Post on 09-Apr-2019
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Kepada : Bank Indonesia – Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Pasar Uang Gedung B Lantai 11 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010
Perihal : Permohonan Sebagai Peserta Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement
System (BI-SSSS)
Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk dapat dipertimbangkan menjadi Peserta BI-SSSS. Sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004 perihal Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System, bersama ini kami lampirkan pula data pendukung sebagai berikut:
a. Informasi Peserta BI-SSSS; b. Fotokopi Penunjukan sebagai Peserta Lelang Surat Utang Negara (SUN)1.
Surat permohonan beserta lampiran tersebut di atas kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari diketahui terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari tindakan yang diambil Bank Indonesia.
Demikian permohonan kami, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih
Jakarta,……………..
Nama Bank
Tandatangan Pejabat berwenang
dan Stempel Perusahaan
1 Dilengkapi hanya oleh Peserta Lelang SUN
Lampiran 1aContoh Format : PERMOHONAN BAGI PESERTA
SISTEM BI-RTGS
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Kepada : Bank Indonesia – Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Pasar Uang Gedung B Lantai 11 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010
Perihal : Permohonan Sebagai Peserta Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement
System (BI-SSSS)
Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk dapat dipertimbangkan menjadi Peserta BI-SSSS. Sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004 perihal Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System, bersama ini kami lampirkan pula data pendukung sebagai berikut:
a. Informasi Peserta BI-SSSS; b. Fotokopi Surat Persetujuan sebagai Sub-Registry dari Bank Indonesia; c. Surat Konfirmasi Bank Pembayar.
Surat permohonan beserta lampiran tersebut di atas kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari diketahui terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari tindakan yang diambil Bank Indonesia.
Demikian permohonan kami, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih
. Jakarta,……………..
Nama Sub-Registry
Tandatangan Pejabat berwenang
dan Stempel Perusahaan
Lampiran 1bContoh format : PERMOHONAN BAGI SUB-REGISTRY
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Kepada : Bank Indonesia – Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Pasar Uang Gedung B Lantai 11 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010
Perihal : Permohonan Sebagai Peserta Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement
System (BI-SSSS)
Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk dapat dipertimbangkan menjadi Peserta BI-SSSS. Sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004 perihal Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System, bersama ini kami lampirkan pula data pendukung sebagai berikut:
a. Informasi Peserta BI-SSSS; b. Fotokopi Penunjukan sebagai Peserta Lelang Surat Utang Negara (SUN); c. Surat Konfirmasi Bank mengenai Broker Bidding Limit; d. Surat Konfirmasi Sub-Registry.
Surat permohonan beserta lampiran tersebut di atas kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari diketahui terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari tindakan yang diambil Bank Indonesia.
Demikian permohonan kami, atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih
. Jakarta,……………..
Nama Perusahaan
Tandatangan Pejabat berwenang
dan Stempel Perusahaan
Lampiran 1cContoh Format : PERMOHONAN BAGI BROKER/DEALER
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/ 1 / DPM tanggal 16 Februari 2004
Informasi Peserta Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS)
Nomor : ………………………….
Informasi Baru Perubahan/Tambahan Informasi Nama Peserta :
ALAMAT SURAT MENYURAT Alamat Lama (atau alamat semula jika merupakan rekening baru)
(Diisi alamat sekarang)
Alamat Baru
(Diisi apabila ada perubahan alamat)
Pejabat yang dapat dihubungi : Nomor Telepon : Nomor Fax :
Tanggal Permohonan Efektif sebagai Peserta :
TIPE PESERTA Bank (Konvensional/ Syariah) 1)
Sub Registry (Principal Member / Subsidiary Member) 1)
Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing (Broker)
Perusahaan Efek (Broker / Dealer) 1)
Lainnya, sebutkan ……………………………………….. 1) Coret yang tidak sesuai
STATUS PESERTA SISTEM BI-RTGS
Peserta Sistem BI-RTGS Bukan Peserta Sistem BI- RTGS
BI-SSSS Lampiran 2a
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/ 1 / DPM tanggal 16 Februari 2004
Kode Peserta (Member Code) :
(Diisi apabila Peserta adalah peserta Sistem BI-RTGS, untuk Peserta yang bukan peserta Sistem BI-RTGS member code akan ditetapkan oleh Penyelenggara)e
DATA BANK PEMBAYAR (Diisi hanya oleh Peserta yang bukan peserta Sistem BI-RTGS) 2) Nama Bank yang Ditunjuk untuk Pelaksanaan Setelmen Dana Melalui Sistem BI-RTGS dalam Rangka Setelmen Transaksi Surat Berharga di Pasar Sekunder (SSTS) dan Setelmen Pembelian Surat Berharga di pasar perdana (Allotment)
NO DAFTAR NAMA BANK
PEMBAYAR NO. ACCOUNT
PESERTA DI BANK PEMBAYAR
FUNGSI TAMBAHAN 3) (Allotment private placement, Coupon/ Bonus, Redemption,
Charges) 1 2 3
dst 10
2) Wajib dilampirkan surat konfirmasi dari bank pembayar 3) Wajib pilih salah satu atau “all” apabila berlaku untuk semua. DATA BROKER BIDDING LIMIT (Diisi hanya oleh Peserta Broker) 4)
NO DAFTAR NAMA BANK BIDDING LIMIT / HARI (Rp) 1 2 3
dst 4) Dilampirkan surat konfirmasi broker bidding limit dari Bank DATA SUB-REGISTRY DALAM PELAKSANAAN SETELMEN PEMBELIAN SURAT BERHARGA NASABAH DI PASAR PERDANA (Diisi hanya oleh Peserta Broker) 5)
NO DAFTAR NAMA SUB-REGISTRY 1 2 3
dst 5) Dilampirkan surat konfirmasi dari Sub-Registry
Lanj. Lampiran 2aBI-SSSS
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/ 1 / DPM tanggal 16 Februari 2004
CONTOH TANDA TANGAN PEJABAT BERWENANG DAN STEMPEL PERUSAHAAN (digunakan saat Contingency Plan) Contoh tanda tangan pejabat yang berwenang Perubahan/Tambahan contoh tanda tangan pejabat yang berwenang Nama Peserta :
Member Code :
Daftar pejabat yang berwenang melakukan perintah atas transaksi dan atau setelmen transaksi Surat Berharga pada saat menggunakan fasilitas guest bank di Bank Indonesia
Nama Jabatan Resmi Contoh Tanda Tangan
Penandatanganan dilakukan oleh minimal ……. orang dari pejabat yang berwenang di atas (jumlah orang diisi sesuai dengan kebijakan perusahaan).
