Post on 18-May-2019
6
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan
usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala
keseimbangan elektrolit. (Cecyly, Betz.2002)
Gastroenteritis adalah radang dari lambung ke usus yang
memberikan gejala diare dengan disetai muntah atau tanpa muntah
ataupun dengan muntah besar.(Manjoer, Arief.2000)
Gastroenteritis adalah keadaan frekuensi, BAB lebih dari 4 kali dalam
sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak atau dewasa dalam satu
hari dengan konsisten feses encer dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur dengan darah dan lender atau lendir saja.
7
B. Anatomi dan Fisiologi
Gambar 2.1 : Anatomi Sistem Pencernaan
(dari Joyke L. Kee dan Evelin R. Hayes, Farmakologi pendekatan proses
keperawatan,2006, EGC)
8
ANATOMI
1. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk menuju sistem pencernaan dan berisi
organ aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan.
Secara umum mulut terdiri atas dua bagian yaitu :
a. Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi , pipi,
bibir , gigi.
1) Bibir
Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam
ditutupi oleh selaput lendir ( mukosa), otot orbikularis oris
menutupi bibir. Levator anguli oris mengangkat dan depresor
anguli oris menekan ujung mulut.
2) Pipi , dilapisi dari dalam mukosa yang mengandung papillia,
otot yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
3) Gigi , ada 2 macam
a) Gigi sulung
Mulai tumbuh pada anak – anak umur 6 – 7 bulan , lengkap
pada umur 2,5 jumlahnya 20 buah, disebut juga gigi susu.
Terdiri dari : 8 buah gigi seri ( dens insisvus ), 4 buah gigi
taring ( dens kaninus ) dan gigi graham ( molar ).
b) Gigi tetap ( gigi permanent )
Mulai tumbuh pada umur 6 – 18 tahun jumlahnya 32 buah,
terdiri dari : 8 buah gigi seri ( dens insisivus ), 4 buah gigi
9
taring ( dens kaninus ), 8 buah gigi geraham ( molar ) dan
12 buah gigi graham ( premolar ).
b. Bagian rongga mulut ( bagian dalam ), yaitu rongga mulut yang
dibatasi oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis.
Selaput lendir mulut ditutupi epitelium yang berlapis- lapis,
dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan
lendir.selaput ini kaya akan pembuluh darah dan juga memuat
banyak ujug akhir syaraf sensoris. Dasebelah luar mulut ditutupi
oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir
(mukosa).
1) Palatum
Terdiri dari 2 bagian :
a) Palatum durum, yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari
sebelah depan tulang maksilaris dan lebih kebelakang
terdiri dari 2 bagian palatum.
b) Palatum mole, terletak dibelakang yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak,terdiri atas jaringan
fibrosa dan selaput lendir.
2) Rongga mulut
a) Gigi
Manusai mempunyai 2 susunan gigi primer dan sekunder.
Gigi ada 2 macam :
Gigi sulung, mulai pada anak – anak umur 6-7 bulan
10
Gigi tetap tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32
buah.
b) Lidah
Terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput
lendir, kerja otot lidah ini dapat digerakkan kesegala arah.
Lidah terbagi atas 3 bagian yaitu radiks lingua ( pangkal
lidah ), dorsum lingua ( punggung lidah ), apeks lingua
( ujung lidah ).
Pangkal lidah yang belakang terdapat epiglotis punggung
lidah ( dorsum lingua ), terdapat putting-putting pengecap /
ujung saraf pengecap.
Fenulum lingua, merupakan selaput lendir yang terdapat
pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah jika lidah
digerakkan keatas tampak selaput lendir.
Flika sub lingua, terdapat disebelah kiri dan kanan
frenulum lingua. Disini terdapat pula lipatan selaput lendir.
Pada pertengahan flika sub lingua ini terdapat saluran dari
grandula sub lingualis.
3) Kelenjar ludah
Merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama
duktus stensoni. Kelenjar ludah ini ada 2, yaitu :
11
a) Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar sub maksilaris)
yang terdapat dibawah tulang rahang atas pada bagian
tengah.
b) Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sub lingualis) yang
terdapat disebelah dapat dibawah lidah.
Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah
bawah lidah diantara lipatan bawah lidah bagian bawah dari
lidah disebut korunkula sub lingualis serta hasil sekresinya
berupa kelenjar ludah (salivia).
Salivia dihasilkan didalam rongga mulut disekitar rongga
mulut. Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah kelenjar ludah
yaitu :
a) Kelenjar karotis, letaknya dibawah depan dari telinga
diantara proseus mastoid kiri dan kanan os mandibular,
duktusnya duktus stensoni. Duktus ini keluar dari grandula
parotis menuju kerongga mulut melalui pipi (muskulus
buksinator).
b) Kelenjar sub maksilari, terletak dibawah rongga mulut
bagian belakang, duktusnya bernama duktus wartoni,
bermuara didasar rongga mulut dekat dengan frenulum
lingua.
c) Kelenjar sub lingualis, letaknya dibawah selaput lendir
dasar rongga mulut bermuara didasar rongga mulut.
12
4) Otot lidah
Otot ektrinsik lidah berasal dari rahang bawah (M.
Mandibularis, os hioid dan prosesus steloid) menyebar kedalam
lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot intrinsik
yang terdapat pada lidah. M geinoglossus merupakan otot lidah
yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang
menyebar sampai keradiks lingua.
2. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), didalam lengkung faring terdapat tosil
(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung
limfosit.
Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dengan jalan
makanan. Letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang.
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung
dengan perantara lubang bernama koana.
Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan
perantara lubang disebut ismus fausium.
Tekak terdiri dari :
a. Bagian superior (nasofaring), bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang kendang telinga.
13
b. Bagian media (orofaring), berbatas kedepan sampai diakar lidah
bagian superior disebut faring = faring yang berhubungan tekak
dengan tenggorokan (trakea).
c. Bagian inferior = bagian yang tinggi dengan faring.
3. Esofagus (kerongkongan)
Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan
lambung, panjang kurang lebih 25 cm. Mulai dari faring sampai
masuk kardiak dibawah lambung.
