Post on 03-Mar-2019
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM
PENGEMBANGAN KEGIATAN TAHSIN QUR'AN
DI MASJID AL-MADINAH CILEDUG TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai syarat
untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)
Abdul Hamid
NIM : 105051001843
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M /1433 H
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM
PENGEMBANGAN KEGIATAN TAHSIN QUR'AN
DI MASJID AL-MADINAH CILEDUG TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai syarat
untuk meraih gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)
Oleh
Abdul Hamid
NIM : 105051001843
Pembimbing
Dr. Armawati Arbi, M.Si
NIP. 19650207 1991032 002
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M /1433 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Desember 2011
Abdul Hamid
i
ABSTRAK
Abdul Hamid
Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan Kegiatan Tahsin Qur’an Di
Masjid Al-Madinah Ciledug Tangerang
Komunikasi dalam organisasi adalah kelaziman untuk mengatur hubungan
antar individu, kelompok. Dalam sebuah organisasi sangat ditentukan oleh kedudukan
orang itu pada struktur dan Hierarki dalam organisasi tersebut. Dari organisasi itu
maka lahir suatu wadah untuk mencapai tujuan bersama. Telah banyak masjid yang
didalamnya terdapat organisasi yang tujuannya membangun dan mengembangkan
Masjid. Masjid yang rutin mengadakan kegiatan dakwah salah satunya adalah Masjid
Al-madinah, seperti kegiatan Tahsin Qur’an yang rutin diadakan dan didalamnya
terdapat hukum yang mewajibkan untuk mempelajarinya. Dari kegiatan tahsin itulah
merupakan hasil dari organisasi tersebut.
Dari pemaparan diatas dapatlah dirumuskan, bahwa bagaimana pendekatan
Komunikasi Antarpribadi terhadap individu dalam kegiatan tahsin? Bagaimana
pendekatan Komunikasi Kelompok terhadap jama’ah? Dan bagaimana Komunikasi
Organisasi dalam kegiatan Tahsin Qur’an?
Teori yang digunakan adalah birokrasi organisasi klasik. Teori Max Weber ini
dalam karyanya ‘The Theory Of Social Organization” yaitu karakter birokrasi yang
tersusun atas pembagian kerja, hirarki wewenang, program rasional, system prosedur,
system aturan hak dan kewajiban, dan hubungan antarpribadi yang bersifat
impersonal. objek material dari birokrasi klasik yaitu organisasi bergantung pada
kekuasaan, saling melayani, doktrin, dan disiplin. Teori ini sangat cocok untuk
mengatur organisasi dalam kegiatan tahsin, antara hak jama’ah terhadap ustad, antara
kewajiban ustad terhadap jama’ah dan hubungan Antarpribadi yang bersifat
impersonal antara pimpinan, ustad maupun jama’ah.
Metode ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tidak
tertulis dari orang atau perilaku yang diamati.
Berdasarkan analisa data-data hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pada
kegiatan tahsin qur’an pimpinan mendekati individu melalui pendekatan Komunikasi
Antarpribadi bagi jama’ah yang rajin dan tidak rajin. Pimpinan juga menghadapi
individu dan kelompok yang tidak puas didekati melalui pendekatan komunikasi
kelompok. Pimpinan menjalankan komunikasi organisasi / komunikasi formal untuk
menghadapi individu dan kelompok, secara bertahap mereka didekati dengan cara
personal approach / Komunikasi Antarpribadi dan Komunikasi kelompok. Pimpinan
dan ustad tidak langsung menulis peringatan 1, 2, dan 3 bagi individu yang bolos,
individu yang keluar dan individu yang tidak puas dengan menerapkan pendekatan
Komunikasi Antarpribadi dan komunikasi kelompok. Kepada jama’ah yang produktif,
yang mangkir, yang tidak puas dan yang keluar pimpinan juga menerapkan strategi
komunikasi, kepada jama’ah yang produktif pimpinan menerapkan strategi wortel
terayun yaitu dengan memberikan hadiah atau pujian. Kepada jama’ah yang mangkir
menerapkan strategi pedang tergantung yaitu dengan mengurangi pujian &
hadiah.kepada jama’ah yang puas dengan kembar siam yaitu antara ustad & murid
bekerjasama, dan jama’ah yang keluar dengan katalisator yaitu diberikan nasihat.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahirabbil alamin, hanyalah ucapan rasa syukur sebesar-
besarnya yang mampu terucap atas segala nikmat, karunia dan rahmat Nya, tiada
daya dan upaya melainkan atas kehendak Nya, begitupun dalam menyelesaikan
skripsi ini, kemudahan dan pertolongan Allah SWT senantiasa penulis rasakan,
sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi dengan judul “Komunikasi
Organisasi Dalam Pengembangan Kegiatan Tahsin Qur’an Di Masjid Al-
Madinah Ciledug Tangerang”. Penulisan skripsi ini dibuat sebagai salah satu
syarat kelulusan srata satu (S1) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah terlimpah kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Perasaan senang, bahagia, sedih berbaur menjadi satu di dalam hati kecil
penulis atas terselesaikannya skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa atas
do’a bimbingan, bantuan, dorongan dan motivasi yang begitu banyak dari semua
pihak penulisan ini menjadi mudah dan dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan terimakasih banyak yang sangat
mendalam pada semua pihak yang telah membantu dari awal hingga akhir dalam
penulisan skripsi ini baik secara moril maupun materil, terutama kepada kedua
orang tua tercinta, tersayang Ayahanda H. Abdul Mutholib dan Ibunda
iii
Ratnawulan, yang mudah-mudahan arwahnya tenang di alam sana dan
ditempatkan di sisi Allah dengan tempat yang semulia-mulianya. Dan penulis juga
ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hadayatullah Jakarta beserta Pembantu
Dekan I Drs. Wahidin Saputra M.A, dan Pembantu Dekan II Drs. Mahmud
Jalal M.A.
3. Bapak Drs. Jumroni, M.Si. selaku ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam (KPI) yang telah memberikan motivasi kepada mahasiswanya agar
tetap semangat menyelesaikan kuliah.
4. Ibu Umi Musyarofah, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, terimakasih telah memberikan masukan, semangat
kepada penulis agar penulis segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Ibu. Dr. Armawati Arbi, M.Si selaku Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi sekaligus menjadi pembimbing skripsi penulis.
Terimakasih banyak ibu tanpa motivasi dan bantuan ibu skripsi ini tidak
akan terselesaikan.
6. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan pembantu Dosen
dan juga Staf karyawannya.
7. Bapak H. Nashran Aziz Santoso Ahmadin selaku pimpinan umum Masjid
Al-madinah CBD Ciledug.
iv
8. Bapak Muhammad Abdul Rasyid, S.Ag selaku pimpinan harian Masjid
Al-madinah CBD Ciledug.
9. Bapak Abdullah, HB, SH dan bapak Ade Wahyudi, SH selaku ketua
bidang kesekretariatan masjid Al-madinah. CBD Ciledug.
10. Teman-teman Angkatan 2005 KPI A UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
walaupun penulis ditinggal sendiri tapi penulis optimis bisa mengikuti
kalian lulus dari kampus tercinta ini.
11. Kakak dan Adikku tercinta. Apri Yanti, Abang Abdul Muis dan Mpo
Fatimah, Mpo Nur Komala dan Abang Ipar Mahfudi, dan Abang Abdul
Latif, terimakasih atas do’anya, bimbingannya dan juga motivasinya
kepada penulis.
12. Abdul Ghofur Ramdhani, Terimakasih sudah memberikan motivasi
kepada penulis.
Demikian ucapan terimakasih penulis mudah-mudahan Allah SWT
membalas semua amal perbuatan yang Bapak/ Ibu dan saudara, teman-teman
berikan kepada penulis dan dari penulis cukup sekian.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Penulis
Abdul Hamid
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...v
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……………………………………….1
B. Batasan dan Rumusan Masalah………………………………..5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................6
D. Kerangka Konsep.......................................................................7
E. Metodologi Penelitian................................................................8
F. Tinjauan Pustaka......................................................................11
G. Sistematika Penulisan................................................................13
BAB II : LANDASAN TEORITIS
A. Komunikasi Organisasi............................................................14
1. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Organisasi...........14
2. Pendekatan Komunikasi Antar Pribadi................................20
3. Pendekatan Komunikasi Kelompok Dalam Menghadapi
Masalah Kelompok..............................................................22
4. Pendekatan Komunikasi Organisasi Dalam Mengatur
Masalah Struktur/ Sistem Organisasi...................................23
B. Tahsin Qur’an
1. Pengertian Tahsin Qur’an....................................................25
2. Pengertian Masjid................................................................28
C. Prilaku Organisasi
1. Individu yang produktif........................................................31
2. Individu yang mangkir.........................................................32
3. Individu yang Puas...............................................................33
4. Individu yang keluar............................................................34
vi
BAB III : GAMBARAN UMUM ORGANISASI MASJID AL-MADINAH
CILEDUG TANGERANG
A. Profil
1. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Madinah Ciledug
Tangerang ..........................................................................36
2. Visi dan Misi Didirikannya Organisasi Dimasjid
Al Madinah.........................................................................37
3. Tujuan Didirikannya Organisasi........................................38
4. Metode Pengurus dalam mengembangkan Tahsin
Qur’an ...............................................................................39
B. Bidang Kegiatan-kegiatan .........................................................41
1. Perkembangan Jama’ah ......................................................48
2. Struktur Organisasi Masjid Al-madinah ............................50
BAB IV : KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENGEMBANGAN
KEGIATAN TAHSIN QUR’AN
1. Pendekatan Komunikasi Antar Pribadi Terhadap
Individu.............................................................................51
2. Pendekatan Komunikasi Kelompok Terhadap
Jama’ah.............................................................................57
3. Pendekatan Komunikasi Organisasi Terhadap masalah
Sistem pengajaran dan Struktur Organisasi .....................59
BAB V : PENUTUP
1. Kesimpulan .........................................................................67
2. Saran-saran .........................................................................69
3. Daftar Pustaka......................................................................70
LAMPIRAN
1. Daftar Kehadiran Jama’ah ...................................................73
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,
manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-
hari dirumah tangga, ditempat pekerjaan, dipasar, dimasyarakat atau dimana saja
manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.
Sejak manusia mengenal kehidupan bermasyarakat, tumbuhlah suatu
masalah yang harus diselesaikan bersama-sama sebab manusia diciptakan pula
untuk menjadi makhluk sosial. Karena setiap manusia dapat memenuhi
kebutuhannya oleh dirinya sendiri dalam artian, setiap manusia pasti akan
membutuhkan manusia lainnya. Semakin luas pergaulan mereka, maka bertambah
kuatlah ketergantungan antara satu dengan yang lain untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut.
Setiap kegiatan manusia, baik itu aktivitas sehari-hari, organisasi,
lembaga, dan sebagainya tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Sehingga
dapat dipastikan dimana manusia hidup baik sebagai individu maupun anggota
masyarakat selalu berkomunikasi. Mengapa demikian? Karena komunikasi
merupakan kebutuhan hidup manusia. Tidak mungkin seseorang dapat menjalani
2
hidupnya tanpa berkomunikasi dan komunikasi itu sendiri merupakan unsur
penting yang membentuk dan memungkinkan berlangsungnya suatu masyarakat.1
Ketidakterbatasan kebutuhan manusia dan keterbatasan kemampuan
manusia dalam memenuhi kebutuhan telah menghadapkan manusia pada
kebutuhan untuk berkomunikasi dan berorganisasi. Karena karakteristik manusia
sebagai makhluk sosial yang tidak memungkinkan manusia dapat hidup secara
wajar tanpa kedua hal tersebut.
Organisasi telah dibentuk sejak manusia berada dimuka bumi, didorong
oleh tiga motif unsur dasar yaitu : orang-orang (sekumpulan orang), kerjasama
dan tujuan yang akan dicapai.
Suatu organisasi tanpa komunikasi ibarat sebuah mobil yang didalamnya
terdapat rangkaian alat-alat otomotif, yang terpaksa tidak berfungsi karena tidak
adanya aliran fungsi antara satu bagian dengan bagian yang lain. Connection
komunikasi merupakan sistem aliran yang menghubungkan dan membangkitkan
kinerja antar bagian dalam organisasi sehingga menghasilkan sinergi. 2
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan ummatnya
untuk menyebarkan dan mensyiarkan Islam kepada seluruh ummat manusia
sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam dapat menjamin terwujudnya
kebahagiaan dan kesejahteraan ummat manusia, bilamana ajaran islam yang
1 Rudi Panuju. Komunikasi Organisasi, Dari Konseptual Teoritis Ke Empirik (Jakarta:
Pustaka Pelajar, 2001) Cet ke-1 hal 1 2 Zulkarnain Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta :Universitas Terbuka,
1993).
3
mencakup segenap aspek kehidupan itu dijadikan sebagai pedoman hidup dan
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh.3
Aktivitas dakwah islam bisa berjalan dengan baik apabila didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai, salah satunya adalah dengan adanya
bangunan sebuah masjid. Fungsi utama masjid adalah tempat sujud kepada Allah
SWT, tempat shalat, tempat pengajian dan tempat beribadah kepadanya. lima kali
sehari semalam ummat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan
shalat berjamaah. Masjid juga merupakan tempat yang paling banyak
dikumandangkan nama Allah melalui azan, qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istigfar,
dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca dimasjid sebagai bagian dari lafaz yang
berkaitan dengan pengagungan asma Allah.
Aktivitas yang diadakan dimasjid-masjid sekarang ini sedang mengalami
peningkatan, hal ini dibuktikan dengan berbagai kegiatan yang sifatnya ibadah
mahdoh maupun ghoiru mahdoh yang diselenggarakan oleh pengurus masjid.
Kegiatan tersebut diadakan semata-mata untuk mengajak manusia kejalan yang
diridhoi Allah SWT. Masjid sebagai sentral kegiatan ummat islam sudah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat pada masanya.
Peran dan fungsi masjid pada masa rasul dan para sahabatnya memberikan
contoh kepada kita bagaimana memakmurkan masjid sebagai tempat aktifitas
ummat, jangan lagi menganggap tabu untuk membicarakan masalah-masalah yang
berkaitan dengan keduniaan didalam masjid.
3 Abdur Rasyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta :PT. Bulan Bintang, 1993).
Cet ke-3 hal 1.
4
Ketika masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai pusat
pembinaan ummat, maka ada sisi aktivitas yang harus diokembangkan. Apalagi
akyifitasnyapun tidak hanya berupa ibadah tertentu yang bersifat ritual. Oleh
karena itu, semestinya aktivitas masjid menyentuh dan melibatkan semua
kelompok jama’ah, mulai dari kanak-kanak, anak-anak, remaja, pemuda, orang
dewasa, sampai orang tua yang sudah lanjut usia sekalipun.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat At-taubah ayat 18 :
$ yϑΡÎ) ã�ßϑ÷ètƒ y‰Éf≈ |¡tΒ «! $# ô tΒ š∅tΒ#u «!$$ Î/ ÏΘ öθ u‹ø9$#uρ Ì� ÅzFψ$# tΠ$ s%r& uρ nο4θ n=¢Á9$# ’ tA# u uρ
nο4θ Ÿ2“9$# óΟs9uρ |·øƒs† �ωÎ) ©!$# ( #†|¤yèsù y7 Í× ¯≈ s9'ρé& βr& (#θ çΡθ ä3tƒ zÏΒ š ωtF ôγ ßϑø9$# ∩⊇∇∪
“Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.(At-Taubah :18)4.
