Post on 06-Feb-2018
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
NOMOR : 16 TAHUN 2007
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH
TAHUN 2005 – 2025
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO DAFTAR ISI
BAB I . PENDAHULUAN ………………………………………………………
A. Pengantar ………………………………………………………………….
B. Pengertian …………………………………………………………………
C. Maksud dan Tujuan ……………………………………………………….
D. Landasan Penyusunan RPJP Kabupaten Kulon Progo .................................
E. Tata Urut …………………………………………………………………..
1
1
2
2
2
3
BAB II . KONDISI UMUM ……………………………………………………….
A. Kondisi Saat Ini ……………………………………………………………
B. Tantangan ………………………………………………………………….
5
5
33
C. Modal Dasar ………………………………………………………………. 42
BAB III . VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2005-2025…. 43
BAB IV . ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA
PANJANG TAHUN 2005-2025 .............................................................
A. Arah Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Kulon Progo Tahun
2005-2025 ....................................................................................................
1. Mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya dan beradab ................................................................................
2. Mewujudkan masyarakat yang berdaya-saing ............................................
3. Mewujudkan masyarakat Kulon Progo yang demokratis berlandaskan
hukum ...........................................................................................................
4. Mewujudkan Kulon Progo yang aman, damai dan bersatu .........................
5. Mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan .................
6. Mewujudkan Kulon Progo yang asri dan lestari .........................................
7. Mewujudkan wilayah pantai dan laut Kulon Progo yang maju dan mandiri
8. Mewujudkan Kulon Progo berperan penting dalam lingkup regional
maupun nasional …………………………………………………………..
B. Tahapan dan Skala Prioritas ……………………………………………
1. RPJM ke-1 (2005-2009) …………………………………………………...
2. RPJM ke-2 (2010-2014) …………………………………………………...
3. RPJM ke-3 (2015-2019) …………………………………………………...
4. RPJM ke-4 (2020-2024) …………………………………………………...
5. Tahun 2025 ………………………………………………….......................
48
51
51
52
62
65
66
70
73
74
75
75
77
79
80
82
BAB V . PENUTUP ……………………………………………………………….. 83
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGANTAR
1. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Kabupaten Kulon Progo yang merupakan
bagian dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah dapat menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan sejak berdirinya Kabupaten Kulon Progo tahun 1950
Pada tanggal 1 Januari 1952 telah dilaksanakan penggabungan Kabupaten Kulon
Progo wilayah Kasultanan dengan Kabupaten Adikarto wilayah Pakualaman.
Pembangunan di Kabupaten Kulon Progo dilaksanakan secara terus menerus dan
berkesinambungan. Keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
adalah merupakan hasil kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak.
2. Wilayah Kulon Progo yang berada di wilayah paling barat dari Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta berada pada lintas jalur selatan Jawa, memiliki wilayah pantai,
dataran rendah dan perbukitan Menoreh, memiliki potensi sumber daya alam di darat
dan laut dan sumber daya manusia yang dapat dikembangkan menjadi modal dasar
pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada umumnya dan khususnya
Kabupaten Kulon Progo, sehingga dapat memberi peran dan kontribusi yang besar
bagi kepentingan regional dan nasional. Untuk mencapai optimasi pencapaian tujuan
dan sasaran tersebut perlu mewujudkan perencanaan jangka panjang secara sistematis
dan seksama.
3. Berdasarkan capaian keberhasilan, tantangan dan peluang serta penguatan otonomi,
pembangunan di Kabupaten Kulon Progo dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
masyarakat Kulon Progo yang religius, sejahtera, aman dan dinamis. Dalam rangka
mewujudkan tujuan pembangunan daerah tersebut perlu ditetapkan visi, misi dan arah
pembangunan Jangka Panjang Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2007, tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
serta Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 14 Tahun 2007 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah.
4. Tata cara penyusunan RPJP Daerah, RPJM Daerah, Renstra SKPD, RKPD, Renja
SKPD, dan pelaksanaan Musrenbang Daerah diatur dengan Peraturan Daerah tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah.
B. PENGERTIAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah adalah dokumen perencanaan
pembangunan daerah yang merupakan jabaran tujuan dari Pemerintah Kabupaten Kulon
Progo dalam bentuk visi, misi dan arah pembangunan daerah untuk masa 20 tahun
kedepan yang mencakup kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga 2025.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
RPJP Daerah disusun dengan maksud menyediakan acuan bagi Pemerintah Daerah,
DPRD dan masyarakat dalam pembangunan Kabupaten Kulon Progo untuk jangka waktu
20 tahun ke depan.
Adapun tujuan penyusunan RPJP Daerah sebagai berikut:
1. Memenuhi ketentuan peraturan perundangan tentang perencanaan pembangunan
daerah.
2. Menyediakan dokumen dan pedoman perencanaan pembangunan bagi seluruh
penyelenggara pemerintahan daerah, masyarakat dan pelaku dunia usaha untuk
menentukan arah pembangunan daerah, dengan berdasarkan pada kondisi riil, potensi
daerah dan proyeksi ke depan.
3. Sebagai pedoman bagi seluruh penyelenggara Pemerintahan Daerah dan pemangku
kepentingan (stakeholder) pembangunan dalam menyusun RPJM Daerah, Renstra
SKPD, RKPD, Renja SKPD, dan melaksanakan Musrenbang Daerah.
D. LANDASAN PENYUSUNAN RPJP KABUPATEN KULON PROGO
Landasan idiil dan konstitusional RPJP Kabupaten Kulon Progo adalah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Landasan operasional penyusunan RPJP Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2003 No. 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 4286);
2. Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
3. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2004 No. 125, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia No. 4437);
4. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
5. Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025);
6. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom;
7. Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4124;
9. Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementrian Negara/Lembaga;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;
11. Peraturan Daerah No. 1 tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Kulon Progo;
12. Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2007 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Daerah
E. TATA URUT
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Kulon Progo Tahun 2005-2025 ini
disusun dalam tata urut sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang pengantar, pengertian RPJP Daerah, maksud dan tujuan
penyusunan, landasan hukum penyusunan, dan tata urut penulisan.
BAB II. KONDISI UMUM
Bab ini menggambarkan kondisi daerah pada saat ini dengan maksud mengetahui
keadaan daerah pada berbagai bidang dan aspek kehidupan sosial ekonomi yang akan
digunakan sebagai dasar penyusunan berbagai kebijakan dan program daerah dalam
jangka waktu dua puluh tahun. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah menyajikan kondisi dan tantangan tentang sosial budaya dan kehidupan
beragama, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sarana dan prasarana, politik,
keamanan dan ketertiban, hukum dan aparatur, wilayah dan tata ruang, sumber daya alam
dan lingkungan hidup serta modal dasar.
BAB III. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN
Bab ini berisi perumusan visi dan misi untuk kurun waktu mulai dari tahun 2005 hingga
2025.
BAB IV. ARAH, TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN
Bab ini berisi arah pembangunan yang merupakan pelaksanaan misi untuk mencapai visi
pembangunan serta memuat tahapan pembangunan yang dibagi dalam empat tahapan
pembangunan jangka menengah (lima tahunan) serta prioritas pembangunan pada setiap
tahapannya.
BAB V. PENUTUP
Berisi uraian bahwa RPJP Daerah adalah merupakan pedoman bagi seluruh
penyelenggara Pemerintahan Daerah dan pemangku kepentingan (stakeholder)
pembangunan dalam melaksanakan pembangunan daerah.
**********
BAB II
KONDISI UMUM
A. KONDISI SAAT INI
1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama
a. Kesehatan
1) Status gizi masyarakat khususnya balita dari tahun ke tahun berhasil ditingkatkan,
namun demikian status gizi kurang dan buruk masih perlu diturunkan. Hal ini terlihat
dari perkembangan setiap tahunnya sebagai berikut :
Tabel 1. Status Gizi Balita
Persentase jumlah balita menurut status gizi Indikator
Status Gizi Balita Target 2001 2002 2003 2004 2005
Buruk <2 1,0 1,4 1,08 1,29 1,13
Kurang <11 20,02 18,74 13,35 13,65 11,61
Baik >85 78,68 79,24 84,59 84,09 86,87
Lebih <2 0,38 0,61 0,98 0,97 0,95
2) Angka kematian bayi (AKB) dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005
menunjukkan angka fluktuatif dimana tahun 2000 angka kematian bayi sebanyak
18,78/1000 kelahiran hidup; tahun 2001 13,14/1000 kelahiran hidup; tahun 2002
sebanyak 96 orang (14,21/1000 kelahiran hidup); tahun 2003 sebanyak 33 orang
(9,08/1000 kelahiran hidup) ,tahun 2004 sebanyak 38 (10/1000 kelahiran hidup) dan
tahun 2005 sebanyak 22 orang (13,32/1000 kelahiran hidup), sedang kasus kematian
ibu tahun 2001 sebanyak 7 orang (109,56/100.000 kelahiran hidup); tahun 2002
sebanyak 11 orang (206/100.000 kelahiran hidup); tahun 2003 sebanyak 12 orang
(227,1/100.000 kelahiran hidup), tahun 2004 sebanyak 4 orang (76/100.000
kelahiran hidup) dan tahun 2005 sebanyak 5 orang (95,15/100.000 kelahiran hidup).
3) Fasilitas kesehatan yang tersedia meliputi rumah sakit umum 2 (dua) unit, satu milik
daerah yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Wates dan satu Rumah Sakit Swasta yaitu
Rumah Sakit Umum Boro, Kalibawang, satu Rumah Sakit Khusus Bedah yaitu
Kharisma dan 7 (tujuh) Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin (BPRKB). Kapasitas
tempat tidur yang tersedia sebanyak 231 unit dilayani oleh 52 dokter dan 190 tenaga
paramedis. Disamping itu terdapat 20 unit Puskesmas Umum maupun Puskesmas
Rawat Inap dengan kapasitas 101 unit tempat tidur yang dilayani oleh 71 dokter, 362
tenaga paramedis dan 61 puskesmas pembantu serta 930 posyandu yang tersebar di
setiap pedusunan.
4) Kondisi kesehatan masyarakat dilihat dari angka morbiditas (kesakitan) penyakit
malaria terhadap jumlah penduduk dari tahun 2000 s/d tahun 2003 menunjukan
penurunan sebagai berikut: 8,59%; 8,35%; 6,33%; dan 0,70%. Angka morbiditas
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 penduduk dari tahun 2000
s/d tahun 2003 berturut-turut sebagai berikut : 9,95; 4,04; 13,43; dan 23,97. Angka
morbiditas dari tahun 2000 s/d 2004 adalah sebagai berikut : 2,61%; 1,34%; 1,04%;
1,36% dan 1,50%. Angka morbiditas penyakit IPSA terhadap jumlah penduduk pada
tahun 2000 s/d 2004 adalah sebagai berikut : 7,44%; 6,90%; 8,53%; 4,35% dan
10,72%.
5) Berdasarkan hasil Susenas tahun 2003 rumah tangga pengguna fasilitas air bersih
dengan kriteria sendiri sebanyak 67.246 KK (66,65%), secara bersama sebanyak
27.996 KK (27,75%), secara umum sebanyak 5.187 KK (5,13%) dan tidak
menggunakan sebanyak 461 KK (0,46%) dan pada tahun 2004 pengguna air bersih
secara sendiri 67.675 KK (66,01%) secara bersama 20.225 KK (19,73%) secara
umum 13.366 KK (13,04%) dan tidak menggunakan sebanyak 1.262 KK (1,23%).
Sedang rumah tangga pengguna jamban keluarga berdasar Susenas pada tahun 2003
sebanyak 95.530 KK (99,65%), tidak menggunakan sebanyak 328 KK (0,35%) dan
pada tahun 2004 sebanyak 96.935 KK telah menggunakan jamban keluarga.
6) Permasalahan bidang kesehatan antara lain masih terdapat balita dengan status gizi
kurang dan gizi buruk, masih terdapat kematian bayi dan ibu melahirkan,
penanganan pelayanan kesehatan khususnya bagi masyarakat miskin belum optimal,
kualitas pelayanan di pusat-pusat pelayanan kesehatan belum optimal. Juga masih
terdapat sebagian masyarakat belum berperilaku bersih dan sehat, ketersediaan
sarana prasarana pelayanan kesehatan masih kurang, kondisi kesehatan lingkungan
masih rendah, kuantitas dan kualitas air bersih masih rendah, pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular belum optimal, terlebih penyakit malaria yang
merupakan penyakit endemis, kondisi daerah rawan bencana yang berdampak pada
kondisi kesehatan masyarakat, munculnya berbagai penyakit yang semula tidak
diperhitungkan, kualitas dan jumlah sumber daya manusia bidang kesehatan yang
masih terbatas.
7) Capaian keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai dengan meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat. Beberapa indikator tersebut antara lain meningkatnya
angka harapan hidup pada tahun 2005 rata-rata mencapai 72,9 tahun, menurunnya
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), meskipun AKI dan
AKB selalu fluktuatif namun angka tersebut masih jauh dibawah angka nasional
(AKI Nasional 307/100.000 kh dan AKB Nasional 25/1000 kh), meningkatnya status
gizi masyarakat terutama menurunnya kasus gizi buruk dan gizi kurang. Disamping
itu keberhasilan lainnya diantaranya keberhasilan pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular khususnya penyakit malaria dan penyakit infeksi lainnya,
peningkatan jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin .
b. Pendidikan
1) Rasio murid terhadap guru dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan
menengah atas dari tahun 2002 s/d 2005 mengalami penurunan sebagai berikut: :
Tabel 2. Rasio Murid terhadap Guru
Tahun SD/MI SMP/MTS SMA/SMK/MA
2002/2003 13 11 10,32
2003/2004 13 10,57 9,68
2004/2005 12 10 9,02
2) Berdasarkan hasil Susenas tahun 2004 tingkat pendidikan penduduk dapat
digambarkan sebagai berikut : tidak/belum pernah sekolah 96.003 orang;
tidak/belum tamat SD 38.956 orang; tamat SD 88.966 orang; tamat SMP/MTs
55.475 orang; tamat SMA/MA 31.1784 orang; tamat SMK 29.606 orang dan tamat
akademi/PT sebanyak 18.708 orang termasuk sarjana/pasca sarjana; sedang yang
tidak terjaring sebanyak 12.915 orang (penduduk yang merantau).
3) Rata-rata Angka Partisipasi Kasar (APK) pada tahun ajaran 2004/2005 menurut
jenjang pendidikan adalah sebagai berikut : Taman kanak-kanak 55,27; tingkat SD
termasuk Paket A sebesar 105,34 dengan Angka Partisipasi Murni (APM) 88,72;
tingkat SMP termasuk paket B sebesar 122,04 dengan APM 78,36; tingkat
pendidikan SMA termasuk paket C APK sebesar 76,23 dengan APM sebesar 52,95.
4) Jumlah kelulusan tingkat pendidikan SD sebanyak 6.087 lulusan, yang tidak
melanjutkan sebanyak 187 (3,07%); tingkat SLTP dan MTs sebanyak 6.321 terdiri
dari : SLTP sebanyak 5.839 siswa dan MTs 482 siswa seluruhnya melanjutkan ke
jenjang di atasnya, sedang tingkat pendidikan Sekolah Menengah dan Madrasah
Aliyah lulus 5.012 terdiri SMA 1831 siswa; Madrasah 458 siswa dan kejuruan
sebanyak 3.060 dan yang tidak melanjutkan sebanyak 964 orang (19,23%).
5) Indek Pembangunan Manusia di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2004 sebesar
70,90 dan tahun 2005 sebesar 71,53. Dirinci untuk komponen pendidikan, Kulon
Progo sebesar 73,94 untuk tahun 2004 dan 74,84 untuk tahun 2005. Adapun
komponen pembentuk IPM sebagaimana tabel di bawah :
Tabel 3. IPM dan Indeks Komponen Pembentuknya
Komponen IPM 2004 2005
Indeks Harapan Hidup 79,33 80,17
Indeks Pendidikan 73,97 74,84
Indeks Daya Beli 59,38 59,59
IPM 70,88 71,53
6) Pendidikan Anak Usia Dini yang dilaksanakan melalui PAUD di Kabupaten Kulon
Progo mencapai 40,98% dari Jumlah anak usia 0-6 tahun sebesar 40.778 anak.
Lembaga PAUD di Kabupaten Kulon Progo 354 tempat dengan ruang kelas 376 dan
jumlah guru 862 orang. Sarana dan prasarana penyelenggaraan PAUD masih belum
optimal.
7) Pendidikan SD/MI
Pada tahun 2004/2005, jumlah SD 372 sekolah dengan siswa 36.940. MI sebanyak
25 sekolah dengan siswa sebanyak 1.705. Jumlah siswa baru kelas 1 SD/MI adalah
5.845 siswa, dan secara keseluruhan jumlah siswa SD dan MI 38.645 siswa. Untuk
menampung sejumlah siswa tersebut tersedia ruang kelas sebanyak 2.442. Adapun
kondisi fisik ruang untuk kegiatan belajar mengajar tersebut adalah sebagai berikut;
982 (40,18%) dalam kondisi baik; 1.010 (41,32%) ruang kelas kondisi rusak ringan;
452 (18,50%) ruang kelas rusak berat.
Guru yang mengajar di SD/MI sebanyak 3.140 orang (dengan perincian 2.962 orang
atau 94,3% adalah guru SD; 178 atau 5.7% adalah guru MI). Dari jumlah guru
tersebut, guru SD yang layak mengajar 2.442 orang (82,4%); guru semi layak
mengajar 494 orang (16%) dan tidak layak mengajar 26 orang (0,9%). Untuk guru
MI, yang layak mengajar 152 orang (85,4%); guru semi layak mengajar 7 orang
(0,6%), dan yang tidak layak mengajar 19 orang (10,7%). Apabila dilihat dari
jumlah guru dengan kualifikasi di luar yang layak mengajar, menunjukkan bahwa
ada sekitar 15% dari total guru di SD dan MI yang perlu ditingkatkan mutu
mengajarnya, baik melalui kursus maupun pendidikan formal.
Untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar dibutuhkan sarana berupa
perpustakaan sekolah, lapangan olah raga dan ruangan usaha kesehatan sekolah
(UKS). Perpustakaan adalah satu penunjang keberhasilan pendidikan. Dari jumlah
SD sebanyak 372, yang memiliki perpustakaan sekolah 152 (40,9%), lapangan olah
raga 62 (16,7%), ruangan UKS 286 (79,9%). Sedangkan MI dengan jumlah sekolah
25, yang memiliki perpustakaan 6 (24%), tidak memiliki lapangan olah raga (0%),
dan ruangan untuk kegiatan UKS 18 (72%).
Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI 104,80%, sementara Angka Partisipasi
Murni (APM) telah mencapai 88,72%. Untuk mencapai APK dan APM sebesar itu
peranan dan kontribusi MI masih relatif kecil yaitu sekitar 4,9%.
Tinggi rendahnya efisiensi internal pendidikan dipengaruhi oleh besar kecilnya
angka mengulang, angka putus sekolah dan angka lulusan. Angka mengulang masih
cukup tinggi yaitu 5,27% pada tingkat SD, dan 7,26 % untuk MI, besarnya angka
mengulang pada SD/MI berpengaruh negatif terhadap pencapaian efisiensi internal
SD/MI. Selanjutnya angka putus sekolah untuk SD 0,25%, dan MI 0,59%.
Sedangkan angka lulusan cukup baik yaitu 99,35% untuk tingkat SD, dan 100%
pada tingkat MI.
8) Pendidikan SLTP dan MTs.
Tahun 2004/2005, jumlah SLTP 71 sekolah dengan siswa 17.237 dan MTs
berjumlah 12 sekolah dengan 2.100 siswa. Siswa baru kelas 1 tingkat SLTP 5.922
siswa, dan 749 siswa baru pada MTs, dan secara keseluruhan baik tingkat SLTP
maupun MTs terdapat 19.337 siswa. Untuk menampung sejumlah siswa tersebut
tersedia ruang kelas 949 unit, dengan perincian 881 (92,8 %) untuk SLTP dan 68
(7,2%) MI.
Gambaran fisik ruang kelas belajar untuk SLTP maupun MTs menunjukkan bahwa
ruang kelas yang tersedia 626 (66%) dalam kondisi baik, 304 (302%) ruang kelas
kondisi rusak ringan dan 19 (2%) ruang kelas rusak berat.
Jumlah guru yang mengajar di SLTP dan MTs 1.842 orang (1.616 orang guru atau
87,7% adalah guru SLTP, 226 atau 12,3 % guru MTs). Dari jumlah guru tersebut
terdapat guru SLTP yang tidak layak mengajar sebanyak 255 orang (15,8%), semi
layak mengajar 155 (9,6%) dan guru MTs yang tidak layak mengajar 14 orang
(6,2%). Gambaran kualitas guru untuk tingkat SLTP maupun MTs ini masih perlu
dibenahi atau diperbaiki. Hal ini ditunjukkan oleh relatif tingginya jumlah guru yang
tidak layak mengajar pada tingkat SLTP/MTs tersebut. Untuk itu, perlu mendapat
perhatian agar jumlah guru yang tidak layak mengajar dapat diatasi melalui berbagai
program secara terencana dan berkesinambungan.
Ketersediaan sarana penunjang kegiatan belajar mengajar di SMP dan MTs berupa
fasilitas perpustakaan, lapangan olah raga dan ruangan UKS adalah sebagai berikut :
Tingkat SMP, sekolah yang memiliki perpustakaan 62 unit (87,3%), lapangan olah
raga 37 (52,11%), ruang UKS 56 (78,9%), dan 73 laboratorium. Sementara itu,
sekolah MTs yang memiliki perpustakaan 10 (83,33%), ruang UKS 12 (seluruh
sekolah memiliki) lapangan olah raga 3 (25%) dan hanya 6 unit sekolah yang
memiliki laboratorium.
Tinggi rendahnya efisiensi internal pendidikan dipengaruhi oleh besar kecilnya
angka mengulang, angka putus sekolah dan angka lulusan. Angka mengulang
0,19% pada SMP, dan 0,32% pada MTs, besarnya kecilnya angka mengulang akan
berpengaruh terhadap pencapaian efisiensi internal SLTP dan MTs. Selanjutnya
angka putus sekolah pada SMP 0,36%, dan 0,26% pada MTs. Sedangkan angka
lulusan cukup baik, tingkat SMP yaitu 100%, dan pada MTs 94,14 %.
9) Pendidikan SMU SMK dan MA.
Tahun 2004/2005, jumlah SMU 19 sekolah dengan siswa 5.024, dan MA 5 sekolah
dengan siswa 1.259, dan SMK 30 sekolah dengan siswa 8.950. Jumlah siswa baru
untuk kelas 1 SMA 1.587 siswa, dan 458 siswa baru pada MA, dan 3.060 siswa baru
SMK. Jumlah seluruh siswa pada ketiga jenis sekolah tersebut adalah 15.260 siswa.
Untuk menampung sejumlah siswa tersebut tersedia ruang kelas sebanyak 547,
dengan perincian kondisi fisik ruangan kelas 456 (83,4 %) kondisi baik, 76 (13,9%)
rusak ringan, dan 15 (2,74%) rusak berat.
Jumlah guru yang mengajar di SMA, SMK dan MA adalah 1.692 orang (dengan
rincian 576 atau 34,1% adalah guru SMA, 963 atau 57% adalah guru SMK, dan 153
atau 9.22% guru MA). Dari jumlah tersebut, dilihat dari kualitas mengajar di kelas,
terdapat guru SMA yang tidak layak mengajar 22 orang (3,9%) dan guru SMK 109
orang (11,4%), dan guru MA 7 orang (4,58%). Kualitas guru yang tidak layak
mengajar masih relatif besar yaitu 8,2%. Kondisi ini perlu mendapat perhatian agar
jumlah guru yang tidak layak mengajar dapat diatasi melalui berbagai program
peningkatan mutu mengajar yang diupayakan oleh pemerintah daerah dalam hal ini
Dinas Pendidikan.
Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di SMA, SMK, dan MA terdapat
fasilitas perpustakaan sebanyak 47 unit (87%), lapangan olah raga sebanyak 33
(61,11%), ruang UKS sebanyak 30 (79,62%), dan laboratorium 38 (70,37%, ruang
serbaguna 8 (14,81%), ruang ketrampilan 24 (44,44%), bengkel 19 (63,33%), dan
ruang praktek tersedia sebanyak 26 (86,67%).
Sarana dan prasarana berupa alat praktek di SMK masih kurang dalam kuantitas dan
tertinggal dari sisi teknologi.
Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA, SMK dan MA 75,05% dan APM 52,95%,
dengan perincian SMA (APK 24,84% dan APM 17,68%), SMK (APK 44,02% dan
APM 31,82%) serta MA (APK 6,29% dan APM 4,05%). Tinggi rendahnya efisiensi
internal pendidikan dipengaruhi oleh besar kecilnya angka mengulang, angka putus
sekolah dan angka lulusan. Angka mengulang 0,40% untuk SMA, 0,27% SMK, dan
MA 0,16%. Besar kecilnya angka mengulang pada SMA akan berpengaruh terhadap
pencapaian efisiensi internal SM Adan MA. Selanjutnya angka putus sekolah pada
SMU 2%, 1,24% pada SMK, dan 1,89% pada MA. Sedangkan angka kelulusan
cukup baik, SMA 100%, SMK 97,86% dan 74,87% untuk MA.
10) Siswa SMK yang tidak lulus hanya disediakan ujian kesetaraan paket C yang tidak
mempunyai muatan kompetensi sesuai dengan kejuruan yang dimiliki oleh siswa
dimaksud sehingga merugikan bagi siswa itu sendiri maupun data sumber daya
manusia lulusan SMK.
11) Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan perlu
dilakukan peningkatan baik kemampuan maupun ketrampilannya sesuai dengan
kebutuhan pasar kerja, sehingga mampu bersaing di bursa ketenagakerjaan.
12) Telah dirintis Sekolah Standar Nasional dan Sekolah Nasional Bertaraf International
sebagai berikut: SDN 4 Wates sebagai Sekolah Persiapan Standar Nasional; SMP N
1 Wates, SMP N 1 Panjatan, SMP N 1 Temon sebagai Sekolah Standar Nasional dan
SMP N 1 Galur sebagai Sekolah Standar Nasional dan Rintisan Bertaraf
Internasional; SMAN 1 Wates sebagai Sekolah Standar Nasional; SMK N 1
Pengasih, SMK Muhammadiyah 2 Wates sebagai Sekolah Standar Nasional dan
SMK N 2 Pengasih sebagai Sekolah Nasional Bertaraf Internasional.
