Post on 16-Nov-2020
i
KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAH RI MASA DEMOKRASI
LIBERAL 1950-1959
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh
YOSEP HENGKI UTAMA RIAWAN
NIM : 091314033
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Makalah ini saya persembahka kepada :
1. Kedua orang tuaku Bapak Petrus Soring dan Ibu Helda Liberia yag telah
mendoaka saya, dan mendidik penuh kasih sayang.
2. Adiku Adreas Ario Atanggi dan Marselinus Celsi Lemambang yang selalu
memberikan semangat dalam menyelesaikan makalah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Setiap kesakitan adalah pengalaman , rasakan dan pelajari, karena itu adalah rahasia
untuk menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.
( Dedy Corbuzier )
Jangan menilai orang dari masa lalunya, karena kita semua sudah tidak hidup dimana
semua orang bisa berubah, biarkan mereka membuktikannya.
( Mario Teguh )
Orang lemah tidak pernah memaafkan, memaafkan adalah sifat orang perkasa.
( Mahatma Gandhi )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
Yogyakarta 30 Maret 2016
Penulis
Yosep Hengki Utama Riawan
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan di dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layak karya ilmiah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universita Sanata Dharma
Nama : Yosep Hengki Utama Riawan
Nomor Mahasiswa : 091314033
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sana Dharma karya ilmiah saya yag berjudul:
“Kebijakan Politik Pemerintah Ri Masa Demokrasi Liberal 1950-1959”. Beserta
perangkat yang diperlukan ( bila ada ). Dengan demikian saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Saata Dharma hak untuk menyimpan , mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data. Mendistribusikan
secara terbatas dan mempublikasinnya di internet atau media lain untuk kepentigan
akademis tanpa ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta pada taggal 30 Maret 2016
Yang menyatakan
Yosep Hengki Utama Riawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAH RI MASA DEMOKRASI
LIBERAL 1950-1959
Yosep Hengki Utama Riawan
Universitas Sanata Dharma
2016
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga
permasalahan pokok, yaitu : 1) Latar belakag lahirnya Demorasi Liberal 1950- 1959 ,
2) Proses Penerapan Kebijkan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950-
1959, 3) dampak kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950-
1959.
Tulisan ini disusun berdasarkan metode penulisan sejarah yang mecakup lima
tahapan yaitu perumusan judul, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi, dan
historiografi dengan pendekatan sosial politik dan ditulis secara deskriptif naratif.
Hasil penulisan ini menunjukkan bahwa 1) Latar belakag lahirnya Demokrasi
Liberal 1950-1959 tidak lepas dari adanya pembentukan RIS 17 Agustus 1950; 2)
Proses Penerapan Kebijkan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950-
1959 dimulai oleh para politikus Jakarta membentuk sistem perlementer. Namun
masa Demokrasi Liberal atau demokrasi perlementer sering terjadi pergantian kabinet
sehinggga mengakibatkan kebijakan yang diambil kurang berjalan dengan baik; 3)
dampak kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950-1959 antara
lain ditandai dengan jatuh bangun kabinet pada masa Demokrasi Liberal dan kembali
ke UUD 1945.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSRACT
INDONESIAN GOVERNMENT POLICY DURING LIBERAL DEMOCRACY
1950 – 1959
Yosep Hengki Utama Riawan
Sanata Dharma University
2016
This paper aims to describe and analyze three key issues, namely, 1)
Background of the Liberal Democracy 1950 – 1959 in Indonesian, 2) Implementation
process of the Indonesian government policy during the Liberal Democracy 1950-
1959, 3) The Impact of the Indonesian government policy during the Liberal
Democracy 1950-1959.
This paper is based on historical research method that includes five stages,
namely the formulation of the title, collection of the data, verification, interpretation
and historiography with political and social approach. The study was written in
narrative and descriptive style.
The results indicate that 1) Background to the Liberal Democracy 1950-1959
cannot be separated from the formation of RIS in August 17, 1950; 2) The
implementation process of the Indonesian government policy during Liberal
Democracy 1950-1959 startsed when Jakarta politicians established parliamentary
system. But in liberal democracy or parliamentary democracy period frequent change
of cabinet acouned. Thus, the policy taken do not work well; 3) The impacts of
Indonesian government policy during Liberal Democracy 1950-1959, among others,
is indicated by the rise and fall of the cabinet during the Liberal Democracy period
and the return to UUD 1945.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ KEBIJAKAN
POLITIK PEMERINTAH RI MASA DEMOKRASI LIBERAL 1950-1959”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Dekan Falkultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
3. Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing,
membantu, dan banyak memberikan pengarahan, serta masukan selama
penyusunan makalah ini.
4. Seluruh dosen dan pihak skretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma.
5. Seluruh Karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah
meberikan pelayanan dan membantu penulis dalam memproleh sumber penulisan
makalah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Kedua orang tua penulis Bapak Petrus Soring dan Ibu Helda Liberia dan adiku
Andreas Ario Atanggi dan Marselinus Celsi Lemambang yang telah memberikan
dorongan spiritual dan mental sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Sanata Dharma serta seluruh keluarga besarku terima kasih atas
dorongan dan doanya.
7. Teman- teman Pendidikan Sejarah Angkatan 2009 yang telah membantu dan
mendorong penulis menyelesaikan makalah ini.
8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.
Yogyakarta 30 Maret 2016
Yosep Hengki Utama Riawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PEREMBAHAN iv
MOTO v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penulisan 7
D. Manfaat Penulisan 7
E. Sistematika Penulisan 8
BAB II LATAR BELAKANG LAHIRNYA DEMOKRASI
LIBERAL 1950-1959 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
A. Kondisi kekuasan RI 10
B. Menghadapi Agresi Militer Belanda 23
1. Menghadapi Agresi Militer Belanda I 23
2. Menghadapi Agresi Militer Belanda II 27
C. Akhir Perang dan Pengakuan Kedaulatan 29
1. Pendekatan RI Dengan Negara- Negara Federal 29
2. Menuju KMB 35
3. Pembentukan RIS dan Pengakuan Kedaulatan 36
a. Republik Indonesia Serikat 36
b. Kembali ke NKRI 38
BAB III PROSES PENERAPAN KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAH RI
MASA DEMOKRASI LIBERAL 1950-1959 41
A. Penerapan kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal
1950-1959 42
1. Masa Kabinet- Kabinet 42
a. Kabinet Natsir ( September 1950- Maret 1951 ) 42
b. Kabinet Sukiman ( April 1951- Februari 1952 ) 44
c. Kabinet Wilopo ( April 1952- Juni !953 ) 49
d. Kabinet Ali I (Agustus 1953- Juli 1955) 54
e. Kabinet Burhanuddin
(Agustus 1955- Maret 1956) 63
f. Kabinet Ali II (April 1956- Maret 1957) 65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
g. Kabinet Djuanda (Maret 1957-Agustus 1959) 69
2. Politik Bebas Aktif 70
a. Politik Luar Negeri Setelah Pengakuan
Kedaulatan 70
b. Antara Dua Kekuatan Dunia 73
c. Konfrensi Asia-Afrika (KAA) 77
B. Ekonomi Nasional 80
1. Pemikiran Nasioal 80
2. Sistem Ekonomi Liberal 82
BAB IV DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH RI MASA DEMOKRASI
LIBERAL 1950-1959 87
A. Bidang Politik 87
B. Bidang Ekonomi 92
C. Bidang Sosial 94
1. Masalah Angkatan Perang 94
2. Krisis Tentara di Indonesia 97
3. Krisis Memuncak 98
a. Pergolakan di Daerah- Daerah 98
b. Pergolakan PRRI dan PERMESTA 108
BAB V KESIMPULAN 114
DAFTAR PUSTAKA 119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
SILABUS 121
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan disetujui hasil Konferensi Meja Bundar (KMB ) pada tanggal 2
November 1949 di Den Hag maka terbentuklah Negara Republik Indonesia Serikat
(RIS ). RIS ini terdiri dari 16 negara bagian dengan masing- masing mempunyai luas
wilayah dan jumblah penduduk yang berbeda. Pada masa RIS ini yang terpilih
sebagai Presiden adalah Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta sebagai Perdana
Menteri. Anggota kabinet sebagian besar merupakan pendukung Negara Kesatuan RI
dan hanya 2 orang mendukung sistem federal yaitu Sultan Hamid II dan Anak Agung
Gede Agung. Sehingga untuk membubarkan negara federal dan membentuk negara
kesatuan semakin kuat. Lebih- lebih dasar pembentukan negara federal amat sangat
lemah, tidak ada ikatan idiologi yang kuat, dan tujuan negara yang jelas menurut
kenyataan negara federal adalah ciptaan Belanda dan bukan menurut kehendak rakyat
negara- negara bagian. Pada umumnya rakyat merasakan bahwa pembentukan negara
bagian federal ini hanyalah sarana Belanda untuk berkuasa di Indonesia. negara
federal itu juga tidak mempunyai kekuatan militer sendiri untuk mempertahankan
negaranya.1
1 Sartono kartodirdjo, Sejarah Nasional Indonesia VI Jaman Jepang Dan Jaman Republik Indonesia
Edisi 2, Jakarta , Penerbit Balai Pustaka , 1977, hlm. 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Kabinet RIS dibawah Pimpinan Hatta memerintah sampai dengan tanggal 17
Agustus 1950, dan pada hari itu RIS menjelma Menjadi Negara Kesatuan Republik
Indonesia ( NKRI ), pada masa RIS ini tidak sedikit masalah yang dihadapi oleh
pemerintah RIS. Indonesia harus menghadapi rongrongan dari dalam yang dilakukan
oleh beberapa golongan yang mendapat dukungan dari pihak Belanda dan mereka
yang takut kehilangan hak-hak istimewanya bila Belanda meninggalkan Indonesia
masalah-masalah yang dihadapi pemerintah RIS yang pertama, dikenal dengan
Angkatan Perang Ratu Adil ( APRA ) di bawah pimpinan Raymond Westerling.
Gerakan ini didalangi oleh Belanda. Salah satu landasan gerakan ini adalah
kepercayaan akan datangnya Ratu Adil. Westerling memahami bahwa sebagian
rakyat Indonesia yang telah lama menderita karena penjajahan baik oleh Belanda
maupun oleh Jepang. Rakyat Indonesia mendambakan akan datangnya kemakmuran
seperti yang terdapat dalam ramalan Jayabaya. Menurut ramalan itu seorang
pemimpin yang disebut Ratu Adil akan memerintah rakyat dengan adil dan bijak sana
sehingga rakyat akan makmur dan sejahtera. Tujuan APRA adalah mempertahankan
bentuk negara yang federal di Indonesia dan adanya tentara sendiri pada negara-
negara bagian RIS. Rongrongan yang kedua yang dihadapi RIS adalah
pemberontakan Andi Azis di Makassar ( Ujung Pandang ) motif pemberontakan ini
adalah penolakan masuknya pasukan APRIS dan TNI ke Sulawesi Selatan. Ini
mengkhawatirkan KNIL takut terdesak oleh pasukan baru yang akan datang itu.
Mereka bergabung dan menamakan diri dengan nama pasukan bebas yang di bawah
pimpinnan Kapten Andi Azis. Pagi-pagi buta sekitar jam 05.00 Andi Azis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pasukannya menyerang markas TNI di Makassar, dan kota Makassar berhasil
dikuasai oleh Andi Azis.
Pada tanggal 5 April Perdana Menteri NIT Ir. Diapari Mengundurkan diri
karena menyetujui tindakan Andi Azis. Pemerintah kemudian dipegang oleh Ir.
Patuhena dan pada tanggal 21 April Wali Negara NIT Sukawati mengumumkan
bahwa NIT bersedia meleburkan kedalam NKRI. Selain itu pemerintah pusat RIS
mengeluarkan ultimatum pada tanggal 8 April yang menginstruksikan Andi Azis
dalam waktu 2x24 jam datang melaporkan diri ke Jakarta. Dan juga diperintahkan
agar senjata dikembalikan dan semua tahanan dilepaskan.2
Cobaan terakhir yang dihadapi pemerintah RIS dan berlanjut kemasa NKRI
adalah gerakan speratis dengan membentuk negara sendiri yang disebut Republik
Maluku Selatan ( RMS ) pendiri RMS adalah Mr. Dr. Cristian Robert Steven
Soumokil yang merupakan bekas jaksa agung NIT. Soumokil sebenarnya terlibat
dalam gerakan Andi Azis di Makassar, tetapi karena usaha Andi Azis menemui
kegagalan, maka dia mengalihkan usahanya ke Maluku Tengah dan Tenggara,
Ambon sebagai pusatnya. Pada waktu keadaan di Ambon sedang kacau karena
banyak anggotan bekas KNIL bergabung dengan TNI maka RI akan menjadi lebih
kuat. Untuk mencegah hal tersebut, Belanda mulai menghasut dan menyebarkan
desas-desus yang buruk tentang TNI dan RI, mereka akan dipaksa masuk sebagai
anggota Islam. Keadaan ini menguntungkan Soumokil dan pada tanggal 5 April
Soumokil memproklamasikan berdirinya Republik Maluku Selatan ( RMS ).
2 Ibid, hlm. 73-77.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pemerintah RIS berusaha mengatasi masalah ini dengan damai tapi ditolak
oleh Soumokil bahkan mereka meminta bantuan, perhatian, serta pengakuan dari
dunia luar, terutama bangsa Belanda, Amerika Serikat, dan PBB. Oleh karena ini
pemerintah RIS terpaksa menumpas pemberontakan Soumokil dengan senjata. Selain
menghadapi dan menyelesaikan pemberontankan terhadap RIS, kabinet Hatta
menyelesaikan masalah lain yang menyangkut ekonomi. Sosial, dan hubungan
dengan luar negeri. Masalah yang timbul ini merupakan masalah yang berat bagi
suatu negara yang baru lahir dengan suatu perang kemerdekaan. Sebagai akibat
perang banyak sarana dan prasarana hancur dan keadaan ekonomi pada umumnya
buruk pemerintah harus menghadapi inflasi dan defisit dalam anggaran belanja
negara.
Selain menghadapi soal ekonomi pemerintah harus menyelesaikan soal
dipegawaian dan dibidang militer. Jumlah pasukan harus dikurangi karena menjadi
beban bagi keuangan negara. Meraka ini perlu mendapatkan penampungan bila
diadakan rasionalisasi. Mereka yang terkena nasionalisasi untuk melanjutkan
pelajaran dalam pusat pendidikan, berupa pendidikan keahlian, juga dilakukan usaha
transmigrasi.3
Pada tanggal 17 Agustus 1950 dengan resmi RIS dibubarkan dan dibentuk
negara kesatuan baru yang diberi nama Negara Kesatuan Repoulik Indonesia. Negara
kesatuan baru ini merupakan dari RIS yang mengalami perubahan undang-undang,
tetapi oleh kebanyakan orang Indonesia negara kesatuan dianggap sebagai kelanjutan
3 Ibid, hlm. 80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Republik proklamasi17 Agustus 1945. Negara bentuk federal dianggap sebagai
warisan penjajah yang dimaksudkan untuk mempertahankan pengarunya di Indonesia
bahkan negara federal adalah cara yang ditempuh Belanda untuk merintangi
perjuangan kemerdekaan, disampingkan mempertahankan RIS berarti
mempertahankan banyak posisi orang Indonesia pro Belanda yang hanya
mementingkan sendiri serta tidak mendapat dukungan rakyat.
Proses perubahan dari RIS ke NKRI dimulai dari Negara Pasundan, Sumatra,
Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, Madura, dan lain-lain. Sehingga pada akhir Maret
1950 tanggal Kalimantan Barat, Sumatra Timur, dan Negara Indonesia Bagian Timur
ketiga sepakat untuk kembali ke NKRI. Untuk merealisasi tujuan tersebut UUD RIS
diganti dengan UUDS 1950. UUDS disahkan pada tanggal 15 Agustus 1950 dan
mulai 17 Agustus 1950. Dengan demikian terbentuklah NKRI dan RIS dibubarkan.
UUDS 1950 mengamanatkan NKRI menganut sistem demokrasi liberal. Dalam
demokrasi ini secara kongkrit menganut sistem demokrasi perlementer, dalam sistem
demokrasi ini presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedangkan kepala
pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri. Para Menteri dan Perdana Menteri
bertanggung jawab terhadap parlemen, sementara dari segi liberalnya berlakunya
multi partai politik. Dengan demikian rakyat diberi kebebasan untuk berpartisipasi
dalam politik.4
4 A Kardiyat Wiharyanto, Sejarah Indonesia Dari Proklamasi Sampai Pemilu 2009, Yogyakarta,
Penerbit Universitas Sanata Dharma, 2011, hlm.75.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Dalam Negara Kesatuan RI ini Indonesia dibagi menjadi 10 Provinsi yang
mempunyai otonomi. Dari tahun 1950-1959 terdapat 7 kali pergantian kabinet yang
memerintah sehingga rata-rata tiap tahun terjadi pergantian kabinet. Kabinet tersebut
adalah, Kabinet Natsir ( September 1950-Maret 1951 ), Kabinet Sukiman ( April
1951- Februari 1952 ), Kabinet Wilopo ( April 1952-Juni 1953 ). Kabinet Ali
Sastromidjojo I ( Juli 1953-Juli 1955 ) Kabinet Burhanudin Harahap ( Agustus 1955-
Maret 1956 ), Kabinet Ali Sastromidjojo II ( April 1956-Maret 1957 ), Kabinet Karya
( April 1957- Juli 1959 ). Dari sini tampak bahwa dengan dijalankan sistem
demokrasi liberal dimana disalurkan dengan mendirikan banyak partai politik.
Parlemen dapat menjatuhkan kabinet bila partai oposisi kuat dalam parlemen yang
mengakibatkan parlemen tidak berumur panjang yang terlihat dari seringnya
pergantian kabinet.5
Dalam parlemen terjadi persaingan yang besar antara satu partai politik
dengan partai politik lainnya. Setiap partai politik berusaha memperjuangkan
kepentingan partainya dan mengabaikan upaya untuk memperjuang kepentingan
rakyat. Kekuasaan menjadi tujuan perjuangan setiap partai akibatnya partai yang
berkuasa akan mendapat pengawasan yang ketat dari partai oposisi dan berusaha
mencari kesalahan-kesalahan kabinet atau pemerintah.
Kebijakan politik pemerintah RI masa demokrasi liberal 1950-1959 telah
membawa masyarakat Indonesia pada seringnya pergantian pemerintahan. Demokrasi
5 Marwati Djuned Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia VI Edisi ke 4, Jakarta, penerbit PN Balai
Pustaka, Jakarta, 1984. hlm. 213.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
liberal pada dasarnya merupakan sistem politik yang didasarkan asas liberal yang
ditandai besarnya peran partai-partai politik.
B . Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang saya ambil
sebagai berikut:
1. Apa latar belakang lahirnya demokrasi liberal 1950-1959 ?
2. Bagaimana proses penerapan kebijakan politik pemerintah RI masa demokrasi
liberal 1950- 1959 ?
3. Bagaimana dampak kebijakan politik pemerintah RI masa demokrasi liberal
1950-1959 ?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Menjelaskan latar belakang lahirnya demokrasi liberal 1950-1959.
2. Menjelaskan proses penerapan kebijakan politik pemerintah RI masa
demokrasi liberal 1950-1959.
3. Menjelaskan bagaimana dampak kebijakan politik pemerintah RI masa
demokrasi liberal 1950-1959.
D. Manfaat Penulisan
a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu
pengetahuan khususnya sejarah nasional Indonesia Tentang Kebijakn Politik
Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950-1959.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
b. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para mahasiwa khususnya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma yang ingin mengetahui sejarah nasional Indonesia tentang Kebijakan
Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950-1959 dan juga bisa
menambah koleksi kepustakaan khusunya karya ilmiah dan dapat menjadi
bahan referensi mahasiswa yang ingin melanjutkan penelitian tentang
Demokrasi Liberal 1950-1959.
c. Bagi penulis .
Hasil penulisan ini bagi penulis telah mebuka wawasan baru dan telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk sekilas berbagi pengetahuan
mengenai sejarah nasional Indonesia kepada para pembaca khususnya sejarah
Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950- 1959.
d. Bagi pembaca.
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memperluasa wawasan terutama bagi
para pembaca yang merasa tertarik mengetahui tentang sejarah Kebijakan
Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal1950-1959
E. Sistematika Penuliasan
Penulisan tentang “Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal
1950- 1959” terdiri dari 5 bab, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB I : Berupa pendahuluan, memuat latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Membahas latar belakang lahirnya demokrasi liberal 1950-1959.
BAB III : Membahas proses penerapan kebijan politik pemerintah RI masa
demokrasi liberal 1950-1959.
BAB Iv : Membahas dampak kebijakan politik pemerintah RI masa demokrasi
liberal 1950-1959.
BAB V : Berupa kesimpulan Bab I, II, III, dan IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
LATAR BELAKANG LAHIRNYA
DEMOKRASI LIBERAL 1950-1959
A. Kondisi kekuasaan RI
Pemerintah mengeluarkan maklumat politik, dinyatakan dalam maklumat
tersebut pemerintah menginginkan pengakuan terhadap negara dan pemerintah
Republik Indonesia maupun Belanda sendiri. Pemerintah RI bersedia membayar
semua hutang-hutang Hindia Belanda sebelum perang dunia II dan berjanji
mengembalikan semua milik asing atau memberi ganti rugi atas milik asing yang
telah dikuasai oleh pemerintah. Bersamaan dengan ini dikeluarkan pernyataan bahwa
pemerintah menyukai berdirinya partai-partai politik sebagai sarana pembantu
perjuangan. Sebagai realisasi maklumat tersebut kabinet Presidensial yang dipimpin
oleh Presiden sendiri diganti dengan Kabinet Ministerial, sebagai Perdana Menteri
ditunjuk Sultan Sjahrir. Pemerintah baru ini segera mengadakan hubungan diplomatik
dengan pihak Belanda dan Inggris Pemerintah Inggris mengirimkan Sir Archibald
Clark Karr dan perwakilan dari Belanda Van Mook. Perundingan dimulai pada
tanggal 10 Februari 1946. Dalam perundingan itu Van Mook menyampaikan sistem
politik penerintah Belanda.6
6 Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional VI Jaman Jepang Dan jaman Repoblik Indonesa, Jakarta,
Penerbit Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaa, 1975. hlm 34.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1. Indonesia akan dijadikan negara Comenwealth berbentuk federasi yang
memiliki self government di dalam lingkungan kerajaan.
2. Masalah dalam negeri diurus oleh Indonesia sedangkan masalam luar negeri
diurus oleh pemerintah Belanda.
3. Sebelum dibentuk Comenwealth akan dibentuk pemerintah 10 tahun.
4. Indonesia akan dimasukan sebagai anggota PBB.
Pihak Indonesia dalam perundingan ini belum memberi usulan, sementara suatu
gabungan organisasi dengan nama Persatuan Perjuangan melakukan oposisi terhadap
kabinet Sjahrir. Mereka berpendapat bahwa perundingan hanya dapat dilakukan atas
dasar pengakuan sepenuhnya terhadap Republik Indonesia. Dalam sidang KNIP di
Solo ( 28 Februari-2 Maret 1946 ) mayoritas suara menentang Sjahrir. Karena oposisi
itu terlalu kuat kabinet Sjahrir menyerahakan mandatnya kembali kepada Presiden.
Tapi kemudian Presiden menunjuk kembali Sjahrir sebagai Perdana Menteri. Kabinet
Sjahrir yang kedua memberi usulan, diantaranya :
1. Republik Indonesia harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas
wilayah bekas jajahan Hidia-Belanda.
2. Pinjaman Belanda sebelum tanggal 8 Maret 1942 menjadi tanggung jawab
pemerintah RI.
3. Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan dalam masa tertentu, dan
mengenai urusan luar negerri dan pertahanan akan diserahkan pada suatu
badan federasi yang terdiri dari orang-orang Indonesia dan Belanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
4. Tentara Belanda segara ditarik dari Indonesia jika perlu diganti dengan tentara
Republik Indonesia.
5. Pemerintah Belanda harus membantu Pemerintah Indonesia untuk dapat
diterima sebagai anggota PBB.
Balasan ini disampaikan kepada Van Mook, akan tetapi pihak Belanda tidak
dapat menerima dengan baik usulan balasan pemerintah RI tersebut, meskipun pihak
Republik sudah memberikan kosensi-kosensi yang oleh rakyat Indonesia sendiri
sukar diterima.
Dengan bercermin persetujuan tanggal 6 Maret 1946 dicapai antara Vietnam
dengan Prancis, diman Republik Vietnam akan merupakan negara yang bebas
didalam lingkungan Federatiom Ind-Chinoise, Van Mook mengajukan usulan pribadi
untuk mengakui Republik Indonesia sebagai wakil Jawa untuk mengadakan
kerjasama dalam rangka pembentukan negara federal yang bebas. Wakil semua
bagian Hindia Belanda dan wakil golongan minoritas akan berkumpul untuk
menentukan struktur negara Indonesia yang akan datang. Selanjutnya pasukan
Belanda akan mendarat menggantikan pasukan serikat pada tanggal 27 Maret 1946
Sultan Sjahrir memberikan jawaban yang disertai naskah, yang isi pokoknya adalah:
1. Supaya pemerintah Belanda mengakui RI de facto atas Jawa dan Sumatra.
2. Supaya Belanda dan RI berkerjasama membentuk RIS.
3. Republik Indonesia Serikat bersama-bersama dengan Nederland, Suriname,
dan Caracau menjadi peserta suatu ikatan kenegaraan Belanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Dengan usulan biasanya pemerintah RI maka kedua belah pihak dianggap
telah saling mengerti, karena itu perundingan perlu ditingkatkan. Perundingan di
Jakarta antara Sultan Sjahrir dan Van Mook dengan disaksikan oleh Archibald Clark
Karr. Hasil perundingan oleh Van Mook akan diserahkan kepada pemerintah
Belanda. Dengan perantara Clark Karr sekali lagi kedua pemerintah mengadakan
perundingan di Hooge Veluwe ( Negeri Belanda ). Pemerintah RI mengirimkan
delegasi yang terdiri dari Mr. Swardi, Dr. Sudarsono, dan Mr. Abdul Karim
Pringgodigdo.
Delegasi RI berangkat ke Belanda pada tanggal 4 April 1946 bersama- sama
dengan Sir Archibald Clark Karr. Delegasi Belanda yang diajukan dalam perundingan
ini adalah Van Mook, Prof. Legaman, Dr. Idebugh, Dr. Van Royen, Prof. Van
Asbeck, Sultan Hamid II dan Suryo Santoso. Didalam perundingan itu ternyata pihak
Beland memakai rancangan hasil pertemuan Sjahrir dan Van Mook serta Clark Karr
terutama mengenai usulan Clark Karr tentangan pengakuan secara de facto atas
Republik Indonesia di Jawa dan Madura saja, itu pun dikurangi daerah-daerah yang
diduduki pasukan serikat. Republik Indonesia yang dimaksud itu harus tetap menjadi
bagian kerajaan Belanda. Demikian juga campur tangan RI dalam menentukan
perwakilan daerah-daerah diluar daerah RI. Perundingan yang berlangsung selama 10
hari itu ( 14-24 April 1946 ) telah gagal. Untuk sementara waktu hubungan Indonesia
dan Belanda terrputus. Tetapi pada tanggal 2 Mei 1946 Van Mook kembali membawa
Usulan, yang terdiri dari tiga pokok:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
1. Pemerintah Belanda mengakui Republik Indonesia sebagai persemakmuran
Indonesia yang berbentuk federal.
2. Persemakmuran Indonesia Serikat disatu pihak dengan Nederland, Suriname
dan Cracau dilain pihak akan merupakan bagian dari kerajaan Belanda.
3. Pemerintah Belanda akan mengakuai de facto kekuasaan atas Jawa, Madura,
dan Sumatra, dikurangi daerah yang diduduki oleh tentara Inggris dan
Belenda.
Usulan Belanda itu pada tanggal 17 Juli ditolak oleh Pemerintah RI karena dianggap
tidak mengandung suatu yang baru, adapun ususlan RI:
1. Repulik Indonesia berkuasa secara de facto atas Jawa, Madura, Sumatra, dan
ditambah daerah-daerah yang dikuasai oleh tentara Inggris dan Belanda.
2. Republik Indonesia menolak ikatan kenegaraan dengan Belanda dan
menghendaki perhentian pengiriman pasukan Belanda ke Indonesia
pemerintah Republik tidak akan menambahkan pasukan.
3. Pemerintah Republik menolak suatu periode peralihan dibawah kekuasaan
Belanda.
Usulan itu ditolak oleh pihak Belanda, sementara itu didalam negeri terjadi
krisis politik dengan jatuhnya Kabinet Sjahrir I. Sebenarnya Persatuan Perjuangan
mengharapkan Tan Malaka yang ditunjuk sebagai Perdana Menteri, tetapi Presiden
menunjuk kembali Sultan Sjahrir sebagai Perdana Menteri. Persatuan Perjuangan
tetap meneruskan oposisinya terhadap kabinet Sjahrir sekalipun program kabinet baru
itu kompromi pendapat antara Persatuan Perjuangan dengan haluan politik semula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pemerintah. Program kabinet itu tidak memasukan golongan Tan Malaka. Karena itu
pemerintah mencurigai tindakan Tan Malaka dan kawan-kawan yang menginginkan
kedudukan dipemerintahan. Pada akhir bulan Maret tokoh politik khususnya dari
Persatuan Perjuangan ditangkap. Tujuan penangkapan untuk mencegah timbulnya
bahaya yang lebih besar yang disebabkan oleh pemimpin-pemimpin politik itu,
karena terdapat bukti bahwa mereka akan mengubah susunan negara diluar undang-
undang. Mereka yang ditangkap adalah Tan Malaka, Abikusumo Tjokrosuyoso,
Sayuti Malik, Charul Saleh, dan Muhamad Yamin.
Karena usulan ditolak. Pemerintah RI tetap membulatkan tekad mengerahkan
tenaga untuk menghadapi segala kemungkinan. Rekrontruksi dan realisasi angkatan
perang diselenggarakan untuk menyempurnakan kesatuan komando. Pada bulan Juni
di Solo terjadi pergolakan dimana rakyat Solo menuntut dilenyapkannya
pemerintahan kesunanan. Daerah istimewa Surakarta dinyatakan menjadi daerah RI,
yang berbentuk keresidenan. Untuk mencegah segala terjadinya kemungkinan
kekacauan didalam negeri. Presiden Soekarno pada tanggal 6 Januari 1946
mengesahkan Undang-undang keadaan bahaya atau Undang-undang No. 6 tahun
1946, sehubungan dengan keadaan didaerah Solo Presiden mengumumkan keadaan
bahaya untuk daerah Kesunanan dan Mangkunegara. Pergolakan di Solo semakin
meluas menjadi pergolakan politik. Pengikut Tan Malaka tetap berusaha menjatuhkan
Perdana Menteri Sjahrir dengan cara lain, sehari kemudian diumumkan keadaan
bahaya untuk daerah Jawa dan Madura, oleh Presiden dibentuk dewan militer yang
dipimpin oleh presiden sehubungan dengan keadaan bahaya. Kesatuan Komando
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Angkatan Perang ditugaskan dimana Panglima Besar Soedirman sebagai pemimpin
Angkatan Darat, Laut, dan Udara.
