Post on 14-Mar-2019
DEPRESIASI
• Penyusutan atau penurunan nilai asset bersamaan denganberlalunya waktu
• Aset yang terkena depresiasi hanya fixed asset (asset tetap) yang pada umumnya bersifat fisik
• Seperti bangunan, mesin/ peralatan, armada, dll
DEPRESIASI
Depresiasi dapat dibedakan menjadai beberapa sebab sebagai berikut:1. Penyusutan fisik (Deterioration)
Penyusutan yang disebabkan oleh berkurangnya kemampuan fisik (performance) dari suatu aset untuk menghasilkan produksi karena kemerosotan dan keausan.Mengakibatkan biaya operasional dan perawatan meningkat, sedangkan kemampuan produksi menurun.
2. Penyusutan Fungsional (Obsolescence)Penyusutan dan penurunan karena kekunoan/ usang. Bentuk ini lebih sulit ditentukan, karena penurunan nilai disebabkan berkurangnya permintaan, tugas, atau fungsinya sebagaimana rencana semula.Pengurangan ini bisa disebabkan antara lain: pergantian mode, pusat-pusat kependudukan berpindah, munculnya mesin/ alat yang lebih efisien, pasar telah jenuh, atau sebaliknya dengan meningkatnya permintaan produk perlu mengganti mesin dengan kapasitas yang lebih besar karena mesin lama dianggap tidak cukup lagi (inadequate)
TUJUAN DEPRESIASIASET
Secara umum ada beberapa alasan dilakukannya perhitungan depresiasi ini, yaitu:1. Untuk menyediakan dana pengembalian modal yang telah
diinvestasikan dalam kekayaan fisik, dana ini sifatnya sebagai saving untuk menjamin kontinuitas/ keberlanjutan usaha bila mesin habis masa pakainya dan perlu diganti dengan yang baru. Secara teoritis dana depresiasi yang telah disimpan sebelumnya dapat dibayarkan untuk pembelian mesin baru
2. Untuk memungkinkan adanya biaya penyusutan yang dibebankan pada biaya produksi atau jasa yang dihasilkan dari penggunaan aset-aset
3. Sebagai dasar pengurangan pembayaran pajak-pajak pendapat/ usaha yang harus dibayarkan.
1. Straight Line Depreciation (SLD)/ Depresiasi Garis Lurus
Metode SLD ini adalah metode yang paling sederhana dan yang paling sering dipakai dalam perhitungan depresiasi aset, karena metode ini relatif sederhana.Metode ini pada dasarnya memberikan hasil perhitungan depresiasi yang sama setiap tahun selama umur perhitungan aset. Maka setiap nilai nuku aset setiap akhir tahun jika dibuatkan grafik akan membentuk garis lurus.
1. Straight Line Depreciation (SLD)/ Depresiasi Garis Lurus
SLD = 1
𝑁(𝐼 − 𝑆)
Dimana:SLD : Jumlah depresiasi per tahunI : Investasi (nilai aset awal)n : Lamanya aset akan didepresiasiS : Nilai sisa aset akhir umur produktif
Jumlah aset yang telah didepresiasi selama t tahun adalah:
𝐷𝑒𝑝𝑡 =𝑡
𝑁(𝐼 − 𝑆)
Nilai buku (book value) tiap akhir t tahun depresiasi adalah:
𝐵𝑉𝑡 = 𝐼 −𝐷𝑒𝑝𝑡 = 𝐼 −𝑡
𝑁(𝐼 − 𝑆)
1. Straight Line Depreciation (SLD)/ Depresiasi Garis Lurus
Sebuah perusahaan angkutan mempunyai beberapa buah truk dengan harga Rp180 juta/ buah. Berdasarkan pengalaman truk-truk yang sama mempunyai umur produktif selama 5 tahun dan setelah itu truk dapat dijual seharga 60 juta. Hitunglah besarnya depresiasi yang harus dikeluarkan tiap tahun, jumlah depresiasi selama 3 tahun dan nilai buku pada akhir tahun ketiga tersebut jika metode depresiasi yang diterapkan adalah SLD.
