Post on 20-Jan-2020
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini peneliti juga mengambil sumber-sumber dari
penelitian terdahulu sebagai referensi dan pembanding hasil penelitian
yang akan dilakukan. Adapun penelitian terdahulu yang kami jadikan
referensi, antara lain:
1. Eska Nugrahini (2007) dengan penelitian berupa skripsi yang berjudul
”Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Kredit Kreasi oleh
UKM di PT. Pegadaian”. Pada penelitian tersebut diperoleh hasil
analisis yang menunjukkan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
jangka waktu pengembalian kredit dan biaya kredit mempunyai
pengaruh terhadap permintaan kredit pada taraf signifikansi 5%.
2. Juli Widiyanti (2011) dengan penelitian berupa skripsi yang berjudul “Studi
Tentang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Kredit
Pegadaian” sebuah studi kasus yang dilakukan di PT. Pegadaian cabang
Jatinom Kabupaten Klaten tahun 2003. Pada penelitian ini menggunakan
metode kualitatif dengan teknik wawancara terhadap 12 responden yang
ditentukan dengan random sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
adanya pengaruh dari faktor penghasilan, pelayanan lembaga, dan suku
bunga terhadap pengambilan kredit, sedangkan untuk faktor pendidikan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengambilan kredit.
10
3. Aryaningsih (2008) dengan penelitiannya berupa skripsi dengan judul
“Pengaruh Suku Bunga, Inflasi Dan Jumlah Penghasilan Terhadap
Permintaan Kredit Di PT BPD Cabang Pembantu Kediri”. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa suku bunga, inflasi tidak
berpengaruh secara parsial terhadap permintaan kredit, sedangkan
jumlah dari penghasilan berpengaruh signifikan. Kemudian untuk
pengaruh dari aspek kontribusi suku bunga, inflasi dan jumlah
penghasilan terhadap perubahan permintaan kredit sebesar 37,8%,
sedangkan variabel yang lain mempunyai kontribusi sebesar 62,2%.
4. Penelitian oleh Risnawati (2013) yang berupa skripsi dengan judul
“Analisis Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah, dan
Tingkat Suku Bunga terhadap Penyaluran Kredit Cepat Aman (KCA)
di PT Pegadaian tahun 2005- 2010. Tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Pendapatan,
Jumlah Nasabah, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Penyaluran kredit
Cepat Aman (KCA) PT Pegadaian. Penelitian ini menggunakan jenis
data sekunder yang berupa data time series tentang pendapatan, jumlah
nasabah yang diperoleh melalui kantor PT Pegadaian dan tingkat Suku
Bunga periode 2005-2010 dari situs BI. Dalam penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa Pendapatan PT Pegadaian, Jumlah nasabah,
dan Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap penyaluran Kredit Cepat Aman pada PT Pegadaian.
11
Adapun relevansinya dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah sama-sama membahas mengenai permintaan kredit oleh
masyarakat di PT. Pegadaian, kemudian juga membahas dan menganalisa
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan kredit. Namun,
perbedaannya adalah dari beberapa variabel yang diteliti. Pada penelitian
diatas, terdapat beberapa faktor yang diteliti contohnya mengenai suku
bunga, pelayanan lembaga, jumlah nasabah, dan pendapatan nasabah.
Sedangkan variabel yang diteliti oleh peneliti berffokus kepada tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, dan jumlah tanggungan keluarga yang
mempunyai pengaruh terhadap permintaan Kredit Cepat Aman (KCA).
B. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pegadaian
PT Pegadaian merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam
keuangan non perbankan yang memberikan jasa kredit kepada
masyarakat yang mempunyai orientasi pada jaminan yang diberikan
oleh peminjam. PT Pegadaian juga mempunyai tujuan khusus yaitu
penyaluran uang pinjaman berdasarkan atas hukum gadai. Tentunya
dengan tujuan khusus tersebut memberikan dampak yang berarti untuk
mencegah praktik ijon, sistem pegadaian gelap, serta mekanisme
layanan pinjaman tidak wajar lainnya. Oleh karena itu PT Pegadaian
disini merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat khususnya
masyarakat ekonomi kelas menengah kebawah untuk mendapatkan
12
kredit dengan pelayanan secara mudah, cepat, dan aman baik skala
kecil maupun skala besar (Aziz, 2013).
Berbiara tentang pegadaian tentunya tidak terlepas dari kredit.
Dikarenakan dalam mekanismenya pegadaian juga mempunyai sistem
kredit dengan ketentuan yang berlaku sesuai hukum dasar gadai.
Sebenarnya hubungan kredit ini ada dikarenakan manusia tidak dapat
memenuhi kebutuhan dan tidak dapat secara langsung menukar barang
atau jasa yang dibutuhkannya dengan barang, jasa atau alat penukar
yang dimilikinya (Manurung, 2004).