Selanjutnya Presiden pada tanggal 28 Juni 1946 menyatakan seluruh
Indonesia dalam keadaan bahaya. Berhubungan dengan adanya penculikan terhadap
Perdana Menteri Sjahrir dari penginapannya di Solo. Penculikan dilakukan oleh
pengikut Tan Malaka pada malam 27/28 Juni 1946. Sjahrir diculik bersama dengan
Mayor Jendral Sudibjo dan sehubungan dengan peristiwa Presiden menyerukan
kepada penculik agar segera mengembalikan Perdana Menteri Sjahrir. Sehari setelah
seruan itu penculik mengembalikan Sjahrir dalam keadaan selamat. Ketika terjadi
penculikan itu Presiden bersama kabinet mengambil alih pimpinan pemerintahan
untuk mengisi kekosongan.7
Sementara itu Belanda mendapat kemajuan dengan usaha mereka mencapai
penyelesaian federal. Pada bulan Juli 1946 mereka mengadakan suatu konferensi di
Malino ( Sulawesi Selatan ). Dimana tiga puluh orang Indonesia yang merupakan
wakil-wakil para Raja, umat Kristen, dan beberapa kelompok etnik dari Kalimantan,
dan Indonesia Timur mendukung tentang ide sebuah negara federal dan suatu bentuk
kelanjutan hubungan dengan Belanda. Akan tetapi pihak Belanda terkejut ketika
mengetahui orang-orang Indonesia menginginkan langkah-langkah kearah otonomi
yang murni. Disusunlah rencana untuk membentuk sebuah negara di Kalimantan dan
yang lain untuk Indonesia Timur.8
7 Ibid, hlm. 34-40.
8 M.C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, Yoyakarta , Penerbit Gadjah Mada University, 1991.hlm 336.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Akhirnya pihak Belanda mencapai kesepakatan diplomatik dengan Republik
pada bulan November 1946. Pihak Inggris telah mendesak mencapai suatu
kesepakatan sebelum menarik semua pasukan mereka dari jawa dan sementara pada
bulan Desember. Pada bulan Oktober perundingan-perundingan dimulai dan
disepekati suatu gencatan senjata di Jawa dan Sumatra pada tanggal 12 November
diadakannya perjanjian Linggajati, isi perjanjian itu di antaranya:
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Repulik Indonesia atas Jawa,
Madura, dan Sumatra.
2. Akan dibentuk negara federal dengan nama Indonesia Serikat yang salah satu
negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
3. Dibentuk Uni Indonesia- Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepala Uni.
4. Pembentukan Republik Indonesia Serikat ( RIS ) dan Uni Indonesia- Belanda
sebelum tanggal 1 Januari 19499
Kedua pihak sepakat untuk kerja sama dalam pembentukan ( pada tanggal 1 Januari
1949 ) suatu negara Indonesia Serikat yang berbentuk federal, di dalamnya Republik
akan menjadi salah satu negara federal, dan Ratu Belanda akan menjadi pemimpin
secara simbolis Uni Indonesia-Belanda. Persetujuan perdamaian ini hanya
berlangsung singkat, kedua belah pihak saling tidak mempercayai pengesahan
9 http://jagosejarah.blogspot.com/2014/09/perjanjian-linggarjati.html (diuduh tagggal 27 Maret 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
perjanjian itu di kedua negara tersebut menimbulkan pertikaian-pertikaian politik
yang sengit mengenai kesepakatan yang telah dibuat.
Pihak Belanda mulai kini menyadari bahwa federal tidak selalu merupakan
pemecahan cara yang mudah. Pada November 1946 kedudukan mereka di Sulawesi
Selatan terancam oleh pemuda Republik setempat yang kembali dari Jawa, dimana
mereka telah mendapatkan pendidikan militer. Pada bulan Desember pihak Belanda
menjawab dengan mengirimkan seorang tokoh yang sangat keji, yaitu kapten
Raymond Turk Westerling. Dia menggunakan terror dengan sewenang-wenang
diikuti oleh pihak- pihak yang anti Republik. Dalam waktu tiga bulan sekitar 3.000
orang Indonesia telah terbunuh sebagai akibat terror tersebut. Dan kelompok pemuda
Republik semakin besar dibinasakan.10
Pihak Belanda terus maju dengan rencana
mereka membentuk negara-negara federal sedapat mungkin. Sebuah Negara
Indonesia Timur ( NIT ) didirikan dalam suatu konferensi di Denpasar pada bulan
Desember 1946. Walaupun kekuasaan Belanda masih berlanjut di Denpasar ide-ide
nasionalisme tetap kuat, bisa dilihat dari penggunaan lagu Indonesia Raya sebagai
lagu kebangsaan NIT.
Ternyata mustahil mendirikan sebuah negara untuk seluruh rakyat di
Kalimantan, karena kaum Muslim di pantai Selatan dan Timur sangat pro- Republik,
sebuah negara yang terpisah untuk Kalimantan Barat. Dibentuk dibawah Sultan
Hamid II ( 1946- 1950 ), Sjahrir memprotes dengan pembentukan negara secara
sepihak.
10
M.C. Ricklefs, op.cit., hlm. 337.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Perkembangan- perkembangan tersebut justru memperdalam kecurigaan pihak
Republik terhadap Belanda dan ketidak senangan terhadap persetujuan Linggarjati
dalam rangka memperbesar peluang desakanya persetujuan itu oleh KNIP,maka
dirasa perlu oleh pemerintah Republik untuk memperbanyak jumlah anggotanya dari
200 menjadi 514 orang dengan jalan memasukan tokoh-tokoh pro- pemerintah yang
telah membentuk koalisi yang bernama sayap kiri pada bulan Desember 1946
Bulan Mei 1947 Belanda sudah memutuskan bahwa mereka akan menyerang
Republik secara langsung. Pasukan bersenjata sekitar 100.000 serdadu di Jawa yang
sebagian tidak aktif merupakan pemborosan keuangan yang serius, tidak mungkin
dipikul oleh perekonomian Belanda yang hancur karena perang. Apabila mereka
ingin mempertahankan pasukan ini maka Belanda memerlukan komoditi dari pulau
Jawa ( khususnya gula ) dan Sumatra ( minyak dan karet ). Kalangan militer Belanda
merasa yakin bahwa kota-kota yang dikuasai Republik dapat ditaklukkan dalam dua
minggu dan seluruh wilayah Republik dalam waktu enam bulan.
Pada tanggal 20 Juli 1947 tengah malam pihak Belanda melancarkan aksi
mereka yang pertama. Pasukan Bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki
Jawa Barat, dan dari Surabaya untuk menduduki Madura dan Ujung Timur. Pasukan-
pasukan yang lebih kecil mengamankan kota Semarang, dengan demikian Belanda
menguasai pelabuhan di pulau Jawa. Di Sumatra perkebunan di sekitar Medan,
industri minyak di sekitar Palembang, dan daerah Padang.11
Pasukan Republik
11
A.H. Nasution, Sejarah perjuanagan Nasional Dibidang Bersenjata, Jakarta, Penerbit Mega Bookstore,
1966.hlm.100.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bergerak mundur dalam kebingungan dan menghancurkan apa yang mereka dapat
hancurkan. Amerika dan Inggris tidak menyukai aksi Belanda tersebut, mereka
menyuruh Belanda untuk menghentikan pendudukan secara penuh terhadap Republik.
PBB kini terlibat langsung dalam konflik tersebut. Australia dan India sangat aktif
mendukung Republik dalam PBB dan Uni Soviet memberikan dukungannya. Akan
tetapi peran yang paling penting dipegang oleh Amerika Serikat, mereka menentukan
kebijakan Belanda, bahkan yang paling progresif di antara meraka, merasa sejarah
dan pikiran sehat memberikan mereka hak untuk menentukan perkembangan
Indonesia. Sekutu Belanda Inggris, Australia, dan Amerika Serikat tidak mengakui
hak semacam itu kecuali rakyat Indonesia menghendakinya. Mereka segera mendesak
negeri Belanda untuk mengambil sikap yang tidak terlalu kaku. Keadaan ini justru
memperbesar hasrat Belanda untuk mencari cara penyelesaaian secepatnya di
Indonesia.
Pada akhir bulan Juni 1947 pihak Belanda menyadari bahwa mereka harus
mendengarkan himbauan PBB agar diadakannya suatu gencatan senjata yang
diperintahkan oleh pihak Belanda Soekarno pada tanggal 4 Agustus. PBB
memperkenankan Sjahrir untuk berbicara atas nama Republik, tetapi tidak menerima
wakil-wakil daerah yang dikuasai Belanda. Pada bulan Oktober dibentuklah komite
jasa-jasa baik PBB yang beranggotakan wakil-wakil Amerika, Australia dan Belgia
untuk membantu perundingan-perundingan Belanda Republik dalam mencapai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
gencatan senjata yang baru. Sejak bulan Agustus pihak Belanda telah melanjutkan
operasi pembersihan. 12
Pada tanggal 17 Januari 1948 tercapai suatu persetujuan baru di atas kapal
Amerika ( Renville ), yang antara lain berisikan persetujuan gencatan senjata antara
Indonesia dan Belanda.
1. Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat
(RIS)
2. Sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk, Belanda dapat menyerahkan
kekuasaanya kepada pemerintah federal sementara.
3. Republik Indonesia sejajar kedaulatanya dalam Uni Indonesia-Belanda.
4. Republik Indonesia menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat.
5. Antara enam bulan sampai satu tahun akan diselengarakan pemilihan umum
untuk membentuk konstituante RIS.
6. Tentara Indonesia di daerah kekuasaan Belanda harus dipindah ke daerah
Republik Indonesia.13
Perjanjian Renvillle mengalami nasib yang sama dengan persetujuan Linggarjati.
Belanda melakukan aksi militer yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948. KTN
melaporkan kepada Dewan Keamanan bahwa Belanda melakukan pelanggaran.
Dewan Keamanan bersidang pada tanggal 22 Desember 1948 yang menghasilkan
resolusi, mendesak supaya pemusnahan dihentikan dan pemimpin Indonesia yang
12
M.C. Ricklefs, op.cit., hlm . 337-340. 13
http://jagosejarah.blogspot.com/2014/09/perjanjian-linggarjati.html (diuduh tagggal 27 Maret
2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
ditahan segera dibebaskan. KTN ditugaskan untuk mengawas pelaksanaan resolusi
itu.
Pada waktu Dewan Keamanan bersidang lagi pada tanggal 7 Januari 1949,
bahwa nampak sekali pendapat umum dunia terhadap Belanda makin lama makin
buruk. Perdana Menteri India Nehru menuntut dipulihkan Republik Indonesia kepada
keadaan semula, ditarik mundur tentara Belanda, dan diserahkan kedaulatan kepada
rakyat Indonesia dan diperluaskanya wewenang KTN. Konferensi New Delhi ini
diperkasai Perdana Menteri India dan dihadiri oleh wakil-wakil negara Afganistan,
Australia, Burma, Sri Langka, Mesir, Ethopia, Iran, Iraq, Lebanon, Pakistan, Filipina,
Saudi Arabia, Suriah, dan Yaman sebagai peserta dan wakil negara-negara Cina,
Nepal, slandia Baru, dan Muangthai sebagai peninjau.
Pada peserta Konferensi New Delhi merupakan unsur yang sangat besar
dalam PBB, maka sudah logis jika Dewan Keamanan memberikan perhatian yang
wajar terhadap tuntutan Konfrensi New Delhi ini, arab dan Australia berkumandang
di Dewan Keamanan menerima suatu resolusi, yang antara lain berbunyi sebagai
berikut:
1. Segera gencatan senjata .
2. Pemimpin-pemimpin Republik Indonesia segera dibebaskan dan
dikembalikan ke Yogyakarta.
Resolusi itu untuk pertama kali menentukan dengan jelas garis-garis dan jangka
waktu penyerahan dari KTN yang namanya diubah menjadi United Nation
Comention For Indonesia ( UNCI ) oleh karena Republik Indonesia dengan jujur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menjalankan politik damai dan bersedia untuk menyelesaikan soal-soal Indonesia atas
prinsip Indonesia Merdeka dan siap berperang untuk membela diri apabila diserang,
maka perjuangan Republik Indonesia mendapat simpati dunia internasional di forum
PBB.14
B. Menghadapi Agresi Militer Belanda
1. Menghadapi Agresi Militer Belanda I
Agresi terbuka Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 menimbulkan reaksi yang
hebat dari dunia. Pada tanggal 30 Juli pemerintah India dan Australia mengajukan
permintaan resmi agar masalah Indonesia segera dimasukkan dalam daftar acara
Dewan Keamanan. Permintaan itu diterima baik dan pada tanggal 31 Juli dimasukkan
dalam acara pembicaraan Dewan Keamanan. Tanggal 1 Agustus 1947 Dewan
Keamanan memerintahkan penghentian permusuhan kedua belah pihak yang dimulai
pada tanggal 4 Agustus 1947. Sementara itu untuk mengawasi gencatan senjata
dibentuk Komisi Konsuler. Dewan Keamanan yang memperdebatkan masalah
Indonesia akhirnya menyetujui usulan Amerika Serikat. Bahwa untuk mengawasi
penghenetian ini harus dibentuk suatu komisi jasa-jasa baik. Indonesia dan Belanda
dipersilahkan untuk memilih satu negara yang dipercayai mengawasi penghentian
permusuhan Pemerintah Indonesia meminta Australia menjadi angota komisi, dan
Belanda memilih Belgia. Australia diwakili oleh Richard Kirby, Belgia diwakili Paul
Van Seland, dan Amerika diwakili Dr. Frank Graham. Komite ini di Indonesia
dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN). Dalam masalah militer KTN mengambil
14
Marwaty Djunet Poesponegoro , Sejarah Nasional VI Esai ke 4, Jakarta, PN Balai Pustaka, 1984.hlm.139.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
inisiatif, tetapi di dalam masalah politik KTN hanya memberikan saran dan usulan,
tidak mempunyai hak untuk memasukkan persoalan politik. KTN mulai bekerja di
Indonesia pada bulan Oktober 1947. Setelah KTN mengadakan pembicaraan dengan
kedua belah pihak akhirnya disepakati untuk kembali ke meja prundingan. Belanda
mengajukan Jakarta sebagai tempat perundingan, tetapi ditolak oleh pihak Republik.
Republik menganggap di Jakarta tidak ada kebebasan untuk menyatakan pendapat,
Republik menginginkan perundingan dilaksanakan di luar daerah yang dikuasai
Belanda. KTN mengambil jalan tengah dan mengusulkan kedua belah pihak
menerima tempat perundingan di atas sebuah Kapal Amerika Serikat yang disediakan
atas permintaan KTN.
Sebelum itu sudah dibentuk suatu komisi untuk melaksanakan gencatan
senjata, yang disebut Komite Taktis. Di dalam perundingan Komisi Taktis yang telah
dilakukan, usulan mengenai daerah batas militer dianggap kurang praktis, dan
Belanda tetap mempertahankan garis Van Mook, yakni suatu garis yang
menghubungkan pucuk-pucuk pasukan Belanda yang dimajukan sesudah keluar
perintah dari Dewan Keamanan untuk menghentikan permusuhan. Kemudian mareka
mengeluarkan pernyataan dari tempat perundingan di Kaliurang, yang berisikan
dilarang melakukan sabotase, intimidasi, pembalasan dendam, dan tindakan yang
semacamnya terhadap orang-orang atau masyarakat.
Setelah jatuhnya Kabinet Sjahrir III, Presiden menunjuk Mr. Amir Sjarifudin
untuk menyusun kabinet baru. Perundingan dengan Belanda delegasi Republik
dipimpin oleh Mr. Amir Sjarifudin. Perundingan yang diselenggarakan di atas Kapal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Renville dibuka pada tanggal 8 Desember 1947 di bawah pimpinan Hermans wakil
Belgia dalam KTN. Sementara itu perundingan Komisi Taktis mengalami jalan
buntu. Hal ini disebabkan karena Belanda menolak saran dari KTN untuk
melaksanakan keputusan Dewan Keamanan PBB. Pihak Belanda tidak mau
berunding masalah politik sebelum gencatan senjata beres. Karena macetnya
perundingan, pemerintah Indonesia mengeluarkan keterangan mengenai sebab-sebab
kemacetan tersebut dinyatakan pihak Belanda hanya menyetujui hal-hal yang
menguntungkan dirinya. Kecepatan gerakan pasukan Belanda menunjukkan
keinginan untuk menduduki daerah seluas mungkin dengan dalih mengadakan
operasi-operasi pembersihan berdasarkan mereka yang terdepan. Namun situasi pada
tanggal 4 Agustus 1947 menunjukkan bahwa pihak Belanda hanya menduduki kota-
kota saja, di luar kota pemerintahan RI dan TNI tetap aktif.
Untuk mengatasi kemacetan perundingan ini KTN mengajukan usulan baru
supaya kedua belah pihak berunding dulu dengan KTN. Dari hasil perundingan itu
KTN menyimpulkan bahwa persetujuan Linggarjati dapat dijadikan dasar
perundingan namun terdapat kesulitan mengenai gencatan senjata, karena Belanda
tetap menekankan pada tuntutan pada garis Van Mook, sedangkan pihak Republik
menolak wakil Australia mengusulkan daerah demiliterisasi yang diawsai oleh polisi.
Pasukan masing-masing diundurkan sejauh 10 km, kemudian KTN memberikan usul
politik yang didasari atas persetujuan Linggarjati, yaitu:
1) kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
2) kerjasama Indonesia Belanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
3) suatu negara yang berdaulat atas dasar federasi.
4) Uni antara Indonesia Serikat dan bagian lain kerajaan Nederland.
Sebagai balasan usulan KTN pihak Belanda mengajukan 12 prinsip politik
untuk disampaikan pada pihak Republik. Prinsip-prinsip Belanda di antaranya adalah
menghidupkan kegiatan ekonomi, tetapi dalam usul itu tidak ada masalah mengenai
penarikan pasukan Belanda, Belanda menyatakan itu adalah usaha mareka terakhir,
apabila ditolak Belanda tidak dapat melanjutkan perundingan dan RI diberi 48 jam
untuk menjawabnya. KTN menyadari sikap Belanda ini situasi berbahaya. Untuk
mengatasi hal ini KTN mengajukan 6 prinsip tambahan untuk mencapai penyelesaian
politik. Karena prinsip-prinsip itu disampaikan kepada dua belah pihak, pemerintah
RI mendapatkan jaminan dari KTN, bahwa kekuasaan Republik tidak berkurang
selama peralihan sampai diserahkan kedaulatan Belanda kepada negara federasi
Indonesia. Pihak Belanda berjanji juga akan menerima usulan KTN. Akhirnya pada
tanggal 17 Januari 1947 kedua belah pihak bertemu di atas kapal Renvile untuk
menandatangani persetujuan gencatan senjata dan prinsip-prinsip politik yang telah
disetujui bersama KTN. Sementara berlangsung perundingan pihak Belanda terus
berusaha membentuk negara-negara boneka. Konferensi Jawa Barat II diselengarakan
di Bandung pada tanggal 16-19 Desember 1947 untuk menentukan status Jawa Barat.
Menyatakan bahwa Jawa Barat adalah bagian dari RI dan status Jawa Barat tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dapat dipisahkan dari RI. Di samping itu Belanda juga membentuk Komite Indonesia
Serikat dan membentuk Negara Indonesia Timur.15
2. Menghadapi Agresi Militer Belanda II
Karena tidak ada kesesuaian pendapat perundingan dengan Belanda
mengalami kemacetan lagi. Indonesia merasa kecewa terhadap KTN, KTN dianggap
lebih banyak sebagai wasit daripada sbagai perantara perjuangan diplomatik
Indonesia dan Belanda. Jalan keluar itu sebenarnya telah dirintis oleh Du Bois
Crtchley, yakni masing-masing Amerika dan Australia di dalam KTN. Sementara itu
wakil Amerika Serikat dipanggil oleh pemerintahnya, dan diganti Marle Cochran.
Jalan buntu untuk berunding masih belum bisa ditembus. Setelah gagal perundingan 9
Desember 1948 RI mengirimkan usulan kepada KTN mengenai pendirian RI.16
Pada
hakikatnya RI tidak mau mengakui adanya gencatan senjata dan Renville.
Dengan berakhirnya pemberontakan PKI, pimpinan angkatan perang mulai
memikirkan kemungkinan serangan militer Belanda. Berdasarkan persetujuan
Renville, Belanda berusaha mengepung RI secara politik, ekonomi, dan militer.
Gejala-gejala akan datangnya seramgan militer dirasakan oleh pimpinan Angkatan
Perang, sejak Belanda mulai mengulur-ulur waktu mengenai pelaksanaan
perundingan Renville. Sebagai tanggapan tindakan Belanda pimpinan Angkatan
Perang merencanakan pelaksanaan daripada pertahanan RI. Adapun konsep
pertahanan yang dianut adalah pertahanan Rakyat Semesta. Namun konsep ini
15
Ibid, hlm.139-144. 16
Marwaty Djoened Poesponegoro, op.cit., hlm.157
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tadinya baru dicanangkan dalam tingkat politis dan belum dijabarkan secara nyata.
Penjabaran tersebut didasarkan pada pengalaman menghadapi Belanda pada agresi
militer I. pengalaman tersebut ditambah pula dengan kenyataan bahwa kurang lebih
dari 35.000 tentara keluar dari kantong-kantong dari daerah yang diduduki Belanda
baik di Jawa maupun Sumatra. Berdasarkan pengalaman tersebut pimpinan Angkatan
Perang menjabarkan konsep pertahanan semesta yang mudah dipahami dan
dilaksananakan, penjabaran diterangkan dalam perintah siasat No. I dari Panglima
Angkatan Perang. Isi pokok perintah itu adalah mengadakan perang dengan gerilya
yang agresif yang dilakukan oleh rakyat dan tentara untuk membela RI dan sekaligus
untuk memenangkan perang.
Beberapa hari setelah perundingan mengalami jalan buntu, Belanda
melakukan agresi militer yang kedua terhadap RI. Yogyakarta berhasil diuduki
dengan menggunakan pasukan terjun payung. Presiden serta sejumlah petingggi
negara ditawan oleh Belanda, tetapi sebelumnya pemerintah telah memberikan
mandat kepada Menteri Syarifudin Prawiranegara untuk membentuk dan memimpin
pemerintah Republik secara darurat.
Dewan Keamanan PBB segera bersidang pada tanggal 24 Januari 1949.
Amerika Serikat mengeluarkan resolusi yang ditunjukan pada semua anggota, yang
berisikan:
1. Hentikan permusuhan .
2. Bebaskan Presiden dan pemimpin RI yang ditawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. Memerintahkan kepada KTN agar memberikan laporan secara lengkap
mengenai situasi di Indonesia sejak 19 Desember 1948.
Sementara itu TNI dari satu bulan telah selesai dengan konsilidasinya dan sudah
mulai memberikan pukulan pada tentara Belanda. Pertama kali yang menjadi sasaran
adalah garis-gari komunikasi Belanda: kawat-kawat telepon diputuskan, jalan Kereta
Api dirusak, konvoi-konvoi Belanda dihadang dan diserang. Karena itu Belanda
terpaksa mendirikan pos-pos disepanjang jalan besar yang menghubungkan kota-kota
yang telah didudukinya. Serangan 1 Maret 1949 pada siang hari terhadap kota
Yogyakarta membuktikan pada dunia jauh dari kata hancur. Jalan buntu Belanda
dibidang militer disertai dengan Ameriaka Serikat memaksa Belanda untuk menerima
KMB yang bermuara kepada pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia atas bekas
wilayah Hindia Belanda.17
C. Akhir Perang Dan Pengakuan Kedaulatan
1. Pendekatan RI Dengan Negaea-Negara Federal
Pada bulan pertama tahun 1949, karena didesak oleh Dewan keamanan PBB
Belanda mengadakan pendekatan-pendekatan politis, Perdana Menteri Belanda
mengundang Prof. Dr. Supomo untuk berunding. Pertemuan yang sama diadakan
tanggal 21 Januari 1949 antara negara-negara bagian buatan Belanda. Mr. Moh Room
memimpin delegasi Republik kemudian menyatakan bahwa RI bersedia berunding
dengan BFO dengan syarat diawasi komisi PBB apabila telah mencapai tingkatan
formal. Pada tanggal 13 Februari Wakil Presiden Mohamad Hatta secara resmi
17
Ibid, hlm.157-162.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
menyatakan bahwa perundingan dapat saja dimulai dengan syarat dikembalikannya
pemerintah RI ke Yogyakarta dan pengunduran pasukan Belanda dari RI sesuai
dengan resolusi PBB.
Berdasarkan kenyataan dan penjajakan politik oleh pihak Belanda pada
dasarnya pemimpin-pemimpin bersedia berunding, maka pada tanggal 26 Februari
1949 mereka mengumumkan akan mengadakan Konferesi Meja Bundar ( KMB )
pada tanggal 12 Maret 1949, guna merundingkan masalah Indonesia dan
merundingkan syrat-syarat penyatuan kedaulatan, serta pembentukan Uni Indonesia-
Belanda. Konferensi Meja Bundar diadakan di Den Hag, isi penjelasan yang
disampaikan Ir. Soekarno adalah:
1. Pemerintah Belanda akan mengadakan KMB di Den Hag guna untuk
membahas penyerahan kedaulatan yang dipercepat.
2. Penarikan pasukan Belanda secepat-cepatnya setelah penyerahan kedaulatan.
3. Tentang pengembalian pemerintah ke Yogyakarta dinyatakan bahwa hal itu
tidak mungkin dilaksanakan.
Pada tanggal 3 Maret 1949 presiden Soekarno mengadakan pembicaraan dengan
dengan penghubung BFO, dan menegaskan adanya kedudukan pemerintah RI
dipulihkan sebagai syarat dilangsungkan perundingan yang selaras dengan resolusi
Dewan Keamanan PBB. Selesai pertemuan itu keesokan harinya pada tanggal 4
Maret 1949 Soekarno membalas undangan Wakil Tinggi Mahkota yang berisi
penolakan menghadiri KMB kecuali dengan syarat, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
1. Pengembalian kekuasaan RI adalah syarat mutlak untuk melakukan
perundingan.
2. Kedudukan dan kewajiban PBB untuk Indonesia membantu melaksanakan
resolusi PBB akan terganggu.
Dari BFO dikeluarkan pernyatan yang berisikan pemberitahuan bahwa BFO
telah pada pendirian semula:
1. Supaya pemerintah RI dikembalikan ke Yogyakarta.
2. Komisi PBB agar membantu melaksanakan resolusi.
3. RI menerima gencatan senjata.
Dari pihak Dewan Keaman PBB pada tanggal 23 Maret 1949 dikirimkan surat pada
perintah Belanda yang menyatakan bahwa komisi PBB untuk Indonesia telah bekerja
sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan tanggal 28 Januari 1949 dan tidak
merugikan tuntutan kedua belah pihak. komisi PBB akan memberikan bantuan
terhadap:
1. Tercapainya tujuan sebagai pelaksanaan resolusi Dewan Keamanan pada
tanggal 28 Januari 1949 paragraf 1 dan 2 yang menghentikan aksi militer oleh
Belanda dan pengembalian pemimpin RI ke Yogyakarta.
2. Menetapkan tanggal dan waktu serta syarat untuk mengadakan KMB agar
dapat diselenggarakan.
Dengan adanya petunjuk dari Dewan Keamanan dan adanya pendekatan
antara RI dan Belanda. Maka pada tanggal 19 April atas inisiatif komisisi PBB untuk
Indonesia diadakan perundingan RI dan Belanda. Perundingan diadakan di Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Delegasi RI dalam pidatonya mengemukakan bahwa perundingan ini lebih dahulu
menyetujuai pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta. Dengan pengembalian
pemerintah RI ke Yogyakarta, baru terbuka kemungkinan delegasi untuk mengambil
keputusan bagi hal-hal lainya. Delegasi Belanda bersedia melakukan perundingan
dengan syarat-syarat untuk kemungkinan kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta,
tetapi tiap kewajiban yang mengikat yang muncul dalam perundingan harus ditunda
sampai tercapai persetujuan tentang perintah penghentian gerilya dan membuat
perjanjian mengenai waktu dan syarat KMB di Den Hag.
Karena Perundingan berjalan dengan lambat, bahkan hampir mengalami jalan
buntu. Pada tanggal 24 April Mohammad Hatta datang ke Jakarta, pihak RI
menempuh cara lain yakni, mengadakan perundingan informal dan langsung dengan
pihak Belanda dengan disaksikan Marle Cochran ( Amerika Serikat ). Pada tanggal
25 April diadakan pertemuan pertama antara RI dan Belanda, hasil pertemuan ini
tidak diumumkan, namun Hatta menyatakan perundingan informal itu untuk
membantu memberikan penjelasan pada delegasi Belanda. Pertemuan ini memberikan
harapan untuk tercapai persetujuan, komisi PBB bersikap menunggu matangnya
perundingn informal tersebut. Pada dasarnya pihak Belanda tidak setuju tentang
pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta dengan syarat perhentian perang gerilya,
masalah ini dapat diatasi tetapi mengenai luasnya kekuasaan RI. Delegasi RI
menuntut daerah seluas daerah Istimewa Yogyakarta termasuk lapangan terbang
Maguwo dengan batas samudra Indonesia. Pihak Belanda sebaiknya menafsirkan
resolusi Dewan Keamanan tentang pengembilan pemerintah RI ke Yogyakarta dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
daerah sekitarnya adalah seluas lima mil persegi, mereka juga menolak menyerahkan
lapangan Maguwo.
Berkat usaha keras Marle Cochran anggota komisi PBB Amerika Serikat,
pada tanggal 17 Mei 1949 telah tercapai persetujuan. Presiden Soekarno dan Wakil
Presiden Mohamad Hatta menyatakan kesanggupan mereka sesuai resolusi Dewan
Keamanan tanggal 28 Januari 1949 serta petunjuk-petunjuk tanggal 23 Naret 1949
untuk memudahkan:
1. Pengeluaran perintah terhadap pengikut RI yang bersenjata untuk
menghentikan perang gerilya.
2. Kerja sama dalam pengembilan perdamaian dan menjaga keamanan dan
ketertiban.
3. Turut serta KMB di Den Hag dengan maksut untuk mempercepat penyerahan
kedaulatan yang sungguh-sungguh dan lengkap kepada negara Indonesia
Serikat tidak bersyarat.
Selanjutnya delegasi Belanda Dr. Van Royen memberikan pernyataan yang berisikan
tentang:
1. Delegasi Belanda menyetujui pembentukan panitia di bawah pengawasan
komisi PBB dengan tujuan mengadakan penyelidikan dan persiapan yang
perlu dan sebelum kembalinya pemerintah RI ,dan mempelajari atau
memberikan nasehat tentang tindakan yang diambil dalam pelaksanaan
penghentian perang gerilya dan kerja sama dalam hal pengembalian
perdamaian serta menjaga keamanan dan ketertiban.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah RI harus bebas dan leluasa
melakukan jabatan sepatutnya dalam satu daerah meliputi keresidenan
Yogyakarta.
3. Pemerintah Belanda membebaskan dengan tidak bersyarat pemimpin-
pemimpin RI dan tahanan politik sejak tanggal 19 Desember 1949.
4. Pemerintah Belanda menyetujuii RI sebagai bagian Negara Indonesia Serikat
5. KMB di Den Hag akan diadakan setelah pemerintah RI ke Yogyakart. Pada
konferensi tersebut diadakan pembahasan tentang bagaimana cara
mempercepat penyerahan kedaulatan kepada Indonesia Serikat.
Dengan disepakati prinsip-prinsip Room-Royen pemerintah darurat RI sementara
memerintahkan kepada Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih
perintahan di Yogyakarta apa bila Belanda mulai mundur dari Yogyakarta. Partai
politik yang pertama kali menyatakan persetujuan adalah Masyumi. Pihak Angkatan
Perang menyambut dengan adanya persetujuan itu dengan rasa curiga. Panglima
Besar Angkatan Perang pada tanggal 1 Mei 1949 mengingatkan pada komandan-
komandan agar tidak memikirkan masalah perundingan. Pernyataan yang sama untuk
mempertegas pernyataan Panglinma Besar Angkatan Perang dikeluarkan juga oleh
Panglima Tentara dan Tritorium Jawa Kolonel A.H. Nasution pada tanggal 5 Mei
1949. Pernyataan itu mengetengahkan bahwa perundingan yang dilaksanakan itu
hanyalah taktik perjuangan, dan diperingatkan kepada semua komandan agar
membedakan antara gencatan senjata untuk kepentingan politik dan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kepentinagan militer. Pada pokoknya angkatan tidak percaya perundingan bisa
berhasil karena melihat dari pengalaman yang ada, seperti Linggarjati dan Renville.