Tanggal Pengajuan Permohonan 6) :
6) 1. Bagi Peserta Sistem BI-RTGS permohonan diajukan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal
efektif menjadi Peserta BI-SSSS 2. Bagi Bukan Peserta Sistem BI-RTGS permohonan diajukan selambat-lambatnya 90 (sembilanpuluh) hari kerja
sebelum tanggal efektif menjadi Peserta BI-SSSS
Tanda Tangan Pejabat yang Berwenang dan Stempel Perusahaan
Lanj. Lampiran 2a
BI-SSSS
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/ 1 /DPM tanggal 16 Februari 2004
Kepada : Bank Indonesia – Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Pasar Uang Gedung B Lantai 11 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010
Perihal : Surat Konfirmasi sebagai Bank Pembayar
Dengan ini kami menyatakan setuju untuk ditunjuk sebagai Bank Pembayar sehubungan dengan setelmen dana dan atau pembayaran kewajiban lainnya yang akan dilakukan melalui sarana Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) oleh nasabah kami sebagai berikut:
Nama : …………………………………………………. Nomor Account : …………………………………………………. Alamat : ………………………………………………….
Berkaitan dengan penunjukan sebagai Bank Pembayar untuk pelaksanaan setelmen dana, kami akan melakukan pengelolaan data limit setelmen dana pada BI-SSSS bagi nasabah yang bersangkutan.
Surat konfirmasi ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari diketahui terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari tindakan yang diambil Bank Indonesia.
Demikian dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta,……………..
Nama Bank
Meterai
Tandatangan Pejabat berwenang dan Stempel Perusahaan
Lampiran 2bContoh Format : SURAT KONFIRMASI BANK PEMBAYAR
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/ 1 /DPM tanggal 16 Februari 2004
Kepada : Bank Indonesia – Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Operasi Pasar Uang Gedung B Lantai 10 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010
Perihal : Surat Konfirmasi Broker Bidding Limit
Dengan ini kami menyatakan setuju untuk menunjuk PT …….. (nama broker) sebagai perantara dalam pengajuan penawaran lelang yang diselenggarakan Bank Indonesia untuk dan atas nama kami.
Sehubungan dengan pelaksanaan tersebut di atas berdasarkan perjanjian No. ….. tanggal …… perihal ………., kami memberikan limit pengajuan penawaran (Broker Bidding Limit) kepada PT …….. (nama broker) total per hari sejumlah Rp. ……… (dalam huruf……………) untuk dapat melakukan pengajuan penawaran lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI), lelang Surat Utang Negara (SUN) dan atau penempatan FASBI atas nama kami melalui sarana Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS).
Dalam hal PT. …… (nama broker) memenangkan lelang SBI, SUN dan atau penempatan FASBI yang setelmen dananya dilakukan atas beban rekening giro Rupiah kami di Bank Indonesia, kami memberikan kuasa kepada Bank Indonesia untuk mendebet rekening giro rupiah kami di Bank Indonesia sebesar kewajiban setelmen dana yang timbul.
Surat konfirmasi ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari diketahui terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari tindakan yang diambil Bank Indonesia.
Demikian dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta,……………..
Nama Bank
Meterai
Tandatangan Pejabat berwenang dan Stempel Perusahaan
Lampiran 2cContoh Format : SURAT KONFIRMASI BROKER BIDDING LIMIT
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/ 1 /DPM tanggal 16 Februari 2004
Kepada : Bank Indonesia – Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Operasi Pasar Uang Gedung B Lantai 10 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010
Perihal : Surat Konfirmasi Pelaksanaan Setelmen Pembelian Surat Berharga di Pasar
Perdana untuk dan atas nama Nasabah Sub-Registry
Sehubungan dengan kegiatan nasabah kami melakukan pembelian Surat Berharga di pasar perdana yang pengajuan penawarannya dilakukan melalui PT …….. (nama broker) sebagai perantara dalam pengajuan penawaran lelang yang diselenggarakan Bank Indonesia, dengan ini kami menyatakan setuju untuk melakukan setelmen Surat Berharga dimaksud atas beban Bank Pembayar yang telah kami tunjuk sesuai dengan surat konfirmasi Bank Pembayar yang telah kami sampaikan kepada Bank Indonesia, Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Pasar Uang.
Surat konfirmasi ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari diketahui terdapat hal-hal yang tidak benar maka kami bersedia menerima risiko dan akibat dari tindakan yang diambil Bank Indonesia.
Demikian dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta,……………..
Nama Sub-Registry
Meterai
Tandatangan Pejabat berwenang dan Stempel Perusahaan
Lampiran 2dContoh Format : SURAT KONFIRMASI SUB-REGISTRY
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lampiran 3 PERJANJIAN PENGGUNAAN
BANK INDONESIA - SCRIPLESS SECURITIES SETTLEMENT SYSTEM
ANTARA BANK INDONESIA DAN ………………….
__________________________________________________________________
No. / /DPM
Pada hari ini, …………. tanggal ………………..bulan …….. tahun ………,
bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah ini :
I. ……nama…… : Jabatan dan satuan kerja Bank
Indonesia bertempat tinggal di Jakarta,
dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut untuk dan atas
nama Dewan Gubernur Bank Indonesia
berdasarkan Peraturan Dewan
Gubernur Bank Indonesia No.
1/11/PDG/1999 tanggal 30 November
1999, dan dengan demikian mewakili
Bank Indonesia yang berkedudukan di
Jakarta berdasarkan Pasal 39 Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor
3 Tahun 2004, untuk selanjutnya
disebut PIHAK PERTAMA;
Khusus untuk komparisi PIHAK KEDUA maka perlu tidaknya surat kuasa tergantung kepada Anggaran Dasar masing-masing PT. Dalam hal berdasarkan Anggaran Dasar PT tersebut tidak diperlukan surat kuasa maka komparisi sebagai berikut :
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
2
II. …………………. : Jabatan, bertempat tinggal di ………,
dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut, demikian
berdasarkan Pasal … Anggaran Dasar
perseroan terbatas PT
…………berkedudukan di ………,
dan Anggaran Dasar dimaksud (beserta
perubahannya) (jika telah ada
perubahan Anggaran Dasar) (berturut-
turut) telah dimuat dalam Berita
Negara Republik Indonesia tanggal
….. Nomor……, Tambahan Berita
Negara Nomor …….., selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA.
