembangan Ketersediaan Energi dan Protein serta Skor PPH Ketersediaan 2010–2014
Tahun Energi (Kalori/Hari) Protein (Gram/Hari) Skor PPH
Ketersediaan Total Nabati Hewani Total Nabati Hewani
2011 3.646 3.485 161 93,13 75,10 18,03 66,74
2012 3.896 3.707 188 88,99 73,19 15,79 73,43
2013 3.867 3.586 280 89,55 71,82 17,73 69,37
2014* 3.830 3.539 291 91,65 73,34 18,31 63,95
2015** 3.800 3.510 290 94,17 75,94 18,23 59,32
Pertumb. (%) 1,09 0,24 17,37 0,32 0,31 0,67 (2,64)
Rata-rata 3.808 3.565 242 91,50 73,88 17,62 66,56 Keterangan: - NBM 2014 Sementara, 2015Perkiraan - Sumber: Badan Ketahanan Pangan (BKP), Kementerian Pertanian
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 20
Grafik 1. Ketersediaan Energi Tahun 2011 – 2015
Grafik 2. Ketersediaan Protein Tahun 2011 – 2015
,0
500,0
1000,0
1500,0
2000,0
2500,0
3000,0
3500,0
4000,0
4500,0
2011 2012 2013 2014* 2015**
Kal
/kap
/har
i
Total
Nabati
Hewani
,000
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
2011 2012 2013 2014* 2015**
Gra
m/k
ap/h
ari
Total
Nabati
Hewani
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 21
Grafik 3. Skor PPH Ketersediaan Pangan Tahun 2011 – 2015
Tingkat ketersediaan pangan selain dilihat dari kecukupan gizinya, baik energi
dan protein, juga dinilai dari sisi keberagaman ketersediaan gizi berdasarkan
Pola Pangan Harapan (PPH). PPH tingkat ketersediaan dihitung berdasarkan
ketersediaan energi Neraca Bahan Makanan (NBM). Keberagaman
ketersediaan pangan akan mendukung pencapaian keberagaman konsumsi
pangan sehingga dapat dicapai sasaran konsumsi pangan yang diharapkan.
Perkembangan skor PPH tingkat ketersediaan berdasarkan Neraca Bahan
Makanan tahun 2011 – 2015menunjukkan skor rata-rata 87,97 dengan
kecenderungan meningkat rata-rata 3,30 persen per tahun. Skor PPH tingkat
ketersediaan dari NBM tahun 2011 adalah 81,27, tahun 2012 adalah 83,50,
tahun 2013 adalah 90,85, tahun 2014 adalah 91,84 dan tahun 2015 adalah
92,38. Untuk mencapai keberagaman ketersediaan pangan yang ideal dan
memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) tingkat ketersediaan yang dianjurkan,
maka yang perlu ditingkatkan lagi selama tahun 2011-2015 adalah
ketersediaan kelompok pangan hewani serta sayuran dan buah.
2. Penurunan Penduduk Rawan Pangan
Kemiskinan dan kerawanan pangan merupakan masalah yang berkaitan
dengan pencapaian pembangunan dan kesejahteraan suatu wilayah.Tingkat
74,000
76,000
78,000
80,000
82,000
84,000
86,000
88,000
90,000
92,000
94,000
2011 2012 2013 2014* 2015**
Gra
m/k
ap/h
ari
PPH Ketersediaan
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 22
perkembangan penduduk rawan pangan ditunjukkan dengan Angka Rawan
Pangan yang merupakan gambaran situasi tingkat aksesibilitas pangan
masyarakat dicerminkan dari tingkat kecukupan gizi masyarakat, yang diukur
dari Angka Kecukupan Gizi (AKG). Data dasar yang digunakan untuk
mengukur tingkat kerawanan pangan adalah data hasil Susenas (Survei
Sosial Ekonomi Nasional) yang dilaksanakan oleh BPS dimana angka
kecukupan konsumsi kalori penduduk Indonesia per kapita per hari
berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII (WNPG) 2004 adalah
2000 kkal. Persentase rawan pangan berdasar angka kecukupan gizi (AKG)
suatu daerah, dihitung dengan menjumlahkan penduduk dengan konsumsi
kalori kurang dari 1400 kkal (70% AKG) perkapita dibagi dengan jumlah
penduduk pada golongan pengeluaran tertentu. Angka rawan pangan sejak
tahun 2010–2014 Triwulan I ditunjukkan pada Tabel 10 dan 11 serta Grafik 4
berikut ini.
Tabel 10. Angka Rawan Pangan Tahun 2011-2015.
Tahun
Jumlah Penduduk
Sangat Rawan Pangan (< 70% AKG)
%
Jumlah Penduduk
Rawan Pangan (70%-89,9%
AKG)
%
Jumlah Penduduk
Tahan Pangan (>=90% AKG)
%
2011 41.704.729 17,30 78.434.302 32.53 120.994.688 50.18
2012 47.842.490 19,52 80.832.494 32.97 116.463.438 47.51
2013 46.399.355 18,68 84.091.618 33.85 117.956.185 47.48
2014 TW I 43.739.341 17,40 84.823.188 33.74 122.825.321 48.86
2015 TW I 33.030.182 12,96 72.813.600 28,57 149.052.869 58,48
Sumber : BPS RI – Data Susenas
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 23
Grafik 4. Penurusan Penduduk Rawan Pangan
Sumber :Data BPS-Susenas Keterangan: Sangat rawan : (a) Konsumsi kalori perkapita perhari kurang < 70% dari AKG; Rawan Pangan : (b) Konsumsi kalori perkapita perhari 70-90% dari AKG; Tahan pangan : (c) Kosumsi kalori perkapita perhari > 90% dari AKG.
Tabel 11. Angka Rawan Pangan Tahun 2011 Triwulan I - 2015 Triwulan I.
Tahun
Jumlah Penduduk Sangat Rawan Pangan (< 70% AKG)
%
Jumlah Penduduk Rawan Pangan (70%-89.9% AKG)
%
Jumlah Penduduk Tahan Pangan (>=90% AKG)
%
2011 TW I 35.217.814 14,65 72.722.413 30,25 132.443.071 55,10
2012 TW I 50.353.088 20,67 79.557.170 32,66 113.665.361 46,67
2013 TW I 47.020.098 19.04 83.651.655 33,87 116.308.063 47,09 2014 TW I 43.739.341 17,40 84.823.188 33.74 122.825.321 48,86
2015 TW I 33.030.182 12,96 72.813.600 28,57 149.052.869 58,48
Sumber : Data BPS-Susenas
0
10
20
30
40
50
60
70
2011 2012 2013 2014 2015 (T.I)
Tahun
Pe
rsen
Penduduk Rawan Pangan
Sangat rawan
Rawan pangan
Tahan pangan
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 24
Berdasarkan perkembangan angka rawan pangan pada tabel dan grafik diatas
yang merupakan angka gabungan yang dihitung berdasarkan jumlah seluruh
sampel data susenas pada tahun tersebut, terlihat bahwa penduduk rawan
pangan mengalami perkembangan yang fluktuatif sejak tahun 2010 - 2014
Triwulan I. Persentase angka sangat rawan pangan pada tahun 2010 sekitar
35,71 juta atau 15,34 persen.pada tahun 2011 bertambah menjadi 4170 juta atau
17,30 persen. dan pada tahun 2012 bertambah menjadi 47,82 juta atau 19,52
persen; pada tahun 2013 turun menjadi 46,39 juta atau 18,68 persen; tahun
2014 triwulan I turun lagi menjadi 43,73 juta atau 17,40 persen; dan tahun 2015
triwulan I turun lagi menjadi 33,03 juta atau 12,96 persen.
Berdasarkan kajian Badan Ketahanan Pangan dengan BPS tahun 2014 dan
ditindaklanjuti tahun 2015, dengan fluktuatifnya jumlah penduduk rawan pangan
dapat disampaikan beberapa hal sebagai berikut:
1. Jumlah penduduk rawan pangan paling tinggi yaitu penduduk yang berada
pada kuantil pertama tergolong dalam penduduk relatif miskin. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pada kelompok penduduk relative miskin, kejadian
rawan pangannya lebih tinggi dibandingkan penduduk pada kelompok tidak
miskin. Diharapkan kebijakan pemerintah difokuskan pada penduduk
kelompok relatif miskin
2. Apabila dilihat dari golongan pengeluaran, maka dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi golongan pengeluaran penduduk, maka angka rawan
pangan pada golongan tersebut semakin kecil.
3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan pengukuran
pendapatan daerah diduga mempunyai pengaruh terhadap kerawanan
pangan suatu wilayah. Hasil kajian menunjukkan adanya hubungan antara
PDRB dengan angka rawan pangan meskipun hubungan tersebut kecil dan
negative, artinya semakin tinggi PDRB maka kerawanan pangan di wilayah
tersebut semakin rendah.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 25
4. Karakteristik rumah tangga rawan pangan yang meliputi persentase wanita
usia subur yang buta huruf, persentase kepala rumah tangga menurut
pendidikan tertinggi yang ditamatkan, dan jumlah anggota rumah tangga
menyebutkan bahwa: semakin tinggi persentase wanita usia subur yang
buta huruf, persentase kepala rumah tangga dengan pendidikan tertinggi
tamat SD/sederajat dan persentase rumah tangga dengan jumlah anggota
rumah tangga lebih maka persentase rumah tangga rawan pangan
menunjukkan jumlah yang lebih besar.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dalam mendukung
penurunan rawan pangan adalah kegiatan Pengembangan Desa/Kawasan
Mandiri Pangan dan Penanganan Daerah Rawan Pangan. Kegiatan penanganan
daerah rawan pangan lebih difokuskan pada pencegahan dini daerah rawan
melalui optimalisasi kegiatan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas/Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan) dan SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi) yang dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan informasi tentang
kantong-kantong kerawanan pangan tingkat wilayah.
FSVA disusun pada tingkat wilayah dengan menggunakan indikator yang
sifatnya statis dan perubahannya jangka panjang periodepengambilan data
setiap 2-3 tahun. Untuk memperkuat analisis FSVA dilakukan sistem
pemantauan dan deteksi dini dalam mengantisipasi kejadian kerawanan pangan
secara berjenjang dan dilakukan secara periodik (bulanan) dan terus menerus.
SKPG merupakan serangkaian proses untuk mengantisipasi kejadian kerawanan
pangan dan gizi melalui pengumpulan.pemrosesan.penyimpanan.analisis.dan
penyebaran informasi situasi pangan dan gizi bulanan dan tahunan. Data
bulanan dan tahunan tersebut menginformasikan tentang 3 (tiga) indikator utama
yaitu ketersediaan, akses, dan pemanfaatan pangan yang menjadi dasar untuk
menginformasikan situasi pangan dan gizi di suatu daerah. Kegiatan SKPG
kurang berjalan sesuai dengan target. karena (i) Daerah tidak optimal dalam
melaksanakan dan memanfaatkan hasil analisis SKPG; (ii) Tingginya tingkat
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 26
mutasi aparat sehingga petugas sering berganti; (iii) Tidak optimalnya peran Tim
Pokja SKPG; dan (iv) Kurangnya kesadaran aparat terkait pentingnya kegiatan
pemantauan pangan dan gizi melalui SKPG.
Dalam rangka pengurangan kemiskinan dan rawan pangan, salah satu kegiatan
yang dilaksanakan BKP adalah Pengembangan Desa dan Kawasan Mandiri
Pangan. Selain kegiatan pendampingan masyarakat oleh tenaga pendamping
juga dialokasikan dana bansos yang digunakan dalam rangka pengembangan
ekonomi rumah tangga. Pada tahun 2014 disediakan dana bansos
Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan sebanyak Rp. 20,00 Milyar,
sedangkan pada tahun 2015 dana bansos sebanyak Rp. 19,20 Milyar.
Penurunan tersebut disebabkan pengurangan sasaran Kawasan Mandiri
Pangan.
Tabel 12. Perkembangan Dana Bansos dan Realisasi Desa/Kawasan
Mandiri Pangan.Tahun 2011 –2015.
Tahun 2011 2012 2013* 2014* 2015* Rata-rata/tahun
Bansos (juta) 126.730 169.630 21.800 20.000
19.200 38.826
RTM (KK) 331.375 369.750 109 107 192 75.258
Sumber : Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
Keterangan : *) Kawasan Mandiri Pangan
Sasaran kegiatan Desa dan Kawasan Mapan adalah rumah tangga miskin di
desa rawan pangan. Pada tahun 2014, kegiatan Desa Mandiri Pangan
dikembangkan dalam 2 (dua) model, yaitu (1) Kegiatan Desa Mapan Reguler
yang merupakan kelanjutan pembinaan dari desa yang sudah ada, dan (2)
Kegiatan Kawasan Mandiri Pangan di 107 kawasan dengan jumlah desa rata-
rata 3 desa per kawasan. Realisasi pelaksanaan Kawasan Mandiri Pangan tahun
tidak mencapai 100 % atau sebesar 98.16 %,karena ada 2 (dua) kawasan yang
tidak terbentuk karena tidak sesuai dengan CPCL atau Pedoman Umum
Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan yaitu di Kabupaten Rote Ndao yaitu
kawasan Rote Barat Daya dan Rote Barat.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 27
Pada tahun 2015, kegiatan Desa Mandiri Pangan tetap dikembangkan dalam 2
(dua) model, yaitu (1) Kegiatan Desa mapan Reguler yang merupakan
kelanjutan pembinaan dari desa yang sudah ada, dan (2) Kegiatan Kawasan
Mandiri Pangan di 192 kawasan dengan jumlah desa rata-rata 3 desa per
kawasan. Realisasi pelaksanaan Kawasan Mandiri Pangan sebanyak 191
kawasan atau 99.47 %, karena ada 1(satu) kawasan yang tidak terlaksana
karena perpindahan lokasi sasaran pada pertengahan tahun 2015 yaitu
Kabupaten Lebak ke Kabupaten Pandeglang. Selain itu permasalahan umum
lainnya adalah : mutasi pejabat/pegawai, pemekaran wilayah kecamatan dan
desa, serta kondisi alam, pendamping tinggal diluar desa binaan, tidak ada
mekanisme tertulis untuk pinjaman dana, penggunaan dana tanpa bukti,
pinjaman tidak dicatat, serta pengembalian dana pinjaman tidak tertib.
Beberapa usaha yang sudah dijalankan Kawasan Mandiri Pangan adalah
pengadaan saprodi, dagang hasil bumi, simpan pinjam, pembuatan produk
turunan pertanian, penggemukan ternak dan masih banyak lagi usaha yang
bertujuan sebagai sumber pendapatan anggota kelompok. Sumber penghasilan
ini dipergunakan sebagai sumber untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan
peningkatan kesejahteraan keluarga.
3. Stabilnya Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan
kinerja subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi
beberapa aspek antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan, kelancaran
arus distribusi pangan dan pengaturan impor pangan, misalnya beras dan kedelai.
Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam
negeri sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan
menurun yang pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan
pangan.Berikut perkembangan rata-rata harga pangan nasional per komoditi tahun
2014 - 2015 dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 28
Tabel 13. Perkembangan Harga GKP Tingkat Petani Tahun 2014– 2015.
Tahun Harga di Tk Petani (Rp/kg)
% Perubahan thd HPP CV Insiden di
Bawah HPP (%) 2014 4.301 30.3 5.95 1.6
2015 4.694 8.39 6.81 0 Sumber: BPS
Pola perkembangan harga GKP di petani selama tahun 2014 – 2015 (s.d Oktober)
memiliki pola yang hampir sama setiap tahunnya. Rata-rata harga GKP tahun 2014
sebesar Rp.4.301/kg, sedangkan hingga bulan Juli tahun 2015 sebesar Rp.
4.694/kg atau 8,39 persen diatas HPP (HPP = Rp. 3.700/kg). Data harga gabah
kering panen (GKG) diambil dari data harga di 22 provinsi sentra produksi padi
(panel harga pangan BKP). Berdasarkan data panel harga pangan BKP, TW II
(April-Juni 2015), rata-rata harga GKP tingkat petani mencapai Rp. 4.050/kg atau
8,39% diatas HPP (Rp. 3.700) sampai dengan bulan maret 2015 (TW I), harga GKP
tingkat petani mencapai Rp. 4.224/kg atau 14,17% diatas HPP (Rp. 3.700).
Perkembangan harga gabah sejak tahun 2011 hingga tahun 2015 dapat dilihat
pada tabel 14 dibawah ini.