Penyelesaian:Depresiasi per tahunan adalah:
SLD = 1
𝑁(𝐼 − 𝑆)
SLD = 1
5(180 − 60)
SLD = Rp 24 juta/ tahun
CONTOH:
1. Straight Line Depreciation (SLD)/ Depresiasi Garis Lurus
Jumlah Depresiasi yang dibayarkan selama 3 tahun adalah:
σ𝐷𝑒𝑝𝑡 =𝑡
𝑁(𝐼 − 𝑆)
σ𝐷𝑒𝑝3 =3
5(180 − 60)
σ𝐷𝑒𝑝3 = Rp 72 juta
Nilai buku pada tahun ketiga adalah:BV1 = I-Dep1
BV3 = 180-72BV3 = Rp 108 juta
Penyelesaian:
Tahun ke- Nilai Buku Depresiasi 1/N(I-S) Dept
012345
1801561321088460
02424242424
024487296120
2. Sum of Year Digits Depreciation (SOYD)
• Metode ini memiliki pola pembayaran depresiasi yang tidak sama setiap tahunnya,
• Yaitu didasarkan pada bobot digit dari tahun pemakaian• Pada tahun-tahun awal depresiasi yang dikeluarkan lebih besar dari
tahun berikutnya, dimana penurunannya merupakan fungsi dari berkurangnya umur aset tersebut
• Penggunaan depresiasi ini biasanya dikenakan pada aset yang mempunyai pola perilaku keuntungan yang besar pada awal investasi dan mengecil sesuai dengan perjalanan umur investasi
• Metode ini sering juga digunakan dalam rangka mengantisipasi/ pengamanan cash flow masa depan yang berisiko tinggi, sehingga kemungkinan terjadinya biaya pengembalian modal dapat dikurangi.
Rumus: SOYDt=𝑈𝑚𝑢𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑎𝑠𝑒𝑡
𝑆𝑢𝑚 𝑜𝑓 𝑌𝑒𝑎𝑟 𝐷𝑖𝑔𝑖𝑡𝑠 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑐𝑖𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛(𝐼 − 𝑆)
Dimana:SOYDt = Depresiasi SOYD periode ke tUmur sisa aset = n, yaitu umur aset – jumlah periode depresiasi yang telah dibayarkan
Sum of Year Digits Depreciation = σ𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡 =𝑁
2(𝑁 + 1)
2. Sum of Year Digits Depreciation (SOYD)
Maka SOYDt = 𝑛
σ 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡(𝐼 − 𝑆)
SOYDt=𝑁− 𝑡−1
σ 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡(𝐼 − 𝑆)
CONTOH:Suatu asset dengan nilai investasi Rp 120 juta, umur 7 tahun nilai sisa 20 juta rupiah akan dihitung besarnya depresiasi/ tahunan, dan nilai buku setiap tahunnya.
2. Sum of Year Digits Depreciation (SOYD)
Penyelesaian:
Investasi (I) = Rp 120 jutaNilai Sisa (S) = Rp 20 jutaUmur Aset = 7 tahun
σ𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡 =𝑁
2(𝑁 + 1)
σ𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡 =7
2(7 + 1)
σ𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡 = 28Angka 28 juga dapat diperoleh dari 1+2+3+4+5+6+7 = 28
SOYDt=𝑁− 𝑡−1
σ 𝑑𝑖𝑔𝑖𝑡(𝐼 − 𝑆)
t=1 SOYDt=7− 1−1
28120 − 20 =
7
28(100)=25
t=2 SOYDt=7− 2−1
28120 − 20 =
6
28(100)=21,42
t=3 SOYDt=7− 3−1
28120 − 20 =
5
28(100)=17,857
t=4 SOYDt=7− 4−1
28120 − 20 =
4
28(100)=14,286
t=5 SOYDt=7− 5−1
28120 − 20 =
3
28(100)=10,71
2. Sum of Year Digits Depreciation (SOYD)
Penyelesaian:
t=6 SOYDt=7− 6−1
28120 − 20 =
2
28(100)=7,14
t=7 SOYDt=7− 7−1
28120 − 20 =
1
28(100)=3,57
Dapat pula dibuat tabel seperti berikut:
N SOYD Dep BV
01234567
-25
21,4317,8614,2910,717,143,57
-25
46,4364,2978,5889,2996,43
100
12095
73,5755,7141,4230,7123,57
20
3. Declining Balance Depreciation (DBD)
• Metode ini memiliki asumsi bahwa nilai aset menurun lebih cepat pada tahun-tahun awal daripada tahun-tahun akhir dari usia gunanya.
• Perlu diingat dalam metode ini adalah nilai jual (nilai sisa) harus lebih besar daripada nol.
