Post on 25-Feb-2018
EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) DI DINAS
KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
DISUSUN OLEH :
EUIS JUHAERIAH
6661081081
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
ABSTRAK Euis Juhaeriah. NIM. 6661081081. Skripsi. Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing 1: Drs. Oman Supriadi, M.Si. Dosen Pembimbing 2: Listyaningsih, S.Sos, M.Si Kata Kunci : Evaluasi, Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui berapa besar penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean yang terdiri dari 6 indikator : kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, intensi penggunaan, kepuasan pemakai dan manfaat bersih. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian adalah pegawai yang menggunakan SIAK dalam kegiatan pekerjaannya yaitu 23 orang dengan teknik pengambilan sampel jenuh. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan menyebar angket/kuisioner. Penganalisisan data menggunakan uji hipotesis t-test satu sampel dengan uji pihak kanan. Hasil perhitungan diperoleh thitung > t tabel (2,2 > 1,717) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SIAK di Kota Tangerang mencapai angka 74,26% pada skala interval didapat nilai baik. Indikator terendah (71,3%) yaitu kualitas pelayanan dan indikator tertinggi (76,55%) yaitu kualitas sistem. Saran dari peneliti adalah membuat standar operasional prosedur yang akurat; melakukan pengecekkan data secara langsung guna meningkatkan kualitas informasi; memberikan fasilitasi sarana dan prasarana yang baik.
ABSTRACT
Euis Juhaeriah. NIM. 6661081081. Essay. Evaluation of Implementation
Population Administration Information System in Population and Civil
Registration Agency Tangerang Municipal. Programme Study of Public
Administration Science. Faculty of Social and Political Science. Sultan Ageng
Tirtayasa University. Advisor 1: Drs. Oman Supriadi, M.Si. Advisor 2:
Listyaningsih, S.Sos, M.Si
Keywords : Evaluation, Population Administration Information System
The use of Population Administration Information System aims to improve public
quality service in the field of population administration at the Population and
Civil Registration Agency Tangerang Municipal. The purpose of this research is
to know how much the application of SIAK at Population and Civil Registration
Agency. This Research is using the the delone and mclean model of information
systems success which consist of 6 indicator (system quality, information quality,
service quality, application intention, user satisfaction, and clean benefit). The
method that will be used is descriptive method with quantitative approach. The
research population are the employees using SIAK in their daily activity which
consist of 23 people with saturated sampling technique. The technique used for
gathering data is by spreading questionnaire. Analysis data using hypothesis t-
test one sample with right side test. The calculation result obtained from thitung >
2,2 t tabel (2,2 > 1,717) then Ho is rejected and Ha is accepted. Result of this
research show that the used of SIAK reach 74,26% score on interval scale get
good score. Lowest indicator (71,3 %) that is service quality and highest indicator
(76,55%) that is system quality. Researcher advised that making accurate
operational standard; Doing data checking directly to increase the quality of
information; giving good infrastructure and facilitation
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan kenikmatan dalam hidup yang tak terhingga. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para
sahabatnya, dan kita pada umumnya. Syukur Alhamdulillah, dengan izin Allah
SWT pembuatan skripsi ini dapat diselesaikan dengan judul “ EVALUASI
PENERAPAN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
(SIAK) DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA
TANGERANG”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi Manajemen Publik Program Studi
Administrasi Negara.
Skripsi ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak yang selalu
mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati,
peneliti ingin mengucapkan rasa terimakasih yang terhingga kepada pihak-pihak
sebagai berikut:
1. Prof. Dr.H. Sholeh Hidayat. M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa
2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3. Kandung Sapto Nugroho S.Sos.,M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4. Mia Dwianna W., M.I.Kom selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
ii
5. Gandung Ismanto S.Sos., MM selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6. Rahmawati, S.IP, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7. Ipah Ema Jumiati, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
8. Drs. H. Oman Supriadi, M.Si selaku Pembimbing I dalam penyusunan
skripsi yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam pembuatan
skripsi. Terima kasih atas arahan dan pembelajaran selama proses
penyusunan skripsi
9. Listyaningsih S.Sos., M.Si selaku Pembimbing II dalam penyusunan
skripsi yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam pembuatan
skripsi. Terima kasih atas arahan dan pembelajaran selama proses
penyusunan skripsi
10. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali
penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan
11. Untuk kedua orangtuaku tercinta yang telah memberikan motivasi baik
moril maupun materil dan tak pernah lelah untuk memberikan do’anya
yang sangat berharga
12. Kedua saudaraku yang juga selalu membantu, mendo’akan, serta
mendukung dalam penyusunan skripsi ini
13. Semua sahabatku dikampus tercinta Fitri Wahyuni, Esyin Quraesin,
Ruhnuri Musfiroh, Lina Eliana, Ria Desriyani, Selvi Destiasari.
iii
14. Teman-teman seperjuangan kelas B Jurusan Administrasi Negara 2008
Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dalam
kesempatan ini penulis hendak mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada
kesalahpahaman yang kurang berkenan selama penelitian. Peneliti berharap
semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan kepada yang
membaca. Demikian yang disampaikan. Peneliti mengucapkan terima kasih.
Serang, April 2015
Euis Juhaeriah
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR DIAGRAM .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah............................................................... 11
1.3 Perumusan Masalah ................................................................................... 12
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 12
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................ 14
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori ........................................................................................... 18
2.1.1 Pengertian Evaluasi ........................................................................... 19
2.1.2 Evaluasi Sistem Informasi ................................................................ 21
2.1.2.1 Human-Organization-Technology
(HOT) Fit Model ................................................................... 21
2.1.2.2 Model DeLone dan McLean ................................................. 23
Halaman
v
2.1.3 Pengertian Sistem dan Informasi ...................................................... 31
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi Manajemen ......................................... 32
2.1.5 Sistem Informasi Administrasi Kependudukan ................................ 37
2.1.6 SIAK Online dan SIAK Offline ........................................................ 40
2.1.7 Tujuan SIAK ..................................................................................... 41
2.2 Kerangka Berfikir....................................................................................... 43
2.3 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian....................................................................................... 47
3.2 Instrumen Penelitian................................................................................... 48
3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................................................... 50
3.3.1 Uji Validitas ................................................................................... 50
3.3.2 Uji Reliabilitas ............................................................................... 51
3.4 Populasi dan Sampel .................................................................................. 51
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 52
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ............................................... 53
3.6.1 Uji t-test .......................................................................................... 54
3.6.2 Uji Pihak Kanan ............................................................................. 55
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 56
3.7.1 Tempat Penelitian ........................................................................... 56
3.7.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 56
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ......................................................................... 58
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang ............................................... 58
vi
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kepedudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang ....................................................................................... 59
4.1.2.1 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang ................................. 62
4.1.2.2 Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang .................................................................. 63
4.1.2.3 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Tangerang .......................................................... 65
4.1.2.4 Kelembagaan dan Pengaturan Hak Akses SIAK ................ 67
4.2 Pengujian Instrumen Penelitian .................................................................. 72
4.2.1. Uji Validitas Instrumen .................................................................. 72
4.2.2. Uji Reliabilitas Instrumen............................................................... 74
4.3 Deskripsi Data
4.3.1. Identitas Responden........................................................................ 75
4.3.2. Analisis Data .................................................................................. 78
4.4 Pengujian Hipotesis .................................................................................. 112
4.5 Interpretasi Hail Penelitian ....................................................................... 116
4.6 Pembahasan .............................................................................................. 117
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 123
5.2 Saran ......................................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 127
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahapan Tolok Ukur Model DeLone dan McLean ........................ 24
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ....................................................... 48
Tabel 3.2 Skor dalam Penelitian .................................................................... 49
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ............................................................................ 57
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen/Pertanyaan ...................................... 72
Table 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ..................................................... 74
Tabel 4.3 Hasil Penelitian Dan Perhitungan Evaluasi Penerapan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan Di Dinas Kependudukan
Dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Berdasarkan Teori Evaluasi
Sistem Informasi Model DeLone dan McLean Tiap Indikator .... 118
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Human-Organization-Technology (HOT) Model .......................... 22
Gambar 2.2 Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean .......... 23
Gambar 2.3 Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean yang
diperbaharui.................................................................................... 25
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir........................................................................... 45
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang .............................................................................. 67
Gambar 4.2 Kurva Penolakan dan Penerimaan Hipotesis ............................... 115
Gambar 4.3 Instrumen Komponen SIAK ........................................................ 116
Halaman
ix
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......................... 76
Diagram 4.2 Identitas Responden Berdasarkan Usia .......................................... 77
Diagram 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................. 78
Diagram 4.4 Tanggapan Responden Tentang Kebutuhan Pelatihan Khusus
Dalam Menggunakan Sistem Informasi Adminitrasi
Kependudukan................................................................................ 80
Diagram 4.5 Tanggapan Responden Tentang Kecepatan Akses Ketika
Melakukan Penelusuran Data Penduduk ........................................ 81
Diagram 4.6 Tanggapan Responden Tentang Pengaksesan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan Selama 24 Jam ................................. 82
Diagram 4.7 Tanggapan Responden Tentang Pengembangan Sistem oleh
Pegawai .......................................................................................... 83
Diagram 4.8 Tanggapan Responden Tentang Hak Akses Yang Hanya Dimiliki
Oleh Pegawai ................................................................................. 85
Diagram 4.9 Tanggapan Responden Tentang Data Penduduk yang Tersimpan
dalam Database Terjaga dan Tidak Mudah Hilang Ketika Terjadi
Kerusakan Sistem ........................................................................... 86
Diagram 4.10 Tanggapan Responden Tentang Keamana Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan .......................................................... 87
Diagram 4.11 Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan Data pada Database
Kependudukan................................................................................ 89
Halaman
x
Diagram 4.12 Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan Pengisian Data
Penduduk Oleh Pegawai ................................................................ 90
Diagram 4.13 Tanggapan Responden Tentang Pertanggungjawaban Kebenaran
Informasi yang Dihasilkan Dari Pengelolaan Data Kependudukan
........................................................................................................ 91
Diagram 4.14 Tanggapan Responden Tentang Kesesuaian Data dengan Hasil
Pendaftaran Penduduk .................................................................... 92
Diagram 4.15 Tanggapan Responden Tentang Standarisasi Perangkat Komputer
yang Digunakan ............................................................................. 94
Diagram 4.16 Tanggapan Responden Tentang Software (Perangkat Lunak) Sesuai
dengan Standar Kesisteman ........................................................... 95
Diagram 4.17 Tanggapan Responden Tentang Jaminan Penggantian Alat .......... 96
Diagram 4.18 Tanggapan tentang Peningkatan Kecepatan Pelayanan
Administrasi Kependudukan .......................................................... 98
Diagram 4.19 Tanggapan Responden Tentang Standar Operasional Prosedur
(SOP) Administrasi Kependudukan ............................................... 99
Diagram 4.20 Tanggapan Responden Tentang Pemanfaatan SIAK pada Hampir
Keseluruhan Proses Administrasi Kependudukan ....................... 101
Diagram 4.21 Tanggapan Responden Tentang Kenyamanan Pegawai dalam
Menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan .. 102
Diagram 4.22 Tanggapan Responden Tentang Terjadinya Penghematan
Anggaran setelah Memanfaatkan SIAK....................................... 104
Diagram 4.23 Tanggapan Responden Tentang Kepuasan Pegawai Terhadap Hasil
Pekerjaannya ................................................................................ 105
xi
Diagram 4.24 Tanggapan Responden Tentang SIAK sebagai Solusi bagi
Permasalahan Pengelolaan Administrasi Kependudukan ............ 106
Diagram 4.25 Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Produktivitas Kerja
...................................................................................................... 107
Diagram 4.26 Tanggapan Responden Tentang Kemudahan Pelayanan
Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil ...................... 108
Diagram 4.27 Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Pendaftaran Peristiwa
Kependudukan.............................................................................. 109
Diagram 4.28 Tanggapan Responden Tentang Pembangunan Sistem Jaringan
Informasi Kependudukan Terpadu ............................................... 111
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penelitian
Lampiran 2 Kuisioner
Lampiran 3 Tabel Jawaban Responden Sebelum Uji Validitas
Lampiran 4 Tabel Jawaban Responden Setelah Uji Validitas
Lampiran 5 Uji t
Lampiran 6 Uji Validitas (Output SPSS 17.0)
Lampiran 7 Uji Reliabilitas (Output SPSS 17.0)
Lampiran 8 Tabel Nilai-Nilai r Product Moment
Lampiran 9 Tabel Nilai Distribusi t
Lampiran 10 Absensi Bimbingan Skripsi
Lampiran 11 SOP Pelayanan Kartu Keluarga WNI
Lampiran 12 Peraturan Daerah Kota Tangerang
Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi yang terjadi diberbagai belahan dunia semakin
membantu kegiatan manusia diberbagai bidang kehidupan. Teknologi
mempermudah pekerjaan manusia dibandingkan saat-saat sebelumnya. Dunia saat
ini seakan-akan tanpa batas, dan jarak tidak lagi menjadi penghalang bagi setiap
individu dalam memperoleh informasi. Informasi kini tersebar luas dalam internet
dan dapat dengan mudah diakses oleh siapapun. Kemudahan dalam memperoleh
informasi ini juga dibarengi dengan kemudahan dalam mengolah informasi.
Bukan hanya bagi tiap-tiap individu tetapi juga kemudahan bagi organisasi baik
bisnis maupun negara. Berbagai macam softwate diciptakan untuk mempermudah
kerjasuatu organisasi dalam mengolah informasi. Software-software dibuat sesuai
dengan kebutuhan bidang-bidang organisasi, misalnya sistem informasi
pemasaran guna mendukung penyediaan informasi untuk pemasaran, sistem
informasi SDM guna mendukung perencanaan, pengadaan, dan pengelolaan
tenaga kerja.
Sistem informasi juga mendukung kegiatan pengolahan data dan informasi
pemerintah sebagai organisasi publik. Pemerintah sebagai pelayan publik yang
bertanggung jawab memenuhi kepentingan masyarakat dituntut untuk selalu
memberikan pelayanan yang terbaik. Perubahan-perubahan dilakukan oleh
pemerintah guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, salah satunya
2
adalah dengan memanfaatkan perkembangan teknologidalam aktivitas
pekerjaannya. Indonesia sebagai negara yang juga ikut terpengaruh perkembangan
teknologi dunia, melakukan perubahan dengan memanfaatkan teknologi informasi
dalam organisasi birokrasi. Istilah e-government masuk dalam ranah pemerintahan
di Indonesia seiring dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan penyelenggaraan kepemerintahan yang
berbasis elektronik dalam upaya meningkatkan kualitas layanan publik secara
efektif dan efisien. Satu diantaranya adalah dengan membentuk jaringan sistem
manajemen dan proses kerja yang memungkinkan instansi-instansi pemerintah
bekerja secara terpadu serta menyederhanakan akses perolehan informasi dan
layanan publik yang harus disediakan pemerintah.
Kebutuhan akan sistem informasi manajemen yang membantu
produktivitas kerja pemerintah mendoronginstansi pemerintah pusat dan daerah
untuk melakukan transformasi melalui teknologi jaringan komunikasi dan
informasi. Teknologi informasi memberikan peluang bagi pengaksesan,
pengelolaan, dan pendayagunaan data dan informasi dalam jumlah yang besar
secara cepat dan akurat.Melalui dukungan infrastuktur, tingkat konektivitas dan
penggunaa IT, sumber daya manusia, dana dan anggaran, serta perangkat hukum,
semakin melengkapi teknologi informasi menjadi satu kesatuan untuk diterapkan
dalam pemerintahan. Ketika semua instrumen itu dimiliki oleh satu wilayah, maka
transformasi dalam optimalisasi pelayanan organisasi birokrasiakan terwujud.
3
Salah satu penerapan teknologi informasi yang dilakukan oleh instansi
pemerintah adalah sistem informasi dalampengelolaan data kependudukan. Perlu
diketahui bahwa pengelolaan data kependudukan merupakan salah satu kegiatan
dalam administrasi kependudukan. Administrasi kependudukan pada pemerintah
daerah dilaksanakan dimulai dari tingkat desa/kelurahan hingga dinas.
Kemudahan serta proses pelayanan yang tidak berbelit-belit menjadi kriteria
pelayanan yang ideal bagi masyarakat. Guna mewujudkan pelayanan seperti yang
diharapkan, maka instansi pemerintah berusaha untuk mereformasi pelayanan
publik. Salah satu caranya dengan memasukkan teknologi informasi ke dalam
ranah administrasi pemerintahan dengan tujuan adanya peningkatan efisiensi dan
efektivitas dalam layanan pemerintahan.
Di Indonesia, administrasi kependudukan diatur melalui Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006. Tujuan dari adanya penyelenggaraan administrasi
kependudukan sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang tersebutantara lain:
1. Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen
penduduk untuk setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting
yang dialami oleh penduduk
2. Memberikan perlindungan status hak sipil penduduk
3. Menyediakan data dan informasi kependudukan secara nasional mengenai
pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil pada berbagai tingkatan secara
akurat, lengkap, mutakhir, dan mudah diakses sehingga menjadi acuan
bagi perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya
4
4. Mewujudkan tertib administrasi kependudukan secara nasional dan
terpadu
5. Menyediakan data penduduk yang menjadi rujukan dasar bagi sektor
terkait dalam penyelenggaraan setiap kegiatan pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan
Sama halnya dengan penggunaan teknologi informasi pada manajemen
perusahaan guna meningkatkan kinerja serta mendukung pimpinan dalam
pengambilan keputusan, penggunaan teknologi pada pengelolaan data
kependudukan pun ditujukan untuk membantu kerja pegawai dan menghasilkan
informasi yang berguna bagi keputusan perencanaan di bidang lain. Dalam
kaitannya dengan pembangunan, pengelolaan data kependudukan memang tidak
secara langsung berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Namun ketika pengelolaan data kependudukan ini dilakukan dengan baik,
informasi yang dihasilkannya pun akan sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan
pembangunan yang memanfaatkan data-data tersebut, misalnya pembangunan
dalam bidang pendidikan dan kesehatan.Dengan cara
manual,sepertimengumpulkan arsip-arsip kependudukan, maka akan sangat sulit
untukmendapatkan informasi kependudukan secara akurat. Mengingat jumlah
penduduk Indonesia yang cukup besar. Dalam hal ini diperlukan sistem informasi
kependudukan yang dapat mengolah data kependudukan secara efektif dan efisien
baik di dalam pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.Sistem informasi
administrasi kependudukan mampu membantu dalam mengkategorikan data
5
kependudukan sesuai dengan kebutuhan, misalnya data penduduk berdasarkan
usia sekolah yang dapat digunakan untuk pembangunan di bidang pendidikan.
Asas otonomi daerah telah memberikan wewenang kepada daerah untuk
mengatur daerahnya masing-masing. Atas dasar itu kemudian penerapan SIAK
disesuaikan dengan kondisi dan keadaan wilayah masing-masing daerah. Melalui
pertimbangan letak geografis, kemampuan SDM, serta ketersediaan dana dan
anggaran, penerapannya akan menjadi berbeda pada masing-masing daerah. Oleh
sebab itu dengan berdasarkan pada asas otonomi, pemerintahan daerah dapat
membuat suatu kebijakan dengan berlandaskan Undang-Undang No.23 Tahun
2006 tentang Administrasi Kependudukan untuk mendukung pengelolaan
administrasi kependudukan. Melalui kebijakan, pemerintah daerah diharapkan
dapat mengimplementasikan SIAK sesuai dengan kemampuan daerahnya.
Sehingga tidak ada yang terlalu dipaksakan ketika sistem informasi diterapkan
padahal pemerintah daerah tidak siap dari segi anggaran maupun SDM.
Penerapan teknologi informasi dalam administrasi kependudukan dimulai
pada tahun 1996. Sistem yang digunakan pada saat itu adalah Sistem Informasi
Manajemen Kependudukan atau yang dikenal dengan SIMDUK. Pada
perkembangannya SIMDUK digantikan oleh Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK). Inti dari penerapan kedua sistem informasi tersebut
adalah sama, yaitu untuk menata administrasi kependudukan di Indonesia. SIAK
dibuat dan dikembangkan oleh Ditjen Administrasi Kependudukan Kementrian
Dalam Negeri dengan maksud memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi
kependudukan. Melalui jaringan komunikasi dan informasi, aplikasi ini
6
diharapkan mampu mengatasi segala permasalahan dalam pengelolaan data
kependudukan serta membantu dinas terkait dalam melakukan pelayanan seperti
pelayanan KTP, KK, Akta Kelahiran dan Kematian, Akta Perkawinan dan
sebagainya.