Selain itu dengan majunya perekonomian di masyarakat Indonesia,
berdampak pada semakit pesatnya kegiatan yang dilaksanakan secara
tunai. Kegitan perkreditan ini tidak hanya berlangsung antara individu
dengan kelompok atau instansi saja melainkan antar invindu, individu
dengan badan usaha atau antar badan usaha dan instansi dengan
instansi yang lain. Menanggapi hal tersebut kemudian muncul dan
berkembang sebuah badan usaha yang bersifat formal dan secara
khusus bergerak di bidang perkreditan dan pembiayaan, yaitu bank dan
lembaga keuangan lainya, seperti PT Pegadaian (Susilo, 2000).
Menguatkan istilah pegadaian menurut Sigit Triandaru & Totok
(2006), pegadaian merupakan satu-satunya badan usaha di Indonesia
yang secara formal dan memiliki izin untuk melaksanakan kegiatan
lembaga keuangan seperti pembiayaan dengan bentuk penyaluran dana
ke masyarakat berdasarkan atas hukum gadai. Dalam mekanismenya
PT Pegadaian juga menentukan barang-barang yang dijadikan jaminan.
13
Barang-barang tersebut anatara laian seperti barang elektronik rumah
tangga, emas, perhiasan, kamera, alat musik dan lain sebagainya sesuai
dengan yang disepakati oleh Pegadaian setempat.
2. Pengertian Usaha Gadai
Kasmir (2011) menyatakan bahwasannya uang yang merupakan
barang yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan sering
dibutuhkan sebagai alat tukar barang maupun jasa untuk pemenuhan
kebutuhan. Namun terkadang kebutuhan yang diinginkan tidak dapat
dicukupi dengan uang yang dimiliki. Sehingga dengan terpaksa harus
mengurangi pembelian yang bersifat tersier untuk pemenuhan
kebutuhan yang bersifat sekunder bahkan primer. Jika dengan cara
tersebut masih belum dapat memenuhi kebutuhan pada akhirnya
diperlukan solusi lain seperti dengan cara seperti meminjam dari
berbagai sumber dana yang ada dalam hal ini contohnya pegadaian.
Melalui cara tersebut bagi mereka yang memiliki barang berharga dapat
memenuhi kebutuhannya secara langsung dengan menjual barang berharga
ataupun barang tersebut sangat langka di masyarakat karena jumlah
permintaan lebih besar. Tentunya hal ini mempunyai resiko diantaranya
barang yang telah dijual akan hilang dan sulit untuk kembali. Resiko-resiko
tersebut pada saat ini bisa dikurangi dengan adanya berbagai lembaga
penjaminan barang yang dapat digantikan dengan pinjaman keuangan
secara langsung, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir tentang
kehilangan ataupun tidak kembalinya barang. Barang tersebut pada
akhirnya dapat ditebus kembali setelah masyarakat melunasi pinjamannya.
14
Dapat disimpulkan secara umum usaha gadai adalah keseluruhan
kegiatan untuk menjaminkan barang berharga kepada pihak tertentu,
untuk memeroleh sejumlah uang, dengan ketentuan barang yang
dijaminkan akan ditebus kembali dan pihak pegadaian secara otomatis
mengembalikan barang jaminan tersebut sesuai dengan perjanjian
antara nasabah dengan lembaga gadai berdasarkan hukum gadai yang
berlaku (Kasmir, 2011).
3. Teori Permintaan
Permintaan uang adalah jumlah uang yang diinginkan setiap
orang untuk melakukan transaksi, spekulasi dan berjaga-jaga.
Permintaan uang dapat dituliskan dalam bentuk kurva permintaan
uang, kurva tersebut berfungsi untuk menunjukkan jumlah uang yang
diminta dengan suku bunga yang berlaku pada saat tersebut.
a. Permintaan uang berdasarkan motif transaksi
Pendapatan seseorang dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah
permintaan uang untuk transaksi. Dengan demikian apabila
seseorang memiliki pendapatan yang tinggi maka jumlah uang
yang diperlukan untuk transaksi juga tingg, begitu juga sebaliknya.
b. Permintaan uang berdasarkan motif spekulasi
Berdasarkan motif spekulasi, suku bunga mempunyai pengaruh
dalam besar kecilnya arus permintaan uang yang kemudian dapat
digunakan untuk menentukan spekulasi. Secara umum dapat
dijabarkan ketika tingkat suku bunga rendah maka jumlah
15
permintaan uang untuk berspekulasi tinggi karena masyarakat
mempunyai minat tinggi dan sebaliknya. Oleh karena itu dapat
disimpulkan dalam kurva permintaan keuangan hubungan antara
tingkat bunga dengan jumlah permintaan uang berbanding terbalik.
c. Permintaan uang berdasarkan motif berjaga-jaga
Mengacu pada tingkatan pendapatan seseorang selain
berpengaruh terhadap tingkat transaksi yang dilakukan seseorang
juga berpengaruh terhadap tingkat permintaan keuangan untuk
berjaga-jaga untuk kebutuhab selanjutnya. Oleh karena itu dapat
diketahui jika seseorang memiliki tingkat pendapatan diatas rata-
rata masyarakat maka tingkat peminatan keuangannya juga
semakin besar dalam hal berjaga-jaga.
