Post on 07-Mar-2019
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Hukum Pidana
Istilah “ Hukuman “ yang merupakan istilah umum dan konvensional dapat
mempunyai arti yang luas dan berubah - ubah karena istilah ini dapat berkonotasi
dengan bidang yang cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya digunakan dalam bidang
hukum, tapi juga dalam istilah sehari - hari dalam bidang pendidikan, moral, agama
dan sebagainya. Oleh karena “ pidana “ merupakan suatu istilah yang lebih khusus,
maka perlu ada pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukan
terhadap ciri - ciri ataupun sifat - sifat yang khas.1
Ciri atau sifatnya yang khas disini maksudnya adalah bahwa istilah pidana
ditunjukan hanya untuk perbuatan - perbuatan yang melanggar hukum pidana. Jadi
istilah pidana mempunyai pengertian yang lebih sempit atau spesifik jika
dibandingkan dengan istilah hukuman yang mempunyai cakupan pengertian pidana
yaitu antara lain :
1. Van Bemmelen
“arti pidana atau straf menurut hukum positif dewasa ini adalah suatu
penderitaan yang bersifat khusus yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan yang
berwenang untuk menjatuhkan pidana atas nama Negara sebagai
penanggung jawab dari ketertiban - keterrtiban umum bagi seorang
pelanggar, yaitu semata - mata karena orang itu telah melanggar suatu
peraturan hukum yang harus ditegakkan oleh Negara”.
1 Muladi.1998.Teori-teori dan Kebijakan Pidana.Bandung : P.T Alumni.Hlm 2
2. Algra Jansen
“Bahwa pidana adalah alat yang digunakan oleh penguasa ( hakim ) untuk
memperingati mereka yang telah melakukan suatu perbuatan yang tidak
dibenarkan, reaksi dari penguasa tersebut telah mencabut kembali sebagian
dari perlindungan yang seharusnya dinikmati oleh terpidana atas nyawa,
kebebasan, dan harta kekayaan, yaitu seandainya ia telah tidak melakukan
suatu tindak pidana”.
3. Roeslan Saleh
“ pidana adalah reaksi atas delik dan ini berwujud nestafa yang dengan
sengaja ditimpakan Negara kepada pembuat delik”.2
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pidana mengandung ciri - ciri sebagai berikut :
1. Pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau
nestafa atau akibat - akibat lain yang tidak menyenangkan.
2. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang
mempunyai kekuasaan (oleh yang berwenang).
3. Pidana itu dikenakan kepada seorang yang telah melakukan tindak pidana
menurut UU.3
Dengan demikian jelaslah keberadaan hukum pidana sangat dipandang perlu
dalam rangka untuk menjaga stabilitas keamanan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dengan adanya hukum pidana maka akan terjadi kontrol di lingkungan
masyarakat mengingat setiap masyarakat memiliki karakter dan tingkah laku yang
2 Arfan Adam.2012.Penegakan Hukum Oleh Penyidik Polri Terhadap Tindak Pidana Pencurian
dengan Kekerasan yang Dilakukan Oleh Anak Pelajar Sekolah Di Kota Gorontalo.Gorontalo:
Ichsan.Hlm 11. 3 Ibid. Hlm 11.
berbeda sehingga rawan akan adanya gesekan dalam pergaulan disegala bidang
dalam kehidupan sehari - hari. Hukum ini yang akan menjadikan masyarakat merasa
aman dalam kehidupannya karena keberadaannya di lingkungan masyarakat merasa
dilindugi oleh kekuatan hukum.
2.1.1 Fungsi Hukum Pidana
Secara umum, hukum pidana berfungsi mengatur dan menyelenggarakan
kehidupan masyarakat agar dapat tercipta dan terpelihara ketertiban umum. Manusia
hidup dipenuhi oleh berbagai kepentingan dan kebutuhan, antara satu kebutuhan
dengan yang lain tidak saja berlainan, tetapi terkadang saling bertentangan. Dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingannya ini, manusia bersikap dan berbuat.
Agar sikap dan perbuatannya tidak merugikan kepentingan dan hak orang lain,
hukum memberikan rambu - rambu berupa batasan - batasan tertentu sehingga
manusia tidak sebebas - bebasnya berbuat dan bertingkah laku dalam rangka
mencapai dan memenuhi kepentingannya itu. Fungsi yang demikian itu terdapat
pada setiap jenis hukum, termasuk didalamnya hukum pidana. Oleh karena itu,
fungsi yang demikian disebut dengan fungsi umum hukum pidana.
Secara khusus sebagai bagian hukum public, hukum pidana memiliki fungsi
sebagai berikut :
1. Fungsi melindungi kepentingan hukum dari perbuatan yang menyerang
atau memerkosanya
Kepentingan hukum, adalah segala kepentingan yang diperlukan dalam
berbagai segi kehidupan manusia baik sebagai pribadi, anggota masyarakat,
maupun anggota suatu Negara, yang wajib dijaga dan dipertahankan agar
tidak dilanggar / diperkosa oleh perbuatan - perbuatan manusia. Semua ini
ditujukan untuk terlaksana dan terjamin ketertiban didalam segala bidang
kehidupan.
