Post on 20-Dec-2016
BUKU KUMPULAN PERATURANTAHUN 2016
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIANREPUBLIK INDONESIA
KREDIT
USAHA
RAKYAT
2016
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Buku ini berisi kumpulan Peraturan yang dikeluarkan oleh Komite Kebijakan dalam rangka relaksasi kebijakan terkait Program Kredit Usaha Rakyat Tahun 2016. Peraturan-peraturan dalam buku ini menjadi landasan hukum baru pelaksanaan Program Kredit Usaha Rakyat Tahun 2016. Peraturan tersebut antara lain adalah payung hukum Komite Kebijakan, Pedoman Pelaksanaan Program KUR, Penetapan Penyalur dan Perusahaan Penjamin KUR, Tata Cara Pembayaran Subsidi Bunga, serta penetapan besaran subsidi b u n g a K U R 2 0 1 6
TIM PELAKSANA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIANTAHUN 2016
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIANREPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIANREPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016 KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
i ii
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga Buku Kumpulan Peraturan KUR Tahun 2016 telah
dapat diselesaikan. Buku Kumpulan Peraturan KUR Tahun
2016 ini merupakan penyempurnaan dari buku kumpulan
peraturan sebelumnya.
Buku ini berisi kumpulan peraturan yang dikeluarkan oleh
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dalam rangka pelaksanaan Program Kredit Usaha
Rakyat Tahun 2016. Peraturan-peraturan dalam buku ini
menjadi landasan hukum pelaksanaan Program Kredit Usaha
Rakyat Tahun 2016. Peraturan tersebut antara lain adalah
payung hukum Komite Kebijakan, Pedoman Pelaksanaan
Program KUR, Penetapan Penyalur dan Perusahaan Penjamin
KUR, Tata Cara Pembayaran Subsidi Bunga KUR, Penetapan
Kuasa Pengguna Anggaran, dan Penetapan Subsidi Bunga
KUR
Buku ini diharapkan dapat memberikan dukungan informasi
kepada berbagai pihak baik instansi pemerintah, penyalur KUR,
perusahaan penjamin KUR, masyarakat, pelaku usaha dan
instansi terkait lainnya dalam melaksanakan Program KUR.
Semoga buku ini dapat bermanfaat.
2016
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan
Selaku
Sekretaris Komite Kebijakan
Pembiayaan bagi UMKM
Ir. Bobby Hamzar Rafinus, M.I.A
NIP. 196101151990031001
KATA PENGANTAR
. Jakarta, Februari
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
DAFTAR ISI Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Maksud dan Tujuan ................................................. 2
BAB II PERATURAN KUR TAHUN 2016 ........................................ 2
A. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 ................. 3
B. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 ................. 9
C. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan
KUR ...................................................................... 11
D. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah ............................. 51
E. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor 188 Tahun 2015 Tentang Penyalur KUR dan
Perusahaan Penjamin KUR ...................................... 74
F. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20 Tahun 2016
Tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk
Usaha Kredit Rakyat ................................................ 79
G. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1355 Tahun
2015 Tentang Besaran Subsidi Bunga Kredit Usaha
Rakyat .................................................................... 99
H. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 844 Tahun 2015
Tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran
dalam Rangka Pembayaran Subsidi Bunga Untuk
Kredit Usaha Rakyat ............................................... 103
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran dan kontribusi
yang penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu menyediakan lapangan
kerja sebesar 97,2% (sembilan puluh tujuh koma dua perseratus) dari total
lapangan kerja, dan menyumbang sekitar 56,5% (lima puluh enam koma lima
perseratus) pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) pada Tahun 2012.
Pelaku usaha skala mikro, kecil dan menengah dan koperasi menempati
bagian terbesar dari seluruh aktivitas ekonomi rakyat Indonesia mulai dari
petani, nelayan, peternak, petambang, pengrajin, pedagang, dan penyedia
berbagai jasa. Jumlah UMKM pada Tahun 2013 tercatat mencapai 57,9 juta
unit usaha, meningkat dari 52,8 juta unit pada Tahun 2009. Jumlah tenaga
kerja yang terlibat dalam UMKM mencapai 114,1 juta orang pada Tahun
2013 meningkat dari 96,2 juta orang pada Tahun 2009.
Salah satu program pemerintah dalam meningkatkan akses pembiayaan
UMKM kepada perbankan dengan pola penjaminan adalah Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang diluncurkan pada November 2007. Dalam
perkembangannya, KUR sejak Tahun 2007 sampai dengan Desember 2014
KUR telah disalurkan sebesar Rp.178,8 triliun dengan total debitur sebanyak
12,4 juta debitur. Untuk Tahun 2014, jumlah kredit yang disalurkan Rp40,2
triliun kepada 2,4 juta debitur.
Arah kebijakan di bidang UMKM dan koperasi dalam periode 2015-2019
adalah meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu
tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar
(“naik kelas”) dalam rangka mendukung kemandirian perekonomian
nasional. Strategi pembangunan yang akan dilaksanakan adalah sebagai
berikut: 1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia, 2) Peningkatan akses
pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan, 3) Peningkatan nilai tambah
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2015
I
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
produk dan jangkauan pemasaran, 4) Penguatan kelembagaan usaha, 5)
Peningkatan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha.
Memperhatikan arah kebijakan peningkatan daya saing UMKM tersebut dan
mempertimbangkan capaian pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) selama
tujuh tahun terakhir, Presiden telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor
14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah sebagaimana diubah terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 19 Tahun 2015. Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi UMKM
diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan beranggotakan
para menteri/kepala lembaga terkait dengan tugas untuk merumuskan dan
menetapkan kebijakan pembiayaan bagi UMKM termasuk penetapan
prioritas bidang usaha, melakukan monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi UMKM, dan mengambil langkah-
langkah penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan
kebijakan pembiayaan bagi UMKM.
Pada Tahun 2016 program KUR diarahkan sebagai bagian mendorong
kenaikan pertumbuhan ekonomi yang sedang melambat. Dengan alokasi
plafon KUR sebesar Rp 100 – Rp 120 Triliun, diharapkan dapat mengungkit
naik pemberian kredit kepada Usaha Mikro dan Kecil, khususnya di sektor
pertanian, perikanan, industri, perdagangan, dan jasa – jasa, serta
penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. KUR 2016 telah
mengakomodir pembiayaan di sektor ekonomi kreatif serta beberapa sektor
eks. kredit program seperti Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE),
untuk eks. kredit program lainnya akan diatur dengan skema khusus.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan Buku Kumpulan Peraturan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 2016
bertujuan:
1. Memperluas dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan KUR agar sesuai
dengan pengaturan yang diamanatkan dalam Keputusan Presiden
tentang Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
2. Meningkatkan efektivitas sinergi dan kerjasama pelaksanaan KUR oleh
Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha.
3. Sebagai pedoman/petunjuk pelaksanaan bagi masing-masing pihak yang
terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi,
serta pengawasan program KUR.
4. Menyediakan informasi penting terkait pelaksanaan program KUR.
5. Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan program KUR.
6. Sebagai dokumen tertulis kepada berbagai pihak yang membutuhkan.
7. Sebagai referensi pelaksanaan kredit program pemerintah di waktu
mendatang
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
PERATURAN PROGRAM KREDIT USAHA
RAKYAT (KUR) TAHUN 2016
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 14 TAHUN 2015
TENTANG
KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pemberdayaan usaha
mikro, kecil, dan menengah, perlu mengembangkan akses
pembiayaan dari perbankan dan lembaga keuangan bukan
bank bagi usaha mikro, kecil, dan menengah;
b. bahwa untuk menyinergikan kebijakan atas
pengembangan akses pembiayaan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu membentuk komite kebijakan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan
Presiden tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
Mengingat : Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
Memutuskan ....
II
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.
Pasal 1
(1) Membentuk Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah, yang selanjutnya disebut
Komite Kebijakan.
(2) Komite Kebijakan berkedudukan dan bertanggungjawab
kepada Presiden.
Pasal 2
(1) Komite Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1, mempunyai tugas sebagai berikut:
a. merumuskan dan menetapkan kebijakan
pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah, termasuk penetapan prioritas bidang
usaha;
b. melakukan monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah; dan
c. mengambil langkah-langkah penyelesaian
hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan
kebijakan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
Pasal 3 ...
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 3
Susunan keanggotaan Komite Kebijakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1, terdiri dari:
Ketua : Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian;
Anggota : 1. Menteri Keuangan;
2. Menteri Dalam Negeri;
3. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah;
4. Menteri Perindustrian;
5. Menteri Perdagangan;
6. Menteri Pertanian;
7. Menteri Kelautan dan Perikanan;
8. Menteri Tenaga Kerja;
9. Menteri Badan Usaha Milik Negara;
10. Sekretaris Kabinet;
11. Kepala Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan;
12. Kepala Badan Nasional Penempatan
dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia;
Sekretaris : Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi
Makro dan Keuangan, Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian.
Pasal 4 ...
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pelaksanaan
kebijakan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua
Komite Kebijakan.
Pasal 5
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, Komite Kebijakan:
a. berkoordinasi dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa
Keuangan; dan
b. dapat melibatkan dan bekerja sama dengan
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah, serta
pihak lain yang dianggap perlu.
Pasal 6
(1) Untuk membantu pelaksanaan tugas Komite Kebijakan,
dibentuk Tim Pelaksana.
(2) Susunan keanggotaan, tugas, dan tata kerja Tim
Pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan oleh Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan.
Pasal 7 ...
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 7
(1) Untuk memberikan dukungan pelaksanaan tugas
Komite Kebijakan, dibentuk Sekretariat Komite
Kebijakan.
(2) Sekretariat Komite Kebijakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dilaksanakan secara fungsional oleh
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian.
Pasal 8
Ketentuan mengenai imbal jasa penjaminan untuk
pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah, diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan oleh
Komite Kebijakan.
Pasal 9
Komite Kebijakan melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya
kepada Presiden paling kurang 1 (satu) kali dalam 6 (enam)
bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
Pasal 10
Segala biaya yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas Komite
Kebijakan dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara pada Anggaran Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian.
Pasal 11 ...
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 11
Keputusan Presiden ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 7 Mei 2015
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 2015
TENTANG
PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 2015
TENTANG KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan pengembangan akses
pembiayaan untuk meningkatkan pemberdayaan usaha
mikro, kecil, dan menengah, perlu dilakukan perubahan
pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu menetapkan Keputusan Presiden
tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 14
Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.
Pasal I …
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal I
Ketentuan Pasal 8 dalam Keputusan Presiden Nomor 14
Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diubah, sehingga Pasal 8
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
Ketentuan mengenai imbal jasa penjaminan, subsidi bunga,
dan fasilitas lainnya untuk pelaksanaan kebijakan
pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan dengan memperhatikan
kebijakan yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan.
Pasal II
Keputusan Presiden ini berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 15 Juli 2015
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
JOKO WIDODO
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
SALINAN
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK
INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH
NOMOR 8 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK
INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 4
Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah sebagaimana diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 19 Tahun 2015 dan untuk meningkatkan
tata kelola yang baik (good governance) pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat telah ditetapkan Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat;
b. bahwa untuk meningkatkan dan memperluas
pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat serta
mendorong pertumbuhan ekonomi, perlu dilakukan
perubahan Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat;
Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
2. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 9);
3. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah sebagaimana diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
4. Keputusan Presiden Nomor 79/P tahun 2015;
5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 768);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA
RAKYAT.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah ini yang dimaksud dengan:
1. Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR
adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau
investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak
namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan
tambahan belum cukup.
2. Penyalur KUR adalah bank atau lembaga keuangan
bukan bank yang ditunjuk untuk menyalurkan KUR.
3. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan atas
pemenuhan kewajiban finansial debitur KUR oleh
Perusahaan Penjamin.
4. Perusahaan Penjamin adalah perusahan yang ditunjuk
untuk memberikan penjaminan KUR.
5. Suku Bunga adalah tingkat bunga yang dikenakan
dalam pemberian KUR.
Pasal 2
Pelaksanaan KUR bertujuan untuk:
a. meningkatkan dan memperluas penyaluran KUR kepada
usaha produktif;
b. meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil,
dan menengah; dan
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
c. mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenega kerja.
BAB II
PELAKSANAAN KUR
Bagian Pertama
Penerima KUR
Pasal 3
(1) Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau
badan hukum yang melakukan usaha produktif berupa:
a. usaha mikro, kecil, dan menengah;
b. calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di
luar negeri;
c. anggota keluarga dari karyawan/karyawati yang
berpenghasilan tetap atau bekerja sebagai Tenaga
Kerja Indonesia;
d. Tenaga Kerja Indonesia yang purna bekerja di luar
negeri; dan
e. Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja.
(2) Usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah ini.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Bagian Kedua
Penyalur KUR
Pasal 4
(1) Penyalur KUR adalah bank atau lembaga keuangan
bukan bank yang disetujui oleh Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
(2) Persyaratan bank atau lembaga keuangan bukan bank
yang dapat ditetapkan sebagai Penyalur KUR adalah:
a. memenuhi kriteria bank dan/atau lembaga
keuangan bukan bank sehat dan informasi kinerja
dari Otoritas Jasa Keuangan;
b. melakukan kerjasama dengan Perusahaan Penjamin
dalam penyaluran KUR; dan
c. memiliki online system data KUR dengan Perusahaan
Penjamin dan Sistem Informasi Kredit Program.
(3) Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat mengajukan keikutsertaan sebagai
Penyalur KUR kepada Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
(4) Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang
disetujui sebagai Penyalur KUR oleh Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 5
(1) Penyaluran KUR oleh Penyalur KUR sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dapat menggunakan pola
linkage yaitu secara channelling atau executing.
(2) Ketentuan lebih lanjut pola linkage sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
Pasal 6
Pendanaan untuk penyaluran KUR oleh Penyalur KUR
bersumber dari dana lembaga keuangan Penyalur KUR
tersebut.
Pasal 7
(1) Penyaluran KUR oleh Penyalur KUR mengacu kepada
basis data yang tercantum dalam Sistem Informasi
Kredit Program yang disusun oleh Kementerian
Keuangan.
(2) Kementerian Keuangan dalam menyusun Sistem
Informasi Kredit Program sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mengacu kepada basis data dari
kementerian/lembaga teknis, pemerintah daerah,
penyalur KUR, dan perusahaan Penjamin KUR.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Bagian Ketiga
Penjamin KUR
Pasal 8
(1) Penjamin KUR adalah Perusahaan Penjamin yang
disetujui oleh Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
(2) Perusahaan Penjamin untuk dapat ditetapkan sebagai
penjamin KUR, memiliki persyaratan sebagai berikut:
a. memenuhi kriteria perusahaan penjamin yang sehat
sesuai ketentuan dan kriteria dari Otoritas Jasa
Keuangan; dan
b. memiliki online system data KUR dengan Penyalur
KUR dan Sistem Informasi Kredit Program.
(3) Perusahaan Penjamin yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan
keikutsertaan sebagai penjamin KUR kepada Komite
Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
(4) Perusahaan Penjamin yang disetujui sebagai Penjamin
KUR oleh Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
Pasal 9
(1) Perusahaan Penjamin menjamin KUR berdasarkan
perjanjian kerjasama dengan Penyalur KUR.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(2) Imbal jasa penjaminan bagi perusahaan penjamin
berdasarkan hasil kesepakatan dengan Penyalur KUR.
(3) Imbal jasa penjaminan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) menjadi bagian komponen dalam subsidi bunga.
Bagian Keempat
Agunan
Pasal 10
(1) Agunan pokok KUR adalah usaha atau obyek yang
dibiayai oleh KUR.
(2) Agunan tambahan untuk KUR Mikro dan untuk KUR
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia tidak diwajibkan
dan tanpa perikatan.
(3) Agunan tambahan untuk KUR Ritel sesuai penilaian
Penyalur KUR.
Bagian Kelima
Subsidi Bunga
Pasal 11
(1) Pemerintah memberikan subsidi bunga penyaluran KUR
sebesar selisih antara tingkat bunga yang diterima oleh
Penyalur KUR dengan tingkat bunga yang dibebankan
kepada penerima KUR.
(2) Besaran subsidi bunga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
BAB III
PENYALURAN KUR
Bagian Pertama
Jenis Penyaluran KUR
Pasal 12
KUR yang disalurkan oleh Penyalur KUR sebagaimana
dimaksud pada Pasal 4, terdiri atas:
a. KUR Mikro;
b. KUR Ritel; dan
c. KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.
Bagian Kedua
Penyaluran KUR Mikro
Pasal 13
(1) KUR Mikro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf a diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah
paling banyak sebesar Rp25.000.000 (dua puluh lima
juta rupiah).
(2) Suku bunga KUR Mikro sebesar 12% (dua belas
perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan dengan
suku bunga flat yang setara.
(3) Jangka waktu KUR Mikro:
a. paling lama 3 (tiga) tahun untuk kredit/pembiayaan
modal kerja; atau
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
b. paling lama 5 (lima) tahun untuk kredit/pembiayaan
investasi.
(4) Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan,
tambahan kredit/pembiayaan (suplesi), dan
restrukturisasi KUR Mikro sebagaimana tercantum
dalam Lampiran III Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
Pasal 14
(1) Calon penerima KUR Mikro adalah sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 huruf a, c, d, dan e.
(2) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud
pada Pasal 3 huruf a, c, dan d harus mempunyai usaha
produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6
(enam) bulan.
(3) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud
pada Pasal 3 huruf e telah mengikuti pelatihan
kewirausahaan.
(4) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat sedang menerima
kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa kredit
kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan
kartu kredit, serta KUR dengan kolektabilitas lancar.
(5) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dan ayat (3) memiliki surat Izin Usaha
Mikro dan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah
setempat dan/atau surat izin lainnya.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 15
(1) Calon penerima KUR Mikro yang sedang menerima KUR
Mikro tetap dapat memperoleh tambahan
kredit/pembiayaan dengan total pinjaman sebesar
Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. untuk skema Kredit/Pembiayaan Investasi dengan
Kredit/Pembiayaan Investasi dan
Kredit/Pembiayaan Modal Kerja dengan
Kredit/Pembiayaan Modal Kerja diijinkan; dan
b. pemberian Kredit/Pembiayaan Investasi dan
Kredit/Pembiayaan Modal Kerja dapat dilakukan
bersamaan dalam KUR Mikro.
(2) Calon penerima KUR Mikro hanya dapat menerima KUR
Mikro dengan total akumulasi plafon KUR Mikro
termasuk suplesi atau perpanjangan paling banyak
sebesar Rp75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah)
dari Penyalur KUR.
Pasal 16
(1) Penyalur KUR Mikro wajib melakukan pengecekan calon
penerima KUR melalui Sistem Informasi Debitur Bank
Indonesia.
(2) Dalam hal calon penerima KUR Mikro berdasarkan
pengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih
memiliki baki debet kredit/pembiayaan produktif dan
kredit/pembiayaan program diluar KUR yang tercatat
pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia tetapi
yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman,
diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
lampiran cetakan rekening dari pemberi
kredit/pembiayaan sebelumnya.
Bagian Ketiga
Penyaluran KUR Ritel
Pasal 17
(1) KUR Ritel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf
b diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah diatas
Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) dan paling
banyak sebesar Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah).
(2) Suku bunga KUR Ritel sebesar 12% (dua belas
perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan dengan
suku bunga flat yang setara.
(3) Jangka waktu KUR Ritel:
a. paling lama 4 (empat) Tahun untuk
kredit/pembiayaan modal kerja;
b. paling lama 5 (lima) Tahun untuk
kredit/pembiayaan investasi; atau
c. paling lama 10 (sepuluh) tahun untuk
kredit/pembiayaan investasi khusus tanaman keras
dengan grace period yang disepakati oleh penyalur
KUR sesuai karakteristiknya.
(4) Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan,
tambahan kredit/pembiayaan (suplesi), dan
restrukturisasi KUR Ritel sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 18
(1) Calon penerima KUR Ritel adalah sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 huruf a, c, dan d.
(2) Calon penerima KUR Ritel harus mempunyai usaha
produktif dan layak yang telah berjalan minimum 6
(enam) bulan.
(3) Calon penerima KUR Ritel dapat sedang menerima
kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa kredit
kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, dan
kartu kredit, serta KUR dengan kolektabilitas lancar.
(4) Calon penerima KUR Ritel memiliki surat Izin Usaha
Mikro dan Kecil yang diterbitkan pemerintah daerah
setempat dan/atau surat izin lainnya.
Pasal 19
(5) Calon penerima KUR Ritel yang sedang menerima KUR
Ritel tetap dapat memperoleh tambahan
kredit/pembiayaan dengan total pinjaman sebesar
Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. untuk skema Kredit/Pembiayaan Investasi dengan
Kredit/Pembiayaan Investasi dan
Kredit/Pembiayaan Modal Kerja dengan
Kredit/Pembiayaan Modal Kerja diijinkan; dan
b. pemberian Kredit/Pembiayaan Investasi dan
Kredit/Pembiayaan Modal Kerja dapat dilakukan
bersamaan dalam program KUR Ritel.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(6) Calon penerima KUR Ritel hanya dapat menerima KUR
dengan total akumulasi plafon KUR Ritel termasuk
suplesi atau perpanjangan paling banyak sebesar
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dari Penyalur
KUR.
Pasal 20
(1) Penyalur KUR Ritel wajib melakukan pengecekan calon
penerima KUR melalui Sistem Informasi Debitur Bank
Indonesia;
(2) Dalam hal calon penerima KUR Ritel berdasarkan
pengecekan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masih
memiliki baki debet kredit/pembiayaan produktif dan
kredit/pembiayaan program diluar KUR yang tercatat
pada Sistem Informasi Debitur Bank Indonesia tetapi
yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman,
diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan
lampiran cetakan rekening dari pemberi
kredit/pembiayaan sebelumnya.
Bagian Keempat
Penyaluran KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Pasal 21
(1) KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c diberikan
kepada penerima KUR dengan jumlah paling banyak
sebesar Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah).
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(2) Suku bunga KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
sebesar 12% (duabelas perseratus) efektif pertahun atau
dapat disesuaikan dengan suku bunga flat yang setara.
(3) Jangka waktu KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
paling lama sama dengan masa kontrak kerja dan tidak
melebihi jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.
(4) Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan,
tambahan kredit/pembiayaan (suplesi), dan
restrukturisasi KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia sebagaimana tercantum dalam Lampiran III
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah ini.
Pasal 22
Pemerintah memberikan subsidi bunga dan biaya penagihan
(collection fee) KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.
Pasal 23
(1) Calon penerima KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia, mempunyai persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki Perjanjian Penempatan bagi TKI yang
ditempatkan oleh Pelaksana Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS); dan
b. memiliki Perjanjian Kerja dengan Pengguna bagi TKI
baik yang ditempatkan oleh Pelaksana Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), Pemerintah
atau TKI yang bekerja secara perseorangan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(2) Calon penerima KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia selain memiliki persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tetap harus memenuhi
persyaratan lainnya yang diperlukan dalam rangka
penempatan Tenaga Kerja Indonesia sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang penempatan
Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri.
