bioetanol dari daun bambu.pdf

Post on 09-Oct-2015

77 views 8 download

Transcript of bioetanol dari daun bambu.pdf

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    1/15

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Bambu

    Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini

    sudah menyebar diseluruh kawasan nusantara. Dalam pertumbuhannya tanaman ini tidak

    terlalu banyak menuntut persyaratan. Bambu dapat tumbuh di daerah iklim basah sampai

    kering, dari dataran rendah hingga ke daerah pegununggan. Tak heran jika keberadaannya

    banyak dijumpai diberbagai tempat, baik sengaja ditumbuhkan maupun tumbuh secara

    alami. Tanaman ini termasuk dalam orde Graminales, famili gramineae, dan subfamili

    Bambusoideae (Berlian, 1995).

    Tanaman bambu banyak ditemukan di daerah tropis dibenua Asia, Afrika, dan

    Amerika. Benua Asia merupakan daerah penyebaran bambu terbesar. Tanaman bambu

    yang kita kenal umumnya berbentuk rumpun. Arah pertumbuhan biasanya tegak, kadang-

    kadang memanjat, dan batangnya mengayu. Jika sudah tinggi, batang bambu ujungnya

    agak menjuntai dan daun-daunnya seakan melambai. Tinggi tanaman bambu pada

    umumnya sekitar 0,3 m sampai 30 m, diameter batangnya 0,25 25 cm dan ketebalan

    dindingnya sampai 25 mm. Tanaman ini dapat mencapai umur panjang dan biasanya mati

    tanpa berbunga (McClure, 1966)

    Secara biofisik, pohon bambu menghasilkan selulosa per ha 2 6 kali lebih besar

    dari pohon kayu pinus. Peningkatan biomassa bambu per hari 10 30% dibanding 2,5%

    untuk pohon kayu pinus. Bambu dapat dipanen dalam 4 tahun, lebih singkat dibanding 8-

    20 tahun untuk jenis pohon kayu pinus.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    2/15

    Tabel 2.1. Persentase komponen-komponen yang terkandung dalam batang bambu

    Komponen Kandungan %

    Selulosa

    Lignin

    Pentosan

    Zat ekstraktif

    Air

    Abu

    SiO2

    42.4 53.6

    19.8 26.6

    1.24 3.77

    4.5 9.9

    15 20

    1.24 3.77

    0.10 1.78

    (Widya, 2006)

    Bambu diduga memiliki kesesuaian sebagai bahan baku pembuatan papan partikel

    ditinjau dari segi anatomis dan komposisi kimianya karena mempunyai serat panjang (3

    4 mm). kualitas bambu berada diantara kayu dan rumput-rumputan, tetapi rasio antara

    panjang dan lebar serat, bambu adalah yang tertinggi di antara ketiganya, sehingga bambu

    merupakan bahan baku yang baik untuk pembuatan papan partikel (Suranta, 2009).

    Kandungan terbesar dalam batang bambu adalah selulosa. Selulosa adalahpolisakarida yang tersusun dari monomer D-glukosa yang mempunyai tiga gugus hidroksil

    yang dapat disubstitusi. Ditinjau dari strukturnya, dapat saja diharapkan selulosa

    mempunyai kelarutan yang besar dalam air, karena banyaknya kandungan gugus hidroksil

    yang dapat membentuk ikatan hydrogen dengan air (interaksi yang tinggi antara pelarut-

    terlarut). Akan tetapi kenyataannya tidak demikian dan selulosa bukan hanya tak larut

    dalam air tetapi juga dalam pelarut lain. Penyebabnya ialah kekuatan rantai dan tingginya

    gaya antar garis rantai akibat ikatan hidrogen antar gugus hidroksil pada rantai yang

    berikatan. Faktor ini dipandang menjadi penyebab kekristalan yang tinggi dari serat

    selulosa. Jika ikatan hydrogen berkurang, gaya antaraksi pun berkurang dan oleh

    karenanya gugus hidroksil selulosa harus diganti sebagian atau seluruhnya oleh

    pengesteran. Hal ini dapat dilakukan, dan ester yang dihasilkan larut dalam sejumlah

    pelarut (Widya, 2006).

