Post on 19-Jan-2016
Konvensi Ramsar
A. Latar Belakang Masalah
Ekosistem lahan basah sangat penting bagi proses keseimbangan alam khususnya di
bumi. Fungsi ekologis serta fungsi-fungsi lainnya menunjukkan adanya hubungan
ketergantungan antara manusia dengan lingkungannya.
Dari fungsi dan peran yang berarti dari lahan basah tersebut maka perlu adanya
pengaturan secara global. Keberadaan pengaturan internasional yang berkaitan dengan
lahan basah dimaksudkan agar perlindungan terhadap kawasan ini dapat terjamin secara
hukum. Artinya penghilangan kawasan lahan basah yang telah dilindungi tidak dilakukan
begitu saja tanpa ada pihak yang bertanggungjawab mengingat telah banyak kawasan
lahan basah di dunia ini telah berkurang.
Di Amerika Serikat lebih dari 50 % lahan basah yang ada pada jaman kolonial
sekarang telah hilang. Di negara-negara berkembang telah terjadi perubahan lahan basah
akibat penggunaan waduk dan saluran irigasi. (Elsworth, 1990:478-479). Mengenai
berkurangnya lahan basah contoh yang sedang terjadi adalah di daerah Pantanal di Brazil
mempunyai rawa-rawa seluas 110.000 km 2, yang mungkin terluas dan paling beragam di
Amerika Selatan. Kawasan tersebut telah diklasifikasikan oleh UNESCO sebagai kawasan
penting internasional. Sayangnya kawasan ini menderita akibat semakin meluasnya
pertanian, pembuatan bendungan dan berbagai bentuk pembangunan lainnya
(WCED,1987:203).
Semakin berkurangnya wilayah lahan basah dan punahnya beberapa jenis burung
unggas di dunia maka masyarakat internasional dengan dipelopori oleh IUCN dan
organisasi internasional lainnya serta beberapa negara telah berhasil membentuk suatu
pengaturan secara global mengenai masalah ini. Konvensi Ramsar 1971 sebagai salah satu
produk hukum lingkungan internasional memiliki tujuan untuk melindungi lahan basah
serta habitat yang ada khususnya burung unggas sebagai spesies migran.
Adanya pengaturan ini diharapkan beberapa lahan basah yang masih ada di dunia
dapat dilindungi serta pengembalian kembali kawasan yang rusak untuk dikonservasi jika
masih memungkinkan.
B. Konvensi Lahan Basah
Sebenarnya usaha untuk mengatur masalah lahan basah telah mulai dilakukan sekitar
53 tahun yang lalu. Di tahun 1961 atas inisiatif AQUA Project telah dibentuk suatu
Masyarakat Internasional mengenai masalah Danau (Societas Internationalis
Limnologiae). UNESCO juga menyebutkan bahwa danau dan sungai besar merupakan
wilayah konservasi yang penting. Di tahun 1962 Konferensi MAR yang diadakan oleh
International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) yang
sekarang dikenal dengan nama the World Conservation Union , the International
Waterfowl Research Bureau (IWRB) dan International Council for Birds Preservation
(ICBP) menyatakan untuk memfokuskan perhatian dan mengkoordinasi tindakan-tindakan
mengenai konservasi lahan basah Palearctic.
Hasil kerjasama selanjutnya adalah mengembangkan The Convention on Wetlands of
International Importance Especially as Waterfowl Habitat. Selanjutnya Konvensi ini
diadopsi di Ramsar, Iran tahun 1971 dan berlaku pada bulan Desember 1975 setelah
deposit terakhir dilaksanakan oleh pemerintah Yunani (Dugan J.P,1987:6). Konvensi ini
berada dalam daftar perjanjian internasional UNESCO yang mewakili organisasi
internasional di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa. Kedudukan Sekretariat Jenderal
Konvensi ini berada di kota Gland, Swiss dan memiliki kantor cabang di kota Slambridge,
Inggris.
