Post on 04-Apr-2019
i
i
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN
(Studi Kasus Sekolah Dasar Negeri Wonosari)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada
Program Studi Magister Manjemen Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Oleh
Rr. PAMUJI RUS RAHAYUNINGSIH
NIM Q 100.100.202
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
ii
ii
NASKAH PUBLIKASI
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN
(Studi Kasus Sekolah Dasar Negeri Wonosari)
TELAH DISETUJUI OLEH
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Sutama, M.Pd Dr. Suyatmini, SE. M.Si
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
1
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN
(Studi Kasus Sekolah Dasar Negeri Wonosari)
Oleh:
Rr. Pamuji Rus Rahayuningsih
Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
abstract
The purpose of this study was to determine (1) the principal's leadership
in planning learning in elementary school Wonosari, (2) the principal's leadership
in the implementation of learning in elementary school Wonosari, and (3) the
principal's leadership in evaluating or supervising the learning Public Elementary
SchoolsWonosari.
This research is a qualitative study conducted in public elementary school
Wonosari. The main subjects in this study were principals, teachers and students
in elementary school Wonosari. Data collection techniques used in this study
were observation, interview and documentation. Techniques of data analysis in
this study using a model that analyzes the data collection, data reduction, data
presentation, and conclusion. The validity of the data in this study include
credibility (internal validity), transferability (external validity), dependability
(reliability),andconfermability(objectivity).
The results of this study (1) the principal's leadership in planning learning
in elementary school Wonosari implement democratic leadership style, flexible,
renponsiv (fast response), open (open), guided, sociable, thoughtful, family and
togetherness that can protect his men. (2 principal's leadership in the
implementation of learning in elementary school Wonosari done using the
methods used in the implementation of learning is to use the method of lecture,
demonstration, discussion, giving students active duty and practice, STAD, CTL
method. Addition, the implementation of learning Elementary School Principal in
accordance with the State Wonosari SK and KD. (3) Principal Leadership in
evaluating or supervising the learning in elementary school Wonosari done by
testing formative, summative and agricultural practices that have made the
students.
Keywords: Principal Leadership in Learning
PENDAHULUAN
Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi,
menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau kelompok untuk
1
2
mencapai tujuan yang diharapkan. Tanpa kepemimpinan hubungan
perseorangan dengan tujuan organisasi akan menjadi lemah. Kepemimpinan
memiliki kedudukan yang sangat vital dan menentukan dalam organisasi.
Kepemimpinan sendiri merupakan komponen integral dan tidak dapat
dipisahkan dari pendidikan secara keseluruhan.
Alasannya tanpa kepemimpinan tidak mungkin tujuan pendidikan dapat
terwujud secara optimal, efektif dan efisien. Konsep tersebut berlaku di
sekolah yang memerlukan kepemimpinan yang efektif dan efisien. Dalam
kerangka inilah tumbuh kesadaran akan pentingnya kepemimpinan
peningkatan mutu berbasis sekolah, yang memberikan kewenangan kepada
sekolah dan guru dalam mengatur pendidikan dan pengajaran,
merencanakan, mengorganisasi, mengawasi, mempertanggungjawabkan,
mengatur, serta memimpin sumber-sumber daya insani serta barang-barang
untuk membantu pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
dan minat peserta didik, guru-guru serta kebutuhan masyarakat setempat.
Untuk itu perlu dipahami fungsi-fungsi manajemen (Mulyana, 2003 : 20).
Kepemimpinan sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan
sebagai ilmu oleh Guilick karena kepemimpinan dipandang sebagai suatu
bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa
dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena
kepemimpinan mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang
lain dalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena
3
kepemimpinan dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi
pemimpin, dan para profesional dituntut oleh suatu kode etik (Fattah,
2004:1).
Ada beberapa gaya kepiemimpinan menurut berbagai teori
kepemimpinan. Sebagian besar teori kepemimpinan seperti teori model
fledler, teori jalur tujuan dan model pemimpin partisipasi menyangkut gaya
pemimpin transaksional. Disamping itu ada tipe pemimpin lain yang
mempengaruhi pengikut-pengikut untuk mengatasi kepentingan diri mereka
demi kebaikan organisasi dan mampu menimbulkan efek yang mendalam
terhadap pengikut-pengikutnya. Pemimpin tersebut adalah kepemimpinan
transformasional. Pemimpin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kepala sekolah.
