Post on 31-Jan-2018
1
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN
KESIAPAN KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Oleh :
Reni Tri Wijayanti
Emi Zulaifah
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
2
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN KESIAPAN
KERJA PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________
Dosen Pembimbing Utama
(Drs. Emi Zulaifah, M. Sc)
3
HUBUNGAN ANTARA EFIKASI CORE SKILLS DENGAN KESIAPAN KERJA
PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR
Reni Tri Wijayanti Emi Zulaifah
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Asumsi awal yang diajukan adalah ada pengaruh positif antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir dimana semakin kuat efikasi core skills subyek maka pengaruhnya terhadap kesiapan kerja semakin meningkat dan juga berlaku sebaliknya.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir yaitu yang sedang menempuh mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Pemilihan responden dilakukan dengan metode purposive sampling. Subjek yang diambil berjumlah 100 orang.
Data diungkap dengan menggunakan metode angket dimana angket yang digunakan ada dua yaitu (1) Angket Efikasi Core Skills yang disusun berdasarkan teori dari Buku Pedoman Core Skills Scottish Qualification Authorithy (2003). Terdiri dari 51 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara 0,218-0,702 serta koefisien korelasi Alpha sebesar 0,937. (2) Angket Kesiapan Kerja yang dibuat dengan mengacu pada aspek-aspek kesiapan kerja yang dikemukakan oleh Ward dan Riddle (2002) yang terdiri dari 76 aitem dengan koefisien korelasi aitem total bergerak antara -0,143-0,692 serta koefisien korelasi Alpha sebesar 0,953.
Metode analisis data yang digunakan adalah tekhnik Analisis Korelasi Product Moment Pearson. Perhitungannya dilakukan dengan program SPSS 15.0 for windows. Hasilnya menunjukkan efikasi core skills memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada kesiapan kerja mahasiswa semester akhir. Koefisien korelasi efikasi core skills dengan kesiapan kerja adalah 0,740 dengan p = 0,000 (p<0,01). Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Efikasi core skills, kesiapan kerja
4
PENGANTAR
Berdasarkan data dari BPS bahwa pada tahun 2007 terdapat 10.547.917
orang pengangguran. Diantaranya terdapat 409.890 adalah lulusan dari
universitas. Ketua Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi (BKSP) Provinsi Jawa
Tengah, Hertoto (2007) mengkritisi kebijakan pemerintah Indonesia soal
rancangan pendidikan dan industri. Ini terbukti, ketika mahasiswa Indonesia
melaksanakan magang, persiapan tenaga kerja hanya mencapai 30 persen. Jika
dibandingkan di Jepang, mahasiswa magang memiliki persiapan tenaga kerja
mencapai 80 persen. Menurut Simanjuntak (2004), masalah ketenagakerjaan
juga mencakup masalah pengupahan dan jaminan sosial, penetapan upah
minimum, syarat-syarat kerja, perlindungan tenaga kerja, penyelesaian
perselisihan, kebebasan berserikat dan hubungan industrial, serta hubungan dan
kerjasama internasional. Semuanya mengandung dimensi ekonomis, sosial dan
politis. Dengan kata lain, masalah ketenagakerjaan tersebut mempunyai dimensi
yang beragam, cakupan luas dan sangat kompleks.
Permasalahan tenaga kerja, tak hanya terletak pada ketersediaan
lapangan kerja. Tetapi juga disebabkan oleh ketidaksesuaian kompetensi
pendidikan untuk menembus lapangan pekerjaan (Radar Jogja, 2 Mei 2007).
Menurut Sudhamek (2007), Bila dipikirkan dengan mendalam, maka faktor paling
utama di dalam perusahaan agar mampu mempertahankan serta meningkatkan
daya saing, adalah sumber daya manusianya. Sumber daya manusia (SDM)
menjadi faktor kunci, karena mesin dan peralatan bisa dibeli, modal kerja bisa
dicari, namun setelah semuanya tersedia maka dibutuhkan SDM yang mau dan
mampu (kompeten) untuk menjalankannya.