C. Konvensi Ramsar
Pengaturan mengenai ekosistem lahan basah secara global terdapat dalam suatu
Konvensi Internasional yang disponsori oleh IUCN (International Union for Conservation
of Nature and Natural Resources, sekarang: The World Conservation Union). Konvensi ini
bernama Conventions on Wetlands of International Importance, Especially as Waterfowl
Habitat. Konvensi ini pertama kali diadakan di Kota Ramsar, kota yg terletak di pantai
Laut Kaspia di Iran pada 2 Februari 1971 sehingga selanjutnya konvensi ini lebih dikenal
sebagai Konvensi Ramsar.
Adapun isi dari konvensi Ramsar adalah sebagai berikut:
Para Anggota,
1. Mengingat adanya saling ketergantungan antara manusia dan lingkungannya;
2. Menimbang fungsi ekologis lahan basah yang sangat penting sebagai pengendali tata
air dan habitat bagi flora dan fauna yang khas, terutama burung air;
1
3. Menyadari bahwa lahan basah memiliki nilai ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, dan
rekreasi yang besar, serta dapat diperbaharui;
4. Berkeinginan untuk mencegah alih fungsi lahan dan hilangnya lahan basah baik saat
ini maupun di masa mendatang;
5. Mengakui bahwa dalam migrasi musiman burung air mungkin melampaui batas
negara sehingga harus dianggap sebagai sumber daya internasional;
6. Percaya bahwa konservasi lahan basah beserta flora dan fauna yang hidup di
dalamnya dapat terjaga melalui kebijakan lintas negara yang terkoordinasi secara
internasional;
Menyepakati hal-hal berikut ini :
Pasal 1
1. Konvensi lahan basah mencakup wilayah payau, rawa, gambut, atau perairan, baik
alami maupun buatan, permanen atau temporer (sementara), dengan air yang mengalir
atau diam, tawar, payau, atau asin, termasuk pula wilayah dengan air laut yang
kedalamannya di saat pasang rendah (surut) tidak melebihi 6 meter.
2. Konvensi burung air adalah burung yang secara ekologis bergantung pada lahan
basah.
Pasal 2
1. Masing-masing Anggota harus menunjuk lahan basah yang cocok dalam wilayahnya
untuk dimasukkan dalam Daftar Lahan Basah Penting Internasional, selanjutnya
disebut “List” yang dikelola oleh biro yang ditetapkan berdasarkan Pasal 8. Batas-
batas lahan basah ditunjukkan oleh peta, termasuk di dalamnya zona riparian (tepian
sungai) dan pesisir yang berdekatan dengan suatu lahan basah tertentu, pulau-pulau,
atau bagian laut yang dalamnya lebih dari 6 meter yang tertutupi air pada saat air
surut, apabila daerah tersebut memiliki nilai penting sebagai habitat burung air.
2. Lahan basah didaftarkan pada “List” apabila memiliki nilai penting secara
internasional dalam hal ekologi, botani, zoologi, limnologi atau hidrologi. Termasuk
lahan basah penting bagi burung air pada setiap musimnya.
3. Negara yang memiliki lahan basah di dalam “List” tidak terganggu hak kedaulatan
eksklusifnya
4. Setiap Anggota wajib menunjuk setidaknya satu lahan basah untuk dimasukkan dalam
“List” saat penandatanganan Konvensi ini atau ketika menyerahkan instrumen
ratifikasi atau aksesi, sebagaimana diatur dalam Pasal 9.
2
5. Setiap Anggota berhak untuk menambah area lahan basah yang telah ditetapkan pada
“List” yang berada di dalam wilayahnya, memperpanjang batas-batas perlindungan
lahan basah, atau, karena kepentingan nasional yang mendesak, menghapus atau
membatasi areal perlindungan lahan basah, maka diharuskan untuk menginformasikan
dengan sesegera mungkin kepada organisasi atau pemerintah yang bertanggung jawab
untuk diteruskan kepada biro yang telah ditunjuk sesuai Pasal 8.
6. Setiap Anggota harus turut bertanggung jawab secara internasional untuk melakukan
upaya konservasi, manajemen dan pemanfaatan secara bijaksana terhadap spesies
burung air migran, baik ketika menunjuk suatu situs untuk dimasukkan ke dalam
“List” maupun ketika menggunakan haknya untuk melakukan perubahan lahan basah
di dalam “List” wilayahnya.
