Post on 16-Apr-2015
description
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 i
KATA PENGANTAR
Publikasi Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 inimemberikan gambaran tentang pencapaian hasil pembangunan manusia diProvinsi Sulawesi Selatan terutama di bidang kesehatan, pendidikan, dandaya beli penduduk dapat disajikan dalam suatu indikator komposit.Pencapaian hasil-hasil pembangunan tersebut, dapat dijadikan sebagaibahan rumusan aksi dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia diSulawesi Selatan. Provinsi Sulawesi Selatan masih menghadapai berbagaitantangan pembangunan, seperti: masalah penanggulangan pendudukmiskin, gizi buruk, pelayanan kesehatan dan pendidikan, sertapemberdayaan petani.
Beberapa prestasi pembangunan yang telah dicapai saat ini, antara lain
telah meningkatkan pendapatan produk domestik regional bruto per kapita,
mengurangi tingkat pengangguran terbuka, mengurangi jumlah penduduk
miskin, serta diterapkannya program pelayanan kesehatan dan pendidikan
gratis. Namun demikian kemajuan yang telah dicapai tersebut masih harus
terus ditingkatkan dan berkelanjutan serta berkesinambungan sehingga visi
dan misi Sulawesi Selatan dapat diwujudkan.
Akhirnya, ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telahmembantu sehingga publikasi dapat diterbitkan dan semoga bermanfaat.
Makassar, Agustus 2012
BAPPEDA PROVINSISULAWESI SELATAN
Kepala,
Drs. H. Andi Yaksan Hamzah, MSNIP : 19550826 197911 1 002
Daftar Isi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................ 5
1.3. Sumber Data dan Keterbatasan .......................................................... 5
1.4. Sistematika Penyajian ......................................................................... 6
BAB II METODOLOGI .............................................................................8
2.1. Konsep dan Definisi ............................................................................ 8
2.2. Metode Penghitungan ........................................................................ 19
BAB III KONDISI SOSIAL EKONOMI ...................................................28
3.1. Kependudukan......................................................................................28
3.2. Bidang Kesehatan ...............................................................................35
3.3. Bidang Pendidikan ..............................................................................41
3.4. Ketenagakerjaan ..................................................................................48
3.5. Perekonomian ......................................................................................53
BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ..................................62
4.1. Posisi Pembangunan Manusia..............................................................63
4.2. Indeks Kesehatan ..................................................................................68
4.3. Indeks Pendidikan ................................................................................71
4.4. Indeks Daya Beli ..................................................................................76
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................87
Daftar Isi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 iii
5.1. Kesimpulan ............................................................................................87
5.2 Saran-saran .............................................................................................88
BAB VI. DAFTAR PUSTAKA....................................................................90
.
Bab 1.Pendahuluan
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia sebagai subjek dan sekaligus objek pembangunan harus
mampu meningkatkan kualitas hidupnya, untuk itu peran pemerintah
dan masyarakat sangat dibutuhkan. Manusia adalah kekayaan bangsa
yang sesungguhnya. Pembangunan sumber daya manusia secara fisik
dan mental mengandung makna sebagai peningkatan kemampuan dasar
penduduk. Kemampuan dasar penduduk tersebut diperlukan untuk
memperbesar kesempatan berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Peningkatan kemampuan dasar dapat dilakukan melalui peningkatan
derajat kesehatan, pengetahuan dan keterampilan penduduk. Hal
tersebut penting karena dapat direfleksikan dalam kegiatan ekonomi
produktif, sosial budaya, dan politik.
Paradigma pembangunan manusia yang dikembangkan oleh United
Nations Development Programme (UNDP) sebagai suatu proses untuk
memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dengan demikian bahwa
penduduk merupakan tujuan akhir dan pembangunan sebagai sarana
untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan pembangunan manusia
tersebut terdapat empat hal pokok yang harus diperhatikan :
1) Produktivitas, masyarakat harus dapat meningkatkan produktivitas
mereka dan berpartisipasi secara penuh dalam proses memperoleh
penghasilan dan pekerjaan berupah. Oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi adalah salah satu bagian dari jenis pembangunan manusia.
BAB I
Bab 1.Pendahuluan
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 2
2) Pemerataan, masyarakat harus mempunyai akses untuk
memperoleh kesempatan yang adil. Semua hambatan terhadap
peluang ekonomi dan politik harus dihapus agar masyarakat dapat
berpartisipasi dan memperoleh manfaat dari kesempatan-kesempatan
ini.
3) Kesinambungan, akses untuk memperoleh kesempatan harus
dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang akan tetapi juga
generasi yang akan datang. Segala bentuk permodalan fisik,
manusia, lingkungan hidup harus dilengkapi.
4) Pemberdayaan, pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat dan
bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus berpartisipasi penuh
dalam mengambil keputusan dan proses-proses yang mempengaruhi
kehidupan mereka (HDR,1995).
Pembangunan manusia lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi, tetapi
tidak anti terhadap pertumbuhan. Dalam perspektif pembangunan
manusia, pertumbuhan ekonomi bukanlah tujuan akhir. Pertumbuhan
ekonomi adalah alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu memperluas
pilihan-pilihan bagi manusia. Walaupun demikian, tidak ada hubungan
yang otomatis antara pertumbuhan ekonomi dengan kemajuan
pembangunan manusia. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi seyogyanya
diimbangi dengan pemerataan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan
yang tinggi tersebut apabila tidak diimbangi dengan pemerataan
pendapatan, maka hasil pembangunan ekonomi hanya akan dinikmati
oleh sekelompok penduduk yaitu penduduk yang bermodal besar.
Bab 1.Pendahuluan
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 3
Sehingga pertumbuhan akan kurang berkualitas, dimana peningkatan
pertumbuhan ekonomi disertai dengan peningkatan jumlah penduduk
miskin. Namun hal yang harus dipahami bahwa untuk mencapai
keselarasan kedua faktor tersebut dibutuhkan kerja keras oleh semua
pihak terutama oleh pemerintah dan juga membutuhkan proses dan
waktu yang cukup.
Hubungan antara pembangunan manusia dengan pembangunan
ekonomi berlangsung melalui dua jalur. Jalur pertama; melalui
kebijakan dan pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini pengeluaran
pemerintah khususnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan.
Besarnya pengeluaran tersebut merupakan indikasi tentang komitmen
pemerintah terhadap pembangunan manusia. Jalur kedua, melalui
kegiatan pengeluaran rumah tangga, dalam hal ini besarnya dan
komposisi untuk nutrisi keluarga, biaya pelayanan kesehatan, dan
pendidikan anggota rumah tangga. Jembatan yang menghubungkan
antara pembangunan manusia dengan pembangunan ekonomi adalah
melalui penciptaan kesempatan kerja.
Upaya pembangunan manusia dalam peningkatan kemampuan dasar
dan keterampilan tenaga kerja akan mempengaruhi penciptaan output
yang pada akhirnya akan berdampak pada pendapatan masyarakat.
Selain itu, faktor kelembagaan, distribusi sumber daya dan modal sosial
merupakan hal yang tidak kalah penting.
Penciptaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha dilakukan oleh
pemerintah ditempuh secara makro melalui pertumbuhan ekonomi yang
Bab 1.Pendahuluan
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 4
cukup tinggi, pengendalian inflasi, menekan tingkat pengangguran, dan
memberikan kredit modal pada usaha kecil mikro dan menengah.
Upaya lain yang dilakukan khususnya oleh pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan adalah program pendidikan dan kesehatan gratis.
ReproduksiSosial
Pembangunan Manusia
Kemampuan Pekerja danPetani Pengusaha,
Manajer
Ketenagakerjaan
Pengembangan Riset& Teknologi
Komposisi Output danEkspor
Modal Sosial, LSM dan Organisasi Kemasyarakatan
Pertumbuhan Ekonomi
Institusi dan Pemerintah
Distribusi Sumber Daya Swasta dan Masyarakat
Kebijakan danPengeluaran Pemerintah
PengeluaranPrioritas Sosial
Ketenagakerjaan
Kegiatan dan PengeluaranRumah tangga
Pengeluaran RT untukkebutuhan dasar
Tabungan Dalam Negeri
Tabungan Luar Negeri
Modal Fisik
Hubungan Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi
Sumber: United Nations Development Program (1996)
Bab 1.Pendahuluan
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 5
1.2. Maksud dan Tujuan
Tujuan penulisan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2011 Provinsi
Sulawesi Selatan adalah ;
a Memberikan data dan informasi tentang kinerja pembangunan yang
diukur berdasarkan peningkatan kualitas hidup manusia.
b Sebagai sumber informasi dasar dalam penyusunan perencanaan
pembangunan daerah dalam rangka upaya peningkatan kualitas
hidup manusia.
c Dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi dan memonitor program
pembangunan yang telah dilakukan, agar prioritas pembangunan
dapat ditentukan.
1.3. Sumber data dan Keterbatasan
a. Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam laporan ini adalah yang bersumber
dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan data beberapa instansi
pemerintah yang terkait. Data BPS diperoleh dari hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), sedangkan data tentang jumlah sarana/prasarana
pendidikan dan kesehatan diperoleh dari Dinas Pendidikan dan
Dinas Kesehatan pemerintah daerah.
Hasil Susenas merupakan data pokok dalam perhitungan indeks
pembangunan manusia, sedangkan data selain itu digunakan sebagai
data pendukung. Sejak pada tahun 1993, data Susenas menjadi alat
untuk mengkaji dan memantau hasil pembangunan di bidang sosial
Bab 1.Pendahuluan
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 6
dan kesejahteraan masyarakat serta pembangunan manusia hingga
pada tingkat kabupaten/ kota. Variabel-variabel yang terdapat dalam
survei tersebut seperti; kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan,
fertilitas dan keluarga berencana serta konsumsi/ pengeluaran
rumah tangga sebulan.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara tata muka
antara pengumpulan data (pencacah) dengan responden. Para
pengumpul data diusahakan berasal dari lokasi survei dan
dikoordinir oleh seorang koordinator statistik kecamatan.
Direkrutnya para pencacah dari lokasi suvei berkaitan dengan
operasional lapangan agar lebih mudah. Hasil pencacahan tersebut
diperiksa oleh Tim pemeriksa lapangan selanjutnya diedit oleh Tim
pengolahan dan dientry. Karena Susenas tersebut adalah hasil survei
maka sebelum dipublikasikan dilakukan estimasi terhadap populasi.
b. Keterbatasan
Hasil Susenas tidak dapat digunakan untuk tingkat yang lebih
rendah dari kabupaten/ kota, misalnya untuk tingkat kecamatan.
Masalah besarnya sampel tersebut juga akan mempengaruhi
beberapa variabel dalam Susenas tersebut harus digunakan secara
bijaksana dan berhati-hati.
1.4. Sistimatika Penyajian
Dalam pelaporan ini akan dibagi beberapa bab/bagian penulisan,
sebagai berikut;
Bab 1.Pendahuluan
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 7
Bab I. Pendahuluan; memberikan penjelasan tentang latar bela
kang, tujuan, sumber data dan keterbatasan serta sistematika
penulisan pelaporan.
Bab II. Metodologi; menjelaskan tentang konsep/definisi dan metode
perhitungan.
Bab III. Kondisi Sosial Ekonomi; memberikan informasi keadaan ge
ografi, kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenaga-
kerjaan dan ekonomi wilayah.
Bab IV. Indeks Pembangunan Manusia; menguraikan pencapaian
indeks pembangunan manusia berdasarkan komponen.
Bab V. Kesimpulan dan Saran; memberikan pernyataan hasil-hasil
temuan/diperoleh dalam pelaporan.
Bab VI. Daftar Pustaka; memberikan rujukan bacaan yang berkaitan
dengan indeks pembangunan manusia.
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 8
METODOLOGI
2.1. Konsep dan Definisi
Beberapa konsep dan definisi yang akan digunakan dan berkaitan
dengan data Susenas serta Indeks Pembangunan Manusia, adalah
sebagai berikut;
2.1.1. Kependudukan
Konsep “penduduk” adalah mereka yang berada di dalam dan
bertempat tinggal atau berdomisili di dalam suatu wilayah dan Orang
yang secara hukum berhak tinggal di wilyah tersebut. Sedangkan istilah
“kependudukan” atau Demografi adalah studi ilmiah tentang jumlah,
persebaran dan komposisi penduduk serta bagaimana ketiga faktor
tersebut berubah dari waktu ke waktu. Kependudukan mempelajari
secara sistematis perkembangan, fenomena dan masalah-masalah
penduduk dalam kaitannya dengan situasi sosial di sekitarnya.
Di dalam definisi operasional lapangan BPS digunakan dengan istilah
Anggota Rumah Tangga; yang merupakan semua orang yang biasanya
bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang berada di rumah
tangga pada waktu pencacahan maupun sementara tidak ada. Anggota
rumah tangga yang telah bepergian 6 (enam) bulan atau lebih, dan
anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 (enam) bulan tetapi
dengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 (enam) bulan atau
lebih, tidak dianggap sebagai anggota rumah tangga. Orang yang telah
tinggal di rumah tangga 6 (enam) bulan atau lebih atau yang telah
BAB II
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 9
tinggal di rumah tangga kurang dari 6 (enam) bulan tetapi berniat
pindah/bertempat tinggal di rumah tangga tersebut 6 (enam) bulan atau
lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga.
Konsep/pengertian rumah tangga adalah seorang atau sekelompok
orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus,
dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Umumnya
terdiri dari ibu, bapak, dan anak. Sedangkan bangunan fisik adalah
tempat berlindung yang mempunyai dinding, lantai, dan atap baik tetap
maupun sementara, baik digunakan sebagai tempat tinggal maupun
bukan tempat tinggal. Bangunan sensus adalah sebagian atau seluruh
bangunan fisik yang mempunyai pintu keluar masuk sendiri dan dalam
satu kesatuan penggunaan.
Didalam ilmu kependudukan terdapat tiga komponen penting, yaitu:
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk
(migrasi). Selain itu, terdapat faktor mobilitas sosial dan faktor tingkat
perkawinan sebagai penunjang dalam kependudukan. Ketiga komponen
dan dua faktor penunjang tersebut merupakan variabel yang digunakan
untuk menjelaskan jumlah, distribusi dan pertumbuhan penduduk. Teori
awal tentang pertumbuhan penduduk yang dikemukakan oleh Malthus
dalam “Essay On The Principle of Population” menyatakan bahwa
penduduk akan selalu bertambah lebih cepat dibandingkan dengan
pertambahan bahan makanan, kecuali terhambat oleh “moral restrains”
seperti misalnya wabah penyakit atau malapetaka.
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 10
Selanjutnya, Warren Thompson pada tahun 1929 mengemukakan teori
tentang transisi demografi yang menggambarkan empat proporsi yang
saling berhubungan, yaitu:
1. Jika angka kematian tinggi sebanding dengan angka kelahiran,
maka pertumbuhan penduduk akan sama dengan nol.
2. Jika angka kematian menurun tidak disertai penurunan angka
kelahiran, maka pertumbuhan yang positif dan terus meningkat
3. Jika angka kematian terus turun dan disertai dengan penurunan
angka kelahiran, tetapi tidak sebanding, maka pertumbuhan akan
positif dengan nilai menurun.
4. Jika angka kematian dan angka kelahiran rendah, maka
pertumbuhan semakin berkurang dan akan mencapai nol.