    Tanaman bambu sudah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Sebutan untuk

    tanaman ini berbeda-beda disetiap daerah. Di daerah Sunda bambu disebut awi dan di

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    3/15

    daerah Jawa disebut pring. Adapun secara internasional bambu dikenal dengan sebutan

    bamboo. Di Indonesia terdapat lebih kurang 125 jenis bambu. Ada yang masih tumbuh liar

    dan belum jelas kegunaannya. Salah satu jenis bambu yang banyak tersebar di wilayah

    Indonesia adalah bambu betung (Orina, 2010).

    2.2. Bambu Betung

    Bambu betung (dendrocalammus) memiliki sifat yang keras dan baik untuk bahan

    bangunan karena seratnya besar-besar dan ruasnya panjang. Jenis bambu ini mempunyai

    rumpun yang agak sedikit rapat. Warna batang hijau kekuning-kuningan. Ukurannya lebih

    besar dan lebih tinggi dari pada jenis bambu lain. Perbanyakan bambu betung dilakukan

    dengan potongan batang atau cabangnya. Jenis bambu ini mempunyai pertumbuhan yang

    cepat, mudah diperbanyak, dan dapat tumbuh baik ditempat yang cukup kering. Tanaman

    ini dapat ditemui di dataran rendah sampai ketinggian 2.000 m dpl (Berlian, 1995).

    Bambu betung adalah bambu yang kuat, tingginya bisa mencapai 20 30 m dan

    diameter batang 8 20 cm. Ruas bambu betung cukup panjang dan tebal, panjangnya

    antara 40 60 cm dan ketebalan dindingnya 1 1,5 cm. Bambu betung bisa dipanen pada

    umur 3 4 tahun dengan produksi sekitar 8 ton/ha. Kerapatan serat bambu betung adalah

    0,8 g/cm3 . Pada bambu betung, kecepatan munculnya tunas baru dan pertumbuhan akar

    serta tajuk relative lebih cepat pada penanaman horizontal. Namun demikian pertumbuhan

    akar dan tajuk dari penanaman vertikal jauh lebih baik dari penanaman horizontal (Orina,

    2010).

    Bambu betung memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan jenis bambu lain.

    Hal ini dapat dilihat dari kandungan holoselulosa (selulosa dan hemiselulosa) yang

    terdapat didalamnya.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    4/15

    Tabel 2.2. kandungan holoselulosa yang terdapat pada beberapa jenis bambu

    Jenis Bambu Holoselulosa (%)

    Tali

    Hitam

    Kuning

    Andong

    Betung

    Ampel

    73.3

    76.2

    83.8

    76.00

    83.9

    73.7

    (Widya, 2006)

    Kadar holoselulosa (selulosa dan hemiselulosa) pada keenam jenis bambu pada

    table di atas relatif tinggi (> 65%), sehingga diduga akan menghasilkan papan partikel

    dengan kualitas baik. Dari keenam jenis bambu, bambu betung memiliki kadar

    holoselulosa tertinggi atau terbaik. Dengan demikian bambu betung diperkirakan dapat

    menghasilkan papan partikel dengan kualitas yang relatif lebih baik dan rendemen yang

    relatif lebih tinggi dibandingkan lima jenis bambu lainnya (Widya, 2006).

    2.3. Polipropilena

    Polipropilena adalah sebuah polimer termoplastik yang transparan berwarna putih.

    Polipropilena merupakan polimer Kristal yang dihasilkan dari proses polimerisasi,

    mempunyai titik leleh 165 170oC, berat jenis 0,90 0,91 g/cm3, memiliki ketahanan

    terhadap bahan kimia yang tinggi tetapi ketahanan pukul yang rendah. Pada temperatur

    tinggi polipropilena larut dalam senyawa aromatik dan hidrokarbon yang diklorinasi,

    tetralin, dan tidak larut dalam alkohol, ester dan sikloheksanon (Bark, 1982).

    Polipropilena (PP) adalah polimer sintesis yang penggunaannya sangat luas,

    merupakan polimer termoplastik yang diproduksi secara polimerisasi addisi dengan katalisZeigler-Natta, menghasilkan polipropilena yang isotaktis. Selain mempunyai massa yang

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    5/15

    ringan, PP mempunyai kekuatan tarik, tegangan dan kekerasan yang tinggi. Sifat

    elektriknya baik, tahan terhadap kelembaban karena PP bersifat hidrofobik. Stabil dalam

    berbagai kondisi lingkungan, tetapi kurang stabil terhadap panas, serangan oksidatif dan

    sinar ultra violet karena adanya hidrogen tersier (Sukatik, 2011).

