Post on 04-Jan-2020
IDENTIFIKASI JENIS-JENIS JAMUR (Fungi) DI PERKEBUNAN PT
BINA SAINS CEMERLANG KABUPATEN MUSI RAWAS
Sulastri1, Eka Lokaria, M.Pd. Si2., Harmoko, M.Pd3
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan MIPA STKIP-PGRI Lubuklinggau
E-mail: sulastriadjoegmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis jamur di Perkebunan PT
Bina Sains Cemerlang Kabupaten Musi Rawas dan mengetahui morfologi jenis-
jenis jamur di Perkebunan PT Bina Sains Cemerlang Kabupaten Musi Rawas.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2017 di Perkebunan PT Bina
Sains Cemerlang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara, dokumentasi dan eksplorasi/pengamatan langsung di lokasi
penelitian. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
diperoleh jamur sebanyak 16 spesies, yang termasuk kedalam 2 divisi yaitu, 15
spesies divisi Basidiomycota dan 1 spesies divisi Myxomycota. 16 jenis jamur
tersebut diantaranya adalah, Poliotha mutabilis, Hidnum repandum, Coprinus
comatus, Schizophyllum commune, Trametes versicolor, Pleorotus ostreatus,
Volvariella volvaceae, Marasmius ramealis, Polyporus squamosus, Pycnoporus
annabarinus, Auricularia polytricha, Mycena hiemalis, Dacryopinax spathularia,
Lentinus connatus, Cortinarius sanguenius, dan Fuligo septica. Morfologi jenis
jamur Basidiomycota memiliki tubuh buah besar seperti payung, memiliki batang,
akar dan tubuh buah, memiliki warna yang bervariasi, memiliki tekstur halus,
kasar, dan licin. Sedangkan morfologi jenis jamur myxomycota memiliki bentuk
seperti amoeba, hidup dapat merayap kemana-mana, memiliki warna kuning
sampai orange, dan tekstur berlendir. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan
bahwa jenis jamur yang paling banyak ditemukan adalah divisi Basidiomycota.
Kata Kunci: Identifikasi, Jamur, Perkebunan PT Bina Sains Cemerlang.
1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
PENDAHULUAN
Keanekaragaman flora Indonesia tercermin pada kekayaan hutan
tropiknya, baik yang terdapat di dataran rendah maupun di dataran tinggi yang
menutupi 63% luas daratan Indonesia. Di hutan-hutan inilah sebagian besar
dijumpai tumbuhan yang merambat, berbentuk perdu, dan pohon dengan berbagai
ukuran, selain itu juga terdapat organisme lain seperti ganggang, lumut dan jamur
(Iswanto, 2009:6). Jamur adalah salah satu keunikan yang memperkaya
keanekaragaman jenis makhluk hidup dalam dunia tumbuhan. Sifatnya yang tidak
berklorofil menjadikannya tergantung kepada makhluk hidup lain, baik yang
masih hidup maupun yang sudah mati. Karena itulah jamur memegang peranan
penting dalam proses alam yaitu sebagai dekomposer sisa-sisa organisme. Selain
itu beberapa di antara jenis-jenis jamur ada yang dimanfaatkan oleh manusia, baik
sebagai bahan makanan maupun obat (Srisula, dkk. 2009:99). Jamur merupakan
organisme eukariotik, berspora, tidak berklorofil, bereproduksi secara seksual dan
aseksual, jamur berdasarkan ukuran tubuhnya ada yang makroskopis yaitu jamur
yang berukuran besar, sehingga dapat dilihat dengan kasat mata dan ada juga
jamur yang mikroskopis yaitu jamur yang berukuran kecil dan hanya dapat dilihat
dengan menggunakan alat bantu mikroskop (Darwis, dkk. 2011:1).
PT Bina Sains Cemerlang adalah Perusahaan yang bergerak dibidang
perkebunan kelapa sawit, dimana hasil panen diproduksi sendiri oleh perkebunan.
