Post on 26-Jan-2020
43
BAB III
SIMULASI GAME YANG MENJADI METODE PEMBELAJARAN
DI KAMPOENG PINUS SARANGAN
A. Jenis-Jenis Game Untuk Metode Pembelajaran
1. Ice Breaking Aram Zam-Zam
Gambar 25
Ice Breaking Aram Zam-Zam Kampoeng Pinus Sarangan
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Ice Breaking Aram Zam-Zam merupakan kegiatan yang dapat mencairkan
suasana antara sesama peserta outbound di Kampoeng Pinus Sarangan. Ice Breaking
ini merupakan tradisi khusus sebelum permainan dimulai di Kampoeng Pinus
Sarangan. Ice Breaking ini juga pernah digunakan oleh perusahaan BRI Trenggalek,
Lapas kelas 1 Madiun. Tujuannya untuk dapat mengakrabkan diri dengna teman,
mencairkan suasana, membangun interaksi peserta dengan fasilitator dan gerakan ini
memberikan semangat pada saat permainan dimulai.Petunjuk game ini adalah
dengan cara membuat formasi menirukan tiga macam gerakan tarian aram zam-zam.
Pertama menyemangati dirinya sendiri. Kedua menyemangati rekannya di sebelah
kanan. Ketiga menyemangati rekannya di sebelah kiri.
44
Peraturan game Ice Breaking aram zam-zam ini adalah dengan cara membuat
lingkaran besar sampai bahu bersentuhan, tanpa bergandeng tangan, mengikuti
perintah fasilitator (Handbook Ice Breaking Games: 2013).
2. Game Tanpa Properti “Tugu Pancoran”
Gambar 26
Game Tugu Pancoran Kampoeng Pinus Sarangan
Sumber: Dokumentasi Kampoeng Pinus Sarangan, 2016
Game Tugu Pancoran merupakan game di Kampoeng Pinus Sarangan yang
tidak menggunakan properti. Game ini dilakukan disaat sesudah permainan Ice
Breaking Aram Zam-Zam. Game ini pernah digunakan oleh sumber daya aparatur
pengelola kepegawaian di Kabupaten Kediri. Tujuan game ini adalah untuk
membangun rasa percaya diri. Melatih konsentrasi, kekompakan, antusias dan mau
mengambil risiko. Game ini dilakukan dengan cara peserta membuat lingkaran
besar dalam kelompok besar, tanpa berpegangan tangan. perturan game tugu
pancoran ini adalah dengan cara membuat lingkaran besar sampai bahu
45
bersentuhan, tanpa bergandeng tangan, mengikuti perintah fasilitator, mau
menerima risiko (Handbook Ice Breaking Games: 2013).
Petunjuk game ini adalah Pertama Patung Slame Riyadi caranya para peserta
mendengarkan dan menirukan instruksi dari fasilitator dengan membunyikan kata
(“dooor!). Kenapa demikian, tim fasilitator outbound menjelaskan sedikit tentang
patung yang ada di kota solo, yaitu patung Slamet Riyadi yang sedang membawa
senjata lalu menirukan suara (“dooor!).Gerakan yang kedua adalah menari
formasinya adalah peserta outbound mencari pasangannya dua orang lalu
mengajaknya menari
Gerakan yang ketiga yaitu Susu Sapi yaitu formasinya adalah peserta outbound
mencari pasangannya tiga orang lalu membuat formasi satu orang berdiri sambil
mengacungkan jari ke bawah, kedua lainnya jongkok dan seperti sambil memeras
tangan orang yang berdiri tersebut. Gerakan yang keempat adalah Bunga Matahari
formasinya yaitu peserta mencari pasangan empat orang membuat formasi seperti
bunga matahari. Caranya saling berpegangan tangan membentuk lingkaran Gerakan
kuncup-mekar-kuncup-mekar (Handbook Ice Breaking Games: 2013).
Gerakan yang kelima adalah Air Mancur yaitu formasinya adalah peserta
outbound mencari pasangan lima orang dengan membuat formasi air mancur.
