Post on 08-Mar-2019
DAMPAK PENERAPAN PSAK 108 TERHADAP TINGKAT SOLVABILITAS
MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH
(Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: AHMAD SOPYAN
NIM. 106046201719
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H/2010 M
DAMPAK PENERAPAN PSAK 108 TERHADAP TINGKAT SOLVABILITAS
MINIMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH
(Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
AHMAD SOPYAN
NIM. 1060 4620 1719
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. H. ZAINUL ARIFIN YUSUF, M.Pd H. M. DAWUD ARIF KHAN, S.E., M.Si., AK., CPA NIP. 195607121981031003
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Dampak Penerapan PSAK 108 Terhadap Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967), telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 24 September 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (...................................) NIP. 197107011998032002 Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...................................) NIP. 197407252001121001 Pembimbing I : Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd (...................................) NIP. 195607121981031003 Pembimbing I : H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA (..................................) Penguji I : Erika Amelia, SE, M.Si (...................................)
Penguji II : A. M. Hasan Ali. MA (...................................) NIP. 197512012005011005
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah..... Seiring Rasa Syukur dan Kerendahan Hati, Karya
Sederhana ini Kupersembahkan Dengan Setulus Hati Untuk Orang-
orang yang Paling Kucinta & Kusayang :……
♥ Bapak dan ibu tercinta (Damilih dan Sadiyah) yang telah
membimbingku dari ketidaktauhanku menjadi
tahu,memanduku saat aku tidak kuat berdiri,menuntunku
saat aku tertatih dan selalu mendoakanku sehingga masih
tetap tegar menghadapi cobaan hidup..
♥ Saudara-saudara tersayang (Bang Iyus, Bang Aris, Mpo
Maria, Anti, Novi), yang selalu memberikan perhatian
penuh dalam susah maupun senang..
♥ Sahabat karibku yang tidak kenal lelah memberi motivasi
dan mendengarkan keluh kesahku.. (Vyan Hadi, Zarkasih,
Dimas, Aip, Mukhlasin, Bunyati, Novi Rosini, Eva, Nita,
Lina, Adah, etc.),, Thank you so much..
♥ Ida Rosita, My Beloved one who always give me a smile in
her happiness or sadness…
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, September 2010 M
AHMAD SOPYAN
ABSTRAK
Ahmad Sopyan. NIM : 106046201719. Dampak Penerapan PSAK 108 Terhadap Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967). Skripsi. Konsentrasi Asuransi Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syariaf Hidayatullah Jakarta, 2010. Xvii + 113 + Lampiran.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menentukan seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM-LK no. PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 108; (2) Menjelaskan apakah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) sebesar 120 % dapat dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda jika menerapkan PSAK 108; (3) Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua BAPEPAM –LK no. PER-2/BL/2009 jika menerapkan PSAK 108.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data primer yang digunakan dalam bentuk Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 – triwulan IV 2009 sebelum penerapan PSAK 108 dan periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 dalam format PSAK 108, company profile, serta hasil wawancara pribadi. Data sekunder bersumber dari buku-buku, koran, majalah, website, penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya.
Kesimpulan penelitian ini secara singkat adalah sebagai berikut: (1) Tingkat solvabilitas minimum yang dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 sebelum penerapan PSAK 108 dari triwulan I 2009 – triwulan IV 2009 sebesar 734,65%, 609,08%, 464,21%, dan 597,59%, sedangkan RBC yang dicapai sesuai peraturan BAPEPAM –LK no. PER-2/BL/2009 dan format PSAK 108 dari triwulan I 2009 – triwulan I 2010 sebesar 62,55%, 46,53%, 47,41%, 10,82%, dan 52,84%. (2) Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 tidak mencapai parameter RBC 120% jika menerapkan format PSAK 108. (3) Kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika menerapkan PSAK 108, yaitu adanya kecenderungan menurunnya nilai RBC yang dikarenakan penghitungan Solvabilitas tersebut berbasiskan Dana Peserta.
Kata kunci : PSAK 108, Tingkat Solvabilitas Minimum, Unit Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967. Pembimbing : 1. Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd
2. H. M. Dawud Arif Khan, S.E., M.Si., Ak., CPA Buku Rujukan : Tahun 1993 s.d Tahun 2009.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi yang telah
memberikan nikmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul ”Dampak Penerapan PSAK 108
Terhadap Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi Syariah (Studi
Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967)”. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada Baginda Rasulullah SAW, beserta para keluarga
dan sahabatnya, dan semoga dapat menjadi suri tauladan bagi kita semua.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak akan mendekati
kesempurnaan tanpa bantuannya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag., Ketua Program Studi Muamalat. Bapak Ah.
Azharuddin Lathif, M.Ag., MH., Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd dan H. M. Dawud Arif Khan, S.E.,
M.Si., Ak., CPA, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya,
viii
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya dalam mengarahkan dan
membimbing penulis hingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak Fahmi Basyah, ST., AAIK., AIIS., QIP dan Drs. Saiful Hadi, selaku pihak
Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 yang telah bersedia
meluangkan waktu, memberikan segala ilmu pengetahuan, arahan, koreksi, saran,
dan pengalamannya, baik terkait pembahasan dalam skripsi ini maupun tidak,
serta telah bersedia memberikan data-data yang penulis butuhkan, sehingga
penelitian ini terselesaikan.
5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berharga selama
masa perkuliahan.
6. Seluruh keluarga besar, khususnya Orang tua (Damilih dan Sadiyah), Kakak, dan
Adik yang senantiasa memberikan perhatian penuh kepada penulis baik materil
maupun moril.
7. Sahabat-sahabatku se-almamater angkatan 2006 khususnya jurusan Asuransi
Syariah (Lina, Moyo, iis, Atul. Ichal, Adhi, Lingga, Kalim, dll.), terima kasih atas
doa, bantuan, semangat dan persahabatan yang telah terjalin selama ini.
8. Sahabat seperjuangan di M2B (Eva Syariefah, M. Hadzami, Anita Aulia, dan
Edvan), terus berjuang friends.
9. Tim KKN 24, untuk Feri, Dimas, Eti, Eli, V3, kak Eva, Nana, Adi, Dodi, Robbi,
Randi, Kukuh, Agus T, Agus K, Hambali, Aida, dan Wido, semoga silaturrahmi
kita tetap terjaga.
ix
10. Anak-anak AMC (Vyan, Ubay, Ipul, Pedro, Aji, Marcha, Charles, Paul, Beler,
Baput, Suci, Zia, Peni, Nunung, dan Sri), thanks for your support.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dorongan, semangat dan motivasi dalam kehidupan penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Demikianlah, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah
diberikan dan memberkahi hidup kita sehingga dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan ini.
Akhir kata, semoga sekecil apapun kebaikan yang telah kita lakukan, akan
menjadi investasi kekal di akhirat nanti. Amiin...
Jakarta, 03 September 2010
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN MUNAQASYAH ................................................. iii
HALAMAN MOTTO............................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. v
ABSTRAK.............................................................................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................... vii
KATA PENGANTAR............................................................................................ viii
DAFTAR ISI........................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL.................................................................................................. xv
DAFTAR ILUSTRASI.......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah.............................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan masalah......................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat penelitian................................................... 8
D. Review Penelitian Terdahulu...................................................... 10
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep...................................... 13
F. Metode penelitian....................................................................... 16
G. Sistematika penulisan................................................................. 19
xi
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah.............................................. 22
1. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah.......................... 22
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah..................................... 26
3. Implementasi Akad Tabarru’ dan Wakalah bil Ujrah Pada
Asuransi Umum Syariah...................................................... 29
B. Akuntansi Asuransi Syariah...................................................... 33
C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108............. 37
D. Risk Based Capital (RBC)......................................................... 44
1. Metode Penghitungan Tingkat Solvabilitas......................... 46
2. Metode Penghitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
(BTSM)................................................................................ 49
BAB III GAMBARAN UMUM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM
BUMIPUTERA MUDA 1967
A. Sejarah Singkat Perusahaan...................................................... 60
B. Visi, Misi, Falsafah Dasar, Nilai Dasar, dan Budaya
Perusahaan................................................................................. 62
C. Struktur Organisasi Perusahaan................................................. 64
D. Struktur Kepemilikan/Permodalan............................................ 66
xii
E. Penghargaan Perusahaan........................................................... 67
F. Produk-produk PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967.. 68
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA
A. Identifikasi Kekayaan Yang Diperkenankan Unit Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Sebelum dan Setelah
Penerapan PSAK 108................................................................... 79
B. Identifikasi Kewajiban Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK
108............................................................................................... 87
C. Identifikasi BTSM Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 108............. 90
D. Rasio Pencapaian Solvabilitas Minimum Metode Risk Based
Capital (RBC) Unit Syariah PT. Asurasni Umum Bumiputera
Muda 1967.................................................................................... 94
E. Analisis Kendala Dalam Pencapaian Solvabilitas Minimum Dana
Peserta dan Parameter BTSM 120%........................................... 103
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 108
B. Saran.......................................................................................... 109
xiii
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 111
LAMPIRAN.......................................................................................................... 114
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Asuransi Syariah di Indonesia......................................................... 2
Tabel 2.1 : Perbedaan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah... 26
Tabel 2.2 : Daftar Kekayaan Yang Diperkenankan………………………….. 47
Tabel 2.3 : Faktor Risiko Untuk Setiap Jenis Kekayaan Yang
Diperkenankan............................................................................... 50
Tabel 2.4 : Jumlah Dana Yang Dibutuhkan Untuk Schedule B…………...... 53
Tabel 2.5 : Komponen Morbidita Asuransi Kesehatan.................................... 55
Tabel 2.6 : Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi (Komponen
Klaim Masa Depan)........................................................................ 56
Tabel 2.7 : Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi (Komponen
Klaim Masa Lalu).......................................................................... 57
Tabel 2.8 : Faktor Risiko Bagi Komponen Risiko Reasuransi........................ 58
Tabel 4.1 : Kekayaan Yang Diperkenankan Sebelum Penerapan PSAK
108 (Saldo SAP)............................................................................ 80
Tabel 4.2 : Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Peserta Setelah Penerapan
PSAK 108 (Saldo SAP).................................................................. 82
Tabel 4.3 : Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Pengelola Setelah
Penerapan PSAK 108 (Saldo SAP)............................................... 84
Tabel 4.4 : Kewajiban SAP Sebelum Penerapan PSAK 108........................... 87
Tabel 4.5 : Kewajiban SAP Dana Peserta Setelah Penerapan PSAK 108....... 88
xv
Tabel 4.6 : Kewajiban SAP Dana Pengelola Setelah Penerapan PSAK 108... 90
Tabel 4.7 : Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Sebelum Penerapan
PSAK 108........................................................................................ 91
Tabel 4.8 : Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Dana Peserta
Setelah Penerapan PSAK 108........................................................ 92
Tabel 4.9 : Cabang Asuransi Kerugian Syariah Batas Tingkat Solvabilitas
(Sebelum Penerapan PSAK 108) Triwulan I Tahun 2009 s.d
Triwulan IV Tahun 2009................................................................ 95
Tabel 4.10 : Cabang Asuransi Kerugian Syariah Batas Tingka Solvabilitas
Dana Peserta (Setelah Penerapan PSAK 108) Triwulan I
Tahun 2009 s.d Triwulan I Tahun 2010......................................... 97
Tabel 4.11 : Rasio Pencapaian Solvabilitas Dana Peserta Setelah Ditambahkan
Qard.............................................................................................. 103
xvi
xvii
DAFTAR ILUSTRASI
Ilustrasi 2.1 : Syariah Busines Process.................................................................. 32
Ilustrasi 2.2 : Proses Siklus Akuntansi.................................................................. 33
Ilustrasi 3.1 : Struktur Organisasi PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967................................................................................................. 65
Ilustrasi 4.1 : Trend Line Perkembangan Kekayaan Yang Diperkenankan
Untuk Dana Peserta dan Dana Pengelola (Setelah Penerapan
PSAK 108)...................................................................................... 86
Ilustrasi 4.2 : Perkembangan Rasio RBC Sebelum dan Setelah Penerapan
PSAK 108....................................................................................... 98
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan perekonomian sebuah negara tidak lepas dari adanya peran
penting sebuah lembaga keuangan. Lembaga keuangan memiliki peranan sebagai
pembangun tatanan perekonomian dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Secara umum lembaga keuangan terbagi menjadi 2
(dua), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non-bank.
Keberadaan sistem ekonomi Islam di Indonesia ini tampaknya mulai
diakui oleh sebagian besar masyarakat. K.H. Ma’ruf Amin mengatakan bahwa
sebagai sebuah bangsa muslim terbesar dengan jumlah penduduk kurang lebih
90% beragama Islam, tuntunan atau kiat Islam dalam segala aspek yang berkaitan
dengan ekonomi Islam menjadi sangat relevan.1
Seiring dengan perkembangan perekonomian Islam tersebut, institusi–
institusi syariah, termasuk di dalamnya industri asuransi syariah, mengalami
perkembangan pula. Data terakhir perkembangan industri asuransi syariah yang
penulis dapatkan dalam sebuah Seminar Nasional Badan Eksekutif Mahasiswa
Jurusan (BEMJ) Asuransi Syariah UIN syarif Hidayatullah Jakarta dengan
narasumber Fahmi Basyah, ST., AAIK., AIIS., QIP. (Head Of Sharia Division
1 Ma’ruf Amin, Kata Pengantar, dalam Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life
and General): konsep dan sistem operasional, Cet.I, (Jakarta:Gema Insani Pers,2004), h. xxiii
2
PT. Asuransi Umum Bumiputeramuda 1967) menunjukkan bahwa jumlah
perusahaan perasuransian syariah, dalam hal ini perusahaan Asuransi Jiwa
Syariah, Asuransi Umum Syariah, Unit Asuransi Syariah maupun Unit
Reasuransi Syariah mengalami peningkatan dari 11 perusahaan pada tahun 2003
menjadi 42 perusahaan pada tahun 2009. (Lihat Tabel 1.1)
Tabel 1.1
Asuransi Syariah di Indonesia
No Company 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1. Sharia Life Insurance 2 2 2 2 2 2 2
2. Sharia General Insurance 1 1 1 1 1 1 1
3. Sharia Unit Of Life Insurance 2 3 8 9 13 13 17
4. Sharia Unit Of General Insurance 6 11 13 15 19 19 19
5. Sharia Unit Of Reinsurance - 1 2 3 3 3 3
TOTAL 11 18 26 30 37 38 42
Sumber : Seminar Pengembangan SDM Asuransi Syariah, 2009
Asuransi syariah mendasarkan legalitasnya pada hukum positif UU No. 2
Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan KUHD pasal 246. Tetapi, hal
tersebut tidak dapat dijadikan landasan hukum yang kuat bagi asuransi syariah.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN-MUI) terpanggil untuk membuatkan sebuah fatwa yang
berkaitan dengan kegiatan asuransi syariah, selaku lembaga keuangan syariah
non-bank. Dalam fatwanya, DSN-MUI menyatakan bahwa Asuransi Syariah
(Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-
3
menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.2
Dalam membentuk fondasi yang kokoh agar tidak menyebabkan struktur
industri asuransi syariah menjadi rapuh, perlu adanya sebuah standar akuntansi
asuransi syariah. Bagi asuransi syariah, standar akuntansi merupakan sarana bagi
perusahaan untuk membuat pelaporan dan penyajian laporan keuangan yang
sesuai dengan karakteristik perusahaannya untuk dapat menyajikan informasi
yang cukup, akurat, relevan, tepat waktu, dapat dipercaya dan sebagai alat
transparansi dan akuntabilitas baik bagi nasabah, regulator dan juga manajemen.3
Selama ini standar akuntansi yang menjadi acuan pada industri asuransi
adalah standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), yaitu PSAK no. 28 tentang Akuntansi Asuransi Kerugian dan PSAK no. 36
tentang Akuntansi Asuransi Jiwa. Namun standar tersebut masih belum
memenuhi ketentuan untuk perlakuan-perlakuan bisnis pada lembaga asuransi
syariah, karena itu perlu acuan tambahan.4
AAOIFI (Accounting and Auditing Organization For Islamic Financial
Institutions) yang merupakan acuan utama bagi lembaga keuangan syariah di
2 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001. Tentang Pedoman Umum
Asuransi Syariah. 3 Sofyan Safri Harahap, Kata Sambutan, dalam Abdul Ghoni dan Erny Arianty.
Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan Praktek, (Jakarta: Insco Consulting.2007), h.v 4 Ibid., h. 13
4
dunia, secara khusus belum membuat conceptual frame work asuransi syariah,
padahal di Financial Accounting Standars (FAS) AAOIFI no. 12 secara jelas
menganut sistem 2 entitas, tapi tidak dijelaskan karakteristik asuransi syariah.
Sehingga FAS no. 12 mengacu pada AAOIFI no. 1 dan 2 yang mengatur secara
umum tentang lembaga keuangan syariah dan secara khusus tentang perbankan
syariah.5
Melihat hal tersebut, para pakar syariah dan akuntansi harus mencari dasar
bagi penerapan standar akuntansi untuk asuransi syariah yang berbeda dengan
perbankan syariah dan asuransi konvensional yang menganut sistem 1 entitas,
sedangkan asuransi syariah menganut 2 entitas yaitu dana peserta (tabarru’) dan
dana pengelola.
Upaya para pakar syariah dan akuntansi tersebut akhirnya terwujud
dengan disyahkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (untuk
selanjutnya disingkat dengan PSAK) No. 108 pada bulan April 2009 untuk
Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah yang bertujuan mengatur pengakuan,
pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi asuransi syariah. PSAK 108
tersebut oleh DSN-MUI juga telah dinyatakan tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh DSN-MUI yaitu pada tanggal 5
Mei 2009 dalam surat pernyataan kesesuaian syariah nomor U-153/DSN-
MUI/V/2009. PSAK 108 mengharuskan adanya pemisahan dana tabarru’ dan
dana pengelola, penghitungan risk based capital (RBC) juga didasari dari jumlah
5 Ibid., h. 17
5
dana tabarru’ atau dana peserta. Hal tersebut membuat asuransi syariah harus
mengantisipasi adanya penguatan modal.
Dalam industri asuransi syariah, tingkat Risk Based Capital (untuk
selanjutnya disingkat dengan RBC), merupakan sebuah indikasi yang
menunjukkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Dalam Keputusan
Menteri Keuangan RI no. 424/KMK.06.2003 pasal 2 dinyatakan bahwa
perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi setiap saat wajib memenuhi
tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh per seratus) dari risiko
kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan
kekayaan dan kewajiban.6
Penghitungan tingkat solvabilitas dengan menggunakan metode RBC
(Risk Based Capital) pada dasarnya adalah rasio dari nilai kekayaan bersih atau
“net worth” perusahaan bersangkutan, yang dihitung berdasarkan peraturan
akuntasi standar (PSAK 108), dibagi dengan nilai kekayaan bersih, yang dihitung
kembali dengan mengikutsertakan risiko-risiko pemburukan yang mungkin
terjadi.
Dalam mengantisipasi dampak dari kondisi krisis keuangan global dan
untuk merespon perkembangan kondisi industri asuransi saat ini, serta untuk
melindungi masyarakat yang menjadi pemegang polis, yaitu dibayarkannya
manfaat asuransi pada saat terjadinya risiko kerugian atau kematian, pemerintah
sebagai regulator yang melakukan pengawasan dan pembinaan kepada industri
6 Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003, pasal 2 ayat (1).
