Post on 16-Mar-2019
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
2.1.1 Usaha Mikro
Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 1 Ayat 1 Tahun
2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pengertian dari usaha
mikro adalah:
“Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.”
Kriteria usaha mikro sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 20
Pasal 6 Ayat 1 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00
(Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah).
10
2.1.2 Usaha Kecil
Berdasarkan Undang-Undang Nomor.20 Pasal 1 Ayat 2 Tahun
2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pengertian dari usaha
kecil adalah:
“Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.”
Kriteria Usaha Kecil sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 20
Pasal 6 Ayat 2 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
adalah sebagai berkut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (Lima
Puluh Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp 2.500.000.000 (Dua Milyar Lima Ratus Juta
Rupiah).
11
2.1.3 Usaha Menengah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 1 Ayat 3 Tahun
2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pengertian usaha
menengah adalah:
“Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.”
Kriteria Usaha Menengah sesuai dengan Undang-Undang Nomor.
20 Pasal 6 Ayat 3 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.00,00 (Lima
Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
10.000.000.000,00 (Sepuluh Milyar Rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
2.500.000.000,00 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (Lima
Puluh Milyar Rupiah).
12
2.2 Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
2.2.1 Penjelasan Mengenai SAK dan SAK-ETAP
Di dalam SAK-ETAP (2009:1)Standar Akuntansi Keuangan untuk
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik di maksudkan untuk digunakan entitas
tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas adalah entitas yang :
a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan
b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh
pengguna eksternal adalah pemilik yang terlibat langsung
dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat
kredit.
2.2.2 Penyajian Laporan Keuangan SAK-ETAP
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian laporan
keuangan berdasarkan SAK-ETAP (2009: 12-16) adalah sebagai berikut :
1. Penyajian wajar
Menurut SAK-ETAP Laporan keuangan menyajikan
dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu
entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas
pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai dengan
definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan
beban:
13
1. Aset
Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan akan mengalir ke entitas dan aset
tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal. Asset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah
terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin
mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan.
Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan
beban dalam laporan laba rugi.
2. Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan
jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
3. Penghasilan
Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari
pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam
laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan
kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.
4. Beban
Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan
aset dan kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika
14
penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan
dengan penurunan asset atau peningkatan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur secara andal.
2. Kepatuhan Terhadap SAK-ETAP
Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK-ETAP
menerangkan bahwa harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan
secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan
tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.Laporan keuangan
tidak boleh menyatakan mematuhi SAK-ETAP kecuali jika
mematuhi semua persyaratan dalam SAK-ETAP.
3. Penyajian yang Konsisten
Di dalam SAK-ETAP menyebutkan bahwa penyajian dan
klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus
konsisten kecuali:
a. Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas
atau perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan
menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan
dan penerapan kebijakan akuntansi
b. SAK-ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.
Jika penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam
laporan keuangan diubah, maka entitas harus mereklasifikasikan
jumlah komparatif kecuali jika reklasifikasi tidak praktis. Entitas
15
harus mengungkapkan hal-hal berikut jika jumlah komparatif
direklasifikasi :
a. Sifat reklasifikasi
b. Jumlah setiap pos atau kelompok dari pos yang direklasifikasi
c. Alasan reklasifikasi
Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis, maka
entitas harus mengungkapkan :
a. Alasan reklasifikasi jumlah komparatif tidak dilakukan
b. Sifat penyesuaian yang telah dibuat jika jumlah komparatif
direklasifikasi.
4. Kelangsungan Usaha
Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas
yang menggunakan SAK-ETAP membuat penilaian atas
kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha. Dalam
membuat penilaian kelangsungan usaha, jika manajemen
menyadari terdapat ketidakpastian yang material terkait dengan
peristiwa atau kondisi yang mengakibatkan keraguan signifikan
terhadap kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha, maka
entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut.
5. Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan
(termasuk informasi komparatif) minimum satu tahun sekali.
Ketika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan
16
keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau
lebih pendek dari satu tahun, maka entitas mengungkapkan:
a. Fakta tersebut.
b. Alasan penggunaan untuk periode yang lebih panjang atau
periode yang lebih pendek.
c. Fakta bahwa jumlah komparatif untuk Laporan Laba Rugi,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Laba Rugi dan Saldo
Laba, Laporan Arus Kas, Catatan Atas Laporan Keuangan
yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan.