2. Memberi dasar legitimasi bagi Negara dalam rangka Negara
menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan hukum yang
dilindungi
Tindakan untuk mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi,
dilakukan oleh Negara dengan tindakan - tindakan yang sangat tidak
menyenangkan. Tindakan tersebut justru melanggar kepentingan
hukum pribadi yang mendasar bagi yang bersangkutan,misalnya dengan dilak
ukan penangkapan, penahanan, pemeriksaan, yang lamanya berjam - jam
bahkan berhari - hari, sampai yang paling tajam berupa menjatuhkan sanksi
pidana kepada petindaknya / sipelanggarnya tindakan ini, sebagai mana
diatas sudah diterangkan merupakan tindakan yang justru menyerang
kepentingan hukum yang bersangkutan yang dilindungi dengan kekuasaan
yang sangat besar ini, yaitu kekuasaan yang berupa hak untuk menjalankan
pidana dengan menjatuhkan pidana, hak untuk menyerang kepentingan
hukum manusia atau warganya merupakan kekuasaan yang sangat besar,
yang tidak dimiliki oleh siapa - siapa kecuali Negara. Hak untuk menjatuhkan
pidana ini diatur dalam hukum pidana itu sendiri.
3. Fungsi mengatur dan membatasi kekuasaan Negara dalam rangka
Negara menjalankan fungsi mempertahankan kepentinggan hukum
yang dilindungi
Dalam menjalankan fungsi hukum pidana yang disebutkan kedua, hukum
pidana telah memberikan hak dan kekuasaan yang sangat besar pada Negara
agar Negara dapat menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan hukum
yang dilindungi dengan sebaik - baiknya. Sebaliknya kekuasaan yang sangat
besar itu akan sangat berbahaya bagi penduduk Negara apabila tidak diatur
dan dibatasi sedemikian rupa sebab akan menjadi bumerang bagi masyarakat
dan pribadi manusia. Perlakuan Negara dapat menjadi sewenang -
wenang. Pengaturan hak dan kewajiban Negara dengan sebaik - baiknya
dalam rangka Negara menjalankan fungsi mempertahankan kepentingan
hukum yang dilindungi, yang secra umum dapat disebut mempertahankan
dan menyelengarakan ketertiban hukum masyarakat itu, menjadi wajib.4
2.1.2 Jenis - jenis Pidana
KUHP sebagai induk atau sumber utama pidana telah merinci jenis - jenis
pidana, sebagaimana dirumuskan dalam pasal 10 KUHP. Menurut Stelsel KUHP,
pidana dibedakan menjadi dua kelompok, antara pidana pokok dengan pidana
tambahan.
Pidana pokok terdiri dari :
1. Pidana mati
Pidana mati adalah pidana yang terberat. Karena pidana ini
berupa pidana yang terberat, yang pelaksanaanya berupa
penyerangan terhadap hak hidup bagi manusia yang sesunnguhnya
hak ini hanya berada pada ditangan Tuhan, maka tidak heran sejak
dulu sampai sekarang menimbulkan pendapat pro dan kontra,
4 Adami Chazawi.2010.Pelajaran Hukum Pidana.Jakarta : PT Raja grafindo Persada.Hlm 15
bergantung dari kepentingan dan cara memandang pidana mati itu
sendiri.
Selain itu, kelemahan dan keberatan pidana mati ini ialah
apabilah telah dijalankan, maka tidak dapat memberi harapan lagi
untuk perbaikan, baik revisi atas jenis pidanya maupun perbaikan
atas diri terpidanya apabila kemudian ternyata penjatuhan pidana itu
terdapat kekeliruan terhadap orang atau pembuatanya / petindaknya,
maupun kekeliruan atas tindak pidana yang mengakibatkan pidana
mati itu dijatuhkan dan dijalankan atau juga kekeliruan atas
kesalahan terpidana.
Disamping itu, sesungguhnya pembentuk KUHP sendiri telah
memberikan suatu isyarat bahwa pidana mati tidak dengan mudah
dijatuhkan. Menggunakan upaya pidana mati harus dengan sangat
hati-hati, tidak boleh gegabah. Isyarat itu adalah bahwa bagi setiap
kejahatan yang diancam dengan pidana mati, selalu diancamkan juga
pidana alternatifnya, yaitu pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara sementara waktu setinggi-tingginya 20 tahun. Misalnya
Pasal 365 ayat (4) “ Diancam dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama 20
tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan
dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula
oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3.”
2. Pidana penjara
Dalam Pasal 10 KUHP, ada dua jenis pidana hilang
kemerdekaan bergerak, yakni pidana penjara dan pidana kurungan.
Dari sifatnya menghilangkan dan atau membatasi kemerdekaan
bergerak, dalam arti menempatkan terpidana dalam suatu tempat
(Lembaga Pemasyarakatan) dimana terpidana tidak bebas untuk
keluar masuk dan didalamnya wajib untuk tunduk, menaati dan
menjalankan semua peraturan tata tertib yang berlaku, maka kedua
jenis pidana itu tampaknya sama. Akan tetapi, dua jenis pidana itu
sesungguhnya berbeda jauh,
Perbedaan antara pidana penjara dengan pidana kurungan
adalah dalam segala hal pidana kurungan lebih ringan daripada
pidana penjara. Lebih ringannya itu terbukti sebagai berikut.
