Post on 12-Jun-2019
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KARAKTER BELA RASA (COMPASSION)
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Yohanes Purnomo Edi
121114019
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
SKRIPSI
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KARAKTER BELA RASA (COMPASSION)
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh:
Yohanes Purnomo Edi
NIM: 121114019
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. Tanggal 8 Maret 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KARAKTER BELA RASA (COMPASSION)
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015)
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Yohanes Purnomo Edi
NIM: 121114019
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 16 Maret 2016
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji:
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Gendon Barus, M.Si.
Sekretaris : Juster Donal Sinaga, M.Pd.
Anggota I : Dr. Gendon Barus, M.Si.
Anggota II : Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si.
Anggota III : Juster Donal Sinaga, M.Pd.
Yogyakarta, 16 Maret 2016
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan
Rohandi, Ph.D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Hidup adalah Perjuangan!!
Aja Dumeh, Eling, Lan Waspada
(SEMAR)
Lebih Baik Melakukan Sesuatu dengan Tidak Sempurna Dibanding Tidak Melakukan Apapun dengan Sempurna
(Dr. Robert Schuller)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini Yohan persembahkan bagi....
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Sang teladan yang senantiasa menjadi pedoman, pegangan, sumber kekuatan, dan ketenangan dalam setiap alur indah yang Yohan jalani selama ini.
Yayasan Tarakanita
Yang telah membantu dalam hal financial sehingga Yohan dapat kuliah hingga selesai.
Para dosen dan staf Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma
Semua orang terkasih yang telah memberikan seluruh kasih sayang yang tulus, perhatian, dan cintanya dalam mendampingi dan memotivasi hingga sekarang.
Orang tua terscinta,
Bapak Macarius Sumadiarto dan Wahyuni Imbar Yulianingsih
Kakak-kakak tersayang,
Andreas Bagus Prasojo dan Yohana Indah Susanti
Adik tersayang,
Fransisca Frida Tania
Seluruh keluarga,
Alm. Bapak Sarwo Dadi Ngudiono, Budhe Sumilah, Budhe Munjiah, dan segenap keluarga
serta teman dekat dan sahabat yang tetap mendukung Yohan sampai sekarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Maret 2016
Penulis
Yohanes Purnomo Edi
NIM: 121114019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Yohanes Purnomo Edi
Nomor Mahasiswa : 121114019
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS
LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN
PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KARAKTER BELA RASA (COMPASSION)
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015)
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 16 Maret 2016
Yang menyatakan
Yohanes Purnomo Edi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER
BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL KOLABORATIF
DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK
MENINGKATKAN KARAKTER BELA RASA (COMPASSION)
(Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015)
Yohanes Purnomo Edi
Universitas Sanata Dharma
2016
Tujuan penelitian ini: (1) Mengetahui gambaran tingkat karakter Bela
Rasa (Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Tahun Ajaran
2014/2015Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan pendidikan karakter
berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential
learning; (2) Mengetahui efektivitas pendidikan karakter berbasis layanan
bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning dalam
meningkatkan karakter Bela Rasa (Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce
2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan pra-eksperimen One-Group Pretest-Posttest Design. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner
Karakter Bela Rasa (Compassion) yang disusun oleh peneliti. Koefisien
reliabilitas penelitian ini dianalisa menggunakan teknik Test-retest hasilnya senilai
0,689 dan termasuk kategori cukup. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas
VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta berjumlah 28 orang. Teknik
analisa data yang digunakan adalah kategorisasi distribusi normal dan uji Two
Related Sample Test (Wilcoxon).
Temuan penelitian menunjukkan: tingkat karakter bela rasa (compassion)
siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah
mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning secara umum baik. Namun demikian, masih terdapat siswa
yang memiliki karakter bela rasa (compassion) pada kategori sedang. Tidak
terdapat peningkatan karakter bela rasa (compassion) siswa secara signifikan
senilai 0,352, (Sig 2 tailed) sebesar (0,352) > (0,05). Dengan demikian,
implementasi layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning tidak secara efektif meningkatkan karakter bela rasa
(compassion) siswa.
Kata kunci: bimbingan klasikal kolaboratif, experiential learning, karakter bela
rasa (compassion)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE EFFECTIVENESS OF THE IMPLEMENTATION OF COLLABORATIVE
CLASS GUIDANCE SERVICE-BASED CHARACTER EDUCATION USING
EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH TO DEVELOP A SENSE OF
COMPASSION
(Preliminary Study on the seventh grade students in SMP Stella Duce 2
Yogyakarta Academic Year 2014 / 2015 )
Yohanes Purnomo Edi
Sanata Dharma University
2016
The purposes of this research are: (1) To know the description of the sense
of compassion among the seventh grade students of SMP Stella Duce 2
Yogyakarta, academic year 2014/2015, before and after the implementation of the
collaborative class guidance service-based character education using an
experiential learning approach; (2) To explore the effectiveness of the
collaborative class guidance service-based character education using an
experiential learning approach to develop the seventh grade students’ sense of
compassion in SMP Stella Duce 2 Yogyakarta academic year 2014/2015.
This research is a quantitative research using a pre-experiment One-Group
Pretest-Posttest Design design. The instrument used to collect data was a
questionnaire to explore students’ sense of compassion which was designed by the
researcher. The reliability coefficient of this research was analysed using a Test-
retest technique and the result was 0,689 and categorized as sufficient. The
subjects of this research were 28 seventh grade students of Sekar Jagad Class in
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. The data analysis technique was the
categorization of normal distribution and the Two Related Sample Test
(Wilcoxon).
The finding of the research shows that the seventh grade students’ sense of
compassion before and after the implementation of the collaborative class
guidance service-based character education using an experiential learning
approach is generally good. However, some students have a medium sense of
compassion. There was no significant development in the students’ sense of
compassion, at the value of 0,352, (sig 2 tailed) as much as (0,352) > (0.05).
Therefore, the implementation of the collaborative class guidance service using an
experiential learning approach does not effectively increase students’ sense
compassion.
Keywords: bimbingan klasikal kolaboratif, experiential learning, karakter bela
rasa (compassion)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga, penulisan tugas akhir dengan judul “Efektivitas
Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal
Kolaboratif dengan pendekatan Experiential Learning untuk Meningkatkan
Karakter Bela Rasa (Compassion) (Studi Pra Eksperimen pada Siswa Kelas VII
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015) dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar.
Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak
yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap proses
yang penulis jalani. Oleh karenanya, penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan.
2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling.
3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi
Bimbingan dan Konseling.
4. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu mendampingi dengan penuh kesabaran, telaten, selalu memberikan
saran, motivasi, petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas
bimbingan dan pendampingan selama penulis menempuh studi.
6. Mas Moko atas pelayanan yang diberikan dengan ramah dan sabar selama
penulis menempuh studi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.
7. Yayasan Tarakanita yang telah membantu dalam hal financial sehingga
Yohan dapat kuliah hingga selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Orang tua Yohanes Purnomo Edi, yakni Bapak Macarius Sumadiarto dan
Ibu Wahyuni Imbar Yulianingsih atas seluruh doa, dukungan,
pendampingan, serta penguatan yang diberikan kepada penulis selama ini.
9. Kakak-kakak Yohan, yakni Mas Andreas Bagus Prasojo dan Mbak
Yohana Indah Susanti atas kasih sayang, perhatian, dukungan, doa,
semangat, dan keceriaan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
10. Adik Yohan, yakni Frasnsisca Frida Tania atas semangat, doa,
kebersamaan, dukungan, dan keceriaan yang telah diberikan kepada
penulis.
11. Budhe Sumilah, Budhe Munjiah, Pakdhe Wakijo, Budhe Yati, dan seluruh
keluarga besar atas seluruh doa dan dukungan yang telah diberikan kepada
penulis selama ini.
12. Seluruh kakak, teman, dan adik dari angkatan 2010, 2011, 2012, 2013,
2014, dan 2015 atas seluruh doa, dukungan, semangat, pengalaman, dan
kebersamaan yang diberikan kepada penulis selama ini.
13. Teman dekat dan sahabat terkasih atas doa, dukungan, semangat dan
kebersamaan yang diberikan selama ini.
14. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses
pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
15. Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
penulis lakukan selama proses pembuatan tugas akhir ini. Oleh karena itu,
penulis minta maaf kepada semua pihak yang telah dirugikan atas
keasalahan dan kekurangan tersebut. Penulis juga sadar bahwa peneitian
ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis berharap
mendapatkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak guna
pembenahan, penajaman, dan perkembangan penelitian yang lebih baik.
Akhir kata, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan, penulis
ucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 16 Maret 2016
Penulis
Yohanes Purnomo Edi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIIMBING ............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vii
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 10
C. Batasan Masalah .......................................................................... 11
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 12
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 12
1. Manfaat Teoritis ....................................................................... 13
2. Manfaat Praktis ........................................................................ 13
G. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 14
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 16
A. Hakikat Pendidikan Karakter ...................................................... 16
1. Pengertian Karakter ................................................................ 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Pengertian Pendidikan Karakter ............................................. 17
3. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................... 18
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ...................................... 20
5. Nilai-nilai Keutamaan Karakter di Tarakanita ....................... 21
6. Proses Pembentukan Nilai Karakter ....................................... 30
B. Hakikat Karakter Bela Rasa (compassion) .................................. 33
1. Pengertian Bela Rasa (compassion) ....................................... 33
2. Karakteristik Karakter Bela Rasa (compassion) ..................... 34
C. Hakikat Pendekatan Experiential Learning ................................ 35
1. Pengertian Pendekatan Experiential Learning ....................... 35
2. Prinsip Experiential Learning . ............................................... 36
3. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan
Experiential Learning ............................................................. 37
4. Aktivitas Inti dalam Pembelajaran Experiential .................... 37
D. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif ..................... 39
1. Pengertian Bimbingan Klasikal .............................................. 39
2. Tujuan Bimbingan Klasikal . ................................................... 40
3. Bidang Bimbingan Klasikal ................................................... 41
4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif ............................................ 42
E. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan
Experiential Learning ................................................................... 43
F. Hakikat Remaja sebagai Peserta Didik SMP .............................. 51
1. Pengertian Peserta Didik SMP ............................................... 51
2. Karakteristik Peserta Didik SMP. ........................................... 52
3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja sebagai Pelajar ............ 52
4. Kebutuhan-kebutuhan Remaja sebagai Peserta Didik ............ 53
G. Kerangka Berpikir ....................................................................... 57
H. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 59
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 60
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 60
B. Setting Penelitian (Lokasi dan Waktu Penelitian) ........................ 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
C. Subjek Penelitian ......................................................................... 63
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................. 64
E. Validitas Reliabilitas, dan Uji Normalitas .................................. 66
1. Validitas .................................................................................. 66
2. Reliabilitas .............................................................................. 66
3. Uji Normalitas. ........................................................................ 69
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 73
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 73
B. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 87
A. Kesimpulan ................................................................................. 87
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 88
C. Saran ............................................................................................ 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design .......................... 61
Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Karakter Bela Rasa (compassion) .......................... 65
Tabel 3.3 Kriteria Guilford .................................................................................... 68
Tabel 3.4 Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 69
Tabel 3.5 Kategorisasi Normal Tingkat Karakter Bela Rasa (compassion) .......... 71
Tabel 3.6 Kategorisasi Normal Tingkat karakter Bela Rasa (compassion) Siswa/i
kelasVII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran
2014/2015 .............................................................................................. 72
Tabel 4.1 Kategorisasi Tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII
Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015
sebelum dan sesudah mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal
Kolaboratif dengan Pendekatan Experiantial Learning ........................ 73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial ...... 32
Gambar 2.2 Fase Pendekatan Experiential Learning Kolb .................................... 47
Gambar 2.3 Proses Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal
Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning .................... 50
Gambar 3.1 Efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning ...................................................... 62
Gambar 4.1 Tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 sebelum
dan sesudah mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif
dengan Pendekatan Experiential Learning ....................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Uji Normalitas ................................................................................... 96
Lampiran 2. Hasil Uji Two Related Sample Test (Wilcoxon) ................................ 97
Lampiran 3. Kuesioner Karakter Bela Rasa (Compassion) ................................... 98
Lampiran 4. Tabulasi Data Penelitian Pretest...................................................... 104
Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian Posttest .................................................... 106
Lampiran 6. Hasil Reliabilitas.............................................................................. 108
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Layanan ........................................................ 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan latar belakang, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi operasional variabel penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Situasi sosial dan kultur masyarakat kita dewasa ini semakin
mengkhawatirkan. Hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan,
dan ketidakjujuran, tipisnya rasa bela rasa, solidaritas, dan fenomena
kemunduran yang lain telah terjadi dalam lembaga pendidikan kita. Hal ini
mewajibkan kita untuk mempertanyakan, sejauh mana lembaga pendidikan
kita telah mampu menjawab dan tanggap terhadap berbagai macam persoalan
dalam masyarakat kita.
Dalam konteks pendidikan di tanah air, kemerosotan nilai-nilai moral
telah menjadi semacam lampu merah yang mendesak semua pihak, lembaga
pendidikan, orang tua, negara, dan lembaga masyarakat lain untuk segera
memandang pentingnya sebuah sinergi bagi pengembangan pendidikan
karakter (Harsanto, 2009:55). Banyak bukti menunjukkan bahwa pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah ternyata membantu menciptakan kultur
sekolah menjadi lebih baik (Koesoema, 2007:132). Para siswa menjadi lebih
aman dan nyaman, serta lebih mampu berkonsentrasi dalam belajar sehingga
prestasi mereka meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Dewasa ini, Kementerian Pendidikan Nasional menerapkan kembali
pendidikan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter bangsa
sesungguhnya telah secara eksplisit dipaparkan dalam Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut jelas
bahwa pendidikan sebaiknya tidak hanya menghasilkan generasi yang cerdas
secara akademik, namun juga berakhlak mulia. Oleh karena itu, pemantapan
pendidikan karakter secara komprehensif menjadi sangat penting dan
mendasar untuk diimplementasikan di sekolah.
Pentingnya pendidikan karakter secara komprehensif diberikan kepada
peserta didik sedini mungkin, sebab pendidikan tersebut mencakup ranah
afeksi, kognisi, dan psikomotor. Para peserta didik harapannya mampu
mewujudnyatakan tujuan pendidikan nasional di Indonesia.
Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik tujuan
sekolah, perguruan tinggi, maupun tujuan nasional mencakup ketiga ranah
perkembangan manusia, seperti tertulis dalam teori-teori pendidikan, yaitu
perkembangan afeksi, kognisi dan psikomotor (Pidarta, 2009: 15). Sejauh ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan masih banyak yang
berorientasikan terhadap tingkat kognitif dan psikomotorik siswa, padahal
sangat penting untuk melihat perkembangan siswa juga dari segi afektif.
Pendidikan komprehensif merupakan pendidikan yang mengembangkan
seluruh aspek dalam diri peserta didik di lembaga pendidikan tanpa ada yang
diabaikan, dan menciptakan lingkungan yang menopang perkembangan
peserta didik. Lingkungan pendidikan yang menopang perkembamgan peserta
didik dapat berupa sekolah, keluarga, komunitas, masyarakat, berbagai
macam media informasi yang mempengaruhi pola pikir, sikap, bertindak
peserta didik, dan lain sebagainya. Pendidikan yang komprehensif berada
pada tataran praktis (Santoadi, 2010: 39-40).
Tujuan pendidikan di Indonesia mencakup afeksi, kognisi, dan
psikomotor hendaknya dikembangkan secara berimbang, optimal, dan
integratif. Berimbang artinya ketiga ranah tersebut di atas dilakukan dengan
intensitas yang sama, yang proporsional, dan tidak berat sebelah. Optimal
maksudnya adalah setiap ranah itu dilayani perkembangannya sesuai dengan
besar potensi masing-masing siswa. Integratif menunjukkan perkembangan
ketiga ranah itu dikaitkan satu dengan yang lain menjadi kebulatan, sehingga
setiap pribadi tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berkarakter
demi kemajuan bangsa Indonesia. Inilah yang dimaksud dengan
perkembangan individu seutuhnya. Proses perkembangan yang bebas sesuai
dengan bakat dan kemampuan masing-masing akan melahirkan manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Indonesia seutuhnya yang beragam diwarnai oleh sila-sila Pancasila dan
berkarakter.
Pendidikan karakter begitu penting diterapkan dalam dunia pendidikan
karena karakter menunjukkan siapa diri kita sebenarnya. Karakter
menentukan pikiran, perasaan, dan kehendak sesorang. Karakter merupakan
sifat atau karakteristik dari seseorang yang sangat menonjol, sehingga
merupakan trade mark orang tersebut. Orang berkarakter berarti memiliki
integritas moral yang tinggi. Orang yang mempunyai integritas adalah orang
yang mampu mempunyai komitmen dan menjalankan nilai-nilai yang
diyakininya secara konsekuen dan konsisten. Menurut Chandra (2000:83),
karakter merupakan sebagai “kualitas pribadi, yang cenderung menentukan
kualitas hubungan seseorang dengan orang lain dan hubungannya dengan
lingkungan tempat ia berada”. Salah satu karakter yang menentukan kualitas
hubungan manusia dengan sesamanya adalah berbela rasa.
Kata “bela rasa” zaman sekarang makin sering terdengar di telinga kita,
terutama berkaitan dengan situasi sosial di mana banyak orang mengalami
masalah kehidupan, musibah, bencana alam, dan sebagainya. Kata “bela rasa”
perlahan-lahan mulai menjadi pilihan terhadap kata “belas kasihan”, yang
lebih populer dan lebih sering digunakan orang dalam komunikasi sehari-hari,
maupun dalam artikel, buku, majalah, koran, dan media cetak lainnya. Kata
“bela rasa” atau dalam bahasa Inggris compassion, secara etimologi terdiri
dari: passion berasal dari kata Latin yang berarti “merasakan”, dan awalan
com yang berarti “bersama”. Jadi, “bela rasa” berarti merasakan bersama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sama secara mendalam, dan secara umum dapat diartikan merasakan
penderitaan yang dirasakan oleh orang lain.
Ungkapan “belas kasihan” mendudukkan seseorang pada posisi yang
lebih rendah dan ada perasaan berdosa atau bersalah di dalamnya. Bagi Borg
(1994:53), “bela rasa” jelas berbeda dengan “belas kasihan” (mercy, pity).
Ungkapan “belas kasihan” mendudukkan seseorang pada posisi yang lebih
rendah dan ada perasaan berdosa atau bersalah di dalamnya. Sedangkan bela
rasa (compassion) merupakan bentuk jamak yang berarti “rahim”. Seorang
ibu merasa berbela rasa dengan anaknya yang lahir dari rahimnya sendiri.
Seorang kakak berbela rasa dengan adiknya yang lahir dari rahim yang sama.
Di dalam dunia pendidikan, bela rasa/belas kasih (compassion) sangat
diperlukan supaya kita ikut merasakan bersama-sama secara mendalam apa
yang sedang dirasakan orang lain. Hal tersebut bukanlah perkara mudah,
terlebih lagi jika yang sedang dihadapi adalah berbagai perasaan negatif
seperti sedih, marah, kecewa, dan lain-lain. Ketika menghadapi itu, kita
cenderung menghindar dan bersikap acuh. Singkatnya, ketidakpedulian
terhadap sesama berawal dari ketidakpedulian kita terhadap perasaan mereka.
Bela rasa (compassion) adalah sikap hati yang timbul dari karya Roh di dalam
diri, yang memampukan kita turut merasakan dan selalu ingin berbuat sesuatu
terhadap penderitaan dan kesulitan yang dialami sesama. Hati yang berbela
rasa (compassion) membutuhkan kerelaan untuk berkorban dan
mewujudnyatakan dalam tindakan. Tindakan yang muncul tidaklah harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
berupa hal yang spektakuler dan 'wah', namun dapat dirasakan melalui
tindakan sederhana, hangat dan bersahabat.
Karakter bela rasa di Sekolah Menengah Pertama khususnya di SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta semakin mendesak diterapkan karena mengingat
berbagai macam perilaku non-edukatif kini telah merasuki lembaga
pendidikan seperti fenomena kekerasan, ketidakpedulian, keegoisan,
kesewenang-wenangan yang terjadi di sekolah. Hal tersebut berawal dari
wawancara dan diskusi yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan Suster
Yesina Y Sumarni, CB., yang mengatakan bahwa bela rasa (compassion)
yang merupakan bagian dari nilai keutamaan Tarakanita yaitu Cc5
(compassion, celebration, competence, conviction, creativity, dan community)
di sekolah khususnya di yayasan Tarakanita masih sangat perlu ditingkatkan.
Dalam hal ini peneliti tidak memperoleh data terkait Cc5 yang ada di sekolah
tersebut, artinya data pendidikan karakter terutama karakter bela rasa yang
diterapkan di sekolah tersebut peneliti belum mendapatkannya. Sekolah yang
masih perlu terus menerus membangun kebiasaan berbela rasa adalah SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta menurut Suster Yesina Y Sumarni, CB. Sehingga,
peneliti dianjurkan untuk meneliti karakter bela rasa (compassion) SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta, melalui penelitian di SMP ini pihak Tarakanita ke
depannya dapat meningkatkan karakter bela rasa di sekolah-sekolah yang
berada di bawah naungan Tarakanita.
Kemudian peneliti juga memperoleh informasi terkait masih kurangnya
karakter bela rasa (compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta dari guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Bimbingan dan Konseling (BK) yang berada di sekolah tersebut yakni Fr.
Romana Pipiet Cintia Sanjaya. dan beberapa guru yang lain saat peneliti
berkunjung ke sekolah tersebut. Nara sumber mengatakan bahwa di SMP
tersebut masih kurang sekali karakter bela rasanya, para siswa yang ada di
sekolah tersebut masih sering berkelahi, saling membully, bersikap masa
bodoh dengan temannya (misal: masalah meminjamkan alat tulis) siswa-
siswa masih belum memliki rasa bela rasa kepada sesamanya. Diterapkannya
karakter bela rasa ini diharapkan siswa dapat mewujudkan kepedulian dan
solidaritas terhadap yang lemah, miskin, dan tersingkir. Kemudian, mereka
dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh orang lain, bijaksana,
mencintai sesama dengan tulus hati, semangat, murah hati, dan melayani
sesama dengan setulus hati.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak sekolah diperoleh
beberapa hal penting berkaitan dengan pendidikan karakter di sekolah ini.
Program pengembangan karakter bela rasa (compassion) di SMP Stella Duce
2 Yogyakarta yang diberikan kepada para siswa lebih menekankan pada
ranah kognitif (pengetahuan) dan belum sampai pada ranah afektif dan
perilaku. Pelaksanaan pendidikan karakter di SMP itu lebih sering
menggunakan pendekatan ceramah. Pendidikan Karakter Taraknita (PKT)
yang dilaksanakan secara terjadwal atau rutin, namun masih terdapat karakter
yang kurang terbentuk dalam diri siswa yakni karakter bela rasa (compassion
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Hal tersebut diduga sebagai salah satu faktor yang menjadikan
pengaplikasian pendidikan karakter kepada siswa belum sampai pada ranah
afektif dan perilaku. Peneliti berpendapat pendekatan Experiential Learning,
lebih sesuai untuk pengembangan karakter para siswa yang ada di SMP
tersebut karena pendekatan ini mengarah kepada pengalaman langsung terkait
karakter bela rasa (compassion), sehingga dapat sampai mengena pada semua
ranah yakni ranah kogntif, afektif, dan perilaku dalam diri setiap siswa.
Experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman pada
dasarnya merupakan student centered learning atau pembelajaran berpusat
pada siswa atau pembelajar. Pendekatan ini berbeda dengan pendekatan
ceramah yang berpusat pada pembimbing. Dalam hal ini, pembelajarlah yang
harus aktif melakukan atau mengalami aktivitas atau peristiwa tertentu,
mengolah, memaknai, dan menafsirkan pengalaman belajarnya itu dengan
bantuan orang lain khususnya sesama pembelajar, dan berusaha menerapkan
hasil pembelajarannya itu dalam menghadapi berbagai tugas di luar
lingkungan pembelajaran, yaitu dalam kehidupan nyata sehari-hari. Untuk itu,
ada beberapa jenis aktivitas atau kegiatan inti yang lazim dipraktekkan pada
berbagai tahap proses belajar dalam siklus pembelajaran experiential,
khususnya refleksi dan sharing (Reed & Koliba dalam Supratiknya, 2011).
Pendekatan Experiential Learning memiliki kelebihan yakni dapat
meningkatkan semangat dan gairah belajar, membantu terciptanya suasana
belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar,
mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, dan mendorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
siswa untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Dari kelebihan
yang ada pada pendekatan Experiential Learning tersebut, dapat disimpulkan
bahwa pendekatan Experiential Learning akan efektif meningkatkan karakter
bela rasa (compassion) apabila diberikan kepada siswa dengan
memperhatikan materi yang akan diberikan, persiapan, strategi yang akan
digunakan dan alokasi waktu yang disediakan.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh guru BK dan guru-guru mata
pelajaran lainnya di SMP tersebut tidak kurang-kurang, para guru sudah
menggunakan berbagai cara supaya para siswa memiliki serta paham akan
karakter bela rasa (compassion), sehingga para siswa dapat mewujudnyatakan
karakter bela rasa tersebut melalui tindakan di lingkungannya begitu menurut
keterangan guru BK di SMP tersebut. Dalam praktiknya karakter bela rasa di
sekolah tersebut masih perlu sekali untuk ditingkatkan bahkan dikembangkan
supaya para siswa memiliki pribadi yang berkarakter terutama karakter bela
rasa. Berdasarkan penjelasan guru BK dan guru-guru lainnya peneliti
mencoba akan melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
experiential learning di sekolah tersebut. Melalui metode belajar dari
pengalaman ini, harapannya para siswa dapat lebih memahami karakter bela
rasa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini
dilakukan pada saat peneliti melakukan bimbingan klasikal di dalam kelas.
Peneliti menggunakan pendekatan experiential learning ini dari sisi
Bimbingan dan Konseling di mana peneliti mencoba metode lain yang belum
pernah guru-guru di SMP tersebut lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Berdasar keadaan dan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik dan
tergerak hati untuk mengangkat judul “EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS LAYANAN BIMBINGAN
KLASIKAL KOLABORATIF DENGAN PENDEKATAN
EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN
KARAKTER BELA RASA (COMPASSION) PADA SISWA KELAS VII
SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015”
dalam penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas terkait dengan peningkatan karakter
bela rasa (compassion) di SMP diidentifikasikan berbagai masalah sebagai
berikut:
1. Tujuan pendidikan nasional terkait pendidikan karakter belum terealisasi
dengan baik karena belum sampai pada pengembangan potensi siswa
dalam dunia pendidikan sekarang ini.
2. Kurangnya pemahaman peserta didik terkait karakter bela rasa
(compassion) di dunia pendidikan.
3. Belum ada penelitian yang menunjukkan peningkatan karakter terkait
karakter bela rasa (compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
4. Karakter bela rasa (compassion) di sekolah, khususnya di SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta masih belum sampai pada ranah afeksi maupun
pekerti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
5. Penerapan Pendidikan Karakter Tarakanita (PKT) Cc5 (Compassion,
celebration, competence, conviction, creativity, community) terutama
karakter bela rasa (compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta belum
menunjukkan perubahan/peningkatan karakter bela rasa (compassion) atau
dengan kata lain belum maksimal.
6. Kurangnya solidaritas di antara teman, ketidakpedulian terhadap sesama
maupun lingkungan, sering terjadinya kekerasan antar siswa dan saling
membully di SMP.
C. Batasan Masalah
Pada penelitian ini, fokus kajian diarahkan pada karakter bela rasa
(compassion) di sekolah, khususnya di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
Pendidikan karakter belum sampai ranah afeksi maupun pekerti, penerapan
Pendidikan Karakter Tarakanita (PKT) Cc5 (Compassion, celebration,
competence, conviction, creativity, community) terutama karakter bela rasa
(compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta belum menunjukkan hasil
perubahan karakter atau dengan kata lain belum maksimal, dan belum ada
penelitian yang menunjukkan peningkatan karakter terkait bela rasa
(compassion) di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Maka peneliti fokus pada
“Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan
Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning untuk
Meningkatkan Karakter Bela Rasa (Compassion) pada Siswa Kelas VII
di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana gambaran tingkat karakter Bela Rasa (Compassion) siswa
kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah
mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
Experiential Learning?
2. Seberapa efektif layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan Experiential Learning untuk meningkatkan karakter Bela Rasa
(Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Mengetahui gambaran tingkat karakter Bela Rasa (Compassion) siswa
kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah
mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning.
2. Mengetahui efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter Bela Rasa
(Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap muncul beberapa manfaat
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan pengembangan
penelitian dalam bidang kajian yang sama, khususnya mengenai
penanaman karakter bela rasa (compassion) melalui bimbingan klasikal
dengan pendekatan experiential learning di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kepala sekolah dan para guru
Hasil penelitian ini menjadi acuan atau tolak ukur keberhasilan
pendidikan karakter bela rasa (compassion) yang diterapkan di sekolah.
Di sisi lain, hasil penelitian ini juga dapat membantu kepala sekolah
dan para guru dalam menentukan strategi-strategi dalam menanamkan
karakter bela rasa (compassion) di sekolah yang kemudian dapat
meningkatkan dan mengembangkan karakter bela rasa (compassion)
dalam diri setiap siswa.
b. Bagi siswa kelas VII
Para siswa kelas VII dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk
melihat keberhasilan pendidikan karakter bela rasa (compassion) yang
selama ini diberikan kepada diri siswa. Di sisi lain, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan yang baik terhadap para siswa
mengenai manfaat, pengetahuan, dan bimbingan bagi pengolahan diri
siswa terkait karakter bela rasa (compassion) melalui bimbingan
klasikal. Hal tersebut diharapkan dapat memotivasi para siswa untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
berkembang lebih optimal dan utuh serta menjadi pribadi yang
terbentuk dengan baik karakternya.
c. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui penerapan pendidikan karakter bela rasa
(compassion) dan memberikan pengalaman serta keterampilan baru
untuk lebih kreatif melalui bimbingan klasikal dengan pendekatan
experiential learning di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran
2014/2015. Selain itu, peneliti dapat memberikan usulan cara
menanamkan karakter yang sampai mengena pada ranah afeksi dan
konasi para siswa.
d. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian
terkait karakter bela rasa (compassion) sehingga penelitian menjadi
lebih mendalam.
G. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian, yaitu:
1. Karakter bela rasa (compassion) adalah salah satu kualitas pribadi
seseorang yang disatukan dan dipanggil dalam pelayanan untuk dapat
berkomitmen sebagai orang yang dapat mencintai dengan setulus hati dan
mewujudkan kepedulian dan solidaritas, membuat kebijakan yang
mendukung keberpihakan, mencintai dengan tulus, turut serta merasakan
penderitaan orang lain dengan sikap empati dan keramahan, melayani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
sesama yang ada di lingkungan sekitar, mengembangkan sikap murah hati,
dan melayani dengan semangat kepada mereka yang lemah, tersingkir,
miskin, dan menderita demi “keselamatan” individu-individu yang
dilayani dengan berdasar rahmat dan cinta Allah.
2. Bimbingan klasikal adalah layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling (Guru BK) atau konselor
sekolah kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang
dilaksanakan di dalam kelas.
3. Experiential learning merupakan sebuah pendekatan pembelajaran
berbasis pengalaman, di mana para pembelajar membangun pengetahuan,
keterampilan, dan nilai dari pengalaman langsung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini dipaparkan hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter bela
rasa (compassion), hakikat pendekatan experiential learning, hakikat layanan
bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning, dan
hakikat remaja sebagai pelajar SMP.
A. Hakikat Pendidikan Karakter
1. Pengertian Karakter
Menurut Lickona (dalam Wibowo, 2012:32), karakter merupakan
sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami
itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik,
jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia
lainnya.
Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat
keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan
yang ia buat. Menurut Kemendiknas (dalam Wibowo 2012: 37), karakter
adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan
16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakter
merupakan watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi dari berbagai kebajikan yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak, yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa
dan negara.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Sunaryo berpendapat bahwa pendidikan karakter menyangkut bakat
(potensi dasar alami), harkat (derajat melalui penguasaan ilmu dan
teknologi), dan martabat (harga diri melalui etika dan moral) (Kurniawan,
2013:30). Sementar menurut Raharjo pendidikan karakter adalah suatu
proses pendidikan yang holistik yang menghubungkan dimensi moral
dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai fondasi bagi
terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan
memiliki prinsip kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan
(Kurniawan, 2013:30).
Lickona (Samani, M. & Haryanto, 2013:44) mendefinisikan
pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk
membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan
inti nilai-nilai etis. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mengembangkan nilai-nilai karakter peserta didik sehingga mereka
memiliki nilai dan karakkter dalam diri, yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius,
nasionalis, dan kreatif (Zubaedi, 2012: 17-18).
Pendidikan karakter adalah sebuah peluang bagi pemyempurnaan
diri manusia. Dengan kata lain pendidikan karakter sebagai usaha manusia
untuk menjadikan dirinya sebagai manusia berkeutamaan. Berdasarkan
beberapa pendapat yang dikembangkan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan upaya terencana untuk menjadikan
seseorang (peserta didik) untuk memahami, peduli, dan bertindak dengan
berlandasakan nilai-nilai karakter dalam diri dan norma yang berlaku
dalam lingkungan sekitar sehingga akhirnya membentuk manusia yang
dapat berperilaku sebagai pribadi yang utuh.
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010), pendidikan
karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik SMP mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi, serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga sekolah, serta masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut
dimata masyarakat luas. Secara khusus tujuan pendidikan karakter adalah
untuk:
a. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji
dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi karakter bangsa
yang religius.
b. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai karakter dan
karakter bangsa.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan serta rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Kementerian Pendidikan Karakter Nasional (2010) menyatakan
bahwa pendidikan karakter harus didasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter;
b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku;
c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter;
d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian;
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang
baik;
f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang
yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka, dan
membantu mereka untuk sukses;
g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada siswa;
h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama;
i. Ada pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter;
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru
karakter,dan menifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.
5. Nilai-nilai Keutamaan Pendidikan Karakter di Tarakanita
Keutamaan (bahasa latin: virtus) merupakan penggabungan antara
nilai dan budi pekerti. Keutamaan adalah moralitas manusia yang disadari
dan dilakukan dalam tindakan nyata sebagai manusia yang bertanggung
jawab. Manusia yang sadar dalam proses untuk menjadi manusia yang
lebih bermutu, manusia yang menggunakan kebebasannya memilih
sesuatu yang baik. Jadi, keutamaan mencakup sikap dan perilaku dalam
hubungan dengan Tuhan, diri sendri, orang lain, masyarakat dan alam.
Nilai keutamaan ini yang dimaksud dengan pendidikan karakter.
Berdasarkan pemahaman di atasa dan mengacu semangat pendiri,
Tarakanita mau ikut terlibat dengan pembentukan manusia utuh yaitu
manusia yang berakarakter atau berkeutamaan dengan nilai Cc5
(Compassion, celebration, competence, conviction, creativity, community),
KPKC (Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Penciptaan), serta
Kedisiplinan dan Kejujuran. Cc5 (Compassion, celebration, competence,
conviction, creativity, community) akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Compassion
Kata compassion berasal dari bahasa latin “compassio-onis”
yang artinya belas kasih, hal ikut merasakan; bela sungkawa.
Compassio berarti juga ikut merasakan beban penderitaan orang lain,
bersama-sama memikul beban penderitaan namun bangkit mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
penderitaan itu bersama-sama pula. Compassion lebih dari sekedar
mempunyai kepekaan hati (empati) dan merasakan penderitaan orang
lain (simpati), tetapi merupakan sebuah kebajikan di mana kapasitas
emosional empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain
dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri serta merupakan
landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanistis, dasar
prinsip-prinsip tertinggi dalam berperilaku sebagai pribadi yang utuh.
Dalam compassion ada aspek belas kasih dalam dimensi
kuantitatif seperti belas kasih yan individu sebagai “kedalaman atau
kekuatan”. Compassion lebih kuat dari empati, tetapi turut merasakan
yang menimbulkan keinginan aktif untuk meringankan penderitaan
orang lain dengan mencari penyebab penderitaan itu, berusaha
mengatasi bersama penyebab tersebut. Belas kasih mempunyai arti
turut menderita bersama-sama orang lain. Karakter compassion yang
perlu dibangun adalah sikap peduli, solider dan rela berbagi.
Compassion merupakan nilai spriritual yang dihidupi oleh
Bunda Elisabeth Gruyters pendiri Kongregasi Suster-suster Cinta
Kasih Santo Carolus Borromeus karena mengalami dan merasakan
kasih Allah yang berbelarasa tanpa syarat. Perwujudan nilai ini
tampak dalam seluruh kehidupan dan karya Bunda Elisabeth Gruyters
yang senantiasa mengutamakan keselamatan manusia (Gruyters dalam
Luisa, 2012:16-17). Compassion dapat diwujudkan melalui sikap,
peduli, solider, dan rela berbagi dengan mereka yang lemah, miskin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menderita (jasmani-rohani) dan tersisih tanpa membeda-bedakan,
sebagai sesama ciptaan Allah, seperti: mengunjungi orang sakit,
membantu orang yang mengalami kesulitan dan penderitaan,
menghargai keberbedaan di lingkungan sekitarnya, mendengarkan
dengan hati orang yang sedang bercbicara, dan ikut terlibat secara
aktif kegiatan peduli kemanusiaan.
b. Celebration
Secara harafiah celebration berarti perayaan khusus dalam
menandai suatu peristiwa kehidupan. Sebagai orang beriman
seseorang dapat memaknai setiap peristiwa kehidupan sebagai
ungkapan syukur. Dalam berbagai situasi hidup kita Tuhan hadir dan
menyatakan diri-Nya yang kadang sulit kita pahami dan terima. Kita
dapat merasakan kehadiran-Nya dan menemukan arti atau makna yang
tersembunyi di balik peristiwa-peristiwa hidup, jika kita memiliki
iman akan Allah. Berkat iman, kita mampu mengakui Allah yang
adalah Kasih dan senantiasa memenuhi kebutuhan kita. Oleh karena
itu, kita harus selalu bersyukur dan tidak perlu khawatir akan hidup
kita.
Celebration merupakan nilai spiritualitas yang dihidupi oleh
Bunda Elisabeth Gruyters yang menaruh harapan yang kuat kepada
Allah (Gruyters dalam Luisa, 2012:18) dan berdoa terus-menerus serta
melibatkan campur tangan Allah dalam hidupnya (Gruyters dalam
Luisa, 2012:18). Nilai celebration dapat dicapai dengan sikap rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
hati mensyukuri hidup yang diselenggarakan oleh Tuhan dan selalu
berpengharapan serta mengandalkan campur tangan Tuhan dalam
seluruh hidupnya. Nilai celebration yang perlu dibangun adalah
kegembiraan menghadapi realitas, berpikir positif, dan optimis.
Jadi, celebration adalah suatu sikap kerendahan hati bahwa
segala peristiwa kehidupan tidak pernah lepas dari campur tangan
Tuhan, seperti: mengucap syukur saat mendapat kesuksesan, tabah
dan tetap penuh pengharapan ketika mengalami kegagalan,
mengandalkan penyelenggaraan ilahi namun tetap disertai usaha keras
untuk mencapai keberhasilan, merayakan keberhasilan tanpa
berlebihan dan tetap mengingat saudara-saudaranya yang menderita.
c. Competence
Kata competence adalah bahasa Inggris yang diserap dari
Bahasa Latin competens-entis, yang berarti berkuasa, berwenang,
cakap dan sanggup. Jadi, yang dimaksud dengan nilai competence
adalah suatu kesanggupan dan usaha tak kenal lelah untuk memiliki
kecakapan, kecerdasan (kompetensi) sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Kecakapan dan kecerdasan yang dikejar ini bukan hanya
merupakan penguasaan seperangkat pengetahuan, melainkan juga
sikap, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan
diaktualisasikan oleh peserta didik. Dengan mengacu pada dua dari
empat pilar prinsip pendidikan UNESCO, maka nilai competence,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
menyiapkan peserta didik untuk learning to know; learning to do,
namun tidak hanya itu, juga leaning how to learn.
Competence merupakan nilai spiritualitas yang diperjuangkan
Bunda Elisabeth Gruyters sebagai tanggapan atas munculnya teror,
penindasan, kekerasan, pembunuhan, dan wabah penyakit. Peristiwa-
peristiwa di atas dipandang sebagai ancaman terhadap harkat dan
martabat manusia. Bunda Elisabeth menangkap keprihatinan tersebut
dan berupaya untuk melindungi dan membela harkat dan martabat
manusia, khususnya anak-anak miskin dan terlantar dengan tujuan
membangun dasar baik dalam batin mereka, memberikan pelajaran
agama Kristen, menjahit, berdoa, serta memberikan dorongan kearah
semangat hidup yang suci (Gruyters dalam Luisa, 2012:18-19).
Pendidikan yang diperjuangkan Bunda Elisabeth mencakup aspek
kecerdasan spiritual, rasional, emosional, sosial, dan daya juang. Nilai
competence yang perlu dibangun adalah kemandirian belajar, dan
sikap ilmiah.
Maka peserta didik diharapkan mampu; menerapkan
pengetahuan dan kemampuan di dalam kehidupan, memiliki
kemandirian belajar (self regulated learner & continuous learning);
dan memiliki sikap ilmiah (Curiosity, Objectiveness, Open-
mindedness, Willingness to Suspend Judgment, Tentativeness).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
d. Conviction
Conviction berarti pendirian, keyakinan. Orang yang memiliki
nilai conviction adalah orang yang belajar untuk menghayati prinsip-
prinsip kehidupan dengan keteguhan, dan berusaha untuk
melaksanakan secara konsisten segala aspek kehidupan. Dengan nilai
ini, orang berusaha mengisi kehidupan berdasarkan keyakinan-
keyakinan sebagai suatu kebenaran, dan bertahan dengan kesabaran
untuk mewujudkan dalam kehidupan. Dasar untuk memenangkan
keutamaan ini para peserta didik belajar untuk lebih
mempertimbangkan rasio dan akal ketimbang emosi dan perasaan.
Prinsip rasio yang ditanamkan bukan prinsip senang tidak senang. Hal
ini sesuai dengan salah satu prinsip pendidikan UNESCO yaitu
learning to be. Pendidikan hendaknya menjadikan peserta didik
terbentuk menjadi dirinya sendiri yang memiliki keteguhan prinsip
dalam kehidupan.
Conviction merupakan nilai spiritualitas yang diperjuangkan
oleh Bunda Elisabeth Gruyters ketika ia berupaya dan berjuang
merawat dan mendidik anak-anak miskin yang jumlahnya semakin
bertambah. Meskipun dukungan dari masyarakat sekitar terhadap
upayanya sangat sedikit, Bunda Elisabeth tidak menyerah. Dengan
kesabaran dan susah payah ia terus bekerja keras karena memilki
keinginan yang besar untuk maju (Gruyters dalam Luisa, 2012:19-20),
serta kesanggupan untuk menderita dan berdiam diri, penuh kesabaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dan kegembiraan, serta keberanian yang tangguh (Gruyters dalam
Luisa, 2012:19-20). Karena memiliki keyakinan bahwa Allah
menyertai dia, Bunda Elisabeth berani memilih jalan salib yang sempit
sebagai risiko dalam melayani Allah.
Conviction berarti memiliki daya juang dan ketangguhan dalam
menghadapi tantangan hidup. Nilai conviction bisa nampak pada;
ketahanan individu dalam menanggung kesulitan dan penderitaan,
mampu bergembira dan optimis di setiap waktu, mampu menahan rasa
tidak sabar, mengeluh, atau amarah, setia terhadap tugas-tugas yang
dipercayakan kepadanya tanpa mengeluh, mengerjakan dengan
sungguh-sungguh apa yang sedang dihadapi, bersikap ugahari
(sederhana) yaitu kemampuan untuk mengaktualisasiskan dan
memuaskan dorongan-dorongan keinginan dalam diri serta tuntutan
insting/perasaan secara seimbang melalui cara-cara yang tepat, tahu
batas, misal tahu batas ketika makan, saat tidur, waktu istirahat,
bekerja dengan penuh kegembiraan, tahu kapan berbicara, dan tahu
kapan harus diam (bene stat in medio).
e. Creativity
Creativity adalah kemampuan seseorang untuk berdaya cipta.
Kemampuan berdaya cipta dapat bersifat inovatif (in-novus) yaitu
kemampuan memasukkan hal-hal yang baru dan eksploratif yaitu
penjelajahan alam pikir untuk menambah pengetahuan sebanyak
mungkin. Dari dimensi pengetahuan bahwa nilai creativity
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
memungkinkan orang tidak puas dengan apa yang telah diketahui,
berusaha terus mengembangkan apa yang dimiliki secara optimal
(profesionalisme). Dari dimensi kehidupan lebih luas bahwa orang
selalu mencari jalan keluar terhadap kesulitan-kesulitan hidup, tidak
puas dengan kualitas kehidupan yang telah dicapai, tetapi terus
mencari dan berusaha mencapai kesempurnaan.
Creativity merupakan nilai spiritualitas yang diperjuangkan oleh
Bunda Elisabeth yang memandang bahwa hidup akan menjadi indah
jika manusia mengembangkan daya kreatifnya. Manusia selalu
dihadapkan pada persoalan-persoalan hidup dan harus menemukan
jalan keluar. Bakat dan kemampuan yang dianugerahkan Tuhan
kepada manusia harus dikembangkan secara benar, bijaksana, dan
bermakna bagi pengembangan manusia, pelayanan terhadap sesama
beserta seluruh alam semesta sebagai ungkapan syukur atas anugerah
Tuhan. Dalam diri Bunda Elisabeth nilai kreativitas tampak dalam
upayanya yang tekun, pantang menyerah, dan konsisten untuk
mengabdikan diri pada Tuhan dengan tulus ikhlas dan sempurna
(Gruyters dalam Luisa, 2012:21).
Peserta didik memiliki nilai creativity apabila melakukan antara
lain: (1) mampu menciptakan/menemukan hal-hal baru yang
bermanfaat; (2) mampu mengeksplorasi; (3) berani untuk mencoba
dan menghadapi kegagalan; (4) terus belajar dengan tekun; (4)
memanfaatkan waktu untuk berkreativitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
f. Community
Community berasal dari bahasa Latin communitas-atis berarti
persekutuan, persaudaraan, perkumpulan. Jadi, yang dimaksud dengan
keutamaan community adalah semangat untuk membangun
persaudaraan sejati, kesetaraan, keberbedaan bukan menjadi pemecah
belah melainkan saling memperkaya satu sama lain. Manusia selain
sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia perlu menjalin relasi yang seimbang, bukan
hanya dengan sesama melainkan juga dengan lingkungan dan alam
sekitar. Melalui relasi itu, perjumpaan dengan Allah dialami secara
bersama melalui satu sama lain. Keseimbangan relasi merupakan
tanggung jawab bersama yang dapat terwujud melalui semangat saling
berbagi dan membangun persaudaraan sejati.