6. Informasi Komparatif
Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan
periode sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK-ETAP.
Entitas memasukan informasi komparatif untuk informasi naratif
dan dan deskriptif jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan
periode berjalan.
2.3 Siklus Akuntansi
Siklus Akuntasi (Accounting Cycle) adalah langkah-langkah prosedur
akuntansi yang biasanya digunakan oleh perusahaan untuk mencatat transaksi dan
membuat laporan keuangan (Donald E. Kieso, 2011:85). Disebut sebagai siklus
akuntansi, karena tahapan pencatatan tersebut dilakukan dan terjadi berulang-
ulang melalui tahapan yang sama.
17
Gambar 2.1
Siklus Akuntansi
Sumber : Donald E. Kieso, dkk. Intermedieate Accounting (2011:86)
Pengidentifikasian & Pengukuran Transaksi
Jurnal Pembalik (opsional)
JurnalisasiJurnal UmumJurnal Penerimaan KasJurnal Pengeluaran KasJurnal PembelianJurnal PenjualanJurnal Khusus Lainnya
PemindahbukuanBuku Besar Umum (biasanya bulanan)Buku Besar Pembantu (biasanya harian)
Pembuatan Neraca Saldo
PenyesuaianAkrualPembayaran di MukaItem-item yang diestimasi
Neraca Saldo yang Disesuaikan
Neraca lajur (opsional)
Pembuatan Laporan Keuangan
Laporan Laba RugiLaporan Laba DitahanNeracaLaporan Arus Kas
Penutupan(akun nominal)
Neraca Saldo pasca
Penutupan (opsional)
18
2.4 Laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan merupakan suatu output atau hasil akhir
dari proses akuntansi yang menggambarkan keadaan atau kondisi suatu entitas
dalam kuantifikasi nilai moneter dan digunakan sebagai media informasi bagi
berbagai pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun pihak ekternal.
2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
melalui Standar Akuntansi Keuangan (2012:2) tentang Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”
Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Kieso, Weygandt
dan Warfield (2011:5), laporan keuangan adalah:
“Financial statement are the principal means through which a company communicates it’s financial information to those outside it. The statement provide a company’s history quantified in money terms. The financial statement most frequently provided are (1) the statement of financial statement, (2) the income statement or statement of comprehensive income, (3) the statement of cash flows, and (4) integral part of each financial statement.”
19
2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan
Penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk mengetahui
secarajelas bagaimana posisi keuangan dari suatu kegiatan usaha yang
telah dijalankan entitas. Hasil dari laporan keuangan juga dapat digunakan
sebagai dasar didalam pengambilan keputusan atau kebijakan usaha.
Tujuan Laporan Keuangan menurut Donal E. Kieso (2011:7)
adalah:
“The objective of general purpose financial reporting is to provide financial information about the reporting entity that is usefull to present and potential equity investors, lenders, and other creditors in making decisions in their capacity as capital providers.”
Sedangkan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan-Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (2009: 2) tujuan laporan keuangan adalah:
“Menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tambahan. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukan apa telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya”.
2.4.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Laporan keuangan memiliki beberapa karakteristik menurut Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) (2009 : 2-5) yang diantaranya
adalah :
20
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
adalah kemudahaannya untuk segera dapat dipahami oleh
pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan
ketekunan yang wajar.
2. Relevan
Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan dan
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
3. Material
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan
atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil
berdasarkan laporan keuangan. Materialitas tergantung pada
besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi dan
kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalah dalam
mencatat (misstatement).
21
4. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan
material dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
5. Substansi Mengungguli Bentuk
Dalam melihat suatu transaksi tertentu yang diutamakan adalah
substansi dari transaksi atau peristiwa tersebut. Transaksi serta
peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.
6. Pertimbangan Sehat
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat
melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi
ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih
tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah.
Dalam pertimbangan sehat tidak mengijinkan terjadinya bias.
7. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
8. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan
posisi dan kinerja keuangan.
22
9. Tepat Waktu
Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu
meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka
waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak
semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan
kehilangan relevansinya.