Tabel 14. Harga Gabah di Tingkat Produsen tahun 2011 – 2015
(Rp/Kg)
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des
2011 3.88 3.31 3.018 3.194 3.286 3.365 3.590 3.732 3.760 3.920 3.929 4.082 3.589 9,59 0,67
2012 4.41 4.040 3.616 3.724 3.833 3.835 3.866 3.832 3.897 3.935 4.038 4.123 3.929 5,24 0,51
2013 4.33 4.27 3.783 3.669 3.803 3.918 3.899 3.966 3.966 4.068 4.165 4.229 4.005 5,22 0,14
2014 4.41 4.42 4.135 3.936 4.130 4.214 4.098 4.170 4.283 4.365 4.535 4.911 4.301 5,92 1,06
2015 5.03 4.92 4.500 4.107 4.428 4.442 4.444 4.595 4.765 4.905 5.070 5.118 4.694 6,81 0,28
BulanTahun Rerata CV
Pert/
bI(%)
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 29
Grafik 5. Perkembangan Harga Gabah di Tingkat Petani/Produsen
4. Koefisien Variasi Harga Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen
Pola perkembangan harga beras medium di tingkat grosir dari tahun 2014 –
2015memiliki pola yang berbeda dari harga beras premium. Pola perkembangan
harga tahun 2014 dan 2015 cenderung sama yaitu cenderung stabil
(cv<5%).Sementara itu, tren perkembangan harga beras medium dari tahun
ketahun memiliki tren yang sama dengan beras premium yaitu harga cenderung
naik dari tahun ketahun hal ini dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15. Perkembangan Harga Beras Dalam Negeri Tk. Grosir 2014 –2015.
Tahun Beras (Rp/Kg) Koefesien Variasi (CV)(%) Premium Medium Premium Medium
2014 11.958 8.243 2.62 3.38
2015 13.359 9.002 1.39 5.2 Sumber : PIBC diolah BKP
Perkembangan harga beras luar negeri (Thai 5%) selama periode 2014 – 2015
(s.d Juli) cenderung lebih stabil dibandingkan dengan harga beras dalam negeri
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500(Rp/Kg)
2011 2012 2013 2014 2015
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 30
(beras medium).Tren perkembangan harga beras dalam negeri mulai awal tahun
2014 hingga Juli 2015 memiliki tren naik dan harga beras selalu lebih tinggi
dibanding harga beras luar negeri, dengan rata-rata harga beras dalam negeri
selama tahun 2014 –Juli 2015 sebesar Rp 7.843/kg atau 19.85% diatas harga
beras luar negeri (Thai 5%).
Perkembangan harga beras kualitas IR (IR I. IR II. IR III) di tingkat grosir dari
tahun 2014 – 2015 semakin stabil. Demikian juga perkembangan harga beras
kualitas IR pada tahun 2014 dan 2015 cenderung lebih stabil (cv< 5%) jika
dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2010 (Cv > 5%). Sementara itu, tren
perkembangan harga beras kualitas IR (IR I. IR II. IR III) dari tahun - ketahun
memiliki tren yang sama yaitu harga cenderung naik dari tahun ketahun.
Tabel 16. Perkembangan Harga Beras Kualitas IR di PIBC Tahun 2014 – 2015.
Tahun Harga (Rp/Kg) Koefesien Variasi (CV)(%)
IR-64 I IR-64 II IR-64 III IR-64 I IR-64 II IR-64 III
2014 8.882 8.187 7.621 2.3 3.8 4.4
2015 9.660 9.002 8.445 3.36 5.20 6.46
Sumber: PIBC.diolah BKP
Berdasarkan data panel harga pangan BKP. periode TW II (Mei-Juni 2015),
koefisien variasi harga beras medium ditingkat konsumen (eceran) sebesar
1.08% dibandingkan dengan periode TW I. CV harga beras TW II relatif turun
dari 2.64% menjadi 1.08%. Selain itu perkembangan harga pangan startegis
periode Oktober 2014 – Oktober 2015 dapat dilihat pada tabel 17 di bawah ini.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 31
Tabel 17. Perkembangan Harga Pangan Strategis Periode Oktober 2014 –
Oktober 2015
Bulan Beras Umum
Beras Termurah Jagung Kedelai
Cabe Rawit
Rp/Kg)
Cabe Merah
Bawang Merah
Dg.Ayam Ras
Dg Sapi Murni
Oct-14 11.522 9.095 6.266 11.494 23.301 34.300 17.796 28.071 99.591
Nov-14
11.692 9.220 6.343 11.529 50.965 55.148 17.726 28.308 99.198
Dec-14
12.211 9.568 6.427 11.539 74.777 74.761 18.456 29.195 100.127
Jan -15
12.445 9.798 6.419 11.551 57.313 52.056 19.287 31.903 100.398
Feb-15
12.832 10.146 6.399 11.545 29.926 26.068 18.602 30.903 100.098
Mar-15
13.089 10.343 6.525 11.506 30.429 23.125 26.250 27.911 100.503
Apr-15 12.458 9.769 6.521 11.536 25.577 22.521 28.398 27.831 100.924
May-15
12.348 9.615 6.454 11.521 26.666 29.652 30.537 29.861 100.877
Jun-15 12.425 9.680 6.357 11.524 27.194 31.435 30.491 31.227 102.208
Jul-15 12.487 9.768 6.400 11.536 41.918 36.162 24.704 33.635 110.848
Aug-15
12.709 10.023 6.488 11.407 56.104 37.594 19.974 35.942 112.973
Sep-15
12.968 10.269 6.546 11.408 45.190 32.105 17.980 30.732 110.759
Oct-15 13.069 10.368 6.555 11.411 26.565 22.823 19.489 28.848 110.544
CV 3.85 4.09 1.35 0.47 40.63 41.72 22.59 8.03 5.10
Sumber: BPS. Kecuali Jagung dari Kemendag
Dalam mendukung stabilisasi harga tersebut, Badan Ketahanan Pangan telah
melaksanakan kegiatan Penguatan LDPM,Pengembangan Lumbung Pangan
Masyarakat, dan Toko Tani Indonesia (TTI).
a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).
Kegiatan Penguatan LDPM dilaksanakan secara bertahap mulai dari Tahap
Penumbuhan, Tahap Pengembangan, Tahap Kemandirian dan Tahap Pasca
Kemandirian. Dukungan dana Bansos diberikan kepada Gapoktan Tahap
Penumbuhan dan Pengembangan, yaitu pada tahun pertama sebesar Rp 150
juta dan tahun kedua sebesar Rp 75 juta. Untuk tahun ketiga Tahap
Kemandirian, dukungan yang diberikan berupa pendampingan dan
pembinaan dari pendamping, Tim Teknis dan Tim Pembina.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 32
Mengacu kepada dokumen Perjanjian Kinerja Pusat Distribusi dan Cadangan
Pangan Tahun 2015 (revisi), target kelembagaan distribusi pangan
masyarakat yang diberdayakan (tahap penumbuhan, pengembangan dan
kemandirian) pada Tahun 2015 adalah sebanyak 358 Gapoktan. Jumlah
tersebut terdiri dari 203 Gapoktan Tahap Penumbuhan, 38 Gapoktan Tahap
Pengembangan dan 117 Gapoktan Tahap Kemandirian. Meskipun untuk
Gapoktan Tahap Kemandirian sudah tidak menerima bantuan dana bansos,
tetapi masih dilakukan pembinaan yang didanai APBN.
Realisasi pemberdayaan Gapoktan selaku lembaga distribusi pangan pada
tahun 2015 adalah 341 Gapoktan atau mencapai 95,25 persen dari target 358
Gapoktan. Jika ditinjau per tahapnya, realisasi Tahap Penumbuhan Gapoktan
adalah 203 Gapoktan atau 100 persen dari target, realisasi pemberdayaan
untuk Tahap Pengembangan adalah 36 Gapoktan atau 94,74 persen dari
target 38 Gapoktan, dan untuk Tahap Kemandirian terealisasi 102 Gapoktan
atau 87,18 persen dari target 117 Gapoktan.
Gapoktan yang ditumbuhkan pada tahun 2015 atau Tahap Penumbuhan,
seluruhnya sudah mencairkan dana Bansos yang dialokasikan senilai Rp 150
juta. Sesuai pedoman kegiatan, dana bansos tersebut digunakan untuk
pembangunan/rehabilitasi gudang, modal pembelian gabah/jagung bagi
kegiatan distribusi pangan dan penyediaan cadangan pangan. Realisasi dana
bansos Penguatan LDPM Tahap Penumbuhan mencapai 100 persen, yaitu
tersalur kepada 203 Gapoktan.
Gapoktan Tahap Pengembangan yang ditargetkan sejumlah 38 Gapoktan.
Realisasi pencairan dana Bansos untuk tahap pengembangan tersalur
sebanyak 36 Gapoktan atau 94,74 persen. Provinsi yang tidak mencapai 100
persen dalam pencairan dana bansos Tahap Pengembangan adalah Provinsi
Sumatera Barat sebanyak 2 Gapoktan.
Pembinaan terhadap Gapoktan Tahap Kemandirian pada Tahun 2015
ditargetkan bagi 117 Gapoktan, namun karena ada 15 Gapoktan pada tahun
2014 yang seharusnya masuk pada tahap pengembangan tidak memenuhi
persayaratan pencairan LDPM, maka pada tahun 2015 tidak masuk dalam
tahap kemandirian, sehingga Gapoktan tahap kemandirian pada tahun 2015
yang terealisasi hanya 102 Gapoktan atau 87,18 persen.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 33
Berdasarkan Pedoman Kegiatan Penguatan LDPM 2015, setiap Gapoktan
pelaksana kegiatan Penguatan LDPM pada tahun kedua akan dinilai
kelayakan dan kesiapannya oleh Tim Pembina Provinsi untuk melaksanakan
Tahap Pengembangan dan menerima dana bansos tahap pengembangan.
Sebanyak 2 (dua) Gapoktan tahap pengembangan di Sumatera Barat yang
tidak terealisasi pencairan dana bansosnya tersebut dinilai belum memenuhi
seluruh kriteria yang dipersyaratkan, yaitu:
a. Gapoktan belum memenuhi 2 kali putaran modal hingga verifikasi
dilaksanakan. Perputaran modal ini antara lain sebagai tolak ukur kinerja
Gapoktan dalam menyerap gabah dan beras yang diproduksi anggotanya.
b. Kinerja Gapoktan tidak maksimal dalam menjalankan pengembangan
usaha dan dalam mencari peluang kemitraan pemasaran sehingga
menghadapi hambatan untuk meningkatkan volume pemasaran berasnya.
Dua Gapoktan tersebut selanjutnya dibina kembali oleh Tim Pembina
Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten sehingga pada tahun selanjutnya
dapat kembali dinilai kelayakannya dan dipertimbangkan kembali untuk
mendapatkan dana bansos Tahap Pengembangan.
Sebaran Gapoktan dan jumlah Bansos yang dialokasikan dan pencairan dana
Bansos untuk kegiatan Penguatan-LDPM Tahun 2015 dapat dilihat secara
rinci pada lampiran 5.
Dibandingkan dengan realisasi pemberdayaan Gapoktan Penguatan LDPM
pada tahun sebelumnya (Tahun 2014), realisasi pencairan dana Bansos
Tahun 2015 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Total realisasi
pemberdayaan Gapoktan pada Tahun 2014 adalah 90,32 persen, sedang
pada tahun 2015 meningkat menjadi 99,17 persen, seperti terlihat pada
Tabel 18.
Jika ditinjau dari jumlah sasaran penguatan LDPM, jumlah Gapoktan
pelaksana kegiatan Penguatan LDPM yang ditumbuhkan pada tahun 2015
meningkat tajam, yaitu 203 Gapoktan dari tahun sebelumnya yang hanya 38
Gapoktan. Pada Tahun 2014, awalnya ditargetkan dapat ditumbuhkan 75
Gapoktan, namun dalam perjalanannya berkurang karena adanya kebijakan
refocusing anggaran tahun 2014. Peningkatan jumlah Gapoktan pada tahun
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 34
2015 disebabkan pemberdayaan Gapoktan selaku lembaga distribusi pangan
dipandang penting dalam upaya stabilisasi harga pangan di tingkat produsen.
Tabel 18. Perkembangan Sasaran Penguatan LDPM Tahun 2014-2015
Tahapan Tahun 2014 Tahun 2015
Target Realisasi % Target Realisasi %
Penumbuhan 38 38 100 203 203 100
Pengembangan 117 102 87,12 38 36 94,7
Total 155 140 90,32 241 239 99,17
Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan
Perkembangan pelaksanaan kegiatan Penguatan LDPM dan keberhasilan yang
telah dicapai pada periode tahun 2010-2015 pelaksanaan kegiatan
Penguatan-LDPM seperti disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19. Perkembangan Sasaran Penguatan-LDPM Periode 2011-2015
Tahapan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 Total
Penumbuhan 235 281 75 38 203 1.036
Pengembangan 237 235 281 117 38 1.453
Kemandirian 512 220 224 210 102 1.283
Jumlah 984 736 580 365 358 Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Keterangan:Badan Ketahanan Pangan tidak lagi mendukung pendanaan APBN untuk pembinaan tahap Pasca Kemandirian, selanjutnya dibina oleh provinsi dan kabupatan/kota melalui APBD
Perkembangan pelaksanaan Penguatan LDPM tahap penumbuhan yang
merupakan tahap tahun pertama dalam penerimaan bansos LDPM dengan
bansos LDPM sebesar Rp. 150 juta telah direalisasikan rata-rata 100 persen.
Tahap pengembangan merupakan tahapan tahun kedua dalam pelaksanaan
kegiatan bansos LDPM yang telah memenuhi persayaratan tahap
pengembangan, maka dapat dicairkan bansos LDPM tahap pengembangan
sebesar Rp. 75 juta, dan telah terealisasi rata-rata 90,36 persen. Hal ini
dikarenakan masih ada gapoktan penumbuhan yang belum memenuh
persayaratan sehingga masih ada gapoktan penumbuhan yang belum dapat
mencairkan dana LDPM tahap pengembangan, dan masih dilakukan
pembinaan, pengawalan, dan pendampingan dari aparat kabupaten, propinsi,
dan pendamping. Sementara itu, pada tahap kemandirian yang merupakan
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 35
tahapan tahun ketiga rata-rata 100 persen telah masuk pada tahap
kemandirian dan masih dilakukan pendampingan oleh pendamping gapoktan,
dan pembinaan, pengawalan, pengawasan oleh aparat kabupaten dan
propinsi.
Pada Tahap Pengembangan ada peningkatan realisasi pencairan bansos
LDPM disebabkan adanya bansos luncuran untuk tahun berikutnya, sehingga
realisasinya melebihan dari target tahap penumbuhan tahun sebelumnya,
yaitu pada tahun 2013 pencairan bansos LDPM penumbuhan sebanyak 75
gapoktan, dan pada tahun 2014 target pencairan bansos tahap
pengembangan sebesar 117 gapoktan karena adanya gapoktan luncuran
tahun sebelumnya dari tahap penumbuhan yang telah dibina dan dapat
memenuhi persayaratan masuk tahap pengembangan sebanyak 43 gapoktan.
Perkembangan target dan realisasi bansos LDPM tahap penumbuhan,
pengembangan, kemandirian, selama tahun 2010-2015 terlihat pada tabel 20
dibawah ini.
Tabel 20. Perkembangan Bansos LDPM Tahap Penumbuhan, Pengembangan, Kemandirian, dan Pasca Mandiri Tahun 2010-2015
Tahun
Target (Gapoktan) Realisasi (Gapoktan) Persentase (%)
Tahap Penum-buhan
Tahap Pengem-bangan
Tahap Keman-dirian
Tahap Penum-buhan
Tahap Pengem-bangan
Tahap Keman-dirian
Tahap Penum-buhan
Tahap Pengem-bangan
Tahap Keman-dirian
2011 235 237 512 235 220 512 100.00 92.83 100.00
2012 281 235 220 281 224 220 100.00 95.32 100.00
2013 75 281 224 74 210 224 98.67 74.73 100.00
2014 38 117 219 38 102 210 100.00 87.18 100.00
2015 203 38 102 203 36 102 100.00 94.74 100.00
Total 1,582 1,453 1,277 1,580 1,313 1,277 99.87 90.36 100.00
Keterangan: Th. 2011 : 33 Gapoktan Tahap Pengembangan luncuran dari tahun 2010 (204+33=237). Th. 2012 : 17 Gapoktan Tahap Pengembangan kembali ke kas negara. Th. 2013 : 1 Gapoktan Tahap Penumbuhan kembali ke kas negara, 56 Gapoktan Tahap
Pengembangan ada penghematan dan 15 gapoktan tidak lulus tahap pengembangan dan kembali ke kas negar
Th. 2014 : 43 Gapoktan Tahap Pengembangan luncuran dari tahun 2012 (74+43)=117). Th.2015 : 2 Gapoktan Tahap Pengembangan kembali ke kas Negara.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 36
Tahap Penumbuhan (Tahun I) pada tahun 2015 dilaksanakan di 25 (dua
puluh lima) provinsi dengan mempersiapkan dan/atau menumbuhkan 203
(dua ratus tiga) Gapoktan, Tahap Pengembangan (Tahun II) di 8 (delapan)
provinsi untuk mengembangkan 38 (tiga puluh delapan) Gapoktan, dan
Tahap Kemandirian (Tahun III) di 15 (lima belas) provinsi untuk
memberdayakan 102 (seratus dua) Gapoktan Tahap Penumbuhan tahun
2013 dan luncuran dari Gapoktan tahun 2012.
