Post on 16-Oct-2021
KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA
Bagian Pembinaan dan Informasi Pengelolaan Keuangan, Biro Keuangan
DASAR HUKUM
1.• UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. • UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
3.• UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
4.• PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah
5.• PP No. 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan APBN Telah Diubah
Dengan PP No. 50 Tahun 2018
6.• PMK No. 190/PMK.05/2012 Tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan APBN Telah Diubah Dg PMK No.178/PMK.05/2018
7.• PMK No. 145/PMK.05/2017 Tentang Tata Cara Pembayaran Atas Beban
APBN Sebelum Barang/Jasa Diterima
8.• PMK No. 196/PMK.05/2018 Tentang Tata Cara Pembayaran dan
Penggunaan Kartu Kredit
Keuangan Negara
1. Pengertian Keuangan Negara
Keuangan negara menurut UU 17/2003:
semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut.
Keuangan Negara
2. Lingkup Keuangan Negara1. Keuangan publik mencakup masalah-masalah kreasi
memperoleh penerimaan ataupun pendapatan yang dilakukan
pemerintah (pusat dan daerah)
Penerimaan negara (UU 17/2003): uang yang masuk ke
kas negara
Pendapatan negara (UU 17/2003): hak pemerintah pusat
yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
2. Keuangan publik mencakup aspek pengeluaran negara yang
termasuk didalamnya belanja publik/negara (pusat dan
daerah)
Pengeluaran negara (UU 17/2003): uang yang keluar dari
kas negara
Belanja negara (UU 17/2003): kewajiban pemerintah pusat
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih
Keuangan Negara
3. Keuangan publik juga mencakup aspek pembiayaan
yang dilakukan oleh pemerintah (pusat maupun
daerah)
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya.
Terminologi lain dari utang dan/atau piutang negara
6
LATAR BELAKANG & DUKUNGAN PENGANGGARAN
• Standar Biaya Masukan 2019Satuan biaya berupa harga satuan, Tarif danIndeks yang ditetapkan untuk menghasilkanbiaya komponen keluaran dalampenyusunan rencana kerja dan anggaranKementerian Negara/Lembaga TahunAnggaran 2019.
• Bagan Akun Standar Daftar kodefikasi dan klasifikasi terkaittransaksi keuangan yang disusun secarasistematis sebagai pedoman dalamperencanaan, penganggaran, PelaksanaanAnggaran dan Pelaporan KeuanganPemerintah.
• Laporan Hasil Pemeriksaan Laporan tertulis mengenai hasil pelaksanaanpemeriksaan yang dilaksankan oleh BPK,BPKP dan Inspektorat Jenderal Kementerian.
Standar Biaya Masukan berfungsi sebagai• Batas tertinggi harga satuan, Tarif dan Indek untuk
menghasilkan biaya komponen keluaran.• Estimasi harga satuan, Tarif dan Indeks yang
ditetapkan untuk menghasilkan biaya komponenkeluaran.
Bagan Akun Standar Bertujuan,• Memastikan Rencana Keuangan Anggaran, Realisasi,
dan Pelaporan keuangan dinyatakan dalam istilahyang sama.• Meningkatkan kualitas informasi keuangan• Memudahkan pengawasan keuangan
• Pelaksanaan Rencana PembangunanJangka Menengah (RPJM)
dokumen Rencana Pembangunan JangkaMenengah III utk periode 2015-2019(RPJPN 2005-2025)
• Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL)dokumen perencanaan Kementerian/ Lembaga utk periode 5thn
- Rencana Pembangunan Tahunan Nasional atau RencanaKerja Pemerintah (RKP) dokumen Perencanaan Nasionalutk periode 1 thn
- Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL)dokumenperencanaan Kementrian/Lembaga utk periode 1 thn
• Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan, LaporanHasil Pemeriksaan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan (KTPP), Sistem Pengendalian Internal (SPI),Laporan Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT)dan Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja• Laporan Hasil Audit (LHA)
Siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN)
Forum Penelaahan
Kemen
PUPR
Forum
PenelaahanKemen
PUPR
Rp
Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Belanja Kementerian PUPR
Belanja
Pegawai
Terdapat perbedaan data jumlah pegawai aktif dan pegawai pensiun
antara yang diusulkan oleh Unit Organisasi dengan data yang dilaporkan
melalui aplikasi e-HRM.
Masih mengalokasikan Uang Duka PNS yang seharusnya sudah
menjadi kewenangan TASPEN
8
Masih terdapat pembayaran Tunjangan Kinerja dengan menggunakan
akun 511134 (Belanja Tunjangan Kompensasi Kerja PNS) seharusnya
menggunakan akun 512411 (Belanja Tunjangan Kinerja PNS)
Masih terdapat Tunjangan Umum PNS di akun 511193 (belanja Tunjangan
Umum PNS TNI/Polri) seharusnya menggunakan 511151 (Belanja
Tunjangan Umum PNS)
Masih mengalokasian Belanja Uang Honor Tetap pada akun 512111
untuk pembayaran gaji non-PNS yang seharusnya menggunakan
akun Belanja Barang (52)
6
Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Belanja Kementerian PUPR
Reviu Belanja
Barang berbasis
realisasi 2017
Penerapan CapPolicy
Belanja Barang Operasional
2019Realisasi
2017
Pagu
2018
Potensi efisiensi
kebutuhan
belanja
operasional
SEWA
Menetapkan batas maksimal belanjaaparatur
1
2
KL Belanja
Barang
Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Belanja Kementerian PUPR
7
3
3 Penghematan Belanja
Barang Non
Operasional
Pembatasan belanja
Perjalanan Dinas
PaketMeeting
Belanja Honor
Tim yang
rasional
• Hanya untuk tambahan penugasan tidak terkait tusi
• Pembatasan honor (jumlah keanggotaan)
Belanja Bahan dan
Non Operasional
Lainnya
• Go Green dengan penguranganATK
• Upaya ramah lingkungan
Belanja Produktif, termasuk
menambah volume output
prioritas•Kegiatan yang terpusat
•Frekuensi
•Jumlah pegawai
•Optimalisasi IT untuk Monev
•Pengurangan konsumsi
•Pemanfaatan waktu yang efektif
Belanja
Barang
KL
Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Belanja Kementerian PUPR
2018
7
4
4
Penguatan dan Perbaikan kualitas belanjamodal
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
Efisiensi Belanja Modal
Diarahkan untuk belanja modal produktif antara lain pariwisata,
infrastruktur (pelabuhan, bandara, jalan, bendungan, irigasi dan
listrik), sarana dan prasarana ekonomi produktif (pasar) serta
daerah perbatasan
Belanja Modal
Pengertian
Perbendaharaan Negara
Perbendaharaan Negara adalahpengelolaan dan pertanggungjawabankeuangan negara, termasuk investasi dankekayaan yang dipisahkan, yangditetapkan dalam APBN dan APBD
PENGGUNA ANGGARAN
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku PA berwenang: menunjuk kepala Satker yang berstatus Pegawai Negeri Sipil untuk
melaksanakan kegiatan Kementerian Negara/Lembaga sebagai KPA; dan menetapkan Pejabat Perbendaharaan Negara lainnya, yaitu PPK dan
PPSPM
Penunjukan Kepala Satker sebagai KPA bersifat ex-officio.
Kewenangan PA untuk menetapkan PPK dan PPSPM dilimpahkan kepada KPA.
Setiap terjadi pergantian jabatan kepala Satker, setelah serah terima jabatanpejabat kepala Satker yang baru langsung menjabat sebagai KPA.
PERANGKAPAN JABATAN PEJABAT PERBENDAHARAAN NEGARA
KPAmengangkat 1 orang PPSPM
dan
dapat mengangkat lebih dari 1 orang PPK untuk setiap DIPA.
Dalam hal terdapat keterbatasan jumlah pejabat/pegawai yang memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai pejabat perbendaharaan negara, dimungkinkan dilakukan perangkapan jabatan dengan memperhatikan prinsip saling uji (check and balance).
KPA dapat merangkap sebagai PPK atau PPSPM.
PPK tidak boleh merangkap sebagai PPSPMdan sebaliknya.
BENDAHARA
1. Bendahara Penerimaan
2. Bendahara Pengeluaran
3. Bendahara Pengeluaran Pembantu
4. Bendahara Satker BLU
Catatan:
Bendahara Satker BLU juga berkewajiban menyampaikan LPJ dikarenakan
rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU
disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana
kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja K/L.
BENDAHARA PENGELUARAN
• Menteri/Ketua Lembaga menetapkan Bendahara Pengeluaran;
• Penetapan Bendahara Pengeluaran dapat didelegasikan kepada Kepalasatker
• Pengangkatan Bendahara Pengeluaran tidak terikat periode tahun anggaran.
• Surat Penetapan BP disampaikan kepada PPSPM dan PPK, serta kepadaKepala KPPN dalam rangka penyampaian Laporan Pertanggungjawaban(LPJ)
• Bendahara Pengeluaran tidak dapat dirangkap oleh KPA, PPK atau PPSPM.
• Dalam hal tidak terdapat pergantian Bendahara Pengeluaran, penetapan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran yang lalu masih tetap berlaku
• Dalam hal Bendahara Pengeluaran dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara, Menteri/Pimpinan Lembaga atau kepala Satker menetapkan pejabat pengganti sebagai Bendahara Pengeluaran.