5
Mahasiswa semester akhir merupakan calon lulusan yang kemudian akan
melanjutkan ke dunia kerja. Mahasiswa merasa yakin bahwa dirinya siap untuk
masuk dunia kerja walaupun nantinya belum mengetahui jenis pekerjaan yang
akan di dapat. Hal ini dikarenakan mahasiswa merasa nantinya akan belajar
pekerjaan itu setelah mengetahui jenis pekerjaan yang didapatnya. Mahasiswa
juga ada yang belum yakin dengan kompetensi yang dimilikinya tetapi yakin
dengan dirinya bahwa ia mampu dan siap untuk masuk dunia kerja. Hal ini
dipertegas oleh Nia (2007), salah satu mahasiswa semester akhir Fakultas
Psikologi mengatakan bahwa dirinya merasa belum terlalu siap bekerja, mungkin
harus belajar sedikit-sedikit karena tidak menegtahui bagaimana di lapangannya.
Saya rasa dengan proses belajar itu akan bisa.
Menurut Hersey dan Blanchard (1993), ketika seseorang merasa tidak
mampu dan tidak memiliki kesiapan akan menyebabkan seseorang tidak dapat
melakukan tugasnya dengan baik, tidak mampu memimpin, menjadi
prokrastinasi, tidak menyelesaikan tugasnya, sering bertanya tentang tugasnya,
menghindari tugas, dan merasa tidak nyaman.
Kemudian menurut Ward dan Riddle (2002), untuk memiliki kesiapan
kerja yang tinggi diperlukan beberapa hal yaitu 1. Employability, employability ini
meliputi, membuat keputusan tentang karir atau kemampuan untuk mengetahui
jenis pekerjaan apa yang sesuai dengan dirinya, ketrampilan atau memiliki
ketrampilan jenis pekerjaan yang diinginkan, mencari pekerjaan atau memiliki
kemampuan untuk mencari pekerjaan, menjaga pekerjaan atau memiliki
kemampuan untuk bisa menjaga pekerjaan yang telah didapatkan, dan mengatur
perpindahan pekerjaan atau mampu mengatur perpindahan pekerjaan, 2.
Dukungan untuk membantu menyelesaikan tantangan. Aspek ini meliputi efikasi
6
diri atau keyakinan diri untuk dapat melakukan yang terbaik, harapan atau
pengharapan akan kesuksesan, dukungan sosial atau jaringan atau hubungan
dengan orang lain yang bisa diakses untuk meminta bantuan, dan pengalaman
atau sejarah pekerjaan yang pernah berhasil dilakukan, 3. Tantangan, aspek ini
meliputi tantangan terhadap diri sendiri , tantangan dari lingkungan, dan
tantangan sistematik atau stress dari keadaan fisik. Tantangan ini harus sudah
dipahami oleh setiap individu untuk masuk dunia kerja (Ward dan Riddle, 2002).
Gould & Harvey (1999), menjelaskan bahwa penerimaan karyawan yang
diambil dari lulusan dipengaruhi juga dua kombinasi yaitu pengalaman kerja
penuh dan part time. Kemudian kapasitas akademik yang dilambangkan dengan
gelar sarjana dan perolehan nilai, kontribusinya tak lebih dari 30% hingga 40%
pada pencapaian karir seseorang. Sisanya, justru ditentukan oleh soft skill, mulai
dari kemampuan berkomunikasi, bekerja dalam tim, kemampuan beradaptasi,
serta pemikiran yang terbuka (Kompas, 10 Juli 2007). Hal ini menjelaskan bahwa
dalam dunia kerja perolehan nilai dalam kuliah hanya memberikan kontribusi 30-
40 % saja, selebihnya dipengaruhi oleh kemampuan soft skills. Jamil (2007),
menyatakan bahwa di dunia kerja ini penggangguran terus bertambah setiap
tahunnya khususnya penggangguran dari lulusan perguruan tinggi dan ia
menjelaskan permasalahan atau hal yang masih dipertanyakan mengenai
sarjana-sarjana yang masih segar atau fresh graduate yaitu apakah mereka
sudah mempunyai kompetensi unutuk bekerja dan mengaplikasikan ilmunya ke
dunia kerja. Hal ini dikarenakan, lowongan yang tersedia sebenarnya tidak begitu
kecil hanya saja yang menjadi kendala utama bagi seorang sarjana untuk
mendapatkan pekerjaan adalah kesiapan mereka untuk bekerja. Hal ini
7
menyebabkan seorang sarjana selalu gagal dalam seleksi akademik sebagai
awal dari seleksi yang dilakukan pada proses rekruitmen.
