Post on 17-Dec-2020
HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI
BELAJAR KIMIA SISWA SMA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
GHINA RAHMAWATI
NIM 1113016200012
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Hubungan Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Kimia
Siswa SMA” disusun oleh Ghina Rahmawati NIM. 1113016200012, Jurusan
Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah
sebagai karya ilmiyah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai
ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, Mei 2020
Yang mengesahkan
Pembimbing I Pembimbing II
Burhanuddin Milama, M.Pd
NIP.197702012008011011
Buchori Muslim, M.Pd
NIDN. 2027028902
iii
iv
ABSTRAK
Ghina Rahmawati (NIM : 1113016200012). Hubungan Self-Efficacy dengan
Prestasi Belajar Kimia Siswa SMA. Skripsi, Jurusan Pendidikan Kimia,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Kimia sering dianggap sebagai sebuah pelajaran yang sulit bagi para siswa
sehingga banyak yang menghindari pelajaran kimia. Hal ini berhubungan dengan
keyakinan siswa akan kemampuannya atau disebut dengan self-efficacy. Ini
berdampak pada prestasi belajar kimia siswa. Sedangkan, prestasi belajar
memegang peranan penting bagi masa depan siswa. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia siswa
SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasional.
Populasi penelitian ini adalah siswa jurusan IPA tingkatan SMA dari beberapa
sekolah. Sampel diambil sebanyak 565 siswa yakni 256 siswa laki-laki dan 309
siswa perempuan, atau 186 siswa kelas X IPA, 200 siswa kelas XI IPA, dan 179
siswa kelas XII IPA. Instrument yang digunakan berupa angket self-efficacy serta
prestasi belajar yang diambil dari nilai akhir semester ganjil pada mata pelajaran
kimia pada tahun ajaran 2017/2018. Data dianalisis dengan teknik Pearson
Product Moment untuk data berdistribusi normal dan teknik Spearman Rho untuk
data yang tidak berdistribusi normal. Tingkat hubungan diungkapkan dalam angka
antara -1 dan +1 yang dinamakan koefisien korelasi. Korelasi nol (0)
mengindikasikan tidak ada hubungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia siswa
(r=0,17, r≠0, terdapat hubungan), terdapat hubungan antara self-efficacy dengan
prestasi belajar kimia laki-laki maupun perempuan (laki-laki :r=0,18; perempuan:
r=0,21), serta terdapat hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia
siswa kelas X, XI, maupun XII (kelas X: r=-0,03; kelas XI: r=0,24; kelas XII:
r=0,26).
Kata kunci: Jenis Kelamin, Prestasi Belajar Kimia, Self-efficacy, Tingkatan Kelas
v
ABSTRACT
Ghina Rahmawati (NIM: 1113016200012). Relationship Between Self-
Efficacy and Chemistry Academic Achievement of High School Students.
Thesis, Chemistry Education Department, Faculty of Tarbiya and Teacher
Learning, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.
Chemistry is often considered a difficult subject for students. So, many students
avoid chemistry lessons. This relates to students' confidence in their abilities or
self-efficacy. This has an impact on students' chemistry academic achievement.
Meanwhile, academic achievement plays an important role for the future of
students. This study aims to determine the relationship between self-efficacy and
high school chemistry student achievement. This research is a quantitative
research with correlational method. The population of this research is high school
students majoring in natural sciences from several schools. Samples were taken as
many as 565 students, 256 male students and 309 female students, or 186 students
of 10th
grade, 200 students of 11th
grade, and 179 students of 12th
grade Natural
Sciences. The instrument used a self-efficacy questionnaire and academic
achievement taken from the odd semester final grades in chemistry subjects in the
academic year 2017/2018. Data were analyzed with the Pearson Product Moment
technique for normally distributed data and the Spearman Rho technique for data
that were not normally distributed. The level of relationships expressed in
numbers between -1 and +1 is called the correlation coefficient. A zero correlation
(0) indicates no relationship. The results showed that there was a relationship
between self-efficacy and student chemistry academic achievement (r = 0.17, r ≠
0, there was a relationship), there was a relationship between self-efficacy and
chemistry academic achievement for male and female (male: r = 0.18; female: r =
0.21), and there is a relationship between self-efficacy and chemistry academic
achievement of students in 10th
grade, 11th
grade, and 12th
grade (10th
grade: r = -
0.03; 11th
grade: r = 0.24; 12th
grade: r = 0.26).
Keywords: Chemistry Academic Achievement, Gender, Grade Level, Self-
Efficacy
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa
Ta’ala atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Self-
Efficacy dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa SMA”. Sholawat serta salam
selalu tercurahkan ke pangkuan Nabi besar Muhammad Sholallahu Alaihi
Wassalam beserta keluarga, sahabat, serta para pengikutnya sampai yaumul
qiyamah nanti.
Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus,
ikhlas, dan rendah hati penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sekaligus selaku Pembimbing yang telah memberikan waktu, ilmu, dan
bimbingan serta saran kepada penulis dengan penuh kesabaran.
3. Bapak Buchori Muslim, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran dengan
penuh keikhlasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.
4. Bapak Tonih Feronika, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan waktu, saran dan motivasi kepada penulis dengan penuh
perhatian.
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi
mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Luki Yunita, M.Pd, selaku validator instrumen yang telah meluangkan
waktu untuk berbagi ilmu, saran, dan arahan selama proses validasi.
vii
7. Bapak dan Ibu Kepala Sekolah serta Bapak Ibu Wakil Kepala Sekolah SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang, SMA Yadika 6 Pondok Aren, dan SMA Al-
Hasra Depok yang telah mengizinkan dan memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Bapak dan Ibu guru mata pelajaran kimia di Kepala Sekolah SMA
Muhammadiyah 25 Pamulang, SMA Yadika 6 Pondok Aren, dan SMA Al-
Hasra Depok yang telah membantu peneliti selama melakukan penelitian.
9. Orang tua tercinta yaitu Ayah Samsuri dan Mama Karwisah yang senantiasa
memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi, dan segala sesuatu yang
penulis butuhkan selama menyelesaikan bangku pendidikan dari taman kanak-
kanak hingga menyelesaikan skripsi di perguruan tinggi.
10. Adik-adik tersayang yaitu Muhammad Fahmi Hidayat dan Diah Ayu Kamila
yang selalu dijadikan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Keluarga besar Bapak dan Ibu yang selalu memberikan doa kepada penulis
agar selalu sukses dan sehat selalu.
12. Ajeng Dwi Pangestuti, S.pd., yang telah menjadi partner dalam mengambil
data validasi dan data penelitian bersama yang penuh dengan perjuangan dan
tantangan, yang sudah banyak membantu, sebagai tempat berkeluh kesah,
serta sebagai motivator yang bawel.
13. Raden Rizka Pratiwi dan Abdul Karim sahabat terbaik selama menempuh
kuliah, sahabat yang selalu memberikan semangat dan senantiasa menemani
penulis dalam suka dan duka, serta sahabat yang bersedia menampung segala
keluh kesah penulis selama menyelesaikan skripsi.
14. Teman-teman bimbingan skripsi Pak Burhan dan Pak Buchori yang sudah
berbagi waktu, kesabaran, semangat, dan motivasi dalam menyelesaikan
skripsi ini.
15. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2013 yang saling memberikan
motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
16. Serta semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.
viii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan,
kritik, dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai calon pendidik
dan secara umum bagi pemberdayaan dan peningkatan pendidikan berkualitas
untuk generasi masa depan. Aamiin.
