Post on 05-Feb-2018
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa
orang lain. Menurut Walgito (2001) dorongan atau motif sosial pada
manusia, mendorong manusia mencari orang lain untuk mengadakan
hubungan atau interaksi sehingga memungkinkan terjadi interaksi antara
manusia satu dengan manusia yang lain, Sebagai makhluk sosial, individu
dituntut untuk mampu mengatasi permasalahan yang timbul sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai
dengan norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk
mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Penyesuaian diri yang baik ialah kemampuan seseorang untuk hidup
dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga remaja merasa
puas terhadap diri sendiri dan lingkungan (Willis, 2005). Penyesuaian diri
yang baik akan menjadi salah satu bekal penting karena akan membantu
remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Meskipun demikian,
tampaknya penyesuaian diri yang baik bukanlah hal yang mudah (Hurlock,
1978)
Dalam masa remaja, seseorang mempersiapkan diri memasuki masa
dewasa. Pada masa remaja akhir, keadaan pribadi, sosial dan moral berada
dalam kondisi kritis atau critical period. Dalam periode akhir masa remaja
ini individu memiliki kepribadian tersendiri yang akan menjadi pegangan
dalam alam kedewasaan. Perkembangan pribadi, sosial, dan moral yang
dimiliki remaja dalam masa remaja awal dan yang dimantapkannya pada
masa remaja akhir, banyak mempengaruhinya bahkan mendasari dirinya
memandang diri dan lingkungan dalam masa-masa selanjutnya. (E.L. Kelly,
dalam Mappiare, 1982).
Kasus yang mengungkap penyesuaian diri sosial, subyek pertama
yaitu seorang mahasiswi tehnik industri berinisial S berusia 21 tahun yang
berasal dari luar kota. S mengaku sulit menyesuaikan diri dan berinteraksi
dengan teman-teman kost karena S lebih senang menyendiri di kamar. S
merasa tidak percaya diri dengan keadaan dirinya yang terlalu gemuk
sehingga S menghindari aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan orang
banyak. S merasa teman-teman tidak menyukai dirinya karena keadaan fisik
tersebut. S lebih senang menghabiskan waktu dengan membaca buku dan
melihat televisi daripada bergabung dengan teman-teman lain.
Body image merupakan gambaran yang dimiliki dalam pikiran
tentang ukuran, keadaan atau kondisi dan bentuk tubuh. Perubahan fisik yang
dialami remaja bisa mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Sebagian
remaja ingin menghindari situasi atau orang tertentu karena merasa begitu
rendah diri atau malu. Semua perubahan ini ada saatnya remaja tidak merasa
yakin terhadap diri sendiri (kurang percaya diri) merasa gemuk, besar, kurus
yang membuatnya merasa malu seakan semua orang di dunia memperhatikan
ketidaksempurnaanya. Setitik jerawat bisa tampak sebesar bola dan membuat
remaja ingin menggali lubang dan bersembunyi didalamnya. Hal ini
mungkin menyebabkan sulit bergaul dan menyesuaikan diri dengan orang
lain.
Keadaan fisik merupakan hal yang penting dalam suksesnya
pergaulan. Remaja mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap
penampilan diri (Monks dkk, 1991) apabila ada bagian tubuh atau seluruh
tubuh dinilai tidak baik (tidak sesuai dengan gambaran ideal) maka
cenderung akan mempengaruhi proses sosialisasinya.
Peneliti berasumsi bahwa body image atau gambaran diri
mempengaruhi penyesuaian diri sosial pada remaja. Oleh karena itu
pertanyaan penelitian ini adalah “Adakah hubungan positif signifikan antara
body image dan penyesuaian diri sosial pada remaja?”.
TINJAUAN PUSTAKA
Penyesuain Diri Sosial
Penyesuaian diri adalah kemampuan seseorang untuk hidup dan
bergaul secara wajar terhadap lingkungannya, sehingga individu tersebut
merasa puas terhadap diri sendiri dan lingkungan (Willis, 2005).
Menurut Hurlock (1973) penyesuaian diri yang baik akan
menciptakan “ inner harmony” yaitu seseorang merasa damai dengan
keadaan dirinya dan hubungan dengan orang lain, menerima diri apa
adanya, tidak ada pertahanan diri untuk menutupi siapa dirinya dan bahagia
dengan keadaan dirinya.
