Post on 05-Jul-2018
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
1/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 1
P
P
O
O
T
T
R
R
E
E
T
T
S
S
U
U
N
N
G
G
I
I
B
B
E
E
N
N
N
N
I
I
N
N
D
D
L
L
M
M
K
K
O
O
N
N
S
S
E
E
P
P
D
D
N
N
P
P
E
E
N
N
N
N
G
G
N
N
N
N
T
T
E
E
R
R
P
P
D
D
U
U
Oleh : Yohanes J Fernandez
I LATAR BELAKANG
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan luas wilayah daratan sebesar 47.349,9 Km2 meliputi
1.192 pulau dengan penyebaran jumlah penduduknya sebanyak 4,67 juta jiwa. Berdasarkan data
statistik (NTT dalam Angka Thn. 2011), penyebaran jumlah penduduk ini dirilis 70 % berprofesi
sebagai petani. Lebih lanjut ditulis bahwa NTT mempunyai penduduk miskin 23 % dibandingkan
dengan skala nasional sebesar 14,14 %. Di wilayah ini ditemukan juga 20 (dua puluh) kabupaten
termasuk daerah tertinggal dari 21 (dua puluh satu) kabupaten/Kota yang ada.
Kabupaten Belu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang wilayahnya
terletak di sebelah Timur P. Timor. Secara geografis Kabupaten ini terletak pada koordinat
1240 – 126
0 lintang selatan. Posisinya sangat strategis karena berada pada persimpangan Negara
Timor Leste dengan bagian lain Provinsi Nusa Tenggara Timur serta pada titik silang antara
Kabupaten TTS dan Kabupaten TTU. Batas wilayah Kabupaten Belu adalah sebagai berikut : sebelah
Utara dengan Selat Ombai, sebelah Selatan dengan Laut Timor, sebelah Timur dengan Negara Timor
Leste serta sebelah Barat dengan Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengan Selatan.
Meneropong potensi sumber daya air, baik permukaan maupun air tanah, di Prov. NTT sangat
berlebihan jika memasuki musim hujan dengan rata-rata curah hujan 1.200 mm/tahun setara dengan
18 milyar m3/tahun yang terjadi pada pertengahan bulan Desember-Maret. Dari potensi yang ada
dibutuhkan hanya 5 milyar m3/tahun, sehingga kelebihannya mengakibatkan banjir yang
menggenang dan merusak wilayah dataran, zona pemukiman dan pusat perdagangan serta industri
atau pusat perekonomian. Sebaliknya, pada musim kemarau, akses terhadap air untuk kebutuhan
penduduk, ternak, pertanian dan kebutuhan lainnya terasa sangat sulit diperoleh. Kondisi ini terjadi
pula pada Sungai Benanain di Kabupaten Belu yang merupakan sungai dengan luas Daerah Aliran
Sungai (DAS) terbesar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yakni : 3.158 km2.
Karakteristik Sungai Benanain yang memiliki fluktuasi debit yang sangat ekstrim, memberi indikasi
bahwa kondisi DAS Benanain mengalami kerusakan yang sangat kritis. Hal ini mengakibatkan aliran
permukaan (runoff) bertambah besar, hanya sebagian kecil saja menjadi aliran air tanah. Besarnya
runoff mengakibatkan debit dan kecepatan air yang besar langsung mengalir menuju sungai.
Sepanjang pengalirannya, terjadi pengikisan permukaan tanah (erosi), bahkan menggerus dan
membawa semua material yang dilewati mengisi palung dan alur sungai yang akibatnya akan
mengurangi kapasitas alur sungai.
Di sisi lain, kondisi geologi permukaan di DAS dan sepanjang alur/tebing Sungai Benanain sangat
rentan atau in-stabil terhadap longsoran yang terjadi disepanjang alurnya. Fenomena ini dapat
diamati di beberapa ruas Sungai Benanain ketika terjadi banjir yang berdampak pada kerusakan
tebing bahkan sampai merusak dan menjebol tanggul-tanggul yang sudah dibuat untuk
mengantisipasi meluapnya air sungai.
Limpasan ini yang kemudian menjadi bencana banjir karena mengalami over topping dan mengalir
ke daerah-daerah pemukiman dan lahan-lahan penduduk di sekitarnya. Dampak akibat luapan air
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
2/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 2
Sungai Benanain hampir terjadi setiap tahun bahkan berulang kali terjadi dalam setahun dan
mempunyai kecenderungan meningkat dalam periode dan frekwensi yang lebih besar.
Berkaitan dengan beberapa persoalan, kendala dan gambaran yang dinarasikan di atas, salah satu
prioritas penanganan WS yang perlu mendapat perhatian serius adalah Daerah Aliran Sungai ( DAS)
Benanain yang berada di Wilayah Sungai Benanain. DAS Benanain rawan terhadap bencana banjir
yang telah mengakibatkan kerugian dan penderitaan masyarakat setempat, terutama yang berada
di sekitar alur sungai tersebut.
Sebagai antisipasi serta meminimalisasi kerugian atas kejadian bencana banjir maka perlu dilakukan
penanganan sungai secara konprehensif yang optimal dan efektif. Penanganan perlu dilakukan
menyeluruh, dari hulu ke hilir dan kerjasama dari seluruh unsur dan instansi yang terkait,
(masyarakat, instansi pemerintah dan swasta). Secara parsial dapat dilakukan secara teknis, tetapi
universalnya adalah apabila dilakukan juga secara non teknis.
