Post on 14-Dec-2014
description
Case reportIntoksikasi Organofosfat
Diajukan Oleh :
Fuat Roy Hanggoro (J 500 060 011)
Pembimbing :
dr. Nur Hidayat, Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
Identitas PasienNama : bp. SaifulAlamat : duwetan 2/4, jumapoloUsia : 25 tahunNo RM : 21 03 03MRS : 10 Juni 2011Jam : 15.57 WIB
Anamnesa
Keluhan utama
- mual-muntah setelah minum baygon
Riwayat penyakit sekarang
1 hari SMRS :
Pasien mengeluh gelisah, pasien sedang ada
masalah keluarga, masalah bermula karena
masalah ekonomi terkait dengan keluarga
muda. Bisa disimpulkan bahwa pasien sedang
mengindap depresi.
HSMRS :
Pasien datang ke IGD dengan keluhan mual
dan muntah, setelah sebelumnya pasien
minum racun golongan organofosfat, dalam
hal ini racun serangga (baygon). Muntah
kurang lebih 10 kali, muntah cair, warna putih-
kekuningan, lendir(-), darah (-). Pasien juga
mengeluh pusing, ‘’senut-senut”, beberapa
saat setelah keluhan mual-muntah. Pasien
mengeluh nyeri dada sebelah kiri, nyeri seperti
ditimpa beban berat, menjalar sampai tangan
kiri. Badan pasien gemetar, nyeri perut, senep,
pusing.
Riwayat penyakit dahuluRiwayat penyakit serupa disangkalRiwayat hipertensi disangkalRiwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit keluargaRiwayat penyakit serupa pada keluarga
disangkalRiwayat hipertensi disangkal
Riwayat social ekonomi
Pasien bekerja sebagai penjual roti
bersama dengan istrinya. Dari keterangan
keluarga pasien, pasien sedang berada
dalam masalah ekonomi sebagai keluarga
muda.
Anamnesa sistemik
Neuro : sensasi nyeri baik, gemetaran (+), sulit
tidur (-), mengantuk yang berlebihan (+)
Jantung : nyeri dada (+)
Paru-paru : sesak nafas (-), batuk (-)
Abdomen : luka memar (-), diare (-), kembung
(+)
Urologi : BAK dbn
Muskuloskeletal : nyeri otot (-), nyeri sendi (-)
Pemeriksaan Fisik
Status generalisKeadaan umum : lemahKesadaran : compos mentisGizi : cukupVital Sign Tekanan Darah : 127/94 mmHgNadi : 116 x/mntRespirasi : 16 x/mntSuhu : 37,5 >CGCS : E 4, V 5, M 5
Keadaan Umum •Kepala : CA -/-, SI -/-, pupil miosis, •Leher : pembesaran KGB (-) peningkatan JVP (-)•Thorax : Paru : Inspeksi : simetris, retraksi (-), ketinggalan gerak (-)
Palpasi : fremitus +/+ (N) Perkusi :
Auskultasi : SDV (+/+) Wheezing -/- Ronkhi -/-
S S
S S
S S
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat, tidak terlihat massa.
Palpasi : jantung kuat angkat
Perkusi :
Batas : Kanan atas SIC II parasternalis dextra
Kanan bawah SIC IV parasternalis dextra
Kiri atas SIC II parasternalis sinistra
Kiri bawah SIC V linea midclavikularis
Auskultasi : Suara jantung I-II intensitas reguler,
Suara jantung I terdengar keras pada apex,
Bising jantung (-)
Simpulan : jantung dalam batas normal, batasnya normal.
Abdomen
Inspeksi : simetris, distended (+), darm
contour (-), darm steifung (-)
Auskultasi : peristaltik usus normal
Perkusi : timpani, nyeri ketok
kostovertebrae (-)
Palpasi : tidak teraba massa, Nyeri
tekan (+)
Ekstremitas : tidak ada edema ,
Resume pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum pasien CM, lemah, vital
sign didapatkan TD : 127/94 mmHg, Nadi :
112 x/mnt, RR : 16 x/mnt, Suhu : 37,5 > C.
Dari pemeriksaan fisik didapat jantung
tidak mengalami pembesaran, batasnya
normal, bising jantung tidak ditemukan.