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kabupaten/kota merupakan
pihak yang berperan penting dalam penerapan SIAK.Disdukcapil
mengintegrasikan SIAK dengan kecamatan dan kelurahan setempat.
Memanfaatkan teknologi jaringan (network), perangkat komputer, serta perangkat
lunak (software), pengelolaan administrasi kependudukan yang berada di tingkat
kecamatan akan langsung terhubung dengan dinas. Data yang tersimpan secara
digital akan terupdate secara online ketika terjadi perubahan pada database
kependudukan. Database kependudukan ini hanya dapat diakses oleh pegawai
yang ditunjuk untuk mengelolanya. Sebab database ini dapat menjadi informasi
yang penting dan mesti dijaga keamanannya.Pada masa transisi dimana KTP
digantikan dengan KTP elektronik (e-KTP) saat ini, SIAK digunakan berintegrasi
dengan aplikasi e-KTP. Sumber data yang digunakan dalam perekaman e-KTP
berasal dari database SIAK. Entry data baru juga masih menggunakan aplikasi
SIAK untuk kemudian dilakukan perekaman melalui aplikasi e-KTP pada
perangkat komputer yang berbeda.
Dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kota
Tangerang, pemerintah telah menerapkan SIAK untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja pegawai dalam melaksanakan pelayanan administrasi
kependudukan. SIAK sendiri pertama kali diterapkan di KotaTangerang dimulai
7
pada tahun 2007. Melalui sistem teknologi informasi yang diterapkan pada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan SipilKota Tangerang, diharapkan mampu
mendukung proses administrasi kependudukan yang meliputi pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil. Sistem ini haruslah efisien dan fleksibel ketika
digunakan untuk merekam data kependudukan yang jumlahnya cukup banyak.
Sebab sebagai salah satu kota penunjang ibukota Jakarta,Tangerang menjadi kota
dengan penduduk yang cukup padat. Untuk itu kegiatan administrasi
kependudukannya pun akan semakin sering dilakukan.
Hingga saat ini SIAK telah berjalan secara online ke seluruh 13 kecamatan
yang ada di kota ini. Data penduduk yang dimasukan pada tiap kecamatan akan
langsung terkirim dan masuk ke dalam database dinas kependudukan dan
pencatatan sipil melalui jaringan komunikasi yang terdapat di masing-masing
kecamatan. Pendaftaran penduduk dimulai pada tingkat kelurahan, kemudian
diinput oleh kecamatan dengan menggunakan aplikasi SIAK yang
langsungterhubung dengan dinas. Data penduduk yang telah diinput tadi
kemudian masuk dan terinput ke dalam database SIAK yang ada di Disdukcapil.
Untuk proses penerbitan dokumen kependudukan seperti Kartu Tanda Penduduk,
Kartu Keluarga, Surat Pindah antar kecamatandilakukan oleh kecamatan
sedangkan untuk Akte Kelahiran, Kematian, Perkawinan, Perceraian, Pindah
Datang pendudukdilakukan oleh dinas.
Dalam pengimplementasian SIAK guna mewujudkan tertib administrasi
kependudukan di Kota Tangerang, Disdukcapildihadapkan pada beberapa
kendala. Sebab pada hakikatnya sebuah sistem informasi manajemen dalam suatu
8
pemerintahan dapat diterapkan melalui dukungan beberapa faktor lain yang
berasal dari internal maupun eksternal organisasi. Kendala-kendala yang dihadapi
oleh Disdukcapil Kota Tangerang dalam penerapan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) berdasarkan hasil observasi dan wawancara
peneliti, antara lain:
Pertama, sumber daya manusia yang terdapat pada Disdukcapil Kota
Tangerang kurang memiliki kemampuan pada bidang IT, sehingga pegawai sering
melakukan kesalahan teknis sehingga menyebabkan kerugian beberapa pihak.
Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa pada perekaman e-KTP yang
dilaksanakan mulai tahun 2011 lalu banyak data penduduk yang hilang.
Dibuktikan dengan banyaknya penduduk yang tidak mendapatkan undangan
untuk perekaman e-ktp di kecamatan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan pihak
Kecamatan yang menyebutkan bahwa mayoritasdata penduduk yang hilang adalah
data yang diinput selama dan sebelum tahun 2008 (wawancara dengan pegawai
kecamatan Jatiuwung, 26 Agustus 2013).Tentunya hal ini merugikan penduduk,
dimana ia memiliki dokumen kependudukan yang sah seperti KTP dan KK tetapi
dirinya tidak terdaftar dalam database kependudukan di Kota Tangerang.
Database SIAK dikelola oleh Disdukcapil dan mengenai banyaknya data hilang
harusnya menjadi tanggungjawab dinas, sebab hanya pegawai di dinas yang
memiliki akses untuk masuk ke dalam database kependudukan. Hilangnya data
penduduk dari database kependudukan dinas lebih disebabkan oleh human error.
Ketidaktahuan akan sistem informasi dan penguasaan dalam ilmu komputerisasi
membuat pegawai sering melakukan kesalahan-kesalahan. Untuk itulah harusnya
9
pegawai direkrut dengan latarbelakang berpendidikan IT atau setidaknya
menguasai bidang IT guna meminimalisir kesalahan yang disebabkan oleh
manusianya itu sendiri.
Kedua, pada tahap implementasi suatu sistem informasi manajemen,
perangkat keras seperti komputer, jaringan, dan infrastuktur menjadi faktor yang
cukup penting. Jika dilihat dari besarnya APBD dan letak wilayahnya yang dekat
dengan pusat kota, Kota Tangerang sangat memungkinkan dalam pengembangan
infrastruktur telekomunikasi. Menggunakan teknologi terbaik dan
canggihsehingga menunjang jaringan SIAK hingga dapat meminimalisir adanya
gangguan dalam penerapan SIAK tentunya bukan hal yang sulit bagi Kota
Tangerang. Namun kenyataannya jaringan SIAK yang menghubungkan antara
kecamatan dengan dinas sering mengalami gangguan terutama ketika cuaca
buruk. Sebagaimana hasil wawancara dengan Bapak Kholil selaku Kepala Seksi
Pengolahan Data dan Jaringan Disdukcapil Kota Tangerang yang menyatakan
bahwa kendala dalam penerapan SIAK lebih kepada gangguan jaringan akibat
faktor alam seperti terkena petir (wawancara tanggal 26 Juni 2013). Pada saat
terjadi gangguan jaringan ini, kecamatan dan dinas tidak dapat melakukan
pelayanan administrasi kependudukan, sehingga berdampak pada menurunnya
produktivitas kerja pegawai karena menghambat prosespengecekan serta
penginputan biodata penduduk.
Ketiga, masih belum diterapkan Standar Operasional Prosedur (SOP)
pelayanan administrasi kependudukan terutama dalam pembuatan dokumen
kependudukan seperti KTP dan KK.Mayoritas pegawai tidak menerapkan
10
mengenai uraian proses dan tata cara pembuatan dokumen kependudukan yang
sesuai dengan aturan. Untuk pembuatan dokumen kependudukan seperti KTP dan
KK proses lama atau tidaknya pelayanan ditentukan oleh masing-masing
kecamatan. Pegawai bekerja sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan oleh di tiap-
tiap kecamatan. Sebab sejak pengecekan kelengkapan berkas hingga dilakukan
pencetakan, semua dilakukan di kecamatan. Sehingga tidak ada keseragaman
dalam pelayanan di Kota Tangerang.
Keempat, dari sisi eksternal yang menjadi kendala utama dalam
mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kota Tangerang adalah
rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaporkan peristiwa kependudukan,
perubahan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh
penduduk dan keluarganya. Peristiwa kependudukan ini meliputi: kematian,
perkawinan, perceraian serta mutasi (perpindahan) penduduk yang akan
mengubah komposisi anggota keluarga dalam dokumen kependudukan seperti
Kartu Keluarga. Selain itu pelaporan peristiwa kependudukan ini juga sangat
berpengaruh pada database kependudukan yang ada di Kota Tangerang. Ketika
banyak penduduk tidak melaporkan peristiwa kependudukanya, maka akan sangat
sulit menghasilkan data penduduk yang valid terutama data penduduk yang
meninggal dan pindah. Disdukcapil Kota Tangerang saat ini merasa jika laporan
kematian dan mutasi penduduk yang diterima masih rendah, sedangkan jumlah
data penduduk semakin bertambah besar.
Berdasarkan pada keadaan-keadaan tersebut penerapan sistem informasi
dalam pemerintahan menjadi menarik untuk diteliti, terutama ketika e-goverment
11
dapat berhasil diterapkan di negara lain sedangkan di Indonesia tidak, karena
selalu dihadapkan pada permasalahan-permasalahan lainnya. Dengan melihat
penjabaran di atas, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam
mengenai “Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang”.
1.2 Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah
sebelumnya, maka peneliti mengidentifikasikan masalah-masalah penelitian yang
terjadi pada lokus penelitian, diantaranya:
1. Sumber daya manusia yang terdapat pada dinas kurang memiliki
kemampuan di bidang teknologi informasi.
2. Jaringan SIAK yang menjadi modal utama dalam perekaman data
penduduk secara online sering mengalami gangguan terutama ketika cuaca
buruk sehingga menghambat kerja pegawai untuk melakukan penginputan
data kependudukan.
3. Tidak diterapkannya Standar Operasional Prosedur (SOP) mengenai
pelayanan administrasi kependudukan.
4. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaporkan peristiwa
kependudukan.
Dari uraian identifikasi masalah tersebut, peneliti mencoba untuk
membatasi ruang lingkup permasalahan karena keterbatasan kemampuan yang
12
dimiliki oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada
Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).
Sedangkan untuk lokus penelitiannya yaitu di Kota Tangerang.
1.3 Perumusan Masalah
Dengan menetapkan batasan masalah yang dikemukakan sebelumnya,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : Berapa besar penerapan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi bagaimana penerapan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari seluruh rangkaian aktifitas dan hasil
penelitian ini antara lain:
1. Manfaat secara teoritis, yaitu:
Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian dapat
memperluas wawasan pembaca terutama mengenai Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan serta dapat dijadikan bahan pemahaman
untuk penelitian selanjutnya
13
2. Manfaat secara Praktis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan dan pertimbangan
untuk mengatasi permasalahan mengenai tertib administrasi kependudukan
di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang.
14
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menggambarkan permasalahan yang menjadi awal mula dilakukannya
penelitian, berisi data awal atau gejala yang berhubungan dengan fokus. Bentuk
uraiannya dibuat secara deduktif, dari lingkup yang paling umum hingga
mengerucut ke masalah yang lebih spesifik.
1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah
Membuat poin-poin masalah yang telah digambarkan dalam latar belakang
yang dikaitkan dengan topik yang akan diteliti. Sedangkan pembatasan masalah
menetapkan fokus penelitian yang akan diajukan dalam rumusan masalah
penelitian
1.3 Perumusan Masalah
Berisi tentang pertanyaan yang memandu peneliti untuk menentukan
landasan teori, asumsi dasar, instrumen dan teknik analisis data dengan maksud
untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi pernyataan tentang output apa yang diharapkan
peneliti terhadap masalah yang telah dirumuskan setelah penelitian ini selesai
dilaksanakan.
1.5 Manfaat Penelitian
Berisi pernyataan tentang manfaat yang bisa diambil dari temuan
penelitian ini. Manfaat ini dibagi kedalam 2 macam, yaitu manfaat teoritis yaitu
15
manfaat yang dapat diberikan kepada dunia teori dan manfaat praktis yaitu
manfaat yang segera dilaksanakan untuk keperluan praktis.
BAB II KAJIAN TEORI DAN ASUMSI DASAR
1. Deskripsi Teori
Berisi berbagai teori dan konsep-konsep yang relevan dengan
permasalahan dan variabel penelitian yang disusun secara teratur sehingga dapat
digunakan untuk merumuskan hipotesis penelitian.
2. Kerangka Berfikir
Berisi gambaran alur pikiran peneliti yang memberikan penjelasan
mengenai alasan peneliti melakukan penelitian tersebut. Peneliti memaparkan
masalah-masalah yang menjadi fokus penelitian dan mengkaitkanya dengan teori,
kemudian melengkapinya dengan sebuah bagan.
3. Hipotesis Penelitian
Peneliti membuat kesimpulan yang besifat sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Hipotesis ini dibuat berdasakan teori yang relevan dalam
penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Menggambarkan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian
ini.
2. Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
sosial yang diamati peneliti.
16
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Berkaitan dengan ketepatan alat ukur guna mencapai sasaran serta stabil
dan konsisten ketika digunakan dalam mengukur suatu penelitian.
4. Populasi dan Sampel
Merupakan responden yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.
5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data dengan berbagai macam metode ,
data dianalisis melalui teknik analisis data yang dipaparkan oleh Irawan
6. Lokasi dan Jadwal Penelitian
Menjelaskan lokasi dan waktu penelitian sejak awal penelitian hingga
penelitian berakhir untuk kemudian dipertanggung jawabkan di hadapan penguji.
Biasanya disajikan dalam bentuk tabel.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Deskripsi Objek Penelitian
Menjelaskan tentang objek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas, struktur organisasi dari informan penelitiian yang telah ditentukan
serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian.
2. Deskripsi Data
Menjelaskan hasil penelitian yang telah diolah dari data mentah dengan
menggunakan teknik analisis data yang relevan.
17
3. Pembahasan
Pembahasan lebih lanjut terhadap hasil penelitian
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
Melakukan penyimpulan hasil penelitian yang diungkapkan secara singkat,
jelas dan mudah dipahami. Kesimpulan penelitian kualitatif berbentuk deskriptif
kualitatif, yang merupakan kristalisasi dan konseptualisasi dari temuan di
lapangan.
2. Saran-saran
Berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadap bidang yang
diteliti baik secara teoritis maupun praktis. Saran praktis lebih operasional serta
spesifik kepada siapa dan dalam bentuk apa saran diajukan. Sedangkan saran
teoritis lebih mengarah pada pengembangan konsep atau teori.
18
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori
Pengembangan aplikasi sistem informasi dan telekomunikasi di
lingkungan pemerintah pada dasarnya dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas, transparansi dan akuntabilitas layanan pemerintahan. Dengan
berprinsip pada hal tersebut, Indonesia membuat kebijakan mengenai
pengembangan elektronik government atau yang dikenal sebagai e-gov. Inpres
No. 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-
Government menjadi pemicu perkembangan teknologi informasi dalam
lingkungan pemerintahan. Perubahan-perubahan dilakukan pada setiap jenjang
pemerintahan dengan tujuan meningkatkan kualitas layanan publik. Melalui
pengembangan e-government maka dilakukan penataan sistem manajemendan
proses kerja dilingkungan pemerintah dengan mengoptimalisasikan pemanfaatan
teknologi informasi. Pemanfaatan teknologi informasi tersebut mencakup 2 (dua)
aktivitas yang berkaitan, yaitu(http://www.bappenas.go.id/) :
1. Pengolahan data, pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses
kerja secara elektronis.
2. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar pelayanan publik dapat
diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat di seluruh wilayah
negara.
19
Dalam rangka menjalankan aktivitas pemanfaatan teknologi informasi
tersebut, Kementerian Dalam Negeri membuat suatu aplikasi kependudukan yang
disebut dengan Sistem Informasi dan Administrasi Kependudukan (SIAK). SIAK
didistribusikan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil di daerah-daerah
agar dapat dimanfaatkan secara optimal terutama dalam pembuatan Kartu Tanda
Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK) dan Akte Kelahiran. Pada penelitian ini,
peneliti bermaksud untuk mengevaluasipenerapan SIAK yang dilaksanakan Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang.
2.1.1 Pengertian Evaluasi
Pendapat mengenai evaluasi diungkapkan Dunn dalam Agustino
(2008:187) yang mengemukakan bahwa :
Evaluasi berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai-nilai atau manfaat-manfaat hasil kebijakan. Ketika ia bernilai dan bermanfaat bagi penilaian atas penyelesaian masalah, maka hasil tersebut memberi sumbangan pada tujuan dan sasaran bagi evaluator, secara khusus, dan penggunaan lainnya secara umum. Ada tiga fungsi dari evaluasi: Pertama, evaluasi harus memberi informasi yang valid dan dipercaya mengenai kinerja kebijakan yang meliputi seberapa jauh tujuan tertentu telah dicapai; apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing agencies sudah benar-benar efektif, responsif, akuntabel, dan adil; serta bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri. Kedua, evaluasi berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target tanpa didasari oleh kepentingan nilai dari suatu kelompok/golongan tertentu. Ketiga, evaluasi berfungsi juga untuk memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi perumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.
Wibawa dalam Dwidjowijoto (2006:156) mengungkapkan bahwa evaluasi
kebijakan publik memiliki empat fungsi, antara lain:
20
1. Eksplanasi. Melalui evaluasi dapat dipotret realitas pelaksanaan program dan dapat dibuat suatu generalisasi tentang pola-pola hubungan antar berbagai dimensi realitas yang diamatinya. Dari evaluasi ini, evaluator dapat mengidentifikasi masalah, kondisi, dan aktor yang mendukung keberhasilan dan kegagalan kebijakan.
2. Kepatuhan. Melalui evaluasi dapat diketahui apakah tindakan yang dilakukan para pelaku, baik birokrasi maupun pelaku lainnya, sesuai dengan standar dan prosedur yang ditetapkan oleh kebijakan.
3. Audit. Melalui evaluasi dapat diketahui, apakah output benar-benar sampai ke tangan kelompok sasaran kebijakan, atau justru ada kebocoran atau penyimpangan.
4. Akunting. Dengan evaluasi dapat diketahui apa akibat sosial-ekonomi dari kebijakan tersebut.
Pada lingkup pemerintahan, evaluasi dibutuhkan untuk mengukur setiap
produk yang dikeluarkan oleh pemerintah. Produk tersebut dapat berupa
kebijakan-kebijakan dan program-program yang ditujukan kepada
masyarakat.Pada penelitian ini evaluasi ditujukan pada penerapan suatusistem
informasi manajemen yang berfungsi untuk mengolah data-data
kependudukan.Melalui SIAK data kependudukan dapat dikelompokkan
berdasarkan kategorisasi tertentu untuk nantinya dimanfaatkan bagi kepentingan
lain. Mengevaluasi sebuah kebijakan publik tentunya berbeda dengan evaluasi
sistem informasi manajemen. SIAK merupakan suatu sistem informasi
manajemen karena mengandung elemen-elemen fisik SIM seperti perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software) komputer, prosedur, pedoman, model
manajemen dan keputusan, dan sebuah database. Jadi pengevaluasian SIAK disini
menggunakan model evaluasi sistem informasi yang memang dikhususkan untuk
mengaudit sistem informasi manajemen yang dilaksanakan oleh instansi atau
organisasi tertentu.
21
2.1.2 Evaluasi Sistem Informasi
Evaluasi dalam sistem informasi manajemen biasanya disebut dengan
audit sistem informasi. Para ahli mengenalkan beberapa metode-metode dalam
mengaudit sebuah sistem informasi yang diterapkan pada suatu organisasi.
2.1.2.1 Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model
Yusof et al. dalam Nugroho (2008:191)memberikan suatu kerangka baru
yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut
Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model, model ini menempatkan
komponen penting dalam sistem informasi yakni Manusia (Human), Organisasi
(Organization) dan Teknologi (Technology) serta kesesuaian di antaranya.
Komponen manusia (human) menilai sistem informasi dari sisi
penggunaan sistem (system use) pada frekuensi dan luasnya fungsi dan
penyelidikan sistem informasi. Penggunaan sistem ini juga berhubungan dengan
siapa yang menggunakan (who use it), tingkat penggunaanya (level of user),
pelatihan, pengetahuan, harapan dan sikap menerima atau menolak sistem.
Komponen ini juga menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna (user
satisfaction).Kepuasan pengguna adalah keseluruhan evaluasi dari pengalaman
pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak potensial dari sistem
informasi. User satisfaction dapat dihubungkan dengan persepsi manfaat
(usefulness) dan sikap pengguna terhadap sistem informasi yang dipengaruhi oleh
karakteristik personal.
Komponen organisasi menilai sistem dari aspek struktur organisasi dan
lingkungan organisasi. Struktur organisasi terdiri dari tipe, kultur, politik, hierarki,
22
perencanaan dan pengendalian sistem, strategi, manajemen dan dukungan staf
merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan sistem. Sementara
itu, lingkungan organisasi terdiri atas sumber pembiayaan, pemerintahan, politik,
kompetisi, hubungan interorganisasional dan komunikasi.
