Post on 04-Feb-2020
PERANAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN BAGI ANAK-ANAK YATIM DI PONDOK PESANTREN
YATIM AL-AKHYAR KELURAHAN BEJI-KOTA DEPOK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I )
Oleh
Sofhal Jamil
NIM: 104052001998
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
PERANAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN BAGI ANAK-ANAK YATIM DI PONDOK PESANTREN
YATIM AL-AKHYAR KELURAHAN BEJI-KOTA DEPOK
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I )
Oleh
Sofhal Jamil
NIM: 104052001998
Di Bawah Bimbingan,
Nurul Hidayati S.Ag. M.Pd.
NIP: 150 277 649
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain,maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 1 November 2009
Sofhal Jamil
ABSTRAK
Sofhal Jamil
PERANAN PEMBIMBING AGAMA DALAM MEWUJUDKAN
KEMANDIRIAN BAGI ANAK-ANAK YATIM DI PONDOK PESANTREN
YATIM AL-AKHYAR KELURAHAN BEJI-KOTA DEPOK
Akselarasi modernisasi yang begitu cepat bagi kota-kota Negara
berkembang telah menyisakan berbagai problema sosial. Arus modernisasi telah
melahirkan kantong-kantong kemiskinan ( enclave ) di sudut-sudut kota.
Akibatnya persingan yang ketat dalam memperoleh pendapatan serta minimnya
lapangan kerja pada gilirannya melihkan profesi-profesi yang kurang terhormat, di
samping menyertakan pula berbagai patologis sosial lainnya,seperti perampokan,
pelacuran dan lain sebagainya. Dari akar sosial inilah munculnya latar
sosial,seperti anak-anak kurang mampu yang pada umumnya meliputi kelompok
anak-anak yatim,fakir miskin,dan anak-anak terlantar.
Islam mengajarkan agar anak-anak kurang mampu diasuh sebaik-
baiknya.baik yang menyangkut perkembangan kejiwaannya maupun yang
menyangkut kebutuhan jasmananya.
Apabila pengalaman hidup semasa kecil itu banyak mengandung nilai-nilai agama dimasa kecilnya,maka dalam kepribadiannya akan tertanam sifat-sifat
yang baik.Sebaliknya jika bertolak belakang dengan agama maka jiwanya akan mudah labil,serta terbawa arus pergaulan yang tanpa batas.
Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci,maka orang tualah yang bertanggung jawab untuk membina,membimbing,dan mendidiknya
sebagaimana Hadist Rosulullah SAW.”Setiap anak manusia yang baru
lahir,adalah dalam keadaan suci,bersih, hingga lisannya dapat mengungkapkan
kehendaknya, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi,Nasrani,atau
Majusi.” (HR: Muslim).
KATA PENGHANTAR
Al-Hamdulillah Puji syukur ke-hadirat Allah SWT. Ilaahi Robbi. Karena
atas segala limpahan Rahmat dan Ridho-Nya serta nikmat dan bambina-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi inin yang berjudul “
Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Bagi Anak-
Anak Yatim DI Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar Kelurahan Beji-Kota
Depok ” sesuai dengan harapan dan jadwal yang ditentukan.
Dalam penyusunan skripsi ini kami menyadari bahwa tidak akan
terselesaikan dengan sendirinya melainkan berkat bantuan dari semua pihak. Oleh
karena itu saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, baik moril maupun materil. Ucapan
terima kasih yang tak akan sanggup terbilang ini khususnya kepada:
1. Bapak DR. Arif Subhan, M.A., selaku Dekan Fakultas akwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. M. Luthfi, M.A., dan ibu Dra. Nasichah, M.A., selaku ketua
dan sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, yang telah
memberikan perhatiannya demi peningkatan kualitas penulis sebagai
mahasiswa BPI.
3. Ibu Nurul Hidayati S.Ag M.Pd. Selaku pembimbing, mengarahkan dan
menunjukan serta membantu dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah mengamalkan
segala pengalaman dan ilmunya kepada penulis.
5. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UIN Syrif Hidayatullah Jakarta dan
Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan fasilitas untuk
mendapatkan referensi dalam penulisan skripsi ini.
6. Ayah (Al-Marhum wal Magfur lahu) dan Umi tercinta yang telah
melahirkan, dan tiada henti-hentinya merawat,membesarkan,membiayai
dan mendidik serta memenuhi kebutuhan kami sejak kecil sampai saat ini.
7. Bapak Ust. Abdul Wahab SM. Selaku pimpinan Yayasan Islam Al-Akhyar
beserta seluruh pihak yayasan yang telah membantu dan memberikan izin
untuk mendapatkan data yang kongkrit dan aktual sehhingga penelitian ini
dapat berjalan dengan baik dan lancar.
8. KH.Muhammad Nurul Haq bin H. Diman Hasyim beserta istri dan buah
hatinya Muhammad Aqil Kamil ( Mataa’anallahu bituli hayatihim) yang
tiada henti memberikan do’a dan motivasi bagi penulis serta memberikan
sesuatu yang indah sehingga skripsi ini berjalan dengan lurus dan lancar.
9. KH. Muhammad Supriadi AM SE ( Pimpinan Pon-Pes Riyadlul jannah )
dan seluruh Alumni PPRJ,yang telah mendidik penulis sehingga mampu
untuk menyusun skripsi ini
10. Rekan-rekan jurusan BPI seperjuangan
,(Habibi,asep,samsul,kafid,kohari,syujai,abdulloh,kasyifah ) serta
semuanya yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini,baik
tenaga,pikiran maupun waktunya. Sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terselesaikan.
11. Rekan Remaja Islam Jami Al-Makmur ( RISMA ) khususnya bang punadi
BA.,Nasruli,deni,arif,salman,soleh,lutfi,obet,daus,aang,apan,hadi,eer,pulo
h,
pipih,serta Remaja Islam Al-Kahfi ( KELARAS ), khususnya
Komeng,obung,bonang,ijal,tami,abdilah,ages,mbim,sahrondi dan bang
wahid dan tidak lupa “ Fahrijal rifa’i “ yang banyak memberikan
kontribusi kepada penulis,sehingga penulisan skripsi ini dapat berjalan
cepat dn lancar.
Akhirnya kepada-Nya lah memohon Ridho dan pertolongan. Penulis
berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua dan menambah khazanah
pengetahuan walaupun belum maksimal.
Ciputat, November 2007
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR
PERNYATAAN…………………………………………………………iii
ABSTRAK…………………………………………………………………………
…iv
KATA
PENGHANTAR……………………………………………………………..v
DARTAR
ISI………………………………………………………………………..viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah.................................................................
B. Pembatasan dan Perumusan
Masalah............................................
C. Tujuan dan Manfaat
Penelitian......................................................
D. Metodologi
Penelitian...................................................................
E. Sistematika Penulisan...................................................................
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Bimbingan
Agama………………………………………………
B. Kemandirian................................................................................
1. Pengertian Kemandirian........................................................
2. Ciri-Ciri Orang Yang
Mandiri.................................................
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian.................
C. Anak Yatim..................................................................................
1. Pengertian Anak
Yatim...........................................................
2. Batas Usia Baligh Anak
Yatim.................................................
3. Pandangan Islam Terhadap Anak
Yatim..................................
BAB III TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Profil Yayasan Pon-Pes Yatim Al-
Akhyar....................................
B. Tujuan dan Fungsi
Yayasan..........................................................
C. Bidang
Kegiatan............................................................................
D. Fasilitas dan Sarana
Prasarana......................................................
BAB IV ANALISA PERAN PEMBIMBING AGAMA DALAM
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN BAGI ANAK-ANAK
YATIM DI PON-PES YATIM AL-AKHYAR KELURAHAN
BEJI KOTA DEPOK
A. Perananan Pembimbing Agama Bagi Kemandirian Anak
Yatim…
B. Bimbingan Yang
Digunakan………………………………………
C. Pendekatan Yang
Digunakan……………………………………..
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………
….
B. Saran……………………………………………………………
…
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akselarasi modernisasi yang begitu cepat bagi kota-kota Negara
berkembang telah menyisakan berbagai problema sosial. Arus modernisasi
telah melahirkan kantong-kantong kemiskinan ( enclave ) di sudut-sudut kota.
Akibatnya persingan yang ketat dalam memperoleh pendapatan serta
minimnya lapangan kerja pada gilirannya melihkan profesi-profesi yang
kurang terhormat, di samping menyertakan pula berbagai patologis sosial
lainnya, seperti perampokan, pelacuran dan lain sebagainya. Dari akar sosial
inilah munculnya latar sosial, seperti anak-anak kurang mampu yang pada
umumnya meliputi kelompok anak-anak yatim, fakir miskin dan anak-anak
terlantar.
Islam mengajarkan agar anak-anak kurang mampu diasuh sebaik-
baiknya.baik yang menyangkut perkembangan kejiwaannya maupun yang
menyangkut kebutuhan jasmananya.
Apabila pengalaman hidup semasa kecil itu banyak mengandung nilai-
nilai agama dimasa kecilnya, maka dalam kepribadiannya akan tertanam sifat-
sifat yang baik. Sebaliknya jika bertolak belakang dengan agama maka
jiwanya akan mudah labil, serta terbawa arus pergaulan yang tanpa batas.
Pada dasarnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci, maka
orang tualah yang bertanggung jawab untuk membina, membimbing dan
mendidiknya sebagaimana Hadist Rosulullah SAW.”Setiap anak manusia
yang baru lahir, adalah dalam keadaan suci, bersih, hingga lisannya dapat
mengungkapkan kehendaknya, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan
Yahudi,Nasrani, atau Majusi.” (HR: Muslim).1
Kita semua tahu bahwa seorang anak memerlukan seorang ayah dan
ibu.Namun apabila salah satu dari kedua orang tua telah tiada, mereka akan
kehilangan seorang tokoh panutan yang sekarang ini menjadi panutan dan
tempat pengaduan. Pada umumnya pengalaman hidup yang dijalankan ketika
dewasa sangat di tentukan oleh keadaannya diwaktu kecil bersama
orangtuanya.
Sebagaimana Danny I Yatim menyatakan:
”Orang tua adalah figur yang bertanggung jawab dalam proses
pembentukan kepribadian remaja,sehingga diharapkan dapat memberikan
arah memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan remaja ke arah
memadai”.2
Rosulullah SAW. Di masa lahir tidak sempat merasakan bimbingan
dari ayahnya, di usia anak-anak, beliau telah di tinggal oleh ibunya, masa kecil
beliau adalah sebagai anak yatim piatu, namun beliau sangat sayang dan
perhatian terhadap anak-anak yatim, beliau senantiasa memerintahkan orang-
orang mukmin agar menyayangi dan mengasihi mereka.
1 Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Sejarah Mukhtaarul Alhadits, Hadits-hadits pilihan
(Berikut Penjelasannya), (Bandung : Sinar Baru,1993), Cet. 1, h. 670. 2 Pny. Danny I Yatim & Irwanto, Kepribadian Keluarga dan Narkotika, Tinjauan
Sosial Psikologis, (Jakarta : Arcan, 1993), Cet. 4 h. 81.
Nabi Muhammad SAW bersabda; ”Rumah yang paling dicintai adalah
rumah yang didalamnya seorang anak yatim hidup terhormat”.3
Menngasuh anak-anak yatim sebaiknya di dalam rumah tangga agar
perkembangan jiwanya lebih baik, tidak tersaing dari kehidupan anak-anak
pada umumnya. Jika keadaan tidak memungkinkan, tidak ada halangannya di
asuh dipanti asuhan sebagaimana dapat kita saksikan di banyak tempat.Bila
anak-anak kurang mampu diasuh di panti asuhan, yang harus menjadi
perhatian ialah bagaimana mengatasi kejiwaan anak-anak kurang mampu
jangan sampai merasakan kekurangannya hingga merasa rendah diri terhadap
anak-anak yang lain yang lebih mampu.
Dengan demikian di panti asuhan tersebut harus di tumbuhkan
kemandiriaannya, rasa harga dirinya, di timbbulkan kepercayaannya terhadap
kemampuannya untuk hidup wajar sebagai manusia yang terhormat, tidak
beda dengan anak-anak lainnya yang lebih mampu.
Dari uraian dan fenomena yang tersebut di atas, maka penulis tertarik
untuk menelitinya yang nantinya di harapkan akan menjadikan pelajaran yang
berharga bagi penulis dan bermanfaat bagi masyarakat.
Hal ini tertuang dan tertulis dalam skripsi yang berjudul ” Peranan
pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Bagi Anak-Anak
Yatim ” Di Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar Kelurahan Beji – Kota
Depok.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
3 Tim Akhlak, Etika Islam, Dari kesalehan individual menuju kesalehan Sosial,
(Jakarta : Al-Huda, 2003), Cet. 1, h. 140.
1. Pembatasan Masalah
Untuk membatasi pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis
perlu memberikan batasan-batasan yang di tentukan sebelumnya. Untuk
itu penulis hanya akan membatasi pada peran bimbingan agama dalam
mewujudkan kemandirian terhadap anak-anak yatim, yang dilakukan oleh
Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar Kelurahan Beji-Kota Depok.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis dapat
merumuskan masalah yang akan menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu :
a. Bagaimana peranan pembimbing agama dalam mewujudkan
kemandirian bagi anak-anak yatim di Pondok Pesantren Yatim Al-
Akhyar Kelurahan Beji, Kota Depok ?
b. Bagaimana peranan pembimbing agama yang seharusnya,sesuai
dengan keinginan masyarakat yang ada ?
c. Apakah sesuai peranan pembimbing agama dalam mewujudkan
kemandirian bagi anak-anak yatim yang ada di Pondok Pesantren
Yatim Al-akhyar Kelurahan Beji, Kota Depok, dengan keinginan
masyarakat ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menggambarkan peranan pambimbing agama di Pondok Pesantren Yatim
Al-akhyar Kelurahan Beji-Kota Depok, dalam mewujudkan kemandirian
terhadap anak-anak yatim. Selanjutnya akan dijabarkan tujuan secara
khusus yaitu :
a. Untuk mengetahui peranan pambimbing agama dalam mewujudkan
kemandirian bagi anak-anak yatim, di Pondok Pesantren Yatim Al-
Akhyar Kelurahan Beji, Kota Depok.
b. Untuk mengetahui peranan pembimbing agama dalam mewujudkan
kemandirian bagi anak-anak yatim menurut keinginan masyarakat.
c. Untuk mengetahui kesesuaian peranan pembimbing agama dalam
mewujudkan kemandirian bagi anak-anak yatim, yang ada di Pondok
Pesantren Yatim Al-akyar Keurahan Beji, Kota Depok, dengan yang
diinginkan oleh masyarakat.
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan diatas, maka manfaat dari penelitian ini
adalah :
a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau masukan
bagi penulis khususnya, dan instansi terkait atau masyarakat yang
berkepentingan dalam mewujudkan kemandirian terhadap anak-anak
yatim dengan bimbingan agama.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi
pihak Pondok Pesantren Yatim Al-akhyar yang bersangkutan dalam
aktifitasnya untuk lebih memberdayakan dan mewujudkan
kemandirian anak-anak yatim.