Pasal 24
(1) Besar pinjaman KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia disesuaikan dengan Cost Stucture (Struktur
Biaya) yang ditetapkan oleh Kementerian
Ketenagakerjaan yang mencakup biaya untuk:
a. pengurusan dokumen jati diri;
b. pemeriksaan kesehatan dan psikologi;
c. pelatihan kerja dan sertifikasi kompetensi kerja;
dan/atau
d. biaya lain-lain.
(2) Nilai pinjaman KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
ditetapkan berdasarkan hasil analisis kredit oleh
penyalur KUR.
(3) Penyalur KUR dalam melakukan analisis kredit
memperhatikan kebijakan Pemerintah dan
perkembangan biaya penempatan yang berlaku.
Pasal 25
(1) Perjanjian Kredit bagi KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia dapat dilakukan bersamaan dengan
Perjanjian Penempatan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(2) Tenaga Kerja Indonesia difasilitasi oleh Penyalur KUR
untuk membuka rekening penerimaan gaji di Bank
Koresponden yang akan dimasukkan ke dalam
Perjanjian Kerja dengan memperhatikan ketentuan
hukum yang berlaku di masing-masing negara
penempatan.
(3) Pencairan KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
dilakukan setelah Tenaga Kerja Indonesia mendapatkan
kepastian penempatan terhadap pengguna dan
kepastian keberangkatan dan telah memiliki izin kerja di
negara tujuan.
BAB IV
PELAPORAN
Pasal 26
(1) Penyalur KUR wajib melaporkan pelaksanaan
penyaluran KUR kepada Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara reguler
setiap bulan, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh kantor pusat penyalur KUR melalui
Sistem Informasi Kredit Program.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga
disampaikan secara tertulis kepada Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
melalui Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian dengan format laporan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah ini.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditembuskan kepada Kementerian Keuangan dan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.
(5) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah dalam hal dipandang perlu dapat
meminta laporan tambahan kepada Penyalur KUR
dalam hal data/informasi yang diperlukan tidak tersedia
dalam Sistem Informasi Kredit Program.
BAB V
PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN EVALUASI
Pasal 27
(1) Kementerian/lembaga teknis dan pemerintah daerah
melakukan pembinaan teknis pelaksanaan KUR.
(2) Pembinaan oleh kementerian/lembaga teknis meliputi:
a. menetapkan kebijakan dan prioritas bidang usaha
yang akan menerima penjaminan KUR;
b. melakukan upload data calon penerima KUR
potensial untuk dapat dibiayai KUR ke dalam Sistem
Informasi Kredit Program;
c. mengidentifikasi data calon penerima KUR yang di-
upload oleh Penyalur KUR dan perusahaan
penjamin, sesuai sektor masing-masing ke dalam
Sistem Informasi Kredit Program;
d. melakukan pembinaan dan pendampingan usaha
baik yang sedang menerima KUR maupun yang
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
belum menerima KUR di sektornya masing-masing;
dan
e. memfasilitasi hubungan antara debitur dengan
pihak lainnya yang memberikan kontribusi dan
dukungan untuk kelancaran usaha.
(3) Pembinaan oleh pemerintah daerah melalui:
a. melakukan upload data calon penerima KUR
potensial untuk dapat dibiayai KUR ke dalam Sistem
Informasi Kredit Program dengan penanggungjawab
pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota;
b. mengidentifikasi data calon penerima KUR yang di-
upload oleh penyalur KUR dan perusahaan
penjamin, sesuai wilayah masing-masing ke dalam
Sistem Informasi Kredit Program;
c. mengalokasikan anggaran dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah untuk keperluan
pengembangan dan pendampingan usaha penerima
KUR di wilayah masing-masing.
(4) Khusus dalam rangka pembinaan pelaksanaan KUR
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia:
a. Kementerian Ketenagakerjaan:
1. menerbitkan ketentuan struktur biaya
penempatan Tenaga Kerja Indonesia;
2. mengawasi kinerja Pelaksana Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang
bekerjasama dengan Penyalur KUR; dan
3. menerbitkan daftar Pelaksana Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang
berkinerja baik untuk menjadi referensi
Penyalur KUR,
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
b. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia:
1. memfasilitasi pelatihan keuangan kepada
Tenaga Kerja Indonesia dan keluarganya
melalui kerjasama antar kementerian/lembaga
dan industri keuangan;
2. melakukan sosialisasi penyaluran KUR
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia kepada
para pihak terkait; dan
3. memfasilitasi kerjasama Penyalur KUR dan
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
Swasta (PPTKIS) dengan mitra kerja di negara
penempatan debitur KUR Penempatan Tenaga
Kerja Indonesia.
Pasal 28
Tingkat keberhasilan pelaksanaan KUR dinilai dari indikator
jumlah plafon KUR yang disalurkan, tingkat kredit
bermasalah (Non Performing Loan/NPL), jumlah debitur yang
menerima KUR, dan jumlah debitur berhasil mengalami
graduasi.
Pasal 29
(1) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah, melakukan pengawasan atas
pelaksanaan KUR sebagai tindakan yang bersifat
preventif.
(2) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan dan kinerja KUR paling kurang 1 (satu) kali
dalam 6 (enam) bulan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 30
(1) Dalam rangka efektivitas pengawasan pelaksanaan
KUR, dibentuk Forum Koordinasi Pengawasan KUR yang
beranggotakan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (koordinator), Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian, Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Keuangan,
Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Perindustrian, dan Otoritas
Jasa Keuangan.
(2) Rapat Forum Koordinasi Pengawasan KUR dilakukan
minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu) Tahun untuk
membahas pengawasan pelaksanaan KUR pada bulan
Juni dan Desember.
(3) Simpulan dan keputusan Rapat Forum Koordinasi
Pengawasan KUR disampaikan secara tertulis kepada
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah.
(4) Forum Koordinasi Pengawasan KUR menyusun ruang
lingkup, uraian pekerjaan dan tata tertib
penyelenggaraan Forum Koordinasi Pengawasan KUR.
Pasal 31
(1) Dalam hal laporan forum koordinasi pengawasan
mengindikasikan adanya penyimpangan yang material,
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah menugaskan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan untuk melakukan
pengawasan tujuan tertentu yang berkoordinasi dengan
Otoritas Jasa Keuangan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(2) Kriteria pengawasan tujuan tertentu tersebut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam
kerangka acuan.
Pasal 32
(1) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah berdasarkan laporan Otoritas Jasa
Keuangan, menghentikan penyaluran KUR dalam hal
Penyalur KUR memiliki tingkat kredit/pembiayaan
bermasalah (Non Performing Loan/NPL)) atas 5% (lima
perseratus) selama 6 (enam) bulan secara berturut-
turut.
(2) Penghentian penyaluran KUR sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada
Penyalur KUR dengan tembusan kepada Otoritas Jasa
Keuangan.
(3) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah dapat memberikan persetujuan kembali
kepada Penyalur KUR untuk menyalurkan KUR yang
dihentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
hal tingkat kredit/pembiayaan bermasalah (Non
Performing Loan/NPL) penyalur KUR telah menurun
menjadi di bawah 5% (lima perseratus) selama 3 (tiga)
bulan berturut-turut dan mendapatkan rekomendasi
dari Otoritas Jasa Keuangan.
(4) Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah memberikan teguran tertulis kepada
Penyalur KUR yang melakukan tindakan tidak sesuai
dengan ketentuan Pedoman Pelaksanaan KUR kepada
Otoritas Jasa Keuangan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(5) Dalam hal teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tidak ditindaklanjuti dalam waktu dua bulan,
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah dapat menghentikan kepesertaan
Penyalur KUR.
BAB VI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 33
(1) Masing-masing Penyalur KUR, Penjamin KUR, dan
kementerian/lembaga teknis menyusun Pedoman
Penyaluran dan Pengawasan Pelaksanaan KUR yang
bersifat internal.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyangkut capaian plafon sektoral maupun Bank serta
NPL, dan kepatuhan terhadap ketentuan Pedoman
Pelaksanaan KUR.
Pasal 34
(1) Penyalur KUR sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Korodinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 170 Tahun 2015
tentang Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat Mikro dan
Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat Mikro
dinyatakan sebagai Penyalur KUR sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(2) Perusahaan penjamin sebagaimana ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Korodinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 170 Tahun 2015
tentang Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat Mikro dan
Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat Mikro
dinyatakan sebagai Perusahaan Penjamin KUR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 35
(1) Segala perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh
Penyalur KUR dan perusahaan penjamin berdasarkan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 6 Tahun 2015
tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat
tetap berlaku dan mengikat para pihak sampai masa
berlakunya perjanjian kerjasama berakhir.
(2) Perpanjangan, suplesi, dan restrukturisasi atas KUR
yang telah disalurkan sebelum berlakunya Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah ini mengikuti ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 36
(1) Pada saat Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini
mulai berlaku, Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat, dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
(2) Peraturan dan/atau ketentuan pelaksanaan yang
didasarkan pada Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Nomor 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti
dengan peraturan yang baru, berdasarkan Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah ini.
Pasal 37
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku
Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku sejak tanggal
diundangkan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 26 Oktober 2015
DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 1604
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU
KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH
NOMOR TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
USAHA RAKYAT
RINCIAN USAHA PRODUKTIF PER SEKTOR EKONOMI
Sektor yang dibiayai KUR (mengacu pada Laporan Bank Umum 19 sektor ekonomi)
1) Sektor Pertanian: Seluruh usaha di sektor pertanian (sektor 1).
2) Perikanan: Seluruh usaha di sektor perikanan (sektor 2).
3) Industri Pengolahan: Seluruh usaha di sektor Industri Pengolahan (sektor 4), termasuk industri
kreatif di bidang media rekaman, film, dan video.
4) Perdagangan: Seluruh usaha di sektor perdagangan (sektor 7).
5) Jasa-jasa: Seluruh usaha: sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan (sektor
8), sektor transportasi – pergudangan - dan komunikasi (sektor 9), sektor real
estate - usaha persewaan - jasa perusahaan (sektor 11), sektor jasa pendidikan
(sektor 13).
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU
KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH
NOMOR TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
USAHA RAKYAT
POLA PENYALURAN KUR MELALUI LEMBAGA LINKAGE
1. KUR melalui lembaga Linkage dengan Pola Channeling:
a. Lembaga linkage adalah lembaga berbadan hukum yang dapat
menerus-pinjamkan KUR dari Penyalur KUR kepada penerima KUR
berdasarkan perjanjian kerja sama. Lembaga linkage meliputi
Koperasi Sekunder, Koperasi Primer, Bank Perkreditan Rakyat/
Bank Perkreditan Rakyat Syariah, perusahaan pembiayaan,
perusahaan modal ventura, Lembaga Keuangan Mikro pola
konvensional atau syariah, lembaga keuangan bukan bank lainnya,
dan kelompok usaha.
SIKP
Perusahaan Penjaminan
Penyalur KUR
Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah
Lembaga
Linkage
Calon Debitur
a
b
f
g
d c
e
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
b. Calon penerima KUR memberikan kuasa kepada pengurus Lembaga
Linkage untuk mengajukan permohonan kredit/pembiayaan
kepada Penyalur KUR;
c. Lembaga Linkage mewakili calon penerima KUR mengajukan
permohonan kredit/pembiayaan kepada Penyalur KUR.
d. Penyalur KUR meng-upload data calon penerima KUR yang
diberikan oleh Lembaga Linkage ke Sistem Informasi Kredit
Program.
e. Kementerian/lembaga teknis dan/atau Pemerintah Daerah dapat
melakukan identifikasi data calon penerima KUR di sektor dan/atau
wilayah masing-masing yang diajukan oleh Lembaga Linkage yang
di-upload oleh Penyalur KUR dan penjamin KUR namun tidak
mempengaruhi proses penyaluran KUR.
f. Penyalur KUR memproses kelayakan kredit/pembiayaan awal.
g. Penyalur KUR menyalurkan kredit/pembiayaan kepada calon
debitur yang memenuhi persyaratan kelayakan kredit oleh Penyalur
KUR.
h. Penyalur KUR melakukan proses penjaminan kredit penerima KUR
kepada perusahaan penjamin.