Untuk mendapatkan angka laju petumbuhan penduduk dapat dihitung
dengan beberapa cara yaitu; Rata-rata relatif menyatakan perbandingan
antara jumlah penduduk tahun ke-n dan tahun ke-(n-1), secara matematis
dapat ditulis sebagai berikut.
r=Pn
Pn-1-1 ×100%
Keterangan :r = laju pertumbuhan penduduk tahunan
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n (tahun terakhir)Pn-1 = jumlah penduduk tahun ke-(n-1) atau tahun sebelumnya
Perhitungan laju pertumbuhan penduduk untuk dua periode biasanya
dihitung dengan menggunakan rumus geometri atau eksponensial. Dua
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 11
periode yang dimaksud adalah dua pelaksanaan sensus penduduk yang
dilakukan dalam 10 tahun sekali, rumusnya dapat ditulis sebagai berikut:
r=Pt
P0
1t
-1 ×100%
Keterangan :r = laju pertumbuhan penduduk tahunanPt = jumlah penduduk tahun akhirP0 = jumlah penduduk tahun awal atau tahun sebelumnyat = periode waktu antara dengan
Angka ini mencerminkan perkembangan atau pertambahan penduduk
dalam kurun waktu tertentu, dan interpretasinya bahwa semakin kecil
angka ini maka semakin mencermikan kesuksesan penanganan/
pengendalian jumlah penduduk.
2.1.2. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
masyarakat yang berperan dalam meningkatkan kualitas hidup. Untuk
melihat perkembangan pendidikan secara makro dapat dilihat dari
beberapa indikator yaitu rasio murid terhadap guru, jumlah murid
terhadap sekolah, angka partisipasi kasar, angka partisipasi murni, angka
buta huruf, angka putus sekolah dan rata-rata lama bersekolah.
a. Rasio murid – Guru merupakan angka yang menggambarkan beban
kerja guru dalam mengajar atau dengan kata lain memperlihatkan
mutu pengajaran/ pengawasan dan perhatian guru di kelas
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 12
rmg=#m
#g
Keterangan :rmg = rasio murid terhadap guru#m = jumlah murid#g = jumlah guru
b. Rasio murid – Sekolah merupakan angka yang mencerminkan daya
tampung per sekolah.
rms=#m
#sKeterangan :rmg = rasio murid terhadap sekolah#m = jumlah murid#s = jumlah sekolah
c. Angka Partisipasi Kasar angka yang mencerminkan pemerataan
akses pendidikan dasar dan lanjutan formal atau sederajat dalam
kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut.
Jenjang pendidikan SD/ sederajat
apk.sd=muridsd
pop7-12×100%
Keterangan :apk.sd = angka partisipasi kasar sekolah dasar/ sederajatmuridsd = jumlah murid di sekolah dasarpop7-12 = jumlah penduduk yang berumur 7-12 tahun.
Jenjang pendidikan SLTP/ sederajat
apk.sltp=muridsltp
pop13-15×100%
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 13
Keterangan :apk.sltp = angka partisipasi kasar SLTP/ sederajatmuridsltp = jumlah murid di SLTP/ sederajat
pop13-15 = jumlah penduduk yang berumur 13-15 tahun.
Jenjang Pendidikan sekolah menengah
apk.sm=muridsm
pop16-18×100%
Keterangan :apk.sm = angka partisipasi kasar sekolah menengah/ sederajatmuridsm = jumlah murid di sekolah menengah/ sederajatpop16-18 = jumlah penduduk yang berumur 16-18 tahun.
d. Angka Buta Huruf adalah angka yang memberikan informasi tentang
kemajuan pendidikan suatu bangsa/ daerah, serta adanya pemerataan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan.
abk=tbbt15
pop15+×100%
Keterangan:abk = angka buta huruf orang dewasatbbt15 = jumlah penduduk yang tidak dapat membaca dan menulis
berumur 15 tahun ke ataspop15+ = jumlah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas.
e. Angka Putus Sekolah menggambarkan kemampuan penduduk usia
bersekolah pada jenjang pendidikan pada SD, SLTP, SM dalam
menyelesaikan pendidikannya.
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 14
Jenjang pendidikan SD/ sederajat
aps.sd=pts7-12
sek7-12+tdsek7-12×100%
Keterangan :aps.sd = angka putus sekolah di sekolah dasar/ sederajatpts7-12 = jumlah penduduk berumur 7-12 tahun yang putus sekolah di SDsek7-12 = jumlah penduduk yang berumur 7-12 tahun.yang masih
bersekolah di SDtdsek7-12 = jumlah penduduk yang berumur 7-12 tahun.yang tidak sekolah
lagi di SD
Jenjang pendidikan SLTP/ sederajat
aps.sltp=pts13-15
sek13-15+tdsek13-15×100%
Keterangan :aps.sltp = angka putus sekolah di SLTP/sdeerajatpts7-12 = jumlah penduduk berumur13-15 tahun yang putus sekolah di
SLTPsek7-12 = jumlah penduduk yang berumur 13-15 tahun.yang masih
bersekolah di SLTPtdsek7-12 = jumlah penduduk yang berumur 13-15 tahun.yang tidak sekolah
lagi di SLTP
Jenjang pendidikan SM/sederajat
aps.sm=pts16-18
sek16-18+tdsek16-18×100%
Keterangan :aps.sltp = angka putus sekolah di SM/sdeerajatpts7-12 = jumlah penduduk berumur16-18 tahun yang putus sekolah di
SM= jumlah penduduk yang berumur 16-18 tahun.yang masih
bersekolah di SMt = jumlah penduduk yang berumur 16-18 tahun.yang tidak sekolah
lagi di SM
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 15
f. Rata-rata lama Bersekolah menggambarkan tingkat pencapaian
setiap penduduk dalam kegiatan bersekolah, semakin tinggi angka
lama bersekolah maka semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah
dicapai.
xls=popsek
i
popi
n
i=1
Keteraangan :xls = rata-rata lama sekolah
= jumlah tahun bersekolah pendudukpop = jumlah penduduk
2.1.3. Kesehatan
Terdapat beberapa indikator makro yang dapat menggambarkan kondisi
kesehatan masyarakat antara lain; rasio tenaga kesehatan, rasio sarana
kesehatan, dan rata-rata lama anak balita mendapat air susu ibu. Masing-
masing indikator tersebut menggambarkan tentang kemampuan atau
keberadaan tenaga kesehatan dan sarana kesehatan serta kondisi gizi anak
balita.
a. Rasio tenaga kesehatan per 10.000 penduduk
nakes=dok+bid+param
pop×10.000
Keterangan :nakes = Rasio tenaga kesehatandok = Jumlah dokbid = jumlah bidanparam = jumlah paramedic/perawatpop = jumlah penduduk
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 16
b. Rasio Sarana Kesehatan per 10.000 penduduk
Sarkes=rs+puskesmas
pop×10.000
Keterangan :Sarkes = Rasio sarana kesehatanrs = Jumlah rumah sakitpuskesmas = jumlah bidanpop = jumlah penduduk
2.1.4. Ketenagakerjaan
Dalam ketenagakerjaan dikenal dengan beberapa istilah yang sering
dipergunakan antara lain adalah angkatan kerja, bekerja dan pengangguran
serta penduduk usia kerja. Untuk keseragaman pemahaman BPS memberi
konsep dari masing-masing istilah di atas sebagai berikut.
a. Penduduk Usia Kerja adalah setiap penduduk yang berumur 10 tahun
ke atas yang mencakup mereka yang bekerja, mencari pekerjaan,
sekolah dan mengurus rumah tangga serta kegiatan lainnya.
b. Angkatan kerja adalah mereka yang melakukan kegiatan bekerja dan
mencari pekerjaan.
c. Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan
paling sedikit selama satu jam dalam seminggu. Satu jam disini adalah
melakukan kegiatan secara berturut-turut dan tidak terputus.
d. Mencari pekerjaan adalah kegiatan dari mereka yang berusaha
mendapatkan pekerjaan dalam waktu tidak terbatas dan dalam referensi
waktu survei masih berusaha/ menunggu jawaban hasil lamaran.
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 17
e. Pengangguran adalah mereka yang sedang mencari pekerjaan.
f. Setengah Pengangguran adalah mereka yang bekerja akan tetapi
mempunyai jam kerja kurang dari 35 jam dalam seminggu.
g. Tingkat partisipasi angkatan kerja
tpak=ak
puk×100
Keterangan :tpak = Tingkat partisipasi angkatan kerjaak = Jumlah angkatan kerjapuk = jumlah penduduk usia kerja
h. Tingkat pengangguran terbuka
tpt=ck
ak×100
Keterangan :tpt = Tingkat pengangguran terbukack = Jumlah pencari kerjaak = jumlah angkatan kerja
2.1.5. Produk Domestik Regional Bruto
Produk domestik regional bruto (PDRB) adalah seluruh nilai barang dan
jasa yang ditimbulkan oleh faktor-faktor produksi (buruh, kewiraswastaan,
modal, dan barang modal) di suatu wilayah tanpa memperhatikan
pemilikan faktor-faktor produksi itu. Jadi PDRB merupakan penjumlahan
dari seluruh nilai tambah bruto dari setiap sektor kegiatan dalam suatu
periode tertentu di suatu wilayah.
pdrb= ntbi
9
i=1
Keterangan :pdrb = produk domestik regional brutontbi = nilai tambah bruto sektor ke-ii = sektor kegiatan usaha ke-i, = 1,2, … 9
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 18
a. Nilai tambah bruto adalah nilai manfaat suatu barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan ekonomi atau secara sederhana adalah
nilai produksi/ output dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan
untuk menghasil produksi/ output (biaya antara).
b. Nilai produksi/ output adalah penilaian atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan ekonomi. Biaya antara adalah biaya
yang dikeluarkan dalam proses penciptaan barang dan jasa dalam
suatu periode produksi.
c. Penilaian barang dan jasa dilakukan dengan menggunakan harga
konstan tahun 2000 dan tahun berjalan. Atas dasar harga berlaku
adalah penilaian suatu barang dan jasa pada saat terjadinya transaksi
atau current price dan dinilai dalam Rupiah. Atas dasar harga
konstan adalah penilaian suatu barang dan jasa dengan suatu harga
yang tetap. Dalam hal ini, penilaian dilakukan dengan harga barang
dan jasa pada tahun 2000.
ntbi=Oi-bai
Keterangan :ntb = nilai tambah brutoO = produksi/output barang dan jasaba = Biaya antarai = sektor kegiatan usaha ke-i, = 1,2, … 9
d. Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kuantum produksi
barang dan jasa dalam suatu periode tertentu (dinilai dalam harga
konstan).
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 19
reko=pdrbk
n
pdrbkn-1
×100% -100%
Keterangan :reko = pertumbuhan ekonomipdrbk
n = pdrb atas dasar harga konstan tahun ke-n
pdrbkn = pdrb atas dasar harga konstan tahun ke- − 1
e. PDRB per kapita adalah nilai PDRB dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun.
pdrb.kapita=pdrb
popmed
Keterangan :Pdrb,kapita = pdrb per kapitapdrb = produk domestik regional brutopopmed = jumlah penduduk pertengahan tahun
2.2. Metode Perhitungan
Untuk memperoleh angka indeks pembangunan manusia dibutuhkan
beberapa proses pengolahan dan perhitungan, secara sederhana dapat
dijelaskan sebagai berikut:
2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
IPM dihitung secara sederhana dari rata-rata antara indeks harapan hidup,
indeks pendidikan, dan indeks daya beli “Purchasing Power Parity” atau
PPP. Secara matematik dapat ditulis sebagai berikut;
1003
321 xxxx
IPM
Keterangan :IPM = Indeks Pembangunan ManusiaX1 = Indeks harapan hidupX2 = Indeks pendidikanX3 = Indeks daya beli
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 20
Untuk menghitung nilai dari masing-masing indeks pembentuk IPM, UNDP
telah menetapkan batas bawah dan batas atas yang terus berkembang dari
waktu ke waktu. Pada tahun 1990, batas diperoleh dari hasil observasi,
sedangkan pada tahun 1994 menggunakan suatu nilai batas tertentu. Pada
tahun 2009, batas yang digunakan adalah:
Batas bawah angka harapan hidup adalah 25 tahun dan batas atasnya 85
tahun.
Indeks rata-rata lama sekolah nilainya antara 0 sampai dengan 100
persen
Indeks melek huruf memiliki batas bawah 0 persen dan batas atas 100
persen.
Umur Panjangdan Sehat
Pengetahuan Kehidupanyang Layak
AngkaHaparanHidupSaat Lahir
AngkaMelekHuruf
RataanLamaSekolah
PengeluaranPerkapita Rill
Indeks HarapanHidup
IndeksPendidikan
IndeksPendapatan
IPM
DIMENSI :
INDIKATOR :
INDEKSDIMENSI :
Skema, menjelaskan dimensi, indikator, dan indeks dimensi dalampengukuran/ perhitungan Indeks Pembangunan Manusia.
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 21
PDB per kapita menggunakan nilai minimal 100 US$ dan maksimal
40000 US$.
a. Indeks Harapan Hidup, dihitung berdasarkan angka harapan hidup
sejak seseorang dilahirkan dengan mempertimbangkan angka harapan
hidup terendah dan tertinggi (UNDP). Secara matematik dapat ditulis
sebagai berikut:
x1=ahh-25
85-25×100
Angka Harapan Hidup, dapat dilakukan/ diperoleh melalui suatu paket
program Mortpaklite dengan meng-input data hasil susenas rata-rata
jumlah anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata jumlah anak yang
masih hidup hingga referensi survei per wanita yang berumur 15-49
tahun (kelompok umur lima tahunan). Hasil dari Mortpaklite tersebut
tersaji beberapa metode pendekatan, metode yang sesuai dengan
keadaan fertilitas/ mortalitas di Indonesia adalah model West Coale-
demeny Trussell equations. Kemudian, untuk mendapatkan hasil angka
harapan hidup yang lebih baik dirata-ratakan pada kelompok umur 20-
35 tahun, demikian pula dengan waktu rujukan “reference date of life
expectancy at birth”.
Rumus untuk memperoleh rata-rata anak yang dilahirkan hidup
(children ever born), sebagai berikut:
Ralh=∑ alhi
7i=1
∑ wi7i=1
Keterangan :X1 = Indeks harapan hidupahh = angka harapan hidup25 = nilai terendah85 = nilai tertinggi
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 22
Rumus untuk memperoleh rata-rata anak yang masih hidup (children
surviving), sebagai berikut:
Ramsh=∑ amshi
7i=1
∑ wi7i=1
b. Indeks Pendidikan, dihitung berdasarkan dua komponen yaitu indeks
melek huruf dan indeks rata-rata lama bersekolah (baca: konsep/
definisi), yang masing-masing besarnya proporsi dua banding satu.
