Post on 16-Oct-2021
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN
KERJA PADA BURUH KONSTRUKSI DI PT. PP (PERSERO) PROYEK
TIFFANI APARTEMEN KEMANG
JAKARTA SELATAN
TAHUN 2010
OLEH :
FRISTIYAN AHMAD DAULY
NIM: 106101003323
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2010 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Desember 2010
Fristiyan Ahmad Dauly
ii
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Skripsi, 17 Desember 2010
Fristiyan Ahmad Dauly, NIM : 106101003323
Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh
Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan Tahun 2010.
xix + 84 halaman, 14 tabel, 4 gambar, 4 lampiran.
Abstrak Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan dimana
dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan, terlebih lagi dalam bentuk
perencanaan. Kecelakaan dapat menghambat pembangunan proyek, kerugian materi,
kehilangan waktu, kecacatan yang dapat menurunkan kualitas hidup pekerja bahkan
kematian. Berdasarkan evaluasi data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani
Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010, diperoleh 22
kasus kecelakaan kerja dari 96 buruh konstruksi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan pada bulan Desember tahun 2010. Sampel penelitian sebanyak 60
orang dari total populasi sebesar 96 orang buruh konstruksi. Uji statistik
menggunakan Chi Square untuk melihat adanya hubungan antara kedua variabel.
Yaitu variabel umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja yang
dihubungkan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa buruh konstruksi yang mengalami
kecelakaan kerja sebanyak 21 orang (35%) dan buruh konstruksi yang tidak
mengalami kecelakaan kerja sebanyak 39 orang (65%). Dari hasil uji statistik,
variabel yang berhubungan dengan kecelakaan kerja adalah umur (Pvalue=0,003),
masa kerja (Pvalue=0,007) dan lama jam kerja (Pvalue=0,000).
Untuk menurunkan angka kecelakaan kerja yang terjadi pada buruh
konstruksi yaitu dengan cara mengadakan pelatihan kepada buruh konstruksi yang
berumur muda dan meningkatkan frekuensi pelatihan K3 khusus mengenai
pengetahuan, melakukan pengawasan yang lebih diprioritaskan kepada buruh
konstruksi yang berumur kurang dari 29 tahun, memberikan waktu istirahat yang
cukup untuk buruh konstruksi yang bekerja lebih dari jam kerja normal, membuat
shift kerja, memberikan reward dan punishment kepada buruh konstruksi, dan
menekankan kepada buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari untuk lebih berhati-
hati dalam bekerja.
iii
Daftar bacaan : (1986 - 2011)
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
CONCENTRATION HEALTH AND SAFETY
Undergraduate Thesis, December 17th
2010
Fristiyan Ahmad Dauly, NIM : 106101003323
Factors Associated With Work Accidents On Construction Workers at PT. PP
(Persero) Tiffani Apartment Project, Kemang, South Jakarta in 2010.
xix + 84 pages, 14 tables, 4 images, 4 attachment.
Abstract
Accidents are unexpected events and is not expected that in the event there is
no element of premeditation, even more so in the form of planning. Accidents can
inhibit project development, material losses, lost time, disability which can reduce
quality of life for workers and even death. Based on PT. PP (Persero) Tiffani
Apartment Project, Kemang, South Jakarta evaluation accidents form in April-
September 2010, obtained 22 cases of work accidents than 96 construction workers.
This research is quantitative research with cross sectional desaign.
The research was conducted at PT. PP (Persero) Tiffani Apartment Project,
Kemang, South Jakarta in December 2010. The research sample of 60 construction
workers from total population of 96 construction workers. Statistical test using Chi
Square to see the relationship between two variables. That is the variable age, years
of work units and long working hours are associated with workplace accidents on
construction workers.
The result showed that the construction workers who suffered work accidents
as many as 21 people (35%) and construction workers who not suffered work
accidents as many as 39 people (65%). From the results of statistical tests, variables
related to the accident were age (p value = 0.003), years of work (p value = 0.007)
and longer working hours (p value = 0.000).
To reduce the number of accidents that occur on construction workers by
training the young-old construction worker and increase the frequency of
occupational health and safety training, to supervise a higher priority to the
construction workers are younger than 29 years, providing adequate rest periods for
construction workers who work more than the normal working hours, making the
work shift, giving reward and punishment to the construction workers, and
emphasizes the construction workers who worked > 8 hours / day to be more careful
in the work.
References : (1986 - 2011)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
FAKTOR –FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN
KERJA PADA BURUH KONSTRUKSI DI PT. PP (PERSERO) PROYEK
TIFFANI APARTEMEN KEMANG JAKARTA SELATAN
TAHUN 2010
Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 17 Desember 2010
Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS
Pembimbing 1
Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM
Pembimbing 2
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 17 Desember 2010
Penguji I,
Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS
Pembimbing 1
Penguji II,
Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM
Pembimbing 2
Penguji III,
Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK
vi
CURRICULUM VITAE
Nama : Fristiyan Ahmad Dauly
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 18 April 1988
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. As-syafi'iyyah Gg. H. Muchtar No.4
Kelurahan Cilangkap, Jakarta Timur
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum menikah
Nomor Handphone : 085692840020, 02193421943
Email : fristiyan@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
2006-Sekarang S1-Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2003-2006 SMA Daar El-Qolam Tangerang
2000-2003 MTS Daar El-Qolam Tangerang
1994-2000 SD Yasporbi I Jakarta Selatan
PENGALAMAN ORGANISASI
2008-Sekarang Dewan Pembina Solidaritas Remaja Islam (SORIS)
2009-2010 Staf Ahli Departemen Agama BEM Jurusan Kesehatan
Mayarakat 2009.
2008-2009 Staf Ahli Departemen Kesenian dan Keolahragaan BEM
Jurusan Kesehatan Masayarakat 2008.
2008-2009 Staf Ahli Departemen Kaderisasi Komisariat Fakultas
Kedokteran Ilmu Kesehatan (KOMFAKKES) PMII
2008-2009 Koordinator Publikasi Pengalaman Belajar Lapangan (PBL)
I & II Kecamatan Paku Haji, Kabupaten Tangerang
2006-2007 Staf Ahli Departemen Kemahasiswaan BEM Fakulatas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2006
2006-2008 Staf Ahli Departemen Sosial Solidaritas Remaja Islam
(SORIS)
vii
PENGALAMAN PELATIHAN DAN SEMINAR
2008 Pelatihan OSHAS 18001 dan ISO 14001
2008 Seminar Profesi K3 UIN Jakarta
viii
Lembar Persembahan
ب الالله س م ب الالله ب نب نب الله ب س
Anas ra. berkata, saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda :
Allah SWT berfirman :
Wahai anak Adam selama engkau berdoa dan berharap
kepadaKu, niscaya kuampuni segala dosamu yang lalu
dan Aku tidak pedulikan lagi.
Wahai anak Adam jika dosamu membumbung setinggi
langit lalu engkau minta ampunanKu, pasti engaku
Kuampuni.
Wahai adan Adam jika engkau datang kepadaKu dengan
kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu
denganKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu
sedikitpun, pasti Aku mendatangimu dengan ampunan
sepenuh bumi pula.
(HR. Tirmidzi)
“Tulisan sederhana ini saya persembahkan untuk kedua
orang tua selalu memenuhi hari-hari dengan doa dan kasih
sayang, untuk adik-adikku tercinta, untuk my beloved
women dan untuk sahabat-sahabat......”
ix
KATA PENGANTAR
ته كا ل و لله ور ة عل كن م ا لا
Dengan menyebut nama Allah SWT dengan segala Kekuatan dan Rahmat-
Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan
manfaat dalam upaya memajukan ilmu pengetahuan, pengabdian kepada bangsa, dan
ibadah kepada Allah Yang Maha Memiliki Segalanya.
Skripsi dengan judul ”Faktor–faktor yang Berhubungan Dengan Kecelakaan
Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan Tahun 2010” disusun sebagai salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat
kepada :
1. Keluargaku yang tiada letih melimpahkan kasih sayangnya, kebahagiannya,
semangatnya, dan perjuangan serta pengorbanannya yang tiada terhingga
untukku. Terutama untuk ibu dan ayahku yang selalu mendoakanku disetiap
waktuku. Tak lupa pula tuk adikku yang memberikanku semangat baru untuk
menjadi lebih baik lagi. Semoga kalian selalu dimudahkan oleh ALLAH dalam
menempuh jenjang pendidikan.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak dr. Yuli P. Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat (PSKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku
Pembimbing I yang selalu siap memberikan bimbingan dan pengarahan yang
membangun dalam proses penyusunan skripsi, terima kasih bapak atas
bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang sangat berarti
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini..
4. Ibu Iting Shofwati ST, MKKK selaku penanggung jawab peminatan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3), Terima kasih kepada Ibu yang secara tulus dan
penuh kesabaran membimbing dan mengajarkan banyak hal tentang kuliah dan
kehidupan.
5. Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM selaku Pembimbing II, terima kasih atas
bimbingan, nasihat, ilmu, motivasi, saran-saran, dan doa yang sangat berarti
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
x
6. Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid, MKKK selaku dosen penguji dalam sidang skripsi,
terima kasih atas kesediaan Bapak menjadi penguji dan memberikan bimbingan,
saran-saran, kemudahan, dan motivasi selama penyusunan skripsi.
7. Bapak Mulyono selaku Safety Supervisor yang telah banyak membantu dalam hal
pengambilan data, saran dan hal-hal lain yang sangat dibutuhkan untuk
melengkapi skripsi penulis. Terima kasih atas semua waktu dan bantuan yang
telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
8. Bapak Arief Budiman selaku salah satu SHE-O PT. PP (Persero) yang sudah
memberikan masukan kepada penulis.
9. Seluruh Karyawan, Staff dan pekerja di PT. PP (Persero) khususnya Proyek
Tiffani Apartemen Kemang, terimakasih atas waktunya, bantuannya, dan
perhatiannya.
10. For My Beloved Women, Ratih Swari Puspita yang selalu memberikan kasih
sayang, motivasi, candaan yang bisa membuat penulis tidak jenuh dalam
mengerjakan skripsi, yang selalu menemani penulis untuk mengerjakan skripsi.
Semoga cita-cita kita bisa tercapai.
11. Sahabat-sahabat terbaikku (Nouval, Andi, Adit Gizi, Fauzi Oji, Iban, Rawar,
Taufik, Yunus, Ali Imran, Luthfi, Tri, Zenal, Said ) yang tidak akan pernah
terlupakan, yang selalu memberikan semangat, arahan dan bimbingan. Trimaksih
telah menghibahkan kosan, printer, tinta dan kertas free untuk menyelesaikan
skripsi penulis.
12. Teman- teman UIN, FKIK, Kesmas, K3 Yang telah banyak memberikan
dukungan dan kebaikan selama perkuliahan hingga saat ini. Thanks 4 all.
Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati, penulis berharap
semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca
lain.
ته كا ل و لله ور ة عل كن م ا لا و
Jakarta, 17 Desember 2010
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
ABSTRACT ................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
PANITIA SIDANG ....................................................................................... v
KURIKULUM VITAE ................................................................................. vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ....................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
1.3. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 8
1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 10
1.6. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kecelakaan Kerja ..................................................................................... 12
2.1.1. Model Teori Kecelakaan Kerja .................................................. 12
2.1.2. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja ......................................... 26
2.2. Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja .............................................. 28
2.2.1. Umur .......................................................................................... 28
xii
2.2.2. Jenis Kelamin ............................................................................. 29
2.2.3. Masa Kerja .................................................................................. 29
2.2.4. Lama Jam Kerja ......................................................................... 30
2.2.5. Shift Kerja .................................................................................. 30
2.2.6. Kebisingan ................................................................................. 31
2.2.6.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan ..................................... 32
2.2.6.2 Pengukuran Kebisingan ................................................. 32
2.2.7 Pencahayaan .............................................................................. 36
2.2.8 Lingkungan Kimia ..................................................................... 37
2.2.9 Beban Kerja ............................................................................... 37
2.2.10.1 Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja) ........ 38
2.2.10.2 Evaluasi Tingkat Beban Kerja ...................................... 40
2.2.10 Penggunaan APD ........................................................................ 40
2.2.11 Unit Pekerjaan ........................................................................... 41
2.3. Pencegahan Kecelakaan Kerja ............................................................... 41
2.4. Kerangka Teori ...................................................................................... 45
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep .................................................................................... 46
3.2. Definis Operasional ................................................................................ 47
3.3. Hipotesis ................................................................................................. 48
BAB IV METODOLGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian .................................................................................... 50
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 50
4.3. Populasi dan Sampel ............................................................................... 50
4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ......................................... 51
4.4.1. Data Kecelakaan Kerja, Umur, Unit Pekerjaan, Lama Jam Kerja,
Masa Kerja dan Unsafe act ........................................................... 51
4.5. Pengolahan Data ..................................................................................... 52
xiii
4.6. Analisis Data ........................................................................................... 53
BAB V HASIL
5.1. Gambaran Umum PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan ........................................................................................ 54
5.1.1. Visi dan Misi PT. PP (Persero) .................................................... 55
5.1.2. Kebijakan Perusahaan ................................................................. 55
5.1.3. Karakteristik SMK3 dan Mutu PT. PP (Persero) ........................ 56
5.1.4. Sumber Daya Manusia ................................................................ 56
5.1.5. General Contractor ..................................................................... 57
5.1.6. Pengembangan ............................................................................. 57
5.1.7. Investor ........................................................................................ 58
5.1.8. Penunjang .................................................................................... 58
5.1.9. Tugas dan Tanggung Jawab SHE-O dan SS PT. PP (Persero) .... 58
5.2. Analisis Univariat ................................................................................... 60
5.2.1. Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
Tahun 2010 .................................................................................. 60
5.2.2. Gambaran Umur Pekerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
Tahun 2010 .................................................................................. 61
5.2.3. Gambaran Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
Tahun 2010 .................................................................................. 62
5.2.4. Gambaran Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
Tahun 2010 .................................................................................. 63
5.2.5. Gambaran Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
Tahun 2010 .................................................................................. 64
xiv
5.3. Analisis Bivariat ...................................................................................... 65
5.3.1. Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh
Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 .......................................... 65
5.3.2. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada
Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani
Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ....................... 67
5.3.3. Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja
Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani
Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ....................... 68
5.3.4. Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja
Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani
Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ....................... 69
BAB VI PEMBAHASAN
6.1. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 71
6.2. Gambaran Kecelakaan Kerja, Umur, Masa Kerja, Unit Pekerjaan,
Lama Jam Kerja, dan Unsafe Act pada Buruh Konstruksi ..................... 71
6.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja ................. 72
6.3.1. Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja .................... 72
6.3.2. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja ........... 74
6.3.3. Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja ...... 75
6.3.4. Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja ... 76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ............................................................................................. 78
7.2. Saran ....................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 81
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani
Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-
September 2010 …………………………………………….
