Post on 19-Dec-2015
description
LAPORAN PRAKTEK PEMBELAJARAN KLINIK
RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH BANTULPERIODE 03 NOVEMBER – 06 DESEMBER 2014
PELAYANAN INFORMASI OBAT
DISUSUN OLEH:
Dewi Winni Fauziah 1307045002
Agustina Susilowati 1307045003
Keni Ida Cahyati 1307045007
Nurlia Oktaviyanti 1307045008
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ILMU KEFARMASIANMINAT FARMASI KLINIK
FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA2014
i
KATA PENGANTAR
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit, menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah
sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat. Hal ini ditunjang dengan adanya peran farmasis klinik di rumah sakit
tersebut. Oleh karena kebutuhan pemahaman dan penerapan asuhan kefarmasian
di rumah sakit ini menjadi latar belakang diselenggarakannya Pembelajaran Klinik
di rumah sakit untuk mahasiswa Pascasarjana Farmasi Peminatan Farmasi Klinik
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Pembelajaran Klinik yang diadakan di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul ini dipandang perlu dengan tujuan:
1. Menunjukkan kemampuan secara profesional dalam memantau dan
menilai terapi pasien menggunakan pendekatan yang berorientasi bagi
keamanan terapi untuk pasien.
2. Menunjukkan kemampuan mendapatkan informasi obat dan mengevaluasi
literatur medis.
3. Menunjukkan kemampuan komunikasi dengan tenaga kesehatan lain
untuk mencapai keberhasilan terapi pasien.
Manfaat dari Pembelajaran Klinik ini mahasiswa diberi kesempatan
melakukan kegiatan kefarmasian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul
secara paripurna sehingga dapat memahami peran farmasis klinik di rumah sakit,
sehingga dapat meningkatkan ketrampilan dalam bidang profesi secara teknis dan
kemampuan komunikasi baik dengan sejawat farmasis, tenaga kesehatan lain,
pasien maupun masyarakat.
Atas keberhasilan terselenggaranya Pembelajaran Klinik di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Bantul ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
ii
1. Nur Indriyastuti, S.Si., Apt selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Bantul.
2. Budiyono, S.Far., Apt selaku Pembimbing proses Pembelajaran Klinik
Interna di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul.
3. dr. H. Barkah Djaka P, Sp.PD selaku Pembimbing proses
Pembelajaran Klinik Penyakit Dalam di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Bantul.
4. Seluruh staf Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul atas bantuan
selama proses Pembelajaran Klinik.
5. Dr. dr. Akrom, M.Kes selaku pembimbing Pembelajaran Klinik
Pascasarjana Farmasi Klinik Universitas Ahmad Dahlan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan umum ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan.
Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber informasi
untuk perkembangan dunia kesehatan umumnya dan dunia farmasi klinik
khususnya.
Yogyakarta, Desember 2014
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1
BAB II. DASAR TEORI.............................................................................. 3
BAB III. KEGIATAN.................................................................................... 8
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di Rumah
sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Sesuai dengan SK
MenKesRI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan
berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Menurut SK MenKes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar
Pelayanan Rumah Sakit bahwa tugas pokok pelayanan farmasi adalah
melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa
maupun dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun
fasilitas yang tersedia, menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etika profesi, melaksanakan KIE
(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai obat, menjalankan pengawasan
obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, melakukan dan memberi pelayanan
bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan; mengadakan penelitian di
bidang farmasi, serta memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar
pengobatan dan formularium rumah sakit.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi,
mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigmalama drug oriented ke
paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan
kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu
dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat
dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Pesatnya perkembangan IPTEK mendorong percepatan teknologi dan
penelitian di bidang obat. Meningkatnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan juga mendorong masyarakat menuntut pelayanan kesehatan
termasuk pelayanan informasi tentang obat. Di sisi lain hubungan antara dokter
dan pasien yang masih belum sejajar, membuat komunikasi yang terbangun antara
1
dokter dan pasien juga relatif terbatas. Pada umumnya dokter hanya memberikan
penjelasan secukupnya sesuai pertanyaan pasien. Sementara pasien dengan
keawamannya terkadang tidak tahu apa yang harus ditanyakan. Informasi
mengenai penyakit dan obat yang disampaikan oleh dokter sering kali terbatas.