Berdasarkan Kajian Evaluasi Dampak Penguatan LDPM Tahun 2013 dapat
disimpulkan jika dukungan pemerintah dalam bentuk Bansos Penguatan-
LDPM terbukti dapat menjaga stabilitas harga pangan ditingkat petani
sebagaimana ditampilkan pada tabel dibawah ini. Harga GKP pada
Gapoktan pelaksana Penguatan-LDPM juga relatif lebih stabil dibandingkan
dengan harga GKP petani pada umumnya yang ditunjukkan dari nilai CV
yang jauh lebih rendah dari nilai CV harga GKP petani umumnya.
Tabel 21. Perbandingan Tingkat Harga dan Fluktuasi Harga GKP Tahun
2012 Tingkat Gapoktan LDPM.
Uraian Harga Rata-Rata (Rp/Kg) CV (%) GKP Gapoktan LDPM 3.695,50 3,00 GKP Petani 3.371,83 7,76 Sumber : Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Ket.: HPP GKP tahun 2013 adalah Rp 3.700.- di tk petani (Berdasarkan Inpres No 3/2013)
Dampak kegiatan Penguatan-LDPM juga terlihat dari peningkatan peran
Gapoktan dalam pengelolaan cadangan pangan, yang meningkatkan
kemudahan petani (anggota) dalam mengakses pangan pada saat terjadi
kelangkaan pangan. Berpengaruh positif dalam membangun perspektif
anggota Gapoktan dalam pengembangan agribisnis. Keberadaan saldo
akhir ini merupakan indikator utama bahwa Gapoktan peserta Penguatan
LDPM sampai saat ini masih berjalan dengan baik.Dapat memberikan
pekerjaan kepada ibu-ibu rumah tangga dan laki-laki. Dari kegiatan yang
diinisiasi Badan Ketahanan Pangan melalui penguatan – LDPM, ternyata
tidak hanya mampu melindungi dan memberdayakan petani, tetapi para
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 37
petani dan Gapoktan telah mampu meningkatkan kesejahteraan
keluarganya. Di sisi lain, masyarakat sekitar Gapoktan juga telah
memperoleh dampak ikutan, berupa mata pencaharian.Semua ini, tentu
berkontribusi nyata dalam meningkatkan ketahanan pangan keluarga.
b. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM)
Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Masyarakat
yang di biayai melalui dana dekonsentrasi dilaksanakan dalam 3 (tiga)
tahapan yaitu tahap penumbuhan, tahap pengembangan, dan tahap
kemandirian. Tahap penumbuhan mencakup identifikasi lokasi dan
pembangunan fisik lumbung melalui DAK Bidang Pertanian, tahap
pengembangan mencakup identifikasi kelompok lumbung pangan dan
pengisian cadangan pangan, sedangkan tahap kemandirian mencakup
penguatan modal untuk pengembangan usaha kelompok. Alokasi bansos
tahap pengembangan sebesar 20 juta untuk pengisian cadangan pangan
dan tahap kemandirian sebesar 20 juta untuk pengembangan usaha.
Pada tahun 2015, untuk tahap penumbuhan tidak dilaksanakan karena
alokasi DAK bidang Pertanian diperuntukkan untuk pembangunan gudang
cadangan pemerintah, dan pembelian RMU serta pembangunan lantai
jemur untuk lumbung yang belum mempunyai lantai jemur. Tahap
pengembangan sebanyak 1.630 kelompok yang tersebar di 31 provinsi dan
tahap kemandirian dilaksanakan di 13 provinsi sebanyak 94 kelompok
sehingga total pengembangan lumbung pangan masyarakat tahun 2016
mencapai 1.724 kelompok. Alokasi anggaran untuk kegiatan
pengembangan lumbung pangan adalah sebesar 34,48 Milyar (1.724
kelompok) yang terdiri dari tahap pengembangan sebesar 32,6 Milyar
(1.630 kelompok) dan tahap kemandirian 1,88 Milyar (94 kelompok).
Sampai dengan 31 Desember Realisasi dana Bansos kegiatan
pengembangan lumbung pangan hanya mencapai 33,46 Milyar (97,04 %)
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 38
yang terdiri dari tahap pengembangan sebesar 31,62 Milyar (96,99 %) dan
tahap kemandirian sebesar 1,84 Milyar (97,87 %).
Provinsi yang realisasi dana bansosnya tidak mencapai 100 % terdapat di 8
provinsi yaitu Provinsi Jambi (76,00 %), Sumatera Selatan (90,28%),
Sulawesi Tengah (91,18 %), Jawa Timur (91,81 %), Kalimantan Selatan
(93,33%), Banten (96,30%), dan Sumatera. Target dan realisasi kegiatan
pengembangan lumbung pangan masyarakat per provinsi tahun 2015 dapat
dilihat pada lampiran 5.
Hasil pemantauan dan pelaporan dari provinsi sampai dengan September
2015 dari 32 provinsi pelaksana kegiatan pengembangan lumbung pangan
masyarakat, yang menyampaikan laporan kondisi cadangan pangan
sebanyak 26 provinsi. Provinsi yang belum menyampaikan laporan adalah
Riau, Lampung, Jawa Timur, Nusa tenggara Barat, dan Maluku. Khusus
Provinsi DKI Jakarta dan Sulawesi Barat tidak menyampaikan laporan
karena tidak ada alokasi kegiatan di kedua provinsi tersebut. Dari laporan
kondisi cadangan pangan di kelompok lumbung pangan masyarakat yang
disampaikan oleh provinsi dapat diketahui bahwa pengadaan pada bulan
September sebesar 13.722.036 kg gabah, beras sebesar 1.586.160 kg dan
pangan pokok lainnya (jagung atau sagu) sebesar 353.292 kg. Seperti
dapat dilihat pada tabel 22 berikut ini.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 39
Tabel 22. Data Perkembangan Cadangan Pangan Masyarakat Tahun 2015
Dari pengadaan gabah sebanyak 13.722.036 kg GKG dan telah disalurkan
kepada anggotanya sebanyak 2.529.551 kg GKG sehingga stock gabah
yang tersedia di gudang kelompok sebesar 11.222.201 kg GKG.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 40
Pengadaan gabah terbesar adalah Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar
10.251.847 kg. Hal ini sejalan dengan besarnya jumlah kelompok yang
mendapat alokasi bansos kegiatan lumbung pangan pada tahun 2015 yaitu
sebanyak 252 kelompok untuk pengisian cadangan pangan. Sedangkan
untuk beras dari pengadaan sebanyak 1.586.160 kg telah disalurkan
kepada anggota sebanyak 883.031 kg, sisa total stock beras yang ada di
gudang kelompok adalah 703.129 kg. Sementara itu untuk bahan pangan
pokok lainnya pengadaannya sebanyak 353.292 kg dan disalurkan ke
anggota sebesar 305.475 kg sehingga total sisa yang ada lumbung
kelompok saat ini adalah 47.817 kg.
Kondisi pemanfaatan cadangan dapat dilihat pada grafik 6 berikut ini :
Grafik 6. Kondisi Cadangan Pangan Masyarakat Tahun 2015
c. Cadangan Pangan Pemerintah
Pada Tahun 2015, provinsi yang sudah mengalokasikan dana APBD untuk
pengadaan cadangan beras pemerintah sebanyak 33 provinsi.
Pelaksanaan pengembangan cadangan pangan pemerintah provinsi
dilakukan melalui kontrak dengan Perum BULOG. Proses kontrak dan
penyaluran beras dimulai dengan tahapan BKP provinsi mengajukan surat
pembelian beras kepada Divre/Subdivre, kemudian dilakukan pembuatan
Kontrak Jual Beli (KJB) antara Kepala BKP provinsi dengan Kadivre,
Pengadaan, Penyaluran dan Stock GabahBerasPangan Spesifik lokasi
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 41
Pembuatan Berita Acara Penitipan Beras di gudang Perum BULOG,
selanjutnya Divre/Subdivre menerbitkan Surat Alokasi/Laklog, dikeluarkan
dari gudang yang ditunjuk melalui SPPB/DO sesuai permintaan BKP. Kontrak
Provinsi dilakukan oleh Kepala BKP di tingkat Provinsi dengan Kadivre
Perum BULOG, sedangkan kontrak Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh
Kepala BKP di tingkat Kab/Kota dengan Kasubdivre Perum BULOG.
Kontrak Badan Ketahanan Pangan di tingkat daerah telah dilakukan sejak
tahun 2010 di 11 provinsi sampai dengan tahun 2015 sudah di 33 provinsi.
Setiap termin kontrak tidak habis dalam waktu satu tahun, terdapat sisa
kontrak di akhir tahun. Berdasarkan informasi yang diperoleh terdapat sisa
stok sebesar 1.450 juta ton cadangan beras pemerintah provinsi yang
disimpan di Perum BULOG. Realisasi dan sisa stok dapat dilihat pada Grafik
7 dibawah ini.
Grafik 7. Jumlah Realisasi dan Sisa Stok Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi
sampai Bulan Oktober 2015 (Sumber. Perum BULOG)
• Stok per 23 Oktober 2015 = 1.450.014 ton; terdiri dari stok beras PSO 760.062 ton
dan komersil 690.352 ton.
• Stok PSO 2015 sebesar 760.062 ton merupakan stok terendah selama 5 tahun
terakhir.
• BULOG telah mengusulkan pengalihan dan pengakuan stok komersial menjadi stok
PSO sebagai bagian dari penguatan stok nasional.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 42
Tabel 23. REALISASI DAN SISA STOK CBPD TAHUN 2015
Permasalahan yang terjadi dalam penyaluran beras untuk Badan
Ketahanan Pangan Provinsi adalah pada realisasi penyaluran kontrak beras
BKP di daerah umumnya melewati tahun kontrak. Hal ini akan memberikan
tambahan beban pemeliharaan beras kepada Bulog, kemudian terjadinya
perubahan HPB pada tahun berjalan, sehingga perlu penyesuaian harga
atau pemotongan kuantum. Solusi yang disarankan oleh Perum BULOG
bahwa BKP sebaiknya melakukan kontrak beras sesuai dengan perkiraan
Sumber : Bulog
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 43
kebutuhan tahun berjalan, dan perlu didukung dengan addendum terhadap
harga melalui cadangan APBD setempat atau dengan pemotongan
kuantum yang dimiliki BKP Provinsi.
Selain kerjasama dengan BULOG, beberapa provinsi mengelola sendiri
cadangan pangannya karena sudah memiliki UPT Cadangan Pangan.
Contoh, (1) Provinsi Jawa Tengah, Badan Ketahanan Pangan Provinsi
Jawa Tengah mempunyai UPT Balai Pengembangan Cadangan Pangan
yang terletak di Magelang, yang sudah dilengkapi gudang penyimpanan
cadangan pangan pemerintah; (2) Provinsi DI Yogyakarta, cadangan
pangan pemerintah Provinsi DI Yogyakarta dititipkan pada Pusat KUD
Metaram DIY yang lokasi penyimpanan bertempat di Godean; (3) Provinsi
Kalimantan Barat menitipkan cadangan pangan pemeritah provinsi
sebanyak 100 Ton kepada pihak swasta dalam hal ini CV. Sama Bangun
Utama; (4) Provinsi Banten selain bekerjasama dengan Perum BULOG
Divre DKI Jakarta – Banten dalam hal pengadaan cadangan pangan
pemerintah provinsi, juga melakukan penitipan beras di LDPM dan
Gapoktan (10 kelompok) melalui Nota Kesepakatan bersama antara BKPD
Provinsi Banten dengan Gapoktan dan LDPM.
Beberapa provinsi yang tidak mengalokasikan dana APBD untuk
pengadaan cadangan pangan pemerintah, karena sudah habis disalurkan
untuk kondisi dan kebutuhan penanganan tanggap darurat akibat bencana,
pengendalian harga pangan tertentu bersifat pokok, bantuan sosial, dan
pengembangan usaha. Secara rinci perkembangan cadangan pangan
pemerintah provinsi Tahun 2015 mulai dari stok awal, penyaluran dan
pengadaan dan dapat dilihat pada Tabel 23.
Kabupaten/kota yang sudah mempunyai Peraturan Bupati adalah sebanyak
154 Kabupaten/kota. Dari 154 kabupaten/kota tersebut terdapat 30
kabupaten/kota yang tidak membangun gudang cadangan pangan
pemerintah tetapi melakukan kerjasama dengan pihak ketiga. Jumlah
kabupaten/kota yang sudah mempunyai Peraturan Bupati mengalami
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 44
kenaikan dari tahun sebelumnya dari 96 kabupaten/kota menjadi 154
Kabupaten/kota. Hal ini mengingat pentingnya Peraturan Bupati sebagai
dasar dalam rangka pengembangan cadangan pangan pemerintah.
Implementasi dari Peraturan Bupati untuk pengelolaan gudang sebanyak 55
persen dari 96 Kabupaten/kota sudah mempunyai Surat Keputusan
Penunjukkan Kepala Gudang. Kepala gudang dapat menugaskan PNS atau
tenaga honorer yang mempunyai kemampuan dalam mengelola gudang.
d. Toko Tani Indonesia
Dalam menciptakan stabilitas harga pangan di tingkat produsen dan
konsumen. Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan telah
melaksanakan kegiatan, yaitu : Penguatan LDPM, Pengembangan Lumbung
Pangan Masyarakat, serta Toko Tani Indonesia (TTI). Toko Tani Indonesia
(TTI) mulai dilaksanakan tahun 2015, berupa kerjasama antara Kementerian
Pertanian dan Perum Bulog dengan melakukan terobosan untuk solusi
permanenyaitu : (1) menyerap produk pertanian, (2) memperpendek rantai
distribusi pemasaran, dan (3) memberikan kemudahan akses
konsumen/masyarakat. Kriteria TTI dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 1.KriteriaPenerima Kegiatan Toko Tani Indonesia
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 45
Gambar 2. Kerangka Pikir Pelaksanaan Toko Tani Indonesia
Rencana sasaran kegiatan pelaksanaan TTI pada tahun 2015 sebesar 100
TTI di 6 provinsi hingga tahun 2019 sasaran TTI direncanakan akan
mencapai 5.100 TTIdi 34 provinsi atau 26 Divre Bulog. Sasaran TTI tahun
2015 – 2019 secara lengkap dapat dilihat pada tabel 23 di bawah ini.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 46
Tabel 23. Sasaran TTI tahun 2015 – 2019.
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 100 TTI baru; 6 provinsi
30 TTI lama; 26 provinsi
30 TTI lama; 26 provinsi
30 TTI lama; 26 provinsi
30 TTI lama; 26 provinsi
Total: 100 TTI; 6 provinsi
1000 TTI baru; 26 provinsi
1000 TTI lama; 26 provinsi
1000 TTI lama; 26 provinsi
1000 TTI lama; 26 provinsi
Total: 1100 TTI; 26 provinsi
1000 TTI baru; 26 provinsi
1000 TTI lama; 26 provinsi
1000 TTI lama; 26 provinsi
Total: 2100 TTI; 26 provinsi
1000 TTI baru; 26 provinsi
1000 TTI lama; 26 provinsi
Total: 3100 TTI; 26 provinsi
2000 TTI baru; 26 provinsi
Total: 5100 TTI; 26 provinsi
Hingga bulan Nopember 2015, jumlah TTI sebanyak 162 unit, dengan
kondisi TTI yang sudah berjalan sebanyak 38 unit, siap dipasok 64 unit, dan
identifikasi/verifikasi 60 unit tersebar di 7 provinsi yaitu Provinsi DKI Jakarta,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa
Timur, dan Sulawesi Selatan. Progres kegiatan TTI dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 24. Progres Kegiatan Toko Tani Indonesia
No Provinsi Tahap Perkembangan
Operasional Siap Dipasok Identifikasi dan Verifikasi Total
1 Banten 9 - 1 10
2 DKI Jakarta 7 28 41 76
3 Jawa Barat 6 9 5 20
4 Jawa Tengah 3 9 - 12
5 DI Yogyakarta 1 3 - 3
6 Jawa Timur 8 15 13 36
7 Sulawesi Selatan 5 - - 6
TOTAL 39 61 66 168
Posisi: Desember 2015
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 47
3. Konsumsi Energi
Capaian konsumsi pangan penduduk secara kuantitatif pada periode 2011-
2013 menunjukkan tingkat konsumsi energi yang berfluktuasi dan cenderung
menurun, dengan laju penurunan rata-rata sebesar 0,99 persen per tahun.