D. Metodologi Penelitian
Dalam hal ini, penelitian yang penulis lakukan pada metododogi
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren Yatim Al-
Akhyar Kelurahan Beji Kecamatan Beji Kota Depok.Adapun waktu
pelaksanaan dalam penelitian yaitu pada bulan Agustus 2009, sampai
dengan Oktober 2009.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah satu orang Pimpinan Pondok
Pesantren Yatim Al-Akhyar dan dua orang staf dewan guru dan dua
orang masyarakat.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah peranan pembimbing agama di
Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar.
3. Jenis Penelitian
Jenis yang digunakan penulis pada penelitian yang berjudul
”Peranan Pembimbingan Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Bagi
Anak-Anak Yatim” Di Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar Kelurahan
Beji, Kota Depok. Yaitu menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Yang dimaksud dengan deskriptif yaitu data yang
dikumpulkan berupa kata-kata,gambar dan bukan angka-angka.4
4. Teknik Pengumpulan Data
4 Lexi J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Rosda Karya, 1998),
cet.ke-1, h. 11.
Adapun teknik dalam pengumpulan data yang penulis gunakan
dalam penelitian ini meliputi :
a. Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan yang di
butuhkan mengenai masalah terkait melelui sumber-sumber yang
ada,juga menelaah dokumen dan arsip yang dimiliki yayasan.
b. Observasi atau pengamatan langsung di Pondok Pesantren Yatim Al-
Akhyar Kelurahan Beji, Kota Depok, guna menyelami dan
memperoleh gambaran yang jelas tentang peranan pembimbing agama
dalam mewujudkan kemandirian bagi anak-anak yatim (di utamakan
yatim yang bermukim), penulis ikut terjun langsung dalam proses
tersebut bersama staf dewan guru, dan masyarakat .
c. Wawancara langsung secara mendalam terhadap pihak yayasan
tersebut dan masyarakat yang terkait di dalamnya jajaran staf dewan
guru untuk mendapatkan data yang di butuhkan.
5. Teknik Analisis Data
Yang dimaksud analisa adalah satu proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dalam
teknis analisis data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif,
dimana semua data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan dan
wawancara, lebih dulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang
telah ditetapkan, lalu menganalisanya secara sistematis. Penulis juga
menggunakan teori untuk dapat membahas masalah penelitian.
6. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta cetakan kedua tahun 2007 .Sedangkan penerjemahan
ayat-ayat Al-Qur’an menggunakan sumber Al-Qur’an dan Terjemahnya
yang diterbitkan oleh Departemen Agama RI.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penulis melakukan penelitian
lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka
langkah awal yang penulis lakukan adalah menelaah terlebih dahulu skripsi
dan penelitian sebelumya yang mempunyai judul atau objek dan subjek
penelitian yang sama atau hampir sama dengan yang akan penulis teliti.
Tinjauan pustaka ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti
sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi terdahulu.
Setelah penulis mengadakan suatu tinjauan kepustakaan penulis
menemukan skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan
penulis teliti, judul skripsi tersebut adalah ” Upaya Bimbingan dan Konseling
Dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak Tuna Grahita di SLB Negeri
Kapten Halim Purwakarta ”. Skripsi ini merupakan karya ilmiah Maemanah
Sa’diah.
Dalam hasil karya ilmiahnya peneliti meneliti tentang : bentuk
keorganisasian bimbingan dan konseling Tuna Grahita SLB Negeri Kapten
Halim Purwakarta, metode bimbingan dan konseling dalam menumbuhkan
kemandirian anak tuna grahita,sehingga penulis menemukan bahwa hasil
karya ilmiah Maemanah Sa’diah menekankan pada metode bimbingan dan
konseling dalam menumbuhkan kemandirian anak tuna grahita.
Sedangkan, penelitian yang penulis lakukan tantang peranan
pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian bagi anak-anak yatim di
pon-pes yatim Al-Akhyar, bagaimana peranan pembimbing agama dalam
mewujudkan kemandirian bagi anak-anak yatim.
Demikianlah perbedaan pokok bahasan pemateri antara yang penulis
teliti dengan peneliti sebelumnya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis
akan memberikan penjelasan dan gambaran ke dalam beberapa bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan : Dalam bab ini penulis menggambarkan
beberapa hal yang meliputi tentang latar belakang yang menjadi awal
pemikiran dalam mengambil judul skripsi ini, perumusan dan pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian tinjauan
pustaka, serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teoritis : Dalam bab ini penulis memaparkan teori-
teori tentang peranan, bimbingan agama, kemandirian yang didalamnya
menerangkan pengertian kemandirian, ciri-ciri orang yang mandiri, dan
faktor-faktor yang mepengaruhi kemandirian. Dan yang terakhir membahas
tentang pengertian anak yatim.
Bab III Gambaran Umum Pondok Pesanren Yatim Al-Akhyar :
Pada bab ini penulis akan memaparkan gambaran umum Pondok Pesantren
Al-Akhyar ke dalam beberapa aspek yang terdiri dari sejarah berdirinya, visi
dan misi, bidang cakupan kegiatan fasilitas dan sarana penunjang bagi anak-
anak yatim yang bermukim.
Bab IV Temuan dan analisa data : Pada bab ini terdiri dari deskripsi
dan analisis data peranan pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian
bagi anak-anak yatim di Pon-Pes Yatim Al-Akhyar Kelurahan Beji, Kota
Depok, kemudian peranan pembimbing agama yang diinginkan masyarakat,
serta kesesuaian peranan pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian
bagi anak-anak yatim yang ada di Pondok Pesantren Yatim Al-akhyar
Kelurahan Beji, Kota Depok, dengan keinginan masyarakat.
Bab V Penutup : Pada bab ini yaitu bab terakhir yang meliputi
kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peranan Pembimbing Agama
1. Pengertian Peranan
Peranan kata dasarnya adalah “peran” yang berarti perangkat tingkah yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.5 Dalam
kamus modern, peran diartikan sesuatu yang menjadi kegiatan atau memegang
pemimpin yang utama.6 Sedangkan dalam kamus ilmiah populer, peran
mempunyai arti orang dianggap sangat berpengaruh dalam kelompok
masyarakat dan menyumbangkan pemikiran maupun tenaga demi suatu
tujuan.7 Kata peran dapat berakhiran “an” menjadi peranan yang mempunyai
arti tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu peristiwa.8
David Berry mendefinisikan “peranan” sebagai seperangkat harapan-
harapan yang dikenalkan pada individu yang menempati kedudukan sosial
tertentu.9 Harapan-harapan tersebut, merupakan imbangan dari norma-norma
sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peranan-peranan tersebut ditentukan
5 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-2,
h. 854
6 Wjs. Poerwadarminta, Kamus Modern, (Jakarta: Jembatan, 1976), Cet. Ke-2, h. 473
7 Media Center, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Mitra Press, 2002), Cet. Ke-1, h. 251
8 Depdiknas, op. cit., h. 854
9 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995), Cet. Ke-3, h. 99
oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang diwajibkan untuk
melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaannya.
Dalam persepektif ilmu psikologi sosial “peranan didefinisikan dengan
suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh orang lain dari seorang
yang memiliki suatu status di dalam kelompok tertentu”.10
Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa peranan adalah bagian yang
dimiliki seseorang dalam suatu kegiatan atau peristiwa di masyarakat baik
dengan menyumbangkan pikiran maupun tenaga demi suatu tujuan.
2. Pengertian Pembimbing Agama
Menurut kamus bahasa Indonesia pembiming adalah orang yang
membimbing atau menuntun.11
Bimbingan merupakan terjemahan dari kata
bahasa Inggris “guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang berarti
“menunjukan”
A.M. Romly berpendapat bimbingan adalah “bantuan atau pertolongan
yang diberikan kepada individu atau kelompok dalam mengatasi kesulitan-
kesulitan di dalam kehidupannya agar supaya individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya”.12
Dewa Ketut Sukardi berpendapat bimbingan adalah sebagai suatu proses
pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan sacara berkesinambungan
supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup
10
W.A. Gerungan, Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Eresco, 1988), h. 135
11 Depdiknas, op. cit., h. 152
12 A. M. Romly, Penyuluhan Agama Menghadapi Tantangan Baru, (Jakarta: PT Bina
Rena Pariwara), Cet. Ke-1 h. 11
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntunan
dan keadaan lingkunan sekolah, keluarga, dan masyarakat.13
Dari pendapat-pendapat di atas dapat dipahami bahwa pembimbing adalah
seseorang yang memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain baik
itu individu maupun kelompok yang dilakukan secara berkesinambungan agar
individu tersebut dapat mengembangkan dirinya secara maksimal sesuai dengan
potensi atau kemampuannya.
Sedangkan agama menurut Harun Nasution berasal dari kata “ad-din”,
religi (relegere, religare) dan agama. Dalam bahasa arab berarti menguasai,
menundukan, patuh, balasan, dan kebiasaan. Sedangkan dari religi (latin) atau
relegere berarti mengumpulkan dan membaca. Kemudian religare berarti
mengikat. Adapun kata agama terdiri dari dua suku kata “a” berarti “tidak” dan
“gam” berarti “pergi” artinya “tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun
temurun”.14
Berdasarkan dari pengertian kata-kata tersebut, menurut Harun Nasution
inti sari dari agama adalah ikatan-ikatan yang harus dipatuhi atau harus
dipegang manusia, yang merupakan kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan
manusia sebagai kekuatan ghaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca
indera. Namun mempunyai pengaruh yang sangat besar sekali terhadap
kehidupan manusia sahari-hari.15
13 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksana Program Bimbingan dan Konseling,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), Cet. Ke-1, h. 18
14 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universita Indonesia
Press, 1985), Cet. Ke-5, h. 9-10
15 Ibid., h.10
Quraish Shihab berpendapat bahwa agama adalah hubungan antara
makhluk dan khalik. Hubungan ini mewujudkan dalam sikap batinnya serta
tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin dalam sikap
kesehariannya.16
Glock dan Stork (1996) sebagaimana yang dikutip Djamaludin Ancok
mengemukakan bahwa agama adalah sistem simbol, sistem keyakinan, sistem
nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan yang semuanya itu berpusat
pada persoalan-persoalan yang dihadapinya sebagai yang paling dimaknai.17
Sedangkan Hendro Puspito mendefinisikan agama sebagai suatu sistem
kepercayaan dan praktek dengan nama suatu masyarakat atau kelompok
manusia berjaga-jaga menghadapi masalah terakhir di dunia ini.18
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan di atas penulis mencoba
memahami bahwa agama adalah sebuah sistem kepercayaan yang diyakini
sebagai kekuatan yang lebih tinggi dari kekuatan menusia dimana manusia
berserah diri kepada-Nya, dan hanya kepada-Nya manusia menjalani ritual
keagamaan tersebut yang tercermin dalam perilakunya sehari-hari.
Sehingga dari pengertian pembimbing dan agama di atas maka dapat
dijelaskan bahwa pembimbing agama adalah seseorang yang memberikan
bimbingan berupa agama Islam kepada klien dengan bantuan secara mental
spiritual yang dilakukan secara berkesinambungan sehingga klien dapat
16
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. Ke-2, h. 210
17 Djamaludin Ancok dan Fuad Nasori Soroso, Psikologi Islam atas Problem-Problem
Psikolog, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet. Ke-2, h. 76
18 Hendro Puspito, Sosiologi Agama, (Yogyakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), Cet. Ke-2,
h. 35
memahami dirinya sendiri dan mampu mengatasi segala permasalahan yang
dihadapinya dengan tetap berserah diri kepada Allah, sehingga dapat
membantu klien mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai makhluk
sosial.
3. Tujuan dan Fungsi Pembimbing Agama
Pembimbing agama seperti yang dikemukakan di atas adalah seseporang
yang memberikan bimbingan berupa agama Islam. Adapun tujuan bimbingan
agama Islam sendiri menurut Aunur Rahim Faqih bahwa dengan membagi
secara umum dan khusus yang dirumuskan sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Membatu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya
agar mencapai kebahagian di dunia dan di akherat
b. Tujuan Khusus
1) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
2) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap lebih baik,
sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang
lain.19
Sedangkan fungsi dari bimbingan agama Islam menurut Ahmad Mubarok,
dapat dibagi menjadi empat tingkatan.
1. Fungsi pencegahan atau preventif, yaitu membantu individu menjaga
atau mencegah timbulnya masalah bagi klien, fungsi ini ditujukan
19
Aunur Rohim Faqih, Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta UI Press, 2001),
Cet. Ke-2, h. 31
kepada orang-orang yang selalu disibukan oleh duniawi dan materi
atau orang yang menghadapi keruwetan hidup.
2. Fungsi kuratif atau korektif yaitu memberi bantuan kepada klien dalam
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya atau dialaminya.
3. Fungsi pemeliharaan atau preservatif, yaitu membantu klien yang
sudah sembuh agar tetap sehat, tidak mengalami problem yang pernah
dihadapi. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membentuk semacam
klub yang anggotanya para klien atau eks-klien dengan menawarkan
program-program yang terjadwal misalnya ceramah keagamaan atau
keilmuan, dll.
4. Fungsi pengembangan atau developmental, yaitu pembimbing atau
konselor dalam fungsi ini adalah membantu klien yang sudah sembuh
agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya pada kegiatan
yang lebih baik.20
Sedangkan menurut M. Arifin, agar tugas sebagai pembimbing agama
dapat dilaksanakan dengan baik, maka bimbingan dan penyuluhan harus
dilakukan fungsi sebagai berikut :
1. Mengusahakan agar anak bimbing dapat terhindar dari segala
gangguan dan hambatan yang mengancam kelancaran proses
perkembangan dan pertumbuhan yaitu gangguan berupa
mental/spiritual, dan hambatan yang berupa jasmaniah (fisik)
20
Ahmad Mobarok, op. cit., h. 91-93
2. Membantu memecahkan kesulitan yang dialami oleh tiap anak
bimbing
3. Melakukan pengarahan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak
bimbing sesuai dengan kenyataan bakat, minat, dan kemampuan yang
dimiliki sampai kepada titik optimal yang mungkin dicapai.
Fungsi khusus bimbingan dan penyuluhan adalah :
1. Fungsi menyesuaikan pribadi anak bimbing dengan kemajuan dalam
perkembangannya secara optimal.
2. Fungsi mengadaptasikan program pelajaran agar sesuai dengan bakat,
minat, kemampuan serta kebutuhan anak bimbing.21
B. Kemandirian
Dalam rangka memahami apa yang dimaksud dengan kemandirian, maka
ada baiknya diketahui dahulu pengertian kemandirian. Definisi kemandirian
telah banyak diungkap oleh para ahli meskipun dalam memberikan
pengertiannya merka menggunakan istilah yang berbeda-beda.
1. Pengertian Kemandirian
Para ahli psikologi telah membuat rumusan tentang pengertian
kemandirian. Dalam Kamus Psikologi, yang ditulis oleh A. Budiardjo et. al,
Independensi atau kemandirian adalah suatu kecenderungan tidak bergantung
pada orang lain dalam membuat keputusan.
21
M. Arifin, op. cit., h. 14-16
Bhatia memberikan pengertian kemandirian dengan menggunakan istilah
independency yaitu “kemandirian merupakan perilaku yang aktivitasnya
diarahkan kepada diri sendiri, tanpa mengharapkan pengarahan dari orang lain
dan berusaha untuk mencoba menyelesaikan permasalaahnya sendiri tanpa
meminta bantuan kepada orang lain”.