Sebagai tindak lanjut antara persetujuan Room-Royen pada tanggal 22 Juli
diadakan perundingan formal antara, BFO dan Belanda di bawah pengawasan komisi
PBB, hasil perundingan itu adalah: Pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta
dilaksanakan pada tanggal 24 Juni 1949, Keresidenan. Pada pokoknya angkatan tidak
percaya perundingan bias berhasil karena melihat dari pengalaman yang ada, seperti
Linggarjati dan Renville. Sebagai tindak lanjut antara persetujuan Room-Royen pada
tanggal 22 Juli diadakan perundingan formal antara, BFO dan Belanda dibawah
pengawasan komisi PBB, hasil perundingan itu adalah:
1. Pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta dilaksanakan pada tanggal 24
Juni 1949, Keresidenan Yogyakarta dikosongkan oleh Belanda dan pada
tanggal 1 Juli 1949 dan pemerintah RI kembali ke Yogyakarta setelah TNI
menguasai keadan sepenuhnya di daerah itu.
2. Mengenai permusuhan akan dibahas setelah kembalinya pemerintah RI ke
Yogyakarta.
3. KMB diusulkan akan diadakan di Den Hag.
2. Menuju KMB
Sejak kembali pemimpin RI ke Yogyakarta perundingan dengan BFO yang
telah dirintis di Bangka dimulai lagi, yang dibahas dalam perundingan itu adalah
pembentukan pemerintah peralihan sebelum terbentuknya Negara Indonesia Serikat.
Kemudian pada tanggal 19-29 Juli 1949 diadakan perundingan kedua belah pihak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
yang disebut Konferensi Antar-Indonesia. Konferensi ini memperlihatkan bahwa
politik Devide Et Impera untuk memisahkan daerah di luar RI dari RI, akhirnya
mengalami kegagalan. Pada Konferensi Antar-Indonesia yang diselenggarakan di
Yogyakarta dihasilkan persetujuan dan hal-hal mengenai ketatanegaraan Negara
Indonesia Serikat.
1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat.
2. Akan dibentuk dua badan perwakilan yakni sebuah Dewan Perwakilan Rakyat
dan Perwakilan Negara Bagian ( Senat ).
3. Pemerintah federal sementara akan menerima kedaulatan bukan hanya dari
pihak Belanda, melainkan dari pihak RI.
3. Pembentukan RIS dan Pengakuan Kedaulatan
KMB kemudian diajukan kepada KNIP untuk diratifikasi KNIP yang
bersidang pada tanggal 2 November 1949, berhasil menerima KMB 226 pro lawan 62
kontra dan 31 meninggalkan sidang, selanjutnya pada tanggal 15 Desember 1949
diadakan pemilihan Presiden RIS pada tanggal 16 Desember 1946 dan pada tanggi 17
Desember. Pada tanggal 20 Desember kabinet RIS di bawah pimpinan Hatta selaku
Perdana Menteri, dan pada tanggal 27 Desember 1949 baik di Indonesia maupun di
Belanda untuk menandatangani akte penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda
ke pemerintah RIS.
a. Republik Indonesia Serikat
Dari tanggal 23 Agustus sampai dengan tanggal 2 November 1949
diselenggarakan Konferensi Meja Bundar di Den Hag. Hatta mendominasi pihak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Indonesia selama berlangsung perundingan dan semua peserta mengaguminya, suatu
Uni yang longgar disepakati antara Belanda dengan RIS disepakati dan Ratu Belanda
sebagai pimpinan simbolis. Sukarno akan menjadi Presiden dan Hatta akan menjadi
Perdana Menteri dan merangkap sebagai Wakil Presiden. Beberapa jaminan
investasi-investasi Belanda di Indonesia dan disepakati bahwa akan diadakan
konsultasi-konsultasi mengenai beberapa masalah keuangan, banyak orang Indonesia
menganggap rencana-rencana sebagai pembatasan-pembatasan yang tidak adil
terhadap kedaulatan mereka. Pihak Indonesia harus memberikan konsensi-konsensi
dalam dua masalah yang paling sulit. Belanda tetap mempertahankan kedaulatan atas
Irian Barat sampai ada perundingan-perundingan lebih lnjut mengenai wilayah Irian
Barat. Dan RIS memikul tanggung jawab atas hutang Hindia Belanda, setelah tawar
menawar ditetapkan sebesar 4,3 miliyar golden sebagian besar dari jumlah ini
sebenarnya adalah biaya yang dipakai oleh pihak Belanda untuk menumpas revolusi.
Pada tanggal 27 Desember Belanda secara resmi menyerahkan kedaulatan atas
Indonesia, tidak termasuk wilayah Irian Barat. Kepada RIS sebuah negara federal
yang hanya bertahan beberapa minggu saja. Ada banyak sentimen pro RI di negara
federal yang didirikan oleh Belanda itu, sentimen semakin kuat dengan dibebaskanya
sekitar 12.000 orang tawanan RI dari penjara Belanda antara bulanAgustus sampai
bulan Desember 1949. Pada tanggal 23 Januari 1949 Westerling dan sekitar 800
orang serdadunya merebut tempat-tempat penting di Bandung, tetapi Komisaris
Belanda mendesaknya untuk mundur pada hari itu juga. Pada hari itu juga Westerling
merencanakan untuk menyerang kabinet RIS dan membunuh beberapa Mentri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Serdadu Westerling telah menyusup ke Jakarta setelah meninggalkan Bandung, tetapi
mereka dapat dipukul mundur. Pada bulan Februari Westerling meninggalkan
Indonesia dengan jalan menyamar. Ditangkap beberapa pimpinan Pasundan karena
terlibat dengan komplotan Westerling mendorong parlemen negara bagian itu pada
tanggal 27 Februari agar Pasundan dibubarkan.
b. Kembali Ke NKRI
Setelah RIS menerima kedaulatan ternyata hanya enam minggu nasibnya tidak
diganggu gugat, sebab setelah itu muncul gerakan untuk kembali ke NKRI . RiS
dengan 16 negara bagian ciptaan Belanda dianggap berbau kolonial atau tidak
merdeka 100 persen. Ada kesan umum bahwa perubahan NKRI sebagai suatu hal
yang tidak tergesa-gesa, tetapi menurut Prof. Kahim dari Amerika Serikat kembalinya
RIS ke NKRI sebagai suatu yang wajar dan sehat. Jika RIS dibiarkan hidup secara
politik dan sosial bisa menimbulkan keadaan yang tidak sehat. Bangsa Indonesia
sebagai bentuk federasi warisan penjajah yang dimaksutkan untuk mempertahankan
pengaruhnya di Indonesia. Bahkan federasi ditempuh Belanda untuk merintangi
perjuangan kemerdekaan. Disamping mempertahankan RIS berarti mempertahankan
banyak orang yang pro Belanda yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri
dan tidak mendapat dukungan dari rakyat. Dalam RIS negara bagian RI adalah
otonom, bukan hanya menikmati otonomi secara penuh dari jakartta tetapi banyak
pejabat negara-negara bagian berkibalat ke Yogyakarta dari pada ke Jakarta. Ini
mangakibatkan dualisme pemerintah pusat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Sebagian masyarakat dengan bentuk federal hasil KMB. Ketidakpuasan itu
dalam tuntutan agar negara bagian bersama dalam RI. Pemimpin RI dan orang-orang
yang duduk dipusat menanggapi bergabung dengan RI atau meleburkan RIS ke NKRI
semakin keras, terlebih setelah tentara Belanda ditarik dari negara-negara bagian dan
politisi yang pro RI dibebaskan. Politisi pro RIS menjadi lebih buruk karena diantara
yang bersekongkol dengan Westerling pembantai sekitar 40.000 orang di Sulawesi
Selatan, yang dengan APRA nya berkekuatan sekitar delapan ratus tentara menolong
Sultan Hamid II untuk membunuh Menteri Pertahanan ( Sultan HB IX ), Sekjen
Kementerian Pertahanan ( Ali Budihardjo ), dan Kastaf Angkatan Perang ( Kolonel
Simatupang ). Rencana pembunuhan ini dapat digagalkan.
Proses perubahan dari RIS ke NKRI dimulai dari Negara Pasundan, kemudian
Sumatra Selatan, Jawa Timur, Madura, Jawa Tengah, dan lain-lain sehingga pada
akhir Maret 1950 tinggal Kalimantan Barat, Sumatra Timur, dan Negara Indonesia
Timur. Ketiga Negara tersebut sepakat bersama RI sepakat kembali Ke NKRI dan
bukan melebur dalam RI .untuk merealisasikan tujuan tersebut, UUD RIS diganti
dengan UUDS 1950. UUDS ini disahkan oleh Presiden RIS pada tanggal 15 Agustus
1950 daan mulai berlaku 17 Agustus 1950 berbentuk NKRI dan RIS bubar dalam
waktu delapan bulan. Berbeda dengan UUD 1945, UUDS mengamanatkan negara
NKRI menganut sitem demokrasi liberal. NKRI secara kongkrit menganut sistem
demokrasi Parlementer. Dalam sistem ini Presiden hanya berfungsi sebagai kepala
Negara, sedangkan kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri. Para
Menteri dan Perdana Menteri bertanggung jawab kepada parlemen. Sementara segi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
liberalnya berlaku sitem multi partai, artinya rakyat diberi kebebasan berpolitik untuk
membentuk partai politik. Masing-masing partai diberi kebebasan yang sama untuk
berpolitik , asal tidak bertentangan dengn UUDS. Dengan terbentuknya NKRI maka
selesailah taraf revolusi nasional karena dengan terbentuknya NKRI terwujutlah
proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu mendirikan negara kesatuan, hanya Irian Barat
yang harus diperjuangkan. 18
UUDS menetapakan menetapkan bahwa pembagian
daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil ditetapkan dengan undang-undang,
dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dan dasar perwakilan
dalam sistem pemerintah negara, bahwa daerah-daerah diberi hak otonom. Wilayah
Indonesia dibagi menjadi 10 Propinsi.19
18
A.Kardiyat, Wiharyanto, op.cit., hlm.73-75. 19
George Mc Turnan Kahim, Nasinalisme dan Revolusi di Indonesia, Jakarta, penerbit UNS Pres dan
Pustaka,1995. hlm. 591.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
PROSES PENERAPAN KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAH
RI MASA DEMOKRASI LIBERAL 1950-1959
Pada tahun 1950 para politikus Jakarta tentu saja membentuk suatu sistem
parlementer seperti yang paling baik mereka ketahui. Demokrasi melalui partai dari
negeri Belanda. Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen atau majelis ( Dewan
Perwakilan Rakyat ) yang anggotanya 232 orang yang mencerminkan sebagai
kekuatan partai. Masyumi mendapat 49 kursi, PNI 36 kursi, PSI 17 kursi, PKI 13
kursi, Partai Katolik 9 kursi, Partai Kristen 5 kursi, dan Murba 4 kursi, sedangkan
lebih dari 42 dibagi di antara partai-partai atau perorangan-perorangan lainnya. Ini
merupakan suatu struktur yang tidak menopang pemerintah yang kuat. Bahwa
struktur kepartaian tersebut akan disederhanakan apabila pemelihan umum
dilaksanakan. Soekarno sebagai presiden tidak memiliki kekuasaan secara riil kecuali
menunjuk para formatur untuk membentuk kabinet baru. Suatu tugas yang
melibatkan negosiasi yang rumit. 20
20
M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, PT. Ikrar Mandiri Abadi. 2009.
hlm. 503.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
A. Penerapan Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950-
1959
1. Masa Kabinet-Kabinet
a. Kabinet Natsir (September 1950- Maret 1951)
Kabinet Natsir merupakan kabinet pertama dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ia menunjuk Sjafruddin Prawiranegara sebagai Menteri Keuangan dan
serta Sumitro sebagai Menteri Perdagangan dan Industri. Natsir dan kawan-kawan
berhasil memanfaatkan situasi perang Korea untuk keperluan pembangunan. Ekspor
terdorong kuat sehingga mampu mengatasi kesulitan neraca pembayaran, sekaligus
manaikkan penerimaan Pemerintah. Impor diliberalisasikan sebagai upaya untuk
menekan tingkat harga-harga umum di dalam negeri. Kredit bagi perusahaan-
perusahaan asing yang mendominasi perekonomian diperketat, sementara bagi
perusahaan pribumi diperlunak. Suatu kombinasi kebijakan fiskal yang ketat dan
penerimaan yang tinggi dan sempat menghasilkan suplus anggaran yang cukup besar
pada tahun 1951. Pada masa Kabinet Natsir inilah untuk pertama kali terumuskan
suatu perencanaan pembangunan yang disebut Rencana Urgansi Perekoomian (RUP).
RUP itu sendiri yang diumumkan secara resmi beberapa minggu justru setelah
jatuhnya kabinet Natsir, menimbulkan pro dan kontra dalam kabinet. Walhasil
Kabinet Natsir tidak pernah sempat untuk melaksanakan RUP-nya. Akan tetapi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
walaupun demikian kabinet lain kabinet berikutnya dengan nama lain yakni Rencana
Lima Tahun. 21
Kabinet Natsir yang berintikan Masyumi dengan dukungan PSI setelah
membentuk koalisi Masyumi-PSI gagal. Kebijakan luar Natsir adalah bebas dan
netral, namun tetap bersimpati ke negara-negara Barat. Pada bulan September 1950
Indonesia menjadi anggota Perserikatan Bangsa-bangsa. Ketika para politikus yang
berkuasa di Jakarta mulai berebut keuntungan ekonomi, maka Menteri Keuangan
Sjafruddin dikecam karena menolak menggunakan pendapatan-pendapatan tersebut
untuk memberi keuntungan kepada mereka. Kebijakan Sjafruddin sejalan dengan
konsentrasi Kabinet Natsir pada kebutuhan-kebutuhan pembangunan kembali
perekonomian dan pemulihan keamanan. Pemberontakan Ambon berakhir pada bulan
November 1950. Tetapi tidak mencapai kemajuan sedikitpun dalam perundingan
dengan Kartosuwirjo di Jawa Barat. Pada tahun 1951 akhirnya mencapai
penyelesaian bagi serdadu-serdadu koloial asal Ambon menolak untuk
dimobilisasikan di Indonesia. Mereka bersama keluarganya yang berjumlah 12.300
orang diangkut ke negeri Belanda di mana mereka menghadapi masalah-masalah
integrasi yang baru. Akan tetapi, perundingan-perundingan dengan Belanda mengenai
kedaulatan atas Irian Barat tidak menghasilkan kemajuan. Harapan pemerintah untuk
merampingkan birokrasi juga tidak berhasil. Bagaimanapun juga kabinet berhasil
membangkitkan tanda-tanda oposisi yang pertama tehadap sistem politik yang baru
terbentuk itu. Sesuai dengan konstitusi Natsir bersikeras agar Soekarno sebagai
21 Dumary, Perekoomian Indonesia, Jakarta, Penerbit Erlangga,1996, hlm. 15-16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
lembaga saja. Soekarno tidak terlalu senang dengan peranannya seperti itu dan
merasa dirinya semakin cocok dengan pandangan PNI dan kelompok radikal bahwa
merebut kedaulatan atas Irian Barat tidak boleh diberi prioritas yang rendah hanya
adanya kebutuhan akan pembangunan ekonomi. Kabinet Natsir meletakkan jabatan
setelah berkuasa selama kurang lebih tujuh bulan tanpa mencapai banyak hal penting
dan tanpa membangun suatu basis pendudukan baik dalam maupun luar parlemen.22
b. Kabinet Sukiman (April 1951- Febuari 1952)
Masa pemerintahan Sukiman mencatat beberapa peristiwa dalam sejarah
perekonomian Indonesia. Di antaranya adalah nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia (22 Mei 1951), awalnya terdapat peraturan bahwa mengenai
pemberian kredit harus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda. Hal ini
menghambat pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonomi dan moneter.
Tujuannya adalah untuk menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya ekspor, serta
melakukan penghematan secara drastis. Perubahan mengenai nasionalisasi De
Javasche Bank menjadi Bank Indonesia sebagai bank sentral dan bank sirkulasi
diumumkan pada tanggal 15 Desember 1951 berdasarkan Undang-undang No. 24
tahun 195123
. Dan memburuknya situasi fiskal. Ekspor mulai menurun akibat
berlalunya bom Korea. Sistem kurs berganda yang telah menjebak perekonomian
Indonesia sejak tahun 1950 dihapuskan atas saran Hjalmar Scbacbt yang diundang ke
22 M. C. Ricklefs, op. cit., hlm 503-505. 23 http://whatteeenagersneed.blogspot.com/2011/02/masa-pemerintahan-demokrasi-liberal-di.html
(diunduh 27 Maret 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Indonesia oleh Sumitro sebagai penasehat ekonomi. Surplus anggaran pada masa
kabinet Natsir berbanding terbalik menjadi defisit besar masa kabinet Sukiman.
Strategi pembangunan secara umum sama seperti yang dijalankan oleh
kabinet Natsir, kabinet Sukiman jatuh pada bulan Februari 1952 meyusul isi
penandatanganan Persetujuan Keamanan Bersama dengan Amerika Serikat.24
Perdana Menteri Sukiman yang berhasil membentuk koalisi Masyumi-PNI
yang kebanyakan orang dianggap sebagai bentuk pemerintah yang wajar. Soekarno
lebih senang dengan susunan itu, paling tidak kabinet memberinya anggaran yang
lebih besar dan kebebasan yang lebih besar untuk berpidato. Tak seorangpun
pengikut Natsir di dalam Masyumi atau PSI masuk di dalamnya, dengan kelompok
yang sangat simpati kepada tentara pimpinan pusat ditempatkan di luar kabinet. Tidak
masuknya Hamemgku Buwono IX dalam kabinet untuk pertama kali semenjak tahun
1946 melemahkan hubungan tentara-Kabinet. Segera terjadi konflik dengan pihak
tentara. Tokoh radikal yang bukan anggota partai, Muhammad Yamin menjadi
Menteri Kehakiman di dalam kabinet baru tersebut. Pada saat itu terdapat 17.000
orang tahanan kebanyakan belum dituntut, yang telah ditahan oleh tentara sejak tahun
1949 karena terlibat dalam kelompok-kelompok pemberontakan atau kejahatan. Pada
bulan Juni, Yamin membebaskan 950 orang tahanan, termasuk kaum kiri yang
terkemuka. Pihak tentara berhasil menangkap mereka kembali kecuali mereka yang
bersembunyi. Yamin meletakkan jabatan dengan demikian pergulatan awal antara
pemerintah sipil dan pihak militer dimenangkan oleh pihak militer.
24 Dumairy, op. Cit., hlm. 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Kabinet Sukiman menjadi paling terkenal dengan dilakukannya satu-satunya
usaha yang serius pada saat itu untuk menumpas PKI. Kaum komunis menjadi marah
dengan bersedianya PNI berkoalisi dengan Masyumi, karena strategi mereka
bergantung pada masih terus bertikai kedua partai itu satu sama lain. Pada bulan Juni-
Agustus 1951, serangkaian pemogokan terjadi, sebuah granat tangan dilemparkan ke
kerumunan massa di Bogor, dan sebuah gerombolan yang bersenjata palu-arit
menyerang sebuah pos polisi. Pemerintah memutuskan bahwa PKI lah yang bersalah,
suatu tuduhan yang diingkari oleh Aidit tetapi sia-sia. Tanpa berkonsultasi dengan
pihak tentara, pemerintah memerintahkan penangkapan besar-besaran pada tanggal
11 Agustus para pemimpin PKI ditangkap di Medan. Beberapa hari kemudian
menyusul penangkapan besar-besaran di Jakarta. Termasuk 16 orang anggota
parlemen ditangkap pada waktu itu tetapi pada akhir bulan Oktober pemerintah
menyebut angka 15.000. tak seorangpun diajukan kepengadilan semuanya dibebaskan
oleh kabinet berikutnya.
Dari peristiwa itu pemimpin PKI menyimpulkan bahwa politikus Jakarta tidak
membiarkan mereka memainkan politik atas dasar yang sama dengan partai lainnya.
Oleh karena itu mereka memilih suatu strategi jangka panjang untuk membentuk
basis masa yang bebas yang begitu besarnya sehingga partai tersebut tidak dapat
diabaikan atau dilumpuhkan oleh penangkapan terhadap para pemimpinnya,
sementara waktu yang sama bekerja paling tidak untuk menetralkan kekuatan non
komunis. Dengan demikian kebijakan front nasioal diambil dan slogan-slogan
nasionalis lebih diutamakan dari pada tuntutan kelas. Kini mulai dilakukan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
kampanye untuk mendapatkan aggota, terutama di Jawa. Pada akhir tahun 1952
dinyatakan bahwa anggota partai tersebut meningkat dari 100.000 pada bulan Mei
manjadi 126.206 orang. Karena merasa tidak pasti dengan PNI sebagai sekutu, maka
PKI mulai mencari dukungan dengan Soekarno meskipun segala kebencian pribadi
mereka terhadap Presiden, mulai saat itu pemimpin PKI tidak menyebut sebagai
kolaborator Jepang atau fasis,dan tidak lagi menyalahkannya kerena memancing
meletusnya peristiwa Madiun. Rasionalisasi mereka kini melemparkan semua
kesalahan dari peristiwa itu pada Hatta, Sukiman, dan Natsir, untuk memenangkan
suatu yang potensial, partai tersebut mengambil peranan yang kurang militant mereka
tahu SOBSI pada bulan Maret 1952 bahwa melakukan pemogokan menuntut upah
yang lebih tinggi adalah mengancam strategi front persatuan nasional. Perkembangan
PKI sesudah itu sangat menabjubkan, tetapi sebagian besar adalah karena partai ini
meniggalkan sifat militannya demi kelangsungan hidupnya.
Setelah itu masalah keamanan muncul kembali setelah banyak mencapai
keberhasilan di berbagai daerah pada tahun 1950-1951. Di Sulawesi Selatan
dilakukan perundingan-perundingan mengenai pengurangan jumlah dan
penggabungan satuan-satuan tentara yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Kahar
Muzhakar, seorang komandan Republik yang terkemuka dalam revulusi 1950. Kahar
bergabung dengan sekitar 20.000 tentara yang menolak untuk didemobilisasikan.
Setelah perundingan-perundingan gagal pada bulan Agustus 1951 dia lari
kepegunungan dan melancarkan serangan terbuka. Pada bulan Januari 1952 Kahar
menghubungi Kartosuwirjo dan secara resmi mejadikan pemberontakannya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
bagian dari Darul Islam yang masih tetap belum mereda di Jawa Barat. Dampak
pemberontakan Kahar menyebar sampai dataran tinggi Toraja, Sulawesi Selatan. Para
pengikutnya menggunakan kekerasan memaksa penganut Kristen dan untuk masuk
islam. Desa-desa dibakar, banyak penduduk dibunuh, dan lainnya mengungsi. Reaksi
negatif terhadap anacaman islamisasi rupanya menjadi penyebab utama cepatnya
kristenisasi di antara rakyat Toraja dan pada tahun 1965 memenangkan partai.
Parkindo, pada tahun 1955 dengan perolehan lebih dari separuh suara. Setelah
pemberotakan Kahar Muzhakar 1965 penduduk Toraja lepas dari ancaman islamisasi
terpaksa dari suku Bugis.25
Kegagalan kabinet Sukiman menangani Kahar melemahkan kekuasaannya,
tetapi krisis kebijakan luar negerilah yang membuat dia terjungkal. Kabinet itu telah
menganut garis pro-Barat secara lebih aktif, dan pada bulan Januari 1952 Perdana
Menteri dari Masyumi tersebut secara diam-diam menandatangani persetujuan
dengan Amerika Serikat yang mengikat Indonesia pada pertahanan dunia bebas.
Segera setalah komitmen ini diketahui timbullah kegemparan politik. Pada bulan
Februari, Menteri Luar Negeri, dan kemudian disusul seluruh anggota kabinet,
meletakkan jabatan. Kabinet berikutnya mengahapus persetujuan itu dengan Amerika
Serikat dan berusaha memperoleh bantuan dengan syarat-syarat yang kurang
mengikat.
25 M. C. Ricklefs, op. cit., hlm. 505-508.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
c. Kabinet Wilopo ( April 1952- Juni 1953 )
Kabinet Wilopo memperkenalkan konsep anggaran berimbang dalam PBN
impor bukan saja diperketat, tetapi juga harus melakukan pembayaran dimuka.
Pekerjaan ekonomi besar yang dilakukan Wilopo adalah rasionalisasi angkatan
bersenjata melalui moderenisasi dan pengurangan personil. Prestasi ekonomi yang
perlu dicatat oleh kabinet ini adalah menekan pengeluaran pemerintah, lebih dari 25
persen pengeluaran total pada tahun sebelumya. Akan tetapi cadangan devisa merosot
tajam, Strategi pembangunan yang ditempuh Wilopo tidak berbeda degan yang
dijalankan oleh pendahulunya, kabinetnya tetap menjalankan urgaisasi yag drastis
oleh kabinet.26
Termasuk program Sistem Ekonomi Gerakan Banteng merupakan
usaha pemerihtah Republik Indonesia untuk mengubah struktur ekonomi yang berat
sebelah yang dilakukan pada masa kabinet Natsir yang direncanakan oleh Sumitro
Joyohardikusumo ( Menteri Perdagangan ) program ini bertujuan untuk megubah
struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan
ekonomi nasioal). Programnya: menumbuhkan kelas pengusaha dikalagan bangsa
Indonesia yang bermodal lemah perlu dibimbing dan diberikan bantuan kredit. Para
pengusaha pribumi diharapkan secara bertahap akan berkembang menjadi maju.
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan
Banteng dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang
700 perusahaan bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi
tujuan program ini tidak tercapai dengan baik meskipun beban keuangan pemeritah
26 M. C. Ricklefs.,op. cit., hlm. 16.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
semakin besar. Kegagalan program ini disebabkan karena : para pengusaha pribumi
tidak dapat bersaing dengan pegusaha non pribumi dalam kerangka sistem ekonomi
liberal, para pengusaha pribumi mentalitas yang cenderung konsumtif, para
penngusaha pribumi sangat bergantung pada pemeritah, para pengusaha kurang
mandiri dalam mengembangkan usahanya. Pengusaha ini sangat cepat mendapat
keuntungan besar dan menikmati cara hidup mewah. Para pengusaha menyalah
gunakan kebijakan dengan mencari keuntungan secara cepat dari kredit yang mereka
peroleh. Dampakya program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban
defisit anggaran belanja pada 1952 sebayak 3 miliyar rupiah. Sehingga Menteri
Keuangan Jusuf Wibisono memberikan batuan kredit khususnya pada pengusaha dan
pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah sehingga masih terdapat pengusaha
pribumi sebagai produsen yang dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume
impor. 27
Kini berlangsung lagi peyusunan kekuatan politik secara besar-besaran, PNI
semakin mencurigai motifasi keagamaan dari Masyumi dan mencari sekutu
membantunya menunda pemilihan umum. Karena merasa takut Masyumi akan
memperoleh kemenangan yang besar. PKI dengan strategi front persatuan nasioalnya,
bersedia menawarkan bantuan kepada PNI dan tidak mencela kabinet yang
sebelumnya. Semua orang yang ditangkap dalam operasi pembersihan anti komunis
27
http://whatteeenagersneed.blogspot.com/2011/02/masa-pemerintahan-demokrasi-liberal-di.html
(diunduh 27 Maret 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pada tahun 1951 kini dibebaskan. PKI dan PNI merupakan partai yang dukungan
utama berasal dari orang Jawa abangan.
Keadaan ekonomi kini semakin memburuk dengan berakhirnya perang Korea.
Antara bulan Februari 1951 dan September 1952, harga karet ekpor nasional yang
terpenting turun 71 %. Penghasilan pemerintah tentu saja merosot. Dalam upaya
untuk memperbaiki neraca perdagangan tidak menguntungkan serta keluarnya
cadangan emas dan devisa, maka pemerintah mengenakan biaya tambahan sebesar
100 sampai 200 persen tehadap impor barang mewah dan mengurangi pengeluaran.
Langkah-langkah tersebut untuk memperbaiki dampak-dampak yang paling buruk
dari kritis ekonimi, tetapi menimbulkan akibat-akibat yang paling buruk terhadap
PNI. Masyumi mendukung kebijakan itu, sehingga meningkatkan ketegangan PNI-
Masyumi. Kabinet juga berencana untuk memperkecil jumlah birokrasi dan militer.
PNI merasa tidak senang tiap usaha mengurangi jumlah birokrasi, sedangkan
pengurungan dikalangan militer menimbulka konflik yang gawat dalam tubuh tentara.
Sultan Hamengku Buwono IX menjadi Menteri Pertahanan lagi dalam Kabinet
Wilopo. Kerja sama yang erat dengan kelompok-kelompok professional dalam
pemerintah pusat tentara pun pulih lagi. Sultan, Nasution, Simatumpang, dan
sebagainya besar pendukung mereka di Jakarta adalah orang-orang non partai, namun
mereka mempunyai hubungan yang kuat dengan Sjahrir dan PSI. Akan tetapi,
Nasution lebih terikat pada tentara dari pada sipil manapun tokoh-tokoh ini dengan
suatu rencana sentralisasi dan demobilisasi untuk mengurangi jumlah tentara dari
200.000 mejadi 100.000 orang. Usulan ini mengadu domba kelompok pesat dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
panglima daerah yang kebanyakan bersimpati dengan PNI dan Soekarno. Kritik
terhadap rencana tersebut menyatakan bahwa PSI bermaksud megurangi jumlah
tentara sampai menjadi suatu organisasi yang hanya setia padanya dan
menggunakannya untuk melancarkan suatu kudeta. Kudeta militer tarjadi di
Muangthai pada bulan November 1951 dan di Mesir pada bulan Juli 1952.
Para panglima daerah berusaha menentang rencana itu. Mereka didukung oleh
sekutu politik mereka di Jakarta. Didalam DPR tuntutan agar kepemimpinan tentara
pusat dibubarkan dan kementerian pertahanan diorganisasikan. Menghadapi
tantangan ini, maka tentara pusat mengadakan unjuk kekuatan namun secara fatal
salah menghitung kekuatan disekitar mereka. Pada tanggal 17 Oktober mereka
membawa tank-tank artileri dan banyak demonstran sipil, yang akhirnya konon
berjumlah 30.000 orang, menuju ke Istana Presiden menuntut dibubarkannya DPR.
Soekarno sendiri tidak begitu menghargai dengan demobilisasi yang akan banyak
menghentikan banyak pemimpin revolusi yang ia hormati. Dan walaupun dia, seperti
halnya Nasution tidak senang gaya politik DPR, dia tidak ingin ditunggangi oleh
pemimpin tinggi tentara. Dia berbicara pada masa kerumunan, dan mereka bubar atas
permintaannya. Sekali lagi Soekaro menganggap dirinya, dan lain-lainnya harus
memandang dirinya, sebagai orang yang dapat berbicara langsung kepada rakyat.
Kemudian dia menerima delegasi tentara dan secara samar-samar berjanji bahwa
kepentingan mereka akan dipenuhi.