Salah satu masjid yang telah berjalan dalam melaksanakan aktivitas
dakwah adalah masjid Al-Madinah yang terletak diwilayah Ciledug Tangerang
tepatnya tidak jauh dari Swalayan (Carefour Ciledug) telah memposisikan
fungsinya sebagai sarana dakwah islam. Ini dapat dilihat dari berbagai bentuk
aktivitas yang diselenggarakan masjid Al-madinah yang berhubungan dengan
pengembangan dakwah islam. Masjid ini berdiri seiring dengan kebutuhan
jama’ah untuk beraktifiras, terutama bagi para karyawan dan penduduk setempat,
karena letak geografis yang jauh dari masjid lain, dan semakin banyaknya
jama’ah, apalagi sering diadakannya tabligh-tabligh akbar atau acara-acara rutin
4 Departement Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, juz 1-30, (Semarang : Karya
Toha Putra Semarang, 1998), hal .280.
5
yang tidak setiap masjid mengadakannya. Misalnya seperti Qiyamullail, majlis
dhuha, kajian ahad subuh dan sebagainya. Salah satu dari program pengurus
tersebut ada kegiatan yang penulis juga beranggapan bahwa kegiatan itu sangat
penting bagi masyarakat muslim dalam memperbaiki bacaan al-Qur’an, salah
satunya seperti kegiatan tahsin al-Qur’an yang didalamnya terdapat hukum yang
mewajibkan untuk mempelajarinya sebagai dasar untuk belajar al-Qur’an.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan
Kegiatan Tahsin Qur’an Dimasjid Al-madinah Ciledug Tangerang”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini berfokus kepada komunikator. Komunikator pada penelitian
adalah pimpinan/ struktur masjid. Penelitian ini tidak meneliti pesan, tidak
menyebarkan (survei) kepada jama’ah, tidak juga meneliti pengaruh pengajian
terhadap jama’ah, akan tetapi penelitian ini mendalami metode humas yang
diterapkan oleh pimpinan dan humas masjid.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah yang diteliti yakni:
a. Bagaimana Pendekatan komunikasi antar pribadi terhadap individu Dalam
kegiatan Tahsin Qur’an?
b. Bagaimana Pendekatan komunikasi kelompok terhadap jama’ah Dalam
kegiatan Tahsin Qur’an?
c. Bagaimana komunikasi organisasi Dalam Kegiatan Tahsin Qur’an?
6
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. untuk mengetahui komunikasi informal melalui pendekatan komunikasi
antar pribadi dalam suatu organisasi untuk pengembangan dakwah yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan akan diperlukan dimasa depan
sebagai penerus bangsa dan agama.
b. untuk mengetahui komunikasi informal melalui komunikasi antar
kelompok yang dibuat pengelola masjid kepada suatu organisasi dalam
pengembangan dakwah sehingga jamaah dapat tertarik dalam organisasi tersebut.
c. untuk mengetahui komunikasi formal dalam mendekati sistem/struktur
organisasi
2. Manfaat Penelitian
a. segi teoritis
Penelitian ini memperdalam kajian komunikasi organisasi berikut
komunikasi antarpribadi dan kelompok.
b. segi praktis
Sebagai informasi tambahan mengenai pentingnya cara menangani
individu bagi pimpinan untuk mengembangkan dakwah khususnya dimasjid Al-
madinah dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan dapat berguna dimasa depan.
Selain itu juga untuk mendekatkan kelompok bagi praktisi dan cara
mengembangkan organisasi bagi manager.
7
D. Kerangka Konsep
Perilaku Organisasi
Pendekatan KAP Pendekatan Komunikasi Organisasi
Pendekatan Komunikasi Kelompok
Pimpinan bersama guru mengatur individu agar mereka produktif dan rajin
mengikuti program kegiatan Tahsin Qur’an. Pimpinan juga mampu mendekati
individu melalui pendekatan Komunikasi Antar Pribadi bagi yang rajin dan tidak
rajin.
Pimpinan juga menghadapi individu dan kelompok yang tidak puas
didekati melalui pendekatan kelompok.
Pimpinan menjalankan organisasi-rganisasi atau formal untuk menghadapi
individu atau kelompok. Secara bertahap mereka didekati secara personal
approach atau Komunikasi Antarpribadi, kelompok. Pimpinan dan ustad tidak
langsung menulis peringatan 1, 2, dan 3 bagi individu yang bolos, keluar, dan
tidak puas, tetapi mereka menerapkan pendekatan Komunikasi Antarpribadi dan
kelompok.
Stephen Robinsons menjabarkan konsep prilaku organisasi
(Organizational Behavior) dalam menghadapi individu, kelompok dan komunikasi
formalnya. 5
5 Stephen P. Robbin. Perilaku Organisasi, Jakarta 2001, Jilid 1.
Individual Yang
Mangkir
Individual Yang
Produktif
Individual Yang Keluar
Individual Yang Puas
8
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metodologi penelitian merupakan strategi umum yang dipakai dalam
pengumpulan dan menganalisis data yang diperlukan guna menjawab pertanyaan
yang diselidiki. Pada penulisan skripsi ini digunakan pendekatan penelitian
kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari orang atau prilaku yang diamati.6
2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian yang peneliti gunakan adalah Masjid Al-madinah di
jalan Raden Saleh Ciledug Tangerang sebagai tempat kegiatan yang dilakukan
oleh para jama'ah masjid Al-madinah.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah pimpinan, pegawai sebagai individu, dan
kelompok dalam orang-orang yang sedang diteliti dalam hal ini yang
dimaksudkan objek dalam penelitian ini adalah informan yakni pimpinan/struktur
sekretariat Masjid.
b. Objek Penelitian
Adapun objek penelitian adalah apa yang akan diteliti. Dalam ini meliputi,
bagaimana bentuk dan pelaksanaan komunikasi organisasi seperti apa materi dan
metode yang digunakan serta bagaimana pengembangan sikap para jama’ah
tersebut setelah mengikuti kegiatan tahsin qur’an.
6 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2006). Cet ke-22, hal-3.
9
4. Tahnik Pengumpulan Data
Dalam tehnik pengumpulan data ini, peneliti menggunakan beberapa
tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Yaitu sebuah metode berupa pengamatan meliputi kegiatan manusia dan
pencatatan dengan sistematik atau perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera dan alat bantu lainnya. Dalam hal ini peneliti
mengadakan penelitian secara langsung seperti mengamati dengan seksama apa-
apa saja yang dilakukan dan mengikuti kegiatan-kegiatan. Pelatihan secara
langsung yang diadakan oleh ketua penyelenggara kegiatan pengembangan
dakwah di masjid Al-madinah, sehingga akan mendapatkan data-data yang akurat
serta dapat dijadikan bahan materi penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak dengan
komunikasi tatap muka (face to face) antara peneliti dan sumber penelitian atau
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.7 Dalam
hal ini peneliti mengadakan wawancara secara mendalam guna mendapatkan
informasi secara objektif. Wawancara tersebut dilakukan dengan informan
diantaranya wawancara langsung dengan ketua pimpinan/struktur kegiatan
pengembangan kegiatan Tahsin Qur’an dimasjid Al-madinah, diantaranya ketua
Sekretariat Masjid Al-Madinah, ketua pengembangan kegiatan tahsin dan jama’ah
7 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya
2006). Cet ke-22 hal. 186.
10
c. Dokumentasi
Dokumentasi ialah mengumpulkan data-data atau arsip-arsip tertulis
mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, buku, internet, dan lain sebagainya
yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti dan kemudian akan
dianalisis atau diteliti lebih lanjut. Studi dokumentasi ini lebih mengedepankan
aspek bagaimana etika dalam mendapatkan hasil penelitian yang mudah tapi
mempunyai nilai yang tinggi dan hasil yang maksimal.
d. Tehnik Olah Data
Semua data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis berdasarkan
metode analisis yang sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, karena
peneliti menggunakan metode kualitatif, maka sebuah analisis yang berdasarkan
pernyataan keadaan dan ukuran kualitas (bersifat non statistik) yaitu cara
melaporkan data dengan menguraikan, menerangkan, memberi gambaran dan
mengklasifikasikan serta menjelaskan semua data yang terkumpul secara apa
adanya.
Peneliti akan melakukan analisis data secara bersamaan dan sesudah
pengumpulan data yang dihasilkan dari hasil wawancara dan observasi yang
berasal dari informan yang telah disebutkan diatas. Baik yang berkenaan dengan
bentuk dan pelaksanaan komunikasi organisasi dalam kegiatan pengembangan
aktivitas dakwah dimasjid Al-madinah terhadap jama’ah.
11
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah
terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka. Sebelumnya telah ada beberapa
skripsi yang berjudul :
1. "Komunikasi Organisasi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Bogor" yang dibuat oleh Hayustiro dengan Nim : 104051001825 pada
tahun 2008.
2. "Pola Komunikasi Organisasi Nurmahmudi Sebagai Walikota Depok
dalam Implementasi Kebijakan Publik" yang dibuat oleh Januar Azhari dengan
Nim : 103051028530 pada tahun 2008.
3. "Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan Kepemimpinan Di
SMU Muhammadiyah 4 Jakarta" yang dibuat oleh Eska Ariyati dengan Nim :
104051001861 pada tahun 2009.
Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang dibuat oleh Hayustiro, Januar
Azhari dan Eska Ariyati adalah sama-sama lebih mengkhususkan kepada
komunikasi organisasi. Sedangkan perbedaan skripsi ini dengan skripsi ke 3-nya
itu adalah dalam skripsi ini lebih mengkhususkan pembahasan kepada komunikasi
organisasi dalam kegiatan Tahsin Qur’an yang dilakukan oleh para jama'ah masjid
Al-madinah. Skripsi ini juga hanya membatasi pada bentuk pelaksanaan dan
metode yang dilaksanaan oleh pimpinan/struktur dalam pengembangan aktivitas
kegiatan Tahsin Qur’an dimasjid al-madinah. Dalam skripsi yang dibuat oleh
Hayustiro adalah Komunikasi Organisasi di Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Bogor. Pembahasan lebih kepada penerapan komunikasi
12
organisasi di badan perencanaan pembangunan daerah kabupaten Bogor.8 Dalam
skripsi yang dibuat oleh Januar Azhari adalah Pola Komunikasi Organisasi
Nurmahmudi sebagai walikota Depok dalam implementasi kebijakan publik.
Pembahasan lebih kepada Pola komunikasi organisasi Nurmahmudi sebagai
seorang walikota depok dalam mengimplementasi kebijakan publik.9 Dan dalam
skripsi yang dibuat oleh Eska Ariyati berjudul Komunikasi Organisasi Dalam
Pengembangan Kepemimpinan Di SMU Muhammadiyah 4 Jakarta membahas
tentang komunikasi organisasi yang dilakukan dalam ikatan pelajar
Muhammadiyah Ranting Kramat Jati sebagai organisasi otonom yang ada di SMU
Muhammadiyah 4 periode 2008-2009, dalam kegiatan komunikasi organisasi
tersebut yaitu cara-cara berdakwah serta studi islam, pengembangan ilmu
pengetahuan umum, seni dan budaya serta kaderisasi yang rutin dilakukan oleh
para calon anggota baru. 10
Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengambil judul skripsi
"Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan kegiatan Tahsin Qur’an dimasjid
Al-madinah Ciledug Tangerang".
Dengan demikian maka skripsi ini berbeda dengan skripsi sebelumnya dan
layak untuk diajukan sebagai penelitian ilmiah.
8 Hayustiro, (Komunikasi Organisasi Di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Bogor), Karya Ilmiah Th 2008. 9 Januar Azhari, (Pola Komunikasi Organisasi Nurmahmudi Sebagai Walikota Depok
Dalam Implementasi Kebijakan Publik), Karya Ilmiah Th 2008. 10 Eska Ariyati, (Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan Kepemimpinan Di SMU
Muhammadiyah 4 Jakarta), Karya Ilmiah Th 2009.
13
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN: Berisi Tentang Latar Belakang Masalah,
Batasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS : Berisi Tentang Komunikasi Organisasi :
Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Organisasi, Pendekatan
Komunikasi Antarpribadi, Pendekatan Komunikasi Kelompok
Dalam Menghadapi Masalah Kelompok, Pendekatan Komunikasi
Organisasi Dalam Mengatur Masalah Struktur/ Sistem Organisasi,
Tahsin Qur’an, Pengertian Tahsin Qur’an, Pengertian Masjid,
Perilaku Organisasi, Individu yang Produktif, Individu yang
Mangkir, Individu yang Puas, Individu yang keluar.
BAB III GAMBARAN UMUM ORGANISASI MASJID AL-
MADINAH CILEDUG TANGERANG : Berisi Tentang Sejarah
Berdirinya Masjid Al-madinah, Visi dan Misi Didirikannya
Organisasi Dimasjid Al-madinah, Tujuan Didirikannya Organisasi,
Metode Ketua Penyelenggara dalam Pengembangan Kegiatan
Aktifitas Dakwah Dimasjid Al-madinah, Struktur Organisasi
Masjid Al-madinah, perkembangan jama’ah.
BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM
PENGEMBANGAN DAKWAH : Berisi Tentang pendekatan
komunikasi antar pribadi terhadap individu, pendekatan
komunikasi kelompok terhadap jama’ah, pengaturan Komunikasi
Formal Terhadap Sistem atau Struktur Organisasi
BAB V PENUTUP : Berisi Tentang Kesimpulan, dan Saran-Saran
14
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi dan Komunikasi Organisasi
a. Komunikasi
Secara etimologi menurut Onong Uchjana "istilah komunikasi berasal dari
perkataan inggris communication yang bersumber dari bahasa latin
communication yang berarti 'pemberitahuan' atau pertukaran pikiran, makna
hakiki dari communication ialah communis yang berarti 'sama' atau kesamaan arti
sama halnya dengan pengertian tersebut". 11
Astrid Susanto berpendapat bahwa perkataan komunikasi berasal dari kata
communicare yang didalam bahasa latin memiliki arti 'partisipasi' atau
'memberitahukan'. Kata communis berarti milik bersama atau berlaku dimana-
mana."12
Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang
artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang
atau lebih. Komunikasi juga berasal dari akar kata dalam bahasa latin Communico
yang artinya membagi (Cherry dalam Stuart, 1982). 13
11 Onong Uchjana Effendy, Spektrum Komunikasi, (Bandung: Bandar Maju,1992), h.4. 12 Phil Astrid Susanto, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, (Bandung: BinaCipta,
1998), cet ke-3, h.1. 13 H. Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Tahun
1998. hal 18
15
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang
mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (Human
Communication) bahwa:
"Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu." 14
Sedangkan menurut Everett M. Rogers seorang pakar sosiologi pedesaan
Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset komunikasi,
khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat definisi bahwa:
"Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
mereka." 15
Definisi ini kemudian dikembangkan oleh Roger bersama D. Lawreace
kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa:
"Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya. Yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengetian yang mendalam."16
Awal tahun 1960-an David K. Beulo membuat formula komunikasi yang
lebih sederhana, formula itu dikenal dengan nama "SMCR" yakni: Source
(Pengirim), message (pesan), Channel (Saluran-Media), dan Receiver
(Penerima). Suatu pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu
yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan
14 H. Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Tahun
1998. Hal 18-19. 15 Ibid..., hal 19. 16 Ibid,....hal 19.
16
cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu
pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris
pesan biasanya diterjemahkan dengan kata message, content atau information.17
b. Komunikasi Organisasi
Organisasi didefinisikan sebagai "suatu kumpulan atau (sistem) individu
yang bersama-sama, melalui suatu hirarki pangkat dan pembagian kerja, berusaha
mencapai tujuan tertentu."18 Seorang objektivis, menganggap organisasi adalah
sebuah wadah yang menampung orang-orang dan objek-objek, orang-orang dalam
organisasi yang berusaha mencapai tujuan bersama. 19
Organisasi menurut Everett Rogers adalah suatu sistem individu yang
stabil yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama lewat suatu struktur
hirarki dan pembagian kerja.20
Sedangkan P. Siagian menyatakan organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara 2 orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal dalam satu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. 21 Sedangkan menurut ahli Redding dan Sanborn seperti dikutip Arni
Muhammad mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan
penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. 22
17 Hafied Cangara. Pengantar Ilmu Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Tahun 1998
hal 22-23. 18 R.Wayne Pace Dan Done F. Faules, Komunikasi Organisasi. Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan. (Bandung: Rosda Karya, 2006) h.17. 19 Ibid,..hal 5 20 Miftah Toha, Perilaku Organisasi (Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada 2002) cet ke-13,
h.162 21 Sondang P. Siagian. Peranan dan Manajement (Jakarta, Gunung Agung, 1976). Cet
ke-1 h.20 22 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi. (Jakarta Bumi Aksara, 2007), cet ke-8 h. 65.