Pasal 3
1. Para Anggota wajib merumuskan dan melaksanakan perencanaan yang telah dibuat
untuk mengkampanyekan konservasi lahan basah yang telah masuk dalam “List”, dan
sejauh mungkin melakukan pemanfaatan lahan basah secara bijaksana di wilayah
mereka.
2. Setiap Anggota harus menginformasikan sedini mungkin jika terjadi perubahan
karakter ekologis lahan basah di wilayahnya, termasuk di dalamnya perubahan
terhadap lahan basah yang dimasukkan pada “List”, baik sedang dalam proses
perubahan atau ada tanda-tanda berubah sebagai hasil dari perkembangan teknologi,
polusi atau gangguan manusia lainnya. Informasi tentang perubahan tersebut harus
disampaikan sesegera mungkin pada organisasi atau pemerintah yang bertanggung
jawab, lalu diteruskan kembali pada biro yang telah ditunjuk sesuai Pasal 8.
Pasal 4
1. Setiap Anggota wajib mempromosikan konservasi lahan basah dan burung air dengan
mendirikan cagar alam pada lahan basah, baik mereka termasuk dalam “List” atau
tidak, dan melakukan pengamanan yang memadai.
2. Apabila suatu Anggota dalam kepentingan nasional yang mendesak, menghapus atau
mengurangi luasan lahan basah yang termasuk dalam “List”, harus sejauh mungkin
mengkompensasi hilangnya sumber daya lahan basah, dan membuat cagar alam
tambahan untuk burung air dan perlindungannya, baik di daerah yang sama atau di
tempat lain, di area habitat aslinya.
3. Para Anggota wajib mendorong penelitian dan pertukaran data dan publikasi
mengenai lahan basah beserta flora dan fauna yang bergantung hidup terhadapnya.
3
4. Para Anggota berusaha untuk meningkatkan populasi burung air yang hidup di lahan
basah bersangkutan.
5. Para Anggota wajib mempromosikan pelatihan personil untuk meningkatkan
kompetensi di bidang penelitian lahan basah, manajemen dan pengamanan.
Pasal 5
Para Anggota akan saling berkonsultasi tentang pelaksanaan kewajiban yang timbul
dari Konvensi terutama pada lahan basah yang membentang melalui lebih dari satu
negara anggota atau pada sistem air lintas negara. Negara anggota akan berusaha
untuk mengkoordinasikan dan mendukung kebijakan mengenai konservasi lahan
basah, serta flora dan fauna yang ada di dalamnya, saat ini maupun di masa-masa
mendatang.
Pasal 6
1. Harus dilakukan pertemuan Para Anggota untuk meninjau dan mempromosikan
pelaksanaan Konvensi ini. Biro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, ayat 1, wajib
menyelenggarakan sidang biasa Para Anggota pada selang waktu tidak lebih dari tiga
tahun, kecuali Konferensi memutuskan lain, dan dan menyelenggarakan pertemuan
luar biasa apabila ada permintaan tertulis sekurang-kurangnya sepertiga dari Anggota.
Pada pelaksanaan pertemuan biasa anggota, para anggota menentukan waktu dan
tempat pertemuan berikutnya.
2. Konferensi Para Anggota harus membahas :
Pelaksanaan Konvensi ini;
Penambahan dan perubahan pada “List”;
Informasi mengenai perubahan karakter ekologis dari lahan basah yang terdaftar
dalam “List” sesuai dengan ayat 2 dari Pasal 3;
Pembuatan rekomendasi umum atau khusus mengenai pelaksanaan konservasi,
manajemen dan pemanfaatan bijaksana lahan basah beserta flora dan fauna yang
bergantung hidup terhadapnya;
Permintaan pada badan-badan internasional yang relevan untuk menyiapkan
laporan dan statistik mengenai hal-hal penting bagi dunia internasional yang
terkait/berdampak pada lahan basah;
Adopsi rekomendasi atau resolusi lain, untuk mempromosikan fungsi Konvensi ini.
3. 3. Para Anggota harus memastikan bahwa di setiap tingkatan manajemen lahan basah
harus diinformasikan mengenai hasil rekomendasi Konferensi lahan basah,
4
khususnya mengenai pelaksanaan konservasi, manajemen dan pemanfaatan bijaksana
lahan basah beserta flora dan fauna yang bergantung hidup terhadapnya.