Sekolah Tarakanita mempunyai tugas dalam menciptakan
lingkungan paguyuban yang dijiwai semangat kebebasan dan cinta
kasih injili serta membantu tunas muda mengembangkan pribadi dan
seluruh potensinya. Oleh karena itu, sekolah katholik mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut: (1) merupakan komunitas iman; (2) tidak
memecah belah, tidak memperuncing perbedaan; (3) terbuka terhadap
semua orang; (4) berpusat pada Yesus Kristus; Prinsip Injil sebagai
norma pendidikan; (5) membangun manusia seutuhnya.
Community merupakan nilai spiritualitas yang dihidupi oleh
Bunda Elisabeth Gruyters sejak awal mendirikan biara dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
menerima anak-anak miskin, memberikan dasar baik dalam hati
mereka (EG dalam Luisa, 2012:22). Melayani anak-anak panti asuhan
agar mengalami keselamatan (EG dalam Luisa, 2012:22) dan
melayani orang orang-orang yang dalam penderitaan bagi para
penderita di Rumah Sakit Calvarieberg (EG dalam Luisa, 2012:22).
Dengan semakin bertambahnya kehadiran anak-anak miskin ini Bunda
Elisabeth merasakan betapa besar karya Allah dalam seluruh hidup
dan karyanya. Nilai community yang perlu dibangun adalah perhatian,
penghargaan, dikungan, ramah, sopan, lemah lembut, penerimaan,
persahabatan, keterbukaan, nyaman dan aman, keterlibatan,
musyawarah, rekonsiliasi.
6. Proses Pembentukan Nilai Karakter
Menurut Wibowo (2011), perilaku seseorang yang berkarakter pada
hakikatnya merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologis yang
mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan
psikomotorik) dan fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks interaksi
(dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung
sepanjang hayat.
Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan
sosial-kultural tersebut dapat dikelompokan dalam: Olah hati, (Spiritual
and emotional developmental), Olah Pikir (Intellectual developmental),
Olah Raga dan Kinestetik (Physical and Kinestetic developmental), dan
Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity developmental).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Keempat proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga, dan
olah rasa dan karsa) tersebut secara holistik dan koheren memiliki sidang
keterkaitan dan saling melengkapi yang bermuara pada pembentukan
karakter yang menjadi perwujudan nilai-nilai luhur. Secara diagramatik,
koherensi keempat proses psikososial tersebut dapat digambarkan diagram
Ven di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Gambar 2.1 Koherensi Karakter dalam Konteks Totalitas Proses Psikososial
Masing-masing proses psikososial (olah hati, olah pikir, olah raga,
serta olah rasa dan karsa) secara konseptual dapat diperlakukan sebagai
suatu klaster atau gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah
nilai. Keempat proses psikologis tersebut, satu dengan yang lainnya saling
terkait dan saling memperkuat. Karena itu setiap karakter, seperti juga
sikap, selalu bersifat multipleks atau berdimensi jamak.
Pengelompokan nilai tersebut sangat berguna untuk kepentingan
perencanaan. Dalam proses intervensi (pembelajaran, pemodelan, dan
penguatan) dan proses habituasi (pensuasanaan, pembiasaan, dan
penguatan) dan pada akhirnya menjadi karakter, keempat kluster nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
luhur tersebut akan terintegrasi melalui proses internalisasi dan
personalisasi pada diri masing-masing individu.
B. Hakikat Karakter Bela Rasa (Compassion)
1. Pengertian Bela Rasa (Compassion)
Kata compassion (bela rasa) berasal dari bahasa Latin
“compassionis” yang artinya belas kasih, hal ikut merasakan; bela
sungkawa. Compassio berarti juga turut merasakan beban penderitaan
orang lain, bersama-sama memikul beban penderitaan namun bangkit
mengatasi penderitaan itu bersama-sama pula. Compassion lebih dari
sekedar mempunyai kepekaan hati (empati) dan merasakan penderitaan
orang lain (simpati), tetapi merupakan sebuah kebajikan di mana kapasitas
emosional empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain dianggap
sebagai bagian dari cinta itu sendiri serta merupakan landasan keterkaitan
sosial yang lebih besar dan humanis, dasar prinsip tertinggi dalam
berperilaku sebagai pribadi yang utuh (Luisa, 2012:16-17).
Di dalam compassion ada aspek belas kasih dalam dimensi
kuantitatif seperti belas kasih yang individu sebagai “kedalaman atau
kekuatan”. Compassion lebih kuat dari empati tetapi turut merasakan yang
menimbulkan keinginan aktif untuk meringankan penderitaan orang lain
dengan mencari penyebab penderitaan itu, berusaha mengatasi bersama
penyebab tersebut. Belas kasih mempunyai arti turut menderita bersama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sama orang lain. Nilai compassion yang perlu dibangun adalah sikap
peduli, solider, dan rela berbagi (Luisa, 2012:16-17).
Compassion dapat diwujudkan melalui sikap peduli, solider, dan
rela berbagi dengan mereka yang lemah, miskin, menderita (jasmani-
rohani) dan tersisih tanpa membeda-bedakan, sebagai sesama ciptaan
Allah. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
bela rasa (compassion) merupakan menanggungkan sesuatu bersama orang
lain, cinta kasih tanpa syarat berlandaskan kasih Tuhan, melayani dengan
semangat, mencintai dengan tulus, mengembangkan sikap murah hati demi
“keselamatan” orang-orang yang dilayani (Luisa, 2012:16-17).
2. Karakteristik Karakter Bela Rasa (Compassion)
Sebagai pribadi-pribadi yang disatukan dan dipanggil dalam
pelayanan pendidikan, komitmen kita sebagai orang yang mencintai
dengan setulus hati dan berbela rasa menurut Surani, dkk (2008), tampak
dalam:
a. Mewujudkan kepedulian dan solidaritas dengan mereka yang lemah,
miskin, dan menderita, baik jasmani maupun rohani seperti teladan
Bunda Elisabeth.
b. Membuat kebijakan yang mendukung keberpihakan terhadap yang
miskin lemah dan tersisih.
c. Mencintai dengan tulus melampaui batas-batas suku, agama, ras,
budaya, status sosial tanpa diskriminasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
d. Turut serta merasakan penderitaan orang lain dengan sikap empati dan
keramahan (rela berkorban, siap sedia, murah hati, penuh perhatian,
tenggang rasa, dan terbuka untuk berdialog).
e. Melayani demi “keselamatan” anak-anak yang dilayani.
f. Mengembangkan sikap murah hati di antara para “pelayan
pendidikan” maupun peserta didik.
g. Melayani dengan semangat “demi cinta Allah aku akan menolong
mereka yang berkesesakan hidup, maka aku akan cukup kaya dengan
rahmat dan cinta Allah”.
C. Hakikat Pendekatan Experiential Learning
1. Pengertian Pendekatan Experiential Learning
Salah satu pendekatan pelaksanaan program bimbingan adalah
experiential learning. Konsep experiential learning pertama kali
dicetuskan oleh Kolb (1984). Kolb mengatakan: “experiential learning:
experience as the source of learning and development” dalam pernyataan
tersebut, terkandung makna pengalaman nyata peserta didik. Peserta didik
berperan secara aktif mengeksplorasi, dan membuat catatan tentang
peristiwa yang terjadi. Experiential learning adalah suatu model proses
belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun
pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara langsung
dengan menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses
pembelajaran.
Experiential learning adalah suatu proses siswa mengkonstruksi
atau menyusun pengetahuan keterampilan dan nilai dari pengalaman
langsung. Dengan kata lain experiential learning merupakan model
pembelajaran yang memperhatikan atau menitik beratkan pada
pengalaman yang akan dialami siswa. Siswa`terlibat langsung dalam
proses belajar dan siswa mengkonstruksi sendiri pengalaman-pengalaman
yang didapat sehingga menjadi suatu pengetahuan. Pengalaman yang
dialami secara langsung oleh siswa dalam prose belajar akan mengalami
perubahan, guna meningkatkan efektifitas hasil belajar.
2. Prinsip Pendekatan Experiential Learning
Experiential Learning adalah suatu proses siswa mengkonstruksi
atau menyusun pengetahuan keterampilan dan nilai dari pengalaman
langsung. Adapun prinsip dasar Experiential Learning adalah sebagai
berikut:
a. Tahapan pengalaman nyata.
b. Tahapan observasi refleksi.
c. Tahapan konseptualisasi.
d. Tahap implementasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3. Kelebihan dan kekurangan Pendekatan Experiential Learning
Pendekatan Experiential Learning memiliki kelebihan yakni dapat
meningkatkan semangat dan gairah belajar, membantu terciptanya suasana
belajar yang kondusif, memunculkan kegembiraan dalam proses belajar,
mendorong dan mengembangkan proses berpikir kreatif, dan mendorong
siswa untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda. Selain beberapa
kelebihan yang telah disebutkan, terdapat pula kekurangan dari
pendekatan Experiential Learning yakni dibutuhkannya alokasi waktu
yang relatif lama dalam proses pembelajaran (Sinaga, 2013).
Dari kelebihan dan kekurangan yang ada pada pendekatan
Experiential Learning tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan
Experiential Learning dapat efektif apabila diberikan kepada peserta didik
dengan memperhatikan materi yang akan diberikan, persiapan, strategi
yang akan digunakan dan alokasi waktu yang disediakan. Dengan begitu
pembelajaran dengan pendekatan Experiential Learning dapat efektif
diberikan kepada peserta didik, sehingga tercapailah tujuan dari
pendekatan Experiential Learning yakni; Mengubah struktur kognitif
siswa, Mengubah sikap siswa, Memperluas keterampilan-keterampilan
siswa yang telah ada.
4. Aktivitas Inti dalam Pembelajaran Experiential
Experiential learning atau pembelajaran berbasis pengalaman pada
dasarnya merupakan student centered learning atau pembelajaran berpusat
pada siswa atau pembelajar. Pembelajarlah yang harus aktif melakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
atau mengalami aktivitas atau peristiwa tertentu, mengolah, memaknai,
dan menafsirkan pengalaman belajarnya itu dengan bantuan orang lain
khususnya sesama pembelajar, dan berusaha menerapkan hasil
pembelajarannya itu dalam menghadapi berbagai tugas di luar lingkungan
pembelajaran, yaitu dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Untuk itu, ada beberapa jenis aktivitas atau kegiatan inti yang
lazim dipraktekkan pada berbagai tahap proses belajar dalam siklus
pembelajaran experiential, khususnya refleksi dan sharing.
a. Refleksi
Hakikat refleksi adalah memantulkan atau lebih tepat
menghadirkan kembali dalam batin kita aneka pengalaman yang sudah
terjadi, untuk menemukan makna dan nilainya yang lebih dalam. Maka,
ada yang menyatakann bahwa refleksi selalu bertujuan mendidik, dalam
arti berperan sebagai sejenis jembatan yang menghubungkan pengalaman
pribadi dan belajar. Refleksi yang benar membantu kita mencapai insight
atau pencerahan, yaitu menangkap pengertian dan nilai-nilai hidup
semakin mendalam serta menolong munculnya ketetapan hati untuk
bertindak mewujudkan pengertian dan nilai hidup yang semakin
mendalam itu dalam kehidupan kita sehari-hari (Reed & Koliba dalam
Supratiknya, 2011).
b. Sharing
Sharing adalah membagikan pikiran dan atau perasaan yang
muncul sebagai hasil refleksi, kepada orang lain dalam kegiatan belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
bersama. Dalam sharing bersama atau saling berbagi hasil refleksi,
masing-masing peserta saling medengarkan, saling membantu menangkap
makna dan nilai yang semakin mendalam dari berabagi penglaman
hidupnya, serta saling meneguhkan. Agar berlangsung secara lancar dan
efektif, kegiatan refleksi dan sharing dalam kelompok perlu difasilitasi
oleh seorang fasilitator melalui pertanyaan-pertanyaan dalam apa yang
disebut lingkaran refleksi (Reed & Koliba dalam Supratiknya, 2011).
D. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif
1. Pengertian Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal dilaksanakan dengan mengadakan sejumlah
kegiatan bimbingan dengan topik-topik bimbingan yang relevan dan
sejalan dengan kebutuhan siswa. Pada dasarnya bimbingan klasikal
merupakan bentuk dan sarana pelayanan bimbingan yang diberikan
konselor di dalam kelas dengan menyajikan materi yang telah disiapkan
sebelumnya untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing
siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman
pendidikan bagi dirinya sendiri (Winkel dan Hastuti, 2004). Bimbingan
klasikal merupakan layanan bimbingan kelompok yang diberikan dalam
suasana kelompok kelas di sekolah.
Bimbingan klasikal (Makhrifah & Wiryo Nuryono, 2014:1)
merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada
peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling (Guru BK) atau konselor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang dilaksanakan di
dalam kelas. Bimbingan klasikal (Dirjen Pendidikan Dasar, 2014:19)
merupakan format kegiatan bimbingan dan konseling yang melayani
sejumlah peserta didik dalam rombongan belajar satu kelas.
Kebutuhan dan masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh
atau sebagian besar peserta didik, dan tidak terlalu bersifat pribadi, dapat
dibantu dengan layanan bantuan secara klasikal atau kelompok besar.
Layanan klasikal atau kelompok besar biasanya bersifat informatif,
sehingga dapat segera diberikan oleh konselor atau guru BK
(Sukmadinata, 2007:116 & 118). Berdasarkan pengertian di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa pengertian layanan bimbingan klasikal adalah
kegiatan bimbingan yang diberikan untuk membantu siswa yang memiliki
kebutuhan serta masalah yang bersifat umum, dihadapi oleh seluruh atau
sebagian besar siswa dalam satuan kelas.
2. Tujuan Bimbingan Klasikal
Tujuan layanan bimbingan ialah supaya sesama manusia mengatur
kehidupan sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal
mungkin, memikul tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya
sendiri, menggunakan kebebasannya sebagai manusia secara dewasa
dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan semua potensi yang
baik padanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi dalam
kehidupan ini secara memuaskan (Winkel, 2004:31). Layanan bimbingan
mempunyai tujuan supaya orang yang dilayani menjadi mampu mengatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar
membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani
menanggung sendiri akibat dan konsekuensi dari tindakan-tindakannya.
Tujuan bantuan itu diberikan yaitu supaya orang perorangan atau
kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi semua tugas
perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas, mewujudkan kesadaran
dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana, serta
mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai (Winkel,
2004:32). Layanan bimbingan klasikal (Makhrifah & Wiryo Nuryono,
2014:2) memiliki tujuan untuk meluncurkan aktivitas-aktivitas pelayanan
yang mengembangkan potensi siswa atau mencapai tugas-tugas
perkembangannya sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan.
3. Bidang Bimbingan Klasikal
Model ASCA (American School Counselor Association)
(Makhrifah & Wiryo Nuryono, 2014:1-2) menyatakan bimbingan klasikal
merupakan bentuk kegiatan yang termasuk ke dalam komponen layanan
dasar (guidance curriculum). Komponen layanan dasar bersifat
developmental, sistematik, terstruktur, dan disusun untuk meningkatkan
kompetensi belajar, pribadi, sosial dan karier. Layanan dasar (guidance
curriculum) merupakan layanan yang terstruktur untuk semua peserta
didik (guidance for all), tanpa mengenal perbedaan gender, ras, atau
agama mulai taman kanak-kanak sampai tingkat SLTA disajikan melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kegiatan kelas untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dalam bidang
belajar, pribadi, sosial dan karir peserta didik.
4. Bimbingan Klasikal Kolaboratif
Program bimbingan (Depdiknas, 2008:25) akan berjalan secara
efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini khususnya
para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor atau guru BK
berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh data
tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya),
membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek
bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek
itu di antaranya:
a. Menciptakan sekolah dengan iklim sosioemosional kelas yang
kondusif bagi belajar siswa.
b. Memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam.
c. Menandai siswa yang diduga bermasalah.
d. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui program
remedial teaching.
e. Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.
f. Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang
kerja yang diminati siswa.
g. Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga
guru dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja,
dan prospek kerja).
h. Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional,
sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena guru
merupakan “figur central” bagi siswa).
i. Memberikan informasi kepada para siswa tentang cara-cara
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
E. Hakikat Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan
Experiential Learning
Makhrifah & Nuryono, (2014:1) mengemukakan bimbingan klasikal
merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada
peserta didik oleh guru bimbingan dan konseling (Guru BK) atau konselor
kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang dilaksanakan di dalam
kelas. Kemudian Depdiknas (2008:25) mengemukakan Konselor atau guru
BK berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh
informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan pribadinya),
membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-aspek
bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Suatu program
bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak,
yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas.
Menurut Kolb (dalam Sinaga, 2013), mengatakan Experiential
Learning merupakan tindakan untuk mencapai sesuatu berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
pengalaman yang secara terus menerus mengalami perubahan guna
meningkatkan keefektivan dari hasil belajar. Tujuan dari pendekatan ini
adalah untuk mempengaruhi siswa dalam tiga cara, yaitu (1) mengubah
struktur kognitif siswa, (2) mengubah sikap siswa, dan (3) memperluas
keterampilan-keterampilan siswa yang telah ada. Ketiga elemen tersebut
saling berhubungan dan mempengaruhi secara keseluruhan, tidak terpisah-
pisah, karena apabila satu elemen tidak ada, maka kedua elemen lainnya tidak
akan efektif.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bimbingan klasikal kolaboratif
dengan pendekatan experiential learning merupakan model bimbingan yang
dilakukan secara kerjasama antara konselor/guru BK dengan mitra kolaboratif
dalam hal ini guru mata pelajaran, untuk membantu mengoptimalkan proses
belajar siswa baik dari segi pribadi, sosial, belajar maupun kariernya. Di
mana menurut Barus (2015), Guru BK telah dibekali kompetensi dalam
mendesain dan melaksanakan program pengembangan diri bidang-bidang
pribadi, sosial, belajar, dan karier, termasuk di dalamnya kemahiran dalam
mendesain dan melaksanakan pendidikan nilai-nilai atau pendidikan karakter
melalui layanan bimbingan klasikal yang dilakukan secara kolaboratif (antara
konselor/guru BK dengan guru mata pelajaran) dengan mengaplikasikan
pendekatan experiential learning.
Supratiknya (2011) mengatakan, experiential learning menekankan
pada keinginan kuat dari dalam diri siswa untuk berhasil dalam belajar.
Keinginan untuk berhasil tersebut dapat meningkatkan tanggung jawab siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
terhadap perilaku belajarnya dan mereka akan merasa dapat mengontrol
perilaku tersebut. Adapun Prinsip-prinsip belajar yang berlaku bagi peserta
didik adalah sebagai berikut (Ortigas dalam Supratiknya, 2011):
a. Belajar adalah pengalaman yang terjadi dalam diri pembelajar.
b. Belajar adalah penemuan makna dan relevansi dari ide, konsep, atau
prinsip bagi kehidupan pribadi maupun masyarakat luas.
c. Belajar sebagai perubahan tingkah laku adalah hasil pengalaman.
d. Belajar berlangsung lewat proses bekerja sama dan berperan serta dalam
suatu aktivitas.
e. Belajar adalah proses yang bersifat evolusioner atau perubahan yang
berlangsung secara pelan-pelan dan berkesinambungan.
f. Belajar kadang-kadang merupakan proses yang menyakitkan.
g. Sumber belajar yang sangat kaya adalah diri pembelajar sendiri.
h. Proses belajar melibatkan baik pikiran maupun emosi atau perasaan.
i. Proses belajar bersifat sangat pribadi dan unik.
Kualitas belajar experiential learning mencakup: keterlibatan siswa
secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri dan adanya efek yang
membekas pada siswa. David Kolb (1984) menyampaikan pendekatan
Experiential Learning adalah sebuah proses yang melingkar dan terdiri dari
empat fase sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
a. Concrete Experience
Merupakan fase menggunakan pengalaman yang sudah dilalui peserta atau
pengalaman yang disediakan untuk pembelajaran yang lebih lanjut.
b. Reflective Observation
Merupakan fase mendiskusikan pengalaman para peserta yang telah dilalui
atau saling berbagi reaksi dan observasi yang telah dilalui.
c. Abstract Conceptualization
Merupakan fase dimana proses menemukan tren yang umum dan
kebenaran dalam pengalaman yang telah dilalui peserta atau membentuk
reaksi pada pengalaman yang baru menjadi sebuah kesimpulan atau
konsep yang baru.
d. Active Experimentation
Merupakan fase modifikasi perilaku lama dan mempraktikkan pada situasi
keseharian para peserta.
Efektivitas proses pembelajaran experiential learning akan
terdukung apabila peserta didik memiliki kemampuan mengikuti proses dari
masing-masing fase tersebut. Keempat fase tersebut divisualisasikan seperti
pada gambar di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Gambar 2.2. Fase Pendekatan Experiential Learning Kolb
Sejalan dengan pendapat David Kolb tersebut, Pfeiffer & Jones,
(dalam Supratiknya, 2011), juga mengatakan bahwa dalam belajar
experiential learning peserta didik memiliki pengalaman yang bertahap
yakni:
a. Mengalami
Peserta didik terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan tertentu, seperti
melakukan tugas tertentu atau mengamati objek atau rekaman kejadian
tertentu, entah secara sendiri-sendiri atau bersama satu atau lebih
peserta atau anggota kelompok lain.
b. Membagikan pengalaman
Peserta didik membagikan hasil pelaksanaan tugas atau hasil
pengamatannya terhadap objek atau kejadian tertentu pada tahap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
sebelumnya termasuk reaksi pribadianya baik berupa tanggapan
pikiran maupun tanggapan perasaannya, kepada peserta lain baik
dalam kelompok-kelompok kecil maupun kepada seluruh peserta.
c. Memroses pengalaman
Peserta mengolah data yang baru dibagikan dengan cara
mendiskusikan atau memikirkannya bersama, memaknai atau
menafsirkannya, membandingkan tanggapan peserta yang satu dengan
peserta yang lain, menemukan hubungan antar makna atau tanggapan
yang muncul, dan sebagainya.
d. Merumuskan kesimpulan
Peserta didik diajak dan dibantu untuk menyimpulkan prinsip-prinsip,
merumuskan hipotesis-hipotesis, dan merumuskan hikmat-manfaat
untuk didiskusikan atau dipikirkan bersama.
e. Menerapkan
Peserta didik sungguh-sungguh menangkap relevansi atau makna-
manfaat dari pelatihan atau bimbingan yang baru dijalaninya, serta
memiliki tekad untuk menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan
sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Berdasarkan penjelasan di atas, bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning merupakan kegiatan bimbingan yang
diperuntukan peserta didik, dirancang dan dilaksanakan oleh konselor/guru
BK bekerja sama dengan guru mata pelajaran dengan tujuan membantu
perkembangan peserta didik secara optimal baik dari segi pribadi, sosial,
belajar dan kariernya. Secara jelas proses bimbingan klasikal kolaboratif
dengan pendekatan experiential learning dalam penelitian ini divisualisasikan
dalam gambar sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Gambar 2.3. Proses Pendidikan Karakter Berbasis Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential Learning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
F. Hakikat Remaja sebagai Peserta Didik SMP
1. Pengertian Peserta Didik SMP
Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu
komponen manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik
menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses
transformasi yang disebut pendidikan. Sebagai salah satu komponan
penting dalam sistem pendidikan, peserta didik sering disebut sebagai
“raw material” (bahan mentah).
