Transcript of KESALAHAN PENERJEMAHAN KALIMAT TANYA PADA …
PRE-WEDDING KARYA ANNISA NISFIHANI
Universitas Sebelas Maret Surakarta
penerjemahan kalimat tanya, kesalahan penerjemahan dan cara untuk
mengatasi
kesalahan penerjemahan kalimat tanya dalam webtoon My Pre-Wedding.
Metode
yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif dengan teknik
catat.
Selanjutnya dilakukan analisis data menurut Miles dan Huberman.
Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa: pertama, ditemukan adanya enam
variasi
penerjemahan kalimat tanya, yaitu kalimat tanya yang diawali kata
tanya dalam
penerjemahannya sebanyak 18 data, kalimat tanya yang di tandai
tanda tanya “?”
dalam penerjemahannya sebanyak 73 data, kalimat tanya yang di
tandai dengan
penggunaan partikel –kah sebanyak 2 data, kalimat imperatif yang
diterjemahkan
menjadi kalimat tanya sebanyak 3 data, kalimat tanya yang
diterjemahkan menjadi
kalimat imperatif sebanyak 3 data, dan kalimat tanya yang dalam BSu
tidak
diawali kata tanya namun dalam BSa diawali dengan kata tanya
sebanyak 51 data.
Kedua, ditemukan tiga kesalahan penerjemahan pada tataran
sintaksis, yaitu
kesalahan dalam urutan kata (word order) sebanyak 58 data,
penghilangan
(omission) sebanyak 12 data, dan kegagalan mentransfer maksud
sebanyak 6 data.
Ketiga, cara mengatasi kesalahan penerjemahan kalimat tanya dalam
webtoon My
Pre-Wedding dengan menggunakan tiga teknik penerjemahan, yaitu
teknik harfiah,
teknik reduksi dan teknik padanan lazim.
Kata kunci: Variasi Penerjemahan, Kalimat Tanya, Kesalahan
Penerjemahan,
Webtoon My Pre-Wedding, Teknik Penerjemahan.
PENDAHULUAN
pengalihan makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan
mengungkapkannya
kembali di dalam bahasa sasaran dengan bentuk-bentuk bahasa sasaran
yang
mengandung makna yang sama dengan makna bentuk-bentuk bahasa sumber
tersebut.
Di zaman modern ini, kegiatan penerjemahan mengalami perkembangan
pesat.
Karya-karya yang diterjemahkan pun sudah banyak tersebar, karya
tersebut bisa berupa
karya sastra, ilmu pengetahuan, sosial, budaya dan lain-lain. Di
tambah dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang didukung oleh
adanya fasilitas
internet dapat memudahkan masyarakat dalam proses berinteraksi,
sampai dengan
tukar-menukar informasi dan pesan.
Salah satu media sosial untuk berkomunikasi yang dikenal saat ini
adalah media
sosial LINE. Sekarang ini, orang lebih banyak menggunakan media
sosial LINE karena
penggunaannya lebih mudah dan fiturnya pun beragam. Salah satu
fitur tambahan yang
diberikan oleh LINE adalah webtoon. Webtoon berasal dari bahasa
Korea yang dikenal
sebagai komik daring, merupakan komik digital yang di distribusikan
lewat jaringan
internet dan dapat di baca dalam berbagai bahasa baik karya asli
ataupun karya
My Pre-Weddding adalah salah satu cerita dalam LINE webtoon karya
Annisa
Nisfihani, seorang komikus asal Indonesia. Cerita tersebut
diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab oleh kontributor pembaca yang kemudian diunggah oleh
akun yang
bernama “Ddadino”. Webtoon ini diterjemahkan agar dapat dinikmati
oleh selain
masyarakat Indonesia. Adapun dalam komik terdapat berbagai
percakapan atau dialog
yang dilakukan oleh para karakter, pada umumnya percakapan atau
dialog tidak akan
jauh dari pertanyaan dan jawaban. Hal inilah yang membuat peneliti
mengambil kalimat
tanya sebagai objek penelitiannya dengan melihat banyaknya data
yang terdapat pada
komik tersebut.
Dari uraian diatas, penelitian ini membahas tiga permasalahan
sebagai berikut:
1). Bagaimana variasi penerjemahan kalimat tanya yang terdapat pada
webtoon My Pre-
Wedding?, 2). Bagaimana kesalahan penerjemahan kalimat tanya yang
terdapat pada
webtoon My Pre-Wedding?, dan 3). Bagaimana cara mengatasi kesalahan
penerjemahan
kalimat tanya yang terdapat pada webtoon My Pre-Wedding.