Komponen teknologi terdiri dari kualitas sistem, kualitas informasi dan
kualitas layanan. Kualitas sistem dalam sistem informasi di institusi pelayanan
kesehatan menyangkut keterkaitan fitur dalam sistem termasuk performa sistem
dan user interface. Kemudahan penggunaan (ease of use), kemudahan untuk
dipelajari (ease of learning), response time, usefulness, ketersediaan, fleksibilitas,
dan sekuritas merupakan variabel atau faktor yang dapat dinilai dari kualitas
sistem. Kualitas informasi berfokus pada informasi yang dihasilkan oleh sistem
informasi rekam medis pasien, laporan dan peresepan. Kriteria yang dapat
digunakan untuk menilai informasi antara lain kelengkapan, keakuratan, ketepatan
waktu, ketersediaan, relevansi, konsistensi, dan data entry. Adapun kualitas
layanan berfokus pada keseluruhan dukungan yang diterima oleh service provider
sistem atau teknologi. Kualitas layanan itu sendiri dapat dinilai dengan kecepatan
respons, jaminan, empati dan tindak lanjut layanan.
Gambar 2.1 Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model
Sumber: Nugroho (2008 : 191)
Orang (Human)
Teknologi (Technology)
Organisasi (Organization)
23
2.1.2.2 Model DeLone dan McLean
Menurut DeLone dan McLean dalam Nugroho (2008:192) agar SIM
sukses dan mempunyai dampak positif terhadap organisasi maka terlebih dahulu
sistem informasi harus mempunyai dampak pada individual. Agar mempunyai
dampak terhadap individual maka kepuasan pemakai haruslah tercapai, di
samping bahwa sistem sudah mulai digunakan secara rutin operasional.
Selanjutnya, agar kedua hal ini tercapai maka kualitas sistem dan kualitas
informasi haruslah bagus terlebih dahulu. Diagramnya seperti terlihat pada
gambar.
Gambar 2.2 Model kesuksesan sistem informasi dari DeLone dan McLean
Sumber: Nugroho (2008 : 193)
Pada masing-masing tahap, haruslah ada tolok ukur untuk mengetahui
tingkat kualitasnya. Tolok ukur yang harus digunakan untuk mengukur tiap-tiap
tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Kualitas Informasi
Kualitas Sistem
Penggunaan
Kepuasan pemakai
Dampak Individual
Dampak Organisasional
24
Tabel 2.1 Tahapan Tolok Ukur Model DeLone dan McLean
Sumber: Nugroho (2008: 193)
Kualitas Sistem
Kualitas Informasi
Penggunaan Informasi
Kepuasan Pemakai
Dampak Individual
Dampak Organisasi
Akurasi data Kekinian data Isi basis data Kemudahan
peggunaannya Kemudahan dipelajari Kenyamanan akses Aspek kognitif sistem Integrasi dari sistem-
sistem Realisasi kebutuhan
pemakai Kegunaan fitur sistem Akurasi sistem Keluwesan sistem Keandalan sistem Kecanggihan sistem Pemanfaatan sumber
daya Waktu respons Waktu siklus
Nilai penting Relevansi Kegunaan Kandungan
informasinya Kemanfaatan Dapat dipahami Dapat dibaca Kejelasan Format Wujud Isi Akurasi Presisi Ketepatan Keandalan Kekinian Ketepatwaktu-an Keunikan Komparabilitas Nilai kuatitatif Kebebasan dari bias
Banyak penggunaan Durasi penggunaan Banyak permintaan atas
informasi Lama waktu koneksi Banyak rekaman yang diakses Frekuensi akses Frekuensi dari laporan yang
diminta Jumlah laporan yang dihasilkan Pembebanan penggunaan sistem Kerutinan penggunaan Digunakan oleh siapa Digunakan langsung atau tidak Sifat penggunaan Tingkat penggunaan: umum vs
spesifik Pengulangan penggunaan Formalitas penggunaan Laporan dapat termanfaatkannya
informasi Persentase digunakan vs peluang
digunakan Motivasi penggunaan
Kepuasan khusus Kepuasan menyeluruh Pengukuran item
tunggal Pengukuran item
banyak Kepuasan informasi Kesenangan Kepuasan pengambilan
keputusan Kepuasan perangkat
lunak
Pemahaman informasi Pembelajaran Akurasi interpretasi Kesadaran informasi Pengambilan informasi Identifikasi masalah Efektivitas keputusan Kebenaran keputusan Peningkatan kualitas
analisis keputusan Waktu untuk membuat
keputusan Keyakinan akan keputusan Partisipasi pengambilan
keputusan Peningkatan produktivitas
individual Perubahan di keputusan Dampak pada tindakan
manajemen Pengaruh individual Kinerja tugas Kualitas rencana Kerelaan membayar
informasi
Jangkauan dan lingkup aplikaasi
Jumlah aplikasi kritikal Pengurangan biaya
operasi Pengurangan staf Keseluruhan keuntungan
produktivitas Peningkatan pendapatan Peningkatan penjualan Peningkatan pangsa
pasar Peningkatan laba Return pada investasi Return pada aktiva Rasio pendapatan bersih
pada pengeluaran Rasio biaya/manfaat Harga saham Peningkatan volume
pekerjaan Kualitas produk Kontribusi pada
pencapaian tujuan Efektivitas pelayanan
25
Dalam perkembangannya DeLone dan McLean menyempurnakan
modelnya menjadi menjadi seperti pada gambar. Ditambahkan pula tahapan
kualitas pelayanan, selain kualitas sistem dan kualitas informasi. Tahapan
“penggunaan” diubah menjadi “intensi penggunaan (intensi memakai)“ lalu
manfaat pada individual dan manfaat organisasi disempurnakan menjadi dampak
keberhasilan secara bersih (netto), yang terdiri atas manfaat terhadap individual,
organisasi, kelompok, masyarakat bahkan negara.
Gambar 2.3 Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean yang Diperbaharui
Sumber: Nugroho (2008 : 197)
Berdasarkan pada gambar di atas, DeLone dan McLean (2003)
menguraikan indikator dari model kesuksesan sistem informasi yang diperbaharui,
diantaranya:
Kualitas Sistem
Kualitas Pelayanan
Kualitas Informasi
Intensi Penggunaan
Kepuasan Pemakai
Manfaat
bersih
26
1. Kualitas Sistem
Kualitas sistem yaitu karakteristik dari informasi yang melekat mengenai
sistem itu sendiri. Untuk mengukur seberapa besar kualitas suatu sistem
diperlukan beberapa indikator, diantaranya :
Kemudahan untuk digunakan (ease of use)
Kecepatan akses (response time)
Keandalan sistem (reliability)
Fleksibilitas sistem (flexibility)
Keamanan sistem (security)
2. Kualitas Informasi
Kualitas informasi merupakan output yang dihasilkan oleh sistem
informasi yang digunakan. Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai
kualitas informasi antara lain :
Kelengkapan (completeness)
Relevan (relevance)
Akurat (accurate)
Ketepatan waktu (timeliness)
3. Kualitas Pelayanan
Dimensi kualitas pelayanan ditambahkan untuk melengkapi penilaian
kualitas sistem dan kualitas informasi. Mengingat pemakai sistem bukan
hanya sekedar karyawan atau pemakai internal organisasi melainkan lebih
kepada pelanggan, maka kualitas pelayanan lebih penting dibandingkan
27
penerapan lainnya. Kualitas pelayanan dapat dinilai dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut :
Hardware dan software yang up to date (tangible)
Kecepatan respon (responsiveness). Memberikan pelayanan yang
cepat kepada pelanggan.
Jaminan (assurance). Pegawai memiliki pengetahuan untuk dapat
melakukan pekerjaan dengan baik.
Empati (emphaty). Memahani keperluan para pengguna sistem
informasi.
4. Intensi Penggunaan
Intensi penggunaan mengacu kepada seberapa sering pengguna memakai
sistem informasi. Dalam kaitannya dengan hal ini penting untuk
membedakan apakah pemakaiannya suatu keharusan atau sukarela.
Variabel ini diukur dengan indikator yang hanya terdiri dari satu item
yaitu frequency of use.
5. Kepuasan Pemakai
Kepuasan pemakai sistem merupakan respon umpan balik yang
dimunculkan pengguna setelah memakai sistem informasi. Variabel ini
diukur dengan indikator. yang terdiri dari 3 item, yaitu efisiensi,
keefektifan, dan kepuasan, ditambah dengan indikator lain yaitu
kebanggaan menggunanakan sistem.
28
6. Manfaat Bersih (Netto)
Manfaat bersih merupakan manfaat yang diterima berbagai pihak dari
adanya sistem informasi. Terdiri atas manfaat terhadap individual,
organisasi, kelompok, masyarakat bahkan negara.
Adapun Siagian (2009:115) menyatakan bahwa guna menghasilkan
informasi yang memiliki peranan penting dalam peningkatan efisiensi, efektivitas,
dan produktivitas kerja dalam suatu organisasi, diperlukan audit sistem
pengolahan data yang mencakup di antaranya :
1. Audit Organisasi Satuan Kerja Pengolah Data
Meneliti konfigurasi organisasional satuan kerja pengolah data,dimana
semua aspek kegiatan pengolahan data mulai dari identifikasi kebutuhan
informasi dan sumber-sumbernya, analisis data, pengoperasian perangkat
keras, penggunaan aneka ragam perangkat lunak, pengembangan sistem
dan pengawasannya serta distribusi informasi membutuhkan kelembagaan.
Sasaran utamanya adalah untuk memperoleh bahan yang akurat dan
faktual tentang tepat tidaknya struktur organisasi satuan kerja pengolah
data.
2. Audit Proses Pengolahan Data
Prosesnya terdiri dari tiga langkah utama. Pertama,menentukan data yang
dibutuhkan serta dimana data tersebut ditemukan, apakah di dalam atau di
luar organisasi. Kedua, informasi yang dihasilkan dapat memenuhi
kebutuhan berbagai pihak yang memerlukan, termasuk ketepatan waktu
29
penyampaiannya kepada yang berkepentingan. Ketiga, adanya keamanan
informasi, kerahasiaan informasi, biaya penyimpanan informasi dan akses
terhadap informasi.
3. Audit Perangkat Keras
Audit yang dilihat melalui keandalan perangkat keras yang digunakan.
Komponen perangkat keras ini dilihat dari sudut pandang merknya,
reputasi produsennya, ukurannya, kemampuannya, kecepatan kerjanya,
mutunya, harganya, distributornya, dukungan suku cadang, pemeliharaan,
pelatihan bagi pengguna, dan pelayanan purna jualnya. Audit ini dilakukan
bertujuan untuk menjamin bahwa (a) konfigurasi perangkat keras yang
dimiliki organisasi sesuai dengan kebutuhan informasi, baik rutin maupun
nonrutin, (b) aspek psikologis penggunaan teknologi informasi
diperhitungkan secara matang, khususnya pemberian kesempatan pada
para manajer eselon bawahan untuk berpartisipasi aktif dalam
pengambilan keputusan, (c) organisasi telah mempertimbangkan
kenyataan bahwa usia atau “generasi” perangkat keras relatif makin
pendek, (d) pengoperasian perangkat keras tersebut didukung oleh para
brainware yang memenuhi kualifikasi yang diperlukan sehingga benar-
bena mampu memberikan dukungan informasi yang diperlukan berbagai
komponen organisasi, dan (e) biaya pengadaan dan pemeliharaannya
sudah merupakan beban paling ringan sehingga tidak sulit bagi organisasi
untuk memikulnya.
30
4. Audit Perangkat Lunak
Tujuannya untuk menemukan fakta bahwa perangkat lunak yang
digunakan adalah perangkat lunak yang tepat dan sudah memenuhi
kebutuhan informasi organisasi. Bagaimana perangkat lunak itu didapat,
apakah diciptakan sendiri atau membelinya dari pihak lain atau vendor
tertentu.
5. Audit Pekerja Otak (Brainware)
Mencakup keseluruhan aspek yang berkaitan dengan sumber daya manusia
yang berkaitan dengan latarbelakang pendidikan dan pelatihan yang
pernah ditempuh, bakat, minat serta pengalaman di bidang pengolahan
data dan informasi.
Dari beberapa metode yang telah dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa
menilai suatu sistem informasi lebih mengarah pada penilaian dari sisi pegawai
selaku pengguna sistem informasi. Sedangkan pelanggan hanya sebagai objek
yang menerima ketika informasi tersebut telah diolah oleh petugas. Penilaian
sistem mencakup kualitas teknologi (perangkat komputer), sumber daya manusia,
struktur organisasi serta manfaat yang didapat dengan menerapkan sistem
informasi. Penggunaan sistem pada suatu organisasi menimbulkan dampak positif
dan negatif. Dampak inilah yang menjadi keluaran untuk kemudian dinilai dan
menjadi masukan guna memperbaharui sistem informasi agar menjadi up to date.
31
2.1.3 Pengertian Sistem dan Informasi
Secara umum suatu sistem terdiri dari input (masukan), pengolahan, dan
output (keluaran). Input (masukan) masuk ke dalam sistem melalui unit input,
kemudian diolah melalui unit pengolahan dan dikeluarkan dalam bentuk output.
Menurut Nugroho(2008:17) sistem didefinisikan sebagai :
“Sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam suatu sistem adalah elemen-elemennya. Tentunya setiap sistem memiliki elemen-elemennya sendiri, yang kombinasinya berbeda antara sistem yang satu dengan sistem yang lain. Namun demikian, susunan dasarnya tetap sama.”
Definisi sistem lainnya diungkapkan oleh Mcleod (2004:12) yang
menyatakan bahwa :
“Sistem adalah elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Sistem tersebut kemudian digolongkannya kedalam sistem fisik dan sistem konseptual. Perusahaan bisnis adalah suatu sistem fisik karena terdiri dari sejumlah sumber daya fisik. Suatu sistem konseptual, sebaliknya, adalah sistem yang menggunakan sumber daya konseptual yaitu informasi dan data untuk mewakili suatu sistem fisik. Komputer adalah suatu sistem fisik, tetapi data dan informasi yang disimpan didalamnya dapat dipandang sebagai suatu sistem konseptual.”
Data dan informasi mewakili satu atau lebih sistem fisik. Bagaimana data
dan informasi itu disimpan tidak penting. Yang penting adalah apa yang diwakili
oleh data dan informasi itu. Sistem fisik penting karena keberadaannya, sedang
sistem konseptual penting karena penggambarannya atas sistem fisik.
Informasi menurut Nugroho (2008:15)adalah suatu pengetahuan yang
berguna untuk pengambilan keputusan. Segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan
sebagai dasar pengambilan keputusan pada dasarnya dapat dikelompokkan
sebagai informasi. Informasi yang baik adalah informasi yang akurat, tepat waktu,
32
dan relevan. Informasi merupakan data yang telah diklasifikasikan atau diolah
atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
Sistem pengolahan informasi akan mengolah data menjadi informasi atau
mengolah data dari bentuk tak berguna menjadi berguna bagi yang menerimanya.
Nilai informasi berhubungan dengan keputusan. Bila tidak ada pilihan atau
keputusan maka informasi tidak diperlukan.
Laudon & Laudon (2008:16) mengemukakan bahwa informasi merupakan
data yang telah dibentuk menjadi sesuatu yang memiliki arti dan berguna bagi
manusia.Sedangkan Informasi menurutMcLeod (2004:12) adalah data hasil
pemrosesan yang memiliki makna, biasanya menceritakan suatu hal yang belum
diketahui kepada pengguna.
Berdasarkan pada definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
informasi merupakan data yang telah diolah menjadi sesuatu yang berguna bagi
penerimanya. Penerima yang dimaksudkan disini adalah penerima informasi yang
benar-benar membutuhkan informasi tersebut.Informasi yang digunakan sebagai
masukan dalam pengambilan keputusan.
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi Manajemen
Sebelum membahas lebih jauh mengenai sistem informasi manajemen
sebaiknya kita mengetahui dahulu apa yang disebut dengan sistem informasi.
Sistem informasi merupakan gabungan dari kata sistem dan informasi. Sistem
adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk
mencapai suatu tujuan, sedangkan informasi yaitu sesuatu yang berguna dalam
33
pengambilan keputusan. Ketika kata-kata ini digabungkan maka akan memiliki
makna baru sebagaimana diungkapkan oleh Sutabri (2004:36) yang
mengemukakan bahwa sistem informasi adalah :
“Suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.”
Menurut Laudon& Laudon (2008:15)sistem informasi didefinisikan
sebagai :
“Sekumpulan komponen yang saling berhubungan, mengumpulkan (atau mendapatkan), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi. Selain menunjang proses pengmbilan keputusan, koordinasi, dan pengawasan sistem informasi juga dapat membantu manajer dan karyawan menganalisis permasalahan, menggambarkan hal-hal yang rumit, dan menciptakan produk baru.”
Pengelolaan sistem informasi tidak dapat dipisahkan dari studi manajemen
bahkan dapat dikatakan bahwa pengelolaan sistem informasi merupakan faktor
kunci bagi keterlaksanaan dan keberhasilan manajemen. Hal ini dapat dimengerti
mengingat semua subsistem manajemen bertopang pada unsur manusia baik
manajer maupun bawahan yang ditentukan dengan cara bertingkah laku
perorangan dan organisasi untuk mencapai tujuan manajemen. Dalam konteks ini
peran informasi sangat menentukan, sebab jika sistem manajemen hendak
digerakkan secara maksimal maka perlu didukung sistem informasi yang dikelola
secara baik dan benar sehingga dapat optimal hasilnya.
34
Stair dalam Al Fatta (2007:9) menjelaskan bahwa sistem informasi
berbasis komputer dalam suatu organisasi terdiri dari komponen-komponen
berikut:
a. Perangkat keras, yaitu perangkat keras komponen untuk melengkapi kegiatan memasukkan data, memproses data, dan keluaran data.
b. Perangkat lunak, yaitu program dan instruksi yang diberikan ke komputer. c. Database, yaitu kumpulan data dan informasi yang diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga mudah diakses pengguna sistem informasi. d. Telekomunikasi, yaitu komunikasi yang menghubungkan antara pengguna
sistem dengan sistem komputer secara bersama-sama ke dalam suatu jaringan kerja yang efektif.
e. Manusia, yaitu personel dari sistem informasi, meliputi manajer, analis, programer, dan operator, serta bertanggung jawab terhadap perawatan sistem.
Selain kelima poin di atas, komponen yang berperan penting dalam sistem
informasi adalah prosedur. Prosedur merupakan tata cara yang meliputi strategi,
kebijakan, metode, dan peraturan-peraturan dalam menggunakan sistem informasi
berbasis komputer. Jika kesemua komponen tersebut digabungkan maka akan
membentuk satu kesatuan yang disebut dengan sistem informasi manajemen.
Kertarahadi dalam Fatta (2007:9)mendefinisikan sistem informasi manajemen
sebagai suatu alat untuk menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa
sehingga bermanfaat bagi penerimanya.
Sedangkan menurut Davis dalam Gaol (2008:15) sistem informasi
manajemen didefinisikan sebagai :
“Sebuah kesatuan, sistem mesin pengguna yang terintegrasi dalam memberikan informasi untuk mendukung operasi, manajemen, dan fungsi pembuatan keputusan dalam suatu organisasi. Sistem yang dimaksud adalah sistem yang menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur manual, model yang digunakan untuk menganalisis, merencanakan, mengendalikan, dan membuat keputusan serta sebuah basis data.”
35
O’Brien dalam Gaol (2008:17) juga mendefinisikan sistem informasi
manajemen sebagai :
“Sebuah perpaduan/gabungan orang-orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, dan sumber daya-sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi pada sebuah organisasi. Tujuannya adalah memberikan informasi untuk pembuatan keputusan dalam merencanakan, memulai, mengatur, dan mengendalikan operasi sub-sistem dari perusahaan/organisasi dan juga untuk memberikan perusahaan sebuah sinergi dalam prosesnya.”
Sedangkan menurut Nugroho (2008:16) Sistem Informasi Manajemen
disingkat SIM adalah sebuah sistem informasi yang berfungsi mengelola
informasi bagi manajemen organisasi yang terdiri atas elemen data, informasi,
pengolah informasi dan manajer. Di dalam organisasi, SIM berfungsi baik untuk
pengelolaan transaksi manajemen kontrol maupun sebagai sistem pendukung
pengambilan keputusan. Di dalam pengembangan suatu SIM, ada banyak faktor
yang mempengaruhi pengembangannya. Faktor inilah yang menentukan
karakteristik SIM yang dibangun. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut
adalah:
1. Integrasi. Dibagi dalam dua jenis yaitu sistem yang tergandeng erat dan sistem yang tergadeng lunak. Sistem yang tergandeng erat, data diupdate setiap detiknya sesuai dengan transaksi yang dilakukan. Sedangkansistem yang tergandeng lunak, proses pengupdate-an data dapat dilakukan sesekali, misalnya satuhari sekali yaitu pada sore hari ketika kegiatan penginputan data telah selesai dihari tersebut. Cara ini lebih menghemat waktu jika dibandingkan dengan sistem yang tergandeng erat.