Upaya kekuatan tersebut tidak menghasilkan apa-apa. Soekarno berbicara di
radio untuk menghimbau supaya masyarakat tenang dan menjelaskan upaya-upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
untuk memaksa Presiden tidak dapat diterima. Kini para pendukung tentara pusat
segera dipecat. Selama bulan Oktober dan November, para panglima yang baru
dilantik oleh pimpinan pusat untuk memimpin pasukan-pasukan digulingkan oleh
para panglima sebelumnya. Pada Desember 1952, Nasution diskors selama tiga tahun
dalam daftar non aktif. Selama masa itu dia menjadi lebih matang dan
mempertimbangkan kembali taktik-taktiknya, lalu menyimpulkan lebih baik menjadi
Soekarno sebagai sekutu daripada sebagai lawan. Pada bulan Januari 1953, Sultan
Hamengku Buwono IX mengundurkan diri sebagai Menteri Pertahanan pada bulan
Maret, Sekretari Jendral Kementrian Pertahanan diganti. Pada bulan November,
Simatumpang dipecat ketika jabatannya sebagai kepala staf angkatan bersenjata
dihapuskan. Tak seorangpun dari mereka dituduh telah berusaha melancarkan kudeta,
tetapi kekuasaan pimpinan tentara pusat telah dipatahkan.
Tentara kini dibiarkan berada dalam keadaan sangat terdesentralisasi dan
bahkan lebih terbuka campur tangan sipil. Kekuata rundingan di Jakarta telah hancur,
sebagai akibat anggaran pemerintah untuk militer lebih kecil dan para panglima
daerah mulai mecari sumber-sumber dana yang lebih tidak lazim. Bahkan akhirnya
mereka pun terpaksa ada manfaat dalam suatu pimpinan pusat yang kuat. Dengan
timbulnya antara kelompok dalam tubuh tentara, maka kegiatannya dalam
menghadapi kaum pemberontakan menurun. Kabinet Wilopo kehilangan kepercayaan
akibat kegagalan rencana demobilisasinya.
Pembubaran DPR telah menjadi isu dalam peristiwa 17 Oktober, tidak begitu,
mudah lagi bagi kaum politikus untuk menunda pemilihan umum untuk jangka waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
yang tidak terbatas. Pada bulan April 1953, undang-undang pemilihan umum
akhirnya disahkan. Waktu pemilihan anggota DPR kemudian ditetapkan pada bulan
September 1955 dan pemilihan anggota Majelis Konstituante, yang akan
merencanakan suatu undang-undang dasar ditetapkan berlangsung pada bulan
Desember 1955. Untuk pertama kalinya politikus Jakarta kini mulai bekerja
membangun dukungan masa yang akan memberikan suara. Dalam usaha mencari
dukungan rakyat itu mereka berusaha, mereka banyak meggunakan idiologi yang
meningkatkan ketegangan masyarakat-masyarakat di desa.28
d. Kabinet Ali I (Agustus 1953- Juli 1955)
Masa pemeritahan kabinet Ali ini diwarnai defisit baik dalam anggaran
belanja maupun neraca pembayaran. Menteri urusan perekonomian ini dijabat oleh
Iskaq Tjokroadisuryo, seorang tokoh sayap kiri partai Nasional Indonesia dan
merupakan penganjur Indonesianisasi yang paling gigih. Ia sangat melindungi
importir pribumi, sangat mengggebu-gebu mengubah perekonomian dari struktur
kolonial menjadi nasional. Begitunya mengebu-gebu sehingga dia ingin mengubah
secara drastis struktur distribusi devisa (yang ketika itu menurutya kurang melindungi
para importir pribumi) dengan cara membagi-bagikan lisensi import kepada orang
orang pribumi. Semasa sekitar lima tahun dia menjabat jumlah pengusaha nasional
yang tergolong dalam importer membengkak luar biasa dari 700 menjadi 4300
importir. Ditinjau dari segi fiskal masa enam bulan pertama kabinet ini bahkan dapat
dikatakan gagal. Kegagalan fiskal ini bahkan mengundang kecaman keras, sehingga
28 M. C. Ricklefs, op. cit., hlm. 508-513.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
memaksa Ali mengganti anggota kabinetya termasuk penggantian Iskaq oleh
Rooseno Surjobadikusumo pada bulan November 1954.29
Setelah terjadi perundingan lebih dari enam minggu dan lima kali upaya
membentuk gabungan partai, sebuah kabinet PNI yang didukung NU dan partai-partai
kecil dibentuk oleh Ali Satroamijdojo. Masyumi dan PSI tidak dimasukkan dalam
kabinet, sedangkan dua tokoh simpatisan kepada PKI dimasukkan. Yamin kembali
menjadi Menteri Pendidikan, dia dan beberapa orang lainnya, termasuk Ali, dianggap
sebagai orang-orang sayap kiri. Akan tetapi, hanya sedikit terjadi perubahan dalam
kebijakan pemeritah. Sesungguhnya kebijakan menjadi kurang penting bagi
pemerintah yang berkuasa karena perhatian lebih ditujukan pada perhatian untuk
mendapatkan dukungan dan mempertahankan kekuasaan serta membagi hasil-
hasilnya. Kabinet Ali memperluas birokrasi dengan lebih banyak pendukung PNI,
sebagian kerena penguasa birokrasi diduga memiliki arti yang sangat penting dalam
pemilihan yang akan datang. Kabinet juga menekankan pada Indonesianisasi
perekonomian dan memberi dorongan kepada pengusaha baru hanya merupakan
kedok-kedok palsu bagi persetujuan antara para pendukung pemerintah dan orang
Cina, apa yang disebut perusahaan Ali Baba.30
Sistem ekonomi Ali-Baba diprakarsai oleh Iskaq Tjokrohadisurjo (Menteri
Perekonomian kabinet Ali I). Tujuan dari program ini adalah untuk memajukan
pegusaha pribumi, agar para pengusaha pribumi bekerjasama memajukan ekonomi
29 Dumairy, op. cit., hlm. 16-17. 30 M. C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, PT. Ikrar Mandiri Abadi, 2009. hlm.
489.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
nasional, pertumbuahan dan pekembangan pengusaha swasta nasional pribumi dalam
rangka merombak ekonomi kolonial menjadi ekoomi nasional. Memajukan ekonomi
Indonesia perlu kerjasama antara pengusaha pribumi dan non pribumi. Ali
menggambarkan sebagai pengusaha pribumi sedangkan Baba degambarkan sebagai
pengusaha non pribumi khususnya Cina. Pelaksanaan kebijakan Ali-Baba, pengusaha
pribumi diwajibkan untuk memberikan latihan-latihan dan tanggung jawab kepada
tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki jabatan-jabatan staf.
Pemerintah memberikan perlindungan agar mampu bersaing dengan perusahaan-
perusahaan asing yang ada. Program ini tidak dapat berjalan dengan baik sebab:
pengusaha pribumi kurang pegalaman sehingga hanya dijadikan alat untuk
medapatkan bantuan kredit dari pemeritah. Sedangkan pengusaha non pribumi lebih
berpengalam dalam memperoleh bantuan kredit. Indonesia menerapkan sistem
Liberal sehigga lebih mengutamakan persaingan bebas. Pengusaha pribumi belum
sanggup bersaing dalam pasar bebas.31
Peristiwa-peristiwa korupsi yang melibatkan tokoh PNI menjadi semakin
biasa. Setelah harga relatif stabil pada tahun 1953, inflasi melonjak lagi. Selama
kabinet Ali persediaan uang meningkat menjadi 75% dan nilai tukar rupiah dalam
pasar bebas turun dari 44,7% dan dalam nilai resmi menjadi 24,6%. Para eksportir
banyak medukung Masyumi diluar Jawa, terkena dampak yang sangat buruk.
Penyelundupan meningkat, satuan tertara yang makin ikut dalam penyelundupan itu.
31 http://whatteeenagersneed.blogspot.com/2011/02/masa-pemerintahan-demokrasi-liberal-di.html
(diunduh 27 Maret 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Sebagai imbalam perlindungan yang diberikan PNI, maka PKI meredam kecaman
terhadap korupsi dan masalah ekonomi. Pada bulan Mei anggota SOBSI bahkan
membantu mengakhiri pemogokan yang dilancarkan oleh sebuah serikat buruh PSI.
Perekonomian, sistem politik, dan negara pada umumnya mulai pecah-pecah pada
waktu politisi Jakarta hanya bermuslihat untuk keuntungan mereka.
Kaum militan Aceh telah cukup melihat politisi Jakarta yang hidup
menyenangkan, tidak religius dan tidak cakap. Pada tahun 1949 Aceh telah dijadikan
salah satu Provinsi Republik yang otonom, tercapai pada tahun 1950 provinsi ini
digabungkan dalam provinsi Sumatra Utara. Anggota Persatuan Ulama Seluruh Aceh
(PUSA) meliputi baik guru dan ulama maupun kaum muslim yang taat, kelompok
pertama tidak puas dengan rangkaian perkembangan nasional terutama atas nama
agama. Sementara kelompok ulama prihatin khususnya hilangnya otonomi provinsi
Aceh. Gabungan kekecewaan ini membentuk pahlawan yang potensial bagi Jakarta.
Pada tahun 1950 Daud Beareu dan orang kuat Aceh dan Benteng Republik dan
revolusi, menolak suatu pekerjaan di Jakarta dan tetap bermukim di Aceh sambil
memperhatikan perkembangan. Selama tokoh-tokoh Masyumi memegang kedudukan
penting dalam kabinet, dia tidak melakukan tindakan apapun. Akan tetapi, pada bulan
Mei 1953 ditemukan bahwa dia telah ditemukan bekerjasama dengan Karto Suwirjo
dari Darul Islam. Ketika kabinet Ali terbentuk, Daud menjadi curiga, terdengar desas-
desus bahwa kabinet bermaksud menangkap orang terkemuka Aceh.
Pada tanggal 19 Desember 1953 Daud dan pengikutnya terang-terangan
memberontak terhadap Jakarta dengan banyak dukungan orang-orang Aceh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
menjadi pengawal pegawai pemerintah dan tentara. Daud mengumumumkan, yakni di
Aceh merupakan Darul Islam, tidak ada lagi pemerintahan Pancasila. Pemeritahan Ali
mengirimkan pasukan untuk menghalau pemberontakan dari kota-kota yag penting.
PKI mendukung kebijakan kabinet dan mengecam pemberotakan Aceh sebagai
bersifat kolonial, militerisasi, feodal, dan fasis. Kebanyakan julukan oleh pihak Aceh
yag lebih tepat diterapkan untuk Jakarta. Daud mundur kebukit dan menemui jalan
buntu militer yang berlanjut sampai tahun 1959. Di Jawa Barat aktivitas Darul Islam
meningkat selama kabinet Ali. Darul Islam yang kini meliputi pedalaman-pedalam
Aceh, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan, telah menjadi tantangan dan bahkan
semakin besar bagi pemerintah. Pada tahun 1955 perhatian rakyat sementara
dialihkan dari masalah-masalah dalam luar negri oleh sebuah peristiwa diplomatik
yang besar. Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Ali mennginginkan Indonesia
menjadi pemeimpin yang aktif dari blok negara-negara Asia-Afrika, suatu tujuan
yang didukungan hangat oleh Soekarno. Pada bulan April 1954, pertemuan antar
Perdana Mentrei India, Pakistan, Sri Lanka, Brima, dan Indonesia yang disebut
kekuatan Kolombo diselenggarakan di Kolombo. Disana Ali mengusulkan konferensi
besar suatu negara-negara Asia-Afrika, yang lain segera mendukung gagasan
tersebut, suatu konferensi di jadwalkan akan diadakan pada bulan April 1955.
Republik Rakyat Cina kini melupakan permusuhan dengan negara-negara
Asia yang non komunis dan netral. Indonesia mengirimkan data besarnya ke Cina
pada bulan Mei 1953. Pada bulan Desember pemerintah Ali menandatangani
persetujuan penandatanganan Cina-Indonesia yag pertama. Hubungan kedua negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
itu semakin lama akrab dan mencapai puncaknya pada konferensi Bandung, dimana
suatu perjanjian ganda ditandatangani. Cina secara tradisional bahwa semua orang
cina perantauan adalah warga negara Cina, sehingga memberi komunitas ini status
ganda di Indonesia yang tidak jelas. Persetujuan kewarganegaraan ganda pada tahun
1955 mengharuskan orang-orang Cina untuk memilih kewarganegaraan Cina atau
Indonesia, tetapi dengan persyaratan yang meyulitkan mereka untuk memilih
kewarganegaraa Indonesia. Sementara itu, upaya diplomatik untuk mendapatkan
Papua mengalami kemacetan lagi. Perundingan-perundingan dengan Belanda
menghasilkan suatu protokol pada bulan Agustus1954 yang mengusulkan
penghapusan Uni Belanda-Indonesia dan beberapa perubahan kecil terhadap
persetujuan-persetujuan Meja Bundar, tetapi tidak tercapai sedikitpun megenai
kemajuan Papua. Indonesia gagal dalam usaha supaya emosi yang lunak mengenai
Papua diterima oleh PBB pada bulan yang sama. Didalam parlemen Indonesia,
Masyumi memanfaatka kegagalan-kegagala tesebut untuk mengajukan mosi tidak
percaya terhadap kebijakan pemerintah menyangkut masalah Papua pada bulan
Desember. Mosi itu gagal, tetapi pengungkapan pihak oposisi dapat mengumpulkan
bagitu banyak suara sehingga hanya kerja sama PKI didalam DPR yang menjamin
kelangsungan hidup pemerintah.
Pada bulan April 1955 koferensi Bandung diselenggarakan dan menunjukkan
kejayaan pemerintah Ali. Dalam konferensi ini hadir 29 negara diantara negara-
negara besar Asia dan Afrika. Segera sesudah konfrensi Bandung berakhir, para
politisi mengarahkan tenanga mereka pada pemilihan umum yang akan datang. Akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
tetapi, kekuatan yang akan menghancurkan seluruh sistem parlemen sudah mulai
terbentuk. Perkembangan PKI selama kabinet Ali, ketika partai ini bebas dari
penindasan, sangat menakjubkan. Antara bulan Maret dan November 1954 diklaim
bahwa jumlah anggota partai ini meningkat tiga kali lipat dari 165.206 menjadi
500.000 orang. PKI kini mulai melakukan usaha yang serius untuk menerima para
petani sebagai anggota. Barisan Tani Indonesia (BTI), suatu organisasi PKI
menyatakan mempunyai 360.000 anggota pada bulan September 1953, tetepi jumlah
tersebut mencapai lebih sembilan kali lipat (3,3 juta) pada akhir tahun 1955, hampir
90% anggotanya berada di Jawa, dan hampir 70% di Jawa Tengah dan Jawa Timur,
jumlah anggota pemuda rakyat, mengganti persindo dari masa revolusi meningkat
menjadi tiga kali lipat dari 202.605 pada bula Juni 1954 menjadi 616.605 orang, dan
pada akhir tahun 1955, 80% anggotanya adalah pemuda tani dan sebagian besar
berada di Jawa. PKI juga partai yang paling kaya diantara partai-partai politik dengan
penerimaan dari anggota, dari gerakan pemungutan dana, dan sumber-sumber
lainnya. Sebagian besar kemungkinan uangnya berasal dari komunitas dagang Cina,
yag memberikan baik dengan senang hati ataupun tekanan dari kedutaan besar Cina.
Akan tetapi, ketika PKI meluas kedaerah-daerah pedesaan Jawa Tengah dan
Jawa Timur, identitas kelas dan kemilitanan potensial benar-benar tenggelam. Banyak
partai kecil yang bergabung karena PKI berjanji akan membela kepentingan mereka,
tetapi banyak yang bergabung dengan alasan yang lain. Tim-tim PKI memperbaiki
jembatan, rumah, sekolah, bendungan, WC, kamar mandi umum, saluran air dan
jalan. Mereka membasmi hama, mengadakan kursus-kursus pemberantasan buta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
huruf, megorganisasi kelompok olah raga dan masuk desa, dan memberikan batuan
terhadap anggota pada saat-saat sulit. Sebagai organisasi masyarakat, PKI
menggulingkan semua organisasi lainnya, dan area partai ini tidak menganut
kekerasan, para penduduk perdesaan berduyun-duyun menjadi anggotanya. Di desa
partai ini sering dipimpin guru-guru, kepala desa, para petani megah dan kaya, dan
beberapa tuan tanah yang membawa mereka seluruh komunitas atau pengikut mereka
kedalam organisasi ini. Komunitas tersebut hampir seluruhnya muslim nominal
(abangan). Para santri sebagian besar adalah pendukung NU. Dengan demikian
perbedaa pilitik ini mencerminkan perbedaan kemasyarakatan perdesaan itu menjadi
lebih tajam karena adanya usaha untuk mempolitisasikannya. Namun selama
kampanye pemilihan umum berlangsung, NU, PKI dan PNI menahan diri untuk tidak
saling melontarkan kecaman satu sama lain di Jawa dan mengalihkan serangan
mereka terhadap Masyumi. Sementara itu kecaman Masyumi yang keras dan tajam
yang bersifat anti komunis dan mendorong lebih banyak kaum abangan bergabung ke
PKI.
Dengan perkembangan seperti itu PKI memeperoleh masa yang
memungkinkan partai ini menekan kekuatan politik lainnya dan dalam waktu singkat
penampilan yang mengesankan dalam pemilihan umum. Akan tetapi semua ini tidak
menjadi dasar revolusi. Kepemimpinan Aidit harus mengadakan kursus-kursus
pendidikan dasar sebelum partai ini mengumkapkan gagasan Marxisme-Leninis
kepada sebagian besar pengikut yang semakin cepat bertambah banyak itu. Strategi
mencari jalan melalui parlemen secara damai untuk mencapai ini begitu berhasil,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
sehingga akan sulit bagi PKI untuk memikirkan jalan yang lain. Sementara itu lawan
utma PKI yaitu tentara sedang sibuk mengurusi urusan mereka sendiri. Kelompok-
kelompok tentara menyadari bahwa mereka harus menyelesaikan pertikaian-
pertikaian mereka apabila mereka ingin menghadapi politisi sipil dan PKI. Pada
pertengahan tahun 1954, dua kelompok utama yang muncul dari peristiwa 17 Oktober
mulai berdamai. Pada Februari 1955, sebuah konferensi yang diadakan di Yogyakarta
dan dihadirkan 270 perwira tersebut. Akan tetapi persatuan keropos, perwira yang
baru itu sangat rapuh. Nasution tidak hadir karena non aktif, dan dia masih tetap
mempunyai kawan yang banyak di kalangan tentara. Kemudian pihak tentara
menentang pemerintah perihal siapa yang diangkat sebagai kepala staf mereka. Para
perwira tidak mau mengakui orang yang diangkat oleh kabinet pada tanggal 27 Juni
1955, dan partai oposisi yang mendukung mereka. Persoalan tersebut belum
terpecahkan sampai pemilihan umum. Saat timbulnya krisis politik baru ini, Soekarno
memutuskan untuk berangkat 18 Juli menunaikan ibdah haji ke Mekah dan
melakukan kunjungan kenegaraan ke Mesir. NU sudah sejak lama merasa tidak puas
dengan kebijakan kabinet dalam bidang personel, dan keamanan, pada tanggal 20 Juli
memutuskan pemerintah harus mengundurkan diri. Karena dukungan yang diperoleh
DPR tidak mencukupi lagi, maka pemerintah Ali mengundurkan diri empat hari
kemudian. 32
32
Dumairy, op. cit., hlm. 489-495.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
e. Kabinet Burhanuddin (Agustus 1955- Maret 1956)
Tak sampai dua minggu setelah krisis kabinet, Hatta yang waktu itu menjabat
Wakil Presiden mengundang kembali partai Masyumi kepemimpinan pemerintahan
dan menunjuk Burhanuddin berharap untuk membentuk kabinet. Ia sendiri menarik
Sumitro Djojoadikusumo untuk menduduki jabatan Menteri Keuangan. Kabinet ini
yang mengendalikan pemerintahan sampai pemilihan umum tersebut. Tindakan
ekonomi yang penting oleh kabinet Buhanuddin adalah diantaranya liberalisasi impor
(politik rasionalisme terhadap importir dihapuskan). Pada saat yang sama kebijakan
pembayaran di muka atas import ditingkatkan. Laju uang beredar berhasil ditekan,
berkurang sekitar 5% (senilai Rp 600 juta pada saat itu). Begitu juga barang impor,
yang pertama tahun 1955 telah naik sekitar 13%, merosot sekitar 15 persen, nilai
sempat naik sekitar 8 persen terhadap emas. Kabinet Burhanuddin dianggap berhasil
dalam melakukan RUP. Pembangungan ekoomi relatif berhasil berkat perluasan
pembentukan modal melalui penyempurnaan program benteng, yaitu dengan
membentuk suatu Dewan Alat-alat Pembayaran Luar Negeri. Modal asing tetap
diberikan izin, bersamaan dengan pemberian bantuan yang besar kepada pengusaha-
pengusaha Indonesia pribumi. Kabinet ini pulalah yang memutuskan untuk
membatalkan persetujuan Konferensi Meja Bundar yang berusaha mengakalkan
sistem ekonomi kolonial melalui dominasi perusahaan-perusahaan Belanda dalam
perekonomian. Sukses ini sedikit bayak berkat stabilitas politik nasional dan kerja
sama erat jajaran pimpian angkatan darat ketika itu Burhanuddin mengembalikan
mandatnya bulan Maret 1956.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Jumlah orang yang hadir dalam pemilihan umum untuk memilih anggota-
anggota DPR, pada bulan Desember 1955 sangat banyak. Lebih dari 39 orang
memberikan suara, mewakili 91,5% dari para pemilih terdaftar. Walaupun banyak
pemilih yang memberikan sesuai apa yang diperintahkan oleh para pemimpin
keagamaan, para kepala desa, para pejabat, para tuan tanah, atau para atsan lainnya,
bagaimanapun ini juga adalah pemilihan umum nasional yang terpenting dalam lima
puluh tahun pertama Indonesia merdeka. Pemilihan ini menawarkan pemilihan umum
yang paling bebas dikalangan partai yang tak terbatas, yang semua berkampanye
dengan semangat. Oleh karena itu, hasil pemilihan umum tersebut dapat menujukkan
kesetiaan-kesetian politik pada saat itu.
Kabinet Burhanuddin bertahan selama mungkin, melawan tekanan untuk
melapangkan jalan bagi DPR yang terpilih dan suatu pemerintah baru. Secepat
mungkin kabinet Burhanuddin menempatkan para birokrat PNI pada kedudukan-
kedudukan yang tanpa kekuasaan dan mengangkat para pendukung PSI dan Masyumi
pada tempat mereka. Kabinet juga mencapai penyelesaian dengan pihak tentara. Pada
bulan Agustus 1955, kabinet menerima usulan dari pihak tentara untuk melupakan
peristiwa 17 Oktober, sehingga para perwira yang diskor kemudian dapat kembali
bertugas secara aktif. Setelah berlangsung perundingan yang berlangsung memakan
waktu yang lama, Nasution tampil sebagai calon utama pihak tentara untuk
memenagkan jabatan kepala staf, dan kabinet mengangkatnya pada bulan Oktober.
Nasution mulai menjalankan tugasnya pada bulan November 1955 dan dinaikan
pangkatnya menjadi Mayor Jendral. Pemerintah juga mulai lagi perundingannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
dengan pihak Belanda pada akhir tahun 1955, tetapi sia-sia pada bulan Februari 1956
pemerintah mengumumkan pembubaran Uni Belanda-Indonesia yang tidak berarti
secara sepihak dan akan mengambil langkah yang lebih lanjut mengenai persetujuan
Meja Budar. Akan tetapi kabinet tidak mampu bertahan lagi setelah NU dukungannya
pada bulan Januari 1855 dan akhirnya menyerahkan mandat jabatannya pada awal
bulan Maret. 33
f. Kabinet Ali II (April 1956- Maret 1957)
Ali kembali naik panggung pemerintahan, merupakan kabinet pertama hasil
pemilihan umum pertama. Kabinet ini nyaris hampir tidak berbuat apa-apa dalam
bidang perekoomian pemerintah pada saat itu sibuk menghadapi letupan-letupan rasa
tidak puas yang bermunculan dari Jawa. Penyelundupan merajalela sehingga
merosotkan cadangan devisa, defisit besar dalam anggaran belanja Negara terjadi
lagi. Sertifikat pedorong ekspor, yang sebelumnya sempat dibekukan, dicairkan
kembali. Hutang pada Belada dihapuskan, sementara itu pemerintah menerima batuan
US$ 55 juta dari Dana Moneter Internasional (IMF) Undang-undang tentang
penanaman modal asing diajukan ke DPR. Pada saat yang sama diberlakukan
Undang-undang anti pemogokan dan pemilikan tanah secara tidak sah. Undang-
undang yang disebut ini merupakan upaya untuk melindungi perkebunan-perkebunan
yang dimiliki dan di oprasikan oleh orang asing. Selama kabinet Ali yang ke-2 ini
program benteng nyaris tak mendapat perhatian lagi. Pada tahun 1957 secara resmi
dihetikan oleh presiden Soekarno. Sebelum itu telah disiapkan rencana pembangunan
33
Ibiid, hlm. 495-498.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
baru dengan nama Rencana Lima Tahun 1956-1960. Konsep Rencana Pembangunan
Lima Tahun (RPLT) mulai direncanakan semenjak 1952 oleh Biro Perancangan
Nasional yang dipimpi oleh Ir. Djuanda Kartawidjaja selesai diteruskan pada bulan
Mei 1956 dan disetujui pada bulan September tahun yang sama. Jadi RPLT ini
sesungguhnya upaya yang dirintis selama lebih dari empat tahun. Berbeda dengan
RUP bersifat sangat umum, RPLT bersifat agak lebih terinci. Rencana bertujuan
untuk mendorong industri dasar, jasa pelayanan umum dan sektor pabrik. Semua itu
diharapkan merangsang penanaman modal oleh pihak swasta.
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang
silih bergati menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan
terjadinya kemerosotan ekonimi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
Program yang dilaksanakan umumnya merupaka program jangka pendek, tetapi pada
masa kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintah membentuk Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini
merancang pembangunan jangka panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri
perancang nasional. Biro ini berhasil meyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun
(RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun 1956-1961 dan disetujui
DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan prioritas RPLT
diubah menjadi Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan RPLT
diperkirakan 12,5 miliyar rupiah. RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan
karena : adanya depresi ekonomi di Amerika Serikan dan Eropa Barat pada akhir
tahun 1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan Negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
merosot. Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi
perusahaan-perusahaa Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi. Adanya
ketegangan antara pusat dan daeran sehingga banyak daerah yang melaksanakan
kebijakan ekonominya masing-masing.
Hubungan dengan negeri Belanda semakin memburuk, terutama karena
penolakan oleh pihak Belanda untuk merundingkan penyerahan Irian Barat ke
Indonesia. Pada tanggal 4 Agustus 1956, Kabinet Ali secara sepihak meolak
mengakui hutang negara sebesar 3.661 miliyar golden dibawah persetujuan Meja
Bundar, 85% dari jumalah yang disepakati pada tahun 1949, atas dasar pemikiran
bahwa biaya tersebut adalah biaya perang Belanda untuk melawan revolusi.
Pengingkaran ini disambut hangat di Indonesia. Akan tetapi, hanya sedikit prestasi
lain yang dicapai oleh pemerintahan ini. Pemerintahan Ali merancang akan
menyelenggarakan pemilihan anggota DPR-DPR daerah pada tahun 1957, tetapi
diluar itu sebagian besar perhatian ditujukan pada pemanfaatan kekuasaan untuk
mendapat keuntungan sendiri.
Pembatalan Uni Belanda-Indonesia secara sepihak pada bulan Februari 1956
dan pengingkaran hutang dari persetujan Meja Bundar pada bulan Agustus
mengakibatkan hilangnya bukti utama yang dipegang PKI bahwa Indonesia berstatus
semi kolonial. Aidit mengubah caranya sedikit dan kini memberikan tekanan pada
masalah tetap dikuasainya Irian Barat oleh Belanda dan adanya kaum raksiner
didalam negeri yang secara sembunyi-sembunyi berkomplotan dengan kaum
imprealis asing untuk membatasi kemerdekaan bangsa. Semakin lama semakin sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
masalah-masalah dan lawan-lawan PKI dengan masalah-masalah dan lawan-lawan
Soekarno. Struktur social dan politik kini mulai hancur para politisi Jakarta yang
telah menunjukkan betapa mudahnya norma hukum diabaikan mau tidak mau harus
gigit jari ketika orang-orang lain mengikuti contoh yang mereka lebih besar
kesulitannya ekonomi cenderung ditimpakan kepada orang Cina, khususnya di daerah
luar Jawa dan wilayah Jawa yang islamnya lebih kuat. Sentimen-sentimen kesukuan
dan kedaerahan semakin menjadi semakin jelas, yang didorong oleh perbedaan-
perbedaan daerah yang terungkap didalam pemilihan umum 1955. Suku Sunda
menyatakan kejanggalan mereka terhadap suku jawa, yang jumlahnya banyak
mendominasi aspek kehidupan dengan banyaknya orang jawa dianggakat meduduki
jabatan pemeritah. Di Sumatra Timur orang-orang Batak Toba menjadi sarana
permusuhan dan beberapa orang meninggal dalam keributan-keributan masa.
Pada saat itu kepentingan-kepentingan daerah berkaitan dengan urusan pihak
tentara. Pada tahun-tahun sejak 1952, banyak panglima daerah menjali hubugan yang
tidak resmi degan instansi-instansi daerah luar jawa sebagai cara untuk membiayai
satuan-satuan mereka dan penghasilan pribadi mereka, keadaan tersebut tidak terlalu
disenangi oleh Nasution dan para pendukugnya, yang mennginginkan tentara
dikendalikan oleh pusat, bersatu dan memisah dari ketertiban sipil. Pada tahun 1954
dan awal tahun 1955, pemerintah memerintahkan supaya pelabuhan penyelundupa
Minahasa ditutup, tetapi para pemimpin sempat membalas dengan ultimatum bahwa
pemerintah tersebut harus ditarik dalam waktu tujuh hari, Jakarta menyetujuinya.
Pada tahun 1956 diketahui operasi penyelundupan karet yang dilancarkan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
panglima Sumatra Utara, Koloel Malidin Simbolon salah satu perwira tentara yang
paling dihormati dan saingan Nasution. Pada bulan Juli dia mencapai persetujuan
dengan Jakarta dan tidak pernah dituntut
g. Kabinet Djuanda (Maret 1957- Agustus 1959)
Kabinet disebut Kabinet Karya, karena bukan dibentuk berdasarkan
pertimbangan politis kepartaian. Kabiner ini juga disebut Kabinet Kerja Darurat
Ekstra Parlementer. Istilah darurat diletakkan mengingat kabinet ini dibentuk oleh
presiden Soekarno melandaskan pemberlakuan keadaan perang dan darurat perang
(SOB) pada waktu itu semasa pemerintahan dua tahun pemerintahan Djuanda ini
perekonomian kita bersifat terpimpin. Jadi meskipun periode demokrasi terpimpin
dimulai pada tahun 1959, dua tahun sebelum itu rakyat Indonesia telah
diprakondisikan dengan corak ekonomi terpimpin. Periode ekonomi ini terus
berlanjut sampai sepanjang periode demokrasi terpimpin. Semasa pemerintahan
Djuanda dengan perekonomian yang bersifat terpinpin, instrument ekspor berupa
Sertifikat Pendorong Ekspor (SPE) diganti atau disederhakan dengan Bukti Ekspor
(BE). Dalam bulan Desember 1957, dilakukan pengembalia perusahaaan-perusahaan
Belanda. Seperti halnya kabinet-kabinet sebelumya, kabinet Djuanda harus berperang
dan kalah melawan gejolak keuangan pemeritah bahkan harus menanggung defisit
anggaran sebesar Rp. 5,5 miliyar, atau hampir 22 persen dari pengeluaran totol
pemeritah.