Wea (2007), menyatakan bahwa kebutuhan dunia usaha akan komponen
kompetensi juga didukung dengan hasil studi JICA tahun 1996 tentang
Engineering Manpower Development Plannning, yang salah satu hasilnya
menyatakan, bahwa dari komponen kompetensi, sikap (attitude) angkatan kerja
lulusan perguruan tinggi menduduki ranking pertama dalam seleksi penerimaan
pekerja dunia usaha. Sehubungan dengan itu, maka perlu kebijakan dari dunia
pendidikan dan pelatihan untuk menyesuaikan kurikulumnya. Hal ini menjelaskan
bahwa disamping kompetensi, sikap angkatan kerja juga sangat mempengaruhi
seorang sarjana untuk mendapatkan pekerjaan. Hardani (2008), mengatakan
bahwa di dalam kehidupan yang semakin sulit dan kompetitif, penguasaan
ketrampilan menjadi kunci sukses masa depan. Karena itulah penyelenggara
pendidikan tinggi pun perlu memberikan ketrampilan atau soft-skill pada
mahasiswanya.
Menurut Buku Panduan Core Skills dari Scottish Qualification Authority
(2003), pada perkembangan zaman ini kemampuan yang diperlukan oleh calon
tenaga kerja adalah core skills. Kemampuan core skills sendiri terdiri dari
kemampuan komunikasi, kemampuan angka atau numeracy, kemampuan IT,
kemampuan belajar, dan kemampuan kerja sama.
Setiap individu yang akan memasuki dunia kerja minimal harus memiliki
core skills. Hal ini dikarenakan dengan memiliki core skills individu akan berada
pada tingkatan mampu untuk memecahkan masalah, berpikir kreatif untuk
meningkatkan metode yang digunakan dan menjadi pekerja yang efektif (Bailey
1997, Packer 1998). Dan juga seharusnya anak umur 16 tahun individu harus
8
sudah memiliki ketrampilan belajar (SCANS, 1991). Sehingga hal ini juga
termasuk pada lulusan perguruan tinggi dengan memiliki kemampuan core skills
akan menjadi lebih aktif dan tanggap dalam melakukan pekerjaannya. Dan
lulusan perguruan tinggi yang memiliki core skills akan bekerja lebih baik
dibandingkan dengan lulusan perguruan tinggi yang tidak memiliki core skills
tersebut (Buku Panduan Core Skills, 2003).
Untuk meningkatkan kemampuan core skills pada diri seseorang juga
diperlukan self efficacy. Hal ini dijelaskan oleh Bandura (1997), self efficacy juga
merupakan kunci dari fungsi manusia yaitu tingkat motivasi, perasaan, dan
tindakan sebagai dasar keyakinan mereka bahwa kemampuan mereka benar.
