Post on 13-Feb-2018
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan pariwisata di Indonesia sendiri sudah semakin pesat,dari
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 dapat dilihat bahwa Jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia selama Januari hingga
Desember 2012 melalui seluruh pintu masuk mencapai 8.044.462 wisman atau
tumbuh sebesar 5,16 persen dibandingkan periode Januari - Desember 2011
berjumlah 7.649.731 wisman. Capaian kunjungan wisman 2012 ini tercatat
sebagai rekor baru dalam dunia kepariwisataan Indonesia. Pemerintah pusat
maupun daerah berlomba-lomba untuk mengembangkan potensi pariwisata yang
ada. Hal tersebut disebabkan karena sektor pariwisata sendiri bisa dijadikan
komoditi andalan disamping migas sebagai komoditi pendukung kelangsungan
nasional dan daerah. Manfaat yang dapat dirasakan oleh setiap daerah adalah:
meningkatnya kesempatan kerja dan berusaha, meningkatnya pendapatan daerah,
meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat serta menunjang
pembangunan daerah. Semua itu dapat terealisasi apabila terjadi kerjasama dari
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pariwisata, baik pemerintah, investor dan
masyarakat.
Sektor pariwisata menjadi sektor yang berkaitan langsung dengan kegiatan
ekonomi. Peningkatan kualitas hidup dari masyarakat yang terjun langsung dalam
kegiatan kepariwisataan bukan hal yang tidak mungkin, karena sektor pariwisata
15
sendiri bisa menjadi andalan untuk memberikan dampak yang besar terhadap
masyarakat sekitar.
2.1 Potensi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa potensi adalah
kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan,
kesanggupan daya. Kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan
menjadi atraksi wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan di suatu
daerah orang harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan.
Potensi menjadi hal yang haus diperhatikan dan dilihat lebih jauh lagi, hal
itu dimaksudkan agar semua kelebihan dan potensi yang bias dikembangkan dapat
dimaksimalkan secara sempurnah. Tentu smuanya itu tidak lepas dari peran semua
pihak yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Potensi suatu
daerah dan kepariwisataan merupakan dua hal yang memiliki kaitan erat,
keduanya dapat bergerak maju untuk melakukan pengembangan dan pertumbuhan
perekonomian daerah.
Dalam UU No. 10 Tahun 2009 disebutkan bahwa kepariwisataan
merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara
sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, bertanggung jawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam
masyarakat, kelestrarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa potensi pariwisata
16
merupakan suatu objek yang mempunyai kekuatan kuat untuk dikembangkan dan
dapat memberikan timbal balik yang positif terhadapa wisata.
Pengertian potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (1983: 160-162)
adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya
tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Sukardi
(1998:67), juga mengungkapkan pengertian yang sama mengenai potensi wisata,
sebagai segala yang dimiliki oleh suatu daya tarik wisata dan berguna untuk
mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut.
Jadi yang dimaksud dengan potensi wisata adalah sesuatu yang dapat
dikembangkan menjadi daya tarik sebuah obyek wisata. Dalam penelitian ini
potensi wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu: potensi alam, potensi
kebudayaan dan potensi manusia.
2.1.1. Potensi Alam
Yang dimaksud dengan potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan
fauna suatu daerah, bentang alam suatu daerah, misalnya pantai, hutan, dll
(keadaan fisik suatu daerah). Kelebihan dan keunikan yang dimiliki oleh alam jika
dikembangkan dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitarnya niscaya
akan menarik wisatawan untuk berkunjung ke obyek tersebut.
17
2.1.2. Potensi Kebudayaan
yang dimaksud dengan potensi budaya adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa
manusia baik berupa adat istiadat, kerajinan tangan, kesenian, peninggalan
bersejarah nenek moyang berupa bangunan, monument, dll.
2.1.3. Potensi Manusia
Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik
wisata, lewat pementasan tarian/ pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu
daerah.