4. Konferensi Para Anggota harus mengikuti ketentuan pada masing-masing pertemuan
yang diselenggarakan tersebut.
5. Konferensi Para Anggota menetapkan dan meninjau peraturan keuangan Konvensi ini.
Pada setiap pertemuan rutin yang dihadiri setidaknya dua pertiga anggota yang
memberikan suara, dilakukan penetapan anggaran untuk periode keuangan berikutnya.
6. Setiap Anggota wajib memberikan kontribusi anggaran yang nilainya sesuai dengan
kesepakatan pertemuan rutin para anggotanya.
Pasal 7
1. Para wakil anggota yang hadir pada Konferensi tersebut dipersyaratkan memiliki
keahlian tentang lahan basah atau burung air baik pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh melalui penelitian, administratif atau lainnya.
2. Setiap wakil negara dalam konferensi memiliki satu suara, rekomendasi, resolusi dan
keputusan yang diakui Anggota yang hadir dan memberikan suara, kecuali ada
ketentuan lain dalam Konvensi ini.
Pasal 8
1. Uni Internasional untuk Konservasi Alam dan Sumber Daya Alam akan melakukan
tugas biro di bawah Konvensi ini sampai ada organisasi lain atau pemerintah tertentu
ditunjuk oleh setidaknya dua pertiga anggota.
2. Tugas Biro antara lain:
Untuk membantu penyelenggaraan dan pengorganisasian Konferensi sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 6;
Untuk menyimpan “List” Lahan Basah Penting Internasional dan apabila ada
penambahan, ekstensi, penghapusan atau pembatasan dari anggota mengenai lahan
basah yang masuk dalam “List” untuk segera menginformasikan sesuai dengan ayat
5 Pasal 2;
Untuk menampung informasi dari para anggota tentang adanya perubahan karakter
ekologis lahan basah dalam “List” sesuai dengan ayat 2 dari Pasal 3;
Untuk meneruskan informasi adanya perubahan “List” kepada semua anggota,
termasuk di dalamnya perubahan karakter lahan basah, serta menetapkan hal-hal
yang akan dibahas pada Konferensi berikutnya;
5
Untuk menginformasikan kepada setiap anggota tentang hasil rekomendasi
Konferensi terkait adanya perubahan “List” termasuk perubahan karakter lahan
basah.
Pasal 9
1. Konvensi ini akan tetap terbuka untuk penandatanganan selanjutnya.
2. Setiap anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa atau salah satu Badan Khususnya atau
Badan Energi Atom Internasional atau Anggota pada Statuta Mahkamah Internasional
dapat menjadi anggota pada Konvensi ini dengan:
Menandatangani tanpa reservasi untuk ratifikasi;
Menandatangani hal tertentu untuk proses ratifikasi, kemudian diikuti ratifikasi;
Aksesi
3. Ratifikasi atau aksesi akan berlaku efektif dengan disimpannya instrumen ratifikasi
atau aksesi pada Direktur Jenderal dari Organisasi PBB bidang Pendidikan, Ilmu
Pengetahuan dan Budaya (selanjutnya disebut sebagai “Penyimpan”).
Pasal 10
1. Konvensi ini akan berlaku empat bulan setelah tujuh negara menjadi Anggota pada
Konvensi ini sesuai ayat 2 dari Pasal 9.
2. Selanjutnya Konvensi ini akan mulai berlaku untuk setiap Anggota empat bulan
setelah hari penandatanganan tanpa reservasi untuk ratifikasi, atau ini disimpan
sebagai instrumen ratifikasi atau aksesi.
Pasal 10 bis
1. Konvensi ini dapat diubah pada pertemuan Para Anggota yang diselenggarakan untuk
tujuan pengubahan sesuai pasal ini.
2. Proposal untuk amandemen dapat dibuat oleh beberapa Anggota.
3. Teks setiap amandemen yang diusulkan beserta alasan perubahannya disampaikan
kepada biro di bawah Konvensi (selanjutnya disebut sebagai “Biro”) dan segera
diteruskan Biro pada semua Anggota. Setiap komentar pada teks harus
dikomunikasikan kepada Biro dalam waktu tiga bulan sejak tanggal biro
menyampaikan informasi pada anggota. Biro lalu menyampaikan kembali semua
komentar yang diterima kepada anggota setelah hari terakhir pengajuan komentar.
