Post on 25-Apr-2019
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Adhiati pada tahun 2015tentang pengaruh
corporate governance terhadap tax acoidance pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 menggunakan teknik analisis
regresi berganda. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Proksi perhitungan tax avoidance yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah BTG (Book Tax Gap), sedangkan corporate governance
menggunakan proksi kepemilikan institusional, prosentase dewan komisaris
independen, dewan komisaris, komite audit dan kualitas audit. Berdasarkan hasil
pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa variabel yang
berpengaruh terhadap tax avoidance adalah kepemilikan institusional, prosentase
dewan komisaris independen, dan komite audit dan kualitas audit, sedangkan variabel
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.1
1Gusti Adhiati Andriani,. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance. Diss. Universitas Airlangga, 2015.
9
Penelitian yang dilakukan oleh Maharani dan Suardana pada tahun 2014 tentang pengaruh
corporate governance, profitabilitas, dan karakteristik eksekutif terhadap tax penghindaran
pajakdilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2008-2012.
Metode penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil
pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa variabel yang berpengaruh
negative terhadap tax avoidance adalah proporsi dewan komisaris, kualitas audit, komite
audit, dan ROA, sedangkan variabel yang berpengaruh positif terhadap tax avoidance adalah
risiko perusahaan.2
Penelitian yang dilakukan oleh Dicky pada tahun 2017 tentang pengaruh
profitabilitas, leverage, dan corporate governance dilakukan pada perusahan Indeks
Kompas 100 yang terdaftar di BEI periode Februari 2013-Januari 2016. Variabel
dependen dalam penelitian tersebut menggunakan proksi Cash Effective Tax Rate
(CETR), sedangkan variabel independennya adalah Return On Asset (ROA), Debt
Equity Ratio (DER), komite audit dan komisaris independen. Metode penentuan
sampel yang digunakan adalah purposive sampling.Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan
data yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa, variabel ROA berpengaruh
positifterhadap tax avoidance, dan variabel komisaris independen berpengaruh
2I Gusti Ayu CahyaMaharani,; Suardana, Ketut Alit. Pengaruh Corporate
Governance, Profitabilitas, Dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance Perusahaan
Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi, [S.L.], P. 525-539, Nov. 2014. ISSN 2302-8556.
10
negative terhadap tax avoidance. Sedangkan untuk variabel DER dan komite audit
tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.3
Penelitian yang dilakukan oleh Erlina pada tahun 2017 tentang pengaruh
corporate governance terhadap tax avoidance dilakukan pada perusahaan yang listing
di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2016. Metode penentuan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah analsisi regresi data panel. Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah tax avoidance yang diukur dengan menggunakan book tax
difference (BTD). Variabel independen dalam penelitian tersebut adalah corporate
governance yang diukur dengan mnggunakan dewan direksi, prosetase komisaris
independen, proporsi kepemilikan manajerial, proporsi kepemilikan institusional dan
komite audit. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh hasil
bahwa, secara parsial komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap BTD,
sedangkan dewan direksi, proporsi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial
dan komite audit tidak berpengaruh terhadap BTD. Secara simultan dewan direksi,
presentase dewan komisaris independen, proporsi kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dan komite audit berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance.4
3Moses Dicky Refa Saputra. Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Corporate
Governance Terhadap Tax Avoidance.Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi 6.8,2017.
4Nandasari, Elna Arlina. Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance. Diss. Stie Perbanas Surabaya, 2016.
11
Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah pada tahun 2014 tentang pengaruh
corporate governance terhaadap tax avoidance dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2011. Metode yang digunakan adalah
metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah analisis regresi berganda. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah tax avoidance yang diproksikan dengan book tax gap, sedangkan variabel
independennya adalah corporate governance yang diproksikan dengan proporsi
kepemilikan institusional, dewan komisaris independen, komite audit dan kualitas
audit. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa,
variabel Kepemilikan institusional dan proporsi dewan komisaris independen tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance, sedangkan komite audit berpengaruh positif
terhadap tax avoidance dan kualitas audit berpengaruh negative terhadap tax
avoidance yang diproksikan dengan book tax gap.5
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada obyek
yang diteliti. Jika sebagian besar penelitian terdahulu meneliti Perusahaan
Manufaktur, penelitian ini akan meneliti Perusahaan Pertambangan. Selain itu,
indikator atau proksi yang digunakan juga berbeda. Pada penelitian ini menggunakan
proksi Dewan Komisaris, Komite Audit dan Kepemilikan Manajerial. Sedangkan
persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah, Alat ukur yang
5Rahmi Fadhilah,. "Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2009-2011)." Jurnal
Akuntansi 2.1,2014.
12
digunakan untuk mengukur penghindaran pajak menggunakan Current ETR yang
sebagian besar telah digunakan oleh penelitian sebelumnya.