Lapisan dinding esofagus dari dalam keluar terdiri dari :
lapisan selaput lendir (mukosa), lapisan sub mukosa, lapisan otot
melingkar sirkuler dan lapisan otot memnjang longitudinal.
Esofagus terletak dibelakang trakea dan didepan tulang
punggung setelah melalui toraks menembus diafragma masuk
kedalam abdomen menyambung dengan lambung.
Gambar 2.2 : Lambung
(Sumber: http:www.medicastore.com)
14
4. Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak, terutama didaerah epigaster lambung, terdiri dari
bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui
orifisium pilarik terletak dibawah diafragma didepan pangkreas dan
limpa menempel disebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari:
a. Fundus ventrikuli
Bagian yang menonjol keatas terletak sebelah kiri osteom kardium
dan biasanya penuh berisi gas.
b. Korpus fentrikuli
Korpus fentrikuli setinggi ostium kardium suatu lekukan pada
bagian bawah kurfatura minor.
c. Antrum vilorus
Antrum vilorus bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot
yang tebal membentuk spinter pilorus
d. Kurvatura minor
Kurvatura minor terdapat disebelah kanan lambung, terbentang dari
osteom kardiak sampai ke pilorus.
e. Kurvatura mayor
Kurvatura mayor lebih panjang dari kurvatura minor terbentang
dari sisi kiri osteom kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju
15
kekanan sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lenalis
terbentang dari bagian atas kurvatura mayor sampai ke limfa.
f. Osteom kardiakum
Osteom kardiakum merupakan tempat dimana esofagus bagian
abdomen masuk ke lambung pada bagian ini terdapat orifisium
pilorik.
5. Usus halus (intestinum minor)
Adalah saluran pencernaan diantara lambung dan usus besar,
yang merupakan tuba terlilit yang merentang dari sfingter pylorus
sampai kiatup ileosekal empatnya menyatu dengan usus besar.
Susunan usus halus :
a. Duodenum
Disebut juga usus 12 jari panjangnya kurang lebih 25 cm,
berbentuk seperti sepatu kuda melengkung kekiri pada lengkungan
ini terdapat pangkreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat
selaput lendir yang membukit disebut papila vateri. Pada papila
vateri ini bermuara saluran empedu (duktus pankreatikus).
b. Yeyenum
Adalah bagian kelanjutan dari duodenum yang panjangnya lebih 1 –
1,5m.
a. Ileum
Ileum merentang sampai menyatu dengan usus besar dengan panjang
2 – 2,5 m. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding
16
abdomen posterior dengan perantaraan lipatam peritoneum yang
berbentuk kipas dikenal sebagai mesentreum.
6. Hati
Organ yang paling besar dalam tubuh kita, warnanya coklat
dan beratnya 1500 kg. Letaknya dibagian atas rongga abdomen
disebelah kanan bawah diafragma.Hepar tertetak diquadran kanan atas
abdomen, dibawah diafragma dan terlindungi oleh tulang rusuk
(costae),sehingga dalam keadaan normal (hepar yang sehat tidak
teraba). Hati menerima darah teroksigenasi dari arteri hepatica dan
darah yang tidak teroksigenasi tetapi kanya akan nutrien vena porta
hepatica.
7. Empedu
Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membrane
berotot, letaknya dalam sebuah lobus disebelah permukaan bawah hati
sampai pinggir depannya, panjangnya 8 – 12 cm berisi 60 cm.
Empedu yang diproduksi oleh sel – sel hati memasuki
kanalikuli empedu yang kemudian menjadi duktus hepatica kanan dan
kiri. Duktus hepatica menyatu untuk membentuk duktus hepatic
komunis yang kemudian menyatu dengan duktus sistikus dari kandung
empedu damn keluar dari hati sebagai duktus empedu komunis.
Duktus empedu komunis bersama denagn duktus pancreas bernuara
diduodenum atau dialihkan untuk penyimpanan dikandung empedu.
17
8. Pankreas
Pankreas adalah kelenjar terelongasi berukuran besar dibalik
kurvatura besar lambung.
Kelenjar pankreas
Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sanga mirip dengan
kelenjar ludah panjangya kira – kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari
duodenum sampai kelimpa dan beratnya rata – rata 60 – 90 gr.
Terbentang pada vertebral lumbalis II dan II dibelakang lambung.
9. Usus Besar
dalam ke luar adalah selaput lender, laposan otot melingkar,
lapisan otot memanjang, dan jaringan ikat . Ukurannya lebi besar
daripada usus halus, disini terdapat taenia coli dan apendiks epiploika,
mukosanya lebih halus daripada usus halus dan tidak memiliki
villi,tidal memiliki lipatan – lipatan sirkuler. Serabut otot longitudinal
dalam muskulus eksterna membentuk tiga pita, taenia coli yang
menarik kolon menjafdi kantong – kantong besar yang di sebut
haustra. Dibagian bawah terdapat katup ileosekal yaitu katup antara
usus halus dan usus besar. Katup ini tertutup dan akan terbuka untuk
merespongelombang peristaltic, sehingga memungkinkan kimus
mengalir 15 ml sekali masuk dan untuk total aliran sebanyak 500
ml/hari.
Usus besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanan)
18
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
10. Rectum
Rectum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus
besar(setelah kolon sigmoid) dan berakhir dianus.
Biasanya rectum ini kosong karena tinja di simpan ditempat
yang lebih tinggi yaitu pada kolon desenden. Jika kolon desenden
penuh dan tinja masuk kedalam rectum, maka akan timbul keinginan
buang air besar, orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
ini, tetapi pada bayi dan anak mudah mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar. Anus
merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah
keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
11. Anus
Ada lapisan dari saluran pencernaan yangmenghubungkan rektum
dengan dunia luar (udara luar). Terletak diantara pelvis. Dindingnya
diperkuat oleh 3 sfingter :
a. Sfingter ani internus
b. Sfingter levatorani
c. Sfingter ani eksternus
( Setiadi, 2007 )
19
FISIOLOGI
Pada sistem pencernaan makanan terdiri dari 3 fase : pergerakan makanan, sekresi
getah pencernaan dan absorbsi makanan yang dicerna.
Adapun penjelasan dari 3 fase tersebut yaitu :
1. Pergerakan makanan
Jenis fungsional pergerakan saluran pencernaan yaitu :
a. Gerak campur, disebabkan oleh kontraksio lokal segmen kecil dinding
usus
b. Gerak mendorong – peristaltik (propulsif)
Peristaltik ditimbulkan oleh karena rangsangan, sehingga terjadi
peregangan. Peristaltik terjadi pada traktus gastrointestinal, saluran
empedu, ureter dan saluran kelenjar lain diseluruh tubuh dan sebagian
besar tabung otot polos lain dalam tubuh.
Proses pergerakan makanan :
a. Mulut, kerongkongan, esofagus
Jumlah makanan yang dicerna seseorang ditentuka oleh hasrat intrinsik
untuk makan (lapar) dan jenis makanan yang disukai (selera).
Mekanisme pencernaan, yaitu :
1) Penguyahan (mastikasi)
Yaitu gerak menggigit, memotong, dan menggiling makanan
diantara gigi atas dan bawah.
Otot utam manguyah : muskulus maseter, muskulus temporalis dan
muskulus pterigoid.
20
Sebagian otot polos menguyah dipersarafi oleh cabang motoris
saraf otot ke V dan proses menguyah diatur oleh nukleus pada otak.
Adapun reflek penguyahan sebagai berikut : adanya bolus makanan
dalam mulut menyebabkan reflek innibisi otot – otot penguyah
yang memungkinkan otot rahang bawah turun dan mendadak
memulai reflek regamh otot – otot rahang yang mengakibatkan
kontraksi memantul.
Proses penguyahan sangatlah penting karena enzim-enzim
pencernaan terutama bekerja pada permukaan partikel makanan
sehingga mampengaruhi kecepatan panguyahan. Selain itu juga
mencegah dari eksporai saluran pencernaan dan mempermudah
pengosongan makanan dam lambung.
2) Menelan (deglutisi)
Proses menelan dibagi dalam 3 stadium :
a) Stadium volunter
Makanan yang tiap ditelan, secara sadar makanan atau
didorong kebagian belakang mulut oleh tekanan lidah keatas
dan kebelakang terhadap platum. Jadi lidah memaksa bolus
makanan masuk kedalam faring.
b) Stadium faringeal
Bila lobus makanan didorong kebelakang mulut, maka
perangsang daerah reseftor menelan lalu imflus berjalan
21
kebatang otak untuk melakukan serangkaian kontraksi otot
faring.
Mekanismenya :
b.1) palatum mollo didorong keatas menutup nares posterior
untuk mencegah refluk makanan kerongga hidung.
b.2) arkus palatofaringeus pada tiap sisi faring tertarik ketengah
untuk saling mendekati sehingga menbentuk celah untuk
lewat makanan.
b.3) pita suara laring sangat berdekatan dengan epiglotis
mangayun kebelakang atas pintu superior laring untuk
mencegah makanan masuk kedalam trakea.
b.4) seluruh laring ditarik keatas dan kedepan dan sfingter
esofagus atas relaksasi sehingga memungkinkan makanan
dengan mudah dan bebas dari faring posterior kedalm
esofagus atas.
Saat laring terangkat dan sfingter esofagus relaksasi, muskulus
kontriktor faring superior berkontraksi maka terjadilah
gelombang peristaltik.
Pada stadium ini, pengatur saraf atas stadium faringeal yaitu
terletak pada daerah cincin sakit, lubang faring dengan kepekaan
terbesar dari “tonsilitar pilliar”. Implus dihantarkan daerah-
daerah tersebut melalui bagian sensori nervus trigemius dan
nervus glosofaringeus menuju kedaerah-daerah nebulla
22
oblongata dan bagian bawah pons yang merupakan bagian
pussat menelan. Implus dari pusat menelan dikirim kefaring dan
bagian atas esofagus melalui saraf otak ke V, IX, Xdan XII yang
kemudian menyebabkan menelan.
c) Stadium esofagial
Dalam keadaan normal, esofagus menunjukkan 2 jenis gerakan
peristaltik primer dan peristaltik sekunder. Peristaltik primer
merupakan lanjutan gelombang peristaltik yang dimulai pada
faring dan menyebar ke esofagus selama stadium faringeal
proses menelan. Gelombang ini berjalan dari faring kelambung
kira-kira dalam waktu 5-10 detik. Sedangkan peristaltik
sekunder adalah gelombang peristaltik yang berasal dari
esofagus akibat adanya regangan esofagus oleh makanan yang
tertinggal.
Peristaltik esofagus dikontrol oleh vagus yang dihantarkan
melalui saraf eferen vagus dari esofagus kemedulla oblongata
dan kembali ke esofagus.
Setelah makanan masuk ke lambung maka sfingter esofagus
bawah akan mwnutup untuk mencegah reflek. Sfingter ini
bekerja dipengaruhi oleh nervus mienterikus.
b. Lambung
Makanan masuk kedalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
23
keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung
kedalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan dengan enzim-enzim,
sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir,
asam klorida (HCL) prekursor pepsin (enzim yang memecahkan
protein). Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan olehnasam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tikak lambung.
Fungsi motorik lambung ada 3 :
1) Menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan
tersebut dapat ditampung pada bagian bawah saluran pencernaan.
2) Mencampur makanantersebut dengan sekret lambung sampai ia
membentuk satu campuran setengah padat yang dinamakan kimus.
3) Mengeluarkan makanan perlahan-perlahan dari lambung masuk
keusus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan
absorbsi oleh usus halus.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna mencegah protein. Keasaman lambung yang setinggi
juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
membunuh berbagai bakteri.
Pengosongan lambung dipengaruhi oleh :
1) Saraf yang disebabkan oleh peregangan dalam lambung oleh
makanan
24
2) Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh mukosa antrum yang
menimbulkan efek meningkatkannya pengosongan lambung.
Adapun faktor penghambat pengosongan lambung :
1) Reflek enterogastrik dari duodenum pada aktifitas pylorus
Bila kimus memasuki duodenum, isyarat reflek saraf dihantarkan
kembali kelambung untuk manghambat peristaltik dan
meningkatkan tonus pyorus.
