Post on 18-Oct-2021
i
BEBERAPA TANAMAN YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN PESTISIDA NABATI
Oleh : Ni Nyoman Darsini
196612311993032005
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA
UNIVERSITAS UDAYANA 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala Rahmat-
Nya, makalah mengenai “BEBERAPA TUMBUHAN YANG DAPAT
DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN DASAR PESTISIDA NABATI” ini dapat
diselesaikan tepat waktu.Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan didalamnya.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan
manfaat dan pengetahuan mengenai tanaman yang dapat dijadikan sebagai bahan
obat-obatan.Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah ini dapat
kami perbaiki dan menjadi lebih baik.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat.Kami juga yakin bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan
masih membutuhkan kritik serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah
ini lebih baik kedepannya.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan Karya Ilmiah ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan Karya Ilmiah ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 3
2.1 Manfaat Pestisida Nabati .................................................................................... 3
2.2 Efek Pestisida sintetis ......................................................................................... 4
BAB III METODE PENULISAN KARYA ILMIAH ...................................................... 9
3.1. Penelusuran Pustaka .......................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 10
4.1 Macam-macam Tanaman yang Dapat Digunakan Sebagai Bahan Pestisida
Nabati ............................................................................................................... 10
BAB V KESIMPULAN .................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 24
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Masyarakat kita dari jaman dahulu sudah mengenal manfaat tanaman
secara ekonomi. Tanaman berkasiat misalnya sebagai bahan pestisida nabati,
obat-obatan, bahan minuman, bahan penyendap makanan, bahan pembuatan
rokok, bahan kunyahan, tanaman penghasil minyak atsiri, bahan obat, bahan
pewarna, Tanaman mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat dan
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. Beberapa ahli
menyebutkan ttumbuhan potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga
mengandung senyawa/bahan bioaktif yang berkhasiat secara ekonomi.
Tumbuhan/tanaman yang menghasilkan satu atau lebih komponen aktif yang
digunakan untuk perawatan pengobatan, bahan minuman, bahan penyendap,
bahan rokok, bahan kunyahan, bahan insektisida dan herbisida, tanaman
penghasil minyak atsiri bahan obat. Setiap tumbuhan biasanya mengandung
senyawa-senyawa efektif dan menghasilkan kkasiat yang berbeda sesuai dengan
kegunaannya Cuma kita belum tahu secara menyeluruh ( Zuhud et al., 1991).
1.2Rumusan Permasalahan
1 Tanaman-tanaman apa sajakah yang dapat digunakan bahan obat
1
2
1.3 Tujuan Penulisan Karya Ilmiah
1 Untuk mengetahui tanaman-tanaman yang dapat digunakan sebagai
tanaman obat
1.4 Manfaat penulisan karya ilmiah
Untuk menambah referensi dalam memilih bahan tanaman untuk membuat
pestisida nabati yang ramah lingkungan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Manfaat Pestisida Nabati
Pestisidadigunakan untuk melindungi hasil produksi tanaman dari kerugian
akibat berbagai gangguan hama. Penggunaan pestisida organik sintetik merupakan
pilihan utama petani sayuran untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman
(OPT). Pestisida yang digunakan di bidang pertanian dan kehutanan yang sudah
mendapat ijin diedarkan dari Kementrian Pertanian sampai tahun 2011 terdapat 2247
formulasi (Kementrian Pertanian, 2011). Satu formulasi pestisida sekurang-
kurangnya mengandung 3 bahan utama, yaitu : 1) bahan aktif; 2) stabilisator dan 3)
bahan tambahan (pengharum, pewarna dan sebagainya). Pestisida dianggap sebagai
produk teknologi yang mudah diterapkan, hasilnya efektif, tersedia dengan mudah
ditingkat petani, dan yang penting secara ekonomis menguntungkan.Jaga dan
Dharmani(2003) menyatakanPestisida berguna juga di bidang kesehatan, karena
dapat mengendalikan vektor−vektor penyakit menular tertentu, sehingga mampu
menurunkan prevalensi penyakit seperti malaria, schistosomiasis, filariasis, demam
berdarah dengue, dan penyakit pes (Saftarina, 2011).
3
4
2.2 Efek Pestisida sintetis
Pestisida organofosfat (OPs) sangat bermanfaat, namun juga sangat berbahaya
bagi manusia.Manusia dapat terpapar pestisida dari lingkungan. Para petani
cenderung menggunakan pestisida bukan atas dasar indikasi untuk pengendalian
hama namun mereka menyemprotkan pestisida ada ataupun tidak ada hama, tanaman
tetap disemprot dengan pestisida. Penggunaan pestisida oleh petani dilakukan dengan
mencampur beberapa macam, bahkan dicampur dengan pupuk. Penggunaan pestisida
pada beberapa daerah pusat pertanaman sayur baik di dataran tinggi maupun dataran
rendah di pulau Jawa, Bali, dan Sumatra dari tahun ke tahun meningkat dalam hal
dosis, cara pemakaian, frekuensi penggunaan, maupun jenis yang dipergunakan.