2. Format tatap muka layar tampilanharus dibuat yang baik agar nyaman dan mudah digunakan.
3. Kekuatan kompetitor (persaingan). 4. Kualitas informasi yang dikehendaki 5. Kebutuhan sistem. Ada 6 faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam
membuat SIM: realiabilitas sistem, kemudahan, keluwesan, jadwal instalasi, harapan umur sistem, serta kemudahan dipelihara.
36
6. Pengolahan data. Ada 2 hal yang perlu dipertimbangkan: volume data yang diolah, Kecepatan komputasi yang dibutuhkan.
7. Faktor organisasi. 4 aspek yang harus diperhitungkan karena turut memengaruhi perancangan SIM yang dibuat, yaitu: a. Jenis organisasi (profit atau nonprofit). b. Model organisasi. Ada 3 model organisasi, yaitu orgaisasi model
divisional yaituorganisasi di mana manajer bertanggung jawab atas semua fungsi yang ada dalam divisi yang dipimpinnya.Model fungsional model di mana manajer bertanggung jawab atas sebuah fungsi tertentu di dalam seluruh organisasi. Model matriks adalah model di mana manajer bertanggung jawab atas divisi tertentu, fungsi tertentu dan pada saat tertentu. Model divisional cocok untuk SIM yang terdesentralisasi, sedangkan model fungsional cocok untuk SIM yang tersentralisasi.
c. Ukuran. d. Gaya manajemen.
8. Kebutuhan untung rugi organisasi 9. Faktor manusia yang akan mempengaruhi kecanggihan SIM 10. Masalah hukum. Berkaitan dengan hak cipta dari perangkat keras dan
lunak yang dipergunakan.
Sistem informasi merupakan sistem konseptual yang memakai sumber
daya konseptual, data dan informasi, untuk mewakili sistem fisik yang dalam hal
ini berupa organisasi. Komputer merupakan suatu sistem fisik, tetapi data dan
informasi yang tersimpan di dalamnya dapat dipandang sebagai suatu sistem
konseptual. Data atau informasi mewakili sistem fisik. Bagaimana data tersebut
disimpan tidaklah penting. Yang penting adalah apa yang diwakili oleh data atau
informasi tersebut. Oleh karena itu sistem informasi membantu pimpinan instansi
untuk mendapatkan gambaran yang berkaitan dengan informasi tersebut.
Informasi yang didapatkan merupakan bahan masukan penting bagi pimpinan
dalam pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan kependudukan, data
kependudukan yang terdapat di Disdukcapil diolah melalui sistem informasi
manajemen yang disebut dengan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
37
(SIAK) dimana hasil dari pengolahan tersebut dapat menjadi informasi yang
sangat bermanfaat untuk kepentingan lainnya. Misalnya, kita dapat mengetahui
berapa banyak penduduk usia sekolah, dimana informasi tersebut dapat membantu
program di Dinas Pendidikan dan instansi-instansi lainnya.
2.1.5 Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
Administrasi kependudukan merupakan perpaduan dari dua kata yaitu
administrasi dan kependudukan. Menurut The Liang Gie dalam Syafiie
(1999:29)administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan penataan terhadap
pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam kerjasama
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan kependudukan adalah ilmu yang
mempelajari dinamika kependudukan manusia. Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera, kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan
jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, persebaran, mobilitas dan
kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.
Administrasi kependudukan menurut UU No. 23 Tahun 2006 adalah
rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data
kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan
informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain. Pengelolaan informasi
administrasi kependudukan merupakan kegiatan pengumpulan, perekaman,
38
pengelolaan dan pemutakhiran data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil untuk penerbitan dokumen penduduk, pertukaran data penduduk dalam
rangka menunjang pelayanan publik, serta penyajian informasi kependudukan
guna perumusan kebijakan dan pembangunan.
Kependudukan merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembangunan nasional, sebab penduduk merupakan obyek sekaligus subyek
pembangunan. Oleh karena itu data kependudukan harus dikemas menjadi suatu
keterangan yang bersifat informatif. Sistem informasi dalam pengolahan data
kependudukan memang sangat diperlukan. Sistem informasi ini menjadi media
pemerintah dalam membantu mengoptimalkan pengelolaan data kependudukan
yang masuk dan keluar menjadi informasi yang dapat membantu pemerintah
dalam kegiatan pembangunan di bidang lainnya.
Media pengelolaan data kependudukan di Indonesia menggunakan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan. Menurut Peraturan Mendagri No. 25
Tahun 2011, Sistem Informasi Administrasi Kependudukan atau yang disingkat
SIAK adalah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi
kependudukan di tingkat penyelenggara dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil sebagai satu kesatuan. Kunci item data dari SIAK adalah Nomor Induk
Kependudukan (NIK) yang dimiliki oleh masing-masing penduduk yang telah
melakukan pencatatan biodata di instansi terkait. NIK ini merupakan NIK tunggal,
dimana seorang penduduk hanya diperkenankan memiliki satu NIK yang akan
digunakan dalam setiap proses administrasi kependudukan dimanapun ia
39
berada.SIAK adalah suatu aplikasi untuk mengelola kependudukan daerah, yang
meliputi pengelolaan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Akte
Kelahiran, Hasil Sensus, dan Laporan Demografi penduduk. Aplikasi ini dapat
digunakan untuk mengelola data kependudukan pada Kecamatan/ Kelurahan yang
lokasinya terpisah, akan tetapi dengan berbasiskan teknologi internet dimana
seluruh data dan aplikasi ditempatkan di satu titik yaitu Internet Data Center,
maka integritas keseluruhan data selalu terjamin.Sistem Informasi ini berkaitan
dengan data penduduk mencakup seluruh aspek kependudukan. Dipusatkan di
Kabupaten dan Kota, dengan prasarana teknologi informasi SIAK dapat
menangani pendataan status penduduk dengan segala perubahannya.
Pada pengaplikasiannya, keberhasilan SIAK membutuhkan beberapa
syarat mendasar yang harus dipenuhi, antara lain (http://laely-
widjajati.blogspot.com/) :
a) Teknologi informasi, yaitu bagaimana merencanakan dan memilih perangkat lunak (software), perangkat keras (komputer), dan membangun jaringan (network) yang terintegrasi dalam mengelola administrasi kependudukan.
b) Sumber daya manusia yang mampu mengelola dan merawat semua peralatan tersebut di setiap distrik, supaya data selalu update dan perawatan (maintenance) peralatan berjalan dengan teratur dan sempurna, sehingga selalu dalam kondisi yang prima dalam melayani masyarakat.
c) Pemerintah daerah sebagai penanggung jawab roda pemerintahan, diharapkan mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kehadiran SIAK dan memanfaatkannya secara optimal dalam perencanaan pembangunan.
d) Penduduk sebagai subyek yang akan didata, sebaiknya diberikan pemahaman yang menyeluruh tentang manfaat yang terkandung dalam SIAK, sehingga ikut melancarkan proses penerapannya.
40
2.1.6 SIAK Online dan SIAK Offline
Penerapan SIAK dibagi kedalam dua macam yaitu SIAK Online
(tersambung) dan SIAK Offline (tak tersambung). SIAK Online (tersambung)
biasanya dilaksanakan di daerah yang tersedia fasilitas listrik, sarana komputer
dan jaringan komunikasi data. Sedangkan untuk SIAK Offline (tak tersambung)
dilaksanakan pada daerah-daerah yang kabupatennya tidak tersedia jaringan
komunikasi data atau kabupaten yang sebagian atau seluruh kecamatannya tidak
tersedia jaringan komunikasi data.
Hasibuan (2007) menjelaskan bahwa SIAK Online atau Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan Online adalah sistem informasi atau aplikasi yang
ditujukan untuk memfasilitasi pelayanan bidang administrasi kependudukan
(capil, dafduk dan pendayagunaan infoduk). SIAK Online didesain sebagai
aplikasi terpusat (centralized application) yang akan diakses dari TPDK (Tempat
Perekaman Data Kependudukan) yang direncanakan berbasis di Kecamatan di
seluruh Indonesia. SIAK online berfungsi sebagai perekam dan pencetak data
penduduk dan juga berfungsi sebagai buku laporan. SIAK online iniberbasis Web
sehingga praktis memiliki requirement yang minimal untuk TPDK agar dapat
menggunakan SIAK, yaitu Web Browser (contoh: Internet Explorer).Infrastruktur
SIAK online dirancang menggunakan VPN dial, yang melakukan koneksi secara
synchcronous dari TPDK ke Pusat (Data center Adminduk) dan sebaliknya. Jenis
koneksi ini lebih banyak membutuhkan biaya operasional karena harus selalu
mempertahankan koneksi antara kecamatan dan pusat. Kelemahan lain dari sistem
online ini adalah koneksi dapat terputus secara tiba-tiba ketika server atau alat
41
lainnya mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan proses transaksi menjadi
terhambat. Ketika koneksi terputus maka proses harus dimulai dari awal kembali.
SIAK Offline berbasis Web sehingga diakses menggunakan browser.
Aplikasi SIAK offline ini berada ditingkat kabupaten/kota dan propinsi.
Offlinepada kabupaten/kota berfungsi sebagai perekam data (pendaftaran
penduduk maupun pencatatan sipil) dan pencetak data penduduk sedangkan
offline propinsi berfungsi sebagai buku laporan. Karena sifatnya yang offline
antara kabupaten/kota dengan propinsi, komunikasi yang dilakukan adalah dengan
cara mempertukarkan media penyimpanan data secara fisik seperti disket, CD
maupun media penyimpanan lainnya. Proses pertukaran data dapat dilakukan
setiap hari atau minggu atau setiap bulan tergantung dari kebutuhan data tersebut.
2.1.7 Tujuan SIAK
SIAK dikembangkan untuk mengintegrasikan penyelenggaraan Sistem
Administrasi Kependudukan secara nasional, melalui pelayanan pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil serta pengoperasian aplikasi SIAK yang tersebar di
berbagai wilayah, guna terwujudnya tertib administrasi kependudukan dan pusat-
pusat data basis (database) kependudukan di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 2004 tentang
Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan, pengelolaan administrasi
kependudukan bertujuan untuk:
1. Peningkatan kualitas pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil.
42
2. Penyediaan data untuk perencanaan pembangunan dan pemerintahan.
3. Penyelenggaraan pertukaran data secara tersistem dalam rangka verifikasi
data individu dalam pelayanan publik.
Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan dijelaskan bahwa Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan dimaksudkan untuk :
1. Terselenggaranya administrasi kependudukan dalam skala nasional yang
terpadu dan tertib
2. Terselenggaranya administrasi kependudukan yang bersifat universal,
permanen, wajib, dan berkelanjutan
3. Terpenuhinya hak penduduk di bidang administrasi kependudukan dengan
pelayanan yang profesional
4. Tersedianya data dan infromasi secara nasional mengenai pendaftaran
penduduk dan pencatatan sipil pada berbagai tingkatan secara akurat,
lengkap, mutakhir dan mudah diakses sehingga menjadi acuan bagi
perumusan kebijakan dan pembangunan pada umumnya.
Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari adanya penerapan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah untuk mewujudkan tertib administrasi
kependudukan dengan melibatkan aparat pemerintah dan masyarakat selaku
obyek dalam suatu pembangunan.
43
2.2 Kerangka Berfikir
Dari pembahasan teori yang telah dijabarkan sebelumnya, peneliti
membuat alur pemikiran dalam penelitian ini yang digambarkan dalam kerangka
berfikir. Kerangka berfikir berisi tentang permasalahan penelitian dari hasil
identifikasidi lapangan yang dikaitkan dengan teori yang berhubungan dengan
permasalahan tersebut.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam lingkungan pemerintah
selayaknya dapat meningkatkan efisiensidan efektivitas kerja pemerintah. Sistem
informasi administrasi kependudukan (SIAK) yang dikembangkan oleh
Kemendagri pada dasarnya adalah untuk mewujudkan tertib administrasi
kependudukan. SedangkanUndang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan diharapkan mampu mengatasi segala permasalahan
kependudukan yang terjadi. Namun pada realisasinya penerapan SIAK di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang dihadapkan pada beberapa
kendala yaitu : sumber daya manusia yang kurang memiliki pengetahuan dalam
bidang teknologi informasi, kurang adanya pengembangan pada jaringan
telekomunikasi yang menyebabkan jaringan SIAK masih sering mengalami
gangguan terutama ketika cuaca buruk, tidak diterapkannya standar operasional
prosedur (SOP) pada pelayanan administrasi kependudukan, serta kurangnya
kesadaran masyarakat akan perntingnya pelaporan peristiwa kependudukan,
perubahan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang dialami oleh
penduduk dan keluarganya yang mengakibatkan pada ketidakvalidan data
kependudukan di Kota Tangerang.
44
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan instansi yang
berwenang dalam penyelenggaraan administrasi kependudukan dengan
memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).
Berdasarkan pada permasalahan yang terjadi maka penelitian ini adalah mengenai
Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Karena penelitian ini
berkaitan dengan sistem informasi manajemen maka penelitian dilakukan dengan
menggunakan indikator evaluasi sistem informasi Model DeLone dan McLean
guna mengukur Berapa besar penerapan aplikasi ini diterapkan oleh Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Sub dimensi dari indikator
tersebut antara lain kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, intensi
memakai/pemakaian, kepuasan pemakai, dan manfaat bersih.
45
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir
Masalah yang timbul dalam penerapan SIAK :
1. Sumber daya manusia kurang memiliki pengetahuan dalam bidang teknologi informasi
2. Kurang adanya pengembangan pada jaringan telekomunikasi yang menyebabkan jaringan SIAK masih sering mengalami gangguan terutama ketika cuaca buruk
3. Tidak diterapkannya standar operasional prosedur (SOP) pada pelayanan administrasi kependudukan
4. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaporkan peristiwa kependudukan
Evaluasi Sistem Informasi Model DeLone & McLean:
1. Kualitas Sistem 2. Kualitas Informasi 3. Kualitas Pelayanan 4. Intensi Penggunaan 5. Kepuasan Pemakai 6. Manfaat Bersih
Sumber: Nugroho (2008:193)
Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Kota Tangerang
Terwujudnya Tertib Administrasi Kependudukan
46
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya,
peneliti telah melakukan pengamatan awal terhadap objek penelitian. Oleh sebab
itu peneliti merumuskan hipotesis nol (H0)sebagai berikut :
“Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang kurang dari atau sama
dengan 70%”
H0 : µ ≤ 70%
Ha : Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang lebih dari 70%
Ha : µ > 70%
47
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2009:2) metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara
ilmiah berarti kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu
rasional (masuk akal), empiris (dapat diamati), dan sistematis (logis). Dalam
penelitian mengenai Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan SipilKota Tangerang ini,
peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif. Adapun variabel
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel evaluasi sistem informasi
Model Kesuksesan DeLone dan Mc Lean yang terdiri dari enam indikator antara
lain kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, intensi memakai,
kepuasan pemakai dan manfaat bersih.
Penelitian kuantitatif menurut Irawan (2006:101) lebih menekankan
kepada keakuratan deskripsi setiap variabel dan keakuratan hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya.Sedangkan metode deskriptif menurut Whitney
dalam Nazir (2005:54) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat.
Penelitian tidak hanya memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena,
tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat
prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin
dipecahkan.
48
3.2 Instrumen Penelitian
Sugiyono mengungkapkan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat
yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara
spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (2009:102). Adapun
variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel evaluasi sistem
informasi Model DeLone dan McLean.
Tabel. 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator No. Item
Evaluasi Sistem
Informasi Model
Kesuksesan
DeLone &
McLean
(Nugroho, 2008:
192)
1. Kualitas Sistem Kemudahan untuk digunakan
(ease of use)
Kecepatan akses (response
time)
Keandalan sistem (reliability)
Fleksibilitas sistem
(flexibility)
Keamanan sistem (security)
1,2,3,4,5,6,7
,8
2. Kualitas Informasi Kelengkapan (completeness)
Relevan (relevance)
Akurat (accurate)
Ketepatan waktu (timeliness)
9,10,11,12,
13
3. Kualitas Pelayanan Hardware dan software yang
up to date (tangible)
Kecepatan respon
(responsiveness)
Jaminan (assurance)
Empati (emphaty)
14,15,16,17,
18,19
49
Evaluasi Sistem
Informasi Model
Kesuksesan
DeLone &
McLean
(Nugroho, 2008:
192)
4. Intensi
Penggunaan
Frequency of use 20,21
5. Kepuasan Pemakai Efisiensi
Keefektifan
Kepuasan
22,23,24,25
6. Manfaat Bersih Manfaat individual
Manfaat organisasi
Manfaat masyarakat
26,27,28,29,
30
Untuk skala pengukuran instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena
sosial yang ditetapkan secara spesifik selanjutnya disebut sebagai vaiabel
penelitian. Dengan skala ini maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator variabel untuk kemudian variabel tersebut dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau
pertanyaan. Jawaban dari setiap item pernyataan atau pertanyaan instrumen
tersebut kemudian diberi skor seperti berikut:
Tabel 3.2 Skor Dalam Penelitian
Jawaban Skor Keterangan
SS 4 Sangat Setuju
S 3 Setuju
TS 2 Tidak Setuju
STS 1 Sangat Tidak Setuju
50
3.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
3.3.1 Uji Validitas
Menurut Jogiyanto (2008:168) validitas berhubungan dengan
ketepatan alat ukur untuk melakukan tugasnya mencapai sasaran. Validitas
juga berhubungan dengan tujuan dari pengukuran. Pengukuran dikatakan valid
jika mengukur tujuannya dengan nyata atau benar. Alat ukur yang tidak valid
adalah yang memberikan hasil ukuran menyimpang dari tujuannya.
Penyimpangan ini disebut dengan kesalahan (error) atau varian. Pengujian
validitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi
pearson product moment
Keterangan :
r = Koefisien korelasi product moment
∑x = Jumlah skor dalam sebaran x
∑y = Jumlah skor dalam sebaran y
∑xy = Jumlah hasil kali skor x dan y yang berpasangan
∑x2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran x
∑y2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran y
n = Jumlah sampel
Rumus korelasi pearson product moment di atas diterapkan pada
tiap-tiap instrumen yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada
angket. Hasil r hitung dari uji validitas kemudian dibandingkan dengan r tabel
𝑛∑𝑥𝑦 – (∑𝑥)(∑𝑦) rxy = √{𝑛∑𝑥2 − (∑𝑥2)}{𝑛∑𝑦2 − (∑𝑦2)}
51
dengan ketentuan bahwa instrumen dinyatakan valid jika r hitung > r tabel dan
dinyatakan tidak valid jika r hitung < r tabel.
3.3.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan suatu pengukur yang menunjukkan
stabilitas dan konsistensi dari suatu instrumen yang mengukur suatu konsep.
Besarnya tingkat reliabilitas ditunjukkan oleh nilai koefisiennya, yaitu
koefisien reliabilitas. Uji reliabilitas menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
∑α b2 = Jumlah varian butir
α12 = Varian total
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
ini adalah pegawai yang terkait langsung dalam penerapan SIAK terdiri dari
pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang pada Bidang
Pengolahan Data dan Informasi yang berjumlah 10 orang serta pegawai
kecamatan Seksi Pemerintahan selaku operator SIAK di kecamatan sebanyak 13
orang.
k ∑α b2
r11 = 1− k−1 α12
52
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel jenuh.
Menurut Sugiyono (2009:85) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan ketika
jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Maka dengan
demikian yang menjadi sampel responden dalam penelitian ini sebanyak 23 orang
yang terdiri dari seluruh pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang serta operator SIAK di kecamatan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti wawancara, observasi, dan kuesioner. Lain halnya dengan
penelitian kualitatif yang menekankan pada wawancara di dalam penelitiannya,
pada penelitian kuantitatif pengumpulan data dilakukan dengan cara membuat
kuesioner (angket) yang diisi oleh responden penelitian. Sugiyono (2009:142)
mengungkapkan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner cocok digunakan apabila jumlah
responden cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa
pertanyaan/pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden
secara langsung atau dikirim melalui pos atau internet. Karena penelitian ini
dilakukan pada lingkup yang tidak terlalu luas yaitu hanya pada dinas dan
53
kecamatan maka kuesioner diantarkan langsung pada respoden. Dengan adanya
kontak langsung antara peneliti dan responden diharapkan dapat menciptakan
kondisi yang cukup baik dalam proses pengumpulan data.