B. Landasan Teori
1. Corporate Governance dalam Islam
Penerapan corporate governance bukan menjadi sesuatu hal yang baru
dalam dunia Islam, karena sebelumnya telah diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Allah SWT berfirman :
ما لكم م ه غ ن إ وإلى ثمود أخاهم صالحا قال يا قوم اعبدوا للاه نشأكم من الرض يره هو أ ل
۞جيب يب م ليه إنه رب ي قر واستعمركم فيها فاستغفروه ثمه توبوا إ
Artinya : Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh
berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain
Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurannya, karena itu memohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah
kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan
(doa hamba-Nya).6Selanjutnya Allah SWT berfirman dalam QS. Al-hajj [22] : 41
كاة و الهذين إن لة وآتوا الزه وا عن المنكر معروف ونه روا بال أم مكهنهاهم في الرض أقاموا الصه
عاقبة المور۞ ولله
Artinya : (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka
di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan
kepada Allah-lah kembali segala urusan.7
6Al-Qur’anulkarim dan Terjemahnya Surah Hud [11] : 61 (Bandung: Syamil Cipta
Media) 7Al-Qur’anulkarim dan Terjemahnya Surah Al-hajj [22] : 41 (Bandung: Syamil
Cipta Media)
13
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah di
bumi, yang artinya bahwa manusia bertugas untuk menjaga dan memakmurkan bumi.
Allah telah memberikan amanah kepada manusia untuk menjaga yang telah
diciptakan Allah di bumi. Selanjutnya, ayat yang kedua menjelaskan bahwa setiap
manusia yang memiliki kekuasan atas suatu wilayah maka hendaknya memanfaatkan
kekuasaan tersebut untuk mendirikan sholat, menunaikan zakat dan berbuat yang baik
serta mencegah perbuatan yang buruk. Oleh karena itulah diharapkan manusia yang
menjadi pemimpin nantinya mampu menjadikan masyarakat sebagai alat kontrol
sosial yang selalu menerapkan nilai-nilai kebaikan dan menghidari perilaku yang
buruk.
Kedua ayat tersebut dapat dirumuskan bahwa corporate governance
dalam perspektif Islam adalah suatu kekuasaan untuk mengelola pembangunan yang
bertujuan sebagai berikut :
a. Penciptaan suasana yang mendukung bagi pemenuhan kebutuhan spiritual dan
rohaniahnya sebagaimana yang disimbolkan oleh pergerakan sholat.
b. Penciptaan kemakmuran dan kesejahteraan ekonomi disimbolkan oleh tindakan
membayar zakat, dan penciptaan kestabilan politik dan keamanan sebagaimana
penerapan dari tindakan amar ma’ruf nahi mungkar.
Prinsip Islam yang mendukung bagi terlaksananya corporate governance atau
tata kelola perusahaan8 adalah sebagai berikut :
a. Shiddiq, nilai ini memastikan bahwa pengelolaan perusahaan dilakukan dengan
moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Nilai ini mencerminkan
8Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah : Teori, Kebijakan, dan
studi empiris di Indonesia (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010) hlm 78-79
14
pengelolaan perusahaan tidak akan dilakukan dengan cara yang meragukan (subhat)
dan juga tidak dilakukan dengan cara-cara yag bersifat dilarang (haram).
b. Tabligh, nilai ini memastikan bahwa pengelolaan perusahaan dilakukan dengan
menyeimbangkan kepentinganorgan perusahaan dengan pemangku kepentingan
lainnya sehingga dapat terciptanya akuntabilitas perusahaan.
c. Amanah, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dalam mengelola perusahaan
agar dalam prakteknya sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku bagi perusahaan.
d. Fathanah, nilai ini memastikan bahwa pengelolaan perusahaan dilakukan secara
professional dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam
tingkat risiko yang ditetapkan oleh perusahaan. Termasuk didalamnya adalah
pelayanan yang penuh dengan kecermatan dan kesantunan rasa tanggung jawab.
15
2. Corporate Governance
Menurut Turnbull Report (April 1999) yang dikutip oleh Tsuguoki Fujinuma
dalam Effendi, 2009 pengertian corporate governance adalah sebagai berikut :
“Corporate governance is a company’s system of internal control has as its
principal aim the management of risks that are significantto the fulfilment of its
business objectives, with a view to safeguarding the company’s assets and enhancing
over time the value of the shareholders investment”.9
Berdasarkan pengertian diatas, corporate governance didefinisikan
sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama
mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui
pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham
dalam jangka panjang.
Menurut Bank Dunia (World Bank), pengertian good corporate
governance (GCG) adalah kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang
wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk
berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara
keseluruhan.
9Muh. Arief Effendi. The Power of good corporate governance : teori dan
implementasi. (Jakarta : Salemba Empat, 2009),2.
16
Lembaga corporate governance di malaysia, yaitu Finance Committee on
Corporate Governance (FCCG) mendefinisikan corporate governance sebagai proses
dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis serta aktivitas
perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan.
Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor,
pemerintah, karyawan, serta para pemangku kepentingan internal dan eksternal
lainnya yang berkaitan dengan hak – hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain
suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.10
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 1, Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-
01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan
yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN, disebutkan bahwa tata kelola
perusahaan yang baik, yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang
mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan
peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.