Mu’tadin (http ://www.e-psikologi.com, 04/09/02) menambahkan
bahwa penyesuaian diri sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma –
norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Penyesuaian diri juga dapat
diartikan sebagai variasi dalam kegiatan organisme untuk mengatasi suatu
hambatan dan memuaskan kebutuhan – kebutuhan atau kemampuan
menegakkan hubungan yang harmonis dengan lingkungan fisik dan sosial
(Chaplin, 2002).
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan penyesuaian diri sosial adalah kemampuan individu
untuk bereaksi secara efektif, sehat dan penuh tanggung jawab dalam
menghadapi segala situsi sosial dan kenyataan yang ada agar tercapai
keseimbangan, keselarasan dan keharmonisan antara kebutuhan diri dan
lingkungannya.
Penyesuian Diri Sosial Pada Remaja
Barret-Lennard states (Hurlock, 1973) bahwa penyesuaian diri sosial
yang baik pada remaja adalah ketika remaja tidak mngubah dirinya hanya
untuk menyenangkan orang lain (Hurlock, 1973). Hurlock (1980)
menambahkan ketidakmampuan dalam melakukan penyesuaian diri sosial
pada remaja akan mengakibatkan individu tidak puas pada diri sendiri dan
mempunyai sikap-sikap menolak diri. Remaja yang mengalami perasaan ini
merasa dirinya memainkan peran orang yang dikucilkan. Akibatnya remaja
tidak mengalami saat-saat yang menggembirakan seperti yang dinikmati oleh
teman-teman sebayanya.
Status remaja pada masa peralihan berada dalam posisi tanggung
karena dalam masa transisi ini remaja tidak diakui sebagai anak–anak lagi
tetapi juga belum dapat dikategorikan dewasa karena belum mampu
melakukan tugas-tugas orang dewasa seutuhnya. Dalam masa tersebut
banyak perubahan yang terjadi diantaranya adalah perubahan fisik,
perubahan emosi dan perubahan sosial (Hurlock, 1980).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja sebagaimana
manusia lain adalah merupakan makhluk monodualis yaitu disamping
sebagai pribadi atau individu sekaligus sebagai makhluk, tidak ada satupun
orang yang dapat hidup tanpa bergantung kepada masyarakat. Manusia hidup
mulai dari alam kandungan, kemudian dilahirkan dan melalui tahapan–
tahapan mulai dari masa kanak–kanak hingga remaja selalu membutuhkan
atau bergantung dengan lingkungan sosial maka dari itu kemampuan
penyesuaian diri sosial sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai upaya untuk
membangun hubungan yang baik dengan masyarakat.
Aspek–aspek Penyesuaian Diri Sosial
Hurlock (1978) mengemukakan bahwa terdapat empat kriteria untuk
menentukan penyesuaian diri sosial, keempat hal tersebut adalah penampilan
nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial, dan
kepuasan pribadi
a. Penampilan Nyata
Penampilan nyata ini dapat dilihat contohnya yang
diungkapkan oleh Hurlock (1980), bahwa sebagian besar remaja
mengetahui bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan
anggota kelompok yang popular, maka kesempatan baginya untuk
diterima oleh kelompok menjadi lebih besar.
b. Penyesuaian Diri Terhadap Berbagai Kelompok
Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap
berbagai kelompok, baik teman sebaya maupun dengan orang dewasa
dianggap mampu menyesuaikan diri dengan baik. Salah satu perilaku
yang dapat mewakili yaitu tidak mudah merasa ingin pulang bila
berada jauh dari lingkungan yang dikenal. (Hurlock, 1980)
c. Sikap Sosial
Individu menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan
terhadap orang lain, bersikap baik dalam menjalankan perannya serta
ikut berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Sikap sosial ini dapat juga
ditandai dengan adanya perilaku bertanggung jawab, tidak mudah
menyerah dan tidak menunjukkan sikap yang agresif (Hurlock, 1980)
d. Kepuasan Pribadi
Penyesuaian diri secara sosial dapat dikatakan baik jika
individu merasa puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran
yang dimainkannya dalam situasi sosial. Kepuasan pribadi ini dapat
juga ditunjukkan dengan adanya perilaku tidak mencari perhatian
dengan menunjukkan kemunduran perilaku ke tingkat sebelumnya,
tidak menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi,
proyeksi, dan berkhayal (Hurlock, 1980)
Ciri-ciri Kemampuan Penyesuaian Diri Sosial
Cole (Tejo, 1996) menyebutkan ciri-ciri kemampuan menyesuaikan
diri sosial meliputi empat hal, yaitu :
a. Tanda–tanda kemasakan emosional
b. Tanda–tanda kecakapan sosial
c. Tidak memiliki kecenderungan melakukan perbuatan–perbuatan
untuk menarik perhatian
d. Tanda–tanda kenormalan emosi
Faktor–faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Sosial
Schneider (1964) mengungkapkan faktor–faktor yang mempengaruhi
penyesuaian diri sosial antara lain :
a. Kondisi fisik. dipengaruhi hereditas, system saraf, system otot dan
konstitusi fisik individu yang sehat lebih siap menghadapi
permasalahan sehari –hari dibandingkan misalnya yang tidak percaya
diri dengan keadaan fisiknya.