Sisi permintaan kredit (uang) juga dapat dipengaruhi oleh
defisit anggaran pemerintah, tingkat suku bunga, kepercayaan
konsumen, tingkat keuntungan bersih sebuah perusahaan, variabel
demografi (kependudukan), kekayaan dan tingkat pertumbuhan
pendapatan masyarakat, nilai tukar uang ke dalam ataupun ke luar
negeri, dan lain sebagainya.
Sudah tentu pasar kredit menjadi penghubung bagi
efektivitas kebijakan moneter pemerintah dan pertumbuhan
ekonomi. Mendukung pernyataan tersebut terdapat dua teori dasar
yang saling bertentangan yaitu antara Keynesian dan pandangan
teori klasik. Keynes menyatakan bahwasannya permintaan uang
16
(finance motive) bagi sebuah investasi perusahaan tentunya
membutuhkan waktu untuk mewujudkan proses investasi itu
sendiri. Disisi lain, pada saat finance motive itu tidak ada, maka
terjadi hubungan antara bank dan perusahaan, dimana perusahaan
dapat mendapatkan dana untuk melalui lembaga perbankan. Teori
kredit ini terkait pada fungsi permintaan kredit (keuangan) juga
faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga kredit.
Terdapat perbedaan antara teori kredit Wicksell (Neo-
Classical) dengan Keynesian dalam masalah konsep tentang
tingkat suku bunga alamiah. Wicksell mengatakan bahwasannya
tingkat suku bunga alamiah sangat berpengaruh dan relevan
dengan perekonomian dimana terdapatnya peran dari uang bank.
Pernyataan tersebut memiliki maksud bahwasannya pada saat
tingkat suku bunga alamiah digunakan, maka ekspetasinya akan
tercapai kondisi output yang full employment. Kemudian pada saat
tingkat suku bunga moneter memiliki perbedaan yang mendasar
dengan tingkat suku bunga alamiah maka akan terjadi
ketidakseimbangan diantara permintaan agregat.
Pendapat lain tentang pasar uang kredit yang berbeda
dengan dengan Wicksell adalah Friedman dan kaum monetaris.
Friedman dan kaum moneteris berpendapat bahwasannya
perubahan pada kuantitas kredit tidak berpengaruh terhadap
permintaan agregat dan tingkat harga. Dalam hal ini Friedman
17
memfokuskan letak perbedaan antara pasar uang dan kredit
terdapat pada tingkat harga bukan pada suku bunga alamiah seperti
Wicksell. Dikarenakan harga uang berhubungan dengan harga
uang itu sendiri, sedangkan untuk harga kredit berhubungan
dengan tingkat bunga dan tidak terkait dengan harga uang. Oleh
karena itu sesuai dengan pendapat Friedman dalam mekanisme
pasar kredit tingkat harga akan tetap namun untuk tingkat suku
bunga dapat berubah. Sehingga pada saat terjadi
ketidakseimbangan dalam mekanisme pasar kredit maka tidak
berpengaruh terhadap permintaan agregat.
4. Tinjauan Umum Kredit
Menurut Kasmir (2011), pengertian kredit berasal dari bahasa
Yunani “Credere” yang berarti “kepercayaan” atau dalam bahasa Latin
”Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Maksud dari
percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima
kredit bahwa kredit yang disalurkannya akan dikembalikan beserta
bunganya sesuai perjanjian.
Kepercayaan antara pihak yang melakukan transaksi
(perseorangan/kelompok dengan lembaga keuangan) menjadi dasar
pemberian persetujuan kredit. Kemudian menguatkan pendapat
sebelumnya, kredit menurut Juli, dkk (2009) merupakan penyedia uang
atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan dengan
kepercayann untuk saling pinjam-meminjami antara bank atau
18
lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain yang mewajibkan
peminjam untuk pelunasan utangnya dengan ketentuan yang telah
sepakati, termasuk didalamnya jangka waktu pelunasan disertai
dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Dalam masyarakat kredit sudah menjadi kebiasaan dan tidak hanya
sebatas istilah yang baru di kalangan masyarakat. Hal itu dikarenakan
manusia adalah Homo Economicus dan setiap manusia selalu berusaha
pemenuhan kebutuhan hidup (dengan cara apapun, termasuk
didalamnya mengadakan sebuah kredit). Keaneragaman kebutuhan
manusia dengan harkatnya selalu meningkat, sedangkan terkadang
kemampuan untuk mencapai kebutuhan sangat terbatas. Ketimpangan
inilah yang membuat manusia mencari solusi untuk pemenuhan
kebutuhan tersebut. Berbagai cara dilakukan oleh manusia untuk
meningkatkan daya guna suatu barang, dan juga memerlukan bantuan
dalam bentuk permodalan untuk memulai sebuah usaha. Bantuan
pinjaman dari bank ataupun lembaga keuangan non-bank seperti
pegadaian dalam bentuk tambahan modal untuk usaha atau kegiatan
lain inilah yang sering disebut kredit (Suyanto, 2003).
a. Unsur-unsur kredit Secara Umum
Kasmir (2011) mengatakakan terdapatnya unsur-unsur yang
harus ada dalam pemberian suatu kredit oleh lembaga keuangan
adalah sebagai berikut:
19
1) Kepercayaan, merupakan suatu keyakinan pemberi kredit bahwa
kredit yang diberikan baik berupa uang atau jasa akan benar-benar
diterima kembali di masa tertentu di masa mendatang.