Dalam perspektif pedagogis, peserta didik diartikan sebagai sejenis
makhluk “homo educandum”, makhluk yang menghajatkan pendidikan.
Pengertian tersebut dapat diartikan bahwa peserta didik dipandang yang
bersifat laten, sehingga dibutuhkan binaan dan bimbingan untuk
mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi manusia susila yang cakap
(Desmita, 2011:39).
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang
sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik
maupun psikis menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang
tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju ke titik optimal.
Dalam perspektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.
20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, “peserta didik diartikan sebagai anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses
pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
2. Karakteristik Peserta Didik SMP
Menurut Desmita (2009) dilihat dari tahapan perkembangannya
peserta didik usia sekolah menengah (SMP) berada pada tahap
perkembangan pubertas (10-14 tahun). Beberapa karakterristik yang
menonjol pada peserta didik usia SMP adalah sebagai berikut:
a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.
b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.
c. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri degan
keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan
kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.
d. Senang menbandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika atau norma
dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.
e. Mulai mempertanyaakn secara skeptic mengenai eksistensi dan sifat
kemurahan dan keadilan Tuhan.
f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri
sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.
h. Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas.
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja sebagai Peserta Didik
Tugas perkembangan adalah berbagai ciri perkembangan yang
diharapkan timbul dan dimiliki setiap individu pada setiap masa dalam
periode perkembangnnya. Tugas perkembangan masa remaja difokuskan
pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara
dewasa.
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Hurlock
(1996) adalah berusaha:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya;
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis;
d. Mencapai kemandirian emosional;
e. Mencapai kemandirian ekonomi;
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyrakat;
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua;
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa;
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
4. Kebutuhan-kebutuhan Remaja sebagai Peserta Didik
Setiap individu mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang hendak
dipenuhi. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut, setiap individu
mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda satu sama lain. Sebaliknya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
apabila ada sesuatu kebutuhan yang tidak terpenuhi, juga akan berdampak
pada perubahan sikap dan perilakunya. Kebutuhan mempunyai peranan
yang sangat penting dan menentukan tingkah laku manusia. Tingkah laku
manusia timbul karena adanya suatu kebutuhan, dan tingkah laku manusia
tersebt mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi atau
memuaskan kebutuhan tersebut. Berikut akan dijelaskan kebutuhan-
kebutuhan yang dimiliki remaja menurut teori hierarki kebutuhan dari
Maslow:
a. Kebutuhan jasmani
Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan dasar peserta didik.
Kebutuhan tersebut antara lain; makan, minum, pakaian, oksigen,
istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari
berbagai ancaman. Apabila kebutuhan-kebutuhan jasmaniah ini tidak
terpenuhi, maka akan sangat berpengaruh pada pembentukan pribadi,
perkembangan psikososial, dan juga proses belajar peserta didik.
Adapun upaya-upaya untuk membantu peserta didik untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan jasmaninya adalah sebagai berikut:
1) Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya
pola hidup sehat dan teratur.
2) Menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk mengonsumsi
makanan-makanan yang mengandung gizi dan vitamin tinggi.
3) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk beristirahat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
4) Memberikan pendidikan jasmani dan latihan-latihan fisik, seperti
olah raga.
5) Menyediakan berbagai sarana di lingkungan sekolah yang
memungkinkan peserta didik dapat bergerak bebas, bermain,
berolah raga, dan sebagainya.
6) Merancang bangunan sekolah sedemikian rupa dengan
memperhatikan pencahayaan, sirkulasi udara, suhu, dan
sebagainya, yang memungkinkan peserta didik dapat belajar
dengan nyaman.
7) Mengatur tempat duduk peserta didik di dalam kelas sesuai dengan
kondisi fisik mereka masing-masing.
b. Kebutuhan akan rasa aman
Rasa aman merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi
kehidupan peserta didik, terutama rasa aman di dalam kelas dan
sekolah. Setiap siswa yang datang ke sekolah mengharapkan suasana
sekolah atau kelas yang aman, nyaman, dan teratur, serta terhindar dari
kebisingan dan berbagai situasi yang mengancam. Hilangnya rasa
aman dalam diri siswa akan memicu munculnya perasaan cemas,
ketakutan, dan kegelisahan. Kehilangan rasa aman di kalangan peserta
didik juga dapat menyebabkan rusaknya hubungan interpersonalnya
dengan orang lain, membangkitkan rasa benci terhadap orang-orang
yang menjadi penyebab hilangnya rasa aman dalam dirinya. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
perasaan tidak aman juga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa
di sekolah
c. Kebutuhan akan kasih sayang
Setiap peserta didik membutuhkan kasih sayang, baik dari orang tua,
guru, teman-teman sekolah, dan dari orang-orang yang ada di
lingkungan sekitar. Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan
senang, betah, dan bahagia berada di dalam kelas, serta memiliki
motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Sebaliknya
peserta didik yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang, akan
merasa terisolasi, rendah diri, merasa tidak nyaman, sedih, gelisah,
bahkan mungkin akan mengalami kesulitan belajar, serta memicu
munculnya tingkah laku maladaptif.
d. Kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan terlihat dari kecenderungan peserta didik
untuk diakui dan di perlakukan sebagai orang yang berharga. Mereka
ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui keberadaanya di
tengah-tengah orang lain. Peserta didik yang mendapatkan pemenuhan
kebutuhan akan penghargan merasa bangga dengan dirinya dan
gembira, pandangan dan sikap mereka terhadap dirinya dan orang lain
akan positif.
Peserta didik yang tidak mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan
penghargaan, akan merasa diremehkan, kurang diperhatikan, atau
kurang mendapat tanggapan yang positif atas sesuatu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dikerjakannya, maka sikap terhadap dirinya dan lingkungannya
menjadi negatif.
e. Kebutuhan akan rasa bebas
Terhindar dari kungkungan-kungkungan dan ikatan-ikatan tertentu
merupakan kebutuhan peserta didik akan rasa bebas yang diharapkan.
Peserta didik yang merasa tidak bebas mengungkapkan apa yang terasa
dalam hatinya atau tidak bebas melakukan apa yang dinginkannya,
akan mengalami frustrasi, merasa tertekan, konflik dan sebagainya.
f. Kebutuhan akan rasa sukses
Rasa sukses merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi peserta didik.
Hal ini nampak pada peserta didik yang merasa senang dan puas
apabila pekerjaan yang dilakukannya berhasil, dan merasa kecewa
apabila pekerjaannya tidak berhasil atau mengalami kegagalan.
G. Kerangka Berpikir
Peneliti menggunakan metode experiential learning sebagai upaya
perbaikan terhadap karakter bela rasa (compassion) siswa melalui bimbingan
klasikal kolaboratif. Selama ini guru dengan berbagai usaha telah menyiapkan
metode bimbingan yang inovatif dan variatif, namun dalam kenyataannya
belum bisa meningkatkan karakter bela rasa (compassion) siswa di sekolah.
Siswa kurang dapat menerapkan karakter bela rasa (compassion) dalam diri
mereka, di mana karakter tersebut merupakan karakter keutamaan dalam
Yayasan Tarakanita yakni Cc5, salah satunya di SMP Stella Duce 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Yogyakarta. Hal ini yang membuat karakter bela rasa (compassion) masih
terlihat kurang pada siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
Maka dari itu perlu ada sebuah pendekatan yang membuat karakter
bela rasa (compassion) siswa melalui bimbingan klasikal kolaboratif benar-
benar tinggi/meningkat. Salah satu pendekatan yang dimungkinkan mampu
meningkatkan karakter bela rasa (compassion) siswa adalah pendekatan
experiential learning. Experiential learning memiliki keunggulan dalam
membangkitkan semangat, antusias, dan rasa ingin tahu yang tinggi untuk
terlibat dalam mengikuti kegiatan yang dilakukan melalui bimbingan klasikal
kolaboratif, dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling bersama guru
mata pelajaran yang lain, siswa diajak untuk untuk terlibat dalam melakukan
sesuatu kegiatan terlebih dahulu lalu direfleksikan, karena metode ini
menekankan belajar dari pengalaman atau suatu kejadian yang pernah dialami
oleh siswa itu sendiri.
Sehingga, dengan demikian siswa senang, puas, gembira dalam
mengikuti bimbingan dalam meningkatkan karakternya, dan muncul niat
untuk memperbaiki diri setelah mengikuti kegiatan tersebut. Hal ini juga akan
membuat siswa mau dan mampu meresapi pengalaman karena dalam
prosesnya, metode tersebut harapannya dapat menjadikan karakter bela rasa
(compassion) siswa mengalami peningkatan/meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan maka hipotesis
tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Hi : Pendidikan karakter berbasis bimbingan klasikal kolaboratif secara
signifikan tidak efektif meningkatkan karakter Bela Rasa
(Compassion) Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
Ho : Pendidikan karakter berbasis bimbingan klasikal kolaboratif secara
signifikan efektif meningkatkan karakter Bela Rasa (Compassion)
Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan metode
penelitian, yaitu jenis penelitian, setting penelitian (lokasi dan waktu penelitian),
subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, validitas dan
reliabilitas, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
pendekatan pre-experimental one-group pretest-posttest design. Menurut
Sugiono (2009:74) bahwa hasil penelitian pra-experimen merupakan variabel
dependen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan
sampel tidak dipilih secara random. Desain ini merupakan teknik untuk
mengetahui efek sebelum dan sesudah perlakuan. Maka dalam penelitian ini
sebelum perlakuan subyek penelitian terlebih dahulu diberikan pretest (tes
awal), dan diakhir perlakuan diberi posttest (tes akhir).
Tujuan dari penggunaan desain ini adalah mengetahui gambaran
umum tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan layanan
bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning
Tahun Ajaran 2014/2015, dan mengetahui efektivitas layanan bimbingan
klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning untuk
meningkatkan karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015. Secara sederhana,
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam tabel 3.1 sebagai
berikut:
Tabel 3.1.
Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design
Keterangan:
O1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan
O2 : tes akhir (postest) setelah perlakuan diberikan
X : treatment/perlakuan (layanan bimbingan klasikal kolaboratif
dengan pendekatan experiential learning)
Penelitian yang dirancang peneliti bersama tim Stranas dengan desain pre-
experimental One-Group Pretest-Posttest Design Pendidikan Karakter Berbasis
Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan Experiential
Learning, untuk mengetahui tingkat karakter Bela Rasa (Compassion) siswa/i
kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, dan efektivitas pendidikan
karakter berbasis layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning divisualisasikan dalam gambar 3.1 sebagai berikut:
Pretest Treatment Postest
O1 X O2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gambar 3.1 Efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential learning
POSTTEST PRETEST EXPERIENTIAL
LEARNING
TREATMENT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
B. Setting Penelitian (Lokasi dan Waktu Penelitian)
Penelitian ini dilaksanakan di dalam ruang Stella untuk kelas VII yaitu
pada saat proses pembelajaran di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. SMP Stella
Duce 2 berlokasi di Jalan Suryodiningratan No. 33 Yogyakarta. SMP Stella
Duce 2 merupakan salah satu sekolah swasta Katolik yang dikelola oleh
Yayasan Tarakanita. Di SMP tersebut sudah ditanamkan pendidikan karakter
yang diberi nama PKT (Pendidikan Karakter Tarakanita) Cc5 (Compassion,
celebration, competence, conviction, creativity, community) setiap hari Rabu.
SMP tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil
wawancara yang dilakukan dengan salah satu pihak Tarakanita dan guru BK
terkait SMP tersebut ditemukan kurangnya karakter bela rasa (compassion)
terhadap lingkungan dan sesama. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Mei-Juni 2015 pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.
Terdiri dari pemberian pretest sebelum treatment, tiga kali perlakuan
(treatment) dengan tiga topik bimbingan yakni; “Peduli terhadap Sesama”,
“Meminta dan Memberi Maaf”, “Kebersihan Diri dan Lingkungan” dan satu
kali post-test setelah treatment.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta, tahun ajaran 2014/2015. Jumlah subjek penelitian
sebanyak 28 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
Objek penelitian ini adalah karakter bela rasa (compassion).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Menurut Arikunto (2006:175) teknik pengumpulan data adalah cara
yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang disebarkan dalam
bentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban bergradasi mulai dari 1–4 dan
dari keempat alternatif jawaban benar. Skor 4 diberikan untuk alternatif
jawaban yang sungguh mewakili penerapan karakter bela rasa (compassion).
Sedangkan skor 1 untuk mewakili alternatif jawaban yang sangat kurang
mewakili karakter bela rasa (compassion). Instrument yang berupa kuesioner
disusun oleh peneliti sendiri dengan arahan dosen pembimbimg dalam tim
penelitian Stranas (Strategi Nasional).
Menurut Umar H. (1998:49), teknik kuesioner merupakan suatu
pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar
pertanyaan/pernyataan kepada responden dengan harapan memberikan respon
atas daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini kuesioner memuat
pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan nilai-nilai karakter bertanggung
jawab sebagai peserta didik. Kuesioner yang telah disusun oleh peneliti ini
bersifat tertutup karena alternatif-alternatif jawaban sudah disediakan,
sehingga peserta didik tinggal memilih alternatif jawaban yang sesuai.
Kuesioner berbentuk soal tes dengan ragam pilihan ganda diberikan
pada awal dan akhir pemberian perlakuan. Diberikan sebelum
perlakuan/pretest dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum tingkat
karakter bela rasa (compassion) siswa. Sedangkan kuesioner berbentuk soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
tes dengan ragam pilihan ganda yang diberikan pada akhir setelah
perlakuan/posttest, bertujuan untuk mencari data yang diperlukan untuk
mengetahui keefektivitasan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter bela rasa
(compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.
Dalam membuat soal tes peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi dengan
menentukan aspek-aspek bela rasa (compassion) dan indikator siswa yang
memiliki bela rasa (compassion) yang ditampilkan dalam tabel 3.2. berikut
ini:
Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner Karakter Bela Rasa (Compassion)
No Aspek Indikator Item Jumlah
(+) (-)
1. Peduli
terhadap
sesama
a. Kepedulian dan solidaritas 1, 2, 6 - 3
b. Kebijakan yang mendukung
keberpihakan kepada yang
miskin, lemah dan tersingkir
3, 4, 5 - 3
2. Meminta
dan
memberi
maaf
a. Mencintai dengan tulus 9, 12, 13 - 3
b. Merasakan penderitaan orang
lain 7, 11 - 2
c. Sikap murah hati 8, 10 - 2
3. Kebersihan
diri dan
lingkungan
a. Melayani demi keselamatan 14, 16, 18,
19 - 4
b. Melayani dengan semangat 15, 17, 20 - 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
E. Validitas, Relibilitas, dan Uji Normalitas
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti ketepatan
dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu
tes atau instrumen pengukur dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila alat yang bersangkutan menjalankan fungsi ukurnya, atau
memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran. Suatu alat
ukur yang valid, tidak sekedar mampu mengungkapkan data yang tepat
akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data
tersebut (Azwar, 2009: 5-6)
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka, namun pengesahannya
perlu melalui tahap pengujian terhadap isi alat ukur dengan kesepakatan
penilaian dari penilai yang kompeten (expert judgement) (Azwar, 2009:
45). Pada penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan
aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada
beberapa ahli dalam bidangnya. Ahli-ahli tersebut antara lain: Tim Dosen
Penelitian Strategi Nasional dan Dosen Pembimbing, dalam hal ini yang
berperan Dr. Gendon Barus, M.Si. dan Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si.
2. Reliabilitas
Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai
pengukuran yang reliabel (reliable). Reliabilitas memiliki berbagai nama
lain seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
konsistensi, dan sebaganya. Namun ide pokok yang terkandung dalam
konsep reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam
beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang
sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam
diri subjek memang belum berubah (Azwar, 2007).
Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini
menggunakan teknik Test-retest dengan perhitungan koefisien korelasi
Product Moment. Adapun rumus skor kasar reliabilitas yang diperoleh
sebagai berikut:
=
Keterangan rumus:
= Koefisien korelasi
X = Deviasi dari mean untuk nilai variabel X
Y = Deviasi dari mean untuk nilai variabel Y
∑X.Y = Jumlah perkalian antara nilai X dan Y
= Kuadrat dari nilai X
= Kuadrat dari nilai Y
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria
Guilford (Masidjo,1995).
Tabel 3.3
Kriteria Guilford
No Koefisien Korelasi Kualifikasi
1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi
2 0,71 – 0,90 Tinggi
3 0,41 – 0,70 Cukup
4 0,21 – 0,40 Rendah
5 negatif – 0,20 Sangat Rendah
Melalui kriteria tersebut, hasil reliabilitas Kuesioner Karakter Bela Rasa
(Compassion) diperoleh Reliability Statistics 0.689 dan dapat disimpulkan
Cukup. Setelah diperoleh harga hitung, selanjutnya untuk dapat diputuskan
instrumen tersebut reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan dengan
harga r tabel. Dengan n = 28 taraf kesalahan 5% diperoleh 0.374. Karena
hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 5% (0.689>0.374), maka
dapat disimpulkan Kuesioner Karakter Bela Rasa (compassion) tersebut
reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. Berdasarkan peninjauan
terhadap hasil perhitungan koefisien reliabilitas pada kriteria Guilford, dapat
disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas Kuesioner Karakter Bela Rasa
masuk dalam kriteria cukup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
3. Uji Normalitas
Menurut Nurgiyantoro, dkk (2009:110) uji normalitas adalah salah
satu bagian dari uji prasyarat analisis data, artinya sebelum melakukan
analisis data yang sesungguhnya, data penelitian tersebut harus di uji
kenormalan distribusinya. Adapun tujuan dari uji normalitas adalah untuk
mengetahui apakah data dalam variabel yang akan dianalisis berdistribusi
normal. Kriteria keputusan dalam uji normalitas pada SPSS adalah jika
nilia signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi
normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka data
tersebut tidak normal. Setelah dilakukan uji normalitas menurut
Kolmogorov-Smirnov data yang diperoleh peneliti teruji berdistribusi
normal. Hasil uji normalitas divisualisasika dalam tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4
Tabel Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Pretest ,089 28 ,200(*) ,942 28 ,124
Postest ,176 28 ,026 ,949 28 ,183
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction
pada tabel 3.4 hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
menunjukan bahwa nilai signifikansi 0,200>0,05 dengan demikian sampel
peneliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Jika ditinjau dari
hasil uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukan nilai signifikansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
0,183>0,05 hal ini pun berarti sampel penelitian berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
F. Teknik Analisis Data
Sugiyono (2010:207) mengatakan bahwa analisis data merupakan
kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,
mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan
data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah.
Teknik analisis data dalam penelitian ini, untuk rumusan masalah
pertama tentang gambaran tingkat karakter bertanggung jawab siswa kelas VII
Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah
mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiantial learning Tahun Ajaran 2014/2015, menggunakan pekategorian
berdasarkan model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah
menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok terpisah secara
berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan stribut yang diukur (Azwar,
2014:147). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah sangat rendah sampai
dengan sangat tinggi. Kategorisasi ditentukan berdasarkan formula yang
digambarkan pada tabel 3.5 berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 3.5
Kategorisasi Normal Tingkat Karakter Bela Rasa (Compassion)
Keterangan:
Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek penelitian
berdasarkan perhitungan skala.
Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek peneliti
menurut perhitungan skala.
Standar deviasi (σ/sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan
deviasi sebaran
μ (mean teoritik) : Rata-rata teoritik skor maksimum dan minimum
Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam pengelompokan tinggi
rendah tingkat karakter Bela Rasa (compassion) dengan jumlah item 20 diperoleh
unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut.
Normal/Kriteria Skor Kategori
+1,8σ < μ Sangat Tinggi
+0,6σ < μ ≤ +1,8σ Tinggi
-0,6σ < μ ≤ 0,6σ Sedang
-1,8σ < μ ≤ -0,6σ Rendah
μ ≤ -1,8σ Sangat Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tingkat karakter Bela Rasa (compassion)
Skor maksimum teoritik : 4 x 20 = 80
Skor minimum teoritik : 1 x 20 = 20
Luas jarak : 80 – 20 = 60
Standar deviasi ((σ/sd) : 60 : 6 = 10
μ (mean teoritik) : (80 + 20) : 2 = 50
Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam norma
kategorisasi tingkat karakter Bela Rasa (compassion) siswa/i kelas VII Sekar
Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 sebagai berikut:
Tabel 3.6
Kategorisasi Normal Tingkat karakter Bela Rasa (compassion) Siswa/i kelas
VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2014/2015
Normal/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori
+1,8σ < μ > 68
Sangat Tinggi
+0,6σ < μ ≤ +1,8σ 56 – 68 Tinggi
-0,6σ < μ ≤ 0,6σ 44 – 55 Sedang
-1,8σ < μ ≤ -0,6σ 32 - 43 Rendah
μ ≤ -1,8σ < 32 Sangat Rendah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Tingkat Karakter Bela Rasa (Compassion) Siswa Kelas VII
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Sebelum dan Sesudah mendapatkan
Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan
Experiential Learning Tahun Ajaran 2014/2015
Berdasarkan data pretest dan posttest tentang karakter bela rasa dan
dianalisis dengan teknik kategorisasi model distribusi normal, gambaran
tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 ditampilkan dalam
table 4.1 dan gambar 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Kategorisasi Tingkat Karakter Bela Rasa (compassion) Siswa Kelas VII
Sekar Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015
Sebelum (pretest) Dan Sesudah (postest) Mendapatkan Layanan Bimbingan
Klasikal Kolaboratif Dengan Pendekatan Experiential Learning
Rumus
Rentang
Skor
Kategorisasi
Pretest Postest Selisih
F % F % ∑ %
> 68 Sangat
Tinggi 8 28,56% 10 35,7% 2 7,14%
56-68 Tinggi 17 60,69% 14 49,98% -3 10,71%
44-55 Sedang 3 10,71% 4 14,28% 1 3,57%
32-43 Rendah
< 32 Sangat
Rendah
73
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Data pada tabel di atas ditampilkan dalam bentuk gambar berikut ini:
Gambar 4.1
Tingkat Karakter Bela Rasa (compassion) Siswa Kelas VII Sekar Jagad SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 Sebelum (pretest) Dan
Sesudah (postest) Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif
Dengan Pendekatan Experiential Learning
Gambaran tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar
Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 sebelum
diberi perlakuan (pretest) adalah sebagai berikut:
1. Ada 8 siswa (28,56%) memiliki karakter bela rasa (compassion)
dalam kategori sangat tinggi.
2. Ada 17 siswa (60,69%) memiliki karakter bela rasa (compassion)
dalam kategori tinggi.
3. Ada 4 siswa (10,71%) memiliki karakter bela rasa (compassion)
dalam kategori sedang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Gambaran tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar
Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015 sesudah
diberi perlakuan (postest) adalah sebagai berikut:
1. Ada 10 siswa (35,7%) memiliki karakter bela rasa (compassion)
dalam kategori sangat tinggi.
2. Ada 14 siswa (49,98%) memiliki karakter bela rasa (compassion)
dalam kategori tinggi.
3. Ada 4 siswa (14,28%) memiliki karakter bela rasa (compassion)
dalam kategori sedang.
