Post on 28-Aug-2019
1
HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BIN
JA’FAR ASSEGAF DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA
DI MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA, CIGANJUR
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Abdullah
NIM: 104052001966
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 1430 H
2
HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BIN
JA’FAR ASSEGAF DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA
DI MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA, CIGANJUR
JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Abdullah
NIM: 104052001966
Di bawah Bimbingan
Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA
NIP: 150 299 324
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 1430 H
3
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara 1 (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 02 Februari 2009
Abdullah
4
ABSTRAK
Abdullah
“Peran Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalan Pembinaan
Akhlak Remaja Di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa”.
Peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki seseorang
yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan. Majlis Ta’lim
merupakan organisasi pendidikan Non-formal, yang memberikan pengajaran
khusus keagamaan.
Sebagai manusia yang hidup di zaman modern serba materi ini, rasanya
tak mudah kita jatuh cinta kepada Allah, Rasululullah, bakti kepada orang tua dan
guru. Tak mudah kita menjatuhkan pilihan hati dan hidup kita hanya kepada Allah
SWT, paling tidak tak semudah kita mengatakannya,mengapa demikian…?
Untuk menjawab rumusan masalah diatas penulis telah melakukan
penelitian terhadap remaja Majelis Talim Nurul Musthofa. Dalam penelitian
menggunakan desain studi kasus dengan metode deskriptif analisis dalam bentuk
korelasi dengan pendekatan data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan variabel
bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependen variabel), yang
menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah peranan bimbingan agama
Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja Majelis Ta’lim
Nurul Musthofa
Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan nilai indeks korelasi
product momoent sebesar 0,2472 yaitu nilai yang lebih besar dari-1. maka
disimpulkan bahwa telah terjadi peranan bimbingan agama Habib Hasan bin
Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul
Musthofa. Dengan demikian maka hipotesa (Ha) diterima. Akan tetapi nilai
korelasi ini tergolong lemah. Sehingga sebagai masukan dan saran dalam skripsi
ini adalah supaya meningkatkan program pembinaan melalui bimbingan agama.
5
DAFTAR PUSTAKA
A, Hallen, Bimbingan dan Konseling,. Jakarta: Ciputat pres,2002, Cet. Ke-1
Arifin, H.M Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta :
PT. Golden Terayon Press, 1998, Cet, Ke-6
Al-Qardawi, Yusuf, Al-Ibadah Fi-al-Islam, Beirut: Muasasah Al-risalah, 1997,
Cet. K-6
Alisut, Sabri M, Pengantar PsikologiUmum dan Perkembangan Anak dan
Remaja, (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet, Ke-2
Bahreisj, Salim, Riydhus Shalihin, Bandubg: PT. Al-Ma’arif, 1987, Cet, Ke-10
Burhanudin,Yusuf,. Kesehatan Mental, Bandung : Pustaka Setia, 1999, Cet, Ke-1
Daradjat, Zakiah, Remaja Harapan dan Tantangan, Jakarta : Ruhama, 1995, Cet.
Ke-2
_____________, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet, Ke-2
Daud, Ma’mur, Terjemahan Shahih Mulim Jilid IV, Malaysia: Klang Book
Centre, Cet. Ke-2
David, Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada,1995, Cet. Ke-5
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka. 1998
F.J, Monks, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet, Ke-9
Hoevan Van, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru, 1994, Cet. Ke-1
Ilyas, Yunahar,. Kuliah Akhlak, Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 1991, Cet. Ke-1
Ketut, Sukardi Dewa,. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,2000, Cet. Ke-1
Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, Jakarta: PT. al-Hasan Zikra, 1994, Cet. Ke. 3
6
Musnawar Thohari, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,
Yogyakarta: UII Press, 1992, Cet, Ke-1
M, Dugun Save ,. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta:LPKN.1997
M, Surya Jumhur,. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, Cevidenci dan Conseling,
Bandung: CV. Ilmu, 1975, Cet. Ke-4
Mahali, Mudjab,. Adab dan Pendidikan dalam syari'at Islam, Yogyakarta; BPFE,
1984, Cet. Ke-1
Manzu, Ibn, Al-Ifrig Lisan Al-Arab, Birut: Dar Sadir, 1994, Cet. Ke-2
Nasution, Harun, Islam di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya,. Jakarta : UI Press,
1985, Cet. Ke-5
R, Tantawy, Kamus Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Pamator, 1997
Rahim, Ainur Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta : UII
Press, 2001, Cet .Ke-2
Rahmat ,Jalaludin, Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1998, Cet. Ke-1
______________, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mutiara, 1998,
Cet. Ke-4
Rifai, Moh, Aqidah akhlak, Semarang: CV. Wicaksana, 1994, Cet. Ke-2
Salim, Abdullah,. Akhlak Islam Membina Rumah Tangga, Jakarta; media Da'wah,
1994, Cet. Ke-4
Sutarmadi, Ahmad dan Tirmizi, H,. Peranan Dalam Pengembangan Hadist dan
Fiqih, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1998, Cet. Ke-2
Shihab, Quraish, M. Membumikan al-Qur'an, Mizan Anggota Ikapi, 1995, Cet.
Ke-IX
Utsman, Muhammad Najati. Psikologi Dalam Tinjauan Hadist Nabi, Kairo;
Daarusy Syuruuq, 2000, Cet. Ke- 4
Umar, H.M, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan , Bandung: PT. Pustaka Setia,
1998, Cet, Ke-1
Wirawan,.Sarwono Sarlito Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press,
2000), Cet, Ke-3
7
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................ v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTARTABEL ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5
D. Metodologi Penelitian .......................................................... 5
E. Sistematika Penulisan ........................................................... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Bimbingan Agama ................................................................ 13
1. Pengertian Bimbingan Agama ........................................ 13
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama ........................... 17
3. Metode Bimbingan Agama ............................................. 19
4. Materi Bimbingan Agama .............................................. 21
B. Pembinaan Akhlak. .............................................................. 24
1. Pengertian Pembinaan Akhlak ........................................ 24
2. Fungsi Akhlak ................................................................ 29
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Akhlak ........................................................................... 30
4. Macam-Macam Akhlak .................................................. 32
C. Pengertian Remaja ................................................................ 34
8
BAB III GAMBARAN UMUM MAJILIS TA'LIM NURUL
MUSTHOFA
A. Sejarah Berdirinya ................................................................ 39
B. Visi, Misi dan Tujuan ........................................................... 42
C. Sarana dan Prasarana ............................................................ 43
D. Struktur Organisasi ............................................................... 44
E. Profil Habib Hasan bin Ja’far Assegaf .................................. 46
1. Silsilah Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf ........................ 46
2. Pendidikan ...................................................................... 47
3. Karangan Habib Hasan bin Ja'far Assegaf ...................... 48
F. Kegitan Dan Pelaksanaan ..................................................... 49
G. Metode Yang Disampaikan ................................................. 51
BAB IV PERANAN BIMBINGAN AGAMA DALAM
ENINGKATKAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN
REMAJA DI MAJLIS TA'LIM NURUL MUSTHOFA.
A. Deskripsi Data ....................................................................... 53
B. Analisa Data .......................................................................... 54
1. Analisis Variabel Bimbingan Agama .................................. 54
2. Analisis Pembinaan Akhlak Remaja Majelis Ta’lim Nurul
Musthofa .............................................................................. 58
3. Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far
Assegaf dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis
Ta’lim Nurul Musthofa ......................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. ........................................................................................ Kes
impulan ................................................................................ 66
B. ........................................................................................ Sar
an-saran ................................................................................ 67
DAFTAR PUSTAKA
9
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Operasional Variabel ........................................................................ 6
Tabel 2. Interpretasi Besarnya Product Momen ............................................. 10
Tabel 3. Data Remaja Majlis Ta’lim Nurul Musthofa ................................... 53
Tabel 4. Remaja dalam Memahami Tujuan Bimbingan Agama Di Majlis
Ta’lim Nurul Musthofa .................................................................... 55
Tabel 5. Tanggapan Remaja dalam Bimbingan Agama di Majelis Ta’lim
Nurul Musthofa ................................................................................ 55
Tabel 6. Akhlak Remaja dalam Proses Bimbingan Agama di Malis Ta’lim
Nurul Musthofa. ............................................................................... 56
Tabel 7. Remaja dalam Mengerjakan Berbagai Kegiatan Bimbingan Agama
di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa .................................................. 57
Tabel 8. Remaja Merasakan Proses Bimbingan Agama di Majelis Ta’lim
Nurul Musthofa ................................................................................ 57
Tabel 9. Akhlak Remaja Memahami Tugas dan Tujuan Hidup Manusia
dalam Melaksanakan Ibadah ............................................................ 58
Tabel 10. Akhlak Remaja dalam Memahami Syukur Kepada Allah ................ 59
Tabel 11. Akhlak Remaja dalam Pentingnya Kejujuran dan Tanggung Jawab . 59
Tabel 12 Remaja dalam memahami Akhlak Terhadap Adab kepada Orang
Tua ................................................................................................... 60
Tabel 13. Remaja Memahami Akhlak terhadap Kesabaran ............................. 60
Tabel 14. Akhlak Remaja dalam Bimbingan Agama (Variabel X)................... 61
Tabel 15. Pembinaan Akhlak Remaja (Variabel Y) ......................................... 62
Tabel 16. Nilai Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf
dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis Ta’lim Nurul
Musthofa. ........................................................................................ 63
10
BAB I
PENDAHULUAN
F. Latar Belakang Masalah
Agama berasal dari kata sankri, satu pendapat mengatakan bahwa kata
itu tersusun dari kata, a; tidak dan gam; pergi, tetapi di tempat, diwarisi turun
menurun. Agama memang mempunyai sifat demikian. Sumber lain
mengatakan bahwa, agama berarti teks atau kitab suci, dan agama-agama
memang memiliki kitab suci. “Gam” berarti tuntunan, memang agama
mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.1
Agama juga merupakan kebutuhan fitri bagi manusia sebagaimana
dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum: 30
⬧ ◆
⧫
⧫⬧⬧
◼⧫ ⬧
⬧
⬧ ⬧◆ ◆⬧
⧫❑☺◼➔⧫
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,
(tetaplah atas) fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-
Rum: 30)
Mahmud Syaltut menyatakan bahwa “agama” adalah ketetapan Illahi
yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup sementara
1 Harun Nasution, Islam di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985),
hal. 9.
11
itu, Syaikh M. Abdullah Badrun, dalam bukunya Makhdal Ila Al-Adyan,
berupaya untuk menjelaskan arti agama dengan merujuk kepada al-Qur’an ia
memulai bahasanya dengan pendekatan kebahasaan. Jadi agama adalah
hubungan antara makhluk dan “Khaliknya”. Hubungan ini mewujudkan dalam
ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.2
Islam memerintahkan setiap orang dalam ber-Islam mampu
menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-Nya dengan
penuh tanggung jawab. Orang yang memiliki kesadaran beragama secara
matang dan bertanggung jawab dengan keberagamaannya, akan mendapatkan
kebahagiaan dan ketenangan yang bisa mematangkan kepribadian serta
kemampuan untuk menganalisa masalah-masalahnya.3
Akhlak adalah gambaran jiwa yang muncul saat manusia akan
mengerjakan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Jika manusia akan sehat, jika didukung oleh akhlak yang baik, oleh demikian
akhlak merupakan faktor yang sangat penting di dalam pemunculan tingkah
laku, dengan dasar akhlak yang ada pada diri manusia maka akan membentuk
pandangan hidup yang positif dan berorientasi pada dasar akhlak yaitu al-
Qur’an dan Hadits.
