Post on 23-Oct-2015
1
HARTA DAN KEPEMILIKAN HAKIKI SERTA PENDISTRIBUSIANNYA
MENURUT EKONOMI SYARIAH
OLEH; NURSAL, S.Ag1
A. PENDAHULUAN
A.1. HARTA DAN SELUK BELUKNYA
Harta secara lughawi berasal dari bahasa Arab yaitu al-maal dan
jamaknya al-amwal yang berarti condong/berpaling . ( Munawir, 1984
).Menurut Kamus Al Muhith tulisan Al fairuz Abadi harta adalah segala sesuatu
yang engkau punyai. Sedangkan menurut para ulama harta berarti adalah
Menurut Hanafiyah, Harta : segala sesuatu yang dapat disimpan untuk
digunakan ketika dibutuhkan, penggunannya bisa dicampuri oleh orang lain.
Menurut Musthafa Ahmad al-Zarqa,Harta: setiap materi yang mempunyai
nilai yang beredar di kalangan manusia .Menurut Hasbi Ash-Shiddiqy,Harta ;
nama bagi selain manusia, dapat dikelola, dapat dimiliki, dapat diperjualbelikan
dan berharga. Menurut Muh. Syalabi,Harta; sesuatu yang dapat dikuasai, dapat
disimpan serta dapat diambil manfaatnya menurut kebiasaan . Maka dari
pengertian diatas bahwa harta dapat diartikan seluruh apa yang digunakan oleh
manusia dalam kehidupan dunia ini , apabila dilihat secara kasat mata, Unsur-
unsur harta diantaranya
• Bersifat materi atau mempunyai wujud nyata („ainiyah)
• Dapat disimpan untuk dimiliki (qabilan lit-tamlik)
• Dapat dimanfaatkan (qabilan lil-intifa)
• „Uruf (adat atau kebiasaan) masyarakat memandangnya sebagai harta
Jika ditinjau dari sisi Al Quran , maka status harta ada beberapa hal
diantaranya adalah ;
• sebagai amanat (titipan, as a trust),
QS al Taghabun; 15
• sebagai perhiasan ;
QS al Kahfi;46, QS Ali Imran;14, al-‟Alaq;6-7
• Sebagai ujian keimanan
1 Penulis Hakim Pengadilan Agama Sawahlunto
2
QS al-Anfaal;28
• Sebagai bekal ibadah,
QS al Taubah;41, 60, Ali Imran;133-134
• sebagai kebutuhan mendasar ;
QS al-Dhuha;8
Disisi lain harta memiliki multifungsi, sehingga membawa dampak yang sangat
besar dalam kehidupan manusia diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Harta berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah seperti
dalam ibadah khas ( mahdhah ) seseorang membutuhkan pakaian/kain
sarung untuk menutup aurat, bekal melaksanakan ibadah haji, berzakat,
sedekah dan lain-lain
2. Harta juga berfungsi sebagai ibadah social, artinya memberikan kepada
kaum dhu‟afa‟ sehingga memberikan kelapangan hidup mereka .
3. Harta berfungsi sebagai alat untuk bertasharruf sehingga terjadi
hubungan /komunikasi baik secara bisnis maupun non bisnis;
A.2. KEPEMILIKAN ( MILKIYAH ) DAN SELUK BELUKNYA
Milkiyah menurut bahasa berasal dari kata ( artinya sesuatu yang ( ( ِم ْل ْل ٌك
berada dalam kekuasaannya, sedang milkiyah menurut istilah adalah suatu
harta atau barang yang secara hukum dapat dimiliki oleh seseorang untuk
dimanfaatkan dan dibenarkan untuk dipindahkan penguasaannya kepada orang
lain.
Hak Milik adalah hak untuk mengambil kegunaan sesuatu kebendaan
dengan leluasa dan berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan
sepenuhnya asal tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum,
dan tidak mengacaukan hak orang lain (Salim HS., Pengantar Hukum Perdata
Tertulis, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2002), Cet. I, h. 101). Hak milik adalah hak
untuk menikmati suatu benda dengan sepenuhnya dan untuk menguasai benda
itu dengan sebebas-bebasnya asal tidak dipergunakan untuk hal yang
bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang diadakan oleh
kekuasaan yang berwenang untuk itu dan asal tidak menimbulkan gangguan
terhadap hak-hak orang lain (Prof. Dr. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, SH.,
Hukum Perdata: Hukum Benda, (Yogyakart a: Liberty, 1975), h. 427).