• Bendahara Pengeluaran yang dipindahtugaskan/ pensiun/diberhentikan dari jabatannya/berhalangan sementara bertanggungjawab untuk menyelesaikan seluruh administrasi keuangan.
PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN NEGARA
(PP No.45 Tahun 2013)
• Penyetoran pendapatan negara melalui bank sentral atau bank umum dan
badan lannya (Psl 43)
• Kewajiban penyetoran ke kas negara tepat waktu dan adanya pengenaan
sanksi administratif berupa denda (Psl 46)
• Penetapan wajib pungut pajak kpd setiap PA/KPA dan/atau bendahara
(Psl 47)
Penyetoran
pendapatan
negara
• Tanggungjawab Menteri/Pimpinan Lembaga yang memiliki sumber PNBP
untuk melakukan pemungutan PNBP (Psl 48)
• Kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga untuk menetapkan pejabat
yang bertugas melakukan pemungutan PNBP (Psl 48)
• Kewenangan dan tanggungjawab KPA untuk memperhitungkan PNBP
yang terutang dari pembayaran yang dilakukannya (Psl 53)
Pengelolaan
PNBP
• Tanggungjawab Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal atas
pelaksanaan pendapatan hibah (Psl 56)
• Keharusan pendapatan hibah dikelola dalam APBN (Psl 56)Hibah
Pelaksanaan Anggaran PendapatanPenyetoran Penerimaan Negara
PRINSIP
SEKUEN 1Sore hari
SEKUEN 2Berkala (atas
persetujuan
Menkeu)
Pelaksanaan Anggaran PendapatanMekanisme Penata Usahaan dan Pelporan PNBP
Tahun anggaran meliputi satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember;
APBN dalam satu tahun anggaran meliputi :
a. Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilaikekayaan bersih;
b. Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagaipengurang nilai kekayaan bersih
c. Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/ataupengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahunanggaran ybs maupun tahun-tahun anggaran berikutnya
Penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melaluiRekening Kas Umum Negara
Pelaksanaan Pendapatan dan BelanjaNegara/Daerah
KPA
Kuasa
BUN
Pencairan
Dana
Pelaksanaan
Komitmen
Pembebanan
dan Perintah
Bayar
Perja
njian
Penga-
daan
barang
/jasa
Prestasi
kerja
Perintah
Bayar
Pengujian
tagihanPembeban
PengujianPencairan
Dana
Penagi
hanSPP
• Wetmatigheid• Rechtmatigheid
• Wetmatigheid• Rechtmatigheid
Pencairan
Dana
Doelmatigheid
Alur Pelaksanaan Belanja
Tipe Swakelola(Perpres No.16 Th 2018)
Tipe I
Direncanakan,dilaksanakan & diawasi oleh
K/L/PerangkatDaerah
Penanggung Jawab
Anggaran
Tipe II
Direncanakan & diawasi oleh K/L Perangkat
Daerah Penanggung
Jawab Anggaran &
dilaksanakan oleh K/L/PDPelaksana Swakelola
Tipe III
Direncanakan & diawasi oleh
K/L/PerangkatDaerah
Penanggung Jawab Anggaran & dilaksanakanoleh Organisasi
Kemasyara-katan
Tipe IV
Direncanakan sendiri oleh
K/L/PerangkatDaerah
Penanggung Jawab dan/atau &
dilaksanakan serta diawasi oleh Kelompok
Masyarakat 18
Pasal 18 ayat 6
Persiapan Swakelola(Perpres No.16 Th 2018)
Pasal 18 ayat 6
Kegiatan persiapan Swakelola meliputi:1. Penetapan sasaran oleh PA/KPA2. Penetapan Penyelenggara Swakelola
3. Rencana kegiatan, Jadwal Pelaksanaan, RAB, ditetapkanoleh PPK dengan memperhitungkan tenaga ahli/ peralatan/ bahan tertentu yang dilaksanakan dengan Kontrak tersendiri.
Tipe
Swakelola
Penetapan
Tim Persiapan Tim Pengawas Tim Pelaksana
Tipe I PA/KPA Penanggung Jawab Anggaran
Tipe II
PA/KPAPenanggung Jawab Anggaran
Pimpinan K/L/PD PelaksanaSwakelola
Tipe III
PenanggungJawab
OrganisasiMasyarakat
Tipe IV Penanggung Jawab Kelompok Masyarakat
Jenis KoNtrak(Perpres No.16 Th 2018)
Barang/
Pekerjaan
Konstruksi/
Jasa Lain
1. Lumsum
2. Harga satuan
3. Gabungan Lumsum
dan Harga Satuan
4. Terima Jadi (Turnkey)
5. Kontrak Payung
Jasa
Konsultansi
1. Lumsum
2. Waktu Penugasan
3. Kontrak Payung
Pasal 27
Bentuk Kotrak(Perpres No.16 Th 2018)
Bentuk kontrak Barang Konstruksi Jasa lainnya Konsultansi
Bukti pembelian/
pembayaran≤ 10 juta --- ≤ 10 juta ---
Kuitansi ≤ 50 juta --- ≤ 50 juta ---
Surat Perintah Kerja
(SPK)
> 50 juta
s.d 200 juta≤ 200 juta
> 50 juta s.d
200 juta≤ 100 juta
Surat perjanjian > 200 juta > 200 juta > 200 juta > 100 juta
Surat pesanane-purchasing/pembelian melalui toko
daring
Pasal 28
Kontrak Tahun Jamak
TAHUN ANGGARAN 1
12 bulan
>12 bulan
<12 bulan
>12 bulan
<12 bulan
TAHUN ANGGARAN 2 TAHUN ANGGARAN 3
12 bulan 12 bulan
PERPRES 54/2010
Pelaksanaan pekerjaan untuk masa lebih dari 1 Tahun Anggaran atas beban anggaran
PERPRES 16/2018
• Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 bulan atau lebih dari 1 Tahun Anggaran
• pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka waktu lebih dari 1 Tahun Anggaran dan paling lama 3 Tahun Anggaran.
Uang Muka(Perpres No.16 Th 2018)
Dapat diberikan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan:
Usaha Kecil (B/PK/JL)
Usaha Non Kecil (B/PK/JL)dan JK
KontrakTahun Jamak
Maks30 %
Maks20 %
Maks15 %
Pemberian uang muka dicantumkan pada rancangan kontrak yang terdapat dalam
Dokumen Pemilihan. Pasal 29
Jenis Jaminan PBJ(Perpres No.16 Th 2018)
Jaminan Penawaran
Jaminan Sanggah Banding
Jaminan Pelaksanaan
Jaminan Uang Muka
Jaminan Pemeliharaan
Pasal 30 ayat 1
Pekerjaan Konstruksi
Penyesuaian Harga(Perpres No.16 Th 2018)
Tahun 1 Tahun 2
1813
Dihitung
mulai bulanke-13
diberlakukan
untuk masa
pelaksanaan
> 18 bulan
diberlakukan terhadap Kontrak Tahun Jamak dengan jenis Kontrak Harga Satuan
atau Kontrak berdasarkan Waktu Penugasan
Pasal 37
PELAKSANAAN ANGGARAN
PADA AKHIR TAHUN
ANGGARAN Kewenangan Menkeu menetapkan kebijakan
penerimaan negara terkait batas waktu Penerimaan
Negara untuk mengendalikan saldo kas negara serta
persiapan tutup buku pada akhir tahun anggaran (Psl
157)
Pada akhir tahun anggaran, bank sentral, bank
umum, dan badan lainnya yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan wajib menerima setoran penerimaan
negara selama jam buka pelayanan sesuai yang
diatur dalam perjanjian kerja sama (Psl 158)
Ketentuan batasan waktu akhir tahun dalam penyampaian
SPM (Psl 159)
Penyelesaian Uang Persediaan pada akhir tahun anggaran
(Psl 160)
Pengaturan sisa pagu DIPA yang tidak terealisasi sampai
akhir tahun anggaran (Psl 162)
Pengaturan sisa pekerjaan sampai dengan akhir tahun
anggaran (Psl 163)
Pelaksanaa
n
Penerimaan
Pelaksanaa
n
Pengeluara
n
PELAKSANAAN ANGGARAN
DALAM PENANGGULANGAN
BENCANA Menteri Keuangan selaku BUN dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya untuk
pelaksanaan penanggulangan bencana pada tahap
tanggap darurat bencana (Psl 166)
PA yang membidangi tugas koordinasi
penanggulangan bencana dapat menunjuk pejabat
pada K/L Lainnya atau pejabat Pemda selaku
KPA/PPK/PPSPM/BP/BPP(Ps166)
Dalam hal terdapat sisa pagu DIPA atas Kegiatan
penanggulangan bencana dan yang tidak dapat
diselesaikan sampai berakhirnya tahun anggaran, sisa
pagu DIPA tersebut dapat ditampung dalam satu
rekening penampung (Psl 168)
Pertanggungjawaban pnggulangan bencana saat
tangggap darurat diperlakukan secara khusus sesuai
dengan kondisi kedaruratan dan dilaksanakan dengan
prinsip akuntabilitas dan transparansi (Psl 166)
Anggaran
dan
pelaksanaa
n
Pertangun
g-jawaban
Pelaksanaan Anggaran BelanjaPenyelesaian Tagihan
PRINSIP
LANGSUNG (LS)
SEKUEN 1
LANGSUNG (LS) Segera
SEKUEN 2UP
Pembayara
n
Perubahan Ketentuan UP
UP dalam bentuk tunai
Disimpan pada rekening bendahara / brankas
UP digunakan untuk operasional dan kegiatan-kegiatan yang tidak bisa dibayarkan dengan LS
UP dalam bentuk tunai dan kartu kredit
UP tunai disimpan dalam rekening bendahara / brankas
UP Kartu kredit berupa limit belanja kartu kredit yang dipegang oleh pemegang KKP
Besaran UP merupakan total UP Tunai dan UP KKP
UP KKP digunakan untuk kegiatan operasional dan kegiatan yang tidak dapat dibayarkan
dengan LS yang sumber dananya RM
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan
Pengaturan Proporsi UP Tunai dan KKP
Pengaturan Awal
Terbagi dalam 4 (empat) kelompok pagu belanja yang dapat dibayarkan
dengan UP
Pagu
< Rp900 jutau
Rp900 juta s.d. Rp2,4 M
PaRp2,4 M s.d. Rp6 M
> Rp6 M
UP
Max. Rp100 juta
Max. Rp50 juta
Max. Rp200 juta
Max. Rp500 juta
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat memberikan dispensasi terhadap perubahan
UP melampaui besaran UP
Perubahan Pengaturan
Pagu
< Rp2,4 M
PaRp2,4 M s.d. Rp6 M
> Rp6 M
Proporsi UP Tunai dan KKP sebesar 60% dan 40 %
Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan dapat memberikan dispensasiterhadap perubahan UP melampaui besaran UP dan perubahan proporsi UP
UP
Max. Rp100 juta
Max. Rp200 juta
Max. Rp500 juta
Terbagi dalam 3 (tiga) kelompok pagu belanja yang dapat dibayarkan dengan UP
Pengaturan Dispensasi
Pengaturan Awal Perubahan Pengaturan
frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan selama 1 (satu) tahun; dan
perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan melampaui besaran UP
1
2
frekuensi penggantian UP tahun lalu lebih dari rata-rata 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan selama 1 (satu) tahun; dan
perhitungan kebutuhan penggunaan UP dalam 1 (satu) bulan melampaui besaran UP
1
2
Pertimbangan yang sama dengan perubahan UP melampaui besaran UP dan
tidak terdapat atau masih terbatas penyedia barang/jasa yang menerima pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin
Electronic Data Capture (EDC) yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA.