`Kepala sekolah bertanggungjawab untuk menjalankan roda organisasi
sekolahnya. Fungsi kepala sekolah selain sebagai manajer, juga sebagai
pemikir dan pengembang. Tugasnya dalam kerangka ini adalah memikirkan
kemajuan sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk professional dan menguasai
secara baik pekerjaannya melebihi rata-rata personil lain di sekolah, serta
memiliki komitmen moral yang tinggi atas pekerjaannya sesuai dengan kode
etik profesinya. Sebagai pemimpin, kepala sekolah merupakan subjek yang
harus melakukan transformasi kemampuannya melalui bimbingan, tuntutan,
pemberdayaan atau anjuran kepada seluruh komunitas sekolah untuk
mencapai tujuan lembaga secara efektif dan efisien. Kepala sekolah tidak
4
hanya mengelola sekolah dalam makna statis, melainkan menggerakkan
semua potensi yang berhubungan langsung atau tidak langsung bagai
kepentingan proses pembelajaran siswa. Kegagalan kepala sekolah
menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif dan efisien akan berdampak
pada mutu prestasi dan masa depan peserta didik.
Pelaksanaan kepemimpinan sekolah yang efektif dan efisien menurut
dilaksanakannya ke empat fungsi pokok kepemimpinan tersebut secara
terpadu dan terintegrasi dalam pengelolaan bidang-bidang kegiatan
kepemimpinan pendidikan. Melalui kepemimpinan sekolah yang efektif dan
efisien tersebut, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan kualitas/mutu pendidikan secara keseluruhan.
Dalam upaya meningkatkan mutu Undang-Undang No. 22 Tahun 1999
tentang pemerintah daerah yang kemudian diikuti pedoman pelaksanaannya
berupa Peraturan Pemerintah ( PP ) dan kewenangan Propinsi sebagai Daerah
otonom, maka terjadilah perubahan dalam berbagai bidang kehidupan,
termasuk penyelenggaraan pendidikan. Bila sebelumnya manajemen
pendidikan merupakan wewenang pusat (sentralisasi), dangan berlakunya
Undang-Undang tersebut, kewenangan tersebut dialihkan ke pemerintah
kota dan kabupaten lalu sekolah (desentralisasi), seperti kita ketahui bahwa
kepemimpinan berbasis pusat telah menghambat daya kreatifitas sekolah dan
mengkikis habis rasa kepemilikan warga sekolah terhadap sekolahnya.
5
Dalam perspektif globalisasi, otonomi daerah, dan desetralisasi
pendidikan serta untuk mensukseskan kepemimpinan berbasis sekolah dan
kurikulum berbasis kompetensi, kepala sekolah merupakan figur sentral yang
menjadi teladan bagi para tenaga pendidik lain di sekolah. Oleh karena itu,
untuk menunjang keberhasilan dalam perubahan-perubahan yang dilakukan
dan diharapkan, perlu dipersiapkan kepala sekolah profesional, yang mau dan
mampu melakukan perencanaan, serta evaluasi terhadap berbagai kebijakan
dan perubahan yang dilakukan secara efektif dan efisien (Alhumami,
September.2002).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian kualitatif naturalitik lebih menekankan analisisnya
pada proses penyimpulan dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika
hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Hal
ini bukan berarti bahwa metode kualitatif sama sekali tidak menggunakan
dukungan data kualitatif, akan tetapi penekanannya tidak pada pengujian
hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian melalui cara –
cara argumentatif (Azwar, 2003: 5).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
sehingga metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara dan dokumentasi, untuk menguji validitas instruen dilakukan melalui
pertimbangan ahli ( expert consideration ), yaitu dosen pembimbing.
