Post on 07-Apr-2019
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri
seseorang. Belajar dengan perubahan adalah dua gejala yang saling terkait,
dimana belajar sebagai proses dan perubahan sebagai bukti atau hasil dari proses.
Perubahan tingkah laku tersebut bisa berupa perubahan yang bersifat
pengetahuan, keterampilan maupun perubahan nilai dan sikap. Hasil belajar
merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan
siswa dalam mengikuti dan memahami suatu mata pelajaran.
Menurut Gagne dalam Sagala (2009:13) belajar adalah sebagai suatu
proses dimana suatu organisme berubah prilakunya sebagai akibat dari
pengalaman, sejalan dengan itu Witherington dalam Purwanto (2010:84)
mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.sedangkan Morgan dalam
Purwanto (2010:84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan dan
pengalaman.
Bila disimpulkan dari beberpa definisi dari para ahli dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri individu
2
yang belajar dan memperoleh kecakapan yang baru atau kepandaian karena
adanya pendidikan dan latihan serta pengalaman yang telah dijalani siswa.
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Hamalik (2011:155) hasil belajar adalah tingkah laku yang tidak
tahu menjadi tahu, timbul pengertian baru, perubahan sikap, keterampilan,
menghargai perkembangan sifat-sifat sosial, ekonomi, dan pertumbuhan jasmani.
Hamalik (2011:155) menyatakan hasil belajar merupakan terjadinya perubahan
tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan dapat diukur dalam bentuk
perubahan, sikap, dan keterampilan. Menurut Sudjana (2009:22) hasil belajar
adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima pengalaman belajar.
Hasil belajar meliputi aspek yaitu pengetahuan, sikap, kelakuan, keterampilan,
dan penampilan.
2. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2013:54-72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa yaitu :
a. Faktor internal, meliputi faktor jasmani dan psikologi :
1.) Faktor jasmani minsalnya kesehatan dan cacat tubuh
2.) Faktor psikologi minsalnya tingkat kecerdasan, minat, bakat, cara
belajar, motivasi, dan kemampuan kognitif siswa.
3
b. Faktor eksternal
1.) Faktor keluarga, berupa cara untuk mendidik, interaksi antara anggota
keluarga, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.
2.) Faktor sekolah, mencakup metode belajar, kurikulum, interaksi guru
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan alat pelajaran.
3.) Faktor masyarakat, pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa itu
sendiri di masyarakat.
C. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu teknik yang dilakukan dalam
proses pembelajaran sehingga dapat menarik perhatian siswa dalam
pembelajaran. Menurut Sugihartono dkk dalam Warni (2015:115) terdapat
banyak sekali metode dalam pembelajaran, yang antara lain adalah :
1. Metode ceramah
Metode ceramah merupakan metode penyampaian materi dari
guru kepada siswa dengan cara guru menyampaikan materi
melalui bahasa lisan verbal maupun nonverbal
2. Metode latihan
Metode latihan merupakan metode penyampaian materi melalui
upaya penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu
4
3. Metode tanya jawab
Metode tanya jawab merupakan cara penyajian materi pelajaran
melalui bentuk pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta
didik.
4. Metode karyawisata
Metode karyawisata merupakan metode penyampaian materi
dengan cara membawa langsung peserta didik langsung ke
objek di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar
siswa dapat megamati atau mengalami secara langsung.
5. Metode demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran dengan
cara memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda
yang berkaitan dengan bahan pelajaran
6. Metode sosiodrama
Metode sosiodrama merupakan metode pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melakukan kegiatan memainkan peran tertentu yang terdapat
dalam kehidupan sosial
7. Metode bermain peran
Metode bermain peran merupakan metode pembelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan pernyataan peserta didik
dengan cara peserta didik memerankan suatu tokoh baik tokoh
hidup maupun benda mati
5
8. Metode diskusi
Metode diskusi merupakan metode pembelajaran melalui
pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta
memecahkan masalah secara kelompok
9. Metode pemberian tugas dan resitasi
Metode pemberian tugas dan resitasi merupakan metode
pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa
10. Metode eksperimen
Metode ekperimen merupakan metode pembelajaran dalam
bentuk pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan
suatu proses atau percobaan
11. Metode proyek
Metode proyek merupakan metode pembelajaran berupa
penyajian kepada siswa materi pelajaran yang bertitik tolak dari
suatu masalah yang selanjutnya dibahas dari berbagai sisi yang
relevan sehingga diperoleh pemecahan secara menyeluruh dan
bermakna.