tidak terdapat penyedia barang/jasa yang dapat menerima pembayaran dengan kartu kredit melalui mesin EDC yang
dibuktikan dengan surat pernyataan dari KPA; dan
memiliki pagu jenis belanja Satker yang dapat dibayarkan melalui UP sampai dengan Rp2.400.000.000,00 (dua miliar empat ratus juta
rupiah).
Pengecualian Penggunaan UP Tunai 100% tanpa dispensasi, mempertimbangkan:
Perubahan proporsi besaran UP tunai, mempertimbangkan:
Perubahan UP melampaui besaran UP, mempertimbangkan:
Kepala Kanwil DJPb dapat memberikan persetujuanDispensasi atas:
Kepala Kanwil DJPb dapat memberikanpersetujuan UP melampaui besaran
mempertimbangkan:
Pengendalian UP
Pengaturan Awal
•Surat Pemberitahuan kepada KPA apabila 2 (dua) bulan sejak SP2D-UP diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP (GUP)
•Pemotongan 25% apabila 1 (satu) bulansetelah surat pemberitahuan ke-1 tidak GUP
•Pemotongan 50% apabila 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan ke-2 tidak GUP
•Surat Pemberitahuan kepada KPA apabila 1 (satu) bulan sejak SP2D-UP Tunai diterbitkan belum dilakukan pengajuan penggantian UP (GUP) Tunai
•Pemotongan 25% apabila 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan ke-1 tidak GUP Tunai
•Pemotongan 50% apabila 1 (satu) bulan setelah surat pemberitahuan ke-2 tidak GUP Tunai
Perubahan Pengaturan
Alur Pelaksanaan Belanja
PENGUJIAN DALAM PELAKSANAAN PENGELUARAN NEGARA
PENGUJIAN
Menteri Teknis
Selaku Pengguna Anggaran
PEMBUATAN
KOMITMEN
Tahapan Administratif
Pengujian :
• Wetmatigheid
• Rechtmatigheid
• Doelmatigheid
SPM
PENGUJIAN
Menteri Keuangan
Selaku BUN
Tahapan Komtabel
Pengujian :
• Substansial :
•Wetmatigheid
•Rechtmatigheid
• Formal
CHEQUE
?
PENGUJIAN DALAM PELAKSANAAN PENGELUARAN NEGARA
1. Pengujian Secara Wetmatigheid
Pengujian untuk mencari tahu apakah tagihan atas beban
anggaran belanja negara itu sesuai dengan ketentuan
perundangan –undangan yang berlaku atau tidak dan Apakah
dana tersedia dalam DIPA
2. Pengujian Secara Rechmatigheid
Pengujian dilakukan untuk mencari tahu apakah para pihak yang
mengajukan tagihan atas beban anggaran belanja negara secara formal
adalah sah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan dilengkapi dengan
bukti-bukti yang sah
3. Pengujian Secara Doelmatigheid
Pengujian ini untuk mencari tahu apakah output dari suatu pekerjaan
sesuai dengan sasaran/keluaran kegiatan dan indikator keluaran Sub
Kegiatan tertuang dalam DIPA atau tidak
Jenis Kegiatan yang Dapat Dibayarkan SebelumBarang/Jasa Diterima
Pemberian Uang Muka Kerja Sewa Menyewa
Jasa Asuransi Dan/AtauPengambil Alih Risiko
Kontrak PenyelenggaraanBeasiswa
Pekerjaan PemeliharaanPemasangan AtauPenambahan Daya Listrik OlehPerusahaan Listrik Negara
Pengadaan Jurnal Asing Yang Dibayarkan Dengan UangPersediaan
Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik Yang Dibayarkan Dengan Uang Persediaan
EVALUASI KINERJA
PELAKSANAAN ANGGARAN
KEMENTERIAN/LEMBAGA
Landasan Hukum
Memastikan pengelolaan APBN khususnya belanja pemerintah yang dilaksanakan K/L sampaidengan tingkat satker dapat berjalan dengan baik.
Pola penyerapan anggaran tidak proporsional dan cenderung masih menumpuk di akhir tahundengan kualitas belanja dan capaian output yang belum sesuai target.
Sebagai langkah mitigasi dan perumusan kebijakan pelaksanaan anggaran atas masih banyaknyakendala dan permasalahan dalam pelaksanaan anggaran K/L di tingkat satker.
Implementasi UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, PP No. 45 Tahun 2013 Pasal 131, Menteri Keuangan selaku BUN dapat melakukan monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan anggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga.
49
Landasan Hukum
Menteri Keuangan selaku BUN dan Menteri/Pimpinan Lembagaselaku PA melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaananggaran belanja Kementerian Negara/Lembaga untuk menjaminefektivitas pelaksanaan anggaran, efisiensi penggunaan anggaran,dan kepatuhan terhadap regulasi pelaksanaan anggaran.
Hasil monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan anggaran belanjaKementerian Negara/Lembaga yang dilakukan oleh Menteri Keuangan selaku BUN sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat ( 1) huruf a, digunakan oleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk: a. evaluasi kinerja pelaksanaan anggaran; b. pengendalian belanjanegara; dan c. peningkatan efisiensi anggaran belanja.
Pasal 4 PMK Nomor 195/2018 tentangMonev Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L
Pasal 131 PP Nomor 45/2013 jo. PP Nomor 50/2018 tentangTata Cara Pelaksanaan APBN
Menteri Keuangan selaku BUN menggunakan hasil monitoring danevaluasi atas pelaksanaan anggaran belanja oleh MenteriKeuangan selaku BUN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk:a. evaluasi kinerja pelaksanaan anggaran; b. pengendalian belanjanegara; dan c. peningkatan efisiensi anggaran belanja.
Ayat 1
Ayat 2
Evaluasi kinerja pelaksanaan anggaransebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a diwujudkan dalambentuk pengukuran kualitas kinerja menggunakanIKPA.
Ayat 1
Ayat 2
50
Definisi IKPA
adalah indikator yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan selakuBUN untuk mengukur kualitas kinerja pelaksanaan anggaran belanjaKementerian Negara/Lembaga dari sisi kesesuaian terhadapperencanaan, efektivitas pelaksanaan anggaran, efisiensi pelaksanaananggaran, dan kepatuhan terhadap regulasi
Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA)
“
“
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 195/PMK.05/2018 tentang
Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran Belanja K/L
51
1. Indeks Kinerja Pelaksanaan Anggaran merupakan alat ukur kualitas pelaksanaananggaran Kementerian/Lembaga yang dapat dipublikasikan untuk mendorongperubahan perilaku satker dan K/L.
2. Indeks pelaksanaan anggaran secara kuantitatif mengukur kinerja dan kualitaspelaksanaan anggaran secara menyeluruh dengan memperhatikan aspek akuntabilitaspada saat pelaksanaan anggaran.
3. Aspek kinerja dan kualitas pelaksanaan anggaran dapat terwakili antara lain olehvariabel-variabel sebagai berikut:a. Kesesuaian dengan perencanaan;b. Kepatuhan terhadap regulasi;c. Efektivitas pelaksanaan kegiatan;d. Efisiensi pelaksanaan.
Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
52
Tujuan Pengukuran Kinerja dengan IKPA
Kelancaran Pelaksanaan Anggaran:(Pembayaran/Realisasi Anggaran, Penyampaian Data Kontrak, Penyelesaian Tagihan, SPM yang Akurat, Kebijakan Dispensasi SPM)
Mendukung Manajemen Kas:(Pengelolaan UP/TUP, Revisi DIPA, Renkas/RPD, Deviasi Halaman III DIPA, ReturSP2D)
Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan (LKKL/LKPP):(Penyampaian LPJ Bendahara dan Penyelesaian Pagu Minus Belanja)
MenjaminKetercapaian
Keluaran/Output (Output Delivery)
1
3
2
53
Dihitung berdasarkan rasio dispensasi SPM
terhadap seluruh SPM yang diterbitkan K/L
Dihitung berdasarkan rasio pengembalian
SPM terhadap seluruh SPM yang diterbitkan
K/L
Dihitung dengan membandingkan
jumlah retur SP2D dengan jumlah SP2D
yang terbit
Dihitung berdasarkan persentase pagu minus terhadap
pagunya
Dihitung berdasarkan jumlah GUP tepat
waktu dibagi seluruh record GUP
Dihitung berdasarkan jumlah revisi
anggaran K/L per Satker (hanya revisi
pagu tetap)
Dihitung berdasarkan rasio penyelesaian tagihan yang tepat
waktu dibagi dengan seluruh SPM LS
Kontraktual Non Belanja Pegawai
Dihitung berdasarkan rata-rata gap antara realisasi dgn rencana
penarikan dana (% gap realisasi thdp
rencana)
Dihitung berdasarkan tingkat realisasi
terhadap target per triwulan (TW 1 = 15%;
TW 2 = 40%; TW 3 = 60%; dan TW 4 = 90%)
5%
Bobot:
4%
Bobot:
15%
Bobot:
20%
Bobot:
5%
Bobot:
5%
Bobot:
04Penyelesaian Tagihan
03Pagu Minus
02Halaman III DIPA
01Revisi DIPA
05Penyerapan Anggaran
06Retur SP2D
Dihitung berdasarkan rasio data kontrak
tepat waktu terhadap seluruh data kontrak yang disampaikan ke
KPPN
Dihitung berdasarkan rasio LPJ tepat waktu terhadap seluruh LPJ yang disampaikan ke
KPPN
Dihitung berdasarkan rasio Renkas yang
tepat waktu terhadap seluruh Renkas yang
disampaikan ke KPPN
5%
Bobot:
15%
Bobot:
4%
Bobot:
6%
Bobot:
6%
Bobot:
10%
Bobot:
Formula Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran
10Dispensasi SPM
09Data Kontrak
08Rekon LPJ Bendahara
07Pengelolaan UP
11Perencanaan Kas
12Pengembalian SPM
Kesesuaian Dengan Perencanaan Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan
Efisiensi Pelaksanaan KegiatanKepatuhan Terhadap Regulasi
54
Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran Kementerian PUPR
55
No Indikator 2017 2018 2019
1 Revisi DIPA 100.00 100.00 100.00
2 Halaman III DIPA 58.66 87.65 82.80
3 Pagu Minus 99.42 100.00 99.86
4 Penyelesaian Tagihan 91.82 96.58 98.16
5 Penyerapan Anggaran 100.00 98.50 48.43
6 Retur SP2D 99.59 99.63 99.57
7 Pengelolaan UP 85.89 89.00 95.00
8 Rekon LPJ Bendahara 51.11 N/A 95.25
9 Data Kontrak 51.37 82.00 86.00
10 Dispensasi SPM 99.88 100.00 N/A
11 Perencanaan Kas 70.96 90.28 98.25
12 Pengembalian SPM 96.73 97.24 80.00
85.91 94.58 83.74NILAI KINERJA
(Setelah pembobotan)
Tahun 2018 terjadipeningkatan nilai IKPA daritahun sebelumnya.
Terjadi perbaikan nilaikhususnya untuk indikatorHal III DIPA, Data Kontak, Pengelolaan UP, dan Perencanaan Kas
Per Juni 2019 Penyerapananggaran hanya sebesar20,51%
Indikator Hal III DIPA, Data Kontrak dan PengembalianSPM perlu untuk ditingkatkan
Data Tahun 2019 per 18 Juni 2019
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (1)
No Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan
1. Revisi DIPA
1. Jenis revisi anggaran yang diperhitungkan adalah revisi dalam
kewenangan pagu tetap (tidak masuk adalah revisi dalam
kewenangan pagu berubah dan revisi administratif).
2. Frekuensi revisi hanya diperkenankan 1x dalam rentang
triwulanan. Apabila dalam satu triwulan akan ada 2x revisi,
maka revisi yang kedua agar diajukan pada triwulan berikutnya.
1. Untuk mempertahankan capaian ini, maka Satker agar
sangat selektif dalam melakukan pergeseran anggaran
dalam revisi DIPA (pagu tetap).
2. Selain itu, Satker agar dapat mengelola dan menghimpun
kebutuhan revisi anggaran untuk kemudian dapat
dijadwalkan dengan frekuensi revisi yang akan diajukan
baik kepada DJA maupun Kanwil DJPb sebanyak 1 kali
dalam 1 triwulan.
2.Deviasi Halaman
III DIPA
1. Halaman III DIPA memuat Rencana Penarikan Dana (RPD) per
bulan sepanjang tahun anggaran berjalan atas pelaksanaan
anggaran yang dilakukan pada suatu satker.
2. Validitas dan keakuratan RPD pada Halaman III DIPA sangat
penting untuk menjaga likuiditas Kas Negara guna memenuhi
kebutuhan penyediaan dana bagi pencairan anggaran atas
suatu DIPA.
3. Keakuratan Deviasi Halaman III pada IKPA dihitung untuk
rencana yang dieksekusi sampai dengan bulan November
tahun anggaran berjalan.
1. Untuk meningkatkan nilai capaian pada indikator ini,
seluruh satker yang memiliki deviasi tinggi, agar melakukan
penyesuaian rencana kegiatan dan realisasi anggaran
dengan mengajukan revisi administratif penyesuaian
Halaman III DIPA ke Kanwil DJPb pada triwulan
berjalan.
2. Satker agar lebih disiplin dalam melaksanakan kegiatan
dan pencairan dananya, dan menjadikan RPD pada
Halaman III DIPA sebagai plafon pencairan dana bulanan
secara internal pada Satker.
56
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (2)
No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan
3. Pengelolaan UP
1. SPM GUP merupakan sarana pertanggungjawaban belanja
atas penggunaan UP pada Bendahara Pengeluaran.
2. Jenis UP yang diperhitungkan dalam IKPA adalah UP Tunai
(tidak termasuk UP yang menggunakan Kartu Kredit
Pemerintah).
3. Pertanggungjawaban UP tepat waktu sangat penting agar
belanja dapat segera dibebankan pada DIPA satker masing-
masing sebagai realisasi anggaran.
Untuk meningkatkan nilai capaian pada indikator ini, maka
seluruh satker agar memperhatikan periode pengajuan SPM
GUP dari SP2D UP/GUP terakhir paling lambat dalam rentang
30 hari kalender ( pengajuan GUP minimal sekali dalam
sebulan ke KPPN) dan tidak menambah frekuensi SPM GUP
yang terlambat.
4. LPJ Bendahara
1. LPJ Bendahara Pengeluaran merupakan sarana
pertanggungjawaban atas uang yang dikelolanya.
2. LPJ dibuat oleh bendahara setiap bulan dan disampaikan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya atau hari kerja
sebelumnya jika tanggal 10 adalah hari libur kepada KPPN.
3. Penyampaian LPJ dilakukan dengan menu upload pada
Aplikasi SPRINT, dan terhitung sejak Satker pertama kali
melalukan upload tersebut.
Satker agar senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban,
dan ketepatan waktu dalam penyampaian LPJ sebelum tanggal
10 bulan berikutnya, dan memastikan data LPJ telah
terverifikasi oleh KPPN pada Aplikasi SPRINT.
57
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (3)
No
.Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan
5.Penyampaian
Data Kontrak
1. Kontrak yang dihitung pada IKPA merupakan kontrak dengan
nilai diatas Rp 200 Juta (bukan hasil pengadaan langsung
menurut batasan Perpres No. 16/2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah).
2. ADK kontrak maksimal disampaikan ke KPPN 5 hari kerja sejak
tanggal tanda tangan kontrak sampai dengan tanggal
penyampaian/konversi di KPPN.
Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, satker agar
senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan
waktu dalam penyampaian data kontrak sebelum 5 hari kerja
setelah ditanda tangani dan dipastikan verifikasi kebenaran
data kontraknya (approval) oleh KPPN.
6.Penyelesaian
Tagihan
1. Indikator ini diukur berdasarkan ketepatan waktu penyelesaian
tagihan kontraktual (SPM LS Kontraktual Non-Belanja
Pegawai) yang ADK nya telah disampaikan ke KPPN (dengan
nilai kontrak diatas Rp 200 Juta).
2. Penyelesaian tagihan dihitung dengan ketentuan selambat-
lambatnya selama 17 hari kerja setelah BAST/BAPP, satker
telah diterbitkan SPM tagihan dimaksud ke KPPN.
Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, Satker agar
senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan ketepatan
waktu dalam penyelesaian tagihan kontraktual (LS Non-
Belanja Pegawai) paling lambat dalam 17 hari kerja setelah
BAST ditanda- tangani sudah diajukan SPM-nya ke KPPN.