2.2 Pariwisata, Kepariwisataan dan Sektor pariwisata
2.2.1 Pariwisata
Pariwisata: sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di
luar tempat tinggalnya karena suatu alas an dan bukan untuk melakukan kegiatan
yang menghasilkan upah. Dengan kata lain, melakukan perjalanan untuk
mendapatkan kenikmatan dan hasrat ingin tahu terhadap sesuatu (Gamal
Suwantoro.SH, 2004)
Pariwisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 adalah segala seuatu yang
berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata
serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.
Pengertian tersebut meliputi: semua kegiatan yang berhubungan dengan
perjalanan wisata, sebelum dan selama dalam perjalanan dan kembali ke tempat
asal, pengusahaan daya tarik atau atraksi wisata (pemandangan alam, taman
rekreasi, peninggalan sejarah, pagelaran seni budaya). Usaha dan sarana wisata
18
berupa: usaha jasa, biro perjalanan, pramu wisata, usaha sarana, akomodasi dan
usaha-usaha lain yang berkaitan dengan pariwisata.
Sebagai perbandingan, maka dibawah ini diberikan beberapa batasan tentang
pengertian pariwisata yang diberikan oleh beberapa orang ahli, sebagai berikut :
1. Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel”
dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan
berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan
melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu
perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari
satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan
dan kesenangan (Sinaga, 2010:12).
2. Oka A . Yoeti (Irawan, 2010:11), menjelaskan bahwa kata pariwisata
berasal dari bahasa Sansekerta, yatu “…pari yang berarti banyak, berkali–
kali, berputar–putar, keliling, dan wisata yang berarti perjalanan atau
bepergian”.
3. E. Guyer Freuler (Irawan, 2010:11), merumuskan pengertian pariwisata
dengan memberikan batasan sebagai berikut : “…Pariwisata dalam arti
modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan
atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar
dan menumbuhakan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya
disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas
manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, serta
penyempurnaan dari alat–alat pengangkutan ”.
19
4. Menurut Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47)
menjelaskan definisi pariwisata sebagai berikut : Pariwisata adalah suatu
perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya
semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk
berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-
mata untuk menikmati kegiatan pertamsyaan dan rekreasi atau untuk
memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
5. Menurut H.Kodhyat (1983:4) adalah sebagai berikut : Pariwisata adalah
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara,
dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
6. Salah Wahab (1975:55) mengemukakan definisi pariwisata, yaitu :
pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan
penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif
lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek, pariwisata juga
merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajinan tangan dan
cinderamata, penginapan dan transportasi.
7. Menurut pendapat dari James J. Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa
pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan
mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu,
20
memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan
tugas, berziarah dan lain-lain.
8. Devinisi yang di kemukakan oleh A.J. Burkart dan S. Medik (1987)
Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka
waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya
hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-
tempat tujuan itu.
2.2.2 Kepariwisataan
1. Undang-undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan,
kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah daerah, dan pengusaha
2. Prof. Hunziger dan Kraf (dalam Irawan, 2010:11) memberikan batasan
pariwisata yang bersifat teknis, yaitu “…kepariwisataan adalah keseluruhan
jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnyaorang asing di
suatu tempat, dengan syarat bahwa mereka tidak tinggal ditempat itu untuk
melakukan pekerjaan yang penting yang memberi keuntungan yang bersifat
permanen maupun sementara”.
21
3. Ketetapan MPRS No. 1 Tahun 1960 (dalam Irawan, 2010:11) kepariwisatan
dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam memberi liburan rohani dan jasmani setelah
beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat daerah lain
(pariwisata dalam negri) atau negara lain (pariwisata luar negri).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan pengertian
pariwisata adalah suatu perjalana yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu
dimana perjalanan itu dilakukan secara berpindah-pindah dari satu tempat ke
tempat lain, dengan tujuan untuk berekreasi dan menikmati keindahan alam
dengan tujuan akhir untuk mendapat kepuasan secara pribadi.