Pelaksanaan pelayanan informasi obat merupakan kewajiban farmasis
yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor:
922/MENKES/PER/X1993 pasal 11, dimana pelayanan ini wajib didasarkan pada
kepentingan masyarakat. Dengan melaksanakan kewajiban ini, farmasis
mendapatkan legal protection, selain keuntungan lainnya seperti membangun
kepercayaan pasien terhadap tenaga farmasi.
2
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian
Menurut keputusan Menkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 PIO
merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh apoteker untuk memberi
informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Adapun tujuan dari PIO yaitu:
1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan rumah sakit
2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan
Terapi
3. Meningkatkan profesionalisme apoteker
4. Menunjang terapi obat yang rasional
Pelayanan informasi obat dapat diberikan antara lain kepada:
1. Pasien atau keluarga pasien
2.Tenaga kesehatan : dokter, dokter gigi, apoteker, perawat, bidan, asisten
apoteker, dan lain-lain
3. Pihak lain : manajemen, tim/kepanitiaan klinik, dan lain-lain
Kegiatan PIO berupa penyediaan dan pemberian informasi obat yang
bersifat aktif atau pasif. Pelayanan bersifat aktif apabila apoteker pelayanan
informasi obat memberikan informasi obat dengan tidak menunggu
pertanyaan melainkan secara aktif memberikan informasi obat, misalnya
penerbitan buletin, brosur, leaflet, seminar dan sebagainya. Pelayanan bersifat
pasif apabila apoteker pelayanan informasi obat memberikan informasi obat
sebagai jawaban atas pertanyaan yang diterima.
Menjawab pertanyaan mengenai obat dan penggunaannya merupakan
kegiatan rutin suatu pelayanan informasi obat. Pertanyaan yang masuk dapat
disampaikan secara verbal (melalui telepon, tatap muka) atau tertulis (surat
melalui pos, faksimili atau e-mail). Pertanyaan mengenai obat dapat
3
bervariasi dari yang sederhana sampai yang bersifat urgen dan kompleks yang
membutuhkan penelusuran literatur serta evaluai secara seksama .
Perbedaan PIO dan Konseling
PIO Konseling
Lokasi tempat tidak masalah
Tidak perlu tatap muka
Orientasi kepada tenaga kesehatan
Literatur yang dibutuhkan lebih
kompleks
Lokasi mudah dijumpai dan
dekat dengan outlet apotek
Perlu tatap muka
Orientasi kepada pasien dan
keluarga pasien
Literatur yang dibutuhkan relatif
standar
Langkah-langkah sistematis pemberian informasi obat oleh petugas PIO,
antara lain:
1. Penerimaan permintaan Informasi Obat: mencatat data permintaan
informasi dan mengkategorikan permasalahan: aspek farmasetik
(identifikasi obat, perhitungan farmasi, stabilitas dan toksisitas obat),
ketersediaan obat, harga obat,efek samping obat, dosis obat, interaksi obat,
farmakokinetik, farmakodinamik, aspek farmakoterapi, keracunan,
perundang-undangan.
2. Mengumpulkan latar belakang masalah yang ditanyakan : menanyakan
lebih dalam tentang karakteristik pasien dan menanyakan apakah sudah
diusahakan mencari informasi sebelumnya
3. Penelusuran sumber data : rujukan umum, rujukan sekunder dan bila perlu
rujukan primer.
4. Formulasikan jawaban sesuai dengan permintaan : jawaban jelas, lengkap
dan benar, jawaban dapat dicari kembali pada rujukan asal dan tidak boleh
memasukkan pendapat pribadi.