• Depresiasi dihitung berdasarkan laju/ tingkat penyusutan tetap (R) yang dikalikan dengan nilai aset tahun sebelumnya.
• Contohnya: jika harga awal aset 100 juta rupiah dikenakan laju depresiasi 10%, maka besarnya depresiasi tahun pertama adalah 10%xRp100 juta= Rp 10 juta; depresiasi tahun kedua adalah 10%x(Rp100 juta – Rp 10 juta)= Rp 9 juta; tahun ketiga 10%x(Rp90 juta-Rp 9 juta) = Rp 8,1 juta, dan seterusnya.
• Secara matematis perhitungan DBD adalah sebagai berikut:DBDt=RxBVt-1 ;dimana:DBDt= depresiasi tahun ke -tBVt-1 = nilai buku tahun ke-tR = tingkat/ laju depresiasi tahunanJika BVt-0 = I atau harga aset awal,maka DBD1=RxI
3. Declining Balance Depreciation (DBD)
Jika BVt-0 = I atau harga aset awal,maka DBD1=RxI
DBD2 = R x BV1
BV1 = I – R x I= (I-R)I
BV2 = BV1 – R x BV1
= (I-R)2IMaka BVt = (1-R)tIJika BVt = BVt-1 – DBDt
Maka BVt = BVt-1 – R x BV1
= (1-R)BVt-1
Jika BV0 = 1DBDt = R(1-R)t-1 x IBVn = S
Maka R = 1 −𝑆
𝐼
1
𝑛
3. Declining Balance Depreciation (DBD)
CONTOH:Suatu asset dengan nilai investasi Rp 120 juta, umur 7 tahun nilai sisa 20 juta rupiah akan dihitung besarnya depresiasi/ tahunan, dan nilai buku setiap tahunnya.
Penyelesaian:
R = 1 −𝑆
𝐼
1
𝑛=1 −
20
120
1
7=0,225 = 22,5%
Periode (t) R = 1 −𝑆
𝐼
1
𝑛 DBDt BVt
01234567
-22,5%22,5%22,5%22,5%22,5%22,5%22,5%
-22,5%(120)22,5%(92,9)22,5%(71,9)22,5%(55,7)22,5%(43,1)22,5%(33,4)22,5%(25,8)
12092,971,955,743,133,425,820,0
4. Double Declining Balance Depreciation (DDBD)
• Jika metode depresiasi DBD digunakan untuk tujuan-tujuan perhitungan pembayaran pajak, tingkatan penyusutan maksimum yang dibenarkan dua kali tingkat penyusutan metode garis lurus (SLD)
• Jadi untuk suatu aset dengan usia pemakaian diperkirakan “n” tahun, maka tingkat penyusutan maksimum yang diizinkan adalah 2(I/n).
• Metode penyusutan/ depresiasi semacam ini dinamakan Double Declining Balance Depreciation (DDBD)
• Dimungkinkan tingkat penyusutan sebesar 1,5 atau 1,25 kali lipat penyusutan garis lurus.
• Double Declining Balance Depreciation merukapan kelipatan 200% x SLD
Dimana: 𝑆𝐿𝐷 =1
𝑁(𝐼 − 𝑆), jika I-S = Book valuet-1
Maka 𝑆𝐿𝐷𝑡 =1
𝑁(𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒𝑡−1)
DDBD = 200% x SLDt = 200% x 1
𝑁(𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒𝑡−1)
Maka DDBDt = 2
𝑁(𝐵𝑜𝑜𝑘 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒𝑡−1)