Good Corporate Governance adalah mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan
perusahaan.11Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (Pemegang Saham/Pemilik Modal,
Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha
10Muh. Arief Effendi. The Power of good corporate governance : teori dan
implementasi. (Jakarta : Salemba Empat,2009),3. 11 Sutedi, Adrian. Good Corporate Governance (Jakarta:Sinar Grafika,2012),1.
17
dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan
peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.
Berikut tugas dan tanggung jawab yang menjadi pedoman bagi
pelaksanaan good corporate governance:
a. Pemegang Saham
Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas disebutkan
bahwa tanggung jawab dari pemegang saham hanya sebatas jumlah saham yang
dimiliki. Dalam hal ini, pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas
ikatan yang dibuat atas nama Perseroan, dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
Perseroan melebihi jumlah saham yang dimilikinya. Namun, sesuai dengan
penjelasan Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas, tanggung jawab dari
pemegang saham tidak berlaku apabila dalam pelaksanaannya terdapat itikad buruk
yang dilakukan oleh pemegang saham dengan tujuan memanfaatkan perseroan untuk
kepentingan pribadi sehingga didirikannya perseroan digunakan sebagai alat untuk
memenuhi tujuan pribadinya.
Pemegang saham yang memiliki kontrol atas perseroan diharapkan untuk tidak
melanggar batas-batas mereka sebagai pemegang saham perseroan.12 Berikut hak-hak
yang dimiliki oleh pemegang saham :
1) Hak untuk mengawasi dan untuk menerima informasi dari perseroan (Pasal 75 ayat
(2) UUPT), meminta untuk diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham (Pasal 79
12 Sutedi, Adrian. Good Corporate Governance. (Jakarta:Sinar Grafika,2012), 160.
18
ayat (2) dan Pasal 80 ayat (1) UUPT), melakukan pemeriksaan terhadap perseroan
(Pasal 138 UUPT);
2) Meminta ganti rugi saham (pembelian kembali saham yang telah ditempatkan oleh
perseroan dengan dana yang bukan berasal dari laba) (Pasal 37 ayat (3) UUPT),
melakukan penuntutan atas adanya perlakuan yang tidak adil atau tidak perlu (Pasal
61 ayat (1) UUPT), melakukan penuntutan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahan
manajemen (Pasal 97 ayat (6) dan Pasal 98 ayat (2) UUPT);
3) Meminta kepada Perseroan untuk membeli kembali saham yang dimiliki dengan
harga wajar, apabila pemegang saham tidak menyetujui tindakan Perseroan yang
dapat mengakibatkan kerugian bagi pemegang saham dan perseroan (Pasal 62
UUPT), konsolidasi, penggabungan, pengambilalihan, pailit atau pembubaran (Pasal
89 UUPT), penjualan atau pemberian jaminan atas kekayaan Perseroan (Pasal 102
UUPT);
4) Hak untuk keluar dari perseroan (likuidasi- Pasal 146 ayat (1) c UUPT).
b. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris (DK) memegang peranan penting dalam penerapan good
corporate governance, karena dewan komisarismerupakan inti dari corporate
governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,
mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas. Untuk menjamin pelaksanaan good corporate
19
governance diperlukan dewan komisaris yang memiliki integritas, kemampuan, tidak
cacat hukum dan independen.13
Berdasarkan Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
menyatakan bahwa tugas dan fungsi dewan komisaris tercantum dalam beberapa
pasal sebagai berikut :
1) Pasal 1 ayat (2) menyatakan kelembagaan dewan komisaris sebagai salah satu organ
perseroan. Pasal 1 ayat 6 menjelaskan bahwa dewan komisaris adalah organ
perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai
dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.
2) Pasal 108 ayat (1) menyatakan bahwa dewan komisaris melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan
maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi. Pasal 108 ayat (2)
menyatakan bahwa pangawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan.
3) Pasal 110 ayat (1) menyatakan bahwa yang dapat menjadi anggota dewan komisaris
adalah orang-persroan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu
5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah :
a) Dinyatakan pailit;
b) Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebaban perseroan dinyatakn pailit; atau
13 Sutedi, Adrian. Good Corporate Governance. (Jakarta:Sinar Grafika,2012), 156.
20
c) Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau
yang berkaitan dengan sektor keuangan.
4) Pasal 114 ayat (2) menyatakan bawa setiap anggota dewan komisaris wajib dengan
itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas
pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan. Pasal 114 ayat (3) menyatakan bahwa setiap anggota dewan komisaris ikut
bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan
bersalahatau lalai menjalankan tugasnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 114 ayat
(2).
5) Pasal 115 ayat (2) menyatakan bahwa dalam hal ketika terjadi kepailitan karena
kesalahan atau kelalaian dewan komisaris dalam melakukan pengawasan pengurusan
yang dilaksanakan oleh direksi dan kekayaan perseroan tidak cukup untuk membayar
seluruh kewajiban perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota dewan
komisaris ikut bertanggung jawab dengan anggota direksi atas kewajiban yang belum
dilunasi.