Hak Milik Menurut Ali al Khafifi adalah “ Sesuatu kekhususan untuk
menguasai sesuatu yang mengesampingkan orang lain dapat memamfaatkan
sesuatu tersebut “ ( Aali Al Khafifi, Mukhtasar ahkam al Muamalah al syariah, h.
9.
3
Oleh sebab itu kepemilikan dan hak milik merupakan satu kesatuan yang
melakat sehingga seseorang dapat menguasai suatu barang.
Cara memperoleh pemilikan menurut Islam
1. Ihrazul Mubahat ( menguasai benda yang mubah ) menguasai benda
yang mubah (harta yang tidak maksud kedalam milik seseorang yang sah
dan tidak ada pula sesuatu penghalang yang dibenarkan syara‟ untuk
memilikinya)
Contohnya : Ikan di sungai, ikan di laut, hewan buruan, Burung-burung di
alam bebas, air hujan dan lain-lain.
2. Barang atau harta itu dimiliki karena melalui akad (bil Uqud), contohnya :
lewat jual beli,hutang piutang, sewa menyewa, hibah atau pemberian dan
lain-lain.
3. Barang atau harta itu dimiliki karena warisan (bil Khalafiyah), contohnya :
mendapat bagian harta pusaka dari orang tua, mendapat barang dari
wasiat ahli waris.
4. Harta atau barang yang didapat dari perkembang biakan (Attawalludu
minal mamluk)
Contohnya : Telur dari ayam yang dimiliki, anak sapi dari sapi yang dimiliki
dan lain-lain.
Adapun kepemilikan itu dapat dibedakan menjadi :
1. Kepemilikan pribadi (Individu), yaitu suatu harta yang dimiliki
seseorang atau kelompok, namun bukan untuk umum, Contohnya:
Rumah, Mobil, Sawah dan lain-lain.
2. Kepemilikan publik (umum), yaitu harta yang dimiliki oleh banyak
orang. Contohnya: Jalan Raya, laut, lapangan Olah Raga dan lain-
lain.
3. .Kepemilikan Negara Contohnya: Gedung Sekolah Negeri, Gedung
Pemerintahan, Hutan danlain-lain
Apabila di perhatikan secara filosofis maka kepemilikan mengandung nilai-nilai
diantaranya adalah :
a) Nilai Rahmat; Diperbolehkan seseorang memilki sesuatu yang mubah ,
seperti air, pepohonan di hutan, binatang buruan, dll dengan hal itu tidak
berada dalam pemilikan/kekuasaan orang lain serta ada maksud untuk
memiliki sesuatu tersebut, hal ini sebagai wujud dari rahmatan lil‟alamiin;
4
b) Nilai Penghargaan, Kepastian dan kerelaan. Aqad/transaksi
dikategorikan sebagai suatu cara memperoleh hak milik menurut Islam.
Dalam Aqad terdapat dua atau lebih pihak melakukan perjanjian, masing-
masing pihak dihargai memiliki posisi yang sama, masing-masing
memiliki sesuatu yang benilai sejak awal yang sama-sama dihargai
dalam aqad. Hal ini terkandung nilai penghargaan terhadap setiap
kepemilikan, terkandung adanya nilai kepastian hukum serta nilai
kerelaan.
c) Nilai Tanggung jawab dan Jaminan Kesejahteraan Keluarga. Salah satu
cara yang diatur Islam untuk memperoleh kepimilikan melalui kewarisan..