Sedangkan pengertian wisatawan sendiri Jika ditinjau dari arti kata
“wisatawan” yang berasal dari kata “wisata” maka sebenarnya tidaklah tepat
sebagai pengganti kata “tourist” dalam bahasa Inggris. Kata itu berasal dari
bahasa Sansekerta “wisata” yang berarti “perjalanan” yang sama atau dapat
disamakan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris. Jadi orang melakukan
perjalanan dalam pengertian ini, maka wisatawan sama artinya dengan kata
“traveler” karena dalam bahasa Indonesia sudah merupakan kelaziman memakai
akhiran “wan” untuk menyatakan orang dengan profesinya, keahliannya,
keadaannya jabatannya dan kedudukan seseorang (Irawan, 2010:12).
Cohen (1974) berpendapat bahwa seorang wisatawan adalah seorang
pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan untuk waktu
22
sementara saja, dengan harapan mendapatkan kenikmatan dari hal-hal baru dan
perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama.
Ciri utama wisatawan yaitu:
1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal
diberbagi tempat tujuan
2. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya
sehari-hari, karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegitan
penduduk yang diam dan bekerja di tempat tujuan wisatawan
3. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan
karena perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.
4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal atau
menetap ditempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah.
Dari beberapa pngertian diatas maka pariwisata sebenarnya memiliki
hubungan yang sangat erat dan kuat terhadap kegiatan dan perilaku manusia
dimna setiap manusia selalu mencari waktu dan kesempatan untuk melakukan
perjalan dengan tujuan mencari hiburan, dan rekreasi. Sehinggah pariwisata tidak
bisa lepas dari kehidupan manusia.
Pariwisata dan kepariwisataan semuanya dikaitkan dengan yang disebut
dengan sektor pariwisata karena sektor pariwisata menganut semua yang ada
didalam kegiatan pariwisata, dengan kata lain Sektor Pariwisata adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan wisata yaitu kegiatan perjalanan yang
23
dilakukan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata, termasuk pengusahaan
obyek serta usaha-usaha yang terkait dibidang pariwisata.
2.2.3 Strategi Pengembangan Pariwisata
Strategi pengembangan pariwisata adalah langkah-langkah atau rencana
yang dilakukan untuk menggali dan megembangkan potensi pariwisata yang ada
di suatau kawasan. Cara yang dilakukan dapat berupah melakukan perbaikan
terhadap infrastuktur yang ada, baik itu secara fisik maupun nonfisik. Sehinggah
semua itu bertujuan untuk meninkatkan kesejahteraan masyarakat yang berada di
sekitar daerah tujuan wisata.
A.Yoeti (2005) menyatakan bahwa dalam perencanaan strategis suatu
Daerah tujuan wisata dilakukan analisis lingkungan dan analisis sumber daya.
Tujuan analisis ini tidak lain adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi
sumber daya utama, terutama mengenai kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness) organisasi atau lembaga yang bertanggungjawab terhadap
pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata tersebut.
Adapun hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembangan
daerah wisata. Dengan kata lain pengembangan yang dilakukan tidak bisa hanya
sembarangan saja, harus ada target dan tujuan yang harus dicapai, sehingga apa
yang diharapkan dari pengmbangan daerah tujuan wisata tersebut dapat terpenuhi
sesuai dengan harapan. Adapun syarat yang harus dipenuhi agar daerah tujuan
wisata tersebut benar-benar menjadi daerah wisata yang baik yaitu:
1. Daerah tersebut memiliki daya tarik yang lain atau berciri khas, baik itu
objek wisatanya ataupun atraksi yang ditampilkan.
24
2. Adanya fasilitas-fasilitas penunjang lainnya, seperti permainan rekreasi
yang dapat membuat wisatawan lebih betah.