Jakarta, Mei 2020
Penulis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................... ii
SURAT PERTANYAAN KARYA SENDIRI .................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ....................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ...................................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ........................................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6
F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 7
A. Self-Efficacy ................................................................................................... 7
1. Pengertian Self-Efficacy ............................................................................ 7
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-Efficacy ...................................... 8
3. Dimensi Self-Efficacy ................................................................................ 9
B. Tinjauan Belajar dan Prestasi Belajar ........................................................... 11
1. Pengertian Belajar ................................................................................... 11
2. Prestasi Belajar ........................................................................................ 12
C. Pelajaran Kimia ........................................................................................... 12
D. Hubungan Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar ......................................... 13
E. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 14
F. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 15
x
G. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 18
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 18
B. Metode Penelitian ......................................................................................... 18
C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 18
D. Variabel Penelitian ...................................................................................... 20
E. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 20
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 21
G. Instrumen Penelitian .................................................................................... 22
H. Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 24
I. Teknik Analisis Data ................................................................................... 27
J. Hipotesis Statistik ........................................................................................ 31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 32
A. Hasil Penelitian ............................................................................................ 32
1. Data Hasil Penelitian .............................................................................. 32
2. Analisis Data .......................................................................................... 35
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 39
B. Pembahasan .................................................................................................. 42
1. Self-efficacy dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Kimia ... 42
2. Hubungan Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Siswa pada Mata
Pelajaran Kimia ..................................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 52
A. Kesimpulan ................................................................................................... 52
B. Saran ............................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 59
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Sebaran Sampel Penelitian ................................................................ 19
Tabel 3.2 Bobot atau Skor Alternatif Jawaban ................................................. 21
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy ...................................................... 22
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy yang sudah valid .......................... 25
Tabel 3.5 Pedoman Tingkat Reliabilitas ........................................................... 27
Tabel 3.6 Koefisien Korelasi ............................................................................. 30
Tabel 4.1 Hasil Angket Self-Efficacy dan Prestasi Belajar Kimia Siswa
Keseluruhan....................................................................................... 32
Tabel 4.2 Hasil Angket Self-Efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 33
Tabel 4.3 Hasil Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ................ 33
Tabel 4.4 Hasil Angket Self-Efficacy Berdasarkan Tingkatan Kelas ............... 34
Tabel 4.5 Hasil Prestasi Belajar Siswa Berdasarkan Tingkatan Kelas ............. 35
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Data Self-Efficacy Siswa Terhadap Prestasi
Belajar Kimia Siswa ......................................................................... 36
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Data Self-Efficacy Siswa untuk Jenis Kelamin
terhadap Prestasi Belajar Kimia Siswa ............................................. 36
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Data Self-Efficacy Siswa Kelas X terhadap
Prestasi Belajar Kimia Siswa ............................................................ 37
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Data Self-Efficacy Siswa Kelas XI terhadap
Prestasi Belajar Kimia Siswa ........................................................... 37
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Self-Efficacy Siswa Kelas XII terhadap
Prestasi Belajar Kimia Siswa ........................................................... 38
Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas .......................................................................... 39
Tabel 4.12 Hasil Uji Korelasi antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Kimia
Siswa ................................................................................................ 40
Tabel 4.13 Hasil Uji Korelasi antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Kimia
Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................... 40
Tabel 4.14 Hasil Uji Korelasi antara Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar Kimia
Siswa Berdasarkan Tingkatan Kelas ................................................ 41
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Self-Efficacy ............................................ 16
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Validasi Instrumen ............................................................ 60
Lampiran 2 Angket Validasi yang Telah Diisi ................................................. 63
Lampiran 3 Tabulasi Skor Angket Validasi ...................................................... 67
Lampiran 4 Lembar Hasil Uji Validitas Angket ............................................... 69
Lampiran 5 Lembar Hasil Uji Reliabilitas Angket ............................................ 72
Lampiran 6 Data Responden Penelitian ............................................................ 74
Lampiran 7 Angket Penelitian yang Telah Diisi .............................................. 75
Lampiran 8 Tabulasi Skor Angket Penelitian .................................................... 78
Lampiran 9 Data Total Skor Angket dan Nilai Prestasi Belajar ..................... 118
Lampiran 10 Lembar Hasil Uji Normalitas ....................................................... 126
Lampiran 11 Lembar Hasil Uji Linearitas ......................................................... 129
Lampiran 12 Lembar Hasil Uji Hipotesis ......................................................... 132
Lampiran 13 Surat Bimbingan Dosen Pembimbing I ....................................... 135
Lampiran 14 Surat Bimbingan Dosen Pembimbing II ..................................... 136
Lampiran 15 Surat Permohonan Menjadi Validator .......................................... 137
Lampiran 16 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 139
Lampiran 17 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................ 142
Lampiran 18 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 145
Lampiran 19 Lembar Uji Referensi ................................................................... 146
Lampiran 20 Hasil Uji Plagiasi ......................................................................... 160
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berkembang
pesat. Hal ini dipengaruhi oleh arus globalisasi dan masyarakat dunia yang
terus berinovasi. Suatu bangsa harus dapat mengikuti perkembangan dunia
untuk dapat bersaing di tingkat global. Salah satu cara dapat dilakukan adalah
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat sebagai sumber
daya manusia menjadi faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Jika
dilihat dari beberapa negara maju, sumber daya manusia yang kompeten dan
berkualitas lebih penting daripada sumberdaya alam yang melimpah
(Burgess, 2016, hal. 7).
Cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia suatu negara adalah
dari pendidikan negara tersebut, termasuk di dalamnya adalah guru, siswa,
sarana dan prasarana pendidikan, maupun kebijakan pemerintah mengenai
pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Pasal 3,
menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selama ini, prestasi belajar menjadi fokus dari keberhasilan suatu
pendidikan. Prestasi belajar mengacu pada sejauh mana siswa, guru, atau lembaga
telah mencapai tujuan pendidikan mereka (Azar, 2013). Karena selain sebagai
penentu keberhasilan belajar, prestasi belajar juga sebagai gatekeeper untuk
memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan sebagai kunci terpenting
dalam memasuki dunia kerja (Stum, Hell, & Chamorro-Premuzic, 2011).
2
Pentingnya prestasi belajar nampaknya menarik perhatian berbagai pihak
termasuk para peneliti. Ini dibuktikan dengan banyaknya penelitian dengan
menggunakan metode yang berbeda yang berusaha untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut
(Handayani & Nurwidawati, 2013) prestasi belajar merupakan suatu
gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta didik sebagaimana telah
ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu. Berhasil atau tidaknya seseorang
dalam menjalani pendidikannya bisa dilihat dari nilai memuaskan yang
ditunjukkan pada prestasi belajarnya pada setiap pelajaran yang telah
diajarkan.
Prestasi belajar siswa tidak hanya tergantung pada kualitas sekolah
dan guru. Ada banyak hal yang dapat memengaruhi prestasi belajar seorang
siswa. Slameto (2003, hal. 54-72) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar menjadi dua golongan, yaitu faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor eksternal terdiri dari faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat. Sedangkan faktor internal terdiri dari faktor jasmaniah,
faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Beberapa faktor psikologi memainkan
peranan penting dalam memengaruhi prestasi belajar, seperti self-efficacy,
motivasi berprestasi, dan kecenderungan untuk menunda (Azar, 2013).
Berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi prestasi belajar siswa,
self-efficacy mengambil peranan yang cukup penting. Self-efficacy
merupakan teori yang pertama kali dicetuskan pada tahun 1977 oleh Albert
Bandura. Beliau mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan kepercayaan
atau keyakinan sesorang tentang kemampuannya untuk memperoleh tingkat
keberhasilan tertentu (Bandura, 1994). Ghufron dan Risnawita (2014, hal. 73)
berpendapat bahwa self-efficacy merupakan salah satu aspek pengetahuan
tentang diri sendiri atau self-knowledge yang paling berpengaruh dalam
kehidupan manusia sehari-hari.
Dalam konteks pendidikan, self-efficacy perlu dimiliki oleh setiap
siswa. Jika siswa memiliki self-efficacy, maka siswa akan termotivasi agar
berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Self-efficacy memantapkan dan
3
mematangkan persiapan diri dalam menghadapi suatu tugas. Seorang siswa
idealnya berangkat dari rumah ke sekolah bertujuan mendapatkan prestasi
belajar yang baik. Prestasi belajar yang memuaskan dirinya, sekolah, dan
membuat orang tuanya bangga. Disitulah self-efficacy diperlukan untuk
menguatkan siswa dalam menghadapi setiap tugas, tantangan, dan persaingan
yang ia temui selama proses pembelajaran.
Agar tujuan pembelajaran tercapai, self-efficacy harus dapat
berpengaruh terhadap berbagai mata pelajaran. Ada berbagai mata pelajaran
yang dipelajari disetiap jenjang sekolah. Untuk jenjang SMA/MA sendiri
pada jurusan IPA terdapat mata pelajaran yang dinilai sulit oleh para siswa
yakni mata pelajaran kimia. Kimia sering dianggap sebagai pelajaran sulit
sehingga membuat siswa enggan melanjutkan pembelajaran yang berkaitan
dengan kimia (Sirhan, 2007). Terdapat beberapa alasan mengapa pelajaran
kimia dianggap sulit. Salah satunya, kimia memiliki perbendaharaan kata
yang sangat khusus. Selain itu, beberapa konsepnya bersifat abstrak (Chang,
2004, hal. 4). Untuk itu, self-efficacy memberikan peranan penting bagi
prestasi belajar, termasuk mempengaruhi prestasi belajar kimia.
Pada dasarnya setiap siswa memiliki kemampuan untuk mempelajari
dan memahami pelajaran kimia, namun terkadang tuntutan penguasaan materi
yang tinggi membuat siswa mulai kehilangan kepercayaan diri mereka untuk
dapat menuntaskan pemahaman materi mereka di bidang kimia. Self-efficacy
yang kuat akan menciptakan ketertarikan secara intrinsik dan
mempertahankan komitmen mereka. Mereka juga dengan cepat bangkit dari
kegagalan mereka (Bandura, 1994).