b. Perkembangan unsur–unsur kepribadian berupa kematangan
intelektual, moral, sosial dan kematangan emosional. Penyesuaian
diri sosial yang kuat membutuhkan kematangan individu hingga bisa
memutuskan secara tepat apa yang harus dilakukan.
c. Kondisi lingkungan termasuk situasi rumah dan keluarga.
d. Pengaruh budaya, yaitu adat istiadat dan agama yang dianut.
e. Kondisi psikologis, adalah komplek dari pengalaman, kepercayaan,
larangan, situasi emosional, hubungan dengan orang lain prasangka
dan hal – hal lain yang mempengaruhi reaksi individu keika
melakukan pemenuhan kebutuhan dan memecahkan masalah.
Body Image
Body image berhubungan dengan kepribadian. Cara individu
memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan
mengukur bagian tubuh akan memberi rasa aman, sehingga terhindar dari
rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992).
Thoreau (Tresnasari, 2001) mengemukakan bahwa body image
berkaitan dengan tingkah laku, pikiran, keyakinan dan kepercayaan individu
tentang keadaan fisiknya. Body image ini juga diwarnai oleh sikap dan
perasaan seseorang tentang raganya. Diawali secara perlahan-lahan dan
berkembang tahap demi tahap.
Menurut Chaplin (2002) body image adalah ide seseorang mengenai
betapa penampilan badannya dihadapan orang lain. Kadang kala dimasukkan
pula konsep mengenai fungsi tubuhnya. Body image adalah bagaimana cara
pandang seseorang terhadap tubuhnya sendiri. Orang yang memiliki body
image positif mencerminkan tingginya penerimaan jati diri, rasa percaya diri
dan kepeduliannya terhadap kondisi badannya.
Menurut Lightstone (http://www.Edrefferel.com) body image yang
sehat yaitu ketika seseorang menilai dirinya secara positif, percaya diri dan
self caring, gambaran ini sangat perlu untuk menjaga keadaan tubuh,
pengungkapan diri, mengembangkan kepercayaan diri dalam kemampuan
fisik dan merasa nyaman dengan keadaan diri yang dimiliki.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengertian dari body image
yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya terutama ukuran tubuh,
bentuk fisik dan penampilannya, penilaian ini merupakan penilaian subyektif
dan hal ini berkaitan dengan kepribadian.
Aspek – aspek Body Image
Komponen body image menurut Keaton, Cash dan Brown
(Tresnasari, 2001) mengatakan body image berkaitan dengan dua komponen
yaitu :
a. Komponen persepsi, bagaimana individu menggambarkan kondisi
fisiknya yaitu mengukur tingkat keakuratan persepsi seseorang dalam
mengestimasi ukuran tubuh.
b. Komponen sikap, yaitu berhubungan dengan kepuasan dan
ketidakpuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh.
Hubungan Body Image dan Penyesuaian Diri Sosial pada Remaja
Penyesuaian diri sosial menurut Eysenck dkk (1972) adalah sebagai
suatu proses untuk mencapai suatu keseimbangan sosial dengan lingkungan
dan sebagai proses belajar, yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha
untuk melakukan apa yang harus dilakukan dan yang diinginkan oleh
individu maupun lingkungan sosialnya.
Remaja mengalami penyesuaian diri terhadap lingkungan sosialnya
untuk mencapai suatu kesinambungan sosial dengan lingkungan. Salah satu
aspek dalam penyesuaian diri sosial adalah kepuasan pribadi. Kepuasan
tersebut merupakan bagian dari aspek body image yaitu komponen sikap.