6
Tabel 2.1 Tingkat Paparan Kebisisnga …………………...................... 33
Tabel 2.2 Estimasi Pengukuran Panas Metabolik .................................. 38
Tabel 2.3 Evaluasi Tingkat Beban Kerja ............................................... 40
Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................. 47
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Pada Buruh
Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan 2010 …………………………….
61
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Umur Pada Buruh Konstruksi di PT.
PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan 2010 ………………………………………………...
62
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di
PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan 2010 ………………………………………………...
63
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi
di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan 2010 ………………………………………..
64
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lama Jam Kerja Pada Buruh
Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan 2010 ………………………………
65
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja
Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani
Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ………….
66
Tabel 5.7 Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan
Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek
Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ….
67
Tabel 5.8 Tabulasi Silang Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan
Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek
68
xvi
Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010 ….
Tabel 5.9 Tabulasi Silang Antara Lama Jam Kerja dengan
Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan Tahun 2010 ………………………………………..
69
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological ……………… 18
Gambar 2.2 Loss Causation Model Bird & Germain (1990) ……… 25
Gambar 2.3 Kerangka Teori ………………………………………. 45
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ……………………………………. 47
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Surat Penerimaan dari PT. PP (Persero)
Lampiran 3 Analisis Univariat
Lampiran 4 Analisis Bivariat/
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semul yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda
(PERMENAKER No. 03 /MEN/1998). Menurut Suma’mur (1996), definisi
kecelakaan adalah kejadian tidak terduga dan tidak diharapkan. Dikatakan tidak
terduga karena dibelakang peristiwa yang terjadi tidak terdapat unsur kesengajaan
atau unsur perencanaan, sedangkan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan
disertai kerugian material ataupun menimbulkan penderitaan dari skala paling
ringan sampai skala paling berat.
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa
kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban
jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan
kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang
tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun. Kerugian yang langsung nampak dari
timbulnya kecelakaan kerja adalah biaya pengobatan dan kompensasi kecelakaan.
Sedangkan biaya tak langsung yang tidak nampak ialah kerusakan alat-alat
produksi, penataan manajemen keselamatan yang lebih baik, penghentian alat
produksi, dan hilangnya waktu kerja. Jumlah kerugian materi yang timbul akibat
2
kecelakaan kerja sangat besar. Sebagai ilustrasi bisa dilihat catatan National Safety
Council (NSC) tentang kecelakaan kerja yang terjadi di Amerika Serikat. Di
Amerika pada tahun 1980 kecelakaan kerja telah membuat kerugian bagi negara
sebesar 51,1 milyar dollar. Kerugian ini setiap tahun terus bertambah seiiring
dengan berkembangnya dunia industri di Amerika (Saehu, 2011).
Menurut Estimasi International Labour Organization (ILO), sebanyak 2 juta
pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja tiap tahunnya. Dari jumlah ini, 354.000
orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahunnya ada 270 juta
pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta terkena penyakit
akibat kerja (PAK). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat
kecelakaan kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai
akibat kecelakaan-keselakaan kerja setiap tahunnya mencapai lebih dari US$ 1.25
triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP). (Mayulu, 2011
dan Yanri, 2006)
Pada tahun 2009, pemerintah mencatat 54.398 kasus kecelakaan kerja di
Indonesia. Angka tersebut mengalami tren menurun sejak 2007 yang sempat
mencapai 83.714 kasus dan menurun pada 2008 yang hanya 58.600 kasus. Namun
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar mengakui bahwa kasus
kecelakaan kerja di Indonesia masih relatif tinggi bila dibandingkan dengan negara
lain (Aryono, 2011). Berdasarkan data Depnakertrans, angka kecelakaan kerja di
Indonesia masih tergolong tinggi, meskipun cenderung turun dari tahun ke tahun.
Tahun 2000 terjadi 98.902 kasus, tahun 2001 terjadi 104.774 kasus, tahun 2002
3
terjadi 103.804 kasus, tahun 2003 terjadi 105.846 kasus, tahun 2004 terjadi 95.418
kasus, tahun 2005 terjadi 99.023 kasus, tahun 2006 terjadi 95.624 kasus, dan
semester pertama 2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus (Zubaedah, 2009). Namun,
menurut data terakhir yang dilaporkan pada tahun 2008 adalah sebanyak 93.823
kasus kecelakaan kerja. Terjadi peningkatan signifikan dari tahun 2007 yang hanya
83.714 kasus. Kasus kematian akibat kecelakaan kerja juga mengalami peningkatan
dari sebelumnya pada tahun 2007 sebanyak 13.251 kasus menjadi 14.451 kasus
pada tahun 2008. (Mayulu, 2011)
Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) DKI, jumlah
kecelakaan kerja yang berujung pada kematian mencapai 2.974 kasus dengan total
asuransi yang dikeluarkan mencapai Rp 44,24 miliar. Sementara itu, jumlah pekerja
yang ada di DKI mencapai 2.331.580 jiwa. Angka ini meningkat dari dua tahun
sebelumnya. (Bataviase, 2011)
Kepala Disnaker dan Trans DKI Deded Sukendar memberi contoh kejadian pada
2007, jumlah kecelakaan kerja mencapai 9.480 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 734
pekerja cacat fungsi, 529 kasus cacat sebagian, empat kasus cacat tetap, dan 634
kasus meninggal dunia. Sementara sebanyak 7.519 kasus atau 79 persen, sembuh
dari kecelakaan. Dari data-data diatas, bisa diketahui bahwa kinerja penerapan K3 di
perusahaan Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Padahal, jika kita menyadari
secara nyata bahwa volume kecelakaan kerja juga menjadi kontribusi untuk melihat
kesiapan daya pesaing. Jika volume ini masih tinggi, Indonesia bisa kesulitan dalam
menghadapi pasar global. Di Indonesia, setiap tujuh detik terjadi satu kasus
4
kecelakaan kerja (Warta Ekonomi, 2006). Hal ini tentunya sangat memprihatinkan.
Tingkat kepedulian dunia usaha terhadap K3 masih rendah. Padahal karyawan
adalah aset penting perusahaan.
Kecelakaan kerja bersifat tidak menguntungkan, tidak dapat diramal, tidak dapat
dihindari sehingga tidak dapat diantisipasi dan interaksinya tidak disengaja.
Berdasarkan penyebabnya, terjadinya kecelakaan kerja dapat dikategorikan menjadi
dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Adapun sebab kecelakaan tidak langsung
terdiri dari faktor lingkungan (zat kimia yang tidak aman, kondisi fisik dan
mekanik) dan faktor manusia(lebih dari 80%). Pada umumnya kecelakaan kerja
terjadi karena kurangnya pengetahuan dan pelatihan, kurangnya pengawasan,
kompleksitas dan keanekaragaman ukuran organisasi, yang kesemuanya
mempengaruhi kinerja keselamatan dalam industri konstruksi. (Effendy, 2011)
Faktor yang mempengaruhi kecelakaan menurut Surry dalam Colling (1990)
fenomena kecelakaan dihasilkan dari interaksi host (pekerja) berupa umur, jenis
kelamin, masa kerja, dan tingkat pendidikan, agent (mesin/pekerjaan) berupa unit
kerja dan waktu kerja, dan faktor-faktor lingkungan berupa fisik, kimia, dan biologi.
Bird dan Germain (1990) menjelaskan bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh
serangkaian faktor-faktor yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss
Causation Modelyang terdiri dari : Lack of Control (kurang kendali), Basic Causes
(penyebab dasar), Immediate Causes. (Katia, 2009)
5
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya beberapa faktor yang telah
disebutkan diatas berhubugan dengan terjadinya kecelakaan pada pekerja. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006) terdapat hubungan antara umur
dan masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo
Nusantara Semarang. Dari penelitian yang dilakukan oleh Sari (2000) terdapat
hubungan antara shift kerja terhadap kejadian kecelakaan kerja di Perusahaan
Keramik PT. X Cikarang. Hasil peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008)
terdapat hubungan yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja
di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber).
PT PP (Persero) didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan
berdasarkan Akta No 48 dari 26 Agustus 1953. Dalam rangka memenuhi Peraturan
Pemerintah Nomor 63 tahun 1960, PN (Perusahaan Negara) Pembangunan
Perumahan berubah menjadi PN Pembangunan Perumahan. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 1971, PN Pembangunan Perumahan berubah
dan menjadi PT Pembangunan Perumahan (Persero), yang disahkan melalui Akta
No 78 tanggal 15 Maret 1973. Perusahaan bisnis inti jasa konstruksi. Selama lebih
dari lima dekade, PT PP (Persero) telah menjadi pemain kunci dalam usaha
konstruksi nasional. Beberapa mega proyek telah dibangun di masa itu. Kemudian,
mulai tahun 1991, usaha PT PP (Persero) diversifikasi, termasuk sewa ruang kantor
di Plaza PP dan pengembangan bisnis perumahan di daerah Cibubur, dan juga
pendirian beberapa anak perusahaan melalui kemitraan dengan perusahaan asing,
antara lain PT PP Taisei Indonesia Konstruksi dan PT Mitracipta Polasarana.
6
Proyek yang dibangun oleh PT. PP (Persero) adalaha Hotel Indonesia, Bali Beach
Hotel, Ambarukmo Palace Hotel dan Samudera Beach Hotel, gedung Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta, dan salah satunya
proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan. Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan berada di Jl. Antasari, Kemang Jakarta-Selatan, proyek
dimulai pada bulan April 2010. Proyek ini mempunyai 46 lantai.
Berdasarkan evaluasi data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani
Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September 2010, masih
didapatkan kasus kecelakaan kerja yang cukup signifikan, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat di tabel 1.1.
Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
pada bulan April-September 2010
Bulan
Kecelakaan
Fatal Cidera
ringan Berat
April - - -
Mei - 2 -
Juni - 3 -
Juli - 7 -
Agustus - 6 -
September - 4 - Sumber : PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kasus kecelekaan di PT. PP (Persero)
Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan pada bulan April-September
2010 tercatat 22 kasus kecelekaan kerja dari 96 buruh konstruksi. Hal ini belum
sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menekan angka kecelakaan kerja hingga
7
Zero Accident. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada buruh
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
tahun 2010.
1.2 Rumusan Permasalahan
Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan yang dapat
menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan yang menyangkut aspek
kecelakaan kerja/keselamatan kerja. Kecelakaan kerja tersebut dapat menghambat
pembangunan proyek, kerugian materi, kehilangan waktu, kecacatan yang dapat
menurunkan kualitas hidup pekerja bahkan kematian. Berdasarkan evaluasi data
kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
pada bulan April-September 2010, diperoleh 22 kasus kecelakaan kerja dari 96
buruh konstruksi.
Sejak tahun 2006 pemerintah terus meningkatkan pengawasan ketenagakerjaan,
sehingga angka kecelakaan kerja bisa ditekan menuju nihil kecelakaan kerja (zero
accident). Namun, faktanya PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan belum sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam menekan angka
kecelakaan kerja hingga Zero Accident
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin meneliti faktor-faktor yang
berhubungan dengan kasus kecelakaan kerja tersebut, selain itu belum dilakukannya
8
penelitian pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.
1.3 Pertanyaan Penilitian
1. Bagaimana gambaran kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun2010?
2. Bagaimana gambaran umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja pada
buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan tahun 2010?
3. Apakah ada hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja pada buruh
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan tahun 2010?
4. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan tahun 2010?
5. Apakah ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja pada buruh
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan tahun 2010?
6. Apakah ada hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan tahun 2010?
9
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja
pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan tahun 2010.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.
2. Diketahuinya gambaran umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam
kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.
3. Diketahuinya hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja pada buruh
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan tahun 2010.
4. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada
buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan tahun 2010.
5. Diketahuinya hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja
pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.
10
6. Diketahuinya hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja
pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan tahun 2010.
1.5 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Perusahaan
Memberikan informasi dan rekomendasi kepada PT. PP (Persero) Proyek
Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan terkait hasil penelitian yang dapat
dijadikan sebagai acuan pengembangan bidang keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja.
1.4.2 Bagi Peneliti
1. Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah,
khususnya dalam bidang K3.
2. Sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan.
1.4.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat
1. Sebagai referensi keilmuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,
khususnya faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja.
2. Sebagai informasi dan dokumentasi data penelitian serta dapat menjadi
referensi tambahan bagi penelitian serupa.
11
3. Sebagai wujud peran akademisi dalam penerapan keilmuan di bidang
Kesehatan dan keselamatan kerja pada perusahaan.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Program studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta karena masih
ditemukannya 22 kasus kecelakaan kerja pada buruh konstruksi dalam rentang
waktu 5 bulan. Penelitian dilakukan pada bulan November-Desember 2010 di PT.
PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan. Penelitian ini
bersifat kuantitatif dengan desain Cross sectional (potong lintang). Data-data
tersebut disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik
dengan rumus chi square untuk melihat hubungan antar variabel independen dengan
variabel dependen. Populasi penelitian adalah buruh konstruksi PT. PP (Persero)
Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun 2010 dengan jumlah
sampel sebanyak 60 responden. Data penelitian diperoleh dengan cara pengambilan
data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner terkait
variable yang diteliti. Data sekunder diperoleh dari profil perusahaan, dokumen
jumlah pekerja dan data pendukung lainnya.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tak terduga dan
tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan,
terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 3
Tahun 1992 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit
yang timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui
jalan biasa atau wajar dilalui. (Bab I pasal 1 butir 6 ).
2.1.1 Model Teori Kecelakaan Kerja
Dalam keselamatan di Industri, ada dasar pemikiran bahwa sebenarnya
kecelakaan dapat dicegah yang kemudian dituangkan ke dalam berbagai
program pencegahan kecelakaan, sebelum memahami bagaimana kecelakaan
itu dapat dicegah, terlebih dahulu kita harus memahami urutan bagaimana
kecelakaan terjadi dan penyebabnya. Colling (1990) telah mencatat teori-teori
kecelakaan sebagai berikut:
1) Teori Domino Heinrich
Dalam buku The Origin of Accident (1928) Heinrich mengemukakan
bahwa terdapat rangkaian lima faktor penyebab kecelakaan. Kunci agar
13
kecelakaan dapat dicegah yaitu dengan cara menghilangkan faktor utama
yakni tindakan tidak aman dan bahaya mekanik dan atau fisik yang
berkontribusi 98% terhadap terjadinya kecelakaan. Dari suatu proses H.W.