10. Keseimbangan Antara Biaya dan Manfaat
Manfaat informasi seharusnya melebihi manfaat biaya
penyediaannya. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus
memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang
dinikmati oleh pengguna eksternal.
2.4.4 Komponen Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebagai suatu hasil atau output dari proses
akuntansi terbagi kedalam berbagai macam bentuk atau komponen. Pada
umumnya laporan keuangan terdiri dari Laporan Posisi Keuangan
(Neraca), Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus
Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
23
2.4.4.1 Neraca
Menurut SAK-ETAP (2009:175) neraca adalah laporan
keuangan yang menyajikan hubungan aset, kewajiban dan ekuitas
entitas pada waktu tertentu.
Kesimpulannya, neraca yaitu laporan yang menggambarkan
posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Laporan
ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat
tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat dan merupakan
opname situasi posisi keuangan pada saat itu.
2.4.4.1.1 Komponen Utama Neraca
Berdasarkan SAK-ETAP (2009:5-6)posisi keuangan
suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu
waktu tertentu. Unsur-unsur laporan keuangan tersebut berkaitan
langsung dengan pengukuran posisi keuangan suatu entitas. Unsur-
unsur ini didefinisikan sebagai berikut:
(a) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas.
(b) Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang
timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
24
(c) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi
semua kewajiban.
2.4.4.1.2 Informasi yang Disajikan dalam Neraca
Menurut SAK-ETAP (2009:19) informasi yang disajikan
dalam neraca minimal mencakup pos-pos berikut:
(a) Kas dan setara kas;
(b) Piutang usaha dan piutang lainnya;
(c) Persediaan;
(d) Property investasi;
(e) Aset tetap;
(f) Aset tidak berwujud;
(g) Hutang usaha dan hutang lainnya;
(h) Aset dan kewajiban pajak;
(i) Kewajiban diestimasi;
(j) Ekuitas.
2.4.4.1.3 Klasifikasi Aset dan Kewajiban
Dalampenyusunan neraca entitas harus menyajikan aset
lancar dan aset tidak lancar. Kewajiban jangka pendek, dan
kewajiban jangka panjang,sebagai suatu klasifikasi yang terpisah
dalam neraca. Berikut adalah klasifikasi akun yang disajikan dalam
neraca:
25
1. Aset
Menurut SAK-ETAP (2009:167) aset adalah sumber daya
yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
dan dari manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh entitas.
Aset suatu entitas dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Aset Lancar, berdasarkan SAK-ETAP (2009:20) entitas
mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika:
diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal
entitas;
dimiliki untuk diperdagangkan; dan
berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi
penggunaannya dari pertukaran atau digunakan untuk
menyelesaikan kewaiban setidaknya 12 bulan setelah akhir
pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai aset
tidak lancar, jika siklus operasi normal entitas tidak dapat
diidentifikasi dengan jelas, maka siklus operasi diasumsikan
lebih dari 12 bulan. Pernyataan ini menggunakan istilah “tidak
lancar” untuk mencakup aset tetap, aset tidak berwujud, dan
aset keuangan yang bersifat jangka panjang.
26
b. Aset Tetap, berdasarkan SAK-ETAP (2009:68) aset tetap
merupakan aset berwujud yang:
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau menyediakan
barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau
untuk tujuan administratif;
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
c. Aset Tidak Berwujud, berdasarkan SAK-ETAP (2009:68) aset
tidak berwujud adalah aset non moneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu aset
dapat diklasifikasikan sebagai aset tidak berwujud jika:
dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi
terpisah atau terbagi dari entitas dan dijual, dialihkan,
dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu
kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau
secara bersama; atau
muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya,
terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat
dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lainnya.
Aset tidak berwujud tidak termasuk: (a) efek (surat berharga),
atau (b) hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya
minyak, gas alam dan sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui lainnya.