6
Data yang sudah terkumpul dalam penelitian ini kemudian dianalisis
berdasarkan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles &
Huberman. Ada empat komponen analisis yang dilakukan dengan model ini,
yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Masing-masing komponen berinteraksi dan membentuk suatu
siklus. Moleong (2006: 25) menegaskan bahwa pekerjaan analisis data adalah
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan
mengkategorikannya. Tujuannya adalah menemukan makna yang akhirnya bisa
diangkat menjadi teori. Pada prinsip pokoknya penelitian kualitatif adalah
menemukan teori dari data atau dapat juga menguji suatu teori yang sedang
berlaku.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Perencanaan Pembelajaran di
Sekolah Dasar Negeri Wonosari
Perencanaan atau proses belajar mengajar merupakan suatu aktivitas
yang harus dilakukan, disusun dan dikuasai oleh guru sehingga dalam
pelaksanaan pembelajarannya nanti guru akan mampu membuat siswa
dapat menguasai substansi yang dipelajari dan siswa dapat memiliki nilai
kemampuan sikap dan watak yang dibentuk dari proses belajar mengajar.
Perencanaan pembelajaran dalam kepemimpinan kepala sekolah
merupakan suatu kegiatan pemikiran yang sistematis mengenai apa yang
dicapai, kegiatan apa yang akan dilaksanakan, langkah apa yang penting
7
untuk dilakukan, metode apa yang akan digunakan, siapa pelaksananya,
yang semuanya digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan untuk
mencapai tujuan.
Dalam proses pendidikan, di sekolah kegiatan belajar merupakan hal
yang pokok dimana kepala sekolah dan guru sebagai pengajar dan siswa
sebagai pembelajar. Belajar merupakan suatu proses yang membawa
perubahan individu. Faktor pendukung berhasil tidaknya perencanaan
pembelajaran ini adalah kepemimpinan kepala sekolah yang harus
memperhatikan keadaan pelajar, tingkat pertumbuhan dan perbedaan
perorangan yang terdapat di antara peserta didik. Sehingga dalam
pembelajaran ini kepala sekolah melalui guru mempunyai peran penting
baik dalam perencanaan, pelaksanaannya maupun evaluasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Robert Maxfield dan Shannon
Flumerfelt (2009) yang berjudul “The Empowering Principal: Leadership
Behaviors Needed by Effective Principals as Identified by Emerging Leaders
and Principals”, penelitian ini membahas tentang perilaku yang efektif dan
kompetensi kepala bangunan di mana kepemimpinan secara luas dibagi
berdasarkan konsep pemberdayaan. Kepala sekolah dan pemimpin guru
menanggapi lima penting pertanyaan mengenai apa yang berhasil, apa yang
tidak bekerja, insentif, dan biaya pokok kepemimpinan perilaku berdasarkan
paradigma pemberdayaan. Muncul tema perilaku utama diidentifikasi dari
dua perspektif, yaitu berlatih kepala sekolah dan guru bahwa para
8
pemimpin muncul. Studi ini memberikan informasi kepada kepala sekolah
yang tidak yakin bagaimana untuk membantu muncul pemimpin guru untuk
berkembang sebagai pemimpin. Selain itu, studi ini menambah tubuh
pengetahuan tentang topic dari nilai organisasi model pemberdayaan yang
berhasil dalam menyediakan wawasan memberikan perhatian yang sama
untuk kedua proses dan hasil, mengembangkan budaya pemberdayaan, dan
menghargai pengembangan kepemimpinan sebagai transformasional.
Dibandingkan dengan penelitian terdahulu dalam penelitian ini
diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam perencanaan
pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Wonosari ini diharapkan mempunyai
kepercayaan yang tinggi dalam mengembangkan pengetahuannya sehingga
mampu melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas selain itu kepala
sekolah diharapkan mempunyai wawasan yang luas sebagai pemimpin
sehingga mampu mengelola anak buahnya atau guru dan bawahannya yang
lain untuk mengajar anak didiknya sebaik mungkin.
Penelitian yang dilakukan oleh Neil Macneill, Robert F. Cavanagh dan
Steffan Silcox (2008) yang berjudul “Pedagogic Leadership: Refocusing on
Learning and Teaching” hasil dari penelitian ini adalah bahwa
kepemimpinan instruksional dan konsep kepemimpinan pedagogik
diusulkan sebagai konsepsi, alternatif yang lebih luas principalship tersebut.