Setelah individu merasa puas terhadap dirinya sendiri maka secara otomatis
individu akan memiliki kepercayaan diri untuk menampilkannya kepada
lingkungan sosial dalam bentuk kontak sosial dan peran yang dimainkannya
dalam situasi sosial. Kepuasan pribadi tersebut maka individu akan dapat
melakukan penyesuaian diri sosial yang baik seperti yang diungkapkan
dalam penelitian Putriana (2004) orang-orang yang menunjukkan body
image tinggi maka akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi sedangkan
orang-orang yang menunjukkan body image yang rendah maka akan
memiliki kepercayaan diri yang rendah pula.
Menurut Mappiare (1982) bahwa pribadi yang sehat, citra diri yang
positif dan rasa percaya diri yang mantap bagi remaja menimbulkan
pandangan atau persepsi yang positif terhadap masyarakat, sehingga remaja
lebih berpartisipasi dalam kehidupan sosial.
Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran
dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi
yang akan memacu sukses dalam kehidupan. Remaja akan berusaha diterima
masyarakat kerena remaja adalah harapan masyarakat dan remaja akan
menyesuaikan diri dengan kelompoknya. Hurlock (1973) menegaskan bahwa
individu yang mempunyai penyesuaian diri sosial yang baik akan merasa
puas dengan dirinya, meskipun pada suatu saat mengalami kegagalan akan
tetap berusaha terus mencapai tujuannnya. Disamping itu individu yang
mempunyai penyesuaian diri sosial yang baik mempunyai hubungan yang
hamonis dengan orang disekitar mereka.
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah Penyesuaian Diri Sosial sebagai
variabel tergantung dan Body Image sebagai variabel bebas.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Penyesuaian Diri Sosial
Penyesuaian diri sosial akan diukur dengan skala penyesuaian diri sosial
berdasarkan teori Hurlock (1978) yang mengungkapkan empat kriteria penyesuaian
diri sosial yaitu penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok,
sikap sosial dan kepuasan pribadi. Penyesuaian diri sosial diketahui dengan skor
yang diperoleh subyek setelah mengisi skala penyesuaian diri sosial. Semakin
tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi penyesuaian diri sosialnya sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah penyesuaian diri sosialnya.
2. Body Image
Body image akan diukur dengan menggunakan skala body image
berdasarkan teori Keaton, Cash dan Brown (Tresnasari, 2001) yang diadaptasi dan
dimodifikasi dari penelitian Tresnasari (2001). Skala body image ini
mengungkapkan dua komponen body image yaitu komponen persepsi dan
komponen sikap, komponen sikap ini terdiri dari bagian-bagian tubuh dan
keseluruhan tubuh. Body image positif dan negatif diketahui dengan skor yang
diperoleh subyek setelah mengisi skala body image. Semakin tinggi skor yang
diperoleh semakin tinggi body imagenya sebaliknya semakin rendah skor yang
diperoleh semakin rendah body imagenya.
Subjek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan
perempuan yang berusia 17 sampai 22 tahun di Salatiga.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala.
Dalam skala ini subyek diminta untuk merespon sejumlah pertanyaan yang
sesuai dengan keadaan dirinya. Tujuannya adalah untuk mengungkap hal-hal
yang sedang diteliti. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala penyesuaian diri sosial dan skala body image.
1. Skala penyesuaian diri sosial
aspek–aspek penyesuaian diri sosial dari Hurlock (1978) yang
mengungkapkan empat kriteria penyesuaian diri sosial yaitu
penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok,
sikap sosial dan kepuasan pribadi. Masing-masing aspek
berjumlah 10 item, yaitu 5 item favourable dan 5 item
unfavourable. Sehingga jumlah seluruh item sebanyak 40 item.
Skala penyesuaian diri sosial ini menggunakan skala Likert
dengan 4 pilihan jawaban untuk setiap pernyataan. Skor skala
penyesuaian diri sosial ini bergerak dari 1 hingga 4 dengan
rincian : 1 (sangat tidak sesuai), 2 (tidak sesuai), 3 (sesuai), dan 4
(sangat sesuai). Pengumpulan data penyesuaian diri sosial ini
dilakukan dengan mengambil subyek remaja akhir berusia 16–19
tahun.