6) Komisaris independen sebagai badan pengawas serta pemberi nasihat kepada direksi,
sama seperti anggota dewan lainnya. Akan tetapi, sesuai dengan Pasal 120 ayat (2)
Undang-Undang Perseroan Terbatas, komisaris independen berasal dari luar
perusahaan, tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota direksi,
dan/atau anggota dewan komisaris lainnya. Tugas dari komisaris independen dalam
memastikan penerapan praktik GCG telah dipatuhi dengan baik atau tidak, antara
21
lain: menjamin transparansi dan keterbukaan laporan keuangan perusahaan, perlakuan
yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan yang lain,
diungkapkannya transaksi yang mengandung konflik kepentingan secara wajar dan
adil, kepatuhan perusahaan pada perundang-undangan dan peraturan yang berlaku,
serta menjamin akuntabilitas organ perseroan. Komisaris independen juga melakukan
pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan direksi dalam pengelolaan perusahaan , di
mana perusahaan memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada
perusahaan, termasuk pemegang saham minoritas.14
c. Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
No. PER-01/MBU/2011 tanggal 01 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN, Pasal 18 ayat (1)
butir (b) menyebutkan bahwa komite audit merupakan salah satu organ pendukung
dewan komisaris/dewan pengawas. Komite Audit terdiri dari sedikitnya tiga orang,
diketuai oleh Komisaris Independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang
independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
No. PER-12/MBU/2012 tanggal 24 Agustus 2012 tentang Organ Pendukung Dewan
14 Effendi, Muh. Arief. The Power of Good Corporate Governance Teori dan
Implementasi. (jakarta: Salemba Empat, 2016), 36
22
Komisaris/Dewan Pengawas BUMN, beberapa pasal berikut antara lain mengatur
tentang komite audit sebagai berikut :
1) Pasal 2 ayat (1) butir (b) menyatakan bahwa komite audit merupakan salah satu organ
pendukung dewan komisaris/dewan pengawas.
2) Pasal 15 ayat (1) menyatakan bahwa anggota komite audit harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a) Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja yang cukup di
bidang pengawasan / pemeriksaan.
b) Tidak memiliki kepentingan / keterkaitan pribadiyang dapat menimbulkan dampak
negatif dan konflik kepentingan terhadap perusahaan.
c) Mampu berkomunikasi secara efektif.
d) Dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya.
e) Persyaratan lain yang ditetapkan dalam piagam komite audit, jika diperlukan.
3) Pasal 14 menyatakan bahwa masa jabatan anggota komite audit yang bukan
merupakan anggota dewan komisaris/dewan pengawas perusahaan paling lama 3
(tiga) tahun dan dapat diperpanjang satu kali selama 2 (dua) tahun masa jabatan,
dengan tidak mengurangi hak dewan komisaris/dewan pengawas untuk
memberhentikannya sewaktu-waktu.
Berdasarkan international best practices, Komite Audit mempunyai tugas dan
bertanggung jawab dalam bidang-bidang sebagai berikut:
a) Pelaporan Keuangan
23
Tanggung jawab komite audit adalah untuk memastikan bahwa laporan
keuangan perusahaan telah sesuai dengan keadaan perusahaan secara wajar
mengenai: kondisi keuangan, hasil usaha, serta rencana dan komitmen jangka
panjang. Secara spesifik tanggung jawab komite audit meliputi: merekomendasikan
akuntan publik, menilai hal-hal mengenai penguasan akuntan publik, menilai
kebijakan akuntansi serta pelaksanaannya, dan meneliti laporan keuangan.
b) Tata Kelola Perusahaan
Komite audit harus dapat memastikan bahwa perusahaan telak melaksanakan
dan mematuhi semua peraturan hukum serta aturan lainnya yang berlaku dan
memastikan perusahaan telah menjalankan keguiatan usaha secara etis dan bermoral.
c) Manajemen Risiko dan Kontrol
Tugas dan tanggung jawab komite audit dalam bidang ini adalah memahami
pokok-pokok laporan keuangan, mengidentifikasikan area yang dianggap sensitif dan
rawan terhadap risiko serta pemahaman terhadap risk management dan sistem
internal control yang berlaku di perusahaan tersebut serta memberikan saran dan
masukan kepada direksi dan jajaran manajemen perusahaan apabila masalah-masalah
didalam perusahaan telah teridentifikasi.15
Prinsip–prinsip corporate governance biasanya dikenal dengan
singkatan TARIF, yaitu Transparency (transparasi), Accountability (akuntabilitas),
Responsibility (responsibilitas), Independency (independensi), dan Fairness
(Kesetaraan). Berikut penjelasan singkat dari masing-masing prinsip :
15 Sutedi, Adrian. Good Corporate Governance. (Jakarta:Sinar Grafika,2012), 163.
24
1) Prinsip Transparansi
Prinsip transparansi merupakan implementasi dari nilai Shiddiq.