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa siswa yang memiliki self-
efficacy memiliki hubungan yang positif dengan prestasi belajar. Artinya, saat
siswa memiliki self-efficacy yang tinggi dibarengi dengan prestasi belajar
yang tinggi pula, sedangkan siswa dengan self-efficacy yang rendah akan
berdampak pada prestasi belajar yang rendah pula (Motlagh et al, 2011;
Mohammadyari, 2012; Tenaw, 2013; Sajjadi et al, 2015; Meral et al, 2012).
Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa self-efficacy merupakan
4
prediktor prestasi belajar yang baik (Hassan et al, 2015; Ekeh & Oladayo,
2015).
Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti hubungan
antara self-efficacy dengan prestasi belajar siswa. Namun, baru sedikit peneliti
yang membahas tentang hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar
spesifik untuk satu mata pelajaran khususnya mata pelajaran kimia di jenjang
SMA. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan self-
efficacy dengan prestasi belajar kimia siswa SMA. Penelitian terdahulu yang
dilakukan menyatakan terdapat hubungan yang positif antara self-efficacy
dengan prestasi belajar kimia (Akram & Ghazanfar, 2014; Tenaw ,2013;
Mohammadyari, 2012).
Self-efficacy berdasarkan perbedaan gender dan perbedaan tingkatan
kelas menjadi salah satu hal yang menarik untuk dihubungkan dengan
prestasi belajar siswa. Selain itu, belum ada penelitian yang membahas
hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar berdasarkan tingkatan kelas.
Peneliti percaya bahwa pada setiap jenjang kelas pasti memiliki self-efficacy
yang berbeda dan prestasi belajar yang berbeda pula khususnya pada mata
pelajaran kimia.
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
korelasional dengan judul Hubungan Self-Efficacy dengan Prestasi Belajar
Kimia Siswa SMA.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah
yaitu:
1. Rendahnya self-efficacy siswa berdampak pada rendahnya prestasi
belajar.
2. Pandangan siswa yang menganggap pelajaran kimia sulit.
3. Sedikitnya penelitian yang membahas hubungan self-efficacy dengan
prestasi belajar spesifik untuk mata pelajaran tertentu khususnya kimia.
5
4. Belum adanya penelitian self-efficacy dengan prestasi belajar berdasarkan
tingkatan kelas.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul, ada beberapa
pembatasan masalah diantaranya:
1. Self-efficacy yang dimaksud adalah keyakinan diri siswa terhadap
kemampuannya dalam penguasaan materi kimia, pengukurannya dibatasi
hanya pada lima dimensi, yakni pemahaman konsep, kemampuan kognitif
tingkat tinggi, praktikum, penerapan sehari-hari, dan kemampuan
berkomunikasi. Instrumen yang digunakan merupakan adaptasi dari
instrumen yang dibuat oleh Tzung-Jin Lin, Jyh-Chong Liang, dan Chin-
Chung Tsai (2015).
2. Prestasi belajar diambil dari hasil ujian akhir semester ganjil siswa ranah
kognitif pada mata pelajaran kimia tahun ajaran 2017/2018.
3. Hasil skor self-efficacy dan prestasi belajar kimia yang diperoleh
kemudian dikelompokkan berdasarkan gender dan tingkatan kelas untuk
mengetahui hubungannya juga.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia
siswa?
2. Adakah hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar kimia siswa
berdasarkan jenis kelamin?
3. Adakah hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar kimia siswa
berdasarkan tingkatan kelas?
6
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui ada tidaknya hubungan antara self-efficacy dengan prestasi
belajar kimia siswa SMA.
2. Mengetahui adanya hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar kimia
siswa berdasarkan jenis kelamin.
3. Mengetahui adanya hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar kimia
siswa berdasarkan tingkatan kelas.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap ilmu dan
pengembangan pendidikan, khususnya mengenai hubungan antara self-
efficacy dengan prestasi belajar. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan literatur dalam pelaksanaan penelitian yang relevan di
masa yang akan datang.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu bagi pihak sekolah, guru,
dan orang tua untuk memahami self-efficacy agar turut berkontribusi
dalam pengembangan self-efficacy dalam diri siswa.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. SELF-EFFICACY
1. Pengertian Self-Efficacy
Self-efficacy adalah konsep yang diperkenalkan oleh psikolog
Stanford, Albert Bandura pada 1977. Self-efficacy didefinisikan sebagai
kepercayaan seseorang tentang kemampuan mereka untuk memperoleh
tingkat keberhasilan tertentu (Bandura, 1994). Menurut Santrock dalam
bukunya mengungkapkan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan bahwa
seseorang dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil yang positif
(Santrock, 2011, hal. 450). Sedangkan Ormrod (2008, hal. 20)
mengemukakan bahwa self-efficacy adalah penilaian seseorang tentang
kemampuannya sendiri untuk menjalankan perilaku tertentu atau mencapai
tujuan tertentu.
Self-efficacy merupakan keyakinan tentang apa yang mampu
dilakukan oleh seseorang. Self-efficacy mengacu pada persepsi-persepsi
seseorang tentang kapabilitas-kapabilitasnya untuk menghasilkan tindakan-
tindakan (Schunk, 2012, hal. 202). Self-efficacy mengacu pada keyakinan
pribadi seseorang dalam kemampuan mereka untuk mengatur dan
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai target yang diinginkan
(Akram & Ghazanfar, 2014). Self-efficacy mengacu pada keyakinan
seseorang untuk dapat melakukan aktivitas tertentu. Berbeda dengan harga
diri yang mengacu pada nilai diri dan rasa hormat, self-efficacy
mencerminkan sejauh apa siswa yakin tentang melakukan tugas-tugas
tertentu (Akram & Ghazanfar, 2014).
8
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa self-
efficacy merupakan keyakinan dan kepercayaan terhadap kemampuan diri
sendiri untuk menyelesaikan suatu aktivitas atau tugas, sehingga memotivasi
diri untuk menyelesaikan aktivitas atau tugas tersebut dengan baik.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self-efficacy
Bandura mengemukakan bahwa self-efficacy dapat dipengaruhi oleh
empat hal yaitu sebagai berikut (Bandura, 1994):
1) Pengalaman yang Dialami Sendiri (mastery experiences)
Keberhasilan akan membangun kepercayaan diri yang kuat
dalam pribadi seseorang akan kemampuan dirinya dan kegagalan akan
menghambat kepercayaan diri itu. Jika seseorang memperoleh
keberhasilan dengan cara yang mudah maka orang tersebut lebih mudah
putus asa saat mengalami kegagalan. Dan ketika seseorang mengalami
beberapa kesulitan dan kemunduran dalam usahanya memperoleh
keberhasilan dan tetap gigih, ini akan membentuk self-efficacy yang
baik.
2) Pengalaman Orang Lain (vicarious experience)
Cara kedua untuk menciptakan dan memperkuat self-efficacy
adalah melalui pengalaman yang dialami orang lain. Melihat orang-
orang yang serupa dengan diri mereka sendiri berhasil dalam
mengerjakan suatu tugas yang sama dapat meningkatkan keyakinan diri
individu bahwa mereka mampu mengerjakan tugas dan memiliki
kemampuan yang sama seperti model-nya.
Besar dan kecilnya pengaruh dari model-nya itu terhadap self-
efficacy seseorang sangat tergantung dari bagaimana seseorang itu
merasa mirip dengan model-nya (seberapa besar kesamaan yang ada
pada individu yang menjadi model dengan dirinya). Semakin besar
kesamaan, maka seseorang akan semakin yakin bahwa keberhasilan dan
9
kegagalan model-nya tersebut akan berpengaruh pada dirinya. Jika
seseorang melihat model-nya itu sangat berbeda dengan dirinya, maka
keyakinannya tak akan banyak dipengaruhi oleh perilaku model-nya
tersebut.
3) Persuasi Sosial (Social persuasion)
Persuasi sosial adalah cara ketiga memperkuat keyakinan
individu bahwa mereka memiliki apa yang diperlukan untuk berhasil.
Keyakinan akan kemampuan diri seseorang dibentuk dari pesan-pesan
yang disampaikan orang lain dalam lingkungan sosialnya. Menanamkan
self-efficacy yang tinggi dengan persuasi sosial lebih sulit daripada
merusak-nya dengan kritik dan ucapan yang menjatuhkan. Individu
yang telah diyakinkan bahwa mereka kurang mampu, cenderung
menghindari kegiatan menantang yang menumbuhkan potensi dan cepat
menyerah dalam menghadapi kesulitan.
4) Keadaan Fisiologis (physiological arousal)
Individu juga mengandalkan keadaan fisik dan emosional dalam
menilai kemampuan mereka. Mereka menafsirkan reaksi stres dan
ketegangan sebagai tanda kerentanan terhadap prestasi yang buruk.
Dalam kegiatan yang melibatkan kekuatan fisik dan stamina, orang
menilai kelelahan, sakit dan nyeri sebagai tanda-tanda kelemahan fisik.