Caranya, empat orang membuat formasi lingkaran dan satu orang berada ditengah.
Kemudian yang tengah posisinya naik turun berdiri dan jongkok (Handbook Ice
Breaking Games: 2013).
46
3. Puzzle
Gambar 27
Game Puzzle Kampoeng Pinus Sarangan
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016
Game puzzle merupakan game yang menggunakan alat dengan bahan triplek
yang memiliki potongan persegi, segitiga dan trapesium yang pernah dilakukan oleh
beberapa instansi seperti dosen serta karyawan UMY Fakultas Pertanian, BKD
Kabupaten Pacitan, SMP Ar-Rahman Magetan dll. Tujuan dari permainan puzzle ini
adalah membangun rasa saling percaya kepada sesama teman, kerjasama regu,
komunikasi yang efektif, rasa percaya diri, ketelitian, kesabaran (Handbook Ice
Breaking Games: 2013).
Peraturan game ini adalah peserta dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 5-6
orang. Dengan menggunakan Peralatan potongan Puzzle yang membentuk persegi.
Petunjuk permainan ini adalah pertama peserta outbound membuat persegi tanpa
menggunakan kotak. Kedua tidak boleh bertumpuk. Ketiga tidak boleh dihilangkan
ataupun dipatahkan (Handbook Ice Breaking Games: 2013).
47
4. Alcatras
Gambar 28
Alcatras Kampoeng Pinus Sarangan
Sumber: Dokumentasi Kampoeng Pinus Sarangan, 2016
Game Alcatras merupakan game antar tim yang pernah dimainkan oleh beberapa
instansi seperti MTS atau MAN di kota Magetan, SMKN 1 Surakarta. Tujuan game
ini adalah melatih komunikasi, strategi dalam kelompok dan kekompakan. Dengan
total peserta membuat lima sampai sepuluh orang. Peralatan game ini meliputi terpal
alcatras, kunci alcatras. Petunjuk game ini adalah pertama hanya boleh melewati
alcatras oleh satu-satu orang saja. Kedua diarahkan dengan pengawas didepannya
dan jika menginjak garis silang yang tidak diketahui, maka pengawas akan
mengucap kata (“dooor!”) dan berlari lagi ke arah belakang jika salah (Handbook Ice
Breaking Games: 2013).
48
5. Flying Fox
Gambar 29
Flying Fox Kampoeng Pinus Sarangan
Sumber: Dokumentasi Kampoeng Pinus Sarangan, 2016
Flying fox adalah permainan individu (Dalam konteks per-kelompok) yang tujuan
adalah untuk dapat mengembangkan rasa percaya diri, keberanian dalam mengambil
resiko. Dengan menggunakan peralatan seperti harness, cowstail, slingpad atau
herolope, pulley, carabiner, helm,sarung tangan kulit. Pemasangan alat: tali luncur
dipasang pada tanah yang miring (tebing) atau juga dari atas sebuah pohon. Pada
ujung tali bagian bawah dipasang carabiner dan webbing untuk alat bantu rem (bisa
juga ban luar scouter atau vespa). Togle disiapkan dititik start pada tempat yang lebih
tinggi.
Bila tali dipasang di atas pohon harus juga disiapkan tangga untuk naik dan
cowtil untuk mengamankan peserta.Petunjuk permainan ini adalah Saat peserta
datang ke area flying fox, tali tubuh harus sudah terpasang. Peserta diminta untuk
melakukan peluncuran dengan menggunakan alat bantu togle. Sarung tangan sudah
siap terpasang sebelum peluncuran dilakukan. Sling dan carabiner menjadi alat
49
bantu yang terkait pada togle. Setelah semua siap dicek kembali peralatannya
(Handbook Ice Breaking Games: 2013).