Artinya pada kategori sangat tinggi ada peningkatan jumlah subjek,
2 (7,14%) dari 8 siswa menjadi 10 siswa. Namun pada kategori tinggi
terjadi penurunan jumlah subjek, 3 (10,71%) dari 17 siswa menjadi 14
siswa. Sedangkan, pada kategori sedang mengalami peningkatan 1
(3,57%) dari 3 siswa menjadi 4 siswa. Dengan lain kata, siswa-siswi yang
memiliki karakter bela rasa (compassion) dalam kategori tinggi itu
mengalami perpindahan kategori setelah diadakannya treatment yakni
pada kategori sangat tinggi bertambah 2 siswa pada kategori sedang juga
bertambah 1, siswa-siswa tersebut berasal dari kategori tinggi setelah
dialakukannya treatment.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
2. Efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning dalam meningkatkan karakter Bela
Rasa (Compassion)
Keefektifan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dihitung
melalui SPSS dengan rumus Two Related Sample Test (Wilcoxon)
menghasilkan mean atau rata-rata dari 28 siswa, sebelum adanya
perlakuan (pretest) nilainya yaitu 64,3214 dan sesudah adanya perlakuan
(posttest) nilainya yaitu 65,0000. Sehingga, dapat dikatakan adanya
peningkatan bila ditinjau dari selisih rata-rata yakni 0.6786. Kemudian bila
dilihat dari standar deviasi untuk pretest yaitu 7,18050 dan postest yaitu
7,54738. Hal tersebut akan memberikan arti bahwa titik data individu jauh
dari nilai rata-rata. Kemudian bila dilihat dari sisi nilai maximum pretest
dan postest juga mengalami kenaikan sebanyak 3 angka. Ini menandakan
adanya kenaikan dari sisi nilai maximum pretest dengan posttest. Artinya,
bila dilihat dari perhitungan statistika memang terlihat ada
perbedaan/perubahan angka namun tidak ada dampak yang signifikan
namun demikian tidak berarti data tersebut tidak berguna melainkan data
yang ada dapat sebagai acuan ke depannya supaya program yang dibuat
lebih terancang dengan baik, sistematis, dan tepat sasaran yang dilakukan
dengan perhitungan dan pemikiran yang matang.
` Perhitungan dengan rumus Two Related Sample Test (Wilcoxon),
memperoleh: nilai mean rank dan sum of ranks dari kelompok negatif
ranks, positive ranks dan ties. Negatif ranks artinya sampel dengan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
kelompok kedua (posttest) lebih rendah dari nilai
kelompok pertama (pretest). Positive ranks adalah sampel dengan nilai
kelompok pertama (pretest) lebih tinggi dari
nilai kelompok kedua (posttest). Sedangkan ties adalah nilai kelompok
kedua (postest) sama besarnya dengan nilai kelompok pertama (pretest).
Simbol N menunjukkan jumlahnya, Mean Rank adalah peringkat rata-
ratanya dan sum of ranks adalah jumlah dari peringkatnya.
Hasil perhitungan Two Related Sample Test (Wilcoxon)
memperoleh, nilai Z sebesar -,930 dengan p value (Asymp. Sig 2 tailed)
sebesar 0,352 di mana lebih besar dari batas kritis penelitian 0,05. Artinya,
keputusan hipotesis adalah menolak H1. Jadi, pendidikan karakter berbasis
bimbingan klasikal kolaboratif tidak efektif meningkatkan karakter Bela
Rasa (Compassion) Siswa Kelas VII Sekar Jagad SMP Stella Duce 2
Yogyakarta.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Gambaran Tingkat Karakter Bela Rasa (Compassion) Siswa Kelas VII
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Sebelum (pretest) dan Sesudah
(postest) mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Kolaboratif
dengan Pendekatan Experiential Learning Tahun Ajaran 2014/2015
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat karakter Bela Rasa
(Compassion) siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum
(pretest) dan sesudah (postest) mendapatkan layanan bimbingan klasikal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
kolaboratif dengan pendekatan experiential learning tahun ajaran
2014/2015 untuk sebagian besar siswa-siswi memiliki karakter bela rasa
(compassion) yang sangat tinggi dan tinggi. Hal tersebut dikarenakan
siswa-siswi di sekolah tersebut telah memiliki pemahaman dasar akan
peduli, solider, dan rela berbagi dengan mereka yang lemah (melayani),
miskin, menderita (jasmani-rohani) dan tersisih tanpa membeda-bedakan
sebagai sesama ciptaan Allah. Hal ini dapat terbentuk dengan sangat baik
karena lingkungan sekolah telah menanamkan karakter bela rasa
(compassion) sejak pertama siswa-siswi masuk ke sekolah tersebut. Pada
kategori ini seseorang dengan sangat baik memahami, merasakan,
meyakini, menanamkan dalam dirinya, dan mengaplikasikan bentuk
karakter bela rasa (compassion) dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini tampak dengan jelas dari penanaman butir karakter bela rasa
yang dirancang untuk layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning ternyata tidak menunjukkan peningkatan
karakter bela rasa secara optimal. Karakter bela rasa (compassion) di
sekolah tersebut sudah ditanamkan oleh pihak sekolah sejak siswa-siswi
masuk ke sekolah tersebut, sehingga hal tersebut kemungkinan menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan ketidak signifikan program layanan
bimbingan ini. Penanaman karakter bela rasa (compassion) dilakukan oleh
pihak sekolah setiap hari Rabu dengan Pendidikan Karakter Tarakanita
(PKT).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Luisa, dkk (2012) mengatakan bahwa compassion lebih dari sekedar
mempunyai kepekaan hati (empati) dan merasakan penderitaan orang lain
(simpati), tetapi merupakan sebuah kebajikan di mana kapasitas emosional
empati dan simpati terhadap penderitaan orang lain dianggap sebagai
bagian dari cinta itu sendiri serta merupakan landasan keterkaitan sosial
yang lebih besar dan humanis, dasar prinsip tertinggi dalam berperilaku
sebagai pribadi yang utuh. Melalui definisi tersebut, penulis ingin
mengatakan bahwa siswa-siswi yang memiliki tingkat karakter yang
sangat tinggi dan tinggi kemungkinan sudah memiliki karakter bela rasa
(compassion) yang baik dalam melaksanakan perannya sebagai peserta
didik.
Ditinjau dari karakteristik remaja, siswa-siswi yang memiliki
karakter bela rasa (compassion) yang sangat tinggi dan tinggi dapat
dimaknai bahwa siswa-siswi tersebut berusaha mengembangkan dirinya
sebagai manusia yang memiliki potensi yang membutuhkan binaan dan
bimbingan untuk mengaktualisasikan dirinya dalam masyarakat menjadi
pribadi yang utuh atau baik. Desmita, (2011:39) mengatakan bahwa dalam
perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis
menurut fitrahnya masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh
dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan
yang konsisten menuju ke titik optimal. Peserta didik dipandang sebagai
manusia yang memiliki potensi yang bersifat laten, sehingga dibutuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
binaan dan bimbingan untuk mengaktualisasikannya agar ia dapat menjadi
manusia susila yang cakap.
Di sisi lain, dalam penelitian ini terdapat juga siswa-siswi yang
memiliki karakter bela rasa (compassion) dalam kategori sedang.
Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan
budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua
warga sekolah, serta masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut
dimata masyarakat luas. Hal tersebut disebabkan oleh dua faktor utama
yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diri siswa-siswi itu sendiri.
Faktor internal biasanya faktor genetis atau bawaan sejak lahir dan
merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki salah
satu dari kedua orang tuanya, atau justru gabungan dari sifat kedua orang
tuanya (Sjarkam, dalam Donal 2013). Kemudian pendidik pertama dan
utama adalah orang tua. Lembaga keluarga merupakan pembentukan
karakter anak yang utama, terlebih pada masa-masa awal pertumbuhan
sebagai manusia. Dalam hal ini keluarga memiliki investasi afeksi yang
tdak dapat tergantikan oleh peranan lembaga lain di luar keluarga, seperti
sekolah, dan masyarakat. Anak belajar banyak dari cara bertindak, cara
berpikir, dan cara berperilaku orang tua. Orang tualah yang menjadi model
peran pertama dalam pendidikan nilai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Namun, meskipun keluarga memiliki posisi strategis sebagai tempat
awal pembentukan karakter, posisi istimewa orang tua dapat menjadi titik
lemah bagi pembentukan karakter anak (Luisa, dkk, 2012). Berdasarkan
teori tersebut kemungkinan bahwa siswa-siswi yang berada pada kategori
sedang kurang memiliki motivasi dari dalam dirinya, kurang memiliki
pemahaman yang baik terkait diri dan tingkah laku moral. Dengan begitu
ada beberapa siswa yang masih kurang memiliki karakter bela rasa
(compassion) yang baik karena mungkin kurang mampu mengaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yakni
keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya, lingkungan masyarakat, dan
media massa. Pendidikan karakter kurang memadai di dalam keluarga,
kurangnya moral, dan kurangnya dukungan terhadap pemahaman diri dan
tingkah laku moral yang baik (Sjarkam, dalam Donal 2013). Berdasarkan
teori tersebut, ditambah dengan sharing yang dilakukan dengan kepala
kantor yayasan Tarakanita, guru BK, wali kelas, dan guru mata pelajaran,
kemungkinan beberapa siswa-siswi yang masuk dalam kategori sedang
berasal dari latar belakang yang masih kurang untuk membentuk karakter
dalam dirinya yang lebih baik, karena faktor eksternal mempengaruhi
pembentukan karakter seseorang.
Di sisi lain ada faktor eksternal yang berlaku untuk semua kategori,
yakni kurang pengoptimalan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
dengan guru BK dan kepala yayasan Tarakanita, sehingga asumsi data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
awal kondisi subjek/level kondisi (screening) penelitian masih kurang
pas/sesuai. Selain itu, kurangnya perencanaan program bimbingan yang
melibatkan mitra kolaboratif terkait karakter bela rasa (compassion) yang
ada di sekolah tersebut. Dalam hal ini peneliti mengandaikan bahwasanya
karakter bela rasa (compassion) di sekolah tersebut berada pada tahapan
paling dasar justru sebaliknya sekolah sudah menanamkan karakter bela
rasa (compassion) sejak siswa-siswi memulai pembelajaran di sekolah.
Gambaran umum tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas
VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum (pretest) dan sesudah
(postest) mendapatkan layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning tahun ajaran 2014/2015 berada pada
kategori sangat tinggi dan tinggi. Bukan berarti bahwa mereka telah
sempurna dalam karakter berbela rasa, tidak mempunyai masalah, dan
tidak membutuhkan pendampingan/bimbingan. Mereka masih
memerlukan bimbingan/pendampingan guna mempertahankan,
memantapkan, mengoptimalkan, dan terus menerus mengaplikasikan
karakter berbela rasa (compassion) dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan, siswa-siswi yang berada pada kategori sedang, bukan
berarti mereka bermasalah dan tidak dapat dibenahi kembali karakter bela
rasa (compassion) yang ada dalam diri mereka. Akan tetapi, siswa-siswi
yang masuk dalam kategori tersebut masih bisa dibenahi/ditingkatkan
karena masih memiliki potensi dan peluang dalam dirinya untuk dapat
meningkatkan karakter bela rasa (compassion). Maka dari itu, baik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
masuk dalam kategori sangat tinggi, tinggi, maupun sedang mereka semua
masih memerlukan bimbingan sesuai dengan kebutuhan dari setiap pribadi
yang bersangkutan.
2. Efektivitas layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan
pendekatan experiential learning dalam meningkatkan karakter Bela
Rasa (Compassion)
Hasil perhitungan menunjukkan pemberian layanan bimbingan tidak
signifikan. Peningkatan karakter bela rasa (compassion) tidak signifikan
pada siswa-siswi kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta. Mungkin
karena kurang terjalinnya kolaborasi yang baik antara guru BK dengan
guru mata pelajaran dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi,
dan mungkin karena keterbatasan dalam mengidentifikasi aspek-aspek
bimbingan yang ada pada instrumen penelitian yakni aspek peduli
terhadap sesama, memberi dan meminta maaf, dan kebersihan diri dan
lingkungan yang dilakukan oleh mitra kolaboratif. Bisa juga dikarenakan
kurang berjalannya tugas dari masing-masing mitra kolaboratif, sehingga
program kurang berjalan sesuai dengan rancangan peneliti.
Di samping itu juga dapat dikarenakan ada tahapan yang terlewati
dalam kolaborasi. Kolaborasi tidak hanya cukup pemberian evaluasi dan
pengamatan tetapi hendaknya memang dimulai sejak pembuatan program
itu sendiri. Depdiknas (2008:25) mengemukakan program bimbingan akan
berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal
ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali kelas. Konselor atau guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
BK berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh
informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan
pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi
aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran.
Lawson (2003) meneliti keterhubungan dan komunikasi, kerja sama,
koordinasi, pembangunan komunitas/masyarakat, dan perjanjian
(contracting) sebagai komponan penting dalam keberhasilan kolaborasi.
Peneliti menggunakan pendekatan experiential learning untuk
melaksanakan program bimbingan melalui dinamika kelompok berupa
permainan-permainan yang mendukung topik bimbingan, sehingga
perserta didik dapat mengalami langsung, merefleksikan dari
kegiatan/dinamika yang telah dilakukannya bersama kelompok, dan
menghubungkan dengan pengalaman hidup sehari-hari. Menurut Pfeiffer
dan Jones (1979) dalam Supratiknya, 2011), tahap-tahap pengalaman atau
aktivitas dalam siklus pembelajaran experiential learning adalah sebagai
berikut: mengalami (experiencing), membagikan pengalaman (publishing),
memroses pengalaman (processing), merumuskan kesimpulan
(generalizing) dan menerapkan (applying).
Dari pemahaman tersebut dapat dimungkinkan bahwa pendekatan
experiential learning kurang efektif karena mungkin masih ada tahapan
yang peneliti belum lakukan atau laksanakan dalam prosesnya. Tahap
yang belum terlaksana yakni tahap merumuskan kesimpulan
(generalizing) dan menerapkan (applying). Pada tahap tersebut siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
hendaknya menyimpulkan prinsip-prinsip, merumuskan hipotesis-
hipotesis, dan merumuskan hikmat-manfaat untuk didiskusikan atau
dipikirkan bersama. Kemudian fasiltator perlu memastikan bahwa para
peserta sungguh-sungguh menangkap relevansi atau makna manfaat dari
pelatihan yang baru dijalaninya, serta tekad untuk menerapkan hasil
belajarnya itu dalam kehidupan sehari-hari.
Experiential Learning adalah sebuah pendekatan dalam
penyelengaraan bimbingan kelompok, dengan menggunakan dinamika
kelompok yang efektif. Suatu dinamika kelompok dikatakan efektif ketika
dapat menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat di antara peserta
kegiatan, meningkatkan spontanitas, munculnya perasaan positif (seperti
senang, rileks, gembira, menikmati, dan bangga), meningkatkan minat
atau gairah untuk lebih terlibat dalam proses kegiatan, memungkinkan
terjadinya katarsis, serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan
sosial (Prayitno, dkk, 1998:90). Dalam layanan bimbingan klasikal
kolaboratif dengan pendekatan experiential learning ini disusun dengan
tiga topik bimbingan yang dilakukan setiap minggu dalam jangka waktu 1
bulan, diantaranya adalah: (1) Peduli terhadap Sesama, (2) Meminta dan
Memberi Maaf, (3) Kebersihan Diri dan Lingkungan.
Topik bimbingan yang peneliti berikan mungkin kurang
berkesinambungan atau tumpang tindih sehingga, mungkin menjadi salah
satu faktor tidak efektifnya layanan bimbingan tersebut. Kemudian bila
ditinjau dari aspek-aspek instrumen bela rasa (compassion) yang ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
terdapat unsur positif dari bagian bela rasa (compassion) yang dapat
dipertahankan/tinggi bila dilihat dari data yang didapatkan yakni ada pada
aspek peduli terhadap sesama dan aspek kebersihan diri dan lingkungan.
Pada aspek-aspek tersebut hendaknya dipertahankan dan dapat digunakan
untuk peneltian berikutnya. Sedangkan pada aspek meminta dan memberi
maaf yang merupakan bagian dari karakter bela rasa (compassion)
hendaknya masih perlu terus menerus dikembangkan karena tergolong
rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dipaparkan kesimpulan, keterbatasan, dan saran terhadap
hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini
dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:
1. Tingkat karakter bela rasa (compassion) siswa kelas VII Sekar Jagad
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan
layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan experiential
learning secara umum baik. Namun demikian, masih terdapat siswa
yang memiliki karakter bela rasa (compassion) pada kategori sedang.
Siswa-siswi yang masuk dalam kategori tersebut masih bisa
dibenahi/ditingkatkan karena masih memiliki potensi dan peluang
dalam dirinya untuk dapat meningkatkan karakter Bela Rasa
(compassion). Maka dari itu, baik yang masuk dalam kategori sangat
tinggi, tinggi, maupun sedang mereka semua masih memerlukan
bimbingan sesuai dengan kebutuhan dari setiap pribadi yang
bersangkutan.
2. Program layanan bimbingan klasikal kolaboratif dengan pendekatan
experiential learning secara signifikan tidak efektif meningkatkan
karakter Bela Rasa (compassion) Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta. Hal ini terjadi mungkin disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya kurang terjalinnya kolaborasi yang baik antara peneliti
87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dengan guru BK maupun guru mata pelajaran atau wali kelas, faktor
pelaksanaan tahap-tahap experiential learning yang kurang lengkap
dalam proses bimbingan klasikal, dan faktor topik bimbingan yang
masih dianggap tumpang tindih atau kurang berkesinambungan antara
satu topik dengan topik lainnya.
B. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan yang dapat
diperbaiki dan lebih ditingkatkan lagi bagi peneliti selanjutnya, Instrumen
ini; Kuesioner Bela Rasa; memiliki reliabilitas yang cukup dengan jumlah
item yang sangat terbatas sehingga, belum banyak indikator bela rasa yang
berhasil diungkap.
C. Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti paparkan guna lebih
mengoptimalkan dan mengembangkan keefektivan layanan bimbingan
untuk meningkatkan karakter bela rasa (compassion), yaitu:
1. Bagi Guru Bidang Studi
Guru bidang studi diharapkan memberikan data yang lebih lengkap
dan jelas kepada guru BK terkait kebutuhan siswa-siswi untuk
mengembangkan karakter bela rasa (compassion). Berdasarkan
interaksi guru bidang studi dengan siswa-siswi saat pelajaran
berlangsung hendaknya guru bidang studi memberikan gambaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
rinci kepada guru BK, agar kolaborasi terlaksana dengan baik sejak
pembuatan program.
2. Bagi Guru Pembimbing
Pembimbing diharapkan mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswa-
siswinya secara tepat dan lengkap melalui Alat Ungkap Kebutuhan
(need assessment). Hal tersebut sangat penting untuk mengetahui
kondisi awal para siswa (base line) atau gambaran tingkat karakter
siswa (screening) agar penyusunan topik-topik bimbingan yang sesuai
dengan kebutuhan siswa-siswi di sekolah tersebut. Bila perlu guru
pembimbing melakukan interview/wawancara terhadap para guru
bidang studi maupun wali kelas supaya informasi yang didapat lebih
tepat dan akurat.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebaiknya peneliti lebih dapat mengembangkan Kuesioner
Karakter Bela Rasa yang lebih banyak mengungkapkan Karakter Bela
Rasa dan hendaknya dilakukan beberapa kali uji coba agar memenuhi
persyaratan penggunaan teknik Test-retest untuk uji reliabilitas. Peneliti
lain juga diharapkan memperhatikan tingkat reliabilitas instrumen yang
digunakan saat penelitian, karena hal itu akan menentukan hasil
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Juntika Nurihsan. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung. PT Refika Aditama, Cetakan Keempat April 2011
Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Nilai Karakter (Konstruktivisme dan VCT
sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajarn Afektif). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Aditama, Chandra Yoga. 2000. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI Press
Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Penerbit
PT Rineka Cipta, Jakarta.
Astuti, Puji. 2008. Pengaruh Religiusitas terhadap Penerimaan Musibah Gempa Tektonik
(Studi Kasus di Desa Bawuran Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul), 3788-1-1102089
Azwar, Saifuddin. 2007. Sikap Manusia. Teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
_______________. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
_______________. 2014. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Barus, Gendon. 2015. Menakar Hasil Pendidikan Karakter Terintegrasi Di SMP.
Cakrawala Pendidikan, Th XXXIV, No.2 Juni 2015.
Barus, Gendon., Hastuti, M.M., Sinaga, J.D. 2015. Penelitian Strategi Nasional
Pengembangan Manusia dan Daya Saing Bangsa. (Pengembangan Model Pendidikan
Karakter di SMP Berbasis Layanan Klasikal Kolaboratif dengan Pendekatan
Experiential Learning. USD
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Dirjen Pendidikan Dasar. 2014.
Panduan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Fathurrohman, Pupuh, dkk. 2013. Pengembangan Pendidikan Karakter. Bandung: PT.
Refika Aditama
Hartinah. 2011. Pengembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Refika Aditama
Hamalik, Oemar. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Harsanto, Radno. 2009. Having Competence, Conscience, Compassion, & Faith.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Hurlock, E. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga
_______, E. 1996. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan . Jakarta: Penerbit Erlangga
Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta.
Koesoema A, Doni. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: Grasindo
_________________. 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman
Global. Jakarta: Grasindo
Kolb. 1984. Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and
Development. New Jersey: Prentice Hall
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Kurniawan, Syamsul. 2013. Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Implementasi Secara
Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Lickona, T. 2013. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar
dan Baik. Bandung: Nusa Media
_______. 2014. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar
dan Baik. Bandung: Nusa Media
LPM, P3MP. 2012. Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Luisa, dkk. 2012. Buku Panduan Pendidikan Karakter Taraknita. Jakarta: Yayasan
Tarakanita
Makrifah, Fanistika Lailatul & Wiryo Nuryono. 2014. Pengembangan Paket Peminatan
dalam Layanan Bimbingan Klasikal untuk Siswa di SMP. Jurnal BK, Vol. 04, No. 3,
1-8.
Marcus J.Borg. 1994 Kali Pertama Jumpa dengan Yesus Kembali. Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Masidjo. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta:
Kanisius.
Muhibbin Syah, 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Munif I. R. S., Mosik. (Juli 2009). Penerapan Metode Experiential Learning pada
Pembelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): 79-82, 1693-1246. diakses Senin, 5 Oktober
2015 pukul 13.15 WIB, dari
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/viewFile/1014/924
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Mustari, M. 2014. Nilai Karakter Refleksi untuk Pendidik. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
Nurgiyantoro, dkk. 2002. Statistik Terapan (Untuk Penelirian Ilmu-Ilmu Sosial).
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pidarta, Made. 2014. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta
Prayitno, dkk. 1998. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Dasar (Buku I). Jakarta:
Penebar Aksara
Purnami, Rahayu dan Rohayati. (2015). Implementasi Metode Experiential Learning dalam
Pengembangan Softskills Mahasiswa yang Menunjang Integrasi Teknologi,
Manajemen dan Bisnis. UPI, 13-8-2015
Putranto, Hendar. 2005. Mencari, Menemukan, dan Mengomunikasikan Nilai-nilai
Bermain dalam Konteks Pendidikan. library.umn.ac.id.
Robby Chandra. 2000. Transformasi: Dari Kepompong ke Langit Biru. Jakarta: Binawarga
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2013. Konsep dan Model: Pendidikan Karakter. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Santoadi, Fajar. 2010. Manajemen Bimbingan dan Konseling Komprehensif. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma
Sinaga, J.D. 2013. Widya Dharma Jurnal Kependidikan. Program Bimbingan Pribadi-
Sosial Berbasis Experiential Learning Untuk Meningkatkan Karakter Humanis Siswa
Sekolah Menengah Pertama Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, Vol. 25, No.1,
Oktober 2013
______. 2012. Program Bimbingan Pribadi-Sosial Berbasis Experiential Learning Untuk
Meningkatkan Karakter Humanis Siswa Sekolah Menengah Pertama (Studi Pra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Eksperimen pada Siswa Kelas IX SMP Salman Al Farisi, Bandung, Tahun Ajaran
2011-2012). Tesis, (tidak diterbitkan). Program Bimbingan dan Konseling Sekolah
Pasca Sarjana-S2 Universitas Pendidikan Indonesia.
Sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/getintro/01052018/.../intro.pdf diunduh pada hari
Jumat, 28 Agustus 2015 pukul 18.45 WIB
Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
________. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
________. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
________. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Jakarta:
Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih & Sunaryo Kartadinata. 2007. Bimbingan dan Konseling
dalam Praktek. Bandung: Maestro.
Suparno, Paul. 2011. Pengantar Statistika untuk Pendidikan dan Psikologi. Yogyakarta:
Penerbit Universitas Sanata Dharma
Supratikya. 2011. Merancang Program dan Modul Psikoedukai. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Surani, dkk. 2008. Pedoman Pelaksanaan Spiritualitas CB untuk Pelayanan Pendidikan.
Yogyakarta: CB Media
Suyanto. 2010. Panduan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama, Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMP, Ditjenmandikdasmen.
Umar, H. 1998. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Varia Winansih.Pengantar Psikologi Pendidikan, Bandung: Cipta Pustaka Media, 2008,
hal. 30.
Winarto, Paulus Budi. 2013. Bela Rasa Tarakanita, Meningkatkan Kualitas Pendidikan di
Lereng Merbabu. SMP Pendowo Tarakanita
Winkel, W.S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Winkel, W.S. & Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institut Pendidikan.
Jakarta: Media Abadi
Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Yaumi. 2014. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar, & Implementasi. Jakarta:
Prenadamedia Group
Yusuf, Syamsu. 2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Zubaedi. 2012. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Zuchdi, Darmiyati,dkk. 2010. Pendidikan Karakter dengan Pendekatan Komprehensif
Terintegrasi dalam Perkuliahan dan Pengembangan Kultur Universitas. Yogyakarta:
UNY Press
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Tabel 3.3
Tabel Hasil Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Pretest ,089 28 ,200(*) ,942 28 ,124
Postest ,176 28 ,026 ,949 28 ,183
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction
LAMPIRAN 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Uji Two Related Sample Test (Wilcoxon) Pretest dan Postest siswa kelas VII Sekar
Jagad SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Descriptive Statistics
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
Pretest 28 64,3214 7,18050 47,00 74,00
Postest 28 65,0000 7,54738 47,00 77,00
Ranks
N
Mean
Rank
Sum of
Ranks
Postest -
Pretest
Negative Ranks 11(a) 12,64 139,00
Positive Ranks 15(b) 14,13 212,00
Ties 2(c)
Total 28
a. Postest < Pretest
b. Postest > Pretest
c. Postest = Pretest
Test Statistics(b)
Postest - Pretest
Z -,930(a)
Asymp. Sig. (2-
tailed) ,352
a Based on negative ranks.
b Wilcoxon Signed Ranks Test
LAMPIRAN 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
TILIK DIRI SIKAP BELA RASA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
LAMPIRAN 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Petunjuk pengisian:
1. Bacalah 20 pertanyaan di bawah ini dengan teliti
2. Pilihlah jawaban A, B, C, atau D yang sesuai dengan keadaan dirimu sebenarnya.
3. Tidak ada jawaban yang dianggap paling benar atau salah
4. Tulislah jawabanmu di lembar jawaban yang diberikan oleh pembimbing
1. Ketika ada teman saya yang terjatuh, hal yang saya lakukan adalah....
a. Saya melihat dan tak mampu untuk menolongnya karena saya sendirian
b. Berteriak-teriak meminta bantuan teman lain karena ada teman yang terjatuh
dengan berkata “hei ada yang jatuh ni”
c. Bergegas untuk membantunya dengan mengangkatnya
d. Mentertawakan sambil kemudian menolongnya
2. Pada suatu hari teman saya lupa membawa uang sakunya, sedangkan ia lapar dan
membutuhkan uang saku untuk jajan, hal yang saya lakukan yaitu...
a. Meminjamkan uang saya namun meminta kesediaannya untuk mengembalikan
b. Membeli makanan/jajan dan saya membaginya dengan berkata “dibagi dua ya”
c. Memberikan sebagian uang saku saya kepadanya
d. Bertanya padanya “mengapa uang sakumu bisa tertinggal?” setelah tahu saya
menawarkan bantuan kepadanya
3. Saat saya pulang sekolah di tepi jalan ada seorang pengemis tua dan renta,
tindakan yang saya lakukan adalah...
a. Merasa iba dan membayangkan bila orangtua saya seperti pengemis itu
b. Melihat dan berpikir “kasihan banget ya, udah tua jadi pengemis” dan ada
keinginan memberi namun tidak memiliki uang
c. Memberi uang atau rejeki yang saya miliki dengan ikhlas kepada pengemis itu
d. Memberikan sisa uang jajan saya karena teman lain juga melakukan hal serupa
4. Kamu melihat temanmu di-bully oleh kakak kelas, apa yang akan kamu lakukan?
a. Melihat dengan kasihan namun pergi menghindar, karena takut kalau di-bully
juga
b. Melihat sebentar dan segera pergi melapor kepada wali kelas
c. Menghampiri teman yang di-bully dan mengatakan dengan sopan kepada kakak
kelas agar berhenti mem-bully teman saya
d. Melihat sebentar dan kemudian berteriak minta tolong agar semua orang
datang ke teman yang di-bully
5. Sewaktu istirahat teman saya mematahkan pensil saya, yang saya lakukan adalah...
a. Di dalam hati saya marah, lalu saya memarahi dia dengan kata-kata kasar. Tetapi
akhirnya saya meminta maaf, karena telah memarahinya dengan berkata “maaf
ya saya tadi marah-marah ke kamu, saya telah menyakiti hatimu”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
b. Di dalam hati saya kesal, memaafkan atas perbuatannya dan saya berkata jujur
kepada teman saya itu, supaya dia belajar menjaga barang milik orang lain
c. Di dalam hati saya kesal namun saya berpikir bahwa saya dapat membelinya lagi
dengan berkata “tidak apa-apa teman, masih bisa dibeli lagi pensilnya”
d. Di dalam hati awalnya saya marah namun saya memendamnya saja supaya
teman saya tidak tersinggung
6. Ketika mendekati gerbang sekolah, kamu melihat siswa lain dengan begitu banyak
barang bawaan tidak sengaja menjatuhkan barang-barang bawaannya, apa yang
kamu lakukan?
a. Saya telah berniat menolongnya tapi saya malu untuk membantunya karena
teman lain juga tidak ada yang membantu
b. Segera menghampiri siswa tersebut dan menawarkan bantuan dengan berkata
“boehkah saya membantumu?”
c. Saya merasa kasihan dengan siswa tersebut namun pada saat itu saya terburu-
buru ada acara dan minta maaf kepadanya karena tidak sempat untuk
membantunya
d. Saya melihat dan dalam hati merasa kasihan terhadapnya
7. Perilaku mana yang kamu tunjukkan sebagai sikap peduli terhadap penderitaan
sesama?
a. Memberikan bantuan kepada korban bencana alam
b. Menolong teman yang jatuh
c. Membantu orangtua membereskan rumah
d. Memberikan uang kepada pengemis atau pengamen
8. Cara yang bisa saya gunakan untuk meminta maaf adalah...
a. Meminta maaf dengan tulus dan merubah kebiasaan jelek menjadi kebiasaan
baik serta berusaha tidak mengulangi kesalahan yang sama.
b. Setelah minta maaf atas perbuatan yang saya lakukan, maka harus siap untuk
menerima akibat dari perbuatan saya dengan rela.
c. Meminta maaf atas kesalahan yang saya lakukan tanpa menyalahkan orang lain
d. Menyadari kesalahan yang telah dilakukan yang menyakiti teman dan mau
mengakuinya
9. Alasan saya berani minta maaf adalah...
a. Saya tidak mampu memendam lama-lama rasa bersalah saya karena takut dosa
b. Berusaha memperbaiki kesalahan yang telah saya perbuat
c. Merasa bersalah dengan apa yang telah saya perbuat
d. Menyesal akan perbuatan yang telah saya perbuat
10. Ketika melakukan kesalahan, hal yang saya lakukan adalah...
a. Saya mengakui kesalahan saya dengan perasaan malu-malu
b. Segera meminta maaf atas apa yang telah saya perbuat
c. Mengatakan dengan jujur kesalahan saya
d. Bertanggung jawab atas kesalahan yang saya perbuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
11. Teman saya menghilangkan buku milik saya, lalu ia meminta maaf pada saya, yang
saya lakukan adalah....
a. Saya berjanji memaafkannya apabila buku saya sudah diganti
b. Memaafkan dan menasihati teman saya agar tidak mengulangi kesalahannya
c. Memaafkan kesalahannya dan memintanya bertanggung jawab
d. Meminta teman saya menggantikan buku saya
12. Cara yang dapat saya lakukan untuk memaafkan kesalahan teman saya adalah....
a. Mendoakan teman saya semoga tidak lagi mengulangi kesalahannya
b. Tidak menceritakan kesalahan teman saya kepada orang lain
c. Menasihati agar teman saya tidak mengulang kesalahan yang sama
d. Melupakan kesalahan teman saya yang membuat saya sakit hati
13. Teman baikmu membuat kesalahan yang sama padamu lebih dari satu kali, apa
yang akan kamu lakukan dengan temanmu tersebut?
a. Memarahinya setelah itu memafkannya
b. Memaafkan dan bersikap biasa saja karena dia adalah teman saya
c. Memaafkan namun memperingatkannya untuk tidak melakukan kesalahannya
lagi
d. Memaafkan namun saya menjaga jarak dengan teman saya
14. Apa yang akan kamu lakukan bila kamu melihat lingkungan di sekitarmu banyak
sampah?
a. Melihat dan membersihkan walaupun hanya sedikit yang saya bersihkan
b. Melihat dan menyampaikan pada petugas sampah untuk membersihkannya
karena itu merupakan tugas petugas sampah
c. Melihat dan ada keinginan untuk membersihkan namun saya tak berdaya karena
terlalu banyak sampah
d. Melihatnya namun saya membiarkan saja karena itu bukan tanggung jawab saya
15. Hal apa yang kamu lakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan?
a. Melakukan kerja bakti di lingkungan sekitar
b. Mengajak teman-teman dan warga sekitar untuk kerja bakti bersama
c. Membuang sampah pada tempatnya
d. Menempelkan poster-poster untuk menjaga kebersihan
16. Apa yang kamu lakukan ketika kamu melihat temanmu jarang mandi sehingga bau
badannya menggangu teman-teman atau orang yang ada di sekitarnya termasuk
mengganggumu?
a. Mendiamkan saja dan saya berpikir dia akan sadar dengan sendirinya
b. Menegur dengan sopan
c. Mencium baunya dan di dalam hati berkata “orang ini kok jorok sekali ya”
d. Menggosipkannya dengan teman-teman lain yang terganggu dengan bau
badannya
17. Jika saya menjaga kebersihan diri, manfaat yang saya dapatkan adalah...
a. Saya nyaman karena badan saya wangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
b. Terhindar dari penyakit atau kuman-kuman penyakit
c. Penampilan saya menjadi menarik
d. Kesehatan saya meningkat karena saya merawat diri dengan baik
18. Apa yang kamu lakukan ketika kamu melihat temanmu membuang sampah dengan
sembarangan?
a. Melihatnya dan membiarkan karena menurut saya itu bukan urusan saya
b. Melihat dan menegur dengan nada yang lembut meskipun awalnya saya
menggerutu dalam hati
c. Melihat dan ada keinginan untuk menegur tapi merasa tidak enak, takut dikira
sok-sokan
d. Melihat namun tidak memiliki hak untuk menghentikan perbuatan teman saya
itu
19. Jika kamu diberi dua pilihan mana yang akan kamu dahulukan (kebersihan diri atau
kebersihan lingkungan)?
a. Saya menjaga kebersihan diri dan bila sempat, saya mempedulikan kebersihan
lingkungan
b. Mendahulukan kebersihan lingkungan karena dengan menjaga kebersihan
lingkungan maka tanpa saya sadari saya telah menjaga kebersihan diri
c. Yang saya dahulukan kebersihan diri setelah diri saya bersih barulah saya
melanjutkan dengan kebersihan lingkungan
d. Saya menjaga kebersihan lingkungan meskipun saya tidak mempedulikan
kebersihan diri sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
20. Apa yang kamu lakukan jika sungai dekat rumahmu tercemar oleh limbah
pabrik/limbah yang berbahaya?
a. Melihat dan menegur ke pabrik yang bersangkutan karena limbahnya telah
mencemari sungai
b. Mengajak warga sekitar untuk protes kepada pihak pabrik dan berusaha
membersihkan sungai
c. Melihat dan berusaha melaporkan pada pabrik yang bersangkutan
d. Melaporkannya kepada ayah ibu supaya merapatkannya di RT/RW
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
TABULASI DATA PENELITIAN PRETEST
No
Nomer Item 1 2 3 4 5 6 asp 1
7 8 9 10
11 12
13
asp 2
14
15
16 17
18
19
20
asp 3
Nama Siswa
1 agatha prima vista 2 3 4 3 4 4 20 3 4 3 4 2 4 4 24 2 3 1 3 3 2 2 16 104
2 agry gading larasati 4 2 4 4 4 4 22 4 4 1 3 4 1 4 21 4 3 4 4 3 3 2 23 109
3 amelia grissca pradipta p 4 3 4 4 4 4 23 3 4 3 4 4 1 4 23 4 2 4 4 4 4 4 26 118
4 anselmus hepi indra kurniawan 2 1 2 1 1 1 8 3 4 3 3 2 1 1 17 4 3 4 4 1 2 4 22 72
5 az zahra devandra putri 4 3 4 4 4 4 23 4 1 1 2 4 4 4 20 2 2 4 4 4 2 4 22 108
6 bambang citramega berliano p 4 3 4 3 3 4 21 3 3 2 3 4 3 3 21 4 3 4 3 3 3 3 23 107
7 chrystabella aurora ranindita 2 4 4 3 3 1 17 4 1 1 2 4 1 4 17 2 4 3 3 3 4 3 22 90
8 cornelia bertha adiasta 2 2 2 4 3 4 17 3 2 2 3 4 4 4 22 4 3 3 4 3 4 2 23 101
9 daniel aditya pragnyana 4 4 4 4 4 4 24 4 4 3 4 3 2 4 24 4 3 4 4 4 3 2 24 120
10 danny hendrawan 4 2 4 1 1 4 16 4 2 3 3 4 2 2 20 2 3 3 4 3 3 4 22 94
11 david edwin yogananta 4 3 4 1 1 4 17 1 4 3 4 3 4 4 23 4 2 4 4 1 3 2 20 100
12 destya ayu sekar kinanthi 4 2 4 4 4 4 22 1 3 4 3 3 1 3 18 4 3 3 2 3 4 3 22 102
13 diah erli aprili molle 2 2 2 1 3 4 14 4 1 3 1 4 1 2 16 4 3 2 2 4 2 2 19 79
14 dominicus jermi sanada 4 2 2 1 3 2 14 2 3 2 2 4 4 1 18 4 4 4 2 4 2 2 22 86
15 emalynda cahyaningrum 4 3 4 4 3 4 22 3 4 3 4 4 4 4 26 4 3 4 3 4 3 2 23 119
16 erica rafaella 4 3 4 3 4 4 22 2 4 1 3 4 4 3 21 4 3 4 3 3 4 4 25 111
17 gabriel avellindo rinanto 4 4 4 4 3 4 23 4 4 1 4 2 1 1 17 2 3 4 4 4 4 2 23 103
18 herlinna serly octaviani 4 3 4 4 3 4 22 3 1 4 4 4 3 3 22 4 3 4 3 4 3 3 24 112
19 mahesa asyam ragasa 4 2 4 3 4 4 21 4 4 3 3 4 4 4 26 4 3 4 4 4 3 4 26 120
LAMPIRAN 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
prayudhi
20 maria ratnasari anggraini s 3 2 4 4 4 4 21 3 4 3 3 4 4 4 25 4 3 4 4 4 4 1 24 116
21 maura prajna dipatya 4 3 4 1 4 2 18 3 1 1 4 4 4 1 18 4 3 4 3 4 3 2 23 95
22 novi andria 4 2 2 3 4 4 19 4 4 1 4 3 1 2 19 4 3 4 4 4 4 2 25 101
23 patrisia gelang liwun 4 3 4 3 4 4 22 1 4 3 4 4 4 4 24 4 3 4 2 4 3 2 22 114
24 silvester deski pungga pragola 4 2 4 4 4 4 22 3 4 4 3 4 4 4 26 4 3 4 4 4 3 3 25 121
25 thomas rio briantana 4 4 2 3 3 4 20 3 4 1 4 4 3 4 23 4 3 4 4 4 3 1 23 109
26 trifena aprilia eraputri 4 3 4 3 4 4 22 4 4 4 2 4 4 4 26 4 2 4 4 4 4 4 26 122
27 vincentius bagas putra satria 4 3 4 3 4 4 22 4 4 1 4 4 4 4 25 1 3 3 3 3 1 3 17 111
28 vinona lula putri aprilia 4 3 4 4 3 4 22 3 4 4 4 4 4 3 26 4 2 4 4 4 3 4 25 121
101
76
100
84
93
102
87
90
68
91
102
81
89
99
81
102
96
97
86
76 1801
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
TABULASI DATA PENELITIAN POSTTEST
No
Nomer Item 1 2 3 4 5 6 asp
1 7 8 9 1
0 11 1
2 13 asp
2 14
15
16 17
18
19
20
asp 3
Nama Siswa
1 agatha prima vista 3 2 4 3 4 4 20 2 4 3 4 3 4 3 23 4 2 4 3 4 3 2 22 108
2 agry gading larasati 4 2 4 4 3 4 21 4 4 4 3 4 1 4 24 4 3 4 4 4 3 2 24 114
3 amelia grissca pradipta p 4 3 4 4 4 4 23 3 4 1 4 4 1 4 21 4 3 4 3 4 3 4 25 113
4 anselmus hepi indra kurniawan 4 2 2 1 1 4 14 4 3 1 3 2 1 3 17 3 4 2 4 2 3 4 22 84
5 az zahra devandra putri 4 3 1 4 4 4 20 4 4 2 2 4 4 4 24 4 3 4 4 4 4 4 27 115
6 bambang citramega berliano p 1 2 1 2 2 2 10 4 1 2 3 1 3 4 18 1 3 4 2 4 3 2 19 75
7 chrystabella aurora ranindita 2 3 3 3 3 1 15 4 4 4 1 4 1 2 20 2 4 3 3 3 3 2 20 90
8 cornelia bertha adiasta 4 2 2 4 4 1 17 3 4 4 4 4 4 4 27 2 3 4 3 3 3 2 20 108
9 daniel aditya pragnyana 4 3 3 3 3 4 20 3 4 3 3 4 3 4 24 3 3 4 3 4 3 3 23 111
10 danny hendrawan 4 4 2 1 2 4 17 1 4 4 3 4 2 4 22 2 2 3 3 3 3 3 19 97
11 david edwin yogananta 4 2 2 1 3 4 16 4 4 1 4 4 4 4 25 2 2 4 3 1 3 2 17 99
12 destya ayu sekar kinanthi 4 1 4 4 3 4 20 4 4 2 4 4 4 4 26 4 3 4 4 4 4 3 26 118
13 diah erli aprili molle 2 2 2 1 3 2 12 2 3 3 3 4 2 4 21 4 3 2 2 4 3 1 19 85
14 dominicus jermi sanada 4 4 4 1 4 4 21 1 3 2 4 4 4 4 22 4 4 2 2 4 4 4 24 110
15 emalynda cahyaningrum 4 3 4 4 4 3 22 3 4 2 4 4 4 4 25 4 3 4 4 4 4 2 25 119
16 erica rafaella 4 3 4 1 4 4 20 3 4 3 2 4 4 4 24 2 3 4 4 4 4 3 24 112
17 gabriel avellindo rinanto 4 3 3 3 3 4 20 3 4 3 3 4 3 4 24 3 3 4 3 4 3 3 23 111
LAMPIRAN 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
18 herlinna serly octaviani 4 3 4 3 3 4 21 4 4 1 4 4 1 3 21 4 2 4 4 4 3 2 23 107
19 mahesa asyam ragasa prayudhi 4 3 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 2 4 26 128
20 maria ratnasari anggraini s 3 2 2 4 4 4 19 3 4 4 3 4 1 4 23 4 3 4 4 4 4 2 25 109
21 maura prajna dipatya 2 4 4 1 4 4 19 1 4 1 4 4 3 3 20 4 2 4 4 3 3 2 22 100
22 novi andria 4 1 1 3 4 4 17 2 2 1 4 4 4 2 19 4 4 3 2 4 4 2 23 95
23 patrisia gelang liwun 4 4 4 3 4 4 23 4 4 3 3 4 4 4 26 2 4 4 1 4 3 4 22 120
24 silvester deski pungga pragola 4 2 4 4 4 4 22 4 4 4 2 4 4 4 26 4 4 4 4 4 4 4 28 124
25 thomas rio briantana 4 3 4 4 3 4 22 4 4 3 2 3 4 4 24 4 4 3 4 2 4 4 25 117
26 trifena aprilia eraputri 4 3 4 4 3 4 22 1 4 4 4 4 4 4 25 4 2 4 4 4 4 4 26 120
27 vincentius bagas putra satria 2 3 2 1 3 4 15 4 3 1 4 4 4 3 23 2 4 4 4 2 2 2 20 96
28 vinona lula putri aprilia 4 3 4 4 3 4 22 3 4 3 4 4 1 4 23 4 3 4 3 4 3 2 23 113
99
75
86
79
93
101
86
103
73
92
105
83
103
92
87
102
92
99
92
78
1820
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Rumus skor kasar reliabilitas yang diperoleh sebagai berikut:
=
=
=
=
=
=
=
= 0, 6889
LAMPIRAN 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
PEDULI TERHADAP SESAMA
NO KETERANGAN
1. Topik Peduli terhadap Sesama
2. Tugas Perkembangan Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
terhadap sesama
3. Bidang Bimbingan Bimbingan Pribadi-Sosial
4. Jenis Layanan Bimbingan Klasikal/Kelompok
5. Fungsi Bimbingan Pemahaman dan Pengembangan
6. Sasaran Siswa Kelas VII SMP
7. Standar Kompetensi Siswa peduli dan empati terhadap sesama
8. Kompetensi Dasar Siswa memiliki, menyadari pentingnya sikap peduli,
dan mewujudnyatakan sikap peduli dan rasa empati
terhadap sesama di mana dirinya tinggal
9. Indikator a. Siswa dapat mendefinisikan pengertian peduli
terhadap sesama
b. Siswa dapat mengidentifikasi ciri-ciri orang yang
peduli terhadap sesama
c. Siswa dapat menyebutkan alasan pentingnya sikap
peduli
d. Siswa memraktikkan sikap peduli dan empati
terhadap sesama melalui dinamika kelompok dan
selanjutnya menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari
10. Materi a. Pengertian peduli terhadap sesama
b. Ciri-ciri Orang yang memiliki sikap peduli terhadap
sesama
c. Pentingnya sikap peduli
d. Penggalian nilai-nilai karakter melalui video, kisah
inspiratif, dan kisah bergambar
11. Metode Cerita/pemberian informasi, tanya jawab, menonton
video, permainan dinamika kelompok, dan
penugasan/reflektif
12. Waktu 2 X 40 menit
A. RANCANGAN PELAYANAN BIMBINGAN
LAMPIRAN 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
13 Tempat Ruang kelas/aula (tempat-tempat yang kondusif untuk
layanan)
14 Media Modul, lembar kerja, kertas, alat tulis, LCD, laptop
15 Mitra Kolaboratif Guru Mapel PKn dan Agama
16 Prosedur Skenario kegiatan pelayanan terlampir
17 Penilaian/Evaluasi a. Pernyataan hasil belajar siswa (hasil refleksi)
b. Inventori tilik diri (self assessment) siswa
18 Rencana Tindak Lanjut Kelompok-kelompok dalam kelas merencanakan suatu
proyek yang memberi kesempatan menerapkan
bagaimana peduli terhadap sesama, misalnya
kunjungan ke Panti Asuhan, Panti Jompo, SLB, live in,
weekend dan program-program BK atau program-
program sekolah yang terencana.