3. Tersedianya tempat berbelanja baik itu cendramata, tempat jual makanan
khas dan sebagainya.
4. Terdapat fasilitas-fasilitas umum yang vital, seperti toilet, tempat parkir
dan tempat makan, shinggh mempermudah pengunjung, bukan itu saja
tetapi bisa juga dilengkapi dengan ATM dan jalan yang memadai untuk
pengunjung.
Dalam proses pengembangan daerah wisata ada komponen-komponen yang
harus bersinergi secara baik, dengan kata lain bahwa ada pihak-pihak yang harus
terus bekerjasama yaitu pemerintah dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Tomohon, kemudian ada pihak swasta sebagai investor dan yang
tidak kalah penting adalah masyarakat sendiri sebagai ujung tombak danlam
pengembangan pariwisata.
Keberhasilan pengembangan ditentukan oleh tiga faktor sebagaimana
dikemukakan oleh Yoeti dalam buku “pengantar ilmu pariwisata” (1996:303) :
“Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan pengembangan kepariwisataan
yaitu tersedianya obyek dan daya tarik wisata, adanya fasilitas accessibility yaitu
sarana dan prasarana sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu
daerah atau kawasan wisata, terjadinya fasilitas adminities yaitu sarana
kepariwsataan yang dapat memberikan kenyamanan pelayanan kepada
masyarakat”.
25
2.2.4 Jenis-jenis Pariwisata
Menurut Pendit (1994), pariwisata dapat dibedakan menurut motif
wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat. Jenis-jenis pariwisata tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Wisata Budaya
Yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas
pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan
ketempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan adat
istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Seiring perjalanan
serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan budaya, seperti eksposisi seni (seni tari, seni drama, seni musik,
dan seni suara), atau kegiatan yang bermotif kesejarahan dan sebagainya.
2. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olah raga di air, lebih-
lebih di danau, pantai, teluk, atau laut seperti memancing, berlayar, menyelam
sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung,
melihat-lihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air serta
berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan didaerah-daerah atau negara-
negara maritim, di Laut Karibia, Hawaii, Tahiti, Fiji dan sebagainya. Di Indonesia
banyak tempat dan daerah yang memiliki potensi wisata maritim ini, seperti
26
misalnya pulau-pulau Seribu di Teluk Jakarta, Danau Toba, pantai Pulau Bali dan
pulau-pulau kecil disekitarnya, taman laut di Kepulauan Maluku dan sebagainya.
Jenis ini disebut pula wisata tirta.
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro
perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke
tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan
sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. Wisata cagar
alam ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya
dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan
kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah
dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan
alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga
satwa yang langka serta tumbuh-tumbuhan yang jarang terdapat di tempat-tempat
lain. Di Bali wisata Cagar Alam yang telah berkembang seperti Taman Nasional
Bali Barat dan Kebun Raya Eka Karya
4. Wisata Konvensi
Yang dekat dengan wisata jenis politik adalah apa yang dinamakan wisata
konvensi. Berbagai negara pada dewasa ini membangun wisata konvensi ini
27
dengan menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan-ruangan tempat
bersidang bagi para peserta suatu konfrensi, musyawarah, konvensi atau
pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. Jerman
Barat misalnya memiliki Pusat Kongres Internasiona (International Convention
Center) di Berlin, Philipina mempunyai PICC (Philippine International
Convention Center) di Manila dan Indonesia mempunyai Balai Sidang Senayan di
Jakarta untuk tempat penyelenggaraan sidang–sidang pertemuan besar dengan
perlengkapan modern. Biro konvensi, baik yang ada di Berlin, Manila, atau
Jakarta berusaha dengan keras untuk menarik organisasi atau badan-badan
nasional maupun internasional untuk mengadakan persidangan mereka di pusat
konvensi ini dengan menyediakan fasilitas akomodasi dan sarana pengangkutan
dengan harga reduksi yang menarik serta menyajikan program-program atraksi
yang menggiurkan.
