Post on 02-Apr-2019
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE DAN DESAIN PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Berkaitan dengan permasalahan yang digunakan oleh peneliti dalam rangka
meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis,
maka digunakan sebuah metode untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
yang diperoleh pada kelas yang diterapkan pembelajaran ini. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen (Syaodih,2007:58).
Jenis eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasi experiment
karena tidak melakukan pengacakan subjek pada kelas eksperimen dan kontrol
(Schumacher dan Mc. Millan, 2007). Dengan desain eksperimen yang digunakan
berupa “Randomized Control Group Pretest-Posttest
Design”,(Syaodih,2007:204)
Adapun desain penelitian yang dimaksud:
Tabel 3.1. Desain Eksperimen
Kelas Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen O P1 O
Kontrol O P2 O
Keterangan :
X : PembelajaranCTL dengan pendekatan multi representasi
Y : PembelajaranCTL tanpa pendekatan multi representasi
O : Tes awal dan tes akhir
Sebelum melakukan pembelajaran, masing- masing kelas diberi tes awal.Soal
tes tersebut meliputi soal pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan
fenomena fisis.Jawaban tes awal siswa kemudian diperiksa untuk ditindak
lanjuti.Selanjutnya, dilakukan pembelajaran, dimana pada kelas eksperimen,
dilakukan pembelajaran dengan pendekatan multi representasi, dan pada kelas
kontrol, dilakukan pembelajaran tanpa pendekatan multi representasi. Setelah
dilakukan pembelajaran, kepada dua kelas tersebut dites kembali dengan
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menggunakan tes yang sama persis dengan tes awal, yang kemudian disebut tes
akhir. Selanjutnya dihitung nilai gain yang dinormalisasi untuk mengetahui besar
peningkatannya, untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yang dilakukan dengan uji
perbedaan rata-rata nilai gain yang dinormalisasi.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan objek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X pada salah satu SMA di
kabupaten Sumedang, yang terdiri dari 8 kelas. Sampel penelitian dipilih satu
kelas untuk kelas ekperimen dan satu kelas untuk kelas kontrol.Sampel dipilih
secara acak melalui undian seluruh kelas populasi, Pada kelas kontrol dilakukan
pembelajaran CTL tanpa pendekatan multi representasi, dan pada kelas
eksperimen dilakukan pembelajaran CTL dengan pendekatan multi representasi.
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C. Prosedur Penelitian
Langkah- langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini, dapat
dilihat seperti pada gambar 3.2.
Studi Pendahuluan
Perumusan Masalah
Studi literatur : Pendekatan Multi Representasi, Pemahaman konsep, kemampuan menjelaskan fenomena fisis
Penyusunan Instrumen tes1. Tes pemahaman konsep
2. Tes kemampuan menjelaskan fenomena fisis.
Penyusunan Rencana Pembelajaran CTL dengan penerapan multi
representasi pada materi Suhu dan kalor, LKS
Validasi, Uji Coba, Revisi
Kelompok eksperimen dengan Pembelajaran CTL dengan
penerapan multi representas
pretest
Kelompok kontrol denganPembelajaran CTL tanpa penerapan multi representasi
posttest
Pengolahan dan analisis data
Kesimpulan
Observasi keterlaksanaan
model
Instrumen skala sikap
Keterangan------------------- penerapan
tahapan
Keterangan------------------- penerapan
tahapan
Gambar 3.2. Alur Penelitian
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian, penulis
menyiapkan instrumen, yaitu berupa tes, angket tanggapan siswa dan lembar
observasi kegiatan siswa dan guru.
1. Instrumen Tes
Soal pemahaman konsep digunakan untuk mengukur pemahaman konsep
siswa dalam materi Suhu dan Kalor. Soal tersebut berisi 35 soal dalam bentuk
pilihan ganda lima pilihan jawaban yang meliputi pemahaman translasi,
interpretasi dan ekstrapolasi. Tiap soal yang dijawab benar, diberi skor 1 dan soal
yang dijawab salah diberi skor 0.
Soal menjelaskan fenomena fisis dalam materi Suhu dan Kalor digunakan
untuk mengukur kemampuan menjelaskan fenomena fisis siswa terhadap materi
suhu dan kalor. Soal tersebut berisi 12 soal dalam bentuk pilihan ganda beralasan,
dengan kriteria skor 0 – 2, dengan penilaian sebagai berikut :
Tabel 3.2. Pemberian Skor Tes Kemampuan menjelaskan fenomena fisis
Pilihan Jawaban Alasan Skor
Benar Benar 2
Benar Salah 1
Salah Salah 0
2. Instrumen Skala Sikap
Skala sikap ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa
terhadap pendekatan multi representasi pada pembelajaran konsepSuhu dan
Kalor.Skala ini memuat daftar pertanyaan dan pernyataan terkait penerapan
pendekatan multi representasi yang dilaksanakan. Menghitung persentase hasil
angket tanggapan siswa menggunakan rumus(Sugiyono, 2008).