13) Permasalahan bidang pendidikan pada dasarnya dapat dikategorikan kepada tiga hal,
pertama, permasalahan perluasan dan pemerataan layanan pendidikan, yaitu masih
rendahnya, rata-rata tingkat pendidikan masyarakat dimana 38,41% berpendidikan
SD dan SMP, masih tingginya jumlah penduduk yang buta aksara, tingkat partisipasi
masyarakat makin rendah pada jenjang yang makin tinggi, masih terdapat
kesenjangan patisipasi pendidikan antar kecamatan, desa-kota dan antar jenis
kelamin, jumlah siswa mengulang kelas, khususnya pada tingkat SD/MI masih
cukup tinggi, kedua, permasalahan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan,
yaitu hasil evaluasi dan penilaian belajar siswa masih rendah dan adanya
kesenjangan antar wilayah, masih terdapat guru yang tidak memenuhi kualifikasi
kelayakan mengajar, kondisi sarana prasarana sarana yang masih terbatas,
ketersediaan media pembelajaran seperti buku, alat peraga dan alat bantu lainnya
masih belum dapat menunjang sepenuhnya pembelajaran berbasis kompetensi, dan
kualitas lulusan lembaga pendidikan belum sepenuhnya relevan dan kompetitif
dalam memasuki persaingan kerja, ketiga, permasalahan peningkatan akuntabilitas
dalam pengelolaan pendidikan, yaitu pengelolaan pendidikan pada sebagian
satuan/lembaga masih perlu peningkatan efisiensi, produktivitas demokratisasi dan
akuntabilitas, dan kapasitas pengelola satuan lembaga pendidikan masih perlu
ditingkatkan serta peran serta masyarakat dan stakeholder belum optimal.
14) Capaian keberhasilan pembangunan bidang pendidikan antara lain tercapainya
peningkatan perluasan pelayan dan pemerataan pendidikan yang ditandai
meningkatnya jenjang, pemerataan dan kualitas pendidikan masyarakat, semakin
berkurangnya angka mengulang dan ketidaklulusan siswa. Selanjutnya adanya
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang ditandai dengan meratanya kualitas
penyelenggaraan pendidikan, tersedianya sarana, prasarana dan media pendidikan
yang memenuhi standar kebutuhan, terpenuhinya kualifikasi tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan, meningkatnya kualitas lulusan lembaga pendidikan yang
mampu bersaing dalam pasar kerja nasional dan global, meningkatnya kualitas
pengelolaan lembaga pendidikan serta meningkatnya partisipasi masyarakat dan
stakeholder dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan.
c. Kependudukan
1) Sesuai dengan data registrasi penduduk sampai dengan tahun 2006 jumlah penduduk
Kabupaten Kulon Progo menunjukkan kecenderungan bertumbuh rata-rata sebesar
0,12% dengan kontribusi terbesar dari segmen perempuan (51,20%). Komposisi
penduduk mencerminkan dominasi penduduk perempuan (51,15%) dibandingkan
penduduk laki-laki (48,85%) dengan rasio seks 96 dan tingkat kepadatan penduduk
mencapai 760 jiwa/km2. Sementara pencatatan di lapangan (sensus) menunjukkan
laju pertumbuhan rata-rata sebesar -0,04%. Perbedaan ini menunjukkan mobilitas
yang tinggi pada penduduk wilayah Kulon Progo, terutama sebagai pekerja migran,
baik regional, nasional maupun internasional. Kecenderungan penempatan kerja
menunjukkan adanya peningkatan pada modus penempatan antar daerah (AKAD)
dan antar negara (AKAN).
No. Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah % +1 2002 218.248 229.595 447.843 - 2 2003 219.918 229.893 449.811 0,44 3 2004 221.326 231.486 452.812 0,67 4 2005 222.567 233.122 455.689 0,64 5 2006 224.779 235.316 460.095 0,97
218.225 228.948 447.174 0,12 48,80 51,20 100,00 -
Tabel 4. Jumlah Penduduk berdasarkan Registrasi
Trend%
No. Tahun % Laki-laki Perempuan Jumlah 1 2002 % 48,73 51,27 100,00 2 2003 % 48,89 51,11 100,00 3 2004 % 48,88 51,12 100,00 4 2005 % 48,84 51,16 100,00 5 2006 % 48,85 51,15 100,00
Tabel 5. Prosentase Penduduk berdasarkan Registrasi
2) Sementara itu, persebaran penduduk menunjukkan konsentrasi penduduk di wilayah-
wilayah urban seperti di Wates, Pengasih, Sentolo, Panjatan, Galur, dan Nanggulan.
Pengamatan Mengenai kepadatan penduduk wilayah fungsional perkotaan
menunjukkan peningkatan yang tinggi, dari 8 menjadi 13 wilayah fungsional
perkotaan yang semuanya hampir berada di kawasan urban. Hal ini menunjukkan
persebaran penduduk mengikuti lokus pusat-pusat pertumbuhan. Persebaran
penduduk wilayah urban ini tidak selalu koresponden dengan persebaran penduduk
menurut wilayah administrasi, meskipun kecenderungan umum pertumbuhan
penduduk mengikuti pertumbuhan perkotaan tetap nampak.
3) Pada sisi yang lain, kualitas penduduk menunjukkan indikasi peningkatan yang
cukup baik. Indeks pembangunan manusia (IPM) terus menerus terjadi peningkatan
secara positif hingga mencapai angka 71,98. Peningkatan ini diikuti oleh seluruh
komponen pembentuk IPM. Meskipun demikian pentahapan kualifikasi
kesejahteraan keluarga menunjukkan hal-hal yang perlu mendapat perhatian.
Kelompok keluarga sejahtera III dan III plus cenderung naik, tetapi keluarga pra
sejahtera hingga kelompok keluarga sejahtera II mengalami penurunan yang cukup
besar. Kelompok-kelompok keluarga pra sejahtera hingga keluarga sejahtera II
merupakan kelompok terbesar (85,18%) dalam struktur pentahapan keluarga
sejahtera ini.
No. Komponen IPM 2004 2005 20061 Indeks Harapan Hidup 79,33 80,17 80,56 2 Indeks Pendidikan 73,97 74,84 75,58 3 Indeks Daya Beli 59,38 59,59 59,81
IPM 70,90 71,53 71,98
Tabel 6. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Tabel 7. Prosentase Tahapan Keluarga Sejahtera
No. Tahapan Keluarga Sejahtera 2002 2003 2004 2005 2006 Trend
1 Pra Keluarga Sejahtera 41,92 40,89 39,48 40,21 41,43 41,12 2 Keluarga Sejahtera I 24,72 24,61 24,70 24,67 19,57 25,70 3 Keluarga Sejahtera II 16,88 17,96 18,47 18,17 13,23 18,36 4 Keluarga Sejahtera III 12,46 12,85 13,50 13,19 20,96 11,12 5 Keluarga Sejahtera III plus 4,04 3,69 3,84 3,77 4,80 3,71
4) Pembangunan bidang kependudukan diarahkan untuk senantiasa meningkatkan
kualitas hidup, sumber daya manusia (human resource), kesejahteraan keluarga dan
pemerataan distribusinya, serta pemberdayaan keluarga yang berkualitas.
Sehubungan dengan arah pembangunan bidang kependudukan ini maka diperlukan
penyusunan rencana induk pengembangan sebagai suatu rekayasa sosial yang
mempresentasikan profil kependudukan yang diharapkan, desain model yang
dianjurkan untuk mencapai profil yang diharapkan dan antisipasi terhadap kegagalan
model. Untuk mendukung rekayasa sosial kependudukan ini diperlukan
penyelenggaraan pendaftaran penduduk yang seksama (Nomor Induk
Kependudukan) dengan berbasis teknologi informasi
d. Keluarga Berencana (KB)
1) Pelaksanaan program Keluarga Berencana telah mampu menumbuhkan kesadaran
bagi para keluarga untuk melaksanakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS). Hal ini tercermin dari menurunnya angka rata-rata jumlah
anggota rumah tangga menjadi 4 orang, tingginya angka kesertaan KB, menurunnya
angka kematian ibu dan bayi, menurunnya angka pertumbuhan penduduk serta
tingginya tingkat partisipasi/peran serta masyarakat atau keluarga dalam pengelolaan
Program Keluarga Berencana.
2) Akseptasi program KB juga menunjukkan peningkatan yang cukup memadai jauh di
atas rata-rata kecenderungan pertumbuhan yang semakin mendekati angka nol.
Jumlah peserta KB aktif setiap tahun mengalami kenaikan rata-rata sebesar 3,55%.
Jumlah pasangan usia subur (PUS) juga menunjukkan kenaikan rata-rata setiap
tahunnya sebesar 2,31%. Peningkatan akseptor aktif 1,2% lebih cepat daripada
peningkatan PUS. Program KB telah memberikan kontribusi yang besar terhadap
upaya pengendalian jumlah penduduk.
Tabel 8. Peserta KB dan Pasangan Usia Subur (PUS)
No Tahun Jumlah PUS % + PUS Akseptor % + Akseptor
1 2001 60.136 42.758 2 2002 62.314 3,62 44.358 3,74 3 2003 63.055 1,19 45.092 1,65 4 2004 63.977 1,46 45.788 1,54 5 2005 64.386 0,64 49.108 7,25
3) Penyelenggaraan program KB tidak hanya diarahkan untuk menurunkan tingkat
fertilitas semata, tetapi juga untuk mendorong terwujudnya Keluarga Sejahtera.
Realisasi keluarga sejahtera dimaksudkan untuk mewujudkan partisipasi aktif
masyarakat terhadap program KB dan untuk mendorong terwujudnya norma
keluarga yang sejahtera dan berkualitas. Untuk mendukung penyelenggaraan
program KB ini perlu dilakukan upaya-upaya yang terus menerus dan
berkesinambungan untuk mensosialisasikan dan mempromosikan norma keluarga
sejahtera dan berkualitas melalui berbagai media dan KIE (Komunikasi, Informasi
dan Edukasi) dengan meningkatkan partisipasi, pemberdayaan dan penguatan
kelembagaan.
e. Tenaga Kerja dan Transmigrasi
1) Lebih dari 82% penduduk Kabupaten Kulon Progo merupakan tenaga kerja, dan
hampir 63%nya merupakan angkatan kerja (AK/P). Dari keseluruhan jumlah
penduduk yang betul-betul bekerja sejumlah 59,73% (B/P) yang menurun 0,14%
dari tahun sebelumnya. Kesempatan kerja terbuka cukup besar (PK/AK) hampir
14%, yang merupakan peningkatan lebih dari 11% dari tahun sebelumnya, tetapi
penempatan kerja (PB/AK) hanya mampu sekitar 1,5%, dan lebih rendah dari tahun
sebelumnya 1,73%. Angka pengangguran (BKM/AK) mencapai kurang dari 5% dan
jauh dari angka tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 5,5%. Meskipun
demikian angka pengangguran relatif (setengah menganggur) mencapai rata-rata
13%. Angka pengangguran ini kebanyakan didominasi oleh segmen penduduk
berpendidikan menengah ke bawah, mulai dari SLTA hingga tidak tamat SD.
Kebanyakan angka pengangguran ini terserap dalam sektor informal, terutama di
sektor mengurus rumah tangga dan pertanian. Sektor ini mampu menyerap lebih dari
80% tenaga kerja.
2) Penempatan kerja menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan pada modus
penempatan antar daerah (AKAD) dan antar negara (AKAN). Penempatan kerja oleh
Pemerintah (PKP) dan penempatan kerja lokal (AKL) relatif kecil. Sedang
penempatan kerja antar daerah (AKAD) dan luar negeri (AKAN) menunjukkan
angka peningkatan yang cukup. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat mobilitas
penduduk cukup tinggi dan mengarah pada pergerakan ke luar daerah. Mobilitas
ekternal penduduk telah mempengaruhi secara positif pada tingkat kesejahteraan
penduduk seperti ditunjukkan oleh tingkat devisa yang masuk ke Kabupaten Kulon
Progo dan perputarannya. Penempatan tenaga kerja melalui modus transmigrasi yang
mencerminkan program mobilitas penduduk secara sistematis turut serta
memperkuat pergerakan penduduk ke luar daerah ini.
No. Uraian 2005 2006 % +1 Jumlah Penduduk (P) 455.689 460.095 0,97 2 Tenaga Kerja (TK) 377.641 379.106 0,39 3 Angkatan Kerja (AK) 288.623 289.216 0,21 4 Bekerja (B) 272.591 274.831 0,82 5 Mencari Pekerjaan (BK) 9.729 3.893 (59,99) 6 Menganggur (BKM) 16.032 14.385 (10,27) 7 1/2 Menganggur (BKM1/2) 39.253 38.966 (0,73) 8 Penempatan (PB) 5.003 4.438 (11,29) 9 Penyerapan (PK) 35.894 40.000 11,44 10 % TK/P 82,87 82,40 (0,57) 11 % AK/P 63,34 62,86 (0,75) 12 % AK/TK 76,43 76,29 (0,18) 13 % B/P 59,82 59,73 (0,14) 14 % B/AK 94,45 95,03 0,62 15 % BK/P 2,14 0,85 (60,37) 16 % BK/AK 3,37 1,35 (60,07) 17 % BKM/P 3,52 3,13 (11,13) 18 % BKM/AK 5,55 4,97 (10,46) 19 % BKM 1/2/P 8,61 8,47 (1,68) 20 % BKM 1/2/AK 13,60 13,47 (0,93) 21 % PB/AK 1,73 1,53 (11,48) 22 % PK/AK 12,44 13,83 11,21
Tabel 9. Angkatan Kerja dan Penyerapan Kerja
Tabel 10. Jumlah Penganggur Berdasarkan Tingkat Pendidikan (Tahun 2005)
No Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah %
1 SD Tidak Tamat 552 656 1.208 7.5
2 SD Tamat 1.775 1.929 3.704 23.1
3 SLTP 2.301 2.361 4.662 29.1
4 SLTA 2.733 2.736 5.470 32.1
5 Akademi 204 212 417 2.6
6 PT 282 290 572 3.5
Jumlah 7.848 8.184 16.032
3) Pembangunan bidang ketenagakerjaan dimaksudkan untuk membuka seluas-luasnya
kesempatan kerja dan penempatan kerja yang secara langsung akan berdampak pada
pengurangan angka pengangguran. Untuk mendukung arah pembangunan bidang
ketenagakerjaan ini perlu dilakukan upaya-upaya untuk membuka lapangan kerja
yang sesuai dengan basis pendidikan calon tenaga kerja baik lokal, regional, antar
daerah maupun antar negara. Peningkatan mutu SDM calon tenaga kerja baik sektor
formal maupun informal melalui lembaga pendidikan dan pelatihan formal, non
formal dan informal serta upaya-upaya pemagangan, kerjasama berbagai pihak yang
terlibat, promosi dan pengembangan jaringan informasi berbasis teknologi informasi
sangat diperlukan untuk mengkondisikan sebanyak-banyaknya calon tenaga kerja
dapat terserap sepenuhnya dalam bursa kerja termasuk pasar kerja transmigrasi,
mengingat penempatan dan animo untuk bertransmigrasi cukup tinggi. Animo ini
terindikasi dalam target penempatan yang hampir seluruhnya dapat dipenuhi.
4) Disamping itu pembangunan transmigrasi dimaksudkan untuk menyediakan tenaga
kerja, lapangan dan kesempatan kerja juga untuk memfasilitasi pemerataan dan
penyebaran penduduk, serta untuk mendorong pengembangan wilayah. Secara
umum modus transmigrasi ini dipandang positif baik secara regional maupun
nasional. Peningkatan pelayanan, fasilitasi dan kualitas SDM serta kualitas sarana
dan prasarana pendukung perlu direalisasikan untuk mencapai peningkatan
kesejahteraan calon transmigran dan transmigran sebagai wujud respons terhadap
berbagai kekurangan dalam penyelenggaraan transmigrasi.
Tabel 11. Target dan Realisasi Pelaksanaan Transmigrasi
Realisasi
No Tahun Target (KK) KK Jiwa
1 2000 19 19 73 2 2001 70 68 223 3 2002 75 75 263 4 2003 75 74 268 5 2004 85 85 278 6 2005 45 45 147
f. Kesejahteraan Sosial
1) Di Kabupaten Kulon Progo terdapat 22 jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial (PMKS) yang dibagi dalam 8 kelompok PMKS yang menonjol yaitu keluarga
miskin sebanyak 42.345 KK, persebarannya mayoritas berada di pegunungan dan
wilayah pantai. Penduduk lansia terlantar sebanyak 5.193 orang; anak terlantar
sebanyak 3.846 orang; penyandang cacat sebanyak 3.301orang; keluarga bertempat
tinggal di daerah rawan bencana sebanyak 3.251 KK; keluarga berumah tak layak
huni sebanyak 3.158 KK; wanita rawan sosial sebanyak 2.071 orang dan anak cacat
961 anak.
2) Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang berperan dalam penanganan
PMKS yaitu Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (KKKS); Forum
Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat (FKPSM); Panti Sosial Swasta (9 unit);
Karang Taruna dan Petugas Sosial Masyarakat (PSM) di 88 desa dan Wanita
Pemimpin Kesejahteraan Sosial (WPKS).
3) Lembaga Pemerintah yang menangani PMKS antara lain Bagian Kesra Setda
Kabupaten Kulon Progo, Dinas Dukcapilkabermas dan Seksi Kesejahteraan di 12
Kecamatan.
4) Perlu keterpaduan antara pusat dengan daerah dalam menangani PMKS baik
perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat.
5) Permasalahan pembangunan bidang kesejahteraan sosial antara lain masih tingginya
masyarakat miskin, meningkatnya kualitas dan kuantitas penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS), keterbatasan sarana dan prasarana penanganan PMKS,
jumlah, kualitas dan profesionalisme sumberdaya manusia yang menangani PMKS
masih rendah, kelembagaan pemerintah yang ada saat ini kurang memadai, potensi
sumber kesejahteraan sosial (PSKS) kurang berkualitas, sering terjadi bencana alam
baik banjir, kekeringan dan tanah longsor yang menambah permasalahan
kesejahteraan sosial.
6) Capaian keberhasilan pembangunan bidang kesejahteraan sosial antara lain
ditentukan adanya kebijakan yang memihak kepada penyandang masalah
kesejahteraan sosial, mendekatkan akses keuangan kepada penyandang masalah
kesejahteraan sosial dan kerjasama dengan badan-badan dan lembaga sosial.
g. Kebudayaan
1) Di wilayah Kabupaten Kulon Progo terdapat berbagai jenis perkumpulan kesenian
sebagai berikut: seni tari sebanyak 261, seni musik 478, seni teater 164 dan kesenian
seni rupa sebanyak 84 yang terdiri dari seni lukis 17 kelompok; seni ukir 19
kelompok; seni dekorasi 19 kelompok; seni tatah wayang kulit 8 kelompok dan seni
empu keris 1 kelompok yang berada di Kecamatan Kalibawang. Frekuensi
pementasan/pertunjukan kesenian-kesenian tersebut masih cukup baik. Hal ini dapat
terlaksana karena pemerintah selalu menyelenggarakan festival baik di tingkat
kabupaten dan propinsi. Di samping itu pada acara 17 Agustusan, hari jadi maupun
acara hajatan serta bersih pedukuhan/desa di wilayah.
2) Upacara adat yang masih dilestarikan kurang lebih sebanyak 41 macam, antara lain:
Saparan, Rebo Wekasan, Nyadran, Nawu Sendang, Bersih Pedukuhan dan Desa,
Ruwatan Agung Gunung Lanang, Dulkaidahan, Rejeban, Guru Bugi, Jamasan
Pusaka Suralaya, Baritan, Ngrapyak Sendang, Pon-Ponan Masjid Sunan Kalijaga
dan Tungkep Tandur, kegiatan upacara adat tersebut masih berjalan/dilaksanakan.
Upacara Adat Saparan dilakukan pada setiap bulan Sapar pada malam Selasa/Jum’at
Kliwon, Rebo Wekasan dilaksanakan akhir hari Rabu setiap bulan Sapar; Nyadran
dilakukan setiap bulan Ruwah; Nawu Sendang Klampok dan jamasan Pusaka
Suralaya dilaksanakan pada malam 1 Syuro; Baritan dan bersih desa dilakukan pada
waktu habis panen padi yang dimitoskan adalah Dewi Sri. Dari dua belas kecamatan
yang ada di Kulon Progo sebagian besar memiliki legenda dan cerita rakyat
berjumlah sekitar 60 macam. Dari cerita rakyat/ legenda tersebut yang telah
diterbitkan antara lain asal-usul Clereng (tahun 2003), legenda Suroloyo (tahun
2003), Gunung Lanang (2003), Kyai Jero di Pringtali Jatimulyo (2004), Ki Gonotirto
di Hargotirto (2004) dan Batu Beranak Siyos di Glagah (2004). Sedang tahun 2006
akan diterbitkan Sremoyo di Sermo, Nyi Rongkot di Kebonrejo dan Kyai Dalmudal
di Kaligintung. Bahasa Jawa sebagai bahasa ibu masih tetap dipertahankan oleh
masyarakat.
3) Himpunan Penghayat Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa di Kabupaten
Kulon Progo terdapat 21 organisasi HPK terdiri dari Organisasi Pusat dan Cabang.
Tempat pelaksanaan ritual dari penganut HPK dilaksanakan di rumah pribadi dari
masing-masing anggota paguyuban, sedangkan pertemuan rutin sebagian anggota
organisasi dilaksanakan setiap selapan hari pada hari Minggu kliwon
4) Kesejarahan di Kabupaten Kulon Progo cukup banyak, namun belum semua potensi
tersebut dapat dikelola dengan baik, seperti perpindahan pemerintahan, perjuangan
tentara pelajar dan sebagainya. Kepurbakalan di Kabupaten Kulon Progo berupa
Benda Cagar Budaya (BCB) dan situs serta warisan budaya. Benda Cagar Budaya
tersebar di lokasi wilayah Kulon Progo kurang lebih 222 buah, sedang warisan
budaya berupa bangunan gaya tradisional Yogyakarta (joglo, limas, kampung), gaya
indishe, china dan sebagainya. Permuseuman dalam tahap rintisan bertujuan untuk
meningkatkan pengamanan, perawatan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan perlu
adanya museum yang memadai. Museum rintisan menggunakan Bale Agung dengan
koleksi 39 BCB dan koleksi tambahan berupa mata uang logam, alat batik, mascot
kumpyung dan kerajinan enceng berbentuk guci. Perawatan dan pemeliharaan benda
cagar budaya dilakukan dengan cara: Penambahan koleksi berupa cap batik mata
uang serta benda cagar budaya. Pendataan ulang dan pembinan perawatan serta
pengambilan benda cagar budaya untuk disimpan di museum. Pendanaan dan
perawatan kegiatan selama ini menggunakan dana APBD Kabupaten. Bangunan
bernilai sejarah yang telah berubah fungsi adalah Pesanggrahan Kasultanan di Bulu
Kecamatan Pengasih yang pada saat sekarang dipergunakan masyarakat sebagai
Balai Pertemuan.
5) Pengembangan nilai-nilai budaya gotong royong dapat diperlihatkan antara lain
dalam bersih desa, mendirikan rumah, hajatan dan dengan adanya kegiatan
kerukunan masyarakat di Perbukitan Menoreh, yaitu berupa selamatan perlindungan
mata air atau merti bumi. Sedangkan kegiatan yang bersifat religius antara lain
seperti MTQ, STQ, pengajian Akbar, Istigosah, Ziarah keagamaan dan lainnya
berupa kegiatan sosial religius berupa khitanan massal, pengumpulan zakat fitrah,
yang kesemuanya merupakan pencerninan eksistensi jati diri masyarakat Kabupaten
Kulon Progo.
h. Agama
1) Penduduk Kabupaten Kulon Progo adalah pemeluk Agama Islam, Kristen, Katholik,
Budha dan Hindu. Secara umum kehidupan beragama cukup baik ditunjukkan
dengan adanya toleransi umat beragama yang cukup tinggi. Di lingkungan
masyarakat telah tumbuh kesadaran yang kuat untuk membangun kerukunan umat
beragama dan hubungan internal dan antar umat beragama yang aman, damai, dan
saling menghargai. Namun demikian ajaran agama belum sepenuhnya mampu
membangun etos kerja serta pesan moral belum sepenuhnya dapat diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Keberhasilan pembangunan bidang agama diantaranya
terciptanya kerukunan antar umat beragama dan umat seagama, terselenggaranya
kegiatan keagamaan yang kondusif serta adanya bantuan keagamaan dalam
pembangunan sarana prasarana keagamaan serta adanya partisipasi masyarakat
dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.
2) Upaya membangun kerukunan inter dan antar umat beragama, terciptanya harmoni
sosial dalam kehidupan inter dan antar umat beragama yang toleran dan saling
menghormati dalam rangka menciptakan suasana yang aman dan damai.
3) Jumlah tempat peribadatan dari masing-masing agama adalah sebagai berikut Masjid
975 buah, Mushola 329 buah, langgar 660 buah, gereja 28 buah dan rumah kebaktian
33 buah. Jumlah organisasi keagamaan yang ada sebanyak 202 organisasi, meliputi
Islam 151 organisasi, Kristen 12 organisasi dan Budha satu organisasi.
4) Upaya membangun kerukunan inter dan antar umat beragama, terciptanya harmoni
sosial dalam kehidupan inter dan antar umat beragama yang toleran dan saling
menghormati dalam rangka menciptakan suasana yang aman dan damai. Hal tersebut
tidak terlepas dari pengaruh pemimpin-pemimpin keagamaan yang masih menjadi
figur panutan.
2. Ekonomi
a. Perekonomian Daerah
1) PDRB Kabupaten Kulon Progo sebesar Rp. 1.835.822.000.000,- pada tahun 2004.
Ini berarti terjadi kenaikan sebesar Rp. 644.409.000.000,- dari tahun 2000 dengan
nilai PDRB pada saat itu sebesar Rp. 1.190.413.000.000,-.