Shiddiq merupakan nilai yang menjunjung tinggi kejujuran. Prinsip transparansi telah
dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 282 sebagai berikut :
ى فاكتبوه وليكتب بينكم كاتب بالعدل ول يأب كات يا أيها الهذين آمنوا إذا ب أن يكتب تداينتم بدين إلى أجل مسم
ربهه ول يب فليكتب وليملل الهذي عليه الحق وليتهق للاه خس منه شيئا كما علهمه للاه
Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang-piutang
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis
menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya,
maka hendaklah dia menuliskan…”16
Transparansi (transparancy) mewajibkan adanya suatu informasi yang
terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut
keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, kinerja operasional, dan kepemilikan
perusahaan, yaitu sebagai berikut :
a) Pengungkapan informasi tidak terbatas pada informasi material.
b) Informasi harus disiapkan, diaudit, dan diungkapkan sesuai dengan standar kualitas
yang tinggi di bidang akuntansi, pengungkapan keuangan dan non-keuangan, serta
audit.
c) Pemeriksaan tahunan harus dilaksanakan oleh auditor independensi untuk
menyediakan jaminan keyakinan eksternal yang objektif tentang cara penyiapan dan
penyajian laporan keuangan.
16Al-Qur’anulkarim dan Terjemahnya Surah Al-Baqarah [2] : 282 (Bandung: Syamil
Cipta Media)
25
d) Jalur penyebaran informasi harus mencerminkan keadilan, ketetapan waktu, dan
efisiensi biaya agar informasi yang dihasilkan relevan
2) Prinsip Akuntabilitas
Prinsip Akuntabilitas merupakan implementasi dari nilai Amanah.
Amanah merupakan prinsip kehati-hatian dan kejujuran yang menimbulkan rasa
saling percaya. Prinsip Akuntabilitas telah dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Isra
ayat 36 :
ئك أ ل ول تقف ما ليس لك به علم إنه السهمع والبصر والفؤاد ك ئول۞س كان عنه م ول
Artinya ;“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya”17
Akuntabilitas (accountability) dimaksudkan sebagai prinsip mengatur
peran dan tanggung jawab manajemen agar dalam mengelola perusahaan dapat
mempertanggungjawabkan serta mendukung usaha untuk menjamin penyeimbang
kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh
Dewan Komisaris.
Perusahaan mendefinisikan fungsi, hak, tanggung jawab, dan
kewajiban masing-masing organ perusahaan serta mengomunikasikan hal-hal tersebut
kepada setiap pihak yang berkepentingan. Perusahaan senantiasa menjaga
keseimbangan antara kepentingan pemegang saham, serta pemangku
kepentinganlainnya. Perusahaan menerapkan prinsip akuntabilitas sebagai salah satu
17Al-Qur’anulkarim dan Terjemahnya Surah Al-Isra [17] : 36 (Bandung: Syamil
Cipta Media)
26
cara untuk mengatasi persoalan yang timbul karena adanya pembagian tugas (division
of authority) antar-organ perusahaan serta mengurangi dampak dari agency problem
yang timbul akibat perbedaan antara manajemen, pemegang saham, dan pemangku
kepentingan.
3) Prinsip Responsibilitas
Prinsip responsibilitas merupakan implementasi dari nilai Amanah.
Amanah merupakan prinsip kehati-hatian yang dapat menimbulkan rasa saling
percaya. Prinsip responsibilitas telah dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra ayat
34 :
اقرأ كتابك كفى بنفسك اليوم عليك حسيبا۞
Artinya :“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghitung
atas dirimu”18
Perusahaan memastikan pengelolaan perusahaan dengan mematuhi
peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berlaku sebagai cermin tanggung
jawab korporasi sebagai warga korporasi yang baik. Perusahaan selalu
mengupayakan kemitraan dengan semua pemangku kepentingan dalam batas-batas
peraturan perundang-undangan dan etika bisnis.
4) Prinsip Independensi
Prinsip Independensi merupakan implementasi dari nilai Fathanah.
Fathanah merupakan kecerdasan yang dalam hal ini bersifat professional dan
18Al-Qur’anulkarim dan Terjemahnya Surah Al-Isra [17]: 14 (Bandung: Syamil
Cipta Media)
27
kompetitif dalam mengelola perusahaan. Prinsip Independensi telah dijelaskan dalam
Al-Qur’an Surat Fushilat ayat 30:
ل عليهم ال ثمه استقاموا تتنزه ل تحزنوا وأبشروا و له تخافوا ئكة أ مل إنه الهذين قالوا ربنا للاه
م توعدون۞بالجنهة الهتي كنت
Artinya:“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat
akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga
yang telah dijanjikan kepadamu"19
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-
01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang good corporate governance,
disebutkan bahwa kemandirian (independence) yaitu suatu keadaan di mana
perusahaan dikelola secara professional tanpa knflik kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peratran perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip korporasi yang sehat. Perusahaan meyakini bahwa
kemandirian merupakan keharusan agar organ perusahaan dapat bertugas dengan baik
serta mampu membuat keputusan yang baik bagi perusahaan. Setiap organ
perusahaan akan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip GCG. Selain organ perusahaan tidak
boleh ada pihak-pihak yang dapat mencampuri pengurusan perusahaan.20
5) Prinsip Kesetaraan
19Al-Qur’anulkarim dan Terjemahnya Surah Fushilat [41]: 30 (Bandung: Syamil
Cipta Media) 20 Effendi Muh. Arief.The Power of Good Corporate Governance teori dan
Implementasi.(Jakarta: Salemba Empat,2016),18.