Penelitian mengenai kesalahan penerjemahan telah banyak dilakukan
oleh
peneliti dan pemerhati bahasa Arab, salah satunya adalah penelitian
yang dilakukan oleh
Faiq Ainurrafiq (2015) berjudul “Analisis Kesalahan Penerjemahan
Kitab Balaghah Al-
Wadihah Karya Ali Al-Jarim dan Mustafa Amin”. Pada penelitian ini
ditemukan adanya
beberapa kesalahan dalam penyusunan kalimat pada bahasa sasaran,
kesalahan pada
penggunaan efektifitas kalimat, kesalahan penerjemahan pada
kosakata, serta kesalahan
dalam aspek penghilangan atau tidak diterjemahkannya aspek
kosakata, frasa dan
kalimat.
kesalahan penerjemahan kalimat tanya dalam webtoon My Pre-Wedding
belum pernah
dilakukan. Hal inilah yang melatarbelakangi penelitian ini dan
diharapkan dapat
melengkapi penelitian sebelumnya serta dapat memberikan wawasan
yang lebih terkait
dengan variasi penerjemahan, kesalahan penerjemahan dan teknik
penerjemahan.
TEORI DAN METODOLOGI Terdapat tiga teori yang digunakan pada
penelitian ini, yaitu:
A. Kesalahan Penerjemahan
Norrish 1983 (dalam Rita 2008: 5) mengemukakan bahwa
menganalisis
kesalahan penerjemahan dapat dipelajari secara empiris yakni dengan
mencari letak
kesalahan yang ada, baik pada kesalahan makna dan gramatikal.
Norrish (1983) pun
menyebutkan kesalahan penerjemahan yang terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu 1.
Kesalahan semantik, 2. Kesalahan morfologis dan 3. Kesalahan
sintaksis. Pada
penelitian kali ini, penulis akan menganalisis kesalahan
penerjemahan pada tataran
sintaksis, karena pada webtoon My Pre-Wedding terdapat beberapa
kesalahan
penerjemahan dalam tataran sintaksis. Kesalahan sintaksis
dikelompokkan menjadi tiga
jenis, yaitu:
Ketidakmampuan penerjemah menampilkan urutan kata yang sesuai
dalam
bahasa sasaran dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1). Kesalahan urutan kata dalam frasa nomina
Frasa nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan
memperluas
sebuah kata benda.
Frasa verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata
kerja.
448
dihilangkannya elemen-elemen BSu dalam terjemahan. Penghilangan
ini
mengakibatkan hilangnya sebahagian pesan yang ada dalam teks BSu.
Penghilangan ini
ditemukan pada kelas kata seperti berikut.
1). Penghilangan Verba
Verba merupakan unsur inti dalam sebuah kalimat. Penghilangan verba
sebagai
unsur inti akan menghilangkan pesan penting dari teks BSu.
2). Penghilangan Nomina
Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu kepada sesuatu
benda baik
yang bersifat kongkrit maupun abstrak. Penghilangan nominan akan
menghilangkan
subjek, objek, pelengkap ataupun keterangan pada teks
aslinya.
3). Penghilangan Adverbia
4). Penghilangan Adjektiva
Adverbia atau kata sifat yang merupakan sebuah kata yang berfungsi
untuk
mensifati suatu benda atau pun lainnya.
5). Penghilangan Konjungsi.
Konjungsi atau kata hubung adalah kata yang berungsi menghubungan
dua kata
atau dua kalimat.
c. Kegagalan Mentransfer Maksud dari Bahasa Sumber.
Kegagalan mentrasfer maksud adalah keadaan di mana maksud atau
pesan yang
terkandung dalam BSu menjadi tidak tersampaikan dalam BSa.
Sehingga
pengalihbahasaan teks tersebut dikatakan gagal.
B. Teknik Penerjemahan
Menerjemahkan teks dari BSu ke BSa pastilah menggunakan suatu
teknik dalam
mengalihbahasakann teks tersebut. Teknik adalah sesuatu yang
praktis, sesuai dengan
sifatnya yang praktis, “teknik” secara langsung berkaitan dengan
permasalahan praktis
penerjemahan dan pemecahannya daripada dengan norma maupun
penerjemahan
tertentu (Machali, 2009: 107).
Delapan belas teknik penerjemahan yang dikemukaan oleh Molina dan
Albir
(2002: 509), yaitu: 1. Adaptasi, 2. Amplifikasi, 3. Peminjaman, 4.
Kalke, 5.
Kompensasi, 6. Deskripsi, 7. Kreasi Diskursif, 8. Padanan Lazim, 9.
Generalisasi, 10.
Amplifikasi Linguistik, 11. Kompresi Linguistik, 12. Penerjemahan
Harfiah, 13.