Pada tahun 2013 – 2015 mengalami peningkatan dengan laju rata-rata
peningkatan sebesar0,63 persen. Selama periode 2012-2014 mengalami
penurunan dan berada di bawah angka kecukupan gizi yakni secara berturut-
turut sebesar 1.944, 1.930, dan 1.949 kkal. Penurunan konsumsi energi
tersebut masih mendekati anjuran dan belum termasuk kategori defisit energi,
yaitu sekitar 97.45 persen Angka Kecukupan Energi (AKE). Penurunan
tersebut diduga dipengaruhi oleh semakin menurunnya konsumsi beras
masyarakat.Namun pada tahun 2015, konsumsi energi sudah diatas
rekomendasi Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi(WKNPG), kenaikan
konsumsi energi tersebut diduga dipengaruhi meningkatnya konsumsi
karbohidrat non beras yaitu terigu dan umbi-umbian.
Tabel 26: Perkembangan Target Konsumsi Energi tahun 2011 - 2015
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Konsumsi Energi (kkal/kap/tahun) 2.048 1.944 1.930 1.949 2.004
Sumber : Susenas 2009 – 2014; BPS.diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran.oleh BKP
Secara nasional, sumber konsumsi energy masih didominasi dari konsumsi padi-
padiantahun 2015 sebesar 1.252,6 kkal/kap/hari dibandingkan dibanding tahun
2014 sebesar 1.164,0 kkal/kapita/hari. Berdasarkan rekomendasi WNPG X
Tahun 2012, terjadi peningkatan AKE rata – rata penduduk Indonesia. AKE rata-
rata sebelumnya adalah 2000 kkal/kap/hari menjadi 2150 kakl/kap/hari, hal ini
dikarenakan adanya perubahan struktur penduduk Indonesia ke arah yang lebih
tua, sehingga menyebabkan kebutuhan rata-rata kalori penduduk juga
meningkat. Mempertimbangkan hal tersebut, maka padi-padian sebagai
penyumbang terbesar dari kebutuhan energi cenderung tetap untuk menutupi
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 48
peningkatan kebutuhan energi.Konsumsi energi per kelompok pangan belum
mencapai kondisi ideal, yang ditandai dengan masih tingginya konsumsi padi-
padian terutama beras dan terigu, serta masih rendahnya konsumsi pangan
hewani, umbi-umbian, serta sayur dan buah. Perkembangan Konsumsi Energi
Penduduk Indonesia Tahun 2011-2015seperti pada lampiran 5.
Untuk mencapai konsumsi energi yang ideal perlu diimbangi dengan
peningkatan konsumsi umbi-umbian dan sumber karbohidrat lainnya. Meskipun
tren konsumsi umbi-umbian mengalami peningkatan, namun konsumsi beras
masih mendominasi kontribusi energi dari pangan sumber karbohidrat. Hal ini
menyebabkan jumlah agregat kebutuhan konsumsi beras masyarakat masih
tinggi. Kondisi ini menunjukkan konsumsi energi penduduk masih belum
memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan.Untuk itu, di masa mendatang
pola konsumsi pangan masyarakat diarahkan pada pola konsumsi pangan
Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman.
Upaya pemerintah dalam rangka penurunan konsumsi beras melalui
peningkatan konsumsi pangan sumber karbohidrat lain seperti umbi-umbian
masih mengalami hambatan, antara lain : (a) produksi umbi-umbian masih belum
stabil. sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian dipasar; (b) keterlibatan
swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan pangan lokal/umbi-umbian
(seperti tepung-tepungan, berasan/butiran, dan lain-lain) belum memasuki tahap
industrialisasi (scaling up production), sehingga harga pangan lokal sumber
karbohidrat masih tinggi di tingkat pasaran dan masyarakat belum mampu
mengaksesnya; (c) teknologi penyimpanan pangan lokal/umbi-umbian dalam
jangka waktu yang panjang belum banyak dan belum tersosialisasikan ke
masyarakat; dan(d) berbagai produk olahan pangan lokal belum tersosialisasi
dengan baik di masyarakat dan masih dianggap sebagai pangan inferior.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 49
4. Konsumsi Protein
Sementara itu, konsumsi protein penduduk sudah melebihi Angka Kecukupan
Protein (AKP) 52 gr/kapita/hari. Pada periode 2010-2014, rata-rata konsumsi
protein penduduk adalah 57,04gr/kapita/hari atau 109,69 persen dari AKP
rekomendasi WNPG. Tingginya konsumsi protein dalam pola konsumsi pangan
nasional, memberikan indikasi bahwa konsumsi pangan sumber protein sudah
terpenuhi. Namun jika dicermati, sumbangan konsumsi protein tertinggi
penduduk Indonesia selama lima tahun terakhir berasal dari protein pangan
nabati terutama dari kelompok padi-padian (beras). Jadi beras tidak hanya
penyumbang energi terbesar tetapi juga merupakan penyumbang protein yang
terbesar.
Tabel 27. Perkembangan Target Konsumsi Protein serta Skor PPH 2011 – 2015.
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
Konsumsi Protein (gram/kap/hari) 59.1 55.9 55.7 56.6 56.1
Sumber :Susenas 2011 – 2015; BPS.diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran.oleh BKP
Dalam mewujudkan pemenuhan kualitas konsumsi pangan dan sekaligus dapat
menurunkan konsumsi beras. Kementerian Pertanian melaksanakan
kegiatanPercepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) berbasis
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam bentuk kegiatan Optimalisasi
Pemanfaatan Pekarangan, Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal
(MP3L).serta Sosialisasi dan Promosi P2KP. Diperlukan replikasi kegiatan agar
dapat memberikan dampak yang lebih luas di masyarakat. Selain itu, untuk
meningkatkan keberagaman pangan juga diperlukan dukungan
sosialisasi/promosi tentang pentingnya penganekaragaman pangan.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 50
5. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Salah satu indikator untuk mengetahui pencapaian konsumsi pangan secara
kualitatif adalah melalui pencapaian skor PPH, konsumsi pangan yang ideal
digambarkan dengan skor PPH 100. Gambaran situasi konsumsi pangan,
ditunjukkan dalam tabel 28 dibawah ini :
Tabel 28. Perkembangan Skor PPH 2011 – 2015.
Uraian 2011 2012 2013 2014 2015
T R T R T R T R T R
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) 88,1 85,6 89,8 83,5 91.5 81,4 82.5 83,4 84.1 85,2
Sumber: Susenas 2011-2015 BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
Keterangan : Target berdasarkan Renstra Revisi BKP 2010 – 2014 dan Renstra BKP 2015 - 2019
Berdasarkan tabel diatas, kualitas konsumsi pangan yang ditunjukkan dengan
skor PPH, tahun 2011-2015 berfluktuatif antar tahun. Tahun 2011-2013
mengalami penurunan dari 85,6 menjadi 81,4, dan kembali meningkat menjadi
85,2 pada tahun 2015. Realisasi capaian skor PPH di tahun 2011-2013
mempunyai kesenjangan yang cukup besar dengan target yang ditetapkan.
Adanya kesenjangan tersebut telah dievaluasi dan ditindaklanjuti dengan review
target sasaran merujuk pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X tahun 2012
yaitu merekomendasikan pencapaian target skor PPH sebesar 95 menjadi target
capaian tahun 2025 yang sebelumnya (sesuai Perpres 22 tahun 2009), dijadikan
target capaian tahun 2015.
Penghitungan ulang terhadap target pencapaian kualitas konsumsi pangan
dengan baseline data tahun 2013 (skor PPH sebesar 81,4), menghasilkan target
skor PPH 82,5 tahun 2014, dan 84,1 tahun 2015. Setelah dilakukan perubahan
terhadap target skor PPH tersebut, capaian kualitas konsumsi pada tahun 2014
dan 2015 telah melebihi target yang ditetapkan, bahkan persentase pencapaian
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 51
skor PPH cenderung meningkat dari tahun 2014 yaitu sebesar 101,1%, menjadi
101,3% pada tahun 2015.
Untuk mempercepat terwujudnyakonsumsi pangan masyarakat menuju beragam
dan bergizi seimbang masih diperlukan upaya: 1) Peningkatan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat dalam mengonsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang
dan Aman (B2SA) melalui Komunikasi, Informasi, Edukasi – KIE (penyusunan KIT
dan Modul Penyuluhan di tingkat lapangan, Lomba Cipta Menu, serta
penyebarluasan informasi melalui media cetak dan elektronik); 2) Upaya
penurunan konsumsi beras dilakukan dengan meningkatkan produksi serta
konsumsi pangan karbohidrat berbasis sumberdaya lokal; 3) Peningkatan
konsumsi melalui penyediaan sayuran, buah, pangan hewani, kacang-kacangan
yang cukup dan dapat diakses oleh seluruh anggota keluarga. Upaya diatas
merupakan daya ungkit yang cukup besar untuk dapat meningkatkan skor PPH.
Kualitas konsumsi pangan yang lebih baik dapat dicapai dengan peningkatan
konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, serta sayur dan buah.
Meskipun kecenderungan konsumsi beras mengalami penurunan, namun
konsumsi beras masih mendominasi kontribusi energi dari pangan sumber
karbohidrat. Hal ini menyebabkan jumlah agregat kebutuhan konsumsi beras
masyarakat masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan konsumsi pangan penduduk
masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk itu di masa
mendatang pola konsumsi pangan masyarakat diarahkan pada pola konsumsi
pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman.
Belum tercapainya keberagaman dan keseimbangan konsumsi pangan
masyarakat, ditunjukkan dari konsumsi sayur dan buah, pangan hewani, kacang-
kacangan, serta umbi-umbian yang masih rendah. Hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain: (a) masih rendahnya daya beli masyarakat, rendahnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pola pangan beragam dan bergizi
seimbang,dan masih adanya keterbatasan aksesibilitas terhadap pangan;(b)
kurang berkembangnya teknologi untuk memproduksi maupun mengolah bahan
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 52
pangan terutama pangan lokal non beras dan non terigu;(c) produksi umbi-umbian
masih belum stabil, sehingga mempengaruhi harga umbi-umbian di pasar; (d)
keterlibatan swasta dan pemerintah dalam teknologi pengolahan pangan
lokal/umbi-umbian (seperti tepung-tepungan, berasan/butiran, dan lain-lain) belum
memasuki tahap industrialisasi (scaling up production), sehingga harga pangan
lokal sumber karbohidrat masih tinggi di tingkat pasaran dan masyarakat belum
mampu mengaksesnya; (e) teknologi penyimpanan pangan lokal/umbi-umbian
dalam jangka waktu yang panjang belum banyak dan belum tersosialisasikan ke
masyarakat; (f) berbagai produk olahan pangan lokal belum tersosialisasi dengan
baik di masyarakat dan masih dianggap sebagai pangan inferior;(g) komitmen
aparat dalam mengimplementasi program dan kegiatan diversifikasi dirasa masih
belum kuat; dan(h) belum optimalnya kerjasama antar kementerian/lembagaserta
lemahnya partisipasi masyarakat,
Pencapaian skor PPH merupakan kegiatan lintas sektor yang dipengaruhi oleh
kinerja berbagai unit kerja/instansi lain. Dalam hal ini Badan Ketahanan Pangan
telah mengalokasikan kegiatan berupa: (a) Pemberdayaan kelompok wanita
melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengembangan usaha
pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan; (b) Model Pengembangan
Pangan Pokok Lokal (MP3L) yang mendukung pengembangan teknologi
pangolahan pangan lokal; dan (c) Sosialisasi dan Promosi ke masyarakat umum
perihal makanan non beras non terigu. Kegiatan tersebut juga didukung
pemerintah daerah dalam kegiatan One Day No Rice maupun kudapan dalam
pertemuan.
Ke depan pencapaian skor PPH perlu introduksi komponen kegiatan di dalam dan
di luar lahan pekarangan untuk pengembangan umbi-umbian.Upaya selanjutnya
untuk meningkatkan skor PPH di masyarakat diperlukan ketersediaan produk
pangan pokok lokal seperti umbi-umbian yang memadai, dan pengelolaan
distribusi yang baik, sehingga harga di pasar dapat ditekan.Untuk itu diperlukan
pengembangan usaha pengolahan pangan pokok lokal lainnya dengan nilai
ekonomis yang memadai. Selain itu kegiatan penumbuhan usaha pengolahan
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 53
pangan berbasis tepung-tepungan sudah dapat tercapai secara berkelanjutan,
karena kelompok sudah termotivasi dan mempunyai kemampuan kerja sama
usaha kelompok yang didukung kegiatan Model PengembanganPangan Pokok
Lokal (MP3L).
6. Jumlah Pengawas Keamanan Pangan
Badan Ketahanan Pangan telah melakukan beberapa kegiatan terkait
pengawasan keamanan pangan segar, antara lain pengambilan contoh pangan
segar dan pengujian di laboratorium. Objek pengawasan keamanan pangan
segar yang dilakukan oleh BKP difokuskan pada pangan segar asal tumbuhan di
peredaran. Mandat pengawasan keamanan pangan segar juga dilakukan oleh
Badan Karantina Pertanian (Barantan) khususnya dalam mengawal lalu lintas
pangan segar asal tumbuhan dari dan ke luar negeri. Pengawasan keamanan
pangan segar asal hewan secara khusus dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan (Keswan) melalui Direktorat Kesehatan
Masyarakat Veteriner.
Ruang lingkup pengujian adalah residu pestisida, mikroba dan logam berat.
Pengujian residu pestisida sudah dilaksanakan sejak tahun 2005. Namun sejak
tahun 2012, Badan Ketahanan Pangan Kementan tidak melakukannya, sehingga
data yang diperoleh adalah data pengujian yang dilakukan oleh BKP Daerah.
Berdasarkan pengujian residu pestisida di laboratorium, menunjukkan bahwa
kandungan residu pestisida yang tidak memenuhi syarat (TMS) pada pangan
segar mengalami tren yang meningkat, sebagaimana dapat dilihat pada grafik 8
di bawah ini.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 54
Sumber : Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan
Grafik 8. Hasil Pengujian Pangan Segar yang TMS dari Residu Pestisida.
Pada grafik di atas, pangan segar yang tidak memenuhi syarat sejak tahun
2005 sampai dengan 2013 adalah 38,89 %; 5,56 %; 12,50 %; 13,89 %;
15,91%. 33,33 %; 55,0 %; 22,50 %; dan 16,08 %. Pangan segar tersebut
dikatakan tidak memenuhi syarat, dikarenakan mengandung residu pestisida
yang dilarang atau di atas ambang batas. Standar yang digunakan dalam
menentukan apakah contoh memenuhi syarat atau tidak adalah SNI 7313 :
2008. Codex Alimentarius dan Permentan Nomor
01/Permentan/OT.140/1/2007 tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida yang
Dilarang dan Pestisida Terbatas.
Mengingat keamanan pangan sangat penting dalam peningkatan kualitas
manusia, maka diperlukan petugas/SDM di bidang pengawasan keamanan
pangan yang memiliki kompetensi yang terstandarkan. Beberapa kompetensi
untuk petugas yang menangani keamanan pangan segar sudah merujuk pada
Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sebagai standar
komptensi profesi, yaitu SKKNI Pengawas Keamanan Pangan Segar dan
SKKNI Petugas Pengambil Contoh (PPC) pangan segar.Untuk memenuhi
kompetensi petugas yang menangani keamanan pangan. BKP telah melatih
petugas dengan berbagai kompetensi dari tahun ke tahun.hingga tahun 2014
petugas yang menangani keamanan pangan. sebagia berikut : (1) PPC
sebanyak 295 orang; (2) Auditor sebanyak 92 orang; (3) Inspektor sebanyak
0
20
40
60
80
100
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pe
rse
nta
se
Tahun
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 55
36 orang; (4) PMHP sebanyak 20 orang; (5) PPNS sebanyak 20 orang; dan
(6) Pengawas sebanyak 61 orang.Uraian petugas keamanan pangan per
provinsi dapat dilihat pada lampiran 7.