Ketidak berdayaan memilih perbuatan baik atau buruk untuk dilakukan
telah menjadi bukti bahwa masyarakat kita sedang mengalami demoralisasi
(kemerosotan moral). Kurangnya pemahaman baik tentang nilai-nilai akhlak
telah menjadikan sebagian masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang
2 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, (Jakarta: Mizan, 1995), hal. 209.. 3 Yusuf Burhanudin, Kesehatan Mental, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), hal. 23.
12
sangat berlawanan dengan norma-norma yang ada, karena demikian penting
kiranya menumbuhkan nilai-nilai akhlakul karimah terhadap anak-anak
terutama remaja agar mereka dapat bertindak sesuai dengan petunjuk agama.
Remaja adalah kelompok orang yang berada pada usia peralihan
menuju kedewasaan, yang mana ditandai dengan situasi psikologis yang tidak
seimbang sehingga pada waktu melewati tahapan sosialisasi kemungkinan
mereka akan memiliki kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan
keinginan sendiri dan tidak lagi berpedoman pada ajaran agama yang selalu
menganjurkan nilai-nilai akhlak yang baik dan pada masa puberitas remaja,
sikap atau perbuatan yang negatif seperti halnya merokok, arogan, sok jantan,
sikap kasar, tidak ingin terlalu diatur-atur dan lain-lain. Semua hal di atas
adalah karena pertumbuhan emosi dan kejiwaannya.
Menurut Zakiah Daradjat, bahwa manusia remaja adalah masa
pertumbuhan fisik cepat dan prosesnya terus berjalan ke depan sampai titik
tertentu. Perubahan yang berlangsung cepat dan tiba-tiba mengakibatkan
terjadi perubahan lain pada segi sosial dan kejiwaan, remaja semakin peka dan
sikapnya berubah-ubah, tidak stabil kelakuannya demikian pula kadang-
kadang ia patut, ragu, cemas dan sering melontarkan kritikan, kadang-kadang
pada keluarga, masyarakat atau terhadap adat kebiasaan.4
Memiliki akhlakul karimah memang tidak mudah, karenanya
diperlukan sekali bagi mereka keagamaan yang baik yang harus dilakukan
secara terpadu dalam kehidupan, baik itu keluarga maupun masyarakat,
4 Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. ke-2,
hal. 14.
13
melalui majlis ta’lim mereka mendapat bimbingan agama dengan cara
berkisanambungan karena bagaimanapun mereka adalah generasi penerus
bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, hal tersebut sangat mendorong penulis untuk mengkaji
Peranan Bimbingan Agama Terhadap Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis
Ta’lim Nurul Musthafa Ciganjur, Jakarta Selatan.
G. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar dalam penulisan skripsi ini terarah, maka penulis membatasi
pada persoalan. Hubungan Bimbingan Agama dalam Pemahaman Agama
Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa Ciganjur Jakarta Selatan.
2. Perumusan Masalah
Dari persoalan-persoalan yang ada tentang kajian Hubungan
Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’fgar Assegal dalam Meningkatkan
Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, tentunya
akan banyak membutuhkan pembahasan yang luas oleh karena itu, agar
skripsi ini tidak melebar kepada tema-tema yang tidak perlu tetapi terarah
pada tema yang diharapkan, berkenaan dengan perumusan masalah
tersebut sebagai berikut:
Bagaimana Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf
Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa?
14
H. Tujuan dan Manfa’at Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Peneliti ini bertujuan untuk:
Untuk mengetahui Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far
Assegaf Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa Ciganjur Jakarta Selatan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfa’at penelitian ini adalah
Manfaat Akademis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan literatur yang memadai
tentang Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dalam meningkatkan
pemahaman agama.
Manfaat Praktis:
b. Menambah wawasan penulis berkaitan dengan sumber informasi
dengan peranan bimbingan agama dalam pemahaman meningkatkan
agama remaja.
I. Metodologi Penelitian
Dalam karya ilmiah ini menggunakan desain studi kasus dengan
metode deskripsi analisis dalam bentuk korelasi dengan pendekatan data
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan variabel bebas (independent variabel)
dan variabel terikat (dependent variabel), yang menjadi variabel bebas dalam
15
penelitian ini adalah peranan bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far
Assegaf sedangkan variabel terikat adalah terhadap akhlak remaja di Majelis
Ta’lim Nurul Musthofa.
Adapun dua variabel diatas mempunyai berbagai indikator. Untuk
menjelaskan kedua varibel tersebut dapat diamati dalam bagan dibawah ini:
Tabel. 1
Operasional variabel
Variabel Indikator Sub. Variable Ket.
Bimbingan
Agama
Habib
Hasan bin
Ja’far
Assegaf
1. Remaja memahami tujuan dari
proses bimbingan Agama di Majlis
Ta’lim Nurul
2. Remaja respek terhadap proses
bimbingan Agama di Majlis Ta’lim
Nurul musthofa
3. Remaja menyukai proses bimbingan
Agama Majlis Ta’limNurul
Musthofa
4. Remaja mengerjakan berbagai
kegiatan proses bimbingan Agama
di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
5. Remaja merasakan kegunaan dari
proses bimbingan Agama di Majlis
Ta’lim Nurul Musthofa
Persepsi Positif
1. Remaja tidak memahami tujuan dari
proses bimbingan Agama di Majlis
Ta’lim nurul Musthofa
2. Remaja acuh terhadap proses
bimbingan Agama di Majlis Ta’lim
Nurul Musthofa
3. Remaja membenci proses
bimbingan Agama di Majlis Ta’lim
Nurulmusthofa
4. Remaja tidak mengikuti proses
bimbingan Agama di Majlis Ta’lim
Nurul Musthofa
5. Remaja tidak merasakan kegunaan
proses bimbingan Agama di Majlis
Ta’lim Nurul Musthofa
Persepsi Negatif
16
Akhlak
Remaja di
Majelis
Ta’lim
Nurul
Musthofa
1. Remaja memahami tugas dan
tujuan hidup manusia
2. Remaja melaksanakan ibadah shalat
lima waktu
3. Remaja memahami pentingnya
kejujuran
4. Remaja memahami pentingnya sifat
tanggung jawab
5. Remaja memahami berkata-kata
yang baik kepada orang tua
6. Remaja memahami percaya kepada
Allah SWT
7. Remaja memahami Nabi
Muhammad adalah Nabi yang
terakhir
8. Remaja akan bekerja dengan baik
dan bersungguh sungguh
9. Remaja memahami kesabaran
10. Remaja memahami komunikasi
yang baik kepada guru
1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan waktu selama 40 hari yaitu dari tanggal
18 September 2008 sampai dengan tanggal 6 2008. Penelitian ini
dilakukan di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa yang beralamat di Jl. RM.
Kahfi I GgManggis No. 9A, Ciganjur, Jagakarsa- Jakarta Selatan 12630
2. Populasi dan Sample
Adapun populasi penelitian adalah segenap para remaja yang terlibat
langsung dengan pelaksanaan bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far
Assegaf, 175 remaja Majlis Ta’lim Nurul Musthofa sedangkan yang aktif
hanya 29 remaja di majelis Ta’lim Nurul Musthofa.
Sedangkan sampel penelitiannya berjumlah 29 remaja, yang
dijadikan Penentuan subjek ditentukan secara purposive sampling, yang
17
didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.5
Lazimnya didasarkan atas kriteria dan pertimbangan tertentu, jadi tidak
melalui pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random.
Dengan kata lain, penetapan sample berdasarkan kriteria atau
pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Pencatatan data
dilakukan dengan sample bertujuan, dengan maksud menjaring sebanyak
mungkin informasi dari berbagai sumber.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data dengan
mengambil langkah sebagai berikut:
a. Menggunakan kuisioner tertutup dalam bentuk multiple choice item
sebagai data primer.
b. Wawancara terbuka, untuk memperoleh data dari para ahli, pimpinan
Majelis Ta’lim sebagai data sekunder.
c. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian
secara informal
4. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan skala likert dengan
ketentuan untuk jawaban pernyataan positif dari skor empat kebawah dan
penilaian sebaliknya untuk pernyataan negatif. Adapun nilai positif
diberikan skor sebagaimana berikut :
5 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h.12
18
a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5
b. Setuju (S) diberi skor 4
c. Ragu-ragu (RG) diberi skor 3
d. Tidak setuju (TS) diberi skor 2
e. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1
Untuk menghubungkan antara dua variabel diatas, sebagai langkah
untuk menentukan sebuah kesimpulan dan jawaban perumusan masalah
dalam skripsi ini, peneliti menggunakan rumus Korelasi Product Moment
dengan rumus sebagai berikut:
−−
−=
])()][([
))((
222 yyNxxN
xxxyNrxy
Keterangan:
= Angka indeks korelasi ”r” product moment
N = Number of cases
= Jumlah skor X
= Jumlah skor Y
= Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
Untuk menentukan kesimpulan dari angka indeks korelasi “r”,
dilakukan interpretasi sederhana, jika nilai “r’ lebih dari -1 maka dinyatakan
telah terjadi hubungan dan apabila nilai “r” kurang dari -1 maka dinyatakan
tidak ada hubungan. Dengan demikian dirumuskan dalam hipotesa sebagai
berikut :
r
19
Ha : Artinya, terdapat hubungan antara bimbingan agama Habib
Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di
Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
Ho : Artinya tidak terdapat hubungan antara bimbingan agama Habib
Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di
Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap besar kecilnya
nilai “r” hubungan antara variabel x dan variabel y digunakan interpretasi
secara sederhana atau kasar dengan acuan tabel dibawah ini :
Tabel 2
Interpretasi Besarnya Product Moment
BESARNYA
“R” PRODUCT
MOMENT
Interpretasi
0,00 – 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi sangat rendah. Maka dianggap tidak
ada korelasi
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi lemah
atau rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sedang
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi kuat
atau tinggi
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sangat
kuat atau sangat tinggi
1. Teknik Penulisan
Untuk lebih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan
teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skiripsi,
Tesis dan Disertai yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
20
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari, 2007.
J. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan, maka penulis membagi pembahasan
skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan Terdiri dari: Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodelogi Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan Teoritis Terdiri dari: Pengertian Bimbingan Agama,
Tujuan Bimbingan Agama, Metode Bimbingan Agama, Materi
Bimbingan Agama Pengertian Pembinaan Akhlak, Fungsi
Akhkal, Faktor Yang Memppengaruhi Pembentukan Akhlak,
Macam-macam Akhlak, Pengertian Remaja
BAB III : Gambaran Umum Majlis Ta’lim Nurul Musthafa Terdiri dari:
Sejarah Didirikan Majlis Ta’lim Nurul Musthafa, Visi dan Misi,
Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana, Serta Profil Habib
Hasan bin Ja’far Assegaf., Materi dan Metode yang
Disampaikan.
BAB IV : Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf
Dalam Pembinaan Akhlak Remaja Di Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa, Terdiri Dari: Deskirpsi Data, Analis Data, analisis
bimbingan agama Majelis Ta’lim Nurul Musthofa, Analisis
Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis Talim Nurul Musthofa.
21
Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf
dalam pembinaan akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul
Musthofa
BAB V : Penutup terdiri dari: kesimpulan dan saran.
22
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
D. Bimbingan Agama
1. Pengertian Bimbingan Agama
Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari
bahasa Inggiris “Guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang
berarti “menunjukkan”. Sedangkan pengertian harfiahnya bimbingan
adalah menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain, karena
tujuan yang bermanfa’at bagi hidupnya dimasa kini dan masa mendatang.6
Dalam kamus Bimbingan dan Konseling, Bimbingan adalah
proses bantuan atau pertolongan. Bimbingan adalah bantuan yang
ditujukan untuk membantu individu dalam memahami diri (bakat, minat,
kemauan) dan lingkungan agar mampu membuat keputusan sehingga
tercapai perkembangannya secara maksimal untuk kepentingan dirinya dan
masyarakat. Kata bimbingan mengandung pengertian: menolong,
membantu, menunjukkan jalan, memimpin, memberikan nasehat, dan
memberikan pengarahan.7
Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan
pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas,
dibawah ini penulis mengutip beberapa definisi dari para tokoh antara lain
sebagai berikut:
6 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat pres,2002), Cet. ke-1, hal, 3. 7 Tantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Pamator, 1997) hal. 13.
