Post on 24-Oct-2020
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pasir
2.1.1 Pengertian Pasir
Pasir adalah butiran yang terbuat dari kandungan silikon dioksida serta
berasal dari batuan kapur untuk digunakan menjadi salah satu jenis bahan
baku bangunan paling penting yang harus ada dalam setiap proses
pembangunan. Pasir digunakan dalam struktur paling bawah hingga paling
atas dalam bangunan. Contohnya pasir biasa digunakan untuk merekatkan
semen dan bahan utama pembuatan batako. Material pasir berbentuk butiran
yang sudah ditentukan besarnya, membuat pasir dibedakan menjadi
beberapa jenis pasir. Jenis yang berbeda inilah yang menjadikan butiran
hingga fungsi pasir berbeda. Misalnya pasir dengan butiran yang lebih kasar
memiliki fungsi ayng berbeda dari pada pasir dengan butiran lebih halus.
Mengingat besarnya pengaruh jenis pasir dengan fungsi dan kegunaannya
maka diperlukan proses pengayakan pasir. Pasir adalah agregat butiran yang
berukuran mulai dari 0,5 sampai 2 mm (standard SNI). Oleh karena itu
dinding tabung (mesh) dibuat sesuai standard agar tercapai target
pengayakan. (Semeidi Husrin, 2015)
2.1.2 Jenis Pasir
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa bentuk dan fungsi pasir
berbeda. Berikut adalah beberapa pasir yang biasa digunakan pada
konstruksi bangunan :
1. Pasir Beton
Pasir beton mempunyai ciri-ciri warna lebih gelap, ada yang
berwarna abu-abu hinga kehitaman. Pasir ini mempunyai tingkat
kehalusan yang tinggi sehingga sangat cocok digunakan untuk
plesteran, menguatkan dan merekatkan material bangunan.
5
2. Pasir Pasang
Pasir pasang adalah pasir yang lebih halus dari pasir beton ciri
cirinya apabila dikepal dia akan menggumpal tidak kembali lagi ke
semula. Pasir pasang biasanya dipakai untuk campuran pasir beton
agar tidak terlalu kasar sehingga bisa dipakai untuk plesteran
dinding.
3. Pasir Merah
Pasir merah mempunyai ciri-ciri berwarna merah atau keoranyean.
Pasir ini kerap kali digunakan untuk pengecoran bersama pasir beton
dan cocok untuk menambah daya rekat bangunan.
4. Pasir Elod
Pasir Elod tidak bisa digunakan untuk material bangunan karena
mengandung tanah. Namun biasanya digunakan pada pembuatan
batako. Pasir ini mempunyai ciri berwarna gelap dan memiliki
butiran yang kecil dan halus.
5. Pasir Sungai
Pasir sungai adalah jenis pasir yang memiliki ukuran butiran yang
tidak terlalu besar maupun kecil. Pasir sungai diambil dari sungai
yang berasal dari gigisan dari batuan sungai. Pasir ini digunakan
untuk campuran pengecoran dan fondasi rumah.
2.1.3 Pemakaian Pasir Dalam Konstruksi
Pasir adalah bahan baku bangunan yang dipergunakan dalam konstruksi
bangunan mulai dari struktur paling bawah hingga paling atas dalam
bangunan. Baik sebagai pasir urug, adukan hingga campuran beton. Namun
sebelumnya pasir dipisahkan dari batu kerikil untuk mendapatkan pasir halus
dengan cara dilakukan pengayakan atau pemisahan antara material pasir
halus dan material batu kerikil. Pengayakan bertujuan untuk mendapatkan
butiran pasir halus yang seragam agar tidak ada udara atau ruang yang
menimbulkan bocor atau keropos saat proses pembuatan konstruksi
6
bangunan. Beberapa pemakaian pasir dalam bangunan dapat kita jumpai
seperti:
1. Penggunaan sebagai urugan, misalanya pasir urug bawah pondasi, pasir
urug bawah lantai, pasir urug dibawah pemasangan paving block dan lain
lain.