17
Menurut Zelko dan Rance yang dikutip dari Arni Muhammad mengatakan
bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang
mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.23
Istilah "organisasi" mengisyaratkan bahwa sesuatu yang nyata merangkum
orang-orang, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan. Sebagian orang menyebut
pendekatan ini sebagai pandangan yang menganggap organisasi sebagai wadah
(container view of organisations). Organisasi eksis seperti sebuah keranjang, dan
semua unsur yang membentuk organisasi tersebut ditempatkan dalam wadah itu.
24
Suatu pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan orang-orang. Organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan orang-orang antara yang satu dengan lainnya dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang perilakunya membentuk organisasi tersebut. 25
Berdasarkan pandangan objektif, organisasi berarti struktur. Berdasarkan
pandangan subjektif, organisasi berarti proses. Penekanan pada perilaku atau
struktur bergantung pada pandangan mana yang anda anut. 26
"Organisasi" (organization) secara khas dianggap sebagai kata benda, sementara "pengorganisasian" (organizing) dianggap sebagai kata kerja (Weick, 1979). Kaum subjektivis menganggap organisasi sebagai mengorganisasikan perilaku. Kaum objektivis menganggap organisasi sebagai struktur, sesuatu yang stabil. Penggunaan kata "pengorganisasian" untuk merujuk kepada suatu organisasi mungkin tampak aneh terlepas dari pandangan mana yang anda anut. 27
23 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi. (Jakarta Bumi Aksara, 2007), cet ke-8 h.
66. 24 Robbin, Stephen P. Perilaku Organisasi. Jakarta 2001, Jilid 1 hal 7 25 Ibid,…hal 8 26 Ibid,....hal 8 27 R.Wayne Pace Dan Done F. Faules, Komunikasi Organisasi. Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan. (Bandung: Rosda Karya, 2006) h. 18
18
Organisasi adalah sekelompok orang yang bersatu dalam satu pimpinan
dengan menentukan tujuan atau hasil yang ingin dicapai. Pencapaian atau hasil
yang telah ditetapkan tentu dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen
seperti perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pemilihan orang
sesuai dengan informasi atau keahliannya (Staffing), pengarahan (Direc-ting),
pengawasan (Controlling), dan komunikasi (Communication). 28
Pimpinan lembaga dakwah dapat merancang struktur yang dibutuhkan
oleh organisasi agar berjalan lincah dan ramping, teknologi, proses kerja,
kebijakan sampai kebawah, memperhatikan SDM melalui proses seleksi anggota
yang jelas, program pelatihan, metode penelitian kinerja dan budaya organisasi
yang kuat dapat mewujudkan stress kerja yang rendah. 29
Keberhasilan pemimpin faktor yang terpenting, kemampuan menerapkan
komunikasi Antarpribadi, Komunikasi Antarbudaya di publik internal dan
pemimpin melayani publik eksternal.30 Politik dalam organisasi "suatu organisasi
mungkin bebas dari politik jika semua anggota organisasi tersebut mempunyai
tujuan dan kepentingan yang sama, jika sumber daya organisasionalnya tidak
langka, dan jika keluaran kinerja sama sekali jelas dan objektif. 31
R. Wayne Pace dan Done F. Faules membedakan definisi tradisional
(fungsional dan objektif) menganggap komunikasi organisasi cenderung
menekankan kegiatan penanganan pesan yang terkandung dalam suatu batas
28 Zaini Dahlan, Manajemen Masjid dalam Pengembangan Masyarakat, Optimaluisasi
Peran dan Fungsi Masjid. Cet ke-1, mei 2001, hal 23. 29 Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi. UIN Jakarta Press 2003. Cet ke-1 30 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi, Konsep, Kontopersi, Aplikasi, (Jakarta
Prenhalindo, 1996), Hal 100-104. 31 Ibid…, Hal 100-104.
19
organisasional. Fokusnya adalah menerima, menafsirkan dan bertindak
berdasarkan informasi dalam suatu konteks. Tekanannya adalah pada komunikasi
sebagai suatu alat yang memungkinkan orang beradaptasi pada lingkungan
mereka.
Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara dan mengubah organisasi. Menurut Pace dan Faules pandangan 'objektif' atas organisasi menekankan struktur, sementara organisasi berdasarkan pandangan 'subjektif' menekankan 'proses', komunikasi lebih dari sekadar alat, ia adalah cara berfikir. 32
Dalam organisasi diperlukan manajemen terbuka. Peranan pemimpin
memasyarakatkan budaya organisasi yang terpenting komitmen top pemimpin,
dan konsisten akan berhasil bila dari awal sampai akhir pemimpin selalu konsisten
melaksanakan nilai, keyakinan dan aturan yang telah disepakati. Tiap organisasi
memiliki budaya sendiri, yang paling efektif keteladanan pemimpin dan hal itu
dapat ditularkannya keseluruh karyawannya. Seluruh anggota telah mengetahui
komitmen yang jelas dengan semangat kekeluargaan dan nilai apa yang harus
dipatuhi atau yang ditolak. Para anggota tidak memperhitungkan kepentingan
pribadi dan kelompok (klik) secara menyolok. Semua mengacu kepada tujuan
orang-orang.
2. Pendekatan Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi Antar Pribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal. 33
32 Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi. UIN Jakarta Press 2003. Cet ke-1 hal. 220. 33 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi,……..hal 81.
20
Alo lilliweri menambahkan karakteristik Komunikasi Antarpribadi,
dimana dan kapan saja, proses yang sinambung, tujuan tertentu, hubungan yang
timbal balik, menciptakan dan mempertukarkan makna, sesuatu yang dipelajari,
dapat meramal sesuatu, sering dimulai dengan melakukan kesalahan.
Komunikasi memegang peranan sangat penting dalam kehidupan sehari-
hari baik di ruang lingkup keluarga, organisasi formal, nonformal dan masyarakat.
Manfaat ilmu komunikasi bagi individu diantaranya untuk pembentukan dan
pengembangan pribadi dan kontak sosial. Meningkatnya kemampuan seseorang
dalam memahami kejadian sekelilingnya dan lebih mampu membaca situasi
beserta lebih mudah mengatasi situasi. 34
Gerald R. Miller dan Mark Steinbeg membedakan hubungan komunikasi
Antar Pribadi dan komunikasi Non antar pribadi:
1. Norma yang mengatur hubungan untuk mengatur, membatasi dan
memprediksi prilaku satu sama lainnya berdasarkan :
a. Norma masyarakat (data cultural) mengatur masyarakat pada budaya
tertentu.
b. Norma kelompok (data sosiologis) mengatur kelompok tertentu. a
dan b merupakan bukan Komunikasi Antarpribadi (NonKAP).
c. Norma dua individu (dari data psikologis) mengatur dua individu
dalam pendekatan Komunikasi Antarpribadi.
2. Kriteria menentukan hubungan ialah faktor-faktor yang menentukan
posisi para komunikator.
34 Armawati Arbi, Dakwah Dan Komunikasi. Cet ke-1 UIN Jakarta Press. 2003 hal 130.
21
a dan b memiliki hirarki hubungan atau struktural hubungan.
Hubungan komunikasi Antarpribadi ( c ) pertimbangan pribadi
diperlukan.
3. Tingkat kebebasan pribadi didorong dan dikembangkan ( c )
sedangkan komunikasi Antar Budaya ( a ) dan kelompok ( b ) dibatasi
oleh norma yang mengatur dan Kriteria hubungan.35
Pimpinan lembaga dakwah seperti masjid, pesantren, majlis ta'lim harus
menyadari bahwa setiap anggota atau individu memiliki persepsi, nilai, sikap
motivasi, pengalaman pembelajaran berbeda mempengaruhi prilaku mereka di
organisasi. Latar belakang berbeda dalam usia, jenis kelamin, status perkawinan,
mengetahui dan memahami perbedaan ini memperlakukan mereka dengan
pendekatan personal sehingga pimpinan dalam membuat dan mengambil dalam
pembagian tugas, kepanitiaan pelatihan dan work shop sesuai dengan data-data
individu tersebut sesuai dengan bakat dan kondisi mereka. Potensi individu dapat
dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam organisasi dana individu tersebut senang
melaksanakannya.
3. Pendekatan Komunikasi Kelompok dalam Menghadapi Masalah
Kelompok
Komunikasi kelompok adalah suatu bidang study, penelitian dan terapan
yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum,
35 Armawati Arbi, Dakwah Dan Komunikasi. Cet ke-1 UIN Jakarta Press. 2003 hal 130-
131.
22
tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang
kecil.36
Manurut pendapat lain Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan
oleh seorang komunikator kepada sejumlah komunikan untuk mengubah sikap,
pandangan, atau prilakunya. 37
Sesuatu dikatakan komunikasi kelompok karena, pertama, proses
komunikasi yang memang pesan-pesannya disampaikan oleh seorang pembicara
kepada khalayak dalam jumlah yang lebih besar pada tahap tatap muka. Kedua,
komunikasi berlangsung continue dan bisa dibedakan antar sumber dan penerima
yang menyebabkan komunikasi sangat terbatas sehingga umpan baliknya tidak
leluasa karena waktu terbatas dan khalayak relatif besar. ketiga, pesan yang
disampaikan terencana dan bukan spontanitas untuk segmen khalayak tertentu. 38
Kelompok yang lebih kecil memiliki kualitas, termasuk tipe tipe interaksi
diantara anggota- anggotanya yang mau tidak mau akan hilang apabila kelompok
itu berkembang semakin besar.
Kelompok- kelompok adalah suatu study tentang segala sesuatu yang
terjadi pada saat individu- individu berinteraksi dalam kelompok kecil. Dan
bukan diskripsi mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi, serta bukan
juga sejumlah nasehat tentang cara- cara bagaimana yang harus ditempuh39
36 Golberd. Alvin A. Komunikasi kelompok: proses proses diskusi dan penerapannnya.
Penerbit universitas Indonesia 37 Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, Hal 62. 38 Nurdin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005). Cet
ke-2 hal. 33 39 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi. (Jakarta Bumi Aksara, 2007), cet ke-8 th
1985 hal 8
23
Hubungan Komunikasi kelompok dengan komunikasi organisasi,
komunikasi kelompok bersifat tatap muka. Komunikasi organsasional tidak perlu
langsung, dan sering kali memang tidak. Komunikasi kelompok agak kurang
dipengaruhi emosi dan lebih cenderung melibatkan pengaruh pribadi sebagai
kebalikan dari pemuasan sasaran-sasaran organisasi yang rasional. 40
4. Pendekatan Komunikasi Organisasi Dalam Mengatur Masalah
Struktur atau Sistem Organisasi
Pendekatan komunikasi organisasi untuk melihat komunikasi yang terjadi
dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan, yaitu :
a. Pendekatan Makro
Dalam pendekatan makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur
global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi, organisasi
melakukan aktivitas tertentu seperti :
1. Memproses informasi dan lingkungan
Maksudnya adalah menyesuaiakan apa yang terjadi pada lingkungan
dengan jalan mentransfer informasi yanf relevan dengan keadaan dalam
organisasi, kemudian merumuskan suatu respons yang tepat terhadap input
informasi tersebut.
2. Mengadakan identifikasi
Suatu organisasi menggunakan informasi yang telah di proses dari
lingkungan untuk mencapai beberapa macam negoisasi, persetujuan dengan relasi
40 Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi. (Jakarta Bumi Aksara, 2007), cet ke-8 h. 10
24
relasi yang potensional dari langgananya. Proses penyesuaian diri ini dinamakan
dengan identifikasi.
3. Melakukan intergrasi dengan organisasi lain
Tidak ada organisasi bergerak dalam keadaan terisolasi. Setiap organisasi
dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas organisasi lainnya dalam lingkungan.
4. Menentukan tujuan organisasi
Dari semua kegiatan organisasi secara makro yang memerlukan
komunikasi sangat penting adalah menentukan tujuan organisasi.
b. Pendekatan Mikro
Pendekatan ini terutama menfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan
sub-unit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini
adalah komunikasi antara anggota kelompok seperti :
a. Komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan
b.Komunikasi untuk melibatkan anggota kelompok dalam tugas kelompok
c. Komunikasi untuk menjaga iklim organisasi.
c. Pendekatan Individual
Berpusat pada tingkah laku komunikasi individual dalam organisasi.
Semua tugas-tugas yang telah diuraikan pada dua pendekatan sebelumnya
diselesaikan oleh komunikasi individual satu sama lainnya. Ada beberapa bentuk
komunikasi individual :
a. Berbicara pada kelompok kerja
b. Menghadiri dan berinteraksi da;lam rapat-rapat
c. Menulis dan mengonsep surat
25
d. berdebat untuk suatu usulan 41
B. Tahsin Qur’an
1. Pengertian Tahsin
Tahsin (�����) secara bahasa berasal dari kata ��-��� ا �����- yang
berarti membaguskan atau memperbaiki. Menurut istilah tahsin artinya
memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Secara terminology tahsin dapat didefinisikan
sebagai sebuah metode mempelajari kaidah tajwid sehingga kualitasnya semakin
mendekati yang dicontohkan Rasulullah Saw. Adapun tahsin secara etimologi
artinya membaguskan. engertian tahsin sama seperti pengertian tajwid merupakan
isim mashdar dari ���� -��د- ���د yang artinya membaguskan atau membuat
jadi bagus. Sedangkan pengertian tajwid menurut istilah (terminology) ialah “ إ
� إ����� ��� و ������� ����ف � ��� �اج آ#' “ yaitu mengeluarkan setiap
huruf dari tempat keluarnya masing-masing sesuai dengan hak dan mustahaqnya.