Hal ini mencerminkan nilai Jaminan/komitmen Islam pada kesejahteraan
keluarga
B. PEMBAHASAN
A. KEPEMILIKAN HAKIKI TERHADAP HARTA
Sebuah pertanyaan besar di dalam pemikiran kita ini, siapakan
sebenarnya pemilik harta ini , juga sekaligus sebuah pertanyaan yang mendasar
yang memiliki implikasi yang sangat luas. Tidak saja berpengaruh terhadap
sikap kepemilikannya , namun lebih jauh akan berpengaruh terhadap
mekanisme hak milik dan pemamfatannya. Oleh sebab itu penting bagi kita
untuk memahami dengan benar tentang hakikat kepemilikan harta, agar kita
tidak terjebak ke dalam sikap-sikap yang bertentangan dengan hukum syara‟
Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita perlu merujuk kepada sumber
petunjuk yaitu Al Qur‟an . Di dalam Al qur‟an , Allah Swt kadang-kadang
menisbatkan kepemilikan harta itu langsung kepada Allah swt.( QS. Al Nur : 33 )
“ Artinya : Dan berikanlah kepada mereka, sebagian harta Allah yang
telah diberikan kepada kalian”
Allah swt langsung menyandarkan harta kepada dirinya yang berarti Harta
milik Allah ( min malillaah ) dalam ayat tersebut.. Dalam arti lain tidak ada yang
menjadi pemilik harta secara hakiki termasuk manusia kecuali Allah Swt. Kita
bisa merasakan dan mencermati secara langsung dengan mata kepala bahwa
seluruh harta adalah kepunyaan/milik Allah. Siapa saja akan mengetahui bahwa
tidak ada satu mayat pun yang akan membawa rumah, perhiasan, tanah dan
5
deposito, mobil dan harta lainnya ke dalam kubur, Sekiranya jika manusia
pemilik hakiki tentu ia akan membawa kapan dan kemanapun. Faktanya tidak,
harta itu hanyalah titipan Allah SWT.
Bahwa perlu dipahami , harta merupakan fasilitas bagi kehidupan manusia
. Di dalam Al Qur‟an dinyatakan , Allah lah yang memberikan segalanya baik
berupa harta/kekayaan kepada manusia untuk dijadikan fasilitas buat manusia ,
sebagaimana Allah nyatakan di dalam surat Al Baqarah ayat 29 :
“ artinya : Dial ah ( Allah ) yang telah menciptakan apa saja yang di muka
bumi untuk mu semuanya ,
Serta dinyatakan dalam surat an Naba ayat 6-16. Yang begitu panjang.
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan. Dan
gunung-gunung sebagai pasak. Dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan
dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat dan Kami jadikan malam sebagai
pakaian dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan dan Kami jadikan
pelita yang amat terang ( matahari ),dan Kami turunkan dari awan air yang
banyak tercurah supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian, tumbuh-
tumbuhan dan kebun-kebun yang lebat. ( Qs.Al Naba : 6-16 )
Allah Swt telah menciptakan semua harta yang ada di dunia ini, untuk
siapa ?. Tentu saja untuk memenuhi kebutuhan manusia dan juga makhluk
lainnya. Allah juga menjelaskan harta kekayaan yang dimiliki manusia adalah
berasal dari pemberianNya ( QS. Al Baqarah : 3 ) serta (QS. Al Nisa : 32)
Allah menganugerahkan kepemilikan harta kepada manusia, Allah Swt
memberikan/menganugerahkan sebagian dari karunianya berupa
harta/kekayaanNya setelah manusia berusaha secara halal dan thayyib , maka
jadilan manusia disebut memiliki harta sebagaimana di isyaratkan Allah dalamAl
Quran surat Al Baqarah: 188
“ Dan janganlah kalian saling memakan harta kalian dengan jalan bathil “
( QS. A : Baqarah 188 )
Dapat dipahami bahwa ketika harta dikaitkan dengan manusia berarti harta
itu dimiliki oleh manusia sebatas hidup di dunia ( diberi kuasa dan amanah
oleh Allah ) kelak di akhirat dipertanggung jawabkan kembali segala harta
yang telah diperoleh.
6
B. Kekayaan dalam Islam
Allah Swt memberikan izin / secara Islam membolehkan bahkan
menganjurkan kepada seseorang untuk memiliki harta kekayaan , sekaligus
dapat diartikan memberikan izin dan hak kepada pemiliknya untuk mengelola
sesuai dengan keinginannya selama memenuhi ketentuan syara‟
Jika dilihat di dalam Al qur‟an, ada semacam isyarat supaya orang
menjadi kaya yang bisa mengeluarkan zakat serta berderma dan menunaikan
rukun Islam ke lima yakni pergi haji ke Tanah suci Mekkah yang jelas
membutuhkan banyak biaya.
Dalam sejarah Islam banyak orang-orang kaya, di awal tegaknya Islam
diantaranya, isteri Nabi Ummul mukminin Khadijah, seorang wanita Saudagar
yang kaya raya, sehingga hartanya digunakan oleh Nabi Muhammad Saw untuk
menegakkan Agama Islam. Begitu juga di kalangan para sahabat seperti,Abu
Bakar sidiq, Usman bin Affan , yang mendermakan harta kekayaannya untuk
Islam.