28
Prinsip kesetaraan atau fairness merupakan implementasi dari nilai
tabligh. Tabligh merupakan nilai yang sesuai dengan prinsip kesetaraan, karena
dalam prinsip ini akan menimbulkan adanya diskusi yang berarti harus bersifat adil
dalam pengambilan keputusan. Prinsip Kesetaraan telah dijelaskan dalam AlQur’an
Surat Al-Maidah ayat 8 :
شهداء بالقسط و يا أيها الهذين آ امين لله وم على أله تعدلوا كم شنآن ق جرمنه ل ي منوا كونوا قوه
خبير بم إنه للاه ۞عملون ا ت اعدلوا هو أقرب للتهقوى واتهقوا للاه
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan
karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu
terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah.
Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan”21
Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri Negara BUMN No. PER-
01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang good corporate governance,
menyatakan bahwa kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam
memenuhi hak-hak pemangku kepentingan yang timbul sebagai akibat dari perjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kesetaraan mengandung makna
bahwa terdapat perlakuan yang sama terhadap semua pemegang saham, termasuk
investor asing dan pemegang saham minoritas, yaitu semua pemegang saham dengan
kelas yang sama harus mendapat perlakuan yang sama pula.
21Al-Qur’anulkarim dan Terjemahnya Surah Al-Maidah [5] : 8 (Bandung: Syamil
Cipta Media)
29
3. Pengertian Pajak
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (selanjutnya disebut dengan UU KUP 2007), pajak didefinisikan sebagai :
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh pribadi atau
badan yan bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak sebagai iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat
prestasi-kembali, yanglangsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. Pajak sebagai iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.22
Dalam bahasa Arab, pajak disebut dengan Adh-Dharibah yang artinya adalah
beban. Pajak disebut beban karena merupakan kewajiban tambahan atas harta,
sehingga dalam pelaksanaannya dapat dikatakan sebagai sebuah beban. Secara
bahasa, pajak adalah harta yang dipungut sebagai kewajiban dari setiap manusia
22Haula Rosdiana,; (Edi Slamet Irianto). Pengantar Ilmu Pajak : Kebijakan dan
Implementasi diIndonesia. (Jakarta : Rajawali Pers,2012).
30
dalam bernegara yang dibayarkan kepada pemerintah sebagai salah satu sumber
penerimaan pendapatan negara untuk menyediakan fasilitas-fasilitas umum.
Kewajiban membayar zakat dan pajak telah diatur dalam Al-Qur’an dan
Hadits. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 36:
ول تشركوا به شيئا وبالوالدين إحسانا وب قربى والمساكين والجار ذي ال واليتامى لقربى اذي واعبدوا للاه
احب بالجنب وابن السهبيل وما ملكت أيم ل ي إنه م انك والجار الجنب والصه را۞حب من كان مختال فخو للاه
Artinya : “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-
Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh,
teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”.23
Menurut pandangan Islam, sebagai seorang muslim selain
berkewajiban membayar zakat, pembayaran pajak juga merupakan suatu kewajiban
dalam kehidupan bernegara. Adanya kewajiban selain pembayaran zakat telah
dijelaskan dalam sebuah hadits yang menjadi landasan diperbolehkannya kewajiban
membayar pajak, yaitu sebagai berikut :
عليه وسلهم قال عن فاطمة صلهى للاه كاة إ بنت قيس عن النهبي نه في المال حقا سوى الزه
Artinya : “Dari ‘Amir dari Fatimah binti Qais ia berkata; saya
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di
dalam harta kalian terdapat hak selain zakat.”(HR. Tirmidzi)
Dari penjelasan ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, Allah
mewajibkan seorang muslim untuk membayar zakat sebagai salah satu rukun Islam,
namun ketika ada situasi yang darurat maka dikehendaki adanya keperluan tambahan
23Al-Qur’anulkarim dan Terjemahnya SurahAn-Nisa[4]: 36 (Bandung: Syamil Cipta
Media)
31
yang mewajibkan akan ada tambahan pungutan atas kepemilikan harta yang disebut
dengan pajak.
Menurut Mardiasmo (2011) ,hukum pajak menganut paham imperatif, yakni
pelaksanaannya tidak dapat ditunda. Maka, jika pajak tidak dilaksanakan akan ada
sanksisanksi yang akan di tetapkan oleh undangundang bagi wajib pajak baik badan
maupun pribadi.24 Dengan begitu juga perusahaan dengan giat-giatnya melakukan
perlawanan yang aktif, perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang
secara langsung ditunjukan kepada fiskus dengan tujuan menghindari pajak atau
disebut juga dengan tax avoidance.