Selain itu, satker agar teliti, lengkap, dan akurat dalam pengisian
uraian pada SPM terutama untuk tanggal dan nomor
BAST/BAPP.
58
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (4)
No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan
7.Penyerapan
Anggaran
1. Indikator ini dihitung dari pemenuhan realisasi anggaran
secara proporsi penyerapan anggaran pada setiap triwulan:
Triwulan I (15%), Triwulan II (40%), Triwulan III (60%), dan
Triwulan IV (90%).
2. Pagu anggaran pembagi diperhitungkan sebagai pagu efektif,
dimana pagu anggaran DIPA dikurangi dengan pagu yang
masih diblokir.
1. Untuk mempertahankan capaian ini, maka Satker agar
senantiasa memperhatikan progres penyerapan anggaran
secara proporsional dari pagu DIPA efektif.
2. Memperbaiki perencanaan dan eksekusi kegiatan secara
relevan dan terjadwal, tidak menumpuk pencairan
anggaran pada akhir tahun.
8. Retur SP2D
1. Indikator ini dihitung dari rasio SP2D yang diretur dengan
jumlah SP2D total yang telah terbit.
2. Semakin sedikit SP2D yang diretur, maka indikator ini semakin
bagus.
1. Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, satker agar
senantiasa meningkatkan ketelitian dalam memproses
dokumen pembayaran dalam SPM terutama kebenaran
dan keakuratan nama dan nomor rekening bank Pihak
Ketiga/ penerima pembayaran.
2. Diperlukan proses konfirmasi atas status aktif rekening
penerima. Apabila terjadi retur SP2D, satker agar
berkoordinasi dengan KPPN untuk penyelesaiannya tidak
lebih dari 7 hari kerja.
59
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (5)
No
.Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan
9.Perencanaan
Kas
1. Indikator ini dihitung dari rasio ketepatan waktu penyampaian
renkas/RPD Harian yang disampaikan ke KPPN untuk jenis
transaksi besar (Diatas Rp 1 Miliar).
2. Renkas tepat waktu akan mendukung terwujudnya likuiditas
Kas Negara yang terencana dan terkendali.
Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, Satker agar
senantiasa meningkatkan kedisiplinan, ketertiban, dan
ketepatan waktu dalam penyampaian Renkas (RPD Harian)
untuk transaksi pencairan dana dalam kategori besar (> Rp 1
Miliar) yang memerlukan penyampaian renkas dengan tidak lebih
dari 5 hari kerja sejak tanggal APS pada Aplikasi SAS sampai
dengan pengajuan SPM ke KPPN.
10.Pengembalian/
Kesalahan SPM
1. Indikator ini dihitung dari besaran/jumlah SPM yang terdapat
kesalahan secara substantif dan dikembalikan oleh KPPN.
2. Pengembalian SPM secara substantif biasanya disebabkan
oleh kesalahan pengisian data supplier, sehingga SPM harus
diperbaiki oleh Satker.
3. Pengembalian SPM berpotensi menyebabkan tagihan tidak
dapat dibayarkan secara tepat waktu.
Untuk meningkatkan nilai capaian indikator ini, satker agar
senantiasa meningkatkan ketelitian dalam memproses
dokumen pembayaran dalam SPM terutama kebenaran dan
keakuratan data supplier yang telah dicocokkan dengan data
yang ada pada OM SPAN maupun data identitas supplier yang
terkonfirmasi dengan pihak bank agar SPM yang diajukan tidak
tertolak oleh KPPN.
60
Langkah-Langkah Strategis Peningkatan IKPA (6)
No. Indikator Keterangan/Penjelasan Langkah Peningkatan
11. Pagu Minus
1. Pagu Minus dihitung akhir tahun (triwulan IV) untuk sesuai jenis
belanja sampai dengan level 6 digit/akun.
2. Pagu minus dapat terjadi akibat kekurangan anggaran maupun
karena pergeseran akun (revisi POK) yang belum dilakukan
penyamaan data/revisi ke Kanwil DJPb.
Satker-satker yang memiliki pagu minus agar dapat segera
menyelesaikan pagu minus dengan mempersiapkan revisi
anggaran untuk menutup pagu minus tersebut.
12. Dispensasi SPM
1. Dispensasi SPM dihitung berdasarkan jumlah SPM yang
terlambat disampaiakan melewati batas-batas akhir SPM pada
akhir tahun anggaran.
2. Dikenakan penalti nilai sesuai dengan rentang SPM yang
mendapat dispensasi.
Satker agar senantiasa memantau progres penyelesaian kegiatan
sesuai rencana, menetapkan mitigasi risiko penyelesaian pekerjaan
dan pembayaran, dan menghitung prognosis belanja agar dapat
dieksekusi tepat waktu untuk menghindari penumpukkan pencairan
anggaran pada akhir tahun.
61
REVIEW PELAKSANAAN
ANGGARAN
KEMENTERIAN PUPR
TAHUN ANGGARAN 2018
KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN 2018Pada tahun 2018 Pemerintah tidak mengajukan perubahan UU APBN.
Langkah tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan dalam 15 tahun terakhir.
Realisasi Pendapatan Negara sebesar Rp1.943,53
T atau 102,6% dari target sebesar Rp1.894,72 T
Realisasi Belanja Negara sebesar Rp2.202,2 T atau
99,2% dari pagu sebesar Rp2.220,65 T
Keseimbangan primer semakin mendekati nol,
yaitu negatif Rp1,8 T
Realisasi Belanja KL* sebesar Rp836,89 T atau
98,8% dari pagu sebesar Rp847,43 T
Pertama kali melampaui target
sejak 2011
Tingkat penyerapan tertinggi
dalam 5 tahun terakhir
Turun signifikan dari tahun 2017
yang nilainya Rp124,4 T
Tingkat penyerapan tertinggi
selama 5 tahun terakhir
* Kinerja realisasi belanja K/L optimal (98,8%) didorong K/L dapat lebih fokus melaksanakan program dankegiatannya karena tidak ada APBN-P 2018.
OVERVIEW PELAKSANAAN
ANGGARAN
KEMENTERIAN PUPR
TAHUN ANGGARAN 2019
Ditjen Bina Konstruksi:Pagu : Rp558,1 MRealisasi : Rp171,5 M (30,73%)
Balai Penelitian dan Pengembangan:Pagu : Rp540,9 MRealisasi : Rp148,9 M (27,54%)
Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah:Pagu : Rp228 MRealisasi : Rp48,9 M (21,45%)
Ditjen Pembiayaan Perumahan:Pagu : Rp261,9 MRealisasi : Rp49 M (18,71%)
Badan Pengembangan SDM:Pagu : Rp398.9 MRealisasi : Rp151,5 M (37,98%)
Ditjen Sumber Daya Air:Pagu : Rp40,1 TRealisasi : Rp10 T (24,90%)
Ditjen Penyediaan Perumahan:Pagu : Rp7,8 TRealisasi : Rp1,2 T (16,19%)
Sekretariat Jenderal:Pagu : Rp533 MRealisasi : Rp183,9 M (34,46%)
Ditjen Bina Marga:Pagu : Rp43,9 TRealisasi : Rp9 T (22,33%)
Inspektorat Jenderal:Pagu : Rp99 MRealisasi : Rp34,7 M (34.86%)
Ditjen Cipta Karya:Pagu : Rp22,5 TRealisasi : Rp2,1 T (9,50%)
TOTAL PAGU
Rp117,11 TTOTAL REALISASI
Rp24,01 T
20,51%
REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN PUPR
PER ESELON I TA.2019
UPDATE DATA TERAKHIR (WAKTU SERVER) : 18-06-2019 09:26:00 WIB.