    Polipropilena merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam

    industry, tetapi karena sifatnya yang non polar, maka penggunaannya terbatas dengan

    teknologi yang ada. Untuk mengatasi keterbatasan ini, PP umumnya difungsionalisasi

    dengan berbagai monomer termasuk maleat anhidrida (Al Malaika, 1997).

    Kebanyakan polipropilena komersial merupakan isotaktik dan memiliki kristalinitas

    tingkat menengah diantara polietilena berdensitas rendah dengan polietilena berdensitas

    tinggi, modulus young PP juga menengah. Polipropilena memiliki permukaan yang tidak

    rata, seringkali lebih kaku daripada beberapa plastik yang lain, cukup ekonomis, transparan

    tetapi tidak setransparan polistirena, akrilik maupun plastik tertentu lainnya. Polipropilena

    memiliki resistensi yang sangat bagus terhadap kelelahan (bahan) (Sukatik, 2011).

    CH3 H CH3

    C C

    H H n

    ( a ) ( b )

    (Al Malaika, 1997)

    Gambar 2.1. (a) Struktur propilena. (b) Polipropilena

    2.4. GraftingPolipropilena

    Fungsionalisasi terhadap polipropilena oleh monomer-monomer polar yang merupakan

    suatu cara yang efektif untuk meningkatkan kepolaran dari polipropilena tersebut, dengan

    cara mengrafting maleat anhidrida pada polipropilena. Dan kenyataannya berbagai jenis

    dari polimer-polimer yang tergrafting telah digunakan secara luas untuk memperbaiki

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    6/15

    adhesi permukaan antara komponen pada campuran polimer. Modifikasi dari polipropilena

    juga digunakan secara luas untuk meningkatkan penggunaan dari bahan-bahan mekanik

    dari komposit yang berbahan dasar polipropilena dan juga meningkatkan kekuatan dari

    komposit tersebut (Collar, 1996).

    Proses grafting PP dengan MA dilakukan pada sistem tertutup dalam internal mixer

    menggunakan berbagai komposisi kimia dan pada suhu leleh. Pengolahan reaktif

    polipropilena isotaktis digraftingdengan maleat anhidrida menggunakan inisiator benzoil

    peroksida (BPO). Pada proses reaksi, terjadi pemutusan rantai polimer atau polipropilena

    karena adanya BPO yang menyebabkan rantai polipropilena menjadi lebih pendek dan

    membentuk radikal, sehingga dengan adanya senyawa maleat anhidrida yang memiliki

    ikatan rangkap akan terbentuk reaksi kimia atau tergrafting(Sukatik, 2011).

    Mekanisme penempelan gugus fungsi pada polipropilena diawali dengan hilangnya

    satu atom H dari atom C tersier dengan adanya inisiator benzoil peroksida menghasilkan

    radikal polipropilena, selanjutnya akan berinteraksi dengan gugus maleat anhidrat.

    Tahapan reaksinya adalah sebagai berikut :

    Dekomposisi Peroksida

    Inisiasi

    Propagasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    7/15

    PP radikal

    disproporsionasi

    Transfer Rantai

    Terminasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    8/15

    (Nasution, 2009)

    Gambar 2.2. Tahapan Reaksi PP-g-MA

    2.5.Interaksi PP-g-MA dengan Serbuk Kayu

    Agen pengikat maleat anhidrat banyak digunakan untuk meningkatkan kekuatan komposit

    yang mengandung pengisi dimana seratnya diperkuat. Penguatan kimia maleat anhidrat

    tidak hanya dipakai untuk modifikasi serat tetapi juga membuat permukaan komposit

    matriks PP dengan serat dapat lebih baik sehingga meningkatkan kekuatan tarik komposit.

    Rantai PP dan maleat anhidrat menjadi terikat dan menghasilkan graftingmaleat anhidrat

    polipropilena. Kemudian penguatan serat selulosa dengan grafting maleat anhidrat

    polipropilena menghasilkan permukaan dengan ikatan kovalen (Bledzki, 1996).