Rumus untuk mendapatkan angka tersebut, sebagai berikut:
x2=2x2.1-x2.2
3×100
Indeks Melek Huruf, diperoleh dengan cara membandingkan
angka melek huruf hasil perhitungan di suatu daerah tertentu
dengan standar UNDP. Rumusnya sebagai berikut:
x2.1=amh-0
100-0×100
Keterangan :X2 = Indeks pendidikanX2.1 = Indeks melek hurufX2.2 = Indeks rata-rata lama sekolah
Keterangan :Ralh = rata-rata anak lahir hidupalh = anak lahir hidup menurut kelompok umur ibu ke-iw = wanita menurut kelompok umur ke-ii = kelompok umur 15-19; 20-24; 25-29;30-34;35-39;40-44;45-49
Keterangan :Ramsh = rata-rata anak yang masih hidupamsh = anak yang masih hidup menurut kelompok umur ibu ke-iw = wanita menurut kelompok umur ke-ii = kelompok umur 15-19; 20-24; 25-29;30-34;35-39;40-44;45-49
Keterangan :X2.1 = Indeks melek hurufamh = angka melek huruf0 = angka melek huruf terendah100 = angka melek huruf tertinggi
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 23
Indeks Rata-rata lama bersekolah, cara memperolehnya mirip
dengan indeks melek huruf, rumusnya sebagai berikut:
x2.2=rls-0
15-0×100
Sebelum perhitungan di atas, dalam pengolahan data susenas, pada
keterangan pendidikan diperlukan skor/ konversi tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan seseorang, sebagai berikut:
Pendidikan tertinggi yangditamatkan
Konversi(Tahun)
Pendidikan tertinggi yangditamatkan
Konversi(Tahun)
1. Tidak pernah sekolah 0 6. Diploma II 14
2. Sekolah Dasar 6 7. Akademi/Diploma III 15
3. SLTP 9 8. Diploma IV/Sarjana 16
4. SLTA/SMU 12 9. Magister (S2) 18
5. Diploma I 13 10. Doktor (S3) 21
c. Indeks Daya Beli, “Purchasing Power Parity” (PPP) diharapkan
sebagai proxy terhadap kehidupan layak bagi penduduk. Di berbagai
negara menggunakan angka pendapatan per kapita sebagai proxy
tersebut, akan tetapi di Indonesia belum dapat mempublikasikan angka
pendapatan per kapita pada tingkat provinsi dan kabupaten/ kota secara
berkala. Hal tersebut berkaitan dengan keterbatasan data. Data yang
Keterangan :X2.2 = Indeks rata-rata lama sekolahrls = rata –rata lama bersekolah0 = angka melek huruf terendah15 = angka melek huruf tertinggi
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 24
dapat dipublikasikan pada tingkat provinsi dan kabupaten/ kota adalah
pendapatan regional per kapita. Dimana kedua indikator tersebut sangat
berbeda, dan perbedaan kedua indikator itu tidak dijelaskan dalam
bahasan ini. Di Indonesia untuk memperoleh tingkat daya beli
digunakan suatu paket komoditas yang terdiri dari 27 komoditas yang
diperoleh dari Susenas pada keterangan Pengeluaran Rumah Tangga.
Rumus Indeks Daya Beli (PPP) adalah sebagai berikut:
x3=pppk-360
732.72-300×100
Untuk memperoleh nilai , dihitung melalui beberapa tahapan
seperti yang dijelaskan dibawah ini:
Mempersiapkan data yang terdiri dari 3 komponen, yaitu:
1. Pengeluaran rumah tangga untuk 27 komoditas dalam volume
(berat/ unit/ butir dsb) dan rupiah.
2. Indeks harga konsumen (IHK); adalah angka yang menggam-
barkan perubahan secara umum harga-harga pada waktu dan
daerah tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu
mencermikan terjadi inflasi atau deflasi.
3. Jumlah penduduk.
Proses Perhitungan dengan aturan sebagai berikut:
Keterangan :X3 = Indeks daya belippp k = paritas daya beli hasil koreksi (rumus: Atkinson)360 = perkiraan ppp maksimum hingga tahun 2018300 = perkiraan garis kemiskinan (metode baru)732.72 = nilai maksimum ppp
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 25
1. Pengeluaran per kapita adalah jumlah pengeluaran rumah tangga
dibagi dengan jumlah penduduk (Y1).
2. Pengeluaran per kapita riil adalah pengeluaran per kapita
dikalikan dengan angka IHK (Y2).
3. Menghitung PPP
ppp=∑E(i,j)
∑P(i,j)Q(i,j)
4. Pengeluaran per kapita riil dibagi dengan ppp, untuk menda-
patkan kekuatan daya beli per kabupaten/ kota berdasarkan
paket komoditas, (Y3).
5. Kekuatan daya beli (Y3) perlu dilakukan penyesuaian dengan
formula Atkinson :
Katerangan :E(i,j) = pengeluaran untuk komoditi ke-j di kab/kota ke-iP(i,j) = harga komoditi ke-j di Jakarta SelatanQ(i,j) = volume komoditi ke-j (unit) yang dikonsumsi di kab/kota
Catatan :Bahwa harga standar untuk se Indonesia adalah Jakarta Selatan,
yang berdasarkan 27 komoditi
pppk = C(i) jika C(i) Z= Z + 2(C(i) - Z)(1/2) jika Z < C(i) 2 Z= Z+ 2(C(i) - Z)(1/2) + 3(C(i) - 2Z)(1/3) jika 2 Z’< C(i) 3Z= Z + 2(C(i) - Z)(1/2) + 3(C(i) - 2Z)(1/3) + 4(C(i) - 3Z)(1/4) jika 3 Z y’ < C(i) 4Z...
dst.
Keterangan :C(i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapitaZ = batas tingkat pengeluaran ditetapkan secara arbiter Rp 1 500 per kapita hari.
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 26
Daftar Paket Komoditi yang dipergunakan dalam perhitungan PPP
d. Reduksi Shortfall, Mengukur keberhasilan dipandang dari jarak antara
yang dicapai terhadap kondisi ideal (IPM=100). Nilai reduksi shortfall
yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat.
Progress dalam IPM dapat dilihat dari dua prespektif, yang pertama
adalah apa yang telah dicapai dan yang kedua adalah shortfalls secara
kontinyu dari target yang diinginkan. Dua hal tersebut dapat dipandang
sebagai satu konsep, dimana progress IPM adalah meningkatkan
pencapaian dan memperkecil shortfalls. Perbedaan mendasar antar
1 Beras Lokal kg 7.25
2 Tepung Terigu kg 0.10
3 Ketela Pohon kg 0.22
4 Ikan Tongkol/Tuna/ Cakalang kg 0.50
5 Ikan Teri ons 0.32
6 Daging Sapi kg 0.78
7 Daging Ayam kg 0.65
8 Telur Ayam butir 1.48
9 Susu Kental Manis 397 gr 0.48
10 Bayam kg 0.30
11 Kacang Panjang kg 0.32
12 Kacang Tanah kg 0.22
13 Tempe kg 0.79
14 Jeruk kg 0.39
15 Pepaya kg 0.18
16 Kelapa buitr 0.56
17 Gula Pasir ons 1.61
18 Kopi Bubuk/ Instan ons 0.60
19 Garam ons 0.15
20 Merica/ Lada ons 0.13
21 Mie Instant 80 gr 0.79
22 Rokok Kretek Filter 10 btg 2.86
23 Listrik kwh 2.06
24 Air Minum m3 0.46
25 Bensin ltr 1.02
26 Minyak Tanah ltr 1.74
27 Sewa Rumah unit 11.56
xx 37.52Jumlah
Proporsi thdp Total
KonsumsiSatuanJenis KomoditiNo
Bab 2 Metodologi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 27
keduanya adalah: kekecewaan dan penolakan terhadap suatu
pencapaian IPM didasari pada keyakinan bahwa seharusnya mereka
dapat mencapai kinerja yang lebih. Tingkat keyakinan ini diwujudkan
dalam suatu kisaran nilai shortfalls yang masuk akal dan dapat diterima.
Nilai shortfalls menunjukkan tingkat kesulitan dalam pencapaian IPM
dan seberapa besar tantangan kedepan.
shortfall=ipmi-ipmi-1
100-ipmi-1×100%
1n
Keterangan :Ipm = Indeks Pembangunan Manusiat = tahun pada t (tahun terakhir/ sekarang)t = tahun pada t-1 (tahun awal/ sebelumnya)n = periode waktu pada t-1 dan t100 = konstanta, pencapaian kondisi ideal ipm
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 28
KONDISI SOSIAL EKONOMI
Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari 21 kabupaten dan 3 kota,
kabupaten yang terakhir ini adalah Kabupaten Toraja Utara yang merupakan
pemekaran dari Kabupaten Toraja. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan
daerah yang relatif lebih maju dibanding dengan provinsi lainnya di
Kawasan Timur Indonesia sehingga terkenal dengan sebutan Pintu Gerbang
Indonesia Timur. Sejak tahun 1960, pemerintah telah memprioritaskan
sektor pertanian sebagai sektor penggerak utama pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Selatan. Dalam periode 1960 hingga sekarang sektor pertanian
memberikan sumbangan terbesar terhadap perekonomian, namun tidak
dipungkiri kecenderungan besarnya sumbangan sektor ini semakin menurun
setiap tahunnya.
BAB III
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 29
Grafik 3.1 Jumlah Penduduk Sulawesi Selatan, 2007-2011 (jiwa)
3.1. Kependudukan
Pada tahun 2007 jumlah penduduk Sulawesi Selatan berdasarkan
DAU tercatat sebesar 7.700.255 jiwa, dan pada tahun 2011 penduduk
Sulawesi Selatan telah mencapai 8.115.638 jiwa. Perkembangan jumlah
penduduk selama tahun 2007 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada
Grafik 3.1. Selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2007 sampai
dengan 2011 jumlah penduduk meningkat rata-rata sekitar 83 ribu jiwa
per tahun atau tumbuh sebesar 1,35 persen per tahun (dihitung dengan
menggunakan geometrik).
Pertumbuhan penduduk yang relatif besar terjadi di daerah perkotaan
beserta kabupaten disekitarnya. Hal ini adalah wajar, karena kegiatan
ekonomi masyarakat berpusat di daerah perkotaan. Selain itu,
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 30
pertumbuhan penduduk di Kabupaten Luwu Timur juga relatif tinggi,
sebagai akibat adanya PT. Inco di kabupaten ini.
Selama kurun waktu lima tahun, mulai dari tahun 2007 sampai
dengan 2011 penduduk Kota Makassar bertambah sebesar 116.897
jiwa. Pertambahan ini merupakan yang paling besar di Sulawesi
Selatan. Pertambahan penduduk yang juga relatif besar terjadi di
Kabupaten Gowa yang merupakan kabupaten yang berbatasan langsung
dengan kota Makassar. Sedangkan daerah yang jumlah penduduknya
justru berkurang dalam kurun waktu tersebut adalah Kabupaten:
Soppeng dan Luwu Utara. Kabupaten Soppeng merupakan kabupaten
dengan kegiatan ekonomi yang relatif lambat dibanding kabupaten-
kabupaten yang lain. Sedangkan menurunnya penduduk Kabupaten
Luwu Utara diduga karena mobilitas penduduk ke Kota Palopo dan
Luwu Timur yang lebih berpotensi secara ekonomi.
Daerah yang mengalami pertumbuhan cukup pesat dapat disebabkan
oleh beberapa faktor harapan, antara lain faktor kesempatan kerja yang
lebih luas, melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, sejumlah fasilitas
yang lebih memadai khususnya di daerah perkotaan dan berbagai faktor
daya tarik lainnya. Selain masalah pertumbuhan penduduk yang
dipandang masih relatif tinggi dan juga belum meratanya jumlah
penduduk. Penduduk di daerah perkotaan biasanya lebih padat
dibanding daerah pedesaan, hal ini berkaitan dengan sejumlah fasilitas
yang rata-rata terdapat di daerah perkotaan sehingga merupakan daya
tarik tersendiri bagi penduduk untuk tinggal di perkotaan. Kepadatan
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 31
penduduk di Kabupaten di Sulawesi Selatan adalah antara 34 sampai
dengan 462 jiwa per kilometer persegi, sedangkan kepadatan penduduk
di daerah Kota mencapai 585 sampai dengan 7.341 jiwa per kilometer
persegi.
Kepadatan penduduk Provinsi Sulawesi Selatan dalam kurun waktu
2007 hingga 2011 nampak terus bertambah, yaitu dari 169 jiwa
kilometer persegi menjadi 178 pada tahun 2011. Apabila dilihat
menurut kabupaten/kota maka wilayah terpadat penduduknya adalah
Kota Makassar, Pare-pare dan Palopo yang masing-masing sebesar
7.341, 1.233 dan 585 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan selain
ketiga kota tersebut terlihat pula kabupaten yang tergolong padat
penduduknya berada di wilayah sebelah Selatan Provinsi Sulawesi
Selatan yaitu: Kabupaten Takalar, Bantaeng, Jeneponto, Bulukumba
dan Gowa. Kabupaten-Kabupaten tersebut merupakan daerah dengan
luas wilayah yang relatif kecil dibandingkan Kabupaten-kabupaten
yang berada di wilayah sebelah Utara Provinsi Sulawesi selatan,
sehingga walaupun jumlah penduduk tidak terlalu besar, tetapi
kepadatan penduduk per kilometer persegi tergolong besar.
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 32
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. Selayar 117.860 119.811 121.749 122.055 123,283
02. Bulukumba 386.239 390.543 394.746 394.560 398,531
03. Bantaeng 171.468 172.849 174.176 176.699 178,477
04. Jeneponto 330.379 332.334 334.175 342.700 346,149
05. Takalar 252.270 255.154 257.974 269.603 272,316
06. Gowa 594.423 605.876 617.317 652.941 659,512
07. Sinjai 223.522 225.943 228.304 228.879 231,182
08. Maros 299.662 303.211 306.687 319.002 322,212
09. Pangkep 291.506 295.137 298.701 305.737 308,814
10. Barru 160.428 161.732 162.985 165.983 167,653
11. Bone 699.474 705.717 711.748 717.682 724,905
12. Soppeng 228.181 229.502 230.744 223.826 226,079
13. Wajo 375.833 378.512 381.066 385.109 388,985
14. Sidrap 248.769 250.666 252.483 271.911 274,648
15. Pinrang 342.852 346.988 351.042 351.118 354,652
16. Enrekang 185.527 188.070 190.576 190.248 192,163
17. Luwu 320.205 324.229 328.180 332.482 335,828
18. Tator 452.663 234.534 240.249 221.081 223,306
19. Luwu Utara 305.468 313.674 321.979 287.472 290,365
20. Luwu Timur 224.383 230.821 237.354 243.069 245,515
21. Toraja Utara * 226.478 229.090 216.762 218,943
22. Makassar 1.235.239 1.253.656 1.271.870 1.338.663 1,352,136
23. Pare-Pare 116.309 117.591 118.842 129.262 130,563
24. Palopo 137.595 141.996 146.482 147.932 149,421
Provinsi 7.700.255 7.805.024 7.908.519 8.034.776 8,115,638
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Keterangan : * = belum terbentuk Kabupaten
Penduduk Kab Toraja, Termasuk Kab Toraja Utara
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2007-2011(dalam Jiwa)
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 33
Kabupaten/ KotaRata-rata
2006 - 2010Rata-rata
2007 - 2011
(1) (2) (3)
01. Selayar 1.33 1.02
02. Bulukumba 0.84 1.68
03. Bantaeng 0.89 2.40
04. Jeneponto 0.94 0.79
05. Takalar 1.77 1.61
06. Gowa 2.65 1.31
07. Sinjai 0.87 1.04
08. Maros 1.71 0.80
09. Pangkep 1.42 -0.09
10. Barru 0.97 0.79
11. Bone 0.84 2.19
12. Soppeng -0.18 0.82
13. Wajo 0.74 0.88
14. Sidrap 2.10 1.11
15. Pinrang 0.92 -10.28
16. Enrekang 1.02 -1.09
17. Luwu 1.22 2.30
18. Tator -10.05
19. Luwu Utara -0.60 2.03
20. Luwu Timur 2.73 2.59
21. Toraja Utara 2.21
22. Makassar 2.20
23. Pare-Pare 2.59 1.02
24. Palopo 2.71 1.681.33 2.40
Provinsi 1.66 1.57
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Keterangan : * = belum terbentuk Kabupaten
Kab. Tator Utara, masih tergabung dengan Kab. Tator
Tabel 3.2. Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/ KotaTahun 2006-2011
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 34
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Selayar 106 133 135 135 136 134
02. Bulukumba 335 338 342 342 345 340
03. Bantaeng 433 437 440 446 451 441
04. Jeneponto 366 368 370 379 383 373
05. Takalar 445 450 455 476 481 462
06. Gowa 316 322 328 347 350 332
07. Sinjai 273 276 278 279 282 278
08. Maros 185 187 189 197 199 192
09. Pangkep 262 265 269 275 278 270
10. Barru 137 138 139 141 143 139
11. Bone 153 155 156 157 159 156
12. Soppeng 168 169 170 165 166 167
13. Wajo 150 151 152 154 155 152
14. Sidrap 132 133 134 144 146 138
15. Pinrang 175 177 179 179 181 178
16. Enrekang 104 105 107 107 108 106
17. Luwu 107 108 109 111 112 109
18. Tator 141 110 113 104 109 134
19. Luwu Utara 41 42 43 38 39 40
20. Luwu Timur 32 33 34 35 35 34
21. Toraja Utara * * 213 201 190 194
22. Makassar 7.028 7.132 7.236 7616 7693 7341
23. Pare-Pare 1.171 1.184 1.196 1301 1314 1233
24. Palopo 887 574 592 598 604 585
Provinsi 169 171 174 177 178 174
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Keterangan : * = belum terbentuk Kabupaten
Tabel.3.3. Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/KotaTahun 2007-2011 (Jiwa Per Kilometer Persegi)
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 35
3.2.Bidang Kesehatan
Aspek penting dalam kesejahteraan penduduk adalah kualitas fisik
penduduknya, hal ini dapat digambarkan oleh beberapa indikator
kesehatan. Terdapat beberapa indikator yang dapat dipergunakan untuk
mencerminkan secara umum tentang kesehatan penduduk, antara lain
adanya ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan. Ketersediaan
fasilitas dan tenaga kesehatan mencerminkan secara kasar/ umum
tentang bagaimana kesehatan penduduk sekaligus dapat juga
mencerminkan tentang bagaimana pelayanan
kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam usaha
menyehatkan masyarakatnya.
a). Fasilitas Kesehatan
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan status
kesehatan penduduk, ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan
sarana kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting.
Ketersediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas
dalam pelayanan kesehatan penduduk menjadi suatu keharusan.
Pada umumnya di daerah perkotaan tersedia rumah sakit dan juga
puskesmas, sedangkan di daerah pedesaan umumnya hanya terdapat
puskesmas (termasuk puskesmas pembantu atau puskesmas
keliling). Fasilitas kesehatan yang dimaksudkan dalam bab ini
adalah banyaknya rumah sakit dan puskesmas termasuk puskesmas
pembantu atau puskesmas keliling.
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 36
Keterbandingan ketersediaan fasilitas kesehatan dengan jumlah
penduduk dirasakan masih belum optimal. Pada tahun 2007 terdapat
sekitar 2,65 fasilitas kesehatan dalam 10.000 penduduk, angka
tersebut meningkat terus hingga pada tahun 2008 sekitar 2,74 tetapi
pada tahun 2009 fasilitas kesehatan turun menjadi 2,56 dan pada
tahun 2010 nilainya kembali turun menjadi 2,54 tetapi pada tahun
2011 naik tajam menjadi 2,71. Secara rata-rata angka rasio tersebut
sebesar 2,64 selama kurun waktu 2007 hingga 2011.
b). Tenaga Kesehatan
Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa ketersediaan fasilitas
kesehatan dapat memberikan gambaran tentang kesehatan
masyarakat. Indikator lain yang juga memberikan gambaran yang
serupa akan tetapi dilihat dari ketersediaan personil atau tenaga
Grafik 3.2. Jumlah Fasilitas Kesehatan per 10.000 pendudukProvinsi Sulawesi Selatan
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 37
kesehatan. Diharapkan ketersediaan tenaga kesehatan yang cukup
bagi masyarakat dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.
Dalam periode tahun 2007–2011, jumlah tenaga kesehatan
terlihat cenderung meningkat, walaupun terdapat adanya fluktuasi
dalam selang waktu pada periode tersebut. Rasio tenaga kesehatan
per 10.000 penduduk dapat menggambarkan hal tersebut, yaitu pada
tahun 2007 rasionya sebesar 13,4 dan meningkat menjadi 16,30 pada
tahun 2011. Keterbandingan jumlah dokter dengan jumlah fasilitas
kesehatan mencerminkan apakah dalam setiap rumah sakit dan
puskesmas terdapat atau tersedia tenaga dokter. Dalam periode
2007–2011, rata-rata terdapat lebih dari 1 orang dokter pada setiap
fasilitas kesehatan dan kecenderungannya terus meningkat.
Grafik.3.3. Fasilitas dan Tenaga Kesehatan (per 10.000 penduduk)Provinsi Sulawesi Selatan
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 38
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Kep. Selayar 6,69 8,27 7,15 7,21 7,62 7,39
02. Bulukumba 2,54 2,49 0,43 0,46 2,43 1,67
03. Bantaeng 2,81 4,37 2,70 2,66 2,69 3,05
04. Jeneponto 2,57 2,78 2,69 2,63 2,72 2,68
05. Takalar 3,94 3,21 2,87 2,74 2,75 3,10
06. Gowa 2,53 2,67 2,75 2,59 2,52 2,61
07. Sinjai 3,56 4,33 4,12 4,15 4,11 4,05
08. Maros 2,35 2,10 0,52 0,47 1,89 1,47
09. Pangkep 3,11 3,67 3,31 3,27 3,30 3,33
10. Barru 3,27 3,24 3,37 3,31 3,52 3,34
11. Bone 1,96 2,15 2,12 2,12 2,11 2,09
12. Soppeng 3,47 3,79 3,47 3,57 3,54 3,57
13. Wajo 2,80 2,59 2,62 2,60 2,75 2,67
14. Sidrap 2,67 2,77 2,85 2,65 2,69 2,73
15. Pinrang 2,36 2,33 2,34 2,36 2,45 2,37
16. Enrekang 4,30 4,69 5,09 5,10 5,20 4,88
17. Luwu 4,17 4,29 4,45 4,39 4,38 4,34
18. Tator 2,82 2,81 4,83 5,25 3,31 3,80
19. Luwu Utara 3,46 2,94 2,70 3,06 3,00 3,03
20. Luwu Timur 3,83 2,97 3,03 3,00 3,83 3,33
21. Toraja Utara * * 3,62 3,28 2,97 3,29
22. Makassar 0,88 1,09 6,59 1,06 1,11 2,15
23. Pare-Pare 3,14 3,00 0,21 2,17 2,60 2,22
24. Palopo 3,22 2,98 3,70 3,04 3,75 3,34
Provinsi 2,65 2,74 2,56 2,54 2,71 2,64
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi SelatanCatatan : Fasilitas Kesehatan = Rumah Sakit + PuskesmasKeterangan : Puskesmas; termasuk Puskesmas Pembantu dan Keliling
Tabel 3.1. Rasio Fasilitas Kesehatan Per 10.000 penduduk ProvinsiSulawesi Selatan
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 39
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Selayar 18,4 16,2 21,8 21,71 23,20 20,3
02. Bulukumba 10,8 8,5 11,0 10,97 11,14 10,5
03. Bantaeng 10,5 10,1 10,6 10,47 14,06 11,2
04. Jeneponto 8,3 8,2 9,2 8,99 8,84 8,7
05. Takalar 12,0 11,7 16,7 15,99 14,06 14,1
06. Gowa 8,1 8,2 8,9 8,41 8,58 8,4
07. Sinjai 14,3 13,8 17,3 17,30 17,30 16,0
08. Maros 12,7 12,5 11,1 10,66 12,07 11,8
09. Pangkep 17,7 8,1 18,9 18,51 16,09 15,9
10. Barru 18,5 18,1 17,3 16,99 21,00 18,4
11. Bone 3,8 5,1 6,7 6,62 6,79 5,8
12. Soppeng 11,0 11,0 11,8 12,20 17,83 12,8
13. Wajo 11,0 10,7 12,1 11,97 11,98 11,6
14. Sidrap 13,2 12,9 15,4 14,31 19,01 15,0
15. Pinrang 12,1 11,7 8,9 8,91 12,77 10,9
16. Enrekang 13,7 15,3 15,8 15,87 20,87 16,3
17. Luwu 17,6 16,8 14,2 14,05 15,13 15,6
18. Tator 16,1 15,4 13,7 14,93 23,11 16,6
19. Luwu Utara 12,6 14,0 14,0 15,72 17,32 14,7
20. Luwu Timur 13,5 13,1 18,7 18,27 19,84 16,7
21. Toraja Utara * * 18,8 12,69 19,55 17,0
22. Makassar 17,3 28,1 188,5 32,26 21,49 57,5
23. Pare-Pare 42,3 41,4 4,4 42,86 41,13 34,4
24. Palopo 35,1 27,5 35,5 28,53 28,71 31,1
Provinsi 13,4 14,7 11,5 16,47 16,30 14,5
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Keterangan : Tenaga Kesahatan : Dokter, Bidan/ Perawat dan Paramedis
Tabel 3.2. Rasio Tenaga Kesehatan Per 10.000 penduduk ProvinsiSulawesi Selatan
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 40
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Selayar 0,4 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4
02. Bulukumba 0,9 0,9 3,6 3,4 0,7 1,9
03. Bantaeng 0,7 1,1 0,8 0,8 0,9 0,9
04. Jeneponto 1,0 1,1 0,4 0,4 0,5 0,7
05. Takalar 0,4 0,3 3,0 3,0 1,0 1,6
06. Gowa 0,7 0,8 0,5 0,5 1,0 0,7
07. Sinjai 1,2 1,5 0,6 0,5 0,6 0,9
08. Maros 1,7 1,5 5,0 5,3 1,8 3,1
09. Pangkep 1,7 2,1 1,0 1,0 1,0 1,4
10. Barru 0,9 0,9 0,8 0,8 1,1 0,9
11. Bone 0,5 0,5 0,4 0,4 0,6 0,5
12. Soppeng 0,9 1,0 0,6 0,6 0,9 0,8
13. Wajo 0,3 0,3 0,6 0,6 0,8 0,5
14. Sidrap 0,9 0,9 0,7 0,7 1,0 0,9
15. Pinrang 1,0 1,0 0,5 0,5 0,6 0,7
16. Enrekang 0,9 0,9 0,4 0,4 0,5 0,6
17. Luwu 2,1 2,1 0,2 0,2 0,2 0,9
18. Tator 0,6 0,6 0,4 0,4 0,7 0,5
19. Luwu Utara 1,8 1,6 0,4 0,4 0,5 1,0
20. Luwu Timur 0,3 0,3 0,8 0,8 0,7 0,6
21. Toraja Utara * * 8,1 0,6 0,9 3,2
22. Makassar 5,1 6,6 2,4 8,7 8,3 6,2
23. Pare-Pare 7,4 7,4 1,3 2,3 1,9 4,1
24. Palopo 5,9 5,8 0,9 1,3 1,9 3,2
Provinsi 1,5 1,6 1,3 1,3 1,3 1,4
Catatan : Fasilitas Kesehatan = Rumah Sakit + Puskesmas
Keterangan : Puskesmas; termasuk Puskesmas Pembantu dan Keliling
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 3.3. Rasio Dokter Terhadap Falistas Kesehatan ProvinsiSulawesi Selatan
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 41
3.3. Bidang Pendidikan
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
pembangunan nasional, hal tersebut dapat dilihat dengan kebijakan
pemerintah dalam anggaran pendapatan dan belanja negara telah
ditetapkan bahwa anggaran pendidikan sebesar 11 persen dari total
anggaran. Tak dapat dipungkiri bahwa pendidikan sebagai unsur
penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas
sumber daya manusia yang tinggi diharapkan akan berimplikasi kepada
produktivitas yang tinggi pula sehingga akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu pemerintah terus berupaya dalam
meningkatkan pendidikan melalui berbagai program, antara lain dengan
meningkatkan pengadaan sarana/ prasarana pendidikan, program wajib
belajar, bea siswa dan bantuan operasional sekolah serta beberapa
program lainnya.
Dalam uraian berikut akan diuraikan berbagai indikator pendidikan,
antara angka partisipasi kasar, angka putus sekolah, rasio murid-guru-
sekolah, angka melek huruf, serta rata-rata lama sekolah.
a). Angka Partisipasi Sekolah
Untuk melihat sejauh mana anak usia sekolah yang terserap
diberbagai pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan atas. Dalam
hal ini akan digunakan indikator angka partisipasi kasar dan angka
putus sekolah. Untuk jenjang sekolah dasar, dalam kurun waktu 5
tahun terakhir anak usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 42
pendidikan dasar menjadi 102,09 persen atau secara rata-rata sebesar
103,48 persen.
Keadaan yang sangat menggembirakan dalam bidang pendidikan
adalah adanya kecenderungan angka partisipasi sekolah yang terus
meningkat, terutama pada jenjang sekolah dasar. Sedangkan pada
jenjang yang lebih tinggi tingkat partisipasi sekolah angka relatif
lebih rendah daripada jenjang sekolah dasar. Walaupun pada
masing-masing jenjang trennya meningkat, tetapi secara umum,
semakin tinggi jenjang pendidikan, maka tingkat partisipasi sekolah
akan semakin menurun.
b). Angka Melek Huruf
Kemampuan membaca dan menulis bagi setiap penduduk
merupakan hal yang sangat mendasar untuk dapat lebih berperan
aktif dalam pembangunan bangsa. Keberhasilan mengentaskan
Grafik 3.4 Angka Partisipasi Kasar Sulawesi Selatan (%)
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 43
penduduk yang buta huruf, tidak saja menjadi tugas pemerintah
melalui berbagai programnya akan tetapi peran serta masyarakat
juga turut menentukan. Penduduk berusia 15 tahun ke atas yang
melek huruf (komplemen dari buta huruf) dalam lima tahun terakhir
ini terus mengalami peningkatan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2007
sebesar 86,24 persen menjadi 88,07 persen pada tahun 2011. Artinya
pada tahun 2011 masih terdapat 11,93 persen penduduk yang
berumur 15 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis.
c).Rata-Rata Lama Sekolah
Indikator lain yang dapat mencerminkan tentang keberhasilan
pembangunan di bidang pendidikan adalah rata-rata lama sekolah
penduduk. Angka ini dapat menggambarkan secara umum jenjang
pendidikan dan sekaligus tingkat pendidikan penduduk. Selama
Grafik 3.5 Angka Melek Huruf Sulawesi Selatan (%)
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 44
kurun waktu 5 tahun terakhir, rata-rata lama bersekolah penduduk
menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Pada tahun
2007 rata-rata lama bersekolah sebesar 7,23 tahun dan 2011 menjadi
7,84 tahun atau dengan kata lain bahwa rata-rata penduduk Sulawesi
Selatan pernah atau sedang duduk pada kelas 1 SLTP (sekolah
lanjutan tingkat pertama). Pencanangan kebijakan pemerintah yang
membebaskan biaya sekolah atau yang dikenal dengan “pendidikan
gratis” dengan dana BOS sejak tahun 2007 mulai memberikan
dampak terhadap perbaikan rata-rata lama bersekolah. Hal ini
ditunjukkan oleh kenaikan angka rata-rata lama sekolah yang
sebelumnya relatif lambat, menjadi lebih cepat pada tahun 2009 dan
2010.
d). Rasio Murid-Guru-Sekolah
Program wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan
pemerintah dapat dikatakan berhasil apabila diiringi dengan
meningkatnya fasilitas pendidikan; seperti peningkatan jumlah
sekolah dan tenaga pengajar. Keadaan tersebut dapat dicerminkan
dengan meningkatnya daya tampung pada setiap jenjang pendidikan
dan meningkatnya perbandingan anak didik dan guru.
Rasio Murid Terhadap Guru
Rasio murid terhadap guru dapat juga diartikan sebagai
jumlah anak didik/murid yang harus diawasi atau menjadi
tanggung jawab dari seorang guru. Pada jenjang pendidikan
dasar seorang guru mengawasi sekitar 21 murid, pada jenjang
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 45
pendidikan menengah sekitar 15 murid dan pada jenjang
pendidikan atas sekitar 13 murid.