Konsekuensi logis dari kejadian di atas, maka telah dilakukan beberapa kegiatan dalam rana
pengendalian daya rusak air semisal; dilakukan perbaikan dan pengamanan sungai serta pantai
di wilayah-wilayah padat penduduk serta wilayah pesisir pantai yang kritis. Kegiatan yang telah
dilakukan oleh Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II adalah normalisasi sungai, pembuatan dam
pengendali sedimen, tanggul banjir, perkuatan tebing, serta tembok laut/seawall, revetment , dan
breakwater .
II KONDISI FISIK DAN DATA LUAPAN BANJIR
A. Gambaran Umum Kondisi Geofisik Lingkungan
a. Keadaan Iklim dan Hidrologi
Daerah Kabupaten Belu dengan temperatur rata-rata 24-34°C beriklim tropis, umumnya
berubah –ubah tiap setengah tahun dari musim kemarau dan musim penghujan dengan musim
kemarau yang lebih dominan. Hal tersebut bisa dilihat dari data hari hujan dan curah hujan
yang rendah. Musim hujan yang sangat singkat dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan
Mei. Curah hujan tertinggi, yaitu 2.727 mm terdapat di Kecamatan Wewiku. (Data Hasil Studi
Konsultan Patria Jasa Nusaprakarsa-Tahun 2011).
b. Kondisi Geologi
Dari aspek kemampuan tanah, sebagian besar Kabupaten Belu bertekstur tanah sedang yang
meliputi hampir seluruh wilayah dan sebagian kecil bertekstur tanah halus dan kasar. Jenis
tanah yang ada seperti tanah aluvial dapat di jumpai di dataran Besikama, sepanjang pantai
selatan dan sedikit di utara, dan pada umumnya jenis tanah ini sangat subur karena banyak
mengandung unsur hara.
Intensitas pelapukan-pelapukan di wilayah ini tidak begitu besar disebabkan beriklim
sedang. Tanah campuran aluvial dan litosol di jumpai di dataran Aeroki, Halilulik kemudian
tanah litosol tersebar merata di Kabupaten Belu dan terakhir campuran tanah mediteran,
renzina dan litosol tersebar di wilayah Malaka Tengah bersifat porous sehingga banyak
di jumpai air tanah.
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
3/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 3
c. Kondisi Vegetasi dan Tataguna Lahan
Vegetasi dan tata guna lahan di daerah aliran sungai (DAS) Benanain sebagian besar (± 80%)
berupa gabungan antara hutan dan rerumputan. Sebagian kecil (± 20%) berupa tegalan, tanah
sawah dan daerah permukiman (Sumber : Hasil Studi Konsultan 2010).
Secara umum, dapat dikatakan bahwa tata guna lahan pada bagian hulu DAS berupa hutan
lindung, produktif, dan perkebunan/ladang masyarakat. Sedangkan bagian tengah dan hilir
didominasi oleh lahan pertanian, padang rumput/semak dan permukiman serta di daerah
muara sungai masih berupa rawa hutan mangrove. Daerah hilir sungai di bagian kiri maupun
kanan sungai Benanain terdapat pesawahan/irigasi teknis (D.I. Malaka) seluas ± 15.000 ha.
d. Aspek Kependudukan
Dari hasil Sensus Penduduk, jumlah penduduk di Kabupaten Belu tahun 2011 sebanyak
176.317 jiwa dengan pertumbuhan rata –rata 2,35% dengan tingkat kepadatan rumah tangga
rata-rata 4 orang dan kepadatan penduduk 156 orang per Km². Apabila dibandingkan tahunsebelumnya, angka pertumbuhan penduduk periode tahun 2005-2010 tergolong cukup tinggi,
yakni 3,63%. Hal ini karena selain perkembangan penduduk berdasarkan angka kelahiran
secara alami, juga sebagai akibat adanya eksodus ex pengungsi Timor Timur ke wilayah
Kabupaten Belu.
Berdasarkan hasil pemantauan di lapangan, warga desa/kecamatan yang setiap tahunnya
terkena bencana banjir ini, yakni : Kecamatan Malaka Barat dengan penduduk berjumlah
20.089 jiwa, teridir atas 16 desa. Luas wilayah kecamatan Malaka Barat adalah 87,41 km2
(Kabupaten Belu dalam Angka). Di tahun 2012 Bulan Desember dan 2013 Bulan Januari,
desa-desa di Kecamatan Malaka Barat yang terkena bencana adalah : Desa Lasaen; bangunan
rumah yang terendam banjir 467 KK dengan total jiwa 1.925 jiwa. Desa Rabasa 150 rumah
terendam dengan total jiwa 850 jiwa. Desa Fafok 535 KK dengan total jiwa 2315 jiwa. Desa
Umatos 579 KK dengan total jiwa 1.220 jiwa. Sehingga total jiwa adalah 6.310 jiwa. Tingkat
kerusakan ini belum termasuk korban materiil berupa hewan ternak, sawah ladang, sumur-
sumur dangkal dan lainny.
B. Data dan Kondisi Fisik Luapan Sungai Benanain
Berdasarkan interpretasi foto udara, diketahui bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) Benanain
secara geografis terletak pada 09o 19’ 32” - 09
o 22’ 20” LS. dan 124
o 04’ 44” - 122
o 12’ 20” BT.
Secara administratif lokasi penanganan Sungai Benanain teridentifikasi sebagaian besar beradadi Kecamatan Malaka Tengah (hilir) dan Kecamatan Malaka Barat (hulu) Kabupaten Belu serta
Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Peta lokasi DAS dan lokasi
penanganan sungai dapat dilihat pada Gambar 1.
Jika dilihat dari panjang sungai secara keselurahan (DAS) maka panjang Sungai Benanain ± 128 km ’.