3.6 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahan data merupakan kegiatan yang dimulai dari penataan data
mentah sampai dengan data siap untuk dianalisis. Beberapa kegiatan teknis yang
berhubungan dengan pengolahan data menurut Irawan (2006:178) adalah sebagai
berikut :
1. Penataan data mentah
Penataan data mengacu kepada kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
untuk mengatur dan mengorganisasikan (secara fisik) data mentah yang
terkumpul dari lapangan. Pada tahap penataan data ini, peneliti sama sekali
belum “masuk” ke segi-segi substansi dari data tersebut, tetapi benar-benar
terbatas pada segi “fisik” dari data-data atau sumber data.
2. Editing data
Tahap ini mengacu pada kegiatan persiapan data sebelum dianalisis.
Peneliti melakukan penelitian awal terhadap data untuk meyakinkan agar
data tersebut tidak mengandung kesalahan atau cacat dengan cara melihat
secara cermat apakah ada kuisioner yang salah diisi oleh responden, ada
halaman yang hilang, atau ada poin-poin penting yang terlewatkan.
54
3. Koding data
Koding data adalah kegiatan pembuatan kode-kode (dalam bentuk angka)
yang mewakili (merepresentasikan) data-data tertentu.
4. Tabulasi data
Tabulasi data adalah untuk mengetahui frekuensi jawaban responden
dengan cara menyusun jawaban responden berdasarkan bobot nilai dalam
bentuk tabel yang ditetapkan.
Tahap selanjutnya dari pengolahan data yaitu analisis data. Analisis data
sifatnya adalah untuk mentransformasikan data menjadi informasi.
3.6.1 Uji t-test
Uji t-test digunakan untuk menjawab hipotesis deskriptif yang
telah dirumuskan sebelumnya. Untuk menganalisis penerapan sistem
informasi administrasi kependudukan di Kota Tangerang, maka dalam
pengujian hipotesis deskriptif digunakan uji t-test untuk satu sampel atau satu
variabel. Berikut rumus uji t-test satu sampel :
Keterangan :
t = nilai t yang dihitung
x̅ = nilai rata-rata
µo= nilai yang dihipotesiskan
s = simpangan baku sampel
n = jumlah anggota sampel
x̅−µo
t = s
√n
55
3.6.2 Uji Pihak Kanan
Dalam menguji suatu hipotesis, yang kita uji adalah hipotesis nol
(H0). Hipotesis nol ini bisa diterima atau ditolak, tergantung pada standar
yang digunakan untuk menerima/menolak. Pada penelitian sosial tingkat
signifikansi 0,05 dimana daerah penerimaan H0 adalah 95% dan daerah
penolakan H0 adalah 5%. Pada uji satu sisi daerah penolakan tersebut dapat
terletak di sebelah kanan atau sebelah kiri dan besarnya 5%.
Hipotesis dalam penelitian Evaluasi Penerapan Sistem Informasi
Administasi Kependudukan (SIAK) di Kota Tangerang adalah sebagai
berikut :
Hipotesis nol : Penerapan SIAK di Disdukcapil Kota Tangerang
kurang dari atau sama dengan 70%.
Hipotesis alternatif : Penerapan SIAK di Disdukcapil Kota Tangerang
lebih dari 70%.
H0 : µ ≤ 70%
Ha : µ > 70%
Dengan melihat hipotesis tersebut, maka pengujian hipotesis dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan uji pihak kanan. Uji pihak kanan
digunakan apabila hipotesis nol (H0) berbunyi “lebih kecil atau sama dengan
(≤)” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “lebih besar (>).
56
3.7 Tempat dan Waktu Penelitian
3.7.1 Tempat Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil lokasi penelitian di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang serta kecamatan-
kecamatan yang ada di Kota Tangerang.
3.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi penerapan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan di Kota Tangerang setelah
ditemukannya masalah-masalah yang telah dijabarkan sebelumnya. Adapun
waktu penelitian ini dimulai dari Februari 2012 hingga Februari 2015.
57
Mei
‘15
Wak
tu P
enel
itian
Mei
’14-
Feb
‘15
Mei
’13
– A
pril
‘14
Apr
Apr
’12
– M
ar ’1
3
Mar
Feb
‘12
Nam
a K
egia
tan
Peng
ajua
n ju
dul
Obs
erva
si a
wal
Peny
usun
an d
an b
imbi
ngan
pr
opos
al
Sem
inar
pro
posa
l
Rev
isi d
an P
enel
itian
lapa
ngan
Ana
lisis
dat
a
Sida
ng sk
irpsi
Rev
isi s
krip
si
No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tab
el 3
.3
Jadw
al P
enel
itian
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang
Kota Tangerang merupakan salah satu wilayah yang termasuk
kedalam Propinsi Banten. Dahulu Kota Tangerang merupakan bagian dari
wilayah Kabupaten Tangerang yang kemudian dibentuk sebagai kotamadya
melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota
Tangerang pada tanggal 28 Februari 1993. Secara geografis terletak pada
posisi 106°36′ – 106°42′ Bujur Timur (BT) dan 6°6ʹ – 6° Lintang Selatan
(LS), dan memiliki luas wilayah sekitar 18.378 Ha. Hampir keseluruhan
wilayah Kota Tangerang dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Tangerang,
sedangkan di sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta.
Letak Kota Tangerang yang dekat dengan DKI Jakarta
menjadikannya sebagai salah satu kota penyangga Ibukotayang termasuk ke
dalam wilayah Jabodetabek. Pada pertengahan tahun 2013, jumlah penduduk
Kota Tangerang mencapai 1.790.940 jiwa. Penduduk tersebut tersebar di
dalam wilayah-wilayah administrasi Kota Tangerang. Wilayah administrasi
Kota Tangerang terbagi kedalam13 kecamatan, 104 kelurahan yang terdiri
dari 931 RW dan 4.587 RT. Kecamatan tersebut antara lain:
1. Kecamatan Tangerang
2. Kecamatan Jatiuwung
59
3. Kecamatan Batu Ceper
4. Kecamatan Benda
5. Kecamatan Cipondoh
6. Kecamatan Ciledug
7. Kecamatan Karawaci
8. Kecamatan Periuk
9. Kecamatan Cibodas
10. Kecamatan Neglasari
11. Kecamatan Pinang
12. Kecamatan Karang Tengah
13. Kecamatan Larangan.
4.1.2 Gambaran Umum Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang
Dalam penelitian tentang Evaluasi Penerapan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan, peneliti memusatkannya pada lokus penelitian
di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang serta SKPD
yang ada di kecamatan. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tangerang
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas
Daerah Kota Tangerang dan melaksanakan tugas unit kerjanya berdasarkan
pada Peraturan Walikota Tangerang Nomor 29 Tahun 2008 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, serta
60
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Administrasi Kependudukan.
Sebelum menjelaskan lebih jauh mengenai fokus penelitian,
peneliti akan memberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai beberapa
istilah dalam administrasi kependudukan berdasarkan UU No. 23 Tahun
2006, yaitu :
Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan
penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui
pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi
administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk
pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Dokumen Kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan
oleh Dinas yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti
autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil.
Data Kependudukan adalah data perseorangan dan/atau data agregat
yang terstruktur sebagai hasil dari kegiatan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil.
Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata penduduk,
pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan
penduduk rentan administrasi kependudukan serta penerbitan
dokumen kependudukan berupa kartu identitas atau surat keterangan
kependudukan.
61
Peristiwa kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang
harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penertiban atau
perubahan kartu keluarga, katu tanda penduduk dan/atau surat
keterangan kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan
alamat, serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.
Nomor Induk Kependudukan (NIK) adalah nomor identitas penduduk
yang bersifat unik atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang
yang terdaftar sebagai penduduk indonesia.
Kartu Keluarga (KK) adalah kartu identitas keluarga yang memuat
data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta
identitas anggota keluarga.
Kartu Tanda Penduduk (KTP adalah identitas resmi penduduk
sebagai bukti diri yang berlaku di wilayan Indonesia.
Pencatatan Sipil adalah pencatatan peristiwa penting yang dialami
oleh seseorang dalam register pencatatan sipil.
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah sistem
informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi
kependudukan di tingkat penyelenggara dan dinas sebagai satu
kesatuan.
Database adalah kumpulan berbagai jenis data kependudukan yang
tersimpan secara sistematik, terstruktur dan saling berhubungan
62
dengan menggunakan perangkat lunak, perangkat keras dan jaringan
komunikasi data.
4.1.2.1 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DinasKependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah sebagai berikut :
1. Kedudukan
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
merupakan salah satu dinas yang berkedudukan sebagai dinas yang
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil.
2. Tugas Pokok
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian urusan pemerintahan daerah di bidang
kependudukan dan pencatatan sipil berdasarkan asas otonomi dan
melaksanakan tugas pokok dalam penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan daerah di bidang administrasi kependudukan.
3. Fungsi
Fungsi dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang adalah, sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis urusan kependudukan dan pencatatan
sipil
63
b. Penyelenggaraan pengendalian dan teknis operasional
kependudukan dan pencatatan sipil
c. Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
d. Pelaksanaan tugas teknis pendataan dan pengolahan data
kependudukan
e. Pelaksanaan tugas teknis pencatatan sipil
f. Pelaksanaan pembinaan dan pengendalian penduduk
g. Pelaksanaan teknis administratif meliputi administrasi umum,
kepegawaian, keuangan, sarana prasarana, serta administrasi
perlengkapan
h. Melaksanakan koordinasi dengan lintas sektor
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan
tugas pokok dan fungsinya.
4.1.2.2 Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang
Dinas Kependudkan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
memiliki visi sebagai berikut :
“ Terlaksananya Pelayanan Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil yang Tertib, Cepat dan Tepat “
Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut :
1. Rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dokumen
kependudukan melalui pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
64
serta pengelolaan sebagai informasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah khususnya dalam bidang kependudukan
2. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang harus
mampu melayani secara tertib, cepat dan tepat dengan
mengoptimalkan segala potensi yang ada pada Dinas, dengan
tujuan memberikan kepuasan kepada masyarakat Kota Tangerang
dalam hal kepemilikan dokumen kependudukan.
Guna mewujudkan visi yang telah dikemukakan sebelumnya, dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang menetapkan misi
yang harus dijalankan, antara lain :
1. Melaksanakan Peningkatan Manajemen Perkantoran. Misi ini
mengandung makna bahwa setiap pengelolaan manajemen
keuangan maupun manajemen perkantoran harus ada peningkatan
kearah yang lebih baik, sehingga diharapkan tidak lagi terjadi
adanya temuan-temuan dari pengawas internal, tertib administrasi
mengacu ketentuan aturan yang ada, orientasi kinerja mengarah
kepada sistem terukur dan terkendali untuk menuju kinerja
berwawasan profesionalisme, proporsional dan akuntabel.
2. Melaksanakan Pengelolaan dan Pengembangan Informasi Data
Kependudukan. Mengandung makna bahwa dalam rangka
terlaksananya pelayanan administrasi kependudukan secara online
sebagaimana yang diamanahkan oleh Undang-undang No.23 Tahun
2006, tentunya diperlukan adanya pemeliharaan jaringan
65
komunikasi dan sistemnya demi kesinambungan, kelancaran dan
ketertiban pelayanan administrasi kependudukan, masyarakat harus
mendapatkan pelayanan yang cepat, mudah, murah, dan akurat.
3. Melaksanakan Pelayanan Pendaftaran, Mutasi dan Pengendalian
Penduduk. Mengandung makna bahwa masih banyaknya warga
masyarakat Kota Tangerang yang belum taat/patuh aturan hukum,
perlu diadakan pendataan dan pendaftaran penduduk guna
terlaksanana tertib administrasi kependudukan. Hal ini disebabkan
data penduduk yang ada masih belum optimal, sehingga
menyulitkan didalam pengambilan kebijakan perencanaan
pembangunan.
4. Melaksanakan Pelayanan Akta Pencatatan Sipil. Mengandung
makna bahwa diperlukannya tertib administrasi, penataan dan
penertiban akta pencatatan sipil dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat secara maksimal, peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dengan dukungan dokumen pendokumentasian secara
sistematis akan sangat mempermudah percepatan proses pelayanan
kepada masyarakat sebagai cerminan profesionalitas aparat dinas.
4.1.2.3 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kota Tangerang
Berdasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Tangerang,
66
maka struktur organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil terdiri
dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretaris, membawahi :
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub Bagian Keuangan
3. Sub Bagian Perencanaan
c. Bidang Pengolahan Data dan Informasi, membawahi :
1. Seksi Pendataan Penduduk
2. Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi
3. Seksi Penyajian Informasi Kependudukan
d. Bidang Pengendalian Penduduk :
1. Seksi Pendaftaran Penduduk
2. Seksi Mutasi Penduduk
3. Seksi Pengendalian Penduduk
e. Bidang Pencatatan Sipil :
1. Seksi Kelahiran dan Kematian
2. Seksi Perkawinan dan Perceraian
3. Seksi Pemeliharaan dan Penataan Dokumen
Untuk lebih jelasnya berikut gambaran struktur organisasi yang ada
di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
67
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
4.1.2.4 Kelembagaan SIAK dan Pengaturan Hak Akses
Pengelola sistem informasi administrasi kependudukan merupakan
petugas yang pekerjaannya berkaitan dengan pemanfaatan SIAK seperti
pengelola, teknisi, hingga operator.
A. Tingkat kota terdiri dari
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
KEPALA DINAS H. Erlan Rusnarlan, SH
SEKRETARIAT Drs. H. Ahsan Annahar, MM
SUB. BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN Tuti Alawiyah, MAP
SUB. BAGIAN KEUANGAN Rini Hartini,
S.Sos
SUB. BAGIAN PERENCANAAN
Henry Dwi Kirana Putra, SE
BIDANG PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI
Drs. Soetan Sjahdan Alamsyah
BIDANG PENGENDALIAN PENDUDUK
Drs. Wawan Kuswanto, M.Si
BIDANG PENCATATAN SIPIL
Hj. Emma Rahmawati R, M.Si
SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN JARINGAN KOMUNIKASI Mohamad Muflih Sutisna, SSTP
SEKSI PENDATAAN PENDUDUK
Drs. A. Juwaeni
SEKSI PENYAJIAN INFORMASI KEPENDUDUKAN
Mutmainah, S.Kom
SEKSI MUTASI PENDUDUK
Dede Purnama Alam, SSTP
SEKSI PENDAFTARAN PENDUDUK
Darma Budi Mulia, SH
SEKSI PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KOORDINASI Hj. Indrani Novalenty, ST, MM
SEKSI KELAHIRAN DAN KEMATIAN
Gunawan Subandi, S.Sos
SEKSI PEMELIHARAAN DAN PENATAAN DOKUMEN
Yadi Teguh Heryadi, S.Sos, M.Si
SEKSI PERKAWINAN DAN PERCERAIAN
Nina Ressy Agustina, S.Sos
68
i. Supervisor Perizinan, mempunyai tugas khusus mengusulkan
pengguna hak akses tingkat kota (Supv aplikasi dan opr) dan
kecamatan (supv dan opr) pada Ditjen Adminduk. Tugas, fungsi,
dan kewenangan :
Meneruskan dan membatalkan usulan pengguna hak akses
tingkat kota dan kecamatan
Membuat usulan pengguna hak akses tingkat kota dan
kecamatan
Atas nama Walikota, Supv perijinan mengirim usulan
pengguna hak akses tingkat kota dan kecamatan ke Ditjen
Adminduk
Menerima dan mendistribusikan usulan yang disetujui.
ii. Supervisor Aplikasi Pendaftaran Penduduk WNA, mempunyai
tugas khusus mengawasi proses entri data pendaftaran penduduk
WNA. Tugas, fungsi, dan kewenangan :
Memberikan persetujuan perubahan biodata penduduk
WNA
Memberikan persetujuan pencetakan dokumen dan
mengendalikan operator
Melaporkan ke pusat apabila terjadi kerusakan system
Mengarahkan dan mengawai kinerja operator.
69
iii. Supervisor Aplikasi Pencatatan Sipil, mempunyai tugas khusus
mengawasi proses entri data dan pencatatan sipil. Tugas, fungsi
dan kewenangan :
Memberikan persetujuan perubahan data dan pencatatan
sipil
Memberikan pesetujuan pencetakan dokumen
Mengendalikan operator
Melaporkan ke pusat apabila terjadi kerusakan system
Mengarahkan dan mengawasi kinerja operator
Mengaktifkan kembali hak akses yang bermasalah.
iv. Administrator Database, secara terus menerus memantau
pengoperasionalan database. Tugas, fungsi dan kewenangan :
Menyelesaikan permasalahan dalam operasionalisasi
database
Memonitor backup dan recovery dari data SIAK setiap hari.
v. Teknisi Perangkat Keras, mempunyai tugas khusus dalam
penanganan trouble shooting ringan pada perangkat keras.
vi. Operator Pendaftaran Penduduk WNA, mempunyai tugas khusus
dalam entri data dalam pelayanan pendaftaran penduduk. Tugas,
fungsi dan kewenangan :
Melakukan kegiatan entri
Mencetak dokumen dengan persetujuan supervisor aplikasi
Memelihara semua perangkat
70
Memberikan informasi data statistik
Mengatasi kerusakan teknis
vii. Operator Pencatatan Sipil, mempunyai tugas khusus dalam entri
data pencatatan sipil (kelahiran, kematian, perkawinan, dan
perceraian). Tugas, fungsi dan kewenangan :
Melakukan kegiatan entri data pencatatan sipil yang telah
divalidasi
Mencetak dokumen pencatatan sipil atas persetujuan supv
aplikasi pencatatan sipil
Memelihara semua perangkat
Mengatasi kerusakan teknis.
viii. Operator Layanan Data dan Informasi, mempunyai tugas dalam
pemanfaatan data-data agregat kependudukan. Tugas, fungsi dan
kewenangan :
Mengakses dan menginformasikan data agregat tentang
kependudukan atas perintah atasan
Memberikan pelayanan informasi data agregat tentang
kependudukan
Menyimpan arsip-arsip yang berkaitan dengan data agregat
kependudukan.
B. Tingkat kecamatan terdiri dari
i. Supevisor Aplikasi, mempunyai tugas khusus mengawasi proses
entri data. Tugas, fungsi dan kewenangan :
71
Memberikan persetujuan perubahan biodata penduduk WNI
Memberikan persetujuan pencetakan dokumen
Mengendalikan operator
Melaporkan ke pusat apabila terjadi kerusakan system
Mengarahkan dan mengawasi kinerja operator
Mengaktifkan kembali hak akses yang bermasalah.
ii. Operator Pendaftaran Penduduk WNI, mempunyai tugas khusus
dalam entri data penduduk WNI. Tugas, fungsi dan kewenangan :
Melakukan kegiatan entri
Mencetak dokumen dengan persetujuan supervisor aplikasi
Memelihara semua perangkat
Memberikan informasi data statistik
Mengatasi kerusakan teknis.
iii. Operator Pencatatan Sipil, mempunyai tugas khusus dalam entri
data Pencatatan Sipil (Kelahiran dan Kematian). Tugas, fungsi
dan kewenangan :
Melaksanakan entri dan pengiriman data kelahiran dan
kematian ke pusat
Membuat Surat Keterangan Lahir Mati
Membuat laporan kelahiran dan kematian
Memelihara semua perangkat
Mengatasi kerusakan teknis.
72
4.2 Pengujian Instrumen Penelitian
4.2.1 Uji Validitas Instrumen
Uji validitas merupakan langkah untuk menguji kelayakan butir-
butir pertanyaan yang digunakan dalam penelitian. Kelayakan tersebut
berkenaan dengan sah atau tidaknya suatu pertanyaan pada kuisioner yang
dijadikan sebagai alat ukur penelitian. Pengujian validitas instrumen
menggunakan rumus korelasi pearson product momentyang dibantu dengan
SPSS Statistics versi 17.0. Rumus Pearson Product Moment yaitu :
Dari hasil penghitungan dengan menggunakan rumus Pearson
Product Moment di atas yang dibantu dengan SPSS Statistics versi 17.0,
didapatkan hasil r hitung tiap-tiap item pertanyaan. Dengan korelasi product
moment n = 23 dan tingkat kesalahan 5% didapat r tabel = 0,413, maka
berikut hasil uji validitas instrumennya.