Kendati telah diwarisi Rencana Lima Tahun oleh kabinet Ali II, bahkan
disusul dengan Musyawarah Nasional Perencanaan (Munap) pada bulan November
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
1957, namun kabinet itu tidak bias berbuat banyak dalam pembangunan ekonomi.
Penyebab adalah karena situasi pada saa itu lebib menuntut pada perhatian
pengambilan wilayah Irian Barat. Pergulatan politik terus berlangsung sehingga
memicu inflasi, serta mengganggu penanaman modal, produksi dan distribusi.
Bahkan menuntut sebuah laporan, 1958 pendapatan nasional riil turun lebih kurang
13 persen. Kesulitan Djuanda mengimplementasikan rencana pembangunan
rencananya sendiri itu, juga karena dilakukan reorganisasi politik pada bulan Juli
1959, yakni kembali ke UUD 1945. Saat itu presiden Soekarno mengangkat dirinya
sebagai perdana menteri dan merencakan suatu gaya pembangunan sosialisme ala
Indonesia.34
2. Politik Bebas Aktif
d. Politik Luar Negeri Setelah Pengakuan Kedaulatan
Hubungan luar negeri yang dirintis setelah perang kemerdekaan berkembang
setelah pengakuaan kemerdekaan 1949. Kabinet RIS dibawah Perdana Menteri Hatta
melaksanakan hubungan luar negeri yang dititik beratkan pada negara-negara Asia
dan negara barat, karena kepentingan ekonomi Indonesia masih terkait dengan Eropa,
pasaran ekonomi Indonesia masih berpusat di Belanda dan Eropa Barat pada
umumnya. Untuk kepentingan yang sama pemerintah mengirimkan Djuanda guna
mencari bantuan yang tidak mengikat ke Amerika Serikat. Garis itu diteruskan oleh
kabinet penggantinya yaitu Kabinet Natsir (September 1950- Maret 1951) setelah
kembali terbentuk Negara Kesatuan adapun Kabinet Sukiman (April 1951- Februari
34
Dumairy, op. cit., hlm. 18-19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
1952) pengganti Kabinet Natsir, menempuh kebijakan yang menyimpang dari politik
bebas aktif. Pada bulan jauari 1952 menteri luar negeri Ahmad Subardjo mengadakan
pertukaran surat dengan duta besar Amerika Serikat dengan Marle Cochran dalam
rangka mendapatkan bantuan dari Amerika Serikat berdasarkan Murual Scurity Act
(MSA). Sekalipun masih tingkat pertukaran surat, kejadian ini mengundang reajsi
dari berbagai pihak. Dewan perwakilan rakyat sementara (DPRS) mengajukan
interplasi atas kebijakan politik luar negeri yang menyangkut MSA. Pemerintah
dianggap telah meninnggalkan politik bebas aktif dan memasukkan Indonesia pada
pertahanan blok barat. DPRS menolak meratifikasi perjanjian itu sehingga Kabinet
Sukiman Jatuh dan diganti oleh Kabinet Wilopo (April 1952- Juni 1953) dasar
hubungan dengan Amerika serikat oleh kabinet sukiman diteruskan, tetapi perjanjian
Sibarjo-Cochran diubah bentuk lain yang tidak melibihi batas kerja sama antar
bangsa, isi pejanjian diubah dan dibatasi pada bantuan ekonomi dan teknik saja. Bagi
pemerintah selanjutnya kebijakan yang ditempuh oleh cabinet Sukiman menentukan
batas bagi pelaksanaan politik bebas aktif demi kepentingan nasional. 35
Kabinet Ali I melaksanakan opensif diplomatik yang menonjol. Hal itu
tercermin dalam jawabannya pada tanggal 3 Juni 1953 kepada parlemen agar
pemerintah menetapkan sikap yag pasti antara tiga kemungkinana politik luar
negerinya, yaitu :
1. Kerjasama dengan semua negara dengan menitikberatkan kerja sama dengan
Amerika Serikat dengan segala konsekuensi.
35
Marwati Djoenet Poesponegoro, op. cit., hlm. 226.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
2. Kerjasama dengan semua negara dengan menitikberatka pada kerjasama
denga Uni Soviet dengan segala konsekuensinya.
3. Kerjasama dengan semua negara denga menitikberatkan penyusunan kekuatan
ketiga disamping blok barat dan blok timur.
Selanjutnya dalam keterangan parlemen pada tanggal 19 Agustus 1953
perdana menteri Ali megungugkapkan betapa pentingnya usaha pemumpukan
kerjasama dengan negara-negara Asia-Afrika. Dalam keterangan tersebut
dikemukakan, kerjasama dengan gologan Asia-Afrika kami pandang penting benar,
karena kami yakin kerjasama erat antara negara-negara tersebut tentulah memperkuat
usaha kearah tercapainya perdamaian dunia yang kekal. Isi pernyataan tersebut berarti
bahwa Indonesia hendak membentuk blok ketiga. Sebagaimaa yang telah dijelaskan
oleh Perdana Menteri Ali, dalam hal ini bukan maksud pemerintah membentuk suatu
blok ketiga, akan tetapi menjadi pendapat Indonesia bahwa suatau konferensi Asia-
Afrika sangat mungkin mendorong tercapainya suatu pandangan dan dapat
memberikan sumbangan kepada perdamaian dunia, pejelasan pemerintah pada
tanggal 25 Agustus 1953 merupaka landasan dasar dalam rangka memupuk
solidaritas negara Asia-Afrika dan menyusun kekuatan agar mendapatkan posisi yang
menguntungkan bagi negara Asia-Afrika ditengah percaturan kancah dunia politik
internasional. Kabinet yang berikutnya yang dipimpin oleh Burhanuddin harahap
berusaha menjelaskan politik yang bebas aktif dengan agak dekat dengan barat.
Selain dengan Australia dan Amerika Serikat hubungan baik juga dijalin dengan
Kerajaan Inggris, Singapur, dan Malaysia. Indonesia memperoleh batuan surplus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
makanan dari Amerika Serikat sehigga $96.700.000 bedasarkan penjanjian yang
ditanda tangani pada tanggal 1956. Presiden Soekarno juga secara resmi diundang
untuk mengunjungi Amerika Seriakat yang datang ke Indonesia pada bulan Maret
1956.
Selain mengdakan hubungan baik dengan negara-negara barat, untuk
membuktikan Indonesia menganut politik bebas aktif, Presiden Soekarno pada 19
Agustus 1956 mengunjungi Uni Soviet. Telah ditanda tangani perjanjian kerja sama
dengan pemberian bantuan ekonomi tanpa ikatan dari Uni Soviet sebesar $
100.000.000. pada bulan yang sama Presiden melakukan kunjungan ke Cekoslovakia,
Yugoslavia dan kunjungan ke RRC pada bulan Oktober. Dengan belanda dicoba
hubungan baru untuk menyelasaikan masalah Uni Indonesia-Belanda dan masalah
Irian Barat. Perundingan tentang hal ini memakan waktu yang lama dan berlarut-
larut, sehingga menimbulkan tentangan dari partai-partai anggota kabinet sendiri.
Indonesia dengan merendahkan diri dan meminta-minta pada Belanda akhinya
memutuskan Uni Indonesia-Belanda secara sepihak. Tindakan ini disambut dengan
hangat. Pada tanggal 22-24 februari 1957 bendera merah putih dikibarkan sebagai
tanda syukur bahwa satu lagi ikatan kolonial diputuskan.
e. Antara Dua Kekuatan Dunia
Keterangan Kabinet Natsir pada parlemen bulan September 1952 yang
meninjau politik luar negri Indonesia dari segi pertentangan Amerika Serikat dan
Soviet, antara lain disebutkan : antara dua kekuasaan yang telah timbul muncul
persaingan atas dasar perbedaan idiologi dan haluan yang semakin meruncing. Kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
belah pihak mencari kawan sekutu, membentuk blok barat dan blok timut. Dengan
demikian pertentangan paham makim meluas dan mendalam, sehingga menimbulkan
perang dingin dan dikuatirkan sewaktu-waktu menimbukan perang didaerah-daerah
perbatasan antara dua pengaruh kekuasaan itu. Dalam keadaan yang berbahaya itu
Indonesia telah memutuskan politik luar negeri yang bebas. Dan menjalankan politik
luar negeri yang bebas, kepentingan rakyat lah yang menjadi pedomannya, disamping
itu pemerintah akan berusaha membantu tiap-tiap usaha utuk mengembalikan
perdamaian dunia, tanpa politik oportunis yang hanya memperhatikan untung dan
ruginya dan tidak berdasarkan cita-cita leluhur.
Keterangan Kabinet Sukiman kepada parlemen bulan Mei 1951 antara lain :
politik luar negeri Indonesia tetap berdasarkan pancasila, pandangan hidup bangsa
yang menghendaki perdamaian dunia. Pemerintah akan memelihara hubungan dengan
setiap negara dan bangsa yang menganggap Indonesia sebagai negara dan bangsa
sahabat, berdasarkan harga-menghargai, hormat-menghormati. Berhubungan dengan
ketegangan politik, yaitu antara blok barat dan blok timur, maka pemerintah
Indonesia tidak menambahkan ketegangan itu dengan turut campur dalam perang
digin yang terjadi antar blok itu. Maka Republik Indonesia sebagai anggota PBB
tentu menggunaka forum tersebut untuk membela cita-cita perdamaiaan duia. Kabinet
Wilopo menerangkan kepada perlemen pada 19 Mei 1952 antara lain: asal mulanya
pemerintah menyatakan bebas dalam berhubungan luar negeri, ialah untuk
menegaskan bahwa berhadapan dengan kenyataan ada dua aliran atau ideologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
bertentangan dalam kalangan internasional yag mewujudkan dua blok. RI besikap
bebas, yaitu:
1. Tidak mememilih salah satu pidak untuk selamaya dengan mengikat diri pada
salah satu dari dua blok dalam pertentangan itu.
2. Akan bersikap netral dalam peristiwa-peristiwa yang disebabkan oleh kedua
blok itu.
Ternyata demikian keterangan sikap yang semata-mata negatif itu
menimbulkan salah paham atau sedikit keragu-raguan dalam politik dalam negeri
ataupun luar negeri. Dalam suatu soal atau peristiwa yang timbul megenai
pertentangan antara dua blok itu, RI tetap berdasakan politiknya bebas aktif dengan
mengingat :
1. Paham tentang nilai atau tujuannya sebagai anggota yang ikhlas, setia, dan
bersungguh-sungguh dari pada PBB.
2. Pandangan tentang kepentigan negara dan bangsa yanga akan berpengaruh
besar pada jangka masa dekat atau masa jauh.
Dalam pada itu jelas bahwa politik luar negeri tidak semata-mata ditentukan
faktor subjektif, sesuai dengan keinginan negara, atau perasaan simpati atau pun anti
pating daripada negarawan serta pemimpin suatu negara. Faktor-faktor objektif turut
serta menentukan corak politik luar negeri itu. Karena itulah sering trjadi haluan
politik luar negeri suatu bangsa, berlainan politik dalam negerinya dan tidak
tergantung idiologi partai atau golongan yang sewaktu-waktu memegang kekuasaan.
Politik bebas aktif adalah subjek polisi dalam arti bersumber dan berakar pada hak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
memilih sikap yang ditentukan oleh kepentingan bangsa sendiri. RI menggadangkan
politik bebas aktifnya dengan politik bertetangga baik. Politik bertengtangga baik
sering ditonjolkan terutama oleh Kabinet Ali I dalam bulan Januari 1953 tak kalah
melaksanakan hubungan dan konsultasi dengan negara-negara tetangga seperti india,
Pakistan, Birma, Sri Lanka yang sma pandangannya mengenai politik internasional,
terutama mengenai perang dingin, misalnya : usaha untuk menghentikan perang di
Korea. Menurut mereka perang dingin sangat ditakuti oleh umat mausia. Alat perang
yang semakin hebat dan dasyat dalam sekejap mata sanggup memusnakan daerah
yang luas beserta penduduknya, makin menebalkan keyakinan bangsa-bangsa akan
memerlukan perdamaian dan harus dicegahnya perang. Keyakinan inilah yang
menjadi pegangan Indonesia, utuk berjuang bagi perdamaian, sehingga tidak memilih
salah saatu pihak dari blok itu.
Sebagai hasil daripada hubugan-hungan bilateral tersebut, maka makin kokoh
pandangan yang sama mengenai kepentingan yang sama antara Indonesia dengan
tetangga-tetangganya. Misalnya pembangunan ekoomi, pembangunan politik,
kerjasama dibidang ekonomi dan lain-lain. Dan berdasarkan semangat demikian
terseleggaranya konferensi Asia-Afrika. Perkembangan baru politik bebas aktif ini
terjadi pada masa Kabinet Ali I (Juli 1953- Juli 1955). Kabinet Ali I tidak menitik
beratkan hubungannya ke barat, tatapi lebih mendekatkan diri ke negara-negara Asia-
Afrika dan kenegara blok sosialis. Ali telah merintis ofensif diplomatik bebas aktif
yang diwujudkan dengan menggalang solidaritas negara-negara Asia dan Afrika yang
bertujuan menghapuskan kolinialisme dan untuk memerdekakan ketegangan dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
yang ditimbulkan oleh ancaman perang nuklir antara kedua blok tersebut. Indonesia
kemudian berhasil menyelenggarakan konferensi Asia-Afrika di Bandung pada bulan
April 1955. Konferensi memulai suatu kerja sama baru dan pemberian dukungan
lebih tegas terhadap perjuangan kemerdekaan. Khususnya bagi Indonesia konferensi
memberikan dukungan utama bagi pembebasan Irian Barat.
Oleh Kabinet Ali II (sesudah pemilihan umum) dilaksanakan hubungan
dengan negara-negara blok timur dengan Uni Soviet pada bulan Maret 1954 dibuka
hubungan diplomatik. Berdasarkan politik bebas aktif sesudah pemilihan umum 1955
presiden melaksanakan kunjungan, baik ke blok timur atau blok barat. Walaupu RI
dan negara sosialis masing-masing mempuyai ideologi dan mengaut sistem politik
yang berlainan, namun perbedaan itu tidak menutup kemungkinan pandangan-
pandangan yang sama dengan berbagai soal. Titik pertemuan dituangkan dalam
pernyataan bersama. Pernyataan bersama RI-Uni Soviet yang dikeluarkan di Moscow
11 September 1956, mengundang pula reaksi berbagai pihak. DPR menganggap
pernyataan bersama itu sudah melewati batas dari politik bebas aktif. Karena itu
pernyataan dianggap masih jauh dari politik bebas aktif RI. Pernyatan bersama yang
menyangkut pelucutan senjata, pakta militer, senjata atom, sejiwa dengan Dasasila
Bandung.
3. Konferensi Asia-Afrika (KAA)
Sesudah perang dunia ke dua maka politik dunia ditandai dengan munculnya
dua raksasa dunia yang saling bertentanga, yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet
kedua kekuatan itu masing-masing mempunyai sistem kekuatan politik dan bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
pemerintahan yang berbeda. Kedua kekuatan itu saling berlomba-lomba dan
mengembangkan kekuatannya secara politis maupun militer meliputi perkembagan
senjata nuklir. Situasi pertentangan itu disebut perang dingin masing-masing pihak
menuntut bahawa semua negara di dunia ini menjatuhkan pilhannya kesalah satu blok
itu. Tidak pro dianggap anti sedang bersikap netral dikutuk. RI bukan menganut
politik luar ngeri netral, karena mengkaikan dirinya kepada Negara atau kekuatan
negara manapun. Politik dan sikap Indonesia dilandasi dengan negara atau kekuatan
manapun. Politik dan sikap Indonesia dilandaskan pada kemerdekaan dan bertujuan
untuk memperkuat perdamaian. Terhadap dua blok kekuatan raksasa dunia yang
bertetangan itu Indonesia tidak mau memilih salah satu pihak. Indonesia mengambil
jalan sendiri dalam menghadapi masalah-masalah internasional. Karena itu politik ini
diperjelas dengan sebutan politik bebas, sering pula pilitik ini diperjelas dengan
menambahkan kata aktif, jadi biasa dikenal dengan politik bebas aktif. Dengan aktif
dimaksudkan bahwa Indonesia berusaha sekuat-kuatnya memelihara perdamaian dan
kemerdekaan sesuai cita-cita PBB. Politik ini diusahakan mendapat bantuan dan
dukungan sebanyak mungkin dari negara-negara anggota PBB. Contoh konkrit pada
pemeritahan perdana mentri Ali dalam konferensi kolombo yang berlangsung dari
tanggal 22 April- 2 Mei 1954 dan dihadiri negara Birma, India, Sri Lanka, Pakistan,
dan Indonesia.
Dlam konferensi tersebut Ali menyarankan agar pertemuan-pertemuan
selanjutnya diperluas degan negara-negara lainnya dari Asia-Afrika. Selanjutnya
kunjungan Ali ke India dikeluarkan pernyataan bersama Indonesia-India yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
menekankan kembali perlunya diselenggarakan konferensi di negra-negara Asia dan
Afrika yang akan bermafaat bagi usaha maunjang perdamaian dunia serta
mengadakan pendekatan-pendekatan mengenai masalah-masalah yang sedang
dihadapi. Setelah mengunjugi India Ali mengunjungi Birma. Pada akhir
kunjungannya dikeluarkan pernyataan bersama, didalam pernyataan bersama ini
perdana menteri Birma menganggap suatu konferensi Asia-Afrika perlu dan akan
bermafaat bagi perdamain dunia. Setelah itu diadakan pertemuan para perdana
menteri peserta konfrensi Kolombo di Indonesia untuk membicarakan persiapan-
persiapan konfresi negara-negara Asia-Afrika di Indonesia.
Pertemuan yang diselenggarakan di Bogor diselenggarakan dari tanggal 28
Desember 31-Desember 1954 dan disebut konferensi Bogor itu telah mengajuakan
rekomendasi utuk:
1. Mengadakan konferensi Asia-Afrika di Bandung dalam bulan April 1955
2. Menetapakan kelima negara tetap konferensi Bogor sebagai negar-negara spo
nsor.
3. Menetapkan 25 negara-negara Asia-Afrika yang akan diundang.
4. Menentukan empat tujuan pokok dari konferensi Asia-Afrika
Setelah konferensi persiapan di Bogor, maka dari tanggal 19-25 April
diadakannya konferensi Asia-Afrika di Bandung dengan dihadiri 24 negara undangan
dan kelima negara pengambil pelaksanaan. Negara kolonial belanda umumnya
menyaksikan kemampuan negara-negara baru itu untuk menyelenggarakan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
konferensi politik. Sambutan-sambutan dan dorongan positif telah terdengar dari
pihak negara-negara sosialis dan negara-negara lain.36
B. Ekonomi Nasional
3. Pemikiran Nasional
Perhatian kepada perkembangan pembanguna perekonomian, perekonomian
Indonesia pada hakikatnya adalah perkembanga ekonomi baru. Yang perlalu
dilakukan adalah megubah struktur ekonominya dari ekonomi kolonial ke ekonomi
nasional. Sumitro mencoba mempraktekan pembangunannya pada sector perdagan
sumitro berpendapat bahwa pada bangsa Indonesia harus selekas mungkin
ditumbuhkan kelas-kelas pengusaha. Para pengusaha bangsa Indonesia yang pada
umumnya bermodal lemah diberi kesempatan untuk berpartisipasi membangun
ekonomi asional. Pemerintah hendaknya membantu dan membimbing pengusaha itu,
baik dalam penentuan konkrit atau pemberian kredit, karena pemerintah menyadari
pegusaha-pengusaha Indonesia pada umumnya tidak mempunyai modal yang cukup.
Apabila usaha ini berhasil, pengusaha Indonesia secara bertahap berkembang maju,
maka tujuan mengubah struktu ekonomi kolonial dibidang perdagangan akan
tercapai. Gagasan sumitro kemudian dituangkan dalam Kabinet Natsir (September
1950-April 1951) ketika itu ia menjabats sebagai menteri perdagangan. Program ini
dikenal dengan program benteng. Gerakan Benteng telah dimualai pada bulan April
36
Ibid, hlm. 231-238.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
1950. Selama tiga tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan Indonesia yang
medapat kredit dari program benteng. 37
Program pemerintah ini pada hakikatnya adalah kebijakan untuk melindungi
usaha-usaha pribumi. Namun usaha ini tidak tercapai tujuannya. Pengusaha Indonesia
lamban dewasa, bahkan ada yang menyalahgunakan meksud pemerintah ini dengan
mencari keuntungan secara cepet. Bantuan kredit ini ternyata tidak efektif sehingga
program pemerintah tidak berhasil. Padahal pemerintah menambah beban
keuangannya, sehingga menjadi sumber defisit. Kabinet Sukiman yang memegang
pemerintahan selama 10 bulan sejak April 1951- Februari 1952 berusaha mengatasi
krisis moneter. Salah satu usaha yang ditempuh ialah melakukan nasionalisasi De
Javache Bank. Krisis moneter yang dihadapi pemerintah ialah defisit anggaran
belanja pada tahun 1952 sebanyak tiga miliyar rupiah, ditambah sisa defisit anggaran
pemerintah sebelumnya sebanyak 1,7 miliyar rupiah. Meskipun dilanda krisis
moneter, namun menteri keuaangan Juyus Wibisono masih memberi perhatiannya
kepada para pengusaha dan pedagang nasional golongan ekonomi lemah. Sesuai
dengan program Benteng kepada mereka masih diberikan pinjaman uang. Dengan
diberikan bantuan tersebut diharapkan para pengusaha yang merupakan produsen
tersebut diharapkan dapat menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.
Mr. Iskaq Tjokrohadisurjo selaku Menteri perekonomian dibawah Kabinet Ali
lebih mengutamakan kebijakan Indonesia, yaitu mendorong tumbuh dan berkembang
pengusaha-pengusaha swasta nasional pribumi dalam usaha untuk merombak
37
Marwati Djoenet Poesponegoro, op. cit., hml. 240.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional. Langkah-langkah yang diambil antara
lain mewajibkan perusahaan-perusahaan asing memberikan latihan-latihan dan
tanggung jawab kepada tenaga-tenaga bangsa Indonesia agar dapat menduduki
jabata-jabatan staf, mendirikan perusahaan-perusahan negara, menyediakan kredit
dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasioanal serta memberikan perlindungan agar
mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang ada. Kebijakan
pemerintah, terutama lisensi istimewa telah menimbulkan perdebatan di parlemen.
Oleh Tjikwan dari Masyumi diajukan mosi tidak percaya terhadap Menteri
Perekonomian Iskaq. Meskipun mosi Tjikwan dapat dikalahkan, namun kabinet
menjadi goyah, karena NU menyampaikan nota politik yang menghendaki perubahan
personalia kabinet, pada bulan November 1954 Iskaq digantikan oleh Ir. Rooseno
Surjodikusumo. Megenai masalah pengolahan bank pemerintah dan swasta di
Indonesia, Sjafruddin Prawiranegara bukan Menteri Keuangan pada kabinrt RIS serta
kemudian menjabat gubenur Bank Indonesia mengatakan keberhasilan bank sentral,
dalam hal ini bank pemerintah, tergantung kerjasama dengan bank-bank lainnya.
Bank sentral demi keberlangsungan bank-bank yang lebih kecil harus dapat
mengurangi persaingan mereka.
4. Sistem Ekonomi Liberal
Setelah pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949, kita
menanggung beban ekonomi dan keuangan sebagai akibat ketentuan-ketentuan KBM.
Beban hutang luar negri sebesar Rp. 1.500 juta dan hutang dalam negri sejumlah Rp.
2.800 juta. Struktur ekonomi yang kita warisi adalah berat sebelah. Ekspor kita masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
bergantung kepada berapa jenis hasil perkebunan. Produksi barang ekspor dibawah
produksi sebelum perang Dunia II. Masalah jangka pendek yang harus diselesaikan
pemerintah adalah: mengurangi jumlah uang yang beredar dan mengatasi kenaikan
biaya hidup. Sedangkan masalah jangka panjang adalah masalah pertambahan
penduduk dang tingkat hidup yang rendah. Beban yang berat ini merupakan
konsekuensi daripada pengakuan kedaulatan. Defisit pemerintah pada waktu itu
sejumlah Rp. 5,1 miliyar. Defisit ini sebagian berhasil dikurangi dengan pinjaman
pemerintah, yaitu dengan cara melakukan tindakan keuangan pada tanggal 20 Maret
1950. Jumlah pinjaman wajib sebesar Rp. 1,6 miliyar. Kemudian dengan kesepakan
sidang menteri Uni Indonesia-Belanda diperoleh kredit sebesar Rp. 200 juta dari
Negara Belanda. Pada tanggal 13 Maret dibidang perdagangan diadakan usaha untuk
memajukan ekspor dengan sistem sertifikasi devisa, tujuannya untuk merangsang
ekspor.
Karena pecahnya perang Korea, ekspor RI pada tahun 1950 meningkat. Ekspor
Indonesia mencapai 187% pada bulan April 1950 dan 243% pada bulan Mei, atau
sebesar $ 115 juta. Disamping usaha tersebut pemerintah juga berusaha mendapatkan
kredit luar negeri, kredit ini dimaksudkan untuk membangun prasarana ekonomi.
Misi Mentri Kemakmuran Ir. Djuanda ke Amerika Serikat berhasil mendapat kredit
dari Exim Bank Wasington sebesar $ 52.245.000. Jumlah ini ditentukan untuk
membangun proyek-proyek pengangkutan otomotif, pembangunan jalan,
telekomunikasi, pelabuhan, kereta api, dan perhubungan udara. Sejak tahun 1951
penerimaan mulai berkurang sebab menurunnya volume perdagangan internasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, tidak memiliki barang-barang
ekspor lainnya selain hasil perkebunan. Perkembangan perekonomian Indonesia tidak
menunjukkan kearah yang stabil, bahkan sebaliknya. Pengeluaran pemerintah yang
semakin meningkat akibat tidak stabilnya situasi politik. Perluasan program
pemerintah, biaya untuk operasi-operasi keamanan dalam negeri adalah sebab utama
terjadinya defisit. Disamping itu pemerintah sendiri tidak berhasil meningkatkan
produksi dengan memanfaatkan sumber-sumber yang masih ada ntuk peningkatan
pendapatan nasional. Kelemahan pemerintah lainnya adalah politik keuangan tidak
dibuat di Indonesia melainkan dirancang di Belanda. Jadi sebab-sebab ketidakstabilan
perekonimian bukan semata-mata pada perluasan program, tetapi di pengaruhui oleh
dua faktor diatas. Dalam hal ini adalah akibat dari politik kolonial Belanda. Oleh
pemerintah belanda kita tidak diwarisi tenaga yang terampil ynag cukup, sehingga
usaha mengubah dari sistem ekonomi kolonial ke ekonomi nasional tidak mengalami
perubaha yang drastis.
Pada tahun berikutnya pemerintah berusaha keras untuk meningkatkan
penghasilan negara. Kebijakan moneter ditinjau kembali, sesudah pada akhir tahun
1951 nasionalisasi De Javache Bank. Usaha pemerintah menurunkan biaya ekspor
dan melakukan penghematan. Defisit pada tahun 1952 telah meningkat menjadi 3
miliyar. Oleh karena anggaran belanja pemerintah belum pernah disahkan oleh DPR,
maka sejak 1952 rencana anggaran belanja dimintakan persetujuan DPR. Karena
defisit ini ada kencenderungan mencetak mata uang baru, yang menimbulkan inflasi.
Sejak tahun 1953 defisit anggaran belanja pemerintah sebesar Rp. 3.047 dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
peredaran uang pada waktu itu berjumlah Rp. 7,6 miliyar, defisit berlanjut terus
sampai tahun 1958. Defisit yang terus menerus sebagai akibat kebijakan budgeder
pemerintah yang mempunyai dua kelemahan yaitu tidak terdapat kontinuitas
penerimaan dan pengeluaran . Besar kecilnya pengeluaran bergantung pada
perkembangan luar negeri dan pengeluaran meningkat sebagai akibat perluasan
program pemerintah. Kebijakan yang kemudian ditempuh oleh pemerintah adalah
melaksanakan industrialisasi, yang dikenal sebagai rencana Sumitro. Sasaran rencana
Sumiro ditekankan pada pembangunan indutri dasar, seperti pendirian industry pabrik
semen, pemintalan, karung, percetakan dan lain-lain. Kebijakan Kabinet Natsir ini
diikuti pula dengan usaha peningkatan produksi pangan, perbaikan prasarana, dan
penanaman modal asing.
Pada masa Kabinet Ali I, pemerintah membentuk Biro Perancangan negara. Biro
ini dibentuk dengan tugas merancang pembangunan jangka panjang, Karen
pemerintah yang dahulu lebih menekankan program jangka pendek, sehingga
hasilnya belum bias dirasakan oleh masyarakat. Karena masa kerja masing-masing
kabinet cenderung singkat dan programnya selalu berganti-ganti, maka tidak ada
stabilitas politik. Tidak adanya stabilitas politik ini merupakan faktor penyebab
kemerosotan ekonomi, inflasi, dan lambatnya pembangunan. Biro ini dipimpin oleh
Ir. Djuanda yang kemudian diangkat menjadi Menteri Peerancangan Nasional. Pada
bulan Mei 1956, biro ini menghasilkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
1956-1951. Rancangan undang-undang tentang RPLT terpaksa diubah prioritas dan
sasarannya pada tahun 1957 sesudah diadakan Musyawarah Nasional Pembangunan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
(Munap). Pembiayaan RPLT ini diperkirakan berjumlah Rp. 12,5 miliyar. Didasarkan
harga barang dan upah buruh tidak berubah selama lima tahun. Tetapi karena adanya
depresi di Amerika Serikat dan Eropa Barat akhir tahun 1957 dan awal 1958, maka
pendapatan negara menjadi mundur, karena harga ekspor negara merosot. Demikian
perjuanagan pembebasan Irian Barat yang mendorong pemerintah untuk
melaksanakan tindakan nasionalisasi-nasionalisasi perusahaan milik Belanda di
Indonesia pada bulan Desember 1958. Faktor politik lainya yang memeberatkan
pelaksanaan RPLT adalah ketegangan antara Pusat dan Daerah.
Ketegangan antara Pusat dan Daerah ini dapat diredakan untuk sementara waktu
dengan diadakannya Musyawarah Nasional Pembangunan. Ir. Djuanda yang pada
saat itu sudah menjadi Perdana Menteri memberikan kesempatan kepada Munap
mengubah rencana pembangunan itu, agar menghasilkan rancangan pembangunan
yang menyeluruh jangka panjang. Namun pelaksanaan pembangunan ini dihambat
dengan kesulitan administratif, khususnya penentuan prioritas. Ketegangan politik
yang timbul tidak dapat diredakan lagi. 38
38
Ibid, hlm. 240-246.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BAB IV
DAMPAK KEBIJAKAN POLITIK PEMERINTAH RI
MASA DEMOKRASI LIBERAL 1950-1959
D. Bidang Politik
Masa Liberal di Indonesia (1950-1959) biasa pula disebut masa Kabinet
parlementer. Kabinet parlementer adalah kabinet yang pemerintahan sehari-hari
dipegang oleh seorang Perdana Menteri. Dalam masa Kabinet Parlementer ini
ternyata konflik partai di Indonesia sangat tinggi sehingga kabinet terpaksa jatuh
bangun. Kabinet disusun berdasarkan pertimbangan kekuatan kepartaian. Karena itu
bila dianggap tidak berhasil, sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan. Sehubungan
dengan itu pada masa demokrasi liberal sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini
terjadi terutama karena sering terjadi konflik di antara partai-partai politik. Sebagai
contoh pertentangan antara Masyumi dan PNI. Pertentangan antara kedua partai besar
ini dalam parlemen tidak pernah dapat didamaikan sehingga menjadi berlarut-larut.