Interval penyemprotan pada pertanaman kentang, tomat, dan kubis dapat mencapai 4
– 5 hari sekali atau antara 12 – 15 kali penyemprotan selama satu musim
tanam.Penyemprotan justru lebih intensif dilakukan mendekati waktu panen dengan
tujuan memperoleh hasil yang berkualitas.Penggunaan pestisida yang demikian
merupakan ancaman, tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi manusia yang
terpapar baik petani penyemprot maupun konsumen. Setiap tahun terjadi 1-5 juta
kasus keracunan pada pekerja pertanian, dan 80% dari jumlah ini terjadi di negara
berkembang dengan tingkat kematian sebesar 5,5% atau sekitar 220.000 jiwa (WHO,
2014). Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan : 1) organisme target, seperti
insektisida (pembasmi serangga), herbisida (pembasmi gulma), rodentisida
(pembasmi tikus); 2) berdasarkan kandungan senyawa kimianya, seperti organofosfat,
organoklorin dan karbamat, dan yang paling aman bagi lingkungan adalah
5
organofosfat (Salvador, et al., 2008). Efek toksisitas bahan aktif dalam 11 pestisida
umumnya tidak spesifik, sehingga dapat mempengaruhi organisme non target,
manusia maupun lingkungan dan ekosistem secara keseluruhan.Petani sayur di
dataran tinggi sangatberisiko mengalami keracunan pestisida jangka panjang karena
kondisi suhu rendah dan kelembaban tinggi sangat baik untuk tumbuh dan
berkembangnya hama dan penyakit tanaman. Kondisi ini menyebabkan penggunaan
pestisida menjadi sangat intensif. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
bekerjasama dengan Asosiasi Industri Perlindungan Tanaman Indonesia (AIPTI)
menyatakan Petani sayur dan buah di Kota Batu, Malang Jawa Timur mengalami
keracunan pestisida sebanyak 95,8% yang dilihat melalui pengukuran kadar
kolinesterase darah. Penggunaan pestisida yang tidak dikelola dengan baik dapat
berdampak negatif bagi petani penyemprot dan keluarganya.Petani penyemprot
terpapar pestisida secara langsung saat mencampur dan memegang alat penyemprot
selama penyemprotan berlangsung.Penyemprotan juga dapat mencemari tanah,
perairan, air minum, makanan dan rokok di sekitar tempat penyemprotan.Konsumen
juga dapat terkena dampak negatif dari pestisida.12 Pestisida masuk ke dalam tubuh
melalui pernafasan, absorpsi melalui kulit dan melalui mulut. Pestisida yang masuk
melalui mulut akan bercampur dengan ludah yang mengandung enzim, masuk ke
lambung, kemudian ke usus halus dan seterusnya sampai terbuang melalui usus besar;
proses absorpsi melalui mukosa usus, kemudian mengalir mengikuti sistem sirkulasi
darah. Absorpsi pestisida melalui kulit akan menembus epidermis, masuk ke dalam
kapiler darah dan terbawa ke paru-paru dan organ vital lain seperti otot dan otak
6
(Suwindre, 1993 dalam Rustia, 2010). Pestisida yang masuk ke dalam tubuh
mengakibatkan aksi antara molekul yang terdapat dalam pestisida dengan sel dalam
tubuh yang bereaksi secara spesifik maupunnon spesifik.Pestisida dapat merusak
keseimbangan antara prooksidan dan antioksidan dalam tubuh dan menyebabkan
terjadinya peroksidasi lemak di dalam membran lemak.
Suhartono, (2008) menyatakan bahwa pestisida tergolong sebagai endocrine
discrupting chemicals (EDCs) yaitu bahan kimia yang mengganggu sintesis, sekresi,
transport, metabolisme, pengikatan dan eliminasi hormon-hormon yang berfungsi
menjaga homeostasis, reproduksi dan proses tumbuh kembang. Pestisida dapat
mengakibatkan efek sistemik dan efek lokal bagi penggunanya.Efek sistemik terjadi
apabila pestisida tersebut masuk ke seluruh tubuh melalui peredaran darah,
sedangkan, sedangkan efek lokal terjadi di bagian tubuh yang terkena
pestisida.Senyawa aktif dalam pestisida diketahui dapat meningkatkan produksi
species oxygen reactive (SOR) atau reaktif oksigen spesies (ROS), sehingga
memberikan efek toksik (El-Gendy, et al., 2010).Keracunan pestisida yang kronis
dapat ditemukan sebagai kelainan saraf dan perilaku serta berdampak mutagenitas.