5. Wisata Pertanian (Agrowisata)
Sebagai halnya wisata industri, wisata pertanian ini adalah
pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian,
perkebunan, ladang pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan
dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi maupun melihat-
lihat keliling sambil menikmati segarnya tanaman beraneka warna dan suburnya
pembibitan berbagai jenis sayur-mayur dan palawija di sekitar perkebunan yang
dikunjungi.
28
6. Wisata Buru
Jenis ini banyak dilakukan di negeri-negeri yang memang memiliki daerah
atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah dan digalakan oleh
berbagai agen atau biro perjalanan. Wisata buru ini diatur dalam bentuk safari
buru ke daerah atau hutan yang telah ditetapkan oleh pemerintah negara yang
bersangkutan, seperti berbagai negeri di Afrika untuk berburu gajah, singa, ziraf,
dan sebagainya. Di India, ada daerah-daerah yang memang disediakan untuk
berburu macan, badak dan sebagainya, sedangkan di Indonesia, pemerintah
membuka wisata buru untuk daerah Baluran di Jawa Timur dimana wisatawan
boleh menembak banteng atau babi hutan.
7. Wisata Ziarah
Jenis wisata ini sedikit banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, adat
istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ziarah
banyak dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat-tempat suci, ke
makam-makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau
gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin sebagai
manusia ajaib penuh legenda. Wisata ziarah ini banyak dihubungkan dengan niat
atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan
iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan
melimpah. Dalam hubungan ini, orang-orang Khatolik misalnya melakukan
wisata ziarah ini ke Istana Vatikan di Roma, orang–orang Islam ke tanah suci,
orang-orang Budha ke tempat–tempat suci agama Budha di India, Nepal, Tibet
29
dan sebagainya. Di Indonesia banyak tempat–tempat suci atau keramat yang
dikunjungi oleh umat–umat beragama tertentu, misalnya seperti Candi Borobudur,
Prambanan, Pura Basakih di Bali, Sendangsono di Jawa Tengah, makam Wali
Songo, Gunung Kawi, makam Bung Karno di Blitar dan sebagainya. Banyak agen
atau biro perjalanan menawarkan wisata ziarah ini pada waktu-waktu tertentu
dengan fasilitas akomodasi dan sarana angkuatan yang diberi reduksi menarik ke
tempat-tempat tersebut di atas
2.2.5 Industri Pariwisata
Industri pariwisata bukanlah seperti yang ada dipikiran kita pada
umumnya, karena indutri pariwisata bukan berupa gedung yang memiliki
serangkain alat untuk memproduksi sesuatu, melaiankan industry pariwisata ada
serangkaian perusahaan yang terkait dalam sektor pariwisata, yang bekerjasama
dan salaing berkaitan satu perusahaan dgn perusahaan lainnya.
Perkembangan sektor pariwisata pada hakikatnya tidak hanya bergerak
sendirian, tetapi ada sektor lain atao bidang-bidang lain yang ikut mempengaruhi
perkembangnanya, seperti bidang pertanian, peternakan, kerrajinan rakyat, mebel,
tekstil, dan lain-lain kegiatan yang produknya diperlukan untuk menunjang
perkembangan pariwisata. Harus di akui bahwa sektor pariwisata pun akan
membuka begitu banyak lapangan perkerjaan yang akan berimbas secara langsung
terhadap kesejahteraan masyarakat local.
Menurut GA. Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion (Yoeti, 1985),
Industri pariwisata lebih cenderung berorientasi dengan menganalisa cara-cara
melakukan pemasaran dan promosi hasil produk industri pariwisata. Industri
30
pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industri
yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa
yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi atau tempat
kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan
metode permasalahannya.
Dalam buku (perencanaan dan pengembangan pariwisata, Drs.H.Oka A.