2. Body Image
Skala body image yang dibuat Tresnasari (2001) disusun
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Keaton, Cash dan
Brown (Tresnasari, 2001) mengenai komponen body image yaitu
komponen sikap yang terdiri dari bagian-bagian tubuh dan
keseluruhan tubuh dan penulis menambahkan satu komponen lagi
yaitu komponen persepsi. Skala body image ini mengunakan
skala likert. Skala ini terdiri dari 25 item favourable dan 25 item
unfavourable. Skala ini memiliki empat kemungkinan jawaban
yaitu : sangat sesuai , sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai
terhadap pernyataan yang diberikan. Pemberian skor untuk
masing–masing item ditentukan oleh pilihan jawaban subjek.
Pilihan jawaban aitem terdiri dari rentang angka 4 sampai dengan
1. untuk penilaian item yang favourable dari 1 (sangat tidak
sesuai), 2 (tidak sesuai), 3 (sesuai), dan 4 (sangat sesuai). Hasil
analisis skala body image ini menunjukkan bahwa dari 50 item
yang diujicobakan tenyata ada 48 item yang valid dan mewakili
setiap komponen.kemudian peneliti menambahkan 22 item
sehingga menjadi 70 item.
Uji Validitas
Validitas skala penyesuaian diri sosial dan body image diuji dengan
tehnik validitas isi. Teknik validitas isi yaitu pengujian validitas skala
dengan analisis rasional atau dengan persetujuan para ahli di bidang yang
diukur (Azwar, 1997).
Pemilihan terhadap item–item yang hendak diukur dalam penelitian
ini dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara skor subjek pada aitem
yang bersangkutan dengan total skor tes. Dasar kerja yang digunakan dalam
seleksi ini adalah memilih item–item yang fungsi ukurannya selaras atau
sesuai dengan fungsi ukur skala keseluruhan (Azwar, 1997).
Uji Reliabilitas
Untuk mengukur realibilitas penyesuaian diri sosial dan body image
ini ditunjukkan dengan koefisien reliabilitas yang menggunakan tehnik
alpha. Data untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha diperoleh lewat
penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada
sekelompok responden (single-trial administration) dimana problem yang
mungkin timbul pada pendekatan reliabilitas tes ulang dapat dihindari.
Metode Analisis Data
Sejalan dengan hipotesis dan tujuan penelitian ini yaitu mencari
korelasi atau hubungan maka data yang diperoleh dilakukan uji syarat yaitu
uji normalitas dan uji linieritas selanjutnya akan dianalisis dengan
menggunakan teknik korelasi Product Moment dan untuk perhitungan
selanjutnya digunakan program komputer statistik atau program SPSS 12.0
for windows.
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN
Orientasi Kancah
Pada penelitian ini pengambilan data penelitian dilakukan pada
beberapa tempat yakni perempuan dan laki-laki yang terletak di lingkungan
Universitas Kristen satya wacana Salatiga. Keadaan tersebut terdiri dari
beberapa penghuni yang sebagian besar adalah mahasiswa/mahasiswi di
Salatiga. Subjek penelitian adalah remaja perempuan dan laki-laki yang
berusia 17 tahun sampai 22 tahun.
Persiapan Administrasi
Untuk dapat melakukan pengambilan data, peneliti menggunakan
surat izin yang dikeluarkan oleh pihak RT.
Hasil analisis item pada skala penyesuaian diri sosial terdiri dari 40
item yang diujicobakan, 23 item sahih dan 17 item gugur. Azwar (1997)
menyatakan ada dua alternatif untuk menentukan kriteria pemilihan aitem
berdasar korelasi aitem total, yaitu dengan menggunakan batas 0,30 dan
dengan menggunakan batas 0,25. Sebagai kriteria pemilihan item berdasar
korelasi item total, peneliti menggunakan batasan 0,30. Kriteria ini diambil
karena semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya
pembedanya sudah dianggap memuaskan. Item yang sahih adalah item
nomor 3, 4, 5, 6, 8, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 33,
34, 37, 38. Item-item yang sahih tersebut memiliki indeks korelasi aitem
total yang bergerak antara r i t= 0,306 hingga r it= 0,645. Besarnya koefisien
reliabilitas dari skala penyesuaian diri sosial adalah r tt = 0,881.