Suasana hati (mood) juga berpengaruh pada penilaian seseorang akan
self-efficacy yang dimilikinya. Suasana hati yang baik (positive mood)
dapat meningkatkan self-efficacy sementara suasana hati yang sedang
sedih (despondent mood) akan membuat self-efficacy menurun.
3. Dimensi Self-efficacy
Bandura mengungkapkan bahwa self-efficacy terdiri dari 3 dimensi,
yaitu (Bandura, 1977):
10
a. Magnitude, atau dimensi level berhubungan dengan taraf kesulitan
tugas. Dimensi ini mengacu pada taraf kesulitan tugas yang diyakini
individu akan mampu mengatasinya.
b. Generality, merupakan suatu konsep bahwa self efficacy seseorang
tidak terbatas pada situasi yang spesifik saja. Dimensi ini mengacu pada
situasi yang berbeda dimana self efficacy dapat diterapkan.
c. Strength, berkaitan dengan penilaian individu tentang keyakinannya.
Dimensi ini mengacu pada derajat kemantapan individu terhadap
keyakinan yang dibuatnya. Keyakinan yang lemah akan mudah
terpadamkan oleh situasi diluar yang pernah dialaminya, sedangkan
individu yang memiliki keyakinan yang kuat akan gigih dalam usaha
mereka mengatasi masalah meskipun situasinya belum pernah ia alami.
Dimensi ini merupakan keyakinan individu dalam mempertahankan
perilaku tertentu.
Ling, Liang, dan Tsai (2015) membuat instrumen yang membagi
self-efficacy kedalam lima dimensi, yaitu:
a. Pemahaman konsep, mengukur keyakinan diri siswa pada
kemampuannya menggunakan kemampuan kognitifnya dalam
memahami definisi dari konsep, hukum, dan teori dengan baik.
b. Kemampuan kognitif tingkat tinggi, mengukur keyakinan diri siswa
pada kemampuan kognitif yang lebih kompleks seperti problem solving,
critical thinking, atau scientific inquiry.
c. Praktikum, mengukur keyakinan siswa terhadap kemampuannya
melakukan kegiatan percobaan di laboratorium.
d. Penerapan sehari-hari, mengukur keyakinan siswa pada kemampuannya
menerapkan konsep dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Kemampuan berkomunikasi, mengukur keyakinan siswa pada
kemampuannya berkomunikasi atau berdiskusi terkait materi dengan
teman sekelas atau orang lain.
11
B. TINJAUAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR
1. Pengertian Belajar
Sebelum membahas tentang prestasi belajar, sebaiknya diketahui
terlebih dahulu makna sebenarnya dari belajar karena prestasi belajar
merupakan perwujudan dari keberhasilan belajar itu sendiri.
Muhibbin Syah mendefinisikan bahwa belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif (Syah, 2013, hal. 90). Prawira mendefinisikan
belajar merupakan suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk
meningkatkan kualitas kemampuan dengan menguasai pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap (Prawira, 2012, hal. 228).
Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap
(Winkel, 2009, hal. 59). Belajar adalah usaha sadar supaya mengetahui atau
dapat melakukan sesuatu. Hasil kegiatan belajar adalah perubahan diri, dari
keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari tidak melakukan sesuatu menjadi
melakukan sesuatu (Hamdayana, 2016, hal. 28). Belajar menghasilkan
perubahan, perubahan itu meliputi hal-hal yang bersifat internal seperti
pemahaman dan sikap, serta mengcakup hal yang bersifat eksternal seperti
keterampilan motorik dan berbicara dalam bahasa asing (Winkel, 1996, hal.
55).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
kegiatan yang menimbulkan perubahan tingkah laku yang ditimbulkan dari
pengalaman. Sedangkan belajar secara formal menurut Prawira adalah usaha
menyelesaikan program pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi dengan
bimbingan guru atau dosen (Prawira, 2012, hal. 228)
12
2. Prestasi Belajar
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb). Prestasi akademik adalah
hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat
kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran atau penilaian. Prestasi
belajar merupakan suatu gambaran dari penguasaan kemampuan para peserta
didik sebagaimana telah ditetapkan untuk suatu pelajaran tertentu (Handayani
& Nurwidawati, 2013).
Kurikulum pendidikan di Indonesia hingga dewasa ini menggunakan
tradisi ulangan (ujian) dalam mengukur dan menilai kemampuan peserta didik
di sekolah-sekolah (SD, SMP, SMA/SMK) atau mahasiswa yang menuntut
ilmu di perguruan tinggi (Prawira, 2012, hal. 405). Maksud dari hasil
penilaian itu ialah untuk mengetahui sudah sejauh mana kemajuan peserta
didik (Suryabrata, 2014, hal. 296). Selain itu, hasil pengukuran prestasi dari
ulangan atau ujian tersebut digunakan sebagai umpan balik atau bahan
masukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar (Prawira, 2012, hal.
405).
Menurut Sumadi Suryabrata (2006, hal. 297) prestasi dapat pula di
definisikan sebagai hasil usaha siswa selama masa tertentu melakukan
kegiatan belajar. Ghufron dan Risnawita (2014, hal. 9) menambahkan prestasi
belajar adalah hasil yang diperoleh siswa atau mahasiswa setelah melakukan
aktivitas belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf.
Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli diatas, dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang didapatkan setelah
proses pembelajaran yang diukur berdasarkan tes atau ujian dan dinyatakan
dalam bentuk angka atau huruf.
13
C. PELAJARAN KIMIA
Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari bagaimana materi di alam
dapat diubah dari bentuk dengan sifat-sifat tertentu menjadi bentuk lain
dengan sifat yang berbeda (Petrucci, 1985, hal. 1). Kimia mempelajari sifat
zat dan reaksi yang merubah satu zat menjadi zat lain. Konsep kimia
bertumpu pada dua asas dasar: kekekalan materi dan kekekalan energi.
Jumlah materi yang terlibat dalam reaksi kimia selalu kekal, artinya
jumlahnya tetap di sepanjang reaksi. Materi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan dalam reaksi kimia, materi hanya tersusun ulang dari satu
materi menjadi materi lain, penyusunan ulang materi pasti disertai oleh
perubahan energi. Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan selama
reaksi kimia berlangsung, jumlah total energi yang terlibat dalam reaksi kimia
selalu kekal (Oxtoby, 2001, hal. 4-6).
Ilmu kimia mempelajari struktur materi dan perubahan-perubahan
yang dialaminya dalam proses alamiah maupun dalam percobaan. Lewat
kimia kita mempelajari komposisi zat dan penggunaan bahan-bahan tak
bernyawa, baik alamiah maupun buatan, dan mengenal proses yang terjadi
pada makhluk hidup, termasuk tubuh kita sendiri. Perkembangan obat-obatan
dan antibiotika untuk yang meningkatkan kesehatan dan mengendalikan
penyakit dan infeksi sebagian besar didasarkan pada penelitian kimia. Pupuk
dan insektisida yang meningkatkan produksi makanan ditemukan lewat
penerapan pengetahuan kimia (Keenan, Kleinfelter, & Wood, 1984, hal. 2).
Sebagian besar ilmu kimia merupakan ilmu percobaan dan sebagian
besar pengetahuannya diperoleh dari penelitian di laboratorium.
Dibandingkan dengan bidang lainnya, kimia sering terkesan lebih sulit. Hal
ini karena kimia memiliki perbendaharaan kata yang khusus, dan beberapa
konsepnya bersifat abstrak (Chang, 2004, hal. 4). Berdasarkan beberapa
pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa ilmu kimia merupakan ilmu yang
mempelajari tentang perubahan suatu zat menjadi zat lain berserta reaksi,
sifat, dan energi yang menyertainya berdasarkan penelitian kimia.
14
D. HUBUNGAN SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR
Menurut Baanu dalam jurnalnya (2016) self-efficacy menentukan
bagaimana orang merasa, berpikir, memotivasi diri dan berperilaku.
Keyakinan tersebut menghasilkan efek yang beragam melalui empat proses
utama, yang meliputi proses kognitif, motivasi, afektif dan pemilihan.
Efficacy yang kuat meningkatkan prestasi manusia dan kesejahteraan pribadi
dalam banyak hal, seperti prestasi akademik.
Orang-orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung
membayangkan hasil yang sukses. Membayangkan keberhasilan membantu
mereka merencanakan langkah-langkah yang mereka butuhkan agar berhasil
dalam kehidupan nyata. Selain itu, orang dengan self-efficacy yang kuat lebih
baik dibandingkan mereka yang memiliki self-efficacy rendah untuk tetap
bertahan dalam menghadapi tekanan, kemunduran, dan kegagalan (Krapp,
2004, hal. 47)
E. PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang meneliti
hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia siswa. Hasil
penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Ghasem Mohammadyari (2012) yang
meneliti tentang hubungan antara self-efficacy dan tes kecemasan dengan
prestasi akademik pada siswa laki-laki dan perempuan. Hasil menunjukkan
hubungan positif signifikan antara self-efficacy dengan prestasi belajar pada
laki-laki dan perempuan. Hubungan negatif terjadi pada tes kecemasan yang
dihubungkan dengan prestasi belajar.
