Kuliah Umum TAD 3 Januari 2009

Post on 23-Jun-2015

84 views 3 download

Transcript of Kuliah Umum TAD 3 Januari 2009

Tri Satya Putri Naipospos

Kuliah Umum di FKH IPBBogor, 3 Januari 2009

Penyakit-penyakit yang nyata sangat penting bagi ekonomi, perdagangan dan/atau ketahanan pangan dari sejumlah negara

Penyakit-penyakit yang dapat menyebar secara mudah antar negara dan mencapai proporsi epidemik

Pengendalian dan pemberantasannya memerlukan kerjasama antar beberapa negara

Peste des petits ruminants (PPR) Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) Contagious bovine/caprine pleuropneumonia

(CBPP/CCPP) Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) Rift Valley Fever (RVF) Rinderpest Classical Swine Fever (CSF) Porcine Respiratory and Reproductive Syndrome

(PRRS) Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI)

1. Perubahan ekologi dan lingkungan2. Mobilitas dan migrasi manusia

3. Perdagangan dalam negeri dan internasional

4. Pergerakan hewan ilegal

5. Interaksi antara manusia dan hewan

Dampak langsung terhadap kesehatan manusia (sakit, meninggal)

Biaya pencegahan, pengobatan dan perawatan Kerugian ekonomi di tingkat peternak, lokal dan

nasional Gangguan perdagangan dan lapangan kerja Hambatan untuk masuk ke pasar komoditi

internasional Perdagangan internasional dan lalu lintas

memungkinkan terjadinya penyebaran penyakit Potensi meningkatkan suhu politik antar negara

Progressive Control of Progressive Control of Transboundary Animal DiseasesTransboundary Animal Diseases

Progressive Control of Progressive Control of Transboundary Animal DiseasesTransboundary Animal Diseases

Kemitraan GlobalKemitraan Global

Pengendalian progresif “Transboundary Animal

Diseases” PADA SUMBERNYA

sebagaisuatu ‘International Public Good’ dan bagian yang penting dalam mencapai

‘Millennium Development Goals’

Pengendalian progresif “Transboundary Animal

Diseases” PADA SUMBERNYA

sebagaisuatu ‘International Public Good’ dan bagian yang penting dalam mencapai

‘Millennium Development Goals’

Transboundary animal diseases (TAD) adalah faktor paling penting dalam menentukan potensi pasar ekspor

Kesuksesan dari pengendalian dan manajemen TAD memerlukan suatu upaya terorkestra oleh negara-negara yang bertetangga

Negara-negara di Asia dan Afrika punya perhatian yang besar terhadap masalah TAD, akan tetapi tidak memiliki kapasitas untuk menangani masalah TAD dan oleh karenanya memerlukan terciptanya kemitraan dalam menangani masalah-masalah regional

Pengendalian penyakit pada sumbernya

adalah cara yang paling efektif untuk:

◦ Meningkatkan produksi ternak di negara

berkembang

◦ Melindungi sistem produksi di negara maju dari

introduksi penyakit hewan menular berbahaya

GF-TADsGF-TADs

Penyakit mulut dan kuku (1997-2003) Classical swine fever di Caribbia dan Eropa

(1996-2002) Rinderpest di ekosistem Somali (2001) Peste des petits ruminants di India dan

Bangladesh (2000-2003) Contagious bovine pleuropneumonia di Zambia,

Angola, Namibia dan Eritrea (2000-2003) Rift Valley fever di Jazirah Arab (2000) Highly Pathogenic Avian Influenza di Asia (2004)

Suatu inisiatif FAO dan OIE untuk memfasilitasi mekanisme yang akan memperkuat kerjasama dan kapasitas regional dalam memerangi TAD serta membangun program pengendalian TAD tertentu berdasarkan prioritas regional

Meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan di negara-negara berkembang

Mengawal industri ternak dunia (negara-negara maju dan juga negara-negara berkembang) dari gejolak berulang epidemi penyakit