Sungai Benanain ini berhulu di pegunungan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) dan Timor Tengah
Utara (TTU), dimana bagian paling hulu adalah di Gunung Mutis ± 1.400 m dpl dan bermuara di Laut
Timor, di Kabupaten Belu. Sungai ini merupakan salah satu sungai terbesar dan terpanjang di Provinsi
Nusa Tenggara Timur dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) ± 3.158 km2 (Sumber : Hasil Studi
Konsultan Patria Jasa Nusaprakarsa-Tahun 2011).
Berdasarkan hasil orientasi peta rupa bumi skala 1 : 25.000, dirilis bahwa kemiringan muka tanah
daerah aliran sungai Benanain diklasifikasikan sebagai berikut :
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
4/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 4
Datar dengan kemiringan 0 – 2 %, mencakup sekitar 15% dari luas DAS Benanain.
Landai dengan kemiringan > 2 – 8 %, mencakup sekitar 20% dari luas DAS Benanain.
Curam dengan kemiringan > 8 – 40 %, mencakup sekitar 40% dari luas DAS Benanain.
Terjal dengan kemiringan > 40 %, mencakup sekitar 25% dari luas DAS Benanain.
Gambar 1, Peta lokasi DAS dan Titik-Titik Daerah Luapan Banjir
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
5/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 5
III. INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Proses terjadinya banjir ini sangat berkaitan erat dengan beberapa hal, antara lain kondisi
alam, peristiwa alam dan kegiatan manusia.
Kondisi alam (statis), meliputi :
- Geografi
- Topografi
- Geometri alur sungai, antara lain kemiringan dasar sungai, meandering, “bottle neck”,
sedimentasi dan ambang alam
Peristiwa alam (dinamis), meliputi :
- Curah hujan yang tinggi
- Efek pembendungan dari laut/pasang dari sungai induk
- Amblasan tanah
- Pendangkalan
Kegiatan manusia (dinamis), meliputi kegiatan :- Pembudidayaan dataran banjir
- Tata ruang/peruntukan dataran banjir yang tidak sesuai
- Tata ruang/peruntukan di DAS
- Permukiman di bantaran sungai
- Pembangunan drainase
- Bangunan sungai
- Adanya sampah padat
- Prasarana pengendali banjir yang terbatas, dan lain sebagainya.
- Kegiatan perladangan dan Pembabatan tanaman secara tidak terkontrol di DAS
Dengan demikian banjir merupakan fenomena alam dan masalah yang ditimbulkannya tidak
dapat diatasi ataupun dikendalikan secara mutlak. Masalah banjir biasanya meningkat dari
tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan dan pembudidayaan lahan dataran banjir yang
kurang mempertimbangkan adanya resiko tergenang banjir, serta pertumbuhan
pembudidayaan lahan di daerah pengaliran sungai yang kurang diimbangi dengan upaya
konservasi air dan tanah.
A. Permasalahan Muara Sungai
Permasalahan yang terjadi di muara sungai lain adanya intrusi air laut, pencemaran, sedimentasi dan
erosi pantai.
1. Intrusi Air Laut melalui Muara
Adalah proses masuknya air laut ke alur sungai melalui muara sehingga air sungai tercemar
oleh air asin. Pengaruh proses ini akan lebih parah lagi yang diakibatkan oleh adanya air laut
pasang. Pengaruh intrusi air laut masuk ke alur sungai yang cukup jauh dapat mengakibatkan
pencemaran kualitas air yang pada lokasi-lokasi tertentu masih digunakan untuk berbagai
keperluan, misalnya untuk pertanian, air minum dan mandi cuci.
2. Sedimentasi pada Muara
Sedimentasi di muara sungai terdiri atas proses penutupan dan proses pendangkalan.
Penutupan muara sungai terjadi tepat di mulut sungai pada pantai yang berpasir atau
berlumpur, yaitu dengan terjadinya formasi ambang (bar) di muara. Proses ini biasanyadisebabkan debit sungai kecil, terutama di musim kemarau sehingga tidak mampu
membilas sedimen.
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
6/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 6
Pendangkalan muara sungai dapat terjadi mulai dari muara ke udik sampai pada suatu
lokasi di sungai, dimana pengaruh intrusi air laut masih ada.
Gambar 2 Sedimentasi di Muara
Laju sedimen; luas alur sungai Benanain dari Bendung sampai dengan muara sekitar370.000 m2. Laju sedimen yang terjadi sekitar 357.278 ton/thn = 213.411 m 3/thn sehingga
ketebalan sedimen menjadi 0,577 m/thn.
3. Erosi Pantai sekitar Muara
Adalah proses mundurnya pantai dari posisi semula yang disebabkan antara lain oleh tidak
adanya keseimbangan antara pasokan dan kapasitas angkutan sedimen. Perubahan pantai
jenis ini biasanya terjadi pada pantai landai (berpasir atau berlumpur). Beberapa faktor
penyebab yang sering mengakibatkan terjadinya erosi pantai antara lain adalah :
Pengaruh adanya bangunan pantai
Penambangan material pantai dan sungai Pemindahan muara sungai
Pencemaran perairan pantai yang dapat mematikan karang, hutan
Pengaruh pembuatan waduk di hulu sehingga angkutan sedimen berkurang
Kerusakan akibat bencana alam misal gelombang badai, tsunami.
B. INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KONDISI DAERAH ALIRAN
SUNGAI BENANAIN
Penyebab terjadinya banjir terutama akibat hujan yang besar di daerah hulu. Hujan yang turun tidak
tersimpan dulu di daerah hulu, sehingga sebagian besar mengalir dan mengisi ruas sungai. Hal ini
diakibatkan kondisi daerah hulu yang sudah mengalami perubahan baik dari segi pemanfaatan
maupun potensinya.