2) Tenaw (2013) meneliti tentang hubungan antara self-efficacy, prestasi
belajar, dan gender pada mata kuliah kimia analitik. Hasil menunjukkan
tidak ada perbedaan signifikan antara self-efficacy dengan gender, ada
15
perbedaan signifikan dalam prestasi antar gender, dan hubungan yang positif
signifikan ditunjukan oleh self-efficacy dan prestasi belajar.
3) Akram dan Ghazanfar (2014) melakukan penelitian untuk mengkaji
hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar dilihat dari nilai rata-rata
prestasi belajar mahasiswa Universitas Gujarat. Diperoleh hubungan positif
yang signifikan antara self-efficacy dengan prestasi belajar.
4) Penelitian yang dilakukan oleh Hasheminasab, Zarandi, Azizi, & Zadeh
(2014) yang meneliti tentang hubungan antara self-efficacy dengan prestasi
akademik pada siswa. Hasil menunjukkan nilai korelasi yang positif
signifikan untuk hubungan self-efficacy dengan prestasi belajar.
5) Mehjabeen Khan (2013) dalam penelitiannya yang menghubungkan self-
efficacy dengan nilai CGPA menghasilkan hubungan yang positif signifikan
antara self-efficacy dengan prestasi belajar.
6) Muslim, Buchori (2014) dalam tesis berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Pemecahan Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
Dan Efikasi Diri Siswa Pada Konsep Hidrolisis Garam” menunjukkan
bahwa kelompok siswa dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah pada
kelas kontrol memiliki skor self-efficacy yang sedikit lebih baik
dibandingkan kelas eksperimen. Selain itu terdapat hubungan antara self-
efficacy dengan keterampilan berpikir kritis siswa.
F. KERANGKA BERPIKIR
Prestasi belajar siswa, khususnya pelajaran kimia di SMA dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah keadaan jasmani dan kondisi
psikologis. Kondisi psikologis dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu
intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi. Dan yang tak kalah penting
dalam aspek psikologis adalah kepercayaan atau keyakinan terhadap
kemampuan diri sendiri yang biasa disebut self-efficacy.
16
Pelajaran kimia merupakan pelajaran yang abstrak, beberapa berupa
hitungan, konsep, berjenjang, dan berkesinambungan antara materi satu dengan
lainnya. Pembelajaran kimia termasuk pembelajaran yang membutuhkan
banyak pemikiran-pemikiran kritis dan intelektual karena berhubungan dengan
konsep-konsep yang abstrak. Tanpa self-efficacy yang tinggi, materi pada
pelajaran kimia akan sangat sulit untuk dikuasai karena keyakinan pada
kemampuan dirilah yang akan mendorong seseorang untuk melakukan
pekerjaannya dengan sukses.
Penelitian menyebutkan bahwa self-efficacy yang tinggi berdampak
pada prestasi belajar yang tinggi pula (Motlagh et al, 2011; Mohammadyari,
2012; Tenaw, 2013; Meral et al, 2012). Apabila diurutkan berdasarkan faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar maka akan memiliki hubungan dengan
self-efficacy seperti berikut.
Bagan 2.1. Kerangka berpikir self-efficacy
Kegiatan Belajar
Faktor yang mempengaruhi
belajar
Faktor Internal
Fisiologis Psikologis
Self-Efficacy
Faktor Eksternal
Prestasi Belajar
17
Setelah mengetahui nilai dari self-efficacy siswa lalu dihubungkan
dengan prestasi belajarnya yang ditunjukkan dari nilai akademisnya. Saat self-
efficacy berbanding lurus dengan prestasi belajar (self-efficacy tinggi dibarengi
dengan prestasi belajar tinggi, atau self-efficacy rendah dibarengi dengan
prestasi belajar yang rendah) maka hubungan keduanya berkorelasi positif.
Sedangkan bila self-efficacy berbanding terbalik dengan prestasi belajar (self-
efficacy tinggi dibarengi dengan prestasi belajar yang rendah atau sebaliknya)
maka hubungan keduanya berkorelasi negatif.
G. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan teori-teori yang mendasari objek kajian penelitian serta
mengacu pada penelitian yang relevan, maka hipotesis penelitian ini yaitu:
1. Terdapat hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia.
2. Terdapat hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia
berdasarkan jenis kelamin.
3. Terdapat hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia
berdasarkan tingkatan kelas.
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penetitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai dengan
Januari 2018 bertempat di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang, SMA Yadika
6, dan SMA Al-Hasra.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional.
Penelitian korelasi adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan
hubungan antara dua variabel (Emzir, 2008, hal. 48). Melalui penelitian
korelasional diketahui apakah ada korelasi antara dua atau lebih variabel
(Silalahi, 2015, hal. 120).
Pada penelitian ini akan diteliti hubungan antara self-efficacy pada diri
siswa dengan prestasi belajar kimia. Ada tidaknya hubungan tersebut dihitung
berdasarkan koefisien korelasi, jadi bukan menjelaskan sebab-akibat
walaupun menunjukkan hubungan sebab-akibat karena perubahan nilai dalam
satu variabel tidak menyebabkan perubahan nilai dalam variabel lain
(Silalahi, 2015, hal. 123).
C. Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2014, hal. 117-118), populasi adalah obyek/
subyek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti dan
sampel adalah sebagian dari populasi dan harus representatif (mewakili).
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X, XI, dan
XII semester ganjil tahun ajaran 2017/2018.
Guna menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data
maka penulis mengambil teknik sampling atau teknik pengambilan sampel.
Teknik sampling yang dilakukan penulis adalah Purposive Sampling yaitu
pengambilan sampel yang digunakan apabila peneliti memiliki pertimbangan-
19
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014, hal. 124). 30 subjek dipandang
sebagai ukuran minimal sampel yang dapat diterima untuk penelitian
korelasional (Emzir, 2008, hal. 41). Peneliti memilih sampel atau responden
berdasarkan pertimbangan bahwa responden merupakan siswa yang
mengikuti ujian mata pelajaran kimia pada semester ganjil tahun pelajaran
2017/2018. Siswa yang mengikuti ujian mata pelajaran kimia hanya siswa
jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sehingga sampel yang terpilih untuk
penelitian adalah kelas X IPA, XI IPA, dan XII IPA.
Tabel 3.1. Sebaran Sampel Penelitian
No. Kelas Nama Sekolah Jumlah Siswa
Total Laki-laki Perempuan
1 X
SMA Muhammadiyah
25 Pamulang 27 30
186 SMA Yadika 6 26 26
SMA Al-Hasra 32 45
2 XI
SMA Muhammadiyah
25 Pamulang 31 23
200 SMA Yadika 6 26 31
SMA Al-Hasra 39 54
3 XII
SMA Muhammadiyah
25 Pamulang 36 23
179 SMA Yadika 6 23 38
SMA Al-Hasra 18 42
Total 256 309 565
20
D. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel
terikat dan variabel bebas:
- Variabel Terikat (Y) : Prestasi belajar kimia siswa
- Variabel Bebas (X) : Self-Efficacy
E. Prosedur Penelitian
Akan dilakukan tiga tahapan dalam penelitian ini:
1. Tahap Persiapan
Langkah-langkah dalam tahap persiapan adalah:
a. Dimulai dengan perumusan masalah penelitian
b. Menentukan variabel yang akan diteliti
c. Menentukan, membuat dan menyusun instrumen yang digunakan untuk
penelitian.
d. Menentukan lokasi dan menyelesaikan administrasi perizinan penelitian
di sekolah.
2. Tahap Adaptasi dan Pembuatan Instrumen
Instrumen yang digunakan merupakan adaptasi dari instrumen
yang sudah pernah digunakan oleh peneliti yang sebelumnya, yang telah
teruji validitas dan reliabilitasnya. Kemudian instrumen diterjemahkan dan
diubah sesuai kebutuhan kemudian divalidasi kembali hasil terjemahannya
oleh ahli, diujikan kepada siswa dan diuji reliabilitasnya hingga siap
diujikan pada sampel.
3. Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai Januari
2018. Peneliti menyebarkan angket yang berupa skala self-efficacy yang
diberikan kepada siswa kelas IPA di SMA Muhammadiyah 25 Pamulang,
SMA Yadika 6, dan SMA Al-Hasra.
21
4. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian berupa kegiatan mengolah data hasil
penelitian, menganalisis dan membahas hasil penelitian, dan mengambil
kesimpulan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode korelasi sehingga teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada respnden untuk
dijawab (Sugiyono, 2014, hal. 199). Adapun kuesioner yang digunakan
berupa angket self-efficacy. Para peserta diberitahu bahwa identitas mereka
akan dirahasiakan dan informasi yang diberikan oleh mereka akan digunakan
hanya untuk tujuan penelitian (Akram & Ghazanfar, 2014).