Mempromosikan keamanan dan globalisasi perdagangan ternak dan produk hewan

Meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan di negara-negara berkembang

Mengawal industri ternak dunia (negara-negara maju dan juga negara-negara berkembang) dari gejolak berulang epidemi penyakit

Mempromosikan keamanan dan globalisasi perdagangan ternak dan produk hewan

Strategi global belajar dari pengalaman GREP

Strategi global didorong oleh model PMK

Strategi regional yang dimiliki dan diimplementasikan oleh organisasi-organisasi regional dan negara-negara

• Penguatan KeswanNas (Veterinary Services)

• Pergeseran paradigma pengendalian penyakit dengan pengetahuan epidemiologi yang baik

• Pengendalian TADs secara progresif

Suatu kemitraan antara dan dengan negara-negara dan organisasi regional yang kuat dan berfungsi dengan baik

1. Meningkatkan pengetahuan dan sistem informasi/data nasional mengenai surveilans penyakit untuk mendukung peringatan dini, produksi ternak, pemanfaatan lahan, pergerakan hewan dan produknya dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi atau mengancam kesehatan hewan

2. Strategi penggunaan vaksin yang berkualitas melalui penguatan penelitian

3. Memperbaiki kinerja laboratorium diagnostik di tingkat nasional dan mendukung laboratorium referensi melalui transfer teknologi dan pengendalian mutu internal/eksternal

4. Memberikan pedoman teknis dalam membangun prakarsa regional yang memastikan kerjasama lintas batas

5. Pelaksanaan ‘Good Emergency Management Practices’ yang mencakup ‘early detection’, pelaporan dan tindakan kontra wabah

GEMP di bidang kesehatan hewan adalah penjumlahan dari prosedur, struktur dan manajemen sumberdaya yang terorganisir baik yang mengarah kepada kemampuan untuk melaksanakan:◦ Deteksi dini penyakit atau infeksi pada populasi

hewan◦ Prediksi kemungkinan meluasnya penyebaran◦ Pembatasan penyebaran secara cepat◦ Target pengendalian dan pemberantasan diikuti

dengan pencapaian status bebas infeksi sesuai dengan standar OIE Terrestial Animal Health Code

Pan Africa Rinderpest Campaign (PARC)

West Asia Rinderpest Campaign (WAREC)

South Asia Rinderpest Campaign (SAREC)

PARCMiddle Asia

Arabian Peninsula

SAREC

WAREC

Hasil rekomendasi forum konsultasi ahli FAO tahun 1992 dengan sasaran dunia bebas rinderpest tahun 2010

Pelaksanaan di tingkat dunia dikoordinasikan oleh FAO sejak tahun 1994

Wilayahnya meliputi setengah bagian timur dari Sub-Sahara Afrika, Timur Tengah dan Asia Selatan

PARC (1986-1999) beroperasi di Sub-Sahara Afrika dan sekarang sudah berganti nama menjadi Pan-African Control of Epizootic Program

WAREC berumur pendek karena perang teluk dan SAREC tidak pernah berjalan efektif

Semua kegiatan GREP di luar Afrika kemudian dikoordinasikan langsung oleh Sekretariat GREP

Bekerja sama untuk membuat dunia Bekerja sama untuk membuat dunia

menjadi lebih aman untuk produksi menjadi lebih aman untuk produksi

dan perdagangan pangan asal dan perdagangan pangan asal

ternakternak

Early 1980s

Early 1990s

GREP GREP PROGRESSPROGRESS

2001

2004

Sekarang ini hampir seluruh negara dimana GREP beroperasi sudah dinyatakan bebas rinderpest, kecuali satu wilayah kecil yang dikenal sebagai ekosistem Somalia di Afrika Timur

Akreditasi bebas dilakukan melalui proses OIE bekerjasama dengan Sekretariat GREP