2) Kesepakatan, yang mana dituangkan dalam suatu perjanjian
dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajibannya.
3) Jangka waktu, yang mana setiap kredit diberikan jangka waktu
tertentu sesuai kesepakatan. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk
jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
4) Resiko, terdapatnya faktor resiko dapat dikarenakan oleh
adanya kerugian yang diakibatkan unsur ketidaksengajaan
nasabah untuk tidak dapat membayar kreditnya sesuai dengan
waktu yang ditentukan, misalnya terjadinya bencana alam yang
mengakibatkan kebutuhan lain meningkat dan akhirnya tidak
dapat membayar kredit secara berkala.
5) Balas jasa, merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit
atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.
b. Tujuan dan Fungsi Kredit
Menurut Kasmir (2011, tujuan dan fungsi utama dari
pemberian kredit sebagai berikut:
1) Mencari keuntungan, bertujuan memperoleh bunga sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan
kepada nasabah.
20
2) Membantu usaha nasabah, bertujuan membantu usaha nasabah
yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana
untuk modal kerja.
3) Membantu pemerintah, bertujuan untuk peningkatan
pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah
dengan penyebaran pemberian kredit seperti penerimaan pajak,
membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan
jasa, dll.
c. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Menurut Kasmir (2011), prinsip pemberian kredit sebagai
berikut:
1) Character (watak/kepribadian) merupakan sifat atau watak
seseorang. Seseorang yang akan diberikan kredit benar-benar
harus dipercaya. Maka calon debitur dapat dilihat dari latar
belakang nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan
maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya
hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial.
2) Capacity (kemampuan) adalah analisis untuk mengetahui
kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Kemampuan ini
dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan
pengalamannya dalam mengelola usahanya.
3) Capital (modal) yang terkait banyaknya dan sesuatu yang
berhubungan struktur modal yang dimiliki oleh peminjam. Hal
21
itu dapat dilihat dari tingkat keefektifaan dan kefisienan dari
penggunaan modal yang bersumber dari laporan keuangan
(neraca dan laporan rugi laba).
4) Condition (kondisi/keadaan ekonomi) yang membuat sebuah
penilaian kredit dengan acuan kondisi ekonomi, sosial, dan
politik pada saat tersebut dan pada masa yang akan datang.
Ditentukan dari sektornya dan juga prospek usaha dari sektor
yang dijalankan oleh peminjam. Hendakanya untuk seorang
peminjam memiliki prospek baik dalam bidang usaha yang
dilakukan, sehingga kemungkinan terjadi permasalahan dalam
kredit dikemudian hari relatif kecil.
5) Collateral (jaminan) merupakan jaminan yang diserahkan calon
nasabah baik berbentuk fisik maupun yang nonfisik kepada
lembaga keuangan. Jumlah darnilai jual jaminan hendaknya
melebihi jumlah kredit yang diberikan, hal ini bertujuan untuk
mengantisipasi masalah-masalah yang terjadi dikemudian hari.
Secara fisik, jaminan dalam hal ini harus melalui verifikasi
untuk menguji keabsahannya dan juga kepemilikannya, sehingg
ketika terjadi suatu masalah dapat diputuskan dengan cepat cara
penyelesaiannya.
5. Kredit Pegadaian
Pegadaian dalam hal ini diharapkan lebih mampu untuk
menyalurkan pinjaman berdasarkan gadai yang berlaku dengan pangsa
22
pasar masyarakat golongan ekonomi lemah dengan pelayanan mudah,
aman, cepat, dan hemat, sesuai dengan motto dari pegadaian
“Mengatasi Masalah Tanpa Masalah”. Pada umumnya produk jasa dari
Pegadaian yang diketahui masyarakat hanya seputar gadai dan
jaminannya. Padahal produk dari Pegadaian cukup banyak,
diantaranya seperti jasa taksiran, koin emas, jasa titipan, unit produksi
perhiasan emas, usaha persewaan gudang, dan balai lelang (Kasmir,
2011).
Sebuah perusahaan pasti berorientasi pada profit atau laba untuk
melanjutkan perkembangan usahanya. Begitu pula dengan pegadaian
sebagai sebuah lembaga keuangan dengan prinsip membantu
masyarakat juga mempunyai tujuan lain yaitu memeroleh laba. Laba
usaha Pegadaian diperoleh dari selisih antara total pendapatan dengan
total biaya operasional. Sebagian besar laba dari pegadaian diperoleh
dari hasil bunga atas pinjaman kredit uang dan beberapa produk lain
dari pegadaian. Kemudian untuk pengeluarannya, beban biaya yang
dikeluarkan meliputi biaya operasional dan beban gaji pegawai.