Skala body image terdiri dari 70 item yang diujicobakan, 56 item
yang sahih dan 14 item gugur. Item-item yang sahih adalah nomor 1,2,3,6,8,
9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34,
36, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58,
59, 60, 62, 63,64, 65, 66, 67, 69, 70 . Item-item yang sahih tersebut memiliki
indeks korelasi item total yang bergerak antara r it = 0,310 hingga r it = 0.827.
Besarnya koefisien reliabilitas dari skala body image adalah r tt = 0,960.
Laporan Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai tanggal 19 Agustus 2010
sampai dengan 30 Agustus 2010. Pengambilan data dilakukan dengan
menyebarkan angket kepada beberapa kost/wisma perempuan dan
kost/wisma laki-laki dengan jumlah subyek 100 yaitu remaja yang berusia
17-22 tahun. Pengambilan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket
kepada beberapa kost/wisma perempuan dan kost/wisma laki-laki. Prosedur
pelaksanaannya dimulai dengan pemberitahuan petunjuk pengerjaan dan
pentingnya memeriksa ulang skala yang sudah dikerjakan jangan sampai ada
pernyataan yang terlewatkan oleh subjek kemudian subjek diberikan waktu
untuk mengerjakan skala dengan tenang.
Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah remaja berjenis kelamin perempuan
dan laki-laki yang berusia 17 sampai 22 tahun. Subjek tersebut diambil
secara purposive sampling yang berarti pengambilan sampel dengan
memperhatikan karakteristik tertentu.
Jumlah anggota sample 100 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak
32 orang dan sisanya 68 orang adalah perempuan. Usia responden terendah
18 tahun dan tertinggi 22 tahun.
Deskripsi Data Penelitian
Mean empirik pada variabel penyesuaian diri sosial sebesar 69,93 dan
mean hipotetik sebesar 57,5. Mean empirik variabel penyesuaian diri sosial
lebih besar daripada mean hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
dalam penelitian ini mempunyai penyesuaian diri sosial yang tinggi.
Begitu juga mean empirik untuk variabel body image lebih besar
daripada mean hipotetiknya yaitu sebesar 162,85 dan mean hipotetik sebesar
140. Hal ini berarti subjek memiliki body image yang tinggi.
Skala Penyesuaian Diri Sosial
Skala ini terdiri dari 23 item, setiap item diberi skor minimal 1 dan
skor maksimal 4. Rentang minimal-maksimalnya adalah 23 (23x1) sampai
dengan 92 (23x4), sehingga luas jarak sebarannya adalah 92-23=69. Dengan
demikian setiap satuan deviasi standarnya (σ) bernilai sebesar 11,5, serta
rata-rata hipotetik (µ) sebesar 57,5. berdasarkan pada pembagian kategori
menjadi 5 bagian.
Subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 13 subjek (13
%), kategori tinggi sebanyak 61 subjek (61%), kategori sedang sebanyak 20
subjek (20 %) dan tidak ada seorangpun yang masuk dalam kategori rendah
maupun sangat rendah (0%). Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa
subjek mempunyai penyesuaian diri sosial yang berada pada kategori tinggi
67%.
Skala Body Image
Skala ini terdiri dari 56 item, setiap item diberi skor minimal 1 dan
skor maksimal 4. Rentang minimal-maksimalnya adalah 56 (56x1) sampai
dengan 224 (56x4), sehingga luas jarak sebarannya adalah 224-56=168.
Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya (σ) bernilai sebesar 28,
serta rata-rata hipotetik (µ) sebesar 140. Berdasarkan pada pembagian
kategori menjadi 5 bagian.
Subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 5 subjek (5
%), kategori tinggi sebanyak 63 subjek (63%), kategori sedang sebanyak 31
subjek (31 %), kategori rendah sebanyak 1 subjek (1%) dan sangat rendah 0
subyek (0%). Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa subjek
mempunyai body image yang berada pada kategori tinggi 63%.
Uji Asumsi
Uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas sebagai
syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak
menyimpang dari kebenaran yang seharusnya.
