Post on 16-Jan-2017
NASKAH PUBLIKASI
PRARANCANGAN PABRIK HEXAMINE
DENGAN PROSES LEONARD KAPASITAS 15.000 TON/TAHUN
Diajukan Guna Melengkapi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan
Tingkat Strata Satu di Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
NURUL KURNIAWATI
D 500 100 049
Dosen Pembimbing:
1. M. Mujiburohman Ph.D.
2. Kun Harismah Ph.D.
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
INTISARI
Pabrik hexamine dengan proses Leonard merupakan reaksi homogen fase
cair yang menghasilkan produk samping berupa air. Reaksi berlangsung di dalam
Reaktor Alir Tangki Berpengaduk (RATB) dengan suhu 40°C dan tekanan 16
atm, irreversible dan eksotermis. Konversi reaksi sebesar 98% terhadap ammonia.
Produk yang dihasilkan adalah hexamine dengan kadar 99,93%. Tahapan proses
meliputi persiapan bahan baku amonia dan formaldehid, pembentukan hexamine
di dalam reaktor, dan pemurnian produk. Pemurnian produk dilakukan didalam
evaporator, centrifuge, dan rotary dryer.
Kapasitas produksi 15.000 ton/tahun dengan bahan baku amoniak
949,9392 kg/jam dan formalin 2.514,5451 kg/jam. Kebutuhan utilitas terdiri dari
air sebesar 263.539,4354 kg/jam, listrik sebesar 400 KW, bahan bakar sebesar
366,6069 L/jam. Pabrik direncanakan berdiri di kawasan industri Palembang,
Sumatra Selatan, dengan jumlah karyawan sebanyak 140 orang.
Pabrik hexamine direncanakan beroperasi selama 330 hari/tahun.
berdasarkan analisis ekonomi diperoleh keuntungan sebelum pajak Rp
191.417.246.514 dan sesudah pajak Rp 133.992.072.560. Pay Out Time (POT)
sebelum pajak sebesar 2,79 tahun dan sesudah pajak sebesar 3,56 tahun. Break
Even Point (BEP) 56,69%, Shut Down Point (SDP) 41,57% sedangkan
Discounted Cash Flow (DCF) sebesar 33,49%. Jadi dari segi ekonomi pabrik
tersebut layak untuk didirikan.
Kata Kunci : hexamine, proses Leonard, RATB
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri kimia merupakan salah
satu sektor industri yang sedang
dikembangkan di Indonesia. Alasan
pengembangan industri kimia ialah
adanya peningkatan kebutuhan
dalam negeri akan berbagai bahan
penunjang dalam industri. Untuk itu
perlu adanya pendirian pabrik-pabrik
baru yang bukan hanya memenuhi
kebutuhan dalam negeri namun juga
berorientasi ekspor. Salah satunya
ialah pabrik Hexamethylenetetramine
(HMTA) atau sering disebut sebagai
hexamine. Kebutuhan impor
hexamine mencapai 21.441 ton
(Badan Pusat Statistika, 2013).
Dengan didirikannya pabrik
hexamine diharapakan dapat
memenuhi kebutuhan hexamine
dalam negeri yang terus meningkat
dan membuka lapangan kerja bagi
masyarakat Indonesia.
Hexamine merupakan salah
satu produk industri kimia yang
penting bagi kehidupan. Selama
Perang Dunia ke II, hexamine
banyak digunakan sebagai bahan
baku pembuatan cyclonite yang
mempunyai daya ledak sangat
tinggi. Setelah masa perang dunia II
usai, hexamine masih diperlukan
untuk keperluan pertahanan,
keamanan maupun industri
pertambangan. Selain sebagai bahan
peledak hexamine banyak digunakan
dalam bidang kedokteran (bahan
baku antiseptik), industri resin
(curing agent), industri karet
(accelerator yaitu agar karet
menjadi elastis), industri tekstil
(shrink-proofing agent dan untuk
memperindah warna), industri serat
selulosa (menambah elastisitas), dan
pada industri buah digunakan
sebagai fungisida pada tanaman
jeruk untuk menjaga tanaman dari
serangan jamur (Kent, 1974).