19. Sumber Pustaka Percikan inspirasi:
http://gemintang.com/kisah-sukses-motivasi-
inspirasi/berawal-dari-satu-kepedulian/
http://www.slideshare.net/arsy28/peduli-terhadap-
sesama
http://www.slideshare.net/wurdiyantiyulia/pendidika
n-karakter-peduli-terhadap-sesama
Buku permainan (100 permainan penyegar
pertemuan, karangan Martin Handoko)
NO KEGIATAN KETERANGAN WAKTU
1. Pembuka Salam dan doa:
Siswa memberi salam kepada pembimbing, siswa
mendengarkan penjelasan pembimbing tentang tujuan
layanan dan dilanjutkan berdoa
3 menit
Ice breaking:
Siswa bersama pembimbing menyanyikan bersama lagu “Sedang Apa Sekarang?” diganti lirik Sedang apa... sedang apa (Teman jatuh...teman jatuh) Sedang apa sekarang (teman jatuh sekarang) Sekarang sedang apa (sekarang berbuat apa) Sedang apa sekarang? (berbuat apa sekarang?)
5 menit
2. Inti:
a. Dinamika
Siswa bermain dinamika dengan permainan kepedulian
yang berjudul “Bersama Membangun Kepedulian”
10 menit
B. SKENARIO KEGIATAN PELAYANAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
kelompok dengan antusias dan serius
b. Refleksi dan sharing
Setelah bermain, siswa diberikan pertanyaan refleksi
(dapat diberikan secara tertulis atau lisan) yang
kemudian dijawab dan disharingkan
8 menit
c. Penyajian materi
Siswa mendengarkan penjelasan materi yang
disampaikan oleh guru pembimbing mengenai “Peduli
terhadap Sesama” dengan menyimak slide yang
dipersiapkan.
7 menit
d. Menonton film karakter
Siswa menonton video singkat bermuatan karakter
“Perilaku Peduli terhadap Sesama”. Setelah menonton
video, siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan refleksi
atas isi muatan karakter video tersebut (secara lisan
atau tertulis).
10 menit
e. Mendalami percikan inspiratif
Siswa mengelompokkan diri menjadi 6 kelompok,
masing-masing 5-6 orang. Kemudian setiap kelompok
membaca cerita percikan inspiratif.
7 menit
f. Berdiskusi mengenai percikan inspiratif
Setelah membaca, siswa berdiskusi bersama kelompok
menjawab pertanyaan yang telah disiapkan
pembimbing berdasarkan cerita percikan inspiratif
tersebut.
10 menit
g. Sharing kelas
Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi. 5 menit
h. Pengisian lembar inventori tilik diri
Siswa mengisi lembar inventori tilik diri (self
assessment) sesuai dengan yang dialaminya.
5 menit
3. Penutup:
a. Menuliskan
Pernyataan
hasil belajar
Siswa menuliskan hasil belajar/refleksi setelah
mengikuti bimbingan (dapat dilakukan secara tertulis
atau secara lisan dengan menunjuk beberapa siswa).
5 menit
b. Menarik
kesimpulan,
membaca
pesan
moral, dan
mengakhiri
bimbingan
Siswa diajak menarik kesimpulan atas aktivitas layanan
bimbingan penanaman karakter peduli yang disajikan
pada pertemuan ini dan membaca dengan penuh
penghayatan pesan moral yang telah disediakan.
Kemudian dilanjutkan siswa bersama pembimbing
mengakhiri kegiatan bimbingan dengan doa penutup
5 menit
Durasi 80 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Ayo Bermain!
“Bersama Membangun Kepedulian”
1. Tujuan permainan: Supaya siswa peduli dengan apa yang dimilikinya dan apa yang
orang lain perlukan serta lebih peka dengan apa yang ada disekitarnya.
2. Bahan: Kertas berisi kalimat yang terpotong menjadi dua bagian.
3. Prosedur:
a. Buatlah kalimat pendek yang berhubungan dengan materi bimbingan yang
akan diberikan, misal: Bersama Membangun Kepedulian. Kalimat yang dibuat
sebanyak setengah dari jumlah peserta, kalau peserta 20 orang, harus
disediakan 10 kalimat.
b. Pecahlah kalimat tersebut ke dalam dua bagian dan ditulis di kertas, satu
kertas berisi kalimat “Bersama Membangun” dan satu kertas berisi kata
“Kepedulian”.
c. Gulunglah kedua kertas yang berisi tulisan tadi.
d. Bagikan kertas-kertas tergulung yang sudah disiapkan sebanyak jumlah siswa
(apabila peserta sisa, satu orang berpasangan dengan pembimbing)
e. Minta siswa untuk membuka gulungan kertas masing-masing dan membaca
isinya yaitu sepotong kalimat yang belum lengkap.
f. Minta siswa untuk mencari pasangannya masing-masing agar kalimat itu
menjadi lengkap.
g. Minta setiap pasangan berkenalan dan mendiskusikan arti kalimat tersebut
dan memberi contoh berdasarkan pengalaman sehari-hari.
h. Minta siswa berkumpul lagi dan meminta setiap pasangan memperkenalkan
pasangannya dan menyampaikan arti kalimat kepada siswa yang lain.
4. Durasi: 10 menit
5. Nilai karakter: Karakter peduli dan empati dengan orang lain
C. DESKRIPSI DINAMIKA KELOMPOK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Menonton Video
Video mengenai contoh perilaku peduli terhadap sesama.
(Life Vest Inside - Kindness Boomerang-"One Day")
https://www.youtube.com/watch?v=nwAYpLVyeFU
Sinopsis Video
Berawal dari satu orang yang peduli terhadap orang yang memerlukan bantuan, ternyata
kebaikan yang dilakukannya ada yang melihat. Kebaikan/kepedulian yang dilakukannya itu diikuti
oleh orang yang melihatnya dan akhirnya berujung baik yaitu orang lain yang melihat tergerak
hatinya untuk melakukan kebaikan/kepedulian lain yang berguna bagi orang lain. Begitu seterusnya
kebaikan itu menyebar/menyalur.
Ayo mendengarkan!
PEDULI TERHADAP SESAMA
Perilaku peduli atau kepedulian sosial adalah suatu bentuk keterlibatan antara satu pihak ke
pihak lainnya dalam merasakan apa yang sedang dirasakan atau dialami oleh orang lain, baik
suka maupun duka. Kepedulian tidak hanya sebatas materi tetapi juga berupa perhatian,
penerimaan, penyediaan waktu, pikiran, dan hati untuk sesama yang saling membutuhkan
dan terlebih ketika mau turut berduka bersama dengan mereka yang juga berduka. Peduli
terhadap sesama dalam kehidupan bermasyarakat lebih kental diartikan sebagai perilaku
baik seseorang terhadap orang lain di sekitarnya. Peduli terhadap sesama dimulai dari
kemauan “MEMBERI” bukan “MENERIMA”. Peduli bisa pada siapa saja terutama pada orang
yang sedang kesusahan/tertimpa musibah. Peduli terhadap sesama berarti memberikan
D. HANDOUT/MATERI LAYANAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
perhatian kepada orang lain yang ada di sekitar. Orang yang memiliki sikap peduli akan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mau membantu siapa dan apa saja yang ada dalam lingkungan sekitar.
2. Bersikap ramah dengan cara senyum, sapa, dan salam baik dengan teman, orang tua,
guru, ataupun tetangga yang dijumpainya.
3. Menolong orang lain dengan ikhlas dan tidak mengharapkan imbalan.
Sikap peduli penting dan harus kita miliki dalam kehidupan sehari-hari karena sebagai
manusia kita tidak mungkin mampu hidup sendiri, kita membutuhkan bantuan orang lain
dan saling bekerja sama. Oleh karena itu, diperlukan sikap saling peduli sehingga tercipta
kerja sama yang baik antar sesama. Sikap peduli memiliki banyak manfaat, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan kerukunan.
2. Mengurangi sifat egois.
3. Mewujudkan sikap gotong royong.
4. Menciptakan perasaan bahagia baik bagi diri sendiri dan orang lain.
5. Mengurangi beban orang lain.
Contoh sikap peduli yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah menjenguk
teman yang sakit, menyapa teman saat bertemu, dan membantu korban bencana alam
dengan menyumbangkan pakaian layak pakai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Bacalah cerita di bawah ini dengan teliti!
Berawal Dari Satu Kepedulian
https://www.google.co.id/search?q=berawal+dari+peduli
Suatu hari, seorang pemuda bernama Billy baru saja keluar dari kelasnya dan sedang
berjalan menuju perjalanan pulang ke rumah. Ketika mendekati gerbang sekolah, ia melihat
siswa lain dengan begitu banyak barang bawaan tidak sengaja menjatuhkan barang-barang
bawaannya. Siang itu, gerbang sekolah cukup ramai dengan siswa yang berlalu lalang,
namun tidak seorang pun yang membantu siswa itu. Billy pun segera menghampiri si siswa
tersebut dan menawarkan bantuan.
Mereka pun berkenalan, nama siswa itu adalah Roy, ia satu angkatan dengan Billy
hanya berbeda kelas. Billy kemudian mengetahui bahwa arah rumah Roy searah dengan
rumahnya. Billy pun menawarkan untuk membawakan sebagian barang Roy dan mengantar
Roy sampai ke rumah. Dari perjalanan pulang itu, dimulailah pertemanan antara Billy dan
Roy. Tiga bulan berlalu, pertemanan Billy dan Roy pun berubah menjadi persahabatan.
Suatu hari Roy bertanya pada Billy, “Bil, masih ingat awal pertemanan kita? Ketika
kamu membantuku membereskan barang-barangku yang jatuh di dekat gerbang sekolah?”
“Tentu saja aku ingat. Hari itu kan pertama kalinya kita berteman dan pulang bersama. Aku
pun kaget karena ternyata ada anak sekolah yang tinggal tidak jauh dari rumahku.” Jawab
Billy enteng.
Sambil tersenyum tipis, Roy berkata, “Sebenarnya hari itu aku sudah mengumpulkan
semua barang-barang yang dipinjam atau kupinjam dari orang dan semua tugas yang belum
E. PERCIKAN INSPIRASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
aku selesaikan. Aku pun sudah membereskan semua barang-barangku di rumah. Kamu tahu
kenapa?” Billy hanya menggeleng dengan kening berkerut. “Hari itu, aku sudah
memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Aku membereskan semuanya dan bersiap untuk
pulang dan bunuh diri. Namun, ketika kamu membantuku dan mengantarku pulang, banyak
hal yang kita bicarakan, aku pun mulai berpikir bahwa mungkin aku akan kehilangan teman
potensial pertamaku. Rencana bunuh diri itu pun kutangguhkan. Mungkin kamu tidak
menyadarinya, tapi apa yang kamu lakukan hari itu benar-benar mengubah hidupku.” Billy
terkesiap, tampak tak percaya. Kemudian, ia pun merangkul sahabatnya, seperti
mengatakan bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. “Terima kasih, Billy. Aku
sungguh bersyukur bisa mengenal dan menjadi sahabatmu,” ujar Roy membalas pelukan
sahabatnya. Billy pun menitikkan air mata haru.
Kadang kala hal kecil yang kita lakukan bisa berdampak sangat besar bagi orang lain.
Entah itu segurat senyum diwajahmu, sapaan ringan dari mulutmu, atau tepukan hangat di
bahu. Hal-hal yang mungkin kamu anggap sepele, bisa berarti besar bagi orang lain yang
menerimanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Di bawah ini ada beberapa pertanyaan refleksi (guru pembimbing boleh memilih beberapa
pertanyaan yang sesuai diantara daftar berikut)
No Keterangan Pertanyaan Refleksi
1. Permainan Setelah bermain dinamika jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Dalam permainan “Bersama Membangun Kepedulian”:
a. Adakah yang berinisiatif memimpin?
b. Mengapa dia berinisiatif memimpin?
c. Bagaimana sikapmu ketika dia memimpin?
2. Pelajaran berharga apa yang dapat kamu petik dari permainan
tersebut?
3. Menurutmu peduli di lingkungan sekitar itu seperti apa dan
dalam hal apa saja kamu akan peduli? Jelaskan!
4. Apakah yang kamu lakukan setelah mendapatkan potongan
kertas tersebut?
5. Bagaimana cara yang kamu lakukan supaya pasangan dari kata
yang kamu miliki dapat menjadi sebuah kalimat indah? Jelaskan!
2. Video Setelah menonton video, jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Setelah menonton video tersebut, bagian mana yang
menurutmu menarik dan patut untuk ditiru?
2. Menurut pendapatmu, apa sebenarnya keuntungan peduli
terhadap orang lain?
3. Manfaat apa yang diperoleh oleh dirimu setelah menonton video
tersebut?
4. Sebutkan 3 contoh sikap peduli yang dapat kamu lakukan dalam
kehidupan sehari-hari!
5. Bertolak dari video yang kamu tonton, menurut pendapatmu,
apa alasan seseorang peduli terhadap sesama?
F. EVALUASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
3. Percikan
Inspiratif
Setelah membaca, jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!
1. Setelah kamu membaca, bayangkanlah kamu adalah Billy, hal
apa yang akan kamu lakukan supaya kamu tidak bernasib sama
dengan Billy?
2. Bagian mana dari cerita tersebut yang pantas untuk
ditiru/dipraktekkan? Sebutkan!
3. Pelajaran berharga apa yang kamu dapat dan akan kamu
terapkan dalam kehidupanmu setelah membaca cerita tersebut?
PERNYATAAN HASIL BELAJAR
1. Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan dengan tema “Peduli terhadap Sesama”,
saya merasa.........................................karena..................................
2. Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan dengan tema “Peduli terhadap Sesama”,
saya menjadi tahu bahwa:
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
3. Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan dengan tema “Peduli terhadap Sesama”,
saya berniat untuk:
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
Perbanyaklah berbuat atau bersikap baik dan sopan
terhadap orang lain, karena kita hidup di dunia ini akan
saling membutuhkan bantuan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
MEMINTA DAN MEMBERI MAAF
NO KETERANGAN
1. Topik Bahasan Meminta dan Memberi Maaf
2. Tugas Perkembangan Mencapai pola hubungan yang baik, yang dapat diterima
dalam kehidupan social
3. Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial
4. Jenis Layanan Bimbingan Klasikal/Kelompok
5. Fungsi Bimbingan Pemahaman dan pengembangan
6. Sasaran Siswa Kelas VII SMP
7. Standar Kompetensi Siswa dapat lebih memaknai arti dari meminta dan memberi
maaf
8. Kompetensi Dasar Siswa mampu meminta maaf dengan segala kerendahan hati
dan memberikan maaf (pada orang yang meminta maaf)
dengan lapang hati (atau dengan tulus ikhlas)
9. Indikator a. Siswa memahami makna maaf
b. Siswa mampu membuktikan bahwa sikap meminta maaf
dan memberi maaf adalah cermin kejujuran dan
keberanian
c. Siswa menyadari dari konsekuensi meminta maaf dan
memberi maaf
d. Siswa mampu menunjukkan contoh perbuatan yang
menggambarkan sikap meminta maaf dan memberi maaf
sebagai wujud menyelesaikan masalah dengan damai
10. Materi a. Arti dari meminta maaf dan memberi maaf
b. Cara meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain
c. Konsekuensi dari tindakan meminta maaf dan memberi
maaf
d. Penggalian nilai-nilai karakter melalui video dan
pengalaman
11. Metode Cerita, tanya jawab, menonton video, permainan dinamika
kelompok, dan penugasan/reflektif
A. RANCANGAN PELAYANAN BIMBINGAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
NO KEGIATAN KETERANGAN WAKTU
1. Pembuka Salam dan doa:
Siswa memberi salam kepada pembimbing, siswa
mendengarkan penjelasan pembimbing tentang tujuan
layanan dan dilanjutkan berdoa
5 menit
Ice breaking:
Siswa bersama pembimbing menyanyi bersama lagu
yang berjudul “I Want To Be Your Friend”
“I Want To Be Your Friend”
I want to be your friend
A little bit more
I want to be your friend
A little bit more
I want to be your friend
5 menit
12. Waktu 2 X 40 menit
13 Tempat Ruang Kelas/aula (tempat-tempat yang kondusif untuk
layanan)
14. Media Handout, dan laptop, LCD, viewer, sounds
15. Mitra Kolaboratif Guru Mapel Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan
16 Prosedur Skenario kegiatan pelayanan terlampir
17 Penilaian/Evaluasi a. Pernyataan hasil belajar siswa (hasil refleksi)
b. Inventori tilik diri (self assessment) siswa
18. Rencana Tindak Lanjut Memberikan layanan konseling individual kepada siswa yang
memiliki hambatan dalam memahami materi dan
menumbuhkan sikap berani meminta maaf dengan segala
kerendahan hati serta memberikan maaf (pada orang yang
meminta maaf) dengan lapang hati (atau dengan tulus
ikhlas) melalui seminar
19. Sumber Pustaka Lincoln Erik dan Amalee Irfan, (2008). 12 Nilai Dasar
Perdamaian. Bandung: Pelangi Mizan.
http://pepak.sabda.org/20/nov/2002/anak_permainan_saya
_minta_maaf
Video:
https://www.youtube.com/watch?v=98_NqEFynaU
B. SKENARIO KEGIATAN PELAYANAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
A little bit more
A little bit, a little bit a little bit Moore
2. Inti
a. Menonton
video
karakter dan
berefleksi
Siswa mononton video karakter mengenai “Saling
Memafkan” dan siswa menyimak dengan seksama
Video Saling Memaafkan
https://www.youtube.com/watch?v=98_NqEFynaU
Setelah menonton video, siswa menjawab secara
spontan pertanyaan yang diberikan pembimbing
10 menit
b. Penyajian
materi
Siswa memperhatikan penjelasan materi mengenai topik
bimbingan “Meminta dan Memberi Maaf” yang
disampaikan oleh pembimbing
15 menit
c. Tanya jawab Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai
materi yang disampaikan oleh pembimbing
d. Mendalami
percikan
inspiratif
Siswa mengelompokkan diri ke dalam kelompok kecil,
setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang, lalu setiap
kelompok diminta untuk membaca cerita percikan
inspiratif
5 menit
e. Berdiskusi
mengenai
percikan
inspiratif
Setelah membaca, siswa berdiskusi bersama kelompok
untuk merefleksikan cerita tersebut
5 menit
f. Sharing kelas Salah satu perwakilan dari masing-masing kelompok
membacakan hasil diskusinya
5 menit
g. Dinamika
kelompok
Siswa bermain dinamika kelompok dengan judul
permainan “Sarang Burung”
15 menit
h. Pengisian
lembar
inventori tilik
diri (self
assessment)
Siswa mengisi lembar inventori tilik diri (self assesment)
sesuai dengan keadaan dirinya
5 menit
3. Penutup:
a. Menuliskan
pernyataan
hasil belajar
Siswa menuliskan hasil belajar/refleksi setelah mengikuti
bimbingan (secara tertulis) dan perwakilan dari beberapa
siswa untuk membacakannya
5 menit
b. Kesimpulan/
penegasan
Siswa diajak menarik kesimpulan atas aktivitas layanan
bimbingan penanaman karakter saling memafkan yang
3 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
topik
bimbingan
dan
membaca
pesan moral
disajikan pada pertemuan ini dan membaca dengan
penuh penghayatan pesan moral yang telah disediakan
c. Mengakhiri
bimbingan
Kemudian dilanjutkan siswa bersama pembimbing
mengakhiri kegiatan bimbingan dengan ucapan terima
kasih, salam, dan doa penutup
2 menit
Durasi 80 menit
Ayo Bermain!
Sarang Burung
https://www.google.co.id/search?q=korek+api+kayu
1. Tujuan:
Siswa belajar berani mengakui kesalahannya dan berani meminta maaf, sebagai sikap
seseorang yang dewasa. Peserta belajar memaafkan orang lain tanpa mendendam,
sebagai wujud sikap mengasihi orang lain
2. Bahan: Beberapa bungkus/pak korek api kayu
3. Prosedur:
a. Siswa dikelompokkan (misalnya 6-8 orang perkelompok).
b. Setiap kelompok siswa diberi beberapa bungkus/pak korek api. Setiap kelompok
berlomba membuat menara dari korek api yang disusun semakin lama semakin
tinggi.
C. DESKRIPSI DINAMIKA KELOMPOK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
c. Setiap siswa (dalam kelompok) secara bergiliran satu per satu meletakkan sebatang
korek api dengan membentuk menara.
d. Setiap peserta meletakkan sebatang korek api di atas tumpukan korek hasil susunan
korek teman-temannya. Tentu saja semakin lama tumpukan korek api itu akan
semakin tinggi dan kemungkinan besar ada anak yang melakukan kesalahan/gagal,
sehingga korek apinya jatuh atau bahkan ia menghancurkan seluruh bangunan korek
api kelompoknya.
e. Karena korek tersebut jatuh atau karena bangunan tersebut runtuh maka kelompok
tersebut dinyatakan kalah oleh pembimbing.
f. Siswa yang melakukan kesalahan harus berdiri di tengah kelompok dan dengan keras
ia harus berteriak, "Saya minta maaf". Dan seluruh teman dalam kelompoknya
menjawab, "Kami memaafkan!" Jika proses "maaf dan memaafkan" ini lancar, maka
kelompok terebut diijinkan untuk meneruskan bangunan itu kembali.
4. Durasi: 15 menit
5. Nilai karakter: Saling memaafkan kesalahan diri dan orang lain
Menonton Video
Video mengenai “Meminta dan Memberi Maaf”
https://www.youtube.com/watch?v=TJE6JHErcyo
Sinopsis Video
Video ini menceritakan mengenai menumbuhkan sikap berani meminta maaf dengan segala
kerendahan hati serta memberikan maaf (pada orang yang meminta maaf) dengan lapang
hati (atau dengan tulus ikhlas). Awalnya salah seorang anak takut untuk meminta maaf dan
tidak mau mengakui kesalahan, namun setelah mendapatkan pencerahan dari orangtuanya,
si anak menjadi berani meminta maaf dan orang yang menjadi korbannya memafkan
dengan lapang hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Ayo mendengarkan!
Meminta dan Memberi Maaf
https://www.google.co.id/search?q=saling+memaafkan
Aku Berani Meminta Maaf
Pernahkan kamu melakukan kesalahan? Ya setiap orang pasti pernah melakukan
kesalahan, namun apakah setelah melakukan kesalahan berani meminta maaf? Jawabannya
ada yang berani dan ada pula yang takut untuk meminta maaf. Bagaimana denganmu?
Apakah kamu berani untuk meminta maaf setelah melakukan kesalahan?