Selama periode 2007-2011 memberikan gambaran bahwa
pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan lanjutan
memperlihatkan perbandingan antara murid dan guru semakin
kecil atau dengan kata lain seorang guru mengawasi murid yang
semakin sedikit pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Rasio Murid Terhadap Sekolah
Perbandingan antara murid dan sekolah, mencerminkan
besarnya daya tampung anak usia sekolah pada masing-masing
jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan dasar setiap
sekolah dapat menampung anak didik sebanyak 171 orang, pada
Grafik 3.6 Angka Rasio Murid Terhadap GuruSulawesi Selatan
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 46
jenjang menengah 270 anak didik, dan jenjang pendidikan atas
256 anak didik pada tahun 2011. Grafik berikut memberikan
kemampuan sekolah dalam menampung anak usia sekolah.
Grafik 3.7 Rata-Rata Murid Per SekolahSulawesi Selatan
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 47
Indikator Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011Rata-Rata
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Angka Partisipasi Kasar (%)
a. Sekolah Dasar 108.56 109.25 88.13 109.38 102.09 103.48b. Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama 71.70 72.51 62.98 74.77 87.15 73.82
c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 40.61 52.37 52.17 71.07 66.17 56.48
2. Angka Melek Huruf (%) 86.24 86.53 87.02 87.75 88.07 87.12
3. Rata-rata Lama Bersekolah(Tahun) 7.23 7.23 7.41 7.84 7.84 7.51
4. Rasio Murid terhadap Guru
a. Sekolah Dasar 21 18 7 16 21 17.04b. Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama 12 15 12 14 15 13.17
c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 13 14 12 13 13 13.35
5. Rasio Murid terhadap Sekolah
a. Sekolah Dasar 161 165 168 158 171 164.19b. Sekolah Lanjutan TingkatPertama 248 227 245 213 270 238.03
c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas 292 331 346 265 256 306.28
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Tabel 3.4. Beberapa Indikator Penting Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 48
3.4. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang penting dalam
pembangunan ekonomi, karena tenaga kerja merupakan salah satu balas
jasa faktor produksi. Akhir-akhir ini topik mengenai masalah
kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi baik dalam skala nasional
maupun regional mendapat perhatian banyak orang. Pertumbuhan
ekonomi yang tinggi membutuhkan penambahan investasi dan
kebijakan ekonomi yang kondusif merupakan suatu hal penting.
Dengan penambahan investasi baru diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya juga dapat menciptakan
lapangan kerja baru. Sumber data yang dipergunakan berdasarkan hasil
survei angkatan kerja nasional (sakernas) tahun 2007 hingga 2011.
Sebenarnya data angkatan kerja juga dihasilkan oleh survei sosial
ekonomi nasional (susenas), namun karena data sakernas lebih spesifik
sehingga dalam bahasan ini akan digunakan data sakernas.
Indikator untuk melihat perkembangan ketenagakerjaan antara lain
tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran terbuka dan
penyerapan tenaga kerja serta elastisitasnya.
a). Partisipasi Angkatan Kerja
Tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan indikator yang
dapat menggambarkan keadaan penduduk yang berumur 15 tahun ke
atas yang berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi. Tingginya angka
ini perlu dicermati, karena apabila disebabkan oleh bertambahnya
penduduk yang bekerja menunjukkan partisipasi yang baik, akan
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 49
tetapi jika disebabkan oleh bertambahnya jumlah pencari kerja maka
menunjukkan rendahnya kesempatan kerja.
Perkembangan tenaga kerja (penduduk berumur 15 tahun ke
atas) dalam periode bulan Agustus 2007 hingga Agustus 2011
mengalami peningkatan sebesar 3,56 persen.
Jika dilihat secara jumlah, selama kurun waktu tersebut diatas,
jumlah penduduk meningkat sebesar 415.383 orang dan jumlah
tenaga kerja meningkat sebesar 193.306 orang. Sedangkan tenaga
kerja yang bekerja meningkat sebanyak 436.035 orang, yang artinya
bahwa selama kurun waktu antara 2007-2011 pertumbuhan tenaga
kerja yang bekerja lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tenaga
kerja. Dimana tenaga kerja tumbuh sebesar 3,56 persen, sedangkan
yang bekerja mengalami pertumbuhan sebesar 14,83 persen. Jadi
banyak tenaga kerja yang pada tahun 2007 tidak atau belum bekerja,
berubah status menjadi bekerja pada tahun 2011.
Dari jumlah tenaga kerja sekitar 5,6 juta orang pada Agustus
2011 terdapat 64,32 persen yang siap untuk bekerja (biasa disebut
dengan tingkat partisipasi angkatan kerja). Besarnya tingkat
partisipasi angkatan kerja selama tahun 2007-2011 tidak mengalami
perubahan yang sangat berarti.
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 50
b). Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran terbuka Sulawesi Selatan dalam periode
Agustus 2007 hingga Agustus 2011 memperlihatkan keadaan yang
semakin membaik. Keadaan itu digambarkan angka tingkat
pengangguran terbuka pada Agustus 2007 sebesar 11,25 persen dan
menjadi 6,56 persen pada Agustus 2011. Apabila dibandingkan
dengan tingkat pengangguran terbuka nasional maka tingkat
pengangguran terbuka Sulawesi Selatan relatif lebih tinggi pada
tahun 2007 dan akhirnya pada tahun 2011 menunjukkan persentase
yang sebanding.
UraianBulan Agustus
2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Tenaga Kerja (Jiwa) 5.423.403 5.559.748 5.660.624 5.567.601 5,616,709
2. Angkatan Kerja (Jiwa) 3.312.177 3.447.879 3.536.920 3.571.3173,612,424
a. Bekerja 2.939.463 3.136.111 3.222.256 3.272.365 3,375,498
b. Pencari Kerja 372.714 311.768 314.664 298.952 236,926
3. Bukan Angkatan Kerja (Jiwa) 2.111.226 2.111.869 2.123.704 1.996.284 2,004,285
4. Partisipasi Angkatan Kerja (%) 61,07 62,02 62,48 64,10 64.32
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
Catatan : Hasil Sakernas tahun 2011
Tabel 3.4.1 Keadaan Tenaga Kerja Sulawesi Selatan PeriodeAgustus 2007 – Agustus 2011
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 51
c). Penyerapan Tenaga Kerja
Mereka yang terserap di berbagai lapangan pekerjaan pada
periode Agustus 2006 sebesar 2,7 juta orang dan meningkat
menjadi 3,4 juta orang pada Pebruari 2012. Jadi dalam periode itu
telah terjadi penambahan tenaga kerja/ orang yang bekerja kurang
lebih 700 ribu orang. Struktur penyerapan tenaga kerja pada
berbagai sektor ekonomi dalam periode yang sama memperlihatkan
pola yang sama. Dimana sektor pertanian merupakan sektor
penyerap tenaga kerja yang terbesar kemudian sektor perdagangan
dan jasa-jasa.
Grafik 3.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Sulawesi SelatanPeriode 2005 – Agustus 2011 (%)
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 52
Uraian2010 2011 2012
Agustus Pebruari Agustus Pebruari
(1) (4) (5) (6) (7)
1. Pertanian48,1 % 47,0 % 43,5 % 43,1 %
2. Industri Pengolahan6,0 % 6,4 % 6,6 % 7,0 %
3. Perdagangan/Hotel/Rumah Makan 18,4 % 17,7 % 19,4 % 19,4 %
4. Jasa-Jasa 15,3 % 18,0 % 17,1 % 17,1 %
5. Lainnya 12,2 % 11,1 % 13,4 % 13,5 %
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00
Catatan : Hasil Sakernas.
Tabel 3.4.2 Penyerapan Tenaga Kerja Sulawesi SelatanPeriode Agustus 2010 – Pebruari 2012
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 53
3.5. Perekonomian
a). Pertumbuhan Ekonomi
Pada Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi
Selatan sebesar 7,65 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
perekonomian selama tahun 2011 meningkat setelah sedikit
melambat pada tahun 2010, yakni dari 8,19 persen pada tahun 2010
menjadi 7,65 persen pada tahun 2011. Perekonomian Provinsi
Sulawesi Selatan yang diukur berdasarkan besaran produk domestik
regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2011
sebesar Rp.137,4 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2011
sebesar Rp.55,1 triliun. Angka pertumbuhan Sulawesi Selatan tahun
2010 mencapai angka tertinggi selama periode 10 tahun terakhir
setelah sebelumnya sedikit melambat. Perekonomian Sulawesi
Selatan yang dicapai pada tahun 2011 dipicu oleh hampir seluruh
sektor ekonomi, bahkan sektor pertambangan dan penggalian
mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Peningkatan pada
sektor pertambangan dan penggalian disebabkan karena kembali
meningkatnya permintaan akan Nikel dari pasar dunia. Jika pada
tahun 2009 pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian
bernilai -11,25 karena turun dari Rp.6,2 triliun menjadi Rp. 5,5
triliun. Maka pada tahun 2011 pertumbuhan sektor ini naik secara
signifikan sebesar 17,22 persen menjadi Rp. 8,3 triliun.
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 54
b). Pendapatan Regional Per Kapita
Pendapatan regional per kapita atau PDRB per kapita sering
digunakan sebagai salah satu indikator tingkat kemajuan atau tingkat
kesejahteraan penduduk suatu wilayah. Dengan berkembangnya
perekonomian tentunya berdampak pada tingkat kesejahteraan
penduduk. Dalam periode 2007-2011, PDRB per kapita Provinsi
Sulawesi Selatan meningkat dari sekitar 8,9 juta rupiah menjadi
sekitar 16,9 juta rupiah tahun 2011 atau rata-rata meningkat sebesar
11,26 persen per tahun.
c). Kontribusi Perekonomian Daerah
Besarnya PDRB antar kabupaten/ kota di Sulawesi Selatan
cukup bervariasi. Hal ini disebabkan setiap daerah memiliki
keunggulan komparatif yang berbeda, seperti perbedaan tersedianya
sumber daya alam, faktor produksi dan infrastruktur penunjangnya.
Grafik 3.5.1 Tren Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan (%)
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 55
0 3.5
00
7.0
00
10
.50
0
14
.00
0
17
.50
0
21
.00
0
24
.50
0
28
.00
0
31
.50
0
35
.00
0
38
.50
0
42
.00
0
45
.50
0
49
.00
0
Kep. Selayar
Bulukumba
Bantaeng
Jeneponto
Takalar
Gowa
Sinjai
Maros
Pangkep
Barru
Bone
Soppeng
Wajo
Sidrap
Pinrang
Enrekang
Luwu
Tana Toraja
Luwu Utara
Luwu Timur
Toraja Utara
Makassar
Pare-Pare
Palopo
dalam Rp.Milyar
Kab
upa
ten/
Ko
ta
2011 2007
Total PDRB kabupten/kota se Sulawesi Selatan (atas dasar harga
berlaku) pada tahun 2011 tercatat sekitar 137,4 trilyun rupiah. Dari
total PDRB tersebut sekitar 62,65 persen merupakan kontribusi dari
Kota Makassar, Kabupaten Luwu Timur, Bone, Wajo, Pangkep,
Pinrang, dan Gowa.
Grafik 3.5.2 Kontribusi Perekonomi Kabupaten/ Kota di SulawesiSelatan, Dalam periode tahun 2007 dan 2011
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 56
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 20.900.360,49 25.071.808,60 28.008.206,01 30.442.430,26 34.788.232,48
2. Pertambangan & Penggalian 5.893.998,94 6.201.497,87 5.503.777,31 7.119.680,36 8.345.845,13
3. Industri Pengolahan 9.158.552,38 11.060.440,24 12.514.885,58 14.457.258,62 16.789.287,78
4. Listrik, Gas, & Air Bersih 721.960,26 838.095,50 949.235,25 1.087.972,08 1.245.911,79
5. Konstruksi 3.204.097,51 4.253.527,78 5.387.785,84 6.534.511,55 7.760.900,52
6. Perdagangan 10.986.578,24 13.913.799,61 16.690.285,31 20.434.953,20 24.236.346,66
7. Angkutan & Komunikasi 5.769.052,39 6.972.018,13 7.953.951,42 9.445.566,86 10.849.841,36
a. Angkutan 4.796.453,34 5.876.725,49 6.680.577,50 7.948.439,91 9.120.542,14
b. Komunikasi 972.599,05 1.095.292,64 1.273.373,92 1.497.126,95 1.729.299,21
8. Keu, Persew. & Js. Pershan 4.285.184,43 5.203.001,17 6.241.522,40 7.810.114,22 9.513.693,76
9. Jasa - Jasa 8.352.139,93 11.629.002,38 16.704.940,62 20.529.723,04 23.859.819,93
a. Pemerintahan Umum 7.816.248,79 11.009.630,97 15.998.997,01 19.723.479,49 22.941.271,98
b. Swasta 535.891,14 619.371,41 705.943,61 806.243,54 918.547,94
Produk Domestik RegionalBruto (PDRB)
69.271.924,57 85.143.191,27 99.954.589,75 117.862.210,18 137.389.879,40
Tabel 3.5.1 PDRB Sulawesi Selatan Menurut Lapangan Usaha, 2007 – 2011 Atasdasar harga berlaku (Rp. Juta)
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 57
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 12.181.818,23 12.923.422,93 13.528.694,51 13.844.685,62 14.737.350,72
2. Pertambangan & Penggalian 4.157.151,84 4.034.942,76 3.852.793,21 4.459.322,37 4.170.845,33
3. Industri Pengolahan 5.741.389,91 6.241.442,02 6.468.785,46 6.869.433,85 7.394.453,42
4. Listrik, Gas, & Air Bersih 400.881,01 450.999,19 490.447,48 529.818,01 575.411,08
5. Konstruksi 1.942.088,56 2.328.425,32 2.656.772,23 2.900.265,53 3.250.823,41
6. Perdagangan 6.322.425,76 7.034.556,56 7.792.098,43 8.698.811,13 9.631.861,99
7. Angkutan & Komunikasi 3.244.612,89 3.651.369,31 4.023.676,45 4.619.928,73 5.179.271,29
a. Angkutan 2.596.386,20 2.903.248,21 3.146.706,60 3.593.263,84 3.994.313,53
b. Komunikasi 648.226,69 748.121,09 876.969,86 1.026.664,89 1.184.957,76
8. Keu, Persew. & Js. Pershan 2.610.477,11 2.881.068,05 3.203.983,96 3.742.089,31 4.297.327,30
9. Jasa - Jasa 4.731.580,98 5.003.598,42 5.308.826,66 5.535.545,30 5.879.575,24
a. Pemerintahan Umum 4.390.144,21 4.632.387,06 4.900.913,19 5.088.698,57 5.394.820,09
b. Swasta 341.436,77 371.211,36 407.913,47 446.846,74 484.755,15
Produk Domestik RegionalBruto (PDRB)
41.332.426,29 44.549.824,55 47.326.078,38 51.199.899,85 55.116.919,80
Tabel 3.5.2 PDRB Sulawesi Selatan Menurut Lapangan Usaha, 2007 – 2011 Atas dasarharga konstan 2000 (Rp. Juta)
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 58
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 30,17 29,45 28,02 25,83 29,52
2. Pertambangan &Penggalian 8,51 7,28 5,51 6,04 7,08
3. Industri Pengolahan 13,22 12,99 12,52 12,27 14,24
4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,04 0,98 0,95 0,92 1,06
5. Konstruksi 4,63 5,00 5,39 5,54 6,58
6. Perdagangan 15,86 16,34 16,70 17,34 20,56