Yuantari (2011) menyatakan paparan pestisida yang bertahun-tahun
menyebabkan masalah pada ingatan, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian,
kelumpuhan, bahkan kehilangan kesadaran dan koma.Keracunan kronis juga
berdampak pada organ paru-paru, hati, lambung dan usus. Organofosfat (OPs) adalah
nama umum ester dari asam fosfat. Ester-ester dari organofosfat atau karbamat
banyak digunakan sebagai pestisida, insektisida, bahan obat-obatan untuk gangguan
7
kesehatan seperti glaukoma, infeksi parasit, dan penyakit alzaimer.OPs bisa
diabsorpsi melalui absorpsi kulit atau mukosa atau parenteral, per oral, inhalasi dan
juga injeksi (Elersek dan Filipic, 2012).Pestisida OPs penggunaannya sangat luas di
dunia, demikian juga di Indonesia petani umumnya menggunakan pestisida golongan
ini, baik untuk pertanian, pertamanan, dalam rumah tangga dan kesehatan. Pestisida
14 karbamat paling banyak beredar dan digunakan dalam pengendalian hama
penyakit tanaman secara terpadu, karena cepat membunuh hama dan relatif aman
bagi lingkungan. Pestisida yang termasuk golongan OPs antara lain mefinofos
(fosdrin), paration, monokrotofos (azodrin), dikrotofos, fosfamidon, diklorfos, etion,
fention dan diazinon, metil paration, dan profenofos, yang tergolong karbamat di
antaranya metomil (Plianbangchang, et al.,2008). Berdasarkan penggolongan ini, 40
% dari 23 bahan aktif pestisida OPs termasuk klas I a yaitu daya racunnya sangat
tinggi dan ekstrim, namun sampai saat ini masih sangat diperlukan sebagai sarana
peningkatan produksi di bidang pertanian dan perikanan juga untuk peningkatan
kualitas kesehatan. OPs bersumber dari H3PO4 (asam fosfat) yang mempunyai sifat
sebagai berikut: a). Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap hidrokarbon
organoklorin; b). Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka
waktu yang lama; c). Kurang mempunyai efek yang lama terhadap organisme non
target; d). Lebih toksik terhadap hewan-hewan organisme bertulang belakang, jika
dibandingkan dengan organoklorin; e). Mempunyai cara kerja menghambat fungsi
enzim kolinesterase (Afriyanto, 2012). Keracunan OPs pada sistem respirasi
mengakibatkan bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan sekresi
8
bronkus.Paparan berlebihan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa
menit.Senyawa dari golongan pestisida ini berkerja menghambat aktivitas enzim
kolinesterase yang dapat berakibat fatal dengan gejala antara lain sakit kepala,
pusing-pusing, lemah, pupil mengecil, gangguan penglihatan dan sesak nafas, mual,
muntah, kejang pada perut dan diare, sesak pada dada dan detak jantung menurun
(Jakob, et al., 2002). OPs yang terserap selanjutnya akan terakumulasi dengan cepat
dalam lemak, hati, ginjal dan kelenjar ludah. Saluran cerna merupakan salah satu jalur
utama penyerapan toksikan selain paru-paru dan kulit (Juhryyah, 2009).
9
BAB.III.
METODE PEULISAN KARYA ILMIAH
3.1 Penelusuran Pustaka
Metode penulisan karya ilmiah ini dilakukan dengan peninjauan terhadap
pustaa- pustka yang terkait dengan karya ilmiah
9
10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Macam Macam Tanaman
Tanaman yang Dapat Digunakan Sebagai Bahan Pestisida Nabati.Pembuatan
bahan alami untuk pestisida dan obat-obatan pertanian cukup mudah dilakukan dan
hanya memerlukan ketelatenan. Berikut beberapa tanaman yang bisa dimanfaatkan
sebagai pestisida alami yang ramah lingkungan, tidak membahayakan petani tidak
seperti pestisida sintetik. .
1. Mimba
Banyak komponen atau senyawa aktif yang dikandung tanaman
nimba aktif. Beberapa komponen aktif tersebut ada empat senyawa yang
diketahui berfungsi sebagai pestisida nabati yaitu azadirachtin, salannin,
nimbinen dan meliantriol.Ekstrak mimba efektif untuk mengendalikan
serangga bertubuh lunak antara lain belalang, thrips, ulat, kupu-kupu
putih.Cara penggunanaan ekstrak mimba biasa disemprotkan pada daun, dan
biasanya disiramkan pada akar agar bisa diserap tanaman dan untuk
mengendalikan serangga di dalam tanah. Mimba juga mampu mengendalikan
jamur (fungisida) pada tahap preventif, yakni dengan cara menggagal
perkecambahan spora jamur.
10
11
2. Temu-Temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Adapun cara membuat pestisida nabatinya adalah sebaga berikut
:Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk halus dengan
dicampur urine (air kencing) sapi. Campuran ini diencerkan dengan air
dengan perbandingan 1 : 2 - 6 liter. Hal ini berguna untuk mengendalikan
bermacam-macam serangga penyerang tanaman.
3. Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau merupakan salah satu bahanpestisidanabati karena senyawa
yang dikandung adalah nikotin. Bahan aktif yang berperan dalam
mengendalikan serangga hama adalah senyawa nikotin dan turunannya antara
lain alkaloid nikotin, nikotin sulfa. Nikotin berperan sebagai racun kontak
bagi serangga seperti: ulat perusak daun, aphids, triphs.Nikotin juga berguna
pengendali jamur (fungisida).
4. Sirsak (Annona muricata)
Adapun kandungan kimia penting dari Sirsak adalah senyawa
annonain dan resin. Senyawa ini efektif mengendalikan hama. Daun
tembakaubila diracik dengan daun sirsak akansangat efektif untuk
mengendalikan hama belalang dan ulat. Sedangkan jika ditambah jeringau dan
bawang putih, akan efektif untuk mengendalikan hama wereng coklat.