Tabel 12. Pertumbuhan Ekonomi atas dasar harga Konstan 2000
No. Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%) PDRB per Kapita (Rp)
1 2001 3,66 3.328.077.
2 2002 4.12 3.470.383
3 2003 4.19 3.561.328
4 2004 4.52 3.714.957
5 2005 4.77 3.9732.735
2) Kontribusi PDRB berdasar lapangan usaha selama lima tahun terakhir masih
didominasi oleh sektor pertanian sebanyak 29,65%, sedang yang terendah listrik, air
bersih sebanyak 0,49% pada tahun 2000. Pada tahun 2004 menjadi 25,24% untuk
sektor pertanian dan 0,82% untuk listrik, air minum.
Tabel 13. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah
URAIAN 2003 2004 2005 2006 PENDAPATAN
286.643.226.482
296.569.116.854
307.791.005.156
448.371.802.782
1. PAD 18.250.897.19
1
19.834.963.145
24.332.483.446
35.203.275.122
2. Dana Perimbangan
241.450.768.984
248.864.580.591
268.068.878.914
411.311.701.174
3. Lain-lain Pendapatan
26.941.557.305
27.869.573.117
15.389.642.796
1.856.826.485
BELANJA 282.170.746.713
311.299.867.330
286.529.399.140
458.909.842.111
1.Aparatur 99.881.221.64
3
39.521.330.820
41.001.417.596
62.469.375.178
2.Publik 182.289.525.070
271.778.536.509
245.527.981.543
396.440.466.933
3) Peran sektor primer masih sangat kuat sebesar 51,29% pada tahun 2003 dan 52,65%
pada tahun 2004. Sedangkan sektor sekunder mengalami penurunan perannya, pada
tahun 2003 sebesar 22,07% menjadi sebesar 21,22% pada tahun 2004. Untuk sektor
tersier sebanyak 26,64% pada tahun 2003 menjadi sebesar 26,14% pada tahun 2004.
4) Krisis ekonomi tahun 1997 berdampak pada turunnya pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kulon Progo. Pada tahun 1997 pertumbuhan ekonomi sebesar 2,58%,
langsung turun drastis sebesar -14,03% pada tahun 1998. Pada tahun 1999 masih
turun menjadi -10,06%. Tahun 2000 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulon Progo
kembali positif sebesar 1,96 persen.
b. Pertanian
1) Pertanian di Kab.Kulon Progo meliputi pertanian tanaman pangan hortikultura,
kehutanan perkebunan, peternakan, kelautan perikanan. Dari hasil sensus pertanian
tahun 2003, penduduk Kabupaten Kulon Progo mayoritas berusaha pada sektor
pertanian. Dari 103.450 rumah tangga sebanyak 80.685 (77,99%) merupakan rumah
tangga pertanian dan 61.760 (76,54%) rumah tangga pertanian tergolong rumah
tangga petani kecil (pemilikan lahan <0,5 Ha).
2) Luas lahan pertanian sawah seluas 10.874 Ha, dengan jenis irigasi teknis sebesar
7.271 Ha (66,79%), irigasi setengah teknis 1.160 Ha (10,66%), daerah irigasi kecil
957 Ha (8,9%) dan tadah hujan sebanyak 1.486 Ha (13,65%). Sedangkan luas lahan
kering seluas 47.741 Ha dengan rincian 19.274 Ha (40,37%) merupakan lahan
pekarangan/lahan untuk bangunan dan lahan tegal/kebun seluas 15.413 Ha (32,28%)
hutan seluas 1.045 Ha (2,19%) dan lahan lainnya seluas 12.012 Ha (25,16%).
Dampak perluasan areal pekarangan/lahan untuk bangunan berakibat produksi
tanaman padi/palawija mengalami penurunan.
3) Hasil tanaman perkebunan sangat potensial di seluruh kecamatan terutama adalah
kelapa, sedang wilayah perbukitan potensial tanaman cengkeh. Populasi tanaman
hasil hutan terutama perkayuan adalah jati, sonokeling, mahoni, dan akasia. Hasil
tanaman tersebut dapat menopang perekonomian rumah tangga pertanian karena
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Populasi ternak besar yang potensial adalah
sapi, kambing dan domba, sedangkan untuk ternak unggas adalah ayam buras, ayam
ras dan puyuh, dan dari peternak unggas tersebut sebagian besar petani unggas
kondisinya masih belum mandiri dan rata-rata menjadi buruh ternak. Pemanfaatan
pekarangan untuk budidaya perikanan darat, khususnya kolam masih merupakan
pekerjaan/penghasilan sampingan. Sedangkan untuk perikanan laut telah dilakukan
penangkapan menggunakan perahu tempel di wilayah selatan yaitu Pantai Trisik,
Bugel, Glagah dan Congot.
4) Permasalahan pembangunan pertanian di Kabupaten Kulon Progo diantaranya :
Usaha pertanian yang secara umum merupakan usaha skala kecil dengan penguasaan
lahan sempit, belum mengarah pada pasar, nilai tukar produk pertanian rendah dan
berfluktuasi, harga sarana produksi pertanian tinggi, adanya resiko serangan hama
penyakit dan perubahan gejala alam (bencana alam). Dukungan permodalan dan
sarana prasarana pertanian relatif masih terbatas dan demikian pula pengusaan
tehnologi tata tanam, pasca panen dan deversifikasi hasil pertanian masih belum
optimal.
c. Penanaman Modal
1) Dalam rangka meningkatkan pembangunan daerah serta menggerakkan
perekonomian daerah guna peningkatan kesejahteraan masyarakat maka upaya
menarik investasi merupakan salah satu kebutuhan pokok sebagai bagian dalam
pengembangan daerah. Hal itu memicu persaingan antar daerah untuk menarik
investasi sebagai bagian dalam strategi pembangunan daerah.
2) Pemerintah Kabupaten Kulon Progo senantiasa berupaya menciptakan situasi dan
kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan dunia usaha serta
kemudahan perijinan. Hal tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan iklim
investasi yang pada gilirannya akan berdampak positif terhadap perkembangan
perekonomian daerah. Salah satu upaya Pemerintah Kabupaten Kulon Progo adalah
dengan memberikan fasilitas kemudahan akses data dan informasi yang dibutuhkan
oleh dunia usaha, baik itu mengenai potensi daerah, komoditas unggulan, fasilitas
infrastruktur pendukung, sektor-sektor andalan serta kebijakan atau regulasi
3) Secara umum Kabupaten Kulon Progo memiliki banyak potensi investasi yang bisa
ditawarkan kepada investor untuk mengolah, mengembangkan maupun
memasarkannya. Bidang-bidang yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan
sebagai peluang investasi antara lain bidang pertanian, perdagangan, industri,
pariwisata, pertambangan, perhubungan maupun bidang kesehatan dan pendidikan.
Namun demikian perkembangan Penanaman Modal di Kabupaten Kulon Progo pada
tahun 1995 – 2004 belum begitu menggembirakan. Sampai dengan tahun 2004 tidak
ada PMA yang menanamkan modalnya di Kabupaten Kulon Progo, sedangkan
jumlah PMDN yang ada baru 2 perusahaan yaitu, PT Pagilaran yang memproduksi
teh dan PT. Aneka Sinendo yang memproduksi arang briket.
4) Rendahnya perkembangan Penanaman Modal disebabkan oleh beberapa faktor baik
ekstern maupun intern. Faktor ekstern yang mempengaruhi rendahnya minat investor
untuk masuk ke Kabupaten Kulon Progo antara lain adalah masih adanya tarik ulur
kewenangan dengan Pemerintah Pusat yang ditandai dengan masih berlakunya
peraturan yang sudah tidak sesuai dengan semangat otonomi daerah. Sedangkan
faktor intern yang mempengaruhi antara lain adalah kurangnya kesiapan daerah
dalam menarik minat investor, kurang tegasnya komitmen bersama dari semua pihak
untuk memfasilitasi calon investor baik dari sisi pelayanan maupun dalam penyediaan
sarana prasarana yang memadai di lokasi potensi investasi.
5) Investasi non fasilitas (non PMA/PMDN) mengalami perkembangan yang baik dari
tahun ke tahun. Investasi non fasilitas sampai dengan tahun 2004 mampu menyerap
54.505 tenaga kerja dan kebanyakan merupakan UKM dengan omzet produksi lebih
dari Rp. 268 milyar.
Tabel 14. Nilai Investasi di Kabupaten Kulon Progo tahun 2005
No Nama Perusahaan Bidang Usaha Nilai Investasi Jumlah
TKI
1. PT. Pagilaran Pabrik Teh
hijau
1.411.749.652 80
2. PT. HM Sampurna Rokok Kretek 4.010.000.000 1.511
3. Agro Wisata Kusuma
Wanandri
Agro Wisata 3.500.000.000 38
4. Pusat Penyelamatan
Satwa (PPSJ)
Konservasi
Lingkungan
7.390.000.000 43
5. PT.Aneka Sinendo Industri Arang
Briket
6.852.191.000 110
6) Letak strategis Kulon Progo yang berada di jalur jalan nasional yang menghubungkan
Jakarta-Surabaya melalui jalur selatan bisa menempatkan Kulon Progo sebagai pusat
pertumbuhan perdagangan yang menghubungkan DIY dengan Jawa Tengah bagian
barat seperti Purworejo, Kebumen, Cilacap dan Purwokerto. Disamping memiliki
nilai strategis Kulon Progo juga memiliki ekonomis untuk dikembangkannya
pelabuhan, bandara dan Industri.
d. Koperasi dan UKM
1) Salah satu upaya strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian terbesar masyarakat adalah
melalui pemberdayaan koperasi dan UKM. Pemberdayaan UKM akan mendukung
peningkatan produktivitas, penyediaan lapangan kerja yang lebih luas, dan
peningkatan pendapatan bagi masyarakat miskin
2) Koperasi sebagai alternatif peningkatan perekonomian tetap diminati oleh masyarakat
Kabupaten Kulon Progo. Perkembangan Koperasi di Kabupaten Kulon Progo dari
segi kuantitas dapat berkembang dengan baik, hal ini terlihat dari jumlah koperasi
sebanyak 246 unit terdiri dari 12 KUD dan 234 Non KUD serta 2.126 UKM.
3) Nilai simpanan mencapai Koperasi, KUD dan non KUD sebesar 12,58 milyar rupiah
dan volume usahanya mencapai 36,29 milyar rupiah. Pada tahun 2004 besarnya
cadangan dengan nilai 15,57 milyar rupiah, piutang sebesar 13,40 milyar rupiah dan
dana yang tersedia sebesar 1,17 milyar rupiah.
4) Perkembangan koperasi dari segi kualitas masih perlu ditingkatkan baik dalam
kualitas sumber daya manusia pengelola, organisasi dan manajemen, teknologi, akses
informasi, pemasaran dan pengembangan bidang usahanya yang selama ini hanya
didominasi pada usaha simpan pinjam. Dalam rangka memberikan akses keuangan
kepada UKM di Desa telah disalurkan Dana sebesar 44 milyar melalui Lembaga
Keuangan Mikro di Desa.
5) Permasalahan di bidang koperasi dan UKM antara lain kualitas SDM pengelola
koperasi dan UKM anggota koperasi dalam bidang organisasi, penguasaan teknologi,
manajemen serta jiwa wirausaha masih terbatas, keterbatasan permodalan bagi
koperasi dan UKM anggota koperasi, peran lembaga Koperasi dan UKM anggota
Koperasi belum optimal, kemampuan pengembangan usaha koperasi masih belum
optimal, akses pasar dan persaingan produk UKM dalam meraih pasar masih sangat
terbatas.
6) Masih banyak UKM yang belum melakukan ekspor langsung dengan buyer dan
hanya sebagai pemasok ke pengusaha besar.
e. Perindustrian
1) Jenis industri di wilayah Kebupaten Kulon Progo meliputi industri menengah dan
industri kecil/rumah tangga. Pada tahun 2004 industri menengah berjumlah 4 unit
dengan nilai investasi sebesar Rp. 11.812.680.000,- menyerap tenaga kerja sebanyak
2.078 orang dengan omzet senilai Rp. 99.161.208.000,- sedangkan industri
kecil/rumah tangga berjumlah 20.061 menyerap sebanyak 52.427 orang dengan nilai
investasi sebesar Rp. 35.716.947.000,- dan menghasilkan omzet sebesar Rp.
168.951.973,-.
2) Apabila dilihat dari struktur industri di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 1995
sampai dengan tahun 2004 menunjukkan dari tahun ke tahun terdapat peningkatan
Unit Usaha (UU), Tenaga Kerja, Produksi dan Investasi. Dengan adanya krisis
ekonomi pada tahun 1998 ternyata justru menguntungkan sekali bagi industri yang
berorientasi ekspor. Disamping hal-hal tersebut diatas, dengan berkembangnya unit
usaha akan menyerap banyak tenaga kerja dan mengarah juga pada usaha padat karya
tenaga kerja.
3) Permasalahan di bidang industri antara lain kualitas masih rendah dan kontinuitas
produk belum stabil, masih lemah dalam kemampuan dan ketrampilan sumber daya
manusia, produktivitas, masih rendahnya inovasi dan kreativitas dalam
mengembangkan teknologi, keterbatasan permodalan, manajemen dan pemasaran,
ketergantungan bahan baku dari luar daerah, dan rendahnya daya saing produk serta
efisiensi.
f. Perdagangan
1) Sarana dan prasarana perdagangan yang ada sampai dengan tahun 2004 meliputi
pasar tradisional 31 unit, pasar swalayan 9 unit, pasar negeri dan pasar desa 38 unit,
gudang 11 unit. Telah diterbitkan sebanyak 1.892 SIUP sedangkan Tanda Daftar
Perusahaan (TDP) dari tahun 1995 sampai dengan 2004 telah diterbitkan sebanyak
1.529 TDP.
2) Volume dan nilai ekspor dari tahun 1995 sampai dengan 2004 selalu fluktuatif, pada
tahun 1995 volume ekspor sebanyak 5.939.182 dengan nilai US $ 7.784.716, pada
tahun 2000 volume ekspor sebanyak 5.038.1165 dengan nilai US $ 4.098.798 dan
pada tahun 2004 volume ekspor menjadi sebanyak 5.705.108 dengan nilai sebesar US
$ 4.014.948.
3) Perkembangan ekspor komoditas unggulan yang rata-rata volumenya tertinggi adalah
arang briket mencapai 4.487 ton dengan nilai US $ 1,16 juta, kedua adalah jamur
merang rata-rata volumenya 2.288 ton dengan nilai US $ 1,73 juta. Sedangkan
komoditas lain yang cukup potensi adalah kerajinan agel, gula kristal, anyaman
bambu, anyaman pandan, wayang golek, dengan negara tujuan ekspor adalah Jepang,
Belanda dan Australia.
4) Permasalahan di bidang perdagangan antara lain distribusi produk agroindustri dan
kerajinan belum efektif, kemampuan permodalan bagi pedagang masih rendah, belum
optimalnya penataan dan pengembangan kawasan perdagangan, rendahnya
kemampuan ekspor daerah, rendahnya perlindungan terhadap konsumen dan
penguasaan di bidang HAKI dan BDKT, lemahnya informasi pasar baik dalam dan
luar negeri, serta promosi dan kemitraan.
g. Pariwisata
1) Jenis dan tempat wisata meliputi wisata pantai yaitu Glagah dan Congot di wilayah
kecamatan Temon, pantai Bugel di kecamatan Panjatan, pantai Trisik di kecamatan
Galur. Wisata pegunungan yaitu puncak Suralaya di kecamatan Samigaluh, gua
Kiskendo di Girimulyo. Wisata air yaitu waduk Sermo di kecamatan Kokap,
pemandaian Clereng di kecamatan Pengasih dan wisata religius meliputi makam
Girigondo di kecamatan Temon, makam Nyi Ageng Serang dan Sendangsono di
kecamatan Kalibawang.
2) Potensi obyek wisata cukup beragam tapi belum mempunyai daya tarik wisatawan
yang tinggi disebabkan dukungan infrastruktur yang kurang memadai, terbatasnya
promosi pariwisata, serta SDM di bidang pariwisata masih rendah baik untuk
aparaturnya maupun pelaku wisatanya .
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
a. Pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sumber terbentuknya
iklim inovasi yang menjadi landasan bagi tumbuhnya kreativitas sumber daya
manusia yang pada gilirannya dapat menjadi sumber pertumbuhan dan daya saing
ekonomi, selain itu IPTEK menentukan tingkat efektivitas dan efisiensi proses
transformasi sumberdaya menjadi sumberdaya baru yang lebih bernilai.
b. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo bekerja sama dengan perguruan tinggi telah
dapat memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna. Adapun hasil rekayasa teknologi tepat guna yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat secara langsung antara lain penjernihan air, mesin
perontok padi, mesin perontok jagung, dsb.
c. Masyarakat telah melakukan rekayasa teknologi tepat guna dan menghasilkan produk
yang diolah dengan teknologi sederhana. Contoh Biogas, Pembuatan VCO, perontok
padi.
4. Prasarana dan Sarana
a. Berdasarkan topografi dan hidrologi, wilayah Kabupaten Kulon Progo dapat dibagi
menjadi bagian utara, tengah dan selatan. Bagian utara berupa perbukitan,
merupakan kawasan fungsi lindung dan daerah tangkapan air bagi DAS Serang dan
sebagian DAS Progo. Di wilayah ini banyak dijumpai mata air yang merupakan
sumber air utama bagi masyarakat disamping air hujan. Di bagian tengah merupakan
dataran bergelombang sampai berbukit, sumber air utama berasal dari air tanah,
sungai dan hujan. Sedangkan bagian selatan berupa dataran aluvial dan dataran
pantai. Sebagian merupakan wilayah yang sering tergenang banjir pada saat musim
hujan karena beberapa desa merupakan merupakan daerah cekungan.
b. Kondisi sarana dan prasarana sumber daya air saat ini masih ditandai oleh rendahnya
aksesibilitas, kualitas, ataupun cakupan pelayanan. Akibatnya, sarana dan prasarana
yang ada belum sepenuhnya dapat menjadi tulang punggung bagi pembangunan
pertanian termasuk dalam rangka mendukung kebijakan ketahanan pangan.
c. Pengembangan prasarana penampung air, seperti waduk, reservoir, embung, dan situ,
masih perlu ditingkatkan sehingga diharapkan dapat memenuhi penyediaan air untuk
berbagai kebutuhan, baik pertanian, rumah tangga, perkotaan, maupun industri
terutama pada musim kering yang cenderung makin panjang yang seringkali
mengakibatkan terjadinya krisis air.
d. Wilayah Kabupaten Kulon Progo dilalui oleh tiga sungai besar beserta anak-anak
sungainya yaitu Sungai Bogowonto di bagian barat, Sungai Serang di bagian tengah
dan Sungai Progo di bagian timur. Jumlah sungai seluruhnya ada 37, jumlah danau
dan mata air 9.
e. Air irigasi mayoritas mengandalkan ketersediaan air di sungai dan prasarana irigasi
sebagian besar secara teknis sudah berumur tua sehingga perlu ditingkatkan. Air
irigasi utama diambil dari intake Kalibawang dan Intake Sapon yang terletak di
Sungai Progo. Waduk Sermo memberikan suplesi air irigasi pada Jaringan Irigasi
Kalibawang pada saat debit sungai Progo tidak mencukupi. Luas areal sawah
pertanian yang dialiri irigasi dari Bendungan Sermo seluas 3.445 Ha. Jaringan Irigasi
Kalibawang juga memberikan suplesi ke Sungai Serang dan bersama dengan Waduk
Sermo membentuk Daerah Irigasi Kaibawang yang memiliki luasan 7.152 Ha.
Jaringan Irigasi Sapon yang mengambil air irigasi dari Intake Sapon membentuk
Daerah Irigasi Sapon yang memiliki luasan 2.150 Ha. Saat ini Jumlah bendungan/
DAM ada 55 unit dengan rincian 3 unit bersetatus propinsi dan 52 unit berstatus
kabupaten. Jaringan irigasi primer sepanjang 33,07 km, sekunder sepanjang 119,16
km dan tersier 200 km. Panjang saluran irigasi di Kabupaten Kulon Progo secara
keseluruhan adalah 356,23 Km.
f. Lahan sawah di Kabupaten Kulon Progo seluas 10.886 Ha. Luas lahan yang terairi
oleh saluran irigasi teknis seluas 7.271 Ha, semi teknis 1.160 Ha, dan daerah irigasi
kecil 957 Ha, sawah tadah hujan 1.744 ha
g. Selain itu, laju pengembangan sarana dan prasarana pengendali banjir juga masih
belum mampu mengimbangi laju degradasi lingkungan penyebab banjir sehingga
bencana banjir masih menjadi ancaman utamanya bagi Kabupaten Kulon Progo
bagian selatan. Sejalan dengan perkembangan ekonomi wilayah, banyak daerah telah
mengalami defisit air permukaan, sedangkan di sisi lain konversi lahan pertanian
telah mendorong perubahan fungsi prasarana irigasi sehingga perlu dilakukan
penyesuaian dan pengendalian.
h. Pada sisi pengembangan lembaga pengelola sumber daya air, makin berkurangnya
sumber daya manusia pada institusi pemerintah, masih lemahnya sumber daya
manusia pada lembaga pengelola sumber daya air yang ada di masyarakat,
sumberdaya finansial dan teknologi telah menimbulkan pola pengelolaan sumber
daya air yang kurang efisien. Pada sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat,
sebagai salah satu prasyarat terjaminnya keberlanjutan pola pengelolaan sumber daya
air, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan karena masih terbatasnya
kesempatan dan kemampuan yang dimiliki.
i. Sampai dengan tahun 2004 panjang jalan adalah 1.112,37 km terdiri dari Jalan
Negara sepanjang 28,57 km, Jalan Propinsi 159,90 km dan Jalan Kabupaten
sepanjang 923,91 km. Berdasarkan jenis permukaan dan kondisinya. Jalan Negara
sepanjang 28,57 km diaspal dengan kondisi baik; Jalan Propinsi sepanjang 159,90
km telah diaspal dengan kondisi baik sepanjang 124,10 km (77,61%) sedang 30,80
km (19,26%); rusak 3,0 km (1,88%) rusak berat 2,0 km (1,25%) dan Jalan
Kabupaten sepanjang 923,91 km dengan jenis permukaan diaspal 487,83 km
(52,8%); kerikil 251,03 km (27,17%); tanah sepanjang 185,05 km (20,03%); dengan
kondisi baik sepanjang 372,43 km (40,31%); sedang sepanjang 398,93 km (43,18%);
rusak 137,54 km (14,89%) dan kondisi rusak berat 15,0 km (1,62%), sedangkan
Jumlah jembatan sebanyak 502 buah terdiri dari jembatan Negara 12 buah kondisi
baik; Propinsi 62 buah dengan kondisi baik 30 buah (48,39%), sedang 32 buah
(51,61%); dan Kabupaten 428 buah dengan kondisi baik sejumlah 192 buah
(44,86%), sedang 210 buah (49,06%) dan rusak 26 buah (6,07%)
j. Jaringan jalan belum dapat menjangkau seluruh pelosok Kabupaten Kulon Progo.
Selain itu lebar jalan yang ada juga belum memenuhi standar ketentuan lebar jalan
untuk pengoperasian angkutan umum. Kondisi geografis daerah kabupaten Kulon
Progo sebagian besar merupakan daerah yang dengan kondisi tanah yang labil dan
rawan longsor. Hal ini menyebabkan kondisi jalan cepat mengalami kerusakan.
k. Prasarana perhubungan darat yang ada yaitu Terminal Wates, Sub Terminal Galur,
Sentolo, Jagalan, dan Nanggulan serta Stasiun Kereta Api di Wates dan di Sentolo.
Pada tahun 2004 bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) yang masuk di Terminal
Wates rata-rata perhari sebanyak 91 bus dengan penumpang sebanyak 5.284 orang
sedang bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) rata-rata per hari sebanyak 80 bus
dengan penumpang rata-rata sebanyak 2.736 orang. Jumlah kendaraan transportasi
dan jenisnya setiap tahunnya mengalami perkembangan. Pada tahun 2000, Bus
sebanyak 380; truk sebanyak 29 unit dan tangki 3 unit pada tahun 2004 menjadi 660
bus, 51 truk dan 4 unit tangki.
l. Permasalahan prasarana perhubungan antara lain kelengkapan jalan, dan sarana
angkutan belum menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Kulon Progo. Kondisi
geografis daerah Kabupaten Kulon Progo sebagian besar merupakan daerah
perbukitan dengan kondisi tanah yang labil dan rawan longsor menyebabkan sistem
transportasi tidak berfungsi secara optimal.
m. Sampai dengan tahun 2005, di Kabupaten Kulon Progo terdapat 99.905 rumah
hunian (perumahan dan permukiman) dengan tingkat kepadatan rumah (densitas)
sebesar 170,41 rumah/km2. Jumlah bangunan yang memiliki IMB (ijin mendirikan
bangunan) dan bersertifikat sampai dengan tahun 2006 sebanyak 59.603 rumah,
sedangkan yang belum memiliki IMB dan sertifikat sebanyak 40.302 rumah.
Persentase rumah yang memiliki IMB dan sertifikat baru sebesar 59,66%. Kondisi
geografi dan morfologi Kabupaten Kulon Progo yang banyak bukit rawan terhadap
tanah longsor dan banjir masih akan menjadi ancaman bagi keamanan perumahan.
n. Permukiman penduduk utamanya di daerah perbukitan tersebar secara sporadis dan
tidak mengelompok dalam satuan permukiman. Kondisi ini mengakibatkan
pelayanan prasarana dasar seperti jalan, air bersih, listrik kurang efisien dan efektif.
o. Sektor telekomunikasi telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Jumlah
sambungan telepon pada tahun 2004 sebanyak 2.694 sambungan atau meningkat
sebesar 1,93% dibanding tahun 2003 yang berjumlah 2.143 sambungan dengan
rincian 2.143 perorangan/perusahaan, 341 instansi pemerintahan/swasta dan 180
telepon umum/ wartel, meski demikian jaringan telekomunikasi belum menjangkau
seluruh Kabupaten Kulon Progo.