Seifert dan Hoffnung menyebut kemandirian dengan menggunakan istilah
autonomi yaitu, kemampuan untuk menentukan dan mengatur baik pikiran,
perasaan maupun tindakannya sendiri secara bebas dan bertanggungjawab
yang ditunjukan dengan kemampuan untuk membuat pilihan sendiri.
Sedangkan menurut Seto Mulyadi, pengertian kemandirian bukan hanya
sekedar berkaitan dengan hal-hal yang bersifat psikologis seperti kemampuan
untuk menentukan pilihan atau keputusannya sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian kemandirian adalah kemampuan
seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri baik fisik maupun psikis
tanpa bantuan dari orang lain, yang meningkat seiring dengan tingkat
kematangannya, dimana di dalamnya mengandung kebebasan, inisiatif,
kepercayaan diri yang kuat, ketegasan diri dan bertanggungjawab.
Namun demikian, dalam konteks anak jalanan atau anak-anak secara
umum pengaruh lingkungan sekitarnya sangat berpengaruh dalam membentuk
pola kehidupan mereka. Artinya bahwa kemandirian yang ada pada diri anak
jangan dibiarkan berkembang tanpa adanya arahan dan bimbingan. Arahan dan
bimbibngan tetap harus memperhatikan perkembangan anak.
2. Ciri-ciri Orang yang Mandiri
Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting
dimiliki setiap individu, sebab selain dapat mempengaruhi performance
seseorang, kemandirian juga dapat membantu seseorang mencapai tujuan
hidupnya, prestasi, kesuksesan serta memperoleh penghargaan.
Sebagai salah satu aspek kepribadian, kemandirian meliputi aspek fisik
maupun psikis seseorang. Setiap aspek kepribadian itu meliputi sistem-sistem
psikofisik yang mencakup aspek interpersonal (antara seseorang dengan orang
lain). Kemandirian merupakan suatu kemampuan untuk mengatur tingkah
laku, orang lain atau tergantung pada orang lain.
Untuk memperoleh gambaran bagaimana yang disebut dengan orang yang
mandiri, maka perlu diketahui ciri-ciri orang mandiri. Diantaranya:
a. Memiliki kebebasan untuk bertingkah laku, membuat keputusan dan
tidak merasa cemas, takut dan malu jika keputusan yang diambil tidak
sesuai dengan keyakinan dan pilihan orang lain.
b. Mempunyai kemampuan untuk menemukan akar masalah, mencari
alternatif pemecahan masalah, mengatasi masalah dan berbagai
tantangan serta kesulitan lainnya, tanpa bimbingan dari orang lain dan
dapat mandiri dalam membuat keputusan dan melaksanakan keputusan
yang diambil.
c. Mampu mengontrol dirinya dan perasaannya agar tidak memiliki rasa
takut, ragu, cemas, tergantung dan marah yang berlebihan dalam
berhubungan dengan orang lain.
d. Mengandalkan diri sendiri untuk menjadi penilai mengenai apa yang
terbaik bagi dirinya, serta berani mengambil risiko atas perbedaan
kebutuhan dan nilai-nilai yang diyakini serta perselisihan dengan
orang lain.
e. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain, yang
diwujukan dalam kemampuannya membedakan kehidupan dirinya
dengan kehidupan orang lain, namun tetap menunjukan loyalitas.
f. Mempunyai inisiatif yang baik melalui ide-idenya dan sekaligus
mewujudkannya dengan disertai kemauan untuk mencoba hal yang
baru.
g. Memiliki kepercayaan diri yang kuat dengan menunjukan keyakinan
atas segala tingkah laku yang dilakukannya dan menunjukan sikap
tidak takut menghadapi suatu kegagalan.
Dari beberapa ciri yang disebutkan di atas, maka anak jalanan mempunyai
ciri-ciri tersebut. Persoalannya adalah kemandirian yang dimiliki oleh anak-
anak jalanan yang hidupnya luntang-lantung tanpa adanya bimbingan dan
arahan tidak menutup kemungkinan mereka emnjadi preman yang
perbuatannya sering merugikan orang lain. Dan ini telah menyimpang dari arti
kemandirian sebenarnya.
Kalangan psikolog mengakui bahwa anak-anak jalanan, yang tak
tertangani dengan baik , pada akhirnya bisa menjadi sumber benih
kriminalitas. Kisah hidup orang-orang yang menjadi penjahat keji, sebagian
besar mempunyai riwayat sebagai anak jalanan. Salah satu di antaranya adalah
Toni Buntung, gembong penculik anak.
Pemikiran yang melandasi lahirnya Konvensi Hak Anak adalah “anak
adalah asset masa depan. Kegagalan dalam memahami kebutuhan anak akan
berujung pada kegagalan membantu anak untuk menjadi manusia mandiri,
yang dapat menentukan masa depannya sendiri, berarti gagal menyambung
sebuah generasi. Sudah semestinya, anak diberi ruang untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan masa pertumbuhannya menuju kematangan dan
kemandirian”.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian.
Kemandirian tidak bisa terjadi begitu saja, karena dalam membentuk
perilaku mandiri harus memperhatikan beberapa faktor penting yang
mempengaruhi kemandirian. Secara garis besar terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kemandirian, yaitu faktor internal (mencakup faktor
perkembangan dan kematangan anak; serta faktor jenis kelamin) dan faktor
eksternal (mencakup faktor sosial dan budaya; faktor pola asuh; faktor ukuran
keluarga dan urutan kelahiran; dan faktor aktivitas orang tua terutama ibu).
a. Faktor Internal
Faktor internal yaitu yang berasal dari dalam diri individu yang mencakup
antara lain:
1) Faktor Perkembangan dan Kematangan anak
Seiring dengan pertumbuhan usia dan tingkat kematangannya, manusia
memasuki tahap-tahap perkembangan dan tugas perkembangan yang berbeda-
beda. Secara psikologis, sehubungan dengan tugas perkembangan tersebut,
manusia yang dewasa dan matang harus menjadi pribadi yang mandiri.
Semakin seseorang berkembang menuju kearah kedewasaan, maka sifat
menggantungkan diri semakin berkurang dan seseorang yang mempunyai sifat
tergantung mempunyai pribadi yang tidak matang.
Dalam model perkembangannya, Erikson menunjukan adanya krisis
psikososial yang dialami oleh seseorang pada setiap tahap perkembangannya,
dimana krisis psikososial tersebut tampil dalam keadaan berlawanan yang
menunjukan atau menyelasaikan tekanan dan tuntutan lingkungan pada setiap
tahap perkembangan. Pada tahap muscular-anal, anak mengalami krisis antara
autonomy versus shame and doubt yaitu mandiri sebagai konsekuensi positif
dengan malu dan ragu sebagai konsekuensi negatif.
Keadaan mandiri dapat tercapai jika seseorang berhasil memecahkan
masalah yang dihadapinya dalam upaya perkembangan dirinya, mencapai
kebebasan dan mampu melakukan banyak hal sendiri. Sedangkan bila
seseorang gagal mengatasi tekanan-tekanan dan masalah yang dihadapi dalam
upaya yang memperoleh kebebasan dan mandiri, maka dia akan merasa malu
dan ragu akan kemampuannya sendiri.
Maccoby dalam Monks memjelaskan bahwa sebelum anak berusia kurang
lebih 8 sampai 12 tahun, orang tua lebih mendominasi. Selanjutnya terjadi
koregulasi (penentuan bersama). Pada tahap ini orang tua semakin
memberikan kebebasan menentukan sendiri pada anak dalam situasi self
regulation.
Sedangkan Monks mengatakan bahwa keinginan untuk berdiri sendiri dan
mewujudkan dirinya sendiri merupakan kecenderungan yang ada pada setiap
remaja. Kecenderungan ini akan benar-benar terwujud dalam sikap mandiri
ketika seseorang telah mencapai usia dewasa yang penting dan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan pribadinya.
Dengan demikian kemandirian anak sangat perlu dirangsang pada saat
anak berada pada tahap muscular-anal, dimana anak mulai memiliki rasa ingin
bebas walaupun belum dapat mandiri secara sempurna. Pada usia inilah
langkah yang tepat bagi prang tua untuk memulai pemberian latihan
kemandirian pada anak, sambil tetap menyesuaikan denga tingkat
perkembangan dan kematangan anak.
Dengan memberikan latihan kemandirian yang cukup pada masa kecil
maka anak akan dapat diharapkan tumbuh menjadi manusia mandiri pada saar
dewasa, dimana pada masa ini terjadi transisi yaitu dari anak menuju dunia
dewasa yang dihadapkan pada berbagai tuntutan, untuk mandiri sehingga
dengan kemandirian tersebut akan terbentuklah identitas diri.
Untuk dapat membentuk identitas dirinya, seseorang harus dapat
mengintegrasikan seluruh identitas yang diperoleh sejak kecil menjadi
identitas yang menyeluruh. Kegagalan dalam mengintegrasikan identitas
sebelumnya menyebabkan kebingungan akan peran yang harus dijalani.
2) Faktor Jenis Kelamin
Pemberian perlakuan dan sikap yang berbeda terhadap anak laki-laki dan
anak perempuan disebabkan oleh anggapan bahwa mereks mempunyai
peranan yang berbeda di masyarakat. Pada laki-laki lebih diberi peran di area
publik yaitu di luar rumah, sedangkan perempuan mendapatkan peran lebih
pada wilayah intern atau domestik yaitu di dalam rumah. Hal ini menyebabkan
penentuan jenis-jenis pekerjaan yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Para
perempuan diserahi pekerjaan yang membutuhkan penampilan fisik,
sedangkan laki-laki diserahi pekerjaan yang membutuhkan penampilan otak
yang berkaitan dengan pengambilan keputusan.
Akibatnya laki-laki diharapkan lebih kuat, mandiri, agresif, dan mampu
memanipulasi lingkungannya, berprestasi serta membuat keputusan.
Sedangkan perempuan diharapkan lebih tergantung, sensitif dan keibuan.
Menurut Kagan dan Moss – sebagaimana dalam Watson dan Lindgren –,
laki-laki lebih aktif dalam upaya mencapai kemandirian karena masyarakat
cenderung lebih menurut adanya tingkah laku mandiri pada laki-laki daripada
perempuan. Masyarakat cenderung tidak dapat menerima apabila seorang laki-
laki menunjukan tingkah laku tergantung karena dianggap tidak pantas.
Apabila seorang laki-laki menunjukan tingkah laku yang tergantung maka
akan mendapat hukuman, sedangkan pada perempuan adanya tingkah laku
yang tergantung tidak diberi hukuman. Jadi perempuan lebih dapat diterima
bila bersikap tergantung.
Dengan demikian perbedaan sifat-sifat yang demikian lebih disebabkan
oleh perbedaan perlakuan yang diberikan kepada mereka. Anak laki-laki lebih
banyak diberi kesempatan untuk bersikap mandiri, berdiri sendiri dan
menanggung risiko, serta banyak dituntut untuk menunjukan inisiatif dan
originalitasnya daripada anak perempuan. Sehingga laki-laki cenderung lebih
aktif daripada perempuan dalam upaya memperoleh kemandirian dari orang
tua, tetapi perempuan dinilai lebih mandiri daripada laki-laki dalam masalah
emosi.
b. Faktor Eksternal
Adapaun faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar
yang mempengaruhi kemandirian seseorang meliputi antara lain:
1) Faktor Sosial dan Budaya
Manusia adalah makhluk sosial yang hidupnya tidak bisa dilepaskan
dari kehidupan orang lain. Lingkungan yang ada di sekitar manusia itu
merupakan bagian penting yang dapat mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan kepribadiannya. Lingkungan seseorang seperti lingkungan
keluarga, masyarakat, sekolah ataupun tempat individu tersebut tinggal akan
dapat membentuk pola perilaku dan kebiasaan-kebiasaan seseorang termasuk
kemandiriannya. Anak yang hidup di desa akan lebih cepat matang daripada
anak yang hidup di kota. Anak yang berasal dari keluarga kurang mampu lebih
cepat matang ketimbang anak yang berasal dari keluarga yang berkecukupan.
Demikian juga anak yang hidup di jalanan lebih cepat matang ketimbang anak
yang tinggal dengan keluarganya.
Dalam upaya pembentukan kemandirian ini perlu melihat konteks
lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat
sekitarnya. Hal ini karena konteks lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya
masyarakat, sangat mempengaruhi penerimaan masyarakat akan arti
pentingnya kemandirian, yang juga sangat berpengaruh pada cepat dan
lambatnya pencapaian kemandirian seseorang.
Adanya perbedaan sosial dan budaya dapat pula mempengaruhi cara
orang tua mengasuh anak mereka. Terkadang ada orang tua yang kurang
memberikan dorongan kepada anak untuk mencapai kemandirian dan
menunjukan harapannya kepada anak agar menjadi mandiri. Namun ada pula
beberapa budaya yang biasanya melakukan upacara adat bila anaknya mulai
memasuki usia remaja. Adanya upacara ini memberikan tanda pada anak
bahwa mereka sudah bukan anak-anak lagi, sehingga mereka diharapkan mulai
dapat memenuhi sendiri kebutuhannya dan tidak tergantung pada orang lain.
2) Faktor Pola Asuh
Faktor lain yang juga berpengaruh besar terhadap proses pembentukan
kemandirian ini adalah faktor pola asuh orang tua. Bahkan mungkin faktor
inilah yang paling besar terhadap perkembangan kemandirian seseorang.
Untuk membentuk kemandirian dalam diri remaja, diperlukan teknik
pengasuhan yang tepat, yang sifatnya dapat membentuk hubungan yang positif
antara anak dan orang tua.
Ada tiga teknik pengasuhan yang biasanya diterapkan orang tua pada
anaknya, yaitu pola asuh autoritarian, orang tua cenderung mendikte dan
menahan perolehan kebebasan anak, yang akibatnya dapat membuat anak
cenderung menjadi tergantung, kurang percaya diri dan pasif. Remaja yang
mendapat pengasuhan authoritarian. Tidak akan mampu mencapai
kematangan dalam berhubungan dengan lawan jenis, tidak mampu membentuk
identitas dan mengembangkan image positif tentang dirinya sebagai individu
yang unik dan mandiri sehingga akan tumbuh menjadi remaja yang terisolasi
dari lingkungan pergaulan dan berdampak negatif pada kehidupan sosialnya.
Sementara itu pola asuh permisif, dapat menghasilkan anak-anak yang
sering mengalami kesuliatan mengatasi tuntutan untuk mandiri dan percaya
diri menjelang usia remaja, dan mungkin akan mengalami frustasi bila terjadi
kegagalan dalam menghadapi lingkungan yang tidak mau menurut apa yang
diinginkannya. Anak yang demikian ini besar kemungkinan untuk gagal dalam
bertahan di kehidupan sosial yang menyenangkan karena orang tua cenderung
terlalu memberi kebebasan pada anak untuk memutuskan dan melakukan apa
yang diinginkannya.
Sedangkan pola asuh autoritatif, secara tidak langsung orang tua
mendorong kemandirian dan tingkah laku disiplin pada anak. Hal ini karena
orang tua yang menerapkan pengasuhan demokratis, tidak melakukan
dominasi terhadap anak dalam membuat keputusan, dan dalam membuat
peraturan pun mereka akan senantiasa memberikan penjelasan-penjelasan.
Remaja yang diasuh dengan pola autoritatif akan menjadi remaja yang
kompeten secara sosial, artinya remaja akan mandiri, dewasa, mempunyai
kontrol diri yang kuat, percaya diri, bersemangat atau aktif, eksporatif, ramah,
bersahabat dengan teman-temannya, mampu mengatasi stress.