D. Metode Pembelajaran Kooperatif
1. Definisi Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2014:16-17) pembelajaran kooperatif adalah suatu
metode pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan
kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented) ,
6
terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain,
siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan
struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Baharuddin dan Esa
dalam Fathurrohman (2016:44) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham
konstruktivisme. Secara filosofis, belajar menurut konstruktivisme adalah
membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau
kaidah-kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Menurut Suprijono (2014:54) Metode pembelajaran kooperatif
merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru. Menurut Priyanto dalam Wena (2014:189) pembelajaran
kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran kelompok yang
memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif
adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya
untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa
pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa
7
kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena
banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang belum
terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan
terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota
kelompoknya.
2. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Menurut Nurhadi dan Senduk (2003) dan Lie (2002) dalam Wena
(2014:190) ada berbagai elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu : (a) saling ketergantungan positif, (b)
interaksi tatap muka,(c) akuntabilitas individual,(d) keterampilan untuk
menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara
sengaja diajarkan.
a. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok sadar
bahwa mereka perlu bekerja sama dalam mencapai tujuan. Suasana
saling ketergantungan tersebut dapat diciptakan melalui berbagai
strategi, yaitu sebagai berikut :
1.) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan.
2.) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas
3.) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar
4.) Saling ketergantungan peran
5.) Saling ketergantungan hadiah
8
b. Interaksi Tatap Muka
Nurhadi dan Senduk (2003) Interaksi tatap muka menuntut para
siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat
melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan
sesama siswa
c. Akuntabilitas Idividual
Mengingat pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dalam
bentuk kelompok maka setiap anggota harus belajar dan
menyumbangkan pikiran dalam keberhasilan pekerjaan kelompok.
Untuk mencapai tujuan kelompok(hasil belajar kelompok), setiap
siswa harus bertanggung jawab atas penguasaan materi
pembelajaran secara maksimal, karena hasil belajar kelompok
didasari atas rata-rata nilai anggota kelompok. Kondisi belajar
demikian akan mampu menumbuhkan tanggung jawab
(akuntabilitas) pada masing-masing individu siswa.
d. Keterampilan Menjalin Hubungan Antarpribadi
Dalam pembelajaran kooperatif, keterampilan sosial seperti
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide bukan
mengkritik teman, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam
menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya diasumsikan, tetapi
secara sengaja diajarkan oleh guru. Dalam hal ini siswa yang tidak
dapat menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh
teguran dari guru tetapi juga teguran dari sesama siswa.
9
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
1. Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)
Menurut Mulyatiningsih (2012:258) Metode Think Pair Share
merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara sharing
pendapat antar siswa. Metode ini dapat digunakan sebagai umpan balik
materi yang diajarkan guru. Menurut Trianto (2009:81) Think Pair Share
(TPS) suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi
kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan memberi
siswa waktu untuk lebih banyak berfikir, merespon, dan saling membantu.