1) Dari sudut macam/jenis tindak pidana yang diancam dengan
pidana kurungan, tampak bahwa pidana kurungan itu hanya
diancamkan pada tindak pidana yang lebih ringan daripada
tindak pidana yaang diancam pada jenis pelanggaran. Sementara
itu, pidana penjara banyak diancamkan pada jenis kejahatan.
Tindak pidana kejahatan lebih berat daripada tindak pidana
pelanggaran. Sementara itu, pidana pidana penjara banyak
diancamkan pada jenis kejahatan. Tindak pidana kejahatan lebih
berat dari pada tindak pidana pelanggaran.
2) Ancaman maksimum umum dari pidana penjara (yakni 15 tahun)
lebih tinggi dari pada ancaman maksimum umum pidan
kurungan (yakni 1 tahun). Bila dilakukan dalam keadaan yang
memberatkan, pidana kurungan boleh diperberat tetapi tidak
boleh lebih dari 1 tahun 4 Pasal (18 ayat 2) “Jika ada pidana
yang disebabkan karena perbarengan atau pengulangan atau
karena ketentuan Pasal 52, pidana kurungan dapat ditambah
menjadi 1 tahun 4 bulan.” sedangkan untuk pidana penjara bagi
tindak pidana yang dilakukan dalam keadaan yang memberatkan,
misalnya perbarengan dan pengulangan dapat dijatuhi pidana
penjara dengan ditambah sepertiganya, yang karena itu bagi
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara maksimum
15 tahun dapat menjadi maksimum 20 tahun.
3) Pidana penjara lebih berat dari pada pidana kurungan
(berdasarkan Pasal 69 KUHP) “ Perbandingan beratnya pidana
pokok yang tidak sejenis ditentukan menurut urut – urutan
dalam pasal 10.”
4) Pelaksanaan pidana denda tidak dapat diganti dengan
pelaksanaan pidana penjara. Akan tetapi, pelaksanaan pidana
denda dapat diganti dengan pelaksanaan kurungan disebut
kurungan berganti denda ( Pasal 30 ayat 2 ) “Jika pidana denda
tidak dibayar, ia diganti dengan pidana kurungan.”
3. Pidana kurungan
Dalam beberapa hal pidana kurungan adalah sama dengan
pidana penjara, yaitu sebagai berikut.
1) Sama, berupa pidana hilang kemerdekaan bergerak.
2) Mengenal maksimum umum, maksimum khusus dan minimum
umum, dan tidak mengenal minimum khusus. Maksimum
umum, pidana penjara 15 tahun yang karena alasan - alasan
tertentu dapat diperpanjang menjadi maksimum 20 tahun, dan
pidana kurungan satu tahun yang dapat diperpanjang maksimum
satu tahun empat bulan. Minimum umum pidana penjara maupun
pidana kurungan sama satu hari. Sementara itu, maksimum
khusus disebutkan pada setiap rumusan tindak pidana tertentu
sendiri - sendiri, yang tidak sama bagi setiap tindak pidana,
bergantung dari pertimbangan berat ringanya tindak pidana yang
bersangkutan.
3) Orang yang dipidana kurungan dan pidana penjara diwajibkan
untuk menjalankan ( bekerja ) pekerjaan tertentu walaupun
narapidana kurungan lebih ringan daripada narapidana penjara.
4) Tempat menjalani pidana penjara sama dengan tempat menjalani
pidana kurungan walaupun ada sedikit perbedaan, yaitu harus
dipisah ( Pasal 28 ) “ Pidana penjara dan pidana kurungan
dapat dilaksanakan disatu tempat asal saja terpisah.”
4. Pidana denda
Pidana denda diancamkan pada banyak jenis pelanggaran
(buku III) baik sebagai alternatif dari pidana kurunagan maupun
berdiri sendiri. Begitu juga terhadap jenis kejahatan - kejahatan
ringan maupun kejahatan culpa, pidana denda sering diancamkan
sebagai alternatif dari pidana kurungan. Sementara itu, bagi
kejahatan - kejahatan selebihnya jarang sekali diancam dengan
pidana denda baik secara alternatif dari pidana penjara maupun
berdiri sendiri.
Ada beberapa keistimewaan tertentu dari pidana denda, jika
dibandingkan dengan jenis - jenis lain dalam kelompok pidana
pokok keistimewaan itu adalah sebagai berikut.
1) Dalam hal pelaksanaan pidana, denda tidak menutup
kemungkinan menutup dilakukan atau dibayar oleh orang lain,
yang dalam hal pelaksanaan pidana lainnya kemungkinan seperti
ini tidak bisa terjadi. Jadi dalam hal ini pelaksanaan pidana
denda dapat melanggar prinsip dasar dari pemidanaan sebagai
akibat yang harus dipikul / diderita oleh pelaku sebagai orang
yang harus bertanggung jawab atas perbuatan ( tindak pidana )
yang dilakukannya.
2) Pelaksanaan pidana denda boleh diganti dengan menjalani
pidana kurungan ( kurungan pengganti denda, Pasal 30 ayat
2 ). “Jika pidana denda tidak dibayar, ia diganti dengan pidana
kurungan.” Dalam putusan hakim yang menjatuhkan pidana
denda, dijatuhkan juga pidana kurungan pengganti denda sebagai
alternatif pelaksanaannya, dalam arti jika denda tidak dibayar
terpidana wajib menjalani pidana kurungan pengganti denda itu.