Jika PIHAK KEDUA , berdasarkan Anggaran Dasarnya diperlukan surat kuasa dari komisaris/pengurus maka komparisi sebagai berikut :
II. …………….. : Jabatan, bertempat tinggal di ……..,
dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut, demikian
berdasarkan Pasal …… Anggaran
Dasar perseroan terbatas PT……..,
berkedudukan di ………., yang
Anggaran Dasarnya (beserta
perubahannya) (jika telah ada
perubahan Anggaran Dasar)(berturut-
turut) telah dimuat dalam Berita
Negara Republik Indonesia tanggal
…… Nomor…… Tambahan Berita
Negara Nomor ……., dan untuk
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
3
melaksanakan tindakan hukum yang
tercantum dalam perjanjian ini telah
mendapatkan persetujuan tertulis dari
Komisaris/Pengurus tersebut,
sebagaimana ternyata dalam surat
persetujuan tertulis tanggal….. yang
bermeterai cukup, selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA.
Kata-kata surat persetujuan dapat diganti dengan surat kuasa, hal ini tergantung kepada Anggaran Dasar masing-masing perusahaan yaitu apakah penunjukan wakil perusahaan cukup dengan menggunakan surat persetujuan dari komisaris/pengurus atau harus menggunakan surat kuasa.
Jika PIHAK KEDUA adalah Bank Asing maka komparisi sebagai berikut :
II. …………….. : Jabatan, bertempat tinggal di ……..,
dalam hal ini bertindak berdasarkan
kekuatan Akta Power of Attorney
tertanggal ……… nomor…….. dibuat
di hadapan ………………., Notaris di
Jakarta, demikian bertindak untuk dan
atas nama …………….., cabang
Indonesia, suatu bank yang didirikan
berdasarkan hukum (negara kantor
pusat bank asing), dan dalam hal ini
bertindak melalui kantor cabangnya di
Indonesia, berkedudukan di Jakarta,
……alamat………….., selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA.
dengan terlebih dahulu menerangkan :
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
4
a. bahwa PIHAK PERTAMA akan menyediakan Bank Indonesia-Scripless
Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI-SSSS, yang
terhubung langsung dengan Sistem Peserta BI-SSSS dan Sistem Bank
Indonesia-Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut Sistem BI-
RTGS, guna meningkatkan kelancaran dan keamanan serta mempercepat
pelaksanaan transaksi dengan Bank Indonesia dan penatausahaannya serta
penatausahaan Surat Berharga;
b. bahwa dalam rangka implementasi BI-SSSS tersebut, PIHAK PERTAMA
telah memberikan pelatihan operasional aplikasi BI-SSSS dan melakukan
instalasi program BI-SSSS kepada PIHAK KEDUA;
c. bahwa sesuai kegiatan usaha PIHAK KEDUA maka PIHAK KEDUA
memiliki 3 (tiga) kepesertaan BI-SSSS1 dengan SSSS Terminal yang
terpisah untuk kegiatan Bank, kegiatan Unit Usaha Syariah (UUS) dan
kegiatan Sub-Registry.
Maka berhubung dengan itu, kedua belah pihak menyatakan setuju dan mufakat
untuk mengadakan Perjanjian Penggunaan Bank Indonesia-Scripless Securities
Settlement System, yang selanjutnya disebut Perjanjian dengan ketentuan dan
syarat-syarat sebagai berikut :
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perjanjian ini yang dimaksud dengan :
1. Peserta BI-SSSS adalah Departemen Keuangan dan pihak-pihak yang
melakukan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan atau setelmen transaksi
Surat Berharga melalui sarana BI-SSSS.
2. Transaksi Dengan Bank Indonesia adalah transaksi yang dilakukan oleh
PIHAK PERTAMA dalam rangka kegiatan Operasi Pasar Terbuka yang
selanjutnya disebut OPT, pemberian fasilitas pendanaan dari PIHAK
1 Disesuaikan dengan jenis kepesertaan berdasarkan fungsi pada BI-SSSS
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
5
PERTAMA kepada PIHAK KEDUA2 dan transaksi Surat Utang Negara
yang selanjutnya disebut SUN untuk dan atas nama Pemerintah.
3. Surat Berharga adalah Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut
SBI dan SUN yang ditatausahakan dalam BI-SSSS.
4. Penatausahaan Surat Berharga adalah kegiatan yang mencakup pencatatan
kepemilikan, kliring dan setelmen serta agen pembayar bunga (kupon) dan
pokok Surat Berharga.
5. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya
disebut BI-SSSS adalah sarana Transaksi Dengan Bank Indonesia termasuk
penatausahaannya dan Penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan
terhubung langsung antara PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA dan Sistem
BI-RTGS.
6. SSSS Central Computer yang selanjutnya disebut SCC adalah sistem
komputer yang berada di lokasi PIHAK PERTAMA, yang digunakan untuk
melakukan pengendalian sistem terhadap semua penatausahaan Transaksi
Dengan Bank Indonesia dan penatausahaan Surat Berharga serta fungsi BI-
SSSS lainnya, yang terdiri dari SCC Utama dan SCC Back-up.
7. SCC Utama adalah SCC yang dipergunakan dalam kondisi normal.
8. SCC Back-up adalah SCC yang digunakan sebagai back-up apabila terjadi
Keadaan Darurat yang menyebabkan PIHAK PERTAMA tidak dapat
menggunakan SCC Utama.
9. Keadaan Darurat (force majeur) adalah situasi atau kondisi di luar normal
sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi tugas PIHAK KEDUA dan atau PIHAK
PERTAMA dan terjadi di luar kekuasaan dan kemampuan PIHAK KEDUA
dan atau PIHAK PERTAMA sehingga satuan kerja operasional tidak dapat
melaksanakan tugasnya.
