Post on 09-Jul-2015
description
DRAFT LAPORAN PRAKTIKUM
PENGENDALIAN MUTU
Disusun Oleh :
Kelompok 07
1. Afifah Mudhowati (H3112003)
2. Atik Dewi Restiana (H3112015)
3. Enggar Sabtadi (H3112031)
4. Fakhri Novianto (H3112036)
5. Nuraini Masruroh (H3112069)
6. Ridya Wardani (H3112075)
7. Rizky Khaerul Ikhwan (H3112098)
PROGRAM STUDI D III TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
ACARA IV
DIAGRAM ISHIKAWA
MESINMATERIALMETODE
LINGKUNGAN MANUSIA
Tidak adanya prosedur
pengawasan yang jelas
Kurang
pengetahuan
tahapan proses
Ruang kerja yang tidak
teratur
Sanitasi kurang
Tidak adanya sekat
pemisah antar bahan
Lelah
Kurang bertanggung jawab
Kurang fokus
Kurang terampil
Mutu bawang
tidak seragam
Produktivitas mesin menurun
Peralatan tidak higienis
Indikator mesin kadang
bermasalah
Pisau, wadah yang
digunakan kurang bersih
Varasi kunyit tidak sama
Rasa tidak
seragam
Gambar 4.1 Diagram Ishikawa Penyimpangan Produk Pangan Bandeng Presto
Diagram Ishikawa atau diagram tulang ikan diperkenalkan oleh Profesor
Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo. Diagram tulang ikan (fishborne diagram)
adalah suatu cara untuk secara visual mengorganisasi dan menguji semua faktor
yang bisa mempengaruhi situasi tertentu dengan mengidentifikasi semua
penyebab yang mungkin, yang menghasilkan suatu efek. Efek adalah hasil yang
diinginkan atau tidak diinginkan yang diperoleh dari satu rangkaian penyebab
(Michalko, 2010).
Fishbone Diagram menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah
permasalahan, dengan berbagai penyebab. Efek atau akibat dituliskan sebagai
moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai dengan
pendekatan permasalahannya. Umumnya penggunaan fishbone untuk desain
produk dan mencegah kualitas produk yang jelek (defect). Mengenai pemilahan
sebab-sebab, beberapa pendekatan yang digunakan untuk perusahaan yang
memproduksi barang adalah 4 M’s (machine, method, material, dan man power)
(Nugroho dkk, 2011).
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kecacatan produk yang
sering muncul pada bandeng presto adalah rasa yang tidak seragam seperti flavour
terbakar/gosong, muncul flavour amis/menyengat, dan sebagainya. Pada
Gambar 4.1, dapat diketahui faktor dan penyebab terjadinya kecacatan pada rasa
dari bandeng presto ini. Faktor yang mempengaruhi munculnya rasa yang tidak
seragam pada bandeng presto adalah faktor mesin, material, metode, lingkungan,
dan manusia. Dari diagram Ishikawa pada Gambar 4.1, maka diperoleh penyebab
terjadinya kecacatan ketidak seragaman rasa pada masing-masing faktor.
Faktor mesin yang menyebabkan terjadinya rasa bandeng presto yang
tidak seragam disebabkan karena produktivitas mesin telah menurun, indikator
mesin yang bermasalah, serta pisau dan peralatan yang digunakan kurang bersih
dan tidak higienis. Produktivitas mesin yang menurun diakibatkan karena umur
mesin yang telah lama, sehingga menyebabkan standar waktu pengolahan menjadi
berbeda dengan yang seharusnya. Perbedaan standar waktu ini kadang oleh
karyawan tidak diperhitungkan sehingga mempengaruhi tingkat kematangan
produk akhir dan mempengaruhi rasa dari bandeng presto. Umur mesin yang telah
tua juga menyebabkan indikator mesin sering bermasalah. Indikator yang
bermasalah menyebabkan suhu dan lama waktu pengolahan menjadi tidak jelas
sehingga keseragaman bandeng presto sulit tercapai. Selain itu, peralatan seperti
wadah dan pisau yang digunakan juga dapat menyebabkan penyimpangan rasa
terutama jika peralatan tersebut kurang bersih dan tidak higienis. Peralatan yang
tidak dicuci bersih dan pisau yang berkarat sehingga aroma masih bercampur
menyebabkan timbulnya aroma dan rasa yang aneh pada bandeng presto.
Menurut Suradi (2012), faktor mesin yang mempengaruhi rasa bandeng
presto adalah pisau dan wadah yang digunakan tidak bersih. Peralatan yang tidak
bersih dapat menyebabkan rasa bercampur. Penanggulangan dapat dilakukan
dengan cara mencuci pisau dan wadah serta dilap setiap akan digunakan.
Dilihat dari faktor material, penyebab munculnya rasa yang tidak seragam
adalah bumbu yang digunakan tidak memiliki kualitas yang sama. Bumbu utama
yang mempengaruhi rasa dan aroma diantaranya adalah kunyit dan bawang. Tidak
adanya standarisasi kunyit dan bawang yang digunakan untuk pengolahan
bandeng presto disebabkan karena kunyit dan bawang yang digunakan dibeli dari
tempat yang berbeda. Ketidakseragaman pada kunyit dan bawang ini
menyebabkan aroma yang menyengat pada bandeng dan menghilangkan aroma
khas dari bandeng presto itu sendiri.