5. Politik
a. Partai politik sebagai sarana dalam rangka penyaluran aspirasi masyarakat di bidang
kehidupan berdemokrasi yang keberadaannya dilindungi dengan undang-undang. Di
Kabupaten Kulon Progo terdapat 24 partai politik (pemilu tahun 2004). Kehidupan
berdemokrasi yang disalurkan melalui partai politik dapat berjalan baik dan
kondusif.
b. Tingkat perolehan suara berdasarkan pemilu tahun 2004 cukup merata dan tidak
didominasi pada partai tertentu. Dari 24 partai politik yang ada, yang memperoleh
kursi di DPRD sebanyak 10 partai.
c. Kesadaran masyarakat terhadap pemilu tahun 2004 cukup tinggi hal ini dapat dilihat
dari jumlah hak pemilih sebesar 314.836 yang tidak memilih 76.632 orang.
d. Dalam rangka pembinaan politik, pemerintah Kabupaten Kulon Progo berpedoman
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Keamanan dan Ketertiban.
Kondisi keamanan dan ketertiban di Kabupaten Kulon Progo, secara umum cukup
kondusif, namun demikian masih ditemukan adanya gangguan keamanan yang dilakukan
oleh sekelompok masyarakat, yang dapat dikategorikan merupakan ancaman dan
hambatan, yang ditandai dengan adanya tindak kriminal, judi, miras, narkoba, penyakit
masyarakat lainnya. Data tahun 2004 menunjukkan tindak kriminal 7 kasus, pencurian
21 kasus, kecelakaan 24 kali, bunuh diri 6 kasus, dan penyakit masyarakat lainnya 7
kasus. Keadaan ini masih berlanjut hingga tahun 2005, dengan data yang menunjukkan
kejadian kecelakaan 13 kali, pencurian 12 kasus, bunuh diri 2 kasus dan pembunuhan 2
kasus.
a. Dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dilakukan dengan
pemberdayaan masyarakat melalui kelembagaan-kelembagaan yang ada serta
kerjasama dengan aparatur.
b. Permasalahan dalam menjaga keamanan dan ketertiban antara lain kurangnya
ketaatan melaksanakan peraturan perundangan dan nilai-nilai (norma) yang
berkembang di masyarakat.
7. Hukum dan Aparatur
a. Capaian keberhasilan bidang hukum dan aparatur (pemerintahan) ditandai dengan
antara lain regulasi yang baik pada hampir sebagian besar aspek kehidupan yang
menjamin kepastian hukum dan keadilan, dipatuhinya hukum oleh semua pihak dan
dukungan aparat yang bersih, berwibawa dan bebas KKN. Selanjutnya optimalisasi
pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat ditandai dengan peningkatan
kualitas layanan aparatur pemerintah kepada masyarakat yang semakin cepat, pasti
dengan biaya yang terjangkau, dan minimalisasi keluhan ketidakpuasan masyarakat
terhadap layanan aparatur pemerintah. Sedangkan peningkatan kesejahteraan
aparatur ditandai dengan berkurangnya aparatur yang mencari tambahan penghasilan
pada jam kerja, berkurangnya penyalahgunaan wewenang. dan optimalisasi
pelaksanaan kewenangan daerah dalam implementasi otonomi daerah yang seluas-
luasnya ditandai dengan meningkatnya kemapuan aparatur pemerintah dalam
melaksanakan kewenangan sesuai dengan tujuan implementasi otonomi daerah itu
sendiri dan adanya kejelasan kewenangan yang menjadi tugas dan tanggung jawab
pemerintah daerah.
b. Permasalahan bidang hukum dan aparatur (pemerintahan) yang cukup mendasar
meliputi beberapa hal, yaitu Lemahnya Penegakan hukum yang disebabkan oleh
kurangnya pemahaman hukum oleh masyarakat, kurang tersosialisasinya aturan
hukum, belum terkelolanya dokumentasi hukum oleh Jaringan Dokumentasi dan
Informasi (JDI) hukum serta masih kurangnya produk-produk hukum daerah yang
sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Belum optimalnya
pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat yang disebabkan oleh koordinasi
yang belum intensif dan efektif, kurang adanya komitmen yang kuat aparatur
pemerintah terhadap peningkatan akuntabilitas publik, belum tertatanya Sistem
pengembangan, penempatan dan penilaian kinerja aparatur serta budaya kerja
aparatur, kurangnya dukungan kompetensi, profesionalisme dan motivasi kerja
aparatur walaupun dengan tingkat pendidikan dan jenjang kepangkatan yang cukup
tinggi, dan kurang proporsionalnya distribusi personil baik dari segi jumlah maupun
kompetensinya, serta kurangnya dukungan sarana dan prasarana yang memadai
termasuk didalamnya sarana yang berbasis teknologi informasi. Belum memadainya
kesejahteraan aparatur yang disebabkan oleh standar penghasilan aparatur yang
relatif belum memadai, belum dilakukan penerapan reward dan punishment. Belum
optimalnya pelaksanaan kewenangan daerah dalam implementasi otonomi daerah
yang seluas-luasnya, yang disebabkan keterbatasan kemampuan keuangan daerah,
kuantitas dan kualitas SDM sarana dan prasarana. Inkonsistensi kebijakan
Pemerintah Pusat pada bidang pertanahan, dan Propinsi pada kebijakan penyerahan
P3D serta UU No. 32 Tahun 2004 tidak memberi spesifikasi jenis kewenangan yang
bisa dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten, sehingga harus mengidentifikasi
sendiri dan berakibat terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kewenangan antara
Pemerintah Kabupaten dengan Propinsi.
8. Wilayah dan Tata Ruang
a. Kabupaten Kulon Progo sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), terletak di bagian paling barat DIY. Secara geografis terletak
antara 7o38'42" - 7o59'3" Lintang Selatan dan 110o1'37" - 110o16'26" Bujur Timur.
Batas-batas Kabupaten Kulon Progo adalah di sebelah timur adalah Sungai Progo
menjadi batas dan memisahkan wilayah Kulon Progo dengan Kabupaten Sleman dan
Bantul. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang Propinsi Jawa
Tengah, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa
Tengah, sedangkan di sebelah selatan berhadapan dengan Samudra Indonesia.
Kabupaten Kulon Progo dengan luas wilayah 586,27 km2 secara administratif terdiri
dari 12 kecamatan, 88 desa dan 930 dusun. Secara fisiografis Kulon Progo terdiri
dari dataran pantai di bagian selatan, di bagian tengah dan timur berupa topografi
bergelombang sampai berbukit, dan di bagian barat serta utara berupa perbukitan-
pegunungan. Rangkaian perbukitan-pegunungan di bagian barat dan utara Kulon
Progo ini dikenal sebagai perbukitan Menoreh.
b. Secara geografis/kewilayahan, Kabupaten Kulon Progo terletak pada jalur tranportasi
Jawa selatan yang terhubung dengan kota-kota di Jawa oleh jaringan transportasi
darat, termasuk jalur kereta api. Jalur selatan Jawa ini memiliki prospek baik untuk
berkembang. Prospek ini juga didukung oleh kekayaan sumberdaya wilayah di
bidang pertanian, peternakan, perikanan-kelautan, wisata, pertambangan. Wilayah
Kabupaten Kulon Progo bagian utara dan barat yang merupakan perbukitan Menoreh
dengan pemandangan yang elok menyimpan kekayaan di bidang pertanian,
perkebunan dan pariwisata, tetapi disisi lain merupakan kawasan rawan bencana
tanah longsor dan sekaligus sebagai kawasan lindung yang harus dikelola agar tidak
menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Sementara sebagian wilayah selatan
Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan yang rawan terhadap bencana banjir
dan sekaligus mempunyai potensi pertanian, kelautan dan perikanan serta pariwisata.
c. Dalam lingkup wilayah DIY berdasarkan rencana tata ruang wilayah Propinsi DIY
maka posisi Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut. Berdasarkan nilai
strategis kawasan Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan strategis penunjang
kegiatan sektor strategis. Pengembangannya diarahkan untuk menampung dan atau
mewadahi perkembangan kegiatan industri, perdagangan dan permukiman.
Disamping itu sebagian wilayah Kabupaten Kulon Progo merupakan kawasan
strategis kritis, dengan arahan kebijakannya adalah mengendalikan dan
merehabilitasi penurunan fungsi lindung kawasan tersebut. Berdasarkan fungsi
kawasan, fungsi-fungsi budidaya yang dikembangkan di Kabupaten Kulon Progo
meliputi kawasan-kawasan pariwisata, pertanian, permukiman, pesisir dan kelautan,
perindustrian, pertambangan dan kawasan khusus militer. Sementara dalam
pengembangan sistem kota-kota Propinsi DIY, Kota Wates dan Nanggulan diarahkan
untuk berperan sebagai pusat pertumbuhan penunjang sektor strategis.
d. Pada saat ini Kabupaten Kulon Progo telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah
Daerah Kabupaten Kulon Progo (Perda Nomor 1 Tahun 2003) sebagai pedoman
pengaturan pemanfaatan dan pengendalian ruang. Sedangkan Rencana rinci sebagai
pedoman operasional pemanfaatan dan pengendalian ruang belum mencakup seluruh
fungsi kawasan. Sesuai dengan jangka waktu berlakunya, serta memperhatikan
dinamika pemanfaatan ruang dan adanya peraturan baru yaitu UU Nomor 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang, maka rencana tata ruang wilayah tersebut pada tahun
2008 perlu ditinjau kembali. Dinamika pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten
Kulon Progo mengalami peningkatan yang cukup pesat dengan adanya berbagai
program pembangunan, baik oleh pemerintah, swasta dan masyarakat. Pembangunan
yang dilaksanakan ada yang sudah sesuai dengan rencana tata ruang, tetapi juga ada
pembangunan yang belum sesuai dengan rencana tata ruang, serta kecenderungan
konversi lahan pertanian produktif menjadi permukiman, perdagangan, dan industri,
terutama pada kawasan-kawasan strategis.
e. Kondisi dan permasalahan dalam pengelolaan penataan ruang di Kabupaten Kulon
Progo adalah terbatasnya kemampuan dan jumlah sumber daya manusia, belum
semua produk rencana tata ruang dapat ditetapkan sebagai produk hukum yang
mengikat, masih lemahnya penerapan hukum dalam pengendalian pemanfaatan
ruang, adanya konflik kepentingan antar sektor dan plaku pembangunan.
9. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
a. Pengelolaan sumber daya alam masih belum berkelanjutan dan masih mengabaikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga daya dukung lingkungan menurun dan
ketersediaan sumber daya alam menipis. Menurunnya daya dukung lingkungan dan
ketersediaan sumber daya alam juga terjadi karena kesadaran masyarakat dan
kemampuan iptek yang belum memadai sehingga tidak dapat mengimbangi laju
pembangunan secara serasi, seimbang dan lestari.
b. Kondisi sumber daya hutan saat ini dalam hal luasan hutan belum memenuhi standar
minimum (15% dari luas wilayah) sedangkan kepemilikan lahan hutan sebagian
adalah milik masyarakat melalui pengelolaan hutan rakyat. Pengelolaan hutan
berbasis masyarakat atau hutan kemasyarakatan (HKm) diperlukan karena relatif
terbatasnya luas hutan negara. Struktur tanah perbukitan di wilayah utara termasuk
labil ditambah dengan kondisi tanah perbukitan yang gundul akibat rusaknya
vegetasi akan meningkatkan resiko terjadinya bencana tanah longsor yang terjadi
hampir setiap tahun, khususnya pada musim penghujan dengan curah hujan yang
tinggi, di beberapa wilayah kecamatan di bagian utara yang mempunyai tingkat
hunian yang relatif tinggi. Penataan drainase dan pengendalian erosi di wilayah
perbukitan sangat diperlukan untuk mengurangi resiko bencana tanah longsor.
Sampai dengan saat ini terbukti masih adanya praktek penebangan oleh masyarakat
yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan.
c. Sumber daya kelautan belum dimanfaatkan secara optimal karena beberapa hal,
antara lain, (1) belum memadainya prasarana dan sarana meliputi pelabuhan, TPI,
alat transportasi air; (2) adanya keterbatasan kemampuan sumber daya manusia
dalam mengelola sumber daya kelautan; dan (3) belum adanya dukungan riset dan
ilmu pengetahuan dan teknologi kelautan. Pemanfaatan yang sudah dilakukan secara
intensif antara lain dengan pengelolaan tambak dan tempat pelelangan ikan (TPI).
d. Pencemaran air, udara, dan tanah masih belum tertangani secara optimal karena
aktivitas pembangunan yang kurang memerhatikan aspek kelestarian fungsi
lingkungan. Pencemaran air di Kabupaten Kulon Progo pada umumnya, adalah
adanya indikasi tingginya bakteri coly, kandungan kapur, dan Fe. Pada lokasi-lokasi
khusus, terindikasi adanya logam berat pada kandungan air minum pada daerah
penambangan emas Kokap dan penggunaan pestisida yang kurang terkontrol pada
daerah pertanian sangat menganggu keseimbangan kualitas air tanah di sekitarnya.
e. Pada musim kemarau panjang mengalami masalah kekeringan. Selain kekurangan air
untuk mengairi lahan pertanian, masyarakat pun menghadapi kekurangan suplai
kebutuhan air untuk konsumsi dan kebutuhan sanitasi (MCK).
f. Pencemaran udara mulai terdeteksi yang berasal dari penggilingan padi keliling dan
beberapa industri, antara lain yang berkaitan dengan peternakan dan pengolahan
batu. Pencemaran tanah terjadi di areal bekas penambangan bahan galian golongan C
di beberapa wilayah yang belum memperhatikan kelestarian lingkungan, terutama
pada upaya reklamasi yang sangat jarang dilakukan. Pengambilan bahan galian
golongan C juga berlangsung di Daerah Aliran Sungai, yang mempengaruhi
percepatan tingkat kerusakan bangunan-bangunan air. Terjadinya kerusakan
lingkungan akibat pengelolaan sumberdaya alam yang tidak ramah lingkungan pada
daerah penambangan emas Kokap dan penambangan pasir pantai selatan. Selain itu
pencemaran tanah juga terjadi akibat sebagian masyarakat petani yang menggunakan
pupuk dan pestisida anorganik secara berlebihan sehingga merusak kelestarian tanah.
Praktek penangkapan ikan dengan menggunakan stroom dan racun berpotensi
merusak ekosistem air.
g. Pencemaran terhadap lingkungan juga dapat terjadi karena limbah industri, yang
selama ini kurang mendapat perhatian dalam hal pengolahannya, sehingga juga
berperanan besar dalam pencemaran air, udara dan tanah. Penataan pengelolaan
sampah dan penyediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah perlu
memperhatikan timbulnya pencemaran terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk
juga penanganan sampah medik yang belum dilakukan dengan metode yang tepat
dan benar.
h. Desentralisasi pembangunan dan otonomi daerah juga telah mengakibatkan
meningkatnya konflik pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam, baik antar
wilayah, antara pusat dan daerah, serta antar penggunaan.
B. TANTANGAN
1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.
a. Kesehatan
Pembangunan bidang kesehatan antara lain mengurangi kesenjangan status
kesehatan masyarakat, meningkatkan jumlah, kemampuan dan penyebaran tenaga
kesehatan di seluruh wilayah kecamatan, meningkatkan akses terhadap fasilitas
kesehatan, mengurangi beban ganda penyakit yang diderita sebagian masyarakat yaitu
penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit
tidak menular, meningkatkan penanggulangan penyakit menular, disamping itu sebagai
daerah endemis malaria penyakit ini harus mendapat perhatian yang serius.
b. Pendidikan
1) Tantangan pembangunan bidang pendidikan antara lain adalah menyediakan
pelayanan dan pemerataan pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan
proporsi penduduk yang menyelesaikan pendidikan menengah dan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, menurunkan jumlah penduduk yang buta aksara,
menurunkan kesenjangan tingkat pendidikan antar kelompok masyarakat, antar
wilayah dan antar jenis kelamin. Disamping itu tantangan pendidikan lainnya adalah
meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan, mengurangi kesenjangan mutu
antar wilayah, antar jenis kelamin dan meningkatkan akses pendidikan bagi
penduduk miskin, sehingga pembangunan pendidikan dapat berperan dalam
mendorong pembangunan daerah secara menyeluruh, berakhlak mulia, berjiwa sosial
dan meningkatkan daya saing.
2) Meningkatkan kualitas guru dan tenaga kependidikan dalam rangka mencapai
pendidikan formal, non formal dan informal serta pendidikan standar nasional dan
internasional
3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas kelulusan siswa untuk mencapai standar
nasional.
4) Meningkatkan fasilitasi siswa berprestasi dari tingkat pendidikan dasar, menengah
sampai pendidikan tinggi khususnya bagi siswa dari keluarga miskin.
5) Meningkatkan partisipasi masyarakat,dunia usaha dan industri, dan organisasi profesi
lainnya, LSM, dalam penyelenggaraan pendidikan non formal.
6) Meningkatkan peran keluarga, lembaga-lembaga budaya,dan lembaga pendidikan
formal dan non formal.
7) Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan pendidikan Anak
Usia Dini dan pendidikan non formal.
c. Kependudukan.
1) Kecenderungan pertumbuhan penduduk menunjukan peningkatan positif, sejalan
dengan itu berbagai parameter kependudukan mengalami perbaikan dengan indikasi
pengendalian angka kelahiran, peningkatan Usia Harapan Hidup, penurunan Angka
kematian bayi, pengendalian pertumbuhan penduduk yang tumbuh seimbang baik
struktur maupun komposisinya.
2) Peningkatan mobilitas penduduk yang tinggi memerlukan peningkatan pelayanan
dan pendaftaran penduduk yang berbasis tehnologi Informasi seperti SIAK online
dan NIK, serta peningkatan regulasi dan fasilitasi terhadap persebaran dan
pemerataan penduduk.
d. Keluarga Berencana (KB).
1) Kesadaran masyarakat terutama pasangan usia subur dan akseptasi kaum pria
terhadap program Keluarga Berencana yang tinggi memerlukan dukungan
ketersediaan beragamnya alat kontrasepsi yang mudah, murah dan aman. Besarnya
kesadaran masyarakat ini juga memerlukan peningkatan fasilitasi dan pendampingan
petugas lapangan KB yang memadai, terlatih dan handal.
2) Tingginya kesadaran masyarakat terhadap akseptasi program KB memerlukan
peningkatan internalisasi kesehatan reproduksi dan norma-norma akhlak mulia.
3) Perbaikan parameter kependudukan juga berdampak pada tuntutan terhadap
peningkatan kualitas keluarga yang diindikasikan oleh peningkatan kesejahteran
keluarga sesuai dengan pencapaian tahapannya.
4) Peningkatan pelayanan program KB memerlukan peningkatan fasilitasi,
pemberdayaan dan penguatan kelembagaan.
e. Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
1) Peningkatan tuntutan terhadap kualitas bidang ketenagakerjaan memerlukan
peningkatan fasilitasi, pelayanan dan pemberdayaan untuk meningkatkan perbaikan
parameter ketenagakerjaan yang diindikasikan oleh meningkatnya keterampilan,
inovasi dan kreativitas tenaga kerja, serta meningkatnya perlindungan dan
kesejahteraan tenaga kerja.
2) Perbaikan parameter ketenagakerjaan itu juga memerlukan peningkatan peranserta
pemangku pembangunan bidang ketenagakerjaan terutama untuk meningkatkan
perluasan kesempatan kerja dan penciptaan lapangan kerja.
3) Lapangan usaha sektor informal semakin berkembang sebagai marginalisasi bursa
kerja global dengan kompetensi yang tidak menentu (unskill labour). Perkembangan
ini memerlukan peningkatan fasilitasi bagi terciptanya kemandirian dan daya saing
yang tinggi dengan struktur pekerja yang didominasi oleh tenaga profesional yang
melakukan usaha sendiri dan didukung oleh kompetensi lembaga pendidikan dan
keterampilan kerja yang memadai.
4) Peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka penerapan mekanisasi
pertanian dengan penggunaan tehnologi yang maju
5) Peningkatan pelayanan transmigrasi untuk menyediakan tenaga kerja, lapangan dan
kesempatan kerja baru, juga untuk memfasilitasi pemerataan dan penyebaran
penduduk, serta untuk mendorong pengembangan wilayah perlu meningkatkan
fasilitasi, pembinaan dan pemberdayaan calon transmigrasi untuk meningkatkan
kualitas, daya saing dan kemandirian.
f. Kesejahteraan Sosial.
Tantangan pembangunan bidang kesejahteraan sosial antara lain mengurangi kemiskinan,
meningkatan kualitas PSKS, mengurangi kesenjangan sosial ekonomi masyarakat,
mengurangi pengaruh negatif dari era globalisasi, meningkatkan motivasi dan partisipasi
seluruh elemen masyarakat dalam menangani PMKS, meningkatkan pemberdayaan
PMKS, meningkatkan jaminan sosial bagi PMKS tidak potensial, meningkatkan sarana
prasarana penanganan PMKS, meningkatkan koordinasi dan kerjasama dengan pihak
suwasta, stakehorder, serta kerjasama antar daerah dalam penanganan PMKS.
g. Kebudayaan.
Tantangan bidang kebudayaan antara lain meningkatkan pembinaan kesenian dan dan
meningkatkan ketersediaan fasilitas dan kualitas sumber daya manusia pembina kesenian
tradisional, meningkatkan pembinaan dan pelestarian upacara adat yang disesuaikan
dengan semangat dan perkembangan jaman namun tetap menghayati nilai-nilai luhur
yang terkandung didalamnya, meningkatkan apresiasi terhadap kreativitas dan inovasi
pengembangan budaya khususnya budaya Jawa, mengintensifkan pembinaan terhadap
Himpunan Penghayat kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai upaya agar penganutnya
dapat meningkatkan pemahaman terhadap ajaran agama masing-masing, serta
meningkatkan sarana prasarana pengelolaan dan pelestarian benda-benda cagar budaya
dan benda-benda yang bernilai sejarah. Perlunya pelestarian budaya dengan tetap
memperhatikan norma-norma agama, serta antisipasi terhadap pengaruh globalisasi yang
berdampak negatif.
h. Agama.
1) Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa
pengaruh terhadap nilai, sikap dan perilaku masyarakat maka tantangan dibidang
keagamaan adalah meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengamalan ajaran
agama sehingga nilai-nilai agama dapat tertanam sebagai landasan moral, spiritual,
serta etika dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
2) Meningkatkan kualitas kerukunan intern umat beragama, antar umat beragama dan
antara umat beragama dan pemerintah.
2. Ekonomi.
a. Perekonomian Daerah
1) Meningkatkan nilai tambah sektor-sektor pendukung pertumbuhan ekonomi yang
meliputi sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri
pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan,
hotel dan restouran, sektor pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan
jasa perusahaan.
2) Meningkatkan pertumbuhan wilayah strategis dengan mengembangkan produk
unggulan serta meningkatkan koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama
antar sektor, dunia usaha dan masyarakat.
b. Pertanian.
1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi serta pengolahan hasil pertanian yang
memiliki daya saing yang tinggi.
2) Meningkatkan jaringan informasi pasar, promosi dan tempat penjualan hasil-hasil
pertanian .
3) Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana produksi yang berkualitas dengan
mudah dan dapat terjangkau oleh masyarakat mulai dari budidaya, pasca panen,
pengolahan dan pemasaran .
4) Meningkatkan kualitas SDM petani dan pemberdayaan kelembagaan pertanian.
5) Meningkatkan pengembangan produk-produk unggulan pertanian.
6) Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi dengan tanaman yang memiliki nilai
ekonomi tinggi.
7) Meningkatkan rehabilitasi dan konservasi lahan pertanian dalam rangka mengurangi
menurunnya kualitas dan daya dukung pertanian.
8) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mengantisipasi perubahan
gejala alam yang tidak bisa dikendalikan dan merupakan daerah banjir, kekeringan
dan tanah longsor .
9) Meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka kajian, penelitian dan
pengembangan Pertanian.
10) Tuntutan terhadap kemudahan, kecepatan dalam memperoleh sarana produksi
pertanian mulai dari budidaya, panen dan paska panen dalam rangka meningkatkan
nilai tambah produksi pertanian.
11) Adanya ketidakstabilan harga produk pertanian pada saat panen.
12) Meningkatkan daya saing produk melalui agribisnis dan agroindustri
c. Penanaman Modal.
1) Meningkatkan fasilitasi investasi dan promosi daerah yang bersifat strategik.
2) Meningkatkan fasilitasi perijinan dengan mudah, cepat dan perlindungan terhadap
investasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
3) Meningkatkan iklim yang kondusif bagi masuknya investasi.
4) Terbentuknya kelembagaan yang menangani penanaman modal di daerah.
d. Koperasi dan UKM
1) Meningkatkan kemandirian koperasi mandiri dalam organisasi, pengurus dan
keuangan.
2) Meningkatkan berbagai macam usaha produksi koperasi melalui kemitraan dengan
dunia usaha.
3) Meningkatkan akses dan meluasnya pangsa pasar produk UKM dan koperasi.
4) Meningkatkan akses penggunaan teknologi, kemampuan organisasi dan manajemen
serta kemitraan yang mantap dengan dunia usaha.
5) Meningkatkan kualitas anggota koperasi sebagai pelaku ekonomi yang berjiwa
kewirausahaan.
e. Perindustrian.
1) Meningkatkan daya saing produk industri sesuai dengan permintaan pasar, baik
jumlah, mutu, dan kontinuitasnya.
2) Adanya kebijakan ekonomi makro yang kurang menguntungkan (Bahan Bakar
Minyak, Tarif Dasar Listrik, serta bunga perbankan).
3) Meningkatkan terpenuhinya bahan baku industri kecil dan kerajinan serta daya saing
ekspor.
4) Meningkatnya Usaha industri yang saling bersinergi antara ketrampilan dan
penguasaan teknologi.
5) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, ketrampilan dan penguasaan iptek
bidang perindustrian .
6) Meningkatkan investasi dalam bidang industri.
f. Perdagangan.
1) Meningkatkan daya saing produk dalam rangka globalisasi serta era perdagangan
bebas meningkat.
2) Meningkatnya tumbuh dan berkembangnya Usaha Kecil Menengah.
3) Meningkatnya penerapan teknologi yang mendukung aktivitas perdagangan.