2. KUR melalui lembaga Linkage dengan Pola Executing:
SIKP
Perusahaan Penjaminan
Penyalur KUR
Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah
Lembaga
Linkage
Calon Debitur
a
b
f
h
d c
e
g
b
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
a. Calon penerima KUR memberikan kuasa kepada pengurus
Lembaga Linkage untuk:
1) mengajukan permohonan kredit/pembiayaan kepada Penyalur
KUR;
2) mengajukan penjaminan kepada Perusahaan Penjamin;
3) menjaminkan agunan kepada penyalur KUR.
b. Lembaga Linkage mewakili calon penerima KUR mengajukan
permohonan kredit/pembiayaan kepada penyalur KUR.
c. Penyalur KUR meng-upload data calon penerima KUR yang
diberikan oleh Lembaga Linkage ke Sistem Informasi Kredit
Program.
d. Kementerian/lembaga teknis dan/atau Pemerintah Daerah dapat
melakukan identifikasi data calon penerima KUR di sektor dan/atau
wilayah masing-masing yang diajukan oleh Lembaga Linkage yang
di-upload oleh penyaluir KUR dan perusahaan penjamin namun
tidak mempengaruhi proses penyaluran KUR.
e. Penyalur KUR memproses kelayakan kredit/pembiayaan awal.
f. Penyalur KUR menyalurkan Kredit/Pembiayaan kepada Lembaga
Linkage yang memenuhi persyaratan kelayakan kredit oleh
Penyalur KUR.
g. Lembaga linkage menyalurkan kredit/pembiayaan yang diterima
dari Penyalur KUR berdasarkan daftar calon penerima KUR
potensialnya.
h. Penyalur KUR mengajukan permohonan penerbitan Sertifikat
Penjaminan atas penyaluran kredit/pembiayaan kepada Lembaga
linkage. Perusahaan Penjamin menerbitkan Sertifikat Penjaminan
atas penerima KUR yang telah diberikan penyaluran
Kredit/Pembiayaan.
3. Pengaturan Penyaluran KUR Mikro melalui Lembaga Linkage dengan
pola executing diatur sebagai berikut:
a. Lembaga linkage yang sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dari
perbankan tetap diperbolehkan, kecuali Kredit Program.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
b. Lembaga linkage tersebut tidak sedang memperoleh Kredit Program
termasuk KUR.
c. Kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan lembaga linkage
dikecualikan dari kriteria debitur penerima KUR.
d. KUR yang diberikan oleh Penyalur KUR kepada lembaga linkage
wajib diteruspinjamkan kepada calon debitur yang sudah terdaftar
di SIKP dan dapat dilakukan secara bertahap.
e. Jumlah KUR Mikro yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah
sesuai dengan daftar nominatif calon penerima KUR yang diajukan
oleh lembaga linkage.
f. Suku bunga dan plafon kredit/pembiayaan dari lembaga linkage
kepada Usaha Mikro dan Kecil ditetapkan maksimum sebesar 12%
(dua belas perseratus) efektif pertahun dan maksimal
Rp25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah) per debitur.
g. Lembaga linkage bertanggung jawab atas pengembalian KUR yang
diterima dari Bank Pelaksana.
4. KUR Mikro yang disalurkan kepada lembaga linkage dengan pola
channeling diatur sebagai berikut:
a. Lembaga linkage yang sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dari
perbankan tetap diperbolehkan.
b. Jumlah KUR Mikro yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah
sesuai dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan oleh
lembaga linkage.
c. Plafon, suku bunga dan jangka waktu KUR melalui lembaga linkage
kepada debitur mengikuti ketentuan KUR Mikro.
d. Penerima KUR Mikro bertanggungjawab atas pengembalian KUR
Mikro.
e. Jumlah kredit/pembiayaan yang dijamin oleh Perusahaan
Penjamin adalah sesuai dengan yang diterima oleh penerima KUR
Mikro.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
5. Pengaturan Penyaluran KUR Ritel melalui lembaga linkage dengan pola
Executing diatur sebagai berikut:
a. Lembaga linkage yang sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dari
perbankan tetap diperbolehkan, kecuali Kredit Program.
b. Lembaga linkage tersebut tidak sedang memperoleh Kredit Program
termasuk KUR.
c. Kekayaan bersih dan hasil penjualan tahunan lembaga linkage
dikecualikan dari kriteria debitur penerima KUR.
KUR yang diberikan oleh Penyalur KUR kepada lembaga linkage
wajib diteruspinjamkan kepada calon yang sudah terdaftar di SIKP
dan dapat dilakukan secara bertahap.
d. Jumlah KUR Ritel yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah sesuai
dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan oleh lembaga
linkage.
e. Suku bunga dan plafon kredit/pembiayaan dari lembaga linkage
kepada Usaha Mikro dan Kecil ditetapkan maksimal sebesar 12%
(dua belas perseratus) efektif pertahun dan maksimum
Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) per debitur.
f. Lembaga linkage bertanggung jawab atas pengembalian KUR yang
diterima dari Penyalur KUR.
6. KUR Ritel yang disalurkan kepada lembaga linkage dengan pola
channeling diatur sebagai berikut:
a. Lembaga linkage yang sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dari
perbankan tetap diperbolehkan.
b. Jumlah KUR Ritel yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah sesuai
dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan oleh lembaga
linkage.
c. Plafon, suku bunga dan jangka waktu KUR melalui lembaga linkage
kepada debitur mengikuti ketentuan KUR Ritel.
d. Debitur KUR Ritel bertanggung-jawab atas pengembalian KUR Ritel.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
e. Jumlah kredit/pembiayaan yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin
adalah sesuai dengan yang diterima oleh penerima KUR Ritel.
7. KUR Penempatan TKI yang disalurkan melalui lembaga linkage
dengan pola channeling atau sindikasi (joint financing)
Dalam rangka memberikan kemudahan akses kepada para TKI dalam
melakukan perikatan atau akad serta melakukan angsuran, maka
perbankan memberikan kuasa kepada pengurus lembaga linkage
untuk:
a. Melakukan proses verifikasi dan administrasi mewakili Penyalur
KUR.
b. Melakukan proses perikatan mewakili Penyalur KUR.
c. Melakukan proses angsuran menggunakan mitra usaha penagihan
di Negara penempatan mewakili Penyalur KUR.
Mekanisme pengaturannya sebagai berikut :
a. Lembaga linkage mewakili Tenaga Kerja Indonesia mengajukan
permohonan kredit kepada Penyalur KUR.
b. Penyalur KUR melakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur
dan melakukan analisa kelayakan. Dalam hal dinyatakan layak,
maka Penyalur KUR memberikan persetujuan kredit/pembiayaan
tersebut dengan mekanisme sebagai berikut:
1) Berdasarkan kuasa dari Penyalur KUR, maka lembaga linkage
menandatangi perjanjian Kredit/Pembiayaan dengan Tenaga
Kerja Indonesia; atau
Perusahaan Penjaminan
Penyalur KUR
Lembaga
Linkage d
c
a
Calon Debitur
Memberi Kuasa
b
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
2) Berdasarkan kuasa dari Penyalur KUR, maka lembaga linkage
melakukan penagihan di Negara Penempatan melalui Mitra
Usaha Penagihan.
c. Penyalur KUR mengajukan permohonan penjaminan kepada
perusahaan penjamin. Perusahaan penjamin menerbitkan
Sertifikat Penjaminan atas nama masing-masing TKI.
d. Lembaga linkage meneruspinjamkan kredit/pembiayaan yang
diterima dari Penyalur KUR kepada debitur KUR Penempatan
Tenaga Kerja Indonesia. Debitur KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia melakukan pembayaran kewajiban kredit/pembiayaan
kepada Penyalur KUR melalui Mitra Usaha Penagihan lembaga
linkage.
e. Dalam hal pelaksanaannya, diperbolehkan untuk melakukan
mekanisme sindikasi (joint financing) yang disepakati bersama
antara Penyalur KUR dengan lembaga linkage yang menggunakan
mekanisme Penyalur KUR.
8. KUR Penempatan TKI yang disalurkan melalui lembaga linkage
dengan pola executing
SIKP
Perusahaan Penjaminan
Penyalur KUR
Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah
Lembaga
Linkage
Calon Debitur
a
b
f
h
d c
e
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Mekanisme penyaluran KUR melalui lembaga linkage dengan pola
Executing sebagai berikut :
a. Tenaga Kerja Indonesia mengajukan permohonan kredit kepada
lembaga linkage.
b. Lembaga linkage dapat melanjutkan permohonan Tenaga Kerja
Indoensia tersebut kepada Penyalur KUR atau Perusahaan
Penjamin atau Kementerian Teknis atau Pemerintah Daerah
c. Kementerian teknis/Pemda memasukan data Tenaga Kerja
Indoensia ke Sistem Informasi Kredit Program.
d. Penyalur KUR mendownload data Tenaga Kerja Indonesia.
e. Kementerian teknis/ Pemerintah Daerah memantau kemajuan
pengajuan kredit.
f. Penyalur KUR memproses pengajuan kredit dan menyalurkan KUR
kepada lembaga linkage apabila memenuhi persyaratan.
g. Lembaga linkage menyalurkan KUR kepada Tenaga Kerja Indonesia.
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI
KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA
KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH
NOMOR TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
USAHA RAKYAT
JANGKA WAKTU, PERPANJANGAN, SUPLESI, DAN RESTRUKTURISASI
1. Jangka waktu, Perpanjangan, Tambahan Kredit/Pembiayaan (Suplesi),
dan Restrukturisasi KUR Mikro ditetapkan sebagai berikut :
a. Jangka waktu KUR Mikro maksimum 3 (tiga) tahun untuk
kredit/pembiayaan modal kerja dan maksimum 5 (lima) tahun untuk
kredit/pembiayaan investasi.
b. Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi, atau restrukturisasi,
maka jangka waktu sebagaimana diatur dalam angka (1) khusus untuk
kredit/pembiayaan modal kerja dapat diperpanjang menjadi maksimal
6 (enam) tahun dan untuk kredit/pembiayaan investasi dapat
diperpanjang menjadi maksimal 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
tanggal perjanjian kredit/pembiayaan awal.
c. Total akumulasi plafon termasuk suplesi atau perpanjangan maksimal
Rp75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) per penerima KUR.
d. Penerima KUR Mikro yang bermasalah dimungkinkan untuk
direstrukturisasi sesuai ketentuan yang berlaku di penyalur KUR,
dengan ketentuan diperbolehkan penambahan plafon pinjaman KUR
Mikro sesuai dengan pertimbangan penyalur KUR masing-masing.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
2. Jangka waktu, Perpanjangan, Tambahan Kredit/Pembiayaan (Suplesi),
dan Restrukturisasi KUR Ritel ditetapkan sebagai berikut :
a. Jangka waktu KUR Ritel maksimum 4 (empat) tahun untuk
kredit/pembiayaan modal kerja dan maksimum 5 (lima) tahun untuk
kredit/pembiayaan investasi.
b. Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi, atau restrukturisasi,
maka jangka waktu sebagaimana diatur dalam angka 1 khusus untuk
kredit/pembiayaan modal kerja dapat diperpanjang menjadi
maksimum 8 (delapan) tahun dan untuk kredit/pembiayaan investasi
dapat diperpanjang menjadi maksimum 10 (sepuluh) tahun terhitung
sejak tanggal perjanjian kredit/pembiayaan awal.
c. Jangka waktu KUR Ritel untuk sektor tanaman keras maksimum 10
(sepuluh) tahun dengan grace period yang disepakati oleh Penyalur
KUR sesuai karakteristiknya.
d. Total akumulasi plafon termasuk suplesi atau perpanjangan maksimal
Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) per debitur.
e. Penerima KUR Ritel yang bermasalah dimungkinkan untuk
direstrukturisasi sesuai ketentuan yang berlaku di penyalur KUR,
dengan ketentuan diperbolehkan penambahan plafon pinjaman KUR
Ritel sesuai dengan pertimbangan penyalur KUR masing-masing.
MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI
KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA
KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH
NOMOR TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
USAHA RAKYAT
FORMAT LAPORAN KUR
1. Format laporan sebagai berikut:
a. Realisasi total penyaluran dan baki debet dari KUR, termasuk jumlah
debiturnya.
b. Realisasi penyaluran KUR menurut sektor ekonomi, termasuk jumlah
debiturnya.
c. Realisasi penyaluran KUR menurut provinsi, termasuk jumlah
debiturnya.
d. Realisasi total penyaluran KUR dari Lembaga Linkage kepada debitur
menurut pola channeling dan pola executing, termasuk jumlah
Lembaga Linkage dan jumlah debiturnya.
e. Jumlah Kredit Bermasalah (Non Performing Loan = NPL), termasuk
jumlah debitur, sektor ekonomi, dan provinsi.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
2. Laporan sebagaimana dimaksud berisi data posisi akhir bulan dan
disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
3. Komite Kebijakan Pembiayaan bagi UMKM dapat meminta laporan
tambahan dari Penyalur KUR dalam hal data/informasi yang diperlukan
tidak tersedia dalam SIKP.
MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
SALINAN
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 8 TAHUN 2015
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK
INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan dan perluasan
pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat dengan tetap
meningkatkan tata kelola yang baik (good governance)
perlu dilakukan perubahan Pedoman Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku
Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun
2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha
Rakyat;
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
2. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 9);
3. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah sebagaimana diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Komite
Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah;
4. Keputusan Presiden Nomor 79/P tahun 2015 tentang
Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja
Periode Tahun 2014-2019;
5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
768);
6. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun
2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha
Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1604);
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN
MENENGAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH NOMOR 8 TAHUN
2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA
RAKYAT.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor
8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha
Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1604) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga Pasal 3 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 3
(1) Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau
badan usaha yang melakukan usaha yang
produktif, yaitu:
a. usaha mikro, kecil, dan menengah;
b. calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan
bekerja di luar negeri;
c. calon pekerja magang di luar negeri;
d. anggota keluarga dari karyawan/karyawati
yang berpenghasilan tetap atau bekerja
sebagai Tenaga Kerja Indonesia;
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
e. Tenaga Kerja Indonesia yang purna bekerja di
luar negeri; dan
f. Pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan
Kerja.
(2) Usaha produktif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah ini.
2. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga Pasal 4 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 4
(1) Penyalur KUR adalah bank atau lembaga
keuangan bukan bank yang telah memenuhi
persyaratan sebagai Penyalur KUR.
(2) Persyaratan sebagai Penyalur KUR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. bank dan/atau lembaga keuangan bukan
bank yang sehat dan berkinerja baik;
b. melakukan kerja sama dengan Perusahaan
Penjamin dalam penyaluran KUR; dan
c. memiliki online system data KUR dengan
Sistem Informasi Kredit Program.
(3) Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang
berminat sebagai Penyalur KUR:
a. mengajukan kepada Otoritas Jasa Keuangan
untuk dapat dinyatakan memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a; dan
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
b. mengajukan kepada Kementerian Keuangan
untuk dapat dinyatakan memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b dan huruf c.
(4) Pengajuan pemenuhan persyaratan kepada
Kementerian Keuangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b hanya dapat dilakukan
apabila bank atau lembaga keuangan bukan bank
telah ditetapkan memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a oleh
Otoritas Jasa Keuangan.
(5) Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan pengajuan
dari bank atau lembaga keuangan bukan bank
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
menetapkan bank atau lembaga keuangan bukan
bank telah memenuhi atau tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a.
(6) Penetapan Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada bank
atau lembaga keuangan bukan bank
bersangkutan dan kepada Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah, Kementerian Keuangan, dan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
(7) Kementerian Keuangan berdasarkan pengajuan
dari bank atau lembaga keuangan bukan bank
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
menetapkan bank atau lembaga keuangan bukan
bank telah memenuhi atau tidak memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dan huruf c.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(8) Penetapan Kementerian Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) disampaikan kepada bank
atau lembaga keuangan bukan bank
bersangkutan dan kepada Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah, Otoritas Jasa Keuangan, dan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
(9) Otoritas Jasa Keuangan melakukan penilaian
berkala kepada bank atau lembaga keuangan
bukan bank yang telah ditetapkan sebagai
Penyalur KUR atas kesehatan dan kinerja bank
atau lembaga keuangan bukan bank sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a.
(10) Berdasarkan penilaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (9), Otoritas Jasa Keuangan dapat
menetapkan bank atau lembaga keuangan bukan
bank tidak memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan hasil
penetapan tersebut disampaikan kepada bank
atau lembaga keuangan bukan bank
bersangkutan dan kepada Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah, Kementerian Keuangan, dan
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
(11) Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang
dinyatakan tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) tidak dapat
dan berhenti sebagai Penyalur KUR.
(12) Bank atau lembaga keuangan bukan bank yang
telah berhenti sebagai Penyalur KUR sebagaimana
dimaksud pada ayat (11) dapat mengajukan
kembali sebagai Penyalur KUR dengan memenuhi
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a.
3. Lampiran II pada ayat (2) Pasal 5 diubah.
4. Diantara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 7 disisipkan 1 (satu)
ayat yaitu ayat (1a) dan ayat (2) diubah, sehingga Pasal
7 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7
(1) Penyaluran KUR oleh Penyalur KUR mengacu kepada
basis data yang tercantum dalam Sistem Informasi
Kredit Program yang disusun oleh Kementerian
Keuangan.
(1a) Sistem Informasi Kredit Program sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun secara bertahap, yang
penahapannya ditetapkan oleh Kementerian
Keuangan.
(2) Kementerian Keuangan dalam menyusun Sistem
Informasi Kredit Program sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mendapatkan dukungan basis data dari
kementerian/lembaga teknis, pemerintah daerah,
penyalur KUR, dan perusahaan Penjamin KUR.
5. Ketentuan Pasal 13 ayat (2) dan ayat (4) diubah,
sehingga Pasal 13 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13
(1) KUR Mikro sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 huruf a diberikan kepada penerima KUR
dengan jumlah paling banyak sebesar
Rp25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah).
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(2) Suku bunga KUR Mikro sebesar 9% (sembilan
perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan
dengan suku bunga flat/anuitas yang setara.
(3) Jangka waktu KUR Mikro:
a. paling lama 3 (tiga) tahun untuk
kredit/pembiayaan modal kerja; atau
b. paling lama 5 (lima) tahun untuk
kredit/pembiayaan investasi.
(4) Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan,
tambahan kredit/pembiayaan (suplesi), dan
restrukturisasi KUR Mikro sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah ini.
6. Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga Pasal 14 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 14
(1) Calon penerima KUR Mikro adalah sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf a, d, e, dan
f.
(2) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf a, d, dan e
harus mempunyai usaha produktif dan layak yang
telah berjalan minimum 6 (enam) bulan.
(3) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf f telah
mengikuti pelatihan kewirausahaan dan telah
memiliki usaha selama minimum 3 (tiga) bulan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(4) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat sedang menerima
kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa
kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan
bermotor, dan kartu kredit, serta KUR dengan
kolektabilitas lancar.
(5) Calon penerima KUR Mikro sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) memiliki surat
Izin Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan
pemerintah daerah setempat dan/atau surat izin
lainnya.
7. Ketentuan Pasal 17 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
diubah, sehingga Pasal 17 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 17
(1) KUR Ritel sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
huruf b diberikan kepada penerima KUR dengan
jumlah diatas Rp25.000.000 (dua puluh lima juta
rupiah) dan paling banyak sebesar Rp500.000.000
(lima ratus juta rupiah).
(2) Suku bunga KUR Ritel sebesar 9% (sembilan
perseratus) efektif pertahun atau disesuaikan
dengan suku bunga flat/anuitas yang setara.
(3) Jangka waktu KUR Ritel sebagai berikut:
d. paling lama 4 (empat) Tahun untuk
kredit/pembiayaan modal kerja; atau
e. paling lama 5 (lima) Tahun untuk
kredit/pembiayaan investasi.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(4) Ketentuan jangka waktu terkait perpanjangan,
tambahan kredit/pembiayaan (suplesi), dan
restrukturisasi KUR Ritel diatur dalam Lampiran
III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah ini.
8. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 18
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 18
(1) Calon penerima KUR Ritel adalah sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 ayat (1) huruf a, d, dan e.
(2) Calon penerima KUR Ritel harus mempunyai
usaha produktif dan layak yang telah berjalan
minimum 6 (enam) bulan.
(3) Calon penerima KUR Ritel dapat sedang menerima
kredit/pembiayaan lainnya antara lain berupa
kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan
bermotor, dan kartu kredit, serta KUR dengan
kolektabilitas lancar.
(4) Calon penerima KUR Ritel memiliki surat Izin
Usaha Mikro dan Kecil yang diterbitkan
pemerintah daerah setempat dan/atau surat izin
lainnya.
9. Ketentuan Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) diubah,
sehingga Pasal 21 berbunyi sebagai berikut:
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 21
(1) KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c
diberikan kepada penerima KUR dengan jumlah
paling banyak sebesar Rp25.000.000 (dua puluh
lima juta rupiah).
(2) Suku bunga KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia sebesar 9% (sembilan perseratus) efektif
pertahun atau dapat disesuaikan dengan suku
bunga flat/anuitas yang setara.
(3) Jangka waktu KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia paling lama sama dengan masa kontrak
kerja dan tidak melebihi jangka waktu paling lama
3 (tiga) tahun.
10. Ketentuan Pasal 23 diubah, sehingga Pasal 23 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 23
(1) Calon penerima KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia adalah sebagaimana dimaksud pada
Pasal 3 ayat (2) huruf b dan c.
(2) Calon penerima KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia, mempunyai persyaratan sebagai
berikut:
a. memiliki Perjanjian Penempatan bagi TKI
yang ditempatkan oleh Pelaksana
Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta
(PPTKIS); dan
b. memiliki Perjanjian Kerja dengan Pengguna
bagi TKI baik yang ditempatkan oleh
Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia Swasta (PPTKIS), Pemerintah atau
TKI yang bekerja secara perseorangan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(3) Calon penerima KUR Penempatan Tenaga Kerja
Indonesia selain memiliki persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap harus
memenuhi persyaratan lainnya yang diperlukan
dalam rangka penempatan Tenaga Kerja Indonesia
dan Pekerja Magang sesuai ketentuan peraturan
Kementerian/Lembaga yang membina tenaga
kerja.
11. Ketentuan Pasal 30 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 30
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 30
(1) Dalam rangka efektivitas pengawasan
pelaksanaan KUR, dibentuk Forum Koordinasi
Pengawasan KUR yang beranggotakan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(koordinator), Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian
Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Kementerian
Perindustrian, Kementerian Tenaga Kerja, Badan
Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga
Kerja Indonesia, dan Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Rapat Forum Koordinasi Pengawasan KUR
dilakukan minimal 2 (dua) kali dalam 1 (satu)
Tahun untuk membahas pengawasan
pelaksanaan KUR pada bulan Juni dan Desember.