Dalam menyelenggarakan fungsi pengawasan keamanan pangan segar di
Indonesia. banyak tantangan yang dihadapi oleh Badan Ketahanan Pangan.
antara lain: (1) Cakupan wilayah pengawasan yang sangat luas; (2) jumlah
dan jenis pangan segar cukup beragam; (3) Rendahnya pengetahuan dan
keterampilan produsen untuk memproduksi pangan yang aman dan bermutu;
(4) Kesadaran konsumen dan retail yang masih perlu ditingkatkan; dan (5)
Keterbatasan jumlah dan kompetensi pengawas keamanan pangan segar.
Dari kelima tantangan tersebut.butir ke 1 dan 2 menunjukkan bahwa
diperlukan penguatan sarana dan prasarana pengawasan yang memadai.
Untuk mendukung hal tersebut.diperlukan kendaraan operasional yang dapat
dimanfaatkan dalam kegiatan pengawasan keamanan pangan segar seperti
pengambilan sampel dan wahana respon cepat terhadap kejadian
ketidakamanan pangan (seperti terjadinya kasus keracunan pangan segar)
serta sarana pendukung untuk penyebaran informasi tentang keamanan
pangan di daerah.
7. Analisis atas Efisiensi Penggunaan Sumber Daya Terhadap Kegiatan
Prioritas.
7.1. Pemeriksaan Hasil Auditor
Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan tidak lepas dari efisiensi penggunaan
sumberdaya, baik sumberdaya keuangan maupun pegawai.Penilaian capaian
kinerja atas keuangan tidak hanya dari aspek realisasi keuangan tetapi juga hasil
pemeriksaan dari auditor baik dari Inspektorat Jenderal maupun dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemeriksaan dilakukan melalui proses identifikasi
masalah, analisis, dan evaluasi secara independen, objektif, dan professional
berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 56
keuangan Negara. Pemeriksaan terhadap pelaksanaan program/kegiatan Badan
Ketahanan Pangan Tahun 2011 – 2015 dilakukan Inspektorat Jenderal
Kementerian Pertanian.
Secara keseluruhan Buku Laporan Hasil Audit Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanian, baru terbit pada bulan Nopember 2015, sehingga laporan secara
detail hasil audit per provinsi masih proses pengolahan dan analisis. Namun,
secara umum beberapa hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian
Pertanian terhadap pelaksanaan kegiatan Badan Ketahanan Pangan tahun 2011
– 2015 yaitu :
a. Kegiatan tidak/kurang efektif yaitu fakta dari hasil membandingkan
Pedoman Umum. Petunjuk Pelaksanaan TOR dan dokumen lainnya
dengan hasil yang dicapai menunjukkan adanya ketidak/kekurang
efektivitasan;
b. Kegiatan tidak/kurang efisien yaitu fakta dari hasil membandingkan
Pedoman Umum. Petunjuk Pelaksanaan TOR dan dokumen lainnya
dengan hasil yang dicapai menunjukkan adanya ketidak/kekurang efisienan;
c. Tidak tertib yaitu adanya kekurangtaatan dan penyimpangan terhadap
prosedur yang telah ditetapkan;
d. Kerugian Negara yaitu terjadi karena pelanggaran hukum atau kelalaian
pejabat negara atau pegawai negeri bukan bendahara dalam rangka
pelaksanaan kewenangan administratif atau oleh bendahara dalam rangka
pelaksanaan kewenangan kebendaharaan. Penyelesaian kerugian negara
perlu segera dilakukan untuk mengembalikan kekayaan negara yang hilang
atau berkurang serta meningkatkan disiplin dan tanggung jawab para
pegawai negeri/pejabat negara pada umumnya, dan para pengelola
keuangan pada khususnya.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 57
Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal
Grafik 9. Perbandingan Anggaran Kurang Efektif per tahun dan per kegiatan.
Grafik di atas untuk masing-masing kegiatan Badan Ketahanan Pangan dari
tahun 2010 - 2013 menunjukkan kenaikan anggaran kurang efektif.namun
pada tahun 2014 sudah berkurang signifikan.Anggaran yang kurang efektif
sangat tinggi pada kegiatan Demapan tahun 2013.
Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal
Grafik 10. Perbandingan Anggaran Tidak Efektif pada Kegiatan Badan Ketahanan Pangan.
-
200.000.000
400.000.000
600.000.000
800.000.000
1.000.000.000
1.200.000.000
1.400.000.000
2010
2011
2012
2013
2014
-
5.000.000.000
Tid
ak E
fekt
if
KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
HASIL PEMERIKSAAN ITJEN 2010-2014
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 58
Dari grafik di atas dapat dilihat dari tahun 2010 – 2014 kegiatan yang paling
tinggi nilai tidak efektif yaitu pada kegiatan Demapan dan LDPM.
Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal
Grafik 11.Perbandingan Anggaran Kurang Efisien per tahun dan per kegiatan.
Grafik diatas menunjukkan bahwa untuk kegiatan LDPM.pemanfaatan
anggaran kurang efisien terjadi di tahun 2013 dan 2014. untuk Lumbung
terjadi di tahun 2013, untuk Demapan terjadi di tahun 2013 dan 2014, untuk
P2KP pada tahun 2013 dan 2014. Dua kegiatan yaitu PDRP dan MP3L tidak
terdapat anggaran kurang efisien.
Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal
Grafik 12. Perbandingan anggaran kurang efisien per kegiatan th. 2010 – 2014.
-
5.000.000
10.000.000
15.000.000
20.000.000
25.000.000
30.000.000
2010
2011
2012
2013
2014
-
10.000.000
20.000.000
30.000.000
40.000.000
50.000.000
LDPM LUMBUNG
Demapan
P2KP PDRP MP3L
Series1 26.304 27.900 3.825. 42.668 - -
Axi
s Ti
tle
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 59
Grafik di atas menunjukkan jumlah anggaran tidak efisien pada kegiatan
LDPM dan Lumbung hampir sama sedangkan untuk P2KP tinggi dan
Demapan dan PDRP dan MP3L kecil.
Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal
Grafik 13. Perbandingan Anggaran tidak tertib per tahun dan per kegiatan.
Grafik di atas menunjukkan bahwa untuk anggaran kurang tertib yaitu pada
tahun 2011 dan 2013 pada kegiatan LDPM sangat tinggi sedangkan untuk
Lumbung, Demapan, P2KP hanya ada di tahun 2012 dan 2014. Sedangkan
untuk PDRP dan MP3L tidak terdapat anggaran kurang tertib.
Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal
-
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
300.000.000
2010
2011
2012
2013
2014
- 100.000.000 200.000.000 300.000.000 400.000.000 500.000.000
Tid
ak T
ert
ib
KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
HASIL PEMERIKSAAN ITJEN 2010-2014
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 60
Grafik 14. Perbandingan anggaran kurang tertib per kegiatan tahun 2010 – 2014.
Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal
Grafik di atas menunjukkan bila dibandingkan dengan per kegiatan anggaran
kurang tertib yang paling tinggi ada pada kegiatan LDPM.
Grafik 15. Perbandingan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) per tahun dan per kegiatan.
Sumber : Badan Ketahanan Pangan berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal
Grafik di atas menunjukkan bahwa Tuntutan Ganti Rugi pada kegiatan
Lumbung dan P2KP pada tahun 2014 cukup tinggi.
-
20.000.000
40.000.000
60.000.000
80.000.000
100.000.000
120.000.000
140.000.000
LDPM LUMBUNG Demapan P2KP PDRP MP3L
2010
2011
2012
2013
2014
- 20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000
100.000.000 120.000.000 140.000.000 160.000.000
Ke
rugi
an N
ega
ra
KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN
HASIL PEMERIKSAAN ITJEN 2010-2014
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 61
7.2. Capaian Kinerja Pegawai Badan Ketahanan Pangan
Efisiensi penggunaan sumberdaya manusia/pegawai Badan Ketahanan Pangan,
merupakan dukungan yang tidak kalah penting dalam pencapaian target
program dan kegiatan Badan ketahanan Pangan Tahun 2015. Sumberdaya
manusia/pegawai yang tersedia dan berkualitas sangat menentukan bagi
keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan tugas dan kegiatan Badan
Ketahanan Pangan dan Sekretariat DKP. Pada tahun 2015. BKP Kementerian
Pertanian didukung oleh 302 pegawai, dengan komposisi yang beragam adalah :
1. Tingkat pendidikan : SLTA ke bawah sebanyak 99 orang atau 33 persen.
Diploma-3 dan Sarjana Muda 8 orang atau 2,67 persen. Strata Satu 116
orang atau 39 persen, strata dua 69 orang atau 22,67 persen, dan strata
tiga 6 orang atau 2 persen.
2. Kepangkatan : golongan I sebanyak 1 orang atau 0,33 persen, golongan II
sebanyak 27 orang atau 9 persen, golongan III sebanyak 242 orang atau 81
persen. dan golongan IV sebanyak 30 orang atau 9,67 persen.
3. Usia pegawai : 26-35 tahun sebanyak 73 orang atau 24,67 persen. 36-45
tahun 89 orang atau 29,67 persen, 46-50 tahun 30 orang atau 10 persen,
dan lebih dari 51 tahun 107 orang atau 35,67 persen.
Kualifikasi pegawai BKP Kementerian Pertanian yang masih aktif pada tahun
2013-2014 berdasarkan tingkat pendidikan, kepangkatan, dan usia, seperti
dalam tabel 30 berikut ini :
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 62
Tabel 29. Perkembangan Pegawai Negeri Sipil Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Tahun 2014 – 2015.
Uraian Jumlah Pegawai Jumlah Pegawai
2014 2015
1. Tingkat Pendidikan 300 302
a. SLTA ke bawah 99 96
b. Sarjana Muda dan D-3 10 10
c. Sarjana Strata-1 dan D4 116 118
d. Strata-2 Magister 69 71
e. Strata-3 Doktor 6 7
2. Kepangkatan 300 302
a. Golongan I 1 1
b. Golongan II 27 26
c. Golongan IIII 242 236
d. Golongan IV 30 39
3. Usia Pegawai 300 302
a. Kurang dari 26 tahun 1 1
b. 26 – 35 tahun 84 66
c. 36 – 45 tahun 83 85
d. 46 – 50 tahun 38 29
e. Lebih dari 51 tahun 94 111 Sumber : Sekretariat Badan Ketahanan Pangan
Dalam rangka penilaian indikator kinerja individu/pegawai.telah dilaksanakan
Penilaian Standar Kinerja Pegawai (SKP) sebagai pengganti Daftar Penilaian
Pelaksanaan Kerja PNS (DP3) kepada seluruh pegawai Badan Ketahanan
Pangan. Dalam Penilaian Prestasi sudah terlihat kinerja pegawai dengan nilai
91-100 (A = Sangat Baik) sebanyak 35 pegawai; 76-90 (B = Baik) sebanyak 264
pegawai; 61-75 (C = Cukup) sebanyak 1 pegawai; 51-60 (D = Kurang) sebanyak
0 pegawai; dan < 50 (E = Buruk) sebanyak 0 pegawai.
Sejak tahun 2014, penilaian capaian kinerja pegawai dengan tahun sudah
menggunakan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) yang menekankan output
pekerjaan pegawai dan kehadiran pegawai, sedangkan untuk melihat kinerja
pegawai melalui budaya kerja. Badan Ketahanan Pangan sudah menyusun
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 63
Indeks Penerapan Nilai-nilai Budaya Kerja (IPNBK) yang merupakan data dan
informasi tentang tingkat kualitas penerapan nilai budaya kerja pada suatu unit
kerja yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas
persepsi pegawai pada unit kerja tersebut terhadap budaya kerja di unit
kerjanya, melalui 5 (lima) indikator yaitu : Komitmen, Keteladanan,
Profesionalisme, Integritas, dan Disiplin. Dari analisis pengukuran IPNBK di
lingkungan Badan Ketahanan Pangan pada Tahun 2015 bisa disimpulkan
sebagai berikut :
Nilai Rata-Rata Budaya Kerja : 3,46
Kualitas Budaya Kerja : 86,38
Kualifikasi Kualitas Budaya Kerja : A (Sangat Baik)
Tabel 30. Komponen Indeks Penerapan Nilai-nilai Budaya Kerja (IPNBK)
NO KOMPONEN PERTANYAAN NILAI KONVERSI
1 Komitmen 1,1. - 1,8 3,37 84,26
2 Keteladanan 2,1. - 2,6 3,40 85,09
3 Profesionalisme 3,1. - 3,6 3,43 85,86
4 Integritas 4,1. - 4,5 3,51 87,78
5 Disiplin 5,1. - 5,4 3,56 88,92
NILAI KUALITAS BUDAYA KERJA (IPNBK) 3,46 86,38
Grafik 17. Hasil IPBNK 2014 dan 2015
0
1
2
3
4
IPNBK 2015IPNBK 2014
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 64
Penjelasan :
1. Nilai tertinggi dari pengukuran IPNBK lingkup Badan KetahananPangan
adalah Sekretariat Badan Ketahanan Pangan dengan nilai 3,53 dengan
kualitas budaya kerja 88,20 dan masuk kualifikasi Baik.
2. Nilai terendah pengukuran IPNBK adalah Pusat Ketersediaan dan
Kerawanan Pangan dengan nilai 3,39 dengan kualitas budaya kerja 84,64
dan masuk dalam kualifikasi sangat baik. Walaupun terendah di lingkup
Badan Ketahanan Pangan tetapi kriterianya sangat baik.
3. Nilai tertinggi pada indicator disiplin, hal ini disebabkan adanya pemberian
tunjangan kinerja. Dibarengi dengan pemberlakuan Peraturan Pemerintah
53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Apabila melanggar
tampa alasan yang jelas akan dipotong tunjangan kinerjanya, dikenakan
pula sanksi administrasi sesuai dengan Peraturan Pemerintah 53 tahun
2010 tersebut.
Dalam rangka meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan
kualitas aparatur dalam penyelenggaraan berbagai tugas dan fungsi Badan
Ketahanan Pangan, pada tahun 2015 telah dilakukan: (a) program tugas belajar
dan ijin belajar dengan biaya dari pemerintah, maupun biaya sendiri.
kursus/pelatihan teknis aplikatif dan administratif, serta workshop/seminar; (b)
pembinaan motivasi dan disiplin; (c) penyelesaian administrasi kenaikan pangkat
dan kenaikan gaji berkala; (d) pemberian penghargaan dan Tanda Kehormatan
Satya Lencana Karya Satya; (e) sosialisasi Reformasi Birokrasi; dan rencana
perubahan jabatan fungsional pegawai termasuk rencana penyusunan jabatan
fungsional analisis ketahanan pangan.
6. Capaian Kinerja Lainnya
Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan secara nasional, Badan
Ketahanan Pangan juga melaksanakan tugas secara insidentil/diluar rencana
berdasarkan perintah pimpinan serta kebijakan lainnya yang dianggap penting.
Kegiatan tersebut lebih banyak bersifat koordinasi atau dukungan terhadap
pelaksanaan kegiatan intansi terkait baik di dalam maupun luar Kementerian
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 65
Pertanian; serta di tingkat Internasional yang dikoordinasikan oleh Food and
Agriculture Organization (FAO),United Nations World Food Programme (WFP),
maupun forum lainnya. Selama 5 tahun, beberapa prestasi Badan Ketahanan
Pangan, serta apresiasi dari masyarakat, pemerintah daerah, dan tingkat
internasional kepada Badan Ketahanan Pangan di Pusat dan Daerah, seperti :
1. Sejak tahun 2011 hingga sekarang. Badan Ketahanan Pangan
melaksanakan kegiatan promosi penganekaragaman konsumsi pangan
dengan memakai frasa “One Day No Rice” ditingkat nasional bergema
keseluruh daerah provinsi dan kabupaten/kota dengan menerapkan one day
no rice atau istilah dan kegiatan yang terkait dengan upaya perubahan
pemanfaatan substitusi pangan dari umbi-umbian.