B. Peran Fasilitator
a. Peran Fasilitator
Peran fasilitator mempunyai tugasnya utama yaitu membantu, membimbing
dan mengarahkan peserta untuk mencapai sasaran dan melaksanakan konsep
pendidikan dan pelatihan yang ditentukan berdasarkan kemampuan dan usaha
peserta. Fasilitator bekerja di bawah pengarahan dan pengawasan Course
Directoratau yang ditunjuk untuk mewakilinya. Fasilitator bertanggung jawab
langsung pada kelompok peserta dengan waktu yang telah ditentukan (Buku
Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).
b. Tugas spesifik seorang fasilitator
Tugas spesifik seorang fasilitator yaitu berpartisipasi dalam orientasi persiapan
kegiatan outbound, menentukan jumlah kebutuhan peralatan, menjamin
keselamatan seluruh peserta selama kegiatan, mengikuti desain program yang telah
digariskan oleh Course Director. Seorang fasilitator harus mampu menghidupkan
semangat belajar peserta dan serta mendekatkan para peserta melalui wawancara,
mengajaknya berdiskusi dan berbagi pengalaman. Seorang fasilitator harus dapat
berpartisipasi aktif dalam debriefing kelompok dan evaluasi tim program, serta
menunjukan prestasi yang optimal yang dimiliki oleh seorang fasilitator (Buku
Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).
50
c. Fungsi Leadership Fasilitator :
Berikut ini adalah fungsi leadership yang harus dimiliki seorang fasilitator di
Kampoeng Pinus Sarangan seperti:
1. Batasan
Batasan seorang Fasilitator yaitu membatasi keamanan tetapi fleksibel,
menantang tetapi tidak berlebihan, merangsang berpikir tetapi tetap fun,
fokus tapi juga ada perbedaan, terencana tapi tidak kaku. Fasilitator juga
harus dapat mengatur kecepatan proses belajar mengajarnya, serta
memonitor kegiatan atau diskusi. Membangun dan menjaga lingkungan yang
kondusif (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).
2. Kepercayaan
Kepercayaan menjadi seorang leadership fasilitator di Kampoeng Pinus
Sarangan adalah dapat membangun dan memperlihatkan rasa percaya,
keterbukaan dan kejujuran serta membutuhkan komunikasi, berbagi ide dan
pendapat. Tanpa adanya kepercayaan kelompok tidak dapat mencapai target
tertinggi tanpa rasa komitmen yang kuat (Buku Panduan Experiental Learning
Jilid 1: 2014).
3. Energi :
Energi seorang leadership fasilitator adalah seorang fasilitator harus
menjaga momentum untuk lingkungan yang menyenangkan. Menjaga
keseimbangan antara aksi dan diskusi, pengalaman dan belajar. Serta harus
pandai memberikan energi yang menarik kepada peserta atau membiarkan
peserta mengeluarkan energinya (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1:
2014).
51
4. Arti
Maksud dari arti adalah seorang leadership fasilitator harus mampu
menerjemahkan kegiatan ke dalam nilai nilai kehidupan di tempat kerja
atau dunia realitasnya. Fasilitator juga harus pandai memilih pertanyaan-
pertanyaan dan merangkumnya (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1:
2014).
5. Berbagi tanggung jawab
Seorang leadership fasilitator harus berbagi tanggung jawab, energi,
komitmen, kepercayaan dengan peserta untuk mencapai proses kemandirian
dan keberhasilan (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).
d. Leadership Style Fasilitator
Leadership style fasilitator atau gaya kepemimpinan seseorang fasilitator
sangat berpengaruh terhadap suksesnya kegiatan dan program di Kampoeng
Pinus Sarangan. Tetapi akan menjadi masalah apabila setiap orang melakukan
respon yang berbeda, padahal hal tersebut banyak berpengaruh terhadap
tingkat pengalaman peserta (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).
Berikut ini adalah gaya kepemimpinan seorang fasilitator:
1. Fun dan Humor
Fun dan humor merupakan gaya fasilitator yang wajib dimiliki oleh seorang
fasilitator yang ada di Kampoeng Pinus Sarangan seperti memiliki rasa senang
dengan senyum tawa dan rasa bebas serta percaya untuk berinteraksi.
Humor merupakan bentuk kedekatan dengan canda, gurauan atau cerita-cerita
lucu. Hal ini akan membuat suasana menjadi menyenangkan dan dapat
52
mencairkan suasana outbound. Seperti melakukan improviasi dengan para
peserta outbound misalkan mengejeknya.