Sebagian besar biaya operasional digunakan untuk biaya pendanaan
yang berupa bunga pinjaman dan obligasi (surat berharga). Selanjutnya
sebagain dari laba bersih Pegadaian disalurkan kepada pemerintah
untuk dana pembangunan, pengembangan usaha lain, termasuk
peningkatan sumber daya manusia (Aziz, 2013).
23
6. Proses Pinjaman Atas Dasar Hukum Gadai
a. Pengertian Kredit Gadai
Dalam kitab Undang-undang Hukum Perdata pasal 1150,
gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang mempunyai
piutang atas suatu barang yang dijaminkan. Barang tersebut
diserahkan kepada orang atau lembaga yang mempunyai piutang
pada seseorang atau lembaga yang mempunyai utang. Dalam hal
ini terdapatnya kekuasaan kepada orang yang memiliki piutang
untuk menggunakan barang yang telah diserahkan untuk melunasi
utang jiak pihak yang mempunyai utang tidak dapat memenuhi
kewajibannya pada saat jatuh tempo atau sesuai ketentuan yang
telah disepakati.
Produk Pegadaian yang berupa Kredit Gadai Cepat Aman
(KCA) adalah kredit jangka pendek dalam jumlah skala kecil
dengan jaminan harta gerak (perhiasan emas, sepeda, sepeda
motor, mobil, barang elektronik, dan lain-lain) atas dasar hukum
gadai. Dapat diketahui orang yang berhutang wajib menyerahkan
harta geraknya sebagai jaminan sekaligus memberi kuasa penuh
kepada kreditur atau pihak pegadaian untuk menjual (melelang) jika
setelah jatuh tempo yang telah ditentukan orang yang mempunyai
utang atau debitur tidak mampu melunasi (Juli dkk, 2009).
b. Pemberian Pinjaman
Pegadaian menggolongkan uang pinjaman kepada nasabah tentang
perubahan tarif sewa modal. Sesuai ketentuan, nasabah mempunyai
24
kewajiban membayar pinjaman disertai bunga yang besarnya
bervariasi. Penentuan besar atau kecilnya suku disesuaikan dengan
golongan nilai jual dari barang gadai dan besarnya pinjaman yang
diberikan dengan batas pengembalian pembayaran dengan
ketentuan jangka waktu selama 120 hari atau 4 bulan.
c. Jenis Pembiayan Pegadaian
1) Gadai Konvensional
Kredit Cepat Aman (KCA) adalah kredit dengan sistem gadai
yang diberikan kepada semua golongan nasabah, baik untuk
kebutuhan konsumtif maupun kebutuhan produktif
2) Krasida
Krasida adalah kredit angsuran bulanan yang diberikan kepada
usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk
pengembangan usaha dengan sistem gadai
3) Kreasi
Kreasi adalah kredit angsuran bulanan yang diberikan kepada
usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk pengembangan usaha
dengan sistem Fidusia. Sistem Fidusia berarti agunan untuk
pinjaman cukup dengan BPKP sehingga kendaraan masih dapat
digunakan untuk usaha.
4) Kredit Multi Guna
Kredit ini diperuntukkan bagi pegawai atau karyawan suatu
instansi yang telah memiliki penghasilan tetap dengan sistem
Fidusia.
25
d. Jasa-jasa dan pelayanan Pegadaian
1) Pemberian Pinjaman Atas Dasar Hukum Gadai
Pemberian pinjaman berdasarkan hukum gadai mempunyai
syarat pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang
bergerak oleh penerima pinjaman. Dapat dikatakan besar
kecilnya pemberian pinjaman dipengaruhi oleh nilai jual
barang bergerak yang akan digadaikan.
2) Penaksiran Nilai Barang
Barang-barang yang akan dijaminkan mempunyai taksiran
kriteria tertentu meliputi semua barang semua barang bergerak
yang bisa digadaikan, terutama emas, berlian, dan intan.
Melalui hal tersebut Pegadaian memeroleh penerimaan dari
pemilik barang berupa biaya penaksiran barang.
3) Penitipan Barang
Terkadang masyarakat juga ingin barangnya aman, sehingga
disini Pegadaian membuat jasa penitipan bagi mereka yang
menginginkan keamanan penyimpanan. Banyak ditemui
masyarakat yang menitipkan barang adalah mereka yang akan
meninggalkan rumahnya untuk jangka waktu yang lama.
Melalui hal tersebut Pegadaian memeroleh ongkos penitipan
yang disesuaikan dari nilai jual barang yang dititipkan.
4) Jasa lain
Tidak hanya yang disebutkan sebelumnya, jasa dari PT
Pegadaian dapat juga menawarkan jasa-jasa lain seperti kredit
26
pada pegawainya sendiri, jual beli barang berharga termasuk
didalamnya emas, dan lain sebagainya.