Uji Normalitas
Distribusi dikatakan normal apabila p>0.05. Teknik yang
digunakan untuk uji normalitas adalah teknik one sample Kolmogorov-
Smirnov test pada program komputer SPSS for windows 12. Uji normalitas
variabel penyesuaian diri sosial dan body image menunjukkan distribusi
normal dengan koefisien K-S-Z pada variabel penyesuaian diri sosial
sebesar 0,662 dengan p = 0,773 (p>0,05) dan koefisien K-S-Z pada
variabel body image 0,944 dengan p = 0,335 (p>0,05)
Uji Linieritas
Hasil uji linearitas hubungan variabel penyesuaian diri sosial
dengan body image diperoleh hasil F = 30,538 dengan p= 0,000 (p< 0,05)
dan deviation from linearity F = 0,912 dengan p = 0,625. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa variabel penyesuaian diri sosial dengan body image
bersifat linier atau mengikuti garis lurus.
Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi product
moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer Statistical
Package for Social Science (SPSS) for Windows 12. Hasil analisis data
menunjukkan korelasi antara variabel penyesuaian diri sosial dengan body
image r = 0,496 dengan p = 0,000 (p<0,01), berarti ada hubungan positif
yang sangat signifikan antara variabel Body Image dan variabel penyesuaian
diri sosial, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat
signifikan antara body image dan penyesuaian diri sosial pada remaja.
Adanya hubungan antara kedua variabel, ditunjukkan oleh koefisien korelasi
(r) sebesar = 0,496 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hubungan antara kedua
variabel ini menunjukkan bahwa semakin tinggi body image seseorang maka
akan semakin tinggi pula penyesuaian diri sosialnya dan sebaliknya semaki
rendah body image seseorang maka akan semakin rendah pula penyesuaian
diri sosialnya. Jadi hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat
diterima.
Berdasarkan penelitian ini kategorisasi body image dapat diketahui
bahwa subjek yang berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5 subjek (5
%), kategori tinggi sebanyak 63 subjek (63%), kategori sedang sebanyak 31
subjek (31 %), kategori rendah sebanyak 1 subjek (1%). Berdasarkan
kategorisasi tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar subjek
mempunyai body image yang berada pada kategori tinggi yaitu 63%.
Sementara itu kategorisasi untuk penyesuaian diri sosial dapat
diketahui bahwa subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 13
subjek (13 %), kategori tinggi sebanyak 61 subjek (61%), kategori sedang
sebanyak 20 subjek (20 %). Berdasarkan kategorisasi tersebut dapat
dikatakan bahwa sebagian besar subjek mempunyai penyesuaian diri sosial
yang berada pada kategori tinggi 67%, karena jumlah subjek yang berada
pada rentang skor 64,4-78,2 paling banyak, jika dibandingkan dengan jumlah
subjek pada rentang skor lain.
Diterimanya hipotesis dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa body
image mempunyai peranan dalam penyesuaian diri sosial pada remaja.
Penyesuaian diri sosial yang baik akan menjadi salah satu bekal penting
karena akan membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa remaja yang menilai dirinya baik
maka akan dapat menyesuaikan diri dengan baik tanpa mengalami hambatan.
Hal ini didukung oleh pendapat Partosuwido (1993) bahwa remaja yang
memiliki konsep diri yang tinggi maka penyesuaian dirinya akan tinggi pula
begitu juga sebaliknya, remaja yang memiliki konsep diri rendah maka
penyesuaian dirinya juga akan rendah. Konsep diri adalah semua ide,
pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahu individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, dalam Kelliat 1992).
Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan
pengalaman dan objek, tujuan serta keinginan. Konsep diri dipelajari melalui
kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan
individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan
pandangan orang lain tentang dirinya. Konsep diri itu sendiri terdiri dari
beberapa bagian salah satunya yaitu body image (Kelliat, 1992). Hal ini juga
diungkapkan Fuhrmann (1990) yang menyatakan salah satu komponen
pentingnya dalam konsep diri yaitu body image mempunyai pengaruh
terhadap penyesuaian diri sosial pada remaja.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif signifikan
antara body image dan penyesuaian diri sosial pada remaja. Hubungan antara
kedua variabel ini menunjukkan bahwa semakin baik body image seseorang
maka akan semakin baik pula penyesuaian diri sosialnya dan sebaliknya
semakin buruk body image seseorang maka akan semakin buruk pula
penyesuaian diri sosialnya.
Saran
Bagi Subjek Penelitian, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan positif antara body image dan penyesuaian diri sosial pada remaja.