6
asuransi di Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang terkait dengan peraturan
no. 424/KMK.06.2003, yaitu peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan
nomor PER-2/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas
Minimum Bagi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Dalam
peraturan tersebut, dinyatakan bahwa perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas
Minimum (untuk selanjutnya disingkat dengan BTSM) untuk usaha asuransi dan
reasuransi dengan prinsip konvensional harus dilakukan terpisah dengan usaha
asuransi dan reasuransi yang berprinsip syariah. Bagi perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi yang memiliki Unit Syariah, BTSM total perusahaan
asuransi atau perusahaan reasuransi tersebut merupakan hasil penjumlahan BTSM
untuk usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip konvensional dan
BTSM untuk usaha asuransi atau usaha reasuransi dengan prinsip syariah.7
Yang menjadi permasalahan di sini adalah PSAK 108 mewajibkan
penghitungan RBC didasarkan atas dana rekening tabarru’ atau dana peserta,
karena sistem pencatatan antara dana peserta/tabarru’ dan dana pengelola
dilakukan secara terpisah. Selama ini, industri menggunakan dana peserta dan
dana pengelola sebagai dasar perhitungan. Selain itu, parameter batas tingkat
solvabilitas minimum yang telah ditetapkan untuk entitas asuransi syariah
disamakan dengan usaha asuransi dan reasuransi konvensional, yaitu sebesar
7 Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 tentang
Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
7
120%. Dengan demikian, penyusutan tingkat RBC pada entitas asuransi syariah
sangat mungkin terjadi.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis sangat
tertarik untuk membuat skripsi, dengan judul ”DAMPAK PENERAPAN PSAK
108 TERHADAP TINGKAT SOLVABILITAS MINIMUM PERUSAHAAN
ASURANSI SYARIAH (Studi Pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967).
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pokok permasalahan yang ada dalam penelitian ini penulis batasi pada
tingkat solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC (Risk Based
Capital) perusahaan Asuransi Syariah sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan
Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009, yang merupakan dampak dari
penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108 tentang
Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah, khususnya pada Unit Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 - triwulan I
2010.
2. Perumusan Masalah
Dari batasan masalah yang telah disebutkan, kemudian dijabarkan lebih
lanjut dalam beberapa rumusan masalah yang meliputi :
8
1. Seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan mengggunakan
metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan
nomor PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 - triwulan I 2010
sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 108?
2. Dapatkah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
sebesar 120 % dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda jika menerapkan PSAK 108?
3. Kendala-kendala apa yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua
BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika
menerapkan PSAK 108?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana diuraikan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Menentukan seberapa besar tingkat solvabilitas minimum dengan
menggunakan metode RBC sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan
Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 pada Unit Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode triwulan I 2009 –
triwulan I 2010 sebelum dan sesudah menerapkan PSAK 108.
9
b. Menjelaskan apakah parameter Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
(BTSM) sebesar 120 % dapat dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda jika menerapkan PSAK 108.
c. Menjelaskan kendala-kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan
Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika
menerapkan PSAK 108.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini antara lain :
a. Manfaat Akademis
1) Bagi penulis yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai masalah yang diteliti dan sebagai pembanding antara teori
yang didapatkan dalam perkuliahan dengan praktik di lapangan.
2) Dapat menambah khasanah pengetahuan dan referensi sebagai bahan
kajian lebih lanjut, khususnya bagi mahasiswa dan mahasiswi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menghasilkan manfaat sebagai berikut :
1) Bagi pihak perusahaan, yaitu Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967, diharapkan hasil penelitian ini berfungsi
sebagai bahan pertimbangan dalam mengoptimalkan tingkat
10
solvabilitas perusahaan dan hal-hal yang terkait dengan akuntansi
asuransi syariah.
2) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi agar lebih berpartisipasi secara aktif dalam memajukan
pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia.
D. Review Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan pada
penelitian ini antara lain :
1. Penelitian terdahulu yang berjudul ”Analisis Tingkat Kesehatan Keuangan
PT. Asuransi Takaful Umum periode 2005-2007 (RBC)”, oleh Omi Dauna
Yanti pada tahun 2008. Dengan hasil Penelitian menunjukkan tingkat
solvabilitas PT. Asuransi Takaful Umum terus mengalami kenaikan dari tahun
2005-2007, masing-masing Rp. 21.560,81 miliar, Rp. 30.387,41 miliar, Rp.
34.942,08 miliar. Begitu juga dengan jumlah BTSM terus mengalami
kenaikan dari tahun 2005-2007, masing-masing Rp. 12.190,62 miliar, Rp.
13.429,31 miliar, Rp. 18.290,66 miliar. Dengan kata lain batas tingkat
sovabilitas PT. Asuransi Takaful Umum sebesar dari tahun 2005-2007
masing-masing yaitu 176,86%, 226,28%, dan 191,04 %. Sehingga PT.
Asuransi Takaful Umum pada tahun 2005-2007 dapat dikategorikan ”sehat”.
2. Penelitian terdahulu yang berjudul ”Dampak Penerapan Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108 Pada Strategi Investasi PT.
11
Asuransi Takaful Umum”, oleh Dara Dewisinta Anggraeni, mahasiswi
pascasarjana Universitas Indonesia (UI), Program Studi Timur Tengah dan
Islam, Kekhususan Ekonomi dan Keuangan Syariah, pada Juli 2009. Dalam
penelelitian tersebut dilakukan pengujian apakah ada perbedaan yang berarti
antara return investasi portofolio yang belum dipisahkan dengan return
portofolio yang sudah dipisahkan menjadi portofolio investasi dana tabarru
dan portofolio investasi dana pengelola, serta apakah ada perbedaan yang
berarti antara return investasi portofolio dana tabarru dan return portofolio
dana pengelola. Data yang digunakan adalah data imbal hasil dari masing-
masing instrumen yang digunakan dari tahun 2007 sampai dengan bulan Mei
2009. Metode penelitian yang digunakan yaitu uji hipotesis dengan metode
statistik uji t berpasangan (Paired Sample t Test) dengan dua uji hipotesis dua
sisi (Two Tailed Test). Hasil uji hipotesis ditemukan bahwa terdapat
perbedaan yang berarti antara return portofolio investasi yang belum
dipisahkan dengan return portofolio investasi yang sudah dipisahkan dengan
hasil akhir lebih baik dipisahkan dengan strategi optimalisasi return.
Sedangkan return investasi portofolio dana tabarru dan dana pengelola tidak
terdapat perbedaan yang berarti.
3. Penelitian terdahulu yang berjudul ”Analisis Kesehatan PT. Bank
Muamalat Indonesia Berdasarkan Tingkat Likuiditas, Solvabilitas, dan
Profitabilitas” oleh Aditya Alham pada tahun 2006. Dengan hasil penelitian
bahwa bank Muamalat Indonesia tahun 2002-2005 dalam keadaan illikuid,
12
namun dari sisi solvabilitas, dari periode 2002-2005 telah dapat memenuhi
syarat kecukupan modal minimum yang telah ditetapkan BI, namun modal
yang ada belum dapat meng-cover kerugian-kerugian yang diakibatkan oleh
penurunan aktiva, tetapi telah dapat mengatasi 50% akan kewajiban jangka
panjangnya. Dan berdasarkan analisis profitabilitas menunjukkan bahwa
selama periode 2002-2005, BMI telah dapat mendapat profit yang cukup
besar hampir mendekati angka 100%. Kebijakan untuk memperbesar jumlah
pembiayaan yang diberikan telah berdampak positif terhadap tingkat
pendapatan yang sebagian besar berasal dari pendapatan bagi hasil dan
pendapatan jual beli.
Hal yang membedakan penelitian - penelitian tersebut dengan penelitian
yang dilakukan penulis adalah bahwa penulis lebih memfokuskan pada tingkat
RBC Perusahaan Asuransi Umum Syariah atas penerapan PSAK 108. Hal
tersebut berbeda dengan penelitian nomor ke-1 di atas yang menggunakan metode
RBC atas laporan keuangan sebelum adanya penerapan regulasi PSAK 108. Hal
tersebut juga berbeda dengan penelitian nomor ke-2 di atas yaitu, lebih
memfokuskan pada strategi investasi perusahaan Asuransi Syariah sebagai
dampak dari penerapan PSAK 108. Hal tersebut juga berbeda dengan penelitian
nomor ke-3 terkait dengan analisis rasio pada industri perbankan syariah.
13
E. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Teori
Tinjauan teoritis yang terkait pada penelitian ini diantaranya mengenai
ruang lingkup akuntansi syariah dan PSAK 108, asuransi syariah itu sendiri, serta
mengenai Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) perusahaan asuransi
syariah.
Menurut American Accounting Association dalam buku ”A Statement of
Basic Accounting Theory”, pengertian akuntansi adalah proses
mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk
memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka
yang menggunakan informasi tersebut.8
Sedangkan pengertian akuntansi syariah yaitu suatu kegiatan identifikasi,
klarifikasi, pendataan, dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait
dengan transaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan
ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum,
riba, maisir, gharar, barang yang diharamkan, dan membahayakan.9 Landasan
syar’i terkait akuntansi syariah tersebut yaitu terdapat dalam firman Allah SWT
QS. Al-Baqarah ayat 282.
8 Muhammad, Prinsp – Prinsip Akuntansi Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: UII Press, 2000),
h. 34 9 Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Renaisan,2005), h. 13-14
14
Landasan syar’i tersebut memberikan isyarat bahwa keberadaan akuntansi
dalam sebuah lembaga keuangan syariah menjadi wajib adanya, tak terkecuali
pada industri asuransi syariah. Sistem akuntansi bertujuan menghasilkan laporan
keuangan sebagai informasi bagi para pemakainya. Dalam proses akuntansi
tersebut terdapat sebuah standar akuntansi yang mengaturnya. PSAK 108
merupakan standar akuntansi keuangan yang bertujuan untuk mengatur
pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah
yaitu yang terkait dengan kontribusi peserta, alokasi surplus atau defisit
underwriting, penyisihan teknis, dan cadangan dana tabarru’.10 Dengan
demikian, adanya sebuah pemisahan antara dana tabarru’ dan dana pengelola
adalah keharusan dalam pelaporan keuangan Asuransi Syariah.
Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003
bahwa tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi salah
satunya diukur dengan rasio solvabilitas (RBC) sebesar 120%. Ada 6 variabel
terkait penghitungan rasio tersebut bagi asuransi umum syariah, antara lain:
a. Tingkat Solvabilitas :
1) Kekayaan yang dimiliki perusahaan.
2) kewajiban perusahaan.
10 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, IAI. PSAK 108.
15
b. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) :11
1) kegagalan pengelolaan kekayaan;
2) ketidak-seimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam
setiap jenis mata uang;
3) perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang
diperkirakan;
4) ketidak-mampuan reasuradur untuk memenuhi kewajiban
membayar klaim.
2. Kerangka Konsep
PSAK 108 Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Periode Triwulan I 2009 – Triwulan I 2010
Tingkat solvabilitas
Tingkat Solvabilitas Minimum, Metode RBC Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 Periode Triwulan I 2009 – Triwulan I 2010
BTSM
11 Peraturan Ketua Bapepam dan LK nomor PER-2/BL/2009 tentang Pedoman
Perhitungan BTSM.
16
F. Metode Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 yang berlokasi di Jl. Wolter Mongonsidi No.
43 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12180, terhitung dari tanggal 22 Maret
2010 – 20 Agustus 2010.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu sebagai
kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab pertanyaan
yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu
penelitian.12 Penelitian dekriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya, sehingga memberikan gambaran
yang jelas tentang situasi-situasi di lapangan apa adanya.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Kuantitatif karena data-data yang
diperoleh dalam bentuk angka-angka pada sebuah laporan keuangan
perusahaan asuransi syariah. Kualitatif karena data-data yang dipeoleh
berdasarkan buku-buku, majalah, koran, kajian pustaka terdahulu, serta artikel
12 Consuelo G. Sevila, Pengantar Metode Pneletian (Jakarta : UI-PRESS, 1993). H. 71
17
yang dikumpulkan penulis dan berhubungan dengan permasalahan dalam
pembahasan skripsi ini.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dalam bentuk
laporan keuangan perusahaan asuransi syariah dan data kualitatif berupa
literature-literatur kepustakaan, koran, artikel, dan sebagainya.
b. Sumber Data
1) Data primer, bersumber dari observasi langsung pada Unit Syariah
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, berupa :
a) Company profile Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967.
b) Laporan Keuangan periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010 Unit
Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967.
2) Data sekunder, bersumber dari buku-buku, koran, majalah, website,
penelitian terdahulu, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang
mengandung informasi yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu penulis mengadakan
penelitian terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian
18
skripsi ini, berupa skripsi terdahulu, buku-buku, majalah, surat kabar,
artikel, buletin, brosur, internet, dan sebagainya
b. Penelitian lapangan (field research), yakni penulis mengumpulkan data
secara langsung ke tempat objek penelitian. Teknik pengumpulan data
dengan melalui dua cara , yaitu :
2) Observasi, yaitu dengan observasi ke Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 untuk mendapatkan data yang valid
bagi penelitian ini.
2) Wawancara (interview), yaitu pengumpulan informasi dengan
mengajukan beberapa pertanyaan kepada pihak yang terlibat dengan
penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
6. Teknik Analisis Data
Data-data yang telah terkumpul, kemudian diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu data kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif berupa
kata-kata atau simbol, untuk selanjutnya dilakukan content analysis (riset
dokumen), karena pengumpulan data dan informasi akan dilakukan melalui
pengujian arsip dan dokumen.
Setelah semua data terkumpul dan telah dilakukan content analysis, maka
penulis melanjutkan tahap analisis dengan menggunakan metode deskriptif
analysis. Pada tahap ini, data dideskripsikan dan dianalisis sedemikian rupa
19
sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat digunakan
untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini. Dalam penghitungan tingkat
solvabilitas minimum dengan menggunakan metode RBC, data yang
digunakan adalah Laporan Keuangan Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010.
7. Pedoman Penulisan Skripsi
Adapan teknik penulisannya, penulis menggunakan buku “Pedoman
Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
Penulis membagi penulisan skripsi ini menjadi ke dalam 5 (lima) bab dan
terdiri atas beberapa sub bab. Susunan Bab tersebut secara sistematis adalah
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang permasalahan, pembatasan dan
perumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, kajian
pustaka, kerangka teori dan kerangka konsep, metode penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Tinjauan teoritis ini memuat deskripsi mengenai teori – teori yang
digunakan dalam proses penelitian dan pembahasan. Dalam hal ini,
20
teori – teori yang diuraikan antara lain pengertian asuransi syariah,
ruang lingkup akuntansi syariah dan akuntansi asuransi umum syariah,
gambaran umun Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108
serta RBC dan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM).
BAB III GAMBARAN UMUM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM
BUMIPUTERA MUDA 1967
Dalam bab ini dibahas mengenai gambaran umum Unit Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967. Terdiri dari profil Unit
Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, visi dan misi,
struktur organisasi, tujuan, produk – produk asuransi, dan sebagainya.
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA
Dalam bab ini akan dibahas antara lain analisa Tingkat solvabilitas
minimum metode RBC Unit Syariah PT Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 Periode triwulan I 2009 – triwulan I 2010, manganalisa
parameter tingkat solvabilatas minimum yang cocok bagi entitas
asuransi syariah, serta deskripsi kendala-kendala Unit Syariah PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dalam pencapaian rasio
Solvabilitas Minimum sesuai peraturan Bapepam-LK no. PER-
2/BL/2009, jika menerapkan PSAK 108.
21
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisa dan pembahasan yang
telah dilakukan dan berdasarkan kesimpulan tersebut akan diberikan
saran yang sekiranya dapat bermanfaat bagi perusahaan yang diteliti.
22
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Ruang Lingkup Asuransi Syariah
1. Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah
Secara bahasa, kata asuransi berasal dari bahasa Belanda yaitu assurantie,
yang dalam hukum belanda disebut Verzekering, yang artinya pertanggungan.13
Sementara pangertian asuransi (konvensional) secara istilah telah banyak
diungkapkan oleh para tokoh, antara lain :
Mark R. Greene mendefinisikan asuransi sebagai institusi ekonomi yang
mengurangi risiko dengan menggabungkan di bawah satu manajemen dan
kelompok objek dalam suatu kondisi sehingga kerugian besar yang terjadi yang
diderita oleh suatu kelompok yang tadi dapat diprediksi dalam lingkup yang lebih
kecil.14
Menurut Drs. H. Abbas Salim, M.A, yang dimaksud dengan asuransi
adalah suatu kemauan untuk menetapkan kerugian-kerugian kecil (sedikit) yang
sudah pasti sebagai pengganti (subtitusi) kerugian-kerugian besar yang belum
pasti.15
13 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general), (Jakarta: Gema Insani
Pers, 2004) h.26 14 Ibid., h. 26-27 15 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005), h.1
23
Jadi dalam asuransi konvensional, asuransi adalah sebuah mekanisme
perpindahan risiko yang oleh suatu organisasi dapat diubah dari tidak pasti
menjadi pasti. Ketidakpastian mencakup faktor-faktor antara lain, apakah
kerugian akan muncul, kapan terjadinya, dan seberapa besar dampaknya dan
berapa kali kemungkinan terjadi dalam satu tahun. Asuransi memberikan peluang
untuk menukar kerugian yang tidak pasti ini menjadi suatu kerugian yang pasti
yakni premi asuransi.16
Selain definisi-definisi di atas, pemerintah secara formal dalam
regulasinya, UU no. 2 tahun 1992 mendefinisikan bahwa asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkan diri dengan tertanggung, dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,
kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran
yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.17
16 Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, (Jakarta : Gema Insani Pers,
2005), h. 4 17 Undang - undang no. 9 tahun 1992, tentang Usaha Perasuransian.
24
Dari definisi tersebut ada 3 (tiga) unsur terkait asuransi konvensional,
antara lain18 :
Unsur 1 : Pihak tertanggung berjanji membayar uang premi kepada
pihak penanggung, sekaligus/berangsur-angsur.
Unsur 2 : Pihak penanggung berjanji akan membayar sejumlah uang
kepada pihak tertanggung sekaligus atau berangsur-angsur,
apabila terlaksana unsur ke-tiga.
Unsur 3 : Suatu peristiwa yang semula belum jelas akan terjadi.
Asuransi syariah sebagai lembaga keuangan non-bank merupakan bentuk
adanya pengembangan pada praktik mu’amalah. Dalam kajian fiqh mu’amalah,
terdapat sebuah kaidah fiqh : :
Artinya : “Hukum asal transaksi dan muamalah adalah boleh sampai ada dalil yang mengharamkannya”19
Kaidah fiqih dalam muamalah di atas memberikan arti bahwa dalam
kegiatan muamalah yang notabene urusan ke-dunia-an, manusia diberikan
kebebasan sebebas-bebasnya untuk melakukan apa saja yang bisa memberikan
manfaat kepada dirinya sendiri, sesamanya dan lingkungannya, selama hal
tersebut tidak ada ketentuan yang melarangnya.20
18 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, Keberadaan dan Kelebihannya ditengah Asuransi
Konvensional, (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2006),h. 7 19 Jalal al-Din, al-Suyuti, al-Asybah wa al-Nazhair, (Beirut : Dar al-Fikr, tth) h. 64 20 Hadypradipta, ”Fiqih Muamalah”, artikel diakses pada 11 Februari 2010 dari
http://hadypradipta.blog.ekonomisyariah.net/2009/01/06/fiqih-muamalah/.
25
Dalam bahasa Arab, kata asuransi disebut at-ta’min, takaful, dan at-
tadhamun yang bermakna saling melindungi, saling tolong-menolong, dan saling
menanggung. DSN-MUI dalam fatwanya menyatakan bahwa Asuransi Syariah
(Ta’min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-
menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan
/atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.21
Dari definisi tersebut jelas bahwa dalam menanggung kemungkinan
terjadinya risiko, para peserta asuransi bersama-sama mendermakan hartanya
dalam bentuk dana tabarru’ dan menggunakannya untuk membantu salah satu
peserta yang tertimpa musibah atau risiko. Sehingga letak perbedaan antara
asuransi syariah dan asuransi konvensional adalah pada bagaimana risiko itu
dikelola dan ditanggung dan bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan
lain terletak pada hubungan antara operator (penanggung) dengan peserta
(tertanggung), dimana asuransi syariah pengaturan pengelolaan risikonya
memenuhi ketentuan syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan
peserta dan operator.22 Lebih Jauh Ir. Muhammad Syakir Sula, AAIJ, FIIS
membedakan asuransi konvensional dengan asuransi syariah, yaitu :23
21 Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21/DSN-MUI/X/2001. Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.