42
Haq huruf yaitu sifat asli yang senantiasa ada pada setiap huruf atau
seperti sifat Al-Jahr, Isti’la, dan lain sebagainya. Hak huruf meliputi sifat-sifat
huruf dan tempat-tempat keluar huruf. Mustahaq huruf yaitu sifat yang sewaktu-
waktu timbul oleh sebab-sebab tertentu, seperti izhar, ikhfa, iqlab, idhgam,
qalqalah, ghunnah, tafkhim, tarqiq, mad, waqaf, dan lain-lain.
41 Www. Wikipedia. Com. Konsep Kunci Komunikasi Organisasi. Diposkan Oleh Andy
Noor , Jum’at 17 Oktober 2008 pukul 07.36 42 Mudawi Ma’arif, Tahsin Al-Qur’an (Cara Mudah Belajar Tahsin Al-Qur’an secara
tartil) Penerbit Al-Qashwa Tech. June 23, 2011
26
Hukum mempelajari ilmu tajwid sebagai disiplin ilmu adalah fardhu
kifayah, sedangkan hukum membaca Al-Qur’an dengan memakai aturan-aturan
tajwid adalah fardhu ‘Ain. Firman Allah SWT:
�()� ور# ا+�� ا ن
“Dan bacalah Al-Qur’an dengan tartil”
Syekh Ibnul Jazari (Ulama pakar ilmu tajwid dan qiro’at) dalam syairnya
mengatakan :
� +0 ���د ا+��6ن ا05# و ا+3'2 �1+����� 0�� +�زم و ه=2ا �>� ا+(>� و ;)�# +93� 1� ا+:+� ا89ل
“Membaca Al-Qur’an dengan tajwid hukumnya wajib, Siapa saja yang
membaca Al-Qur’an tanpa memakai tajwid hukumnya dosa, karena sesungguhnya Allah menurunkan Al-Qur’an berikut tajwidnya. Demikianlah yang sampai pada kita darinya.”43
b. Tujuan Tahsin
Tujuan utama mempelajari Tahsin adalah menjaga lidah dari kesalahan
ketika membaca Al-Qur’an. Dan kesalahan membaca Al-Qur’an ada dua macam :
Al-Lahnul Jaliy/ ا +)� ا+�)? .1
Yaitu kesalahan yang terlihat dengan jelas baik dikalangan awam maupun
para ahli tajwid. Seperti perubahan huruf dengan huruf lain, perubahan harakat
dengan harakat lain, memanjangkan huruf yang pendek atau sebaliknya, dan
mentasydidkan huruf yang tidak seharusnya atau sebaliknya.
43 Mudawi Ma’arif, Tahsin Al-Qur’an (Cara Mudah Belajar Tahsin Al-Qur’an secara
tartil) Penerbit Al-Qashwa Tech. June 23, 2011
27
Al-Lahnul Khofiy/ ا+)� ا+�@? .2
Kesalahan ringan yang tidak diketahui secara umum, kecuali oleh orang
yang memiliki pengetahuan mengenai kesempurnaan membaca Al-Qur’an.
Diantaranya hukum-hukum pembacaan seperti mad wajib muttashil atau lazim
dengan dua atau tiga harakat, tidak menerapkan kaidah ghunnah pada huruf-huruf
yang seharusnya dibaca dengan ghunnah, seperti :
.(أ89ل – �>@��ن – و�� أ89ل � GH)F – إذا C�ء)
c. Materi Tahsin
1. Isti’adzah dan Basmalah
a. Cara isti’adzah, basmalah, dengan awal surat :
- Dipisah semua
- Disambung semua
- Menyambung istiadzah dan basmalah
- Menyambung basmalah dengan awal surah
b. Tingkatan membaca Al-Qur’an (dari segi kecepatan)
- ا������ = sangat lambat ��� ا���- = lambat
-ا��� و � cepat = - ا��� ر = sedang
2. Cara menyambung diantara 2 surat :
- Dipisah semua
- Disambung semua
- Menyambung basmalah dengan awal surat
- Hindari menyambung akhir surat dengan basmalah tanpa menyambung
dengan surat berikutnya, sehingga ada kesan basmalah merupakan
akhir surat. 44
44 Mudawi Ma’arif, Tahsin Al-Qur’an (Cara Mudah Belajar Tahsin Al-Qur’an secara
tartil) Penerbit Al-Qashwa Tech. June 23, 2011
28
2. Pengertian Masjid
Dilihat dari segi harfiah, masjid memanglah tempat sembahyang.
Perkataan masjid berasal dari bahasa arab, kata pokoknya sujudan, fi’il madinya
sajada (ia sudah sujud). Sujud adalah pengakuan ibadat, yaitu pernyataan
pengabdian lahir yang dalam sekali. Setelah iman dimiliki jiwa, maka lidah
mengucapkan ikrar keyakinan sebagai pernyataan dari milik rohaniyah itu.
Setelah lidah menyatakan kata keyakinan, jasmani menyatakan gerak keyakinan
dengan sujud (dalam sembahyang). Sujud memberikan makna apa yang
diucapkan oleh lidah bukanlah kata-kata kosong belaka. 45
Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud, secara teknis
sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara maknawi, jika kepada
tuhan sujud mengandung arti menyembah, jika kepada selain tuhan, sujud
mengandung arti hormat kepada sesuatu yang dipandang besar atau agung.
Sedangkan sajadah dari kata sajjadatun mengandung arti tempat yang banyak
dipergunakan untuk sujud, kemudian mengerucut artinya menjadi selembar kain
atau karpet yang dibuat khusus untuk shalat orang per orang. Oleh karena itu,
karpet masjid yang sangat lebar, meski fungsinya sama tetapi tidak disebut
sajadah. 46
Adapun masjid (Masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti
khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk
sujud dinamakan masjid. Oleh karena itu kata Nabi, Allah menjadikan bumi ini
45 Sidi Gazalba. Masjid Pusat Ibadat Dan Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna. Cet ke-
VI 1994 46 Ibid,….
29
sebagai masjid. Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau
bangunan yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah. Terutama shalat
berjama’ah. Pengertian ini juga mengerucut menjadi, masjid yang digunakan
untuk shalat jum’at disebut Masjid Jami’. Karena shalat jum’at diikuti oleh orang
banyak, maka masjid jami’ biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya
digunakan untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor
atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai
dengan keperluan disebut musholla, artinya tempat shalat. Dibeberapa daerah,
mushollah terkadang diberi nama langgar atau surau. 47
Arti kata masjid itu sendiri, yaitu tempat sujud. Pada hari pertama Nabi
dalam hijrahnya sampai di jathrib, beliau membangunkan masjid di Quba. Setelah
masjid itu selesai, sembahyanglah beliau bersama-sama dengan golongan
Muhajirin dan Anshor. Jadi tindakan Nabi yang pertama setelah selesai masjid
pertama beliau bikin, ialah sembahyang di dalamnya. “Wasjud waqtarib!”
Sujudlah kepada Tuhan dan beribadahlah!
∩⊇∪ ç >Î�tIø%$#uρô‰ß∨ó™$#uρ � µ ÷èÏÜ è?Ÿω ξx.
“Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan dekatkanlah (dirimu kepada Tuhan)48 Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abi Sa'id Al-Khudri
berbunyi bahwa tiap potong tanah itu adalah masjid. Dalam hadits yang lain nabi
47 Sidi Gazalba. Masjid Pusat Ibadat Dan Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna. Cet ke-
VI 1994 48 Departement Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, juz 30, (Semarang : Karya
Toha Putra Semarang, 1998), Al-Alaq 19.
30
Muhammad SAW menerangkan "Telah dijadikan tanah itu masjid bagiku, tempat
sujud". 49
Fungsi masjid diharapkan ke depan seperti swalayan memenuhi berbagai
kebutuhan dasar umat manusia : tempat beribadat, beri'tikaf, membersihkan diri,
menggembleng bathin, bermusyawarah, berkonsultasi, membina keutuhan
jama'ah, mewujudkan kesejahteraan bersama, meningkatkan kecerdasan, tempat
kader, mengumpulkan, menyimpan dan membagikan dana, melaksanakan
pengaturan dan supervise sosial. 50
Seluruh jagat adalah masjid bagi muslim, jadi seluruh bumi adalah tempat
sujud kepada tuhan. Ini berarti bahwa seluruh bumi adalah tempat untuk
memperhamba diri kepada tuhan, tempat meluhurkan tuhan. Sujud dalam
pengertian lahir bersifat gerak jasmani, sujud dalam pengertian bathin berarti
pengabdian. 51
Untuk perhubungan dengan Allah dengan saluran sembahyang, dia tidak
mengkhususkan tempat. Tempat untuk sembahyang tidak perlu ditasbihkan
seperti tempat sembahyang Nasrani, Yahudi, Hindu atau agama-agama lain.
Sekalipun masjid menurut anggapan muslim dewasa ini adalah tempat
sembahyang, nyatanya ia tidak memonopoli tugas untuk tempat itu. Tempat
sembahyang adalah fungsi kedua dari gedung masjid, karena jagat di luar masjid
49 Quraisy Sihab, Wawasan Al-qur'an. (Bandung, Mizan 1997). Hal 459. 50 Armawati Arbi, Dakwah Dan Komunikasi. Cet ke-1 UIN Jakarta Press. 2003 51 H. Nana Rukmana D.W, MA, Masjid dan Dakwah, Penerbit Al-mawardi Prima, Cet
ke-1, Juli2002, hal 41.
31
adalah luas sekali yang berfungsi sebagai masjid dan tidak perlu didirikan terlebih
dahulu seperti bangunan masjid. . 52
Masjid adalah rumah Allah SWT yang digunakan oleh kita sebagai tempat
untuk beribadah kepadanya untuk mencapai ridho nya dan bertaqwa kepadanya.
Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara
berjamaah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi dikalangan
kaum muslimin.dimasjid pula tempat terbaik untuk melangsungkan shalat
jum’at.53
Dari sini kita bisa merumuskan definisi lain idarah masjid adalah suatu
proses atau usaha mencapai kemakmuran masjid yang ideal, dilakukan oleh
seorang pemimpin pengurus masjid bersama staf dan jama’ahnya melalui berbagai
aktivitas yang positif”. Dengan demikian ketua pengurus masjid harus melibatkan
seluruh kekuatan masjid untuk mewujudkan kemakmuran masjid. 54
C. Perilaku Organisasi
1. Individual yang Produktif
Suatu organisasi adalah produktif jika organisasi itu mencapai tujuan-
tujuannya, dan mencapainya dengan mengubah masukan menjadi keluaran dengan
biaya paling rendah. Seperti, produktivitas menyiratkan suatu kepedulian baik
akan efektivitas maupun efisiensi.
52 H. Nana Rukmana D.W, MA, Masjid dan Dakwah, Penerbit Al-mawardi Prima, Cet
ke-1, Juli 2002 hal 41. 53 …www.wikipedia.com 54 Sidi Gazalba. Masjid Pusat Ibadat Dan Kebudayaan Islam. Pustaka Al-Husna. Cet ke
VI 1994
32
Sebuah rumah sakit misalnya, efektif bila berhasil memenuhi kebutuan
dari pasiennya. Rumah sakit itu efisien bila dapat melakukan hal ini dengan biaya
yang rendah. Jika sebuah rumah sakit berusaha keras untuk mencapai keluaran
yang lebih tinggi dari stafnya yang ada dengan mengurangi jumlah pasien rata-
rata per hari yang diopname atau dengan meningkatkan jumlah kontak staf pasien
per hari, bisa dikatakan rumah sakit itu memperoleh efisiensi produktif. Sebuah
firma bisnis efektif bila firma itu mencapai tujuan-tujuan penjualannya atau
pangsa pasarnya, tetapi produktivitasny juga bergantung pada pencapaian tujuan-
tujuan ini secara efisien. Ukuran efisiensi semacam itu dapat mencakup laba atas
investasi (return on investment), laba per dolar penjualan, dan keluaran perjam
kerja.
2. Individual yang Mangkir
Kemangkiran bisa dikatakan tidak masuk kerja tanpa laporan. Biaya
tahunan dari kemangkiran telah ditaksir sebesar $40 miliar untuk organisasi
Amerika Serikat dan $12 miliar untuk perusahaan-perusahaan Kanada. Di Jerman,
perusahaan industrial harus menanggung biaya kemangkiran lebih dari 60 miliar
Deutschmark (US.$35,5 miliar) setiap tahun. Pada tingkat pekerjaan, satu hari
kemangkiran oleh seorang pekerja tata usaha dapat merugikan seorang majikan
sampai sebesar $100 dalam bentuk efisiensi yang berkurang dan beban kerja
penyedia yang meningkat. Angka-angka ini menunjukkan pentingnya bagi
organisasi untuk mempertahankan agar kemangkiran rendah.
33
Jelas sulit bagi suatu organisasi untuk beroperasi dengan lancar dan untuk
mencapai sasaran-sasarannya jika para karyawan gagal untuk melapor pekerjaan
mereka. Aliran kerja akan terganggu, dan sering keputusan penting harus ditunda.
3. Individual yang keluar dan masuk
Keluar dan masuknya karyawan adalah penarikan diri yang permanent
secara sukarela atau tidak sukarela dari organisasi. Suatu tingkat keluar masuknya
karyawan yang tinggi dalam suatu organisasi berarti naiknya biaya perekrutan,
seleksi, dan pelatihan. Tingginya tingkat keluaran / masuknya karyawanjuga
menghambat suatu organisasi secara efisien bila personel yang berpengalaman
dan berpengetahuan keluar dan penggantian harus ditemukan dan disiapkan untuk
mengambil posisi yang bertanggung jawab.
Tentu saja semua organisasi mengalami keluar masuknya karyawan. Jika
orang-orang yang tepat meninggalkan organisasi itu, yaitu karyawan marginal dan
bawah marginal pergantian itu dapat bersifat positif. Itu dapat menciptakan
kesempatan untuk menggantikan individu yang berkinerja kurang dengan
seseorang dengan keterampilan atau motivasi yang lebih tinggi, membuka
kesempatan yang meningkat untuk promosi, dan menambahkan gagasan baru dan
segar untuk organisasi itu. Dalam dunia kerja yang berubah dewasa ini, level yang
masuk akal dari keluar masuknya karyawan yang dimulai oleh pihak karyawan
memudahkan kelenturan organisasi dan kebebasan karyawan, dan semua itu dapat
memperkecil perlunya pemberhentian yang dimulai oleh pihak manajemen.
Tetapi keluar masuknya karyawan sering berarti hilangnya orang-orang
yang keluarnya tidak diinginkan oleh organisasi itu. Misalnya, satu studi yang
34
meliputi 900 karyawan yang telah minta berhenti dari pekerjaannya mendapatkan
bahwa 92 persen memperoleh penilaian kinerja “memuaskan” atau lebih baik dari
atasan mereka. Jadi bila pergantian itu berlebihan, atau bila itu melibatkan mereka
yang berprestasi dan berharga, pergantian itu dapat merupakan faktor
pengganggu, dengan merintangi keefektifan organisasi.