Heinrich (1931) berpendapat bahwa kecelakaan pada pekerja terjadi
sebagai rangkaian yang saling berkaitan. Mekanisme terjadinya kecelakaan
diuraikan dengan “Domino Sequence” berupa:
a. Ancestry and environment, yakni pada orang yang memiliki sifat tidak
baik (misalnya keras kepala) yang diperoleh karena faktor keturunan,
pengaruh lingkungan dan pendidikan, mengakibatkan seorang pekerja
kurang hati-hati, dan banyak membuat kesalahan.
b. Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan
lingkungan tersebut di atas yang menjurus pada tindakan yang salah
dalam melakukan pekerjaan.
c. Unsafe act and mechanical or physical hazards, tindakan yang
berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan
terjadinya rangkaian berikutnya.
d. Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja. Pada umumnya
disertai dengan kerugian.
e. Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka atau berat, kecacatan dan
bahkan kematian.
Pada teori Heinrich, dapat digambarkan bahwa akar permasalahan dari
terjadinya suatu kecelakaan adalah manusia sebagai faktor utama penyebab
kecelakaan. Diyakini biasanya manusia memiliki sifat yang memiliki
14
kecenderungan untuk menimbulkan kecelakaan. Selanjutnya dari sifat yang
dimiliki manusia tersebut dapat berkembang ke tingkat yang lebih tinggi.
Birds, memodifikasi teori Domino Heinrich dengan mengemukakan
teori manajemen yang berisikan lima faktor dalam urutan suatu kecelakaan
yaitu: manajemen, sumber penyebab dasar, gejala, kontak, dan kerugian.
Dalam teorinya, Birds itu mengemukakan bahwa usaha pencegahan
kecelakaan kerja hanya dapat berhasil dengan mulai memperbaiki
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Praktik di bawah standar atau
unsafe acts dan kondisi di bawah standar atau unsafe conditions merupakan
penyebab langsung suatu kecelakaan, dan penyebab utama dari kesalahan
manajemen.
2) Human Error Model
Russel Ferrel (dalam Colling, 1990), menyatakan bahwa kecelakaan
merupakan hasil dari penyebab berantai, satu atau lebih dari penyebab-
penyebab merupakan kesalahan manusia. Kesalahan manusia ini
disebabkan oleh salah satu dari 3 (tiga) situasi ini:
a. Overload (beban yang berlebihan) yang merupakan ketidaksesuaian dari
kapasitas manusia dan beban yang ditujukan padanya.
b. Tanggapan yang salah oleh seseorang di dalam situasi yang dikarenakan
ketidakcocokan yang mendasar terhadap apa yang ia tujukan.
c. Aktivitas yang tidak semestinya yang ia lakukan baik karena ia tidak
tahu apa yang lebih baik maupun karena ia dengan sengaja mengambil
risiko.
15
Overload dapat dipelajari di dalam model ini dengan melihat sumber-
sumber dari beban: beban tugas, beban dari lingkungan di sekitar, beban
dari dalam diri sendiri dan beban situasi. Sumber dari beban ini kemudian
bisa dibandingkan dengan sumber-sumber dari kapasitas. Ini merupakan
dukungan alami seseorang. Keadaan fisiknya, pikiran-pikirannya, tingkat
pelatihannya, ada tidaknya pengaruh obat-obatan dan polusi, jumlah
tekanan, dan kelelahan. Dan semua ini terjadi saat seseorang berada dalam
dukungan tertentu yang mendorong dan memotivasi.
Ketidakcocokan bisa dipelajari di dalam model ini dengan melihat
pada dasar-dasar ketidakcocokan yang bisa jadi muncul diantara pendorong
dan tanggapan yang diminta, atau dengan melihat ketidakcocokan di dalam
situasi kerja.
Aktivitas yang tidak semestinya dapat dipelajari di dalam bagian-
bagian dari apakah seseorang mengetahui atau tidak aktivitas yang benar
atau sengaja atau tidak ia mengambil kesempatan, keputusan-keputusan di
dalam bagiannya bisa jadi karena ia merasa situasi tersebut memiliki
kemungkinan bahaya yang relatif rendah, atau karena ia merasa potensi
untuk terjadi kecelakaan relatif rendah. Ini kemudian menjadi masalah sifat
situasi.
3) Teori Kecelakaan Model Petersen
Model ini berbeda dari model Ferrell, dimana model ini menyertakan 2
(dua) kemungkinan penyebab kecelakaan seperti yang dikemukakan dari
teori domino: kesalahan manusia atau kesalahan sistem. Penyebab-
16
penyebab kecelakaan dan atau insiden dapat bersumber dari salah satu atau
keduanya.
Model ini menyatakan bahwa di belakang kesalahan manusia ada 3
(tiga) kategori besar: beban yang berlebih, rangkap, dan keputusan yang
keliru. Beban yang berlebih kurang lebih seperti Ferrell Model.
Perbedaan yang utama adalah pada kategori ketiga yaitu keputusan
yang keliru. Kategori ini mengajukan bahwa para pekerja sering melakukan
kesalahan melalui keputusan-keputusan secara sadar atau tidak sadar.
Berkali-kali pekerja akan memilih untuk mengerjakan tugas dengan tidak
aman karena sederhana saja, ini lebih masuk akal dalam situasi mereka
mengerjakannya dengan tidak aman daripada mengerjakannya dengan
aman, dikarenakan tekanan dari teman, prioritas sistem dimana mereka
berada, tekanan produksi, dan lain-lain. Teori ini mengadopsi teori Ferell
yang menyertakan kesalahan sistem disamping kesalahan manusia. Teori
ini mengkategorikan tiga kelompok besar penyebab kecelakaau yaitu
overload (sama dengan teori Ferell), ergonomic, dan pengambilan
keputusan yang salah. Teori ini mengemukakan bahwa pengambilan
keputusan yang salah pada suatu kondisi yang disadari atau tidak bertindak
tidak aman.
4) Model Epidemiologi
Teori ini dikembangkan oleh Suchman dan dikembangkan oleh Surry
dimana terdapat hubungan kausal antara penyakit dengan faktor lingkungan
atau kombinasi dengan karakteristik situasional termasuk risk assessment
17
yang dapat menjadi penyebab atau pengendali terjadinya kecelakaan.
Suatu model epidemiologi untuk penyebab kecelakaan telah dirancang oleh
Suchman dan dikembangkan oleh Surry (dalam Colling, 1990).
Menurutnya, fenomena kecelakaan adalah tindakan yang tidak diharapkan,
tidak dapat dihindari dan tidak diperhatikan yang dihasilkan dari interaksi
host (pekerja), agent (mesin/pekerjaan), dan faktor-faktor lingkungan.
Definisi ini lebih dirasa lebih mendekati dari defenisi epidemiologi sebagai
studi tentang interaksi sekelompok orang, agen, dan lingkungan yang
menyebabkan penyakit.
Menurut pendekatan ini, cedera dan kerusakan merupakan petunjuk
dari kecelakaan yang dapat diukur, tetapi kecelakaan itu sendiri
tindakannya tidak diharapkan, tidak dapat dihindari, dan tidak diperhatikan
yang dihasilkan dari interaksi dari korban atau penyebab kerusakan dan
faktor-faktor lingkungan disertai dengan situasi yang melibatkan
pengambilan risiko dan persepsi terhadap bahaya. Model ini sejalan dengan
yang digunakan untuk studi penyakit. Dalam menerapkan pendekatan ini
seseorang mencari suatu penjelasan untuk terjadinya suatu kecelakaan
beserta sekelompok orang (korban kecelakaan), agen, dan faktor
lingkungan.
18
Perihal ini dapat dilihat pada gambar 2.1 :
Gambar 2.1 Bagan Konsep Model Epidemiological
(Sumber: Industrial Safety-Management and Technology, Colling, 1990)
a. Faktor pekerja, meliputi:
- Umur
Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap
kejadian kecelakaan kerja. Golongan umur tua mempunyai
kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan
dibandingkan dengan golongan umur muda. Hal ini dikarenakan umur
muda mempunyai kecepatan reaksi/respon yang lebih tinggi (Hunter,
1975). Dan pada umumnya, kapasitas fisik seperti penglihatan,
pendengaran, dan kecepatan reaksi akan menurun pada usia 30 tahun
atau lebih.
PEKERJA
-Umur
-Jenis Kelamin
-Masa Kerja
-Tingkat Pendidikan
PEKERJAAN
-Unit Kerja
-Waktu Kerja
LINGKUNGAN
-Fisik
-Biologi
-Kimia
KECELAKAAN KERJA
19
Berbeda dengan pendapat di atas, Dessler (1998) dalam Sukamto
mengemukakan bahwa kecelakaan umumnya paling sering terjadi
antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan turun sesudah mencapai
titik terendah pada akhir tahun 60 dan 70. ILO (1989) dalam Arifin
menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih sering
mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih
kurang dalam pengalaman kerja.
- Jenis kelamin
Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan
kekuatan kerja ototnya. Jenis kelamin merupakan faktor penting dalam
analisis kejadian kecelakaan. Daya tahan, ukuran, dan postur tubuh
laki-laki dan wanita berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
peraturan jam kerja yang tidak diperbolehkan untuk wanita (Surya,
1972).
- Masa kerja
Pengaruh masa kerja dan pengalaman kerja terhadap kejadian
kecelakaan sangat sulit untuk ditarik kesimpulannya, karena faktor-
faktor yang berbeda yang mempengaruhi kecelakaan misalnya
kebanyakan pekerja yang tidak berpengalaman dan masih muda
dengan pekerja yang berpengalaman dan sudah dewasa. Untuk
membedakan pengaruh karena umur dan pengalaman kerja ternyata
sangat sulit. Berdasarkan berbagai penelitian, meningkatnya
20
pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka
kecelakaan kerja (Suma’mur, 1981).
- Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi timbulnya kecelakaan
karena akan berpengaruh pada pola berpikir dan cara menghindari
terjadinya kecelakaan. Pendidikan juga berpengaruh terhadap lapangan
dan jenis pekerjaan. Masalah lain yang perlu diperhatikan masih
beragamnya penempatan pekerja yang berasal dari sekolah teknik dan
non-teknik pada industri. Pekerja dengan latar belakang pendidikan
teknik kecenderungan untuk mengalami kecelakaan lebih rendah
dibanding pekerja yang berlatar belakang non-teknik (Simanjuntak,
1985).
- Kelelahan
Kelelahan merupakan keadaan umum pada individu yang sudah
tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya. Menurut Suma’mur
(1985), kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai dengan
penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja. Sedangkan
Grandjean (1983), menyatakan bahwa kelelahan merupakan fenomena
kompleks fisiologis maupun psikologis yang sering menyebakan
timbulnya kecelakaan. Kelelahan akan mengurangi kesiagaan yang
bisa menimbulkan kecelakaan dalam bekerja.
21
- Antropometri
Kurniawan (1983) menyatakan bahwa dengan ukuran tubuh
manusia dapat dibuat suatu rancangan alat-alat kerja yang
sepadan/sesuai bagi pekerja yang akan menggunakannya dengan
kemungkinan terciptanya kenyamanan kerja, keselamatan dan
kesehatan kerja, serta estetika kerja. Ukuran antropometri berbeda
menurut bangsa, jenis kelamin, dan umur.
- Kapasitas kerja
Kemampuan tiap pekerja berbeda-beda. Hal itu sangat tergantung
pada keterampilan, keserasian keadaan gizi, jenis kelamin, umur, dan
ukuran-ukuran tubuh (Suma’mur, 1991).
b. Faktor pekerjaan, meliputi :
- Beban kerja dan jenis pekerjaan
Menurut Sastrowinoto (1985), beban kerja adalah volume yang
dibebankan kepada seorang pekerja dan hal ini merupakan tanggung
jawab dari pekerja tersebut. Beban kerja harus seimbang dengan
kemampuan individu agar tidak terjadi hambatan atau kegagalan dalam
pelakasanaannya. Sedangkan Suma’mur (1988) menyatakan bahwa
jenis-jenis pekerjaan mempunyai peranan besar dalam menentukan
jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja.
- Lama jam kerja
Dalam hal ini, lama jam kerja adalah lamanya waktu yang
dipergunakan untuk bekerja dan tidak termasuk waktu istirahat.
22
Menurut Suma’mur (1987), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam
seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih
dari 10 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi,
menurunnya kecepatan kerja dikarenakan kelelahan dan biasanya akan
diikuti dengan meningkatnya angka sakit dan kecelakaan
(Sastrowinoto, 1985).
- Waktu kerja
Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam.
Pekerja dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing
bergiliran dan lama kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan
jumlah kelompok kerja. Pergeseran waktu kerja pagi, siang, dan
malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja
(Achmadi, 1991).
- Alat kerja
Pada perusahaan industri, peranan alat kerja (mesin atau alat-alat)
merupakan hal yang penting disamping pekerjanya. Menurut Budiono
(1989), terjadinya kecelakaan kerja yang diakibatkan karena faktor
selain manusia hanya 10%.
c. Faktor lingkungan, meliputi
- Faktor kimia
Faktor kimia dapat disebabkan oleh bahan baku produksi, proses
produksi dan hasil produksi suatu kegiatan usaha. Untuk faktor kimia
23
dapat digolongkan ke dalam zat-zat yang korosif, mudah
terbakar/meledak, dan lain-lain.
- Faktor fisika
a. Penerangan
Penerangan adalah sesuatu yang berhubungan dengan cahaya.
Penerangan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan
tergantung dari jenis dan sifatnya. Untuk pekerjaan yang
memerlukan ketelitian adalah 100-3.000 lux (KepMenKes RI No.
1405/Menkes/SK/XI/2002).
b. Suhu ruangan
Suhu efektif bagi pekerja di daerah tropis adalah 18 – 28 0C.
Temperatur efektif adalah suatu beban panas yang dapat diterima
oleh tubuh dalam ruangan. Hal itu akan memberikan efek aman
bagi orang yang berada dalam ruangan (KepMenKes RI No.
1405/Menkes/SK/XI/2002).
c. Kebisingan
Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan manusia. Hal
itu akan menimbulkan gangguan perasaan, komunikasi, hilangnya
pendengaran sementara atau menetap sehingga risiko terjadinya
kecelakaan kerja akan semakin meningkat. Tingkat kebisingan di
ruangan kerja yang diizinkan maksimal 85 dBA (KepMenKes RI
No. 1405/Menkes/SK/XI/2002)
24
- Faktor biologi
Faktor biologi dapat berupa bakteri, jamur, dan mikroorganisme
lain yang diperlukan atau dihasilkan dari bahan baku, proses produksi
atau hasil produksi.