(3) Simpulan dan keputusan Rapat Forum Koordinasi
Pengawasan KUR disampaikan secara tertulis
kepada Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(4) Forum Koordinasi Pengawasan KUR menyusun
ruang lingkup, uraian pekerjaan dan tata tertib
penyelenggaraan Forum Koordinasi Pengawasan
KUR.
12. Ketentuan Pasal 33 diubah, sehingga Pasal 33 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 33
(1) Masing-masing Penyalur KUR, Penjamin KUR, dan
kementerian/lembaga teknis menyusun Petunjuk
Teknis Penyaluran dan Pengawasan KUR.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyangkut capaian plafon sektoral maupun
bank atau lembaga keuangan non bank, serta, dan
kepatuhan terhadap ketentuan Pedoman
Pelaksanaan KUR.
Pasal II
1. Pada saat Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini
mulai berlaku:
a. Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Nomor 188 Tahun 2015 tentang
Penyalur Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan
Penjamin Kredit Usaha Rakyat dinyatakan tetap
berlaku sepanjang belum ada perubahan oleh
Otoritas Jasa Keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4;
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
b. segala perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh
Penyalur KUR dan Penjamin KUR berdasarkan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604)
tetap berlaku dan mengikat para pihak sampai
masa berlakunya perjanjian kerjasama berakhir;
dan
c. perpanjangan, suplesi, dan restrukturisasi atas
KUR yang telah disalurkan berdasarkan Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku
Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015
tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha
Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1604) tetap mengikat para pihak
sampai masa berlakunya perjanjian kredit
berakhir.
2. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 2016.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri Koordinator Bidang
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2015
MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 Januari 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 48
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN SELAKU
KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
USAHA RAKYAT
RINCIAN USAHA PRODUKTIF PER SEKTOR EKONOMI
Sektor yang dibiayai KUR (mengacu pada Laporan Bank Umum 19 sektor
ekonomi)
1) Sektor Pertanian:
Seluruh usaha di sektor pertanian (sektor 1), termasuk tanaman pangan,
tanaman hortikultura, perkebunan, dan peternakan).
2) Perikanan:
Seluruh usaha di sektor perikanan (sektor 2), termasuk penangkapan dan
pembudidayaan ikan).
3) Industri Pengolahan:
Seluruh usaha di sektor Industri Pengolahan (sektor 4), termasuk industri
kreatif di bidang periklanan, fesyen, film, animasi, video, dan alat mesin
pendukung kegiatan ketahanan pangan.
4) Perdagangan:
Seluruh usaha di sektor perdagangan (sektor 7), termasuk kuliner dan
pedagang eceran.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
5) Jasa-jasa:
Seluruh usaha: sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan
(sektor 8), sektor transportasi – pergudangan - dan komunikasi (sektor 9),
sektor real estate - usaha persewaan - jasa perusahaan (sektor 11), sektor
jasa pendidikan (sektor 13), sektor jasa kemasyarakatan – sosial budaya
– hiburan – perorangan lainnya (sektor 15).
MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI
KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA
KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
USAHA RAKYAT
POLA PENYALURAN KUR MELALUI LEMBAGA LINKAGE
1. Ketentuan Umum KUR melalui lembaga Linkage
a. Lembaga linkage adalah lembaga berbadan hukum yang dapat
menerus-pinjamkan KUR dari Penyalur KUR kepada penerima KUR
berdasarkan perjanjian kerja sama. Lembaga linkage meliputi
Koperasi Sekunder, Koperasi Primer, Bank Perkreditan Rakyat/
Bank Perkreditan Rakyat Syariah, perusahaan pembiayaan,
perusahaan modal ventura, Lembaga Keuangan Mikro pola
konvensional atau syariah, lembaga keuangan bukan bank lainnya,
dan kelompok usaha.
b. Penyalur KUR meng-upload data calon penerima KUR yang
diberikan oleh Lembaga Linkage ke Sistem Informasi Kredit
Program.
c. Perusahaan Penjamin menerbitkan Sertifikat Penjaminan atas
nama UMKM Penerima KUR yang telah diberikan penyaluran
kredit/pembiayaan.
d. Suku bunga dari lembaga linkage kepada Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah ditetapkan maksimum sebesar 9% (sembilan perseratus)
efektif pertahun untuk KUR Mikro, KUR Ritel, dan KUR
Penempatan TKI.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
e. Kementerian/lembaga teknis dan/atau Pemerintah Daerah dapat
melakukan identifikasi data calon penerima KUR di sektor
dan/atau wilayah masing-masing yang diajukan oleh Lembaga
Linkage yang di-upload oleh Penyalur KUR dan penjamin KUR
namun tidak mempengaruhi proses penyaluran KUR.
f. Lembaga linkage yang sedang memperoleh Kredit/Pembiayaan dari
perbankan tetap diperbolehkan.
g. Jumlah KUR yang disalurkan oleh Penyalur KUR adalah sesuai
dengan daftar nominatif calon debitur yang diajukan oleh lembaga
linkage.
h. Plafon, suku bunga dan jangka waktu KUR melalui lembaga linkage
kepada debitur mengikuti ketentuan KUR.
i. Pengaturan lebih lanjut terkait penyaluran KUR melalui lembaga
Linkage dengan Pola Channelling dan Pola Executing sesuai
kesepakatan Penyalur KUR atau Lembaga Linkage.
2. KUR melalui lembaga Linkage pola Channeling:
a. Calon Debitur memberikan kuasa kepada pengurus Lembaga
Linkage untuk mengajukan permohonan kredit/pembiayaan
kepada Penyalur KUR;
b. Lembaga Linkage mewakili Calon Debitur mengajukan permohonan
kredit/pembiayaan kepada Penyalur KUR.
SIKP
Perusahaan Penjaminan
Penyalur KUR
Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah
Lembaga
Linkage
Calon Debitur
a
b
f
g
d c
e
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
c. Penyalur KUR mengupload data Calon Debitur KUR yang diberikan
oleh Lembaga Linkage ke SIKP.
d. Kementerian Teknis dan/atau Pemerintah Daerah dapat
melakukan identifikasi data Calon Debitur di sektor dan/atau
wilayah masing-masing melalui SIKP namun tidak mempengaruhi
proses penyaluran KUR.
e. Penyalur KUR memproses kelayakan kredit/pembiayaan awal.
f. Penyalur KUR menyalurkan kredit/pembiayaan kepada calon
debitur yang memenuhi persyaratan kelayakan kredit melalui
Lembaga Linkage.
g. Penyalur KUR melakukan proses penjaminan kredit Debitur
kepada Perusahaan Penjamin.
3. KUR melalui Lembaga Linkage pola Executing:
a. Calon penerima KUR mengajukan permohonan kredit/pembiayaan
kepada Lembaga Linkage;
b. Lembaga Linkage menyampaikan data Calon Debitur kepada
Penyalur KUR.
c. Penyalur KUR meng-upload data calon penerima KUR yang
diberikan oleh Lembaga Linkage ke Sistem Informasi Kredit
Program.
SIKP
Perusahaan Penjaminan
Penyalur KUR
Kementerian Teknis / Pemerintah Daerah
Lembaga
Linkage
Calon Debitur
a
b
f
h
d c
e
g
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
d. Kementerian Teknis dan/atau Pemerintah Daerah dapat
melakukan identifikasi data Calon Debitur di sektor dan/atau
wilayah masing-masing melalui Sistem Informasi Kredit Program
namun tidak mempengaruhi proses penyaluran KUR.
e. Penyalur KUR mendapat konfirmasi data Calon Debitur KUR
tercatat dalam Sistem Informasi Kredit Program (SIKP).
f. Setelah mendapat konfirmasi SIKP, Penyalur KUR menyalurkan
kredit dan menginformasikan kepada Lembaga Linkage untuk
memproses kelayakan kredit/pembiayaan awal.
g. Lembaga Linkage menyalurkan KUR kepada Calon Debitur.
h. Penyalur KUR mengajukan Penjaminan kepada Perusahaan
Penjamin.
MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI
KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA
KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN
BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH
NOMOR 13 TAHUN 2015
TENTANG
PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT
USAHA RAKYAT
JANGKA WAKTU, PERPANJANGAN, SUPLESI, DAN RESTRUKTURISASI
1. Jangka waktu, Perpanjangan, Tambahan Kredit/Pembiayaan (Suplesi),
dan Restrukturisasi KUR Mikro ditetapkan sebagai berikut :
a. Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi, atau restrukturisasi,
maka jangka waktu sebagaimana diatur dalam angka (1) khusus
untuk kredit/pembiayaan modal kerja dapat diperpanjang menjadi
maksimal 4 (empat) tahun dan untuk kredit/pembiayaan investasi
dapat diperpanjang menjadi maksimal 7 (tujuh) tahun terhitung
sejak tanggal perjanjian kredit/pembiayaan awal.
b. Total akumulasi plafon termasuk suplesi atau perpanjangan
maksimal Rp75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) per
penerima KUR.
c. Penerima KUR Mikro yang bermasalah dimungkinkan untuk
direstrukturisasi sesuai ketentuan yang berlaku di penyalur KUR,
dengan ketentuan diperbolehkan penambahan plafon pinjaman
KUR Mikro sesuai dengan pertimbangan penyalur KUR masing-
masing.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
2. Jangka waktu, Perpanjangan, Tambahan Kredit/Pembiayaan (Suplesi),
dan Restrukturisasi KUR Ritel ditetapkan sebagai berikut :
f. Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi, atau restrukturisasi,
maka jangka waktu sebagaimana diatur dalam angka 1 khusus
untuk kredit/pembiayaan modal kerja dapat diperpanjang menjadi
maksimum 5 (tahun) tahun dan untuk kredit/pembiayaan
investasi dapat diperpanjang menjadi maksimum 7 (tujuh) tahun
terhitung sejak tanggal perjanjian kredit/pembiayaan awal.
g. Total akumulasi plafon termasuk suplesi atau perpanjangan
maksimum Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) per debitur.
h. Penerima KUR Ritel yang bermasalah dimungkinkan untuk
direstrukturisasi sesuai ketentuan yang berlaku di Penyalur KUR,
dengan ketentuan diperbolehkan penambahan plafon pinjaman
KUR Ritel sesuai dengan pertimbangan Penyalur KUR masing-
masing.
MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH,
ttd.
DARMIN NASUTION
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
SALINAN
KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK
INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH
NOMOR 188 TAHUN 2015
TENTANG
PENETAPAN PENYALUR KREDIT USAHA RAKYAT DAN
PERUSAHAAN PENJAMIN KREDIT USAHA RAKYAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK
INDONESIA SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BAGI
USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan dan perluasan
pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, perlu menetapkan
pPenyalur Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan
Penjamin Kredit Usaha Rakyat;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah tentang Penyalur Kredit Usaha Rakyat dan
Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat;
Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
2. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
9);
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
3. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang
Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah sebagaimana diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
4. Keputusan Presiden Nomor 79/P Tahun 2015 tentang
Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja
Periode Tahun 2014 - 2019;
5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nmor 768);
6. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menegah Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1604);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
TENTANG PENYALUR KREDIT USAHA RAKYAT DAN
PERUSAHAAN PENJAMIN KREDIT USAHA RAKYAT.
sesuai dengan aslinya
Pasal 1
Menetapkan Penyalur Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan
Penjamin Kredit Usaha Rakyat.