5. Kucai(Alliumschonaoresum)
12
Adapuncara meraciknya adalah dengan menyeduhnya, yang kemudian
didinginkan. Kemudian saring. Air saringannya ini mampu untuk
memberantas hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.
6. Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih mengandung senyawa kimia penolak banyak serangga.
Petani sering menanam bawang putih di sekitar pohon buah dan lahan
sayuran untuk membantu mengurangi masalah-masalah serangga.
Adapun cara pembuatan pestisida nabati adalah sebagai berikut,
bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan cabai, digiling,
tambahkan air sedikit, dan kemudian diamkan sekitar 1 jam. Lalu
ditambahkan 1 sendok makan deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian
ditutup.Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari.Bila ingin
menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan air. Campuran ini berguna
untuk membasmi berbagai hama tanaman, khususnya hortikultura.
7. Bawang Merah (Allium cepa)
Adapun bagian yang berguna sebagai pestisida nabati adalah kulit
bawang merah yakni bagian terluar dari daging bawang merah yang
berpotensi dapat membunuh hama serangga pada tanaman. Kulit bawang
merah mengandung senyawa acetogenin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa
tersebut memiliki keistimewaan sebagai anti-feeden sehingga serangga tidak
nafsu makan. Sedangkan pada konsentrasi rendah, akan menyebabkan
terganggunya proses pencernaan dan merusak organ-organ pencernaan, yang
mengakibatkan kematian pada hama serangga.
8. Tembelekan (Lantara camara)
Ekstrak daun Lantana camaramaka mengandungsenyawa alelokimia
yaitu lantaden A dan lantaden B. Adapun cara meracik pestisida nabati adalah
sebagai berikut : Daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar.
13
Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik
yang berupa kumbang maupun pengerek daun.
9. Pepaya (Carica papaya)
Adapun cara membuat pestisida nabati dari daun papaya adalah
sebagai berikut : Satu kg daun papaya di diblender dan dicampurkan dalam 1
(satu) liter air, kemudian dibiarkan selama kurang lebih 1 (satu) jam.
Kemudian disaring disaring, lalu ke dalam cairan daun tersebut ditambahkan
lagi 4 liter air dan sabun secukupnya. Cairan air papaya dan sabun sudah
dapat digunakan sebagai pestisida alami.Semprotkan cairan ini pada hama-
hama yang mengganggu tanaman. Semprotan pestisida air papaya dan sabun
ini dapat membasmi aphid (kutu daun), rayap, hama-hama ukuran kecil
lainnya, termasuk ulat bulu.
Pestisida organik atau pestisida nabati adalah pestisida yang dibuat
dari bahan-bahan organik seperti tumbuhan atau hewan.Namun tumbuhan
mendominasi.Jenis-jenis tumbuhan tersebut banyak terdapat disekitar kita,
hanya saja mungkin sebagian besar belum diketahui. Tumbuhan atau tanaman
yang bermanfaat untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman
bermacam-macam. Tumbuhan tersebut antara lain tumbuhan liar/semak
belukar, herbal maupun tanaman budidaya. Beberapa jenis tanaman komoditi
pertanian sudah terbukti efektif untuk mengendalikan hama tertentu.misalnya
adalah tembakau yang bisa digunakan untuk mengendalikan hama kutu dan
tungau. Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia, upaya
perlindungan tanaman dilakukan berbasis pada pengelolaan ekosistem secara
terpadu dan berwawasan lingkungan. Salah satunya adalah dengan
memanfaatkan tanaman sebagai pengendali hama.
14
10. Ajeran ( Bidens pilosa L.)
Adapun kandungan kimia tumbuhan Ajeran, ketul, atau ketulan
flavonoid terpen, fenilpropanoid, lemak dan benzenoid. Dapat digunakan
untuk mengendalikan hama serangga (insekta). Bagian tumbuhan yang dapat
digunakan adalah bagian tumbuhan di atas tanah seperti biji, batang, daun.
11. Bandotan / Babadotan (Ageratum conyzoides Linn)
Adapun kandungan kimia yang terdapat pada babadotan/bandotan
antara lain adalah saponin, flavanoid, polifenol, kumarine, eugenol 5%. HCN
dan minyak atsiri.Bagian tanaman yang digunakan sebagai pestisida nabati
adalah daun. Babadotan berfungsi sebagai penolak hama (repellent) dan
menghambat perkembangan serangga.
12. Umbi Lapis Bawang Merah (Allium cepa)
Adapun kandungan kimia yang terkandung dalam bawang merah
antara lain minyak atsiri, sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin, lavonglikosida,
saponin, peptida, fitohormon, kuersetin.Bagian tumbuhan yang digunakan
sebagai pestisida organik adalah umbi. Ekstrak bawang merah bekerja sebagai
penolak hama (repellent) dan pengendali serangga.