Sehingga self efficacy juga diperlukan oleh seseorang untuk percaya akan
kemampuannya. Frank Pajares (2002), juga menjelaskan bahwa ada banyak
penelitian yang membuktikan bahwa self efficacy memberikan sentuhan pada
setiap aspek kehidupan orang. Apakah itu mereka berpikir produktif, kelemahan
diri, pesimis atau optismis. Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya self
efficacy pada diri seseorang akan semakin meningkatkan keyakinannya pada
kemampuan dirinya. Karena dengan tidak memiliki self efficacy maka individu
tersebut akan tidak yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan.
Wahyono (2004), juga menemukan bahwa pelatihan efikasi diri dalam
bidang pekerjaan akan meningkatkan kesiapan kerja pada calon tenaga kerja.
Hal ini menjelaskan bahwa dengan adanya efikasi core skills dapat
mempengaruhi kesiapan kerja calon lulusan. Keyakinan akan kemampuan dapat
memberikan pengaruh dalam menetapkan jalannya kehidupan kerja seseorang
(Betz & Hackett, 1986; Lent & Hackett, 1987). Rendahnya efikasi akan menutup
perhatian pada pilihan lapangan pekerjaan meskipun di dorong oleh adanya
9
kesempatan dan ketertarikan. (Bandura, 1997). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kemampuan yang dimiliki oleh calon lulusan harus didampingi dengan self
efficacy. Dan dapat disebut juga efikasi core skills. Dari penjelasan diatas, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara efikasi core skills dengan
kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir.
METODE PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester akhir yang
mengambil mata kuliah skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Dalam mencari subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik purposive
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Skala ini terdiri
dari skala efikasi core skills yang disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek
yang dikemukakan dalam Buku Pedoman Core Skills dari Scottish Qualifications
Authority (2003) yang juga berpedoman pada skala transferable core skills Hibah
A3 Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia dan skala kesiapan kerja yang
juga disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek yang dikemukan oleh Ward
dan Riddle (2002). Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis
statistik. Untuk melihat hubungan antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja
pada mahasiswa semester akhir yaitu dengan menggunakan korelasi product
momet Pearson.
HASIL PENELITIAN
1. Uji Asumsi
Sebelum melakukan analisis korelasi product moment Pearson untuk menguji
hipotesis penelitian, peneliti melakukan uji asumsi meliputi uji normalitas dan uji
linieritas.
10
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini
terdistribusi secara normal atau tidak. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05
maka sebaran data normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebaran data tidak
normal.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program
For Social Science) versi 15.0 for Windows dengan teknik one sample
Kolmogorof Smirnov menunjukkan nilai K-S-Z sebesar 1,310 dengan p = 0,65
(p>0,05) untuk skala efikasi core skills dan nilai K-S-Z sebesar 1,297 dengan p =
0,69 (p>0,05) untuk skala kesiapan kerja. Hasil uji normalitas ini menunjukkan
bahwa skala efikasi core skills dan skala kesiapan kerja memiliki sebaran normal.
b. Uji Linieritas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel efikasi core skills
dan kesiapan kerja memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua
variabel dikatakan linier apabila p<0,05 begitu pula sebaliknya, hubungan antara
kedua variabel dikatakan tidak linier apabila p>0,05.
Hasil uji linearitas dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic
Program For Social Science) versi 15.0 for Windows dengan teknik Compare
Means menunjukkan F = 87,682; p = 0,000. Berdasarkan hasil analisis di atas,
dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah linier karena
p<0,05.
4. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui adanya hubungan antara efikasi core skills dengan
kesiapan kerja, maka digunakan uji korelasi dengan menggunakan korelasi
11
product moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS
(Statistic Program For Social Science) versi 15.0 for Windows.
Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel kerja efikasi core
skills dengan kesiapan kerja nilai r = 0,740 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini
berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
kerja efikasi core skills dengan kesiapan pada mahasiswa/i semester akhir,
sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima.
Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara efikasi core skills dengan
kesiapan kerja menunjukkan angka sebesar 0,548 yang berarti efikasi core skills
memberikan sumbangan sebesar 54,8 % terhadap kesiapan kerja.