Modulasi, 14. Partikularisasi, 15. Reduksi, 16. Substitusi, 17.
Transposisi, dan 18.
Variasi. Dari beberapa jenis teknik penerjemahan tersebut, teknik
yang penulis tekukan
untuk mengatasi kesalahan penerjemahan yaitu sebanyak tiga teknik.
Berikut akan
dijelaskan mengenai ketiga teknik tersebut.
1). Penerjemahan Harfiah (Literal Translation)
Teknik penerjemahan yang mengalihkan suatu ungkapan dalam BSu
secara kata
per kata ke dalam BSa. Merupakan teknik langganan yang sering
digunakan oleh
penerjemah karena tergolong teknik yang cukup simpel.
2). Reduksi (Reduction)
Memadatkan informasi yang terdapat dalam bahasa sumber ke dalam
bahasa
sasaran. Pemadatan informasi yang dilakukan tidak boleh mengubah
pesan dalam teks
bahasa sumber.
449
Menerjemahkan istilah dalam bahasa sumber dengan istilah yang sudah
lazim
dalam bahasa sasaran. Istilah dalam bahasa sumber tersebut umumnya
berdasarkan
kamus atau ungkapan sehari-hari.
Kalimat tanya merupakan kalimat yang mengandung makna sebuah
pertanyaan
yang biasanya di tandai dengan kata tanya atau pun tanda tanya (?).
Arti kalimat tanya
adalah kalimat yang berisi pertanyaan kepada pihak lain untuk
memperoleh jawaban
dari pihak yang ditanya. Kalimat tanya juga sering dikatakan
sebagai kalimat interogatif
yaitu kalimat yang berfungsi untuk meminta keterangan ihwal sesuatu
yang belum
diketahui oleh penutur (Al Farisi, 2011: 231). Dalam bahasa Arab,
kata tanya disebut
juga dengan .
Manaf (2009: 23) menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Sintaksis:
Teori
dan Terapannya dalam Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa, kalimat
tanya
mempunyai beberapa ciri sebagai berikut.
a. Kalimat tanya diawali dengan kata-kata tanya (5W+1H) yaitu What,
Who, Why, Where,
When + How (apa, siapa, kenapa, di mana, kapan + bagaimana).
b. Kalimat tanya selalu diakhiri dengan tanda tanya (?).
c. Kalimat tanya menggunakan partikel atau imbuhan- kah pada bagian
akhir kata tanya,
seperti apakah, bukankah, siapakah, dan lain-lain.
(,).
e. Kalimat tanya yang membutuhkan jawaban ya atau tidak memiliki
intonasi menaik pada
bagian akhir kalimat. Sedangkan kalimat tanya yang membutuhkan
respon jawaban
panjang memiliki intonasi menurun pada bagian akhir.
Selanjutnya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif
deskriptif. Penelitian
kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek yang
alamiah, di mana peneliti adalah sebagai intrumen kunci. strategi
pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan) yang telah di kemukakkan
oleh Miles dan
Huberman (dalam Sugiyono 2015: 91). Adapun pemaparan hasil
diuraikan dalam
tulisan menggunakan metode deskriptif, di mana penulis akan
menuliskan dengan
menarik kesimpulan dari rumusan masalah yang telah dirumuskan
sebelumnya.
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, ditemukan adanya enam variasi penerjemahan
kaliamat
tanya, diantaranya yaitu:
1). Kalimat Tanya yang Diawali dengan Kata Tanya dalam
Penerjemahannya
Terdapat 18 data yang ditemukan pada variasi ini, yaitu dengan
diawali oleh
kata tanya apa, kenapa, kapan dan bagaimana. Adapun contoh kalimat
mengenai variasi
kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya sebagai berikut.
BSu: Apa nanti aku juga jadi galak kayak kakak yak? (MPW: Episode
7).
BSa:
Hal Sa aknu syarisatan mitsluh (MPW: Episode 7).
Data diatas merupakan kalimat tanya yang menanyakan sesuatu keadaan
dan
membutuhkan jawaban berupa suatu keterangan atau penjelasan. Ni’mah
(1988: 126)
450
menyebutkan jika kata tanya “Apa” dalam bahasa Arab diterjemahkan
menjadi
/m/mdz/ “/”. Sedangkan jawaban untuk kata “/” dalam bahasa
Arab
biasanya berupa penjelasan tentang hal yang ditanyakan. Kata “”
merupakan
terjemahan dari kata “Apakah” yang hanya mempunyai dua jawaban
yaitu “Iya atau
Tidak” (Ni’mah: 1988: 188). Sedangkan dalam kamus Al-Munawwir
(1997: 1512) kata
diterjemahkan menjadi “Adakah”, sedangkan kata “Apakah”
diterjemahkan ”“
menjadi kata “” (Al-Munawwir, 1997: 1304).