Dalam hal ini terpidana bebas memilhnnya. Lama pidana
kurungan pengganti denda ini minimal umum satu hari dan
maksimal umum enam bulan.
3) Dalam hal pidana denda tidak terdapat maksimum umumnya,
yang ada hanyalah minimum umum yang menurut ( Pasal 30
ayat 1 ) “ Pidana denda paling sedikit tiga rupiah tujuh puluh
lima sen.” Sementara itu, maksimum khususnya ditentukan pada
masing - masing rumusan tindak pidana yang bersangkutan,
yang dalam hal ini sama dengan jenis lain dari kelompok pidana
pokok.
5. Pidana tutupan (ditambahkan berdasarkan Undang - Undang
No. 20 Tahun 1946).
Pidana tutupan ini ditambahkan kedalam Pasal 10 KUHP
melalui Undang - Undang No. 20 tahun 1946, yang maksudnya
sebagaimana tertuang dalam ( Pasal 2 ayat 1 ) yang menyatakan
bahwa“ Dalam mengadili orang yang melakukan kejahatan, yang
diancam dengan pidana penjara karena terdorong oleh maksud
yang patut dihormati, hakim boleh menjatuhkan pidana tutupan.
Pada ayat dua dinyatakan bahwa pidana tutupan cara melakukan
perbuatan itu atau akibat dari nperbuatan itu adalah sedemikian
rupa sehingga hakim berpendapat bahwa pidana penjara lebih
tepat.”
Pidana tambahan terdiri dari :
1. Pidana pencabutan hak - hak tertentu
Menurut hukum, pencabutan seluruh hak yang dimilki
seseorang yang dapat mengakibatkan kematian perdata (burgelijke daad)
tidak diperkenankan Undang - Undang hanya memberikan kepada negara
wewenang ( melalui alat / lembaga ) melakukan pencabuttan hak tertentu
saja, yang menurut Pasal 35 ayat 1 KUHP, hak - hak yang dapat dicabut
tersebut adalah:
1) Hak memegang jabatan pada umunya atau jabatan yang tertentu;
2) Hak menjalankan jabatan dalam Angkatan Bersenjata / TNI;
3) Hak memilh dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan
aturan - aturan umum;
4) Hak menjadi penasehat hukum atu pengurus atas penetapan
pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau
pengampu pengawas atas orang yang bukan anak sendiri;
5) Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwalian atau
pengampuan, atas anak sendiri;
6) Hak menjalankan mata pencaharian tertentu.
2. Pidana perampasan barang - barang tertentu
Perampasan barang sebagai suatu pudana hanya
diperkenankan atas barang - barang tertentu saja, tidak diperkenkan untuk
semua barang. Undang - Undang tidak mengenal perampasan untuk
semua kekayaan.
Ada dua jenis barang yang dapat dirampas melalui putusan
hakim pidana, ( Pasal 39 ), yaitu:
1) Barang - barang yang berasal / diperoleh dari suatu kejahatan (bukan
dari pelanggaran), yang disebut dengan copra delictie, misalnya uang
palsu dari kejahatan pemalsuan uang, surat cek palsu dari kejahatan
pemalsuan surat; dan
2) Barang - barang yang digunakan dalam melakukan kejahatan, yang
disebut dengan instrumenta delictie, misalnya pisau yang digunakan
dalam kejahatan pembunuhan atau penganiyayaan, anak kunci palsu
yang digunakan dalam pencurian, dan lain sebagainya.
Ada tiga prinsip dasar dari pidana perampasan barang tertentu,
ialah:
1.) Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan terhadap dua jenis barang
tersebut dalam ( Pasal 39 ) “ Barang - barang kepunyaan terpidana
yang diperoleh dari kejahatan atau sengaja dipergunakan untuk
melakukan kejahatan, dapat dirampas.”
2.) Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan oleh hakim pada kejahatan
saja, dan tidak pada pelanggaran, kecuali pada beberapa tinadak
pidana pelanggaran, misalnya ( Pasal 502 ) “ Barang siapa
tanpa izin penguasa yang berwenang untuk itu, memburu atau
membawa senjata api kedalam hutan Negara dimana dilarang
untuk itu tanpa izin, di ancam dengan pidana kurungan paling lama
1 bulan atau pidana denda paling banyak tiga ribu rupiah.” Dan (
Pasal 549 ) “ Barang siapa tanpa wenang membiarkan ternaknya
berjalan dikebun, dipadang rumput atau diladang rumput atau
dipadang rumput kering, baik yang di tanah yang telah ditaburi di
tugali atau ditanami atau yang hasilnya belum diambil, ataupun
ditanah kepunyaan orang lain oleh yang berhak dilarang
dimasukidan sudah diberi tanda larangan yang nyata bagi
pelanggar, diancam dengan pidana denda paling banyak tiga ratus
tujuh puluh lima rupiah.” (jenis pelanggaran).