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian diketahui bahwa efikasi core skills mempengaruhi
kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Semakin tinggi efikasi core skills
yang dimiliki mahasiswa semester akhir maka semakin tinggi pula kesiapan kerja
yang dimiliki oleh mahasiswa semester akhir.
Aspek komunikasi, baik oral dan tulisan, merupakan keperluan untuk
mengklarifikasi apa yang kamu pikirkan, untuk menjalin hubungan dengan orang
lain, dan untuk belajar dan bekerja. Ketrampilan ini juga diperlukan agar individu
dapat menjadi bagian dalam diskusi dan membuat presentasi, berinteraksi
dengan penonton secara tepat. Dengan memiliki ketrampilan komunikasi yang
tinggi maka mahasiswa semester akhir akan memiliki kesiapan kerja yang tinggi
pula dan sebaliknya apabila mahasiswa semester akhir tidak memiliki
ketrampilan komunikasi yang rendah maka mahasiswa semester akhir tersebut
akan memiliki kesiapan kerja yang rendah.
12
Dengan memiliki ketrampilan angka akan membantu individu untuk
memahami, memprediksi dan memecahkan berbagai masalah yang berkaitan
dengan angka sehingga ketika individu bekerja dalam situasi yang kompleks
dimana analisis diperlukan dapat menyelesaikannya dengan baik. Dan ketika
mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan bekerja dengan angka yang
tinggi maka mahasiswa semester akhir tersebut akan memiliki kesiapan kerja
yang tinggi dan sebaliknya apabila mahasiswa semester akhir memiliki
ketrampilan bekerja dengan angka yang rendah maka kesiapan kerjanya juga
rendah.
Ketrampilan IT diperlukan untuk memproses informasi dengan berbagai
macam cara yang mana dapat dikerjakan di tempat kerja dan di rumah. Dengan
memiliki ketrampilan IT sistem komputer akan lebih efektif, tanggung jawab dan
terjamin keamanan. Hal ini diperlukan mahasiswa semester akhir untuk dapat
siap kerja. Karena ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan IT yang
tinggi maka kesiapan kerjanya juga tinggi dan sebalikanya apabila mahasiswa
semester akhir memiliki ketrampilan IT yang rendah maka kesiapan kerjanya
juga rendah.
Ketrampilan memecahkan masalah merupakan ketrampilan yang
diperlukan untuk memecahkan masalah baik masalah pribadi, sosial, dan
pekerjaan. Ketrampilan memecahkan masalah diperlukan oleh mahasiswa
semester akhir untuk siap bekerja. Hal ini dikarenakan ketika mahasiswa
semester akhir memiliki ketrampilan memecahkan masalah yang tinggi maka
mahasiswa semester akhir akan memiliki kesiapan kerja yang tinggi pula dan
sebaliknya ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan memecahkan
masalah yang rendah maka kesiapan kerjanya juga rendah.
13
Kemudian ketrampilan kerja sama dengan orang lain memperlihatkan
pentingnya dalam pembelajaran kerjasama dan situasi pekerjaan. Mahasiswa
semester akhir harus memiliki ketrampilan kerja sama dengan orang lain yang
tinggi sehingga mahasiswa semester akhir akan memiliki kesiapan kerja yang
tinggi pula dan sebaliknya ketika mahasiswa semester akhir memiliki ketrampilan
bekerja sama dengan orang lain rendah maka kesiapan kerjanya juga rendah.
Core skills menjadi penting untuk melihat kesiapan kerja seseorang. Hal ini dapat
dilihat bahwa setiap komponen core skills dapat memberikan sumbangan
ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan dalam dunia kerja.