22 Muhaiman Iqbal, Op., Cit., h. 2 23 Sula, Op., cit., h. 326
26
Tabel 2.1
Perbedaan antara Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah
No Prinsip Asuransi Konvensional Asuransi Syariah 1 Aspek Syar’i Tidak selaras dengan syariah
Islam karena adanya Maisir, Gharar, dan Riba; hal yang diharamkan dalam mu’amalah
Bersih dari adanya praktik Gharar, Maisir, dan Riba.
2 Akad Akad jual beli (akad mu’awadah, akad idz’aan, akad gharar, dan akad mulzim)
Akad tabarru dan akad tijarah (mudharabah, mudharabah mustarakah, wakalah bil ujrah, dan sebagainya).
3 Management of Risk
Transfer of Risk, dimana terjadi transfer risiko dari tertanggung kepada penanggung.
Sharing of Risk, dimana terjadi proses saling menanggung antara satu peserta dengan peserta lainnya (ta’awun)
4 DPS (Dewan Pengawas Syariah)
Tidak ada, sehingga dalam banyak praktiknya bertentangan dengan kaidah syara’.
Ada, yang berfungsi untuk mengawasi pelaksanaan operasional perusahaan agar terbebas dari praktik-praktik muamalah yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Sumber : Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah (Life and General). ,h. 326
2. Landasan Hukum Asuransi Syariah
Seperti telah diketahui bersama, asuransi syariah belum memiliki fondasi
hukum yang kuat, karena hanya diatur oleh regulasi dalam bentuk Keputusan
Menteri Keuangan (KMK). Hal ini turut mempengaruhi kinerja perusahaan
27
asuransi syariah yang masih terpaku dan tunduk pada peraturan (hukum positif).24
Kerangka acuan asuransi syariah dalam operasionalnya antara lain :
a) Fatwa DSN-MUI no. 21/DSN-MUI/IX/2001 tentang Pedoman
Pelaksanaan Operasional Asuransi Syariah.
b) Fatwa DSN-MUI no. 51/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Mudharabah
Musytarakah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah
c) Fatwa DSN-MUI no. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil
Ujrah Pada Asuransi dan Reasuransi Syariah
d) Fatwa DSN-MUI no. 53/DSN-MUI/IV/2006 tentang Akad Tabarru Pada
Asuransi dan Reasuransi Syariah
e) Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 18/PMK.010/2010 tentang
Penerapan Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha
Reasuransi Dengan Prinsip Syariah.
Peraturan-peraturan tersebutlah yang selama ini menjadi acuan perusahaan
asuransi syariah dalam menjalankan operasionalnya. Selain itu, landasan hukum
normatif yang menjadi acuan perusahaan asuransi syariah dalam menjalankan
usahanya secara syariah yaitu :
a) Al-Qur’an
Pada dasarnya al-Qur’an tidak menyebutkan secara tegas praktik asuransi
syariah, terindikasi dari tidak munculnya istilah al-ta’min secara nyata dalam al-
24 Abdul Ghoni dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan
Praktek, (Jakarta: Insco Consulting.2007)., h.13
28
Qur’an. Walaupun demikian, al-Qur’an masih mengakomodir ayat-ayat yang
memiliki nilai-nilai dasar dalam praktik asuransi syariah, seperti nilai dasar
tolong-menolong, kerja sama, atau semangat untuk melakukan proteksi terhadap
peristiwa kerugian di masa mendatang.25
Nilai dasar tolong-menolong dan bekerja sama (Q.S. al-Maidah ayat 2)
⌧ Artinya : ”Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
Nilai dasar semangat untuk melakukan proteksi terhadap kerugian di masa
mendatang (Q.S. al-Hasyr ayat 18)
☺ ☺
Artniya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
b) Sunnah Nabi
Rasulullah SAW, sangat memperhatikan kehidupan yang akan terjadi di
masa mendatang. Meninggalkan ahli waris (keluarga) yang berkecukupan materi,
25 AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam ; Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 105
29
dalam pandangan Rasulullah sangatlah baik daripada meninggalkan mereka
dalam keadaan terlantar. Seperti dalam sabdanya :
Artinya : ” Diriwayatkan dari Amr bin Sa’ad bin Abi Waqasy, telah bersabda Rasulullah SAW.: Lebih baik jika engkau meninggalkan anak-anakmu (ahli waris) dalam keadaan kaya raya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin (kelaparan) yang meminta-minta kepada manusia lainnya.”
3. Implementasi Akad Tabarru’ dan Wakalah bil Ujrah Pada Asuransi
Umum Syariah
Perusahaan asuransi kerugian (umum) adalah perusahaan yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan
manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari
peristiwa yang tidak pasti.26 Dalam polis asuransi dan perjanjian reasuransi
dengan prinsip syariah wajib mengandung akad tabarru’ dan akad tijarah.27
Akad yang menjadi fokus utama dalam business process Asuransi Umum
Syariah adalah akad tabarru’ dan akad wakalah bil Ujrah. Adapun mengenai
akad mudharabah, mudharabah musytarakah merupakan akad yang
diimplementasikan dalam kegiatan investasi saja. Lain halnya dengan perusahaan
asuransi jiwa yang memang dalam produk asuransinya ada yang mengandung
unsur saving dan ada yang tidak.
26 Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1992, Tentang Usaha Perasuransian, Pasal 1 Ayat
(5) 27 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010, Tentang Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah, Pasal 7.
30
a) Akad Tabarru’ Pada Asuransi Umum Syariah
Tabarru’ berasal dari kata tabarra’a, yatabarra’u, tabarru’an artinya
sumbangan, hibah, dana kebajikan, atau derma. Orang yang memberi sumbangan
disebut mutabarri’ (dermawan). Niat tabarru’ (dana kebajikan/hibah) dalam akad
asuransi syariah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara dalam
melepaskan diri dari praktik gharar yang diharamkan oleh Allah Swt. Dalam
konteks akad pada asuransi syariah, tabarru’ bermaksud memberikan dana
kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara peserta jika
ada yang mendapat musibah, dan dana tersebut ditempatkan secara terpisah pada
rekening sekaligus pencatatannya dari dana pengelola (perusahaan asuransi
syariah).28
Jadi, dana tabarru’ merupakan dana kolektif di antara peserta yang hanya
boleh digunakan untuk kepentingan peserta saja seperti klaim, cadangan tabarru’
dan reasuransi syariah. Dana tabarru ini dapat diinvestasikan oleh perusahaan
sebagai pihak pengelola, dan jika terdapat surplus dari investasi dana tabarru’ ini
akan dimasukkan ke rekening dana tabarru’ peserta dan pihak pengelola
mendapatkan upah/ bagi hasil sesuai dengan akad yang disepakati (wakalah bil
ujrah, mudharabah, atau mudaharabah musytarakah).29 Selain itu, jika terdapat
28 Sula, Op., Cit., h. 35-36 29 Fatwa DSN-MUI No. 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru’ Pada Asuransi
Syariah.
31
surplus dari dana tabarru’, penetapan besaran pembagiannya tergantung kepada
peserta kolektif, regulator atau kebijakan manajemen :30
1) seluruh surplus sebagai cadangan dana tabarru’,
2) sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, dan sebagian lainnya
didistribusikan kepada peserta; atau,
3) sebagian sebagai cadangan tabarru’, sebagian didistribusikan kepada
peserta, dan sebagian lainnya didistribusikan kepada entitas pengelola.
b) Akad Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Umum Syariah
Dalam konteks asuransi syariah akad wakalah bil ujrah adalah pemberian
kuasa dari peserta kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana peserta dan
atau melakukan kegiatan lain seperti, administrasi, pengelolaan dana, pembayaran
klaim, underwriting pengelolaan portofolio risiko, pemasaran, dan investasi,
dimana perusahaan mendapatkan imbalan dalam bentuk ujrah/fee karena jasanya
tersebut.31
Alur dari akad wakalah bil ujrah ini diawali dari kontribusi peserta yang
diterima oleh perusahaan asuransi syariah, lalu dipisah menjadi 2, yaitu ke dana
peserta (tabarru’) dan dana pengelola sebagai ujrah. Dana tabarru yang
terkumpul selanjutkan digunakan untuk hal-hal seperti yang telah disebutkan pada
pembahasan akad tabarru diatas. Jika terdapat defisit pada dana tabarru, maka
30 Ikatan Akuntan Indonesia, PSAK 108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah. 31 Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/III/2006 tentang Wakalah bil Ujrah Pada
Asuransi Syariah.
32
perusahaan memberikan pinjaman dari dana pengelola dengan akad qardh. Dalam
hal ini, akad wakalah adalah bersifat amanah (yad amanah) sehingga perusahaan
sebagai wakil tidak menanggung risiko terhadap kerugian investasi dengan
mengurangi fee yang telah diterimanya kecuali karena kecerobohannya atau
wanprestasi. ( lihat kembali Fatwa DSN-MUI No. 52/DSN-MUI/iii/2006). Untuk
lebih jelasnya mengenai alur/ business process pada asuransi syariah lihatlah
ilustrasi 2.1 dibawah ini.
Ilustrasi 2.1
Syariah Business Process
Sumber : PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Biaya Operasional, Marketing, Gaji Karyawan, dsb
Kontribusi
Premi
* Implementasi Fatwa DSN MUI No.52/DSN‐MUI/III/2006: Akad Wakalah bil Ujrah PSAK 108 dan PMK 18/2010
x% of Premi
Dana
Tabarru
(+) Bagian Pendapatan Operator (Perusahaan)
Ujrah
Investasi
Hasil Investasi
x% of DanaTabarru
Mudharabah (1‐x)% of HI
Beban Tabarru
Surplus Tabarru
Alokasi 67,5% of Surplus
Alokasi 30% of Surplus
Bagian Peserta
(+)
(‐)
(‐) Klaim (‐) Tabarru R/A (+) Alokasi Waad R/A (‐) Penyisihan Teknis
(1‐x)% of Premi
SYARIAH BUSINESS PROCESS*BUMIDA SYARIAH
Mudharabah x% of HI
Alokasi 2,5% of Surplus
Cad. DanaTabarru
33
B. Akuntansi Asuransi Syariah
AICPA (American Institute of Certified Public Accountant)32
mendifinisikan bahwa akuntansi (konvensional) adalah seni pencatatan,
penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran
moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan
termasuk menafsirkan hasil-hasilnya.
Akuntansi syariah secara umum tidak jauh berbeda dengan konvensional
dalam hal siklus (proses) akuntansinya. Yaitu diawali dari pencatatan transaksi
ke dalam jurnal, kemudian masing-masing akun dalam jurnal diposting ke buku
besar hingga terbentuk saldo dari masing-masing akun tersebut yang kemudian
disesuaikan dan disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Meskipun secara
teknis tidak jauh berbeda namun secara konsep akuntansi syariah berbeda dengan
akuntansi konvensional. (Lihat ilustrasi 2.2)
Ilustrasi 2.2
Proses Siklus Akuntansi33
Bukti Transaksi
Buku Besar
Neraca Lajur
Laporan Keuangan Jurnal
32 Muhammad, Op., Cit. h. 34 33 Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004), h. 26
34
Dalam bahasa Arab, akuntansi disebut muhasabah34 yang berasal dari
kata hasaba, hasibah, muhasabah yang artinya menimbang, memperhitungkan,
mengkalkulasi, mendata, atau menghisab. Sedangkan secara terminologi
akuntansi syariah yaitu suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan, dan
pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait dengan transaksi keuangan
sebagai bahan informasi dalam mengambil keputusan ekonomi berdasarkan
prinsip akad-akad syariah, yaitu tidak mengandung zhulum, riba, maisir, gharar,
barang yang diharamkan, dan membahayakan.35
Landasan Syar’i mengenai akuntansi syariah terdapat dalam al-Qur’an
surat al-Baqarah ayat 282 :
Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah
34 Hasbi Ramli, Op., Cit., h. 12 35 Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syariah, h. 13-14
35
mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”(Q.S. al-Baqarah : 282)
Berdasarkan ayat tersebut di atas, terkandung tiga prinsip umum bagi
akuntansi syariah, antara lain :36
1. Prinsip pertanggungjawaban.
Di kalangan masyarakat muslim, pertanggungjawaban selalu berkaitan
dengan konsep amanah. Banyak ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang
proses pertanggungjawaban manusia sebagai pelaku amanah Allah di muka
bumi. Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang
terlibat dalam praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggungjawaban
mengenai apa yang telah diperbuat kepada pihak-pihak terkait. Wujud
pertanggungjawabannya biasanya dalam bentuk laporan akuntansi.
2. Prinsip keadilan
Dalam konteks akuntansi, menegaskan kata adil dalam ayat 282 surat al-
Baqarah secara sederhana dapat berarti bahwa setiap transaksi yang dilakukan
oleh perusahaan dicatat dengan benar.
36 Muhammad, Pengantar Akuntansi Syari;ah, (Jakarta : Salemba Empat, 2002), h. 11
36
3. Prinsip kebenaran
Prinsip ini tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan. Kebenaran di
dalam al-Qur’an tidak diperbolehkan untuk dicampuradukkan dengan
kebathilan. Sebab al-Qur’an telah mengggariskan bahwa ukuran, alat atau
instrumen untuk menetapkan kebenaran tidaklah didasarkan pada nafsu.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa proses akuntansi baik
akuntansi syariah maupun konvensional secara umum tidak ada perbedaan,
diawali dengan proses pencatatan transaksi ke dalam jurnal sampai akhirnya
tercipta sebuah laporan keuangan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)37
yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari
posisi keuangan dan kinerja keuangan dari suatu entitas. Laporan keuangan
tersebut menurut SAK yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.38
Dalam entitas asuransi syariah, laporan keuangan yang harus disajikan
cakupannya lebih luas dibandingkan asuransi konvensional, meliputi :
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
2. Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru’
37 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan; Penyajian Laporan
Keuangan Syariah, (Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI, 2006), Ed. PSAK no. 101, h. 101.2 38 Http ://id.wikipedia.org/wiki/2008/02/laporan-keuangan.html diakses pada 24 Mei
2010.
37
3. Laporan Laba Rugi Dana Pengelola
4. Laporan Perubahan Ekuitas
5. Laporan Perubahan Dana Tabarru’
6. Laporan Arus Kas
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
8. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
C. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 10839
Dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang bertujuan untuk
memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai kekayaan,
kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahan kekayaan dan kewajiban,
serta informasi lainnya yang relevan dibutuhkan adanya sebuah standar penyajian
keuangan tersebut. Di Amerika standar tersebut yaitu General Accepted
Accounting Principle (GAAP), sedangkan di Indonesia sendiri yaitu Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI).40
Standar Akuntansi Keuangan merupakan sebuah acuan yang sangat vital
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan, karena pada sebuah industri,
khususnya asuransi syariah, membangun kepercayaan bagi nasabah (peserta)
menjadi kunci sukses dalam pengembangan ke depan. Asuransi syariah harus
39 Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, PSAK 108. 40 Sofyan Syafri Harahap, Op., Cit., h. 57
38
dapat menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dan relevan serta
transparansi laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.41
PSAK 108 yang berlaku efektif untuk laporan keuangan yang mencakup
periode laporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 2010 adalah Standar
Akuntansi Keuangan yang bertujuan mengatur pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan transaksi asuransi syariah. Transaksi asuransi
syariah yang dimaksud adalah transaksi yang terkait dengan kontribusi pesrta,
alokasi surplus atau defisit underwriting, penyisihan teknis, dan cadangan dana
tabarru’.
Transaksi asuransi syariah lazimnya dilakukan oleh entitas asuransi
syariah. Entitas Asuransi Syariah yang dimaksud antara lain terdiri dari Asuransi
Umum Syariah, Asuransi Jiwa Syariah, Reasuransi Syariah, dan Unit Usaha
Syariah dari entitas asuransi dan reasuransi konvensional. Sebagaimana telah
diketahui bahwa asuransi syariah merupakan perusahaan dengan sistem 2 entitas,
yaitu entitas dana peserta dan dana pengelola.
PSAK 108 mendefinisikan asuransi syariah yaitu sistem menyeluruh yang
pesertanya mendonasikan (men-tabarru’-kan) sebagian atau seluruh
kontribusinya untuk membayar klaim atas risiko tertentu akibat musibah pada
jiwa, badan, atau benda yang dialami oleh peserta yang berhak. Donasi tersebut
41 Abdul Ghoni dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah, Antara Teori dan
Praktek, h. 12
39
merupakan donasi dengan syarat tertentu dan merupakan milik peserta secara
kolektif, bukan merupakan pendapatan entitas pengelola.
Beberapa hal yang diatur PSAK 108 terkait transaksi asuransi syariah,
antara lain :
PENGAKUAN DAN PENGUKURAN:
2. Pengakuan Awal
a) Kontribusi42 dari peserta diakui sebagai bagian dari dana tabarru’ dalam
dana peserta.43
b) Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai :
1) dana syirkah temporer jika menggunakan akad mudharabah atau
mudharabah musytarakah; dan atau
2) kewajiban jika menggunakan akad wakalah
c) Pada saat entitas asuransi menyalurkan dana investasi yang menggunakan
akad wakalah bil ujrah, entitas mengurangi kewajiban dan melaporkan
penyaluran tersebut dalam laporan perubahan dana investasi terikat.
d) Bagian kontribusi untuk ujrah/fee diakui sebagai pendapatan dalam
laporan laba rugi dan menjadi beban dalam laporan surplus defisit
underwriting dana tabarru’.
42 Kontribusi adalah jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta untuk porsi risiko dan
ujrah. 43 Dana peserta adalah semua dana baik berupa dana tabarru’ maupun dana investasi.
40
3. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Surplus dan Defisit Underwriting Dana Tabarru’
a) Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada
peserta dan bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan
kepada entitas pengelola diakui sebagai pengurang surplus dalam laporan
perubahan dana tabarru’.
b) Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas pengelola diakui
sebagai pendapatan dalam laporan laba rugi, dan surplus underwriting
dana tabarru yang didistribusikan kepada peserta diakui sebagai kewajiban
dalam neraca.
c) Pinjaman qard dalam neraca dan pendapatan dalam laporan surplus defisit
underwriting dana tabarru diakui pada saat entitas asuransi menyalurkan
dana talangan sebesar jumlah yang disalurkan.
Penyisihan Teknis (Technical Provision)
a) Penyisihan teknis diakui pada saat akhir periode pelaporan sebagai beban
dalam laporan surplus defisit underwriting dana tabarru’
b) Penyisihan teknis diukur sebagai berikut :
1) penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak dihitung menggunakan
metode yang berlaku dalam industri perasuransian.
41
2) Klaim yang masih dalam proses44 diukur sebesar jumlah estimasi
klaim yang masih dalam proses oleh entitas pengelola. Jumlah
estimasi tersebut harus mencukupi untuk mampu memenuhi klaim
yang terjadi dan dilaporkan sampai dengan akhir periode pelaporan,
setelah mengurangkan bagian reasuransi dan bagian klaim yang telah
dibayarkan.
3) Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan45 diukur sebesar jumlah
estimasi klaim yang diekspektasikan akan dibayarkan pada tanggal
neraca berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang terkait dengan
klaim yang paling kini yang dilaporkan dan metode statistik.