5) Pelelangan
Selain jasa, pegadaian juga memiliki cara tersendiri untuk
menutupi kekosongan kas, yaitu pelelangan barang. Pelelangan
ini dilakukan apabila terjadi tidak terlunasinya pembayaran
oleh nasabah. Dapat dijabarkan sebagai berikut, pertama, masa
pinjaman sudah jatuh tempo, dan nasabah tidak bisa menebus
barang yang digadaikan dan membayar kewajiban lainnya
karena berbagai alasan yang dapat diterima. Kedua, masa
pinjaman jatuh tempo, nasabah tidak bisa memperpanjang batas
waktu pinjamannya karena berbagai alasan. Melalui hasil dari
pelelangan ini akan digunakan untuk melunasi seluruh
kewajiban nasabah kepada perum pegadaian meliputi pokok
pinjaman nasabah, sewa modal atau bunga dan biaya lelang.
7. Pendapatan Nasabah
Pendapatan dalam ilmu ekonomi sering disebut juga dengan
gaji. Gaji adalah hasil yang diterima baik berupa uang maupun jasa
atas penggunaan kekayaan (jasa manusia) sebagai pekerjaan yang telah
di kerjakan berdasarkan profesinya. Besarnya pendapatan seseorang
bergantung pada jenis pekerjaannya (Raharjo, 2011). Tujuan
pemberian pendapatan atau gaji yaitu:
27
a) Kepuasan kerja
b) Motivasi
c) Stabilitas karyawan
d) Pengaruh serikat buruh
e) Pengaruh asosiasi usaha
f) Pengaruh pemerintah
Secara ekonomi makro, pendapatan yang diperoleh oleh
seseorang akan digunakan sebagian untuk konsumsi. Teori konsumsi
pada mulanya dikeumukakan oleh J.M Keynes dalam bukunya “The
General Theory of employment, interest and money” pada tahun 1936
dan mengalami perkembangan sehingga melalui teori konsumsi oleh
John Maynard Keynes ini mengungkapkan bahwa besar kecilnya
konsumsi pada suatu waktu ditentukan oleh nilai absolute dari
pendapatan masyarakat yang siap untuk dibelanjakan (disposable
income) pada waktu berlangsung. Pola tingkah laku konsumsi
masyarakat meningkat sejalan dengan pertambahan nilai pendapatan
dan sebaliknya (Syahrir dkk, 2016).
Merujuk pengertian Disposable income adalah pendapatan yang
siap untuk digunakan untuk membeli barang, jasa konsumsi, dan jika
terdapat kelebihan akan menjadi tabungan yang kemudian dapat
disalurkan menjadi investasi. Tabungan (saving) tersebut disimpan di
lembaga keuangan resmi akan dapat menambah pendapatan nasional
negara, dikarenakan dari saving ini selanjutnya akan digunakan untuk
28
investasi. Oleh karena itu dengan saving pendapatan nasional juga
dapat meningkat. Perolehan Disposable income bersumber pada
personal income (PI) dengan dikurangi dengan pajak langsung. Pajak
langsung (direct tax) disini merupakan pajak yang beban pajakanya
tidak dapat diahlikan kepada pihak lain, atau harus ditanggung oleh
wajib pajak (Putri, 2014).
Pendapatan keluarga berpengaruh ditinjau dari periode waktu
penerimaan dan jumlahnya digolongkan menjadi dua kelompok yaitu
sebagai berikut:
1. Pendapatan tetap Pendapatan tetap adalah pendapatan yang bisa diukur
dari periode penerimaanya (rutin) dan jumlah yang diterimanya
termasuk gaji anda dan pasangan anda, honor tetap, tunjangan tetap,
dan lain sebagainya. Yang tergolong kedalam pemasukan tetap periode
penerimaan bisa bersifat mingguan, bulanan maupun dalam bentuk
tunjangan (THR), pensiun dan lain-lain (Surono, 2005).
2. Pendapatan tidak tetap Pendapatan tidak tetap adalah arus kas masuk
tetapi tidak tetap dalam setiap periodenya (tidak rutin) maupun
jumlahnya seperti komisi, bonus dan lain sebagainya (Surono, 2005).
8. Pengaruh Pendapatan Nasabah Terhadap Permintaan Kredit
Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan
permintaan berbagai barang. Perubahan pendapatan menimbulkan
perubahan terhadap permintaan jenis barang. Pendapatan pribadi diartikan
sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh
29
tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun yang diterima oleh penduduk
suatu negara (Sukirno, 2008).
Mekanisme dari pendapatan diperoleh bersumber pada gaji/upah,
pendapatan dari usaha, maupun pendapatan dari yang lainnya.
Pendapatan masyarakat yang digunakan untuk melunasi tanggungan
kredit harus jelas asal dari pendapatan tersebut, termasuk didalamnya
jenis usaha dan lain sebagainya. Oleh karenan itu masyarakat disini
dapat mengembalikna atau melunasi tanggungan dengan pendapatan
dari usaha mereka, atau dari sumber lain yang jelas asal-usulnya
(Raharjo, 2011).