2. Penggunaan sebagai mortar atau spesi, biasanya digunakan sebagai spesi
pemasangan keramik lantai, adukan lantai kerja, untuk pemasangan
pondasi batu kali, pemasangan dinding bata dan keramik dinding, spesi
untuk pemasangan batu alam , plesteran dinding dan lain sebagainya.
3. Penggunaan sebagai campuran beton baik untuk beton bertulang maupun
tidak bertulang, bisa ditemukan dalam struktur pondasi beton bertulang,
sloof, lantai, kolom , plat lantai, cor dak, ring balok dan lain sebagainya.
Selain itu masih banyak penggunaan pasir dalam bahan baku bangunan yang
dipergunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan material cetak
seperti pembuatan paving block, pot bunga bahan dasar semen, campuran
tanah untuk pertanian,, batako dan kegiatan industri yang membutuhkan
pasir halus sebagai material dasar. (Hary Christady, 2016)
2.2 Tuntutan Pengayakan Pasir Dari Segi Produktivitas
Kebutuhan pasir dan industri yang membutuhkan pasir semakin meningkat
maka perlu direncanakan untuk membuat suatu perancangan mesin pengayak pasir
otomatis yang mampu mengayak atau memisahkan pasir halus dan kasar dalam
satu kali siklus kerja. Para pengusaha industri yang membutuhkan pasir sebagai
bahan dasar akan sangat terbantu jika perancangan ini dilakukan karena
pengayakan lebih cepat, produktivitas pasir halus meningkat dan menghemat
ongkos pekerja yang seharusnya bisa dikerjakan oleh satu orang operator. Namun
hingga saat ini pekerjaan mengayak pasir masih dilakukan dengan cara manual
menggunakan tenaga manusia memakai pengayak tradisional.
7
2.2.1 Perkembangan Mesin Pengayak Pasir
Dalam sejarahnya, pekerjaan pengayakan atau pemisahan pasir pertama
kali dilakukan dengan tenaga manusia yang membutuhkan 3 operator terdiri
dari dua operator pengayak dan satu operator pengarah pasir. Metode ini
menggunakan balok kayu persegi panjang yang di beri mesh. Proses ini
membutuhkan waktu yang lama karena terbatasnya tenaga manusia.
Material pasir halus dan kerikil yang telah diayak masih harus dipindahkan
secara manual menggunakan tenaga manusia.
Disaat jaman yang sudah maju seperti sekarang ini, pekerjaan manusia
sudah dibantu oleh kemajuan mesin. Sehingga membuat pekerjaan
pengayakan pasir sudah dilakukan secara otomatis. Faktanya pekerjaan lebih
hemat biaya, efektif kerja dan efisien waktu. Oleh karena itu, sudah banyak
mesin pengayak pasir otomatis yang sudah dipatenkan. Penemu atau
inventor banyak melakukan pembaruan atau inovasi mulai dari sistem kerja
sampai desain mesin. Berikut beberapa contoh mesin pengayak pasir yang
sudah dipatenkan :
1. CN202238642U
CN202238642U adalah paten mesin pengayak pasir sistem
vibration. Pengayak masih belum optimal karena pasir bisa tumpah
atau jatuh ke samping saat mesin berjalan. Pengambilan juga masih
sulit karena output pasir halus berada di bawah rangka mesin.
Gambar 2.1 Mesin Pengayak Pasir Sistem Vibration
8
2. CN201519658U
CN201519658U merupakan paten yang berhubungan dengan mesin
pengayak pasir sistem rotary horizontal model tabung. Pasir hasil
pengayakan masih harus diambil manual dan berpotensi tercampur
dengan material kerikil. Saat pemasukan pasir masih sulit karena
terdapat poros ditengah.