13. Bawang Putih (Allium Sativum L)
Adapun kandungan kimia bawang putih antara lain tanin, minyak
atsiri, dialilsulfida, aliin, alisin, enzim aliinase. Bagian tumbuhan yang
digunakan sebagai pestisida alami adalah seluruh bagian tanaman, yaitu umbi,
daun dan bunga. Bawang putih bekerja sebagai penolak hama (repellent) dan
bersifat sebagai insektisida, nematisida, fungsida dan antibiotik.
14. Bayam duri ( Amaranthus spinosus Linn.)
15
Adapun kandungan kimia bayam duri diketahui antara lain amarantin,
rutin, spinasterol, hentriakontan, tanin, kalium nitrat, kalsium oksalat, garam
fosfat, zat besi, serta vitamin. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bio
pestisida adalah daunnya.Ekstrak daun bayam duri merupakan salah satu agen
penginduksi ketahanan sistemik tanaman cabai merah terhadap serangan
Cucumber Mosaik Virus (CMV) dan virus kuning Gemini.
15. Bengkuang ( Pachyrhizus erosus (L.) Urb.)
Bengkuang mengandung Senyawa kimia antara lain antara lain
rotenon dan pachhyrizid. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan
pembuatan pestisida organik adalah batang, daun dan biji. Pestisida nabati
bengkuang berguna untuk mengendalikan Pengisap buah (Dasybus piperis
CHINA) dan pengisap bunga ( Diconocoris hewitti DIST), Spodoptera litura,
beberapa jenis serangga dari ordo Coleoptera, Diptera, Hemiptera,
Lepidoptera dan Orthoptera.
16. Bijanggut / janggot ( Mentha spp.)
Tumbuhan ini diketahui mengandung beberapa senyawa kimia, yaitu
spearmint, flavonoid, tannin, menthol, menthone dan carvone. Daun
tumbuhan ini digunakan sebagai pestisida nabati.Ekstrak tumbuhan bijanggut
bersifat sebagai bakterisida.
17. Brotowali (Tinospora rumphii )
Adapun senyawa kimia yang terkandung pada brotowali antara lain
alkaloid, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa,
berberin, palmatin, kolumbin (akar), kokulin (pikrotoksin). Ekstrak brotowali
bersifat sebagai insektisida.
18. Buah Maja (Aegle marmelos (L.)
Adapun kandungan kimia buah tanaman maja zat lemak senyawa
tannin yang rasanya sangat pahit yang konon tidak disukai oleh serangga yang
menjadi hama pada tanaman. Ekstrak buah maja efektif untuk mengendalikan
hama serangga dan penggerek buah kakao (C. cramerella).
16
19. Bunga Piretrum (Pyrethrum cinerariaefolium Trev)
Serbuk bunga piterum dapat digunakan sebagai pestisida nabati.
Serbuk bunga piretrum mengandung zat yang disebut piretrin, bisa digunakan
untuk mengendalikan hama ulat.
20. Bunga pukul empat ( Mirabilis jalapa Linn.)
Kandungan kimia daun dan bunga adalah saponin dan flavonoida,
daunnya juga mengandung tanin dan bunganya juga mengandung politenol.
Biji tanaman bunga pukul empat mengandung flavonoida dan politenol.Akar
mengandung betaxanthins. Buah mengandung zat tepung, lemak (4,3%), zat
asam lemak (24,4%) dan zat asam minyak (46,9%). Bagian tanaman yang
digunakan sebagai pestisida organik adalah daun. Ekstrak daun bunga pukul
empat (Mirabilis jalapa) merupakan salah satu agen penginduksi ketahanan
sistemik tanaman cabai merah terhadap serangan Cucumber Mosaic Virus
(CMV).
21. Cabai merah (Capsicum annuum )
Senyawa kimia yang terdapat pada buah cabai adalah kapsaisin,
dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karo ten,
kapsarubin, zeasantin, kriptosantin dan clan lutein.Selain itu juga
mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor dan niasin.Zat
aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan.Bagian yang digunakan sebagai
pestisida nabati adalah buah dan biji. Ekstrak buah dan biji cabai bersifat
sebagai insektisida dan penolak hama (repellent).
22. Cengkeh ( Syzygium aromaticum)
Cengkeh mengandung beberapa senyawa kimia, yaitu eugenol,
eugenol asetat, kariofilen, sesquiterpenol dan naftalen.Bagian tanaman yang
digunakan sebagai bio pestisida adalah bunga, tangkai bunga dan daun.
Ekstrak cengkeh bersifat sebagai fungisida, mengakibatkan kemandulan hama
dan menghambat aktifitas makan
23. Daun Gamal/Reside (Gliricidia sepium)
17
Senyawa kimia daun gamal atau reside yang bermanfaat untuk
mengendalikan hama tanaman adalah tanin. Bagian tanaman yang digunakan
sebagai bahan bio pestisida adalah daunnya. Ekstrak daun gamal efektif untuk
mengendalikan hama ulat dan kutu penghisap.
24. Duku (Lansium domesticum)
Senyawa kimia yang terdapat pada duku antara lain alkaloida, saponin,
lavonoida dan polifenol. Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan
pembuatan pesnab adalah biji.Ekstrak biji duku bersifat sebagai insektisida.