2 Berlaku hanya dalam hal PIHAK KEDUA adalah Bank
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
6
10. Automatic Bidding System Central Computer yang selanjutnya disebut
BidCC, adalah bagian dari SCC yang digunakan PIHAK PERTAMA untuk
melakukan pengendalian sistem terhadap semua Transaksi Dengan Bank
Indonesia.
11. SSSS Terminal yang selanjutnya disebut ST adalah sistem komputer yang
berada di Lokasi Produksi PIHAK KEDUA yang terhubung dengan SCC
secara on-line yang digunakan PIHAK KEDUA untuk melakukan Transaksi
Dengan Bank Indonesia dan atau setelmen transaksi Surat Berharga serta
fungsi BI-SSSS lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2)b,
yang terdiri dari ST Server Utama, ST Server Back-up dan ST Workstation.
12. Lokasi Produksi adalah lokasi kantor PIHAK KEDUA dimana PIHAK
KEDUA dapat melakukan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan atau
setelmen transaksi Surat Berharga serta fungsi BI-SSSS lainnya.
13. Aplikasi ST adalah program aplikasi kepesertaan BI-SSSS yang disediakan
oleh PIHAK PERTAMA, yang dipasang (installed) pada ST PIHAK
KEDUA untuk memproses Transaksi Dengan Bank Indonesia dan atau
setelmen transaksi Surat Berharga serta fungsi BI-SSSS lainnya.
14. ST Server Utama adalah perangkat komputer yang telah dipasang (installed)
Aplikasi ST dan database BI-SSSS yang digunakan oleh PIHAK KEDUA
untuk memproses Transaksi Dengan Bank Indonesia dan atau setelmen
transaksi Surat Berharga serta fungsi BI-SSSS lainnya dalam kondisi normal.
15. ST Server Back-up adalah perangkat komputer yang telah dipasang
(installed) Aplikasi ST dan database BI-SSSS yang digunakan oleh PIHAK
KEDUA untuk memproses Transaksi Dengan Bank Indonesia dan atau
setelmen transaksi Surat Berharga serta fungsi BI-SSSS lainnya dalam
Keadaan Darurat yang menyebabkan PIHAK KEDUA tidak dapat
menggunakan ST Server Utama.
16. ST Workstation adalah perangkat komputer yang telah dipasang (installed)
Aplikasi ST dan terhubung dengan ST Server Utama dan atau ST Server
Back-up, yang digunakan PIHAK KEDUA untuk melakukan Transaksi
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
7
Dengan Bank Indonesia dan atau setelmen transaksi Surat Berharga serta
fungsi BI-SSSS lainnya.
17. Authenticator Text adalah suatu sarana pengaman (security) dengan masa
berlaku selama periode tertentu yang menghubungkan antara ST dengan SCC
dan berfungsi sebagai test key.
18. User ID Administrator adalah suatu identitas diri yang digunakan bagi
pengamanan sistem yang harus digunakan oleh pengguna (user) PIHAK
KEDUA untuk masuk dan mengoperasikan ST khususnya untuk
menatausahakan sistem dan database.
19. User ID ST Super adalah suatu identitas diri yang digunakan bagi
pengamanan sistem yang harus digunakan oleh pengguna (user) PIHAK
KEDUA untuk masuk dan mengoperasikan ST khususnya untuk
menatausahakan sistem;
20. User ID ST User adalah suatu identitas diri yang digunakan bagi
pengamanan sistem yang harus digunakan oleh pengguna (user) PIHAK
KEDUA untuk masuk dan mengoperasikan ST khususnya untuk
mengoperasikan Aplikasi ST.
OBYEK PERJANJIAN
Pasal 2
(1) PIHAK PERTAMA setuju untuk menyediakan BI-SSSS dan PIHAK
KEDUA setuju untuk menggunakan BI-SSSS yang disediakan oleh PIHAK
PERTAMA.
(2) BI-SSSS digunakan untuk Transaksi Dengan Bank Indonesia termasuk
penatausahaannya dan penatausahaan Surat Berharga yang dilakukan oleh :
a. PIHAK PERTAMA, untuk melakukan kegiatan :
1. Transaksi Dengan Bank Indonesia dan penatausahaannya yang
meliputi:
a) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (OPT) oleh PIHAK
PERTAMA yang mencakup kegiatan:
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
8
i) penerbitan dan penjualan SBI secara lelang dan bukan lelang
di pasar perdana; dan atau
ii) penjualan dan pembelian SBI dan SUN secara lelang dan
bukan lelang di pasar sekunder; dan atau
iii) penyediaan Fasilitas Bank Indonesia (FASBI) dalam Rupiah;
dan atau
iv) penyediaan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI); dan
atau
v) OPT lainnya.
b) Pemberian fasilitas pendanaan Bank Indonesia dari PIHAK
PERTAMA kepada PIHAK KEDUA yang mencakup Fasilitas
Likuiditas Intrahari (FLI), Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
(FPJP), Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek Bagi Bank Syariah
(FPJPS) dan fasilitas pendanaan lainnya yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia.
c) Pelaksanaan transaksi SUN oleh PIHAK PERTAMA untuk dan
atas nama Pemerintah yang mencakup kegiatan :
i) penjualan SUN secara lelang di pasar perdana; dan atau
ii) penjualan dan pembelian SUN secara lelang dan bukan
lelang di pasar sekunder.
2. Penatausahaan Surat Berharga yang mencakup:
a) pencatatan kepemilikan Surat Berharga;
b) kliring dan setelmen Surat Berharga di pasar perdana dan di
pasar sekunder yang meliputi setelmen Surat Berharga dan atau
setelmen dana yang mempengaruhi (mendebet atau mengkredit)
saldo rekening Surat Berharga dan atau rekening giro Rupiah
PIHAK KEDUA atau Bank pembayar PIHAK KEDUA pada
PIHAK PERTAMA;
c) pembayaran bunga (kupon) dan pokok Surat Berharga.