Kemiskinan sebagai lawan dari kekayaan, merupakan sebuah fakta
yang tidak mungkin di mungkiri, namun dalam sebuah hadis nabi disebutkan
bahwa “hampir kemiskin dan itu menjatuhkan orang kepada kekufuran “. Artinya
, dalam mafhumnya miskin bisa dekat kepada kejahatan/kekafiran atau secara a
contrario, dengan memiliki kekayaan akan bisa membentengi diri dari
kejahatan/kekafiran.
Dalam banyak kasus , sering terjadi seorang muslim bisa menjadi
murtad karena sebungkus supermi, atau di iming-iming dengan sejumlah uang,
atau seorang perempuan muslimah mau menyerahkan kegadisannya bila
diimbali sejumlah uang. Dan banyak fakta lainnya.
B. BEBERAPA DIMENSI DI DALAM MEMAHAMI DISTRIBUSI
KEKAYAAN
Sebelum penjelasan lebih lanjut, bila ditinjau pandangan masyarakat
luas terhadap kemiskinan itu begitu beragam diantaranya adalah
1) .Golongan sufi memandang bahwa masalah ke duniaan tidaklah
berarti. Golongan sufi memiliki konsep penantian diri, peniadaan,
pengabdian dirinya untuk Islam, serta berkeyakinan bahwa
7
kemiskinan itu dihormati, penghematan itu disenangi, maka fakir
dan miskin identik dengan nilai-nilai sufi semakin melarat/miskin
seseorang akan semakin tinggi nilai-nilai sufinya. Mereka
beranggapan bahwa kemiskinan bukanlah suatu keburukan yang
harus untuk diatasi dan bukan merupakan suatu program yang
semestinya dipecahkan bahkan kemiskinan selaku bentuk
karunia Allah yang dilimpahkan kepada hamba-hambaNya yang
dicintai
2) Golongan Jabariah mengideologikan takdir Allah lah yang
meletakkan seseorang itu kaya atau miskin. Dalam artian bahwa
kemiskinan seseorang adalah suatu takdir Tuhan yang tidak
membutuhkan tindakan-tindakan untuk mengatasinya. Manusia
tidak mempunyai hak untuk mengubah keadaan, hanya Allah lah
yang berkehendak untuk mengubah.Manusia mempunyai hak
menunggu qada dan qadar tuhan.
3) Ekonomi Islam berada pada sisi keseimbangan antara dunia dan
akhirat, keseimbangan antara kepentingan individu dan
kepentingan kolektif ( masyarakat ), Adanya hak kepemiliksn
dalam ekonomi Islam menunjukkan bahwa ekonomi Islam
mengharuskan umat Islam mencari rezeki dengan demikian
setiap individu mempersiapkan dirinya untuk hidup
sebagaiamana mestinya sehingga mampu menghadapi
tantangan hidup dan dapat melindungi dirinya dari Bahaya
Kemiskinan. Ekonomi Islam tidak seperti golongan Jabariah
dengan mengatasi kemiskinan dengan berserah diri, tidak seperti
sosialisme memberantas kemiskinan dengan mencabut hak
kepemilikan individu dan tidak pula seperti kapitalisme yang
membiarkan kemiskinan dan menganggap kemiskinan itu harus
diselesaikan oleh mereka sendiri.
Dalam ajaranIslam tidak pada tempatnya seorang warga masyarakat
menggantungkan hidupnya kepada warga masyarakat lain dengan cara
meminta-minta,karena hal itu akan menurunkan kehormatan dan martabat
kemanusian, kecuali terhadap dua hal :
1. Meminta kepada Penguasa, yang memang Allah sendiri telah
memperkenankannya
8
2. Meminta dalam situasi yang sangat terpaksa, sekedar keperluannya
Bahkan Ibn Qoyyim menyatakan secara tegas, bahwa meminta-minta
kepada manusia adalah suatu perkosaan ( tindakan zalim ) terhadap hak Allah,
yang dimaksud memperkosa hak Allah ialah karena dalam perbuatan meminta-
minta, si pelaku telah menggantugkan permintaan dan kebutuhannya serta
menyerahkan dirinya dan nasibnya kepada selain Allah, Padahal menunaikan
hidup dan menjaga kehormatan diri termasuk ibadah. Jadi orang yang
melakukan meminta-minta berarti telah melakukan suatu perbuatan yang
merusak kepercayaan kepada Allah SWT.