25. Pepaya (Kates) (Carica Papaya L)
Bagian tanaman pepaya yang dapat digunakan untuk mengendalikan
hama ataupun penyakit tanaman adalah daun, biji dan buah yang belum
masak. Tanaman pepaya bersifat sebagai fungisida, insektisida, rodentisida,
dan sebagai penolak hama (repellent).
26. Tembakau (Nicotiana tabacum L.)
Bagian tanaman tembakau yang baik untuk digunakan sebagai
pengendali hama ataupun penyakit adalah daun dan batangnya, karena bagian
ini memiliki kandungan nikotin yang tinggi, terutama pada tangkai dan tulang
daun. Ekstrak tembakau bersifat sebagai insektisida, fungisida, akarisida.
27. Kunyit (kunir/turmeric) (Curcuma domestica Val. Curcuma longa koenin)
Bagian tananaman yang digunakan sebagai pestisida organik adalah
rimpang. Rhizome (batang dalam tanah) kunyit dapat digunakan sebagai
insektisida untuk mengendalikan serangga hama ataupun sebagai fungisida
untuk mengendalikan jamur yang merusak tanaman.
28. Lombok Rawit (Capsicum frutescens L)
Senyawa kimia yang terdapat pada buah cabai adalah kapsaisin,
dihidrokapsaisin, vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karo ten,
kapsarubin, zeasantin, kriptosantin dan clan lutein.Selain itu juga
mengandung mineral, seperti zat besi, kalium, kalsium, fosfor dan niasin.Zat
aktif kapsaisin berkhasiat sebagai stimulan.Bagian yang digunakan sebagai
18
pestisida nabati adalah buah dan biji. Ekstrak buah dan biji cabai bersifat
sebagai insektisida dan penolak hama (repellent).
29. Kenikir (Tagetes erecta L., Tagetes patula)
Bunga, daun, dan batang adalah bagian tanaman yang dapat digunakan
untuk membuat pestisida, dan akar. Ekstrak kenikir dapat digunakan sebagai
penolak hama (repellent), insektisida, fungisida, dan nematisida.
30. Jahe (Zingiber offcinale)
Bau tajam pada jahe adalah zingerone C11H14O3 yang ada dalam
oleoresin. Bagian tanaman jahe yang dapat digunakan untuk mengendalikan
hama penyakit tanaman adalah rhizomenya. Rhizome jahe dapat akan sebagai
penolak hama, nematicida, dan fungisida minyak atsiri,. Kandungan jahe
antara lain minyak atsiri, sesquiterpene, zingibenence C15H24
31. Gadung (Dioscorea hispida Dennst.)
Bagian tanaman gadubg yang digunakan sebagai bahan pembuatan
pestisida organik untuk mengendalikan hama penyakit tanaman adalah
umbinya. Ekstrak umbi gadung mengandung alkaloid dioscorin bekerja
sebagai antifeedant (penghambat aktifitas makan) dan menghambat
pembentukan telur serangga hama.
32. Jarak ( Ricinus communis Linn.)
Biji jarak mengandung minyak jarak (oleum ricini, kastrooli) yang
mengandung bermacam-macam trigliserida, asam palmitat, asam risinoleat,
asam isorisinoleat, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam stearat, dan
asam dihidroksistearat. Biiji jarak Juga mengandung alkaloida risinin,
beberapa macam toksalbumin yang dinamakan risin (risin D, risin asam , dan
risin basa), dan beberapa macam enzim diantaranya lipase. Kandungan kimia
daun adalah saponin, senyawa-senyawa flavonoida antara lain kaempferol,
kaempferol-3-rutinosida, nikotiflorin, kuersetin, isokuersetin, rutin,astragalin,
19
reiniutrin, risinin, dan vitamin C. Akar mengandung metiltrans-2-dekena-
4,6,8- trinoat dan 1-tridekena- 3,5,7,9,11-pentin-beta-sitosterol.Bagian
tanaman yang yang digunakan sebagai pestisida nabati adalah biji, daun, akar
dan seluruh bagian tanaman. Ekstrak jarak bersifat sebagai insektisida,
ovisida, penghambat pembentukan telur dan penghambat perkembangan
hama.
33. Jeringo / Dlingo (Acorus calamus)
Rimpang jeringau (dlingo – jawa) mengandung zat arosone,
kalomenol, dan metil eugenol yang bisa digunakan untuk mengatasi hama
wereng coklat .Jeringau (Acorus calamus) yang disebut dlingo oleh orang
jawa adalah tumbuhan terna yang rimpangnya dijadikan bahan obat-obatan..
34. Kacang Babi ( Tephrosia vogelii ).
Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pestisida nabati
adalah daun dan bijinya.Kacang Babi( Tephrosia vogelii )Ekstrak kacang babi
bagus untuk membasmi hama ulat pada berbagai jenis tanaman, seperti ulat
jantung Crocidolomia pavona pada tanaman kubis dan brokoli.
35. Lengkuas (Alpinia galanga (L) Wild)
bagian tumbuhan yang digunakan sebagai pestisida nabati adalah
rimpang. Ekstrak rimpang lengkuas dapat digunakan sebagai fungisida (anti
jamur). Kandungan rimpang antara lain minyak essensial terdiri atas metil–
sinamat , sineol , eugenol, kamfer , seskuiterpen, d – pinen, galangin,
galanganol dan beberapa senyawa flavonoid.
36. Lidah buaya (Aloe barbadensis Milleer)
Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pestisida nabati adalah
daging daun.Kandungan kimia tanaman lidah buaya antara lain saponin,
flavonoida, polifenol dan tanin. Ekstrak lidah buaya bersifat sebagai
insektisida, bakterisida, dan fungisida. Selain itu lidah buaya dapat digunakan
sebagai perekat alami/perata dalam aplikasi pesti
37. Mahoni (Swietenia mahagoni) JACQ
20
Biji tanaman mahoni digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida
organik.Senyawa kimia yang terdapat pada biji mahoni antara lain saponin
dan flavanoid. Ekstrak biji mahoni bersifat sebagai antifeedant (penghambat
aktivitas makan), penghambat perkembangan serangga (growt regulator) dan
sebagai penolak hama (repellent).
38. Mengkudu (Morinda citrifolia)
Bagian tanaman yang digunakan sebagai fungisida nabati adalah buah,
daun dan akar. Ekstrak tanaman mengkudu bersifat sebagai
insektisida.Senyawa kimia yang terkandung pada mengkudu antara lain
xeronin, proxeronin, scopoletin dan antraquinan..
39. Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Ekstrak biji mimba dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida,
fungisida, akarisida, nematisida dan virusida.Senyawa kimia yang terdapat
pada tanaman mimba antara lain azadirachtin, meliantriol, salannin, dan
nimbin, di mana kandungan bahan aktif tertinggi terdapat pada bagian
biji.Pestisida yang dibuat dari ekstrak biji mimba dapat menghambat
perkembangan serangga, baik sebagai racun perut maupun racun kontak.
40. Pacar cina ( Aglaia odorata Lour.)
Bagian tanaman yang digunakan sebagai pesnab adalah
daunnya.Senyawa kimia yang terdapat pada tanaman pacar cina antara lain
alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, serta minyak atsiri. Pada daun pacar cina
selain rokaglamida juga ditemukan senyawa turunannya, yaitu desmetil-
rokaglamida, metil rokaglat dan rokaglaol yang bersifat sebagai insektisida,
antifeedant (penghambat makan) dan growth regulator (penghambat
perkembangan serangga)
41. Putri malu (Mimosa pudica)
Ekstrak tanaman putri malu bersifat sebagai fungisida. Putri malu
mengandung senyawa mimosin, asam pipekolinat, tannin, alkaloid, dan
21
saponin.Selain itu, juga mengandung triterpenoid, sterol, polifenol dan
flavonoid.
42. Sambiloto (Andrographis paniculata )
Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pestisida organik
adalah seluruh bagian tanaman. Ekstrak sambiloto bersifat sebagai penolak
hama (repellent ).Kandungan kimia senyawa tanaman sambiloto antara lain
adalah andrographolide, saponin, falvonoid, alkaloid, tanin, laktone,
panikulin, kalmegin dan hablur kuning.
43. Serai wangi ( Cymbopogon nardus (L).)
Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pestisida nabati adalah
daun dan akar.Senyawa utama yang terdapat pada serai wangi adalah minyak
atsiri.Minyak atsiri serai terdiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol,
mirsena, nerol, farnesol methil he ptenol dan dipentena.Senyawakimia
dominan adalah sitronela yaitu sebesar 35%kimia dan graniol sebesar 35 –
40%. Senyawa sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiccant).Racun
tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena
kehilangan cairan terus menerus. Ekstrak serai wangi bersifat sebagai
insektisida, bakterisida, nematisida dan sebagai penolak hama (repellent).
44. Sirih ( Piper betle Linn.)
Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pembuatan pesnab
adalah daun. Ekstrak daun sirih bersifat sebagai insektisida.Senyawa yang
terkandung dalam sirih antara lain minyak atsiri (eugenol, methyl eugenol,
karvakrol, kavikol, alil katekol, kavibetol, sineol, estragol), karoten, tiamin,
riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tanin, gula, pati, dan asam amino.
45. Sirsak (Annona muricata, Linn. )
Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pestisida organik
adalah daun dan biji.Senyawa yang terkandung dalam sirsak antara
22
lainsenyawa tanin, fitosterol, ca-oksalat dan alkaloid murisine. Ekstrak daun
dan biji sirsak bersifat insektisida, antifeedant repellent dan racun kontak.
46. Srikaya ( Annona squamosa )
Bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pestisida nabati adalah
akar, daun, buah dan biji.Kandungan kimia yang terkandung dalam tanaman
ini antara lain asetogenin, squamocin, bullatacin, annonacin dan
neoannonacin. Senyawa kimia yang terkadung dalam srikaya dapat bersifat
sebagai insektisida, racun kontak, penolak (repellent) dan penghambat makan
(antifeedant).
47. Tembelekan ( Lantana camara)
Senyawa kimia yang terkandung dalam tembelekan antara lain
alkaloida, saponin, flavanoida, tanin dan minyak atsiri.Bagian tanaman yang
digunakan sebagai bahan pembuatan pesnab adalah daun. Senyawa kimia
pada ekstrak daun tembelekan bersifat sebagai insektisida dan penolak
hama(repellent).
48. Tomat (Lycopersicum esculentum)
Bagian tanaman tomat yang digunakan sebagai bahan pestisida nabati
adalah daun, batang dan ranting. Ekstrak daun, batang dan ranting tanaman
tomat bersifat sebagai insektisida dan sebagai penolak hama
(repellent).Adapun kandungan buah tomat antara lain alkaloid solanin
(0,007%), saponin, asam folat, asam malat, asam sitrat, bioflavonoid dan
tomatin. Ekstrak daun, batang dan ranting tanaman tomat bersifat sebagai
insektisida dan sebagai penolak hama (repellent).
23
BAB V
KESIMPULAN
Banyak tanaman disekitar kita yang yang tidak diketahui manfaatnya ternyata bisadigunakan sebagai bahan dasar pembuatan pestisida nabati yang ramah lingkungan
23
24
DAFTAR PUSTAKA
Atjung.1981. Tanaman Obat dan Minuman Segar.Yasaguna. Jakarta. Backer, C.A. 1973. Weed Flora of Javanese Sugar-cane Fields. Ysel Press. Deventer. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah…(Susi Abdiyani) 85
Balai Pustaka. 1980. Tanaman Obat. Jakarta.
Bhattacharyya, B. dan B.M. Johri. 1998. Flowering Plants : Taxonomy and Phylogeny. Narosa Publishing House. New Delhi. India.
Crockett, J.U dan E. A. Oliver. 1977. Wildflower Gardening. Time Life Books. Virginia. USA.
Departemen Kesehatan RI. 1981. Pemanfaatan Tanaman Obat. Edisi II. Jakarta. . 1997. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid IV. Jakarta. . 1999. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid V. Jakarta. . 2001. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I).Jilid 1 dan 2. Jakarta. Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Tanaman Obat. http://www.litbang. deptan.go.id. Diakses November 2007.
Hartono, S. 1996. Tumbuhan Monokotil. Penebar Swadaya. Jakarta. . 2001. Tumbuhan Obat Indonesia : Penggunaan dan Khasiatnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia (Terjemahan). Buku I-IV. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Hutapea, J.R., Soeharso, Sutjipto, Djumidi, S. Sugeng, W. Yuli dan Sihotong.1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Kompas.2003. Mengobati Pasien dengan Tumbuhan. http://www.kompas. com. Diakses Nopember 2007.
Kawasan Lindung Dieng Rusak : Kerusakan Lebih dari 90 Persen. http://www.kompas.com. Diakses November 2007. Kusmana, C. 1997.
Metode Survey Vegetasi.IPB. Bogor. LIPI.1979a. Jenis-jenis Anggrek. Bogor. ____.
1979b. Jenis Paku Indonesia. Bogor. . 1985. Kerabat Paku. LIPI. Bogor. McNaughton dan L.L.Wolf. 1992. Ekologi Umum (Terjemahan). Edisi II. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Odum, E.P. 1998. Dasar-dasar Ekologi (Terjemahan). Edisi III. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Oosting, H.J. 1958. The Study of Plant Communities.D.J. Chivers (Ed.).Plenum Press. New York. Pemerintah Desa Gerlang, Kecamatan Blado. 2003.
Usulan Pembangunan Desa Gerlang. Batang.PT. Eisai Indonesia. 1986. Indek Tumbuh-tumbuhan Obat di Indonesia. Jakarta. Pusat Data dan Informasi
24
25
PERSI.2003. Sembung (Blumea balsamifera [L.] DC.). hhtp://www.pdpersi.co.id.Diakses November 2007.
Sitepu, Dj. dan P. Sutigno.2001. Peranan Tanaman Obat dalam Pengembangan Hutan Tanaman. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2 (2) : 61-77. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. Soerjani, M., A.J.G.H. Kostermans dan G. Tjitrosoepomo. 1987. Weed of Rice in Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Sumadiwangsa, S. dan D. Setyawan. 2001. Konsepsi Strategi Penelitian Hasil Hutan Bukan Kayu di Indonesia. Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 2 (2) : 79- 90. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Syamsuhidayat, S.S. dan J.R. Hutapea.1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Zuhud, E.A.M., B. Sambas, S. Rinekso,
Ekarelawan dan S. Erna. 1994. Perkembangan dan Program Penelitian Vol. V No. 1 : 79-92, 2008 86 Tumbuhan Obat di Indonesia. Prosiding Seminar Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia.Fahutan IPB dan LATIN. Bogor.
Wahid, P., M. Januwati dan M. Yusron. 2000. Pengembangan Agroindustri Tanaman Obat Indonesia. Buletin Kehutanan dan Perkebunan 1 (1) : 77-87. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan dan Perkebunan. Bogor.
Whitmore, T.C. 1975. Tropical Rain Forests of the Far East.Oxford University Press. London. Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas. UI Press. Jakarta.