Gambar 2.2 Mesin Pengayak Pasir Sistem Rotary Horisontal Model Tabung
Kemudian dalam observasi di lapangan terdapat banyak inovasi mesin
pengayak pasir yang telah ada di pasaran. Sebagai contohnya seperti mesin
pengayak pasir sistem rotary horizontal model segi enam. Mesin ini mampu
mengayak pasir secara otomatis. Mesin bekerja mengayak secara rotary
horizontal dengan tabung enam.
Gambar 2.3 Mesin Pengayak Pasir Sistem Rotary Horisontal Model Segi Enam
9
Mesin ini dirasakan beberapa pengguna masih kurang efektif karena
mekanisme dan desain mesin yang kurang baik. Kendala terjadi ketika
operator memasukkan pasir ke tabung pengayak karena terhalang rangka dan
terdapat poros ditengah tabung pengayak segi enam. Pengambilan pasir
halus juga masih manual karena tidak adanya hopper dibawah tabung.
2.3 Teori Desain Perancangan
Pengetahuan dasar tentang perancangan meruapakan kegiatan awal dari
suatu proses dalam pembuatan produk. Sehingga sebelum produk dilakukanlah
perancangan terlebih dahulu yang nantinya akan menghasilkan desain gambar sket
atau gambar kerja dan perhitungan mesin. Kemudian Digambar kembali sesuai
dengan teori atau aturan gambar yang ada. Dengan demikian semua orang yang
terlibat dalam proses pembuatan akan mengerti. (Sularso dan K Suga, 1991)
2.4 Komponen Mesin Pengayak Pasir
2.4.1 Perencanaan Poros
Poros (shaft) merupakan komponen yang berputar pada sumbunya, bisa
berbentuk lingkaran maupun segi banyak dan salah satu bagian yang penting
dalam setiap mesin. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh
poros. Macam-macam poros untuk meneruskan daya menurut pembebanan
sebagai berikut :
1. Poros Transmisi
Poros macam ini mendapat beban punter murni atau punter dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley sabut atau
sprocket rantai dll.
2. Spindel
Poros transmisi yang relative pendek, seperti poros utama mesin perkakas,
dimana beban utamanya berupa puntiran disebut spindle. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
10
3. Gandar
Poros seperti yang dipasang di antara roda-roda kereta barang, dimana tidak
mendapat beban punter, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar disebut
gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan
oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.
Gambar 2.4 Poros
Berikut adalah al-hal yang perlu diperhatikan ketika merencanakan poros :
1. Kekuatan poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban punter atau lentur atau
gabungan antara punter dan lentur seperti telah diutarakan diatas. Juga ada
poros yang mendapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling
kapal atau turbin dll.
Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila diameter poros
diperkecil atau bila poros mempunyai alur pasak, harus diperhatikan. Sebuah
poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban
diatas.
2. Kekakuan poros
Kekakuan poros harus diperhatikan untuk menahan beban lenturan atau
defleksi puntiran yang terlalu besar yang akan mengakibatkan ketidak
telitian atau getaran dan suara.
11
3. Putaran kritis
Bila puntiran mesin dinaikkan maka pada suatu harga puntiran tertentu dapat
terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis.
Maka poros harus direncanakan sehingga putaran kerjanya lebih rendah dari
putaran kritisnya.
4. Korosi
Bahan bahan korosi harus dipilih untuk propeller dan pompa bila terjadi
kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula untuk poros-poros
terancam korosi dan poros poros mesin yang sering berhenti lama.
5. Bahan poros
Dalam perencanaan poros harus diperhatikan bahan poros biasanya poros
untuk mesin terbuat dari tiga baha batng yang ditarik dan difinis, baja karbon
konstruksi mesin (baja S-C). Baja yang dioksidasi tahan aus, umumnya
dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit nikel, milibden, baja krom,
baja krom molibden dan lain lain. (Sularso dan K Suga, 1991)
Berikut adalah tabel bahan dan kekuatan tarik poros :
Tabel 2.1 Baja Karbon Untuk Kosntruksi Mesin
12
Kemudian setelah menentukan bahan poros maka ada beberapa tahapan
untuk menentukan diameter. Kecepatan sudut (ω) yang terjadi menurut (R.S.