3.) Hanya diancamkan dan dapat dijatuhkan oleh hakim atas barang -
barang milik terpidana saja. Kecuali ada beberapa ketentuan: (a)
yang menyatakan secara tegas terhadap barang yang bukan milik
terpidana (Pasal 250 bis), ” Pemidanaan berdasarkan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam bab ini : maka mata uang palsu,
dipalsu atau dirusak, uang kertas Negara atau Bank yang palsu
atau dipalsukan, bahan – bahan atau benda – benda yang menilik
sifatnya digunakan untuk meniru, memalsu atau mengurangi nilai
mata uang atau uang kertas, sepanjang dipakai untuk atau menjadi
objek dalam melakukan kejahatan, dirampas, juga apabila
barang – barang itu bukan kepunyaan terpidana.” maupun (b)
tidak secara tegas menyebutkan terhadap, baik barang milik
terpidana atau bukan misalnya ( Pasal 275 ayat 1 ), “ Barang siapa
menyimpan bahan atau benda yang diketahuinya bahwa
diperuntukan untuk melakukan salah satu kejahatan dengan pidana
penjara paling lama 9 bulan atau pidana denda paling banyak
empat ribu lima ratus rupiah.”
3. Pidana pengumuman keputusan hakim.
Pidana pengumuman putusan hakim ini hanya dapat
dijatuhkan dalam hal - hal yang telah ditentukan oleh Undang - Undang,
misalnya terdapat dalam ( Pasal 128 ayat 1 ), “ Dalam hal pemidanaan
berdasarkan kejahatan Pasal 104 dapat dipidana pencabutan hak - hak
berdasarkan pasal 35 no 1-5.” ( Pasal 206 ayat 1 ), “Dalam hal
pemidanaan karena salah satu kejahatan berdasarkan bab ini, yang
bersalah dapat dilarang menjalankan pencariannya ketika melakukan
kejahatan tersebut.” ( Pasal 361 ), “ Jika kejahatan yang diterangkan
dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau
pencarian, maka pidana ditambah dengan pencarian dalam mana
dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya
putusannya diumumkan.”
Setiap putusan hakim memang harus diucapkan dalam
persidangan yang terbuka untuk umum ( Pasal 195 KUHAP ) “ Semua
putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila
diucapkan disidang terbuka untuk umum.” Bila tidak, putusan itu batal
demi hukum. Tetapi pengumuman putusan hakim sebagai suatu pidana
bukanlah seperti yang disebutkan diatas. Pidana pengumuman putusan
hakim ini merupakan suatu publikasi ekstra dari suatu putusan
pemidanaan seseorang dari pengadilan pidana.
Dalam pidana pengumuman putusan hakim ini, hakim bebas
menentukan perihal secara melaksanakan pengumuman itu. Hal tersebut
dapat dilakukan melalui surat kabar, plakat yang ditempelkan pada papan
pengumuman, melalui media radio maupun televisi, yang pembiayaanya
dibebankan pada terpidana.
Maksud dari pengumuman putusan hakim yang demikian ini,
adalah sebagai usaha preventif, mencegah bagi orang - orang tertentu
agar tidak melakukan tindak pidana yang sering dilakukan orang maksud
yang lain adalah memberitahukan kepada masyrakat umum agar berhati -
berhati dalam bergaul dan berhubungan dengan orang - orang yang dapat
disangka tidak jujur sehingga tidak menjadi korban dari kejahatan (tindak
pidana).
2.1.3 Teori Bekerjanya Hukum Pidana
Penegakan hukum merupakan syarat mutlak bagi upaya - upaya penciptaan
Indonesia yang damai dan sejahtera. Apabila hukum ditegakkan, maka kepastian,
rasa aman, tentram, ataupun kehidupan yang rukun akan dapat terwujud.
Penegakan hukum yang mengabaikan keadilan dan nilai yang hendak ditegakkan
oleh hukum akan menjauhkan rasa keadilan masyarakat yang pada gilirannya
akan mempengaruhi citra hukum dan penegakan hukum dimasyarakat.
2.2 Pengertian Penegakan Hukum
Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau
berfungsinya norma - norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku
dalam lalu lintas atau hubungan - hubungan hukum dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.5 Ditinjau dari sudut subjeknya, penegakan hukum
itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan sebagai upaya
penegakan hukum oleh subjek dalam arti yang terbatas atau sempit. Dalam arti
luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap
hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma
aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan
5 Teguh Sulistia .2011.Hukum Pidana.Jakarta : P.T. Raja Grafindo Persada.Hlm 33.
hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya
diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan
memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam
memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu
diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.
2.2.1 Penegakan Hukum Menurut Para Ahli
penegakan hukum atau yang dalam bahasa populernya disebut dengan
istilah law enforcement, merupakan ujung tombak agar terciptaya tatanan hukum
yang baik dalam masyarakat. Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa,
“Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai -nilai yang
terjabarkan didalam kaidah - kaidah yang mantap dan mengejawantahkan dan
sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan,
memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup”.6
Menurut Gustav Radbruch hakim dalam menegakkan hukum harus
memperhatikan 3 (tiga) unsur cita hukum yang harus ada secara proporsional
yaitu:
1) Kepastian hukum merupakan perlindungan terhadap tindakan sewenang-
wenang, yang berarti bahwa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu yang
diharapkan dalam keadaan tertentu. Masyarakat mengharapkan adanya kepastian
hukum, karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib.
6 Soerjono Soekanto.1983.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.Jakarta : Rajawali
Press.Hlm 2.
2) Keadilan adalah harapan yang harus dipenuhi dalam penegakan hukum.
Berdasarkan karakteristiknya, keadilan bersifat subyektif, individualistis dan
tidak menyamaratakan.
3) Kemanfaatan dalam penegakan hukum merupakan hal yang tidak bisa
dilepaskan dalam mengukur keberhasilan penegakan hukum di Indonesia.
Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness). Hukum yang
baik adalah hukum yang memberikan kebahagiaan bagi banyak orang.7
2.2.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Oleh
Penyidik Polri Di Gorontalo Kota
a. Faktor hukum itu sendiri
Dalam kenyataan penegakan hukum, adakalanya terjadinya pertentangan
antara kepastian hukum dan keadilan hukum. Keadilan merupakan suatu
yang abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang
telah ditentukan secara normatif.
b. Faktor penegak hukum
Aparat penegak hukum merupakan sesuatu yang sangat penting dalam
pelaksanaan hukum, tanpa mereka hukum sulit tercapai, meski dengan
keberadaanya hukum hanya dalam posisi mungkin bisa tercapai. Ini bukan
hanya tentang permasalahan ada atau tidaknya penegak hukum, tapi baik atau
tidaknya kualitas penegak hukum akan sangat mempengaruhi kualitas hukum
itu sendiri.
7 Fence Wantu.2011.Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan( Implementasi Dalam Proses
Peradilan Perdata) Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Hlm 75.
c. Faktor Indenvendensi Penyidik
Faktor ini sangat berpengaruh terhadap proses penegakan hukum berapa
banyak kasus - kasus yang hasilnya tidak memuaskan dan merugikan pihak -
pihak terpidana diakibatkan oleh tidak indefendennya seorang penyidik.
Dalam faktor ini seorang penyidik berat sebelah diakibatkan oleh hal - hal
yang menciderai kemurnian hukum dimata masyarakat seperti penyuapan,
faktor kekeluargaan, dan gratifikasi atau pemberian hadiah dari terpidana ke
pihak penyidik.
d. Faktor masyarakat atau sumber daya masyarakat
Penegakan hukum yang dilakukan untuk sebuah keadilan dan kedamaian
bagi masyarakat akan menuntut masyarakatnya untuk banyak berpartisipasi.
Kesadaran masyarakat sangatlah penting sehingga ketika masyarakat
menjalankan hukum karna takut, maka hukum akan berlalu begitu saja.
e. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan yang sebenarnya bersatu padu dengan faktor masyarakat
sengaja dibedakan, oleh karena didalam pembahasannya akan diketengahkan
masalah system nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau
non materiel. Sebagai suatu system (atau sub system dari system system
kmasyarakatan), maka hukum mencakup struktur, substansi dan kebudayaan.
Kelima faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap penegakan hukum.
Mungkin pengaruhnya adalah positif dan mungkin juga negatif. Akan tetapi, diantara
semua faktor tersebut, maka faktor penegak hukum menempati titik sentral. Hal itu
disebabkan, oleh karena Undang – undang disusun oleh penegak hukum,
penerapannya dilaksanakan oleh penegak hukum dan penegak hukum dianggap
sebagai golongan panutan oleh masyarakat luas.
2.2.3 Tinjauan Mengenai Penegakan Hukum
Penegakan hukum merupakan hal yang sangat esensial pada suatu Negara
hukum yang mengutamakan berlakunya hukum Negara berdasarkan undang-undang
(state law) guna dapat terwujud tujuan hukum, yaitu keadilan dalam kehidupan
masyarakat dan bernegara. Ini berarti seluruh kegiatan berkenaan dengan upaya
melaksanakan, memelihara, dan mempertahankan hukum positif sehingga hukum
tidak kehilangan makna dan fungsinya sebagai pedoman dalam mematuhi norma -
norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yaitu
perlindungan kepentingan manusia, baik secara perorangan maupun seluruh warga
masyarakat. Penegakan hukum sangat dibutuhkan guna mengingat masih terjadinya
peningkatan pelanggaran hukum dikalangan masyarakat, terutama oleh birokrat
pemerintahan.8
2.3 Pengertian Tindak Pidana
Tindak pidana adalah suatu tindakan atau perbuatan yang diancam dengan
pidana oleh undang-undang, bertentangan dengan hukum dan dilakukan dengan
kesalahan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.9 Dengan demikian tindak
pidana adalah suatu tindakan pada tempat waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang
dan diancam dengan pidana oleh undang-undang, bersifat melawan hukum serta
dengan kesalahan yang dilakukan oleh seseorang.
8 Teguh Sulistia.2012.Hukum Pidana.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Hlm 197.
9 Erdianto Effendi.2011.Hukum pidana Indonesia.Bandung : Refika Aditama. Hlm 97.
2.3.1 Unsur-unsur Tindak Pidana
Unsur-unsur tindak pidana adalah sebagai berikut :
- Perbuatan itu harus merupakan perbuatan manusia
- Perbuatan itu harus dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-
undang
- Perbuatan itu bertentangan dengan hukum
- Harus dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan
- Perbuatan itu harus dapat dipersalahkan kepada si pembuat
Dengan demikian unsur-unsur tindak pidana diatas penentuan suatu
perbuatan sebagai tindak pidana atau tidak, sepenuhnya tergantung kepada
perumusan didalam perundang-undangan sebagai konsekuensi asas legalitas yang di
anut oleh hukum pidana Indonesia.
2.3.2 Rumusan Tindak Pidana dalam Undang-undang
Rumusan – rumusan tindak pidana tertentu didalam KUHP dapat diketahui
ada sebelas rumusan tindak pidana yaitu :
- Unsur tingkah laku
- Unsur melawan hukum
- Unsur kesalahan
- Unsur akibat konstitutif
- Unsur keadaan yang menyertai
- Unsur syarat tambahan untuk dapat di tuntut pidana
- Unsur syarat tambahan untuk memperberat pidana
- Unsur syarat tambahan untuk dapat dipidana
- Unsur objek hukum tindak pidana
- Unsur kualitas subjek hukum tindak pidana
- Unsur syarat tambahan untuk memperingan pidana
Dari sebelas unsur itu di antaranya dua unsur, yakni kesalahan dan melawan
hukum yang termasuk unsur subjektif, sedangkan selebihnya berupa unsur objektif.
2.3.3 Waktu dan Tempat Tindak Pidana
Pada kenyataannya memang ada disebagian tindak pidana, mengenai waktu
dan tempat menjadi unsur yang dicantumkan dalam rumusan. Diluar hal itu, waktu
dan tempat tindak pidana ini menjadi hal yang sangat penting dalam hal praktek
pidana.
Dalam Pasal 143 KUHAP, syarat materil surat dakwaan harus berisi secara
cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak pidana yang didakwakan dengan
menyebut waktu dan tempat tindak pidana dilakukan, yang jika syarat tu tidak
dipenuhi maka surat dakwaan itu terancam batal demi hukum (143 ayat 3 KUHAP).
2.4 Pengertian Tawuran
Dalam kamus bahasa Indonesia tawuran dapat diartikan sebagai perkelahian
yang meliputi banyak orang. Secara fisikologi perkelahian yang melibatkan
mahasiswa digolongkan sebagai salah satu bentuk tawuran atau yang disebut dengan
delinquency.
Delinquency berasal dari kata latin “ delinquere “ yang berarti terabaikan,
mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, a-sosial, kriminal,
pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau, penteror, dan lain-lain.10
10
Kartini Kartono.2011.Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja.Jakarta : PT.Raja Grafindo
Persada.Hlm 6.
Tawuran pada dasarnya adalah perkelahian masal antar kedua belah pihak
yang dipicu oleh permasalahan dan kesalahpahaman. Tawuran dapat digolongkan
dalam dua jenis yaitu situasional dan sistematik.
1. Tawuran situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
mengharuskan mereka untuk berelahi. Situasi itu muncul akiibat adanya
kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2. Tawuran sistematik, didalam suatu organisasi tertentu atau geng. Disini
ada aturan atau norrma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti
anggotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan
apabila dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.
2.4.1 Faktor - faktor yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran Mahasiswa
berikut ini adalah factor - faktor yang menyebabkan tawuran mahasiswa,
diantaranya :
a. faktor internal
faktor internal ini terjadi didalam diri individu itu sendiri yang berlangsung
melalui proses internalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan
permasalahan disekitarnya dan semua pengaruh yang datang dari luar.
Orang - orang yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu
melakukan adaptasi dengan lingkungan. Ketidakstabilan emosi para individu
juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian.
b. Faktor eksternal
faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar indiividu yaitu :
1. Faktor keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orang tua
diterapkan. Jika seorang terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam
keluarganya maka setelah ia tumbuh dewasa, maka ia akan terbiasa
melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya.
Selain itu ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab
kekerasan yang dilakakukan oleh seseorang.
2. Faktor Ekonomi
Biasanya para pelaku tawuran adalah golongan menengah kebawah.
Disebabkan faktor ekonomi mereka yang pas - pasan bahkan cenderung
kurang, membuat mereka melampiaskan segala ketidakberdayaanya lewat
aksi tawuran. Karena diantara mereka merasa dianggap rendah ekonominya
dan akhirnya ikut tawuran supaya dianggap jagoan.
3. Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat besar pengaruhnya dalam mempengaruhi kejiawaan
seseorang, terutama mengenai pergaulan hidup sehari - hari dan segala
sesuatu yang nampak dalam bentuk kekerasan. Hal ini lambat laun akan
membentuk pribadi seseorang.
2.4.2 Wujud Perilaku Tawuran
Adapun wujud perilaku tawpuran adalah sebagai berikut :
1. Kebut - kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan
membahayakan jiwa sendiri serta orang lain.
2. Perilaku ugal - ugalan, berandalan ,urakan yang mengacaukan ketentram
an sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energy dan dorongan
primitive yang tidak terkendali serta kesukaan menteror lingkungan.
3. Perkelahian antar gang antar kelompok, antar lembaga pendidikan , antar
suku (tawuran), sehingga kadang - kadang membawa korban jiwa.