4. Pertemuan Para Anggota untuk membahas amandemen dilakukan sesuai dengan ayat
3, diselenggarakan oleh Biro atas permintaan tertulis dari sepertiga Anggota. Biro
harus berkonsultasi dengan Anggota mengenai waktu dan tempat rapat.
6
5. Amandemen harus diikuti oleh setidaknya dua pertiga dari Para Anggota yang hadir
dan memberikan suara.
6. Suatu amendemen yang diadopsi akan mulai berlaku untuk Para Anggota pada hari
pertama bulan keempat setelah tanggal penerimaan dokumen oleh dua pertiga
Anggota. Anggota yang menerima dokumen setelah tanggal tersebut, memberlakukan
amandemen pada hari pertama bulan keempat setelah tanggal penerimaan dokumen.
Pasal 11
1. Konvensi ini akan tetap berlaku untuk jangka waktu tak terbatas.
2. Setiap Anggota dapat membatalkan Konvensi ini setelah jangka waktu lima tahun
sejak tanggal masuk anggota dengan cara memberikan pemberitahuan tertulis kepada
Depositary. Pembatalan akan berlaku empat bulan setelah tanggal penerimaan oleh
Depositary.
Pasal 12
1. Penyimpan wajib memberitahukan kepada semua Negara yang telah menandatangani
dan mengaksesi Konvensi ini secepat mungkin:
penandatangan Konvensi;
a) Pemegang bukti ratifikasi Konvensi ini;
b) Pemegang bukti aksesi pada Konvensi ini;
c) Tanggal berlakunya Konvensi ini;
d) Pemberitahuan pemutusan dari Konvensi ini.
2. Ketika Konvensi ini telah mulai berlaku, Depositary harus telah terdaftar di
Sekretariat PBB sesuai dengan Pasal 102 Piagam PBB.
Sebagai bukti, yang bertandatangan di bawah ini, yang diberi kewenangan untuk
bertindak, telah menandatangani Konvensi ini.
Dibuat di Ramsar pada tanggal 2 Februari 1971 (Diterjemahkan dari “The Convention on
Wetlands text, as amended in 1982 and 1987″ pada situs http://www.ramsar.org)
Konvensi Ramsar menyediakan kerangka bagi negara anggota untuk menyusun
program dan rencana aksi, serta meningkatkan kerjasama internasional dalam
perlindungan dan pemanfaatan bijaksana ekosistem lahan basah dan sumberdaya alam
terkait lahan basah lainnya. Misi yang ingin dicapai adalah "perlindungan dan pemanfaatan
bijaksana (wise use) lahan basah melalui implementasi rencana aksi lokal dan nasional,
dan kerjasama internasional sebagai sebuah usaha mencapai pembangunan berkelanjutan
di dunia". Konsep pemanfaatan bijaksana (wise use) diartikan sebagai pemeliharaan
karakteristik ekologi lahan basah yang dicapai dengan pendekatan ekosistem yang
7
menunjang pembangunan berkelanjutan. Manusia yang akan memperoleh manfaat terbesar
dari implementasi konsep pemanfaatan bijaksana ini.
Setelah diberlakukan konvensi ini ternyata banyak menimbulkan masalah khususnya
mengenai intrepretasi dan kewajiban yang dimiliki negara anggota peserta konvensi.
Sebagai contoh apakah para pihak memiliki suatu kewajiban untuk menunjukkan lokasi
yang didaftar di semua negara atau hanya di negaranya saja. Kelemahan lain yang penting
adalah penggunaan istilah “wise use” (penggunaan yang bijaksana).
Dalam pertemuan di Regina, Saskatchewan (Canada) pada tanggal 27- 5 Juni 1987
telah dicapai suatu kemajuan yang penting. Kriteria penggunaan istilah “wise use” telah
diperjelas dan disempurnakan sehingga dapat diterima oleh seluruh negara anggota.
Kriteria menetapkan pilihan lahan basah juga telah dibuat dan khusus pada lahan basah
yang memiliki makna internasional telah diidentifikasi dan dilampirkan dalam Annex
Rekomendasi Regina. Ditetapkan pula suatu petunjuk mengenai penggunaan secara bijak
dalam pengembangan lahan basah.