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
7/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 7
Hulu sungai Benanain yang terletak di Kabupaten Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan
diperkirakan ada 300 anak sungai yang masuk ke sungai utama Benanain. Keseluruhan anak sungai
tersebut masing-masing membawa debit aliran yang cukup besar, sehingga secara kumulatif
mengakibatkan Sungai Benanain banjir dan meluap.
Dari foto citra yang diterbitkan oleh Google Earth (2009 dan 2010) dapat dilihat bahwa sebagian
besar dari hulu DAS Benanain sudah termasuk daerah yang kritis. Hutan sudah kelihatan banyak yang
kritis (gundul) dan penggunaan lahan sudah semakin meningkat baik untuk pemukiman maupun
pertanian lainnya. Akibat gundulnya kondisi hutan di hulu DAS Benanain mengakibatkan runoff
meningkat dan mengikis permukaan tanah.
Pengikisan (erosi) yang terjadi menyebabkan di beberapa daerah tebing sungai mengalami longsor.
Material Longsoran (tanah/batuan) ini terbawa pada alur sungai, yang lama kelamaan akan menjadi
pendangkalan di sepanjang alur sungai. Dengan kata lain bahwa tingkat sedimentasi yang masuk
ke badan sungai cukup tinggi, ± 213,411 m3/thn dengan ketebalan sedimen di alur sungai bagian hilir
sampai dengan muara ± 0,56 m (Sumber : Hasil Studi Konsultan Patria Jasa Nusaprakarsa-Tahun 2011).
Konsekuensi dari fenomena tersebut di atas, kapasitas sungai menjadi berkurang untuk menampung
debit yang terjadi, sehingga menyebabkan limpasan dan masuk ke lahan dan pemukiman warga.
Berdasarkan hasil studi Konsultan tahun anggaran 2011 debit banjir DAS Sungai Benanain dapat
digambarkan sebagai berikut :
No.Periode Ulang Debit (m
3 /det)
(Tahun) UH Nakayasu UH Snyder
1 2 1603 1421
2 5 2092 1936
3 10 2401 2276
4 20 2694 2596
5 25 2787 2699
7 50 3066 3005
8 100 3342 3310
Sumber : Analisis Konsultan
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
8/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 8
Gambar 3 Kodisi Hulu DAS Benanain dan Agredasi Sedimentasi di Badan Sungai mengakibatkan Overtopping
C. INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KONDISI SUNGAI
Kondisi Kerusakan Alur Sungai
Dibeberapa titik sepanjang alur sungai dari jembatan sampai dengan Bendung Benanain
terdapat kondisi alur dan tebing yang kritis. Kondisi ini terjadi akibat prilaku air (alam) yang
secara sendirinya mencari alur yang mudah dilaluinya. Di sebelah kanan dan kiri alur sungai
terlihat di beberapa titik terjadi gerusan dan longsoran. Seperti halnya di bagian hulu Bendung
Benanain tedapat gerusan yang mengakibatkan tebing terpangkas dan air mengarah ke
belakang tembok sayap bendung di sebelah kanan.
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
9/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 9
Gambar 4, Bagian Hulu Bendung Benanain
Begitu juga terjadi di bagian ruas sungai di hilir Bendung Benanain, dari pengamatan diperoleh
bahwa tebing tersebut sudah mengalami gerusan. Apabila hal ini tidak segera untuk ditangani,
dikhawatirkan akan mempengaruhi kondisi Bendung itu sendiri.
Gambar 5, Longsoran di bagian Hilir Kiri dan Kanan Bendung
Pada jarak sekitar 1 km dari hilir Bendung Benanain terdapat belokan (meandering) yangtajam. Akibatnya aliran selalu menabrak tebing dan berbelok lagi dengan energi yang besar.
Dengan terjadinya debit yang cukup besar, tebing ini mengalami kelongosoran yang cukup
panjang dan jauh dari alur sungai.
Selain tebing yang rusak, akibat lainnya adalah air melimpas dan menggenangi lahan di daerah
bantaran bahkan air limpasan masuk ke saluran primer (Kejadian ini terjadi pada bulan
Februari 2011).
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
10/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 10
Gambar 6, Longsoran Di sebelah Kanan Sungai (± 1 km dar bendung)
Gambar 7, Longsoran di sebelah Kiri Alur sungai
Pada gambar-gambar (foto) tersebut di atas, terlihat bahwa kondisi kerusakan/longsoran alur
sungai, dimana longsoran terjadi hampir disepanjang alur sungai, terutama di bagian kiri
sungai. Lokasi di sepanjang alur sungai dari Bendung sampai Jembatan Benanain hampirsemuanya terjadi longsoran.
Kondisi alur sungai saat ini (kejadian banjir bulan Desember 2010 sampai dengan April 2011),
cenderung dari waktu ke waktu meningkat secara signifikan berkisar antara 225,841 m³/det,
sampai dengan 1.743,20 m³/det. Pada tanggal 27 maret 2011 tepatnya 19.°° WITA terjadi
banjir maksimum dengan debit 2.305,50 m³/det, atau setara dengan debit periode ulang 10
tahun dengan tinggi muka air di atas mercu bendung Benanain 4,0 m yang menggenangi Desa
motaulun, sampai hilir Desa Sikun, sehingga menggerus tebing/dinding bantaran sungai bagian
kanan sejauh 320,0 m (Sumber : BWS NT. II-PPK Sungai Pantai I).