Diterimanya hipotesis ini sesuai dengan Bandura (1997) yang
menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan individu dalam memperkirakan
kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau melakukan suatu tindakan
yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil tertentu. Dengan memiliki keyakinan
bahwa dirinya memiliki kemampuan maka akan menimbulkan pada diri
seseorang bahwa ia pun siap untuk bekerja karena ia yakin ia memiliki
kemampuan. Hasil ini juga dapat dinyatakan bahwa efikasi core skills perlu
dimasukkan ke dalam indikator dalam kesiapan kerja. Hal ini dikarenakan hasil
hubungan antara efikasi core skills dengan kesiapan kerja sebesar 0,740 yang
tentunya menyumbangkan cukup besar pengaruh efikasi core skills terhadap
kesiapan kerja dimana ketika individu untuk memiliki kesiapan kerja yang tinggi
maka individu tersebut juga memiliki efikasi core skills yang tinggi.
Kapasitas akademik yang dilambangkan dengan gelar sarjana dan
perolehan nilai, kontribusinya tak lebih dari 30% hingga 40% pada pencapaian
karir seseorang. Sisanya, justru ditentukan oleh soft skill, mulai dari kemampuan
berkomunikasi, bekerja dalam tim, kemampuan beradaptasi, serta pemikiran
14
yang terbuka (Kompas, 10 Juli 2007). Yang menjelaskan bahwa untuk siap kerja
seseorang harus terlebih dahulu memiliki soft skills. Lulusan yang memiliki
kemampuan core skills akan menjadi lebih aktif dan tanggap dalam melakukan
pekerjaannya. Dan lulusan yang memiliki core skills akan bekerja lebih baik
dibandingkan dengan lulusan yang tidak memiliki core skills tersebut.
Wea (2007) menyatakan bahwa sikap angkatan kerja juga sangat
mempengaruhi seorang sarjana untuk mendapatkan pekerjaan. Kemudian
Gould & Harvey (1999), menjelaskan bahwa penerimaan karyawan yang diambil
dari lulusan dipengaruhi juga dua kombinasi yaitu pengalaman kerja penuh dan
part time. Kemudian kondisi mental atau kejiwaan juga dapat mempengaruhi
kesiapan kerja seseorang. Hal ini dikarenakan adanya rehabilitasi terlebih dahulu
sebelum individu tersebut masuk kembali ke dunia kerja (Roberts dan Pratt,
2007).
Hasil kategorisasi pada nilai masing-masing skala menunjukkan bahwa
efikasi core skills pada mahasiswa semester akhir berada dalam kategori tinggi.
Para mahasiswa yang menjadi subjek penelitian rata-rata memiliki efikasi core
skills yang berada dalam kategori tinggi, hal ini menunjukkan bahwa keyakinan
para mahasiswa mengenai kemampuan dasar yang dimiliki yang diperlukan
untuk masuk ke dunia kerja, adalah tinggi. Hal ini disebabkan oleh keyakinan
individu dalam memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas
atau melakukan suatu tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil
tertentu (Bandura, 1997).
Sedangkan pada skala kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir
juga berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyono
(2004), kesiapan kerja dapat ditingkatkan melalui pelatihan efikasi diri pada calon
15
tenaga Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa efikasi core
skills subjek mempengaruhi kesiapan kerja subjek itu sendiri. Hal ini dapat dilihat
bahwa kesiapan kerja yang dimiliki oleh kebanyakan subjek berada pada
kategori tinggi dan begitu juga pada efikasi core skills subjek berada pada
kategori tinggi.
Peneliti mengakui dalam penelitian ini masih terdapat beberapa
kelemahan, yaitu pada aspek pengalaman atau sejarah pekerjaan yang pernah
berhasil dilakukan pada skala kesiapan kerja tidak diikutsertakan dalam analisis
data. Hal ini dikarenakan aitem-aitem pada skala belum spesifik sesuai dengan
jurusan pendidikan yang diambil oleh subyek sehingga jawaban yang diperoleh
kurang sesuia dan juga adanya ketidaksesuain cara pengambilan data yaitu
menggunakan skala tertutup sehingga jawaban yang diterima tidak bisa dijawab
oleh mahasiswa semester akhir dan kurangnya data kualitatif berupa wawancara
dan observasi sebagai pendukung data penelitian dan pemilihan kata-kata dalam
penyusunan aitem yang kurang tepat menyebabkan adanya social desirability
pada subjek penelitian dalam mengisi skala sehingga kurang menggambarkan
keadaan yang dialami subjek penelitian.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hasil penelitian menunjukkan efikasi core skills memiliki hubungan dengan
kesiapan kerja pada mahasiswa semester akhir. Adanya hubungan antara
kedua variabel tersebut ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,740.