4. Individual yang Puas
Kepuasan kerja merupakan suatu sikap umum terhadap pekerjaan
seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan
banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima.
Kepuasan kerja yang semata-mata didefinisikan sekarang ini sebagai
perbedaan antara banyaknya ganjaran yang diterima pekerja dan banyaknya yang
mereka yakini seharusnya mereka terima. Kepuasan kerja menyatakan suatu sikap
daripada suatu perilaku.
Keyakinan bahwa karyawan yang puas akan lebih produktif daripada
karyawan yang tidak puas merupakan suatu ajaran dasar diantara para manajer
selama bertahun-tahun. Peneliti dengan nilai humanistik yang kuat berargumen
bahwa kepuasan merupakan suatu sasaran yang sah (legitimate) dari suatu
organisasi. Tidak hanya kepuasan itu dihubungkan secara negative dengan
kemangkiran dan tingkat keluarnya karyawan, tetapi organisasi mempunyai
tanggung jawab untuk memberikan kepada karyawan pekerjaan yang menantang
dan memberi ganjaran secara intrinsik. Oleh karena itu, meskipun kepuasan kerja
35
menyatakan suatu sikap bukannya suatu perilaku, peneliti OB lazimnya
menganggap itu sebagai suatu variabel bergantung yang penting. 55
55 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Penerbit PT
Indeks Kelompok Gramedia 2003.
36
BAB III
GAMBARAN UMUM ORGANISASI MASJID
AL-MADINAH CILEDUG TANGERANG
A. Profil
1. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Madinah Ciledug Tangerang
Letak masjid Al- Madinah yang berada dikawasan Ciledug Bisnis Distrik
kota Tangerang begitu strategis bagi pengembangan dakwah dan syiar Islam.
Pembangunan masjid yang digagas oleh Ir. KH. Achmadin Achmad dan
diresmikan oleh Walikota Tangerang Bapak Drs. H.Wahidin Halim pada 2
September 2007 ini memiliki luas 1500 M2, arsitektur dan nuansa masjid Al-
Madinah terinspirasi dari keunikan masjid Nabawi yang berada di kota Madinah.
Kehadiran Masjid Al-Madinah sebagai media CSR diharapkan dapat
menebarkan nilai-nilai kebajikan dan kemashlahatan bagi seluruh ummah manusia
(rakhmatan lilalamin). 56
Masjid Al-Madinah diharapkan akan seperti air Zam-zam atau seperti
Hajar Aswad, dimana semua ummat datang meminum dan menciumnya tanpa ada
perbedaan Mazhab, Kabillah, maupun Ras semua ummat Rasulullah SAW boleh
bersujud dirumah Allah ini.
Untuk mewujudkan fungsi masjid seperti yang diajarkan oleh Rasulullah
SAW, yaitu sebagai tempat penanaman nilai ketaqwaan, kebajikan dan
56 Wawancara Pribadi Oleh M.A Rasyid Ketua Manajemen Masjid Al-Madinah (MMA),
dikantor kesekretariatan Al-Madinah.
37
membangun ekonomi, serta sebagai pusat tarbiyah dan penyebaran syiar islam,
maka Management Masjid Al Madinah (MMA) menyiapkan beberapa program
untuk melayani ummat antara lain : Majelis Dhuha, Qiyamullail, Kajian Subuh,
Kajian Kitab Kuning, Tahsin Al Quran, Majelis Tilawah, Majelis Muslimah dan
lain sebagainya (terlampir). Dan masjid Al Madinah memiliki Lembaga Amil
Zakat (LAZ) yang terletak dibidang sosial dan ekonomi dengan program antara
lain: Layanan Kesehatan Ummat (LKU), Pembinaan Usaha Dhuafa, Orang tua
Asuh Yatim dan Dhuafa, Beasiswa Pendidikan Yatim dan Dhuafa, Peduli
Bencana Alam, Unit Pelayanan Jenazah (UPJ) dan lain sebagainya.
Dalam rangka mendukung program yang dijalankan Masjid Al Madinah di
dalam memberikan pelayanan terbaik dan memberikan nilai maslahat yang lebih
besar untuk ummat, MMA saat ini sedang menggalang dana untuk mengadakan
Unit Mobil layanan yang bergerak dibidang: Mobil Layanan Jenazah, Mobil
Layanan Kesehatan Ummat, Mobil Layanan Zakat dan Mobil Operasional Ta’mir,
yang kesemuanya itu saat ini sangat dibutuhkan oleh ummat.
Insya Allah, kehadiran Masjid Al Madinah akan memberikan dampak dan
kemaslahatan bagi ummat, sehingga terwujud masyarakat madani, suatu tatanan
ummat yang dituntun oleh bekerjasama dalam membangun kesejahteraan ummat.
57
2. Visi dan Misi Didirikannya Organisasi Dimasjid Al-Madinah
Dengan mengemban visi menjadikan Masjid Al-Madinah menjadi
pemersatu ummah dan menjadi pusat pembinaan aqidah dan sosial
57 Tabloid Al-Madinah, Oase Ilmu dan Syiar Islam di Kawasan CBD, edisi Jum’at 1
Dzulqaidah 1429 H-31 Oktober 2008.
38
kemasyarakatan melalui program community development ’save our ummah’
dengan pengertian menjaga ummah dengan pendidikan, pembinaan keilmuan,
ekonomi dan juga pelayanan-pelayanan ibadah, ” ujar Rasyid kepada Tabloid
Jum’at disela-sela kesibukannnya di kantor pemasaran CBD. 58
3. Tujuan Didirikannya Organisasi
Manajemen Masjid Al-Madinah atau biasa disebut dengan (MMA)
merupakan suatu organisasi di masjid Al-Madinah yang diketuai oleh Ust. Ir.
Nasran Ajisantoso bertujuan untuk mewujudkan fungsi masjid seperti apa yang
diajarkan oleh rasululah SAW, yaitu sebagai tempat menanamkan nilai
ketaqwaan, kebajikan dan membangun ekonomi, serta sebagai pusat tarbiyah dan
penyebaran syiar islam maka MMA telah menyiapkan ustadz yang berkualitas
untuk memberikan kekhusyu’an beribadah bagi jama’ahnya.
Disamping itu, pengurus masjid mengambil tiga hafidzul qur’an terbaik
sebagai imam yang biasa memimpin di Masjid Istiqlal, BI dan At’tin, serta qori-
qori bersuara emas bagi muadzin yang dibimbing oleh qori internasional sekelas
H. Muammar Z.A atau H. Imron Rosyadi, salah satunya yaitu ust. H. Muhammad
Ali.
Dalam struktur kepengurusan masjid ini mengusung nama Manajemen
Masjid Al-Madinah, hal ini agak berbeda dengan masjid lain sebagai cermin
semangat agar kita dalam memenej rumah Allah itu dengan konsep pelayanan
58 Ibid,… Tabloid Al-Madinah, Oase Ilmu dan Syiar Islam di Kawasan CBD, edisi
Jum’at 1 Dzulqaidah 1429 H-31 Oktober 2008
39
yang sesuai dengan harapan jama’ah, dimana service menjadi pelayanan awal
dalam melaksanakan kegiatan takmir di MMA. Papar ustadz Rasyied. 59
4. Metode Pengurus dalam mengembangkan kegiatan tahsin qur’an
Al-Madinah sebagai kota ilmu bagi para nabi dan para ulama mengilhami
MMA untuk terus melakukan pembinaan terhadap ummat ini dari segi keilmuan
termasuk tarbiyatul akhlaq melalui program : Majlis Dhuha, ta’lim bersama,
kajian tafsir, qiyamullail, kajian subuh ahad, majlis tilawah qori-qoriah, simaan
Al-Qur’an / menyimak hafalan para hafidzul qur’an, majlis muslim / forum
bulanan wanita muslimah, telaah kitab kuning, bimbingan baca Al-Qur’an.
Sementara itu, sebagai upaya untuk membantu pengembangan ekonomi
ummat, MMA juga melakukan pemberdayaan melalui program ’fun rissing
charity’ penggalangan dana infak shadaqah yang hasilnya dialokasikan untuk
pelayanan dan pembinaan ummat dalam segi keilmuan dan produktivitas. Untuk
tarbiyah ada program pemberian beasiswa bagi jama’ah yang berminat mengikuti
tahfidzul Qur’an, sementara untuk pemberdayaan ekonomi, MMA melakukan
kerjasama dengan Bank Syariah Mandiri Ciledug memberikan pinjaman usaha
kecil tanpa bunga, pembinaan juga dilakukan langsung bagi usaha kecil yang
dilakukan oleh jama’ah untuk melakukan bazar sabtu -ahad.
Selain itu Manajemen Masjid Almadinah juga mempunyai program
khusus seperti :
a. Mobil LAZ Layanan peduli/ Layanan jenazah
b. Layanan kesehatan Umat (LKU)
59 Tabloid Al-Madinah, Oase Ilmu dan Syiar Islam di Kawasan CBD, edisi Jum’at 1
Dzulqaidah 1429 H-31 Oktober 2008
40
c. TA’mir Masjid Al-Madinah :
1. Majelis Dhuha (Sabtu, 07:00 WIB)
2. Majelis Tilawah (Ahad, 16:00 WIB)
3. Majelis Muslimah (Kamis, 13:00 WIB)
4. Qiyamullail (Malam Ahad, 02:30 WIB)
5. Kajian Ahad Subuh (Ahad, 04:30 WIB)
6. Club Jantung Sehat (Rabu & Jum’at, 07:00 WIB)
7. Belajar Baca Al-Qur’an (Kamis, 07:30 WIB)
8. Lembaga Tahsin Al-Qur’an (Senin & Rabu, 08:00 WIB)
9. Kajian Arab Melayu (Fiqih Muslimah) (Selasa, 07:30 WIB)
10. Ta’lim Kitab (Ba’da Jum’at Hingga Ba’da Isya)
11. Tafsir Al-Qur’an (Jum’at, 08:30 WIB)
d. Peduli Bencana Alam
e. Santunan dan Beasiswa Pendidikan Yatim dan Dhuafa
f. Pembinaan Kerajinan Tangan
g. Kajian Remaja SMA/SMK-Keatas
(Malam Sabtu, Shalat Isya Berjama’ah)
h. Mabit Anak-anak SD-SMP (Sabtu Malam Ahad)
i. Al-Madinah Training Center
J. Tabungan Qurban 60
MMA yang diketuai oleh Ir. Nasran Ajisantoso, terus berupaya
memberikan kemashlahatan kepada jama’ah yang berada di Tangerang dengan
60 Wawancara pribadi oleh Ade Wahyudi, Staff Lembaga Tahsin Qur’an, tgl 04 April 2011 pukul 10.30 – 11.43, di Kantor kesekretariatan Masjid Al- Madinah.
41
penyediaan Layanan Mobil Jenazah Gratis’. Untuk mewujudkan, saat ini
penggalangan infak dan shadaqah terus dilakukan baik dari jama’ah maupun
perusahaan yang ada di kawasan CBD.
Pelayanan mobil jenazah ini akan diberikan secara memuaskan bagi
jama’ah yang memerlukan secara subsidi silang, bagi dhuafa akan diberikan
secara gratis, tapi bagi yang mampu tentu diharapkan secara ikhlas memberikan
infak.
Insya Allah, kehadiran Masjid Al-Madinah akan memberikan dampak dan
kemashlahatan bagi ummat, sehingga terwujud masyarakat madani, suatu tatanan
ummat yang dituntun oleh wahyu illahi, jama’ah yang bergerak dinamis bahu
membahu, tolong menolong dan bekerjasama dalam membangun kesejahteraan.
Hasil akhirnya, tentu cahaya islam akan memancar keseluruh dunia,
seperti zaman Rasulullah SAW.
B. Bidang Kegiatan-Kegiatan
a. Bidang Peribadatan
Bidang peribadatan dalam masalah Imam yang dipimpin oleh H.Martono
Malaing, SQ, H. Abdul Wahid, SQ, Ahmad, SQ. Sedangkan dalam masalah
Muadzin oleh Abdul Hamid, Abdul Rasyid Achyadi, Ahmad Taufan, dan Ahmad
Fauzi. Bidang peribadatan ini biasa dilakukan setiap hari berjama’ah seperti shalat
42
dzuhur, ashar, maghrib, isya dan subuh serta shalat fardhu yang lain seperti shalat
jum’at. Jama’ah juga terdiri dari warga setempat, para pedagang, mahasiswa
maupun karyawan CBD Carrefour Ciledug yang berada tidak terlalu jauh dari
masjid.
b. Bidang Layanan Kesehatan Ummat (LKU)
Bidang Layanan Kesehatan Ummat yang dipimpin oleh H. Nur Sofa.
Dalam bidang Layanan Kesehatan Ummat ini atau yang biasa disebut (LKU)
masyarakat ikut berkecimpung berobat langsung dengan cuma-cuma tidak
dikenakan biaya seperti masyarakat kaum dhuafa yang memang ekonominya
sangat minim, akan tetapi bagi masyarakat yang memang mampu untuk berobat,
mereka akan dikenakan infaq seikhlasny dan tentu ada timbal balik seperti
diberikan Stiker atau VCD berisi tentang sejarah masjid tersebut atau kegiatan-
kegiatan yang ada dimasjid. Layanan Kesehatan Umat ini pula masuk pada
program khusus Management Masjid Al-Madinah.
c. Bidang Himpunan Qori-Qoriah
KH. Muammar Z.A Siva Fauziah H. Muhammad Ali
43
Dalam bidang himpunan Qori-qoriah ini yang dipimpin oleh ust. Abdul
Rasyid Achyadi. Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap hari sesuai jadwal yaitu
hari kamis pukul 07:30 dengan kegiatan Belajar Baca Al-Qur’an, kemudian
dilanjutkan dengan Lembaga Tahsin Al-Qur’an yaitu hari senin dan rabu pukul
08:00. Dengan adanya kedua bidang kegiatan tersebut yang nantinya para jama’ah
setelah fasih dan lancar betul bacaan al-qur’annya maka akan dihimpun dan
dipindahkan kepada kegiatan Himpunan Qori-qoriah yang terdiri dari para qori
dan qoriah nasional dan internasional. Kegiatan Himpunan Qori-qoriah ini pula
rutin diselenggarakan setahun sekali pada hari tertentu yaitu pada bulan suci
ramadhan, baik dari kalangan remaja maupun dewasa. misalnya pada malam
haflah tilawatil qur’an atau malam nuzulul qur’an dengan menampilkan para qori
dan qoriah nasional dan internasional seperti KH. Muammar ZA, KH. Imron
Rosyadi, H. Muhammad Ali, Syifa Fauziah.
d. Bidang Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Bidang Lembaga Amil Zakat yang dipimpin oleh Rudi Hartono, SPd
Dalam bidang Lembaga Amil Zakat yang biasa disebut (LAZ) ini
dilakukan rutin setiap setahun sekali seperti pada bulan suci ramadhan Lembaga
Amil Zakat mengumpulkan zakat fitrah untuk kaum dhuafa, mereka kebanyakan
dari warga sekitar masjid. Akan tetapi Lembaga Amil Zakat ini pula tidak hanya
44
mengumpulkan zakat fitrah, tetapi juga mengumpulkan zakat harta dari berbagai
kalangan bagi masyarakat yang hartanya sudah mencapai hisab yang nantinya
akan dibagikan kepada kaum dhuafa. Lembaga Amil Zakat juga telah
mempunyai kendaraan khusus dalam melayani masyarakat diberbagai pelosok,
seperti Mobil Layanan Amil Zakat dan Layanan jenazah. Kendaraan tersebut
tentunya sangat berguna bagi warga sekitar. Misalnya seperti Mobil Layanan
Amil Zakat (Peduli Umat) yang biasa dipakai untuk mengantarkan zakat yang
telah dikumpulkan oleh LAZ untuk dibagikan kepada kaum dhuafa yang
letaknya jauh dari wilayah masjid, seperti yayasan dompet dhuafa, pondok
pesantren atau sekolah-sekolah yang memang membutuhkan bantuan tersebut.
e. Bidang Tahsin Qur’an
Tahsin menurut bahasa adalah memperbagus bacaan al-qur’an. Tahsin
diperlukan sebagai langkah awal dalam berinteraksi yang baik dengan Al-qur’an.