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
9
b. PIHAK KEDUA, baik untuk dan atas nama PIHAK KEDUA sendiri
maupun untuk dan atas nama nasabah, untuk melakukan kegiatan 3:
1. Pengajuan Transaksi Dengan Bank Indonesia yang dilakukan dalam
rangka :
a) Pelaksanaan OPT oleh Bank Indonesia yang mencakup :
i) Penawaran pembelian dalam lelang SBI di pasar perdana;
dan atau
ii) Penawaran pembelian/penjualan dalam lelang SBI dan SUN
secara outright/repo di pasar sekunder; dan atau
iii) Pengajuan FASBI dalam Rupiah; dan atau
iv) Pengajuan SWBI oleh Bank Syariah/Unit Usaha Syariah
(UUS)
b) Pelaksanaan transaksi SUN dengan Pemerintah yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia yang mencakup:
i) Penawaran pembelian dalam lelang SUN di Pasar Perdana;
ii) Penawaran pembelian/penjualan SUN secara outright/repo
di pasar sekunder secara lelang dan bukan lelang.
2. Pengajuan Transaksi Dengan Bank Indonesia yang dilakukan dalam
rangka pengajuan fasilitas pendanaan dari PIHAK PERTAMA4 yang
mencakup :
a) Pengajuan FLI; dan atau
b) Pengajuan FPJP; atau
c) Pengajuan FPJPS untuk Bank Syariah/UUS.
3. Setelmen transaksi Surat Berharga antara PIHAK KEDUA dengan
Peserta BI-SSSS lainnya di pasar sekunder yang mencakup:
a) Transaksi outright, repo dan transfer kepemilikan Surat Berharga
lainnya; dan atau
3 Disesuaikan dengan kegiatan berdasarkan jenis kepesertaan PIHAK KEDUA dalam BI-SSSS 4 Fasilitas pendanaan Bank Indonesia hanya berlaku bagi peserta Bank
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
10
b) Transaksi inhouse transfer yang meliputi pledge/unpledge,
transfer dari sub-rekening investasi ke sub-rekening perdagangan
(aktif).
4. Penatausahaan Surat Berharga untuk dan atas nama nasabah dalam
kegiatan PIHAK KEDUA sebagai Sub-Registry, yang mencakup :
a) pencatatan kepemilikan Surat Berharga;
b) setelmen Surat Berharga di pasar perdana dan di pasar sekunder
yang meliputi setelmen Surat Berharga dan atau setelmen dana
yang mempengaruhi (mendebet atau mengkredit) saldo rekening
Surat Berharga Sub-Registry dan atau rekening giro Rupiah
PIHAK KEDUA atau Bank pembayar PIHAK KEDUA pada
PIHAK PERTAMA;
c) pembayaran bunga (kupon) dan pokok Surat Berharga pada saat
jatuh waktu kepada nasabah yang tercatat sebagai pemilik Surat
Berharga di Sub-Registry.
5. Permintaan dan pengiriman informasi dari dan ke PIHAK
PERTAMA dan atau antar Peserta BI-SSSS.
(3) Jenis transaksi dan setelmen sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat
berubah sesuai kebijakan PIHAK PERTAMA dan perubahan dimaksud akan
ditetapkan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK
Pasal 3
(1) PIHAK PERTAMA wajib menyediakan satu copy Aplikasi ST untuk dapat
digunakan pada ST PIHAK KEDUA.
(2) PIHAK KEDUA wajib menggunakan Aplikasi ST sesuai dengan petunjuk
PIHAK PERTAMA yang tertuang dalam berbagai dokumen yang terkait
dengan BI-SSSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan atau dokumen
lainnya yang dikeluarkan PIHAK PERTAMA.
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
11
Pasal 4
Bagi Peserta Sistem BI-RTGS dan Sub-Registry Bank berlaku ketentuan Pasal
4 sebagai berikut :
PIHAK KEDUA wajib menggunakan saluran komunikasi leased line atau dial- up
yang sama dengan yang digunakan untuk Sistem BI-RTGS yang menghubungkan
antara Lokasi Produksi PIHAK KEDUA dengan SCC, BidCC dan SCC Back-up.
Bagi Bukan Peserta Sistem BI-RTGS lainnya berlaku ketentuan Pasal 4 sebagai
berikut:
(1) PIHAK PERTAMA wajib menyediakan saluran komunikasi leased line yang
menghubungkan antara Lokasi Produksi PIHAK KEDUA dengan SCC,
BidCC dan SCC Back-up dan untuk itu PIHAK KEDUA wajib menyediakan
nomor telepon langsung sesuai spesifikasi PIHAK PERTAMA.
(2) PIHAK KEDUA wajib menyediakan saluran komunikasi dial up yang
digunakan PIHAK KEDUA dalam hal saluran komunikasi leased line
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengalami gangguan.
Pasal 5
Dalam menggunakan BI-SSSS, PIHAK KEDUA wajib tunduk pada :
a. Ketentuan-ketentuan yang ditetapkan PIHAK PERTAMA baik yang telah ada
maupun yang akan ada termasuk namun tidak terbatas pada ketentuan-ketentuan
Bank Indonesia yang berkaitan dengan penggunaan BI-SSSS beserta seluruh
lampirannya.
b. Kesepakatan antara PIHAK KEDUA dengan seluruh Peserta BI-SSSS lainnya
yang tercakup dalam By-Laws BI-SSSS termasuk namun tidak terbatas pada
perubahannya yang disepakati dikemudian hari.
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
12
Pasal 6
PIHAK KEDUA bertanggung jawab penuh atas kerahasiaan data BI-SSSS yang
ada dalam penguasaan PIHAK KEDUA dengan tunduk pada ketentuan yang
berlaku mengenai kerahasiaan perbankan, serta atas keamanan, pemeliharaan, dan
kebenaran penggunaan BI-SSSS termasuk seluruh peralatan yang terkait.
Pasal 7
(1) Untuk keamanan penggunaan BI-SSSS, PIHAK KEDUA dilarang
menggunakan seluruh perangkat ST untuk aplikasi lain di luar Aplikasi ST
dan Aplikasi Sistem BI-RTGS, kecuali aplikasi internal terkait PIHAK
KEDUA yang telah dilaporkan kepada dan disetujui oleh PIHAK
PERTAMA.