Kejadian tersebut berdampak pada rusaknya tanggul pengaman jaringan Irigasi di beberapa
titik dengan total panjang 1.000.0 m. Terputusnya jaringan Irigasi/saluran sekunder besikama
sepanjang 1.000 m serta perkuatan tebing sungai dari bronjong pada ruas Motaulun terputus
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
11/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 11
sepanjang 154,0 m. Banjir masih terjadi diakhir bulan Desember 2011 s/d Januari 2012 yang
menggenani 4 (empat) Desa, yaitu : Desa Lasaen, Desa Sikun, Desa Umatoos, Desa Fafoe
sehingga merusak ratusan hektar lahan perkebunan dan raturan areal pemukiman di 4 Desa
tersebut.
IV. USULAN PENANGANAN KONPREHENSIF DAN BIAYA
Penanganan banjir merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistem, dengan memperhatikan semua
komponen yang ada di daerah aliran sungai. Sistem daerah aliran sungai dengan berbagai
karakteristiknya harus dilakukan secara menyeluruh, dari hulu ke hilir, dengan melibatkan seluruh
pihak yang berkepentingan.
Perlindungan dan pelestarian sungai dan danau sebagaimana dapat dilakukan melalui :
1. pemeliharaan sungai
2. pengendalian pemanfaatan sungai
3. pengaturan prasarana dan sarana sanitasi
4. perlindungan sungai dan danau sebagai sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan
5. pembangunan dan pemanfaatan lahan;
6. pengaturan daerah sempadan sungai;
7. pengendalian galian;
8. restorasi sungai;
9. penyediaan aliran pemeliharaan.
Optimalisasi Bangunan Waduk/Embung (Infrastruktur SDA)
Di daerah aliran sungai Benanain banyak terdapat embung-embung sebagai tampungan air. Besar
kecilnya embung yang ada bervariasi begitu juga dengan pemanfaatan dari embung tersebut. Apabilaembung yang ada dapat berfungsi dengan baik, maka aliran air akan tertampung sementara dan
mengurangi volume air yang masuk ke sungai Benanain. Keberadaan waduk/embung di DAS
Benanain tersebar di 3 (tiga) Kabupaten, dengan jumlah 21 Waduk, 25 bh embung irigasi, 297 bh
embung kecil. Dengan total tampungan volume air ± 516,5 juta m3. Rencana lokasi Waduk, Embung
dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini.
Gambar8, Lokasi Rencana Waduk Di DAS Benanain (21 Bh)
Berdasakan dari hasil pengamatan lapangan dan hasil analisis yang telah dilakukan, disusun usulan
beberapa bangunan pengendali dan pengaman banjir untuk sungai Benanain sebagai berikut :
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
12/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 12
1. Bangunan untuk melindungi tanggul banjir dengan perkuatan tebing dengan bronjong.
2. Perlindungan tebing dengan revetment, jenis ini dikhususkan pada daerah pengamanan
bangunan prasarana bangunan keairan (bendung dan siphon).
3. Bangunan Dam pengendali Sedimentasi pada daerah hulu di sungai ordo 2 dan 3
Penanganan jangka pendek saat ini karena dana yang terbatas (6 s/d 7 milyar rupiah setiap tahun)
untuk 97 sungai kritis, sehingga masih bersifat emergensi dan sproradis dalam upaya mengurangi
dampak yang timbul, yaitu dalam upaya melindungi bangunan sarana umum seperti; jalan dan
jembatan dan sebagian kawasan pemukiman dan areal pertanian agar dapat memberikan akses pada
saat terjadi banjir. Upaya peringatan dini saat akan terjadi banjir dengan membuat peil/tugu elevasi
banjir di Bendung Benenain dan juga diperlukan di sekitar kantor pemerintah serta Daerah strategis
di pemukiman padat untuk dilakukan pengamatan setiap waktu dimusim hujan sehingga segera
diinformasikan ke masyarakat dalam upaya evakuasi, sedangkan untuk pematauan secara modern
jarak jauh diperlukan pemasangan Telemetri.
Khusus penanganan darurat, Dinas Kimpraswil Kabupaten Belu telah diberikan bantuan karung
plastik untuk pembuatan tanggul darurat sebanyak 10.000 (sepuluh ribu) lembar. Bantuan bronjong
belum dapat dilakukan mengingat ketersediaan bahan banjiran tersebut sangat terbatas untuk stok
di lokasi kejadian banjir. Selain itu pula, kejadian banjir dan dampak serta upaya penanganan lanjutan
telah disampaikan laporan Kepada Menteri Pekerjaan Umum melalui Posko Banjir Kementerian PU
oleh Piket Banjir pada Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II. Posko/Piket Banjir Balai Wilayah Sungai
Nusa Tenggara II Prov. NTT melakukan pemantauan selama 24 jam (non stop) untuk menerima
laporan dan secara aktif menghubungi Dinas PU dan Kimpraswil Kabupaten/Kota dengan
menggunakan Radio Komunikasi.
Gambar berikut ini disajikan tata letak bangunan pengaman banjir yang dipergunakan untukpengendalian banjir Sungai Benanain.