    O

    O C CH2

    + H2O

    O C C C

    O H

    O

    OH C CH2

    + O

    OH C C C

    O H O

    FI

    BE

    R

    F

    I

    B

    E

    R

    Universitas

    Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    9/15

    O C CH2

    Selulosa PP-g-MA

    O O C C C

    H H O H

    (Caulfield, 2005)

    Gambar 2.3. Mekanisme reaksi serbuk kayu dengan PP-g-MA

    CH3 C CH2 CH2 CH2 CH2 C CH3

    O CH2 CH2 O

    O C CH2 CH2 H2C H2C C O

    O C C C CH3 CH3 C C C O

    O H CH2 CH2 H O

    CH3 C CH2 CH2 CH2 CH2 C CH3

    Gambar 2.4. Reaksi DVB dengan Selulosa PP-g-MA

    2.6. Maleat Anhidridra (MA)

    F

    IB

    ER

    F

    I

    B

    E

    F

    I

    B

    E

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    10/15

    Maleat anhidrida adalah senyawa vinil tidak jenuh yang merupakan bahan mentah dalam

    sintesa resin poliester, bahan aditif dan minyak pelumas. Maleat anhidrida masih

    digunakan dalam penelitian polimer. Maleat anhidrida dengan berat molekul 98,06, larut

    dalam air, meleleh pada temperatur 57-60oC, mendidih pada 202oC (Al-Malaika, 1997).

    2CH2CH2CH2CH3 + 7O2 2C2H2(CO)2O + 8H2O

    Gambar 2.5. Reaksi Pembuatan Maleat Anhidrida

    CH CH

    O C C O

    O

    (Al-Malaika, 1997)

    Gambar 2.6. Struktur Maleat Anhidrida (C4H2O3)

    2.7. Benzoil Perosida (BPO)

    Benzoil peroksida merupakan senyawa peroksida yang berfungsi sebagai inisiator dalam

    proses polimerasi dan bahan pembentukan ikatan silang dari berbagai polimer dan material

    polimer. Senyawa peroksida ini dapat digunakan sebagai pembentuk radikal bebas.

    Senyawa peroksida ini dapat digunakan sebagai pembentuk radikal bebas. Benzoil

    peroksida mempunyai waktu paruh yang dipengaruhi tekanan dan temperatur, waktu paruh

    relatif kecil 0,37 jam pada temperatur 100oC. Inisiator diperlukan dalam pembuatan papan

    partikel berbahan baku limbah serbuk kayu dan limbah plastis polipropilena, karana tanpa

    adanya inisiator maka kinerja dari compatibilizer dalam hal ini maleat anhidrat hanya bisa

    terjadi reaksi esterifikasi dengan gugus OH dari bahan baku sedangkan reaksi gabungan

    dengan polipropilena tidak terjadi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    11/15

    Benzoil Peroksida Radikal Bebas Benzoil Karbon Dioksida Radikal bebas

    (Al-Malaika, 1997)

    Gambar 2.7. Penguraian Benzoil Peroksida

    2.8. Divinilbenzena (DVB)

    Rumus molekul divinilbenzena C10H10, titik didihnya 195oC, tidak larut dalam air dan larut

    dalam etanol dan eter dan memiliki titik nyala 76oC. Divinilbenzena merupakan zat

    pengikat silang yang juga meningkatkan sifat polimer. Divinilbenzena telah digunakan

    dalam pabrik perekat, plastik, elastomer, keramik, pelapis, katalis, membran, farmasi,

    polimer khusus dan resin penukar ion. Pada pabrik plastik, divinilbenzena digunakan

    dalam industri plastik untuk mengikat silang dan memodifikasi material-material dan untuk

    membantu proses kopolimerisasi. Dapat juga meningkatkan resistansi terhadap tekanan

    retak, bahan kimia, panas distorsi, kekerasan dan kekuatan. Divinilbenzena membantu

    meningkatkan stabilitas termal dari komposisi resin epoksi. Pada pabrik karet sintesis,

    dimana karet sintesis merupakan golongan elastomer buatan yang mendekati satu atau

    lebih sifat dari karet alam. Divinilbenzena telah digunakan dalam kopolimer stirena-

    butadiena sebagai adesif dan membantu dalam proses ekstrusi karet.