5) Loss Causation Model
Loss Causation Model berisikan petunjuk yang memudahkan
penggunanya untuk memahami bagaimana menemukan faklor penting
dalam rangka mengendalikan meluasnya kecelakaan dan kerugian
termasuk persoalan manajemen. Bird dan Germain (1990) menjelaskan
bahwa suatu kerugian (loss) disebabkan oleh serangkaian faktor-faktor
yang berurutan seperti yang terdapat dalam Loss Causation Model, yang
terdiri dari:
1) Lack of Control (kurang kendali)
Pengendalian adalah salah satu faktor penting dalam meneegah
terjadinya kecelakaan. Penyebab lack of control yaitu:
a. Inadequate programe
Hal ini dikarenakan program yang tidak bervariasi yang
berhubungan dengan ruang lingkup.
b. Inadequate programe standards
Tidak spesifiknya standar, standar tidak jelas atau standar tidak
baik.
25
c. Inadequate compliance -with standards
Kurangnya pemenuhan standar merupakan penyebab yang sering
terjadi.
2) Basic Causes: (penyebab dasar)
Penyebab dasar terjadinya kecelakaan disebabkan oleh:
a. Personal factor, faktor kepemirnpinan atau kepengawasan.
b. Job factor, tidak sesuainya design engineering.
3) Immediate Causes
Suatu kejadian yang secara cepat memicu terjadinya kecelakaan bila
kontak dengan bahaya. Immediate causes meliputi faktor sub-standard
dan faktor kondisi. Faktor substandard diantaranya tindakan tidak
aman seperti mengoperasikan unit tanpa ijin, faktor kondisi seperti
kebisingan, ventilasi iklim kerja dan lain-lain. Perihal ini dapat dilihat
pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Loss Causation Model Bird & Germain (1990)
LACK OF
CONTROL BASIC
CAUSES IMMEDIATE
CAUSES INCIDENT LOSS
Inadequate
programe
Inadequate
programe
standarad
Inadequate
compliance
with
standards
Personal
factors
Job
factors
Substandards
Act
Substandard
Conditions
Contact with
energy or
substance
People
Property
Process
26
Salah satu teori diatas mungkin tidak dapat mencukupi untuk dapat
menjelaskan kejadian kecelakaan. Kombinasi dari teori-teori diatas perlu
dipakai untuk menjawab mengapa suatu kecelakaan dapat terjadi
(combination Theori) (ILO, 1989).
2.1.2 Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja bersifat jamak, karena pada
kenyataannya kecelakaan akibat kerja biasanya tidak disebabkan hanya satu
faktor, tetapi banyak faktor yang saling berkaitan untuk menyebabkan
terjadinya kecelakaan.
Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1962 dalam
Suma’mur (1995), kecelakaan akibat kerja diklasifikasikan menjadi 4 macam
penggolongan, yaitu :
1. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan Akibat Kerja
a. Terjatuh.
b. Tertimpa benda jatuh.
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh.
d. Terjepit oleh benda.
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan.
f. Pengaruh suhu tinggi.
g. Terkena arus listrik.
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
27
i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang datanya tidak cukup atau
kecelakaan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
2. Klasifikasi Menurut Penyebab Kecelakaan Akibat Kerja
a. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik.
b. Alat angkut dan alat angkat.
c. Peralatan lain, misalnya instalasi pendingin dan alat-alat listrik.
d. Bahan-bahan atau zat-zat radiasi.
e. Lingkungan kerja.
f. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut.
g. Penyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan tersebut atau
data tak memadai.
3. Klasifikasi Menurut Sifat Luka atau Kelainan
a. Patah tulang.
b. Dislokasi atau keseleo.
c. Regang otot atau urat.
d. Memar dan luka dalam lain.
e. Amputasi.
f. Luka-luka lain.
g. Luka di permukaan.
h. Gegar dan remuk.
i. Luka bakar.
j. Keracunan-keracunan mendadak (akut).
k. Akibat cuaca.
28
l. Mati lemas.
m. Pengaruh arus listrik.
n. Pengaruh radiasi.
o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya.
4. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan atau Luka Di Tubuh
a. Kepala, Leher, dan Badan.
b. Anggota atas.
c. Anggota bawah.
d. Banyak tempat.
e. Kelainan umum.
f. Letak lain yang tidak termasuk ke dalam klasifikasi tersebut.
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
2.2.1 Umur
Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian
kecelakaan kerja. Menurut Hunter dalam Arifin (2005) Golongan umur tua
mempunyai kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan
dibandingkan dengan golongan umur muda. Hal ini dikarenakan umur muda
mempunyai kecepatan reaksi/respon yang lebih tinggi. Dan pada umumnya,
kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi akan
menurun pada usia 30 tahun atau lebih. Berbeda dengan pendapat di atas,
Gary Dessler dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa kecelakaan
umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian akan
29
turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir tahun 60 dan 70. ILO
(Arifin, 2005) menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung lebih
sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih
kurang dalam pengalaman kerja. Oborno dalam Arifin (2005) menyebutkan
beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian kecelakaan akibat
kerja pada golongan umur muda antara lain karena kurang perhatian, kurang
disiplin, cenderung menuruti kata hati, ceroboh, dan tergea-gesa. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006) bahwa terdapat
hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata
PT. Luxindo Nusantara Semarang.
2.2.2 Jenis kelamin
Laki-laki dan wanita berbeda dalam kemampuan fisik dan kekuatan kerja
ototnya. (Silastuti, 2006)
2.2.3 Masa kerja
Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan meningginya
masa kerja dan keterampilan akan disertai dengan penurunan angka
kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja
bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat
kerja yang bersangkutan (Suma’mur 1989). Menurut M. A. Tulus dalam
Kadarwati (2006), masa kerja dapat dikategorikan, menjadi :
1. Masa kerja baru : < 6 tahun
2. Masa kerja sedang : 6 – 10 tahun
30
3. Masa kerja lama : > 10 tahun
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kadarwati (2006)
bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik
Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang.
2.2.4 Lama Jam Kerja
Menurut Suma’mur (1987), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam
seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih dari 10
jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi, menurunnya
kecepatan kerja dikarenakan kelelahan dan biasanya akan diikuti dengan
meningkatnya angka sakit dan kecelakaan.
2.2.5 Shift kerja
Waktu kerja adalah pembagian gilir kerja dalam waktu 24 jam. Pekerja
dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing bergiliran dan lama
kerjanya sesuai dengan hasil bagi 24 jam dengan jumlah kelompok kerja.
Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang bekerja secara bergiliran,
yaitu ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan sistem shift dan
ketidak mampuan pekerja untuk beradaptasi dengan kerja pada malam hari
dan tidur pada siang hari (Arifin, 2005). Pergeseran waktu kerja pagi, siang,
dan malam dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan kecelakaan kerja
(Benny dan Achmadi, 1991). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Halinda (2000) terdapat hubungan antara shift kerja dengan kejadian
kecelakaan kerja di Perusahaan Keramik PT. X Cikarang.
31
2.2.6 Kebisingan
Kebisingan adalah suara-suara yang tidak diinginkan manusia.
Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja karena
kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan komunikasi
sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar isyarat yang
diberikan, hal ini dapat berakibat terjadinya kecelakaan akibat kerja disamping
itu kebisingan juga dapat menyebabkan hilangnya pendengaran sementara
atau menetap. Bunyi didengar sebagai rangsangan pada telinga oleh getaran-
getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi- bunyi tersebut tidak
dikehendaki, maka dinyatakan sebagai kebisingan. Terdapat dua hal yang
menentukan kualitas suatu bunyi, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi
dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau disebut hertz (Hz) dan
intensitas atau arus energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam desibel
(db). Telinga manusia mampu mendengar frekuensi- frekuensi diantara 16-
20.000 Hz. (Suma’mur, 1996)
Pengukuran kebisingan biasanya dilakukan dengan tujuan
memperoleh data kebisingan di perusahaan atau dimana saja sehingga
dapat dianalisis dan dicari pengendaliannya. Alat yang digunakan untuk
mengukur intensitas kebisingan adalah dengan menggunakan sound level
meter dengan satuan intensitas kebisingan sebagai hasil pengukuran adalah
desibel (dBA). Alat ini mampu mengukur kebisingan diantara 30 -130 dBA
dan dari frekuensi 20-20000 Hz. Alat kebisingan yang lain adalah yang
32
dilengkapi dengan octave band analyzer dan noise dose meter (Depnaker,
2004).
2.2.6.1 Nilai Tingkat Baku Kebisingan
Adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar
tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Intensitas
kebisingan yang dianjurkan bedasarkan Kep. MenKes. No. 55 tahun
1999 adalah 85 dBA untuk 8 jam kerja. Adapun tingkat paparan
kebisingan maksimal selama satu hari pada ruang proses produksi
yang dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Tingkat Paparan Kebisingan
No Tingkat Kebisingan (dBA) Pemaparan Harian
1 85 8 jam
2 88 4 jam
3 91 2 jam
4 94 1 jam
5 97 30 menit
6 100 15 menit
Sumber : Kep. MenKes RI No 261/MenKes/SK/II/1999
2.2.6.2 Pengukuran Kebisingan
Pengukuran adalah kunci dalam meminimalkan risiko yang
ditimbulkan oleh kebisingan. Pengukuran kebisingan tidak jauh
33
berbeda dengan survey bising. Untuk lebih memadai, pengukuran
kebisingan harus dapat mengidentifikasi pekerja yang terekspos pada
tingkatan yang berbahaya (tidak standar) dan menghasilkan informasi
yang selanjutnya akan dijadikan dasar dalam menentukan peraturan
perusahaan terkait dengan kebisingan. Contoh dari peraturan
perusahaan terkait dengan kebisingan adalah penurunan pajanan
kebisingan; pelindung telinga; tanda zona wajib memakai pelindung
telinga; pembekalan /pelatihan terhadap karyawan.
1. Alat Pengukur Kebisingan
Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan
Sound Level meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran
digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih
tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak
menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai
ambang batas [ NAB ] intensitas bising adalah 85 dB dan waktu
bekerja maksimum adalah 8 jam per hari.
Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja
SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya
perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini,
selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah
alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah
34
chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran
adalah suara yang paling lemah yang masih dapt didengar telinga.
Adapun operasional pengkuran dapat dilakukan sebagaimana
Lampiran II Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.:
Kep-48/MENLH/11/1996 sebgai berikut :
a. Langkah pertama yang harus diperhatikan adalah penentuan
standar yang akan diacu dalam survei.
b. Pemeriksaan instrumen. Hal ini meliputi pemeriksaan batere
sound level meter (SLM) dan kalibrator, serta aksesories
misalnya windscreen, rain cover, dan lain-lain.
c. Kalibrasi instrumen. Hal ini harus selalu dilakukan sebelum dan
sesudah pengukuran berlangsung.
d. Pembuatan denah lokasi dan titik dimana pengukuran dilakukan.
e. Bila pengukuran dilakukan dengan free-field microphone
(standar IEC) maka SLM diarahkan lurus ke sumber.
Sedangkan jika mikropon yang digunakan merupakan random
incidence microphone (ANSI), maka SLM harus
diorientasikan sekitar 70o - 80
o terhadap sumber bising.
f. Dalam keadaan kebisingan berasal dari lebih dari satu arah,
maka sangat penting untuk memilih mikropon dan mounting
yang tepat yang memungkinkan untuk mencapai karakteristik
omnidirectional terbaik.
g. Pemilihan weighting network yang sesuai.
35
h. Pemilihan respons detektor yang sesuai, F atau S untuk
mendapatkan pembacaan yang akurat.
i. Hindarkan refleksi baik dari tubuh operator maupun blocking
suara dari arah tertentu.
j. Saat pengukuran berlangsung, selalu perhtikan haal-hal
berikut: (a) Hindari pengukuran dekan bidang pemantul; (b).
Lakukan pengukuran pada jarak yang tepat, sesuai dengan
standar atau baku mutu yang diacu; (c). Cek bising latar; (d).
Pastikan 77 tidak terdapat perintang terhadap sumber bising
yang diukur; (e). Selalu gunakan windshield (windscreen), dan
(f). Tolak pembacaan overloud.
k. Laporan harus terdokumentasi dengan baik. Laporan ini
sedikitnya harus terdiri dari: (a). Sket pengukuran (meliputi
orientasi dan kedudukan SLM, luas ruangan atau tempat
pengukuran dilakukan serta kedudukan sumber bising); (b).
Standar yang diacu; (c). Identitas instrumen; jenis dan nomor
seri; (d). Metode kalibrasi; (e). Weighting network dan
respons detektor yang digunakan; (f). Deskripsi jenis suara
(impulsif, kontinyu, atau tone); (g). Data bising latar; termasuk
chart yang digunakan untuk perhitungan; (h). Kondisi
lingkungan; tekanan atmosfir; (i). Data obyek yang diukur
(jenis mesin, beban, kecepatan, dll); (j). Tanggal pengukuran
dan nama operator.
36
2.2.7 Pencahayaan
Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang
menerangi benda- benda di tempat kerja. Banyak obyek kerja beserta benda
atau alat dan kondisi di sekitar yang perlu dilihat oleh tenaga kerja. Hal ini
penting untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi. Pencahayaan
merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting bagi keselamatan kerja.
Menurut ILO, beberapa penelitian membuktikan bahwa pencahayaan yang
tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat menghasilkan produksi yang
maksimal dan dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat kerja (Arifin,
2005). Selain itu penerangan yang memadai memberikan kesan pemandangan
yang lebih baik dan keadaan lingkungan yang menyegarkan (Suma’mur,
1996). Penerangan di tempat kerja merupakan salah satu faktor yang perlu
diupayakan penyempurnaannya. Penerangan yang baik mendukung kesehatan
kerja dan memungkinkan tenaga kerja bekerja dengan lebih aman dan
nyaman, yang antara lain disebabkan karena mereka dapat melihat obyek yang
dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya tambahan, serta membantu
menciptakan lingkungan kerja yang nikmat dan menyenangkan.
Akibat- akibat penerangan yang buruk adalah:
1. Kelelahan mata dengan berkurangnya daya dan efisiensi kerja.
2. Keluhan- keluhan pegal di daerah mata, dan sakit kepala sekitar mata.
3. Kerusakan alat penglihatan.
4. Meningkatnya kecelakaan (Budiono, 2003).
37
2.2.8 Lingkungan kimia
Faktor kimia merupakan salah satu faktor yang memungkinkan penyebab
kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat berupa bahan baku suatu produks,
hasil suatu produksi dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun
limbah dari suatu produksi. (Arifin, 2005)
2.2.9 Beban Kerja
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan
sehari- hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban
tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban
kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh pekerja dalam
menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang
diterima seorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik,
kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban
tersebut. Beban dapat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik
dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat,
mendorong. Sedangkan beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat
keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki individu dengan individu lainnya
(Manuaba,2000).