Tingkat pendapatan dapat dijadikan acuan untuk menentukan
penerimaan jumlah kredit yang diminta nasabah, dikarenakan melalui
tingkat pendapatan dapat diketahui kemampuan seseorang dalam
mengembalikan atau melunasi tanggungan kredit nantinya. Oeh karena
itu pendapatan dari masyarakat dapat dijadikan sebuah pertimbangan
oleh pihak pemberi kredit untuk menentukan besar kecilnya kredit
yang akan disesuaikan dengan tingkat pendapatan nasabah agar proses
pengembalian kredit berjalan dengan lancar (Raditya, 2009).
Dengan kemajuan teknologi maka perusahaan membutuhkan
tenaga kerja yang memiliki pendidikan tinggi dan ahli di bidang
tertentu ini bertujuan untuk membantu perusahaan agar terus
berkembang, di samping itu karyawan yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi dari karyawan lain akan memperoleh pendapatan
30
yang tinggi pula. Maka semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin besar pendapatan yang akan diperolehnya (Pranata, 2013).
Pada teori permintaan Keynes, dia memaparkan tentang fokus tujuan
transaksi adalah sebuah permintaan tergantung dari pendapatan. Semakin
tinggi tingkat pendapatan, maka semakin tinggi pula keinginan akan uang
kas (kredit). Masyarakat dengan pendapatan lebih tinggi cenderung akan
melakukan transaksi yang lebih banyak dari masyarakat pada umumnya.
Dapat disimpulkan bila pendapatan sesorang meningkat, maka
pengeluarannya semakin banyak pula dan tentunya akan berpengaruh
pada peningkatan untuk bertransaksi (Dick, 2002).
9. Jumlah Tanggungan Nasabah
Dalam sebuah keluarga tentu didalamnya terdapat seorang kepala
keluarga yang bertanggung jawab secara fisik maupun batin untuk
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain kepala keluarga terdapat pula
anggota keluarga lain yang mempunyai hubungan kekerabatan dengan
kepala keluarga seperti isteri, anak, menantu, cucu, orang tua, mertua,
famili dan lain-lain (Grazia, 2013).
Jumlah beban tanggungan keluarga adalah jumlah tanggungan
yang terdiri dari anak, istri, serta famili yang tinggal dalam satu rumah
dan menjadi tanggungan kepala keluarga, tetapi jumlah anak tidak
selalu berarti sama dengan jumlah tanggungan karena sewaktu-waktu
anak dapat memisahkan diri misalnya membentuk keluarga baru.
Beberapa faktor yang menyebabkan jumlah tanggungan keluarga
31
seperti berkeluarga dalam usia muda, kelahiran anak yang dekat,
adanya anggapan bahwa banyak rejeki dan sanak saudara yang belum
bisa berusaha sendiri sehingga harus tinggal bersama keluarga yang
sudah cukup mantap (Maulana, 2013).
10. Pengaruh Jumlah Tanggungan Nasabah Terhadap Permintaan
Kredit
Di negara berkembang seperti Indonesia, banyak yang menganggap
anak adalah investasi. Meskipun peningkatan penghasilan digunakan
untuk konsumsi rumah tangga, pendapatan digunakan juga untuk
menambah kualitas anaknya melalui pendidikan. Sehingga ada
kesempatan bagi anak untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik
daripada orang tuanya di masa depan (Maulana, 2013). Gibran (2016)
menyatakan dengan banyaknya jumlah anggota dalam suatu keluarga atau
rumah tangga berbanding lurus pada jumlah tanggungan jiwa dari
keluarga tersebut. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka semakin
besar pula beban yang akan ditanggung, termasuk dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dari anggota keluarga, baik untuk pendidikan anak
dan terutama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Klasifikasi
kebutuhan anggota keluarga berhubungan dengan struktur dan tugas
masing-masing anggota keluarga. Semakin banyak jumlah tanggungan
keluarga dengan sendirinya akan menambah tingkat konsumsi keluarga,
dengan semakin meningkatnya konsumsi keluarga. Sehingga ketika
kebutuhan keseharian tidak terpenuhi maka keluarga tersebut memiliki
potensi untuk mengambil kredit untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
32
11. Tingkat Pendidikan Nasabah
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk
membuka kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan ataupun sebagai usaha yang dijalankan
oleh seorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau
mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi dalam arti mental (Hasbulla,
2008). Pada dasarnya terdapat tiga kelompok jenis pendidikan:
a) Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di
sekolah-sekolah. Biasanya yang terlibat adalah pendidikan usia
muda yang masih belum bekerja atau yang sedang meningkatkan
pengetahuan dan keahlian.
b) Pendidikan non formal
Pendidikan non formal dipandang sebagai program pendidikan
yang terorganisasi langsung yang berada diluar sekolah. Biasanya
program pendidikan non formal ini waktunya lebih pendek, di
fokuskan pada bagian program (pendidikan) yang lebih sempit dan
lebih terkait dengan pengetahuan aplikasi daripada yang terdapat
pada program pendidikan formal
c) Pendidikan informal
Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung
diluar kerangka pendidikan formal maupun diluar program
pendidikan yang terorganisasi.