Sebutan lain bagi tahsin Al-qur’an adalah “ilmu tajwid”. Menurut istilah. Tajwid
adalah “mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya dengan memberi hak
dan mustahaknya”. Dari uraian tersebut mencakup mempelajari tempat keluarnya
huruf hijaiyah, mempelajari hak-hak atas masing-masing huruf yang maksudnya
45
sifat-sifat asli huruf, contohnya sifat jahr huruf, contoh sifat jahr, Isti’la, hams, dan
lain sebagainya.
Mempelajari mustahak huruf-huruf yaitu bagaimana huruf tersebut ketika
kondisi tertentu, contohnya ketika sebelum huruf tersebut ditemukan dengan nun
mati, menjadi hukum ikhfa, atau hukum yang lainnya, seperti alif lam, nun
qolqolah, mad dan sebagainya.
Hukum mempelajari ilmu tajwid itu fardhu kifayah bagi setiap muslim
yang ingin mendalami al-Qur’an, karena belum dikatakan sempurna bila
bacaannya belum mengandung tajwid seperti hukum nun mati dan tanwin, hukum
alif lam, hukum mim mati dan sebagainya. Juga belum sempurna bila belum
mengandung makharijul huruf yaitu seperti mengetahui jahr huruf (jelas), hams,
dan Isti’la.
Tujuan dari pembelajaran tahsin adalah membaca dengan lancarnya
bacaaan al-qur’an adalah sesuatu yang berharga, tetapi apabila masih terbata-bata
maka juga tetap diberikan dua pahala selama tetap berusaha untuk memperbaiki.
Dari tujuan tersebut juga membaca dengan benar tahsin ini diperuntukkan bagi
orang-orang yang telah bisa membaca al-qur’an tetapi belum sempurna, dan
orang-orang yang baru belajar membaca. Karena bisa jadi dahulu ketika kecil
belum memperhatikan dengan baik/ sempurna dalam mempelajari al-qur’an,
sehingga ada kesalahan-kesalahan yang tanpa di sadari. 61
Kegiatan Tahsin Qur’an berdiri pada tahun 2008 pada bulan april yang
diasuh oleh Ust. H. Arwani Marhum S.a.g, yang di ketuai oleh Ust. Abdul Rasyid
61 Dalam kegiatan Belajar dan memperbaiki bacaan al-qur’an, Oleh Arwani Marhum (Kajian Hukum Tajwid, Materi Tahsin, Menghafal Al-qur’an) di Masjid Al-madinah senin 3 April 2011 pukul 20.30
46
selaku kepala staff kegiatan Tahsin Qur’an yang pada saat itu jumlah peserta
sebanyak 17 orang.
Awal di buka angkatan pertama berjumlah 17 orang pada bulan april tahun
2008 yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu juga terbuka untuk umum. Bahkan
kalangan remaja pun sempat ada tetapi karena kesibukan mereka seperti kuliah
atau kerja yang mengakibatkan mereka tidak aktif. Kemudian di buka kembali
angkatan ke dua berjumlah 30 orang pada bulan agustus 2009. Dan angkatan ke
tiga berdiri tahun 2010 pada bulan april.
Di dalam Tahsin terbentuk kegiatan khataman bulanan dari rumah ke
rumah dari minggu terakhir. Selain itu ada pula kegiatan arisan dengan
pembayaran 50 ribu perbulan dan dana pendaftaran 25 ribu. Selain itu setiap
tahunnya mengadakan ziarah ke beberapa tempat diantaranya ke Cigundul,
Cirebon, Cianjur, dan Banten.
Pada setiap tiga bulan sekali diadakan ujian untuk melihat perkembangan
kemampuan jama’ah sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah ditentukan sesuai
dengan jam kegiatan Tahsin Qur’an. Yaitu angkatan ketiga dimulai pada pukul
7.30 hingga pukul 08.30. kemudian angkatan kedua dimulai pada pukul 08.30
hingga pukul 09.30. dan angkatan pertama dimulai pada pukul 09.30 hingga
pukul 10.30. kegiatan tersebut berjalan secara rutin sesuai dengan hari yang telah
ditentukan yaitu setiap hari senin dan rabu.
Seiring berjalan kegiatan tersebut, lembaga tahsin juga mengadakan Majlis
Tafsir Qur’an, peserta juga diambil dari jama’ah Tahsin yaitu mulai dari angkatan
pertama, kedua dan ketiga yang berjumlah kurang lebih 20 orang yang diadakan
47
di hari jum’at, kegiatan tersebut masih berjalan sampai sekarang. Selain dari
jama’ah Tahsin, juga terbuka untuk umum.
Dalam kegiatan tahsin juga pernah ada konflik yang terjadi diantaranya
masalah waktu yang kurang tepat, seperti yang terjadi di angkatan pertama mulai
dari pukul 08. 30 hingga pukul 09. 30, karena dibentuk angkatan kedua jadi
pindah ke pukul 09.00 hingga pukul 10. 00. dibukalah angkatan baru yaitu
angkatan ketiga. Angkatan ketiga komplain mulai dari pukul 07. 30 hingga 08. 30.
angkatan pertama juga komplain karena merasa terlalu siang. Dari situlah banyak
jama’ah yang keluar dikarenakan waktu yang kurang kondusif, juga karena
kesibukan pekerjaan sampai sekarang hanya beberapa jama’ah yang ada.
Dari masalah konflik tersebut, dari pihak pengurus dalam mengatasi
jama’ah yang keluar yaitu dengan menghubungi jama’ah yang keluar itu untuk
mencari kepastian bisa hadir kembali atau tidak.
Harapan pengurus kepada jama’ah yaitu jama’ah tidak hanya ikut dalam
kegiatan Tahsin tapi juga ikut dalam program lain dan juga harapan pengurus agar
jama’ah ikut meramaikan sekaligus aktif memakmurkan masjid. 62
1. Perkembangan Jama’ah
Dalam penelitian ini, dari perkembangan jama’ah di bagi ke dalam
beberapa bagian sesuai tahun, yaitu dimulai pada tahun 2008, 2009, 2010 dan
2011. Data selengkapnya tentang perkembangan jama’ah tahsin qur’an dilihat
dari tahun ke tahun dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
62 Wawancara Pribadi Dengan Ade Wahyudi, Staff Lembaga Tahsin Qur’an, tgl 04 April
2011 pukul 10.30 – 11.43, di Kantor kesekretariatan Masjid Al- Madinah.
48
Perkembangan Jama’ah Menurut Tahun
Kategori Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
Laki-laki 3 3 4 3
Perempuan 14 8 23 17
Total 17 11 27 20
Dari data tabel diatas dapat diketahui perkembangan jama’ah Tahsin Al-
qur’an di Masjid Al-Madinah pada tahun 2008 berjumlah 17 jama’ah terdiri dari 3
orang laki-laki dan 14 orang perempuan. namun pada tahun 2009 mengalami
penurunan yaitu berjumlah 11 jama’ah yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 8
orang perempuan. Akan tetapi pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu
berjumlah 27 jama’ah yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 23 orang perempuan.
Dan pada tahun 2011 mengalami penurunan kembali yaitu berjumlah 20 jama’ah
yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. 63
Sesuai dengan data tersebut juga dapat di simpulkan bahwa beberapa
jama’ah yang rajin, mangkir, keluar, dan ketidakpuasan bisa terlihat yaitu pada
tahun 2008 banyak jama’ah yang keluar baik laki-laki maupun perempuan
dikarenakan kesibukan merekan seperti sibuk kuliah atau kerja yang
mengakibatkan mereka tidak aktif (keluar). Pada tahun 2009 pun sama halnya di
tahun 2008 yang mengalami penurunan jumlah jama’ah. Namun pada tahun 2010
63 Data Terlampir…(Daftar kehadiran Peserta Lembaga Tahsin Al-qur’an) Management
Masjid Al-Madinah CBD Ciledug Tahun 2008 – 2011.
49
mengalami produktifitas tinggi laki-laki maupun perempuan yang berjumlah 23
jama’ah. tetapi pada tahun 2011 sama halnya di tahun 2008 dan 2009. 64
2. Struktur Organisasi Masjid Al-Madinah
BAB I
64 Ibid.…,(Daftar kehadiran Peserta Lembaga Tahsin Al-qur’an) Management Masjid Al-
Madinah CBD Ciledug Tahun 2008 – 2011
KESEKRETARIATAN
1. Abdullah, HB, SH 2. Ade Wahyudi, SH
PIMPINAN UMUM
H. Nashran Aziz Santoso Ahmadin
PIMPINAN HARIAN
Muhammad Abdul Rasyid, S.Ag
BIDANG PERIBADATAN
IMAM 1. H. Martomo Malaing, SQ 2. H. Abdul Wahid, SQ 3. Ahmad, SQ
MUADZIN\ 1. Abdul Hamid 2. Abdul Rosyid Achyadi 3. Ahmad Taufan 4. Ahmad Fauzi
BIDANG RUMAH TANGGA
1. Muhammad Sofyan 2. Solihin 3. Syaefudin
LEMBAGA AMIL ZAKAT
Rudi Hartono, S.Pd
REMAJA MASJID
M. Zaki Arifin
LEMBAGA TAHFIDZ
Abdul Hamid
HIMPUNAN QORI-QORIAH
Abdul Rosyid Achyadi
AL MADINAH FAMILY CLUB
Ibu mimi
LAYANAN KESEHATAN UMAT
H. Nur Sofa
Keamanan dan Taman
Boby Andrean
50
BAB IV
KOMUNIKASI ORGANISASI DALAM PENGEMBANGAN
KEGIATAN TAHSIN QUR’AN
A. Pendekatan Komunikasi Antar Pribadi Terhadap Individu
Makna dari tahsin al-qur’an menurut bahasa adalah memperbagus bacaan
al-qur’an. Tahsin diperlukan sebagai langkah awal dalam berinteraksi yang baik
dengan Al-qur’an. Sebutan lain bagi tahsin Al-qur’an adalah “ilmu tajwid”.
Menurut istilah. Tajwid adalah “mengeluarkan setiap huruf dari tempat keluarnya
dengan memberi hak dan mustahaknya”. Tetapi menurut Arwani Marhum istilah
tahsin :
“Merupakan cara membaguskan dan membenarkan bacaan al-qur’an dengan mempelajari hak-hak atas masing-masing huruf, hukum mempelajarinya pun itu juga wajib ain bagi setiap muslim yang ingin mendalami al-qur’an, saya mengatakan demikian karena belum dikatakan sempurna bacaan al-qur’an seseorang bila bacaannya belum mengandung tajwid seperti hukum nun mati dan tanwin, hukum alif lam, hukum mim mati dan sebagainya. Juga belum sempurna bila belum mengandung makharijul huruf yaitu seperti mengetahui jahr huruf (jelas), hams, dan Isti’la. Dan sebagainya.”65 Sedangkan pengertian dari qiro’ah menurut pendapat Arwani Marhum
adalah bacaan al-Qur’an yang dilantunkan dengan suara yang bernada dan dengan
memakai hukum-hukum bacaan qiro’ah, seperti Ashli Qarar, Ashli Nawa, dan
Ashli Jawab. Menurut Abdul Rasyid :
”Qiro’ah merupakan bacaan ayat-ayat suci al-qur’an yang dilantunkan oleh seorang qori atau qoriah dengan suara yang bernada dan memakai hukum-hukum bacaan qiro’ah pada acara tertent, misalnya pada acara haflah tilawatil qur’an atau nuzulul qur’an yang biasa dilaksanakan oleh pengurus Manajemen Masjid Al-madinah dengan menampilkan para qori
65 Wawancara Pribadi Dengan Arwani Marhum, Pengasuh Lembaga Tahsin Al-qur’an,
Rabu 6 April 2011, Di Masjid Al-madinah Pada Kegiatan Tahsin Qur’an.
51
dan qoriah nasional dan internasional, namun perbedaanny dalam tahsin itu pembacaannya lebih kepada tartil atau murottal tidak dengan nada, sedangkan qori’ah pembacaannya dengan suara yang bernada dan dalam qori’ah pun tak hanya tajwid dan makharijul huruf yang diperhatikan tetapi juga ilmu dalam membaca qiro’ahpun perlu diperhatikan”66
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap jama’ah yang rajin (produktif,
bolos (mangkir), yang keluar dan yang merasa puas terhadap kegiatan tahsin al-
qur’an. Dan berdasarkan data absen yang ada, jama’ah yang rajin biasanya
diperlakukan dengan baik seperti diberikan hadiah berupa al-qur’an, mendapat
pujian, dan ditawarkan menjadi imam masjid shalat berjama’ah. seperti
pemaparan saudara Adi Riyanto sebagai jama’ah yang tekun dan rajin selama tiga
tahun belajar dia mendapatkan beasiswa sehingga dia dapat melanjutkan sekolah
ke perguruan tinggi,
”saya merasa berterima kasih kepada pihak manajemen masjid al-
madinah yang telah memberikan beasiswa berupa uang tunai, sehingga
saya dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi”.67
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh bapak Abdul Haris salah satu
dari jama’ah yang produktif ,
” Dengan menjadi jama’ah yang produktif, saya dapat lebih termotivasi karena pihak Managemen Masjid Al-madinah yang telah menawarkan saya menjadi imam masjid, dengan itu saya bisa meningkatkan bakat saya dalam bidang tahsin qur’an.”68
66 Wawancara Pribadi Dengan Abdul Rasyid, Ketua Lembaga Tahsin Al-qur’an, Rabu 6
April 2011 Di Kantor Kesekretariatan Managemen Masjid Al-madinah. 67 Wawancara Pribadi Dengan Adi Riyanto, Jama’ah Tahsin Al-qur’an, Rabu 6 April
2011 Di Masjid Al-madinah Pada Kegiatan Tahsin Qur’an. 68 Wawancara Pribadi Dengan Abdul Haris, Jama’ah Tahsin Al-qur’an, Rabu 6 April
2011 Di Masjid Al-madinah Pada Kegiatan Tahsin Qur’an.
52
Metode pimpinan dan guru dalam mengajarkan yaitu dengan simaan
mendengar dan menyimak apa yang disampaikan guru kepada jama’ah dengan
metode strategi dunia peri yaitu guru tetap berbicara, murid mendengarkan.
