Post on 31-Jul-2015
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WAJAH (EMBRIONIK)
Perkembangan pada daerah kepala tergantung ada aktivitas induksi pusat pengatur
prosensephalik dan rombensephalik. Pusat prosensephalik berasal dari mesodermal
prakordal yang berjalan melalui garis primitif, di balik forebrain (prosensephalon).
Prosensephalik merangsang pembentukan indra penglihatan, pembentukan telinga tengah
dan satu pertiga atas wajah.
Rombensephalik kaudal merangsang pembentukan satu pertiga bawah dan tengah
wajah, pembentukan telinga luar dan tengah.
Wajah berasal dari lima tonjolan yang mengelilingi cekungan sentral (stomodeum)
yang nantinya berperan sebagai bakal mulut. Lima tonjolan tersebut adalah tonjolan
frontonasal tengah tunggal, sepasang tonjolan maksila, dan sepasang tonjolan mandibula.
Kedua tonjolan terakhir (maksila dan mandibula) berasal dari pasangan pertama dari
keenam lengkungan brankial. Pada akhir minggu ke empat pusat perkembangan yang
membentuk wajah akan mulai berkembang.
Tonjolan frontonasal mengelilingi forebrain selanjutnya akan mengeluarkan
divertikulum optilk lateral yang akan membentuk mata. Bagian frontal dari tonjolan antar
mata akan membentuk dahi. Pada sudut inferolateral akan terbentuk penebalan plakoda
nasal ektodermal (olfaktoris). Plakoda ini dirangsang oleh saraf olfaktoris dibawahnya,
ditembus oleh perpanjangan ridge berbentuk tapal kuda terbalik disebut pula tonjolan nasal
medial dan tonjolan nasal lateral, yang mengelilingi tiap celah nasal yang terbenam. Celah
ini merupakan bakal nares anterior, yang pada awalnya berhubungan dengan stomodeum.
Penggabungan tonjolan wajah terjadi melalui dua tahap:
1. Penggabungan tonjolan frontonasal, maksila dan mandibula.
2. Penggabungan komponen-komponen maksilanasal sentral
Penyatuan dari organ yang awalnya merupakan tonjolan terpisah, terjadi ketika
groove yang memisahkannya hilang akibat perpindahan ke dan/atau proliferasi mesensim
dibawahnya. Penyatuan-penyatuan organ tersebut terjadi pada minggu ke lima sampai ke
tujuh. Tonjolan nasal medial dan tonjolan nasal lateral juga maksila dahulunya terletak
bebas, untuk menggabungkan dua tonjolan tersebut diperlukan adanya disintegrasi dari
sayap nasal, sehingga memungkinkan bergabungnya sel mesensim dibawahnya. Kegagalan
disintegrasi normal dari sayap nasal, melalui kematian sel atau pertukaran mesensimal,
merupakan penyebab dari celah bibir atas dan celah bagian depan palatum.
Tonjolan nasal medial dan maksila nantinya membentuk hubungan dengan rahang
atas dan bibir, memisahkan celah nasal dari stomodeum.
Penyatuan garis tengah tonjolan nasal medial nantinya akan membentuk
tuberkulum medial dan philtrum bibir atas, ujung hidung dan palatum primer. Penyatuan
garis tengah tonjolan mandibula membentuk rahang bawah dan bibir bawah. Penyatuan
lateral dari tonjolan mandibula dan maksila akan membentuk comisura (sudut mulut).
Dulu dianggap bahwa tonjol-tonjol maxilla juga bersatu sedikti dengan tonjol
mandibula dan dengan demikian membentuk pipi. Akan tetapi pemeriksaan yang seksama
mengenai hubungan antara berbagai unsur pembentuk rongga mulut memperlihatkan
bahwa lebar mulut tidak ditentukan oleh penyatuan tonjol-tonjol maxilla dan mandibula dan
bahwa pipi berkembang dari perubahan letak lidah, dasar mulut dan perluasan mandibula.
Kemudian pipi dan bibir dimasuki jaringan mesenkim lengkung insang kedua.
Mesenkim ini akan membentuk otot-otot pipi dan bibir, yang akan dipersarafi oleh nervus
facialis. Cara penyatuan tonjol-tonjol maxilla dengan tonjol-tonjol hidung lateral adalah lebih
rumit. Pada mulanya susunan-susunan ini dipisahkan oleh suatu alur yang dalam, sulcus
nasolacrimalis. Ectoderm pada dasar alur ini membentuk tali epitel yang padat, yang
melepaskan diri dari ectoderm disekitarnya. Setelah tali ini memperoleh rongga terbentuklah
ductus nasolacrimalis. Kemudian tonjol maxilla dan tonjol hidung lateral saling melekat dan
bersatu.
Dibawah ini merupakan gambaran dari tahap perkembangan wajah pada masa
embrional:
1. Tahap Perkembangan Wajah pada Minggu ke-3 sampai Minggu ke-4
2. Tahap Perkembangan Wajah pada Minggu ke-4 sampai Minggu ke-6
3. Tahap Perkembangan Wajah pada Minggu ke-7 sampai Minggu ke-10
KELAINAN PERKEMBANGAN PADA WAJAH
Cacat perkembangan wajah merupakan akibat kombinasi dari berbagai faktor,
beberapa bersifat genetik, beberapa lagi tidak diketahui. Ilmu tentang kelainan ini disebut
teratologi.