Di dalam hadist Nabi SAW dari Anas bin Malik RA dikisahkan, pernah
seorang laki-laki Anshar dating menghadap Nabi Saw, lalu Nabi berkata
kepadanya.” Apakah anda tidak memiliki sesuatu apapun di rumah ? Laki-laki itu
menjawab. “ Ada yang aku miliki, yaitu sebuah permadani, separoh kami pakai
dan separoh yang lain kami gunakan tempat duduk, juga aku mempunyai
sebuah bejana yang biasa kami gunakan tempat minum, lalu Nabi bersabda: “
coba bawalah kedua barang itu ke sini “. Laki-laki itu pun membawa kedua
barangnya kehadapan Nabi, kemudian Nabi mengambilnya, seraya berkata : “
Siapakah diantara kalian yang mau membeli barang ini ?” Salah seorang
sahabat menjawab, “ Saya akan membeli keduanya dengan satu dirham “.
Rasulullah bersabda kembali : “ Siapa yang berani membayar lebih dari satu
dirham ? “ Nabi bersabda demikian dua hingga tiga kali, lalu seorang sahabat lai
menjawab, “ Saya akan membeli keduanya dengan dua Dirham, kemudian Nabi
Saw menyerahkan kedua barang itu kepadanya sambil menerima
pembayarannya dua dirham.Lalu Nabi serahkan uang itu kepada laki-laki
Anshar tadi, sambil memberi tuntunan kepadanya. Belanjakan uang ini baik-
baik, satu dirham untuk membeli makanan kemudian bawalah kepada
keluargamu dan satu dirham lagi gunakan membeli sebuah kapak, kemudian
bawalah kesini,lalu Nabi Saw menggunakan kapak itu untuk membelah
sebatang kayu dengan tangannya di hadapan orang itu, setelah itu beliau
bersabda.” Sekarang pergilah anda mencari kayu dan saya tidak bertemu
dengan kamu selama 15 hari. Berangkatlah laki-laki anshar itu mencari kayu.
Kemudian beberapa hari berlalu ia kembali dan telah mendapatkan uang 10
dirham. Ia perguanakan sebagian uang itu untuk membeli pakaian dan sebagian
yang lain untuk membeli makanan, lalu Nabi bersabda kepadanya
9
“ Usaha seperti ini adalah lebih baik bagi anda daripada dating kesana- kemari
meminta-minta yang justru meminta itu merupakan titik noda di wajah anda,
kelak di hari kiamat. Dan ketahuilah bahwa meminta-minta itu tidak
diperkenankan, kecuali dalam tiga hal :
1. Orang yang sangat parah kemiskinannya.
2. Orang yang tidak mampu membayar hutangnya;
3. Orang yang terkena denda hukuman tidak sanggup menebusnya;
( H.R. Abu Dawud, Turmizi, Nasai dan ibn Majah);
Kondisi kesenjangan ekonomi yang semakin lebar ditengah-tengah
masyarakat harus segera diatasi dengan menerapkan keseimbangan ekonomi
melalui mekanisme distribusi. Islam mewajibkan terjadi sirkulasi kekayaan pada
semua anggota masyarakat dan mencegah terjadinya sirkulasi kekayaan hanya
pada segelintir orang, sebagaimana firman Allah dalam surat al Hasyar : 7
Artinya : Supaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya
saja diantara kamu
Masalah ekonomi terjadi apabila kebutuhan pokok ( alhajatu al asasiah )
untuk semua pribadi manusia tidak tercukupi, dan masalah pemenuhan
kebutuhan pokok merupakan persoalan distribusi kekayaan.
Dalam persoalan distribusi kekayaan yang muncul, Islam melalui
system ekonomi Islam menentukan berbagi mekanisme tertentu digunakan
untuk mengatasi persoalan distribusi, mekanisme distribusi dalam system
ekonomi Islam dapat dikelompokkan kepada 2 kelompok yaitu :
1. Mekanisme secara ekonomi
2. Mekanisme secara non ekonomi
Mekanisme secara ekonomi adalah mekanisme distribusi dengan
mengandalkan kegiatan ekonomi agar tercapai distribusi kekayaan, diyakini
distribusi kekayaan itu akan berlangsung secara normal.
a.d 1. Dalam distribusi kekayaan secara mekanisme ekonomi maka
ditempuh cara-cara sebagai berikut :
10
1. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya
sebab-sebab hak milik ( asbabu al tamalluk ) dalam hak milik pribadi ( al
milkiyah al fardiyah )
Menurut An Nabhani ( 1990 ) Islam telah menetapkan sebab utama
dimana seseorang dapat memiliki harta yang berkaitan dengan hak milik pribadi
( al Milkiyah al Fardiyah ) yaitu, 1). Bekerja, 2). Warisan 3). Kebutuhan akan
harta untuk penyambung hidup 4). Harta pemberian Negara kepada rakyat.
5). Harta-harta yang diperoleh seseorang tanpa mengeluarkan harta atau
tenaga apapun.
Membuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi seluruh anggota
masyarakat adalah salah satu distribusi kekayaan melalui mekanisme ekonomi.
Islam menetapkan keharusan bekerja seluruh masyarakat. Dari bekerja
tersebut, menurut Islam sebab pokok (mendasar ) untuk memungkinkan
menusia memiliki harta kekayaan .
2. Memberikan kesempatan seluas-luasnya , bagi berlangsungnya
pengembangan hak milik ( tanmiyatul milkiyah ) melalui kegiatan
investasi
Pengembangan hak milik adalah mekanisme yang digunakan
seseoranguntuk mendapatkan tambahan hak milik, pengembangan hak milik ini
tentu sesuai dengan ketentuan syara‟. Jika diamati ada 3 bentuk harta kekayaan
manusia;
1. Harta berupa tanah
2. Harta yang diperoleh melalui pertukaran dengan barang ( jual beli
3. Harta yang diperoleh dengan cara mengubah bentuknya dari satu
bentuk ke bentuk yang berbeda ( produksi ).
Islam menghalalkan umat Islam bergeraka untuk berinvestasi/ berproduksi di
bidang pertanian, perdagangan dan perindustrian.
3. Larangan menimbun harta benda/kekayaan walaupun telah
dikeluarkan zakatnya, harta yang ditimbun tidak akan berfungsi
ekonomi, pada gilirannya akan menghambat distribusi karena tidak
terjadi perputaran harta.
11
Dijelaskan al badri ( 1992 ) islam mengharamkan menimbun harta
benda/kekayaan walaupun telah dikeluarkan zakatnya dan mewajibkan
pembelanjaan terhadap harta tersebut, agar ia beredar ditengah-tengah
masyarakat, sehingga dapat diambil mamfaatnya. Sebagaimana diisyaratkan
Allah larangan menimbun harta dalam Al Qur‟an surat Al taubah : 34
Artinya :” Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak
menginfakkan di jalan Allah, maka berilah kabar gembira dengan siksaan yang
pedih ( QS. Al Taubah : 34 )
Imam Thabari mengatakan berdasarkan sanad dari Abu Umamah,
ketika seorang Ahlu Shuffah, yaitu orang-orang yang menempati satu bagian
dari masjid Nabawi, wafat lalu di bawah selimutnya ditemukan satu dinar uang
emas. Rasulullah Saw bersabda :” satu gosokan ( api akan menimpanya di hari
kiamat ) , kemudian ketika ada lagi yang meninggal dan ditemukan dua dinar
uang emas, Nabi Saw bersabda : dua gosokan. Rasulullah Saw mengambil
isyarat pemahaman dari Surat AL Taubah: 35
Artinya : “ Pada hari dipanaskan emas dan perak itu dalam neraka
jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka,
( lalu dikatakan ) kepada mereka ; “ inilah harta bendamu yang kamu simpan
untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang ( akibat dari ) apa yang kamu
simpan ( QS, Al Taubah : 35 )
4. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat
mendistorsi pasar.
Adanya monopoli, maka seseorang dapat menentukan harga jual
produk yang tidak sesuai dengan pasarannya, sehingga dapat merugikan
kebanyakan orang di muka umum. Begitu juga Negara tidak diperbolehkan turut
terlibat dalam menetapkan harga jual suatu produk di pasar, sebab hal ini akan
menyebabkan terjadinya perobahan harga pasar.
5. Larangan kegiatan Judi, riba, korupsi, pemberian suap dan hadiah
kepada Penguasa/pejabat.
Judi dan riba merupakan penyebab utama uang hanya akan bertemu
dengan uang ( bukan dengan barang/jasa ) dan beredar dianatara orang kaya
saja, ( QS. Al Maidah : 90 ) , Qs. Al Baqarah : 278 )
Sementara Korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada
Pejabat/Penguasa mengakibatkan harta hanya beredar diantara orang-orang
12
yang sudah berkecukupan, hal ini merupakan penyebab rusaknya system
distribusi kekayaan .