2. Kewajiban
27
Menurut SAK-ETAP (2009:172) kewajiban adalah kewajiban
(obligation) kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu,
penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
Kewajiban yang terdapat dalam suatu entitas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban berdasarkan SAK-ETAP (2009:20) diklasifikasikan
sebagai kewajiban jangka pendek jika: (a) entitas
mengharapkan akan menyelesaikan kewajiban tersebut dalam
siklus operasi normalnya; (b) entitas memiliki kewajiban
tersebut untuk tujuan diperdagangkan; (c)kewajiban tersebut
jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan
setelah periode pelaporan; (d) entitas tidak memiliki hak tanpa
syarat untuk memenuhi penyelesaian kewajiban selama
sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
b. Kewajiban Jangka Panjang
Berdasarkan PSAK 1 (2012:113) entitas mengklasifikasikan
kewajiban sebagi kewajiban jangka panjang bila pemberi
pinjaman menyetujui pada akhir periode pelaporan untuk
memberikan tenggang waktu pembayaran yang berakhir
sekurang-kurangnya 12 bulan stetlah periode pelaporan,
selama periode dimana entitas dapat memperbaiki pelanggaran
28
terhadap persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak
dapat meminta percepatan pembayaran segera.
2.4.4.1.4 Penetapan Metode Penyusutan
Berdasarkan SAK-ETAP, selain aset lancar
diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Aset tidak lancar dapat
berupa aset tetap dan aset tidak berwujud. Pengukuran aset tetap
dilakukan setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurang
akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.
Definisi penyusutan dan metodenya menurut Soemarso S.R.
(2007:236) adalah:
“ Penyusutan adalah pembebanan harga (nilai) perolehan harta berwujud ke dalam biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dengan cara mengalokasikan harga (nilai) perolehan tersebut selama masa manfaat harta yang bersangkutan.”
Menurut aturan perpajakan pasal 11 ayat 6 UU No. 36
tentang Pph, metode penyusutan dibagi dua, yaitu metode garis
lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining
balance method). Berikut ini adalah penentuan metode penyusutan:
Tabel 2.1
Aturan Penyusutan Menurut Perpajakan
No. Golongan / KelompokAsetMasa MetodePenyusutan
Manfaat GarisLurus Saldo
29
Menurun
1.Bangunan:
a. Permanenb. Non-permanen
20 tahun10 tahun
5%10%
--
2.
BukanBangunan:a. Kelompok 1b. Kelompok 2c. Kelompok 3d. Kelompok 4
4 tahun8 tahun16 tahun20 tahun
25%12,5%6,25%
5%
50%25%
12,5%10%
Sumber : Undang-undang Nomor 36 Pasal 11 Ayat 6 Tentang Pph
2.4.4.1.5 Format Neraca
Tabel 2.2
Format Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
PT. X
LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)
PER 31 DESEMBERR 20XX
ASET
Aset Lancar
Kas dan setara kas Rp xxx
Piutang usaha Rp xxx
Persediaan Rp xxx
Aset lancar lainnya Rp xxx
Total Aset Lancar Rp xxx
Aset Tidak Lancar
Aset keuangan tersedia untuk dijual Rp xxx
Investasi dalam entitas asosiasi Rp xxx
Aset Tetap Rp xxx
Aset tak berwujud lainnya Rp xxx
Goodwill Rp xxx
30
Total Aset Tidak Lancar Rp xxx
Total Aset Rp xxx
LIABILITAS
Liabilitas Jangka Pendek
Utang usaha dan terutang lainnya Rp xxx
Pinjaman jangka pendek Rp xxx
Bagian pinjaman jangka panjang Rp xxx
Utang jangka pendek Rp xxx
Provisi jangka pendek Rp xxx
Total Liabilitas Jangka Pendek Rp xxx
Liabilitas Jangka Panjang
Pinjaman jangka panjang Rp xxx
Pajak tangguhan Rp xxx
Provisi jangka panjang Rp xxx
Total Liabilitas Jangka Panjang Rp xxx
Total Liabilitas Rp xxx
EKUITAS
Ekuitas yang dapat didistribusikan
kepada pemilik entitas induk
Rp xxx
Modal saham Rp xxx
Saldo laba Rp xxx
Komponen ekuitas lainnya Rp xxx
Kepentingan non pengendali Rp xxx
Total Ekuitas Rp xxx
Total Liabilitas dan Ekuitas Rp xxx
Sumber : PSAK No. 1 (Revisi Juni 2012)
31
2.4.4.2 Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah suatu daftar/laporan yang
mengukur keberhasilan operasional perusahaan untuk satu periode
waktu tertentu.