Kelainan dapat berupa cacat atau pergeseran struktur, menimbulkan gangguan
bentuk, kelainan bentuk atau kerusakan. Bentuk yang terganggu berasal dari gangguan
pertumbuhan, sedang kelainan bentuk merupakan perkembangan normal yang dihambat
oleh faktor mekanis, sedang kerusakan adalah akibat kerusakan perkembangan dari organ
normal. Bentuk yang terganggu timbul terutama pada periode embrionik dan tidak dapat
diperbaiki sendiri, sedang kelainan bentuk dan kerusakan timbul pada periode fetus dan
dapat memperbaiki diri sendiri.
Asephali, tidak adanya kepala, merupakan cacat yang paling ekstrim. Struktur
postkranial dapat terus bertumbuh dalam uterus; namun, keadaan ini bersifat letal bila bayi
sudah lahir.
Tidak adanya otak (anensephali) menimbulkan akrania (tidak adanya tengkorak),
akalvaria (tengkorak tanpa tempurung), kraniosis (fisur kranium), serta berbagai macam efek
pada wajah. Manusia dangan ciri-ciri ini umumnya sulit bertahan hidup.
Cacat perkembangan wajah yang ringan, sering ditemukan. Kegagalan penyatuan
tonjolan wajah akan menimbulkan celah perkembangan abnormal.
Celah bibir atas unilateral (cheilosis) berasal dari kegagalan penggabungan
tonjolan nasal medial dengan tonjolan maksila pada kedua sisi garis tengah. Celah bibir
unilateral paling sering terlihat pada sisi kiri, serta merupakan cacat kongenital yang umum
(1 dari 800 kelahiran) yang memiliki kecenderungan keturunan yang besar, menunjukan
kemungkinan latar belakang genetik.
Celah bibir bilateral yang langka menimbulkan garis tengah yang lebar dari bibir
atas dan probosis protuberansia.
Celah bibir median yang sangat langka (true harelip) biasanya disebabkan oleh
penggabungan tidak sempurna dari kedua tonjolan nasal medial dan karena itu, pada
sebagian besar kasus, terlihat groove garis tengah hidung yang dalam, menimbulkan
berbagai bentuk ‘hidung bercabang’.
Penyatuan tonjolan maksila dan mandibula yang membentuk ukuran mulut yang
lebih kecil atau mendekati normal akan menghasilkan mulut yang terlalu kecil (mikrostomia)
atau terlalu besar (makrostomia). Kadang-kadang tonjolan maksila dan mandibula bersatu
membentuk mulut yang tertutup (astomia)
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN WAJAH (POSTNATAL)
Wajah dapat dibagi secara acak menjadi 3 – atas, tengah dan bawah –batas –
batasnya adalah bidang horisontal yang melewati pupil mata dan rima oris. Ketiga bagian ini
berhubungan terhadap tonjolan fontonasal, maksila, dan mandibula embrionik. Sepertiga
atas wajah terdiri terutama dari neurokranial, dengan tulang frontal kalvaria yang berperan
pada pembentukan dahi. Sepertiga tengah merupakan rangka paling rumit, terdiri dari dasar
kranial dan perluasan nasal dari sepertiga atas serta sebagian dari alat kunyah (termasuk
gigi geligi atas). Sepertiga bawah wajah melengkapi alat kunyuh, terdiri dari mandibula dan
gigi geligi.
Sepertiga atas wajah pada mulanya bertumbuh dengan cepat, untuk
mempertahankan hubungan neurokranialnya dan merupakan permulaan dari perkembangan
lobus frontal otak, merupakan struktur pertama yang memiliki potensi pertumbuhan
maksimal, berhenti bertumbuh pada usia 12 tahun. Sebaliknya, sepertiga tengah dab bawah
bertumbuh sampai akhir masa remaja. Penyempurnaan alat kunyah dengan erupsi molar
ketiga (18-25 tahun) menandai terhentinya pertumbuhan dua pertiga bawah wajah.
Bola mata pada mulanya bertumbuh dengan cepat, mengikuti pola pertumbuhan
neural dan berperan pada pelebaran wajah fetus yang berjalan dengan cepat. Orbit
menyempurnakan setengah dari pertumbuhan postnatal selama dua tahun pertama
kehidupan, sehingga terlihat terlalu besar pada wajah anak. Otak dan bola mata, bertumbuh
bersamaan dengan cepat, ‘mengisi’ ruang; bentuk akhir dari dinding orbital mencerminkan
penyesuaian mutual antara berbagai matrik fungsional ini. Rongga orbital mempertahankan
dimensi dewasanya sampai umur 7 tahun.
Pada saat lahir, rongga nasal terletak hampir seluruhnya antara orbit; pertumbuhan
tulang rawan septum nasal berlangsung terus, tetapi melambat, sampai umur 6 tahun,
menurunkan dasar rongga nasal di bawah orbit.
