Post on 20-Oct-2020
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
OLEH
DON ESA ALDIANO
802012039
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Don Esa Aldiano
NIM : 802012039
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
JenisKarya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih
media/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugasakhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Mengetahui,
Pembimbing
Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi
Dibuat di: Salatiga
Pada tanggal: 30 Agustus 2016
Yang menyatakan,
Don Esa Aldiano
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Don Esa Aldiano
NIM : 802012039
Program studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Yang dibimbing oleh:
Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 30 Agustus 2016
Yang memberi pernyataan,
Don Esa Aldiano
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Oleh
Don Esa Aldiano
802012039
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal 30 Agustus 2016
Oleh
Pembimbing
Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi
Diketahui oleh,
Kaprogdi
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.
Disahkan oleh,
Dekan
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA
DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Don Esa Aldiano
Rudangta Arianti Sembiring
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa yang menginjak remaja akhir.
Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
menyebarkan 3 skala pada mahasiswa, yaitu skala body image, skala kepercayaan diri
sebagai penghubung, dan skala kecemasan berbicara di depan umum. Responden
penelitian ini diambil dari populasi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana yang menginjak usia remaja (18-21 tahun). Penelitian ini menunjukan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara body image dan kecemasan berbicara
di depan umum pada mahasiswa yang diteliti, yang ditunjukan dengan nilai sig = 0,723
(p > 0,05). Hal tersebut menandakan tidak adanya hubungan antara body image dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada responden penelitian.
Kata kunci : body image, kepercayaan diri, kecemasan berbicara di depan
umum, mahasiswa
ii
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between body image and public speaking
anxiety to college student who reach late adolescence. To achieve these objectives, the
researchers used a quantitative approach by deploy 3 scales on the college student, the
scale of body image and self-confidence scale as a liaison, and public speaking anxiety
scale. The respondents of this study were taken from the population of college students
of the Faculty of Psychology Satya Wacana Christian University step on late adolescent
(18-21 years). This study shows that there is no significant relationship between body
image and public speaking anxiety on college students, shown with sig = 0.723 (p
>0.05). This indicates the absence of a relationship between body image and anxiety of
public speaking on the respondent.
Keyword : body image, self-confidence, public speaking anxiety, college-
students
1
PENGANTAR
Pendahuluan
Penampilan selalu berkaitan erat dengan perubahan fisik yang dialami
mahasiswa yang menginjak masa remaja akhir, remaja sangat memperhatikan tubuhnya
dan mengembangkan citra mengenai tubuhnya itu (Mueller dalam Santrock, 2012).
Secara lebih spesifik Haditono (dalam Monks, 1998) mengatakan bahwa masa remaja
akhir berumur 18 – 21 tahun. Dengan tampil menarik mahasiswa akan merasa dapat
tampil dengan lebih meyakinkan dalam berbagai situasi. Penampilan menjadi perhatian
utama bagi mahasiswa, khususnya berkaitan dengan tubuh secara fisik dibanding aspek-
aspek lain dari kehidupan mahasiswa itu sendiri.
Body image (citra diri) merupakan gambaran mental, evaluasi atau sikap
subjektif yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya. Evaluasi atau sikap tersebut bisa
berupa perasaan puas dan positif atau bisa juga berupa perasaan tidak puas dan negatif
terhadap tubuh secara keseluruhan termasuk bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat
tubuh. Widiatmojo (2006) menjelaskan bahwa citra tubuh (body image) meliputi
persepsi mengenai daya tarik fisik, persepsi mengenai ukuran dan berat tubuh, serta
persepsi mengenai kepuasan terhadap aspek-aspek fisik tubuh. Cash & Deagle (dalam
Jones, 2001) berpendapat bahwa body image adalah tingkat kepuasan seseorang
terhadap fisiknya yang sekarang (ukuran, bentuk, penampilan secara umum).
Cash (dalam Jones, 2001 ) menyebutkan beberapa dimensi dari body image,
yaitu evaluasi penampilan (mengukur perasaan menarik atau tidak menarik, mengukur
kepuasan atau ketidak puasan terhadap penampilan), orientasi penampilan (mengukur
perhatian individu terhadap penampilannya), kepuasan area tubuh (mengukur kepuasan
individu terhadap aspek-aspek tertentu dari penampilannya), kecemasan menjadi gemuk
2
(menggambarkan kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan akan berat badan), dan
persepsi terhadap ukuran tubuh (menggambarkan bagaimana seseorang mempersepsi
dan menilai berat badannya, dari yang sangat kurus sampai dengan yang sangat gemuk).
Menurut Chaplin (1999) body image adalah ide seseorang mengenai penampilan
badannya di hadapan orang lain. Body image adalah bagaimana cara seseorang
memandang terhadap tubuhnya sendiri. Orang yang memiliki body image positif
mencerminkan tingginya penerimaan jati diri, rasa percaya diri dan kepeduliannya
terhadap kondisi badannya. Sedangkan kepercayaan diri dibutuhkan dalam proses
komunikasi khususnya saat berbicara di depan umum. Kurangnya kepercayaan diri
adalah salah satu faktor penyebab timbulnya kecemasan berbicara di depan umum
(Thalisi dalam Lidyawati, 2005).
Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peneliti
melihat bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana sangat
memperhatikan penampilannya. Menurut hasil wawancara yang peneliti dengan
beberapa mahasiswa, para mahasiswa tersebut merasa bahwa salah satu hal yang
membuat mereka cemas saat dituntut untuk berbicara di depan umum adalah mengenai
penampilan. Mereka merasa cemas saat harus memilih pakaian yang akan mereka
gunakan saat ada presentasi, mereka juga merasa harus mempersiapkan diri serapih dan
semenarik mungkin. Mereka juga merasa bahwa berat badan mereka bertambah dan hal
tersebut membuat mereka kurang percaya diri, dan hal tersebut tentu saja menimbulkan
kecemasan saat harus berbicara di depan umum.
Banyak faktor yang berhubungan langsung dengan kepercayaan diri seseorang,
salah satunya adalah penampilan fisik. Penampilan fisik sangat erat hubungannya
dengan gambaran dan persepsi individu terhadap bentuk tubuhnya. Gambaran dan
3
persepsi inilah yang disebut body image. Schilder (dalam Grogan, 2008) menjelaskan
bahwa body image adalah gambaran mengenai tubuh yang terbentuk dalam pikiran
seseorang, atau dengan kata lain gambaran tubuh menurut dirinya sendiri.
Menurut George dan Cristian (Santrock, 2003) kepercayaan diri sendiri adalah
kemampuan berfikir rasional (rational belief) berupa keyakinan-keyakinan, ide-ide dan
proses berpikir yang tidak mengandung unsur keharusan yang menuntut individu
sehingga menghambat proses perkembangan dan ketika menghadapi problem atau
persoalan mampu berpikir, menilai, menimbang, menganalisa, memutuskan dan
melakukan. Rasa percaya diri (self confidence) adalah dimensi evaluatif yang
menyeluruh dari diri.
Lauster (2006) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai suatu sikap atau
perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seorang tidak terpengaruh oleh
orang lain. Menurutnya, kepercayaan diri adalah bagian dari sifat kepribadian seseorang
yang sangat penting, karena hal ini berpusat dari pengalaman serta kejadian masa lalu
yang telah dialami oleh individu itu sendiri sehingga baik atau buruknya rasa percaya
diri pada seseorang didasari oleh pengalaman yang sudah ia dapatkan.
Teori Lauster (2006) tentang kepercayaan diri mengemukakan ciri-ciri percaya
diri, yaitu percaya pada kemampuan sendiri (keyakinan atas diri sendiri terhadap segala
fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk
mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut), bertindak mandiri dalam
mengambil keputusan (dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang
dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk
meyakini tindakan yang diambil), memiliki rasa positif terhadap diri sendiri (adanya
penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang
4
dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa depannya), dan berani
mengungkapkan pendapat (adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu
dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa
yang dapat menghambat pengungkapan tersebut).
Menurut Rakhmat (2002) tidak semua kecemasan berbicara disebabkan kurang
percaya diri, tetapi di antara berbagai faktor yang paling menentukan adalah percaya
diri. Chaplin (1999) berpendapat bahwa kecemasan merupakan perasaan campuran
berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus
untuk ketakutan tersebut. Hal tersebut sama dengan pernyataan Priest (dalam
Rizkitawati, 2007) yang menggambarkan kecemasan sebagai sebuah rasa takut, rasa
ketidaktentuan, bingung, serta ketidakpastian yang umum dialami oleh individu sebagai
respons terhadap situasi yang mengancam Menurut Thalisi (dalam Rizkitawati, 2007)
beberapa faktor yang menimbulkan kecemasan adalah faktor individu (rasa kurang
percaya diri) dan faktor lingkungan, (hubungan individu dengan orang lain).
Ada beberapa gejala umum yang sering dilaporkan oleh mereka yang mengalami
kesulitan dalam berbicara di depan umum. Reaksi-reaksi kecemasan berbicara di depan
umum (Whalen dan Rogers, 2004), antara lain reaksi fisiologis (terganggunya pola-pola
normal dari aktivitas fisiologik yang ada), reaksi psikologis (reaksi yang berhubungan
dengan gejala emosional), dan reaksi perilaku seperti hilang ingatan (termasuk
ketidakmampuan pembicara untuk mengingat fakta atau angka secara tepat, dan
melupakan hal-hal yang sangat penting, ataupun bentuk-bentuk kekacauan umum yang
lain, seperti ucapan yang salah, tersumbatnya pikiran yang membuat individu tidak tahu
apa yang harus diucapkan, mengulang kata, kalimat, atau pesan sehingga pembicara
terdengar seperti radio atau kaset rusak, berbicara tidak lancar, tidak berani menatap
5
pendengar, memegang sesuatu untuk mencari kekuatan, meminta individu lain untuk
menyampaikan idenya, melakukan gerakan tangan yang tidak terkontrol dan
sebagainya).
Berdasarkan uraian di atas,, mahasiswa yang memiliki body image tinggi
seharusnya memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dan seharusnya memiliki tingkat
kecemasan yang rendah saat diharuskan berbicara di depan umum.
Bagan 1.0
Keterangan dari bagan di atas (lihat Bagan 1.0) adalah kepercayaan diri menjadi
variabel penghubung antara body image dengan kecemasan berbicara di depan umum.
Body image dan beberapa variabel lainnya saling mendukung dan berhubungan dengan
kepercayaan diri, dan kepercayaan diri memiliki hubungan pula dengan kecemasan
berbicara di depan umum.
Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah, apakah body image memiliki
hubungan negatif signifikan dengan kecemasan berbicara di depan umum, dengan
kepercayaan diri sebagai variabel penghubung?
Bertindak
Mandiri
Body
Image
Percaya
kemampuan
sendiri, dll
Kepercayaan
Diri
Kecemasan
Berbicara di
Depan
Umum
6
Hipotesis penelitian yang diajukan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Adanya hubungan positif yang signifikan antara body image dengan
kepercayaan diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Satya Wacana.
2. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara body image dengan
kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya
(Arikunto, 2010). Jenis dari penelitian ini adalah kuantitatif korelasional yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam
penelitian ini variabel yang ingin diketahui adalah hubungan antara body image,
kepercayaan diri, dan kecemasan berbicara di depan umum (public speaking anxiety).
7
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah body image sebagai variabel terikat (Y) ,
kepercayaan diri sebagai variabel penghubung dan kecemasan berbicara di depan umum
(public speaking anxiety) sebagai variabel bebas (X).
Definisi Operasional
1. Body image merupakan suatu gambaran atau persepsi individu terhadap
bentuk tubuhnya yang diliputi perasaan puas maupun tidak puas terhadap
bentuk dan ukuran tubuh secara keseluruhan yang bisa diukur atau dilihat
melalui evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan area tubuh,
kecemasan menjadi gemuk, dan persepsi terhadap ukuran tubuh (menurut
Cash dalam Jones, 2001).
2. Kepercayaan diri adalah merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas
kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas
dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan
bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan. Dengan memiliki
ciri-ciri percaya pada kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri dalam
mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri, dan berani
mengungkapkan pendapat (menurut Lauster, 2006).
3. Kecemasan berbicara di depan umum (public speaking anxiety) adalah suatu
keadaan tidak menyenangkan yang dialami seseorang , sebagai akibat dari
perasaan khawatir berkaitan dengan proses public speaking atau pada saat
berbicara di depan banyak orang. Reaksi-reaksi kecemasan berbicara di
depan umum, antara lain reaksi fisiologis, reaksi psikologis, dan reaksi
perilaku (menurut Whalen dan Rogers, 2004).
8
Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2014 dan 2015. Populasi berjumlah 185
orang (angkatan 2014) dan 197 orang (angkatan 2015) dengan total populasi berjumlah
384 orang.
Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Mahasiswa yang masih termasuk Remaja Akhir (Usia 18-21)
b. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2014
dan 2015
Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi, maka
peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian
yang lebih dikenal dengan nama sampel. Sampel yang peneliti ambil berjumlah 41
orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Incidental Sampling.
Accidental Sampling menurut (Sugiyono 2009), adalah teknik penentuan sampel
berdasarkan faktor spontanitas atau kebetulan, artinya siapa saja yang secara tidak
sengaja bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel dan juga yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai data, dimana sampel yang dipakai adalah
mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang memiliki rentang usia antara 18 – 21 tahun.
Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa skala psikologi
yang terdiri dari 3 skala, yaitu Skala Body Image, Skala Kepercayaan Diri, dan Skala
Kecemasan Berbicara di Depan Publik . Item dalam skala-skala tersebut dikelompokkan
dalam pernyataan favorable dan unfavorable (untuk skala kepercayaan diri dan skala
9
kecemasan berbicara di depan publik) dengan menggunakan 4 alternatif jawaban dari
Skala Likert.
Untuk memperoleh data dari penelitian ini, peneliti menggunakan skala
penilaian guna mengukur body image, kepercayaan diri, dan kecemasan berbicara di
depan publik. Skala body image yang dibuat oleh Cash (2002) yaitu BISS (Body Image
States Scale) yang dimodifikasi oleh peneliti mencangkup dimensi dari body image
(Cash dalam Jones, 2001) yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan
area tubuh, kecemasan menjadi gemuk, persepsi terhadap ukuran tubuh. Sedangkan
untuk mengukur kepercayaan diri, peneliti menggunakan angket milik Ika (2012) yang
disusun menurut Lautser (2006) dengan komponen percaya pada kemampuan diri
sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap
diri sendiri, berani mengungkapkan pendapat. Untuk skala terakhir yaitu kecemasan
berbicara di depan umum, peneliti menggunakan adaptasi angket milik Rizkitawati
(2007) yang disusun menurut reaksi-reaksi kecemasan menurut Whalen dan Rogers
(2004) yaitu aspek fisiologis, aspek psikologis, dan aspek kognitif.
Reliabilitas dan Seleksi Item
Perhitungan reliabilitas Skala Body Image yang terdiri dari 6 item menggunakan
metode test-retest dengan melibatkan 58 partisipan, tiga puluh satu partisipan diambil
dari sampel penelitian, dua puluh tujuh partisipan lainnya di luar sampel penelitian,
namun tetap menggunakan mahasiswa yang menginjak usia remaja akhir) dinyatakan
semuanya valid dengan koefisien korelasi item totalnya` bergerak antara 0,336 sampai
dengan 0,679 , dengan reliabilitas sebesar 0,802 (reliabilitas sangat tinggi). Selanjutnya
pada perhitungan reliabilitas dan daya diskriminasi item Skala Kepercayaan Diri yang
dihitung berdasarkan perhitungan oleh Ika (2012) yang terdiri dari 26 item dinyatakan
10
semuanya valid dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,316 sampai
dengan 0,595 , dengan realibilitas sebesar 0,886 (reliabilitas sangat tinggi). Sedangkan
berdasarkan pada perhitungan reliabilitas dan daya diskriminasi item Skala Kecemasan
Berbicara di Depan Umum yang terdiri dari 28 item diuji menggunakan SPSS v17.0
sebanyak dua kali, diperoleh item yang gugur sebanyak 1 item pada pengujian pertama,
dan tidak ada item gugur setelahnya pada pengujian kedua, dengan koefisien korelasi
item totalnya bergerak antara 0,291 sampai dengan 0,766 , dengan realibilitas sebesar
0,908 (reliabilitas sangat tinggi).
Teknik Analisis Data
Menggunakan analisis korelasi Spearman’s Rho dengan kriteria tolak H0 jika
angka sig. < 0,05.
HASIL PENELITIAN
Analisis Deskriptif
Azwar menyatakan bahwa “tujuan kategorisasi adalah untuk menempatkan
individu ke dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum
berdasar atribut yang diukur” (Azwar, 2012). Untuk membuat kategorisasi diperlukan
mean teoretik dan satuan standar deviasi populasi. Berikut adalah rumus yang
digunakan untuk membuat kategorisasi dalam penelitian ini.
Skor Maksimal Instrumen = Jumlah soal x skor skala terbesar
Skor Minimal Instrumen = Jumlah soal x skor skala terkecil
Mean teoretik (µ) = 1/2 (Skor maksimal + Skor Minimal)
Standar Deviasi Populasi (σ) = 1/6 (Skor maksimal – Skor minimal)
11
Berdasarkan perhitungan di atas, setiap responden akan digolongkan ke dalam empat
kategori sebagai berikut.
Tabel 1.0
Rumus Empat Kategori
Rentang Skor Kategori
X > µ + 1σ Tinggi
µ < X ≤ µ + 1σ Cukup Tinggi
µ - 1σ < X ≤ µ Cukup Rendah
X ≤ µ - 1σ Rendah
Keterangan:
X = Skor total tiap responden
1. Body Image
Kategorisasi Body Image
Skor Maksimal = 6 x 4 = 24
Skor Minimal = 6 x 1 = 6
µ = 1/2 (24 + 6)
= 15
σ = 1/6 (24 – 6)
= 3
Kategori untuk body image adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Kategori Body Image
Rentang Skor Kategori Jumlah
X > 18 Tinggi 7
15 < X ≤ 18 Cukup Tinggi 26
12 < X ≤ 15 Cukup Rendah 6
X ≤ 12 Rendah 2
Berdasarkan perhitungan di atas (lihat Tabel 1.1), mean teoritis untuk skala body
image adalah 15, dan standar deviasi populasi untuk skala body image adalah 3. Pada
hasil penelitian 7 orang memiliki body image yang tinggi, 26 orang memiliki body
image cukup tinggi, 6 orang memiliki body image cukup rendah, dan 2 orang memiliki
body image yang rendah.
12
2. Kepercayaan Diri
Kategorisasi Kepercayaan Diri
Skor Maksimal = 26 x 4 = 104
Skor Minimal = 26 x 1 = 26
µ = 1/2 (104 + 26)
= 65
σ = 1/6 (104 – 26)
= 13
Kategori untuk body image adalah sebagai berikut :
Tabel 1.2
Kategori Kepercayaan Diri
Rentang Skor Kategori Jumlah
X > 78 Tinggi 11
65 < X ≤ 78 Cukup Tinggi 22
52 < X ≤ 65 Cukup Rendah 8
X ≤ 52 Rendah 0
Berdasarkan perhitungan di atas (lihat Tabel 1.2), mean teoritis untuk skala
kepercayaan diri adalah 65, dan standar deviasi populasi untuk skala kepercayaan diri
adalah 13. Pada hasil penelitian 11 orang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, 22
orang memiliki kepercayaan diri cukup tinggi, dan 8 orang memiliki body image cukup
rendah.
3. Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Kategorisasi Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Skor Maksimal = 27 x 4 = 108
Skor Minimal = 27 x 1 = 27
µ = 1/2 (108 + 27)
= 67,5
σ = 1/6 (108 – 27)
= 13,5
13
Kategori untuk body image adalah sebagai berikut :
Tabel 1.3
Kategori Kecemasan Berbicara di Depan Umum
Rentang Skor Kategori Jumlah
X > 81 Tinggi 2
67,5 < X ≤ 81 Cukup Tinggi 10
54 < X ≤ 67,5 Cukup Rendah 25
X ≤ 54 Rendah 4
Berdasarkan perhitungan di atas (lihat Tabel 1.3), mean teoritis untuk skala
kecemasan berbicara adalah 67,5, dan standar deviasi populasi untuk skala kecemasan
berbicara adalah 13,5. Pada hasil penelitian 2 orang memiliki kecemasan berbicara yang
tinggi, 10 orang memiliki kecemasan berbicara cukup tinggi, 25 orang memiliki
kecemasan berbicara cukup rendah, dan 4 orang memiliki kecemasan berbicara yang
rendah.
Berdasarkan uraian deskriptif di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
sebagian besar partisipan dalam penelitian memiliki body image dan kepercayaan diri
yang cukup tinggi, serta kecemasan berbicara di depan umum yang cukup rendah.
Namun sebagian kecil masih memiliki body image dan kepercayaan diri yang cukup
rendah, serta kecemasan yang cukup tinggi.
Uji Validitas
Uji validitas dilakukan menggunakan Content-Related Validity. Content-Related
Validity melihat tingkat validitas alat ukur dengan cara mengevaluasi kesesuaian item
dengan materi (bahan) yang akan dibuat tes. Untuk tingkat validitas ketiga alat ukur
(skala body image, skala kepercayaan diri, dan skala kecemasan berbicara di depan
publik) sudah baik dikarenakan sudah mencangkup setiap bagian dari teori yang
digunakan dalam pembuatan alat ukur.
14
Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
linearitas. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan rumus One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Berdasarkan hasil
pengujian normalitas diperoleh hasil skor body image berdistribusi normal yaitu p >
0,05 (sig = 0,90). Untuk variabel kepercayaan diri diperoleh hasil berdistribusi normal
dengan koefisien sebesar 0,748 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,631
(p > 0,05). Sementara itu, variabel kecemasan berbicara di depan umum diperoleh hasil
berdistribusi normal dengan koefisien sebesar 0,683 dengan probabilitas (p) atau
signifikansi sebesar 0,739 (p > 0,05).
Uji linieritas antara body image dengan kepercayaan diri didapatkan hasil f
sebesar 1,229 dan signifikan sebesar 0,322, uji linieritas antara kepercayaan diri dengan
kecemasan berbicara di depan umum didapatkan hasil f sebesar 1,364 dan signifikan
sebesar 0,259 dan untuk uji linieritas antara body image dengan kecemasan berbicara di
depan umum didapatkan hasil f sebesar 2,774 dan signifikan sebesar 0,019 (di bawah
0,05) maka dinyatakan tidak linier.
15
Uji Korelasi
Mengingat uji linieritas di atas, peneliti akhirnya menggunakan uji korelasi
Spearman’s Rho dan mendapatkan hasil seperti ini :
Tabel 2.0
Hasil uji korelasi Spearman’s Rho
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi Spearman’s Rho (lihat Tabel 2.0)
diketahui bahwa antara kecemasan berbicara di depan umum dengan kepercayaan diri
menunjukkan koefisien korelasi r = -0,654 dengan signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05).
Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan
berbicara di depan umum dengan kepercayaan diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi
UKSW, namun diketahui bahwa antara kecemasan berbicara di depan umum dan
kepercayaan diri tidak menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan body
image dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,723 dan 0,299 (p > 0,05). Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara body image dengan
kedua variabel lainnya yaitu kepercayaan diri dan kecemasan berbicara di depan publik.
16
PEMBAHASAN
Melalui hasil analisis deskriptif, sebagian besar partisipan memiliki tingkat body
image yang cukup tinggi, sebagian besar juga memiliki tingkat kepercayaan diri yang
cukup tinggi, dan sebagian besar juga memiliki tingkat kecemasan yang cukup rendah.
Hasil uji korelasi diketahui bahwa antara body image dengan kepercayaan diri tidak
menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan faktor
yang berhubungan dengan kepercayaan diri tidak hanya body image. Body image
hanyalah salah satu dari sekian banyaknya faktor yang mendukung dan berhubungan
dengan kepercayaan diri. Masih banyak faktor lainnya sebagai penentu serta
berhubungan dengan kepercayaan diri seseorang, sehingga dalam memperoleh
kepercayaan diri tersebut, seseorang membutuhkan faktor lainnya seperti percaya pada
kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, dan berani
mengungkapkan pendapat (Lauster, 2006).
Sedangkan pada hasil uji korelasi diketahui bahwa antara kecemasan berbicara
di depan umum dengan kepercayaan diri menunjukkan adanya korelasi negatif yang
signifikan sebesar -0,654 (p
17
(dalam Rizkitawati, 2007) mengenai penyebab kecemasan yaitu faktor individu yang
memiliki rasa kurang percaya diri.
Ketika kepercayaan diri yang merupakan penghubung antara body image dan
kecemasan berbicara di depan umum tidak terbukti memiliki korelasi yang signifikan
dengan body image, maka hasil yang sama pun didapatkan ketika peneliti mencoba
mencari korelasi antara body image dengan kecemasan berbicara di depan umum.
Argumen awal peneliti adalah body image memiliki hubungan yang signifikan dengan
kepercayaan diri, dan kepercayaan diri memiliki hubungan yang signifikan dengan
kecemasan berbicara di depan umum. Namun ketika peneliti menemukan hasil bahwa
body image tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepercayaan diri, maka
hasil penelitian menyatakan bahwa body image tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan kecemasan berbicara di depan umum, dimana kepercayaan diri
merupakan variabel penghubung antara body image dengan kecemasan berbicara di
depan umum ternyata membutuhkan faktor-faktor lain agar body image bisa
berhubungan langsung dengan kepercayaan diri, seperti percaya pada kemampuan
sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, dan berani mengungkapkan
pendapat (dalam Lautser, 2006).
18
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Tidak terdapat hubungan positif signifikan antara Body Image dengan
Kepercayaan Diri.
2. Terdapat hubungan negatif signifikan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan
Berbicara di Depan Umum.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Body Image dengan Kecemasan
Berbicara di Depan Umum.
Saran
1. Bagi Mahasiswa yang Menginjak Masa Remaja Akhir.
Kepercayaan Diri terbukti memiliki hubungan negatif dengan Kecemasan
Berbicara di Depan Umum, maka kepada mahasiswa disarankan untuk agar tetap
mempertahankan rasa kepercayaan dirinya agar mampu mengurangi kecemasan
berbicara di depan umum, hal tersebut sesuai dengan hasil analisis deskriptif
peneliti dimana sebagian besar partisipan (mahasiswa) memiliki kepercayaan diri
yang cukup tinggi, dan memiliki kecemasan yang cukup rendah. Namun sebagian
kecil masih memiliki kepercayaan diri yang cukup rendah, serta kecemasan yang
cukup tinggi, salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan diri adalah dengan
menumbuhkan sikap menghargai diri sendiri dan berpikir positif tentang
penampilan diri sendiri, hal tersebut ditujukan agar mampu mengurangi
kecemasan berbicara di depan umum.
19
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian ini diharapkan
melakukan penelitian ke fakultas lain maupun universitas selain Fakultas
Psikologi Universitas Satya Wacana, untuk mendapatkan data yang dapat
melengkapi penelitian ini. Bagi peneliti selanjutnya juga diharapkan
menambahkan aspek lainnya yang berhubungan dengan kepercayaan diri, misal
percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan,
berani mengungkapkan pendapat untuk membantu menghubungkan body image
dengan kepercayaan diri.
20
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Astanti, I.Y. (2012). Arah hubungan antara kepercayaan diri dan gejala kecemasan
komunikasi interpersonal pada siswa kelas VIII MTs NU Salatiga tahun ajaran
2011/2012. Naskah Publikasi. Salatiga : Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya
Wacana Salatiga.
Ayuni, A.F. (2014). Hubungan antara harga diri dengan body image pada wanita
akseptor KB. (naskah diunduh dari :http://digilib.uinsby.ac.id/304/)
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cash T.F. & Fleming E.C. (2012). Beyond body image as a trait. The Development and
Validation of the Body Image States Scale. Virginia: Old Dominion University.
Cash T.F. & Pruzinsky. (2002). Body image. A Handbook of Theory, Research and
Clinical Practice. New York: Guilford Press.
Chaplin, J. P. (1999). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT. Grafindo.
Feist, J. & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian. Theories of Personality, Ed 7 Buku 2.
Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.
Grogan, S. (2008). Body image. Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women,
and Children. New York: Routledge.
Hadi, S. (2015). Metodologi riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Jones, D. C. (2001). Social comparison and body image. Attractiveness Comparison to
Models and Peers among Adolescent Girls and Boys- Statistical Data Included.
Sex Roles : A Journal of Research.
Lauster, P. (2006). Tes kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Lidyawati, Y. (2005). Kecemasan menghadapi kematian pada orang lanjut usia yang
tinggal di panti wreda. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi
UKSW.
Masyhuri, (1991). Asas-asas komunikasi. Semarang: IKIP Semarang Press.
Minnick, W.C. (1979). Public speaking. U.S.A: Houghton Mufflin Company.
Monks, F. J. (1998) Psikologi perkembangan. Pengantar dalam berbagai bagiannya.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
http://digilib.uinsby.ac.id/304/
21
Perdana, A.W. (2012). Hubungan body image dengan penyesuaian diri pada remaja.
Skripsi Publikasi. Salatiga : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Pusat Bahasa (Indonesia). (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Putri, T.A. (2015). Hubungan antara body image dengan kepercayaan diri mahasiswi
yang mengalami obesitas. Skripsi Publikasi. Surakarta : Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rakhmat, J. (2011). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Karya.
Rizkitawati, A. (2007). Hubungan antara perilaku asertif dengan kecemasan public
speaking pada mahasiswa psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga : Perpustakaan Pusat Universitas Kristen Satya
Wacana.
Rogers, N. (2004). Berani bicara di depan publik. Bandung: Penerbit Nuansa Cendikia
Santrock, J.W. (2012). Life-span development, (Ed 13) Jilid 1. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
Sarwono, SW. (2010). Psikologi remaja (edisi revisi). Jakarta: Raja Grasindo Persada.
Sugiyono. (2009). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Penerbit Alfa Beta.
Tatuh, M.C. (2012). Hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi
pada siswa di SMA Negeri 1 Salatiga. Skripsi Publikasi. Salatiga : Fakultas
Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Wahyuni, S. (2014). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di
depan umum pada mahasiswa psikologi. Skripsi diunduh dari :
http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/
http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/04/JURNAL%20SRI%20WAHYUNI%20(04-16-14-04-07-51).pdf