KODEUNIT
ORGANISASI
Kesesuaian Terhadap RencanaEfektivitas Pelaksanaan
KegiatanKepatuhan Terhadap Regulasi
EfisiensiPelaksanaan
Kegiatan
Nilai
Revisi DIPA (%)
Hal III DIPA (%)
PaguMinus (%)
Penyelesaian
Tagihan (%)
Realisasi(%)
Retur
SP2D (%)UP/TUP (%)
Rekon LPJ (%)
Data Kontrak
(%)
DispensasiSPM (%)
KesalahanSPM (%)
Renkas (%)
033.01 SETJEN 5 2.85 3.99 14.7 16.24 5.99 8.6 5 14.1 0 5.4 5 90.48
033.02 ITJEN 5 2.57 3.98 15 16.49 6 8.3 5 14.25 0 5.7 0 90.42
033.04 DITJEN BM 5 3.54 4 14.75 10.76 5.98 9.4 4.88 12.9 0 4.8 4.92 84.29
033.05 DITJEN CK 5 2.33 4 14.35 4.63 5.96 9.4 4.56 11.1 0 4.8 4.75 73.83
033.06 DITJEN SDA 5 3.55 4 14.86 11.67 5.97 9.7 4.78 13.35 0 5.1 4.95 86.37
033.07 DITJEN PnP 5 1.4 3.95 14.41 6.62 5.95 9.3 4.63 10.8 0 4.8 5 74.86
033.08 DITJEN PbP 5 3.56 3.97 14.86 9.63 5.99 8.3 5 15 0 4.8 5 84.49
033.11 BALITBANG 5 3.78 4 14.55 12.42 5.98 8.8 5 14.55 0 4.8 5 87.37
033.13 DITJEN BINA KONS 5 2.52 3.99 14.56 14.66 5.97 9.4 4.93 12.45 0 5.4 5 87.38
033.14 BPIW 5 3.39 3.98 14.7 9.18 5.99 8.8 5 14.1 0 5.7 0 83.34
033.15 BPSDM 5 2.93 3.99 14.91 17.45 5.98 9.6 4.94 14.4 0 4.8 0 92.31
KEMENTERIAN PUPR 5 2.85 3.99 14.7 16.24 5.99 8.6 5 14.1 0 5.4 5 90.48
REKAPITULASI INDIKATOR KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN K/LTAHUN ANGGARAN 2019
status data : 2019-06-18 10:25:00 WIB
REKAPITULASI INDIKATOR KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN K/LBERDASARKAN 10 NILAI TERTINGGI
TAHUN ANGGARAN 2019
UNIT ORGANISASI: SELURUH UNIT ORGANISASIstatus data : 2019-06-18 10:32:00 WIB
No Uraian Satker UP/TUPData
KontrakKesalahan
SPMRetur SP2D Hal III DIPA
Revisi DIPA
Penyelesaian Tagihan
Rekon LPJ Renkas RealisasiPagu
MinusDispensasi
SPMNilaiAkhir
1OPERASI DAN PEMELIHARAAN
SUMBER DAYA AIR MALUKU UTARA10 15 6 6 4.78 5 15 5 0 20 4 0 99.76
2BALAI WILAYAH SUNGAI MALUKU
UTARA10 15 6 5.96 4.18 5 15 5 0 19.11 4 0 98.07
3SNVT PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER AIR BENGAWAN SOLO
10 13.35 6 6 4.22 5 15 5 5 20 4 0 97.47
4BALAI PELAKSANAAN JALAN
NASIONAL IX MATARAM10 15 5.4 6 2.52 5 15 5 5 20 4 0 96.79
5DINAS PEKERJAAN UMUM DAN
PENATAAN RUANG PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
10 0 6 6 2.78 5 0 5 0 20 4 0 96.35
6SNVT PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER AIR MALUKU PROVINSI
MALUKU UTARA10 15 6 6 1.46 5 15 5 5 20 4 0 96.31
7SNVT PEMBANGUNAN
BENDUNGAN BBWS BRANTAS10 0 5.7 6 2.16 5 15 5 5 20 4 0 96.12
8BALAI PELAKSANAAN JALAN
NASIONAL III PADANG10 15 5.4 6 2.63 5 15 5 5 19.01 4 0 95.87
9PELAKSANAAN JALAN NASIONAL
WILAYAH III PROVINSI NTB10 13.8 5.1 6 2.7 5 15 5 5 20 4 0 95.41
10PENATAAN BANGUNAN DAN
LINGKUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA
10 15 4.8 6 3.2 5 15 5 0 18.46 4 0 95.01
PELAPORAN KEUANGAN
KEMENTERIAN/LEMBAGA
BIRO KEUANGAN
1. PMK No.222/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri KeuanganNomor 177/PMK.05/2015 tentang Pedoman Penyusunan dan Penyampaian LaporanKeuangan Kementerian Negara/Lembaga
2. PMK No.224/PMK.05/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri KeuanganNomor 219/PMK.05/2013 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat
3. PMK No.225/PMK.05/2016 tentang Penerapan Standar Akuntansi PemerintahanBerbasis Akrual Pada Pemerintah Pusat
4. Keputusan Dirjen Perbendaharaan No. Kep-211/PB/2018 tentang Kodefikasi SegmenAkun Pada Bagan Akun Standar
5. PMK No.48/PMK.05/2018 tentang Pelaksanaan Likuidasi Entitas Akuntansi danEntitas Pelaporan pada Kementerian Negara/Lembaga
6. Surat Dirjen Perbendaharaan No. S-536/PB/2019 tentang Pelaksanaan RekonsiliasiEksternal tingkat UAKPA dan KPPN bulan April dan Mei 2019
DASAR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
KPPN
MENTERI KEUANGAN SEBAGAI BENDAHARA UMUM NEGARA
BUN
Satker
(26,801)
MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA SEBAGAI PENGGUNA
ANGGARAN/BARANG
Satker BLU
(184)
Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Wilayah/
Provinsi
KONSOLIDASI
Utang
Investasi
Pemerintah
Penerusan
Pinjaman
Transfer ke
Daerah
Belanja
Subsidi
Transaksi
Khusus
Badan
Lainnya
Eselon 1 K/L1. LRA
2. Neraca
3. LPE
4. LO
5. CaLK
LKKL
Kanwil DJPB Dit. APK-DJPB
1. LRA
2. Neraca
3. LAK
4. LPSAL
5. LO
6. LPE
7. CaLK
LK BUN
LKPP:
1. LRA
2. Neraca
3. LAK
4. LPSAL
5. LO
6. LPE
7. CaLK
Presiden
BPK
DPR
Belanja
Lain-lainHibah
Alur Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
SAI
Unit Akuntansi dan PelaporanKeuangan
Unit Akuntansi dan PelaporanBarang
Pembentukan Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan/Barang dibuat
secara berjenjang dengan unsur vertikal dan dapat disesuaikan dengan
karakteristik entitas
KerangkaUmum SAPP
STRUKTUR ORGANISASI UNIT AKUNTANSI DAN PELAPORAN
KEUANGAN PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
UAPAUAPPA-E1UAPPA-W
UAKPA
A. Struktur Organisasi Unit
Akuntansi beserta Tugas dan fungsinya
B. Unit Akuntansi
C.Penanggung Jawab Unit Akuntansi
SAI
SAK-SAIBA
a) SA UAKPA
b) SA UAPPA-W
c) SA UAPPA-E1
d)SA UAPA
SIMAK-BMN
a. SA UAKPB
b. SA UAPPB-W
c. SA UAPPB-E1
d. SA UAPB
SISTEM AKUNTANSI INSTANSI
KEPALA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) KESEKRETARIAN/PEJABAT YANG
DITUNJUK
KASUBBAG.TU/PEJABAT YANG MENANGANI KEUANGAN/VERIFIKASI DAN
AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK
PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI
PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER
Struktur Organisasi Entitas Akuntansi/Pelaporan (UAKPA)
Penanggung Jawab
PETUGAS AKUNTANSI
KEPALA KANTOR WILAYAH
KABAG. KEUANGAN/ KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN
AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK
KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGIKEUANGAN / VERIFIKASI DAN AKUNTANSI
/PEJABAT YANG DITUNJUK
PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI
PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER
Petugas Akuntansi
Struktur Organisasi Entitas Akuntansi/Pelaporan (UAPPA-W)
Penanggungjawab
KEPALA DAERAH (GUBERNUR/ BUPATI/WALIKOTA)
PEJABAT ESELON I YANG MEMBIDANGI KEUANGAN /PEJABAT YANG DITUNJUK KESEKRETARIATAN / PEJABAT
YANG DITUNJUK
PEJABAT ESELON II YANG MEMBIDANGI KEUANGAN /PEJABAT YANG DITUNJUK
KABAG. KEUANGAN/ KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG
DITUNJUK
KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN
AKUNTANSI /PEJABAT YANG DITUNJUK
PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER
Struktur Organisasi Entitas Akuntansi/Pelaporan(Koor. UAPPA-W)
Penanggungjawab
PEJABAT ESELON I (DIRJEN I KA . BAD AN) IPEJABAT YANG DITUNJUK
SEKRETARIS ESELON I (SEKDIT JEN I SEKBAN) I PEJABAT YANG DITUNJUK
KABAG. KEUANGAN/ KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN
AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK
KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGIKEUANGAN / VERIFIKASI DAN AKUNTANSI /PEJABAT
YANG DITUNJUK
PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI
PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER
Petugas Akuntansi
Struktur Organisasi Entitas Akuntansi/Pelaporan (UAPPA-E1)
Penanggungjawab
MENTERI / PIMPINAN LEMBAGA
PEJABAT ESELON I YANG MEMBIDANGIKESEKRETARIATAN/ PEJABAT
KEPALA BIRO YA NG MEMBIDANGI KEUANGAN /PEJABAT YA NG DITUNJUK
KABAG. KEUANGAN/ KABAG. VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN AKUNTANSI/PEJABAT YANG DITUNJUK
KEPALA SUBBAGIAN/SEKSI YANG MEMBIDANGI KEUANGAN / VERIFIKASI DAN
AKUNTANSI /PEJABAT YANG DITUNJUK
PETUGAS AKUNTANSI/VERIFIKASI PETUGAS PEREKAMAN KOMPUTER
Petugas Akuntansi
Struktur Organisasi Entitas Akuntansi/Pelaporan (UAPA)
Sistem Akuntansi Instansi
Jurnal
Buku Besar
Buku Pembantu
Laporan
Formulir Dokumen
Sumber
Prosedur dalam siklus akuntansi yang dilaksanakan pada lingkup K/L yang dalam pelaksanaannya memproses
transaksi keuangan, barang, dantransaksi lainnya untuk menghasilkan
laporan keuangan yang dapatbermanfaat bagi pengguna laporan
keuangan
LRA
LO
LPE
Neraca
CaLK
LAPORAN KEUANGAN
RELEVAN
ANDAL
DAPAT DIBANDINGK
AN
DAPAT DIPAHAMI
KARATERISTIK LAPORAN KEUANGAN YANG
BERKUALITAS
Laporan keuangan dapatmempengaruhi
pengambilan keputusanpengguna laporan keuangan
Informasi yang disajikan bebasdari pengertian yang
menyesatkan, kesalahanmaterial dan disajikan dengan
jujur
Harus bisa membadingkanlaporan keuangan perusahaan
antarperiode untukmengidentifikasi keccenderungan
(trend) posisi dan kinerjakeuangan
Informasi yang berkualitas yang dapat
dengan mudah dipahamioleh pembacanya
Proses Bisnis Unit Akuntansi
UAKPA2
Verifikasi hasil perekaman dengan dokumen sumber
Verifikasi dan validasi elemen –elemen dokumen sumber
1
Perekaman
Posting
Rekonsiliasi
Pengiriman data dan laporan keuangan
Proses Bisnis Unit Akuntansi
UAPPAW
UAPPAES1
UAPA 2
Rekonsiliasi
Penerimaan data dan laporan keuangan
1
Verifikasi data dan laporan keuangan
Analisa hardcopy dan softcopy
Penggabungan data dan Laporan Keuangan
Pengiriman data dan laporan keuangan
DOKUMEN SUMBER
UNTUK PROSES BISNIS AKUNTANSI DI TINGKAT UAKPA
11 a. Estimasi Pendapatan : DIPA
b. Realisasi Pendapatan: SSBP, SSP, SSPCP, SSPB
Dokumen sumber untuk transaksi penerimaan:
3
Memo Penyesuaian yang digunakan dalam rangka
pembuatan jurnal penyesuaian untuk transaksi akrual
dan jurnal aset.