Menurut Lie (2008:57) Metode pembelajaran TPS lebih
mengoptimalisasi perisipasi siswa, memberikan kesempatan lebih banyak
kepada setiap siswa untuk dikenali, dan menunjukkan pastisipasi mereka
pada orang lain. Menurut Hamdayama (2016:109) Think Pair Share
adalah berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
2. Langkah-langkah penyelenggaraan Metode Think Pair Share
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share menurut Tjokrodiharjo
dalam Trianto (2009:124)
10
Tabel 2.1 : Sintaks metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
Tahap Kegiatan Guru
Tahap 1
menyampaikan
tujuan dan
mengatur siswa
(1) Meyampaikan pendahuluan, (a) motivasi, (b)
menyampaikan tujuan dasar diskusi (c) apersepsi
(2) menjelaskan tujuan diskusi
Tahap 2
mengarahkan
diskusi
(1) Mengajukan pertanyaan awal/permasalahan
Tahap 3
menyelenggaraka
n diskusi
1. Membimbing/ mengarahkan siswa dengan mengerjakan
LKS secara mandiri (think)
2. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berpasangan
(pair)
3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi (share)
4. Merapkan waktu tunggu
5. Membimbing kegiatan siswa
Tahap 4
mengakhiri
diskusi
Menutup diskusi
Tahap 5
melakukan tanya
jawab singkat
tentang proses
diskusi
Membantu siswa membuat rangkuman diskusi dengan tanya
jawab singkat
Suprijono (2014:91) menyebutkan ada 3 (tiga) langkah-langkah metode
pembelajaran kooperatif tipe TPS, yaitu :
Langkah 1 : Thinking (Berfikir) : Pembelajaran ini diawali dengan guru
mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran dengan pelajaran untuk
dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka
memikirkan jawabannya.
Langkah 2 : Pairing (berpasangan) : Pada tahap ini guru meminta peserta didik
berpasang-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk
11
berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang
telah dipikirkannya melalui intersubjektif degan pasangannya.
Langkah 3 : Sharing (berbagi) : Hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap pasangan
hasilnya dibicarakan dengan pasangan ke seluruh kelas. Dalam tahap ini
diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian
pengetahuan secara integratif. Peserta didik dapat menemukan struktur dari
pengetahuan yang dipelajarinya.
3. Keunggulan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)
Menurut Kurniasih dan Berlin (2015:58) Keunggulan metode
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut :
a. Metode ini dengan sendiriya memberikan kesempatan yang banyak
kepada siswa untuk berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama
lain.
b. Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran
c. Lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota
kelompok
d. Adanya kemudahan kelompok interaksi sesama siswa
e. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya
f. Antara sesama siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling
menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di
depan kelas
g. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas
12
h. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab
dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling
membantu dalam kelompok kecil
i. Pemecahan masalah dapat dilakukan secara langsung, dan siswa dapat
memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu
antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta
mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi
terhadap kegiata pembelajaran yang telah dilakukan
j. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertayaan-
pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak
langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta
memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan
k. Siswa akan terlatih untuk membuat konsep pemecahan masalah
l. Keaktifan siswa akan meningkat, karena kelompok yang dibentuk tidak
gemuk, dan masing-masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkan
pendapat mereka
m. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil
diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang mereka dapatkan
menyebar pada setiap anak
n. Memudahkan guru dalam memantau siswa pada proses pembelajaran
o. Pelaksanaan model pembelajaran ini menuntut siswa menggunakan
waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang
diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa
13
mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikanya
pada pertemuan selanjutnya
p. Hasil belajar lebih mendalam, karena model pembelajaran TPS siswa
dapat diidentifikasi secara bertahap materi yang diberikan, sehingga
pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
4. Kelemahan Think Pair Share (TPS)
Menurut Kurniasih dan Berlin (2015:61) kelemahan metode pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut :
a. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas
b. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas
c. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita
waktu pengajaran yang berharga
d. Banyak kelompok yang melopor dan perlu dimonitor
e. Lebih banyak ide yang muncul
f. Jika terjadi perselisihan, tidak ada penengah
g. Meggantungkan pada pasangan
h. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan
kelompok, karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan
i. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan
pelaksanaannya
j. Metode pembelajaran TPS belum banyak diterapkan di sekolah
14
k. Sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru, waktu
pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara
maksimal
l. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan
uang sesuai degan taraf berfikir anak
F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning (PBL)
1. Definisi Pembelajaran Kooperatif Tipe Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam bahasa Inggris disebut dengan
istilah Problem Based Learning (PBL). PBL mengutamakan pemberian
berbagai situasi bermasalah yang berdasarkan fakta ataupun masalah yang
telah dirancang dan bermakna kepada siswa yang berfungsi sebagai bahan
untuk invenstigasi, penyelidikan, hingga proses pemecahan, dan hasil.