Bahan baku pembuatan
hexamine yaitu amoniak akan
diperoleh dari PT Pupuk Sriwidjaja
di kota Palembang yang
mempunyai kapasitas produksi 4,0
juta ton/tahun, kebutuhan amoniak
pabrik sekitar 1,3 ton/tahun. PT
Pupuk Sriwidjaja dapat memenuhi
kebutuhan bahan baku amoniak
sebesar 7.562 ton/tahun untuk
produksi hexamine.
Kebutuhan formalin
sebesar 53.825 ton/tahun dapat
dipenuhi dari PT Korindo Abadi
dan PT Perawang Perkasa Indah,
Kepulauan Riau dengan kapasitas
produksi masing-masing 50.000
ton/tahun.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan
1. Dapat memenuhi kebutuhan
hexamine di dalam negeri
sehingga dapat mengurangi
kebutuhan impor.
2. Dapat memacu pertumbuhan
industri-industri hulu khususnya
yang memproduksi formalin
dan amoniak dan memacu
pertumbuhan industri hilir yang
menggunakan hexamine sebagai
bahan baku maupun bahan
pembantu.
3. Dapat menciptakan lapangan
kerja baru bagi masyarakat dan
dapat menunjang pemerataan
pembangunan sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
Tinjauan Pustaka
2.1. Kapasitas Produksi
Penentuan kapasitas produksi
pabrik hexamine didasarkan pada
kebutuhan hexamine di Indonesia
dari tahun ke tahun. Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistika,
kebutuhan impor hexamine di
Indonesia masih cukup besar.
Perkembangan impor hexamine di
Indonesia dapat dilihat pada Tabel
1.1 (Badan Pusat Statistik, 2013).
Tabel 1.1. Data impor hexamine di
Indonesia
Tahun Jumlah (ton)
2008 23.241
2009 15.825
2010 16.828
2011 18.577
2012 25.089
2013 21.441
Dari persamaan hasil regresi
linier dapat dihitung besarnya impor
hexamine pada tahun 2014 adalah
sebesar 28.576 ton/tahun. Dengan
prediksi kebutuhan hexamine di atas
maka ditetapkan perancangan
kapasitas pabrik sebesar 15.000
ton/tahun dengan pertimbangan
untuk pemenuhan kebutuhan dalam
negeri.
2.2. Proses Produksi
Hexamine
Pembuatan hexamine dengan
bahan baku amoniak dan formalin
dapat dilakukan dengan tiga proses.
1. Proses Meissner
2. Proses Leonard
3. Proses AGF Lefebvre
Dari ketiga macam proses di
atas maka dalam prarancangan
pabrik hexamine ini dipilih
proses Leonard dengan 4
pertimbangan.
1. Reaksi yang berlangsung
merupakan reaksi homogen,
fase cair sehingga penanganan
lebih mudah jika dibandingkan
dengan reaksi fase heterogen
yaitu gas dan cair.
2. Konversi yang dihasilkan dari
proses Leonard cukup besar
yaitu 98% dan yield 95-96%
dibandingkan dengan proses
Meissner yaitu konversi 97%
dan yield 95% dan proses AGF
Lefebvre yaitu konversi 97%
dan yield 95%.
3. Panas reaksi yang dihasilkan
lebih kecil jika dibandingkan
dengan proses lainnya, sehingga
memudahkan dalam pengaturan
suhu reaktor.
4. Jika panas yang dihasilkan kecil
maka kebutuhan pendingin
lebih sedikit dengan demikian
dapat menghemat biaya operasi
reaktor.
Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
6CH2O(aq)+4NH3(aq)(CH2)6N4(q)
+6H2O(l)
Tahap pembuatan hexamine secara
garis besar ada empat.
1. Penyediaan bahan baku.
Tahap awal perlakuan bahan
baku (reaktan) sebelum
direaksikan di dalam reaktor
ialah penyimpanan bahan dalam
kondisi cair dengan
menggunakan kondisi bertekanan
maupun penyesuaian suhu.
2. Pembentukan produk.
Tahap reaksi antara CH2O dan
NH3 membentuk C6H12N4 dan
H2O.
3. Pemurnian dan pengkristalan
produk.