Cadangan Dana Tabarru’46
a) Cadangan dana tabarru’ diakui pada saat dibentuk sebesar jumlah yang
dianggap mencerminkan kehati-hatian (deemed prudent) agar mencapai
tujuan pembentukannya yang bersumber dari surplus underwriting dana
tabarru’.
44 Klaim yang masih dalam proses (Outstanding claims) adalah jumlah beban penyisihan
untuk klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai akhir periode berjalan yang diperkirakan akan dibayar pada periode mendatang.
45 Klaim yang terjadi tetapi belum dilaporkan adalah jumlah penyisihan untuk klaim
yang terjadi, tetapi belum dilaporkan sampai akhir periode berjalan. 46 Cadangan dana tabarru’ adalah cadangan yang dibentuk dari surplus underwriting
yang tidak dibagikan kepada peserta dan kepada entitas pengelola.
42
b) Pada akhir periode pelaporan, jumlah yang diperlukan untuk mencapai
saldo cadangan dana tabarru’ yang dibutuhkan diperlakukan sebagai
penyesuaian atas surplus underwriting dana tabarru’.
PENYAJIAN
1) Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada
peserta disajikan secara terpisah pada pos “bagian surplus underwriting dana
tabarru’ yang didistribusikan kepada peserta” dana bagian surplus yang
didistribusikan kepada entitas pengelola disajikan secara terpisah pada pos
”bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang didistribusikan kepada
pengelola” dalam laporan perubahan dana tabarru’.
2) Penyisihan teknis disajikan secara terpisah pada kewajiban dalam neraca.
3) Dana tabarru’ disajikan sebagai dana peserta yang terpisah dari kewajiban dan
ekuitas dalam neraca (laporan posisi keuangan).
4) Cadangan dana tabarru’ disajikan secara terpisah pada laporan dana tabarru’.
PENGUNGKAPAN
1) Entitas pengelola mengungkapkan terkait kontribusi, mencakup tetapi tidak
terbatas pada :
a) Kebijakan akuntansi untuk :
(i) kontribusi yang diterima dan perubahannya;
(ii) pembatasan polis asuransi dan konsekuensinya
b) piutang kontribusi dari peserta, entitas asuransi, dan reasuransi
c) Rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi
43
d) Jumlah dan persentase komponen kontribusi untuk bagian risiko dan ujrah
dari total kontribusi per jenis asuransi
e) Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’, dan
f) Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup defisit underwriting (jika ada).
2) Entitas pengelola mengungkapkan terkait dengan dana investasi, mencakup
tetapi tidak terbatas pada :
a) Kebijakan akuntansi untuk pengelolaan dana investasi yang berasal dari
peserta; dan
b) Rincian jumlah dana investasi berdasarkan akad yang digunakan dalam
pengumpulan dan pengelolaan dana investasi.
3) Entitas pengelola mengungkapkan terkait penyisihan teknis, mencakup tetapi
tidak terbatas pada :
a) Jenis penyisihan teknis (saldo awal, jumlah yang ditambahkan dan
digunakan selama periode berjalan, dan saldo akhir); dan
b) Dasar yang digunakan dalam penentuan jumlah untuk setiap penyisihan
teknis dan perubahan basis yang digunakan.
4) Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait cadangan dana tabarru’,
mencakup tetapi tidak terbatas pada :
a) Dasar yang digunakan dalam penentuan dan pengukuran cadangan dana
tabarru’
44
b) Perubahan cadangan dana tabarru’ per jenis tujuan pencadangannya (saldo
awal, jumlah yang ditambahkan dan digunakan selama periode berjalan,
dan saldo akhir
c) Pihak yang menerima pengalihan saldo cadangan dana tabarru’ jika terjadi
likuidasi atau produk atau entitas; dan
d) Jumlah yang dijadikan sebagai dasar penentuan distribusi surplus
underwriting.
5) Entitas pengelola mengungkapkan aset dan kewajiban yang menjadi milik
dana tabarru’.
D. Risk Based Capital (RBC)
Asuransi syariah sebagai lembaga keuangan non-bank yang berhubungan
langsung dengan masyarakat, pengawasan terhadap penyelenggaraan usahanya
menjadi penting bagi pemerintah untuk melindungi kepentingan masyarakat
tersebut, yaitu kemampuan kekayaan perusahaan asuransi syariah dalam menutupi
kewajiban-kewajibannya (baik jangka pendek maupun jangka panjang), apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi (rasio solvabilitas).47 Dalam menanggapi hal
tersebut, pemerintah sebagai regulator telah mengeluarkan aturan bahwa
47 Budi Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan; Memahami dan Menganalisis.
(Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003), h. 121
45
perusahaan asuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit
120%,48 dengan menggunakan metode RBC.
Metode RBC pada dasarnya adalah nilai kekayaan bersih perusahaan
asuransi yang bersangkutan dihitung berdasarkan peraturan standar akuntansi
dibagi dengan nilai kekayaan bersih yang dihitung dengan mengikutsertakan
risiko-risiko pemburukan yang mungkin terjadi.49 Dengan kata lain, pemerintah
mewajibkan setiap perusahaan asuransi untuk menyampaikan informasi mengenai
tingkat solvabilitasnya. Perhitungan RBC tersebut digunakan oleh pemerintah
sebagai tolak ukur dalam membuat peraturan mengenai tingkat solvabilitas,
dengan menggunakan laporan triwulanan dan tahunan yang disampaikan kepada
Direktorat Asuransi dalam format Statutory Accounting Practice (SAP)
disamping digunakan pula format SAK.
Perhitungan tingkat sovabilitas menggunakan metode RBC memang
memiliki tehnik yang rumit tetapi memiliki beberapa keunggulan antara lain :
1. Mempertimbangkan banyak aspek risiko seperti aspek manajemen,
investasi, keuangan, aktuaria, dan aspek eksternal.
2. Mempertimbangkan kepentingan para pemegang polis dari risiko
kesalahan dalam pengelolaan usaha asuransi.
48 Surat Keputusan Menteri keuangan Nomor 424/KMK.06/2003, pasal 2 ayat (1). 49 http://allianz.co.id/AZLIFE/Indonesian/About+Us/Financials/Allianz+ RBC.htm#top,
diakses pada 24 Januari 2010.
46
3. Mengarahkan pengelolaan perusahaan asuransi yang sehat dan aman
sehingga lebih menuntut kualitas SDM dan profesionalisme di dalam
pengelolaan usaha asuransi.
4. Keamanan, fleksibilitas maupun stabilitas dapat lebih terjamin.
5. Lebih relevan jika diterapkan disaat krisis ekonomi yang dialami oleh
suatu negara atau perusahaan asuransi untuk melindungi para pemegang
polis.50
1. Metode Penghitungan Tingkat Solvabilitas
Pelaporan informasi terkait tingkat solvabilitas minimum sebuah
perusahaan asuransi harus mengikuti format yang telah ditentukan oleh SAP.
Salah satu ciri-ciri dari SAP dan yang membedakannya dengan SAK yaitu dari
segi asset (kekayaan), SAP membagi kekayaan menjadi 2 (dua), yaitu kekayaan
yang diperkenankan (admitted asset) dan kekayaan yang tidak diperkenankan
(non-admitted asset), sedangkan SAK tidak mengenal adanya pembagian
kekayaan tersebut.51
Penghitungan tingkat solvabilitas yaitu tingkat kekayaan yang
diperkenankan dikurangi dengan kewajiban (kecuali pinjaman subordinasi).
Berdasarkan peraturan KMK No. 424/KMK.06/2003, pasal 10 dinyatakan bahwa
50 Ludovicus Sensi, Memahami Akuntansi Asuransi Kerugian; Accounting for General
Insurance, (Jakarta : PT. Prima Mitra Edukarya, 2006), h. 159
51 Ibid., h. 57
47
Kekayaan yang harus dimiliki perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi,
dalam bentuk investasi dan bukan investasi. Adapun lebih rincinya sebagai
berikut :
Tabel 2.2
Daftar Kekayaan Yang Diperkenankan
Jenis Kekayaan Dasar Penilaian Pembatasan Kekayaan Yang Diperkenankan
INVESTASI Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito Pada Bank
Nilai Nominal Tidak lebih dari 20% dari jumlah investasi, per bank.
Saham yang tercatat di Bursa Efek a. Dalam negeri b. Luar Negeri
Nilai Pasar a. Emitennya badan hukum Indonesia, per emitten tidak melebihi 20% dari jumlah investasi.
b. Per emitten tidak melebihi 10%
Obligasi dan Medium Term Notes a. Dalam negeri b. Luar negeri
Nilai Pasar, atau Nilai Nominal jika Nilai Pasar tidak tersedia
a. Penerbitnya adalah badan hukum Indonesia, per emitten tidak melebihi 20% dari jumlah investasi.
b. Per emitten tidek melebihi 10%
Surat Berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh Pemerintah atau Bank Indonesia
Nilai Pasar, atau Nilai Nominal jika Nilai Pasar tidak tersedia
Tidak ada pembatasan
Unit Penyertaan Reksadana
Nilai Aktiva Bersih
Setiap penerbit tidak melebihi 20% dari jumlah investasi
Penyertaan Langsung Nilai Ekuitas Seluruhnya tidak melebihi 10% dari jumlah investasi
Bangunan, atau tanah dan Bangunan untuk investasi
NJOP (Nilai Jual Objek
Pajak)
Seluruhnya tidak melebihi 20% dari jumlah investasi
Pinjaman polis Nilai Sisa Pinjaman
Tidak melebihi 80% dari nilai tunai polis yang bersangkutan
48
Pembiayaan Murabahah Nilai Sisa Pinjaman
Seluruhnya tidak melebihi 30% dari jumlah investasi, dan masing-masing unit tidak melebihi dari 1% dari jumlah investasi
Pembiayaan Mudharabah Nilai Sisa Pinjaman
Seluruhnya tidak melebihi 30% dari jumlah investasi dengan ketentuan besarnya pinjaman tidak melebihi 75% dari nilai jaminan terkecil diantara nilai yang ditetapkan oleh lembaga penilai yang berwenang atau NJOP.
BUKAN INVESTASI Kas dan Bank Nilai Nominal Tidak termasuk deposit on call
atau Deposito kurang dari atau sama dengan 1 bulan
Piutang Premi Penutupan Langsung
Nilai Sisa Tagihan
Umurnya tidak melebihi 1 bulan, terhitung sejak Pertanggungan dimulai bagi
polis dengan pembayaran premi tunggal
Jatuh tempo pembayaran premi bagi polis dengan pembayaran premi cicilan
Tagihan Reasuransi Nilai Sisa Tagihan
Tidak melebihi 1 bulan sejak tanggal jatuh tempo pembayaran
Tagihan Hasil Investasi Nilai Sisa Tagihan
Tidak lebih 1 bulan sejak tanggal hasil investasi menjadi hak perusahaan
Bangunan, atau Tanah dan bangunan yang dipakai sendiri
NJOP (Nilai Jual Objek
Pajak)
Tidak melebihi 20% bagi perusahaan asuransi kerugian dan reasuransi, atau 30% bagi perusahaan asuransi jiwa, masing-masing dari Modal Sendiri berjalan
Perangkat Keras Komputer
Nilai Buku Seluruhnya tidak melebihi 20% dari Modal Sendiri berjalan
Sumber : Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003, pasal 16,17, dan 18
Selain variabel Kekayaan Yang Diperkenankan, dalam penghitungan
tingkat solvabilitas variabel Kewajiban juga dihitung jumlahnya, dan hasilnya
49
akan mengurangi total kekayaan yang diperkenankan seperti yang telah
dipaparkan di atas.
Untuk Kewajiban yang dihitung dalam penentuan tingkat solvabilitas
meliputi semua jenis kewajiban kepada pemegang polis dan kepada pihak lain
yang menjadi kewajiban perusahaan asuransi kecuali Pinjaman Subordinasi.52
Diantara unsur-unsur kewajiban yang harus dihitung dalam asuransi kerugian
yaitu :
a) Seluruh Utang yang dimiliki perusahaan seperti; Utang Klaim, Utang
Reasuransi, Utang Komisi, Utang Pajak, Biaya Yang Masih Harus
Dibayar, Utang Bagi Hasil, Utang Zakat, Utang lain, dan sebagainya.
b) Cadangan Teknis, meliputi :
1) Cadangan atas premi tabarru’ yang belum merupakan pendapatan,
paling sedikit sebesar 10% dari premi neto untuk polis dengan masa
pertanggungan kurang dari 1 bulan, dan 40% dari premi neto untuk
polis dengan masa pertanggungan lebih dari 1 bulan
2) Cadangan Klaim.
2. Metode Penghitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) adalah jumlah minimum
tingkat solvabilitas yang harus dimiliki perusahaan asuransi atau perusahaan
reasuransi, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup risiko
52 Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 424/KMK.06/2003, pasal 27 dan 31.
50
kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan
kekayaan dan kewajiban.53 Macam-macam risiko kerugian tersebut bagi jenis
asuransi kerugian ada 4 (empat) komponen, antara lain :
a) Kegagalan pengelolaan kekayaan (Schedule A)
Risiko ini timbul dari kemungkinan adanya kehilangan atau penurunan
nilai kekayaan; dan kehilangan atau penurunan hasil pengembangan kekayaan.
Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan
tiap-tiap jenis kekayaan yang diperkenankan ditentukan dengan mengalikan
faktor risiko untuk jenis kekayaan tersebut dengan nilai kekayaannya. (Lihat tabel
2.3)
Tabel 2.3
Faktor Risiko Untuk Setiap Jenis Kekayaan Yang Diperkenankan
Jenis Kekayaan
Kategori Faktor
INVESTASI Deposito Berjangka dan Sertifikat Depoito
Kategori Khusus 0,00% Kategori Lain
CAR ≥ 8% 2,00% 8% > CAR ≥ 5% 4,00% CAR < 5% 16,00%
Saham yang tercatat di Bursa Efek
LQ 45 di BEI, atau yang setara di bursa efek lainnya
10,00%
Di luar LQ 45, atau yang setara
15,00%
Obligasi dan MTN
Peringkat penerbitnya AAA, atau yang setara 0,25% AA, atau yang setara 0,50%
53 Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009.
51
A, atau yang setara 1,00% BBB, atau yang setara 2,00% BB, atau yang setara 4,00% B, atau yang setara 8,00% Kurang dari B atau
yang setara atau yang tidak diperingkat
16,00%
Surat Berharga yang diterbitkan oleh pemerintah atau Bank Indonesia 0,00%
Unit Penyertaan Reksadana
Portofolio efek Reksadana : Sepenuhnya berupa
surat utang pemerintah 0,00%
Sepenuhnya berupa surat utang swasta dan atau surat berharga pasar uang
2,00%
Sepeneuhnya berupa surat berharga ekuitas 10,00%
Campuran Rata-rata tertimbang berdasarkan komposisi portofolio efek reksadana yaitu 2,8%
Penyertaan Langsung 16,00%Bangunan dengan hak strata atau tanah dengan bangunan untuk investasi
Hasil Investasi bersih per tahun 4% atau lebih 7,00% Kurang dari 4%
15,00%
Pinjaman Polis 0,00%Pembiayaan Murabahah 5,00%Pembiayaan Mudharabah 16,00%BUKAN INVESTASI Kas dan Bank 0,00%Tagihan Premi 8,00%Tagihan Reasuransi
Perusahaan dalam negeri
4,00%
Perusahaan luar negeri Peringkat BBB,
atau yang lebih tinggi
4,00%
52
Peringkat kurang dari BBB 8,00%
Tidak punya peringkat 24,00%
Tagihan hasil investasi 2,00%Bangunan dengan hak strata atau tanah dengan bangunan untuk dipakai sendiri
4,00%
Perangkat keras komputer 8,00%INVESTASI PADA SATU PIHAK
10,00% x rata-rata tertimbang faktor risiko.
Pihak adalah satu perusahaan atau sekelompok perusahaan yang memiliki hubungan afiliasi satu dengan yang lain
Faktor ini dikenakan sebagai tambahan atas faktor dasar yang telah dikenakan sesuai dengan jenis investasinya.
INVESTASI YANG DIRESTRUKTURISASI
25,00% dari nilai investasi yang direstrukturisasi
Suatu investasi dikategorikan sebagai investasi yang direstrukrurisasi apabila telah dilakukan penjadwalan ulang atas pembayaran pokok dan atau hasil investasinya. Jika pembayaran untuk periode sekurang-kurangnya satu tahun telah diterima sesuai dengan persyaratan restrukturisasi, maka faktor yang digunakan kembali ke faktor dasar sesuai dengan jenis investasinya.
INVESTASI YANG DIRAGUKAN (impaired investment)
12,50%
Impaired investment adalah investasi yang diragukan pemenuhan jadwal pembayaran pokok investasi dan atau hasil investasinya Suatu investasi dikategorikan sebagai impaired investment apabila investasi dimaksud mengalami sekurang-kurangnya salah satu dari hal-hal sebagai
53
berikut: Keragu-raguan terhadap
pemenuhan jadwal pembayaran atas pokok investasi dan atau hasil investasinya, atau
Penangguhan pembayaran pokok investasi dan atau hasil investasinya lebih dari 30 hari.
Faktor ini dikenakan sebagai tambahan atas factor dasar yang telah dikenakan sesuai dengan jenis investasinya.
Sumber : Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009
b) Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap
jenis mata uang asing (Schedule B)
Risiko ini terjadi karena adanya perbedaan nilai kekayaan dan nilai
kewajiban dalam setiap mata uang asing, serta fluktuasi nilai tukar mata uang
asing terhadap rupiah. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk menanggulangi risiko
tersebut ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2.4
Jumlah Dana Yang Dibutuhkan Untuk Schedule B
Jumlah kekayaan yang diperkenankan dikurangi
jumlah kewajiban Faktor risiko Jumlah dana yang dibutuhkan
Kurang dari atau sama dengan nol 30% 30% x (Kewajiban – Kekayaan
Yang Diperkenankan) Lebih dari nol namun tidak melebihi 20% dari jumlah kewajiban
0% Nol
Melebihi 20% dari jumlah Kewajiban 10%
10% x (kekayaan yang diperkenankan – 120% x kewajiban)
Sumber : Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009
54
c) Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang
diperkirakan (Schedule C)
Risiko ini muncul dari kemungkinan pengalaman klaim yang terjadi lebih
buruk daripada klaim yang diperkirakan. Jumlah dana yang diperhitungkan dalam
BTSM untuk risiko ini ditentukan sebagai berikut.
1) Komponen mortalita
a. Asuransi Jiwa, faktor komponennya terbagi dua, yaitu sebesar 1‰
dari NAR beban sendiri, untuk polis asuransi jiwa yang
menjanjikan pembayaran dividen, dan 2‰ dari NAR beban
sendiri, untuk polis asuransi jiwa lainnya. NAR (Net Amount of
Risk) adalah selisih antara Uang Pertanggungan dengan Cadangan
premi tabarru’ yang bersangkutan.
b. Anuitas, faktor komponen sebesar 1% dari cadangan premi
tabarru’ polis-polis anuitas beban sendiri.
c. Asuransi kecelakaan diri, 0.15‰ dari jumlah uang pertanggungan
polis asuransi kecelakaan diri beban sendiri.
55
2) Komponen Morbidita Asuransi Kesehatan
Tabel 2.5
Komponen Morbidita Asuransi Kesehatan
Komponen Jumlah Dana Untuk Menanggulangi Risiko
Keterangan
Morbidita klaim-klaim baru
10% dari pendapatan premi satu tahun terakhir atas polis-polis dimaksud, setelah dikurangi dengan beban reasuransi
Untuk polis-polis yang belum pernah klaim sampai pada tanggal neraca
Morbidita klaim-klaim lanjutan
10% dari cadangan teknis polis-polis dimaksud, setelah dikurangi dengan beban reasuransi.