Gambar 9, Peta Lokasi Bangunan Pengendali Banjir
Blok 1Blok 2
Blok 3
Blok 5Blok 6
Blok 7
Blok 9
Blok 11
Blok 13Blok 16
Blok 18
Blok 17
Blok 15Blok 14
Blok 12
Blok 10
Blok 8
Blok 4
Bendung
Benanain
Jembatan
Benanain
S. Benanain
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
13/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 13
Berkenan dengan permasalahan yang disampaikan di atas, maka penanganan saat ini tidak dapat lagi
dilakukan secara parsial sehubungan masalah yang terjadi sangat kompleks dan membutuhkan
keterpaduan program. Skala prioritas penanganan adalah untuk mengurangi aliran permukaan saat
banjir. Untuk itu sangat diperlukan adanya penghijauan dimana vegetasi dapat menahan dan
menyerap air ke dalam tanah termasuk dapat mengurangi transport sedimentasi dari bahaya erosi
akibat run-off yang besar, sekaligus dapat menambah kandungan air tanah.
Selain itu, diperlukan suatu konsep penataan tata ruang yang berwawasan lingkungan (terbuka hijau)
dan daerah retensi serta bantaran banjir sebagai daerah sepadan sungai. Perlu dilakukan juga konsep
relokasi penduduk pada daerah yang aman ketika banjir dan konstruksi rumah panggung,
pengelolaan dataran banjir, prakiraan banjir dan peringatan dini serta bantuan bronjong pabrikasi
untuk pekerjaan tanggap darurat.
Bangunan Pengendali Banjir
Bangunan pengendali banjir ini lebih difokuskan pada bangunan pengendali daya rusak air akibaterosi/gerusan di sepanjang tebing sungai. Jenis penanganan yang direncanakan untuk mengantisipasi
terjadinya gerusan, luapan dan pendanglan sungai, maka dibeberapa lokasi (terutama disekitar
bangunan keairan dan pemukiman) dibuat bangunan-bangunan pengamanan, diantaranya adalah :
retarding basin, flood way , revetment dan krib bronjong dan krib beton tiang pancang. Adapun
bangunan ini ditempatkan pada lokasi dan panjangnya seperti yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 1, Pengendali Erosi Tebing dengan Bronjong
No. Sungai Lokasi Panjang (m) Keterangan
1 Benanain Patok R1 – R8 410 Blok 1
2 Benanain Patok R9 – R23 750 Blok 2
3 Benanain Patok R39 – R46 350 Blok 3
4 Benanain Patok L70 – L76 270 Blok 4
5 Benanain Patok R73 – R83 500 Blok 5
6 Benanain Patok R123 – R139 535 Blok 6
7 Benanain Patok R130 – R132 190 Blok 7
8 Benanain Patok L133 - L 149 810 Blok 8
9 Benanain Patok R163 – R167 330 Blok 9
10 Benanain Patok L165 – L184 920 Blok 10
11 Benanain Patok R173 – R179 360 Blok 11
12 Benanain Patok L195 – L199 260 Blok 12
13 Benanain Patok R271 – R277 360 Blok 13
14 Benanain Patok L286 – L294 430 Blok 14
15 Benanain Patok L300 – L305 335 Blok 15
16 Benanain Patok R329 – R341 615 Blok 16
17 Benanain Patok L335 – L339 390 Blok 17
18 Benanain Patok R490 – R499 500 Blok 18
Total Panjang 8.500 m = 8.50 km
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
14/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 14
G
a
m
b
a
r
1
0
,
P
e
t
a
L
ay Out Lokasi Pengendali Banjir
P E R K
U A T A
N T E
B I N G B L
O K . 1
a
U
U
10.001.711.5011.8610.49
3 5 . 2
4 8
3 3 . 7
7 0
3 2 . 1
0 0
3 0 . 7
1 0
3 0 . 5
6 0
3 1 . 4
2 0
4.562.913.8519.8010.81
3 6 .
1 3 0
3 4 .
5 6 9
3 4 .
1 9 0
3 3 .
4 2 0
3 1 .
7 0 0
3 1 .
7 4 0
R.4
R.8
3 0 .
3 9 0
2 9 .
7 8 0
2 9 .
8 4 0
3 2 .
1 2 0
3 4 .
2 2 0
3 4 .
6 8 0
3 4 .
8 9 0
3 4 .
7 9 4
6.00 7.08 1.39 2.96 1.60 5.40 7.60
R.1
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
15/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 15
Gambar 11, Potongan Melintang Perkuatan Tebing Sungai
Biaya Penanganan Menyeluruh
Adapun total biaya secara keseluruhan dalam penangan bencana banjir Sungai Benanain
(hulu-tengah dan hilir) secara keseluruhan adalah sebesar Rp. 10.473.965.000.000,00 mendekati
10,50 Triliun Rupiah. Usulan rencana perbaikan untuk penanggulangan Sungai Benanain secara
konprehensip (hulu sampai ke hilir) direncanakan dalam 3 (tiga) tahap pelaksanaannya. Biaya untuk
tahap I (pertama) sebesar Rp. 4.734.707.000.000,00. Tahap II (kedua) sebesarRp. 3.160.117.000.000,00 dan tapap ketiga (ketiga) sebesar Rp. 2.582.975.000.000,00. Rencana
anggaran biaya selengkapnya sebagaimana dilihat dalam Lampiran.
Sebagai tindak lanjut dari penanganan, di tahun anggaran 2013 akan diprogramkan dan dilaksanakan
kegiatan perbaikan Sungai Benanain dengan dana bersumber dari APBN sebesar Rp. 15.000.000.000,
sebagaimana diuraiankan dalam tabel 3 berikut ini.