Khurmi, 2005) dapat dihitung dengan persamaan 2.1 :
ω = 2.3,14 .n
60 ...................................... (2.1)
Dimana :
ω = Kecepatan Sudut (rad/s)
n = Putaran (rpm)
Torsi yang digunakan mesin bisa dihitung dengan menggunakan
persamaan 2.2 sebagai berikut :
T = F.r .............................................. (2.2)
Dimana :
F = Gaya (N)
r = Jarak tegak lurus (m)
Data yang digunakan untuk menggerakkan mesin (P) menurut (R.S.
Khurmi,2005) dapat dihitung menggunakan persamaan 2.3 :
P = T. ω ........................................... (2.3)
Dimana :
T = Torsi (Nm)
ω = Kecepatan Sudut (rad/s)
13
Selanjutnya perlu ditinjau tegangan geser yang diizinkan (τa) dengan
persamaan 2.4 sebagai berikut :
τa =σB
Sf1.Sf2 .......................................... (2.4)
Dimana :
Sf1 = 6 (untukbahan S-C)
Sf2 = 1,3 – 3,0 (Sularso dan K Suga, 1991)
Bila momen punter dan tegangan geser yang diizinkan diketahui maka bisa
mencari diameter poros (Sularso dan K Suga, 1991) dengan persamaan 2.5 :
ds3 = (5,1/τa) √(Km. M)2 + (K. T)2 ............... (2.5)
Jadi diameter poros bisa diketahui.
2.4.2 Perencanaan Pulley dan Sabuk
Pulley digunakan untuk memindahkan daya dari satu poros ke poros
yang lain dengan alat bantu sabuk. Karena perbandingan kecepatan dan
diameter berbanding terbalik, maka pemilihan pulley dilakukan dengan
teliti untuk mendapatkan perbandingan kecepatan yang diinginkan.
Diameter luar digunakan untuk alur dan diameter sabuk dalam untuk poros.
Jarak antar poros yang tidak memungkinkan menggunakan transmisi
roda gigi membuat sabuk akan sangat efektif untuk meneruskan daya dari
motor penggerak ke bagian yang akan digerakkan. Sabuk terbuat dari karet
dan tenunan serat dengan penampang trapezium untuk van belt dan persegi
untuk flat belt. Bagian sabuk yang membelit akan mengalami lengkungan
sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar.
Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk van belt karena
mudah penanganannya dan harganya pun murah. Kecepatan sabuk
direncanakan 1 sampai 20 m/s pada umumnya dan maksimal 25 m/s.
Sebagai proporsi penampang sabuk yang umum dipakai, daya maksimum
yang dapat ditransmisikan kurang lebih 500 kW.
Untuk merencanakan pulley dan sabuk dengan hasil yang baik maka
terlebih dahulu kita harus mengetahui :
14
1. Daya yang ada pada motor penggerak.
2. Diameter pulley.
3. Putaran yang dikehendaki yang berdasar pada kebutuhan
pengguna.
Berikut adalah cara menentukan diameter pulley dengan persamaan
2.6 perbandingan reduksi :
i =n1
n2=
dp2
dp1 ................. (2.6)
Dengan :
n1 = Putaran penggerak
n2 = Putaran yang digerakkan
dp2 = Diameter penggerak
dp1 = Diameter yang digerakkan
Gambar 2.5 Penampang Sabuk
Selanjutnya menghitung kecepatan sabuk ( V ) dengan persamaan 2.7
sebagai berikut :
v = dp.n1
60.1000 .................... (2.7)
Dengan :
dp = Diameter motor penggerak
n1 = Putaran pada motor penggerak
15
Tabel 2.4 Faktor Koreksi Sabuk
Kemudian menentukan panjang sabuk ( L ) dengan persamaan 2.8
sebagai berikut :
Gambar 2.6 Panjang Keliling Sabuk
L = 2A + π
2 (dp + Dp) +
1
4A (Dp – dp)2 .... (2.8)
16
Dengan :
A = Panjang antar poros
Dp = Diameter penggerak
dp = Diameter yang digerakkan
Setelah didapatkan diameter pulley, kecepatan dan panjang sabuk,
maka menghitung umur belt dengan persamaan 2.9 sebagai berikut :
S0= P
2 .𝜑 ..................................... (2.9)
Dengan :
P = Gaya rencana (kg)
φ = 0,5 – 0,6 (flat belt)
= 0,7 – 0,9 (V-belt)
= Beban operasi maksimum
Tegangan maksimum belt (σmak) dihitung dengan persamaan 2.10
sebagai berikut :
σmak = S0
F +
P
2F +
γ .v2
10.g + Eb .
h
Dmin ...... (2.10)
Dengan :
P = Gaya rencana (kg)
F = luas penampang sabuk (cm2)
So = Gaya gesek (kg)
V = Kecepatan sabuk (m/s)
h = Ketinggian sabuk (mm)
Dmin = Diameter minimal (mm)
γ = Faktor koreksi
17
u = V
L ................................... (2.11)
Dengan :
v = kecepatan (m/s)
L = Panjang sabuk (mm)
H = Nbase
3600 .u . x . (
σ𝑓𝑎𝑡
σ𝑚𝑎𝑘)m ....... (2.12)
Dengan :
Nbase = dasar fatigue test = 107 siklus.
σfat = batas lelah yang berkait dengan Nbase
= 60 kg/cm2 untuk flat rubber belt
= 30 kg/cm2 untuk flat cotton belt
= 90 kg/cm2 untuk V-belt
σmax = tegangan maksimum belt
u = jumlah putaran belt per detik
x = jumlah puli dalam sistem
m = 5 untuk flat belt dan m = 8 untuk V-belt
2.4.3 Perencanaan Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak baliknya dapat berlangsung secara
halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus cukup kokoh untuk
memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika
bantalan tidak berfungsi dengan baik maka keandalan sistem akan menurun
atau tidak dapat bekerja. Bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Bantalan luncur
18
Bantalan luncur terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan
karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan perantaraan lapisan pelumas.
Bantalan luncur dapat dibedakan jenisnya menjadi 3 yaitu :
1. Bantalan radial, yang dapat berbentuk silinder, belahan
silinder, elips dll.
2. Bantalan aksial,yang dapat berbentuk engsel, kerah, michel
dll.
3. Bantalan khusus, yang berbentuk bola dll.
Menurut penerapannya terdapat bantalan untuk penggunaan
umum, poros engkol, bantalan mesin utama mesin perkakas,
bantalan roda kereta api, dll.
Gambar 2.7 Macam-Macam Bantalan Luncur
b. Bantalan gelinding
Bantalan gelinding terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola
(peluru), rol atau rol jarum dan bulat. Seperti pada gambar 2.7,
elemen gelinding seperti bola atau rol dipaasang diantara cincin
luar dan cincin dalam. Dengan memutar salah satu cincin
tersebut, bola atau rol akan membuat gerakan gelinding sehingga
gesekan diantaranya akan jauh lebih kecil. Karena luas bidang
kontak antara bola atau rol dengan cincinnya sangat kecil maka
19
besarnya beban per satuan luas atau tekanannya menjadi sangat
tinggi. Oleh karena itu, bahan yang dipakai harus mempunyai
ketahanan dan kekerasan yang tinggi.
Bantalan gelinding seperti pada bantalan luncur dapat bedakan
menjadi bantalan radial dan aksial. Menurut bentuk elemen
gelindingnya dapat dibedakan menjadi bantalan bola dan rol.