Kekhawatiran Pedagogi memungkinkan pertumbuhan dan pembelajaran
intelektual mahasiswa berbeda dengan instruksi yang memperlakukan siswa
9
sebagai objek pelaksanaan kurikulum. Pedagogi kelas yang sukses
membutuhkan bahwa guru memahami bagaimana siswa belajar dan
memiliki otonomi untuk merancang, melaksanakan dan menilai kegiatan
pendidikan yang memenuhi kebutuhan individu dan semua siswa.
Kepemimpinan Pedagogik didasarkan pada praktek guru informasi dan
refleksi. Guru diberi wewenang untuk melaksanakan tanggung jawab
profesional dan mendukung penilaian oleh kepala sekolah yang merupakan
pemimpin pedagogik. Pemimpin pedagogik menunjukkan pengetahuan yang
kredibel pembelajaran dalam hubungannya dengan pengetahuan tentang
proses untuk meningkatkan sekolah-lebar belajar.
Dibandingkan dengan penelitian terdahulu pada penelitian di Sekolah
Dasar Negeri Wonosari ini diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah
dalam perencanaan pembelajaran ini menerapkan gaya kepemimpinan yang
demokratis, luwes, renponsiv (cepat tanggap), open (terbuka),
membimbing, supel, bijaksana, kekeluargaan dan kebersamaan yang bisa
mengayomi anak buahnya. Selain itu Kepala Sekolah menggunakan strategi
perencanaan pembelajaran dengan menerapkan materi yang dihubungkan
dengan kenyataan atau kurikulum yang ada.
Berdasarkan keterangan di atas maka kepemimpinan kepala sekolah
dalam perencanaan pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Wonosari adalah
bahwa kepemimpinan kepala sekolah diharapkan mampu untuk dapat
memberikan guru maupun siswa atau anak didiknya menjadi seorang
10
pemimpin yang benar-benar dapat diandalkan. Kepala sekolah di Sekolah
Dasar Negeri Wonosari ini menggunakan strategi perencanaan
pembelajaran dengan menerapkan materi yang dihubungkan dengan
kenyataan atau kurikulum yang ada selain itu juga Kepala Sekolah menjalin
kerjasama pula dengan guru Sekolah Dasar Negeri Wonosari yang
bersangkutan sehingga mampu meningkatkan kualitas pendidikan di
Sekolah Dasar Negeri Wonosari yang bersangkutan.
2. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan Pembelajaran di
Sekolah Dasar Negeri Wonosari
Pelaksanaan atau aktivitas dalam pembelajaran sangat penting, tanpa
adanya aktivitas yang baik, hasil belajar yang diperoleh tidak akan optimal.
Itulah sebabnya aktivitas merupakan komponen yang sangat penting dalam
pembelajaran. Piaget (Sardiman, 2006: 90) menyatakan bahwa ”Seorang
siswa berfikir sepanjang ia berbuat, tanpa berbuat siswa tidak akan berfikir”.
Oleh karena itu, agar siswa berfikir maka harus diberi kesempatan untuk
berbuat atau beraktivitas. Aktivitas belajar yang efektif melibatkan
kemampuan siswa dalam menggunakan seluruh inderanya. Semakin banyak
indera yang terlibat maka semakin banyak pengalaman belajar yang
diperoleh. Selain faktor siswa yang jadi penunjang pelaksanaan
pembelajaran ini tetapi guru, alat atau bahan serta metode pembelajaran
yang digunakan pun mempengaruhi berhasil tidaknya pelaksanaan
pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Wonosari ini.
11
Kepemimpinan kepala sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran di
Sekolah Dasar Negeri Wonosari adalah upaya yang dilakukan seorang kepala
sekolah yang mempunyai kedudukan dalam memimpin Sekolah Dasar
Negeri Wonosari tersebut dalam kaitannya dengan kegiatan pelaksanaan
kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Dalam pelaksanaan pembelajaran di
Sekolah Dasar Negeri Wonosari ini tentunya seorang pemimpin atau kepala
sekolah mengerti akan keadaan dan kondisi yang sedang dialami oleh
siswanya sehingga mampu mendukungkah dengan pelaksanaan
pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan George K.T. Oduro (2008) yang berjudul
“Educational Leadership and Quality Education in Disadvantaged
Communities in Ghana and Tanzania”. Hasil dari penelitian ini adalah
ditujukan untuk mengkaji Negara konteks perspektif pendidikan berkualitas
dan tantangan kepemimpinan yang terkait dengan mereka implementasi. Ini
akan membandingkan yang sudah ada inisiatif pendidikan dasar peningkatan
kualitas kebijakan dalam Ghana dan Tanzania. Kepentingan tertentu akan
menjadi identifikasi dari beberapa utama persamaan dan perbedaan dalam
cara Ghana dan Tanzania pendidik memahami dan konsep peran sekolah
kepemimpinan mereka dalam konteks pendidikan yang berkualitas.
Dibandingkan dengan penelitian terdahulu dalam penelitian ini
diketahui bahwa kepala sekolah diharapkan mampu memahami konsep
seorang pemimpin dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di
12
Sekolah Dasar Negeri Wonosari ini. Dengan konsep pembelajaran, konsep
kepemimpinan serta metode pembelajaran yang diterapkan maka akan
mampu memberikan pelaksanaan pembelajaran yang sempurna dan dapat
dimengerti oleh siswa yang bersangkutan.
Penelitian yang dilakukan oleh Neil Macneill, Robert F. Cavanagh dan
Steffan Silcox (2008) yang berjudul “Pedagogic Leadership: Refocusing on
Learning and Teaching” hasil dari penelitian ini adalah bahwa
kepemimpinan instruksional dan konsep kepemimpinan pedagogik
diusulkan sebagai konsepsi, alternatif yang lebih luas principalship tersebut.
Kekhawatiran Pedagogi memungkinkan pertumbuhan dan pembelajaran
intelektual mahasiswa berbeda dengan instruksi yang memperlakukan siswa
sebagai objek pelaksanaan kurikulum. Pedagogi kelas yang sukses
membutuhkan bahwa guru memahami bagaimana siswa belajar dan
memiliki otonomi untuk merancang, melaksanakan dan menilai kegiatan
pendidikan yang memenuhi kebutuhan individu dan semua siswa.
Kepemimpinan Pedagogik didasarkan pada praktek guru informasi dan
refleksi. Guru diberi wewenang untuk melaksanakan tanggung jawab
profesional dan mendukung penilaian oleh kepala sekolah yang merupakan
pemimpin pedagogik. Pemimpin pedagogik menunjukkan pengetahuan yang
kredibel pembelajaran dalam hubungannya dengan pengetahuan tentang
proses untuk meningkatkan sekolah-lebar belajar.
13
Dibandingkan dengan penelitian terdahulu dalam penelitian ini
diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah dalam pelaksanaan
pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Wonosari adalah bahwa Kepala
Sekolah bersama guru melakukan kerjasama untuk meningkatkan mutu
pembelajaran yang berkualitas.
Berdasarkan keterangan di atas maka kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Dasar ini adalah bahwa Kepala
Sekolah mampu mengkondisikan keadaan siswa untuk aktif mengikuti dan
aktif dalam melakukan pembelajaran. Kemudian Kepala Sekolah
memberikan bahan pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan materi
pelajaran dan memberikan alat bantu yang digunakan dalam pelaksanaan
pembelajaran menggunakan LCD, komputer, laptop, papan tulis (White
board), spidol, job sheat dan lain-lain yang tentunya sesuai dengan materi-
materi pelajaran yang disampaikan. Selain itu Kepala Sekolah mengharapkan
guru yang mengajar menggunakan metode yang digunakan dalam
pelaksanaan pembelajaran yaitu: metode ceramah, demonstrasi, diskusi,
pemberian tugas serta siswa aktif melakukan praktik, STAD, metode CTL dan
dalam pelaksanaan pembelajarannya Kepala Sekolah di Sekolah Dasar
Negeri Wonosari sesuai dengan SK dan KD.
3. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengevaluasi atau Mengawasi
Jalannya Pembelajaran di SD Negeri Wonosari
14
Hasil atau evaluasi pembelajaran adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar terwujud
dalam perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak
mengerti menjadi mengerti. Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk
mengetahui apakah materi yang sudah diberikan sudah dipahami oleh siswa
dan apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum.
Dalam evaluasi pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Wonosari ini
tentunya menggunakan prosedur penilaian yang harus dilakukan, kemudian
Kepala Sekolah beserta guru juga mempunyai cara-cara dalam mengevaluasi
pembelajaran di Sekolah Dasar Negeri Wonosari.