23
1) Arthur J. Jones yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi bahwa:
“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang
lain dalam menetapkan pilihan dan penyesuian diri serta dalam
memecahkan masalah-masalah, bimbingan diarahkan untuk membantu
penerimaan secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap
dirinya sendiri”.8
2) Stoops, seperti yang dikutip oleh Djumhur dan M Surya menyatakan
bahwa: Bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus dalam
membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya
secara maksimal dalam mengarah manfaat yang sebesar-besarnya baik
bagi dirinya maupun masyarakatnya.9
3) Sedangkan dalam Konsep Islam bimbingan adalah “Proses pemberian
bantuan terhadap idividu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup
didunia dan diakhirat".10
Kata “agama” dalam Bahasa Indonesia berarti sama dengan kata
Din dalam Bahasa Arab semit, atau dalam bahasa-bahasa Eropa sama
dengan bahasa Religion (Inggiris), Ia Religion (Prancis), De Religie
(Belanda), De Religion (Jerman), secara bahasa, perkataan “agama”
berasal dari Bahasa Sansekerta tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun
8 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di
Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,2000) Cet. ke-1, hal. 8. 9 Jumhur M Surya, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah ( Cevidenci dan Conseling),
( Bandung: CV. Ilmu, 1975), hal. 25. 10 Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:
UII Press, 1992) hal. 76.
24
menurun. Adapun kata Din mengandung arti menguasai, menundukkan,
patuh, utang balasan, atau kebiasaan.11
Pada hakikatnya agama adalah “Akhlak” (tingkahlaku). Setiap
orang yang beragama harus memiliki akhlak, khususnya akhlak
mahmudah (akhlakul karimah), karena orang yang paling tinggi derajatnya
dimata Allah dan dimata semua makhluk adalah mereka yang berakhlak
mulia. Karena manusia diberikan karunia oleh Allah berupa akal pikiran
dan perasaan (emosi). Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah
SAW:
ه خلقه كرم المؤمن دي نه ومروء ته عقله وحسب
Artinya: “Seorang mukmin menjadi mulia karena agama, (mempunyai)
kepribadian karena akhlak, dan menjadi terhormat karena
akhlak”.
Dengan dua karunia inilah manusia bisa menduduki tingkatan yang
paling tinggi di antara makhluk-makhluk lain, jika manusia memadukan
akal pikiran dengan perasaan dan menjadikannya mata penerang yang
akan menunjukkan jalan yang diridhai Allah.
Pada dasarnya agama mengandung pengertian tentang tingkah laku
manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin
yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkahlaku tersebut kepada pola
hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah
manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan dari pola
11 Ensiklopedi Islam Penyusun Dewan Redaksi ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru
Van horve, 1997) Cet. ke-4, hal. 102.
25
hidup yang membudaya dalam batinnya. Dimana nilai-nilai keagamaan
telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap orientasi
hidup sehari-hari.
Para ulama sebagai pewaris para Nabi (Waratsat Al-anbiya)
bertugas menjadi mu’allim (guru) dan muhazzdib (pendidik) atau sebagai
mubassyir dan nadhir (penghibur dan petunjuk jalan) sebagaimana halnya
fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu’allim
(guru) dan pendidik akhlak al-karimah sebagaimana sabda beliau:12
ا بعثت التمم مكارم األخالق إنم
Artinya: “Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama Adalah proses
bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi ataupun
metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang
mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah
yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan
nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadist Rasulullah dalam
dirinya, sehingga ia hidup sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan
Rasulullah.
Dengan berkembangnya fitrah beragama tiap individu secara
optimal, maka akan dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah
SWT, dengan manusia, dengan alam sekitar, sekitar makhluk lainnya
12 H.M Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: PT. Pustaka Setia, 1998)
Cet. ke-1, hal. 77.
26
sebagai manifestasi dari perannya sebagai khalifah Allah dibumi yang
sekaligus juga berfungsi sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT.
Dengan demikian, maka Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi
sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para
sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman.
Dengan fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama’
sangat dibutuhkan sebagai orang yang memahami agama Islam secara
mendalam, dan yang akan membimbing manusia ke jalan yang di ridhoi
Allah SWT.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama
a. Tujuan Bimbingan Agama
Tujuan bimbingan menurut Ainurahim Faqih dalam bukunya
Bimbingan dan Konseling Islam dibagi menjadi dua, yaitu tujuan
umum dan khusus, sebagai berikut:
1) Tujuan Umum
Membantu individu guna mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat kelak.
2) Tujuan Khusus
a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,
maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah
jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah.
Dengan kata lain membantu individu mencegahnya timbul
masalah bagi diri sendirinya.
27
b) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi.
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi
dan kondisi yang baik atau telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik.13
b. Fungsi Bimbingan Agama
Menurut Dewa ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifatnya,
layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai:
1) Fungsi Preventif yaitu layanan bimbingan ini dapat berfungsi
sebagai pencegahan, artinya, merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah.
2) Fungsi Pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang akan
menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak
tertentu.
3) Fungsi Perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan
terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami
individu (terbimbing)
4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu fungsi ini berarti
bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam
memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh,
mantap, terarah dan berkelanjutan.14
13 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press,
2001), hal. 36. 14 Ibid., h. 26-27
28
3. Metode Bimbingan Agama
Dalam pengertian harfiah, metode adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan.15 Metode barasal dari kata “meta” yang
berarti melalui dan “hodos’ berarti jalan. Namun pengertian hakikat dari
“metode" tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik seperti
alat peraga, alat admistrasi yang menunjang pelaksanaan kegiatan, bahkan
pembimbing juga termasuk metode media.
Dengan penjelasan tentang “metode” di atas maka kita dapat
memahami tentang metode bimbingan agama adalah segala jalan atau
sarana yang dapat digunakan dalam proses bimbingan agama. Maka
metode yang dipakai dalam proses bimbingan agama itu adalah sebagai
berikut:
a. Wawancara
Wawancara adalah melakukan dialog dengan mereka untuk
mendapatkan gejala-gejala kejiwaan mereka. Dengan melakukan
dialog pembimbing akan masuk dalam kehidupan mereka, dan segera
akan mengetahui sebab-sebab mereka melakukan perbuatan yang
dianggap menyimpang oleh agama dan oleh masyarakat.
Wawancara baru akan bisa berjalan dengan baik bilamana
pembimbing memiliki persyaratan yang lain:
b) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada klien
15 H M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT.
Golden Terayon Press, 1998), Cet. ke-6, hal. 43
29
c) Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai penyimpan rahasia
d) Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang
memberikan perasaan damai dan tentram.
e) Pembimbing harus bisa memberikan pertanyaan yang bersifat tidak
menyinggung perasaan .
f) Pembimbing harus menunjukan etika baiknya dan menjadi
tauladan yang baik agar dapat dipahami dengan rasional.
b. Metode Group Guidance (Bimbingan Secara Berkelompok)
Bimbingan kelompok adalah cara pengungkapan jiwa atau
batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok. Dalam hal ini
para pembimbing atau ulama mengajak mereka bersama-sama dalam
kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, berkelompok dengan
masyarakat lain.
Metode tersebut diatas menghendaki agar setiap individu
terbimbing melakukan komunikasi timbal balik dengan teman-
temannya melakukan hubungan satu sama lain dan bergaul melalui
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pembinaan pribadi masing-
masing. Dan sekaligus juga menghendaki individu terbimbing
melakukan pernyataan hidup, muhasabah, muroqobah (melakukan
pendekatan diri) kepada Allah SWT. Melalui ritual spiritual yang
diajarkan dan dijelaskan oleh pemimpin Majlis Ta’lim/ ulama.
30
4. Materi Bimbingan Agama
Bimbingan agama merupakan salah satu bidang terpenting
seseorang di dalam menjalani kehidupannya baik itu yang sifatnya ke
Imanan dan juga kehidupan sehari-hari. Yang mana memiliki materi
sebagai berikut:
a. Aqidah: ialah iman atau keyakinan, kepercayaan, sumbernya adalah al-
Qur’an. Hakekatnya iman sebagaimana yang di teangkan oleh seorang
laki-laki dan ternyata malaikat Jibril yang menanyakan: apakah Iman,
Islam, Ihsan itu? Nabi menjawab:
نما نن جلوس عند عن عمر بن الطاب رضي هللا عنه قال: ب ي رسول هللا صلمى هللا عليه وسلمم ذات ي وم اذ طلع رجل شديد ب ياض
ف عر، ال ي ري عليه اث ر السم ر، وال ي عرفه منما الثمياب شديد سواد الشماحد حتم جلس ال النمبم صلمى هللا عليه وسلمم فاسند ركي ت يه ال د أخبن عن االسالم، يه على فخذيه، وقال ي ممم ركب ت يه ووضع كفم
لمى هللا عليه وسلمم: االسالم ان تشهد ان ال اله االم ف قال رسول هللا ص الة، وت ؤتى الزمكاة، وتصوم دا رسول هللا، وتقيم الصم هللا وانم ممم
جم الب يت ان استطعت اليه سبيال. قال: صد نا رمضان وت قت ف عجب قه. فأخبن عن االيان. قال ان ت ؤمن بهلل ومالئكته له يساله ويصدموكتبه ورسوله والي وم االخر وت ؤمن بلقدر خيه وشرمه ... )رواه
مسلم(
Artinya: dari Umar bin Khathab ra., ia berkata: ketika kami sedang
duduk di dekat Rasulullah SAW. Tiba-tiba muncul seorang
lelaki yang berpakaian putih, berambut hitam pekat, bekas
31
jalannya tidak terlihat dan tidak seorang pun di antara kami
yang mengenalinya. Ia duduk menghadap beliau SAW., lalu menanyakan kedua lututnya kelutut Nabi dan meletakkan
kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi. Seraya
berkata: Wahai Muhammad, terangkan kepadaku tentang
islam? Rasulullah SAW menjawab: Islam adalah hendaknya
engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
memberikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan
melakukan ibadah haji ke Baitullah jika memenuhi
syaratnya. Ia berkata: engkau benar? Kami keheranan
karenanya, dia bertanya tetapi membenarkannya, lebih
lanjut ia berkata: sekarang terangkanlah kepadaku tentang
Iman? Rasulullah SAW menjawab: yaitu engkau beriman
kepada Allah, kepada para malaikatnya, kitab-kitabnya,
para Rasulnya, dan hari akhirnya, serta engkau beriman
kepada baik dan jeleknya takdir….(HR. Muslim).16
Dengan demikian antara iman dan islam adalah satu kesatuan yang
saling terkait satu sama lain. Abdul A’ala al Mauhudi mengatakan:
hubungan antara iman dan islam laksana hubungan pohon dengan akarnya,
sebatang pohon tak akan tumbuh tanpa akar. Mustahil seorang yang tidak
memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi seorang muslim.17 Masalah
aqidah merupakan hal yang fundamental. Aqidah sebagai motor penggerak
bagi seorang muslim. Dengan kata lain bahwa kepercayaan harus menjadi
keyakinan yang mutlak dan bulat, keyakinan yang mutlak kepada Allah
dengan membenarkan dan mengakui wujud (eksistensi) Allah, sifat,
hukum-hukum Allah, kekuasaannya, hidayah dan taufik allah.
Kepercayaan kepada Allah, termasuk kepercayaan kepada
malaikat, rasul-rasulnya, kitabnya, hari kemudian dan takdir unsur tersebut
16 Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandubg: PT. Al-Ma’arif, 1987), Cet. ke-10,
hal. 34. 17 Moh Rifai, Aqidah akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1994), Cet. ke-2, hal.32.
32
dalam islamologi disebut “ Arkanul Islam”.18 Dan Juga “ Rukun Islam”
yang mana di dalamnya mengungkapkan antar lain: mengucapkan dua
kalimat syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, puasa dan juga
haji. Dan bagi seorang muslim kedua rukun ini sudah menjadi kewajiban
yang harus dijalankan dan diamalkan. Seorang muslim baru dapat
dikatakan sempurna iman setelah melaksanakan kewajibannya dan
hendaknya disertai dengan keikhlasan serta kejujuran, akhlak yang baik
tanpa itu semua segala amal perbuatan seorang akan menjadi sia-sia dan
tidak akan memperoleh pahala.
b. Ibadah
Menurut bahasa ibadah berarti patuh, tunduk. Ubudiya artinya
tunduk dan merendahkan diri. Menurut al-Azhari kata ibadah tidak dapat
disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.19
Dari beberapa keterangan yang dikutip Yusuf Al-Qadrawi
menyimpulkan bahwa: ibadah yang di syariatkan oleh islam itu harus
memenuh dua unsur:
1) mengikat diri (Iltizam) dengan syariat Allah yang diserukan oleh para
rasulnya meliputi perintah, larangan, penghalalan dan pengharaman
sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah.
2) ketaatan itu harus tumbuh dari kesucian dari kecintaan hati kepada
Allah, karena sesungguhnya dialah yang paling berhak.20
18 Ibid., hal.33 19 Ibn Manzur, Al-Ifrig Lisan Al-Arab, (Birut: Dar Sadir, 1994), Cet. ke-2, hal.273 20 Yusuf Al-Qardawi, Al-Ibadah Fi-al-Islam, (Beirut: Muasasah Al-risalah, 1997), Cet.
ke-6, hal.32-33
33
c. Akhlak
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,
yang lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut
melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan
syarak (hukum islam) disebut akhlak yang baik, sedangkan jika perbuatan-
perbuatan yang timbul itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk.
Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa,
maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat.
Akhlak menempati tempat yang sangat penting dalam islam,
sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu beririentasi pada
pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia yang disebut dengan Al-
Akhlak Al-karimah
C. Pembinaan Akhlak
1. Pengertian Pembinaan Akhlak
Membina berarti membangun, mendirikan, mengusahakan supaya
lebih baik, pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa,
pembinaan untuk manusia sebagai pribadi dan makhluk sosial melalui
pendidikan dikeluarga, sekolah, organisai, pergaulan, dan ideologi
agama.21
21 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 1980) h. 138
34
Jika pembinaan kepribadian dan moral tidak disertakan dalam
pendidikan anak-anak maka akan lahirkah sarjana yang tinggi
pengetahuannya, tetapi tidak dapat memberikan manfaat yang betul-betul
kepada masyarakat. Karena mereka hanya akan memikirkan diri sendiri,
menggunakan ilmu dan kepandaiannya untuk mencari keuntungan dan
kesenangan dirinnya pribadi, tanpa menghiraukan apa yang akan terjadi
kepada orang banyak.
Dalam membina akhlak yang baik tidak didasarkan pada ajaran-
ajaran yang sifatnya perintah dan larangan semata, seperti seorang guru
berkata “berbuatlah begini, jangan berbuat begitu”. Tetapi pendidikan
akhlak dalam membentuk jiwa diatas aspek-aspak keutamaan yang
membbawa hasil sangat memerlukan waktu yang cukup dan
pengelolaannya yang terus menerus. Oleh karena itu seorang pendidik
harus mampu memberi tauladan yang baik, karena orang jahat dan buruk
laku tidak biasa memberi pengaruh yang baik pada jiwa orang
disekitarnya.
Pengaruh yang baik hanya bisa diharapkan dari orang-orang yang
memperhatikan pribadinya, hingga orang-orang disekitarnya bisa jatuh
hati dan tertarik pada perilakunya dan kesopanannya. Dengan demikian
mereka mengambil sifat-sifat baiknya dan mengikuti jejaknya, karena
terpikat dan cinta sejati padanya.
Suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya
lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran,
35
pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan
yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syarak (hukum Islam),
disebut akhlak yang baik. Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata
Al-Khuluq atau Al-Khulq, yang secara etimologis berarti:1. tabiat, budi
pekerti. 2. kebiasaan atau adat. 3. keperwiraan, kesatrian, kejantanan, 4.
agama.
Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat didalam
jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa
syaat: 1. pebuatan itu dilakukan berulang-ulang, kalau suatu perbuatan
hanya dilakukan sekali saja maka tidak dapat disebut akhlak. 2. perbuatan
itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dahulu
sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu
timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan dipertimbangkan dan
diperhitungkan secara matang, tidak disebut akhlak.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam islam,
sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada
pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlaq
al-karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah SAW:
“sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. ahmad
baihaqi dan malik); “mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang
yang paling baik akhlaknya” (HR. Tarmizi). “orang yang paling ke
islamannya ialah orang yang paling baik akhlaknya” (HR.Ahmad). “takwa
kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang paling banyak
36
membawa manusia yang lebih berat dari prtimbangan orang mukmin pada
hari kiamat dari pada akhlaknya” (HR. Tarmizi).22
Secara istulah (terminologis) ada beberapa definisi tentang akhlak
diantaranya:
a. Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” memberi
batasan sebagai berikut:
ها تصدر االف عال بسهولة فس راسئة عن ئة ف الن م فاللق عبارة عن هي ويسر من غي حاجة ال فكر وروية
Artinya: akhlak adalah sifat yang tertanam dam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.
b. Dalam al-mu’jam al-wasith disebutkan definisi akhlak sebagai berikut:
“ akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan nya
lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan”.23
c. Menurut Dr. M. Abdullah Dirooz yang dikutip oleh Drs. H.A. Mustofa
bahwa: ” akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap,
kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan
pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau
pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).”24
22 Ibid., h. 102 23 Anis Ibrahim, ( Mesir: Daarul Ma’arif, 1972) cet, Ke-2, h. 202 24 Musthofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV, Pustaka, 1999) cet, Ke-2, h. 14
37
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa akhlak merupakan kondisi atau sifat yang tertanam dalam jiwa
seseorang dan menjadi kpribadian, sehingga menimbulkan berbagai
perbuatan-perbuatan yang spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
memerlukan pemikiran. apabila dari kondisi tersebut menimbulkan
kelakuan dan terpuji, maka menurut syariat dan akal pikiran hal itu
dinamakan akhlak terpuji, sekalinya yang lahir kelakuan buruk maka hal
itu dinamakan akhlak tercela.
Dari keseluruhan dfinisi diatas, tampak tidak ada yang
bertentangan melainkan mempunya kesamaan antara yang satu dengan
yang lainnya. Definisi akhlak tersebut tampak saling melengkapi. Dapat
diberikan kesimpulan bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tampa tak ada paksaan
dan tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah pebuatan yang dilakukan
atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.
Untuk mencapai tujuan pembinaan akhlak yang memiliki sifat atau
ciri pembinaan sebagai berikut:
a. Pembinaan akhlak harus diselaraskan dengan pertumbuhan.
b. Pembinaan akhlak harus diselaraskan dengan perkembangan emosi
fisik mereka
c. Pembinaan akhlak tidak terlepas dai pembinaan agama
38
d. Pembinaan akhlak tidak terlepas dari pembinaan lingkungan.25
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan
pembinaan akhlak adalah agar terjaga nilai-nilai agama (norma) yang
terpuji dan terealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan
dalam hubungannya dengan Allah SWT, hubungan dengan sesama
manusia, dan sesama makhluk yang lainnya. Juga agar terwujudnya
manusia yang bertakwa dan beriman kepada Allah SWT, juga untuk
menyempurnakan nilai-nilai kemanusiaan yag sesuai deng ajaran islam
yang taat beribadah menjadi manusia yang berkualitas dan berakhlak
mulia.
2. Fungsi Akhlak
Dilihat dari fungsi, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan
akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan
yang dlakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kessemuanya
istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat
yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram sehingga sejahtera bathiniah
dan lahiriyah.
Perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah
terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan
buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal
pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku
25 Nur A. Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), cet,
Ke-1, h, 178
39
umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk
mnentukan baik dan buruk itu adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling
behubungan dan membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukan
dengan jelas bahwa etika, moral, dan susila berasal dari produk rasio dan
budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat
dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari
wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan hadist.
Dengan kata lain jika etika, moral, dan susila berasal dari manusia,
sedangkan akhlak dari Tuhan. Dengan demikian akhlak sifatnya juga
mutlak, absolute, dan tidak dapat diubah. 26
3. Faktor Yang Mempengaruhi Pembetukan Akhlak
Manusia dilahirkan dalam keadaan membina fitrah, yaitu sebagai
kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim.
Manusia dibimbing untuk mengenal, memahami dan menghayati
fitrahnya, sehingga gerak tingkah lakunya dan tindakan sejalan dengan
fitrahnya tersebut. Pada dasarnya perbuatan atau tingkah laku seorang
anak adalah baik, tetap untuk kelanjutannya tergantung orang tuanya
dalam memelihara dan memberikan pendidikan kepada anak tersebut.
Rahmat Djatnika dam bukunya sistematika Islam mengemukakan
ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku
yaitu faktor yang berasal dari dalam dirinya; (1) instink dan akalnya, (2)
26 H. Abuddin Nata, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003) cet, Ke-5, h, 97-98
40
adat, (3) kepercayaan, (4) keinginan-keinginan, (5) hawa nafsu, (6) hati
nurani sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya meliputi: (1)
keturunan, (2) lingkungan, (3) keluarga/rumah tangga, (4) sekolah,(5)
pergaulan, (6) penguasa atau pemimpin.27
Faktor-faktor diatas menggabung menjadi satu turut membentuk
dan mempengaruhi nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseoranng, mana yang
lebih kuat, lebih banyak memberi corak pada mentalnya.
Hal ini seperti yang dikatakan oleh JJ. Rosseu yang dikutip oleh
Mujahiddin dalam bukunya bahwa “ faktor dari dalam diri manusia
termasuk pembinaan yang selalu membentuk akhlak bagi manusia,
sedangkan faktor dari luar termasuk lingkungan alam dan lingkungan
sosialnya adakalanya berpengaruh berpengarruh baik atau buruk. Ketika
manusia lahir dilingkungan yang baik maka pengaruhnya terhadap
pembentukan akhlaknya juga baik dan ketika ia lahir dilingkungan yang
kurang baik maka pengaruhnya juga menjadi tidak baik”.28
Perilaku remaja seringkali diwarnai oleh faktor-faktor sekolah dan
pergaulannya, dimana perubahan-perubahan fisik dan non fisik terjadi dan
mampu merubah semua tampilan yang seharusnya baik menjadi aneh dan
keluar dari kontrol norma-norma agama yang baik. Oleh karena itu
diperlukannya upaya bimbingan, pegarahan, dan perhatian yang cukup
dari berbagai pihak, agar mereka mampu menghadapi tantangan yang akan
datang.