Yoeti,MBA, PT.pradnya paramita, 2008). Menyebutkan bahwa, Menurut
beberapa pakar di tahun 2012 eksplorasi minyak bumi yang kini memberikan
kontribusi devisa 70%-80% menjadi tidak ekonomis lagi, selain sumbernya sudah
menipis, diperkirakan biaya eksplorasinya akan semakin tidak efisien. Sebagai
komodii pengganti, pariwisata duharapkan menjadi komoditi prospektif sebagai
primadona penghasil devisa Negara yang sangat dibutuhkan dalam pembangunan
yang berkelanjutan.
Pemerintah ingin mengembangkan pariwisata sebagai suatu industri yang
bertujuan mempercepat proses peningkatan kesempatan berusaha, kesempatan
kerja, peningkatan pemerataan pendapatan masyarakat, terutama bagi mereka
yang berusaha dalam industry sector pariwisata. Seperti yang diketahui
perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok industry pariwisata adalah
1. Travel agent dan tour operator
31
Berperan sebagai perencana perjalanan wisata dan perantara antara
wisatawan di satu pihak dan perusahaan kelompok industry pariwisata di
pihak lain.
2. Transportation
Melayani angkutan wisatawan dari suatu Negara ke Negara lain,dari satu
kota ke kota laindan dari suatu tujuan wisata ke tujuan wisata lainnya.
3. Accommodation
Perusahaan yang melayani wisatawan untuk kebutuhan makan dan minum
selama kunjungan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata (DTW)
4. Restaurants
Perusahaan yang melayani wisatawan unutk kebutuhan makan dan minum.
5. Entertainment enterprises
Perusahaan yang member layanankepada wisatawan unutk kebutuhan
hiburan.
6. Tourist attraction
Perusahaan yang mengelola objek wisata
7. Shopping center
Perusahaan yang menjual cendramata, barang kesenian, lukisan dan lain-
lain.
8. Money changer
Perusahaan penukaran valuta asing
9. Retail store
Perusahaan yang menjual kebutuhan orang-orang yang sedang perjalanan.
32
Industry pariwisata sendiri masih menjadi perdebatan yang tidak
terselesaikan di antara para pakar. Hal itu di sebabkan karena belum ada kejelasan
yang pasti terhadap batasan industry pariwisata, sehingga tujuan yang nantinya
akan dicapai belum bisa dilihat secara jelas. Menurut Oka.Yoeti (Ekonomi
Pariwisata,2008) dalam bukunya bahwa cirri-ciri industri pariwisata adalah:
1) Industri Jasa
Disebut demikian karena masing-masing perusahaan yang membentuk
industry pariwisata adalah perusahaan jasa yang masing-masing bekerja
sma menghasilkan produk yang dibutuhkan wisatawan selama dalam
perjalanan wisata yang dilakukannya pada suatu daerah tujuan wisata
(DTW).
2) Menyerap banyak tenaga kerja
Suatu penelitian mengatakan bahw setiap wisatawan membelanjakan
1.000 dollar AS pada suatu daerah tujuan wisata, maka sebesar 540 dollar
AS (54%) daripadanya dibayarkan sebagai upah dan gaji.
3) Intensif Modal
Untuk membangun sarana dan prasaranan industry pariwisata diperlukan
modal yang besar untuk investasi, akan tetapi di lain pihak pengambilan
modal yang diinvestasikan itu relative lama dibandingkan dengan industry
manufaktur lainnya.
4) Sensitif
33
Yang dimaksudkan disini adalah masalah keamanan, dimana sangat jelas
bahwa setiap wisatan yang melakukan perjalan memiliki tujuan untuk
bersantai atau bersenang-senang, tidak ada yang ingin mengambil resiko
menderita atau terjadi masalah.
5) Dipengaruhi oleh musim
Industry pariwisata sangat dipengaruhi oleh musin. Bila dating saatnya
masa liburan, maka semua kapasitas akan terjual habis. Sebaliknya bila
musim libur selesai, semua kapasitas terbengkalai, kamar-kamar hotel
kosong, restoran, dan taman-taman rekreasi sepi pengunjung.