Berdasarkan pemakaiannya dapat digolongkan atas bantalan
otomobil, bantalan mesin dan bantalan instrument. Bantalan
gelinding biasa terdapat dalam ukuran metris dan inch dan
distandardkan ISO dengan nomor kode insternasional menurut
ukurannya.
Gambar 2.8 Macam-Macam Bantalan Gelinding
Bantalan bisa direncanakan setelah mencari diameter poros. Dengan ini
maka nomor bantalan bisa di tentukan dengan menggunakan tabel 2.4
penomoran bantalan.
20
Gambar 2.9 Profil Bantalan
Tabel 2.3 Penomoran Bantalan
21
Umur bantalan bola bearing (Sularso dan K Suga, 1991) dapat ditentukan
dengan persamaan 2.13 sebagai berikut :
1. Factor kecepatan (fn)
fn = [33,3
n]
1
3 ........................... (2.13)
Dimana :
n = Putaran yang digerakkan (rpm)
2. Beban ekivalen dinamis (P)
P = XFr + YFa ..................... (2.14)
Dimana :
Fr = Beban radial (kg)
Fa = Beban aksial (kg)
X = Nilai berdasarkan tabel 2.4
Y = Nilai berdasarkan tabel 2.4
Tabel 2.4 Faktor Faktor Harga X dan Y
22
3. Faktor umur (fh)
fh = fnC
P ............................... (2.15)
Dimana :
fn = factor kecepatan
C = kapasitas dinamis( kg)
4. Umur nominal bantalan (Lh)
Lh = 500.fh3 .......................... (2.16)
2.4.4 Motor Penggerak
Dalam kehidupan sehari-hari, peran motor sangat vital. Motor
digunakan untuk membantu mempercepat dan mempermudah pekerjaan.
Motor merupakan suatu alat yang digunakan sebagai penggerak.
Beberapa motor yang sering digunakan yaitu motor bakar dan motor
listrik. Kedua motor tersebut merupakan alat konversi energi karena
merubah energi tertentu (berdasarkan sumber energi yang digunakan)
menjadi energi yang lain (dalam hal ini menjadi energi gerak).
Adapun beberapa perbedaan dari motor bakar dan motor listrik
diantaranya adalah :
1. Berdasarkan sumbar tenaga yang digunakan
a. Motor bakar
Pada motor bakar, sumber tenaga atau energi yang digunakan
untuk dirubah menjadi energi gerak adalah berasal dari energi
panas. Energi panas ini di dapatkan dari proses pembakaran
campuran bahan bakar dan udara.
23
Gambar 2.10 Motor Bakar
b. Motor listrik
Pada motor listrik, sumber tenaga atau energi yang digunakan
untuk dirubah menjadi energi gerak adalah berasal dari energi
listrik.
Gambar 2.11 Motor Listrik
2. Berdasarkan prinsip kerjanya
a. Motor bakar
Prinsip kerja dari motor bakar (motor bakar pembakaran
dalam) terdiri dari empat langkah yaitu langkah hisap, langkah
kompresi, langkah usaha dan langkah buang. Motor bakar
pembakaran dalam dibedakan menjadi dua jenis yaitu motor
bensin dan motor diesel.
24
b. Motor listrik
Prinsip kerja motor listrik memanfaatkan sifat-sifat dari
magnet yaitu apabila dua buah magnet yang memiliki kutub
yang berbeda saling didekatkan maka akan saling tarik
menarik dan apabila dua buah magnet yang memiliki kutub
yang sejenis maka akan tolak menolak. Oleh sebab itu, motor
listrik terdapat dua magnet, yaitu magnet yang posisinya tetap
dan magnet yang dapat berputar (atau sering disebut dengan
armature).
2.4.5 Speed Reducer
Gearbox atau speed reducer adalah alat penghubung atau peminda
tenaga antara motor dan poros. Biasanya digunakan untuk menurunkan
putaran motor penggerak (motor listrik atau bakar) ke komponen yang akan
digerakkan sesuai putaran yang diinginkan namun tidak menurunkan
torsinya. Pemilihan speed reducer dilakukan dengan menghitung reduksi
terlebih dahulu, kemudian baru menyesuaikan rasio perbandingan speed
reducer yang ada di pasaran.