Mereka juga mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, dapat
bekerja sama dengan orang dewasa, perilakunya bertujuan, mempunyai minat
dan rasa ingin tahu terhadap hal yang baru. Pola asuh autoritatif memberikan
standar yang jelas dan kontrol yang bijaksana terhadap anak-anak, sehingga
mereka tumbuh menjadi pribadi yang matang.
3) Faktor Ukuran Keluarga dan Urutan Kelahiran
Dalam setiap keluarga dijumpai ukuran keluarga yang berbeda-beda.
Ada keluarga besar dengan jumlah anak enam orang, tujuh orang dan
seterusnya, ada keluarga sedang dengan jumlah anak empat sampai lima
orang, dan keluarga kecil dengan jumlah anak satu sampai tiga orang.
Adanya perbedaan ukuran keluarga dapat memberikan dampak positif
maupun negatif pada hubungan anak dengan orang tua maupun saudaranya.
Biasanya dampak negatif paling banyak dirasakan pada keluarga yang
mempunyai ukuran keluarga yang besar, karena dengan keluarga yang besar,
berarti orang tua harus berbagi perhatiannya pada anak dengan adil, yang
terkadang malah justru sering terabaikan. Dalam keluarga besar anak juga
cenderung sering bersaing dalam mendapatkan perhatian orang tua yang
terkadang akibatnya menimbulkan permusuhan di antara mereka. Di samping
itu, pada keluarga besar orang tua cenderung menjadi lebih otoriter dalam
mengasuh anaknya. Bagi orang tua yang otoriter pada anaknya akan sulit
menghasilkan anak-anak yang mandiri. Sedangkan pada keluarga kecil, hal itu
terlalu menjadi masalah mengingat jumlah anak yang hanya sedikit.
Sementara itu, faktor urutan kelahiran merupakan faktor lain yang
biasanya sering luput dari perhatian, meskipun juga merupakan faktor penting.
Maksud dari urutan kelahiran (birth order) adalah urutan kelahiran anak dalam
keluarga. Posisi anak sebagai anak sulung, anak tengah, anak bungsu, ataupun
anak tunggal sedikit banyak dapat memberikan dampak pada pembentukan
kepribadiannya, karena urutan kelahiran berhubungan dengan suatu kategori,
tipe atau jenis yang biasanya digunakan dalam membedakan karakter anak
dalam urutan kelahiran.
Lebih lanjut Alder (dalam Calvin S. Hall & Gardner Lindzey)
mengemukakan bahwa kepribadian anak-anak yang menempati posisi
kelahiran yang berlainan pula. Ia mengaitkan perbedaan ini dengan
pengalaman-pengalaman khusus yang dimiliki setiap anak sebagai anggota
suatu kelompok sosial. Anak pertama atau anak sulung memiliki
kecenderungan untuk menaruh perhatian pada masa lampau ketika mereka
menjadi pusat perhatian sebelum lahir anak kedua. Anak kedua atau tengah
cenderung ambisius, iri hati, berusaha melebihi kakaknya, dan cenderung
berotak. Anak tengah umumnya menyesuaikan diri dengan lebih baik
dibandingkan kakak atau adiknya. Sedangkan anak bungsu atau terakhir
biasanya dimanja oleh orang tua. Pada anak bungsu sama halnya dengan anak
sulung kemungkinan besar dia menjadi anak yang tak mampu menyesuaikan
diri.
Orang tua yang menghadapi situasi dan kondisi ini secara bijaksana
harus dapat mempersiapkan anak sulungnya menghadapi munculnya seorang
saingan, sehingga besar kemungkinan anak sulung dapat berkembang menjadi
seorang yang memiliki kepribadian mandiri, mantap, bertanggung jawab dan
bersifat melindungi serta mampu berperan sebagai pengambil keputusan.
4) Faktor Aktivitas Orang Tua (Ibu)
Ibu, sebagai orang yang melahirkan, mengasuh dan anggota keluarga
yang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan anak, memiliki peran yang
utama sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Ibu memberikan kasih,
kehangatan, dan perlindungan, juga memberikan pelajaran penting dan
masukan-masukan sosial untuk anaknya, bahkan dalam keadaan bermainpun
biasanya ibu selalu berusaha untuk mengajarkan sesuatu pada anaknya.
Hubungan kasih sayang yang kuat antara anak dan ibu dapat memudahkan
tumbuhnya kemandirian pada anak. Dengan demikian dalam pembentukan
sikap mandiri pada remaja, peran ibu merupakan faktor penting yang sangat
perlu diperhatikan.
Secara umum terdapat dua jenis aktivitas ibu disamping aktivitas
lainnya, yaitu sebagai ibu rumah tangga yang tidak bekerja di luar rumah dan
ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah. Ibu-ibu yang tidak bekerja
sebagian waktunya berada di dalam rumah, sedangkan ibu-ibu yang bekerja,
pada jangka waktu tertentu harus bekerja di luar rumah.
Hal ini mengakibatkan ibu tidak selalu ada di sisi anak pada saat-saat
penting di mana ia dibutuhkan. Ibu juga tidak dapat mengawasi langsung
seluruh kegiatan anak, tidak dapat selalu membantu, melatih atau
mencontohkan kebiasaan-kebiasaan tertentu pada anak. Akibatnya terkadang
anak dapat merasa kehilangan dan cemas karena harus berpisah dari ibunya
sehingga dapat berdampak negatif pada diri anak. Namun di lain pihak, dengan
bekerjanya ibu di luar rumah juga member dampak positif bagi anak, yaitu
sifat yang mandiri.
Adanya latihan kemandirian yang diberikan oleh ibu yang bekerja di
luar rumah dapat mendorong anak tumbuh menjadi pribadi yang mandiri
sehingga anak dapat diharapkan untuk mengatasi segala kesulitan-kesulitan
sendiri bila ibu tidak berada di rumah.
Anak-anak yang memiliki ketergantungan berlebihan terhadap orang
lain biasanya akan memiliki rasa percaya diri yang rendah. Dia tidak dapat
mengembangakan kemampuannya untuk mengambil keputusan, menjadi tidak
berdaya akan memiliki rasa percaya diri yang rendah. Dia tidak dapat
mengembakan kemampuannya untuk mengambil keputusan, menjadi tidak
berdaya dan semua perilakunya cenerung dipengaruhi oleh orang lain yang
menjadi tempat ia bergantung.
Keadaan ini secara tidak langsung akan sangat merugikan
perkembangan mereka pada usia menjelang remaja atau dewasa. Karena saat
mereka harus tampil sebagai individu yang berdiri sendiri, mereka menjadi
sulit untuk dipisahkan.
C. Anak Yatim dan Pembinaannya
����������� � ���� ���☺��� ����� �
���� �!⌧#$%& �')*+ ,-�.�/ � 0%& �
�'�1�234��5678 �'29�: �/%<5=
�>?�@A☺����
Artinya:“Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah:
"Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika
kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah
saudaramu”.(QS. Al-Baqarah:220)
Dari ayat tersebut diatas mengisyaratkan kepada para orang tua agar
memberi perhatian terhadap anak yatim,hendaknya mereka diperlukan seperti
anak kandung juga.Karena nantinya kelak akan bertindak sebagai orang tua
pengganti atau orang tua asuh.
Musibah keyatiman adalah satu faktor yang menyebabkan kelainan dan
menyimpang pada anak-anak.Diharapkan agar setiap individu mengetahui
bahwa kebijaksanaan Islam dengan dasar-dasarnya yang lurus dan abadi ini
telah meletakan pondasi dan metode secara bijak memelihara anak dari
penyimpangan dan menjaga masyarakat dari kepenuhan moral karena pada
saat ini perlu perhatian lebih besar sebab pada faktor ini si anak mengalami
gejolak dan goncangan,baik jiwa dan emosional.maka dalam hal ini sudah
jelas bahwa agama melarang kepada setiap insan untuk berlaku sewenang-
wenang terhadap anak-anak yatim.sebagai firman Allah dalam kisah QS.Adl-
dluha : 9 yang berbunyi :
�B8�C5= /D�4E ����� !⌧5= �.�F�&5
Artinya:“Adapun terhadap anak yatim,janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang”.
Para ahli berpendapat bahwa orang tua yang telah tiada terutama
seorang ayah yang telah wafat dapat mempengaruhi perkembangan jiwa
anak,yang selanjutnya anak mempunyai resiko tinggi untuk menjadi anak-anak
nakal dengan tindakan-tindakan anti sosial ( delinquent/anti social behavior )
juga anak mengalami “ deprivasi emosional” sebagai akibat ““ deprivasi
parental “ apalagi mereka yang berada di berbagai macam panti tempat
mereka tinggal.22 Anak yatim akan selalu berusaha untuk mendapatkan segala
apa yang belum mereka peroleh. Dari sini dapat diharapkan kepada seluruh
lapisan masyarakat untuk memperhatikan mereka agar terhindar dari segala
bentuk penyimpangan.
1. Pengertian Anak Yatim
Ada beberapa ungkapan yang mendefinisikan tentang arti anak yatim, di
antaranya:
22
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan jiwa, (Yogyakarta:
PT Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), Edisi 3, h. 748-752.
a. Menurut Luis Al-Ma’luf dalam kitabnya Al-munjid Fillughoti Wal a’lam, ia
mengatakan:
3*H�J KL �2 M *NO PQ⌫ 5S T
�UVUJ
Artinya: “Yatim adalah seorang yang sudah kehilangan/ditinggal ayahnya
meninggal, sedang ia belum mencapai usia layaknya usia orang
dewasa”.23
b. Menurut Peter Salim dan Yenny Salim dalam kamus bahasa Indonesia
kontemporer mengatakan bahwa tidak beribu atau tidak berbapak, atau tidak
mempunyai ibu dan bapak, tetapi sebagian menyebutkan sebutan untuk anak
yatim ialah untuk anak yang bapaknya meninggal.24
c. Menurut Hasan Shadaly di dalam Ensiklopedi Indonesia. Beliau menegaskan
bahwa yatim adalah anak yang belum dewasa dan yang tidak berbapak lagi.25
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan menurut para ahli tersebut di
atas, bahwa anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat ayahnya, sedang ia
belum berada pada usia dewasa, atau belum mencapai usia baligh dan belum
dapat mengurusi dirinya dengan baik. Dalam ajaran Islam, baligh merupakan
batasan usia dari masa kanak-kanak beralih kepada masa dewasa.
23
Luis Al-Ma’luf, Al-Munjid F illughoti Wak A’lam, (Beirut-Libanon: Daar El-Masyrik,
1986) cet. Ke-28, h. 923
24 Peter Salim & Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern
English, 1991), h. 1727.
25 Hasan Shadaly, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve, 1984), Jilid
7, h. 3977
2. Batasan usia baligh anak yatim
Untuk mengetahui tanda-tanda baligh dan batas umur seorang anak masuk
ke dalam kategori anak yatim, penulis akan mengemukakan tanda-tanda
tersebut sesuai dengan yang tertera dalam kitab Matan Safinatun Naja Fi
Ushuludin Wal FiqhiI sebagai berikut:26
a. Genap usianya mencapai usia 15 tahun.
b. Telah mengalami mimpi basah (keluar air mani) bagi lelaki.
c. Telah haid bagi anak perempuan pada usia 9 tahun.
Sedangkan menurut ilmu psikologi, diungkapkan bahwa siklus kehidupan
manusia khususnya pada tingkatan masa kanak-kanak menuju masa yang
dapat dikatakan dewasa itu di antaranya sudah melewati masa kanak-kanak
dan masa remaja. Adapun masa kanak-kanak dan remaja adalah terdiri dari
masa kanak-kanak awal, pertengahan dan akhir, lalu remaja awal, madya dan
remaja akhir.
Dan berikut ini adalah batasan usia masa kanak-kanak dan masa remaja,
yakni:
a. Anak-anak awal (0-3 tahyn), anak-anak madya (3-7 tahun), dan anak-anak
akhir (7-12).
b. Remaja dini (12-15 tahun), remaja madya (15-17 tahun), dan remaja akhir
(17/18-21 tahun).27
3. Pandangan Islam Terhadap Anak Yatim
26
Syeikh Salim bin Al Hadromi & Abdullah, Safinatun Naja Fi Ushuludin Wal Fiqhi,
(Jakarta: PT Sa’diyah Putra), h. 3.
27 Singgih D. Gunarsa & Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja, (Jakarta: Gunung Mulia, 1989), cet. Ke-5, h. 88-90, 203.
Anak yatim adalah anak yang patut diperhatikan dan dikasihani serta
disayangi terutama mereka yang keluarganya kurang mampu. Sebab mereka
telah kehilangan kasih saying dan perhatiannya dari seorang ayah yang telah
wafat, sedangkan mereka sangat butuh bimbingan dan perhatian serta
pengawasan untuk kemajuan hidupnya di masa mendatang.
Agama Islam sebagai agama pembawa rahmat, membimbing manusia
dengan cara menjabarkan ajaran rahmatnya itu di segala aspek kehidupan. Di
antaranya adalah ajaran yang menyangkut anak yatim. Sebagaimana firman
Allah dalam QS. Al-Maa’uun: 1-2 yang berbunyi:
WX6 2 Y�Z [4�\]�� 3^_Q`59�6
_ab4c�]��%d �ef gh4�:⌧`5= i4�\]��
YjA>�6 /D�4E ����� �kf
Artinya: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang
yang menghardik anak yatim.”
Dalam ayat tersebut memberikan ancaman kepada seluruh umat manusia
bahwa setiap orang yang tidak memperhatikan bahkan menghardik anak
yatim, maka ia termasuk kategori orang yang mendustakan agama.
Menurut As Sayyid Ahmad mengungkapkan dalam kitabnya Tarjamatu
Mukhtaril Ahadist bahwa Nabi Saw pernah bersabda dari Anas ra. ia berkata:
mUV 2O �UV nJ 5S 5Uo *�p
�☺J n⌫ T 2 *AO ��p
Artinya: “Orang yang paling baik kepada anak yatim laki-laki atau
perempuan, maka saya dengan orang itu di kemudian hari di dalam
surge seperti begini (jari tengah dan telunjuk)”. (HR. Hakim dari
Anas).28
Menurut Imam Abullaits Assamarqondi dalam kitabnya beliau
mengatakan: “Aku bersama orang yang mengurus anak yatim di surge seperti
begini, lalu beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah”.29
Masalah ekonomi adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
kehidupan bagi anak-anak yatim dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
disamping faktor-faktor yang lain. Dalam hal ini pemerintah pun mempunyai
peranan dalam mengasuh dan memelihara mereka. Sebagaimana yang
tercantum dalam Pasal 34 UUD 1945 yang berbunyi: “Fakir miskin dan anak-
anak terlantar dipelihara oleh Negara”.
4. Pembinaan Yatim Menurut Ajaran Islam
�q�Z � ����8�r&5 ���☺��V `=�4�
?S_&����%d � ��8 � ��������@5
#�48 �-�.�/ B0%<5= \]�� �0�⌧s t4u%d
�v☺�%��� �ekwf
Artinya: “Dan tentang anak-anak yang masih dipandang lemah. dan (Allah
menyuruh kamu) supaya kamu mengurus anak-anak yatim secara
adil. dan kebajikan apa saja yang kamu kerjakan, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahuinya”.
28
As Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Tarjamatu Mukhtaril Ahadist, Hikamil
Muhammadiyah, (Bandung: Al-Ma’arif, 1996), cet. ke-6, h. 734
29 Abullaits Assamarqondi, H. Salim Bahreis, Tanbihul Ghofilin, (Jakarta: Sa’diyah Putra,
1984), Jilid 2, h. 548
Berbagai macam cara untuk dapat mengurus anak-anak yatim, dalam hal
ini sebagaimana yang disesuaikan dengan ayat tersebut diatas ternyata salah
satu sarana penunjang dalam mengurus anak yatim adalah dengan santunan.
Santunan anak yatim/piatu yang dilakukan dipanti memang baik daripada
mereka terlantar. Beberapa hal yang pokok dalam pembinaan anak-anak yatim
yang penulis dapat kemukakan di antaranya:
a. Menjamin Makan dan Minumnya (Kebutuhan Pangan)
Kaitannya dengan hal ini penulis akan mengemukakan salah satu
hadist Nabi saw yang diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab
Tarjamah Mukhtaril Ahadist karangan As Sayyid Ahmad Al-Hasyimi
sebagai berikut:
�m%0O 2 �x O y XzSJ2 �UVUJ �:
yJ {uVH *: | yPo2 uLK, 5UK rJ
}~oJ
uVH*: | y Po2 uLK, 5K uS *%0 5S
Artinya: “Apakah engkau menyukai supaya lunak hatimu dan engkau
meraih keinginanmu? Kalau begitu kasihinilah anak-anak yatim,
usaplah kepalanya dan beri makanlah dia daripada makananmu
niscaya hatimu akan lunak dank au raih keinginanmu”. (HR.
Thabrani dari Abu Darda).30
Sebenarnya masyarakat dapat berbuat banyak untuk anak-anak yatim, baik
yang bersifat materi maupun non materi. Bantuan tersebut adalah
30
As Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Op.Cit, h. 52.
membantu meningkatkan pelayanan/penyantunan khususnya di panti-
panti, antara lain:
1) Bantuan dana untuk sandang, pangan dan papan yang layak.
2) Penambahan personil pengasuh dan lain sebagainya.31
b. Memelihara Hartanya
Pasal 34 UUD 1945 ini sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama
Islam. Agama Islam telah memberikan ajaran yang sangat bagus dalam hal
memelihara harta anak yatim. Seseorang tidak boleh mendekati harta anak
yatim kecuali dengan cara yang baik.
Jika seseorang yang mengurus anak yatim dan memelihara hartanya itu
dalam keadaan fakir dan miskin maka ia diperbolehkan memakan harta
anak yatim dengan cara yang baik (seperlunya dan alakadarnya) bukan
semaunya, tapi jika yang megurus anak yatim itu kaya maka berhati-
hatilah jangan sampai memakan harta mereka, sebab itu adalah perbuatan
dzolim dan sangat dilarang oleh agama. Sebagaimana Firman Allah dalam
An-Nisa ayat 10 yang berbunyi:
B0%& ��b4�\]�� �0���r�=C�6 ��: ��8�Z
���☺��� ����� �H☺=�rA ��☺J�%&
�0���r�=C�6 �%� �'%F4��23d ��Y��� �
gq��K�� `�� � ��-.4���
Artinya: “ Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim
secara zalim, Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh
31
Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran jiwa dan Kesehatan jiwa, (Yogyakarta:
PT Dana Bhakti Prima Yasa, 2004), Edisi 3, h. 753
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-
nyala (neraka)”.
Selanjutnya dalam firman Allah pada QS. Bani Israil : 34
!� � ���d�.�&5 ����8
_D�4E ����� ��%& _~\���%d �Y41
A�W#u�Z � �~�u ⌧�����6 K{>2\�Z
�
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali
dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa
Dari kedua ayat firman Allah yang tersebut di atas memberikan
penjelasan kepada seenap insane terutama umat Islam bahwa memelihara
harta anak-anak yatim merupakan sebuah perintah dan peringatan agar
senantiasa berhati-hati terhadap harta mereka.
c. Memberi Kasih Sayang
Dalam hal ini agama menjelaskan dan memberkan cara dalam
bertindak dan berbuat kepada anak-anak yatim agar jangan sampai berbuat
sewenang-wenang bahkan menghardik dan menyakiti mereka. Tapi yang
menjadi kewajiban setiap insan adalah memperhatikan dan memberikan
kasih sayang kepada mereka anak-anak yatim.
d. Memberikan Pendidikan dan Pengajaran (Ilmu dan Adab)
Setiap anak akan menjadi penerus keturunan bagi orang tuanya dan
yang diharapkan oleh orang tua adalah agar anaknya menjadi anak yang
shalih dan memiliki budi pekerti yang luhur dan mulia. Akan tetapi
kenyataan yang dihadapi mereka anak-anak yatim sangat nakal dan susah
diatur. Oleh karena itu, manusia agar senantiasa memberikan segala
kebutuhan anak-anak yatim terutama di dalam memberikan pendidikan
dan pengajaran. Sebab di samping anak-anak yatim adalah bukanlah hanya
anak yang kehilangan/ditinggal wafat oleh sang ayah, tetapi ada yang lebih
yatim lagi daripada mereka yaitu orang yang tiada berilmu dan beradab
mulia. Sebagaimana salah satu ungkapan menyatakan:
� tjJ 2 �K% �UV �UVUJ �N MPJ
2 �*S P, �J �UVUJ �U
Artinya: “Bukanlah yatim itu orang yang ayahnya sudah tiada, akan
tetapi yatim adalah orang yang yatim ilmu dan adab”.32
32 M. Zuhri, Butir-Butir Untaian Mahfudzot, (Sukabumi: TMI Assalaam, 1998).
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN
YATIM AL-AKHYAR
A. Sejarah Berdirinya
Di antara sekian banyaknya kegiatan dakwah Islamiyah yang ditunjang
dengan segala usaha dan upaya yaitu salah satunya dengan media dakwah
yang berada di setiap instansi/lembaga-lembaga keagamaan yang bersifat
sosial guna memberikan kontribusi dakwah terhadap seluruh lapisan
masyarakat, terutama dengan adanya Yayasan Islam Al-Akhyar di Kelurahan
Beji Kecamatan Beji Kota Depok.
Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar adalah bagian dari cakupan
bidang kegiatan dari Yayasan Islam Al-Akhyar, sebab Yayasan Islam Al-
Akhyar mencakup ke dalam tiga aspek bidang kegiatan, yaitu bidang
pendidikan, sosial, panti asuhan/pondok pesantren.
Yayasan Islam Al-Akhyar didirikan oleh tiga orang (Tri Murti)
mereka itu adalah: Ust. Abdul Wahab SM, M. Tahari dan Mamih Syahidah
Emus. Yayasan in berdiri pada tahun 1984 yang awal mulanya hanya sebatas
pengajian biasa yang ada dirumahnya dengan jumlah murid sebanyak 20
orang.33
Lalu pada tahun 1987 barulah diresmikan majelis taklim dan santunan
yatim/piatu, dari semenjak itulah yayasan tersebut berkembang. Setelah
33
Wawancara pribadi dengan Ust.Abdul Wahab SM., Pimpinan Pondok Pesantren Yatim
Al-Akhyar, Depok, Senin, 19 Oktober 2009.
selang beberapa tahun pada tanggal 5 Juni tahun 1991 Yayasan Islam Al-
Akhyar diresmikan oleh bapak H. Badrul Kamal (sekarang mantan walikota
Depok) dengan akte notaries Ny. Sri Hastuti Tjahyadi, SH. Nomor 17 tahun
1991. Dan pada tahun 1994-1998 baru dibangun aula/asrama dan kantor
sekretariat.
Yayasan Islam Al-Akhyar yang berada di Kelurahan Beji Kecamatan
Beji Kota Depok ini adalah pusatnya dan dikhususkan untuk santri pondok
pesantren putri dengan jumlah santri sekarang 82 orang dan 18 orang dari
mereka adalah yang bermukim di yayasan tersebut. Pada tanggal 20 Juni
2004 dibangun cabang pertama di Kelurahan Pitara Kecamatan Pancoran Mas
Kota Depok yang dikhususkan untuk santri putra, sehingga jumlah total santri
sekarang baik yang mukim maupun yang tidak mukim berjumlah 165 orang.
Antara Yayasan Islam Al-Akhyar pusat dan cabang pertama ini hanya
bergerak pada bidang sosial dan pendidikan non-formal (santunan, pengajian
dan ke pondok pesantrenan).34
Dan pada tahun 2007 dibangun dan diresmikan cabang kedua bidang
pendidikan formal berupa SDI Al-Akhyar, tepatnya pada tanggal 17 Juni 2007
di daerah Kampung Rawa Kaso Desa Jati Sari Kecamatan Cileungsi.
Kabupaten Bogor yang akan diresmikan oleh bupati bogor. Dan siswa baru
yang mendaftar di SDI Al-Akhyar sampai saat ini berjumlah 20 orang,
sedangkan untuk TPA berjumlah 60 orang.35
34
Wawancara pribadi dengan Ust.Abdul Wahab SM., Pimpinan Pondok Pesantren Yatim
Al-Akhyar, Depok, Senin, 19 Oktober 2009.
35
Wawancara pribadi dengan Ustadzah Siti Khumairoh S.Ag., Guru Pengajian Umum
Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar, Depok, Selasa, 20 Oktober 2009.
B. Tujuan dan Fungsi
1. Tujuan pendidikan Yayasan Islam Al-Akhyar
Di antara tujuan dari pendidikan Islam Al-Akhyar adalah sabagai
berikut:
a. Memberikan bekal kemampuan dasar kepada warga dan anak-anak
yatim belajar untuk mengembangkan kehidupannya sebagai:
1) Pribadi muslim yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia.
2) Warga Negara Indonesia yang berkepribadian, percaya kepada diri
sendiri serta sehat jasmani dan rohani.
3) Untuk turut ikut serta membantu program pemerintah dalam
bidang pendidikan dan sosial.
b. Membina warga belajar dan anak-anak yatim agar memiliki
pengalaman, pengetahuan, keterampilan beribadah dan sikap terpuji
yang berguna bagi pengembangan pribadinya.
c. Mempersiapkan warga belajar dan anak-anak yatim untuk dapat
mengikuti pendidikan formal dan kepondokpesantrenan.
2. Fungsi Pendidikan Yayasan Islam Al-Akhyar
Adapun fungsi pendidikan Yayasan Islam Al-Akhyar di bidang ke
pondok pesantrenan adalah:
a. Sebagai media dakwah dan syiar agama Islam.
b. Menyelenggarakan dan menanamkan kemampuan dasar pendidikan
agama Islam yang meliputi al-Qur’an Hadist, Aqidah Akhlak, Ibadah,
Sejarah Kebudayaan Islam, Bahasa Arab dan Ilmu pengetahuan dari
kitab-kitab lainnya.
c. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan agama Islam bagi
warga belajar dan anak-anak yatim.
d. Meningkatkan derajat anak-anak yatim dan mengembangkan dua buah
potensi pendidikan dan pengajaran, baik pendidikan umum maupun
pendidikan agama.36
C. Bidang Kegiatan
Dalam hal bidang kegiatan ini Yayasan Islam Al-Akhyar bergerak
pada beberapa cakupan, antara lain pada bidang:
1. Sosial dan kemasyarakatan, berupa pembinaan dan santunan.
2. Pendidikan, baik formal (sekolah) maupun non formal (taklim dan pondok
pesantren).
3. Panti asuhan/pondok pesantren yatim.37
Di samping kegiatan-kegiatan tersebut di atas yang menjadi pokok
bagi yayasan, ada pula beberapa kegiatan lainnya/ekstra dan kegiatan ini
dikhususkan untuk santri, di antaranya:
1. Kursus computer, bahasa dan menjahit.
2. Qiroat, rebana dan nasyid.
3. Latihan pidato/muhadhoroh.
36
Wawancara pribadi dengan Ustadzah Siti Khumairoh S.Ag., Guru Pengajian Umum
Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar, Depok, Selasa, 20 Oktober 2009.
37
Wawancara pribadi dengan Ust.Abdul Wahab SM., Pimpinan Pondok Pesantren Yatim
Al-Akhyar, Depok, Senin, 19 Oktober 2009.
D. Fasilitas, Sarana dan Prasarana
Yayasan Islam Al-Akhyar juga memberikan beberapa fasilitas, serana
dan prasarana khusus untuk anak-anak yatim yang bermukim di pondok
pesantren (lebih diutamakan) dan anak-anak yatim yang tidak mungkin dalam
menunjang kebutuhan mereka, diantaranya:
1. Aula dan asrama.
2. Ruang belajar dan perpustakaan.
3. Tunjangan-tunjangan lainnya, seperti:
a. Pendidikan sekolah sampai perguruan tinggi gratis (mereka bebas
memilih dan menentukannya dengan syarat selama masih berada di
lingkungan kota Depok).
b. Mendapat ongkos dan uang saku setia hari.
c. Mendapatkan fasilitas belajar seperti buku, alat tulis dan sebagainya.
d. Kebutuhan penginapan, baik tempat tinggal maupun makan (khusus
santri yang bermukim)38
38
Wawancara pribadi dengan Ustadzah Siti Khumairoh S.Ag., Guru Pengajian Umum
Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar, Depok, Selasa, 20 Oktober 2009.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
A. Peranan Pembimbing Agama Bagi Kemandirian Anak Yatim di
Pondok Pesantren Yatim Al-akhyar
Peranan pembimbing agama yang di terapkan di pondok pesantren
yatim Al-Akhyar dalam mewujudkan kemandirian terhadap anak-anak yatim
tidak terlepas dari para pembimbing yang memiliki kompetensi di bidang
agama dan bidang umum,tidak terlalu berbada dengan pondok-pondok yang
lain,namun di pondok pesantren yatim ini seorang pembimbing harus benar-
benar mengetahui akan keadaan emosional seorang anak yatim yang
komplek dengan kehidupannya karena di tinggal oleh seorang sosok yang di
dambakannya yatiu orang tua,dan juga kerap berada dalam kondisi ekonomi
di bawah rata-rata.39
Setelah meneliti berbagai macam peran pembimbing,serta bimbingan
dan pendekatan yang digunakan di pondok pesantren yatim Al-
Akhyar,peneliti mendapatkan hasil penelitian tentang peran seorang
pembimbing dalam mewujudkan kemandirian terhadap anak-anak yatim di
antaranya :
1. Sebagai pengganti orang tua asuh.
Dalam peran ini adalah tugas yang bisa dibilang paling mulia
di sisi Allah SWT. Sebab jika dikaji ulang tentang peran orang tua
di rumah benar-banar sangat berat selain memberikan tanggung
39
Wawancara pribadi dengan Ust.Abdul Wahab SM., Pimpinan Pondok Pesantren Yatim Al-
Akhyar, Depok, Senin, 19 Oktober 2009.
jawab secara lahir orang tua juga harus bertanggung jawab dalam
memberikan nafkah batin terhadap anaknya dalam bentuk kasih
sayang,begitulah peran seorang pembimbing di pon-pes yatim ini
sangat berat dan beragam namun dibalik semuanya itu memang
sangat mulia di sisi Allah SWT. Berdasarkan hasil dialog/tanya
jawab terhadap pihak pesantren dalam hal ini memang seorang
pembimbing harus memiliki sosok keibuan bagi wanita dan sosok
kebapaan bagi prianya.dan tidak terlepas juga dari rasa kasih
sayang dan santun yang mereka miliki,sebagaimana orang tua
kandung terhadap anaknya terhadap anaknya,menurutnya juga
seorang pembimbing haruslah memiliki “ Akhlaaqul
kariimah “ artinya bahwa pembimbing harus juga memiliki akhlak
yang mulia,sebagaiman tugas awal Nabi Muhammad di utus ke
dunia ini semata-mata hanya untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia,jika itu semua dimiliki oleh seorang pembbimbing Insya
Allah seorang anak yatim akan pula memiliki akhlak yang mulia
dan menjadi anak yang diharapkan oleh orang tuanya yang
tiada,yaitu menjadi anak yang bermanfaat bagi dirinya dan bagi
masyarakatnya kelak.40
40
Wawancara pribadi dengan Ust.Abdul Wahab SM., Pimpinan Pondok Pesantren Yatim Al-
Akhyar, Depok, Senin, 19 Oktober 2009.
2. Sebagai pendidik.
Dalam hal ini mungkin menjadi tugas yang lebih sempit di
banding dengan peran pembimbing yang pertama yaitu pengganti
orang tua asuh yang tugasnya lebih luas,berdasarkan wawancara
peneliti dengan guru pengajian umum beliau memamarkan bahwa
tugas seorang pendidik tidak sama dengan seorang pengajar sebab
seorang pendidik terlebih lagi pendidik di pon-pes dia bertugas
selain mengajar dia juga memantau dan mengayomi pelajar atau
santri terhadap seluruh kehidupannya di pesantren guna
menjadikan manusia yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya
dan masyarakat sekitarnya.
Pendidik juga memiliki tugas dan peran dalam keberhasilan
dan kemampuan seorang anak yatim dalam suatu yayasan.dan
perannya yang paling utama adalah pertama mengajari anak yatim
menjadi seorang anak yang berakhlak dan berkepribadin yang
kaafah ( sempurna ),yang kedua : menjadikan anak-anak yatim
agar dia menjadi manusia yang mandiri,yang ketiga : menjadikan
anak-anak yatim yang kreatif,aktif dan inovatif.41
3. Sebagai motivator..
Yaitu pemberi motivasi dan semangat dalam belajar dan
berjuang dalam menghadapi hidup,dalam peran ini seorang
pembimbing anak-anak yatim harus benar-benar memiliki
keilmuan terlebih dalam mengetahui psikologis anak,dalam
41
Wawancara pribadi dengan Ustadzah Siti Khumairoh S.Ag., Guru Pengajian Umum Pondok
Pesantren Yatim Al-Akhyar, Depok, Selasa, 20 Oktober 2009.
wawancara kami dengan pengajar Al-qur’an beliau mengatakan
bahwasanya seorang motivator terlebih dahulu harus mengetahui
akan pengertian dari motivasi itu sendiri,yaitu kekuetan penggerak
yang membangkitkan aktifitas pada makhluk hidup,dan
menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan
tertentu,jadi seorang motivator adalah pemberi semangat dan
penggerak terhadap santri agar mereka bisa mendapatkan tujuan
hidup mereka dan dapat mnggapai apa yang mereka cita-
citakan,namun dibalik itu semua memang peran pribadi santri juga
tidak terlepas dari semua itu santri juga harus memiliki motivasi
yang kuat dalam dirinya agar keduanya bisa saling melengkapi
guna tercipta cita-cita yang mereka harapkan.42
B. Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian
Menurut Keinginan Masyarakat
Selain mewawancarai para pembimbing di pon-pes Al-Akhyar peneliti
juga berdialog dengan para santri dan masyarakat sekitarnya yang tinggal
dekat dengan area pondok pesantren Al-Akhyar,beberapa santri mengatakan
mereka menginginkan sosok seorang pembimbing yang benar-benar bisa
menggantikan posisi orang tuanya walaupun tidak akan seratus persen
mereka merasakannya seperti kasih sayang orang tuanya yang telah
meninggalkan mereka,mereka ingin dikasihi,disayangi dan diajarkan ilmu-
ilmu agama maupun umum yang bermanfaat bagi dirinya untuk bekal
42
Wawancara pribadi dengan Ust.Ali Abdurrahman S.Ag., Guru Al-Qur’an ( guru mengaji )
Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar, Depok, Rabu, 21 Oktober 2009.
mereka nantinya setelah tidak lagi tinggal di pondok pesantren Al-Akhyar
ini.43 Mereka juga mengharapkan pembimbing bisa menjdi pendidik mereka
yang masih jauh dari pengetahuan agama,serta memberikan mereka
keterampilan atau skill individu yang nantinya bisa menghasilkan materi
bagi dirinya setelah keluar dari pon-pes ini.44
Masyarakat disekitar pondok pesantren juga menjadi target
penelitian,mereka juga mengharapkan seorang pembimbing agama agar para
santri menjadi mandiri sangatlah penting,mungkin dalam hal ini
pembimbing harus berparan menjadi pendidik dan pengajar dalam
pendidikan formalnya dan dalam kehidupan kesehariannya,dimana mereka
harus memperhatikan anak-anak yatim dalam bersekolah,masyarakat tidak
ingin seorang anak yatim putus sekolah karena faktor ekonomi yang mereka
landa,disini memang bukan hanya pembimbing dan pihak pondok-pesantren
yang berperan tapi dukungan masyarakat secara materi juga dituntut
terhadap mereka,agar tercipta hubungan yang baik antara pihak pondok
pesantren dengan masyarakat yang ada,juga bisa menjadikan anak yatim
seorang yang berpendidikan seperti anak-anak yang lain pada umumnya.45
43
Wawancara pribadi dengan Isnaini Rochwati., Santri Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar, Depok, Kamis, 22 Oktober 2009.
44
Wawancara pribadi dengan Fatimah., Santri Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar, Depok,
Kamis, 22 Oktober 2009. 45
Wawancara pribadi dengan Ayub Al-Ghofar, Masyarakat Sekitar Pondok Pesantren Yatim Al-
Akhyar, Depok, Jum’at, 23 Oktober 2009.
C. Kesesuaian Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan
Kemandirian Bagi Anak-Anak Yatim Yang Ada di Pondok Pesantren
Yatim Al-akhyar Dengan Keinginan Masyarakat.
Setelah mendapatkan data hasil penelitian dari wawancara kepada
pihak Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar dan masyarakat sekitarnya,
peneliti dapat mengambil kesesuaian antara pendapat kedua pihak tersebut,
Menurut para pembimbing di pon-pes yatim Al-Akhyar peranan
mereka sebagai pembimbing adalah : sebagai penganti orang tua
asuh,dimana Dalam peran ini mereka harus benar-benar menguasai sosok
orang tua. Kemudian sebagai pendidik dimana pembimbing selain mengajar
mereka juga harus bisa mendidik, dalam hal ini terlebih pada kehidupan
keseharian anak-anak yatim tersebut. Kemudian sebagai motivator dimana
seorang pembimbing harus benar-benar menjadi penyemangat anak-anak
yatim tersebut dalam menghadapi kehidupan mereka sebagai anak yatim.
Menurut beberapa masyarakat yang ada di sekitar pon-pes Al-
Akhyar mereka berpendapat bahwa peran seorang pembimbing guna
menjadikan anak yatim yang mandiri adalah : menjadi pengganti orang tua
mereka dalam kesehariannya,kemudian sebagai pendidik baik pendidikan
formal maupun pendidikan agamanya,dan mereka juga mengatakan bahwa
bukan hanya pembimbing agama yang menjadi penanggungjawab atas
kemandirian anak yatim tapi seluruh lapisan masyarakat khususnya
masyarakat yang mampu dalam segi hal materi juga harus memilki tanggung
jawab atas kehidupan mereka guna menjadikan anak yatim yang mandiri.
Dari pembahasan di atas dapat di ambil benang merah bahwa
peranan pembimbing agama menurut masyarakat dalam mewujudkan
kemandirian terhadap anak-anak yatim sesuai dengan peranan pembimbing
agama yang ada di pondok pesantren yatim Al-akhyar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alhamdulillah berdasarkan penelitian yang di lakukan penulis
selama berada di Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar terhadap Peranan
Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Terhadap Anak-
Anak Yatim,penulis berusaha mengambil kesimpulan atau benang merah
yaitu mengenai peranan pembimbing,metode bimbingan serta pendekatan
yang digunakan di pon-pes yatim Al-Akhyar mampu menjadikan para
yatim menjadi mandiri dalam kehidupannya,kesimpulan yang dapat
penulis ambil antara lain :
1. Peranan pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian anak-
anak yatim di pondok pesantren yatim Al-Akhyar adalah: Sebagai
pengganti orang tua asuh, sebagai pendidik, dan sebagai motivator.
2. Peranan pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian menurut
masyarakat adalah: Sebagai pengganti orang tua dalam sisi
kehidupannya, dan sebagai pendidik baik pendidikan formal ataupun
non formal.
3. Peranan pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian bagi
anak-anak yatim yang ada di Pondok Pesantren Yatim Al-akhyar
Kelurahan Beji, Kota Depok, sesuai dengan keinginan masyarakat.
B. Saran
Berdarkan kesimpulan yang telah penulis gambarkan mengenai
Peranan Pembimbing Agama Dalam Mewujudkan Kemandirian Bagi
Anak-Anak Yatim oleh pihak Pondok Pesantren Yatim Al-Akhyar
Kelurahn Beji,Kecamatan Beji,Kota Depok di atas ternyata memang masih
jauh dari kesempurnaan dan perlu banyak perhatian dan saran yang
membangun guna dapt dijadikan evaluasi dalam meningkatkan mutu dan
kualitas serta tujuan utama dari penulisan ini yaitu menjadikan anak-anak
yatim yang mandiri sebagai tolak ukur dari hasil seorang pembimbing
melaksanakan bimbingannya.
Maka dari itu yang perlu diprhatikan untuk menjadi bahan evaluasi di
antaranya adalah :
1. Diharapkan terhadap pihak pondok pesantren agar menambahkan
tenaga pengajar yang handal dan mumpuni dalam bidang agama
khususnya dan dalam bidang formal pada umumnya,serta tenaga
pengajar yang memiliki kredibil keilmuan yang profesionalserta
memiliki kapasitas,integritas,loyalitas yang tinggi agar para santri
lebih cepat dalam mendapatkan ilmunya.
2. Perlu ditambahnya beberapa bimbingan yang terfokus pada
keterampilan para santri yang nantinya bisa mereka gunakan setelah
keluar dari pon-pes ini.
3. Ditambahnya para donatur tetap yang pada akhirnya bisa membantu
anak-anak yatim dalam menunjang kehidupannya dan dapt membantu
infrastuktural di pon-pes Al-akhyar ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta :
PT.Golden Trayos Press, 1998,Cet. Ke-6
Kartono, Kartini, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Bandung : CV.
Mandar maju,1990,Cet. Ke-3
J. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatuf, Bandung : PT. Remaja
Rosda Karya, 2004, Cet. Ke-1
Margono, S, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 1997
Singarimbun, Masri dan Efendi, Sofyan, Mtodologi Penelitian Survey, Jakarta :
LP3ES, 1995
M. Amirin, Tatang, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : Rajawali Press, 1990,
Cet. Ke-2
Koencaraningrat, Metodologi Penelitian Ilmiah, Jakarta : Gramedia, 1997
Tim Penyusun,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka,1986, Cet.
Ke-9
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2002, Cet.
Ke-3
Burhan, Arif, Penghantar Metode Kualitatif,Surabaya : Usaha Nasional, 1992
Munir, M, Metode Dakwah,Jakarta : Kencana, 2006, Cet. Ke-2
A, Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakartam : Ciputat Press, 2002, Cet.Ke-1
Winkel, dan Hastuti, Sri, BImbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan,
Yogyakarta : Media Abadi,2004, Cet. Ke-3
Sukardi,Dewa Ketut, BImbingan dan Konseling, Jakarta : PT. Bina Aksara,
1998
Djumhur, I., dan Surya, Moh., BImbingan dan Penyuluhan di Sekolah “Cevidance
And Counseling”, Bandung : CV. Ilmu, 1985
Prayitno, dan Amti, Erman, Dasar-dasar BImbingan dan konseling, Jakarta :
Rienaka Cipta, 2004, Cet. Ke-2
Faqih, Aunur Rahim, BInbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta : UII
Press, 2001
Arifin, H, M, Pokok-pokok Tentang bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta
:Bulan Bintang , 1976
Mujib, Abdul, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Rosada, 2002,Cet. Ke-2
Rifa’i, Moh., Aqidah Akhlaq Semarang : CV. Wicaksana, 1994, Cet. Ke-2
Abdul Halim Mahmud,Ali, Akkhlaq Mulia, Jakarta : Gema Insani, 2004
Tim Penyusun Kamus Pemnbinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1999,cet. Ke-
10
Maksum Ali, K.H. Zainuddin, Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak.Depok :
Buletin Jum’at-Suara Ukhuwa, 2007
Rakhmat, Jalaluddin dan Gandaatmaja, Muchtar, Keluarga Muslim Dalam
Masyarakat Modern, Bandung : Remaja Rosda Karya,1993
Zeni, Shahminan, Mengapa Manusia Harus Beragama, Jakarta : Kalam
Mulia,1986, Cet. Ke-1
Zuhri,Muhammad, Butir-butir Untaian Mahfudzot, Sukabumi : TMI Assalaam,
1998
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Jum’at, 23 oktober 2009
Waktu : 16.30 – 17.45 WIB
Tempat : Aula Pon-Pes Al-Akhyar
Yang di wawancarai : Ayub Al-Gofar
Berita acara : Harapan masyarakat tarhadap peran pembimbing agama
dalam mewujudkan kemandirian bagi anak-anak yatim
Interviewer : (?)
Interviewee : (+)
(?) : Apa peran pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian anak-
anak
yatim?
(+) : yaa… kalo menurut saya mah selaku orang awam dan orang biasa yang
gak
tau apa-apa tentang agama, kehadiran pembimbing agama tuch bagi
anak- anak yatim sangat berperan banget dah, soalnya sih yang saya bisa
tilai terhadap keadaan mereka yang gak punya, kurang, bahkan mungkin
jarang mendapat perhatian terutama dari orang tua mereka yang udah
gak ada (alias mati), mereka anak-anak yatim jadi kebangkalai, gak ada
yang bimbing, gak ada yang ngarahin, pendidikan dan kebutuhan
ekonomi mereka yang kurang (mungkin dari keluarganya), terus kalo
diantepin gitu aja… gimana ke depannya? baik pengetahuan agama dan
umum mereka, wawasan, skill atau apa aja dah yang sekiranya tuch
bocah-bocah yatim bisa mandiri kita kan gak bakal tau, tapi seenggaknya
inilah tugas para pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian
mereka yang juga seluruh pihak dari seluruh masyarakat mempunyai
tanggung jawab bersama terhadap mereka.
(?) : Bimbingan apakah yang seharusnya dilakukan pembimbing agama
terhadap anak yatim?