Merupakan tahap penghilangan
sisa-sisa reaktan yang masih
terdapat dalam produk dan
pembentukan kristal produk.
4. Pengepakan dan penyimpanan
produk.
Pengepakan dan penyimpanan ini
disesuaikan dengan produk
maupun fase.
METODE PENELITIAN
3.1. Tinjauan Termodinamika
Tinjauan termodinamika
digunakan untuk mengetahui sifat
reaksi (endotermis/eksotermis) dan
arah reaksi (reversible/irreversible).
Penentuan panas reaksi yang
berjalan secara eksotermis maupun
endotermis dapat dihitung dengan
perhitungan panas pembentukan
standar (∆H˚f) pada P = 1 atm dan T
= 283 K. Reaksi yang terjadi ialah :
6CH2O(Aq) + NH3(l) (CH2)6N4(Aq)
+ 6H2O(l)
Harga (∆H˚f) masing-masing
komponen pada suhu 283 K dapat
dilihat pada Tabel 2.1. berikut ini
(Yaws, 1999) :
Tabel 3.1 Harga ∆H˚f komponen
Komponen ∆H˚f kJ/mol
CH2O -108,57
NH3 -46,11
H2O -285,83
(CH2)6N4 760,68
∆H˚r 298 K = ∆H˚f produk - ∆H˚f
reaktan
= [(∆H˚f (CH2)6N4) + (6 x ∆H˚f
H2O)] – [(6 x ∆H˚f CH2O ) + (4 x
∆H˚f NH3)]
= (760,68+(6 x -285,83)) – ((6 x -
108,57) + ( 4 x -46,11))
= -118,44 kJ/mol
Karena harga ∆H˚r 298 K bernilai
negatif, hal ini menunjukkan
bahwa reaksi bersifat eksotermis.
Reaksi pembentukan hexamine
merupakan reaksi irreversible
(searah). Hal ini dapat dilihat dari
nilai konstanta kesetimbangan
(K). Energi bebas Gibbs dari
reaktan dan produk ada pada
Tabel 2.2 (Yaws, 1999).
Tabel 3.2. Harga ∆G˚f
komponen.
Komponen ∆G˚f kJ/mol
CH2O -109,9
NH3 -16,40
H2O -228,642
(CH2)6N4 410,80
Persamaan (Smith and Van Ness, 1975):
∆G˚f = ∑(n∆G˚f )produk -
∑(n∆G˚f)reaktan
∆G˚f = -RT ln K
maka :
K = exp(-∆G˚f /RT)
dengan :
∆G˚f : energi bebas Gibbs standard
(kJ/mol)
T : temperatur (K)
R : tetapan gas (8,314 x 103)
kj/molK
K : konstanta kesetimbangan pada
298 K
∆G˚f = ∑(n∆G˚f )produk -
∑(n∆G˚f )reaktan
= (410,8+(6 x -228,642)) – ((6 x -
109,9) + (4 x -16,40))
= -236,0508 kJ/mol
K = exp(236,0508/8,314x10-3
x298)
= 2,3846 x 1041
Dari persamaan (Smith & Van Ness,
1975) :
Ln (K/K1) = -(∆H298/R) x (1/T-1/T1)
di mana :
K1 = konstantan kesetimbangan pada
temperatur tertentu
T1 = temperatur tertentu (K)
∆H298 = panas reaksi pada suhu
298 K
Pada suhu T1 = 40 °C = 313 K
besarnya konstanta kesetimbangan
dapat dihitung:
Ln ( K / K1 ) = -(ΔH298 /R )x (1/T–
1/T1 )
Ln ( 2,3846.1041
/ K1 ) = - ( -
118,44 / 8,314.10-3
) x ((1/298)–
(1/313))
Ln ( 2,3846.1041
/ K1) = 2,2909
(2,3846.1041
/ K1) = 9,8845
K1 = K313 = 2,4125.1040
Nilai K1 sangat besar sehingga
reaksi dianggap berjalan searah.