PT Bina Sains Cemerlang berada di desa Sungai Pinang Kecamatan Muara
Lakitan Kabupaten Musi Rawas. Memiliki Luas perkebunan sekitar 6.513 Ha.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa masyarakat/pekerja
diperkebunan PT Bina Sains Cemerlang, diperoleh data bahwa ada beberapa jenis
jamur yang sering dijumpai di wilayah perkebunan. Biasanya jamur yang
ditemukan tumbuh di janjang kosong kelapa sawit (sampah hasil olahan buah
sawit), pelepah daun kelapa sawit, kayu lapuk, dan tidak jarang ditemukan ditanah
yang gembur. Selama ini belum diketahui pasti ada berapa jenis jamur yang
terdapat di perkebunan PT Bina Sains Cemerlang. Maka itu perlu diadakan
penelitian di daerah tersebut dengan tujuan untuk mengetahui apa saja jenis-jenis
jamur (Fungi) di perkebunan PT Bina Sains Cemerlang Kabupaten Musi Rawas
dan bagaimana morfologi jenis-jenis jamur (Fungi) di perkebunan PT Bina Sains
Cemerlang Kabupaten Musi Rawas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2017 di Perkebunan PT Bina
Sains Cemerlang Kabupaten Musi Rawas. Alat yang digunakan adalah soil tester,
termometer, pisau/parang, gancu, toples, kamera digital, alat tulis. Adapun bahan
yang digunakan yaitu, kertas label, kertas wawancara, log book, alkohol 70%, dan
aquades. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, pengamatan langsung
ke lokasi penelitian/eksplorasi menjelajah area pengamatan di Perkebunan PT
Bina Sains Cemerlang Kabupaten Musi Rawas. Luas daerah penelitian yaitu
sebanyak 2 blok dengan rincian 1 blok dataran dan 1 blok perbukitan, dengan luas
rata-rata setiap bloknya 60-70 Ha. Data yang diperoleh dicatat langsung dan
difoto serta beberapa jenis jamur makroskopis diambil sampelnya untuk dijadikan
awetan/herbarium. Data tersebut kemudian dianalisis secara deksriptif kualitatif
yaitu mendeskripsikan ciri-ciri morfologi jamur yang ditemukan dan dilengkapi
dengan gambar-gambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perkebunan PT Bina Sains
Cemerlang desa Sungai Pinang Kecamatan Muara Lakitan Kabupaten Musi
Rawas. Ditemukan sebanyak 16 spesies jamur makroskopis yang termasuk dalam
2 divisi, 7 kelas, 9 ordo, dan 13 famili.
Data tabel 1. Menunjukan bahwa kawasan dataran ditemukan paling
banyak jenis jamur makroskopis Hal ini diduga karena adanya perbedaan faktor
lingkungan dan cuaca pada saat penelitian. Pada daerah perbukitan habitatnya
sudah mengalami perubahan dan pada saat itu sedang ada penumbangan kelapa
sawit dan area tersebut dijadikan sebagai tempat pembuangan janjang kosong
kelapa sawit sehingga menjadi media/tempat pertumbuhan jamur makroskopis
dan penyebab kurang banyaknya jenis jamur yang ada di kawasan tersebut.
Sedangkan kawasan dataran rendah belum mengalami perubahan habitat,
sehingga jamur banyak ditemukan ditempat tersebut. Jamur pada umumnya sangat
menyukai lingkungan yang lembab dan sejuk.
Tabel 1 : Perbandingan Hasil Penelitian yang Ditemukan Berdasarkan
Lokasi Pengamatan.
Divisi Jenis Lokasi
Perbukitan Dataran
Basidiomycota Poliotha mutabilis + +
Hidnum repandum - +
Coprinus comatus + +
Schizophyllum commune - +
Trametes versicolor - +
Pleorotus ostreatus + +
Volvariella volvaceae + +
Marasmius ramealis + -
Polyporus squamosus - +
Lentinus conatus - +
Cortinarius sanguenius - +
Pycnoporus annabarinus + +
Auricularia polytricha + -
Mycena hiemalis + +
Dacryopinax spathularia - +
Myxomycota Fuligo septica + -
Kondisi faktor lingkungan tempat ditemukannya jamur pada lokasi penelitian
tertera pada tabel 2 berikut:
Tabel 2: Faktor Lingkungan di PT Bina Sains Cemerlang.