Seringnya pergantian kabinet membuat masa yang singkat (1950-1959) dikuasai oleh
beberapa kabinet. Kabinet-kabinet tersebut adalah : Kabinet Natsir (Masyumi 1950-
1951), Kabinet Sukiman (Masyumi 1951-1952), Kabinet Wilopo (1952-1953),
Kabinet Ali Sastroamidjojo I (PNI 1953-1955), Kabinet Burhanuddin Harahap
(Masyumi 1955-1956), Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957), dan akhirnya
Kabinet Djuanda (Zaken Kabinet 1957-1959). Jatuh bangunnya kabinet pada masa
Demokrasi Liberal disebabkan karena adanya konflik antara partai politik. Misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Kabinet Natsir jatuh karena PNI menentang kebijakannya mengenai Irian Jaya.
Konflik partai Masyumi dan PNI ini dimenangkan oleh Masyumi dan menjadikan
Kabinet Sukiman berkuasa.
Kabinet Sukiman tidak berlangsung lama karena ia dijatuhkan oleh PNI.
Partai Nasional Indonesia menentang penandatanganan program bantuan Amerika
Serikat kepada pemerintah RI. Alasan penolakannya adalah karena bantuan itu dapat
dipakai sebagai alat untuk memasukan RI ke dalam Blok Amerika Serikat. Dengan
demikian menunt PNI, Indonesia tidak bersikap bebas aktif lagi dalam melihat Perang
Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat. Untuk mengurangi konflik antara PNI
dan Masyumi itu Presiden menunjuk tokoh moderat dari PNI untuk memimpin
kabinet, maka terbentuklah Kabinet Wilopo (1952-1953). Kabinet ini bertugas
mengadakan persiapan pemilihan umum dan pembentukan dewan konstituante.
Namun sebelum tugas ini dapat diselesaikan, kabinet inipun harus meletakkan
jabatan. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah makin tidak percaya kepada
pemerintah pusat. Di samping itu terjadi peristiwa 17 Oktober 1952, yaitu desakan
dari pihak-pihak tertentu agar Presiden segera membubarkan Parlemen yang tidak
mencenninkan keinginan rakyat.39
Peristiwa 17 Oktober 1952 dimanfaatkan oleh
TNI-AD untuk kepentingan politiknya. Golongan yang dipimpin Kol. Bambang
Sugeng itu tidak menyetujui Kol. A.H. Nasution sebagai KASAD. Sekelompok partai
dalam parlemen menyokong dan menuntut agar diadakan perombakan pimpinan
39 https://abigdream.wordpress.com/2010/04/01/indonesia-pada-masa-demokrasi-liberal-1950-1959
(diunduh tanggal 16 April 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Kementerian Pertahanan dan TNI. Keterlibatan partai dianggap oleh pimpinan TNI
sebagai campur tangan sipil dalam urusan tentara. Oleh karena itu mereka menuntut
agar Presiden membubarkan Parlemen. Presiden menolak tuntutan ini sehingga
KASAD maupun KSAP meletakkan jabatan. Mandat pembentukan kabinet tetap
diserahkan kepada PNI. Dalam suasana konflik politik itu, Ali Sastroamidjojo terpilih
untuk memimpin kabinet.
Tugas Kabinet Ali Sastroamidjojo adalah melanjutkan program Kabinet
Wilopo, yaitu antara lain melaksanakan Pemilihan Umum untuk memilih DPR dan
Konstituante. Meskipun Kabinet Ali Sastroamidjojo berhasil dalam politik luar negeri
yaitu, dengan menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung bulan April
1955, namun Kabinet Ali Sastroamidjojo harus meletakkan jabatan sebelum dapat
melaksanakan tugas utamanya yaitu pemilu, alasannya karena pimpinan TNI-AD
menolak pimpinan baru yang diangkat Menteri Pertahanan. Hal ini sebenarnya yang
berpangkal pada peristiwa 17 Oktober 1952. Calon pimpinan TNI yang diajukan
Kabinet ini ditolak oleh Korps perwira sehingga menimbulkan krisis kabinet. Pada
saat itu Presiden Soekarno akan berangkat ke tanah Suci Mekah. Sebelum berangkat
Presiden mengangkat tiga orang untuk menjadi formatur kabinet. Namun ketiga orang
ini tidak berhasil membentuk kabinet hingga terpaksa mengembalikan mandatnya
pada Wakil Presiden Drs. Mohammad Hatta. Hatta kemudian menunjuk Burhanuddin
Harahap dari Masyumi untuk membentuk kabinet.
Kabinet Burhanudin (1955-1956), ditugaskan untuk melaksanakan pemilihan
umum. Usaha ini berhasil sekalipun mengalami kendala-kendala yang berat. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
tanggal 29 September 1955 pemilihan anggota-anggota parlemem dilakukan, dan
pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan pemilihan umum untuk Konstituante.
Setelah itu kabinet Burhanudin meletakkan jabatan dan kemudian dibentuk kabinet
baru yang sesuai dengan hasil pemilihan umum.
Selain masalah pemilihan umum Kabinet Burhanuddin juga berhasil
menyelesaikan masalah TNI-AD dengan diangkatnya kembali Kul. A.H. Nasution
sebagai KASAD pada bulan Oktober 1955. Selain itu dalam politik luar negeri
kabinet ini condong ke berat dan berusaha mengadakan perundingan dengan Belanda
mengenai masalah Irian Barat. Hasil pemilihan umum 1955 menunjukkan PNI adalah
partai yang terkuat. Oleh sebab itu Presiders mengangkat seorang formatur kabinet
dari PNI yaitu Ali Sastoramidjojo. Kabinet Ali Sastroamidjojo II (1956-1957) adalah
kabinet koalisi antara PNI dan Masyumi. Kabinet ini mempunyai rencana kerja untuk
lima tahun. Rencana kerja ini disebut rencana lima tahun. Isinya antara lain adalah
perjuangan untuk mengembalikan Irian Barat dalam wilayah RI. Otonomi daerah,
mengusulkan perbaikan nasib buruh, penyehatan keuangan, dan pembentukan Dewan
Ekonomi Nasional.
Sementara program berjalan timbul masalah-masalah baru. Pertama kegagalan
dalam memaksa pihak Belanda agar menyerahkan Irian Barat dan pembatalan
perjanjian KMB. Kedua, berkembangnya masalah anti Cina di kalangan rakyat yang
tidak senang melihat kedudukan istimewa golongan ini dalam perdagangan. Sehingga
perkelahian dan pengerusakan beberapa kota. Ketiga di beberapa daerah timbul
perasaan tidak puas terhadap pemerintah pusat. Hal ini menimbulkan terjadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
pergolakan di beberapa daerah. Pergolakan daerah itu mendapat dukungan dari
beberapa panglima TNI-AD, mereka merebut kekuasaan di daerah dengan cara
membentuk Dewan Banteng di Sumatera Barat pada tanggal 20 Desember 1956,
Dewan Gajah di Sumatera Utara pada tanggal 22 Desember 1956. Dewan Garuda di
Sumatera Selatan dan Dewan Manguni di Sulawesi Utara.
Untuk mengatasi keadaan ini Presiden mengumumkan berlakunya undang-
undang SOB (negara dalam keadaan bahaya) dan angkatan perang mendapat
wewenang khusus untuk mengamankan negara di seluruh Indonesia. Tetapi usaha
Presiden untuk mempengaruhi partai-partai agar mau membentuk kabinet baru
ternyata gagal. Sebab itu ia mengangkat Ir. Djuanda yang tidak berpartai sebagai
formatur kabinet. Kabinet Djuanda (1957-1959) bertugas menyelesaikan kemelut
dalam negeri, selain memperjuangkan kembalinya Irian Barat dan menjalankan
pembangunan. Pertama-tama kabinet ini membentuk suatu Dewan Nasional yang
bertugas memberi nasehat kepada pemerintah dalam menjalankan tugas-tugasnya. Di
samping itu, diadakan musyawarah nasional untuk mencari jalan keluar dari kemelut
nasional. Sebelum musyawarah itu menghasilkan keputusan terjadi Peristiwa Cikini,
yaitu percobaan pembunuhan Presiden. Pada tanggal 10 Februari 1958, Ketua Dewan
Banteng mengeluarkan ultimatum agar Kabinet Djuanda dibubarkan dalam waktu
lima kali 24 jam. Presiden ternyata tidak menghiraukan hal ini sehingga akhimya
Dewan Banteng memproklarnasikan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik
Indonesia (PRRI) dengan Syarifudin Prawiranegara sebagai perdana menteri. Begitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
pula di Sulawesi dibentuk pemerintahan sendiri yaitu Permesta. Hal itu membuat
situaasi negara semakin mengkhawatirkan.
E. Bidang Ekonomi
Sesudah Pengakuan Kedaulatan 27 Desember 1949, KMB membebankan
pada Indonesia hutang luar negeri sebesar Rp 2.800 juta. Sementara ekspor masih
tergantung pada beberapa jenis hasil perkebunan saja. Masalah jangka pendek yang
harus diselesaikan oleh pemerintah adalah : (a) mengurangi jumlah uang yang beredar
dan (b) mengatasi kenaikan biaya hidup. Sedangkan masalah jangka panjang adalah
pertambahan penduduk dan tingkat hidup yang rendah. Dari sisi moneter pemerintah
sebagian berhasil dikurangi dengan pinjaman pemerintah pada 20 Maret 1950.
Jumlah itu didapat dari pinjaman wajib sebesar Rp 1,6 milyar. Kemudian dengan
kesepakatan Sidang Menteri Uni Indonesia-Belanda, diperoleh kredit sebesar Rp
200.000.000,00 dari negeri Belanda. Pada 13 Maret 1950 di bidang perdagangan
diusahakan untuk memajukan ekspor dengan sistem sertifikat devisa. Tujuan
pemerintah adalah untuk merangsang ekspor. Keadaan sedikit membaik tahun 1950.
Ekspor Indonesia menjadi 187% pada bulan April 1950, 243% pada bulan Mei atau
sejumlah $ 115 juta.
Selain itu diupayakan mencari kredit dari luar negeri terutama untuk
pembangunan prasarana ekonomi. Menteri Kemakmuran Ir. Djuanda berhasil
mendapatkan kredit dari Exim Bank of Washington sejumlah $ 100.000.000. Dari
jumlah tersebut direalisasi sejumlah $ 52.245.000. Jumlah ini untuk membangun
proyek-proyek pengangkutan automotif, pembangunan jalan. telekomunikasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
pelabuhan, kereta api, dan perhubungan udara. Namun demikian sejak 1951
penerimaan mulai berkurang lagi, karena menurunnya volume perdagangan
internasional. Indonesia dengan ekonomi agrarianya memang tidak memiliki barang-
barang ekspor lain kecuali hasil perkebunan. Upaya perbaikan ekonomi secara
intensif diawali dengan Rencana Urgensi Perekonomian (1951) yang disusun Prof.
Dr. Soemitro Djojohadikusumo di masa Kabinet Natsir. Sasaran utamanya adalah
industrialisasi. Setahun kemudian, pada zaman Kabinet Sukiman, pemerintah
membentuk Biro Perancang Negara yang berturut-turut dipimpin oleh Prof. Dr.
Soemitro Djojohadikusumo, Ir. Djuanda, dan Mr. Ali Budiardjo. Pada tahun 1956
badan ini menghasilkan suatu Rencana Pembangunan Lima Tahun (1956-1960) dan
untuk melaksanakannya, Ir. Djuanda diangkat sebagai Menteri Perancang Nasional.
Pembiayaan RPLT ini diperkirakan berjumlah Rp 12,5 milyar, didasarkan harapan
bahwa harga barang dan upah buruh tidak berubah selama lima tahun. Ternyata harga
ekspor baraan mentah Indonesia merosot. Hal ini mendorong pemerintah untuk
melaksanakan nasionalisasi terhadap perusahaan-perusahaan milik Belanda di
Indonesia pada bulan Desember 1957.
Sementara itu, ketegangan politik yang timbul akibat pergolakan daerah
ternyata tidak dapat diredakan dan untuk menanggulanginya diperlukan biaya yang
besar, sehingga mengakibatkan meningkatnya defisit. Padahal ekspor justru sedang
menurun. Situasi yang memburuk ini berlangsung terus sampai tahun 1959. Dalam
bidang ekonomi satu fenomena moneter yang paling terkenal pada periode ini adalah
pemotongan mata uang rupiah menjadi dua bagian. Pengguntingan uang ini terkenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
dengan sebutan gunting Syafrudin. Tujuan dari penggun-tingan uang ini adalah untuk
menyedot jumlah uang beredar yang terlalu banyak, menghimpun dana pembangunan
dan untuk menekan defisit anggaran belanja.40
F. Bidang Sosial
1. Masalah Angkatan Perang
Pada hakikatnya pristiwa 17 Oktober ini mempunyai factor- factor penyebab,
Indonesia menghadapi banyak persoalan, antara lain:
1. keadaan politik yang labil dengan sistem demokrasi liberal model Eropa
khususnya Belanda.
2. keadaan sosial ekonomi yang semakin buruk dan korupsi yang semakin luas.
3. Persoalan Irian Barat yang tidak kurung selesai.
4. kemrosotan intgritas dan kemampuan operator pemerintah, misalnya
pertentangan antar partai- partai dan pergolakan ditubuh ABRI.
Setelah pengakuan kedaulatan pimpinan Angkatan Perang khususnya Kepala
Staf Angkatan Perang (KASAP) dan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) sedang
berusaha mengkonsolidasi dan rnemajukan TNI. TNI yang terdiri dari pejuang-
pejuang yang bermodalkan semangat dan masih dekat dengan loyalitas pribadi akan
ditingkatkan menjadi angkatan perang yang lebih tinggi mutu teknis militernya
lagipula diikat dengan disiplin yang melambaga. Jika usaha ini berhasil. angkatan
perang menyatu satu kesatuan sosial-politik yang kompak yang dapat mengimbangi
40 https://mamaderka.wordpress.com/2012102/ l 31bakaco-pemerintahan-indonesia-pada-tahun-1950-
1959/ (diunduh tanggal 16 April 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
kekuatan partai-partai politik dan golongan politik pada umumnya.oleh karena itulah
melalui pion-pion kaum politik didalam tubuh Angkatan Perang untuk mencegah
upaya itu. Langkah- langkah mulai diambil melalui seorang perwira senior. Kolonel
Bambang Supono mendatangi panglima-panglima daerah dan mengajak mereka
untuk menandatangi pernyataan agar Presiden menggantikan Kolonel A.H. Nasution
sebagai KASAD. Pada tanggal 12 Juli 1952 diadakan pertemuan Perwira-perwira
pimpinan Angkatan Darat dari pusat serta daerah, dan kebanyakan mereka banyak
yang tidak menyetujui cara yang ditempuh oleh kolonel Bambang Supono karena
merusak solidaritas Angkatan Perang. Keesokan harinya Kolonel Bambang menulis
surat secara lang kepda Perdana Menteri, Menteri Pertahanan dan Perlemen. Didalam
surat ia menyatakan bahwa sudah kehilangan kepercayaan kepada atasanya. Perlemen
mengadakan sidang yang membahas sebuah mosi yang menuntut agar adanya
perbaikan dalam pimpinan dan organisasi Kementerian Pertahanan dan Angkatan
Perang.
Pada tanggal 18 Juli 1952 KASAP mengirim surat kepada pemerintah,
mendesak agar peristiwa tersebut diselesaikan sesuai prosedur militer. Karena
tindakan Kolonel Bambang Supono dianggap melanggar disiplin, maka Menteri
Pertahanan Sri Sultan Hamengku Buwono IX telah telah membebastugaskanya.
Sementara itu seksi- seksi pertahanan dan perlemen telah memberika perhatian yang
serius terhadap masalah ini.
Selanjutnya atas inisiatif Kolonel Jatikusumo dengan seijin KASAP
diselenggarakan rapat Kologial pada tanggal 10 Oktober yang dihadiri oleh para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Pnglirna dan para Perwira menengah yang berada di Jakarta. Pada rapat tersebut telah
diadakan pertukaran pendapat mengenai perdebatan kebijakan Kementerian
Pertahanan dalam DPRS apakah membahayakan organisasi Angkatan Perang serta
negara. Mereka telah bersepakat berkumpul lagi apabila ternyata DPRS sampai
menerima mosi. Rapat khusus yang dilakukan oleh KASAD dan Panglima
membicarakan mosi DPRS diadakan pada tanggal 11 Oktober, hasil keputusan rapat
yalah mereka bersama akan solider menghadapai perkembangan selanjutnya. Masih
dalam rangkaian pembicaraan DPRS tentang Angkatan Perang, pada tanggal 15
Oktober para panglima diundang rapat lagi ke Staf Umum Angkatan Darat karena
DPRS menentukan putusan pada tanggal 16 Oktober, dalam DPRS sendiri ada tiga
mosi yang mempermasalahkan Angkatan Perang:
1. Mosi Burhanuddin sebagai mosi tidak percaya.
2. Mosi Kasimo/Natsir yang menuntut peninjauan kembali susuanan Kementrian
Pertahanan dan APRI.
3. Mosi Manai Sopian/ Aruji/ Than Chalid yang menuntut peninjauan kembali
pimpinan Angkatan Perang.
Menghadapi perkembangan DPRS yang dapat mengganggu stabilitas, maka
pimpinan AD berdasarkan hasil kosensus dengan panglima terotorium pada tanggal
16 dan 17 Oktober 1952 menyatakan pernyataan pimpinanan AD pernyatan pimpinan
AD diantaranya: mendesak kepala negara untuk membubarkan DPRS dan
membentuk DPR baru. Pemyataan yang ditandatangani oleh KASAD, pernyatan
Surat tersebut kepada Presiden dipercayakan kepada Wakil KSAD Letkol. Sutoko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
yang dipercayakan juga sebagai juru bicara. Karena malam sebelumnya Presiden
sudah diberitahu lewat Kolonel. Dr. Mustopo, maka ia tidak merasa begitu terkejut,.
Presiden menolak atas desakan itu dan menyelidiki terlebih dahulu keinginan rakyat
diluar Jakarta dan mempercepat pemilihan umum.
Demonstrasi di depan istana yang menuntut pembubaran perlemen menyerbu
gedung DPRS terjadi pada Siang hari 17 oktober 1952. Menghadapi demonstrasi
telah diadakan penjagaan pada posisi yang strategis. Kalangan militer menganggap
bahwa sikap DPRS itu tidak wajar dan dirasakan sebagai intervensi langsung dalam
soal intrn TNI- AD. Apalagi terdapat kenyataan kurang lebih separuh anggota DPRS
berasal dan negara- negara bentukan belanda, sehingga tidak memiliki wirayat
perjuangan dalam perang kemerdekaan yang merupakan sesuatu yang dijunjung
tinggi di kalangan TNI- AD. Dengan adanya peristiwa mulai menggoyahkan kabinet.
2. Krisis Tentara di Indonesia
Tentara Indonesia benar- benar meperlihatka kekompakan menolak kepala
Staf baru yang ditunjuk oleh Kabinet Ali menteri Pertahanan meletakan jabatan dan
terlihat bahwa kabinet bakal teijungkal. Para pengamat memperkirakan sebentar lagi
akan muncul pemerintahan militer di Indonesia. Krisis baru ini berlawanan dengan
kericuhan yang kemudian dikenal dengan peristiwa 17 Oktober 1952. Ketika tentara
terpecah menjadi dua kubu yang sama kuat. Yang satu mendukung Presiden Sukarno
dan satunya lagi berdiri dibelakang Menteri Pertahanan. Sejak bulan-bulan pertama
tahun ini, kelompok tentara telah bersepakat mengubur perbedaan- perbedaan lama
dan sekaligus menarik tentara dari ikatan-ikatan partai politik. Lambing persatuan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
adalah Deklarasi Yogya, yang ditandatangani pada 25 Februari oleh seluruh perwira
tinggi Angkatan Darat. Deklarasi meliputi penegasan bahwa untuk pengangkatan
pejabat, harus dibedakan tugas antara kualifikasi politik dan professional. Ujian bagi
Deklarasi muncul ketika Kepala Staf Bambang Sugeng mengundurkan diri. Pada 10
Juni presiden mengambil keputusan dan kabinet menunjuk Bambang Utoyo sebagai
penggantinya, pilihan baru ini bernasib malang. Karena Bambang Utoyo tidak meiliki
kualifikasi profesinal seperti seniornya, pengalaman, kesehatan sebagaimana disebut
di Deklarasi Yogya.
Tampaknya calon-calon yang lebih sesuai telah disingkirkan karena hubungan
lama mereka dengan penentang politik Presiden Soekarno. Pengangkatan ini berbau
politik lama, dan demikian ia diragukan oleh sebagian besar perwira Indonesia. Pada
tanggal 27 Juni Presiden Sukarno melantik Kolonel Bambang Utoyo, sekaligus
menaikan pangkatnya menjadi Mayor Jendral. Ini merupakan sederhana dan luar
biasa, Asisten Kepala Staf tidak hadir. Para komandan wilayah yang mempunyai
kekuatan besar memboikot upacara. Tidak ada pengawal kehormatan, dan musik
dimainkan oleh band oleh Dinas Kebakaran setempat. Peristiwa 27 Juni yang
memalukan itu segera ditangani oleh pemerintah, tapi tak efektif. Asisten Kepala Staf
Zulkifli Lubis dipanggil.
3. Krisis Memuncak
c. Pergolakan di Daerah- Daerah
Disamping gerakan anti Cina, Kabinet Ali menghadapi ketidak senangan yang
timbul di daerah- daerah. Bahwa dibeberapa daerah di Sumatra dan Sulawesi tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
puas dengan alokasi biaya pembangunan yang diterimanya dari pusat. Selain daripada
ini mereka tidak menaruh kepercayaan lagi kepada pemerintah. Karena mengubah
pemerintah dengan jalan parlementer tidak dapat dilakukan. Gerakan-gerakan
pemerintah dapat dukungan dari para panglima dan terbentuklah dewan-dewan
daerah yaitu Dewan Benteng di Sumatra Barat yang dibentuk oleh Letnan Kolonel
Ahhmat Husein, Komandan Resimen Ifantri 4 pada tanggal 20 Desember 1956,
Dewan gajah dibentuk oleh Kolonel Maludin Simbolon Panglima Tentara Teritorium
I ( TT I ) di Medan pada tanggal 22 Desember 1956, Dewan garuda di Sumatra
Selatan, dan Dewan Manguni dibentuk oleh Letnan Kolonel Vantje Sumual di
Manado pada tanggal 18 Februari 1957.
Pembentukan Dewan Benteng dilaksanakan setelah dilangsungkan rapat reuni
Defisi Benteng di Kota Padang yang telah berlangsung dari tanggal 20-25 November
1956. Dalam partemuan itu telah diputuskan bahwa usaha pembangunan daerah
dilaksanakan dengan cara membuka otonomi seluas-luasnya, keputusan yang lainya
adalah menyusun sejarah perjuangan Sumatra Tengah, membangun museum
perjuangan, masalah janda dan yatim piatu. Semua masalah ini akan diatasi atau
diselesaikan oleh Dewan Benreng yang ada di Sumatra Tengah.41
Masalah yang menyangkut pemerintah pusat akan diperjuangkan secara
bertahap dengan berpedoman dengan keputusan rapat reuni. Pada sidang pemerintah
Daerah Dewan Benteng telah menyarankan agar daerah diberi kebebasan untuk
41 Maewati Djoenet, op. cit., hlm.272.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
mengatur daerahnya secara lebih luas untuk pembangunan daerah-daerah. Juga
diharapkan ada penelitian mengenai penempatan pejabat-pejabat daerah, agar bisa
membuat daerah-daerah maju. Selanjutnya dalam bidang Pertahanan daerah
diusulkan agar dibentuk suatu Komando Pertahan Daerah, yang sesuai dengan
pembagian administratif dari Negara Republik Indonesia. Selain itu diusulkan bahwa
Dewan Benteng dijadikan Korps dalam Angkatan Darat. Pada bidang sosial dan
ekonomi menghendaki dihapuskan sistem sentralisasi yang pada kenyataanya
menimbulkan birokrasi yang kurang sehat.
Hasil pertemuan reuni kemudian dilaporkan ke Jakarta, dibentuklah delegasi
Dewan Benteng yang terdiri dari Kolonel Dahlan Djubek, A.Halim, Dahlan Ibrahim,
Sidi bakarudin, dan Ali Lubis. Delegasi ini pada tanggal 28 November 1956 berhasil
menemui Perdana Menteri Ali. Usaha menemui Presiden mengalami kegagalan
dikarenakan berbagai hal, sebagai kelanjutan keputusan dalam rapat reuni Dewan
Benteng Letkol Ahmad Husein untuk mengambil alih pemerintah daerah Sumatra
Tengah dari Gubernur Ruslan Muljohardjo. Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 20
Desember 1956, alasan yang dikemukakan adalah bahwa gubernur yang di tunjuk
oleh Pemerintah Pusat itu dipandang kurang berhasil dalam membangun Sumatra
Tengah.
Mengenai hasrat rakyat Sumatra Tengah yang disalurkan lewat Dewan
Benteng mengenai otonomi daerah dapat dipahami oleh Pemerintah Pusat. Tetapi
Pemerintah Pusat kemudian heran dengan tindakan Dewan Benteng mengambil alih
kekuasan pemerintah di Sumatra Tengah. Sejak itu muncul ketegangan antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
pimpinan Dewan Benteng dengan Pemerintah Pusat. Tindakan Dewan Benteng
mengambil alih pemerintah di Sumatra Tengah oleh Pemerintah Pusat dipandang
sebagai tindakan yang menyalahi hukum. Mengenai alasan pembentukan Dewan
gajah di Sumatra Utara, Kolonel Maludin Simbolon menyatakan bahwa situasi
kondisi pada saat itu dipandang sangat kritis, dimana keadaan negara dan bangsa
dalam keadaan kacau. Sebenarnya tindakan Kolonel Simbolon pada saat itu justru
menambah kekacauan yang sudah ada. Jadi tidak mengurangi pergolakan yang sudah
tumbuh dimasyarakat. Setelah menguasai RRI Medan, Kolonel Simbolon
mengemukakan, meskipun keadan Medan pada saat itu nampak sangat kacau, tetapi
undang-undang hukum yang telah ada masih tetap berlaku. Ia menyatakan juga
bahwa tetap taat pada Presiden Soekarno. Sikapnya itu ternyata telah menimbulkan
kebingungan dikalangan masyaraka. Dilain pihak dia tetap taat pada Kepala negara,
tetapi dipihak lain ia menguasai instansi pemerintah yang fital di Kota Medan.42
Menanggapi peristiwa itu, Presiden Soekarno menyerukan kepada Simbolon
agar segera kembali kejalan yang seharusnya ditempuh oleh tentara. Seruan oleh
Presiden itu ternyata tidak dihiraukan oleh Simbolon. Ia kemudian menuntut agar
kerukunan Dwitunggal-Hatta dipulihkan kembali serta menuntut agar Presiden RI
berada dikendalian Dwitunggal. Tindakan Kolonel Maludin Simbolon dengan
membentuk Dewan Gajah dan memisahkan diri dari pemerintah pusat ternyata
mendapat tantangan dari beberapa penwira dan pejabat di Sumatra utara. Kepala Staf
42
Ibid, hlm. 273.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
TT I Letkol Djamin Gintings bersama Letkol Wahap Makmur menentang tindakan
Kolonel Simbolon yang menantang ukum.
Kabinet Ali kemudian memecat Kolonel Maludin simbolon dari jabatan
Panglima TT I. selanjutnya berpedoman dengan keputusan Pemerintah Pusat dalam
menanggulangi masalah Sumatra utara, Letkol Djamin Gintings telah mengambil alih
kekuasan di TT I yang berlaku sejak tanggal 27 Desember 1956. Letkol Djamin
Gintings bersama dengan Letkol Wahap makmur berhasil mendesak pasukan-
pasukan Simbolon dari Kota Medan. Bersama sisa pasukan sebanyak 300 orang ia
kemudian mengundurkan diri ketanjung Morawa. Didaerah tersebut pasukan
Simbolon dapat perlindungan dari pasukan yang dibawah pengaruh Dewan Benteng.
Dengan mundurnya Simbolon berserta anak buahnya keluar Kota Medan, maka
praktis aktifitas Dewan Gajah telah dapat dilumpuhkan. Selanjutnya dalam
menghadapi masalah Dewan Benteng maka Pemerintah Pusat mengirimkan misi ke
Sumatra Tengah yang disebut: Komisi Penyelidik terdiri dari Kolonel Dahlan
Djambek, Kolonel Abdul Latief dan Soeleeman Effendi. Tugas Komisi ini
mengadakan penjagaan dan penyelidikan tentang dasar- dasar tuntutan daerah yang
disalurkan melalui Dewan Benteng. Tugas Komisi menghadapi hambatan, karena
ternyata Letkol Ahmad Husein selaku Kepala Dewan Benteng dan pimpinan daerah
Sumatra Tengah tidak bersedia mengadakan pembicaraan dengan anggota team
tersebut. Letkol Husein hanya mau berbicara dengan delegasi yang resmi dari Kepala
Negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Pergolakan juga terjadi di Sumatra Selatan, sekelompok golongan politik yang
telah berhasil mempengaruhi pimpinan militer setempat telah mencetuskan piagam
pembangunan sebagai wadah yang dikatakan menampung segala aspirasi daerah dan
kemudian membentuk suatu dewan dengan nama, Dewan Garuda. Sebagai tindak
lanjut kegiatannya Dewan tersebut kemudian mencetuskan tuntutan kepada
Pemerintah Pusat agar daerah Sumatera Selatan di beri otonomi seluas-luasnya.
Mereka juga menuntut adanya kerukunan kembali Dwitunggal Soekarno-Hatta dalam
mengendalikan pemerintahan RI. Kongres adat yang pernah di selenggarakan di
Palembang pada asasnya merupakan sumber lahirnya Dewan Garuda yang
dikendalikan oleh beberapa tokoh politik di daerah tersebut. Selanjutnya dengan dalih
kepentingan keaman dan ketentraman. Letkol Barlian selaku pejabat Panglima TT II
telah meneluarkan keputusan bahwa daerah Sumatra Selatan dinyatakan dalam
keadaan bahaya. Gubernur Sumatera Selatan Winarno Danuatmodjo diminta untuk
menyerahkan kekuasaannya dalam rangka memperlancar usaha pembangunan di
daerah Sumatera Selatan. Rentetan tindakan yang telah di ambil oleh Dewan Garuda
serupa dengan yang telah dilakukan oleh Dewan Benteng. Dewan Garuda di
Sumatera Selatan di pimpin oleh Wakil Kepala Staf TT II Mayor Nawawi yang
mendapat perlindungan dari panglimannya sendiri. Hubungan antara Dewan Benteng
di Sumatera Tengah dengan Dewan Garuda di Sumatera Selatan di lakukan melalui
seorang kurir yaitu Sidi Bakaruddin. Sidi Bakaruddin adalah tokoh Dewan Benteng
yang aktif di Sumatera Selatan, khususnya di kalangan kaum adat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Parlemen kemudian memberikan perhatian pada kejadian di Sumatra. Guna
menjajaki keinginan rakyat setempat, maka pada tanggal 4 Januari 1957 Parlemen
mengirimkan wakil-wakilnya ke Sumatra Utara, Tengah, dan Selatan. Sebenarnya
tugas yang di bebankan pada para utusan dari Parlemen tersebut sama dengan tugas
yang sebelumnya pernah diberikan kepada perutusan kabinet ke Sumatra Tengah
putusan di pimpin oleh Zainal Abidin Ahmad. Putusan berhasil mengadakan
pembicaraan dengan pimpinan Dewan Benteng. Zainal Abidin sekembalinya di
Jakarta menyatakan telah di dapat titik pertemuan pandangan antara tokoh-tokoh
masyarakat Dewan Benteng denagan Pemertintah Pusat. Menurut Zainal Abidin
posisi Dewan Benteng tidak membahayakan Pemerintah. Komisi Parlemen ke
Sumatera Selatan yang di pimpin oleh Sumarinan SH berhasil mengadakan
pembicaraan dengan para tokoh militer maupun sipil setempat.