Menurut Suradi (2012), faktor material yang menyebabkan rasa yang tidak
seragam adalah kunyit, bawang, dan bumbu lainnya berbeda mutu. Perbedaan
mutu pada bumbu menciptakan ketidakseragaman mutu. Cara penanggulangan
dengan pengadaan bahan baku dilakukan proses penyortiran dan dipilih amat teliti
dengan menetapkan sumber yang dipercaya.
Pada faktor metode/cara pengolahan, penyebab munculnya rasa yang tidak
seragam adalah tidak adanya prosedur pengawasan yang jelas dan kurangnya
pengetahuan karyawan tentang tahapan proses. Prosedur pengawasan yang jelas
merupakan hal yang penting dilakukan terutama pada bagian produksi untuk
mencegah adanya kesalahan selama proses produksi mulai dari datangnya bahan
baku sampai dengan produk akhir. Selain itu, kurangnya pengetahuan tentang
tahapan proses juga akan mempengaruhi hasil akhir dari bandeng presto.
Kurangnya pengetahuan sering terjadi pada karyawan yang baru. Karyawan yang
masih baru/dalam proses training memungkinkan sekali melakukan kesalahan
dalam proses produksi karena belum menguasai tahapan proses sehingga
pengawasan dan pelatihan pada karyawan ini perlu lebih intensif.
Menurut Suradi (2012), penyebab munculnya rasa yang tidak seragam dari
faktor metode/cara karena belum adanya aturan jelas mengenai proses standar.
Hal ini menyebabkan pekerja menjadi kurang teliti. Cara penanggulangan dengan
memberikan pengetahuan tentang cara membuat bandeng presto yang
benar/mengikuti diklat tentang pengolahan bandeng dan hasil perikanan.
Penyebab utama munculnya ketidakseragaman rasa pada faktor
lingkungan adalah kurangnya sanitasi, tidak adanya sekat pemisah antar bahan,
dan ruang kerja yang tidak teratur. Ruang kerja yang tidak teratur, kurang rapi
dapat menimbulkan tertukarnya bahan yang digunakan yang dapat mempersulit
sistem pengerjaan. Apalagi jika bahan-bahan yang disimpan sebelum produksi
tidak diberi sekat pemisah akan menyebakan terjadinya kontaminasi silang karena
bahan baku seperti bandeng mudah mengalami perubahan secara fisik, kimia, dan
mikrobiologi. Sistem sanitasi yang kurang juga dapat menyebabkan pencemaran
dan perubahan rasa pada bahan baku dan produk akhir.
Menurut Suradi (2012), penyebab munculnya rasa yang tidak seragam dari
faktor lingkungan adalah ruang kerja tak beraturan/peletakan barang semaunya.
Ketidakteraturan menyebabkan pekerja tidak leluasa bergerak. Cara
penanggulangan dengan ruang produksi dibuat lebih teratur dengan tujuan pekerja
dapat leluasa bergerak dalam produksi.
Berdasarkan faktor manusia, penyebab penyimpangan rasa pada bandeng
presto adalah kurangnya tanggungjawab, kurang terampil, kurang fokus, dan
kelelahan pada karyawan. Kurangnya tanggungjawab karena kurangnya
pengawasan menyebabkan pekerja bekerja semaunya sendiri. Kurang terampil
karena karyawan belum mengetahui tahapan proses dan prosedur produksi yang
ditetapkan, hal ini sering muncul pada karyawan yang baru. Kelelahan pada
karyawan juga dapat menyebabkan produktivitas karyawan menurun sehingga
kurang fokus dan muncul rasa ketidak hati-hatian dalam bekerja. Kelelahan ini
sering terjadi pada karyawan yang mengambil jam lembur dan melakukan
pekerjaan berat.
Menurut Suradi (2012), penyebab munculnya rasa yang tidak seragam dari
faktor manusia/pekerja adalah rasa lelah menimbulkan ketidak hati-hatian pada
pekerja. Kelelahan menyebabkan pekerja tidak rileks saat bekerja. Cara
penanggulangan dengan membuat rolling untuk pengerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Michalko, Michael. 2010. Cracking Creativity The Secret of Creativity Genius.
ANDI. Yogyakarta.
Nugroho W. P, Susatyo; Darminto Pudjotomo; dan Terzi Khoirina Tifani. 2011.
Analisa Penyebab Penurunan Daya Saing Produk Susu Sapi dalam Negeri
terhadap Susu Sapi Impor pada Industri Pengolahan Susu (IPS) dengan
Metode Fault Tree Analysis (FTA) dan Barrier Analysis. J@TI Undip,
Vol.VI, No. 2.
Suradi. 2012. Pengendalian Kualitas Produk Bandeng Presto dengan
Menggunakan Metode Fishbone Pada Perusahaan Sahabat Bandeng
Pangkep. ILTEK, Vol. 7, No. 14.