27 Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (jakarta: Punjimas, 1992) cet, Ke-2, h, 27 28 Mujahiddin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), cet, Ke-
1, h, 22
41
4. Macam-Macam Akhlak
Pada pokoknya akhlak terbagi menjadi dua macam yaitu: akhlak
mahmudah dan akhlak madzmumah.
a. Akhlak Mahmudah
Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah akhlak yang
baik atau budi pekerti yang baik. Menurut Hamza Ya’qub akhlak
mahmudah adalah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang
biasa juga dinamakan “fadhillah” (kelebihan) atau keutamaan
(munjiyat), yang artinya kemenangan atau kejayaan.29
Al-ghazali berpendapat bahwa, akhlak mahmudah yaitu suatu
badan atau organisme yang melekat pada diri seseorang manusia yang
dapat menimbulkan perubahan baik.30
Akhlak mahmudah (akhlak mulia) adalah macam sikap dan
tingkah laku yang baik (terpuji). Akhlak mahmudah amat banyak
jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan tuhan
dan manusia dengan manusia, akhlak mahmudah dibagi pada 4
(empat) bagian:
1) Akhlak terhadap Allah SWT, yaitu akhlak yang diartikan sebagai
sikap perubahan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai
makhluk kepada tuhan sebagai khalik.
29 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: CV
Diponegoro, 1985), Cet, Ke-2, Hal, 95 30 M Said, Imam Ghazali, Tentang Falsafah Akhlak, (Bandung: Al Ma’arif, 1987) h. 25
42
2) Akhlak terhadap dirisendiri, yakni akhlak yang dapat diartikan
sebagai wujud menghormati, menghargai, menyayangi, dan
menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya.
3) Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu manusia adalah sebagai
makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional
dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Maka perlunya
kerja sama, saling menolong, dan saling menghargai satu sama
lainnya.
4) Akhlak terhadap lingkungan, yaitu akhlak terhadap lingkungan
berdasarkan pada Al-Qur’an, sesuai dengan tugas manusia dimuka
bumi sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi
antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan
lingkungannya.31
Akhlak atau sifat-sifat mahmudah diantaranya; al-amanah
(setia jujur, dapat dipercaya), As-shidqu (benar, jujur), Al-adl (adil),
Al-afwa (pemaaf), Al-alifah (disenangi), Al-wafa’ (menempati janji),
dan sebagainya.
b. Akhlak madzmumah
Sedangkan akhlak madzmumah (akhlak yang tercela) adalah
segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela. Akhlak
madzmumah ini harus kita ketahui dan kita jauhi, jika ingin
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
31 Ibid., h. 149-152
43
Diantara akhlak madzmumah itu adalah sebagai berikut:
1) Berbohong, adalah memberikan atau menyampaikan informasi
yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Bohong itu ada
3 (tiga) macam; bohong dengan perbuatan, bohong dengan lisan,
dan bohong dengan hati.
2) Takabbur (sombong), adalah merasa atau mengaku diri besar,
tinggi mulia, dan melebihi orang lain.
3) Hasad (dengki), adalah rasa atau sikap tidak senang atas
kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk
menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut.
4) Bakhil (kikir), adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang
menjadi miliknya, tetapi hematnya demikian sangat dan sukar
baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk
diberikan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi sifat-sifat
madzmumah yang harus kita ketahui dan hindari.
D. Pengertian Remaja
Ada banyak definisi yang dapat ambil untuk memperoleh pengertian
tentang remaja diantaranya:
1. Save M. Dagon, menerangkan bahwa remaja merupakan tahap
pertumbuhan anak menuju dewasa, yang terjadi mulai saat puber sampai
usia 17-18 tahun.32
32 Save M Dugun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:LPKN.1997), hal. 956
44
2. WHO (organisasi Kesehatan Dunia) sebagaimana yang dikutip oleh Sarlito
Wirawan Sarwono, mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu masa
dimana:
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksualnya
b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola indentifikasi
dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantugan sosial ekonomi yang penuh
kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.33
3. M. Alisut Sabri, menerangkan bahwa masa remaja merupakan masa yang
penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenal sebagai suatu periode
peralihan, suatu masa perubahan usia bermasalah saat di mana individu
mencari identitas usia yang menakutkan masa tidak realistis dan masa
ambang dewasa.34
Dari beberapa definisi di atas dapat digaris besarkan bahwa remaja
adalah suatu masa transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa
dewasa yang di dalamnya mengalami semua pekembangan sebagai persiapan
memasuki masa dewasa. Remaja adalah masa yang penuh dengan perubahan-
perubahan yang amat cepat menyangkut segi pertumbuhan dan kejiwaan
maupun yang bersifat sosial. Sehingga nampak adanya perubahan-perubahan
33 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), Cet. ke-
3, hal. 6 34 M Alisut Sabri, Pengantar PsikologiUmum dan Perkembangan Anak dan Remaja,
(Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. ke-2, hal. 160
45
itu menyebabkan gejala-gejala kejiwaan dan perilaku sehari-hari yang kadang
terlihat normal dan kadang-kadang bernilai menyimpang.
Selanjutnya sering juga sebagai patokan pengertian remaja dikaitkan
dengan kata “puber” sebutan puber berasal dari “pubertas” dari bahasa latin.
”pubertas berarti laki-lakian yang menunjukkan kedewasaan yang dilandasi
oleh kematangan fisik yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun, pada masa
ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniyah berkaitan dengan proses
kematangan jenis kelamin.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa
yakni antara 12 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa
peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit untuk menentukan
batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan
berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada umur 11 tahun atau
12 tahun pada wanita dan laki-laki lebih tua sedikit.35
Dari uraian semua definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian remaja tidak dapat dipisahkan yaitu masa
remaja merupakan masa transisi (peralihan) dari anak-anak ke masa dewasa
yang mengalami semua perkembangan persiapan memasuki masa dewasa.
Masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut
segi kebutuhan, kejiwaan maupun bersifat pergaulan, sehingga nampak
adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejolak-gejolak kejiwaan yang
terefleksikan dalam tingkah laku sehari-hari yang seringkali terlihat aneh dan
sulit dipahami oleh orang dewasa pada umumnya.
35 Ibid., h. 12
46
Para ahli berbeda pendapat mengenai batasan umur kapan seorang
anak dapat dikatakan sudah memasuki usia remaja. Disini akan penulis
kemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai batasan usia remaja dari
sudut pandang yang berbeda-beda:
1. Dari sudut pandang psikologi, maka “Batas usia remaja lebih banyak
tergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup. Yang
dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaannya, yaitu puber pertama
atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa kira-kira umur
akhir 12 tahun atau permulaan 13 tahun”.36
2. Dari sudut pandang hukum dan perundang-undang, usia remaja adalah “Di
atas 12 tahun dan daibawah18 tahun serta belum menikah”. Artinya
apabila terjadi suatu pelanggaran hukum dari seseorang dalam usia
tersebut, maka hukuman baginya tidak sama dengan orang dewasa.37
3. Dilihat dari analisa terhadap semua aspek perkembangan dalam usia
remaja, maka “Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12
tahun dan 21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun; masa remaja
awal, usia 15-18 tahun; masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun ;
masa remaja akhir”.38
Dari beberapa pendapat mengenai kapan seorang mulai memasuki usia
remaja terdapat kesamaan bahwa seseorang dikatakan sudah memasuki usia
remaja apabila telah mencapai usia 12 tahun, walaupun ada yang berpendapat
36 Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet. ke-2, h.10 37 Ibid., h. 36 38 F.J Monks Et. Al, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet. ke-9, hal.203
47
bahwa mulainya masa remaja pada umur 11 dan 13 tahun, hal ini dikarenakan
mulainya masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik dan ada
beberapa orang yang mengalami perubahan lambat terhadap fisiknya ada pula
yang mengalami perubahan cepat.
Dalam hal ini dapat penulis simpulkan bahwa batasan usia remaja
adalah usia 12/13 tahun dan 21 tahun dengan pembagian masa remaja awal:
12/13 sampai 17 tahun dan masa remaja akhir: 17/18 sampai 21 tahun.
48
BAB III
GAMBARAN UMUM MAJILIS TA'LIM NURUL MUSTHOFA
H. Sejarah Berdirinya
Pada tahun 1998 majlis ta’lim pertama kali di pimpin oleh Habib
Hasan bin Ja’far Assegaf majlis Al-Irfan. Jumlah jamaahnya pun hanya 10
orang. Lima dari bogor dan lima dari Jakarta. Kelima jamaah dari Jakarta
yaitu: Zainal, Syukri, Usman Aray, M. Yamin dan Ma’mun mereka
mengusulkan agar Habib Hasan bin Ja’far As segaf mengajar di Jakarta,
”kalau tetap di bogor dakwah Habib tidak akan berkembang".
Kemudian Habib Hasan melakukan shalat istikharah setelah
sebelumnya melakukan ziarah ke makam kakeknya, Habib Abdullah bin
Muhsin alattas. “setelah itu Habib Hasan bermimpi di suruh ziarah ke makam
Habib Ahmad bin Alwi al-Haddad, yang terkenal dengan sebutan Habib
Kuncung, di Rawajati Kalibata, Jakarta Selatan.
Maka Habib Hasan memulai dakwah dari Jakarta dengan cara
berkeliling dari rumah muridnya tersebut, yaitu Ciganjur, Cilindak, Pasar
Minggu, Kampung Kandang, dan Pondok Indah.
Pada tahun 1999 jama’ah Majlis Ta’lim Al-Irfan semakin banyak, atas
saran H. Jamalih bin H. Piun ssepuh setempat ia memindahkan tempat Ta’lim
ke Masjid Al-Akhyar di Kampung Kandang. Ketika saran itu di laksanakan
yang hadir ada sekitar lima ratus orang. Selanjutnya jalan terbuka lebar
sendiri, masjid-masjid sekitar Cilandak membuka pintunya untuk acara Majlis
Ta’lim Al-Irfan. Karena kewibawaan serta kharisma Habib Hasan, jumlah
49
jama’ah pun bertambah banyak. Yang tadinya hanya sepuluh orang menjadi
seratus orang.
Pada tahun 2000, jama’ahnya bertambah kurang lebih delapan ratus
orang, atas saran Habib Umar bin Hafidz dari Tarim, dan setelah dimintakan
pertimbangan kepada Al-‘Alamah Habib Anis bin Al Habsyi, nama majlis
ta’lim al-Irfan diganti manjadi majlis ta’lim nurul musthofa. Majlis ta'lim
nurul musthofa adalah salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT dan Rasulullah SAW, Nurul Musthofa diambil dari nama Rasulullah
SAW yang artinya “ Cahaya Pilihan”.
Pada tahun 2002, syiar Majlis Ta’lim Nurul Musthofa kian meluas
mulai dari Warung Buncit, Mampang Prapatan, sampai ke Kalibata. Jumlah
jama’ahnya pun bertambah menjadi sekitar dua ribu orang. Maka, Habib
Hasan pun membentuk tim Manajemen Nurul musthofa Tim manajemen
inilah yang melakukan gebrakan dan terobosan yaitu mengumpulkan
jama’ahnya dari di suatu tempat, kemudian menuju area pengajian secara
berkonvoi. Hal ini selain untuk menyemarakkan acara juga sebagai syiar
Islam.
Tahun 2003, Majlis Nurul Mustahofa mulai berpindah-pindah tempat
yang asalnya dari rumah menuju ke masjid-masjid, sehingga hampir kurang
lebih lima puluh masjid mendakwahkan ilmu-ilmu agama dengan pembacaan
Ratib Al- Alattas, Maulid Shimtud Durar, Shalawat Nabi, dan pembacaan
kitab Nasahadiniyah yang di karang oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi Al
Haddad.39
39 "Majlis Ta'lim Nurul Musthafa", Majalah Al-Kisah, No. 04/Tahun VI/II, (Februari,
2008), hal, 123-125
50
Tahun 2004, majlis Nurul Musthofa dari yang ratusan menjadi ribuan
orang yang, yang ditambah dengan Mo’idzoh Hasanah oleh guru-guru
diantaranya, KH. Abdul Hayyie Naim, Ust, Adnan Idris, Ust. Imam Wahyudi,
dan masih banyak lagi yang lain untuk mandakwahkan ilmunya dan
menuangkan ilmunya di Majlis Nurul Musthofa.40
Tahun 2005, jumlah jama’ah menjadi sepuluh ribu sampai lima belas
ribu orang. Habib Hasan pindah ke Kampung Manggis di depan Darul Aitam
(baru) di jalan Kahfi 1. di situ membangun rumah dan Mushallah di atas tanah
hibah dari H. Abdul Gofar, Hj. Nur Utami dan H. Masturoh. Pada tahun ini
juga Habib Hasan mengokohkan Yayasn Nuul Musthofa yang diketuai oleh
saudaranya, Habib Abdullah bin Ja’far As Segaf dan Habib Musthofa bin
Ja’far As Ssegaf. Yayasan ini pun mendapatkan izin resmi dari Departemen
Agama RI.