6) “Quick Yielding Industry”
Dikatakan demikian karena dengan mengembangkan pariwisata sebagai
suatu industri, devisa (foreign-exchanges) akan lebih cepat bila
dibandingkan dengan kegiatan ekspo yang dilakukan secara konvensional.
2.3 Kebijakan Pemerintah atau Kebijakan Publik
Menurut Anderson ( 1975 ), Kebijakan publik adalah sebagai kebijakan-
kebijakan yang dibangun oleh badanbadan dan pejabat-pejabat pemerintah,
dimana implikasi dari kebijakan tersebut adalah :
1) Kebijakan publik selalu mempunyai tujuan tertentu atau mempunyai
tindakan-tindakan yang berorientasi pada tujuan.
2) Kebijakan publik berisi tindakan-tindakan pemerintah.
34
3) Kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah jadi bukan merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk
dilakukan.
4) Kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti merupakan
tindakan pemerintah mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau
bersifat negatif dalam arti merupakan keputusan pemerintah untuk tidak
melakukan sesuatu.
5) Kebijakan pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang positif didasarkan
pada peraturan perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
Adapun menurut Woll (1966), kebijakan publik ialah sejumlah aktivitas
pemerintah untuk memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung
maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat pengaruh sebagai
implikasi dari tindakan pemerintah tersebut yaitu:
1) Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi, pegawai
pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan kekuatan
publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat;
2) Adanya output kebijakan, di mana kebijakan yang diterapkan pada level ini
menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran,
pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang
akan mempengaruhi kehidupan masyarakat;
35
3) Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang
mempengaruhi kehidupan masyrakat.
Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat member kesimpulan bahwa,
kebijakan pemerintah sangat erat dengan kebijakan public, dengan kata lain kedua
hal ini memiliki kaitan yag tidak dapat dilepaskan, smuanya bertujuan bahwa
segalah keputusan yang diambil oleh pemerintah harus bersifat mendukung
masyarakat dalam proses pembangunan, kesejahteraan dan proses penyelesaian
terhadap permasalahan-permasalahan yang ada di dalam kehidupan
bermasyarakat.
2.4 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengeritan pendapatan asli daerah menurut( Undang-Undang No. 28 Tahun
2009) yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang
bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah.
Ada pun menurut Nurcholis (2007:182), pendapatan asli daerah adalah
pendapatan yang diperopleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi
daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.
Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem
pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan
bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi,
36
dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran
penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004).
Adapun sumber-sumber pendapatan asli menurut Undang-Undang RI
No.32 Tahun 2004 yaitu :
1. Pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari :
1) Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang
ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan
hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah
daerah yang hasilnya digunakan untu pengeluaran umum yang balas
jasanya tidak langsung diberikan sedang pelaksanannya bisa dapat
dipaksakan.
2) Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi
pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh
jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah
daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu
pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus
memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif
untuk mau tidak membayar, merupakan pungutan yang sifatnya
budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi daerah
adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah
untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.
3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan
37
daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana
pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang
disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai
dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah
adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan
daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan
memperkembangkan perekonomian daerah.
4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang
tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusli daerah,
pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat
yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang
menghasilkan baik berupa materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk
menunjang, melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah
disuatu bidang tertentu.
2. Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari
penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan,
pertambangan sumber daya alam dan serta bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum,
dan dana alokasi khusus.
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber
lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
38
Dari beberapa pengertian diatas penulis member kesimpulan bahwa
Pendapatan Asli Daerah adalah semua pendapatan yang diterima oleh daerah
dimana pendapatan itu berasal dari semua potensi-potensi yang ada di suatu
daerah, yang bisa dikelola atau dikembangkan oleh pemerintah daerah.