Pasal 2
(1) Penyalur Kredit Usaha Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1, yaitu:
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
1. Penyalur Kredit Usaha Rakyat untuk Kredit Usaha
Rakyat Mikro, yaitu
a. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk;
b. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk;
c. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk;
d. Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur;
dan
e. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat;
2. Penyalur Kredit Usaha Rakyat untuk Kredit Usaha
Rakyat Ritel, yaitu
a. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk;
b. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk;
c. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk;
d. Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara
Timur; dan
e. Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat;
3. Penyalur Kredit Usaha Rakyat untuk Kredit Usaha
Rakyat Penempatan Tenaga Kerja Indonesia, yaitu
a. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk;
b. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk;
c. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk;
d. PT Bank Sinarmas; dan
e. PT Bank Internasional Indonesia Maybank.
(2) Penyalur Kredit Usaha Rakyat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), melaksanakan penyaluran Kredit Usaha
Rakyat dengan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 3
(1) Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1, yaitu:
a. Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit
Indonesia; dan
b. PT Asuransi Kredit Indonesia (Persero).
(2) Perusahaan Penjamin Kredit Usaha Rakyat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), melaksanakan penjaminan
Kredit Usaha Rakyat dengan mengikuti ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Nomor 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kredit Usaha Rakyat.
Pasal 4
Pada saat Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku,
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Nomor 170 Tahun 2015 tentang
Bank Pelaksana Kredit Usaha Rakyat dan Perusahaan
Penjamin Kredit Usaha Rakyat, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 5
Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Oktober 2015
MENTERI KOORDINATOR BIDANG
PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
SELAKU KETUA KOMITE KEBIJAKAN
PEMBIAYAAN BAGI USAHA MIKRO, KECIL, DAN
MENENGAH
ttd.
DARMIN NASUTION
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
SALINAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20/PMK.05/2015
TENTANG
TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA
UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
: a. bahwa sesuai dengan Pasal 8 Keputusan Presiden
Nomor 14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan
Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden,
Nomor 19 Tahun 2015, ketentuan mengenai imbal jasa
penjaminan, subsidi bunga dan fasilitas lainnya untuk
pelaksanaan kebijakan pembiayaan bagi usaha mikro,
kecil, dan menengah diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan;
b. bahwa dalam rangka melaksanakana Pasal 8 Keputusan
Presiden Nomor 14 Tahun 2015 sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, telah ditetapkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Subsisdi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat
c. bahwa sehubungan dengan implementasi Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 sebagaimana
dimaksud dalam huruf b, dalam perkembangannya
dipandang perlu untuk memperluas cakupan subsidi
bunga sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
Komite Kebijakan yang dibentuk dengan Keputusan
Presiden Nomor
14 Tahun 2015 sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
d. bahwa untuk perluasan cakupan subsidi sebagaimana
dimaksud dalam huruf c, perlu dilakukan pengaturan
kembali terhadap tata cara pelaksanaan subsidi bunga
untuk Kredit Usaha Rakyat yang diatur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015;
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata
Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha
Rakyat;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5178);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5423).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA
PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA
RAKYAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kredit Usaha Rakyat yang selanjutnya disingkat KUR
adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan/atau
investasi kepada debitur usaha yang produktif dan layak,
namun belum memiliki agunan tambahan atau agunan
tambahan belum cukup.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
2. Subsidi Bunga KUR yang selanjutnya disebut Subsidi
Bunga adalah subsidi berupa bagian bunga yang menjadi
beban pemerintah sebesar selisih antara tingkat bunga
yang diterima oleh penyalur KUR dengan tingkat bunga
yang dibebankan kepada penerima KUR.
3. Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah yang selanjutnya disebut Komite
Kebijakan adalah komite yang dibentuk oleh Presiden
dengan Keputusan Presiden yang diberi kewenangan
dalam memberikan arahan terhadap kebijakan program
KUR.
4. Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau badan
usaha yang melakukan usaha produktif sebagaimana
ditetapkan oleh Komite Kebijakan.
5. Penyalur KUR adalah bank atau lembaga keuangan
bukan bank yang ditunjuk untuk menyalurkan KUR.
6. Perjanjian Kerjasama Pembiayaan KUR yang selanjutnya
disebut Perjanjian Kerjasama adalah perjanjian tertulis
antara kuasa pengguna anggaran atas nama Menteri
Keuangan mewakili pemerintah dengan Penyalur KUR.
7. Kementerian/Lembaga yang selanjutnya disingkat K/L
adalah kementerian negara/lembaga pemerintah non
kementerian negara/lembaga negara.
8. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat PA
adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab
atas penggunaan anggaran pada kementerian
negara/lembaga yang bersangkutan.
9. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disingkat
KPA adalah pejabat yang memperoleh kewenangan dan
tanggung jawab dari PA untuk menggunakan anggaran
yang dikuasakan kepadanya.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
11. Bendahara Umum Negara yang selanjutnya disingkat
BUN adalah pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi BUN.
12. Bagian Anggaran yang selanjutnya disingkat BA adalah
kelompok anggaran menurut nomenklatur kementerian
negara/lembaga dan menurut fungsi BUN.
13. Menteri Keuangan yang selanjutnya disebut Menteri
adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
(1) Pemberian Subsidi Bunga bertujuan untuk mendukung
pelaksanaan program KUR kepada Penerima KUR.
(2) Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibayarkan oleh KPA mewakili pemerintah kepada
Penyalur KUR.
BAB III
TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA
Pasal 3
(1) Dana Subsidi Bunga dialokasikan dalam APBN.
(2) Menteri selaku PA atas anggaran belanja subsidi
menetapkan pejabat pada K/L yang membidangi subsidi
atas bunga KUR sebagai KPA.
(3) Menteri dapat mempertimbangkan masukan dari Komite
Kebijakan dalam rangka menetapkan KPA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Penetapan KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan Keputusan Menteri.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Pasal 4
(1) Subsidi Bunga dibayarkan melalui skema kerjasama
yang dituangkan dalam Perjanjian Kerjasama.
(2) Perjanjian Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) paling sedikit memuat:
a. hak dan kewajiban para pihak; dan
b. sanksi atas pelanggaran atas hak dan kewajiban
para pihak.
Pasal 5
(1) Setiap awal tahun anggaran, KPA menyusun indikasi
kebutuhan dana Subsidi Bunga tahun angaran
berikutnya berdasarkan peraturan perundangan
mengenai tata cara perencanaan, penelaahan, dan
penetapan alokasi BA BUN.
(2) Indikasi kebutuhan dana Subsidi Bunga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disusun antara lain berdasarkan :
a. perkiraan baki debet pokok pinjaman (outstanding)
KUR pada tahun anggaran berikutnya;
b. plafon penyaluran tahunan KUR yang ditetapkan
oleh Komite Kebijakan untuk masing-masing
Penyalur KUR; dan/atau
c. perkiraan tunggakan Subsidi Bunga pada periode
tahun-tahun sebelumnya
(3) Indikasi kebutuhan dana Subsidi Bunga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh KPA kepada
pejabat eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan
yang menjalankan fungsi PA atas anggaran belanja
subsidi:
Pasal 6
(1) KUR disalurkan dengan ketentuan tidak melampaui
plafon penyaluran tahunan KUR yang ditetapkan oleh
Komite Kebijakan untuk masing-masing Penyalur KUR.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(2) Selisih lebih penyaluran KUR yang melampaui plafon
penyaluran tahunan KUR sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tidak diberikan Subsidi Bunga.
Pasal 7
(1) Besaran Subsidi Bunga ditetapkan dengan Keputusan
Menteri.
(2) Besaran Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dirinci per jenis kredit yang terdiri atas:
a. KUR mikro;
b. KUR ritel;
c. KUR penempatan tenaga kerja Indonesia;
d. KUR lain yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan.
(3) Dalam rangka penetapan besaran Subsidi Bunga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri
mempertimbangkan:
a. kebijakan yang ditetapkan oleh Komite Kebijakan;
b. kemampuan pemerintah menyediakan alokasi
belanja subsidi; dan/atau
c. data dan informasi pendukung lainnya.
(4) Selain menetapkan besaran Subsidi Bunga, Keputusan
Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat pula ketentuan mengenai tanggal mulai
berlakunya.
(5) Besaran Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak berlaku untuk penyaluran KUR yang akad
kreditnya ditandatangani sebelum tanggal mulai
berlakunya Keputusan Menteri sebagaimana dimaksud
pada ayat (4).
Pasal 8
(1) Perhitungan Subsidi Bunga dilakukan berdasarkan rumus
besaran Subsidi Bunga dikali outstanding KUR dikali hari
bunga dibagi 360 (tiga ratus enam puluh) hari.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(2) Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibayarkan setiap bulan kepada Penyalur KUR.
(3) Hari bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan jumlah hari dalam satu periode penagihan
Subsidi Bunga dimana outstanding pokok pinjaman KUR
tidak berubah.
Pasal 9
(1) Penyalur KUR mengajukan permohonan pembayaran
Subsidi Bunga kepada KPA.
(2) Permohonan pembayaran Subsidi Bunga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. diajukan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap
bulan atas outstanding KUR per akhir bulan
sebelumnya;
b. disertai data pendukung yang terdiri dari :
1. surat permohonan pembayaran Subsidi Bunga
sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
2. rincian tagihan Subsidi Bunga per jenis kredit
sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II, Lampiran III, Lampiran IV, dan
Lampiran V yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
3. rekapitulasi tagihan sesuai contoh sebagaimana
tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini;
4. kuitansi atau bukti penerimaan pembayaran
yang telah ditandatangani direksi Penyalur KUR;
dan
5. arsip data komputer Subsidi Bunga.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
(3) Kebenaran data pendukung permohonan pembayaran
Subsidi Bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b, menjadi tanggung jawab Penyalur KUR.
Pasal 10
(1) KPA melakukan verifikasi atas permohonan pembayaran
Subsidi Bunga yang diajukan oleh Penyalur KUR
berdasarkan data yang terdapat dalam sistem informasi
kredit program.
(2) Hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam Berita Acara Verifikasi yang
ditandatangani oleh KPA dan Penyalur KUR.
Pasal 11
Pelaksanaan mekanisme pembayaran Subsidi Bunga
dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional yang
ditetapkan oleh KPA.
Pasal 12
Tata cara pencairan dana Subsidi Bunga oleh KPA dilakukan
dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pelaksanaan APBN.
BAB IV
AKUNTANSI DAN PELAPORAN
Pasal 13
KPA menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan keuangan
dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-
undangan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 14
Pengawasan atas ketepatan pembayaran Subsidi Bunga
dilaksanakan dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan
KUR serta perubahannya.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 15
(1) Untuk KUR yang telah disalurkan sampai dengan
31 Desember 2015, besaran Subsidi Bunga tetap
mengacu pada ketentuan dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 sampai dengan
berakhirnya masa pemberian Subsidi Bunga KUR sesuai
akad kredit antara Penyalur KUR dengan Penerima KUR.
(2) Pelaksanaan imbal jasa penjaminan atas KUR yang telah
disalurkan sampai dengan 31 Desember 2014, tetap
mengacu pada Perjanjian Kerjasama Penjaminan antara
KPA dengan Perusahaan Penjamin sampai dengan
berakhirnya masa penjaminan KUR berdasarkan
Perjanjian Kerjasama Penjaminan dimaksud.
(3) Peraturan dan/atau ketentuan pelaksanaan yang
didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
146/PMK.05/2015 tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Menteri ini.