Untuk memecahkan masalah Sumatra Barat pemerintah masih juga berusaha
menempuh jalan berunding, yaitu dengan mengirimkan suatu delegasi di bawah
pimpinan menteri pertanian Eny Karim. Misi tersebut mengalami kegagalan, karena
tidak berhasil mengadakan pendekatan dengan pimpinan Dewan Benteng. Dalam
perkembangan selanjutnya atas prakarsa pimpinan Dewan Benteng dan Dewan Gajah
telah di selenggarakan kongres rakyat Jambi. Dari pertemuan tersebut menghasilakan
keputusan bahwa daerah Jambi dinyatakan sebagai daerah otonom setingkat dengan
provinsi, meskipun administrasinya masih berada di bawah kekuasaan provinsi
Sumatra Tengah. Selain di Sumatra, maka di Indonesia bagian timur teijadi pula
pergolakan. Pada tanggal 2 Maret 1957 di Makasar Panglima TT VII Letkol. Ventje
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Sumual memproklamasikan Piagam Perjuangan rakyat Sumatra ( Permesta ).
Gerakan tersebut wilayahnya meliputi : Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara dan
Maluku. Piagam tersebut ditandatangani oleh 51 tokoh masyarakat Indonesia Timur.
Guna memperlancar pelaksanaan programnya maka Letkol Sumual menyatakan
daerah Indonesia Bagian Timur dalam keadan bahaya. Seluruh pemerintahan daerah
diambil alih oleh kaum militer.
Peristiwa-peristiwa itu sangat melemahkan kedudukan Kabinet Ali II. Tak
lama setelah munculnya Dewan Manguni di Manado pada tanggal 14 Maret 1957
Perdana Menteri Ali mengemabalikan mandatnya kepada Presiden. Dalam keadaan
yang gawat dengan munculnya gerakan-gerakan separatis di daerah-daerah, Indonesia
tidak mempunyai pemerintah. Segera setelah meneriama penyerahan mandat,
Presiden mengumumkan berlakunya SOB ( negara dalam keadaan bahaya ) dan
dengan demikian Angkatan Perang mendapat wewenang khusus untuk mengamankan
negara. Selain itu Presiden menghubungi partai-partai untuk membentuk
pemerintahan baru. Tetapi kaum politisi dan partai-partai tetap mau melakukan
dengan tawar-menawar kedudukan untuk membentuk kabinet kualisi. Karena itu
akhirnya Presiden menunjuk dirinya sendiri sebagai formatur. Formatur Soekarno
kemudian membentuk kabinet karya dengan Ir. Djuanda seorang tokoh non partai
sebagai Perdana Menteri Kabinet Djuanda resmi di bentuk pada tanggal 9 April 1957
dalam keadaan yang tidak mengembirakan. Kabinet ini adalah zeken Kabinet. Dan
selain menghadapi pergolakan di daerah, bertugas melanjutkan perjuangan untuk
membebaskan Irian Barat, dan menghadapi keadaan ekonomi keuangan yang buruk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
denagan kemerosotan jumlah devisa dan rendahnya angka-angka ekspor. Program
Kabinet Djuanda terdiri dari 5 fasal atau Panca Karya ( sehingga dinamakan kabinet
karya ). Yaitu :
1. Membentuk Dewan Nasional.
2. Normalisasi keadaan republik.
3. Melancarkan pelaksanaan pembatalan KMB.
4. Memperjuangkan Irian Barat.
5. Mempergiat pembanguan.
Dewan Nasional mempunyai fungsi menampung menyalurkan ke inginan
kekuatan- kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat. Selain itu juga mempunyai
tugas sebagai penasehat guna melancarkan jalanya roda pemerintahan dan stabilitas
politik untuk mendukung pembangunan negara. Dewan Nasional anggotanya
berjumblah 45 oarang dari golongan funsional dan diketuai oleh Presiden sendiri.
Walupun Dewan Nasional sebagai dewan penasehat sudah berbentuk, tetapi
kesukaran- kesukaran yang dihadapi pemerintah tetap meningkat. Dari hari kehari
keadan negara semakin buruk. Masalah daerah- daerah yang timbul di Sumatra dan
Sulawesi menyebahkan hubungan pusat dan daerah terganggu. Masalah daerah juga
membawa pengaruh dibidang ekonomi dan pembangunan. Pemerintah sulit untuk
melaksanakan program- programnya.
Untuk meredakan pergolakan dareah- daerah. Dari tanggal 10- 14 September
1957 telah dilangsungkan musyawarah nasional (Munas) yang dihadiri oleh tokoh-
tokoh nasional baik di Pusat maupun di Daerah. Hadir dalam pertemuan itu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
bekas Wakil Presiden Moh. Hatta. Didalam musyawarah itu antara lain telah
dibicarakan masalah-masalah pemerintahan, soal-soal darah, ekonomi, keuangan,
angkatan perang, kepartaian serta masalah yang menyangkut Dwitunggal Soekarno-
Hatta. Musyawarah ini telah berhasil mengambil beberapa keputusan yang
mencerminkan suasana saling pengertian. Pada tanggal 14 September telah
dikeluarkan pernyatan bersama yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan
bekas Wakil Presiden Hatta. Sebagai kelanjutan untuk melaksanakan keputusan
Munas dalam bidang ekonomi dan pembangunan dari tanggal 25 November samapai
tanggal 4 Desember 1957 dilangsungkan Musyawarah Pembangunan (Munap)
bertempat di gedung olahraga Medan Maedeka Selatan di Jakarta. Tujuan utama
untuk membahas dan merumuskan usaha- usaha pembangunan sesuai dengan
keinginan daerah- daerah. Musyawarah diikuti oleh para ahli ekonomi, wakil- wakil
partai dan organisasi, tokoh- tokoh pusat dan daerah, serta para pejabat militer. Para
pemimpin militer dam segenap teritorium hadir dari musyawarah ini, kecuali Letkol
Ahmad Husein dari komando daerah militer Sumatra Tengah.
Dilingkungan Angkatan Darat untuk membantu mengatasi persoalan Angkatan
Darat telah dibentuk panitia yang terdiri dari 7 orang yang disebut Panitia Tujuh.
Panitia ini terdiri Panglima Tertinggi Presiden Soekarno, Drs. Muh. Hatta, Perdana
Menteri Djuanda. Wakil Perdana Menteri dari Dr.Leimena, Menteri Kesehatan
Kolonel Dr. Azis Saleh, Sultan Hamengku Buwono IX dan KASAD Mayor Jendral
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
A.H. Nasution. Tugas panitia ini merumuskan putusan- putusan untuk menyelesaikan
masalah Angkatan Darat. 43
d. Pergolakan PRRI dan PERMESTA
Dalam usahanya untuk menormalisasi Kabinet Karya menyelenggarakan
Musyawarah nasional (Munas) di Jakarta pada bulan September 1957 yang dihadiri
wakil-wakil pusat dan daerah-daerah serta Presiden Soekarno dan Wakil Presiden
Hattta. Nampaknya ada keserasian hubungan antara pusat dan daerah. Khususnya
yang bergolak, telah dapat dipulihkan. Sukarno-Hatta menandatangani piagam kerja
sama. Untuk mewujutkan keputusan Munas, dalam bulan Desember 1957 diadakan
Munap (Musyawarah Nasional Pembangunan) untuk menyusun rencana
pembangunan yang baik dan memenuhi harapan daerah. Keadaan selanjutnya
berkembang kea arah yang buruk. Bahkan sebelum Munap diselenggarakan, tepatnya
tanggal 30 November 1957 malam, terjadi percobaan pembunuhan atas diri Presiden
Soekarno yang saat itu menghadiri pesta Sekolah Dasar Cikini, yang kemudian
dikenal dengan Peristiwa Cikini. Pelakunya terdiri dari pemuda-pemuda, dalam
usahanya melakukan pembunuhan atas diri Presiden, mereka melepaskan beberapa
granat tangan yang tidak mengenai sasaran, melainkan menyebabkan beberapa orang
tewas.
Dalam bulan Desember 1957 kegagalan perjuangan pembebasan Irian Barat
melalui PBB. Kaum buruh mengambil alih perusahaan-perusahaan Belanda seperti
perbankan, perkapalan dan lain-lain. Keadaan ini menghawatirkan daerah-daerah
43
Ibid, hlm. 273-279.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
penghasil bahan eksor dilutara Jawa. Pemimpin-pemimpin daerah yang bergolak
mengadakan berbagai pertemuan di Sumatra, kota kecil di perbatasan Sumatra Barat
dan Jambi pada tanggal 9 Januari 1958. Pertemuan itu dihadiria antara lain: Lubis,
Simbolon, Dahlan Jambek, Husein, Bekas Perdana Menteri Natsir, dan Sumitro
Joyohadikusumo mereka mendirikan gerakan yagn dikenal dengan, Gerakan
Perjuangan Menyelamatkan Republik Indonesia yang diketuai Husein .tujuan gerakan
ini menuju Indonesia yang adil dan makmur sesuai dengan pamphlek Lubis Yang
telah diadakan sejak 9 Juni 1957.44
Segera setelah berdiri gerakan tersebut mengirimkan ultimatum kepada
Kabinet Karya yang berisi:
1. Pembubaran Kabinet Karya dan pembentukan Kabinet Kerja bercorak
nasional Hatta-Hamengku Buwono IX.
2. Presiden supaya kembali kekedukanya yang konstitusional.
3. Tuntuntan supaya di penuhi dalam waktu 5X24 jam, bila ditolak akan diambil
tidakan sendiri.
Dengan tegas Kabinet Kerja menolak ultimatum itu dengan menjawab
pemecatan perwira-perwira AD yang terlibat langsung seperti: Husein, Simbolon,
Jambek, dan Lubis. Tepat pada masa ultimatum habis gerakan Lubis dan kawan-
kawan mendirikan PRRI ( Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) yang
berkedudukan di Bukitinggi. Permesta pada hari berikutnya bergabung dengan PRRI,
44 G. Moeejanto. M.A, Indonesia Abad ke- 20 Daei Perang Kemerdekaan Pertama sampai Pelita III,
Yogyakarta, Penerbit Kanisius. 1988.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
sehingga gerakan mereka bersama disebut PRRI-PERMESTA. Kini Permesta
berpusat di Manado menumpang Markas Dewan Manguni. Karena itu KASAD
memerintahkan penangkapan pemimpin- pemimpin PRRI- PERMESTA.
Dalam usahanya untuk memperkuat kedudukan PRRI-PERMESTA
mengusahakan bantuan luar negeri, terutama negara- negara Sekutu dengan dalih
menghidari RI jatuh ketangan Komunis, lebih-lebih setelah pemilihan DPRD dalam
bulan Mei- Juli 1957 dimenangkan oleh PKI. Meski tidak jelas hubungan antara dua
belah pihak, tetapi bukti yang pasti bahwa PRRI-PERMESTA mempunyai
persenjataan modern melebihi TNI. Disamping itu juga PRRI-PERMESTA
mengunakan penerbang- penerbang AS. Salah satu pesawat B26 AS ditembak jatuh
dan penerbangnya ditangkap. Sementara itu kapal perang AS bersiap di Singapura
untuk memasuki Pekanbaru. Alasnnya untuk menyelamatkan perusahaan minyak
bermodal AS, serta pekerjanya yang berkebangsaan AS. Meskipun kapal perang itu
tidak jadi masuk ke Pekanbaru lantaran TNI telah menduduki kota itu dengan mudah
dan tampa pertempuran, tetapi gambaran rakyat Indonesia tentang AS adalah raksasa
yang buruk mukanya. Sementara pemerintah RI ditolak usahanya membeli senjata
AS, PRRI- PERMESTA telah memiliki senjata yang sangat modern bantuan AS.
Gambaran yang buruk itu akan dipakai PKI untuk mengobarkan semangat anti AS.
Diluar dengan operasi gabungan TNI dengan cepat menguasai keadaan tampa
pertempuran yang berati, kecuali Sulawesi Utara. Pemulihan keadaan dengan operasi
tegas di Riau dibawah pimpinan Letnan Kolonel Kaharudin Nasution, operasi 17
Agustus di Sumatra Barat dipimpin oleh Kolonel A.Yani, operasi Merdeka di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Sulawesi Utara dipimpin Letnan Kolonel Rukmito Hendraninggrat, dan operasi mena
dibawah pimpinan Letnan Kolonel Pieter.45
e. Kembali ke UUD 1945
Dalam masa SOB maksud tersebut telah tercapai, karena telah banyak
perwira-perwira ABRI yang terlibat dalam kegiatan- kegiatan pemerintahan, usaha-
usaha ekonomi maupun sosial. Tetapi keadaan SOB sudah diakhiri, maka ikut
sertanya ABRI dalam kegiatan-kegiatan non-militer akan kehilangan fungsinya.
Karena itu suatu saluran baru yang memungkinkan ABRI tetap biasa bermultifungsi
harus ditemukan: kembali ke UUD 1945 yang antara lain menetapkan bahwa
keanggotan MPR terdiri dari anggota DPR dan wakil-wakil daerah serta golongan
dalam masyarakat atau golongan fungsional (pasal UUD 1945). Dan dalam situasi
yang genting itu ABRI berhasil memperjuangkan agar dia dimasukan dalam golongan
yang dimaksud. Oleh karena itu jalan formal yang paling baik, sementara
Konstituante tidak menunjukan kemajuan yang diharapkan, ABRI khususnya
KASAD Nasurtion mendesak agar UUD 1945 diundangkan lagi.
Berbagai partai mula-mula tidak setuju dengan gagasan Nasution terutama
mengenai golongan fungsional. Mereka umumnya segan menerima tuntutan ABRI
agar disetujui ikut serta dalam kegiatan- kegiatan non-militer. Tetapi menentang
gagasan itu dikhawatirkan akan terlibat lebih buruk seperti di negara Timur Tengah,
Asia Selatan dan Asia Tenggara. Nasution menyadari kekekhawatiran itu, karena itu
beberapa kali ia mengadakan konferensi antar Komando Daerah Militer
45
Ibid, hlm. 106-107.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
(reaorganisasi dan defisi) dalam tahun 1958. Kanferensi itu sengaja diadakan untuk
mengertak partai-partai dan Nasution seolah-olah berbisik menerima UUD 1945.
Partai-partai sendiri telah berbuat bodoh dengan tidak melupakan pertentangan
mereka sendiri. Menyadari bahwa PKI, yang didirikan oleh perwira- perwira non-
aktif karena peristiwa 17 Oktober, memelopori persetujuanya untuk menerima UUD
1945 pada tanggal 30 Januari 1959. Partai- partai non Islam, terutama PNI, menyusul,
Presisden Soekarno sendiri mula- mula ragu, sebab ia bukan administrator meskipun
UUD 1945 memberi jalan ke arah realikasi demokrasi terpimpin.Dalam bulan
Februari 1949 nasution mengadakan lagi konferensi Komando Daerah Militer dan
diputuskan untuk mendesak, terutama kepala Kabinet karya, agar menerima kembali
gagasan kembali ke UUD 1945. Atas deaskan itu Kabinet karya kembali ke UUD
1945 pada tanggal 19 Februari 1959. 46
Menurut putusan sidang Kabinet Karya pada tanggal 19 Februari 1959
Presisden akan menyampaikan amanat kepada Konstituante berisi permintaan agar
UUD 1945 diundangkan kembali. Kalau Konstituante dapat menerima pennintaan
tersebut, maka pengundangan kembali UUD 1945 akan dilakukan di Bandung dengan
mengeluarkan suatu piagan yang biasa disebut Piagam Bandung. Menurut UUDS
1950 untuk mengambil keputusan tentang masalah itu, minimal 2/3 anggota
Konstituante harus menghadiri sidang dan 2/3 dan mereka itu memberikan suara
setuju. Tetapi sampai tiga kali Konstituante mengadakan pemungutan suara, ternyata
46 G. Moeejanto. M.A, op. cit., tam. 113.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
mayoritas yang diperlukan tidak pernah tercapai, sehingga banyak anggota yang tidak
mau menghadiri sidang-sidang Konstituante lagi. Ini menyebabkan Konstituante
tidak bias berfungsi dalam mengemban tugas dari rakyat. Karena itu pihak yang pro
bersarna militer, mendesak Presiden untuk mengundangkan kembali UUD 1945
dengan dekrit.
Presiden Soekarno menyampaikan Dekrit Presiden kepada seluruh rakyat
pada tanggal 5 Juli 1959. Isi pokok dekrit itu ialah pembubaran konstituante,
berlakunya kembali UUD 1945 dan pemakluman bahwa pembentukan MPRS, dan
DPAS akan dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dinyatakan bahwa Piagam
Jakarta menjadi UUD 1945. Dengan berlakunya kembali UUD 1945, maka
demokrasi liberal berakhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasn "Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi
Liberal 1950-1959" dibahas tiga permasalahan yaitu yang pertarna, latar belakang
Lahirnya Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950-1959;
kedua, proses Penerapan Kebijakan-Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa
Demokrasi Liberal 1950-1959; ketiga, Dampak Kebijakan-Kebijakan Politik
Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950- 1959. Berdasarkan uraian bab II, III,
dan IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. latar belakang Lahirnya Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi
Liberal 1950- 1959 tidak lepas dari adanya pembentukan RIS, 17 Agustus 1950, dan
pada hari itu RIS menjelma menjadi Negara Kesatuan Repoblik Indonesia (NKRI).
Pada masa RIS ini tidak sedikit masalah yang dihadapi oleh pemerintah RIS. Idonesia
harus menghadapi rongrongan dari dalam yang dilakukan oleh beberapa golongan
yang mendapat dukungan dari pihak Belanda dan mereka yang takut akan kehilangan
hak- hak istimewanya bila Belanda meninggalkan Indonesia. Pada tanggal 17
Agustus 1950 dengan resmi RIS dibubarkan dan dibentuk negara kesatuan barn yang
diberi nama Negara Kesatuan Repoblik Indonesia, negara kesatuan yang barn
merupakan dari RIS yang mengalami perubahan undang-undang tetapi oleh
kebanyakan orang Indonesia negara kesatuan dianggap merupakan kelanjutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
repoblik Proklamasi 17 Agustus 1945. Bangsa Indonesia bentuk federal warisan
penjajah dimaksudkan untuk mempertahankan pengaruhnya di Indonesia. Bahkan
negara federal adalah cara yang ditempuh Belanda untuk merintangi perjuangan
kemerdekaan, disamping mempertahankan RIS berarti mempertahankan posisi
banyak orang Indonesia pro Belanda yang hanya mementingkan kepentingan sendiri
serta tidak mendapat dukungan rakyat. Dalam RIS negara bagian RI adalah otonom
bukan hanya menikmati otonomi penuh dari Jakarta Pusat. Untuk merealisasikan
tujuan tersebut UUD RIS diganti dengan UUDS 1950. UUDS 1950 disahkan oleh
presiden RIS pada tanggal 15 Agustus 1950 dan mulai berlaku 17 Agustus 1950,
dengan demikian terbentuklah NKRI dan RIS bubar dalam usia 8 bulan. UUDS 1950
mengamanatkan negara kesatuan RI menganut sistem demokrasi liberal.
2. Proses penerapan kebijakan Politik pemerintah RI masa demokrasi liberal
1950-1959, dimasa demokrasi liberal atau demokrasi pealementer sering terjadi
pergantian kabinet sehingga mengakibatkan kebijakan- kebijakan yang diambil
pemerintah kurang berjalan dengan baik. Impor diliberalisasikan sebagai upaya untuk
menekankan tingkat harga-harga umum di dalam negeri. Kredit bagi perusahaan-
perusahaan asing yang mendominasi prekonomian diperketat, sementara bagi
perusahaan pribumi diperlunak. Suatu kombinasi kebijakan fiskal yang ketat dan
penerimaan yang tinggi dan sempat menghasilkan surplus anggaran yang cukup besar
pada tahun 1951. Dan juga adanya kebijakan menasionalisi perusahaan Belanda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Indonesia juga menjalankan politik beabs aktif, hubungan luar negeri yang dirintis
sejak perang kemerdekaan berkembang setelah pengakuan kedaulatan kemerdekaan
1949. Kabinet RIS dibawah Perdana Menteri Hatta melaksanakan hubungan luar
negeri yang dititikberatkan pada negara- negara Asia dan negara Barat, karena
kepentingan ekonomi Indonesia masih terkait dengan Eropa, pasaran ekonomi
Indonesia masih berpusat di Belanda dan Eropa Barat pada umumnya. Republik
Indonesia menggandengkan politik bebas aktifnya dengan politik bertetangga baik.
Politik bertetangga baik sering ditonjolkan terutama oleh kabinet Ali I dalam bulan
Januari 1953 tatkala melaksanakan hubungan dan konsultasi dengan negar- negara
tetangga seperti India, Pakistan, Birma, Sri Langka, yang sama pandangannya
mengenai politik internasional, terutama mengenai perang dingin, misalnya: usaha
untuk menghentikan perang di Korea. Menurut mereka perang dingin sangat ditakuti
oleh umat manusia. Sebagai basil daripada hubungan- hubungan bilateral tersebut,
maka makin kokoh pandangan yang sama mengenai kepentingan yang sama antara
Indonesia dengan tetangga-tetangganya. Misaalnya pembangunan ekonomi,
pembangunan politik, kerjasama di bidang ekonomi dan lain- lain. Dan berdasarkan
semangat demikian terselengaranya Konferensi Asia- Afrika.
3. Dampak Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal 1950-
1959 sangat dirasakan oleh Indonesia. Bidang Politik, Jatuh bangunnya kabinet pada
masa Demokrasi Liberal disebabkan karena adanya konflik antar partai politik.
Misalnya Kabinet Natsir jatuh karena PNI menentang kebijakannya mengenai Irian
Barat. Demi menyelamatkan negara maka Presiden melakukan tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
mengeluarkan keputusan Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang selanjutnya
dikenal dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Tujuan dikeluarkan Dekrit Presiden
adalah untuk menyelesaikan masalah negara yang semakin tidak menentu dan untuk
menyelamatkan negara. Reaksi yang terjadi dengan adanya Dekrit Presiden Rakyat
menyambut baik sebab mereka telah memimpikan adanya stabilitas politik yang telah
rapuh selama masa Liberal. Bidang Ekunomi Sesudah Pengakuan Kedaulatan 27
Desember 1949, KMB membebankan pada Indonesia hutang luar negeri sebesar Rp
2.800 juta. Sementara ekspor masih tergantung pada beberapa jenis hasil perkebunan
saja. Masalah jangka pendek yang harus diselesaikan oleh pemerintah adalah : (a)
mengurangi jumlah uang yang beredar dan (b) mengatasi kenaikan biaya hidup.
Sedangkan masalah jangka panjang adalah pertambahan penduduk dan tingkat hidup
yang rendah. Dan sisi moneter difisit pemerintah sebagian berhasil dikurangi dengan
pinjaman pemerintah.Dalam Bidang Sosial, pada hakikatnya pristiwa 17 Oktober ini
mempunyai factor- factor penyebab, Indonesia menghadapi banyak persoalan, antar
lain: keadaan politik yang labil dengan sistem demokrasi liberal model Eropa
khususnya Belanda., keadaan sosial ekonomi yang semaki buruk dan korupsi yang
semakin luas, persoalan Irian Barat yang tidak kurung selesai, kemrosotan intgritas
dan kemampuan operator pemerintah, misalnya pertentangan antar partai- partai dan
pergolakan ditubuh ABRI, setelah pengakuan kedaulatan pimpinan Angkatan Perang
khususnya Kepala. Disamping gerakan anti Cina, kabinet Ali menghadapi ketidak
senangan yang timbul di daerah-daerah. Bahwa dibeberapa daerah di Sumatra dan
Sulawesi tidak puas dengan alokasi biaya pembangunan yang diterimanya dari pusat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Selain daripada ini mereka tidak menaruh kepercayaan lagi kepada pemerintah.
Karena mengubah pemerintah dengan jalan perlementer tidak dapat dilakukan.
Presiden Soekarno menyampaikan Dekrit Presiden kepada seluruh rakyat pada
tanggal 5 Juli 1959. Isi pokok dekrit itu ialah pembubaran konstituante, berlakunya
kembali UUD 1945 dan pemakluman bahwa pembentukan MPRS, dan DPAS akan
dilakukan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Dinyatakan bahwa Piagam Jakarta
menjadi UUD 1945. Dengan berlakunya kembali UUD 1945, maka demokrasi liberal
berakhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ali Facry. (1993). Komelut Demokrasi Liberal. Jakarta: PT Pustaka LP3ES
Indonesia.
Bantarto Bandoro. (1995). Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia. Jakarta:
Perpustakaan Nasional.
Dumairy. (1996). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Kahin.M.C. George Truman. (1995). Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia.
Jakarta: UNS Pres dan Pustaka.
Kardiyat Wiharyanto.A. (2011). Sejarah Indonesia Dari Proklamasi sampai Pemilu
2009. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Marwati Djuned Poesponegoro. (1984). Sejarah Nasional VI Edisi ke 4. Jakarta: PN
Balai Pustaka.
Moedjanto.G. (1988). Indonesia Abad Ke-20 Dari Perang Kemerdekan Pertama
Sampai Pelita III. Yogyakarta: Kanisius.
Nasution.A.H. (1966). Sejarah perjuanagan Nasional Dibidang Bersenjata. Jakarta:
Penerbit Mega Bookstore.
Ricklefs. M.C. (1991). Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta:Gajah Mada
University.
(2009). Sejarah Indonesia Modern.Yogyakarta: Gajah Mada University.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Sartono kartodirdjo. (1977). Sejarah Nasional Indonesia VI Jaman Jepang Dan
Jaman Republik Indonesia Edisi 2. Jakarta: Balai Pustaka.
B. Internet
http://jagosejarah.blogspot.com/2014/09/perjanjian-linggarjati.html ( diuduh tagggal
27 Maret 2015 ).
http://whatteenagersneed.blogspot.com/2011/02/masa-pemerintahan-demokrasi-
liberal-di.html.( diunduh taggal 27 Maret2015 )
http://www.idsejarah.net/2014/11/pemilihan-umum1955.htm.( diunduh taggal 16
April 2015).
https://abigdream.wordpress.com/2010/04/01/idonesia-pada-masa-demokrasi-liberal-
1950-1959 (diunduh taggal 16 April 2016).
https://mamaderka.wordpress.com/2012/02/13/bakaco-pemerintahan-indonesia-pada-
1950-1959 (diunduh taggal16 April 2016)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
SILABUS
Nama Sekolah : SMA
Materi Pembelajaran : Sejarah Indonesia (Wajib)
Kelas : XII
Kompetensi Inti :
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, (gotong royong, toleransi, kerjasama, toleransi,
santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian sulusi alas berbagai permasalahan dalain berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
4. terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan masalah.
5. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan yang dipelajarinya
disekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilnuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi waktu Sumber belajar
1.4. Menganalisis
Perkembangan
Politik dan
Ekonomi serta
Perubahan
Masyarakat di
Indonesia dalam
Upaya Mengisi
Kemerdekaan
Kebijakan Politik
Pemerintah RI Masa
Demokrasi Liberal
1950-1959.
Latar belakang
lahirnya demokrasi
liberal 1950- 1959
Proses penerapan
kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi Liberal
1950- 1959.
Dampak kebijakan
politik pemerintah
RI masa demokrasi
liberal 1950-1959
Mengamati
• Melalui menyimak
penjelasan guru,
membaca buku, dan
melihat gambar- gambar
tentang latar belakang
lahirnya demokrasi
liberal 1950-1959,
Proses penerapan
kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi Liberal 1950-
1959, Dampak kebijakan
politik pemerintah RI
masa demokrasi liberal
1950- 1959. Menanya
• Siswa bertanya dan
menyampaikan tentang
Observasi :
Mengamati kegiatan
peserta didik dalam
proses mengumpulkan
data, analisis dan
pembuatan laporan
Portofolio: Laporan
peserta didik tentang:
latar belakang
lahirnya demokrasi
liberal 1950-1959.
Proses penerapan
kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi Liberal
1950 1959.
Dampak kebijakan
245 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
latar belakang lahirnya
demokrasi liberal 1950-
1959, Proses penerapan
kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi Liberal 1950-
1959, Dampak kebijakan
politik pemerintah RI
masa demokrasi liberal
1950- 1959.
Mengekplorasikan
Mengurnpulkan imfon-
nasi dari buku niaupun
sumber lainnya terkait
dengan latar belakang
lahirnya demokrasi
liberal 1950-1959,
Proses penerapan
kebijakan- kebijakan
politik pemerintah
RI masa demokrasi
liberal 1950-1959.
Tes Tertulis:
kemampuan peserta
didik dalam
memahami:
Latar belakang
lahirnya demokrasi
liberal 1950-1959.
Proses penerapan
kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi liberal
1950- 1959.
Dampak kebijakan
politik pemerintah
RI masa demokrasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
politik pemerintah RI
masa demokrasi
Liberal 1950- 1959,
Dampak kebijakan
politik pemerintah RI
masa demokrasi liberal
1950- 1959.
Mengasosiasikan
Menganalisis data yang
didapati baik dari
bacaan, sumber
sumber terkait untuk
mendapatkan
kesimpulan tentang
latar belakang lahirnya
demokrasi liberal 1950-
1959, Proses penerapan
kebijakan politik
pemerintah RI masa
liberal 1950-1959.
Tugas Tersruktur:
membuat makalah
tentang demokrasi
liberal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
demokrasi Liberal
1950- 1959, Dampak
kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi liberal 1950-
1959.
Mengkomunikasikan
• Melaporkan hasil
evaluasi dalam bentuk
tulisan yang berisi
tentang latar belakang
lahirnya demokrasi
liberal 1950-1959,
Proses penerapan
kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi Liberal 1950-
1959, Dampak
kebijakan politik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
pemerintah RI masa
demokrasi liberal 1950-
1959.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas/ Smester : XII/IPS
Mata Pelajaran : Sejarah
Materi Pokok : Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi Liberal
1950-1959.
Pertemuan ke : I
AlokasiWaktu : 2 X 45 menit
A. Kompetensi lnti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli,
(gotong royong, toleransi, kerjasama, toleransi, damai), santun, responsif, dan
pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian sulusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyajikan dalam ranah kongkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan yang dipelajarinya disekolah secara mandiri,
dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.4. Menganalisis Perkembangan Politik dan Ekonomi Serta Perubahan
Masyarakat di Indonesia Dalam Upaya Mengisi Kemerdekaan.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menunjukkan sikap tanggung jawab dan disiplin dalam mengerjakan
tugas-tugas pembelajaran sejarah terkai tdemokrasi liberal 1950-1959.
(KI.1)
2. Menunjukkan sikap responsif dan pro-aktif dalam sikap kegiatan
pembelajaran di kelas (KI. 2).
3. Menganalisis latar belakang lahirnya demokrasi liberal 1950-1959.(KI. 3)
4. Menganalisis proses penerapan kebijakan politik pemerintah RI masa
demokrasi Liberal 1950- 1959.(KI. 4)
5. Menganalisis dampak kebijakan politik pemerintah RI masa demokrasi
liberal 1950- 1959. (KI.4)
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui diskusi, mengamati, dan membaca referensi siswa dapat:
1. Menunjukkan sikap tanggungjawa bdisiplin dalam mengerjakan tugas-
tugas pembelajaran sejarah : terkait demokrasi liberal 1950- 1959.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
2. Menunjukkan sikap responsif dan pro-aktif dalam sikap kegiatan
pembelajaran di kelas.