5. Pemantauan dan tindak lanjut : menanyakan kembali kepada penanya
manfaat informasi yang telah diberikan baik lisan maupun tertulis.
4
Sumber informasi obat yang diberikan antara lain:
1. Sumber daya, meliputi :
a) Tenaga kesehatan
Dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, tenaga kesehatan lain.
b) Pustaka
Terdiri dari majalah ilmiah, buku teks, laporan penelitian dan farmakope.
c) Sarana
Fasilitas ruangan, peralatan, komputer, internet, dan perpustakaan.
d) Prasarana
Industri farmasi, Badan POM, Pusat informasi obat, Pendidikan tinggi
farmasi, Organisasi profesi (dokter, apoteker, dan lain-lain).
2. Pustaka sebagai sumber informasi obat, digolongkan dalam 3 (tiga) kategori
a) Pustaka primer
Artikel asli yang dipublikasikan penulis atau peneliti, informasi yang
terdapat didalamnya berupa hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal
ilmiah.
Contoh pustaka primer :
(1). Laporan hasil penelitian
(2). Laporan kasus
(3). Studi evaluatif
(4). Laporan deskriptif
b) Pustaka sekunder
Berupa sistem indeks yang umumnya berisi kumpulan abstrak dari
berbagai kumpulan artikel jurnal. Sumber informasi sekunder sangat
membantu dalam proses pencarian informasi yang terdapat dalam sumber
informasi primer. Sumber informasi ini dibuat dalam berbagai data base,
contoh : medline yang berisi abstrak-abstrak tentang terapi obat,
International Pharmaceutikal Abstract yang berisi abstrak penelitian
kefarmasian.
5
c) Pustaka tersier
Berupa buku teks atau data base, kajian artikel, kompendia dan
pedoman praktis. Pustaka tersier umumnya berupa buku referensi yang
berisi materi yang umum, lengkap dan mudah dipahami.
Menurut undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 23 dan
pasal 24.
Pasal 23 menyatakan bahwa:
(1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan.
(2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki.
(3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib
memiliki izin dari pemerintah.
(4) Selama memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilarang mengutamakan kepentingan yang bernilai materi.
(5) Ketentuan mengenai perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 24 menyatakan bahwa:
(1) Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus
memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna
pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional.
(2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi.
(3) Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Setelah terjadi interaksi antara penanya dan pemberi jawaban, maka
kegiatan tersebut harus didokumentasikan. Manfaat dokumentasi adalah :
6
1) Mengingatkan apoteker tentang informasi pendukung yang diperlukan
dalam menjawab pertanyaan dengan lengkap.
2) Sumber informasi apabila ada pertanyaan serupa
3) Catatan yang mungkin akan diperlukan kembali oleh penanya.
4) Media pelatihan tenaga farmasi
5) Basis data penelitian, analisis, evaluasi, dan perencanaan layanan.
6) Bahan audit dalam melaksanakan Quality Assurance dari pelayanan
informasi obat.
Evaluasi ini digunakan untuk menilai atau mengukur keberhasilan
pelayanan informasi obat itu sendiri dengan cara membandingkan tingkat
keberhasilan sebelum dan sesudah dilaksanakan pelayanan informasi obat
Untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan pelayanan informasi
obat, indikator yang dapat digunakan antara lain :
1) Meningkatkan jumlah pertanyaan yang diajukan.
2) Menurunnya jumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab.
3) Meningkatnya kualitas kinerja pelayanan.
4) Meningkatnya jumlah produk yang dihasilkan (leflet, buletin, ceramah).
5) Meningkatnya pertanyaan berdasarkan jenis pertanyaan dan tingkat
kesulitan.
6) Menurunnya keluhan atas pelayanan (Anonim, 2006).
7
BAB III
KEGIATAN
FORMULIR PELAYANAN INFORMASI OBAT
(MENJAWAB PERTANYAAN)
I. PEMBERI PERTANYAAN
Nama : Budiyono S.Far., Apt.
Profesi : Apoteker
No. Telp : -
Jam : 08.00
Tanggal : 30 November 2014
Jawaban : Biasa
Pertanyaan : 1. Dosis suplemen kalsium yang efektif dan aman pada ibu
hamil ?
2. Dosis vitamin D yang aman dan efektif pada ibu hamil ?
II. ANALISIS PERTANYAAN
Klasifikasi pertanyaan : 1. Dosis Suplemen kalsium pada ibu hamil yang aman
dan efektif
2. Dosis Vitamin D pada ibu hamil yang aman dan
efektif
Keyword : 1. Efficacy, Calcium suplementation, Pregnancy,
double-blind, multicenter
2. Efficacy, Safety,Vitamin D, Pregnancy, double-blind,
multicenter
Arah searching : Literature/ Website
8
III. SEARCHING
Literatur:
1. Efficacy, Calcium suplementation, Pregnancy double-blind, multicenter
Jenis Literatur
Nama Literatur
Primer Literatur A
9
Sekunder Literatur B
I. PERSIAPAN MENJAWAB
Critical Aprisal:
Materi A B C D E
Kesesuaian Judul-Isi 5 4 4 4 3
Kredibilitas Penulis 4 4 3 3 3
10
Kesesuaian Judul-Kesimpulan 4 4 3 3 3
Ketepatan Metode 4 4 3 3 3
Kesimpulan Bias/ Memihak penulis 3 4 3 3 3
Kejelasan/ ketegasan kesimpulan 4 4 4 3 3
Jumlah 24 24 20 19 18
Nilai 1-5
II. PENYAMPAIAN JAWABAN
Lama Searching : 1 jam
Lama Penyiapan : 1,5 jam
Lama Penyampaian : 6 jam
Kepuasan Penanya : Ya, Sedang, Pertanyaan Susulan
Keterangan : Copy literature dilampirkan dalam menjawab pertanyaan.
Kelompok : I B
III. PEMBAHASAN
Literatur A
Menurut WHO, 2013. Pemberian suplemen kalsium selama kehamilan
terbukti aman pada ibu hamil dan janin. Suplemen kalsium secara signifikan dapat
menurunkan resiko preeclampsia dan tekanan darah tinggi (dengan atau tanpa
proteinuria).
11
Rekomendasi :
Menurut WHO, 2013. Suplemen kalsium direkomendasikan untuk pencegahan
preeclampsia pada wanita hamil, terutama pada wanita dengan resiko tinggi
hipertensi.
Adapun Dosis suplemen kalsium yang direkomendasikan sebesar 1.5-2 gram/
hari.
Penggunaan suplemen kalsium ini dapat mulai diberikan sejak 20 minggu
kehamilan.
12
Literatur B
Dalam jurnal “Randomized, placebo-controlled, calcium supplementation trial
inpregnant Gambian women accustomed to a low calcium intake: effects on
maternal blood pressure and infant growth” (Gail, 2011), Penelitian ini menguji
efek penggunaan suplemen kalsium karbonat pada wanita hamil (1500 mg Ca / d).
Desain Penelitian ini adalah acak, double-blind, paralel, placebo percobaan
suplementasi diberikan dari 20 minggu kehamilan (P20) sampai melahirkan
(kalsium: n = 330; plasebo, n = 332). Pengukuran tekanan darah diamati di P20
dan kemudian 4 minggu sampai 36 minggu kehamilan (P36), dan langkah-
langkah antropometri bayi diambil pada 2, 13, dan 52 minggu setelah persalinan.