Cara guru dan pimpinan mengatasi jama’ah yang mangkir (bolos), yang
keluar, yang puas dengan kinerja pengurus dan yang produktif (rajin) dengan
menggunakan strategi komunikasi yang dipakai yaitu strategi wortel terayun,
strategi pedang tergantung, strategi katalisator, dan strategi kembar siam. Dari
beberapa strategi tersebut mengenai jama’ah yang mangkir, keluar, yang puas,
yang produktif dan cara mengatasinya dengan menggunakan strategi komunikasi
dapat dilihat dengan tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1
Kategori Strategi Komunikasi
Produktif Dengan menggunakan strategi wortel terayun yaitu dengan
memberikan hadiah berupa sajadah shalat, al-qur’an booklet, dan
CD tentang kegiatan masjid al-madinah.
Mangkir Dengan menggunakan strategi pedang tergantung yaitu dengan
memberikan motivasi dan perhatian pada jama’ah agar lebih giat
menjalani kegiatan tahsin
Yang puas Dengan menggunakan strategi kembar siam yaitu saling
menguntungkan antara guru dan murid.
Keluar Dengan menggunakan strategi katalisator yaitu dengan
memberikan nasihat, arahan dan dukungan agar jama’ah yang
keluar bisa aktif kembali menjalani kegiatan tahsin.
53
Berdasarkan data tabel 1 diatas pimpinan dan guru menghadapi jama’ah
yang bolos, pimpinan melakukan strategi pedang tergantung dengan memberikan
motivasi kepada jama’ah agar lebih giat menjalani kegiatan tahsin. Dan dalam
menghadapi jama’ah yang produktif pimpinan dan guru melakukan strategi wortel
terayun dengan memberikan hadiah berupa sajadah shalat, al-qur’an booklet, CD
tentang kegiatan masjid al-madinah. Dalam menghadapi jama’ah yang keluar
pimpinan dan guru melakukan strategi katalisator dengan memberikan nasihat,
arahan dan dukungan agar jama’ah yang keluar bisa aktif kembali menjalani
kegiatan tahsin. Dalam menghadapi jama’ah yang puas dengan kinerja pengurus
pimpinan dan guru melakukan strategi kembar siam yaitu saling menguntungkan
antara guru dan murid, dengan memberikan pengajaran kepada jama’ah dan
menawarkan jama’ah untuk menjadi imam masjid, dengan itu ada hasil dari
pengajaran tersebut.
Sedangkan mengenai keadaan jama’ah berdasarkan data yang ada
mengenai keadaan jama’ah dari awal kegiatan tahsin dibuka sampai sekarang dan
jama’ah yang keluar menurut tahun dari tahun ke 1 sampai ke 3 dapat dilihat
dengan tabel II dibawah ini :
54
Tabel II
Keadaan jama’ah dari tahun 1 - 3
Kategori Tahun Jumlah Jama’ah Keluar
Tahun Ke 1 17 2
Tahun ke 2 38 5
Tahun Ke 3 20 4
Jumlah 75 11
Berdasarkan data tabel 1 diatas dari jama’ah diawal pengajian tahsin
selama tiga tahun, di tahun pertama berjumlah 17 orang, terdiri dari 3 orang laki-
laki dan 14 orang perempuan, jama’ah yang keluar berjumlah 2 orang yaitu ibu
Meriani yang beralamat di Jalan Sektor V dan bapak Metra Afran yang beralamat
juga di Jalan Sektor V. Kemudian di tahun kedua mengalami peningkatan
berjumlah 38 orang, terdiri dari 5 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. akan
tetapi ada juga yang keluar 5 orang, yaitu diantaranya ibu Habsah yang beralamat
di Peninggilan, Hj. Rama yang beralamat di Pondok Surya, bapak Metra yang
beralamat di Jalan Sektor IIV, ibu Mandireng P. Yang beralamat Bangun Reksa
Indah, bapak Yusirwan yang beralamat di Griya Kencana II. Dan di tahun ketiga
berjumlah 20 orang, terdiri dari 1 orang laki-laki dan 19 orang perempuan.
Jama’ah yang keluar 4 orang, yaitu ibu In Mulyadi, Hj. Imas, ibu Teti dan ibu Cia.
55
Berdasarkan data yang ada jama’ah yang puas sekali berjumlah 2 orang,
menurut bapak Abdul Haris alasannya karena sistim pengajaran dari guru dapat
menyampaikan metodenya dengan mudah dimengerti dan mudah ditangkap
dengan akal dan menurutnya juga mengenai kegiatan tahsin sangat positif
alasannya karena masih banyak bapak-bapak atau ibu-ibu yang belum bisa baca
al-qur’an dengan lancar dan benar.69 Hal tersebut juga di katakan oleh ibu Vinka,
”saya merasa puas karena dari gurunya dalam menyampaikan metodeny
sangat mudah di fahami dan saya tambah termotivasi dalam belajar
tahsin qur’an ini.” 70
Menurut pimpinan agar jama’ahnya tetap bertahan dengan memberikan
perhatian, dukungan dan bimbingan kepada para jama’ah dengan hadiah bagi
jama’ah yang rajin, pandai dan puas dengan kinerja pengurus termasuk senang
dengan kegiatan tahsin, bagi jama’ah yang mangkir dan yang keluar diberikan
nasihat dan arahan atau diundang hadir pada acara tertentu misalnya seperti
tabligh akbar, majlis duha atau rapat kegiatan masjid agar yang mangkir tambah
rajin dan yang keluar bisa hadir kembali dalam mengikuti kegiatan tahsin.
Sedangkan menurut Arwani Marhum sebagai pimpinan kegiatan agar jama’ahnya
tetap bertahan ia memberikan acuan, pujian dan bingkisan berupa al-qur’an
kepada jama’ahnya yang rajin, pandai, benar dan lancar membaca al-qur’an.
Sedangkan jama’ah yang mangkir ia memberikan bimbingan dan teguran, jama’ah
69 Wawancara pibadi dengan Abdul Haris, Jama’ah Tahsin Al-qur’an rabu 6 April 2011
di Masjid Al-Madinah pada kegiatan Tahsin Qur’an. Wawancara Pribadi Dengan ibu Vinka, Jama’ah Tahsin Al-qur’an, Rabu 6 April 2011 Di
Masjid Al-madinah Pada Kegiatan Tahsin Qur’an.
56
yang puas ia berikan kepercayaan yang lebih agar jama’ahnya tambah rajin.
Jama’ah yang keluar ia mengundang pada acara akbar bulanan dari beberapa
angkatan pertama, kedua dan ketiga agar bisa mengikuti kegiatan tahsin kembali.
B. Pendekatan Komunikasi Kelompok Terhadap Jama’ah
Berdasarkan data yang ada, jama’ah dikelompokkan menjadi empat
kelompok, yaitu jama’ah yang produktif dengan yang produktif, jama’ah yang
mangkir dengan yang mangkir, jama’ah yang keluar dan jama’ah yang puas
dengan kinerja pengurus. Berdasarkan arwani marhum dikelompokkan
berdasarkan kepintaran kerajinan (produktifity), bolos (mangkir), keluar, dan yang
puas dengan kinerja pengurus.
Cara pimpinan menerapkan strategi terhadap kelompok tersebut tentu
berbeda-beda, dari pengelompokkan dan cara menghadapi kelompok tersebut
dapat dilihat dengan tabel III dibawah ini :
Tabel III
Kategori Cara Menghadapinya
Mangkir (bolos) Dengan memberikan teguran, arahan dan nasihat agar
bisa rajin mengikuti tahsin qur’an
Produktifity (Rajin) Dengan memberikan hadiah atau pujian agar bisa
termotivasi lebih rajin mengikuti tahsin.
Puas Dengan Kinerja
Pengurus
Dengan memberikan pujian atau kepercayaan mulai
dari segi kualitas guru yang mengajar ataupun tempat.
Keluar Dengan mengundang jama’ah yang keluar pada acara
tertentu agar ia bisa aktif kembali
57
Dari keempat kelompok perbedaan menghadapinya seperti dari sisi
jama’ah yang mangkir yaitu dengan di beri teguran atau arahan, dari sisi jama’ah
yang keluar diundang pada acara rapat atau pertemuan dengan angkatan yang lain.
Dari sisi jama’ah yang rajin diberikan pujian atau hadiah berupa sajadah atau baju
muslim. Dan pada jama’ah yang puas diberikan kepercayaan terhadap kinerja
pengurus atau kualitas guru dan tempat belajar.
Dari tabel III diatas mengenai beberapa kelompok tersebut dan alasan
jama’ah terhadap kegiatan tahsin qur’an dapat dilihat dengan tabel IV di bawah :
Tabel IV
Kelompok jama’ah tahsin qur’an
No.
Kategori Kelompok
Jama’ah Pandangan Jama’ah
1.
2.
3.
4.
Jama’ah Yang puas. Jama’ah yang produktif Jama’ah yang mangkir Jama’ah yang keluar
S1
S2
S3
S4
- Penyampaian metodenya dapat dengan mudah dimengerti. pelayanannya memuaskan baik dari pengurus atau kinerjanya. - Karena dari kata-kata ustadnya berkualitas dan masih banyak bapak atau ibu yang belum bisa baca al- qur’an dengan baik dan lancar. - masalah struktur terkadang tidak sesuai dengan hati nurani - senang dengan kegiatan tahsin, hanya saja waktu untuk merawat cucu tidak dapat ditinggalkan.
58
S1 yaitu subjek 1 adalah jama’ah yang puas yaitu bapak Abdul Haris ia
mengatakan bahwa metode guru dalam menyampaikan materi sangat mudah
dimengerti dan pelayanannya memuaskan baik dari pengurus ataupun kinerjanya.
S2 yaitu subjek 2 adalah jama’ah yang produktif yaitu saudara Adi Riyanto ia
mengatakan dari kata-kata ustadnya berkualitas dan masih banyak bapak atau ibu
yang belum bisa baca al-qur’an dengan baik dan lancar. S3 yaitu subjek 3 adalah
jama’ah yang mangkir (bolos jarang hadir) yaitu ibu Rita ia mengatakan masalah
struktur terkadang tidak sesuai dengan hati nurani. S4 yaitu subjek 4 adalah
jama’ah yang keluar yaitu ibu Hj. Ati Prihatin ia mengatakan senang dengan
kegiatan tahsin, akan tetapi hanya saja waktu untuk merawat cucu tidak dapat
ditinggalkan.
Permasalahan yang terjadi dalam kelompok yaitu seperti perbedaan
mengenai sistim pengajaran guru dan kinerja pimpinan yang kadang berubah.
Cara menghadapinya yaitu dengan mengadakan rapat antar kelompok dengan
jalan musyawarah kesepakatan bersama.
C. Pendekatan Komunikasi Organisasi Terhadap masalah Sistem
pengajaran dan Struktur Organisasi
Pada bagian ini membahas masalah-masalah manajemen, berdasarkan alat-
alat manjemen itu terbagi kedalam 6 M macam-macam alat manajemen, yaitu
Man (struktur, guru), Money (Biaya) , Metode (cara dengan media dan non
media), marketing (brosur, spanduk) mesin (alat-alat), material (buku).71
71 Abdulsyani, Manajemen Organisasi, (Jakarta. PT.Bina Aksara, 1987), h. 28.
59
Berdasarkan data yang diperoleh peeliti, masalah manajemen dan menurut
pandangan jama’ah mengenai alat-alat manajemen tersebut, dapat dilihat dengan
tabel V dibawah ini :
Tabel V
Alat-alat manajemen dan pandangan menurut jama’ah
Pandangan jama’ah
Kategori S1 S2 S3 S4
Man(Struktur, guru)
Penyampaian materi mudah difahami
Kepribadiannya bijaksana namun kurang menyenangkan
Guru yang mengajar menyenangkan dan harmonis
Kurang disiplin waktu mengajar
Money (Biaya)
Biaya terjangkau
Sesuai dengan hati nurani
Tidak memberatkan jama’ah
Biaya yang terlalu besar
Metode Bagus dan mudah diterima akal
Senang dan tidak meragukan jama’ah
Metodenya menarik
Sangat suka dan tertarik
Marketing (brosur)
Penyebaran informasi cepat
Bagus dan pasti selalu ada
Jama’ah bisa lebih aktif mencari informasi
Tidak selalu tahu mengenai informasi
Mesin (alat-alat)
Kurang diperhatikan
Tidak selalu menyenangkan
Cukup baik dan memuaskan
Kurang memuaskan
Material (buku)
Selalu tersedia
Tidak menyulitkan jama’ah dalam belajar
Tidak ada kekurangan
Cukup lengkap
60
Pada tabel V diatas mengenai alat-alat manajemen dan pandangan jama’ah
terhadap alat-alat manajemen tersebut yaitu S1 adalah jama’ah pertama yang
produktif, mengatakan bahwa mengenai Man (guru yang mengajar) dari
penyampaian materinya mudah difahami. Mengenai money (Biaya) sangat
terjangkau, metodenya bagus dan mudah diterima akal. Marketing (brosur)
penyebaran informasi juga cepat, dan material (buku) selalu tersedia akan tetapi
mesin (alat-alat) kurang diperhatikan. Pada S2 adalah jama’ah kedua yang
mangkir, mengatakan bahwa guru yang mengajar kepribadiannya sangat bijaksana
namun kurang menyenangkan. Mengenai money (biaya) sesuai dengan ekonomi,
metodenya menyenangkan dan tidak meragukan jama’ah, marketing (brosur)
bagus dan pasti selalu cepat ada, dan material (buku) tidak menyulitkan jama’ah
dalam belajar akan tetapi mesin (alat-alat) tidak selalu menyenangkan. Pada S3
adalah jama’ah ketiga yang puas dengan kinerja pengurus, mengatakan bahwa
mengenai guru yang mengajar sangat menyenangkan dan harmonis. Mengenai
money (biaya) tidak memberatkan jama’ah, metodenya menarik, mengenai
marketing (brosur) sangat bagus karena jama’ah bisa lebih aktif mencari
informasi. Mengenai mesin (alat-alat) cukup baik dan memuaskan dan mengenai
material (buku) tidak ada kekurangan. Pada S4 adalah jama’ah keempat yang
keluar, mengatakan bahwa mengenai guru yang mengajar kurang disiplin waktu
mengajarnya (datang sering telat). Mengenai (money) biaya memberatkan karena
terlalu besar, mengenai metodenya sangat suka dan menarik, mengenai marketing
(brosur) tidak selalu tahu tentang informasi, mengenai mesin (alat-alat) kurang
memuaskan akan tetapi mengenai material (buku) cukup lengkap.