4. Double Declining Balance Depreciation (DDBD)
Pada saat t=0, nilai buku (BV) = Investasi (I), maka:
t=1 DDBD1 = 2
𝑁𝐼 =
2𝐼
𝑁1 −
2
𝑁
0
t=2 DDBD2 = 2
𝑁1 −
2
𝑁=
2𝐼
𝑁1 −
2
𝑁
1
t=3 DDBD3 = 2
𝑁1 −
2𝐼
𝑁−
2𝐼
𝑁1 −
2
𝑁=
2𝐼
𝑁1 − 2
2
𝑁+
2
𝑁
2=
2𝐼
𝑁ቀ
ቁ
1 −
2
𝑛
2
Dari persamaan di atas jika dilanjutkan ningga t ke n akan diperoleh DDBD tahun ke-n sebagai berikut:
DDBDn=2𝐼
𝑁1 −
2
𝑁
𝑛−1
Total depresiasi DDBD pada tahun ke-n adalah:
σ𝐷𝐷𝐵𝐷𝑛 =2𝐼
𝑁
൨
1 −2
𝑁
0+ 1 −
2
𝑁
1+ 1 −
2
𝑁
2+ 1 −
2
𝑁
3+⋯+
1 −2
𝑁
𝑛+1... (1)
Dikalikan dengan 1 −2
𝑁
4. Double Declining Balance Depreciation (DDBD)
σ𝐷𝐷𝐵𝐷 1 −2
𝑁=
2𝐼
𝑁1 −
2
𝑁
1+ 1 −
2
𝑁
2+ 1 −
2
𝑁
3+⋯+ 1 −
2
𝑁
𝑛
... (2)
Jika persamaan (2) – (1) akan diperoleh sebagai berikut:
σ𝐷𝐷𝐵𝐷 1 −2
𝑁=
2𝐼
𝑁−1 + 1 −
2
𝑁
𝑛
𝐷𝐷𝐵𝐷𝑛 =
Nilai buku (Book Value) pada tahun ke-n adalah:BV = Investasi - DDBDt
BVn=I-𝐼 1 − 1 −2
𝑁
𝑛
BVn=𝐼 1 −2
𝑁
𝑛
Catatan: kareana DBDx200% = DDBD mempunyai indeks 2/N dan DBD sendiri dengan indeks 1/N, maka untuk DBD 150% indeks 2/N cukup diganti dengan 1,5/N. Formula ini berlaku pula untuk faktor pengali yang lain
4. Double Declining Balance Depreciation (DDBD)
Contoh:Suatu asset dengan nilai investasi Rp 120 juta, umur 7 tahun nilai sisa 20 juta rupiah akan dihitung besarnya depresiasi/ tahunan, dan nilai buku setiap tahunnya.
Penyelesaian:Investasi (I) = Rp 120 jutaNilai Sisa (S) = Rp 20 jutaUmur Aset = 7 tahun
DDBDn=2𝐼
𝑁1 −
2
𝑁
𝑛−1
t = 1 DDBD1=2(120)
71 −
2
7
1−1=
240
70,7143 0=34,286
t = 2 DDBD2=2(120)
71 −
2
7
2−1=
240
70,7143 1=24,490
t = 3 DDBD3=2(120)
71 −
2
7
3−1=
240
70,7143 2=17,493
t = 4 DDBD4=2(120)
71 −
2
7
4−1=
240
70,7143 3=12,496
4. Double Declining Balance Depreciation (DDBD)
DDBDn=2𝐼
𝑁1 −
2
𝑁
𝑛−1
t = 5 DDBD5=2(120)
71 −
2
7
5−1=
240
70,7143 4=8,926
t = 6 DDBD6=2(120)
71 −
2
7
6−1=
240
70,7143 5=6,376
t = 7 DDBD7=2(120)
71 −
2
7
7−1=
240
70,7143 6=4,554
Nilai buku akhir periode:
BVn=𝐼 1 −2
𝑁
𝑛
BV7=120 1 −2
7
7=120(0,0949)
BV7= 11,385
5. DDBD to Convertion SLD
Salah satu persoalan metode DDBD adalah nilai buku pada periode akhir tidak selalu sama dengan nilai sisa. Terdapat beberapa kemungkinan dari nilai buku akhir periode dibandingkan nilai sisa, yaitu:• Book valuet=n > Nilai Sisa• Book valuet=n = Nilai Sisa• Book valuet=n < Nilai Sisa
Jika BVn > S akan menimbulkan masalah dalam menetapkan nilai aset dari perusahaan, karena akan memunculkan biaya semu (sunk cost), untuk itu perlu dihindarkan.