Tahun 2006, Majelis Ta’lim Nurul Musthofa berkembang semakin
pesat. Masyarakat, tua-muda, semakin antusias. Undangan datang tak hanya
dari masjid, tapi juga dari bebagai kalangan masyarakat. Dan dari lima puluh
masjid menjadi dua ratus lima puluh masjid di Jakarta. Pada tahun ini pula,
berdiri rumah kediaman Habib Hasan yang juga menjadi sekretaiat Yayasan
Nurul Musthofa.
Tahun 2007, Yayasan Nurul Musthofa mendirikan gedung khusus
kegiatan Ta’lim diatas tanah hibah, yang terletak persis di belakang kediaman
habib Hasan.
40 Wawancara Pribadi,Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
Jakarta, 20 September 2008.
51
Kesibukan dakwah Habib Hasan memang padat. Ia menghabiskan
usianya yang masih muda dengan berjuang menegakkan kalimat Allah dan ia
mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk berdakwah, mensyiarkan ajaran
Rasulullah SAW. Ia ibarat lentera yang menyinari kegelapan dan beliau
memberikan penerangan agama Islam kepada siapa saja yang
menginginkannya dan membutuhkannya.
Adapun tujuan dakwah habib Hasan Assegaf adalah menjujung tinggi
al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Mengajak para pemuda dan pemudi,
orang-orang tua maupun anak kecil berdzikir dan bershalawat. Mengikuti
kakek moyang beliau sampai kejunjung Nabi Besar Muhammad SAW. Dan
mengajak para muslimin dan muslimat membaca al-Qur’an, membaca Ratib
Al-Atas dan Ratib Al-Haddad, mengenalkan salaf sholihin dengan berziarah
kepada para wali Allah ke tempat orang-orang Shaleh, dan membesarkan
nama Rasulullah dengan pembacaan maulid Nabi.41
I. Visi, Misi dan Tujuan
Adapun visi, misi dan tujuan didirikannya Majlis Ta'lim Nurul
Musthofa adalah:
Visi :
Semata-mata untuk mengajak kepada Ummat manusia lebih khususnya
generasi muda untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya dan juga
untuk mengajak manusia untuk kembali kepada ajaran-ajaran agama Islam
yang sebenarnya.
41 Wawancara Pribadi, Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul, Musthofa
Jakarta, 20 September 2008.
52
Misi :
Mengkhususkan kepada generasi muda agar memfigurkan dan
mengidolakan satu sosok manusia pilihan yaitu Nabi Muhammad SAW agar
menjadi generasi muda yang mempunyai akhlak yang mulia.
Tujuannya :
Menggalang atau menjalin silaturahim diantara sesama ummat
manusia lebih khusus umat Islam
Yaitu dengan satu visi, misi dan tujuan yang tidak menyimpang
dengan tujuan adanya ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana yang dibawa
oleh para Anbiya Walmursalin.
Visi dan misi diatas merupakan wujud nyata dari UUD 45 yang
tercantum dalam bab XII pasal 31 yang berbunyi; tiap-tiap warga Negara
berhak mendapatkan pengajaran.42
J. Sarana dan Prasarana
Sarana Prasarana Majlis Ta'lim Nurul Musthofa
2. Sekretariat Majlis Ta'lim Nurul Musthofa
3. Aula majlis ta'lim nurul musthafa
4. Outlet busana muslim
5. Komputer (3 buah)
6. Proyektor (6 buah)
7. Soudsystem
42 Undang-undang Dasar 1945 BAB XII Pasal 31.
53
8. Hadroh (13 buah)
9. Layar (6 buah)
10. Panggung 43
K. Struktur Organisasi
Organisasi keberadaannya sangat diperlukan dalam suatu kelompok
manusia yang hidup bersama dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Apalagi dalam suatu lembaga pendidikan baik formal maupun
informal sebagai wadah dari usaha kerja sama sekelompok manusia dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan.
Sedangkan Burhanuddin mendefinisikan organisasi adalah suatu
system yang mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan
penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan berhubungan satu
sama lain dengan satu cara yang terkoordinasi dengan baik dan komeratif guna
mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan.44
Dari definisi di atas menurut hemat penulis bahwa organisasi adalah
kumpulan dari beberapa orang yang bekerja sama untuk mewijidkan visi dan
misi yang ditetapkan.
Adapun struktur organisasi Majlis Ta'lim Nurul Musthofa adalah
sebagai berikut:
43 Wawancara Pribadi, Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul,
Musthofa Jakarta, 20 September 2008 44 Burhanudin, Organisasi, Tugas, dan Fungsi Aparat Pendidikan, (Surabaya : IKIP
Malang, 1989), Cet. ke-2, hal.22.
54
Pelindung : Bapak Dr. Ing. H. Fauzi Bowo (Gubernur DKI Jakarta)
Bapak KH. Hasyim Muzadi (Ketua PBNU)
Bapak Adrianto Supoyo
Pembina : Sayyed Hasan bin Ja’far Assegaf
Penasehat : Abu Bakar, SH, MM
Habib Musthafa bin Ja’far Assegaf
Bastriandi, SH
Drs. Djohari
Pengawas : Makmun Supriyadi, Skom
Ketua Umum : Habib Abdillah Assegaf
Sekretaris Umum : Zaenal Arifin
Bendahara Umum : Usman Array, SE
Bidang Dana : Dayat, Fauzan
Bidang Humas : Mulyadi, Kusyori
Bidang Keagamaan: Rohimin, M.Sholeh
Bidang Sosial : Kevin, Budiansyah
Anggota : Musthafa, Abdurrahman, Abdurrahim, Sugiyanto,
Solihin, H. Masturo, H. Ahmad, H. Abdullah, Ahmad,
Abdul Qodir, Lutfi, Muhammad Zein, Hendra, Ncas,
Bombom, Muammad Riva’i, Kahaerulloh, Jasa
Muhammad Robbi, ramdani, Rizal Muhammad, Zaini,
Helmi, Dan seluruh komunitas peduli Majlis Ta’lim
Nurul Musthafa Jabodetabek.
55
L. Profil Habib Hasan bin Ja’far Assegaf
1. Silsilah Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf
Al Habib Hasan Bin Ja’far bin Umar bin Ja’far bin Syaikh bin
Abdullah bin Segaf bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin
ahmad bin Abdurahman Seggaf bin Ahmad Syarif bin Abdurahman bin
Alwi bin Ahmad bin Alwi bin syekhul Kabir Abdurahman Asseggaf bin
Muhammad maula Dawileh bin Ali bin Alwi Ghuyur bin Al Faqihil
Muqqodam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Mirbath bin Ali
Kholi Qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin
Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi
bin Ja’far Sodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam
Husain Assibit bin Imam Ali Karamallah Wajha bin Fatimah Al Batul
Binti Nabi Muhammad SAW.45
Habib Hasan bin Ja’far Assegaf lahir di Bogor, 26 Februari 1977.
Habib Hasan adalah cucu dari seorang ulama yang besar pada zamannya
yaitu Al Imam Al Qutub Al Habib Abdullah bin Muhsin Alatas sebagai
pemimpin para wali dizamannya. Silsilah beliau manyambung dari
ibundanya, yaitu Fatimah binti Hasan bin Muhsin bin Abdullah Alatas.
Karena keberkahan dari sang kakek habib hasan bin ja'far assegaf menjadi
habib muda yang selalu berjuang menegakan kalimat Allah. Habib Hasan
Assegaf pada tahun 2004 melamar seorang gadis dari Jakarta Syarifah
Muznah binti Ahmad Al Haddad, keponakan Habib Abdul Qadir bin
45 Http : www. Google/ Nurul Musthafa. Com. Diakses pada tanggal 5 September 2008.
56
Ahmad Al Haddad. Pernikahan ini berlangsung kini sudah di karunia tiga
anak: Rogayah (5), Attos Abdullah (4), dan Ali (3).46
2. Pendidikan
Habib Hasan Assegaf belajar dengan para habaib dan ulama,
diantaranya:
1. Al Imam Al Hafidz Al Musnid Al Habib Abdullah bin Abdul Qadir
Bilfaqih dan putera-putera beliau: Habib Abdul Qadir bilfaqih, Habib
Muhammad Bilfaqih, Habib Abdurrahman Bilfaqih (Pondok Pesantren
Darul Hadist Al Faqihiyah, Malang Jawa timur)
2. Syekh Abdullah Abdun (malang, Jawa timur)
3. Syekh Umar Bafadol (Surabaya, Jawa Timur)
4. Al Imam Al Arif Billah Al Habib Abdurrahman bin Ahmad bin abdul
Qadir Assegaf dan putera-putera beliau diantaranya Al Habib Ali bin
Abdurrahman Assegaf (yayasan Ats-Tsaqofah Al Islamiyah Tebet,
Jakarta Selatan)
5. Al Habib Muhammad Anis bin alwi Alhabsyi (selaku yang
mengijazahkan maulid Simtudduror)
6. Al Habib Abdullah bin Husain Syami Alatas
7. Al Habib Abu Bakar bin Hasan alatas, (Martapura)
8. KH. Dimyati (Banten)
9. KH. Mama Satibi (Cianjur)
46 Wawancara Pribadi dengan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Jakarta, 18 September
2008
57
10. KH .Buya Yahya (Bandung)
11. Muallim Sholeh (Bogor)
3. Karangan Habib Hasan bin Ja'far Assegaf
Habib Hasan banyak mengarang atau menulis kitab-kitab shalawat
untuk mengenal generasi pemuda agar mengenal dan lebih cinta kepada
nabi Muhammad. Dan beliau menukil dari kitab-kitab shalawat daripada
orang-orang shaleh dan membuat satu buku yang buku tersebut adalah
berisi kepada shalawat kepada nabi Muhammad yang berjudul "Miftahul
Rubbaniyah" dan "40 shalawat pilihan".47
M. Kegiatan dan Pelaksanaan Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dalam hal ini melaksakan dan kegiatan
pengajian rutin, pengajian mingguan dan ziarah.
1. Pelaksaan dan Kegiatan Pengajian Rutin
Pelaksanaan dan kegiatan pengajian rutin dilaksakan di kediaman
Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Setiap malam ba’da magrib sampai isya.
Pengajian rutin ini dihadiri para jama’ah sekitar 200 samapai 300 jama’ah.
Kegiatan pengajian rutin diantaranya:
47 Wawancara Pribadi dengan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, 20 September 2008.
58
N0 HARI KITAB
1
2
3
4
5
6
Malam Senin
Malam Selasa
Malam Rabu
Malam Kamis
Malam Jum’at
Malam Sabtu
Syarah Ainiyah
Safinatun Najah
Riyadhus Shalihin
Shalawat nama-nama Nabi
Kitab Arbain
Aqidatul Awwam
Pengajian rutin ini diajarkan langsung oleh Habib Hasan bin Ja’far
Assegaf
2. Pelaksanaan dan kegiatan pengajian mingguan.
Pelaksanaan dan kegiatan pengajian mingguan ini di laksanakan
berpindah-pindah di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat,
Depok, Tanggarang dan sekitarnya.