33
Tingkat pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan
yang akan dicapai dan kemampuan yang akan dikembangkan. Tingkat
pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang untuk
menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku
dan gaya hidup sehari-hari (Rahardjo, 2007).
Menurut Natoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat
dibedakan berdasarkan tingkatan tertentu seperti:
1) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya yang ditujukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usian enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2) Pendidikan Dasar Awal
Pendidikan dasar awal merupakan pendidikan yang ditempuh
selama 9 tahun meliputi SD/sederajat, SLTP/ sederajat.
3) Pendidikan Lanjut
a) Pendidikan menengah merupakan pendidikan minimal 3 tahun
meliputi SMA/sederajat.
b) Pendidikan Tinggi meliputi diploma, sarjana, magister, doktor
dan spesialis yang diselenggarakan oleh peguruan tinggi.
34
Maka melalui pendidikan masyarakat mendapatkan kesempatan
untuk membina kemampuannya secara wajar. Perluasan untuk
memperoleh pendidikan akan mengupayakan perbaikan dan kemajuan
dalam kehidupan masyarakat serta mendukung terlaksananya pemerataan
pendapatan masyarakat. Jadi tingkat pendidikan yang dicapai masyarakat
merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
kehidupan masyarakat (Maulana, 2013).
12. Pengaruh Tingkat Pendidikan Nasabah Terhadap Permintaan Kredit
Pelaku ekonomi merekomendasikan bahwa tingkat pertumbuhan
modal di negara berkembang harus ditingkatkan dikarenakan mere
memandang modal fisik sebagai faktor yang paling menentukan dan
menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu untuk
mempercepat pertumbuhan proses pertumbuhan ekonomi dan
menaikkan tingkat kehidupan penduduk diperlukan pendidikan yang
baik pula untuk masyarakat. Pendidikan disini berhubungan dengan
pengembangan pengetahuan serta keahlian dan keterampilan dari
manusia maupun tenaga kerja dalam proses pembangunan. Dalam
ekonomi, pendidikan dapat dikatakan sebagai modal (capital) sesorang
untuk memulai usaha mereka untuk memenuhi kebutuhannya.
Pendidikan pada hakekatnya adalah belajar yang tidak ada batas
waktu tertentu bagi seseorang tersebut untuk memeroleh pendidikan.
Pendidikan ataupun belajar disini dapat dilakaukan dimana saja
termasuk di dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan
35
lain sebagainya. Oleh karena itu pendidikan adalah tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Ihsan, 2001).
Pendidikan memiliki banyak manfaat, dengan semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, maka dapat diperkirakan tingkat produktivitas dari
seseorang tersebut juga tinggi. Apabila produktifitasnya tinggi, semakin
besar pula penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi tidak menutup
kemungkinan suatu saat seseorang membutuhkan dana yang mendesak dan
jumlahnya besar. Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh pada individu
tersebut untuk mempertimbangkan dan menentukan sebuah ketusan dalam
menentukan besarnya kredit yang diambil. Selain itu pendidikan tentunya
manmbah wawasan seseorang dalam pengetahuan sistem dan persyaratan
yang ditentukan oleh lembaga keuangan. Sehingga dengan adanya
kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang akan memudahkan dalam
mekanisme pengambilan dan pengembalian kredit (Ihsan, 2001).
C. Hipotesis
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang, rumusan masalah dan
identifikasi landasan teori disertai penguat dari penelitian terdahulu yang telah
diteliti maka pada penelitian ini peneliti membuat sebuah hipotesis bahwa
tingkat pendapatan nasabah, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan kredit cepat
aman pada PT Pegadaian di Kantor Cabang Pasar Turi Surabaya.
36
D. Kerangka Penelitian
Penelitian ini memiliki kerangka penelitian yang ditujukan untuk
memudahkan dan membatasi penelitian. Dalam penelitian yang akan
dilakukan peneliti, dipaparkan kerangka pemikiran penelitian yakni
’’ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERMINTAAN KREDIT CEPAT AMAN PADA PT PEGADAIAN DI
KANTOR CABANG PASAR TURI SURABAYA ’’
Kerangka pemikiran diatas menunjukkan adanya permintaan
Kredit Cepat Aman PT Pegadaian yang telah dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan nasabah, pendidikan, tanggungan keluarga. Hal inilah yang
menjadi salah satu acuan peneliti dalam mengetahui dan menganalisis
masalah penelitian.
PENDAPATAN NASABAH (X1)
PENDIDIKAN (X2)
TANGGUNGAN KELUARGA (X3)
PERMINTAAN KREDIT CEPAT
AMAN (Y)