2. Meningkatnya kesadaran pentingnya aspek ketahanan pangan dalam
pembangunan daerah yang berkelanjutan dari lembaga legislatif di provinsi
dan kabupaten/kota. Hampir setiap bulan Badan Ketahanan Pangan
mendapatkan kunjungan dari DPRD provinsi dan kabupaten/kota yang ingin
mendiskusikan ketahanan pangan khususnya tentang kebijakan program
dan kegiatan dan kelembagaan.
3. Kegiatan Vegetables Go To School (VGtS) merupakan kerjasama dengan
AVDRC Taiwan dalam bentuk hibah. Kegiatan tersebut dalam bentuk
penyusunan baseline data, selanjutnya Tim AVDRC Taiwan yang akan
menyusun kajian dan analisis.
C. Realisasi Anggaran
Pada awal TA. 2015 Badan Ketahanan Pangan (BKP) memperoleh alokasi
anggaran senilai Rp. 582.384 Milyar untuk kegiatan di pusat. propinsi dan
kabupaten/kota. Selanjutnya pada bulan Februari 2015 ada penambahan 52.875
Milyar melalui refocusing kegiatan dan anggaran untuk kegiatan Percepatan
Peningkatan Produksi Swasembada Padi, Jagung, dan Kedelai, sehingga pagu
akhir anggaran tahun 2014 sebesar Rp. 635,26 Milyar.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 66
Seluruh anggaran tahun 2015 dialokasikan dalam 154 satker,berupa : (a) Dana
Sentralisasi di Pusat Rp. 114,88 Milyar atau 18.08 persen; (b) Dana Dekonsentrasi
(Dekon) di 34 propinsi Rp. 298,86 Milyar atau 46,57 persen; (c) Dana Tugas
Pembantuan 2 (dua) provinsi dan 115 kabupaten/kota sebesar Rp. 193,27 Milyar
atau 34,86 persen. Untuk kabupaten/kota yang tidak berdiri sendiri/satker mandiri.
anggarannya masuk dalam provinsi melalui dana dekonsentrasi.
Alokasi anggaran per kegiatan utama pada tahun 2015 sebelum dan sesudah
refocusing adalah pada tabel 31 berikut ini :
Tabel 31. Alokasi Anggaran Per Kegiatan Tahun 2015
(Rp. juta)
NO Kegiatan PAGU AWAL REFOCUSING PAGU AKHIR
1 Pengembangan Distribusi dan Cadangan Pangan
101.609 5.656 107.265
2 Pengembangan Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
102.113 9.496 111.609
3 Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan
112.321 20.574 132.895
4 Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya
266.341 17.149 283.490
TOTAL 582.385 52.874 635.259
Sumber : Badan Ketahanan Pangan
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 67
Tabel 32. Alokasi dan Realisasi Anggaran Lingkup BKP pada TA. 2014 Setelah Refocusing.
Sumber : SPAN 15 Januari 2016, Sumber data : SPAN dan Aplikasi PMK 249
Realisasi Anggaran Pengembangan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Masyarakat Tahun 2015 mencapai 88,73 persen. realisasi anggaran untuk bantuan
sosial mencapai realisasi tertinggi sebesar 93,44 persen dan belanja pegawai
mencapai realisasi terendah sebesar 74,87 persen. Realisasi anggaran menurut
jenis belanja. seperti pada tabel 33 berikut ini :
Tabel 33. Realisasi Penyerapan Anggaran BKP Pusat dan Daerah per Jenis Belanja pada TA. 2015
PAGU (Rp) REALISASI (Rp) % PAGU (Rp) REALISASI (Rp) % PAGU (Rp) REALISASI (Rp) % PAGU (Rp) REALISASI (Rp) % PAGU (Rp) REALISASI (Rp) %
KANTOR PUSAT 24.410.000 18.274.662 74,87 88.234.784 72.080.686 81,69 2.239.900 2.052.132 91,62 114.884.684 92.407.480 80,43
DEKONSENTRASI 185.310.206 166.315.048 89,75 2.000 0 0 113.548.000 111.666.000 98,34 298.860.206 277.981.048 93,01
TUGAS PEMBANTUAN 127.959.211 111.421.631 87,08 23.500 23.500 100,00 93.531.000 81.821.000 87,48 221.513.711 193.266.131 87,25
TP PROVINSI 14.982.643 14.576.907 97,29
TP KABUPATEN 206.531.068 96.844.724 46,89
TOTAL 24.410.000 18.274.662 74,87 401.504.201 349.817.365 87,13 2.265.400 2.075.632 91,62 207.079.000 193.487.000 93,44 635.258.601 563.654.659 88,73
NAMA SATKERBELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA MODAL BELANJA BANSOS JUMLAH ANGGARAN
Rp. Milyar
No Uraian 2014 2015
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
1
Pusat
81,70 66,39 81,26 114,88 92,41 80,44
2
Daerah
378,27 352,82 91,14 520,37 471,26 90,56
a. Dekonsentrasi 298,86 277,98 93,01
b. Tugas Pembantuan 221,51 193,27 87,25
Provinsi 213,22 196,76 78,17 14,98 14,58 97,33
Kab/Kota 165,04 156,06 94,55 206,53 178,69 86,52
TOTAL 459,97 419,21 91,14 635,26 563,65 88,73
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 68
Rendahnya penyerapan anggaran tersebut disebabkan oleh :
1. Revisi DIPA hingga ke 4 kali. terakhir 2 Juli 2015.
2. Pedum Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
terbit 6 April 2015.
3. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA, PPK, Bendahara
Pengeluaran).
4. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan.
5. Penggunaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan
Sistem Informasi Laporan bendahara Instansi (SILABI) menyebabkan banyak
permasalahan pencairan anggaran.
6. Pegawai pindahan kurang memahami mekanisme pencairan anggaran dan
adanya kehati-hatian dalam pengelolaan anggaran;
7. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima
berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan;
8. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana
Dekonsentrasi.
9. Tambahan sasaran APBN-P.
10. Sasaran harus berbadan hukum.
11. Satuan harga yang diterapkan sering tidak sesuai kebutuhan riil;
12. Sasaran tidak sesuai dengan Pedoman.
13. Lokasi sasaran LPM yang jauh dari penduduk.
14. Tehnologi pengolahan pangan.
15. Infrastruktur dan kondisi alam.
Tabel 34. Alokasi Anggaran Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011 – 2015
Rp. Milyar
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 Renstra 618,97 722,27 829,86 940,92 635,26 Pagu 628,97 687,84 647,16 458,55 635,26 Realisasi 560,82 621,25 605,93 419,93 563,65
Sumber : Badan Ketahanan Pangan
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 69
Grafik 17. Realisasi Anggaran dibandingkan dengan Pagu Renstra dan Pagu
Anggaran Tahunan Badan Ketahanan Pangan Tahun 2011 – 2015
D. Dukungan Instansi Lain.
Keberhasilan pencapaian pembangunan ketahanan pangan nasional, dipengaruhi
pula oleh peranserta unit kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan
Kementerian lainnya, serta pemangku kepentingan lainnya yang peduli terhadap
ketahanan pangan. Dukungan instansi tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden
(Perpres) nomor 22 tahun 2009 dan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan)
nomor 43 Tahun 2009, instansi tersebut juga sebagai anggota Dewan Ketahanan
Pangan. Adapun kegiatan instansi lain yang mendukung keberhasilan ketahanan
pangan seperti pada lampiran 8.
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Rp
. Mili
yar
Realisasi Anggaran 2011 - 2015
Renstra
Pagu
Realisasi
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 70
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan Umum
Pelaksanaan program diversifikasi dan ketahanan pangan masyarakat tahun 2015,
secara khusus telah berhasil menimbulkan perubahan di wilayah/kelompok sasaran.
Program tersebut berhasil : (a) membangun kesadaran kelompok sasaran untuk
mendukung pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman; (b)
mewujudkan stabilitasi harga gabah/ beras, dan jagung di wilayah gapoktandan
masyarakat melalui Penguatan LDPM. Lumbung Pangan Masyarakat, dan Toko
Tani Indonesia; (c) pemenuhan kebutuhan pangan lingkup kelompok Lumbung
Pangan Masyarakat; serta (d) menurunkan KK miskin di Desa/Kawasan Mandiri
Pangan.
Capaian IKU dan sasaran kegiatan utama secara umum sudah sesuai dengan
Renstra kecuali pada tahun – tahun terakhir sebagai akibat kebijakan pemotongan
anggaran dan refocusing program BKP. Refocusing diarahkan pada peningkatan
kegiatan P2KP/KRPL dengan merealokasi anggaran pada kegiatan yang lain
(Demapan, LDPM, dan LPM).
Berdasarkan capaian indikator kinerja, keberhasilan yang telah dicapai sesuai
dengan target bahkan melebihi target atau diatas 100 persen (sangat berhasil),
kecuali jumlah petugas keamanan pangan yang tersertifikasi sebesar 97,65 persen
(berhasil). Belum tercapainya target tersebut karena petugas keamanan pangan
yang dilatih banyak yang tidak lulus.
Berbagai hambatan/masalah baik secara umum maupun teknis pelaksanaan
kegiatan ketahanan pangan. Upaya perbaikan yang telah dilakukan untuk
menyelesaikan dengan meningkatkan koordinasi dengan SKPD daerah dan pihak-
pihak terkait, mengoptimalkan sumberdaya yang ada, serta memperbaiki fungsi
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 71
manajemen mulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
evaluasi.
B. Permasalahan dan Upaya dan Tindak Lanjut
1. Permasalahan
Dalam rangka mewujudkan diversifikasi pangan terkait erat dengan perilaku
masyarakat/manusia. Secara umum hambatan dan kendala yang dihadapi dalam
mewujudkan diversifikasi pangan pada tahun 2015adalah : (1) pendapatan
masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara umum.
sehingga menurunnya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga
pangan daripada masalah ketersediaan; (2) konsumsi beras per kapita
cenderung turun, tetapi konsumsi gandum (terigu) cenderung meningkat; (3)
teknologi pengolahan pangan lokal masih rendah; (4) kampanye dan promosi
penganekaragaman konsumsi pangan masih kurang; (5) beras sebagai
komoditas superior ketersediaannya masih terjamin dengan harga yang murah;
(6) kualitas konsumsi pangan masih rendah, kurang beragam dan masih
didominasi pangan sumber karbohidrat; (7) terdapatnya konsep makan“belum
makan kalau belum makan nasi” yang salah dalam masyarakat; (8) pemanfaatan
dan produksi sumber-sumber pangan lokal seperti aneka umbi, jagung, dan sagu
masih rendah; dan (9) bencana alam dan perubahan iklim yang sangat ekstrim.
Berdasarkan aspek ketahanan pangan permasalahan dalam capaian kinerja
program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat tahun
2015adalah :
a. Aspek Ketersediaan Pangan
1) Produksi dan kapasitas produksi pangan nasional semakin terbatas.
2) Jumlah permintaan pangan semakin meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk, pemenuhan kebutuhan bahan baku
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 72
industri. dan berkembangnya penggunaan pangan seiring maraknya
perkembangan pariwisata, hotel, dan restoran.
3) Adanya persaingan penggunaan bahan pangan untuk bio energi dan
pakan ternak.
4) Kerawanan pangan karena adanya kemiskinan. terbatasnya penyediaan
infrastruktur dasar pedesaan, potensi sumber daya pangan yang rendah.
rentannya kesehatan masyarakat di daerah terpencil, dan sering
terjadinya bencana alam.
b. Aspek Keterjangkauan Pangan
1) Sifat produksi yang musiman, berpengaruh terhadap harga pangan.
2) Melonjaknya harga pangan dunia karena ketergantungan terhadap ekspor
pangan tertentu.
3) Terbatasnya dan/atau kurang memadainya sarana dan prasarana
transportasi, kondisi iklim yang tidak menentu yang dapat mengganggu
transportasi bahan pangan.
4) Permasalahan teknis dalam proses distribusi ini berdampak terhadap
melonjaknya ongkos angkut, mengakibatkan aksesibilitas konsumen
secara ekonomi menurun.
5) Walaupun pemerintah telah menjamin kecukupan stok beras, namun
kecukupan stok pangan tersebut tidak dapat menjamin stok pangan di
pasar.
c. Aspek Konsumsi Pangan
1) Keterbatasan kemampuan ekonomi atau daya beli dari keluarga;
2) Keterbatasan pengetahuan dan kesadaran tentang pangan dan gizi, serta
teknologi pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan kepraktisan
dalam pengolahan, nilai gizi, nilai ekonomi, nilai sosial, citra, dan daya
terima;
3) Adanya kecenderungan penurunan proporsi konsumsi pangan berbasis
sumber daya lokal, karena pengaruh globalisasi industri pangan siap saji,
dan berkurangnya produksi sumber pangan lokal;
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 73
4) Adanya pengaruh nilai-nilai budaya kebiasaan makan yang tidak selaras
dengan prinsip konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman;
5) Berbagai kasus gangguan kesehatan manusia akibat mengkonsumsi
pangan yang tidak aman;
6) Belum efektifnya penanganan dan pengawasan keamanan pangan.
karena sistem yang dikembangkan, SDM, serta penerapan saksi yang
tegas;
7) Koordinasi lintas sektor dan subsektor terkait dengan keamanan pangan
belum optimal;
8) Kurangnya kesadaran pihak pengusaha/pengelola pangan untuk
menerapkan peraturan/standar yang telah ada.
d. Dukungan Kelembagaan dan Manajemen Ketahanan Pangan.
1) Belum optimalnya peran dan fungsi Dewan Ketahanan Pangan (DKP)
sebagai lembaga fungsional koordinator dalam penanganan ketahanan
pangan di daerahnya;
2) Rotasi pimpinan dan staf Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
pegawai sering;
3) Komitmen dan langkah nyata pemerintah daerah masih rendah untuk
membangun ketahanan pangan berkelanjutan;
4) Pelaksanaan monitoring dan pelaporan program ketahanan pangan
kurang optimal. baik secara online dan manual;
5) Hasil analisis ketahanan pangan belum dimanfaatkan secara maksimal
sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan program;
6) Belum sepenuhnya terlaksananya kegiatan ketahanan pangan yang
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan
Pangan.
Secara teknis program dan kegiatan ketahanan pangan, hambatan dan kendala
yang dihadapi adalah :
1. Revisi DIPA hingga ke 4 kali, terakhir 2 Juli 2015.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 74
2. Pedum Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan
Masyarakat terbit 6 April 2015.
3. Terlambatnya penerbitan SK Pengelola Keuangan (KPA. PPK. Bendahara
Pengeluaran).
4. Mutasi pegawai atau pejabat pengelola keuangan, pegawai pindahan kurang
memahami mekanisme pencairan anggaran dan adanya kehati-hatian dalam
pengelolaan anggaran;
5. Mutasi dan serah terima jabatan tidak disertai dengan serah terima
berkas/dokumen pelaksanaan kegiatan;
6. Penggunaan Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan
Sistem Informasi Laporan bendahara Instansi (SILABI) menyebabkan banyak
permasalahan pencairan anggaran.
7. Keterlambatan proses adminsitrasi di kab/kota yang masuk dana
Dekonsentrasi.
8. Tambahan sasaran APBN P.
9. Sasaran harus berbadan hukum.
10. Satuan harga yang diterapkan sering tidak sesuai kebutuhan riil;
11. Sasaran tidak sesuai dengan Pedoman,
12. Lokasi sasaran LPM yang jauh dari penduduk,
13. Infrastruktur dan kondisi alam,
14. Kurang optimalnya partisipasi aparat provinsi dan kabupaten/kota dalam
pembinaan dan pemenuhan kebutuhan peralatan yang diperlukan kelompok
unit usaha kecil untuk pengembangan tepung-tepungan sebagai bahan baku
olahan pangan lokal di lokasi penerima manfaat.
2. Upaya dan Tindak Lanjut
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan upaya dan tindak lanjut
sebagai berikut:
1) BKP Pusat telah menghimbau kepada Badan/Dinas/Instansi/Unit Kerja
Ketahanan Pangan di Provinsi dan Kab/Kota untuk dukungan dari
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 75
pemerintah daerah dalam menjalankan kegiatan SKPG dan PDRP. Hal ini
berkaitan dengan dukungan anggaran, program, dan SDM, sehingga dapat
menguatkan berbagai instrument yang ada di dalam SKPG dan PDRP.
2) BKP berupaya memberikan informasi dan sosialisasi tentang perubahan
nomenklatur dan penghematan kepada daerah.
3) Fasilitasi kepada kelompokpenerima manfaat untuk pengembangan bisnis
pangan lokal dan makanan tradisional.
4) Mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan
industri dan bisnis pangan lokal.
5) Peningkatan kerjasama antara Perguruan Tinggi dengan institusi yang
menangani Ketahanan Pangan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta
pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.
6) Sinkronisasi kebijakan baik antarkementerian maupun dengan pihak swasta
yang diwujudkan dalam bentuk programdan kegiatan sesuai kewenangan
masing-masing namun saling mendukung.
7) Mengembangkan kegiatan OptimalisasiPemanfaatan Pekarangan melalui
konsep KRPL.
8) Melaksanakan kegiatan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal
(MP3L).
9) Mendorong upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara
terstruktur dan komprehensif guna mempercepat terjadinya diversifikasi
pangan.
10) Meningkatkan peran swasta dalam memanfaatkan keragaman sumberdaya
lokal.
11) Mengembangkan bisnis dan industri pangan lokal, melalui:fasilitasi UMKM
untuk pengembangan bisnis pangan lokal, industri bahan baku, industri
pangan olahandan pangan siap saji yang aman berbasis sumberdaya lokal
dan advokasi, sosialisasi dan penerapan standar keamanan dan mutu
pangan bagi pelakuusaha pangan terutama usaha rumah tanggadan
UMKM.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 76
12) Meningkatkan investasi agroindustri pangan berbasis pangan lokal
dilakukan melalui pengembangan bisnis pangan lokal bagi UKM,
pengembangan kemitraan dengan dunia usaha (bekerja sama dengan
Ditjen PPHP), pengembangan gerai atau outlet pangan lokal,
pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal (bekerja sama dengan
Balitbang dan Perguruan Tinggi) dan memastikan peningkatan
keanekaragaman pangan sesuai karakteristik daerah.
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian 77
LAMPIRAN
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Lampiran 1. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan
77
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Lampiran 2. Kegiatan dan Pendanaan Berdasarkan Renstra Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015 – 2019
78
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
11 632,39 631,28 799,61 831,97 713,70
1. Meningkatnya keragaman konsumsi pangan yang sehat dan aman
-Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 84,1 86,2 88,4 90,5 92,5
2. Meningkatnya konsumsi pangan masyarakat sesuai angka
kecukupan gizi (AKG)
-Konsumsi Energi (kkal/kap/hr) 2.004 2.040 2.077 2.113 2.150
-Konsumsi Protein (gram/kap/hr) 56,1 56,4 56,6 56,8 57,0
3. Tercapainya keamanan pangan segar
- Keamanan pangan dilihat dari kandungan cemaran biologis, kimia
dan fisik
Dibawah
ambang
batas
Dibawah
ambang
batas
Dibawah
ambang
batas
Dibawah
ambang
batas
Dibawah
ambang
batas
4. Stabilnya harga pangan pokok di tingkat produsen dan konsumen
-Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg) ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP ≥ HPP
-Koefisien v ariasi pangan (beras) di tingkat konsumen CV<5% CV<5% CV<5% CV<5% CV<5%
5. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam
-Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 87,52 89,71 92,04 94,25 96,32
6. Menurunnya jumlah penduduk rawan pangan
-Penurunan jumlah penduduk raw an pangan (%/Tahun) 1 1 1 1 1
Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat
No. Program/ Kegiatan/Sasaran Program / Sasaran Kegiatan Target ALOKASI (Milyar Rupiah)
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Lampiran 3. Rata-rata Konsumsi Penduduk Berdasarkan Kelompok Pangan Tahun 2015 – 2019
Kelompok Bahan Pangan Energi (kkal/kap/hari)
2011 2012 2013 2014 2015 Ideal
I. Padi-padian 1223 1155 1164 1164 1253 1.000
II. Umbi-umbian 54 41 39 38 48 120
III. Pangan Hewani 186 183 174 183 201 240
IV. Minyak dan Lemak 232 241 233 243 257 200
V. Buah/biji berminyak 47 43 39 38 44 60
VI. Kacang-kacangan 61 59 58 57 57 100
VII. Gula 105 91 93 90 102 100
VIII. Sayuran dan buah 104 100 96 101 99 120
IX. Lain-lain 36 32 35 36 38 60
Total Energi 2048 1944 1930 1949 2098 2000
Tingkat Konsumsi Energi (TKE) 102,4 97,2 96,5 97,5 104,9
Skor PPH 85,6 83,5 81,4 83,4 85,2
Sumber : Susenas 2010 – 2014; BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran, oleh BKP 79
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan
Lampiran4. Perkembangan Konsumsi per Komoditas Tingkat Nasional2011 – 2015
80
2011 2012 2013 2014 2015I. Padi-padian 1223,0 1154,8 1164,0 1164,0 1252,6 a. Beras 985,5 940,3 934,1 930,7 945,0 b. Jagung 12,2 14,9 12,9 12,1 11,9 c. Terigu 225,4 199,6 217,0 221,2 295,7II. Umbi-umbian 54,0 41,0 38,7 38,1 48,3 a. Singkong 34,3 24,7 22,2 21,5 24,5 b. Ubi jalar 10,6 8,6 8,7 9,5 13,6 c. Kentang 2,3 2,2 2,3 2,2 3,8 d. Sagu 4,6 4,1 4,2 3,7 4,9 e. Umbi lainnya 2,1 1,4 1,3 1,3 1,5III. Pangan Hewani 185,9 182,5 174,0 183,3 201,0 a. Daging ruminansia 17,0 28,5 13,7 14,3 12,4 b. Daging unggas 43,7 40,5 41,8 45,8 61,2 c. Telur 30,1 29,4 27,6 28,1 26,8 d. Susu 32,0 24,9 31,8 32,9 38,7 e. Ikan 63,1 59,3 59,1 62,2 62,0IV. Minyak dan Lemak 231,5 241,2 232,8 242,8 256,8 a. Minyak kelapa 40,7 27,8 28,9 22,6 8,4 b. Minyak sawit 185,4 210,2 199,9 215,7 248,3 c. Minyak lainnya 5,5 3,2 4,1 4,5 0,0V. Buah/biji berminyak 47,5 43,0 39,0 38,4 44,3 a. Kelapa 39,4 36,5 32,1 31,6 39,2 b. Kemiri 8,1 6,4 6,9 6,8 5,1VI. Kacang-kacangan 60,9 58,9 58,0 56,5 57,1 a. Kedelai 51,0 48,6 48,9 48,3 53,0 b. Kacang tanah 6,4 5,8 5,9 5,4 4,1 c. Kacang hijau 2,6 2,6 2,4 2,3 0,0 d. Kacang lain 0,9 1,9 0,8 0,5 0,0VII. Gula 104,9 90,7 93,1 89,6 101,5 a. Gula pasir 95,3 83,6 85,8 82,7 91,7 b. Gula merah 9,7 7,1 7,3 6,9 9,9VIII. Sayuran dan buah 104,3 100,4 95,5 100,9 98,9 a. Sayur 54,9 53,9 50,9 53,6 49,0 b. Buah 49,4 46,5 44,7 47,3 49,9IX. Lain-lain 35,8 32,0 35,4 35,6 38,0 a. Minuman 26,7 24,3 27,2 27,3 33,4 b. Bumbu-bumbuan 9,0 7,7 8,2 8,3 4,6
Total Energi 2047,8 1944,4 1930,5 1949,2 2098,5Tk.Konsumsi Energi (TKE) 102,4 97,2 96,5 97,5 104,9
Skor PPH 85,6 83,5 81,4 83,4 85,2
Kelompok Bahan PanganEnergi (kkal/kap/hari)
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan
Lampiran5. Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat tahun 2015
81
No Provinsi Tahap Penumbuhan Tahap Pengembangan
Alokasi Realisasi % Alokasi Realisasi %
1 Aceh 7 7 100 0 0 -
2 Sumut 7 7 100 0 0 -
3 Sumbar 8 8 100 4 2 50
4 Riau 4 4 100 0 0 -
5 Kepri 2 2 100 0 0 -
6 Jambi 3 3 100 0 0 -
7 Bengkulu 3 3 100 0 0 -
8 Sumsel 12 12 100 5 5 100
9 Lampung 11 11 100 6 6 100
10 Jabar 23 23 100 0 0 -
11 Banten 8 8 100 3 3 100
12 Jateng 23 23 100 0 0 -
13 DIY 6 6 100 4 4 100
14 Jatim 19 19 100 6 6 100
15 NTB 7 7 100 0 0 -
16 NTT 6 6 100 0 0 -
17 Kalbar 8 8 100 5 5 100
18 Kalsel 7 7 100 0 0 -
19 Sulsel 17 17 100 8 8 100
20 Sulteng 6 6 100 2 2 100
21 Sulbar 2 2 100 0 0 -
22 Sultra 3 3 100 0 0 -
23 Sulut 5 5 100 0 0 -
24 Gorontalo 4 4 100 0 0 -
Jumlah 203 203 100,00 38 36 94,74
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan
Lampiran 6. Target dan Realisasi Kegiatan Pengembangan Lumbung Pangan
Masyarakat tahun 2015
No Provinsi
Target Realisasi
% Pengembangan
Kemandirian
Jml Pengembangan Kemandirian Jml
1 DKI Jakarta - - - - - - -
2 Banten 0 1 1 1 1 100
3 Jawa Barat 0 1 1 1 1 100
4 Jawa Tengah 0 40 40 40 40 100
5 DIY - - - - - - -
6 Jawa Timur 5 60 65 5 60 65 100
7 Aceh 1 11 12 1 11 12 100
8 Sumatera Utara 13 13 26 13 13 26 100
9 Sumatera Barat 17 7 24 17 7 24 100
10 Riau 5 0 5 5 0 5 100
11 Jambi 0 6 6 6 6 100
12 Sumatera Selatan 0 20 20 20 20 100
13 Bengkulu 0 6 6 6 6 100
14 Lampung 21 11 32 21 11 32 100
15 Bangka Belitung 4 0 4 4 4 100
16 Kepulauan Riau - - - - - - -
17 Kalimantan Barat 2 7 9 2 7 9 100
18 Kalimantan Tengah - - - - - - -
19 Kalimantan Selatan - - - - - - -
20 Kalimantan Timur - - - - - - -
21 Sulawesi Utara 1 5 6 1 5 6 100
22 Sulawei Tengah 16 12 28 16 12 28 100
23 Sulawesi Selatan 0 4 4 4 4 100
24 Sulawesi Tenggara 0 1 1 1 1 100
25 Gorontalo - - - - - - -
26 Sulawesi Barat - - - - - - -
27 Bali - - - - - - -
28 N T B 0 5 5 5 5 100
29 N T T 0 8 8 8 8 100
30 Maluku 0 3 3 3 3 100
31 Maluku Utara 5 4 9 5 4 9 100
32 Papua Barat 3 2 5 3 2 5 100
33 Papua 1 6 7 1 6 7 100
Total 94 233 327 94 233 327 100
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan
Lampiran 7. Tenaga Pengawas Keamanan Pangan Segar
No Propinsi PPC Auditor Inspektor PMHP PPNS Pengawas
1 Pemerintah Aceh 9 3 1 0 1 3
2 Sumatera Utara 6 2 0 0 0 1
3 Sumatera Barat 6 2 0 2 0 2
4 Riau 9 2 0 0 0 1
5 Kepulauan Riau 2 2 0 0 0 2
6 Jambi 6 1 0 0 0 2
7 Bengkulu 5 2 0 0 0 2
8 Sumatera Selatan 13 4 2 0 0 2
9 Kepulauan Bangka Belitung
13 5 0 3 1 1
10 Lampung 7 6 1 0 0 2
11 Banten 5 2 0 0 0 2
12 DKI Jakarta 4 2 0 0 0 2
13 Jawa Barat 25 5 2 3 0 1
14 Jawa Tengah 16 4 6 0 3 2
15 DI Yogyakarta 7 2 0 2 0 3
16 Jawa Timur 15 2 0 0 0 2
17 Bali 6 4 4 3 1 1
18 NTB 4 2 0 0 0 2
19 NTT 24 2 3 2 1 2
20 Kalimantan Selatan 7 5 0 0 0 2
21 Kalimantan Barat 7 3 0 0 0 1
22 Kalimantan Tengah 8 2 1 0 0 4
23 Kalimantan Timur 8 3 0 2 0 1
24 Sulawesi Utara 10 3 0 0 0 3
25 Sulawesi Tengah 16 6 4 0 7 1
26 Sulawesi Barat 3 3 0 0 1 3
27 Sulawesi Selatan 19 3 11 3 2 2
28 Sulawesi Tenggara 11 2 1 0 1 2
29 Gorontalo 4 2 0 0 0 0
30 Maluku 6 2 0 0 0 2
31 Maluku Utara 5 2 0 0 0 1
32 Papua 3 1 0 0 0 2
33 Papua Barat 6 1 0 0 2 2
TOTAL 295 92 36 20 20 61
83
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan
Lampiran 8. Dukungan Instansi Lainnya
No Kementerian/Eselon I Kegiatan
1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
• Alokasi dana khusus untuk diversifikasi dan konsumsi pangan
• Percepatan penerbitan Inpres Pangkin (Pangan untuk Masyarakat Miskin)
2 Kementerian Keuangan • Alokasi dana khusus untuk diversifikasi dan konsumsi pangan
• Subsidi untuk daerah rawan pangan 3 Kementerian Dalam Negeri
• Kebijakan pengawasan penetapan Peraturan pusat dan peraturan daerah terkait program diversifikasi pangan
• Mendukung upaya diversifikasi melalui program Penyediaan Makanan Tambahan – Anak Sekolah (PMT-AS) berbasis Sumber Daya Lokal
4 Kementerian Perdagangan
• Kebijakan penataan kerjasama pemasaran • Mendorong sosialisasi/ promosi diversifikasi pangan
kepada masyarakat • Dukungan pelaksanaan kampanye diversifikasi
pangan dalam rangka promosi pangan lokal/spesifik daerah melalui pameran pangan nusa
5 Kementerian Perindustrian
• Kebijakan pengembangan kompetensi inti industri nasional dan daerah terutama komoditas pertanian
• Dukungan pelatihan pengolahan pangan lokal bagi masyarakat/kelompok wanita dan peternakan
• Kebijakan pengembangan industry pengolahan pangan
• Dukungan pelatihan pengolahan pangan lokal bagi masyarakat/kelompok wanita
6 Kementerian Perhubungan • Ketersediaan kapasitas, tarif dan kelancaran arus transportasi
7 Kementerian Kehutanan • Peningkatan produksi komoditas pertanian di hutan produksi dan hutan kemasyarakatan
8 Kementerian Kelautan dan Perikanan
• Peningkatan produksi perikanan • Kebijakanpenetapan score konsumsiikan • Sosialisasi konsumsi ikan • Litbang teknologi budidaya dan pengolahan
9 Bappenas • Koordinasi dan evaluasi kebijakan perencanaan program ketahanan pangan
• Dukungan perencanaan pembangunan infrastruktur dalam mendukung upaya diversifikasi pangan
• Dukungan kebijakan ekonomi makro (fiskal & moneter), misal subsidi sarana pertanian untuk komoditas non beras
• Dukungan kebijakan pembiayaan tentang pertanian dan ketahanan pangan termasuk kerjasama dengan luar negeri
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan
No Kementerian/Eselon I Kegiatan
10 Kementerian Koperasi dan UKM
• Kebijakan penataan dan pengembangan kelembagaan kelompok usaha tani menjadi kelembagaan koperasi
• Dukungan modal/pinjaman bagi kelompok pengolahan pangan lokal dan pelatihan tentang pengolahan pangan lokal
11 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
• Kebijakan cinta pangan lokal dan diversifikasi pangan dalam kurikulum sekolah
12 Kementerian Kesehatan • Kebijakan memasyarakatkan konsumsi pangan dengan prinsip gizi seimbang
• Kebijakan penetapan Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan dan kebutuhan pangan perorangan menurut kelompok umur
13 Kementerian Riset dan Teknologi
• Kebijakan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam memanfaatkan lahan
• Pengembangan teknologi pangan untuk meningkatkan nilai tambah dalam rangka diversifikasi pangan
14 Kementerian Komunikasi dan Informasi
• Kebijakan memasyarakatkan diversifikasi pangan melalui media
• Meningkatkan kapasitas layanan informasi dan pemberdayaan potensi masyarakat
15 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
• Kebijakan peningkatan peran perempuan melalui kelompok wanita tani
16 BPOM • Kebijakan pengawasan produk pangan olahan hasil pertanian
• Pengawasan produk pangan yang tidak aman dan tidak sehat
17 BMKG • Wacana dan arahan penentuan masa tanam dan jenis tanaman yang cocok di masing-masing daerah
18 Kementerian Pertanian :
a. Ditjen Tanaman Pangan
• Peningkatan produksi tanaman khusus tanaman pangan selain padi
• Sosialisasi/gerakan konsumsi pangan non beras dan non terigu sebagai alternatife sumber karbohidrat
b. Ditjen Hortikultura
• Peningkatan produksi dan budidaya hortikultura dan bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan
• Sosialisasi/gerakan konsumsi sayur dan buah-buahan
• Dukungan benih/bibit sayuran dan buah untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan
No Kementerian/Eselon I Kegiatan
c. Ditjen PPHP
• Pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras dan terigu
• Dukungan pelatihan bagi kelompok/UMKM penghasil pangan lokal, pemberian bantuan alat untuk pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras dan terigu, dukungan promosi dan pemasaran produk pengembangan pangan lokal melalui exhibition dan penyelenggaraan festival terkait pangan lokal