Tabel 3, ESTIMASI RENCANA ANGGARAN BIAYA PENANGANAN
SUNGAI BENANAIN (PERBAIKAN DAN PERKUATAN TEBING) TA. 2013
No Uraian Kegiatan Satuan Volume Harga Satuan(Rp)
Jumlah Harga(Rp)
Pekerjaan Perbaikan
Sungai/Perkuatan Tebing
L = 1,50 km'
1 Pekerjaan Persiapan ls ls 20.000.000,00 20.000.000,00
2 Galian Tanah m3 15.000 20.400,00 306.000.000,00
3 Timbunan Kembali dipadatkan m3 2.250 45.700,00 102.825.000,00
4 Pasangan Bronjong dan lainnya m3 6.000 1.115.400,00 6.692.400.000,00
5 Timbunan Tanggul Dipadatkan m3 7.500 64.050,00 480.375.000,00
6 Beton Rabat 1 : 2 :3 m3 6254 965.000,00 6.035.110.000,00
Jumlah 13.636.710.000,00
PPN 10 % 1.363.671.000,00
Total Keseluruhan 15.000.381.000,00Dibulatkan 15.000.000.000,00
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
16/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 16
Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS)
Konservasi daerah aliran sungai (DAS) ditujukan untuk menjaga kelestarian dan kelangsungan
ekologis, daya dukung, daya tampung, dan fungsi sungai dan danau. Untuk mencapai tujuan
konservasi daerah aliran sungai dilakukan kegiatan perlindungan dan pelestarian fungsi sungai
sebagai wadah/tempat sumber air.
Berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi permasalahan di DAS Benanain melalui kegiatan
Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA) yang dilaksanakan oleh Balai Wilayah Sungai
Nusa Tenggara II, ditemukan bahwa di DAS Benanain terdapat lahan-lahan kritis pada Sub-DAS
Benanain yang kritis. Adapun lokasi kegiatannya adalah di Kabupaten TTS di desa Pili, Kab. TTU
di Desa Oenaem, dan Kabupaten Belu di Desa Kamanasa-Malaka Tengah.
V. PENUTUP
Sungai Benanain secara administrasi berada di 3 (tiga) Kab., yaitu : Kab. TTU, TTS dan Kab. Beludengan luas DAS = 3.158 km
2. Bencana banjir yang terjadi akibat meluapkan Sungai Benanain terjadi
di bagian hilir. Akibatnya adalah jebolnya tanggul di beberapa ruas alur sungai. Tertutupnya alur
sungai akibat longsoran, rusaknya jaringan irigasi dan tergenangnya daerah permukiman dan
infrastruktur umum lainnya. Banjir (Q-besar) diakibatkan dari kondisi DAS yang kritis, dan berkurangnya
kapasitas tampung sungai. Penanganan banjir Sungai Benanain perlu dilakukan secara non struktural
(jangka panjang) dan secara struktural (jangka pendek). Secara non struktural dilakukan dengan
optimalisasi waduk dan konservasi DAS. Penanganan struktural dilakukan dengan membuat
perkuatan tebing/lereng serta tanggul banjir dan perbaikan dasar sungai maupun pengerukan pada
daerah muara sungai.
Beberapa informasi sebagai kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Kondisi Geofisik
• Kabupaten Belu beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 24-34°C. Curah hujan
tertinggi, yaitu 2.727 mm.
• Dari aspek kemampuan tanah, jenis tanah yang ada seperti tanah aluvial dapat di jumpai
di dataran Besikama, sepanjang pantai selatan pada umumnya jenis tanah sangat subur
karena banyak mengandung unsur hara.
• Daerah hilir sungai di bagian kiri maupun kanan sungai Benanain terdapat
pesawahan/irigasi teknis (D.I. Malaka) seluas ± 15.000 ha.
• Jumlah penduduk Kabupaten Belu tahun 2011 sebanyak 382.375 jiwa, dengan tingkat
kepadatan rumah tangga rata-rata 4 orang dan kepadatan penduduk 156 orang per Km².
2. Inventarisasi dan Identifikasi Masalah
• Permasalahan yang terjadi di muara sungai lain adanya intrusi air laut, pencemaran,
sedimentasi dan erosi pantai.
• Sebagian besar dari hulu DAS Benanain sudah termasuk daerah yang kritis. Hutan sudah
kelihatan banyak yang kritis (gundul) dan penggunaan lahan sudah semakin meningkat
baik untuk pemukiman maupun pertanian lainnya. Dengan kata lain bahwa tingkat
sedimentasi yang masuk ke badan sungai cukup tinggi, ± 213,411 m3/thn dengan
ketebalan sedimen di alur sungai bagian hilir sampai dengan muara ± 0,56 m (Sumber :
Hasil Studi Konsultan Patria Jasa Nusaprakarsa-Tahun 2011).
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
17/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 17
• Sepanjang alur sungai di sebelah kanan dan kiri alur sungai terlihat di beberapa titik
terjadi gerusan dan longsoran.
3. Usulan Penanganan Sungai Benanain
a. Sungai Benanain merupakan sungai yang cukup besar, meliputi 3 (tiga) kabupaten yaitu
TTS, TTU dan Belu. Luas DAS ± 3.158 km2. Panjang sungai utama ± 74,95 km’ dan
berhulu digunung Mutis + 1.400 m dpl. Kemiringan rata-rata sungai 0,00453635, dan
tingkat sedimentasinya cukup tinggi ± 213.411 m3/th dengan ketebalan sedimen
di sungai bagian hilir sampai dengan muara ± 0,56 m.
b. Konservasi DAS untuk tiga Kabupaten, yakni Belu, TTU dan TTS
c. Optimalisasi Bangunan Waduk/Embung (Infrastruktur SDA); Di daerah aliran sungai
Benanain direncanakan di 3 (tiga) Kabupaten, sejumlah bangunan berupa : 21 Waduk,
25 bh embung irigasi, 297 bh embung kecil.d. Direncanakan beberapa bangunan pengendali dan pengaman banjir untuk sungai
Benanain sebagai berikut : Pasangan revetment (8.500 m), bronjong (8.500 m), retarding
basin, dihilirnya akan terjadi pengurangan debit banjir, yaitu dari Q-10th = 2.378 m3/dt
menjadi 1.890 m3/dt. Dan untuk Q-25th = 2.781 m3/dt menjadi 2.210 m
3/dt (análisis
floodrouting aliran banjir sungai). Perlu pembebasan tanah seluas = 2.844.870 m2 flood
way L = 3.100 m dengan lebar 50 m dengan kedalaman 4,0 m. Desain tanggul sungai
untuk Q-25th dengan panjang L = 30.411 m’.