Ada dua metode yang dapat dilakukan:1. Melanjutkan perhitungan depresiasi sampai ditemukan nilai sisa2. Menggabungkan metode DDBD dengan SLD
5. DDBD to Convertion SLD
Metode nomor 1 tidak selalu dapat dilakukan, terutama jika umur aset tidak mungkin lagi ditambah atau aset betul-betul tidak produktid lagi
Metode kedua, yaitu menggabungkan metode DDBD dengan SLD yang disebut Metode DDBD to Convertion SLD
Grafik Hubungan nilai buku dengan nilai sisa
5. DDBD to Convertion SLD
Masalahnya adalah kapan DDBD dikonversikan pada SLD, apakah pada titik A, B, atau C..???Maka dilakukan beberapa pendekatan:
5. DDBD to Convertion SLD
a. Metode pemakaian tabelDiberikan dalam tabel di samping, dimana kolom tahun awal penggunaan SLD dipandu dengan nilai rasio antara nilai sisa dengan investasi. Jika angka rasio yang diperoleh 0 s.d < 0,05 dipakai kolom 2. Jika rasionya 0,05 s.d <0,10 dipakai kolom 3. Jika rasionya 0,10 s.d. < 0,12 dipakai kolom 4. Sedangkan jika rasionya 0,12 dipakai kolom 5. Kolom ke-1 menyatakan umur investasi/ aset yang akan didepresiasikan, maka nilai sel yang berada antara hasil rasio dengan umur aset menyatakan tahun awal penggantian metode DDBD ke SLD.
S/I 0 -
<0,05
S/I 0,05 -
<0,10
S/I 0,10 -
<0,12S/I 0,12
3 3
4 4 4
5 4 5
6 5 5
7 5 6
8 6 6 8
9 6 7 9
10 7 7 9
11 7 8 10
12 8 9 11
13 8 9 11
14 9 10 12
15 9 10 13
16 10 11 13
17 10 11 14
18 11 12 15 18
19 11 13 16 19
20 12 13 16 19
N (Umur
Aset)
Tahun awal Penggunaan SLD (n)
5. DDBD to Convertion SLD
Contoh:Suatu aset bernilai 900 juta rupiah mempunyai umur depresiasi 5 tahun dengan nilai sisa ditargetkan 30 juta rupiah.Hitung dan tentukan besarnya depresiasi dengan menggunakan metode DDBD to Convertion SLD
Penyelesaian:Investasi (I) = Rp 900 jutaUmur = 5 tahunNilai Sisa = Rp 30 juta
5. DDBD to Convertion SLD
Maka rasio S/I = 30/900 = 0,033 jadi rasionya berada pada kolom ke-2Didapat dari tabel bahwa tahun peragantian metode (n) = 4, artinya metode berubah dari DDBD ke SLD pada tahun ke-4
t=1 DDBD1= 2(900)
51 −
2
5
1−1=
1800
50,60 0=360
t=2 DDBD2= 2(900)
51 −
2
5
2−1=
1800
50,60 1=216
t=3 DDBD3= 2(900)
51 −
2
5
3−1=
1800
50,60 2=130
Nilai buku pada akhir periode ke-3 adalah:
BVn=𝐼 1 −2
𝑁
𝑛
BV3=900 1 −2
5
3=900(0,216)
BV3 = 194
5. DDBD to Convertion SLD
SLD untuk 2 tahun sisa ( tahun ke-4 dan ke-5)
𝑆𝐿𝐷𝑡 =1
𝑁− 𝑛−1(𝐵𝑉𝑡−1 − 𝑆)
𝑆𝐿𝐷4 =1
5− 4−1(194 − 30)
𝑆𝐿𝐷4 =1
2(164) = 82
Dengan demikian, jadwal lengkap depresiasi aset adalah:
Tahun ke- Depresiasi BV Keterangan
012345
-3602161308282
90054032419411230
-DDBDDDBDDDBD
SLDSLD
5. DDBD to Convertion SLD
b. Metode Perhitungan LangsungMetode perhitungan langsung, di mana masing-maisng metode menghitung depresiasi tiap tahunnya, depresiasi yang terbesar untuk tahun yang sama dipakai sebagai pilihan. Hanya saja dalam perhitungan SLD tidak memakai rumus 1/N(I-S), tetapi rumus yang dipakai adalah:
𝑆𝐿𝐷𝑡 =1
𝑁− 𝑛−1(𝐵𝑉𝑡−1 − 𝑆)
Dimana:N-(n-1) = umur aset tersisaBVt-1 = nilai buku periode tahun sebelumnya dari metode DDBD