Untuk polis-polis yang sudah pernah klaim sebelum tanggal neraca. Dalam cadangan teknis termasuk klaim yang sudah terjadi namun belum dilaporkan (Incured But Not Reported/IBNR)
Sumber : Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009
3) Komponen Klaim Asuransi Kerugian
a. Komponen klaim masa depan
Perhitungan jumlah dana yang dibutuhkan untuk komponen klaim
masa depan dilakukan berdasarkan rumusan sebagai berikut :
Sumber : Peraturan Ketua Bapepam-LK no. PER-2/BL/2009
Dimana :A = jumlah dana yang dibutuhkan untuk komponen
klaim masa depan
P = pendapatan premi neto
A = P fp + PK fk
56
Fp = faktor risiko untuk pendapatan premi neto
PK = proyeksi beban klaim neto
Fk = faktor risiko untuk beban klaim neto
Tabel 2.6
Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi
(Komponen Klaim Masa Depan)
Cabang Asuransi
Faktor Pengali Terhadap Pendapatan Premi Neto
(fp)
Proyeksi Klaim
(fk) Harta Benda (property) 10% 10% Kendaraan Bermotor 10% 15% Pengangkutan (marine cargo) 10% 20% Rangka Kapal (marine hull) 10% 20% Rangka Pesawat (aviation hull) 10% 20% Satelite 10% 20% Energi Onshore (oil and gas) 10% 20% Energi Offshore (oil and gas) 10% 20% Rekayasa (engineering) 10% 20% Tanggung-gugat (liability) 10% 20% Kredit (Credit) 10% 20% Suretyship 10% 20% Aneka 10% 20%
Sumber : Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009
b. Komponen Klaim Masa Lalu
Perhitungannya menggunakan rumusan sebagai berikut :
Sumber : Peraturan Ketua Bapepam-LK no. PER-2/BL/2009
Dimana :
B = (CKDPP x f CKDPP) + (IBNR x f IBNR
57
B = dana yang dibutuhkan untuk komponen klaim masa
lalu
CKDPP = cadangan klaim dalam proses penyelesaian yang
menjadi beban sendiri
f CKDPP = faktor risiko untuk cadangan klaim dalam proses
penyelesaian yang menjadi beban sendiri
IBNR = cadangan klaim yang sudah terjadi tetapi belum
dilaporkan yang menjadi beban sendiri
f IBNR = faktor risiko untuk cadangan klaim yang sudah terjadi
tetapi belum dilaporkan yang menjadi beban sendiri.
Dengan ketentuan: Besar CKDPP dan IBNR, masing-masing ≥
25% dari CKDPP dan IBNR sebelum reasuransi.
Tabel 2.7
Faktor Risiko Untuk Setiap Cabang Asuransi
(Komponen Klaim Masa Lalu)
Cabang Asuransi
Faktor Pengali Terhadap Pendapatan Premi Neto
(fp)
Proyeksi Klaim
(fk) Harta Benda (property) 10% 15% Kendaraan Bermotor 15% 20% Pengangkutan (marine cargo) 15% 20% Rangka Kapal (marine hull) 15% 20% Rangka Pesawat (aviation hull) 15% 20% Satelite 15% 20% Energi Onshore (oil and gas) 15% 20% Energi Offshore (oil and gas) 15% 20%
58
Rekayasa (engineering) 15% 20% Tanggung-gugat (liability) 15% 20% Kredit (Credit) 10% 20% Suretyship 10% 20% Aneka 10% 20%
Sumber : Peraturan Ketua Bapepam-LK no. PER-2/BL/2009
d) Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar
klaim (Schedule D)
Jumlah dana yang diperhitungkan dalam BTSM untuk menanggulangi
risiko reasuransi ditentukan dengan cara mengalikan cadangan teknis beban
penanggung ulang dengan faktor risiko. Faktor risiko yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.8
Faktor Risiko Bagi Komponen Risiko Reasuransi
Penanggung Ulang Faktor Keterangan Dalam Negeri Menyimpan deposit 4% x (1- (deposit/cadangan
teknis beban penanggung ulang))
Deposit adalah segala bentuk simpanan yang ditempatkan oleh reasuradur pada asuradur, termasuk premi yang ditahan oleh asuradur dimana asuradur memiliki otoritas penuh untuk menggunakan simpanan tersebut
Tidak menyimpan deposit
4%
Luar negeri dengan peringkat sekurang-kurangnya BBB : Menyimpan deposit 4% x (1- (deposit/cadangan
teknis beban penanggung ulang))
Tidak menyimpan deposit
4%
Luar negeri dengan peringkat kurang dari BBB Menyimpan deposit 8% x (1- (deposit/cadangan
teknis beban penanggung ulang))
59
Tidak menyimpan deposit
8%
Tidak mempunyai peringkat Menyimpan deposit 24% x (1- (deposit/cadangan
teknis beban penanggung ulang))
Tidak menyimpan deposit
24%
Sumber : Peraturan Ketua Bapepam-LK no. PER-2/BL/2009
60
BAB III
GAMBARAN UMUM
UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967
A. Sejarah Singkat Perusahaan54
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 didirikan atas ide pengurus
AJB Bumiputera 1912 sebagai induk perusahaan yang diwakili oleh Drs. H.I.K.
Suprakto dan Mohamad S. Hasyim, MA sesuai dengan akte No. 7 tanggal 8
Desember 1967 dari Notaris Raden Soerojo Wongsowidjojo, SH yang
berkedudukan di Jakarta dan diumumkan dalam tambahan Berita Negara
Republik Indonesia No. 15 tanggal 20 Pebruari 1970.
Kemudian memperoleh ijin operasi dari Direktorat Lembaga Keuangan,
Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri, Departemen Keuangan Republik
Indonesia No. KEP. 350/ DJM / 111.3/ 7 / 1973 tanggal 24 Juli 1973 dan
diperpanjang sesuai Keputusan Menteri Keuangan Tahun 1986.
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, selanjutnya disebut
BUMIDA Bumiputera menuju cita-cita menjadi "The Big Ten" perusahaan
asuransi umum, menguasai pasar retail di Indonesia, dan menjadi perusahaan
yang berkualitas, dipercaya dan menguntungkan bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholder). Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 30
54 PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Laporan Tahunan 2009 (Annual
Report), 2009.
61
April 2004 memutuskan untuk menambah dan meningkatkan Modal Statutair
menjadi Rp. 100 M. Pada tanggal 23 Maret 2007, AJB Bumiputera 1912
menambah Modal Setor sebesar Rp. 30 M. Dengan demikian, modal setor
Bumida yang sebelumnya hanya Rp. 70 M, saat ini telah genap mencapai Rp. 100
M. Hal ini berarti Bumida telah memenuhi regulasi pemerintah yang tertuang
melalui PP No. 63 tahun 1999 yang mewajibkan setiap perusahaan asuransi
memiliki modal setor minimal Rp. 100 M. Dengan modal setor yang telah
mencapai Rp. 100 M, tentunya makin menambah keyakinan manajemen
bahwa cita-cita perseroan menjadi "THE BIG TEN" dapat segera terwujud.
Selanjutnya pada 19 Februari 2004, sesuai dengan surat keputusan
Menteri Keuangan RI No. Kep-075/KM.6/2004, perusahaan memperoleh izin
membuka Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda (disingkat
Bumida Syariah), yang secara resmi beroperasi sejak bulan April 2004.
BUMIDA SYARIAH merupakan bagian kelompok bisnis AJB
Bumiputera 1912, yang secara khusus bergerak di bidang asuransi
umum/kerugian syariah. Dan induknya sendiri merupakan perusahaan yang
mempelopori industri asuransi di Indonesia.
62
B. Visi, Misi, Falsafah Dasar, Nilai Dasar dan Budaya Perusahaan55
VISI
Tumbuh dan Berkembang Menjadi Perusahaan yang Lebih Sehat dan 10 Besar
Asuransi Umum.
MISI
Mewujudkan Organisasi yang Prima, Bisnis yang Berkualitas, dan Sinergi yang
Terpadu dengan Bumiputera Group.
Falsafah Dasar
1. Idealisme
BUMIDA Bumiputera senantiasa memelihara semangat dan nilai–nilai
kejuangan bangsa dalam upaya meningkatkan kemartabatan dan
kesejahteraan bangsa melalui asuransi.
2. Kebersamaan
BUMIDA Bumiputera senantiasa memelihara dan meningkatkan nilai-nilai
nasionalisme dan kejuangan dengan semangat kebersamaan untuk
menghadapi era globalisasi melalui upaya sinergi dan optimalisasi manfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.
3. Profesionalisme
BUMIDA Bumiputera mampu mengelola bisnis asuransi umum secara
professional, memiliki sumber daya manusia yang berwawasan,
55 PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Laporan Tahunan 2009 (Annual
Report), 2009.
63
berpengetahuan luas dan ketrampilan tinggi yang senantiasa siap memberikan
pelayanan prima bagi pelanggan.
Nilai Dasar
1. Berkualitas
Membangun SDM merupakan kunci pokok eksistensi dan kelanjutan
perkembangan Perusahaan kedepan. Dengan SDM yang berkualitas; (Skill,
Managerial, Knowledge dan sejahtera) perusahaan mampu menghadirkan
kualitas produk dan kualitas layanan serta komitmen tinggi untuk menjaga
integritas dan moralitas usaha kearah Good Corporate Governance.
2. Dipercaya
Komitmen yang tinggi untuk membangun kualitas SDM, inovasi dan
differensiasi produk, pelayanan yang optimal dan didukung teknologi
informasi yang handal, maka diharapkan akan meningkatkan kepercayaan dan
loyalitas stake holder terhadap perusahaan.
3. Menguntungkan
Kepercayaan dan loyalitas stake holder terhadap Perusahaan akan
menghasilkan manfaat yang saling menguntungkan, bukan hanya dinikmati
Share Holder, tetapi juga oleh pemegang polis, karyawan dan semua pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan.
64
Budaya Perusahaan
Berani Berubah dan Berbeda
Ulet dan Pantang Menyerah
Menghargai Nasabeh Kecil
Inovatif dan Aktif
Disiplin dan Taat Prosedur
Amanah dan Tidak Ingkar Janji
Kebanggaan dan Kebersamaan
Orientasi pada Target dan Waktu
Efektif dan Efisien
C. Struktur Organisasi Perusahaan56
Dewan Pengawas Syariah
Sesuai surat rekomendasi Dewan Syariah Nasional Ulama Indonesia (DSN-
DMUI) tanggal 4 September 2003 melalui surat No U-167/DSN-MUI/IX/2003,
susunan Dewan Pengawas Syariah Bumida Bumiputera Syariah adalah
Ketua : H. Endy M. Astiwara, MA,AAAI-J,FIIS,CPLIH
Anggota : DR. KH. Surahman Hidayat, MA
DR. KH. Ahzami Samiun Jazuli, MA
56 PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Laporan Tahunan 2009 (Annual
Report), 2009.
65
Ilustrasi 3.1
Struktur Organisasi PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
Sumber : PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Laporan Tahunan 2009 (Annual Report),2009.
66
Kantor Pusat
Divisi syariah :
Gedung B Lantai 4
Jl. Wolter Monginsidi No.43 Kebayoran Baru
Jakarta Selatan 12180
Telp. : 021-7234847, 7234849
Fax. : 021-72787952
Email : syariah@bumida.co.id
Website : http://www.bumida.co.id
Kepala Divisi Syariah : Fahmi basyah, ST, AAI-K, AIIS
Kabag Keuangan & SDM Syariah : Drs. Saiful Hadi
Kabag Pemasaran Syariah : Drs. M. Nasyubun, AAAI-K, AIIS
D. Struktur Kepemilikan/Permodalan
Kepemilikan perusahaan sesuai dengan UU No.40 Tahun 2007 tentang
perseroan terbatas dimiliki oleh AJB Bumiputera 1912 sebesar 99,20% dan PT
Eurasia Wisata 0,80%.
Struktur permodalan perusahaan telah dipenuhi, sesuai ketentuan modal
setor minimum yang dipersyaratkan dalam UU No.2 Tahun 1992, dari Rp 25M
menjadi Rp. 100M.
67
Untuk Bumida Syariah, sejak awal tahun 2009 modal disetor yang
dipisahkan dari modal induknya telah mencapai Rp. 12,5M, dan akan terus
bertambah seiring dengan perkembangan bisnis serta ketentuan regulator.
E. Penghargaan Perusahaan
1. Tahun 2002
1) The Big Five Trusted untuk produk Asuransi Kesehatan Tahun 2002
(Majalah Kapital).
2) The Big Five Trusted untuk produk Asuransi Kebakaran Tahun 2002
(Majalah Kapital).
3) The Big Five Trusted untuk produk Asuransi Kendaraan Bermotor tahun
2002 ( Majalah Kapital).
2. Tahun 2003
1) The most Valuable Brand untuk produk Asuransi Kebakaran Tahun 2003
(Majalah SWA Sembada).
3. Tahun 2005
1) Sertifikasi ISO 9001 : 2000 Sejak Maret 2005
2) Asuransi Umum Terbaik Tahun 2005 (Majalah Investor)
3) Asuransi Umum sangat Bagus Tahun 2005 (Majalah Info Bank).
4. Tahun 2008
1) Sertifikasi PEFINDO Peringkat BBB+.
2) Asuransi Umum Syariah Terbaik 2008 (Majalah Investor).
68
3) Asuransi Umum Syariah Terbaik ke-2 2008 (KARIM Business
Consulting)
F. Produk-produk PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 196757
1. Produk PaketKoe Syariah
a. RumahKoe
1) Ketentuan RumahKoe Lux
a) Bangunan bersifat permanen, dinding beton/tembok (tidak mudah
terbakar atau atap genteng/asbes/seng)
b) Bangunan hanya digunakan untuk tempat tinggal (tidak ada usaha
lain) dengan kanan, kiri, belakang adalah rumah tinggal permanen
(seperti poin 1) atau kanan, kiri, belakang bukan rumah tinggal dengan
jarak minimal 7,5 meter.
c) Untuk santunan sewa diberikan bila rumah tinggal tidak dapat
dipergunakan sama sekali karena habis terbakar.
d) Depan rumah terdapat jalan yang dilalui kendaraan roda
empat/kendaraan pemadam kebakaran.
e) Nilai santunan yang diberikan (poin 2-6) merupakan nilai maksimal
yang diterima nasabah selama 1 tahun periode asuransi.
57 http://www.bumida.co.id/index.php/main_ind/product, diakses pada tanggal 14 April
2010.
69
f) Untuk bangunan tingkat, maka luas bangunan merupakan jumlah dari
luas bangunan masing-masing lantai.
g) Untuk penggantian kerugian yang disebabkan karena risiko banjir
harus disertai dengan surat keterangan dari kelurahan setempat.
2) Yang tidak dijamin RumahKoe Lux
a) Bangunan yang tidak digunakan sebagai rumah tinggal.
b) Rumah yang berada di daerah/provinsi Maluku.
c) Pemilik/pengguna rumah tinggal sudah memiliki polis kebakaran atas
bangunan yang akan diasuransikan.
b. MobilKoe
1) Pengecualian MobilKoe (yang tidak dijamin)
a) Premi belum terbayar.
b) Pemakaian untuk disewakan/komersil.
c) Pencurian yang dilakukan oleh orang yang berada dalam pengawasan
tertanggung (keluarga, sopir, orang yang bekerja pada tertanggung).
d) Pengecualian-pengecualian yang tercantum dalam polis, kecuali yang
ditegaskan kembali untuk dijamin dan tertera dalam klausa.
e) Kerugian akibat risiko bencana alam, RSCC, TS (jika tidak
mengambil manfaat perluasan).
f) Mobil yang dipergunakan didaerah/propinsi Maluku.
g) Pengemudi yang tidak memiliki SIM/Masa berlaku SIM telah habis.
70
2) Hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan/kerugian
a) Segera melaporkan kepada PT. Immediately reported to the PT.
Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 terdekat selambat-lambatnya
3x24 jam kerja.
b) Mengisi formulir klaim.
c) Melengkapi surat maupun dokumen pendukung klaim.
d) Foto copy : Polis, Kwitansi, STNK, dan SIM pengemudi saat terjadi
kecelakaan
e) Klaim dianggap kadaluarsa jika selama 6 bulan pemegang polis atau
keluarganya tidak melengkapi dokumen persyaratan klaim.
c. MotorKoe
Produk Paket Motorkoe Syariah Adalah suatu produk dari asuransi kendaraan
bermotor selain mobil. Karena dalam asuransi kendaraan bermotor terdiri dari
mobil dan sepeda motor.
1) Ketentuan Paket MotorKoe
a) Ketentuan Max. berusia 8 tahun dan untuk perpanjangan dapat
dilakukan 1 kali bila lebih dari 8 tahun (jadi maksimal usia kendaraan
9 tahun)
b) Kendaraan tidak dipakai untuk ojek/komersial
c) Harga sesuai harga pasar kendaraan roda dua
d) Kendaraan yang akan diasuransikan harus menyertakan bukti gesekan
nomor rangka/mesin kendaraan
71
e) Kendaraan belum diasuransikan
f) Jaminan/santunan hanya berlaku jika kendaraan tersebut memiliki
STNK yang sah dan masih berlaku saat mengendarai kendaraan yang
dijamin dalam polis.
2) Yang tidak dijamin dalam Paket MotorKoe
a) Pemakaian untuk komersil/disewakan
b) Motor gede
c) Kendaraan dipergunakan di wilayah Maluku
3) Pengajuan Klaim Polis MotorKoe
Hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan/kerugian
a) Segera melaporkan kepada PT Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 terdekat selambat-lambatnya 3 x 24 jam kerja.
b) Mengisi formulir klaim
c) Melengkapi surat maupun dokumen pendukung klaim
d. SehatKoe
1) Peserta Asuransi SehatKoe
a) Individu : Usia dewasa = 18-55 tahun
b) K.0 : Pasangan suami istri tetapi belum memiliki anak
c) K.1 : Pasangan suami istri dengan 1 anak
d) K.2 : Pasangan suami istri dengan 2 anak
e) K.3 : Pasangan suami istri dengan 3 anak
72
2) Ketentuan paket SehatKoe
a) Pemberian manfaat sesuai kwintasi setinggi-tingginya sesuai dengan
benefit.
b) Pilihan paket pada satu keluarga tidak dapat berlainan (harus sama).
c) Adanya masa tunggu 14(empat belas) hari untuk seluruh penyakit
sejak berlakunya periode jaminan asuransi, kecuali akibat dari suatu
kecelakaan berlaku mulai hari pertama.
d) Usia :
Anak = 1 tahun-17 tahun (usia=18 tahun memakai premi individu)
Dewasa = maksimum 55 tahun
e) Single parent : punya anak 1 = K.0, punya anak 2 = K.1, punya anak 3
= K.2 (maksimum).
e. SiswaKoe
1) Ketentuan paket SiswaKoe
a) Peserta adalah anggota pendidikan dengan usia 3 s/d 18 tahun dengan
melampirkan kelas/jurusan/angkatan dan No.Induk Siswa.
b) Pemberian manfaat rawat inap sesuai dengan paket dan tidak melihat
besar kecilnya perawatan per hari.
c) Manfaat rawat inap diberlakukan masa tunggu 7 hari untuk seluruh
jenis penyakit sejak berlakunya periode jaminan asuransi, kecuali
akibat dari suatu kecelakaan berlaku mulai hari pertama.