Keberadaan virus di wilayah kecil di Somalia inipun tidak bisa dipastikan mengingat virus tidak terdeteksi sejak 2001

Meskipun demikian sulit untuk menyatakan bahwa virus sudah menghilang secara alamiah tanpa intervensi setelah endemik lebih dari satu abad

The Global Rinderpest Eradication ProgrammeOIE Pathway - Accreditation of Rinderpest Freedom

December 2004

Peternak bekerjasama secara sukarela karena takut dengan berjangkitnya rinderpest

Ketersediaan vaksin yang aman, efektif dan terjangkau – vaksin thermo-toleran dan dengan hanya satu injeksi didapatkan kekebalan seumur hidup

Diagnostik yang terjamin dan uji DIVA yang mampu membedakan antara hewan yang divaksin dengan yang tertular alamiah menyebabkan kemajuan dalam surveilans, sehingga epidemiologi penyakit dipahami dengan baik

Program mempunyai batasan waktu dengan sekretariat berdedikasi yang menetapkan arah dan pedoman serta bagaimana mengatasi hambatan melalui suatu ‘cetak biru’ (blue-print) pemberantasan

Akses yang baik jaringan laboratorium di tingkat nasional dan regional dengan Laboratorium Referensi Dunia merupakan aset berharga yang memfasilitasi konfirmasi cepat dari kejadian wabah tidak terduga, pengembangan uji diagnostik, transfer teknologi kepada negara-negara yang memerlukan, dan studi epidemiologi termasuk epidemiologi molekuler dengan akses kepada strain virus yang terarsip dengan baik

Program ‘kesehatan hewan berbasis masyarakat’ (community-based animal health) berhasil dan vital untuk suksesnya pemberantasan di wilayah-wilayah terpencil

Dukungan politis dan ekonomi yang konsisten dari pihak berwenang

European Commission for the Control of FMD (EUFMD)

Hemispheric Plan for the Eradication of FMD for the Americas (PHEFA)

South East Asia Foot and Mouth Disease Control and Eradication Campaign (SEAFMD)

Suatu badan semi-otonom dibawah payung FAO yang dibentuk tahun 1954 dengan sasaran membebaskan Eropa secara progresif dari PMK dan mencegah penularan PMK ke wilayah bebas di Eropa

33 negara menjadi anggota yang mengadakan pertemuan sedikitnya sekali setahun

Sewaktu EUFMD didirikan, sebagian besar wilayah Eropa endemik PMK

100 ribu kasus wabah tercatat per tahun (1955-1965) Sejak 1990 kasus wabah berhenti dan seluruh Eropa

mengadopsi kebijakan tidak melakukan vaksinasi (no-vaccination policy)

Suatu badan semi-otonom dibawah payung FAO yang dibentuk tahun 1954 untuk mengkoordinir pengendalian PMK secara progresif dan mencegah penularan PMK ke wilayah bebas di Eropa

Terdiri dari 33 negara anggota yang mengadakan pertemuan sedikitnya sekali setahun

Pada waktu EUFMD didirikan, hampir sebagian besar wilayah Eropa endemik PMK

100 ribu kasus wabah terjadi setiap tahun (1955-1965) Sejak 1990 wabah mulai berakhir dan Eropa mengadopsi

kebijakan tidak melakukan vaksinasi (no vaccination policy)

Tahun 2001 muncul wabah besar PMK di Inggris

Komisi yang berdedikasi dan Sekretariat yang permanen dibawah payung organisasi internasional

Komitmen nasional dan akuntabilitas yang tinggi terhadap kebijakan pengendalian regional

Jaminan pendanaan jangka panjang untuk mendukung kegiatan pengendalian dan surveilans di area yang berisiko tinggi

‘FMD Research Network’ yang berdedikasi Kemitraan yang erat antara FAO, OIE dan EC Koordinasi di tingkat keilmuan, teknis dan kebijakan Dukungan politis dan ekonomi yang konsisten dari

pihak berwenang

Pan American FMD Centre (PANAFTOSA) didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknik untuk koordinasi diagnosis dan pengendalian PMK di Amerika Selatan

South American Commission for the Control of FMD (COSALFA) didirikan tahun 1972 untuk mengkoordinasikan srategi antar pemerintah

Hemispheric Plan for the Eradication of FMD from the Americas (PHEFA) didirikan tahun 1987 dengan sasaran untuk memberantas PMK di Amerika Selatan pada tahun 2009

Sejak penandatanganan tahun 1987, kasus klinis PMK menurun secara nyata di seluruh kontinen

Pada awal 1990-an terjadi rata-rata 766 kasus per tahun dan pada akhir 1990-an angka ini menurun menjadi 130

Pada akhir 1990-an, Argentina, Chile, Guyana dan Uruguay dinyatakan bebas PMK tanpa vaksinasi

Namun pada tahun 2001, PMK muncul kembali di beberapa negara yang sebelumnya sudah bebas yaitu di Argentina, Uruguay dan Negara bagian Rio Grande do Sul di Brazil

Perhatian tidak memadai dalam mencapai target pengendalian PMK di wilayah endemik seperti contohnya Negara Bagian Trinidad di Bolivia, Matto Grosso dan Matto Grosso do Sul di Brazil

Kesiapsiagaan dan rencana darurat (preparedness and contingency plans) yang tidak memadai

Regulasi lalu lintas hewan yang tidak memadai Perhatian yang lebih besar kepada kegiatan

nasional daripada berdasarkan ekosistem dan koordinasi transnasional regional

Laboratorium Referensi yang didanai oleh regional secara konsisten, sebagai instrumen untuk pelatihan dan harmonisasi metoda diagnosa dan ‘quality control’ vaksin

Komisi pengendalian PMK (COSALFA) yang berdedikasi dan Sekretariat yang permanen dalam konteks internasional

Studi untuk lebih memahami epidemiologi dan analisa ekonomi yang relevan

Partisipasi aktif dari masyarakat peternakan dan perdagangan ternak dan/atau organisasi

Dukungan pendanaan nasional dan regional jangka panjang Koordinasi regional dan sub-regional di tingkat teknis dan

kebijakan Dukungan politis dan ekonomi yang konsisten dari pihak

berwenang

Didirikan tahun 1997 dengan OIE Regional Coordination Unit (RCU) berkedudukan di Bangkok

Phase I (1997-2000) dibangun konsep regional dan identifikasi koordinator nasional

Phase 2 (2001-2005) dikembangkan kerjasama regional secara institusi, identifikasi pilot area untuk zoning dan mengikutsertakan sektor swasta

Phase 3 (2006-2010) dirintis transisi organisasi ke ASEAN, perwilayahan penyakit (progressive zoning) dan memperkuat jaringan

SASARAN Kerangka strategi jangka panjang

SEAFMD untuk mencapai status bebas PMK dengan vaksinasi pada tahun 2020

Mempertahankan status bebas tanpa vaksinasi yang diakui OIE di Indonesia, Philippina, Malaysia (Sabah dan Serawak) dan wilayah lainnya pada tahun 2020

Tujuan Menerapkan sejumlah pendekatan

terpadu dan harmonis dalam mengendalikan PMK secara regional

Southeast Asia FMD (SEAFMD) Campaign

8 countries:• Thailand• Malaysia• Vietnam• Myanmar• Laos• Cambodia• Philippina• Indonesia

OIE FMD Free Zone

FMD Infected Zone

Free zone

Infected zone

Buffer zone

Control zone

Eradication zone

Sagaing, Myanmar

Upper Mekong Zone

Lower Mekong Zone

MTM Zone

OIE FMD Free Zone

FMD Infected Areas

Free zone

Infected zone

Buffer zone

Control zone

Eradication zone

Free zone

Infected zone

Buffer zone

Control zone

Eradication zone

Free zone

Infected zone

Buffer zone

Control zone

Eradication zone

Pemahaman tentang pola perdagangan ternak baik legal maupun ilegal

Peran sapi dan kerbau karier dalam epidemiologi PMK Peran babi dalam penularan PMK Peran domba dan kambing dalam penularan PMK Pengetahuan tentang karakteristik dan perubahan

genetik strain melalui molekuler epidemiologi Peran hewan yang divaksinasi dalam epidemiologi

PMK Peran hewan liar dalam penularan PMK Strategi vaksinasi yang efektif Dampak sosio-ekonomi dan gender terhadap PMK

Kurangnya ‘political will’ dan inisiatif ‘akar rumput’ Investasi terbatas sektor swasta Kendala mobilisasi sumberdaya Lemahnya kerjasama dengan mitra dalam

pengendalian penyakit Pengakuan yang lemah terhadap pentingnya

sektor peternakan Sistem pelaporan penyakit yang belum memadai Strategi yang lebih menekankan kepada kegiatan

nasional daripada berdasarkan ‘progressive zoning’

Konsorsium institusi penelitian terdiri dari:◦ Pirbright Laboratory, Institute for Animal Health

(IAH), Inggris◦ Kerjasama US Department of Agriculture (USDA) dan

US Department of Homeland Security laboratory at Plum Island, New York, Amerika Serikat

◦ Australian Animal Health Laboratory (AAHL), Geelong, Australia

◦ National Centre for Foreign Animal Disease, Winnipeg, Kanada

◦ International Livestock Research Institute (ILRI), Nairobi, Kenya

Vaksin yang ada saat ini mahal, spektrum antigeniknya sempit, hanya menghasilkan kekebalan pendek dan sangat labil

Uji diagnostik juga mahal, memerlukan pelatihan untuk menggunakannya dan jika tidak ditangani dengan baik maka uji akan kehilangan sensitivitas & spesificitasnya

Belum dipahami peran nyata dari hewan karier dalam epidemiologi PMK dan apakah diperlukan atau dimungkinkan untuk mencegah status karier

Penciptaan model-model sebagai alat pendukung pengambilan keputusan belum banyak dapat mengakomodir seluruh kompleksitas PMK

Menyebar di 3 benua (untuk pertama kalinya 60 negara tertular sejak tahun 2003)

Peran migrasi burung liar (?) Peran perdagangan dan komersialisasi Sulit untuk dikendalikan jika tidak berhasil

mendeteksi dan mengendalikan virus secara cepat

Stabilitas strain: tidak ada penularan manusia ke manusia

PERINGATAN: H5N1 dapat bersifat ‘low pathogenic’ (terlibat 8 gen )

HPAI punya dimensi regional

Bukan hanya sekedar masalah Asia

Tidak ada satu negara penghasil unggas yang aman dari kejadian HPAI jika masih ada kantong-kantong infeksi di Asia

H5N1 menjadi endemik di sejumlah wilayah di Asia

HPAI adalah suatu krisis internasional yang memiliki

dimensi global

GLOBAL Sektor perunggasan: Suatu revolusi Nilai tambah dari pendekatan regional dan

kerjasama antar negara◦ Belajar dari pengalaman negara lain◦ Harmonisasi metodologi, strategi◦ Berbagi Informasi

Koordinasi antar mitra: kemajuan nyata

PENCEGAHAN DAN SURVEILANS Deteksi dini dan respon cepat berhasil mencegah penyakit di

mayoritas negara tertular Data yang dapat dipercaya mengenai sektor perunggasan dan

rantai pasar menghasilkan tindakan yang lebih efektif Deteksi dan respon yang terlambat menggiring ke arah situasi

endemik atau situasi tidak terkendali (Indonesia, Nigeria, Mesir) Efisiensi laboratorium adalah sangat vital Peran jaringan veteriner pemerintah dan swasta sangat

penting, begitu juga seluruh pemainnya Kebijakan ‘authoritarian’ untuk merubah sistem produksi

perunggasan (restrukturisasi) seringkali tidak efisien dan berisiko

PENGENDALIAN WABAH ‘Pemerintahan yang baik’ (good governance) dan rantai komando

nasional (chain of command) yang efisien adalah esensial Pentingnya kerjasama pihak lain (polisi, petugas lokal dsbnya)

untuk menjamin keamanan wilayah yang perlu dibatasi Pemusnahan unggas adalah suatu tndakan pengendalian yang

mahal, akan tetapi sampai saat ini terbukti paling efektif Kompensasi sangat esensial untuk mendorong transparansi dan

tindakan biosekuriti Program pengendalian terintegrasi (komunikasi, sosio-ekonomik,

kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat) terbukti lebih sukses Vaksinasi membatasi penyebaran tetapi penerapan sendiri-sendiri

tanpa monitoring yang permanen tidak berhasil mengeliminasi H5N1

KESIAPSIAGAAN PANDEMI Kompetisi sumberdaya antara pengendalian

penyakit pada hewan dan kesiapsiagaan pandemi memperumit pelaksanaan strategi pengendalian yang efisien

Belum terbukti adanya penularan ke manusia dari konsumsi produk unggas

Pentingnya mutu komunikasi yang baik dan lebih spesifik

SURVEI REGIONAL Perdagangan (legal atau ilegal) memainkan

peran utama dalam penyebaran penyakit Peningkatan kesadaran akan isu-isu lintas batas Ancaman berkelanjutan dari penyebaran

penyakit lintas batas (reintroduksi) dari negara enzootik

Infeksi HPAI mungkin berkembang pada populasi unggas air (reinfeksi)

Secara umum, negara-negara berhasil mendeteksi dan mengatasi wabah lebih cepat

Kejadian wabah lebih sedikit pada unggas domestik di sebagian besar negara-negara yang tertular baru

Mortalitas burung liar saat ini sangat nyata berkurang

Spesies selain unggas dan burung liar belum terlibat dalam penyebaran lintas batas dari virus ini

Ketersediaan dana internasional

Penguatan kapasitas KeswanNas (VS) Perbaikan infrastruktur dan kapasitas

laboratorium Pertukaran strain virus dan data yang lebih

baik Tidak ada kasus manusia tanpa ada wabah

pada hewan terlebih dahulu

Semua negara di seluruh dunia harus mampu melakukan deteksi dini (early detection) dan pengendalian secara cepat (rapid response) pada sumbernya yaitu hewan

Perbaikan dan investasi KeswanNas (Veterinary Services) untuk menangani masalah penyakit lintas batas adalah juga relevan untuk merespon penyakit-penyakit baru muncul dan penyakit lama yang muncul kembali (emerging and re-emerging diseases) dikaitkan dengan globalisasi dan perubahan iklim (climatic change)

Tripod

Konsep yang digunakan untuk menghadapi ‘emerging and re-emerging animal diseases’, termasuk zoonosis

Mekanisme global, regional dan nasional dan kemitraan baru

Konsep “International Public Good”“Good governance” dan legislasi veterinerInfrastruktur dan sumberdaya KeswanNas yang relevan untuk implementasi legislasi Deteksi dini dan respons cepatSurveilans dan transparansi‘Stamping out’ dengan standar kesejahteraan hewan OIE

Tingkat kepercayaan diagnosa, konfirmasi cepat dari kasus tersangka

Kapan dan bagaimana menggunakan vaksinasi

Tindakan biosekuriti

Kesinambungan investasi sumberdaya

Legislasi yang tepat dengan implementasi yang ketat yang dijalankan melalui sistem KeswanNas sehingga mampu melaksanakan: Deteksi dini, Transparansi, Notifikasi Respons cepat terhadap wabah penyakit hewan Biosekuriti Kompensation Vaksinasi apabila diperlukan