7. Angkutan & Komunikasi 8,33 8,19 7,96 8,01 9,21
a. Angkutan 6,92 6,90 6,68 6,74 7,74
b. Komunikasi 1,40 1,29 1,27 1,27 1,47
8. Keu, Persew. & Js. Pershan 6,19 6,11 6,24 6,63 8,07
9. Jasa - Jasa 12,06 13,66 16,71 17,42 20,24
a. Pemerintahan Umum 11,28 12,93 16,01 16,73 19,46
b. Swasta 0,77 0,73 0,71 0,68 0,78
Produk Domestik RegionalBruto (PDRB)
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 3.5.3 Kontribusi PDRB Sulawesi Selatan Menurut Lapangan Usaha,2007 – 2011 Atas dasar harga berlaku (persentase)
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 59
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010*) 2011**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Pertanian 3,21 6,09 4,68 2,34 6,45
2. Pertambangan & Penggalian 6,83 -2,94 -4,51 15,74 -6,47
3. Industri Pengolahan 4,74 8,71 3,64 6,19 7,64
4. Listrik, Gas, & Air Bersih 8,85 12,50 8,75 8,03 8,61
5. Konstruksi 8,63 19,89 14,10 9,17 12,09
6. Perdagangan 9,56 11,26 10,77 11,64 10,73
7. Angkutan & Komunikasi 10,15 12,54 10,20 14,82 12,11
a. Angkutan 9,69 11,82 8,39 14,19 11,16
b. Komunikasi 12,04 15,41 17,22 17,07 15,42
8. Keu, Persew. & Js. Pershan 11,54 10,37 11,21 16,79 14,84
9. Jasa - Jasa 5,64 5,75 6,10 4,27 6,21
a. Pemerintahan Umum 5,42 5,52 5,80 3,83 6,02
b. Swasta 8,55 8,72 9,89 9,54 8,48
Produk Domestik RegionalBruto (PDRB)
6,34 7,78 6,23 8,19 7,65
Tabel 3.5.4 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan Menurut LapanganUsaha, Tahun 2007 - 2011 (dalam persentase)
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 60
Tabel 3.5.5 PDRB Kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan Berdasarkan HargaBerlaku, Periode 2007 – 2011 (dalam Rp.Juta)
No. Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (4) (5) (6) (7) (8)
1 Kep. Selayar 639.933 771.305 917.280 1.131.658 1.386.061
2 Bulukumba 2.201.346 2.711.097 3.255.210 3.763.053 1.853.159
3 Bantaeng 1.030.104 1.245.481 1.532.911 1.831.773 2.179.097
4 Jeneponto 1.291.371 1.559.952 1.872.777 2.273.512 2.676.015
5 Takalar 1.279.151 1.550.676 1.837.602 2.055.097 2.368.107
6 Gowa 2.854.933 3.473.358 4.309.671 5.082.230 5.931.370
7 Sinjai 1.596.287 1.978.006 2.440.572 2.813.760 3.235.344
8 Maros 1.508.497 1.786.709 2.153.007 2.598.067 3.039.191
9 Pangkep 3.153.304 3.826.204 4.597.936 5.379.303 6.413.121
10 Barru 1.010.476 1.225.699 1.440.924 1.665.902 1.904.307
11 Bone 4.414.335 5.348.745 6.412.649 7.530.370 8.835.529
12 Soppeng 1.591.013 1.947.833 2.316.917 2.728.360 3.209.370
13 Wajo 3.266.279 3.925.639 4.664.693 5.409.458 6.655.974
14 Sidrap 1.957.683 2.405.540 2.944.141 3.366.801 4.215.930
15 Pinrang 3.046.875 3.737.021 4.492.957 5.290.786 6.216.774
16 Enrekang 1.132.356 1.347.212 1.614.215 1.921.409 2.291.691
17 Luwu 2.254.158 2.696.315 3.195.646 3.717.633 4.351.150
18 Tana Toraja 1.783.158 1.116.036 1.259.216 1.471.970 1.798.453
19 Luwu Utara 1.864.477 2.328.502 2.690.873 3.068.339 3.570.913
20 Luwu Timur 6.508.181 6.959.794 6.416.034 8.334.560 9.670.211
21 Toraja Utara * 1.119.093 1.263.745 1.499.237 1.821.422
22 Makassar 20.844.233 26.068.221 31.263.652 37.007.452 43.428.150
23 Pare-Pare 1.063.435 1.298.779 1.518.156 1.796.671 2.073.556
24 Palopo 1.157.386 1.394.930 1.646.987 1.946.848 2.284.802
69.271.925 85.143.191 99.904.658 117.830.270 137.389.879
67.448.970 81.822.146 96.057.773 113.684.247 131.409.696
1.822.954 3.321.045 3.846.885 4.146.023 5.980.183
Sumber : BP S Provinsi Sulawesi Selatan
Ca tatan : Diskrepans i Stati stik; adalah besarnya selis ih yang disebabkan oleh perbedaan
perhitunga n dengan Kabupaten/ Kota
* Belum terbentuk
Provinsi
Total Kab/ Kota
Diskrepansi
Bab 3 Kondisi Sosial Ekonomi
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 61
Tabel 3.5.6 PDRB Perkapita Kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan Atas dasarHarga Berlaku, 2007 dan 2011 (dalam Rp.)
(2) (3) (4)
5.436.846 11.242.919 8.339.883
5.699.308 10.755.395 8.227.352
5.946.212 12.209.399 9.077.806
3.843.365 7.730.819 5.787.092
4.914.329 8.696.171 6.805.250
4.638.690 8.993.574 6.816.132
7.124.881 13.994.793 10.559.837
4.896.479 9.432.271 7.164.375
10.646.111 20.766.938 15.706.525
6.184.288 11.358.620 8.771.454
6.262.916 12.188.533 9.225.725
7.129.950 14.195.790 10.662.870
8.564.615 17.111.133 12.837.874
7.463.412 15.350.303 11.406.858
8.887.578 17.529.224 13.208.401
6.118.661 11.925.764 9.022.212
6.979.164 12.956.485 9.967.824
8.217.545 8.053.762 8.135.653
6.676.110 12.298.014 9.487.062
28.830.814 39.387.454 34.109.134
- 8.319.159
16.300.820 32.118.182 24.209.501
8.564.557 15.881.651 12.223.104
8.461.227 15.291.036 11.876.131
Sumber : BPSProvinsi Sulawesi Selatan
Source: BPS -StatisticsTheProvinceof SouthSulawesi
16.929.030
Rata-Rata
12.918.144
73. Palopo
Provinsi -Province 8.907.258
18. TanaToraja
22. LuwuUtara
25. LuwuTimur
26. TorajaUtara
71. Makassar
72. ParePare
12. Soppeng
13. Wajo
14. Sidrap
15. Pinrang
16. Enrekang
17. Luwu
06. Gowa
07. Sinjai
08. Maros
09. Pangkep
10. Barru
11. Bone
(1)
01. Kep.Selayar
02. Bulukumba
03. Bantaeng
04. Jeneponto
05. Takalar
Kabupaten/Kota
Regency/City2007 2011**)
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 62
INDEKS PEMBANGUNANMANUSIA
Pembangunan manusia merupakan model pembangunan yang menurut
United Nations Development Programme ‘UNDP’ ditujukan untuk
memperluas pilihan-pilihan yang dapat ditumbuhkan melalui upaya
pemberdayaan penduduk. Walaupun pada dasarnya, pilihan tersebut tidak
terbatas dan terus berubah, tetapi dalam konteks pembangunan,
pemberdayaan penduduk ini dicapai melalui upaya yang menitik beratkan
pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat
kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan agar dapat digunakan untuk
mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif, sosial budaya,
dan politik.
Menurut konsep pembangunan manusia, pendapatan merupakan sesuatu
yang penting, tetapi bukan merupakan satu-satunya tujuan. Pendapatan
hanya salah satu aspek dalam pembangunan. Karena pada hakekatnya
pembangunan bukan sekedar pendapatan dan kekayaan, tetapi lebih
berfokus pada ‘manusia’ itu sendiri. Sebagai contoh misalnya, pendapatan
yang dibelanjakan untuk narkoba, justru memperlambat pembangunan.
Penelitian menunjukkan bahwa negara-negara dengan pendapatan pada
tingkat rata-rata, banyak yang berhasil dalam pembangunan manusianya dan
negara yang memiliki pendapatan tinggi, gagal dalam pembangunan
manusiannya.
Untuk mengukur dan memantau tingkat perkembangan pembangunan
manusia, mencakup banyak variabel yang secara konprehensif
BAB IV
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 63
mempengaruhinya, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa susah
menemukan ukuran-ukuran statistik yang sebanding, relevan dan lengkap.
Penghitungan IPM yang melibatkan banyak variabel juga akan
membingungkan dan justru mengkaburkan pola/trend dari tingkat
pembangunan itu sendiri.
Berdasarkan pertimbangan itulah, maka IPM dihitung berdasarkan tiga
aspek, yaitu aspek Kesehatan melalui angka harapan hidup; aspek
Pendidikan yang terdiri dari persentase melek huruf dan rata-rata lama
bersekolah; dan aspek Pendapatan yang dihitung dari pengeluaran per
kapita. Berdasarkan kriteria UNDP nilai IPM kurang dari 50 digolongkan
Sedang, antara 51 hingga 79 digolongkan Menengah, dan di atas 79
digolongkan Tinggi. Disadari bahwa, penggunaan indeks tersebut hanya
memberikan gambaran perbandingan antara wilayah serta
perkembangannya. Akan tetapi, dapat juga digunakan sebagai petunjuk
tentang sasaran sektoral bagi perumus kebijakan dan pengambilan
keputusan, karena diukur dengan indikator tunggal dari aspek kemampuan
dasar manusia tersebut.
4.1. Posisi Pembangunan Manusia
Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang
bertujuan untuk memperluas peluang supaya penduduk dapat hidup
lebih baik. Tujuan tersebut akan tercapai jika setiap penduduk
memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk dapat
meningkatkan kemampuan dasarnya. Upaya peningkatan tersebut,
dapat terefleksi dari nilai IPM-nya.
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 64
Dari hasil perhitungan pada tahun 2011 IPM Provinsi Sulawesi
Selatan sebesar 72,14 dan secara nasional berada pada peringkat 19.
Selama periode 2007 hingga 2011, nilai IPM Sulawesi Selatan
meningkat sekitar 2,52 poin, dengan reduction shortfall sebesar 2,52
persen selama kurun waktu lima tahun. Jika dibandingkan dengan
provinsi lain di Indonesia maka peningkatan nilai IPM dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir merupakan peningkatan tertinggi demikian pula
halnya dengan reduction shortfall, yang memperlihatkan bahwa
peningkatan IPM Sulawesi Selatan merupakan yang tercepat ketiga
setelah provinsi Kalimantan Timur dan D.I.Yogyakarta.
Grafik 4.1. menunjukkan bahwa selama periode 2007 hingga 2011
angkan IPM Sulawesi Selatan masih dibawah IPM Nasional (72,77).
Apabila ditelusuri lebih lanjut angka IPM Sulawesi Selatan yang relatif
lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional, ternyata dari tiga
Grafik 4.1 Perbandingan IPM Sulawesi Selatan dengan Nasional
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 65
komponen tersebut Indeks Pendidikan yang menjadi penyebabnya.
Lebih jauh lagi bahwa angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah
yang membentuk indeks pendidikan tersebut juga berada di bawah
posisi angka nasional. Sedangkan indeks lainnya mempunyai posisi di
atas angka nasional, keadaan tersebut terlihat tidak berubah dengan
keadaan tahun-tahun sebelumnya.
Angka IPM tahun 2011 menurut kabupaten/kota se Sulawesi Selatan
memperlihatkan adanya variasi yang relatif besar yaitu dari 65,27
(Jeneponto) hingga 79,11 (Makassar). Penyebab terjadinya variasi
angka tersebut dikarenakan oleh adanya perbedaan kebijakan terhadap
bidang pendidikan, kesehatan dan pendapatan/daya beli dari masing-
masing daerah.
Grafik 4.2 Perbandingan IPM Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan,Tahun 2007 dan 2011
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 66
Dalam kurun waktu lima tahun antara tahun 2007 sampai dengan
2011, kabupaten yang menunjukkan kinerja terbaik adalah Kabupaten
Wajo dan Bulukumba. Kabupaten Wajo mampu menaikkan nilai IPM-
nya sebesar 2,99 poin dari 68,05 pada tahun 2007 menjadi 71,03 pada
2011 atau dengan reduksi shortfall sebesar 2,73. Hal ini menyebabkan
Kabupaten Wajo mampu menaikkan rangkingnya dari peringkat 19
menjadi 16. IPM Bulukumba naik sebesar 2,48 poin dengan reduksi
shortfall sebesar 1,97.
Kabupaten Jeneponto dalam kurun waktu 2007-2011 memiliki
reduksi shortfall paling rendah, hanya sebesar 1,01 dan nilai IPM-nya
hanya naik sebesar 1,85 poin. Selanjutnya, kabupaten-kabupaten yang
memiliki reduksi shortfall lebih tinggi dibanding Jeneponto, tetapi
percepatan peningkatan nilai IPM-nya tergolong lambat dibandingkan
kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan adalah:
Sinjai, Pangkep, Bone dan Luwu Timur. Kabupaten-kabupaten tersebut
dalam kurun waktu 2007-2011 peringkatnya turun sebesar 1 poin.
Kebijakan daerah tergambar pada hasil keluaran masih relatif
rendahnya alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah, sarana dan
prasarana, rendahnya penyebaran tenaga terdidik di bidang
kesehatan/pendidikan serta rendahnya pendapatan per kapita penduduk.
Untuk melihat unsur-unsur yang terkait dalam indeks pembangunan
manusia, seperti telah disebutkan sebelumnya yaitu kesehatan,
pendidikan dan paritas daya beli.
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 67
Tentunya, unsur tersebut tidak berjalan secara serentak, jadi ada
unsur yang sudah berada pada posisi yang baik dan ada juga unsur yang
harus mendapat perhatian oleh pemerintah. Secara relatif dikatakan
posisi yang baik apabila nilainya berada di atas nilan nasional. Untuk
jelasnya berikut akan diuraikan masing-masing unsur tersebut.
Grafik 4.3 Reduksi Shortfall IPM Kabupaten/Kota di SulawesiSelatan, Tahun 2007-2011
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00
04. Jeneponto
25. Luwu Timur
14. Sidrap
26. Toraja Utara
16. Enrekang
73. Palopo
07. Sinjai
05. Takalar
12. Soppeng
09. Pangkep
01. Selayar
18. Tator
17. Luwu
10. Barru
72. Pare-Pare
03. Bantaeng
11. Bone
06. Gowa
22. Luwu Utara
71. Makassar
02. Bulukumba
08. Maros
15. Pinrang
13. Wajo
1,42
1,47
shortfall 2007-2011
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 68
4.2. Indeks Kesehatan
Indeks kesehatan ini diperoleh dari angka harapan hidup seseorang
sejak dilahirkan. Angka harapan hidup ini sering digunakan sebagai
proxy terhadap keadaan dan sistem pelayanan kesehatan suatu
masyarakat (secara makro). Hal itu dapat dipandang sebagai suatu
bentuk akhir dari upaya peningkatan taraf kesehatan secara makro.
Angka harapan hidup Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun waktu
2007 hingga 2011 semakin meningkat. Pada tahun 2007 tercatat sebesar
69,4 tahun dan meningkat menjadi 70,20 tahun pada 2011. Angka
harapan hidup Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2011 berada di
atas angka nasional (69,65 tahun). Membaiknya keadaan dan sistem
pelayanan kesehatan di Provinsi Sulawesi Selatan diwujudkan melalui
program kesehatan gratis yang mulai dilaksanakan pada 1 Juli 2008.
Pada tahun 2008, anggaran kesehatan gratis ditanggung 100 % oleh
pemerintah provinsi sebesar Rp 81,7 miliar. Kemudian tahun
berikutnya selain pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota juga
sudah menganggarkan. Pemerintah Provinsi menanggung Rp 93,5
miliar, sedangkan pemerintah kabupaten/kota Rp 45,6 miliar. Tahun
2010, pemerintah provinsi menganggarkan Rp 103,3 miliar, sedangkan
pemerintah kabupaten/kota sebesar Rp 63,9 miliar.