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa lokasi penelitian memiliki
faktor yang berbeda sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada. Hasil
pengukuran suhu di daerah perbukitan berada pada 260C, sedangkan pada daerah
dataran berada pada 250C. Maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran suhu yang
dilakukan di lokasi penelitian berada pada kisaran 250C-260C. Suhu yang berbeda
Lokasi Suhu (0C) pH Kelembapan
Perbukitan 260C 6,06 62%
Dataran 250C 6,02 52%
pada lokasi penelitian menunjukan bahwa suhu pada kisaran tersebut masih dapat
dikatakan suhu yang optimum untuk pertumbuhan jamur.
pH merupakan salah satu faktor yang juga sangat berperan dalam
mempengaruhi pertumbuhan jamur. Hasil pengukuran pH pada masing-masing
lokasi penelitian yaitu, di perbukitan pH 6,06 sedangkan di dataran pH 6,02. Hasil
pengukuran pH pada lokasi penelitian menunjukan kondisi yang stabil pada angka
6, hal ini menandakan tidak terjadi perubahan pH yang begitu ekstrim.
Kelembapan juga merupakan faktor abiotik yang sangat mempengaruhi
pertumbuhan jamur. Berdasarkan hasil pengukuran kelembapan tanah di lokasi
penelitian, terlihat perbedaan angka yang cukup jauh. Di lokasi perbukitan
kelembapan mencapai 62%, sedangkan di dataran kelembapan mencapai 52%.
Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa kelembapan tanah di lokasi penelitian
berada pada kisaran 52%-62%.
Deskripsi Morfologi Jenis Jamur yang Ditemukan.
a. Poliotha mutabilis
Gambar jamur Poliotha mutabilis dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1. Poliotha mutabilis
Jamur ini memiliki bentuk tubuh buah yang berwarna coklat muda
hingga coklat tua. Permukaan atas tudung memiliki struktur yang halus dan
sedikit licin pada saat basah. Batangnya halus dan keras. Jamur jenis ini
biasanya tumbuh dalam kelompok yang besar, habitat pada kayu yang mati
dan tanah yang lembab memiliki humus yang cukup (Roberts, 2010:178).
b. Hidnum repandum
Gambar jamur Hidnum repandum dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2. Hidnum repandum
Jamur jenis ini umunya berukuran cukup besar, memiliki bentuk
seperti payung yang terbuka lebar dan bertangkai tebal,warna tubuh buah
putih, memiliki struktur permukaan yang kasar dan bersisik. Tubuh buah
berdaging dan biasanya tumbuh liar pada tanah yang berhumus dan
menempel pada ranting kayu yang mati (Alex, 2011:33).
c. Coprinus comatus
Gambar jamur Coprinus comatus dapat dilihat pada gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3. Coprinus comatus
Memiliki tubuh buah berwarna putih. Bentuk tudung
cembung/silindris dan lunak. Ukuran tudung bervariasi antara 2-6 cm.
spora berukuran 3-6 µm dan kebanyakan berbentuk lonjong. Tangkai
jamur berwarna putih dan mudah patah. Memiliki bilah berwarna putih
saat masih muda dan akan berubah berwarna hitam dan mencair saat
dewasa. Habitat biasanya ditemukan di janjang kosong kelapa sawit dan
tumpukan jerami padi yang sudah membusuk (darwis, 2011:5).
d. Schizophyllum commune
Gambar jamur Schizophyllum commune dapat dilihat pada gambar 4.4
berikut:
Gambar 4.4. Schizophyllum commune
Jamur ini biasanya tumbuh secara berkelompok, bersifat saprofik
pada berbagai substrat kayu/pohon yang mati. Membentuk tubuh buah
berwarna krem, berbentuk seperti kipas. Badan buah terlampir dengan
permukaan atas yang berbulu. Pada saat kering jamur ini akan mengerut
dan mekar kembali setelah basah (Webster, 2007:543).
e. Trametes versicolor
Gambar jamur Trametes versicolor dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut:
Gambar 4.5. Trametes versicolor
Memiliki bentuk setengah lingkaran, berwarna coklat kehitaman.