d. Sekretariat Jenderal • Perizinan sarana/prasarana promosi diversifikasi pangan
e. Badan Litbang Pertanian
• Teknologi tepat guna dalam optimalisasi pemanfaatan pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan
• Teknologi pengayaan gizi melalui fortifikasi pangan dan pengolahan pangan yang bergizi tinggi dan bernilai ekonomi
• Dukungan teknologi peningkatan produksi hasil pekarangan dan pangan local
f. BPSDMP
• Pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan terkait dengan pola konsumsi yang B2SA
• Penurunan konsumsi beras dan peningkatan PPH agar masuk dalam buku pintar penyuluhan
• Dukungan pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan untuk melakukan pendampingan terhadap kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan
g. BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian)
• Teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan
• Dukungan teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan, termasuk pengayaan nilai gizi pangan melalui fortifikasi pangan
h. BPSBP (Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Pertanian)
• Penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan hortikultura
i. BPPTPH (Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan dan Hortikultura)
• Penyediaan benih tanaman pangan dan hortikultura dalam mengelola pemanfaatan pekarangan
j. BPPT (Badan Pengkajian dan Penerepan Teknologi
• Adopsi teknologi pengolahan pangan (mesin penepungan, pembuatan mie)
• Dukungan teknologi tepat guna dalam kegiatan model pengembangan pangan pokok lokal (MP3L) di daerah dengan menghasilkan mesin pengolahan beras analog
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Tahun 2015
Badan Ketahanan Pangan
No Kementerian/Eselon I Kegiatan
19 Lembaga
a. Perbankan
• Pemberian modal usaha melalui kredit usaha atau pinjaman lunak dengan bunga rendah, khususnya pengolahan pangan lokal non beras dan non terigu
b. Swasta • Mempromosikan diversifikasi konsumsi pangan melalui media cetak/elektronik, event organizer, dan lain-lain
c. BUMN
• penyediaan bahan baku yang mendukung usaha pertanian
• membantu promosi diversifikasi pangan 20 TP PKK • Mensosialisasikan konsumsi pangan beragam,
bergizi seimbang, dan aman (B2SA) berbasis sumber daya lokal
• Pemanfaatan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga melalui program HATINYA (Halaman, Asri, Teratur, Indah dan Nyaman) PKK
• Partisipasi aktif dalam kegiatan KRPL dan pangan lokal melalui keteladanan, misal : istri Gubernur, Bupati, dll
21 Perguruan Tinggi • Mitra dalam pengadaan konsultansi, penyediaan tenaga tim ahli, penyelenggaraan kajian penelitian dan pengembangan konsumsi pangan
• Inovasi teknologi dan hasil penelitian • Penyebarluasan teknologi serta pengembangan
teknologi yang mendukung diversifikasi pangan 22 Pemda (Prov, Kab/kota) • Tindak lanjut Perpres No 22 tahun 2009 tentang
kebijakan Percepatan P2KP Berbasis Sumber Daya Lokal dengan menerbitkan Pergub, Perbup/Perwali termasuk Surat Edaran atau Himbauan
• Dukungan kebijakan untuk turut melaksanakan amanat UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
• Penguatan kelembagaan ketahanan pangan termasuk penyuluhan
• Pelatihan bagi aparat dan kelompok terhadap kegiatan pengembangan pangan lokal - pangan olahan – pekarangan
• Kebijakan pengaturan fungsi lahan/tata guna lahan • Mendirikan usaha/badan usaha yang mendukung
peningkatan ketahanan pangan, misal pabrik mocaf untuk menampung hasil panen pangan lokal dan meningkatkan taraf hidup masyarakat
23 Instansi terkait dalam jejaring Keamanan Pangan Nasional (JKPN) dan Daerah (JKPD)
• Pelatihan, kajian, kampanye dan promosi, pembinaan, dan pengawasan Keamanan Pangan secara terpadu
Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Triwulan IV Tahun 2015
I II III IVKEMAJUAN
PELAKSANAAN (%)
A Penurunan Penduduk Rawan Pangan Per Tahun
1% 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain
429 Desa 100% 100%
33 Prov
421 Kab
Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan (Kawasan Mapan) lama (Tahap Pengembangan)
13 prov,
60 kab,
107
kawasan
100% 98 150 192 100% Pemanfaatan dana bansos, pembinaan dan monitoring lanjutan
Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan (Kawasan Mapan) baru (Tahap Persiapan)
24 prov,
85 kab, 85
kawasan
100% 97,68% 1 Identifikasi lokasi (DDRT & potensi wilayah)
Kawasan di Kab. Lebak, Kab. Bandung tidak bisa dilaksanakan karena koordinasi kegiatan tidak setingkat dengan eselon III dan tanggung jawab penganggarannya di Dinas Pertanian Peternakan
2 Penetapan lokasi
3 Penetapan SK Lokasi, SK Pendamping,SK PKK dan LKK
4 Pembentukan kelompok
5 Penyusunan RUK dan RPWK
Perlu terus diupayakan peningkatan kapasitas aparat pelaksana SKPG
- Penentuan indikator FSVA Kabupaten
- Keterbatasan ketersediaan data pada tingkat desa
- Penyusunan buku panduan penyusunan FSVA Kabupaten
- Penyesuai/perubahan metodologi penyusunan FSVA kabupaten
50% 100%
337 456 100%
3 Penyusunan FSVA 35 Laporan 10% 15% 25%
1 Pengembangan Desa dan Kawasan Mandiri Pangan dan kawasan mandiri pangan
Pemanfaatan dana bansos, pembinaan dan monitoring lanjutan
2 Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
456 Lokasi 206 207
PENETAPAN KINERJA (PK)/INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN (IKK)TARGET
REALISASI TRIWULAN
KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
I II III IVKEMAJUAN
PELAKSANAAN (%)
PENETAPAN KINERJA (PK)/INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN (IKK)TARGET
REALISASI TRIWULAN
KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
- Pelaksanaan pengumpulan data analisis situasi akses pangan rumah tangga
- Waktu pengumpulan data yang dilakukan pada saat panen dan paceklik atau pada saat krisis masih dalam penyempurnaan metodologinya
- Belum sepenuhnya SDM di prov/kab memahami aplikasi pengolahan dan analisis akses pangan rumah tangga
Rp 4.403/kg atau 19,01% diatas HPP
- Data harga gabah kering panen (GKG) diambil dari data harga di 18 provinsi sentra produksi padi
- Diperlukan harga GKP petani cukup besar antar wilayah dan antar waktu yang membuat nilai CV pada minggu atau bulan tertentu cukup bervariasi dan relatif tinggi (antara 6,45-9,89%). Fluktasi harga tertinggi terjadi pd minggu III Nov (9,89%), sedang bgtu juga apabila dilihat bulanan, tertinggi pada bulan Nov 8,52% (rereta TW IV 7,78%)
-
- Berdasarkan data panel harga pangan BKP, pada bulan Okt-Des 2015 (TW IV), rata-rata harga GKP tingkat petani mencapai Rp 4.563/kg atau 23,32% diatas HPP (Rp 3.700/kg);
- Peningkatan harga GKP pada TW IV karena pada periode tersebut merupakan musim tanam, sehingga minim produksi
Harga GKP tertinggi di Provinsi Kalsel Rp 5.328/kg (43,99 % diatas HPP) dan terendah di Provinsi Sultra Rp 4.048/kg (9,41% di bawah HPP).
100,00%
20 %
B Harga Gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen (Rp/Kg)
≥HPP Rp. 4.224/ kg atau 14,17% diatas HPP
Rp. 4.043/kg atau 9,27% diatas HPP
Rp. 4.563/kg atau 23,32% diatas HPP
4 Kajian Ketersediaan Pangan, Kerawanan Pangan dan Akses Pangan
35 Laporan
I II III IVKEMAJUAN
PELAKSANAAN (%)
PENETAPAN KINERJA (PK)/INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN (IKK)TARGET
REALISASI TRIWULAN
KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
80,40% Pencairan bansos
2 gapoktan tdk cair dari 36 gapoktan, pd tahap pengembangan 94,74% dan tahap penumbuhan 100% dari 203 gapoktan
- Laporan kondisi harga tersedia sebanyak 35 yang terdiri dari 35 laporan Provinsi dan 1 laporan kondisi harga nasional (pusat) ;
- Data yang dikirim dari daerah masih ada data yang kurang valid, sehingga perlu diolah dan divalidasi kembali di tingkat pusat
- Meningkatkan monitoring harga yang dikirimkan enumerator;
- Data kondisi harga pangan strategis yang diperoleh dari enumerator ditingkat konsumen (pasar) dan ditingkat produsen (petani / penggilingan) dilaporkan secara mingguan, baik ke pusat maupun provinsi
- Masih sering terjadi keterlambatan pengiriman laporan dari daerah.
- Meningkatkan pengetahuan pemantauan harga kepada petugas lain; dan
- Berdasarkan data panel harga pangan BKP, pada bulan Okt-Des 2015 (TW IV), koefesien variasi harga beras medium ditingkat konsumen (eceran) sebesar 2,40%
- Meskipun secara nasional koefesien variasi (CV) harga < 5 % (stabil), namun di beberapa provinsi masih ada CV di atas 5% (tidak stabil) seperti : Bali (10,70%) Jabar (5,60%), Kepri (7,60%) dan Lampung (15,45%).
- Meningkatkan informasi harga beras;
Harga beras medium sangat stabil, namun apabila dilihat per wilayah sangat berfluktuasi (CV antara 0,20-15,45%).
- Terjadi disparitas harga beras yang cukup besar antar wilayah/provinsi, harga rata-rata Juli-September Rp 10.549/kg, dengan harga terendah Rp 8.527/kg di Provinsi Gorontalo dan harga tertinggi Rp 13.776/kg di Provinsi Kalimantan Tengah.
- Meningkatkan pengiriman laporan/data harga beras dari daerah
- Meningkatkan kelancaran arus distribusi beras antar wilayah terkait dengan stabilitas harga beras tingkat
100,00%
35 100%
C Koefisien Variansi Pangan (beras) di tingkat konsumen
CV<5% CV = 2,64 %
CV = 2,20% CV=2,4%
Penumbuhan 163, Pengembangan 15, Mandiri 117
3 Pengendalian Kondisi Harga Pangan
35 Laporan 33 34 35
1 358 Gapoktan 295
I II III IVKEMAJUAN
PELAKSANAAN (%)
PENETAPAN KINERJA (PK)/INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN (IKK)TARGET
REALISASI TRIWULAN
KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan
- Berubah fungsi lumbung -
- tidak sesuai dgn kriteria utk masuk tahap pengembangan dan kemandirian
- Laporan kondisi harga tersedia sebanyak 35 yang terdiri dari 34 laporan Provinsi dan 1 laporan kondisi harga nasional (pusat) ;
- Belum semua kab/kota dari provinsi mengirimkan data perkembangan harga pangan secara rutin (mingguan) ke pusat
- Meningkatkan monitoring harga yang dikirimkan enumerator;
- Terjadi peningkatan laporan kondisi harga pangan pada triwulan II
- Masih adanya data yang kurang valid sehingga perlu diolah kembali
- Meningkatkan pengetahuan pemantauan harga kepada petugas lain;
- - Masih sering terjadi keterlambatan pengiriman laporan dari daerah.
- Kunjungan petugas harga BKP Pusat ke daerah/ lapangan.
D Konsumsi Energi 2.004 Kkal/kap/hr Data Konsumsi (Energi, PPH dan Protein) tergantung pada data susenas tahun 2015 akan keluar di akhir tahun 2015 (Triwulan IV)
- Administrasi
- Pergantian Pejabat
- Beberapa kelompok tdk memenuhi persyaratan utk di lanjutkan
- Ada kelompok yg
mengundurkan diri
- terjadi ketidaksesuaiaan antara
anggota dan ketua kelompok
- Pergantian ketua
- Keterlambatan berkas di Kab.
Kerom
99,03%
35 100
1 Percepatan
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan
3810, 600
(APBNP)
total =
4.400
Desa 46 Desa 2.553 Desa 2.936 Desa desa lanjutan : 1.494, desa baru 2.873
1,673 97,04%
3 Pengendalian Kondisi Harga Pangan
35 Laporan 33 34 35
Pencairan bansos
2 Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat
1.702 Lokasi 920 981 1,457
1 358 Gapoktan 295 295 80,40% Penumbuhan 163, Pengembangan 15, Mandiri 117
I II III IVKEMAJUAN
PELAKSANAAN (%)
PENETAPAN KINERJA (PK)/INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN (IKK)TARGET
REALISASI TRIWULAN
KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
2 Promosi P2KP 35 Laporan 35 100% sudah melaksanakan pameran
3 Situasi Konsumsi Pangan
Penduduk
35 Laporan 35 100%
E Konsumsi Protein 56,1 Gram/kap/hr Data Konsumsi (Energi, PPH dan Protein) tergantung pada data susenas tahun 2015 akan keluar di akhir tahun 2015 (Triwulan IV)
Data Susenas mengalami perubahan di tahun 2015, ada penghilangan 100 jenis komoditas sehingga perlu dirumuskan terlebih dahulu faktor koreksi terhadap komoditas pangan yang hilang, karena akan menurunkan pencapaian skor
- Administrasi
- Pergantian Pejabat
- Beberapa kelompok tidak memenuhi persyaratan untuk dilanjutkan
- Ada kelompok yg mengundurkan diri
- Terjadi ketidaksesuaian antara anggota dan ketua kelompok
- Pergantian ketua, serta keterlambatan berkas di Kab. Kerom
Sudah melaksanakan pameran
99,03%
2 Promosi P2KP 35 Laporan 35 100%
1 Percepatan
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan
3.810, 600 APBNP, total 4.410
Desa 46 Desa 2.553 Desa 2.936 Desa desa lanjutan : 1.494, desa baru 2.873
4 Model Pengembangan
Pangan Pokok Lokal
(MP3L)
31 Laporan 30 97%
I II III IVKEMAJUAN
PELAKSANAAN (%)
PENETAPAN KINERJA (PK)/INDIKATOR KINERJA
KEGIATAN (IKK)TARGET
REALISASI TRIWULAN
KET PERMASALAHAN TINDAK LANJUT
F Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
84,1 Data Konsumsi (Energi, PPH dan Protein) tergantung pada data susenas tahun 2015 akan keluar di akhir tahun 2015 (Triwulan IV)
- Administrasi
- Pergantian Pejabat
- Beberapa kelompok tidak memenuhi persyaratan untuk dilanjutkan
- Ada kelompok yg mengundurkan diri
- Terjadi ketidaksesuaian antara anggota dan ketua kelompok
- Pergantian ketua, serta keterlambatan berkas di Kab. Kerom
2 Promosi P2KP 35 Laporan 35 100% Sudah melaksanakan pameran
3 Situasi Konsumsi Pangan
Penduduk
35 Laporan 35 100% Sudah dilaksanakan
30 97%
2.936 Desa desa lanjutan : 1.494, desa baru 2.873
99,3%
4 Model Pengembangan
Pangan Pokok Lokal
(MP3L)
31 Laporan
30 97%
1 Percepatan
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan
3.810 Desa 46 Desa 2.553 Desa
100% Sudah dilaksanakan
4 Model Pengembangan
Pangan Pokok Lokal
(MP3L)
31 Laporan
3 Situasi Konsumsi Pangan
Penduduk
35 Laporan 35
BADAN KETAHANAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
JL. Harsono RM No. 3 Pasar Minggu Jakarta Selatan