Kutipan kalimat di atas merupakan sebuah pertanyaan mengenai
keadaan Adelia
dimasa mendatang. Saat itu Adelia tengah melihat kakaknya sedang
memarahi anaknya,
kemudian Adelia pun bergumam dalam hati “Apa nanti aku juga jadi
galak kayak kakak
yak?”. Jawaban atas pertanyaan Adelia tersebut membutuhkan jawaban
pasti antara “iya
atau tidak”. Jika jawaban berupa penjelasan maka akan menimbulkan
ke-ambiguan
dalam jawaban tersebut, karena hal yang ditanyakan oleh Adelia
belum terjadi.
Oleh karena itu, dalam bahasa Arab (BSa) penerjemah menggunakan
kata “”
untuk menerjemahkan kata “Apa”. Meskipun tidak sesuai dengan kaidah
kebahasaan
antara kalimat dalam BSu dan Bsa, namun hal tersebut bisa
berterima. Dengan
demikian, kata “Apa” dalam bahasa Arab (BSa) tidak hanya bisa
diterjemahkan menjadi
dengan melihat konteks tuturan yang ”“ namun dapat diterjemahkan
menjadi ”/“
terjadi.
2). Kalimat Tanya yang Di tandai dengan Tanda Tanya “?” dalam
Penerjemahannya
Terdapat 73 data yang ditemukan pada variasi ini, karena lazimnya
kalimat
tanya memang di tandai dengan menggukana tanda baca tanya “?”.
Adapun contoh
kalimat mengenai variasi kalimat tanya yang di tandai dengan tanda
tanya “?” sebagai
berikut.
BSa:
Hal ant masyghlatun?
(MPW:Episode 1).
Kalimat dalam BSu diakhiri dengan tanda baca tanya “?” dan
begitupun dalam
BSa diakhiri dengan tanda baca tanya. Hal itu menunjukkan
kesesuaian penerjemahan
antara kalimat dalam BSu dan BSa.
3). Kalimat Tanya yang Di tandai dengan Penggunaan Partikel
–Kah
Terdapat 2 data yang ditemukan pada variasi ini. Partikel yang
ditemukan
merupakan gabungan dari kata “Apa+kah” menjadi “Apakah”. Adapun
contoh kalimat
mengenai variasi kalimat tanya yang di tandai dengan dengan
penggunaan partikel -kah
sebagai berikut.
BSu: Apakah benar ini kediaman rumah mbak Adelia? (MPW:Episode
8).
BSa:
Hal Hadz manzilun Adelia? (MPW:Episode 8).
Kalimat dalam BSu diawali dengan kata tanya “Apakah” yang
merupakan
gabungan dari kata tanya “Apa+kah” dan diterjemahakan oleh
penerjemah
menggunakan kata tanya /hal/ “”. Kata “Apakah” dalam bahasa Arab
diterjemahkan
451
menjadi “” dan jawaban dari kata apakah hanya ada dua yaitu “Iya
dan Tidak”
(Ni’mah: 1988: 188).
Pada teks di atas, kalimat dalam BSu diawali dengan kata tanya
“Apakah” dan
diterjemahakan oleh penerjemah ke dalam BSa menggunakan kata tanya
“”. Hal itu
menunjukkan kesesuaian penerjemahan antara kalimat tanya dalam BSu
dan Bsa.
4). Kalimat Imperatif yang Diterjemahkan Menjadi Kalimat
Tanya
Terdapat 3 data yang ditemukan pada variasi ini. Hal ini dapat
terjadi
dikarenakan penerjemah menyesuaikan dengan konteks yang tengah di
bicarakan.
Adapun contoh kalimat mengenai variasi kalimat lain yang
diterjemahkan menjadi
kalimat tanya sebagai berikut.
(MPW:Episode1).
BSa:
Hal tatazaujayn? (MPW:Episode1).
Kalimat dalam BSu bukanlah kalimat tanya melainkan kalimat
imperatif. Hal itu
terlihat pada penggunaan tanda seru “!” di akhir kalimat yang
menunjukkan bahwa itu
adalah sebuah pernyataan yang bersifat mengharuskan atau berupa
perintah (Sidu, 2013:
80). Sedangkan pada BSa terjadi perubahan di mana kalimat tersebut
diterjemahkan
menjadi kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya /hal/ “” dan
diakhiri dengan
tanda tanya “?”.
5). Kalimat Tanya yang Diterjemahkan Menjadi Kalimat
Imperatif
Terdapat 3 data yang ditemukan pada variasi ini. Hal ini dapat
terjadi
dikarenakan penerjemah menyesuaikan dengan konteks yang tengah di
bicarakan.