Pengajian malam mingguan ini berbeda dengan pengajian rutin
karena pengajian mingguan ini yang digelar berpindah-pindah tempat yang
dihadiri ribuan jama'ah yang mayoritas para remaja dan pemuda dari
pelosok kota Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya. Bagi mereka,
pengajian malam mingguan bersama Majelis Ta’lim Nurul Musthofa
pimpinan Habib Hasan bin Ja'far assegaf itu lebih bermanfaat dan berkah
ketimbang jalan-jalan.
Kegiatan pengajian malam mingguan Majlis Ta'lim Nurul
Musthafa antara lain:
1) Kegiatan Awal
Pembukaan disampaikan oleh Habib Abdullah Assegaf yaitu
mengucapkan terima kasih kepada sohibul hajat dan kepada sohibul
59
wilayah atas terlaksananya Majlis Nurul Musthafa. Setelah itu
pembacaan ratib al-Athas, Asmaul Husna, dan maulid nabi yang di
bacakan oleh Habib Hasan bin Ja'far Assegaf secara bergantian. Dan
pembacaan kitab nashahi diniyah karangan Habib Abdullah Al haddad
yang dibaca oleh Habib Abdullah Assegaf.
2) Kegiatan Inti
Ceramah agama yang di sampaikan oleh Habib Hasan Assegaf,
dan para habaib dan ustad-ustad di antaranya Habib Musthafa Assagaf,
KH. Adnan Idris, KH. Hayyi Naim dan lain-lainya.
3. Kegiatan Akhir
Pembacaan do'a dengan kalimat tauhid yang di pimpin oleh Habib
Hasan Assegaf. Pada saat Habib Hasan bin Ja'far Assegaf menyebut nama
Nabi Muhammad SAW selalu diiringi dengan mengucurkan air mata. Hal
ini merupakan bukti kecintaan yang dalam dan tulus Habib Hasan Assegaf
kepada Rasulullah SAW. Begitu pula pada acara Majlis Ta'lim atau
pengajian mingguan Habib Hasan Assegaf selalu mengajak para jama'ah
bertawasul dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan
mengucurkan air mata. Tentu saja hal ini bukan dimaksud dengan di buat-
buat. bahwa perbuatan tersebut menyerupai perbuatan agama lain atau
acara-acara aliran sesat. Padahal bukti ketulusan cinta yang mendalam
apabila menyebut dan mengingat yang dicintai, sadar atau tidak sadar jiwa
akan bergetar. Dari getaran jiwa tersebut, karena kesucian dan keseriusan
cinta maka akan bercucurlah air mata.
60
G. Metode Yang Di Sampaikan
Metode dakwah yang dilakukan oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf
adalah metode Idividual yaitu Habib Hasan mengumpulkan anak muda dan
menasehatinya agar didalam hatinya timbul rasa untuk mencintai Allah SWT
dan Rasulnya Nabi kita Muhammad SAW, karena mnurutnya dengan cinta
manusia mengikuti orang yang dia sayangi dan dicintai. Habib Hasan memulai
dakwahnya debgan membaca Al-Qur’an dilanjutkan dengan pembacaan
Ratibul Haddad dan Ratibul Al-Athas kemudian dilanjutkan lagi dengan
membacakan maulid dan yang terakhir baru beliau ceramah agama.
Materi yang disapmpaikan oleh Habib Hasan adalah lebih menekankan
pada pengenalan para jama’ahnya kepada figur Nabi Muhammad SAW. Agar
anak muda lebih mengenal kepada figur-figur orang yang dekat dengan Allah,
karena menurutnya “Tidak akan mengenal suatu agama kecuali mereka harus
mengenal orang-orang yang membawa islam” yaitu pembacaan Maulid
Simtud durrar dan ratib al-Athos dan Ratib al-Haddad.
Kesuksesan dan kemajuan yang cepat dalam mensyiarkan agama islam
di karenakan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dan para sahabatnya hanya
menyampaikan tentang kecintaan kepada Allah dan Rasulullah saw dan tidak
pernah berkeinginan berhubungan dengan politik dunia beliau hanya memilih
pelajaran tentang Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmatan lil’alamin
sehingga membuat pelajaran mudah dimengerti dan diterima.
Dengan kelembutan dan kasih sayang serta mengamalkan kelembutan
Illahi serta keindahan ajaran agama Nabi Muhammad SAW kepada seluruh
61
lapisan masyarakat, dan juga dengan diiringi lantunan berbagai bacaan mulia
seperti shalawat, qhasidah burdah, dan perjalanan hidup Rasulullah yang
tercantum dalam Maulid Simtuddurrar.
Sekian banyaknya jama’ah khususnya para remaja yang mengikuti
majlisnya, karena beliau menekankan pada mereka tentang kasih sayang
sesama ummat seperti yang di contohkan oleh Rasulullah SAW..
Selain itu Habib Hasan bin Ja’far Assegaf juga menggunakan media
tulis seperti buku atau majalah dan media televisi dan radio Alaikassalam (Ras
95,5 FM).48
48 Wawancara Pribadi dengan Ustad Zaenal Arifin, sekretaris Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa Jakarta, 20 September 208.
62
BAB IV
HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BIN JA’FAR
ASSEGAF DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA
DI MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA
A. Deskripsi Data
Dari hasil pengumpulan data penelitian yang di lakukan penulis,
selanjutnya penulis memilih 29 sampel remaja aktif di Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa atau 30.70% dari populasi 175 remaja Majelis Ta’lim Nurul dan
telah memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan diantaranya adalah
telah mengikuti proses bimbingan Agama Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
sebagaimana dibawah ini :
Tabel 3
Data Remaja Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
NO NAMA Jenis
Pekerjaan Usia
1 Abdullah Pelajar 16
2 Abdul Rozak Pelajar 16
3 Abdul Qodir Pelajar 16
4 Zaenal Arifin Pelajar 20
5 Usman Array Pelajar 15
6 Hidayatullah Pelajar 17
7 Fauzan Pelajar 15
8 Suryadi bin Pelajar 15
9 Mulyadi Pelajar 17
10 Rohimin Pelajar 18
11 M. Sholeh Pelajar 18
12 Kevin Pelajar 19
13 Budiansyah Pelajar 19
14 Musthofa Pelajar 19
15 Abdurrahman Pelajar 20
16 Abdurrahim Pelajar 20
63
17 Sugiyanto Pelajar 17
18 Lutfi Pelajar 21
19 M. Zein Pelajar 18
20 Hendra Pelajar 20
21 M. Riva’i Pelajar 16
22 Khairullah Pelajar 20
23 M. Rabbi Pelajar 20
24 Ramdani Pelajar 19
25 Rizal Muhamad Pelajar 19
26 Zaini Pelajar 19
27 Helmi Pelajar 17
28 Bom-bom Pelajar 17
29 Bastriadi Pelajar 16
B. Analisa Data
1. Analisis Variabel Akhlak Remaja Terhadap Bimbingan Agama
Habib Hasan bin Ja’far Assegaf
Hasil penelitian data kuisioner dari tiga puluh sampel remaja atau
30.70% dari populasi 175 remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa telah
didapatkan data-data yang akan dijelaskan sebagai berikut untuk
menjelaskan variabel bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf
dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. Untuk
mengetahui besarnya bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf
dalampembinaan akhlak remaja di Majlis Talim Nurul Musthofa bagi 29
sampel, dapat diamati dari tabel dibawah ini :
64
Tabel 4
Remaja Dalam Memahami Tujuan Bimbingan Agama
di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE
Sangat Paham 14 46,6 %
Paham 10 33,5 %
Ragu-ragu - -
Tidak Paham 6 20,5 %
Sangat Tidak Paham -
Jumlah 29 100 %
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa remaja memahami
tujuan dari bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa adalah
baik, sehingga pada akhirnya remaja dapat memahami dan menerima apa
yang telah disampakan oleh pembimbing. Selanjutnya untuk mengetahui
besarnya akhlak remaja terhadap keberadaan bimbingan Agama di Majlis
Ta’lim Nurul Musthofa dari 29 sampel, yang merupakan indikator dari
variabel bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam
pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dapat diamati
dari tabel dibawah ini :
Tabel 5
Tanggapan remaja dalam Bimbingan Agama
di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa
JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE
Sangat Setuju 12 36 %
Setuju 9 27 %
Ragu-ragu 9 27 %
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 29 100 %
65
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan remaja dalam
bimbingan Agama Di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dari 29 sampel
adalah sangat baik. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya akhlak remaja
dalam proses bimbingan Agama Di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa yang
merupakan bagian dari indikator variabel bimbingan agama Habib Hasan
bin Ja’far assgaf dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa dapat diamati dari tabel dibawah ini :
Tabel 6
Akhlak Remaja Dalam Proses Bimbingan Agama
di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE
Sangat Suka 9 27 %
Suka 4 12 %
Ragu-ragu 7 21 %
Tidak Suka 8 24 %
Sangat Tidak Suka 2 6 %
Jumlah 29 100 %
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam
proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa adalah cukup
baik. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya akhlak remaja dalam
mengerjakan berbagai kegiatan bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa dari 29 sampel yang merupakan indikator dari variabel
bimbingan Agama dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa dapat diamati dari tabel dibawah ini
66
Tabel 7
Remaja dalam Mengerjakan Berbagai Kegiatan Bimbingan Agama
di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE
Sangat Setuju 14 42 %
Setuju 10 33 %
Ragu-ragu 6 20 %
Tidak Setuju - -
Sangat Tidak Setuju - 100 %
Jumlah 29 100 %
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam
mengerjakan berbagai kegiatan bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa adalah baik. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya akhlak
remaja dalam proses dari bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa dari 29 sampel yang merupakan bagian dari indikator variabel
bimbingan agama dapat diamati dari tabel dibawah ini :
Tabel 8
Remaja Merasakan Proses Bimbingan Agama
di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE
Sangat berguna 10 33 %
Berguna 8 24 %
Ragu-ragu 8 24 %
Tidak Berguna 4 12 %
Sangat Tidak Berguna - -
Jumlah 29 100 %
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa remaja dalam
merasakan proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
adalah baik. Dengan demikian dari data indikator bimbingan agama dalam
pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa berdasarkan
67
hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum akhlak
remaja dalam bimbingan agama adalah baik, Selanjutnya untuk
mengetahui besarnya variabel aspek Akhlak remaja di Majlis Ta’lim
Nurul Musthofa dapat diamati dari tabel dibawah ini.
b. Analisis Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
Hasil penelitian data kuisioner dari tiga puluh sampel remaja atau
30.70% dari populasi 175 remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa telah
didapatkan data-data yang menjelaskan variabel pembinaan akhlak remaja
di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. Untuk mengetahui besarnya variabel
dapat diamati dari tabel dibawah ini :
Tabel 9
Akhlak Remaja Memahami Tugas dan Tujuan Hidup Manusia
dalam Melaksanakan Ibadah
JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE
Sangat Paham 4 12 %
Paham 3 10 %
Ragu-ragu 5 16 %
Tidak Paham 6 20 %
Sangat Tidak Paham 12 36 %
Jumlah 29 100 %
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam
memahami tugas dan tujuan hidup manusia dalam melaksanakan ibadah di
Majlis Ta’lim Nurul Musthofa adalah kurang baik. Selanjutnya untuk
mengetahui besarnya akhlak remaja dalam memahami bersyukur kepada
Allah di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, dapat diamati dari tabel dibawah
ini:
68
Tabel 10
Akhlak Remaja dalam Memahami Bersyukur Kepada Allah
JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE
Sangat Paham 1 3 %
Paham 3 10 %
Ragu-ragu 7 21 %
Tidak Paham 9 27 %
Sangat Tidak Paham 10 33 %
Jumlah 29 100 %
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam
memahami bersyukur kepada Allah di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
adalah kurang baik. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya akhlak remaja
memahami pentingnya kejujuran dan tanggung jawab, dapat diamati dari
tabel dibawah ini :
Tabel 11
Akhlak Remaja dalam Memahami Kejujuran dan Tanggung Jawab
JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE
Sangat Setuju 3 10 %
Setuju 2 6 %
Ragu-ragu 5 16 %
Tidak Setuju 5 16 %
Sangat Tidak Setuju 15 50 %
Jumlah 29 100 %
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam
memahami kejujuran dan tanggung jawab di Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa adalah kurang baik. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya
akhlak remaja dalam memahami adab kepada orang tua, dapat diamati
dari tabel dibawah ini:
69
Tabel 12
Akhlak Remaja dalam Memahami Adab Kepada Orang Tua
JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE
Sangat Paham 1 3 %
Paham 2 6 %
Ragu-ragu 8 24 %
Tidak Paham 8 24 %
Sangat Tidak Paham 11 36 %
Jumlah 29 100 %
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam
memahami adab kepada orang tua adalah baik. Selanjutnya untuk
mengetahui besarnya akhlak remaja dalam memamahami kesabaran adalah
modal terpenting , dapat diamati dari tabel dibawah ini:
Tabel 13
Akhlak Remaja dalam Memahami
Kesabaran adalah Modal Terpenting
JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE
Sangat Paham 1 3 %
Paham 3 10 %
Ragu-ragu 8 24 %
Tidak Paham 8 24 %
Sangat Tidak Paham 10 33 %
Jumlah 29 100 %
Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa akhlak remaja Dalam
Memahami Kesabaran adalah Modal Terpenting adalah kurang baik.
Dengan demikian dari data indikator pembinaan akhlak remaja di Majlis
Ta’lim Nurul Musthofa dapat disimpulkan bahwa secara umum adalah
cukup baik, Selanjutnya untuk mengetahui bimbingan agama Habib Hasan
dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nuru Musthofa
dijelaskan di bawah ini
70
c. Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam
Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa
Hasil penelitian data kuesioner dari tiga puluh sampel remaja atau
30.70% dari populasi 175 remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa telah
didapatkan data-data yang persepsi remaja terhadap bimbingan agama
dalam pembinaan Akhlak di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. untuk
menjelaskan variabel terhadap proses bimbingan Agama dengan Akhlak
remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. dapat diamati dari tabel dibawah
ini:
Tabel 14
Pembinaan Akhlak Remaja
(Variabel X)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml
1 5 3 3 5 5 5 5 3 1 1 36
2 4 4 5 2 5 5 5 3 5 5 43
3 5 1 4 5 4 3 3 5 5 5 40
4 4 4 4 3 4 5 5 4 1 2 36
5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 46
6 5 4 4 5 2 4 4 1 5 5 39
7 4 3 3 3 4 5 5 2 5 4 38
8 3 4 3 5 3 3 3 2 5 1 34
9 4 5 5 3 4 4 4 4 4 2 39
10 3 5 3 3 3 4 4 3 3 1 32
11 3 2 3 3 3 5 4 3 5 3 34
12 3 3 5 3 2 3 5 5 2 1 32
13 4 5 4 2 5 3 4 3 5 3 38
14 3 5 3 4 4 4 3 5 4 3 38
15 5 4 3 4 3 5 4 4 4 5 41
16 4 5 5 3 3 2 2 2 2 3 31
17 5 5 3 5 4 4 5 4 5 5 45
18 4 1 3 2 3 1 3 5 1 5 28
19 2 5 3 5 2 4 4 4 5 1 35
20 5 3 5 4 5 4 5 4 4 5 44
21 2 5 4 5 4 5 5 5 5 4 44
22 4 3 4 5 5 5 3 5 5 2 37
71
23 4 2 4 4 5 3 4 4 4 5 35
24 2 3 5 2 5 3 3 4 4 4 35
25 4 3 5 3 4 5 4 3 2 5 38
26 5 5 3 5 5 3 5 5 5 2 41
27 4 5 3 3 3 3 5 2 2 5 39
28 4 5 5 4 3 4 5 4 4 3 40
29 2 4 3 3 4 4 4 2 2 4 35
Jml 1090
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa
secara umum akhlak remaja terhadap bimbingan Agama di Majlis Ta’lim
Nurul Musthofa adalah baik. Selanjutnya dijelaskan indikator pembinaan
akhlak remaja dalam tabel di bawah ini
Tabel 15
Aspek Akhlak Remaja
(Variabel Y)
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jml
1 2 5 3 4 5 3 4 4 4 3 37
2 4 5 4 3 3 3 4 3 4 4 37
3 5 4 3 5 5 3 5 4 4 3 41
4 4 4 5 5 5 3 5 4 3 3 41
5 4 3 4 2 4 4 5 5 5 5 41
6 5 5 3 1 5 5 2 5 4 2 37
7 5 5 5 5 5 5 2 5 3 5 45
8 5 3 2 4 5 3 4 3 4 3 36
9 4 2 1 1 3 1 4 1 5 4 26
10 2 2 3 2 3 2 2 1 2 3 22
11 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 46
12 4 3 5 5 4 4 5 4 4 4 42
13 4 3 4 3 5 3 4 4 5 4 39
14 2 2 2 2 2 3 4 4 4 3 28
15 4 3 4 4 4 3 2 3 3 4 34
16 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 36
17 5 4 4 2 5 3 4 4 3 5 39
18 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 39
19 5 4 3 4 3 3 4 3 4 3 36
20 5 4 4 3 5 3 4 5 3 5 39
21 4 4 4 4 3 2 5 3 4 4 37
22 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49
23 5 5 3 3 5 4 5 4 5 5 44
24 2 3 2 2 3 1 2 3 4 3 25
72
25 5 5 2 5 5 3 3 4 3 5 40
26 5 3 2 2 3 2 4 5 2 4 32
27 2 5 2 3 4 1 5 3 5 4 34
28 2 3 4 5 5 5 5 5 4 4 42
29 4 4 4 5 3 1 4 3 3 3 34
Jml 1078
Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa
secara umum akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa adalah
cukup baik. Selanjutnya dijelaskan analisis akhlak remaja terhadap
bimbingan agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dengan langkah-
langkah analisis sebagai berikut:
Tabel 16
Hasil Nilai Peranan Bimbingan Agama Habib Hasab bin Ja’far Assegaf
dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa
NO SUBJEK X Y XY X2 Y2
1 Abdullah 37 36 1332 1369 1296
2 Abdul Razak 37 43 1591 1369 1849
3 Abdul Kadir 41 40 1640 1681 1600
4 Zaenal Arifi 41 36 1476 1681 1296
5 Usman Array 41 46 1886 1681 2116
6 Hidayatullah 37 39 1443 1369 1521
7 Fauzan 45 38 1710 2025 1444
8 Mulyadi 36 34 1224 1296 1156
9 Rohimin 26 39 1014 676 1521
10 M.Sholeh 22 32 704 484 1024
11 Kevin 46 34 1564 2116 1156
12 Budiansyah 42 32 1344 1764 1024
13 Musthafa 39 38 1482 1521 1444
14 Abdurrahman 28 38 1064 784 1444
15 Abdurrahim 34 41 1394 1156 1681
16 Sugiyanto 36 31 1116 1296 961
17 Solihin 39 45 1755 1521 2025
18 Lutfi 39 28 1092 1521 784
19 M. Zein 36 35 1260 1296 1225
20 Hendra 39 44 1760 1600 1936
21 M. Riva’i 37 44 1628 1369 1936
22 Khairullah 49 37 1813 2401 1369
23 M. Robbi 44 35 1540 1936 1225
24 Ramdani 25 35 875 625 1225
73
0608 , 0
83932
5106
704474442
5106
) 22041 ).( 31962 (
5106
] 1188100 1210141 ].[ 1162084 1194046 [
1175020 180126
] 1090 41729 . 29 ][ 1078 41174 . 29 [
) 1090 . (1078 ) 40694 . 29 (
] ) ( . ].[ ) ( . [
) . ( ) (
2 2
2 2 2 2
=
=
=
=
− −
− =
− −
− =
− −
− =
y y N x x N
y x xy N Rumus
25 Rizal Muhammad 40 38 1520 1600 1444
26 Zaini 31 41 1271 961 1681
27 Helmi 34 39 1326 1156 1521
28 Bom-bom 42 40 1680 1764 1600
29 Bastriadi 34 35 1190 1156 1225
N = 29 X =
1078
Y =
1090
XY
40694
X2
41174
Y2
41729
Dari hasil penghitungan data di atas didapatkan angka product
korelasi moment sebesar 0, 0608 yaitu nilai yang lebih kecil dari 0,20.
Dari angka tersebut secara sederhana dapat diinterpretasikan dari rumus
product momen bahwa telah terjadi hubungan positif antara variabel X dan
variabel Y atau dalam kata lain terdapat hubungan positif Habib Hasan bin
Ja’far Assegaf (X) dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul
Musthofa (Y)
74
Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan sebuah hubungan,
selanjutnya diinterprtetasikan besarnya product momen dikonfirmasikan
dengan bagan interpretasi product momen dibawah ini :
BESARNYA
“R” PRODUCT
MOMENT
INTERPRETASI
0,00 – 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi sangat rendah. Maka dianggap tidak
ada korelasi
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi lemah
atau rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sedang
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi kuat
atau tinggi
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sangat
kuat atau sangat tinggi
Dari tabel diatas angka product moment yang menunjukan sebesar
0, 0608 ada pada kelas kedua yang memiliki arti bahwa antara variabel X
dan variabel Y terdapat korelasi sangat atau sangat . Maka dari hasil
tersebut dapat disimpulkan tidak ada korelasi Bimbingan Agama Habib
Hasan bin Ja’far Assegaf dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis
Ta’lim Nurul Musthofa.
75
BAB V
PENUTUP
C. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari, mengamati dan menganalisis berbagai
kegiatan bimbingan agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, akhirnya penulis
sampai pada tahap dari seluruh pembahasan dalam bab-bab tersebut. Maka
penulis merumuskan kesimpulan sebagai berikut:
Bentuk kegiatan Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dalam meningkatkan
pemahaman keagamaan. Pengajian Majlis Ta’lim Nurul Musthofa ini
dilaksakan pada setiap hari minggu-sabtu jam 18.00-21 dan hari sabtu jam 21-
00. adapun bentuk kegiatannya yaitu pembacaan ratib al-Athas, mauled
simtuddurrar dan ceramah.
Metode yang digunakan bimbingan agama di Majlis Ta’li Nurul
Musthofa oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf adalah ceramah, pembahasan
simtuddurar dan Tanya jawab dan terkadang menggunakan komunikasi antar
pribadi, biasanya metode yang terakhir Habib Hasan gunakan apabila jama’ah
sedang tidak terlalu banyak.
Selanjutnya karena tidak ada korelasi antara kegiatan bimbingan
agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf terhadap pembinaan akhlak remaja,
maka bisa pula tidak ada pengaruh bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far
76
Assegaf terhadap pembinaan akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul
Musthofa.
D. Saran-saran
Untuk memajukan serta meningkatkan keberadan Majlis Ta’lim nurul
Musthofa, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Kepada pemerintah mudahkanlah segala perizinan apabila Habib Hasan
bin Ja’far Assegaf ingin melaksanakan dakwahnya agar para remaja dan
pemuda tidak bertambah dari kesesatan ajaran Allah dan Rasulullah.
2. Kepada para remaja teruslah berjuang dalam mencari ridha Allah dan
syafaat nabi Muhammad SAW.