73
d) Santunan biaya pemakaman hanya berlaku bagi risiko meninggal
dunia karena kecelakaan.
e) Formulir klaim dapat ditandatanganin oleh Kepala Sekolah dan
kuitansi pengobatan dapat berupa copy yang dilegalisir oleh kepala
Sekolah untuk klaim sampai dengan Rp. 100.000,-.
f) Batas waktu kelengkapan dokumen klaim maksimum 30 hari sejak
tanggal kejadian.
f. MahasiswaKoe
Produk MahasiswaKoe ini adalah untuk menyesuaikan kebutuhan masyarakat
khususnya pada tingkat mahasiswa (diatas SMA atau sederajat). Nama
program ini adalah Asuransi MahasiswaKoe, yang terbagi menjadi 5 paket
yaitu paket biasa, paket standat, paket pintar, paket prestasi, dan paket juara.
1) Kemudahan program MahasiswaKoe
Perhitungan premi sangat sederhana.
2) Sasaran Pasar
Pasar yang ingin dituju untuk program MahasiswaKoe adalah
a) Peserta pendidikan perguruan tinggi formal atau sekolah tinggi
b) Peserta pendidikan non formal (lembaga kursus) minimal berstatus
mahasiswa atau umum.
3) Prosedur penutupan
a) Setiap permintaan penutupan program MahasiswaKoe harus mengisi
surat permintaan MahasiswaKoe yang mengatasnamakan peserta.
74
b) SPPA dilampiri dengan data peserta yang meliputi:
Nama peserta, Tanggal lahir, Semester/Jurusan/Angkatan/No. Induk
Mahasiswa.
c) Usia yang dapat dijamin dibatasi umur 18 thun sampai dengan 65
tahun
4) Polis peserta untuk setiap kampus/lembaga pendidikan
Untuk setiap satu lembaga pendidikan dibuat 1 (satu) polis. Apabila
terdapat perbedaan periode pertanggungan antara kelas/tingkat pada
lembaga tersebut, maka polis dapat dibuat lebih dari 1(satu). Dengan
catatan bahwa penerbitan polis lebih dari 1(satu) untuk nama lembaga
yang sama hanya diperkenankan untuk mengakomodir adanya perbedaan
periode pertanggungan.
5) Besarnya penggantian dan santunan
Ketentuan besarnya penggantian maupun santunan untuk:
a) Besarnya penggantian meninggal dunia akibat kecelakaan dan cacat
tetap (sesuai presentase kecacatan) diberikan sesuai paket yang
diambil.
b) Penggantian biaya pengobatan/perawatan di RS bersifat total sesuai
dengan paket yang diambil dan menunjukkan bukti-bukti
pengobatan/perawatan yang sah/asli atau legalisir bila yang asli
dipergunakan untuk pengajuan lainnya.
75
c) Santunan meninggal dunia dan santunan biaya pemakaman diberikan
secara total sesuai paket.
d) Penggantian yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas dimana
tertanggung mengendarai kendaraan tanpa memiliki SIM diberikan
sebesar 50% dari nilai klaim.
6) Pembuatan kartu ID CARD
Kartu peserta asuransi dapat dibuat di Kantor Operasional atas persetujuan
kantor Pusat.
g. SiagaKoe
Untuk menjangkau nasabah-nasabah individu dan keluarga (nasabah sinergi
asper) yang menginginkan perlindungan yang comprehensive atas segala
risiko kecelakaan terhadap diri dan keluarganya.
1) Kemudahan program SiagaKoe
Perhitungan premi sangat sederhana.
2) Sasaran pasar
Pasar yang ingin dituju untuk program SiagaKoe adalah:
a) Nasabah AJB Bumiputera 1912 Divisi Asper
b) Nasabah individu/keluarga non Asper Bumiputera.
3) Prosedur penutupan
a) Setiap permintaan penutupan program SiagaKoe harus mengisi Surat
Permintaan Penutupan SiagaKoe yang mengatasnamakan peserta.
76
b) SPPA dilampiri dengan data peserta yang meliputi : Nama
tertanggung, tanggal lahir, pekerjaan, dan data ahli waris.
c) Usia yang dapat dijamin dibatasi mulai umur 1 tahun sampai dengan
60 tahun.
h. Produk Standar Syariah58
1) Asuransi kebakaran.
2) Asuransi kendaraan.
3) Asuransi kesehatan.
4) Asuransi kecelakaan diri.
5) Asuransi pengangkutan.
6) Asuransi engineering.
7) Asuransi kebongkaran.
8) Asuransi cash in safe dan transit.
9) Asuransi aneka (Billboard, public liability).
10) Tanggung gugat profesi dokter.
11) Asuransi yang bersifat tailor made (sesuai kebutuhan).
58 http://www.bumida.co.id/index.php/main_ind/product, diakses pada tanggal 14 April
2010.
77
BAB IV
DESKRIPSI DAN ANALISA DATA
Penghitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum menggunakan metode
RBC (Risk Based Capital) pada perusahaan Asuransi Syariah berpedoman pada
peraturan BAPEPAM-LK no. PER-02/BL/2009. Metode RBC tersebut seperti
diuraikan dalam bab sebelumnya, adalah nilai kekayaan bersih perusahaan yang
bersangkutan (Asuransi Syariah), yang dihitung dengan mengikutsertakan risiko-
risiko pemburukan yang mungkin terjadi.
Berdasarkan PSAK 108, dimana harus ada pemisahan pencatatan antara
rekening dana pihak peserta dan pengelola, maka hal tersebut berimplikasi pada
penghitungan Solvabilitas Minimum perusahaan dari sebelumnya, yaitu dari tidak
adanya pemisahan antara rekening dana pengelola dan peserta dalam
penghitungannya, berubah menjadi berbasiskan dana tabarru’/peserta dalam
penghitungannya.
Ada 6 (enam) variabel yang digunakan dalam penghitungan solvabilitas
minimum menggunakan metode RBC pada perusahaan Asuransi Umum Syariah,
antara lain :
1. Dalam Mengukur Tingkat Solvabilitas
a) Kekayaan yang diperkenankan dari dana peserta;
b) Kewajiban perusahaan dari dana peserta (kecuali Pinjaman
Subordinasi).
78
2. Dalam Mengukur BTSM
a) Kegagalan pengelolaan kekayaan dana peserta (Schedule A);
b) Ketidakseimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam setiap
jenis mata uang asing (Schedule B);
c) Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang
diperkirakan (Schedule C);
d) Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban
dengan membayar klaim (Schedule D).
Setelah semua variabel di atas dapat diidentifikasi berapa jumlahnya,
maka penilaian rasio RBC-pun dapat dilakukkan dengan menggunakan rumus :
Rasio RBC (%)59 = Kekayaan yang diperkenankan - Kewajiban
Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
Dalam bab ini dideskripsikan dan dilakukan penganalisisan tingkat rasio
RBC Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode Triwulan I,
Triwulan II, Triwulan III, Triwulan IV tahun 2009 (sebelum menerapkan PSAK 108),
dan periode Triwulan I tahun 2009 s.d. Triwulan I tahun 2010 (setelah menerapkan
PSAK 108).
59 Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009.
79
A. IDENTIFIKASI KEKAYAAN YANG DIPERKENANKAN UNIT
SYARIAH PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967
SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN PSAK 108
Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab 2 sebelumnya, bahwa pelaporan
tingkat solvabilitas minimum perusahaan asuransi syariah selain menggunakan
format SAK juga menggunakan format SAP. Ada hal yang membedakan antara SAK
dan SAP, salah satunya adalah dalam hal kekayaan peruasahaan. SAP mengenal
adanya pemisahan kekayaan menjadi dua, yaitu kekayaan yang diperkenankan
(admitted asset) dan kekayaan yang tidak diperkenankan (non-admiteed asset),
sedangkan SAK tidak mengenal adanya pemisahan tersebut.
Kekayaan yang diperkenankan (Admitted Asset) adalah kekayaan yang
dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan sesuai ketentuan perundangan di bidang usaha
perasuransian dan dapat diperhitungkan dalam penentuan tingkat solvabilitas.60
60 Ludovicus Sensi, Op., Cit., h. 160.
80
Tabel 4.1
Kekayaan Yang Diperkenankan
Sebelum Penerapan PSAK 108 (Saldo SAP) (dalam jutaan rupiah)
No. URAIAN PERIODE
TRW I 2009
TRW II 2009
TRW III 2009
TRW IV 2009
I Investasi 1 Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito 7.794,24 9.016,06 9.806,24 11.864,65 2 Saham 2.208,31 2.771,29 2.738,01 2.596,98 3 Obligasi dan Medium Term Notes 2.016,59 2.014,81 2.040,00 0,00 4 Surat Berharga yang diterbitkan atau dijamin
oleh Pemerintah atau Bank Indonesia 0,00 0,00 0,00 2.040,00 5 Unit Penyertaan Reksadana 961,29 972,06 2.263,51 2.756,78 6 Penyertaan Langsung 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Bangunan dengan hak strata atau Tanah dengan
Bangunan untuk investasi 0,00 0,00 0,00 0,00 8 Pembiayaan Murabahah 0,00 0,00 0,00 0,00 9 Pembiayaan Mudharabah 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Investasi Lain Jumlah Investasi 12.980,43 14.774,21 16.847,76 19.258,41
II Bukan Investasi 1 Kas dan Bank 2.121,02 2.856,10 3.878,26 3.460,88 2 Tagihan Premi Penutupan Langsung 844,34 1.281,38 757,29 1.337,41 3 Tagihan Reasuransi 130,48 55,23 0,00 42,52 4 Tagihan Hasil Investasi 87,55 60,19 64,70 70,11 5 Bangunan dengan hak strata, atau Tanah
dengan Bangunan untuk dipakai sendiri 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Perangkat Keras Komputer 154,48 160,30 110,56 94,90 7 Aktiva Tetap Lain 8 Aktiva Lain Jumlah Bukan Investasi 3.337,87 4.413,19 4.810,82 5.005,82 JUMLAH KEKAYAAN (I +II) 16.318,31 19.187,41 21.658,58 24.264,23
Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Desember 2009.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, saldo SAP Kekayaan Yang Diperkenankan
Sebelum penerapan PSAK 108 menunjukkan masih bercampurnya sistem pencatatan
antara kekayaan peserta dan kekayaan pengelola. Dari triwulan I 2009 – triwulan IV
2009, total kekayaan SAP Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967
81
mengalami peningkatan secara terus menerus, masing-masing sebesar Rp. 16.318,31
juta, Rp. 19.187,41 juta, Rp. 21.658,58 juta, dan Rp. 24.264,23 juta. Peningkatan
jumlah kekayaan SAP tersebut secara signifikan terjadi pada pelaporan triwulan ke-
II, yaitu sebesar 17, 58 % dari saldo pada triwulan ke-I.
Berbeda dengan format pelaporan Kekayaan Yang Diperkenankan (Saldo
SAP) untuk sebelum Penerapan PSAK 108 , yaitu dengan bercampurnya kekayaan
pihak pengelola dan peserta, pada format pelaporan Kekayaan Yang Diperkenankan
setelah penerapan PSAK 108 dilakukan pemisahan menjadi 2 (dua) yaitu Kekayaan
Yang Diperkenankan Dana Peserta dan Kekayaan Yang Diperkenankan Dana
Pengelola. (Lihat tabel 4.2 dan 4.3)
82
Tabel 4.2
Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Peserta
Setelah Penerapan PSAK 108 (Saldo SAP) (dalam jutaan rupiah)
No. URAIAN PERIODE
TRW I 2009
TRW II 2009
TRW III 2009
TRW IV 2009
TRW I 2010
I Investasi 1 Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito 1.150,00 1.150,00 1.150,00 1.150,00 1.150,00 2 Saham 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Obligasi dan Medium Term Notes 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4 Surat Berharga yang diterbitkan atau dijamin
oleh Pemerintah atau Bank Indonesia 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Unit Penyertaan Reksadana 589,13 702,08 784,46 836,61 836,61 6 Penyertaan Langsung 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Bangunan dengan hak strata atau Tanah
dengan Bangunan untuk investasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 Pembiayaan Murabahah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 9 Pembiayaan Mudharabah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Investasi Lain Jumlah Investasi 1.739,13 1.852,08 1.934,46 1.986,61 3.083,47
II Bukan Investasi 1 Kas dan Bank 1.230,19 1.007,84 2.753,57 2.621,86 4.154,79 2 Tagihan Tabarru’ Penutupan Langsung 509,50 1.007,84 966,16 905,41 641,10 3 Tagihan Reasuransi 334,29 132,79 132,79 47,42 0,00 4 Tagihan Hasil Investasi 50,78 36,11 45,94 41,37 6,05 5 Aktiva Lain 444,56 1.377,50 Jumlah Bukan Investasi 2.569,33 3.562,09 3.898,46 3.616,52 4.801,94 JUMLAH KEKAYAAN (I +II) 4.308,46 5.414,18 5.832,92 5.602,66 7.885,40
Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Maret 2010.
Tabel 4.2 di atas menunjukkan, bahwa Saldo SAP Admitted Asset dana
peserta tidak menunjukkan peningkatan secara terus-menerus dari triwulan I 2009 –
triwulan I 2010. Saldo kekayaan dana peserta mengalami peningkatan, yaitu menjadi
Rp. 4.308,46 juta di triwulan ke-I 2009, Rp.5.414,18 juta di triwulan ke-II 2009, dan
di triwulan ke-III 2009 sebesar Rp.5.832,92 juta. Pada triwulan ke-IV justru
sebaliknya, terjadi penurunan saldo kekayaan dana peserta sebesar 3,95 % menjadi
83
Rp. 5.602,66 juta, namun pada triwulan ke-I tahun 2010, kekayaan dana peserta Unit
Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 mengalami penguatan kembali,
yaitu sebesar Rp.7.885,40 juta. Penguatan tersebut terlihat pada akun Kas dan Bank
Dana Peserta. Pada triwulan ke-IV 2009 saldo Kas dan Bank sebesar Rp. 2.621,86
juta, meningkat menjadi Rp. 4.154,79 juta di triwulan I tahun 2010, sehingga, untuk
saldo Kas dan Bank bagi dana peserta telah terjadi peningkatan di triwulan I 2010
sebesar 58,47 % atau lebih 8, 47% dari setengah saldo Kas dan Bank di triwulan ke
IV 2009.
84
Tabel 4.3
Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Pengelola
Setelah Penerapan PSAK 108 (Saldo SAP) (dalam jutaan rupiah)
No. URAIAN PERIODE
TRW I 2009
TRW II 2009
TRW III 2009
TRW IV 2009
TRW I 2010
I Investasi 1 Deposito Berjangka dan Sertifikat Deposito 8.010,00 9.110,00 9.464,65 9.714,65 9.814,00 2 Saham 2.208,31 2.771,29 2.738,01 2.596,98 1.488,62 3 Obligasi dan Medium Term Notes 2.016,59 2.014,81 2.040,00 0,00 0,00 4 Surat Berharga yang diterbitkan atau dijamin
oleh Pemerintah atau Bank Indonesia 0,00 0,00 0,00 2.118,50 2.171,00 5 Unit Penyertaan Reksadana 372,16 269,98 1.479,05 1.906,62 2.096,74 6 Penyertaan Langsung 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Bangunan dengan hak strata atau Tanah
dengan Bangunan untuk investasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 8 Pembiayaan Murabahah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 9 Pembiayaan Mudharabah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
10 Investasi Lain Jumlah Investasi 12.607,06 14.166,07 15.721,72 16.336,75 15.571,06
II Bukan Investasi 1 Kas dan Bank 890,83 1.142,44 1.124,70 450,35 277,85 2 Tagihan Ujrah Penutupan Langsung 368,95 671,90 394,63 432,00 141,70 4 Tagihan Hasil Investasi 36,77 24,08 18,76 19,23 0,00 5 Bangunan dengan hak strata, atau Tanah
dengan Bangunan untuk dipakai sendiri 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Perangkat Keras Komputer 154,48 160,30 110,56 94,90 92,92 7 Aktiva Tetap Lain 120,37 339,87 208,30 8 Aktiva Lain 992,15 474,04 880,68 Jumlah Bukan Investasi 2.563,55 2.812,62 2.737,63 996,48 512,47 JUMLAH KEKAYAAN (I +II) 15.170,61 16.978,69 18.459,35 17.333,23 16.083,53
Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Maret 2010.
Tabel 4.3 di atas merupakan tabel yang menjelaskan saldo SAP Kekayaan
Yang Diperkenankan (Admitted Asset) bagi dana pihak pengelola. Peraturan Menteri
Keuangan nomor 18/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Dasar
Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah
menetapkan bahwa, kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut wajib memiliki
85
kemampuan untuk memberikan pinjaman dalam bentuk Qardh kepada dana tabarru’
dalam hal :61
1. Tingkat solvabilitas dana tabarru’ kurang dari jumlah minimum yang
dipersyaratkan.
2. Jumlah investasi dalam kekayaan yang dapat diperhitungkan dalam
perhitungan tingkat kesehatan keuangan dana tabarru’ , lebih kecil dari
jumlah penyisihan/cadangan teknis dan kewajiban pembayaran
santunan/klaim retensi sendiri dari dana tabarru’.
3. Terjadi selisih kurang atau defisit underwriting dana tabarru’.
4. Dana tabarru’ tidak cukup untuk membayar santunan/klaim kepada
peserta.
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut, Jumlah kekayaan dana pengelola
mengalami pertumbuhan mulai dari triwulan ke-I tahun 2009 – triwulan ke-IV tahun
2009, menjadi sebesar Rp. 15.170,61 juta, Rp. 16.978,69 juta, Rp. 18.459,35 juta dan
Rp.17.333,23 juta. Hal tersebut terlihat pada penempatan investasi perusahaan di
Deposito Berjangka dan Sertifikat deposito yang meningkat di tiap-tiap triwulan,
bahkan sampai di triwulan ke-I tahun 2010 dengan tingkat pertumbuhan sebesar
22,52 % dari triwulan I 2009 sebesar Rp. 8.010,00 juta, menjadi Rp. 9.814,00 juta
pada triwulan I 2010. Selain faktor tersebut, peningkatan kekayaan dana pengelola
sampai triwulan ke-IV juga dipengaruhi oleh penempatan investasi pada Unit
Penyertaan Reksadana. Peningkatan yang sangat signifikan dari penempatan investasi
61 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010 pasal 15 ayat 1.
86
tersebut, terlihat di triwulan ke-III 2009 sebesar Rp. 1.209,07 juta ( 447,84 %) atau 4
(empat) kali lipat dari saldo periode sebelumnya (triwulan II 2009), yaitu sebesar
Rp.269,98 juta menjadi Rp. 1.479,05 di triwulan ke-III tahun 2009. Untuk
mengetahui bagaimana trend line perkembangan Kekayaan Yang Diperkenankan,
baik bagi dana peserta maupun dana pengelola, perhatikanlah ilustrasi 4.1 di bawah
ini.
Ilustrasi 4.1
Trend Line Perkembangan Kekayaan Yang Diperkenankan
Untuk Dana Peserta dan Dana Pengelola (Setelah Penerapan PSAK 108)
4.308,46 5.414,18 5.832,92 5.602,667.885,40
15.170,6116.978,69 18.459,35 17.333,23 16.083,53
I '09 II '09 III '09 IV '09 I '10Periode Triwulanan
(dal
am ju
taan
rupi
ah)
Admitted Asset (SAP) Dana PengelolaAdmitted Asset (SAP) Dana Peserta
Sumber : Data yang diolah.