Paru dalam batas normal, suara dasar
vesikuler, tidak didapatkan suara
tambahan. Pemeriksaan abdomen
didapatkan distended dan nyeri tekan pada
regio epigastrica dan umbilical.
Pemeriksaan PenunjangHemoglobin : 11,4 gr/dL Eritrosit : 5,36 x 106 uLHematokrit : 41,4 %Leukosit : 11.400 uLTrombosit : 228.000 UlMCV : 77,2MCH : 27,6MCHC : 35,7HbsAg : Negatif (-)Urea : 32,6 mg/dlCreatinin : 1,17 mg/dlSGOT : 18,5 U/LSGPT : 18,2 U/L
Diagnosis klinis
Intoksikasi Organofosfat
planingPlaning diagnostik
Lab darah rutin, EKG
Planing medikasi
KU, TTV, bilas lambung, Atropinnisasi
Planing edukasi
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga
pasien tentang penyakit, komplikasi,
pemeriksaan dan tindakan yang akan
dilakukan.
Pilihan terapiMedikamentosaSulfas atropinRanitidin 2x1 ampTopazol 1x1Dexametason 1x1 ampMaghtral syr 3x1CCefotaxim inj 2x1 gr
Follow up hari I
Jumat, 10/06/2011, ruang ICU
• S = perut sakit, sesak, pusing,
kesadaran menurun
• O= TD: 100/70 mmhg, nadi : 56x/mnt,
respirasi : 22x/mnt, suhu :
36,4°C, GCS : 14
abdomen : distended (+)
• A= intoksikasi organofosfat
• P= monitor KU, TTV, terapi dari Igd
lanjut
Follow up hari II, bangsalsabtu 11/06/2011, ruang bangsal
• S = perut sakit, sesak, pusing, kesadaran menurun
• O= TD: 100/70 mmhg, nadi : 56x/mnt,
respirasi : 22x/mnt, suhu : 36,4°C, GCS : 14
kepala : pupil miosis
abdomen : distended (+)
• A= intoksikasi organofosfat
• P= monitor KU, TTV, Atropinisasi (sampai nadi normal
& pupil midriasis, diberikan 2amp/15mnt), terapi :
diazepam 1amp drip, topazol 1x1, taxeram 2x1gr,
vomitas 3x1, piralen 3x1, maghtral syr 3x1C
Follow up hari II
sabtu, 12/06/2011, ruang ICU
• S = perut sakit, perut tegang, sesak, pusing,
kesadaran menurun
• O= TD: 100/60 mmhg, nadi : 80x/mnt,
respirasi : 20x/mnt, suhu : 36,5°C
abdomen : perut tegang (+)
• A= intoksikasi organofosfat
• P= monitor KU, TTV, terapi : topazol 1x1,
taxeram 2x1gr, vomitas 3x1, piralen 3x1,
maghtral syr 3x1C
Follow up hari III
Senin, 13/06/2011, ruang ICU
• S = perut sakit, kepala pusing
• O= TD: 110/68 mmhg, nadi : 74x/mnt,
respirasi : 18x/mnt, suhu : 36,0°C
abdomen : perut supel (+)
• A= intoksikasi organofosfat
• P= monitor KU, TTV, terapi : topazol 1x1,
taxeram 2x1gr, vomitas 3x1, piralen 3x1,
maghtral syr 3x1C
Follow up hari IIISenin, 13/06/2011, ruang bangsal
• S = nyeri perut,
• O= TD: 100/70 mmhg, nadi : 80x/mnt,
respirasi : 20x/mnt, suhu : 36,0°C
abdomen : perut supel (+), nyeri tekan
positif ( regio epigastrica)
• A= intoksikasi organofosfat
• P= monitor KU, TTV, terapi : inpepsia 3x1, pitonal
1x1
Organofosfat adalah nama umum ester dari
asam fosfat.
Gugus X pada struktur oragnofosfat disebut
“leaving group” yang tergantikan saat
organofosfat menfosforilasi asetilkholin
serta gugus ini paling sensitif terhidrolisis.
Organofosfat dapat digolongkan menjadi
beberapa golongan antara lain, fosfat,
fosforothioat, fosforamidat, fosfonat, dan
sebagainya.