(+) : Saya cuma bisa berharap kepada para pembimbing agama agar bisa
untuk
membimbing, mengajarkan mereka terutama pengetahuan agama buat
bekal mereka biar terarah dan imtaknya biar mantep dah…, terus kalo
buat
bekal mereka biar bisa kerja dan nyari duit sendiri, mereka juga perlu
diajarkan serta diarahkan akan bakat, skill (biar dikembangin) biar jadi
mandiri dalam segala halnya,,, kalo gak salah, ka nada doanya yang
sering
dibaca tiap abis sholat (Robbana atina fiddunya hasanah wafil akhiroti
hasanah waqina adzaban naar), adek juga tau kan artinya? He3x!
(?) : Kapan dan di mana bimbingan agama yang pantas dilaksanakan?
(+) : Masalah bimbingan agama mah mumpung mereka masih pada bocah-
bocah pokoknya terus cekokin aja tentang agama, yang pantes mah, yaa
di
sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga yang islami, contohnya kayak
di
podok-pondok pesantren atau apa lah…(yang kira-kira cocok), kalo di
sini
alhamdulillah banget udah ada yayasan dan pondok pesantren Al-
Akhyar.
(?) : Siapakah yang pantas menjadi pembimbing agama?
(+) : Yang jelas…, orang yang tau, ngerti, faham dan ahli agama (kayak para
ulama, ustadz-ustadz, kyai, habaib)
(?) : Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam
mewujudkan kemandirian terhadap anak yatim?
(+) : yaa dengan cara ngajarin mereka keterampilan-keterampilan dan
kesenian
dah…, baik itu melalui kursus-kursus atau apa aja yang bisa bikin
mereka
terampil dan mempunyai bakat dan kebisaan yang bisa mereka andelin
entar ke depannya… contohnya kalo zaman sekarang tuch yang lagi
ngetrend mah kayak bahasa inggris, computer dan serta lainnya dah,
kalo
buat bocah cewenya kayak masak (tata boga), jahit dan seni tarik suara
islami (nasyid, shalawat, rebana dan qiro’at).
(?) : Kenapa pendekatan tersebut digunakan?
(+) : karma dengan mengikuti kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan yang
kayak gitu yang pas buat mereka, biar terarah dan cocok buat mereka
entar
ke depannya ketika masuk dunia lapangan kerja,,, he3x! pokonya UUD
(ujung-ujungnya dapat duit) biar kagak blangsak aja
(?) : Kapan sebaiknya pendekatan tersebut digunakan?
(+) : kalo mereka lagi pere sekola, waktu kosong dan gak ada gawean,
daripada
gak ngapa-ngapain, mending diajarin keterampilan dah.
(?) : Apakah efektif bimbingan dan pendekatan tersebut dalam mewujudkan
kemandirian anak-anak yatim?
(+) : Insya Allah…., yang penting antara pengajar dan bocah-bocahnya kudu
istiqomah, rajin dan berusaha terus.
HASIL WAWANCARA
Hari/tanggal : Sabtu, 24 oktober 2009
Waktu : 16.30 – 17.45 WIB
Tempat : Aula Pon-Pes Al-Akhyar
Yang di wawancarai : Iwan Maulana
Berita acara : Harapan masyarakat tarhadap peran pembimbing agama
dalam mewujudkan kemandirian bagi anak-anak yatim
Interviewer : (?)
Interviewee : (+)
(?) : Apa peran pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian anak-
anak
yatim?
(+) : Namanya juga pembimbing agama…, tentunya sudah jelas dan
pastinya
harus membimbing, mengarahkan mendidik, dan mengajarkan anak-
anak
yatim akan pengetahuan agama (untuk bekal yang lebih terarah dihiasi
dengan akhlak mereka yang mulia), ditambah lagi dengan diajarkannya
kepada mereka akan keterampilan-keterampilan sebagai bekal untuk ke
depannya dalam upaya menjadikan mereka (anak-anak yatim) orang
yang
yang berguna dan dapat mandiri dalam segala aspek kehidupan
terutama
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
(?) : Bimbingan apakah yang seharusnya dilakukan pembimbing agama
terhadap anak yatim?
(+) : Bimbingan apa saja yang sekiranya pantas, layak dan sesuai untuk
mereka,
baik dari segi pengetahuan agama maupun hal-hal lainnya yang dapat
menopang dan membantu mereka untuk menghadapi tantangan zaman,
globalisasi, modernisasi dan persaingan yang ketat dalam persaingan
hidup
untuk memenuhi kebutuhannya.
(?) : Kapan dan di mana bimbingan agama yang pantas dilaksanakan?
(+) : Sebenarnya setiap manusia terutama bagi anak-anak yatim dalam hal
bimbingan agama harus lah rutin, bukannya belajar itu wajib bagi
setiap
muslim? Dan mengajarkan ilmu itu juga wajib bagi mereka yang dudah
ahli dan memahami pengetahuan agama kepada orang-orang
awam?untuk
tempatnya, bisa dilaksanakan di mana saja yang penting itu dapat
sesuai
dengan nuansa Islami, seperti sekolah-sekolah MI, MTS, MA dan
pondok-
pondok pesantren, baik salafi maupun modern.
(?) : Siapakah yang pantas menjadi pembimbing agama?
(+) Para Ulama, Fuqoha, Asatidz, kyai maupun habaib. Karena mereka
itulah
sebagai pewaris Nabi yang sekiranya pantas untuk membimbing dan
mengajarkan agama kepada seluruh umat terlebih lagi kepada anak-
anak
yatim
(?) : Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam
mewujudkan kemandirian terhadap anak yatim?
(+) : Bisa melalui pelatihan-pelatihan keterampilan, kursus-kursus,
mengembangkan dan menyalurkan bakat dan potensi yang dimiliki
oleh
anak-anak yatim dan lain sebagainya, sebagai upaya menjadikan
mereka
anak-anak yang berguna, berdikari serta mandiri
(?) : Kenapa pendekatan tersebut digunakan?
(+) : karena dengan itu semua di usia mereka yang masih kanak-kanak akan
mudah cepat ditangkap dan dicerna, terlebih lagi mereka pada masa-
masa
kanak-kanak ini lebih cenderung untuk mengikuti dan meniru apa yang
mereka lihat (terutama action/praktek lapangan) serta sangat membantu
dalam mewujudkan kemandirian mereka.
(?) : Kapan sebaiknya pendekatan tersebut digunakan?
(+) : Pada saat waktu mereka senggang, hari libur ataupun kapan saja ketika
mereka semua tidak ada kegiatan
(?) : Apakah efektif bimbingan dan pendekatan tersebut dalam mewujudkan
kemandirian anak-anak yatim?
(+) : Insya Allah…, karena belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas
batu
dan pengalaman itu bagi mereka adalah guru yang terbaik yang tak kan
pernah dapat dilupakan, yang penting kedua pihak harus seimbang
dalam
mewujudukan kemandirian.
HASIL WAWANCARA
Hari?tanggal : Senin, 19 oktober 2009
Waktu : Aula Pon-Pes Al-Akhyar
Tempat : 16.30 – 17.45 WIB
Yang di wawancarai : Ust. A. Wahab SM ( Pimpinan Pon-Pes )
Berita acara : Tugas dan program pembimbing agama dalam
mewujudkan kemandirian terhadap anak-anak yatim di
Pon-Pes yatim Al-akhyar
Interviewer : (?)
Interviewee : (+)
(?) Pa ustadz,sebagai seorang pimpinan dan pembimbing di pon-pes yatim
ini,pasti sudah segudang pengalaman yang ustadz dapatkan selama ini,terus klo
menuut ustadz apa sich peranan pembibing agama agar anak-anak yatim bisa
mandiri dalam hidupnya dan mandiri pula setelah selesai atau keluar dari pon-pes
ini ?
(+) Ya… ko menurut saya sich dari awal saya mendirikan pon-pes ini mungin bisa
dikatakan sudah banyak memakan asam garamnya perjuangan membimbing anak-
anak yatim,dari yang sangat bengal/nakal sampai yang nurut atau taat terhadap
peraturan pon-pes ini,kemudian mengenai peranan pembimbing agama yang saya
tahu ada dua hal,yang pertama “ pengajar “ yaitu seperti guru di sekolah,atau
dosen diperguruan tinggi,pengajar hanya mengajarkan materi pelajaran
saja,setelah selesai mengajar atau melaksanakan tugasnya sebagai guru dan
dosen,yang kedua “ pendidik “ seorang pendidik terlebih lagi pendidik di pon-pes
dia bertugas selain mengajar dia juga memantau dan mengayomi pelajar terhadap
seluruh kehidupannya di pesantren guna menjadikan manusia yang bermanfaat
dan berguna bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya.
(?) Kemudian ustadz kalo dalam pelakanaan bimbingan agama yang antum
terrapin dalam menangani anak-anak yatim agar mereka mandiri apa aja ?
(+) Hmm… kalo masalah bimbingan agama yang diterapin di pon-pes ini biar
satri mandiri ya.. tidak jauh berbeda dengan pon-pes yatim yang lainnya,mungkin
kami menerapkan dua bagian secara umum,yang pertama kegiatan belajar “
formal “ baik umum maupun pelajaran pondoknya seperti : pengkajian kitab-
kitab kuning,dan kitab-kitab yang sudah modern. Yang kedua kegiatan belajar “
non formal “ mungkin disini bisa diterapin nih biar para santri yatim bisa mandiri
di pondok ama di rumahnya...,karna kegiannya seperti : Ziarah dan
wisata,menjahit,memasak,dan di ajarkan pula berternak ayam,ikan dan lain lain
dahh..,juga ada kegiatan santunan dari para donator tetap dan tidak tatap .
(?) Owhh… jadi begitu ya ustadz,trus biasanya bimbingannya kapan
dilaksanakannya,dan dimana tempat bimbingan yang efektif menurut ustadz ?
(+) Kalo jadwal sie udah pasti ditentukan ya..,dari kegian yang saya sebutin tadi
kalo kegiatan pengajian itu biasanya dilaksanakaan pada hari senin sampai sabtu
doing,klo paginya tip abis solat subuh ampe jam sembilanlah paling lama mah…
terus kalo sorenya dr abis solat magrib ampe jam setengah Sembilan dahh,trus
abis itu pada ke kamar masing-masing dah tidur istirahat…! Dan minggunya pere
tuh baruu.. buat istirahat ama nyuci sepatu,jemur kasur ama yang laennya
dahh.Dan kalo kegiatan Ziarah wisata itu diadain setahun sekali dan tempatnya ke
makamnya para Ulama,Habaib,dan para Waliyyullah lainnya seperti ke
Banten,Pamijahan dan tempat-tempat lainnyadan setelah itu wisata di tempat
daerah dan sekitarnya.Kemudian klo mengenai santunan biasanya disini
lasngsung,tapi terkadang juga diluar pon-pes.Terus kalo masalah tempat belajar
mah ya di kelas lah,kadang di aula pon-pes .
(?) trus nih ustadz,kalo masih pada baru kenal atau baru masuk pesantren biasanya
pendekatan yang digunakan apa aj tuh?
(+) Ya kalo buat pendekatannya si.. itu bisa dengan usaha memahami keadaan
jiwa si anak yatim tersebut,ya… pokonya mah kita tuh kudu tau dan ngerti dulu
masalah kondisi anak-anak yatim tersebut yang lagi ngerasain gejolak
jiwa,emosionalnya.Terus dengan pendekatan yangberupa hubungan dan
komunikaasi secara terus menerus jangan ampe putus khususnya kepada pihak
ibu,orang tua dan teman-temannya. Ditambah lagi ama disuruh-suruh ntu anak
yatim but belajar,ngaaji,ngapalin bagian-bagian dari surat Al-qur’an,hadist dan
kitab-kitab kuning .
(?) kenapa bimbingan dan pendekatan tersebut tadz yang digunain ?
(+) Yah…. Karena saya anggap dengan kegiatan ini dan pendekatan tersebut lebih
ampuh menurut saya,buat ank yatim,sebab kalo ga ada kgiatan itu semua mana
bisa anak-anak pada nurut dan ga bandel,kalo dengan pengajian kitab
kuning,mereka pertama baca terus saya suruh ngapalin.dan juga kegiatan yang
lainnya,tentunya diharapakan agar anak yatim lebih faham dan mendalami
keilmuannya tentang Isalm dan dengan kegiatan ini buat bekal mereka apa lagi
dizaman sekarang kaya gini yang sudah semakin parah .kegiatan pemberian
santunan ini menurut saya termasuk senjata yang paling ampuh,kan klo kegiatan
ini diterapin kemungkinan merek bakal nurut,apa lagi namanya bocah,di imingin
duit nurut dahh...,
(?) Nah..,terus dari kegiatan dan pendekatan yang di paparkan tadi,kira-kira siapa
aja tuh tadz yang melakukannya ?
(+) kalo pelaku kegiatan tergantung pada kegiatannya masing-masing yah,klo
kegiatan beljar mengajar ya guru ama santrinya,klo ziarah wisata,guru,santri ama
warga setempat yang sekiranya mau ikut dalam kegiatan tersebut kemudian klo
kegiatan mengabdi di ponpes di khususkam kepada para alumni pon-pes ini.
HASIL WAWANCARA
Hari?tanggal : Selasa, 20 oktober 2009
Waktu : Aula Pon-Pes Al-Akhyar
Tempat : 16.30 – 17.45 WIB
Yang di wawancarai : Ustadzah Siti khumairoh S.Ag ( guru pengajian umum )
Berita acara : Tugas dan program pembimbing agama dalam
mewujudkan kemandirian terhadap anak-anak yatim di
Pon-Pes yatim Al-akhyar
Interviewer : (?)
Interviewee : (+)
(?) Bu ustadzah,menurut ibu kira-kira apa peranan seorang pembimbing agama
agar anak-anak yatim di pon-pes ini menjadi pribadi yang mandiri bagi dirinya
nanti setelah dia keluar dadri pon-pes ini ?
(+) Trima kasih sebelumnya sudah percaya ibu untuk diwawancarai,begini kalo
menurut ibu peran pembimbing dalam suatu pesantren sangat-sangat penting dan
erat kaitannya jikalau suatu lembaga tidak ada yang membimbingnya maka itu
dikatakan kurang sempurna /cacat maka disinilah peran pembimbing sangat
perperan dalam keberhasilan dan kemampuan seorang anak yatim dalam suatu
yayasan.dan perannya yang paling utama adalah pertama : Mendidik anak yatim
menjadi seorang anak yang berakhlak dan berkepribadin yang kaafah ( sempurna
),yang kedua : menjadikan anak-anak yatim agar dia menjadi manusia yang
mandiri,yang ketiga : menjadikan anak-anak yatim yang kreatif,aktif dan inovatif.
(?) hmm begitu ya bu,kemudian bu klo bimbingannya, bimbingan apa saja yang
diterapkan di pon-pes ini ?
(+) Sudah tentu suatu pon-pes akan selalu berjaln dengan adanya suatu
kurikulum/pembelajaran yang selalu kita ajarkan kepada anak yatim pon-pes ini
menitikberatkan kepada keagamaan.agama itu yang selaludi nomor satukan .kita
sebagai pembimbing anak-anak yatim selalu memberikan yang terbaik untuk
anak-anak.yang selalu kita ajarkan tentang akhlak lil banin ( akhlak untuk anak-
anak ) yang umum anak-anak selalu kita beri kebebasan untuk mengelola menu /
makanan sehari-hari misalnya : dengan masak sendiri,itu dari segi
umumnya,kursus menjahit dan kursus bahasa Inggris. Itu selalu kita rutinkan satu
minggu sekali.