4. Pengertian Tax Avoidance
Penghindaran pajak atau perlawanan terhadap pajak adalah hambatan yang
terjadi dalam pemungutan pajak yang berakibat pada berkurangnya penerimaan kas
negara. Praktek penghindaran pajak atau tax avoidance selalu dianggap sebagai
kegiatan yang legal. Namun pada dasarnya, kegiatan penghindaran pajak ini tidak
selalu legal karena dibedakan menjadi dua yaitu penghindaran pajak yang
diperbolehkan (legal) dan penghindaran pajak yang tidak diperbolehkan (illegal).25
Apabila tujuan dari tax planning atau perencanaan pajak adalah untuk
merekayasa agar beban pajak dapat ditekan serendah mungkin dengan peraturan yang
ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat undang-undang, maka perencanaan pajak
24Mardiasmo. Perpajakan Edisi Revisi. (Yogyakarta: Andi, 2011).
25Rahmi Fadhilah. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2009-2011). Jurnal
Akuntansi 2.1, 2014).
32
ini disebut penghindaran pajak yang illegal, karena berusaha untuk memaksimalkan
penghasilan setelah pajak, dikarenakan pajak merupakan salah satu unsur pengurang
laba.26
Pada umumnya, perusahaan melakukan strategi atau cara yang legal sesuai
dengan aturan undang-undang yang berlaku, namun dilakukan dengan memanfaatkan
hal-hal yang sifatnya masih belum jelas (ambigu) dalam undang-undang, sehingga
wajib pajak dapat memanfaatkannya. Strategi penghematan pajak tersebut disebut
juga sebagai suatu strategi pajak yang agresif.
Komite fiskal dari Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD) menyebutkan tiga karakter penghindaran pajak :
a. Adanya unsur artifisial di mana berbagai pengaturan seolah-olah terdapat didalamnya
padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor pajak.
b. Memanfaatkan loopholes dari undang-undang atau menerapkan ketentuan-ketentuan
legal untuk berbagai tujuan, padahal bukan itu yang sebetulnya dimaksudkan oleh
pembuat undang-undang.
c. Para konsultan menunjukan alat atau cara untuk melakukan penghindaran pajak
dengan syarat Wajib Pajak menjaga serahasia mungkin.
26Rahmi Fadhilah. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2009-2011). Jurnal
Akuntansi 2.1, 2014).
33
Beberapa hal yang menjadi pembatas antara suatu tindakan penghematan legal
dan ilegal masih belum dapat dibedakan, sehingga perusahaan lebih baik mematuhi
peraturan perpajakan untuk kebaikan dan citra perusahaan di masa yang akan datang.
5. Hubungan corporate governance terhadap tax avoidance.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adhiati 2015,tentang seberapa jauh
pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance mengemukakan bahwa
aktivitas penghindaran pajak (tax avidance)masih sering terjadi di Indonesia.27Dari
analisis data yang dilakukan, ditemukan bahwa terdapatnya hubungan yang signifikan
antara corporate governance terhadap tax avoidance. Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh Erlina 2017, tentang analisis pengaruh corporate governance terhadap
tax avoidance pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga
mengemukakan bahwa terdapatnya hubungan antara corporate governance terhadap
tax avoidance. Dari analisis regresi berganda yang telah dilakukan, pengaruh
corporate governance terhadap tax avoidance memiliki berpengaruh signifikan
negatif dan berpengaruh signifikan positif.28
Penelitian yang dilakukan oleh Budiman dan Setiyono, 2012 menjelaskan
bahwa terdapatnya hubungan antara beberapa mekanisme control corporate
governance terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).29 Dari hasil penelitian
27Gusti AdhiatiAndriani,. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance. Diss. Universitas Airlangga, 2015. 28Erlina, Nissa. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Diss.
Politeknik Negeri Padang, 2017. 29Budiman, Judi dan Setiyono. Pengaruh karakter eksekutif pada penghindaran
pajak (tax avoidance). Universitas Islam Sultan Agung, Semarang,2012.
34
tersebut, menyatakan bahwa aktivitas penghindaran pajak yang dilakukan oleh
perusahaan selaku wajib pajak, seringkali dilakukan melalui kebijakan pimpinan
perusahaan terkait dengan perencanaan pajak perusahaan dengan tujuan
memaksimalkan kekayaan perusahaan yang jumlahnya dipengaruhi oleh beban pajak.
Sebuah perusahaan merupakan Wajib Pajak sehingga kenyataannya bahwa
suatu aturan struktur corporate governance mempengaruhi cara sebuah perusahaan
dalam memenuhi kewajiban pajaknya, akan tetapi di sisi lain perencanaan pajak
tergantung pada dinamika corporate governance dalam suatu perusahaan. Prinsip-
prinsip dalam corporate governance juga menjadi hal terpenting karena penerapan
prinsip tersebut secara konsisten terbukti meningkatkan kualitaslaporan
keuangan.30Berikut hubungan antar variabelcorporate governance terhadap tax
avoidance :
a. Hubungan Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance.