Kemudian para pihak peserta konvensi juga sepakat untuk mengadakan kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan konvensi. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan
diadakannya pertukaran informasi dan pengalaman di antara negara anggota. Kemudian
pengembangan kebijaksanaan serta peraturan yang berkaitan dengan konvensi. Diadakan
pula tukar menukar tenaga ahli dalam bidang yang kelak akan mampu menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan selanjutnya. Para pihak juga menyetujui
didirikannya suatu Sekretariat Jenderal yang terlepas namun tetap dibawah koordinasi
IUCN yang hal ini baru terlaksana setahun kemudian.
Tahun 1985 ada 300 lokasi yang luasnya 200 juta hektar are telah ditetapkan dalam
daftar internasional yang memiliki manfaat ekologi, pertanian, botani, zoologi, limnologi
atau hidrologi (MacKinnon et al,1990:293). Sampai tahun 1992 ada 549 kawasan lahan
basah di 65 negara (lebih dari 20 negara adalah negara berkembang sudah dimasukkan
dalam daftar Konvensi (Birnie & Boyle,1992:466). Pada tahun 2011, anggota Konvensi
Ramsar berjumlah 160 negara, dan telah dinyatakan sebanyak 1952 situs, dengan luas 190
137 363 hektar. Negara yang memiliki situs Ramsar terbanyak adalah Britania Raya (168
situs), sedangkan Kanada memiliki situs Ramsar terluas dengan sekitar 130.000 km² lahan
basah, termasuk Teluk Queen Maud yang luasnya 62.800 km².
8
D. Indonesia Sebagai Anggota Konvensi Ramsar
Oleh pemerintah Indonesia konvensi ini telah diratifikasi berdasarkan Surat Keputusan
Presiden tanggal 19 Oktober 1991 dengan Nomer : R. 09.PRD/PU/X/1991. Dan melalui
Undang-undang No 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya lahan basah dimasukkan kedalam wilayah perlindungan sistem penyangga
kehidupan. (Penjelasan pasal 8 UU No 5/1990). Demikian juga dalam Keputusan Presiden
No 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, tertanggal 25 Juli 1990
memasukkan beberapa jenis lahan basah sebagai bagian dari kawasan yang dilindungi.
(Pasal 4 dan pasal 6 Keppres No 32/1990). Dengan melihat ketentuan ini telah
menunjukkan bahwa kawasan lahan basah merupakan kawasan penyangga yang penting
bagi kehidupan manusia dan lingkungannya dan karena itu harus dilindungi.
Di Indonesia terdapat 6 situs Ramsar dengan luas total 964.690 hektar.
Taman Nasional Berbak (Jambi)
Taman Nasional Berbak merupakan kawasan pelestarian alam untuk konservasi hutan
rawa terluas di Asia Tenggara yang belum terjamah oleh eksploitasi manusia.
Keunikannya berupa gabungan yang menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air
tawar yang terbentang luas di pesisir Timur Sumatera.
Gambar 1. Taman Nasional Berbak (sumber: tourismjambi.com)
Ditetapkan: 8 April 1992
Luas: 162.700 ha
9
Taman Nasional Sembilang (Sumatera Selatan)
Taman Nasional Sembilang merupakan perwakilan hutan rawa gambut, hutan rawa air
tawar, dan hutan riparian (tepi sungai) di Provinsi Sumatera Selatan.
Gambar 2. Taman Nasional Sembilang (sumber: indonesia.travel)
Ditetapkan: 6 Maret 2011
Luas: 202.896 ha
Suaka Margasatwa Pulau Rambut (DKI Jakarta)
Suaka Margasatwa Pulau Rambut memiliki iklim tropis dan terdiri dari beberapa tipe
habitat lahan basah, seperti terumbu karang, hutan mangrove, rawa air tawar laguna dan
musiman. Pulau Rambut merupakan salah satu rantai penting lahan basah di sepanjang
Asia-Australasia Flyway Timur. Situs ini merupakan tempat transit penting bagi burung air
yang migrasi dari bumi bagian utara menuju Australia.