(4) Terhadap Perjanjian Kerjasama yang telah
ditandatangani sebelum Peraturan Menteri ini
ditetapkan, KPA melakukan penyesuaian dengan
berdasarkan pada Peraturan Menteri ini.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
BAB VII
PENUTUP
Pasal 16
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 17
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Februari 2016
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Februari 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA ttd. WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 251
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20/PMK.05/2016
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK
KREDIT USAHA RAKYAT
SURAT PERMOHONAN PEMBAYARAN SUBSIDI BUNGA
KREDIT USAHA RAKYAT
Kop Surat Penyalur KUR
Nomor : ...(tempat)..., ...(tanggal)... Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Permohonan Pembayaran Subsidi Bunga
Kredit Usaha Rakyat
Kepada Yth. .....(diisi jabatan Kuasa Pengguna Anggaran).... .....(diisi tempat kedudukan Kuasa Pengguna Anggaran).... Sehubungan dengan pelaksanaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh ................ (diisi nama Bank Pelaksana) ............., dengan ini kami mengajukan tagihan Subsidi Bunga KUR sebagai berikut:
Periode : (diisi periode tagihan KUR) Sebesar : (diisi nominal jumlah tagihan dalam angka dan dalam huruf) Pencairan atas tagihan tersebut mohon untuk ditransfer ke rekening kami di:
Nama Pemilik Rekening : (diisi rekening Bank Pelaksana) NPWP : (diisi Nomor Pokok Wajib Pajak Bank Pelaksana) Bank : (diisi nama bank tempat rekening Bank Pelaksana) Nomor Rekening : (diisi nomor rekening Bank Pelaksana) Kebenaran data pendukung yang terlampir dalam surat ini merupakan tanggung jawab kami sepenuhnya. Demikian kami sampaikan, atas kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.
.....(diisi nama Bank Pelaksana)..... Direksi,
(diisi nama Direksi Penyalur KUR)
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20/PMK.05/2016
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK
KREDIT USAHA RAKYAT
RINCIAN TAGIHAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO
Rincian Tagihan Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat Mikro (KUR Mikro)
dari ...(diisi nama Penyalur KUR)...
KUR Mikro Periode : ...(diisi periode tagihan Subsidi Bunga KUR Mikro)...
No Nama Debitur Tgl & Nomor Akad Kredit
Status Akad Kredit
B=Baru P=Perpanjangan
S=Suplesi R=Restrukturisasi
Jangka Waktu Kredit
Jumlah Hari Bunga
Outstanding
Outstanding KUR per Jenis Kredit
% Tingkat Bunga
Nilai Tagihan
Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
% Bunga ke Debitur
% Subsidi Bunga
Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1 2
3 .
Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1 2
3 .
Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
2 3 .
Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1 2 3 .
Jumlah
Keterangan :
1. Subsidi Bunga KUR Mikro: (diisi Subsidi Bunga yang berlaku) 2. Rekapitulasi dibuat per sektor usaha;
3. Rekening Koran terlampir.
.....(diisi nama Penyalur KUR)..... Direksi,
....(diisi nama Penyalur KUR)....
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20/PMK.05/2016
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK
KREDIT USAHA RAKYAT
RINCIAN TAGIHAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT RITEL
Rincian Tagihan Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat Ritel (KUR Ritel)
dari ...(diisi nama Penyalur KUR)...
KUR Ritel Periode : ...(diisi periode tagihan Subsidi Bunga KUR Ritel)...
No Nama Debitur Tgl & Nomor Akad Kredit
Status Akad Kredit
B=Baru P=Perpanjangan
S=Suplesi R=Restrukturisasi
Jangka Waktu Kredit
Jumlah Hari Bunga
Outstanding
Outstanding KUR per Jenis Kredit
% Tingkat Bunga
Nilai Tagihan
Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
% Bunga ke Debitur
% Subsidi Bunga
Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1
2
3
. Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1
2
3 .
Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) ....
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
1 2 3 .
Sektor Usaha : .... (diisi nama sektor usaha) .... 1 2 3 .
Jumlah
Keterangan :
1. Subsidi Bunga KUR Ritel: (diisi Subsidi Bunga yang berlaku) 2. Rekapitulasi dibuat per sektor usaha; 3. Rekening Koran terlampir.
.....(diisi nama Penyalur KUR).....
Direksi,
....(diisi nama Panyalur KUR)....
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20/PMK.05/2016
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK
KREDIT USAHA RAKYAT
RINCIAN TAGIHAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT TENAGA KERJA INDONESIA
Rincian Tagihan Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat Tenaga Kerja Indonesia (KUR Tenaga Kerja Indonesia)
dari ...(diisi nama Penyalur KUR)...
KUR Tenaga Kerja Indonesia Periode : ...(diisi periode tagihan Subsidi Bunga KUR Tenaga Kerja Indonesia)...
No Nama Debitur Tgl &
Nomor Akad Kredit
Status Akad Kredit
B=Baru P=Perpanjangan
S=Suplesi R=Restrukturisasi
Jangka Waktu Kredit
Jumlah Hari Bunga
Outstanding
Outstanding KUR
% Tingkat Bunga
Nilai Tagihan % Bunga
ke Debitur %
Subsidi Bunga
Negara Tujuan : .... (diisi nama negara tujuan) .... 1
2
3
. Negara Tujuan : .... (diisi nama negara tujuan) .... 1
2
3 .
Negara Tujuan : .... (diisi nama negara tujuan) .... 1
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
2 3 .
Negara Tujuan : .... (diisi nama negara tujuan) .... 1 2 3 .
Jumlah
Keterangan :
1. Subsidi Bunga KUR Tenaga Kerja Indonesia: (diisi Subsidi Bunga yang berlaku) 2. Rekapitulasi dibuat per negara tujuan; 3. Rekening Koran terlampir.
.....(diisi nama Penyalur KUR).....
Direksi,
....(diisi nama Penyalur KUR)....
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN V
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20/PMK.05/2016
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK
KREDIT USAHA RAKYAT
RINCIAN TAGIHAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT ........... (LAINNYA)
Rincian Tagihan Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat ... (KUR...)
dari ...(diisi nama Penyalur KUR)... KUR... Periode : ...(diisi periode tagihan Subsidi Bunga KUR...)...
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
.....(diisi nama Penyalur KUR)..... Direksi,
....(diisi nama Penyalur KUR)....
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
LAMPIRAN VI
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 20/PMK.05/2016
TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN SUBSIDI BUNGA UNTUK
KREDIT USAHA RAKYAT
TAGIHAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO/RITEL/TENAGA KERJA INDONESIA/LAINNYA
Rekapitulasi Tagihan Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro/Ritel/Tenaga Kerja Indonesia/(Lainnya)
dari ...(diisi nama Penyalur KUR)... KUR Mikro/Ritel/Tenaga Kerja Indonesia/(lainnya) Periode : ...(diisi periode tagihan Subsidi Bunga KUR Mikro/Ritel/Tenaga Kerja
Indonesia/(lainnya)...
.....(diisi nama Penyalur KUR)..... Direksi,
....(diisi nama Penyalur KUR)....
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 1355/KMK.05/2015
TENTANG
BESARAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA RAKYAT
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan daya saing produksi
dan akses permodalan usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM), Pemerintah perlu memberikan
insentif dalam pembiayaan usaha produktif yang,
di berikan antara lain dalam bentuk subsidi bunga
Kredit Usaha Rakyat;
b. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha
Rakyat, Menteri Keuangan berwenang untuk
menetapkan besaran subsidi bunga Kredit Usaha
Rakyat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b, maka dipandang
perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan
tentang Besaran Subsidi Bunga Kredit Usaha
Rakyat.
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013
tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 103);
2. Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 2015 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor ·14
Tahun 2015 Tentang Komite Kebijakan Pembiayaan
bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
3. Keputusan Presiden Nomor 121/PTahun 2014;
4. Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor 8 Tahun 2015 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1604);
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
112~);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG
BESARAN SUBSIDI BUNGA KREDIT USAHA
RAKYAT
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
PERTAMA : Menetapkan besaran subsidi bunga Kredit Usaha
Rakyat (KUR) kepada Penyalur KUR dengan
Ketentuan sebagai berikut:
a. untuk KUR Mikro sebesar 10% (sepuluh persen);
b. untuk KURRitel sebesar 4,5% (empat koma
lima persen);
c. untuk KUR Penempatan TKI sebesar 12% (dua
belas persen):
KEDUA : Ketentuan mengenai besaran subsidi bunga KUR
sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA
berlaku untuk penyaluran KUR yang akad
kreditnya ditandatangani mulai hari kerja pertama
tahun 2016.
KETIGA : Untuk penyaluran KUR yang akad kreditnya
ditandatangani sampai dengan tanggal 31
Desember 2015, besaran subsidi bunganya
mengacu pada ketentuan sebagaimana "diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Subsidi Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat dan
bersifat tetap sampai dengan berakhirnya jangka
waktu kredit
KEEMPAT : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan
Kepada :
1. Menteri Koordinator Bidang Perekoriomian;
2. Ketua Badan Perneriksa Keuangan;
3. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan;
4. Guberrrur Bank Indonesia;
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
5. Ketua Komisioner Otoritas Jasa Keuangan;
6. Kepala Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;
7. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian
Keuangan;
8. Direktur Jenderal Perbendaharaan,
Kementerian Keuangan;
9. Kuasa Pengguna Anggaran Pernbayaran
Subsidi Bunga KUR;
10. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara Jakarta II;
11. Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal,
Kementerian Keuangan;
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 31 Desember 2015 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG P. S. BRODJONEGORO
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
SALINAN
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 844/KMK.02/2015
TENTANG
PENUNJUKAN KUASA PENGGUNA ANGGARAN DALAM RANGKA PEMBAYARAN
SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA RAKYAT
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka pembayaran subsidi bunga untuk
Kredit Usaha Rakyat, dialokasikan anggaran dalam Bagian
Anggaran 999.07 (Pengelolaan Belanja Subsidi);
b. bahwa berdasarkan Pasal 95 ayat (4) Peraturan Pemerintah
Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, Menteri
Keuangan selaku Pengguna Anggaran atas bagian
anggaran belanja subsidi menetapkan pejabat pada
kementerian negara/lembaga yang membidangi fungsi
pelaksanaan pemberian subsidi selaku Kuasa Pengguna
Anggaran;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, dan dalam rangka
melaksanakan Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
146/PMK.05/2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi
Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Keuangan tentang Penunjukan Kuasa
Pengguna Anggaran Dalam Rangka Pembayaran Subsidi
Bunga Untuk Kredit Usaha Rakyat;
Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5423);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.05/2015
tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga Untuk
Kredit Usaha Rakyat;
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
Memperhatikan a. Surat Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor S-
173/M.EKON/07/2015 tanggal 28 Juli 2015 hal Usulan
KPA Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat;
b. Surat Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Nomor 32/M.KUKM.1/VII/20115 tanggal 31 Juli 2015 hal
KPA Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENUNJUKAN
KUASA PENGGUNA ANGGARAN DALAM RANGKA
PEMBAYARAN SUBSIDI BUNGA UNTUK KREDIT USAHA
RAKYAT.
PERTAMA : Menunjuk Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi
Usaha Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
sebagai Kuasa Pengguna Anggaran dalam rangka pembayaran
Subsidi Bunga untuk Kredit Usaha Rakyat.
KEDUA : Dalam melaksanakan kewenangan sebagai Kuasa Pengguna
Anggaran, pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud
dalam Diktum PERTAMA wajib memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
KETIGA : Kuasa Pengguna Anggaran yang diangkat berdasarkan
Keputusan Menteri ini, segera menyampaikan spesimen tanda
tangan dan parafnya kepada Kepala Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Jakarta II.
KEEMPAT
: Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada:
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan;
3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian;
4. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
5. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan;
6. Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan;
7. Direktur Jenderal Anggaran;
8. Direktur Jenderal Perbendaharaan;
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
KUMPULAN PERATURAN KREDIT USAHA RAKYAT 2016
9. Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan;
10. Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Jakarta II;
11. Yang bersangkutan, untuk diketahui dan dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 7 Agustus 2015
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK
INDONESIA,
ttd.
BAMBANG P.S. BRODJONEGORO