Langkah perhitungan adalah sebagai berikut1. Hitung depresiasi dengan metode SLD dan DDBD secara bersamaan2. Bandingkan nilai SLD dan DDBD untuk masing-maisng tahun yang
sama 3. Saat nilai SLD DDBD, maka konversi dilakukan
5. DDBD to Convertion SLD
Contoh:Suatu aset bernilai 900 juta rupiah mempunyai umur depresiasi 5 tahun dengan nilai sisa ditargetkan 30 juta rupiah.Hitung dan tentukan besarnya depresiasi dengan menggunakan metode DDBD to Convertion SLD
Penyelesaian:Investasi (I) = Rp 900 jutaUmur = 5 tahunNilai Sisa = Rp 30 juta
5. DDBD to Convertion SLD
t 𝑆𝐿𝐷𝑡 =1
𝑁− 𝑛−1(𝐵𝑉𝑡−1 − 𝑆) DDBDn=
2𝐼
𝑁1 −
2
𝑁
𝑛−1𝑩𝑽𝒏 = 𝟏 𝟏 −
𝟐
𝑵
𝒏
Keterangan
0 900
11
5− 1−1(900 − 30)=174 2(900)
51 −
2
5
1−1=360 540 DDBD
21
5− 2−1(540 − 30)=127,5 2(900)
51 −
2
5
2−1=216 324 DDBD
31
5− 3−1(324 − 30)=98 2(900)
51 −
2
5
3−1=130 194 DDBD
41
5− 4−1(194 − 30)=82 2(900)
51 −
2
5
4−1=78 112 SLD
51
5− 4−1(194 − 30)=82 30 SLD
6. Unit of Production Depreciation
• Beberapa jenis aset tidak begitu terpengaruh oleh variabel waktu, tetapi lebih banyak ditentukan oleh produktivitas kerjanya, seperti pesawat terbang, mesin-mesin tertentu yang sangat terpengaruh oleh aktivitas produksinya, dan berbagai aset dalam bentuk deposit alam
• Aset-aset tersebut depresiasinya dihitung tidak selalu merupakan fungsi waktu, tetapi berdasarkan fungsi produksinya
• Misalnya, umur pesawat terbang tersebut tidak dihitung berdasarkan indikator tahun berapa dia dibuat, atau seberapa tahun dia telah dioperasikan, tetapi sudah berapa lama jam terbangnya, begitu juga untuk nilai sisa deposit yang terkandung dalam perut bumi setelah dieksploitasi tidak ditentukan berapa lama dieksploitasi, tetapi sebaliknya, sudah berapa banyak deposit tersbut diambil dan seberapa banyak yang masih tersisa.
Rumus Umum:
𝑈𝑃𝐷𝑡 =𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑡σ1𝑛𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
(𝐼 − 𝑆)
Dimana: Produksi = jumlah produksi pada tahun dimaksudProduksi = jumlah produksi keseluruhan (sesuai estimasi)
6. Unit of Production Depreciation
Contoh:Suatu mesin ekskavator yang dibeli dengan harga Rp 700 juta digunakan untuk menambang pasir/ kerikil. Berdasarkan spesifikasinya ekskavator tersebut mampu menambang pasir sebanyak 50.000m3 dan setelah itu masih mempunyai nilai sisa 150 juta rupiah. Jika jadwal kerja penambangan seperti tabel di bawah, hitunglah depresiasi tahunan ekskavator tersebut.
Tahun Kebutuhan Pasir/ Kerikil
123456
4.000m3
6.000m3
10.000m3
10.000m3
15.000m3
5.000m3
50.000m3
6. Unit of Production Depreciation
Penyelesaian:
𝑈𝑃𝐷𝑡 =𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖𝑡σ𝑡𝑛𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
(𝐼 − 𝑆)
t=1 𝑈𝑃𝐷1 =4.000𝑚3
50.000𝑚3 (𝑅𝑝 700 − 𝑅𝑝 150) = Rp 44 juta
t=2 𝑈𝑃𝐷2 =6.000𝑚3
50.000𝑚3 (𝑅𝑝 700 − 𝑅𝑝 150) = Rp 66 juta
t=3 𝑈𝑃𝐷3 =10.000𝑚3
50.000𝑚3 (𝑅𝑝 700 − 𝑅𝑝 150) = Rp 110 juta
t=4 𝑈𝑃𝐷4 =10.000𝑚3
50.000𝑚3 (𝑅𝑝 700 − 𝑅𝑝 150) = Rp 110 juta
t=5 𝑈𝑃𝐷5 =15.000𝑚3
50.000𝑚3 (𝑅𝑝 700 − 𝑅𝑝 150) = Rp 165 juta
t=6 𝑈𝑃𝐷1 =5.000𝑚3
50.000𝑚3 (𝑅𝑝 700 − 𝑅𝑝 150) = Rp 55juta