Dalam SAK-ETAP (2009:174) dijelaskan bahwa, “Laporan
Laba Rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi
mengenai kinerja entitas selama satu periode, yaitu hubungan
penghasilan dengan beban.”
Menurut Kieso, dkk (2010:144), Laporan Laba Rugi
didefinisikan sebagai berikut:
“The income statement is the report that measures the success of company operations for a given period of time. The business and investment community uses the income statement to determine profitability, investment value, and creditworthines. It provides investors and creditors with information that helps them predict the amount, timing, and uncertainty of future cash flows.”
Berdasarkan SAK-ETAP (2009:23) laporan laba rugi paling
tidak harus mencakup pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan
Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode
ketika arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang
tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. (SAK-ETAP:
2009:176)
2. Beban/Biaya
32
Adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya nilai
aktiva atau kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas
yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.
(SAK-ETAP: 2009:168)
3. Bagian laba atau rugi yang berasal dari investasi yang
menggunakan metode ekuitas
4. Beban pajak
5. Laba atau rugi neto
2.4.4.2.1 Format Laporan Laba Rugi
Dalam Pernyataan SAK-ETAP (2009:24) , terdapat dua
analisis metode dalam penyajian laporan laba rugi yaitu metode
sifat beban dan metode fungsi beban atau fungsi biaya.
1. Metode Sifat Beban
Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan
laba rugi berdasrkan sifatnya (contoh, penyusutan, pembelian
bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja dan biaya iklan)
dan tidak dialokasikan kembali antara berbagai fungsi dalam
entitas.
33
Tabel 2.3
Format Laporan Laba Rugi dalam Metode Sifat Beban
PT. XLaporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20xxPendapatan Rp xxxPendapatan Operasi Lain Rp xxx
Perubahan Persediaan Barang Jadi dan Barang dalam Proses Rp xxxBahan Baku yang Digunakan Rp xxxBebanPegawai Rp xxxBeban Penyusutan dan Amortisasi Rp xxxBeban Operasi Lainnya Rp xxx Jumlah Beban Operasi (Rp xxx)LabaOperasi Rp xxx
Sumber : SAK-ETAP (2009:24)
2. Metode Fungsi Beban atau Metode Fungsi Biaya
Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan sesuai fungsinya
sebagai bagian dari biaya penjualan atau sebagai contoh, biaya
aktivitas distribusi atau aktivitas administrasi. Sekurang-
kurangnya, entitas harus mengungkapkan biaya penjualannya
sesuai metode ini terpisah dari beban lainnya.
Tabel 2.4
Format Laporan Laba Rugi dalam Metode Fungsi Beban
PT. XLaporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20xxPendapatan Rp xxx Beban Pokok Penjualan (Rp xxx)
34
Sumber : SAK-ETAP (2009:25)
2.4.4.3 Laporan Perubahan Ekuitas (Owner’s Equity Statement)
Menurut SAK-ETAP (2009:26), laporan perubahan ekuitas
yaitu:
“Menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pospendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalamekuitas untuk periode tersebut, pengaruh perubahankebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakuidalam period etersebut, dan (tergantung pada format laporanperubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasioleh, dan dividend dan distribusi lain ke, pemilik ekuitasselama periode tersebut.”
Berdasarkan SAK-ETAP (2009 : 26-27) informasi yang
disajikan entitas dalam laporan perubahan ekuitas menunjukkan:
(a) laba rugi untuk periode; (b) pendapatan dan beban yang diakui
langsung dalam ekuitas; (c) untuk setiap komponen ekuitas,
pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
yang diakui sesuai kebijkaan akuntansi, estimasi, dan kesalahan;
(d) untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah
terrcatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah
perubahan yang berasal dari:
(i) laba atau rugi
Laba Bruto Rp xxxPendapatan Operasi Lainnnya Rp xxxBeban Pemasaran (Rp xxx)Beban Umum dan Admnistrasi (Rp xxx)Beban Operasi Lain (Rp xxx)Laba Bersih Rp xxx
35
(ii) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuiitas
(iii) jumlah investasi, dividend dan distribusi lainnya ke pemilik
ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal saham,
transaksi saham treasury, dan dividen serta distribusi lainnya
ke pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam entitas
anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.