Tabel 4.1
Hasil Uji Validitas Instrumen/Pertanyaan
No. Item Koefisien Korelasi
(rhitung) rtabel Keterangan
1 0,651 0,413 Valid 2 0,576 0,413 Valid 3 -0,318 0,413 Tidak Valid 4 0,515 0,413 Valid 5 0,590 0,413 Valid 6 0,506 0,413 Valid 7 0,828 0,413 Valid
𝑛∑𝑥𝑦 – (∑𝑥)(∑𝑦) rxy = √{𝑛∑𝑥2 − (∑𝑥2)}{𝑛∑𝑦2 − (∑𝑦2)}
73
8 0,818 0,413 Valid 9 0,687 0,413 Valid 10 0,746 0,413 Valid 11 0,702 0,413 Valid 12 0,708 0,413 Valid 13 0,245 0,413 Tidak Valid 14 0,705 0,413 Valid 15 0,692 0,413 Valid 16 0,642 0,413 Valid 17 0,762 0,413 Valid 18 0,586 0,413 Valid 19 0,116 0,413 Tidak Valid 20 0,735 0,413 Valid 21 0,539 0,413 Valid 22 0,792 0,413 Valid 23 0,624 0,413 Valid 24 0,540 0,413 Valid 25 0,231 0,413 Tidak Valid 26 0,586 0,413 Valid 27 0,796 0,413 Valid 28 0,441 0,413 Valid 29 0,335 0,413 Tidak Valid 30 0,685 0,413 Valid
Sumber: Peneliti, Output SPSS 17.0 yang diolah, 2014
Kriteria yang digunakan yaitu jika r hitung > r tabel, maka
instrumen dinyatakan valid dan jika r hitung < r tabel, maka instrumen
dinyatakan tidak valid. Berdasarkan tabel hasil uji validitas di atas dapat
diketahui bahwa terdapat 25 item instrumen yang dinyatakan valid karena
memiliki skor di atas 0,413. Sedangkan 5 item instrumen lainnya dengan skor
di bawah 0,413 dinyatakan tidak valid. Item instrumen yang dinyatakan tidak
valid tersebut dapat dibuang/dihilangkan dan tidak perlu diganti karena
indikatornya dapat terukur dari instrumen lainnya.
74
4.2.2 Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui kehandalan suatu
instrumen atau alat ukur. Pengujian reliabilitas hanya dapat dilakukan pada
instrumen yang dinyatakan valid, sedangkan instrumen yang tidak dinyatakan
valid tidak dapat diuji reliabilitasnya. Uji reliabilitas menggunakan rumus
Cronbach’s Alpha dengan bantuan SPSS Statistics versi 17.0. Rumus
Cronbach’s Alpha :
Sementara itu diketahui bahwa jika nilai alpha lebih besar dari r
tabel, maka item-item instrumen dinyatakan reliabel dan jika nilai alpha lebih
kecil dari r tabel maka instrumen dinyatakan tidak reliabel. Dari hasil
perhitungan uji reliabilitas yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan
nilai alpha cronbach sebesar 0,938.
Tabel 4.2
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.938 25
Sumber: Peneliti, Output SPSS 17.0 yang diolah, 2014
k ∑α b2
r11 = 1− k−1 α12
75
Nilai alpha didapat dari hasil pengujian 25 item pertanyaan bukan
30 karena 5 item pertanyaan lainnya dinyatakan tidak valid pada pengujian
validitas sebelumnya, sehingga tidak dapat diikutsertakan pada uji reliabilitas.
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa nilai alpha sebesar 0,938. Nilai ini
lebih besar dari r tabel yaitu 0,413. Jadi dengan melihat nilai alpha 0,938 > r
tabel 0,413 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen reliabel dan dapat
digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
4.3 Deskripsi Data
4.3.1 Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini merupakan pegawai yang secara
langsung menggunakan serta memanfaatkan sistem informasi administrasi
kependudukan dalam kegiatan pekerjaannya. Pegawai yang menggunakan
SIAK disebut sebagai operator SIAK. Pada Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, SIAK banyak digunakan olehoperator yang melaksanakan
penginputan data pada bidang Pengolahan Data dan Informasi. Pada bidang
ini terdapat 10 orang operator yang membantu dalam pelayanan administrasi
kependudukan. Selain di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, di
kecamatan juga terdapat operator SIAK yang diambil sebagai sampel
penelitian. Karena Kota Tangerang memiliki 13 Kecamatan, maka operator
kecamatan yang dijadikan sebagai sampel penelitian berjumlah 13 orang.
Jadi, keseluruhan responden yang terdapat penelitian ini adalah 23
76
orang.Pengambilan sampel mengunakan teknik sampel jenuh dikarenakan
jumlah responden yang kurang dari 30 orang.
Dalam pengisian kuisioner, responden diminta untuk mengisi
identitas diri guna menunjang data penelitian. Identitas yang diminta meliputi
jenis kelamin, usia, dan pendidikan terakhir responden.
Diagram 4.1
Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Diagram 4.1 menunjukkan bahwa dari responden yang berjumlah
23 orang, terdapat responden laki-laki sebesar 78% atau sebanyak 18 orang
dan responden perempuan sebesar 22% atau sebanyak 5 orang. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini
adalah laki-laki.
78%
22%
Laki-laki
Perempuan
77
Diagram 4.2
Identitas Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Pada diagram 4.2 terlihat bahwa usia pegawai yang menjadi
responden dalam penelitian ini dibagi kedalam tiga kategori yaitu kelompok
usia 21-30 tahun, 31-40 tahun, dan lebih dari 40 tahun. Diagram 4.2
menunjukkan reponden usia 21-30 tahun sebesar 43% atau sebanyak 10
orang, responden usia 31-40 tahun sebesar 35% atau sebanyak 8 orang, dan
responden usia >40 tahun sebesar 22% atau sebanyak 5 orang.Berdasarkan
data tersebut responden usia 21-30 tahun lebih banyak dibandingkan dengan
responden usia 31-40 tahun dan usia >40 tahun, sehingga dapat diketahui
bahwa mayoritas pegawai yang menjalankan aplikasi SIAK adalah pegawai
dengan usia 21-30 tahun.
43%
35%
22%
21-30 th
31-40 th
>40 th
78
Diagram 4.3
Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Diagram 4.3 menjelaskan bahwa responden dalam penelitian ini
terdiri dari responden dengan berbagai macam tingkat pendidikan. Responden
dengan pendidikan berlatar SLTA/Sederajat adalah sebesar 26% atau
berjumlah 6 orang. Responden dengan latar pendidikan Diploma 3 (D3)
sebesar 17% atau berjumlah 4 orang, dan responden dengan latar pendidikan
Strata 1 (S1) sebesar 57% atau berjumlah 13 orang. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa mayoritas responden yang bekerja dalam bidang ini adalah
pegawai dengan latar pendidikan Strata 1 (S1).
4.3.2 Analisis Data
Analisis data merupakan proses pendeskripsian data dari hasil
penyebaran kuisioner kepada pegawai Dinas Kependudukan dan Pencatatan
26%
17%
57%
SLTA/Sederajat
DIPLOMA 3
S1
79
Sipil serta operator kecamatan di Kota Tangerang. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui tanggapan pegawai terhadap sistem informasi administrasi
kependudukan yang digunakan dalam kegiatan pekerjaan mereka. Adapun
untuk lebih jelasnya, peneliti menguraikannya dalam bentuk diagram yang
disertai dengan pemaparan dan hasil kesimpulan jawaban berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner yang dibagikan kepada pegawai
selaku sampel penelitian. Kuisioner tersebut dibagikan kepada 23 responden
yang memanfaatkan SIAK dalam kegiatan bekerjanya.
Dengan menggunakan satu variabel penelitian, peneliti
menggunakan teori evaluasi sistem informasi dari DeLone dan McLean
dengan 6 (enam) indikator di dalamnya. Teori ini kemudian diuraikan ke
dalam 25 item pertanyaan valid dari 30 pertanyaan (5 pertanyaan tidak valid).
Guna mendampingi item pertanyaan yang diajukan, peneliti kemudian
menggunakan skala pengukuran likert. Dengan berdasarkan kepada skala ini
peneliti, memberikan 4 (empat) pilihan jawaban kepada responden yang
jawabannya memiliki skor berbeda. Pilihan jawaban SS (sangat setuju)
berpoin 4, S (setuju) berpoin 3, TS (tidak setuju) berpoin 2, dan STS (sangat
tidak setuju) berpoin 1. Berikut adalah pemaparan hasil jawaban responden
dari pertanyaan yang diajukan peneliti melalui kuisioner.
4.3.2.1 Indikator Kualitas Sistem
Model kesuksesan sistem informasi yang pertama dari DeLone dan
McLean yaitu kualitas sistem. Kualitas sistem ini merujuk pada kualitas
80
dari kombinasi hardware dan software dalam sistem informasi. Terdiri
dari beberapa sub indikator di antaranya kemudahan penggunaan,
kecepatan akses, keandalan sistem, fleksibilitas sistem, serta keamanan
sistem dalam pemanfaatannya.
Diagram 4.4
Tanggapan Responden Tentang Kebutuhan Pelatihan Khusus dalam
Menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.4 dapat dilihat bahwa tanggapan responden
yang menjawab setuju tentang kebutuhan pelatihan khusus dalam
menggunakan SIAK adalah sebanyak 57%. Hal ini berarti bahwa pegawai
memang membutuhkan pelatihan khusus dalam menggunakan sistem
informasi administrasi kependudukan atau SIAK. Menurut mereka
pelatihan khusus ini diperoleh ketika pegawai melakukan bimbingan teknis
(bintek) yang biasanya diadakan oleh dinas. Pegawai-pegawai dilatih
30%
57%
13%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
81
untuk mengoperasikan SIAK dan cara menghadapi trouble jika sewaktu-
waktu terjadi hal yang tidak terduga.
Namun, dari keseluruhan jawaban responden terdapat 13% yang
menjawab tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan. Menurutnya
sistem informasi administrasi kependudukan mudah untuk dioperasikan.
Pegawai hanya tinggal mengikuti petunjuk yang terdapat pada sistem
tanpa perlu pelatihan khusus.
Diagram 4.5
Tanggapan Responden Tentang Kecepatan Akses ketika Melakukan
Penelusuran Data Penduduk
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.5 dilihat bahwa mayoritas responden
menjawab setuju sebanyak 65%. Hal ini berarti bahwa SIAK memang
memiliki akses yang cepat dalam melakukan penelusuran data penduduk
yang jumlahnya ribuan tersebut. Kecepatan akses sangat membantu kerja
13%
65%
22%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
82
pegawai karena dengan adanya kecepatan akses maka pekerjaan pun akan
cepat selesai. Namun, dari keseluruhan jawaban responden terdapat 22%
yang menjawab tidak setuju bahwa SIAK dapat diakses secara cepat
karena terkadang menurut mereka SIAK berjalan lambat ketika melakukan
penelusuran data penduduk.Akses yang lambat ini sebenarnya tidak sering
dirasakan pegawai hanya ketika sistem atau jaringan sedang mengalami
gangguan atau ketika database tidak dapat menampung jumlah penduduk
yang ada.
Diagram 4.6
Tanggapan Responden Tentang Pengaksesan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan yang Selama 24 Jam
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.6 diketahui bahwa mayoritas jawaban
responden menjawab setuju sebanyak 74%. Akses sistem informasi
administrasi kependudukan dapat dilakukan selama 24 jam. Penggunaan
13%
74%
13%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
83
SIAK oleh pegawai tidak hanya dilakukan pada saat jam kerja saja. Ketika
pekerjaan sedang banyak, pegawai terkadang bekerja hingga malam hari
saat waktu kerja telah selesai. Kehandalan sistem merupakan salah satu
faktor penting dalam suatu sistem informasi yang dimanfaatkan pegawai.
Sistem yang dapat digunakan secara terus menerus serta tahan dari
kerusakan dapat membantu meningkatkan kinerja pegawai.
Dari jawaban reponden juga terdapat 13% yang menjawab tidak
setuju bahwa pengaksesan SIAK tidak dapat dilakukan selama 24 jam.
SIAK memang terkadang tidak dapat diakses ketika jaringan sedang
mengalami masalah. Namun ketika jaringan sudah baik, SIAK dapat
berjalan normal kembali.
Diagram 4.7
Tanggapan Responden Tentang Pengembangan Sistem oleh Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
5%
39%
52%
4%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
84
Berdasarkan diagram 4.7 tentang pengembangan sistem oleh
pegawai, diketahui bahwa mayoritas jawaban responden menjawab tidak
setuju sebanyak 52%. Hal ini berarti bahwa Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan tidak dapat dikembangkan sesuai kebutuhan pegawai yang
menggunakannya. Pegawai hanya menerima sistem yang dibuatkan oleh
Ditjen Adiminitrasi Kependudukan Kementerian Dalam Negeri tanpa bisa
melakukan pengembangan pada aplikasi sistem tersebut. Dari hasil
wawancara dengan petugas teknis SIAK di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Tangerang, beliau mengatakan bahwa salah satu
kelemahan SIAK adalah sistem tidak dapat dikembangkan sendiri oleh
pemerintah daerah. Pengembangan ini bertujuan agar sistem dapat
diperbaharui agar sesuai dengan kebutuhan pengadministrasian
kependudukan di setiap daerah.
Namun, dari keseluruhan jawaban responden terdapat jawaban
setuju sebanyak 39%. Menurutnya sistem informasi administrasi
kependudukan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Pengembangan sistem ini tentunya dilakukan bukan oleh pegawai sendiri
melainkan oleh si pembuat sistem yaitu Ditjen Administrasi
Kependudukan Kemendagri. Sebab pegawai di dinas dan kecamatan hanya
diperkenankan untuk menggunakan sistem yang telah dibuat oleh
kemendagri dandiupgrade secara berkala.
85
Diagram 4.8 Tanggapan Responden Tentang Hak Akses Yang Hanya Dimiliki
Oleh Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.8 tentang hak akses yang hanya dimiliki
oleh pegawai, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 65% dan
sangat setuju sebanyak 26%. Hal ini berarti bahwa responden berpendapat
bahwa masing-masing pegawai memang diberikan hak akses SIAK. Hak
akses ini berupa username dan password yang diisi saat pengguna akan
masuk ke dalam sistem informasi administrasi kependudukan. Username
dan password hanya diketahui oleh pegawai yang bertugas sebagai
operator SIAK dan teknisi,agar tidak sembarang orang dapat
mengaksesnya karena hanya pegawai yang bersangkutan yang mengetahui
username dan password untuk masuk kedalam SIAK.
26%
65%
5% 0%
4%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
tidak menjawab
86
Diagram 4.9
Tanggapan Responden Tentang Data Penduduk yang Tersimpan
dalam Database Terjaga dan Tidak Mudah Hilang Ketika Terjadi
Kerusakan Sistem
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.9 mengenai tanggapan responden tentang
database yang terjaga dan tidak mudah hilang ketika terjadi kerusakan
sistem, diketahui bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju dan
setuju masing-masing sebanyak 48%. Hal ini menunjukkan bahwa data
pribadi yang terdapat dalam database kependudukan memang terjaga dan
tidah mudah hilang ketika terjadi kerusakan sistem. Banyaknya data hilang
ternyata bukan berasal dari kerusakan sistem informasi administrasi
kependudukan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan peneliti banyaknya data hilang di Kota Tangerang lebih
disebabkan karena rusaknya perangkat penyimpanan database
kependudukan yang kurang mampu menampung data yang jumlahnya
48%
48%
4% 0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
87
sangat banyak. Selain itu juga diakibatkan oleh kesalahan administrator
yang secara tidak sengaja membuat kesalahan dalam pekerjaan yang
mengakibatkan terhapusnya sebagian data kependudukan.
Diagram 4.10
Tanggapan Responden Tentang Keamanan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.10 tentang keamanan SIAK terlihat bahwa
mayoritas responden menjawab setuju dan sangat setuju yang jika
dijumlahkan sebanyak 96%. Ini berarti bahwa sistem informasi
administrasi kependudukan memiliki tingkat keamanan yang tinggi
dimana hanya pegawai yang diberi wewenang yang dapat mengakses
database kependudukan. Karena data kependudukan ini bersifat rahasia,
maka keamanan sistem merupakan hal utama dalam sebuah sistem
informasi.
44%
52%
4% 0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
88
Berdasarkan hasil pemaparan 7 pernyataan tentang kualitas sistem
di atas, terlihat bahwa terdapat 2 pernyataan yang memiliki kesenjangan
jawaban yang diberikan responden. Pertama, terdapat pada pernyataan
tentang pengembangan sistem oleh pegawai, responden yang menjawab
tidak setuju sebanyak 52% dan yang menjawab setuju sebanyak 39%. 52%
responden berpendapat bahwa pegawai tidak dapat mengembangkan
sistem. Dari jawaban responden mengenai pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pegawai tidak dapat mengembangkan sistem agar
disesuaikan dengan kebutuhan pengadministrasian kependudukan di Kota
Tangerang, sedangkan beberapa pegawai yang memahami ilmu teknologi
sistem informasi menghendaki agar pemerintah daerah diberikan hak
untuk megutak atik sistem tersebut agar dapat disesuaikan dengan kondisi
lingkungan di Kota Tangerang.
Kedua, dari pernyataan tentang kecepatan akses ketika melakukan
penelusuran data penduduk. 22% responden berpendapat bahwa SIAK
tidak dapat diakses secara cepat. Hal ini bisa dikarenakan karena jaringan
sedang mengalami gangguan ketika cuaca buruk atau tidak tertampungnya
data penduduk dalam database.
4.3.2.2 Indikator Kualitas Informasi
Indikator kedua dalam model evaluasi ini yang kualitas informasi.
Kualitas informasi merujuk pada keluaran (output) dari sistem informasi,
meliputi keakuratan, kelengkapan, dan penyajian informasi.
89
Diagram 4.11
Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan Data Pada Database
Kependudukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.11 mengenai kelengkapan database
kependudukan dapat dilihat bahwa mayoritas responden menjawab setuju
sebanyak 35%. Hal ini berarti bahwa data penduduk yang terdapat dalam
database lengkap, sehingga memudahkan pegawai ketika melakukan
pencarian data pada saat penginputan data penduduk. Jika data sudah
terdapat di dalam database, maka operator tidak perlu menginput ulang
data, cukup mengedit dan mengubah data sesuai dengan permintaan sang
pemilik data.
Namun, dari keseluruhan jawaban terdapat 22% yang menjawab
tidak setuju. Mereka berpendapat bahwa database kependudukan yang ada
di Kota Tangerang kurang lengkap. Sebab, ada beberapa data ktp atau
kartu keluarga yang ketika dicek di sistem informasi administrasi
26%
35%
22%
13%
4%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
tidak menjawab
90
kependudukan tidak terdapat dalam database kependudukan. Hal ini
mengakibatkan pegawai kesulitan untuk meperkirakan secara pasti jumlah
penduduk yang ada di Kota Tangerang.
Diagram 4.12
Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan Pengisian Data
Penduduk oleh Pegawai
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.12 diketahui bahwa jawaban responden
tentang kelengkapan pengisian data penduduk, mayoritas menjawab setuju
sebanyak 78%. Hal ini berarti bahwa pegawai selaku petugas penginput
data, memasukkan data penduduk ke dalam sistem informasi administrasi
kependudukan secara lengkap sesuai dengan kolom-kolom yang telah
disediakan.Pengisian kolom biodata penduduk ini memang harus diisi
secara lengkap. Sebab ketika operator tidak mengisi salah satu kolom,
sistem secara otomatis akan menolak untuk menyimpan data. Pengisian
13%
78%
5%
4%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
91
kelengkapan data penduduk akan mengakuratkan informasi yang
dihasilkan
Diagram 4.13
Tanggapan Responden Tentang Pertanggungjawaban Kebenaran
Informasi yang Dihasilkan dari Pengelolaan Data Kependudukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.13 diketahui bahwa mayoritas jawaban
responden menjawab setuju sebanyak 87%. Hal ini berarti bahwa
informasi yang dihasilkan dari pengelolaan data kependudukan memang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selain kelengkapan
pengisian data penduduk suatu informasi juga harus disertai dengan
kebenaran data tersebut. Data yang dimiliki oleh dinas merupakan data
yang up to date yang tidak lagi menyimpan data penduduk pindah dan
meninggal. Sebab data tersebut sudah dipindahkan dan dihapus sesuai
dengan laporan pihak keluarga yang bersangkutan. Dalam SIAK data-data
tersebut akan terupdate secara online saat penduduk yang bersangkutan
9%
87%
0% 4%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
92
melaporkan di kecamatan. Kebenaran data akan menunjang kebenaran
informasi yang dihasilkan dari pengolahan data kependudukan.