    Adapun struktur dari divinilbenzena adalah :

    CH CH2

    CH CH2

    (Blackley, 1983)

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    12/15

    Gambar 2.8 Struktur divinilbenzena (p-1,4-divinilbenzena)

    2.9. Papan Partikel

    Papan partikel ialah produk panil yang dihasilkan dengan memanpatkan partikel-partikel

    kayu dan sekaligus mengikatnya dengan suatu perekat. Tipe-tipe papan partikel yang

    banyak itu sangat berbeda dalam hal ukuran dan bentuk partikel, jumlah resin (perekat)

    yang digunakan, dan kerapatan panil yang dihasilkan (Haygreen, 1996).

    Papan partikel adalah salah satu jenis kayu pabrikan. Papan partikel terbuat dari

    campuran keping kayu (wood chips)yang dicampur dengan lem resin sintetis dan dipres

    atau ditekan menjadi lembaran-lembaran keras dalam ketebalan tertentu. Papan partikel

    cenderung stabil dan tidak mudah berubah bentuknya (menyusut, membelok, dan lain lain).

    Papan partikel juga dapat dipotong, dibentuk, dan dibor dengan mudah menggunakan

    peralatan standar. Papan partikel tidak dapat digunakan untuk bagian eksterior karena

    ujung-ujngnya mudah menyerapembun dan mudah lembab. Meskipun demikian, beberapa

    produsen kini menyertakan emulsi lilin di lemnya untuk melindungi papan dari

    kelembaban pada tingkat tertentu. Papan partikel lebih banyak digunakan untuk peti mati,

    laci, panel, partisi, dan lain-lain (Haygreen, 1996).

    2.9.1. Macam dan Mutu Papan Partikel

    Papan partikel dapat dibedakan berdasarkan beberapa hal seperti cara

    pengempaan, kerapatan, kekuatan, macam perekat, susunan partikel dan

    pengolahan. Dan mutu papan partikel meliputi beberapa hal seperti cacat,

    ukuran, sifat fisis, sifat mekanis, sifat kimia. Ketentuan mengenai mutu papan

    partikel tidak selalu sama pada setiap standar dan dapat berubah sesuai dengan

    perkembangan teknologi dan penggunaan papan partikel (Arbintarso, 2008)

    2.9.2. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Papan Partikel

    1.

    Berat Jenis Kayu

    Universitas Sumatera Utara

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_pabrikanhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keping_kayu&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Embunhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peti_mati&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Peti_mati&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Embunhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Keping_kayu&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Kayu_pabrikan
  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    13/15

    Perbandingan antara kerapatan atau berat jenis papan partikel dengan berat jenis

    kayu harus lebih dari satu, yaitu sekitar 1,3 agar mutu papan partikelnya baik.

    Pada keadaan tersebut proses pengempaan berjalan optimal sehingga kontak

    antar partikel baik.

    2. Zat Ekstraktif Kayu

    Kayu yang berminyak akan menghasilkan papan partikel yang kurang baik

    dibandingkan dengan papan partikel dari kayu yang tidak berminyak. Zat

    ekstraktif semacam itu akan mengganggu proses perekatan.

    3. Jenis Kayu

    Jenis kayu (misalnya meranti kuning) yang kalau dibuat papan partikel emisi

    formaldehidanya lebih tinggi dari jenis lain (misalnya meranti merah). Masih

    diperdebatkan apakah karena pengaruh warna atau pengaruh zat ekstraktif atau

    pengaruh keduanya.

    4. Campuran Jenis Kayu

    Keteguhan lentur papan partikel dari campuran jenis kayu ada diantara

    keteguhan lentur papan partikel dari jenis tunggalnya, karena itu papan partikel

    structural lebih baik dibuat dari satu jenis kayu dari pada dari campuran jenis

    kayu.

    5.

    Ukuran Partikel

    Papan partikel yang dibuat dari tatal akan lebih baik daripada yang dibuat dari

    serbuk karena ukuran tatal lebih besar daripada serbuk. Karena itu, papan

    partikel structural dibuat dari partikel yang relatif panjang dan relatif besar.

    6. Kulit Kayu

    Makin banyak kulit kayu dalam partikel kayu, maka sifat papan partikelnya

    makin kurang baik karena kulit kayu akan mengganggu proses perekatan antar

    partikel. Banyaknya kulit kayu maksimum sekitar 10%.