2. Hal ini berarti semakin tinggi efikasi core skills maka semakin tinggi pula
kesiapan kerja yang dimiliki oleh mahasiswa semester akhir. Begitu pula
16
sebaliknya semakin rendah efikasi core skills maka semakin rendah pula
kesiapan kerja yang dimiliki oleh mahasiswa/i semester akhir.
3. Efikasi core skills memberikan sumbangan sebesar 54,8 % terhadap
kesiapan kerja dan selebihnya sebesar 45,2 % dipengaruhi oleh faktor lain di
luar efikasi core skills.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka dapat
dikemukakan saran sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
a. Penelitian yang berkaitan dengan efikasi core skills dan kesiapan kerja
pada mahasiswa semester akhir masih perlu untuk diungkap khususnya
yang berupa data kualitatif. Selain itu perlu dilakukan penelitian lain
dengan subjek yang berbeda, misalnya pada SMK-SMK dan alumni-
alumni fakultas lainnya sehingga menghasilkan berbagai macam variasi
penelitian.
b. Diharapkan pada peneliti selanjutnya lebih teliti dalam pemilihan aitem
dalam pembuatan skala yang sesuai dengan kondisi subjek sehingga
dapat meminimalisirkan adanya social desirability pada diri subjek saat
mengisi skala.
c. Untuk penelitian selanjutnya pada aspek kesiapan kerja yaitu
pengalaman atau sejarah keberhasilan dalam bekerja diharapkan
membuat aitem-aitem yang lebih spesifik lagi sesuai dengan jurusan
pendidikan yang diambil oleh subjek dan juga diukur dengan
17
menggunakan skala terbuka sehingga dapat memberikan gambaran
jawaban secara jelas.
2. Bagi Praktisi Pengembangan SDM
Dari hasil penelitian ini, efikasi core skills menjelaskan bahwa indikator efikasi
core skills memberikan pengaruh terhadap kesiapan kerja pada mahasiswa.
Sehingga bagi praktisi pengembangan SDM diharapkan untuk memasukkan
efikasi core skills ke dalam indikator yang dapat mempengaruhi kesiapan
kerja seseorang.
3. Bagi Mahasiswa/Peserta Pendidikan
Mahasiswa perlu memerhatikan mengenai efikasi core skills-nya yang dapat
mempengaruhi kesiapan kerja mereka.
4. Bagi Fakultas/Penyelenggara Pendidikan
Diharapkan untuk memperhatikan indikator efikasi core skills dimana
indikator ini mempengaruhi kesiapan kerja lulusan fakultas itu sendiri
18
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
________. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bandura, Albert. 1997. Self efficacy: the exercise of control. New York:Freeman
Bernaddin, H. J. & Russel, J. E. A. 1998. Human Resouce Management: An Experiential Approach. New York: Mc Graw-Hill
BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Employment Statistics, Population & Type of Activity (2004-2007) dan Unemployment by Educational Attaintment 2004-2007).Available at http://www.bps.go.id, 23/08/07
Chan, Henky, dkk. 2006. Validation of Lam Assessment of Employment Readiness (C-LASER) for Chinese Injured Workers. Journal Occupation Rehabilitation, 16:697-705
Green, Andy. 1998. Core Skills, Key Skills and General Culture: In Search of The Common Foundation in Vocational Education. Journal Evaluation and Research in Education, Vol 12, No. 1
Hadi, S. 2001. Statistik Jilid 1. Yogyakarta : Andi
__________. 2005. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi
Hardani, Sri. 2008. Ketrampilan, Kunci Sukses Masa Depan. Kedaulatan Rakyat, 26/04/08
Jamil, Bahrum. 2007. Kompetensi Alumni Memasuki Dunia Kerja. Artikel, at http://www.waspada.com, 21/01/08
Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI Press
Nugroho. 2006. Menimbang Daya Saing Perguruan Tinggi. Artikel, http://.www.suaramerdeka.com, 23/08/07
Pajares, Frank. 2005. Current Directions in Self Efficacy Research.