3. Menganalisis latar belakang lahirnya demokrasi liberal 1950-1959.
4. Menganalisis proses penerapan kebijakan politik pemerintah RI masa
demokrasi Liberal 1950- 1959.
5. Menganalisis dampak kebijakan politik pemerintah RI masa demokrasi
liberal 1950- 1959.
6. Menyajikan laporan lisan dalam bentuk persentasi tentang demokrasi
liberal 1950-1959.
E. Materi Ajar
Latar belakang lahirnya demokrasi liberal 1950-1959.
Proses penerapan kebijakan politik pemerintah RI masa demokrasi Liberal
1950- 1959.
Dampak kebijakan politik pemerintah RI masa demokrasi liberal 1950-
1959.
F. Alokasi Waktu
2 X 45
G. Pendekatan, Strategi, dan Metodologi Pembelajaran
Pendekatan : Scientific
Model : Koperatif Jigsaw
Metode : Ceramah, diskusi, observasi, persentasi, dan Tanya jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan a. Guru memberikan salam
b. Guru mempersilahkan salah
satu siswa untuk memimpin
doa.
c. Gutru kepada siswa kesiapan
dan kenyamanan siswa untuk
belajar.
d. Mengabsen kehadiran siswa .
e. Mengajukan beberapa
pertanyaan kepada siswa.
10 menit
Inti Guru membagikan siswa
kedalam 6 kelompok yang
beranggotankan 5-6 siswa
(kelompok awal)
Mengamati :
• Melalui menyimak
penjelasan guru, mebaca
buku dan melihat gambar-
gambar tentang latar
belakang lahirnya demokrasi
liberal 1950- 1959,proses
penerapan kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi Liberal
1950¬1959, dampak
kebijakan politik pemerintah
RI masa demokrasi liberal
1950- 1959.
70 Menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Menanya:
• Siswa dipersilahkan bertanya
dan mengemukakan pendapat
tentang latar belakang
lahirnya demokrasi liberal
1950-1959,proses penerapan
kebijakan politik pemerintah
RI masa demokrasi Liberal
1950- 1959, dampak
kebijakan politik pemerintah
RI masa demokrasi liberal
1950- 1959.
Mengeksplorasikan Menalar :
• Peserta didik diminta untuk
mengumpulkan informasi
dari buku maupun sumbe
lainya terkai dengan latar
belakang lahirnya demokrasi
liberal 1950-1959,proses
penerapan kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi Liberal 1950-
1959, dampak kebijakan
politik pemerintah RI masa
demokrasi liberal 1950-
1959.
Mengasosiasi :
• Peserta didik menganalisis
informasi dan data yang
didapat baik dari bacaan,
sumber- sumber
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
• terkait untuk mendapatkan
kesimpulan tentang latar
belakang lahirnya demokrasi
liberal 1950- 1959,proses
penerapan kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi liberal 1950-1959,
dampak kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi liberal 1950-
1959.
Mengkomunikasikan :
• Melaporkan hasil evaluasi
dalam bentuk tulisan yang
berisi tentang latar belakang
lahirmya demokrasi liberal
1950-1959,proses penerapan
kebijakan politik
pemerintahRI masa
demokrasi Liberal 1950
1959, dampak kebijakan
politik pemerintah RI masa
demokrasi liberal 1950-
1959.
Penutup a. Kesimpulan
Guru dan siswa bersama-
sama menyimpulkan materi
tentang latar belakang
lahirnya demokrasi liberal
1950-1959, proses
penerapan kebijakan politik
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
pemerintah RI masa
demokrasi Liberal 1950-
1959, kebijakan politik
pemerintah RI masa
demokrasi liberal 1950-
1959.
b. Refleksi
Peserta didik
menyimpulkan nilai- nilai
apa saja yang diproleh dari
pelajaran hari ini.
c. Tugas Lanjutan
Siswa membuat artikel
mengenai demokrasi liberal
1950-959.
d. Mengucapkan Salam
I. Penilaian Hasil belajar
a. Tes : uraian (terlampir)
b. Non Tes :
1. Lembar pengamatan sikap ( terlampir)
2. Lembar pengamatan prestasi (terlampir)
3. Membuat makalah tentang latar belakang lahirnya demokrasi liberal
1950-1959,proses penerapan kebijakan politik pemerintah RI masa
demokrasi Liberal 1950- 1959, dampak kebijakan politik pemerintah RI
masa demokrasi liberal 1950- 1959. (criteria penilaian terlampir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Format penulisan makalah:
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Isi
BAB III : Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar rujukan
Catatan:
Makalah diketik dengan huruf Time New Roman. 12, spasi 1,5, kertas A4,
maksimal 20 lembar.
J. Sumber Belajar
• Sumber
• White Board/papan flannel
• Pawer Point
• LCD
• Internet
• Gambar
Mengetahui,
Yogyakarta, Maret 2015
Kepala Sekolah
Dra. Beising
Guru Mapel
Yosep Hengki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Ringkasan materi
1. Latar Belakang Lahirnya Dernokrasi Liberal 1950-1959
A. Konsolidasi Kekuasaan RI
Pemerintah mengeluarkan mamaklumat politik, dinyatakan dalam
maklumat tersebut bahwa pemerintah menginginkan pengakuan terhadap negara
dan pemerintah Repoblik Indonesia serikat maupun Belanda sendiri. Pemerintah
RI bersedia membayar semua hutang-hutang Hindia Belanda sebelum perang duni
II dan berjanji akan mengembalikan semua milik asing atau memberi ganti rugi
atas milik asing yang telah dikuasai oleh pemerintah. Bersamaan dengan ini
dikeluarkan pernyataan bahwa pemerintah menyukai berdirinya partai- partai
politik sebagai sarana pembantu perjuangan. Sebagai realisasi maklumat tersebut
kabinet presidensial yang dipimpin oleh Presiden sendiri diganti dengan kabinet
ministerial, sebagai perdana menteri ditunjuk Sultan Sjahrir. Pemerintah baru ini
segera mengadakan hubungan diplomatik dengan pihak Belanda dan Inggris.
B. Menghadapi Agresi Militer Belanda
Agresi terbuka Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 menimbulkan reaksi
yang hebat dan dunia. Pada tanggal 30 Juli 1947 Pemerintah India dan Australia
mengajukan permintaan resmi agar masalah Indonesia segera dimasukan dalam
daftar acara Dewan Keamanan. Permintaan itu diterima baik dan pada tanggal 31
Juli dimasukan dalam acara pembicaraan Dewan Keamanan. Tanggal 1 Agustus
1947 Dewan keamanan memerintahkan pemberhentian permusuhan kedua belah
pihak, yang dimulai pada tanggal 4 Agustus 1947. Sementara itu untuk
mengawasi gencatan senjata dibentuk komisi konsuler. Dewan Keamanan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
mem perdebatkan masala Indonesia akhirnya menyetujui usul Amerika Serikat,
bahwa untuk mengawasi penghentian ini hams dibentuk suatu Komisi Jasa-jasa
Baik. Indonesia dan Belanda dipersilahkan untuk satu negara yang dipercayai
untuk mengawasi penghentian permusuhan. Pemerintahan Indonesia meminta
Australia menjadi anggota komisi, dan belanda memilih Belgia. Autralia diwakili
Richard Kirby, Belgia diwakili Paul Van Zeland, dan Amerika diwakili Dr. Frank
Graham. Komisi ini di indonesi dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN).
Dalam masalah militer KTN mengambil inisiatif, tetapi dalam masalah politik
KTN hanya memberikan saran dan usul, tidak mempunyai hak untuk memasukan
persoalan politik. KTN mulai bekeija di Indonesia pada bulan Oktober 1947.
Setelah KTN mengadakan pembicaraan dengan kedua pemerintah, akhirnya
disepekati untuk kembali kemeja perundingan. Belanda mengajukan Jakarta
sebagai tempat perundingan, tetapi ditolak oleh pihak Republik. Republik
menganggap di Jakarta tidak ada kebebasan untuk menyatakan pendapat, republik
menginnginkan perundingan dilaksanakan di luar daerah yang dikuasai Belanda.
KTN mengambil jalan tengah dan mengusulkan kedua belah pihak menerima
tempat perundingan di atas sebuah Kapal Amerika Serikat yang disediakan atas
pennintaan KTN.
C. Akhir Perang dan Pengakuan Kedaulatan RI
Sejak kembali pemimpin RI ke Yogyakarta perundingan dengan BFO
yang telah dirintis di Bangka dimulai lagi. Yang dibahas dalam perundingan itu
yalah pembentukan pemerintah peralihan sebelum terbentuknya Negara Indonesia
Serikat. Kemudian pada tanggal 19-29 Jul 1949 diadakan perundingan kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
belah pihak, yang disebut Konferensi Antar-Indonesia. konferensi itu
memperlihatkan bahwa politik Devide Et Inpera untuk memisahkan daerah di luar
Republik dari Republik Indonesia, akhimya mengalami kegagalan. Pada
Konferensi Antar-Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta dihasilkan
persetujuan mengenai bentuk dan hal- hal yang bertalian mengenai ketatanegaraan
Negara Indonesia Serikat.
1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat
(RIS) berdasarkan demokrasi dan federalis.
2. RIS akan dipakai seorang Presiden kondtitusional dibantu mentri-mentri yang
bertanggung jawab pada dewan perwakilan rakyat.
3. Akan dibentuk dua badan perwakilan, yakni sebuah dewan perwakilan akyat
dan dewan perwakilan negara bagian (senat) pertama kali akan dibentuk
dewan perwakilan rakyat.
4. Pemerintah federal sementara akan menerima kedaulatan bukan hanya pihak
Belanda, melainkan pada saat yang sama juaga dari Republik Indonesia.
Di bidang militer telah tercapai persetujuan:
1. Angkatan perang RIS adalah angkatan perang Nasional, Presiden RIS adalah
panglima tertinggi angkatan perang RIS
2. Pembentukan angkatan perang RIS adalah semata-mata soal Bangsa
Indomesia. Angkatan perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah RIS dengan
ini angkatan perang RI (TNI), bersama- sama orang Indonesia yang ada dalam
KNIL, ML, KM, VB, dan Teritoride bataljons.Pertahanan negara adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
semata-semata hak pemerintah RIS, negara-negara bagian tidak memiliki
angkatan perang sendiri.
3. Pada masa permulaan RIS, menteri pertahanan dapat merangkap panglima
besar APRIS.
Pada tanggal 23 Agustus KMB dimulai di Den Hag. Konferensi selesai pada
tanggal 2 November 1949.
Pada tanggal 27 Desember negeri Belanda secara resmi menyerahkan
kedaulatan atas Indonesia, tidak termasuk Irian Barat. Kepada RIS sebuah negara
Federal yang hanya bertahan beberapa minggu saja. Ada banyak sentimen pro-
Republik di negara federal yang diidrikan oleh Belanda itu, sentimen menjadi
semakin kuat dengan dibebaskannya sekitar 12.000 orang tawanan Republik dari
penjara Belanda antara bulan Agustus sampai bulan Desember 1949. Pada tanggal
23 Januari 1949 Westerling dan sekitar 800 orang serdadunya merebut tempat-
tempat penting di Bandung, tetapi komisaris tinggi Belanda dan komandan
garnisun Belanda yang masih berada mendesaknya supaya mundur pada hari itu
juga. Hari itu juga bahwa Westerling merencanakan untuk menyerang kabinet RIs
dan membunuh beberapa mentri. Serdadu Westerling telah menyusup ke Jakarta
setelah meninggalkan Bandung, tetapi mereka dapat dipukul mundur. Pada bulan
Februari Westerling meninggalkan negeri ini dengan jalan menyamar. Ditangkap
beberap pemimpin Pasundan karena terlibat dalm komplotan Westerling
mendorong perlemen negara bagian itu meminta pada tanggal 27 Februari agar
Pasundan dibubarkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Setelah RIS menerima pengakuan kedaulatan ternyata hanya enam minggu
nasibnya tidak diganggu gugat, sebab setelah itu muncul gerakan kembali ke
NKRI. RIS dengan 16 negara bagian ciptaan Belanda dianggap berbau colonial
atau tidak Merdeka 100 persen. Ada kesan umum bahwa perubahan NKRI sebagai
satu hal yang tidak perlu tergesa- gesa tetapi menurut Prof. Kahim dari Amerika
Serikat kembalinya RIS ke NKRI sebagai suatu yang wajar dan sehat. Jika RIS
dibiarkan hidup secara politis dan sosial bisa menimbulkan keadaan yang tidak
sehat. Bangsa Indonesia menilai berbentuk federasi sebagai warisan penjajah yang
dimaksudkan untuk mempertahankan pengaruhnya di Indonesia. Bahkan federasi
ditempuh Belanda untuk merintangi perjuangan kemerdekaan. Di samping
mempertahankan RIS berarti mempertahankan banyak orang yang pro Belanda
yang hanya mementingkan kepentingan sendiri dan mendapat dukungan dari
rakyat. Dalam RIS negara bagian RI adalah otonomi, bukan hanya menikmati
otonomi penuh dari Jakarta (pusat) tetapi bahkan banyak pejabat dari negara-
negara bagian banyak berkiblat ke Yogyakarta dari pada ke Jakarta. Ini berakibat
dualisme pemerintah pusat. Pretisk RI sebagai kampiun perjuangan bertambah
naik terutama terjaminnya law and order, kelancaran pemerintah dan relatif
korupsi tidak meluas seperti di negara- negara bagian lain. Sebagian masyarakat
Indonesia tidak puas dengan bentuk federasi hasil KMB. Ketidakpuasan itu
diwujutkan dalam tuntutan agar negara bagian bersatu dalam RI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
2. Proses Penerapan Kebijakan Politik Pemerintah RI Masa Demokrasi
Liberal 1950- 1959.
Kabinet Natsir merupakan kabinet pertama dalam negara Kesatuan Republik
Indonesia. Ia menunjuk Sjafruddin Prawiranegara sebagai Menteri keuangan dan
serta Sumitro sebagai Mentri Perdagangan dan Industri. Natssir dan kawan-
kawan berhasil memanfaatkan situasi perang Korea untuk keperluan
pembangunan. Ekspor terdorong kuat sehingga mampu mengatasi kesulitan
neraca pembayaran, sekaligus menaikan pemerintah. Impor diliberalisasikan
sebagai upaya untuk menekankan tingkat harga-harga urnum di dalam negri.
Kredit bagi perusahaan-perusahaan asing yang mendominasi prekonomian
diperketat, sementara bagi perusahaan pribumi diperlunak. Suatu kombinasi
kebijakan fiskal yang ketat dan penerimaan yang tinggi dan sempat menghasilkan
surplus anggaran yang cukup besar pada tahun 1951.
Masa pemerintahan Sukiman mencatat bebrapa peristiwa dalam sejarah
perekonomian Indonesia. Di antaranya adalah nasionalisasi De Javasche Benk
menjadi Bank Indonesia (22 Mei 1951), awalnya terdapat peraturan bahwa
mengenai pemberian kredit harus dikonsultasikan pada pemerintah Belanda.
Kabinet Wilopo memperkenalkan konsep anggaran berimbang dalam PBN impor
bukan saja diperketat, tetapi juga harus melakukan pembayaran dimuka. Pekerjaan
ekonomi besar yang dilakukan Wilopo adalah rasionalisasi angkatan bersenjata
melalui moderenisasi dan pengurangan personil. Prestasi ekonomi yang perlu
dicartat oleh kabinet ini adalah menekan pengeluaran pemerintah, lebih dan 25
persen pengeluaran total pada tahun sebelumnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Masa pemerintahan Kabunet Ali ini diwarnai defisit baik dalam anggaran
belanja maupun neraca pembayaran. Menteri Urusan Perekonomian ini dijabat
oleh Iskaq Tjokroadisuryo, seorang tokoh sayap kin partai Nasional Indonesia dan
merupakan penganjur Indonesianisasi yang paling gigih. Ia sangat melindungi
importer pribumi, sangat menggebu-gebu mengubah perekonomian dari struktur
kolonial menjadi nasional. Begitu menggebunya sehingga dia ingin mengubah
secara drastik struktur distribusi devisa (yang ketika itu menurutnya kurang
melindungi para importer pribumi) dengan cara membagi-bagikan lisensi impor
kepada orang-orang pribumi,semasa sekitar lima bulan dia menjabat jumblah
pengusaha nasional yang tergolong dalam importir membengkak luar biasa dari
700 menjadi 4300 importir.
3. Dampak Kebijakan Politik Pemerintah Ri Masa Demokrasi Liberal 1950-
1959
Masa Liberal di Indonesia (1950-1959) biasa pula disebut masa kabinet
parlementer. Jatuh bangunnya kabinet pada masa demokrasi liberal disebabkan
karena adanya konflik antara partai politik. Misalnya Kabinet Natsir jatuh karena
PNI menentang kebijakannya mengenai Irian Barat. Konflik partai Masyumi dan
PNI ini dimenangkan oleh Masyumi dan menjadikan kabinet Sukiman
berkuasa.Sementara program berjalan timbul masalah-masalah baru. Pertama
kegagalan dalam memaksa pihak Belanda agar menyerahkan Irian Barat dan
pembatalan peijanjian KMB. Kedua, berkembangnya masalah anti Cina di
kalangan rakyat yang tidak senang melihat kedudukan istimewa golongan ini
dalam perdagangan. Sehingga perkelahian dan penegrusakan terjadi di beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
kota. Ketiga di beberapa daerah timbul perasaan tidak puas terhadap pernerintah
pusat. Hal ini menimbulkan terjadinya.pergolakan di beberapa daerah. Pergolakan
daerah itu mendapat dukungan dan beberapa panglirna TNI-AD, mereka merebut
kekuasaan di daerah dengan cara membentuk Dewan Banteng di Sumatra Barat
pada tanggal 20 Desember 1956, Dewan Gajah di Sumatra Utara pada tanggal 22
Desember 1956. Dewan Garuda di Sumatera Selatan dan Dewan Manguni di
Sulawesi Utara.Untuk mengatasi keadaan ini Presiden mengumumkan berlakunya
undang-undang SOB (negara dalam keadaan bahaya) dan angkatan perang
mendapat wewenang khusus untuk mengamankan negara di seluruh Indonesia.
Tetapi usaha Presiden untuk mempengaruhi partai-partai agar mau membentuk
kabinet baru ternyata gagal. Sebab itu is mengangkat Ir. Djuanda yang tidak
berpartai sebagai formatur kabinet.
Dekrit Presiden Pelaksanaan demokrasi terpimpin dimulai dengan
berlakunya Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Narnun tindaklah serta merta bahwa
setelah diberlakukannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Demokrasi Terpimpin
dilaksanakan karena telah disebutkan di atas bahwa demokrasi liberal berakhir
pada tanggal 10 Juli 1959. Latar Belakang dikeluarkan Dekrit Presiden :
1. Undang-undang Dasar yang menjadi dasar pelaksanaan pemerintahan negara
belum berhasil dibuat sedangkan Undang-undang Dasar Sementara (UUDS
1950) dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap tidak sesuai
dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia
2. Kegagalan konstituante dalam menetapkan dan menjalankan undang-undang
dasar, sehingga membawa Indonesia ke jurang kehancuran sebab Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
tidak mempunyai pijakan hukum yang mantap. Situasi politik yang kacau dan
semakin buruk.
3. Terjadinya sejumlah pemberontakan di dalam negeri yang semakin bertambah
gawat bahkan menjurus menuju gerakan separatisme.
4. Konflik antar partai politik yang mengganggu stabilitas nasional.
5. Masing-masing partai politik selalu berusaha untuk menghalalkan segala cara
agar tujuan partainya tercapai.
Demi menyelamatkan negara maka Presiden melakukan tindakan mengeluarkan
keputusan Presiden RI No. 75/1959 sebuah dekrit yang selanjutnya dikenal
dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Sesudah Pengakuan Kedaulatan 27 Desember 1949, KMB membebankan
pada Indonesia hutang luar negeri sebesar Rp 2.800 juta. Sementara ekspor masih
tergantung pada beberapa jenis hasil perkebunan saja. Masalah jangka pendek
yang hams diselesaikan oleh pemerintah adalah : (a) mengurangi jumlah uang
yang beredar dan (b) mengatasi kenaikan biaya hidup. Selain itu diupayakan
mencari kredit dari luar negeri terutama untuk pembangunan prasarana ekonomi.
Menteri Kemakmuran Ir. Djuanda berhasil mendapatkan kredit dari Exim Bank of
Washington sejumlah $ 100.000.000. Dari jumlah tersebut direalisasi sejumlah $
52.245.000. Jumlah ini untuk membangun proyek-proyek pengangkutan
automotif, pembangunan jalan, telekomunikasi, pelabuhan, kereta api, dan
perhubungan udara.Sementara itu, ketegangan politik yang timbul akibat
pergolakan daerah ternyata tidak dapat diredakan dan untuk menanggulanginya
diperlukan biaya yang besar, sehingga mengakibatkan meningkatnya defisit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Padahal ekspor justru sedang menurun. Situasi yang memburuk ini berlangsung
terns sampai tahun 1959.
Pada hakikatnya pristiwa 17 Oktober ini mempunyai faktor-faktor
penyebab, Indonesia menghadapi banyak persoalan, antar lain:
1. Keadaan politik yang labil dengan sistem demokrasi liberal model Eropa
khususnya Belanda.
2. Keadaan sosial ekonomi yang semaki buruk dan korupsi yang semakin luas.
3. Persoalan Irian Barat yang tidak kurung selesai.
4. Kemrosotan integritas dan kernampuan operator pemerintah, misalnya
pertentangan antar partai- partai dan pergolakan ditubuh ABRI.
Setelah pengakuan kedaulatan pimpinan Angkatan Perang khususnya
Kepala Staf Angkatan Perang (KASAP) dan Kepala Staf Angkatan Darat
(KASAD) sedang berusaha mengkonsolidasi dan memajukan TNI. Disamping
gerakan anti Cina, Kabinet Ali menghadapi ketidaksenangan yang timbul di
daerah- daerah. Bahwa dibeberapa daerah di Sumatra dan Sulawesi tidak puas
dengan alokasi biaya pembangunan yang diterimanya dan pusat. Selain daripada
ini mereka tidak menaruh kepercayaan lagi kepada pemerintah. Karena mengubah
pemerintah dengan jalan perlementer tidak dapat dilakukan. Gerakan-gerakan
pemerintah dapat dukungan dan para panglima dan terbentuklah dewan¬dewan
daerah yaitu Dewan Benteng di Sumatra Barat yang dibentuk oleh Letnan Kolonel
Achmat Husein, Komandan Resimen Ifantri 4 pada tanggal 20 Desember 1956,
Dewan gajah dibentuk oleh Kolonel Maludin Simbolon Panglima Tentara
Teritorium I (TT I)di Medan pada tanggal 22 Desember 1956, Dewan garuda di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Sumatra Selatan, dan Dewan Manguni dibentuk oleh Letnan Kolonel \Tantje
Sumual di Manado pada tanggal 18 Februari 1957.
A. Evaluasi Hasil
Soal Uraian
1. Bagaimana latar belakang lahirnya demokrasi liberal ?
2. Apa kebijakan pemerintahan dalam bidang politik masa kabinet Wilopo?
3. Apa dampak demokrasi liberal dalam bidang politik?
Kunci Jawaban
1. Bagaimana latar belakang lahirnya demokrasi liberal ?
Setelah RIS menerima pengakuan kedaulatan ternyata hanya enam minggu
nasibnya tidak diganggu gugat, sebab setelah itu muncul gerakan kembali ke
NKRI. RIS dengan 16 negara bagian ciptaan Belanda dianggap berbau
koionial atau tidak Merdeka 100 persen. Ada kesan umum bahwa perubahan
NKRI sebagai satu hal yang tidak perlu tergesa- gesa tetapi menuru Prof.
Kahim dari Arnerika Serikat kembalinya RIS ke NKRI sebagai suatu yang
wajar dan sehat. Jika RIS dibiarkan hidup secara politis dan social bisa
menimbulkan keadaan yang tidak sehat. Bangsa Indonesia menilai bentuk
federasi sebagai warisan penjajah yang dimaksudkan untuk mempertahankan
pengaruhnya di Indonesia. Bahkan federasi ditempuh Belanda untuk
merintangi perjuangan kemerdekaan. Disamping mempertahankan RIS berarti
tnempertahankan banyak orang yang pro Belanda yang hanya mementingkan
kepentingan sendiri dan tidak mendapat dukungan dari rakyat. Dalam RIS
negara bagian RI adalah otonom, bukan hanya rnenikmati otonomi penuh dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Jakarta (pusat) tetapi bahkan banyak pejabat dan negara-negara bagian banyak
berkiblat ke Yogyakarta daripada ke Jakarta. Ini berakibat dualisme
pemerintah pusat. Praktis RI sebagai kampiun perjuangan bertambah naik
terutama terjaminnya law and order, kelancaran pemerintah dan relatif korupsi
tidak meluas seperti di negara-negara bagian lain. Sebagian masyarakat
Indonesia tidak puas dengan bentuk federasi hasil KMB. Ketidakpuasan itu
diwujutkan dalam tuntutan agar negara bagian bersatu dalam RI. Pepemimpin
RI dan orang-orang yang duduk di pusat menanggapi bergabung dengan RI
atau melebur RIS makin keras, terlebih setelah tentara Belanda ditarik dari
negara-negara bagian dan politisi yang pro RI dibebaskan. Posis: pro RIS
menjadi lebih buruk karena diantara mereka ada yang berlaku jahat terhadap
RIS sendiri. Diantara mereka yakni Sultan Hamid II dari Kalimantan Barat
yang rnenjabat Menterei Negara. Ia bersekongkokol dengan Westerling,
pembatai 40.000 orang rakyat di Sulawesi Selatan, yang dengan APRA- nya
berkekuatan sekitar delapan ratus tentara menolong Sultan Hamid II untuk
membunuh Menteri Pertahanan (Sultan HB IX), sekjen kementrian Pertahanan
(Ali Budihardjo), dan Kastaf Angkatan Perang (Kolionel Simatupang).
Pertualangan Westerling Mulai di Bandung tetapi kemudian dapat
digagalkan.Proses perubahan dari RIS ke NKRI dimulai dan Negara
Pasundan. Kemudian Sumatra Selatan, Jawa Timur, Madura, Jawa Tengah,
dan lain- lain sehingga pada akhir Maret 1950 tinggal Kalimantan Barat,
Sumatra Timur, Negara Indonesia Timur (NIT) dan RI yang telah diperluas.
Ketiga negara tersebut bersama RI sepakat untuk kembali ke NKRI dan bukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
melebur dalam RI. Untuk merealisasi tujuan tersebut, maka UUD RIS diganti
dengan UUDS 1950. UUDS ini disahkan oleh Presiden RIS pada tanggal 15
Agustus 1950 dan mulai berlaku tanggal 17 Agustus 1950 terbentuklah NKRI
dan RIS bubar dalam waktu delapan bulan. Berbeda dengan UUD 1945,
UUDS mengamanatkan negara NKRI mengaunut sistem demokrasi liberal.
Dalam demokrasi liberal, NKRI secara kongkret menganut sistem demokrasi
perlementer.
2. Apa kebijakan pemerintahan dalam bidang politik masa kabinet Wilopo'?
Kabinet Wilopo memperkenalkan konsep anggaran berimbang dalam PBN
impor bukan saja diperketat, tetapi juga harus melakukan pembayaran
dimuka. Pekerjaan ekonomi besar yang dilakukan Wilopo adalah
rasionalisasi angkatan bersenjata melalui moderenisasi dan pengurangan
personil. Prestasi ekonomi yang perlu dicartat oleh kabinet ini adalah
menekan pengeluaran pemerintah, lebih dari 25 persen pengeluaran total
pada tahun sebelumnya.
B. Evaluasi pembelajaran (proses)
Lembar Pengamatan
Rubrik kegiatan Diskusi
No.
Aspek Pengamatan
Jumlah
skor
Nilai Ket. Kerjasama Menyampaikan
Pendapat
Toleransi Keaktifan Menghargai
pendapat teman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Keterangan Skor
Masing- masing kolom diisi dengan kolom kriteria:
4 : Baik Sekali
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang
Keterangan nilai
A = 80- 100 : Baik Sekali
B = 70- 79 : Baik
C = 60-609 : Cukup
D =<60 : Kurang
Rubrik penilaian Prestasi
No.
Nama
Siswa
Aspek Pengamatan
Jumlah
skor
Nilai Ket. Komunikasi Sistematika
Penyampaian
Wawasan Kebranian Antusias
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Keterangan Skor
Masing- masing kolom diisi dengan kolom criteria:
4 : Baik Sekali
3 : Baik
2 : Cukup
1 : Kurang
Keterangan nilai
A = 80- 100 : Baik Sekali
B = 70- 79 : Baik
C = 60-609 : Cukup
D =<60 : Kurang
Rubrik penilaian sikap / Afektif dala KBM
No.
Nama
Siswa
Aspek Pengamatan
Jumlah
skor
Nilai Ket. Kerjasama Toleran Tanggung
jawab
Kebranian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
A. Kerjasama
Skor 4: Selalu menjunjung tinggi siskap kerja sama dalam satu
kelompokdalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru baik
ketika diawasi oleh guru maupun tidak diawasi oleh guru.
Skor 3: Selalu berupaya menunjukan sikap kerjasama dal am suatu
kelompok kkerja pada dalam pengawasan guru.
Skor 2: Hanya mau berkerja sama ketika mendapatkan tugas yang
dianggap mudah saja, dan tidak mau berkerja sama ketika tugas
dianggp sulit.
Skor 1: Sering tidak mau berkerja sama dalam kelompok ketika
mengerjakan tugas kelompok.
B. Disiplin
Skor 4: Selalu menunjukan sikap toleran pada waktu memberikan
pendapat, menjawab pertanyaan, serta berdebat dalam diskusi baik
dalam pengawasan guru ataupuntidak.
Skor 3: Selalu menunjukan sikap toleran pada waktu memberikan
pendapat, menjawab pertanyaan, serta berdebat dalam diskusi
padasaat dalam pengawasan guru.
Skor 2: Bertindak kurang toleran pada teman tertentu pada
waktumemberikan pendapat, menjawab pertanyaan, serta berdebat
dalam diskusi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Skor 1: Bertindak tidak toleran pada semua teman pada waktu
memberikan pendapat, menjawab pertanyaan, serta berdebat
dalam diskusi.
C. Tanggung jawab
Skor 4: Selalu melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran dan
melakukan upaya maksimal untuk hasil terbaik.
Skor 3: Berupaya melaksanakan tugas dengan penuh kesadaran dan
dengan hasil yang baik.
Skor 2: Melaksanakan tugasa pada bila diminta dengan pambrih atau
ancaman sangsi.
Skor 1: Seringt idak melaksanakan tugas.
Keterangan nilai
A = 80- 100 : BaikSekali
B = 70- 79 : Baik
C = 60-609 : Cukup
D =<60 : Kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Format Penilaian Makalah
StrukturMakalah
Pendahuluan Menunjukan dengan tepat:
Latar belakang
Rumusan masalah
Tujuan penulisan
Isi Ketepatan pemilihan gambar
Orisinalitas makalah
Struktur/ logika penulisan diusus
nsesuai dengan metode yang
dipakai
Bahasa yang dipakai sesuai
dengan EYD
Daftar pustaka yang dapat
dipertanggung jawabkan.
Menghindari sumber (akun) yang
belum di kaji secara ilmiah
Penutup Kesimpulan sesuai dengan
rumusan masalah .
Saran relevan dengan kajian
dan berisi pesan untuk
peningkatan kepedulian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
terhadap jasa parapahlawan
yang telah berani secara tegas
memper juangkan harga diri
Negara Indonesia.
Jumlah
Kriteria Penilaian
Sangat sesuai 4
Sesuai 3
Cukup 2
Kurang 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI