Post on 31-Dec-2015
STEP I
sudah cukup jelas
STEP II
1. Bagaimana tahap tahap pertumbuhan bayi dari usia 0 - 5 tahun ?
2. Bagaimana tahap tahap perkembangan bayi dari usia 0 - 5 tahun?
3. Masalah yang timbul dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak?
4. Bagaimana penilaian tumbuh kembang anak?
5. Bagaimana penanganan masalah tumbuh kembang anak?
STEP III
1.
2. Usia 0-3
bulan:
Mengan
gkat
kepala
setinggi
45°
Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
Melihat dan menatap wajah anda
Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
Berat Badan (Kilogram)
Lahir 3,25
3-12 bulan Usia (bulan) + 9/ 2
1-6 tahun Usia (tahun) x 2 + 8
7-12 tahun Usia (tahun) x 7 – 5/ 2
Tinggi Badan (Centimeter)
Lahir 50
1 tahun 75
2-12 tahun Usia (tahun) x 6 + 7/7
Suka tertawa keras
Bereaksi terkejut terhadap suara keras
Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum.
Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak
Usia 3-6 bulan:
Berbalik dari telungkup ke telentang
Mengangkat kepala setinggi 90°
Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil
Menggenggam pensil
Meraih benda yang ada dalam jangkauannya
Memegang tangannya sendiri
Berusaha memperluas pandangan
Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil
Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain
sendiri
Usia 6-9 bulan:
Duduk sendiri (dalam sikap bersila)
Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
Merangkak dan meraih mainan atau mendekati seseorang
Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
Memungut dua benda, masing-masing tangan memegang satu benda pada
saat yang bersamaan
Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
Bersuara tanpa arti seperti: mamama, bababa, dadada, tatata
Mencari mainan/benda yang dijatuhkan
Bermain tepuk tangan/cilukba
Bergembira dengan melempar benda
Makan kue sendiri
Usia 9-12 bulan:
Mengangkat badannya ke posisi berdiri
Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi
Dapat berjalan dengan dituntun
Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan
Mengenggam erat pensil
Memasukkan benda ke mulut
Mengulang menirukan bunyi yang didengar
Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja
Bereaksi terhadap suara bisikan (perlahan)
Senang diajak bermain "CILUK BA"
Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal
Usia 12-18 bulan:
Berdiri sendiri tanpa berpegangan
Membungkuk untuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
Berjalan mundur 5 langkah
Memanggil ayah dengan kata "papa", memanggil ibu dengan kata
"mama".
Menumpuk dua buah kubus
Memasukkan kubus di kotak
Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa
mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing
Usia 18-24 bulan:
Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik
Berjalan tanpa terhuyung-huyung
Bertepuk tangan, melambai-lambai
Menumpuk empat buah kubus
Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
Menggelindingkan bola kearah sasaran
Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti
Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga
Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri
Usia 24-36 bulan:
Jalan menaiki tangga sendiri
Dapat bermain dan menendang bola kecil
Mencoret-coret pensil pada kertas
Bicara dengan baik, menggunakan dua kata
Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama dua benda atau
lebih
Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu membawa suatu
benda jika diminta
Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah
Melepas pakaiannya sendiri
Usia 36-48 bulan:
Berdiri pada satu kaki selama 2 detik
Melompat dengan kedua kaki diangkat
Mengayuh sepeda roda tiga
Menggambar garis lurus
Menumpuk 8 buah kubus
Mengenal 2-4 warna
Menyebut nama, umur, tempat.
Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan
Mendengarkan cerita
Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
Bermain bersama ternan, mengikuti aturan permainan
Mengenakan sepatu sendiri
Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
Usia 48-60 bulan:
Berdiri pada satu kaki selama 6 detik
Melompat dengan kedua kaki diangkat
Mengayuh sepeda roda tiga
Menggambar garis lurus
Menumpuk 8 buah kubus
Mengenal 2-4 warna
Menyebut nama, Usia, tempat
Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan
Mendengarkan cerita
Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
Mengenakan sepatu sendiri
Mengenakan celana panjang, kemeja, baju
Usia 60-72 bulan:
Berjalan lurus
Berdiri dengan satu kaki selama 11 detik
Menggambar 6 bagian tubuh, menggambar orang lengkap
Menangkap bola kecil dengan kedua tangan
Menggambar segi empat
Mengerti arti lawan kata
Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya
Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 -10
Mengenal warna-warni
Mengungkapkan simpati
Mengikuti aturan permainan
Berpakaian sendiri tanpa dibantu
3. 1. Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan indikator
seluruh perkembangan anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan
gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
2. Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang
tidak progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel motorik pada
susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
3. Sindrom Down. Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat
dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang
menjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang lebih. Beberapa faktor
seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis
atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan
motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri.
4. Perawakan pendek. Penyababnya dapat karena variasi normal, gangguan
gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
5. Gangguan autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada
anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti
meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat
luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan
perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi
sosial, komunikasi dan perilaku.
6. Retardasi mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensia yang rendah ( IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan
individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas
kemampuan yang dianggap normal.
7. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Merupakan
gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian
yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
4. Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
1) Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
STEP IV
STEP V
1. Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak?2. Aspek spek penilaia dan alat yang digunakan?
3. Manajemen tumbuh kembang anak?
SETEP VIBelajar Mandiri
SETEP VII
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh
kembang anak antara lain:
1. Faktor Dalam
Ras/etnik atau bangsa : Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika,
maka ia tidak memilki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya
Keluarga: Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk atau kurus
Umur : Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
Jenis kelamin : fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih
cepat daripada laki-laki.. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan
anak laki-laki akan lebih cepat
Genetik : adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri
khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang
anak seperti kerdil.
Kelainan kromosom : Kelainan kromosom umumnya disertai dengan
kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
2. Faktor Luar
Gizi : Nutrisi ibu hamil terutama dalam trisemester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin
Mekanis : Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kongenital
seperti club foot
Toksi/zat kimia : beberapa obat-obatan dapat menyebabkan kelainan
kongenital.
Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat kelainan pada janin
seperti deformitas anggota gerak
Infeksi : Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh virus TORCH
dapat menyebabkan kalainan pada janin, katarak, bisu tuli, retasdasi mental dam
kelainan jantung.
Kelainan imunologi : Adanya perbedaan golongan darah antara janin dan
ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian
melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan
hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan kerusakan jaringan otak
Psikologi ibu : Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakukan
salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain
3. Faktor Persalinan Dan Pasca Salin
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak
Gizi : untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat
Penyakit kronis/kelainan kongenital : tuberkolosis, anemia, kelainan
jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani
Lingkukan fisis dan kimia : Lingkungan sebagai tempat anak hidup
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Sanitasi lingkungan yang
kurang baik, kurangnnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia
tertentu mempunya dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
4. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki
oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertetkan, akan mengalami
hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya
5. Sosio-Ekonomi
Kemisikinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan
yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
6. Lingkungan Pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak
7. Stimulasi
Pertumbuhan memerlukan rangsang/stimulasi khususnya dalam keluarga,
misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota
keluarga lain terhadap kegiatan anak.
8. Obat-Obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghamba pertumbuhan, demikian
halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang
menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan
2. ANTOPOMETRI
1. Berat Badan
Berat badan BBL normal adalah 2500-4000 gr.
Penurunan fisiologis 5-10% selama 10 hari pertama
Perkiraan berat badan :
5 bulan = 2 X BB lahir
1 tahun = 3 X BB lahir
2 tahun = 4 X BB lahir
pra sekolah = 2 kg / tahun
Growth spurt (Pacu tumbuh) :
Anak perempuan : 8-18 tahun
Anak laki-laki : 10-20 tahun
Kenaikan berat anak pada tahun pertama kehidupan dengan gizi yang
baik :
Triwulan pertama : 700 - 1000 gr
Triwulan kedua : 500 - 600 gr
Triwulan ketiga : 350 - 450 gr
Triwulan keempat : 250 - 350 gr
Formula berat badan :
BB = 8 + 2n Kg
n : jumlah umur dalam tahun
2. Panjang Badan/Tinggi Badan
Panjang badan BBl normal 48-50 cm.
Kenaikan tinggi badan pada tahun 1 peratama :
Triwulan pertama : 10 cm
Triwulan kedua : 6 cm
Triwulan ketiga : 5 cm
Triwulan keempat : 4 cm
Perkiraan panjang badan :
1 tahun = 1,5 X PB lahir
4 tahun = 2 X PB lahir
6 tahun = 1,5 X TB 1 tahun
13 tahun = 3 X PB lahir
Dewasa = 3,5 X PB lahir atau 2 X TB 2 tahun
Fomula tinggi badan anak lebih dari 3 tahun :
TB = 80 = 5n cm
n : jumlah umur dalam tahun
3. Lingkar Kepala
Berhubungan dengan isi ruang tengkorak (Pertumbuhan otak).
Lingkar kepala BBL : 33-35 cm (Lebih dari lingkar dada)
Kenaikan lingkar kepala tahun pertama 44-47 cm.
Perkiraan lingkar kepala :
6 bulan : 44 cm
1 tahun : 47 cm
2 tahun : 49 cm
10 tahun : 53 cm
dewasa : 55-57 cm
Pertumbuhan tulang kepala mengikuti pertumbuhan otak, begitu juga
sebaliknya.
Pertumbuhan tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 5-6
bulan pertama setelah lahir, setalah itu hanya terjadi pembesaran sel-sel
otak saja.
Berat otak BBL adalah 1/4 berat otak orang dewasa tapi jumlah selnya
sudah mencapai 2/3 jumlah sel otak orang dewasa.
4. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas BBL adalah 9,5-13,5 cm.
Mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak
terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh disbandingkan berat
badan.
Efektif uuntuk mengetahui keadaan gizi atau tumbuh kembang anak pra
sekolah yaitu 1-3 tahun.
Alat yang digunkan adalah pita ukur/metlin.
Diukur pada pertengahan lengan kiri bagian atas.
Lengan harus dalam keadaan tergantung bebas dan lingkar metlin tidak
ketat dan tidak longgar.
Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
1) Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
b. Alat yang digunakan
Ø Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan,
peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas,
pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia
kronologis anak saat diperiksa).
Ø Lembar formulir DDST II
Ø Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan
cara penilaiannya.
c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan
9-12 bulan
18-24 bulan
3 tahun
4 tahun
5 tahun
2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
d. Penilaian
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).
Cara pemeriksaan ddst ii
§ Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu
tahun.
§ Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika
sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
§ Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST.
§ Setelah itu dihitung pada masing-masing sektorberapa yang P dan berapa yang F
§ Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal,
Meragukan dan tidak dapat dites.
1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia .
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
3. Pengukuran anthropometri
Pengertian istilah “nutritional anthropometry” mula-mula muncul dalam
“Body measurements and Human Nutrition” yang ditulis oleh Brozek pada tahun
1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai :
Pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada
tingkat usia dan derajad nutrisi yang berbeda.
Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan, dan ukuran
komposisi tubuh
yang dibagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh yang bebas lemak.
Penilaian pertumbuhan merupakan komponen esensial dalam surveilan kesehatan
anak karena hampir setiap masalah yang berkaitan dengan fisiologi, interpersonal,
dan domain sosial dapat memberikan efek yang buruk pada pertumbuhan anak.
Alat yang sangat penting untuk penilaian pertumbuhan adalah kurva pertumbuhan
(growth chart) pada gambar terlampir, dilengkapi dengan alat timbangan yang
akurat, papan pengukur, stadiometer dan pita pengukur.
Langkah-langkah Manajemen Tumbuh Kembang Anak
• Pengukuran antropometri : berat, tinggi, lingkar kepala, lingkar dada,
lingkar lengan, tebal kulit.
• Penggunaan kurva pertumbuhan anak (KMS,NCHS)
• Penilaian dan analisa status gizi & pertumbuhan anak
• Penilaian perkembangan anak, dan maturasi
• Intervensi (preventif, Promotif, Kuratif, Rehabilitatif).
Perlu ditekankan bahwa pengukuran antropometri hanyalah satu dari
sejumlah teknik-teknik yang dapat untuk menilai status gizi.
Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara
berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal
lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi
pada bayi dan anak.
1. Berat dan Tinggi Badan terhadap umur :
• Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku,
beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur
tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang
pemeriksa pada papan pengukur (infantometer), tinggi badan anak
diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer.
• Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk
anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan
wanita.
• Cara canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak
dengan kalkulasi skor Z (atau standard deviasi) dengan mengurangi
nilai berat badan yang dibagi dengan standard deviasi populasi
referens. Skor Z =atau > +2 (misalnya 2SD diatas median) dipakai
sebagai indikator obesitas.
2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita pengukur
yang tidak molor. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan lingkaran
kepala (dikutip oleh Behrman, 1968). Sedangkan lingkaran lengan
menggunakan baku dari Wolanski, 1961 yang berturut-turut diperbaiki
pada tahun 1969.7
3. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan,
subskapula dan daerah pinggul., penting untuk menilai kegemukan.
Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal
(Harpenden Caliper).
Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting.
4. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara
luas,
yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). BMI mulai
disosialisasikan untuk penilaian obesitas pada anak dalam kurva persentil
juga (lihat pada lampiran,CDC tahun 2004).8-10 Tingkat kelebihan berat
badan harus dinyatakan dengan SD dari mean (rerata) BMI untuk populasi
umur tertentu. Mean BMI juga bervariasi seperti pada berat badan normal
pada status gizi dan frekuensi kelebihan berat pada rerata BMI dan
standard deviasi yang dihitung. Misalnya anak dengan rerata BMI +1 SD
di suatu negara tidak harus sama dengan rerata BMI +1 dinegara lain.
Suatu kurva persentil dari BMI atas dasar referens populasi
internasional yang dikembangkan oleh IOTF (International Obesity Task
Force) pada tahun 1997 untuk mengatasi keterbatasannya. Batas (cut off
points) obesitasdalam kaitan
persentil adalah BMI 25 kg/m2 dan BMI 30kg/m2 pada orang dewasa.
Tabel 1. Definisi pada CDC BMI
terhadap umur Underweight
BMI - for – age < 5th percen tile
At risk of overweight BMI – for - age 85th percentile
Overweight BMI - for – age ≥ 95th percentile
HAMBATAN-HAMBATAN ANAK AUTIS
Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh anak autis yaitu: Anak autis
memiliki hambatan kualitatif dalam interaksi sosial artinya bahwa anak autistik
memiliki hambatan dalam kualitas berinteraksi dengan individu di sekitar
lingkungannya, seperti anak-anak autis sering terlihat menarik diri, acuh tak acuh,
lebih senang bermain sendiri, menunjukkan perilaku yang tidak hangat, tidak ada
kontak mata dengan orang lain dan bagi mereka yang keterlekatannya terhadap
orang tua tinggi, anak akan merasa cemas apabila ditinggalkan oleh orang tuanya.
Sekitar 50 persen anak autis yang mengalami keterlambatan dalam berbicara dan
berbahasa. Mereka mengalami kesulitan dalam memahami pembicaran orang lain
yang ditujukan pada mereka, kesulitan dalam memahami arti kata-kata dan
apabila berbicara tidak pada konteks yang tepat. Sering mengulang kata-kata
tanpa bermaksud untuk berkomunikasi, dan sering salah dalam menggunakan kata
ganti orang, contohnya menggunakan kata saya untuk orang lain dan
menggunakan kata kamu untuk diri sendiri.
Mereka tidak mengkompensasikan ketidakmampuannya dalam berbicara dengan
bahasa yang lain, sehingga apabila mereka menginginkan sesuatu tidak meminta
dengan bahasa lisan atau menunjuk dengan gerakan tubuh, tetapi mereka menarik
tangan orang tuanya untuk mengambil obyek yang diinginkannya. Mereka juga
sukar mengatur volume suaranya, kurang dapat menggunakan bahasa tubuh
untuk berkomunikasi, seperti: menggeleng, mengangguk, melambaikan tangan
dan lain sebagainya.
Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka cenderung untuk menyenangi
lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat mereka terbatas
artinya mereka apabila menyukai suatu perbuatan maka akan terus menerus
mengulang perbuatan itu. anak autistik juga menyenangi keteraturan yang
berlebihan.
Lorna Wing menuliskan dua kelompok besar yang menjadi masalah pada
anak autis yaitu:
a. Masalah dalam memahami lingkungan (Problem in understanding the world)
1). Respon terhadap suara yang tidak biasa (unusually responses to sounds).
Anak autis seperti orang tuli karena mereka cenderung mengabaikan suara yang
sangat keras dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan benda di
sampingnya. Anak autis dapat juga sangat tertarik pada beberapa suara benda
seperti suara bel, tetapi ada anak autis yang sangat tergangu oleh suara-suara
tertentu, sehingga ia akan menutup telinganya.
2). Sulit dalam memahami pembicaraan (Dificulties in understanding speech).
Anak autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaraan memiliki makna, tidak
dapat mengikuti instruksi verbal, mendengar peringatan atau paham apabila
dirinya dimarahi (scolded). Menjelang usia lima tahun banyak autis yang
mengalami keterbatasan dalam memahami pembicaraan.
3). Kesulitan ketika bercakap-cakap (Dificulties when talking).
Beberpa anak autis tidak pernah berbicara, beberapa anak autis belajar untuk
mengatakan sedikit kata-kata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang
diucapkan orang lain, mereka memiliki kesulitan dalam mempergunakan kata
sambung, tidak dapat menggunakan kata-kata secara fleksibel atau
mengungkapkan ide.
4). Lemah dalam pengucapan dan kontrol suara (Poor pronunciation and voice
control). Beberapa anak autis memiliki kesulitan dalam membedakan suara
tertentu yang mereka dengar. Mereka kebingungan dengan kata-kata yang hampir
sama, memiliki kesulitan untuk mengucapkan kata-kata yang sulit. Mereka
biasanya memiliki kesulitan dalam mengontrol kekerasan (loudness) suara.
5). Masalah dalam memahami benda yang dilihat (Problems in understanding
things that are seen). Beberapa anak autis sangat sensitif terhadap cahaya yang
sangat terang, seperti cahaya lampu kamera (blitz), anak autis mengenali orang
atau benda dengan gambaran mereka yang umum tanpa melihat detil yang
tampak.
6). Masalah dalam pemahaman gerak isarat (problem in understanding gesturs).
Anak autis memiliki masalah dalam menggunakan bahasa komunikasi; seperti
gerakan isarat, gerakan tubuh, ekspresi wajah.
7). Indra peraba, perasa dan pembau (The senses of touch, taste and smell).
Anak-anak autis menjelajahi lingkungannya melalui indera peraba, perasa dan
pembau mereka. Beberapa anak autis tidak sensitif terhadap dingin dan sakit.
8). Gerakan tubuh yang tidak biasa (Unusually bodily movement). Ada gerakan-
gerakan yang dilakukan anak autis yang tidak biasa dilakukan oleh anak-anak
yang normal seperti mengepak-ngepakan tangannya, meloncat-loncat, dan
menyeringai.
9). Kekakuan dalam gerakan-gerakan terlatih (clumsiness in skilled movements).
Beberapa anak autis, ketika berjalan nampak anggun, mampu memanjat dan
seimbang seperti kucing, namun yang lainnya lebih kaku dan berjalan seperti
memiliki bebrapa kesulitan dalam keseimbangan dan biasanya mereka tidak
menikmati memanjat. Mereka sangat kurang dalam koordinasi dalam berjalan dan
berlari atau sebaliknya.
b. Masalah gangguan perilaku dan emosi (Dificult behaviour and emotional
problems).
1. Sikap menyendiri dan menarik diri (Aloofness and withdrawal). Banyak anak
autis yang berprilaku seolah-olah orang lain tidak ada. Anak autis tidak merespon
ketika dipanggil atau seperti tidak mendengar ketika ada orang yang berbicara
padanya, ekspresi mukanya kosong.
2. Menentang perubahan (Resistance to change). Banyak anak autis yang
menuntut pengulangan rutinitas yang sama. Beberapa anak autis
memilikirutinitas mereka sendiri, seperti mengetuk-ngetuk kursi sebelum duduk,
atau menempatkan objek dalam garis yang panjang.
3. Ketakutan khusus (Special fears). Anak-anak autis tidak menyadari bahaya
yang sebenarnya, mungkin karena mereka tidak memahami kemungkinan
konsekuensinya.
4. Prilaku yang memalukan secara sosial (Socially embarrassing behaviour).
Pemahaman anak autis terhadap kata-kata terbatas dan secara umum tidak matang,
mereka sering berperilaku dalam cara yang kurang dapat diterima secara sosial.
anak-anak autis tidak malu untuk berteriak di tempat umum atau berteriak dengan
keras di senjang jalan.
5. Ketidakmampuan untuk bermain (Inability to play). Banyak anak autis
bermain dengan air, pasir atau lumpur selam berjam-jam. Mereka tidak dapat
bermain pura-pura. Anak-anak autis kurang dalam bahasa dan imajinasi, mereka
tidak dapat bersama-sama dalam permainan denga anak-anak yang lain.
IMPLEMENTASI METODE TEACCH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN KOGNITIF DAN PRILAKU ADAPTIF ANAK AUTIS
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meingkatkan kemampuan kognitif
dan prilaku adaptif anak autis.adalah metode TEACCH (Treatment and Education
of Autistic and Related Communication Handicapped Children and Adults), yang
dilaksanakan di Universtas North Carolina, metode ini memberi banyak
pemahaman dan pelatihan bagi guru untuk bekerja dengan anak-anak autis.
Metode ini juga mempunyai kumpulan asesmen pendidikan dan materi kurikulum
yang dipadukan dengan seluruh program dan pendekatan pendidikan
mereka.Salah satu program aplikasi metode TEACCH adalah dengan
menggunakan system komunikasi visual, yang mana anak berkomunikasi dengan
setiap orang melalui gambar dan foto. Hal ini karena ketertarikan anak autis
terhadap obyek (gambar) lebih tinggi daripada terhadap manusia. Proses timbal
balik dalam suatu system komunikasi dengan gambarpun dibuat lebih mudah
sehingga lebih mudah divisualisasi. seorang anak autis membawa gambar untuk
meminta pertolongan, kemudian guru menghampiri, anak menunjuukkan gambar
minta dan kue, kemudian gurunya memberikan kue.
Dalam aplikasi metode TEACCH, kurikulum berikut karakteristik sosial telah
diobservasi selama observasi yang meliputi: proximity, (kedekatan), objects and
body use (penggunaan benda dan tubuh), social response (respon sosial), social
initiation (permulaan sosial), interfering (behavior), menyentuh prilaku dan
adaptation to change (menyesuaikan terhadap perubahan).
1. Proximity. Pada proximity, observasi dilakukan tentang toleransi bagian tubuh,
“arah” adalah aspek lain dari: apakah kita menatap dengan benar ketika sedang
berbicara dengan anak autis? Apakah dia (anak autis) melihat kita ketika kita
bicara kepadanya? Apakah dia memahami aktivitas? (missal: area rekreasi untuk
bermain, atau sudut ruangan untuk bekerja).
2. Objects and body use. Apakah anak autis memiliki anyak gerakan yang aneh?
(missal: jalan berjinjit)? Apakah dia memahami bahwa sendok adalah alat yang
digunakan untuk makan dengan atau tanpa bunyi ketika menggunakannya?
3. Response social. Bagaimana reaksi anak autis ketika orang lain tersenyum atau
mengucapkan salam? Atau ketika teman atau saudaranya mengajak bermain?
Apakah anak autis dapat berjabatan tangan?
4. Social initiation. Apakah anak autis dapat mengucapkan selamat pagi pada
dirinya sendiri di pagi hari? Itu dapat menjadi suatu keterampilan hubungan
masyarakat yang sangat penting di kemudian hari ketika dia sudah bekerja.
Kemampuan prilaku adaptif ini dapat menentukan sikap karyawan lain untuk
menghargai dan menerima orang autis. Apakah orang autis dapat menjelaskan
bahwa dia kebingungan, belum mengerti sesuatu atau bahwa dia tidak mempunyai
garpu dan sendok?
5. interfering behavior. Apakah anak autis menunjukkan agresi terhadap dirinya
sendiri atau orang lain?
6. Adaptation to change. Apakah anak autis merasa terganggu ketika program
atau posisi benda yang ada di lingkungannya berubah? Apakah dia mampu
menggeneralisir keterampilan dan prilaku yang adaptif pada aktivitas situasi lain?.
Karakteristik itu semua diamatai dalam berbagai situasi yang relevan dengan
kehidupan anak autis, waktunya tersetruktur, ketika sedang bermain, waktu
makan, selama perjalanan, ketika bertemu dengan orang lain.
TABEL I
Structuer
Time
Cuntext
proximity
Object/
body
use
Social
initiation
Social
respon
Interfering
behavior
Adaptation
to change
Play/leisure
Travel
Mealtime
Meeting
othets
Contoh aplikasi metode TEACCH :
1. Seorang anak autis masuk ke dalam kelas untuk pertama kali. Dia belum
terbiasa untuk belajar, dan sulit untuk duduk. Guru menyuruh dia untuk
mengambil kartu dan memasukkan ke dalam kotak yang sesuai dengan warna
kartu, tapi dia tidak mengerti. Dia menangis dan teriak. Dia menunjukkan
‘penolakan’ dengan tidak mengijinkan siapapun untuk mendekat.
2. Tiga minggu kemudian. Guru memberikan kartu ketika anak autis masuk ke
dalam kelas, dia masih belum mengerti dan bergerak dari satu tempat ke tempat
lain. Kemudian guru menuntun dia secara fisik, memberikan dorongan pada arah
yang benar, dia merespon. Dia menunjukkan penolakan tetapi tidak lama dan dia
membutuhkan dorongan fisik.
3. Tiga bulan kemudian. Anak mulai memahami rutinitas kelas. Dia datang
kemudian mengambil kartu dari guru dan memasukkannya pada kotak yang
warnanya sama, guru berkata yang harus dilakukan oleh anak (jadwal pada hari
itu), atau menunjukkan gambar yang menandakan kegiatan yang harus dilakukan
oleh anak. Dia melakukan aktivitas sesuai dengan gambar yang ditunjukkan oleh
guru. Pada tahap ini anak tidak memerlukan prompt fisik, tetapi memerlukan
prompt khusus.
4. Beberapa bulan kemudian anak dapat melakkan aktivitasnya sendiri tanpa
bimbingan dari guru atau orang lain. Kemandirian inilah yang diharapkan oleh
guru dan orang tua, kemandirian yang tidak mengkat keterlibatan guru
mendampingi anak autis lebih lama. Dia mampu menggeneralisasi prilaku
adaptifnya dalam segala situasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Azis Alimul.2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Dr. Nursalam, dkk.2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika.
Needlman Robert D. Overview and Assessment of Variability, Part II Growth and
Development Dalam: Nelson Textbook Pediatrics. Penyunting: Nelson
Waldo E., dkk.. edisi 17, W.B.Saunders Co.,Philadelphia 2004 : 23-66.
Moersintowarti B.Narendra. Penilaian Status Gizi Dalam Manajemen Tumbuh
Kembang Anak Malnutrisi; Dikemukakan dalam Kongres II
Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), Thema :Peluang &
Tantangan Gizi medik di Era Millenium III. Surabaya, 13-14 Oktober
2000.