Menurut data yang dipublikasikan oleh situs resmi Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan, angka kunjungan masyarakat sebagai
pengguna pelayanan kesehatan gratis di Sulawesi Selatan meningkat
signifikan. Tahun 2010, kunjungan masyarakat mencapai 6.407.554
jiwa. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun 2007 yang hanya
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 69
2.336.875 jiwa atau naik sekitar 175 persen. Peningkatan tersebut
menunjukkan kesadaran masyarakat untuk berobat ke puskesmas dan
rumah sakit semakin baik. Mereka telah menjadikan puskesmas dan
rumah sakit sebagai tempat untuk memeriksa kesehatan.
Selama kurun waktu 2007-2011, indeks kesehatan pada tingkat
nasional mempunyai kecenderungan peningkatan yang relatif sama
apabila dibandingkan dengan angka indeks kesehatan Sulawesi Selatan.
Sebagai ilustrasi, Sulawesi Selatan mengalami peningkatan 1,33 poin
sedangkan pada tingkat nasional meningkat sebesar 1,39 poin dalam
kurun waktu yang sama. Sedangkan disparitas indeks kesehatan 2011
menurut kabupaten/kota, Kabupaten Enrekang (83,65) merupakan
Grafik 4.4 Perbandingan Indeks Kesehatan Sulawesi Selatan dengan Nasional,2007-2011
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 70
Grafik 4.5 Indeks Kesehatan Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/KotaTahun 2008 dan 2011
kabupaten yang mempunyai nilai indeks kesehatan yang paling tinggi
dan yang terendah adalah Kabupaten Jeneponto (66,92).
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 71
4.3. Indeks Pendidikan
Seperti telah diuraikan sebelum ini bahwa indeks pendidikan terdiri
dari dua unsur yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah
penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Angka indeks pendidikan
Provinsi Sulawesi Selatan dibandingkan dengan angka nasional masih
relatif lebih rendah. Dimana pada level nasional angka tersebut telah
mecapai 79,64 sedangkan Sulawesi Selatan sebesar 76,31 pada tahun
2011.
Nilai indeks pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan selama kurun
waktu 2007 hingga 2011 memperlihatkan suatu gambaran yang sangat
memprihatinkan. Karena posisi bidang pendidikan masih berada di
level bawah, hal itu dilihat berdasarkan provinsi yang berada di
kawasan Timur juga secara nasional. Pemerintah telah merespon baik
akan hal ini dan terlihat sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2011
nilai indeks meningkat sebesar 2,75 poin sedangkan nasional hanya
meningkat sebesar 1,79 poin. Angka ini memberi gambaran bahwa ada
keseriusan dari pemerintah untuk menaikkan indeks pendidikan.
Tanggapan positif dari pemerintah daerah mulai pada anggaran
pendapatan dan belanja daerah provinsi 2009 telah membuat kebijakan
pendidikan dan kesehatan gratis bagi penduduk usia belajar 9 tahun.
Kebijakan ini dimulai di enam kabupaten/kota yang sudah menerapkan
pendidikan gratis tahun 2009, yakni Kabupaten Gowa, Sinjai, Pangkep,
Luwu Timur, Luwu Utara, dan Kota Pare Pare. Pemerintah daerah
menyiapkan anggaran hingga ratusan miliar per tahun untuk
menyukseskan pendidikan gratis. Dan Undang-undang tentang Sistem
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 72
Pendidikan Nasional telah mengalokasikan 20 persen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk sektor pendidikan.
Program ini juga didukung dengan adanya Perda penyelenggaraan
pendidikan gratis di Sulawesi Selatan yang akan memberikan sanksi
bagi orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya. Perda juga
mengatur 14 item yang akan digratiskan pada pendidikan dasar dan
menengah di Sulsel. Itu di luar dana Bantuan Operasional Sekolah.
Bahkan Siswa tidak mampu dalam jenjang pendidikan gratis, akan
mendapatkan bantuan beasiswa miskin setiap tahun, antara lain Rp. 750
ribu untuk SMU, Rp. 500 ribu untuk SMP, dan Rp. 350 ribu untuk SD.
Grafik 4.6 Indeks Pendidikan Sulawesi Selatan dengan Nasional,2009-2011
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 73
a). Rata-rata Lama Bersekolah
Rata-rata lama bersekolah penduduk usia 15 tahun ke atas
Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2011 sebesar 7,92 tahun,
artinya bahwa rata-rata penduduk tersebut sedang duduk di kelas 2
pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP)/
sederajat. Apabila dibandingkan dengan tingkat nasional angka
tersebut tidak terpaut jauh, walaupun masih berada dibawah angka
nasional (7,94 tahun). Namun suatu hal menggembirakan bahwa
angka rata-rata lama bersekolah penduduk Sulawesi Selatan terus
mengalami peningkatan,walaupun tidak terlalu tinggi. Dimana pada
tahun 2007 angka tersebut masih sebesar 7,2 tahun.
Daerah yang mempunyai rata-rata lama bersekolah paling tinggi
adalah Kota Makassar. Sedangkan daerah yang mempunyai angka
terendah adalah Kabupaten Bantaeng (tahun 2006), keadaan ini tidak
berubah sampai tahun 2011. Faktor yang berkaitan dengan angka
tersebut disebabkan oleh tingkat pendidikan yang ditamatkan dan
juga putus sekolah.
b). Angka Melek Huruf
Angka melek huruf merupakan kebalikan dari angka buta huruf.
Angka ini menggambarkan besarnya penduduk berumur 15 tahun ke
atas yang dapat membaca dan menulis dengan huruf
latin/arab/lokal. Di Sulawesi Selatan pada tahun 2007, mereka yang
melek huruf sebesar 86,2 persen dan meningkat menjadi 88,07
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 74
persen pada tahun 2011. Apabila angka tersebut dibandingkan
dengan tingkat nasional maka terlihat angka melek huruf Sulawesi
Selatan relatif lebih rendah.
Angka melek huruf menurut kabupaten/kota, daerah yang
mempunyai persentase paling tinggi angka melek hurufnya adalah
Kota Palopo, Pare-pare dan kemudian Makassar, sedangkan yang
terendah adalah Jeneponto dan Bantaeng. Upaya untuk
meningkatkan sumber daya manusia di Provinsi Sulawesi Selatan
perlu lebih memperhatikan 5 (lima) kabupaten yang angka melek
hurufnya tergolong rendah yaitu Kabupaten Jeneponto, Bantaeng,
Takalar, Gowa dan Maros.
Dari semua upaya yang telah dilakukan, mulai dari alokasi 20%
anggaran APBD untuk sektor pendidikan; program pendidikan
gratis; Perda yang mengatur tentang pendidikan gratis; menjadikan
pemberantasan buta aksara sebagai target penting dalam RPMJD;
dan kerjasama program Edutainment Trans Studio Theme Park,
Trans Studio Makassar dalam memajukan perkembangan pendidikan
nasional. Tetapi harapan pemerintah bahwa pada tahun 2011 Sulsel
akan menjadi provinsi yang bebas buta aksara belum terwujud.
Terbukti pada tahun 2011 Angka melek Huruf Sulsel sebesar 88,07;
atau hanya naik sebesar 0,32 poin dibandingkan tahun 2010.
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 75
Grafik 4.7 Indeks Pendidikan Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/KotaTahun 2007 dan 2011
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 76
4.4. Indeks daya Beli
Paritas daya beli Sulawesi Selatan selama periode 2007 hingga 2011
mempunyai kecenderungan yang terus meningkat yaitu dari
Rp.626.200,- pada tahun 2007 meningkat pada tahun 2011 menjadi
Rp.640.300,- per kapita per tahun. Perbandingan nilai paritas daya beli
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 77
tingkat nasional dengan Sulawesi Selatan terjadi perpotongan pada
tahun 2007. Dalam Grafik 4.6 memperlihatkan tren indeks daya beli
antara Sulawesi Selatan dan Nasional, dimana pada tahun 2007 indeks
daya beli Sulawesi Selatan telah berada di atas Nasional.
Indeks daya beli Sulawesi Selatan menurut kabupaten/ kota nampak
bahwa Luwu Utara dan Makassar mempunyai nilai tertinggi, sedangkan
yang terendah adalah Sinjai dan Toraja Utara. Sebenarnya variasi nilai
tersebut relatif cukup baik, yang menjadi perhatian adalah relatif masih
rendahnya angka indeks paritas daya beli ini apabila dibandingkan
dengan angka indeks kesehatan dan pendidikan. Seperti diketahui
bahwa relatif masih rendahnya paritas daya beli bukan saja terjadi di
Sulawesi Selatan akan tetapi secara nasional.
Grafik 4.8 Perbandingan Daya Beli Sulawesi Selatan dan Nasional,2007-2011
618.329
625.230
635.480
636.598
640.298
621.259
624.374
631.500
633.600
638.046
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sulawesi Selatan Nasional
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 78
Grafik 4.9. Indeks Daya Beli Sulawesi Selatan Menurut Kabupaten/ KotaTahun 2007 dan 2011
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00
19. Luwu Utara
22. Makassar
23. Pare-Pare
06. Gowa
08. Maros
12. Soppeng
11. Bone
13. Wajo
15. Pinrang
03. Bantaeng
24. Palopo
02. Bulukumba
10. Barru
05. Takalar
04. Jeneponto
17. Luwu
09. Pangkep
14. Sidrap
01. Kep. Selayar
20. Luwu Timur
16. Enrekang
18. Tator
07. Sinjai
21. Toraja Utara
2007
2011
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 79
Tabel 4.1. IPM Menurut Kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan, Tahun 2007-2011
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Kep. Selayar 67,7 68,2 68,9 69,34 70,00
02. Bulukumba 69,3 69,9 70,6 71,19 71,77
03. Bantaeng 68,3 68,9 69,4 70,10 70,66
04. Jeneponto 63,4 64,0 64,5 64,92 65,27
05. Takalar 66,9 67,5 68,0 68,62 69,09
06. Gowa 68,9 69,4 70,0 70,67 71,29
07. Sinjai 68,2 68,7 69,2 69,53 70,16
08. Maros 69,2 69,9 70,6 71,12 71,74
09. Pangkep 67,7 68,3 69,1 69,43 69,89
10. Barru 69,0 69,5 70,3 70,86 71,19
11. Bone 68,3 69,0 69,6 70,17 70,77
12. Soppeng 70,3 70,8 71,3 71,89 72,23
13. Wajo 68,0 68,7 69,4 70,22 71,04
14. Sidrap 71,2 71,7 72,1 72,37 72,74
15. Pinrang 71,4 71,9 72,6 73,21 73,80
16. Enrekang 73,3 73,8 74,2 74,55 74,84
17. Luwu 72,5 73,0 73,6 73,98 74,42
18. Tator 70,2 70,8 71,4 71,87 72,29
19. Luwu Utara 72,5 73,2 73,7 74,32 74,69
20. Luwu Timur 71,7 71,7 72,3 72,79 73,11
21. Toraja Utara * 68,4 68,9 69,56 70,15
22. Makassar 77,3 77,9 78,2 78,79 79,11
23. Pare-Pare 76,5 77,0 77,5 77,78 78,19
24. Palopo 75,4 75,8 76,1 76,55 76,85
Sulawesi Selatan 69,6 70,2 70,9 71,62 72,14
Nasional 70,6 71,2 71,8 72,27 72,77
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
* Kabupaten Toraja Utara belum terbentuk
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 80
Tabel 4.2. Indeks Kesehatan Menurut Kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan,Tahun 2007-2011
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Kep. Selayar 70,6 70,8 71,24 71,24 71,47
02. Bulukumba 76,7 77,2 78,31 78,23 78,55
03. Bantaeng 79,0 79,4 80,89 81,00 81,60
04. Jeneponto 65,9 66,2 66,67 66,67 66,92
05. Takalar 72,3 72,8 74,20 74,20 74,82
06. Gowa 76,8 77,1 77,68 77,68 77,97
07. Sinjai 76,8 77,1 78,23 78,31 78,73
08. Maros 76,3 76,9 78,43 78,83 79,60
09. Pangkep 72,1 72,4 73,09 72,98 73,27
10. Barru 71,5 72,0 72,98 73,09 73,42
11. Bone 72,7 73,3 74,55 74,55 75,00
12. Soppeng 77,2 77,4 77,72 77,72 77,90
13. Wajo 74,2 74,8 76,57 76,57 77,28
14. Sidrap 77,4 77,7 79,11 79,17 79,68
15. Pinrang 77,1 77,3 78,83 78,43 78,80
16. Enrekang 82,1 82,2 83,31 83,31 83,65
17. Luwu 79,3 79,7 81,00 81,17 81,73
18. Tator 81,8 81,7 82,11 81,95 82,03
19. Luwu Utara 76,5 76,9 77,60 77,60 77,80
20. Luwu Timur 76,0 76,2 76,58 76,58 76,77
21. Toraja Utara * 80,7 81,17 80,89 80,97
22. Makassar 79,6 79,8 80,98 80,98 81,37
23. Pare-Pare 80,9 80,9 81,95 82,11 82,48
24. Palopo 78,4 78,4 79,17 79,11 79,32
Sulawesi Selatan 74,0 74,3 75,00 75,00 75,33
Nasional 72,8 73,3 73,68 74,05 74,42
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
*) Kabupaten Toraja Utara belum terbentuk
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 81
Tabel 4.3. Angka Harapan Hidup (Tahun) Menurut Kabupaten/Kotadi Sulawesi Selatan, periode 2007-2011
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. Kep. Selayar 67,3 67,5 67,6 67,7 67,88
02. Bulukumba 71,0 71,3 71,6 71,9 72,13
03. Bantaeng 72,4 72,6 73,1 73,6 73,96
04. Jeneponto 64,6 64,7 64,9 65,0 65,15
05. Takalar 68,4 68,7 69,2 69,5 69,89
06. Gowa 71,1 71,3 71,4 71,6 71,78
07. Sinjai 71,1 71,2 71,6 72,0 72,24
08. Maros 70,8 71,1 71,7 72,3 72,76
09. Pangkep 68,3 68,4 68,6 68,8 68,96
10. Barru 67,9 68,2 68,5 68,9 69,05
11. Bone 68,6 69,0 69,4 69,7 70,00
12. Soppeng 71,3 71,4 71,5 71,6 71,74
13. Wajo 69,5 69,9 70,4 70,9 71,37
14. Sidrap 71,4 71,6 72,1 72,5 72,81
15. Pinrang 71,2 71,4 71,7 72,1 72,28
16. Enrekang 74,3 74,3 74,7 75,0 75,19
17. Luwu 72,6 72,8 73,3 73,7 74,04
18. Tator 74,1 74,0 74,1 74,2 74,22
19. Luwu Utara 70,9 71,1 71,3 71,6 71,68
20. Luwu Timur 70,6 70,7 70,8 70,9 71,06
21. Toraja Utara * 73,4 73,5 73,5 73,58
22. Makassar 72,8 72,9 73,2 73,6 73,82
23. Pare-Pare 73,6 73,6 73,9 74,3 74,49
24. Palopo 72,0 72,0 72,3 72,5 72,59
Sulawesi Selatan 69,4 69,6 69,8 70,0 70,20