Adapun contoh kalimat mengenai variasi kalimat lain yang
diterjemahkan menjadi
kalimat tanya sebagai berikut.
BSa:
!!! ! !!! 'Um!!! Khlati gharbuhu! Ana khifun!!! (MPW:Episode
8).
Kalimat dalam BSu merupakan kalimat tanya. Hal itu terlihat pada
penggunaan
tanda tanya “?” di akhir kalimat yang menunjukkan bahwa itu adalah
sebuah
pertanyaan. Sedangkan pada BSa terjadi perubahan di mana kalimat
tersebut
diterjemahkan menjadi kalimat lain (imperatif) yang diakhiri dengan
tanda seru “!”.
6). Kalimat Tanya yang dalam Bsu Tidak Diawali Kata Tanya Namun
dalam Bsa
Diawali Kata Tanya.
Terdapat 51 data yang ditemukan pada variasi ini. Adapun contoh
kalimat
mengenai variasi kalimat lain yang diterjemahkan menjadi kalimat
tanya sebagai
berikut.
BSa:
Hal mzalt nishf nimatun? (MPW:Episode 3).
452
Kalimat dalam BSu merupakan kalimat tanya namun tidak diawali
dengan
atribut 5W+1H atau kata tanya. Namun pada BSa diterjemahkan dengan
diawali kata
tanya “”. Hal ini bisa terjadi karena dalam kaidah berbahasa Arab
kata tanya ataupun
yang sering di sebut dengan “ ”/adawtul istifhm/ selalu berada di
awal
kalimat dan tidak boleh didahului oleh kata lain kecuali harf jar
atau mudhaf (Ni’mah,
1988: 191). Oleh karena itu, penerjemah banyak menggunakan kata
tanya pada BSa,
karena menyesuaikan dengan kaidah kebahasaan dalam BSa agar
terjemahannya dapat
berterima dan mudah untuk dipahami.
B. Kesalahan Penerjemahan Ditinjau dari Tataran Sintaksis
Pada penelitian ini ditemukan adanya tiga kesalahan penerjemahan
kalimat
tanya berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Norrish 1983 (dalam
Rita 2008: 5),
yaitu sebagai berikut.
1). Kesalahan Pada Urutan Kata (Word Order)
Terdapat 58 data yang ditemukan memiliki kesalahan pada urutan kata
(word
order). Hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya ketidakmampuan
penerjemah dalam
menampilkan urutan kata yang sesuai antara bahasa sumber dan bahasa
sasaran.
Kesalahan pada urutan kata ini terbagi menjadi dua yaitu kesalahan
pada urutan dalam
frasa nomina dan frasa verbal. Adapun contoh kesalahan penerjemahan
dalam urutan
frasa nonima sebagai berikut.
BSa:
Hal intahayti al-mahmmul-khshatu biki? (MPW:Episode 3).
Pada data di atas, terjadi kesalahan penerjemahan pada urutan kata
yaitu pada
frasa nomina “kerjaanmu” yang diterjemahkan menjadi kata “ ” dalam
BSa
(bahasa Arab). Penerjemahan kata “kerjaan” dengan kata “ ” dalam
bahasa Arab
memang sudah lazim dan tepat, namun penerjemah menambahkan kata “ ”
setelah
kata “ ” sehingga hasil terjemahan akan menjadi “pekerjaan khusus”.
Padahal kata
dalam BSu tidak menunjukkan adanya ke-khususan pada pekerjaan
tersebut. Adapun
koreksi penulis dalam menerjemahkan frasa nomina di atas adalah
sebagai berikut.
Koreksi:
Hal „amaluki qad intah?
Penulis menerjemahkan kata “Kerjaanmu” menjadi “ di mana penggunaan
”
kata “ ” yang berarti “pekerjaan” lebih tepat dibandingkan dengan
kata “ ” yang
berarti “tugas” (Al-Munawwir, 1997: 973).
Selain itu contoh kesalahan penerjemahan dalam urutan frasa verbal
sebagai
berikut.
BSa:
Hal kalat wajbatu ghadika bada? (MPW:Episode 1).
453
Pada data di atas, terjadi kesalahan penerjemahan pada urutan kata
yaitu pada
frasa verbal “makan siang” yang diterjemahkan menjadi kata “ ”
dalam
BSa (bahasa Arab). Pada kata “ ” terdapat kesalahana penerjemahan,
di
mana pada kata “ ” ditemukan adanya penambahan huruf alif maqsurah
“” yang
seharusnya tidak ada pada kata tersebut. Selain itu terdapat pula
kata yang berulang
terlihat pada adanya penambahan kata “ ” yang berarti “makan” dan
kata “ ”
yang berarti “makan siang” (Al- Munawwir, 1997: 998). Hal tersebut
membuat hasil
terjemahan menjadi tidak efisien.