    7. Perekat

    Macam perekat yang dipakai mempengaruhi sifat papan partikel. Penggunaan

    perekat eksterior akan menghasilkan papan partikel eksterior sedangkan

    pemakaian perekat interior akan menghasilkan papan partikel interior.

    8. Pengolahan

    Proses produksi papan partikel berlangsung secara otomatis. Walaupun

    demikian, masih mungkin terjadi penyimpangan yang dapat mengurangi mutu

    papan partikel. Sebagai contoh, kadar air hamparan (campuran partikel dengan

    Universitas Sumatera Utara

  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    14/15

    perekat) yang optimum adalah 10-14%, bila terlalu tinggi keteguhan lentur dan

    keteguhan rekat internal papan partikel akan menurun (Sutigno, 1994)

    2.9.3.

    Sifat-sifat Papan Partikel

    1. Penyusutan dianggap tidak ada

    2. Keawetan terhadap jamur tinggi, karena adanya bahan pengawet

    3.

    Merupakan isolasi bahan panas yang baik

    4. Merupakan bahan akustik yang baik

    2.9.4.

    Penggunaan papan partikel

    1. Untuk prabot

    2. Dinding dalam rumah, dinding antara

    3.

    Flavon dan lantai

    4. Dan macam-macam kegunaannya dalam permebelan

    2.9.5. Keuntungan papan partikel

    1.

    Papan partikel merupakan bahan konstruksi yang baik

    2. Bahan isolasi dan akustik yang baik

    3. Dapat menghasilkan bidang yang luas

    4.

    Pengerjaan mudah dan cepat

    5. Tahan api

    6. Mudah difinishing, dilapisi kertas dekor, dilapisi finir

    7.

    Memiliki kestabilan dimensi (Dumanauw, 1990)

    2.10.Scanning Electron Microscopy (SEM)

    Mikroskop elektron adalah sebuahmikroskop yang mampu untuk melakukan pembesaran

    objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk

    mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran

    objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripadamikroskop cahaya. Mikroskopelektron

    Universitas Sumatera Utara

    http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskophttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Elektro_statik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Elektro_magnetik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskophttp://id.wikipedia.org/wiki/Elektronhttp://id.wikipedia.org/wiki/Elektronhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskophttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Elektro_magnetik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Elektro_statik&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop
  • 5/19/2018 bioetanol dari daun bambu.pdf

    15/15

    ini menggunakan jauh lebih banyakenergi danradiasi elektromagnetik yang lebih pendek

    dibandingkan mikroskopcahaya (Qiu, 2005).

    Teknik SEM pada hakikatnya merupakan pemeriksaan dan analisa permukaan.

    Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan. Dari gambar permukaan

    yang diperoleh merupakan tofografi dengan segala tonjolan, lekukan, dan lubang pada

    permukaan. Gambar tofografi diperoleh dari penangkapan electron sekunder yang

    dipancarkan oleh specimen. Sinyal elektron skunder yang dihasilkan ditangkap oleh

    detektor yang diteruskan ke monitor. Pada monitor akan diperoleh gambar yang khas

    menggambarkan suatu struktur permukaan specimen. Selanjutnya gambar di monitor dapat

    dipotret dengan menggunakan film hitam putih atau dapat pula direkam ke dalam suatu

    disket (Negulescu, 2004).

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1. Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1.

    Batang bambu betung, diperoleh dari daerah Sunggal di belakang PDAM

    TIRTANADI, bambu berumur 2 tahun dengan ketinggian 10-15 meter dari

    permukaan tanah.

    2. Poli propilena, Yuhwa Polypro, diperoleh dari Korea Petrochemical Ltd

    3. Maleat Anhidrida

    3. Benzoil Peroksida 97%, p.a Merck diperoleh dari CV. Pison Lintas Artha

    4. Methanol 99,9%, p.a Merck diperoleh dari CV. Karya Graha Agung

    5.

    Xilena 99,8%, p.a Merck diperoleh dari CV. Pison Lintas Artha

    6.

    Aseton 99,8%, p.a Merck diperoleh dari CV. Pison Lintas Artha

    7. Divinilbenzen 80%, Aldrich diperoleh dari CV. Pison Lintas Artha

    Universitas Sumatera Utara

    http://id.wikipedia.org/wiki/Energihttp://id.wikipedia.org/wiki/Radiasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Cahayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Radiasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Energi