(?) wah luar biasa ya penjabaran ibu,kemudian bu kapan dan dimana bimbingan
tersebut dilaksanakan ?
(+) Yah klo bimbingan tersebut sih,dilaksanakan sesuai waktu yang ditentukan
ya,ada jadwal yang sudah di buat oleh pon-pes sesuai derngan kegiatannya,seperti
ta’lim dan kegiantan belajar di kelas dan di majlista’lim,kegiatan santunan di aula
pesantren,kemudian seluruh kegiatan belajar mengajar dan kegiatan non formal
yang lainnya berlangsung di area pon-pes yatim Al-akhyar,seperti di
kelas,aula,masjid,majlis dan yang lainnya,kecuali program santunan yang di
undang oleh para donator ke rumahnya,dan kegiatan ziarah wisata yaitu ke daerah
yang bersangkutan,yaa… namanya juga wisata ya jalan jalan lah….. hmm..
(?) owh..jadi begiu ya bu,lalu bu sebelum memberikan kegitan tersebut
karakter.yatim itu kan berbeda-bada ya bu,untuk mengayomi mereka biasanya ibu
menggunakan pendekatan seperti apa bu ?
(+) Begini… memang yatim itu berbeda karakternya dengan anak-anak yang
masih lengkap kedua oarng tuanya,karena memang mereka tidak merasakan kasih
saying penuh sebelum mereka dewasa,oleh karena itu kami memilki beberapa
pendekatan terhadap yatim tersebut,mungkin yang paling berkena di hati mereka
yaitu pendekatan secara persuasif atau pendekatan psikolosis dimana kita
melakukan pendekatan tersebut dengan memberikan motivasi pemahaman yang
berdasarkan sentuhan hati agar mereka tegar menghadapi semua kenyataan
ini,alhamdulillah pendekatan tersebut ampuh dan mereka benar-benar menyadari
dan mau menerima itu dengan hati yang lapang.
(?) Subhanallah… cukup sulit ya tugas ibu sebagai pembimbing dipon-pes yati,m
ini,kemudian bu kenapa pendekatan tersebut yang digunakan ?
(+) iy iu karena tadi yang sudah ibu paparkan,karena pendekatan tersebut sudah
terbukti dan teruji bisa membuat para yatim tersebut menerima semuakejadian
yang dia hadapi,selain pendekatan psikologis,kita juga memberikan pendekatan
agamis dan sosiologis,sudah barang tentu mereka hidup tidak lepas dari agama .
HASIL WAWANCARA
Hari?tanggal : Rabu, 21 oktober 2009
Waktu : Aula Pon-Pes Al-Akhyar
Tempat : 16.30 – 17.45 WIB
Yang di wawancarai : Ust.Ali abdurahman S.Ag.( guru Al-qur’an/guru mengaji)
Berita acara : Tugas dan program pembimbing agama dalam
mewujudkan kemandirian terhadap anak-anak yatim di
Pon-Pes yatim Al-akhyar
Interviewer : (?)
Interviewee : (+)
(?) Pak ustadz,antum pasti sudah melanglang buana menangani dan mengajarkan
ngaji terhadap anak-anak yatim dipon-pes ini,menurut antum peranan
pembimbing agama biar santri pada mandiri apa ustadz ?
(+) Wahh ane kurang ngarti ni sebenernya pertanyaannya,tapi saya coba jawab
dech….,menurut saya peranan pembimbing dipon-pes yatim Al-akhyar ini,untuk
mewujudkan kemandirian anak-anak yatim,sebagai pembimbing selalu
mengayomi mereka dari segala hal yang anak lakukan dan kegiatan sehari-hari
yang berjalan disini,sebagai pembimbing juga berkewajiban untuk mengurus dan
mengawasi seta memberikan nasihat kepada santri-santrinya supaya mereka
mematuhi peraturan yang ada,di ponpes,agar santri disiplin dan mandiri .
(?) Terus tadz,bimbingannya apa aj yang antum terapin ke anak-anak yatim ?
(+) wah.. klo saya sich memang spesialis ngajar qur’an aja atau ngajar ngaji,kalo
kegiatan yang lain yah mungkin tidak jauh berbeda ama yang ente wawancarain
ama pimpinan ponpes kemarin,yaa bimbingannya ada pengajian alqur’an,kitab
kuning,kitab modern yang udah di cetak ulang dan ada artinya,kegiatan sekolah
formal,dan kegiatan-kegiatan non formal,seperti di latih memasak,menjahit,kursus
bahasa inggris dan arab,dan ternak ayam dan ikan,ya.. itu semua berguna agar
mreka bisa mandiri sekarang dan natinya .
(?)Lalu ustadz kegiatannya kapan dan diman tuh ?
(+) Yaa disini semua lah,sekolah di kelas,mengaji qur”an dan kitab kuning di
majlis,pokonya semua kegiatan dilakukan di pondok pesanteren ini,klo waktunya
sesuai jadwal yang ada.
(?) Kalo menurut antum nih,pendekatan yang bagus buat anak yatim apa aj ?
(+) Kalo Mengenai pendekatan yang di gunakan di ponpes yatim Al_akhyar ini
harus di tinjau dari beberapa aspek dulu misalnya dari segi aspek psikologis anak
yatim yang sedang mengalami gejolak kejiwaan dan emosional atau mengalami
sock karena di tinggal wafat ayahnya,bagi mereka yang masih anak-anak dan
remaja awal,kemudian juga di lihat dari sisi sosiologisnya,terlebih dari aspek
budaya dan agamanya .
(?) Kira-kira ustadz pada saat situasi dan kondisi yang bagaimana sich pendekatan
tersebut di gunakan ?
(+) Kalo masalah pendekatan dari segi aspek psikologis digunakan pada saat
dimana itu semua mencoba mencoba mendekati si anak dalam rangka memahami
kepribadian dan kejiwaan serta gejolak jiwa anak-anak yatim.sesuai dengan masa
pertumbuhan san perkembangan.dan kalau dengan pendekatan dari segi aspek
sosiologis,yakni berusaha mendorong terwujudnya hukuman hubungan antara
pribadinya,dengan lingkungan masyarakatnya sehingga mereka mampu
beradaptasi.terkadang dari segi sosiologis ini,pada saat anak-anak yatim ini
mengalami segala gejolak kejiwaan emosional secara psikologis,mereka itu
kurang mampu dan kurang fleksibel dalam pergaulannya,entah pergaulan pada
lingkungan keluarganya,dengan teman-temannya atau bahkan dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya.pendekatan dari segi aspek kultural ini,yakni dimana
seorang yatim tersebut berada pada budaya dan daerah mana mereka tinggal,dan
yang terakhir dengan pendekatan agama ini,di berikan penjelasan dan pemahaman
yaitu melalui pendidikan dan pengajaran ilmu agama bahwa agamapun sangat
memberikan keistimewaan tersendiri khusus anak-anak yatim,sehingga dengan
begitu,si anak yatim tersebut tidak menjadi putus asa,dan patah semangat untuk
menerima keadaannya tersebut.
HASIL WAWANCARA
Hari?tanggal : kamis, 22 oktober 2009
Waktu : Aula Pon-Pes Al-Akhyar
Tempat : 16.30 – 17.45 WIB
Yang di wawancarai : Isnaini rochwati ( santri )
Umur : 17 th.
Berita acara : Tugas dan program pembimbing agama dalam
mewujudkan kemandirian terhadap anak-anak yatim di
Pon-Pes yatim Al-akhyar
Interviewer : (?)
Interviewee : (+)
(+) menurut is,peranan pembimbing biar para santri disini mandiri,is pengennya
mereka seperti orang tua is,sebagaimana ayah is yang udah ga ada,yaitu menjadi
orang tua pengganti is,dan kedua menjadi guru dan pembimbing agama yang baik
untuk kehidupan is di sini dan setelah keluar dari sini .
(?) Hmm.. mudah-mudahan terwujud is,terus bimbingan yang is dapet apa aja
dipon-pes ini ?
(+) Sudah banyak sihh… yang pasti kita tetep sekolah seperti anak-anak yang
lainnya,trus di ajarin ngaji,belajar kitab kuning,dan ziarah wisata k tempat maqom
para Ulama .
(?) Kalo pendekatan yang digunakan pembimbing apa?maksudnya cara
pembimbing memberikan pengajarannya ke iis ?
(+) Banyak si caranya ada yang langsung ngajarinnya,trus ada yang lewat
ceramah,pokonya mereka membuat kita pintar dechh…
(?) Trus nih,klo yang memberikan bimbingan dipon-pes ini siapa aja ?
(+) owhh,,, kalo yang memberikan bimbingan disini ya.. guru-guru
pendidiknya,trus pimpinan pon-pes juga langsung terjun langsung ke lapangan
buat ngajarin kita,
(?) Efektif ga is,bimbingan yang mereka berikan kepada iis ?
(+) Alhamdulillah yah… semenjak iis di sini banyak berubah baik dari sisi pola
hidup,juga dalam sisi agama,sebab kita selalu diajarkan mengaji mengenal Allah
dan di ajarkan banyak keterampilan seperti menjahit,memasak,beternak,guna
menjadikan kami manusia yang bermanfaat bagi diri kami dan orang laim setelah
kkita keluar dari pondok ini aminn…
HASIL WAWANCARA
Hari?tanggal : kamis, 22 oktober 2009
Waktu : Aula Pon-Pes Al-Akhyar
Tempat : 16.30 – 17.45 WIB
Yang di wawancarai : Fatimah ( santri )
Umur : 16 th.
Berita acara : Tugas dan program pembimbing agama dalam
mewujudkan kemandirian terhadap anak-anak yatim di
Pon-Pes yatim Al-akhyar
Interviewer : (?)
Interviewee : (+)
(?) Fatimah kan santri ya di pon-pes ini… menurut kamu,kamu pengen para
pembimbing yang bagaimana biar kamu bisa menjadi anak yang
mandiri,maksunya peranan pembimbing apa sich biar kamu dan para santri yang
ada disini jadi mandiri ?
(+) Saya rasa peran pembimbing dalam mewudkan kemandirian
santri,pembingmbing harus berperan sebagai orang tua,karena oaring tua saya kan
udah ga ada..,trus dia juga harus ngajarin saya tentang bagaimana menjadi seorang
muslimah yang baik,dan mendidik kami agar kami memiliki keterampilan agar
kami bisa menyambung hidup setelah keluar dari sini,alhamduliillah mereka telah
berperan seperti itu
(?) kemudian fatimah klo untuk menunjang itu semua bimbingan yang di ajarkan
di pondok ini apa aja ?
(+) klo bimibingan di pondok ini banyak juga yahh,pertama mungkin yang
didahulukan sekolah formalnya,kemudian juga ada kegiatan pesantrennya seperi :
pengajian kitab kuning,pengajian Al-qur’an,belajar ceramah,kadang juga ziarah
wisata ke makam-makam para Ulama di Indonesia..
(?) Fatimah kalo pendekatan guru ke santri gimana?ketika dia baru masuk ke
pondok ini ?
(+) owh.. klo itu sich,,, pertama mereka pengenalan trus biasa ditanya-tanyain
tentang kehidupan kita dirumah,trus setelah itu yahh berjalan dengan sendirinya.
(?) Siapa aja Fatimah yang memberikan bimbingan dan pendekatan tersebut ?/
(+) yah.. yang pasti guru-gurunya y… pimpinan pondok juga biasanya ikut turun
langsung ke jamaah santri,biar lebih familyar gituh… hhee
(?) bisa aja ni fatimah,trus bimbingannya efektif ga ?
(+) Alhamdulillah yahh.. setelah kurang lebih 4 th. Disini saya banyak mengetahui
tentang agama,khususnya dalam mengaji al-qur’an,kitab kuning,juga berbagai
keterampilan seperti memasak,menjahit,dan masih banyak lagi yang lainnya
yahh..
PEDOMAN WAWANCARA
Yang diwawancarai :Pihak pondok pesantern yatim Al-akhyar.
Berita acara :Peranan pembimbing agama dalam mewujudkan
kemandirian terhadap anak yatim di pon-pes yatim Al-akhyar dan pendekatan
yang digunakan .
Intervewer : (?)
Intervewee : (?)
Tugas dan program pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian
terhadap anak-anak yatim dipon-pes ini
(?) Apa peranan pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian anak-anak
yatim dipon-pes ini ?
(?) Bimbingan apa yang digunakan pembimbing agama dalam mewujudkan
kemandirian?
(?) Kapan dan dimana bimbingan tersebut dilakukan ?
(?) Siapa yang melakukan bimbingan tersebut ?
(?) Mengapa bimbingan tersebut dilakukan ?
(?) Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam mewujudkan
kemandirian anak yatim di pon-pes ini ?
(?) Kenapa pendekatan tersebut digunakan ?
(?) Kapan dan dimana pendekatan tersebut dilakukan ?
(?) Siapakah yang menggunakan pendekatan tersebut ?
(?) Apakah efektif bimbingan dan pendekatan tersebut dalam mejudkan
kemandirian anak-anak yatim dipon-pes ini ?
PEDOMAN WAWANCARA
Yang diwawancarai :Masyarakat
Berita acara :Peranan pembimbing agama dalam mewujudkan
kemandirian terhadap anak yatim
Intervewer : (?)
Intervewee : (?)
Harapan masyarakat terhadap peran pembimbing agama dalam
mewujudkan kemandirian terhadap anak yatim
(?) Apa peran pembimbing agama dalam mewujudkan kemandirian anak-anak
yatim ?
(?) Bimbingan apakah yang seharusnya dillakukan pembibing agama terhadap
anak yaitm ?
(?) Kapan dan dimana bimbingan agama yang pantas dilaksanakan ?
(?) Mengapa bimbingan tersebut digunakan ?
(?) Siapakah yang pantas menjadi pembimbing agama ?
(?) Pendekatan apa saja yang digunakan pembimbing agama dalam mewujudkan
kemandirian terhadap anak yatim?
(?) Kenapa pendekatan tersebut digunakan ?
(?) Kapan sebaiknya pendekatan tersebut di gunakan
(?)Apakah efektif bimbingan dan pendekatan tersebut dalam mejudkan
kemandirian anak-anak yatim ?
(?)Bagaimana harapan anda terhadap peran pembimbing agama dalm
mewujudkan kemandirian terhadap anak yatim di pondok pesanren.?
SURAT KETERANGAN
Nomor : 18/YIA/VIIII/2009
Yang bertanda tangan dibawah ini Pimpinan Yayasan Islam Al-Akhyar
Kelurahan Beji,Kecamatan Beji,Kota Depok Menerangkan Bahwa :
Nama : Sofhal Jamil
Tempat/Tanggal lahir : Bogor, 04 Desmber 1986
NIM : 104052001998
Alamat : Jl. Akses UI,Rt 02/09 No. 26 .Kel. Tugu,Kec.
Cimanggis,Kota Depok
Jur/Fak :Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Benar-benar telah melaksanakan kegiatan penelitian di yayasan ini untuk
bahan penelitian skripsi yang berjudul “PERANAN PEMBIMBING AGAMA
DALAM MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN BAGI ANAK-ANAK YATIM “
dengan sebaik-baiknya terhitung sejak Agustus s/d Oktober 2009.
Demikian surat ini kami buat,semoga dapat dipergunakan dengan sebaik-
baiknya .
Beji, 15 Oktober 2009
Pimpinan Yayasan Islam Al-Akyar
Ust.Abdul Wahab SM