Diperoleh hasil Sebanyak 525 (kalsium: n = 260; plasebo: n = 265) wanita yang
diukur BP pada P36 diperoleh hasil pasien sehat. Pada P20, rata-rata (6SD)
Tekanan darah sistolik (SBP) adalah 101,2 6 9.0 dan 102.1 6 9.3 mm Hg, dan
diastolik tekanan darah (DBP) adalah 54,5 6 7,3 dan 55,8 67,8 mm Hg, pada
pemberian kalsium dan kelompok plasebo, hal ini menunjukkan tidak
berpengaruh signifikan suplemen kalsium pada perubahan antara P20 dan P36
(kalsium dibandingkan dengan plasebo; rata 6 SEM) di SBP (20,64 6 0,65%; P =
0,3) atau DBP (20,22 6 1,15%; P = 0,8). Tidak ada pengaruh yang signifikan dari
suplementasi kalsium pada BP, kenaikan berat badan kehamilan, setelah
melahirkan berat badan, atau berat bayi, panjang, dan factor pertumbuhan. Dapat
dilihat pada tabel :
13
Dapat disimpulkan bahwa penggunaan suplemen kalsium tidak mempengaruhi
peningkatan tekanan darah pada wanita hamil. Dosis yang dapat digunakan yaitu
1500 mg/hari. Atau jika dalam bentuk tablet dapat dikonsumsi 1700-1900
mg/hari.
14
2. Efficacy, Safety,Vitamin D, Pregnancy, double-blind, multicenter
Jenis Literatur
Nama Literatur
Primer Literatur A
15
Sekunder Literatur B
I. PERSIAPAN MENJAWAB
Critical Aprisal:
Materi A B C D E
Kesesuaian Judul-Isi 5 4 4 4 3
Kredibilitas Penulis 4 4 3 3 3
Kesesuaian Judul-Kesimpulan 4 4 3 3 3
Ketepatan Metode 4 4 3 3 3
Kesimpulan Bias/ Memihak penulis 3 4 3 3 3
Kejelasan/ ketegasan kesimpulan 4 4 4 3 3
16
Jumlah 24 24 20 19 18
Nilai 1-5
II. PENYAMPAIAN JAWABAN
Lama Searching : 1 jam
Lama Penyiapan : 1,5 jam
Lama Penyampaian : 6 jam
Kepuasan Penanya : Ya, Sedang, Pertanyaan Susulan
Keterangan : Copy literature dilampirkan dalam menjawab pertanyaan.
Kelompok : I B
III. PEMBAHASAN
Jurnal A
Dari jurnal berjudul Jurnal Clinical trial berjudul “Vitamin D
Supplementation During Pregnancy: Double-Blind, Randomized Clinical Trial of
Safety and Effectiveness “ (Bruce W Hollis, 2011). Disebutkan bahwa mulai dari
kehamilan 12 sampai 16 minggu, suplemen vitamin D dengan dosis 4000 IU / hari
adalah yang paling efektif dalam memenuhi kebutuhan vitamin D selama
kehamilan, Penggunaan pada ibu hamil dan neonatus tidak terjadi peningkatan
risiko toksisitas. Dengan dosis 4000 IU vitamin D per hari sudah dapat mencapai
status gizi vitamin D dan hormon yang optimal selama kehamilan.
17
Jurnal B
Review artikel yang berjudul “Vitamin D and Its Role During Pregnancy
in Attaining Optimal Health of Mother and Fetus “ (Carol L, 2013). Umumnya
pada kehamilan sering tejadi dimana tubuh kekurangan vitamin D. Dosis vitamin
D 4000 IU/ hari paling efektif dalam meningkatkan status vitamin D ibu hamil.
18
DAFTAR PUSTAKA
WHO, 2013. Guideline: Calcium supplementation in pregnant women
Gail, et al, 2011. Randomized, placebo-controlled, calcium supplementation trial inpregnant Gambian women accustomed to a low calcium intake: effects on maternal blood pressure and infant growth. Medical Research Council Human Nutrition Research
Bruce W Hollis, 2011. Vitamin D Supplementation During Pregnancy: Double-Blind, Randomized Clinical Trial of Safety and Effectiveness. American Society for Bone and Mineral Research
Carol L, 2013.Vitamin D and Its Role During Pregnancy in Attaining Optimal Health of Mother and Fetus. ISSN 2072-6643, www.mdpi.com/journal/nutrients
19