2. Imajinasi
Khayalan atau imajinasi merupakan gaya seorang fasilitator yang harus bisa
dimiliki fasilitator di Kampoeng Pinus Sarangan seperti mengajak peserta
untuk masuk dalam perilaku dan pikiran yang dibentuk fasilitator ke arah
tujuan kegiatan.
3. Kelucuan dan Keseriusan
Kelucuan dan keseriusan merupakan gaya seorang fasilitator yang harus
dimiliki oleh seorang fasilitator di Kampoeng Pinus Sarangan seperti Bapak
munfaat dan Bapak nanang. Menggunakan ilustrasi tentang bagaimana kejadian
dikegiatan yang sedang berlangung membuat bahan tawa dan gurauan dan saat
itulah fasilitator kembali memulai untuk mengarahkan pada posisi serius
pada batasan atau aturan safety discount contract.
4. Spontanitas
Spontanitas gaya fasilitator juga merupakan kemampuan bereaksi spontan
terhadap game atau kegiatan yang reaksinya tanpa bisa diduga. Jadi seorang
fasiliator spontanitas tersebut akan didapatkan berdasarkan latihan dan
pengalaman serta banyak pikiran yang bisa cepat digunakan.
5. Mengarahkan dan memberdayakan
Mengarahkan dan memberdayakan. perbedaannya adalah soal perhatian
pada safety dan kecepatan responnya. Mengarahkan cenderung menanamkan
cara-cara atau nilai-nilai kerja, perilaku untuk meraih sukses dan peserta
tidak akan banyak kemampuan yang perlu ditingkatkan. Memberdayakan
53
cenderung hanya melihat moment teaching atau learning untuk memberikan
pemicu agar terbuka kemudian peserta melanjutkan prosesnya. Dibutuhkan
kemampuan observasi dan analisis serta cara yang tepat dan momen yang pas
oleh seorang fasilitator yang ada di Kampoeng Pinus Sarangan.
6. Kompetensi dan Kontrol
Kompetensi dan kontrol penting untuk memperlihatkan pengetahuan,
kemampuan dan kepercayaan diri terhadap peserta. karena meningkatkan
kepercayaan dan ikatan emosionil bagi peserta untuk tetap pada kontrol
dalam keamanan. Seorang fasilitator di Kampoeng Pinus Sarangan tugasnya
adalah menjadi orang pertama yang melakukan dengan baik dikegiatan
games, initiative, trust stunt atau ropes course. Berguna untuk dapat
mengalirkan energi positif kepada peserta kelompok utamanya.
7. Sekuen
Sekuen adalah seni, formulanya adalah perasaan, intuisi, analisis dan
pengetahuan. Fasilitator di Kampoeng Pinus Sarangan harus bisa memilih
kegiatan yang cocok, tepat, kapan berganti kegiatan, kapan menyudahi
kegiatan atau diskusi. Berkomunikasi yang baik antar fasilitator lain agar ketika
kegiatan tersebut bergantian atau sudah selesai tidak bertumpukan.
C. Cara Menyusun Konsep Program Wisata Edukasi Outbound di Kampoeng
Pinus Sarangan
Cara menyusun konsep program wisata edukasi outbound di Kampoeng Pinus
Sarangan
54
1. Assess – Menilai.
Menilai siapakah kelompoknya, mengetahui ketertarikan peserta outbound,
sex, usia para peserta outbound ataukah ditugaskan, dikirim atau menginginkan
kegiatan tersebut. Tujuan program apa yang ingin dicapai, apakah sama harapan
pemimpin karyawan dengan kelompok pesertanya dan apakah tujuannya
berlebihan atau berat. Menentukan berapa jumlah peserta apakah jumlah peserta
tersebut apakah sesuai dengan tujuan realistis atau tidak.
Menentukan lamanya program outbound apakah waktunya mencukupi
untuk kegiatan atau tidak. Selanjutnya adalah menentukan tempat yang akan
digunakan kegiatan tersebut kegiatan akan dilakukan dikelas atau diluar.
Kemudian bagaimana dengan jumlah dan tempat ataukah sesuai dengan
kapasitas para peserta serta memberikan alternatif bila cuaca buruk. Sebagai tim
fasilitator harus dapat memikirkan serta menanyakan pertimbang lain seperti
apakah pernah mengikuti kegiatan sebelumnya dan apakah mereka mengetahui
apa yang akan dilakukan (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).
2. Plan atau Perencanaan
Plan atau perencanaan memulai dengan merencanakan tempat kegiatan dan
ketersedian areal. Jenis kegiatan untuk mentransfer proses pembelajarannya.
Merencanakan skenario atau sekuen kegiatan. Membuat alternatif lain apabila
cuaca berubah buruk, masalah dengan profil peserta yang mendapat perhatian
khusus. Kemudian menentukan waktu dan tempat yang dibutuhkan serta
merencanakan jenis dan media kegiatan game, simulasi, presentasi, staf dll
(Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).
55
3. Prepare atau Persiapan
Prepare atau persiapan adalah dengan hanya membayangkan ilustrasi tentang
kegiatan yang akan dilakukan, sehingga dapat menambahkan atau mengurangi
komponen penilaian yang dibutuhkan (Buku Panduan Experiental Learning Jilid
1: 2014).
4. Lead atau Pelaksanaan
Lead atau pelaksanaan adalah saat yang dinantikan terlaksananya kegiatan
memiliki rasa was-was atau percaya diri sebagai momentum awal team
fasilitator di Kampoeng Pinus Sarangan dan harus dapat menimbulkan rasa
kepercayaan dari pada peserta (Buku Panduan Experiental Learning Jilid 1:
2014 ).
5. Evaluate - Evaluasi
Evaluate atau evaluasi adalah memonitor apa yang telah team fasilitator
Kampoeng Pinus Sarangan lakukan baik dari sisi negatif maupun yang positif.
Seperti mengevaluasi observasi dan perilaku kelompok, menganalisa perilaku
untuk menentukan apakah perlu dibuatkan alternatif kegiatan. Menyediakan
waktu yang cukup untuk tantangan yang sesuai dan mendiskusikannya (Buku
Panduan Experiental Learning Jilid 1: 2014).
56
Tabel di bawah ini adalah pedoman itinerary untuk cara menyusun kegiatan
pembelajaran di Kampoeng Pinus Sarangan. Mulai dari waktu pelaksanaan program,
aktivitas outbound yang akan dilakukan, keterangan kegiatan dan tempat pelaksanaan
kegiatan.
Tabel 14
Itenerary Kegiatan Outbound di Kampoeng Pinus Sarangan
Contoh Itenerary Kegiatan Outbound di Kampoeng Pinus Sarangan
Nb. Peserta dibagi menjadi 2 middle group (4 small group)
Sumber: Dokumen Kampoeng Pinus Sarangan, 2016
No Time Dur Activity Place
Treatment Description
Minggu, 24 februari 2016
1 7:30 8:00 0:30 Peserta tiba di sarangan Rehat snack
welcome drink
Cafe forest
2
8:00
9:00
1:00
Ice beraking big group,
pembagian kelompok
(aram zam-zam,
higenis dance,
tugu pancoran)
Perkenalan dengan
staff pelatihan,
membuka bloking,
pembagian
kelompok
Lapangan
bawah
3
9:00
11:00
2:00
Pos 1
(shuy buzz, Alcatras,
Pazzle kuning)
Kemauan untuk
berbagi, berkoordinasi,
kemauan,
mendengarkan
dan memperhatikan
Lapangan
bawah
Pos 2
(high rope, pazle kecil)
Meningkatkan
kepercayaan
diri dalam menghadapi
hal baru
Areahigh
rope
4
11:00
11:40
Final game debreaf
(opposide)
Menyatukan
komitmen
untuk bekerjasama
Lapangan
atas
Sampai jumpa pada event selanjutnya
57
D. Pengaruh Wisata Edukasi Terhadap Sumber Daya Manusia
Berikut ini adalah beberapa hasil pengaruh wisata edukasi terhadap sumber daya
manusia di Kampoeng Pinus Sarangan:
1. RSDS ( Rumah Sakit Dokter Sadiman) madiun
Peserta outbound di Rumah Sakit Dokter Sadiman sebanyak 400 0rg. Mereka
belajar mengenai pelayanan yang sesungguhnya, sebelumnya karyawan RSDS
tidak memberikan pelayanan yang terbaik, seperti mereka tidak senyum, sapa dan
salam dengan sesama karyawan ataupun dengan pelanggan tidak ada. Walaupun
ada salah satu karyawan baik itu satpam, cleaning service, customer service dll,
mereka tidak memberikan pelayanan yang terbaik akhirnya dapat memberikan citra
buruk terhadap RSDS sendiri. Setelah mengikuti outbound manajemen training
dengan unbloking dalam permainan, karyawan RSDS memiliki perubahan pada
dirinya, perubahan itu diperoleh ketika kuncinya adalah membuka diri, ada niatan
untuk berbagi serta optimalisasi potensi masing-masing karyawan.
Dapat dikatakan bahwa masing-masing karyawan RSDS memiliki perubahan
terhadap dirinya, karena berkelanjutan dalam artian bukan melanjutkan kegiatan
outbound lagi tetapi adanya monitoring dari tim Kampoeng Pinus Sarangan dengan
cara datang memonitoring ke RSDS dan meminta laporan sejauh mana perubahan
perkembangan pelayanan di RSDS (Wawancara dengan Nanang Wijayanto selaku
fasilitator pada tanggal 1 Juli 2016).
2. KAI DAOP 7 MADIUN
KAI DAOP 7 Madiun mereka belajar mengenai prioritas adalah keselamatan
penumpang dan kenyamanan penumpang menjadi prioritas mulai dari satpam
sampai kepala stasiun memiliki peran yang sangat penting. Tim Kampoeng Pinus
58
Sarangan menanamkan slogan kepada penumpang yaitu keselamatan anda adalah
prioritas kami. Sebelumnya karyawan DAOP 7 Madiun, seperti cleaning service
mereka mereasa minder dengan gaji yang diperoleh dan merasa perannya sebagai
cleaning service tidak penting. Dengan adanya Simulasi game puzzle tim fasilitator
Kampoeng Pinus Sarangan memberikan motivasi kepada para karyawannya, seperti
menjelaskan bagian pada sisi puzzle bahwasanya setiap karyawan memiliki peran
yang sangat penting bagi perusahaan. Seperti petugas palang pintu jika kerja
semaunya maka akan dapat membahayakan bagi orang lain, cleaning service jika
stasiun terlihat kotor, maka pengunjung akan merasa tidak nyaman.
Dengan adanya outbound manajemen training mereka memiliki perubahan pada
dirinya, perubahan itu diperoleh ketika kuncinya adalah membuka diri, ada niatan
untuk berbagi serta optimalisasi potensi masing-masing karyawan. Mereka sadar
bahwa perannya sebagai kepala stasiun sampai cleaning service memiliki peran
yang sangat penting dan saling melengkapi antar karyawan lainnya.
Dapat dikatakan bahwa masing-masing karyawan KAI DAOP 7 Madiun
memiliki perubahan terhadap dirinya, karena berkelanjutan dalam artian bukan
melanjutkan kegiatan outbound lagi tetapi adanya monitoring dari tim Kampoeng
Pinus Sarangan dengan cara datang memonitoring ke KAI DAOP 7 Madiun dan
meminta laporan sejauh mana perubahan perkembangan pada diri karyawannya
(Wawancara dengan Nanang Wijayanto selaku fasilitator pada tanggal 1 Juli 2016).
3. Bayu Siswa SMK Panekan Magetan
Bayu adalah seorang siswa SMK Panekan Magetan, ketika pada awal masuk di
Kampoeng Pinus Sarangan bayu memiliki sifat semaunya sendiri, dia langsung
males, cuek, dan berbicara semaunya sendiri dan bersikap seolah-olah di
59
lingkungan itu hanyalah dia yang merasa dominan. Ketika mulai ice breaking
disuruh mengkondisikan merasa malu untuk melakukan, kemudian tim fasilitator
memberikan sebuah komitmen akhirnya dia bisa memahami ternyata apa yg dia
anggap merasa menguasai tetapi tidak bisa diaplikasikan ditempat lain, akhirnya
dijadikan leader untuk dapat memahami. Ternyata setelah dipaham kenapa sikap
bayu cuek, males dan semaunya sendiri itu karena anak muda seperti dia
membutuhkan eksistensi dan pengakuan diri, makannya harus dirubah. Dan
akhirnya bayu mau melakukan apa yang fasilitator perintah (Wawancara dengan
Nanang Wijayanto selaku fasilitator pada tanggal 1 Juli 2016).
4. Dosen UMY Fakultas Pertanian
Dosen UMY Fakultas Pertanian mereka pengen bersama-sama, saling
bersinergi dalam pekerjaan, dalam pekerjaan berharap menuntut pekerjaan harus
profesional, datang tidak boleh terlambat, pekerjaan harus selesai pada jam yang
sudah ditentukan. Tetapi mereka tidak memahami latar belakang sumber daya
manusianya. Ternyata karyawannya ada yang sedang ada masalah, tidak semangat
dalam bekerja dll, maka harus terbuka alasan tersebut dan harus didengar.
Dengan adanya outbound manajemen training mereka memiliki perubahan pada
dirinya, perubahan itu diperoleh ketika kuncinya adalah membuka diri, ada niatan
untuk saling berbagi serta optimalisasi potensi masing-masing karyawan. Ketika
ingin bersinergi dengan karyawan lain maka harus terbuka, dengan cara memecah
blok dan mendengarkan alasan mereka, maka akan mengetahui latar belakangnya
mereka.
Dapat dikatakan bahwa masing-masing karyawan memiliki perubahan terhadap
dirinya dan memiliki rasa terbuka. Mereka meminta draf kerangka untuk bisa
60
diaplikasikan di Fakultas Pertanian UMY, karena berkelanjutan dalam artian bukan
melanjutkan kegiatan outbound lagi tetapi adanya monitoring dari tim Kampoeng
Pinus Sarangan dengan cara datang memonitoring ke Fakultas Pertanian UMY dan
meminta laporan sejauh mana perubahan perkembangan pada diri karyawannya
(Wawancara dengan Nanang Wijayanto selaku fasilitator pada tanggal 1 Juli 2016).
5. BPPN (Badan Pelayanan Pembendaharaan Negara) Kab. Madiun
Badan pelayanan pembendaharaan negara pada awal masuk karyawan
menganggap bahwa pekerjaan bukan tentang hal bermanfaat tetapi adalah tugas
masing-masing. Ada yang masih memiliki tugas yang menumpuk, ada yang sudah
selesai, yang sudah selesai hanya melihat saja tetapi tidak saling membantu,
padahal yang belum selesai pekerjaannya tadi bisa menjadi hambatan. Ada yang
bertahun-tahun bekerja tetapi karena ada sistim yang baru mereka merasa susah
untuk memulai karena dia berpikir berat.
Dengan adanya outbound manajemen training dengan cara memecah bloking
dalam permainan mereka memiliki perubahan pada dirinya, perubahan itu diperoleh
ketika kuncinya adalah membuka diri, ada niatan untuk saling berbagi serta
optimalisasi potensi masing-masing karyawan. Akhirnya tim Kampoeng Pinus
Sarangan mencoba mensinergikan mereka, kemudian mereka saling membantu
sesuai dengan porsinya, karena satu orang saja yang belum selesai maka akan dapat
menganggu pekerjaan yang lainnya.
Dapat dikatakan bahwa masing-masing karyawan memiliki perubahan terhadap
dirinya dan memiliki saling membantu, dan berkelanjutan dalam artian bukan
melanjutkan kegiatan outbound lagi tetapi adanya monitoring dari tim Kampoeng
Pinus Sarangan dengan cara datang memonitoring ke BPPN Madiun dan meminta