Subjek mempunyai body image yang berada pada kategori tinggi yaitu 63%
dan untuk penyesuaian diri sosial yaitu subjek termasuk dalam kategori
tinggi 67%. Subjek yang memiliki body image dan penyesuaian diri sosial
yang tinggi hendaknya tetap mempertahankan body image positifnya dan
kemampuan penyesuaian diri sosialnya.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti variable-variabel
lain selain Body Image yang berpengaruh terhadap hasil penyesuaian diri
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Edisi ke 3. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Burns, R.B. 1979. The Self Concept. London: Longman group limited.
Centi, P.J. 1993. Mengapa Rendah Diri?. (Terjemahan oleh Hardjona,
A.M)Yogyakarta: Percetakan Kanisus.
Chaplin, J.P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: P.T. Grafindo
Persada
Eysenck, H.J.dkk. 1972. Encyclopedia of psychology 2. New York: Harder &
Harder
Fitriyati.1996. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Hambatan
Penyesuaian Diri Pada Mahasiswa. Intisari Skripsi (tidak
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah
Mada.
Harrocks, E.J. 1951. Psychology Of Adolescene Behavior And Development.
Boston: Houghton Mifflin Company.
Hurlock, E. 1973. Adolescent Development . New York: Mc Grow Hill Book
Company.
__________1978. Perkembangan Anak. Jilid 1. Edisi keenam. Jakarta:
Erlangga.
__________1987. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
RentangKehidupan ( terjemahan ). Jakarta: Erlangga
.
Keliat, B.A. 1994. Gangguan Konsep Diri. Penerbit buku Kedokteran. EGC.
Jakarta.
Lightstone, Judy. 2002. Body Image. www.Edrefferel.com
Mappiare, A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.
McCabe, Marita P. & Ricciardelli,lina A, 2003. Body image and Strategies
to Lose weight and Increase muscle among Boys and Girls. Journal
of health psychology. 22, 39-46.
Muntaha, M. 2003. Tingkat Depresi Narapidana Ditinjau dari Harga Diri dan
Dukungan Sosial. Skripsi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas
Psikologi UGM.
Mu’tadin, Z. Spsi.,MSi. Penyesuaian Diri Remaja. http ://www.e-
psikologi.com, 04/09/02.
Monks, dkk. 1984. Psikologi Perkembangan (Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Putriana, Y.A. 2004. Hubungan Citra Diri Dengan Kepercayaan Diri Pada
Remaja Putri SMU 3 Jambi. Naskah Publikasi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Partosuwido, Sr. 1993. Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Kaitannya
Dengan Persepsi Diri, Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi.
Jurnal Psikologi. No.1, Hal. 32-34.
Rini, J. 2004. Mencemaskan Penampilan. http ://www.e-psikologi.com,
11/06/04
Risveni, N. 2006. Perbedaan Penyesuaian Sosial Pada Mahasiswa Baru
Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Naskah Publikasi (tidak di terbitkan).
Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Schneiders. 1964. Personal Adjustment And Mental Hygiene. New York:
Holt Rinehart dan Winston.
Suryanto, W.Dr.. 2003. Memupuk Rasa Pede Sejak Kecil. http
://www.IntisariOnThe Net.com, 21/03/03.
Suryaningrum, M. 2004. Hubungan antara Penyesuaian diri dengan Kesepian
pada Mahasiswa Baru. Intisari Skripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Tresnasari, T. 2001. Hubungan Citra Raga dan Minat Membeli Kosmetik
Pemutih Pada Remaja Putri. Skripsi (tidak di terbitkan). Yogyakarta :
Fakultas Psikologi UGM.
Thornberg, D. Hersel. 1982. Development In Adolescene. California:
Brooks/cole Publishing Company.
Tejo, Rosalia. 1996. Persepsi Kegemukan Diri dengan Penyesuaian Sosial
Remaja.Sripsi ( tidak diterbitkan ). Fakultas Psikologi UGM.
Terry, J. Deborah & Carey, J.Craig dkk. 2001. Employee Adjustment to An
Organizational Merger: An Intergroup Perspective. Journal of
personality and social psychology, 27, 267-280
Umami, Ida dan Panuju, Panut. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT.
Tiara
Wacana.
Tyas, R.A.2005. Sekolahku Sekolah Baru.
http://www.PikiranRakyatCyberMedia.com 20/09/05.
Walgito. 2001. Psikologi Sosial : Suatu Pengantar (Edisi ke-2, Cetakan ke-
3) Jogjakarta : Andi.
Willis, S. Sofyan, DR,M.Pd. 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung: CV.
Alfabeta.