Nasional 68,7 69,0 69,2 69,4 69,65Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
*) Kabupaten Toraja Utara belum terbentuk
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 82
Tabel 4.4. Indeks Pendidikan Menurut Kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan,periode 2007-2011
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Kep. Selayar 74,0 74,0 74,49 74,92 76,29
02. Bulukumba 71,1 71,1 71,76 72,38 72,77
03. Bantaeng 63,9 63,9 64,71 65,92 66,24
04. Jeneponto 63,5 64,0 64,54 65,29 65,38
05. Takalar 67,2 67,2 67,68 68,80 68,93
06. Gowa 67,3 67,3 68,12 69,80 70,96
07. Sinjai 72,3 72,3 72,55 72,62 73,44
08. Maros 69,4 69,6 69,72 70,02 70,73
09. Pangkep 71,6 71,8 72,60 73,31 73,81
10. Barru 74,4 74,4 75,40 76,40 76,44
11. Bone 70,3 70,3 70,74 71,46 72,53
12. Soppeng 71,6 71,6 72,24 73,90 73,99
13. Wajo 67,3 67,5 68,60 69,51 71,11
14. Sidrap 75,7 75,7 75,80 75,85 76,00
15. Pinrang 74,7 74,7 75,86 76,84 77,92
16. Enrekang 77,9 77,9 78,62 78,74 78,82
17. Luwu 78,1 78,1 78,12 78,20 78,42
18. Tator 72,4 73,2 73,55 74,62 75,72
19. Luwu Utara 76,9 76,9 77,01 78,15 78,54
20. Luwu Timur 78,7 78,7 79,38 80,32 80,37
21. Toraja Utara * 70,4 70,98 71,90 72,93
22. Makassar 87,7 87,7 88,00 88,56 88,66
23. Pare-Pare 85,1 85,3 86,10 86,17 86,46
24. Palopo 86,3 86,3 86,49 87,17 87,20
Sulawesi Selatan 73,6 73,8 74,48 75,92 76,31
Nasional 77,8 78,2 78,88 79,53 79,64Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
*) Kabupaten Toraja Utara belum terbentuk
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 83
Tabel 4.5. Angka Melek Huruf Menurut Kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan,periode 2007-2011 (Persentasi)
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Kep. Selayar 89,0 89,0 89,2 89,23 90,86
02. Bulukumba 85,2 85,2 85,4 85,35 85,45
03. Bantaeng 76,6 76,6 77,5 78,98 79,03
04. Jeneponto 75,7 76,5 77,2 77,27 77,31
05. Takalar 80,1 80,1 80,8 81,80 81,85
06. Gowa 79,8 79,8 80,3 81,92 82,32
07. Sinjai 86,4 86,4 86,5 86,45 86,59
08. Maros 82,6 82,9 82,9 82,97 83,10
09. Pangkep 85,6 85,9 86,9 87,55 87,59
10. Barru 87,7 87,7 88,5 89,23 89,25
11. Bone 84,8 84,8 84,9 84,86 86,41
12. Soppeng 84,6 84,6 85,1 86,67 86,71
13. Wajo 81,7 82,0 82,7 83,53 84,97
14. Sidrap 89,5 89,5 89,6 89,63 89,77
15. Pinrang 89,1 89,1 89,7 89,90 91,48
16. Enrekang 89,8 89,8 90,4 90,44 90,49
17. Luwu 91,5 91,5 91,5 91,48 91,63
18. Tator 83,8 85,0 85,5 86,28 87,76
19. Luwu Utara 92,0 92,0 92,1 92,36 92,86
20. Luwu Timur 93,1 93,1 93,2 93,24 93,28
21. Toraja Utara * 82,3 83,0 83,80 83,83
22. Makassar 96,6 96,6 96,7 96,79 96,82
23. Pare-Pare 96,2 96,5 97,1 97,16 97,17
24. Palopo 97,3 97,3 97,3 97,33 97,34
Sulawesi Selatan 86,2 86,5 87,0 87,75 88,07
Nasional 91,9 92,2 92,6 92,91 92,99
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan*) Kabupaten Toraja Utara belum terbentuk
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 84
Tabel 4.6. Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/ Kota di SulawesiSelatan, periode 2007-2011 (Tahun)
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. Kep. Selayar 6,6 6,6 6,8 6,9 7,07
02. Bulukumba 6,5 6,4 6,7 7,0 7,11
03. Bantaeng 5,8 5,8 5,9 6,0 6,10
04. Jeneponto 5,9 5,9 5,9 6,2 6,23
05. Takalar 6,2 6,2 6,2 6,4 6,46
06. Gowa 6,4 6,4 6,6 6,8 7,23
07. Sinjai 6,6 6,6 6,7 6,7 7,07
08. Maros 6,5 6,5 6,5 6,6 6,90
09. Pangkep 6,5 6,5 6,6 6,7 6,94
10. Barru 7,2 7,2 7,4 7,6 7,62
11. Bone 6,2 6,2 6,4 6,7 6,72
12. Soppeng 6,9 6,8 7,0 7,3 7,28
13. Wajo 5,8 5,8 6,1 6,2 6,51
14. Sidrap 7,2 7,2 7,2 7,2 7,27
15. Pinrang 6,9 6,9 7,2 7,6 7,62
16. Enrekang 8,1 8,1 8,3 8,3 8,32
17. Luwu 7,7 7,7 7,7 7,7 7,80
18. Tator 7,4 7,4 7,5 7,7 7,74
19. Luwu Utara 7,0 7,0 7,0 7,5 7,49
20. Luwu Timur 7,5 7,5 7,8 8,2 8,18
21. Toraja Utara * 7,0 7,0 7,2 7,67
22. Makassar 10,5 10,5 10,6 10,8 10,85
23. Pare-Pare 9,5 9,5 9,6 9,6 9,76
24. Palopo 9,7 9,7 9,7 10,0 10,04
Sulawesi Selatan 7,2 7,2 7,4 7,8 7,92
Nasional 7,5 7,5 7,7 7,9 7,94
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan*) Kabupaten Toraja Utara belum terbentuk
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 85
Tabel 4.7. Indeks Daya Beli Menurut Kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan,periode 2007-2011
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (3) (4) (5) (6) (7)
01. Kep. Selayar 58,6 59,9 61,1 61,86 62,24
02. Bulukumba 60,0 61,3 62,2 62,96 64,00
03. Bantaeng 62,1 63,3 63,3 63,37 64,14
04. Jeneponto 60,8 61,9 62,6 62,80 63,52
05. Takalar 61,4 62,5 62,8 62,86 63,52
06. Gowa 62,5 63,7 64,5 64,53 64,94
07. Sinjai 55,6 56,8 57,4 57,66 58,32
08. Maros 61,9 63,0 64,1 64,50 64,88
09. Pangkep 59,5 60,7 61,9 61,99 62,58
10. Barru 61,0 62,2 62,9 63,08 63,72
11. Bone 62,0 63,3 64,2 64,51 64,78
12. Soppeng 62,0 63,3 64,0 64,05 64,81
13. Wajo 62,6 63,8 64,1 64,59 64,73
14. Sidrap 60,5 61,8 61,9 62,07 62,54
15. Pinrang 62,5 63,7 64,1 64,36 64,67
16. Enrekang 60,0 61,1 61,2 61,62 62,06
17. Luwu 60,0 61,1 62,2 62,56 63,11
18. Tator 56,4 57,6 58,7 59,03 59,12
19. Luwu Utara 64,2 65,7 66,7 67,21 67,73
20. Luwu Timur 60,3 60,3 61,1 61,48 62,20
21. Toraja Utara * 54,0 55,0 55,90 56,55
22. Makassar 64,7 66,2 66,3 66,81 67,31
23. Pare-Pare 63,3 64,6 64,7 65,06 65,64
24. Palopo 61,4 62,7 63,1 63,36 64,04
Sulawesi Selatan 61,3 62,6 63,7 63,92 64,78
Nasional 61,1 62,0 62,7 63,24 64,26
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan
*) Kabupaten Toraja Utara belum terbentuk
Bab 4 IPM
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 86
Tabel 4.8. Paritas Daya Beli Menurut Kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan,periode 2007-2011 (dalam Ribuan Rp.)
Kabupaten/ Kota 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. Kep. Selayar 610,8 613,7 619,0 627,7 629,31
02. Bulukumba 618,7 619,6 625,2 632,4 636,96
03. Bantaeng 624,4 628,6 633,8 634,2 637,55
04. Jeneponto 621,0 623,3 628,0 631,7 634,85
05. Takalar 619,6 625,5 630,4 632,0 634,87
06. Gowa 622,2 630,4 635,7 639,2 641,00
07. Sinjai 594,7 600,6 605,9 609,5 612,34
08. Maros 624,5 627,9 632,6 639,1 640,74
09. Pangkep 617,5 617,5 622,8 628,3 630,79
10. Barru 621,5 624,0 629,2 633,0 635,74
11. Bone 624,6 628,5 633,9 639,2 640,31
12. Soppeng 622,8 628,3 633,9 637,2 640,46
13. Wajo 624,3 630,7 636,3 639,5 640,11
14. Sidrap 619,2 621,7 627,4 628,6 630,64
15. Pinrang 622,8 630,6 635,8 638,5 639,83
16. Enrekang 617,8 619,4 624,5 626,6 628,53
17. Luwu 619,6 619,8 624,5 630,7 633,08
18. Tator 597,9 604,1 609,2 615,0 615,84
19. Luwu Utara 634,9 637,9 644,1 650,9 653,06
20. Luwu Timur 612,8 621,0 621,0 626,0 629,17
21. Toraja Utara * * 593,9 601,9 604,71
22. Makassar 638,9 639,8 646,4 649,1 651,28
23. Pare-Pare 631,0 634,1 639,7 641,5 644,04
24. Palopo 621,4 625,8 631,2 634,2 637,12
Sulawesi Selatan 625,2 630,8 635,5 636,6 640,30
Nasional 624,4 628,3 631,5 633,6 638,05
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Selatan*) Kabupaten Toraja Utara belum terbentuk
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 87
KESIMPULAN dan SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pertumbuhan penduduk Sulawesi Selatan selama periode 2007
hingga 2011 rata-rata tumbuh sebesar 1,35 persen per tahun, selain
masih relatif tinggi angka tersebut juga penyebaran penduduk belum
merata.
2. Dalam periode 2007-2011, PDRB per kapita Provinsi Sulawesi
Selatan meningkat dari hampir 9 juta rupiah menjadi hamper 17 juta
rupiah.
3. Dari hasil perhitungan pada tahun 2007 IPM Provinsi Sulawesi
Selatan sebesar 69,62 dan menjadi 71,98 pada tahun 2011 yang
secara nasional meningkat dari peringkat 23 menjadi peringkat 19.
a). Indek kesehatan Sulawesi Selatan pada tahun 2011 sebesar 75,33
dan lebih tinggi dibanding angka nasional yang diduga karena
pengaruh program kesehatan gratis. Tetapi masih terdapat 7
daerah yang angka indeksnya masih relatif rendah yaitu
Kabupaten Jeneponto, Selayar, Barru, Takalar, dan Pangkep.
b). Indeks Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010
sebesar 75,92. Dan apabila dilihat menurut daerah nampak
bahwa Kabupaten, Bantaeng, Jeneponto, Takalar, Gowa, dan
BAB V
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 88
Wajo merupakan daerah yang mempunyai angka indeks yang
relatif rendah.
c). Indeks Daya Beli Sulawesi Selatan juga berada di atas angka
Nasional, walaupun tidak terpaut jauh seperti halnya indeks
kesehatan. Namun besarnya angka indeks ini apabila
dibandingkan dengan kedua angka indeks yang lain merupakan
yang terendah.
5.2. Saran-Saran
1. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, pemerintah daerah perlu
melakukan penggalangan kembali program keluarga berencana dan
mengaktif posyandu di berbagai daerah. Tidak meratanya atau
timpangnya kepadatan penduduk dikarenakan belum memadainya
sentra-sentra fasilitas umum dan pusat perekonomian, untuk itu
perlunya penggerak ekonomi rakyat yang mandiri di setiap daerah.
2. Upaya peningkatan Pendapatan per kapita penduduk melalui
pembangunan ekonomi yang berpihak kepada golongan ekonomi
kecil dan menengah. Karena hampir 80 persen penduduk
menggantungkan hidupnya dari kegiatan ekonomi nonformal,
terutama kegiatan pertanian tanaman bahan makanan.
3. Yang terpenting adalah bahwa IPM bukan dan tidak akan pernah
menjadi suatu ukuran mutlak bagi pembangunann yang
menyeluruh. IPM merupakan ukuran parsial dengan indikator tidak
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 89
sempurna yang mencoba memberikan visi yang seluas-luasnya bagi
pemerintah untuk meningkatkan kapabilitasnya. Sebagai alternatif
bagi pemerintah adalah bahwa mereka dapat menyusun indeks
dengan dimensi yang berbeda dan bervariasi dengan indikator dan
penimbang khusus. Jadi IPM harus dipandang sebagai titik awal
tentang apa yang disebut pembangunan, bukan sebagai titik akhir
pembangunan.
4. Upaya dalam meningkatkan indeks pembangunan manusia melalui
penyusunan program pembangunan dengan skala prioritas baik fisik
maupun non fisik. Pembangunan ekonomi berupa sarana jalan pada
daerah yang jauh dari pusat ekonomi/ kota, seperti diketahui bahwa
sarana transportasi merupakan urat nadi perekonomian.
Pembangunan sarana fasilitas umum lainnya seperti pembangunan/
perbaikan gedung sekolah, peningkatan mutu tenaga pendidik, dan
penyediaan buku pelajaran sekolah. Hal yang tak kalah pentingnya
adalah penanggulangan buta huruf/ aksara dan putus sekolah bagi
mereka yang wajib belajar sembilan tahun. Program wajib belajar
telah dicanangkan beberapa tahun lalu akan tetapi tidak maksimal,
mungkin diperlukan perangkat hukum. Sehingga apabila terdapat
anak yang wajib belajar yang tidak bersekolah maka orang tua/wali
harus bertangungjawab secara hukum. Prioritas di bidang
kesehatan, pemerintah daerah seyogyanya mempermudah akses
pelayanan kesehatan melalui program obat gratis, pelayanan
pemeriksaan kesehatan gratis, dan sosialisasi hidup sehat serta
lingkungan bersih.
Bab 6 Daftar Pustaka
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 90
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (2006), Ekonomi Regional Provinsi SulawesiSelatan, BPS, Jakarta.
Badan Pusat Statistik dan Bappeda (2000), Indeks PembangunanManusia Provinsi Sulawesi Selatan, BPS Sulawesi Selatan,Makassar, Areso Makassar.
_____dan Bappeda (2007), Statistik Sosial Provinsi SulawesiSelatan, BPS Sulawesi Selatan, Makassar, Areso Makassar.
_____,Bappenas,UNDP (2001), “Towards a New Concensus:Democracy and Human Development in Indonesia”, BPS,Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan (2008), ProdukDomestik Regional Bruto Provinsi Sulawesi Selatan BPSSulawesi Selatan, Makassar, Areso Makassar.
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=26¬ab=2, Tabel Indeks Pembangunan ManusiaPropinsi dan Nasional 1996 – 2009, didownload pada 11Agustus 2011.
http://www.sulsel.go.id/
http://datinkessulsel.wordpress.com/
Samingun. 2008. Cara Menghitung Indeks Pemabngunan Manusia.Makalah dalam Pelatihan Teknis Pimpinan BPS Kabupaten/Kota. Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan.Makassar.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional dalan Teori danAplikasi. Jakarta. Bumi Aksara.
UNDP Indonesia. 2007. Laporan Tahunan 2007. Jakarta. Juni 2008.(download : website:www.undp.org/www.undp.or.id).
BAB VI
Bab 6 Daftar Pustaka
Analisis IPM Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2011 91
UNDP (1990), “Human Development Report 1990”, UNDP, NewYork, (download : website:www.undp.org/www.undp.or.id).
UNDP (2011), “Human Development research Paper 2011/01, TheHDI 2010: New Controversies Old Critiques”, UNDP, NewYork, (download : website:www.undp.org/www.undp.or.id).