2 SPP, SPM dan SP2D, SP3B-BLU
Dokumen untuk transaksi pengeluaran
4Berita Acara Serah Terima Barang (BAST), Surat Keputusan
(SK) Penghapusan, SK Penghentian dan/atau Penggunaan
Kembali atas Aset Tetap/Aset Tak Berwujud yang dalam kondisi
rusak
Dokumen lainnya dalam rangka penyusunan Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga seperti:
CONTOH DOKUMEN:
Rekonsiliasi Data
KELUARAN
Meyakinkan
keandalan
data dalam
penyusunan
Laporan
Keuangan
Berita Acara
RekonsiliasiTUJUAN
Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi
keuangan yang diproses dengan beberapa
sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan
Dokumen Sumber yang sama
Jadwal Pelaksanaan Rekonsiliasi
Bulan Mei
Jadwal Rekonsiliasi Rekon Mei 2019
Open Upload 1 s.d 21 Juni 2019
Proses Rekonsiliasi 13 s.d 25 Juni 2019
Closed Period 22 s.d 25 Juni 2019
a. Apabila data telah sesuai dengan kebijakan
penerbitan BAR sebagaimana diatur PMK
No.104/PMK.05/2017, KPPN melakukan
approval dan kedua belah pihak (UAKPA dan
KPPN) melakukan proses tanda tangan secara
elektronik
b. Hasil Rekonsiliasi dituangkan dalam BAR
sebagaimana diatur PMK
No.104/PMK.05/2017
c. Untuk rekonsiliasi bulan mei 2019 apabila
sampai dengan tanggal 24 Juni 2019 status
rekonsiliasi pada Aplikasi e-Rekon-LK belum
memperoleh status “menunggu TTD KPA”,
satker dikenakan sanksi sebagaimana diatur
dalam PMK No.104/PMK.05/2017
d. Jadwal upload ulang untuk penyelesaian sanksi
rekonsilias bulan Mei 2019 maupun perbaikan
laporan keuangan adalah tanggal 26 s.d 30 Juni
2019
JADWAL PENYUSUNAN DAN PENGIRIMAN LAPORAN
KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA
OUTLINE KEBIJAKAN BARU DAN PERUBAHAN KEBIJAKAN TAHUN 2018
1 3 4 652
Perubahan Nilai Minimum
Kapitalisasi
Restrukturisasi
Bagan Akun Standar
Integrasi Data BMN ke E-Rekon LK
Penyelesaian HibahLangsung BelumDisahkan TAYL
(Barang/Jasa)
Eliminasi Transaksi Resiprokal BLU
Rekonsiliasi Pengesahan Hibah Langsung Barang/Jasa
7
Pengungkapan
LK PHLN
PERUBAHAN NILAI MINIMUM KAPITALISASI
Dasar Hukum : PMK-181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan BMN
Keterangan Sebelumnya Menjadi
Peralatan dan Mesin ≥ Rp300 ribu ≥ Rp1 juta
ATR berupa Peralatan dan Mesin Tidak diatur ≥ Rp1 juta
Gedung dan Bangunan ≥ Rp10 juta ≥ Rp25 juta
ATR berupa Gedung dan Bangunan Tidak diatur ≥ Rp25 juta
Dengan perubahan tersebut, jika terdapat pengadaan ataupengembangan atas aset:a. Peralatan dan Mesin dengan nilai:
• ≥ Rp1 juta: dianggarkan dan direalisasikan dengan akun BelanjaModal Peralatan dan Mesin (532xxx)
• < Rp1 juta: dianggarkan dan direalisasikan dengan akun BelanjaBarang (52xxxx)
b. Gedung dan Bangunan dengan nilai:• ≥ Rp25 juta: dianggarkan dan direalisasikan dengan akun Belanja
Modal Gedung dan Bangunan (533xxx)• < Rp25 juta: dianggarkan dan direalisasikan dengan akun Belanja
Barang (52xxxx)
1. Masih terjadi keterlanjuran ketidaktepatanpenggunaan akun sehingga idealnya perludilakukan revisi anggaran dan ralat dokumenrealisasi.
2. Namun demikian, jika revisi anggaran danralat dokumen realisasi tidak dapatdilaksanakan, maka perlu dilakukan jurnalmanual:
Beban Aset Ekstrakomptabel (D)Aset Tetap Belum Diregister (K)
98
KAPITALISASI BELANJA BARANG ATAU MODAL
Pemilihan antaraBelanja Barang dan
Belanja Modal dalam pengadaan
awal
MemenuhiKriteria
Pengakuan AsetTetap/AsetLainnya?
Memenuhi Nilai Minimal
Kapitalisasi: P/M≥1.000.000 G/B≥25.000.000
Belanja Barang sesuaiperuntukannya
Belanja Modal sesuaiperuntukannya
Y
Y
T
T
HAL PENTING LAINNYA DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2018
1. Revaluasi BMN
2. Selisih Transfer Keluar dan Transfer Masuk
3. Selisih Reklasifikasi Keluar dan Reklasifikasi Masuk
4. Monitoring rekonsiliasi SP2D BMN Akun 53
5. Nilai Buku Minus
6. Penyelesaian TL LHP BPK
101
HASIL REVALUASI BMN 10 K/L TERBESAR
BERDASARKAN NILAI REVALUASI BERDASARKAN JUMLAH NUP
RpT
riliu
n
No Kementerian/Lembaga NILAI BUKU KENAIKAN/
PENURUNAN
1 Kementerian Pertahanan 315,08 1.239,43
2 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 628,94 1.126,57
3 Kementerian Sekretariat Negara 91,31 475,40
4 Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 72,78 290,30
5 Kementerian Perhubungan 110,02 289,86
6 Kepolisian Negara Republik Indonesia 50,69 175,91
7 Kementerian Keuangan 29,63 76,17
8 Kementerian Pertanian 14,36 71,47
9 Kementerian Agama 31,81 53,56
10 Kementerian Kesehatan 24,31 51,99
11 K/L Lainnya 169,26 339,64
TOTAL 1.538,19 4.190,31
No Kementerian/ Lembaga Capaian Jumlah NUP %
1 Kemenpupera 364.110 38,51%
2 Kemenhan 161.335 17,06%
3 Polri 74.057 7,83%
4 Kemenag 63.093 6,67%
5 Kemenhub 61.102 6,46%
6 Kementan 39.348 4,16%
7 Kemenristek Dikti 21.901 2,32%
8 Kemenkeu 20.425 2,16%
9 Kemenkum HAM 19.071 2,02%
10 KLHK 13.114 1,39%
11 K/L Lainnya 107.904 11,41%
TOTAL 945.460 100%
643,83 1.111,65
Selesai Revaluasi
364.110 NUPTerdiri dari:
Tanah : 43.128 NUP (11,8%)
Gedung dan Bangunan : 17.415 NUP (4,78%)
Jalan, Jembatan, Bangunan Air : 303.567 NUP (83,42%)
REVALUASI BMN TAHUN 2017-2018PADA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Nilai Wajar 1.755,58 Triliun
Nilai Buku 643,83 Triliun
Peningkatan 1.111,65 Triliun (171,97 %)
BMN Ditemukan (BMN tercatat pada laporan dan ditemukan pada saat revaluasi) 281.827 NUP (77,4%)
BMN Berlebih (BMN belum tercatat pada laporan dan ditemukan pada saat
revaluasi, atau ada kesalahan kodefikasi)
5.446 NUP (1,49%)
BMN Tidak Ditemukan (BMN tercatat dan tidak ditemukan pada saat revaluasi,
atau ada kesalahan kodefikasi, penggabungan aset, kesalahan pencatatan)
76.837 NUP (21,11%)
102
NUP: Nomor Urut Pendaftaran
PEMERIKSAAN BPK RI DAN YANG HAL PERLU MENDAPATKAN PERHATIAN
103
BPK telah melakukan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu atas revaluasi BMN dan telah
menyampaikan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
Permasalahan Utama:
Mekanisme pengendalian internal dan kontrol kualitas dalam penatausahaan BMN di KL tidak memadai,
sehingga secara umum data/informasi penilaian kembali BMN dinilai tidak akurat
Respon Kebijakan:
Hasil Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 tidak disajikan dalam LKKL dan LKPP Tahun 2018, dan
akan disajikan pada LKKL dan LKPP Tahun 2019 setelah dilakukan perbaikan dan dapat diterima oleh BPK
Perlu ditingkatkan asset awareness dan tone from the top di setiap KL
Perhatian tidak hanya pada saat pembelian atau pengadaan aset, namun juga pada saat pemeliharaan
dan penatausahaan aset
Pengelolaan BMN harus dilakukan lebih disiplin, kredibel, dan optimal