Strategi pemecahan masalah yang telah dikembangkan dewasa ini dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu: pemecahan masalah yang dikembangkan
oleh Solso, pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, pemecahan
masalah sistematis, inkuiri biologi, inkuiri jurisprudensial, inkuiri sosial,
strategi pemecahan masalah ideal, dan strategi belajar berbasis masalah
(Wena dalam Hardyan 2014:21)
2. Menurut Ridwan dalam Rusmiyati (2015:34) melakukan sinopsis dari
beberapa metode PBL yang telah dideskripsikan dan diterjemahkan
menjadi tahapan dalam metode Problem based learning. Tahapan
pembelajaran yang dimaksud adalah sebagai berikut :
15
a. Guru menyampaikan permasalahan kepada siswa atau siswa
mengajukan permasalahan yang relevan dengan topik yang akan
dikaji. Permasalahan yang diajukan merupakan permasalahan
kompleks yang kurang terstruktur dan terkait dengan situasi nyata
atau kontekstual. Problem yang disajikan dapat ditelaah melalui
inkuiri bebas dan mengembangkann kemampuan siswa untuk
menyelesaikan masalah
b. Siswa mendiskusikan permasalahan dalam kelompok kecil.
Kelompok mengklasrifikasi fakta dan mencari hubungan konsep
yang relevan. Anggota kelompok melakukan curah pendapat
(brainstorming) berdasarkan pengetahuan awal mereka dalam
upaya memahami permasalahan dan mengajukan usulan solusi.
Kelompok mengidentifikasi hal-hal yang belum mereka pahami
dan perlu dipelajari untuk menyelesaikan masalah
c. Siswa atau kelompok membuat perencanaan untuk menyelesaikan
permasalahan. Aggota kelompok berbagi peran untuk mempelajari
fakta dan konsep atau mempersiapkan kegiatan eksplorasi
d. Masing-masing siswa melakukan penelusuran informasi atau
observasi berdasarkan tugas yang telah ditetapkan dalam diskusi
kelompok. Data atau informasi dapat diperoleh melalui internet,
perpustakaan, pengamatan, wawancara, dan sumber lainnya
16
e. Siswa kembali melakukan diskusi kelompok dan berbagai
informasi. Informasi atau pengetahuan yang diperoleh digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan yang dikaji
f. Kelompok menyajikan solusi permasalahan kepada teman sekelas.
Penyajian solusi permasalahan harus dipersiapkan terlebih dahulu
dan sebaiknya menggunakan teknologi informasi. Teman lain
menanggapi hasil kerja yang ditayangkan
g. Anggota kelompok melakukan pengkajian ulang (review) terhadap
proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan dan menilai dari
masing-masing anggota. Proses penilaian diri dan penilaian teman
sejawat dapat dilakukan pada tahap akhir sebagai metode refleksi
bagi kelompok dan metode penilaian guru.
Problem based learning juga telah dikembangkan sebagai
sebuah metode pembelajaran dengan sintaks belajar sebagai
berikut :
17
Tabel 2.2 : Sintaks (Tahapan) Problem Based Learning
FASE-
FASE
PERILAKU GURU
Fase 1,
Orientasi peserta didik
kepada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan
Memotivasi peserta didik untuk terlibat
aktif dalam pemecahan masalah yang
dipilih
Fase 2,
Mengorganisasikan
peserta didik
Membantu peserta didik mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut
Fase 3,
Membimbing
penyelidikan individu
dan kelompok
Mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Fase 4,
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Membantu peserta didik dalam
merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, model, dan
berbagai tugas dengan teman
Fase 5,
Menganalisa dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari/ meminta
kelompok persentasi hasil kerja dan
membantu peserta didik melakukan
refleksi terhadap penyelidikan dan
proses yang mereka lakukan
Sumber : BPSDM P dan K dan PMP dalam Rusmiyanti (2015:36)
Menurut Baharuddin dan Esa dalam Hardiyan (2014:22) Pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) membangun cara berfikir siswa secara struktural
hingga dalam tahap memecahkan permasalahan melalui proses berfikir. Teori
belajar kognitif menekankan pada proses belajar secara berkesinambungan yang
tepat dan serasi dengan struktur kognitif yang dibangun siswa. Sedangkan teori
belajar konstruktivis merupakan landasan pembelajaran kontekstual. Dimana
18
membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, kemudian hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas.