% 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑡𝑢𝑗𝑢𝑎𝑛
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑦𝑎𝑛𝑔𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑝𝑎𝑑𝑎𝑡𝑖𝑎𝑝𝑖𝑡𝑒𝑚
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑘𝑜𝑟𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑖𝑡𝑒𝑚𝑥 100%
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan
STS = 1, dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif (Riduwan, 2010). Dalam
mengkategorikan persentase tanggapan siswa, dilakukan dengan cara:
a. Menentukan persentase rentang (R) tanggapan.
R = persentase maksimum – persentase minimum
R = 100% -25% = 75%
b. Menentukan panjang kelas (P) dan tabel kategori tanggapan siswa.
Panjang kelas tiap tanggapan ditentukan dari perbandingan panjang rentang
kelas (R) dengan banyaknya kategori (K) tanggapan.
𝑃 =𝑅
𝐾=
75%
4= 18,75%
Berdasarkan panjang kelas tersebut, maka pengkategorian persentase
tanggapan siswa dapat dilihat pada table 3.3, sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pengkategorian persentase tanggapan siswa
Batasan Persentase (%) Kategori
25,00 < tanggapan siswa ≤ 43,75 Sangat Tidak Setuju ( sangat negatif)
43,75 < tanggapan siswa ≤ 62,50 Tidak Setuju ( negatif)
62,50 < tanggapan siswa ≤ 81,25 Setuju ( positif)
81,25 < tanggapan siswa ≤ 100 Sangat Setuju (sangat positif)
Siswa diminta memberikan tanda cek () pada pernyataan atau pertanyaan
yang terdapat pada angket.Skala sikap tanggapan siswa selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengungkap keterlaksanaan pembelajaran
yang belum terangkat melalui tes dan skala sikap berupa aktivitas guru dan siswa
yang dilakukan dalam proses pembelajaran dengan pendekatan multi representasi.
Pedoman observasi dipersiapkan peneliti sebelum pelaksanaan penelitian.
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Kelayakan Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2011:72) sebuah tes yang dapat dikatakan baik harus
memenuhi syarat diantaranya valid dan reliable. Untuk itu dilakukan analisis
instrument untuk menguji validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran. Hasil analisis instrumen secara lengkap terdapat pada lampiran.
a) Uji Validitas
Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu
mengukur apa saja yang harus atau hendak diukur. Sebuah instrumen dikatakan
valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara lengkap
(Arikunto,2011:73). Pengujian validitas isi dilakukan dengan cara meminta
pertimbangan (judgement) para ahli, dengan tujuan untuk mengetahui apakah
instrumen yang disusun sudah mengukur apa yang hendak diukur (ketepatan).
Pengujian validitas isi dilakukan dengan melihat kesesuaian antara isi instrumen
dengan materi pelajaran yang diajarkan (SK dan KD) dan indikator pemahaman
konsep serta ketepatan dalam menjelaskan fenomena fisis.Jumlah tenaga ahli yang
digunakan dalam validitas isi adalah tiga orang, terdiri dari dua orang bergelar
doktor fisika, dan satu orang guru SMA yang bergelar master.Hasil dari ketiga
tenaga ahli yang dimintai pertimbangan (judgement), diperoleh kesimpulan bahwa
intrumen pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis pada
materi suhu kalor yang disusun sudah memenuhi validitas isi dan dapat digunakan
untuk keperluan penelitian.Tetapi ada beberapa hal terkait redaksi yang perlu
diperbaiki.
b) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas tes bertujuan untuk mengukur tingkat keajegan soal yang
digunakan.Tes dikatakan terpercaya jika dapat mengahasilkan hasil yang tetap
apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil-hasil tes
tersebut menunjukan ketetapan (Arikunto,2011:74). Untuk menguji reliabilitas
dalam penelitian ini digunakan tes-retest, yaitu dilakukan dengan cara
mencobakan instrument beberapa kali pada responden. Jadi dalam hal ini,
instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya berbeda.
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana
suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak berubah
rubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda.Nilai reliabilitas dapat
ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik korelasi yang
digunakan untuk menentukan reliabilitas tes adalah yang dikemukakan oleh
pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment angka kasar
(Arikunto, 2011) :
𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌
𝑁 𝑋2 − 𝑋 2 𝑁 𝑌2 − 𝑌 2
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
X = skor rata-rata tes pertama
Y = skor rata-rata tes kedua
N = jumlah sampel
Harga r menunjukan indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan,
kemudian nilai r tersebut diinterpretasikan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3.Interpretasi koefisien korelasi nilai r
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,80 − 1,00 Sangat tinggi
0,60 − 0,79 Tinggi
0,40 − 0,59 Cukup
0,20 − 0,39 Rendah
0,00 − 0,19 Sangat Rendah
(Sumber :Arikunto, 2011)
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c) Uji Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau terlalu sukar.Soal
yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di
luar jangkauan. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal
disebut indeks kesukaran, besarnya antara 0.00 – 1.00.Uji tingkat kesukaran soal
dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal tergolong sukar, sedang atau
tergolong mudah.Untuk mengetahui tingkat kesukaran butir soal, dihitung dengan
menggunakanMicrosoft Excel 2010.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan
proporsi yang menjawab benar adalah:
𝑝 = 𝐵
𝑆𝑀𝑁
Keterangan :
p = proporsi yang menjawab benar atau tingkat kesukaran
x = banyaknya peserta tes yang menjawab benar
Sm = skor maksimum
N = jumlah peserta tes
Kriteria tingkat kesukaran menurut Arikunto(2011:225) dapat dilihat seperti
pada tabel 3.4.
Tabel 3.4. Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Proporsi Kriteria
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
d) Uji Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah. Pembagian
kelompok berkemampuan tinggi dan siswa berkemampuan rendah dapat diacu
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dari pendapat Kelly (1939) dalam Ahiri Jafar (2011) bahwa indeks daya beda
butir yang lebih stabil dan sensitive dapat dicapai dengan menggunakan rumus
27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. Uji daya pembeda soal dilakukan
untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan kemampuan
antara siswa kelompok atas dan kelompok bawah, dihitung dengan menggunakan
Microsoft Excel.Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks daya beda butir
(D) adalah :
𝐷 = 𝐽𝐴 − 𝐽𝐵
𝑁
Keterangan :
JA : Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab benar
JB : Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab benar
N : Jumlah salah satu kelompok
Klasifikasi daya pembeda, menurut Arikunto (2011:232) dapat dilihat dalam
tabel 3.5.
Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda Butir Soal
ID Klasifikasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
Negatif Tidak baik, harus dibuang
e) Hasil Pengujian Instrumen
Berdasarkan hasil uji coba instrumen terhadap soal pemahaman konsep, dan
kemampuan menjelaskan fenomena fisis didapatkan bahwa reliabilitas instrument
sebesar 0,96 dan 0,95 artinya ada korelasi yang sangat tinggi antara tes yang
pertama dan tes yang kedua, artinya instrument tersebut mempunyai reliabilitas
yang sangat tinggi. Sedangkan hasil uji coba lainnya untuk soal pemahaman
konsep dapat dilihat pada tabel 3.6.
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.6. Hasil uji coba instrument pemahaman konsep
No
Reliabilitas Tingkat kesukaran Daya pembeda
Ket rxy Makna p Kategori D klasifikasi
1
0.96 sangat
tinggi
0.77 Mudah 0.375 cukup dipakai
2 0.67 Sedang 0.25 cukup dipakai
3 0.63 Sedang 0.25 cukup dipakai
4 0.73 Mudah 0.125 jelek dibuang
5 0.73 Mudah 0.25 cukup dipakai
6 0.23 Sukar 0.25 cukup dipakai
7 0.23 Sukar 0.125 jelek dibuang
8 0.57 Sedang 0.25 cukup dipakai
9 0.37 Sedang 0.25 cukup dipakai
10 0.33 Sedang 0.25 cukup dipakai
11 0.60 Sedang 0.5 baik dipakai
12 0.70 Sedang 0.5 baik dipakai
13 0.77 Mudah 0.25 cukup dipakai
14 0.33 Sedang 0.25 cukup dipakai
15 0.30 Sukar 0.25 cukup dipakai
16 0.63 Sedang 0.625 baik dipakai
17 0.47 Sedang 0.25 cukup dipakai
18 0.73 Mudah 0.375 cukup dipakai
19 0.73 Mudah 0.25 cukup dipakai
20 0.33 Sedang 0.375 cukup dipakai
21 0.63 Sedang 0.5 baik dipakai
22 0.77 Mudah 0.125 jelek dibuang
23 0.40 Sedang 0.25 cukup dipakai
24 0.23 Sukar 0.125 jelek dibuang
25 0.33 Sedang 0.625 baik dipakai
26 0.57 Sedang 0.375 cukup dipakai
27 0.60 Sedang 0.375 cukup dipakai
28 0.77 Mudah 0.375 cukup dipakai
29 0.23 Sukar 0.25 cukup dipakai
30 0.37 Sedang 0.5 baik dipakai
31 0.20 Sukar 0.25 cukup dipakai
32 0.27 Sukar 0.375 cukup dipakai
33 0.60 Sedang 0.25 cukup dipakai
34 0.90 Mudah 0.375 cukup dipakai
35 0.73 Mudah 0.125 jelek dibuang
36 0.73 Mudah 0.375 cukup dipakai
37 0.70 Sedang 0.5 baik dipakai
38 0.33 Sedang 0.375 cukup dipakai
39 0.57 Sedang 0.25 cukup dipakai
40 0.67 Sedang 0.25 cukup dipakai
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.7. Hasil Uji Coba Instrumen kemampuan menjelaskan fenomena fisis
No Reliabilitas Tingkat kesukaran Daya pembeda
Ket rxy Makna p Kategori D klasifikasi
1
0,95 Sangat tinggi
0.70 Sedang 0.25 cukup dipakai
2 0.78 Mudah 0.375 cukup dipakai
3 0.60 Sedang 0.375 cukup dipakai
4 0.58 Sedang 0.25 cukup dipakai
5 0.50 Sedang 0.375 cukup dipakai
6 0.50 Sedang 0.375 cukup dipakai
7 0.58 Sedang 0.375 cukup dipakai
8 0.28 Sukar 0.25 cukup dipakai
9 0.45 Sedang 0.5 baik dipakai
10 0.40 Sedang 0.25 cukup dipakai
11 0.48 Sedang 0.375 cukup dipakai
12 0.27 Sukar 0.375 cukup dipakai
E. Pengolahan dan Analisis Data
Setelah lembar jawaban pada tes awal dan tes akhir diperiksa dan diberi
skor, kemudian dihitung pencapaian skornya, baik secara total untuk butir soal
pemahaman konsep maupun kemampuan menjelaskan fenomena fisis.
1. Pencapaian Skor tes awal dan tes akhir
Untuk mengetahui pencapaian tes awal dan tes akhir, dilakukan dengan
cara membandingkan skor yang diperoleh, terhadap skor maksimal idealnya lalu
dikalikan 100%. Hal tersebut dilakukan untuk tinjauan secara total pada soal
pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena fisis.
Perhitungan persentase ini, dilakukan dengan menggunakan persamaan
berikut :
𝑃 =𝑋
𝑁𝑥100%
Keterangan :
P : Besar Persentase
X : Skor yang diperoleh
N : Skor Maksimal ideal
2. Pencapaian N-gain
Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan kemampuan
menjelaskan fenomena fisis, yang diperoleh melalui pretest dan posttest dihitung
dengan menggunakan rumus N-gain yang dikembangkan oleh Hake (1998 ).
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
𝑔 =𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
Keterangan :
Spost = skor tes akhir
Spre = skor tes awal
Smaks = skor maksimal
Agar mudah dalam menyajikannya pada bentuk grafik, skala nilai gain
tersebut diadaptasi dalam bentuk persen, seperti dilihat pada persamaan berikut :
𝑔% = %𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − %𝑆𝑝𝑟𝑒
100 − %𝑆𝑝𝑟𝑒
Untuk memudahkan dalam menginterpretasi perolehan nilai gain, digunakan
kategori dan konversi N-gain seperti tabel 3.8.
Tabel 3.8. Kriteria N-gain
No. Nilai Konversi N-gain(%) Kategori
1 g > 0,7 g > 70 Tinggi
2 0,3 < g < 0,7 30 < g < 70 Sedang
3 g < 0,3 g < 30 Rendah
3. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis penelitian yang
diajukan, dilakukan uji perbedaan rata-rata terhadap N-gain kelas eksperimen dan
kelas control. Pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 19, dan Excel.
Adapun taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian ini adalah α = 0,05.
Untuk melaksanakan uji perbedaan rata-rata, digunakan uji t bila data yang
diperoleh memenuhi syarat parametrik atau uji Mann-Whitney bila syarat
parametric tidak terpenuhi.
Untuk mengetahui dipenuhi tidaknya syarat parametrik, dilakukan uji
normalitas sebaran datadan homogenitas varians N-gain dari kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov. Informasi normalitas sebaran data dapat diketahui dari nilai signifikansi
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
output-nya, jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari nilai α = 0,05,
maka sebaran data tersebut terdistribusi normal, dan jika diperoleh sebaliknya,
berarti sebaran data tersebut tidak berdistribusi normal.
Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji Levene
pada taraf signifikansi α = 0,05. Informasi homogenitas varians dapat diketahui
dari nilai signifikansi output-nya, jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar
daripada nilai α = 0,05, maka varians kelompok data tersebut sama besar atau
homogen, dan jika diperoleh sebaliknya, berarti varians kedua kelompok data
tersebut tidak sama besar atau tidak homogen.
Bila kedua syarat parametrik telah terpenuhi, maka untuk melaksanakan uji
perbedaan rata-rata digunakan uji t berupa Independent sampel test, dan bila tidak
terpenuhi digunakan Mann-Whitney test.
Hipotesis dikatakan terbukti jika (HA : µe> µk) atau jika terdapat perbedaan
rata-rata N-gain yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, atau
jika nilai signifikansi hitung lebih kecil dari 0,05 (p-value< α = 0,05).
4. Korelasi pemahaman konsep dan kemampuan menjelaskan fenomena
fisis
Untuk melihat adanya korelasi antara pemahaman konsep dan kemampuan
menjelaskan fenomena fisis, maka digunakan rumus korelasi product moment,
yaitu (Arikunto, 2011) :
𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌
𝑁 𝑋2 − 𝑋 2 𝑁 𝑌2 − 𝑌 2
Sedangkan untuk mencari seberapa besar kontribusi pemahaman konsep
terhadap kemampuan menjelaskan fenomena fisis digunakan rumus koefisien
determinan (Riduwan, 2010), yaitu :
𝐾𝑃 = 𝑟𝑥𝑦2 𝑥 100%
5. Analisis Data Skala Sikap
Penilaian sikap merupakan proses pengumpulan informasi untuk digunakan
dalam pengambilan keputusan tentang sikap siswa terhadap mata pelajaran, proses
pembelajaran, guru, kurikulum, program pembelajaran dan kebijakan yang
berhubungan dengan pendidikan (Ahiri, 223:2011). Pengolahan data dilakukan
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan cara mencari persentase tanggapan siswa terhadap pendekatan multi
representasi. Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data
tersebut adalah dengan :
1. Menghitung jumlah jawaban SS, S, N, TS dan STS yang diisi pada format
skala sikap siswa terhadap pembelajaran.
2. Melakukan perhitungan persentase skala sikap siswa terhadap pembelajaran
dengan menggunakan persamaan berikut :
% Sikap reponden = Responden yang menjawab SS, S, N, TS atau STS
respondenx 100%
Untuk memudahkan dalam menginterpretasi tanggapan tersebut digunakan
kriteria, dengan menggunakan interval (Riduwan, 2010) seperti pada tabel 3.9.
Tabel 3.9. Kriteria Skala Sikap
Alternatif jawaban (%) Deskripsi
100 Seluruh responden
75 < J < 100 Hampir seluruh responden
50 Sebagian besar responden
25 < J <50 Hampir setengahnya dari jumlah responden
0 < J <25 Sebagian kecil responden
0 Tidak seorang pun responden
6. Pengolahan Data Observasi
Data mengenai keterlaksanaan pembelajaran CTL dengan pendekatan multi
representasi merupakan data yang diambil dari observasi.Data ini merupakan
keterlaksanaan pembelajaran fisika baik untuk siswa maupun guru.Pengolahan
data dilakukan dengan mencari porsentase keterlaksanaan model pembelajaran.
Adapun langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengolah data tersebut
adalah dengan :
1. Menghitung jumlah jawaban “ya” dan “tidak” yang observer isi pada format
keterlaksanaan pembelajaran.
2. Melakukan perhitungan porsentase keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan persamaan berikut :
Oktifiyanti, 2013 Penerapan Mutu Representasi Pada Pembelajaran CTL Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kemampuan Menjelaskan Fenomena Fisis Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
%keterlaksanaan model = observer yang menjawab ya atau tidak
observer seluruhnya x 100%
Untuk mengetahui kategori keterlaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru,
dapat diinterpretasikan pada tabel 3.10, dengan interval (Riduwan, 2010).
Tabel 3.10. Keterlaksanaan pembelajaran
KMP (%) Kriteria
KMP = 0 Tak satu pun kegiatan terlaksana
0 < KMP < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana
25 < KMP < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana
KMP = 50 Setengah kegiatan terlaksana
50 < KMP < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana
75 < KMP < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana
KMP = 100 Seluruh kegiatan terlaksana
KM = Keterlaksanaan Model