Tarikan dan dorongan dari pertumbuhan septum nasal akan memisahkan berbagai
suture frontomaksila, frontonasal, frontosigomatik dan sigomatikomaksila. Potensi
pertumbuhan tulang rawan septum nasal jelas terlihat pada kasus celah bibir dan palatum
bilateral; ujung hidung, kolumela, philtrum, prolabium, dan palatum primer jelas berbeda dari
probosis yang bila terbebas dari perlekatan lateralnya dari maksila, akan menonjol pada
wajah sebagai hasil pertumbuhan vomer dan septum nasal. Pertumbuhan ini biasanya
meluas ke struktur wajah di sekitarnya, menunjukkan ketahanan terhadap dorongan
pertumbuhan. Septum nasal akan membengkok dari garis tengah selama akhir anak-anak,
menunjukkan ketahan terhadap daya pertumbuhan septum. Pertumbuhan bola mata, otak,
dan tulang rawan sikondrosal speno-osipital, berfungsi untuk memisahkan suture-suture
wajah.
Pertumbuhan maksila tergantung pada pengaruh beberapa matrix fungsional yang
bekerja pada berbagai daerah tulang. Kerumitan aksi gaya fungsional terhadap tulang wajah
akan menimbulkan berbagai efek pada berbagai suture. Jadi, suture temporosigomatik pada
lengkung sigomatik akan bertumbuh lebih dominan dalam arah anteroposterior horisontal,
terutama karena pertumbuhan longitudinal dari otak dan tulang rawan spenosipital.
Pertumbuhan anteroposterior pada suture nasomaksila, menghasilkan jembatan
hidung yang meninggi, dari perluasan anteroposterior dari septum nasal. Suture
frontomaksila, frontosigomatik, frontonasal, etmoidomaksila, dan frontoetmoidal merupakan
daerah pertumbuhan terutama ke arah vertikal, sebagai akibat perluasan bola matan dan
septum nasal. Bila pertumbuhan septum nasal kurang sempurna, tinggi sepertiga tengah
wajah kurang terpengaruh, dibanding deimensi anteroposterior, menghasilkan wajah yang
cekung. Perluasan lateral dari suture sigomatikomaksila oleh mata dan pertumbuhan pada
suture intermaksila, akan melebarkan wajah. Wajah bayi baru lahir, dua kali lebih lebar
dibanding tingginya, daripada di orang dewasa, dan akan menyesuaikan ke proporsi dewasa
selama masa kanak-kanak.
Efek keseluruhan dari penyimpangan arah pertumbuhan adalah sisa tulang yang
dominan pada permukaan posterior dan superior dari tulang-tulang wajah. Terbungkus
jaringan lemak, terletak antara permukaan posterosuperior maksila dan dasar kranial (tulang
spenoid), menghasilkan struktur tulang yang melawan tekanan. Deposisi tulang pada
permukaan posterosuperior makssila dan pada daerah tuberositas alveolar maksila, akan
menggeser maksila menjauhi lapisan lemak ini. dengan adanya lapisan lemak dan
kondrokranium yang bekerja sebagai dasar tempat terjadinya pertumbuhan tulang wajah,
sepertiga tengah (dan bawah) wajah akan bergerak ke bawah dan sedikit ke depan
terhadap dasar kranial. Pertumbuhan suture terbesar adalah pada saat usia 4 tahun.
Remodelling terjadi pada seluruh permukaan tulang, untuk menyesuaikan tulang
dengan posisinya yang baru setelah pergeseran. Deposisi tulang sepanjang tepi alveolar
maksila (dan mandibula) akan membentuk prossesus alveolar tempat berkembangnya benih
gigi. Pertumbuhan prossesus alveolar akan menambah tinggi vertikal wajah dan kedalaman
palatum, dan memungkinkan perluasan sinus maksilaris.
Ruang kosong dari rongga nasal akan mempengaruhi pertumbuhan dan bentuk
wajah. Penggunaan rongga nasal yang kurang sempurna karena kebiasaan bernapas
melalui mulut, berhubungan dengan wajah cekung serta sempit dan lengkung palatum yang
tinggi dari adenoidal facies, disebut demikian karena mungkin berhubungan dengan
hipertropi tonsil faringeal atau adenoid.hungan sebab-akibat dari bentuk wajah dengan
kebiasaan bernapas melalui mulut, belum terbukti.
Telinga adalah satu-satunya organ yang mencapai ukuran dewasa pada akhir bulan
ke 5 dan awal bulan ke 6. Penyempurnaan dini ini, akan mengurangi pengaruhnya pada
pertumbuhan rangka kranial selanjutnya. Namun letak telinga dalam dan tengah pada dasar
rongga kranial, mengharuskan melekatnya organ vestibulocochlear pada ruang otak, antara
fosa endokranial tengah dan belakang. Bersama dengan deposisi jaringan tulang pada
permukaan endokranial tulang petrosal temporal, kedekatan pada ruang otak dapat
menimbulkan kenaikan kompensasi dari rongga kranial ke arah yang lain.