Faktor – faktor yang secara terus menerus manimbulkan reflek
enterogastrik :
a) Derajat peregangan duodenum
b) Derajat keasaman kimus
c) Osmolaris kimus
d) Adanya iritasi mukosa duodenum
e) Adanya hasil-hasil pemecahan kimus (protein dan lemak)
2) Peran dari hormon atau isyarat umpan balik hormonal dari
duodenum
a) Kolesistokinin, diproduksi dari mukosa jejenum dalam respon
terhadap lemak dalam kimus. Berfungsi untuk menghambat
pengosongan lambung yang meningkat akibat kerja hormon
gastrin.
b) Sekretin, diproduksi dari mukosa duodenum yang berespon
terhadap asam lambung berfungsi menurunkan motilitas
pencernaan.
25
c) Hormon peptida penghambat lambung yang dikeluarkan dari
bagian atas usus halus terutama berespon terhadap lemak tetapi
juga karbohidrat berfungsi menghambat motilitas lambung.
c. Usus halus
Pergerakan usus halus ada 2 yaitu :
1) Kontraksi pencampuran (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu desakan
kimus.
2) Kontraksi pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.
Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya
kimus kedalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan
gastroenteritik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung
terutama dihancurkan melalui pleksus mienterikus dari lambung
turun sepanjang dinding usus halus.
Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosikalis yang
berfungsi mencegah aliran feses kedalam usus halus. Derajat
kontraksi sfingter ileosikal terutama diatur oleh reflek yang berasal
dari sekum. Reflek-reflek kesfingter ileosikal ini diperantai oleh
plekus mienterikus.
Dinding usus halus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta. Dinding usus halus
melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air (yang membantu
26
malarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein,
gula, dan lemak.
Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus, seperti yang terjadi
pada beberapa infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan
“peristaltik rush” merupakan peristaltik sangat kuat yang berjalan
jauh pada usushalus dalam beberapa menit.
d. Usus besar (kolon)
Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan
menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2
macam :
1) Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot
polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak
terangsang menonjol keluar menjadi seperti kantong.
2) Pergarakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus
besar yang mendorong feses ke arah anus.
Faktor pencetus timbulnya Mass movement adalah reflek
gastroiliaka.reflek duodenokolika dan iritasi kolon. Banyaknya bakteri
yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan
dan membantu penyerapan zat – zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat – zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
27
bakteri-bakteri didalam usus besar .Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air, dan terjadilah diare.
Beberapa sifat khas otot pada usus adalah sebagai berikut : osinsitium
fungsional yang berati bahwa potensial aksi yang berasal dari salah
satu serabut otot polos umumnya dihantarkan dari serabut ke serabut.
Kontraksi otot intestinal, otot polos saluran pencernaan menunjukkan
kontraksi tonik dab kontraksi ritnik. Kontraksi tonik bersifat kontinue.
Sfingter pylorus, ileosekalis dan analis semuanya membantu
pergerakan makanan dalam usus. Kontraksi ritnik bertanggung jawab
akan fungsi fasik saluran pencernaan, seperti pencampuran makanan
atau dorongan peristaltik makanan.
Pleksus meinterikus terutama mengatur gerakan gastrointestinal
seedangkan pleksus sub mukosa penting dalam mengatur sekresi dan
juga melakukan banyak fungsi sensoris,yang menerima isyarat
terutama dari epitel usus dan banyak dari reseptor regangan dalam
dinding usus.
e. Rektum dan anus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement.
Mekanisme :
1) Kontraksi kolon desenden
2) Kontraksi reflek rectum
3) Kontraksi reflek signoid
4) Relaksasi sfingter ani
28
Reflek defekasi dimulai bila serabut syaraf sensorik dalam rectum di
rangsang regangan isyarat dihantarkan kebagian sakral medula spinalis
lalu secara reflek kembali kekolon desenden ,rectum, sigmoid dan anus
melalui serabut saraf para simpatis dalam nervi erigentes. Isyaraf para
simpatis ini melalui gelombang peristaltik yang kuat. Isyarat averen
yang masuk medula spenalis juga memulai reflek lain seperti bernafas
dalam penutupan glottis dan kontraksi otot-otot abdomen untuk
mendorong masa feses dalam kolon ke bawah sementara pada saat
sama menyebabkan rantai pelvis terdorong kebawah dan keatas anus
untuk mengeluarkan feses ke bawah.
( Evelyn Pearce, 2006)
C. Etiologi
Faktor penyebab diare adalah :
1. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman)
yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat
menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya
perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit.
Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor
29
menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan
akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
(Aziz Alimul, 2008)
Macam – macam infeksi dibagi beberapa macam :
a. Infeksi internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi
internal sebagai berikut:
1) Infeksi bakteri : vibrio, ecoly, salmonella shigella,
capylabactor, yersinia aoromonas dan sebagainya.
2) Infeksi virus : entero virus (v.echo, coxsacria, poliomyelitis)
3) Infeksi parasit : cacing (ascaris, tricuris, oxyuris,
srongyloidis, protozoa, jamur)
b. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan, seperti : Otitis
Media Akut, tonsillitis, bronkopnemonia, easefalitis, dan lainnya.
(Ngastiyah, 2005)
2. Faktor malabsorbsi :
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang
mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi
pergeseran air dan elektrolit kerongga usus yang dapat meningkatkan
isi rongga usus sehingga terjadi diare.
(Aziz Alimul, 2008)
Macam – macam dari malabsorbsi dibagi menjadi beberapa :
a. Malabsorbsi karbohidrat
30
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
(Ngastiyah, 2005)
3. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan sehingga terjadi
diare. Sebagai contoh rasa takut dan cemas.
(Aziz Alimul, 2008)
4. Faktor makanan, makanan basi atau beracun
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya
menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan.
(Aziz Alimul, 2008)
D. Patofisiologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi
(bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi , faktor makanan dan faktor
psikologis. ( Ngastiyah, 2005 )
Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan atau
minuman yang masuk kedalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk
sampai lambung, yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung.
Namun jika jumlah bakteri terlalu banyak maka, ada yang beberapa lolos
sampai keduodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus
31
gastroenteritis, organ tubuh yang diserang adalah usus. Didalam usus
tersebut bakteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan
lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri dapat masuk
kedalam membran epitel, dimembran ini bakteri mengeluarkan toksik yang
merangsang sekresi cairan-cairan usus dibagian cripta villi dan
menghambat absorbsi cairan. Sebagian akibat dari keadaan ini volume
cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus
menggembung dan tegang. Sebagian dinding usus akan mengadakan
kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas untuk mengalirkan cairan diusus
besar. Apabila jumlah cairan tersebut melebihi kapasitas absorbsi usus
maka akan terjadi diare.
Diare yang diakibatkan malabsorbsi makanan akan menyebabkan
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan
merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare
karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus
mengakibatkan hiperperistaltik sehingga terjadi berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika
peristaltik menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
selanjutnya timbul diare pula. ( Aziz Alimul, 2008 )
32
Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga
usus menyebabkan klien mengeluh abdomen terasa sakit. Selain karena 2
hal itu, nyeri abdomen atau kram timbul karena metabolisme karbohidrat
oleh bakteri diusus yang menghasilkan gas H2 dan C02 yang
menimbulkan kembung dan flatus berlebihan. Biasanya pada keadaan ini
klien akan merasa mual bahkan muntah serta nafsu makannya menurun.
Karena terjadi ketidakseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila keadaan
ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka, akan menimbulkan
gangguan nutrisi sehingga klien lemas.
Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan
klien terjatuh dalam keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan
menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa jadi cekung
(pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat
cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun. Dimana selain air, tubuh
juga kehilangan Na, K dan Ion Karbonat. Bila keadaan ini berlanjut terus,
maka volume darah juga berkurang. Tubuh mengalami gangguan sirkulasi,
perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok
hipovolemik dengan gejala denyut jantung meningkat, nadi cepat tapi
kecil, tekanan darah menurun klien sangat lemah kesadaran menurun.
Akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel dan intrasel yang berlebihan,
tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat
dengan pernapasan yang cepat dan dalam (pernapasan kusmaul)
33
Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor
psikologis (stres, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin
dibawah pengendalian sistem, pernapasan simpatis untuk merangsang
pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh.
Sehingga bila terjadi stres, maka metabolisme akan mengalami
peningkatan dalam bentuk peningkatan mortalitas usus.
(Soegijanto Soegeng, 2002)
E. Manifestasi Klinis
Mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat.
Nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair
dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja lama-lama
berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan
daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan terjadi makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak diabsorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Gejala dehidrasi mulai tampak
yaitu berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar
manjadi cekung (pada bayi). Selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering.
Bardasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :
34
a. Dehidrasi ringan : kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan
a) Haus, sadar, gelisah, ubun-ubun normal
b) TD normal, RR normal dan nadi normal, status mental normal
c) Turgor normal
d) Mukosa sedikit kering
e) Urin sedikit kurang
b. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan antara 5-9% berat badan
a) Haus meningkat
b) Nadi cepat dan lemah, TD normal, RR cepat
c) Turgor menurun
d) Membran mukosa kering
e) Ubun-ubun normal
f) Status mental normal sampai lesu
g) Keluaran urin mengurang
c. Dehidrasi berat : kehilangna cairan lebih dari 10% berat badan
a) Kesadaran menurun, lemas, takikardi, ektremitas dingin
b) Nadi cepat, dan halus kadang tidak teraba, TD menurun
c) Haus meningkat
d) Keluaran urin tidak ada
e) Ubun-ubun cekung
(Cecyly, Betz. 2002)
35
F. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan medis adalah :
1. Pemberian cairan
Cara pemberian cairan dalam terapi dehidrasi :
a. Belum ada dehidrasi
- Peroral sebanyak anak mau minum ( ad libitum ) atau satu
gelas setiap kali buang air besar
b. Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama : 25 – 50 ml/kgbb peroral atau intragastrik
- Selanjutnya : 125 ml/kgbb/hari atau ad libitum (sebanyak anak
mau minum)
c. Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama : 50-100 ml/ kg bb/ peroral/ intra gastrik (sonde)
- Selanjutnya : 125 ml / kg bb / hari ada albumin
( FKUI, 2007 )
36
2. Pengobatan diatetic
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 th dengan BB kurang
dari 7 kg jenis makanan :
a. Susu (ASI atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, alimiron atau sejenisnya)
b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan pada (nasi tim) bila
anak tidak mau minum susu
c. Susu khusus yang sesuai dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu tanpa laktosa , susu asam lemak yang berantai
sedang atau jenuh
3. Obat-obatan
Prinsif pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang
melalui tinja dengan atau tanpa muntah, denga cairan yang
mengandung elektrolit dan glikosa atau karbohidrat lain (gula, air tinja,
tepung beras dan sebagainya) medikel obat diare :
a. Obat anti sekresi : asetol dosis 25 mg / tahun denfan dosis
minimum 30 mg komproimazin dosis 0,25 – 1 mg / kg bb / hari
b. Obat spasmolitik dan lain-lain umumnya obat sposmalitik seperti
paverin, ekstra beladona, opium, loperamid tidak digunakan untuk
mengatasi diare akut lagi. Obat pengeras tinja seperti kaolin,
pactin, cherecoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk mengatasi
diare, sehingga tidak diberikan lagi
37
c. Antibiotik umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada
penyebabnya kolera tetrasiklin 25 – 50 mg / kg bb / hari
( Ngastiyah. 2005 )
G. Komplikasi
Bila diare berlangsung terus, maka dapat timbul :
a. Dehidrasi, diakibatkan karena tubuh kehalangan terlalu banyak cairan
dengan tandamukosa bibir kering, turgor kulit jelek, urin pekat, mata
cekung
b. Syok hipovolemik, merupakan akibat lanjutan bila kekurangan volume
cairan yang terlampaui berlebihan menyebabkan kehilangan cairan dan
sistem vaskuler, darah jadi lebih kental dan tidak lancar yang dapat
menimbulkan renjatan yang ditandai denyut nadi cepat, tekanan darah
manurun, pasien gelisah, muka pucat, ekstremitas dingin dan kadang
sianosis.
c. Hipokalemia (hipotoni otot, lemah, brakikardia, disritmia jantung)
Kehilangan cairan berlebihan menyebabkan tubuh juga kelainan
elektrolit seperti kalium yang berperan penting dalam kerja otot
sekeleta dan jantung. Penurunan kadar kalium dalam tubuh (darah) akan
mengakibatkan penurunan kerja jantung dan otot. Pada jantung bisa
menimbulkan disritmia. Kontraksi yang kurang menyebabkan
brakikardi, meteorismus. Pada otot menimbulkan kelemahan dan
hipotoni otot.
38
d. Kejang, merupakan respon tubuh yang menandakan tubuh kekurangan
oksigen terutama otak. Hal ini diakibatkan oleh adanya gangguan
biokimia dalam tubuh yang mengakibatkan oleh asidosis metabolik
sebagai aliran darah tidak lancar, suplai darah diutamakan keorgan-
organ tubuh yang vital.
e. Malnutrisi, ini dikarenakan absorbsi zat gizi yang tidak adekuat
menyebabkan tubuh zat gizi yang ditandai berat badan turun,
konjungtiva anemis, badan lemas.
f. Asidosi Metabolik. Karena tubuh kehilangan bikarbonas, perbandingan
bikarbonas dan asam karbonas berkurang, yang mengakibatkan pH
darah manurun (menjadikan lebih asam / asidosis). Sedangkan pada
proses metabolisme dengan menggunakan Co2 sehingga dalam tubuh
terjadi penumpukan asam laktat maka terjadi asidosis metabolisme.
(Suriadi, 2006)
H. Pengkajian fokus
1. Pengkajian data fokus yang digolongkan menjadi 2 yaitu data subyektif
dan data obyektif :
a. Data subyektif
Pada pasien yang menderita gatroenteritis data subyektif yang
ditemukan adalah :
39
1) Nyeri atau kram pada abdomen serangan dan lama lokasi dan
penyebaran karakter dan beratnya, faktor penghilang dan
pemberatnya
2) Sering defekasi (BAB) : warna kehijaunan, hijau, mungkin
mengandung darah
3) Penurunan nafsu makan : anoreksia (mual), muntah (polifagia)
4) Demam
b. Data obyektif
Pada pasien dengan gastroenteritis data obyektif yang sering
diremukan adalah :
1) Penurunan berat badan atau kegagalan untuk meningkatkan
berat badan
2) Hiperaktif usus halus
3) Peka rangsang
4) Dehidrasi mata : cekung, turgor kulit burukl, selaput lendir
kering, tak ada air mata saat menangis
5) Ketidak seimbangan elektrolit
(Tucker, 2000)
2. Pengkajian data dasar gastroenteritis
a. Pola nutrisi dan metabolik
Gejala :
1) Anoreksia : mual-mual
2) Penurunan BB
40
3) Tak toleran pada diare / sensitif misal : produk susu, makanan
berlemak
Tanda :
1) Penurunan lemak subkutan / masa otot
2) Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk
3) Membran mukosa pucat
b. Pola eliminasi
Gejala :
1) Episode diare yang tidak diperkirakan hilang timbul, sering
tidak terkontrol, flatus lembut dan semi cair : bau busuk dan
berlemak (steatosea) : melena
2) Konstipasi hilang timbul
3) Riwayat batu ginjal (meningkatnya oksalat pada urin)
c. Pola aktifitas / istirahat
Gejala
1) Kelemahan, kelelahan, cepat lelah, pembatasan aktifitas / kerja
sehubungan dengan efek proses penyakit
d. Pola persepsi dan sensori
Gejala :
1) Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kuadrat kanan
bawah : nyeri abdomen tengah bawah (keterlibatan jejunum)
2) Nyeri tekan disebagian periumbilikal
3) Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (artritis)
41
4) Nyeri mata fotofobia (iritasi)
Tanda :
1) Nyeri tekan abdomen
e. Pola hubungan dengan orang lain
Gejala :
1) Masalah berhubungan / berperan sehubungan dengan kondidi,
ketidak mampuan aktif secara sosial
(Dongoes, 2000)
f. Pengkajian fisik
Pengkajian fisik meliputi :
1) Keadaan umum pasien
Keadaan umum pasien : pada pasien gastroenetritis apabila
belum ada dehidrasi keadaan umum baik, dehidrasi sedang
keadaan umum nya cukup pada dehidrasi berat keadaan
umumnya buruk.
2) Kesadaran
Pada umumnya kesadaran pasien dengan gastroenteritis dapat
dibagi menjadi 3 kriteria :
a. Belum ada dehidrasi : sadar atau terjaga, sadar pada diri dan
linkungan. Saat diajak bicara dengan suara normal, pasien
melihat pada anda dan berespon sempurna serta sesuai
dengan rangsangan.
42
b. Dehidrasi sedang : tingkat kesadaran klian sadar namun
tidak menuntut kemungkinan pasien dengan pasien dengan
dehidrasi sedang jatuh pada tingkat kesadaran letergia
(ketika diajak bicara denagn suara keras, pasien terlihat
mengantuk tetapi membuka matanya dan melihat pada
anda, memberikan respon pertanyaan).
c. Dehidrasi berat : tingkat kesadaran klien obtudansi (ketika
diguncangkan dengan perlahan pasien membuka matanya
dan melihat pada anda tetapi memberikan respon dengan
lambat dan agak sedikit bingung). Dapat juga masuk pada
tingkat kesadaran stupor (kesadaran diri dan lingkungan
minmal) dan koma meskipun mendapatkan rangsangan
yang menyakitkan secara berulang, pasien tetap tidak
tersadarkan dengan matanya terpejam.
3) Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : mengalami penurunan dibawah normal
yaitu kurang dari 120/80 mmHg
b. Suhu : mengalami peningkatan, biasanya lebih besar dari
37o C
c. Nadi : denyut nadi mengalami penurunan kurang dari
100x/menit
43
d. Pernafasan : pada pernafasan klien gastroenteritis belum
adanya dehidrasi masih batas normal yaitu mangalami
penurunan dari ambang normal kurang dari 24x / menit
4) Keadaan
a. Kepala : rambut, termasuk kuantitas, penyebaran dan
tekstur kulit kepala, termasuk warna (pucat), tesktur,
penyebaran rambut dan lesi
b. Mata : lapang pandang, jika ada implikasi maka terdapat
kelainan quadrantik, seklera dan konjungtiva, bisa terjadi
interik. Kelopak mata biasa terjadi anameris
c. Daun telinga, lubang telinga, dan gendang telinga :
biasanya ditemukan kemungkinan penurunan ketajaman
pendemgaran
d. Hidung : tidak mendapat keluhan
e. Mulut dan faring : infeksi (bibir terjadi sianosis atau pucat)
f. Leher : palpasi kelenjar limfe, infeksi kelenjar tiroid
g. Thoraks dan paru-paru : inspeksi (frekuensi terjadi
penurunan kurang dari 24x / menit, iramanya lemah,
kedalaman dan upaya terdapat bernafas dalam)
h. Jantung : biasanya tidak terdapat keluhan
i. Abdomen : inpeksi (secara berurutan, inpeksi abdomen
dengan evaluasi sulit : warna, jaringan perut, terdapat lesi
atau kemerahan), perkusi (timpani diperpasi diatas
44
lambung, pekak diperfusi diatas hati, limpa dan ginjal).
Palpasi terdapat adanya area nyeri tekan, masa dan organ
pada abdomen.
j. Genitalia, anus dan rektum : biasayna terjadi lesi dan
kemerahan pada anus
k. Aktremitas : biasanya terjadi kelemahan otot ekstremitas
(Suriadi, 2006)
g. Tahap-tahap tumbuh kembang anak
a. Masa pranatal
1) Masa mudugah / embrio : konsepasi – 8 minggu
2) Masa janin / fetus : 9 minggu – lahir
b. Masa bayi : usia 0-1 tahun
1) Masa neonatal : usia 0-28 tahun
a) Masaneonatal dini : 0-7 hari
b) Masa neonatal lanjut : 8-28 hari
c) Masa pasca neonatal : 29 – 1 tahun
c. Masa prasekolah : usia 1-6 tahun
d. Masa sekolah : usia 6-18 tahun / 20 yahun
1) Masa pra remaja : usia 6-10 tahun
2) Masa remaja
a) Masa remaja dini
a.1) wanita, usia 8-13 tahun
a.2) pria, usia 10-15 tahun
45
b) Masa remaja lanjut
b.1) wanita usia 13-18 tahun
b.2) pria, usia 15-20 tahun
Perkembangan mental anak balita yang disebut : SKALA YAUMIL
MINI
1. Dari lahir sampai 3 bulan
a. Balajar mengangkat kepala
b. Belajar mengikuti obyek dengan matanya
c. Melihat kemuka orang dengan tersenyum
2. Dari 3 sampai 6 bulan
a. Mengangkat kepala 90o dan mengangkat dada dengan
bertopeng tangan
b. Mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam
jangkauannya / diluar jangkauannya
3. Dari 6 sampai 8 bulan
a. Dapat duduk tanpa dibantu
b. Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
c. Dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
4. Dari 9 sampai 12 bulan
a. Dapat berdiri sendiri tanpa bantuan
b. Dapat berjalan dengan tuntunan
c. Menirukan suara
5. Dari 12 sampai 18 bulan
46
a. Berjalan dan mengesplorasi rumah serta sekeliling rumah
b. Menyusun 2 atau 3 kotak
c. Dapat mengatakan 5-10 kata
6. Dari 18 sampai 21 bulan
a. Naik turun tangga
b. Menyusun 6 kotak
c. Menunjuk mata dan hidungnya
7. Dari 2 sampai 3 tahun
a. Balajar meloncat, memanjat dan melompat dengan satu kaki
b. Membuat jembatan dengan 3 kotak
c. Mampu menyusun kalimat
8. Dari 3 sampai 4 tahun
a. Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
b. Berjalan peda jarak kaki
c. Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
9. Dari 4 sampai 5 tahun
a. Melompat dan menari
b. Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan badan
c. Menggambar segi empat dan segitiga
(Whalley dan Wong, 2002)
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium / diagnostik
47
a. Hamest feses untuk memeriksa adanya darah (lebih umum dengan
yang bakterial)
b. Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi adanya kus
atau pus
c. Hitung darah lengkap dengan deferensional
d. Uji antigen imonosiasi enzim untuk memastikan rota virus
e. Kultur feses (jika anak dihopitalisasi, pus dalam feses atau diare
yang berkepanjangan) untuk menentukan fatogen
f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
g. Aspirasi duodenum (jika diduga coli lambia)
( Cecily L Betz, 2002 )
48
I. Pathways
Faktor Malabsorbsi faktor makanan faktor infeksi faktor psikologi
Absorbsi hipermobilitas hipomobilitas parenteral internal hormon adrenalin meningkat
Tekanan osmotik usus absorbsi berkurang bakteri tumbuh toksin dr bakteri & virus mempengaruhi saraf
parasimpatik
pergeseran air & elektronik mukosa usus
kerongga usus cairan elektrolit dlm usus hiperperistaltik
meningkat
hiperperistaltik dampak hopitalisasi defekasi sering lebih iritasi mukosa usus
absorbsi menurun dari 3 kali
annoreksia
info ttg penyakit kurang kerusakan rongga usus
proses infeksi
proses dehidrasi kemerahan & iritasi kulit
sekitar anus
( Aziz Alimul, 2008 ; Ngastiyah, 2005; Soegijanto Soegeng, 2002 )
DIARE
Kurang pendidikan
kesehatan
cemas
hipertermi
Kekurangan volume
cairan dan elektrolit
Gangguan integritas
kulit
Gangguan
nutrisi kurang
dari bebutuhan
nyeri
49
J. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan faktor-faktor
infeksi, makanan, psikologis.
a. Data subyektif :
1) BAB lebih dari 4 kali dalam sehari
b. Data obyektif :
1) Frekuensi lebih dari 4 kali sehari
2) Cair
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare.
a. Data subyektif :
1) Kelemahan
2) Haus
3) Mual muntah
b. Data obyektif :
1) Kulit kering
2) Nadi meningkat, tekanan darah menurun, volume / tekanan
nadi menurun
3) Penurunan urin output
4) Peningkatan suhu tubuh
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroentritis.
a. Data subyektif :
50
1) Melaporkan nyeri secara verbal
2) Memegang daerah yang nyeri
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
b. Data obyektif :
1) Tingkah laku berhati-hati
2) Gangguan tidur ( mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan
kacau )
3) Fokus pada diri sendiri
4) Perubahan dalam nafsu makan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah.
a. Data subyektif :
1) Melaporkan intake makanan kurang dari kebutuhan yang
dianjurkan
2) Mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan
3) Melaporkan kurang makan
4) Melaporkan perubahan sensori rasa
5) Tidak mampu mengunyah makanan
6) Enggan makan
b. Data obyektif :
1) BB dibawah ideal lebih dari 20%
2) Konjunctiva dan membran mukosa pucat
3) Lemah otot untuk menelan / mengunyah
51
4) Luka , inflamasi pada rongga mulut
5) Penurunan BB dengan intake tidak adekuat
5. Hipertermi berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder terhadap
dehidrasi.
a. Data subyektif :
1) Merasakan panas
b. Data obyektif :
1) Peningkatan suhu tubuh diatas rentang normal
2) Kejang
3) Takikardi
4) Frekwensi napas meningkat
5) Diraba hangat
6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi,
iritasi mukosa usus.
a. Data subyektif :
b. Data obyektif :
1) Kemerahan disekitar anus
2) Kerusakan lapisan kulit epidermis
3) Kerusakan lapisan dermis
(Dongoes, 2000; Nanda, 2005)
K. Fokus Intervensi dan Rasional
1. Gangguan eliminasi BAB : diare berhubungan dengan faktor-faktor
infeksi, makanan, psikologis
52
Tujuan : mencapai BAB normal
Kriteria hasil : Penurunan frekuensi BAB sampai kurang 3x.
Feses mempunyai bentuk
Intervensi :
a. observasi dan catat frekuensi defekasi
Rasional : membantu membedakan penyakit individu da mengkaji
beratnya tiap defekasi.
b. tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping temapat tidur
Rasional : istirahat menurunkan motilitas usus juga menurunkan
laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi.
c. identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misal :
sayur-segar danbuah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk
susu
Rasional : menghindari iritasi meningkatkan istirahat usus
d. mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap, tawarkan
minuman jernih tiap jam hindari minuman dingian
Rasional : memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau
menurunkan rangsang makanan atau minuman. Makan kembali
secara bertahap mencegah terjadinya kram dan diare berulang
e. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi misal : antikolinergik
Rasional : menurunkan mortilitas atau peristaltik usus dan
menunjukkan sekresi degestif untuk menghilangkan kram dan
diare (Carpenito, 2000)
53
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
sekunder akibat diare.
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
KH : turgor baik
CRT < 2 detik
Mukosa lembab
Tidak pucat
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan mencagah syok
hipovolemik
b. Monitor intake cairan dan output
Rasional : untuk mengetahui balance cairan
c. Anjurkan klien untuk minum setelah BAB minum banyak
Rasional : untuk mengembalikan cairan yang hilang
d. Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Rasional : untuk mempertahankan cairan.
3. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kram abdomen
sekunder akibat gastroentritis
Tujuan : Nyeri hilang atau lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi
KH: skala nyeri 0
Klien mengatakan nyeri berkurang
Nadi 60 – 90 x / menit
54
Klien nyaman, tenang, rileks
Intervensi :
a. Kaji karakteritas dan letak nyeri
Rasional : untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri
b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling
nyaman
Rasional : posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
c. Beri kompres hangat diperut
Rasional : untuk mengurangi perasaan keras di perut
d. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgetik
Rasional : untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak
adekuatnya absorbsi usus terhadap zat gizi, mual / muntah, anoreksia
Tujuan : nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil: BB sesuai usia
Nafsu makan meningkat
Tidak mual / muntah
Intervensi :
a. Timbang BB tiap hari
Rasional :untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan
mengetahui tingkat perubahan
b. Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur)
55
Rasional : untuk membantu perbaikan absorbsi usus
c. Anjurkan beristirahat sebelum makan
Rasional : Memudahkan penyerapan nutrien
d. Anjurkan keluarga atau klien untuk makan dalam keadaan hangat
Rasional : keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan
e. Anjurkan keluarga atau klien untuk makan sedikit tapi sering
Rasional : untuk memenuhi asupan makanan
f. Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa
Rasional : untuk memenuh gizi yang cukup.
g. kolaboration pemberian obat anti emetik
Rasional : untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa
mual dan muntah
5. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder
terhadap dehidrasi
Tujuan : mempertahankan norma termia
KH: suhu dalam batas normal 36,2 – 37,60C
Intervensi :
a. Monitor suhu dan tanda vital
Rasional : untuk mengetahui vs klien
b. Monitor intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui balance
c. Beri kompres
56
Rasional : supaya terjadi pertukaran suhu, sehingga suhu
dapat turun
d. Anjurkan untuk minum banyak
Rasional : untuk mengganti cairan yang hilang
e. Colaborasi pemberian obat penurun panas sesuai indikasi
Rasional : untuk menurunkan panas
6. Perubahan integritas kulit berhubungan dengan seringnya defekasi
Tujuan : gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil : tidak terjadi lecet dan kemerahan di sekitar anal
Intervensi :
a. Bersihkan sekitar anal setelah defekasi dengan sabun yang lembut
bilas dengan air bersih, keringkan dengan seksama kemudian olesi
dengan minyak atau salep.
Rasional : untuk mencegah perluasan iritasi
b. Beri stik laken diatas perlak klien
Rasional : untuk mencegah gerekan tiba-tiba pada bokong
c. Gunakan pakaian yang longgar
Rasional : untuk memudahkan bebas gerak
d. Monitor data laboratorium
Rasional : untuk mengetahui luasan / PH faccer, elektrolit,
hematoksit, dll.