4) Meningkatnya kapasitas dan kreativitas produsen untuk menghasilkan produk
inovatif yang memenuhi selera pasar, managemen dan negosiasi.
g. Pariwisata.
1) Meningkatkan sarana dan prasarana dasar maupun penunjang obyek wisata agar
mampu mendorong kegiatan ekonomi dan meningkatkan citra daerah, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, serta memberikan perluasan kesempatan kerja.
2) Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat
serta koordinasi antar pelaku pariwisata dengan pelaku ekonomi, sosial, budaya
terutama yang berhubungan dengan pengembangan SDM, penyediaan fasilitas jasa,
sarana dan prasarana serta promosi pariwisata yang didukung dengan perencanaan
pengembangan pariwisata yang memadai.
3) Terbangunnya pariwisata berkelanjutan berbasis pada masyarakat yang layak secara
ekonomi, dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang, dapat diterima
secara sosial budaya setempat dan dengan mendayagunakan teknologi yang tepat.
4) Terbangunnya keaneragaman obyek wisata dan daya tarik wisata dalam rangka
meningkatkan kunjungan wisata.
5) Terjalinnya kerjasama dan jaringan paket wisata dalam pengembangan pariwisata
antar Kabupaten/Kota di Jateng dan DIY yang makin mantap.
3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
a. Meningkatkan kemampuan dalam penguasaan dan penerapan iptek baik teknologi
terapan maupun tepat guna dan teknologi masa depan serta pemanfaatan hasil-hasil
kajian dan penelitian yang telah dilaksanakan.
b. Meningkatkan kontribusi iptek untuk meningkatkan kemampuan dalam memenuhi
hajad hidup masyarakat antara lain menciptakan rasa aman, memenuhi kebutuhan
dasar (sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan) dan mengatasi degradasi
fungsi lingkungan serta mengatasi dan menanggulangi adanya bencana alam.
c. Meningkatkan fasilitasi pengembangan iptek, khususnya teknologi tepat guna.
4. Sarana dan Prasarana.
a. Meningkatkan koordinasi pembangunan dan pengelolaan sumber daya air secara
terpadu (integrated water resources management) dengan melaksanakan
pemberdayaan petani pemakai air dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia,
kelembagaan, teknis, dan finansial.
b. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan penyediaan air baku di berbagai sektor
kehidupan menghadapi tantangan utama, yaitu meningkatkan pasokan air baku yang
ditempuh melalui pengembangan prasarana penampung air yang dapat dikelola
bersama oleh masyarakat.
c. Pengembangan sarana dan prasarana pengendali daya rusak air untuk mengantisipasi
perkembangan daerah-daerah permukiman dan pertanian.
d. Meningkatkan pengelolaan jaringan irigasi yang diselenggarakan bersama antara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten dan perkumpulan petani
pemakai air sesuai kewenangannya perlu didorong terus menerus dalam upaya
mempertahankan kelestarian fungsi irigasi.
e. Meningkatkan upaya mempertahankan kondisi kualitas air yang ada serta pemulihan
terhadap kualitas air yang telah tercemar diwujudkan melalui pendekatan
pengelolaan lingkungan hidup dan penerapan teknologi.
f. Meningkatkan kemudahan aksesibilitas ke daerah–daerah sentra ekonomi, pertanian,
perindustrian maupun daerah wisata dengan membangun jaringan infrastruktur jalan
dalam kondisi mantap dan menjangkau seluruh wilayah di Kabupaten Kulon Progro,
serta terpadu dan terintegrasi antar moda sehingga sesuai dengan kebijakan Rencana
Tata Ruang dan Wilayah.
g. Meningkatkan pemenuhan kebutuhan hunian bagi masyarakat dan mewujudkan kota
tanpa permukiman kumuh, dengan (a) melakukan reformasi secara serentak,
khususnya yang berkaitan dengan perpajakan, retribusi/biaya perizinan daerah,
pertanahan dan tata ruang, sebagai upaya untuk menekan dan mengurangi harga
rumah sehingga dapat meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat; (b)
menyempurnakan pola subsidi sektor perumahan yang tepat sasaran, transparan,
akuntabel, dan pasti, khususnya subsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah; (c)
mendorong adanya insentif perpajakan kepada dunia usaha agar berpartisipasi secara
langsung dalam penyediaan perumahan;
h. Meningkatkan pembangunan perumahan dan permukiman yang dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap tempat tinggal yang memenuhi standar kelayakan
sebagai rumah yang sehat serta semakin merata dan menjangkau bagi yang
berpenghasilan rendah.
i. Meningkatkan pembangunan jaringan listrik, air minum, sarana perekonomian, dan
sarana publik.
j. Meningkatkan pengembangan sistem transportasi yang efisien dan efektif,
terjangkau, ramah lingkungan, dan berkelanjutan yang didukung peningkatan
transportasi yang terpadu antarmoda dan intramoda serta selaras dengan
pengembangan wilayah, mewujudkan pelayanan transportasi yang mendukung
pembangunan ekonomi sosial dan budaya.
k. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan peraturan yang kondusif, meningkatkan
iklim kompetisi yang sehat, meningkatkan peran serta pemerintah daerah, swasta,
dan masyarakat dalam pelayanan tranportasi publik, mengembangkan alternatif
pembiayaan dan investasi, dan mengembangkan kapasitas sumber daya manusia dan
teknologi transportasi yang tepat guna, hemat energi, dan ramah lingkungan
l. Meningkatkan jangkauan prasarana jalan dan sarana angkutan serta jaringan
telekomunikasi di seluruh wilayah untuk menunjang pengembangan wilayah serta
terbangunnya simpul-simpul transportasi dan seluruh kelengkapan jalan
5. Politik.
Demi menjaga kondisi yang sudah cukup baik dan kondusif tersebut diperlukan :
a. Meningkatkan komunikasi antar partai politik, antara partai politik dengan
pemerintah.
b. Meningkatkan fasilitasi terhadap pengembangan demokrasi.
c. Mewujudkan demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
d. Terjaganya rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
6. Keamanan dan Ketertiban
a. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan keamanan dan
ketertiban dan penanggulangan gangguan kemanan, ketertiban dan penyakit
masyarakat.
b. Meningkatkan koordinasi antara aparat penegak hukum, pemerintah dan masyarakat
dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban.
c. Meningkatkan antisipasi terhadap gangguan kemanan yang semakin kompleks.
d. Terkendalinya peredaran minuman beralkohol dan minuman lain yang memabukkan,
penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya.
7. Hukum dan Aparatur
Tantangan pembangunan bidang hukum dan aparatur (pemerintahan) antara lain adalah:
a. Meningkatkan penegakan hukum, sehingga adanya kepastian hukum yang mengatur
seluruh aspek kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Meningkatkan kesadaran hukum seluruh komponen masyarakat dan dipatuhinya hukum
itu sendiri oleh seluruh pihak yang terkait.
c. Meningkatkan pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat sehingga masyarakat
dapat terlayani secara prima, murah, mudah, cepat dan berkualitas.
d. Meningkatkan kesejahteraan aparatur melalui reward and punishmant.
e. Meningkatkan optimalisasi pelaksanaan kewenangan daerah dalam implementasi
otonomi daerah yang seluas-luasnya, sehingga daerah dapat menjalankan
kewenangannya secara jelas berdasar pada prinsip-prinsip otonomi daerah yang
diterapkan secara murni, konsisten dan konsekuen.
8. Wilayah dan Tata Ruang.
a. Meningkatkan penataan ruang yang baik dengan didukung regulasi dalam bidang
tata ruang yang konsisten dan terpadu yang didalamnya meliputi kebijakan yang
sesuai, adanya kepastian hukum/legalitas rencana tata ruang, proses perijinan yang
terpadu, adanya pengaturan tentang pemberian insentif dan disinsentif dan dengan
didukung sumber daya manusia yang unggul.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat yang lebih besar, baik dalam proses
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian tata ruang. Masyarakat mengetahui dan
memahami rencana tata ruang sebagai kebijakan bersama yang menjadi acuan dalam
pembangunan di Kabupaten Kulon Progo dalam rangka menciptakan ruang yang
nyaman, produktif dan berkelanjutan dan pada akhirnya mewujudkan kesejahteraan
masyarakat.
c. Meningkatkan pembangunan perkotaan dan perdesaan secara berencana dan terpadu
dengan memperhatikan rencana tata ruang, pertumbuhan penduduk, lingkungan
permukiman, lingkungan usaha dan lingkungan kerja serta kegiatan ekonomi dan
sosial agar terwujud lingkungan yang bersih, sehat, indah dan nyaman serta menjaga
keserasian dan keselarasan nilai sosial budaya yang mencerminkan kepribadian
daerah, tertatanya ruang publik dan sarana prasarananya berdasarkan asas keadilan.
d. Meningkatnya kualitas tata ruang yang up to date yang diproses secara transparan,
partisipatif, dan demokratis sesuai dengan kebutuhan.
9. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.
a. Mengendalikan penurunan daya dukung lingkungan yang di tandai, deforestasi,
terganggunya keseimbangan tata air, berkurangnya penutupan lahan di wilayah hulu
daerah aliran sungai untuk menjamin kelangsungan kehidupan dan keberhasilan
pembangunan.
b. Memperbanyak infrastruktur energi untuk memudahkan layanan kepada
masyarakat, serta mengurangi ketergantungan terhadap minyak dan meningkatkan
kontribusi gas, batubara, serta energi terbarukan seperti biogas, biomassa, energi
matahari, arus laut, dan tenaga angin.
c. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya kelautan untuk perhubungan laut,
perikanan, pariwisata, pertambangan, industri maritim, bangunan laut, dan jasa
kelautan dalam mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi,
seimbang, dan lestari.
d. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup
untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.
e. Meningkatkan penanganan kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh
laju perkembangan pembangunan.
f. Meningkatkan penyelamatan ekosistem dalam rangka pelestarian lingkungan hidup
beserta flora-fauna di dalamnya.
g. Meningkatkan sistem pemantauan dan pengendalian atas perusakan kawasan
lindung, perlindungan hutan, sungai dan pantai, serta hutan hijau kota.
C. MODAL DASAR
Modal dasar pembangunan daerah adalah seluruh sumber kekuatan daerah baik yang
efektif maupun potensial yang dimiliki dan didayagunakan oleh Pemerintah Kabupaten
Kulon Progo yang meliputi:
1. Kabupaten Kulon Progo dengan luas wilayah 586,27 km2 merupakan salah satu
kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di bagian
paling barat. Secara geografis terletak antara 7o38’42” – 7o59’3” Lintang Selatan
dan 110o1’37” – 110o16’26” Bujur Timur. Di bagian utara dibatasi oleh Kabupaten
Magelang, sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Hindia, sebelah barat dibatasi
Kabupaten Purworejo, sedangkan di sebelah timur dibatasi Kabupaten Bantul dan
Sleman.
2. Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi yaitu dengan ketinggian
antara 0 – 1000 meter diatas permukaan air laut terbagi menjadi 3 wilayah meliputi:
a. Bagian Utara
Merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara 500 –
1000 meter dari permukaan air laut, meliputi sebagian wilayah Kecamatan
Girimulyo, Kokap, Kalibawang, Nanggulan dan Samigaluh.
b. Bagian Tengah.
Merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100 – 500 meter dari
permukaan air laut, meliputi sebagian Kecamatan Nanggulan, Sentolo,
Pengasih, Kalibawang dan Lendah, wilayah dengan lereng antara 2 – 15%,
tergolong berombak dan bergelombang merupakan peralihan dataran rendah dan
perbukitan.
c. Bagian Selatan.
Merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0–100 meter dari permukaan air
laut, meliputi sebagian Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Pengasih
dan Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0–2%, merupakan
wilayah pantai dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 24,8 km.
3. Potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah Kabupaten Kulon Progo
meliputi kekayaan laut dan darat. Disamping itu Kulon Progo juga dilewati tiga
sungai besar, yaitu Sungai Progo, Sungai Serang, Sungai Bogowonto, dan Waduk
Sermo.
4. Penduduk dan kekayaan budaya merupakan sumber daya potensial dan produktif
bagi pembangunan daerah.
5. Keamanan dan ketertiban yang mantap, kondusif, dan dinamis mendukung
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.
BAB III
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH
TAHUN 2005 – 2025
Berdasarkan kondisi daerah saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun mendatang
dan memperhatikan modal dasar yang dimiliki oleh Kabupaten Kulon Progo, maka VISI
Pembangunan Kabupaten Kulon Progo tahun 2005-2025 adalah :
MASYARAKAT KABUPATEN KULON PROGO YANG MAJU, MANDIRI,
SEJAHTERA LAHIR DAN BATIN
Visi pembangunan daerah tahun 2005-2025 mengarah pada pencapaian tujuan
pembangunan Daerah yang harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat
kemandirian, kemajuan dan kesejahteraan yang ingin dicapai.
Kemandirian adalah hakekat dari kemerdekaan, yaitu hak setiap bangsa untuk
menentukan nasibnya sendiri dan menentukan apa yang terbaik bagi bangsanya. Dalam
rangka mengisi kemerdekaan, Kabupaten Kulon Progo berupaya membangun
kemandirian. Kemandirian bukanlah kemandirian dalam keterisolasian. Kemandirian
mengenal adanya kondisi saling ketergantungan yang tidak dapat dihindari dalam
kehidupan bermasyarakat, lingkup regional, nasional maupun internasional. Kemandirian
yang demikian adalah paham yang proaktif dan bukan reaktif atau defensif. Kemandirian
merupakan konsep yang dinamis karena mengenali bahwa kehidupan dan kondisi saling
ketergantungan senantiasa berubah, baik konstelasinya, perimbangannya, maupun nilai-
nilai yang mendasari dan mempengaruhinya. Terlebih lagi dalam era globalisasi dan
perdagangan bebas ketergantungan antar daerah semakin kuat .
Masyarakat Kabupaten Kulon Progo yang mandiri adalah masyarakat yang mampu
mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan masyarakat lain yang telah maju
dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Untuk membangun
kemandirian, harus dibangun kemajuan ekonomi. Kemampuan untuk berdaya saing
menjadi kunci mencapai kemajuan sekaligus kemandirian.
Kemandirian suatu masyarakat tercermin antara lain pada ketersediaan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan
pembangunannya; kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam
menjalankan tugasnya; ketergantungan pembiayaan pembangunan yang bersumber dari
dalam daerah yang makin kokoh; dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok.
Secara mendasar kemandirian sesungguhnya mencerminkan sikap masyarakat atau
daerah mengenai dirinya serta semangatnya dalam menghadapi tantangan-tantangan.
Karena menyangkut sikap, kemandirian pada dasarnya adalah masalah budaya dalam arti
seluas-luasnya. Sikap kemandirian harus dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan, baik
hukum, ekonomi, politik, sosial budaya, maupun keamanan dan ketertiban. Dalam
pelaksanaan pembangunan, kemandirian masyarakat Kulon Progo tetap menjadi bagian
dari Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah.
Tingkat kemajuan Kabupaten Kulon Progo dinilai berdasarkan berbagai ukuran, ditinjau
dari indikator sosial dan dari kualitas sumber daya manusianya. Suatu daerah dikatakan
makin maju apabila sumberdaya manusianya memiliki kepribadian, berakhlak mulia, dan
berkualitas pendidikan yang tinggi. Tingginya kualitas pendidikan penduduknya, ditandai
oleh makin menurunnya tingkat pendidikan terendah serta meningkatnya partisipasi
pendidikan dan jumlah tenaga ahli serta profesional yang dihasilkan oleh sistem
pendidikan.
Kemajuan suatu daerah juga diukur berdasarkan indikator kependudukan, ada kaitan
yang erat antara kemajuan suatu daerah dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk
derajat kesehatan. Daerah yang sudah maju ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk
yang lebih kecil, angka harapan hidup yang lebih tinggi, dan kualitas pelayanan sosial
yang lebih baik. Secara keseluruhan kualitas sumber daya manusia yang semakin baik
akan tercermin dalam produktivitas yang semakin tinggi.
Ditinjau dari tingkat perkembangan ekonomi, kemajuan suatu daerah diukur dari tingkat
kemakmurannya yang tercermin pada tingkat pendapatan dan pemerataannya. Tingginya
pendapatan rata-rata dan ratanya pemerataan ekonomi suatu daerah menjadi daerah
tersebut lebih sejahtera dan lebih maju. Daerah yang maju pada umumnya adalah daerah
yang sektor industrinya dan sektor jasanya telah berkembang. Peran sektor industri
manufaktur sebagai penggerak utama laju pertumbuhan makin meningkat, baik dalam
segi penghasilan, sumbangan dalam menciptakan pendapatan maupun dalam penyerapan
tenaga kerja. Selain itu dalam proses produksi berkembang keterpaduan antar sektor,
terutama sektor industri, sektor pertanian dan sektor-sektor jasa; serta pemanfaatan
sumber alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang daratan, tetapi juga
ditransformasikan kepada pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien dan
berwawasan lingkungan. Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata dan
berfungsi dengan baik, sehingga mendukung perekonomian yang efisien dengan
produktifitas yang tinggi. Daerah yang maju umumnya adalah daerah yang
perekonomiannya stabil.
Selain memiliki berbagai indikator sosial ekonomi yang lebih baik, daerah yang maju
telah memiliki sistem dan kelembagaan politik, termasuk hukum yang mantap. Lembaga
politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan aturan dasar, yaitu perundang-
undangan yang ditetapkan. Daerah yang maju juga ditandai dengan adanya peran serta
masyarakat secara nyata dan efektif dalam segala aspek kehidupan baik ekonomi, sosial,
politik maupun keamanan dan ketertiban. Daerah yang maju pada umumnya menganut
sistem demokrasi, yang sesuai dengan budaya dan latar belakang sejarahnya. Masyarakat
yang maju adalah masyarakat yang hak-hak warganya, keamanannya dan ketentramannya
terjamin dalam kehidupannya. Selain unsur-unsur tersebut masyarakat yang maju juga
harus didukung dengan infrastruktur yang maju.
Kemandirian dan kemajuan masyarakat Kulon Progo tidak hanya dicerminkan oleh
perkembangan ekonomi semata, tetapi mencakup aspek yang lebih luas, yang tercermin
dalam keseluruhan aspek kehidupan, dalam kelembagaan, pranata-pranata dan nilai-nilai
yang mendasari kehidupan politik dan sosial.
Pembangunan masyarakat Kulon Progo bukan hanya sebagai masyarakat yang mandiri
dan maju, melainkan juga masyarakat yang sejahtera lahir batin. Masyarakat yang
sejahtera lahir batin merupakan kristalisasi dari masyarakat adil dan makmur, baik
material maupun spiritual. Sebagai pelaksana dan penggerak pembangunan sekaligus
obyek pembangunan, rakyat mempunyai hak, baik dalam merencanakan melaksanakan,
maupun menikmati hasil pembangunan. Pembangunan haruslah dilaksanakan dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat. Oleh karena itu masalah keadilan merupakan ciri yang
menonjol dalam pembangunan.
Kesejahteraan lahir dan batin harus tercermin pada semua aspek kehidupan. Semua
rakyat mempunyai kesempatan yang sama dalam meningkatkan taraf kehidupan,
memperoleh lapangan pekerjaan, mendapatkan pelayanan sosial, pendidikan dan
kesehatan, mengemukakan pendapat; melaksanakan hak-hak politik; menjaga keamanan
dan ketertiban; serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan hukum, tidak ada
diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antar individu, gender, maupun wilayah.
Masyarakat yang sejahtera lahir dan batin adalah masyarakat yang sudah terpenuhi
kebutuhan hidupnya serta dapat memberikan makna dan arti penting bagi masyarakat
lainnya.
Dalam mewujudkan visi pembangunan daerah ditempuh 8 (delapan) misi pembangunan
sebagai berikut:
1. Mewujudkan masyarakat Kulon Progo berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya dan beradab berdasarkan Pancasila adalah memperkuat jati diri dan
karakter masyarakat melalui pendidikan yang bertujuan membentuk manusia yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mematuhi aturan hukum, memelihara
kerukunan intern dan antar umat beragama, mengembangkan modal sosial,
menerapkan nilai-nilai luhur budaya, dan memiliki kebanggaan sebagai masyarakat
Kulon Progo.
2. Mewujudkan masyarakat Kulon Progo berdaya saing adalah mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan
penguasaan dan pemanfaatan iptek, membangun infrastruktur yang maju;
memperkuat perekonomian lokal berbasis keunggulan daerah menuju keunggulan
kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan
pelayanan.
3. Mewujudkan masyarakat Kulon Progo yang demokratis berlandaskan hukum
adalah memantapkan kelembagaan demokrasi; memperkuat peran masyarakat;
memperkuat kualitas pelaksanaan otonomi daerah; meningkatkan budaya hukum dan
menegakkan hukum secara adil konsekuen, memihak masyarakat dan tidak
diskriminatif.
4. Mewujudkan Kulon Progo yang aman, damai dan bersatu adalah membangun
kesiapan aparat dan masyarakat dalam penciptaan keamanan dan ketertiban
masyarakat serta stabilitas daerah.
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan adalah meningkatkan
pembangunan wilayah; mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh,
keberpihakan kepada masyarakat dan wilayah yang tertinggal; menanggulangi
kemiskinan dan pengangguran; menyediakan akses yang sama terhadap berbagai
pelayanan sosial dan sarana prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi
dalam berbagai aspek.
6. Mewujudkan Kulon Progo asri dan lestari adalah memperbaiki pelaksanaan
pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan,
keberadaan dan kegunaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan tetap
menjaga fungsi, daya dukung dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan
masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk
permukiman, kegiatan sosial ekonomi dan upaya konservasi; meningkatkan
pemanfaatan ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang berkesinambungan;
memperbaiki pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk
mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan;
serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai
modal pembangunan.
7. Mewujudkan wilayah pantai dan laut Kulon Progo yang maju dan mandiri
adalah meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang berkeunggulan;
mengelola potensi wilayah untuk kesejahteraan; membangun ekonomi dengan
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya pantai dan laut secara berkelanjutan.
8. Mewujudkan Kulon Progo berperan penting dalam lingkup regional maupun
nasional adalah : memantapkan koordinasi dan kerjasama ekonomi, sosial, budaya,
pemerintahan, keamanan dan ketertiban dalam pembangunan regional, nasional
maupun internasional.
Untuk mewujudkan delapan misi tersebut diperlukan kelembagaan pemerintahan yang
kokoh, efektif dan efisien, didukung kualitas aparatur yang profesional dan berjiwa
kewirausahaan (enterpreneurship).
BAB IV
ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2005-2025
Tujuan pembangunan jangka panjang Kabupaten Kulon Progo tahun
2005-2025 adalah mewujudkan masyarakat Kulon Progo yang maju, mandiri,
sejahtera lahir dan batin dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Sebagai ukuran tercapainya masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan
batin, pembangunan di Kabupaten Kulon Progo dalam 20 tahun mendatang
diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok sebagai berikut.
1. Terwujudnya masyarakat Kulon Progo yang berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab ditandai oleh hal-hal berikut:
a. Terwujudnya karakter masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan
perilaku manusia dan masyarakat Kulon Progo yang beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong royong,
berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi iptek.
b. Makin mantapnya budaya daerah yang tercermin dalam meningkatnya
peradaban, harkat, dan martabat masyarakat Kulon Progo, serta
menguatnya jati diri dan kepribadiannya.
2. Terwujudnya masyarakat Kulon Progo yang berdaya saing untuk
mencapai masyarakat yang sejahtera lahir dan batin ditunjukkan oleh hal-
hal berikut:
a. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkesinambungan
sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai tingkat
kesejahteraan setara dengan daerah-daerah lain yang maju, dengan tingkat
pengangguran terbuka yang tidak lebih dari 5 persen dan jumlah penduduk
miskin tidak lebih dari 5 persen.
b. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia, termasuk peran perempuan dalam
pembangunan yang diupayakan dengan peningkatan pendidikan, kesehatan
dan lain-lain, ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Secara umum peningkatan kualitas sumber daya manusia ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan
Gender (IPG), serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang.
c. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan
kompetitif di semua wilayah. Sektor pertanian, dalam arti luas dan pariwisata
yang didukung oleh sarana dan prasarana yang andal menjadi basis aktivitas
ekonomi yang dikelola secara efisien sehingga menghasilkan komoditi
berkualitas, industri manufaktur yang berdaya saing global sebagai motor
penggerak perekonomian, jasa serta pertambangan yang perannya meningkat
dengan kualitas pelayanan lebih bermutu dan berdaya saing.
d. Tersusunnya jaringan infrastruktur perhubungan yang andal dan terintegrasi
satu sama lain. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang andal dan efisien
sesuai kebutuhan, termasuk hampir sepenuhnya elektrifikasi rumah tangga
dan elektrifikasi perdesaan dapat terpenuhi. Terwujudnya konservasi sumber
daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air.
e. Meningkatnya profesionalisme aparatur pemerintah Kabupaten Kulon Progo
untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, dan
bertanggung jawab, serta profesional yang mampu mendukung pembangunan
daerah .
3. Terwujudnya masyarakat Kulon Progo yang demokratis, berlandaskan hukum
ditunjukkan oleh hal-hal berikut:
a. Terciptanya supremasi hukum dan penegakkan hak-hak asasi
manusia yang bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Terciptanya penegakan
hukum tanpa memandang kedudukan, pangkat, dan jabatan
seseorang demi supremasi hukum dan terciptanya penghormatan
pada hak-hak asasi manusia. b. Menciptakan peraturan perundang-undangan untuk memperkuat
kelembagaan demokrasi di Kulon Progo.
c. Memperkuat peran masyarakat sipil dan partai politik dalam
kehidupan politik. d. Memantapkan pelembagaan nilai-nilai demokrasi yang
menitikberatkan pada prinsip-prinsip toleransi, non-diskriminasi, dan
kemitraan.
e. Terwujudnya konsolidasi demokrasi pada berbagai aspek
kehidupan politik yang dapat diukur dengan adanya pemerintah
yang berdasarkan hukum, birokrasi yang professional dan netral,
masyarakat sipil, masyarakat politik dan masyarakat ekonomi yang
mandiri, serta adanya kemandirian daerah 4. Terwujudnya Kulon Progo yang aman, damai dan bersatu ditandai oleh hal-
hal berikut:
a. Terwujudnya keamanan dan ketertiban yang menjamin terlaksananya pelaksanaan
pembangunan daerah.
b. Terwujudnya koordinasi dan kerja sama yang mantap antar elemen
pemerintahan dan masyarakat serta partisipasi masyarakat dalam
menciptakan keamanan dan ketertiban.
5. Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, ditandai oleh
hal-hal berikut:
a. Tingkat pembangunan yang makin merata ke seluruh wilayah diwujudkan dengan
peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat; Terwujudnya pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi; kawasan Industri; Agropolitan; Jalur Jalan
Lintas Selatan; Pembangunan Pelabuhan penangkapan Ikan Samodra;
kemungkinan pembangunan Bandara, Pangkalan Angakatan Laut Nasional,
Penambangan pasir besi dan pabrik baja; Meningkatnya aktifitas dan
pertumbuhan ekonomi di kota dan pedesaan, termasuk berkurangnya
kesenjangan antar wilayah .
b. Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman, sehat dan dalam
kualitas gizi yang memadai serta tersedianya jaminan pangan sepanjang tahun
untuk tingkat rumah tangga.
c. Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh
sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien,
dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.
d. Sebaran permukiman terdorong dan terkendali secara alami menempati lahan
yang aman dari bencana alam dan lebih terkonsentrasi pada pusat-pusat
pertumbuhan ekonomi sehingga kebutuhan infrastruktur jalan, listrik, air
minum dan pelayanan menjadi lebih efektif dan efisien.
e. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan
kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai
tambah bagi masyarakat.
6. Terwujudnya Kabupaten Kulon Progo asri dan lestari, ditandai hal-hal sebagai
berikut :
a. Terciptanya kondisi perkotaan dan pedesaan yang tertata rapi, indah, sehat dan nyaman .
b. Membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup yang dicerminkan oleh tetap terjaganya
sesuai dengan fungsi, daya dukung, dan kemampuan pemulihannya dalam
mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara seimbang, dan lestari.
Kawasan yang berfungsi Lindung diutamakan di kawasan hutan dan sepanjang
kawasan bukit Menoreh.
c. Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan sumber daya alam
untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing masyarakat, serta modal
pembangunan .
d. Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup untuk
menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.
7. Terwujudnya wilayah pantai dan laut Kulon Progo yang maju dan mandiri,
ditandai hal-hal sebagai berikut :
a. Teroptimalkannya potensi pesisir dan sumber kekayaan laut dalam rangka
membangun ekonomi, keamanan baik di tingkat regional dan Nasional secara
berkelanjutan, didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai.
b. Meningkatnya dan menguatnya sumber daya manusia dibidang kelautan yang
didukung oleh pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi.
c. Terkendalinya dampak bencana pesisir dan pencemaran laut.
8. Terwujudnya Kulon Progo berperan penting dalam lingkup regional maupun
nasional, ditandai hal-hal sebagai berikut :
a. Mewujudkan Kabupaten Kulon Progo dan mempromosikan identitas daerah
sebagai Kabupaten demokratis dalam tatanan masyarakat regional maupun
nasional.
b. Meningkatnya keamanan dan ketertiban untuk mendukung kerjasama daerah,
regional, nasional dan Internasional dalam rangka peningkatan pembangunan
daerah.
c. Terwujudnya kemandirian daerah dalam konstelasi regional, Nasional maupun
global.
d. Meningkatnya investasi perusahaan-perusahaan tingkat nasional maupun Luar
Negeri di Kabupaten Kulon Progo.
Untuk mencapai tingkat kemajuan, kemandirian, serta kesejahteraan lahir dan
batin yang diinginkan, maka arah pembangunan jangka panjang selama kurun
waktu 20 tahun mendatang adalah sebagai berikut.
A. ARAH PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN KULON
PROGO TAHUN 2005-2025
1. MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG BERAKHLAK MULIA, BERMORAL,
BERETIKA, BERBUDAYA, DAN BERADAB
Terciptanya kondisi masyarakat Kulon Progo berakhlak mulia, bermoral, dan
beretika sangat penting bagi terciptanya suasana kehidupan masyarakat yang
penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis. Di samping itu, kesadaran akan
budaya daerah memberikan arah bagi perwujudan daerah yang sesuai dengan
nilai-nilai luhur budaya bangsa dan menciptakan iklim kondusif dan
harmonis sehingga nilai-nilai kearifan lokal akan mampu merespon modernisasi
secara positif dan produktif sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan.
a. Pembangunan agama diarahkan untuk memantapkan fungsi dan peran
agama sebagai landasan moral dan etika dalam pembangunan, membina
akhlak mulia, memupuk etos kerja, menghargai prestasi, dan menjadi
kekuatan pendorong guna mencapai kemajuan dalam pembangunan. Di
samping itu, pembangunan agama diarahkan pula untuk meningkatkan
kerukunan hidup umat beragama dengan meningkatkan rasa saling percaya dan
harmonisasi antar kelompok masyarakat sehingga tercipta suasana kehidupan
masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, dan harmonis.
b. Pembangunan dan pemantapan jati diri masyarakat Kulon Progo ditujukan untuk
mewujudkan karakter dan sistem sosial yang berakar, unik, modern, dan unggul.
Jati diri tersebut merupakan kombinasi antara nilailuhur, seperti religius,
kebersamaan dan persatuan, serta nilai modern yang universal yang mencakup
etos kerja dan prinsip tata kepemerintahan yang baik. Pembangunan jati diri
tersebut dilakukan melalui transformasi, revitalisasi, dan reaktualisasi tata
nilai budaya yang mempunyai potensi unggul dan menerapkan nilai
modern yang membangun. Untuk memperkuat jati diri dan kebanggaan
daerah, pembangunan olah raga diarahkan pada peningkatan budaya dan
prestasi olah raga.
c. Budaya inovatif yang berorientasi iptek terus dikembangkan agar masyarakat
Kulon Progo menguasai iptek serta mampu berjaya pada era persaingan
global. Pengembangan budaya iptek tersebut dilakukan dengan meningkatkan
penghargaan masyarakat terhadap iptek melalui pengembangan budaya
membaca dan menulis, masyarakat pembelajar, masyarakat yang cerdas,
kritis, dan kreatif dalam rangka pengembangan tradisi iptek dengan
mengarahkan masyarakat dari budaya konsumtif menuju budaya produktif.
Bentuk-bentuk pengungkapan kreativitas, antara lain melalui kesenian, tetap
didorong untuk mewujudkan keseimbangan aspek material, spiritual, dan
emosional. Pengembangan iptek serta kesenian diletakkan dalam kerangka
peningkatan harkat, martabat, dan peradaban manusia.
2. MEWUJUDKAN MASYARAKAT KULON PROGO YANG BERDAYA SAING
Kemampuan masyarakat untuk berdaya saing tinggi adalah kunci bagi
tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan
menjadikan Kulon Progo siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan
mampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing
masyarakat, pembangunan daerah dalam jangka panjang diarahkan untuk (a)
mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya
saing; (b) memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap
wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem
produksi, distribusi, dan pelayanan; (c) meningkatkan penguasaan, pemanfaatan,
dan penciptaan pengetahuan; dan (d) membangun infrastruktur yang maju; serta (e)
melakukan reformasi birokrasi , dan kebijakan-kebijakan sesuai dengan kemajuan
dan perkembangan pembangunan.
a. Membangun Sumber Daya Manusia yang Berkualitas
1) Pembangunan sumber daya manusia memiliki peran yang sangat penting
dalam mewujudkan masyarakat Kulon Progo yang maju dan mandiri
sehingga mampu berdaya saing dalam era globalisasi. Dalam kaitan
itu,pembangunan sumber daya manusia diarahkan pada peningkatan kualitas
sumber daya manusia Kulon Progo yang antara lain ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan
Gender (IPG), serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang yang ditandai
dengan angka reproduksi neto (NRR) sama dengan 1, atau angka kelahiran
total (TFR) sama dengan 2,1.
2) Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk diarahkan pada
peningkatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang
terjangkau, bermutu dan efektif menuju terbentuknya keluarga kecil yang
berkualitas. Di samping itu, penataan persebaran dan mobilitas penduduk
diarahkan menuju persebaran penduduk yang lebih seimbang sesuai dengan
daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui pemerataan
pembangunan ekonomi dan wilayah. Sistem administrasi kependudukan
penting pula dilakukan untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan di daerah, regional dan Nasional, serta mendorong
terakomodasinya hak penduduk dan perlindungan sosial.
3) Pembangunan pendidikan dan kesehatan merupakan investasi dalam
meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga penting perannya
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan
dan pengangguran. Pembangunan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia untuk mendukung terwujudnya masyarakat
yang berharkat, bermartabat, berakhlak mulia, dan menghargai
keberagaman sehingga mampu bersaing dalam era global dengan tetap
berlandaskan pada norma kehidupan masyarakat dan tanpa diskriminasi.
Komitmen pemerintah terhadap pendidikan harus tercermin pada kualitas
sumber daya manusia, peningkatan kualitas ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek).
4) Pelayanan pendidikan yang mencakup semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan. Oleh karena itu, perlu disediakan pendidikan dasar yang bermutu
dan terjangkau disertai dengan pembebasan biaya pendidikan khususnya
dari keluarga miskin, tidak mampu serta berprestasi. Penyediaan pelayanan
pendidikan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan sosial ekonomi pada
masa depan termasuk untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan melalui pendalaman penguasaan teknologi. Pembangunan
pendidikan diarahkan pula untuk menumbuhkan kebanggaan kebangsaan,
akhlak mulia, serta kemampuan peserta didik untuk hidup bersama dalam
masyarakat yang beragam yang dilandasi oleh penghormatan pada hak-hak asasi
manusia (HAM). Penyediaan pelayanan pendidikan sepanjang hayat sesuai
perkembangan iptek perlu terus didorong untuk meningkatkan kualitas hidup
dan produktivitas penduduk termasuk untuk memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan bagi penduduk usia produktif yang jumlahnya semakin besar.
5) Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan,
pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan
manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu,
bayi, anak, manusia usia lanjut (manula), dan keluarga miskin.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan upaya kesehatan,
pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan yang disertai oleh peningkatan pengawasan,
pemberdayaan masyarakat, dan manajemen kesehatan. Upaya tersebut dilakukan
dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit,
perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan iptek, serta globalisasi dan
demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerja sama lintas sektor.
Penekanan diberikan pada peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat
serta upaya promotif dan preventif. Pembangunan daerah harus berwawasan
kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampaknya
terhadap kesehatan. Pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara
lintas sektor yang meliputi produksi pangan, pengolahan, distribusi, hingga
konsumsi pangan tingkat rumah tangga dengan kandungan gizi yang
cukup, seimbang, serta terjamin keamanannya dalam rangka mencapai status
gizi yang baik.
6) Pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak diarahkan pada peningkatan
kualitas hidup dan peran perempuan, kesejahteraan, dan perlindungan anak
di berbagai bidang pembangunan; penurunan jumlah tindak kekerasan,
eksploitasi, dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak; serta penguatan
kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat
daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
7) Pembangunan pemuda diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia, pembangunan karakter kebangsaan (nation building) dan partisipasi
pemuda di berbagai bidang pembangunan, terutama di bidang ekonomi, sosial
budaya, iptek dan politik, serta memiliki wawasan kebangsaan dan beretika
bangsa Indonesia. Di samping itu, pembangunan olahraga diarahkan pada
peningkatan budaya olahraga dan prestasi olahraga di kalangan masyarakat.
b. Memperkuat Perekonomian Domestik dengan Orientasi dan Berdaya Saing
Global
1) Perekonomian dikembangkan dengan memperkuat perekonomian domestik serta
berorientasi dan berdaya saing global. Untuk itu dilakukan transformasi
bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif sumber daya
alam menjadi perekonomian yang berkeunggulan kompetitif. Kerjasama antar
daerah dilakukan dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi,
dan pelayanan antardaerah yang kokoh. Upaya tersebut dilakukan dengan
prinsip-prinsip dasar: mengelola peningkatan produktivitas daerah melalui
inovasi, penguasaan, penelitian, pengembangan dan penerapan iptek menuju
ekonomi berbasis pengetahuan serta kemandirian dan ketahanan masyarakat
secara berkelanjutan; mengelola kelembagaan ekonomi yang melaksanakan
praktik terbaik dan kepemerintahan yang baik secara berkelanjutan, dan
mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.
2) Perekonomian dikembangkan berlandaskan prinsip demokrasi ekonomi yang
memperhatikan kepentingan daerah, regional dan nasional sehingga
terjamin kesempatan berusaha dan bekerja bagi seluruh masyarakat dan
mendorong tercapainya penanggulangan kemiskinan. Pengelolaan kebijakan
perekonomian perlu memperhatikan secara cermat dinamika globalisasi,
komitmen nasional di berbagai fora perjanjian ekonomi internasional, dan
kepentingan nasional dengan mengutamakan kelompok masyarakat yang
masih lemah, serta menjaga kemandirian dan kedaulatan ekonomi bangsa.
3) Kelembagaan ekonomi dikembangkan sesuai dinamika kemajuan ekonomi
dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah yang baik di dalam
menyusun kerangka regulasi dan perizinan yang efisien, efektif, dan non-
diskriminatif; menjaga, mengembangkan, dan melaksanakan iklim persaingan
usaha secara sehat serta melindungi konsumen; mendorong pengembangan
standardisasi produk dan jasa untuk meningkatkan daya saing; merumuskan
strategi dan kebijakan pengembangan teknologi sesuai dengan pengembangan
ekonomi daerah; dan meningkatkan daya saing usaha kecil dan menengah
(UKM) di berbagai wilayah .
4) Peranan pemerintah daerah yang efektif dan optimal diwujudkan sebagai
fasilitator, regulator, sekaligus sebagai katalisator pembangunan di berbagai
tingkat guna efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, terciptanya lingkungan
usaha yang kondusif dan berdaya saing, dan terjaganya keberlangsungan
mekanisme pasar.
5) Struktur perekonomian diperkuat dengan menempatkan sektor industri
sebagai motor penggerak yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti
luas, pariwisata, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk
secara efisien, modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang
efektif, yang menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar
terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh.
6) Pengembangan iptek untuk ekonomi diarahkan pada peningkatan kualitas dan
kemanfaatan iptek dalam rangka mendukung daya saing secara global.
Hal itu dilakukan melalui peningkatan, penguasaan, dan penerapan iptek
secara luas dalam sistem produksi barang/jasa, pembangunan pusat-pusat
keunggulan iptek, pengembangan lembaga penelitian yang handal, perwujudan
sistem pengakuan terhadap hasil penemuan dan hak atas kekayaan intelektual,
pengembangan dan penerapan standar mutu, peningkatan kualitas dan
kuantitas SDM iptek, peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan
prasarana iptek. Berbagai langkah tersebut dilakukan untuk mendukung
pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan, serta pengembangan
kelembagaan sebagai keterkaitan dan fungsional sistem inovasi dalam
mendorong pengembangan kegiatan usaha.
7) Kebijakan pasar kerja diarahkan untuk mendorong terciptanya sebanyak-
banyaknya lapangan kerja formal serta meningkatkan kesejahteraan pekerja
informal. Pasar kerja yang fleksibel, hubungan industrial yang harmonis
dengan perlindungan yang layak, keselamatan kerja yang memadai, serta
terwujudnya proses penyelesaian industrial yang memuaskan semua pihak
merupakan ciri-ciri pasar kerja yang diinginkan. Selain itu, pekerja
diharapkan mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga dapat bersaing
serta menghasilkan nilai tambah yang tinggi dengan pengelolaan pelatihan
dan pemberian dukungan bagi program-program pelatihan yang strategis
untuk efektivitas dan efisiensi peningkatan kualitas tenaga kerja sebagai
bagian integral dari investasi sumber daya manusia. Sebagian besar pekerja,
termasuk tenaga kerja Kabupaten Kulon Progo yang bekerja di luar negeri,
akan dibekali dengan pengakuan kompetensi sesuai dinamika kebutuhan
industri dan dinamika persaingan global.
8) Investasi diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas dengan mewujudkan
iklim investasi yang menarik; mendorong penanaman modal daerah, dalam
negeri dan asing p bagi peningkatan daya saing perekonomian daerah; serta
meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung yang memadai.
Investasi yang dikembangkan dalam rangka penyelenggaraan demokrasi
ekonomi akan dipergunakan sebesar-besarnya untuk pencapaian kemakmuran
bagi masyarakat .
9) Efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah sektor primer terutama sektor
pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan ditingkatkan agar
mampu bersaing di pasar lokal, regional dan internasional serta untuk
memperkuat basis produksi secara nasional. Hal itu merupakan faktor
strategis karena berkenaan dengan pembangunan perdesaan, pengentasan
kemiskinan dan keterbelakangan, dan penguatan ketahanan pangan. Semua
itu harus dilaksanakan secara terencana dan cermat untuk menjamin
terwujudnya transformasi seluruh elemen perekonomian daerah ke arah
lebih maju sdan lebih kokoh pada era globalisasi.
10) Peningkatan efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah pertanian dalam arti luas
dan kelautan dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan
nelayan dengan mengembangkan agribisnis yang dinamis dan efisien, yang
melibatkan partisipasi aktif petani dan nelayan. Peningkatan itu diselenggarakan
melalui revitalisasi kelembagaan pada tingkat operasional, optimalisasi sumber
daya, dan pengembangan sumber daya manusia pelaku usaha agar mampu
meningkatkan daya saing melalui peningkatan produktivitas serta merespon
permintaan pasar dan memanfaatkan peluang usaha. Selain bermanfaat bagi
peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan pada umumnya, upaya tersebut
dapat menciptakan diversifikasi perekonomian perdesaan yang pada
gilirannya meningkatkan sumbangan di dalam pertumbuhan perekonomian
Daerah. Perhatian perlu diberikan pada upaya-upaya pengembangan
kemampuan masyarakat, pengentasan kemiskinan secara terarah, serta
perlindungan terhadap sistem perdagangan dan persaingan yang tidak adil.
11) Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya
saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan terkait dengan
pengembangan industri kecil dan menengah, dengan struktur industri yang sehat
dan berkeadilan. Struktur industri dalam hal penguasaan usaha akan
disehatkan dengan meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai
distorsi pasar melalui penegakan persaingan usaha yang sehat dan prinsip-
prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar. Struktur industri dalam hal
skala usaha akan diperkuat dengan menjadikan industri kecil dan menengah
sebagai basis industri yang sehat, sehingga mampu tumbuh dan
terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan
industri berskala besar.
12) Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian, sektor industri perlu
dibangun guna menciptakan lingkungan usaha mikro (lokal) yang dapat
merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat dan kuat melalui (1)
pengembangan rantai pertambahan nilai melalui diversifikasi produk; (2)
penguatan hubungan antar industri yang terkait secara horizontal termasuk
industri pendukung dan industri komplemen serta penguatan hubungan
dengan kegiatan sektor primer dan jasa yang mendukungnya; dan (3)
penyediaan sarana dan Prasarana investasi yang memadai .
13) Pelaksanaan perdagangan luar negeri yang dilakukan Kulon Progo diupayakan
lebih menguntungkan dan mendukung perekonomian daerah agar mampu
memaksimalkan manfaat sekaligus meminimalkan efek negatif dari proses
integrasi dengan dinamika globalisasi. Upaya tersebut diselenggarakan melalui
(a) perkuatan posisi daerah di dalam berbagai fora kerja sama perdagangan
internasional (skala global, regional, bilateral, dan multilateral) untuk
meningkatkan daya saing dan akses pasar ekspor daerah sekaligus
mengamankan kepentingan strategis daerah dalam rangka mengentaskan
kemiskinan, menurunkan tingkat pengangguran, mengembangkan perdesaan,
dan melindungi aktivitas perekonomian nasional dari persaingan dan praktik
perdagangan internasional yang tidak sehat, dan (b) pengembangan citra, standar
produk barang dan jasa daerah yang berkualitas internasional,
14) Perdagangan daerah diarahkan untuk memperkokoh sistem distribusi daerah,
regional dan nasional yang efisien dan efektif yang menjamin kepastian
berusaha untuk mewujudkan (a) berkembangnya lembaga perdagangan yang
efektif dalam perlindungan konsumen dan persaingan usaha secara sehat, (b)
terintegrasinya aktivitas perekonomian daerah, regional dan nasional dan
terbangunnya kesadaran penggunaan produksi dalam negeri, (c) meningkatnya
perdagangan antar wilayah/daerah, dan (d) terjaminnya ketersediaan bahan
pokok dan barang strategis lainnya dengan harga yang terjangkau.
15) Kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan
meningkatkan citra Kabupaten Kulon Progo meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal, serta memberikan perluasan kesempatan kerja. Pengembangan
kepariwisataan emanfaatkan keragaman pesona keindahan alam dan potensi
daerah secara arif dan berkelanjutan, serta mendorong kegiatan ekonomi yang
terkait dengan pengembangan budaya daerah.
16) Pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) diarahkan agar menjadi
pelaku ekonomi yang makin berbasis iptek dan berdaya saing dengan
produk impor, khususnya dalam menyediakan barang dan jasa kebutuhan
masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam
perubahan struktural dan memperkuat perekonomian domestik. Untuk itu,
pengembangan UKM dilakukan melalui peningkatan kompetensi perkuatan
kewirausahaan dan peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya
peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi
dan penerapan teknologi dalam iklim usahayang sehat. Pengembangan UKM
secara nyata akan berlangsung terintegrasi dalam modernisasi agribisnis dan
agroindustri, termasuk yang mendukung ketahanan pangan, serta perkuatan
basis produksi dan daya saing industri melalui pengembangan rumpun
industri, percepatan alih teknologi, dan peningkatan kualitas sumber daya
manusia.
17) Pengelolaan keuangan daerah bertumpu pada sistem anggaran yang
transparan, bertanggung jawab, dan dapat menjamin efektivitas pemanfaatan.
Sementara itu, sumber utama daerah yang berasal dari pajak dan lain – lain
terus ditingkatkan efektivitasnya. Kepentingan utama pembiayaan pemerintah
adalah penciptaan pembiayaan pembangunan yang dapat menjamin kemampuan
peningkatan pelayanan publik, baik di dalam penyediaan pelayanan dasar,
prasarana dan sarana fisik serta ekonomi, maupun mendukung peningkatan
daya saing ekonomi.
c. Penguasaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi
1) Pembangunan iptek diarahkan untuk menciptakan dan menguasai ilmu
pengetahuan baik ilmu pengetahuan dasar maupun terapan, serta
mengembangkan ilmu sosial dan humaniora untuk menghasilkan teknologi dan
memanfaatkan teknologi hasil penelitian, pengembangan, dan perekayasaan bagi
kesejahteraan masyarakat, kemandirian, dan daya saing masyarakat melalui
peningkatan kemampuan dan kapasitas iptek yang senantiasa berpedoman pada
nilai agama, nilai budaya, nilai etika, kearifan lokal, serta memperhatikan
sumber daya dan kelestarian fungsi lingkungan hidup.
2) Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan
energi; penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi;
penyediaan teknologi transportasi, dan teknologi kesehatan; pengembangan
teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan
pemanfaatannya dalam sektor produksi. Dukungan tersebut dilakukan melalui
pengembangan sumber daya manusia iptek, peningkatan anggaran riset,
pengembangan sinergi kebijakan iptek lintas sektor, perumusan agenda riset
yang selaras dengan kebutuhan pasar, peningkatan sarana dan prasarana iptek,
dan pengembangan mekanisme intermediasi iptek. Dukungan tersebut
dimaksudkan untuk penguatan sistem inovasi dalam rangka mendorong
pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan. Di samping itu, diupayakan
peningkatan kerja sama penelitian pemerintah daerah dengan lembaga
penelitian dan pengembangan (litbang), perguruan tinggi dan dunia usaha serta
penumbuhan industri baru berbasis produk litbang dengan dukungan modal
ventura dan bentuk lain.
d. Sarana dan Prasarana yang Memadai dan Maju
1) Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan
pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan
sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek
yang bersifat komersial. Kerja sama dengan swasta dalam pembangunan
sarana dan prasarana diarahkan untuk (a) menyediakan sarana dan prasarana
transportasi untuk pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri
serta pergerakan penumpang dan barang; (b) menghilangkan kesenjangan antara
pasokan dan kebutuhan serta efektivitas dan efisiensi tenaga listrik; (c)
meningkatkan teledensitas pelayanan telematika masyarakat pengguna jasa; dan
(d) memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat tanpa permukiman kumuh.
2) Pembangunan prasarana sumber daya air diarahkan untuk mewujudkan
fungsi air sebagai sumber daya sosial (social goods) dan sumber daya
ekonomi (economic goods) yang seimbang melalui pengelolaan yang terpadu,
efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan sehingga dapat menjamin
kebutuhan pokok hidup dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan diwujudkan melalui
pendekatan pengelolaan kebutuhan (demand management) yang ditujukan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan, pengonsumsian air,
dan pendekatan pengelolaan pasokan (supply management) yang ditujukan untuk
meningkatkan kapasitas dan keandalan pasokan air. Pengelolaan prasarana
sumber daya air diarahkan untuk mewujudkan peningkatan keandalan layanan
melalui kemitraan dengan dunia usaha tanpa membeban masyarakat, penguatan
kelembagaan masyarakat, dan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Selain itu, pola hubungan hulu-hilir akan terus dikembangkan agar
pola pengelolaan yang lebih berkeadilan dapat tercapai. Pengembangan dan
penerapan sistem pemanfaatan terpadu (conjunctive use) antara air permukaan
dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan
menjaga keberlanjutan ketersediaan air tanah. Pengendalian daya rusak air
mengutamakan pendekatan nonkonstruksi melalui konservasi sumber daya air
dan keterpaduan pengelolaan daerah aliran sungai. Peningkatan partisipasi
masyarakat dan kemitraan di antara pemangku kepentingan terus diupayakan
tidak hanya pada saat bencana, tetapi juga pada tahap pencegahan serta
pemulihan pasca bencana.