Gambar 2.12 Speed Reducer
25
2.4.6 Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menyambung
dan mengunci bagian-bagian mesin pada poros seperti roda gigi, pulley,
sprocket, kopling dll. Dengan menggunakan pasak maka sambungan bisa
dilepas sewaktu-waktu. Pemasangan pasak antara poros dan hub dilakukan
dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat antara poros dan hub
sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu
poros.
Berikut macam-macam pasak yang umumnya biasa dipakai pada
mesin :
1. Pasak Benam
Pasak jenis ini dipasang terbenam setengah pada bagian poros
dan setengah pada bagian hub.
2. Pasak Pelana
Terdiri dari dua tipe, yakni :
a. Pasak Pelana Datar
Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alur hub dan
datar pada lengkung poros, jadi mudah slip pada poros jika
mengalami kelebihan beban torsi. Sehingga hanya mampu
digunakan untuk poros-poros beban ringan sebagai penyortir
beban.
b. Pasak Pelana Lengkung
Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alurnya dihub
dan bagian sudut bawahnya dipasang pas pada bagian lengkung
poros.
3. Pasak Bulat
Pasak bulat Merupakan pasak berpenampang bulat yang dipasang
ngepas dalam lubang antara poros dan hub. Kelebihannya adalah
pembuatan alur dapat dilakukan dengan mudah setelah hub
26
terpasang pada poros dengan cara dibor. Umumnya digunakan
untuk poros yang meneruskan tenaga putar kecil. Ada dua posisi
pemasangannya atau kedudukannya pada poros dan hub, yakni :
- dipasang membujur (sejajar sumbu poros)
- dipasang melintang (tegak lurus sumbu poros)
4. Pasak Bintang
Pasak jenis ini memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding
dengan tipe-tipe lainnya. Karena konstruksi pasaknya dibuat
lansung pada bahan poros dan hub yang saling terkait. Umumnya
digunakan untuk poros-poros yang harus mentrasmisikan tenaga
putar besar, seperti pada mesin-mesin tenaga dan sistim transmisi
kendaraan.
Gambar 2.13 Penampang Pasak
27
Tabel 2.5 Ukuran dan Alur Pasak
Berdasarkan tabel 2.5 maka pasak dirancang dengan menyesuaikan
diameter poros seperti pada tabel 2.4. Setelah dimensi pasak diperoleh,
maka tegangan geser (Ʈka ) bisa ditentukan dengan menentukan gaya (F)
terlebih dahulu (Sularso dan K Suga, 1991):
F = 𝑇
(𝑑𝑠2⁄ )
..................................... (2.17)
Dengan :
F = Gaya tangensial pada permukaan poros (kg)
T = Momen Puntir yang terjadi pada poros (kg.mm)
ds = Diameter poros ruang pemarut (mm)
Ʈka = 𝐹
𝑏.𝑙 .................................... (2.18)
Dengan :
Ʈka = Tegangan geser (kg/mm2)
F = Gaya (kg)
28
b = Lebar (mm)
l = Panjang (mm)
2.4.7 Wire Mesh
Wire mesh atau saringan kawat adalah alat penyaring atau pemisah
material yang sebelumnya berukuran lebih besar dan dalam penggunaanya
biasa dipakai mulai dari industri penepungan atau penghalusan sampai
pemfilteran fluida (cair maupun gas) mulai dari ukuran saringan yang
sangat kecil. Mesh mampu menyaring partikel mulai dari diameter 0,001
hingga 7 milimeter. Saringan stainless steel banyak digunakan pada proses
metallurgi dan pertambangan. Industri yang membutuhkan pasir dengan
ukuran yang seragam umumnya menggunakan saringan kawat stainless
steel untuk proses pengayakan pasir.
Gambar 2.14 Wire Mesh