Menurut Arends dalam Hardiyan (2014:23), Problem Based Learning
(PBL) memiliki beberapa karakteristik utama dalam pembelajaran, yaitu:
a. Mempunyai Pertanyaan atau Masalah yang Merangsang Problem Based
Learning (PBL) mengorganisasikan pembelajaran disekitar pertanyaan dan
masalah yang penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Problem
Based Learning (PBL) memberikan situasi nyata yang autentik, menghindari
jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi.
b. Berfokus pada Keterkaitan Interdisipliner Masalah yang akan diselidiki telah
dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah
itu dari banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan yang Autentik Problem Based Learning (PBL) mengharuskan
siswa melakukan penyelidikan autentik. Siswa menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan menganalisa informasi, membuat inferensi, dan
merumuskan kesimpulan.
d. Menghasilkan Produk dan Memamerkannya Problem Based Learning (PBL)
menuntut siswa untuk menghasilkan suatu karya tertentu yang menjelaskan
bentuk penyelesaian masalah yang 24 dikemukakan.
19
e. Kolaborasi Problem Based Learning (PBL) juga dapat dicirikan siswa yang
bekerja sama dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk
secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan mengembangkan
keterampilan sosial dan keterampilan berfikir
Menurut Ridwan dalam Rusmiyati (2015:27) permasalahan dalam
Problem Based Learning (PBL) merupakan permasalahan dunia nyata.
Permasalahan yang cocok untuk di bahas dalam Problem Based Learning
(PBL) pada umumnya memiliki karakteristik antara lain :
a. Realistis, umum dan penting
b. Cukup terbuka
c. Kompleks, terdiri dari beberapa komponen
d. Permaslahan mungkin terjadi secara nyata, namun disajikan secara tidak
lengkap
Skenario pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL) hendaknya
memenuhi karakteristik antara lain :
a. Terkait dengan dunia nyata
b. Memotivasi siswa
c. Membutuhkan pengambilan keputusan
d. Multi tahap
e. Dirancang untuk kelompok
f. Menyajikan pertanyaan terbuka yang memicu diskusi
20
g. Mencakup tujuan pembelajaran, berfikir tingkat tinggi dan keterampilan
tingginya
5. Keunggulan Problem Based Learning (PBL)
Menurut Trianto (2009:96) keunggulan Problem Based Learning (PBL)
adalah sebagai berikut :
a. Realistis dengan kehidupan siswa
b. Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa
c. Memupuk sifat penyelidikan inquiry siswa
d. Retensi konsep jadi kuat
e. Memupuk kemampuan problem solving.
6. Kelemahan Problem Based Learning (PBL)
Menurut Trianto (2009:97) Kelemahan PBL dalam penerapannya
a. Persiapan pembelajaran yang kompleks
b. Sulitnya mencari problem yang relevan
c. Seringnya terjadi miss-konsep
d. Konsumsi waktu
G. Metode Pembelajaran Gabungan antara Problem Based Learning (PBL)
dan Think Pair Share (TPS)
Dalam Learning to Teach, Arends dalam Hardiyan (2014: 33) menyatakan
bahwa:
21
“Guru menerapkan dua metode utama untuk memenuhi kebutuhan seluruh siswa -
menggunakan multiple metods of instruction. Menggunakan multiple metods
berarti bahwa guru mengambil beberapa metode mengajar dan memilih berbagai
pendekatan yang berbeda tergantung tujuan belajarnya. Hal itu juga berarti bahwa
mereka mampu menghubungkan dan menggunakan berbagai metode yang
berbeda secara tandem selama sebuah pelajaran atau sebuah unit pekerjaan.”