Pinggirannya bergelombang, kasar dan mempunyai garis putih melingkar.
Lapisan bawah berwarna kuning kecoklatan. Biasanya tumbuh menempel
pada kayu keras/pohon yang sudah mati dan mempunyai diameter 9-10 cm
(Webster, 2007:562).
f. Pleorotus ostreatus
Gambar jamur Pleorotus ostreatus dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut:
Gambar 4.6. Pleorotus ostreatus
Tubuh buah menyerupai cangkang kerang, tudung halus dengan
panjang bisa mencapai 5-15 cm. Ketika masih muda berbentuk seperti
kancing, kemudian berkembang menjadi pipih. Memiliki warna coklat
pucat hingga menjadi putih. Tangkai pendek dan berwarna putih. Jamur
ini hidup di berbagai substrat seperti kayu yang lapuk, janjang kosong
kelapa sawit, dan pada substrat lainnya (Alex, 2011:27).
g. Mycena hiemalis
Gambar jamur Mycena hiemalis dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut ini:
Gambar 4.7. Mycena hiemalis
Jamur ini tumbuh berkelompok-kelompok dalam jumlah yang
cukup besar. Warnanya putih dan memiliki batang dengan panjang 0,5–2
sentimeter. Tudungnya bergaris-garis lateral yang tersusun apik dan
berpusat pada puncak tudungnya. Spora cetak berwarna putih, abu-abu,
atau coklat, bentuknya seperti kerucut atau klop tutup yang tipis dan
berbatang lunak. Hidup pada kayu yang lapuk atau ranting pepohonan
(Webster, J. Dkk. 2007:554).
h. Lentinus connatus
Gambar jamur Lentinus connatus dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut:
Gambar 4.8. Lentinus connatus
Tubuh buah seperti payung yang melengkung. Memiliki lamella
dibagian bawah tudung buah. Berwarna kuning sampai kuning kecoklatan.
Bagian batang letaknya sentral dan bersifat keras. Jamur ini biasanya
tumbuh di kayu yang lapuk atau pohon yang mati, bersifat saprofik
(Webster, 2007:546).
i. Volvariella volvaceae
Gambar jamur Volvariella volvaceae dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut:
Gambar 4.9. Volvariella volvaceae
Tubuh buah berbentuk payung dengan tangkai letaknya sentral. Pada
waktu muda tubuh buah diselubungi oleh suatu selaput yang disebut velum
universal, jika tubuh buah membesar selaput akan robek dan merupakan
suatu cincin (anulus). Pada bagian atas tangkai buah himenofora pada sisi
bawah tubuh buah membentuk papan-papan/lamela yang tersusun radial.
Dapat juga himenofora membuat tonjolan berupa buluh-buluh halus.
Himenium meliputi sisi bawah tubuh buah tadi mula-mula terletak di
bawah velum partiale yang disebut angiokarp (Tjitrosoepomo, 2011:150).
j. Marasmius ramealis
Gambar jamur Marasmius ramealis dapat dilihat pada gambar 4.10
berikut:
Gambar 4.10. Marasmius ramealis
Basidiokarp kasar yang dapat mengerut pada saat kering. Miselium
jamur tumbuh keluar dari titik pusat secara radial. Pada saat tua miselium
akan menghasilkan cincin. Tumbuh membentuk kelompok basidiokarakter
pada ranting atau kayu mati (Webster, 2007:546-547).
k. Dacryopinax spathularia
Gambar jamur Dacryopinax spathularia dapat dilihat pada gambar 4.11
berikut:
Gambar 4.11. Dacryopinax spathularia
Tubuh buah berbentuk spahula, berukuran kecil sekitar 1-1,5 cm.
Tubuh buah seperti agar-agar berwarna kuning/orange, tekstur permukaan
halus dan kenyal, pada saat tua jamur ini akan sangat mudah hancur. Jamur
ini biasanya hidup dalam kelompok yang cukup besar. Jenis jamur ini
bersifat saprotrofik, hidup menempel langsung pada substratnya. Habitat
biasanya ditemukan pada kayu yang lapuk/mati (Webster, 2007:598).
l. Polyporus squamosus
Gambar jamur Polyporus squamosus dapat dilihat pada gambar 4.12
berikut:
Gambar 4.12. Polyporus suamosus
Miselium bertahan pada batang/pohon mati. Badan buah berwarna
krem/kuning kecoklatan. Tubuh buah memiliki sisik dan memiliki tekstur
tubuh buah yang berdaging. Biasanya hidup menempel langsung pada
substratnya (Webster, 2007:564).
m. Pycnoporus annabarinus
Gambar jamur Pycnoporus annabarinus dapat dilihat pada gambar 4.13
berikut:
Gambar 4.13. Pycnoporus annabarinus
Tubuh buah berupa kipas, setengah lingkaran, memiliki warna
kuning hingga kuning kemerahan. Himenofora merupakan buluh-
buluh/pori yang dilihat dari luar berupa lubang-lubang. Sisi dalam dilapisi
himenium. Hidup menempel pada substratnya, jamur jenis ini banyak
ditemukan pada kayu yang sudah lapuk (Webster, 2007:560).
n. Auricularia polytricha
Gambar jamur Auricularia polytricha dapat dilihat pada gambar 4.14
berikut:
Gambar 4.14. Auricularia polytricha
Tubuh buah berwarna coklat, menyerupai daun telinga, sisi atas
berlipat dan mempunyai rambut-rambut pendek yang tersusun amat rapat.
Biasanya hidup pada dahan-dahan yang kering. Tangkai amat pendek dan
menempel pada media tumbuh (substrat). Tubuh buah jamur pada keadaan
basah akan bersifat kenyal dan licin, tetapi dalam keadaan kering akan
bersifat kaku. Jamur kuping memiliki inti plasma dan spora yang berupa
sel-sel lepas atau bersambungan membentuk benang yang tidak bersekat
(Achmad, dkk. 2013:106).
o. Fuligo septica
Gambar jamur Fuligo septica dapat dilihat pada gambar 4.15 berikut:
Gambar 4.15. Fuligo septica
Dalam keadaan vegetatif tubuhnya berupa massa protoplasma yang
bergerak seperti ameba yang disebut plasmodium. Plasmodium dapat
mencapai ukuran garis tengah 0-30 cm pada substrat yang basah, di atas
tanah, kayu yang lapuk dan di atas daun yang runtuh. Perubahan bentuk
tubuhnya dapat merayap kemana-mana (Tjirosoepomo, 2011:97).
p. Cortinarius sanguenius
Gambar jamur Cortinarius sanguenius dapat dilihat pada gambar 4.16
berikut:
Gambar 4.16. Cortinarius sanguenius
Jamur jenis ini memiliki bentuk tudung buah yang cembung, bagian
bawah tudung buah memiliki lamella berwarna merah darah dan berubah
menjadi coklat saat tua. Memiliki batang yang keras dan berukuran kecil,
letak batangnya sentral. Pigmen yang dimiliki oleh jamur ini biasanya
dapat dijadikan sebagai pewarna alami (Webster, 2007:555).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT Bina Sains
Cemerlang desa Sungai Pinang Kecamatan Muara Lakitan Kabupaten Musi
Rawas maka dapat disimpulkan:
1. Diperoleh sebanyak 16 jenis jamur makroskopis yang tergolong kedalam 2
divisi yaitu, Basidiomycota dan Myxomycota. 16 jenis jamur tersebut
diantaranya adalah, Poliotha mutabilis, Hidnum repandum, Coprinus
comatus, Schizophyllum commune, Trametes versicolor, Pleorotus ostreatus,
Volvariella volvaceae, Marasmius ramealis, Polyporus squamosus,
Pycnoporus annabarinus, Auricularia polytricha, Mycena hiemalis, Lentinus
conatus, Cortinarius sanguenius, dan Fuligo septica.
2. Jamur yang tergolong kedalam divisi Basidiomycota memiliki ciri-ciri
morfologi yaitu, memiliki tubuh buah besar berbentuk payung, dan ada juga
yang seperti kipas. Memiliki warna tudung yang bervariasi (putih, coklat,
krem, dan hitam), tekstur permukaan ada yang kasar, licin, dan tidak rata.
Memiliki ukuran batang yang mengikuti ukuran tubuh buah, ersifat keras,
lunak dan mudah patah. Habitatnya di pohon/kayu yang mati, di tanah yang
berhumus, di ranting-ranting pohon yang mati, dan menempel pada substrat
lainnya. Sedangkan jamur golongan divisi Myxomycota memiliki tubuh yang
bersifat seperti lendir dan akan hancur saat dipegang. Memiliki warna kuning
sampai kuning kemerahan, bentuk menyerupai seperti ameba dapat hidup
merayap kemana-mana. Hidup pada substrat yang basah, diatas tanah yang
lembab, kayu yang lapuk, dan di atas daun-daun yang runtuh.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad., Mugiono., Arlianti, T., dan Azmi, C. 2013. Panduan Lengkap Jamur.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Alex, M.S. 2011. Untung Besar Budidaya Aneka Jamur. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Arfani, M.I. 2013. Inventarisassi Jenis-jenis Jamur Pada Tanaman Kakao
(Theobroma cacao) di Kabupaten Pesawaran. Jurnal Ilmiah. Vol. 01
No.02. Hal. 96-102.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta:
Rineka Cipta.
Asnah. 2010. Inventarisasi Jamur Makroskopis di Ekowisata Tangkahan Taman
Nasional Gunung Leuser Kabupaten Lankat Sumatera Utara. Tesis.
Medan:Universitas Sumatera Utara.
Barry, M.D.Y.A., dan Yacub, L.L.S. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah. Surabaya:
Target Press.
Carlile, M.J., Watkinson, S.C., dan Godday, G.W. 2001. The Fungi. London:
Academic Press.
Darwis,W., Desnalianif., dan Supriati, R. 2011. Inventarisasi Jamur yang Dapat
Dikonsumsi dan Beracun yang terdapat di Hutan dan Sekitar Desa Tanjung
Kemuning Kaur Bengkulu. Jurnal Ilmiah. Vol. 07, No.02. Hal. 1-8.
GBS, T. 2007. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta: GBS.
Harti, A.S. 2012. Dasar-dasar Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: Nugraha
Medika.
Hasanuddin. 2014. Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media Pembelajaran
Biologi (Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues). Jurnal
Biotik. Vol. 2. No.1. Hal. 1-76.
Immanudin, H., dan Suliasih. 2003. Biodiversitas Basidiomycetes di Kecamatan
Kelila, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua dan Manfaatnya sebagai
Bahan Makanan dan Obat Tradisional. Jurnal Biologi. Vol.6. No. 5. Hal.
699.
Khayati, L., Warsito, H. 2016. Keanekaragaman Jamur Kelas Basidiomycetes Di
Kawasan Lindung KPHP Sorong Selatan. Prosiding Symbion (Symposium
on Biology Education). Tanggal 27 Agustus 2016
Iswanto, A.H. 2009. Identifikasi Jamur Perusak Kayu. Karya tulis. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Kimball, J.W. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia oleh Tjitrosomo, S.S, dan Sugiri,
N. Institut Pertanian Bogor.
Meisetyani, R. 2006. Studi Keanekaragaman Morfologi Dan Genetik Jamur Tiram
(Pleurotus Sp.) dengan Teknik PCR-RFLP. Skripsi Dipublikasikan. Bogor:
Institut Pertanian Bogor.
Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia.
Noverita., Sinaga, E., Setia, TM. 2016. Jamur Makro Berpotensi Pangan dan Obat
di Kawasan Cagar Alam Lembah Anai dan Cagar Alam Batang Palupuh
Sumatera. Jurnal Mikologi. Vol. 1. No. 1. Hal. 15-27.
Nugraha, S., dan Maulina, R. 2012. Kamus Biologi Lengkap. Surabaya: Karina.
Poerwadarminta,W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Proborini, M.W. 2012. Eksplorasi dan Identifikasi Jenis-jenis Jamur Kelas
Basidiomycetes di Kawasan Bukit Jimbaran Bali. Jurnal Biologi. Vol. 02
No. 2. Hal. 45-47.
Reality, T. 2009. Kamus Biologi Edisi Lengkap. Surabaya: Reality Publisher.
59
Roberts, P. dan Evans, S. 2010. The Book of Fungi. Canada: Chicago Press.
Roosheroe, I.G., Sjamsuridzal, W., Oetari, A. 2014. Mikologi Dasar dan Terapan.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Srisula, dan Sutedjo. 2009. Jenis Jamur Makro Pada Tiga Kondisi Hutan Yang
Berbeda di Malinau Research Forest (MRF) Cifor Kabupaten Malinau
Kalimantan Timur. Jurnal Kehutanan Tropika Humida. Vol.2. No. 1. Hal.
99.
Starr, C., Taggart, R., Evers, C., dan Starr, L. 2012. Biologi Kesatuan dan
Keragaman Makhluk Hidup. Jakarta: Salemba Teknika. Diterjemahkan
dalam Bahasa Indonesia oleh Prasaja,Y.
Subandi, H.M. 2010. Mikrobiologi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Cv.
Alfabeta.
Surayin. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Syafrizal, S. 2014. Inventarisasi Jamur Makroskopis di Hutan Adat Kantuk dan
Implementasinya dalam Pembuatan Flipbook. Artikel Penelitian. Pontianak:
Universitas Tanjungpura.
Tjokrokusumo, D. 2015. Mencegah dan Melawan Penyakit Kanker dan
Degeneratif dengan Jamur kancing (Agaricus bisporus). PROS SEM NAS
MASY BIODIV INDON. Volume. 01 No. 06. Hal. 1532-1535.
Tjitrosomo, S.S. 2010. Botani Umum 4. Yogyakarta: UGM.
Tjitrosoepomo, G. 2011. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM.
Ulya, A.N.A., Leksono, S.M., Khastini, R.O. 2016. Biodiversitas Dan Potensi
Jamur Basidomycota di Kawasan Kasepuhan Cisungsang, Kabupaten
Lebak, Banten. Jurnal Biologi. Vol. 10. No. 01. Hal. 9-16.
Wahyudi, A.E., Linda, R., dan Khotimah, S. 2012. Inventarisasi Jamur
Makroskopis Di Hutan Rawa Gambut Desa Teluk Bakung Kecamatan
Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Protobiont. Vol. 1. No. 1.
Hal. 8-11.
Wahyuni, D. 2010. Mikologi Dasar. Jember: Jember University Press.
Wallace, R.A. 1987. Biologi The World of Life. USA: University of Florida.
Waluyanti, M. 2008. Implementasi Hasil Penelitian Biologi (Studi
Keanekaragaman Jamur Basidiomycota) Sebagai Sumber Belajar Materi
Fungi Kelas X Semester Ganjil Kurikulm KTSP. Skripsi dipublikasikan.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM.
Waluyo, L. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang: UMM.
Webster, J. dan Weber, R.W.S. 2007. Introduction to Fungi. New York:
Cambridge University Press.
Yatim, W. 2012. Kamus Biologi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Yunida, N. 2014. Inventarisasi Jamur Di Gunung Senujuh Kabupaten Sambas dan
Implementasinya Dalam Pembuatan Flash Card. Artikel Penelitian.
Pontianak: Universitas Tanjungpura.