http://.www.emory.edu/EDUCATION/mpp/epp.html, 31/01/08
19
Project, The Keynote. 2007. Key Skills Audit. http://.www.the keynote project.com, 06/12/07
Rizvi, Afiani, dkk. 1997. Pusat Kendali dan Efikasi Diri Sebagai Prediktor Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Psikologika, Tahun II, No. 3, hal. 51 – 66
Robert, M, M and C. W. Pratt. 2007. Putative Evidence of Employment Readiness. Psychiatric Rehabilitation Journal, Vol. 30, N0. 3, 175-181
Scottish Qualification Authority. 2001. Core Skills Framework: An Introduction. http://.www.sqa.org.uk/files/svg/coreskills/qa/pdf, 12/05/06
Soeparno, Erman. 2007. Kartu Kuning Harus Digratiskan. Radar Jogja, 2/03/07
Sudhamek A.W.S. 2007. Mengasuh SDM Sebagai Agen Perubahan. Artikel. http://.www.jendela_mbi.php.htm, 23/08/07
Sumanto. 1990. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset
Tim penyusun Hibah A3 Psikologi. Angket Transferable Core Skills. Universitas Islam Indonesia
Tim Penyusun. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Skripsi dan Penyusunan Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia
Wahyono, Tekad. 2004. Peningkatan Kesiapan Kerja Melalui Pelatihan Efikasi Diri Dalam Bidang Pekerjaan Pada Calon Tenaga Kerja. Jurnal Psikologika, Tahun IX, No. 18, hal. 54 – 63
Ward, V. G. And D. I. Riddle. 2006. Building Employment Readiness. Jurnal. http://.natcon.org/natcon/papers/natcon_papers_2006_e6.pdf, 25/11/07
_______. 2002. Ensuring Effective Employment Services. Jurnal. http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2003/pdf/pdf-02-11.pdf, 31/01/08
_______. 2004. Maximizing Employment Readiness. Jurnal.
http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2004/pdf/pdf-04-08.pdf, 31/01/08
_______. 2005. Measuring and Evaluating Performance. Jurnal. http://.conat.org/papers/natcon_papers_2005_e10.pdf, 31/01/08
20
_______. 2003. Measuring Employment Readiness. Jurnal. http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2003/pdf/pdf-03-03.pdf, 31/01/08
_______. 2000. Ongoing Career Management in the Millennium. Jurnal. http://.contactpoint.ca/natcon-conat/2004/pdf/pdf-04-08.pdf, 31/01/08
Wea, Jacob Nuwa. 2007. Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja. Artikel, http://.www.pikiranrakyat.com, 22/05/07
Wijaya, Vina, dkk. ‘Hari Gini’ Cuma Modal Ijazah dan IPK. 2007. Kompas, 10/07/07
Vinokur, Amiram. D, Jim Nam Choi dan Richard H. Price. 2003. Self Efficacy Changes in Groups: Effects of Diversity, Leadership, and Group Climate. Journa; of Organizational Behaviour, Vol 24, 357-372. http://.www.interscience.wiley.com, 10/07/07
Zulaifah, Emi, dkk. 2007. Relevant Competencies for Psychology Graduates. Biennial International Conference On I/O Psychology