PENYAJIAN HASIL PENILAIAN KEMBALI BMN DALAM LAPORAN KEUANGAN
Hasil Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 tidak disajikan dalam LaporanKeuangan Tahun 2018 dilakukan jurnal SAIBA pada Satker KonsolidasiKementerian
Hasil Penilaian Kembali BMN Tahun 2017-2018 akan disajikan dalam LaporanKeuangan Tahun 2019 setelah dilakukan perbaikan dan telah diterima oleh BPK
Penghitungan Take Out Hasil Penilaian Kembali BMN dilakukan olehKementerian Keuangan
104
Likuidasi Satker
UNIT ORGANISASI TETAPPERUBAHAN
NOMENKLATURSATKER BARU LIKUIDASI JML SATKER
SEKRETARIAT JENDERAL 8 1 1 2 10
INSPEKTORAT JENDERAL 1 1
BINA MARGA 185 13 6 1 204
CIPTA KARYA 319 2 83 292 404
SUMBER DAYA AIR 205 0 2 0 207
PENYEDIAAN PERUMAHAN 42 0 0 0 42
PEMBIAYAAN PERUMAHAN 1 1 0 34 2
BALITBANG 17 0 0 0 17
BINA KONSTRUKSI 14 1 34 0 49
BPIW 5 0 0 0 5
BPSDM 16 1 1 1 18
JUMLAH 813 19 127 330 959
D
E
F
I
N
I
S
I
Entitas Akuntansi (EA) adalah:• unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang
dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun LK untuk digabungkan pada entitas pelaporan. • Contoh: Satker Kejari, Satker Polres, Satker Dinas Pertanian, dll
Entitas Pelaporan (EP) adalah • unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih EA yang
menurut ketentuan peraturan per-UU-an wajibmenyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa LK.• Contoh: Kementerian Perdagangan, BP Sabang, Bendahara Umum
Negara, dll
Likuidasi adalah:• tindakan penyelesaian seluruh
aset dan kewajiban• sebagai akibat
pengakhiran/pembubaranentitas akuntansi dan/atauentitas pelaporan pada KL.
KRITERIA LIKUIDASI
a. tidak lagi beroperasi sebagai EA atau EP;
b. perubahan Identitas EA atau EP*) yang antara lain disebabkan karena:
1. penggabungan EA atau EP; atau
2. pemecahan EA atau EP;
c. tidak mendapat alokasi anggaran pada tahun anggaran berikutnya; atau
d. perubahan status menjadi BLU atau BUMN dan sebaliknya, serta perubahan UBL Satker menjadi UBL Bagian Satker atau UBL Bukan Satker.
*) Tidak
termasuk karena
pemutakhiran sistem
yang menjaditanda suatu EA dan dapat menjadi pembeda antara EA yang satu dgn yang lainnya berupa serangkaian kode BA, kode eselon I, dan kode Satker.
Identitas EP adalah kode BA yang menjadi pembeda antara EP yang satu dgn yang lainnya.
YANG PERLU DIPERHATIKAN TERKAIT LIKUIDASI SATKER
1. Penetapan Satker Likuidasi SK Menteri PUPR
2. Penetapan Penanggungjawab SK Menteri PUPR
3. Penetapan Tim Likuidasi SK dari Unit Organisasi.
4. Inventarisasi aset dan kewajiban yang akan diserahterimakan dari Satker likuidasike Satker Penerima
5. Serah terima aset dan kewajiban Berita Acara Serah Terima
6. Penyusunan Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Likuidasi.
WDP
2012 - 20142012 WTP DPP
2013 WTP
2014 WTP DPP
2016 WTP
2017 WTP
2009 - 2011WDP
2015WDP
PERKEMBANGAN OPINI BPK RI
201
8
LHP BPK RI LK PUPR TA 2004 - 2017
TEMUAN BERULANG
TEMUAN BERULANGLHP BPK RI LK PUPR TA 2004 - 2017
SISTEM PENGENDALIAN
INTERNAL
1. Pengelompokan Jenis Belanja Barang dan
Belanja Modal pada saat Penganggaran Tidak
Sesuai dengan Kegiatan yang dilakukan.
2. Aset Tetap belum dilakukan proses Inventarisasi
dan Penilaian Kembali.
3. Penyaluran Hibah Aset Tetap Kementerian PU
Berlarut-larut.
4. Pengelolaan Belanja yang dibiayai Hibah Luar
Negeri Belum Tertib.
5. Sistem Aplikasi Penyusutan dan Penerapannya
Belum Sesuai dengan Ketentuan Standar
Akuntansi Yang Berlaku
6. Penatausahaan atas PNBP Belum Memadai
7. Penatausahaan Persediaan pada Beberapa
Satuan Kerja Belum Tertib
8. Pencatatan dan Pengelolaan Aset Tetap Belum
Dilakukan secara tertib
9. Pencatatan dan Penyajian Aset Tak Berwujud
(ATB) dan Aset Lain-lain Tidak Akurat
LHP BPK RI LK PUPR TA 2004 - 2017
1. Proses Hibah Berlarut-larut
2. Penatausahaan dan Pengelolaan
Persediaan Belum Tertib
3. Pencatatan dan Pengelolaan Aset Tetap
Belum Memadai
4. Penatausahaan Aset Tak Berwujud (ATB)
Belum Memadai
KHP BPK RI LK PUPR TA 2018
TEMUAN BERULANGLHP BPK RI LK PUPR TA 2004 - 2017
KEPATUHAN TERHADAP
PERATURAN PERUNDANG - UNDANGAN
1. Belanja Jasa Dilaksanakan Tidak Sesuai
Ketentuan Sehingga Terdapat Kelebihan
Pembayaran
2. Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas pada
Satuan Kerja di Lingkungan Kementerian PU
Tidak Sesuai Ketentuan Mengakibatkan
Kelebihan Bayar
3. Terdapat Aset Tetap yang Berupa Tanah Belum
Diproses Sertifikatnya dan Kendaraan Bermotor
Tidak Didukung Bukti Kepemilikan yang Sah
4. Kelebihan Pembayaran Belanja Modal atas
Pekerjaan yang Dilaksanakan Kurang dari
Kontrak, Tidak Sesuai Spesifikasi dan
Penambahan Volume pada Pekerjaan dengan
Harga Satuan Timpang
5. Pelaksanaan Pekerjaan Tidak Dapat
Diselesaikan Sesuai Jangka Waktu yang
Diperjanjikan dengan Denda Keterlambatan
6. Aset Digunakan oleh Pegawai di Luar Satuan
Kerja, Pensiunan, Pemerintah Daerah serta
Pihak Lain Tanpa Didukung Dengan Dokumen
Sesuai Ketentuan
LHP BPK RI LK PUPR TA 2004 - 20171. BMN Dikuasai/Dipergunakan Pihak Lain
2. Aset Tetap Berupa Tanah dan Kendaraan
Bermotor Belum Didukung Bukti Kepemilikan
3. Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Belum
Dikenakan Denda
4. Kelebihan Pembayaran atas Realisasi Belanja
Barang dan Belanja Modal, serta Belum Didukung
Bukti Pertanggungjawaban yang Lengkap dan
Sah
5. Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas pada
Beberapa Satuan Kerja Dilaksanakan Tidak
Sesuai Ketentuan Sehingga Terdapat Kelebihan
Pembayaran
6. Kesalahan Penganggaran Belanja Modal dan
Kesalahan Klasifikasi Anggaran Belanja Modal
(sebelumnya di SPI)
KHP BPK RI LK PUPR TA 2018
113
Melakukan analisis secara berkala untuk menilai tindak lanjut yang telah dilakukan telah sejalan denganmaksud rekomendasi BPK dan menyampaikan progres tindak lanjut kepada BPK melalui SIPTL (SistemInformasi Pemantauan Tindak Lanjut) maupun melalui surat resmi.
Mengkomunikasikan tindak lanjut atas rekomendasi dengan BPK dalam rangka:• Memastikan tindak lanjut yang telah dilakukan telah sejalan dengan maksud rekomendasi BPK.• Mendapatkan alternatif dan masukan lebih lanjut dari BPK terkait penyelesaian tindak lanjut rekomendasi,
dalam hal tindak lanjut yang telah dilakukan belum sesuai dengan maksud rekomendasi BPK.
Melakukan pembahasan secara intensif atas setiap rekomendasi yang kompleks atau sulitditindaklanjuti agar dapat diselesaikan sebelum akhir tahun anggaran.
Mendokumentasikan dengan baik seluruh hasil pembahasan tindak lanjut dengan BPK.
Terima kasih
Atas Perhatiannya
Semoga Bermanfaat
Untuk Kita Semua