Setiap item pernyataan memiliki lima alternatif jawaban. Alternatif
jawaban disusun dengan mengikuti skala Likert, yaitu Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).
Pernyataan yang disusun ada dua jenis, pertanyaan positif dan pernyataan
negatif. Untuk kepentingan analisis, alternatif jawaban tersebut diberi bobot
dari skor tertinggi yakni 5 sampai skor terendah yakni 1, yang terdapat pada
tabel 3.2.
Tabel 3.2. Bobot atau Skor Alternatif Jawaban
Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Alternatif Bobot Alternatif Bobot
Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 4 Setuju (S) 2
Nertal (N) 3 Nertal (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4
Sangat Tidak Setuju
(STS).
1 Sangat Tidak Setuju
(STS).
5
22
Teknik pengumpulan data untuk mengukur prestasi belajar siswa
dengan menggunakan teknik dokumentasi terhadap nilai kimia siswa pada
ujian akhir semester ganjil tahun ajaran 2017/2018.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu penelitian. Dalam
penelitian kuantitatif, instrumen digunakan untuk mengumpulkan data dan
mengukur variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2014, hal. 133). Ada dua
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini. Yang pertama adalah Skala
Self-Efficacy yang diadaptasi dari Skala Self-Efficacy yang telah dibuat oleh
Tzung-Jin Lin & Jyh-Chong Liang & Chin-Chung Tsai (2015). Skala Self-
efficacy berupa lembar angket/kuesioner. Lembar angket tipe check list
dengan skala Likert 5, artinya siswa memilih dengan memberikan tanda
centang (√) pada kolom jawaban sesuai pilihan responden.
Angket yang digunakan terdiri dari 32 pernyataan yang disebarkan
kepada seluruh siswa dengan 13 butir pernyataan yang bersifat positif, dan 19
butir pernyataan yang bersifat negatif. Adapun kisi-kisi penyusunan
instrumen self-efficacy siswa adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3. Kisi-kisi Instrumen Self-efficacy
No
. Dimensi Keterukuran
No. Butir
Soal Jumlah
Item P (+) P (-)
1 Pemahaman
Konsep
Mengukur keyakinan diri siswa pada
kemampuannya menggunakan
kemampuan kognitifnya dalam
memahami definisi dari konsep,
hukum, dan teori kimia dengan baik.
1,3 2,4,5 5
23
No
. Dimensi Keterukuran
No. Butir Soal Jumlah
Item P (+) P (-)
2 Kemampuan
Kognitif
Tingkat
Tinggi
Mengukur keyakinan diri siswa
pada kemampuan kognitif yang
lebih kompleks seperti problem
solving, critical thinking, atau
scientific inquiry pada ranah
kimia.
8,9,
11
6,7,
10
6
3 Praktikum Mengukur keyakinan siswa
terhadap kemampuannya
melakukan kegiatan percobaan
di laboratorium
14,16 12,13,
15,17,
18
7
4 Penerapan
Sehari-hari
Mengukur keyakinan siswa
pada kemampuannya
menerapkan konsep dan
keterampilan kimia dalam
kehidupan sehari-hari.
21,23 19,20,
22,24,
25,26
8
5 Kemampuan
Berkomunika
si
Mengukur keyakinan siswa
pada kemampuannya
berkomunikasi atau berdiskusi
terkait materi kimia dengan
teman sekelas atau orang lain.
28,30,
31,32
27, 29 6
Jumlah 13 19 32
Instrumen yang kedua adalah nilai kimia pada ujian akhir semester
ganjil tahun ajaran 2017/2018 sebagai alat ukur prestasi belajar siswa. Data
yang diperoleh untuk penelitian termasuk data sekunder, yakni data yang
diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dari pihak lain (Subana, Rahadi, &
Sudrajat, 2000, hal. 21).
24
H. Validitas dan Reliabilitas
1. Uji Validitas
Validitas menunjuk pada sejauh mana instrumen dapat secara
akurat mereflesikan variabel yang diukur (Silalahi, 2015, hal. 472). Valid
berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang
ingin diukur (Sugiyono, 2014, hal. 173). Tipe validitas dibagi menjadi
tiga: Validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriterion.
Instrumen akan dilakukan validasi isi dan validasi konstruk oleh
ahli yakni dosen pendidikan kimia UIN Jakarta. Pengujian validitas isi dan
validitas konstruk dilakukan dengan membandingkan isi instrumen dengan
rancangan yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2014, hal. 182). Validitas
kriterion merupakan validitas yang ukurannya ditentukan dengan cara
mengkorelasikan nilai hasil pengukuran instrumen dengan kriteria tertentu
yang dipercaya dapat digunakan untuk mengukur validitas dari suatu
variabel (Silalahi, 2015, hal. 476).
Untuk menguji validitas kriterion, peneliti mengujikan instrumen
kepada beberapa siswa yang bertindak sebagai validator, kemudian
menghitung hasilnya. Mengukur validitas kriterion dapat menggunakan
rumus Pearson Product Moment Correlation, setiap butir soal akan akan
diuji relasinya dengan skor total variabel (Silalahi, 2015, hal. 478).
Pengujian validitas setiap butir soal menggunakan SPSS versi 22.0.
Rumus korelasi Product Moment yang digunakan sebagai berikut (Idrus,
2009, hal. 129):
∑
√∑
∑
Keterangan :
: skor responden ke-j pada butir pertanyaan i
: rata-rata skor butir penyataan i
: total skor seluruh pertanyaan untuk responden ke-j
: rata-rata total skor
: korelasi antara butir pertanyaan ke-I dengan total skor
25
Harga digunakan untuk memperoleh r-hitung, besarnya r-hitung
dibandingkan dengan r-tabel. Dalam uji validitas ini, instrumen diujikan
pada 100 responden dengan taraf signifikansi 5%. r-tabel untuk uji
validitas Pearson Product Momen Correlation (N=100; 0,05) adalah
0,195. Berdasarkan tabel hasil validasi instrumen, seluruh butir soal yakni
sebanyak 32 butir dinyatakan valid.
Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy yang Sudah Valid
No Dimensi Keterukuran No. Butir
Soal
Jumlah
Item
Valid
1 Pemahaman
Konsep
Mengukur keyakinan diri siswa
pada kemampuannya
menggunakan kemampuan
kognitifnya dalam memahami
definisi dari konsep, hukum, dan
teori kimia dengan baik.
1*,2*,3*,
4*,5*
5
2 Kemampuan
Kognitif
Tingkat
Tinggi
Mengukur keyakinan diri siswa
pada kemampuan kognitif yang
lebih kompleks seperti problem
solving, critical thinking, atau
scientific inquiry pada ranah
kimia.
6*,7*,8*,
9*,10*,
11*
6
3 Praktikum Mengukur keyakinan siswa
terhadap kemampuannya
melakukan kegiatan percobaan di
laboratorium
12*,13*,
14*,15*,
16*,17*,
18*
7
4 Penerapan
Sehari-hari
Mengukur keyakinan siswa pada
kemampuannya menerapkan
konsep dan keterampilan kimia
dalam kehidupan sehari-hari.
19*,20*,
21*,22*,
23*,24*,
25*,26*
8
26
No Dimensi Keterukuran No. Item Jumlah
Item
5 Kemampuan
Berkomunikasi
Mengukur keyakinan siswa
pada kemampuannya
berkomunikasi atau berdiskusi
terkait materi kimia dengan
teman sekelas atau orang lain.
27*,28*,
29*,30*,
31*,32*
6
Jumlah Pernyataan 32
Keterangan: *Butir soal valid
2. Uji Reliabilitas
Setelah item-item tersebut diketahui validitasnya, maka kemudian
dihitung reliabilitasnya. Reliabilitas instrumen adalah tingkat keajekan
instrumen saat digunakan kapan dan oleh siapa saja sehingga akan
cenderung menghasilkan data yang sama atau hampir sama dengan
sebelumnya. Instrumen/skala yang reliabel berarti instrumen/skala tersebut
mempunyai sifat yang dapat dipercaya karena memberikan hasil yang
tetap jika diberika kepada subjek dengan kelompok berbeda tetapi
memiliki karakteristis yang hampir sama, dan akan menghasilkan hasil
yang hampir sama dengan subjek terdahulu (Idrus, 2009, hal. 130-131).
Uji reliabilitas skala self-efficacy digunakan alpha Cronbach
hingga diperoleh koefisien reliabilitas (Caprara et al., 2011; Akram, B &
Ghazanfar, L., 2014; Sivandani et al., 2013). Rumus statistik yang
digunakan untuk menguji reliabel adalah rumus Alpha yang diusulkan oleh
Cronbach (Idrus, 2009, hal. 143):
(
)(
∑
)
Keterangan:
⍺ : reliabilitas instrumen
27
n : banyaknya butir pertanyaan
: varians skor tiap item
∑ : varians skor total
Uji reliabilitas dibantu dengan program SPSS versi 22.0. Kriteria
yang digunakan untuk menetapkan reliabilitas adalah instrumen dikatakan
reliabel apabila memiliki koefisien keandalan (⍺) ≥ 0,70. Berdasarkan
hasil uji reliabilitas Cronbach’s alfa terhadap instrumen sel-efficacy
diperoleh nilai alpha sebesar 0,915. Demikian instrumen dinyatakan
reliabel dengan derajat keandalan luar biasa. Adapun Tabel 3.5
menunjukkan pedoman untuk menentukan keandalan instrumen dengan
Cronbach (Silalahi, 2015, hal. 471).
Tabel 3.5 Pedoman Tingkat Reliabilitas
Hasil Uji Alpa Cronbach Derajat Keandalan
< 0,5 Tidak dapat digunakan
0,5 – 0,6 Jelek
0,6 – 0,7 Cukup/dapat diterima
0,7 – 0,8 Bagus
> 0,9 Luar biasa
I. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, peneliti selanjutnya menganalisa data-data
tersebut untuk mengungkapkan pokok masalah yang diteliti, sehingga dapat
diperoleh kesimpulan. Teknik analisa data yang digunakan sebagai berikut:
1. Deskriptif Data
Data hasil penelitian dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan
tingkatan kelas kemudian dicantumkan hasil rata-rata, nilai terendah, dan
nilai tertinggi.
28
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Sebagai prasyarat untuk melakukan pengujian hipotesis
diperlukan pengujian tentang asumsi distribusi normal yang bertujuan
untuk mempelajari apakah distribusi sampel yang terpilih berasal dari
sebuah distribusi populasi yang normal atau tidak. Apabila diperoleh
nilai sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan apabila nilai
sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Jika seandainya dari
hasil analisis ternyata data tidak berdistribusi normal, dapat digunakan
beberapa teknik analisis statistika non-parametrik sebagai alternatif
(Kadir, 2015, hal. 144).
Dalam melakukan uji normalitas, rumus yang digunakan adalah
Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 22. Pengujian normalitas
dengan SPSS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut
(Kadir, 2015, hal. 143-156):
1) Masukkan data skor self-efficacy di Data View pada SPSS.
2) Pilih menu Analize, kemudian pilih Nonparametric Test, klik 1-
Sample K-S.
3) Pada Test Variable List, masukkan variabel Self-Efficacy.
4) Pada Test Distribution, klik Normal, lalu Ok.
5) Akan muncul output SPSS dan Intrepretasinya.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan salah satu uji analisis regresi (anareg)
yang bertujuan untuk mempelajari apakah dua variabel mempunyai
hubungan atau tidak (Kadir, 2015, hal. 176). Dalam penelitian ini, uji
linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian
yaitu variabel self-efficacy dan variabel prestasi belajar kimia memiliki
hubungan linear.
Pengujian linearitas ini menggunakan bantuan program SPSS
versi 22. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut (Kadir, 2015, hal.
184-185):
29
1) Masukkan data self-efficacy siswa dan prestasi belajarnya pada
kolom Data View.
2) Pada menu utama pilih Analyze, kemudian Compare Means, dan
Means.
3) Pindahkan variabel prestasi kimia siswa ke kotak Dependent dan
variabel self-efficacy ke kotak Independent(s) lalu klik Options.
4) Selanjutnya klik Test for linearity, kemudian Continue dan Ok.
5) Akan muncul output SPSS dan Intrepretasinya.
Uji linearitas diperoleh dari baris Deviation from Linearity. Jika
Sig. > 0,05 berarti hubungan prestasi belajar kimia siswa atas self-
efficacy adalah linear.
3. Uji Hipotesis
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisis dengan uji
statistik korelasi. Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien
korelasi. Koefisien korelasi diperoleh dengan uji Pearson’s Product
Moment Correlation (Meral, 2012; Akram & Ghazanfar, 2014; Tenaw,
2013; Baanu et al., 2016; Sivandani et al., 2013) untuk data yang
berdistribusi normal dan uji Spearman rho untuk data yang tidak
berdistribusi normal. Dari koefisien korelasi akan diketahui hubungan
antara variabel terikat dengan variabel bebas.
Emzir (2008, hal. 48) menjelaskan bahwa tingkat hubungan
diungkapkan dalam angka antara -1 dan +1 yang dinamakan koefisien
korelasi. Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Suatu
korelasi negatif berarti bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel,
semakin rendah pula skor pada variabel lain atau sebaliknya. Korelasi
positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel,
semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya.
Uji korelasi dengan Pearson’s Product Moment Correlation
dengan bantuan SPSS versi 22.0 dapat dilakukan dengan cara:
1) Pada Data View masukkan data yang diinginkan yakni data self-
efficacy siswa dan data prestasi kimia siswa. Pada Variable View
30
kolom Measure ubah jenisnya menjadi Ordinal. Klik Analyze, pilih
Correlate dan Bivariate.
2) Masukkan variabel self-efficacy dan prestasi kimia siswa ke dalam
kotak Variables. Pada bagian Correlation Coefficients pilih Pearson.
Klik Ok.
3) Akan muncul output SPSS dan Intrepretasinya.
Uji korelasi dengan Spearman rho dengan bantuan SPSS versi 22.0
dapat dilakukan dengan cara (Kadir, 2015, hal. 476):
1) Pada Data View masukkan data yang diinginkan yakni data self-
efficacy siswa dan data prestasi kimia siswa. Pada Variable View
kolom Measure ubah jenisnya menjadi Ordinal. Klik Analyze, pilih
Correlate dan Bivariate.
2) Masukkan variabel self-efficacy dan prestasi kimia siswa ke dalam
kotak Variables. Pada bagian Correlation Coefficients pilih
Spearman. Klik Ok.
3) Akan muncul output SPSS dan Intrepretasinya.
Nilai r yang diperoleh atau Correlation Coefficient (dalam SPSS)
merupakan nilai koefisien korelasi yang menentukan nilai suatu hubungan.
Koefisien korelasi r dapat bernilai positif atau negatif .Jika harga r ≠ 0
maka Ha diterima dan Ho ditolak. Untuk memberikan penafsiran terhadap
koefisien korelasi dapat ditentukan berdasarkan Tabel 3.6 (Sugiyono,
2014, hal. 257).
Tabel 3.6 Koefisien Korelasi
Taraf koefisien Tingkat hubungan
0,00 -0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
31
J. Hipotesis Statistik
Dari hipotesis penelitian yang telah ditetapkan, maka dapat
dirumuskan hipotesis statistiknya sebagai berikut:
1. Ho :
Ha : ≠
2. Ho :
Ha : ≠
Keterangan:
Ho : Tidak Terdapat korelasi antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia
siswa.
Ha : Terdapat korelasi antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia
siswa.
: Koefisien korelasi yang diperoleh dengan menggunakan teknik pearson
product moment
: Koefisien korelasi yang diperoleh dengan menggunakan teknik
spearman rho
52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara self-efficacy dengan
prestasi belajar kimia siswa.
2. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara self-efficacy dengan
prestasi belajar kimia siswa laki-laki maupun perempuan. Hubungan
antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia siswa perempuan lebih
besar dibandingkan siswa laki-laki.
3. Terdapat hubungan antara self-efficacy dengan prestasi belajar kimia baik
kelas X, XI, dan kelas XII. Hubungan antara self-efficacy dengan prestasi
belajar kimia siswa kelas X bersifat negatif, ini menandakan siswa
memiliki self-efficacy palsu. Sedangkan hubungan self-efficacy dengan
prestasi kimia siswa kelas XI dan XII bersifat positif.
B. Saran
Berdasarkan hasil kajian dan analisis hasil penelitian, maka terdapat beberapa
saran yang dapat dijadikan pertimbangan, antara lain:
1. Bagi peneliti yang hendak meneliti tentang self-efficacy disarankan
sebaiknya spesifik kedalam satu materi tertentu, seperti materi sifat
koligatif, asam basa, maupun materi lain pada mata pelajaran lain serta
melanjutkan penelitian ini dengan membahas variabel lain yang
kemungkinan berhubungan dengan self-efficacy.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan lebih memperhatikan
pengambilan sampel dan meneliti di beberapa sekolah yang lebih beragam
seperti sekolah negeri, swasta, maupun sekolah berstandar internasional.
53
3. Bagi sekolah, guru, dan orang tua hendaknya turut serta dalam memotivasi
dan meningkatkan self-efficacy siswa agar dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
54
DAFTAR PUSTAKA
Akram, B., & Ghazanfar, L. (2014). Self Efficacy and Academic Performance of
the Students of Gujrat University , Pakistan. Academic Research
International. ISSN-I: 2223-9553 ISSN: 2223-9944, 5(1), 283–290.
Diakses dari www.journals.savap.org.pk
Azar, F. S., & Performance, A. (2013). Self-efficacy, Achievement Motivation,
and Academic Procrastination as Predictors of Academic Performance.
US-China Education Review B, 3(11), 847–857.
Baanu, T. F., & Oyelekan, O. S. (2016). Self-Efficacy and Chemistry Students’
Academic Achievement in Senior Secondary Schools in North-Central,
Nigeria. Malaysian Online Journal of Educational Sciences, 4(1), 43–52.
Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral
change. Psycological Review, 84(2), 191–215. doi:10.1016/0146-
6402(78)90002-4
Bandura, A. (1994). Self-Efficacy. In V.S. Ramachaudran (Ed), Encyclopedia of
Human Behavior, 4(1998), 71–81.
Burgess, S. (2016). Human Capital and Education: The State of The Art in The
Economics of Education. Germany: IZA.
Caprara, G. V., Vecchione, M., Alessandri, G., Gerbino, M., & Barbaranelli, C.
(2011). The Contribution of Personality Traits and Self-efficacy Beliefs to
Academic Achievement: A longitudinal study. British Journal of
Educational Psychology, 81(1), 78–96. doi:10.1348/2044-8279.002004
Chang, R. (2004). Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Darajaad, R., & Fitrayati, D. (2016). Pengaruh Minat Belajar dan Jam Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di Siswa
Kelas Xi IPS 3 SMA Negeri 1 Kesamben Kabupaten Jombang. Jurnal
Pendidikan Ekonomi (JUPE), 4(3), 1–6.
DePorter, B., & Hernacki, M. (1999). Quantum Learning: Membiasakan Belajar
Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Mizan.
55
Ekeh, P.U., & O.T.Oladayo. (2015). Optimism and Self Efficacy as Predictors of
Academic Achievement Among Special Needs Learners. International
Journal of Academic Research and Reflection. ISSN: 2309-04-05, 3(7),
35–46. Diakses dari www.idpublications.org
Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Fredrikse dalam Santrock, J. W. (2011). Educational Psychology. NY: McGraw-
Hill.
Ghufron, N., & Risnawita, R. (2016). Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Halpern, D. F., Benbow, C. P., Geary, D. C., Gur, R. C., Hyde, J. S., &
Gernsbacher, M. A. (2007). The Science of Sex Differences in Science and
Mathematics. Psychological Science in the Public Interest, Supplement,
8(1), 1–51. doi:10.1111/j.1529-1006.2007.00032.x
Hamdayana, J. (2016). Metodologi Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Handayani, F., & Nurwidawati, D. (2013). Hubungan Self Efficacy Dengan
Prestasi Belajar Siswa Akselerasi. Jurnal Universitas Negeri Surabaya.
01(02).
Hasheminasab, M., Zarandi, Z. G., Azizi, J., & Zadeh, M. S. (2014). Investigating
the Relationship between Self-Efficacy with Academic Achievement ,
Discipline, Urban-Rural and Order Birth of High School Students in
Rafsanjan. International Journal of Psychology and Behavioral Research.
3(4), 258–264.
Hassan, A. E. H., Alasmari, A., & Ahmed, E. Y. E. (2015). Influences of Self-
Efficacy As Predictors Of Academic Achievement . A Case Study of
Special Education Students- University of Jazan. International Journal of
Education and Research. ISSN: 2201-6333(Print) ISSN: 2201-
6740(Online), 3(3), 275–284.
Idrus, M. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Gelora Aksara
Pratama.
Kadir. (2015). Statistika Terapan Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan
Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
56
Keenan, C. W., Kleinfelter, D., & Wood, J. (1984). Ilmu Kimia untuk Universitas
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Khan, M. (2013). Academic Self-Efficacy, Coping, and Academic Performance in
College. International Journal of Undergraduate Research and Creative
Activities. doi:10.7710/2168-0620.1006
Kihwele, J. E. (2014). Students’ Perception of Science Subjects and Their
Attitude in Tanzanian Secondary Schools. World Journal of Educational
Research, 1(1), 1–8. Diakses dari www.wjer.org
Krapp, K. (2004). Psychologists and their theories for students. USA: Thomson
Gale Corporation.
Lin, T. J., Liang, J. C., & Tsai, C. C. (2015). Identifying Taiwanese University
Students’ Physics Learning Profiles and Their Role in Physics Learning
Self-Efficacy. Research in Science Education, 45(4), 605–624.
doi:10.1007/s11165-014-9440-z
Meral, M., Colak, E., & Zereyak, E. (2012). The Relationship between Self-
Efficacy and Academic Performance. Procedia - Social and Behavioral
Sciences, 46, 1143–1146. doi:10.1016/j.sbspro.2012.05.264
Mohammadyari, G. (2012). Comparative Study of Relationship between General
Perceived Self-efficacy and Test Anxiety with Academic Achievement of
Male and Female Students. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 69,
2119–2123. doi:10.1016/j.sbspro.2012.12.175
Motlagh, S. E., Amrai, K., Yazdani, M. J., Abderahim, H. A., & Souri, H. (2011).
The Relationship Between Self-Efficacy and Academic Achievement in
High School Students. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 15,
765–768. doi:10.1016/j.sbspro.2011.03.180
Muslim, Buchori. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Pemecahan Masalah
Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Dan Efikasi Diri Siswa Pada
Konsep Hidrolisis Garam. Tesis S2. Universitas Pendidikan Indonesia.
Nasution. (2013). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
57
Ormrod, J. E. (2008). Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang (2nd ed.). Jakarta: Erlangga.
Oxtoby, D. W. (2001). Prinsip-prinsip Kimia Modern Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Pasiak, T. (2002). Menyingkap Rahasia Kecerdasan Berdasarkan Al-Quran dan
Neurosains Mutakhir. Bandung: Mizan.
Petrucci, R. H. (1985). Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Prawira, P. A. (2012). Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Reilly, D., Neumann, D. L., & Andrews, G. (2019). Gender Differences in
Reading and Writing Achievement: Evidence from the National
Assessment of Educational Progress (NAEP). American Psychologist,
74(4), 445–458. https://doi.org/10.1037/amp0000356
Sajjadi, S. S., Jamaldini, M., Baranzehi, H., & Maghhsoodi, H. (2015).
Relationship between Metacognition and Self-efficacy with Academic
Achievement in High School Students of Bandar Abbas. Scientific
Research Council Publication, (26), 92–97. Diakses dari
http://src.gov.jm.jjst.org/Jam.J.Sci. Tech. 26. 92-97. 2015.pdf
Santrock, J. W. (2011). Educational Psychology 5th Edition. New York: McGraw
Hills.
Schunk, D. H. (2012). Teori-teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Schunk, D. H., Pintrich, P., & Meece, J. (2010). Motivation in Education: Theory,
Research, and Applications. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Silalahi, U. (2015). Metode Penelitian Sosial Kuantitatif. Bandung: Refika
Aditama.
Sirhan, G. (2007). Learning Difficulties in Chemistry: An Overview. Journal of
Turkish Science Education, 4(2), 2–20. Diakses dari http://www.tused.org
Sivandani, A., Koohbanani, S. E., & Vahidi, T. (2013). The Relation Between
Social Support and Self-efficacy with Academic Achievement and School
Satisfaction among Female Junior High School Students in Birjand.
58
Procedia -Social and Behavioral Sciences, 84(2011), 668–673.
doi:10.1016/j.sbspro.2013.06.623
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sousa, D. A. (2012). Bagaimana Otak yang Berbakat Bekerja. Jakarta: Indeks.
Stoneberg, B. D. (2017). Biology and Chemistry Achievement In Idaho High
Schools , 2015 to 2017. K-12 Reseacrch Idaho, 1–9.
Stumm, S. von., Hell, B., & Chamorro-Premuzic, T. (2011). The Hungry Mind:
Intellectual Curiosity is The Third Pillar of Academic Performance.
Perspectives on Psychological Science, 6(6), 574–588. doi:
10.1177/1745691611421204
Subana, Rahadi, M., & Sudrajat. (2000). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Penertbit Alfabeta.
Suryabrata, S. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Syah, Muhibbin. (2013). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tenaw, Y. A. (2013). Relationship between Self-Efficacy, Academic
Achievement and Gender in Analytical Chemistry at Debre Markos
College of Teacher Education. African Journal of Chemical Education,
3(1), 3–28.
Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Pasal 3
Whitten, C., Labby, S., & Sullivan, S. L. (2016). The Impact of Pleasure Reading
on Academic Success. The Journal of Multidisciplinary Graduate
Research, 2(4), 48–64. Diakses dari
https://www.shsu.edu/academics/education/journal-of-multidisciplinary-
graduate-research/documents/2016/WhittenJournalFinal.pdf
Winkel, W. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Winkel, W. (2009). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Zaidi, Z. F. (2010). Gender Differences in Human Brain: A Review. The Open
Anatomy Journal, 2, 37–55. doi:10.2174/1877609401002010037