3.2. Tinjauan Kinetika
Menurut Kermode and
Stevens (1965) persamaan untuk
mencari konstanta kecepatan reaksi
pada pembuatan hexamine ialah:
6CH2O(Aq) + NH3(l) (CH2)6N4(Aq)
+ 6H2O(l)
Reaksi yang terjadi
merupakan reaksi orde 3 dengan
persamaan kecepatan reaksi:
-rA = kCA2CB
di mana :
CA = konsentrasi amoniak (mol/L)
CB = konsentrasi formalin (mol/L)
Persamaan kinetika :
k = 1,42 x 103exp(-3090/T)
dengan :
k = konstanta kecepatan reaksi
(L2/detik.mol
2)
T = suhu (K)
Pada kondisi operasi reaktor T = 313
K nilai k adalah
k = 0,073(L2/detik.mol
2)
3.3. Spesifikasi Alat Utama
1. Centrifuge
Kode : H-140
Fungsi : Memisahkan kristal
hexamine dari mother liquor
Jenis : Nozzle Discharge
Centrifuge
Jumlah : 1 Buah
Kapasitas : 1,8926 ton/jam
Kapasitas maksimal : 4 ton/jam
Bahan : Carbon steel
Kondisi operasi
Tekanan : 1 atm
Suhu : 40 °C
Dimensi
Diameter bowl : 16 in
Motor
Kecepatan putar : 6250 rpm
Power : 40 hp
Centrifugal force :8900 lbf/ft2
2. Evaporator 1
Kode : V-110
Fungsi : Menguapkan sisa
CH2O, CH3OH, NH3, dan
sebagian air dari produk
reaktor
Tipe :Standard Vertical
Tube Evaporator
Diameter : 6,1477 ft
Tinggi shell : 9,2216 ft
Tebal shell : 3/16 in
Tebal head : 3/16 in
Jenis tube : Calandria
Ukuran tube:8 in IPS schedule
40
OD : 8,625 in
ID : 7,891 in
Panjang tube : 8 ft
Jumlah tube : 190 buah
Bahan konstruksi : Carbon
Steel SA-203 Grade C
3. Evaporator-02
Kode : V-111
Fungsi : Menguapkan sisa CH2O,
CH3OH, NH3, dan sebagian air
dari produk reaktor
Tipe : Standard Vertical Tube
Evaporator
Diameter : 4,3878 ft
Tinggi shell : 5,4839 ft
Tebal shell : 3/16 in
Tebal head : 3/16 in
Jenis tube : Calandria
Ukuran tube: 4 in IPS schedule 40
OD : 4,5 in
ID : 4,026 in
Panjang tube: 4 ft
Jumlah tube : 105 buah
Bahan konstruksi : Carbon
Steel SA-203 Grade C
4. Reaktor
Kode : R-110
Fungsi : Mereaksikan amoniak dan
formalin
Tipe : Reaktor Alir Tangki
Berpengaduk
Jumlah : 1 Buah
Volume : 215,3420 ft3
Bahan : Stainless steel SA 353
Kondisi operasi
Tekanan : 16 atm
Suhu : 40 °C
Dimensi tangki
Diameter tangki : 6,4971 ft
Tinggi tangki : 6,4971 ft
Tebal shell : 0,75 in
Dimensi head
Bentuk : Torispherical
dished head
Tebal head : 1,75 in
Tinggi head : 1,2575
Tinggi total : 2,7469 m
Pengaduk
Tipe : 6 blade plate turbine
impeller with 4 baffle
Jumlah : 1 Buah
Diameter : 0,5872 m
Power : 0,5 Hp
Kecepatan : 93,2664 rpm
Pendingin
Media pendingin : water
Jenis pendingin :jaket
pendingin
Suhu masuk : 30 °C
Suhu keluar : 35 °C
Luas selubung : 184 ft2
Tebal jaket : 1 in
5. Rotary Dryer
Kode : B-110
Fungsi : Mengurangi
kadar cairan hexamine
Jenis : Rotary Dryer
Counter Current Direct Heat
Single Shell
Kapasitas :1919,5353
kg/jam
Jenis isolasi : Batu isolasi
Diameter : 0,3355 m
Panjang : 4,5220 m
Tebal isolasi : 4 in
Tebal shell : 0,1875 in
Tinggi bahan : 0,1651 ft
Sudut rotary : 18,24˚
Waktu pengeringan : 39,16
menit
Jumlah flight : 2 buah
Power : 3 hp
Jumlah : 1 buah
a. Tahapan Proses
Produksi hexamine dengan
cara mereaksikan amoniak dan
formalin memiliki tiga tahapan.
1. Tahap penyimpanan bahan
baku
2. Tahap pembentukan
produk
3. Tahap pemurnian dan
penyimpanan produk
1. Tahapan persiapan bahan
baku
a. Amoniak
Amoniak disimpan dalam
tangki penyimpan (F-110) pada
tekanan 16 atm dan suhu 35 °C
dalam kondisi cair. Dari tangki
penyimpan amonia dipompa (L-
210) kemudian dialirkan ke
reaktor.
b. Formalin
Larutan formalin
disimpan pada tangki penyimpan
(F-111) dengan tekanan 1 atm
dan suhu 35 °C. Untuk
mengalirkan larutan formalin ke
dalam reaktor dan menaikkan
tekanan menjadi 16 atm
digunakan pompa (L-211) dan
(L-212).
2. Tahap pembentukan
hexamine
Bahan baku diumpankan
ke dalam reaktor dengan
perbandingan mol formalin :
amoniak = 3 : 2. Reaksi
berlangsung dalam fase cair dan
bersifat eksotermis. Konversi
yang dicapai sebesar 98% dengan
reaktan pembatas amoniak.
Reaksi berjalan dalam Reaktor
Alir Tangki Berpengaduk
(RATB) pada keadaan isotermal
40 °C. Tekanan operasi reaktor
16 atm hal ini bertujuan menjaga
agar reaktan tetap pada kondisi
cair. Panas yang dihasilkan oleh
reaktor akan diserap jacket
pendingin.
Produk keluar dari reaktor
mempunyai suhu 40 °C dengan
tekanan 16 atm kemudian
dialirkan ke dalam expander (G-
250) untuk menurunkan tekanan
menjadi 1 atm sebelum masuk
evaporator (V-110). Suhu produk
keluar expander sebesar 40 ˚C,
produk hexamine dan sisa reaktan
yang berupa amoniak dan larutan
formalin keluar expander
kemudian diumpankan ke dalam
evaporator (V-110) dan (V-111).
Di dalam evaporator, produk
mengalami proses pemekatan dan
pengkristalan. Evaporator
bekerja pada tekanan dibawah 1
atm (vakum) hal ini bertujuan
untuk menghindari dekomposisi
hexamine. Tekanan evaporator 1
(V-110) yaitu 0,11 atm dan suhu
48 °C. Evaporator 2 (V-111)
beroperasi pada tekanan 0,12 atm
dan suhu 50 °C. Sebagai media
pemanas digunakan steam jenuh
pada suhu 150 °C dan tekanan
4,7 atm. Untuk mengumpankan
produk keluar evaporator 1
digunakan pompa (L-213).
Produk hasil evaporator 2 (V-
111) berupa kristal hexamine
selanjutnya di umpankan ke
centrifuge (H-140) dengan
menggunakan pompa (L-214)
untuk dipisahkan antara kristal
hexamine dengan cairannya.
Kristal hexamine kemudian
dibawa ke unit pemurnian dengan
menggunakan screw conveyor (J-
240). Sedangkan cairan keluar
centrifuge (mother liquor) di-
recycle kembali masuk dalam
evaporator 1 (V-110).
3. Tahap pemurnian dan
penyimpanan produk
Produk yang
dihasilkan dimurnikan dengan
menggunakan alat rotary dryer
(B-120). Pada rotary dryer
terjadi penguapan sisa-sisa air
dan dihasilkan produk dengan
kemurnian mencapai 99,93%.
Selanjutnya produk masuk dalam
unit penyimpanan melalui belt
conveyor (J-230), lalu produk
diangkut oleh bucket elevator (J-
210) sebelum disimpan dalam
silo (F-260).
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisa
ekonomi, besarnya nilai BEP berada
pada range yang diijinkan yaitu
56,69%, batasan BEP untuk pabrik
kimia antara 40-60%. Nilai BEP
sendiri dipengaruhi oleh harga jual
dan harga bahan baku, apabila
selisih harga bahan baku dan produk
semakin tinggi maka besarnya nilai
BEP akan semakin rendah. Selain
nilai BEP nilai POT pabrik
hexamine ini juga berada pada range
yang diijinkan yaitu maksimal 4
tahun. Nilai POT pabrik sebelum
pajak 2,79 tahun sedangkan nilai
POT setelah pajak 3,56 tahun. Nilai
DCF juga cukup tinggi yaitu
33,49% di atas bunga bank yaitu
25%, hal ini menunjukkan bahwa
pabrik hexamine ini memiliki
peluang investasi yang menjanjikan,
maka pendirian pabrik hexamine
layak untuk dipertimbangkan dan
didirikan.
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
1,80
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00
Bia
ya (M
ilyar r
up
iah
)
Kapasitas Produksi (%)
Sa
Ra
Va
BEP
SDP
Gambar 1. Grafik analisis ekonomi prarancangan pabrik hexamine dengan proses
Leonard kapasitas 15.000 ton/tahun.
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisa ekonomi
diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1. Percent Return on Investment
setelah pajak sebesar 18,12%
2. Pay Out Time setelah pajak
sebesar 3,56 tahun
3. Break Event Point sebesar
56,69%,
4. Shut Down Point sebesar
41,57%
5. Discounted Cash Flow sebesar
33,49%
Jadi, Pabrik Hexamine dari
Formaldehid dan Amoniak dengan
Proses Leonard kapasitas 15000
ton/tahun LAYAK untuk
dipertimbangkan didirikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Intan Wijaya
Produk. Diakses dari
http://www.intanwijaya.com/in
dex.php?act=products&do=list
pada 17 November 2013
Anonim. 2013. Kapasitas Produksi.
Diakses dari www.korindo.co.id
pada 17 November 2013
Anonim. 2013. Produk Amonia.
Diakses dari
http://www.pusri.co.id/ina/am
onia-proses-produksi-amonia/
pada 20 November
Anonim. 2013. Jinan Xiangrui
Chemical Auxiliary Agent
Factory. Diakses dari
www.jinanxiangrui.com pada
tanggal 11 Juni 2013
Aries, R.S and Newton, R.D, 1995,
Chemical Engineering Cost
Estimation, Mc.Graw Hill
Book Co Inc, New York.
Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik
Perdagangan Luar Negeri
Indonesia. Diakses dari
http://bps.go.id/exim-
frame.php?kat=2&id_subyek=
08¬ab=50 pada tanggal 15
November
European Patent. 2013. “Continuous
Production of
Hexamethylenetetramine”
Grupta, R.K. 1987. Industrial
Chemical Handbook. Small
Business Publication. Roop
Nagar. India
Kent, A.J. 1974. Riegel’s Handbook
of Industrial Chemistry, 7th
edition. Littion Educational
Publishing, Inc. USA
Kermode, R.I and Stevens, W.F.
1965. Canadian Journal
Chemical Engineering, vol 43
No 63
Kirk, R.E., and Othmer, V.R., 1992,
Encyclopedia of Chemical
Technology, Vol 24, 4th
ed,
John Wiley & Sons Inc., New
York
Perry’s, R.H., and Green, D., 1999,
Perry’s Chemical Engineer’s
Hand Book, 7th edition, Mc.
Graw Hill Book Company
Inc., New York.
Peters and Timmerhaus, 2003, Plant
Design and Economics for
Chemical Engineers, 4th
ed,
McGraw-Hill International
Edition Chemical and
Petroleum Engineering Series
Severn, W.H., Degler, H.E., and
Miles, J.C. 1954. Steam, Air
and Gas Power, 5th ed. John
Wiley and Sons inc. New
York.
Smith, J. M. and Van Ness, H. C.,
1975, Introduction to
Chemical Engineering
Thermodynamic, 3 edition,
McGraw-Hill Kogakusha Ltd,
Tokyo.
Widjaja, HAW. 2003. Otonomi Desa.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Yaws,C.L.,1999,“Thermodynamic
and Physical Properties
Data”, Mc Graw Hill Book
Co., Singapore.
Zamani, H.S. 1998. Manajemen.
Jakarta: IPWI