Gambar 3. Suaka Margasatwa Pulau Rambut (sumber: brendes.multiply.com)
Ditetapkan: 11 November 2011
Luas: 90 ha
10
Taman Nasional Danau Sentarum (Kalimantan Barat)
Taman Nasional Danau Sentarum merupakan perwakilan ekosistem lahan basah
danau, hutan rawa air tawar dan hutan hujan tropik di Kalimantan.
Gambar 4. Taman Nasional Danau Sentarum (sumber: syaifulmuazir.wordpress)
Ditetapkan: 30 Agustus 1994
Luas: 80.000 ha
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (Sulawesi Tenggara)
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan
hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan rawa air tawar di
Sulawesi.
Gambar 5. Taman Nasional Rawa Aopa Watumahoi (sumber: blog.ahmadzamroni)
Ditetapkan: 6 Maret 2011
Luas: 105.194 ha
Taman Nasional Wasur (Papua)
Taman Nasional Wasur merupakan perwakilan dari lahan basah yang paling luas di
Papua dan sedikit mengalami gangguan oleh aktivitas manusia.
11
Gambar 6. Taman Nasional Wasur (sumber: indahnesia.com)
Ditetapkan: 16 Maret 2006
Luas: 413.810 ha
Pada tanggal 14 November 2011, bertempat di Hotel Mercure, Jakarta, Indonesia
menjadi tuan rumah bagi Konvensi Ramsar. Pertemuan yang berlangsung selama 5 hari
tersebut, akan membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan aspek konservasi lahan
basah, konservasi biodiversitas di dalamnya, peningkatan kesejahteraan masyarakat yang
bergantung pada lahan basah serta kaitan konservasi lahan basah dengan isu ekonomi dan
dunia usaha, di lingkup Regional Asia. Hasil-hasil pertemuan itu akan dibawa ke lingkup
Dunia pada pertemuan Conference of the Parties (COP) XI Konvensi Ramsar tahun 2012
di Rumania.
Maksud dan tujuan pelaksanaan kegiatan Regional Meeting Konvensi Ramsar lingkup
Asia ini adalah (1) Mengupdate aktifitas negara-negara pihak lingkup Asia dan sekretariat
Konvensi Ramsar semenjak COP10 tahun 2008, (2) Menjelaskan latar belakang draft
resolusi yang akan dipresentasikan pada saat COP11 di Bucharest Romania tanggal 19-26
Juni 2012. Dengan demikian negara-negara pihak lingkup Asia mendapatkan informasi
terbaru terkait draft resolusi, (3) Untuk mendiskusikan pengalaman dan keterampilan
dalam mengimplementasikan Konvensi Ramsar sejak COP10, (4) Menominasikan tiga
perwakilan negara untuk mewakili sebagai Ramsar Standing Committee selama tiga
periode 2013-2015
12
Daftar Pustaka
Anonim. 2009. Konvensi Ramsar dan Lahan Basah Kalimantan Selatan.
http://ndyamalia.blogspot.com (Diakses Tanggal 27 April 2014)
Anonim. 2012. Indonesia untuk Dunia: Ramsar Sites. http://itineraryku.blogspot.com
(Diakses Tanggal 27 April 2014)
Anshar, Gusti Z. 2011. Konvensi Ramsar-Selayang Pandang. http://gambut-
tropis.blogspot.com. (Diakses Tanggal 27 April 2014)
Masyud. 2011. Indonesia Sebagai Tuan Rumah Pertemuan Regional Asia Konvensi
Ramsar Tahun 2011. www.dephut.go.id (Diakses Tanggal 27 April 2014)
Pramudianto, Andreas. 2009. Kawasan Lahan Basah dalam Konsep Hukum Global dan
Keberadaannya di Indonesia. http://staff.blog.ui.ac.id
Raisa. 2009. Konvensi Ramsar dan Distribusi Lahan Basah di Kalimantan Selatan.
http://154-kd.blogspot.com (Diakses Tanggal 27 April 2014)
Sugiarto, Dwi Putro. 2012. Isi Konvensi Lahan Basah Internasional di Ramsar, Iran.
http://tnrawku.wordpress.com.
Wikipedia. 2014. Konvensi Ramsar. http:// id.wikipedia.org. (Diakses Tanggal 27 April
2014)
13