Dalam hal ini multiple methods dapat diartikan menerapkan metode
pembelajaran yang bervariatif yang dikenal dengan metode pembelajaran
gabungan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
gabungan adalah suatu metode yang menerapkan beberapa metode pembelajaran
dalam satu pertemuan yang berdasarkan tahapan-tahapan yang terdapat pada tiap-
tiap metode yang digabungkan. Penerapan metode pembelajaran gabungan
dilakukan dengan memasukkan tahapan-tahapan inti dalam suatu metode
pembelajaran. Selanjutnya penerapan metode pembelajaran gabungan dapat
dilakukan dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif problem Based
Learning (PBL) dan Think Pair Share (TPS).
Beberapa dasar pertimbangan penggabungan metode pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) dan Think Pair Share (TPS) dapat diterapkan
dalam satu pertemuan di dalam kelas, yaitu:
a. Metode pembelajaran gabungan antara Problem Based Learning (PBL) dan
Think Pair Share (TPS) memiliki landasan teori yang sama, yaitu konstruktivis
dimana siswa yang membangun pengetahuan sendiri berdasarkan hasil belajar
mereka.
22
b. Keterampilan belajar akademik siswa sangat diutamakan dengan ditunjang
oleh keterampilan inkuiri dan keterampian sosial.
c. Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) maupun Think Pair
Share (TPS) sama-sama memiliki karakteristik berpusat pada siswa (student
oriented) sehingga dalam penerapannya di dalam kelas menjadi lebih mudah
dan fleksibel.
2. Keunggulan dan Kelemahan
Berdasarkan pada keunggulan yang terdapat pada Problem Based
Learning (PBL) maupun Think Pair Share (TPS), keunggulan pada metode
pembelajaran gabungan antara Problem Based Learning (PBL) dan Think Pair
Share (TPS) yaitu sebagai berikut:
a. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk berfikir mendalam,
mengutarakan ide, dan mampu untuk membandingkan dengan ide orang
lain.
b. Siswa dapat memilah informasi yang dibutuhkan secara tepat dan
mengoreksi kesalahan dalam pemahaman informasi.
c. Siswa dapat memecahkan masalah secara individual sekaligus mampu
berinteraksi dalam permasalahan secara sosial.
e. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari
keterbatasan serta menerima perbedaan.
f. Interaksi selama Problem Based Learning (PBL) dan Think Pair Share
(TPS) dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk
berfikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
23
Berdasarkan pada kelemahan yang terdapat pada Problem Based
Learning (PBL) maupun Think Pair Share (TPS), kelemahan yang terdapat
pada metode pembelajaran gabungan antara Problem Based Learning (PBL)
dan Think Pair Share (TPS) adalah sebagai berikut:
a. Persiapan pembelajaran yang sangat kompleks karena melibatkan dua
metode pembelajaran sekaligus dalam satu waktu pembelajaran.
b. Sulitnya mencari permasalahan yang relevan untuk menerapkan metode
pembelajaran gabungan antara Problem Based Learning (PBL) dan
Think Pair Share (TPS).
c. Penggunaan waktu yang sangat banyak dalam persiapan dan
pelaksanaannya.
3. Tahapan
Tahapan pada metode pembelajaran gabungan antara Problem Based
Learning (PBL) dan Think Pair Share (TPS) diambil dari tahapan masing-masing
metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Think Pair Share
(TPS). Tahapan-tahapan tersebut digabungkan untuk menjadi satu kesatuan
sehingga dapat digunakan dalam satu waktu pembelajaran secara efisien. Adapun
tahapan pada metode pembelajaran gabungan antara Problem Based Learning
(PBL) dan Think Pair Share (TPS) yaitu:
24
Tabel 2.3 : Tahapan metode pembelajaran gabungan Problem Based
Learning (PBL) dan Think Pair Share (TPS)
Tahap Kegiatan Pembelajaran
Tahap-1 Menyampaikan
tujuan dan mengatur
siswa
(1) Meyampaikan pendahuluan, (a) motivasi, (b)
menyampaikan tujuan dasar diskusi (c) apersepsi
(2) menjelaskan tujuan diskusi
Tahap-2 Mengarahkan
diskusi
(1) Mengajukan pertanyaan awal/permasalahan (2)
Membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut
Tahap-3
Menyelenggarakan
diskusi
1. Menyuruh siswa membaca buku paket
2. Membimbing/ mengarahkan siswa dengan
mengerjakan LKS secara mandiri (think)
3. Membimbing/mengarahkan siswa dalam
berpasangan (pair)
4. Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
5. Membantu peserta didik dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
model, dan berbagai tugas dengan teman
6. Membimbing/mengarahkan siswa dalam berbagi
(share)
7. Membimbing kegiatan siswa
Tahap-4 Mengakhiri
diskusi
Menutup diskusi
Tahap-5 melakukan
tanya jawab singkat
tentang proses diskusi
Membantu siswa membuat ragkuman diskusi dengan
tanya jawab singkat.
Sumber : Dimodifikasi Oleh Peneliti
H. Alternatif Peningkatan Hasil Belajar dengan Menerapkan Metode
Pembelajaran Tipe Problem Based Learning (PBL) dalam Think Pair Share
(TPS)
Sanjaya (2008:147) Dalam metode-metode pembelajaran , keterampilan
sangat diperlukan bagi setiap guru. mengharapkan siswa berpartisipasi aktif dalam
setiap tahapan proses pembelajaran. Dalam konteks inilah guru perlu menjaga
25
agar iklim belajar tetap kondusif dan menyenangkan. Setiap orang memiliki
kejenuhan dalam pembelajaran merasa bosan, jenuh, kurang bergairah, bahkan
mengantuk biasanya muncul kondisi semacam ini disebabkan penyajian guru anda
yang kurang menarik, sehingga anda menginginkan agar proses pembelajaran
cepat usai.
Metode pembelajaran kooperatif berpotensi untuk meningkatkan hasil
belajar. Dari penerapan teori tentang metode pembelajaran kooperatif Think Pair
Share (TPS) dapat diketahui bahwa metode ini mendorong siswa lebih aktif untuk
bertanya mengeluarkan pendapat-pendapatnya. Menurut Trianto (2009:81)
Metode Think Pair Share (TPS) suatu cara yang efektif untuk membuat variasi
suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan
memberi siswa waktu untuk lebih banyak berfikir, merespon, dan saling
membantu.
Menurut Sudjana dalam Rusmiyati (2015:38) menjelaskan bahwa metode
problem based learning akan meningkatkan aktivitas belajar baik secara
individual maupun kelompok. Sedangkan untuk memunculkan kreativitas dapat
melalui berbagai pembelajaran, seperti pembelajaran kooperatif yang terdiri dari
berbagai metode yang dapat dipakai, pembelajaran realistik, pembelajaran
kontekstual. Namun berfikir kreatif merupakan proses berfikir tinggi bahkan
Dewey memandang berfikir kreatif sebagai sebuah proses pemecahan masalah.
Dengan meningkatnya keaktivitas dan kreativitas belajar siswa maka akan dapat
memicu peningkatan hasil belajar.
26
Adanya metode kooperatif akan membentuk suatu kerja sama yang lebih
mendukung. Menurut peneliti, proses pembelajaran pada dasarnya merupakan
suatu upaya dalam membantu peserta didik untuk belajar. Tujuan dari
pembelajaran terwujud suatu kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik.
Diharapkan dengan pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa .
I. Penelitian yang Relevan
Di bawah ini hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti.
Tabel 2.4 : Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Tahun Peneliti Variabel Hasil
1. Penerapan
Pembelajaran
Kooperatif dengan
Pendekatan
Struktural Think
Pair Share (TPS)
Untuk
Meningkatkan hasil
belajar siswa di
kelas X-1 SMAN 1
Salo
2015 Rency
Elima
Warni
Hasil
belajar
Hasil penelitian
adalah dari data
awal hingga siklus
II mengalami
peningkatan.
Siklus I meningkat
dengan perolehan
persentase sebesar
82,14% dan siklus
II meningkat
menjadi 100%
2. Penerapan Model
Problem Based
Learning (PBL)
untuk
Meningkatkan
Aktivitas,
Kreativitas dan
Hasil Belajar
Akuntansi siswa
kelas
X akuntansi SMK
Yapim Siak Hulu
TA. 2014/2015
2015 Rusmiy
ati
Aktivitas,
Kreativitas
dan Hasil
Belajar
Hasil penelitian
adalah dari data
awal hingga siklus
II mengalami
peningkatan.
Siklus I meningkat
dengan perolehan
persentase sebesar
70,59% dan siklus
II meningkat
menjadi 91,18%
27
Berdasarkan tabel 2.4 terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu yang
sebagian besar meneliti satu metode, sedangkan peneliti sekarang meneliti dua
metode. Persamaannya sama-sama meneliti untuk meningkatkan hasil belajar.
J. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, untuk meningkatkan
hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi dengan Metode pembelajaran
kooperatif problem based learning (PBL) dalam Think Pair Share. Dalam proses
No Judul Penelitian Tahun Peneliti Variabel Hasil
3. Penerapan Model
Problem Based
Learning untuk
meningkatkan hasil
belajar ekonomi kelas
X SMAN 1 Singingi
2015 Popy
Riza
Hasil
Belajar
Hasil penelitian
adalah dari data
awal hingga
siklus II
mengalami
peningkatan.
Siklus I
meningkat dengan
perolehan
persentase sebesar
73,91% dan siklus
II meningkat
menjadi 89,8%.
4. Penerapan Model
Pembelajaran
Gabungan Antara
Problem Based
Learning (PBL) Dan
Think Pair Share
(TPS) Dalam Rangka
Meningkatkan Hasil
Belajar Mata
Pelajaran Kelistrikan
Otomotif Siswa Kelas
XI Jurusan Teknik
Kendaraan Ringan
(TKR) Di SMKN 2
Yogyakarta
2014 Hary
Hardyan
Hasil
belajar
Hasil penelitian
adalah dari data
awal hingga
siklus II
mengalami
peningkatan.
Siklus I
meningkat dengan
perolehan
persentase sebesar
35% dan siklus II
meningkat
menjadi 47%.
28
belajar mengajar , penulis akan mengarajarkan langkah-langkah pembelajaran
untuk fokus pada peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ekonomi.
Penelitian ini dikonsep dalam dua kerangka cara : (1) masalah yang harus
diselesaikan dan (2) alat untuk memecahakan masalah. Masalah yang harus
dipecahkan adalah untuk fokus pada hasil belajar siswa yang masih rendah dalam
proses pembelajaran pada mata pelajaran ekonomi.
Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran
K. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti dapat merumuskan hipotesis
tindakan dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif problem
based learning (PBL) dalam Think Pair Share (TPS) diterapkan pada proses
pembelajaran ekonomi maka akan meningkat Hasil belajar kelas X IPS 1 Sentajo
Raya.
Rendahnya hasil belajar siswa pada mata
pelajaran ekonomi yang disebabkan oleh :
1. Siswa sering keluar masuk kelas
2. Siswa tidak mau bertanya dan
menjawab pertanyaan yang
diberikan guru
3. Ada beberapa siswa yang tidak
mengerjakan pekerjaan rumah,
dikarenakan siswa lebih senang
mengerjakan tugas di sekolah
sehingga mencotek sama
temannya.
4. Penggunaan metode masih
ceramah, akan meyebabkan siswa
bosan pada pembelajaran ekonomi
sehingga siswa mencari kegaduhan
saat pembelajaran sedang
berlangsung.
Penerapan
Metode
pembelajaran
kooperatatif
problem based
learning
(PBL) dalam
Think Pair
Share (TPS)
Hasil belajar
siswa pada
mata
pelajaran
ekonomi
meningkat