Keracunan organofosfat
organofosfatOrganofosfat mempunyai aksi sebagai
inhibitor enzim kholinesterase.
Kholinesterase adalah enzim yang
berfungsi agar asetilkholin terhidrolisis
menjadi asetat dan kholin.
Organofosfat mampu berikatan dengan
sisi aktif dari enzim ini sehingga kerja
enzim ini terhambat.
Akibatnya jumlah asetilkholin dalam
sipnasis meningkat sehingga
menimbulkan stimulasi reseptor
possinap yang persisten.
Asetilkholin juga merupakan
neurotransmitter posganglionik pada
saraf parasimpatik yang secara langsung
mempengaruhi jantung, bermacam-
macam kelenjar, otot polos bronchial.
reseptor pada organ ini adalah reseptor
muskarinink.
Asetilkholin terdapat di seluruh sistem saraf,
terutama sekali asetilkholin berperan penting
pada sistem saraf autonom.
Senyawa ini berperan sebagai
neurotransmiter pada ganglia sistem saraf
simpatik dan parasimpatik, yang mana
senyawa ini berikatan dengan reseptor
nikotinik.
Inhibisi kholinesterase pada ganglia sistem
saraf simpatik dapat menimbulkan midriasis,
takikardi, dan hipertensi.
penghambatan kholinesterase pada ganglia
sistem saraf parasimpatik menimbulkan efek
miosis, bradikardi, dan salivasi.
Penghambatan kerja enzim terjadi karena
organophosphate melakukan fosforilasi
enzim tersebut dalam bentuk komponen
yang stabil.
Gejala keracunanGejala keracunan organofosfat sangat bervariasi.
Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada
adanya stimilasi asetilkholin persisten atau depresi
yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.
Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan
organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi
reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin
dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.
Efek Gejala1. Muskarinik - Salivasi, lacrimasi, urinasi dan diaree (SLUD)
- Kejang perut- Nausea dan vomitus- Bradicardia- Miosis- Berkeringat
2. nikotinik - Pegal-pegal, lemah- Tremor- Paralysis- Dyspnea- Tachicardia
3. sistem saraf pusat - Bingung, gelisah, insomnia, neurosis- Sakit kepala- Emosi tidak stabil- Bicara terbata-bata- Kelemahan umum- Convulsi- Depresi respirasi dan gangguan jantung- Koma
penatalaksanaan
Stabilisasi pasienPemeriksaan saluran
nafas, pernafasan, dan sirkulasi merupakan
evaluasi primer yang harus dilakukan serta
diikuti evaluasi terhadap tanda dan
symptom toksisitas kolinergik
Dekontaminasi
1. Dekontaminasi harus segera dilakukan pada
pasien yang mengalami keracunan.
2. Pelepasan pakaian dan dekontaminasi dermal
mampu mengurangi toksikan yang terpapar
secara inhalasi atau dermal, namun tidak
bisa digunakan untuk dekontaminasi toksikan
yang masuk dalam saluran pencernaan.
3. Dekontaminasi saluran cerna dapat melalui
pengosongan orogastrik atau nasogastrik, jika
toksikan diharapkan masih berada di
lambung.
Pemberian antidotum
1. Agen Antimuskarinik atropine,
ipratopium, glikopirolat, dan skopolamin.
Atropin melawan tiga efek yang ditimbulkan
karena keracunan organofosfat pada reseptor
muskarinik, yaitu bradikardi, bronkospasme,
dan bronkorea.
Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2 mg
yang digandakan setiap 2-3 menit sampai
teratropinisasi. Untuk anak-anak dosis awalnya
0,02mg yang digandakan setiap 2-3 menit
sampai teratropinisasi.
2. Oxime Oxime adalah salah satu agen
farmakologi yang biasa digunakan untuk
melawan efek neuromuskular pada keracunan
organofosfat.
Terapi ini diperlukan karena Atropine tidak
berpengaruh pada efek nikotinik yang
ditimbulkan oleh organofosfat
Oxime dapat mereaktivasi enzim
kholinesterase dengan membuang fosforil
organofosfat dari sisi aktif enzim.
Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang
tersedia. Pada regimen dosis tinggi (2 g iv load
diikuti 1g/jam selam 48 jam)
Terima Kasih