4. Kriminalitas berupa perbuatan mengancam, intimidasi, memeras, maling,
mencuri, mencopet, merampas, menjambret, menyerang,merampok,meng
garong, melakukan pembunuhan dengan jalan menyembelih korbannya,
mencekik, meracun, tindak kekerasan,dan pelanggaran lainnya.
2.4.3 Teori - teori yang Menyebabkan Terjadinya Tawuran
Para sarjana menggolongkan teori yang mempengaruhi terjadinya dilikuensi
adalah sebagai berikut :
1. Teori biologis, yaitu melalui gen yang membawa sifat dalam keturunan atau
melalui kombinasi gen dapat juga disebabkan oleh tidak adanya gen tertentu
yang semuanya biasanya memunculkan penyimpangan tingkah laku
seseorang.
2. Teori psikogenis, teori ini menekankan sebab - sebab tingkah laku delinkuen
dari aspek psikologis atau isi kejiwaanya.
3. Teori sosiogenis, disebabkan oleh pengaruh struktur sosial yang deviatif,
tekanan kelompok, peranan sosial, status social, atau oleh internalisasi
simbolis yang keliru.
4. Teori subkultur delinkuensi, yaitu bertambah dengan cepat jumlah kejahatan
dan meningkatnya kwalitas kekerasan serta kekejaman yang dilakukan oleh
seseorang yang memiliki subkultur delinkuen.11
2.5 Pengertian Mahasiswa
Menurut kamus bahasa Indonesia mahasiswa adalah orang yang belajar
diperguruan tinggi. Selain itu, mahasiswa adalah merupakan suatu kelompok dalam
masyarakat yang memmperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi.
Mahasiswa juga merupakan calon intelekual atau cendekiawan muda dalam suatu
lapisan masyarakat yang seringkali syarat dengan berbagai predikat.12
2.5.1 Pengertian Mahasiswa Secara Yuridis
Secara yuridis mahasiswa dapat diartikan sebagai berikut :
1. Menurut KUHP
Dalam Pasal 45 KUHP, definisi mahasiswa adalah : anak yang sudah
berumur 16 tahun. Itu artinya seorang anak yang mlakukan tindak pidana
ketika sudah berumur 16 tahun keatas sudah dikenai suatu pemidanaan
seperti pada Pasal 47 KUHP.
Pasal 45 KUHP ini tidak menyebutkan kata mahasiswa secara
mendetail, tetapi secara tersirat mahasiswa adalah umur 16 tahun keatas.
11
Kartini Kartono.2011.Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada.Hlm
37.
12
A.Prasetyantoko.2001.Gerakan Mahasiswa dan Demokrasi di Indonesia.Jakarta : P.T.Alumni.Hlm
38.
2. Menurut KUHPerdata
Pada Pasal 330 KUHPerdata ayat (1), bahwa batasan antara belum dewasa
dan yang telah dewasa adalah 21 tahun.
Jadi secara tersirat mahasiswa adalah mencakup umur dimana seorang
anak 16 tahun sampai 21 tahun.
3. Menurut peraturan pemerintah RI No.30 tahun 1990 mahasiswa adalah :
peserta didik yang terdaftar dan belajar diperguruan tinggi.
2.5.2 Pengertian Mahasiswa Menurut Para Ahli
Pengertian mahasiswa menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Sarwono
Mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti
pelajaran diperguruan tinggi dengan batas usia 18-30 tahun.
2. Suwono
Mahasiswa adalah insan - insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya
dengan perguruan tinggi di didik dan diharapkan menjadi calon - calon
intelektual.
Dari pendapat diatas dijelaskan bahwa mahasiswa adalah status yang
disandang oleh seseorang karna hubungannya dengan perguruan tinggi.
2.6 Pengertian Penyidik
Menurut Pasal 1 ayat 1 KUHP Penyidik adalah pejabat polisi jajaran
Republik Indonesia atau pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi
wewenang khusus oleh Undang - Undang untuk melakukan penyidikan.
Sedangkan dalam Pasal 6 ayat 1 ditentukan dua macam badan yang
dibebani wewenang penyidikan adalah pejabat polisi Republik Indonesia
dan pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh Undang - Undang. Selain dalam ayat 1 Undang - Undang tersebut
dalam ayat 2 ditentukan bahwa syarat kepangkatan Pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia yang berwenang menyidik akan diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah.
Berdasarkan peraturan pemerintah yang mengatur lebih lanjut
mengenai kepangkatan penyidik yang memeriksa perkara maka
berdasarkan peraturan pemerintah ( PP No.27 tahun 1983 Pasal 2 ayat 1
ditetapkan pangkat Pejabat Polisi menjadi penyidik yaitu sekurang -
kurangnya letnan dua polisi, sedangkan bagi Pegawai Negeri Sipil yang
dibebani wewenang penyidikan adalah berpangkat sekurang – kurangnya
pengatur muda tingkat I (Golongan II / b ) atau disamakan dengan itu.
Pengangkatan penyidikan itu sendiri dilakukan oleh instansi
pemerintah yang berbeda. Untuk pejabat polisi Negara diangkat oleh
Kepala Kepolisian Republik Indonesia yang dapat melimpahkan wewenang
tersebut kepada pejabat polisi lain. Sedangkan Pegawai Sipil diangkat oleh
Mentri Kehakiman atas usul departement yang membawahi pegawai
tersebut.