Seorang pejabat yang menduduki suatu jabatan khusus dilarang
menerima hadiah dari pihak manapun. Al Khatib dalam kitabnya berjudul “
Talkhisul Mutasyabih “ menerangkan sebuah hadis berasal dari Anas RA bahwa
Nabi Saw bersabda :
Artinya : “ Hadiah yang diberikan kepada para pejabat adalah Suht (
haram )
A.d 2. Distribusi kekayaan melalui mekanisme non ekonomi
Tujuan pelaksanaan distribusi ini adalah agar ditengah masyarakat
segera terwujud keseimbangan ( al tawazun ) dan kesataraan ekonomi, maka
pendistribusian mekanisme non ekonomi ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut ;
1. Pemberian Negara kepada rakyat yang membutuhkan
Negara memberikan harta kepada orang-orang yang memerlukan untuk
memenuhi kebutuhannya. Bentuk ini pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw,
ketika memberikan harta fa‟I Bani Nadhir hanya kepada orang-orang Muhajirin
saja, tidak kepada orang Anshar kecuali dua orang saja yaitu Abu Dujanah
Samak bin Khurasah dan Sahal bin Hunaif yang memang kedua orang itu
miskin. Konsep pembagian ini berdasarkan surat Al Hasyr ayat 7, agar harta itu
tidak hanya berputar diantara orang-orang kaya saja.
Pemberian harta Negara tersebut dengan maksud untuk memenuhi
kebutuhan hidup individu rakyat, sekaligus agar rakyat dapat
memamfaatkannya, sehingga kepemilikan itu terwujud secara merata.
Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat diberikan secara langsung maupun tidak
langsung.
Begitu juga Umar bin khattab RA, telah memberikan kepada para petani
di Irak, harta dari baitul mal yang bisa membantu mereka untuk mengerjakan
tanah pertanian serta memenuhi kebutuhan hidup mereka tanpa meminta
imbalan sedikitpun dari mereka .
2. Pendistribusian melalui zakat
Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh Muzakki kepada mustahik/
asnaf yang delapan adalah pendistribusian kekayaan melalui mekanisme non
ekonomi.
13
Zakat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan oleh para muzakki bila
telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariat. Begitu juga Negara wajib
memaksakan siapapun yang termasuk muzakki untuk membayar zakatnya, ini
berdasarkan surat Al taubah ayat 103 ;
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka,
sesungguhnya doa kamu itu ( menjadi ) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Dengan adanya kegiatan bersifat memaksa ini, maka akan terjadi
peredaran harta yang tidak melalui mekanisme ekonomi dari orang-orang kaya
kepada orang-orang miskin walaupun harta zakat itu di distribusikan kepada
golongan tertentu ( ada 8 asnaf ) QS. Al Taubah : 60
Delapan golongan yang disebut itu, adalah orang-orang yang lemah
secara ekonomi, delapan golongan itu lah yang sering hidup dan dijumpai di
tengah-tengah masyarakat. Pendistribusian zakat yang tepat, baik serta tepat
sasaran tentu akan meningkat taraf hidup mereka, maka secara pelan-pelan
ekonomi serta kebutuhan hidup segera terpenuhi.
Zakat yang juga sebagai ibadah mahdoh dimana berperan dan
berdampak ekonomi yakni zakat berperan sebagai instrument distribusi
kekayaan antara kaum yang mampu /berharta ( Muzakki ) dengan Kaum yang
tidak/kurang mencukupi hartanya ( Mustahik ).
Maka dengan melalui zakat perlu pula suatu model pemberdayaan umat
baik secara ekonomi, social dan keagamaan disertai dengan Pengawasan dan
evaluasi untuk meningkatkan, mempercepat proses kemandirian mustahik.
C. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Harta merupakan sesuatu yang vital bagi manusia dalam
kelangsungan hidupnya.
2. Kepemilikan harta secara hakiki termasuk manusia itu sendiri
adalah Allah SWT.
3. Allah memberikan harta kepada manusia sebagai amanah dan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, ketika akhirat kelak
akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah.
4. Distribusi kekayaan secara islam ada 2 mekanisme:
1. Distribusi kekayaan melalui mekanisme ekonomi
14
2. Distribusi kekayaan melalui mekanisme non ekonomi.