Minta maaf menunjukkan bagaimana pilihan kita atau perbuatan kita telah berakibat
buruk pada seseorang. Pada saat kita minta maaf, berarti kita telah mengatakan atau
mengakui bahwa kita menyesal telah menyakitinya dan membuat kesalahan. Kita harus
menerima akibat dari kesalahan yang telah kita perbuat. Kita harus menggunakan
keberanian dan kejujuran kita dalam minta maaf. Bagaimana caranya kita meminta maaf?
Berikut ini cara yang bisa kita gunakan untuk meminta maaf
D. HANDOUT/MATERI LAYANAN
Menyadari kesalahan yang telah
dilakukan yang menyakiti teman
dan mau mengakuinya.
Meminta maaf atas kesalahan yang kamu
lakukan, bukan atas kesalahan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Setelah meminta maaf, kita akan merasakan lega, tidak lagi terbebani oleh kesalahan
yang pernah kita buat, dan tentunya kita dapat menjalin hubungan baik lagi dengan orang
yang pernah kita sakiti atau kita pernah berbuat salah padanya. Dan jangan lupa, setelah
orang lain memaafkan, kita harus mengubah perilaku-perilaku kita. Kita tidak boleh
melakukan kesalahan yang sama.
Aku Mau Memaafkan Kesalahan Orang Lain
Terkadang kita sulit memaafkan kesalahan orang lain, bahkan memaafkan menjadi lebih
sulit dilakukan daripada meminta maaf. Lalu bagaimana cara kita agar kita dapat dengan
mudah memaafkan kesalahan orang lain? Kita dapat melakukannya dengan cara membuat 4
janji untuk memaafkan. Berikut ini penjelasan tentang 4 janji untuk memaafkan.
1. Berpikir positif
“Tiap kali memikirkan kejadian ini, saya akan berusaha memikirkan hal yang positif
tentang kamu”
Cobalah berpikir positif tentang temanmu yang pernah membuat salah padamu,
berhentilah memikirkan kejadian yang pernah terjadi.
2. Sakiti? Nggak sportif!
“Saya tidak akan memakai kesalahanmu seabagai senjata suatu hari kelak”
Setelah minta maaf atas perbuatan yang kamu
lakukan, maka harus siap untuk menerima
akibat dari perbuatan kita dengan rela. Jangan
membantah atau kesal, karena kita memang
yang bersalah.
Meminta maaf dengan tulus dan merubah
kebiasaan jelek menjadi kebiasaan baik akan
lebih baik dari pada hanya berpura-pura
meminta maaf. Harus juga mengatakan pada
orang lain bahwa kamu ingin berubah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Kesalahan yang sudah dimaafkan hendaknya jangan diungkit-ungkit lagi. Semua sudah
selesai. Jangan diungkit untuk menyindir, menyakiti atau melukai teman yang sudah
meminta maaf pada kita.
3. Ceritakan? NO WAY!
“Saya nggak akan menceritakan perbuatanmu ini sama orang lain”
Bagiamana buruknya perbuatan teman kita, kita tidak boleh memberitahukannya
kepada orang lain. Cukuplah kita dan teman kita yang mengetahuinya.
4. Bertemanlah, OKE!
“Saya tidak akan membiarkan perbuatanmu ini mengganjal hubungan pertemanan
kita”
Tapi cobalah jalin kembali pertemanan dengan teman yang pernah membuah kesalahan
padamu. Jangan sampai membiarkan perbuatan salahnya menjadi alasan untuk
menolak berteman dengannya.
Setelah kita mampu memaafkan kesalahan orang lain, maka kita akan merasa lega karena
tidak ada lagi masalah yang mengganggu pikiran seperti memendam kemarahan dengan
teman yang menyakiti kita dan tentunya menambah kerukunan dengan teman.
Bacalah cerita inspiratif berikut!
AKIBAT TIDAK BERHATI-HATI DI JALAN
https://www.google.co.id/search?q=akibat+tidak+hati-hati+mengendarai+motor
Yono dan Aji adalah kakak beradik. Biasanya, mereka akrab sekali dan jarang bertengkar.
Kemarin Yono berulang tahun yang ke 19 dan ia mendapat hadiah sepeda motor dari
ayahnya. Yono sangat senang sekali. Suatu hari, Aji ingin meminjam motor Yono sebentar
saja. Yono tidak mengijinkan adiknya meminjam motornya karena Aji belum memiliki SIM.
E. PERCIKAN INSPIRASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Namun, Aji memaksa agar Yono mau meminjamkan motornya. Setelah merayu kakaknya
dengan susah payah, Aji pun berhasil meminjam motor Yono, tetapi dengan satu syarat, Aji
hanya boleh mengendarai di lingkungan perumahan saja, tidak boleh ke jalan raya. Aji pun
menyetujui persyaratan kakaknya itu.
Awalnya Aji mengendarai sepeda motor sesuai dengan janjinya hanya berkeliling di
perumahan, namun Aji ingin mencoba-coba mengendarai di jalan raya. “Rasanya bosan
hanya berkeliling perumahan, aku mau coba ke jalan raya ahh sebentar saja, kan kalau di
jalan raya aku akan ketemu cewek-cewek cantik, siapa tahu ada yang terpesona sama aku”,
pikir Aji. Aji lalu menarik gas menuju jalan raya, Aji mengendarai motor dengan kencang dan
menggoda setiap cewek-cewek yang lewat. Karena tidak memperhatikan jalan dengan baik,
tiba-tiba saja mobil di depan Aji berhenti dan Aji menabrak mobil tersebut.
Aji tidak mengalami luka yang parah namun motor kesayangan Yono tergores cukup parah
sehingga tidak mulus lagi, kaca spion pecah, dan lampu bagian depan juga pecah. Aji
langsung panik dan bingung. Apa yang harus ia katakan pada Yono di rumah. Lalu Aji diantar
pulang oleh seorang satpam yang kebetulan melihat kejadian tersebut. Yono melihat Aji
pulang ke rumah sangat kesal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Di bawah ini ada beberapa pertanyaan refleksi (guru pembimbing boleh memilih beberapa pertanyaan yang sesuai diantara daftar berikut)
NO KETERANGAN PERTANYAAN REFLEKSI
1. Permainan Setelah bermain dinamika jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Dalam permainan “Sarang Burung”:
a. Adakah yang melakukan kesalahan?
b. Mengapa dia bisa melakukan kesalahan tersebut?
c. Bagaimana sikapmu ketika dia melakukan kesalahan?
2. Pelajaran berharga apa yang dapat kamu petik dari permainan
tersebut?
3. Apakah kamu memafkan temanmu saat bermain tadi, apa
alasanmu memaafkannya?
4. Adakah yang malu-malu/takut dalam meminta maaf?
Mengapa dia malu/takut meminta maaf?
5. Apa alasanmu sehingga kamu memberi maaf dengan tulus
pada yang meminta maaf kepadamu? Jelaskan!
2. Video Setelah menonton video, jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Setelah menonton video tersebut, bagian mana yang menarik
menurutmu dari video tersebut!
2. Apakah video tersebut dapat menjadi contoh yang baik
untukmu? Berikan alasanmu!
3. Apa yang dapat kamu petik/ambil untuk kehidupanmu setelah
kamu menonton video tersebut?
3. Percikan
Inspiratif
Setelah membaca cerita di atas, jawablah pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. Menurutmu, setelah kamu jatuh dari sepeda motor apa yang
F. EVALUASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
kamu lakukan kepada Yono bila kamu diposisikan seperti Aji?
2. Menurutmu apakah kamu akan dimaafkan bila meminta maaf
kepadanya? Berikan alasanmu!
3. Apa manfaat yang kamu dapatkan dari cerita ini?
PERNYATAAN HASIL BELAJAR
Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan hari ini mengenai “Saling Memafkan”, saya
menjadi tahu bahwa:
___________________________________________________________________________
NIATKU
Setelah saya mengikuti bimbingan pada hari ini mengenai “Saling Memafkan” saya berniat
untuk:
___________________________________________________________________________
Jangan mempersoalkan kelemahan orang lain, jangan pula
menyalahkan kelemahan sendiri. Jika Anda melakuan kesalahan,
akui saja, sesudah itu perbaiki dan belajar dari kesalahan itu.
(By: Stephen Covey)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
KEBERSIHAN DIRI DAN LINGKUNGAN
NO KETERANGAN
1. Topik Kebersihan Diri dan Lingkungan
2. Tugas
Perkembangan
Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang
kebersihan diri sendiri dan lingkungan
3. Bidang bimbingan Pribadi-Sosial
4. Jenis Layanan Bimbingan Klasikal/Kelompok
5. Fungsi Bimbingan Pemahaman dan Pengembangan
6. Sasaran Siswa Kelas VII SMP
7. Standar
Kompetensi
Siswa memiliki kebiasaan hidup bersih
8. Kompetensi dasar Siswa mampu memahami dan mengembangkan kebiasaan hidup
bersih dalam kehidupan sehari-hari serta terampil melakukan
merawat diri sendiri dan lingkungan
9. Indikator a. Siswa dapat menjelaskan arti kebersihan diri dan lingkungan
b. Siswa dapat menunjukkan cara merawat diri dan lingkungan
c. Siswa dapat menunjukkan keuntungan menjaga kebersihan
diri dan lingkungan
d. Siswa dapat menuliskan upaya-upaya hidup bersih bagi
dirinya sendiri dan lingkungan
10 Materi a. Pengertian kebersihan
b. Cara merawat diri dan lingkungan
c. Keuntungan menjaga kebersihan diri dan lingkungan
d. Upaya menjaga kebersihan diri dan lingkungan
11. Metode Cerita, tanya jawab, menonton video, permainan dinamika
kelompok, dan penugasan/reflektif
12. Waktu 2 X 40 menit
13. Tempat Ruang Kelas/Aula (tempat-tempat yang kondusif untuk layanan)
14. Alat Laptop, lembar cerita, LCD, CD, Modul
15. Mitra Kolaboratif Semua Guru Mata Pelajaran
16. Prosedur Skenario kegiatan pelayanan terlampir
17. Penilaian/Evaluasi a. Pernyataan hasil belajar siswa (hasil refleksi)
b. Inventori tilik diri (self assessment) siswa
18. Rencana Tindak Kelompok-kelompok dalam kelas merencanakan suatu proyek
A. RANCANGAN PELAYANAN BIMBINGAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
NO KEGIATAN KEGIATAN WAKTU
1. Pembuka Salam dan doa:
Siswa memberi salam kepada pembimbing, siswa
mendengarkan penjelasan pembimbing tentang tujuan
layanan dan dilanjutkan berdoa bersama
5 menit
2. Inti
a. Menonton
video
karakter
Siswa mengelompokkan diri menjadi kelompok kecil
(setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang), siswa menonton
video mengenai “Kebersihan Diri” dan siswa menyaksikan
video tersebut
Video Kebersihan Diri
https://www.youtube.com/watch?v=FucoYKK8Zw4
10 menit
b. Refleksi dan
sharing
Setelah menonton video, siswa menjawab pertanyaan
reflektif mengenai video tersebut
5 menit
c. Dinamika
kelompok
Pembimbing mengajak siswa untuk bermain permainan
“Patroli Sampah” dan memberikan pertanyaan refleksi
setelah melakukan permainan tersebut
15 menit
d. Menonton
video
karakter
Siswa berkelompok lagi seperti kelompok awal (setiap
kelompok terdiri dari 5-6 orang), siswa menonton video
mengenai “Pencemaran Lingkungan” dan siswa
menyaksikan video tersebut dengan seksama
Video Lingkungan
http://youtube.com/watch?v=AC6TcL1nECc
7 menit
e. Diskusi
kelompok
Setelah menonton video, siswa berdiskusi di dalam
kelompok untuk menjawab pertanyaan reflektif
8 menit
Lanjut yang memberi kesempatan menerapkan perilaku cinta kebersihan
diri dan lingkungan, misalnya gerakan toilet bersih, membuat
tempat sampah, menggolongkan sampah organik dan anorganik,
serta mengolah sampah organik menjadi pupuk .
19. Sumber http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=10187
http://id.wikipedia.org/wiki/Kebersihan
http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/09/sap-upaya-
kebersihan-diri.html
http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do
_pdf=1&id=940
http://brainly.co.id/tugas/165110
B. SKENARIO KEGIATAN PELAYANAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
f. Penyajian
materi
Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan
oleh pembimbing dengan topik bimbingan mengenai
“Merawat Kebersihan Diri dan Lingkungan”
7 menit
g. Mendalami
percikan
inspiratif dan
refleksi
Siswa berkelompok lagi seperti kelompok awal (setiap
kelompok terdiri dari 5-6 orang), siswa membaca kisah
inspiratif, berefleksi, dan mensharingkannya dalam kelas
8 menit
h. Menuliskan
inventori tilik
diri (self
assessment)
Siswa mengisi lembar inventori tilik diri (self assessment)
kepada setiap siswa
5 menit
3. Penutup
a. Menuliskan
pernyataan
hasil belajar
Siswa menuliskan hasil belajar/refleksi setelah mengikuti
bimbingan (secara tertulis atau lisan)
5 menit
b. Kesimpulan/
penegasan
topik
bimbingan
dan
membaca
pesan moral
Siswa diajak menarik kesimpulan atas aktivitas layanan
bimbingan penanaman karakter kebersihan diri dan
lingkungan yang disajikan pada pertemuan ini dan
membaca dengan penuh penghayatan pesan moral yang
telah disediakan
3 menit
Mengakhiri
bimbingan
Kemudian dilanjutkan siswa bersama pembimbing
mengakhiri kegiatan bimbingan dengan ucapan terima
kasih, salam, dan doa penutup
2 menit
Durasi 80 menit
Menonton Video
Video mengenai kebersihan diri ”Mari Hidup Sehat”
https://www.youtube.com/watch?v=FucoYKK8Zw4
Sinopsis
Video ini menceritakan mengenai cara menjaga kebersihan diri. Dengan menjaga kebersihan
diri, tubuh menjadi sehat. Disamping itu banyak keuntungan yang didapatkan dari menjaga
kebersihan diri, sehingga orang akan nyaman dengan dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Ayo Bermain
Patroli Sampah
https://www.google.co.id/search?q=patroli+sampah
1. Tujuan: Menanamkan cinta lingkungan kepada siswa yang berawal dari mencintai diri
sendiri
2. Bahan: Kantong sampah
3. Prosedur:
a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok bebas berapa orang jumlahnya
tergantung kebijakan pembimbing.
b. Setiap siswa dibagikan satu kantong sampah.
c. Siswa diminta untuk memungut sampah yang berserakan di lingkungan sekolah dan
memisahkan antara sampah organik dan anorganik (pembimbing dapat menjelaskan
jika ada yang belum paham mengenai sampah organik dan anorganik)
d. Pembimbing membagi tempat untuk setiap kelompok bersihkan. Pembimbing harus
mengawasi siswa agar tidak keluar dari lingkungan sekolah
e. Usai memungut sampah, siswa diajak untuk mencuci tangan dengan sabun hingga
bersih. Jika di sekolah tidak menyediakan sabun, pembimbing dapat menyediakan
sabun. Sabun yang digunakan haruslah sabun cair karena akan digunakan secara
bersama-sama.
4. Durasi: 15 menit
5. Nilai Karakter: peduli terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar kita tinggal
6. Jumlah peserta: Tidak terbatas
Usai bermain, siswa diajak untuk berdiskusi mengenai makna dari permainan ini.
C. DESKRIPSI DINAMIKA KELOMPOK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Menonton Video
http://youtube.com/watch?v=AC6TcL1nECc
Sinopsis
Sebuah film pendek yang menggambarkan pencemaran yang ada di bumi kita tercinta ini.
Ada berbagai pencemaran yang disebabkan karena ketidakpedulian manusia dengan diri
sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Ada berbagai pencemaran, ada pencemaran tanah,
air, dan udara. Sudah saatnya kita peduli terhadap bumi kita dengan diawali dari peduli
dengan diri kita.
Menjaga Kebersihan Diri dan Lingkungan
https://www.google.co.id/search?q=peduli+terhadap+diri+dan+lingkungan
Kebersihan merupakan keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan
bau.
Kebersihan diri
Suatu upaya untuk memelihara kebersihan
tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Kebersihan diri terdiri dari:
1. Kebersihan rambut dan kulit kepala
2. Kebersihan mata, telinga, dan hidung
3. Kebersihan gigi dan mulut
4. Kebersihan badan
5. Kebersihan kuku tangan dan kaki.
6. Kebersihan pakaian
Cara menjaga kebersihan diri dapat
dilakukan dengan mandi, gosok gigi, cuci
tangan, keramas, membersihkan kuku, dan
lain-lain.
Kebersihan Lingkungan
Suatu upaya untuk memelihara
kebersihan di sekitar tempat tinggal
kita.
Kebersihan lingkungan dapat
dilakukan dengan cara melap jendela,
menyapu, mengepel lantai, mencuci
peralatan makan, membersihkan
tempat tidur, membersihkan kamar
mandi, membuang sampah pada
tempatnya, dan lain-lain.
D. HANDOUT/MATERI LAYANAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Manfaat menjaga kebersihan
SUNGAI BERSIH, BANJIR PUN PERGI
https://www.google.co.id/search?q=kisah+peduli+lingkungan
Andi, Antok, dan Eko adalah tiga orang siswa SD Negeri Pamulang 4 yang telah
berteman sejak mereka TK. Ketiga siswa tersebut sangat gemar membersihkan lingkungan
sekolah. Tidak heran bila bapak/ibu guru menjadikan mereka sebagai tauladan bagi siswa
yang lain. Suatu hari di bulan September, mereka sedang bermain-main di sungai selepas
pulang sekolah. Mereka memang gemar mencari ikan untuk kemudian digoreng dan
dijadikan lauk makan siang. Ukuran sungai yang tidak begitu besar membuat mereka mudah
berjalan dari ujung ke ujung bagian sungai. Mereka menjumpai banyak sekali sampah di
pinggir sungai. Mulai dari plastik, botol-botol, dan lain-lain. Setelah kelelahan dan
beristirahat di pinggir sungai, Andi pun berkata kepada Antok dan Eko tentang sampah yang
banyak mereka jumpai di pinggir sungai. Mereka pun sepakat bahwa sampah yang
menumpuk di sungai bisa mengakibatkan banjir saat musim hujan nanti.
Manfaat yang kita dapatkan jika kita dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungan
adalah sebagai berikut.
1. Menghindarkan kita dari penyakit dan meningkatkan kesehatan.
2. Kita menjadi lebih nyaman dengan diri kita dan kerasan dengan lingkungan di sekitar
tempat tinggal kita.
3. Kita tetap berpenampilan menarik dan tidak dijauhi oleh orang lain.
4. Terhindar dari bencana alam misalnya banjir.
E. PERCIKAN INSPIRASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Suatu pagi pada saat jam istirahat di sekolah, Andi, Antok, dan Eko pergi ke kantor
guru. Mereka menemui Bapak Ahmad, Wali Kelas mereka. Antok menceritakan tentang
banyaknya sampah yang ada di sungai, cerita Antok pun ditimpali dan dilengkapi oleh Andi
dan Eko. Mereka memberikan usul kepada Wali Kelas mereka untuk mengadakan acara
bersih sungai pada saat acara bersih-bersih sekolah yang rutin dilakukan setiap hari Jum'at
minggu ke-2 setiap bulannya. Usulan mereka pun ditanggapi dengan positif oleh Wali Kelas.
Akhirnya tibalah hari di mana acara bersih-bersih sungai itu dilaksanakan. Pada pagi
hari, Kepala Sekolah memberikan arahan kepada semua siswa tentang pentingnya sebuah
sungai yang bersih. Kepala Sekolah juga meminta kepada semua siswa untuk membersihkan
sungai dengan sungguh-sungguh dan tak lupa Kepala Sekolah menyampaikan hal-hal yang
tidak boleh dilakukan selama acara bersih-bersih sungai berlangsung. Selesai acara
pengarahan, dengan berbondong-bondong dan didampingi oleh Wali Kelas, para siswa
menuju ke sungai yang lokasinya tidak jauh dari sekolahan. Sesampainya di tepi sungai, Wali
Kelas membagi siswa kedalam beberapa kelompok di mana setiap kelompok terdiri dari 5
orang dan ada 1 orang siswa yang menjadi ketua serta koordinator kelompok. Acara
bersih-bersih sungai berlangsung selama 2 jam.
Setelah acara bersih-bersih sungai selesai, tampak beberapa gundukan sampah yang
berhasil dikumpulkan oleh para siswa. Sampah-sampah tersebut kemudian diangkut oleh
truk milik Dinas Pekerjaan Umum yang memang sengaja didatangkan untuk mengangkut
sampah sungai. Sungai pun kini tampak sangat bersih. Wali Kelas menjelaskan tentang arti
pentingnya kebersihan sungai agar masyarakat di sekitar terbebas dari banjir saat musim
hujan datang. Oleh karena itu, kita harus selalu mnjaga kebersihan lingkungan sekitar kita
termasuk kebersihan sungai agar terhindar dari bahaya banjir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Bacalah cerita di bawah ini dengan teliti!
Di bawah ini ada beberapa pertanyaan refleksi (guru pembimbing boleh memilih beberapa
pertanyaan yang sesuai diantara daftar berikut)
NO KETERANGAN PERTANYAAN REFLEKSI
1. Permainan Setelah bermain dinamika jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Dalam permainan “Patroli Sampah”:
a. Adakah yang tidak melakukan patroli?
b. Bagaimana sikapmu ketika temanmu tidak melakukan
patroli sampah sedangkan kamu sangat rajin?
c. Apa yang membuatmu melakukan patroli sampah
dengan baik? Apa alasanmu?
2. Pelajaran berharga apa yang dapat kamu petik dari permainan
tersebut?
3. Alasan apa yang menjadikanmu semangat dalam
mengumpulkan sampah?
4. Apa yang akan kamu lakukan setelah mengikuti kegiatan
tersebut?
2. Video Setelah menonton video kebersihan diri, jawablah pertanyaan di
bawah ini!
1. Setelah menonton video mengenai kebersihan diri, hal apa yang
kamu pikirkan mengenai video tersebut?
2. Hal apa yang dapat kamu petik/terapkan dalam kehidupanmu
setelah menonton video tersebut?
3. Menurut pendapatmu, apa saja cara yang dapat kamu lakukan
untuk menjaga kebersihan diri?
Setelah menonton video kebersihan lingkungan, jawablah
F. EVALUASI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
pertanyaan berikut ini!
1. Apa yang kamu pikirkan setelah menonton video tersebut?
2. Bagaimana perasaanmu ketika ada orang yang tidak menjaga
lingkungan dengan baik? Apa dampaknya?
3. Apa manfaat yang kamu dapat setelah menonton video tersebut?
3. Kisah
Inspiratif
Setelah membaca cerita di atas, jawablah pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini!
1. Menurut pendapatmu, apa usahamu supaya lingkunganmu tidak
terkotori?
2. Menurut pendapatmu jika ada orang yang mengotori lingkungan
di sekitar tempat tinggalmu bagaimana? Berikan alasanmu!
3. Setelah membaca dan mencermati cerita, manfaat apa yang kamu
dapatkan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
PERNYATAAN HASIL BELAJAR
Setelah saya mengikuti kegiatan bimbingan hari ini mengenai “Kebersihan Diri dan
Lingkungan”, saya menjadi tahu bahwa:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
NIATKU
Setelah saya mengikuti bimbingan pada hari ini mengenai “Kebersihan Diri dan Lingkungan”
saya berniat untuk:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
Cintailah Lingkunganmu Seperti Kamu
Mencintai Dirimu Sendiri-Anonim
G. PESAN MORAL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI