Post on 07-May-2018
Laporan KErja Praktek 2012
61
BAB IV
KONSEP PERANCANGAN
4.1. Site
4.1.1 Profil Site
A. Lokasi
Lokasi site terletak di Jalan Magelang Km 6, Jombor, Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman, DIY.
Gambar 4. 1 Lokasi Site terhadap Persebaran Pusat Perbelanjaan Komersial
Site yang dimiliki oleh PT. Sahid International Hotel Management and Consultant
ini memang ditujukan untuk membuat mix-use bangunan Mall, Hotel, dan
Apartemen yang selanjutnya diurus oleh developer PT. Garuda Mitra Sejati.
Untuk peruntukkan ini, telah ditinjau izin pendirian bangunan yang nantinya
akan terdiri dari 14 lantai dan 4 lantai basement.
Laporan KErja Praktek 2012
62
Dalam hal ini, lokasi site merupakan lokasi yang cukup strategis untuk bangunan
komersial. Konsep desain akan menawarkan konsep yang berbeda dari yang
direncanakan awalnya sebagai mix use enclosed mall, hotel, dan apartemen. Hal
itu dituangkan dalam konsep bangunan Lifestyle Center berupa open air mall
yang tetap mewadahi kebutuhan komersial namun juga memberikan suasana
yang berbeda dari mall kebanyakan, dengan diwarnai suasana khas Yogyakarta.
B. Batas-batas
Batas utara : Lapangan & Sekolah Tinggi Multimedia MMTC
Batas selatan : Lahan hijau
Batas timur : Jalan Magelang
Batas barat : Jalan Kutu Patran
Gambar 4. 2 Kondisi Site dan Sekitar
Laporan KErja Praktek 2012
63
C. Peraturan tata guna lahan
Luas lahan : 18.180 M2
KDB : 40-60%
Ketinggian maksimal : Usulan izin 14 lantai
Lebar Jalan Magelang : 12 meter
Lebar Jalan Kutu Patran : 5 meter
Lebar jalan gang selatan : 3,5 meter
4.1.2 Analisis Site
A. Ukuran Site
Gambar 4. 3 Ukuran site
B. Akses dan sirkulasi kendaraan
Site terletak persis di sisi Jalan Magelang selebar 12 meter yang akan menjadi
akses utama menuju Lifestyle Center. Akses pada area ini bersifat umum. Di
sebelah utara sekitar 350 meter terdapat perempatan dan Fly Over Jombor yang
cukup padat lalu lintas. Persimpangan Jombor mengakses Jalan Magelang dan
Jalan Ringroad Utara yang banyak dilalui oleh kendaraan baik mobil maupun
motor dan kendaraan-kendaan besar seperti truk dan bus. Untuk akses
sekunder yang tidak bersifat umum dapat diakses melalui sisi barat dan selatan
site, melalui Jalan Kutu Patran dengan lebar jalan 5 meter dan lebar jalan gang
di selatan sebesar 3,5 meter tidak terlalu padat kendaraan karena hanya diakses
oleh penduduk sekitar.
Luas lahan
18.180 M2
Laporan KErja Praktek 2012
64
Gambar 4. 4 Akses dan Sirkulasi Kendaraan
C. View
Gambar 4. 5 View dari dan ke tapak
Dengan lokasi di sepanjang blok ruko komersial di Jalan Magelang, site memiliki
potensi yang cukup baik, namun kendala yang dihadapi cukup besar. Sisi depan
yang menghadap muka jalan akan tidak tampak menonjol bahkan sulit dikenali
dari jauh jika tidak ada sign yang menandakan bahwa disitu terdapat Lifestyle
Laporan KErja Praktek 2012
65
Center Yogyakarta. Adanya deretan ruko eksisting yang sudah ada menyulitkan
bangunan untuk terlihat. Sedangkan di sisi barat bangunan yang juga berada di
sisi jalan kutu patran view bangunan akan cukup mudah ditangkap karena
seluruh sisi jalan tidak tertutup bangunan. Sedangkan view dari dalam bangunan
ke luar tampak tidak ada sisi yang menonjol untuk ditekankan sehingga view
dalam bangunan bisa jadi hanya akan terpusat ke dalam.
D. Orientasi matahari dan arah angin
Gambar 4. 6 Orientasi matahari dan arah angin
Karena posisi site di arah timur cenderung ditutup oleh bangunan ruko
setinggi 2-3 lantai, area timur akan cukup mendapat pembayangan dari
ruko-ruko tersebut. Untuk sisi barat akan cukup banyak mendapat limpahan
sinar matahari.
E. Kebisingan
Gambar 4. 7 Sumber bising dan tingkat kebisingan
Laporan KErja Praktek 2012
66
Kebisingan yang timbul di lokasi site bersumber dari kebisingan jalan dan
kebisingan lingkungan. Di sisi barat dan timur yang bersisian langsung dengan
jalan raya memiliki tingkat kebisingan jalan yang lebih ramai di sisi timur, karena
merupakan jalan Magelang yang ramai dan cukup sering dilalaui oleh
kendaraan, berbeda dengan kebisingan di sisi barat. Selain itu, kebisingan yang
dipicu oleh lingkungan terjadi juga di sisi timur bangungan karena memang
berbatasan dengan lingkungan tetangga yang sebagian besar bergerak dalam
aktifitas komersial berbeda dengan sisi utara dan selatan bangunan yang saat ini
berbatasan dengan lapangan dan ruang hijau sehingga tingkat kebisingan relatif
sangat kecil terjadi.
4.2. Konsep Umum
4.2.1 Lokasi dan skala pelayanan
Lifestyle Center yang dirancang memiliki skenario untuk melayani distrik-distrik
pinggir kota sehingga diharapkan mampu dikembangkan di setiap daerah sub
urban dan melayani kebutuhan pengguna sekitarnya sehingga pemusatan daerah
perbelanjaan tidak menumpuk di daerah pusat kota dan tidak mengakibatkan
kemacetan terpusat di waktu-waktu ramai kunjungan mal.
Gambar 4. 8 Skenario perletakan Lifestyle Center secara makro
Pusat kota yang berkembang di Yogyakarta juga terletak cukup jauh dengan pusat
gaya hidup urban yang menghidupi area sekitar kampus-kampus daerah utara.
Harga tanah yang cukup mahal di dalam kota membuat Lifestyle Center tidak dapat
dikembangan di kota karena Lifestyle Center tidak semata berorientasi pada
kebutuhan komerisal pengunjung tapi juga menawarkan skala pelayanan yang
hangat dan humanis sehingga hanya efektif beroperasi dalam skala yang tidak
Laporan KErja Praktek 2012
67
highrise, sebagai bangunan komersial perhitungan keuntungan akan kembali dalam
waktu yang lama. Selain itu, kawasan sub urban Yogyakarta banyak diisi oleh kaum
pendatang. Di area Sleman, kaum pendatang didominasi oleh keluarga-keluarga
urban dan kaum urban pendatang yang merantau dalam menempuh pendidikan di
kota pelajar ini. Pemukiman yang kian berkembang mendominasi area hunian
dalam penggunaan lahan di daerah Sleman.
Gambar 4. 9 Landuse Kabupaten Sleman Sumber: http://free.7host07.com/balaipoo/peta/Landuse.jpg, diakses pada 24 Desember 2013
Kecamatan Mlati menjadi sasaran pembuatan mal-mal baru untuk menyebar
fungsi komerial perdagangan agar tidak menumpuk di dalam kota. Beberapa mal
baru sudah menempati Kabupaten Sleman bagian timur, dengan pertimbangan
persebaran penduduk yang cukup padat di bagian barat laut-utara, lokasi Lifestyle
Center diharapkan memenuhi kebutuhan penduduk Mlati dengan luas 2.852 hektar
Laporan KErja Praktek 2012
68
dengan penduduk 67.037 jiwa dan kepadatan 2.351 km2. Kepadatan yang ada di
Kecamatan Mlati merupakan yang terbanyak kedua setelah Kecamatan Depok15.
Daerah Kabupaten Sleman cukup memiliki titik-titik persebaran pemukiman yang
cukup padat sehingga kawasan ini dirasa membutuhkan pusat-pusat perbelanjaan
dengan tipe Community Center dengan luas lahan 9.300 m2 – 33.000 m2 dengan
radius skala pelayanan 4,8 km – 9,7 km.
Acuan pada tabel berikut menjadi acuan gambaran skala tipe bangunan komersial
perdagangan di Yogyakarta.
Tabel 4. 1 Tabel Luas Bangunan Perdagangan Komersial Yogyakarta
No Fungsi Lahan Luas
1 Ambarukmo Plaza 20.000 m2
2 Galeria Mall 5.350 m2
3 Jogjatronik Mall 4.017 m2
4 Malioboro Mall 7.325 m2
5 Saphir Square 12.384 m2
6 Ramai Family Mall 4.200 m2
7 Mirota Kampus 1.985 m2
8 Gardena 4.676 m2
9 Matahari Malioboro 4.722 m2
10 Ramayana 10.156 m2
11 Beringharjo Center 10.156 m2
12 XT Square 17.508 m2
Sumber: Adli, 2011. Mall sebagai Ruang Terbuka Publik: Mall as An Open Space Public, dengan data tambahan
Untuk merancang sebuah Lifestyle Center tidak ada range luasan khusus yang
diperuntukkan, hanya saja Lifestyle Center relatif membutuhkan luas yang lebih kecil
dibandingkan dengan luas mall lokal. Sehingga dapat dibayangkan luas bangunan
akan lebih luas dari Sapphir Square, hampir setara dengan luasan XT Square namun
tidak lebih luas dari Ambarukmo Plaza.
4.2.2 Market segment
Lokasi site menjadi dasar target market segment (pangsa pasar) untuk
menentukan konsep Lifestyle Center. Dengan menyasar daerah sub urban yang
berorientasi pada banyaknya penduduk urban yang tinggal di daerah tersebut,
Kabupaten Sleman memiliki peran besar dalam menyangga pusat pendidikan.
Dengan latar belakang sebagai kota pendidikan, Yogyakarta menjadi salah satu
tujuan pelajar dari seluruh Nusantara untuk mengemban pendidikan.
15 Dalam Laporan Akhir “Update Data Peruntukan Tanah Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2012”
Laporan KErja Praktek 2012
69
Gambar 4. 10 Peta Persebaran Fasilitas Pendidikan Yogyakarta Sumber: http://wikimapia.org/#lang=en&lat=-7.750285&lon=110.387020&z=13&m=m&tag=84&search=yogyakarta,
diakses pada 23 Desember 2013
Dua kampus besar di Sleman, Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri
Yogyakarta cukup menjadi daya tarik pelajar di seluruh Nusantara untuk datang ke
Jogja. Dengan melihat perkembangan perumahan yang cukup pesat hampir di
seluruh pinggiran kota bagian utara hingga masuk di wilayah Kabupaten Sleman,
hadirnya penduduk yang didominasi pelajar dan bukan warga Yogyakarta cukup
memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap kegiatan perekonomian16.
Seiring dengan hal tersebut, akses yang ditawarkan dari daerah-daerah pinggiran
menuju pusat kota juga cukup terjamin dan memiliki fasilitas kota yang semakin
lengkap, sehingga pemukiman yang tumbuh tidak saja didominasi oleh pelajar,
namun dinamika penduduk juga diisi oleh keluarga-keluarga muda yang memiliki
pekerjaan di pusat kota dan menjadikan mereka menjadi para penglaju dengan
memilih tinggal di daerah pinggiran yang terlihat lebih dinamis dan nyaman.
Dengan karakter masyarakat urban yang menghidupi Kabupaten Sleman pinggir
kota, Perancangan Lifestyle Center diharapkan mampu menyasar kalangan
masyarakat urban dan tidak secara khusus menyasar wisatawan, namun bukan
berarti wisatawan tidak dapat mengkases Lifestyle Center ini.
16 Faturochman, 1990. Pertumbuhan Kota Yogyakarta.
Laporan KErja Praktek 2012
70
4.3. Konsep Arsitektural
Konsep perancangan didasarkan pada kekhasan Yogyakarta yang dimasukkan dalam
aspek-aspek lifestyle center.
Gambar 4. 11 Konsep perancangan
Dengan framework konsep perancangan di atas, ruang yang dibutuhkan dapat
disimpulkan dari pola aktifitas yang diharapkan. Pola aktifitas juga menentukan zonasi dan
pembagian fungsi ruang. Selain itu kekhasan Yogyakarta juga dapat ditanamkan dalam
konsep-konsep pengalaman ruang yang memberi kesan khas Yogyakarta.
Konsep kekhasan muncul dalam aktivitas fungsional pada pola aktivitas dan zonasi, tata
ruang, sirkulasi dan massa bangunan yang mewadahi kebutuhan masyarakat Yogyakarta
dalam berkegiatan. Konsep pengalaman ruang dimunculkan melalui pengolahan
streetscape dan skala humanis bangunan yang mengapresiasi lokalitas.
Laporan KErja Praktek 2012
71
4.3.1 Aktivitas dan Zonasi
Aktivitas dan zonasi menjadi daya tarik utama dalam pengerjaan konsep. Konsep
Lifestyle Center dilatarbelakangi pada riset terhadap masyarakat Yogyakarta dalam
mencari kebutuhan masyarakat dan harapan tipologi pusat perbelanjaan yang
diharapkan.
Gambar 4. 12 Pola kegiatan umum
Pola kegiatan umum terbagi menjadi aktifitas utama dengan fungsi bangunan
Lifestyle Center dan aktifitas pendukung yaitu fungsi pengelolaan serta fungsi
operasional. Berdasarkan aktifitas utama dan aktifitas pendukung ditentukan ruang-
ruang yang dibutuhkan yang akan menciptakan sebuah konsep zonasi.
Gambar 4. 13 Pengelompokan fungsi dan penentuan ruang
Dari pola kegiatan tersebut dapat ditentukan pola perilaku pengguna dan
daerah-daerah public area dan daerah-daerah yang akan menjadi service area.
Laporan KErja Praktek 2012
72
Gambar 4. 14 Pola aktivitas pengguna
4.3.2 Program Ruang
Dengan pertimbangan pola aktivitas, program ruang dapat disusun dari
memaparkan pembagian prosentase zonasi, baik dari data koefisien dasar
bangunan dan juga dengan menimbang kebutuhan luasan untuk ruang-ruang yang
dibutuhkan, termasuk pertimbangan bahwa net leasable area harus lebih besar dari
gross leasable area. Hal tersebut dapat menggambarkan kebutuhan ruang dan
zonasi yang diharapkan.
Laporan KErja Praktek 2012
73
Gambar 4. 15 Pembagian dan perhitungan prosentase zonasi
Secara umum ruangan terbagi menjadi zona shopping & rekreasi, taman ruang
hijau dan zona penunjang pelayanan. Kebutuhan ruang hijau sebesar 40% menjadi
kompensasi yang harus diberikan dengan mendirikan bangunan hanya dalam 60%
lahan, dimana akan terhitung sebagai gross leasable area. Dalam luas bangunan,
akan terbagi menjadi net leasable area dan area penunjang. Dalam hal ini net
leasable area mempunyai peran yang lebih besar dibandingkan dengan zona
penunjang, karena disinilah zona yang akan disewakan untuk transaksi komersial,
yaitu sebesar 67% dari luas bangunan. Setelah itu dapat disimpulan bahwa luas
ruang hijau yaitu 45% sebesar 7.165 m2, luas zona shopping & rekreasi yaitu 42%
sebesar 7.420 m2, dan sisanya merupakan zona penunjang yaitu 18% sebesar 3.591
m2.
Selain itu dalam menentukan jumlah tenant dapat dipertimbangkan atas alasan
memberi kesempatan bagi UKM untuk berkembang dengan menyediakan jumlah
tenan kecil lebih banyak daripada tenang sedang. Dengan jumlah retail yang banyak
diharapkan dapat memberi variasi kebutuhan yang lengkap bagi masyarakat. Jumlah
Laporan KErja Praktek 2012
74
& perbandingan retail sedang & kecil disesuaikan dengan luasan lahan yang dimiliki.
Jenis tenant pada zona shopping dan rekreasi diharapkan menjadi cukup variatif
dan memberi kelengkapan terhadap kebutuhan masyarakat urban Yogyakarta.
Tabel 4. 2 Tabel kebutuhan ruang
Zona Kebutuhan ruang
ZONA SHOPPING & REKREASI
Proporsi bagian dari keseluruhan:
42%
Zona Shopping:
1. Mix retail tenant ukuran sedang
2. Mix retail tenant ukuran kecil
(Retail tenant memiliki variasi tenant yang menjual
kebutuhan sehari-hari, diantaranya toko sandang &
aksesoris, toko buku dan alat tulis kantor, toko
bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari, serta
toko mainan & gadget.
Zona Rekreasi:
1. Movie corner
2. Tempat karaoke
3. Culinary spot
4. Game center
5. Mini sport arcade; bowling, gym & ice skate
park
TAMAN RUANG HIJAU
Proporsi bagian dari keseluruhan:
40%
1. Pavilion (disewakan sbg tempat kuliner)
2. Plaza luar
3. Kid’s land
4. Panggung pertunjukkan
5. Waterscape (Kolam koi & fountain)
6. Landscape
ZONA PENUNJANG & PELAYANAN
Proporsi bagian dari keseluruhan:
18%
Kebutuhan operasional:
1. Lahan parkir & loading dock*
2. Kantor pengelola
3. Ruang utilitas
*) Lahan parkir mengikuti acuan persyaratan parkir area
pertokoan dimana 1 mobil per 60m2 terhadap net leasable
area
Kebutuhan penunjang:
1. Pos security
2. Bank/ATM
3. Lavatory
4. Mushola
Setelah mengetahui kebutuhan ruang, dibutuhkan tabel program ruang untuk
menentukan luasan-luasan dan jumlah tenant serta sasaran pengunjung.
Laporan KErja Praktek 2012
75
Tabel 4. 3 Tabel program ruang
Nama Ruang Kapasitas Standar Sirkulasi Besaran
ZONA SHOPPING & REKREASI
Retail Kecil 35 unit 28 m2/unit 30% 1.274 m
2
Retail Sedang 20 unit 46 m2/unit 30% 1196 m
2
Movie corner 1 unit 250 m2/unit 20% 300 m
2
Karaoke 1 unit 150 m2/unit 20% 180 m
2
Game center 1 unit 125 m2/unit 20% 150 m2
Bowling alley 1 unit 1000 m2/unit 20% 1200 m
2
Gym 1 unit 300 m2/unit 20% 360 m
2
Ice skate park 1 unit 1000 m2/unit 20% 1200 m
2
Culinary spot 30 unit 40 m2/
unit 30% 1.560 m2
TOTAL AREA 7.420 m2
TAMAN RUANG HIJAU
Pavilion 3 unit 50 m2/unit 30% 195 m
2
Plaza 1 unit 300 m2/unit 30% 390 m
2
Kid’s land 1 unit 100 m2/unit 30% 130 m
2
Panggung pertunjukkan 1 unit 1000 m2/unit 30% 1.300 m
2
Waterscape 1 unit 500 m2/unit 20% 600 m
2
Landscape 1 unit 3500 m2/unit 30% 4.550 m
2
TOTAL AREA 7.165 m2
ZONA PENUNJANG DAN PELAYANAN
Ruang Operasional
Parkir Mobil
Parkir Motor
Parkir Sepeda
Loading Dock
119 unit
184 unit
25 unit
4 unit
13.3 m2/unit
1.6 m2/unit
1.2 m2/unit
15 m2/unit
30%
20%
20%
30%
2.057,51 m2
353,28 m
2
36 m2
78 m2
Kantor pengelola 8 orang 4 m2/orang 30% 41.6
m
2
Ruang utilitas:
Ruang ME
Ruang pengolahan air
6 orang
1 unit
28 m2/orang
180 m2/unit
20%
20%
201,6 m2
216 m
2
Ruang penunjang
Pos Security 1 unit 16 m2/unit 20% 19.2
m
2
Bank/ATM Center 1 unit 150 m2/unit 20% 180
m
2
Lavatory 30 orang 8 m2/orang 20% 288
m
2
Musholla 1 unit 100 m2/unit 20% 120
m
2
TOTAL AREA 3.591 m2
TOTAL LAHAN
TOTAL LUAS GROSS LEASABLE BANGUNAN (KDB 60%)
TOTAL LUAS NET LEASABLE BANGUNAN
18.180 m2
10.908 m2
7.420 m2
TOTAL LUAS BANGUNAN (LOKASI PARKIR DI LAHAN OUTDOOR) 8.681 m2
Perhitungan angka Efisiensi Lantai yang digunakan pada bangunan komersial
ditentukan dengan rumusan net leasable area : gross leasable area yang diperoleh
angka prosentase Efisiensi Lantai pada bangunan ini sebesar 68%.
Laporan KErja Praktek 2012
76
4.3.3 Tata Ruang
Konsep tata ruang disesuaikan dengan fungsi kebutuhan, yaitu dengan pembagian
zona yang jelas baik zona shopping & rekreasi, ruang hijau dan zona penunjang.
Gambar 4. 16 Pengembangan tata ruang pada site
Konsep tata ruang meletakkan zona penunjang sebagai lapisan terluar pada
bangunan, yaitu di sisi barat dan timur bangunan. Zona P1 di sisi timur akan
melayani sirkulasi publik pengunjung untuk mengakses bangunan dari arah Jalan
Magelang, sedangkan zona P2 di sisi barat akan melayani sirkulasi servis melalui
Jalan Kutu Patran, untuk pedagang, pekerja maupun loading dock. Sedangkan
pengaturan ruang hijau dan zona shop & rekreasi diatur berdasarkan kebutuhan
bangunan untuk mendapatkan view di dalam bangunan. Seperti telah dijelaskan
bahwa bangunan tidak mendapatkan cukup akses terhadap pemandangan yang
baik untuk dapat dilihat di dalam site sehingga perletakan ruang hijau di pusat
bangunan akan menjadi view yang baik untuk dinikmati dari dalam bangunan,
sehingga perletakan ruang hijau dikelilingi oleh retail-retail zona shop & rekreasi.
4.3.4 Sirkulasi
Konsep sirkulasi didapatkan dari skenario pola sirkulasi pengunjung, yang dalam hal
ini terbadi menjadi dua, yaitu direct shopping dan shopping & recreation purpose.
Gambar 4. 17 Skenario sirkulasi pengunjung
Laporan KErja Praktek 2012
77
Melalui konsep skenario tersebut, dapat ditentukan jenis sirkulasi yang cocok untuk
sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pengunjung di dalam bangunan.
Gambar 4. 18 Konsep sirkulasi kendaraan di sekitar bangunan
Konsep sirkulasi kendaraan publik bersisian dengan bangunan untuk memudahkan
akses yang memungkinkan kedua skenario sirkulasi pengunjung terjadi, baik untuk
kegiatan direct shop maupun kegiatan shopping & recreation purpose. Sisi terluar
akan menjadi zona parkir, sisi dalam merupakan bangunan dan diantaranya
merupakan jalur sirkulasi yang digunakan pada umumnya. Sedangkan untuk
konsep sirkulasi pengunjung di dalam bangunan menekankan pada konsep
corridor walk yang merepresentasikan konsep kekhasan Yogyakarta melalui
Malioboro Shopping Street.
Gambar 4. 19 Konsep sirkulasi pengunjung di dalam bangunan
Laporan KErja Praktek 2012
78
Bagian-bagian sirkulasi dalam bangunan berupa pedestrian walkway dan jalan
shortcut berupa gang, yang membagi ruas jalan koridor yang cukup panjang,
sehingga memungkinkan titik-titik yang tidak terlalu jauh untuk mengakses ke
bagian pusat bangunan yaitu ke ruang hijau sebagai public space. Jalur sirkulasi
dalam bangunan juga sekaligus membagi zona-zona dalam yang diinginkan,
seperti adanya hubungan zona pengelolaan dengan zona shop & rekreasi, dimana
terbagi untuk plaza, shopping district, culinary spot dan recreation district.
4.3.5 Massing
Konsep massing yang ditawarkan adalah untuk menonjolkan sisi humanis yang
terwujud dalam jumlah lantai yang disesuaikan dengan kesan yang ingin
ditampilkan. Pembagian lantai dibagi sesuai dengan jumlah blok yang ada pada
bangunan, yang telah terbagi sebelumnya dalam konsep sirkulasi ruang dalam
bangunan.
Gambar 4. 20 Konsep massing bangunan
Untuk zona penunjang (zona dengan warna biru) terdiri dari satu lantai, shopping
district (zona dengan warna jingga) terdiri dari dua lantai, zona rekreasi timur (zona
dengan warna ungu) terdiri dari dua lantai dan ditambah dengan roof garden
sebagai zona rekreasi yang memiliki culinary spot di dalamnya, lalu zona rekreasi
utara (zona dengan warna ungu) yang terdiri dari tiga lantai. Untuk plaza sendiri
menjadi bagian dari ruang hijau yang ditujukan sebagai potensi ruang terbuka &
public space dalam bangunan.
Laporan KErja Praktek 2012
79
4.3.6 Konsep Pengalaman Ruang
Untuk mewujudkan konsep kekhasan, kesan terhadap bangunan harus dihadirkan
melalui penciptaan komponen pengalaman ruang yang khas secara visual. Untuk
menciptakan pengalaman ruang, dapat ditinjau melalui konsep kekhasan dari
penciptaan komponen pedestrian dan jalur sirkulasi serta konsep kekhasan yang
ditunjukkan melalui skala humanis bangunan.
Gambar 4. 21 Menghadirkan konsep pedestrian
Konsep pedestrian yang ingin dihadirkan menggabungkan kekhasan pedestrian
Malioboro Yogyakarta dengan atribut pelengkap pedestrian yang nyaman
sehingga meleburkan komponen khas dengan kenyamanan bagi pengunjung.
Untuk konsep skala bangunan yang ingin dihadirkan juga mengambil kekhasan
Malioboro dalam mengapresiasi bangunan-bangunan yang tidak berlantai banyak
untuk menghindari kesan pengunjung yang terintimidasi pada bangunan-
bangunan raksasa. Spirit of place dan kesan image visual diharapkan tercipta untuk
mengesankan karakter Lifestyle Center yang khas Yogyakarta. Selain spirit of place
yang dihadirkan untuk memberi serpihan memori kolektif yang merujuk pada
kekhasan Yogyakarta, kesan yang mudah ditangkap dapat diwujudkan dalam
penggunaan komponen streetscape yang membawa identitas Yogyakarta. Melalui
ragam khas arsitektur khas Yogyakarta, pemilihan material dan komponen
streetscape memberikan peran penting yang dapat menguatkan karakter
bangunan.
Laporan KErja Praktek 2012
80
Gambar 4. 22 Menghadirkan konsep skala bangunan
Selain itu, pengalaman ruang juga dapat ditampilkan melalui komponen visual
streetscape. Komponen streetscape yang dapat ditemui di setiap sudut Yogyakarta
berupa lampu jalan yang khas dengan langgam hias tradisional dan penggunaan
warna hijau dan kuning yang dominan dapat menguatkan konsep kekhasan
Yogyakarta yang dapat diterapkan dalam Lifestyle Center baik melalui warna
maupun komponen itu sendiri.
Gambar 4. 23 Menghadirkan komponen streetscape khas Yogyakarta
Laporan KErja Praktek 2012
81
Material alami juga menjadi komponen yang penting, baik itu menjadi sistem
struktur ataupun hanya sebatas sculpture yang akan menghiasi bangunan. Namun
pesan bahwa bangunan mengapresiasi lokalitas dengan material alami membawa
bangunan kedalam konteks Yogyakarta.
Gambar 4. 24 Menghadirkan apresiasi lokalitas dengan material alami
Material alami juga dapat menjadi bagian dari ruang fungsional yang
menggabungkan material dan fungsi khas yang diakomodir, yaitu suasana makan
dengan sistem lesehan. Sistem makanan yang biasanya ada di pinggir jalan, dapat
menempati daerah extend patio di area walkway.
Gambar 4. 25 Menghadirkan komponen lesehan & cabana struktur kayu
Laporan KErja Praktek 2012
82
Komponen visual yang dapat ditangkap pengunjung juga dapat dicapai dengan
memilih langgam khas yang dapat diaplikasikan pada material-material bangunan,
juga memiliki jenis pola lantai yang khas. Selain itu, dengan mengisi dead wall
dengan seni mural, diharapkan akan mengangkat citra khas Yogyakarta sebagai
kota seni yang bersifat merakyat dengan humor-humor yang diangkat.
Gambar 4. 26 Menghadirkan ragam langgam & material khas Yogyakarta
Gambar 4. 27 Menghadirkan komponen mural pada dead wall
Laporan KErja Praktek 2012
83
Selain komponen-komponen tersebut, berikut adalah komponen yang memiliki
potensi untuk memperkuat kesan Yogyakarta:
1. Komponen tempat sampah (trash & ash)
2. Papan denah dan petunjuk (directory)
3. Tempat duduk individu/grup (setting group/individual benches)
4. Waterscape
5. Fasilitas loker
6. Instalasi seni (sculpture)
7. Area pameran (exhibition area)
4.3.7 Konsep Struktur
Pertimbangan struktur disesuaikan sesuai dengan harga konstruksi bangunan
dimana pada bangunan komersial menjadi hal yang menjadi perhitungan utama.
Struktur yang efisien dan tetap dapat mengakomodir kegiatan komersial juga
mempertimbangkan sistem struktur yang kuat, tahan gempa, tahan lama dan stabil.
Struktur yang digunakan dalam Lifestyle Center ini terbagi menjadi bangunan inti
dan bangunan pendukung. Bangunan inti merupakan bangunan utama dari Lifestyle
Center. Dengan jumlah lantai 2-3 lantai, sistem struktur yang digunakan adalah
sistem rangka dengan beton bertulang sebagai kolom utama dan plat lantai. Sistem
ini dinilai lebih fleksibel untuk unit-unit retail dalam mengambangkan komponen
storefront dan bagian interiornya sendiri.
Gambar 4. 28 Konsep sistem struktur rangka
Sedangkan pada bangunan pendukung yang ukurannya relatif lebih kecil dapat
menggunakan sistem cabana modular dengan struktur kayu maupun eksplorasi
bahan alami lainnya. Komponen material alam diharapkan dapat menyesuaikan
dengan komponen struktur utama, sehingga teripta keharmonisan penggabungan
struktur beton dengan komponen material alami.
Laporan KErja Praktek 2012
84
Gambar 4. 29 Konsep sistem struktur modular cabana
4.3.8 Konsep Utilitas
A. Konsep sistem penghawaan
Pada bangunan tenant, konsep sistem penghawaan dengan sistem AC Central.
Roof garden dan komponen koridor jalan yang bersifat linier menggunakan
penghawaan alami yang mempersilakan udara mengalir pada bagian-bagian
pedestrian.
Gambar 4. 30 Konsep sistem penghawaan pada bangunan
B. Konsep sistem pencahayaan
Sistem pencahayaan diharapkan memberi pencahayaan yang berkualitas untuk
ruang dalam dan ruang luar. Namun, pencahayaan ruang dalam dapat diatur
penaraannya oleh tenant owner, sedangkan untuk ruang luar konsep
permainan iluminer akan sangat menarik untuk diterapkan bagi visual
bangunan di malam hari. Dengan memiliki konsep innercourt pada sisi-sisi
Laporan KErja Praktek 2012
85
bangunan, di siang hari, baik walkway dan tenant dapat mendapatkan cahaya
alami yang melimpah.
Gambar 4. 31 Konsep sistem pencahayaan
C. Konsep sistem pengaman bahaya kebakaran
Adanya fire detector ditempatkan pada setiap tenant dan bagian-bagian ruang
penunjang. Pengamanan terhadap bahaya kebakaran juga ditunjang dengan
pemilihan material bangunan yang tahan api dan penempatan hydrant pada
titik-titik penting yang mudah terlihat pada jarak 35-38 meter antara satu dan
yang lainnya..
D. Konsep sistem jaringan air bersih
Air bersih diperoleh dari air tanah, air hujan dan air permukaan. Sistem
pemompaan menggunakan sistem pompa dan penyimpanan pada uppertank.
Sistem air bersih dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sistem untuk lavatory
dan dapur di area kuliner dan sistem pengairan lansekap. Sistem yag
digunakan dalam lavatory menggunakan sumber air tanah, sedangkan sistem
untuk mengairan lansekap menggunakan pengolahan terhadap air hujan & air
permukaan.
Gambar 4. 32 Skema konsep distribusi air bersih
Laporan KErja Praktek 2012
86
E. Konsep sistem jaringan air kotor
Sistem jaringan air kotor berada pada tiap-tiap lavatory dan area masak pada
culinary spot. Karena bangunan tidak bersifat berlantai banyak, sistem ini tidak
dibuat rumit, namun tetap mempertimbangkan sistem pembuangan pada riol
kota, pemisahan air lemak dan sabun.
F. Konsep sistem jaringan listrik
Jaringan listrik menggunakan sistem PLN dan menggunakan cadangan listrik
berupa genset.
Gambar 4. 33 skema konsep jaringan listrik