3) Pembangunan transportasi diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi,
sosial, dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan
pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan
pembangunan antar wilayah; membentuk dan memperkukuh kesatuan dan
persatuan serta memantapkan keamanan dan ketertiban serta membentuk
struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan. Untuk itu,
pembangunan transportasi dilaksanakan dengan mengembangkan jaringan
pelayanan secara antarmoda dan intramoda; menyelaraskan peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan transportasi yang
memberikan kepastian hukum dan iklim usaha yang kondusif; mendorong
seluruh pemangku kepentingan untuk berpartisipasi dalam penyediaan
pelayanan; meningkatkan iklim kompetisi secara sehat agar dapat meningkatkan
efisiensi dan memberikan alternatif bagi pengguna jasa dengan tetap
mempertahankan keberpihakan pemerintah sebagai regulator terhadap
pelayanan umum yang terjangkau kepada masyarakat; menyediakan pelayanan
angkutan umum masal yang didukung pelayanan pengumpan, yang aman,
nyaman, tertib, terjangkau dan ramah lingkungan serta bersinergi dengan
kebijakan tata guna lahan; serta meningkatkan budaya berlalu lintas yang tertib
dan disiplin. Untuk mendukung daya saing dan efisiensi angkutan penumpang
dan barang diarahkan pada perwujudan kebijakan yang menyatukan persepsi
dan langkah para pelaku penyedia jasa transportasi dalam konteks pelayanan;
mempercepat dan memperlancar pergerakan penumpang dan barang dari kota ke
desa atau sebaliknya melalui perbaikan manajemen transportasi antarmoda dan
intramoda; meningkatkan pembangunan jalan bebas hambatan pada koridor-
koridor strategis.
4) Pembangunan telematika diarahkan untuk mendorong terciptanya masyarakat
berbasis informasi (knowledge-based society) melalui penciptaan landasan
kompetisi jangka panjang penyelenggaraan telematika dalam lingkungan
multioperator; pengantisipasian implikasi dari konvergensi telekomunikasi,
teknologi informasi, dan penyiaran, baik mengenai kelembagaan maupun
peraturan termasuk yang terkait dengan isu keamanan, kerahasiaan, privasi,
dan integritas informasi; penerapan hak kekayaan intelektual;
pengoptimalan pembangunan dan pemanfaatan prasarana telematika dan
prasarana nontelekomunikasi dalam penyelenggaraan telematika;
penerapan konsep teknologi netral yang responsif terhadap kebutuhan
pasar dan industri dengan tetap menjaga keutuhan sistem yang telah ada;
peningkatan sinergi dan integrasi prasarana jaringan menuju next
generation network; peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat
terhadap potensi pemanfaatan telematika serta pemanfaatan dan
pengembangan aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi;
pengembangan industri dalam negeri; dan industri konten sebagai upaya
penciptaan nilai tambah dari informasi.
5) Pembangunan sarana dan prasarana energi dan ketenagalistrikan
diarahkan pada pengembangan sarana dan prasarana energi untuk
meningkatkan akses dan pelayanan konsumen terhadap energi melalui (1)
pengembangan kemampuan pemenuhan kebutuhan tenaga listrik secara
memadai dan dapat memiliki kehandalan yang tinggi melalui pembangkit
baru (angin, matahari, air); (2) pengembangan daya guna iptek yang
melibatkan dunia usaha, pendidikan, pemerintah, dan masyarakat secara
terintegrasi dan bersifat strategis berbasis transfer pengetahuan (knowledge
transfer) termasuk pengembangan standarisasi produk .
6) Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk
mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan
sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi,
pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap
kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan
sektor sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta
kesehatan.
e. Reformasi Hukum dan Birokrasi
1) Pembangunan hukum diarahkan untuk menghilangkan kemungkinan
terjadinya tindak pidana korupsi serta mampu menangani dan
menyelesaikan secara tuntas permasalahan yang terkait kolusi, korupsi,
nepotisme (KKN). Pembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaruan materi
hukum dengan tetap memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang
berlaku dan pengaruh globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan
kepastian dan perlindungan hukum, penegakan hukum dan hak-hak asasi
manusia (HAM), kesadaran hukum, serta pelayanan hukum yang berintikan
keadilan dan kebenaran, ketertiban dan kesejahteraan dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan yang makin tertib, teratur, lancar, serta
berdaya saing global.
2) Pembangunan aparatur pemerintah dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur daerah dan untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik agar mampu mendukung keberhasilan
pembangunan.
3. MEWUJUDKAN MASYARAKAT KULON PROGO YANG DEMOKRATIS
BERLANDASKAN HUKUM
Demokratis yang berlandaskan hukum merupakan landasan penting untuk
mewujudkan pembangunan Kulon Progo yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan
batin. Demokrasi dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai
kegiatan pembangunan, dan memaksimalkan potensi masyarakat, serta
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Hukum pada dasarnya bertujuan untuk memastikan munculnya
aspek-aspek positif dan menghambat aspek negatif kemanusiaan serta
memastikan terlaksananya keadilan untuk semua warga tanpa memandang dan
membedakan kelas sosial, agama, maupun gender. Hukum yang ditaati dan
diikuti akan menciptakan ketertiban dan keterjaminan hak-hak dasar masyarakat
secara maksimal.
Untuk mewujudkan masyarakat Kulon Progo yang demokratis berdasarkan hukum
dilakukan dengan memantapkan pelembagaan demokrasi yang lebih kokoh;
memperkuat peran masyarakat sipil sehingga proses pembangunan partisipatoris
yang bersifat bottom up bisa berjalan; menumbuhkan masyarakat tanggap
(responsive community) yang akan mendorong semangat sukarela (spirit of
voluntarism) yang sejalan dengan makna gotong royong; memperkuat
kualitas desentralisasi dan otonomi daerah; menjamin perkembangan dan
kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan masyarakat;
meningkatkan budaya hukum dan menegakkan hukum secara adil, konsekuen,
tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat kecil.
a. Pelaksanaan struktur politik yang dititikberatkan pada proses pelembagaan
demokrasi dilakukan dengan (a) mempromosikan dan mensosialisasikan
pentingnya keberadaan aturan hukum yang kuat dan memiliki kredibilitas
tinggi sebagai pedoman dasar bagi sebuah proses demokratisasi
berkelanjutan; (b) menata hubungan antara kelembagaan politik dan
kelembagaan Pemerintahan; (c) meningkatkan kinerja lembaga-lembaga
penyelenggara pemerintahan dalam menjalankan kewenangan dan fungsi-fungsi
yang diberikan oleh konstitusi dan peraturan perundangan; (d) mendukung
pelaksanaan desentralisasi dan memantapkan pelaksanaan otonomi daerah;
dan (e) mewujudkan pelembagaan demokrasi yang berkelanjutan.
b. Penataan peran pemerintah dan masyarakat dititikberatkan pada pembentukan
kemandirian dan kedewasaan masyarakat. Kemandirian masyarakat
dilakukan untuk memperkuat kemandirian bidang ekonomi dan pendidikan.
Di samping itu, penataan peran pemerintah dan masyarakat diarahkan pada
penataan fungsi-fungsi yang positif dari pranata-pranata kemasyarakatan,
dan partai politik untuk membangun kemandirian masyarakat dalam mengelola
berbagai potensi konflik sosial yang dapat merusak serta memberdayakan
berbagai potensi positif masyarakat bagi pembangunan.Upaya untuk
mendorong perwujudan masyarakat sipil yang kuat perlu juga memperhatikan
pengaruh pasar dalam kehidupan sosial politik agar tidak terjadi ekses-ekses
negatif dan kesenjangan sosial yang merugikan kehidupan masyarakat.
c. Penataan proses politik yang dititikberatkan pada pengalokasian/representasi
kekuasaan diwujudkan dengan (a) meningkatkan secara terus menerus
kualitas proses dan mekanisme seleksi publik yang lebih terbuka bagi para
pejabat politik dan publik serta (b) mewujudkan komitmen politik yang tegas
terhadap pentingnya kebebasan media massa dan keleluasaan berserikat,
berkumpul, dan berpendapat setiap warga berdasarkan aspirasi politiknya
masing-masing.
d. Pengembangan budaya politik yang dititikberatkan pada penanaman nilai-nilai
demokratis diupayakan melalui (a) penciptaan kesadaran budaya dan
penanaman nilai-nilai politik demokratis, terutama penghormatan nilai-nilai
HAM, nilai-nilai persamaan, anti kekerasan, serta nilai-nilai toleransi, melalui
berbagai wacana dan media serta (b) upaya mewujudkan berbagai wacana
dialog bagi peningkatan kesadaran mengenai pentingnya memelihara persatuan
bangsa.
e. Peningkatan peranan komunikasi dan informasi yang ditekankan pada
pencerdasan masyarakat dalam kehidupan politik dilakukan dengan (a)
mewujudkan kebebasan pers yang lebih mapan, terlembaga serta menjamin hak
masyarakat luas untuk berpendapat dan mengontrol jalannya penyelenggaraan
pemerintahan secara cerdas dan demokratis; (b) mewujudkan pemerataan
informasi yang lebih besar dengan mendorong munculnya media-media massa
daerah yang independen; (c) mewujudkan regulasi dalam bidang penyiaran
sehingga dapat lebih menjamin pemerataan informasi secara luas dan
mencegah monopoli informasi; (d) menciptakan jaringan informasi yang bersifat
interaktif antara masyarakat dan kalangan pengambil keputusan politik untuk
menciptakan kebijakan yang lebih mudah dipahami masyarakat luas; (e)
menciptakan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu
menghubungkan seluruh link informasi yang ada di seluruhwilayah Kabupaten
Kulon Progo sebagai suatu kesatuan yang mampu mengikat rasa kesatuan
dan persatuan; (f) memanfaatkan jaringan teknologi informasi dan
komunikasi secara efektif agar mampu memberikan informasi yang lebih
komprehensif kepada masyarakat supaya tidak terjadi kesalahpahaman serta (g)
meningkatkan peran lembaga independen di bidang komunikasi dan informasi
untuk lebih mendukung proses pencerdasan masyarakat dalam kehidupan
politik dan perwujudan kebebasan pers yang lebih mapan.
f. Pembangunan hukum diarahkan pada makin terwujudnya peraturan
perundang-undangan daerah yang lebih mantap mencakup materi
perundang-undangan daerah, struktur perundang-undangan daerah;
perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran dan budaya hukum
yang tinggi dalam rangka mewujudkan penegakan hukum; serta penciptaan
kehidupan masyarakat yang adil dan demokratis. Pembangunan hukum
dilaksanakan melalui pembaruan perundang-undangan daerah dengan
tetap memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku dan pengaruh
globalisasi sebagai upaya untuk meningkatkan kepastian dan perlindungan
hukum, penegakan hukum dan HAM, kesadaran hukum, serta pelayanan
hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran, ketertiban, dan
kesejahteraan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang makin tertib
dan teratur sehingga penyelenggaraan pembangunan daerah akan makin lancar.
g. Pembangunan materi perundang-undangan daerah diarahkan untuk
melanjutkan pembaharuan produk perundang-undangan daerah untuk
menggantikan peraturan perundang-undangan daerah yang tidak sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan kemajuan masyarakat yang mencerminkan
nilai-nilai sosial dan kepentingan masyarakat Kulon Progo serta mampu
mendorong tumbuhnya kreativitas dan melibatkan masyarakat untuk
mendukung pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
Daerah Di sisi lain, perundang-undangan daerah yang baru juga harus
mampu mengisi kekurangan/kekosongan hukum sebagai pengarah dinamika
lingkungan strategis yang sangat cepat berubah.
h. Penerapan dan penegakan hukum dan hak asasi manusia (HAM)
dilaksanakan secara tegas, lugas, profesional, dan tidak diskriminatif
dengan tetap berdasarkan pada penghormatan terhadap hak-hak asasi
manusia (HAM), keadilan, dan kebenaran, terutama dalam penyelidikan,
penyidikan, dan persidangan yang transparan dan terbuka dalam rangka
mewujudkan tertib sosial dan disiplin sosial sehingga dapat mendukung
pembangunan serta memantapkan stabilitas daerah yang mantap dan dinamis.
Penegakan hukum dan hak-hak asasi manusia (HAM) dilakukan terhadap
berbagai tindak pidana, terutama yang akibatnya dirasakan langsung oleh
masyarakat luas, antara lain tindak pidana korupsi, kerusakan lingkungan,
dan penyalahgunaan narkotik dan zat adiktif lainnya. Peningkatan
perwujudan masyarakat yang mempunyai kesadaran hukum yang tinggi
terus ditingkatkan dengan lebih memberikan akses terhadap segala
informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan akses kepada masyarakat
terhadap pelibatan dalam berbagai proses pengambilan keputusan
pelaksanaan pembangunan daerah sehingga setiap anggota masyarakat
menyadari dan menghayati hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat.
Akibatnya, akan terbentuk perilaku warga masyarakat Kulon Progo yang
mempunyai rasa memiliki dan taat hukum. Peningkatan perwujudan
masyarakat yang mempunyai kesadaran hukum yang tinggi harus didukung oleh
pelayanan dan bantuan hukum dengan biaya yang terjangkau, proses yang tidak
berbelit, dan penetapan putusan yang mencerminkan rasa keadilan.
i. Penuntasan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan aparatur pemerintah
dicapai dengan penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik
pada semua tingkat, lini pemerintahan, dan semua kegiatan; pemberian
sanksi yang seberat-beratnya kepada pelaku penyalahgunaan kewenangan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku; peningkatan intensitas dan
efektivitas pengawasan aparatur pemerintah melalui pengawasan internal,
pengawasan fungsional, dan pengawasan masyarakat; serta peningkatan etika
birokrasi dan budaya kerja serta pengetahuan dan pemahaman para
penyelenggara pemerintahan terhadap prinsip-prinsip ketatapemerintahan
yang baik.
4. MEWUJUDKAN KULON PROGO YANG AMAN, DAMAI DAN BERSATU
Gangguan keamanan dalam berbagai bentuk kejahatan dan potensi konflik
horisontal akan meresahkan dan berakibat pada pudarnya rasa aman
masyarakat . Terjaminnya keamanan, ketertiban dan adanya rasa aman bagi
masyarakat merupakan syarat penting bagi terlaksananya pembangunan di berbagai
bidang.
a. Keamanan daerah diwujudkan melalui keterpaduan pembangunan keamanan
dan ketertiban, dan pembangunan keamanan sosial yang diselenggarakan
berdasarkan kondisi geografi, demografi, sosial, dan budaya .
b. Sistem dan strategi menciptakan keamanan dan ketertiban secara terus
menerus disempurnakan untuk mendukung terciptanya sistem keamanan dan
ketertiban yang melibatkan seluruh komponen masyarakat berdasarkan
kapabilitas aparatur agar secara simultan mampu mengatasi ancaman kejahatan
dan tindakan yang meresahkan.
c. Pembangunan keamanan dan ketertiban diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme aparatur beserta institusi terkait dengan meningkatkan peran
serta masyarakat dalam rangka mewujudkan terjaminnya keamanan dan
ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan masyarakat.
5. MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG LEBIH MERATA DAN
BERKEADILAN
a. Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen
masyarakat di berbagai wilayah akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat
dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan
potensi konflik sosial untuk tercapainya Kulon Progo yang maju, mandiri,
sejahtera lahir dan batin.
b. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan
peluang keunggulan sumberdaya darat dan laut, serta memperhatikan
prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Tujuan
utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya. Pelaksanaan pengembangan
wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan semua
rencana pembangunan sektor, bidang dan selaras dengan perencanaan
tingkat Propinsi dan Nasional. Rencana pembangunan dijabarkan dan
disinkronisasikan ke dalam rencana tata ruang yang konsisten, baik materi
maupun jangka waktunya.
c. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan
cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah
tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi
yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih
ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industri dan
distribusi. Upaya itu dapat dilakukan melalui pengembangan produk
unggulan, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan
dan kerja sama antar sektor, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung
peluang berusaha dan investasi di daerah.
d. Keberpihakan pemerintah daerah ditingkatkan untuk mengembangkan
wilayah-wilayah strategis, sehingga wilayah tersebut dapat tumbuh dan
berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi ketertinggalan
pembangunannya dengan wilayah lain. Pendekatan pembangunan yang perlu
dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat secara langsung dan skema
pemberian dana bergulir/penguatan modal.
e. Peningkatan peran dan fungsi perkotaan agar tidak hanya berfungsi sebagai
kota tempat tinggal (dormitory town) saja, tetapi juga menjadi kota mandiri; (2)
pengembangan kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan seperti industri
jasa keuangan, perbankan, asuransi, dan industri telematika serta peningkatan
kemampuan keuangan daerah perkotaan; dan (3) perevitalan kawasan kota
yang meliputi pengembalian fungsi kawasan melalui pembangunan kembali
kawasan; peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya; serta penataan
kembali pelayanan fasilitas publik.
f. Percepatan pembangunan kota-kota kecamatan ditingkatkan sehingga
diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai 'motor penggerak'
pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya maupun dalam melayani kebutuhan
warga kotanya. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, antara
lain, memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan sesuai dengan tipologi
kota masing-masing.
g. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan
kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil
produksi wilayah perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan
ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu 'sistem wilayah pengembangan
ekonomi'. Peningkatan keterkaitan tersebut memerlukan perluasan dan
diversifikasi aktivitas ekonomi dan perdagangan (non pertanian) di pedesaan yang
terkait dengan pasar di perkotaan.
h. Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri padat
pekerja, terutama bagi kawasan yang berbasiskan pertanian dan kelautan;
peningkatan kapasitas sumber daya manusia di perdesaan khususnya dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pengembangan jaringan infrastruktur
penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecamatan
terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang
saling komplementer dan saling menguntungkan; peningkatan akses informasi
dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan teknologi;
pengembangan social capital dan human capital yang belum tergali potensinya
sehingga kawasan perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber daya
alam saja; intervensi harga dan kebijakan perdagangan yang berpihak ke
produk pertanian, terutama terhadap harga dan upah.
i. Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan
ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah
disusun secara hierarki. Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang
perlu ditingkatkan (a) kompetensi sumber daya manusia dan kelembagaan
di bidang penataan ruang, (b) kualitas rencana tata ruang, dan (c)
efektivitas penerapan dan penegakan hukum dalam perencanaan, pemanfaatan,
maupun pengendalian pemanfaatan ruang.
j. Menerapkan sistem pengelolaan pertanahan yang efisien, efektif, serta
melaksanakan penegakan hukum terhadap hak atas tanah dengan menerapkan
prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan demokrasi. Selain itu, perlu
dilakukan penyempurnaan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan
pemanfaatan tanah melalui pelaksanaan berbagai aturan dan perundang-
undangan tentang pertanahan serta penciptaan insentif/disinsentif
perpajakan yang sesuai dengan luas, lokasi, dan penggunaan tanah agar
masyarakat golongan ekonomi lemah dapat lebih mudah mendapatkan hak
atas tanah, serta percepatan penertiban administrasi pertanahan atas hak milik.
k. Kapasitas pemerintah daerah dikembangkan melalui peningkatan kapasitas
aparat pemerintah daerah, kapasitas kelembagaan pemerintah daerah,
kapasitas keuangan pemerintah daerah, serta kapasitas lembaga legislatif
daerah. Selain itu, pemberdayaan masyarakat akan terus dikembangkan melalui
peningkatan pengetahuan dan keterampilan; peningkatan akses pada modal
usaha dan sumber daya alam; pemberian kesempatan luas untuk
menyampaikan aspirasi terhadap kebijakan dan peraturan yang menyangkut
kehidupan mereka; serta peningkatan kesempatan dan kemampuan untuk
mengelola usaha ekonomi produktif yang mendatangkan kemakmuran dan
mengatasi kemiskinan.
l. Peningkatan kerja sama dengan daerah lain ditingkatkan dalam rangka
memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif Kulon Progo;
menghilangkan ego daerah yang berlebihan; serta menghindari timbulnya
inefisiensi dalam pelayanan publik. Pembangunan kerja sama dengan daerah
lain melalui sistem jejaring antar daerah akan sangat bermanfaat sebagai
sarana berbagi pengalaman, berbagi keuntungan dari kerja sama, maupun
berbagi tanggung jawab pembiayaan secara proporsional, baik dalam
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana maupun dalam
pembangunan lainnya.
m. Sistem ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian
pangan daerah dengan mengembangkan kemampuan produksi daerah yang
didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik
dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang
didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman
lokal.
n. Koperasi yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan menjadi wahana yang
efektif untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para
anggotanya, baik produsen maupun konsumen di berbagai sektor kegiatan
ekonomi sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya
peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Sementara itu,
pemberdayaan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan
pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka
mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan
kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta sekaligus
mendorong adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha.
o. Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan
sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada
kelompok masyarakat yang kurang beruntung (miskin, fakir, usia
lanjut, penderita cacat, terlantar) dan masyarakat yang tinggal di wilayah
tertinggal serta wilayah rawan bencana.
p. Pembangunan kesejahteraan sosial dalam rangka memberikan perlindungan pada
kelompok masyarakat yang kurang beruntung (miskin, fakir, usia lanjut,
penderita cacat, terlantar) disempurnakan melalui penguatan lembaga
jaminan sosial yang didukung oleh peraturan-peraturan perundangan,
pendanaan, serta sistem Nomor Induk Kependudukan (NIK). Pemberian
jaminan sosial dilaksanakan dengan mempertimbangkan budaya dan
kelembagaan yang sudah berakar di masyarakat.
q. Sistem perlindungan dan jaminan sosial disusun, ditata, dan dikembangkan untuk
memastikan dan memantapkan pemenuhan hak-hak rakyat akan pelayanan sosial
dasar. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang sudah disempurnakan
bersama Sistem Perlindungan Sosial Nasional (SPSN) yang didukung oleh
peraturan perundang-undangan, pendanaan serta Sistem Nomor Induk
Kependudukan (NIK) dapat memberikan perlindungan penuh kepada
masyarakat luas secara bertahap sehingga Pengembangan SPSN dan SJSN
dilaksanakan dengan memperhatikan budaya dan sistem yang sudah berakar di
kalangan masyarakat Kulon Progo.
r. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya diarahkan
pada (1) penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan,
memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung
oleh prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas
yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan efisien; (2)
penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana
pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi pembiayaan
yang berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan lapangan kerja,
serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan; dan (3)
pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya
yang memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup.
s. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan
sanitasi diarahkan pada (a) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset
management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi; (b) pemenuhan
kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; (c)
penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan
profesional; dan (d) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam
pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.
t. Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan,
perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap
dengan mengutamakan prinsip kesetaraan dan non diskriminasi. Kebijakan
penanggulangan kemiskinan juga diarahkan pada komitmen pemerintah
daerah sebagai bagian dari upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat
miskin.
6. MEWUJUDKAN KULON PROGO ASRI DAN LESTARI
Sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal pembangunan daerah
dan sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan. Kondisi lingkungan yang
tertata rapi, indah, sehat, memberikan suasana nyaman bagi masyarakat dan
menarik bagi wisatawan. Sumber daya alam yang lestari akan menjamin
tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Lingkungan hidup
yang asri akan meningkatkan kualitas masyarakat. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan Kulon Progo yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin, sumber
daya alam dan lingkungan hidup harus dikelola secara seimbang untuk menjamin
keberlanjutan pembangunan daerah. Penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang
berkelanjutan di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.
a. Penataan kawasan perkotaan dan perdesaan
Kawasan perkotaan didorong untuk terwujudnya kawasan yang nyaman dan asri
didukung dengan ketersediaan kebutuhan fasilitas dasar perkotaan, penataan fasilitas
pelayanan publik dan peningkatan kualitas lingkungan. Kawasan perdesaan didorong
untuk terwujudnya kawasan yang nyaman dan asri dengan tetap memperhatikan kondisi
alamiahnya dan didukung ketersediaan prasarana dasar penunjang kegiatan produksi
perdesaan dan kualitas lingkungan yang baik dan indah.
b. Penataan bangunan dan lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan dilaksanakan untuk mewujudkan tata bangunan dan
lingkungan yang nyaman, aman dan asri serta berkelanjutan dengan tetap memperhatikan
daya dukung terhadap aktivitas masyarakat, memperhatikan nilai-nilai lokal seperti
arsitektur tradisional dan bahan-bahan lokal.
c. Mendayagunakan Sumber Daya Alam yang Terbarukan.
Sumber daya alam terbarukan, baik di darat dan di laut, harus dikelola dan
dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan bertanggung jawab dengan
mendayagunakan seluruh fungsi dan manfaat secara seimbang. Pengelolaan
sumber daya alam terbarukan yang sudah berada dalam kondisi kritis diarahkan
pada upaya untuk merehabilitasi dan memulihkan daya dukungnya yang
selanjutnya diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan sehingga tidak
semakin merusak dan menghilangkan kemampuannya sebagai modal bagi
pembangunan yang berkelanjutan. Hasil atau pendapatan yang berasal dari
pemanfaatan sumber daya alam terbarukan diinvestasikan kembali guna
menumbuhkembangkan upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Di samping itu,
pemanfaatan sumber daya alam yang terbarukan akan diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan energi.
d. Mengelola Sumber Daya Alam yang Tidak Terbarukan.
Pengelolaan sumber daya alam tak terbarukan, seperti bahan tambang dan mineral
diarahkan untuk tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan
sebagai masukan untuk proses produksi yang dapat menghasilkan nilai tambah
yang optimal bagi daerah. Selain itu, sumber daya alam tak terbarukan
pemanfaatannya harus seefisien mungkin dan menerapkan strategi memperbesar
cadangan dan diarahkan untuk mendukung proses produksi. Hasil atau pendapatan
yang diperoleh dari kelompok sumber daya alam tersebut diarahkan untuk
percepatan pertumbuhan ekonomi dengan diinvestasikan pada sektor-sektor lain
yang produktif, juga untuk upaya reklamasi, konservasi, dan memperkuat
pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif, seperti energi yang
memanfaatkan seperti biomassa, biogas, mikrohidro, energi matahari, arus laut,
tenaga angin yang ramah lingkungan. Pengembangan sumber-sumber energi
alternatif itu disesuaikan dengan kondisi masyarakat dengan tetap
mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Di samping itu, pengembangan energi
juga mempertimbangkan harga energi yang memperhitungkan biaya produksi,
menginternalisasikan biaya lingkungan, serta mempertimbangkan kemampuan
ekonomi masyarakat. Dengan demikian, pembangunan energi terus diarahkan
kepada keragaman energi dan konservasi energi dengan memperhatikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengembangan energi juga dilaksanakan
dengan memperhatikan komposisi penggunaan energi (diversifikasi) yang optimal
bagi setiap jenis energi.
e. Menjaga dan Melestarikan Sumber Daya Air.
Pengelolaan sumber daya air diarahkan untuk menjamin keberlanjutan daya
dukungnya dengan menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan
keberadaan air tanah; mewujudkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan
melalui pendekatan demand management yang ditujukan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penggunaan dan konsumsi air dan pendekatan supply
management yang ditujukan untuk meningkatan kapasitas dan keandalan
pasokan air; serta memperkokoh kelembagaan sumber daya air untuk
meningkatkan keterpaduan dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.
f. Mengembangkan Potensi Sumber Daya laut.
Arah pembangunan ke depan perlu memperhatikan pendayagunaan sumber daya
laut, pesisir, pendekatan keterpaduan dalam kebijakan dan perencanaan
menjadi prasyarat utama dalam menjamin keberlanjutan proses ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Selain itu, kebijakan dan pengelolaan pembangunan laut harus
merupakan keterpaduan antara sektor lautan dan daratan serta menyatu
dalam strategi pembangunan daerah sehingga potensi sumber daya darat dan laut
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat.
g. Memperhatikan dan Mengelola Keragaman Jenis Sumber Daya Alam yang ada
pada setiap wilayah.
Kebijakan pengembangan sumber daya alam yang khas dilaksanakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mengembangkan wilayah strategis dan
cepat tumbuh, serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan. Peningkatan partisipasi masyarakat akan
pentingnya pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dilakukan
pemerintah daerah antara lain melalui pemberdayaan terhadap berbagai institusi
sosial dan ekonomi di tingkat lokal. Pengelolaan sumber daya alam tetap
mengedepankan aspek keberlanjutan bagi generasi mendatang. Untuk itu,
diperlukan tata ruang wilayah yang mantap disertai penegakan agar menjadi
pedoman pemanfaatan sumber daya alam yang optimal dan lestari.
h. Mitigasi Bencana Alam Sesuai dengan Kondisi Geologi Kulon Progo.
Secara geografis Kulon Progo berada di wilayah rawan bencana. Kebijakan
pembangunan berwawasan lingkungan memberikan ruang untuk mengembangkan
kemampuan dan penerapan sistem deteksi dini serta sosialisasi dan diseminasi
informasi secara dini terhadap ancaman kerawanan bencana alam kepada
masyarakat. Untuk itu, perlu ditingkatkan identifikasi dan pemetaan daerah-daerah
rawan bencana agar dapat diantisipasi secara dini. Hal itu dapat memberikan
manfaat besar bagi masyarakat dan memberikan perlindungan terhadap
manusia dan harta benda karena adanya perencanaan wilayah yang
peduli/peka terhadap bencana alam.
i. Mengendalikan Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala
bidang. Pembangunan ekonomi diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan
yang ramah lingkungan sehingga tidak mempercepat terjadinya degradasi dan
pencemaran lingkungan. Pemulihan dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup
diprioritaskan pada upaya peningkatan daya dukung lingkungan dalam menunjang
pembangunan berkelanjutan.
j. Meningkatkan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup.
Kebijakan pengelolaan sumber daya alam perlu didukung oleh peningkatan
kelembagaan pengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup; penegakan
hukum lingkungan yang adil dan tegas serta sistem politik yang kredibel dalam
mengendalikan konflik; peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas;
perluasan penerapan etika lingkungan. Selanjutnya, cara pandang terhadap
lingkungan hidup yang berwawasan etika lingkungan perlu didorong melalui
internalisasi ke dalam kegiatan produksi dan konsumsi, dengan cara menanamkan
nilai dan etika lingkungan dalam kehidupan sehari-hari termasuk proses
pembelajaran sosial, serta pendidikan formal pada semua tingkatan.
k. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Mencintai Lingkungan Hidup.
Kebijakan itu diarahkan terutama bagi generasi muda sehingga tercipta sumber
daya manusia yang berkualitas dan peduli terhadap isu sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Dengan demikian, pada masa yang akan datang mereka
mampu berperan sebagai penggerak bagi penerapan konsep pembangunan
berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.
7. MEWUJUDKAN WILAYAH PANTAI DAN LAUT KULON PROGO YANG
MAJU DAN MANDIRI
Pembangunan wilayah pantai dan pengelolaan kelautan diarahkan pada pola
pembangunan berkelanjutan berdasarkan pengelolaan sumber daya pantai/pesisir
berbasiskan ekosistem, yang meliputi aspek-aspek sumber daya manusia dan
kelembagaan, politik, ekonomi, lingkungan hidup, sosial budaya, keamanan, dan
teknologi.
a. Membangkitkan wawasan dan budaya bahari, antara lain, melalui (a) pendidikan
dan penyadaran masyarakat tentang kelautan yang dapat diwujudkan melalui
semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan; (b) melestarikan nilai-nilai budaya
serta wawasan bahari serta merevitalisasi kearifan lokal di bidang kelautan;
b. Meningkatkan dan menguatkan peranan sumber daya manusia di bidang kelautan
yang diwujudkan, antara lain, dengan (a) mendorong jasa pendidikan dan
pelatihan yang berkualitas di bidang kelautan untuk bidang-bidang keunggulan
yang diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja dan (b) mengembangkan
standar kompetensi sumber daya manusia di bidang kelautan. Selain itu, perlu
juga dilakukan peningkatan dan penguatan peranan ilmu pengetahuan dan
teknologi, riset, dan pengembangan sistem informasi kelautan.
c. Mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal, dan berkelanjutan yang
meliputi (a) perhubungan laut; (b) industri maritim; (c) perikanan; (d) wisata
bahari; (e) energi dan sumber daya mineral; (f) bangunan laut; dan (g) jasa
kelautan.
d. Mengurangi dampak bencana pesisir dan pencemaran laut dilakukan melalui (a)
pengembangan sistem mitigasi bencana; (b) pengembangan early warning
system; (c) pengembangan perencanaan daerah tanggap darurat tumpahan
minyak di laut; (d) pengendalian dampak aktivitas di laut.
e. Meningkatkan kesejahteraan keluarga miskin di kawasan pesisir dilakukan
dengan mengembangkan kegiatan ekonomi produktif skala kecil yang mampu
memberikan lapangan kerja lebih luas kepada keluarga miskin.
8. MEWUJUDKAN KULON PROGO BERPERAN PENTING DALAM
LINGKUP REGIONAL MAUPUN NASIONAL
Kabupaten Kulon Progo secara geografis berada pada posisi strategis, dengan
jumlah penduduk yang cukup besar, serta memiliki sumberdaya alam darat dan
laut yang potensial, memiliki peluang dan potensi mempengaruhi dan membentuk
opini regional maupun nasional dalam rangka memperjuangkan kepentingan
daerah. Dalam rangka mewujudkan Kulon Progo maju, mandiri, sejahtera lahir dan
batin, sangat penting untuk berperan aktif dan bekerja sama dengan daerah baik di
tingkat regional, nasional maupun internasional.
a. Kerja sama antar daerah pada tingkat regional, nasional dan
Internasional terus ditingkatkan dengan penekanan pada proses
pemberdayaan posisi kabupaten sebagai daerah yang memiliki potensi
dan keunggulan untuk dapat dikembangkan dan menguntungkan bagi
kepentingan daerah, termasuk peningkatan kapasitas aparatur dan
keterlibatan masyarakat. Kerjasama luar negeri, melalui optimalisasi
pemanfaatan diplomasi dan hubungan luar negeri Indonesia dengan
memaknai secara positif berbagai peluang yang menguntungkan bagi
kepentingan daerah yang muncul dari perspektif baru dalam hubungan
internasional yang dinamis.
b. Peningkatan efektivitas dan perluasan fungsi jaringan kerja sama yang
ada demi membangun daerah di bidang politik, ekonomi, sosial,
kebudayaan, dan keamanan menuju terbentuknya kerja sama daerah yang
lebih solid. c. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban melalui upaya peningkatan saling
pengertian politik dan budaya, baik antar daerah maupun antar
masyarakat serta peningkatan kerja sama antar daerah dalam
membangun tatanan hubungan dan kerja sama ekonomi yang lebih
seimbang. d. Penguatan jaringan hubungan dan kerja sama yang produktif antar
tokoh-tokoh yang berperan di tingkat daerah, nasional maupun
internasional.
B. TAHAPAN DAN SKALA PRIORITAS
Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana dimaksud di atas, pembangunan
jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi
agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah. Tahapan dan skala
prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak
diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu, tekanan
skala prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, tetapi semua itu harus
berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan
sasaran pokok pembangunan jangka panjang.
Setiap sasaran pokok dalam delapan misi pembangunan jangka panjang dapat
ditetapkan prioritasnya dalam masing-masing tahapan. Prioritas masing-masing
misi dapat diperas kembali menjadi prioritas utama. Prioritas utama
menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan. Atas dasar
tersebut, tahapan dan skala prioritas utama dapat disusun sebagai berikut.
1. RPJM ke-1 (2005 - 2009)
Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap sebelumnya,
RPJM I diarahkan untuk membangun di segala bidang yang ditujukan untuk
menciptakan Kabupaten Kulon Progo yang aman dan damai, sejahtera lahir dan
batin.
Kulon Progo yang aman dan damai ditandai dengan meningkatnya rasa aman
dan damai serta terjaganya keamanan dan ketertiban, melalui tertanganinya
permasalahan keamanan dan ketertiban yang merupakan landasan bagi
kelancaran pelaksanaan pembangunan, sehingga Kulon Progo berperan dalam
menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban di wilayah regional maupun
nasional. Kondisi itu didukung oleh berkembangnya nilai baru yang positif dan
produktif pada setiap aspek kehidupan.
Kulon Progo yang sejahtera lahir batin dan demokratis ditandai dengan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat Kulon Progo; menurunnya angka
pengangguran dan jumlah penduduk miskin sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi yang berkualitas; berkurangnya kesenjangan antarwilayah, termasuk
meningkatnya pengelolaan sumber daya pesisir dan laut; meningkatnya
kualitas sumber daya manusia, termasuk sumber daya manusia di bidang
kelautan yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
membaiknya pengelolaan sumber daya alam dan mutu lingkungan hidup.
Kondisi itu dicapai dengan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui
penciptaan iklim yang lebih kondusif, termasuk membaiknya infrastruktur.
Percepatan pembangunan infrastruktur lebih didorong melalui peningkatan peran
swasta dengan meletakkan dasar-dasar kebijakan dan regulasi serta reformasi dan
restrukturisasi kelembagaan, terutama untuk bidang pertanian, pariwisata,
transportasi, kelistrikan, dan telematika. Bersamaan dengan itu dilaksanakan
rintisan kawasan Industri, kawasan agropolitan, kawasan pariwisata, pembangunan
Jalan jalur Lintas Selatan, pembangunan pelabuhan penangkapan Ikan dan
Samudra, Bandar Udara, tambang pasir besi dan pabrik Baja serta penempatan
Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal).
Peningkatan kualitas sumber daya manusia, antara lain, ditandai dengan
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Pembangunan
Gender (IPG) yang diarahkan untuk membangun bangsa yang berkarakter
cerdas , adi l dan beradab, berkepribadian nasional, tangguh, kompetitif,
bermoral, dan berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan
perilaku manusia dan masyarakat Kulon Progo yang beragama, beriman, dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi luhur,
toleran terhadap keberagaman, bergotong-royong, patriotik, dinamis, dan
berorientasi iptek; meningkatkan kualitas dan akses masyarakat terhadap
pelayanan pendidikan dan kesehatan; meningkatkan kesejahteraan dan
perlindungan perempuan dan anak; dan mengendalikan jumlah dan laju
pertumbuhan penduduk.
Dengan meningkatnya keadilan dan penegakan hukum; terciptanya landasan
hukum untuk memperkuat kelembagaan demokrasi; meningkatnya kesetaraan
gender di berbagai bidang pembangunan; terciptanya landasan bagi upaya
penegakan supremasi hukum dan penegakan hak-hak asasi manusia yang
bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Bersamaan dengan itu, pelayanan kepada masyarakat makin membaik
dengan meningkatnya penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah yang
tercermin dengan terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah;
serta tertatanya kelembagaan birokrasi dalam mendukung percepatan terwujudnya
tata pemerintahan yang baik.
Bersamaan dengan hal tersebut ditingkatkan mitigasi bencana alam sesuai dengan
kondisi geologi Kulon Progo. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
didukung oleh meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mencintai
lingkungan hidup dan menyadari keadaan wilayah yang rawan bencana sehingga
makin peduli dan antisipatif. Hal itu didukung oleh pengembangan kelembagaan
dan peningkatan kapasitas di setiap tingkatan pemerintahan dalam rangka
penanggulangan bencana serta diacunya rencana tata ruang sebagai payung
kebijakan spasial semua sektor dalam rangka mencegah dampak kerusakan
lingkungan hidup dan meminimalkan dampak bencana.
2. RPJM ke-2 (2010-2014)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1,
RPJM ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan di segala bidang
dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk
pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing
perekonomian.
Kulon Progo yang aman dan damai terus membaik ditandai dengan
meningkatnya rasa aman dan damai serta terjaganya keamanan dan ketertiban,
melalui tertanganinya permasalahan keamanan dan ketertiban yang merupakan
landasan bagi kelancaran pelaksanaan pembangunan, sehingga Kulon Progo
berperan dalam menciptakan kondisi keamanan dan ketertiban di wilayah regional
maupun nasional.
Kondisi itu sejalan dengan meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum, dan
penegakan hak asasi manusia. Sejalan dengan itu, kehidupan masyarakat yang
lebih demokratis semakin terwujud ditandai dengan membaiknya pelaksanaan
desentralisasi dan otonomi daerah serta kuatnya peran masyarakat sipil dan
partai politik dalam kehidupan masyarakat. Posisi penting Kulon Progo sebagai
masyarakat demokrasi makin meningkat, dalam upaya pemeliharaan keamanan
dan ketertiban daerah. Selanjutnya, kualitas pelayanan publik yang lebih murah,
cepat, transparan, dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan
terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua tingkatan pemerintah.
Kesejahteraan rakyat terus meningkat ditunjukkan oleh membaiknya berbagai
indikator pembangunan sumber daya manusia, antara lain meningkatnya
pendapatan per kapita; menurunnya angka kemiskinan dan tingkat
pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas disertai
dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial; meningkatnya tingkat
pendidikan masyarakat yang didukung dengan pelaksanaan sistem pendidikan
nasional yang mantap; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh
kembang optimal, kesejahteraan, dan perlindungan anak; terkendalinya
jumlah dan laju pertumbuhan penduduk; menurunnya kesenjangan
kesejahteraan antar individu, antar kelompok masyarakat, dan antar daerah;
dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan potensial serta makin
mantapnya nilai-nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan
budaya dan karakter masyarakat.
Bersamaan dengan itu dilaksanakan pembangunan kawasan industri, kawasan
agropolitan, kawasan pariwisata, pembangunan Jalan jalur Lintas Selatan,
pembangunan pelabuhan penangkapan Ikan dan Samudra, tambang pasir besi dan
pabrik Baja serta penempatan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal),
Penyelesaian rintisan Bandar Udara.
Daya saing perekonomian meningkat melalui penguatan industri manufaktur sejalan
dengan penguatan pembangunan pertanian dan peningkatan pembangunan kelautan dan
sumber daya alam lainnya sesuai potensi daerah secara terpadu serta meningkatnya
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; percepatan pembangunan infrastruktur
dengan lebih meningkatkan kerja sama antara pemerintah dan dunia usaha; peningkatan
kualitas dan relevansi pendidikan; serta penataan kelembagaan ekonomi yang mendorong
prakarsa masyarakat dalam kegiatan perekonomian. Kondisi itu didukung oleh
pengembangan jaringan infrastruktur pertanian, pariwisata, perdagangan,
transportasi, kelistrikan, dan telematika; peningkatan pemanfaatan energi terbarukan;
serta pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan permukiman.
Bersamaan dengan itu, industri kelautan yang meliputi perhubungan laut, perikanan,
wisata bahari, energi dan sumber daya mineral dikembangkan secara sinergi, optimal, dan
berkelanjutan.
Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan, pengelolaan sumber daya
alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup makin berkembang melalui penguatan
kelembagaan dan peningkatan kesadaran masyarakat yang ditandai dengan
berkembangnya proses rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan
hidup yang disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya
keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam lainnya yang dimanfaatkan
untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing daerah, serta modal pembangunan daerah
pada masa yang akan datang; mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta
penanggulangan bencana; serta terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan
yang didukung oleh semua sektor. Kondisi itu didukung dengan meningkatnya kualitas
perencanaan tata ruang serta konsistensi pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya
ke dalam dokumen perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam
rangka pengendalian pemanfaatan ruang.
3. RPJM ke-3 (2015 – 2019)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-2, RPJM ke-
3 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai
bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat.
Sejalan dengan kondisi aman dan damai yang makin mantap di seluruh wilayah Kulon
Progo, kehidupan demokrasi makin mengakar dalam kehidupan masyarakat. Sejalan
dengan makin mantapnya pelembagaan nilai-nilai demokrasi dengan menitikberatkan
pada prinsip toleransi, non diskriminasi dan kemitraan dan semakin mantapnya
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Kondisi itu mendorong tercapainya
penguatan kepemimpinan dan kontribusi Kulon Progo dalam berbagai kerja sama antar
daerah, regional, nasional, dan internasional. Bersamaan dengan itu kesadaran dan
penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan berkembang makin mantap serta
profesionalisme aparatur pemerintah daerah makin mampu mendukung pembangunan.
Kesejahteraan masyarakat Kulon Progo terus membaik, meningkat sebanding dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat di daerah lain yang berpenghasilan menengah, dan
merata yang didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang
disertai terwujudnya lembaga jaminan sosial. Kualitas sumber daya manusia terus
membaik ditandai oleh meningkatnya kualitas dan relevansi pendidikan, termasuk yang
berbasis keunggulan lokal dan didukung oleh manajemen pelayananan pendidikan yang
efisien dan efektif; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;
meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang optimal serta
kesejahteraan dan perlindungan anak; tercapainya kondisi penduduk tumbuh seimbang;
serta mantapnya budaya dan karakter masyarakat.
Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap dicerminkan oleh
terjaganya daya dukung lingkungan dan kemampuan pemulihan untuk mendukung
kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi, seimbang, dan lestari; terus
membaiknya pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya alam yang diimbangi dengan
upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup dan didukung oleh meningkatnya kesadaran,
sikap mental, dan perilaku masyarakat; serta semakin mantapnya kelembagaan dan
kapasitas penataan ruang di seluruh wilayah Kulon Progo.
Daya saing perekonomian Kulon Progo semakin kuat dan kompetitif dengan semakin
terpadunya industri manufaktur dengan pertanian, kelautan dan sumber daya alam
lainnya secara berkelanjutan; terpenuhinya ketersediaan infrastruktur yang didukung oleh
mantapnya kerja sama pemerintah dan dunia usaha, makin selarasnya pembangunan
pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi dan industri serta terlaksananya penataan
kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan efisiensi, produktivitas,
penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat dalam kegiatan perekonomian.
Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang ditandai oleh
berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi; terpenuhinya pasokan tenaga listrik
yang handal dan efisien sesuai kebutuhan sehingga elektrifikasi rumah tangga dan
elektrifikasi perdesaan dapat tercapai; terselenggaranya pelayanan telematika yang efisien
dan modern guna terciptanya masyarakat informasi Kulon Progo; terwujudnya
infrastruktur pariwisata; terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga
keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air serta
terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Selain
itu, pengembangan infrastruktur perdesaan akan terus dikembangkan, terutama untuk
mendukung pembangunan pertanian. Sejalan dengan itu, pemenuhan kebutuhan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus
meningkat karena didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan
berkelanjutan, efisien, dan akuntabel. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota
dan desa tanpa permukiman kumuh.
Bersamaan dengan itu dilaksanakan peningkatan pembangunan kawasan industri,
kawasan agropolitan, kawasan pariwisata, pembangunan Jalan jalur Lintas
Selatan, pembangunan pelabuhan penangkapan Ikan dan Samudra, tambang pasir
besi dan pembangunan pabrik Baja serta pembangunan Pangkalan Utama
Angkatan Laut (Lantamal), pembangunan Bandar Udara, dan diikuti dengan
pengembangan investasi dan infrastruktur yang lain.
4. RPJM ke-4 (2020 – 2024)
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-3, RPJM ke-
4 ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Kulon Progo yang mandiri, maju, sejahtera
lahir dan batin melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan
terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di
berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas, berakhlak mulia dan berdaya
saing.
Kelembagaan politik dan hukum telah tercipta ditandai dengan terwujudnya konsolidasi
demokrasi yang kokoh dalam berbagai aspek kehidupan politik serta supremasi hukum
dan penegakan hak-hak asasi manusia; terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh
rakyat. Sejalan dengan kondisi aman dan damai yang makin mantap di seluruh wilayah
Kulon Progo, kehidupan demokrasi makin mengakar dalam kehidupan masyarakat.
Sejalan dengan makin mantapnya pelembagaan nilai-nilai demokrasi dengan
menitikberatkan pada prinsip toleransi, non diskriminasi dan kemitraan dan semakin
mantapnya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Kondisi itu mendorong
tercapainya penguatan kepemimpinan dan kontribusi Kulon Progo dalam berbagai kerja
sama antar daerah, regional, nasional, dan internasional. Bersamaan dengan itu kesadaran
dan penegakan hukum dalam berbagai aspek kehidupan berkembang dan stabilitas daerah
makin mantap serta profesionalisme aparatur pemerintah daerah makin mampu
mendukung pembangunan.
Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat ditunjukkan oleh makin tinggi dan
meratanya tingkat pendapatan masyarakat dengan jangkauan lembaga jaminan sosial
yang lebih menyeluruh; mantapnya sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya
saing, antara lain ditandai oleh meningkat dan meratanya akses, tingkat kualitas, dan
relevansi pendidikan seiring dengan makin efisien dan efektifnya manajemen pelayanan
pendidikan; meningkatnya kemampuan Iptek; meningkatnya derajat kesehatan dan status
gizi masyarakat; meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan
perlindungan anak; dan terwujudnya kesetaraan gender; bertahannya kondisi dan
penduduk tumbuh seimbang. Sejalan dengan tingkat kemajuan bangsa, sumber daya
manusia Kulon Progo diharapkan berkarakter cerdas, tangguh, kompetitif, berakhlak
mulia, bermoral berdasarkan falsafah Pancasila yang dicirikan dengan watak dan perilaku
manusia dan masyarakat Kulon Progo yang beragama, beriman, dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, toleran terhadap keberagaman, bergotong royong,
patriotik, dinamis dan berorientasi Iptek. Kesadaran, sikap mental, dan perilaku
masyarakat makin mantap dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan sehingga
masyarakat mampu berperan sebagai penggerak bagi konsep pembangunan berkelanjutan
dalam kehidupan sehari-hari.
Struktur perekonomian makin maju dan kokoh ditandai dengan daya saing perekonomian
yang kompetitif dan berkembangnya keterpaduan antara industri, pertanian, pariwisata,
kelautan dan sumber daya alam, dan sektor jasa. Lembaga dan pranata ekonomi telah
tersusun, tertata, serta berfungsi dengan baik. Kondisi itu didukung oleh keterkaitan
antara pelayanan pendidikan, dan kemampuan Iptek yang makin maju sehingga
mendorong perekonomian yang efisien dan produktivitas yang tinggi; serta makin
mantapnya usaha dan investasi di Kulon Progo setara dengan daerah lain yang maju.
Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi yang semakin berkualitas dan
berkesinambungan dapat dicapai sehingga pendapatan per kapita pada tahun 2025
mencapai kesejahteraan setara dengan daerah-daerah yang berpendapatan tinggi dengan
tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin yang makin rendah. Kondisi
maju, mandiri dan sejahtera lahir batin makin mantap dengan terselenggaranya jaringan
transportasi dan telematika yang andal bagi masyarakat yang menjangkau seluruh
wilayah Kulon Progo; tercapainya elektrifikasi perdesaan dan elektrifikasi rumah tangga;
serta terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan
jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel sehingga terwujud kota dan
desa tanpa permukiman kumuh.
Dalam rangka memantapkan pembangunan yang berkelanjutan, keanekaragaman hayati
dan kekhasan sumber daya alam terus dipelihara dan dimanfaatkan untuk terus
mempertahankan nilai tambah dan daya saing masyarakat serta meningkatkan modal
pembangunan daerah pada masa yang akan datang.
5. TAHUN 2025
Digunakan sebagai masa penyelesaian atas perencanaan pembangunan sebelumnya,
evaluasi berdasarkan pelaksanaan pencapaian perencanaan tahun sebelumnya dan sebagai
masa persiapan keberlanjutan RPJMD ke-4 atau RPJPD tahap berikutnya. Apabila di
kemudian hari terdapat ketentuan/peraturan perundang-undangan yang mengatur lain
mengenai hal dimaksud, maka dilakukan penyesuaian.
BAB V
PENUTUP
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kulon Progo Tahun 2005–2025 yang
berisi visi, misi, dan arah pembangunan daerah merupakan pedoman bagi pemerintah
daerah dan masyarakat di dalam penyelenggaraan pembangunan daerah 20 tahun ke
depan.
RPJP Daerah ini juga menjadi acuan dan menjadi pedoman bagi calon Bupati dan
calon Wakil Bupati dalam menyusun visi, misi, dan program prioritas yang akan menjadi
dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM
Daerah) lima tahunan dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Keberhasilan
pembangunan daerah dalam mewujudkan visi Kulon Progo yang maju, mandiri,
sejahtera lahir dan batin perlu didukung oleh (1) komitmen dari kepemimpinan daerah
yang kuat dan demokratis; (2) konsistensi kebijakan pemerintah daerah; (3) kebijakan
yang berpihak kepada rakyat; dan (4) peran serta masyarakat dan dunia usaha secara
aktif.
Wates, 18 Juli 2007
BUPATI KULON PROGO,
H. TOYO SANTOSO DIPO