Everly dkk dalam Munandar (2001) mengatakan bahwa beban kerja
adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus
diselesaikan pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah
kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara
kuantitatif yaitu timbul karena tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit,
38
sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu melakukan
tugas atau tugas tidak menggunakan ketrampilan atau potensi dari pekerja.
Beban kerja fisikal atau mental yang harus melakukan terlalu banyak hal,
merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan.
2.2.11.1 Evaluasi Jumlah Panas Metabolik (Beban Kerja)
Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan
menggunakan estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986
yang dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2
Estimasi Pengukuran Panas Metabolik
A Body position and movement Kcal/min*
Sitting 0.3
Standing 0.6
Walking 2.0 -3.0
Walking uphill Add 0.8 per meter rise
B Type of work
Average
Kcal/min Range kcal/min
Hand work
Light
Heavy
0.4
0.9
0.2 – 1.2
Work one arm
Light
Heavy
1.0
1.8
0.7 – 2.5
Work both arms
Light
Heavy
1.5
2.5
1.0 – 3.5
Work whole body
Light
Moderate
Heavy
Very Heavy
3.5
5.0
7.0
9.0
2.5 – 9.0
C Basal metabolism 1.0
D Sample calculation** Average Kcal/min
Assembling work with heavy hand
tools
0.6
3.5
39
Standing
Two arm work
Basal metabolism
Total
1.0
5.1 kcal/min
* For standard worker of 70 kg body weight (154 lbs) and 1.8 m2 body
surface (19.4 ft2)
** Example of measuring metabolic heat production of worker when
performing initial screening
Sumber: NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986
Selain estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH
1986, panas metabolisme dapat diukur melalui perhitungan beban kerja
berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi. Penilaian
beban kerja dilakukan dengan pengukuran berat badan tenaga kerja,
pengamatan aktifitas tenaga kerja dan kebutuhan kalori berdasarkan
pengeluaran energi sesuai tabel perhitungan beban kerja. Pengamatan
aktifitas kerja dilakukan dengan cara pengamatan pada kategori jenis
pekerjaan dan posisi badan pekerja setiap jam, kemudian posisi dan lama
gerakan tersebut dicatat dan dihitung.
2.2.11.2 Evaluasi Tingkat Beban Kerja
Evaluasi tingkat beban kerja diperoleh dengan mengkategorikan hasil
estimasi pengukuran panas metabolisme menurut NIOSH 1986 sesuai
dengan kategori OSHA pada tabel 2.3. (Vanani, 2008)
40
Tabel 2.3
Tingkat Beban Kerja
No Pengukuran Panas
Metabolik
Tingkat Beban
Kerja
1 < 200 kcal/jam Ringan
2 200 - 350 kcal/jam Sedang
3 350 - 500 kcal/jam Berat
4 > 500 kcal/jam Sangat Berat
Sumber : OSHA dalam Vanani, 2008
2.2.10 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Suma’mur (1996), APD adalah suatu alat yang dipakai untuk
melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration,
pesonal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan
sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau
penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di
tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik dan lainnya.
Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat
pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya,
sebelum memutuskan untuk menggunakan APD metode-metode lain harus
dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau
hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
41
Adapun hirarki pengendalian bahaya di tempat kerja, termasuk di pabrik
kimia adalah sebagai berikut:
1. Elimination, merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya.
2. Reduction, mengupayakan agar tingkat bahaya bisa dikurangi.
3. Engineering control, artinya bahaya diisolasi agar tidak kontak dengan
pekerja.
4. Administrative control, artinya bahaya dikendalikan dengan menerapkan
instruksi kerja atau penjadualan kerja untuk mengurangi paparan terhadap
bahaya.
5. Personal protective equipment, artinya pekerja dilindungi dari bahaya
dengan menggunakan alat pelindung diri.
2.2.11 Unit Pekerjaan
Unit pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya
kecelakaan akibat kerja (Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam kecelakaan akibat
kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam suatu proses. Berdasarkan
hasil peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008) bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja di PT. Hok
Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber) dengan Pvalue sebesar 0,014
2.3 Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja tidak terjadi secara kebetulan, melainkan penyebabnya.
Akan tetapi kecelakaan merupakan kejadian yang dapat dicegah (ILO,1989:14).
42
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja harus ditujukan untuk
mengenal dan menemukan penyebabnya, bukan menemukan gejalanya untuk
kemudian sedapat mungkin menghilangkan atau mengeliminir (Depnaker, 1996).
Menurut Suma’mur (1989), yang dapat dilakukan untuk mencegah
kecelakaan kerja antara lain sebagai berikut :
1. Peraturan perundangan
Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-kondisi
kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemeliharaan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas
pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK dan pemeriksaan
kesehatan.
2. Standarisasi
Yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau tak resmi
mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarats
keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek
keselamatan dan hygiene umum, atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan
Yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-
undangan yang diwajibkan.
4. Pengawasan bersifat teknik
Yaitu yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya,
penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan
diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu atau
43
penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-
tambang pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis
Yaitu yang mliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan
patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan fisik
yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis
Yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan
7. Penelitian secara statistic
Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya,
mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebabnya.
8. Yaitu yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik,
sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan
Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang
baru, dalam keselamatan kerja.
10. Penggairahan
Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk
menimbulkan sikap untuk selamat.
44
11. Asuransi
Yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan
misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan keselamatan cukup baik.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan
Yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan
kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi, sedangkan
pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat tergantung kepada
tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pigak yang
bersangkutan. Jelaslah, bahwa untuk pencegahan kecelakaan akibat
kecelakaan akibat kerja diperlukan kerjasama aneka keahlian dan profesi
seperti pembuat undang-undang, pegawai pemerintah, ahli-ahli teknik,
dokter, ahli ilmu jiwa, ahli statistik, guru-guru, dan pengusaha serta buruh
(Suma’mur,1981:11).
45
2.3 Kerangka Teori
Berdasarkan teori dikatakan oleh Russel Ferrel serta Surry (dalam colling;1990),
faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, meliputi, : umur, jenis
kelamin, unit pekerjaan, shift kerja, massa kerja, kebisingan, pencahayaan, lama jam
kerja, faktor kimia dan beban kerja. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar 2.3.
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Sumber : Surry (dalam colling;1990) dan Russel Ferrel
Umur
Jenis Kelamin
Beban Kerja
Shift Kerja
Faktor Kimia
Pencahayaan
Masa Kerja
Kebisingan
Penggunaan APD
Lama Jam Kerja
Unit Pekerjaan
Kecelakaan Kerja
46
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL dan HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu kepada teori Surry (dalam colling;1990) dan Russel
Ferrel yang menyatakan bahwa faktor utama penyeebab kecelakaan adalah : umur, jenis
kelamin, shift kerja, masa kerja, kebisingan, pencahayaan, faktor kimia, beban kerja,
penggunaan APD, lama jam kerja dan unit pekerjaan. Variabel yang diteliti adalah umur,
masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam kerja. Untuk variabel jenis kelamin tidak diteliti
karena bersifat homogen (semua pekerja berjenis kelamin laki-laki), untuk variabel shift
kerja tidak diteliti karena tidak ada pekerjaan yang menggunakan shift. Untuk Variabel
Beban kerja tidak diteliti karena variabel ini akan diteliti pada variabel unit pekerjaan.
Untuk variabel penggunaan APD tidak diteliti karena semua pekerja menggunakan
APD. Adapun untuk variabel kebisingan, pencahayaan dan faktor kimia tidak diteliti
karena keterbatasan alat penelitian.
Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel bebas
(independen). Variabel bebas terdiri dari umur, masa kerja, unit pekerjaan dan lama jam
kerja dan kecelakaan kerja ditetapkan sebagai variabel terikat. Hubungan antara
beberapa variabel tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini :
47
Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No
. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala
1. Kecelakaan
kerja
Kejadian yang tak
terduga dan tidak
diharapkan dimana
dalam peristiwa
tersebut tidak
terdapat unsur
kesengajaan,
terlebih lagi dalam
bentuk
perencanaan
(Suma’mur, 1989).
Kuesionar Wawancara 1. Ya
2. Tidak
Ordinal
2. Umur Masa yang pernah
dilalui seseorang
sejak tahun
kelahiran sampai
waktu penelitian
(Afriani, 2002).
Kuesioner Wawancara 1. < 29 tahun
2. > 29 tahun
Ordinal
3. Masa kerja Masa yang dilalui
buruh konstruksi
sejak bekerja di
jasa konstruksi PT.
PP (Persero)
sampai terjadinya
Kuesioner Wawancara 1. Baru ; < 6
tahun
2. Sedang ; 6
– 10 tahun
3. Lama ; >
10 tahun
Ordinal
Umur
Masa Kerja
Unit Pekerjaan
Lama Jam Kerja
Kecelakaan Kerja
48
No
. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil ukur Skala
kecelakaan
4. Unit
Pekerjaan
Bagian/tempat
buruh konstruksi
bekerja.
Kuesioner Wawancara 1. Struktur
2. Arsitektur
3. Mekanikal/
elektrikal
Ordinal
5. Lama jam
kerja
Lamanya waktu
yang dipergunakan
buruh konstruksi
untuk bekerja dan
tidak termasuk
waktu istirahat.
Kuesioner Wawancara 1. > 8
Jam/hari
2. < 8
Jam/hari
Ordinal
3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara umur pekerja dengan kecelakaan kerja pada buruh
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan tahun 2010.
2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi
di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan tahun
2010.
3. Ada hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja pada buruh
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan tahun 2010.
49
4. Ada hubungan antara lama jam kerja dengan kecelakaan kerja pada buruh
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan tahun 2010.
50
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan
desain cross sectional (potong lintang) karena pada penelitian ini variable
independen dan dependen akan diamati pada waktu (periode) yang sama.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember tahun 2010 di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah buruh konstruksi PT. PP (Persero) Proyek Tiffani
Apartemen Kemang Jakarta Selatan yang masih aktif bekerja yang berjumlah 96
orang. Sedangkan sampel yang diambil menggunakan simple random sampling dan
mengambil sampel sebanyak 60 buruh konstruksi yang mewakili populasi dengan
menggunakan uji beda proporsi dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
n : 27
P : Rata-rata proporsi pada populasi {(P1 + P2)/2}
P1 : 0,69 (Proporsi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dengan masa
kerja ≥ 5 tahun)
P2 : 0,26 (Proporsi pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dengan masa
kerja < 5 tahun)
n = [ Z1-/2 2 P (1-P) + Z1- P1 (1-P1) + P2 (1-P2) ]2
(P1-P2)2
51
Z2
1-/2 : Derajat kemaknaan pada uji dua sisi (two tail), = 5%
Z1- : Kekuatan uji 90%
Berdasarkan perhitungan uji statistik diatas, diperoleh jumlah sampel sebanyak
27 responden dikalikan 2 menjadi 54 responden. Untuk menghindari terjadinya
missing jawaban dari responden maka perlu ditambahkan 6 dari jumlah sampel
tersebut, sehingga jumlah sampel keseluruhan sebesar 60 orang
4.4. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara menanyakan langsung pada
pekerja PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan dengan
menggunakan alat ukur berupa kuesioner. Untuk pengumpulan data sekunder
diperoleh dengan menggunakan profil perusahaan, dokumen jumlah pekerja dan
data pendukung lainnya. Adapun penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel
beserta instrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut :
4.4.1 Data Kecelakaan Kerja, Umur, Unit Pekerjaan, Masa Kerja dan Lama
Jam Kerja
Data kecelakaan, umur, unit pekerjaan, masa kerja, dan lama jam kerja
diperoleh melalui wawancara kepada pekerja dengan menggunakan instrumen
berupa kuesioner.
52
4.5. Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah
melalui tahap-tahap sebagai berikut:
1. Mengkode data (data coding)
Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan untuk
memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut.
2. Menyunting data (data editing)
Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti
kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap
jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.
3. Memasukkan data (data entry)
Memasukkan data dalam program software computer berdasarkan klasifikasi.
4. Membersihkan data (data cleaning)
Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut
tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah
dan dianalisis.
53
4.6. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase
dari setiap variabel independen dan dependen yang dikehendaki dari tabel
distribusi.
2. Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan dependen dengan melakukan uji Chi Square. Persamaan Chi
Square:
(O - E)2
X2 =
E
Keterangan :
X2 = Chi Square
O = Efek yang diamati
E = Efek yang diharapkan
Metode (analisis) ini untuk mendapatkan probabilitas kejadiannya. Jika P
value ≥ 0.05 maka Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan
antara kedua variabel. Sebaliknya jika P value < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti terdapat hubungan antara kedua variabel.
54
BAB V
HASIL
5.1 Gambaran Umum PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan
PT PP (Persero) didirikan dengan nama NV Pembangunan Perumahan berdasarkan
Akta No 48 dari 26 Agustus 1953. Pada saat itu didirikan, PT PP (Persero) telah
dipercaya untuk membangun rumah bagi para petugas PT Semen Gresik Tbk, anak
perusahaan dari BAPINDO di Gresik. Dalam rangka memenuhi Peraturan Pemerintah
Nomor 63 tahun 1960, PN (Perusahaan Negara) Pembangunan Perumahan berubah
menjadi PN Pembangunan Perumahan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39
tahun 1971, PN Pembangunan Perumahan berubah dan menjadi PT Pembangunan
Perumahan (Persero), yang disahkan melalui Akta No 78 tanggal 15 Maret 1973.
Perusahaan bisnis inti jasa konstruksi. Selama lebih dari lima dekade, PT PP (Persero)
telah menjadi pemain kunci dalam usaha konstruksi nasional. Beberapa mega proyek
telah dibangun di masa itu. Kemudian, mulai tahun 1991, usaha PT PP (Persero)
diversifikasi, termasuk sewa ruang kantor di Plaza PP dan pengembangan bisnis
perumahan di daerah Cibubur, dan juga pendirian beberapa anak perusahaan melalui
kemitraan dengan perusahaan asing, antara lain PT PP Taisei Indonesia Konstruksi dan
PT Mitracipta Polasarana.
Seiring dengan meningkatnya kepercayaan, PT PP (Persero) menerima tugas untuk
membangun proyek-proyek besar yang berkaitan dengan kompensasi perang Pemerintah
55
Jepang yang dibayarkan kepada Republik Indonesia, yaitu: - Hotel Indonesia, Bali
Beach Hotel, Ambarukmo Palace Hotel, Samudera Beach Hotel, gedung Fakulatas
Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta, gedung Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta dan salah satunya adalah Proyek tiffani
apartemen kemang jakarta selatan yang sedang berlangsung. Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan berada di Jl. Antasari, Kemang Jakarta-Selatan, proyek dimulai
pada bulan April 2010. Proyek ini mempunyai 46 lantai.
5.1.1 Visi dan Misi PT. PP (Persero)
Visi PT. PP (Persero) adalah Untuk menjadi pemimpin dalam industri
konstruksi dengan memberikan keunggulan nilai tambah kepada para pemangku
kepentingan. Misi PT. PP (Persero) adalah Menyediakan jasa konstruksi untuk seluruh
masyarakat Indonesia yang akan memberikan nilai tambah kepada semua stakeholder,
Didukung oleh Sehat Struktur Keuangan, Efisien, Inovatif, Global Visi dan makmur
juga memiliki karyawan.
5.1.2 Kebijakan Perusahaan
Sebagai Perusahaan yang bergerak dalam usaha Jasa Konstruksi, PT PP
(PERSERO) menetapkan kebijakan dibidang Kualitas, Keselamatan & Kesehatan
Kerja (K3) dan Lingkungan yang berlaku bagi Unit Kantor Pusat, Divisi Operasi
(DVO), Cabang dan Proyek.
1. Quality Policy
Peduli keinginan dan kepuasan pelanggan
56
Peningkatan Kualitas yang berkesinambungan
Pendekatan Rekayasa Teknik maupun Bisnis
Pemanfaatan Teknologi Mutakhir
Profesionalisme SDM yang berwawasan Global
2. Safety, Health and Environmental Policy
Mengurangi kehilangan waktu kerja (Lost Time) dan menurunkan
angka kecelakaan di Proyek
Melakukan perbaikan yang berkesinambungan terhadap
Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Pengelolaan Lingkungan dengan
melibatkan pihak terkait
Menciptakan Lingkungan Kerja yang Sehat dan mempertimbangkan
Dampak Lingkungan dalam setiap kegiatan kerja
Penerapan Sistem Manajemen K3L selalu mengikuti peraturan-
peraturan yang berlaku
5.1.3 Karakteristik SMK3 dan Mutu PT. PP (Persero)
Pada tanggal 12 Juni 2006, PT PP (PERSERO) telah memperoleh sertifikat
Sistem Manajemen K3 OHSAS 18001:1999. Dan diikuti dengan diperolehnya Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:1999 pada tanggal 1 Agustus 2006.
5.1.4 Sumber Daya Manusia
Pada akhir 2007, PT PP (Persero) memiliki 391 karyawan tetap, didistribusikan
di Kantor Pusat, operasional Divisi, Cabang dan Proyek. Jumlah dana untuk
pendidikan dan pengembangan Sumber Daya Manusia pada tahun 2007 adalah Rp 2.38
57
miliar yang mewakili 8,03% dari total biaya yang berkaitan dengan Sumber Daya
Manusia. PT PP (Persero) menerapkan kebijakan kesempatan yang sama dan
mempromosikan berdasarkan prestasi, tanpa merujuk pada etnis, agama, ras, usia dan
jenis kelamin.
5.1.5 General Contractor
PT. Pembangunan Perumahan (Persero) adalah berurusan dengan Jasa
Konstruksi Umum sebagai bisnis inti yang meliputi: High-Rise Bangunan Jalan dan
Jembatan Bendungan dan irigasi Hydro Electric, dan Coal Fired Power Plants, dan
konstruksi-konstruksi lainnya. Mereka tidak hanya mempunyai nilai yang besar
kepada masyarakat tetapi juga monumental, dan tanda bagi bangsa, seperti: Indonesia
Hotel, Bali Beach Hotel, Cirata Hydro Electric Power Plant, Saguling Hydroelectric
Power Plant, PLTU Suralaya, Tambak Lorok PLTU, Bendungan Wonorejo, Jalan Tol
Padalarang, dan super jembatan Batam - Tonton Kabel Tinggal Bridge, dan banyak
lainnya.
5.1.6 Pengembangan
Pengembangan PT. Pembangunan Perumahan (Persero) adalah mengatur
bisnis, terutama dalam mengelola dan menjual bangunan tinggi, berkaitan dengan
usaha Real Estate/pengembang (REI anggota No 00,400) dan mengatur bisnis properti,
terutama dalam mengelola dan menyewa tinggi bangunan bertingkat di Jakarta oleh
anak perusahaan.
58
5.1.7 Investor
Investasi PT. PP (Persero) telah berpartisipasi dalam pembangunan nasional di
bidang infrastruktur, antara lain dengan membentuk anak perusahaan PT CITRA
WASPPUTOWA untuk melaksanakan pembangunan Depok - Antasari Toll Road dari
22,8 km panjang. Pada ukuran yang lebih kecil PT. PP juga mengembangkan pusat
perbelanjaan, mal dll
5.1.8 Penunjang
PT PP (Persero) tidak memiliki anak perusahaan, tetapi memiliki investasi
dalam bentuk kepemilikan saham dari beberapa perusahaan asosiasi. Tujuan dari
investasi langsung ini adalah untuk mengembangkan usaha dalam bidang yang
berkaitan dengan jasa konstruksi dan diharapkan untuk menghasilkan kontrak kerja
konstruksi untuk Perusahaan.
5.1.9 Tugas dan Tanggung Jawab SHE-O (Safety, Health and Environmental
Officer) dan SS (Safety Supervisor) PT. PP (Persero)
1. Tugas dan Tanggung Jawab SHE-O :
a. Menyusun perencanaan K3 dan Safety Plan.
b. Membuat Program Kerja dan Rencana Anggaran Biaya K3 sesuai
kebutuhan / kondisi proyek masing-masing.
c. Melengkapi data-data, peraturan K3 dikawasan setempat atau
peraturan lainnya yang terkait, Buku Prosedur dan Buku Saku K3 yang
ditempatkan diproyeknya.
d. Melakukan Safety Induction bagi seluruh pekerja baru dan Tamu.
59
e. Melaksanakan Safety Talk, Inspeksi K3 dan Safety Patrol.
f. Melakukan rapat koordinasi K3 (Safety Meeting) dengan intern PP
maupun dengan Subkontraktor dan Mandor.
g. Menyusun kebutuhan Training K3 untuk personil diproyeknya.
h. Membuat Laporan Kecelakaan, Observasi dan Penyelesaian atas setiap
kecelakaan yang terjadi baik itu kecelakaan ringan, berat maupun
meninggal.
i. Membuat Laporan Bulanan & Lampirannya dan dikirim ke ASOP II
dikantor Cabang III.
j. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan bagi seluruh pekerja yang
dilaksanakan oleh JAMSOSTEK, (koordinasi dengan SAM).
k. Memastikan bahwa fasilitas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
(P3K) tersedia dan lengkap.
l. Memonitor secara rutin kondisi Alat Pemadam Kebakaran (APAR)
dan memastikan bahwa Alat Pemadam Kebakaran dalam keadaan siap
dan layak difungsikan.
m. Membuat data dan tanda pengenal untuk seluruh pekerja yang ada
dilingkungan proyek.
n. Mengkoordinir seluruh Safety Supervisor dan Pelaksana Housekeeping
dari PP, maupun dari Subkontraktor dan Mandor didalam pelaksanaan
seluruh kegiatan pekerjaan.
o. Melakukan deteksi, analisa dan evaluasi untuk menghilangkan
penyimpangan K3 serta meningkatkan mutu pelaksanaan K3
60
p. Memastikan pelaksanaan Housekeeping diproyek berjalan lancar.
q. Mengikuti Audit K3 dan menindak lanjuti hasil dari Audit tersebut.
2. Tugas dan Tanggung Jawab SS :
a. Melakukan Patroli untuk memonitor, mengawasi kegiatan pekerjaan
dilapangan dan mengarahkan serta memberikan petunjuk-petunjuk
kepada seluruh pekerja supaya dapat bekerja dengan aman.
b. Melakukan tindakan pencegahan secara langsung dilapangan apabila
melihat suatu tindakan atau pekerjaan yang dilakukan berpotensi
bahaya dan tidak mengindahkan ketentuan-ketentuan K3.
c. Memonitor dan melakukan perbaikan seluruh sarana K3 bila ada yang
lepas / rusak, seperti Rambu K3, Railing dan lainnya. (Pelaksanaan
bersama tim lapangan).
d. Melaporkan seluruh hasil Safety Patrol kepada Safety & Health
Officer dan memberikan masukan-masukan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kejadian-kejadian dilapangan.
5.2 Analisis Univariat
5.2.1 Gambaran Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun
2010.
Data kecelakaan kerja didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada responden. Hasil penelitian ini menggambarkan kecelakaan kerja pada
61
buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan, untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.1
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.
No Kecelakaan Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 21 35%
2 Tidak 39 65%
Jumlah 60 100%
Data diatas menggambarkan tentang kecelakaan kerja pada buruh konstruksi
di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang 2010. Sebanyak 21 buruh
konstruksi (35%) mengalami kecelakaan kerja dan 39 buruh konstruksi (65%)
lainnya tidak mengalami kecelakaan kerja.
5.2.2 Gambaran Umur Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek
Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.
Data umur didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
responden. Hasil penelitian ini menggambarkan umur pada buruh konstruksi di PT.
PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan, untuk lebih jelas
dapat dilihat pada table 5.2
62
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Umur Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek
Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 < 29 tahun 32 53,3%
2 > 29 tahun 28 46,7%
Jumlah 60 100%
Dari data diatas diketahui bahwa buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun
sebanyak 32 orang (53,3%), sedangkan buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun
sebanyak 28 orang (46,7%).
5.2.3 Gambaran Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)
Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.
Data masa kerja didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
responden. Hasil penelitian ini menggambarkan masa kerja pada buruh konstruksi
di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan, untuk lebih
jelas dapat dilihat pada table 5.3
63
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)
Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.
No Masa Kerja Frekuensi Persentase (%)
1 Baru ; < 6 tahun 30 50%
2 Sedang ; 6-10 tahun 10 16,7%
3 Lama ; > 10 tahun 20 33,3%
Jumlah 60 100%
Masa kerja buruh konstruksi yang < 6 tahun sebanyak 30 orang (50%), masa
kerja buruh konstruksi yang berada diantara 6-10 tahun sebanyak 10 orang (16,7%)
dan masa kerja buruh konstruksi yang > 10 tahun sebanyak 20 orang (33,3%).
5.2.4 Gambaran Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)
Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.
Data unit pekerjaan didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
responden. Hasil penelitian ini menggambarkan unit pekerjaan pada buruh
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan,
untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.4
64
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Unit Pekerjaan Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)
Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.
No Unit Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 Struktur 23 38,3%
2 Arsitektur 21 35%
3 Mekanikal/elektrikal 16 26,7%
Jumlah 60 100%
Data diatas menggambarkan tentang unit pekerjaan pada buruh konstruksi di
PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010 yang
bervariasi. Buruh konstruksi yang bekerja di unit struktur sebanyak 23 orang
(38,3%), yang bekerja di unit arsitektur sebanyak 21 orang (35%) dan yang bekerja
si unit mekanikal/elektrikal sebanyak 16 orang (26,7%).
5.2.5 Gambaran Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP
(Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun
2010.
Data lama jam kerja didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada
responden. Hasil penelitian ini menggambarkan lama jam kerja pada buruh
65
konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan,
untuk lebih jelas dapat dilihat pada table 5.5
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Lama Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero)
Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan 2010.
No Lama Jam Kerja Frekuensi Persentase (%)
1 Tidak normal ; > 8 jam/hari 32 53,3%
2 Normal ; < 8 jam/hari 28 46,7%
Jumlah 60 100%
Data diatas menggambarkan sebanyak 32 buruh konstruksi bekerja > 8
jam/hari (53,3%), sedangkan 28 buruh konstruksi lainnya bekerja < 8 jam/hari (46,7%)
5.3 Analisis Bivariat
5.3.1 Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh
Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan Tahun 2010.
Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan berdasarkan hubungan antara umur dengan kecelakaan
kerja dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut:
66
Tabel 5.6
Tabulasi Silang Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh Konstruksi
di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan Tahun
2010.
Umur
Kecelakaan Total Pvalue
OR Ya Tidak
N %
N % N %
< 29 tahun 17 53,1 15 46,9 32 100
0,003 6,8
> 29 tahun 4 14,3 24 85,7 28 100
Total 21 35 39 65 60 100
Data diatas menunjukkan bahwa dari 32 buruh konstruksi yang berumur < 29
tahun sebanyak 17 orang (53,1%) yang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan
28 buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun sebanyak 4 orang (14,3%) yang
mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistik, didapatkan P value sebesar
0,003. Artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur
terhadap kecelakaan kerja dan nilai OR sebesar 6,8 yang artinya adalah buruh
konstruksi yang berumur < 29 tahun memiliki resiko kecelakaan 6,8 kali lebih
besar dari buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun.
67
5.3.2 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh
Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan Tahun 2010.
Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan berdasarkan hubungan masa kerja dengan kecelakaan
kerja dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut:
Tabel 5.7
Tabulasi Silang Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh
Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan Tahun 2010.
Masa Kerja
Kecelakaan Total Pvalue
Ya Tidak
N %
N % N %
Baru ; < 6 tahun 16 53,3 14 46,7 30 100
0,007
Sedang ; 6-10 tahun 7 30 7 70 10 100
Lama ; > 10 tahun 2 10 18 90 20 100
Total 21 35 39 65 60 100
Data diatas menunjukkan bahwa dari 30 buruh konstruksi yang masa
kerjanya baru ; < 6 tahun sebanyak 16 orang (53,3%) yang mengalami kecelakaan
kerja. Dari 10 buruh konstruksi yang masa kerjanya sedang ; 6-10 tahun sebanyak
3 orang (30%) yang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan dari 20 buruh
konstruksi yang masa kerjanya lama ; > 10 tahun sebanyak 2 orang (10%) yang
68
mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistic, didapatkan P value sebesar
0,007. Artinya adalah pada α 5 % ada hubungan yang bermakna antara masa kerja
dengan kecelakaan kerja.
5.3.3 Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Pada
Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.
Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang
Jakarta Selatan berdasarkan hubungan antara unit pekerjaan dengan kecelakaan
kerja dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut:
Tabel 5.8
Tabulasi Silang Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh
Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan Tahun 2010.
Unit Pekerjaan
Kecelakaan Total Pvalue
Ya Tidak
N %
N % N %
Struktur 10 43,5 13 56,5 23 100
0,483
Arsitektur 7 33,3 14 66,7 21 100
Mekanikal/Elektrikal 4 25 12 75 16 100
Total 21 35 39 65 60 100
Data diatas menunjukkan bahwa dari 23 buruh konstruksi yang bekerja di
unit struktur sebanyak 10 orang (43,5%) yang mengalami kecelakaan kerja. Dari
21 buruh konstruksi yang bekerja di unit arsitektur sebanyak 7 orang (33,3%) yang
69
mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan 16 buruh konstruksi yang bekerja di unit
mekanikan/elektrikal sebanyak 4 orang (25%) yang mengalami kecelakaan kerja.
Dari hasil uji statistik, didapatkan P value sebesar 0,483, artinya pada α = 5%
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara unit pekerjaan dengan
kecelakaan kerja.
5.3.4 Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada
Buruh Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan Tahun 2010.
Distribusi buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen
Kemang Jakarta Selatan berdasarkan hubungan antara lama jam kerja dengan
kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut:
Tabel 5.9
Tabulasi Silang Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja Pada Buruh
Konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta
Selatan Tahun 2010.
Lama Jam Kerja
Kecelakaan Total Pvalue
OR Ya Tidak
N %
N % N %
Tidak Normal ; > 8 jam/hari 19 59,4 13 40,6 32 100
0,000 19
Normal ; < 8 jam/hari 2 7,1 26 92,9 28 100
Total 21 35 39 65 60 100
70
Data diatas menunjukkan bahwa dari 32 buruh konstruksi yang bekerja > 8
jam/hari sebanyak 19 orang (59,4%) yang mengalami kecelakaan kerja. Sedangkan
28 buruh konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari sebanyak 2 orang (7,1%) yang
mengalami kecelakaan kerja. Dari hasil uji statistik, didapatkan P value sebesar
0,000. Artinya adalah pada α 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara
lama jam kerja dengan kecelakaan kerja dan dengan nilai OR sebesar 19 yang
artinya adalah buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari memiliki resiko
kecelakaan 19 kali lebih besar dibandingkan buruh konstruksi yang bekerja < 8
jam/hari.
71
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan menggunakan desain
penelitian cross sectional terkadang ditemukan bias berupa tidak dapat
menentukan hubungan sebab akibat.
2. Kerangka konsep pada penelitian ini hanya menghubungkan faktor-faktor yang
diperkirakan mempunyai hubungan dengan variabel dependen, sehingga masih
ada kemungkinan variabel lain yang belum masuk dalam kerangka konsep
karena tidak sesuai dengan kriteria penelitian.
3. Kesibukan responden pada saat bekerja menyebabkan responden agak lambat
dalam pengisian kuesioner.
4. Penelitian ini tidak melihat seberapa kuat hubungan antara variabel yang diteliti.
5. Hasil dari pengukuran variable unit pekerjaan hanya terkumpul di unit struktur.
6.2 Gambaran Kecelakaan Kerja, Umur, Masa Kerja, Unit Pekerjaan dan Lama
Jam Kerja Pada Buruh Konstruksi.
Kecelakaan kerja menurut Suma’mur (1996) adalah kejadian yang tak terduga dan
tidak diharapkan dimana dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur kesengajaan,
72
terlebih lagi dalam bentuk perencanaan. Sedangkan dalam Undang-undang Nomor 3
Tahun 1992 mengenai Program JAMSOSTEK, pengertian kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang
timbul karena hubungan kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
berangkat dari rumah menuju tempat kerja dan pulang kerumah melalui jalan biasa atau
wajar dilalui. (Bab I pasal 1 butir 6 ).
Berdasarkan hasil penelitian, buruh konstruksi yang pernah mengalami kecelakaan
kerja (35%) lebih sedikit daripada buruh konstruksi yang tidak mengalami (65%)
kecelakaan kerja, buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun (53,3%) lebih banyak dari
buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun (46,7%), masa kerja buruh konstruksi yang <
6 tahun (50%) lebih banyak dari masa kerja buruh konstruksi yang berada diantara 6-10
tahun (16,7%) dan masa kerja buruh konstruksi yang > 10 tahun (33,3%), buruh
konstruksi yang bekerja di unit struktur (38,3%) lebih banyak dari buruh konstruksi yang
bekerja di unit arsitektur (35%) dan unit mekanikal/elektrikal (26,7%) dan buruh
konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari (53,3%) lebih banyak dibandingkan dengan buruh
konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari (46,7%)
6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Kerja
6.3.1 Hubungan Antara Umur dengan Kecelakaan Kerja
Umur mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap kejadian
kecelakaan kerja. Dessler (1998) dalam Sukamto (2004) mengemukakan bahwa
kecelakaan umumnya paling sering terjadi antara usia 17 dan 29 tahun, kemudian
73
akan turun sesudah mencapai titik terendah pada akhir 60 tahun dan 70 tahun. ILO
(1989) dalam Arifin (2004) menyimpulkan bahwa pekerja usia muda cenderung
lebih sering mengalami kecelakaan karena pekerja usia muda cenderung masih
kurang dalam pengalaman kerja.
Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara umur
dengan kecelakaan kerja. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Romi (2005) bahwa terdapat hubungan antara umur dengan
kejadian kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang. Sama
halnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kadarwati (2006) bahwa
terdapat hubungan antara umur dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca
Mata PT. Luxindo Nusantara Semarang (Pvalue : 0,044). Jika dilihat dari hasil uji
statistik, diketahui nilai OR=6,8 yang artinya adalah buruh konstruksi yang
berumur < 29 tahun memiliki resiko kecelakaan 6,8 kali lebih besar dari buruh
konstruksi yang berumur > 29 tahun. Semakin muda umur seseorang dalam
bekerja akan mempengaruhi resiko kecelakaan kerja, karena buruh konstruksi yang
berumur muda hanya mempunyai pengalaman kerja yang sedikit. Pada penelitian
ini, buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun dan mengalami kecelakaan kerja
(53,1%) lebih banyak dibandingkan dengan buruh konstruksi yang berumur > 29
tahun dan mengalami kecelakaan kerja (14,3 %). Hal ini mungkin disebabkan
karena beban pekerjaan proyek yang besar hingga proyek membutuhkan buruh
konstruksi yang relatif muda (< 29 tahun).
74
Oleh karena itu, sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada
buruh konstruksi yang berumur muda untuk menghindari terjadinya kecelakaan
kerja dan meningkatkan frekuensi pelatihan K3 khusus mengenai pengetahuan
secara berkala. Menurut Siluka yang dikutip oleh Helliyanti (2009), tujuan dari
pelatiahan secara umum adalah meningkatkan produktivitas, mutu, ketepatan
dalam perencanaan sumber daya manusia, semangat kerja, menunjang
pertumbuhan pribadi dan menjaga kesehatan dan keselamatan kerja.
6.3.2 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kecelakaan Kerja
Masa kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap kecelakaan akibat kerja bertambah
baik sejalan dengan pertambahan usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang
bersangkutan (Suma’mur 1989).
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0.007 (< 0,05)
hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara masa kerja dengan
kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh konstruksi. Hal yang sama telah
dikemukakan oleh Kadarwati (2006) didalam penelitiannya bahwa terdapat
hubungan antara masa kerja dengan kecelakaan kerja di Pabrik Frame Kaca Mata
PT. Luxindo Nusantara Semarang (Pvalue : 0,012). Dari hasil penelitan didapatkan
bahwa buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja dan masa kerjanya < 6
tahun (53,3%) lebih banyak dari masa kerja buruh konstruksi yang berada diantara
6-10 tahun (30%) dan masa kerja buruh konstruksi yang > 10 tahun (10%). Jika
masa kerja dihubungkan dengan umur buruh konstruksi maka akan ditemukan
hubungan yang cukup signifikan antara kedua variabel tersebut, karena buruh
75
konstruksi yang berumur < 29 tahun memiliki masa kerja baru. Dari tabel 5.8 bisa
diketahui bahwa masih ditemukannya kecelakaan kerja pada buruh konstruksi
yang masa kerjanya berada diantara 6-10 tahun dan > 10 tahun, hal ini mungkin
disebabkan oleh beban kerja yang dipikul besar sehingga mempengaruhi kinerja
buruh konstruksi tersebut dan hasil akhirnya adalah kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada
buruh konstruksi yang masa kerjanya baru untuk menambah wawasan tentang K3
agar dapat terhindar dari kecelakaan kerja. Setelah itu, meningkatkan frekuensi
pelatihan K3 khusus mengenai pengetahuan secara berkala. Menurut Siluka yang
dikutip oleh Helliyanti (2009), tujuan dari pelatiahan secara umum adalah
meningkatkan produktivitas, mutu, ketepatan dalam perencanaan sumber daya
manusia, semangat kerja, menunjang pertumbuhan pribadi dan menjaga kesehatan
dan keselamatan kerja.
6.3.3 Hubungan Antara Unit Pekerjaan dengan Kecelakaan Kerja
Jumlah dan macam kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai
kesatuan operasi dalam suatu proses. Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh
p value sebesar 0,483 (> 0,05) hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara unit pekerjaan dengan kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh konstruksi.
Dari hasil penelitan di atas didapatkan bahwa buruh konstruksi yang mengalami
kecelakaan kerja di unit struktur (43,5%) lebih banyak dari buruh konstruksi yang
mengalami kecelakaan kerja di unit arsitektur (33,3%) dan di unit
mekanikal/elektrikal (25%). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Romi (2005) bahwa terdapat hubungan antara tempat dengan
76
kejadian kecelakaan kerja di PT. Guanusa Utama Fabricans Grenyang (Pvalue
0,02) dan peneltian yang dilakukan oleh Jawawi (2008) bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara tempat kerja/unit dengan kecelakaan kerja (Pvalue : 0,014)
di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber). Hal ini mungkin disebabkan
karena proyek sudah berjalan selama 8 bulan, semakin lama proyek tersebut
berjalan maka semakin sedikit angka kecelakaan karena mungkin pada tahap ini
beban kerja yang dipikul oleh buruh konstruksi lebih kecil dibandingkan pada
tahap awal.
Tetapi menurut tabel 5.9, unit struktur lebih banyak mengalami kecelakaan
kerja dibandingkan unit pekerjaan yang lain. Hal ini disebabkan karena beban
kerja pada unit struktur lebih besar dibandingkan unit pekerjaan lainnya. Misalnya
mengangkat batu, mengaduk semen dan lain-lain.
6.3.4 Hubungan Antara Lama Jam Kerja dengan Kecelakaan Kerja
Menurut Suma’mur (1989), orang bekerja dengan baik adalah 40 jam
seminggu, 6-8 jam sehari. Dalam beberapa kasus lamanya kerja lebih dari 10 jam
sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi, menurunnya kecepatan kerja
dikarenakan kelelahan dan biasanya akan diikuti dengan meningkatnya angka sakit
dan kecelakaan.
Berdasarkan hasil analisis bivariat diperoleh p value sebesar 0,000 (< 0,05)
hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara lama
jam kerja dengan kecelakaan kerja yang dialami oleh buruh konstruksi. Dari hasil
penelitan di atas didapatkan bahwa buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan
77
kerja dan bekerja > 8 jam/hari (59,4%) lebih banyak dibandingkan dengan buruh
konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari (7,1%) dan didapatkan juga nilai OR=19
yang artinya adalah buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari memiliki resiko
kecelakaan 19 kali lebih besar dibandingkan buruh konstruksi yang bekerja < 8
jam/hari. Tingkat kecelakaan kerja biasanya stabil pada jam 6 – 7 jam pertama di
hari kerja. Akan tetapi pada jam-jam sesudah itu, tingkat kecelakaan kerja akan
lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena karyawan atau tenaga kerja sudah
melampaui tingkat kelelahan yang tinggi yang dapat menyebabkan kecelakaan
kerja.
Oleh karena itu, untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja sebaiknya buruh
konstruksi yang bekerja lebih dari jam kerja normal diberikan waktu istirahat yang
cukup dan pihak perusahaan membuat shift kerja untuk mensubtitusi buruh
konstruksi yang bekerja lebih dari 8 jam/harinya. Selain itu, buruh konstruksi yang
bekerja > 8 jam/hari harus lebih berhati-hati ketika waktu kerja sudah berganti
menjadi malam dan harus mempersiapkan fisik yang kuat.
78
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran buruh konstruksi yang mengalami kecelakaan kerja adalah sebesar
21 orang (35%) dan buruh konstruksi yang tidak mengalami kecelakaan kerja
sebesar 39 orang (65%)
2. Gambaran buruh konstruksi yang berumur < 29 tahun adalah sebesar 32 orang
(53,3%) dan buruh konstruksi yang berumur > 29 tahun sebesar 28 orang
(46,7%).
3. Gambaran masa kerja buruh konstruksi yang < 6 tahun adalah sebesar 30 orang
(50%), gambaran masa kerja buruh konstruksi yang berada diantara 6-10 tahun
adalah sebesar 10 orang (16,7%) dan gambaran masa kerja buruh konstruksi
yang > 10 tahun adalah sebesar 20 orang (33,3%).
4. Gambaran buruh konstruksi yang bekerja di unit struktur adalah sebesar 23
orang (38,3%), gambaran buruh konstruksi yang bekerja di unit arsitektur
adalah sebesar 21 orang (35%) dan gambaran buruh konstruksi yang bekerja di
unit mekanikal/elektrikal adalah sebesar 16 orang (26,7%).
79
5. Gambaran buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari adalah sebesar 32 orang
(53,3%) dan buruh konstruksi yang bekerja < 8 jam/hari sebesar 28 orang
(46,7%).
6. Terdapat hubungan antara umur tehadap kecelakaan kerja dengan Pvalue
sebesar 0,003 dan OR=6,8. Terdapat hubungan antara masa kerja terhadap
kecelakaan kerja dengan Pvalue sebesar 0,007. Terdapat hubungan antara lama
jam kerja terhadapa kecelakaan kerja dengan Pvalue sebesar 0,000 dan OR=19.
7. Tidak ada hubungan antara unit pekerjaan terhadap kecelakaan kerja dengan
Pvalue sebesar 0,483.
7.2 Saran
1. Buruh Konstruksi
Sebaiknya buruh konstruksi yang bekerja > 8 jam/hari harus lebih berhati-hati
ketika waktu kerja sudah berganti menjadi malam dan harus mempersiapkan fisik
yang kuat.
2. Perusahaan (PT. PP Persero)
1. Sebaiknya pihak perusahaan mengadakan pelatihan kepada buruh konstruksi
yang berumur muda untuk menambah pengetahuan agar terhindar dari
terjadinya kecelakaan kerja.
2. Sebaiknya pihak perusahaan memberikan waktu istirahat yang cukup untuk
buruh konstruksi yang bekerja lebih dari jam kerja normal.
3. Sebaiknya pihak perusahaan membuat shift kerja untuk mensubtitusi buruh
konstruksi yang bekerja lebih dari 8 jam/harinya.
80
4. Perlu diberikan reward kepada buruh konstruksi yang mentaati peraturan dan
punishment kepada buruh konstruksi yang tidak mentaati peraturan kerja
khususnya peraturan K3. Selain itu, perlu ditingkatkannya pengawasaan
(safety patrol) kepada buruh konstruksi yang sedang bekerja.
3. Pemerintahan
Sebaiknya pihak pemerintah pusat dan daerah yang terkait melakukan kontrol
dan evaluasi terhadap implementasi K3.
81
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Odri. Analisis faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja. Thesis S2 Fakultas
Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2003.
Arifin, Syamsul dkk. Hubungan menstruasi dan Kecelakaan Kerja pada PT. tahun 2004.
(PKM Penelitian) Program Kreativitas Mahasiswa Kesehatan dan Keselamatan
Kerja Universitas Indonesia. 2005.
Arifin, Zainal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT. Bukaka
Teknik. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2005.
Aryono, Mufid. 2009, 54.398 kasus kecelakaan kerja terjadi di Indonesia.
http://www.solopos.com/2010/channel/nasional/2009-54398-kasus-kecelakaan-
kerja-terjadi-di-indonesia-11664 (diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.24).
Bataviase. Kecelakaan Kerja di DKI Tinggi. http://bataviase.co.id/node/127907 (diakses
tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.17).
Benny L. Priatna dan Umar Fahmi Achmadi. 1991. Pencegahan Kecelakaan Kerja pada
Sektor Informal. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Colling, David A. Industrial Safety Management and Technology. Pentice Hall Inc,
1990.
Data kecelekaan PT. PP (Persero) Proyek Tiffani Apartemen Kemang Jakarta Selatan
bulan April-September 2010.
Departemen Tenaga Kerja RI mengeluarkan keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor 03
/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.
Departemen Tenaga Kerja RI mengeluarkan keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor
Kep 51/Men/1999 tentang nilai ambang batas iklim kerja Indeks Suhu Basah dan
Suhu Bola (ISSB) yang diperkenankan.
Depkes RI. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan dan Keputusan Direktur Jendral
PPM&PLP Tentag Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta : Depkes
RI.
Depnaker. 1996. Permenaker No. 05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja. Jakarta.
Depnaker. 2004. Training Material Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bidang
Keselamatan Kerja. Jakarta: Depnaker.
82
Djunaedi, Zulkifli. Analisis kecelakaan kerja pada proyek penambangan batubara admo
PT. Saptaindra Sejati berdasarkan laporan kecelakaan tahun 2006 – 2008.
Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyrakat, UI Depok, 2009.
Effendy, Aspan. Usaha-usaha pencegahan terjadinya kecelakaan kerja. http://aspan-
kuteng.blogspot.com/ (diakses tanggal 21 Januari 2011 pukul 21.26).
Husna , Rofaul. Analisis tingkat risiko pada pengoperasian ketel uap di PLTU unit 3-4
UBP Priok Tahun 2009. Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
UIN Jakarta, 2009.
ILO., 1989. Pencegahan Kecelakaan. PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Jawawi, Iskandar. Beberapa Factor Resiko Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Kecelakaan Kerja di PT. Hok Tong Pontianak (Pabrik Crum Rubber). Skripsi S1
Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP, 2008
Kadarwati, Rini .dkk. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Kecelakaan Kerja di Pabrik Frame Kaca Mata PT. Luxindo Nusantara
Semarang. Penelitian Mahasiswa dan Staf Pengajar FKM UNIMUS. Juni 2005-
Juni 2006.
Katia. Analisis Kecelakaan Kerja Pada Proyek Penambangan BatuBara ADMO PT.
Saptaindra Sejati Berdasarkan Laporan Kecelakaan Tahun 2006-2005. Skripsi
S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2009
Koesyanto, Herry dan Tunggul, Eram P. 2005. Panduan Praktikum Laboratorium
Kesehatan & Keselamatan Kerja, Semarang: UPT UNNES Press.
Litbang KOMPAS. Klaim Kecelakaan Kerja Terbanyak. Selasa, 4 November 2008.
http://www.kompas.co.id./index.klaim?act=detil&idb. (Diakses Tgl 30-12-2008
Pkl. 14.00 pukul 14.56).
Majalah KATIGA (Bisnis, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja), Edisi 31 Tahun 2008.
Jamsostek : Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
Manuaba, A. Ergonomi Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Wygnyosoebroto S. &
Wiranto, SE. Eds. Proceeing Seminar Nasional Ergonomi PT. Guna Widya.
Surabaya, 2000.
Mayulu, Erwan. Jamsostek Lakukan Analisa, Tingginya Musibah: Tiap Hari 7 Tewas,
Puluhan Ribu Pekerja Alami Kecelakaan.
http://www.progresifjaya.com/NewsPage.php?judul=Jamsostek%20Lakukan%20
Analisa,%20Tingginya%20Musibah:%20Tiap%20Hari%207%20Tewas,%20Pul
83
uhan%20Ribu%20%20Pekerja%20Alami%20Kecelakaan&kategori_tulisan=Hea
dline (diakses tanggal 20 Januari 2011 pukul 19.55)
_____________. Kecelakaan dan Kematian Akibat Kerja Tinggi, Dimana Tanggung
Jawabmu Jamsostek ?.
http://www.progresifjaya.com/NewsPage.php?kategori_tulisan=Headline&judul
=Kecelakaan%20dan%20Kematian%20Akibat%20Kerja%20Tinggi,%20Dimana
%20Tanggung%20Jawabmu%20Jamsostek? (diakses tanggal 20 Januari 2011
pukul 20.38)
Mila, Siti Muslikatul. Hubungan antara masa kerja, pemakaian alat pelindung
pernafasan (masker) pada tenaga kerja bagian pengamplasan dengan kapasitas
fungsi paru PT. Accent House Pecangaan Jepara. Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Keolahragaan jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Negeri
Semarang, 2006
Munandar, A.S. Stress dan Keselamatan Kerja Psikologi Industri dan Organisasi.
Penerbit Universitas Indonesia, 2001.
NIOSH. Occupational Exposure to Hot Environments. U.S. Departement of Health and
Human Services, Public Health Service, Center for Disease Control. Revised
Criteria 1986.
Notoatmodjo, Soekidjo. 1997. Prinsip–Prinsip Dasar Kesehatan Masyarakat, Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Ramli, Soehatman. Keselamatan Konstruksi. Ulang Tahun ke-3 Milis Migas Indonesia
25 Agustus. 2003
Romi. Kajian Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja di PT.
Guanusa Utama Fabricans Grenyang. Skripsi S1 Fakultas Kesehatan
Masyarakat, UI Depok, 2005.
Saehu, Syaiful. Konsep Kecelakaan Kerja.
http://syaifulsaehu.blogspot.com/2009/08/konsep-kecelakaan-kerja.html (diakses
tanggal 20 Januari 2011 pukul 21.20)
Santoso, Gempur. 2004, Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan, Jakarta:
Prestasi Pustaka. OSHA (Ocupational Safey and Health Administration).
Sari, Helinda. 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan terhadap Kecelakaan
yang Terjadi di Perusahaan Keramik PT. X Cikarang. Skripsi FKM UI, Depok.
84
Silastuti, Ambar. Hubungan antara Kelelahan dengan Produktivitas Tenaga Kerja di
Bagian Penjahitan PT. Bengawan Solo Garment Indonesia. Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, UNS Semarang 2006.
Sukamto. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada seismic
survey di unit geodata acguisitian PT. Elnusa Geosains tahun 2001-2003.
Skripsi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2004.
Suma’mur. 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. CV. Haji Masagung.
Jakarta
________. 1996. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Gunung
Agung.
Vanani, Nurul Sawitri. Gambaran Tekanan Panas Dan Keluhan Subyektif Pada Pekerja
Di Bagian Curing PT Multistrada Arah Sarana, Tbk Tahun 2008. Skripsi
S1Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok, 2008
Warta Ekonomi. K3 Masih Dianggap Remeh. 2 Juni 2006. Jakarta
Yanri, Zulmiar. Sistem Manejemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3),
Membangun Budaya K3, Implementasi Dan Evaluasi. Kepala Pusat Keselamatan
Kerja dan HIPERKES DEPNAKERTRANS. Jakarta, 2006.
Zubaedah, Siti. Evaluasi Implementasi Program Observasi Keselamatan di Service
Departement PT. Trakindo Utama (PTTU) Cabang Jakarta Tahun 2009. Skripsi
S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat, UI Depok, 2009
Lampiran 1
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kecelakaan kerja pada buruh konstruksi di PT. PP (Persero) Proyek
Tiffani Apartemen Jakarta Selatan pada bulan Mei-September 2010. Hasil penelitian ini
merupakan tugas akhir dari peneliti untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (SKM). Untuk itu, saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara untuk
mengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap.
Pengisian kuesioner ini tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan
Bapak/Ibu/Saudara. Atas kerja sama dan perhatian Bapak/Ibu/Saudara, saya ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas, dan saya setuju
untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
Wassallamu’alaikum Wr. Wb,
Jakarta, November 2010
Peneliti Responden
(Fristiyan Ahmad Dauly)
(....................................)
1. Isilah kuesioner penelitian ini sesuai dengan kondisi anda.
2. Beri tanda silang ( X ) pada jawaban yang paling sesuai dengan kondisi anda.
3. Kejujuran anda menjawab kuesioner ini, sangat saya harapkan.
Diisi oleh responden/pekerja
UMUR
1 Pada tanggal, bulan dan tahun berapa anda lahir ?
A1 ( )
KECELAKAAN KERJA
2 Apakah anda pernah mengalami kecelakaan kerja dalam rentang waktu
bulan Mei-September 2010 di PT. PP (Persero) Proyek Tiffani
Apartemen ?
1. Ya
2. Tidak
B1 ( )
MASA KERJA
3 Sejak kapan anda bekerja sebagai buruh konstruksi ?
C1 ( )
4 Apakah sebelumnya anda juga bekerja sebagai buruh konstruksi ?
1. Ya
2. Tidak
Jika ya, lanjut ke pertanyaan no.4, jika tidak langsung ke no.5
C2 ( )
5 Sejak kapan anda bekerja di tempat sebelumnya? C3 ( )
6 Jika tidak, anda dulu bekerja sebagai
-…………………
-…………………
-…………………
C4 ( )
UNIT PEKERJAAN
7 Saat ini anda bekerja di unit :
1. Struktur pada subunit …………………
2. Arsitektur pada subunit …………………
3. Mekanikal/elektrikal pada subunit ………………..
D1 ( )
Tgl…………….bulan………tahun
…………
tahun………
…
tahun…………
LAMA JAM KERJA
8 Berapa jam anda bekerja setiap harinya? E1 ( )
…………jam
Lampiran 3 dan 4
ANALISIS UNIVARIAT
Kecelakaan Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid ya 21 35.0 35.0 35.0
tidak 39 65.0 65.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
Umur
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid muda 32 53.3 53.3 53.3
tua 28 46.7 46.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Masa Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid baru 30 50.0 50.0 50.0
Sedang 10 16.7 16.7 66.7
lama 20 33.3 33.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
Unit Pekerjaan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid struktur 23 38.3 38.3 38.3
arsitektur 21 35.0 35.0 73.3
mekanikal/elektrikal 16 26.7 26.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
Lama Jam Kerja
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid tidak normal 32 53.3 53.3 53.3
normal 28 46.7 46.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
ANALISIS BIVARIAT
Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Umur
Crosstab
kecelakaan
kerja Total
ya tidak
umur klompok muda Count 17 15 32
% within umur klompok 53.1%
46.9
% 100.0%
tua Count 4 24 28
% within umur klompok 14.3%
85.7
% 100.0%
Total Count 21 39 60
% within umur klompok 35.0%
65.0
% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 9.902(b) 1 .002
Continuity Correction(a) 8.268 1 .004
Likelihood Ratio 10.491 1 .001
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear
Association 9.737 1 .002
N of Valid Cases 60
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.80.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for umur klompok (muda / tua) 6.800 1.918 24.115
For cohort kecelakaan kerja = ya 3.719 1.418 9.750
For cohort kecelakaan kerja = tidak .547 .367 .815
N of Valid Cases 60
Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Masa Kerja
Crosstab
kecelakaan kerja Total
ya tidak
masa kerja
klompok
baru Count 16 14 30
% within masa kerja klompok 53.3% 46.7% 100.0%
sedang Count 3 7 10
% within masa kerja klompok 30.0% 70.0% 100.0%
lama Count 2 18 20
% within masa kerja klompok 10.0% 90.0% 100.0%
Total Count 21 39 60
% within masa kerja klompok 35.0% 65.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 10.037(a) 2 .007
Likelihood Ratio 11.018 2 .004
Linear-by-Linear Association 9.859 1 .002
N of Valid Cases 60
a 1 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.50.
Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Unit Pekerjaan
Crosstab
kecelakaan kerja Total
ya tidak
unit pekerjaan struktur Count 10 13 23
% within unit
pekerjaan 43.5% 56.5% 100.0%
arsitektur Count 7 14 21
% within unit
pekerjaan 33.3% 66.7% 100.0%
mekanikal/elektrika
l
Count 4 12 16
% within unit
pekerjaan 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 21 39 60
% within unit
pekerjaan 35.0% 65.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.456(a) 2 .483
Likelihood Ratio 1.473 2 .479
Linear-by-Linear Association 1.427 1 .232
N of Valid Cases 60
a 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.60.
Hubungan Antara Kecelakaan Kerja Dengan Lama Jam Kerja
Crosstab
kecelakaan kerja Total
ya tidak
lama jam kerja
kelompok
tidak normal Count 19 13 32
% within lama jam
kerja kelompok 59.4% 40.6% 100.0%
normal Count 2 26 28
% within lama jam
kerja kelompok 7.1% 92.9% 100.0%
Total Count 21 39 60
% within lama jam
kerja kelompok 35.0% 65.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value Df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 17.908(b) 1 .000
Continuity Correction(a) 15.686 1 .000
Likelihood Ratio 20.054 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 17.610 1 .000
N of Valid Cases 60
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.80.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for lama jam kerja
kelompok (tidak normal / normal) 19.000 3.829 94.289
For cohort kecelakaan kerja = ya 8.313 2.121 32.579
For cohort kecelakaan kerja = tidak .438 .284 .673
N of Valid Cases 60