Post on 27-Oct-2015
PENGUKURAN JUMLAH ERITROSIT, LEUKOSIT, DAN KADAR HEMOGLOBIN
Oleh :
Nama : Ayu RahmawatiNIM : B1J010056Rombongan : IIIKelompok : 3Asisten : Santi Herowati
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2011
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Darah merupakan jaringan yang mengisi hampir separuh dari tubuh. Darah
mempunyai fungsi bekerja sebagai sistem transpor (sirkulasi) dari tubuh, mengantarkan
semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya
fungsi normalnya dapat dijalankan dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil
buangan lain. Darah terdiri atas plasma dan komponen-komponen seluler yaitu sel darah
merah atau eritrosit, sel darah putih atau leukosit dan trombosit.
Darah merupakan jaringan pengikat yang umumnya mempunyai komposisi
plasma darah dan sel-sel darah. Darah manusia dan darah hewan terdiri atas suatu
komponen cair yaitu plasma dan berbagai bentuk undur yang dibawa dalam plasma,
antara lain sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping-keping
darah. Plasma darah adalah adalah cairan yang komplek yang berada dalam keadaan
keseimbangan dinamik dengan cairan tubuh lain. Plasma darah mengandung 90% air, 7-
8% protein, 1% elektrolit dan 1-2% zat-zat terlarut lainnya. Darah vertebrata memiliki
inti yang bentuknya secara umum oval. Eritrosit mamalia dalam perkembangannya akan
berbentuk cawan bikonkaf yang dapat mempercepat pertukaran gas antar sel-sel dan
plasma darah. Leukosit terbagi ke dalam dua macam yaitu granulosit dan agranulosit.
Basofil, eosinofil dan neutrofil termasuk kedalam leukosit granulosit (leukosit yang sel-
selnya bergranula), sedangkan monosit dan limfosit termasuk kedalam sel-sel
agranulosit.
Pengukuran hematologi mencakup pengukuran eritrosit, leukosit, serta
hemoglobin darah. Jumlah dan bentuk eritrosit tiap hewan berbeda-beda tergantung
kelasnya. Eritrosit merupakan komponen paling banyak yang menyusun sel darah.
Leukosit berbeda dengan eritrosit. Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah
yang berfungsi untuk mengikat oksigen. Kadar hemoglobin bervariasi dengan jumlah sel
darah merah yang ada.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memberikan keterampilan kepada
mahasiswa tentang cara pengambilan darah hewan, mengetahui perbedaan bentuk sel
darah pada berbagai hewan, serta cara melakukan perhitungan sel darah merah dan putih
dan hemoglobin darah hewan.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium berukuran
haemositometer, pipet kapiler, mikroskop, spuit injeksi tanpa jarum, tabung sahli. Bahan
yang digunakan adalah larutan Hayem, larutan Turk, Etil Diamin Tetra Acetid Acid
(EDTA).
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum pengukuran jumlah eritrosit, jumlah
leukosit dan kadar hemoglobin adalah sebagai berikut :
1. Menghitung jumlah eritrosit (pengenceran 1000x)
a) Darah ayam diisap dengan mikropipet sampai pengenceran menunjukan angka
1, kemudian ujungnya dibersihkan dengan kertas isap.
b) Isap larutan Hayem yang telah dituangkan terlebih dahulu dalam tabung raksi,
sampai angka 11.
c) Pipa karet (yang dipakai untuk mengisap) dari pipet, kemudian pipet dipegang
pada kedua ujungnya dengan ibu jari telunjuk dan kocoklah selama dua menit.
d) Beberapa tetes (1-2 tetes) dibuang, kemudian tetes berikutnya digunakan untuk
perhitungan.
e) Bilik hitung disiapkan, cairan diteteskan dalam pipet sehingga cairan dapat
masuk dengan sendirinya ke dalam bilik hitung.
f) Amati di bawah mikroskop, mula-mula dengan perbesaran lemah kemudian
dengan perbesaran kuat.
g) Semua eritrosit yang terdapat dalam bujur sangkar bagian pojok dihitung
dengan sisi masing-masing = 1/20 atau dengan volume masing-masing 1/4000
mm3.
2. Menghitung jumlah leukosit (pengenceran 10x)
a) Darah ayam diisap dengan mikropipet sampai pengenceran menunjukan angka
1, kemudian ujungnya dibersihkan dengan kertas isap.
b) Isap larutan Turk yang telah dituangkan terlebih dahulu dalam tabung raksi,
sampai angka 11.
c) Pipa karet (yang dipakai untuk mengisap) dari pipet, kemudian pipet dipegang
pada kedua ujungnya dengan ibu jari telunjuk dan kocoklah selama dua menit.
d) Beberapa tetes (1-2 tetes) dibuang, kemudian tetes berikutnya digunakan untuk
perhitungan.
e) Bilik hitung disiapkan, cairan diteteskan dalam pipet sehingga cairan dapat
masuk dengan sendirinya ke dalam bilik hitung.
f) Amati di bawah mikroskop, mula-mula dengan perbesaran lemah kemudian
dengan perbesaran kuat.
g) Semua leukosit yang terdapat dalam bujur sangkar bagian pojok dihitung.
Jumlah bujur sangkar yang dihitung menjadi 4x16 = 64 bujur sangkar dengan
sisi masing-masing = ¼ mm.
3. Menghitung kadar hemoglobin
a) Tabung Sahli berskala ke dalamnya diteteskan 0,1 larutan HCL hingga batas
10.
b) Darah ayam yang ke luar diisap dengan pipet isap hingga skala 20μl (diisap
dengan tepat).
c) Darah yang tersisa di ujung pipet dibersihkan dengan kapas, kemudian darah
diteteskan ke tabung Sahli yang berisi HCL.
d) Pipet dibilas beberapa kali dengan larutan HCL tersebut.
e) Larutan HCL dan darah diaduk dengan batang pengaduk gelas yang tersedia.
Pencampuran ini menghasilkan senyawa hernatin asam yang berwarna coklat
pekat.
f) Tabung pencampuran larutan diletakkan pada komparator yang memiliki warna
pembanding.
g) Setelah 1 menit dari pencampuran dengan HCL, akuades ditambahkan tetes
demi tetes pada campuran darah sambil mengaduk dan membandingkan warna
larutan dengan warna pembanding.
h) Jika warna telah sesuai, penetesan dihentikan. Tabung dicabut dari komparator
dan meniscus larutan Hb diperhatikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Data Pengamatan Pengukuran Hematologi Hewan
Kelompok Hewan UjiKadar Hb
(gr/dl)
Σ leukosit
(sel/mm3)
Σ Eritrosit
(sel/mm3)
1Ikan
10,4 10.175 1,515 x 106
2 9,4 602.400 1,195 x 106
3Mencit
2,8 84.950 44,97 x 106
4 10,4 67.475 3,73 x 106
5Ayam
2,3 3.475 2,12 x 106
6 4 280.000 2,24 x 106
Perhitungan Kelompok 3 (Mencit) :
Σ Leukosit = 375 x 160 x 10 = 25 L
64 = 25 x 3698
= 84.950 sel/mm3
Σ Eritrosit = 97 x 400 = 8994 x 5000
80 = 44.970.000
= 4,4970 x 107 sel/mm 3
B. Pembahasan
Darah adalah matriks cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi
yang dibentuk dari sel-sel bebas. Sel-sel darah dapat dibedakan menjadi eritrosi (sel
darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping darah). Darah merupakan
jaringan, seperti halnya jaringan lainnya yaitu saraf dan otot maka darah juga merupakan
kumpulan sel serupa yang terspesialisasi untuk melakukan fungsi tertentu dalam tubuh.
Namun tidak seperti jaringan lainnya, darah merupakan cairan yang mempunyai
korpuskula yang tersuspensi dalam plasma (Djuhanda, 1974).
Darah merupakan cairan tubuh yang mengalir dalam pembuluh dan beredar ke
seluruh tubuh. Darah pada umumnya terdiri atas unsur-unsur seluler dan matriks cairan
yang disebut plasma. Plasma merupakan cairan yang mengandung ion-ion dan molekul
organik meliputi protein, elektrolit, nutrient, materi sampah, zat terlarut, dan materi
terlarut (Prosser and Brown, 1961). Darah memiliki fungsi yang sangat kompleks yaitu
sebagai pengangkutan terutama mengangkut oksigen dan karbondioksida, sebagai
kekebalan dan homeostasis, pengangkutan nutrien, pengangkutan produk buangan,
membawa hormon serta berperan dalam pengendalian suhu dengan cara mengangkut
panas dari struktur yang lebih dalam ke permukaan tubuh (Ville, 1988).
Sel-sel darah merah merupakan sel darah yang berfungsi untuk mengangkut
oksigen, karbondioksida, dan sari-sari makanan (nutrien), berdiameter rata-rata 7,5
mikron, berbentuk cakram yang bikonkaf dengan pinggiran sirkuler ketebalan 1,5
mikron dan pusat yang sangat tipis dan permukaan cakram yang bikonkaf ini relatif
lebar untuk jalannya pertukaran O2 melalui membran (Sutrisno, 1999). Sebagian besar
vertebrata mempunyai bentuk eritrosit lonjong dan berinti kecuali mamalia. Sel darah
merah memiliki bentuk seperti cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua isinya
sehingga apabila dilihat dari samping akan tampak seperti dua buah bulan sabit yang
saling bertolak belakang. Struktur eritrosit terdiri dari pembungkus luar atau shoma dan
masa hemoglobin. Fungsi utama eritrosit adalah untuk membawa gas CO2 dan O2 dan
secara garis besar rasio luas permukaannya bergantung pada faktor pertukaran oksigen
dan karbondioksida (Pearce, 1989).
Sel darah putih (leukosit) jumlahnya lebih sedikit dari eritrosit, berwarna putih
dan mempunyai kemampuan gerak yang independent. Sel ini berperan dalam proses
kekebalan tubuh. Bentuk leukosit ini sangat bervariasi sesuai dengan fungsinya masing-
masing (Sutrisno, 1999). Leukosit pada hewan vertebrata memiliki beberapa tipe yang
semuanya berasal dari sel precursor yang sama. Sel darah putih dapat dibedakan menjadi
dua yaitu yang memiliki sitoplasma granular (granulosit) dan yang memiliki sitoplasma
non granuler (agranulosit). Granulosit terdiri dari monosit dan limposit. Leukosit ini
berperan dalam pertahanan seluler dan hormonal organisme serta melindungi tubuh
dengan menimbulkan peradangan di tempat-tempat yang terkena infeksi, memfagositasi
mikroba, merusak toksin dan merusak antibody (Ville, 1988).
Metode yang dilakukan pada pengukuran jumlah eritrosit, leukosit serta kadar
Hb ini yaitu diawali dengan pengambilan darah pada ikan dan ayam yang merupakan
hewan uji dengan menggunakan jarum spuit yang diinjeksikan ke dalam masing-masing
tubuh hewan tersebut yang sebelumnya diberi EDTA yang berfungsi mencegah
penggumpalan darah ketika diambil. Namun terdapat sedikit perbedaan dalam hal teknik
pengambilan darah, jika pada ikan darah yang diambil didaerah bagian ventral tepatnya
dibagian jantung sedangkan pada ayam diambil dari bagian ventral sayap yang
merupakan aliran darah vena. Setelah itu pengukuran mulai dilakukan, darah diambil
untuk diukur eritrosit dan leukositnya dengan menggunakan pipet toma dimana eritrosit
diambil dengan ditambahkan larutan Hayem sebagai indikator eritrosit dengan
pengenceran 100 kali sedangkan leukosit diambil dengan ditambahkan larutan Turk
sebagai indikator leukosit kemudian keduanya dikocok kemudian dilihat serta dihitung
dengan menggunakan haemocytometer di bawah mikroskop. Selain mengukur jumlah
sel darah, dalam praktikum ini juga mengukur kadar hemoglobin dalam darah ikan dan
ayam dengan cara darah diambil beberapa ml dengan menggunakan pipet sahli ke dalam
haemometer kemudian diberi HCl 0,1 ml sebagai indikator penetral hemoglobin dan
didiamkan selama 15 menit lalu diberi akuades untuk menetralkan cairan beberapa tetes
hingga cairan tersebut warnanya menyerupai cairan standar yang ada pada haemometer
yaitu oranye atau coklat muda kemudian dikukur kadar Hb nya (Yuwono, 2001).
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya adalah
haemositometer berfungsi untuk menghitung jumlah sel eritrosit dan leukosit, tabung
sahli berfungsi untuk mengukur kadar hemoglobin hewan uji, spuit berfungsi untuk
mengambil atau menampung darah hewan uji, dan mikroskop berfungsi untuk
mengamati serta menghitung sel eritrosit dan leukosit hewan uji. Bahan-bahan yang
digunakan yaitu larutan hayem berfungsi untuk mengencerkan eritrosit, larutan turk
berfungsi untuk mengencerkan leukosit dan EDTA berfungsi untuk mencegah aglutinasi
pada darah hewan uji.
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah rata-rata eritrosit darah ayam
kelompok satu adalah 1.515.000 sel/mm3, kelompok dua 1.195.000 sel/mm3, jumlah
rata-rata eritrosit mencit kelompok tiga dan kelompok empat berturut-turut adalah
44.970.000 dan 3.730.000, serta jumlah rata-rata eritrosit ikan kelompok lima dan enam
2.120.000 dan 2.240.000 sel/ml. Jumlah sel eritrosit pada tiap-tiap spesies adalah
berbeda satu sama lain (Lagler, 1997). Jumlah eritrosit pada ayam jantan adalah 3,23
juta sel/ml. Mamalia betina 3,9-5,6 juta sel/ml dan mamalia jantan 4,5-6,5 juta sel/ml.
Jumlah eritrosit pada ikan adalah 50.000-3.000.000 sel/ml (Oslon, 1973). Jumlah
eritrosit mencit kelompok tiga menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan. Hal ini
dapat disebabkan karena kekurangtelitian dalam menghitung jumlah eritrosit atau terlalu
encernya darah hewan uji.
Jumlah rata-rata leukosit ayam kelompok satu 10.175 sel/ml dan kelompok dua
602.400 sel/ml. Jumlah rata-rata leukosit marmut kelompok tiga 84.950 sel/ml, leukosit
kelompok empat 67.475 sel/ml. Jumlah rata-rata leukosit ikan kelompok 3.475 dan
kelompok enam 280.000. Jumlah leukosit ayam berkisar antara 16.000-40.000 sel/mm3,
sedangkan sel darah ikan 20.000-150.000 sel/mm3 dan sel darah mamalia 4-11 ribu
sel/mm3 (Moyle dan Cech, 2002).
Hasil menunjukkan bahwa rata-rata jumlah eritrosit mencit lebih besar
dibandingkan dengan jumlah leukositnya. Hal tersebut terbilang normal bahwa eritrosit
dalam tubuh setiap organisme memang jauh lebih banyak daripada leukositnya.
Penentuan jumlah eritrosit dan leukosit juga berhubungan dengan kadar Hb dalam
darahnya. Eritrosit memang jumlahnya lebih besar dibanding dengan leukosit hal ini
disebabkan karena dalam keadaan tetap eritrosit baru disintesis setelah kerusakan
eritrosit lama. Selain itu jika dalam tubuh manusia terdapat sel darah putih yang lebih
banyak maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit seperti leukemia dan
leukosit hanya memiliki sedikit oksigen. Perbedaan tersebut tergantung dari banyaknya
kadar Hb yang ada dalam tubuh dan kadar Hb sangat ditentukan dari habitat organisme.
Hemoglobin berada di eritrosit. Organisme yang berada di darat memiliki kadar Hb yang
tinggi dibanding dengan hewan akuatik karena di darat organisme mendapat suplai
oksigen yang lebih dibanding dengan yang dilaut semakin dalam laut maka suplai
oksigennya pun berkurang, hal tersebut dikarenakan intensitas cahaya matahari yang
masuk ke dalam perairan lebih sedikit sehingga tumbuhan laut tidak dapat melakukan
fotosintesis yang berakibat rendahnya suplai oksigen. Semakin banyak oksigen maka
semakin banyak pula kadar hemoglobin di dalamnya (Sutrisno, 1987). Kadar
hemoglobin pada ikan dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor biologi seperti
umur, berat badan,, jenis kelamin, makanan, bakteri, benalu, dan Kualitas air yang
mencakup temperatur air, oksigen ketersediaan, pH dan lain lain (Akmirza et al., 2007).
Ketika ikan terkena penyakit atau nafsu makan menurun, maka nilai hematokritnya
menjadi tidak normal, jika hematokritnya rendah maka jumlah eritrositnya rendah.
(Alamanda et al., 2007).
Eritrosit sebagai penyuplai oksigen dalam darah dan dalam darah terkandung
hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu senyawa protein yang mengandung pigmen
porpirofin merah (heme) yang masing-masing mengandung atom Fe ditambah dengan
globin yang merupakan protein globular yang terdiri atas rantai asam amino.
Hemoglobin sendiri berfungsi untuk mengatur oksigen pada mamalia dan vertebrata
(Kimball, 1991). Hemoglobin dapat mengikat oksigen dan melepaskannya secara bolak-
balik (reversible). Reaksi kimia yang terjadi yaitu:
Hb + O2 HbO2.
Kadar hemoglobin dalam darah ayam berdasarkan pengukuran sebesar 10,4 g/dl
dan 9,4 g/dl, pada mencit sebesar 2,8 g/dl dan 10,4 g/dl, sedangkan pada ikan sebesar 2,3
g/dl dan 4 g/dl. Kadar haemoglobin ikan pada praktikum berbeda dengan kadar
haemoglobin pada ikan yang ditetapkan oleh Evans (1998), yaitu sebesar 7,9 g/dl.
Hemoglobin mempunyai kapasitas 15 sampai 25 kali lipat kapasitas air untuk mengikat
oksigen. Pada darah mamalia contohnya marmut jumlah oksigen yang secara fisik
terlarut kira-kira 0,2 ml O2 per 100 ml darah dan jumlah oksigen yang diikat ke
hemoglobin mencapai 100 kali lebih besar yaitu 20 ml O2 per 100 ml darah. Jadi hanya
1% dari total oksigen yang diambil oleh plasma darah sedangkan 99% total oksigen
diambil oleh hemoglobin. Dengan demikian, jelaslah bahwa pigmen respiratori
hemoglobin (protein yang mengandung Fe) penting dalam pengangkutan oksigen dalam
darah dan meningkatkan jumlah oksigen yang dapat diangkut. Jumlah sel darah merah
yang banyak menunjukkan besarnya aktivitas hewan tersebut. Hewan yang aktif
bergerak akan memiliki eritrosit dalam jumlah yang banyak pula, karena hewan yang
aktif akan mengkonsumsi banyak oksigen, dimana eritrosit sendiri mempunyai fungsi
sebagai transport oksigen dalam darah (Yuwono, 2001).
Penurunan atau peningkatan terhadap jumlah eritrosit maupun leukosit dari
batas normal diakibatkan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain :
Umur
Semakin tua umur maka eritrosit menurun.
Jenis kelamin
Hewan jantan eritrositnya lebih besar dibanding betina.
Emosi dan aktivitas
Jumlah eritrosit meningkat pada saat aktivitas dan dalam keadaan emosional.
Status makanan
Jumlah eritrosit menurun pada saat pregnancy dan menstruasi.
Ketinggian tempat
Jumlah eritrosit daerah pegunungan lebih banyak dibanding daerah pantai (Sutrisno,
1999).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Jumlah eritrosit darah ayam kelompok satu adalah 1.515.000 sel/mm3, kelompok
dua 1.195.000 sel/mm3, jumlah eritrosit mencit kelompok tiga dan kelompok empat
berturut-turut adalah 44.970.000 dan 3.730.000, serta jumlah eritrosit ikan
kelompok lima dan enam 2.120.000 dan 2.240.000 sel/ml.
2. Jumlah leukosit ayam kelompok satu 10.175 sel/ml dan kelompok dua 602.400
sel/ml. Jumlah leukosit marmut kelompok tiga 84.950 sel/ml, leukosit kelompok
empat 67.475 sel/ml. Jumlah leukosit ikan kelompok 3.475 dan kelompok enam
280.000.
3. Kadar hemoglobin dalam darah ayam berdasarkan pengukuran sebesar 10,4 g/dl dan
9,4 g/dl, pada mencit sebesar 2,8 g/dl dan 10,4 g/dl, sedangkan pada ikan sebesar
2,3 g/dl dan 4 g/dl.
4. Sel darah merah pada mamalia (marmut) tidak mempunyai inti,sedangkan pada
vertebrata (ikan dan ayam) mempunyai inti dan bentuknya secara umum oval.
5. Jumlah leukosit dan eritrosit dapat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, emosi,
aktivitas, status makanan, dan ketinggian tempat.
DAFTAR REFERENSI
Akmirza, Ahmet dan R. E Tepecik. 2007. Seasonal variation in some haematological parameters in naturally infected and uninfected roach (Rutilus rutilus) with Cryptobia tincae. Journal of Applied Biological Sciences 1 (3): 61-65.
Alamanda E. I., Handajani N. S., dan Budiharjo A. 2007. Penggunaan Metode hematologi dan pengamatan endoparasit Darah untuk penempatan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkebumen Boyolali. Biodiversitas vol. 8 No.1:34-38
Djuhanda, T. 1974. Analisa Struktur Vertebrata 2. Armico, Bandung.
Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.
Prosser and Brown. 1961. Comparatve Animal Physiology. WB. Saunsers Company, London.
Lagler K. F., J. E. Bardach, R. R. Miller and D. R. Passino. 1977. Ichtiology Second Edition. Jhon Willey and Sons, New York
Moyle, P. B and Chech, Jr. 2002. Fisher and Introduction to Ichtyology 4 th. Prentice, Inc. London
Oslon, C. 1973. Aulan Hematology in Riester HE and LH Schwarte. The Lowa State University Press. USA
Sutrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.
, 1999. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.
Ville. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Fakultas Biologi Unsoed, Purwokerto.