87
B. IDENTIFIKASI KEWAJIBAN UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM
BUMIPUTERA MUDA 1967 SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN
PSAK 108
Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003 tentang
Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, Pasal 27 dan
31, bahwa jenis kewajiban yang harus diperhitungkan dalam penetapan tingkat
solvabilitas meliputi semua jenis kewajiban kepada pemegang polis atau tertanggung
dan kepada pihak lain yang menjadi kewajiban Perusahaan Asuransi dan Reasuransi
kecuali Pinjaman Subordinasi. (Lihat kembali bab II)
Tabel 4.4
Kewajiban SAP
Sebelum Penerapan PSAK 108
(dalam jutaan rupiah)
No. URAIAN PERIODE
TRW I 2009
TRW II 2009
TRW III 2009
TRW IV 2009
1 Utang 6.175,29 5.074,72 10.261,49 9.999,36 2 Cadangan Atas Premi Yang Belum
Merupakan Pendapatan 2.579,68 2.567,28 1.765,98 2.080,00 3 Cadangan Klaim 650,15 778,23 571,63 644,02 JUMLAH KEWAJIBAN (1 + 2 + 3) 9.405,12 8.420,23 12.599,11 12.723,38
Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Desember 2009.
Kewajiban SAP Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 sebelum penerapan PSAK 108 terdiri dari tiga unsur, antara lain Utang,
Cadangan Atas Premi Yang Belum Merupakan Pendapatan, dan Cadangan Klaim.
Tabel 4.4 membuktikan bahwa jumlah Kewajiban SAP Unit Syariah PT. Asuransi
88
Umum Bumiputera Muda 1967 pada Triwulan I tahun 2009 sebesar Rp. 9.405,12
juta, Triwulan II tahun 2009 sebesar Rp. 8.420,23 juta, Triwulan III tahun 2009
sebesar Rp. 12.599,11 juta, dan pada Triwulan IV tahun 2009 sebesar Rp. 12.723,38
juta. Jumlah kewajiban pada triwulan ke IV tahun 2009 menjadi yang tertinggi
dikarenakan besarnya jumlah Utang dan Cadangan Atas Premi Yang Belum
Merupakan Pendapatan, masing-masing sebesar Rp. 9.999,36 juta dan Rp. 2.080,00
juta. Jumlah kewajiban SAP triwulanan pada tabel 4.4 di atas terlihat sangat besar
dikarenakan masih bercampurnya pencatatan kewajiban-kewajiban yang menjadi
tanggung jawab dana pihak perusahaan dengan kewajiban-kewajiban yang menjadi
tanggung jawab dana pihak peserta (dana tabarru’). Setelah diterapkannya PSAK
108, maka kewajiban-kewajiban pihak peserta dan pihak pengelola terjadi pemisahan
pencatatan, seperti terlihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 di bawah.
Tabel 4.5
Kewajiban SAP Dana Peserta
Setelah Penerapan PSAK 108
(dalam jutaan rupiah)
No. URAIAN PERIODE
TRW I 2009
TRW II 2009
TRW III 2009
TRW IV 2009
TRW I 2010
1 Utang 467,02 604,93 828,22 773,93 696,30 2 Cadangan Tabarru’ Yang Belum
Merupakan Pendapatan 2.579,68 2.567,28 2.649,76 2.065,80 2.403,17 3 Estimasi Klaim Retensi Sendiri 650,15 778,23 571,63 644,02 604,08 4 Utang lain-lain 0,00 841,05 1.148,81 1.974,11 3.408,38 JUMLAH KEWAJIBAN (1 + 2 + 3) 3.696,84 4.791,50 5.198,41 5.457,86 7.111,92
Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Maret 2010.
89
Tabel 4.5 di atas menggambarkan posisi Kewajiban SAP triwulanan bagi
Dana Peserta pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 setelah
diterapkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 108 tentang
Transaksi Asuransi Syariah, dari Triwulan I tahun 2009 s.d Triwulan I tahun 2010.
Tabel 4.5 tersebut membuktikan, bahwa telah terjadi peningkatan jumlah kewajiban
dana peserta secara terus-menerus dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun
2010. Dari triwulan I 2009 ke triwulan II 2009 jumlah kewajiban naik sebesar
Rp.1.094,66 juta (29,61 %), selanjutanya naik sebesar Rp. 406,91 juta (8,49 %) di
triwulan III tahun 2009, meningkat lagi di triwulan ke IV tahun 2009 sebesar
Rp.259,45 juta (4,99 %), dan pada triwulan I tahun 2010 juga mengalami peningkatan
jumlah kewajiban SAP dana peserta sebesar Rp.1.654,06 juta (30,31 %). Berdasarkan
hal tersebut peningkatan jumlah kewajiban SAP dana peserta secara signifikan terjadi
pada triwulan I tahun 2010 sebesar 30,31 %, dan jumlah kewajiban pada triwulan
tersebut menjadi Rp. 7.111,92 juta. Peningkatan tersebut dikarenakan naik pada pos
Utang Lain-lain sebesar Rp. 1.434,27 juta (72,65 % atau lebih 22,65 % dari setengah
saldo Utang Lain-lain pada triwulan IV tahun 2009).
90
Tabel 4.6
Kewajiban SAP Dana Pengelola
Setelah Penerapan PSAK 108
(dalam jutaan rupiah)
No URAIAN PERIODE
TRW I 2009
TRW II 2009
TRW III 2009
TRW IV 2009
TRW I 2010
1 Utang Komisi 48,09 144,22 110,04 280,14 159,84 2 Utang Pajak 324,71 176,53 213,69 253,51 274,96 3 Utang lain-lain 6.199,47 1.419,01 6.149,66 5.805,10 4.286,42 JUMLAH KEWAJIBAN (1 + 2 + 3) 6.572,27 1.739,76 6.473,38 6.338,75 4.721,22
Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Maret 2010.
Unsur-unsur Kewajiban SAP Dana Pengelola terbagi menjadi 3 (tiga),
yaitu Utang Komisi, Utang Pajak, dan Utang Lain-lain. Jumlah Kewajiban SAP Dana
Pengelola tersebut sebesar Rp. 6.572,27 juta (triwulan I 2009), Rp. 1.739,76 juta
(triwulan II 2009), Rp. 6.473,38 juta (triwulan III 2009), Rp. 6.338,75 (triwulan IV
2009), dan Rp. 4.721,22 (triwulan I 2010).
C. IDENTIFIKASI BTSM UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM
BUMIPUTERA MUDA 1967 SEBELUM DAN SETELAH PENERAPAN
PSAK 108
Pengertian Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) menurut
Peraturan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan nomor PER- 02/BL/2009 adalah
jumlah minimum tingkat solvabilitas yang harus dimiliki perusahaan asuransi atau
perusahaan reasuransi, yaitu sebesar jumlah dana yang dibutuhkan untuk menutup
risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan
91
kekayaan dan kewajiban. Dalam penghitungan analisis rasio metode RBC, BTSM
adalah pembanding dari selisih antara kekayaan yang diperkenankan dengan
kewajiban, dimana setelah penerapan PSAK 108, penghitungan BTSM tersebut harus
berbasiskan dana tabarru’ atau peserta.
Bagi Usaha Asuransi Kerugian atau Umum ada 4 komponen (schedule)
yang diperhitungkan dalam menentukan nilai BTSM. Masing-masing indikator yang
terdapat dalam schedule tersebut dihitung dengan mengalikannya bersama faktor-
faktor risiko seperti yang telah diatur dalam Pedoman Perhitungan Batas Tingkat
Solvabilitas Minimum (PER-02/BL/2009). (Lihat kembali bab II)
Tabel 4.7
Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
Sebelum Penerapan PSAK 108
(dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN PERIODE
TRW I 2009
TRW II 2009
TRW III 2009
TRW IV 2009
Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 281,69 364,39 364,39 471,42 Ketidakseimbangan Antara Nilai Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang Asing (Schedule B) 7,81 6,47 6,47 5,46 Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan (Schedule C) 625,83 1.333,77 1.517,57 1.304,41 Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban dengan membayar klaim (Schedule D) 25,69 63,15 63,15 149,94
JUMLAH BTSM 941,02 1.767,78 1.951,58 1.931,22 Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Desember 2009.
Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 Sebelum Penerapan PSAK 108, yang mungkin timbul
92
sebagai akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban sebesar Rp. 941,02
juta di triwulan I tahun 2009, Rp. 1.767,78 juta di triwulan II tahun 2009,
Rp.1.951,58 juta di triwulan III tahun 2009, dan Rp. 1.931,22 juta di triwulan IV
tahun 2009.
Peningkatan deviasi kemungkinan terjadinya risiko kerugian terlihat
signifikan pada komponen Ketidakmampuan Pihak Reasuradur Untuk Memenuhi
Kewajiban Dengan Membayar Klaim (Schedule D), yaitu pada triwulan ke-IV tahun
2009 sebesar 137,43 % menjadi Rp. 149,94 juta. Hal tersebut disebabkan karena
adanya Cadangan Teknis Beban Reasuradur untuk Reasuradur Dalam Negeri
Gabungan sebesar Rp. 3.748,62 juta dikalikan dengan faktor risiko 4%.
Tabel 4.8
Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Dana Peserta
Setelah Penerapan PSAK 108
(dalam jutaan rupiah)
KETERANGAN PERIODE
TRW I 2009
TRW II 2009
TRW III 2009
TRW IV 2009
TRW I 2010
Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 86,17 81,15 81,15 81,15 146,15 Ketidakseimbangan Antara Nilai Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang Asing (Schedule B) 6,47 6,47 6,49 6,47 5,46 Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan (Schedule C) 681,27 1.201,67 1.201,67 1.201,67 1.162,23 Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban dengan membayar klaim (Schedule D) 203,95 49,01 49,01 49,01 149,94
JUMLAH BTSM 977,86 1.338,31 1.338,33 1.338,30 1.463,78 Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera
Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Desember 2009.
93
Tabel 4.8 di atas merupakan data Batas Tingkat Solvabilitas Minimum
(BTSM) yang perhitungannya sesuai dengan Pedoman Perhitungan Tingkat
Solvabilitas Minimum, peraturan Bapepam-LK no. PER-02/BL/2009. BTSM tersebut
berbasiskan dana tabarru’ atau peserta, karena seperti diketahui harus adanya
pemisahan pencatatan antara dana tabarru’ dan dana pengelola. Dalam PMK no.
18/PMK.010/2010 pasal 3 ayat 3 dinyatakan, bahwa perusahaan wajib membuat
catatan terpisah untuk kekayaan dan kewajiban Perusahaan, Dana Tabarru’, dan
Dana Investasi Peserta.
Berdasarkan tabel 4.8 tersebut dapat dideskripsikan bahwa Jumlah BTSM
Dana Peserta dari Triwulan I tahun 2009 s.d Triwulan I tahun 2010 masing-masing
sebesar Rp. 977,86 juta, Rp. 1.338,31 juta, Rp. 1.338,33 juta, Rp. 1.338,30 juta,
1.463, 78 juta. Jumlah BTSM mengalami posisi tertinggi pada Triwulan I tahun 2010.
Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh komponen Kegagalan Pengelolaan
Kekayaan (Schedule A) sebesar Rp. 146,15 juta. Angka tersebut berasal dari Total
jumlah deviasi dalam pengelolaan kekayaan (Investasi, Bukan Investasi, Investasi
Yang Diretrukturisasi, Investasi Yang Diragukan, Investasi Pada Satu Pihak
(Perusahaan), Investasi Pada Satu Pihak (Group/Afiliasi)), sebesar Rp. 182,69 juta.
Kemudian sesuai peraturan Bapepam-LK no. PER-02/BL/2009, bahwa jumlah dana
yang diperhitungkan dalam perhitungan BTSM adalah 80% dari jumlah dana yang
dibutuhkan untuk menanggulangi risiko kegagalan pengelolaan seluruh kekayaan
yang diperkenankan (80% x 182,69 juta), maka didapatkan hasil untuk Schedule A
triwulan I tahun 2010 sebesar Rp. 146,15 juta. (Lihat Lampiran 4)
94
Pengaruh lainnya yaitu pada jumlah deviasi komonen Risiko Reasuradur
(Schedule D) sebesar Rp. 194,94 juta. Angka tersebut berasal dari Cadangan Teknis
Beban Reasuradur untu Reasuradur Dalam Negeri Gabungan sebesar Rp. 3.748,62
juta, kemudian dikalikan dengan faktor risiko kerugian sebesar 4 %, didapatkan hasil
untuk schedule D triwulan I tahun 2010 sebesar Rp. 194,94 juta.
D. RASIO PENCAPAIAN SOLVABILITAS MINIMUM METODE RISK
BASED CAPITAL (RBC) UNIT SYARIAH PT. ASURANSI UMUM
BUMIPUTERA MUDA 1967
Analisis Rasio Solvabilitas metode RBC bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan sebuah perusahaan dalam menutupi kewajiban-
kewajibannya. Dalam perusahaan asuransi syariah berarti sejauh mana perusahaan
asuransi syariah tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar klaim kepada peserta
jika seluruh peserta mengalami klaim. Dari penghitungan analisis rasio RBC tersebut
dapat diketahui apakah perusahaan asuransi syariah tersebut ”sehat/solvent (>120%)”
atau ”tidak sehat/insolvent (<120%)”. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan no.
424/KMK.06/2003, bahwa perusahaan Asuransi dan Reasuransi setiap saat wajib
memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120%.
Berdasarkan identifikasi terhadap Tingkat solvabilitas dan BTSM Unit
Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 pada sub bab sebelumnya,
maka Tingkat RBC Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dapat
dihitung seperti pada tabel 4.9 dan tabel 4.10 di bawah ini :
95
Tabel 4.9
Cabang Asuransi Kerugian Syariah
Batas Tingkat Solvabilitas (Sebelum Penerapan PSAK 108)
Triwulan I Tahun 2009 s.d Triwulan IV Tahun 2009
(dalam jutaan rupiah) Keterangan TRW I
2009 TRW II
2009 TRW III
2009 TRW IV
2009 A Tingkat Solvabilitas Kekayaan Yang Diperkenankan 16.318,31 19.187,41 21.658,58 24.264,23 Kewajiban (kecuali Pinjaman Subordinasi) 9.405,12 8.420,23 12.599,11 12.723,38 Jumlah Tingkat Solvabilitas 6.913,19 10.767,18 9.059,47 11.540,85
B Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 281,69 364,39 364,39 471,42
Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang (Schedule B) 7,81 6,47 6,47 5,46
Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule C) 625,83 1.333,77 1.517,57 1.304,41
Risiko Reasuradur (Schedule D) 25,69 63,15 63,15 149,94 Jumlah BTSM 941,02 1.767,78 1.951,58 1.931,22
C Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat Solvabilitas 5.972,17 8.999,4 7.107,89 9.609,63
D Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam %) 734,65% 609,08% 464,21% 597,59%
Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Desember 2009
.
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa prosentase rasio RBC yang dicapai Unit
Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 sebelum diterapkannya PSAK
108 sebesar 734,65% di triwulan I tahun 2009 dengan kelebihan Batas Tingkat
Solvabilitas sebesar Rp. 5.972,17 juta, 609,08% di triwulan II tahun 2009 dengan
kelebihan Batas Tingkat Solvabilitas sebesar Rp. 8.999,4 juta, 464,21% di triwulan
III tahun 2009 dengan kelebihan Batas Tingkat Solvabilitas sebesar Rp.7.107,89 juta,
96
dan 597,59% di triwulan IV pada tahun tersebut dengan kelebihan Batas Tingkat
Solvabilitas sebesar Rp.9.609,63 juta.
Sedangkan tingkat prosentase rasio RBC Dana Tabarru’ yang dicapai
Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 setelah diterapkannya
PSAK 108 pada tabel 4.10 di bawah menunjukkan 62,55% di triwulan I tahun 2009,
46,53% di triwulan II tahun 2009, 47,41% di triwulan III tahun 2009, 10,82% di
triwulan IV tahun 2009, dan sebesar 52,84% di triwulan I tahun 2010. Pencapaian
tersebut dapat terindikasi dari adanya kekurangan Batas Tingkat Solvabilitas setiap
triwulannya, yaitu mulai triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun 2010, masing-
masing sebesar Rp. 366,24 juta, Rp. 715,63 juta, Rp. 703,81 juta, Rp. 1.193,50 juta,
dan Rp. 690,30 juta.
97
Tabel 4.10
Cabang Asuransi Kerugian Syariah
Batas Tingkat Solvabilitas Dana Peserta (Setelah Penerapan PSAK 108)
Triwulan I Tahun 2009 s.d Triwulan I Tahun 2010
(dalam jutaan rupiah) Keterangan TRW I
2009 TRW II
2009 TRW III
2009 TRW IV
2009 TRW I
2010 A Tingkat Solvabilitas Kekayaan Yang Diperkenankan 4.308,46 5.414,18 5.832,92 5.602,66 7.885,40 Kewajiban (kecuali Pinjaman Subordinasi) 3.696,84 4.791,50 5.198,41 5.457,86 7.111,92 Jumlah Tingkat Solvabilitas 611,62 622,68 634,51 144,80 773,48
B Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 86,17 81,15 81,15 81,15 146,15
Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang (Schedule B) 6,47 6,47 6,49 6,47 5,46
Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule C) 681,27 1.201,67 1.201,67 1.201,67 1.162,23
Risiko Reasuradur (Schedule D) 203,95 49,01 49,01 49,01 149,94 Jumlah BTSM 977,86 1.338,31 1.338,33 1.338,30 1.463,78
C Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat Solvabilitas (366,24) (715,63) (703,81) (1.193,50) (690,30)
D Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam %) 62,55% 46,53% 47,41% 10,82% 52,84%
Sumber : Laporan Perhitungan Tingkat Solvabilitas Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Per. 31 Maret 2009 – Per. 31 Maret 2010.
98
Ilustrasi 4.2
Perkembangan Rasio RBC
Sebelum dan Setelah Penerapan PSAK 108
734,65%609,08%
464,21%597,59%
62,55% 46,53% 47,41% 10,82% 52,84%0%200%400%600%800%
TRW I '09 TRW II'09 TRW III '09 TRW IV '09 TRW I '10PERIODE LAPORAN KEUANGAN
RB
C (%
)
RBC Sebelum Penerapan PSAK 108 RBC Setelah Penerapan PSAK 108
Sumber : Data Yang Diolah
Ilustrasi 4.2 menggambarkan bagaimana perbandingan pergerakan tingkat
pencapaian solvabilitas RBC sebelum diterapkannya PSAK 108 dan setelah
diterapkannya PSAK 108 pada Unit Syariah . Pertumbuhan prosentase RBC sebelum
diterapkannya PSAK 108 pada triwulan II tahun 2009 mengalami penurunan dari
triwulan sebelumnya sebesar 17,09%, lalu pada triwulan III tahun 2009 mengalami
penurunan kembali dari triwulan sebelumnya sebesar 23,79%, namun pada triwulan
IV di tahun yang sama rasio pencapaian solvabilitas menguat kembali dengan jumlah
peningkatan sebesar 28,73%, walaupun jumlah RBC triwulan tersebut belum dapat
melampaui triwulan II tahun 2009 sebesar 609,08%. Sedangkan angka prosentase
pertumbuhan RBC setelah diterapkannya PSAK 108 pada triwulan II tahun 2009
mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 25,61%, di triwulan III
tahun 2009 mengalami peningkatan RBC dari triwulan sebelumnya, yaitu hanya
sebesar 1,89%, namun penurunan secara signifikan terjadi pada triwulan IV tahun
99
2009 sebsesar 77,18%, dan dapat diimbangi pada triwulan I tahun 2010 dengan
peningkatan RBC secara signifikan sebesar 388,35% dari triwulan IV tahun 2009.
Berdasarkan deskripsi dari rasio pencapaian solvabilitas di atas, dapat
dibandingkan bahwa angka rasio RBC sebelum penerapan PSAK 108 dengan rasio
RBC setelah penerapan PSAK 108 memiliki perbedaan yang sangat signifikan.