Penelitian yang dilakukan oleh James Sebastian dan Elaine
Allensworth (2007) yang berjudul “The Influence of Principal Leadership on
Classroom Instruction and Student Learning: A Study of Mediated Pathways
to Learning”, penelitian ini menguji tentang pengaruh kepemimpinan kepala
sekolah di sekolah tinggi pada instruksi kelas dan prestasi siswa melalui
faktor organisasi penting, termasuk kapasitas profesional, orangtua-
masyarakat, dan iklim sekolah belajar. Ini mengidentifikasi jalur melalui
kepemimpinan yang menjelaskan perbedaan prestasi dan instruksi antara
sekolah dan perbedaan antara instruksi guru dalam sekolah yang sama.
Dibandingkan dengan penelitian terdahulu dalam penelitian ini
diketahui bahwa motede pembelajaran yang diterapkan oleh pemimpin atau
Kepala Sekolah akan dilihat hasilnya dalam prestasi belajar yang dihasilkan
15
siswa melalui tahap akhir evaluasi pembelajaran. Pada tahap akhir ini akan
menentukan berhasil tidaknya pembelajaran yang telah dilakukan
sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Joseph F. Johnson yang berjudul
“Expert Noticing And Principals Of High-Performing Urban Schools”. Hasil
dari penelitian ini adalah kepemimpinan instruksional dalam berkinerja
tinggi sekolah di perkotaan yang mencapai hasil keduanya sangat baik dan
adil untuk beragam populasi berbagai mereka melayani.
Dibandingkan dengan penelitian terdahulu dalam penelitian ini
diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah di Sekolah Dasar Negeri
Wonosari ini mempunyai kinerja tinggi sehingga mampu untuk
meningkatkan prestasi siswa di Sekolah Dasar Negeri Wonosari.
Penelitian yang dilakukan George K.T. Oduro (2008) yang berjudul
“Educational Leadership and Quality Education in Disadvantaged
Communities in Ghana and Tanzania”. Hasil dari penelitian ini adalah
ditujukan untuk mengkaji Negara konteks perspektif pendidikan berkualitas
dan tantangan kepemimpinan yang terkait dengan mereka implementasi. Ini
akan membandingkan yang sudah ada inisiatif pendidikan dasar peningkatan
kualitas kebijakan dalam Ghana dan Tanzania. Kepentingan tertentu akan
menjadi identifikasi dari beberapa utama persamaan dan perbedaan dalam
cara Ghana dan Tanzania pendidik memahami dan konsep peran sekolah
kepemimpinan mereka dalam konteks pendidikan yang berkualitas.
16
Dibandingkan dengan penelitian terdahulu dalam penelitian ini
diketahui bahwa kepemimpinan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri
Wonosari ini mampu memahami konsep dan perannya dalam
kepemimpinannya sebagai Kepala Sekolah sehingga mampu meningkatkan
mutu pendidikan yang berkualitas.
Berdasarkan keterangan di atas maka kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam evaluasi pembelajaran ini adalah bahwa Kepala Sekolah melakukan
evaluasi setiap selesai 1 Kompetensi Dasar atau 1 Stándar Kompetensi.
DAFTAR PUSTAKA
Aan Komariah & Cepi Triatna. 2005. Visionary leadership, menuju sekolah efektif.
Jakarta: Bumi Aksara.
Abdul Azis. 2003. Perilaku kepemimpinan kepala sekolah perempuan (studi kasus
di SMU Negeri 9 dan SMU Budaya Wacana 1 Yogyakarta). Yogyakarta:
Tesis Pascasarjana UNY.
Abu-Duhou, I. 2002. School based management. (Terjemahan Noryamin Aini,
Suparto & Abas Al-Jauhari). Paris: United Educational, secientific and
Cultural Organisation. (Buku asli diterbikan tahun 1999).
Adimiharja, Mulyana. 2003. Serial Tata Bahasa Ragam Kanji. Bandung: Pustaka.
Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Amirullah. 2002. Pengantar manajemen. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Burhanudin. 1994. Analisis administrasi manajemen dan kepemimpinan
pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Burns, R.B., & Mason, D.A. 2002. Class composition and student achievement in
elementary schools. American Educational Research Journal, a39,207-233.
Daryanto, H.M. 2001. Administrasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
17
Devies, I.K. 1970. The management of learning. London: Mc.Graw-Hill.
Depdiknas. 2001. Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Jakarta:
Depdiknas Dirjen Dikdasmen.
Dimyati, & Mudjiono. 2002. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Drost, J. 2003. Proses pembelajaran sebagai proses pendidikan. Jakarta: Grasindo
Enko Mulyasa. 2003. Manajemen berbasis sekolah. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
. 2004. Menjadi kepala sekolah profesional. Bandung: Remaja Rosada
Karya.
Fandi Tjiptono & Anastasia Diana. 1998. Total quality management. Yogyakarta:
Penerbit Andi
Fattah. 2004. Landasan manajemen pendidikan. Bandung: Remaja Rosada Karya
Farida Yusuf Taybinapis. 1999. Evaluasi program. Jakarta: Depdiknas
Hadari Nawawi. 2003. Manajemen strategik. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Perss.
Hari Suderajat. 2004. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK).
Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika.
Ibrahim Bafadal. 2003. Manajemen peningkatan mutu sekolah dasar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Law, S., & Glover, D. 2000. Educational leadership and learning. Buchingham-
Philadelphia: Open University Perss.
Made Pidarta. 1995. Peran kepala sekolah pada pendidikan dasar. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mira Amrita Purnamasari. 1998. Elemen kepemimpinan transformasional.
Diambil pada tanggal 20 Maret 2005, dari
hhtp://www.pdk.go.id/Jurnal/38/Kepemimpinan%digilib.ti.itb.ac.id/go.php
?id=jbptitbti-gdl-s2-1998-miraamrita-170820Tranformasional.htm
Moch. Uzer Usman. 2005. Menjadi guru profesional. Bandung: Rosda Karya.
18
Moedjiarto. 2002. Sekolah unggul, metodologi untuk meningkatkan Mutu
Pendidikan. Jakarta: Duta Graha Pustaka.
Mukhtar & Samsu. 2003. Evaluasi yang sukses, pedoman mengukur kinerja
pembelajaran. Jakarta: CV. Sasama Mitra Sukses.
Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan
Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
.Mulyana. 2003. Fungsi Manajemen.
Nasution, S. 2003. Metode penelitian naturalistik kualitatif. Bandung: Tarsito.
Muhadjir. 2002. Metodologi penelitian kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Rake
Sarasin
Mantja. 2007. Etnografi; Desain Penelitian Kualitatif Guruan dan Manajemen
Guruan. Malang: Elang Mas
. 2003. Ilmu pendidikan dan perubahan sosial. Yogyakarta:
Penerbit Rake Sarasin.
Nuralisah. 2003. Kinerja kepala sekolah dalam menyongsong manajemen
berbasis sekolah di kota Banjarmasin (studi kasus pada SLTP 6 dan SLTP
Sabilal Muhtadin. Yogyakarta: Tesis Pascasarjana UNY.
Oemar Hamalik. 2004. Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Reece, I., & Walker, S. 1997. Teaching, training, and learning. Great Britain:
Business Education Publishers Limited.
Saifuddin Azwar. 2003. Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sounders, L. R. 1965. A theory of educational leaderchip. Ohio: Charles E. Merril
Books.Inc.
Sindhuredja. 1997. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: University Sarjanawiyata
Tamansiswa.
Soewadji Lazaruth. 1992. Kepala sekolah dan tanggung jawabnya. Yogyakarta:
Kanisius.
Suharsimi Arikunto. 1990. Organisasi dan administrasi pendidikan teknologi
Keguruan. Jakarta: Rajawali Perss.
19
Syafaruddin. 2002. Manajemen mutu dalam pendidikan. Jakarta: Penerbit PT.
Grasindo
Tamir, P. 2003. The variation achivement among individual schools. Internasional
journal of educational Research. Oxford: Pergamen Perss.
Taufik Rubiannoor. 2003. Peran kepala sekolah SMU Negeri 1 Marhaban dalam
perspektif pengembangan manajemen berbasis sekolah di Kabupaten
Barito Kuala. Yogyakarta: Tesis Pascasarjana UNY
Teggie. 2009.Kepemimpinan yang efektif dan efisien.