61
1. Proses komunikasi
Komunikasi tidak akan terjadi kalau tidak adanya proses, dari proses itu
terbagi menjadi 7 C, yaitu channel (saluran), capability of audience
(Kemampuan Khalayak), Continuiting and Consistency (kesinambungan dan
konsisten), credibility (Kredibilitas), Contex (Keterkaitan), Conten (Isi), Clarity
(Kejelasan), 72
Dalam ”Model Komunikasi” bahwa komunikasi terdiri dari 4 proses yaitu
SMCR (Source, Message, Channel, dan Receiver) lalu ditambah 3 proses
sekunder, yaitu Feedback, Efek, dan Lingkungan. 73
Dari data tersebut berkenaan dengan proses komunikasi dan pandangan
jama’ah mengenai proses komunikasi di masjid al-madinah dapat dilihat dari tabel
VI dibawah ini :
72 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 1985). 73 David K.Berlo, Model Komunikasi…
62
Tabel VI
Proses Komunikasi dan pandangan jama’ah
Pandangan Jama’ah Proses
Komunikasi S1 S2 S3 S4
Credibility (Kredibilitas)
Sangat percaya
Kurang yakin
Sangat Yakin
Yakin akan tetapi tidak memuaskan
Contex (Keterkaitan)
Program berjalan dengan lancar
Program kurang memuaskan jama’ah
Pelayanan memuaskan baik dari pengurus maupun pengajar
Program tersusun dan berjalan dengan baik
Conten (Isi) Penyampaian guru bagus dan bermakna
Pemahaman yang berbeda
Penyampaian guru mudah difahami dan memuaskan
Masih kurang memahami penyampaian guru
Clarity (Kejelasan)
Antara guru dan pimpinan senada tidak banyak nada
Guru dan pimpinan ada kekompakan
Tidak ada kekeliruan dalam penyampaian informasi
Harus bisa saling memahami, baik guru,pimpinan dan jama’ah
Continuity and Consistency (Kontinuitas and Konsisten)
Dalam memberikan informasi baiknya tidak hanya sekali
Harus adanya pengulangan materi agar bisa lebih difahami
Penyampaian pesan harus diulang agar lebih mudah di ingat
Dalam penyampaian materi kurang diperjelas
Channels (Saluran)
Jaringan meluas akan tetapi bisa lebih memberikan kepercayaan kepada jama’ah
Harus bisa saling memahami dan senada satu sama lain
Cepat, mudah dan senada satu sama lainnya
Selalu telat informasi baik dalam informasi maupun kegiatan tahsin
Capability of Audience (Kemampuan Khalayak)
Pemahaman cepat dan mudah
Perlu adanya pengulangan materi
Tidak ada kesulitan
Sangat kurang dan sangat terbatas
63
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa S1 yaitu subjek 1 adalah jama’ah
pertama yaitu jama’ah yang produktif, S2 yaitu subjek 2 adalah jama’ah kedua
yang mangkir, S3 yaitu subjek 3 adalah jama’ah ketiga yang puas dengan kinerja
pengurus dan S4 yaitu subjek 4 adalah jama’ah keempat yang keluar. Dan
mengenai proses komunikasi pada pandangan jama’ah S1 yaitu jama’ah yang
produktif mengatakan kredibilitas pimpinan bagus dan sangat dipercaya,
mengenai contex program berjalan dengan lancar, mengenai conten penyampaian
guru bagus dan bermakna, mengenai Clarity (kejelasan) antara guru dan pimpinan
ada kekompakan artinya senada, mengenai Continuity dan konsistensi, guru atau
pimpinan dalam memberikan informasi baiknya tidak hanya sekali. Mengenai
Channel atau Saluran, jaringan meluas akan tetapi bisa lebih memberikan
kepercayaan kepada jama’ah baik yang baru mengikuti kegiatan atau yang sudah
lama. Dan mengenai kemampuan khalayak, pemahaman cepat dan mudah.
Sedangkan menurut S2 yaitu jama’ah yang mangkir mengatakan kredibilitas
pimpinan kurang bagus dan kurang yakin karena tidak sesuai dengan hati nurani.
Mengenai Contex, program kurang memuaskan jama’ah. Mengenai Conten atau
Isi, dari pemahaman jama’ah dan guru yang berbeda. Mengenai Clarity atau
kejelasan, guru dan pimpinan ada kekompakan. Mengenai Continuity dan
konsistensi, baik guru atau pimpinan harus adanya pengulangan materi agar bisa
lebih difahami jama’ah. Mengenai Channels atau saluran, antara jama’ah dan
pimpinan harus bisa saling memahami dan senada satu sama lain. Dan mengenai
kemampuan khalayak, perlu adanya pengulangan materi. Menurut S3 yaitu
jama’ah yang puas dengan kinerja pengurus mengatakan kredibilitas pimpinan
64
sangat bagus dan yakin karena hasil dari kinerja yang memuaskan. Mengenai
Contex, pelayanan memuaskan baik dari pengurus maupun pengajar. Mengenai
Conten atau Isi, penyampaian guru mudah difahami dan memuaskan jama’ah.
Mengenai Clarity atau kejelasan, tidak ada kekeliruan dalam penyampaian
informasi. Mengenai Continuity dan konsistensi, penyampaian pesan harus
diulang agar lebih mudah di ingat. Mengenai Channels atau saluran, cepat, mudah
dan senada satu sama lainnya. Dan mengenai kemampuan khalayak, tidak ada
kesulitan dari materi ataupun cara penyampaian guru. Sedangkan menurut S4
yaitu jama’ah yang keluar mengenai kredibilitas pimpinan mengatakan sangat
yakin akan tetapi tidak memuaskan. Mengenai Contex, program tersusun dan
berjalan dengan baik. Mengenai Conten atau Isi, masih kurang memahami
penyampaian guru. Mengenai Clarity atau kejelasan, harus bisa saling memahami,
baik guru, pimpinan dan jama’ah. Mengenai Continuity dan konsistensi, dalam
penyampaian materi kurang diperjelas. Mengenai Channels atau saluran, selalu
telat informasi baik dalam informasi rapat pimpinan maupun kegiatan tahsin. Dan
mengenai kemampuan khalayak, sangat kurang dan sangat terbatas.
Jama’ah menghadapi masalah dalam belajar tahsin yaitu seperti lupa, tidak
ada sarana seperti al-qur’an atau kesulitan dalam membaca al-qur’an baik dari
makhrajul huruf maupun tajwidnya. Menurut jama’ah tahsin mereka menghadapi
masalah tidak adanya sarana dan prasarana seperti mesin (alat-alat), material (al-
qur’an atau buku), sikap pihak manajemen terhadap jama’ah tidak netralitas atau
masa bodo akan tetapi bersikap empati dengan memperhatikan dan mengontrol
kondisi jama’ah baik dari tenaga pengajar maupun lainnya seperti mesin (alat-
65
alat) atau material (al-qur’an atau buku). Terhadap guru atau jama’ah selalu diberi
tahu lewat informasi melalui papan pengumuman, rapat atau pada acara lain
seperti majlis duha, majlis tilawah atau lainnya.
66
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya, dan dengan mengacu kepada rumusan
masalah sebagaimana termuat dalam bab pertama sampai bab ke lima skripsi ini
maka, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a. Dalam pendekatan komunikasi antar pribadi terhadap individu yang
terjadi dimasjid al-madinah pimpinan menerapkan beberapa strategi
komunikasi dalam menghadapi jama’ah dalam kegiatan tahsin diantaranya
menerapkan strategi pedang tergantung kepada jama’ah yang mangkir
(bolos) yaitu dengan memberikan motivasi kepada jama’ah agar lebih giat
dalam menjalani kegiatan tahsin qur’an. Kepada jama’ah yang produktif
(rajin) pimpinan menerapkan strategi wortel terayun yaitu dengan
memberikan hadiah berupa sajadah shalat, al-qur’an booklet, accessoris
(pin bergambar masjid, gantungan kunci) dan CD tentang kegiatan-
kegiatan masjid al-madinah. Kepada jama’ah yang keluar pimpinan
menerapkan strategi katalisator yaitu dengan memberikan nasihat, arahan
dan dukungan kepada jama’ah agar jama’ah yang keluar bisa aktif kembali
menjalani kegiatan tahsin qur’an. Dan kepada jama’ah yang puas dengan
kinerja pengurus pimpinan menerapkan strategi kembar siam (saling
menguntungkan antara guru dan murid) yaitu dengan memberikan
pengajaran kepada jama’ah dan menawarkan jama’ah untuk menjadi imam
67
masjid, dengan itu ada hasil yang diperoleh jama’ah dari pengajaran
tersebut atau mengikut sertakan jama’ah dalam lomba tahsin dan
hadiahnya diberikan kepada pimpinan sebagai tanda prestasi jama’ah.
b. Dalam pendekatan komunikasi kelompok pimpinan dan guru membagi
menjadi empat kelompok. Kelompok pertama yaitu kelompok yang
produktif berdasarkan kepintaran, kerajinan dan kepandaian jama’ah
dalam membaca al-qur’an dengan baik dan benar. Kelompok kedua yaitu
kelompok yang mangkir berdasarkan jama’ah yang jarang hadir (bolos).
Kelompok ketiga yaitu kelompok yang puas dengan kinerja pengurus
berdasarkan jama’ah yang puas dengan kegiatan tahsin, baik dari metode
guru dalam menyampaikan materi maupun dari kepribadian ustad yang
bijaksana terhadap jama’ah. Kelompok keempat yaitu kelompok jama’ah
yang keluar berdasarkan data jama’ah yang sudah tidak aktif dalam
kegiatan tahsin.
c. Dalam pendekatan komunikasi organisasi terhadap masalah sistem
pengajaran dan struktur organisasi pimpinan menerapkan alat-alat
manajemen yang diantaranya Man (struktur, guru), Money (Biaya),
Metode, Marketing (brosur), Mesin (alat-alat) , Material (buku). Selain itu
pimpinan menerapkan proses komunikasi. Pimpinan bersama guru
mengatur individu agar mereka produktif dan rajin mengikuti program
kegiatan Tahsin Qur’an. Pimpinan juga mampu mendekati individu
melalui pendekatan Komunikasi Antar Pribadi bagi yang rajin dan tidak
rajin. Pimpinan juga menghadapi individu dan kelompok yang tidak puas
68
didekati melalui pendekatan kelompok. Pimpinan menjalankan organisasi-
rganisasi atau formal untuk menghadapi individu atau kelompok. Secara
bertahap mereka didekati secara personal approach atau Komunikasi
Antarpribadi, kelompok. Pimpinan dan ustad tidak langsung menulis
peringatan 1, 2, dan 3 bagi individu yang bolos, keluar, dan tidak puas,
tetapi mereka menerapkan pendekatan Komunikasi Antarpribadi dan
kelompok.
2. Saran-saran
Dalam mengelola suatu organisasi pimpinan sebaiknya lebih memahami
apa yang diinginkan bawahannya dan para jama’ah, baik dari sisi kualitas guru
yang mengajar maupun sarana dan prasarana yang ada agar seluruh para jama’ah
merasa yakin dan percaya dengan kinerja pengurus baik pimpinannya yang
mempunyai kredibilitas tinggi maupun anggotanya.
69
DAFTAR PUSTAKA Arni, Muhammad, Komunikasi Organisasi. (Jakarta Bumi Aksara, 2007), Cet ke-
8 h. 65. Alvin, A. Golberd, Komunikasi Kelompok : Proses-proses Diskusi dan
Penerapannya. Penerbit Universitas Indonesia. Armawati Arbi, Dakwah dan Komunikasi. Cet ke-1 UIN Jakarta Press, 2003 Ajhari, Januar, (Pola Komunikasi Organisasi Nurmahmudi Sebagai Walikota
Depok Dalam Implementasi Kebijakan Publik), Karya Ilmiah Th. 2008. Ariyati, Eska, (Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan Kepemimpinan Di
SMU Muhammadiyah 4 Jakarta), Karya Ilmiah Th 2009. Ashari Siregar, Media Korporasi Organisasi, Cet ke-1 Th. 2002 Hal 28. Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakarta, PT. Bina Aksara, 1987), h. 28. Arwani Marhum (Kajian Hukum Tajwid, Materi Tahsin, Menghafal Al-qur’an) di
Masjid Al-Madinah CDB Ciledug. Senin 3 April 2011 pukul 20.30. Ahmad Yani, Menuju Masjid Ideal. Penerbit Lp2SI, Cet ke-1, Mei 2001 M/syafar
1422 H. hal 81. Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, P.T Raja Grafindo Persada, Tahun
1998, hal 18. Department Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahannya, juz 1-30, (Semarang :
Karya Toha Putra Semarang, 1998), hal 280. ---------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------), Al-Alaq 19. Didin Hafidhuddin, Manajemen Syariah Dalam Praktek, Penerbit Gema Insani
Press Deddy Mulyana, Komunikasi Organisasi, P.T Remaja Rosdakarya, Bandung.
2005, hal. 148. Dalam kegiatan belajar dan memperbaiki bacaan al-qur’an, oleh Arwani Marhum
(Kajian Hukum Tajwid, Materi Tahsin, Menghafal Al-quran) di Masjid Al-Madinah senin 3 April 2011 pukul 20.30.
70
Daftar kehadiran Peserta Tahsin Al-qur’an) Management Masjid Al-Madinah CBD Ciledug, Tahun 2008 – 2011.
Done F. Faules, R.Wayne Pace, Komunikasi Organisasi. Strategi Meningkatkan
Kinerja Perusahaan. (Bandung : Rosda Karya, 2006) h.17. Dahlan, Zaini, Manajemen Masjid Dalam Pengembangan Masyarakat,
Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid, Cet ke-1, mei 2001, hal 23. E. Ayub. Moh, Manajemen Masjid, Penerbit Gema Insani Press. Effendy, Onong Uchjana. Spektrum Komunikasi, (Bandung : Bandar Maju, 1992),
h.4. Frethzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2001) Cet ke-2 hal 431. Gazalba, Sidi, Masjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna.
Cet ket VI 1994. H.Jackson John, L. Mathis Robert, Terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira,
th 2001 hal 78. H Letjen Sudirman, (Forum Dakwah, Pusat Dakwah Islam Indonesia, Jakarta.
1972, hal.40). Hayustiro, (Komunikasi Organisasi Di Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kabupaten Bogor), Karya Ilmiah Th 2008.
Idarah Masjid, Terbitan KODI DKI Jakarta.
Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006). Cet ke-22, hal-3.
Nurdin, Sistem Komunikasi Indonesia (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2005). Cet ke-2 hal.33 Robbin, Stephen P. Perilaku Organisasi, Jakarta 2001, Jilid 1 hal 7. ________________________________, Konsep, Kontropersi, Aplikasi,(Jakarta
Prenhalindo, 1996), Hal 100-104. Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi. (Bandung, Remaja Rosdakarya,
1985).
71
Susanto, Phil Astrid, Komunikassi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1998), cet ke-3, h.1.
Siagian, Sondang P. Peranan Dalam Manajemen (Jakarta, Bumi Aksara, 2007),
cet ke—8 h. 65. Sihab, Quraiy. Wawasan Al-qur’an, (Bandung, Mizan 1997). Hal 459. Tubis-Syilvia Moss, Stewart L. Pengantar Dedy Mulyana, Human
Communication, Konteks-konteks Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005) h. 164.
Toha, Miftah. Perilaku Organisasi (Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada 2002) cet
ke-13, h. 162. Tabloid Al-Madinah, Oase Ilmu dan Syiar Islam di Kawasan CBD, edisi Jum’at 1
Dzulqaidah 1429 H-31 Oktober 2008. Wijoyo Kunto, Muslim Tanpa Masjid, (Bandung, Mizan, 2001) Hal 127-134. Wawancara oleh Ade Wahyudi, Staff Lembaga Tahsin Qur’an, tgl 04 April 2011
pukul 10.30 – 11.43, di Kantor Kesekretariatan Masjid Al-Madinah.