Alangkah lebih baik, apabila kata “ ” tidak perlu digunakan
dalam
penerjemahan. Karena hal tersebut menimbulkan kesalahan pada aspek
padanan kata
dan efektifitas penerjemahan. Adapun koreksi penulis dalam
menerjemahkan frasa
verbal di atas adalah sebagai berikut.
Koreksi:
Hal tanwalti wajbatul-ghadi?
Pada koreksian tersebut, penulis menghilangkan kata “ ” dan
menerjemahkan
teks tersebut secara harfiah, sehingga penerjemahan yang di
hasilkan menjadi lebih
efektif dan tidak ada kata yang berulang.
2). Penghilangan (Omission)
sebagai berikut.
BSu: Adelia : Meka, ini si Adimas ngasih ginian maksudnya
apa?
BSa:
: Adelia : Meka, m mana hadz? (MPW:Episode 2).
Pada data di atas, terdapat penghilangan verbal pada BSa. Di mana
kata “ini si
Adimas ngasih ginian” tidak diterjemahkan, sehingga penerjemahan
dalam BSa
terkesan lebih pendek daripada kalimat aslinya. Penghilangan verba
yang di maksud
adalah pada kata “ngasih” yang dituliskan dalam bahasa non
formal.
Hal tersebut dilakukan oleh penerjemah karena dalam webtoon My
Pre-Wedding
terdapat gambar yang menunjukkan jika Adimas memberikan sesuatu
kepada Adelia
dan ia menanyakan pemberian tersebut kepada Meka, namun apabila
teks tersebut
dibaca tanpa adanya gambar maka akan mengakibatkan kerancuan makna
dan
menyebabkan hilangnya sebagian pesan yang terkandung dalam teks
tersebut. Adapun
koreksi penulis dalam menerjemahkan teks tersebut adalah sebagai
berikut.
Koreksi:
: Meka, Athn Adimas syayan, m mana hadz?
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pada percakapan
tersebut terdapat
gambar yang menunjukkan suatu hal yang telah di berikan Adimas
kepada Adelia. Agar
tidak menimbulkan pertanyaan akhirnya penulis menerjemahkan
tersebut secara harfiah,
454
sehingga penerjemahan yang dihasilkan menjadi sesuai dengan BSu dan
tidak ada yang
di hilangkan.
BSa:
Mdz taqln? (MPW: Episode 6).
Pada data di atas, terdapat penghilangan nomina pada BSa. Di mana
kata “orang
tuaku” tidak diterjemahkan, sehingga menimbulkan makna yang ambigu
karena pada
BSa tidak ada subjek yang tepat. Hal tersebut dilakukan oleh
penerjemah karena dalam
webtoon My Pre-Wedding terdapat gambar yang menunjukkan ketika
Adelia
mengatakan kalimat tersebut, dia tengah memikirkan kedua orang
tuanya, namun
apabila teks tersebut dibaca tanpa adanya gambar maka akan
mengakibatkan kerancuan
makna dan menyebabkan hilangnya sebagian pesan yang terkandung
dalam teks
tersebut. Adapun koreksi penulis dalam menerjemahkan teks tersebut
adalah sebagai
berikut.
Koreksi:
M ra'yu walidayya?
Pada dasarnya penerjemah tidak menghilangkan nomina “orang tuaku”,
hanya
saja penerjemah mengganti kata “orang tuaku” menjadi dhamir. Dhamir
tersebut dapat
disebut merujuk kepada kedua orang tua Adelia karena kalimat
setelahnya merupakan
penjelasan dari kalimat sebelumnya. Namun hal itu akan menjadi
ambigu apabila tidak
ada kalimat penjelas setelahnya. Maka, lebih tepat apabila kata
“orang tuaku”
diterjemahkan secara harfiah saja dan tidak digantikan dengan
dhamir.
c. Penghilangan adverbia
BSu: Meka : (Mengangguk) Habis maghriban jadi traktiran kan? (MPW:
Episode 4).
BSa:
( :) Meka : (Hazza ra'sahu)Laqad intahaytu satukfa'n shachchun?
(MPW: Episode 4).
Pada data di atas, terdapat penghilangan adverbia pada BSa. Di mana
kata “habis
maghriban” tidak diterjemahkan, sehingga menghilangkan keterangan
yang terdapat
dalam BSu dan menyebabkan hilangnya sebagian pesan yang terkandung
dalam teks
tersebut. Adapun koreksi penulis dalam menerjemahkan teks tersebut
adalah sebagai
berikut.