(2) PIHAK KEDUA wajib menjamin bahwa Aplikasi ST aman dari segala
gangguan dan atau kerusakan baik fisik maupun non fisik yang disebabkan
oleh hal-hal antara lain tetapi tidak terbatas pada:
a. Penggunaan BI-SSSS oleh pihak-pihak yang tidak berwenang, termasuk
pegawai dan pejabat PIHAK KEDUA yang tidak diberi wewenang untuk
menggunakan fungsi-fungsi yang ada pada BI-SSSS, dan atau pihak
ketiga yang berada baik secara sah maupun secara melawan hukum pada
Lokasi Produksi PIHAK KEDUA, termasuk pihak ketiga yang dapat
melakukan akses ke dalam sistem komputer yang ada pada PIHAK
KEDUA baik secara sah maupun secara melawan hukum.
b. Adanya akses oleh pegawai atau pejabat PIHAK KEDUA untuk
melakukan berbagai kegiatan operasional BI-SSSS, termasuk pengajuan
Transaksi Dengan Bank Indonesia, setelmen transaksi Surat Berharga,
pengiriman pesan administratif, enquiry, dan lain-lain ke dalam ST
PIHAK KEDUA, baik secara langsung ke ST maupun melalui sistem
komputer PIHAK KEDUA yang mendapatkan maupun yang tidak
mendapatkan otorisasi secara sah dari PIHAK KEDUA.
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
13
Pasal 8
(1) PIHAK KEDUA termasuk seluruh pegawai, pejabat dari PIHAK KEDUA,
afiliasi dan atau pihak terkait yang mempunyai hubungan dengan PIHAK
KEDUA dilarang baik dengan sengaja atau tidak sengaja mengubah,
menggandakan, memindahtangankan, menghilangkan, dan atau merusak
copy Aplikasi ST yang disediakan oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1).
(2) PIHAK KEDUA wajib:
a. Menyimpan dengan baik copy Aplikasi ST yang disediakan oleh PIHAK
PERTAMA di tempat yang aman dan bebas dari berbagai sumber yang
dapat merusak Aplikasi ST;
b. Melakukan langkah-langkah pencegahan yang diperlukan sehingga
perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi (system software) yang
digunakan dalam BI-SSSS dan atau dalam kaitannya dengan BI-SSSS
bebas dari segala jenis virus yang dapat merusak sistem.
Pasal 9
(1) PIHAK KEDUA wajib menjamin keamanan jaringan komunikasi yang
digunakan PIHAK KEDUA untuk menghubungkan ST Server Utama dan atau
ST Server Back-up dengan ST Workstation, sehingga bebas dari segala
kemungkinan sumber perusak BI-SSSS termasuk tetapi tidak terbatas pada
kemungkinan pemalsuan (fraud), pembobolan data elektronis (hacking), serta
kesengajaan perusakan sistem dengan cara memenuhi (overload) sistem
dengan pesan serta data transaksi dan setelmen transaksi Surat Berharga.
(2) Dalam hal PIHAK KEDUA menghubungkan ST dengan sistem komputerisasi
internal lainnya yang telah atau yang akan ada pada PIHAK KEDUA, maka
PIHAK KEDUA wajib menjamin bahwa sistem komputerisasi PIHAK
KEDUA tersebut terutama dalam hubungannya dengan ST aman dan bebas
dari segala kemungkinan sumber perusak BI-SSSS termasuk tetapi tidak
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
14
terbatas pada kemungkinan pemalsuan (fraud), pembobolan data elektronis
(hacking), serta kesengajaan perusakan sistem dengan cara memenuhi
(overload) sistem dengan pesan serta data transaksi dan setelmen transaksi
Surat Berharga.
Pasal 10
(1) PIHAK KEDUA dilarang menyalahgunakan password yang meliputi User ID
Administrator, User ID ST Super dan User ID ST User yang diberikan oleh
PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
(2) PIHAK KEDUA wajib memelihara dan menyimpan dengan baik
Authenticator Text dan password Structured Query Language (SQL) database
yang ditetapkan oleh PIHAK KEDUA untuk database SQL pada ST Server
Utama dan atau ST Server Back-up PIHAK KEDUA.
(3) PIHAK KEDUA wajib menjamin integritas database BI-SSSS yang ada pada
ST Server Utama dan ST Server Back-up PIHAK KEDUA termasuk yang
disimpan untuk back-up dalam bentuk Compact Disk (CD), tape, cartridge,
disket dan lain-lain.
Pasal 11
(1) PIHAK KEDUA wajib melapor secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA
dalam hal PIHAK KEDUA akan menghubungkan ST dengan sistem
komputerisasi internal lainnya yang ada atau yang akan ada pada PIHAK
KEDUA.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat informasi yang
menggambarkan konfigurasi hubungan ST dengan sistem komputerisasi
PIHAK KEDUA secara lengkap dan menggambarkan metode pengamanan
(security features) yang digunakan.
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
15
BIAYA PENGGUNAAN BI-SSSS
Pasal 12
(1) PIHAK PERTAMA mengenakan biaya penggunaan BI-SSSS kepada PIHAK
KEDUA yang jenis dan besarnya diatur dengan Surat Edaran Bank
Indonesia.
(2) PIHAK KEDUA wajib membayar biaya penggunaan BI-SSSS kepada
PIHAK PERTAMA dalam jumlah dan pada waktu serta cara yang ditetapkan
oleh PIHAK PERTAMA dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
KUASA PENDEBETAN REKENING
Pasal 13
(1) PIHAK KEDUA dengan ini memberikan kuasa kepada PIHAK PERTAMA
untuk melakukan pendebetan rekening Surat Berharga dan atau pendebetan
rekening giro Rupiah PIHAK KEDUA pada PIHAK PERTAMA untuk
keperluan penyelesaian seluruh kewajiban dan biaya yang timbul dalam
rangka transaksi dan setelmen dengan menggunakan BI-SSSS, baik untuk
dan atas nama PIHAK KEDUA maupun untuk dan atas nama pihak lain atau
nasabah yang sudah mendapat persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
PIHAK KEDUA.
(2) Dalam hal PIHAK KEDUA adalah Bank Peserta Sistem BI-RTGS, ayat (2)
berbunyi sebagai berikut :
Persetujuan tertulis PIHAK KEDUA sebagai Bank pembayar untuk dan atas
nama pihak lain atau nasabah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dituangkan dalam surat konfirmasi sebagai Bank pembayar, yang wajib
diserahkan kepada PIHAK PERTAMA.