2.4.4.4 Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK-ETAP
(2009:28-30), menyatakan bahwa pelaporan arus kas terdiri dari :
1. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan
menggunakan metode tidak langsung. Dengan metode ini
laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi dampak
dari transaksi non kas, penangguhan atau akrual dari
penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu
dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang
berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.
Dalam metode tidak langsung, arus kas neto dari aktivitas
operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi
dampak dari :
- Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang
usaha selama periode berjalan,
36
- Pos non kas seperti penyusutan, penyisihan, keuntungan
dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, dan
- Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi
atau pendanaan.
2. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan
Entitas melaporkan secara terpisah kelompok utama
penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal
dari aktivitas investasi dan pendanaan. Jumlah agregat arus
kas yang berasal dari akuisisi dan pelepesan entitas atau unit
usaha lain disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan
sebagai arus kas dari aktivitas operasi.
2.3.4.4.1 Format Laporan Arus Kas
Di bawah ini merupakan contoh format laporan
arus kas menurut Donald E. Kieso (2008:217)
Tabel 2.5
Format Laporan Arus Kas
PT. XLaporan Arus Kas
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 20xxArus Kas dari Aktivitas Operasi Laba bersih Rp xxx Penyesuaian untuk merkonsiliasi laba bersih ke kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi Beban penyusutan Rp xxx Amortisasi aktiva tak berwujud Rp xxx
37
Keuntungan atas penjualan aktiva pabrik (Rp xxx) Kenaikan piutang usaha bersih (Rp xxx) Penurunan persediaan Rp xxx Penurunan utang usaha (Rp xxx) Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi Rp xxx
Arus Kas dari Aktivitas Investasi Penjualan aktiva pabrik Rp xxx Pembelian peralatan (Rp xxx) Pembelian tanah (Rp xxx) Kas bersih yang digunakan oleh aktivitas investasi Rp xxx
Arus kas dari aktivitas pembiayaan Pembayaran dividen tunai (Rp xxx) Penerbitan saham biasa Rp xxx Penebusan obligasi (Rp xxx) Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas pembiayaan Rp xxxKenaikan bersih kas Rp xxxKas pada awal tahun Rp xxxKas pada akhir tahun Rp xxx
Sumber : Donald E. Kieso, Akuntansi Intermediate. (2008:217)
2.4.4.5 Catatan Atas Laporan Keuagan (Notes to Financial
Statement)
Berdasarkan SAK-ETAP (2009:34), “Catatan atas laporan
keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang
tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.”
38
Struktur catatan atas laporan keuangan menurut Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2009:34) yaitu harus :
1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan akuntansi tertentu;
2. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK-ETAP
tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan
3. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam
laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan
keuangan.
Menurut SAK-ETAP, yang harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keungan adalah :
1. Pengungkapan kebijakan akuntansi
Kebijakan akuntansi yang harus diungkapkan secara siginifikan
adalah :
a) Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan;
b) Kebijakan akuntansi lain yang digunakan yang relevan untuk
memahami laporan keuangan.
2. Informasi tentang pertimbangan
Entitas harus mengungkapkan pertimbangan secara terpisah dari
hal-hal yang melibatkan estimasi dalam ringkasan kebijakan
akuntansi yang signifikan atau catatan atas laporan keuangan
lainnya yang digunakan manajemen dalam proses penerapan
39
kebijakan akuntansi dan mempunyai pengaruh paling signifikan
terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan.
3. Informasi tentang sumber utama ketidakpastian estimasi
Informasi tentang sumber utama ketidakpastian estimasi entitas
harus mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
tentang informasi mengenai asumsi pokok tentang masa depan dan
sumber-sumber pokok lain untuk mengestimasi ketidakpastian
pada akhir periode pelaporan yang mempunyai risiko signifikan
yang menyebabkan adanya suatu penyesuaian yang material
terhadap jumlah tercatat aset dan kewajiban dalam laporan
keuangan tahun berikutnya.