4. Usulan Rencana Penanganan Sungai Benanain
Biaya penanganan Sungai Benanain secara konprehensip (hulu sampai ke hilir) sebesar
Rp. 10.473.965.000.000,00.- (Sepuluh Triliun Empat Ratus Tujuh Puluh Tiga Milliard Sembilan Ratus
Enam Puluh Lima Juta Rupiah) Kegiatannya direncanakan dalam jangka waktu kurang lebih 30 (tiga
puluh) tahun dengan 3 (tiga) tahap pelaksanaan, dimana untuk kegiatan masing-masing tahap
diperkirakan selama 10 (sepuluh) tahun dengan besarnya biaya Tahap I (pertama) sebesar
Rp. 4.734.707.000.000,00.- (Empat Triliun Tujuh Ratus Tiga Puluh Enpat Milliard Tujuh Ratus Tujuh
Juta Rupiah).
Tahap II (kedua) sebesar Rp. 3.160.117.000.000,00 (Tiga Triliun Seratus Enam Puluh Milliard
Seratus Tujuh Belas Juta Rupiah). Dan tahap III (ketiga) sebesar Rp. 2.582.975.000.000,0.- (DuaTriliun Lima Ratus Delapan Puluh Dua Milliard Sembilan Ratus Tujuh Puluh Lima Juta Rupiah).
Sedangkan pada Tahun Anggaran 2013 Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara II melalui Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) Kegiatan Sungai dan Pantai I akan memprogramkan pelaksanaan
perbaikan Sungai Benanain dengan dana yang bersumber dari APBN sebesar Rp. 15.000.000.000,00
(Lima Belas Milliard Rupiah).
Realitasnya, di Sungai Benanain setiap tahun terjadi luapan banjir yang menggenangi pemukiman
penduduk, lahan pertanian/perkebunan dan merusak infrastruktur irigasi dan infrastruktur umum
lainnya. Dengan demikian maka untuk penanganan darurat (emergency) setiap tahun, sangat
diperlukan pengadaan beberapa peralatan berat dan material tanggap darurat. Perkiraan total biayapengadaan tersebut di atas sebesar Rp. 9.102.000.000,- (Sembilan Milliard Seratus Dua Juta
Rupiah). Rincian usulan biaya lengkapnya tersaji dalam tabel berikut ini.
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
18/20
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
19/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.
[Pengelolaan SDA yang berkelanjutan – jfz 2012] 19
Lampiran Rencana Anggaran Biaya Keseluruhan & Tahapan Tahapan Penanganan Sungai Benanain
ESTIMASI RENCANA ANGGARAN BIAYA PENANGANANSUNGAI BENANAIN (RP)
ESTIMASI USUALAN BIAYA PENANGANANSUNGAI BENANAIN / TAHAP (RP)
No Uraian Kegiatan Jumlah Harga Usulan Tahap I Usulan Tahap II Usulan Tahap III
I.
Kegiatan Konservasi dan
lainnya 525.000.000.000,00 175.000.000.000,00 175.000.000.000,00 175.000.000.000,00Sub Total - 1 525.000.000.000,00 175.000.000.000,00 175.000.000.000,00 175.000.000.000,00
II. Optimalisasi Waduk
1 Waduk / DD (21 bh) 7.402.500.000.000,00 10 3.525.000.000.000,00 6 2.115.000.000.000,00 5 1.762.500.000.000,00
2 Embung Irigasi / DD (25 bh) 651.000.000.000,00 10 261.000.000.000,00 10 261.000.000.000,00 5 131.000.000.000,00
3 Embung Kecil / DD (297 bh) 579.900.000.000,00 100 195.750.000.000,00 100 195.750.000.000,00 97 189.900.000.000,00
Sub Total - II 8.633.400.000.000,00 3.981.750.000.000,00 2.571.750.000.000,00 2.083.400.000.000,00
III. Pekerjaan Perbaikan SungaiL = 8,50 km'
363.393.466.000,003,50Km’
147.536.247.196,003,00Km’
126.090.782.702,002,00Km’
89.766.436.102,00
Sub Total - III 363.393.466.000,00 147.536.247.196,00 126.090.782.702,00 89.766.436.102,00
Jumlah I + II + IIII 9.521.793.466.000,00 4.304.286.247.196,00 2.872.840.782.702,00 2.348.166.436.102,00
PPN 10 % 952.179.346.600,00 430.428.624.719,60 287.284.078.270,20 234.816.643.610,20
Total Keseluruhan 10.473.964.772.600,00 4.734.706.831.915,60 3.160.116.820.972,20 2.582.975.039.712,20
Dibulatkan 10.473.965.000.000,00 4.734.707.000.000,00 3.160.117.000.000,00 2.582.975.000.000,00
8/16/2019 Benanain Dalam Konsep Dan Penanganan-file 1
20/20
Kilas Informasi Konsep dan Penanganan Sungai
Benanain di Kabupaten Malaka Prov. NTT.