Diagram 4.14
Tanggapan Responden Tentang Kesesuaian Data dengan Hasil
Pendaftaran Penduduk
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.14 tentang kesesuaian data dengan hasil
pendaftaran penduduk, diketahui bahwa mayoritas jawaban responden
menjawab setuju sebanyak 83%. Hal ini berarti bahwa terdapat kesesuaian
data penduduk hasil penginputan petugas dengan pendaftaran
penduduk.Data kependudukan harus sesuai dengan apa yang diajukan oleh
pemohon, misalnya data nama, tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, dan lainnya, dimana data tersebut diperkuat dengan dokumen
pendukung yang dimiliki pemohon. Pengisian yang lengkap dan sesuai
13%
83%
0%
4%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
93
tentunya akan menambah keakuratan infomasi yang dikeluarkan oleh
sistem informasi tersebut.
Dari 4 instrumen kualitas informasi yang telah diajukan, hampir
keseluruhan responden berpendapat positif tentang kualitas informasi yang
dimiliki oleh SIAK. Namun, ada 1 instrumen yang memiliki kesenjangan
jawaban yaitu pada pernyataan tentang kelengkapan data ada database
kependudukan. 22% responden berpendapat bahwa database
kependudukan yang terdapat di Kota Tangerang kurang lengkap. Hal ini
bertentangan dengan 35% responden lainnya yang menjawab setuju.
Dikatakan tidak lengkap karena ada beberapa KTP yang ketika dicek oleh
pegawai dalam SIAK ternyata tidak terdapat di dalam database atau data
tidak dapat ditemukan. Oleh sebab itu pegawai merasa kesulitan untuk
memperkirakan secara akurat berapa jumlah penduduk yang terdapat di
Kota Tangerang.
4.3.2.3 Indikator Kualitas Pelayanan
Indikator ketiga pada teori ini adalah kualitas pelayanan yang
berfokus pada dukungan teknologi service provider sistem. Kualitas ini
juga dapat dinilai dengan kecepatan respon dan sebagainya. Selain itu
dapat juga dinilai dari output pelayanan yang dihasilkan dari pemanfaatan
aplikasi.
94
Diagram 4.15
Tanggapan Responden Tentang Standarisasi Perangkat Komputer
yang Digunakan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.15 tanggapan tentang standarisasi
perangkat komputer dapat diketahui bahwa mayoritas responden
menjawab setuju sebanyak 24% yang menyatakan bahwa perangkat
komputer yang digunakan untuk mendukung penerapan sistem informasi
administrasi kependudukan sudah terstandarisasi dengan baik.Standarisasi
baiknya perangkat berdasarkan pendapat pihak yang paham akan teknologi
informasi. Perangkat keras ini meliputi CPU, monitor, printer, perangkat
jaringan, dan perangkat lainnya yang nyata bentuk fisiknya.
Namun, dari keseluruhan jawaban responden terdapat 17% yang
menjawab tidak setuju. Menurut mereka perangkat komputer yang
digunakan dalam mendukung jalannya sistem informasi administrasi
kependudukan masih belum terstandar dengan baik. Hal ini disebabkan
9%
74%
17%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
95
karena fasilitasi perangkat keras berupa komputer dan jaringan yang
terdapat di dinas dan kecamatan berbeda-beda. Terkadang mereka harus
membeli sendiri perangkat komputer seperti monitor saat terjadi kerusakan
pada salah satu perangkat. Pembelian perangkat ini disesuaikan dengan
kondisi penganggaran di tiap-tiap kecamatan.
Diagram 4.16
Tanggapan Responden Tentang Software (Perangkat Lunak) Sesuai
Dengan Standar Kesisteman
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.16 tanggapan respoden tentang software
sesuai dengan standar kesisteman, dapat dilihat bahwa jawaban responden
mayoritas menjawab setuju sebanyak 78%. Hal ini berarti bahwa software
yang mendukung sistem informasi administrasi kependudukan sudah
sesuai dengan standar kesisteman. Software yang digunakan memang
software yang cocok untuk mendukung penerapan sistem informasi
4%
78%
18%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
96
administrasi kependudukan. Perangkat lunak yang digunakan untuk
mendukung SIAKantara lain Oracle, windows, microsoft office dan
sebagainya.
Namun, dari keseluruhan jawaban responden terdapat jawaban
tidak setuju sebanyak 18%. Menurut mereka software yang digunakan
tidak sesuai dengan standar kesisteman. Software yang digunakan
merupakan program lama yang harusnya diupdate ke versi yang lebih
baru. Tentunya pendapat ini didapat dari responden yang memahami
sistem informasi yaitu pegawai dengan latar belakang pendidikan sistem
komputer.
Diagram 4.17
Tanggapan Responden Tentang Jaminan Penggantian Alat
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.17 mengenai jaminan penggantian alat
diketahui bahwa mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 61%.
0%
61%
39%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
97
Hal ini berarti bahwa adanya jaminan pergantian alat ketika terjadi
kerusakan pada salah satu perangkat. Sebab ketika salah satu perangkat
komputer mengalami kerusakan akan mempengaruhi jalannya kegiatan
pelayanan administrasian kependudukan yang menggunakan sistem
informasi administrasi kependudukan ini.
Dari keseluruhan jawaban tersebut juga terdapat juga responden
yang tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan yaitu sebanyak 39%.
Menurut responden yang menjawab tidak setuju, tidak adanya penggantian
alat ketika terjadi kerusakan karena mereka biasanya membeli sendiri
untuk mengganti alat yang rusak tersebut.Mayoritas yang pengadaan
peralatan yang dilakukan sendiri ketika terjadi kerusakan adalah
kecamatan. Karena untuk menghindari terhambatnya pelayanan
administrasi kependudukan di kecamatan, pegawai lebih memilih untuk
membeli sendiri peralatan yang dibutuhkan daripada menunggu
penggantian yang tidak pasti kapan datangnya.
98
Diagram 4.18
Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Kecepatan Pelayanan
Administrasi Kependudukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.18 tanggapan responden tentang
peningkatan kecepatan pelayanan administrasi kependudukan, dapat
diketahui bahwa mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 91%.
Hal ini berarti bahwa dengan memanfaatkan sistem informasi administrasi
kependudukan, pelayanan administrasi kependudukan dapat dilakukan
dengan cepat. Kecepatan pelayanan ini dinilai dari sisi pegawai selaku
pengguna langsung sistem informasi administrasi kependudukan.
Pekerjaan pegawai menjadi sangat terbantu dengan adanya SIAK ini,
sebab kegiatan pengadministrasian menjadi lebih singkat dan pekerjaan
menjadi lebih cepat selesai.
5%
91%
4%0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
99
Diagram 4.19
Tanggapan Responden Tentang Standar Operasional Prosedur (SOP)
Administrasi Kependudukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.19 diketahui bahwa terdapat 78%
responden yang setuju. Hal ini berarti bahwa pegawai melaksanakan
pekerjaannya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
berlaku. SOP dibuat oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang
kemudian disosialisasikan dan diterapkan di tiap kecamatan.
Namun dari keseluruhan jawaban responden, terdapat 18%
responden yang menjawab tidak setuju bahwa mereka bekerja sesuai
dengan SOP yang berlaku. Menurutnya SOP dirasa masih sulit untuk
diterapkan pada pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan. Sebab
pada kenyataaannya mutu baku waktu pelayanan yang tercantum dalam
SOP terlalu singkat dan sulit untuk diterapkan pada tiap penduduk secara
individu.
4%
78%
18%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
100
Berdasarkan hasil jawaban responden di atas dapat disimpulkan
bahwa kualitas pelayanan berkaitan dengan penerapan SIAK di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah indikator
yang berkontribusi paling kecil dari keseluruhan indikator. Pertama, 17%
berpendapat bahwa perangkat komputer yang digunakan guna mendukung
jalannya aplikasi SIAK masih belum terstandar dengan baik. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan penganggaran pengadaan perangkat
komputer di dinas dan kecamatan yang berbeda.
Kedua, tidak adanya jaminan penggantian alat ketika terjadi
kerusakan. Dinas tidak memfasilitasi penggantian alat ketika terjadi
kerusakan pada salah satu perangkat yang ada di kecamatan. Biasanya
penggantian kerusakan perangkat yang terjadi di kecamatan dilakukan
sendiri tanpa bantuan dinas. Padahal sebagai satu kesatuan kelembagaan
SIAK harusnya dinas memfasilitasi seluruh kebutuhan yang berkaitan
dengan pemanfaatan SIAK baik di kecamatan ataupun dinas.
Ketiga, mengenai standar operasional prosedur dimana 18%
responden berpendapat SOP masih sulit untuk diterapkan pada pelayanan
administrasi kependudukan. Terlalu singkatnya mutu baku pelayanan
hanya akan membuat lelah dan bosan pegawai dalam melakukan
pekerjaannya. Dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan masih kurang
memuaskan di Disdukcapil Kota Tangerang meskipun nilainya melebihi
angka yang diperkirakan, karena beberapa instrumen yang masih memiliki
kesenjangan jawaban.
101
4.3.2.4. Indikator Intensi Penggunaan
Intensi penggunaan berhubungan dengan seberapa sering pengguna
memakai sistem informasi administrasi kependudukan. Intensi penggunaan
juga mengacu pada apakah pengguna memakai sistem informasi ini
merupakan suatu keharusan atau secara sukarela. Berikut jawaban
responden menganai intensi penggunaan.
Diagram 4.20
Tanggapan Responden Tentang Pemanfaatan SIAK pada Hampir
Keseluruhan Proses Administrasi Kependudukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.20 diketahui bahwa mayoritas jawaban
responden menjawab setuju sebanyak 78%. Hal ini berati bahwa hampir
keseluruhan administrasi kependudukan memang diproses melalui Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan. Jadi, penggunaan sistem ini
13%
78%
9%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
102
merupakan suatu kebutuhan dimana ketika sistem ini tidak ada kegiatan
administrasi kependudukan menjadi terhambat.SIAK digunakan untuk
menginput data kependudukan, mencetak dokumen kependudukan, serta
mengolah data kependudukan. Kegiatan operator selaku penginput data
memang mengharuskan bekerja dengan menggunakan sistem ini secara
penuh.
Diagram 4.21
Tanggapan Responden Tentang Kenyamanan Pegawai dalam
Menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.21 diketahui 82% responden setuju dengan
pernyataan bahwa pegawai merasa nyaman menggunakan sistem informasi
administrasi kependudukan saat ini. Kenyamanan dalam penggunaan akan
menumbuhkan semangat pegawai dalam bekerja. Pegawai tidak mudah
merasa bosan untuk menggunakan sistem tersebut setiap hari.
9%
82%
9%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
103
Instrumen intensi penggunaan hanya diukur berdasarkan frequency
of use, yang mengacu pada penggunaan sistem yang merupakan suatu
keharusan atau secara sukarela. Dari 2 pernyataan yang telah diajukan,
keduanya memiliki jawaban yang positif akan indikator ini. Pertama
tentang pemanfaatan SIAK pada hampir keseluruhan proses administrasi
kependudukan dan kedua tentang kenyamanan pegawai dalam
menggunakan SIAK. Dari kedua instrumen tersebut dapat disimpulkan
bahwa SIAK dapat menumbuhkan semangat pegawai karena
kenyamanannya sehingga pegawai tidak merasa bosan untuk
menggunakan sistem tersebut setiap hari.
4.3.2.5. Indikator Kepuasan Pemakai
Indikator ini merupakan respon umpan balik yang dimunculkan
pengguna setelah menggunakan sistem informasi. Seberapa suka pengguna
terhadap sistem yang digunakan. Berikut jawaban responden mengenai
kepuasan pemakaian sistem informasi.
104
Diagram 4.22
Tanggapan Responden Tentang Terjadinya Penghematan Anggaran
Setelah Memanfaatkan SIAK
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.22 tentang adanya penghematan anggaran
setelah memanfaatkan SIAK, mayoritas responden setuju dengan
pernyataan ini yaitu sebesar 83%. Hal ini berarti bahwa memanfaatkan
sistem informasi admistrasi kependudukan mampu menghemat
pengeluaran anggaran. Karena SIAK menyimpan data kependudukan
secara digital maka akan menghemat pengeluaran kertas dan alat tulis.
Disdukcapil cukup melakukan pengadaan perangkat komputer serta sistem
jaringan pada awalnya untuk digunakan dalam jangka panjang. Pada misi
Disdukcapil Kota Tangerang tercantum bahwa pengelolaan manajemen
baik perkantoran dan keuangan harus ada peningkatan ke arah yang lebih
baik. Ini berarti bahwa memanfaatkan SIAK dapat membantu mencapai
misi tersebut.
4%
83%
9% 4%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
105
Namun, dari jawaban responden tersebut terdapat jawaban tidak
setuju sebanyak 9%. Mereka menolak bahwa SIAK mampu menghemat
anggaran pengeluaran. Menurut mereka dinas juga harus mengeluarkan
biaya untuk perawatan terutama ketika terjadi kerusakan pada salah satu
perangkat sistem.
Diagram 4.23
Tanggapan Responden Tentang Kepuasan Pegawai Terhadap Hasil
Pekerjaannya
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.23 hampir keseluruhan responden
menjawab setuju yaitu sebanyak 96%. Responden berpendapat bahwa
setelah memanfaatkan sistem informasi administrasi kependudukan
mereka merasa puas dengan hasil pekerjaannya. Pekerjaan menjadi lebih
praktis sebab proses pengolahan terkomputerisasi. Kepuasan pegawai
membuktikan bahwa sistem yang diperuntukkan bagi pengelolaan
administrasi kependudukan memang sangat membantu kerja operator
selaku petugas administrasi kependudukan.
0%
96%
4%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
106
Diagram 4.24
Tanggapan Responden Tentang SIAK sebagai Solusi bagi
Permasalahan Pengelolaan Administrasi Kependudukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.24 diketahui bahwa mayoritas jawaban
responden menjawan setuju sebanyak 78%. Hal ini berarti bahwa sistem
informasi administrasi kependudukan merupakan solusi yang tepat dalam
menjawab segala permasalahan pengelolaan administrasi kependudukan.
Pengadministrasian data kependudukan yang sangat rumit ketika
dikerjakan secara manual menjadi lebih mudah saat sistem ini diterapkan.
Dari keseluruhan jawaban responden akan indikator kepuasan
pemakai dapat disimpulkan bahwa dengan memanfaatkan aplikasi SIAK
pada pekerjaan dapat menghemat pengeluaran anggaran, serta terjadinya
kepuasan akan hasil pekerjaannya. Bahkan pegawai menganggap bahwa
SIAK merupakan solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan
pengelolaan administrasi kependudukan.
13%
78%
9%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
107
4.3.2.6. Indikator Manfaat Bersih
Indikator manfaat bersih merupakan manfaat yang diterima
berbagai pihak dari adanya sistem informasi. Terdiri dari manfaat terhadap
individual, organisasi, kelompok, masyarakat dan negara. Berikut jawaban
responden mengenai manfaat bersih.
Diagram 4.25
Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Produktivitas Kerja
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.25 diketahui bahwa mayoritas responden
menjawab setuju sebanyak 70%. Responden setuju bahwa semakin hari
pegawai mengalami peningkatan produktivitas kerja. Pegawai yang
menggunakan SIAK dalam pekerjaan merasa bahwa sistem ini dapat
meningkatkan produktivitas pekerjaannya selama ini. Hal ini dirasakan
17%
70%
13%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
108
ketika pegawai tidak perlu bekerja lembur dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
Namun dari keseluruhan jawaban responden terdapat 13% yang
berpendapat bahwa tidak terjadi peningkatan produktivitas kerja ketika
pegawai memanfaatkan sistem ini. Menurut mereka produktivitas kerja
tetap sama ketika sebelum dan setelah menngunakan sistem.
Diagram 4.26
Tanggapan Responden Tentang Kemudahan Pelayanan Administrasi
Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.26 diketahui bahwa mayoritas responden
menjawab setuju sebanyak 74%. Hal ini berarti bahwa dengan
memanfaatkan sistem informasi administrasi kependudukan maka
tercapailah kemudahan pelayanan administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil. Kemudahan pelayanan administrasi merupakan salah satu
17%
74%
9%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
109
misi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang dalam
rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu ketika
faktor ini telah terpenuhi maka diharapkan terjadi peningkatan kualitas
pelayanan administrasi kependudukan di Kota Tangerang. Kemudahan
pelayanan sekaligus mewujudkan pelayanan terpadu yang dicanangkan
dalam pemerintahan Kota Tangerang.
Diagram 4.27
Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Pendaftaran Peristiwa
Kependudukan
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.27 dapat dilihat bahwa 61% responden
menjawab setuju dengan pernyataan adanya peningkatan pendaftaran
peristiwa kependudukan di Kota Tangerang. Hal ini berarti bahwa terjadi
peningkatan dalam administrasi kependudukan karena semakin banyaknya
penduduk yang mendaftarkkan peristiwa kependudukan. Banyaknya
9%
61%
30%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
110
peristiwa kependudukan yang didaftarkan merupakan hasil dari pelayanan
yang baik, cepat, dan mudah. Sehingga persepsi masyarakat yang selama
ini beranggapan bahwa pelayanan KTP, KK, dan Akte Kelahiran rumit,
berbelit-belit, dan memakan waktu yang lama menjadi berubah ke persepsi
yang baik sebagaimana disebutkan sebelumnya.Dengan banyaknya
pendaftaran peristiwa kependudukan maka tertib administrasi
kependudukan di Kota Tangerang semakin mudah untuk diwujudkan.
Pada diagram 4.27 juga terdapat 30% responden yang menolak
atau tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Menurut mereka pendaftaran
peristiwa kependudukan di wilayahnya tidak mengalami peningkatan.
Artinya masih minimnya kesadaran masyarakat akan tertib administrasi
kependudukan di wilayah tersebut.Beberapa pegawai merasa jumlah
pendaftaran peristiwa kependudukan stabil, tidak mengalami peningkatan
yang berarti semenjak diterapkannya sistem informasi administrasi
kependudukan selama beberapa tahun ini. Terutama pegawai yang berada
di wilayah-wilayah terpencil yang masih kurang paham akan pentingnya
kepemilikan dokumen kependudukan seperti KTP, KK serta akte
kelahiran.
111
Diagram 4.28
Tanggapan Responden Tentang Pembangunan Sistem Jaringan
Informasi Kependudukan Terpadu
Sumber: Peneliti, Hasil Penelitian Lapangan, 2014
Berdasarkan diagram 4.28 diketahui bahwa 87% responden
menjawab setuju dengan pernyataan adanya pembangunan sistem jaringan
informasi terpadu di Kota Tangerang. Pembangunan sistem jaringan
terpadu dimaksudkan untuk mendukung kelancaran dan ketertiban
pelayanan administrasi dalam rangka pelaksanaan pelayanan administrasi
kependudukan secara online. Sistem jaringan terpadu ini akan secara
langsung mengupdate data kependudukan ketika terjadi perubahan data
kependudukan di kecamatan.
Dari indikator manfaat bersih yang telah dipaparkan sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan produktivitas kerja pegawai
setelah menggunakan aplikasi ini karena pegawai tidak perlu bekerja
ekstra dalam menyelesaikan pekerjaan setiap harinya. Meskipun di sisi
9%
87%
4%
0%
sangat setuju
setuju
tidak setuju
sangat tidak setuju
112
lain tidak terjadi peningkatan yang signifikan dari pendaftaran peristiwa
kependudukan, pegawai berpendapat bahwa pelayanan administrasi
kependudukan lebih mudah dilakukan sehingga ke depannya diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan administrasi kependudukan di
Kota Tangerang.
4.4 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian mengenai evaluasi penerapan sistem informasi
administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang, peneliti memiliki hipotesis nol (H0) sebagai berikut :
H0 : 𝜇≤ 70%
“Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang kurang dari atau sama
dengan 70%”
Ha : 𝜇> 70%
Ha : Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang lebih dari 70%
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, maka skor ideal yang
diperoleh adalah 4 x 23 x 25 = 2300 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban yang
dnyatakan responden yang termasuk kriteria skor berdasarkan pada skala Likert).
(23 = jumlah anggota sampel yang dijadikan responden). (25 = jumlah pertanyaan
yang ditanyakan kepada setiap responden). Skor hasil penelitian berdasarkan data
113
yang terkumpul dari instrumen adalah 1708. Sedangkan untuk nilai mean atau
rata-ratanya 2300 : 23 = 100.
Mengingat penelitian Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang yang dihipotesiskan adalah paling rendah 70%, maka hal ini dapat
berarti bahwa 0,7 x 100 = 70. Hipotesis statistiknya dapat dirumuskan sebagai
berikut : H0 untuk memprediksi 𝜇 paling tinggi atau sama dengan 70% dari skor
ideal paling tinggi. Sedangkan Ha paling rendah 70% dari skor ideal diharapkan.
Atau hipotesis statistiknya dapat ditulis dengan rumus :
H0 = 𝜇 ≤ 70% ≤ 0,70 x 100 = 70
Ha = 𝜇 > 70% > 0,70 x 100 = 70
Diketahui :
�̅� = = 74,26069 = 74,26
𝜇0 = 70
S =
S =
S =
1708
23
√(𝑥 − �̅�)2
𝑛 − 1
√1822
23 − 1
√1822
22
114
S = √88,818
S = 9,424
S = 9,4
n = 23
Ditanya : t ?
Jawab :
=
=
=
= 2,173
= 2,2 thitung (thitung> ttabel)
Nilai thitung selanjutnya dibandingkan dengan nilai ttabel dengan derajat
kebebasan (dk) = (n – 1) = (23 – 1) = 22 dan taraf kesalahan ∝= 5%, maka
didapatlah nilai ttabel pada uji satu pihak (one tail test) yaitu 1,717. Karena nilai
x̅−µo
t =
s
√n
74,26– 70
9,4
√23
4,26
9,4
4,8
4,26
1,96
115
thitung lebih besar dari pada nilai ttabel (2,2 > 1,717) dan jatuh pada penerimaan Ha
maka hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
Berdasarkan hasil perhitungan sampel, ditemukan bahwa Evaluasi
Penerapan Sistem informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Kota
Tangerang, yaitu :
Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan =
1708 x 100%= 74,26 % 2300
Jadi, hipotesis yang menyatakan bahwa Penerapan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang lebih dari 70% diterima. Hasil perhitungan terhadap data sampel
diperoleh bahwa penerapan sistem informasi administrasi kependudukan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah sebesar 74,26%.
Gambar 4.2
Kurva Penolakan dan Penerimaan Hipotesis
untuk Uji Pihak Kanan
0 1,717 2,2
70% 74,26%
Penerimaan Ha
Penerimaan Ho
116
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Penelitian yang berjudul Evaluasi Penerapan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang bahwa hal yang paling penting dan utama adalah menjawab
rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti pada awal
penelitian. Sebagaimana dijelaskan pada awal penelitian, rumusan masalah yang
dibuat peneliti adalah sebagai berikut : “ Berapa besar penerapan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang? ”
Untuk menjawab rumusan masalah penelitian tersebut, kita dapat melihat
dari pembahasan yang memaparkan pengujian hipotesis dengan menggunakan
rumus t-test satu sampel dengan menguji pihak kanan bahwa harga thitung lebih
besar (>) dari harga ttabel dan hal itu dapat diartikan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima karena mencapai 74,26% dari angka paling rendah sebesar 70%.
Sehingga dapat dijelaskan bahwa bahwa Penerapan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang mencapai angka 74,26% artinya baik. Hal tersebut dapat dilihat
pada kategori berikut :
Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik
575 1150 1725 2300
1708
Gambar 4.3
Kategori Instrumen Komponen SIAK
117
Nilai 1708 termasuk ke dalam kategori interval kurang baik dan baik,
maka masuk ke dalam kategori baik karena lebih mendekati kategori baik.
Sehingga interpretasi yang tepat untuk menjawab rumusan masalah adalah
penerapan sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK) di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah 74,26%, artinya
penerapan SIAK di Disdukcapil Kota Tangerang baik.
4.6 Pembahasan
Pada pembahasan ini, peneliti akan memberikan pemaparan terlebih
dahulu mengenai pengujian hipotesis, dimana dalam pengujian hipotesis tersebut
diperoleh bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan data tersebut dijelaskan
bahwa penerapan sistem informasi administrasi kependudukan di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang mencapai angka 74,26% dari
angka yang dihipotesiskan yaitu 70%, artinya berhasil. Hal ini ditunjukkan dari
hasil perhitungan pada variabel penelitian tersebut, yaitu penerapan sistem
informasi administrasi kependudukan di Disdukcapil Kota Tangerang. Skor ideal
instrumen adalah 4 x 23 x 25 = 2300 (4 = nilai tertinggi dari setiap jawaban yang
dnyatakan responden yang termasuk kriteria skor berdasarkan pada skala Likert,
23 = jumlah anggota sampel yang dijadikan responden, 25 = jumlah pertanyaan
yang ditanyakan kepada setiap responden). Sedangkan untuk skor hasil penelitian
instrumen berdasarkan data yang terkumpul adalah sebesar 1708. Sehingga,
evaluasi penerapan sistem informasi administrasi kependudukan (SIAK) di Dinas
118
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah sebesar 1708 : 2300
= 0,7426 atau 74,26% dalam prosentase.
Dari hasil penelitian lapangan, diperoleh skor hasil perhitungan tiap
indikator evaluasi sistem informasi administrasi kependudukan di Kota Tangerang
dalam bentuk tabel.
Tabel 4.3
Hasil Penelitian Dan Perhitungan Evaluasi Penerapan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang berdasarkan Teori Evalusi Sistem Informasi Model DeLone
dan McLean tiap Indikator
Indikator Sub indikator
Jumlah instrumen
Hasil prosentase tiap indikator
Kualitas Sistem 5 7 493 x 100% = 76,55% 644
Kualitas Informasi 4 4 269 x 100% = 73,1% 368
Kualitas Pelayanan 4 5 328 x 100% = 71,3% 460
Intensi Penggunaan 1 2 139 x 100% = 75,54% 184
Kepuasan Pemakai 3 3 204 x 100% = 73,91% 276
Manfaat Bersih 3 4 275 x 100% = 74,73% 368
Berdasarkan hasil perhitungan tiap-tiap indikator, maka peneliti
menyimpulkan bahwa tiap-tiap indikator memiliki nilai prosentase melebihi angka
minimal 70%. Dari keenam indikator tersebut, kualitas sistem merupakan
indikator yang berpengaruh paling besar dalam penerapan sistem informasi
administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang. Indikator kualitas sistem memiliki nilai prosentase sebesar 76,55%.
119
Hal ini dikarenakan adanya kemudahan penggunaan sistem oleh pegawai yang
telah dibekali ilmu pengetahuan akan sistem informasi administrasi kependudukan
pada bimbingan teknis yang biasanya diadakan oleh dinas. Bimbingan teknis
ditujukan agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
kebanyakan bukan berlatar belakang pendidikan ilmu komputer. Sebagaimana
diketahui sebanyak 25% pegawai pengguna SIAK berpendidikan SLTA.
Meskipun indikator kualitas sistem berkontribusi paling besar dalam
penerapan SIAK di Kota Tangerang, bukan berarti indikator ini tidak memiliki
kekurangan. Dari pernyataan tentang “pegawai dapat mengembangkan sistem
sesuai kebutuhan pengguna”, diketahui bahwa dinas selaku pengguna SIAK tidak
dapat mengembangkan sistem sesuai kebutuhan di daerahnya. Dinas tidak
diberikan hak untuk memodifikasi sistem sebab hanya diperkenankan untuk
menggunakan sistem yang telah dibuat oleh kemendagri yang diupgrade secara
berkala oleh pusat. Hal ini pun diungkapkan oleh Bapak Muflih Sutisna selaku
Kepala Seksi Pengolahan Data dan Jaringan Komunikasi yang menyatakan bahwa
aplikasi SIAK masih bergantung pada pusat sehingga sulit untuk dimodifikasi.
Padahal sebagai pengguna sistem mestinya dinas dapat memberikan masukan
pada sistem yang digunakan agar nantinya sistem dapat dimodifikasi menjadi
lebih baik lagi sesuai dengan kebutuhan daerah masing-masing.
Pada indikator kualitas informasi dalam sub indikator kelengkapan,
terdapat 22% responden tidak setuju dengan pernyataan bahwa data penduduk
dalam database kependudukan di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang lengkap sesuai dengan hasil pendaftaran dan pencatatan sipil. Menurut
120
mereka database kependudukan tidak lengkap. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya data penduduk yang tidak terdaftar pada saat pembagian undangan
perekaman e-ktp yang lalu, dimana data undangan tersebut diambil dari data hasil
olahan SIAK. Banyaknya penduduk yang tidak mendapatkan undangan adalah
penduduk yang memang mempunyai dokumen kependudukan yang sah namun
tidak terdaftar dalam database kependudukan Disdukcapil Kota Tangerang.
Padahal salah satu tujuan adanya fasilitasi SIAK dalam pengelolaan administrasi
kependudukan adalah untuk pembangunan database yang lengkap serta
penyediaan data dan informasi yang akurat.
Untuk indikator yang berkontribusi paling kecil dalam penerapan sistem
informasi administrasi kependudukan di Kota Tangerang adalah indikator kualitas
pelayanan sebesar 71,3%. Pada sub indikator empati terdapat 39% responden
yang menjawab tidak setuju bahwa adanya jaminan penggantian alat ketika terjadi
kerusakan. Salah satu faktor berhasilnya suatu penerapan sistem informasi adalah
dukungan perangkat, apabila terjadi kerusakan pada salah satu perangkat
pendukungnya maka kegiatan kerja pegawai pun terhambat. Di Kota Tangerang,
dinas tidak memberikan jaminan penggantian alat ketika terjadi kerusakanpada
peralatan yang terdapat di kecamatan. Beberapa kecamatan menyediakan sendiri
perangkat yang mendukung jalannya SIAK. Perangkat yang meliputi perangkat
komputer dan jaringan ini mestinya masuk ke dalam anggaran pengeluaran dinas
yang kemudian didistribusikan ke setiap kecamatan.
Masih dari indikator kualitas pelayanan yaitu pernyataan tentang
penerapan standar operasional prosedur (SOP) Kartu Tanda Penduduk dan Kartu
121
Keluarga pada pelayanan administrasi kependudukan. Meskipun nilai pada sub
indikator ini jawaban setuju mencapai 78%, namun kenyataan dilapangan malah
terlihat sebaliknya. Berdasarkan hasil observasi peneliti, terlihat bahwa SOP KTP
dan KK yang dibuat Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
tidak diterapkan oleh kecamatan. Standar operasional prosedur tidak diterapkan
karena akan malah merepotkan pegawai ketika KTP atau KK ditekankan untuk
selesai dalam beberapa menit saja. Sedangkan penduduk yang membuat KTP atau
KK jumlahnya cukup banyak sehingga pegawai akan kelelahan untuk melayani
penduduk setiap harinya. Selain itu pejabat yang menandatangani dokumen
kependudukan tersebut juga tidak selalu ada di tempat. Maka dari itu ketika
penduduk membuat KTP atau KK, berkas dikumpulkan terlebih dahulu dan
dikerjakan ketika jumlahnya mencukupi untuk diproses. Di kecamatan, waktu
yang dibutuhkan untuk memproses KTP hingga selesai adalah 3 hari dan KK
selama 1 minggu.
Terakhir pada indikator manfaat bersih tentang terjadinya peningkatan
jumlah pendaftaran peristiwa kependudukan. Dari pernyataan tersebut terdapat
30% responden yang menjawab tidak setuju. Menurutnya pendaftaran peristiwa
kependudukan tidak mengalami peningkatan berarti pada saat SIAK diterapkan
karena masih banyaknya masyarakat yang tidak memperbaharui bahkan membuat
dokumen kependudukan. Hal ini membuktikan bahwa penerapan SIAK tidak
memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan pelaporan peristiwa
kependudukan sebagaimana diharapkan oleh pemerintah.
122
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti mempertegas kembali tentang
jawaban atas rumusan masalah pertama, yaitu sejaumana penerapan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Berdasarkan hasil perhitungan pengujian
hipotesis dinyatakan bahwa penerapan sistem informasi adminitrasi
kependudukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang
sudah baik yaitu mencapai angka 74,26%.
123
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian mengenai Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang, dikaji dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan teori Model
Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean. Terdapat 6 (enam) indikator
dalam model DeLone dan McLean ini, yaitu kualitas sistem, kualitas informasi,
kualitas pelayanan, intensi penggunaan, kepuasan pemakai, dan manfaat bersih.
Berdasarkan perumusan masalah penelitian, maka peneliti melakukan
penyimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai evaluasi
sistem informasi yang berjudul “Evaluasi Penerapan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kota Tangerang”, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa bahwa penerapan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang adalah baik atau berhasil karena mencapai
angka 74,26% dari angka yang dihipotesiskan peneliti yaitu minimal 70%. Dari
hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus t-test satu sampel dengan
menguji pihak kanan diperoleh nilai thitung lebih besar dari pada nilai ttabel (2,2 >
1,717) dan jatuh pada penerimaan Ha yang berarti hipotesis nol yang berbunyi
Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang kurang dari atau sama dengan 70% ditolak.
124
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, peneliti mencoba
memberikan saran untuk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota
Tangerang guna mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kota
Tangerang. Saran tersebut antara lain :
1. Guna meningkatkan kualitas pelayanan dinas diharapkan memperbaharui
standar operasional prosedur (SOP) agar lebih akurat dan memungkinkan
untuk diterapkan, sehingga terjadi keseragaman pelayanan administrasi
kependudukan di tiap-tiap kecamatan ataupun dinas.
2. Membangun keakuratan data guna meningkatkan kualitas informasi
dengan cara melakukan pengecekkan secara langsung antara data yang
tersimpan dalam database dengan keadaan di lapangan dengan melibatkan
RT, RW, dan Lurah setempat.
3. Guna meningkatkan kepuasan pengguna aplikasi ini, dinas diharapkan
dapat memberikan fasilitasi sarana dan prasarana yang lebih baik lagi bagi
kecamatan melalui anggaran pengeluaran dinas yang memadai, misalnya
dengan mengupdate atau mengganti peralatan komputer baik hardware
maupun software dengan yang lebih canggih agar kecamatan dan dinas
dapat melakukan pekerjaannya secara maksimal dan pelayanan pun
berjalan optimal.
125
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan publik. Bandung: Alfabeta
Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2006. Kebijakan Publik Untuk Negara-Negara
Berkembang. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Nugroho, Eko. 2008. Sistem Informasi Manajemen: Konsep, Aplikasi, &
Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit Andi
Indrajit, Ricardus Eko. 2005. E-Government In Action: Ragam Kasus
Implementasi Sukses Di Berbagai Dunia. Yogyakarta: Penerbit Andi
Siagian, Sondang. Sistem Informasi Manajemen. 2009. Jakarta: Bumi aksara
McLeod, Raymond & George Schell. 2004. Sistem Informasi Manajemen.
Jakarta: Indeks
Laudon, Kenneth C & Jane P Laudon. 2012. Sistem Informasi Manajemen:
Mengelola Perusahaan Digital. Jakarta: Salemba Empat.
Sutabri, Tata. 2004. Analisa Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi
Al Fatta, Hanif. 2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Gaol, Chr. Jimmy L. 2008. Sistem Informasi Manajemen : Pemahaman dan
Aplikasi. Jakarta: Grasindo.
Syafiee, Inu Kencana. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
126
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta: DIA FISIP UI.
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Sujarweni, V. Wiratna. 2014. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
DeLone, William H. and Ephraim R. McLean. 2003. The DeLone and McLean
Model of Information Systems Success: A Ten-Year Update. Journal of
Management Information Systems. [online]. Diakses 05 Februari 2014.
Diunduh dari : http://www.asiaa.sinica.edu.tw/~ccchiang/GILIS/LIS/p9-
Delone.pdf
Hasibuan, Zainal A., Husni Fahmi dan Herald Setiadi. 2007. Perubahan
Arsitektur Database dan Aplikasi Administrasi Kependudukan yang
Sejalan dengan Otonomi Daerah. Jurnal Sistem Informasi. Diakses 02
Desember 2012. Diunduh dari :
http://dl2.cs.ui.ac.id/v3/wp-content/uploads/2008/08/perubahan-arsitektur-
database-zainal-hasibuan.pdf
Sumber Lain:
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.
127
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengkajian, Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2004 Tentang
Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan.
http://laely-widjajati.blogspot.com/2011/01/sistem-informasi-administrasi.html,
akses 24 Januari 2012
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_administrasi_kependudukan
http://www.bappenas.go.id/node/133/2173/inpres-no3-tahun-2003-tentang-kebijakan-
dan-strategi-nasional-pengembangan-e-governmet
Kajian Pustaka:
Yuliana, Dina. 2010. Efektivitas Penerapan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Serang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa. Serang : Skripsi (Tidak Diterbitkan)
128
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama : Euis Juhaeriah
NIM : 6661081081
Tempat Tanggal Lahir : Tangerang, 24 Mei 1989
Agama : Islam
Alamat : Kp. Gebang RT.002/002 Kel. Sangiang Jaya
Kec. Periuk Kota Tangerang Banten 15132
Email : euisjo1989@gmail.com
No. HP : 085710053435
II. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Suhendi
Nama Ibu : Umu Kulsum
Pekerjaan Ayah : Pegawai Negeri Sipil
Pekerjaan Ibu : Mengurus Rumah Tangga
III. Riwayat Pendidikan
SD : SD Negeri Gebang Raya (1995-2001)
SMP : SLTP Negeri 8 Kota Tangerang (2001-2004)
SMA : SMK Negeri 3 Kota Tangerang (2004-2007)
S1 : Administrasi Negara UNTIRTA (2008-2015)
129
130
131
132
133
134
Berilah tanda ceklist ( √ ) pada pernyataan berikut (Ket: SS = Sangat Setuju, S = Setuju, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju)
EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK)
No. Responden : (diisi oleh peneliti)
Umur : tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Pendidikan Terakhir :
Jabatan Responden :
NO PERNYATAAN SS S TS STS
A. Kualitas Sistem
1. Pegawai membutuhkan pelatihan khusus untuk dapat menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK)
2. Sistem dapat diakses secara cepat ketika melakukan penelusuran data penduduk
3. Sistem sering mengalami kerusakan yang dapat mengganggu kerja pegawai
4. Aplikasi SIAK online tersambung terus menerus dan dapat diakses selama 24 jam
5. Pegawai dapat mengembangkan sistem sesuai dengan kebutuhan pengguna
6. Pegawai diberikan hak akses SIAK yang hanya digunakan oleh pengguna yang bersangkutan
7. Data pribadi penduduk yang tersimpan dalam database terjaga dan tidak mudah hilang ketika terjadi kerusakan sistem
8. SIAK memiliki tingkat keamanan tinggi dimana hanya pegawai yang diberi wewenang yang dapat mengakses database kependudukan
B. Kualitas Informasi
9. Database penduduk lengkap, sehingga memudahkan penelusuran pada saat pengentry-an
10. Petugas memasukkan data penduduk secara lengkap sesuai dengan kolom yang telah disediakan
135
11.
Informasi yang dihasilkan dari pengelolaan data kependudukan, dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, tidak lagi menyimpan data penduduk yang sudah pindah atau meninggal
12. Data penduduk yang terdapat dalam database kependudukan sesuai dengan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
13. Dalam rangka meningkatkan kualitas informasi, petugas melakukan penyikronisasian data secara berkala dengan instansi lain.
C. Kualitas Pelayanan
14. Perangkat komputer yang digunakan sudah terstandarisasi dengan baik
15. Software pendukung dalam penerapan SIAK sudah sesuai dengan standar kesisteman
16. Adanya jaminan penggantian alat ketika terjadi kerusakan pada salah satu perangkat
17. Dengan SIAK, pelayanan administrasi kependudukan dapat dilakukan dengan cepat
18. Pegawai melaksanakan pekerjaan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) yang berlaku
19. Minimnya keluhan negatif yang diterima petugas mengenai pelayanan yang telah diberikan
D. Intensi Penggunaan
20. Hampir keseluruhan administrasi kependudukan diproses melalui SIAK
21. Pegawai merasa nyaman ketika menggunakan sistem informasi administrasi kependudukan yang ada
E. Kepuasan Pemakai
22. Memanfaatkan SIAK mampu menghemat pengeluaran anggaran
23. Pegawai merasa puas dengan hasil pekerjaannya
24. SIAK merupakan solusi yang tepat dalam menjawab segala permasalahan pengelolaan administrasi kependudukan
25. Menggunakan SIAK dapat menumbuhkan semangat pegawai dalam melaksanakan pekerjaan
136
F. Manfaat Bersih
26. Adanya peningkatan produktivitas kerja pegawai
27. Tercapainya kemudahan pelayanan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
28. Semakin banyaknya penduduk yang mendaftarkan peristiwa kependudukan
29. Adanya peningkatan pencetakan dokumen kependudukan
30. Adanya pembangunan sistem jaringan informasi kependudukan yang terpadu
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147