Koreksi:
( :) Meka : (Hazza ra'sahu) Hal taknu haflata bada maghrib?
Pada teks di atas, penulis kembali memunculkan adverbia yang
sebelumnya
telah dihilangkan agar keterangan yang dimaksud dalam BSu tetap
dapat tersampaikan.
3). Kegagalan Mentransfer Maksud dari Bahasa Sumber
Terdapat 6 data yang memiliki kegagalan dalam mentransfer maksud.
Di mana
kalimat introgatif diterjemahkan menjadi kalimat imperatif dan
begitu pula sebaliknya.
Adapun contoh kegagalan mentransfer maksud sebagai berikut.
BSu: Menikahlah denganku!
(MPW:Episode1).
455
BSa:
...... Hal tatazawjayn? (MPW:Episode1).
Pada data di atas, terdapat kesalahan mentransfer maksud dari BSu
yang
diterjemahkan ke dalam BSa. Di mana teks BSu merupakan suatu
kalimat perintah yang
di tandai dengan adanya tanda seru (!), namun dalam BSa
diterjemahkan menjadi
kalimat tanya yang di tandai dengan adanya kata tanya () dan tanda
tanya (?). Hal
tersebut dapat terjadi karena penerjemah menyesuaikan dengan
konteks yang tengah di
bicarakan, di mana Adimas secara tiba-tiba melamar Adelia. Sehingga
penerjemah
merubah teks tersebut dari kalimat imperatif menjadi kalimat
introgatif. Adapun koreksi
penulis dalam menerjemahkan teks tersebut adalah sebagai
berikut.
Koreksi:
Teks tersebut diterjemahkan secara harfiah oleh penulis. Sehingga
maksud yang
terkandung dari BSu tetap tersampaikan dengan baik.
C. Cara Mengatasi Kesalahan Penerjemahan
Adapun cara untuk mengatasi kesalahan penerjemah yaitu dengan
menggunakan
teknik penerjemahan. Teknik yang digunakan ialah teknik yang
dikemukakan oleh
Molina dan Albir (2002: 509). Berikut teknik-teknik yang dapat
digunakan dalam
mengatasi kesalahan penerjemahan.
1). Teknik Harfiah
penerjemah sebagai berikut.
BSa:
Hal intahayti al-mahmmul-khshatu biki? (MPW:Episode 3).
Koreksi:
Hal „amaluki qad intah?
Pada data di atas, terdapat kesalahan penerjemahan pada urutan kata
(word
order) dalam frasa nomina. Terlihat pada adanya penambahan kata
pada terjemahan
kata makan siang, hal tersebut membuat hasil penerjemahan yang
terkesan bertele-tele
dan tidak efisien. Untuk mengatasi hal tersebut, penerjemah bisa
menggunakan teknik
penerjemahan harfiah. Di mana penerjemah mengalibahasakan teks BSu
ke dalam BSa
secara kata perkata yang kemudian disesuaikan dengan BSa. Dengan
begitu penerjemah
akan menghasilkan terjemahan yang lebih akurat, efisien dan
berterima.
2). Teknik Reduksi
penerjemah sebagai berikut.
BSa:
Hal sa aknu qdirahu „al liqa sayyid Adimas? (MPW:Episode 3).
456
Koreksi:
Hal sayyid Adimas hunka?
Pada data di atas, terdapat kesalahan penerjemahan urutan kata
(word order)
dalam frasa nomina. Hal tersebut terlihat dari adanya penambahan
kata pada BSa,
Sehingga penerjemahan jauh lebih panjang daripada teks aslinya dan
menghasilkan
makna yang ambingu. Dalam mengatasi hal tersebut, penerjemah dapat
menggunakan
teknik penerjemahan reduksi. Di mana penerjemah akan meringkas
dengan
menghilangan beberapa kata dari BSu yang tidak perlu diterjemahkan
dalam BSa. Hasil
terjemahan pun akan lebih efektif serta maksud dari teks tersebut
akan tetap
tersampaikan dengan baik.
penerjemah sebagai berikut.
BSu: Orang tua satu itu maunya apa sih? (MPW:Episode 10).
BSa:
Dzalika rajulul-qadmu, mdz yurdu haqqan? (MPW:Episode 10).
Koreksi:
Mdz yurdu ahadal-wlidayni?
Pada data di atas, terdapat kesalahan penerjemahan pada terjemahan
kata “orang
tua” yang diterjemahkan menjadi “ “ Kata .” memang sudah tepat
”
untuk menerjemakan kata orang tua, tetapi konteks yang dimaksud
pada kalimat ini
bukanlah orang pada zaman dahulu, tetapi maksud dari orang tua
dalam teks ini adalah
Ayah dan Ibu. Untuk itu, penerjemah diharuskan menggunakan teknik
penerjemahan
padanan lazim agar membuat teks BSa tidak bermakna ambigu dan mudah
di pahami
serta tidak menghilangkan maksud dari BSu.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, berikut ini tiga hal
yang dapat
ditarik kesimpulan. Pertama, variasi penerjeman kalimat tanya yang
terdapat pada
webtoon MPW terdiri dari enam macam variasi penerjemahan. Keenam
variasi tersebut
berupa 1). Kalimat tanya yang diawali dengan kata tanya dalam
penerjemahannya
sebanyak 18 data, 2). Kalimat tanya yang di tandai dengan tanda
tanya “?” dalam
penerjemahannya sebanyak 73 data, 3). Kalimat tanya yang di tandai
dengan
penggunaan partikel –kah sebanyak 2 data, 4). Kalimat imperatif
yang diterjemahkan
menjadi kalimat tanya sebanyak 3 data, 5). Kalimat tanya yang
diterjemahkan menjadi
kalimat imperatif sebanyak 3 data, dan 6). Kalimat tanya yang dalam
BSu tidak diawali
kata tanya namun dalam BSa diawali kalimat tanya sebanyak 51 data.
Variasi
penerjemahan yang di tandai dengan tanda baca tanya “?” memiliki
jumlah data
terbanyak yaitu 73 data dan variasi yang paling rendah adalah
variasi penerjemahan
yang di tandai dengan partikel –kah sebanyak 2 data.
Kedua, kesalahan penernejamah yang dikaji adalah kesalahan pada
tataran
sintaksis yang meliputi tiga hal yaitu 1). Kesalahan pada urutan
kata (word order)
sebanyak 58 data yang terdapat pada urutan frasa nomina dan frasa
verba, 2).
457
Penghilangan (omission) sebanyak 12 data yang terdapat pada
penghilangan verba,
penghilangan nomina dan penghilangan adverbia, dan 3). Kegagalan
mentransfer
maksud sebanyak 6 data.
penerjemahan yang akurat, berterima dan mudah untuk dipahami yaitu
dengan
menggunakan teknik penerjemahan. Beberapa teknik penerejehaman yang
bisa
digunakan adalah teknik penerjemahan harfiah, teknik reduksi dan
teknik padanan
lazim.
Progressif.
Al Farisi, Zaka, 2011. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia.
Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Al Mutarjim, Abu Ahmad, 2015. Terjemahan Mulakhkhos Qawaid Al-
Lughah Al-
„Arabiyah karya Fuad Nimah. Jakarta:
terjemahmulakos.wordpress.com
Chaer, Abdul. 2008. Sintaksis Bahasa Indonesia Pendekatan Proses.
Jakarta: Rineka
Cipta.
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam
Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press.
Functionalist Approach. Barcelona: Universitat Autònoma de
Barcelona.
Norrish, John. 1983. Language Learners and Their Errors. Hongkong:
The Macmillan
Press Limited.
Rochayah, Machali. 2009. Pedoman bagi Penerjemah: Panduan Lengkap
bagi Anda
yang Ingin Menjadi Penerjemah Profesional. Bandung: Penerbit
Kaifa.
Sidu, La Ode. 2013. Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari: Unhalu
Press.
Simatupang, Maurits D.S. 1999. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta
: Depdiknas.
Sugiyono, 2015. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:
ALFABETA.
JURNAL
Anis, Muhammad Yunus, dkk. 2015. “Pengembangan Tema dalam Buku
Al-Qiraah
Ar-Rasyidah untuk Pelatihan Menulis Kreatif Bahasa Arab”. Arabiyat:
Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban (online), Vol.2, No. 2,
31
Desember 2015.
Analisis Sintaksis”. Prosiding Seminar Nasional: Masa Depan Bahasa
Arab
Antara Prospek dan Tantangan. Hal 1-15.
Erlinda, Rita. 2008. “Analisis Kesalahan Morfologis dan Sintaksis
dalam Karya
Terjemahan”. Studia Akademika: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial
Vol. VI
No.1, Juni 2008. (di akses pada hari selasa, 17 Oktober
2017).
Faiq, Ainurrafiq. 2015. “Analisis Kesalahan dalam Penerjemahan
Kitab Al-Balaghah
Al-Wadihah Karya Ali Al-Jarim dan Mustafa Amin”. Cendekia Vol. 13
No. 1,
Januari - Juni 2015. (di akses pada hari jum’at, 06 Oktober
2017).
http://id.m.wikipwdia.org/wiki/Webtoon di akses pada hari selasa,
26 September 2017