Dewan Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan
pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain.31Direksi
melakukan penghindaran strategi tax avoidance untuk menjaga profitabilitas
perusahaan. Dewan komisaris independen sebagai pengawas di dalam perusahaan
bertugas untuk memastikan direksi menjalankan kewajibannya menjaga profitabilitas
perusahaan Komisaris independen di dalam perusahaan diangkat karena wawasan
30Annisa, Nuralifmida Ayu, and Lulus Kurniasih.Pengaruh corporate governance
terhadap Tax avoidance.Jurnal akuntansi & auditing 8.2: 95-189, 2012. 31Erlina, Nissa. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Diss.
Politeknik Negeri Padang, 2017.
35
yang lebih luas tentang perusahaan dan kinerjanya secara keseluruhan yang didapat
dari bidang dan pengalaman mereka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Adhiati 2015, variabel dewan komisaris independen memiliki pengaruh signifikan
terhadap tax avoidance.32
b. Hubungan Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris perusahaan
serta memiliki tugas untuk membantu melakukan pemeriksaan atau penelitian yang
diperlukan terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam pengelolaan perusahaan.33
Penelitian yang dilakukan oleh Fadhilah 2014 menemukan bahwa komite audit
berpengaruh signifikan positif terhadap tax avoidance. Beberapa alasan komite audit
berpengaruh terhadap tax avoidance adalah apabila jumlah komite audit yang dimiliki
oleh perusahaan semakin kecil, maka peluang manajemen melakukan penghindaran
pajak sangat tinggi. Begitu juga apabila jumlah komite audit semakin besar, maka
peluang manajemen melakukan penghindaran pajak menjadi sangat kecil.34
c. Hubungan Kepemilikan Manajerial terhadap Tax Avoidance.
Kepemilikan manajerial adalah proporsi pemegang saham dari pihak
manajemen perusahaan yang secara aktif berperan dalam pengambilan keputusan
perusahaan. Proporsi kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi kinerja
32Gusti Adhiati Andriani,. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance. Diss. Universitas Airlangga, 2015. 33Winata, Fenny. Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013. Tax and Accounting Review,
4(1), 2014,162. 34Rahmi Fadhilah. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2009-2011). Jurnal
Akuntansi 2.1,2014.
36
perusahaan dalam memaksimalkan laba.Tujuan perusahaan untuk memaksimalkan
laba tersebut, dapat mengakibatkan perencanaan strategi pajak yang agresif oleh
manajer. Dengan adanya proporsi kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer
memiliki insentif dalam memonitor kinerja perusahaan. Apabila proporsi kepemilikan
manajerial rendah, maka akan meningkatkan perilaku oportunistik yang akan
berdampak pada kinerja perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Erlina 2017, kepemilikan manajerial memiliki pengaruh secara simultan terhadap tax
avoidance.35
C. Kerangka Konsep Penelitian.
Penelitian terkait corporate governance dan tax avoidance telah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan
positif antara corporate governance terhadap tax avoidance. Bahkan sesekali
penelitian lain yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa ada pengaruh negatif
antara corporate governance dan tax avoidance.36
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga variabel independen yang
diasumsikan memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak antara lain adalah
komposisi dewan komisaris independen, komposisi komite audit, dan kepemilikan
35Erlina, Nissa. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance. Diss.
Politeknik Negeri Padang, 2017. 36Annisa, Nuralifmida Ayu. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax
Avoidance (Studi Pada Perusahaan Terdaftar Di BEI Tahun 2008). Diss. Universitas
Sebelas Maret, 2011.
37
manajerial serta tax avoidance yang diukur dengan menggunakan current ETR
sebagai variabel dependen.
Dari landasan teori dan penelitian terdahulu, maka dikembangkan hipotesis
penelitian untuk menggambarkan hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen, digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian.
Sumber : Desain Peneliti, 2018.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau
keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.37 Hipotesis merupakan
pernyataan peneliti tentang hubungan antara variael-variabel dalam penelitian, serta
merupakan pernyataan yang paling spesifik . Hipotesis berupa pernyataan mengenai
37 Kuncoro, Mudrajat.Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 2013), 98 .
Tax Avoidance :
(Y)
Dewan Komisaris Independen
(X1)
Komite Audit (X2)
Kepemilikan Manajerial (X3)
38
konsep yang dapat dinilai benar atau salah jika menujuk pada suatu fenomena yang
diamati dan diuji secara empiris. Dengan kata lain, hipotesis merupakan jawaban
sementara yang kemudian diuji kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan.
Berdasarkan kerangka teoritis hubungan antar variabel di atas, maka hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini adalah :
H1 = Diduga terdapat pengaruh dewan komisaris independen terhadap tax avoidance.
H2 = Diduga terdapat pengaruh komite audit terhadap tax avoidance.
H3 = Diduga terdapat pengaruh dari kepemilikan manajerialterhadap tax avoidance.