Sebelum penerapan PSAK 108, dimana penghitungannya tidak ada pemisahan antara
dana pengelola dan dana peserta, angka prosentase RBC selalu berada di atas 400%,
sedangkan setelah penerapan PSAK 108, dimana diharuskan adanya pemisahan
antara dana pengelola dan dana peserta yang menyebabkan penghitungan BTSM
berbasiskan dana peserta, prosentasi rasio RBC dari triwulan I tahun 2009 s.d
triwulan I tahun 2010 menurun drastis dibandingkan sebelum penerapan PSAK 108
yaitu selalu dibawah angka 100%. Dengan demikian Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 dapat dikatakan ”solvent/sehat” karena angka rasio
RBC sebelum penerapan PSAK 108 dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan IV tahun
2009 selalu jauh melebihi parameter BTSM standar dari pemerintah yaitu 120%.
Sedangkan angka rasio RBC Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 setelah penerapan PSAK 108 dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun
2010 tidak mencapai parameter minimal BTSM yang telah ditentukan oleh regulator
yaitu sebesar 120%, bahkan 100% pun tidak dapat dicapai. Dengan demikian Unit
Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, pada periode tersebut dapat
dikatakan ”insolvent/tidak sehat”, namun keadaan tersebut (insolvent/tidak sehat)
tidak mutlak dapat diberikan kepada Unit Syariah PT. Asuransi Bumida 1967
100
dikarenakan penghitungan BTSM-nya berpedoman pada peraturan Bapepam-LK no.
PER-2/BL/2009 dan dengan pelaporan format PSAK 108, sehingga basis
perhitungannya berbeda dengan kondisi kesehatan Perusahaan sebelum diterapkannya
peraturan-peraturan tersebut, yaitu berbasis dana tabarru’. Selain hal tersebut, alasan
kenapa kata ”insolvent/tidak sehat” tidak dapat diberikan secara mutlak, karena jika
ditinjau dari kecukupan dana tabarru’, dalam peraturan Bapepam-LK no. PER-
2/BL/2009 terdapat qard yang dipinjam dari Dana Pengelola sebagai penambah asset
Dana Peserta, agar mencapai rasio RBC 120%.
Keputusan Menteri Keuangan no. 424 pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa
perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan
tingkat solvabilitas (120%), wajib menyampaikan rencana penyehatan keuangan yang
disetujui oleh pemegang saham atau yang setara dengan itu dalam rangka memenuhi
ketentuan tingkat solvabilitas. Selain itu dalam peraturan BAPEPAM-LK Nomor
PER-02/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan BTSM Bagi Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi, menyebutkan bahwa apabila tingkat RBC minimum
kelompok rekening tabarru’ kurang dari 120%, kelebihan jumlah kekayaan yang
diperkenankan di atas jumlah kewajiban dan modal sendiri atau modal kerja
minimum dalam kelompok rekening dana perusahaan harus cukup untuk setiap saat
menyalurkan pinjaman qard guna menutup kekurangan tingkat minimum RBC
tabarru’ tersebut.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh Drs. Saiful Hadi selaku Kabag
Keuangan dan SDM Syariah di Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
101
1967, bahwa qard dalam Asuransi Syariah diartikan sebagai dana talangan yang
diperlukan untuk mengatasi defisit underwriting dana peserta yang berasal dari dana
perusahaan yang harus dikembalikan setelah dana peserta mengalami surplus. Qard
dikaitkan dengan RBC, dalam PMK no. 18/PMK.010/2010 qard diartikan sebagai
dana talangan yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan solvabilitas dana
tabarru’, untuk memenuhi ratio sebesar 120%, jadi pinjaman diperlukan untuk
meningkatkan asset Dana Tabarru’ dalam mencapai rasio solvabilitas yang
ditentukan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba membuat simulasi fungsi qard
pada rasio Pencapaian Solvabilitas Dana Peserta Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967, triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun 2010. Lihat
kembali tabel 4.3 (Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Pengelola). Dalam tabel
tersebut membuktikan bahwa sangat besarnya jumlah kekayaan pada rekening Dana
Pengelola. Disinilah salah satu peran dari kekayaan Dana Pengelola dalam
memberikan pinjaman (qard) kepada kekayaan Dana Peserta untuk meningkatkan
rasio pencapaian solvabilitas menjadi ≥ 120%.
Untuk memenuhi tingkat solvabilitas tersebut, pada triwulan I tahun 2009
s.d triwulan I tahun 2010 disuntikan dana qard dari kekayaan Dana Pengelola
masing-masing sebesar Rp. 675 juta di triwulan I tahun 2009, Rp. 1 miliar di triwulan
II tahun 2009, Rp. 1 miliar di triwulan III tahun 2009, Rp. 1.500 juta di triwulan IV
tahun 2009, dan Rp. 1.500 juta di triwulan I tahun 2010. Dengan demikian , jumlah
Kekayaan Yang Diperkenankan Dana Peserta bertambah menjadi Rp. 4.983,46 di
102
triwulan I tahun 2009, Rp. 6.414,18 juta di triwulan II tahun 2009, Rp. 6.832,92 juta
di triwulan III tahun 2009, Rp. 7.102,66 juta di triwulan IV tahun 2009, dan Rp.
9.385,40 juta di triwulan I tahun 2010. Kekayaan Dana Peserta setelah ditambahkan
qard tersebut selanjutnya dikurangi dengan kewajiban Dana Peserta seperti yang
tertera pada tabel 4.5, maka tingkat solvabilitas Dana Peserta menjadi Rp. 1.286,62
juta di triwulan I tahun 2009, Rp. 1.622,68 di triwulan II tahun 2009, Rp. 1.634,51 di
triwulan III tahun 2009, Rp. 1.644,80 di triwulan tahun IV tahun 2009, dan
Rp.2.273,48 di triwulan I tahun 2010. Angka tingkat solvabilitas tersebut kemudian
dibandingkan dengan jumlah BTSM masing-masing triwulan seperti pada tabel 4.6 di
atas, Rasio Pencapaian Solvabilitas Dana Peserta metode RBC dari triwulan I tahun
2009 s.d triwulan I tahun 2010, masing-masing menjadi sebesar 131,57%, 121,84%,
122,73%, 122,90%, dan 155,32%. (Lihat Tabel 4.11)
103
Tabel 4.11
Rasio Pencapaian Solvabilitas Dana Peserta Setelah Ditambahkan Qard
Keterangan TRW I 2009
TRW II 2009
TRW III 2009
TRW IV 2009
TRW I 2010
A Tingkat Solvabilitas Kekayaan Yang Diperkenankan 4.983,46 6.414,18 6.832,92 7.102,66 9.385,40 Kewajiban (kecuali Pinjaman
Subordinasi) 3.696,84 4.791,50 5.198,41 5.457,86 7.111,92 Jumlah Tingkat Solvabilitas 1.286,62 1.622,68 1.634,51 1.644,80 2.273,48
B Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)
Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 86,17 81,15 81,15 81,15 146,15
Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang (Schedule B) 6,47 6,47 6,49 6,47 5,46
Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule C) 681,27 1.201,67 1.201,67 1.201,67 1.162,23
Risiko Reasuradur (Schedule D) 203,95 49,01 49,01 49,01 149,94 Jumlah BTSM 977,86 1.338,31 1.338,33 1.338,30 1.463,78
C Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat Solvabilitas 308,76 290,84 302,68 306,50 809,70
D Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam %) 131,57% 121,84% 122,73% 122,90% 155,32%
Sumber : Data Yang Diolah
E. ANALISIS KENDALA DALAM PENCAPAIAN SOLVABILITAS
MINIMUM DANA PESERTA DAN PARAMETER BTSM 120%
Sub pembahasan sebelumnya dapat memperlihatkan dengan jelas
performance Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dari triwulan
I tahun 2009 s.d triwulan IV tahun 2009 untuk format perhitungan RBC sebelum
diterapkannya PSAK 108, dan dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun 2010
untuk format perhitungan RBC setelah diterapkannya PSAK 108.
104
Hasil penghitungan dari masing-masing format di atas, membuktikan
bahwa Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 berada dalam
keadaan good performance dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan IV tahun 2009
untuk format sebelum penerapan PSAK 108, dan dalam keadaan bad performance
dari triwulan I tahun 2009 s.d triwulan I tahun 2010 untuk format setelah penerapan
PSAK 108. Berdasarkan hal tersebut, maka disinilah terlihat kendala sebuah industri
Asuransi Syariah, khususnya Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967. kendala tersebut yaitu62 industri Asuransi Syariah dihadapkan pada
kecenderungan menurunnya rasio solvabilitas yang selama ini di patok dengan
persentase 120%, dan hal ini terjadi khususnya pada perusahaan yang masih baru
beroperasi seperti Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 yang
notebene-nya baru dibentuk pada tanggal 19 Februari 2004.
Kita telah ketahui bersama bahwa ketentuan regulator yang mengatur
mengenai perhitungan tingkat solvabilitas asuransi syariah diatur dalam Peraturan
Bapepam-LK No.PER-02/BL/2009, dan dengan munculnya PSAK 108 yang
mengatur pemisahan dalam pencatatan antara dana entitas pengelola dan dana entitas
peserta di industri Asuransi Syariah, maka penghitungan tingkat solvabilitas yang
diatur oleh Bapepam-LK tersebut harus berbasiskan dana tabarru’/peserta. Sehingga
untuk mencapai rasio solvabilitas 120% pada industri Asuransi Syariah, kekayaan
Dana Peserta/tabarru’ harus memiliki jumlah yang sangat tinggi, dan mampu
62 Drs. Saiful Hadi, Kabag Keuangan dan SDM Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967, Wawancara Pribadi Mengenai Rasio Pencapaian RBC. Jl. Wolter Mongonsidi, Jakarta.
105
menutupi seluruh kewajiban perusahaan kepada pihak peserta. Inilah alasan mengapa
kecenderungan munurunnya rasio solvabilitas RBC pada industri-industri Asuransi
Syariah yang masih dapat dikatakan baru menjadi kendala mereka dalam pencapaian
solvabilitas yang telah dipatok oleh pemerintah yaitu sebesar 120%. Walaupun
demikian, Drs. Saiful Hadi, selaku Kabag Keuangan dan SDM syariah
mengungkapkan bahwa pemenuhan RBC 120% tersebut bukanlah sebuah hal yang
sulit untuk dicapai oleh industri Asuransi Syariah, namun pemenuhan 120% tersebut
diperlukan waktu minimal 5 (lima) tahun, itupun dengan asumsi menerapkan akad
wakalah bil ujrah dan alokasi atas hasil surplus underwriting dana peserta
memberikan porsi yang cukup bagi cadangan dana peserta, serta pengelolaan risiko
dengan kualitas yang baik atau prudent, sehingga kekayaan Dana Peserta memiliki
jumlah yang tinggi untuk menutupi seluruh kewajibannya.
Dengan demikian, yang menjadi fokus perhatian dari permasalahan ini,
yaitu pada parameter yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dimana parameter
tersebut untuk industri Asuransi Syariah yang dalam perhitungan rasio
solvabilitasnya berbasiskan hanya pada dana tabarru’, disamakan dengan industri
Asuransi Konvensional yang tidak ada pemisahan dana dalam pengelolaannya, yaitu
sebesar 120%.
Pertanyaannya adalah apakah parameter 120% tersebut cocok/tepat untuk
industri asuransi syariah. Jika parameter tersebut tidak cocok, maka berapakah
prosentase parameter yang cocok untuk industri Asuransi Syariah. Selanjutnya, jika
parameter tersebut dapat dikatakan tepat untuk industri Asuransi Syariah, maka
106
langkah-langkah apa saja yang harus ditempuh oleh perusahaan Asuransi Syariah
dalam pemenuhan parameter 120% tersebut, seperti telah diungkapkan pada paragraf
sebelumnya, bahwa meskipun parameter tersebut bisa dicapai, dibutuhkan waktu
yang lama, yaitu minimal 5 (lima) tahun untuk mencapainya.
Salah satu hasil wawancara penulis dengan Kabag Keuangan dan SDM
Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Drs. Saiful Hadi, menurut
beliau, karena parameter industri Asuransi Syariah dalam penghitungan RBC
berbeda, seharusnya persentase rasio RBC tersebut harus dibedakan juga.
Gambarannya seperti ini, dari istilah RBC itu sendiri saja sudah mengarah kepada
capital atau modal yang notabene merupakan domainnya pengelola, sementara di
syariah dasar perhitungannya menggunakan kekayaan peserta, untuk itu menurut Drs.
Saiful Hadi dalam wawancara pribadi dengan penulis, angka persentase rasio
solvabilitas syariah yang dirasakan cukup wajar adalah 75%.
Walaupun prosentase-nya tidak dibedakan yaitu sebesar 120%, industri
Asuransi Syariah harus melihat faktor-faktor yang memiliki pengaruh yang cukup
signifikan dalam pertumbuhan asset Dana Peserta agar mampu menutupi
kewajibannya kepada pihak pengelola sekaligus mampu memenuhi parameter 120%.
Diantara faktor-faktor tersebut antara lain :63
a. Memiliki produk asuransi yang menguntungkan.
b. Pemilihan akad yang tepat antara peserta dan pengelola.
63 Drs. Saiful Hadi, Kabag Keuangan dan SDM Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda 1967, Wawancara Pribadi Mengenai Rasio Pencapaian RBC, Jl. Wolter Mongonsidi, Jakarta.
107
c. Pemilihan instrumentasi investasi yang menguntungkan.
d. Pengelolaan risiko dengan baik (Prudent).
108
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat solvabilitas minimum yang dicapai oleh Unit Syariah PT. Asuransi
Umum Bumiputera Muda 1967 dengan menggunakan metode RBC sesuai
peraturan Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009
pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 periode
triwulan I 2009 - triwulan I 2010, jika menerapkan PSAK 108 masing-
masing sebesar 62,55%, 46,53%, 47,41%, 10,82%, dan 52,84%. Sedangkan
sebelum diterapkannya PSAK 108, tingkat solvabilitas minimum yang dicapai
oleh Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 dari triwulan I
2009 – triwulan IV 2009 masing-masing sebesar 734,65%, 609,08%,
464,21%, dan 597,59%.
2. Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 tidak dapat
mencapai/memenuhi parameter BTSM yang telah ditentukan oleh pemerintah,
sebesar 120% dari triwulan I 2009 – triwulan I 2010 jika menggunakan
penghitungan solvabilitas sesuai peraturan Bapepam-LK nomor PER-
2/BL/2009 dan dengan pelaporan sesuai format PSAK 108, sehingga dapat
dikatakan pada masing-masing triwulan tersebut Unit Syariah PT. Asuransi
109
Umum Bumiputera Muda 1967 dalam keadaan ”insolvent/tidak sehat”, namun
tidak mutlak karena masih ada dana qard dari dana pengelola, sehingga
parameter rasio RBC 120% dapat tercapai.
3. Kendala yang dihadapi Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda
1967 dalam pencapaian BTSM sesuai peraturan Ketua BAPEPAM dan
Lembaga Keuangan nomor PER-2/BL/2009 jika menerapkan PSAK 108,
yaitu adanya kecenderungan menurunnya nilai RBC yang dikarenakan
penghitungan Solvabilitas tersebut berbasiskan Dana Peserta, serta dibutuhkan
waktu yang lama, yaitu minimal 5 (tahun) untuk dapat mencapai parameter
RBC 120%.
B. SARAN
1. Diberlakukannya PSAK 108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah
dan peraturan Bapepam-LK No. PER-02/BL/2009 tentang Pedoman
Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Bagi Perusahan Asuransi
dan Reasuransi yang menyebabkan menurunnya angka Rasio Pencapaian
Solvabilitas (Metode RBC) syariah pada Unit Syariah PT. Asuransi Umum
Bumiputera Muda (Bumida) 1967, maka pihak manajemen perusahaan
Bumida khususnya dan industri Asuransi Syariah pada umumnya, perlu
melakukan strategi investasi yang efektif dan efisien, dengan memilih
instrumen investasi yang tidak hanya sesuai dengan garis ketentuan syariah,
tetapi juga diharapkan mampu menghasilkan return (bagi hasil) yang
110
maksimal. Selain itu, pihak manajemen perlu melakukan strategi pemasaran
sebuah produk yang memiliki tingkat pengumpulan kontribusi tinggi serta
memiliki tingkat risiko yang kecil, sehingga percepatan pertumbuhan asset
Dana Peserta dapat tercapai dengan baik.
2. Manajemen Unit Syariah PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 pada
khususnya dan industri Asuransi Syariah pada umumnya, diharapkan
melakukan kebijakan-kebijakan efektif yang terfokus pada percepatan
pertumbuhan Kekayaan Dana Tabarru’/Peserta, agar rasio solvabilitas
minimum 120% dapat dipenuhi dan perusahaan asuransi dapat berkembang
dan berlomba-lomba memberikan pelayanan yang baik kepada peserta
Asuransi Syariah, sehingga dapat bersaing secara sehat baik dengan asuransi
konvensional maupun asuransi syariah.
3. Pemerintah sebagai pihak regulator yang mengawasi perkembangan
perusahaan Asuransi Syariah sebaiknya perlu meninjau ulang mengenai
parameter rasio solvabilitas minimum (RBC) syariah yang disamakan dengan
konvensional, yaitu 120%. Karena dasar perhitungan BTSM untuk asuransi
konvensional dan asuransi syariah memiliki parameter yang berbeda.
111
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim.
Ali, AM. Hasan. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam ; Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2004.
Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah ; Keberadaan dan Kelebihannya Di Tengah Asuransi Konvensional. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2006.
Dewan Syariah Nasional MUI. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI. Ed. Revisi Tahun 2006. Jakarta : CV. Gaung Persada. 2006.
Ghoni, Abdul dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah: Antara Teori dan Praktek. Jakarta: Insco Consulting. 2007.
Hadypradipta. ”Fiqih Muamalah”. Artikel diakses pada 11 Februari 2010 dari http://hadypradipta.blog.ekonomisyariah.net/2009/01/06/fiqih-muamalah/.
Http://id.wikipedia.org/wiki/2008/02/laporan-keuangan.html diakses pada 24 Mei 2010.
Http://allianz.co.id/AZLIFE/Indonesian/About+Us/Financials/Allianz+ RBC.htm#top, diakses pada 24 Januari 2010.
Http://bumida.co.id/index.php/main_ind/product, diakses pada tanggal 14 April 2010.
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. 2009.
112
. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 108) tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah.
. Standar Akuntansi Keuangan; Penyajian Laporan Keuangan Syariah, (Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI, 2006), Ed. PSAK no. 101, h. 101.2
Iqbal, Muhammad. Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik. Jakarta : Gema Insani. 2005.
Keputusan Menteri Keuangan nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi.
Muhammad. Pengantar Akuntansi Syari;ah. Jakarta : Salemba Empat, 2002.
. Prinsip – Prinsip Akuntansi Dalam Al-Qur’an. Jakarta : UII Press, 2000.
Peraturan Bapepam-LK nomor PER-2/BL/2009 tentang Pedoman Perhitungan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 18/PMK.010/2010, Tentang Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan Prinsip Syariah.
PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Laporan Tahunan 2009 (Annual Report), 2009.
Rahardjo, Budi. Laporan Keuangan Perusahaan; Memahami dan Menganalisis. Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2003.
Ramli, Hasbi. Teori Dasar Akuntansi Syariah. Jakarta : Renaisan, 2005.
113
Salim, Abbas. Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005.
Sensi, Ludovicus. Memahami Akuntansi Asuransi Kerugian (Accounting For General Insurance). Jakarta : PT. Prima Mitra Edukarya, 2006.
Sevila, Consuelo G., Pengantar Metode Penelitian, Jakarta : UI-PRESS, 1993.
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (Life and General); Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta : Gema Insani Pers, 2004.
Suyuti, Jalal al-Din.. Al-Asybah wa Al-Nazhir. Beirut : Dar al-Fikr, tth.
Undang – Undang RI nomor 2 tahun 1992, tentang Usaha Perasuransian.
Wawancara Pribadi dengan Saiful Hadi. Jakarta. 18 Agustus 2010.