Dalam hal PIHAK KEDUA adalah bukan Peserta Sistem BI-RTGS, ayat
(2) berbunyi sebagai berikut :
Dalam hal PIHAK KEDUA tidak memiliki rekening giro Rupiah pada
PIHAK PERTAMA, pembebanan seluruh kewajiban dana dan biaya yang
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
16
timbul sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh PIHAK
PERTAMA dengan mendebet rekening giro Rupiah milik Bank pembayar
yang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA dan telah memberikan persetujuan
tertulis kepada PIHAK PERTAMA
(3) Penyelesaian seluruh kewajiban dan biaya yang timbul dalam rangka
transaksi dan setelmen dengan menggunakan BI-SSSS sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Pengiriman transaksi dalam rangka Transaksi Dengan Bank Indonesia ke
BidCC;
b. Setelmen transaksi dalam rangka Transaksi Dengan Bank Indonesia oleh
SCC;
c. Pelunasan kewajiban fasilitas pendanaan Bank Indonesia termasuk
pelunasan pinjaman dan pembayaran bunga atas penggunaan fasilitas
pendanaan termasuk sanksi keterlambatan dalam pelunasan kewajiban;
d. Sanksi akibat pelanggaran ketentuan setelmen OPT sesuai ketentuan Bank
Indonesia yang berlaku;
e. Setelmen transaksi di pasar sekunder yang dilakukan dengan Peserta BI-
SSSS lainnya;
f. Permohonan informasi (Enquiry) dari SCC dan pengiriman administrative
messages melalui BI-SSSS;
g. Biaya lainnya yang akan ditetapkan kemudian oleh PIHAK PERTAMA
dengan Surat Edaran Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12.
ALAT BUKTI TRANSAKSI
Pasal 14
(1) PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat untuk menggunakan Hasil
Olahan Komputer (HOK) yang dihasilkan oleh BidCC, SCC dan ST sebagai
alat bukti yang sah dan otentik atas Transaksi Dengan Bank Indonesia
termasuk penatausahaannya dan setelmen transaksi Surat Berharga.
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
17
(2) Dalam hal terdapat perbedaan antara instruksi transaksi dan atau instruksi
setelmen yang berada pada PIHAK KEDUA dengan HOK yang ada pada
PIHAK PERTAMA yang juga tercetak dan ditatausahakan di PIHAK
KEDUA maka yang digunakan sebagai bukti yang sah dan otentik adalah
HOK.
(3) Dalam hal HOK yang berada pada PIHAK PERTAMA berbeda dengan HOK
yang berada pada PIHAK KEDUA maka yang digunakan sebagai bukti yang
sah dan otentik adalah HOK yang berada pada PIHAK PERTAMA.
PENGAWASAN DAN PENINJAUAN LANGSUNG
Pasal 15
(1) PIHAK PERTAMA berwenang melakukan pengawasan secara langsung atau
tidak langsung terhadap PIHAK KEDUA atas penggunaan BI-SSSS.
(2) PIHAK PERTAMA atau pihak lain yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA
sewaktu-waktu dapat melakukan peninjauan langsung terhadap ST, Aplikasi
ST serta sistem komputerisasi PIHAK KEDUA yang terhubung dengan ST
yang berada di Lokasi Produksi.
(3) PIHAK KEDUA wajib memberikan izin untuk melihat secara langsung ST,
Aplikasi ST serta sistem komputerisasi PIHAK KEDUA yang terhubung
dengan ST yang berada di Lokasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) kepada PIHAK PERTAMA atau pihak lain yang ditunjuk oleh PIHAK
PERTAMA dan memberikan segala keterangan dan atau data yang diminta
oleh PIHAK PERTAMA.
SANKSI
Pasal 16
Apabila PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran atas ketentuan dan atau tidak
memenuhi kewajiban PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian
ini maka PIHAK PERTAMA dapat mengenakan sanksi kepada PIHAK KEDUA
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
18
berupa teguran tertulis atau diberhentikan sementara (suspend) atau diberhentikan
permanen (close) dari kepesertaan PIHAK KEDUA dalam BI-SSSS.
PEMBATASAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 17
(1) PIHAK PERTAMA tidak bertanggungjawab atas segala akibat yang timbul
dari pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang
dilakukan oleh PIHAK KEDUA.
(2) Apabila PIHAK KEDUA dan atau pihak lainnya yang terkait dengan PIHAK
KEDUA, termasuk pihak-pihak lain yang secara sah maupun secara melawan
hukum berada di Lokasi Produksi dan atau terkait dengan PIHAK KEDUA,
melakukan penyalahgunaan baik secara langsung atau tidak langsung
terhadap BI-SSSS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8, maka
PIHAK KEDUA bertanggungjawab atas seluruh kerugian yang diderita
PIHAK PERTAMA dan atau pihak yang terkait dengan PIHAK PERTAMA
sebagai akibat dari penyalahgunaan tersebut.
(3) PIHAK PERTAMA tidak bertanggungjawab atas segala kerugian PIHAK
KEDUA dan atau pihak-pihak lain yang terkait dengan PIHAK KEDUA
yang timbul apabila PIHAK KEDUA menyalahgunakan penggunaan
password dan atau Authenticator Text yang diserahkan oleh PIHAK
PERTAMA kepada PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 18
(1) Dalam hal PIHAK KEDUA bertindak sebagai perantara (broker) Peserta
BI-SSSS lainnya dalam pengajuan penawaran lelang yang diselenggarkan
oleh PIHAK PERTAMA maka ayat (1) berbunyi sebagai berikut :
Dalam hal terjadi kesalahan dalam pengajuan Transaksi Dengan Bank
Indonesia yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA untuk dan atas nama peserta
BI-SSSS lain sebagai nasabahnya, maka kesalahan tersebut diselesaikan
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
19
antara PIHAK KEDUA dengan Peserta BI-SSSS lainnya yang terlibat dalam
kesalahan tersebut dengan mengacu kepada kesepakatan antara keduabelah
pihak atau kesepakatan antar peserta BI-SSSS (By-Laws).
Dalam hal PIHAK KEDUA adalah Peserta BI-SSSS selain broker maka
ayat (1) berbunyi sebagai berikut :
Dalam hal terjadi kesalahan dalam transfer Surat Berharga dan atau transfer
dana antar peserta BI-SSSS yang melibatkan PIHAK KEDUA, maka
kesalahan tersebut diselesaikan antara PIHAK KEDUA dengan peserta BI-
SSSS lainnya yang terlibat dalam kesalahan transfer Surat Berharga dan atau
transfer dana tersebut dengan mengacu kepada kesepakatan antar peserta BI-
SSSS (By-Laws).
(2) PIHAK KEDUA dengan ini membebaskan PIHAK PERTAMA dari segala
macam tuntutan dan gugatan yang dapat timbul sebagai akibat dari adanya
kesalahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) PIHAK PERTAMA tidak bertanggung jawab atas tidak diterimanya
pengajuan Transaksi Dengan Bank Indonesia dan terlaksananya setelmen
transaksi Surat Berharga atau kerugian yang disebabkan antara lain namun
tidak terbatas pada:
a. Keterlambatan informasi atau ketidakakuratan data yang diterima oleh
PIHAK PERTAMA;
b. Keadaan Darurat.
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 19
(1) Dalam hal timbul perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA dalam pelaksanaan Perjanjian ini maka kedua belah pihak sepakat
untuk menyelesaikan secara musyawarah untuk mufakat.
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
20
(2) Dalam hal tidak tercapai musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), para pihak sepakat untuk menyerahkan penyelesaian
perselisihan dimaksud melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).
(3) Para pihak dalam Perjanjian ini sepakat bahwa keputusan BANI bersifat final
dan mengikat para pihak dan dengan dikeluarkannya keputusan dari BANI
maka para pihak tidak akan mencari penyelesaian melalui cara lainnya
termasuk namun tidak terbatas dengan menggunakan sistem peradilan.
LAIN-LAIN
Pasal 20
Kesepakatan dalam Perjanjian ini akan berakhir dalam hal status kepesertaan
PIHAK KEDUA berubah menjadi ditutup (close) dan atau para pihak sepakat
untuk membatalkan Perjanjian.
Pasal 21
Dalam hal Perjanjian berakhir sebagaimana dimaksud pada pasal 20, para pihak
sepakat bahwa :
a. pembatalan Perjanjian akan berlaku secara otomatis;
b. pembatalan Perjanjian tidak mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam
Pasal 1266 KUHPerdata dan Pasal 1267 KUHPerdata.
Pasal 22
(1) Semua pemberitahuan dan atau surat menyurat antara PIHAK PERTAMA
dan PIHAK KEDUA sehubungan dengan Perjanjian ini dilakukan secara
tertulis dan dianggap telah disampaikan kepada yang bersangkutan jika
terdapat tanda terima tertulis dari PIHAK PERTAMA dan atau PIHAK
KEDUA.
(2) Pemberitahuan dan atau surat menyurat sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dialamatkan kepada :
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Lanj. Lampiran 3
21
a. PIHAK PERTAMA : BANK INDONESIA
Direktorat Pengelolaan Moneter
Up. Bagian Penyelesaian Transaksi Pasar Uang
Jl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10010
b. PIHAK KEDUA : …….………
PENUTUP
Pasal 23
Para pihak sepakat bahwa hal-hal lain yang belum diatur dalam Perjanjian ini dan
segala perubahan atas kesepakatan dalam Perjanjian ini akan diatur kemudian
dalam bentuk addendum atau surat yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Perjanjian ini.
Pasal 24
Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing mempunyai
kekuatan hukum yang sama dan bermeterai cukup untuk kepentingan masing-
masing pihak.
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
( ) ( )
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Kepada : Bank Indonesia – Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Pasar Uang Gedung B Lantai 11 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010
Perihal : Surat Kuasa untuk Penyerahan dan Pengambilan Authenticator Text
Dengan ini kami memberikan kuasa kepada:
Nama : …………………………………………………. Nomor KTP : …………………………………………………. Alamat : ………………………………………………….
Untuk menyerahkan Authenticator Text kami dan mengambil Authenticator Text Penyelenggara ke dan dari Bank Indonesia.
Demikian surat kuasa ini kami buat agar dapat dipergunakan sesuai dengan keperluannya.
Jakarta,……………..
Nama Perusahaan
Meterai
Tandatangan dan Nama Tandatangan Pejabat berwenang yang diberi kuasa yang memberikan kuasa
Lampiran 4
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Kepada : Bank Indonesia – Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Pasar Uang Gedung B Lantai 11 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010
Perihal : Penyampaian Authenticator Text (AT)
Dengan hormat,
Dalam rangka kebutuhan prosedur pengamanan sistem (security) kami dalam
keanggotaan BI-SSSS, dengan ini kami sampaikan Authenticator Text (AT) untuk
Saudara gunakan sesuai ketentuan yang berlaku,
RESERVE Authenticator Text Satu ……………………….
RESERVE Authenticator Text Satu ……………………….
RESERVE Authenticator Text Satu ……………………….
Effective Date : ………………… (tanggal/bulan/tahun)
Expired Date *) : ………………… (tanggal/bulan/tahun)
Demikian agar Saudara maklum.
Jakarta, …………………………..
Nama Perusahaan
TTD pejabat berwenang
dan stempel Perusahaan
*) expired date 1 (satu) tahun setelah effective date
Lampiran 5
AT-1
AT-3
AT-2
S A N G A T R A H A S I A
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/1/DPM tanggal 16 Februari 2004
Kepada : Bank Indonesia – Direktorat Pengelolaan Moneter cq. Bagian Penyelesaian Transaksi Pasar Uang Gedung B Lantai 11 Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10010
Perihal : Permohonan Menggunakan Fasilitas Guest Bank di Bank Indonesia dalam
Kondisi Contingency Plan
Dengan ini kami mengajukan permohonan untuk menggunakan fasilitas Guest Bank di Bank Indonesia mengingat sarana ST dan Back-up kami baik sistem dan atau komunikasi, tidak dapat berfungsi karena mengalami kerusakan sebagai berikut :
(sebutkan alasan rinci kerusakan sehingga ST dan Back-up tidak dapat berfungsi)
Demikian permohonan kami dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta,……………..
Nama Perusahaan
Tandatangan Pejabat berwenang
dan Stempel Perusahaan
Contoh Format : SURAT PERMOHONAN DALAM KONDISI CONTINGENCY PLAN
Lampiran 6